Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
HENDY DWI SETIAWAN
NIM. 20060109
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Usulan Tugas Akhir ini.
Usulan Tugas Akhir ini berjudul “Analisis Panjang Total dan Berat Tubuh Udang Putih
Usulan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
Mandira,
2. Bapak Ir. Rudhi Hartono, selaku Manager Modul 19 – 23 Blok 4 PT. Wachyuni
Mandira,
5. Bapak Ir. Jantilas Pakpahan, selaku pembimbing II atas saran dan kritiknya
2
6. Seluruh kepala seksi serta supervisor modul 19 – 23 Blok 4 PT. Wachyuni
Mandira.
7. Kedua orang tua tercinta, kakakku, dan kedua adikku atas do’a restu dan
Akhir kata semoga apa yang telah dilaksanakan oleh penulis dapat memberikan
Penulis
3
DAFTAR ISI
Teks Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................... 2
4
3.2. Metode Penelitian............................................................................ 21
5
DAFTAR TABEL
6
DAFTAR GAMBAR
7
BAB I
PENDAHULUAN
vannamei merupakan spesies asli dari Perairan Amerika Tengah. Spesies udang putih
awal tahun 2000. Hal ini menggairahkan kembali usaha pertambakan di Indonesia yang
mengalami kegagalan budidaya akibat serangan penyakit terutama bintik putih (white
spot) pada budidaya udang windu (Penaeus monodon Fab.). Penyakit white spot telah
menyerang tambak-tambak udang windu, baik yang dikelola secara tradisional maupun
intensif meskipun telah menerapkan teknologi tinggi dengan fasilitas yang lengkap.
yang besar. Keuntungan dari usaha budidaya udang putih ini dapat diperoleh secara
maksimal apabila udang yang dibudidayakan mencapai laju pertumbuhan maksimal dan
pertumbuhan normal (proporsi panjang dan berat yang seimbang atau tidak kuntet)
sehingga diperoleh nilai rasio konversi pakan atau Feed Convertion Ratio (FCR) yang
unggul. Spesies ini dapat tumbuh hingga 20 gram secara cepat dengan laju
pertumbuhan mencapai 3 gram per minggu dengan budidaya kepadatan tinggi (100
8
ekor/m2). Setelah itu, udang putih (Litopenaeus vannamei) tumbuh lambat sekitar 1
gram per minggu, dan individu betina tumbuh lebih cepat dibandingkan individu jantan.
(Wyban dan Sweeney, 1991). Oleh karena itu, pengamatan pertumbuhan panjang
maupun berat tubuh udang harus diamati secara visual dari hari ke hari pemeliharaan.
Pengamatan pertumbuhan udang, baik panjang dan berat merupakan salah satu
hal yang penting untuk diamati selama proses budidaya udang. Hal ini perlu dilakukan
pertumbuhan normal, panjang total dan berat udang harus sesuai dengan perbandingan
tertentu dan konstan. Udang yang tumbuh dengan normal yakni pertambahan panjang
total dan pertambahan berat tubuh udang tersebut seimbang atau proporsional. Hal ini
budidayawan tersebut.
dirumuskan sebagai penambahan ukuran panjang dan berat dalam suatu waktu,
mempengaruhinya. Faktor ini dapat digolongkan menjadi 2 bagian yang besar, yaitu
faktor dalam dan luar. Faktor dalam tersebut umumnya antara lain keturunan, sex,
9
umur, parasit dan penyakit. Sedangkan, faktor luar tersebut yang utama
berat udang harus seimbang sehingga tubuh udang tumbuh secara proporsional
(normal). Berat udang dengan laju pertumbuhan normal akan terlihat dengan
panjang 1,43 mm/hari dan pertumbuhan berat sebesar 0,28 gram/hari. Menurut SOP
PT. Wachyuni Mandira (2008) laju pertumbuhan udang putih sebesar 0,05 - 0,15
gram/hari.
dibudidayakan dengan cara sampling Mean Body Weight (MBW) udang secara rutin
setiap seminggu sekali. Selain itu, cara lain untuk melihat pertumbuhan udang dapat
juga dilihat dari pertambahan panjangnya. Namun, pertumbuhan udang pada umur
tertentu itu tidak mengalami perubahan panjang pada selang waktu tertentu (Effendie,
1997).
udang serta hubungan antara keduanya, maka dilakukan penelitian yaitu studi kasus
tentang hubungan antara panjang tubuh dan berat udang putih (Litopenaeus vannamei)
dengan asumsi adanya hubungan yang erat antara panjang tubuh dengan berat udang,
10
sehingga akan diperoleh persamaan yang menggambarkan faktor pertambahan berat
panjang total dan berat tubuh udang putih (Litopenaeus vannamei) yang
dibudidayakan di tambak intensif dengan dasar tambak full plastic dan semi plastic.
korelasi antara panjang total dan berat udang pada pertumbuhan normal. Selain itu,
hasil penelitian ini berupa persamaan regresi yang diperoleh diharapkan dapat
digunakan sebagai panduan untuk memantau kondisi pertumbuhan udang yang sedang
dipelihara.
Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah pada analisis hubungan panjang
total dan berat tubuh udang putih (Litopenaeus vannamei) yang dipelihara di tambak
intensif dengan dengan dasar tambak full plastic dan semi plastic dan kepadatan tebar
100 ekor/m2 pada hari pemeliharaan (Day of Culture/DOC)-30, DOC-37 dan DOC-
44.
11
1.6. Waktu dan Tempat
tanggal 29 Juni 2009 di Blok 4 Jalur 76 Nomor Tambak 19 dan 20, PT. Wachyuni
Selatan.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi udang putih menurut Wyban dan Sweeney, 1991 sebagai berikut :
Filum : Arthopoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Decapoda
Famili : Penaidae
Genus : Penaeus
13
Tubuh udang secara umum dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala (anterior),
tengah (thorax) dan abdomen (posterior). Bagian kepala dan thorax bergabung
punggung (dorsal) dan samping (lateral). Mempunyai lima pasang kaki jalan
(pereiopods) yang terletak pada bagian ventral chepalothorax dan lima pasang kaki
renang (pleopods) yang terletak pada bagian ventral abdomen (Burukovskii, 1985
dalam Yusmansyah, 2005). Menurut Tseng (1987), udang putih dengan pertumbuhan
normal mempunyai laju pertumbuhan panjang 1,43 mm/hari dan pertumbuhan berat
sebesar 0,28 gram/hari. Udang putih mempunyai habitat asli pada dasar perairan yang
saat juveniles dan di laut pada saat dewasa dengan ukuran panjang total maksimum
tubuh. Hubungan panjang dengan berat seperti hukum kubik yaitu bahwa berat sebagai
pangkat tiga dari panjangnya. Namun, hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya
tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan dan udang bebeda-beda. Panjang dan
berat ikan atau udang bila diplotkan dalam suatu gambar maka akan kita dapatkan
seperti gambar 2, maka hubungan tadi tidak selamanya mengikuti hukum kubik tetapi
14
, dengan W = berat ikan atau udang
b
W = a.L
L = panjang tubuh ikan atau udang,
a & b = konstanta
Berat (gram)
Panjang (mm)
Gambar 2. Hubungan Panjang dan Berat pada Ikan (Effendie, 1997)
akan mendapatkan persamaan log W = log a + b log L, yaitu persamaan linier atau
persamaan garis lurus. Harga konstanta b ialah harga pangkat yang harus cocok dari
panjang ikan agar sesuai dengan berat ikan. Menurut Carlander (1969) dalam
Effendie (1997) harga eksponen ini telah diketahui dari 398 populasi ikan berkisar 1,2
– 4,0. Namun, biasanya harga konstanta b berkisar dari 2,4 – 3,5. Bilamana harga
konstanta b sama dengan 3,0 menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan tidak berubah
15
yang disebut pertumbuhan isometrik. Apabila harga konstanta b lebih besar atau lebih
kecil dari 3,0 dinamakan pertumbuhan allometrik. Harga konstanta b yang kurang
dari 3,0 menunjukkan keadaan ikan yang kurus yaitu pertambahan panjangnya lebih
cepat dari pertambahan beratnya, sedangkan harga konstanta b lebih besar dari 3,0
menunjukkan ikan itu montok, pertambahan berat lebih cepat dari pertambahan
panjangnya.
- Panjang total adalah panjang udang yang diukur dari ujung rostrum hingga ujung
telson.
- Panjang standar adalah panjang udang yang diukur dari pangkal orbital notch
- Panjang karapas adalah panjang udang yang diukur dari pangkal orbital notch
sejenis yang ditetapkan sebagai satuan. (Mashuri, et.al., 2008). Menurut Effendie
(1997), hal-hal yang sering menjadi sumber kesalahan di dalam pengukuran ikan,
antara lain : pada ikan yang sudah kaku, lupa meluruskan badannya, lupa merapatkan
bibir mulut, lupa meluruskan bagian ekor, dan pelaku yang mengerjakan pengukuran.
