You are on page 1of 157

PIDANA MASALAH - BANTUAN UU NO.

. 1 TAHUN 2006 2006 UNDANG-UNDANG TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA ABSTRAK : Bahwa tindak pidana terutama yang bersifat transnasional atau lintas negara mengakibatkan timbulnya permasalahan hukum suatu negara dengan negara lain yang memerlukan penanganan melalui hubungan baik berdasarkan hukum di masing-masing negara; penanganan tindak pidana transnasional harus dilakukan dengan bekerja sama antarnegara dalam bentuk bantuan timbal balik dalam masalah pidana, yang sampai saat ini belum ada landasan hukumnya, untuk itu perlu membentuk Undang-Undang tentang Bantuan Timbal Balik dalam Masalah Pidana. Dasar hukum : Pasal 5 ayat (1), Pasal 11 dan Pasal 20 UUD Negara RI Tahun 1945. Undang-Undang ini mengatur tentang : 1. Ketentuan Umum; 2. Permintaan Dari Pemerintah Republik Indonesia; 3. Permintaan Kepada Pemerintah Republik Indonesia; 4. Ketentuan Lain; 5. Ketentuan Peralihan; 6. Ketentuan Penutup. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Ditetapkan pada tanggal 3 Maret 2006.

CATATAN

25

ANGGARAN NEGARA 2003 UU NO. 2 TAHUN 2006 2006 UNDANG-UNDANG TENTANG ANGGARAN 2003 ABSTRAK : PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN

Bahwa untuk Perhitungan Anggaran Negara sebagai tahap akhir dari rangkaian siklus anggaran negara merupakan pertanggungjawaban Pemerintah sesuai konstitusi atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, untuk itu perlu menetapkan Undang-Undang tentang Perhitungan Anggaran Negara Tahun Anggaran 2003. Dasar hukum : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), ayat (2) dan ayat (5), Pasal 23 ayat (1) dan Pasal 23E UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 5 Tahun 1973; UU No. 29 Tahun 2002 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 26 Tahun 2003; UU No. 17 Tahun 2003; UU No. 10 Tahun 2004; UU No. 15 Tahun 2004; UU No. 1 Tahun 2004. Undang-Undang ini mengatur tentang : 1. Realisasi Anggaran Pendapatan Negara Tahun Anggaran 2003 diperoleh dari sumber-sumber: Penerimaan Perpajakan; Penerimaan Negara Bukan Pajak; Penerimaan Hibah. 2. Realisasi Anggaran Belanja Negara Tahun Anggaran 2003 terdiri atas : Anggaran Belanja Pemerintah Pusat; Dana Perimbangan; Dana Otonomi Khusus dan Dana Penyeimbang. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Ditetapkan pada tanggal 20 Maret 2006.

CATATAN

26

PERADILAN AGAMA - PERUBAHAN UU NO. 3 TAHUN 2006 2006 UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA ABSTRAK : Bahwa Peradilan Agama sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum masyarakat dan kehidupan ketatanegaraan menurut UUD 1945, perlu membentuk Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989. Dasar hukum : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 24 dan Pasal 25 UUD 1945; UU No. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 5 Tahun 2004; UU No. 7 Tahun 1989; UU No. 4 Tahun 2004. Undang-Undang ini mengatur tentang : Mengubah beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, yaitu : 1. Ketentuan Pasal 2; 2. Menyisipkan 1 (satu) pasal baru diantara Pasal 3 dan Pasal 4 yaitu Pasal 3A; 3. Ketentuan Pasal 4; Pasal 5; Pasal 11; Pasal 12; Pasal 13; Pasal 14; Pasal 15; Pasal 16; Pasal 17; Pasal 18; Pasal 19; Pasal 20; Pasal 21; Pasal 25; Pasal 27; Pasal 28; Pasal 29; Pasal 30; Pasal 31; Pasal 32; Pasal 33; Pasal 34; Pasal 35; Pasal 36; Pasal 37; Pasal 39; Pasal 40; Pasal 33; Pasal 34; Pasal 35; Pasal 36; Pasal 37; Pasal 39; Pasal 40; Pasal 41; Pasal 42; Pasal 44; Pasal 45; Pasal 47; Pasal 48; Pasal 49; Pasal 50; Pasal 90; Pasal 105; 4. Menghapus ketentuan Pasal 46; 5. Menyisipkan 1 (satu) pasal baru diantara Pasal 52 dan Pasal 53 yaitu Pasal 52A; 6. Menyisipkan 1 (satu) pasal baru diantara Pasal 106 dan BAB VII yaitu Pasal 106A. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Ditetapkan di Jakarta pada 20 Maret 2006.

CATATAN

27

TANAMAN PANGAN - PERJANJIAN INTERNASIONAL PENGESAHAN UU NO. 4 TAHUN 2006 2006 UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL TREATY ON PLANT GENETIC RESOURCES FOR FOOD AND AGRICULTURE (PERJANJIAN MENGENAI SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN) ABSTRAK : Bahwa untuk penyediaan sumber daya genetik tanaman bagi ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan diperlukan upaya pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetik baik di tingkat nasional maupun secara global, sehingga perlu membentuk Undang-Undang tentang Pengesahan International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture (Perjanjian Mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman Untuk Pangan dan Pertanian). Dasar hukum : Pasal 5 ayat (1), Pasal 11 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 20, Pasal 33 ayat (3) dan ayat (4) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 24 Tahun 2000. Undang-Undang ini mengatur tentang : Pengesahan International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture (Perjanjian Mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman Untuk Pangan dan Pertanian). Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Diundangkan pada tanggal 20 Maret 2006.

CATATAN

28

TERORIS PEMBERANTASAN PENGEBOMAN PENGESAHAN UU NO. 5 TAHUN 2006 2006 UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS, 1997) ABSTRAK : Bahwa terorisme merupakan kejahatan kemanusiaan yang merusak persahabatan antar negara dan mengancam integritas teritorial, keamanan, ketertiban dan pertahanan negara-negara yang berdaulat sehingga diperlukan kerjasama antar negara yang dilakukan melalui perjanjian baik bilateral maupun multilateral untuk mencegahnya, dipandang perlu membentuk Undang-Undang tentang Pengesahan International Convention for the Suppression of Terrorist Bombings, 1997 (Konvensi Internasional Pemberantasan Pengeboman Oleh Teroris, 1997). Dasar hukum : Pasal 5 ayat (1), Pasal 11, dan Pasal 20 UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 37 Tahun 1999; UU No. 24 Tahun 2000; UU No. 15 Tahun 2003. Undang-Undang ini mengatur tentang : Pengesahan International Convention for the Suppression of Terrorist Bombings, 1997 (Konvensi Internasional Pemberantasan Pengeboman Oleh Teroris, 1997), yang salinan naskah aslinya dalam bahasa Inggris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia sebagaimana terlampir dalam UU ini. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Diundangkan pada tanggal 5 April 2006.

CATATAN

29

TERORISME PEMBERANTASAN PENDANAAN PENGESAHAN UU NO. 6 TAHUN 2006 2006 UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF THE TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME, 1999) ABSTRAK : Bahwa perkembangan tindak pidana terorisme dipengaruhi oleh pendanaan yang diperoleh teroris dan merupakan masalah yang sangat memprihatinkan bagi masyarakat internasional sehingga diperlukan pemberantasan pendanaan untuk kegiatan tersebut, dipandang perlu membentuk UndangUndang tentang Pengesahan International Convention for the Suppression of the Financing of the Terrorism, 1999 (Konvensi Internasional Pemberantasan Pendanaan Terorisme, 1999). Dasar hukum : Pasal 5 ayat (1), Pasal 11, dan Pasal 20 UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 37 Tahun 1999; UU No. 24 Tahun 2000; UU No. 15 Tahun 2003. Undang-Undang ini mengatur tentang : Pengesahan International Convention for the Suppression of the Financing of the Terrorism, 1999 (Konvensi Internasional Pemberantasan Pendanaan Terorisme, 1999), yang salinan naskah aslinya dalam bahasa Inggris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Diundangkan pada tanggal 5 April 2006.

CATATAN

30

KORUPSI PBB PENGESAHAN UU NO. 7 TAHUN 2006 2006 UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST CORRUPTION, 2003 (KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA ANTI KORUPSI, 2003) ABSTRAK : Bahwa tindak pidana korupsi tidak lagi merupakan masalah lokal, akan tetapi merupakan fenomena transnasional yang mempengaruhi seluruh masyarakat dan perekonomian sehingga penting adanya kerja sama internasional dalam pencegahan dan pemberantasannya yang didukung oleh integritas, akuntabilitas, dan manajemen pemerintahan yang baik, untuk itu dipandang perlu membentuk Undang-Undang tentang Pengesahan United Nations Convention Against Corruption, 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003). Dasar hukum : Pasal 5 ayat (1), Pasal 11, dan Pasal 20 UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 37 Tahun 1999; UU No. 24 Tahun 2000. Undang-Undang ini mengatur tentang : Pengesahan United Nations Convention Against Corruption, 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003) dengan Reservation (Pensyaratan) terhadap Pasal 66 ayat (2) tentang Penyelesaian Sengketa, yang salinan naskah aslinya dalam bahasa Inggris dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Diundangkan pada tanggal 18 April 2006.

CATATAN

31

BANTUAN HUKUM PENGESAHAN PERJANJIAN UU NO. 8 TAHUN 2006 2006 UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK RAKYAT CHINA MENGENAI BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA (TREATY BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE PEOPLES REPUBLIC OF CHINA ON MUTUAL LEGAL ASSISTANCE IN CRIMINAL MATTERS) ABSTRAK : Bahwa untuk memperkuat kerja sama dalam bidang hukum antara Republik Indonesia dan RRC dalam penanggulangan dan pemberantasan tindak pidana secara efektif, dipandang perlu membentuk Undang-Undang tentang Pengesahan Perjanjian antara Republik Indonesia dan Republik Rakyat China mengenai Bantuan Hukum Timbal Balik dalam Masalah Pidana (Treaty Between the Republic of Indonesia and the Peoples Republic of China on Mutual Legal Assistance in Criminal Matters). Dasar hukum : Pasal 5 ayat (1), Pasal 11, dan Pasal 20 UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 37 Tahun 1999; UU No. 24 Tahun 2000. Undang-Undang ini mengatur tentang : Pengesahan Perjanjian antara Republik Indonesia dan Republik Rakyat China mengenai Bantuan Hukum Timbal Balik dalam Masalah Pidana (Treaty Between the Republic of Indonesia and the Peoples Republic of China on Mutual Legal Assistance in Criminal Matters), yang salinan naskah aslinya dalam bahasa Indonesia, bahasa China, dan bahasa Inggris sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Diundangkan pada tanggal 18 April 2006.

CATATAN

32

DPR/DPD/DPRD PEMILU PERUBAHAN PERPU NO. 1 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH MENJADI UNDANG-UNDANG ABSTRAK : Bahwa Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil; Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia sedang menyiapkan Rancangan Undang-Undang tentang Penyelenggara Pemilihan Umum untuk menggantikan ketentuan yang saat ini berlaku, maka pengusulan keanggotaan Komisi Pemilihan Umum yang baru belum dapat dilakukan, dan untuk menghindari kekosongan keanggotaan Komisi Pemilihan Umum terdapat keadaan yang sangat mendesak untuk melakukan perubahan mengenai masa jabatan keanggotaan Komisi Pemilihan Umum. Dasar hukum : Pasal 22 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 12 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003. Undang-Undang ini mengatur tentang : Mengubah ketentuan Pasal 144 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Ditetapkan pada tanggal 7 Maret 2006.

CATATAN

33

BBM DAN GAS BUMI BESARAN DAN IURAN PP NO. 1 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BESARAN DAN PENGGUNAAAN IURAN BADAN USAHA DALAM KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK DAN PENGANGKUTAN GAS BUMI MELALUI PIPA ABSTRAK : Bahwa untuk menentukan peraturan mengenai besaran iuran Badan Usaha dan penggunaannya dalam kegiatan usaha penyediaan dan pendistribusian BBM dan pengangkutan gas bumi melalui pipa, perlu diatur dengan Peraturan Pemerintah. Dasar hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 20 Tahun 1997; UU No. 22 tahun 2001; PP No. 67 Tahun 2002; PP No. 36 tahun 2004. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : 1. Ketentuan Umum; 2. Pembayaran Iuran Oleh Badan Usaha; 3. Penetapan Besaran Iuran; 4. Penyetoran Iuran dan Penggunaannya; 5. Sanksi Administratif; 6. Ketentuan Lain-Lain; 7. Ketentuan Penutup. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Ditetapkan di Jakarta pada 30 Januari 2006.

CATATAN

34

PINJAMAN DAN PENERIMAAN HIBAH TATA CARA PENGADAAN PP NO. 2 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN DAN/ATAU PENERIMAAN HIBAH SERTA PENERUSAN PINJAMAN DAN/ATAU HIBAH LUAR NEGERI ABSTRAK : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 38 ayat (4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri. Dasar hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 17 Tahun 2003; UU No. 1 tahun 2004; UU No. 25 Tahun 2004; UU No. 33 tahun 2004. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : 1. Ketentuan Umum; 2. Kewenangan; 3. Sumber, Jenis dan Persyaratan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri; 4. Perencanaan dan Pengadaan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri; 5. Pelaksanaan dan Penatausahaan Pinjaman dan/atau Pinjaman Luar Negeri; 6. Tata Cara Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri; 7. Pelaporan, Monitoring, Evaluasi dan Pengawasan; 8. Pembayaran Pinjaman; 9. Transparansi dan Akuntabilitas; 10. Ketentuan Peralihan; 11. Ketentuan Penutup. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Ditetapkan di Jakarta pada 30 Januari 2006.

CATATAN

35

KABUPATEN KUPANG IBUKOTA - PEMINDAHAN PP NO. 3 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMINDAHAN IBUKOTA KABUPATEN KUPANG DARI WILAYAH KOTA KUPANG KE WILAYAH OELAMASI KABUPATEN KUPANG ABSTRAK : Bahwa dengan terbentuknya Kota Kupang sebagai daerah otonom berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1996 Tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Kupang, maka perlu dilakukan pemindahan Ibukota Kabupaten Kupang dari wilayah Kota Kupang dan menetapkannya dengan Peraturan Pemerintah. Dasar hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 69 Tahun 1958; UU No. 5 Tahun 1996; UU No. 32 Tahun 2004. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : 1. Pemindahan Ibukota Kabupaten Kupang dari wilayah Kota Kupang ke Wilayah Oelamasi Kabupaten Kupang; 2. Hal-hal yang timbul berhubungan dengan pelaksanaan pemindahan Ibukota Kabupaten yang dimaksud, sepanjang berkaitan dengan Instansi Vertikal diatur lebih lanjut oleh Menteri atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang membawahi Instansi yang bersangkutan dengan memperhatikan pertimbangan Menteri Keuangan; 3. Segala biaya yang diperlukan untuk pemindahan Ibukota Kabupaten Kupang tersebut, dibebankan kepada APBD Kabupaten Kupang dan sumber-sumber pendanaan lainnya yang sah, dan pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dengan kemampuan keuangan Daerah Kabupaten Kupang. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Ditetapkan di Jakarta pada 3 Pebruari 2006.

CATATAN

36

KDRT PEMULIHAN KORBAN - KERJASAMA PP NO. 4 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENYELENGGARAAN DAN KERJASAMA PEMULIHAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA ABSTRAK : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 43 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan dan Kerjasama Pemulihan Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga. Dasar hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 23 Tahun 2004. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : 1. Ketentuan Umum; 2. Penyelenggaraan Pemulihan; 3. Kerjasama Pemulihan; 4. Pembiayaan; 5. Ketentuan Penutup. Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan di Jakarta pada 13 Pebruari 2006.

CATATAN

37

KEPULAUAN RIAU PERUBAHAN NAMA PP NO. 5 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN NAMA KABUPATEN KEPULAUAN RIAU MENJADI KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU ABSTRAK : Bahwa untuk membedakan penyebutan nama Kabupaten Kepulauan Riau yang dibentuk dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 Tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Kepulauan Riau dalam lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah dengan nama Provinsi Kepulauan Riau yang dibentuk dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2002 Tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau, dipandang perlu mengubah nama Kepulauan Riau menjadi Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau, dan menetapkannya dengan Peraturan Pemerintah. Dasar hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 12 Tahun 1956; UU No. 25 Tahun 2002; UU No. 32 Tahun 2004; PP No. 38 Tahun 2004. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : Perubahan nama Kabupaten Kepulauan Riau sebagai daerah otonom menjadi Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau tanpa perubahan batas wilayah. Pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini penyesuaian penggunaan nama Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau dalam administrasi penyelenggaraan pemerintahan dilakukan dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini; Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 23 Pebruari 2006.

CATATAN

38

NEGARA/DAERAH BARANG - PENGELOLAAN PP NO. 6 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH NEGARA/DAERAH ABSTRAK : TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK

Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 48 ayat (2) dan Pasal 49 ayat (6) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Dasar hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 1 Tahun 2004. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : 1. Ketentuan Umum; 2. Pejabat Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah; 3. Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran; 4. Pengadaan; 5. Penggunaan; 6. Pemanfaatan; 7. Pengamanan dan Pemeliharaan; 8. Penilaian; 9. Penghapusan; 10. Pemindahtanganan; 11. Penatausahaan; 12. Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian; 13. Ketentuan Lain-lain; 14. Ganti Rugi dan Sanksi; 15. Ketentuan Peralihan; 16. Ketentuan Penutup. Pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini, semua peraturan yang mengatur mengenai pengelolaan barang milik negara/daerah yang bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini dinyatakan tidak berlaku; Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Ditetapkan di Jakarta pada 14 Maret 2006.

