You are on page 1of 17

1

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Dalam profesi kedokteran, komunikasi dokter-pasien merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh dokter. Tetapi pada kenyataannya, kompetensi ini sering diabaikan. Padahal, kompetensi komunikasi ini merupakan penentu keberhasilan dalam penyelesaian masalah pasien. Komunikasi efektif merupakan salah satu komunikasi yang harus terjalin antara dokter dan pasien. Selama ini, banyak beredar opini jika mengembangkan komunikasi antara dokter dan pasien hanya akan menyita waktu. Pandangan ini tentunya perlu diluruskan kembali. Hal ini sesuai dengan teori Kurtz (1993) yang menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak memerlukan waktu lama. Dokter dituntut untuk dapat mengerti kebutuhan pasien, sehingga pasien pun akan merasa nyamana dengan pelayanan yang akan diberikan. Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan antara kedua belah pihak, yaitu dokter dan pasien. Dengan adanya komunikasi yang efektif, dokter akan lebih mudah dalam menggali keterangan dari pasien. Begitu juga dengan pasien, akan lebih mudah membangun kepercayaan dan keterbukaan erhadap dokter. Sehingga, diagnosis dokter terhadap pasien pun akan lebih akurat. Oleh karena itu, pengetahuan akan komunikasi yang efektif menjadi penting untuk diketahui, terutama bagi mahasiswa kedokteran gigi yang akan berhadapan langsung dengan berbagai pasien nantinya. 2. Rumusan Masalah a. Apa yang dimaksud dengan komunikasi efektif?

b. Apa saja unsur-unsur yang harus ada dalam berkomunikasi efektif? c. Apa saja bentuk-bentuk komunikasi yang digunakan dalam berkomunikasi dengan pasien? d. Apa saja kendala yang dihadapi ketika berkomunikasi dengan pasien? e. Bagaimana cara mengatasi kendala yang dihadapi ketika berkomunikasi dengan pasien?

3. Tujuan a. Mengetahui cara berkomunikasi efektif kepada pasien. b. Mengetahui unsur-unsur yang harus ada dalam berkomunikasi efektif. c. Mengetahui bentuk-bentuk komunikasi yang digunakan dalam berkomunikasi dengan pasien. d. Mengetahui kendala yang dihadapi pada saat berkomunikasi dengan pasien. e. Mengetahui cara mengatasi kendala yang dihadapi pada saat berkomunikasi dengan pasien.

4. Manfaat Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami berbagai informasi tentang cara berkomunikasi secara efektif dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari secara optimal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Komunikasi Menurut Barret (2006), komunikasi adalah pertukaran pesan dari satu orang ke orang lainnya atau ke banyak orang, baik secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi dari satu orang ke orang lainnya, secara umum digambarkan seperti segitiga sederhana yang terdiri dari situasi, pengirim, pesan, dan penerima. Komunikasi juga berarti pemberitahuan, pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan (Hardjana, 2003). Sedangkan komunikasi efektif diartikan sebagai penerimaan pesan oleh komunikan atau receiver sesuai dengan pesan yang dikirim oleh sender atau komunikator, kemudian receiver atau komunikan memberikan respon yang positif sesuai yang diharapkan (G. Lestari dan Maliki, 2006). 2. Unsur-unsur dalam komunikasi Menurut G. Lestari dan Maliki (2006) terdapat tiga unsur dalam berkomunikasi yang mutlak harus ada, karena jika salah satu unsur tersebut tidak ada, maka komunikasi tidak akan dapat berjalan. Ketiga unsur tersebut adalah: a. Komunikator/pengirim/sender Komunikator adalah orang yang mengirim/menyampaikan isi pernyataan/pesan kepada komunikan.

