You are on page 1of 20

1. BAB I LATAR BELAKANG1.1.

Latar Belakang Isu global telah membawa bangsa Indonesia harus dan mau untuk bisa melakukanupaya yang maksimal dalam mencegah dan menjaga hingga pada upaya penindakanyang berskala besar. Salah satu isu global yang paling diperhatikan oleh di pergaulandunia internasional adalah masalah lingkungan hidup. Salah satu komponen yangtermasuk di dalamnya adalah hutan. Alasan isu ini menjadi begitu penting dan segeraharus ditangani dengan serius terutama oleh Negara Negara yang masih memilikisumber data hutan yang luas adalah dampak yang ditimbulkan terhadap umat manusiaseluruh dunia. Dampaknya, ada yang terasa secara langsung juga secara tidaklangsung. Seperti telah kita ketahui bersama, bahwa hutan merupakan paru-paru bumitempat berbagai satwa hidup, pohon-pohon, hasil tambang dan berbagai sumberdayalainnya yang bisa kita dapatkan dari hutan yang tak ternilai harganya bagi manusia.Hutan juga merupakan sumberdaya alam yang memberikan manfaat besar bagikesejahteraan manusia, baik manfaat tangible yang dirasakan secara langsung,maupun intangible yang dirasakan secara tidak langsung. Manfaat langsung sepertipenyediaan kayu, satwa, dan hasil tambang. Sedangkan manfaat tidak langsungseperti manfaat rekreasi, perlindungan dan pengaturan tata air, pencegahan erosi. Hutan merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai karena didalamnyaterkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasilhutan kayu dan nonkayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburantanah, perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan,rekreasi, pariwisata dan sebagainya. Karena itu pemanfaatan hutan danperlindungannya telah diatur dalam UUD 45, UU No. 5 tahun 1990, UU No 23 tahun1997, UU No. 41 tahun 1999, PP No 28 tahun 1985 dan beberapa keputusan MenteriKehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan Dirjen Pengusahaan Hutan. Keberadaan hutan, dalam hal ini daya dukung hutan terhadap segala aspekkehidupan manusia, satwa dan tumbuhan sangat ditentukan pada tinggi rendahnyakesadaran manusia akan arti penting hutan di dalam pemanfaatan dan pengelolaanhutan. Hutan menjadi media hubungan timbal balik antara manusia dan makhlukhidup lainnya dengan faktor-faktor alam yang terdiri dari proses ekologi danmerupakan suatu kesatuan siklus yang dapat mendukung kehidupan (Reksohadiprojo,2000). Mengingat pentingnya arti hutan bagi masyarakat, maka peranan dan fungsihutan tersebut perlu dikaji lebih lanjut. Pemanfaatan sumberdaya alam hutan apabiladilakukan sesuai dengan fungsi yang terkandung di dalamnya, seperti adanya fungsilindung, fungsi suaka, fungsi produksi, fungsi wisata dengan dukungan kemampuanpengembangan sumberdaya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi, akan sesuaidengan hasil yang ingin dicapai. 2. Namun gangguan terhadap sumber daya hutan terus berlangsung bahkanintensitasnya makin meningkat. Kerusakan hutan yang meliputi : kebakaran hutan,penebangan liar dan lainnya merupakan salah satu bentuk gangguan yang makinsering terjadi. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kerusakan hutan cukup besarmencakup kerusakan ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya nilaiekonomi hutan dan produktivitas tanah, perubahan iklim mikro maupun global, danasap dari kebakaran hutan mengganggu kesehatan masyarakat serta mengganggutransportasi baik darat, sungai, danau, laut dan udara. Dan juga gangguan asap karenakebakaran hutan Indonesia akhir-akhir ini telah melintasi batas negara. Berbagai upaya pencegahan dan perlindungan kebakaran hutan dan penebanganliar telah dilakukan termasuk mengefektifkan perangkat hukum (undangundang, PP,dan SK Menteri sampai Dirjen), namun belum memberikan hasil yang

optimal. Sejakkebakaran hutan yang cukup besar tahun 1982/83 di Kalimantan Timur, intensitaskebakaran hutan makin sering terjadi dan sebarannya makin meluas. Tercatatbeberapa kebakaran cukup besar berikutnya yaitu tahun 1987, 1991, 1994 dan 1997hingga 2003. Oleh karena itu perlu pengkajian yang mendalam untuk mencegah danmenanggulangi kebakaran hutan. Penebangan liar juga dapat berdampak negatif antara lain dapan menyababkantanah longsor dan banjir. Oleh karena itu hutan kita perlu adanya penjagaan supayatidak terjadi kebakaran dan penebangan liar dan yang tidak kita inginkan.1. 2 Identifikasi Permasalahan Yang Terjadi Dalam konteks penyelamatan hutan nasional, diperlukan kepedulian berbagaistakeholders (pihak-pihak terkait), untuk duduk bersama dan mempertimbangkannasib masa depan hutan yang tersisa saat ini karena permasalahan utama darikerusakan hutan di Indonesia sangat kompleks, dengan rinciannya sebagai berikut: 1. Rendahnya kesadaran masyarakat umum akan pentingnya arti hutan bagi kehidupan sehari-hari. Hutan tidak hanya menghasilkan oksigen yang penting bagi manusia, tapi juga menguraikan CO2 di udara untuk mencegah pemanasan suhu bumi yang dapat mengancam kehidupan manusia, menjaga keseimbangan air tanah, memberikan kehidupan bagi fauna di dalamnya, dan memberikan manfaat ekonomi bagi manusia itu sendiri. 2. Terlalu tingginya permintaan pasar akan pasokan kayu untuk industri kertas, tisu toilet, dan bahan-bahan material lainnya. Padahal, hutan tidak bisa dibuat seperti halnya zat kimia sintesis butuh waktu dan proses yang lama untuk membentuk suatu kawasan hutan. 3. Lemahnya regulasi dan aparat yang mengawalnya, dengan kata lain hutan menjadi objek yang dapat dijual-belikan dengan mudah, tanpa menghiraukan prosedur perlindungan hutan. Keseluruhan permasalahan yang ada melibatkan seluruh stakeholders yang terlibat dalam proses kerusakan hutan nasional. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode yang mampu memberikan solusi yang menguntungkan semua pihak, tapi tetap memberikan proteksi pada hutan yang ada saat ini. 3. Perladangan berpindah merupakan upaya pertanian tradisional di kawasan hutandimana pembukaan lahannya selalu dilakukan dengan cara pembakaran karena cepat,murah dan praktis. Namun pembukaan lahan untuk perladangan tersebut umumnyasangat terbatas dan terkendali karena telah mengikuti aturan turun temurun (Dove,1988). Kebakaran liar mungkin terjadi karena kegiatan perladangan hanya sebagaikamuflasa dari penebang liar yang memanfaatkan jalan HPH dan berada di kawasanHPH. Pembukaan hutan oleh pemegang HPH dan perusahaan perkebunan untukpengembangan tanaman industri dan perkebunan umumnya mencakup areal yangcukup luas. Metoda pembukaan lahan dengan cara tebang habis dan pembakaranmerupakan alternatif pembukaan lahan yang paling murah, mudah dan cepat. Namunmetoda ini sering berakibat kebakaran tidak hanya terbatas pada areal yang disiapkanuntuk pengembangan tanaman industri atau perkebunan, tetapi meluas ke hutanlindung, hutan produksi dan lahan lainnya. Sedangkan penyebab struktural, umumnya berawal dari suatu konflik antara parapemilik modal industri perkayuan maupun pertambangan, dengan penduduk asli yangmerasa kepemilikan tradisional (adat) mereka atas lahan, hutan dan tanah dikuasaioleh para investor yang diberi pengesahan melalui hukum positif negara. Akibatnyakekesalan masyarakat dilampiaskan dengan melakukan pembakaran demimempertahankan lahan yang telah mereka miliki secara turun temurun. Disinikemiskinan dan ketidak adilan menjadi pemicu kebakaran hutan dan masyarakat tidakakan mau berpartisipasi untuk memadamkannya. Sedangkan

penebangan liar merupakan suatu kondisi yang sudah tidak asing lagibanyak masyarakat yang tinggal di daerah dekat pegunungan memanfaatkan hutanuntuk diambil kayunya,tetapi tanpa meminta izin terlebih dahulu. Dan AkibatPenebangan Hutan, 2.100 Mata Air Mengering Kelangkaan minyak tanah yang kerap mendera penduduk di berbagai daerah diBanyumas, Jawa Tengah, akhir-akhir ini dikhawatirkan memacu penduduk kembalimenggunakan kayu bakar dan menebang pohon tanaman keras. Jika itu terjadi,kerusakan sumber air (mata air) akan semakin cepat. Di Banyumas saat ini tinggal900 mata air, padahal tahun 2001 masih tercatat 3.000 mata air. Setiap tahun ratarata sekitar 300 mata air mati akibat penebangan terprogram(hutan produksi) maupun penebangan tanaman keras milik penduduk, Akan tetapiakibat berbagai tekanan baik kebutuhan hidup maupun perkembangan penduduk,perlindungan terhadap sumber air maupun tanaman keras atau hutan rakyat semakinberat. Di lain pihak, penduduk yang di lahannya terdapat sumber air tidak pernahmemperoleh kompensasi sebagai ganti atas kesediaannya untuk tidak menebangipohonnya. Kesulitan penduduk memperoleh minyak tanah berdampak padapeningkatan penggunaan kayu bakar. Penduduk di daerah pedesaan yang jauh daripangkalan minyak tanah memilih menebang pohon untuk kayu bakar. 4. BAB II PEMBAHASAN2.1. Hutan 2.1.1. Pengertian Hutan Hutan merupakan sebuah wilayah atau kawasan yang ditumbuhi anekapepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan hutan tersebar luas di penjuru dunia, baikdi daerah tropis maupun daerah dengan iklim yang dingin di dataran rendah maupundi pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar. Hutan merupakan suatu kumpulan tetumbuhan, terutama pepohonan atautumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas. Pohon sendiriadalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi, tentu berbedadengan sayursayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja. Pohon juga berbedakarena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang cukup panjangdan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas. Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklimdan kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya.Jika kita berada di hutan hujan tropis, rasanya seperti masuk ke dalam ruang saunayang hangat dan lembab, yang berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya.Pemandangannya pun berlainan. Ini berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hinggayang sekecil-kecilnya), serta beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagianbagianpenyusun yang tidak terpisahkan dari hutan. Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alamberupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnyaoleh masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagaifungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumberair, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbanglingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyediaair bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal inidikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman. Sebagai bagian dari cagar lapisan biosfer, hutan memiliki banyak fungsi yangsangat bermanfaat bagi kehidupan makhluk di muka bumi. Tak hanya manusia,hewan dan tumbuhan pun sangat memerlukan hutan untuk kelangsungan hidupnya.Kawasan yang ditumbuhi pepohonan tersebut akan dikatakan hutan apabila kawasanini mampu menciptakan sebuah iklim dan kondisi yang khas di daerah itu. Sebagaicontoh saat kita memasuki hutan tropis, maka kita akan merasa memasuki daerahdengan suasana hangat dan lembab. Suasana ini tentu akan berbeda dengan suasana dikawasan luar hutan tersebut.2.1.2.