CATATAN

39

PNBP DEPKES - TARIF PP NO. 7 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KESEHATAN ABSTRAK : Bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2001 tentang Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial tidak sesuai lagi dengan nomenklatur kelembagaan Departemen Kesehatan dan besarnya tarif perlu disesuaikan dengan kondisi saat ini, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Peneriman Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Kesehatan. Dasar hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD Tahun 1945; UU No. 20 Tahun 1997; PP No. 22 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 52 Tahun 1998. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Kesehatan yang berasal dari penerimaan pelayanan pada unit-unit di lingkungan Departemen Kesehatan dan Tarif Atas jenis PNBP pada Departemen Kesehatan yang ditetapkan dalam lampiran Peraturan Pemerintah ini. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Ditetapkan di Jakarta pada 3 April 2006.

CATATAN

40

INSTANSI PEMERINTAH PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA PP NO. 8 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ABSTRAK : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 55 ayat (5) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Dasar hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 1 Tahun 2004; UU No. 32 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Perpu No. 3 Tahun 2005; UU No. 33 Tahun 2004. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : 1. Ketentuan Umum; 2. Pelaporan Keuangan dan Kinerja; 3. Komponen Laporan Keuangan; 4. Penyusunan Laporan Keuangan; 5. Laporan Kinerja; 6. Suplemen Laporan Keuangan; 7. Pernyataan Tanggung Jawab; 8. Laporan Keuangan dan Kinerja Interim; 9. Laporan Keuangan Atas Pelaksanaan Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan; 10. Laporan Pertanggungjawaban Bendahara; 11. Laporan Manajerial di Bidang Keuangan; 12. Pengendalian Intern; 13. Sanksi Administratif; 14. Ketentuan Peralihan; 15. Ketentuan Penutup. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Ditetapkan di Jakarta pada 3 April 2006.

Kegiatan

Dana

CATATAN

41

SIRKUIT TERPADU PENDAFTARAN TATA CARA PP NO. 9 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PERMOHONAN PENDAFTARAN DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU ABSTRAK : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10 ayat (7) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara Permohonan Pendaftaran Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu. Dasar hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD Negara RI Tahun 1945. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : 1. Ketentuan Umum; 2. Permohonan Pendaftaran; 3. Ketentuan Peralihan; 4. Ketentuan Penutup. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Ditetapkan di Jakarta pada 3 April 2006.

CATATAN

42

BANK LIPPO/BANK PERMATA PENJUALAN SAHAM PP NO. 10 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENJUALAN SAHAM MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA PT BANK PERMATA TBK DAN PT BANK LIPPO TBK ABSTRAK : Bahwa dalam rangka mengoptimalkan penerimaan negara, dipandang perlu melakukan penjualan saham milik Negara Republik Indonesia pada PT Bank Permata Tbk dan PT Bank Lippo Tbk; penjualan saham milik negara dimaksud telah mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia sebagaimana dituangkan dalam surat Nomor PW.001/6934/DPR RI/2005 tanggal 11 Oktober 2005, sehingga penjualan saham milik negara tersebut perlu diatur dengan Peraturan Pemerintah. Dasar hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 1 Tahun 2005; UU No. 17 Tahun 2003; UU No. 1 Tahun 2004; UU No. 10 Tahun 2004. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : 1. Negara RI melakukan penjualan seluruh saham yang dimiliki pada PT Bank Permata Tbk dan PT Bank Lippo Tbk melalui pasar modal dan/atau langsung kepada investor secara sekaligus atau bertahap; 2. Saham yang dijual adalah sebagai berikut : a. Keseluruhan jumlah sisa saham pada PT Bank Permata Tbk sebanyak 2.025.766.520 saham atau setinggi-tingginya sebesar 26,16% saham; dan b. Keseluruhan jumlah sisa saham pada PT Bank Lippo Tbk, sebanyak 97.214.230 saham atau setinggi-tingginya sebesar 2,48% saham. Hasil Penjualan Saham disetor ke kas negara.

3. CATATAN : -

Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Ditetapkan di Jakarta pada 3 April 2006.

43

PPH - SURAT PERBENDAHARAAN DISKONTO PP NO. 11 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA ABSTRAK : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pajak Penghasilan Atas Diskonto Surat Perbendaharaan Negara. Dasar hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2000; UU No. 7 Tahun 1983; UU No. 24 Tahun 2002. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : 1. Atas penghasilan tertentu dari Wajib Pajak berupa Diskonto SPN dikenakan pemungutan Pajak Penghasilan yang bersifat final; 2. besarnya Pajak Penghasilan adalah 20% (dua puluh persen) dari Diskonto SPN. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Ditetapkan di Jakarta pada 15 April 2006.

CATATAN

44

PAJAK PENJUALAN KELOMPOK BARANG MEWAH - PERUBAHAN PP NO. 12 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN KETUJUH ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 145 TAHUN 2000 TENTANG KELOMPOK BARANG KENA PAJAK YANG TERGOLONG MEWAH YANG DIKENAKAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH ABSTRAK : Bahwa dalam rangka menjaga iklim investasi di bidang industri otomotif agar tetap kondusif, dipandang perlu meninjau kembali pengenaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2005 tentang Perubahan Keenam atas Peraturan Pemerintah Nomor 145 Tahun 2000 tentang Kelompok Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah Yang Dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, sehingga dipandang perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan Ketujuh Atas Peraturan Pemerintah Nomor 145 Tahun 2000 tentang Kelompok Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah Yang Dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Dasar hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU No. 18 Tahun 2000; PP No. 145 Tahun 2000 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan PP No. 41 Tahun 2005. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : Perubahan Ketujuh atas Peraturan Pemerintah Nomor 145 Tahun 2000 tentang Kelompok Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah Yang Dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, yakni Ketentuan Pasal 2 ayat (2) dan ayat (5) diubah serta ditambah ayat (4) baru. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Ditetapkan di Jakarta pada 15 April 2006.

CATATAN

45

ANGGOTA KEPOLISIAN PENSIUN POKOK PP NO. 13 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENETAPAN PENSIUN POKOK PURNAWIRAWAN/WARAKAWURI ATAU DUDA, TUNJANGAN ANAK YATIM/PIATU, ANAK YATIM PIATU DAN PEMBERIAN TUNJANGAN ORANG TUA ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ABSTRAK : Bahwa dengan adanya perbaikan gaji pokok Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berlaku terhitung mulai tanggal 1 Januari 2006 sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2005 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2001 tentang Peraturan Gaji Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, perlu menetapkan kembali besaran pensiun pokok purnawirawan/warakawuri atau duda, tunjangan anak yatim/piatu, anak yatim piatu dan pemberian tunjangan orang tua Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dasar hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 2 Tahun 1959; UU No. 2 Tahun 1966; UU No. 2 Tahun 2002; PP No. 2 Tahun 1951; UU No. 36 Tahun 1968 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 51 Tahun 1970; PP No. 6 Tahun 1990; PP No. 29 Tahun 2001 sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan PP No. 68 Tahun 2005. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : 1. Penetapan besaran jumlah pensiun pokok purnawirawan/warakawuri atau duda, tunjangan anak yatim/piatu, anak yatim piatu dan pemberian tunjangan orang tua Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam Lampiran I, II, III dan IV Peraturan Pemerintah ini; 2. Penyesuaian pensiun pokok dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah ini ditetapkan lebih lanjut oleh Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai dasar pembayaran pensiun. Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2003 tentang Penetapan Pensiun Pokok Purnawirawan/Warakawuri Atau Duda, Tunjangan Anak Yatim/Piatu, Anak Yatim Piatu dan Pemberian Tunjangan Orang Tua Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Ditetapkan pada tanggal 20 April 2006.

CATATAN

46

PRAJURIT TNI PENSIUN POKOK DAN TUNJANGAN PP NO. 14 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENETAPAN PENSIUN POKOK PURNAWIRAWAN/WARAKAWURI ATAU DUDA, TUNJANGAN ANAK YATIM/PIATU, ANAK YATIM PIATU DAN PEMBERIAN TUNJANGAN ORANG TUA PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA ABSTRAK : Bahwa dengan adanya perbaikan gaji pokok Prajurit Tentara Nasional Indonesia yang berlaku terhitung mulai tanggal 1 Januari 2006 sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2005 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2001 tentang Peraturan Gaji Prajurit Tentara Nasional Indonesia, perlu menetapkan kembali besaran pensiun pokok purnawirawan/warakawuri atau duda, tunjangan anak yatim/piatu, anak yatim piatu dan pemberian tunjangan orang tua Prajurit Tentara Nasional Indonesia. Dasar hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 2 Tahun 1959; UU No. 6 Tahun 1966; UU No. 34 Tahun 2004; PP No. 2 tahun 1951; UU No. 36 Tahun 1968 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 51 Tahun 1970; PP No. 6 Tahun 1990; PP No. 28 Tahun 2001 sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan PP No. 67 Tahun 2005. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : 1. Penetapan besaran jumlah pensiun pokok purnawirawan/warakawuri atau duda, tunjangan anak yatim/piatu, anak yatim piatu dan pemberian tunjangan orang tua Prajurit Tentara Nasional Indonesia sebagaimana tercantum dalam Lampiran I, II, III dan IV Peraturan Pemerintah ini; 2. Selain pensiun pokok, kepada penerima pensiun sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah ini, diberikan tunjangan keluarga dan tunjangan pangan yang berlaku bagi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 3. Penyesuaian pensiun pokok dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah ini ditetapkan lebih lanjut oleh Keputusan Kepala Menteri Pertahanan Republik Indonesia sebagai dasar pembayaran pensiun; 4. Ketentuan teknis pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri Pertahanan Republik Indonesia dan/atau Menteri Keuangan baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri menurut bidang tugasnya masing-masing.

47

CATATAN

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2003 tentang Penetapan Pensiun Pokok Purnawirawan/Warakawuri Atau Duda, Tunjangan Anak Yatim/Piatu dan Anak Yatim Piatu Prajurit Tentara Nasional Indonesia dinyatakan tidak berlaku; Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Ditetapkan pada tanggal 20 April 2006.

48

KNI TUNJANGAN - PERUBAHAN KELIMA PP NO. 15 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1980 TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN KEHORMATAN KEPADA BEKAS ANGGOTA KOMITE NASIONAL INDONESIA PUSAT DAN JANDA/DUDANYA. ABSTRAK : Bahwa besaran tunjangan kehormatan yang diberikan kepada Bekas Anggota Komite Nasional Indonesia Pusat dan Janda/Dudanya sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1980 tentang Pemberian Tunjangan Kehormatan kepada Bekas Anggota Komite Nasional Indonesia Pusat dan Janda/Dudanya sebagaimana telah empat kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2001, tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, sehingga perlu diubah besaran tunjangannya dengan Peraturan Pemerintah. Dasar Hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD 1945; PP No. 10 Tahun 1980 sebagaimana telah empat kali diubah terakhir dengan PP No. 35 Tahun 2001. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : Perubahan beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1980 sebagaimana telah empat kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2001, yakni Ketentuan Pasal 1 dan Pasal 3. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 April 2006.

CATATAN

49

VETERAN - TUNJANGAN - PERUBAHAN KEDUA PP NO. 16 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 34 TAHUN 1985 TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN VETERAN KEPADA VETERAN REPUBLIK INDONESIA ABSTRAK : Bahwa besaran tunjangan veteran dalam Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2001, tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, sehingga perlu diubah besaran tunjangannya dengan Peraturan Pemerintah. Dasar Hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD 1945; UU No. 7 Tahun 1967; PP No. 38 Tahun 1958, PP No. 34 Tahun 1985. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : Perubahan beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2001, yakni Ketentuan Pasal 4 dan Pasal 5. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 April 2006.

CATATAN

50

PERINTIS PERGERAKAN - TUNJANGAN - PERUBAHAN KELIMA PP NO. 17 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN PERINTIS PERGERAKAN KEBANGSAAN/KEMERDEKAAN ABSTRAK : Bahwa besaran tunjangan perintis pergerakan kebangsaan/kemerdekaan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2001, tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, sehingga perlu diubah besaran tunjangannya dengan Peraturan Pemerintah. Dasar Hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD 1945; UU No. 5 Tahun Prps 1964; PP No. 14 Tahun 1985. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : Perubahan beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1985 sebagaimana telah tiga kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2001, yakni Ketentuan Pasal 1 dan Pasal 3. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 April 2006.

CATATAN

51

PNS - PENSIUN - PERUBAHAN PP NO. 18 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 69 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN PENSIUN POKOK PENSIUNAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN JANDA/DUDANYA ABSTRAK : Bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2005 tentang Penetapan Pensiun Pokok Pensiunan Pegawai Negeri Sipil dan Janda/Dudanya, pensiun pokok berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2003 setelah disesuaikan berdasarkan Peraturan Pemerintah ini terdapat penurunan penghasilan pensiun, maka dipandang perlu mengubah Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2005 agar seluruh penerima pensiun mengalami kenaikan penghasilan. Dasar Hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD 1945; UU No. 11 Tahun 1969; UU No. 8 tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan PP No. 66 tahun 2005; PP No. 69 Tahun 2005. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : Mengubah ketentuan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2005. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 April 2006.

CATATAN

52

PNBP DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN - PERUBAHAN PP NO. 19 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 62 TAHUN 2002 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN ABSTRAK : Bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2002 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Kelautan dan Perikanan belum mengakomodasi seluruh tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen Kelautan dan Perikanan, khususnya di bidang perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan hasil perikanan, karantina ikan serta pendidikan dan pelatihan, sehingga perlu mengubah Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2002 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Kelautan dan Perikanan dengan Peraturan Pemerintah. Dasar Hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD 1945; UU No. 16 Tahun 1992; UU No. 20 tahun 1997; UU No. 31 Tahun 2004; PP No. 22 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 52 Tahun 1998; PP No. 15 Tahun 2002; PP No. 54 Tahun 2002; PP No. 62 Tahun 2002. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : Perubahan beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2002, yakni : 1. Ketentuan Pasal 1 angka 2, angka 3, dan angka 4 diubah dan ditambah 1 (satu) angka baru, yakni angka 6 serta mengubah angka 6 lama menjadi angka 7 baru; 2. Ketentuan Pasal 2; 3. Ketentuan Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2) diubah dan ditambah ayat (3) baru serta mengubah ayat (3) lama menjadi ayat (4) baru; 4. Ketentuan Pasal 5; 5. Ketentuan Pasal 6 ayat (1); 6. Ketentuan Pasal 8; 7. Ketentuan Pasal 10 diubah, dengan menambah 2 (dua) ayat baru, yakni ayat (5) dan ayat (6); 8. Ketentuan Pasal 16. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 Mei 2006.

CATATAN

53

IRIGASI PP NO. 20 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG IRIGASI ABSTRAK : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Irigasi. Dasar Hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD 1945; UU No. 7 Tahun 2004. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : 1. Ketentuan Umum; 2. Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi; 3. Kelembagaan Pengelolaan Irigasi; 4. Wewenang dan Tanggung Jawab; 5. Partisipasi Masyarakat Petani Dalam Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi; 6. Pemberdayaan; 7. Pengelolaan Air dan Irigasi; 8. Pengembangan Jaringan Irigasi; 9. Pengelolaan Jaringan Irigasi; 10. Pengelolaan Aset Irigasi; 11. Pembiayaan; 12. Alih Fungsi Bahan Beririgasi; 13. Koordinasi Pengelolaan Sistem Irigasi; 14. Pengawasan; 15. Ketentuan Peralihan; 16. Ketentuan Penutup. Menyatakan tidak berlaku Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001; Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 Mei 2006.

CATATAN

54

PT KAI PENYERTAAN MODAL - PENAMBAHAN PP NO. 21 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT KERETA API INDONESIA ABSTRAK : Bahwa dalam rangka memperkuat struktur permodalan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Kereta Api Indonesia, dipandang perlu melakukan Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Kereta Api Indonesia; Penambahan Penyertaan Modal Negara tersebut berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2006 sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2005 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2006. Dasar Hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD 1945; UU No. 1 Tahun 1995; UU No. 17 Tahun 2003; UU No. 19 Tahun 2003; UU No. 1 Tahun 2004; UU No. 13 Tahun 2005; PP No. 19 Tahun 1998; PP No. 41 Tahun 2003; PP No. 44 Tahun 2005. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Kereta Api Indonesia, yakni : 1. Penambahan Penyertaan Modal berasal dari APBN Tahun Anggaran 2006; 2. Nilai Penambahan Penyertaan Modal Negara sebesar Rp. 100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah); 3. Pelaksanaan Penambahan Penyertaan Modal Negara dilakukan menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003, Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31 Mei 2006.

