You are on page 1of 25

REFERAT STASE ANAK PENDEKATAN KLINIS LIMFADENOPATI

Oleh: Alifia Faraghta 108103000040

Pembimbing: dr. Sri Enggar, SpA

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim. Assalamu`alaikum Wr. Wb. Segala puji dan ungkapan rasa syukur yang tulus kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Dia-lah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta nikmat umur kepada kita, sehingga kami dapat menyelesaikan Referat Pendekatan klinis limfadenopati, pada Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak ini. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dalam menjalani kepanitraan ini pada RSUP Fatmawati. Dalam makalah ini penyususn mencoba menyampaikan mengenai kasus gizi buruk pada anak. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dr. Sri Enggar, Sp.A selaku pembimbing dalam penyususunan makalah ini dan teman-teman yang telah memberikan bantuan sehingga makalah ini dapat selesai. Penyusun mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan pada makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat membantu dan berguna bagi kita semua.

Wassalamu`alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 3 maret 2013

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN

Limfadenopati adalah gejala penyakit yang ditandai dengan pembengkakan limfonodus (kelenjar getah bening). Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) yang abnormal terjadi bila besar KGB diameternya lebih dari 10 mm.1 Secara klinis limfadenopati dapat dibedakan menjadi limfadenopati lokalisata dan limfadenopati generalisata. Limfadenopati lokalisata didefinisikan sebagai pembesaran KGB hanya pada satu region saja, sedangkan limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB terjadi pada dua atau lebih region yang berjauhan dan simtetris.12 Kejadian limfadenopati pada anak paling sering disebabkan oleh penyakit self limiting disease karena infeksi virus (sebagaian besar virus tetapi sering pula bakteri) bukan oleh penyakit serius seperti lymphoma, acquired immunodeficiency syndrome atau metastase kanker, oleh karena itu, penting bagi kami untuk dapat menyingkirkan diagnosis penyakit-penyakit berbahaya tersebut dengan banyaknya limfadenopati karena self-limiting disease. 12 Pada Negara berkembang penyebab tersering dari limfadenopati adalah infeksi tuberculosis , demam typhoid, trypanosomiasis, leishmaniasis, schistosomiasis, filariasis dan infeksi jamur. 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan fisiologi Sistem limfatik mempunyai peranan penting dalam sistem kekebalan tubuh. Limfonodus/Kelenjar Getah Bening (KGB) menyaring cairan limfe yang beredar di sistem limfe dalam seluruh tubuh. Limfonodus berkerja sama dengan limpa, timus, tonsil, adenoid, agregat jaringan limfoid di lapisan dalam saluran pencernaan yang disebut bercak peyer atau gut associated lymphoid tissue (GALT) terorganisir sebagai pusat sel sel imun untuk menyaring antigen dari cairan ekstraseluler.2

Gambar 1. Anatomi sistem limfatik Limfe adalah cairan yang dikembalikan dari cairan interstitium ke plasma melalui sistem limfe, tempat cairan tersebut disaring melalu kelenjar limfe untuk pertahanan imun. 2 sistem limfe ini terdiri dari jaringan pembuluh satu arah yang luas dan merupakan rute tambahan untuk mengembalikan cairan interstitium ke dalam darah.2 Pembuluh-pembuluh limfe yang kecil dan buntu (Kapiler limfe) berada hampir semua jaringan tubuh.Tekanan cairan dibagian luar dari pembuluh mendorong tepi-tepi tersebut masuk, membuka katup dan memungkinkan cairan interstitium tersebut masuk.2

Fungsi dari sistem limfe ini adalah 2 1. Pertahanan terhadap penyakit Limfe disaring oleh KGB yang terletak di sepanjang perjalanan sistem limfe. Sebagai contoh bakteri yang diserap dari cairan interstitium dihancurkan oleh sel-sel fagosit khusus yang terletak dalam kelenjar limfe. 2. Mengembalikan kelebihan cairan filtrasi 3. Transportasi lemak yang diserap Produk akhir pencernaan lemak terlalu besar untuk memperoleh akses ke kapiler darah tetapi mudah masuk ke pembuluh limfe terminal 4. Mengembalikan protein plasma yang difitrasi oleh kapiler Tubuh mempunyai sekitar 600 KGB, tetapi hanya KGB yang terletak di region submandibula, aksila atau inguinal yang dapat normal dipalpasi pada orang sehat. 2 Fungsi dari KGB sebagai tempat pertukaran limfosit dengan limfe (menyingkiran, menyimpan, memproduksi dan menambahkan).2 Limfosit dalam KGB menghasilkan antibody dan mensensitisasi sel T yang kemudian dikeluarkan ke limfe.Makrofag dalam KGB membersihkan mikroba dan debris lain berupa partikel dari limfe.2