Fungsi Hutan Hutan bagi manusia mempunyai dua fungsi pokok, yaitu fungsi ekologis danfungsi ekonomis. yaitu sebagai berikut : 5. 1. Sebagai fungsi ekologisAllah menciptakan hutan bukan sekedar melengkapi keindahan bumi-Nya, namun disini lah kita akan menemukan fungsi hutan yang sangat penting bagi kehidupanmakhluk di muka bumi. Ada beberapa fungsi hutan yang sangat vital bagi kehidupanmakhluk di bumi, diantaranya adalah sebagai berikut a. Menghasilkan Oksigen bagi Kehidupan dan Menyerap Karbon DioksidaHutan menghisap karbon dari udara dan mengembalikan oksigen (O2) kepadamanusia. Hutan adalah kumpulan pepohonan yang berperan sebagai produsenoksigen. Tumbuhan hijau akan menghasilkan oksigen dari hasil proses fotosintesisyang berlangsung di daun tumbuhan tersebut. Dengan jumlah pepohonan yang cukupluas, tentunya hutan akan memberikan suplay kebutuhan oksigen yang cukup besarbagi kehidupan di muka bumi ini.Hutan melakukan penyaringan udara yang kotor akibat pencemaran kendaraanbermotor, pabrikpabrik, usaha-usaha pertambangan, aktivitas rumah tanggamasyarakat, maka hilangnya hutan berarti bumi tidak memiliki keseimbangan untukmempertahankan keseimbangan atas tersedianya oksigen yang sangat dibutuhkanoleh mahluk hidup dalam melaksanakan proses respirasi (pernapasan). Hal ini jugadapat mengakibatkan udara di bumi menjadi semakin panas karena begitu banyaknyabahan pencemar yang menyelimuti bumi dan mengurung hawa panas bumi untukdipantulkan lagi ke bumi (efek rumah kaca). hutan sebagai tempat hidup berbagaimacam tumbuh-tumbuhan, hewan dan jasad renik lainnya. semua bahan yangdimakan berasal dari flora dan fauna yang plasma nutfahnya berkembang di hutan.Semua obat yang menyembuhkan penyakit berasal dari bahan hasil plasma nutfahhutan.Bisa dibayangkan bagaimana bumi ini tanpa hutan. Sebagai contoh saat kita berada dikawasan padang tandus yang tidak ditumbuhi pepohonan hijau. Bandingkan ketikakita bisa berteduh di bawah sebuah pohon yang rindang. Tentu akan terasa jelasperbedaan suasana yang kita rasakan. Begitulah fungsi hutan sebagai penyediaoksigen kehidupan.Selain itu, karbon dioksida (CO2) dibutuhkan oleh tumbuhan untuk prosesfotosintesis. Sebuah keseimbangan alam yang luar biasa telah Allah ciptakan untukkehidupan manusia. Karbon dioksida adalah gas berbahaya apabila dihirup secaraberlebih oleh manusia. Sebagai contoh Anda menghirup asap kendaraan bermotor, inijelas akan sangat membahayakan manusia.Namun ternyata di sisi lain tumbuhan memerlukan gas tersebut untuk menghasilkanoksigen yang sangat dibutuhkan makhluk bumi. Keberadaan hutan yang luas di mukabumi, akan memberikan peluang penyerapan karbon dioksida yang lebih besar.Akibatnya udara di muka bumi akan bersih dan jumlah oksigen yang dihasilkan hutanpun akan semakin besar.Inilah fungsi hutan yang luar biasa Allah ciptakan untuk manusia. karbon dioksida(CO2) adalah gas penyebab efek rumah kaca. b. Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara 6. Udara alami yang bersih sering dikotori oleh debu, baik yang dihasilkan olehkegiatan alami maupun kegiatan manusia. Dengan adanya hutan, partikel padat yangtersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk pohonmelalui proses jerapan dan serapan. Partikel yang melayang-layang di permukaanbumi sebagian akan terjerap pada permukaan daun, khususnya daun yang berbulu danyang mempunyai permukaan yang kasar dan sebagian lagi terserap masuk ke dalamruang stomata daun. Ada juga partikel yang menempel pada kulit pohon, cabang danranting. Dengan demikian hutan menyaring udara menjadi lebih bersih dan sehat. c. Peredam KebisinganPohon dapat meredam suara dan menyerap kebisingan sampai 95% dengan caramengabsorpsi

gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yangpaling efektif untuk meredam suara ialah yang mempunyai tajuk yang tebal dengandaun yang rindang. Berbagai jenis tanaman dengan berbagai strata yang cukup rapatdan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan, khususnya dari kebisingan yangsumbernya berasal dari bawah. d. Penyerap Partikel Timbal dan Debu SemenKendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal yang mencemari udara didaerah perkotaan. Diperkirakan sekitar 60-70% dari partikel timbal di udaraperkotaan berasal dari kendaraan bermotor. Hutan dengan kanekaragaman tumbuhanyang terkandung di dalamnya mempunyai kemampuan menurunkan kandungantimbal dari udara.Debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan, karena dapatmengakibatkan penyakit sementosis. Oleh karena itu debu semen yang terdapat diudara bebas harus diturunkan kadarnya. e. Mencegah ErosiKeberadaan kawasan hutan yang luas juga akan membantu mencegah erosi ataupengikisan tanah. Pengikisan tanah dapat disebabkan oleh air. Hutan yang luas akanmenyerap dan menampung sejumlah air yang besar. Akibatnya banjir dan tanahlongsor dapat dikembalikan.Kawasan yang tandus dan gersang biasanya akan rawan dengan bencana longsor.Inilah fungsi hutan yang lain dan kerap kita lupakan. Para penebang hutan secara liarmelakukan penggundulan hutan tanpa rasa tanggung jawab terhadap keselamatanbumi. Mereka sebenarnya tak hanya berkhianat kepada banyak orang, tapi jugakepada bumi sebagai tempat tinggal mereka. f. Mengatasi Intrusi Air Laut dan AbrasiKota-kota yang terletak di tepi pantai seperti DKI Jakarta pada beberapa tahunterakhir ini dihantui oleh intrusi air laut. Pemilihan jenis tanaman dalampembangunan hutan kota pada kota yang mempunyai masalah intrusi air laut harusbetul-betul diperhatikan. Upaya untuk mengatasi masalah ini yakni membangunhutan lindung kota pada daerah resapan air dengan tanaman yang mempunyai dayaevapotranspirasi yang rendah.Hutan berupa formasi hutan mangrove dapat bekerja meredam gempuran ombak dandapat membantu proses pengendapan lumpur di pantai. Dengan demikian hutan selain 7. dapat mengurangi bahaya abrasi pantai, juga dapat berperan dalam proses pembentukan daratan. g. Mengurangi Bahaya Hujan Asam Pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif hujan asam melalui proses fisiologis tanaman yang disebut proses gutasi. Proses gutasi akan memberikan beberapa unsur diantaranya ialah : Ca, Na, Mg, K dan bahan organik seperti glumatin dan gula. Bahan an-organik yang diturunkan ke lantai hutan dari tajuk melalui proses through fall dengan urutan K>Ca> Mg>Na baik untuk tajuk dari tegakan daun lebar maupun dari daun jarum. Hujan yang mengandung H2SO4 atau HNO3 apabila tiba di permukaan daun akan mengalami reaksi. Pada saat permukaan daun mulai dibasahi, maka asam seperti H2SO4 akan bereaksi dengan Ca yang terdapat pada daun membentuk garam CaSO4 yang bersifat netral. Dengan demikian adanya proses intersepsi dan gutasi oleh permukaan daun akan sangat membantu dalam menaikkan pH, sehingga air hujan menjadi tidak begitu berbahaya lagi bagi lingkungan. pH air hujan yang telah melewati tajuk pohon lebih tinggi, jika dibandingkan dengan pH air hujan yang tidak melewati tajuk pohon. h. Ameliorasi Iklim Salah satu masalah penting yang cukup merisaukan penduduk perkotaan adalah berkurangnya rasa kenyamanan sebagai akibat meningkatnya suhu udara di perkotaan. Hutan kota dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan agar pada saat siang hari tidak terlalu panas, sebagai akibat banyaknya jalan aspal, gedung bertingkat, jembatan layang, papan reklame, menara, antene pemancar radio, televisi dan lain-lain.

sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena tajuk pepohonan dapat menahan radiasi balik (reradiasi) dari bumi. Keefektifan pohon dalam meredam dan melunakkan cahaya tersebut bergantung pada ukuran dan kerapatannya. i. Penyerap dan Penapis Bau Daerah yang merupakan tempat penimbunan sampah sementara atau permanen mempunyai bau yang tidak sedap. Tanaman dapat menyerap bau secara langsung, atau tanaman akan menahan gerakan angin yang bergerak dari sumber bau. j. Kawasan Lindung dan Pariwisata Hutan juga berfungsi sebagai tempat untuk melindungi aneka hewan dan tumbuhan langka. Habitat mereka dilestarikan di kawasan hutan khusus. Di samping itu hutan juga dapat berfungsi sebagai objek penelitian, tempat wisata dan berpetualang.2. Sebagai fungsi ekonomis Manusia telah memanfaatkan hutan dari generasi ke generasi. Pemanfaatan yang dikenal manusia dari hutan adalah pengambilan hasil hutan, terutama kayu. Kayu tersebut dapat dijual secara langsung ataupun diproduksi menjadi barang lain, seperti alat furnitur. Pengambilan mulai dari kayu ramin, meranti, ulin sampai dengan kayu bakar dimanfaatkan manusia baik untuk keperluan sendiri ataupun sebagai penghasil devisa negara. Bahkan bagi masyarakat tertentu hutan adalah seluruh kehidupannya sebagai tempat tinggal dan tempat mencari nafkah. Sebagai contoh, pohon mahoni di 8. hutan kota Sukabumi sebanyak 490 pohon telah dilelang dengan harga Rp. 74 juta. Penanaman dengan tanaman yang menghasilkan biji atau buah yang dapat dipergunakan untuk berbagai macam keperluan warga masyarakat dapat meningkatkan taraf gizi dan penghasilan masyarakat.2.1.3. Bagian-bagian hutan Bayangkan mengiris sebuah hutan secara melintang. Hutan seakan-akan terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian di atas tanah, bagian di permukaan tanah, dan bagian di bawah tanah. Jika kita menelusuri bagian di atas tanah hutan, maka akan terlihat tajuk (mahkota) pepohonan, batang kekayuan, dan tumbuhan bawah seperti perdu dan semak belukar. Di hutan alam, tajuk pepohonan biasanya tampak berlapis karena ada berbagai jenis pohon yang mulai tumbuh pada saat yang berlainan. Di bagian permukaan tanah, tampaklah berbagai macam semak belukar, rerumputan, dan serasah. Serasah disebut pula lantai hutan, meskipun lebih mirip dengan permadani. Serasah adalah guguran segala batang, cabang, daun, ranting, bunga, dan buah. Serasah memiliki peran penting karena merupakan sumber humus, yaitu lapisan tanah teratas yang subur. Serasah juga menjadi rumah dari serangga dan berbagai mikro organisme lain. Uniknya, para penghuni justru memakan serasah, rumah mereka itu; menghancurkannya dengan bantuan air dan suhu udara sehingga tanah humus terbentuk. Di bawah lantai hutan, kita dapat melihat akar semua tetumbuhan, baik besar maupun kecil, dalam berbagai bentuk. Sampai kedalaman tertentu, kita juga dapat menemukan tempat tinggal beberapa jenis binatang, seperti serangga, ular, kelinci, dan binatang pengerat lain.2.1.4. Macam-macam Hutan Ada berbagai jenis hutan. Pembedaan jenisjenis hutan ini pun bermacam-macam pula. Dalam kenyataannya, seringkali beberapa faktor pembeda itu bergabung, dan membangun sifat-sifat hutan yang khas. Misalnya, hutan hujan tropika dataran rendah (lowland tropical rainforest), atau hutan dipterokarpa perbukitan (hilly dipterocarp forest). Hutan-hutan rakyat, kerap dibangun dalam bentuk campuran antara tanaman- tanaman kehutanan dengan tanaman pertanian jangka pendek, sehingga disebut dengan istilah wanatani atau agroforest. Misalnya: Jenis-jenis hutan di Indonesia a. Berdasarkan tujuan pengelolaannya: 1) Hutan produksi, yang dikelola untuk menghasilkan kayu ataupun hasil hutan bukan kayu (non-timber forest product) 2) Hutan lindung, dikelola untuk melindungi tanah dan tata air o Taman Nasional 3) Hutan suaka

alam, dikelola untuk melindungi kekayaan keanekaragaman hayati atau keindahan alam. o Cagar alam 9. oSuaka alam4) Hutan konversi, yakni hutan yang dicadangkan untuk penggunaan lain, dapat dikonversi untuk pengelolaan non-kehutanan.b. Berdasarkan iklim Berdasarkan perbedaan iklim ini, Indonesia memiliki hutan gambut, hutan hujan tropis, dan hutan muson. Daerah tipe iklim A (sangat basah) yang puncak musim hujannya jatuh antara Oktober dan Januari, kadang hingga Februari. Daerah ini mencakup Pulau Sumatera; Kalimantan; bagian barat dan tengah Pulau Jawa; sisi barat Pulau Sulawesi. Daerah tipe iklim B (basah) yang puncak musim hujannya jatuh antara Mei dan Juli, serta Agustus atau September sebagai bulan terkering. Daerah ini mencakup bagian timur Pulau Sulawesi; Maluku; sebagian besar Papua. Daerah tipe iklim C (agak kering) yang lebih sedikit jumlah curah hujannya, sedangkan bulan terkeringnya lebih panjang. Daerah ini mencakup Jawa Timur; sebagian Pulau Madura; Pulau Bali; Nusa Tenggara; bagian paling ujung selatan Papua.1) Hutan gambut ada di daerah tipe iklim A atau B, yaitu di pantai timur Sumatera, sepanjang pantai dan sungai besar Kalimantan, dan sebagian besar pantai selatan Papua. 10. Hutan gambut di Kalimantan Tengah2) Hutan hujan tropis adalah hutan lebat / hutan rimba belantara yang tumbuh di sekitar garis khatulistiwa / ukuator yang memiliki curah turun hujan yang sangat tinggi. Hutan jenis yang satu ini memiliki tingkat kelembapan yang tinggi, bertanah subur, humus tinggi dan basah serta sulit untuk dimasuki oleh manusia. Hutan ini sangat disukai pembalak hutan liar dan juga pembalak legal jahat yang senang merusak hutan dan merugikan negara trilyunan rupiah. Hutan ini menempati daerah tipe iklim A dan B. Jenis hutan ini menutupi sebagian besar Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, dan Papua. Di bagian barat Indonesia, lapisan tajuk tertinggi hutan dipenuhi famili Dipterocarpaceae (terutama genus Shorea, Dipterocarpus, Dryobalanops, dan Hopea). Lapisan tajuk di bawahnya ditempati oleh famili Lauraceae, Myristicaceae, Myrtaceae, dan Guttiferaceae. Di bagian timur, genus utamanya adalah Pometia, Instia, Palaquium, Parinari, Agathis, dan Kalappia. Hutan Hujan Tropis di Sumatera3) Hutan muson tumbuh di daerah tipe iklim C atau D, yaitu di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, sebagian NTT, bagian tenggara Maluku, dan 11. sebagian pantai selatan Irian Jaya. Spesies pohon di hutan ini seperti jati (Tectona grandis), walikukun (Actinophora fragrans), ekaliptus (Eucalyptus alba), cendana (Santalum album), dan kayuputih (Melaleuca leucadendron).c. Berdasarkan sifat tanahnya Berdasarkan sifat tanah, jenis hutan di Indonesia mencakup hutan pantai, hutan mangrove, dan hutan rawa. Hutan pantai terdapat sepanjang pantai yang kering, berpasir, dan tidak landai, seperti di pantai selatan Jawa. Spesies pohonnya seperti ketapang (Terminalia catappa), waru (Hibiscus tiliaceus), cemara laut (Casuarina equisetifolia), dan pandan (Pandanus tectorius). Hutan Pantai di Pantai Nglinyep, Malang Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di daerah pantai berlumpur. Hutan mangrove Indonesia mencapai 776.000 ha dan tersebar di sepanjang pantai utara Jawa, pantai timur Sumatera, sepanjang pantai Kalimantan, dan pantai selatan Papua. Jenis-jenis pohon utamanya berasal dari genus Avicennia, Sonneratia, dan Rhizopheria. 12. Hutan Mangrove di Cirebon Hutan rawa adalah hutan yang berada di daerah berawa dengan tumbuhan nipah tumbuh di hutan rawa. Hutan ini terdapat di hampir semua pulau, terutama Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Spesies pohon rawa misalnya adalah nyatoh (Palaquium leiocarpum), kempas (Koompassia spp), dan ramin (Gonystylus spp). Hutan