CATATAN

55

PT SANG HYANG SERI PENYERTAAN MODAL - PENAMBAHAN PP NO. 22 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT SANG HYANG SERI ABSTRAK : Bahwa dalam rangka memperkuat struktur permodalan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Sang Hyang Seri, dipandang perlu melakukan Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Sang Hyang Seri; Penambahan Penyertaan Modal Negara tersebut berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2006 sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2005 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2006. Dasar Hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD 1945; UU No. 1 Tahun 1995; UU No. 17 Tahun 2003; UU No. 19 Tahun 2003; UU No. 1 Tahun 2004; UU No. 13 Tahun 2005; PP No. 18 Tahun 1995; PP No. 41 Tahun 2003; PP No. 44 Tahun 2005. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Sang Hyang Seri, yakni : 1. Penambahan Penyertaan Modal berasal dari APBN Tahun Anggaran 2006; 2. Nilai Penambahan Penyertaan Modal Negara sebesar Rp. 100.000.000.000,- (seratus miliar rupiah); 3. Pelaksanaan Penambahan Penyertaan Modal Negara dilakukan menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003, Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31 Mei 2006.

CATATAN

56

PT KERTAS KRAFT ACEH PENYERTAAN MODAL - PENAMBAHAN PP NO. 23 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT KERTAS KRAFT ACEH ABSTRAK : Bahwa dalam rangka memperkuat struktur permodalan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Kertas Kraft Aceh, dipandang perlu melakukan Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Kertas Kraft Aceh; Penambahan Penyertaan Modal Negara tersebut berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2006 sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2005 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2006. Dasar Hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD 1945; UU No. 1 Tahun 1995; UU No. 17 Tahun 2003; UU No. 19 Tahun 2003; UU No. 1 Tahun 2004; UU No. 13 Tahun 2005; PP No. 31 Tahun 1982; PP No. 41 Tahun 2003; PP No. 44 Tahun 2005. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Kertas Kraft Aceh, yakni: 1. Penambahan Penyertaan Modal berasal dari APBN Tahun Anggaran 2006; 2. Nilai Penambahan Penyertaan Modal Negara sebesar Rp. 150.000.000.000,- (seratus lima puluh miliar rupiah); 3. Pelaksanaan Penambahan Penyertaan Modal Negara dilakukan menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003, Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31 Mei 2006.

CATATAN

57

PENGADILAN PERIKANAN HAKIM AD HOC TATA CARA PP NO. 24 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN PEMBERHENTIAN HAKIM AD HOC PENGADILAN PERIKANAN ABSTRAK : DAN

Bahwa pemeriksaan perkara tindak pidana di bidang perikanan pada pengadilan perikanan memerlukan Hakim Ad Hoc yang mempunyai keahlian di bidang hukum perikanan; tata cara pengangkatan dan pemberhentian Hakim Ad Hoc pengadilan perikanan tidak diatur secara tegas dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, sehingga perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Hakim Ad Hoc Pengadilan Perikanan. Dasar Hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; UU No. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 5 Tahun 2004; UU No. 2 Tahun 1986 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 8 Tahun 2004; UU No. 4 Tahun 2004; UU No. 31 Tahun 2004. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : 1. Ketentuan Umum; 2. Hakim Ad Hoc; 3. Seleksi dan Pengangkatan; 4. Pemberhentian Hakim Ad Hoc; 5. Ketentuan Lain-lain; 6. Ketentuan Penutup. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2 Juni 2006.

CATATAN

58

BULAN KETIGA BELAS GAJI/PENSIUN/TUNJANGAN - PEMBERIAN PP NO. 25 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERIAN GAJI/PENSIUN/TUNJANGAN BULAN KETIGA BELAS DALAM TAHUN ANGGARAN 2006 KEPADA PEGAWAI NEGERI, PEJABAT NEGARA, DAN PENERIMA PENSIUN/TUNJANGAN ABSTRAK : Bahwa dalam rangka usaha Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan Pegawai Negeri, Pejabat Negara dan Penerima Pensiun/Tunjangan, perlu memberikan gaji/pensiun/tunjangan bulan ketiga belas dalam Tahun Anggaran 2006 kepada Pegawai Negeri, Pejabat Negara, dan Penerima Pensiun/Tunjangan. Dasar Hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD 1945; UU No. 5 Prps Tahun 1964; UU No. 6 Tahun 1966; UU No. 11 Tahun 1969; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; UU No. 7 Tahun 1978; UU No. 12 Tahun 1980; UU No. 14 Tahun 2002; UU No. 30 Tahun 2002; UU No. 24 Tahun 2003; UU No. 22 Tahun 2004; UU No. 13 Tahun 2005; PP No. 4 Tahun 1966; PP No. 36 Tahun 1968; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah tujuh kali diubah terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 9 Tahun 1980 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan PP No. 59 Tahun 2000; PP No. 10 Tahun 1980 sebagaimana telah lima kali diubah terakhir dengan PP No. 15 Tahun 2006; PP No. 50 Tahun 1980 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan PP No. 60 Tahun 2000; PP No. 12 Tahun 1981; PP No. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah lima kali diubah terakhir dengan PP No. 17 Tahun 2006; PP No. 34 Tahun 1985 sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan PP No. 16 Tahun 2006; PP No. 6 Tahun 1990; PP No. 5 Tahun 1996 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 61 Tahun 2000; PP No. 8 Tahun 2000 sebagaimana telah tiga kali diubah terakhir dengan PP No. 70 Tahun 2005; PP No. 75 Tahun 2000; PP No. 76 Tahun 2000; PP No. 78 Tahun 2000; PP No. 28 Tahun 2001 sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan PP No. 67 Tahun 2005; PP No. 29 Tahun 2001 sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan PP No. 68 Tahun 2005; PP No. 69 Tahun 2005 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 18 Tahun 2006; PP No. 71 Tahun 2005; PP No. 13 Tahun 2006; PP No. 14 Tahun 2006. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : Pemberian Gaji/Pensiun/Tunjangan Bulan Ketiga Belas dalam Tahun Anggaran 2006 kepada Pegawai Negeri, Pejabat Negara, dan Penerima Pensiun/Tunjangan. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Juni 2006.

CATATAN

59

PNS GAJI - PENYESUAIAN PERPRES NO. 1 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENYESUAIAN GAJI POKOK PEGAWAI NEGERI SIPIL MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 7 TAHUN 1977 TENTANG PERATURAN GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL SEBAGAIMANA TELAH BEBERAPA KALI DIUBAH TERAKHIR DENGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 26 TAHUN 2001 KE DALAM GAJI POKOK PEGAWAI NEGERI SIPIL MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 66 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KETUJUH ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 7 TAHUN 1977 TENTANG PERATURAN GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL ABSTRAK : Bahwa dengan ditetapkannya gaji pokok PNS berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2005 tentang Perubahan Ketujuh Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji PNS, perlu mengatur Penyesuaian Gaji Pokok Pegawai Negeri Sipil menurut Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji PNS sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2001 ke dalam Gaji Pokok PNS Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2005 tentang Perubahan Ketujuh Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji PNS. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : 1. Rincian Gaji Pokok PNS menurut golongan ruang dan masa kerja golongan terlampir dalam Lampiran I, Lampiran II, Lampiran III, dan Lampiran IV Peraturan Presiden ini; 2. Penyesuaian tersebut ditetapkan dengan Keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian dalam lingkungan masing-masing sesuai dengan peraturan perundang-undangan; 3. Ketentuan teknis pelaksanaan Peraturan Presiden ini diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan dan/atau Kepala Badan Kepegawaian Negara.

60

CATATAN

Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, Keputusan Presiden Nomor 64 Tahun 2003 tentang Penyesuaian Gaji Pokok PNS menurut Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2001 ke dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2003 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 11 Januari 2006.

61

HAKIM GAJI - PENYESUAIAN PERPRES NO. 2 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENYESUAIAN GAJI POKOK HAKIM MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 8 TAHUN 2000 TENTANG PERATURAN GAJI HAKIM PERADILAN UMUM, PERADILAN TATA USAHA NEGARA, DAN PERADILAN AGAMA SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 2001 KEDALAM GAJI POKOK HAKIM MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 70 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 8 TAHUN 2000 TENTANG PERATURAN GAJI HAKIM PERADILAN UMUM, PERADILAN TATA USAHA NEGARA, DAN PERADILAN AGAMA ABSTRAK : Bahwa dengan ditetapkannya gaji pokok Hakim berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2005 dipandang perlu mengatur Penyesuaian Gaji Pokok Hakim menurut Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2000 tentang Peraturan Gaji Hakim Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara, dan Peradilan Agama sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2001 Ke Dalam Gaji Pokok Hakim Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2005 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2000 tentang Peraturan Gaji Hakim Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara, dan Peradilan Agama. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 8 Tahun 2000 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan PP No. 70 Tahun 2005. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : 1. Rincian Penyesuaian Gaji Pokok Hakim tercantum dalam Lampiran I, dan Lampiran II; 2. Penetapan gaji pokok yang baru dilaksanakan dengan Keputusan Sekretaris Makhamah Agung; 3. Hakim yang masih berkedudukan di bawah Hakim Pratama, pangkat Penata Muda golongan ruang III/a, digaji berdasarkan Peraturan Gaji PNS; 4. Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan Presiden ini diatur oleh Menteri Keuangan dan/atau Kepala Badan Kepegawaian Negara.

62

CATATAN

Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 2003 tentang Penyesuaian Gaji Pokok Hakim Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2001 Ke Dalam Gaji Pokok Hakim Menurut PP No. 12 Tahun 2003, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 11 Januari 2006.

63

TUNJANGAN JABATAN STRUKTURAL PERPRES NO. 3 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN JABATAN STRUKTURAL ABSTRAK : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002, maka dipandang perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tunjangan Jabatan Struktural. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 100 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 13 Tahun 2002; PP No. 9 Tahun 2003. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : 1. Pemberian Tunjangan Jabatan Struktural kepada PNS yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam jabatan struktural, yang besarnya adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Presiden ini; 2. Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan Presiden ini diatur oleh Menteri Keuangan dan/atau Kepada Badan Kepegawaian Negara. Peraturan pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 99 Tahun 2000 masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diubah dan/atau diganti dengan peraturan baru berdasarkan Peraturan Presiden ini; Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini maka Keputusan Presiden Nomor 99 Tahun 2000 dinyatakan tidak berlaku; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 11 Januari 2006.

CATATAN

64

MAHKAMAH PELAYARAN TUNJANGAN PERPRES NO. 4 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN SEKRETARIS PENGGANTI MAHKAMAH PELAYARAN ABSTRAK : JABATAN ANGGOTA DAN

Bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja dan semangat pengabdian PNS yang diangkat menjadi Anggota dan Sekretaris Pengganti Mahkamah Pelayaran, dipandang perlu menetapkan kembali Tunjangan Jabatan Anggota dan Sekretaris Pengganti Mahkamah Pelayaran dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; UU No. 21 Tahun 1992; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 1 Tahun 1998 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 8 Tahun 2004; PP No. 9 Tahun 2003. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : 1. Pemberian Tunjangan kepada PNS yang diangkat dan ditugaskan secara penuh sebagai Anggota dan Sekretaris Pengganti Mahkamah Pelayaran, yang besarnya adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Presiden ini; 2. Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan Presiden ini diatur oleh Menteri Keuangan dan/atau Kepada Badan Kepegawaian Negara. Dengan berlakunya Perpres ini maka Keputusan Presiden Nomor 13 Tahun 2004 tentang Tunjangan Jabatan Anggota dan Sekretaris Pengganti Mahkamah Pelayaran, dinyatakan tidak berlaku; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 11 Januari 2006.

CATATAN

65

ENERGI NASIONAL - KEBIJAKAN PERPRES NO. 5 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL ABSTRAK : Bahwa untuk menjamin keamanan pasokan energi dalam negeri dan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan, perlu menetapkan Kebijakan Energi Nasional sebagai pedoman dalam pengelolaan energi nasional. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 11 Tahun 1967; UU No. 15 Tahun 1985; UU No. 10 Tahun 1977; UU No. 22 Tahun 2001 sebagaimana telah berubah berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 002/PUU-I/2003; UU No. 27 Tahun 2003; UU No. 25 Tahun 2004. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : 1. Ketentuan Umum; 2. Tujuan dan Sasaran Kebijakan Energi Nasional; 3. Langkah Kebijakan; 4. Harga Energi; 5. Pemberian Kemudahan dan Insentif. Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 25 Januari 2006.

CATATAN

66

PENANAMAN MODAL PERSETUJUAN - PENGESAHAN PERPRES NO. 6 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SINGAPURA MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN MODAL ABSTRAK : Bahwa dengan ditandatanganinya Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Singapura mengenai Peningkatan dan Perlindungan atas Penanaman Modal, maka dipandang perlu untuk mengesahkan persetujuan tersebut dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 24 Tahun 2000; UU No. 10 Tahun 2004. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pengesahan Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Singapura mengenai Peningkatan dan Perlindungan Atas Penanaman Modal, yang telah ditandatangani Pemerintah RI di Singapura pada tanggal 16 Februari 2005 yang salinan naskah aslinya dalam bahasa Indonesia dan Inggris sebagaimana terlampir pada Peraturan Presiden ini. Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 1 Februari 2006.

CATATAN

67

FLU BURUNG KOMNAS FBPI PERPRES NO. 7 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG KOMITE NASIONAL PENGENDALIAN FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) DAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI PANDEMI INFLUENZA ABSTRAK : Bahwa untuk percepatan pengendalian flu burung (Avian Influenza) dan peningkatan kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza, diperlukan langkah-langkah komprehensif dan keterpaduan dari seluruh instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dipandang perlu membentuk Komite Nasional Pengendalian Flu Burung (Avian Influenza) dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 6 Tahun 1967; UU No. 4 Tahun 1984; UU No. 23 Tahun 1992; UU No. 32 Tahun 2004; PP No. 15 Tahun 1977; PP No. 22 Tahun 1983; PP No. 40 Tahun 1991. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : 1. Tanggung Jawab, Tugas, Susunan Keanggotaan, Masa Tugas serta Pelaporan Program Kerja dan Perkembangan Pelaksanaan Kegiatan; 2. Ketentuan lebih lanjut mengenai Mekanisme dan Tata Kerja Komnas diatur oleh Ketua Komnas; 3. Biaya bagi pelaksanaan tugas Komnas dibebankan kepada APBN; 4. Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan Presiden ini diatur oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku Ketua Komnas FBPI. Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 13 Maret 2006.

CATATAN

68

BARANG/JASA - PENGADAAN PERUBAHAN KEEMPAT PERPRES NO. 8 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH ABSTRAK : Bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara, dipandang perlu menyesuaikan beberapa ketentuan dan istilah di dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2005 agar selaras dengan kedua undang-undang dimaksud, maka dipandang perlu mengubah Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; PP No. 29 tahun 2000; Keppres No. 42 Tahun 2002 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden No. 72 Tahun 2004; Keppres No. 80 Tahun 2003 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Perpres No. 70 Tahun 2005. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Mengubah beberapa ketentuan dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2005, yaitu : 1. Ketentuan Pasal 1 angka 8 dan angka 9, menambah 3 (tiga) angka baru yakni angka 23, angka 24 dan angka 25, menyisipkan 3 (tiga) angka baru diantara angka 1 dan angka 2 yaitu angka 1a, angka 1b, dan angka 1c, menyisipkan 1 (satu) angka baru diantara angka 8 dan angka 9 yaitu angka 8a, menghapus ketentuan angka 2, angka 4, angka 5, angka 6 dan angka 7; 2. Ketentuan Pasal 4; 3. Menyisipkan 1 (satu) pasal baru diantara Pasal 4 dan Pasal 5 yaitu Pasal 4A; 4. Ketentuan Pasal 9 ayat (2) dan ayat (3), menambah satu ayat yaitu ayat (6); 5. Judul Paragraf Kedua Bagian Kedua Bab II; 6. Ketentuan Pasal 10 ayat (8), menyisipkan satu ayat baru diantara Pasal 10 ayat (2) dan ayat (3) yaitu ayat (2a); 7. Ketentuan Pasal 17 ayat (2) dan ayat (3); 8. Menyisipkan 1 (satu) pasal baru diantara Pasal 20 dan Pasal 21 yaitu Pasal 20A; 9. Ketentuan Pasal 22 ayat (2) dan ayat (3);

69

10. Menyisipkan 1 (satu) pasal baru diantara Pasal 25 dan Pasal 26 yaitu Pasal 25A; 11. Ketentuan Pasal 44 ayat (2); 12. Menyisipkan 1 (satu) ayat baru diantara ayat (5) dan ayat (6) Pasal 48 yaitu ayat (5a); 13. Lampiran I Bab I Bagian D angka 1 huruf b; 14. Lampiran I Bab II Bagian A angka 1 huruf l butir 7. CATATAN : Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 20 Maret 2006.

70

BBM HARGA JUAL PERUBAHAN PERPRES NO. 9 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG HARGA JUAL BAHAN BAKAR MINYAK DALAM NEGERI ABSTRAK : Bahwa dalam rangka menyelamatkan kegiatan usaha perikanan sebagai akibat dari pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2005 tentang Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak Dalam Negeri, dipandang perlu untuk memberikan keringanan kepada kegiatan usaha perikanan Indonesia; sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2006, kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) diberikan dalam bentuk uang dan tidak bersubsidi, sehingga perlu mengubah Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2005 tentang Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak Dalam Negeri dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 34 Tahun 2000; UU No. 22 Tahun 2001 sebagaimana telah berubah berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 002/PUU-I/2003 tanggal 21 Desember 2004; UU No. 13 Tahun 2005; PP No. 65 Tahun 2001; PP No. 67 Tahun 2002; PP No. 36 Tahun 2004; Keppres No. 86 Tahun 2002; Perpres No. 55 Tahun 2005. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Perubahan beberapa ketentuan atas Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2005, yaitu : 1. Ketentuan Pasal 2 ayat (2) dan ayat (4); 2. Lampiran I; 3. Lampiran II; 4. Lampiran III. Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 11 April 2006.

