You are on page 1of 61

Remaja sentiasa mencari-cari seseorang untuk dijadikan contoh.

Dalam hal ini, nyata remaja hari ini lebih mengagumi tokoh-tokoh popular, yang menonjol barangkali karena rupa paras, ilmu atau kelebihan yang dimiliki dan remaja lebih suka menjadikan mereka idola atau pujaan hati mereka. Dalam Islam, menjadikan seseorang sebagai contoh tidak boleh sehingga terlalu memuja orang tersebut. Contoh yang terbaik untuk diikuti ialah Rasulullah. Rasulullah selama 13 tahun berusaha berdakwah kepada umat Islam di Mekah untuk meninggalkan berhala yang menjadi idola dan sembahan mereka dan mengajak mentauhidkan Allah yang Esa. Watak Rasulullah dibentuk oleh Allah melalui Al-Quran. Sifat-sifat Nabi yang mulia, kebijaksana dalam memimpin negara, berlemah-lembut dan berhikmah dalam berdakwah serta berwasatiah (bersederhana) dalam soal kehidupan harian. Malah Rasulullah sentiasa mempamerkan budi pekerti yang baik dan terpuji kepada umatnya. Sejarah hidup Rasulullah melalui berbagai jalan getir dan hidup yatim piatu sejak kecil lagi apabila bapanya meninggal dunia ketika Nabi di dalam kandungan ibunya. Tidak dapat merasai kasih sayang seorang bapak, ibunda yang dikasihi pula meninggal dunia ketika usia Nabi masih muda. Keperitan Rasulullah membesar tanpa ayah dan ibu menjadikan Rasulullah seorang yang berdikari. Allah telah memberi tarbiyah kepada Rasulullah menjadi seorang yang jujur, amanah dengan menghadiahkan Nabi pengalaman hidup yang mendidik Rasulullah seorang yang terpuji. Terpuji kerana sifatnya yang tidak pernah menyembah berhala, sentiasa melihat dan merenung terhadap persekitaran dan kekayaan alam sekelilingnya. Atas sifat terbilangnya dan kepimpinan diri, Rasulullah diberi penghormatan menyelesaikan pertikaian dan permasalahan karena perebutan kuasa dalam kalangan ketua kabilah untuk menempatkan Hajarul Aswad. Rasulullah juga terkenal sebagai penggembala kambing dan peniaga yang memiliki sifat amanah, cekap, jujur, sabar dan ikhlas sehingga membawa keuntungan yang berganda untuk rombongan perniagaan Khadijah.Banyak teladan dan contoh ikutan ditunjukkan junjungan besar Nabi Muhammad buat pedoman remaja dan belia. Sesungguhnya kehidupan seorang pemuda dan pemudi Islam tidak dapat lari daripada menjadikan Rasulullah sebagai model ikutan sepanjang zaman. Justru, remaja harus dididik agar memahami dengan sepenuh hati kaitan penghayatan sirah dengan kelangsungan hidup mereka terutamanya sebagai remaja serta kepentingan mereka menghargai sirah demi menjayakan misi hidup. Dengan keyakinan yang jelas terhadap kepentingan penghayatan sirah ini, ia mampu menumbuhkan kecintaan dan usaha dari dalam diri mereka sendiri untuk terus mencari dan menghayati sirah agung sepanjang hayat mereka. Cara dan gaya mendidik remaja menghayati sirah harus bersesuaian dengan jiwa remaja iaitu ke arah mematangkan remaja dan melatih mereka berfikir sebagai manusia yang bertanggungjawab memikul amanah yang telah Rasulullah tinggalkan kepada setiap umat Islam. Sikap yang kreatif amat diperlukan demi menghasilkan produk-produk yang dapat membantu remaja mencerna dan menghayati akhlak Rasulullah supaya produk yang dihasilkan menepati syarak, dijual dengan harga yang berpatutan dan berkualiti. Malah, usaha penerbitan film animasi seperti Muhammad Utusan Terakhir serta film Saladin yang menampilkan kebijaksanaan pemimpin-pemimpin agung Islam perlu terus didokong dan disokong supaya sirah nabi dapat disebar dengan lebih berkesan dan meluas. Selain itu, Rasulullah harus ditonjolkan sebagai tokoh di zaman remaja Rasulullah. Ketokohan Rasulullah sebagai tokoh perniagaan sejak remaja lagi menyerlahkan Rasulullah sebagai ahli perniagaan remaja yang pintar membina strategi perniagaan berlandaskan nilai murni dan kejujuran.

Beliau ialah tokoh remaja yang kata-katanya dipercayai setiap lapisan masyarakat, tidak kira tua atau muda. Di sini, Rasulullah telah menetapkan asas kukuh bagi peribadi anak muda yang ingin bergerak aktif dan berjaya dalam bidang perniagaan iaitu bersifat amanah dan bertanggungjawab selain daripada mengetahui kemahiran dan strategi dalam perniagaan, walaupun masih baru dalam bidang tersebut. Selain diri Rasulullah sendiri, akhlak Rasulullah juga menampilkan tokoh remaja lain yang gemilang hasil didikan Rasulullah seperti Ali bin Abi Talib, Usamah bin Zaid ,Tariq bin Ziyad, Abdullah bin Abu Bakr, Abdullah bin Zubair, Fatimah binti Muhammad, Aisyah binti Abu Bakr, Asma binti Abu Bakar, dan ramai lagi tokoh remaja yang menonjol kewibawaannya dalam masyarakat. Rasulullah telah berjaya mendidik mereka mewarisi pribadi unggul dan keberanian dalam menegakkan agama Islam. Remaja yang dapat menjadikan sikapnya sebagai penyegar jiwanya mampu membentuk jiwa dan rohnya supaya lebih tenang, bersemangat dan kental menghadapi cabaran mendatang. Kesimpulan Menampilkan contoh teladan yang baik adalah amat perlu untuk diri remaja. Contoh yang ditampilkan adalah mereka yang berakhlak mulia, mempunyai keterampilan dan berwawasan jauh, berilmu dan bijaksana serta mampu mengajak orang lain menjadi sepertinya. Oleh itu, Rasulullah adalah contoh ikutan terbaik bagi seluruh umat manusia.Rasulullah telah menampilkan transformasi yang besar kepada aspek sosial masyarakat, aspek pemerintahan dan aspek keteladanan yang boleh dicontohi pengikut. Sesungguhnya, kelahiran Nabi Muhammad s.a.w membawa rahmat seluruh alam.

Filsafat Pendidikan Al-farabi


MENUJU KESEMPURNAAN HIDUP SECARA ISLAMI Suatu Telaah Filosofis atas Pendidikan menurut Al-Farabi (872-950 SM) Pendidikan bagi al-Farabi adalah sesuatu yang pantas diperjuangkan. Ia menyatakan hal ini dilatarbelakangi oleh situasi dan kondisi tempatnya yang masih peduli pada hal-hal mitis dan yang selalu menghindari aspek pengetahuan akal budi. Di sini, budaya Islam juga sangat kental mempengaruhi. Dalam usaha ingin memperbaiki keadaan negrinya ia melahirkan suatu ide tentang pendidikan yang didasarkan oleh filsafat Plato dan Aristoteles. Maka, al-Farabi dengan mengikuti filsafat mereka mencoba memperkenalkan metode yang menurutnya mampu membawa bangsanya keluar dari pandangan sempitnya ini dan kemudian bisa menemukan realitas yang sesungguhnya. Tujuan dasar pendidikan al-Farabi adalah untuk mencapai kesempurnaan hidup yang dimaknai dengan kebahagiaan yang akan didapatkannya. Usaha untuk mencapai tujuan ini adalah dengan keberanian akan keterbukaan. Dengan keberanian tersebut, manusia dapat bergulat dalam hidup sehingga itu akan membawanya pada kemampuan untuk melihat realitas yang sesungguhnya. Hal ini juga akan membawanya pada pencerahan yang bila dikembangkan mampu mengantarnya kepada kesempurnaan. Al-Farabi sangat menginginkan bangsanya bisa menemukan realitas yang sesungguhnya dan karenanya ia membuat suatu konsep pendidikan menurut paradigma Islam. Konsep ini merupakan suatu kesatuan antara yang teoritis dan praktis yang mampu menguak kebenaran yang sesungguhnya. Kesatuan yang teoritis dan yang praktis dalam filsafat al-Farabi adalah kesatuan antara yang demonstratif dan yang persuasif. Al-Farabi dengan filsafatnya mencoba menguraikan kedua hal ini dan mengajak kita untuk hidup dengan kedua posisi ini yang tentunya jika dituang ke dalam tindakan sebaiknya disesuaikan dengan konteks. Maka dengan paper ini penulis akan menjabarkan dan menjelaskan filsafat pendidikan al-Farabi yang sarat akan filsafat Plato dan Aristoteles. Penulis akan mencoba menjelaskan ke dua metode al-Farabi, yaitu demonstratif dan persuasif, dalam bab mengenai metode pembelajaran. Kemudian akan dilanjutkan pemahaman pendidikan filsafat yang berisi mengenai pentingnya pendidikan filsafat dan teologi agar anak didik mendalami akal budi, moralitas, dan iman. Dalam bab selanjutnya mengenai tujuan pendidikan akan dipaparkan mengenai usaha yang mau diwujudkan oleh al-Farabi. Kemudian dalam makna pembelajaran, penulis akan memberikan masukan mengenai makna yang ingin diusahakan, hukuman bagi yang melanggar kesepakatan, dan sisi rekreatif dari pendidikan al-Farabi. Di akhir penulis akan memberikan tanggapan kritis atas filsafat pendidikan al-Farabi ini. SEKILAS TENTANG AL-FARABI Al-Farabi terlahir dari keluarga bangsawan di provinsi Farab di Turkestan pada 872 SM tepatnya di Wasij. Ayahnya berasal dari Persia dan ia merupakan komandan angkatan Darat Turki. Ketika bersekolah, ia pindah ke Baghdad dan di sana ia belajar grammar, logika, filsafat, musik, matematika, dan ilmu alam. Ia merupakan murid dari Abu Bishr Matta b. Yunus, seorang penerjemah dan penafsir filsafat Yunani di Baghdad. Kemudian ia melanjutkan studinya kepada Yuhanna b. Haylan, seorang Nestorian di Harran . Dalam masa studinya ini ia bergabung dengan sekolah Alexandria yang sangat menekankan filsafat Aristoteles. Pada 943 SM, ia pindah ke Aleppo dan menjadi bagian dari kelompok literatur. Al-Farabi memiliki keinginan besar untuk memahami jagad raya serta isinya, termasuk manusianya. Maka untuk mengetahui hal-hal tersebut ia harus meraih intelektual secara komprhensif mengenai dunia dan masyarakat. Untuk mewujudkannya ia dengan teliti dan tekun belajar mengenai filsafat kuno, terutama Plato dan Aristoteles. Dalam pemahamannya lebih lanjut filsafat yang ia pelajari ia kembangkan dan kontekstualkan dengan dunia Islam yang menurutnya perlu dikembangkan menjadi lebih terbuka dan beradab.

Dalam filsafat pendidikannya ia sering dikatakan filsuf tabu karena ia memperkenalkan pendidikan yang helenistik dalam dunia islam. Ia memperkenalkan logika demonstratif yang dengannya dasar sosial dan pendidikan diilustrasikannya sebagai formasi atas kesadaran politis dan pikiran. Walaupun begitu, ia tetap bertahan pada pandangannya. Ia merasa pandangannya dapat mengubah cara pandang orang-orang Arab untuk dapat menjadi lebih kritis, terbuka, dan bertanggung jawab. TUJUAN PENDIDIKAN Tujuan pendidikan dalam filsafat Al Farabi adalah untuk mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan. Untuk itu tugas pendidikan adalah mempersiapkan manusia sebagai anggota yang siap terjun ke masyarakat . Persiapan ini dimulai sedari kecil sehingga di masa dewasa ia akan punya tabiat baik terutama dalam meraih kesempurnaan dan juga tujuan-tujuan yang dibuatnya. Pendidikan semacam ini, menurut al-Farabi, penting untuk jiwa manusia. Keseluruhan aktvitas pendidikan, dalam perspektif Al Farabi, merupakan peraihan nilai-nilai, pengetahuan intelektual dan keterampilan praktis, yang kemudian harus dikembangkan pada tujuannnya yaitu membawa manusia kepada kesempurnaan. Dengan peraihan kesempurnaan, kemanusiaan tidaklah bisa dilupakan. Salah satu contoh adalah pencapaian kebahagiaan di dunia ini merupakan pencapaian tujuan di mana kebahagiaaan merupakan kesempurnaan tertinggi dan didalamnya terdapat proses memandang sesamanya secara manusiawi. Kesempurnaan manusia, menurutnya, adalah proses akhir dalam meraih nilai-nilai teoritis atau pengetahuan intelektual dan nilai-nilai praktis atau tingkah laku bermoral. Dengan usaha pencapaian kedua hal ini, individu akan bisa masuk ke dalam masyarakat dengan menjadi anggota masyarakat. Individu yang kental dengan sifat ini akan bisa menjadi teladan dan kemudian bisa menjadi seorang pemimpin. Pendidikan semacam ini juga menyangkut moral dan estetika. Hasil yang dicapai adalah satu yaitu kebahagiaan dan kebaikan. Kesempurnaan teoritis dan praktis di sini diraih di dalam masyarakat karena pemahaman kebebasan manusia itu ada setelah masyarakat. Individu memang tidak pernah berdiri sendiri melainkan mengandaikan bimbingan orang lain. Tujuan lain dari filsafat pendidikan al-Farabi adalah pembentukan pemimpin-pemimpin politik yang handal . Dalam menuju keutuhan masyarakat memang tidak salah lagi bila dibutuhkan seorang pemimpin semacam itu. Masyarakat atau kehidupan sosial dalam konteks al-Farabi ada karena terjadi integrasi antara individu, keluarga, dan kelompok. Pemimpin politik memiliki fungsi sebagai dokter yang menyembuhkan jiwa sehingga dengan kepemimpinannya jiwa masyarakat akan selalu sehat. Seorang pemimpin diusahakan mampu menyemangati masyarakatnya untuk dapat menolong satu dengan yang lain. Terutama dalam meraih sesuatu yang baik dan menghindar dari yang jahat. Kemampuan politisnya harus digunakan untuk menjaga nilai-nilai yang mampu mengembangkan masyarakat. Kesempurnaan masyarakat al-Farabi dapat terjadi bila ada keseimbangan moral di antara setiap masyarakat. Ketika tingkah laku moral menurun dan tidak ada kepercayaan terhadap pemimpin maka masyarakat akan menuju kepada kehancurannya. Maka, moralitas di sini menjadi dasar objektif dari pendidikan. Dengan adanya moralitas, negara bisa bertahan dan mewujudkan dirinya. Keutamaan moral, oleh al-Farabi, didefinisikan sebagai keadaan dalam pikiran yang dengannya manusia mampu melahirkan tindakan-tindakan yang sopan dan santun. Dalam filsafat al-Farabi pendidikan dijadikan proses untuk mengkombinasikan yang teoritis dan praktis tersebut. Kesempurnaan dari hal-hal tersebut merupakan tujuan akhir di mana kebahagiaan juga eksis. Untuk menerapkan filsafatnya dalam kehidupan sehari-hari, al-Farabi membagi tugas terhadap beberapa figur masyarakat. Misalkan seorang imam, ia memiliki tanggung jawab besar dalam pendidikan ini. Imam adalah orang yang dihormati dan diteladani maka dari itu imam memegang peranan mendidik. Kotbah sang imam harus seputar kesempurnaan moralitas, yaitu kesatuan teori dan praktek. Juga, pendidikan merupakan tanggung jawab negara sehingga negara berperanan dalam budget pendidikan. Oleh al-Farabi, budget pendidikan dalam negara diambil dari sebagian zakat dan kharaj (pajak tanah) .

METODE PEMBELAJARAN Metode pembelajaran al-Farabi tercipta dengan mengacu pada tujuan itu sendiri, yaitu untuk meraih kesempurnaan dan kebahagiaan. Tujuan ini dicapai bukan untuk kebutuhan pribadi semata melainkan untuk terciptanya masyarakat yang islami. Maka, dengan melihat ini al-Farabi percaya bahwa metode pembelajaran dengan metode instruksi dapat dikatakan sebagai metode yang baik untuk diterapkan kepada orang-orang. Namun, metode ini tidak begitu saja bisa diajarkan ke semua orang, melainkan ada levelnya yaitu level orang-orang biasa dan orang elit. Bagi orang-orang biasa, dasar metodenya adalah persuasif dan bagi orang elit adalah demonstratif. Dalam metode demonstratif, anak didik diajak untuk mencapai nilai-nilai teoritis. Prosesnya dijalankan dengan melakukan instruksi oral misalnya dengan kegiatan speech . Al-Farabi juga menekankan pentingnya diskusi dan dialog dalam metode instruktif. Metode ini digunakan agar anak didik mampu meraih pemahaman yang sebenarnya. Al-Farabi dengan metode ini sangat mengikuti Plato di mana ia ingin anak didiknya mendapatkan penerangan akan realitas yang sebenarnya. Ia tidak ingin setiap manusia, terutama dalam dunia Islam , tidak mampu melihat realitas an sich. Maka dengan begitu pemahaman dan pengertian sangat ditekankan dan menjadi metode yang pasti untuk meraih kesempurnaan dan kebahagiaan. Konsep yang logis dan universal merupakan tantangan metode ini karena tanpa kedua karakter tersebut pengetahuan tidak bisa memberikan pencerahan. Metode ini juga tidak begitu saja bisa diterima melainkan harus ada bukti-bukti yang mendukung agar pengetahuan yang didapat bisa dipercaya dan diikuti. Pencapaian nilai-nilai seni dan moral merupakan ciri dari model persuasif. Model ini merupakan metode yang mengajak atau mempengaruhi orang tanpa butuh kepastian pengetahuan atau tanpa diharuskannya ada bukti-bukti yang mendukung. Persuasi akan berjalan bila orang yang dipengaruhi merasa senang dan puas. Intinya jiwa orang tersebut dapat merasakan dan membayangkan sesuatu yang baik, dimensi afektif sangat ditekankan di sini. Metode instruksi al-Farabi memiliki dua aspek yaitu model audisi dan model imitasi . Dalam model audisi, anak didik belajar dengan didasarkan pada kemampuan berbicaranya yang disertai dengan pemahaman dan pengertiannya akan realitas sedangkan model imitasi adalah dengan mengamati gerak-gerik orang lain dahulu dan kemudian menirunya. Konsep ini memiliki arti hanya untuk meniru hal-hal yang baik dan yang mengembangkan sikap berbakti. Untuk meraih kesempurnaan dari metode yang dibuatnya ini, al-Farabi sangat menekankan kebiasaan. Kebiasaan yang mengakar akan menjadikan anak didik semakin mengerti akan isi pembelajaran yang diberikan oleh para instruktor. Nilai-nilai etis juga digapai dengan melakukan kebiasaan dan repetisi sehingga nilai-nilai ini dapat tertanam dengan kuat di dalam pikiran. Dengan demikian, anak didik diharapkan dapat bertingkah laku bermoral. Model pengulangan juga mungkin dalam mengajarkan seni di mana kebiasaan yang akan dikembangkan adalah kemampuan berbicara yang persuasif, afektif, dan reflektif. Metode kebiasaan seperti ini baik diterapkan kepada orang-orang yang kurang taat karena dengan mengajak mereka membiasakan diri berpikir dan bertingkah laku yang baik akan ada kemungkinan mereka akan kembali ke jalan yang benar. Al-Farabi menyatakan bahwa untuk mengubah orang dengan membiasakannya pada sesuatu yang baik itu mungkin. PENDIDIKAN FILSAFAT Dalam sistem pembelajarannya, al-Farabi menekankan pendidikan filsafat untuk semua orang. Ini dimaksudkan agar pikiran semua orang dapat terbuka terhadap berbagai fenomena di dunia ini sehingga memampukan mereka untuk menginterpretasikan fenomena tersebut dengan kritis, terbuka, dan bertanggung jawab. Al-Farabi menempatkan pendidikan filsafat sebagai bentuk pembelajaran yang tertinggi karena pendidikan tersebut membawa manusia pada bentuk kehidupan yang lebih tertata, entah dalam tataran tindakan maupun pemikiran. Filsafat juga memampukan manusia untuk mencari dan menemukan sesuatu yang terbaik bagi dirinya dan bagi komunitasnya. Hasil yang dicapai jika proses ini tercapai adalah kebahagiaan. Jika manusia telah mencapai titik ini maka jiwanya telah naik

ke level yang lebih tinggi yaitu level manusia yang rasional. Dalam level ini dua elemen eksistensi manusia bertemu yaitu elemen biologis dan natural serta elemen intelektual dan spiritual. Dalam filsafatnya juga, al-Farabi menyertakan dua metode yang berbeda, yaitu (a) metode turunan yang diawali dari sebab (the One) dan diakhiri dengan akibat (the world of senses). Metode ini terdapat dalam buku On the Views of the People of the Ideal City. Sedangkan yang lainnya adalah (b) metode naikan yang diawali dengan akibat dan diproses menjadi sebab. Metode yang kedua ini terdapat dalam bukunya Politics . Kurikulum dalam pendidikan al-Farabi disusun sedemikian rupa dari yang ringan hingga yang rumit atau dari yang sekular sampai ke yang religius. Kurikulum awal pendidikan tersebut adalah bahasa, kemudian dilanjutkan dengan logika, matematika, ilmu alam, ilmu politik, fiqh, hukum, dan teologi (kalam) . Dengan urutan kurikulum yang semacam ini, anak didik diharapkan mampu berkembang dalam akal budi, moralitas, dan iman. Ia akan menguasai ilmu yang ada di dunia ini namun ia tidak lupa akan pencipta dari ilmu tersebut. MAKNA PEMBELAJARAN Perhatian utama al-Farabi dalam memaknai pembelajaran adalah untuk pengklasifikasian, pemahaman, dan penyadaran manusia akan arti hidup . Dia merekomendasikan bahwa manusia dalam pengklasifikasian, pemahaman, dan penyadaran ini dapat menggunakan observasi visual. Hal ini dimaksudkan agar manusia dapat mengerti relaitas sesuai dengan jangkauan inderanya. Dalam menuju abstraksi dari observasi visual, anak didik terlebih dahulu diajak untuk mendefinisikan sesuatu yang ditangkapnya dan kemudian anak didik diminta untuk menjelaskan dengan seksama sesuatu tersebut dengan menggunakan ilustrasi atau semacamnya. Yang jelas, anak didik mendapatkan makna dalam pembelajaran yang memang membutuhkan proses yang rumit dan lama. Untuk menuju pencapaian makna pembelajaran yang maximal namun tidak membuat anak didik stress dan putus asa maka al-Farabi memberi perhatian kepada rekreasi yang mendukung yaitu dengan permainan atau penceritaan kisah-kisah yang menarik. Tujuan dari rekreasi ini adalah untuk membuat mereka menerima sisi humor dari kehidupan. Dengan sistem pembelajaran yang ketat dan berat dan kemudian diimbangi dengan rekreasi yang mendukung adalah usaha untuk membuat anak didik tidak sampai pada kelelahan atau kejenuhan yang berlebih. Dalam proses ini makna yang ingin ditarik adalah bahwa anak-anak didik dalam menanggapi dunia tidak diharapkan menganalisisnya dengan sesuatu pengetahuan teoritis yang tinggi melulu atau dengan tingkah laku praktis yang emosional melainkan mampu bersikap kreatif, yaitu mampu mengkondisikan diri berdasarkan waktu dan ruang yang ada. Dalam hal ini anak didik diharapkan tahu kapan ia menganalisis, mempersuasikan, ataupun berada ditengahnya. Al-Farabi juga berbicara mengenai hukuman dalam filsafat pendidikannya di mana dengan hukuman anak didik suatu ketika dapat mengerti makna pembelajaran yang diberikannya. Seorang guru menurutnya tidak boleh terlalu keras dan juga tidak boleh terlalu lembut. Jika ia terlalu keras maka anak-anak didiknya akan memusuhinya dan jika ia terlalu lembut maka anak-anak didiknya akan menjadi pemalas dan mereka tidak akan menaruh perhatian pada pelajaran sang guru. Maka posisi sang guru harus berada di tengah atau bersikap moderat. Posisi menjadi guru memang rumit tetapi ini dibutuhkan agar menghasilkan anak yang beguna untuk masyarakat yang akan mampu mengendalikan negara yang didiaminya. Oleh karena itu tindakan seorang guru harus benar-benar diperhitungkan apakah tindakan yang dibuatnya itu patut diteladani atau tidak. Hukuman yang diberikan sebaiknya tidak terlalu membahayakan dan mampu mengajak anak didik untuk berpikir reflektif terhadap kesalahan yang telah ia buat. Hukuman sebaiknya tidak mendeskriditkan atau menjatuhkan jiwa anak didik melainkan mengembangkannya untuk berpikiran kreatif dan maju ke depan dengan sesuatu yang positif. Kemudian, seorang guru juga perlu tegas. Hal ini dibutuhkan untuk pendisiplinan anak didik. Dengan ketegasan seorang anak didik akan mendapatkan kepastian pembelajaran sehingga tidak membuat mereka berperilaku menyimpang. Guru yang kurang tegas akan memberi peluang anak didik berbuat yang kurang baik dalam proses belajar mengajar.