Rawa di Sumatera d. Berdasarkan fungsinya, yaitu :1. Hutan Wisata adalah hutan yang digunakan untuk rekreasi oleh masyarakat umum. 13. Hutan Wisata Punti Kayu di Palembang2. Hutan Cadangan adalah hutan yang menyediakan berbagai plasma nutfah berupa flora dan fauna yang merupakan kekayaan alam Indonesia untuk menjadi kelestarian beberapa spesies yang tergolong langka agar habitatnya tetap tersedia di dunia.3. Hutan Lindung adalah hutan yang difungsikan sebagai penjaga ketaraturan air dalam tanah (fungsi hidrolisis), menjaga tanah agar tidak terjadi erosi serta untuk mengatur iklim (fungsi klimatologis) sebagai penanggulang pencematan udara seperti C02 (karbon dioksida) dan C0 (karbon monoksida). Hutan lindung sangat dilindungi dari perusakan penebangan hutan membabibuta yang umumnya terdapat di sekitar lereng dan bibir pantai. Hutan Lindung di Sumatera4. Hutan Produksi / Hutan Industri yaitu adalah hutan yang dapat dikelola untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomi. Hutan produksi dapat dikategorikan menjadi dua golongan yakni hutan rimba dan hutan budidaya. Hutan rimba adalah hutan yang alami sedangkan hutan budidaya adalah hutan yang sengaja dikelola manusia yang biasanya terdiri dari satu jenis tanaman saja. Hutan rimba yang diusahakan manusia harus menebang pohon denga sistem tebang pilih dengan memilih pohon yang cukup umur dan ukuran saja agar yang masih kecil tidak ikut rusak.d. Berdasarkan pemanfaatan lahan 14. Luas hutan Indonesia terus menciut, sebagaimana diperlihatkan oleh tabel berikut: Luas Penetapan Kawasan Hutan oleh Departemen Kehutanan Tahun Luas (Hektar) 1950 162,0 juta 1992 118,7 juta 2003 110,0 juta 2005 93,92 juta Berdasarkan hasil penafsiran citra satelit, kawasan hutan Indonesia yang mencapai 93,92 juta hektar pada 2005 itu dapat dirinci pemanfaatannya sebagai berikut: 1. Hutan tetap : 88,27 juta ha 2. Hutan konservasi : 15,37 juta ha 3. Hutan lindung : 22,10 juta ha 4. Hutan produksi terbatas : 18,18 juta ha 5. Hutan produksi tetap : 20,62 juta ha 6. Hutan produksi yang dapat dikonversi : 10,69 juta ha. 7. Areal Penggunaan Lain (non-kawasan hutan) : 7,96 juta ha. Lahan hutan terluas ada di Papua (32,36 juta ha), diikuti berturut-turut oleh Kalimantan (28,23 juta ha), Sumatera (14,65 juta ha), Sulawesi (8,87 juta ha), Maluku dan Maluku Utara (4,02 juta ha), Jawa (3,09 juta ha), serta Bali dan Nusa Tenggara (2,7 juta ha).2.2. Ancaman Kerusakan Hutan2.2.1. Kondisi Hutan Kita Saat Ini Berdasarkan data tahun 1985, Indonesia bersama - sama dengan Brasil dan Zaire mempunyai luas hutan tropis sebesar 53 % dari luas total hutan dunia. Indonesia sendiri mempunyai 10 % yang merupakan kekayaan hutan tropika terbesar di asia dan nomor tiga di dunia. ( Kantor Men. KLH, 1990 : 25-27 ). Hutan Indonesia terancam semakin berkurang seiring dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No 2 dan 3 tahun 2008. Peraturan ini mengatur tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berasal dari penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan diluar kegiatan kehutanan (Liem dalam Wajah Hutan Indonesia). PP tersebut akan menjadi landasan hukum bagi investor untuk membuka hutan-hutan produksi baru atau kegiatan budidaya hutan di berbagai wilayah di Nusantara. Keberadaan aspek legal yang mendukung aktivitas budidaya untuk kawasan perhutanan menjadi bagian dari kondisi hutan kita saat ini. Bentuk peruntukan kawasan hutan dengan alih fungsi lahan menjadi wilayah pertambangan (budidaya) atau hutan produksi menyebabkan kerusakan hutan menjadi hal biasa dan terjadi begitu saja. Aktivitas seperti penambangan di Hutan dapat menyebabkan kerusakan permanen. Aktivitas penambangan dapat menimbulkan dampak yang besar, tidak hanya pada kawasan penambangan tapi juga wilayah disekitarnya, termasuk wilayah hilir dan pesisir

dimana limbah penambangan dialirkan. Tidak hanya itu, sisa-sisa hasil penambangan dapat merusak ekosistem di dalam hutan dan merusak keseimbangan alam. Selain penambangan, hutan kita saat ini juga dihiasi dengan aktivitas illegal logging yang masih terus berlangsung disejumlah tempat di 15. Indonesia. Penangkapan ribuan log kayu di Kalimantan Barat dan di Riau barubaruini makin memperjelas status kehutanan Indonesia yang lebih besar pasak dari padatiang. Menurut data yang diperoleh dari WALHI, dalam periode 2000-2005, hutanIndonesia telah hilang seluas 5,4 juta hektar. Deforestasi ini terjadi akibatpembangunan ekonomi yang dilangsungkan tak lagi menempatkan pertimbanganekologis sebagai rujukan utama. Alih fungsi hutan lindung yang sedang berlangsungdi Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau dan Banyuasin, Sumatera Selatan, adalahukuran paling mencolok. Selain itu, proses deforestasi terjadi besar-besaran di tujuhpulau besar di Indonesia, terbesar di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Saat ini Indonesia adalah pemilik 126,8 juta hektar hutan. Hutan seluas inimerupakan tempat tinggal dan pendukung kehidupan 46 juta penduduk lingkar hutan.Namun, seiring dengan tingginya tingkat permintaan pasar pada industri pengolahankayu, laju pertumbuhan pengurangan hutan dapat menyebabkan hilangnya assetbangsa dan dunia ini dalam waktu yang cepat (Berry dalam TenggelamnyaIndonesiaku!). Kerusakan hutan (deforestasi) masih tetap menjadi ancaman di Indonesia.Menurut data laju deforestasi (kerusakan hutan) periode 2003-2006 yang dikeluarkanoleh Departemen Kehutanan, laju deforestasi di Indonesia mencapai 1,17 juta hektarpertahun. Bahkan jika menilik data yang dikeluarkan oleh State of the Worlds Forests 2007yang dikeluarkan The UN Food & Agriculture Organization (FAO), angkadeforestasi Indonesia pada periode 2000-2005 1,8 juta hektar/tahun. Laju deforestasihutan di Indonesia ini membuat Guiness Book of The Record memberikan gelarkehormatan bagi Indonesia sebagai negara dengan daya rusak hutan tercepat didunia. Dari total luas hutan di Indonesia yang mencapai 180 juta hektar, menurutMenteri Kehutanan Zulkifli Hasan (Menteri Kehutanan sebelumnya menyebutkanangka 135 juta hektar) sebanyak 21 persen atau setara dengan 26 juta hektar telahdijarah total sehingga tidak memiliki tegakan pohon lagi. Artinya, 26 juta hektarhutan di Indonesia telah musnah. Selain itu, 25% lainnya atau setara dengan 48 juta hektar juga mengalamideforestasi dan dalam kondisi rusak akibat bekas area HPH (hak penguasaan hutan).Dari total luas htan di Indonesia hanya sekitar 23 persen atau setara dengan 43 jutahektar saja yang masih terbebas dari deforestasi (kerusakan hutan) sehingga masihterjaga dan berupa hutan primer. Deforestasi dekat Taman Nasional Bukit Tiga Puluh Indonesia memiliki 10% hutan tropis dunia yang masih tersisa. Hutan Indonesiamemiliki 12% dari jumlah spesies binatang menyusui atau mamalia, pemilik 16%spesies binatang reptil dan amphibi, 1.519 spesies burung dan 25% dari spesies ikandunia. Sebagian diantaranya adalah endemik atau hanya dapat ditemui di daerahtersebut. Luas hutan alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangatmengkhawatirkan. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 16. 72%. Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan tahun danmenyebabkan terjadinya penyusutan hutan tropis secara besar-besaran. Lajukerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektare per tahun, sedangkanpada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektare per tahun. Ini menjadikan Indonesiamerupakan salah satu tempat dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. DiIndonesia berdasarkan

hasil penafsiran citra landsat tahun 2000 terdapat 101,73 jutahektare hutan dan lahan rusak, diantaranya seluas 59,62 juta hektare berada dalamkawasan hutan. Pada abad ke16 sampai pertengahan abad ke-18, hutan alam di Jawadiperkirakan masih sekitar 9 juta hektare. Pada akhir tahun 1980-an, tutupan hutanalam di Jawa hanya tinggal 0,97 juta hektare atau 7 persen dari luas total Pulau Jawa.Saat ini, penutupan lahan di pulau Jawa oleh pohon tinggal 4 %. Pulau Jawa sejaktahun 1995 telah mengalami defisit air sebanyak 32,3 miliar meter kubik setiaptahunnya. Fungsi hutan sebagai penyimpan air tanah juga akan terganggu akibatterjadinya pengrusakan hutan yang terus-menerus. Hal ini akan berdampak padasemakin seringnya terjadi kekeringan di musim kemarau dan banjir serta tanahlongsor di musim penghujan. Pada akhirnya, hal ini akan berdampak serius terhadapkondisi perekonomian masyarakat. Industri perkayuan di Indonesia memilikikapasitas produksi sangat tinggi dibanding ketersediaan kayu. Pengusaha kayumelakukan penebangan tak terkendali dan merusak, pengusaha perkebunan membukaperkebunan yang sangat luas, serta pengusaha pertambangan membuka kawasan-kawasan hutan. Sementara itu rakyat digusur dan dipinggirkan dalam pengelolaanhutan yang mengakibatkan rakyat tak lagi punya akses terhadap hutan mereka. Danhal ini juga diperparah dengan kondisi pemerintahan yang korup, dimana hutandianggap sebagai sumber uang dan dapat dikuras habis untuk kepentingan pribadi dankelompok. Penebangan hutan di Indonesia yang tak terkendali telah dimulai sejakakhirtahun 1960-an, yang dikenal dengan banjir-kap, dimana orang melakukan kayusecara manual. Penebangan hutan skala besar dimulai pada tahun 1970. Dandilanjutkan dengan dikeluarkannya izin-izin pengusahaan hutan tanaman industri ditahun 1990, yang melakukan tebang habis (land clearing). Selain itu, areal hutan jugadialihkan fungsinya menjadi kawasan perkebunan skala besar yang juga melakukanpembabatan hutan secara menyeluruh, menjadi kawasan transmigrasi dan jugamenjadi kawasan pengembangan perkotaan. Di tahun 1999, setelah otonomi dimulai, pemerintah daerah membagi-bagikankawasan hutannya kepada pengusaha daerah dalam bentuk hak pengusahaan skalakecil. Di saat yang sama juga terjadi peningkatan aktivitas penebangan hutan tanpaizin yang tak terkendali oleh kelompok masyarakat yang dibiayai pemodal (cukong)yang dilindungi oleh aparat pemerintah dan keamanan.2.2.2. Faktor penyebab deforestasi di Indonesia Laju deforestasi hutan di Indonesia paling besar disumbang oleh kegiatanindustri, terutama industri kayu, yang telah menyalahgunakan HPH yang diberikansehingga mengarah pada pembalakan liar. Penebangan hutan di Indonesia mencapai40 juta meter kubik setahun, sedangkan laju penebangan yang sustainable (lestari 17. berkelanjutan) sebagaimana direkomendasikan oleh Departemen Kehutanan menurut World Bank adalah 22 juta kubik meter setahun. Penyebab deforestasi terbesar kedua di Indonesia, disumbang oleh pengalihan fungsi hutan (konversi hutan) menjadi perkebunan. Konversi hutan menjadi area perkebunan (seperti kelapa sawit), telah merusak lebih dari 7 juta ha hutan sampai akhir 1997. Deforestasi di Indonesia sebagian besar merupakan akibat dari suatu sistem politik dan ekonomi yang korup, yang menganggap sumber daya alam, khususnya hutan, sebagai sumber pendapatan yang bisa dieksploitasi untuk kepentingan politik dan keuntungan pribadi. Pertumbuhan industri pengolahan kayu dan perkebunan di Indonesia terbukti sangat menguntungkan selama bertahun-tahun, dan keuntungannya digunakan oleh rejim Soeharto sebagai alat untuk memberikan penghargaan dan mengontrol teman-teman, keluarga dan mitra potensialnya. Selama

