You are on page 1of 2

Biaya dan Manfaat Program KB

Terhadap Pengeluaran Masyarakat Sulteng Oleh: Hi. Syamsuddin HM* TUJUAN Program KB adalah upaya untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pendewasaan usia kawin, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Pelaksanaan program KB sebelum era reformasi berjalan dengan baik dan pada waktu tahun 80 an sampai dengan dekade tahun 90 an program berjalan dengan baik. Bahkan beberapa penghargaan yang diberikan oleh lembaga internasional telah didapatkan, berkat keberhasilannya dalam menekan laju pertumbuhan penduduk serta program-program lainnya. Pada tahun 2001 pemerintah memberlakukan kebijakan otonomi di mana pemerintah daerah diberi keleluasaan untuk mengurus rumah tangganya termasuk dalam pengaturan kelembagaan. Sejalan dengan berlakunya otonomi ini lembaga BKKBN di daerah tidak lagi berjalan sebagaimana mestinya, karena tidak lagi berdiri sendiri dan melekat pada lembaga lain. Disamping itu banyak petugas KB yang berpindah tugas ke tempat lain, sehingga memberikan pengaruh yang cukup berarti dalam pengelolaan KB di daerah. Akibatnya kegiatan-kegiatan program Keluarga Berencana di daerah yang biasanya dilakukan oleh lembaga-lembaga sosial seperti posyandu tidak lagi berjalan sebagai mana mestinya. Rendahnya kegiatan program KB di daerah memberikan implikasi pada meningkatnya angka kelahiran. Pada tahun 2005 usia kawin pertama di Sulawesi Tengah sebesar 19,16 tahun. Dan dalam tahun yang sama jumlah peserta KB aktif hanya mencapai 54,7 % dari pasangan usia subur. Rendahnya kepesertaan KB ini memberikan pengaruh pada meningkatnya angka kelahiran. Tahun 2003 angka kelahiran total sebesar 3,2, anak. Kemudian tahun 2007 meningkat menjadi 3,3 anak dari sepasang suami istri. Jika laju pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak segera diantisipasi dengan program keluarga berencana, maka akan memberikan implikasi yang buruk bagi pembangunan di daerah. Gizi buruk dan busung lapar serta berbagai macam gejala sosial yang terjadi selama ini tidak terlepas dari adanya ketidak seimbangan antara laju pertumbuhan penduduk dengan kemampuan ekonomi dalam menyerap tenaga kerja baru. Sehingga jumlah penduduk miskin akan lebih bertambah lagi. Mengacu pada beragam permasalahan tersebut, maka kajian mengenai berapa besar manfaat program KB terhadap pembangunan di daerah ini melalui pengukuran cost benefit analysis sangat penting untuk dilaksanakan. Mengingat dalam pelaksanaan program KB pemerintah mengalokasi dana yang tidak sedikit Tulisan ini bertujuan untuk melihat manfaat dari program KB terhadap pengeluaran masyarakat. Manfaat yang dimaksud adalah tercegahnya pengeluaran masyarakat akibat pelaksanaan program KB. Analisis biaya manfaat (CBA) merupakan suatu alat yang paling penting untuk membantu pengambilan keputusan dalam menentukan pilihan. Analisis biaya manfaat adalah mengukur besarnya manfaat dari program KB. Sementara biaya adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan program KB. Manfaat merupakan kerugian atau biaya yang dapat dicegah di masa mendatang. TANTANGAN KE DEPAN Program KB dari waktu ke waktu mengalami pasang surut, meski kesertaan masyarakat untuk menjadi peserta KB mengalami naik turun, tidak terkecuali ketika krisis ekonomi mendera Indonesia tahun 1998 lalu. Ini sebuah indikasi kuat bahwa perubahan sosial politik dan ekonomi ternyata berimbas pada tekad masyarakat untuk menjadi peserta KB karena dihadapkan pada kesulitan ekonomi yang menghimpit. Salah satu perubahan politik dan tata-pemerintahan penting yang perlu diperhatikan adalah otonomi daerah, yang diatur melalui Undang-Undang No. 32 tahun 2004 sebagai revisi dari Undang-Undang No. 22 tahun 1999. Saat ini institusi BKKBN telah mengalami desentralisasi, di mana penanganan masalah keluarga berencana di daerah sebagian menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota. Merekalah yang menentukan ada tidaknya institusi daerah yang secara spesifik menyelenggarakan program keluarga berencana. Perubahan seperti ini pada satu sisi dapat memberdayakan daerah dalam menangani masalah kependudukan dan KB, dan diharapkan dapat menangani masalah kependudukan lebih sesuai dengan kondisi masing-masing daerah. Otonomi program KB juga dimaksudkan untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkannya. Namun di sisi lain, otonomi daerah dapat mengendorkan intensitas pengelolaan program kependudukan. Intensitas penyelenggaraan program kependudukan dan KB akan sangat tergantung kepada prioritas yang diberikan oleh pemerintah daerah. Setelah beberapa tahun berlangsung, tampak bahwa tidak semua daerah tertarik untuk menjalankan mandat pelayanan keluarga berencana sebagai program pelayanan publik.

