You are on page 1of 3

Jangan salah sangka!

Allah ta’ala berfirman

‫َر‬
َ ‫َد‬
‫َق‬‫ُ ف‬
‫َه‬‫َل‬
‫ْت‬‫َا اب‬
‫َا م‬
‫ّا إذ‬
‫َأم‬
‫ِ و‬
‫َن‬‫َم‬
‫ْر‬‫ّي أك‬
‫َب‬‫ُ ر‬
‫ُول‬
‫َق‬‫َي‬
‫ُ ف‬
‫َه‬‫ّم‬
‫َع‬‫َن‬
‫ُ و‬
‫َه‬‫َم‬
‫ْر‬‫َأك‬
‫ُ ف‬
‫ّه‬‫َب‬
‫ُ ر‬
‫َه‬‫َل‬
‫ْت‬‫َا اب‬
‫َا م‬
‫ُ إذ‬
‫َان‬
‫ْس‬‫ِن‬
‫ّا ال‬
ْ ‫َأم‬
‫ف‬

‫َل‬
ّ ‫ِ ك‬
‫َن‬‫َان‬
‫ّي أه‬
‫َب‬‫ُ ر‬
‫ُول‬
‫َق‬‫َي‬
‫ُ ف‬
‫َه‬‫ْق‬
‫ِز‬‫ِ ر‬
‫ْه‬‫َي‬
‫َل‬‫ع‬

“Adapun manusia, apabila Rabbnya menimpakan ujian kepadanya dengan memuliakan dan
mencurahkan nikmat kepadanya maka dia mengatakan, ‘Rabbku telah memuliakanku’. Dan
apabila Dia mengujinya dengan membatasi rezkinya niscaya dia akan mengatakan,
‘Rabbku telah menghinakanku’. Sekali-kali bukan demikian…” (QS. al-Fajr :15-17)

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan

‫أي ليس كل من أكرمته ف الدنيا ونعمته فيها فقد أنعمت عليه وإنا كان ذلك ابتلء من له‬

‫ بل‬،‫ ول كل من قدرت عليه رزقه فجعلته بقدر حاجته من غي فضلة أكون قد أهنته‬،‫واختبارا‬

‫أبتلي عبدي بالنعم كما أبتليه بالصائب‬.

“Maknanya adalah: Tidaklah setiap orang yang Aku (Allah) berikan kemuliaan di
dunia dan Kuberikan kenikmatan dunia kepadanya maka itu berarti Aku benar-benar
mengaruniakan nikmat yang hakiki kepadanya. Karena sesungguhnya hal itu merupakan
cobaan dari-Ku kepadanya sekaligus sebagai ujian untuknya. Dan tidak pula setiap
orang yang Aku batasi rezkinya sehingga Aku jadikan rezkinya sebatas apa yang
diperlukannya saja tanpa ada kelebihan maka itu artinya Aku sedang menghinakan
dirinya. Namun, sesungguhnya Aku sedang menguji hamba-Ku dengan nikmat-nikmat
sebagaimana halnya Aku ingin menguji dirinya dengan berbagai bentuk musibah.”
(Ijtima’ al-Juyusy al-Islamiyah, hal. 8. Islamspirit.com)

Ikhwah sekalian, semoga Allah menganugerahkan kepada kita kesabaran ketika


tertimpa musibah dan ketulusan dalam bersyukur ketika mendapat curahan nikmat.
Inilah isi kehidupan dunia yang kita jalani sehari-hari… Sehat dan sakit, lapang
dan sempit, mudah dan sulit, semuanya adalah cobaan dari Rabbul ‘alamin kepada
hamba-hamba-Nya agar menjadi hamba yang sejati bagaimana pun keadaan yang
dialaminya.

Ibnul Qayyim rahimahullah di dalam Madarij as-Salikin (hal. 152) menjelaskan bahwa
iman itu terdiri dari dua bagian, satu bagian sabar dan satu bagian yang lain
adalah syukur. Beliau juga mengatakan (hal 155) bahwa sabar bagi iman laksana
kepala bagi tubuh seorang insan. Tidak ada iman pada diri orang yang tidak
memiliki kesabaran, sebagaimana halnya tidak ada jasad yang berfungsi apabila
tidak ada kepalanya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Umar bin al-Khatthab
radhiyallahu’anhu, beliau mengatakan, “Penghidupan yang terbaik itu sesungguhnya
kami peroleh dengan modal kesabaran.”