Gambar 2. Diagram Kelenjar getah bening Bagian-bagian KGB terdiri dari subkapsular, korteks (folikel primer, foliker sekunder dan zona interfolikuler) folikel di korteks ada tempat sel B proliferasi, interfolikuler adalah tempat diferensiasi dan prolferasi antigen-dependent T-cell . Bagian terdalam dari KGB adalah bagian medulla yang terdiri dari sel plasma dan small B lymphocytes yang memfasilitasi sekresi immunoglobulin keluar dari kelenjar limfe.2 Ukuran KGB tergantung dari umur seseorang, lokasi dari KGB dalam tubuh dan kejadian imunologis sebelumnya.2 Pada neonates KBG hampir tidak terlihat, sistem limfatik anak akan mencapai puncak pertumbuhannya pada saat anak berusia 12 tahun.2 Definisi limfadenopati Limdenopati menandakan adanya limfonodus yang abnormal dari segi ukuran, konsistensi atau jumlah. 12 Kelenjar getah bening yang memiliki garis tengah terpanjang > 10 mm dikategorikan sebagai suatu limfadenopati, dengan pengecualian untuk kelenjar getah bening epitroklear (bila garis tengah terpanjang > 5 mm) dan inguinal (bila garis tengah terpanjang > 15 mm). Apabila kelenjar getah bening supraklavikula, ilaka maupun poplitea dapat teraba juga sudah dikategorikan sebagai suatu yang abnormal.9 Namun demikian, perlu diingat bahwa pada anak sehat kelenjar getah bening aksila dan inguinal dapat teraba.12 Secara klinis limfadenopati dapat
6

dibedakan menjadi limfadenopati lokalisata dan limfadenopati generalisata. Limfadenopati lokalisata didefinisikan sebagai pembesaran KGB hanya pada satu region saja, sedangkan limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB terjadi pada dua atau lebih region yang berjauhan dan simtetris.12 Klasifikasi ini bertujuan untuk penentuan diferensial diagnosis. Sekitar 75% pasien didapatkan limpadenopati lokalisata, sedangkan limfadenopati generalisata 25%.

Gambar 3. Klasifikasi Kelenjar getah bening 2.2. Patofisiologi Limfadenopati Patofisiologi limfadenopati berdasarkan dari etologi yang mendasari. Beberapa plasma dan sel (misalnya sel kanker dan mikroorganisme) dalam ruang interstitial, bersama dengan bahan selular tertentu, antigen, dan partikel asing masuk ke pembuluh limfatik, menjadi cairan limfe. Kelenjar getah bening menyaring cairan limfe dalam perjalanan ke sirkulasi vena sentral, menghilangkan sel-sel dan bahan lainnya. Proses penyaringan juga menyajikan antigen kepada limfosit terkandung dalamKGB. Respon imun dari limfosit melibatkan proliferasi sel limfosit dan makrofag, yang dapat menyebabkan KGB untuk memperbesar (limfadenopati reaktif). Patogen mikroorganisme dibawa dalam cairan limfe dapat juga langsung menginfeksi KGB,
7

menyebabkan limfadenitis), dan apabila terdapat sel-sel kanker dapat menginfiltrasi langsung atau proliferasi sel di KGB.4 2.3 Epidemiologi 13 Studi yang dilakukan di US, infeksi virus dan bakteri adalah peyebab tersering dari limfadenopati. Limfadenitis lokalisata lebih banyak disebabkan strerptococcud B hemolitikus. Penyebab lain seperti HIV, keganasan penyakit autoimun lebih jarang menyebabkan limfadenopati. 13 Pada Negara berkembang seperti indonesia penyebab tersering dari limfadenopati adalah infeksi tuberculosis , demam typhoid, trypanosomiasis, leishmaniasis, schistosomiasis, filariasis dan infeksi jamur. Mortalitas Di United states Keganasan, seperti leukemia, lymphoma dan neuroblastoma adalah penyebab mortalitas utama.13 Ras dan jenis kelamin Ras dan jenis kelamin tidak berhubungan dengan kejadian limfadenopati.13 Usia Limfadenopati paling sering terjadi pada anak-anak, dan satu pert iga pada neonates dan infant.
13 13