DAMPAK PROGRAM KB Pertambahan penduduk suatu daerah ditentukan oleh tiga komponen variabel demografi. Ketiga komponen tersebut adalah fertilitas, mortalitas dan migrasi. Suatu daerah yang memiliki angka kelahiran yang tinggi selanjutnya angka kematian rendah, maka kontribusi angka kelahiran terhadap laju pertumbuhan penduduk suatu daerah akan lebih besar karena pertumbuhan alamiah. Sebaliknya apabila laju pertumbuhan penduduk yang tinggi sementara total fertility rate rendah dan mortalitas rendah, maka migrasi memberikan kontribusi terbesar dalam memacu laju pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Sulawesi Tengah sejak tahun 1971 sampai dengan tahun 2006 memperlihatkan kecenderungan naik turun. Tahun 1980 laju pertumbuhan penduduknya sebesar 3,86 %. Sepuluh tahun kemudian yaitu data hasil sensus penduduk tahun 1990, laju pertumbuhan penduduk Provinsi Sulawesi Tengah mengalami penurunan menjadi 2,87%. Penurunan laju pertumbuhan penduduk ini tidak terlepas dari pengaruh program keluarga berencana, dimana program KB mulai dilaksanakan di Sulawesi Tengah pada awal tahun 80-an. Kemudian dengan adanya perubahan kebijakan pemerintah tentang penyelenggaraan pemerintahan dari kebijakan yang bersifat sentralistik ke bentuk kebijakan desentralisasi ikut memberikan pengaruh pula pada perkembangan pertumbuhan penduduk. Tahun 2000, laju pertumbuhan penduduk Sulawesi Tengah terus mengalami menjadi sebesar 2,04 %. Pada tahun 2003 laju pertumbuhan mengalami peningkatan lagi menjadi sebesar 2,96 %. Peningkatan di era ini tidak terlepas dari perubahan kelembagaan pengelolaan kependudukan. Banyak daerah-daerah khususnya di kabupaten/kota yang melikuidasi kelembagaan Badan Koordinasi Keluarga berencana. Akibatnya banyak sumberdaya manusia BKKBN yang sudah terlatih beralih menjadi pegwai di tempat lain, yang tidak punya kaitan dengan program KB. PENGELUARAN MASYARAKAT Adanya program KB yang dilaksanakan selama ini di Provinsi Sulawesi Tengah memberikan dampak pada penekanan jumlah dan laju pertumbuhan penduduk. Penekanan jumlah penduduk akan memberikan pengaruh pada penekanan penekanan jumlah pengeluaran masyarakat terutama pengeluaran rutin berupa biaya konsumsi pangan maupun konsumsi lainnya. Selama tahun 2005-2007 program KB Sulawesi Tengah mampu menekan jumlah penduduk usia 0-4 tahun sebesar 30.037 jiwa. Akibat penekanan ini memberikan manfaat baik dari sisi ekonomi, sosial maupun kesehatan bagi masyarakat. Manfaat dari sisi pengeluaran untuk pendidikan, dengan mematok unit cost biaya pendidikan dasar pada tahun 2006 sebesar Rp30.208 per bulan ("actual cost" menurut susenas 2006), maka diperoleh biaya pendidikan dasar yang dapat dicegah (avoided cost) selama tiga tahun sebagai akibat tercegahnya angka kelahiran ternyata cukup besar, yakni Rp24.139.991.160. Sementara dana kesehatan yang dapat tercegah sebesar Rp16.670.504.136. Dengan melihat besarnya dana masyarakat yang dapat tercegah tersebut, maka diharapkan pemerintah daerah perlu memperhatikan program KB dengan mengalokasikan dana yang memadai dalam rangka implementasi program. Di samping itu penyediaan alkon yang nyaman dan mampu diakses oleh masyarakat perlu dipertahankan. Hasil perhitungan benefit cost ratio program KB di Provinsi Sulawesi sebesar 4,51. Angka ini memberikan makna bahwa program keluarga berencana yang dilaksanakan selama tiga tahun di Provinsi Sulawesi Tengah telah memberikan manfaat yang cukup berarti bagi pembangunan sosial ekonomi dan kesehatan bagi masyarakat. Hal yang sama dengan menggunakan pendekatan net present value (NPV) juga memperlihatkan hasil yang sangat signifikan secara ekonomi yakni sebesar Rp26.473.746.470. yang memberikan makna bahwa investasi dalam penekanan jumlah penduduk akan memberikan keuntungan ekonomi yang sangat signifikan bagi pembangunan di daerah Sulawesi Tengah. Dengan kata lain program keluarga berencana yang dilaksanakan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Provinsi Sulawesi Tengah akan memberikan mafaat bagi pembangunan di daerah ini. Pelaksanaan program keluarga berencana yang dilaksanakan oleh BKKBN Provinsi Sulawesi Tengah selama tiga tahun (2005-2007) telah memberikan manfaat bagi pembangunan sosial ekonomi di Sulawesi Tengah. Besarnya pengeluaran masyarakat yang dapat tercegah dari masyarakat baik untuk pengeluaran pendidikan maupun untuk pengeluaran kesehatan sebasar Rp40.810.495.296. Dengan melihat manfaat yang cukup signifikan tersebut perlu melakukan langkah-langkah strategis, yakni dengan memperkuat sumberdaya KB serta memberdayakan masyarakat khususnya masyarakat miskin dengan pendekatan ekonomi, sehingga partispasi masyarakat untuk ber KB tetap berkesinambungan. Penyediaan alat kontrasepsi yang murah serta gratis khususnya bagi masyarakat miskin merupakan langkah strategis yang perlu dilakukan guna mempertahankan kepersertaan KB bagi mereka.

You might also like