You are on page 1of 7

BATRIMETRI Batimetri (dari bahasa Yunani: , berarti "kedalaman", dan , berarti "ukuran") adalah ilmu yang mempelajari kedalaman

di bawah air dan studi tentang tiga dimensi lantai samudra atau danau. Sebuah peta batimetri umumnya menampilkan relief lantai atau dataran dengan garis-garis kontor (contour lines) yang disebut kontor kedalaman (depth contours atau isobath), dan dapat memiliki informasi tambahan berupa informasi navigasi permukaan. Awalnya, batimetri mengacu kepada pengukuran kedalaman samudra. Teknik-teknik awal batimetri menggunakan tali berat terukur atau kabel yang diturunkan dari sisi kapal. Keterbatasan utama teknik ini adalah hanya dapat melakukan satu pengukuran dalam satu waktu sehingga dianggap tidak efisien. Teknik tersebut juga menjadi subjek terhadap pergerakan kapal dan arus. batimetri sangat diperlukan untuk pengembangan pelabuhan untuk memperkirakan kedalaman laut sehingga memungkinkan kapal-kapal besar untuk bersandar. Metode Penentuan Batimetri 1.Metode Akustik Berdasarkan khakharothen.multiply.com, metode akustik yang dapat digunakan antara lain: pertama, sidescan sonar, sistem sonar dapat diartikan sebagai penentuan posisi denganmetode akustik (acoustic location). Sidescan sonar merupakan alat untuk mendapatkangambaran permukaan dasar perairan dengan menggunakan gelombang bunyi. Pada dasarlaut yang datar sempurna semua energi dipantulkan dari sesor sonar dan tidak ada sinyalyang terekam. Dalam faktanya, dasar laut tidak rata sempurna. Ketidakteraturan sepertibebatuan dan riakriak air karena pantulan (backscatter) dari energi akustik, dan sistemdapat menyediakan informasi secara kasar keadaan dasar laut. Kedua, sub-bottom profilingmerupakan suatu sistem untuk mengidentifikasi dan mengukur variasi dari lapisan-lapisansedimen yang ada di bawah permukaan air serta menggunakan energi pantulan untukmengumpulkan informasi lapisan-lapisan sedimen di bawah dasar permukaan air (tampilanmuka sedimen bawah air). Ketiga, single-beam echosounder merupakan alat ukurkedalaman air yang menggunakan pancaran tunggal sebagai pengirim dan penerima sinyalgelombang suara. 2.Satelit Altimetri Dikutip dari geodesy.gd.itb.ac.id.htm, secara umum sistem satelit altimetri mempunyai tigaobjektif ilmiah jangka panjang yaitu: mengamati sirkulasi lautan global, memantau volumedari lempengan es kutub, dan mengamati perubahan muka laut rata-rata (MSL) global.Dalam konteks geodesi, objektif terakhir dari misi satelit altimetri tersebut adalah yangmenjadi perhatian. Begitu banyak hal yang dapat kita pelajari dengan mengaplikasikan teknologi Satelit Altimetri, sehingga teknologi ini mulai menjadi trend baru dalam duniascience dan rekayasa geodesi kelautan, oceanografi, dan bidang-bidang ilmu terkait lainnya.Satelit Altimetri diperlengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmiter), penerima pulsaradar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini, altimeter radaryang dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik

(radar)kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik oleh permukaan laut dan diterimakembali oleh satelit.

a. TIDE Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Faktor non astronomi yang mempengaruhi pasut terutama di perairan semi tertutup seperti teluk adalah bentuk garis pantai dan topografi dasar perairan. Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang surut (tidal range). Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Harga periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit. Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama. Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan 3/4. Tipe pasut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya. Hal ini disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya pembangkit pasang surut. Jika suatu perairan mengalami satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, maka kawasan tersebut dikatakan bertipe pasut harian tunggal (diurnal tides), namun jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari, maka tipe pasutnya disebut tipe harian ganda (semidiurnal tides). Tipe pasut lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan ganda disebut dengan tipe campuran (mixed tides) dan tipe pasut ini digolongkan menjadi dua bagian yaitu tipe campuran dominasi ganda dan tipe campuran dominasi tunggal. tipe pasang surut juga dapat ditentukkan berdasarkan bilangan Formzal (F) yang dinyatakan dalam bentuk: F = [A(O1) + A(K1)]/[A(M2) + A(S2)] dengan ketentuan : F 0.25 : Pasang surut tipe ganda (semidiurnal tides) 0,25<F1.5 : Pasang surut tipe campuran condong harian ganda (mixed mainly semidiurnal tides)

1.50<F3.0 : Pasang surut tipe campuran condong harian tunggal (mixed mainly diurnal tides)

F > 3.0

: Pasang surut tipe tunggal (diurnal tides)

