Professional Documents
Culture Documents
1. Terjemah Hadis:
“Abu hurairah r.a berkata kepada Rasulullah SAW. Melaknat penyuap dan yang diberi
suap dalam urusan hukum.”
(H.R Ahmad dan Imam yang Empat dan dihasankan oleh Turmudzi dan disahihkan
oleh Ibnu Hibban)
2. Tinjauan bahasa:
3. Biografi Perawi:
Biografi Abu Hurairah telah dibahas pada Bab I.
4. Penjelasan Hadis:
Menyuap dalam masalah hokum adalah memberikan sesuatu,baik merupakan
uang maupun lainnya kepada penegak hukum agar terlepas dari ancaman hukum atau
mendapat hukuman ringan.
Perbuatan itu sangat dilarang dalam islam dan disepakati oleh para ulama
sebagai perbuatan haram. Harta yang diterima dari hasil menyuap tersebut tergolong
dalam harta yang diperoleh melalui jalan batil.Allah SWT. Berfirman dalam Al-
quran:
Artinya:
“dan janganlah sebagian kamu memakan sebagian yang lain di antara kamu dengan
jalan yang batil,(janganlah kamu) membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya
kamu dapat memakan sebagian pada harta benda orang lain dengan (jalan) berbuat
dosa, padahal kamu mengetahuinya.”
(Q.S. Al-Baqarah: 188)
Artinya
”Dari Abdullah bin Amr, ”Rasullah SAW. melaknat penyuap dan orang yang
disuap.”
(H.R. turmudzi)
Misalnya, dalam penerimaan tenaga kerja, jika didasarkan pada uang suap, bukan
pada profesionalisme dan kemampuan, hal itu diyakini akan merusak kualitas dan
kuantitas hasil kerja, bahkan tidak tertutup kemungkinan bahwa pekerja tersebut tidak
mampu melasanakan pekerjan yang ditugaskan kepadanya, sehingga akan merugikan
rakyat.
Dengan demikian, kapan dan dimana saja, suap akan menyebabkan kerugian bagi
masyarakat banyak.dengan demikian, larangan islam untuk menjauhi suap tidak lain
agar manusia terhindar dari kerusakan dan kebinasaan di dunia dan siksa ALLAH
SWT. kelak di akirat.sebagaimana telah diungkapakan M. qurais Shihab, masyarakat
telah melahirkan yang tadinya munkar (tidak dibenarkan) dapat menjadi ma’ruf
(dikenal dan dinilai dengan baik) apabila berulang-ulang dilakukan banyak orang.
Yang ma’ruf pun dapat menjadi munkar bila tidak lagi dilakukan orang.
Menurut Muhammad Ibn Ismail Al-Kahlany, suap dibolehkan dalam rangka
memperoleh sesuatu yang menjadi haknya atau untuk mencegah dari kezaliman, baik
yang akan menimpa dirinya maupun keluarganya. Hal itu didasarkan pada pendapat
sebagian tabi’in bahwa boleh melakukan suap jika takut tertimpa zalim, baik terhadap
dirinya maupun keluarganya.
Adapun menurut Imam Asy-Syaukani, sesungguhnya keharaman suap adalah
mutlak dan tidak dapat ditakshish. Namun demikian, dalam Islam ada kaidah:
5. Fiqh Al-Hadis
Dalam Islam suap mnyuap temasuk pelanggaran berat sehingga Rasullah SAW.
pun telah melaknat para pelaku suap, baik menyuap maupun orang yang menyuap,
terutama dalam urusan hukum, dalam urusan-urusan lain pun, suap menyuap tetap
tidak diperbolehkan dalam Islam.
Akan tetapi, menurut sebagian ulama, menyuap boleh dilakukan dalam keadaan
terpaksa untuk menghindari kecelakaan atau mendapatkan sesuatu hak yang tidak ada
jalan lain, kecuali dengan menyuap.
2. Tinjauan Bahasa
Mempekerjakan seorang pekrja,
Pada hadis di atas Rasulullah
mempekerjakan Abdulluh AL-Lutbiyah
Berkhianat, menyembunyikan
sesuatu, korupsi.
Suara onta
Suara lembu(sapi)
Leher
Memuji
3. Biografi Perawi
Abu Humaid As-Saidy, nama lengkapnya adalah Abdurrahman Ibn Sa’ad
As-Saidy r.a Menurut Adz-Dzahaby, “Ia adalah Abdurahamn Ibn Amr Ibn
Saad. Dikatakan pula bahwa ia adalah Al-Mundzir Ibn Sa’ad. Ibn Atsir
menambahkan, “Ibn Malik Ibn Khalid Ibn Tsa’ labah Ibn Jari’ah, Ibn Amr, Ibn
Khajraj.
Dikatakan bahwa ia termasuk salah seorang penduduk Medinah, dan
meninggal pada akhir masa pemerintahan Khalifah Mu’awiyah.
Ia meriwayatkan 120 hadis dari Rasulullah SAW. bukhari dan Muslim
telah sepakat dalam tiga hadis, dan sisanya adalah Muslim.
4. Penjelasan Singkat
Dalam Islam, hadiah dianggap sebagai salah satu cara untuk lebih
merekatkan persaudaraan atau persahabatan, sebagaimana disebutkan dalam
sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitab Muwatha dari
Al-Khurasany:
Artinya:
“saling bersalamanlah kamu semua, niscaya akan menghilangkan kedengkian,
saling memberi hadiahlah kamu semua, niscaya akan saling mencintai, dan
menghilangkan percekcokan.”
(H.R. Imam Malik)
Senada dengan hadis di atas, Turmudzi meriwayatkan hadis lain dari Abu
Hurairah:
Artinya:
“saling memberi hadiahlah kamu semua, sesungguhnya hadiah itu
menghilangkan kebencian dan kemarahan.”
(H.R. Turmudzi)
Bagi orang yang diberi hadiah, disunahkan untuk menerimanya meskipun
hadiah tersebut kelihatannya hina dan tidak berguna. Nabi bersabda:
Artinya:
“dari Khalid bin Adi bahwa
Nabi SAW. bersabda “Siapa yang mendapatkan dari saqudaranya suatu
kebaikan (hadiah) tanpa berlebuh-lebihan dan (tanpa mendatangkan)
masalah, maka hendaklah ia menerimanya dan tidak menolaknya. Hal itu
merupakan rejeki yang diturunkan Allah kepadanya.”
5. Fiqh Al-Hadis:
Dalam Islam, para pegawai instansi atau para pemegang kekuasaan
dilarang menerima hadiah karena hadiah yang diberikan kepadanya berkaitan
dengan jabatannya. Jika ia tidak menduduki suatu jabatan, dipastikan tidak
akan menerima hadiah tersebut. Dengan demikian, hadiah tersebut akan
menjadikannya melakukan perbuatan kolusi dan nepotisme.