You are on page 1of 14

Kata Kunci diagram bebas gaya gesekan inersia massa sentrifugal sentripetal

Dinamika Gerak
mempelajari

Gaya
Contohnya

Analisis Gerak
pada menggunakan

Hukum Newton

Gaya gravitasi Gaya Gesekan Gaya berat Gaya Sentripetal

Gaya Lurus Gaya Melingkar Gaya Pada Bidang Miring

Diagram Bebas

terdiri atas
Hukum I Newton 0 Hukum II Newton m.a Hukum III Newton Faksi = - Freaksi

Pada bab tentang kinematika, kita telah belajar tentang gerak lurus dan gerak melingkar. Akan tetapi, kita belum mempelajari apa yang menyebabkan benda bergerk lurus ataupun melingkar. Dengan kata lain, kita belum membahas dinamikan gerak benda. Untuk dapat menganalisis dinamika gerak benda, kita perlu memahami dulu konsep massa, gaya dan hukum fundamental tentang gerak, yaitu hukum Newton. Dengan berbekal hukum Newton kita dapat memahami dinamika gerak benda dengan menggunakan konsep gaya dan massa. A. Konsep Gaya, Massa, dan Hukum Newton tentang Gerak 1. Gaya Gaya merupakan tarikan atau dorongan. Ketika menutup lemari kita memberikan gaya dorong pada pintu lemari itu. Ketika membuka laci, kita memberikan gaya tarik pada laci itu. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering berinteraksi dengan gaya kontak (gaya sentuh) maupun gaya tak sentuh. Gaya sentuh adalah gaya yang berhubungan langsung dengan benda. Contohnya saat menarik laci dan mendorong pintu di mana gaya tarik dan gaya dorong kita berikan dengan menyentuh bendanya secara langsung. Adapaun gaya tak sentuh adalah gaya yang bekerja pada dua benda, tetapi kedua benda tersebut tidak langsung bersentuhan. Contoh gaya tak sentuh adalah gaya magnet dan gaya gravitasi. Gaya merupakan besaran vektor. Dalam skema gaya dinyatakan dalam bentuk anak panah (vektor). Besar gaya diukur menggunakan neraca pegas atau neraca gaya. Satuan gaya dalam Si adalah newton (N). Di mana 1 N = 1 kg m/s2 2. Massa Massa merupakan ukuran inersia benda. Artinya massa suatu benda menunjukan seberapa besar kecenderungan benda itu untuk

mempertahankan keadaanya. Kita dapat mengatakan bahwa lebih sulit menggerakkan benda yang bermassa besar daripada menggerakkan benda bermassa kecil. Atau, dapat juga dikatakan bahwa lebih sulit menghentikan massa benda bermassa besar daripada menghentikan benda bermassa kecil jika kelajuannya sama. Istilah sulit disini maksudnya adalah ; memerlukan gaya yang besar. Massa diukur menggunakan timbangan atau neraca. Satuan massa dalam SI adalah kg. Dalam kehidupan sehari-hari , massa sering disamakan

dengan berat padahal keduanya berbeda. Jika seseorang mengatakan bahwa berat badannya 60 kg, sebenarnya yang dimaksud adalah massa badannya 60 kg. 3. Berat Seperti telah dinyatakan sebelumnya, massa berbeda dengan berat. Massa merupakan ukuran inersia suatu benda. Semakin besar massa suatu benda, semakin besar gaya yang diperlukan untuk mengubah keadaan geraknya. Adapun berat atau lebih jelasnya gaya berat adalah gaya yang bekerja pada benda akibat percepatan gravitasi bumi. Dengan percepatan gravitasi sebesar g, hubungan antara massa (m) dengan gaya berat (w) adalah w = mg [3.1]

berat benda tergantung pada bsar percepatan gravitasi. Oleh karena nilai percepatan gravitasi berbeda-beda untuk setiap lokasi, berat suatu benda bergantung pula pada lokasi benda itu. 4. Hukum-Hukum Newton tentang Gerak a) Hukum I Newton Hukum I Newton menyatakan bahwa :
Setiap benda akan diam atau bergerak lurus beraturan apabila resultan gaya yang bekerja padanya bernilai nol

Hukum I Newton menyatakan bahwa percepatan benda sama dengan nol jika gaya total (resultan) yang bekerja padanya sama dengan nol. Secara
matematis ditulis : =0

[3.2]

Setiap benda mempunyai sifat mempertahankan keadaannya. Benda yang sedang bergerak cenderung akan terus bergerak. Demikian pula sebaliknya, benda yang diam cenderung akan mempertahankan keadaan diamnya. Sifat itu dinamakan sifat inersia atau kelembaman dan hukum I Newton juga disebut sebagai hukum kelembaman. b) Hukum II Newton Hukum II Newton menyatakan bahwa : Percepatan yang ditimbulkan oleh gaya yang bekerja pada sebuah benda sebanding besar gaya itu dan berbanding terbalik dengan dengan massa benda, arah percepatan sama denga

arah resultan gaya.