Demikian pula syukur, ia merupakan bukti keseriusan seorang hamba dalam mengabdi
dan tunduk kepada Rabbnya. Allah ta’ala berfirman,

‫ُون‬
َ ‫ُد‬‫ْب‬
‫َع‬‫ُ ت‬
‫ّاه‬
‫ْ إي‬
‫ُم‬‫ْت‬
‫ُن‬‫ْ ك‬
‫ِ إن‬
‫ُوا ل‬
ّ ‫ُر‬‫ْك‬
‫َاش‬
‫و‬

“Dan bersyukurlah kepada Allah jika kalian benar-benar beribadah hanya kepada-
Nya.” (QS. al-Baqarah ; 172)
Allah menciptakan pendengaran, penglihatan, dan hati adalah untuk kita syukuri.
Allah ta’ala berfirman,

‫ُم‬
ْ ‫ّك‬
‫َل‬‫َع‬
‫َ ل‬
‫َة‬‫ِد‬
‫ْئ‬‫َف‬
‫َال‬
‫َ و‬
‫َار‬
‫ْص‬‫َب‬
‫َال‬
‫َ و‬
‫ْع‬‫ّم‬
‫ُ الس‬
‫ُم‬‫َك‬
‫َ ل‬
‫َل‬‫َع‬
‫َج‬‫ًا و‬
‫ْئ‬‫َي‬
‫َ ش‬
‫ُون‬
‫َم‬‫ْل‬
‫َع‬‫َ ت‬
‫ْ ل‬
‫ُم‬‫ِك‬
‫َات‬
‫ّه‬‫ِ أم‬
‫ُون‬
‫ُط‬‫ْ ب‬
‫ِن‬‫ْ م‬
‫ُم‬‫َك‬
‫َج‬‫ْر‬
‫ُ أخ‬
‫َال‬
ّ ‫و‬

‫ُون‬
َ ‫ُر‬‫ْك‬
‫َش‬‫ت‬

“Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu-ibu kalian dalam keadaan kalian tidak
mengetahui apa-apa, dan Allah menciptakan untuk kalian pendengaran, penglihatan,
dan hati mudah-mudahan kalian bersyukur (kepada-Nya).” (QS. an-Nahl : 78).

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

‫َا‬
‫َن‬‫ّث‬
‫َد‬‫َ ح‬
‫َان‬
‫ْب‬‫َي‬
‫ِش‬‫ُ ل‬
‫ْظ‬‫ّف‬
‫َالل‬
‫ِ و‬
‫َة‬‫ِي‬
‫ُغ‬‫ِ ال‬
ْ ‫ْن‬‫َ ب‬
‫َان‬
‫ْم‬‫َي‬
‫ُل‬‫ْ س‬
‫َن‬‫ًا ع‬
‫ِيع‬
‫َ ج‬
َ ‫ّوخ‬
‫َر‬‫ُ ف‬
‫ْن‬‫ُ ب‬
‫َان‬
‫ْب‬‫َي‬
‫َش‬‫ّ و‬
‫ِي‬‫ْد‬
‫َز‬‫ٍ ال‬
‫ِد‬‫َال‬
‫ُ خ‬
‫ْن‬‫ُ ب‬
‫ّاب‬
‫َد‬‫َا ه‬
‫َن‬‫ّث‬
‫َد‬‫ح‬

‫ّم‬
َ ‫َل‬
‫َس‬‫ِ و‬
‫ْه‬‫َي‬
‫َل‬‫ُ ع‬
‫ّى ال‬
ّ ‫َل‬‫ِ ص‬
‫ُ ال‬
ّ ‫ُول‬
‫َس‬‫َ ر‬
‫َال‬
‫َ ق‬
‫َال‬
‫ٍ ق‬
‫ْب‬‫َي‬
‫ُه‬‫ْ ص‬
‫َن‬‫َى ع‬
‫ْل‬‫َي‬
‫ِي ل‬
‫ِ أب‬
‫ْن‬‫ِ ب‬
‫َن‬‫ّح‬
ْ ‫ِ الر‬
‫ْد‬‫َب‬
‫ْ ع‬
‫َن‬‫ٌ ع‬
‫ِت‬‫َاب‬
‫َا ث‬
‫َن‬‫ّث‬
‫َد‬‫ُ ح‬
‫َان‬
‫ْم‬‫َي‬
‫ُل‬‫س‬