TANGGAPAN KRITIS Setelah mendalami dan memahami fisafat al-Farabi ternyata ia adalah orang yang cemerlang. Cemerlang di sini dalam arti ia berani untuk bersikap dan bertanggung jawab terhadap kondisi zamannya dengan menciptakan suatu pendidikan yang berguna untuk menciptakan masyarakat yang bermutu. Filsafat helenis memang pada saat itu merupakan filsafat yang bertentangan dengan kebudayaan dan tradisi Islam namun al-Farabi berani membawanya dan kemudian mengintegrasikan filsafat tersebut dalam konteks Islam. Penekanan pendidikan dalam filsafat al-Farabi adalah akal budi. Di sini akal budi lebih dikembangkan ketimbang emosional. Pencapaian dengan akal budi akan membawa pencerahan yang murni dan itu mampu membawa manusia melihat realitas yang sesungguhnya, tentunya dengan ada cukup bukti. Namun, indahnya filsafat al-Farabi ini tidak berhenti pada akal budi saja melainkan dikembangkan bersama dengan moralitas dan iman. Pengetahuan tidak bisa berdiri begitu saja tanpa ada moralitas dan agama. Di sinilah kekuatan dan ciri khas dari al-Farabi di mana pengetahuan bukan sesuatu mutlak yang harus diraih melainkan terintegrasi dalam hasil akhir yaitu kesempurnaan dan kebahagiaan. Maka dari itu, walaupun filsafat ini merupakan filsafat zaman antik namun sepertinya filsafat pendidikan seperti ini masih perlu dikembangkan di zaman sekarang ini. Kesatuan antara yang teoritis dan praktis memang perlu diwujudnyatakan bersamaan dengan iman dan pengharapan.

Ilmu yang bermanfaat perlu dicari


Al-Quran memberikan asas tentang ilman nafia atau ilmu yang bermanfaat dan yanfaunnas atau sesuatu yang memberi manfaat kepada manusia. Sejarah pertumbuhan ilmu dan tamadun Islam telah menyebabkan ia tidak tertutup untuk memanfaatkan faedah berbanding dari tradisi keilmuan orang lain. Ada asas-asas universal yang terdapat pada ilmu yang berkenaan yang tidak bercanggah dengan faktor akidah dan syarak. Kunjungan al Biruni ke India, pengembaraan Ibn Battuta ke serata ceruk dunia, penguasaan al Farabi, Ibn Sina terhadap ilmu-ilmu falsafah Greek-Yunani, anjuran Rasulullah supaya ilmu dituntut hingga ke negeri China. Begitu juga kaedah menebus diri tawanan perang dengan mengajarkan anak-anak Islam kemahiran membaca dan menulis pada zaman Rasulullah. Semuanya adalah asas sandaran bahawa di samping pemerkasaan ilmu-ilmu Islam, ilmu yang bermanfaat dari tradisi dan tamadun lain harus dicari selagi ia tidak bercanggah. Lebih-lebih lagi dewasa ini umat Islam menjadi pengguna kepada ilmu-ilmu sains dan teknologi dari Barat dan Timur. Hasil kekuatan sains dan teknologi ini kuasa-kuasa Barat memiliki upaya menakluk dan menjajah dan kuasa-kuasa sedang muncul sebagai negara maju dan bakal menjadi kuasa besar. Penaklukan dan penjajahan kini tidak seperti dulu. Kehebatan teknologi langit terbuka, rangkaian teknologi maklumat dan komunikasi, kesuburan media cetak dan elektronik, rangkaian Internet dan sistem komputer yang canggih telah memberikan bentuk penjajahan baru kepada umat Islam. Cabaran untuk mengetahui aspek-aspek teknologi amat dituntut supaya umat Islam tidak selamanya menjadi pengguna kepada keunggulan ilmu dan teknologi Barat umpamanya sehingga Barat dijadikan indikator maju, moden, membangun dan berubah secara mutlak.

Mempelajari teknologi atau ilmu alat tidaklah salah. Teknologi dari sudut Islam selamanya alat. Ia bukan matlamat. Matlamat dalam komputer dan Internet umpamanya ialah untuk memperkaya, mempercepat dan mempelbagaikan maklumat supaya pemikiran manusia menjadi lebih luas. Secara mekanistiknya tidaklah salah. Tetapi terdapat sesetengah maklumat, perisian, input dan program dalam komputer dan Internet mengandungi hal-hal yang sifatnya menyalahi. Ia memerlukan daya saring yang tinggi di kalangan pengguna supaya pengguna dapat membezakan yang baik dengan yang buruk dan yang bermanfaat atau sebaliknya. Adalah menjadi cabaran remaja untuk memahami keadaan ini supaya para remaja tidak terjebak dalam perangkap Barat atau yang boleh merosakkan minda remaja. Persoalan maklumat berkait rapat dengan pemikiran. Orientasi maklumat yang datang dari budaya orang lain kadang-kadang membawa orientasi dan nilai yang tidak sama dengan nilai-nilai Islam. Apa yang patut dilakukan oleh remaja ialah memiliki tekad dan azam yang tinggi untuk mempelajari sesuatu yang bermanfaat dari orang lain, tradisi lain malah tamadun lain. Oleh kerana sifat sains dan teknologi berkembang, para remaja harus bersedia untuk menguasai ilmu-ilmu baru supaya umat Islam sentiasa semasa dengan perkembangan zaman. Namun begitu para remaja harus terlebih dahulu menguasai asas-asas ilmu dan pemikiran Islam. Ulama dan ilmuwan Islam di zaman gemilang dulu menguasai ilmu-ilmu mengenai akidah, syariah, ibadah dan akhlak supaya mereka memiliki jati diri sebagai seorang Islam yang berilmu dan menghayati ilmu. Asas-asas ini sangat penting untuk memberikan para remaja kekuatan diri menghadapi maklumat, data dan fakta dari sumber-sumber orang lain atau sumber berbanding. Apabila dewasa kelak, ia akan berkembang kerana sifat ilmu dan maklumat tidaklah statik. Batas fardu ain umpamanya tidak memadai bagi remaja. Ini kerana corak cabaran semasa jauh menuntut supaya penguasaan ilmu alat seperti sains dan teknologi, komputer dan penyelidikan, pengurusan dan perundangan, ekonomi dan kajian ilmu-ilmu kemanusiaan, tamadun dan sistem nilai supaya remaja mempunyai perspektif yang betul dan asas yang jelas mengenai ilmu Islam dan kaitannya dengan ilmuilmu yang bermanfaat dari sumber orang lain. Adalah tidak memadai seorang umat Islam yang menguasai ilmu fardu kifayah maka semua yang terlepas dosa. Ia adalah syarat fikah yang minimum. Budaya Ilmu dan maklumat bukanlah sesuatu yang sifatnya berkecuali. Tumbuhnya ilmu dan suburnya maklumat adalah dari pengalaman budaya dan sistem nilai yang dimiliki dan diwarisi oleh sesuatu bangsa dan tamadun. Tamadun Barat pada hari ini banyak menumpukan kepada faktor-faktor memajukan benda dan pemikiran berasaskan faham sekular dan liberal. Faham ini amat berbahaya bagi orang-orang Islam kerana ia menolak kepentingan agama dan sistem nilai. Oleh itu para remaja yang memiliki asas ilmu Islam yang baik tidak mempunyai masalah untuk memanfaatkan sumber-sumber dari Barat atau Timur sekiranya para remaja dapat membezakan buruk-

baik akan sesuatu dan dapat mengenal sesuatu yang bermanfaat atau sebaliknya. Teknologi komputer umpamanya adalah sesuatu yang baik untuk di pelajari. Dari sudut perkakasan (hardware) dan teknologinya tidaklah ada masalah bagi remaja mempelajarinya. Tetapi apabila menggunakannya sistem nilai dan kekuatan agama adalah perlu bagi memandu remaja melayari yang baik dan menghindarkan yang tidak berfaedah. Yang memberikan perbezaan dari segi penggunaan ialah sistem nilai dan etika yang dimiliki oleh remaja. Sekiranya sistem nilai dan etika itu lahir dari penghayatan tradisi Islam, maka para remaja akan memiliki kekuatan serta berupaya memilih dan menyaring sesuatu yang bermanfaat atau sebaliknya. Dalam masa yang sama, remaja harus rasa tercabar untuk meneroka dan menghasilkan perisian yang selari dengan proses pembudayaan dan pemikiran yang sejalan dengan nilai-nilai Islam. Ia adalah proses yang tidak mudah dan menuntut masa yang lama dan panjang kerana sifat teknologi dan maklumat selalunya dinamik dan tidak statik. Ia adalah suatu usaha yang berterusan. Cara sebegini jugalah yang pernah berlaku di Eropah dalam proses memanfaatkan ilmu-ilmu Islam di kalangan sarjana mereka. Walaupun mereka menguasai bahasa di mana ilmu Islam itu lahir dan tumbuh tetapi sumber ilmu ditatang dengan menggunakan bahasa Latin dan Ibrani dan dewasa dalam kehidupan zaman reformasi dan Renaissance sehingga menjadikan ilmu itu terpisah dengan sistem nilai dimana ilmu itu asalnya subur. Lama kelamaan ilmu itu menjadi sekular dan berkembang secara liberal tanpa terikat dengan nilai-nilai agama. Remaja Islam harus mempunyai tekad untuk menguasai ilmu-ilmu Islam dengan baik sehingga dewasanya nanti memiliki keahlian dan kepakaran dalam bidang-bidang yang tertentu. Kesediaan dan keterbukaan perlu ada untuk memanfaatkan faedah-faedah berbanding dalam ilmu-ilmu dari sumber dan tamadun lain supaya akhirnya ilmu tersebut berkembang dalam orientasi dan budaya Islam. Inilah asas-asas integrasi dan Islamisasi yang sedang berlaku supaya ilmu-ilmu yang bermanfaat terbentuk dalam acuan kita sendiri. Darinya umat Islam akan menjadi maju di samping keunggulan ilmu dan tamadunnya sendiri. Penyuburan ilmu-ilmu Islam seharusnya berlaku supaya ia menjadi teras membangun acuan sendiri yang sifatnya menyumbang dan memperkayakan.

<?import namespace = g_vml_ urn = "urn:schemas-microsoft-com:vml" implementation = "#default#VML" />

MENANGANI ISU-ISU FALSAFAH DAN DASAR DALAM PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI MALAYSIA KANDUNGAN : Muka surat

<!--[if >PENGENALAN <!--[if Dasar <!--[if !supportLists]-->3. PENDIDIKAN KEBANGSAAN <!--[if PENDIDIKAN KEBANGSAAN <!--[if FALSAFAH PENDIDIKAN KEBANGSAAN <!--[if !supportLists]-->6. 10 KEBANGSAAN <!--[if !supportLists]-->7. 13 KEBANGSAAN <!--[if !supportLists]-->8. 14 KEBANGSAAN <!--[if !supportLists]-->9. 15 !supportLists]-->5. !supportLists]-->4. !supportLists]-->2.

!supportLists]-->1. 3 <!--[endif]-->DEFINISI 4 <!--[endif]-->PEMBENTUKAN 5 <!--[endif]-->FUNGSI 6 <!--[endif]-->HURAIAN 7 <!--[endif]-->PELAKSANAAN SISTEM PENDIDIKAN FALSAFAH

<!--[endif]-& DASAR

FALSAFAH

KANDUNGAN

<!--[endif]-->PEMBENTUKAN DASAR PENDIDIKAN

<!--[endif]-->OBJEKTIF DASAR PENDIDIKAN

<!--[endif]-->ISU DAN KESAN PELAKSANAAN DPK

<!--[if !supportLists]-->10. <!--[endif]-->FAKTOR KEGAGALAN DPK 17 <!--[if !supportLists]-->11. <!--[endif]-->PELAKSANAAN KBSM 18 <!--[if !supportLists]-->12. <!--[endif]-->KRISIS PEMIKIRAN PELAKSANAAN KBSM 20 <!--[if >KESIMPULAN <!--[if !supportLists]-->14. !supportLists]-->13. 22 <!--[endif]-<!--[endif]--

>RUJUKAN

23

PENGENALAN
Pendidikan merupakan satu proses yang penting dalam pembentukan diri individu ke arah mengenali diri dan mencapai kehidupan bermasyarakat yang baik dan sempurna. Pendidikan telah didefinisikan oleh Prof. Dr. Muhammad Naquib sebagai menanam sesuatu ke dalam diri manusia. (Muhammad dalam Fadzilah, 1996). Seperti yang kita tahu manusia mempunyai akal fikiran yang membezakannya dengan haiwan, namun manusia tidak dapat melakukan sesuatu dengan baik tanpa proses pendidikan sama ada secara langsung atau tidak langsung. Kita ambil satu contoh iaitu para petani dan nelayan melakukan kerja yang sama dari satu generasi ke satu generasi kerana proses pendidikan yang mereka teriama dari datuk nenek mereka. Keadaan ini membolehkan mereka bekerja sebagai nelayan dan petani sehingga sekarang. Pendidikan di Malaysia menjadi salah satu sistem sosial yang paling penting bagi perkembangan dan kemajuan negara. Ia juga diiktiraf sebagai alat untuk mencapai matlamat perpaduan dan integrasi nasional. Ia disusun di dalam Dasar Pelajaran Kebangsaan. Antara perkara yang paling penting perlu wujud bagi mana-mana sistem pendidikan kebangsaan ialah dasar pendidikan itu sendiri. Ia bukan sahaja menjadi asas pembentukan sistem pendidikan bahkan menjadi panduan yang sangat penting dalam melaksanakan sistem tadi. Tanpa dasar yang jelas, sudah tentulah sistem dan perlaksanaannya tidak akan tersusun rapi, terumbang ambing dan tidak tentu arah. Kemungkinan juga pelaksanaan sistem akan mengikut suatu arah pada satu ketika dan kemudiannya mungkin juga bertukar haluan pada lain masa. Kadangkala perubahan haluan atau arah ini boleh berlaku kerana faktor kepimpinan, kewangan, pengaruh politik dan lain-lain.

Dasar bagi sesuatu sistem

pendidikan

haruslah berpaksikan kepada falsafah yang jelas.

Biasanya falsafah inilah yang menjadi teras pendidikan kita. Ia mengandungi matlamat, corak dan kaedah pendidikan secara kasar, ciri-ciri yang hendak dibentuk dalam diri individu yang hendak menerima pendidikan itu serta skop yang dirangkumi oleh proses pendidikan itu sendiri. DEFINISI FALSAFAH Falsafah berasal dari dua perkataan Yunani iaitu phili dan sophia. Philo membawa maksud mencintai manakala sophia membawa makna kebilaksanaan atau kehikmahan. Ekoran dari itu falsafah bermaksud mencintai kebijaksanaan atau kehikmahan. Dalam bidang pendidikan terdapat pelbagai definisi yang diberikan oleh tokoh-tokoh falsafah. Antaranya adalah seperti berikut:- Menurut Socrates, falsafah ialah usaha menyelidik bagi membentuk pengetahuan yang murni bagi mencapai kebijaksanaan. - Menurut Plato pula, falsafah ialah usaha mengetahui segala yang ada berhubung manusia dan kehidupannya untuk mencapai hakikat kebenaran. -Menurut Aristotle, falsafah merupakan disiplin yang menyelidiki asas dan sebab segala benda. -Menurut Al-Farabi, falsafah ialah sebagai ilmu tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat sebenarnya. -Menurut Al-Ghazali falsafah ialah perbincangan berkaitan soal-soal agama dan ketuhanan semata-mata dan hasil pemikiran manusia yang spekulatif yang berdasarkan ujikaji dan pengamatan yang tajam. DEFINISI DASAR Dewan Bahasa dan Pustaka (1997) menyatakan bahawa dasar ialah bahagian terpenting, faktor terpenting, paling asas atau pokok. Berdasarkan pada kenyataan Dewan Bahasa Dan Pustaka ini maka dapatlah dikatakan dasar ialah asas dan bahagian terpenting dalam sistem pendidikan. Antaranya adalah seperti di bawah:Sufean Hussin (2002) berpendapat dasar ialah ketetapan dalam proses pengurusan organisasi atau kerajaan yang tidak statik kerana motifnya bersandar sama ada politik, ekonomi, sosial, sains dan teknologi. Berdasarkan kenyataan ini kita dapat rumuskan dasar ialah suatu bidang pengurusan dalam sesuatu organisasi atau sesebuah kerajaan yang banyak dipengaruhi oleh pelbagai faktor seperti ekonomi, politik dan sosial. Abdullah Sani (2003) pula menyatakan dasar ialah garis panduan untuk mencapai hasrat pendidikan yang dimatlamatkan. Jika mengikut pendapat Abdullah Sani ini kita dapati dasar merupakan garis panduan dalam melaksanakan hasrat pendidikan yang hendak dijayakan. dengan