b. Komunikan/penerima/receiver Komunikan adalah orang yang menerima isi pernyataan/pesan dari komunikator. c. Channel/saluran/media Channel adalah saluran atau jalan yang dilalui isi pernyataan/pesan komunikator kepada komunikan. Atau jalan yang dilalui feedback komunikan kepada komunikator yang digunakan oleh pengirim pesan. Dalam praktiknya, channel/saluran tidak selalu diperlukan oleh komunikator. Hal demikian terjadi ketika komunikasi berlangsung secara langsung tanpa melalui media atau yang sering disebut dengan komunikasi face to face/direct communications. Menurut G. Lestari dan Maliki (2006) sit Liliweri (1991), ciri dari komunikasi langsung/face to face antara lain: a. Arus pesan yang cenderung dua arah b. Konteks komunikasinya tatap muka c. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi d. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas terutama (selective exposure) tinggi e. Kecepatan jangkauan terhadap audience yang besar relatif lambat f. Efek yang mungkin terjadi ialah perubahan sikap 3. Bentuk-bentuk komunikasi Menurut G. Lestari dan Maliki (2006) komunikasi dapat dibagi menjadi beberapa bentuk, tergantung dari segi apa komunikasi tersebut dilihat. Dari segi kemasan pesan, komunikasi dapat dilakukan secara verbal (dengan berbicara) atau dengan nonverbal (dengan bahasa isyarat). Komunikasi verbal diwakili dalam penyebutan kata-kata, secara lisan atau tertulis. Komunikasi nonverbal terlihat dalam ekspresi atau mimik wajah, gerakan tangan, mata, dan bagian tubuh lainnya. Selain itu, dari segi

pasangan komunikasi, komunikasi dapat dibagi menjadi komuniksi intrapersonal dan komunikasi interpersonal. Komunikasi intapersonal merupakan komunikasi yang terjadi dalam diri komunikator itu sendiri. Sedangkan komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antara dua orang atau lebih dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, begitu juga dengan penerima yang dapat menerima dan menanggapinya secara langsung pula. 4. Hambatan dalam berkomunikasi Menurut G. Lestari dan Maliki (2006) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kelancaran berkomunikasi seseorang dan dapat menjadi hambatan dalam berkomunikasi. Faktor-faktor tersebut antara lain: a. Faktor pengetahuan b. Faktor pengalaman c. Faktor inteligensi d. Faktor kepribadian e. Faktor biologis 5. Aspek berkomunikasi efektif Ada beberapa aspek yang harus dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif, antara lain: a. Kejelasan (clarity) b. Ketepatan (accuracy) c. Konteks (contex) d. alur (flow) e. budaya (culture) (G. Lestari dan Maliki, 2006)

BAB III METODE PELAKSANAAN

1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Praktik lapangan ini dilaksanakan di Puskesmas Purwokerto Timur 1 pada: hari, tanggal pukul 2. Alat dan Bahan Dalam Praktik lapangan ini alat dan bahan yang digunakan antara lain: a. Alat 1). Recorder 2). Kamera digital 3). Alat tulis b. Bahan 1). Pertanyaan yang telah disiapkan 3. Teknik Pengambilan Data Praktik lapangan ini menggunakan teknik pengambilan data wawancara langsung kepada narasumber, pengamatan langsung, dan tinjauan pustaka dari beberapa literatur. : Senin, 1 Oktober 2012 : 07.45 WIB s.d. 10.45 WIB

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Praktik Lapangan Dalam Praktik lapangan ini diperoleh beberapa informasi pasien dari masing-masing balai pengobatan yang ada di Puskesmas Purwokerto Timur 1, yaitu Balai Pengobatan Umum, Balai Pengobatan Gigi, serta Klinik Ibu dan Anak. Berikut penjelasan singkat mengenai informasi yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada beberapa pasien di masing-masing balai pengobatan. a. Balai Pengobatan Umum Secara umum pasien di balai pengobatan umum mengeluhkan penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) seperti influenza dan batuk, serta demam yang telah berlangsung antara satu hingga empat hari. Sedangkan, motivasi mereka berkunjung ke puskesmas Purwokerto Timur 1 ini adalah untuk berobat. Mayoritas pasien telah merasa puas dengan pelayanan kesehatan yang diperoleh selama berobat di Pukesmas Purwokerto Timur 1. Baik dalam hal pelayanan yang dilakukan oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya, maupun dalam memperoleh akses pengobatan yang terjangkau. Terbukti dari hasil wawancara yang didapat, sebagian besar pasien mengaku telah menjadi pasien lama di puskesmas tersebut.