CATATAN

71

NASIONAL PERTANAHAN - BADAN PERPRES NO. 10 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL ABSTRAK : Bahwa tanah merupakan perekat Negara Kesatuan Republik Indonesia, karenanya perlu diatur dan dikelola secara nasional untuk menjaga keberlanjutan sistem kehidupan berbangsa dan bernegara; pengaturan dan pengelolaan pertanahan tidak hanya ditujukan untuk menciptakan ketertiban hukum, tetapi juga untuk menyelesaikan masalah, sengketa, dan konflik pertanahan yang timbul, sehingga kebijakan nasional di bidang pertanahan perlu disusun dengan memperhatikan aspirasi dan peran serta masyarakat guna dapat memajukan kesejahteraan umum serta dalam rangka penguatan kelembagaan Badan Pertanahan Nasional, dipandang perlu untuk mengatur kembali Badan Pertanahan Nasional dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 5 Tahun 1960; UU No. 32 Tahun 2004. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Perubahan beberapa ketentuan atas Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2005, yaitu : 1. Kedudukan, tugas dan Fungsi; 2. Organisasi; 3. Staf Khusus; 4. Komite Pertanahan; 5. Tata Kerja; 6. Eselon, Pengangkatan, dan Pemberhentian; 7. Pembiayaan; 8. Ketentuan Peralihan; 9. Ketentuan Lain-lain; 10. Ketentuan Penutup. Menyatakan tidak berlaku ketentuan mengenai Badan Pertanahan Nasional sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005; Menyatakan tidak berlaku ketentuan mengenai Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Badan Pertanahan Nasional sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2005; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 11 April 2006.

CATATAN

72

INSTITUT KEGURUAN PERUBAHAN PERPRES NO. 11 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN NEGERI SINGARAJA MENJADI UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA ABSTRAK : Bahwa untuk meningkatkan kinerja perguruan tinggi, khususnya Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja dan dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional serta memperluas kewenangan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja maka dipandang perlu mengubah bentuk Perguruan Tinggi Intitut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja menjadi Universitas Pendidikan Ganesha dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 20 Tahun 2003; PP No. 60 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : 1. Perubahan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja menjadi Universitas Pendidikan Ganesha; 2. Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan Presiden ini diatur oleh Menteri Pendidikan Nasional. Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, maka Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2001 tentang Perubahan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Gorontalo menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Gorontalo dan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Singaraja menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 11 Mei 2006.

CATATAN

73

PNS TUNJANGAN UMUM PERPRES NO. 12 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN UMUM BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL ABSTRAK : Bahwa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas PNS, khususnya bagi PNS yang tidak menerima tunjangan jabatan struktural, tunjangan jabatan fungsional atau yang dipersamakan dengan tunjangan jabatan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Umum Bagi Pegawai Negeri Sipil dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : 1. Pemberian Tunjangan Umum setiap bulan kepada Pegawai Negeri Sipil yang tidak menerima tunjangan jabatan struktural, tunjangan jabatan fungsional atau tunjangan yang dipersamakan dengan tunjangan jabatan, yang besarnya sebagaimana tercantum dalam Lampiran Perpres ini dan diberikan terhitung mulai tanggal 1 Januari 2006; 2. Pemberian Tunjangan Umum dihentikan apabila PNS yang bersangkutan diangkat dalam jabatan struktural atau jabatan fungsional atau karena hal lain yang mengakibatkan pemberian tunjangan dihentikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 3. Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan Presiden ini diatur oleh Menteri Keuangan dan/atau Kepala Badan Kepegawaian Negara, baik secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 11 Mei 2006.

CATATAN

74

KEPOLISIAN TUNJANGAN UMUM PERPRES NO. 13 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN UMUM BAGI ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ABSTRAK : Bahwa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, khususnya bagi Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang tidak menerima tunjangan jabatan struktural, tunjangan jabatan fungsional atau yang dipersamakan dengan tunjangan jabatan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Umum Bagi Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; UU No. 2 Tahun 2002; PP No. 29 Tahun 2001 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan PP No. 68 Tahun 2005. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : 1. Kepada Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang tidak menerima Tunjangan Jabatan Struktural atau Tunjangan Jabatan Fungsional, diberikan Tunjangan Umum setiap bulan; 2. Besarnya Tunjangan Umum adalah sebesar Rp 75.000,00 (tujuh puluh lima ribu rupiah) setiap bulan; Tunjangan Umum diberikan terhitung mulai tanggal 1 Januari 2006; 3. Pemberian Tunjangan Umum dihentikan apabila Anggota Kepolisian dimaksud diangkat dalam jabatan struktural atau jabatan fungsional atau karena hal lain yang mengakibatkan pemberian tunjangan dihentikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan; 4. Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan Presiden ini diatur oleh Menteri Keuangan dan/atau Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, baik secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 11 Mei 2006.

CATATAN

75

TNI TUNJANGAN UMUM PERPRES NO. 14 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN UMUM BAGI ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA DI LINGKUNGAN TENTARA NASIONAL INDONESIA ABSTRAK : Bahwa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Anggota Tentara Nasional Indonesia, khususnya bagi Anggota Tentara Nasional Indonesia yang tidak menerima tunjangan jabatan struktural, tunjangan jabatan fungsional atau yang dipersamakan dengan tunjangan jabatan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Umum Bagi Anggota Tentara Nasional Indonesia di Lingkungan Tentara Nasional Indonesia dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 19 Tahun 1958; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; UU No. 34 Tahun 2004; PP No. 24 Tahun 1973; PP No. 6 Tahun 1990; PP No. 28 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 13 Tahun 2003. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : 1. Kepada Anggota Tentara Nasional Indonesia di lingkungan Tentara Nasional Indonesia yang tidak menerima Tunjangan Jabatan Struktural atau Tunjangan Jabatan Fungsional, diberikan Tunjangan Umum setiap bulan; 2. Besarnya Tunjangan Umum adalah sebesar Rp. 75.000,00 (tujuh puluh lima ribu rupiah) setiap bulan diberikan terhitung mulai tanggal 1 Januari 2006; 3. Pemberian Tunjangan Umum dihentikan apabila Anggota Tentara Nasional Indonesia dimaksud diangkat dalam jabatan struktural atau jabatan fungsional atau karena hal lain yang mengakibatkan pemberian tunjangan dihentikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan; 4. Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan Presiden ini diatur oleh Menteri Keuangan dan/atau Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, baik secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 11 Mei 2006.

CATATAN

76

TNI TUNJANGAN JABATAN PERPRES NO. 15 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN JABATAN LINGKUNGAN ORGANISASI TENTARA NASIONAL INDONESIA ABSTRAK : STRUKTURAL DI

Bahwa dalam rangka meningkatkan pembinaan Prajurit Tentara Nasional Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Organisasi Tentara Nasional Indonesia dan sehubungan dengan perkembangan keadaan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Struktural di Lingkungan Organisasi Tentara Nasional Indonesia dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; UU No. 3 Tahun 2002; UU No. 34 Tahun 2004; PP No. 7 tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 6 Tahun 1990 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 32 Tahun 1997; PP No. 28 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 13 Tahun 2003; Keppres No. 60 Tahun 1983. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Tunjangan Jabatan Struktural di Lingkungan Organisasi Tentara Nasional Indonesia. Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 11 Mei 2006.

CATATAN

77

INDUSTRI ASEAN PERSETUJUAN - PENGESAHAN PERPRES NO. 16 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGESAHAN PROTOCOL TO AMEND THE BASIC AGREEMENT ON THE ASEAN INDUSTRIAL COOPERATION SCHEME (PROTOKOL PERUBAHAN PERSETUJUAN DASAR SKEMA KERJASAMA INDUSTRI ASEAN) ABSTRAK : Bahwa di Singapura, pada tanggal 21 April 2004 Pemerintah Republik Indonesia telah menandatangani Protocol to Amend The Basic Agreement on The Asean Industrial Cooperation Scheme (Protokol Perubahan Persetujuan Dasar Skema Kerjasama Industri Asean), sebagai hasil perundingan antara para wakil negara-negara ASEAN, sehingga dipandang perlu untuk mengesahkan Protokol tersebut dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 11 UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 24 Tahun 2000; UU No. 10 Tahun 2004; Keppres No. 51 Tahun 1996 Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pengesahan Protocol to Amend The Basic Agreement on The Asean Industrial Cooperation Scheme (Protokol Perubahan Persetujuan Dasar Skema Kerjasama Industri Asean). Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 11 Mei 2006.

CATATAN

78

EKONOMI/TEKNIK PERSETUJUAN - PENGESAHAN PERPRES NO. 17 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK EKUADOR MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK (AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF ECUADOR ON ECONOMIC AND TECHNICAL COOPERATION) ABSTRAK : Bahwa di Jakarta, pada tanggal 9 Nopember 2005 Pemerintah Republik Indonesia telah menandatangani Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Ekuador Mengenai Kerjasama Ekonomi dan Teknik (Agreement Between The Government of The Republic of Indonesia and The Government of The Republic of Ecuador on Economic and Technical Cooperation) sehingga dipandang perlu untuk mengesahkan Persetujuan tersebut dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 11 UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 24 Tahun 2000; UU No. 10 Tahun 2004. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pengesahan Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Ekuador Mengenai Kerjasama Ekonomi dan Teknik (Agreement Between The Government of The Republic of Indonesia and The Government of The Republic of Ecuador on Economic and Technical Cooperation). Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 11 Mei 2006.

CATATAN

79

PAJAK BERGANDA/PAJAK PENGHASILAN PERSETUJUAN - PENGESAHAN PERPRES NO. 18 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK ISLAM IRAN TENTANG PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA DAN PENCEGAHAN PENGELAKAN PAJAK ATAS PENGHASILAN (AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE ISLAMIC REPUBLIC OF IRAN FOR THE AVOIDANCE OF DOUBLE TAXATION AND THE PREVENTION OF FISCAL EVASION WITH RESPECT TO TAXES ON INCOME) ABSTRAK : Bahwa di Jakarta, pada tanggal 30 April 2004 Pemerintah Republik Indonesia telah menandatangani Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Islam Iran tentang Penghindaran Pajak Berganda dan Pencegahan Pengelakan Pajak Atas Penghasilan (Agreement Between The Government of The Republic of Indonesia and The Government of The Islamic Republic of Iran for The Avoidance of Double Taxation and The Prevention of Fiscal Evasion With Respect to Taxes on Income), sehingga dipandang perlu untuk mengesahkan Persetujuan tersebut dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 11 UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 24 Tahun 2000; UU No. 10 Tahun 2004. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pengesahan Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Islam Iran tentang Penghindaran Pajak Berganda dan Pencegahan Pengelakan Pajak Atas Penghasilan (Agreement Between The Government of The Republic of Indonesia and The Government of The Islamic Republic of Iran for The Avoidance of Double Taxation and The Prevention of Fiscal Evasion With Respect to Taxes on Income). Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 11 Mei 2006.

CATATAN

80

TAHUN 2007 - RKP PERPRES NO. 19 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2007 ABSTRAK : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah perlu menyusun Rencana Kerja Pemerintah yang memuat arah kebijakan nasional satu tahun yang merupakan komitmen Pemerintah untuk memberikan kepastian kebijakan dalam melaksanakan pembangunan nasional yang berkesinambungan, sehingga perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2007. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 17 Tahun 2003; UU No. 25 Tahun 2004; PP No. 20 Tahun 2004; PP No. 21 Tahun 2004; PP No. 7 Tahun 2005. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2007. Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 15 Mei 2006.

CATATAN

81

PANITERA - TUNJANGAN PERPRES NO. 20 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN PANITERA ABSTRAK : Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Panitera, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Panitera dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; UU No. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 5 Tahun 2004; UU No. 2 Tahun 1986 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 8 Tahun 2004; UU No. 5 Tahun 1986 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 9 Tahun 2004; UU No. 7 Tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2006; UU No. 4 Tahun 2004; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Panitera, diberikan tunjangan Panitera setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 138 Tahun 2000; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

82

PEMASYARAKATAN PETUGAS - TUNJANGAN PERPRES NO. 21 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN PETUGAS PEMASYARAKATAN ABSTRAK : Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan sebagai Petugas Pemasyarakatan, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Petugas Pemasyarakatan dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; UU No. 12 Tahun 1995; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan sebagai Petugas Pemasyarakatan, diberikan tunjangan Petugas Pemasyarakatan setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1996 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 106 Tahun 2000; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

83

JURUSITA - TUNJANGAN PERPRES NO. 22 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN JURUSITA PENGGANTI ABSTRAK : TENTANG TUNJANGAN JURUSITA DAN

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Jurusita dan Jurusita Pengganti, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jurusita dan Jurusita Pengganti dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; UU No. 2 Tahun 1986 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 8 Tahun 2004; UU No. 7 Tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2006; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Jurusita dan Jurusita Pengganti, diberikan tunjangan Jurusita dan Jurusita Pengganti setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 130 Tahun 2001; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

84

PRANATA HUMAS - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 23 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG PRANATA HUBUNGAN MASYARAKAT ABSTRAK : TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pranata Hubungan Masyarakat, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Pranata Hubungan Masyarakat dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pranata Hubungan Masyarakat, diberikan tunjangan Pranata Hubungan Masyarakat setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2005; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

85

PENELITI - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 24 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENELITI ABSTRAK : Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Peneliti, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Peneliti dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Peneliti, diberikan tunjangan Peneliti setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2005; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

86

PEREKAYASA/TEKNISI - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 25 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN JABATAN PEREKAYASA DAN TEKNISI PENELITIAN DAN PEREKAYASAAN ABSTRAK : FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Perekayasa dan Teknisi Penelitian dan Perekayasaan, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Perekayasa dan Teknisi Penelitian dan Perekayasaan dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Perekayasa dan Teknisi Penelitian dan Perekayasaan, diberikan tunjangan Perekayasa dan Teknisi Penelitian dan Perekayasaan setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 40 Tahun 2003; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

87

PENYULUH PERTANIAN - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 26 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN, PENGENDALI ORGASME PENGGANGGU TUMBUHAN, PENGAWAS BENIH TANAMAN, PENGAWAS BIBIT TERNAK, MEDIK VETERINER, PARAMEDIK VETERINER, PENGAWAS PERIKANAN, PENGENDALI HAMA DAN PENYAKIT IKAN, DAN PENGAWAS BENIH IKAN ABSTRAK : Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian, Pengendali Orgasme Pengganggu Tumbuhan, Pengawas Benih Tanaman, Pengawas Bibit Ternak, Medik Veteriner, Paramedik Veteriner, Pengawas Perikanan, Pengendali Hama dan Penyakit Ikan, dan Pengawas Benih Ikan, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian, Pengendali Orgasme Pengganggu Tumbuhan, Pengawas Benih Tanaman, Pengawas Bibit Ternak, Medik Veteriner, Paramedik Veteriner, Pengawas Perikanan, Pengendali Hama dan Penyakit Ikan, dan Pengawas Benih Ikan, dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian, Pengendali Orgasme Pengganggu Tumbuhan, Pengawas Benih Tanaman, Pengawas Bibit Ternak, Medik Veteriner, Paramedik Veteriner, Pengawas Perikanan, Pengendali Hama dan Penyakit Ikan, dan Pengawas Benih Ikan, diberikan tunjangan Penyuluh Pertanian, Pengendali Orgasme Pengganggu Tumbuhan, Pengawas Benih Tanaman, Pengawas Bibit Ternak, Medik Veteriner, Paramedik Veteriner, Pengawas Perikanan, Pengendali Hama dan Penyakit Ikan, dan Pengawas Benih Ikan setiap bulan.

