You are on page 1of 8

PENGAMANA PANTAI DI KEPULAUAN NUA PENIDA

Edy Sulistyono, Ir.,MT, Profesional Madya SDA KTA No : 074865

Lokasi Proyek Lokai proyek berada di kepulauan sebelah tenggara pulau Bali sebagaimana terlihat pada gambar berikut :

Morpologi Pantai. Pantai Suana menghadap ke timur dengan orientasi utara selatan condong ke tenggara, sehingga dapat diduga arus dominan di pantai ini adalah ke arah barat laut pada saat musim kemarau, yaitu bulan April Oktober dan sedikit berbalik arah menjadi barat laut/utara tenggara/selatan pada musim hujan, yaitu pada bulan Oktober April. Pantai dengan orirentasi seperti diatas pada umumnya akan relatip stabil dinamis, yaitu sedimen akan datang dan pergi secara berkala, sungai yang bermuara di pantai ini muaranya juga sering berbalik arah, namun tetap condong ke utara. Namun demikian,berhubung dengan lebar pantai bagian datar relatip sempit dan kemudian curam dan dalam, maka sebagian pasir yang terangkut ke arah offshore menjadi tidak dapat kembali lagi, maka pantai akan cenderung terabrasi. Dinamika gelombang, arus dan transport sedimen pantai Suane relatip sama dengan ruas pantai Toyopakeh Kutampi, namun karena orientasi kedua ruas tersebut relatip tegak lurus, maka perlakuan disalah satu ruas tidak akan berpengaruh terhadap ruas pantai lainnya, sehingga kedua ruas pantai tersebut dapat dipisahkan menjadi dua cell pantai yang berbeda. Melihat warna butiran pasir di sebelah utara dan warna gravel serta boulder dan dinding tebing pantai disebelah tenggara, maka dapat di duga sumber sedimen pasir sepertihalnya di pantai Toyopakeh Kutampi, merupakan hasil abrasi yang terjadi pada saat musim badai

dan pasang tinggi di sebelah tenggara dan ditransport oleh arus sejajar pantai yang bergerak dari timur ke barat laut. Sebagian butiran pasir hasil abrasi tetap berada di dataran karang dan ditransport ke arah barat oleh arus sejajar pantai dan sebagian yang lain bergerak tegak lurus pantai akibat arus pasang surut dan gelombang, dan bergerak keperairan dalam sehingga tidak dapat kembali lagi. Akibat proses tersebut diatas maka garis pantai akan terus mundur dengan cepat disebelah tenggara dan relatip lebih lambat di sebelah utara. Arah transportasi Sedimen sejajar pantai.

Pasang surut harga F = 0,406 di Tangtu dan F = 0.397 di Toyopakeh dengan demikian pasang-surut di perairan pantai Tangtu maupun Toyopakeh adalah bersifat campuran dominan pasang surut semi diurnal, artinya dalam 24 jam terjadi dua kali pasang dan dua kali surut. Elevasi Penting. Elevasi air tertinggi dan terendah yang mungkin terjadi pada peilskal. Di Tangtu : HHWL = 316.08 cm LLWL = - 29.88 cm Di Toyopakeh : HHWL = 347.44 cm LLWL = -14.64 cm Sirkulasi Arus Dari hasil pemodelan nampak arah arus pada saat pasang maupun surut dominan ke arah barat daya dan selatan sesuai dengan hasil pengukuran, hal ini disebabkan pada saat surut, perairan yang lebih luas di selatan akan turun terlebih dahulu dan pengaruhnya beberapa menit lebih lambat di lokasi pekerjaan dan pada saat diperairan luas mulai pasang proses surut di lokasi proyek masih berlangsung sehingga ketika pengaruh pasang sampai di lokasi

proyek hanya akan memeperlambat arus dengan arah tetap dan berbalik sesaat, tetapi kemudian berbalik arah lagi ketika perairan luas surut kembali. Kecuali akibat kenyataan diatas, lokasi pekerjaan yang berada di sebelah timur pulau Bali menyebabkan lebih banyak di pengaruhi arah angin dari timur dan tenggara ke barat, terutama pada musim kemarau (April Oktober) sehingga mendorong masa air laut dipermukaan untuk bergerak ke barat kemudian membelok ke selatan karena membentur patai timur pulau Bali. Kenyataan diatas menyebabkan sedimem transport sejajar pantai di pantai Nusa Penida dan Nusa Lembongan serta Nusa Ceningan condong bergerak ke barat dan kemudian tertumpuk di pantai barat Nusa Penida, Nusa Lembongan maupun Nusa Ceningan sebagaimana terlihat pada peta google dibawah ini.