Dalam berkomunikasi dengan pasien, pasien menunjukkan kerjasama yang cukup kooperatif dengan pewawancara yang ditunjukkan dengan komunikasi verbal dan nonverbal diantara kedua belah pihak. Sehingga tidak ada kendala yang berarti selama proses wawancara. b. Balai Pengobatan Gigi Secara umum pasien di balai pengobatan gigi mengeluhkan penyakit pada gusi dan gigi berlubang. Beberapa pasien telah merasakan keluhannya dalam jangka waktu yang lama. Bahkan ada yang berlangsung hingga tiga bulan. Tetapi, terdapat juga pasien yang baru merasakan keluhannya dalam jangka waktu yang relatif singkat, yaitu satu hari. Motivasi mereka berkunjung ke puskesmas tersebut adalah untuk berobat. Sebagian besar pasien juga telah merasa puas dengan pelayanan yang diperoleh selama berobat di puskesmas tersebut. Karena pelayanan dokter yang memuaskan dan akses pengobatan terjangkau yang mudah didapatkan. Komunikasi selama proses wawancara dengan pasien telah berlangsung cukup baik. c. Klinik Ibu dan Anak Secara umum pasien di klinik ibu dan anak mengeluhkan penyakit seperti batuk dan pilek, serta demam. Keluhan ini telah berlangsung selama dua hingga tiga hari. Pasien yang berkunjung rata-rata berusia antara empat bulan hingga dua tahun, sehingga wawancara yang dilakukan lebih banyak ditunjukkan kepada orang tua/pendamping pasien tersebut. Sebagian besar pasien telah merasa puas dengan pelayanan yang diperoleh selama berobat, karena mereka merasa pelayanan yang diberikan, terutama oleh bidan dapat memberikan perubahan yang lebih baik.

Komunikasi selama proses wawancara dapat digolongkan cukup baik. Meskipun terdapat beberapa kendala yang disebabkan oleh pasien itu sendiri yang rata-rata masih balita.

2. Pembahasan Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa komunikasi merupakan suatu bentuk interaksi dengan orang lain yang dapat berupa percakapan, membujuk, negosiasi, ataupun mengajarkan sesuatu. Komunikasi yang efektif sangat diperlukan dalam proses berkomunikasi. Karena, komunikasi yang efektif dapat membantu mempercepat penyampaian isi/pesan yang dikirimkan pengirim kepada penerima pesan. Komunikasi yang efektif dapat terjadi apabila terdapat aliran informasi dua arah antara pengirim dan penerima pesan, serta kedua pelaku komunikasi tersebut sama-sama dapat merespon informasi yang diberikan sesuai dengan harapan yang ingin dicapai. Dalam berkomunikasi tentunya ada beberapa unsur dasar yang mutlak diperlukan demi tercapainya komunikasi itu sendiri. Unsur-unsur ini merupakan suatu kesatuan sehingga saling berkaitan satu sama lain. Adapun unsur dasar tersebut antara lain: a. Pengirim/komunikator Komunikator memiliki tanggung jawab seperti: mengirim pesan, memilih saluran/media yang akan digunakan, dan memastikan pesan telah tersampaikan dengan baik. Oleh karena itu, dalam berkomunikasi komunikator harus memperhatikan dengan siapa dia akan berkomunikasi, apa yang akan disampaikan, dan bagaimana menyampaikannya, serta harus menyesuaikan dengan tingkat pengetahuan pihak penerima.

10

b. Penerima/komunikan Komunikan memiliki tanggung jawab seperti: berkonsentrasi pada pesan untuk memahami isi pesan yang disampaikan dan memberi umpan balik kepada pengirim untuk memastikan pesan telah tersampaikan. Dalam pelaksanaannya, peran antara komunikator dan komunikan biasanya saling bergantian sepanjang komunikasi, sebagai wujud adanya umpan balik diantara keduanya. c. Pesan Pesan merupakan informasi yang disampaikan dari komunikator kepada komunikan. d. Channel/saluran Channel adalah saluran yang dilalui pesan dari komunikator ke komunikan, maupun sebaliknya dari komunikan kepada komunikator. Channel dapat berupa telepon, televisi, fax, email, sandi morse, dan sebagainya. Dalam beberapa pelaksanaanya, seperti komunikasi yang dilakukan pada saat wawancara dengan beberapa pasien di Puskesmas Purwokerto Timur 1, channel tidak selalu digunakan. Karena, komunikasi yang terjadi bersifat langsung atau yang disebut dengan face to face. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh G. Lestari dan Maliki, bahwa komunikasi langsung biasanya tidak memerlukan saluran dalam penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. e. Feedback/umpan balik Feedback merupakan suatu respon yang diberikan dari komunikan atas pesan yang telah dia terima dari komunikator, juga merupakan wujud kepastian telah tersampaikannya pesan dari komunikator. Hal ini memberi suatu indikasi bahwa adanya komunikasi yang baik apabila dalam komunikasi tersebut komunikan mampu memberikan feedback/umpan balik atas informasi yang