lebih dari 30 tahun terakhir, negara ini secara dramatis meningkatkan produksi hasil hutan dan hasil perkebunan yang ditanam di lahan yang sebelumnya berupa hutan. Dewasa ini Indonesia adalah produsen utama kayu bulat, kayu gergajian, kayu lapis, pulp dan kertas, disamping beberapa hasil perkebunan, misalnya kelapa sawit, karet dan coklat Pertumbuhan ekonomi ini dicapai tanpa memperhatikan pengelolaan hutan secara berkelanjutan atau hak-hak penduduk lokal. Untuk saat ini, penyebab deforestasi hutan semakin kompleks. Kurangnya penegakan hukum yang terjadi saat ini memperparah kerusakan hutan dan berdampak langsung pada semakin berkurangnya habitat orangutan secara signifikan. Penyebab deforestasi di Indonesia, yaitu :1) Hak Penguasaan Hutan Lebih dari setengah kawasan hutan Indonesia dialokasikan untuk produksi kayu berdasarkan sistem tebang pilih. Banyak perusahaan HPH yang melanggar pola-pola tradisional hak kepemilikan atau hak penggunaan lahan. Kurangnya pengawasan dan akuntabilitas perusahaan berarti pengawasan terhadap pengelolaan hutan sangat lemah dan, lama kelamaan, banyak hutan produksi yang telah dieksploitasi secara berlebihan. Menurut klasifikasi pemerintah, pada saat ini hampir 30 persen dari konsesi HPH yang telah disurvei, masuk dalam kategori "sudah terdegradasi". Areal konsesi HPH yang mengalami degradasi memudahkan penurunan kualitasnya menjadi di bawah batas ambang produktivitas, yang memungkinkan para pengusaha perkebunan untuk mengajukan permohonan izin konversi hutan. Jika permohonan ini disetujui, maka hutan tersebut akan ditebang habis dan diubah menjadi hutan tanaman industri atau perkebunan.2) Hutan tanaman industri Hutan tanaman industri telah dipromosikan secara besar-besaran dan diberi subsidi sebagai suatu cara untuk menyediakan pasokan kayu bagi industri pulp yang berkembang pesat di Indonesia, tetapi cara ini mendatangkan tekanan terhadap hutan alam. Hampir 9 juta ha lahan, sebagian besar adalah hutan alam, telah dialokasikan untuk pembangunan hutan tanaman industri. Lahan ini kemungkinan telah ditebang habis atau dalam waktu dekat akan ditebang habis. Namun hanya sekitar 2 juta ha 18. yang telah ditanami, sedangkan sisanya seluas 7 juta ha menjadi lahan terbuka yang terlantar dan tidak produktif.3) Perkebunan Lonjakan pembangunan perkebunan, terutama perkebunan kelapa sawit, merupakan penyebab lain dari deforestasi. Hampir 7 juta ha hutan sudah disetujui untuk dikonversi menjadi perkebunan sampai akhir tahun 1997 dan hutan ini hampir dapat dipastikan telah ditebang habis. Tetapi lahan yang benar-benar dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit sejak tahun 1985 hanya 2,6 juta ha, sementara perkebunan baru untuk tanaman keras lainnya kemungkinan luasnya mencapai 1-1,5 juta ha. Sisanya seluas 3 juta ha lahan yang sebelumnya hutan sekarang dalam keadaan terlantar. Banyak perusahaan yang sama, yang mengoperasikan konsesi HPH, juga memiliki perkebunan. Dan hubungan yang korup berkembang, dimana para pengusaha mengajukan permohonan izin membangun perkebunan, menebang habis hutan dan menggunakan kayu yang dihasilkan utamanya untuk pembuatan pulp, kemudian pindah lagi, sementara lahan yang sudah dibuka ditelantarkan.4) llegal logging Illegal logging adalah merupakan praktek langsung pada penebangan pohon di kawasan hutan negara secara illegal. Dilihat dari jenis kegiatannya, ruang lingkup illegal logging terdiri dari : Rencana penebangan, meliputi semua atau sebagian kegiatan dari pembukaan akses ke dalam hutan negara, membawa alat-alat sarana dan prasarana untuk melakukan penebangan pohon dengan tujuan eksploitasi kayu secara illegal. Penebangan pohon dalam makna sesunguhnya untuk tujuan eksploitasi kayu secara illegal. Produksi kayu

yang berasal dari konsesi HPH, hutan tanaman industri dan konversi hutan secara keseluruhan menyediakan kurang dari setengah bahan baku 19. kayu yang diperlukan oleh industri pengolahan kayu di Indonesia. Kayu yang diimpor relatif kecil, dan kekurangannya dipenuhi dari pembalaka ilegal. Pencurian kayu dalam skala yang sangat besar dan yang terorganisasi sekarang merajalela di Indonesia; setiap tahun antara 50-70 persen pasokan kayu untuk industri hasil hutan ditebang secara ilegal. Luas total hutan yang hilang karena pembalakan ilegal tidak diketahui, tetapi seorang mantan Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan, Departemen Kehutanan, Titus Sarijanto, baru-baru ini menyatakan bahwa pencurian kayu dan pembalakan ilegal telah menghancurkan sekitar 10 juta ha hutan Indonesia.5) Konversi Lahan Koversi hutan menjadi lahan pertanian di Agrabinta,Cianjur Peran pertanian tradisional skala kecil, dibandingkan dengan penyebab deforestasi yang lainnya, merupakan subyek kontroversi yang besar. Tidak ada perkiraan akurat yang tersedia mengenai luas hutan yang dibuka oleh para petani skala kecil sejak tahun 1985, tetapi suatu perkiraan yang dapat dipercaya pada tahun 1990 menyatakan bahwa para peladang berpindah mungkin bertanggung jawab atas sekitar 20 persen hilangnya hutan. Data ini dapat diterjemahkan sebagai pembukaan lahan sekitar 4 juta ha antara tahun 1985 sampai 1997.6) Program Transmigrasi 20. Transmigrasi yang berlangsung dari tahun 1960-an sampai 1999, yaitu memindahkan penduduk dari Pulau Jawa yang berpenduduk padat ke pulau-pulau lainnya. Program ini diperkirakan oleh Departemen Kehutanan membuka lahan hutan hampir 2 juta ha selama keseluruhan periode tersebut. Di samping itu, para petani kecil dan para penanam modal skala kecil yang oportunis juga ikut andil sebagai penyebab deforestasi karena mereka membangun lahan tanaman perkebunan, khususnya kelapa sawit dan coklat, di hutan yang dibuka dengan operasi pembalakan dan perkebunan yang skalanya lebih besar. Belakangan ini, transmigrasi "spontan" meningkat, karena penduduk pindah ke tempat yang baru untuk mencari peluang ekonomi yang lebih besar, atau untuk menghindari gangguan sosial dan kekerasan etnis. Estimasi yang dapat dipercaya mengenai luas lahan hutan yang dibuka oleh para migran dalam skala nasional belum pernah dibuat.7) Kebakaran Hutan Kebakaran Hutan di Kalimantan Tengah Pembakaran secara sengaja oleh pemilik perkebunan skala besar untuk membuka lahan, dan oleh masyarakat lokal untuk memprotes perkebunan atau kegiatan operasi HPH mengakibatkan kebakaran besar yang tidak terkendali, yang luas dan intensitasnyan belum pernah terjadi sebelumnya. Lebih dari 5 juta ha hutan terbakar pada tahun 1994 dan 4,6 juta ha hutan lainnya terbakar pada tahun 1997-98. Sebagian dari lahan ini tumbuh kembali menjadi semak belukar, sebagian digunakan oleh para petani skala kecil, tetapi sedikit sekali usaha sistematis yang dilakukan untuk memulihkan tutupan hutan atau mengembangkan pertanian yang produktif. Pada kondisi alami, lahan gambut tidak mudah terbakar karena sifatnya yang menyerupai spons, yakni menyerap dan menahan air secara maksimal sehingga pada musim hujan dan musim kemarau tidak ada perbedaan kondisi yang ekstrim. Namun, apabila kondisi lahan gambut tersebut sudah mulai tergangggu akibatnya adanya konversi lahan atau pembuatan kanal, maka keseimbangan ekologisnya akan 21. terganggu. Pada musim kemarau, lahan gambut akan sangat kering sampai kedalaman tertentu dan mudah terbakar. Gambut mengandung bahan bakar (sisa tumbuhan) sampai di bawah permukaan, sehingga api di lahan gambut menjalar di bawah permukaan tanah

