You are on page 1of 51

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR


WATER RESOURCES AND IRRIGATION SECTOR MANAGEMENT PROGRAM (WISMP) BASIN WATER RESOURCES MANAGEMENT (BWRM) WISMP

DINAMIKA MUARA DAN PANTAI


MODUL ON THE JOB TRAINING HIDROLOGI RIM

BWRM WISMP Part A 2009.


Provinsi Jawa Tengah & DIY
File C: \ BWRM\ Dinamika Muara Pantai OJT. Ppt 1

Terwujudnya Kemanfaatan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan untuk se-besar2 Kemakmuran Rakyat
1. 2. 3. 4. 5. KONSERVASI SUMBER DAYA AIR (SDA) PENDAYAGUNAAN SDA ( PENATAGUNAAN, PENYEDIAAN, PENGGUNAAN, PENGEMBANGAN, dan PENGUSAHAAN) PENGENDALIAN dan PENANGGULANGAN DAYA RUSAK AIR SISTEM INFORMASI DATA SDA : KETERSEDIAAN, KETERBUKAAN & SENYATANYA (HIDROLOGI, TELEMETRY, dsb.) PEMBERDAYAAN dan PENINGKATAN PERAN MASYARAKAT, DUNIA USAHA & PEMERINTAH ( KELEMBAGAAN : P3A, GP3A TKPSDA, DEWAN SDA , ATAU WADAH KOORDINASI LAINNYA)

Good Governance In Water Resources Management.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Kelestarian; Keseimbangan; Kemanfaatan umum; Keterpaduan dan Keserasian; Keadilan; Kemandirian; dan Transparansi dan Akuntabilitas.

BEKERJA KERAS, BERGERAK CEPAT, BERTINDAK TEPAT, KREATIF DAN INOVATIF.

GARIS BESAR PEMBAGIAN WEWENANG & TANGGUNG JAWAB PENGELOLAAN SDA


(UU 7/2004)

PEMERINTAH PUSAT
Pengelolaan SDA yang terletak pada Wil. Sungai: - Lintas Provinsi - Lintas Negara - Strategis Nasional

PEMERINTAH PROVINSI
Pengelolaan SDA yang terletak pada Wil. Sungai: - Lintas Kabupaten/ Kota

PEMERINTAH KAB/KOTA
Pengelolaan SDA yang terletak pada Wil. Sungai: - dalam Kabupaten/ Kota.

Pasal 14

Pasal 15

Pasal 16

Sebagian WEWENANG Pemerintah (Pusat) dalam pengelolaan SDA dapat diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah sesuai dg peraturan per-UU-an. (Pasal 18)

PENGELOLAAN SATUAN WILAYAH PANTAI MENGIKUTI WILAYAH SUNGAI


Di Jawa Tengah terdapat 128 Daerah Aliran Sungai (DAS) terkelompok dalam 10 Wilayah Sungai (WS)

UU No. 7 / 2004 Ttg SDA , PP No 42 / 2008 Ttg Pengelolaan SDA, juncto Per Men PU. NO. 11A / 2006. 4 WS Lintas Prov Pusat : (1) Cimanuk Cisanggarung, (2) Citanduy, (3) Progo Opak Serang, (4) B Solo. 1 WS. Lintas Kabupaten , Dikelola Provinsi Jawa Tengah : (1) WS. Bodri Kuto. 2 WS. Kabupaten Dikelola Kab. Jepara : (1) WS. Wiso Gelis, (2) WS. Karimunjawa.

3 WS Strategis Nasional, Dikelola Pusat : (1) WS. Pemali Comal, (2) Jratunseluna, (3) Serayu Bogowonto.

PENGELOLAAN TATA RUANG BERBASIS DAS.


Aplikasi Semua Sektor Harus Menyesuaikan Bentuk Geomorphologi dan gaya Gravitasi al. KONSERVASI Kawasan Lindung lokasi WADUK di Hulu. Irigasi dan Air Baku untuk Pemukiman di Hilir BANDARA

KAWASAN LINDUNG 30% DAS PERKEBUNAN

KONSERVASI
KABUPATEN C

KABUPATEN B
PERMUKIMAN

PERIKANAN PARIWISATA PERKEBUNAN PETERNAKAN WADUK IRIGASI AIR BAKU INDUSTRI

PLTA

KOTA A
IRIGASI
PENGENDALIAN BANJIR
UU No. 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang PP No. 38 Tahun 2007 Ttg Pembagian Tugas Pemerintahan. PP No. 42 Tahun 2008 Ttg Pengelolaan Sumber Daya Air

INDUSTRI

LAUT
LEPAS

- DAS dalam 1 Kab / Kota Kewenangan oleh Kab / Kota ybs - DAS Lintas Kab / Kota Kewenangan Pengelolaan oleh Provinsi - DAS Strategis Nasional dan atau Lintas Provinsi Kewenangan Pengelolaan oleh Pusat

WATER RESOURCES MANAGEMENT.