Menurut Mashuri, et. al. (2008), salah satu sumber utama yang menimbulkan
16
ketidakpastian pengukuran, yaitu kekurangterampilan manusia saat melakukan
kegiatan pengukuran, misalnya metode pembacaan skala tidak tegak lurus (paralaks),
salah dalam membaca skala, dan pengaturan atau pengesetan alat ukur yang kurang
kompleks, sehingga banyak hal yang harus diatur sebelum alat tersebut digunakan. Bila
yang mengoperasikan tidak terampil, semakin banyak yang harus diatur semakin besar
dengan melakukan kalibrasi alat timbang tersebut terlebih dahulu sebelum digunakan,
menghindari gangguan luar yang dapat mempengaruhi hasil pembacaan skala, dan
17
2.3. Tambak Udang Intensif
kecil dari tambak ekstensif dan semi-intensif yaitu sekitar 0,4 – 0,5 ha, dengan tujuan
kotoran dan sebagainya. Pemasukan dan pembuangan air melewati saluran dan pintu
air yang terpisah. Pada petakan tambak intensif seluas 0,5 ha, pintu pembuangan air
berbentuk bujur sangkar dengan lantai dasar miring ke tengah ke arah pintu
pembuangan di tengah. Dengan konstruksi semacam ini, semua kotoran udang dapat
dibuang dengan tuntas keluar tambak lewat pintu tengah, karena putaran arus yang
ditimbulkan oleh kincir air mengalirkan semua kotoran ke bagian tengah petakan
tambak. Dasar tambak sebaiknya merupakan jenis tanah keras, pasir atau kerikil dan
tanpa caren. Tanggul terbuat dari tanah atau tembok dengan kemiringan 1:1 sampai
tegak. Kedalaman air budidaya lebih dari 150 cm dengan penggantian air berkisar
antara 5 – 30% per hari tergantung umur udang. Selama budidaya menggunakan 8
unit kincir atau aerasi per hektar. Pengisian air budidaya mutlak menggunakan pompa.
Padat penebaran benih udang (benur) berkisar 30 ekor/m2 hingga lebih dari 40 ekor/m2
untuk spesies udang windu dan berkisar antara 80 - 300 ekor/m2 untuk spesies udang
pakan buatan yang bentuk, ukuran, dan dosisnya disesuaikan dengan ukuran dan
18
stadium hidup udang. Desain dasar tambak ada 3 macam, yaitu full plastic (gambar
19
BAB III
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini tercantum pada tabel 1 sebagai
berikut :
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini pada tabel 2 sebagai berikut :
20
3.2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus, yaitu dengan
mengamati perbandingan antara panjang total dengan berat tubuh udang dari sampel
udang yang diambil. Menurut Muhammad (1991), studi kasus adalah melakukan
pengumpulan data sejumlah unit (satuan) atau individu dalam waktu yang bersamaan
dan merata sehingga menghasilkan gambaran umum dari contoh yang diamati.
pengambilan sampel yaitu DOC-30, DOC-37, dan DOC-44 untuk mendapatkan nilai
parameter uji utama, berupa panjang total dan berat tubuh udang putih. Interval
waktu antar sampling adalah 7 hari dengan dasar pemikiran bahwa waktu jeda antara
waktu ganti cangkang (intermoulting) udang penaeid pada Average Body Weight
- Sanitasi peralatan sampling dengan membersihkan jala dan alat sampling dari
- Sampel udang diambil dengan cara dijala pada 3 titik sampling per tambak
21
- Mencelupkan jala dan alat sampling ke dalam larutan kaporit 100 ppm setiap
- Setelah jala sampling selesai digunakan, jala dijemur di bawah sinar matahari
hingga kering.
- Setiap individu udang diukur panjang total tubuh masing-masing udang putih
- Meletakkan tubuh udang di atas mistar pada alat ukur dengan posisi
- Memposisikan ujung rostrum sejajar dengan skala 0 mm dan skala yang sejajar
- Setiap individu udang diukur berat tubuh masing-masing udang putih yang
- Meniriskan udang hingga relatif tidak ada tetesan air dan tubuh udang
22
3.2.2. Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data dengan mengumpulkan data panjang total dan berat
tubuh melalui sampling udang putih (Litopenaeus vannamei) yang dipelihara di 3 unit
tambak intensif dengan umur benur pada saat tebar adalah PL-12 dan menitikberatkan
pada 2 parameter yaitu parameter uji utama dan parameter uji penunjang.
