You are on page 1of 2

Cuplikan 2: Cinderfella, sindiran akan kenyataan?

Pernah dengar judul film ini? Beberapa hari yang lalu, aku baru saja menonton ini, salah satu film yang kupinjam dari teman dekatku, yang bercerita tentang kisah legendaris Cinderella dengan versi laki-laki (makanya jadi fella). Awalnya aku bertanya-tanya, apakah akan sama efek yang didapat setelah menonton film ini dengan nonton film-film berbau Cinderella (semacam Blind Romance, A Cinderella Story 1 & 2, Sabrina, dll). Ternyata jawabannya adalah tidak. Setelah aku menontonnya, efek yang kudapatkan adalah semacam sebuah sindiran akan kenyataan bahwa tidak mungkin ada cerita seperti Cinderella yang serba-sempurna, atau dalam sekejap menjadi cantik (secara gratis pula), dan pangeran akan jatuh cinta pada kita. Di dalamnya juga terdapat sindiran mengenai efek dongeng Cinderella pada wanitawanita di dunia, seperti cuplikan pembicaraan antara Fairy godfather dan Fella di bawah ini (sori pakenya translate-an): Fairy godfather: Fella, kau terpilih untuk memperbaiki kesalahan besar tentang keaslian dari kisah Cinderalla. Selama berebad-abad, wanita di dunia yang terpengaruh oleh legenda Cinderalla, telah menunggu. Menunggu Pangeran Tampannya datang dari kejauhan menaiki kuda putih untuk menikahi mereka. Fella: Ya, aku pernah baca itu. Fairy godfather: Namun hanya ada satu Pangeran Tampan. Saat dia tidak muncul, wanita itu menikah dengan pria yang ada. Hingga menderita dan selalu menyesali karena mereka merasa telah memilih hanya yang terbaik nomor dua. Yang lebih buruk adalah mereka membuat suaminya yang miskin menderita, sebab pria miskin itu bukanlah seorang pangeran. Legenda Cinderella hanya membawa ketidakpuasan di hati kaum wanita dan para suami yang mengalami pukulan terberat! Memang ada beberapa film yang menceritakan kisah Cinderella dengan berbagai formula yang berbeda agar kisahnnya terkesan lain, seperti Cinderella yang diperankan orang kulit hitam, pangeran yang sempat jadi buta, sampai melibatkan orang-orang di dunia real seperti Leonardo da Vinci supaya kisahnya seperti pernah benar-benar terjadi di masa lalu. Namun semuanya tetap memberikan efek yang sama setelah menontonnya, yaitu kepercayaan pada kisah dongeng yang mungkin jadi nyata (ini kalo aku, lho. mungkin berbeda pada tiap orang). Sebagai penggemar berat dongeng, aku memang tidak mengharapkan cerita-cerita tersebut terjadi dalam kehidupanku, tapi setidaknya terjadi pada orang lain di dunia ini (minimal pernah terjadi-lah). Memang setelah kulihat ke belakang, cerita Lady Diana yang awalnya seperti Cinderella saja, tidak bisa happily ever after kan? Yah, selain itu, secara keseluruhan, film ini lumayan, karena desain gaun-gaun wanita di

pesta dansa dalam film ini layak untuk dijadikan referensi baju pesta (haha) dan setting halaman dan rumah Fella benar-benar bagus (kupikir besarnya mungkin seperti rumah Lara Croft), walau sayang Princess-nya terlalu meng-copy Audrey Hepburn (mulai dari wajah yang lumayan mirip, sampe baju pestanya yang mirip di Sabrina) dan banyak adegan yang kurang bertujuan sehingga film ini terkesan lambat, sehingga mungkin membuat penonton berpikir, apa sih maksudnya adegan ini? Untuk yang belum nonton (dan mau nonton), kupikir tidak ada salahnya untuk mencoba rasa baru dari variasi film Cinderella, walau jangan terlalu berharap kisahnya akan sebaik bila tokoh utamanya adalah wanita (bukan karena aku juga wanita, lho ^_^). Selamat menonton! 22 Maret 2009 -fir_own-

You might also like