Secara matematis, hukum II Newton dapat ditulis a= = atau = ma [3.2]

keterangan : = gaya resultan yang bekerja pada benda (N) percepatan benda (m/s2) massa benda (kg) Berdasarkan persamaan [3.2] , jika besar resultan gaya yang bekerja bernilai nol ( = 0), besar percepatannya juga sama dengan

nol ( a = 0). Apakan arti percepatan nol pada gerak benda? Benda yng memiliki percepatan nol berarti benda sedang diam atau sedang bergerak lurus dengan kecepatan tetap. Jadi hukum I newton merupakan keadaan khusus dari hukum hukum II Newton. Contohh3.1 Sebuah benda mula-mula diam kemudian ditarik dengan gaya sebesar 50 N sehingga bergerak lurus. Setelah bergerak selama 5 s, kecepatan bemda menjadi 20 m/s. Hitunglah massa benda itu! Jawab : v0 = 0; v1 = 20 m/s ; t = 5 s; F = 50 N v1 = v0 + at a = (v 1 - v0 ) / t = (20 m/s 0) / 5 s = 4 m/s2 m= F/a = (50 N) / (4 m/s2) = 12,5 kg c) Hukum III Newton Hukum III Newton menyatakan : Setiap ada gaya aksi selalu timbul gaya reaksi dalam garis kerja yang sama. Gaya reaksi sama besar dengan gaya aksi, tetapi arahnya berlawanan. Berdasarkan hukum III Newton Faksi = - Freaksi [3.4]

Hukum III menunjukan bahwa gaya-gaya di alam semesta ini selalu muncul berpasangan, tidak pernah ada gaya yang muncul sendirian.

Tak ada gaya reaksi tanpa didului oleh gaya aksi, dan tak ada gaya aksi yang tak diikuti oleh gaya reaksi.

5. Diagram Bebas Benda Diagram bebas benda merupakan diagram atau skema yang memudahkan kita melakukan analisis besaran dan gaya-gaya pada benda. Dalam diagram bebas benda kita menggambar skema benda dan vektor-vektor yang bekerja padanya. Sesuai namanya (bebas), kita tidak harus menggambar benda dan vektor dengan skala yang tepat benar. Karena nanti kita akan menganalisisnya menggunakan rumus. Gambar 3.6 (a) menunjukan balok m1 di atas meja licin tanpa gesekan yang dihubungkan dengan balok m2 dengan menggunakan tali melalui sebuah katrol. Massa m2 > m1 sehingga balok m1 akan bergerak ke arah m2. Untuk menghitung percepatan gerak sistem tersebut (percepatan gerak balok m1 sama dengan percepatan gerak balok m2). Langkah pertama adalah menggambar gaya-gaya yang bekerja (liat Gambar 3.6 (b)

(a) (b) Gambar 3.6 Diagram bebas benda untuk menganalisis gaya-gaya yang bekerja pada sistem, baik dalam arah horizontal maupun vertikal

Tinjau Balok m1 Balok m1 tidak bergerak ke arah vertikal sehingga menurut hukum I Newton resultan gaya dalam arah vertikal harus sama dengan nol ( =

0). Gaya berat w1 diimbangi oleh gaya normal N1. Kedua gaya ini besarnya sama (w1 = N1), tetapi arahnya berlawanan (w1 = -N1). Balok m1 bergerak horizontal ke kanan dengan percepatan sebesar a akibat gaya tegangan tali sebesar T. Dengan demikian, penerapan hukum II newton padabalok m1 mengahsilkan persamaan : = = T = m1a ..... [ i ]

Tinjau Balok m2 Pada balok m2 tidak ada gaya yang bekerja pada arah horizontal ( =

0). Pada balok m2 bekerja gaya vertikal berupa tegangan tali sebesar T dan gaya berat balok sebesar w2 . Oleh karena yang menyebabkan balok m2 bergerak adalah gaya berat balok w2 hukum II Newton menghasilkan: = w2 - T = m2a T = w2 - m2a ..... [ ii ] Berdasarkan persamaan [i] dan [ii] diperoleh persamaan m1a = w2 - m2a atau a = ingat bahwa w2 = a= g dan g, percepatan gerak balok dapat g sehingga diperoleh = m2a

dengan sustitusi nilai diketahui.