Angin. Seperti pada umumnya wilayah lain di Indonesia, peta angin di kepulauan Nusa Penida dan sekitarnya dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara di benua Australia dan benua Asia. Perbedaan tekanan ini diakibatkan oleh letak matahari terhadap garis katulistiwa sehingga terjadi pergantian arah angin dari Australia ke Asia dan sebaliknya. Pergantian arah ini terjadi tiap tahun. Pengaruh pola angin tersebut pada keadaan setempat menimbulkan terjadinya 4 (empat) musim angin, yaitu musim angin Barat (angin Utara), dua musim angin transisi dan musim angin Timur (angin Selatan). Musim Angin Barat. Musim angin Barat berlangsung mulai bulan Desember sampai bulan Maret, angin dominan bertiup dari arah Barat dengan frekuensi rata-rata 40%. Kecepatan angin rata-rata 6-10 knot. Frekuensi dominan angin dari arah Utara ini terjadi pada bulan Maret. Periode Transisi Pertama. Transisi pertama dimulai pada bulan Maret sampai bulan Maret. Arah angin maupun besarnya selalu berubah-ubah. Pada bulan Mei, angin dari arah Barat mulai agak melemah (20%), sedangkan angin dari Tenggara mulai menguat (30%).

Musim Angin Timur. Musim angin Timur dimulai pada bulan Mei sampai bulan Oktober, dimana sebagian besar angin dominan bertiup dari arah Tenggara (40%) dengan kecepatan rata 6-10 knot. Pada musim angin ini, angin dominan dari Tenggara paling banyak terjadi pada bulan Agustus. Periode Transisi Kedua. Periode transisi kedua dimulai pada bulan Oktober sampai dengan November ditandai dengan berubah-ubahnya arah angin. Frekuensi angin tenang kira-kira 12 %. Frekuensi angin dari arah Tenggara menurun menjadi 14,89 %, sedangkan frekuensi angin Barat menguat menjadi 40 %. Abrasi Melihat warna butiran pasir di sebelah utara dan warna gravel serta boulder dan dinding tebing pantai disebelah tenggara, maka dapat di duga sumber sedimen pasir sepertihalnya di pantai Toyopakeh Kutampi, merupakan hasil abrasi yang terjadi pada saat musim badai dan pasang tinggi di sebelah tenggara dan ditransport oleh arus sejajar pantai yang bergerak dari timur ke barat laut. Sebagian butiran pasir hasil abrasi tetap berada di dataran karang dan ditransport ke arah barat oleh arus sejajar pantai dan sebagian yang lain bergerak tegak lurus pantai akibat arus pasang surut dan gelombang, dan bergerak keperairan dalam sehingga tidak dapat kembali lagi. Akibat proses tersebut diatas maka garis pantai akan terus mundur dengan cepat disebelah tenggara dan relatip lebih lambat di sebelah utara. Tataguna Lahan Pemanfaatan Lahan disepanjang pantai di lokasi pekerjaan yang menonjol adalah sebagai berikut : a. b. c. d. Permukiman nelayan dan pembudidaya rumput laut. Pekarangan. Pura (tempat ibadah umat Hindu). Tempat penyebrangan/pelabuhan

Kegiatan Masyarakat Kegiatan masyarakat sepanjang pantai di lokasi pekerjaan pad umumnya adalah sebagai berikut : a. b. c. d. e. Usaha budidaya rumput laut. Aktivitas nelayan pencari ikan Pariwisata. Penyebrangan. Melasti dan ibadah umat Hindu.

Ketersediaan Bahan Bangunan Bahan bangunan yang dapat dimanfaatkan untuk pengamanan pantai yang banyak tersedia di lokasi pekerjaan adalah batu kaput/lime stone yang berwarna putih ke kuningan (krem). Konsep Penyelesaian. Secara umum konsep penanganan dan pengendalian kerusakan pantai disesuaikan dengan karakteristik dan tata guna lahan daerah tersebut. Yang terutama adalah disesuaikan dengan jenis penggunaan lahan pada daerah daerah di sempadan pantai itu, apakah merupakan daerah produktif bernilai ekonomis, daerah pemukiman atau hanya tanah kosong. Hal ini dilakukan karena kita tidak mungkin melakukan pengaman terhadap seluruh garis pantai yang ada, terutama karena keterbatasan dana dan SDM. Sehingga demi optimalisasi maka perlu adanya penyesuaian dengan tata guna lahan sepadan pantai