Colebatch H.K (2002) berpendapat dasar ialah perihatin terhadap arahan, mengimplementasi sistem dan konsisiten. Dasar juga perihatin dalam memberi fokus dari proses bagaimana ia dilakukan kepada dapatan atau hasil. PEMBENTUKAN FALSAFAH PENDIDIKAN KEBANGSAAN. Falsafah pendidikan merupakan panduan dan hala sistem pendidikan sesebuah negara. Setiap negara mempunyai falsafah pendidikan negaranya sendiri yang berbeza daripada falsafah pendidikan negara lain. Falsafah pendidikan di Malaysia merupakan hala tuju sistem pendidikan berdasarkan matlamat negara, dasar-dasar, prinsip-prinsip Rukun Negara dan sebagainya.Dari sudut sejarah , falsafah pendidikan negara lahir daripada proses yang agak panjang iaitu satu proses pembinaan bangsa dan negara. Pada September 1974 satu jawatankuasa telah ditubuhkan yang bertujuan untuk mengkaji sistem pendidikan kebangsaan yang telah dilaksanakan sejak selepas merdeka. Jawatankuasa ini yang dinamakan sebagai jawatankuasa Kabinet Mengkaji Pelaksanaan Dasar Pelajaran Kebangsaan telah menyiapkan laporannya pada 1979 atau lebih dikenali sebagai Laporan Jawatankuasa Kabinet 1979. Hasil darilaporan tersebut, sistem pendidikan negara telah mengalami perubahan dimana Kurikulum Baru Sekolah Rendah (KBSR) telah diperkenalkan.Namun walaupun sudah keperingkat ini falsafah pendidikan negara secara tersurat tidak dinyatakan . Namun begitu hasrat dan matlamat pendidikan negara digambarkan melalui penyata, akta dan laporan-laporan yang ada seperti penyata razak, laporan rahman talib, Akta Pelajaran 1962 dan Laporan Jawatankuasa Kabinet 1979. Falsafah Pendidikan Negara (FPN) secara bertulis telah digubal pada tahun 1987 dan diperkenalkan pada tahun 1988. Falsafah Pendidikan Negara ini telah dimurnikan pada tahun 1996 dan dikenali sebagai Falsafah Pendidikan Kebangsaan (FPK) . Pernyataan dalam FPK adalah berbunyi Pendidikan di Malaysia adalah satu usaha berterusan ke arah lebih memperkembangkan potensi individu secara menyeluruh dan bersepadu untuk mewujudkan insan yang seimbang dan harmonis dari segi intelek, rohani,emosi dan jasmani berdasarkan kepercayaan dan kepatuhan kepada Tuhan. Usaha ini adalah bagi melahirkan rakyat Malaysia yang berilmu pengetahuan, berakhlak mulia, bertanggungjawab, berketrampilan dan berkeupayaan mencapai kesejahteraan diri serta memberi sumbangan terhadap keharmonian dan kemakmoran keluarga, masyarakat dan negara. FUNGSI FALSAFAH PENDIDIKAN KEBANGSAAN Dalam proses pendidikan, penetapan falsafah pendidikan adalah penting agar perancangan dan pelaksanaan sistem pendidikan dapat dilaksanakan dengan sistematik dan bertujuan. Falsafah pendidikan merupakan hala tuju atau panduan terhadap perkara-perkara yang berhubung kait dengan

pendidikan. Matlamat pendidikan sesebuah negara adalah berdasarkan falsafah pendidikan yang telah ditetapkan. Berdasarkan falsafah pendidikan yang telah ditetapkan juga, maka segala perancangan dalam pendidikan termasuk penetapan dasar-dasar, pengisian program pendidikan, penentuan isi kandungan kurikulum, aspek pelaksanaan kurikulum dan sebagainya akan berfokus dan menuju ke arah yang sama. Tanggungjawab sistem pendidikan adalah untuk menyiapkan generasi muda dengan pelbagai pengetahuan dan kemahiran supaya mereka dapat menghadapi alam dewasa dengan dengan berjaya, seimbang dan berdaya saing. Dalam konteks menyediakan pendidikan yang ideal, tujuan dan matlamat pendidikan negara pada abad ke 21 amat jelas sekali. Kementerian Pendidikan telah menyusun dan merancang untuk memperbaiki, memperkukuh dan mempertingkatkan mutu pendidikan negara sesuai dengan perubahan sosialisasi masyarakat hari ini. Antara unsur yang penting ialah memberikan peluang pendidikan yang sama kepada semua pelajar tanpa mengambil kira budaya,kelas sosial, kelompok etnik dan amalan atau cara hidup. Dalam buku Pembangunan Pendidikan 2001-2010 (KPM,2001) Kementerian Pelajaran Malaysia menyatakan bahawa pembangunan pendidikan dari Zaman Dasar Pembangunan hingga ke Zaman Dasar Wawasan Negara telah berjaya mencapai banyak kemajuan khususnya dalam penyediaan infrastruktur, kemudahan pendidikan dan latihan perguruan. Langkah-langkah kerajaan untuk meningkatkan peluang pendidikan berjaya mencapai sasarannya. Walaubagaimanapun, apa yang dapat kita lihat pada masa ini masih terdapat pelbagai isu yang ditimbulkan berkaitan dengan pencapaian Dasar Pendidikan Kebangsaan. Antara isu itu ialah berhubung dengan struktur pendidikan, akses kepada pendidikan, ekuiti, kualiti tenaga pengajar, ketidak seimbangan penyediaan infrastruktur, pelaksanaan program PPSMI dan kurikulum yang releven. HURAIAN KANDUNGAN FALSAFAH PENDIDIKAN KEBANGSAAN. 1. Pendidikan ialah satu usaha berterusan. Pendidikan merupakan suatu proses yag berlaku dalam diri seseorag sejak dalam kandungan sehingga ke akhir hayatnya. Sepanjang tempoh ini pendidikan yang berlaku merupakan proses pemerolehan dan pemindahan secara berterusan yang melibatkan pengetahuan, nilai murni, dan kemahiran. Pendidikan berterusan melibatkan tiga peringkat iaitu peringkat awal, peringkat sekolah dan peringkat lepas sekolah. Peringkat awal iaitu pendidikan yang diperoleh secara tidak formal yang memberi penekanan terhadap aspek pertuturan, bimbingan agama, asuhan budi pekerti, penjagaan kesihatan dan

perhubungan fizikal. Pada peringkat sekolah pula, murid-murid mendapat pendidikan formal yang melibatkan dua peringkat persekolahan iaitu sekolah rendah dan sekolah menengah. Pada peringkat ini, penekanan adalah terhadap aspek-aspek perolehan pelbagai ilmu pengetahuan dan kemahiran, penghayatan agama dan nilai murni, perkembangan bakat dan potensi dan pembentukan jati diri. Selepas alam persekolahan, pendidikan terus berlaku semasa seseorang melanjutkan pelajaran ke Institusi Pengajian Tinggi, di tempat kerja mahupun di dalam komuniti masing-masing. Selain daripada itu, pendidikan terus berlaku secara pembelajaran kendiri sama ada melalui media massa atau media internet. Pada peringkat lepas sekolah ini penekanan adalah terhadap peningkatan perolehan pelbagai ilmu pengetahuan dan kemahiran, peghayatan agama dan nilai murni. Penyesuaian hidup dan perkembangan bakat dan potensi. 2. Memperkembangkan potensi individu. Potensi merupakan bakat, kebolehan atau keupayaan yang ada pada seseorang individu. Pendidikan memainkan peranan untuk memperkembangkan potensi murid optimum sehingga individu mencapai ke tahap cemerlang. Potensi individu dilihat dari empat aspek iaitu: Intelek Intelek merupakan keupayaan mental iaitu yang berkaitan dengan akal dan daya fikir yangdimiliki oleh seseorang. Intelek merupakan unsur penting dalam perkembangan sesuatu bidang ilmu. Rohani Adalah merupakan perkaitan jiwa dan kalbu yang melibatkan hubungan seseorang dengan Tuhan. Keteguhan rohani sangat penting bagi melahirkan individu yang murni akhlak dan inaf kepada Pencipta. Emosi Emosi adalah berkaitan dengan jiwa dan perasaan seseorang. Perkembangan emosi dititik beratkan kerana emosi mempengaruhi seseorang dalam tingkahlaku dan tindakannya. Dalam FPK, perkembangan emosi adalah bagi memastikan perasaan tenang dan tingkahlaku terkawal, memiliki dan memupuk perasaan kasih sayang, memiliki semangat kekitaan dan perpaduan dan menghargai serta menilai keindahan dan kesenian. Jasmani Merupakan keupayaan psikomotor yang dimiliki oleh seseorang. Ia berkaitan dengan kecerdasan fizikal diri manusia. Sebagai sebuah negara yang merdeka, keperluan terhadap tenaga manusia untuk membangunkan negara sangat penting. Jesteru itu rakyat mestilah sihat, berkemampuan dan cergas tubuh badan agar dapat menjadi insan yang mampu melaksanakan apa saja tugas dan bidang yang diceburi. 3. Perkembang potensi secara menyeluruh dan bersepadu. Perkembangan keempat-empat potensi adalah bagi membolehkan penguasaan ilmu, kemahiran dan nilai. Perkembangan keempat-empatnya itu hendaklah dilakukan secara menyeluruh kerana semuanya

adalah sama penting. Kesemua potensi juga hendaklah dihubungkaitkan antara satu sama lain dan dikembangkan secara bersepadu bukannya satu persatu. Perkembangan potensi ini adalah berpaksikan prinsip ketuhanan. 4. Insan yang seimbang dan harmonis. Manusia yang sejahtera merupakan manusia yang pembangunan dirinya berlaku secara menyeluruh melibatkan semua potensi dengan seimbang. FPK jelas menegaskan bahawa pembangunan insan hendaklah seimbang dari segi intelek, rohani, emosi dan jasmani bagi membolehkan manusia menjalani kehidupan dengan harmonis, seterusnya membentuk keluarga, masyarakat dan negara yang aman dan damai. 5. Kepercayaan dan kepatuhan kepada tuhan. Kepercayaan kepada Tuhan merupakan prinsip pertama Rukun Negara. Setiap individu perlu yakin wujudnya Pencipta yang mencipta manusia dan alam. Hukum dan fenomena alam hendaklah difahami dan dipatuhi agar kesejahteraan dan kemakmuran terpelihara. 6. Rakyat Malaysia yang berilmu pengetahuan. Ilmu adalah kuasa. Ilmu pengetahuan juga tidak bersifat statik. Bagi membentuk rakyat Malaysia yang berilmu pengetahuan, konsep pendidikan sepanjang hayat hendaklah menjadi amalan supaya ilmu yang dimiliki terus dikemaskini sesuai dengan peredaran masa. Setiap individu yidak boleh berpuas hati dengan ilmu yang dimiliki pada satu-satu ketika. 7. Rakyat Malaysia yang berakhlak mulia. Seseorang yang berakhlak mulia merupakan orang yang menghayati dan mengamalkan nilai-nilai murni, bertingkah laku baik, berdisplin serta bersopan santun. Rakyat Malaysia dituntut agar berakhlak mulia sesuai dengan amalan budaya ketimuran. 8. Rakyat Malaysia yang bertanggungjawab. Dalam FPK telah ditegaskan bahawa pendidikan hendaklah melahirkan rakyat Malaysia yang bertanggungjawab seperti menyedari tugas dan tanggungjawab adalah amanah, mematuhi peraturan dan undang-undang dan sebagainya. 9. Rakyat Malaysia yang berketerampilan. Seseorang yang berketerampilan merupakan orang yang kompeten dan cekap dalam melaksanakan sesuatu kerja. Pendidikan hendaklah dapat melahirkan rakyat yang berpengetahuan dan berkemahiran tinggi agar dapat menjalankan tugas dengan berkesan. 10. Rakyat Malaysia yang berkeupayaan mencapai kesejahteraan diri. Kesejahteraan diri adalah penting dalam kehidupan manusia. Terdapat manusia yang kaya raya, berkelulusan tinggi dan berpangkat besar tetapi kehidupannya tidak sejahtera. Untuk mencapai

kesjahteran ini seharusnya manusia itu memiliki fikiran yang waras, jiwa tenang, badan yang sihat, daya ketahanan diri yang kuat dan juga mampu mewujudkan perhubungan yang baik. PELAKSANAAN SISTEM PENDIDIKAN KEBANGSAAN. Sistem pendidikan kebangsaan mengandungi beberapa unsur penting yang terdiri daripada:<!--[if !supportLists]-->1. paling tinggi. <!--[if !supportLists]-->2. <!--[if !supportLists]-->3. <!--[if !supportLists]-->4. dikeluarkan. <!--[if !supportLists]-->5. <!--[if !supportLists]-->6. <!--[endif]-->Sistem pentadbiran, kewngan, pemantauan dan pengawalan. <!--[endif]-->Latihan dan skim perguruan. <!--[endif]-->Jumlah tempoh pengajian bagi setiap setiap peringkat. <!--[endif]-->Kurikulum bagi setiap peringkat dan jurusan. <!--[endif]-->Sistem penilaian dan jenis sijil atau kelulusan yang <!--[endif]-->Peringkat pendidikan dari yang paling bawah ke tahap yang

Sekiranya dilihat dari segi sistem yang telah disediakan dan dilaksanakan selama ini, terdapat usaha yang gigih untuk memperbaikinya dari semasa ke semasa. Sekiranya ditinjau secara halus dari segi hasil dasar dan sistem pendidikan kebangsaan, seharusnya ia mampu mengeluarkan pelajar yang berilmu, bermoral (berakhlak), beradab dan bersopan, seorang individu yang boleh menjadi warga negara yang cukup baik dan sempurna. Namun terdapat berbagai masalah moral, disiplin dan kelemahan akademik dikalangan sebilangan besar pelajar Melayu, tidak kira luar bandar mahupun bandar. <!--[if !supportLists]-->i. <!--[endif]-->ISU MORAL DAN CARA MENANGGANI

Sebagaimana yang kita tahu bahawa falsafah pendidikan negara terkini yang telah digubal pada akhir tahun lapan puluhan mementingkan pembangunan individu secara bersepadu yang merangkumi pembangunan mental, rohani, fizikal dan psikologi. Namun kita masih lagi mendapati gejala sosial semakin merebak terutama dikalangan remaja Melayu dalam bentuk penyalahgunaan dadah, seks tanpa perkahwinan, rogol, pembunuhan, lepak, bohsia dan banyak lagi yang lain. Salah satu faktor yang dapat membendung gejala sosial yang amat ngeri dan negatif ini ialah memperkukuhkan akhlak dan budi pekerti yang mulia seperti yang dituntut oleh Islam. Atau lebih tepat lagi hidup berpegang taat kepada ajaran agama, melakukan yang disuruh dan menjauhkan yang dilarang. Akhlak bukanlah sesuatu perkara yang boleh ditunjuk ajar semata-mata tetapi memerlukan contoh dan teladan yang baik serta bimbingan yang berterusan dari rumah hingga ke sekolah dan seterusnya ke masyarakat umum. Namun peranan

sekolah di sini ialah dalam melaksanakan pendidikan moral dan pendidikan Islam. Selain dari itu, peranan ibu bapa dan penjaga juga amat penting kerana apa yang diajar di sekolah seharusnya sama seperti apa yang di lihat di rumah. Jika di sekolah guru berhempas pulas menanamkan nilai-nilai murni di dalam diri anak-anak tetapi apabila pulang ke rumah mereka disogokkan dengan pertengkaran ibu bapa atau ahli keluarga yang lain, maka anakanak ini akan jadi keliru, ajaran guru akan menjadi seperti mencurah air ke daun keladi. Maka di sini peranan ibu bapa juga amat penting usaha untuk membangunkan sahsiah individu dalam masyarakat. <!--[if !supportLists]-->ii. <!--[endif]-->Akses Pendidikan Selaras dengan perkembangan teknologi semasa, KPM telah memperkenalkan Teknologi Maklumat dan Komunikasi atau Informal and Communication Technology (ICT) dalam pendidikan yang meliputi aspek prasarana, pengisisn dan latihan guru. KPM telah melaksanakan pelbagai projek ICT dengan pembekalan komputer sebagai aktiviti utama penyediaan infrastruktur ICT. Namun isu dan masalah yang menjejaskan usaha penggunaan ICT dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Antara masalah tersebut ialah pembekalan komputer yang tidak seimbang antara sekolah bandar dn luar bandar. Perisian komputer untuk PDP yang sesuai susah diperolehi. Latihan dalam perkhidmatan untuk guru mengendalikan sistem komputer di sekolah yang kurang berkesan dan terhad. Penyelenggaraan komputer yang kurang memuaskan di sekolah dan bilangan guru terlatih dalam ICT yang belum mencukupi. <!--[if !supportLists]-->iii. <!--[endif]-->Tenaga Pengajar Kekurangan tenaga pengajar yang berkemahiran turut menjadi isu. Berdasarkan statistik yang dikeluarkan oleh Bahagian Perancangan Pembangunan Pendidikan (BPPDP) Kementerian Pelajaran Malaysia, pada tahun 2000 sebanyak 61.8 guru terdiri daripada guru perempuan dan KPM menghadapi masalah menempatkan mereka di sekolah luar bandar, khususnya di pedalaman dan pulau. Kebanyakan sekolah di pendalaman dan pulau khususnya di Sabah dan Sarawak mendapat guru yang kurang berpengalaman atau kurang latihan. Keadaan ini juga menyebabkan berlakunya ketidakseimbangan dalam pengagihan guru mengikut opsyen. Disebabkan perkara ini maka berlakulah dimana kebanyakan guru yang mengajar di sekolah menjadi bidan terjun iaitu guru yang bukan opsyen terpaksa mengajar mata pelajaran kritikal seperti Matematik, Sains dan Bahasa Inggeris bagi memenuhi keperluan sekolah dan pelajar. Risiko dari kekurangan pengalaman dan pengetahuan tentang subjek berkenaan maka kewibawaan guru dalam penyampaian ilmu kepada pelajar mula dipertikaikan.

<!--[if !supportLists]-->iv.

<!--[endif]--> PPSMI

Seiring dengan matlamat kerajaan ingin melahirkan pelajar yang bertaraf dunia, KPM juga telah melaksanakan Program Pengajaran dan Pembelajaran Matematik dan Sains dalam Bahasa Inggeris (PPSMI). PPSMI telah termaktub sebagai keputusan dasar kerajaan Malaysia hasil daripada Mesyuarat Khas Jemaah Menteri pada 19 Julai 2002 , Kerajaan telah memperuntukkan belanja yang besar untuk menjayakan PPSMI ini. Tidak semua rakyat memberikan respon yang baik terhadap program ini. Perkara ini berlaku kerana penggunaan bahasa asing bukan saja merosakkan kedudukan Bahasa Kebangsaan sebagai bahasa ilmu malah ianya turut memusnahkan reputasi pelajar khususnya pelajar di luar bandar. Bagi murid yang tinggal di luar bandar, mereka memang sukar untuk mendapatkan bahan-bahan ataupun kelas-kelas tuisyen dalam Bahasa Inggeris. Kadang-kadang ada juga sekolah yang tidak ada guru Bahasa Inggeris yang terlatih, mereka diajar oleh guru ganti yang kurang mahir dan kurang berkemampuan dalam Bahasa Inggeris. Pelajar ini belajar belajar melalui medium yang mereka tidak faham. Komunikasi tidak berkesan dalam pelajaran sudah tentu memberi kesan yang buruk terhadap reputasi pelajar. Bagi pihak tenaga pengajar juga mereka kurang mahir berkomunikasi dalam Bahasa Inggeris. Apabila tidak mahir berbahasa Inggeris maka penyampaian akan terganggu atau lebih buruk lagi perkataan yang digunakan tidak menepati maksud isi sesuatu pelajaran. Walaupun guru-guru ini menjalani kursus ETeMS, namaun dalam masa yang sesingkat itu tidak mungkin guru dapat menguasai sepenuhnya pertuturan dalam bahasa berkenaan. Jalan terbaik adalah memansuhkan pengajaran sains dan matematik dalam Bahasa Inggeris secara berperingkat. Sebagai gantinya KSSR telah diperkenalkan dan telah mula dilaksanakan mulai tahun 2011. MBMMI membawa maksud mempertabatkan bahasa Melayu dan memperkasakan Bahasa Inggeris. Banyak pihak yang setuju dengan tindakan drastik kerajaan ini. PEMBENTUKAN DASAR PENDIDIKAN KEBANGSAAN Dalam tahun-tahun menuju kemerdekaan telah timbul kesedaran di kalangan para pemimpin dan rakyat tentang betapa pentingnya diadakan satu sistem pendidikan kebangsaan untuk mengantikan sistem pendidikan penjajah demi memenuhi kehendak negara. Atas kesedaran inilah lahirnya Dasar Pendidikan Kebangsaan Malaysia melalui Penyata Razak 1956 dan termaktub di dalam Ordinan Pelajaran 1957. Dasar Pendidikan telah disemak semula semula pada tahun 1960 yang telah menghasilkan Laporan Rahman Talib. Laporan ini termaktub di dalam Akta Pelajaran 1961. Sebuah jawatankuasa telah dibentuk pada tahun 1974 untuk mengkaji semula dasar pendidikan dengan tujuan untuk memperbaiki perlaksanaannya supaya matlamat untuk melahirkan masyarakat yang bersepadu dan berdisiplin serta memenuhi keperluan semasa rakyat yang terlatih untuk mencapai pembangunan

negara. Laporan jawatankuasa telah diterbitkan dalam tahun 1979. Kesedaran itu timbul bagi mengantikan sistem pelajaran yang tidak memuaskan, yang mana sistem ini telah disusun oleh penjajah. Sebagimana yang kita tahu sistem pendidikan zaman penjajah telah berkembang tanpa mempertimbangkan keperluan pembangunan, pembinaan identiti kebangsaan dan perpaduan negara. Sistem pendidikan zaman penjajah juga masih mengekalkan taat setia rakyat pendatang kepada negara asal mereka dan menahan kebangkitan semangat pembangunan rakyat tempatan. Zaman pensejagatan atau globalisasi merupakan satu cabaran baru bagi sistem pendidikan kita. Lahirnya Akta Pendidikan 1996 adalah satu sahutan kepada cabaran berkenaan, Buat pertama kalinya, kita melihat berbagai pengukuhan dan penegasan dilakukan oleh pihak kerajaan termasuklah teras kepada sistem pendidikan iaitu falsafah pendidikan negara. Pendidikan bertaraf dunia atau Malaysia sebagai pusat kecemerlangan dijadikan objektif sisitem pendidikan masa kini sebagai maksud beberapa akta pendidikan yang lain. Buat pertama kalinya kita melihat bukan isu perpaduan sahaja sebagai isu utama yang perlu diselesaikan akan tetapi isu yang lebih global seperti keperluan guna tenaga dan keterampilan ilmu yang sesuai dalam zaman ini. Apatah lagi zaman ini dikenali sebagai permulaan gelombang maklumat dan pengetahuan. OBJEKTIF DASAR PENDIDIKAN KEBANGSAAN. Kementerian Pendidikan dengan berpandukan kepada Penyata Razak 1957 dan Laporan Rahman Talib 1960, telah mentafsirkannya sebagai menyatupadukan kanak-kanak sekolah berbilang kaum dan menyediakan tenaga kerja bagi keperluan ekonomi. Objektif ini diperkhususkan lagi apabila Jawatankuasa Kabinet dibentuk sekaligus membentuk beberapa bidang tugas yang tertentu. Dasar Pendidikan Kebangsaan diharapkan dapat memenuhi keperluan tenaga rakyat negara ini dalam jangkamasa pendek dan jangkamasa panjang, melahirkan masyarakat yang bersatupadu, berdisplin dan terlatih. Beberapa starategi telah digubal untuk mencapai matlamat ini adalah seperti berikut: i. ii. iii. iv v. Menjadikan Bahasa Kebangsaan sebagai bahasa pengatar yang utama. Mengadakan kurikulum yang sama dan berorentasikan Malaysia bagi semua jenis sekolah. Mewujudkan sistem peperiksaan yag sama bagi setiap jenis sekolah. Melicinkan tatacara pengurusan pendidikan. Mengadakan peluang pendidikan asas sembilan tahun.