2.4 Pendekatan Klinis Limfadenopati Diferensial diagnosis pada limfadenoapati itu sangat luas. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang seksama sangat penting untuk menyempitkan kemungkinan diagnosis. 2.4.1 Anamnesis Dari anamnesis dapat diperoleh keterangan lokasi, gejala gejala penyerta, riwayat penyakit, riwayat pemakaian obat dan riwayat pekerjaan.

Lokasi dan durasi Lokasi pembesaran KGB pada dua sisi leher secara mendadak biasanya disebabkan oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi oleh penyakit kawasaki umumnya pembesaran KGB hanya satu sisi saja.6 Apabila berlangsung lama (kronik) dapat disebabkan infeksi oleh Mikobakterium, Toksoplasma, Ebstein Barr Virus atau Citomegalovirus. Durasi dari limfadenopati ketika sudah persistem (lebih dari 4 minggu) indikasi adanya infeksi kronik , collagen vascular disease atau keganasan , sedangkan linfadenopati lokalisata yang akut, sering menyertai dari infeksi mononukleus dan faringitis bakterialis.6

Gejala penyerta Gejala infeksi selain demam, dicari kemungkinan adanya faringitis (nyeri menelan batuk), konjungtivitis (keluar secret, mata merah), ulserasi kulit, tinea (gatal pada daerah lipatan), nyeri lokal, luka genital, keluar cairan dari genital, dan berkeringat di malam hari menandakan kemungkinan tuberculosis. 6,12,13

Gejala keganasan metastasis: gejala konstitusional keganasan seperti penurunan berat badan dan keringat malam. Gejala konstitusional : demam keringat malam, dan / atau penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan lebih besar dari 10% dari berat badan selama 6 bulan mengenai untuk limfoma, arthralgias, ruam, dan mialgia menunjukkan adanya penyakit vaskular kolagen.8,13

Riwayat penyakit Riwayat penyakit sekarang dan dahulu seperti adanya peradangan tonsil sebelumnya, mengarahkan kepada infeksi oleh Streptococcus; luka lecet pada wajah atau leher atau tanda tanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi Staphilococcus; dan adanya infeksi gigi dan gusi juga dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri anaerob. Transfusi darah sebelumnya dapat mengarahkan kepadaCitomegalovirus, Epstein Barr Virus atau HIV. 5,13

Riwayat pemakaian obat Penggunaan obat-obatan Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril,
9

carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac. Pembesaran karena obat umumnya seluruh tubuh (limfadenopati generalisata). Pemakaian obat-obatan secara intravena merupakan resiko dari HIV , endokarditis, infeksi hepatitis B.12 Riwayat pekerjaan Paparan terhadap infeksi paparan/kontak sebelumnya kepada orang dengan infeksi saluran napas atas, faringitis oleh Streptococcus, atau tuberculosis turut membantu mengarahkan penyebab limfadenopati. Riwayat perjalanan atau pekerjaan, misalnya perjalanan ke daerah-daerah di Afrika dapat mengakibatkan penyakit Tripanosomiasis, orang yang bekerja dalam hutan dapat terkena Tularemia.12 Berikut adalah kemungkinan penyakit penyebab limfadenopati berdasarkan epidemiologik:

10

Sumber: http://www.aafp.org/afp/1998/1015/p1313.html 2.4.2 Pemeriksaan Fisik Lokasi Ketika limfadenopati lokalisata , maka kita harus memeriksa infeksi, lesi kulit atau tumor di daerah yang dilewati aliran drainase kelenjar getah bening tersebut.12

Gambar 4. Diferensial diagnosis limfadenopati berdasarkan lokasi dan drainase aliran limfe

11

12

Sumber: http://www.aafp.org/afp/2002/1201/p2103.html Evaluasi Penyebab Limfadenopati dan Gejala Penyerta 12