F : bilangan Formzal AK1 : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan & matahari AO1 : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan AM2 : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan AS2 : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari

Karena sifat pasang surut yang periodik, maka ia dapat diramalkan. Untuk meramalkan pasang surut, diperlukan data amplitudo dan beda fasa dari masing-masing komponen pembangkit pasang surut. Komponen-komponen utama pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Namun demikian, karena interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai dan superposisi antar gelombang pasang surut komponen utama, akan terbentuklah komponen-komponen pasang surut yang baru. b. CURRENT Arus laut (sea current) adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat lain baik secara vertikal (gerak ke atas) maupun secara horizontal (gerakan ke samping). Contohcontoh gerakan itu seperti gaya coriolis, yaitu gaya yang membelok arah arus dari tenaga rotasi bumi. Pembelokan itu akan mengarah ke kanan di belahan bumi utara dan mangarah ke kiri di belahan bumi selatan. Gaya ini yang mengakibatkan adanya aliran gyre yang searah jarum jam (ke kanan) pada belahan bumi utara dan berlawanan dengan arah jarum jam di belahan bumi selatan. Perubahan arah arus dari pengaruh angin ke pengaruh gaya coriolis dikenal dengan spiral ekman.Menurut letaknya arus dibedakan menjadi dua yaitu arus atas dan arus bawah. Bumi kita dikelilingi oleh dua lautan yang sangat luas: lautan udara dan lautan air. Keduanya berada dalam keadaan bergerak yang tetap, dibangkitkan oleh energi dari matahari dan gaya gravitasi bumi. Gerakan-gerakan mereka saling berhubungan: angin memberikan energinya ke permukaan laut sehingga menghasilkan arus laut, dan arus laut membawa energi panas dari satu lokasi ke lokasi lainnya, mengubah pola temperatur permukaan bumi dan juga mengubah sifat-sifat fisis udara di atasnya. Baik yang di permukaan maupun di kedalaman, berperan dalam iklim di Bumi dengan cara menggerakkan air dingin dari kutub ke daerah tropis dan sebaliknya. Sistem arus global yang

mempengaruhi iklim di Bumi ini biasa disebut sebagai "Great Ocean Conveyor Belt" atau dalam bahasa Indonesia biasa menyebut sebagai "Sabuk Arus Laut Dunia". RIP current atau arus balik adalah arus yang menuju ke laut bebas dengan kecepatan tinggi karena tidak adanya penghalang. pantai Parangtritis merupakan pantai yang terbuka sehingga tidak ada penghalang yang menghalangi RIP current tersebut. tidak heran apabila kecepatan dari RIP current dapat mencapai 8o km/jam.Arus ini tidak hanya terjadi di satu tempat saja melainkan berpindah-pindah tempat. wisatawan yang mandi jauh dari bibir pantai sangat mudah terseret arus ini karena kekuatan arus ini yang sangat luar biasa. ketika seorang korban terseret oleh arus ini, maka ia akan menjadi labil dan tidak seimbang karena kakinya tidak menapak tanah dengan kuat dan akhirnya benar-benar terseret oleh arus itu. permukaan arus balik sebenarnya dapat dikenali karena lebih tenang dari pada permukaan laut yang lainnya. hal inilah yang menyebabkan banyak wisatawan yang terseret oleh arus ini karena mereka lebih memilih daerah yang relatif tenang untuk mandi. Arus ini juga berwarna lebih keruh karena membawa material-material padat dari pantai.Arus balik ini juga dipengaruhi oleh adanya angin dan juga pasang. jadi harus mempertimbangkan faktor cuaca sebelum nekat mandi di laut. sebenarnya tidak hanya pantai Parangtritis yang memiliki potensi bahaya arus balik. para ahli menegaskan bahwa semua pantai di DIY memiliki potensi bahaya arus balik. pantai di Gunung Kidul yang ombaknya relatif tenang ternyata juga tidak terlepas dari bahaya ini. terutama karena adanya dorongan yang berasal dari sungai bawah tanah yang bermuara ke laut. RIP current terjadi pada tempat di mana tinggi gelombang pecah adalah kecil. RIP Current juga terjadi karena: 1. Adanya ketidakseragaman gelombang pecah, 2. Puncak gelombang sejajar dengan garis pantai, atau sudut gelombang pecah terhadap garis pantai < 5o. 3. Bathimetri dasar laut yang tidak beraturan. 4. Tempat tersebut merupakan pertemuan arus sepanjang pantai yang berasal dari sebelah kiri dan kanan.

