You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia yang

memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi. Hingga saat ini, tercatat 7000 species tanaman telah diketahui khasiatnya namun kurang dari 300 tanaman yang digunakan sebagai bahan baku industri farmasi secara regular. WHO pada tahun 2008 mencatat bahwa 68% penduduk dunia masih menggantungkan system pengobatan tradisional yang mayoritas melibatkan tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit dan lebih dari 80% penduduk dunia menggunakan obat herbal untuk mendukung kesehatan mereka (Saifudin,dkk., 2011). Saat ini obat tradisional Indonesia menduduki posisi sangat penting dalam dunia kesehatan. Hal ini disebabkan di tengah kondisi dunia yang kurang menguntungkan, obat tradisional memberi solusi tepat menuju sehat secara alami, murah, mudah, dan aman. Semakin dipahami manfaatnya, masyarakat semakin terbiasa menggunakan obat tradisional dalam menghadapi berbagai keluhan dan gangguan kesehatan (Tresono, 2006). Meskipun obat tradisional cukup banyak digunakan oleh masyarakat dalam usaha pengobatan sendiri ( self medication ), profesi kesehatan/dokter umumnya masih enggan untuk meresepkan ataupun menggunakannya. Hal tersebut berbeda dengan negara tetangga seperti Cina, Korea dan India yang mengintegrasikan cara dan pengobatan tradisional di dalam sistem pelayanan kesehatan formal. Alasan utama keengganan profesi kesehatan untuk meresepkan dan menggunakan obat tradisional karena bukti ilmiah mengenai khasiat dan keamanan obat tradisional pada manusia masih kurang (Ardiyanto,2011).

Beberapa tahun terakhir ini semakin banyak orang yang dinyatakan oleh dokter menderita suatu penyakit yang diakibatkan oleh tingginya kadar asam urat di dalam darah. Penyakit ini ditandai dengan gangguan linu-linu terutama di daerah persendian tulang dan tidak jarang timbul rasa amat nyeri bagi penderitanya. Rasa sakit tersebut diakibatkan adanya radang pada persendian. Radang sendi tersebut ternyata disebabkan oleh penumpukan kristal di daerah persendian akibat tingginya kadar asam urat di dalam darah (Krisnatuti,2008). Seiring dengan berkembangnya pengetahuan tentang tanaman yang berkhasiat obat, diketahui banyak jenis tanaman yang bermanfaat sebagai obat. Salah satu jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai obat yang dapat menurunkan kadar asam urat adalah daun salam (Syzygium polyanthum(Wight.) Walp.), sedangkan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) digunakan untuk anti-inflamasi (Agoes,2010). Zuliani pada tahun 2009 telah meneliti efek penurunan kadar asam urat ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum(Wight.) Walp.) terhadap mencit jantan dan Rustam pada tahun 2007 telah meneliti efek antiinflamasi ekstrak etanol kunyit (Curcuma domestica Val.) pada tikus putih jantan galur wistar. Karena pada penderita hiperurisemia terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah dan terjadi juga peradangan (inflamasi), maka dibuat suatu kombinasi daun salam dan rimpang kunyit. Berdasarkan hal di atas, peneliti tertarik untuk mengobservasi secara klinis efek penurunan kadar asam urat dari kombinasi serbuk daun salam (Syzygium polyanthum(Wight.) Walp.) dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.). Pada penelitian ini dilakukan observasi klinis yang merupakan pengamatan yang terencana antara lain meliputi melihat dan mencatat jumlah penderita asam urat yang menggunakan serbuk daun salam dan kunyit serta mengamati perkembangan kondisi pasien berdasarkan gejala klinis

pasien yang ada hubungannya dengan penelitian. Penelitian dimulai dengan identifikasi sampel, pengumpulan dan pengolahan sampel, pembuatan simplisia, pemeriksaan karakterisasi simplisia, pembuatan sediaan dan observasi klinis.