ISU DAN KESAN PELAKSANAAN DASAR PENDIDIKAN KEBANGSAAN . Semenjak ditubuhkan pada tahun 1961, Dasar Pendidikan Kebangsaan masih belum boleh dikatakan

berjaya dan mencapai objektifnya. Tidak dinafikan sudah ramai para lepasan univwesiti tempatan dan luar negeri yang dikeluarkan semenjak dilahirkan Dasar Pendidikan Kebangsaan, tetapi keadaan ini tidak boleh dianggap sebagai kejayaan di dalam erti kata yang sebenar. Walaupun sudah banyak sumber manusia disumbangkan bagi pembangunan negara tetapi sebilangan dari mereka tidak mampu menunjukkan nilai akhlak dan budi pekerti yang mulia dan luhur. Oleh sebab itu tidak hairanlah kenapa ramai dari kalangan intelek dan cendiakawan yang terlibat dengan skandal dan jenayah kolar putih. <!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Jenayah Kolar Putih Kita selalu disuapkan dengan cerita-cerita dari media massa yang mendedahkan kegiatan rasuah, penipuan di kalangan para pegawai kerajaan, pengelapan wang rakyat, jenayah yang melibatkan kehilangan jiwa dan lain-lain lagi. Seperti mana yang kita tahu, orang-orang yang terlibat dalam kes-kes itu adalah orang terpelajar yang mendapat pendidikan tinggi. Kemankah perginya segala ilmu yang telah mereka pelajari. Mereka seolah-olah diajar supaya melakukan perkara sedemikian sedangkan tidak ada sukatan peljaran di Malaysia bahkan seluruh dunia yang mengajar anak bangsanya supaya mencuri, menipu, merompak, melakukan rasuah malah berbohong sekalipun. <!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Keruntuhan moral dikalangan pelajar

Beberapa isu berkaitan dengan struktur pendidikan antaranya termasuklah struktur pendidikan menengah yang tidak selaras kurang menepati keperluan. Antaranya bilangan tahun persekolahan struktur pendidikan Malaysia tidak sama dengan kebanyakan negara lain di dunia. Tidak dapat keseragaman dalam kemasukan ke Institusi Pengajian Tinggi (IPT) disebabkan wujudnya pelbagai haluan. Kebanyakan pelajar memilih untuk menamatkan persekolahan mereka apabila tamat peperiksaan SPM. Skop kurikulum tingkatan 1 hingga tingkatan 6 terlalu luas. Ekoran dari masalah di atas keruntuhan dikalangan pelajar berlaku dengan meluasnya. Sebilangan pelajar yang berumur 14 hingga 16 tahun atau pelajar tingkatan empat dan enam rendah menganggap tahun pembelajaran mereka adalah tahun bulan madu ini merupakan masa untuk mereka berpesta dan bersukaria serta melakukan apa saja mengikut kehendak mereka tanpa terikat dengan mana-mana pihak. Perkara ini terjadi mungkin disebabkan menurut ketetapan Dasar pendidikan Kebangsaan, dimana pelajar tingkatan empat dan enam rendah tidak terdapat peperiksaan utama bagi mereka berbanding dengan pelajar tingkatan tiga, tingkatan lima dan tingkatan enam atas, dimana mereka akan menempuh peperiksaan PMR, SPM dan STPM. Perkara ini berlaku kerana mereka hanya beranggapan bahawa

mereka menuntut ilmu semata-mata untuk mendapatkan sijil-sijil tersebut sahaja. Pada pendapat mereka tahun-tahun yang tidak terdapat peperiksaan utama, mereka tidak perlu belajar dengan tekun, sebaliknya mereka mengisi masa tersebut dengan berhibur dan melakukan perkara-perkara yang tidak berfaedah bersama kawan-kawan. Ramai para pelajar yang berumur di antara 13 hingga 19 tahun terlibat dalam penyalahgunaan dadah, lari dari rumah, rogol dan jenayah-jenayah lain. Beberapa kajian telah dijalankan tentang penglibatan dadah yang dibuat terhadap 90 buah sekolah menengah di seluruh anaegara menunjukkan 343 orang pelajar terlibat dalam penagihan dadah. Dari laporan ini bermakna hitung panjang murid yang menagih dadah di setiap sekolah adalah 4 orang. Tidak ketinggalan juga ramai juga pelajar yang terlibat dalam kes meminum minuman keras tatkala usia mereka baru mencapai 15 tahun. Terdapat juga dikalangan mereka ini yang sering pergi ke kelab-kelab malam kerana mencari hiburan dan menikmati minuman keras. <!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Membunuh diri. Lebih menyedihkan lagi ada diantara mereka yang sanggup membunuh diri ekoran dari kegagalan mereka menyelesaikan sesuatu masalah yang dihadapi. Selalunya masalah pelajar ini adalah masalah yang berhubungkait dengan keluarga, seperti keluarga yang bercerai-berai, keluarga yang terlalu mendesak dan memberi tekanan dalam pelajaran, keluarga yang tidak bahagia dan keluarga yang memang mempunyai ahli yang sedia bermasalah seperti ayah yang tidak bertanggungjawab yang sanggup merogol anak sendiri. Tidak ketinggalan juga ada yang membunuh diri kerana gagal bercinta. Antara peristiwa yang boleh kita jadikan contoh ialah kes Norasiah Mamat, seorang pelajar tingkatan tiga yang menggantung diri sampai mati pada 14.8.1988. Liew Yew Sin, pelajar berusia 16 tahun mati membunuh diri dengan meminum racun pada 12.1.1987. Persoalannya di sini kenapakah orang-orang yang mendapat pendidikan yang sempurna bahkan yang masih menuntut melakukan perkara-perkara sedemikian? Adakah Dasar Pendidikan Kebangsaan gagal mencapai matlamat membentuk anak bangsanya ke arah kesempurnan ilmu dan peribadi. FAKTOR KEGAGALAN DASAR PENDIDIKAN KEBANGSAAN Dasar Pendidikan Kebangsaan memang telah berjaya melahirkan ramai golongan cendekiawan dan ilmuan tetapi masih belum berjaya melahirkan cendekiawan yang berakhlak mulia dan berperibadi luhur . Akhlak dan peribadi yang luhur adalah sesuatu yang penting untuk mewujudkan keamanan di dalam sesebuah negara. Kegagalan tersebut mungkin disebabkan oleh Dasar pendidikan Kebangsaan hanya mempunyai matlamat dan tidak mempunyai falsafah pendidikan. Sedangkan pembentukan falsafah sangat penting untuk mencapai sesuatu matlamat da dalam sesuatu pekerjaan. Pada hakikatnya nama dasar bukanlah sesuatu yang terlalu penting, yang paling penting ialah falsafah, matlamat,objektif

dan isi kandungan yang menentukan pengisian untuk mendidik seseorang individu. Pembentukan Kurikulum Baru Sekolah Menengah menyedarkan kita tentang betapa pentingnya falsafah di dalam sesuatu kurikulum pendidikan. Perlaksanaan Dasar Pendidikan Kebangsaan tanpa falsafah menjadikannya menyimpang dan menyeleweng jauh dari dasar ilham dasar pendidikan yang sebenar. Perlaksanaan Dasar Pendidikan Kebangsaan tanpa falsafah tidak berjaya menyampaikan konsep ilmu dengan padu. Keadaan ini menjadikan ilmu-ilmu yang diajar sama ada sains,sastera dan agama seolaholah separuh benar dan terpisah-pisah antara satu sama lain. Maka oleh sebab itu tidak hairanlah jika lahir dua golongan yang bertentangan pendapat dalam masyarakat hari ini. Golongan tersebut terdiri daripada mereka yang mementingkan dunia tanpa menghiraukan akhirat dan sebaliknya. Jika dilihat dari konteks pendidikan di Malaysia hari ini, gejala-gejala ini berada ditahap yang membimbangkan sekiranya pendidikan yang merupakan unsur terpenting tidak diperbaiki. Akibatnya generasi yang akan datang akan mengalami keruntuhan moral yang lebih teruk lagi. Ianya juga akan memusnahkan ummah keseluruhannya. Sebagai cadangan balas untuk memperbaikinya, pembentukan KBSM telah meletakkan nilai-nilai ketuhanan, akhlak, keimanan dan lain-lain yang dikira memenuhi tuntutan fitrah manusia di muka bumi ini. PERLAKSANAAN KBSM Perbincangan tentang konsep dan falsafah pendidikan dalam menilai semula Dasar Pendidikan Kebangsaan ke arah membentuk proses pendidikan yang sempurna telah membuahkan hasil dengan terbentuknya Kurikulum Baru Sekolah Menengah (KBSM) pada tahun 1988. Ekoran dari itu Pusat Perkembangan Kurikulum telah berjaya membentuk falsafah pendidikan negara yang lebih mantab. Penyataannya adalah seperti berikut; Pendidikan adalah usaha ke arah mengembangkan potensi kanak-kanak secara menyeluruh bagi membolehkan mereka menjadi insan yang baik, sempurna perkembangannya dari segi rohani dan jasmani berdasarkan kepada Tuhan dan menjadi rakyat yang berilmu pengetahuan, bertanggungjawab dan berkebolehan mencapai kebahagiaan serta memberi sumbangan positif terhadap pembangunan masyarakat Malaysia yang taat setia, berdisplin, berakhlak mulia dan bersatupadu selaras dengan prinsip-prinsip kewarganegaraan yang unggul dan Islam sebagai agama Persekutuan. Berdasarkan pernyataaan di atas, gabungan antara intelek, rohani, emosi dan jasmani berdasarkan kepada kepercayaan kepada Tuhan adalah menepati falsafah pendidikan Islam yang selama ini dibahaskan. <!--[if !supportLists]-->i. murni <!--[endif]-->Penerapan nilai-nilai islam melalui nilai-nilai

Kaedah pendidikan yang menekankan tiga aspek utama iaitu aspek ilmu dan kemahiran, aspek nilai dan aspek bahasa. Dalam ketiga-tiga aspek ini, aspek nilai murni lebih ditekankan, malah ia dijalankan secara bersepadu.Dengan ini penerapan nili-nilai Islam dapat dilihat di dalam nilai-nilai murni yang dilaksanakan secara bersepadu di dalam kurikulum setiap mata pelajaran yang diajar .Menurut gagasan PPK, nilai murni dalam KBSM dimaksudkan sebagai: Unsur nilai merupakan komponen bersepadu yang penting dan dilaksanakan merentasi kurikulum selain daripada yang diajar di dalam pendidikan Islam atau Moral. Penerapan nilai-nilai murni dilakukan secara sedar yang sengaja. Nilai-nilai murni yang ditegaskan meliputi kerohanian, kemanusiaan dan kewarganegaraan. Berdasarkan huraian ini jelaslah bahawa penerapan dan penghayatan nilai-nilai murni di dalam pembelajaran perlulah dilakukan secara aktif dalam setiap aktiviti pembelajaran, tidak kira pembelajaran dalam bilik darjah, pembelajaran amali dalam makmal, kerja lapangan dan sebagainya. Beberapa aspek nilai-nilai murni yang dilaksanakan di dalam setiap mata pelajaran termasuklah : nilai berdikari, keberanian, kebersihan,kejujuran, rasional, baik hati dan kasih sayang. Gmbaran yang jelas kepada kita semua bahawa nilai-nilai tersebut adalah di antara nilai-nilai yang dianjur oleh agama Islam. Terdapat beberapa cara yang dicadangkan oleh parapengkaji dan perancang dasar pendidikan kebangsaan bagi mencapai matlamat pendidikan KBSM. Antaranya di dalam pembelajaran mata pelajaran sains, guru-guru dikehendaki memikirkan aspek dan nilai-nilai Islam yang sesuai dengantajuk yang bakal diajar kepada murid-muridnya. Contohnya tajuk Dunia melalui deria kita, pengajaran yang dapatditimbulkan di sini ialah kesedaran betapa sempurnanya penciptaansisitem biologi kepada manusia. Bagi tajuk Peranan manusia dalam keseimbangan alam, pengajarannya boleh dikaitkan kepada kesedaran bahawa sumber-sumber alam adalah amanah Allah kepada manusia. Tegasnya di sini, tidak dapat dinafikan dan diragukan bahawa KBSM mempunyai ciri-ciri penting pendidikan Islam yang matlamatnya ialah melahirkan seorang muslim insan yang kamil dam solehah manakala yang bukan Muslim pula lahir sebagai warganegara yang mempunyai kesatuan fikiran dan perasaan sebagai satu ummah dan taat setia kepada negara dan berbakti kepada ummah dengan kemahiran yang sewajarnya. Generasi yang berkeperibadian begini akan dapat dibina menerusi tiga konsep dimensi kurikilum seperti termaktub dalam KBSM. <!--[if !supportLists]-->ii. <!--[endif]-->Akhlak di dalam nilai-nilai murni KBSM

Akhlak di dalam kehidupan manusia sehari-hari amatlah penting dan perlu untuk mewujudkan keamanan dan keharmonian di dalam sesebuah kelompok masyarakat. Dengan itu ia sangat penting ditekankan di dalam proses pendidikan ibarat pepatah melentur buluh biarlah dari rebungnya. Akhlah

yang hendak diterapkan melalui kurikulum KBSM adala akhlak yang berasaskan nilai-nilai Islam yang sesuai dengan falsafah Al-Quran dan As-Sunnah. Selain dari faktor kurikulum, melalui pengajarannya guru juga boleh menyampaikan pendidikan Islam dan nilai murni dengan teladan-teladan yang boleh membentuk diri pelajar. Pelajar digalakkan menjelajah dan mengkaji isu-isu akhlak yang berteraskan Islam dan moral setiap kaum dengantujuan menganalisa masalah-masalah sosial, membahaskan masalah-masalah yang berlainan, membuat telahan dan mencapai keputusan yang tepat. Kajian ini boleh dilakukan di dalam pelajaran moral, Bahasa Malaysia dan sejarah. Sebagai contoh di dalam mata pelajaran sejarah, boleh dibuat kajian tentang nilai-nilai akhlak bagi sesuatu kaum dahulu, sekarang dan akan datang. Pelaksanaan KBSM dengan menjadikan nilai-nilai murni sebagai asas utama dalam kurikulum pendidikan kebangsaan secara bersepadu ini adalah untuk memastikan semua matapelajaran yang diajar tidak terpisah diantara satu sama lain. Seterusnya dapat mewujudkan per paduan di dalam masyarakat majmuk. KRISIS PEMIKIRAN MENGHALANG KBSM Sebelum dapat dibina satu konsep KBSM yang benar-benar sempurna dan berjaya, maka masalah utama perlu di tanggani terlebih dahulu. Masalah tersebut ialah krisis pemikiran. Terdapat beberapa perkara yang terlibat di dalam krisis pemikiran ini. i. Mementingkan Matlamat Dari Dasar Dan Falsafah. Terdapat sebilangan besar dari kalangan rakyat Malaysia yang mementingkan matlamat untuk melahirkan ahli sains dan teknologi bagi membanyakkan tenaga rakyat dan tenaga mahir untuk kemajuan negara dan mencapai perpaduan. Persoalannya kenapakah sampai sekarang matlamat tersebut masih belum tercapai?, masih ramai siswazah yang menganggur?, rukun negara tidak dihormati?, dan mengapakah perpaduan kaum masih belum terbina?. Jawapannya ialah masalah ini tidak dapat diselesaikan kerana dasar pendidikan tidak disertai dengan falsafah. Oleh itu di dalam sistem pendidikan negara kini telah terdapat falsafah sebagaimana yang disebutkan sebelum ini. Berikutan dengan itu, semua orang hendaklah berpegang dan berpandukan kepada falsafah tersebut untuk mencapai matlamat pendidikan, falsafah untuk melahirkan insan yang baik hemdaklah diutamakan.

Ii.

Mengagungkan Perspektif Barat.

Sifat mengagungkan pendidikandari perspektif Barat sahaja adalah berat sebelah kerana dubia ini luas

dan kemajuan tidak hanya terdapat di Barat. Malah ilmu yang luas terdapat juga di dalam tamadun Timur, Timur Jauh, Timur Tengah dan sebagainya. Sikap menggagungkan Barat mungkin timbul kerana mereka hanya melihat Barat yang ditonjolkan oleh dunia sebagai negara yang maju dengan berbagai teknologi termasuk kemajuan di dalam menghasilkan senjata kimia yang kini mengancam nyawa umat manusia di dunia. Para belia di negera-negara maju telah mengalami keruntuhan moral dan akhlak. Perkara ini sebenarnya membimbangkan Barat kerana mungkin suatu hari nanti tidak akan ada generasi yang benar-benar berwibawa untuk memimpin negara tersebut. Perkara ini membimbangkan negara kita juga kerana keadaan yang sama juga hampir berlaku di negara kita kerana mengambil sistem pendidikan Barat. Menurut pemikiran sekular Barat, agama diasingkan daripada aspek kehidupan lain, termasuk sistem pendidikan yang mengabaikan aspek agama sedangkan agama merupakan satu tuntutan yang sangat diperlukan oleh jiw manusiadi dunia ini. Oleh itu pemikiran yang berorentasikan Barat hendaklah dihapuskan dan dikembalikan kepada falsafah KBSM yang telah dibentuk untuk mencapai matlamat melahirkan insan yang kamil. Iii. Mementingkan Akal Daripada Akhlak.

Sudah menjadi kebiasaan pendidikan di Malaysia hari ini ialah mementingkan kejayaan individu, kebendaan dan kemewhan. Untuk mencapai matlamat ini tidak hairanlah kalau aspek akal dan pemikiran yang dikembangkan. Akibatnya lahirlah generasi cendikiawan yang tidak berakhlak dan tidak bermoral. Jenayah kolah putih dan kejatuhan moral di kalangan para pelajar sekolah mencerminkan sistem pendidikan yang tidak sihat. Untuk mengatasi masalah ini, kita hendaklah kembali kepada falsafah pendidikan pendidikan yang menekankan aspek kerohanian, disamping menanam ilmu untuk mewujudkan generasi yang mahir dan berfikir. Tegasnya di sini, segala pemikiran yang tidak seimbang yang menyebabkan kegagalan perlaksanaan dasar pendidikan sebelum ini hendaklah dihapuskan dan dikembalikan kepada falsafah pendidikan yang selaras dengan perlaksanaan KBSM. Semuanya bergantung juga kepada kebijaksanaan guru kerana tanpa guru yang terlebih dahulu dilatih bersesuaian dengan perlaksanaan KBSM, permasaalahan ni tidak akan selesai. Dengan perkataan yang lebih tepat, kejayaan KBSM memerlukan guru-guru yang memerlukan guru-guru yang mempunyai nilai-nilai murni yang berteraskan Al-Quran dan Sunnah bersesuaian dengan falsafah pendidikan. Bagi guru-guru yang bukan Muslim pula , mereka hendaklah memiliki nilai-nilai moral yang sesuai denganKBSM yang dapat membentuk generasi dengan nilainilai murni. KESIMPULAN.

Kesimpulannya, Dasar pendidikan kebangsaan pada hari ini sedang mengalami era baru dengan wujudnya falsafah pendidikan negara yang berasaskan pandangan am tauhid yang mantap untuk melahirkan generasi yang benar-benar sempurna ilmu pengetahuan, kemahiran dan keperibadiannya. Walau bagaimanapun tidaklah diketahui samada perubahan yang ada sekarang berkekalan atau sebaliknya. Namun begitu, dapatlah dikatakan bahawa masyarakat di Malaysia pada hari ini mulai bertambah tegas untuk merubah masa depan anak-anak mereka kepada keadaan yang lebih sempurna. Kerajaan juga berusaha menyediakan segala keperluan dunia pendidikan agar pendidikan di Malaysia bertaraf dunia. Latihan perguruan (IPGM) disusun dan dirancang agar dapat melahirkan guru-guru yang berkualiti dan memahami Dasar dan Falsafah Pendidikan Kebangsaan.

RUJUKAN: <!--[if !supportLists]-->1. ilmu:analisis <!--[endif]-->Abdul Rahman Haji Abdullah. (2005). Wacana falsafah konsep-konsep dan Falsafah Pendidikan Negara. Kuala Lumpur: Utusan <!--[endif]-->Abdul Rahman Arof & Zakaria Kasa (1994). Falsafah dan <!--[endif]-->Sharifah

Publications & Distributors Sdn.Bhd. <!--[if !supportLists]-->2. <!--[if !supportLists]-->3. konsep pendidikan. Kuala Lumpur: Fajar Bakti.