88

CATATAN

Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 2003, Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 2003, dan Keputusan Presiden Nomor 69 Tahun 2003; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

89

PENYULUH KEHUTANAN - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 27 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN PENYULUH KEHUTANAN ABSTRAK : TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan, diberikan tunjangan Penyuluh Kehutanan setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 20 Tahun 2003; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

90

EKOSISTEM HUTAN - PENGENDALI - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 28 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGENDALI EKOSISTEM HUTAN ABSTRAK : TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan, diberikan tunjangan Pengendali Ekosistem Hutan setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2004; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

91

DAMPAK LINGKUNGAN - PENGENDALI - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 29 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGENDALI DAMPAK LINGKUNGAN ABSTRAK : TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pengendali Dampak Lingkungan, diberikan tunjangan Pengendali Dampak Lingkungan setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 100 Tahun 2004; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

92

PENGAIRAN/JALAN - TEKNIK - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 30 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL TEKNIK PENGAIRAN, TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN, TEKNIK TATA BANGUNAN DAN PERUMAHAN, DAN TEKNIK PENYEHATAN LINGKUNGAN ABSTRAK : Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Teknik Pengairan, Teknik Jalan dan Jembatan, Teknik Tata Bangunan dan Perumahan, dan Teknik Penyehatan Lingkungan, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Teknik Pengairan, Teknik Jalan dan Jembatan, Teknik Tata Bangunan dan Perumahan, dan Teknik Penyehatan Lingkungan dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Teknik Pengairan, Teknik Jalan dan Jembatan, Teknik Tata Bangunan dan Perumahan, dan Teknik Penyehatan Lingkungan, diberikan tunjangan Teknik Pengairan, Teknik Jalan dan Jembatan, Teknik Tata Bangunan dan Perumahan, dan Teknik Penyehatan Lingkungan setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 68 Tahun 2003; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

93

SURVEYOR - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 31 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN SURVEYOR PEMETAAN ABSTRAK : TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Surveyor Pemetaan, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Surveyor Pemetaan dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Surveyor Pemetaan, diberikan tunjangan Surveyor Pemetaan setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 51 Tahun 2003; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

94

PENYELIDIK BUMI - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 32 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN PENYELIDIK BUMI ABSTRAK : TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Penyelidik Bumi, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Penyelidik Bumi dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Penyelidik Bumi, diberikan tunjangan Penyelidik Bumi setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2004; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

95

PRANATA KOMPUTER - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 33 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN PRANATA KOMPUTER ABSTRAK : TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pranata Komputer, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Pranata Komputer dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pranata Komputer, diberikan tunjangan Pranata Komputer setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2004; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

96

STATISTISI - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 34 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL STATISTISI ABSTRAK : Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Statistisi, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Statistisi dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Statistisi, diberikan tunjangan Statistisi setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2004; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

97

PATEN/MEREK - PEMERIKSA - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 35 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN PEMERIKSA PATEN DAN PEMERIKSA MEREK ABSTRAK : JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pemeriksa Paten dan Pemeriksa Merek, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Pemeriksa Paten dan Pemeriksa Merek dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pemeriksa Paten dan Pemeriksa Merek, diberikan tunjangan Pemeriksa Paten dan Pemeriksa Merek setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 85 Tahun 2003; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

98

HUBUNGAN INDUSTRIAL - PERANTARA - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 36 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERANTARA HUBUNGAN INDUSTRIAL ABSTRAK : TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Perantara Hubungan Industrial, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Perantara Hubungan Industrial dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Perantara Hubungan Industrial, diberikan tunjangan Perantara Hubungan Industrial setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 2004; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

99

PERATURAN - PERANCANG - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 37 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ABSTRAK : JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Perancang Peraturan Perundang-undangan, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Perancang Peraturan Perundang-undangan dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Perancang Peraturan Perundang-undangan, diberikan tunjangan Perancang Peraturan Perundang-undangan setiap bulan. Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

100

PERENCANA - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 38 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PERENCANA ABSTRAK : PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Perencana, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Perencana dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Perencana, diberikan tunjangan Perencana setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 2003; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

101

ANALIS KEPEGAWAIAN - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 39 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN ANALIS KEPEGAWAIAN ABSTRAK : TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Analis Kepegawaian, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Analis Kepegawaian dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Analis Kepegawaian, diberikan tunjangan Analis Kepegawaian setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 60 Tahun 2002; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

102

ARSIPARIS/PUSTAKAWAN - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 40 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG ARSIPARIS DAN PUSTAKAWAN ABSTRAK : TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Arsiparis dan Pustakawan, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Arsiparis dan Pustakawan dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Arsiparis dan Pustakawan, diberikan tunjangan Arsiparis dan Pustakawan setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 2003 dan Keputusan Presiden Nomor 86 Tahun 2003; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

103

AGEN - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 41 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL AGEN ABSTRAK : Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Agen, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Agen dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Agen, diberikan tunjangan Agen setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 13 Tahun 2003; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

104

POLHUT - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 42 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN POLISI KEHUTANAN ABSTRAK : TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Polisi Kehutanan, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Polisi Kehutanan dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Polisi Kehutanan, diberikan tunjangan Polisi Kehutanan setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2004; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

105

PENYULUH AGAMA - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 43 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN PENYULUH AGAMA ABSTRAK : TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Penyuluh Agama, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Penyuluh Agama dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Penyuluh Agama, diberikan tunjangan Penyuluh Agama setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 113 Tahun 2001; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

106

KETENAGAKERJAAN - PENGAWAS - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 44 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGAWAS KETENAGAKERJAAN ABSTRAK : TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pengawas Ketenagakerjaan, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Pengawas Ketenagakerjaan dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pengawas Ketenagakerjaan, diberikan tunjangan Pengawas Ketenagakerjaan setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 2004; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

107

FARMASI/MAKANAN - PENGAWAS - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 45 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN ABSTRAK : TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan, diberikan tunjangan Pengawas Farmasi dan Makanan setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2005; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

108

PAJAK/BEA CUKAI/PBB PEMERIKSA - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 46 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PEMERIKSA PAJAK, PEMERIKSA BEA DAN CUKAI, DAN PENILAI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN ABSTRAK : Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pemeriksa Pajak, Pemeriksa Bea dan Cukai, dan Penilai Pajak Bumi dan Bangunan, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Pemeriksa Pajak, Pemeriksa Bea dan Cukai, dan Penilai Pajak Bumi dan Bangunan dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pemeriksa Pajak, Pemeriksa Bea dan Cukai, dan Penilai Pajak Bumi dan Bangunan, diberikan tunjangan Pemeriksa Pajak, Pemeriksa Bea dan Cukai, dan Penilai Pajak Bumi dan Bangunan setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2003; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

109

DOKTER/APOTEKER/KESEHATAN - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 47 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL DOKTER, DOKTER GIGI, APOTEKER, ASISTEN APOTEKER, PRANATA LABORATORIUM KESEHATAN, EPIDEMIOLOG KESEHATAN, ENTOMOLOG KESEHATAN, SANITARIAN, ADMINISTRATOR KESEHATAN, PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT, PERAWAT GIGI, NUTRISIONIS, BIDAN, PERAWAT, RADIOGRAFER, PEREKAM MEDIS, DAN TEKNISI ELEKTROMEDIS ABSTRAK : Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, Asisten Apoteker, Pranata Laboratorium Kesehatan, Epidemiolog Kesehatan, Entomolog Kesehatan, Sanitarian, Administrator Kesehatan, Penyuluh Kesehatan Masyarakat, Perawat Gigi, Nutrisionis, Bidan, Perawat, Radiografer, Perekam Medis, dan Teknisi Elektromedis, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, Asisten Apoteker, Pranata Laboratorium Kesehatan, Epidemiolog Kesehatan, Entomolog Kesehatan, Sanitarian, Administrator Kesehatan, Penyuluh Kesehatan Masyarakat, Perawat Gigi, Nutrisionis, Bidan, Perawat, Radiografer, Perekam Medis, dan Teknisi Elektromedis dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, Asisten Apoteker, Pranata Laboratorium Kesehatan, Epidemiolog Kesehatan, Entomolog Kesehatan, Sanitarian, Administrator Kesehatan, Penyuluh Kesehatan Masyarakat, Perawat Gigi, Nutrisionis, Bidan, Perawat, Radiografer, Perekam Medis, dan Teknisi Elektromedis, diberikan tunjangan Dokter, Dokter Gigi, Apoteker, Asisten Apoteker, Pranata Laboratorium Kesehatan, Epidemiolog Kesehatan, Entomolog Kesehatan, Sanitarian, Administrator Kesehatan, Penyuluh Kesehatan Masyarakat, Perawat Gigi, Nutrisionis, Bidan, Perawat, Radiografer, Perekam Medis, dan Teknisi Elektromedis setiap bulan.

110

CATATAN

Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 100 Tahun 2000 dan Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2004; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

111

PRANATA NUKLIR - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 48 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN PRANATA NUKLIR ABSTRAK : TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pranata Nuklir, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Pranata Nuklir dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pranata Nuklir, diberikan tunjangan Pranata Nuklir setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 89 Tahun 2004; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

112

METEOROLOGI/GEOFISIKA PENGAMAT - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 49 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN PENGAMAT METEOROLOGI DAN GEOFISIKA ABSTRAK : JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pengamat Meteorologi dan Geofisika, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Pengamat Meteorologi dan Geofisika dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pengamat Meteorologi dan Geofisika, diberikan tunjangan Pengamat Meteorologi dan Geofisika setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 99 Tahun 2004; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

113

RADIASI - PENGAWAS - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 50 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN PENGAWAS RADIASI ABSTRAK : TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pengawas Radiasi, diberikan tunjangan Pengawas Radiasi setiap bulan. Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

114

INSTRUKTUR - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 51 TAHUN 2006 2006 PERATURAN INSTRUKTUR ABSTRAK : PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Instruktur, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Instruktur dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Instruktur, diberikan tunjangan Instruktur setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 101 Tahun 2004; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

115

WIDYAISWARA - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 52 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN WIDYAISWARA ABSTRAK : TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Widyaiswara, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Widyaiswara dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Widyaiswara, diberikan tunjangan Widyaiswara setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2003; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

116

PERINDAG PENYULUH - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 53 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN PENYULUH PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN ABSTRAK : JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Penyuluh Perindustrian dan Perdagangan, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Penyuluh Perindustrian dan Perdagangan dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Penyuluh Perindustrian dan Perdagangan, diberikan tunjangan Penyuluh Perindustrian dan Perdagangan setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 2003; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

117

PEKERJA SOSIAL - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 54 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN PEKERJA SOSIAL ABSTRAK : TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pekerja Sosial, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Pekerja Sosial dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pekerja Sosial, diberikan tunjangan Pekerja Sosial setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2005; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

118

PENGANTAR KERJA - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 55 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN PENGANTAR KERJA ABSTRAK : TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pengantar Kerja, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Pengantar Kerja dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pengantar Kerja diberikan tunjangan Pengantar Kerja setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 2004; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

119

SWADAYA MASYARAKAT PENGGERAK - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 56 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGGERAK SWADAYA MASYARAKAT ABSTRAK : TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Penggerak Swadaya Masyarakat, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Penggerak Swadaya Masyarakat dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Penggerak Swadaya Masyarakat, diberikan tunjangan Penggerak Swadaya Masyarakat setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2005; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

120

KB PENYULUH - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 57 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENYULUH KELUARGA BERENCANA ABSTRAK : TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Penyuluh Keluarga Berencana, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Penyuluh Keluarga Berencana dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Penyuluh Keluarga Berencana, diberikan tunjangan Penyuluh Keluarga Berencana setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2001; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

121

KEPENDIDIKAN TENAGA - TUNJANGAN PERPRES NO. 58 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN TENAGA KEPENDIDIKAN ABSTRAK : Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan sebagai Tenaga Kependidikan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan serta sambil menunggu ditatanya jabatan fungsional Tenaga Kependidikan secara menyeluruh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Tenaga Kependidikan dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; UU No. 20 Tahun 2003; UU No. 14 Tahun 2005; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 27 Tahun 1990; PP No. 28 Tahun 1990 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 55 Tahun 1998; PP No. 29 Tahun 1990 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 56 Tahun 1998; PP No. 72 Tahun 1991; PP No. 73 Tahun 1991; PP No. 38 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 39 Tahun 2000; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Tenaga Kependidikan, diberikan tunjangan Tenaga Kependidikan setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2003; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

122

DOSEN - TUNJANGAN PERPRES NO. 59 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN DOSEN ABSTRAK : Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan sebagai Dosen sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan serta sambil menunggu ditatanya jabatan fungsional Dosen secara menyeluruh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Dosen dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; UU No. 20 Tahun 2003; UU No. 14 Tahun 2005; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Dosen, diberikan tunjangan Dosen setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 63 Tahun 2001; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

123

AUDITOR - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 60 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR ABSTRAK : Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Auditor, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Auditor, diberikan tunjangan Auditor setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

124

GUNUNG API - PENGAMAT - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 61 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN PENGAMAT GUNUNG API ABSTRAK : TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pengamat Gunung Api, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Pengamat Gunung Api dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Pengamat Gunung Api, diberikan tunjangan Pengamat Gunung Api setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 94 Tahun 2001; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

125

SIARAN TEKNISI/ANDALAN/ADIKARA - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 62 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN JABATAN TEKNISI SIARAN, ANDALAN SIARAN, DAN ADIKARA SIARAN ABSTRAK : FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Teknisi Siaran, Andalan Siaran, dan Adikara Siaran, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Teknisi Siaran, Andalan Siaran, dan Adikara Siaran dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Teknisi Siaran, Andalan Siaran, dan Adikara Siaran, diberikan tunjangan Teknisi Siaran, Andalan Siaran, dan Adikara Siaran setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 60 Tahun 1995; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

126

PENERBANGAN TEKNISI - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 63 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TEKNISI PENERBANGAN ABSTRAK : TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Teknisi Penerbangan, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Teknisi Penerbangan dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Teknisi Penerbangan, diberikan tunjangan Teknisi Penerbangan setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1992; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

127

PENGUJI/PENERA - TUNJANGAN FUNGSIONAL PERPRES NO. 64 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGUJI MUTU BARANG DAN PENERA ABSTRAK : TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL

Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Penguji Mutu Barang dan Penera, perlu diberikan tunjangan yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab pekerjaannya; serta dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dipandang perlu mengatur Tunjangan Jabatan Fungsional Penguji Mutu Barang dan Penera dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 16 Tahun 1994; PP No. 9 Tahun 2003; Keppres No. 87 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pegawai Negeri yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Penguji Mutu Barang dan Penera, diberikan tunjangan Penguji Mutu Barang dan Penera setiap bulan. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 2003; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Mei 2006.

CATATAN

128

PENGADAAN TANAH - PERUBAHAN PERPRES NO. 65 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM ABSTRAK : Bahwa untuk lebih meningkatkan prinsip penghormatan terhadap hak-hak atas tanah yang sah dan kepastian hukum dalam pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum, dipandang perlu mengubah Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 5 Tahun 1960; UU No. 51 Prp. Tahun 1960; UU No. 20 Tahun 1961; UU No. 24 Tahun 1992; Perpres No 36 Tahun 2005. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Perubahan beberapa ketentuan dalam Perpres No. 36 Tahun 2005, yakni : 1. Ketentuan Pasal 1 angka 3; 2. Ketentuan Pasal 2 ayat (1); 3. Ketentuan Pasal 3; 4. Ketentuan Pasal 5; 5. Ketentuan Pasal 6 ayat (5); 6. Ketentuan Pasal 7 huruf c; 7. Menambah ketentuan Pasal 7A; 8. Ketentuan Pasal 10 ayat (1) dan (2); 9. Ketentuan Pasal 13; 10. Ketentuan Pasal 15 ayat (1) huruf a; 11. Menambah ketentuan pasal baru antara Pasal 18 dan Pasal 19 menjadi Pasal 18A. Mengubah beberapa ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 5 Juni 2006.

CATATAN

129

KEMENTERIAN NEGARA UNIT ORGANISASI - PERUBAHAN PERPRES NO. 66 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG UNIT ORGANISASI DAN TUGAS ESELON I KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ABSTRAK : Bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja Departemen Keuangan, dipandang perlu mengubah Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2005. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 32 Tahun 2004; Perpres No. 9 Tahun 2005 sebagaimana telah diubah dengan Perpres No. 62 Tahun 2005; Perpres No. 10 Tahun 2005 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Perpres No. 80 Tahun 2005. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Perubahan beberapa ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2005, yakni : 1. Ketentuan Pasal 15; 2. Ketentuan Pasal 16. Mengubah beberapa ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor. 10 Tahun 2005 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2005; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 8 Juni 2006.

CATATAN

130

LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL PERPRES NO. 67 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ABSTRAK : TENTANG LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL

Bahwa sumber daya manusia yang cerdas dan berkualitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara adalah tuntutan perkembangan lingkungan strategis baik nasional, regional, maupun global yang menjadi dambaan bangsa Indonesia, maka perlu ditentukan arah kebijaksanaan demi terwujudnya pimpinan tingkat nasional dan warga negara yang memiliki watak, moral, etika kebangsaan serta keunggulan komparatif, menguasai keunggulan kompetitif guna menjamin keutuhan dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; UU No. 2 Tahun 2002; UU No. 3 Tahun 2002; UU No. 20 Tahun 2003; UU No. 34 Tahun 2004. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, yakni : 1. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi; 2. Organisasi; 3. Tata Kerja; 4. Eselon, Pengangkatan, dan Pemberhentian; 5. Pembiayaan; 6. Ketentuan Peralihan; 7. Ketentuan Lain-lain; 8. Ketentuan Penutup. Menyatakan tidak berlaku ketentuan mengenai Lemhanas sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 64 Tahun 2005 dan menyatakan tidak berlaku Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2005; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 13 Juni 2006.

CATATAN

131

DOUBLE TAXATION/TAXES AGREEMENT - PENGESAHAN PERPRES NO. 68 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE PEOPLES REPUBLIC OF BANGLADESH FOR AVOIDANCE OF DOUBLE TAXATION AND THE PREVENTION OF FISCAL EVASION WITH RESPECT TO TAXES ON INCOME BESERTA PROTOCOL ABSTRAK : Bahwa di Dhaka, Bangladesh, pada tanggal 19 Juni 2003 Pemerintah Republik Indonesia telah menandatangani Agreement Between The Government of The Republic of Indonesia and The Government of The Peoples Republic of Bangladesh for Avoidance of Double Taxation and The Prevention of Fiscal Evasion with Respect to Taxes on Income Beserta Protocol, sebagai hasil perundingan antara Delegasi-delegasi Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Rakyat Bangladesh, sehingga dipandang perlu untuk mengesahkan Agreement beserta Protocol tersebut dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 11 UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 24 Tahun 2000; UU No. 10 Tahun 2004. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pengesahan Agreement Between The Government of The Republic of Indonesia and The Government of The Peoples Republic of Bangladesh for Avoidance of Double Taxation and The Prevention of Fiscal Evasion with Respect to Taxes on Income Beserta Protocol. Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 23 Juni 2006.