Contoh analisis gaya-gaya menggunakan diagram bebas benda pada Gambar 3.6 cukup lengkap karena memuat gaya dalam arah horizontal maupun vertikal. Pada cotoh berikut ini kita akan mempelajari analisis gaya-gaya menggunakan diagram bebas pada gerak vertikal yaitu gerak lift atau elevator. Contohh3.2 1. Sebuah lift dengan massa maksimum 800 kg digantungkan pada kabel baja yang tegangan maksimumnya 20.000 N. Hitunglah percepatan maksimim lift yang diizinkan agar kabel tidak putus saat lift bergerak ke atas! Anggap arah ke atas adalah arah positif. ( g = 9,8 m/s2) mlift = 800 kg Tegangan maksimum kabel (T) = 20.000 N Lift bergerak ke atas sehingga = ma T w = ma T mg a = ma = = = 15,2 m/s2

2. Mimi yang bermassa 55 kg berada dalam sebuah lift yang bergerak turun dengan percepatan 2 m/s2. Berapakah besar gaya normal yang dialami oleh anak tersebut? Jawab : Telapak kaki Mimi akan menekan lantai lift ke bawah karena gaya beratnya dan sebagai akibtanya, telapak kaki Mimi akan merasakan gaya reaksi yang sama besar berarah ke atas. Gaya ke atas ini adalah gaya normal yang dialami Mimi. Oleh karena lift bergerak ke bawah, berarti percepatennya bernilai negatif ( a = -2m/s2) sehingga berlaku persamaan : Nw N mg N = ma = ma = mg + ma = m (g+a) = 55 kg (9,8 m/s2 + (-2 m/s2)) = (55 kg) (7,8 m/s2) = 429 N

Besar gaya normal pada seseorang saat berada dalam lift yang bergerak sering disebut sebagai berat semu karena besarnya berbeda dengan berat orang itu di luar lift.

B. Gaya Gesek Kita dapat bergerak dan berlari karena adanya gesekan. Pada watu berjalan kita memberikan gaya pada lantai. Gesekan pada lantai memungkinkan lantai memberikan gaya reaksi pada kaki sehingga kita dapat bergerak maju. Gerakan sepeda motor atau mobil dapat dihentikan berjat adanya gaya gesekan. Rem karet pada sepeda akan menghambat gerak putaran roda sepeda sehingga sepeda dapat berhenti.

Gambar 3.8 gaya gesek berlawanan arah dengan gayarah gerak benda

Gambar 3.8 menunjukkan sebuah balok yang beratnya w ditempatkan pada bidang datar. Gaya vertikal yang bekerja pada balok adalah gaya berat w dan gaya normal N. Pada balok dibrikan gaya mendatar F. Jika F kecil, balok belum akna bergerak. Mengapa demikian? Hal ini karena ada gaya yang melawan gaya F. Gaya yang melawan gaya F ini adalah gyaa gesekan f. Besar gaya gesekan dipengaruhi oleh sifat permukaan sentuhan. Makin kasar permukaan sentuhan, makin besar gaya gesek yang mungkin timbul. 1. Gaya gesek Statis dan Gaya Gesek Kinetis Gambar 3.9 menunjukan sebuah balok yang diletakkan di atas lantai. Gaya vertikal yang bekerja pada balok adalah gaya bera w dan gaya normal N. Balok akan memebrikan tekanan ke lantai sebesar w dan permukaan lantai akan memberi gaya pada permukaan balok sebesar N.

(a)

(b)

(c)

Gambar 3.9 (a) F < fs , benda diam, (b) F = fs benda masih diam, (c) F > fs benda bergerak dengan perceptan sebesar a, gaya gesek yang bekerja adalah gaya gesek kinetis.

Balok diberi gaya F yang cukup kecil dengan arah horizontal ke kanan, dengan gaya kecil yang diberikan itu ternyata balok belum bergerak. Hal ini karena ada gaya gesek yang melaean gaya F. Besar gaya gesek ini sama dengan gaya F yang bekerja, tidak mungkin lebih besar ataupun lebih kecil. Mengapa? Karena jika gaya gesek lebih besar daripada gaya tarik F, tentu balok bergerak ke kanan, padahal faktanya : benda masih diam. Gaya gesek yang melawan gaya luar F sehingga menghambat benda untuk bergerak ini disebut gaya gesek statis fs. Jika gaya F etrus diperbesar, gaya gesek fs juga semakin besarcdan terus melawan gaya F. Sampai suatu saat saat gaya gesek itu menggapai nilai maksimum, jika F etrus diperbesar, Gaya gesek status yang sudah