Bersama Prof Dr Sidek Baba IBU bapa adalah contoh atau teladan kepada anak. Sifat zaman berkembang dan rentak perubahan terus berlaku masa kini memerlukan ibu bapa mempunyai contoh teladan diperlukan bagi anak. Ibu bapa perlu memiliki kualiti bimbingan yang baik supaya anak berada dalam pengaruh budaya keluarga yang sihat. Terlalu banyak pengaruh di luar diri ibu bapa dan keluarga sedang menunggu untuk mempengaruhi anak. Bimbingan yang wajar ditumpukan ialah bimbingan kerohanian atau bimbingan hati. Umumnya, ibu bapa masa kini sibuk bekerja untuk mencari sumber rezeki. Masa yang berkualiti amat terbatas dengan anak menyebabkan jiwa mereka sering kosong dan lompang. Tempoh menunggu ibu bapa balik dari kerja amat meresahkan. Sekiranya anak tidak dibimbing dengan tunjuk ajar dan sumber teladan yang baik, naluri mereka akan tersalur menerusi cara yang tidak fitrah. Ia boleh menyebabkan watak, minda, minat dan kecenderungan anak beralih daripada ibu bapanya. Hari ini kita dapati sebahagian daripada anak hilang nilai akhlaknya yang murni sebaliknya, hanyut dalam arus kerosakan. Ada yang terjebak dalam salah guna dadah, terbabit dalam salah laku sosial parah seperti amalan seks bebas, jenayah juvana semakin meningkat, ada yang meninggalkan rumah tanpa pengetahuan ibu bapa, terbabit dengan zina dan mengandung pada awal umur. Inilah gejala yang sedang melanda anak dan faktor utamanya ialah apabila institusi keluarga tidak lagi berperanan, ruh keibuan dan kebapaan tercabut daripada rumah dan faktor persekitaran yang merangsang kepada kerosakan minda, emosi, pemikiran, jiwa serta tingkah laku anak. Jalan fitrah membangun peribadi dan bakat anak ialah memberi tumpuan kepada pembangunan hati dan nurani. Asas rohaniah ini perlu disuburkan supaya akhlaknya berkembang secara sihat. Akhlak anak adalah kunci kepada binaan peribadi. Kerosakan berlaku kepada anak hari ini ialah akibat asas rohaniahnya tidak subur dan menyebabkan tingkah laku terjejas. Apabila tapak hati tidak terbina dengan nilai baik, jujur, ikhlas, amanah, taat, hormat, yakin diri, anak tidak lagi berada dalam keadaan fitrah. Tapak hati yang fitrah hanya boleh berjalan menerusi contoh teladan yang ada pada ibu bapa, persekitaran rumah yang merangsang keceriaan dan kasih sayang, anak sentiasa didekati dengan tunjuk ajar berterusan, kesilapan anak ditegur dan diatasi dengan bijaksana serta komunikasi baik antara ibu bapa dengan mereka. Tapak rohaniah yang dimaksudkan tidak saja berlegar pada sekitar mengajarnya melakukan solat, puasa dan amalan fardu ain lain, tetapi faktor rohaniah adalah pancaran dari hati yang terbina dengan nilai baik dan terlihat pada amal perbuatan. Anak belajar dari contoh yang ditunjukkan ibu bapa. Setiap pekerti dan perbuatan ibu bapa adalah cermin pembentukan peribadi anak. Amat penting ibu bapa menjadi contoh terbaik kerana anak belajar daripada contoh dan contoh yang hidup dalam keluarga bermula dengan ibu bapa. Ibu bapa yang taat suruhan Allah boleh mempengaruhi anak melakukan hal sama. Ibu bapa yang sentiasa menjadikan kasih sayang, belaian dan tunjuk ajar kepada anak boleh membantu ke arah

kesuburan binaan peribadi mereka. Bahasa dan kalimah diucapkan oleh ibu bapa secara lembut, jelas dan mendidik boleh mempengaruhi tingkah laku anak. Bercakap jujur, menepati janji, gelagat terpuji, menghormati orang lain, adab sopan adalah antara ramuan rohaniah yang amat perlu bagi anak. Anak perlu dididik dengan perasaan malu dan syukur. Nilai malu kepada Allah membawa anak malu kepada ibu bapa. Malu dalam erti kata yang luas ialah asas kepatuhan tinggi terhadap perkara baik dan asas penolakan tinggi perkara tidak baik. Apabila anak diasuh dan ditunjukkan hal baik dan tidak baik dalam tingkah lakunya sambil dinyatakan akibat perbuatan baik serta tidak baiknya terhadap diri dan orang lain, maka malu kepada Allah seharusnya dijadikan sandaran. Anak perlu disemai dengan jiwa taat kepada Allah dalam bercakap dan melakukan sesuatu, berbahasa dengan ibu bapa dan orang lain dengan menghubungkan perbuatan anak sentiasa dalam pemerhatian Allah. Adalah suatu amalan yang memalukan kepada Allah sekiranya anak berbohong, tidak jujur, tidak menepati janji, sombong serta takbur kepada ibu bapa dan orang lain. Malu kepada ibu bapa dan orang lain ialah dalam batas selagi perbuatan itu dapat di lihat, tetapi di belakang ibu bapa atau orang lain, Allah amat mengetahui. Malu kepada Allah memberikan daya kawalan baik terhadap hati dan perbuatan diri. Anak juga harus dididik dengan sifat syukur kepada Allah yang membawa anak kenal diri dan sentiasa terpandu dalam melakukan sesuatu.

BIL

KANDUNGAN

MUKA SURAT

1.0 1.1 2.0 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9

Pengenalan Hasrat FPK. Falsafah Pendidikan kebangsaan ( FPK ) dan penterjemahan dalam proses pengajaran dan pembelajaran. l Bentuk pendidikan di Malaysia l Sejarah pendidikan sebelum penjajahan asing. l Pendidikan semasa penjajahan Inggeris. l Sejarah pendidikan selepas kemerdekaan. l Proses pengajaran dan pembelajaran yang disarankan dalam FPK l Matlamat pendidikan yang dihasratkan dalam FPK l Matlamat kepada individu ( intrinksik ) l Matlamat kepada sumbangan oleh individu kepada keluarga, masyarakat, dan negara. l Penterjemahan FPK menerusi Pengajaran dan Pembelajaran.

3.0 3.1 3.2 3.3 3.4 4.0 5.0 6.0 6.1 7.0

Penterjemahan Pengetahuan,Kemahiran, nilai-nilai murni, dan Elemen Merentas Kurikulum ( EMK ) menerusi tema / tajuk yang terdapat di dalam mata pelajaran BAHASA MALAYSIA Tahun 2. l Pengetahuan l Kemahiran l Nilai nilai murni l Elemen Merentas Kurikulum (EMK ) Peta minda hubungkait antara komponen Pengetahuan,kemahiran,Nilai-nilai Murni dan EMK dalam penterjemahan FPK. Aplikasi komponen pengetahuan kemahiran,Nilai-nilai Murni dan EMK dalam Pengajaran dan Pembelajaran dan jangkaan terhadap modal insan. Proses menterjemahkan komponen pengetahuan kemahiran, nilai dan EMK dalam proses Pengajaran dan Pembelajaran l Contoh rancangan pengajaran harian. Rujukan.

1.0 PENGENALAN 1.0.1 Hasil daro pembacaan, dapat dihuraikan bahawa falsafah (philosophy) berasal dari dua perkataan Yunani iaitu Philo dan Sophia. Philo bermakna mencintai dan Sophia bermakna kebijaksanaan atau hikmah.Oleh itu, falsafah bermaksud pemikiran, pandangan yang benar, rasional dan bernas 1.0.2 Selain itu juga berbagai maksud dan definisi falsafah diberikan oleh tokoh-tokoh falsafah. Menurut Pluto, falsafah ialah usaha mengetahui segala yang berhubung dengan manusia dan kehidupannya untuk mencapai hakikat kebenaran. Al-Farabi pula mendefinisikan falsafah sebagai ilmu tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya. 1.0.3 Falsafah telah dihasilkan dengan tujuan untuk mencari dan membuktikan kebenaran dan memberi arah tuju atau pedoman untuk perkara-perkara yang penting dalam kehidupan dalam

menterjemahkan Falsafah Pendidikan kebangsaan dalam proses Pengajaran dan Pembelajaran. 1.0.4 Pendidikan pula berasal daripada perkataan educare yang bermasud memelihara atau mengasuh. Dalam buku Falsafah dan Pendidikan di Malaysia yang dikarang oleh Choong Lean Keow (2009:81). Beliau memetik makna pendidikan daripada kamus pendidikan yang membawa maksud pendidikan ialah satu proses yang meneluruh yang bertujuan untuk memperkembangkan kebolehan dan tingkahlaku manusia. Ia juga satu proses yang memberi peluang kepada seseorang individu untuk memperoleh kemahiran sosial serta memperkembangkan peribadi. pendidikan dilaksanankan. 1.0.5 Falsafah Pendidikan ialah gabungan diantara perkataan falsafah dan pendidikan, jadi Falsafah Pendidikan ialah haluan pendidikan bagi menjayakan progran pengajaran dan pembelajaran supaya impaknya adah sesuai dan selari dengan mencapai setiap hasrat dan harapan negara. Bagi Mok Soong Sang (2009:126) falsafah pendidikan boleh diertikan sebagai pedoman, hala tuju, dan pandangan yang dihubungkaitkan dengan pendidikan. 1.0.6 Falsafah Pendidikan Kebangsaan (FPK) telah digunakan di Malaysia bertujuan menjadi panduan bagi semua aktiviti pendidikan. Melalui FPK, sistem pendidikan negara sebenarnya menganjakkan diri ke kedudukan ke hadapan dengan mengungkapkan dengan jelas prinsip dan nilai asas yang menjadi dasar dan membentuk sistem pendidikan Malaysia bermula daripada peringkat rendah kepada peringkat tertinggi. Esei ini akan membincangkan mengenai perkaitan di antara setiap elemen dalam menterjemahkan Falsafah Pendidikan Kebangsaan ke dalam Pengajaran dan Pembelajaran. 1.0.7 FPK yang digunakan adalah bersifat eklektisisme iaitu gabungan antara falsafah tradisional dan falsafah progresif. FPK juga merangkumi falsafah aliran epistemologi, metafizik dan aksiologi yang juga secara langsung meliputi falsafah dealisme, realisme, perenilaisme, progresifivisme dan eksistensialisme. 1.0.8 FPK digubal daripada usaha berfikir yang rasional dan kritis, berlandaskan daripada ideologi negara sebagaimana yang telah dimanifestasikan dalam Laporan dan Dasar Pendidikan, termasuklah Rukun Negara.. 1.0.9 FPK menjelaskan tujuan dan matlamat pendidikan untuk individu serta negara. Secara keseluruhannya. FPK dan FPG ini pula digubal berdasarkan kepada beberapa pertimbangan yang terdapat dalam kenyataan di bawah; l Penyata Razak 1965 dan Laporan Rahman Talib 1960 l Akta Pelajaran 1961

l Laporan Jawatankuasa Mengkaji Semula Perlaksanaan Dasar Pelajaran Kebangsaan 1979 l Rukun Negara l Prinsip-Prinsip Pendidikan l Matlamat Pendidikan. 1.0.10 Kurukulum yang dirancang di Malaysia iaitu Kurikulum Bersepadu Sekolah Rendah dam Kurikulum Bersepadu Sekolah Menengah dilaksanakan selari dengan Falsafah Pendidikan Kebangsaan (FPK) supaya tenaga kerja yang lahir pada masa datang memenuhi kehendak negara dan selaras dengan sifat-sifat Malaysia yang bukan sahaja mempunyai pembagai kaum malahan mempunyai cabaran ekonomi, sosial dan rohani yang melampau dalam mengapai cita-cita untuk menjadi negara maju pada tahun 2020. 1.1 Hasrat FPK: 1.1.1 Pendidikan di Malaysia adalah satu usaha berterusan ke arah memperkembangkan lagi potensi individu secara menyeluruh dan bersepadu untuk mewujudkan insan yang seimbang dan harmonis dari segi intelek, rohani, emosi dan jasmani. Usaha ini adalah bagi melahirkan rakyat Malaysia yang berilmu pengetahuan, berakhlak mulia, bertanggungjawab, berketrampilan dan berkeupayaan mencapai kesejahteraan diri serta member sumbangan terhadap keharmonian dan kemakmuran keluarga, masyarakat dan negara. 1.1.2 Pendidikan merupakan proses asas dan utama untuk pembinaan insan yang baik, seimbang dan bersepadu yang secara langsung merupakan saluran utama dan penting dalam menjayakan hasrat serta cita-cita negara. Untuk menjayakan matlamat FPK, tanggungjawab besar digalas oleh guru. 1.1.3 FPG digubal bertujuan menyokong sistem pendidikan negara. Untuk menyesuaikan diri kepada perubahan ini, seseorang perlu melengkap diri dengan pengetahuan dan kemahiran yang terkini dari semasa ke semasa. Ini kerana proses pendidikan berlangsung berterusan dalam diri seseorang kerana manusia perlu menyesuaikan diri mereka dengan pelbagai perubahan dan cabaran. Justeru itu, pendidikan sepanjang hayat adalah selaras dengan hasrat FPK. 2.0 Falsafah Pendidikan Kebangsaan (FPK ) dan penterjemahan dalam proses Pengajaran dan pembelajaran. Saya yakin bahawa Falsafah Pendidikan Kebangsaan (FPK) menjadi teras kepada sisitem pendidikan kebangsaan. FPK ialah gambaran cita-cita serta hala tuju kepada semua usaha dan perjuangan. Program dan aktiviti pendidikan ialah terbitan daripada prinsip dan nilai yang terdapat dalam FPK. FPK yang

ideal diikuti dengan kurikulum yang mantap dan pelaksanaan pengajaran dan pembelajaran yang berkesan adalah rumusan ke arah kecemerlangan pendidikan. 2.1. Bentuk pendidikan di Malaysia. 2.1.1 Saya dapati bahawa, Akta pendidikan 1996 merupakan satu kesinambungan dengan Akta Pendidikan 1961, sebagai sebuah Akta untuk melihatkan negara yang memunyai masyarakat majmuk hidup bersatu padu di bawah satu bumbung demokrasi melalui perlembagaan yang telah dibuat sebegitu rupa. Dalam suasana masyarakat majmuk yang mempunyai "ethno-centristic" yang masyarakatnya mempunyai pelbagai agama, budaya dan fahaman "Cultural pluralism" tentunya perkara yang berkaitan dengan perpaduan nasional perlu diambil perhatian dari semasa ke semasa. Bagi mewujudkan proses pemasyarakatan ini, Pendidikan adalah merupakan satu kaedah terpenting. Mendaulatkan satu bahasa sebagai bahasa kebangsaan untuk semua kaum adalah termasuk dalam ciri ini 2.1.2 Sebagai sebuah negara yang mempunyai pelbagai bahasa dan kaum, adalah amat wajar bahasa Melayu telah dipilih untuk menjadikan bahasa kebangsaan atau bahasa rasmi negara. Dalam soal ini sepanjang tempoh negara kita merdeka sampai ke hari perkara ini amat diambil perhatian. Melalui Akta Pendidikan 1996 dengan jelas telah menyentuh tentang perkara ini. 2.1.3 Hasrat, perancangan dan strategi reformasi pendidikan yang terjelma melalui Penyata Razak dan Rahman Talib. . Walaupun tidak sepenuhnya. Dengan cara menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa perantaraan di sekolah-sekolah dengan jelas kepada kita hasrat kerajaan untuk menyetukan kaum dengan menggunakan bahasa Melayu dan satu bentuk kurikulum yang sama. 2.1.4 Akta Pendidikan 1961 telah lahirnya Universiti Kebangsaan Malaysia(1971) yang menjadi bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. Hal ini telah menampakkan bahasa Melayu bukan sahaja untuk dijadikan bahasa untuk pembinaan pemuafakatan tetapi juga sebagai bahasa ilmu. Menjelang tahun 1983, semua kursus di institusi pengajian tinggi (sastera, Sains, Kejuruteraan, Perubatan , Undang-undang dan sebagainya) dikehendaki diajar dalam bahasa Melayu kecuali beberapa kursus yang dilonggarkan penggunaan bahasa pengantar itu. Hal ini kerana semua pelajar yang memasuki universiti-universiti selepas itu adalah daripada aliran Melayu. Ini semua adalah wujud hasil dari kesinambungan dari Akta Pendidikan 1961 dan berdasarkan Laporan Tun Hussein Onn (1971) . 2.1.5 Berikut adalah kronologi bahasa Melayu sebagai bahasa di sekolah-sekolah: a Merupakan mata pelajaran wajib di sekolah rendah dan menengah. b. Semua sekolah Inggeris ditukar menjadi sekolah Rendah Kebangsaan c. Bahasa pengantar tingkat 1 d. Bahasa pengantar tingkatan VI aliran sastera

e. Bahasa pengantar jurusan sastera tahun satu di universiti f.. Bahasa pengantar tingkatan VI aliran sains g. Bahasa pengantar semua peringkat persekolahan h. Bahasa pengantar semua kursus di universiti Perkembangan pendidikan hendaklah sejajar dengan perkembangan negara. Lantaran itu 2.1.6

masyarakat kian maju sesuai dengan penggunaan sains dan teknologi. Pelajaran dan kurikulum pendidikan haruslah berkembang selari untuk memenuhi guna tenaga dan dan melahirkan masyarakt yang berilmu pengetahuan. Beberapa buah sekolah yang bercorak teknik dan vokasional ditubuhkan. 2.2 Sejarah Pendidikan Sebelum Penjajahan Asing

2.2.1. Hasil dari pembacaan, saya dapati bahwa sistem pendidikan adalah berasaskan sistem pondok yang diadakan di madrasah dan di sekolah-sekolah agama. Sekolah agama atau madrasah pesat dalam tahun 7920-an hingga 1940-an. Contohnya, di Pondok Langgar, Pokok Sena di Kedah. Sekolah agama atau madrasah lebih sistematik daripada sekolah pondok, iaitu dari segi kurikulum (berstruktur), waktu belajar (tetap) dan peralatan (kerusi meja). Ditubuhkan dengan tujuan melahirkan pelajar yang bennoral tinggi. Walau bagaimanapun, terdapat kelemahan pada sekolah agama atau madrasah. Sekolah-sekolah ini tidak dapat melahirkan masyarakat Islam yang moden kerana tiada penekanan kepada Sains, Matematik dan Bahasa Inggeris. 2.2.2 Sekolah vernakular merujuk kepada sekolah yang menggunakan bahasa ibunda dalam pelaksanaan penyelidikan dan pembangunan (P&P) di sekolah. Terdapat tiga jenis sekolah vernakular, iaitu Melayu, Cina dan Tamil. Sekolah vernakular Melayu yang pertama sekali ditubuhkan ialah pada tahun 1855, iaitu di Bayan Lepas, Pulau Pinang. Sekolah Melayu Gelugor, Pulau Pinang menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. 1872, A.M. Skinner memperkenalkan persekolahan dua sesi. Pagi meliputi Bahasa Melayu, Matematik, Ilmu Alam dan mata pelajaran vokasional. Petang merangkumi Bahasa Arab dan al-Qur'an 2.2.3 Kekurangan guru merupakan faktor tiada sekolah menengah Melayu pada waktu itu. Ini telah mendorong sehingga tertubuhnya dua buah maktab perguruan, iaitu i. MPSI Tanjung Malim pada tahun 1922 dan ii. MPPM di Melaka pada tahun 1935. 2.2.4 Sekolah vernakular Cina ditubuhkan pada tahun 1815 oleh kumpulan pendakwah baru Persatuan Pendakwah London. Terdapat juga sekolah Cina yang dibuka oleh orang perseorangan. Sekolah Cina menggunakan bahasa Cina/Mandarin (Kuv Yu) sebagai bahasa pengantar, manakala guru-guru dan buku teks diimpot dari Negara China.

2.2.5 Perak. 2.2.6 huruf. 2.2.7

Sekolah vernakular 'I'amil menggunakan bahasa Tamil sebagai bahasa pengantar. Guru,

kurikulum dart buku teks diimpot dart India. Contohnya, SJK (T) Manikavasagam, Tanjung Malim, Pada tahun 1925, Kod Buruh berkuat kuasa, di mana semua estet vang mempunyai 10 orang

kanak-kanak dalam umur persekolahan diwajib menyediakan sekolah yang bertujuan rnembasmi buta Sekolah Inggeris hanya terdapat di kawasan bandar dart menggunakan bahasa Inggeris sebagai

bahasa pengantar. Pendidikan bahasa Inggeris mula diperkenalkan di kalangan anak bangsawan Melayu pada tahun 1905. Penang Free School (1816 ) merupakan sekolah Inggeris pertama yang ditubuhkan. Guru-guru yang mengajar di sekolah Inggeris ini terdiri daripada paderi yang mendapat pendidikan di Eropah. 2.3 Pendidikan Semasa Penjajahan Inggeris 2.3.1 Saya kupaskan secara umum galuran pendidikan zaman penjajahan. Ciri-cirinya a. Setiap jenis sekolah khusus mengikut kaum. b. Kurikuium sekolah berbeza. c. Lokasi sekolah bagi setiap kaum terpisah. d. Bahasa pengantar berlainan, 2.3.2 Pada tahun 1855, sekolah Melayu dibuka di Bayan Lepas, Pulau Pinang dan diikuti dengan dua buah sekolah Melayu di Singapura, iaitu di Telok Belanga dan Kampung Gelam. Pada zaman pernerintahan British di Tanah Melayu, sekolah Inggeris mula diperkenalkan. Contohnya, King Edward VII, Taiping di Perak dan Clifford School, Kuala Lipis, Pahang. 2.3.3 2.3.4 Sekolah pondok masih diteruskan di kalangan penduduk Melayu. Sekolah vokasional Melayu Senario di sekolah-sekolah Cina pula agak berbeza kerana sekolah-sekolah juga telah diadakan untuk melatih kumpulan buruh. ini dibiayai oleh masyarakat Cina yang terdiri daripada golongan peniaga. Sekolah-sekolah Cina ini berkembang pesat dan diteruskan ke peringkat sekolah menengah. 2.3.5 Sekolah-sekolah tamil mula berkembang selaras dengan perkembangan dalam sektor perladangan kopi, getah dan kelapa sejak tahun 1870-an. Sekolah Tamil telah diadakan untuk majikan estet dan hanya di peringkat sekolah rendah sahaja. Kanun Buruh diterima pakai di Negeri-negeri Melayu Bersekutu mulai tahun 1923 membuat peruntukkan agar sekolah-sekolah Tamil diberi kemudahan mengajar kepada anak-anak pekerja buruh. 2.3.6 Jawatankuasa Wooley pada tahun 1870-an telah membuat penelitian dan mencadangkan agar

alternatit lain diperoleh clan hasil daripada laporan ini, maka sistem "bekerja sambil belajar" telah diperkenalkan. 2.3.7 Dalarn aspek latihan, guru-guru pada awalnya dihantar ke Kolej Raffles dan ke luar negara untuk tujuan latihan. Maktab Perguruan Sultan Idris (1922 ) dan Maktab Latihan Perguruan Perempuan Melayu di Melaka ditubuhkan (1935) untuk melatih guru-guru dari Negeri-negeri Selat, Negeri-negeri Melayu Bersekutu dan Negeri-negeri Melayu Tidak Bersekutu. 2.3.8 Pendudukan Jepun telah banyak menjejaskan perkembangan di dalam bidang pendidikan. Selepas Jepun meninggalkan Tanah Melayu, sekolah dan kolej berfungsi kembali setelah proses membaiki bangunan dan melengkapkan kemudahan serta peralatan sekolah siap selepas tahun 1946. 2.4 Sejarah Pendidikan Selepas Kemerdekaan 2.4.1. Saya berhasrat menghuraikan bahawa terdapat tiga jenis laporan penting yang menjadi asas kepada sejarah pendidikan selepas kemerdekaan. 2.4.2 Laporan Barnes (1950). Disediakan pada tahun 1951 oleh L.J. Barnes. Laporan ini disediakan dengan tujuan untuk menyiasat keduclukan clan memperbaiki pendidikan orang Melayu. Terdapat beberapa cadangan di dalam Laporan Barnes ini, iaitu: a. Dua jenis sistem sekolah hendaklah ditubuhkan. b. Satu jenis sekolah menggunakan bahasa Melavu sebagai bahasa pengantar. c. Pelajaran bahasa Cina clan Tamil akan disediakan jika terdapat 15 orang murid atau lebih yang ingin mempelajari bahasa ibunda mereka. d. Bahasa Melayu wajib diajar di sekolah Inggeris dan bahasa lnggeris wajib diajar di sekolah Melayu. 2.4.3 Terdapat beberapa syor di dalam Laporan Barnes. Antaranya ialah: a. Sekolah dwibahasa diadakan dan bahasa pengantar yang digunakan ialah bahasa Inggeris dan bahasa Melayu. b. Sekolah-sekolah vernakular dalam bahasa Melayu, Cina dan Tamil ditukarkan kepada sekolah kebangsaan. Di mana sekolah-sekolah ini akan menggunakan bahasa kebangsaan, iaitu bahasa Melayu. 2.4.4 Laporan Fenn-Wu (1951). Diketuai oleh Dr. Fenn (Setiausaha Kerja Bersekutu - Negara China) dan Dr. Wu (Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu). Mengkaji semula Laporan Barnes serta melayan kehendak masyarakat Cina yang menganggap laporan tersebut bertujuan menghapuskan bahasa dan budaya orang Cina. Terdapat beberapa cadangan yang dibuat, kemudiannya menjadi asas kepada Ordinan Pelajaran (1952). 2.4.5 Terdapat beberapa syor di dalam Laporan Fenn-Wu. Antaranya ialah: a. Sekolah vernakular dibenarkan berfungsi dan menggunakan tiga bahasa, iaitu Melayu, Cina dan