13

Gambar 5. Evaluasi Penyebab Limfadenopati dan Gejala Penyerta Limfadenopati supraclavicular mempunyai resiko tingi terjadinya kegasan, diperkirakan 90% pada dewasa usia >40 tahun, 25% pada usia < 40 tahun . Supraklavikula menerima aliran limfatik dari torak dan abdomen, dan dapat juga adanya sinyal patologis pada testis, ovarium, ginjal, pankreas, prostat, GIT atau kandung empedu. Limfadenopati supraklavikula kanan berhubungan dengan lesi dalam mediastinum, paru-paru atau esophagus, contohnya pada tuberculosis. Supraklavikula kiri mendrainase regio intra abdominal dan behubungan keganasan ditemapt tersebut. 13 Pada pasien dengan limfadenopati generalisata, pemeriksaan fisik harus fokus dalam mencari tanda-tanda penyakit sistemik. Temuan yang paling membantu adalah ruam, lesi selaput lendir, hepatomegali, splenomegali atau arthritis. Splenomegali dan limfadenopati terjadi dalam berbagai kondisi, termasuk mononucleosis-type syndromes, leukemia limfositik, limfoma dan sarkoidosis. 12 Ukuran

14

Ukuran dari KGB bervariasi tergantung lokasinya. Kelenjar getah bening yang memiliki garis tengah terpanjang > 10 mm dikategorikan sebagai suatu limfadenopati, dengan pengecualian untuk kelenjar getah bening epitroklear (bila garis tengah terpanjang > 5 mm) dan inguinal (bila garis tengah terpanjang > 15 mm). Apabila kelenjar getah bening supraklavikula, ilaka maupun poplitea dapat teraba juga sudah dikategorikan sebagai suatu yang abnormal. Pada anak-anak, limfadenopati yang diameternya > 2cm (disertai dengan foto toraks abnormal dan tidak ada kelainan pada teling, hidung tenggorok) dapat dicurigai penyakit granulamotosa ( Tuberkulosis) atau kanker . 9 Nyeri tekan Pembesaran KGB menyebabkan kapsul meregang dan mengakibatkan adanya nyeri. Nyeri biasanya disebabkan dari proses inflamasi atau supurasi, tetapi nyeri juga dapat disebabkan oleh perdarahan di jaringan nekrotik karena keganasan, sehingga ada atau tidaknya nyeri tidak dapat di jadikan indikasi adanya keganasan. 5,12 Konsistensi Secara umum konsistensi tidak dapat menentukan etiologi. keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat seperti karet mengarahkan kepada limfoma; lunak mengarahkan kepada proses infeksi; fluktuatif mengarahkan telah terjadinya abses/pernanahan. 12,13 Mobilitas KGB yang terfikasis menunjukkan karsinoma metastatik, sedangkan KGB yang mobile dapat terjadi pada infeksi, penyakit kolagen vaskular dan limfoma. Evaluasi mobilitas KGB supraklavikula dapat dibantu dengan pasien cara melakukan manuver Valsava. 12 2.5 Etiologi Etiologi Penyebab yang paling sering limfadenopati adalah: Infeksi - Infeksi virus Infeksi virus sistemik paling sering menyebabkan limfadenopati generalisata. 13 Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas seperti Rinovirus, Parainfluenza
15

Virus, influenza Virus, Respiratory Syncytial Virus (RSV), Coronavirus, Adenovirus ataupun Retrovirus. Virus lainnya Ebstein Barr Virus (EBV), Cytomegalo Virus (CMV), Rubela, Rubeola, Varicella-Zooster Virus, Herpes Simpleks Virus, Coxsackievirus, dan Human Immunodeficiency Virus (HIV).12