‫َه‬
ُ ‫ًا ل‬
‫َي‬
ْ ‫َ خ‬
‫َان‬
‫َك‬‫َ ف‬
‫َر‬‫َك‬
‫ُ ش‬
‫ّاء‬
‫َر‬‫ُ س‬
‫ْه‬‫َت‬
‫َاب‬
‫ْ أص‬
‫ِ إن‬
‫ِن‬‫ْم‬
‫ُؤ‬‫ْم‬
‫ِل‬‫ّ ل‬
‫ٍ إل‬
‫َد‬‫َح‬
‫َ ل‬
ِ ‫َاك‬
‫َ ذ‬
‫ْس‬‫َي‬
‫َل‬‫ٌ و‬
‫َي‬
ْ ‫ُ خ‬
‫ّه‬‫ُل‬
‫ُ ك‬
‫َه‬‫ْر‬
‫ّ أم‬
‫ِ إن‬
‫ِن‬‫ْم‬
‫ُؤ‬‫ِ ال‬
ْ ‫ْر‬‫َم‬
‫ًا ل‬
ِ ‫َب‬‫َج‬
‫ع‬

‫َه‬
ُ ‫ًا ل‬
‫َي‬
ْ ‫َ خ‬
‫َان‬
‫َك‬‫َ ف‬
‫َب‬‫ُ ص‬
‫ّاء‬
‫َر‬‫ُ ض‬
‫ْه‬‫َت‬
‫َاب‬
‫ْ أص‬
‫َإن‬
‫و‬

Haddab bin Khalid al-Azdi dan Syaiban bin Farrukh menuturkan kepada kami, semuanya
dari jalan Sulaiman bin al-Mughirah, sedangkan lafaznya adalah milik Syaiban.
Mereka berkata: Sulaiman menuturkan kepada kami. Dia berkata: Tsabit menuturkan
kepada kami dari Abdurrahman bin Abi Laila dari Shuhaib radhiyallahu’anhu, dia
berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh mengagumkan
urusan seorang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Dan hal itu tidak
akan diperoleh kecuali oleh seorang mukmin. Apabila dia mendapatkan kesenangan,
maka dia bersyukur. Maka hal itu merupakan kebaikan baginya. Dan apabila dia
tertimpa kesusahan maka dia bersabar. Maka itu juga merupakan kebaikan baginya.”
(HR. Muslim dalam kitab az-Zuhd wa ar-Raqa’iq)

Ikhwah sekalian, untuk bisa menjadi hamba yang rajin bersyukur seorang hamba
senantiasa membutuhkan taufik dan pertolongan Allah ta’ala. Demikian pula untuk
menjadi seorang penyabar, maka Allah ta’ala adalah satu-satunya tempat kita
bergantung dan mengharap pertolongan. Allah ta’ala berfirman,

‫ِال‬
ّ
ِ ‫ّ ب‬
‫َ إل‬
‫ُك‬‫َب‬
ْ ‫َا ص‬
‫َم‬‫ْ و‬
‫ْب‬
ِ ‫َاص‬
‫و‬

“Bersabarlah, dan tidaklah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan dari


Allah.” (QS. an-Nahl : 127)

Imam Abu Dawud rahimahullah meriwayatkan di dalam Sunannya :

‫ْت‬
ُ ‫ِع‬
‫َ س‬
َ ‫َال‬
‫ٍ ق‬
‫ْح‬‫َي‬
‫ُر‬‫ُ ش‬
‫ْن‬‫ُ ب‬
‫َة‬‫ْو‬
‫َي‬‫َا ح‬
‫َن‬‫ّث‬
‫َد‬‫ُ ح‬
‫ِئ‬‫ْر‬
‫ُق‬‫َ ال‬
ْ ‫ِيد‬
‫َز‬‫ُ ي‬
‫ْن‬‫ِ ب‬
‫ُ ال‬
ّ ‫ْد‬‫َب‬
‫َا ع‬
‫َن‬‫ّث‬
‫َد‬‫َ ح‬
‫َة‬‫َر‬
‫ْس‬‫َي‬
‫ِ م‬
‫ْن‬‫َ ب‬
‫َر‬‫ُم‬
‫ُ ع‬
‫ْن‬‫ِ ب‬
‫ُ ال‬
ّ ‫ْد‬‫َي‬
‫ُب‬‫َا ع‬
‫َن‬‫ّث‬
‫َد‬‫ح‬