Pengambilan data uji utama berupa pajang total dan berat tubuh udang
dilakukan pada hari pemeliharaan atau Day of Culture (DOC)-30, DOC-37, dan DOC-
44 masing-masing 100 ekor. Sedangkan, data uji penunjang berupa data monitoring
status kesehatan udang, size variation benur, jumlah pakan perhari (feeding rate),
densitas plankton, serta faktor-faktor kimia perairan, seperti suhu perairan, oksigen
terlarut (Dissolved Oxygen/DO), derajat keasaman (pH), dan alkalinitas yang diukur
Pada saat kita membicarakan keeratan hubungan antara dua ciri atau lebih,
maka kita berarti tertarik pada persoalan korelasi, sedangkan regresi adalah berkenaan
Menurut Hile (1936) dalam Effendie (1997), persamaan hubungan panjang dan
= konstanta yang dicari dari persamaan tersebut. Selanjutnya data dianalisa dengan 2
23
macam metode yaitu metode pendekatan yang dikemukakan oleh Carlander (1968)
yang disertai anggapan bahwa varians dari kelas-kelas tersebut harus sama. Selain itu,
data tersebut juga akan dianalisa dengan “Metode Kuadrat Terkecil” yang
dikemukakan oleh Sudjana (1992). Tabulasi data dengan metode weighted regression
(Carlender, 1968 dalam Effendie, 1997) terdapat pada tabel 4 halaman 26 serta
tabulasi data dengan metode kuadrat terkecil oleh Sudjana (1992) terdapat pada tabel
5 halaman 28.
Menurut Sudjana (1992), data yang diperoleh harus dilakukan beberapa tahap
pengolahan, seperti :
a. Pembuatan diagram pencar (diagram tebar) dari data uji utama yang diperoleh
guna pendugaan jenis regresi linear (gambar 5.a) atau regresi non linear
(gambar 5.b)
Y Y
120 35
100 30
25
80
20
60
15
40
10
20 5
0 X 0 X
0 2 (a) 4 6 0 2 (b) 4 6
Gambar 5. Diagram Pencar Regresi Linear (a) dan Regresi Non-Linear (b)
(Sudjana, 1992)
24
b. Apabila hasil pendugaan bukan regresi linear, maka ditentukan persamaan
regresi panjang total (X) atas berat tubuh (Y) yang bentuknya non-linear,
Nilai koefisien relasi (r) berkisar antara -1 dan +1 (-1 < r < +1), dengan
25
Keterangan :
L1, L2, L3, Ln, = Kelas-kelas data panjang total tubuh udang
N = jumlah total sampel udang yang diteliti (syarat N > 100 unit)
26
N = ∑nw = ∑nL
n.Xi
X
N
n.Yi
Y
N
2
2 2
( n.Xi)
x n.Xi
N
2
2 2
( n.Yi)
y n.Yi
N
nXi . nYi
xy nXiYi N
b
xy ,
2
x
a = Y – b.X
r
XY
2 2
( x . y )
27
Tabel 5. Tabulasi Data dengan Metode Kuadrat Terkecil
Panjang Total Berat Tubuh
Responden XY X2 Y2
(X) (Y)
1 X1 Y1 X1Y1 X12 Y12
2 X2 Y2 X2Y2 X22 Y22
3 X3 Y3 X3Y3 X32 Y32
.... .... .... .... .... ....
.... .... .... .... .... ....
.... .... .... .... .... ....
.... .... .... .... .... ....
.... .... .... .... .... ....
N Xn Yn XnYn Xn2 Yn2
Jumlah ∑X ∑Y ∑XY ∑X2 ∑Y2
n XY ( X. Y)
b
n X 2 ( X) 2
n XY ( X. Y )
r
n X X n Y Y
2 2 2 2
Sumber: Sudjana (1992)
Data penunjang berupa data size variation benur, jumlah pakan perhari
kimia perairan, seperti suhu perairan, derajat keasamaan (pH), kadar garam (salinitas),
oksigen terlarut (DO), dan alkalinitas selama penelitian disajikan dalam bentuk tabel
28
DAFTAR PUSTAKA
Holthuis, L.B. 1980. FAO Species Catalogue Vol. 1 - Shrimps And Prawns of The
World : An Annotated Catalogue of Species of Interest to Fisheries. FAO
Fisheries Department. Rome
Mashuri, et.al. 2008. Fisika Non Teknologi Jilid 1 untuk SMK. Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Sudjana. 1992. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti, Ed. III.
Penerbit Tarsito. Bandung
29
Yusmansyah, Damanhuri, 2005. Kajian Dinamika Populasi Udang Putih (Penaeus
merguiensis de Man) dan Udang Krosok (Penaeus semisulcatus de Haan) di
Perairan Utara Lamongan-Jawa Timur. Fakultas Perikanan Universitas
Brawijaya. Malang
30
Saran dan Kritik
dapat disampaikan kepada kami
melalui
Mobile Phone : +62856-6922-4041
e-mail : hendyds@gmail.com
Terima Kasih atas Perhatian dan Bantuannya.
31