c. SALINITY Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Salinitas air berdasarkan persentase garam terlarut Air tawar Air payau Air saline Brine < 0,05 % 0,053 % 35 % >5 % Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine. Air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar 3,5%. Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki kadar garam lebih tinggi dari air laut umumnya. Sebagai contoh, Laut Mati memiliki kadar garam sekitar 30%. Air laut mengandung 3,5% garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti: densitas, kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana densitas menjadi maksimum) beberapa tingkat, tetapi tidak menentukannya. Beberapa sifat (viskositas, daya serap cahaya) tidak terpengaruh secara signifikan oleh salinitas. Dua sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam di laut (salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis. Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents) di laut dalam. Secara ideal, salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman dalam gram pada setiap kilogram air laut. Secara praktis, adalah susah untuk mengukur salinitas di laut, oleh karena itu penentuan harga salinitas dilakukan dengan meninjau komponen yang terpenting saja yaitu klorida (Cl). Kandungan klorida ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada satu kilogram air laut jika semua halogen digantikan oleh klorida. Penetapan ini mencerminkan proses kimiawi titrasi untuk menentukan kandungan klorida. Salinitas ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah total dalam gram bahan-bahan terlarut dalam satu kilogram air laut jika semua karbonat dirubah menjadi oksida, semua bromida dan

yodium dirubah menjadi klorida dan semua bahan-bahan organik dioksidasi. Selanjutnya hubungan antara salinitas dan klorida ditentukan melalui suatu rangkaian pengukuran dasar laboratorium berdasarkan pada sampel air laut di seluruh dunia dan dinyatakan sebagai: S (o/oo) = 0.03 +1.805 Cl (o/oo) (1902) Lambang o/oo (dibaca per mil) adalah bagian per seribu. Kandungan garam 3,5% sebanding dengan 35o/oo atau 35 gram garam di dalam satu kilogram air laut. Persamaan tahun 1902 di atas akan memberikan harga salinitas sebesar 0,03o/oo jika klorinitas sama dengan nol dan hal ini sangat menarik perhatian dan menunjukkan adanya masalah dalam sampel air yang digunakan untuk pengukuran laboratorium. Oleh karena itu, pada tahun 1969 UNESCO memutuskan untuk mengulang kembali penentuan dasar hubungan antara klorinitas dan salinitas dan memperkenalkan definisi baru yang dikenal sebagai salinitas absolut dengan rumus: S (o/oo) = 1.80655 Cl (o/oo) (1969) Namun demikian, dari hasil pengulangan definisi ini ternyata didapatkan hasil yang sama dengan definisi sebelumnya. Definisi salinitas ditinjau kembali ketika tekhnik untuk menentukan salinitas dari pengukuran konduktivitas, temperatur dan tekanan dikembangkan. Sejak tahun 1978, didefinisikan suatu satuan baru yaitu Practical Salinity Scale (Skala Salinitas Praktis) dengan simbol S, sebagai rasio dari konduktivitas. "Salinitas praktis dari suatu sampel air laut ditetapkan sebagai rasio dari konduktivitas listrik (K) sampel air laut pada temperatur 15oC dan tekanan satu standar atmosfer terhadap larutan kalium klorida (KCl), dimana bagian massa KCl adalah 0,0324356 pada temperatur dan tekanan yang sama. Rumus dari definisi ini adalah: S = 0.0080 - 0.1692 K1/2 + 25.3853 K + 14.0941 K3/2 - 7.0261 K2 + 2.7081 K5/2 Catatan: Dari penggunaan definisi baru ini, dimana salinitas dinyatakan sebagai rasio, maka satuan o/oo tidak lagi berlaku, nilai 35o/oo berkaitan dengan nilai 35 dalam satuan praktis. Beberapa oseanografer menggunakan satuan "psu" dalam menuliskan harga salinitas, yang merupakan singkatan dari "practical salinity unit". Karena salinitas praktis adalah rasio, maka sebenarnya ia tidak memiliki satuan, jadi penggunaan satuan "psu" sebenarnya tidak mengandung makna apapun dan tidak diperlukan. Pada kebanyakan peralatan yang ada saat ini, pengukuran harga salinitas dilakukan berdasarkan pada hasil pengukuran konduktivitas. Salinitas di daerah subpolar (yaitu daerah di atas daerah subtropis hingga mendekati kutub) rendah di permukaan dan bertambah secara tetap (monotonik) terhadap kedalaman. Di daerah subtropis (atau semi tropis, yaitu daerah antara 23,5o - 40oLU atau 23,5o - 40oLS), salinitas di

permukaan lebih besar daripada di kedalaman akibat besarnya evaporasi (penguapan). Di kedalaman sekitar 500 sampai 1000 meter harga salinitasnya rendah dan kembali bertambah secara monotonik terhadap kedalaman. Sementara itu, di daerah tropis salinitas di permukaan lebih rendah daripada di kedalaman akibatnya tingginya presipitasi (curah hujan).

You might also like