secara lambat dan dan sulit dideteksi, dan menimbulkan asap tebal. Api di lahan gambut sulit dipadamkan sehingga bisa berlangsung lama (berbulan- bulan). Dan baru bisa mati total setelah adanya hujan yang intensif. Selain penyebab di atas kerusakan hutan di Indonesia juga disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:a) Kepentingan Ekonomi Dalam mengelola hutan kepentingan ekonomi kelihatannya masih lebih dominan daripada memikirkan kepentingan kelestarian ekologi. Akibatnya agenda yang berdimensi jangka panjang yaitu kelestarian ekologi menjadi terabaikan. Proses ini berjalan linear dengan akselerasi perekonomian global dan pasar bebas. Pasar bebas pada umumnya mendorong setiap negara mencari komposisi sumberdaya yang paling optimal dan suatu spesialisasi produk ekspor. Negara yang kapabilitas teknologinya rendah seperti Indonesia cenderung akan membasiskan industrinya pada bidang yang padat yaitu sumber daya alam. Hal ini ditambah dengan adanya pemahaman bahwa mengexploitasi sumber daya alam termasuk hutan adalah cara yang paling mudah dan murah untuk mendapatkan devisa ekspor. Industrialisasi di Indonesia yang belum mencapai taraf kematangan juga telah membuat tidak mungkin ditinggalkannya industri padat seperti itu. Kemudian beban hutang luar negeri yang berat juga telah ikut membuat Indonesia terpaksa mengexploitasi sumber daya alamnya dengan berlebihan untuk dapat membayar hutang negara. Inilah yang membuat ekspor non- migas Indonesia masih didominasi dan bertumpu pada produkproduk yang padat seperti hasil-hasil sumber daya alam. Ekspor kayu, bahan tambang dan eksplorasi hasil hutan lainnya terjadi dalam kerangka seperti ini. Ironisnya kegiatankegiatan ini sering dilakukan dengan cara yang exploitative dan disertai oleh aktivitasaktivitas illegal yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar atau kecil bahkan masyarakat yang akhirnya memperparah dan mempercepat terjadinya kerusakan hutan.b) Penegakan Hukum yang Lemah Menteri Kehutanan Republik Indonesia M.S.Kaban SE.MSi menyebutkan bahwa lemahnya penegakan hukum di Indonesia telah turut memperparah kerusakan hutan Indonesia. Menurut Kaban penegakan hukum barulah menjangkau para pelaku di lapangan saja. Biasanya mereka hanya orang-orang upahan yang bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-harinya. Mereka hanyalah suruhan dan bukan orang yang paling bertanggungjawab. Orang yang menyuruh mereka dan paling bertanggungjawab sering belum disentuh hukum. Mereka biasanya mempunyai modal yang besar dan memiliki jaringan kepada penguasa. Kejahatan seperti ini sering juga melibatkan aparat pemerintahan yang berwenang dan seharusnya menjadi benteng pertahanan untuk menjaga kelestarian hutan seperti polisi kehutanan dan dinas kehutanan. Keadaan ini sering menimbulkan tidak adanya koordinasi yang maksimal baik diantara kepolisian, kejaksaan dan pengadilan 22. sehingga banyak kasus yang tidak dapat diungkap dan penegakan hukum menjadi sangat lemah. c) Mentalitas Manusia. Manusia sering memposisikan dirinya sebagai pihak yang memiliki otonomi untuk menyusun blue print dalam perencanaan dan pengelolaan hutan, baik untuk kepentingan generasi sekarang maupun untuk anak cucunya. Hal ini kemungkinan disebabkan karena manusia sering menganggap dirinya sebagai ciptaan yang lebih sempurna dari yang lainnya. Pemikiran antrhroposentris seperti ini menjadikan manusia sebagai pusat. Bahkan posisi seperti ini sering ditafsirkan memberi lisensi kepada manusia untuk menguasai hutan. Karena manusia memposisikan dirinya sebagai pihak yang dominan, maka keputusan dan tindakan yang dilaksanakanpun sering lebih banyak di dominasi untuk kepentingan manusia dan sering hanya memikirkan kepentingan sekarang daripada masa yang akan datang. Akhirnya

hutanpun dianggap hanya sebagai sumber penghasilan yang dapat dimanfaatkan dengan sesuka hati. Masyarakat biasa melakukan pembukaan hutan dengan berpindah-pindah dengan alasan akan dijadikan sebagai lahan pertanian. Kalangan pengusaha menjadikan hutan sebagai lahan perkebunan atau penambangan dengan alasan untuk pembangunan serta menampung tenaga kerja yang akan mengurangi jumlah pengangguran. Tetapi semua itu dilaksanakan dengan cara pengelolaan yang exploitative yang akhirnya menimbulkan kerusakan hutan. Dalam struktur birokrasi pemerintahan mentalitas demikian juga seakan-akan telah membuat aparat tidak serius untuk menegakkan hukum dalam mengatasi kerusakan hutan bahkan terlibat di dalamnya.2.3. Dampak Kerusakan Hutan Dampak dari Deforestasi hutan (kerusakan hutan) secara langsung adalah : memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat dan lingkungan alam di Indonesia. Kegiatan penebangan yang mengesampingkan konversi hutan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan yang pada akhirnya meningkatkan peristiwa bencana alam, seperti tanah longsor dan banjir, terjadinya longsor tanah di beberapa daerah di Indonesia karena berkurang daya tahan terhadap air hujan karena berkurangnya pondasi yang memperkuat sruktur tanah berupa pohon dan humus, terjadinya banjir dibeberapa daerah sebagai akibat berkurangnya kemampuan tanah dalam melakukan penyerapan terhadap air, dan sebagainya. Selain itu, meningkatnya panas bumi akibat kurangnya jumlah O2 yang tersedia di alam digantikan oleh asap dan kabut tebal pada pagi hari. Dampak buruk lain akibat kerusakan hutan adalah terancamnya kelestarian satwa dan flora di Indonesia utamanya flora dan fauna endemik. Satwa-satwa endemik yang semakin terancam kepunahan akibat deforestasi hutan misalnya lutung jawa (Trachypithecus auratus), dan merak (Pavo muticus), owa jawa (Hylobates moloch), macan tutul (Panthera pardus), elang jawa (Spizaetus bartelsi), merpati hutan perak (Columba argentina), dan gajah sumatera (Elephant maximus sumatranus). 23. Dampak yang tidak langsung yang dirasakan oleh umat manusia adalah adanyakanker kulit sebagai akibat dari mengurangnya kemampuan atmosfer dalammelakukan perlindungan terhadap unsur sinar matahari yang berbahaya,meningkatnya permukaan air laut yang mengakibatkan tenggelamnya beberapa pulaukecil yang berada di beberapa daerah di wilayah bumi, dan sebagainya. Jadi bisa kitalihat dampak kerusakan hutan tidak hanya akan dialami oleh bangsa Indonesia sajatetapi juga oleh umat manusia di seluruh dunia. Kebakaran hutan yang cukup besar seperti yang terjadi pada tahun 1997/98menimbulkan dampak yang sangat luas disamping kerugian material kayu, non kayudan hewan. Dampak negatif yang sampai menjadi isu global adalah asap dari hasilpembakaran yang telah melintasi batas negara. Sisa pembakaran selain menimbulkankabut juga mencemari udara dan meningkatkan gas rumah kaca. Asap tebal dari kebakaran hutan berdampak negatif karena dapat mengganggukesehatan masyarakat terutama gangguan saluran pernapasan. Selain itu asap tebaljuga mengganggu transportasi khususnya tranportasi udara disamping transportasidarat, sungai, danau, dan laut. Pada saat kebakaran hutan yang cukup besar banyakkasus penerbangan terpaksa ditunda atau dibatalkan. Sementara pada transportasidarat, sungai, danau dan laut terjadi beberapa kasus tabrakan atau kecelakaan yangmenyebabkan hilangnya nyawa dan harta benda. Kerugian karena terganggunya kesehatan masyarakat, penundaan ataupembatalan penerbangan, dan kecelakaan transportasi di darat, dan di air memangtidak bisa diperhitungkan secara tepat, tetapi dapat dipastikan cukup besarmembebani masyarakat dan pelaku bisnis. Dampak kebakaran hutan Indonesiaberupa asap tersebut telah