CATATAN

132

EKONOMI/PEMBANGUNAN - KERJASAMA - PENGESAHAN PERPRES NO. 69 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE MEMBER COUNTRIES OF THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS AND THE GOVERNMENT OF THE RUSSIAN FEDERATION ON ECONOMIC AND DEVELOPMENT COOPERATION (PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH NEGARA-NEGARA ANGGOTA PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA DAN PEMERINTAH FEDERASI RUSIA TENTANG KERJASAMA EKONOMI DAN PEMBANGUNAN) ABSTRAK : Bahwa di Kuala Lumpur, Malaysia, pada tanggal 10 Desember 2005 Pemerintah Republik Indonesia telah menandatangani Agreement Between The Government of The Member Countries of The Association of Southeast Asian Nations and The Government of The Russian Federation on Economic and Development Cooperation (Persetujuan Antara Pemerintah Negara-Negara Anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara dan Pemerintah Federasi Rusia Tentang Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan), sebagai hasil perundingan antara para wakil Negara-Negara Anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara dan Pemerintah Federasi Rusia, sehingga dipandang perlu untuk mengesahkan Agreement tersebut dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 11 UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 24 Tahun 2000; UU No. 10 Tahun 2004. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pengesahan Agreement Between The Government of The Member Countries of The Association of Southeast Asian Nations And The Government of The Russian Federation on Economic And Development Cooperation (Persetujuan Antara Pemerintah Negara-Negara Anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara dan Pemerintah Federasi Rusia Tentang Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan). Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 26 Juni 2006.

CATATAN

133

BAHAN BAKAR NABATI - PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN INPRES NO. 1 TAHUN 2006 2006 INSTRUKSI PRESIDEN TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN BAHAN BAKAR NABATI (BIOFUEL) SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN ABSTRAK : Bahwa dalam rangka percepatan penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai Bahan Bakar lain dipandang perlu untuk menetapkan kebijakan penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati sebagai bahan bakar lain dan menetapkannya dengan Inpres. Instruksi Presiden ini mengatur tentang : 1. Menginstruksikan kepada : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral; Menteri Pertanian; Menteri Kehutanan; Menteri Perindustrian; Menteri Perdagangan; Menteri Perhubungan; Menteri Negara Riset dan Teknologi; Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah; Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN); Menteri Dalam Negeri; Menteri Keuangan; Menteri Negara Lingkungan hidup; Gubernur; dan Bupati/Walikota. Mengambil langkah-langkah melaksanakan percepatan penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain. 2. Agar melaksanakan Inpres ini sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab dan melaporkan hasil pelaksanaannya kepada Presiden secara berkala. Mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 25 Januari 2006.

CATATAN

134

BATU BARA PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN INPRES NO. 2 TAHUN 2006 2006 INSTRUKSI PRESIDEN TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN BATUBARA YANG DICAIRKAN SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN ABSTRAK : Bahwa dalam rangka percepatan penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (liquefied coal) sebagai Bahan Bakar lain dipandang perlu untuk menetapkan kebijakan penyediaan dan pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar lain dan menetapkannya dengan Inpres. Instruksi Presiden ini mengatur tentang : 1. Menginstruksikan kepada : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral; Menteri Keuangan; Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN); Menteri Perhubungan; Menteri Perindustrian; Menteri Dalam Negeri; Menteri Negara Riset dan Teknologi Gubernur; dan Bupati/Walikota. Mengambil langkah-langkah melaksanakan percepatan penyediaan dan pemanfaatan batubara yang dicairkan sebagai Bahan Bakar Lain 2. Agar melaksanakan Inpres ini sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab dan melaporkan hasil pelaksanaannya kepada Presiden secara berkala.

CATATAN

Mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 25 Januari 2006.

135

IKLIM INVESTASI PERBAIKAN PAKET KEBIJAKAN INPRES NO. 3 TAHUN 2006 2006 INSTRUKSI PRESIDEN TENTANG PAKET KEBIJAKAN PERBAIKAN IKLIM INVESTASI ABSTRAK : Bahwa dalam rangka memperbaiki iklim investasi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dipandang perlu mengeluarkan Instruksi Presiden tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi. Instruksi Presiden ini mengatur tentang : 1. Menginstruksikan kepada : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; Menteri Keuangan; Menteri Perdagangan; Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral; Menteri Perhubungan; Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia; Menteri Perindustrian; Menteri Komunikasi dan Informatika; Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Menteri Kesehatan; Menteri Kelautan dan Perikanan; Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas; Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah; Menteri Negara Lingkungan Hidup; Menteri Sekretaris Negara; Sekretaris Kabinet; Jaksa Agung; Panglima Tentara Nasional Indonesia; Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal; Kepala Badan Pertanahan Nasional; Para Gubernur; Para Bupati/Walikota. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing dalam rangka pelaksanaan Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi guna menciptakan iklim investasi yang kondusif. CATATAN : Mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 27 Februari 2006.

136

PPI 2006 - PENYELENGGARAAN INPRES NO. 4 TAHUN 2006 2006 INSTRUKSI PRESIDEN PRODUKSI INDONESIA 2006 ABSTRAK : TENTANG PENYELENGGARAAN PAMERAN

Dalam rangka menghadapi era globalisasi yang berdampak semakin ketatnya persaingan baik di pasar domestik maupun global dan meningkatkan daya saing industri nasional yang berkesinambungan, dipandang perlu mengeluarkan Instruksi Presiden tentang Penyelenggaraan Pameran Produksi Indonesia 2006. Instruksi Presiden ini mengatur tentang : 1. Menginstruksikan kepada : Menteri Perindustrian; Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu; Para Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen; Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; Para Gubernur, Bupati/Walikota seluruh Indonesia. 2. Agar melaksanakan Inpres ini sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab.

CATATAN

Mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 April 2006.

137

WAJIB BELAJAR PERCEPATAN GERAKAN NASIONAL INPRES NO. 5 TAHUN 2006 2006 INSTRUKSI PRESIDEN TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN DAN PEMBERANTASAN BUTA AKSARA ABSTRAK : Dalam rangka percepatan penuntasan wajib belajar pendidikan dasar sebagai satu rangkaian gerakan nasional wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun sebagaimana dimaksud dalam Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar dan dalam rangka percepatan pemberantasan buta aksara. Instruksi Presiden ini mengatur tentang : 1. Menginstruksikan kepada : Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat; Menteri Pendidikan Nasional; Menteri Dalam Negeri; Menteri Keuangan; Menteri Agama; Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan; Kepala Badan Pusat Statistik; Para Gubernur; Para Bupati dan Walikota. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing untuk melaksanakan Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara. 2. Pembiayaan pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan sumber lain yang tidak mengikat; Melaporkan hasil pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara kepada Presiden; Agar melaksanakan Inpres ini sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab.

3.

4.

CATATAN

Mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 Juni 2006.

138

GUDANG SISTEM RESI UU NO. 9 TAHUN 2006 2006 UNDANG-UNDANG TENTANG SISTEM RESI GUDANG ABSTRAK : Bahwa pembangunan bidang ekonomi khususnya kelancaran produksi dan distribusi barang dalam sistem perdagangan diarahkan pada upaya memajukan kesejahteraan umum yang berkeadilan sosial berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun 1945; untuk mendukung terwujudnya kelancaran produksi dan distribusi barang, diperlukan adanya Sistem Resi Gudang sebagai salah satu instrumen pembiayaan; bahwa agar penyelenggaraan Sistem Resi Gudang dapat berjalan dengan lancar, tertib, dan teratur serta memberikan kepastian hukum bagi pihak yang melakukan kegiatan dalam Sistem Resi Gudang, maka diperlukan landasan hukum yang kuat. Dasar hukum : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 33 ayat (1) dan ayat (4) UUD Negara RI Tahun 1945. Undang-Undang ini mengatur tentang : Sistem Resi Gudang, dengan sistematika sebagai berikut : 1. Ketentuan Umum; 2. Lingkup Resi Gudang; 3. Kelembagaan; 4. Pembukuan dan Pelaporan; 5. Pemeriksaan dan Penyidikan; 6. Sanksi Administratif dan Ketentuan Pidana; 7. Ketentuan Peralihan; 8. Ketentuan Penutup. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Semua peraturan perundang-undangan yang telah dikeluarkan sebelum berlakunya Undang-undang ini dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diatur dengan ketentuan yang baru berdasarkan Undang-Undang ini; Semua peraturan perundang-undangan yang diperlukan untuk melaksanakan Undang-Undang ini harus diselesaikan paling lambat 1 (satu) tahun sejak diundangkannya Undang-Undang ini; Diundangkan pada tanggal 14 Juli 2006. Sistem resi gudang pada dasarnya dapat memberikan solusi untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi pengusaha kecil dan menengah serta para petani, karena resi gudang merupakan tanda bukti penyimpanan komoditas yang dapat digunakan sebagai agunan (jaminan) untuk bank;

STATUS

CATATAN : -

139

Resi gudang juga merupakan instrumen keuangan yang dapat diperjualbelikan, dipertukarkan, dan dapat diterima sebagai alat penyelesaian transaksi kontrak berjangka yang jatuh tempo di bursa berjangka; Manfaat resi gudang ada beberapa hal yakni dapat memperpanjang penjualan yang dimiliki pengusaha dan dapat digunakan sebagai agunan kepada bank atau kreditur, dapat memberikan kepastian nilai minimum dari komoditas yang dijadikan agunan, mewujudkan pasar fisik dan pasar berjangka yang lebih kompetitif dan dipergunakan sebagai mekanisme penyerahan fisik barang atau komoditas dalam kontrak-kontrak dagang dalam bursa pasar.

140

DPR/DPD/DPRD PEMILU PERPU - PENETAPAN UU NO. 10 TAHUN 2006 2006 UNDANG-UNDANG TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH MENJADI UNDANG-UNDANG ABSTRAK : Bahwa dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang telah ditetapkan menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2004 belum diatur perpanjangan waktu masa jabatan keanggotaan Komisi Pemilihan Umum; dan untuk memberikan landasan hukum yang kuat mengenai perpanjangan waktu masa jabatan keanggotaan Komisi Pemilihan Umum, Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah. Dasar hukum : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 22 UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 12 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003. Undang-Undang ini mengatur tentang : Penetapan Perpu No. 1 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Menjadi Undang-Undang. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Diundangkan pada tanggal 20 Juli 2006. Dengan ditetapkannya Perpu No. 2 Tahun 2004 tentang Perubahan atas UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah menjadi Undang-Undang maka kedudukan Anggota KPU yang diperpanjang dengan Perpu tersebut menjadi lebih kuat lagi;

STATUS

CATATAN : -

141

Perpu tersebut dimaksudkan untuk menghindari kekosongan keanggotaan KPU karena adanya keadaan yang sangat mendesak untuk melakukan perubahan mengenai masa jabatan keanggotaan KPU, namun pengusulan keanggotaan KPU yang baru belum dapat dilakukan dan DPR sedang menyiapkan RUU tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum.

142

PEMERINTAHAN ACEH UU NO. 11 TAHUN 2006 2006 UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN ACEH ABSTRAK : Bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan Undang-Undang; berdasarkan perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia, Aceh merupakan satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau istimewa terkait dengan salah satu karakter khas sejarah perjuangan masyarakat Aceh yang memiliki ketahanan dan daya juang tinggi; penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Aceh belum dapat sepenuhnya mewujudkan kesejahteraan rakyat, keadilan serta pemajuan, pemenuhan, dan perlindungan hak asasi manusia sehingga Pemerintahan Aceh perlu dikembangkan dan dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik. Dasar hukum : Pasal 1 ayat (1), 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, dan Pasal 20 UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 24 Tahun 1956; UU No. 44 Tahun 1999; UU No. 37 Tahun 2000; UU No. 31 Tahun 2002; UU No. 12 Tahun 2003; UU No. 10 Tahun 2004; UU No. 32 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 8 Tahun 2005; UU No. 33 Tahun 2004. Undang-Undang ini mengatur tentang : Pemerintahan Aceh, dengan sistematika sebagai berikut : 1. Ketentuan Umum; 2. Pembagian Daerah Aceh dan Kawasan Khusus; 3. Kawasan Perkotaan; 4. Kewenangan Pemerintahan Aceh dan Kabupaten/Kota; 5. Urusan Pemerintahan; 6. Asas serta Bentuk dan Susunan Penyelenggara Pemerintahan; 7. DPRA dan DPRK; 8. Pemerintahan Aceh dan Pemerintahan Kabupaten/Kota; 9. Penyelenggara Pemilihan; 10. Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, dan Walikota/Wakil Walikota; 11. Partai Politik Lokal; 12. Lembaga Wali Nanggroe; 13. Lembaga Adat; 14. Perangkat Daerah Aceh dan Kabupaten/Kota; 15. Mukim dan Gampong;

143

16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. STATUS : -

Kepegawaian; Syariat Islam dan Pelaksanaannya; Mahkamah Syariyah Majelis Permusyawaratan Ulama; Perencanaan Pembangunan dan Tata Ruang; Komunikasi dan Informatika; Perekonomian; Tenaga Kerja; Keuangan; Tentara Nasional Indonesia; Kepolisian; Kejaksaan; Kependudukan; Pertanahan; Pendidikan; Kebudayaan; Sosial; Kesehatan; Hak Asasi Manusia; Qanun, Peraturan Gubernur, dan Peraturan Bupati/Walikota; Bendera, Lambang, dan Himne; Pembinaan, Pengawasan, dan Penyelesaian Perselisihan; Ketentuan lain-lain; Ketentuan Peralihan; Ketentuan Penutup.

Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Ketentuan pelaksanaan Undang-undang ini menjadi kewajiban Pemerintah dibentuk paling lambat 2 (dua) tahun sejak diundangkan; Mencabut dan menyatakan tidak berlaku Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001; Diundangkan pada tanggal 1 Agustus 2006. Sejumlah kekhususan termuat di Undang-undang ini. Syariat Islam diberlakukan sesuai tradisi dan norma yang hidup di Aceh. Sumber daya minyak dan gas dikelola bersama oleh pemerintah pusat dan Aceh. UU juga memungkinkan hadirnya partai politik lokal dan calon perorangan juga bisa muncul dalam sekali pemilihan kepala daerah di Aceh; UU ini juga memberi terobosan baru pelaksanaan otonomi daerah dan diharapkan bisa menjadi model daerah khusus. Namun diharapkan UU ini tidak dijadikan kambing hitam, jika pelaksanaannya kelak tidak menghasilkan kesejahteraan;


CATATAN : -

144

Namun ada beberapa yang masih dianggap mengganjal UUPA, mengingat judul UU ini yang tidak lazim dan mengesankan adanya pemerintahan sendiri di Aceh, juga soal belum terakomodirnya keterwakilan perempuan dan pidana Islam di qanun (peraturan daerah) yang merugikan perempuan.

145

KEWARGANEGARAAN UU NO. 12 TAHUN 2006 2006 UNDANG-UNDANG TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA ABSTRAK : Bahwa warga negara merupakan salah satu unsur hakiki dan unsur pokok dari suatu negara yang memiliki hak dan kewajiban yang perlu dilindungi dan dijamin pelaksanaannya; dan Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1976 tentang Perubahan Pasal 18 Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ketatanegaraan Republik Indonesia sehingga harus dicabut dan diganti dengan yang baru. Dasar hukum : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28B ayat (2), Pasal 28D ayat (1), dan ayat (4), Pasal 28E ayat (1), Pasal 28I ayat (2), dan Pasal 28J UUD Negara RI Tahun 1945. Undang-Undang ini mengatur tentang : Kewarganegaraan Republik Indonesia, dengan sistematika sebagai berikut : 1. Ketentuan Umum; 2. Warga Negara Indonesia; 3. Syarat dan Tata Cara Memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia; 4. Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia; 5. Syarat dan Tata Cara Memperoleh Kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia; 6. Ketentuan Pidana; 7. Ketentuan Peralihan; 8. Ketentuan Penutup. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Mencabut dan menyatakan tidak berlaku Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1976; Menyatakan masih tetap berlaku peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1976 sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini; Peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini harus telah ditetapkan paling lambat 6 (enam) bulan sejak Undang-Undang ini diundangkan; Diundangkan pada tanggal 1 Agustus 2006.