2000 m usl

t0

ONE ONE ONE ONE ONE

RIVER BASIN COMPREHENSIVE VIEW SHARED VISION OVERALL PLANNING INTEGRATED MANAGEMENT

UPSTREAM

LAW 41/1999 FORESTRY LAW 7/2004 WATER RESOURCES LAW 32/2004 AUTONOMY LAW 24/2007 DISASTER MNGMT LAW 26/2007 SPATIAL PLANNING COMMUNITY BASED PARTNERSHIP DINAMIKA MUARA DAN PANTAI

WATER FACTORY AREA


PROTECTED AREA

t1 MIDDLESTREAM

Everlasting protected area Conservation forest, protected forest, and equivalent Forest village, agroforest Forest reboization (GRLK, GNRHL, GNKPA) Tight control for villas and settlement development Role of community: forest village community, community forestry

WATER OUTLET AREA


SUPPORTED AREA

t2

. . .. . . ..
DOWNSTREAM
t3 COAST t4

Villagers capacity building Agroforest eboization (GRLK, GNKPA) Revitalization of lakes, rivers, hidraulic structures Agro and Eco-tourism Highland city: Urban forestry

WATER USER AREA


CIVILIZED AREA

Everlasting rice fields Lowland city: Green City Reboization (GRLK, GNKPA) Urban drainage, Polder, Zero Waste (3R) River border planning Environmental friendly industries

ESTUARY AREA
COASTAL PROTECTED AREA

Coastal border planning Mangrove and coastal forest Coral reef

FROM: WATER RESOURCES MANAGEMENT SOBIRIN, DUDI S ABDURACHIM at all 2007

KONSEP PENGELOLAAN PANTAI


Di Jawa Tengah terdapat 128 Daerah Aliran Sungai (DAS) terkelompok dalam 10 Wilayah Sungai (WS) PENGELOLAAN SATUAN WILAYAH PANTAI MENGIKUTI WILAYAH SUNGAI Legal Aspek : - UU No. 7 / 2004 Ttg SDA , - PP No 42 / 2008 Ttg Pengelolaan SDA, juncto : - Per Men PU. NO. 11A / 2006. 3 WS Strategis Nasional, Dikelola Pusat : (1) WS. Pemali Comal, (2) Jratunseluna, (3) Serayu Bogowonto. 4 WS Lintas Prov Dikelola Pusat : (1) Cimanuk Cisanggarung, (2) Citanduy, (3) Progo Opak Serang, (4) Bengawan Solo. 1 WS. Lintas Kabupaten , Dikelola Provinsi Jawa Tengah : (1) WS. Bodri Kuto. 2 WS. Kabupaten Dikelola Kab. Jepara : (1) WS. Wiso Gelis, (2) WS. Karimunjawa.

PENGELOLAAN DINAMIKA MUARA DAN PANTAI


MENDUKUNG PROGRAM PEMBANGUNAN KELAUTAN & PERIKANAN

BIDANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR Program Pengendalian Banjir & Pengamanan Pantai.
1. Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk Cisanggarung Di WS Cisanggarung Kab. Brebes. 2. BBWS Pemali Juana di WS Pemali Comal : Kab. Tegal, Pemalang, Pekalongan Polder Program JBIC IP-534 Revitalisasi Pendaratan Ikan di Muara Banjir Kanal Barat K. Semarang di WS Serang Lusi Juana : Kab Demak dan Rembang / Sarang. 3. BBWS Serayu Opak : Kab. Kebumen, Purworejo 4. BBWS Citanduy : Kab. Cilacap, Segara Anakan. 5. BBWS Citanduy : Pembuatan Polder dan Reklamasi hasil Disposal Pengerukan Segara Anakan. 6. Dinas PSDA Provinsi Jawa Tengah di WS Kuto Bodri Kab. Batang, Kendal & Kota Semarang.