‫ّى‬
‫َل‬‫ِ ص‬
‫َ ال‬
ّ ‫ُول‬
‫َس‬‫ّ ر‬
‫ٍ أن‬
‫َل‬‫َب‬
‫ِ ج‬
‫ْن‬‫ِ ب‬
‫َاذ‬
‫ُع‬‫ْ م‬
‫َن‬‫ّ ع‬
‫ِي‬‫َاب‬
‫ّن‬‫ْ الص‬
‫َن‬‫ّ ع‬
‫ِي‬‫ُل‬
‫ُب‬‫ِ ال‬
ْ ‫َن‬‫ّح‬
ْ ‫ِ الر‬
‫ْد‬‫َب‬
‫ُو ع‬
‫ِ أب‬
‫َن‬‫ّث‬
‫َد‬‫ُ ح‬
‫ُول‬
‫َق‬‫ٍ ي‬
‫ِم‬‫ْل‬
‫ُس‬‫َ م‬
‫ْن‬‫َ ب‬
‫َة‬‫ْب‬
‫ُق‬‫ع‬

‫ُ ل‬
َ ‫َاذ‬
‫ُع‬‫َا م‬
‫َ ي‬
‫ِيك‬
‫َ أوص‬
‫َال‬
‫َق‬‫َ ف‬
‫ّك‬‫ِب‬
‫ُح‬‫ّي ل‬
‫ِ إن‬
‫َال‬
ّ ‫َ و‬
‫ّك‬‫ِب‬
‫ُح‬‫ّي ل‬
‫ِ إن‬
‫َال‬
ّ ‫ُ و‬
‫َاذ‬
‫ُع‬‫َا م‬
‫َ ي‬
‫َال‬
‫َق‬‫ِ و‬
‫ِه‬‫َد‬
‫ِي‬‫َ ب‬
‫َذ‬‫َ أخ‬
‫ّم‬‫َل‬
‫َس‬‫ِ و‬
‫ْه‬‫َي‬
‫َل‬‫ُ ع‬
‫ال‬
ّ

‫ِي‬
ّ ‫َاب‬
‫ّن‬‫ٌ الص‬
‫َاذ‬
‫ُع‬‫َ م‬
‫ِك‬‫َل‬
‫ِذ‬‫َى ب‬
‫ْص‬‫َأو‬
‫َ و‬
‫ِك‬‫َت‬
‫َاد‬
‫ِب‬‫ِ ع‬
‫ْن‬‫ُس‬
‫َح‬‫َ و‬
‫ِك‬‫ْر‬
‫ُك‬‫َش‬
‫َ و‬
‫ِك‬‫ْر‬
‫ِك‬‫َى ذ‬
‫َل‬‫ّ ع‬
‫ِن‬‫ّ أع‬
‫ُم‬‫ّه‬
‫ُ الل‬
‫ُول‬
‫َق‬‫ٍ ت‬
‫َة‬‫َل‬
‫ّ ص‬
‫ُل‬‫ِ ك‬
‫ُر‬‫ُب‬
‫ِ د‬
‫ّ ف‬
‫َن‬‫َع‬
‫َد‬‫ت‬

‫َن‬
ِ ‫ّح‬
ْ ‫ِ الر‬
‫ْد‬‫َب‬
‫َا ع‬
‫ّ أب‬
‫ِي‬‫َاب‬
‫ّن‬‫ِ الص‬
‫ِه‬‫َى ب‬
‫ْص‬‫َأو‬
‫و‬

‘Ubaidullah bin Umar bin Maisarah menuturkan kepada kami. Dia berkata; Abdullah
bin Yazid al-Muqri’ menuturkan kepada kami. Dia berkata; Haiwah bin Syuraih
menuturkan kepada kami. Dia berkata; Aku mendengar ‘Uqbah bin Muslim mengatakan;
Abu Abdirrahman al-Hubuli menuturkan kepadaku dari as-Shunabihi dari Mu’adz bin
Jabal -radhiyallahu’anhu- bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang
tangannya seraya mengucapkan, “Hai Mu’adz, demi Allah sesungguhnya aku benar-benar
mencintaimu. Demi Allah, aku benar-benar mencintaimu.” Lalu beliau bersabda, “Aku
wasiatkan kepadamu hai Mu’adz, jangan kamu tinggalkan bacaan setiap kali di akhir
sholat hendaknya kamu berdoa, ‘Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni
‘ibadatik’ (Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan
beribadah dengan baik kepada-Mu).” Maka Mu’adz pun juga mewasiatkan hal itu kepada
as-Shunabihi. Demikian juga as-Shunabihi mewasiatkan hal serupa kepada Abu
Abdirrahman (HR. Abu Dawud, disahihkan al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud)

Semoga Allah ta’ala memberikan taufik kepada kita untuk sabar dan syukur. Wa
shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam.
Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

You might also like