11

diperoleh. Dari data hasil Praktik lapangan menunjukkan, secara umum komunikasi telah berlangsung cukup baik. Pasien dalam hal ini berperan sebagai komunikan dapat memberikan feedback kepada pewawancara (komunikator) atas beberapa pertanyaan yang diberikan. Terbukti dengan diperolehnya beberapa informasi dari pasien. Selain unsur dasar di atas, dalam berkomunikasi yang efektif juga harus tepat, cermat, dan ringkas dalam menyampaikan informasi kepada komunikan. Dalam berkomunikasi informasi dapat disampaikan secara verbal maupun nonverbal. Berikut penjelasan masing-masing dari komunikasi verbal dan nonverbal. a. Komunikasi verbal merupakan komunikasi yang disampaikan melalui penggunaan kata-kata, baik lisan maupun tertulis. Dari hasil praktik lapangan yang diperoleh, komunikasi verbal antara pewawancara dengan pasien berlangsung secara lisan dan juga tertulis. Secara lisan pewawancara dan pasien saling melakukan percakapan secara langsung. Sedangkan secara tertulis pewawancara yang mencatat didapat beberapa dari pasien hasil untuk wawancara/informasi b.

digunakan sebagai bahan diskusi dengan anggota kelompok. Komunikasi nonverbal merupakan komunikasi yang dilakukan tanpa menggunakan kata-kata, tetapi menggunakan isyarat, seperti ekspresi wajah, bahasa tubuh, sentuhan, dan sebagainya. Dari data praktik lapangan yang diperoleh, komunikasi nonverbal antara pasien dengan pewawancara dilakukan dengan beberapa bentuk isi yang bertujuan untuk yang menegaskan/menguatkan pesan/informasi

disampaikan. Bentuk komunikasi nonverbal yang sering digunakan adalah eye contact atau tatapan mata. Baik pewawancara maupun pasien saling melakukan eye contact

12

sebagai bentuk memberi perhatian sekaligus menghormati terhadap lawan bicara dan saling memberi senyuman (smiling). Selain itu, pasien juga sering menunjukkan komunikasi nonverbalnya dengan bahasa tubuh, misalnya menunjukkan bagian tubuh yang sakit dengan tangannya disertai dengan ekspresi wajah yang kesakitan, menunjukkan letak rumahnya dengan tangannya, dan sebagainya. Hal ini dalam rangka mereka menunjukkan/menggambarkan suatu informasi kepada pewawancara atau yang sering disebut dengan illustrator. Pasien juga melakukan komunikasi nonverbalnya dengan menganggukan/menggelengkan kepala sebagai tanda setuju atau tidak terhadap suatu informasi yang diberikan. Hal ini yang disebut sebagai bentuk regulator. Pewawancara juga tak jarang melakukan komunikasi nonverbal dengan menyentuh bagian tubuh pasien, misalnya mengelus rambut kepada pasien anak-anak sebagai wujud memberi perhatian dan rasa nyaman kepada mereka. Hal ini yang sering disebut dengan bentuk adaptor. Beberapa pasien juga menggunakan komunikasi nonverbal yang menunjukkan suatu indikasi kurang kooperatif, misalnya dengan ekspresi wajah yang cuek dan acuh tak acuh ketika diminta untuk melakukan wawancara. Jadi, komunikasi verbal dan nonverbal merupakan bentuk komunikasi yan tidak dapat dipisahkan. Karena, fungsinya saling berkaitan dan saling menguatkan satu sama lain dalam rangka tercapainya komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif tidak dapat berjalan apabila hanya menggunakan komunikasi verbal atau nonverbal saja. Melainkan harus berjalan seimbang antara komunikasi verbal dengan nonverbal. Dalam komunikasi yang efektif, komunikasi intrapersonal dan interpersonal pun harus berjalan secara seimbang. Komunikasi intrapersonal merupakan komunikasi yang berlangsung dalam diri sendiri. Bentuk dari komunikasi intrapersonal yang sering digunakan misalnya