1.2

Kerangka Pikir Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan kerangka pikir seperti yang ditunjukkan pada Gambar

1.1 yaitu:

Variabel Bebas Serbuk daun salam dan rimpang kunyit

Variabel Terikat Karakterisasi simplisia

Parameter Menurut MMI : 1. PK air 2. PK abu 3. PK abu tidak larut asam 4. PK sari larut dalam air 5. PK sari larut dalam etanol

Subjek pria/wanita yang memenuhi kriteria inklusi selama 14 hari

Kadar asam urat dalam darah

Kadar asam urat : Pria 3,4-7,0 mg/dl Wanita 2,4-6,0 mg/dl

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian

Gambar 1.2 Kerangka Konsep Penelitian Overproduksi Purin Hipoekskresi Purin

Kadar Asam Urat Meningkat

Penderita Asam Urat (+) Penderita berpotensi : - Umur - Jenis Kelamin - Makanan yang dikonsumsi

Kriteria Eksklusi Tidak Diteliti

Keterangan :

Kriteria Inklusi

Pengobatan asam urat dengan simplisia serbuk daun salam dan rimpang kunyit

Penurunan kadar asam urat dalam darah

1.3

Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil perumusan masalah yaitu:

a. Apakah karakteristik simplisia daun salam dan rimpang kunyit sesuai dengan monografi yang terdapat pada Materia Medika Indonesia. b. Apakah kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit dapat menurunkan kadar asam urat pada pasien hiperurisemia. c. Apakah kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit tidak memiliki efek samping jika diberikan pada pasien hiperurisemia.

1.4

Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah diatas maka dibuat hipotesis sebagai berikut:

a. Karakteristik simplisia daun salam dan rimpang kunyit yang diteliti sesuai dengan monografi yang terdapat pada Materia Medika Indonesia b. Kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit dapat menurunkan kadar asam urat pada pasien hiperurisemia c. Kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit tidak memiliki efek samping jika diberikan pada pasien hiperurisemia.

1.5

Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. b.

Untuk mengetahui karakteristik daun salam dan rimpang kunyit yang diteliti; Untuk mengetahui efektivitas kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit pada pasien hiperurisemia.

1.6

Manfaat Penelitian 1. Menunjang program pemerintah untuk melakukan penelitian dan pengembangan obat tradisional yang merupakan warisan budaya bangsa. 2. Mendapatkan suatu obat tradisional dari kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit pada pasien hiperurisemia.

BAB II METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode observasi klinis dengan tahapan penelitian yaitu identifikasi sampel, pengumpulan dan pengolahan sampel, pembuatan simplisia, pemeriksaan karakterisasi simplisia, pembuatan sediaan dan observasi klinis efek kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit.

2.1

Alat-alat yang Digunakan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas laboratorium, blender

(National), lemari pengering, oven listrik (Oven DEO-66F), neraca kasar (OHAUS), neraca listrik (VIBRA AJ), seperangkat alat destilasi penetapan kadar air (Boeco), desikator, mortir dan stamfer, mikroskop (OLYMPUS), alat pengukur kadar asam urat (Easy Touch), test strip, blood lancet, alat pengukur tekanan darah (OMRON), stetoskop, timbangan berat badan(GEA

Medical) dan termometer.

2.2

Bahan-bahan yang Digunakan

Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun salam (Syzigium polyanthum(Wight.) Walp.) dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.). Bahan kimia yang digunakan kecuali dinyatakan lain adalah berkualitas pro analisis yaitu et anol 70% (teknis), toluena, air suling, asam klorida, kloroform, kloral hidrat.