Limfadenopati generalisata yang persisten (persistent generalized lymphadenopathy/PGL) adalah limfadenopati pada lebih dari dua tempat KGB yang berjauhan, simetris dan bertahan lama 3 lebih dari 3 bulan hingga bertahun-tahun.17 PGL adalah gejala khusus infeksi HIV yang timbul pada lebih dari 50% Orang. Dengan HIV/AIDS (ODHA) dan PGL ini sering disebabkan oleh infeksi HIV-nya itu sendiri. PGL biasanya dialami waktu tahap infeksi HIV tanpa gejala, dengan jumlah CD4 di atas 500, dan sering hilang bila kadar CD4 menurun hingga kadar CD4 200. Kurang lebih 30% orang dengan PGL juga mengalami splenomegali. Batasan limfadenopati pada infeksi HIV adalah sebagai berikut: Melibatkan sedikitnya dua kelompok kelenjar getah bening Sedikitnya dua kelenjar yang simetris berdiameter lebih dari 1 cm dalam setiap kelompok Berlangsung lebih dari tiga bulan Tidak ada infeksi lain yang menyebabkannya Pembengkakan kelenjar getah bening bersifat tidak sakit, simetris dan kebanyakan terdapat di leher bagian belakang dan depan, di bawah rahang bawah, di ketiak serta di tempat lain, tidak termasuk di inguinal.17 - Infeksi bakteri Pada infeksi bakteri biasanya menyebabkan limfadenopati lokalisata, tetapi dapat juga terjadi limfadenopati generalisata pada penyakit demam tifoid, endokarditis, tuberculosis dan sifilis.13 Peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus beta hemolitikus Grup A atau stafilokokus aureus. Bakterianaerob bila berhubungan dengan caries dentis dan penyakit gusi,radang apendiks atau abses tubo-ovarian. Pada awal infeksi, aspirat mengandung campuran neutrofil dan limfosit. Kemudian mengandung bahan pirulen dari neutrofil dan massa debris. Limfadenitis bakterial akut biasanya menyebabkan KGB berwarna kemerah,teraba hangat dan nyeri tekan. Biasanya penderita demam dan terjadi
16

leukositosis neutrofil pada pemeriksaan darah tepi. Pada infeksi oleh Mikobakterium tuberkulosis, aspirat tampak karakteristik sel epiteloid dengan latar belakang limfosit dan sel plasma. 3 Sel epiteloid berupa sel bentuk poligonal yang lonjong dengan sitoplasma yang pucat, batas sel yang tidak jelas, kadang seperti koma atau inti yang berbentuk seperti bumerang yang pucat, berlekuk dengan kromatin halus.

Gambar 6 Limfadenitis granulomatosa. Tampak sel epiteloid pada aspirat penderita limfadenitis tuberkulosis. Keganasan seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma dan limfoma juga dapat menyebabkan limfadenopati. Diagnosis defenitif suatu limfoma membutuhkan tindakan biopsi eksisi, oleh karena itu diagnosis subtipe limfoma dengan menggunakan biopsi aspirasi jar um halus masih merupakan kontroversi. Aspirat Limfoma non-Hodgkin berupa populasi sel yang monoton dengan ukuran sel yang hamper sama. Biasanya tersebar dan tidak berkelompok. Diagnostik sitologi Limfoma Hodgkin umumnya dibuat dengan ditemukannya tanda klasik yaitu sel Reed Sternberg dengan latar belakang limfosit, sel plasma, eosinofil dan histiosit. Sel Reed Sternberg adalah sel yang besar dengan dua inti atau multinucleated dengan sitoplasma yang banyak dan pucat. 17

17

Gambar 7. Limfoma Hodgkin. Tampak sel Reed Sternbergklasik dengan latar belakang limfosit dan eosinofil. Metastasis karsinoma merupakan penyebab yang lebih umum dari limfadenopati dibandingkan dengan limfoma. Dengan teknik biopsi aspirasi jarum halus lebih mudah mendiagnosis suatu metastasis karsinoma daripada limfoma.

Gambar 8. Metastasis keratinizing squomous cell carcinoma.Tampak sel-sel yang mengalami keratinisasi pada aspirat dari penderita karsinoma laring.

Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati adalah penyakit Kawasaki, penyakit Kimura, penyakit Kikuchi, penyakit Kolagen, penyakit Cat-scratch, penyakit Castleman, Sarcoidosis, Rhematoid arthritis dan Sisestemic lupus erithematosus (SLE). Obat-obatan dapat menyebabkan limfadenopati generalisata. Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac). 12,13,17
18

Imunisasi dilaporkan juga dapat menyebabkan limfadenopati di daerah leher, seperti setelah imunisasi DPT, polio atau tifoid. Meskipun demikian, masing-masing penyebab tidak dapat ditentukan hanya dari pembesaran KGB saja, melainkan dari gejala-gejala lainnya yang menyertai pembesaran KGB tersebut

Gambar 9. Penyebab Limfadenopati 2.6 Pemeriksaan penunjang 5,7 Laboratorium:

19

Darah Tepi Lengkap, Apusan Darah, LED (Laju Endap Darah) Darah lengkap dan apusan untuk melihat kemungkinan infeksi atau keganasanan darah. LED untuk melihat adanya tanda inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi.5,7

Fungsi Hati dan Analisis Urin

Untuk mencari penyebab penyakit sistemik penyebab limfadenopati. Sebagai tamabahan dapat diperiksa dari Lactat dehidrogenase (LDH), asam urat, kadar kalsium dan fosfat, untuk melihat adanya tanda keganasan.5,16 Biakan Darah Untuk melihat adanya penyebab infeksi dengan bakteri yang spesifik.5 Serologi (Toxoplasma, EBV, CMV, HIV dll) Biasanya untuk limfadenopati generalisata.12 Tes mantoux Jika pada anamnesis dan PF dicurigai adanya infeksi tuberculosis.3 Rongent toraks Rongent toraks diperlukan pada kecurigaan adanya kelainan dari paru seperti pada tuberculosis, lymphoma dan neuroblastoma, untuk melihat adanya limfadenopati mediastinal.3

20

Gambar 10. Limfadenopati mediastinum bilateral pada rongent toraks

Ultrasonografi (USG) USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis limfadenopati servikalis. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk, echogenicity, gambaran mikronodular, nekrosis intranodal dan ada tidaknya kalsifikasi. USG dapat dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk mendiagnosis limfadenopati dengan hasil yang lebih memuaskan, dengan nilai sensitivitas 98% dan spesivisitas 95%.13

21

Gambar 11.Contoh USG Kelenjar Getah Bening Gray-scale sonogram metastasis pada KGB. Tampak adanya hypoechoic, round, tanpa echogenic hilus (tanda panah). Adanya nekrosis koagulasi (tanda kepala panah).

CT Scan CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5 mm atau lebih. Satu studi yang dilakukan untuk mendeteksi limfadenopati supraklavikula pada penderita nonsmall cell lung cancer menunjukkan tidak ada perbedaan sensitivitas yang signifikan dengan pemeriksaan menggunakan USG atau CT scan.13,12

Biopsi Biopsi dapat dilakukan dengan mengambil sel keluar melalui jarum atau dengan operasi menghapus satu atau lebih kelenjar getah bening. Sel-sel atau kelenjar getah bening akan dibawa ke lab dan diuji. Biopsy KGB memiliki nilai sensitifitas 98 % dan spesifisitas 95 %. Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk dilaksanakan biopsy KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan kepada keganasan.16