13

berpikir, mengingat, dan sebagainya. Sedangkan komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang berlangsung antar individu dan biasanya bersifat dua arah (face to face). Dari data praktik lapangan bentuk komunikasi intrapersonal ditunjukkan ketika pasien berpikir untuk menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan. Sedangkan komunikasi interpersonal ditunjukkan dengan adanya dialog/percakapan langsung antara pasien dengan pewawancara. Komunikasi efektif merupakan sebuah proses yang kompleks, sehingga dalam pelaksanaannya seringkali ditemukan adanya hambatan/kendala yang dapat menyebabkan kegagalan dari komunikasi efektif itu sendiri. Berdasarkan data hasil praktik lapangan, diperoleh beberapa kendala yang dapat menghambat proses komunikasi yang efektif, antara lain: a. Faktor Bahasa Setiap daerah memiliki bahasa masing-masing. Apabila dalam berkomunikasi tetap mempertahankan bahasa daerahnya, maka pembicaraan akan menjadi tidak efektif. Akibatnya, komunikasi akan terhambat dan memungkingkan timbulnya kesalahpahaman. b. Faktor Kepribadian Orang yang pemalu dapat menjadi hambatan dalam berkomunikasi. Mereka tidak terbiasa berkomunikasi dengan orang lain sehingga seringkali tidak mengerti dengan pesan/informasi yang disampaikan. Dapat juga disebabkan karena orang tersebut kurang kooperatif terhadap komunikasi yang sedang dilakukan. Misalnya acuh tak acuh dalam memberikan perhatian, sibuk dengan urusan sendiri, dan sebagainya. c. Faktor Lingkungan Lingkungan yang tidak kondusif, misalnya ribut, ramai, bising, dan sebagainya dapat menghambat proses berkomunikasi. d. Faktor Waktu

14

Waktu juga dapat menjadi hambatan dalam berkomunikasi. Beberapa orang yang memiliki waktu terbatas (sibuk) seringkali sulit untuk diajak berkomunikasi.

e.

Faktor pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki seseorang berpengaruh besar terhadap komunikasi yang dilakukan. Apabila dua orang yang berbeda pengetahuan saling berkomunikasi, hal ini dapat menjadi hambatan dalam penerimaan informasi yang diberikan. Oleh karena itu, dalam berkomunikasi sebaiknya menyesuaikan dengan siapa kita berbicara sehingga dapat menentukan cara yang tepat dalam berkomunikasi. G. Lestari dan Maliki (2006) juga menyebutkan beberapa faktor yang dapat menghambat proses komunikasi seperti yang telah diuraikan diatas, yaitu faktor kepribadian dan faktor pengetahuan. Adanya hambatan tentu saja membutuhkan adanya solusi untuk mengatasinya. Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mencapai komunikasi yang efektif, antara lain: a. Mengetahui mitra bicara (audience) Mengetahui mitra bicara dapat membantu dalam memilih katakata dan bahasa serta gaya penyampaian yang sesuai agar informasi yang akan disampaikan mudah dipahami oleh lawan bicara. b. Mengetahui tujuan Kejelasan tujuan dalam berkomunikasi harus diketahui sebelum komunikasi tersebut dilakukan. Karena tujuan komunikasi akan menentukan cara kita dalam menyampaikan informasi. c. Memperhatikan konteks Konteks disini dapat berarti keadaan atau lingkungan pada saat berkomunikasi.

15

d.

Mempelajari kultur/budaya Pelaku komunikasi harus memahami kultur mitra bicaranya sehingga timbul saling pengertian dan penyesuaian gaya komunikasi.

e.

Memahami bahasa Yang lebih penting adalah memahami gaya orang lain berbahasa sehingga komunikasi dapat berlangsung efektif. Pemilihan kata-kata juga penting, karena biasanya kalimat yang panjang dan kompleks cenderung lebih sulit untuk dipahami.

16

BAB V PENUTUP

1. Simpulan Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan: a. Komunikasi efektif merupakan sebuah bentuk interaksi dengan orang lain yang mana dapat terjadi apabila pelaku komunikasi sama-sama dapat merespon informasi yang diberikan sesuai dengan harapan yang ingin dicapai. b. Unsur-unsur yang mutlak diperlukan agar komunikasi dapat berlangsung efektif antara lain: adanya pengirim/komunikator, penerima/komunikan, pesan, channel/media, feedback/umpan balik. c. Bentuk komunikasi yang dapat terjadi antara lain: komunikasi verbal dan nonverbal, serta komunikasi intrapersonal dan interpersonal. d. Hambatan dalam berkomunikasi yang efektif dapat terjadi karena beberapa faktor. e. Solusi dalam mengatasi hambatan tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan beberapa strategi dalam berkomunikasi yang efektif 2. Saran Komunikasi yang efektif merupakan sebuah proses yang kompleks. Oleh karena itu, masing-masing pelaku komunikasi diharapkan dapat

17

menyesuaikan diri sebagaimana dia harus berkomunikasi, sehingga tujuan dari komunikasi yang efektif itu pun dapat tercapai.

You might also like