2.3 Penyiapan Sampel

Penyiapan sampel meliputi pengumpulan sampel, identifikasi tumbuhan dan pembuatan simplisia. 2.3.1 Pengumpulan sampel Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun salam (Syzygium polyanthum(Wight.) Walp.) dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) diperoleh dari Helvetia kecamatan Medan Helvetia kota Medan Provinsi Sumatera Utara. 2.3.2 Identifikasi tumbuhan Identifikasi tumbuhan dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Pusat Penelitian Biologi, Bogor. 2.3.3 Pengolahan sampel Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah daun salam dan rimpang kunyit yang masih segar. Daun salam dan rimpang kunyit dipisahkan dari pengotor lain lalu dicuci hingga bersih kemudian ditiriskan dan ditimbang. Diperoleh berat basah untuk daun salam dan rimpang kunyit. Selanjutnya daun salam dan rimpang kunyit tersebut dikeringkan dalam lemari pengering dengan temperatur 40C secara terpisah sampai daun salam dan rimpang kunyit kering. Simplisia yang telah kering, ditimbang dan diperoleh berat kering untuk daun salam dan rimpang kunyit. Lalu dimasukkan ke dalam wadah plastik bertutup dan disimpan pada suhu kamar.

2.4

Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut dalam air, penetapan kadar sari larut dalam etanol, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut dalam asam (Ditjen POM, 1989). 2.4.1 Pemeriksaan makroskopik Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan cara mengamati warna, bentuk, ukuran, rasa dan tekstur dari simplisia. 2.4.2 Pemeriksaan mikroskopik Pemeriksaan mikroskopik terhadap simplisia dilakukan dengan cara menaburkan serbuk simplisia di atas kaca objek yang telah diteteskan dengan larutan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup kemudian diamati di bawah mikroskop. 2.4.3 Penetapan kadar air Metode : Azeotropi (destilasi toluena). Cara Kerja: Toluena sebanyak 200 ml dan air suling sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam labu alas bulat, didestilasi selama 2 jam. Toluena didinginkan selama 30 menit dan volume air dalam tabung penerima dibaca (WHO, 1992). Kemudian ke dalam labu tersebut dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluena mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes tiap detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan sampai 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluena. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan dingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca

sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (Ditjen POM, 1995). 2.4.4 Penetapan kadar sari larut dalam air Sebanyak 5 g serbuk dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1000 ml) dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama kemudian dibiarkan selama 18 jam dan disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara. Sisa dipanaskan dalam oven pada suhu 105C sampai diperoleh bobot konstan. Kadar sari yang larut di dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Ditjen POM, 1995). 2.4.5 Penetapan kadar sari larut dalam etanol Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan di udara dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol 96% dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam dan disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara. Sisa dipanaskan dalam oven pada suhu 105C sampai diperoleh bobot konstan. Kadar sari yang larut dalam etanol dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Ditjen POM, 1995). 2.4.6 Penetapan kadar abu total Sebanyak lebih kurang 2 g sampai 3 g zat yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus porselen yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu total dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Ditjen POM, 1995). 2.4.7 Penetapan kadar abu tidak larut asam

Abu yang telah diperoleh dari penetapan kadar abu total dididihkan dalam 25 ml asam klorida 2 N selama 5 menit. Bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring, dipijarkan hingga bobot tetap kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Ditjen POM, 1995).

2.5 Pembuatan Sediaan Simplisia daun salam dan rimpang kunyit yang telah kering dan memenuhi persyaratan karakterisasi kemudian dihaluskan dengan cara diblender, kemudian diayak dengan ayakan mesh 60. Setelah diayak, masing-masing serbuk daun salam dan rimpang kunyit ditimbang sebanyak 1 gram, dibungkus dengan kertas perkamen lalu dimasukkan di dalam plastik kecil bertutup.

2.6

Uji Observasi Klinis

2.6.1 Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita asam urat di Kotamadya Medan. 2.6.2 Teknik Pengambilan Sampel dan Jumlah Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Consecutive Sampling yaitu mengambil responden sebagai sampel berdasarkan katagori klien yang memenuhi kriteria

penelitian (sesuai inklusi dan eksklusi sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang diperlukan sebanyak 40 orang terpenuhi. Jumlah sempel yang akan diteliti dalam penelitian ini sebanyak 40 responden. Dimana dari 20 responden sebelum minum kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit dan 20 responden sebelum minum serbuk daun salam diberi penjelasan singkat dan menandatangani surat persetujuan mengikuti penelitian ini.