C. PROGRAM PEMANFAATAN AIR LAUT DI DARAT


Amanat UU No. 7 / 2004 Ttg SDA, pasal 2. Pemanfaatan Air Laut Di Darat Untuk Mengurangi Beban Penyediaan Air Tawar Dalam Suatu DAS, Khususnya Di Bagian Brackish Area Diairi Dengan Air Laut Untuk Acquaculture Ataupun Ladang Garam
BRACKISH AREA
PAYAU ASIN BRACKISH LINE

AIR TAWAR

FASILITASI KEGIATAN PSDA : -Pembangunan Jaringan Irigasi Tambak Di Kab Kendal Demak & Pati -Pembangunan Jaringan Kanal Ladang Garam di Kab Rembang -Pengadaan Sabuk Pantai Vegetatif & Revetment Penahan Abrasi

D. PROGRAM KEGIATAN PENGAMANAN PANTAI Kerusakan yang terjadi di pantai umumnya bersifat kronis, berupa perubahan lambat laun atas morphologi pantai, dengan 2 kondisi yang merupakan kontroversi yaitu abrasi yang menyebabkan berkurangnya lahan di wilayah pesisir akibat erosi pantai oleh arus dan gelombang, dan akresi berupa penambahan atau pertumbuhan lahan pesisir akibat proses sedimentasi. Sedangkan Kerusakan yang bersifat akut terjadi mendadak, akibat bencana alam seperti Badai dan bencana Tsunami.

11

PELINDUNG PANTAI ALAMIAH

VEGETASI

BATUAN PASIR DANGKAL

KARANG / BATUAN BARRIERE REEF

SAND DUNE

12

E. KEGIATAN SURVEY INVESTIGASI DAN DESAIN

Study Identifikasi Bentuk Tipikal Profil Pantai

KAWASAN PANTAI

13

Investigasi Ketinggian dan Kedalaman Pantura dan Pansela

KAWASAN PANTAI

14

Investigasi Proses Perubahan Morphologi Pantai


Antara Lain Identifikasi Arus Sejajar Pantai

15

Identifikasi Resistensi Geologi Batuan Dasar mempengaruhi proses Pembentukan Teluk dan Headland

16

Identifikasi Proses Perubahan Tebing Pantai

17

IDENTIFIKASI TYPICAL BENTUKAN PANTAI


TELUK PACITAN

SEGARA ANAKAN

NUSA KAMBANGAN

18

Contoh Kendala Pengelolaan Segara Anakan Akibat Kerusakan DAS Citanduy Hulu

19

IMPLEMENTASI PENGELOLAAN LAGUNA SEGARA ANAKAN

S. C I M E N E N G

NUSAKAMBANGAN

SEGARA ANAKAN NOVEMBER 2006

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR 20 BALAI BESAR WILAYAH SUNAGI CITANDUY CIWULAN

SEBELUM

SESUDAH

CONTOH IDENTIFIKASI KERUSAKAN PANTAI DI SARANG REMBANG

(1) Gelombang Gelombang Pendek (akibat Angin) Gelombang Panjang (Kemungkinan bisa Alun Pasang Surut dan Tsunami akibat Gempa > 6,5 SR )

(2) Arus Laut


Pasang Surut (Tidal Current) Angin (Wind Induced Current) Perbedaan Densitas (Density Induced Current) Coriolis Perbedaan Temperatur
21

F. PEMBINAAN PENGAMANAN PANTAI BERBASIS MASYARAKAT


Pengamanan Pantai Berbasis Masyarakat, adalah pengelolaan pantai dengan membina Partisipasi Masyarakat, yang sangat dominant untuk mengaplikasikan konsep pengamanan pantai secara natural disesuaikan dengan kondisi pantai, bisa dilakukan dengan mudah, ramah lingkungan, murah dan berkelanjutan, dengan melestarikan pelindung alamiah yang sudah ada di wilayah setempat. Pelindung pantai secara alamiah sebenarnya sudah ada berupa : Karang barrierre reef, Sand dune, Hamparan pasir dangkal serta Vegetasi bakau yang berfungsi sebagai peredam gelombang Bila pelindung alamiah tersebut tidak ada, maka untuk melindungi pantai terhadap bencana dapat dilakukan dengan cara Artificial atau buatan, baik dengan membuat bangunan pengaman pantai, maupun caracara lainnya, dengan desain partisipatip yang disiapkan dengan melibatkan peran serta masyarakat pula.