Tamil, dan bahasa kebangsaan juga diadakan. b. Sekolah-sekolah aliran jenis kebangsaan (Inggeris) dikekalkan. c. Sekolah-sekolah vokasional teruss dikembangkan untuk menampung keperluan tenaga pekerja mahir yang diperlukan untuk pembangunan negara. 2.4.6 Ordinan Pelajaran (1952) menyatakan bahawa: a. Sebuah jawatankuasa telah ditubuhkan oleh kerajaan British untuk mengkaji Laporan Barnes dan Fenn-Wu. b. Laporan jawatankuasa ini dikenali sebagai Ordinan Pelajaran (1952). Corak sistem persekolahan kebangsaan, iaitu Sekolah vernakular Cina dan Tamil tidak diterima sebagai sistem persekolahan kebangsaan. c. Bahasa Cina dan Tamil diajar sebagai bahasa ketiga. d. Ordinan Pelajaran (1952) ini tidak menjadi kenyataan disebabkan masalah kewangan. 2.4.7 Dalam era pendidikan ini, kurikulum yang digunakan berbeza antara kaum. Di mana sekolah menggunakan bahasa pengantar masing-masing dan lokasi sekolah juga berbeza mengikut sektor ekonomi yang diceburi oleh kaum masing-masing. Apa yang jelas pada ketika ini adalah bahawa fikiran clan aspirasi yang berlainan di kalangan masyarakat pada masa itu. 2.5 2.5.1 Proses pengajaran dan pembelajaran yang disarankan dalam FPK Melalui rujukan yang saya lakukan, saya yakin di Malaysia, dasar pendidikan mempunyai

peranan yang amat penting dalam menentukan hala tuju sistem pendidikan negara yang mana dasar ini dikenali sebagai Dasar Pendidikan Kebangsaan. 2.5.2 Pendidikan di Malaysia ialah suatu usaha berterusan ke arah memperkembang potensi individu secara menyeluruh dan bersepadu untuk melahirkan insan yang seimbang dan harmonis dari segi intelek, rohani, emosi, dan jasmani, berdasarkan kepercayaan dan kepatuhan kepada Tuhan. 2.5.3 Bagi mencapai matlamat ini, sudah pastilah tanggung jawab dipikul oleh mereka yang bergelar guru dalam menerapkan segala aspek dalam kalangan pelajar bagi melahirkan modal insan yang unggul dan dalam melaksanakan tanggungjawab ini, sudah pastilah penekanan dalam aspek penyampaian ilmu melalui pengubalan kurikulum terpaksa dilakukan. 2.5.4 Perlaksanaan kurikulum baru KBSR dan KBSM adalah susulan daripada perubahan yang dilakukan oleh Laporan Jawatankuasa Kabinet Mengenai Perlaksanaan Dasar Pelajaran yang dikeluarkan pada tahun 1979. Penggubalan semula Falsafah Pendidikan Negara yang dahulunya hanya dikenali sebagai Falsafah Pendidikan, menyebabkan berlakunya keperluan untuk mengkaji semula keseluruhan system dalam pendidikan kebangsaan. Kesinambungan daripada perubahan ini, maka

terhasilnya Kurikulum Bersepadu Sekolah Rendah yang telah dilancarkan sepenuhnya pada tahun 1983. Kurikulum ini digubal bagi memastikan setiap murid diberi peluang untuk mendapatkan kemahiran, pengetahuan, nilai, sikap dan amalan kehidupan yang diperlukan. 2.5.5 Falsafah KBSR ialah memberi pendidikan yang bercorak pendidikan asas dengan penegasan terhadap kemahiran 3M iaitu membaca, menulis dan mengira. KBSR turut memberi penekanan terhadap perkembangan individu secara menyeluruh dan seimbang dari aspek JERIS serta pemupukan dan perkembangan bakat seseorang individu itu. Antara objektif penting pembentukan KBSR yang perlu dicapai pula ialah: a. Murid dapat menguasai dan menghargai Bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan dan sebagai alat perpaduan dengan baik dan memuaskan. b. Murid dapat menguasai kemahiran asas bahasa iaitu kemahiran bertutur, membaca dan menulis dalam bahasa pengantar sekolah rendah iaitu Bahasa Melayu. c. Pembinaan sikap dan perlakuan yang baik berpandukan nilai nilai kemanusiaan dan kerohanian yang berlandaskan RUKUN NEGARA dapat dipupuk dikalangan murid. d. Murid dapat bergaul, menghargai hak dan kebolehan orang lain serta mempunyai semangat kerjasama dan toleransi. e. Murid dapat menambahkan ilmu pengetahuan, kefahaman, minat serta kepekaan terhadap manusia dan alam sekitar. 2.5.6 KBSR dibahagikan kepada tiga bidang asas iaitu bidang komunikasi, bidang kemanusiaan dengan persekitaran dan bidang perkembangan diri individu. Bidang komunikasi pada asasnya terdiri daripada komponen Kemahiran Asas yang mengandungi mata pelajaran Bahasa iaitu Bahasa Melayu, Cina, Tamil dan Inggeris serta matapelajaran Matematik. Bidang Kemanusiaan dan Alam Sekitar pula terbahagi kepada dua komponen iaitu Kerohanian, Nilai dan Sikap serta Komponen Kemanusiaan dengan Alam. Mata pelajaran yang mewakili bidang ini ialah matapelajaran Pendidikan Islam dan Pendidikan Moral. Bidang yang ketiga pula iaitu bidang perkembangan diri individu terdiri daripada komponen Kesenian dan Reakreasi yang mengandungi matapelajaran Muzik, Pendidikan Seni dan Pendidikan Jasmani. 2.5.7 Pada peringkat ini, Bahasa Melayu diajarkan sebagai mata pelajaran wajib, selaras dengan status Bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan dan bahasa rasmi negara. Bahasa Melayu perlu dikuasai pada peringkat awal bagi membolehkan murid-murid berkomunikasi dan menimba ilmu pengetahuan. 2.5.8 Sukatan Pelajaran Bahasa Melayu Sekolah Rendah telah memuatkan senarai kemahiran asas berbahasa dan tatabahasa yang perlu dikuasai oleh murid dari Tahun 1 hingga Tahun 6. Kemahiran-

kemahiran berbahasa ini meliputi kemahiran lisan (mendengar dan bertutur), membaca, dan menulis. Tatabahasa pula meliputi aspek morfologi dan sintaksis bahasa Melayu. ( Abdullah Hasan,1996). 2.5.9 Huraian Sukatan Pelajaran Bahasa Melayu Sekolah Rendah ini pula, mengandungi perincian, penjelasan serta huraian tentang Sukatan Pelajaran Bahasa Melayu. Di dalam Huraian Sukatan Pelajaran ini, dimuatkan senarai kecekapan berbahasa dalam kemahiran mendengar dan bertutur, membaca, menulis, tatabahasa, penjodoh bilangan, peribahasa, dan perbendaharaan kata yang sesuai bagi peringkat persekolahan murid (Roselan Baki,2003). 2.5.10 Huraian Sukatan Pelajaran Bahasa Melayu untuk Sekolah Jenis Kebangsaan Cina dan Tami disempurnakan dengan mengambil kira tahap kebolehan dan kemampuan murid. Oleh itu, Huraian Sukatan Pelajaran Bahasa Melayu untuk SJK(C) dan (T) agak berbeza daripada Sekolah Kebangsaan dari segi huraian, senarai kemahiran berbahasa, contoh-contoh peribahasa, tatabahasa, dan jumlah perbendaharaan kata yang dicadangkan. 2.5.11 Huraian Sukatan Pelajaran ini merupakan satu cadangan. Sekiranya didapati ada di antara cadangan-cadangan ini tidak sesuai dengan keadaan bilik darjah, guru-guru boleh mengubah dan menyesuaikannya dengan kebolehan dan kemampuan murid. 2.5.12 Objektif Sukatan Pelajaran dapat dikaitkan dengan Falsafah Pendidikan Negara, dengan meneliti objektif Sukatan Pelajaran Bahasa Melayu yang digubal oleh Kementerian Pelajaran untuk rakyat Malaysia. Jika ia mempunyai kaitan, kita telah pun berada di jalan yang betul dalam usaha untuk memartabatkan semangat Falsafah Pendidikan melalui Sukatan Pelajaran Bahasa Melayu yang di ajar di sekolah rendah di Malaysia. 2.5.13 Menurut kandungan Sukatan Pelajaran, setelah mengikuti pengajaran dan pembelajaran Bahasa Melayu di sekolah rendah, murid-murid dapat: a. Mendengar, memahami dan menghayati pertuturan yang terdapat dalam kehidupan. b. Bertutur dengan petah dan mengeluarkan buah fikiran yang bernas serta menggunakan bahasa yang sesuai dan bertatasusila. c. Membaca untuk memahami isi bacaan yang sesuai dengan kematangan; d. Menjadikan pembacaan sebagai satu kebiasaan dan amalan bagi mendapatkan pengetahuan dan hiburan e. Menulis pelbagai jenis karangan dan surat kiriman mengikut tajuk dan format yang betul; 2.5.14 KBSR menekankan kemahiran asas 3M iaitu membaca, menulis dan mengira. KBSR menitikberatkan soal nilai-nilai murni dan semangat patriotisme dalam proses pengajaran dan pembelajarannya. Terdapat 2 masa untuk matapelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesihatan. Ini melambangkan KBSR amat menitikberatkan soal kesihatan para pelajar dan boleh berekreasi dan

menenangkan fikiran dengan bersenam dan bersukan. 2.5.15 Pengenalan Organisasi Kandungan Sukatan Pelajaran Bahasa Melayu Sekolah Rendah Organisasi Kandungan Sukatan Pelajaran Bahasa Melayu Sekolah Rendah mempunyai beberapa bahagian, iaitu Kemahiran Bahasa, Hasil Pembelajaran, Sistem Bahasa, dan Pengisian Kurikulum. 2.6 Matlamat pendidikan yang dihasratkan dalam FPK 2.6.1 Saya dapati juga FPK membantu Malaysia mencapai matlamat pendidikan. Matlamat pendidikan Malaysia adalah adalah seperti berikut:l Melahirkan rakyat yang bertanggungjawabdan boleh memenuhi kewajipan sebagai warga Malaysia l Menghasilkan rakyat yang progresif, mahir serta cekap supaya membolehkannya berupaya melaksanakan tugas secara produktif serta sempurna, demi memberikan sumbangan kepada kemajuan dan pembangunan. l Melahirkan rakyat yang memahami danmenerima serta mengamalkan prinsip-prinsip dan cita-cita demokrasi mengikut perlembagaan. l Melahirkan rakyat yang setia kepada Raja dan cintakan negara. l Melahirkan rakyat yang memahami serta mengamalkan prinsip-prinsip Rukun Negara dan bersikap toleransi demi mewujudkan perpaduan l Mengurangkan jurang perbezaan di antara kaum dengan membekalkan kemudahan-kemudahan asas pendidikan kepada golongan kurang berada. 2.6.2 Dalam aspek individu FPK berhasrat untuk melahirkan insan yang seimbang dari segi jasmani, emosi, rohani, intelaktual dan sosial. Aspek sosial pula FPK kerajaan sebenarnya berhasrat melahirkan masyrakat yang penuh dengan nilai-nilai murni serta memahami warisan ekologi dan budaya masyarakat lain. Ini perlu agar tidak terjadinya perselisihan antara kaum. Bidang ekonomi pula kerajaan amat berharap agar individu yang berkemahiran dalam apa jua bidang ekonomi dapat dilahirkan agar ekonomi Malaysia berkembang dengan sempurna. Kerajaan sebenarnya berhasrat untuk melahirkan masyarakat yang boleh menghormati perlembagaan, menghormati Raja dan merialisasikan sistem demokrasi negara. 2.6.3 Bagi Ee Ah Meng (1996:98) FPK adalah penting kerana dengan FPK ia memberi hala tuju dan panduan kepada segala usaha yang diikhtiarkan untuk meningkatkan lagi mutu pendidikan, menyatukan matlamat-matlamat pendidikan, sebagai dasar pembentukan (Kurikullum Bersepadu Sekolah Rendah) KBSR dan (Kurikullum Bersepadu Sekolah Menengah) KBSM, mengawal penyelewengan, mengelakkan kesulitan yang timbul dalam pendidikan, dan menjadi pertimbangan asas

bagi merancang pembaharuan atau perubahan dalam bidang pendidikan. 2.6.4 Bagi mencapai pelaksanaan falsafah, Kementerian Pendidikan telah merangka satu sukatan pelajaran bagi setiap subjek yang diajar di sekolah. Untuk Bahasa Melayu dinamakan Sukatan Pelajaran Kurikulum Baru Sekolah Rendah (KBSR) Bahasa Melayu untuk digunakan di sekolah rendah, manakala Sukatan Pelajaran Kurikulum Bersepadu Sekolah Menengah (KBSM) Bahasa Melayu untuk kegunaan di sekolah menengah. 2.6.5 Dalam sukatan berkenaan digarisi satu matlamat pendidikan, iaitu; Matlamat kurikulum Bahasa Melayu sekolah rendah adalah untuk melengkapkan murid dengan keterampilan berbahasa dan berkomunikasi untuk memenuhi keperluan ini untuk memperoleh ilmu, perhubungan sosial, dan urusan harian. 2.6.6 Setiap sukatan mata pelajaran bagi sekolah rendah dan menengah mempunyai objektif masingmasing. Objektif ini akan berubah-ubah setiap kali semakan dilakukan. Hal ini bagi memenuhi keperluan semasa dan demi satu sistem pendidikan yang berkesan. Objektif Sukatan Pelajaran Kurikulum Baru Sekolah Rendah (KBSR) Bahasa Melayu (edisi semakan) cetakan tahun 2003 ialah sebagaimana di bawah. a.. mendengar dengan teliti serta memahami dan menghayati pengucapan dalam konteks perbualan harian dan situasi formal; b. bertutur dengan petah menggunakan sebutan dan intonasi yang betul. c. berbincang dan berkongsi pendapat untuk menyelesaikan masalah, mencapai persetujuan, dan membuat keputusan tentang sesuatu perkara; d. membaca pelbagai bahan sastera dan bahan berunsur pengetahuan dengan menggunakan teknik membaca yang sesuai dan berkesan untuk memperoleh ilmu dan memproses maklumat secara kritis; e. menyemai budaya membaca sebagai satu amalan dalam kehidupan ke arah membina budaya pembelajaran berterusan; f. memperkembang kekuatan imaginasi, kreativiti, pemikiran kritis dan penghayatan nilai murni melalui aktiviti bertutur, membaca dan menulis; g. mengenali dan menghasilkan pelbagai jenis penulisan bentuk kreatif dan berunsur pengetahuan dengan menggunakan kemahiran menulis serta proses penulisan sesuai dan betul; h. menggunakan bahasa baku yang meliputi ejaan, kosa kata, tatabahasa, dan sebutan yang betul dalam aktiviti mendengar, bertutur, membaca, dan menulis; i. menghargai dan menghayati keindahan bahasa melalui karya sastera dan karya berunsur ilmu; j. menghayati dan mengamalkan nilai murni, sikap positif, semangat patriotisme, dan perasaan cinta akan negara.

2.7 Matlamat kepada individu ( intrinksik ) 2.7.1 Saya kupaskan 13 tuntutan atau hasrat yang terkandung dalam Falsafah Pendidikan Kebangsaan. Kesemua tuntutan atau hasrat itu mempunyai perkaitan dengan Matlamat Pendidikan dan Objektif Pendidikan. Antara matlamat FPK kepada individu adalah (a) Pendidikan suatu usaha berterusan Manusia masih dituntut untuk terus belajar, meningkatkan pengetahuan, kematangan dan kepakaran. Sebenarnya, proses pendidikan terus berlangsung dalam diri seseorang. Hal ini selaras dengan Matlamat pendidikan agar manusia terus menimba ilmu, dan Objektif Pendidikan ke V, iaitu menyemai budaya membaca sebagai satu amalan dalam kehidupan ke arah membina budaya pembelajaran berterusan; (b) Perkembangan potensi individu secara menyeluruh dan bersepadu Matlamat Pendidikan Bahasa Melayu adalah untuk melengkapkan murid dengan keterampilan berbahasa dan berkomunikasi. Bahasa merupakan salah satu alat yang dapat menggerakkan potensi individu. Hal ini banyak ditegaskan sebagai Objektif Pendidikan misalnya, memperkembang kekuatan imaginasi, kreativiti, pemikiran kritis dan penghayatan nilai murni melalui aktiviti bertutur, membaca dan menulis; atau mengenali dan menghasilkan pelbagai jenis penulisan bentuk kreatif dan berunsur pengetahuan dengan menggunakan kemahiran menulis serta proses penulisan yang sesuai dan betul. Sesetengah individu mempunyai bakat dan keupayaan untuk memajukan dirinya. (c) Insan yang seimbang dan harmonis intelek Yang dimaksudkan seimbang dalam Falsafah Pendidikan Kebangsaan ialah memberi tempat yang sewajar dan adil kepada semua keperluan pendidikan manusia khususnya dari segi pertumbuhan akal, perkembangan sahsiah secara sihat dan bersepadu. Harmonis pula ialah wujudnya keserasian antara pertumbuhan dan perkembangan fizikal dengan pertumbuhan dan perkembangan rohani. Keserasian itu merupakan makanan intelek. Antara ciri-ciri individu yang seimbang dan harmonis inteleknya ialah; l Sempurna kemahiran asas iaitu membaca, menulis dan mengira, l Sentiasa berusaha mencari, membaiki, meningkat, mengamal dan menyebarkan ilmu, l Sentiasa berfikir keatif dan kritis, dan mencerakinkan pemikirannya untuk menghasilkan idea-idea bernas dan menjawab permasalahan masyarakat, l Berupaya memanfaatkan ilmu untuk kemajuan diri dan orang lain. (d) Insan yang seimbang dan harmonis rohani Yang dimaksudkan rohani ialah merujuk pembentukan dan pembinaan watak dan kejatidirian manusia.