melintasi batas negara terutama Singapura, BrunaiDarussalam, Malaysia dan Thailand. Dampak lainnya adalah kerusakan hutan setelah terjadi kebakaran dan hilangnyamargasatwa. Hutan yang terbakar berat akan sulit dipulihkan, karena strukturtanahnya mengalami kerusakan. Hilangnya tumbuh-tumbuhan menyebabkan lahanterbuka, sehingga mudah tererosi, dan tidak dapat lagi menahan banjir. Karena itusetelah hutan terbakar, sering muncul bencana banjir pada musim hujan di berbagaidaerah yang hutannya terbakar. Kerugian akibat banjir tersebut juga sulitdiperhitungkan. Analisis dampak kebakaran hutan masih dalam tahap pengembangan awal,pengetahuan tentang ekosistem yang rumit belum berkembang dengan baik daninformasi berupa ambang kritis perubahan ekologis berkaitan dengan kebakaransangat terbatas, sehingga dampak kebakaran hutan sulit diperhitungkan secara tepat.Meskipun demikian, berdasarkan perhitungan kasar yang telah diuraikan diatas dapatdisimpulkan bahwa kebakaran hutan menimbulkan dampak yang cukup besar bagimasyarakat sekitarnya, bahkan dampak tersebut sampai ke negara tetangga. Sejak kebakaran hutan yang cukup besar yang terjadi pada tahun 1982/83 yangkemudian diikuti rentetan kebakaran hutan beberapa tahun berikutnya dan jugapenebangan liar yang terjadi di indonesia ini sebenarnya telah dilaksanakan beberapalangkah, baik bersifat antisipatif (pencegahan) maupun penanggulangannya. 24. Bencana yang dapat ditimbulkan jika terjadi perusakan hutan, antara lain: 1. Longsor Longsor di Pasir Jambu Ciwidey, Bandung Tanah longsor sering terjadi di Indonesia, diakibatkan penggundulan hutan bertahun-tahun. Longsor dipengaruhi oleh keberadaan hutan sangat signifikan. Artinya keberadaan hutan sangat penting dalam mencegah longsor. Pengaruh hutan dalam mudah-tidaknya terjadi longsor ada dua hal. Pertama, melalui penguapan air oleh hutan. Fakta membuktikan bahwa tanah longsor terjadi pada tanah miring dan hujan, karena terjadi akumulasi air di dalam tanah sehingga daya beratnya bertambah. Dalam hal ini hutan berpengaruh mengurangi kelembaban tanah melalui penguapan. Kedua, perakarannya mampu menahan tanah pada tempatnya. Ketika tanaman hutan diganti dengan tanaman pertanian, maka tanah di daerah tersebut menjadi rentan terhadap longsor. Bencana Tanah longsor terjadi disebabkan tak ada lagi unsur yang menahan lapisan tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan kerusakan.2. Banjir dan kekeringan Kalau sudah tanah gundul, hutan tidak lagi menyerap air, tidak ada pengikat air pada tanah, apalagi kalau tidak terjadi bencana banjir? Air hujan yang turun akan langsung mengalir menuju anak sungai sambil membawa kikisan tanah sehingga bisa mengakibatkan pendangkalan sungai. Banjir akan datang tanpa diundang.. 25. Banjir di Tanggamus, Lampung Demikian sebaliknya karena tidak adanya penyerapan sehingga tidak ada tampungan air, begitu kemarau datang yang terjadi sumber mata air mati, hulu sungai kering, pada akhirnya terjadilah kekeringan. Jika Penggundulan Hutan dibiarkan terus berlangsung, Longsor dan banjir akan datang silih berganti, bukan mustahil akhirnya lingkungan berubah menjadi padang tandus, pada akhirnya kekeringan tak dapat di elakan. Kekeringan akan terjadi sebab pasokan air hujan ke dalam tanah (water saving) rendah dan cadangan air di musim kemarau berkurang ini yang menyebabkan terjadi kekeringan berkepanjangan dan hilangnya mata air. Penggundulan hutan semena-mena mengubah fungsi hutan yang seharusnya menyerap air dan memberikan cadangan air ketika musim kemarau tiba, justru ditebangi dan dijual kayunya. Akibatnya di musim kemarau akan terjadi kekeringan atau kekurangan air. Siapa yang menanggung akibatnya? Jelas masyarakat sekitar yang menanggung

akibatnya dan Negara yang dirugikan. Kekeringan di Kabupaten Banyuwangi BAB III PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KERUSAKAN HUTAN3.1. Pencegahan Kerusakan Hutan Metode Jeda Penebangan Hutan (Moratorium Logging) Sebagai Langkah Awal Bersama Berangkat dari kompleksnya faktor penyebab kerusakan hutan di Indonesia dibutuhkan solusi yang cepat dan tepat, untuk menyatukan visi dan misi seluruh stakeholders dalam menjaga eksistensi hutan di Negara ini. Jeda Penebangan Hutan atau Moratorium Logging adalah suatu metode pembekuan atau penghentian sementara seluruh aktifitas penebangan kayu skala besar (skala industri) untuk sementara waktu tertentu sampai sebuah kondisi yang diinginkan tercapai. Lama atau masa diberlakukannya moratorium biasanya ditentukan oleh berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi tersebut (Hardiman dalam Hutan Hancur, Moratorium Manjur). 26. Sebagai langkah awal dalam pencegahan kerusakan hutan nasional, metode inidapat dilaksanakan oleh berbagai pihak. Bentuknya dapat berupa reformasi hutanyang dilaksanakan oleh semua pihak sebgai bentuk partisipasi pemerintah, privat, danmasyarakat dalam melindungi hutan dari kerusakan. Moratorium Logging dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, berikutadalah gambaran manfaat yang dapat diterima oleh stakeholder bila jeda penebanganhutan dilaksanakan saat ini: Pemerintah mendapatkan manfaat berupa jangka waktu dalam melakukanrestrukturisasi dan renasionalisasi industri olahan kayu nasional, mengkoreksi overkapasitas yang dihasilkan oleh indsutri kayu, serta mengatur hak-hak pemberdayaansumber daya hutan, dan melakukan pengawasan illegal logging bersama sectorprivate dan masyarakat. Private/investor mendapatkan keuntungan dengan meningkatnya harga kayu dipasaran, sumber daya (kayu) kembali terjamin keberadaannya, serta meningkatkanefisiensi pemakaian bahan kayu dan membangun hutan-hutan tanamannya sendiri. Masyarakat mendapatkan keuntungan dengan kembali hijaunya hutan disekelilinglingkungan tinggal mereka, serta dapat terhindar dari potensi bencana akibatkerusakan hutan. Selain dari keuntungan bagi stakeholders terkait jeda penebangan hutan jugabermanfaat dari segi ekologi, proses pembekuan sementara ini dapat menahan lajukerusakan hutan di Indonesia, serta dapat meningkatkan kapasitas oksigen di udarauntuk mengurangi dampak dari pemanasan global.Langkah Penerapan Moratorium Logging Perlu diketahui bahwa jeda pembalakan kayu (Moratorium Logging) adalahlangkah awal yang dapat diterapkan sejak saat ini untuk menanggulangi kerusakanhutan nasional. Adapun beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam menerapkanmetode ini dengan cepat adalah sebagai berikut (diadaptasi dari Liem dalam JedaPenebangan Hutan):1. Penghentian pengeluaran ijin baru Sebagai kebijakan awal yang dapat dilakukan adalah dengan penghentianpengeluaran ijin-ijin HPH (Hak Pengusahaan Hutan). Hal ini diharapkan dapatmenjadi upaya pencegahan awal, dengan ditutupnya keran ijin-ijin baru dapatmengurangi risiko bertambahnya areal hutan yang rusak, selain itu juga dapatdijadikan metode evaluasi terhadap HPH yang ada sebelumnya dalam mengelolakawasan hutan produksi.2. Penyelamatan hutan-hutan yang peling terancam kelestariannya Penebangan hutan untuk industri (industrial logging) yang tidak terkontrol selamapuluhan tahun telah menyebabkan terjadinya deforestasi dan degradasi hutan tropisdalam skala masif. Kecepatan penyusutan hutan alam antara tahun 1984 dan 1998adalah sebesar 1,6 juta hektar per tahun, dan saat ini telah melampaui 2,4 juta hektarper tahun, salah satu angka kerusakan hutan tertinggi di dunia (Hardiman dalam

27. Hutan Hancur, Moratorium Manjur). Di antara hutan-hutan tersebut terdapat hutan yang benar-benar terancam kelestariannya, diantaranya hutan di Kalimantan dan Sumatera yang mencapai 1.345, 5 Ha per tahun tingkat deforestasinya. Oleh karena itu, dalam metode ini diperlukan langkah yang tegas dalam penyelamatan hutan-hutan yang sangat terancam, baik oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat umum. 3. Penyelesaian konflik soial dalam pengelolaan hutan Proses penghentian sementara memberikan kesempatan bagi pemerintah, swasta, dan masyarakat yang berada di wilayah-wilayah konflik, untuk duduk bersama dan membicarakan solusi dalam penyelenggaraan pengelolaan hutan yang bermasalah. Konflik sosial yang berkepanjangan akan dapat mudah diselesaikan ketika pihak- pihak yang terlibat berada dalam kondisi yang sama dan menghadapi persoalan yang sama (one goal) dalam hal ini krisis kerusakan hutan. 4. Regulasi Larangan sementara penebangan hutan di seluruh Indonesia Langkah terakhir yang dapat ditempuh oleh permintah adalah penghentian seluruh penebangan kayu di hutan alam untuk jangka waktu yang ditentukan di seluruh Indonesia. Pada masa ini, penebangan kayu hanya diijinkan di hutan-hutan tanaman atau hutan yang dikelola berbasiskan masyarakat local. Selama moratorium dijalankan, industri-industri kayu tetap dapat jalan dengan cara mengimpor bahan baku kayu. Dengan jangka waktu yang ditentukan, ketika hutan-hutan nasional kembali pulih indsutri tersebut dapat kembali melakukan pengelolaan hutan dengan pengawasan dan metode yang berkelanjutan. 5. Melibatkan masyarakat dalam proses evaluasi Sudah saatnya bottom up planning atau perencanaan pembangunan yang dimulai dari penjajakan pendapat dari masyarakat dilakukan. Dalam proses ini evaluasi tentang kondisi hutan nasional dapat menghasilkan suatu upaya yang komprehensif dalam mencegah kehancuran hutan. Masyarakat adalah sosok yang berada di dalam siklus pengelolaan hutan dan sudah selayaknya pemerintah memberikan ruang yang lebih banyak dalam mendengarkan apresiasi masyarakat. Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang mampu menyediakan bahan- bahan kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, papan, obat-obatan dan pendapatan keluarga. Sebaliknya masyarakat mengupayakan pengelolaan hutan agar dapat menjamin kesinambungan pemanfaatannya, bagi masyarakat hutan dan segala isinya bukan sekedar komoditi melainkan sebagai bagian dari sistim kehidupan mereka. Oleh karena itu pemanfaatannya tidak didasari pada kegiatan eksploitatif tetapi lebih dilandasi pada usaha-usaha untuk memelihara keseimbangan dan keberlanjutan sumberdaya hutan dengan melibatkan peran serta masyarakat umum dalam pemanfaatannya, maka proses partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian hutan juga akan tumbuh dengan sendirinya.3. Pencegahan dan Peringanan Pencegahan di sini dimaksud kegiatan penyuluhan / penerangan kepada masyarakat lokal akan penting menjaga fungsi dan manfaat hutan agar dapat membantu dalam menjaga kelestarian hutan dan penegakan hukum yang tegas oleh aparat penegak hukum, POLRI yang dibantu oleh POL HUT dalam melaksanakan 28. penyelidikan terhadap para oknum pemerintahan daerah atau desa yang menyalahgunakan wewenang untuk memperdagangkan kayu pada hutan lindung serta menangkap dan melakukan penyidikan secara tuntas terhadap para cukong - cukong kayu yang merugikan negara trilyunan rupiah setiap tahunnya. Peringanan yang dimaksud di sini adalah pemerintah harus melaksanakan analisa terhadap pelaksanaan peraturan tersebut di dalam masyarakat. Bila ditemukan hal - hal yang tidak cocok bagi masyarakat sebaiknya pemerintah mengadakan revisi terhadap undang - undang tersebut sepanjang