berada pada nilai terbesar tidak mampu lagi melawan gaya F ssehingga balok pun mulai bergerak. Ketika balok sudah bergerak, gaya geseknya menjadi lebih kecil dari pada gaya statis maksimum. Gaya gesek yang timbul pada saat balok bergerak ini bukan lagi gaya gesek statis , melainkan gaya gesek kinetis (fk) 2. Koefisien Gesek Telah diulas sebelumnya bahwa besar gaya gesek dipengaruhi oleh sifat permukaan sentuhan. Sifat permukaan sentuhan itu dapat dinyatakan dengan angka karakteristik yang dikenal sebagai koefisien gesek yang dilambangkan . Nilai koefisien gesek berkisar antara 0 1. Ada dua koefisien gesek yaitu koefisien gesek statis ( s) dan koefisien gesek kinetis ( k) dimana
k s),

Dalam bentuk koefisien geseknya , besearan gaya gesek statis ( fs) dan besarnya gaya gesek kinetis fk dapat dirumuskan dengan fs dan fk
k s

[3.5]

[3'6]

dengan N adalah besar gaya normal.


Tabel 3.1 Contoh koefisien gesekan No. 1 2 3 4 5 6 Permukaan Kayu dengan kayu Es dengan es Logam dengan logam di beri pelumas Baja dengan baja (tanpa pelumas) Karet dengan beton kering Karet dengan beton basah
s k

0,4 0,1 0,15 0,7 1,0 0,7

0,2 0,03 0,07 0,6 0,8 0,5

Contohh3.3 1. Sebuah balok kayu terletak di atas meja. Massa balok 5 kg. Koefisienn gesek kinetik
k

= 0,2, koefisien gesek statis

= 0,4 dan

percepatan gravitasi g = 10 m/s2. Berapakah gaya gesek dan percepatan yang timbul jika benda tersebut ditarik dengan gaya (a) 10 N, (b) 20 N, (c) 30 N?

Jawab : m = 5 kg ; g = 10 m/s2 ;
s

= 0,4 ;

k=

0,2

N = w = mg = (5 kg) (10 m/s2) = 50 N Gaya gesek statis mak.simum sebesar : Fs maks =


sN

= (0,4) (50) = 20 N
s maks

a. Jika balok ditarik dengan gaya F = 10 N berarti F < f

,balok

belum bergerak sehingga percepatannya a = 0. Gaya gesek yang bekerja pada balok adalah gaya gesek statis sebesar fs = 10 N (sama besar dengan gaya penariknya) b. Jika balok ditarik dengan gaya sebesar F = 20 N, berarti F = f s maks balok dalam keadaan tepat akan bergerak (masih diam) sehingga percepatannya a = 0. Gaya gesek yang bekerja pada balok adalah gaya gesek statis sebesar fs = 20 N c. Jika balok ditarik dengan gaya sebesar F = 30 N, berarti F > f s maks berarti balok sudah bergerak dan gaya gesek yang bekerja adalah gaya gesek kinetik fk
k

N = (0,20) (50 N) = 10 N

Besar percepatan gerak balok dapat dihitung menggunakan hukum II Newton: = ma


k

= ma = = = 4 m/s2

2. Sebuah balok kayu bermassa 2 kg berada di atas lembaran baja koefisien geseknya statis antara kayu dan baja sebesar 0,7 dan koefiseien gesekan kinetisnya 0,4. Balok itu ditarik mendatar ke kanan oleh gaya F . (g = 10 m/s2) . (a) jika balok itu tepat akan bergerak, tentukan besar gaya F yang menariknya. (b) jika gaya F yang menarik balok kayu besarnya 24 N, tentukan besar gaya resultan (neto) yang menarik balok kayu itu. Jawab : m = 20 kg ;
k=

0,7 ;

= 0,4

w = mg = (2 kg) (10 m/s2) = 20 N (a) F = f s maks =


s

= (0,7) (20 N) = 14 N (b) F = 24 N berarti benda telah bergerak ( F > f s maks) Resultan Gaya pada balok sebesar : F net = F - fk = F
k

= 24 N (0,4) (20 N) = 24 N 8 N = 16 N C. Gerak pada Bidang Miring Di dalam kehidupan sehari-hari , benda tidak selalu terletak pada bidang datar. Ada yang terletak pada bidang miring, misalnya mobil di jalan yang menurun. Ada pula yang menempel pada bidang tegak misalnya tangga yang disandarkan.