22

G. PROGRAM PENGURANGAN RESIKO BENCANA


LANDASAN GLOBAL PENGURANGAN RESIKO BENCANA (PRB) RESOLUSI PBB NO. 46 / 182 TH 1991 TTG PENGUATAN KOORDINASI BANTUAN KEMANUSIAAN PBB DALAM HAL BENCANA. LANDASAN NASIONAL UU NO. 23 / 1997 TTG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UU NO. 41 / 1999 TTG KEHUTANAN UU NO. 3 / 2002 TTG PERTAHANAN NEGARA UU NO. 7 / 2004 TTG SUMBER DAYA AIR PER PRES NO. 7 / 2005 TTG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH UU NO. 13 / 2005 TTG ANGGARAN PENDAPATAN & BELANJA NEGARA 2006, KEGIATAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA, DIARAHKAN PADA : (1). PENINGKATAN MITIGASI BENCANA ALAM DAN PRAKIRAAN IKLIM. (2). PENYUSUNAN TATA RUANG DAN ZONASI PERLINDUNGAN SUMBER DAYA ALAM TERMASUK KAWASAN RAWAN BENCANA DI PESISIR DAN LAUT (3). PENGEMBANGAN SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA ALAM DAN SISTEM DETEKSI DINI. PER PRES NO. 19 / 2006 TTG. RKP TA 2007 ; PENANGGULANGAN BENCANA ALAM 2007 DENGAN SASARAN : (1). TETAP TERLAKSANANYA UPAYA REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCA BENCANA (2). DAPAT DILAKSANAKANNYA KEGIATAN TANGGAP DARURAT.
23

MENGURANGI RESIKO BENCANA DI PANTAI


Penanganan bencana mengacu pada UU No 7/ 2004 Ttg SDA Pasal 51 ayat (1) langkah Pencegahan, Penanggulangan dan Pemulihan ayat (3) diselenggarakan dengan melibatkan Masyarakat Pasal 53 ayat (2) Pencegahan diutamakan pada kegiatan Non Fisik

PENANGGULANGAN PENCEGAHAN
SISTEM PENGAMANAN PANTAI STRUKTURAL & NON STRUKTURAL DARURAT REHABILITASI KERUSAKAN PEMULIHAN FUNGSI PRASARANA

PEMULIHAN DIKEMAS MELIBATKAN MASYARAKAT


24

H. SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR PENDUKUNG PERENCANAAN PANTAI 1. Analisis Peta Topografi dan Bathimetri
- 15 Laut Jawa

- 12,5
- 10 - 7,5 -5 - 2,5

25

Data Pendukung : Bathimetry, Angin, Arus, Pasang dan Gelombang Laut :


Gelombang laut yang dimaksud diakibatkan oleh angin yang bertiup dari arah laut. Gesekan antara udara yang bergerak dan air laut menyebabkan terbentuknya gelombang. Maka pada danau/ bendungan yang cukup luas sering dijumpai gelombang/riak-riak air. Gelombang di laut dalam umumnya bergerak sesuai dengan arah angin Tinggi & perioda gelombang bergantung pada kecepatan angin, durasi angin bertiup dan panjang daerah pembentukan gelombang akan meningkat bila terjadi anomali cuaca Data data tersebut diperlukan untuk pembinaan perencanaan Pengelolaan Pantai Berbasis Masyarakat sesuai kondisi lokal.
26

2. Pengelolaan Data Hidrologi Analisis Angin


Data angin yang dipergunakan merupakan data sekunder yang bisa diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Di Stasiun terdekat
Contoh Pemantauan Arah Angin Bandara Ahmad Yani 5 Tahun ( 1999 2003)

Wind rose

27

KABUPATEN KOTA HARUS MENGETAHUI POS HIDROLOGI DIWILAYAHNYA

28

PETA POS KLIMATOLOGI JAWA TENGAH

KABUPATEN KOTA HARUS MENGETAHUI POS KLIMATOLOGI DIWILAYAHNYA


29

INDIKATOR ANOMALI CUACA

DATA SEKUNDER HIDROLOGI BMKG


Kondisi Suhu Muka Laut di Samudera Pasifik Ekuator saat El Nino

BENCANA KEKERINGAN

Kondisi Suhu Muka Laut di Samudera Pasifik Ekuator saat La Nina

BENCANA BANJIR
30

3. Analisis Gelombang
Besarnya tinggi dan periode gelombang yang terjadi dihitung al. berdasarkan data angin minimal selama 5 tahun misal dari tahun 1999 sampai tahun 2003.