tujuan awal pembuatan undang - undang itu tidak dilanggar. Di mulai Dari Sekarang Kesempatan tidak pernah datang dua kali, proses penyelamatan dan pencegahan kerusakan hutan nasional harus dimulai dari sekarang. Sebuah usaha besar yang akan menghabiskan banyak tenaga dan materi, untuk menerapkan sebuah metode pencegahan diperlukan kepedulian dan kesadaran dari semua pihak pada kondisi hutan kita saat ini. Alih fungsi lahan, illegal logging, pembakaran hutan untuk membuka lahan, dan sederet sikap pengrusakan hutan yang sudah dilakukan merupakan sebuah kesalahan besar. Butuh waktu dan proses untuk menyadarkan semua pihak akan pentingnya penyelenggaraan pengelolaan hutan yang berkelanjutan. Sudah saatnya kebijakan yang diambil pemerintah tidak hanya berlandaskan profit atau laba, tapi juga ekologi, pemberdayaan masyarakat dan perencanaan yang berkelanjutan. Metode dan strategi Moratorium Logging tidak akan pernah bisa dijalankan apabila paradigma di negara ini masih berorientasi pada permintaan pasar, dimulai dari ketegasan pemerintah dalam melindungi aset negara, partisipasi sektor privat dalam menjaga lahan produksinya agar tetap dapat melakukan aktivitas produksi, serta kepedulian masyarakat dalam memonitoring kelangsungan proses penghijauan kembali hutan nasional, dan menjaga hutan dari kerusakan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, semua pihak mari kita mulai dari sekarang mengevaluasi diri kita sudahkah kita melestarikan dan menjaga hutan kita agar tetap utuh demi masa depan bangsa dan negara. Upaya untuk mencegah potensi-potensi kerusakan hutana) Melakukan pembinaan dan penyuluhan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pinggiran atau dalam kawasan hutan, sekaligus berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya fungsi hutan.b) Melengkapi perangkat lunak berupa pedoman dan petunjuk teknis pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan;c) Melengkapi perangkat keras berupa peralatan pencegah dan pemadam kebakaran hutan.d) Melakukan pelatihan pengendalian kebakaran hutan bagi aparat pemerintah, tenaga BUMN dan perusahaan kehutanan serta masyarakat sekitar hutan.e) Kampanye dan penyuluhan melalui berbagai Apel Siaga pengendalian kebakaran hutan. 29. f) Pemberian pembekalan kepada pengusaha (HPH, HTI, perkebunan dan Transmigrasi), Kanwil Dephut, dan jajaran Pemda oleh Menteri Kehutanan dan Menteri Negara Lingkungan Hidup. g) Dalam setiap persetujuan pelepasan kawasan hutan bagi pembangunan non kehutanan, selalu disyaratkan pembukaan hutan tanpa bakar. h) Penebangan kayu di hutan dilaksanakan dengan terencana dengan sistem tebang pilih. Artinya, pohon yang ditebang adalah pohon yang sudah tua dengan ukuran tertentu yang telah ditentukan, dengan cara penebangan sedemikian rupa sehingga tidak merusak pohon-pohon muda di sekitarnya. i) Diberikan sanksi barang siapa yang mengambil hasil hutan dengan sengaja. j) Hutan kita yang belum ada penjaga hutan harus diadakannya penjagaan agar tidak terjadi pencurian.3.2. Penanggulangan Kerusakan Hutan 1) Mobilitas semua sumberdaya (manusia, peralatan & dana) di semua tingkatan, baik di jajaran Departemen Kehutanan maupun instansi lainnya, maupun perusahaan- perusahaan. 2) Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait di tingkat pusat melalui PUSDALKARHUTNAS dan di tingkat daerah melalui PUSDALKARHUTDA Tk I dan SATLAK kebakaran hutan dan lahan. 3) Melakukan reboisasi atau penanaman kembali hutan yang telah rusak. 4) Memberikan sanksi atau hukuman yang berat bagi mereka yang melakukan penebangan liar. BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Sebagai penutup tulisan ini dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut: 1. Hutan merupakan

sumberdaya alam yang tidak ternilai harganya karena didalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan nonkayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, dan sebagainya. Karena itu pemanfaatan dan perlindungannya diatur oleh Undang-undang dan peraturan pemerintah. 2. Kebakaran dan penebangan liar merupakan salah satu bentuk gangguan terhadap sumberdaya hutan dan akhir-akhir ini makin sering terjadi. Kebakaran dan penebangan hutan menimbulkan kerugian yang sangat besar dan dampaknya sangat luas, bahkan melintasi batas negara. Di sisi lain upaya pencegahan dan pengendalian yang dilakukan selama ini masih belum memberikan hasil yang optimal. Oleh karena 30. itu perlu perbaikan secara menyeluruh, terutama yang terkait dengan kesejahteraan masyarakat pinggiran atau dalam kawasan hutan. 3. Berbagai upaya perbaikan yang perlu dilakukan antara lain dibidang penyuluhan kepada masyarakat khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor penyebab kebakaran hutan, peningkatan kemampuan aparatur pemerintah terutama dari Departemen Kehutanan, peningkatan fasilitas untuk mencegah dan menanggulagi kebakaran hutan, dan penebangan liar ,pembenahan bidang hukum dan penerapan sangsi secara tegas 4. Akibat penebangan hutan, 2100 mata air mengering dan akibat dari penebangan juga mengakibatkan kerusakan sumber air (mata air) akan semakin cepat. 4.2. Saran Bagi para pembaca makalah ini dan juga semua orang bahwa hutan merupakan sumber kehidupan bagi manusia apabila hutan sudah tidak ada lagi maka kehidupan manusia akan berubah dan kemiskinan akan terjadi. Maka dari itu menjaga kelestarian hutan jangan lah dianggap mudah. Dan bagi para pecinta alam ,teruskanlah usaha penjagaan itu dengan sebaik- baiknya dan juga tingkatkan kewaspadaan terhadap orang-orang yang mau merusaknya, cegah agar tidak terjadi kerusakan dihutan kita ini. DAFTAR PUSTAKAhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hutan [30/11/2010:19.00]http://syadiashare.com/jenis-dan-fungsi-hutan.html [30/11/2010:19.10]http://alamendah.wordpress.com/2010/03/09/kerusakan-hutandeforestasi-di-indonesia [30/11/2010:19.35]http://id.wikipedia.org/wiki/Deforestasi [01/12/2010:20.00] 31. http://forumteologi.com/blog/2007/05/27/kerusakan-hutan-di-indonesia [01/12/2010:20:15]http://cahayahari.multiply.com/reviews/item/3 [01/12/2010:20.30]http://sixooninele.blogspot.com/2010/05/indonesia-alami-kerusakanhutan-18-juta.html [02/12/2010:15.30]http://rivafauziah.wordpress.com/2010/03/14/dampak-penggundulanhutan [10/12/2010:19.20]http://www.anneahira.com/penyebab-kerusakan-hutan.htm [10/12/2010:19.20]Sumber Gambar : Hutan Hujan Tropis di Bukit Barisan Sumatera : http://www.wargahijau.org/index.php?option=com_content&view=article&id=51:tipehutan-di-indonesia&catid=10:green-economics&Itemid=15 [10/12/2010:20.00] Hutan Gambut di Kalimantan Tengah: http://www.kabarindonesia.com/foto.php?jd=LOMBA+FOTO+YPHL&pil=2008103006 5 049 [10/12/2010:20.05] Hutan Pantai Nglinyep di Malang: http://www.malangkab.go.id/potensi.php?kode=25&idmenu=01 [10/12/2010:20.06] Hutan Mangrove di Cirebon: http://sinauseni.wordpress.com/2010/02/25/hutan-bakau-dipesisir-cirebon-2/ [10/12/2010:20.10] Hutan Rawa di Taman Nasional Berbak Sumatra: http://www.dephut.go.id/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_berbak.htm [10/12/2010:20.10] Hutan Lindung di Sulawesi: http://www.kabarindonesia.com/foto.php?jd=Lomba+Foto+YPHL:+Hutan+Lestari+Ala

m +tetap+Asri.&pil=20081030041056 [10/12/2010:20.12] Hutan Wisata di Palembang: http://www.travel2leisure.com/wisata-2/wisata-indonesia/taman-hutan-wisata-puntikayu- palembang-indonesia.html [10/12/2010:20.15] Illegal logging di Riau: http://empimuslion.wordpress.com/2008/04/28/illegal-logging-riau/ [10/12/2010:20.15] 32. Hasil Illegal logging http://iseng91.blogspot.com/2009_08_01_archive.html [10/12/2010:20.16] Illegal Logginghttp://equal-life.blogspot.com/2009/09/timberlegality-verification-system.html [10/12/2010:20.17] Kebakaran Hutan di Kalimantan Tengah: http://betang.com/artikel/berita/kalteng-jadi-neraka-baru.html [10/12/2010:20.20] Longsor di Pasir Jambu Ciwidey Bandung:http://arulalmy.wordpress.com/2010/02/27/bencana-longsor-dan-banjir-diindonesia/ [10/12/2010:20.25] Banjir di lampung hutan gundulhttp://sosbud.kompasiana.com/2009/11/26/menyusuri-hulu-banjir-dan-longsor/ [10/12/2010:20.25] Konversi hutan menjadi lahan pertanian kecamatan agrabinta cianjur: http://slhd.cianjurkab.go.id/index.php?nav=i_foto [10/12/2010:20.30]

http://www.slideshare.net/YAVYSTA/makalah-kerusakn-hutan-1

You might also like