(a) (b) Gambar 3.11 Diagram bebas benda yang etrletak pada bidang miring dengan gaya F ke atas dan (b) gaya F ke bawah

Gambar 3.11 menunjukan balok dengan berat w yang terletak pada bidang dengan kemiringan terhadap bidang horizontal . Pada Gambar 3.11 (a) balok di tarik dengan gaya F ke atas, sejajar bidang miring . perhatikan arah gaya gesek fk. Berat benda w dapat diuraikan menjadi 2 komponen, yaitu mg sin yang sejajar dengan bidang miring , dan mg cos miring. Dengan demikian , N = mg cos . Pada gambar 3.11 (b), balok didorong dengan gaya dorong F yang arahnya ke bawah, sejajar bidang miring. Perhatikan arah gaya gesek fk dan bandingkan dengan Gambar 3.11 (a). yang tegak lurus bidang

Contohh3.4 Sebuah benda bermassa m meluncur di atas biangmiring seperti terlihat pada gambar di bawah. Koefisien gesek kinetis = 0,20 dan g = 10 m/s 2. Berapakah percepatan benda selama meluncur ?

Jawab : = 30o ; dan g = 10 m/s2 ;


k

= 0,20

Besar gaya normal N = mg cos Komponen gaya berat yang sejajar bidang miring sebesar mg sin Pada benda bekerja gaya gesek sebesar fk =
kN

k mg

cos

Dengan menggunakan hukum II Newton diperoleh = ma mg sin mg sin a - fk k mg

= ma cos = ma = g (sin k cos

= 10 m/s2 (sin 30o (0,20) COS 39O) = 3,27 m/s2

D. Gaya sentripetal dan Gaya Sentrifugal 1. Gaya Sentripetal Seperti yang telah kita pelajari sebelumnya, benda yang bergerak melingkar selalu mengalami percepatan yang arahnya menuju pusat lingkaran. Percepatn itu disebut percepatan sentripetal (a sp) yang besarnya dirumuskan sebagai asp = dengan v adalah kelajuan linear dan R adalah jari-jari lintasan. [3.7]

Adanya percepatan menunjukan adanya gaya. Dalam hal ini adanya percepatan sentripetal menunjukan adanya suatu gaya yang selanjutnya disebut gaya sentripetal (Fsp). Perumusan hukum II Newton dalam bentuk vektor, yaitu F = ma menunjuka bahwa arah gaya searah dengan arah percepatannya. Jadi arah gaya sentripetal juga searah dengan arah percepatan sentripetal yaitu menuju pusat lingkaran. Besar gaya sentripetal dirumuskan sebagai : Fsp = masp = [3.8]

Contohh3.5 Sebuah benda bermassa 2 kg diikat dengan tali kemudian diputar membentuk lintasan melingkar berjari-jari ,5 m. Barapa besar tegangan tali saat benda diputar 180 rpm? Jawab : m = 2 kg ; R = 0,50 m = 180 rpm = R = (6 = =6 rad/s

rad/s)(0,5 m) = 3 m/s )

=m 2. Gaya Sentrifugal

= (2 kg)

= 36

N = 354, 95

Bayangkan sebuah mobil yang sedang menempuh jalan melingkar, untuk mempertahankan gerak melingkar tersebut ada gerak yang arahnya menuju pusat lingkaran, yaitu gaya sentripetal. Gaya sentripatel yang dialami mobil yang bergerak melingkar itu diteruskan pada pengemudi didalamnya. Sebagai reaksi dari gaya sentripetal pada mobil menuju pusat lintasan, pengemudi terdorong lintasan. Gaya dorong ayng arahnya menjauhi pusat lintasan itu disebut juga gaya sentrifugal(Fsf). Gaya sentifugal yang dialami pengemudi mobil sama besar dengan gaya sentripetal yang diberikan mobil pada pengemudinya sehingga total gaya resultannya sama dengan nol. ke arah luar menjauhi pusat

Gaya sentrifugal hnaya merupakan reaksi dari adanya gaya sentripetal yang dialami benda yang bergerak melingkar. Gaya sentrifugal bukanlah gaya nyata, melainkan gaya semu. Contohh3.5 Sebuah mobil bermassa 1.500 kg bergerak melingkar pada lintasan datar berjari-jari 50 m. Koefisien gesek antara ban dan jalan 0,8. Tentukan kelajuan mobil agar mobil membelok dengan aman! Jawab: R = 50 m ; m = 1500 kg; = 0,8 ; g = 10 m/s2

Pada saat mobil bergerak melingkar, besar gaya sentripetal (Fsp) sama dengan besar gaya gesek statis(fs) antara ban dan jalan fs = Fsp fs = m
s

namun fs maks = vmaks =

mg . dengan demikian,
= =

= 20 m/s

You might also like