Sebagai warga Malaysia, seharus sistem pendidikan melahirkan watak dan kejatidirian watak yang sesuai dengan agama, adat dan sosio budaya Malaysia, sebagaimana termaktub dalam Rukun Negara. Ciri-ciri individunya ialah l Menyedari adanya Pencipta dan mempercayai-Nya, l Menyedari dan mengamalkan sikap bertanggungjawab kepada agama, diri, masyarakat, bangsa dan negara, l Menghargai dan mensyukuri anugerah Tuhan, negara, masyarakat dan keluarga, l Memumpuk dan membina disiplin diri, dan l Membentuk akhlak mulia dan tingkah laku sopan. (e) Insan yang seimbang dan harmonis emosi Seimbang dan harmonis emosi dapat menjana tingkah laku dan pemikiran sihat, matang dan bertolenrasi antara individu. Pendidikan mengasuh perasaan dan pemikiran sihat. Ciri-ciri emosi yang seimbang dan harmonis ialah; l Berperasaan tenang dan tingkah laku terkawal, l Mempunyai rasa kasih sayang terhadap semua makhluk, l Memiliki semangat kekitaan dan perpaduan dan menghormati orang lain, l Menghargai dan menyayangi keindahan alam, l Menghargai dan menghormati keindahan buatan manusia selagi ia tidak bertentangan dengan agama dan adat budaya, dan l Selalu bersikap matang dan terbuka. (f) Insan yang seimbang dan harmonis jasmani Keseimbangan dan keharmonian jasmani merujuk kesihatan tubuh badan. Walaupun merujuk tubuh badan, kesihatannya bukan bergantung pada penjagaan tubuh badan semata-mata, melainkan juga perlu penjagaan emosi. Jasmani yang seimbang dan harmoni merangkumi; l Sihat badan dan sihat emosi, l Sentiasa melakukan riadah, yoga atau bermeditasi, l Sentiasa sedar, mencungkil, mengembangkan dan memanfaatkan bakat dan keupayaan. l Sentiasa amal sikap mencuba dan berdikari, l Menggunakan bakat dan keupayaan diri untuk kesejahteraan diri dan masyarakat, dan l Berusaha meningkatkan daya pengeluaran. (g) Kepercayaan dan kepatuhan kepada tuhan

Malaysia percaya peranan agama sebagai pembentuk dan pembina watak manusia berharmonis. Manusia yang patuh dan percaya kepada Tuhan akan dipercayai menjadi tonggak kedamaian, keamanan dan keharmonian masyarakat. Ciri-ciri insan yang percaya dan patuh kepada Tuhan ialah; l Mengakui dan percaya tentang wujudnya Tuhan, l Mengakui bahawa manusia dan alam tidak wujud dengan sendiri, l Mengakui bahawa segala tabii, kejadian dan fenomena alam ditetapkan oleh Tuhan, l Menyedari bahawa manusia bertanggungjawab memakmurkan alam, l Menyedari bahawa manusia bertanggungjawab terhadap perbuatannya, l Sentiasa berusaha memperkukuhkan amalan keagamaan, dan l Sentiasa berusaha melakukan kebaikan dan menghindari kejahatan. (h) Rakyat Malaysia yang berilmu pengetahuan Pendidikan percuma dari tahun satu hingga tingkatan enam yang diberikan kepada setiap warganegara adalah bukti kesedaran kerajaan terhadap kepentingan ilmu. Pelbagai usaha dilakukan untuk membina insan berilmu dan berdaya saing. Ciri-ciri insan berilmu ialah; l Mencintai ilmu pengetahuan, l Gemar membaca dan menimba ilmu, l Sentiasa berusaha menambahkan ilmu pengetahuan, l Bersedia untuk diajar dan belajar, l Berfikiran luas, terbuka, kritis dan matang, l Berusaha mengamal dan menyebarkan ilmu pengetahuan yang ada, dan l Sentiasa menggalakkan orang lain menambah ilmu pengetahuan. (i) Rakyat Malaysia yang berketerampilan Rakyat yang berketerampilan adalah merujuk kepada mereka yang mempunyaikecekapan dan kebolehan tinggi melaksanakan tanggungjawab dan tugas. Insan yang berketerampilan ialah; l Mempunyai kelayakan dan kebolehan yang sepadan dengan jawatan dan tugas, l Mempunyai pengetahuan luas untuk melaksanakan sesuatu tugas, l Dapat melaksanakan tugas dengan cepat, cekap, dan sempurna, dan l Hasil kerjanya memuaskan pengguna dan pelanggan. (j) Rakyat Malaysia yang berakhlak mulia Akhlak atau moral sangat penting bagi setiap individu. Walaupun perlakuan berakhlak tidak boleh diwarisi,namun amalan akhlak boleh dipelajari dan diamalkan. Orang yang berakhlak akan dipandang

mulia dan dihormati. Antara ciri-ciri rakyat yang berakhlak mula ialah; l Mempunyai pengetahuan tentang nilai-nilai murni, tatasusila dan adab, l Mempunyai kesedaran tinggi terhadap perbuatan baik dan perbuatan buruk, dan l Sentiasa mengamal dan mengutamakan nilai-nilai murni, tatasusila dan beradab dalam setiap perlakuan, (k) Rakyat Malaysia yang bertanggungjawab Masyarakat juga mempunyai kepercayaan dan keyakinan tinggi apabila berurusan dengan individu yang bertanggungjawab. Antara ciri-ciri rakyat yang bertanggungjawab ialah; l Menyedari dan faham bahawa setiap tugas adalah amanah, l Menyedari dan faham setiap tugas perlu dilaksanakan dengan cekap, cepat dan sempurna, l Sentiasa berusaha meningkatkan kualiti mutu kerja, l Sentiasa berusaha meningkatkan kuantiti pengeluaran, l Sentiasa mematuhi peraturan, undang-undang, adab dan adat bangsa, dan l Berusaha memajukan diri, keluarga,masyarakat, agama, bangsa dan negara. (l) Rakyat Malaysia yang berkeupayaan mencapai kesejahteraan diri Sihat fizikal ditandai keceriaan dan kelincahan diri, manakala sihat mental meliputi pemikiran dan perlakuan yang harmonis. Antara ciri-ciri kesejahteraan diri ialah; l Mempunyai fikiran yang waras, jiwa yang tenang dan badan yang sihat, l Mempunyai daya ketahanan diri yang kuat untuk menghadapi sebarang cabaran, l Sentiasa mewujudkan perhubungan yang harmonis dengan orang lain, l Matang bertindak dalam apa jua situasi, dan l Berkelakuan tenang dan tidak terburu-buru. (m) Rakyat Malaysia yang dapat memberi sumbangan terhadap keharmonian dan kemakmuran masyarakat dan negara secara ikhlas.Antara ciri-cirinya ialah l Sentiasa berusaha memupuk perpaduan rakyat melalui pelbagai aktiviti sihat, l Berusaha memajukan membangunkan diri, masyarakat, agama, bangsa dan negara, l Sentiasa mematuhi peraturan dan undang-undang, dan l Sentiasa patuh pada prinsip dan Rukun Negara. 2.8 2.8.1 Matlamat sumbangan oleh individu kepada keluarga, masyarakat, dan negara. Saya yakin Falsafah Pendidikan Kebangsaan menjadi asas dan sumber inspirasi kepada semua

rangka ke arah pembangunan pendidikan ini sebenarnya mempunyai beberapa unsur-unsur penting yang perlu difahami oleh setiap ahli masyarakat sama ada warga pendidik, para pelajar, mahupun sesiapa 2.8.2 sahaja rakyat Malaysia. Unsur yang pertama ialah Pendidikan Suatu Usaha Berterusan. Proses pemerolehan,

pemindahan pengetahuan dan penerapan nilai-nilai murni dalam pendidikan merupakan satu perkara yang tidak dapat dipisahkan lagi. Jika dilihat dari perspektif lain, pendidikan suatu usaha berterusan ini membolehkan berlakunya perkembangan ilmu yang kritikal, seimbang dan mampu untuk melahirkan modal insan yang menjadi matlamat utama negara kita pada masa sekarang. 2.8.3 Unsur kedua Falsafah Pendidikan Kebangsaan ialah memperkembang potensi individu. Potensi individu ini boleh dibahagikan pula kepada 4 iaitu unsur intelek, jasmani, emosi, dan rohani. Melalui pendidikanlah potensi individu boleh di perkembangkan dan di gilap. Unsur jasmani ialah unsur fizikal individu iaitu berkaitan anggota tubuh badan. Perkembangan dan kecerdasan fizikal amat penting untuk kecerdsan mental kerana ianya merupakan satu perkara yang amat berkait rapat. Unsur emosi pula ialah berkaitan dengan jiwa individu yang mana memberi kawalan kuat kepada semangat perpaduan dan sebagainya. Perkembangan emosi yang sempurna mampu untuk mengawal tingkah laku yang baik dalam bermasyarakat. Unsur rohani pula merangkumi unsur berkaitan kalbu iaitu hubungan antara manusia dengan penciptanya. Unsur rohani ini lebih menjurus kepada amalan keagamaan. Unsur intelek iaitu berkaitan daya berfikir. Intelek penting kerana dengan unsur intelek, pelbagai masalah negara yang sukar dapat diselesaikan dengan berkesan. 2.8.4 potensi 2.8.5 Perkembangan potensi individu secara menyeluruh dan bersepadu.Ini merangkumi yang ada dalam diri individu agar dapat menyumbangkan kebaikan. perkembangan individu yang maksima pada jalan atau cara yang tepat bagi membantu menggilap Unsur keempat ialah insan yang seimbang dan harmonis iaitu insan yang berilmu pengetahuan,

mempunyai akhlak mulia, percaya dan yakin kepada tuhan, mempunyai jiwa dan fikiran yang tenteram, sihat tubuh badan, serta matang dari segi emosi dan sosialnya. Insan yang seimbang dan harmoni ini mempunyai jasmani, emosi, rohani dan intelek yang telah diperkembangkan secara kritikal dan bersepadu. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan harian atau tingkah laku individu yang bertanggungjawab, menghormati orang lain, mempunyai kesedaran kendiri yang tinggi dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tenang dan cepat dalam siyuasi menang-menang untuk semua 2.8.6 pihak. Unsur seterusnya iaitu unsur kelima ialah kepercayaan dan kepatuhan kepada tuhan. Perkara ini

memberi penekanan kepada beberapa perkara penting seperti mengakui wujudnya Pencipta, mengakui manusi dan alam dijadikan oleh Pencipta, mengetahui tentang percaturan yang telah dilakukan oleh

Tuhan, faham bahawa manusia dijadikan untuk menjadi khalifah di muka bumi ini dan bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukan, menjauhi kemungkaran dan melakukan kebaikan, mengikuti dan mengamalkan ajaran agama, dan yang terakhir sekali ialah sentiasa mengukuhkan kepercayaan 2.8.7 beragama. Unsur keenam iaiah rakyat Malaysia yang berilmu pengetahuan. Ini bermaksud bersedia

berkongsi ilmu dan menggunakan ilmu untuk manfaat bersama. Antara ciri-ciri individu yang berilmu pengetahuan ialah individu yang mencintai ilmu pengetahuan, minat mentelaah, berfikiran global, berusaha 2.8.8 berkongsi ilmu dan menambah ilmu pengetahuan. Unsur yang ketujuah ialah rakyat Malaysia yang berketrampilan iaitu rakyat yang bukan sahaja

berilmu pengetahuan, malahan rakyat yang mahir dalam melakukan tugasan dan mampu menjadi rakyat yang inovatif. Selain itu, rakyat yang berketrampilan juga merupakan rakyat yang melaksanakan amanah yang diberikan kepadanya dengan adanya kemahiran yang tepat dan bersesuaian dengan kehendak. Rakyat perlu mampu untuk menilai mana satu yang baik dan mana satu yang buruk dan kebolehan berfikir jauh dalam menimbang kesan dan akibat sesuatu perkara dan yakin dalam perkara murni 2.8.9 yang dilakukan. Unsur ke sembilan iaitu unsur rakyat Malaysia yang bertanggungjawab. Mengetahui tugas dan

tanggungjawab merupakan amanah yang wajib dilaksanakan dengan sempurna. Undang-undang, perlembagaan negara perlulah dihormati dan dipatuhi agar keamanan negara, perpaduan kaum dan kemasyhalatan masyarakat dapat dijaga dan diteruskan. 2.8.10 Unsur kesepuluh adalah rakyat Malaysia yang mampu menikmati kesejahteraan diri iaitu yang berupaya menangani masalah hidup, mampu berfikir secara waras, mempunyai tubuh badan sihat dan mempunyai kemahiran dalam menjalin perhubungan yang baik. 2.8.11 Unsur kesebelas ialah rakyat Malaysia yang dapat memberi sumbangan kepada masyarakat, agama, dan negara. Wujudnya rakyat Malaysia yang mampu memberi sumbangan akan membantu pembangunan negara dengan melahirkan keluarga yang harmoni dan mempunyai nilai-nialai murni seperti semangat kerjasama dan perpaduan. Perkara yang lebih penting ialah adanya rakyat yang mampu menguasai teknolongi dan ilmu-ilmu lain bagi memaksimakan pembangunan negara kita. 2.9 2.9.1 Penterjemahan FPK menerusi Pengajaran dan Pembelajaran. Saya meletakkan keyakinan tinggi bahawa Organisasi Kandungan Sukatan Pelajaran Bahasa

Melayu Sekolah Rendah mempunyai beberapa bahagian, iaitu Kemahiran Bahasa, Hasil Pembelajaran, Sistem Bahasa, dan Pengisian Kurikulum. 2.9.2 Merujuk kepada kemahiran bahasa ianya meliputi kemahiran mendengar, bertutur, membaca, dan menulis. Kemahiran Bahasa ini teras kepada penguasaan bahasa baku.

2.9.3 2.9.4

Kemahiran Mendengar merujuk kepada keupayaan murid mendengar dengan teliti, memberikan Kemahiran Bertutur merujuk kepada keupayaan murid berbual untuk menjalin hubungan dan

maklum balas dan memahami perkara yang didengar dalam situasi pengucapan. menyampaikan pendapat, perasaan, maklumat serta idea yang bernas dengan sebutan dan intonasi yang betul secara sopan. Penekanan diberikan pada penggunaan pengucapan yang menggunakan tatabahasa yang sesuai. Lazimnya Kemahiran Mendengar dan Kemahiran Bertutur dijalankan serentak dan dikenali sebagai Kemahiran Mendengar dan Bertutur. Hal ini disebabkan, dalam Kemahiran Mendengar akan melibatkan pertuturan. 2.9.5 Kemahiran Membaca merujuk kepada keupayaan murid membaca ayat dengan sebutan, intonasi, jeda, dan kelancaran yang betul. Penekanan perlu diberikan pada aspek pemahaman dan penaakulan pelbagai bahan secara kritis dengan menggunakan pelbagai teknik membaca. 2.9.6 Kemahiran Menulis merujuk kepada keupayaan murid menulis perkataan dan ayat dan mengeluarkan idea melalui pelbagai jenis penulisan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan pengalaman peribadi yang telah dilalui dengan menggunakan ayat yang gramatis, tanda baca dan ejaan yang betul, serta tulisan yang jelas dan cantik. Murid juga digalakkan untuk menggunakan kreativiti mereka bagi menghasilkan penulisan bahan berunsurkan pengetahuan dan penulisan imaginatif. 2.9.7 Hasil Pembelajaran ialah pernyataan yang ditafsirkan daripada objektif kurikulum bahasa. Pernyataan hasil pembelajaran merupakan petunjuk yang jelas tentang kemahiran yang perlu dicapai oleh murid. Murid perlu menguasai kemahiran bahasa yang terdapat dalam setiap hasil pembelajaran. Justeru, hasil pembelajaran dapat membantu guru memilih kandungan, kaedah, sumber, dan prosedur pengajaran yang relevan dan berkesan. Dalam konteks pengajaran dan pembelajaran di bilik darjah, hasil pembelajaran dapat dicapai dengan menggabungjalinkan keempat-empat kemahiran bahasa, sistem bahasa dan pengisian kurikulum. Pendekatan yang berfokus pada gaya pembelajaran yang pelbagai juga dapat membantu murid mencapai hasil pembelajaran. Selain itu, hasil pembelajaran juga dapat membantu dalam membuat pengukuran dan penilaian pencapaian murid. 2.9.8 Sistem Bahasa dalam pengajaran dan pembelajaran merujuk kepada bahasa Melayu baku yang terdiri daripada tatabahasa, kosa kata, peribahasa, ejaan, dan sebutan dan intonasi. Aspek tatabahasa merangkumi morfologi dan sintaksis manakala aspek kosa kata terdiri daripada kosa kata umum dan istilah yang terdapat mata-mata pelajaran di peringkat rendah. 2.9.10 Pengisian Kurikulum terdiri daripada elemen yang menggabungkan aspek ilmu, nilai murni, kewarganegaraan, peraturan sosio-budaya, dan kemahiran bernilai tambah. 2.9.11 Huraian Sukatan Pelajaran Bahasa Melayu (HSPBM) pula memperincikan Sukatan Pelajaran yang bertujuan untuk memenuhi cita cita murni semangat Falsafah Pendidikan Kebangsaan. HSPBM

memperjelaskan hasil pembelajaran yang perlu dikuasai oleh murid. Hasil pembelajaran dinyatakan secara eksplisit mengikut tahap kesukaran isi kandungan dan tahap keupayaan murid. Hasil pembelajaran dibahagikan kepada tiga aras, iaitu aras asas, aras sederhana, dan aras cemerlang. 2.9.12 HSPBM menyarankan strategi pengajaran dan pembelajaran yang merangkumi pelbagai aktiviti dan penggunaan sumber. Guru digalakkan menggunakan kreativiti untuk memilih, menyusun, dan mengolah aktiviti mengikut kesesuaian murid. HSPBM diharapkan dapat membantu para guru merancang dan melaksanakan P&P secara berkesan. 2.9.13 Guru digesa melakukan aktiviti yang memberi penekanan kepada unsur bernilai tambah iaitu kemahiran berfikir, kemahiran teknologi maklumat dan komunikasi , kemahiran belajar cara belajar, dan pelbagai lagi. Nilai murni dan semangat patriotik dan kewarganegaraan tetap diutamakan. Semua elemen ini diharap dapat memberikan keyakinan kepada murid dan boleh diaplikasikan.. 3.0 Penterjemahan Pengetahuan,Kemahiran, nilai-nilai murni, dan Elemen menerusi tema / tajuk yang terdapat di dalam mata pelajaran BAHASA MALAYSIA Tahun 2. 3.1.Pengetahuan 3.1.1 Melalui pembacaan, saya dapati setiap negara yang sudah mencapai kemerdekaan, salah satu aspek penting yang amat dititikberatkan dalam usaha untuk menuju ke arah negara yang maju dan membangun dari aspek politik, ekonomi dan sosial ialah penekanan terhadap perlaksanaan sistem pendidikan negara. 3.1.2 Sistem pendidikan yang dilaksanakan di dalam sesebuah negara, penting bukan sahaja kerana fungsi kebajikan dan sosialisasinya iaitu di mana kanak kanak dididik untuk menjadi insan yang berjaya dan mengenali budaya serta alam sekeliling, tetapi juga boleh digunakan sebagai wadah untuk menyampaikan ideologi kebangsaan kepada masyarakat iaitu melalui penerapan tentang kefahaman serta nilai nilai positif untuk perpaduan kaum. 3.1.4 Di Malaysia, dasar pendidikan mempunyai peranan yang amat penting dalam menentukan hala tuju sistem pendidikan negara yang mana dasar ini dikenali sebagai Dasar Pendidikan Kebangsaan 3.2 3.2.1 dan 3.2.2 Kemahiran Saya yakin, bahawa Kemahiran Bernilai Tambah (KBT) ialah kemahiran yang dapat digunakan melaksanakan aktiviti pengajaran secara berkesan.

dalam setiap sesi pengajaran. Kemahiran ini dapat membantu guru mempelbagaikan aktiviti pengajaran Kemahiran Berfikir Kreatif ialah kemahiran mencerna dan menghasilkan idea baharu yang

mementingkan keindahan. Kemahiran Berfikir Kreatif akan melibatkan beberapa aktiviti pemikiran seperti menjana idea, membuat inferens,,menghubung kait, meramal, membuat hipotesis, mensintesis, mengitlak, 3.2.3 menganalogi, membuat gambaran mental, reka cipta, Kemahiran Berfikir Kritis ialah membuat analisis, membuat penilaian, membuat sintesis,

membuat kritikan dan menilai kemunasabahan sesuatu idea. Kemahiran Berfikir Kritis akan melibatkan beberapa aktiviti pemikiran seperti mencirikan, membandingbezakan, mengumpul dan mengkelaskan, membuat urutan, menganalisis, menila, membuat kesimpulan. 3.2.4 Kemahiran Berfikir Menaakul ialah kemahiran membuat pertimbangan secara logik dan rasional terhadap beberapa contoh sebelum membuat kesimpulan. Aktiviti menaakul melibatkan hipotesis, pengumpulan, strategi berfikir, mengkonsepsikan, menyelesaikan masalah, membuat keputusan, 3.2.6 Kemahiran Teknologi Maklumat dan Komunikasi bermaksud kebolehan, keupayaan menggunakan alat-alat ICT dalam pengajaran dan pembelajaran secara berfikrah, terancang, kesesuaian, dan berkesan. Dalam konteks pengajaran, ICT digunakan sebagai persembahan dan demonstrasi. 3.2.7 Kemahiran Belajar Cara Belajar. Pusat Perkembangan kurikulum (2001b) menegaskan Belajar Cara Belajar (BCB) sebagai satu proses teknik belajar sama ada belajar bersama guru mahupun belajar tanpa bersama guru. Menurut Abdul Hamid Mahmood dan Nik Hassan Hj. Nik Basri (2007), BCB melibatkan aspek kemahiran pengurusan kendiri, kemahiran mendengar, kemahiran membaca, kemahiran menulis dan kemahiran mengingat,. 3.2.8 Kemahiran Kajian Masa Depan. Pusat Perkembangan Kurikulum (2002b) Kemahiran Kajian Masa Depan (KMD) ialah satu cara menyusun pemikiran atau cara kita mengkonsepsikan kehidupan. Antara aspek pengajaran dan pembelajaran dalam bilik darjah ialah membuat ramalan, menjangka akibat dan mengendalikan perubahan. 3.2.9 Kemahiran Kecerdasan Pelbagai merujuk kebolehan murid menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sebenar. Dengan adanya kepelbagaian kemahiran murid mampu menjana idea untuk memajukan lapangan diceburi.. Pusat perkembangan Kurikulum (2001c) mencadangkan lapan jenis kecerdasan pelbagai yang sesui diterapkan dalam pengajaran dan pembelajaran murid, iaitu Kecerdasan Verbal-Linguistik, . Kecerdasan Logik -Matematik, Kecerdasan Visual-Ruang, Kecerdasan Kinestetik, Kecerdasan Muzik, Kecerdasan Interpersonal, Kecerdasan Intrapersonal dan Kecerdasan Naturalis. 3.2.10 Kemahiran Pembelajaran Kontekstual. Menurut Pusat Perkembangan Kurikulum (2001d) Pembelajaran Kontekstual (PK) merupakan satu kaedah pembelajaran yang menggabungkan atau

menghubungkaitkan isi pelajaran dengan pengalaman harian individu, masyarakat dan persekitaran, dan alam pekerjaan. PK menyediakan pembelajaran secara konkrit yang melibatkan aktiviti hands-on (mengamalkan) dan minds-on (memikirkan) dalam persekitaran pelbagai. Kemahiran Pembelajaran Kontekstual adalah seperti menghubung kait, mengalami, mengaplikasi, bekerjasama dan memindahkan. 3.2.11 Kemahiran Pembelajaran Konstruktivisme. Menurut McBrien & Brandt, dan M. Briner yang dipetik oleh Pusat Perkembangan kurikulum (2001e) Konstruktivisme ialah satu pendekatan pengajaran berdasarkan penyelidikan dengan membina pengetahuan baharu atau konsep baharu secara aktif. Aspek pembelajaran Konstruktivisme ialah mengkonsepsikan idea, analisis, penghasilan, hipotesis atau tesis, 3.3 Nilai murni. 3.3.1 Melalui pembacaan, saya dapati bahawa Jawatankuasa Pendidikan Akhlak yang ditubuhkan pada 1976 telah meneliti nilai-nilai yang terkandung dalam pelbagai agama yang diamalkan di negara kita, tidak hanya memfokuskan kepada agama Islam sahaja. Berasaskan kepada pandangan dan maklumbalas yang diperolehi , jawatankuasa ini yang dianggotai oleh wakil pelbagai agama telah menerima 16 nilai diajar dan diserapkan kepada semua pelajar untuk membentuk pelajar seimbang dan menyeluruh 3.3.2 dari segi kognitif, afektif, psikomotor dan akhlak. Di sekolah penerapan nilai murni boleh disepadukan melalui elemen pertuturan, perlakuan,

teladan, isyarat, kefahaman, interpretasi, konteksual. Tujuan pendidikan nilai murni ialah untuk membentuk murid-murid supaya berperibadi mulia dan mampu dalam membuat keputusan berdasarkan nilai 3.3.3 moral diri, keluarga, komuniti dan masyarakat. Pusat Perkembangan Kurikulum (PPK) telah memperakui 16 nilai-nilai murni:-