yang akan diamankan. Jangan sampai terjadi dana untuk pengamanan lebih besar daripada nilai ekonomis yang diamankan, kecuali dengan beberapa pertimbangan khusus dan tertentu. Pertimbangan lainnya yang perlu diperhatikan adalah kesesuaian jenis tanah dengan konsep penanganannya, karena jangan sampai terdapat kesia- siaan dalam penanganan yg tidak sesuai dengan jenis tanah. Jangan sampai pada tanah yg tdk merupakan habitat mangrove, akan tetapi ditanami mangrove, sehingga akan menjadi pemborosan. Hal lain yang juga penting adalah pertimbangan mengenai kegiatan masyarakat setempat, jangan sampai pemilihan konsep penanganan akan mengganggu kegiatan masyarakat setempat. Jika banyak aktifitas nelayan dilokasi tersebut, maka perlu dipertimbangkan akses nelayan ke laut dan keamanannya. Untuk daerah kritis dengan tingkat kerusakan cukup parah bisa diatasi dengan teknologi sederhana terlebih dahulu, jika daerah tersebut bernilai ekonomis tinggi ,maka bisa menggunakan groin atau seawall. Akan tetapi perlu diperhatikan dengan konstelasi secara makro untuk transport sedimen dengan daerah sekitar. Mengenai bahan yang akan dipakai, konsultan akan mempertimbangkan faktor pelaksanaan, faktor pemeliharaan, faktor ketersediaan dilokasi pekerjaan atau sekitarnya, ramah lingkungan dan murah secara biaya. Dalam rangka pemilihan sistem atau konsep, selain mempertimbangkan hal hal diatas, konsultan juga akan memepertimbangkan dinamika pantai yang terjadi dalam jangka panjang. Memperhatikan hasil pengukuran batimetri, sedimen dasar dan arus, dapat disimpulkan bahwa bahwa pada saat ini pantai berada pada keadaan . Berdasarkan analisis perubahan garis pantai terdapat beberapa tempat yang mengalami kemunduran garis pantai (abrasi), akan tetapi tidak significant. Akan tetapi secara kwantitatif kesimpulan tersebut akan dapat disampakan hingga selesainya secara keseluruhan pemodelan, yang mana akan disampaikan dalam laporan berikunya. Kesimpulan : Berdasarkan hasil pengukuran arus di lapangan, pemodelan matematik maupun analisis sedimen sejajar pantai, dapat disimpulkan bahwa arus sejajar pantai di lokasi pekerjaan dominan mengalir dari arah timur atau tenggara ke barat atau barat laut, sehingga hasil abarasi cenderung bergerak dan mengendap di sepanjang pantai disebelah barat. Arah arus dominan ini banyak dipengaruhi juga oleh posisi dan orientasi pantai lokasi pekerjaan. Lokasi pekerjaan yang berada di sebelah timur pulau Bali menyebabkan arah angin dari arah timur dan tenggara lebih banyak mempengaruhi dinamika pantai di lokasi pekerjaan. Karena didepan garis pantai terdapat perairan yang dalam dan curam, maka sebagian sedimen yang diangkut pada saat musim gelombang besar bergerak masuk ke perairan dalam, dan tidak dapat dikembalikan lagi ke pantai pada kondisi gelombang normal, sehingga pantai cenderung terus mundur hampir di seluruh panjang pantai dengan derajad yang sedikit bervariasi, fenomena ini didukung oleh hasil analisis sedimen yang diambil arah melintang pantai. Kondisi ini tidak menguntungkan mengamankan pantai dengan menangkap sedimen didepan pantai, baik menggunakan offshore breakwater maupun groin. Berdasarkan hasil analisis data pasang surut, elevasi HHWL mencapai sekitar +3.50 m, sedang elevasi berm rata rata + 3.50 juga sehingga pada saat pasang tertinggi run up akan melimpas mencapai berm pantai, jika hal ini terjadi pada saat musim badai, maka gelombang akan menghancurkan berm pantai dan akan merusak prasarana yang ada.