STATUS

146

CATATAN

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan (UUKW) memang dapat dikatakan sebagai salah satu dari sedikit produk fenomenal di bidang legislasi yang berhasil dihasilkan DPR-RI periode 2005-2009 karena dengan terbitnya UU ini maka sudah mengakomodir hakhak perkawinan campuran mulai dari status perkawinan, status kewarganegaraan pasangan, sampai persoalan yang paling klasik sekalipun yakni soal status anak hasil perkawinan campuran; UUKW telah cukup memberi angin segar bagi para pasangan perkawinan campuran. Salah satu pasal yang menggambarkan dengan jelas jaminan terhadap hak-hak pasangan perkawinan campuran adalah Pasal 19. Ayat (1) dari pasal ini dinyatakan bahwa Warga negara asing yang kawin secara sah dengan Warga Negara Indonesia dapat memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia dengan menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan Pejabat. Pada ayat berikutnya, disebutkan bahwa untuk memperoleh kewarganegaraan Indonesia maka selain menyampaikan pernyataan kepada pejabat, warga negara asing yang menikahi WNI dipersyaratkan telah bertempat tinggal di wilayah negara RI paling singkat 5 tahun berturut-turut atau paling singkat 10 tahun tidak berturut-turut. Ketentuan kemudian langsung ditindaklanjuti dengan Departemen Hukum dan HAM yang mengeluarkan Permenhukham M. 02-HL.05.06 Tahun 2006 tentang Tata Cara Menyampaikan Pernyataan untuk Menjadi WNI; Namun masih ada beberapa aspek dari perkawinan campuran yang belum diakomodir baik dalam UUKW maupun peraturan pelaksanaannya. Salah satunya mengenai pencatatan perkawinan campuran apabila dilangsungkan di luar negeri. Selama ini pengaturan mengenai pencatatan perkawinan yang dilangsungkan di luar negeri merujuk pada UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Pasal 56 menyatakan bahwa setiap pasangan yang menikah di luar negeri diharuskan mencatatkan perkawinannya ke pejabat yang berwenang yakni kantor catatan sipil dalam jangka waktu 1 tahun sejak mereka menetap/tinggal di Indonesia. Karena jika lalai melakukan pencatatan akan berdampak serius. Pasalnya, apabila batas waktu maksimal 1 tahun tidak melaporkan dalam batas waktu yang ditentukan, maka akan berpengaruh pada status kewarganegaraan WNI yang bersangkutan. Masalah buat pasangan perkawinan campuran semakin komplek karena tidak jarang perkawinan antar pasangan lintas negara juga lintas agama.

147

SAKSI/KORBAN PERLINDUNGAN UU NO. 13 TAHUN 2006 2006 UNDANG-UNDANG TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN ABSTRAK : Bahwa salah satu alat bukti yang sah dalam proses peradilan pidana adalah keterangan Saksi dan/atau Korban yang mendengar, melihat, atau mengalami sendiri terjadinya suatu tindak pidana dalam upaya mencari dan menemukan kejelasan tentang tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana; Bahwa penegak hukum dalam mencari dan menemukan kejelasan tentang tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana sering mengalami kesulitan karena tidak dapat menghadirkan Saksi dan/atau Korban disebabkan adanya ancaman, baik fisik maupun psikis dari pihak tertentu; sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan perlindungan bagi Saksi dan/atau Korban yang sangat penting keberadaannya dalam proses peradilan pidana. Dasar hukum : Pasal 1 ayat (3), Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28G, Pasal 28I, dan Pasal 28J UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1981; UU No. 24 Tahun 2000. Undang-Undang ini mengatur tentang : Perlindungan Saksi dan Korban, dengan sistematika sebagai berikut : 1. Ketentuan Umum; 2. Perlindungan dan Hak Saksi dan Korban; 3. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban; 4. Syarat dan Tata Cara Pemberian Perlindungan dan Bantuan; 5. Ketentuan Pidana; 6. Ketentuan Peralihan; 7. Ketentuan Penutup. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai perlindungan terhadap Saksi dan/atau Korban dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini; Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) dibentuk paling lambat 1 (satu) tahun setelah Undang-Undang ini diundangkan; Diundangkan pada tanggal 11 Agustus 2006. Dalam Undang-Undang ini tidak memberikan perlindungan yang cukup bagi Pelapor. Perlindungan hanya diberikan kepada Saksi dan Korban (Pasal 2), kepada Pelapor hanya diberikan perlindungan berupa tidak

STATUS


CATATAN : -

148

dituntut secara hukum baik Pidana dan Perdata atas laporan yang diberikan (Pasal 9 ayat (1));

Definisi saksi dalam Undang-Undang tentang Perlindungan Saksi dan Korban masih dibebani oleh konsep KUHAP sehingga menutup kemungkinan perlindungan terhadap whistleblower (pelapor). Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang tentang Perlindungan Saksi dan Korban memang menyebutkan adanya perlindungan bagi saksi, korban, maupun pelapor dalam bentuk tidak dapat dituntut secara hukum baik Pidana maupun Perdata, namun perlindungan bagi Pelapor hanya sebatas itu saja. Tidak sebanyak dan selengkap perlindungan yang diberikan bagi seorang Saksi seperti yang dicantumkan dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang tentang Perlindungan Saksi dan Korban; Pasal 15 huruf a UU No. 30 Tahun 2002; Saksi dan Pelapor memperoleh hak yang sama dimana Undang-undang tersebut mewajibkan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK) melindungi Saksi atau Pelapor yang menyampaikan laporan atau keterangan mengenai Tindak Pidana Korupsi. Bila dibandingkan dengan Pasal 15 huruf a terlihat perbedaan dalam pasal tersebut. KPK berkewajiban untuk memberikan perlindungan yang setara kepada Saksi maupun Pelapor Undang-Undang tentang Perlindungan Saksi dan Korban mulai berlaku saat diundangkan, namun yang menjadi masalah adalah instansi mana yang melindungi Saksi dan Korban sebelum terbentuknya Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).

149

APBN 2005 - PERUBAHAN UU NO. 14 TAHUN 2006 2006 UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2006 ABSTRAK : Bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara disusun dalam rangka mewujudkan perekonomian nasional yang berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, wawasan lingkungan dan kemandirian, guna mencapai Indonesia yang aman dan damai, adil, dan demokratis, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat; bahwa sejak ditetapkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2005 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2006, telah terjadi berbagai perkembangan dan perubahan keadaan yang sangat mendasar yang berdampak signifikan pada berbagai indikator ekonomi yang berpengaruh pada Pokok-pokok Kebijakan Fiskal dan Pelaksanaan APBN 2006 sehingga diperlukan adanya perubahan perkiraan atas APBN 2006. Dasar hukum : Pasal 1 ayat (3), Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2) dan ayat (4), Pasal 23, Pasal 31 ayat (4), dan Pasal 34 UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 24 Tahun 2002; UU No. 17 Tahun 2003; UU No. 19 Tahun 2003; UU No. 20 Tahun 2003; UU No. 1 Tahun 2004; UU No. 10 Tahun 2004; UU No. 15 Tahun 2004; UU No. 25 Tahun 2004; UU No. 32 Tahun 2004; UU No. 33 Tahun 2004; dan UU No. 13 Tahun 2005. Undang-Undang ini mengatur tentang : Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2005 Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2006, yaitu : 1. Ketentuan Pasal 2 ayat (2) sampai dengan ayat (5); 2. Ketentuan Pasal 3 ayat (1) sampai dengan ayat (4); 3. Ketentuan Pasal 4 ayat (1) sampai dengan ayat (5); 4. Ketentuan Pasal 5 ayat (1) sampai dengan ayat (4); 5. Ketentuan Pasal 6 ayat (1) sampai dengan ayat (4); 6. Ketentuan Pasal 9 ayat (2) dan ayat (3); 7. Ketentuan Pasal 10 ayat (2) sampai dengan ayat (4); 8. Ketentuan Pasal 11 ayat (1) dan ayat (2); 9. Ketentuan Pasal 12 ayat (1) dan ayat (2). Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Mengubah beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2005; Diundangkan pada tanggal 9 Oktober 2006.

STATUS

150

CATATAN

Pemerintah melakukan revisi terhadap APBN 2006 karena telah terjadi berbagai perkembangan dan perubahan keadaan yang sangat mendasar di bidang ekonomi dan fiskal dan berdampak signifikan pada berbagai indikator ekonomi negara Indonesia baik secara makro ataupun mikro yang berpengaruh pada Pokok-pokok Kebijakan Fiskal yang telah ditetapkan sebelumnya dan Pelaksanaan APBN 2006; Revisi atas APBN yang kemudian dituangkan dalam bentuk Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2005 Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2006 dilakukan Pemerintah guna mengamankan pelaksanaan APBN 2006 dengan melakukan penyesuaian atas berbagai sasaran pendapatan negara, belanja negara, defisit anggaran, serta kebutuhan akan pembiayaan sumber-sumber anggaran menjadi lebih realistis dan mampu mendukung pencapaian sasaran-sasaran pembangunan ekonomi dalam rangka penyediaan lapangan kerja baru maupun pengurangan jumlah penduduk miskin secara bertahap sesuai dengan program pembangunan nasional.

151

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KEUANGAN NEGARA UU NO. 15 TAHUN 2006 2006 UNDANG-UNDANG TENTANG BADAN PEMERIKSA KEUANGAN ABSTRAK : Bahwa keuangan negara merupakan salah satu unsur pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan negara dan mempunyai manfaat yang sangat penting guna mewujudkan tujuan negara; bahwa untuk tercapainya tujuan negara, pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara memerlukan suatu lembaga pemeriksa yang bebas, mandiri dan profesional dalam pemberantasan KKN; bahwa Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan sudah tidak sesuai dengan perkembangan sistem ketatanegaraan. Dasar hukum : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 23E, Pasal 23F,dan Pasal 23G Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945; Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981; Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000. Undang-Undang ini mengatur tentang : Badan Pemeriksa Keuangan, dengan sistematika sebagai berikut : 1. Ketentuan Umum; 2. Kedudukan dan Keanggotaan; 3. Tugas dan wewenang; 4. Pemilihan dan Pemberhentian; 5. Hak Keuangan/Administratif dan Protokoler, Tindakan Kepolisian, Kekebalan, serta Larangan; 6. Kode Etik, Kebebasan, Kemandirian dan Akuntabilitas; 7. Pelaksana BPK; 8. Anggaran; 9. Ketentuan Pidana; 10. Ketentuan Peralihan; 11. Ketentuan Penutup. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Mencabut dan menyatakan tidak berlaku Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan; Menyatakan bahwa semua peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1973 tentang Badan Pemeriksa Keuangan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang ini; Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Diundangkan pada tanggal 30 Oktober 2006.

STATUS

152

CATATAN

Undang-Undang ini memberikan independensi terhadap BPK dalam hal kelembagaan, legislasi, pemeriksaan, organisasi, kepegawaian, dan anggaran; Secara kelembagaan, BPK memiliki kedudukan sebagai satu-satunya lembaga negara pemeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang bebas dan mandiri. BPK memiliki independensi dalam membentuk perwakilan di setiap Provinsi secara bertahap sesuai kebutuhan dalam waktu 2 (dua) tahun yang ditetapkan dengan Keputusan BPK; Dalam hal legislasi, BPK memiliki kewenangan untuk menetapkan peraturan BPK sebagai pelaksanaan tugas dan wewenang BPK yang mempunyai kekuatan hukum mengikat kepada pihak lain, memiliki kewenangan menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, memiliki kekebalan hukum dan perlindungan hukum dalam pelaksanaan tugas dan wewenang BPK, berwenang untuk menilai dan menetapkan jumlah kerugian negara yang diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum baik sengaja atau lalai yang dilakukan oleh bendahara, pengelola BUMN/ BUMD, dan lembaga atau badan lain yang menyelenggarakan pengeloaan keuangan negara serta menetapkan pihak yang berkewajiban membayar ganti kerugian; Berkaitan dengan independensi Pemeriksaan, BPK berwenang untuk menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan, menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyusun dan menyajikan laporan pemeriksaan, menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, serta menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang bekerja untuk dan atas nama BPK; Dalam hal independensi organisasi, BPK menetapkan pembentukan organisasi dan tata kerja pelaksana BPK setelah berkonsultasi dengan Pemerintah, dan menetapkan pembentukan perwakilan BPK di Provinsi secara bertahap sesuai kebutuhan; Independensi Kepegawaian BPK dinyatakan dalam kewenangannya untuk melakukan dan menetapkan rekruitmen dan pembinaan terhadap Pemeriksa Keuangan Negara sebagai jabatan fungsional, serta adanya perbedaan ketentuan usai pensiun Pemeriksa Keuangan Negara dengan ketenutan usia pensiun PNS; Dalam hal anggaran, BPK memiliki bagian anggaran tersendiri dalam APBN yang disediakan untuk mencukupi kebutuhan guna mendukung pelaksanaan tugas dan wewenang BPK. Usulan anggaran dibahas dengan DPR dalam pembicaraan pendahuluan siklus pembahasan APBN, dan hasil pembicaraan pendahuluan dengan DPR menjadi bahan Pemerintah menetapkan RAPBN; Kehadiran Undang-Undang ini menimbulkan reaksi positif dari Pemerintah dan masyarakat. Pemerintah berharap kehadiran undang-undang ini dapat

153

menjadi pendukung reformasi manajemen keuangan Pemerintah terutama dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sekaligus sebagai acuan penyusunan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Selain itu diharapkan Undang-Undang BPK ini akan memperjelas hubungan antara BPK dengan Pemerintah, DPR/DPD/DPRD serta akuntan publik yang merupakan unsur profesi di bidang audit;

Undang-Undang ini akan ditindaklanjuti dengan kepegawaian, kode etik, akuntabilitas, dan legislasi;

re-organisasi,

Terkait dengan re-organisasi akan dilakukan penambahan 2 (dua) orang Anggota BPK (Pasal 4 ayat (1)). Ada keinginan dari Ketua BPK untuk menetapkan Anggota yang secara khusus menangani audit dalam bidang lingkungan hidup dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Sehingga disini masih diperlukan adanya penetapan uraian tugas Anggota BPK yang baru sesuai dengan objek pemeriksaan BPK. Selain itu juga akan dilakukan pemekaran organisasi di Lingkungan BPK sebagai akibat penambahan organisasi (Pasal 34 ayat (1)) yaitu pemekaran/penambahan eselon I sampai dengan eselon IV, dan pembentukan perwakilan BPK secara bertahap dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun (Pasal 37 ayat (3)); Untuk tindak lanjut dalam hal kepegawaian, penetapan batas usia pensiun pemeriksa ditetapkan oleh BPK setelah memperoleh pertimbangan dari Pemerintah, dan rekruitmen pemeriksa ditetapkan oleh BPK dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan negara dan pertimbangan Pemerintah; Akan juga dilakukan penyusunan kode etik dan pembentukan Majelis Kehormatan Kode Etik untuk menegakkan kode etik tersebut. Disini diperlukan adanya penetapan jenis profesi dan akademisi yang dibutuhkan (tidak mesti dari luar BPK atau dari dalam BPK). Majelis ini akan dibentuk paling lambat 6(enam) bulan sejak Undang-Undang ini berlaku; Dalam hal akuntabilitas, keuangan tahunan BPK akan diperiksa oleh KAP yang ditunjuk oleh DPR atas usul BPK dan Menteri Keuangan yang masing-masing mengusulkan 3(tiga) nama akuntan publik (Pasal 32 ayat (1) dan (2)). Guna menjamin mutu pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara akan dilakukan penelaahan mutu oleh badan pemeriksa keuangan negara lain yang menjadi anggota organisasi pemeriksa keuangan sedunia, dan badan ini ditunjuk oleh BPK setelah mendapat pertimbangan DPR (Pasal 33 ayat (1) dan (2)); BPK juga harus membuat peraturan BPK yang terdiri dari tata cara pelaksanaan tugas dan wewenang BPK; keanggotaan, tugas, wewenang dan tata cara persidangan Majelis Kehormatan Kode Etik BPK; serta tata cara pemilihan Ketua dan Wakil Ketua, pembagian tugas dan wewenang Ketua, Wakil Ketua dan Anggota BPK yang akan datang.

154

TUGAS/FUNGSI - PENGADILAN PERIKANAN - PENANGGUHAN PERPU NO. 2 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG UNDANG TENTANG PENANGGUHAN PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI PENGADILAN PERIKANAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 71 AYAT (5) UU NO. 31 TH. 2004 TENTANG PERIKANAN ABSTRAK : Bahwa berdasarkan Pasal 71 UU No. 31 Th. 2004 tentang Perikanan telah dibentuk pengadilan perikanan untuk pertama kali di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Medan, Pontianak, Bitung, dan Tual yang sudah melaksanakan tugas dan fungsinya paling lambat 2 (dua) tahun sejak berlakunya UU No. 31 Th. 2004 tentang Perikanan. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pengadilan perikanan tersebut diperlukan pemahaman kewenangan antar Pengadilan Negeri dan kesiapan sumber daya manusia, sarana, prasarana dan perangkat penunjang pelaksanaan lainnya baik di lingkungan pemerintah maupun lembaga peradilan dan untuk itu diperlukan waktu yang cukup untuk koordinasi dan harmonisasi hukum acara pengadilan perikanan, namun hal tersebut belum dapat terwujud sehingga dilakukan penangguhan pelaksanaan tugas dan fungsi Pengadilan Perikanan. Dasar Hukum : Pasal 22 ayat (1) UUD 1945; UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang ini mengatur tentang : penangguhan pelaksanaan tugas dan fungsi Pengadilan Perikanan pada Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Medan, Pontianak, Bitung dan Tual disertai dengan penjelasan. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2 Oktober 2006. Pembentukan pengadilan khusus perikanan dilatarbelakangi : 1. lambatnya proses peradilan umum untuk menangani tindak pidana perikanan; 2. proses peradilan yang berjalan selama ini jauh dari asas sederhana, cepat, dan biaya murah; 3. putusan yang dihasilkan juga tidak seimbang dengan tindakan yang dilakukan (hukuman ringan); 4. tidak optimalnya koordinasi diantara instansi-instansi terkait dalam penegakan hukum bahkan cenderung berebut dan bersaing sesuai kepentingannya masing-nasing;

STATUS

CATATAN

155

5.

semakin kompleksnya kasus-kasus tindak pidana perikanan sehingga membutuhkan suatu lembaga pengadilan khusus yang lebih profesional dan didukung SDM yang benar-benar menguasai persoalan tersebut.

