You are on page 1of 9

BAB 1 PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan dan perubahan pelayanan kesehatan yang

terjadi di Indonesia, metode asuhan keperawatan harus berubah mengarah pada suatu praktik keperawatan profesional. Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) merupakan salah satu sistem pemberian asuhan keperawatan yang sedang dikembangkan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan dan meningkatkan profesionalitas rumah sakit. Ada empat metode asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi trend pelayanan keperawatan, yaitu : 1) tim, 2) primer, 3) kasus, dan 4) moduler (Nursalam, 2012). Meskipun metode asuhan keperawatan profesional telah ditetapkan di suatu ruangan, akan tetapi masih banyak dijumpai tindakan yang dilakukan oleh perawat mengarah ke metode pemberian asuhan keperawatan fungsional, setiap perawat hanya melakukan satu atau dua intervensi keperawatan saja pada semua pasien di ruangan. Rumah Sakit Islam Surabaya merupakan salah satu rumah sakit yang telah mencoba menggembangkan metode asuhan keperawatan profesional. Rumah Sakit Islam Surabaya memiliki 3 Ruang Medikal Bedah, yaitu Ruang Shofa Marwah (kelas 1 dan 2), Ruang Mina (kelas 2 untuk pasien wanita), dan Ruang Multazam (kelas 3). Menurut hasil wawancara peneliti dengan masing-masing kepala ruangan di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya metode asuhan

keperawatan yang digunakan adalah MAKP Tim. Namun berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti didapatkan seluruh perawat di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya belum menerapkan MAKP Tim yang telah ditetapkan di ruangan tersebut. Tindakan yang dilakukan oleh perawat di ruangan tersebut lebih mengarah ke metode fungsional, misalnya dalam satu shift kerja ada satu perawat yang bertugas khusus untuk memberikan terapi injeksi pada semua pasien yang ada di ruangan tersebut. Data awal yang didapatkan peneliti tentang jumlah TT, rata-rata BOR, jumlah perawat, dan kualifikasi perawat dicantumkan pada tabel 1.1 : Tabel 1.1 Jumlah TT, rata-rata BOR, jumlah perawat, dan kualifikasi perawat di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya tahun 2012 Kualifikasi Perawat Jumlah Nama Ruangan TT BOR Perawat S1 D3 SPK Shofa Marwah 22 51,75% 14 3 10 1 Mina 18 45,14% 9 1 6 2 Multazam 12 77,81% 10 1 5 4 Total 33 5 21 7 Sumber : RS Islam Surabaya tahun 2012 Tabel 1.1 menunjukkan rata-rata BOR di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya pada tahun 2012 tidak terlalu tinggi dan masing-masing ruangan telah memiliki perawat dengan tingkat pendidikan S1 Ilmu Keperawatan dan D3 Keperawatan yang berpengalaman. Berdasarkan data awal tersebut, idealnya MAKP Tim dapat diaplikasikan dengan baik di masing-masing Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya, karena sudah adanya perawat profesional yang mampu menjadi ketua tim dan perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan kemampuannya. Namun kenyataannya pelaksanaan metode asuhan keperawatan profesional belum berjalan sebagaimana mestinya.

Metode asuhan keperawatan profesional mulai dikembangkan di Indonesia oleh Sitorus (1997) di RSCM Jakarta dan sampai saat ini telah diimplementasikan di beberapa rumah sakit lainnya. Salah satu rumah sakit di Jawa Timur yang sudah menerapkan MAKP adalah Ruang Bedah G RSUD Dr. Soetomo Surabaya dengan MAKP moduler. Metode yang dikembangkan adalah penataan pada aspek struktur dengan menetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah pasien sesuai dengan derajat ketergantungan pasien. Meskipun MAKP moduler telah diaplikasikan di Ruang Bedah G RSUD Dr. Soetomo akan tetapi belum terlaksana dengan baik, hal ini diakibatkan kualitas tenaga keperawatan belum memenuhi spesifikasi syarat profesional dan adanya perbedaan persepsi tiap tenaga perawat dalam menyikapi penyelenggaraan MAKP moduler (Nindawi, 2011). Hasil penelitian Sitorus (2002) tentang pengembangan model praktik keperawatan profesional dan dampaknya terhadap mutu asuhan keperawatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, didapatkan bahwa melalui implementasi model praktik asuhan keperawatan profesional yang diaplikasikan di ruang rawat kepuasan pasien atau keluarga meningkat, kepatuhan perawat terhadap standar meningkat, lama hari rawat lebih pendek, dan angka kejadian infeksi nosokomial menurun. Sehingga aplikasi model praktik keperawatan profesional sangat perlu dikembangkan untuk upaya peningkatan kualitas pelayanan keperawatan dan meningkatkan kepuasan pasien atau keluarga pasien (Sitorus, 2011)