(a) Baik hati merupakan sikap sentiasa mengambil berat terhadap perasaan dan kebajikan orang lain secara tulus ikhlas. Ini meliputi aspek belas kasihan, bertimbang rasa, murah hati, saling faham memahami orang sendiri. (d) Hemah Tinggi merupakan berbudi pekerti dengan tingkah laku mulia dan lemah lembut yang patut diamalkan oleh seseorang individu dalam hubungannya dengan ahli masyarakat yang lain. Ciri-ciri berhemah tinggi adalah kesopanan, mengakui kesalahan, ramah mesra, hormat menghormati, menghargai dan memuliakan seseorang dan institusi sosial dengan memberi layanan yang bersopan. Ini dan lain. sedia memaafkan. (b) Berdikari merupakan kebolehan dan kesanggupan melakukan sesuatu tanpa bergantung kepada (c) Bertanggungjawab pula memaparkan keupayaan bertindak sendiri, jaya diri dan yakin pada diri

merangkumi hormat dan taat kepada ibubapa, hormat kepada orang yang lebih tua, guru, rakan, jiran tetangga dan pemimpin, hormat kepada raja dan negara, patuh kepada undang-undang, hormat kepada hak asasi, hormat kepada kepercayaan dan adat resam pelbagai keturunan, hormat kepada keperibadian individu. (e) Kasih sayang pula adalah perasaan cinta, kasih sayang yang mendalam dan berkekalan. Rasa ini lahir dari hati yang rela terhadap sesuatu, tanpa sebarang unsur kepentingan diri. Ini meliputi sayang kepada nyawa dan alam. (f) Cinta kepada negara pula memeparkan situasi cinta kepada keamanan dan keharmonian. (g) Keadilan perlu dizalirkan melalui perlakuan, pertuturan dan keputusan yang saksama serta tidak berat oleh agama, masyarakat dan negara. (i) Keberanian adalah kesanggunpan seseorang untuk menghadapi cabaran dengan yakin dan tabah hati. Keberanian itu perlu ada pada setiap orang. Tetapi ia harus tahu batas dan keupayaannya kerana keberanian yang melulu mengakibatkan bencana. Nilai ini merangkumi berani dengan tidak membuta tuli, berani kerana benar, berani mempertahankan pendirian dan berani bertanggungjawab. (j) Kebersihan fizikal dan mental. Kebersihan fizikal ialah kebersihan diri dan kebersihan persekitaran. Kebersihan mental pula merangkumi pertuturan, perlakuan, pemikiran dan kerohanian. (k) Kejujuran menuntut sikap dan perlakuan yang menunjukan niat baik, amanah dan ikhlas tanpa mengharapkan kegigihan, dedikasi dan daya sebarang usaha dalam melakukan sesuatu balasan. perkara. (l) Kerajinan adalah suatu usaha berteruan yang penuh dengan semangat ketekunan, kecekalan, (m) Kerjasama adalah usaha baik dan membina yang dilakukan secara bersama pada peringkat individu, komuniti, masyarakat atau negara untuk mencapai sesuatu matlamat seperti persaudaraan, tanggungjawab bersama, gotong royang, ketoleranan dan perpaduan. (n) Kesedaran adalah sikap tidak keterlaluan dalam membuat pertimbangan dan tindakan sama ada dalam pemikiran, pertuturan atau perlakuan supaya sesuai dengan norma dan nilai masyarakat. Ini termasuklah sederhana dalam menimbangkan kepentingan diri dan kepentingan orang lain. (o) Kesyukuran ialah perasaan dan perlakuan yang dilahirkan secara ikhlas di atas nikmat dan kesenangan yang diperolehi seperti berterima kasih,, mengenang budi dan penghargaan. (p) Rasional pula ialah kebolehan berfikir berdasarkan alasan dan bukti yang nyata dan dapat mengambil tindakan yang sewajarnya, tanpa dipengaruhi oleh perasaan. Umpamanya seperti boleh membuat pertimbangan, boleh membuat penakulan dan berfikiran logik dan terbuka. sebelah. (h) Kebebasan yang dimaksudkan ini, tertakluk kepada peraturan dan undang-undang yang ditentukan

(q) Semangat Bermasyarakat merupakan kesediaan melakukan sesuatu untuk kepentingan bersama bagi mewujudkan keharmonian hidup dalam masyarakat seperti bermuafakat, kerajinan dan peka kepada isu-isu 3.3.4 Moral dan Pendidikan sosial Islam), penerapan nilam dalam murni dalam masyarakat. matapelajaran lain, Teknik Penerapan Nilai Murni yang dikenalpasti melalui matapelajaran tertentu (Pendidikan

aktiviti ko-kurikulum, aktiviti persatuan sekolah. Begitu juga dengan penerangan melalui matapelajaran lain yang mungkin berlaku secara langsung misalnya melalui perlakuan atau interaksi. Di sini pelajar akan dapat melihat dan membandingkan serta mengaitkan apa yang dipelajari dalam matapelajaran khusus tadi dengan apa yang dilihat. Bimbingan guru-guru dan ibu bapa, kesedaran daripada pelajar itu sendiri amat penting dalam menetapkan situasi diri mereka sendiri. 3.4 EMK dalam Pengajaran dan Pembelajaran Sekolah Rendah

3.4.1 Saya yakin akan Elemen Merentas Kurikulum merupakan unsur nilai tambah dalam p&p dan elemen sedia ada. Ini merangkumi bahasa, pendidikan alam sekitar, nilai murni,sains dan teknologi serta patriotisme 3.4.2 Elemen baru yang diaplikasikan adalah kreativiti dan inovasi, keusahawanan dan teknologi maklumat dan komunikasi 3.4.3 EMK diharapkan akan mengukuhkan kemahiran dan ketrampilan modal insan. 3.4.4 Terdapat 5 fokus elemen keusahawanan iaitu l sikap, l nilai moral dan etika, l formulasi pengetahuan dan kemahiran teknologi l vokasional, pengetahuan dan kemahiran, l pemikiran.. 3.4.5 Dalam KBSR penekanan adalah tidak terhad kepada perkara dalam sukatan sahaja. ini bertujuan meningkatkan minat murid untuk datang ke sekolah. Peluang murid berinteraksi antara satu sama lain dapat ditingkatkan. Sementara tema atau topik yang diminati untuk diajar boleh disesuaikan oleh guru.

4.0 Peta minda hubungkait antara komponen Pengetahuan,kemahiran,Nilai-nilai Murni dan EMK dalam penterjemahan FPK.

FALSAFAH PENDIDIKAN KEBANGSAAN.

5.0 Aplikasi komponen pengetahuan kemahiran, Nilai-nilai Murni dan EMK dalam Pengajaran dan Pembelajaran dan jangkaan terhadap modal insan. 5.1 Mengalas tugas mendidik mata pelajaran Bahasa Melayu Tahun 2, saya yakin bahawa insan seimbang seperti yang dihasratkan melalui Falsafah Pendidikan kebangsaan perlulah seimbang dari segi jasmani, rohani, emosi dan inteleknya. 5.2 Estetika mengikut Kamus Dewan adalah merujuk perkara yang berkaitan dengan keindahan atau penghargaan terhadap keindahan ( terutamanya ) dalam bidang seni. Ini bermakna nilai nilai estetika diajar dalam setiap disiplin ilmu atau mata pelajaran seperti Pendidikan Seni, Bahasa Melayu, Pendidikan Jasmani dan Kesihatan. 5.3 Nilai murni dapat didefinisikan sebagai perlakuan yang baik, peradaban dan tatasusila individu manusia dalam hubungannya sesama manusia, alam dan tuhan. Wan Mohd. Zahid (1988) mentakrifkan nilai murni sebagai: "Nilai-nilai murni merupakan tanggapan berkenaan perkara-perkara yang dihajati dan pada masa yang sama juga menjadi kriteria atau ukuran. Nilai-nilai murni sesuatu masyarakat biasanya diasaskan kepada agama. Memang menjadi tujuan semua agama, untuk membentuk kehidupan 5.4 penganutnya untuk menjadi baik dan berakhlak mulia" Falsafah Pendidikan ini menjurus ke arah mencirikan insan dan warganegara yang baik dengan

mengemukakan ciri-ciri iaitu percaya dan patuh kepada tuhan, berilmu pengetahuan, berakhlak mulia, bertanggungjawab kepada diri, masyarakat, agama dan negara, berbakti dan memberi sumbangan

kepada masyarakat, agama, bangsa dan negara dan memiliki sahsiah yang seimbang dan sepadu. 5.5 Keseimbangan dan keharmonian yang terdapat dalam FPN akan dapat dicapai jika nilai-nilai murni ini dapat direalisasikan melalui kurikulum (khususnya dalam pendidikan formal dan tidak formal) supaya ilmu pengetahuan akan dapat diperkembangkan sebagai khalifah Allah dimukabumi ini, manusia hendaklah menyeru dan menyedarkan sesama manusia yang lain. 5.6 murid, 5.7 Guru wajar menerapkan nilai murni yang disalurkan itu tidak terdapat secara khusus di dalam yang akan mempengaruhi penanaman nilai dalam jiwa pelajar. subjek tersebut tetapi diterapkan secara tidak formal seperti komunikasi yang baik antara guru dan Sebagaimana yang kita tahu matlamat dasar pendidikan negara adalah untuk melahirkan

masyarakat yang bersatupadu, berdisiplin, berpengetahuan, bertanggungjawab, berkebolehan berwawasan dan terlatih. 5.8 Kesan daripada apa yang dipelajari mereka boleh jelaskan kepada orang lain samada melalui bersahaja dan tidak langsung dan sentiasa berterusan. bentuk penerangan, perbincangan melihat ataupun perubahan perlakuan sendiri. Penerapan nilai itu mestilah 5.9 Di Malaysia dewasa ini isu-isu penerapan nilai murni semakin ketara dan menonjol.

Kementerian Pendidikan Malaysia telah melaksanakan strategi penerapan nilai-nilai murni secara komprehensif di mana: " Nilai-nilai murni akan disisipkan melalui kesemua matapelajaran dan akan diperkukuhkan melalui kegiatan-kegiatan ko-kurikulum, formal dan tidak formal, di dalam dan di luar bilik darjah, akan digunakan sepenuhnya dengan cara bersepadu untuk memastikan penerapan nilainilai 6.0 murni akan berhasil dan berkesan."

Proses menterjemahkan komponen pengetahuan kemahiran, nilai dan EMK dalam proses

Pengajaran dan Pembelajaran Contoh Rancangan Pengajaran Harian. MATAPELAJARAN TAHUN BILANGAN MURID TEMA TAJUK TARIKH MASA STANDARD PEMBELAJARAN: OBJEKTIF/HASIL Bahasa Melayu 2 Arif 26 orang murid. Kesihatan dan Kebersihan. Makanan Berkhasihat dan Seimbang. 09.04.2012 7.40 pagi-8.40 pagi (60 Minit) 1.3.1 / literasi 3.2

PEMBELAJARAN

Pada akhir pembelajaran ini, murid dapat; Kognitif : Menyatakan maksud makanan seimbang dengan menggunakan laras bahasa yang betul. Afektif: Mengamalkan gaya hidup sihat. Psikomotor: Memberi respon berkaitan maklumat dengan menggunakan bahasa yang betul. Tatabahasa: Ayat tunggal, ayat majmuk, ayat perintah. Kosa Kata: seimbang,karbohidrat,vitamin,resipi Ilmu : Bahasa Melayu, Pendidikan Kesihatan Nilai : Taat kepada ibu bapa, kebersihan fizikal dan mental. Kemahiran Berfikir : Menjana idea, menghubungkait, merumus. Kemahiran Belajar : Menerima maklumat, memproses dan melaporkan. Kecerdasan Pelbagai : Verbal linguistik Murid dapat menceritakan pengetahuan dan pengalaman mereka mengenai makanan seharian. LCD, Power point dan Lembaran kerja. Kreatif dan Inovatif Teknologi.

SISTEM BAHASA

PENGISIAN KURIKULUM

KEMAHIRAN BERNILAI TAMBAH (KBT)

PENGETAHUAN SEDIA ADA

BAHAN BANTU MENGAJAR ELEMEN MERENTAS KURIKULUM

Fasa

Isi Kandungan

Langkah 1 Merangsang (Set Induksi) minat murid. (5 Minit)

Aktiviti Pengajaran dan Pembelajaran Aktiviti Guru Aktiviti Murid 1.Guru mengucapkan 1.Murid menjawab salam. Guru soalan dan memaparkan sebiji buah memerhatikan lakonan limau. sepontan. 2.Guru meminta 2.Murid akan member seorang murid membuat reaksi secara spontan reaksi makan buah epal apabila melihat didalam kelas sambil rakannya makan buah

Nota Strategi/Teknik: -Soalan lisan.

-menghubungkait

berdialog: 2.1 Wah, sedapnya. 2.2 Cikgu masih ada lagi beberapa biji buah limau, ada sesiapa yang ingin makan bersama cikgu? 2.3 Murid yang dapat jawab soalan cikgu, akan beri buah limau ini. 3.Guru mengujarkan soalan kepada murid. 3.1 Di manakah boleh kita lihat buah ini ditanam? Atau 3.2Apakah khasiat buah limau ini? 4.Guru mengaitkan buah limau dengan tajuk pembelajaran pada hari ini. Langkah 2 Penerangan (10 minit) dan mencari maksud dan khasiat makanan seimbang 1.Guru mengajukan soalan berkaitan makanan yang dimakan oleh murid pada setiap hari.

epal.Murid memberi respons kepada soalan guru. 3.Murid bersedia ingin menjawab soalan yang dikemukankan.

1. Murid menjawab soalan secara lisan berkaitan soalan yang diajukan oleh guru.

Strategi/Teknik: a. Penerangan b. inkuiri penemuan.

2. Murid membaca BBB: petikan. 2.Guru memberi petikan secara senyap penerangan dan individu. Murid kemudian meminta mengariskan ayat murid membaca petikan berkaitan maskud dan isi yang diberi secara penting tentang khasiat individu. Murid diminta makanan. mencari maksud dan khasiat makanan 3.Murid menyatakan seimbang. secara lisan hasil dapatan mereka. 3. Murid dikehendaki menyatakan hasil dapatan mereka secara lisan. 4.Guru memantau aktiviti murid sambil mendengar laporan

dapatan mereka. Langkah 3 Klasifikasikan (20 minit) makanan Aplikasi Idea seimbang. 1.Guru meminta murid 1. Murid membaca Strategi/Teknik: menyatakan contoh petikan dan mencari isi -Membaca petikan. secara lisan makanan penting untuk mencari -Inkuiri induktif yang mengandungi makananan yang terbimbing. lemak, vitamin, protein, mengandungi : garam mineral dan i.Lemak Penekanan kepada karbohidrat. ( santan, minyak) makanan seimbang (melayari internet) ii.Vitamin (buah-buahan, sayurLembaran kerja 1 2.Guru meminta murid sayuran) mengklasifikasikan iii.Protein -laporan dan makanan seimbang (ayam, daging, ikan, menyatakan respon. dalam lembaran kerja. susu) -perbincangan 2.1 karbohidrat iv.Karbohidrat (roti, 2.2 vitamin nasi, jagung) 2.3 protein v.Garam-mineral 2.4 garam mineral (udang,ketam) 2.5 lemak 2.Murid 3.Guru meminta mengklasifikasikan beberapa orang murid makanan seimbang membacakan jawapan dalam lembaran kerja. mereka di hadapan kelas. 3. Beberapa orang murid membaca dapatan 4.Guru meminta murid- jawapan mereka di murid lain hadapan kelas. membandingkan dan memberikan respon 4. Murid-murid lain berkaitan perbezaan mendengar dan hasil dapatan mereka. membandingkan jawapan mereka. Murid mmberi respon secara lisan dalam sesi perbincangan. 1.Guru memaparkan 1.Murid melihat gambar gambar bersiri makanan makanan yang yang biasa dinikmati ditunjukan oleh guru. oleh murid melalui paparan projektor ohp 2.Murid menyatakan slide power point. pendapat secara lisan berkaitan makanan 2. Murid diminta berkhasiat dan tidak menyatakan pendapat berkhasiat. secara lisan berkaitan Strategi/Teknik: -Perbincangan. -power point (Slide 1)

Langkah 4 Menyatakan (20 minit) makanan berkhasiat dan tidak berkhasiat

khasiat makanan. 3.Murid mendengar (samada berkhasiat atau penerangan guru tidak). berkaitan kepentingan makanan seimbang. 2.1 Jenis-jenis makanan yang berkhasiat dan 4.Murid melakonkan tidak berkhasiat . aksi individu yang: i-roti dan susu i-sihat/cergas - Berlakon ii-makanan ringan ii-tidak sihat/lemah iii-gula-gula iv-buah-buahan 5.Murid menjawab -Lembaran kerja v-aiskrim soalan berpandu daripada lembaran kerja 3.Guru menerangkan yang diberi. kepentingan makanan seimbang, berkhasiat dan kesan jika tidak mengamalkan pemakanan yang seimbang. 4. Beberapa orang murid diminta menggayakan watak individu yang sihat dan kurang sihat. 5. Guru meminta muridmurid mengadili rakan mereka yang telah menggayakan lakonan terbaik.

Langkah 6 Membuat (Penutup) rumusan (5 minit) pengajaran dan pembelajaran.

1. Guru memaparkan soalan teka-teki melalui hp projector kepada murid untuk menguji kecerdasan pemikiran Menyatakan nilai-mereka. nilai -Contoh teka-teki : murni yang 1. Rasa manis sekali, terdapat semasa Bungkusannya sesi pengajaran berwarna-warni, dan Banyak makan sakit pembelajaran. gigi, barulah ingat nasihat ibu dan bapa. Siapakah aku?

1.Murid menjawab Teori Kecerdasan soalan teka-teki daripada Pelbagai. guru. -Slide 2 2. Murid menyataka secara lisan kepentingan kesihatan dan nilai murni patuh terhadap nasihat ibu bapa.

2. Guru meminta murid menyata nasihat dari teka-teki diberi. 3. Guru menegaskan nilai patuh akan nasihat ibu bapa dan kepentingan mengamalkan penjagaan kesihatan.

7.0

Rujukan.

Pusat perkembangan Kurikulum KPM, Falsafah Pendidikan Kebangsaan, Matlamat dan Misi, Kuala Lumpur, KPM, cetakan pertama 2001, hlmn 3,4,5,6,7,8,9,10,11. Raminah Hj Sabran, Wong Khek Seng, Kok Meng Kee, Ace Ahead Teks STPM Pengajian Am Kertas 1&2, Kuala Lumpur: Oxford fajar Sdn Bhd, cetakan kedua 2010, hlmn , 3, 5, 6, 7, Sufean Hussin (2004). Pendidikan Di Malaysia Sejarah, Sistem dan Falsafah. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, hlmn 7, 8, 9. Ruslan Zainuddin, Mohd. Mahadee Ismail, Zaini Othman, Kenegaraan Malaysia, Shah Alam: Fajar Bakti Sdn Bhd, 2005, hlmn 1, 2,3, 4, 5, 79, 80, 183, 184, 185, 208. Mok Song Sang, Falsafah Pendidikan Malaysia, Kuala Lumpur, PTS, cetakan pertama 2001, hlmn 12,13, 26, 48. Amir Hasan Dawi. 2006. Penteorian Sosiologi dan Pendidikan.,Tanjung Malim:, Quantum Books, ctakan pertama 2006, hlmn 16, 17, 18. Atan Long., Psikologi Pendidikan. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, cetakan pertama 1976, hlmn 28, 29. Bakar Nordin dan Ikhsan Othman. 2008. Falsafah Pendidikan dan Kurikulum. Tanjung Malim:

Quantum Books, 2008, hlmn 14, 15,16, 34, 35. Edaris Abbu Bakri, Pengurusan Strategik:Konsep dan Aplikasi untuk Pendidikan. Utusan Publications & Distributors Sdn. Bhd, 2004, halaman 8. Kamarudin Husin dan Siti Hajar Abdul Aziz., Pedagogi Asas Pendidikan, Kuala Lumpur, Kayazano Enterpris, 2004, hlmn 6, 7, 21,22. Falsafah Pendidikan Kebangsaan, (http:// ms.wikipedia.org/wiki/ Falsafah_Pendidikan_Kebangsaan 8 Ogos 2005) Ariedrifke, "Implikasi Falsafah Pendidikan", Pendidikan html, 4 April 2004 (http://ariedrifke.blogspot.com/2010/04/implikasi-falsafah-pendidikan.html)

You might also like