22

BAB III KESIMPULAN Fungsi utama limfonodus adalah sebagai filtrasi dari berbagai mikroorganisme asing dan partikel-partikel akibat hasil dari degradasi sel-sel atau metabolism, mengembalikan cairan & protein dari jaringan ke sirkulasi darah, mengangkut limfosit, membawa lemak emulsi dari usus, menyaring & menghancurkan mikroorganisme untuk menghentikan penyebaran, menghasilkan zat antibody Secara klinis limfadenopati dapat dibedakan menjadi limfadenopati lokalisata dan limfadenopati generalisata. Limfadenopati lokalisata didefinisikan sebagai pembesaran KGB hanya pada satu region saja, sedangkan limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB terjadi pada dua atau lebih region yang berjauhan dan simtetris Penyebab Limfadenopari adalah infeksi virus, bakteri, parasit, keganasan, obat-obatan, storage disease dan imunisasi. Pada Negara berkembang seperti indonesia penyebab tersering dari limfadenopati adalah infeksi tuberculosis , demam typhoid, trypanosomiasis, leishmaniasis, schistosomiasis, filariasis dan infeksi jamur Diferensial diagnosis pada limfadenoapati itu sangat luas. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang seksama sangat penting untuk menyempitkan kemungkinan diagnosis Dari anamnesis dapat diperoleh keterangan lokasi, gejala gejala penyerta (gejala infeksi, konstitusional, kegansan) riwayat penyakit, riwayat pemakaian obat dan riwayat pekerjaan Dari Pemeriksaan Fisik dapat diperoleh Lokasi Limfadenopati, ukuran, nyeri tekan, konsistensi dan mobilitas. Ketika limfadenopati lokalisata , maka kita harus memeriksa infeksi, lesi kulit atau tumor di daerah yang dilewati aliran drainase kelenjar getah bening tersebut. Pada pasien dengan limfadenopati generalisata, pemeriksaan fisik harus fokus dalam mencari tanda-tanda penyakit sistemik. Temuan yang paling membantu adalah ruam, lesi selaput lendir, hepatomegali, splenomegali atau arthritis. Limdenopati menandakan adanya limfonodus yang abnormal dari segi ukuran, konsistensi atau jumlah. Kelenjar getah bening yang memiliki garis tengah terpanjang > 10 mm dikategorikan sebagai suatu limfadenopati, dengan pengecualian untuk kelenjar getah bening epitroklear (bila garis tengah terpanjang > 5 mm) dan inguinal (bila garis tengah terpanjang > 15 mm). Apabila kelenjar getah bening supraklavikula, ilaka maupun poplitea dapat teraba juga sudah dikategorikan sebagai suatu yang abnormal Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan jika tidak dapat disingkirakn dari anamnesis dan pemeriksaaan fisik. Dapat dilakukan Pemeriksaan Darah lengkap, LED, Biakan Darah, Serologi (Toxoplasma, EBV, CMV, HIV dll) , Rongent toraks ,Ultrasonografi (USG) ,CT Scan, Biopsi

23

DAFTAR PUSTAKA 1. Dorland W. A. N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Terjemahan Huriawati Hartanto. Edisi pertama. Jakarta : EGC. Hal : 181 2. Sherwood, L. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. EGC. Jakarta. 2001 3. Rahajoe et al. Tuberkulosis. Dalam Buku Ajar Respirologi Anak. IDAI. 2010. 4. Price, A. Sylvia. Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta:2007 5. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit IDAI. 2008 6. Roberts KB, Tunnessen WW. Lymphadenopathy. In: Signs and Symptoms in Pediatrics. 3rd ed. Lippincott, Williams, and Wilkins; 1999:63-72 7. Moore SW, Schneider JW, Schaaf HS. Diagnostic aspects of cervical lymphadenopathy in children in the developing world: a study of 1,877 surgical specimens. Pediatr Surg Int. Jun 2003;19(4):240-4. [Medline]. 8. Miller DR. Hematologic malignancies: leukemia and lymphoma (Differential diagnosis of lymphadenopathy). In: Miller DR, Baehner RL, eds. Blood Diseases of Infancy and Childhood. Mosby Inc; 1995:745-9 9. Gatot, Djajadiman Prof. Dr. Sp.A(K). Pendekatan Diagnostik Limfadenopati pada Anak.2010 diunduh dari. http://www.idai.or.id/buletinidai/view.asp?ID=799&IDEdisi=73 pada tanggal 20 februri 2013 10. http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/838/diagnosis.html 11. Abba, AA .Khalil, MZ . Clinical approach to lymphadenopathy. 2012 diunduh dari http://www.anmjournal.com/temp/AnnNigerianMed6111-1917974_051939.pdf pada tanggal 24 februari 2013 12. Ferrer, Robert. Lymphadenopathy: Differential diagnosis and evaluation. 1998. diunduh dari http://www.aafp.org/afp/1998/1015/p1313.html pada tangggal 20 februari 2013 13. Vikramjit SK, Richard HS, Gary JS. Lymphadenopathy. 2012 diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/956340-overview pada tanggal 20 februari 2013 14. Robertson TI.. Clinical diagnosis in patients with lymphadenopathy. 2007. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/492028
24

15. Bates, Barbara. 1998. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Edisi 2. Jakarta : EGC 16. Bazemore, Andrew Lymphadenopaty and malignancy. 2002. Diundur pada tanggal 2 februatri dari http://www.aafp.org/afp/2002/1201/p2103.html 17. Boswell SL. Approach to the Patient with HIV Infection. In: Goroll AH, Mulley AG, eds. Principles of Primary Care, 5th ed. Philadelphia: JB Lippincott, 2005;78-91.

25

You might also like