Merubah metode asuhan keperawatan yang digunakan di suatu ruangan memang tidak mudah. Hal ini berkaitan dengan merubah perilaku individu dalam suatu organisasi. Menurut teori perubahan perilaku Kurt Lewin (1970) bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restraining forces). Perilaku ini dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut didalam diri seseorang (Notoatmodjo, 2012). Kekuatan pendorong (driving forces) adalah faktor-faktor yang mendorong sistem ke arah perubahan, hal ini dapat diartikan sebagai faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan penerapan metode asuhan keperawatan profesional di suatu ruangan, diantaranya : 1) Pengetahuan yang dimiliki sumber daya manusia. 2) Kepuasan kerja. 3) Motivasi kerja. 4) Keputusan dan kebijakan menejemen. Sedangkan kekuatan penahan (restraining forces) adalah faktorfaktor yang menarik sistem menjauhi perubahan, misalnya : 1) Kesulitan dalam merubah perilaku sebagai akibat dari kurangnya dukungan sumber daya serta kurangnya pengendalian. 2) Tidak adanya jaminan, kepastian dan kerugian secara sosial. 3) Kehawatiran akan ancaman terhadap posisi dan jabatan scbagai akibat dari lemahnya dalam proses perubahan. 4) Kurangnya informasi. 5) Merasa dirugikan secara ekonomis. Faktor pendorong harus dikedepankan atau faktor penghambat harus ditekan, agar perubahan metode asuhan keperawatan bisa berubah menjadi metode asuhan keperawatan profesional (Marquis & Huston, 2010).

Pengetahuan dan motivasi kerja perawat merupakan faktor yang mendorong keberhasilan penerapan metode asuhan keperawatan profesional. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Keberhasilan penerapan MAKP harus didasarkan pada persamaan persepsi dari seluruh tim keperawatan. Seorang perawat yang memiliki pengetahuan dan didukung dengan motivasi kerja yang tinggi senantiasa menunjukkan kinerja dalam sikap positif dan termotivasi untuk menjadi unggul dan kreatif (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan laporan dari Nindawi (2011) bahwa salah satu alasan MAKP di Ruang Bedah G RSUD Dr. Sutomo Surabaya belum terlaksana dengan baik diakibatkan adanya perbedaan persepsi tiap tenaga perawat. Hampir setengah perawat (42,3%) di RSUD Dr. Sutomo memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang MAKP. Selain itu, berdasarkan penelitian Susilyaningsih (2010) bahwa tingkat pengetahuan perawat tentang MPKP dan motivasi kerja perawat dalam pelaksanaan MPKP di RSUD Bangli Bali didapatkan bahwa sebagian besar perawat (53,8%) di RSUD Bangli Bali memiliki tingkat pengetahuan kurang tentang MPKP dan hampir setengah perawat (42,3%) memiliki motivasi kerja kurang. Berdasarkan hal tersebut diatas menunjukkan bahwa faktor pengetahuan dan motivasi kerja berhubungan dengan keberhasilan penerapan MAKP di suatu rumah sakit. Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) merupakan salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan

keperawatan secara profesional, sehingga mampu menjadi wahana peningkatan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan. Apabila penerapan metode asuhan keperawatan profesional tidak berhasil, upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan dan profesionalitas rumah sakit tidak bisa terwujud, karena pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak diberikan secara komprehensif sehingga tidak mampu memberikan kepuasan pada pasien (Nursalam, 2012). Upaya terwujudnya keberhasilan penerapan metode asuhan keperawatan profesional di suatu rumah sakit yaitu dengan membuat suatu kebijakan yang tegas tentang penerapan MAKP di masing-masing ruang rawat rumah sakit, meningkatkan pengetahuan perawat tentang metode asuhan keperawatan profesional dengan mengikuti kegiatan seminar dan pelatihan tentang MAKP, selain itu perlu diadakan kegiatan supervisi untuk menilai keberhasilan penerapan MAKP yang telah ditetapkan di masing-masing ruangan. B. Pembatasan Masalah Faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di ruang rawat rumah sakit telah dijelaskan di latar belakang yaitu, pengetahuan yang dimiliki perawat, kepuasan kerja, motivasi kerja, dan kebijakan manajemen. Maka peneliti hanya membatasi masalah pada faktor pengetahuan perawat dan motivasi kerja perawat terhadap keberhasilan penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya.

C.

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah : 1. Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan keberhasilan penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya? 2. Apakah ada hubungan motivasi kerja perawat dengan keberhasilan penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya?

D. 1.

Tujuan Penelitian Tujuan Umum Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan motivasi kerja perawat

dengan keberhasilan penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya. 2. a. Tujuan Khusus Mengidentifikasi pengetahuan perawat tentang Metode Asuhan

Keperawatan Profesional (MAKP) di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya. b. Mengidentifikasi motivasi kerja perawat dalam penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya. c. Mengidentifikasi keberhasilan penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya.

d.

Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dengan keberhasilan penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya.

e.

Menganalisis hubungan motivasi kerja perawat dengan keberhasilan penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya.

E.

Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis

sebagai berikut : 1. a. Manfaat Teoritis Memperkaya wawasan ilmu pengetahuan, khususnya manajemen

keperawatan yang berhubungan dengan pelaksanaan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP). b. Sebagai referensi atau tambahan informasi yang dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya yang mempunyai minat di bidang manajemen keperawatan yang berhubungan dengan pelaksanaan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP). 2. a. Manfaat Praktis Bagi Rumah Sakit Masukan bagi pimpinan rumah sakit tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan keberhasilan penerapan metode asuhan keperawatan profesional di Ruang Medikal Bedah RS Islam Surabaya.

b.

Bagi Keperawatan Masukan bagi manajer keperawatan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan penerapan metode asuhan keperawatan profesional sehingga dapat menentukan perencanaan manajer keperawatan selanjutnya.

c.

Bagi Pasien Mendapatkan asuhan keperawatan secara profesional dari perawat.

You might also like