2.6.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi a. Kriteria Inklusi 1. Berusia >35 tahun, dimana untuk laki-laki yang kadar asam uratnya >7 mg/dl dan perempuan yang kadar asam uratnya >6 mg/dl 2. Tidak mengkonsumsi obat-obat asam urat dalam 2 minggu terakhir 3. Bersedia ikut dalam penelitian dan bersedia mengikuti prosedur penelitian b. Kriteria Eksklusi 1. Pasien hiperurisemia dengan komplikasi 2. Wanita hamil / menyusui 3. Adanya penyakit lain yang nyata secara klinis seperti gangguan fungsi hati, fungsi ginjal atau gangguan jantung 4. Tidak teratur makan sediaan kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit 5. Tidak mengikuti control selama penelitian(meninggal, pindah alamat, dan

mengundurkan diri dari penelitian atas permintaan sendiri 2.6.4 Jumlah Pasien Subjek Penelitian Jumlah pasien subjek penelitian : 30 orang ( laki-laki/perempuan) 2.6.5 Tahapan dan Cara Kerja

Setiap pasien yang datang atau ditemukan dengan gejala klinis asam urat dilakukan penimbangan berat badan, pemeriksaan suhu tubuh dengan thermometer digital, pemeriksaan tekanan darah, pengukuran kadar asam urat darah dengan menggunakan alat pengukur kadar asam urat ( Easy Touch ) . Pada semua penderita yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian (subjek penelitian), akan diberi informasi menyangkut waktu penggunaan obat tradisional sebelumnya, dan pemberian informasi untuk mendapat persetujuan (information for concent) tentang kegiatan penelitian, manfaat maupun resiko penelitian sebelum mereka mengisi lembar persetujuan (informed consent). Subjek penelitian selanjutnya dilakukan pemeriksaan klinis sesuai cara pengumpulan data. Pemberian serbuk daun salam dan kunyit kepada subjek penelitian sesuai kebiasaan pemberiannya. Observasi dan takaran bahan obat disarankan untuk dilakukan penimbangan yaitu 1 gram serbuk daun salam dan 1 gram kunyit untuk sekali minum, pemakaian 3x sehari selama 14 hari. Melakukan pengukuran asam urat setelah pemberian sediaan kombinasi serbuk daun salam dan rimpang kunyit. Semua kegiatan terdokumentasi. 2.6.6 Tindakan medis Tindakan medis yang dilakukan bagi setiap pasien adalah sebagai berikut : 1. Melihat keluhan utama dan riwayat penyakit misalnya,nyeri bagian sendi, jari kaki, jari tangan, dengkul tumit, pergelangan tangan serta siku terutama saat pagi hari, baru bangun tidur atau malam hari. 2. Pemeriksaan fisik, meliputi: berat badan dan tinggi badan (hanya pada H0) tekanan darah, suhu tubuh (pada H0 kemudian H7, dan H14) 3. Pemeriksaan kadar asam urat dalam darah pada stik asam urat dengan alat easy touch digital serta dilihat nilai kadar asam urat (pada H0, H1, H2, H3 kemudian H7, dan H14) 2.6.7 Tindakan keamanan

Selama pengobatan penderita di follow up terhadap kepatuhan, efek samping, komplikasi asam urat ataupun keadaan klinis lain yang dianggap penting. Apabila dalam follow up penderita terjadi komplikasi asam urat atau menunjukkan keadaan asam urat berlebih yang berat dikeluarkan dari penelitian. 2.6.8 Informed Consent

Sebelum melaksanakan penelitian terlebih dahulu lakukan persiapan subjek peneliti, menandatangani persetujuan kesediaan sebagai subjek penelitian (informed consent). Dimana sebelumnya harus diberikan penjelasan dan pengertian agar subjek bersedia ikut dalam penelitian. Subjek harus menandatangani lembar persetujuan, seperti yang tertera pada Lampiran 1.

2.6.9 Ethical Clearance Ethical clearance diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan di Fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara

You might also like