waverose
31

Wave Rose menggambarkan


tingkat keseringan (%) arah gelombang dalam setahun, dan Wind Rose menggambarkan tingkat keseringan (%) arah angin dalam setahun.
32

Penyebab Bencana Tinggi & Perioda Gelombang Laut


BADAI & GEMPA
ANGIN
MATAHARI

BULAN

SEBAGIAN BESAR GELOMBANG LAUT DIBANGKITKAN OLEH ANGIN

33

5. Data Sekunder Hidrologi Analisis Arus

Distribusi pola arus pada kedalaman 0,6 d

Distribusi pola arus pada kedalaman 0,8 d


34

Peta Arus - Indonesian Through Flow (ITF)

35

Pengelolaan Data Hidrologi Pemantauan Pasang Surut


Pengaruh gaya tarik bulan dan matahari Posisi benda-benda angkasa yang bergerak disekitar bumi menyebabkan perubahan muka air diberbagai kawasan dimuka bumi Pasang surut air laut disebabkan oleh gaya tarik menarik benda-benda angkasa Waktu pergerakan benda-benda angkasa sudah dapat dianggap tetap (teratur) sehingga gerakan air pasang dan surut juga tetap

36

Contoh Analisis Pasang Surut di Pantai Semarang


Pasang surut di kawasan perairan Semarang
2.50

INVESTIGASI BPPT 2004 - 2006


2.00

Datum 0.00 MSL Baru BPPT 2006

Elevasi (meter)

1.50

1.00

LAND SUBSIDENCE DISLOCATION ( 1944 2006 Probable = 1.43 M )


0.50

0.00 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 Waktu (jam)

Datum 0.00 MSL Lama US Army Map 1944


500 550 600 650 700 750

37

Gelombang Laut : Refraksi Difraksi

38

Gelombang Laut : Refraksi & Difraksi

REFRAKSI :

DIFRAKSI :

PERUBAHAN ARAH RAMBAT DAN TINGGI GELOMBANG AKIBAT PENGARUH KEDALAMAN DASAR LAUT.

TRANSMISI ENERGI GELOMBANG KE ARAH LATERAL DARI ARAH DATANG GELOMBANG, AKIBAT BERTEMU 39 DENGAN SUATU STRUKTUR

Transformasi Gelombang Laut


Arah rambatan dan tinggi gelombang akan berubah bila gelombang bergerak ke perairan dangkal (fenomena refraksi). Arah rambat dan tinggi gelombang juga berubah bila bertemu dengan struktur/benda masif Merupakan faktor penting yang menentukan bentuk geometri dan komposisi pantai Faktor yang menentukan dalam perancangan bangunan/struktur laut atau pantai
40

I. Strategi Penanggulangan
1. Tidak dilakukan penanggulangan
Bila kerusakan pantai tidak menimbulkan dampak besar secara sosial, ekonomi & lingkungan Penanggulangan tidak ekonomis Bentuk pantai yang seimbangdapat diperkirakan Daerah pantai yang cukup menguntungkan secara ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan

2. Mempertahankan garis pantai

3. Mengembalikan garis pantai


Mundurnya garis pantai menyebabkan berkurangnya pemanfaatan pantai (daerah wisata)
41

REKONDISI FISIK PANTAI DENGAN VEGETASI BIBIT BAKAU

BIBIT BAKAU

IMPROVEMENT FISIK PANTAI DENGAN SIPIL TEKNIS KRIB

KRIB SERIES

42

K. CONTOH PENGELOLAAN NON FISIK

PEMULIHAN FUNGSI RUANG UU No 26 / 2007 TTG PENATAAN RUANG


PERINGATAN TERTULIS PENGHENTIAN KEGIATAN SEMENTARA PENGHENTIAN SEMENTARA PELAYANAN UMUM PENUTUPAN LOKASI PENCABUTAN IZIN PEMBATALAN IZIN PEMBONGKARAN BANGUNAN PEMULIHAN FUNGSI RUANG