Bangunan pengamanan pantai yang ada dan sudah dibangun saat inumumnya terbuat dari struktur kaku sehingga mudah retak akibat gempuran gelombang. Jika bangunan pengaman pantai sudah retak, maka butiran halus dibelakang bangunan akan terhisap ke laut pada saat muka air surut atau saat set down gelombang. Peristiwa itu selanjutnya akan menyebabkan bangunan tidak lagi mempunyai tempat bersandar dan akan hancur pada gempuran gelombang selanjutnya. Mulut muara Tukad Ayung tertutup disisi kiri akibat transport sedimen dari utara (di pantai Tangtu)yang terjadi pada musim transisi dari kemarau ke penghujan, yaitu antara bulan jui sampai dengan Oktober. Pada umumnya perubahan garis pantai akibat abrasi (akibat gelombang), disemua pantai dan erosi (akibat arus), khususnya pantai Ceningan. Pantai Jungut Batu mengalami abrasi parah dan bagian depannya merupakan dataran karang yang dangkal dan cukup lebar (300 m). Pasir dibagian ini akan bergerak bolak balik dari barat ke timur sesuai musim, tetapi sebagian akan masuk keperairan dalam sehingga semakin berkurang. Sedang kan dibagian yang mengarah ke utara selatan, pantai Jungut Batu relatip datar dan lebar ( sekitar 700 m), pada bagian ini pantai tidak terlihat mengalami abrasi serius, tetapi pada bagian ini sedimen cendrung bergerak ke selatan oleh pengaruh angin barat dan arus surut. Pantai Ceningan terletak di selat yang dangkal dan sempit, pantai ini tidak cenderung mengalami erosi karena pengaruh arus pasang surut dan cenderung sedimen bergerak ke arah utara. Kerusakan bangunan umunya akibat defraksi gelombang di mulut muara Rekomendasi : Pembuatan seri groin tidak akan efiktip karena jika menangkap pasir yang sama, pasir yang terkumpul akan terabrasi dan masuk keperairan dalam didepannya. Disamping itu sumber pasir tidak terlalu banyak. Pembuatan offshore breakwater akan mengganggu transportasi nelayan dan perahu wisata yang berlayar sejajar pantai. Dengan memperhatikan pertimbangan pertimbangan diatas, maka konsultan mengusulkan penanganan erosi dan abrasi pantai yang terjadi dengan membangun perlindungan langsung didepan berm pantai berupa sistim revetmen. Bahan revetment dapat terbuat dari tumpukan batu kali, yang bagian belakangnya dilapisi dengan geotextile nonwoven. Untuk mengatasi penutupan muara Tukad Ayung, diusulkan pembuatan groin disisi kiri/utara dengan oanjang yang sama dengan yang sudah ada Pantai Ceningan berupa reverment pasangan batu kali. Pantai Jungut Batu dari patok CP 3 sampai dengan patok CP 8 menggunakan revetment rubbble mound Pantai Jungut Batu yang membujur dari utara ke selatan menggunakan seri groin Y

Pemilihan Bahan bangunan. Pemilihan bahan bangunan didasarkan pada beberapa pertimbangan atau faktor, setiap faktor diberi bobot. Adapun pertimbangan pemilihan bahan bangunan tadi secara sederhana dapat dilihat dalam tabei berikut :
Batu pecah

Uraian 1.biaya 2.pelaksanaan 3.fungsi 4.pemeliharaan 5.perbaikan 6.umur konstrusi 7.pengadaan bahan 8.dampak lingkungan 9.keindahan 10.transportasi material 11.refleksi Total Score

Pasangan batu kali Sedang ( 2 ) Mudah ( 3 ) Kurang ( 1 ) Sedang ( 2 ) Sedang ( 2 ) Pendek ( 1 ) Mudah ( 3 ) bagus (3 ) Sedang ( 2 ) Mudah (3 ) besar(1) 23

Tetrapode Mahal ( 1 ) Sulit( 1 ) Bagus( 3 ) Murah ( 3 ) Mudah( 1 ) Panjng( 3 ) Sulit ( 1 ) kurang ( 1 ) Kurang ( 1 ) Mudah(3) Kecil(3) 21

Sedang( 2 ) Sulit ( 1 ) Bagus ( 3 ) Murah ( 3 ) Mudah ( 3 ) Panjang ( 3 ) Sedang( 2 ) Bagus ( 3 ) Bagus ( 3 ) Berat (1 ) kecil(3) 27

Dari table diatas nampak batu pecah mendapatkan score tertinggi, artinya pemakaian batu pecah adalah yang paling menguntungkan Skala prioritas : Dalam rangkan mengantisipasi keterbatasan dana untuk konstruksi, maka konsultan merasa perlu untuk membuat rekomendasi skala prioritas dalam pembangunannya kelak. Sesuai dengan pertimbangan diatas, yaitu salah satunya tingkat kepentingan bangunan yang berada dibelakang revetment dan tingkat erosi yang terjadi, maka konsultan merekomendasikan urutan prioritas sebagai berikut : a. b. c. Prioritas pertama, section disekitar permukiman, jalan akses dan tempat ibadah. Prioritas kedua, section dimana terdapat usaha budidaya rumput laut.. Prioritas terakhir, section lainnya.

You might also like