43

SANGSI PELANGGARAN MENURUT UUPR No. 26 / 2007


SABUK HIJAU PANTAI 100 M TIDAK BOLEH ADA BANGUNAN

Mulai Berlaku Sejak Diundangkan Tgl 26 April 2007 UUPR No.26 / 2007 BAB XI Pasal 69 Ayat 1 : Mereka yang melanggar / tidak mentaati Fungsi Ruang, Pidana Kurungan 3 (Tiga) tahun dan Denda paling banyak Rp 500 juta. Ayat 2 : Mereka tersebut pada ayat 1, menimbulkan kerusakan & Kerugian Harta Benda, Pidana Kurungan 8 (Delapan) tahun dan Denda paling banyak Rp 1,5 Milyard. Ayat 3 : Mereka tersebut pada ayat 1, menimbulkan Korban Kematian orang lain, Pidana Kurungan 15 (Lima belas) tahun dan Denda paling banyak Rp 5 Milyard UUPR No.26 / 2007 BAB XI Pasal 73 Ayat 1 : Pejabat Pemerintah yg menerbitkan izin tidak sesuai fungsi Tata Ruang, 44 Pidana Kurungan 5 (Lima) tahun dan Denda paling banyak Rp 500 juta.

J. Pencegahan
Pemerintah melalui Peraturan Daerah dll. didukung penegakan peraturan (law enforcement) Sosialisasi dan peningkatan pengetahuan masyarakat, pengelola, dan pengembang kawasan pantai tentang fenomena pantai Larangan penambangan pasir, batu, kerikil pada lokasi yang berbahaya Larangan penebangan bakau Larangan pengambilan karang
45

SABUK HIJAU PANTAI


Sesuai UU NO. 23 / 1997 Ttg Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU NO. 41 / 1999 Ttg Kehutanan, serta Peraturan Pemerintah (PP) No. 35 tahun 1991 Tentang Sungai yang sebagian pasal pasalnya diadopsi dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah (Perda) Nomor 11 tahun 2004 Tentang Garis Sempadan.
Ditetapkan Sabuk Hijau green belt Pantai minimal sejauh 100 m dari garis pasang tertinggi. Menurut UU No. 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang, 30% wilayah harus difungsikan sebagai Hutan selain Ruang Terbuka Hijau, daerah produksi oksigen yang juga berfungsi sebagai buffer, yang dapat mematahkan energi gelombang seandainya terjadi Tsunami.
46

Rehabilitasi
Pengembalian pantai pada kondisi awal sebelum terjadi kerusakan Pada pantai berpasir, dilakukan pengisian pasir Pada pantai berbakau dilakukan penanam bakau (perlu dilindungi sebelum bakau cukup kuat) Pada pantai berkarang, dilakukan penanaman karang (perlu keahlian khusus, ahli biologi laut dan lingkungan)
47

GROYNE / KRIB

Methode Sipil Teknis Breakwater pemecah gelombang diaplikasikan bila diamati abrasi garis pantai mundur ke arah darat. Groyne / Krib diaplikasikan pada abrasi gelombang erosi akibat ketidak seimbangan transpor sedimen sejajar pantai.
48

CONTOH APLIKASI DILAPANGAN

49

SEA WALL

Penanggulangan Artificial Sipil Teknis


REVETMENT

KRIB BREAK WATER

Penanggulangan pantai harus dilakukan secara komprehensif Cara penanggulangan dengan intervensi teknis bangunan sipil atau usaha vegetatip non-sipil Perlu memperhitungkan dampak terhadap kawasan pantai lain yang tanpa perlindungan
50

K. KELEMBAGAAN Kegiatan Pengelolaan SDA Berbasis Masyarakat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir sebagai upaya Pengamanan Pantai Berbasis Masyarakat dikemas dalam 5 program kegiatan :
a. Public Awareness Campaign berupa Sosialisasi Pelatihan bagi aparat dan tokoh masyarakat pantai untuk peduli lingkungan Tidak merusak terumbu karang untuk bahan bangunan. Tidak menangkap ikan dengan bom ikan Tidak membuang limbah secara asal Tidak mendiami kawasan Sabuk Pantai Merawat mengembangkan tidak merusak tanaman Bakau b. Pembangunan prasarana sebagai pendukung pengembangan kegiatan sosial ekonomi rakyat, misalnya pembangunan Krib yang bersifat multi guna : sebagai penahan gelombang, abrasi sedimentasi dan lokasi sandar perahu nelayan. c. Penyediaan sarana untuk memperlancar pemasaran hasil produksi barang dan jasa masyarakat d. Penguatan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat e. Bantuan dana stimulan sebagai modal usaha bergulir.
51

CONTOH : PELAKSANAAN SIPIL TEKNIS KRIB MUARA K. PLUMBON DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

52

You might also like