Disebut sebagai pengadilan khusus karena Jaksa Penuntut Umum dipersyaratkan memahami teknis di bidang perikanan dan pernah mengikuti diklat di bidang perikanan, dimungkinkan adanya hakim Ad Hoc yang berasal dari lingkungan perikanan baik dari dunia akademis, instansi pemerintah, LSM, asosiasi, dan lain-lain, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan perkara singkat, dan pemeriksaan dapat dilakukan tanpa kehadiran terdakwa. Namun pembentukan pengadilan khusus perikanan ini menuai kritik dikarenakan keberadaan pengadilan ini akan menimbulkan kesimpangsiuran dan inkonsistensi asas penyatuatapan peradilan (pada MA) disamping melanggar sistematisasi lembaga peradilan. Selain itu, dalam proses pembentukannya, ditemui banyak kesulitan yang menyangkut masalah : 1. Hukum acara yang digunakan, khususnya menyangkut waktu untuk menyelesaikan perkara (dari Pengadilan Tingkat Pertama, Banding hingga Kasasi) yang dinilai terlalu cepat hanya 160 hari; 2. Masih kurangnya SDM yaitu Hakim, Jaksa Ad Hoc yang memahami masalah perikanan dan proses perekrutannya; 3. Menyangkut masalah alat bukti, dipersyaratkan sesuai dengan KUHAP padahal ada jenis alat bukti lain yang dapat dan kerap kali digunakan yaitu VMS (Vessel Monitoring System); 4. Tidak adanya mekanisme koordinasi khususnya pada tingkat penyidikan antara PPNS, TNI AL, dan Kepolisian; 5. Hal-hal lain terkait dengan format pengadilan misalnya susunan organisasi pengadilan, tugas dan fungsi, dan lain-lain; 6. Masalah anggaran. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya penangguhan pembentukan pengadilan perikanan.

156

TENAGA LISTRIK PENYEDIAAN/PEMANFAATAN - PERUBAHAN PP NO. 26 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK ABSTRAK : Bahwa dalam rangka mendorong percepatan diversifikasi energi untuk pembangkit tenaga listrik ke non bahan bakar minyak dan meningkatkan investasi swasta dalam usaha penyediaan tenaga listrik, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik Dasar Hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD 1945; UU No. 15 Tahun 1985; UU No. 32 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Perpu No. 3 Tahun 2004 yang telah ditetapkan dengan UU No 8 Tahun 2005; PP No. 10 Tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 3 Tahun 2005. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : Perubahan beberapa Ketentuan, Penjelasan Umum dan Penjelasan Pasal dalam PP No. 10 Tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 3 Tahun 2005, yaitu : 1. Ketentuan Pasal 11, di antara ayat (6) dan ayat (7) Pasal 11 disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (6a), dan setelah huruf c ayat (6) ditambah satu huruf, yakni huruf d, serta ayat (9) diubah; 2. Judul Bab VI Harga Jual dan Harga Beli Tenaga Listrik; 3. Ketentuan Pasal 32A diubah dan ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (4). Mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 5 Juli 2006. Proyek-proyek ketenagalistrikan bagi usaha penyediaan tenaga listrik oleh swasta terdiri dari : 1. Proyek yang ditentukan oleh Pemerintah (solicited) 2. Proyek yang tidak ditentukan oleh Pemerintah (un-solicited) yang dikhususkan untuk pengembangan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energi terbarukan, gas marginal dan kelebihan tenaga listrik (excess power); Dalam usaha penyediaan tenaga listrik oleh swasta, jenis-jenis kerjasama investasi yang dikembangkan antara lain : 1. Build Operate Own (BOO) 2. Build Operate Transfer (BOT) 3. Build Lease Transfer

STATUS

CATATAN

157

DAMRI PENYERTAAN MODAL - PENAMBAHAN PP NO. 27 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA KE DALAM MODAL PERUSAHAAN UMUM (PERUM) DAMRI ABSTRAK : Bahwa untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan kapasitas usaha Perusahaan Umum (Perum) DAMRI, perlu melakukan penambahan penyertaan modal Negara ke dalam Perusahaan Umum (Perum) DAMRI; kekayaan negara berupa 30 (tiga puluh) unit kendaraan bus ukuran sedang Motor Diesel 135 PS Tipe Isuzu Elf NKR 66 E/C yang pengadaannya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2002, dapat ditetapkan sebagai penambahan penyertaan modal Negara ke dalam modal Perusahaan Umum (Perum) DAMRI; maka perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Perusahaan Umum (Perum) DAMRI. Dasar Hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD 1945; UU No. 17 Tahun 2003; UU No. 19 Tahun 2003; UU No. 1 Tahun 2004; PP No. 31 Tahun 2002; PP No. 41 Tahun 2003; PP No. 44 Tahun 2005. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Perusahaan Umum (Perum) DAMRI, yaitu : 1. Penambahan penyertaan modal Negara berupa 30 (tiga puluh) unit kendaraan bus ukuran sedang Motor Diesel 135 PS Tipe Isuzu Elf NKR 66 E/C yang pengadaannya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2002; 2. Nilai penambahan penyertaan modal Negara seluruhnya sebanyak Rp. 5.385.000.000,00 (lima milyar tiga ratus delapan puluh lima juta rupiah); 3. Pelaksanaan penambahan penyertaan modal Negara dilakukan menurut UU No. 19 Tahun 2003, PP No. 41 Tahun 2003, dan PP No. 44 Tahun 2005. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 13 Juli 2006.

STATUS

158

PEMASYARAKATAN HAK WARGA SYARAT/TATACARA - PERUBAHAN PP NO. 28 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1999 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PELAKSANAAN HAK WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN ABSTRAK : Bahwa ketentuan mengenai pemberian remisi, asimilasi, cuti menjelang bebas dan pembebasan bersyarat perlu ditinjau ulang guna menyesuaikan dengan perkembangan hukum dan rasa keadilan dalam masyarakat, terutama terkait dengan Narapidana yang melakukan tindak pidana yang mengakibatkan kerugian yang besar bagi negara atau masyarakat atau korban yang banyak atau menimbulkan kepanikan, kecemasan, atau ketakutan yang luar biasa kepada masyarakat; maka perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Dasar Hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD 1945; UU No. 12 Tahun 1995; UU No. 3 Tahun 1997; PP No. 32 Tahun 1999. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : Perubahan beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999, yaitu: 1. Ketentuan Pasal 34; 2. Diantara Pasal 34 dan Pasal 35, disisipkan 1 (satu) pasal baru, yakni Pasal 34A; 3. Ketentuan Pasal 35; 4. Ketentuan Pasal 36; 5. Ketentuan Pasal 37 dihapus; 6. Ketentuan Pasal 41; 7. Diantara Pasal 42 dan Pasal 43 disisipkan 1 (satu) pasal baru, yakni Pasal 42A; 8. Ketentuan Pasal 43; 9. Ketentuan Pasal 49 dihapus; 10. Diantara Pasal 54 dan Bab IV Ketentuan Penutup disisipkan 1 (satu) pasal baru, yakni Pasal 54A. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Juli 2006. Peraturan tentang pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan ini mengacu kepada Resolusi Dewan Ekonomi dan Sosial No. 664 C (XXIV) tanggal 31 Juli 1957 dan No. 2076 (LXII) tanggal 13 Mei 1977 yang

STATUS

CATATAN

159

melahirkan Konvensi PBB tentang Standar Minimum bagi perlakuan terhadap narapidana. Hak warga binaan pemasyarakatan adalah : melakukan ibadah sesuai agama atau kepercayaannya, mendapat perawatan baik rohani maupun jasmani, mendapatkan pendidikan dan pengajaran, mendapatkan pelayanan kesehatan dan makan yang layak, menyampaikan keluhan, mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang, mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan, menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum atau orang tertentu lainnya, mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi), mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga, mendapatkan pembebasan bersyarat, mendapatkan cuti menjelang bebas, dan mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 14 UU No. 12 Th. 1995 tentang Pemasyarakatan) Ada 2 jenis remisi yang diakui : remisi umum yang diberikan pada hari Peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI dan remisi khusus yang diberikan pada hari besar keagamaan yang dianut oleh Narapidana dan Anak Pidana yang bersangkutan Pemberian bebas bersyarat harus memenuhi persyaratan yuridis, telah melalui 2/3 masa hukuman, dan kriteria lain seperti penerimaan masyarakat.

160

KPK PIMPINAN HAK KEUANGAN/PROTOKOL PP NO. 29 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG HAK KEUANGAN, KEDUDUKAN PROTOKOL, DAN PERLINDUNGAN KEAMANAN PIMPINAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI ABSTRAK : Bahwa untuk mendukung pelaksanaan tugas, wewenang dan kewajiban Komisi Pemberantasan Korupsi, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Hak Keuangan, Kedudukan Protokol, dan Perlindungan Keamanan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi. Dasar Hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD 1945; UU No. 8 Tahun 1987; UU No. 30 Tahun 2002; UU No. 17 Tahun 2003; UU No. 1 Tahun 2004; PP No. 62 Tahun 1990. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : Hak Keuangan, Kedudukan Protokol, dan Perlindungan Keamanan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi, dengan sistematika yaitu : 1. Ketentuan Umum; 2. Hak Keuangan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi; 3. Kedudukan Protokol; 4. Ketentuan Penutup. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 16 Agustus 2006.

STATUS

161

BHMN UNAIR - PENETAPAN PP NO. 30 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENETAPAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SEBAGAI BADAN HUKUM MILIK NEGARA ABSTRAK : Bahwa otonomi Perguruan Tinggi dalam arti luas merupakan prasyarat bagi Universitas Airlangga untuk mampu mewujudkan visi dan misi universitas sebagai kekuatan moral, intelektual, serta sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk menunjang terwujudnya masyarakat madani; Putusan Mahkamah Agung Nomor 01/P/HUM/Th2006 menyatakan tidak sah dan tidak berlaku untuk umum Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2005 tentang Statuta Universitas Airlangga dan menyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum terhitung setelah 90 (sembilan puluh) hari sejak tanggal dikeluarkan (disampaikan); Undang-undang yang mengatur mengenai badan hukum pendidikan belum ditetapkan, maka pengelolaan Universitas Airlangga berdasarkan prinsip otonomi, akuntabilitas, jaminan mutu, dan evaluasi yang transparan sebagai badan hukum perlu dijamin keberlangsungannya sehingga perlu menetapkan Universitas Airlangga sebagai Badan Hukum Milik Negara. Dasar Hukum : Pasal 5 ayat (2) UUD 1945; UU No. 20 Tahun 2003; UU No. 17 Tahun 2003; UU No. 1 Tahun 2004; UU No. 1 Tahun 2004; UU No. 14 Tahun 2005; PP No. 57 Tahun 1954; PP No. 60 Tahun 1999; PP No. 61 Tahun 1999; PP No. 6 Tahun 2006. Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang : Penetapan Universitas Airlangga Sebagai Badan Hukum Milik Negara, dengan sistematika yaitu : 1. Ketentuan Umum; 2. Penetapan; 3. Anggaran Dasar; 4. Ketentuan Peralihan; 5. Ketentuan Lain; 6. Ketentuan Penutup. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 14 September 2006. Konsep Badan Hukum Milik Negara ini diilhami oleh semangat mengembalikan dan melindungi fungsi institusi pendidikan sebagai alat untuk mentransformasikan nilai-nilai kemasyarakatan dan membebaskan pendidikan dari hegemoni kekuasaan. Pendidikan harus dikembalikan kepada masyarakat dan dilaksanakan dari, oleh dan untuk masyarakat.

STATUS

CATATAN

162

Dengan ditetapkannya Universitas Airlangga sebagai BHMN maka Unair mendapatkan keistimewaan boleh menggunakan uang sumbangan pendidikan untuk keperluan belajar tanpa lebih dahulu menyetor ke Pemerintah, memiliki kewenangan mendirikan satuan usaha akademik atau satuan usaha komersial, dan akan lebih leluasa merekrut sumber daya manusia untuk pembinaan mahasiswanya yang pandai dan potensial sehingga setelah lulus mereka langsung direkrut. Penetapan Unair sebagai BHMN ini diwarnai aksi unjuk rasa sebagai bentuk penolakan oleh para mahasiswa. Dalam argumen mereka, penetapan Perguruan Tinggi sebagai BHMN merupakan bentuk pelanggaran hak asasi warga negara untuk memperoleh pendidikan sebagaimana terdapat dalam Pasal 31 ayat (1) UUD 1945 karena Penetapan sebagai BHMN ini akan menghapuskan subsidi yang membawa dampak meningkatnya biaya pendidikan (SPP) hingga sulit terjangkau khususnya bagi kalangan menengah ke bawah. Para mahasiswa ini merujuk pada ketentuan Pasal 43 ayat (3) UU No. 20 Th. 2003 yang menjadi dasar penetapan Perguruan Tinggi sebagai BHMN, dimana dinyatakan bahwa Badan Hukum Pendidikan bersifat nirlaba. Namun hal ini dirasa kurang tepat karena dinyatakan bahwa pendidikan berbasis masyarakat bukan berarti tanggungjawab negara untuk menjamin hak warga negara atas pendidikan menjadi tereliminasi. Negara tetap bertanggungjawab menyediakan anggaran, sarana dan prasarana agar seluruh warga negara dapat menikmati kesempatan atas pendidikan secara merata dan tanpa diskriminasi sesuai dengan konsideran huruf (c) UU No. 20 Th. 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selain itu dalam pendidikan berbasis masyarakat mensyaratkan adanya jaminan atas penyelenggaraan pendidikan yang transparan, partisipatif dan akuntabel oleh penyelenggara pendidikan untuk memperkecil peluang terjadinya penyimpangan.

163

IBADAH HAJI PENYELENGGARAAN - BIAYA PERPRES NO. 70 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1427 H/2006 M ABSTRAK : Bahwa untuk kelancaran dan ketertiban dalam penyelenggaraan ibadah haji Tahun 1427 H/2006 M perlu ditetapkan biaya penyelenggaraan ibadah haji yang bervariasi sesuai perbedaan besarnya tarif penerbangan haji per zona; penetapan besarnya biaya penyelenggaraan haji musim haji tahun 1427 H/2006 M merupakan komponen biaya penyelenggaraan ibadah haji yang telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, dipandang perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1427 H/2006 M. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 17 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1427 H/2006 M. Menyatakan tidak berlakunya Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2005; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 1 Juli 2006. Penetapan kebijakan penyelenggaraan haji akan dilakukan dengan semangat transparansi, efisiensi, dan efektivitas, serta mengacu pada mekanisme tertib aturan dan administrasi dan aturan hukum. Ada delapan aspek yang ditempuh Pemerintah (Depag) untuk meningkatkan pelayanan dan penyelenggaraan haji yang lebih baik dan profesional yakni pendaftaran dan kuota, Bank Penerima Setoran (BPS) Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji, petugas haji, penerbangan, perumahan, katering, biaya daerah hingga laporan keuangan. Dari delapan aspek ini masalah penerbangan, pemondokan, katering dan laporan keuangan banyak menjadi sorotan karena aspek-aspek ini yang membuka peluang terjadinya penyimpangan dan penyelewengan dalam penyelenggaraan ibadah haji. Keberadaan Perpres ini sempat menarik perhatian masyarakat karena biaya haji yang ditetapkan dianggap terlalu mahal (dua kali lipat) dari musim umrah, menyangkut tarif angkutan haji dan biaya selama di Arab Saudi khususnya sewa pemondokkan di Mekkah dan Madinah.

STATUS

CATATAN

164

Kedua hal ini rentan terhadap penyelewengan karena untuk menentukan rekanan dalam pengadaan angkutan haji dan pemondokkan dilakukan dengan sistem penunjukkan langsung, padahal menurut ketentuan Peraturan Presiden No. 79 Tahun 2006 jo Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, untuk kegiatan pengadaan dengan nilai di atas Rp 50.000.000,00 adalah melalui pelelangan sehingga seharusnya penyelenggara haji mengadakan pelelangan terbuka agar pelaksanaan angkutan haji dapat dipertanggungjawabkan secara lebih luas kepada masyarakat. Selain itu masyarakat juga mengharapkan agar penyelenggara melakukan perhitungan yang transparan dengan membandingkan komponen biaya (menggunakan matriks) misalnya dengan tarif haji biasa.

165

PT. PLN (PERSERO) - PENUGASAN PERPRES NO. 71 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN KEPADA PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) UNTUK MELAKUKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK YANG MENGGUNAKAN BATUBARA ABSTRAK : Bahwa untuk mempercepat diversifikasi energi untuk pembangkit tenaga listrik ke non bahan bakar minyak dalam rangka pemenuhan kebutuhan tenaga listrik, diperlukan upaya untuk melakukan percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan batubara dan telah siap beroperasi pada tahun 2009, sehingga perlu menugaskan kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) selaku Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan untuk melakukan percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan batubara dalam Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 15 Tahun 1985; PP No. 10 Tahun 1989 sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan PP No. 26 Tahun 2006; PP No. 23 Tahun 1994; Keppres No. 80 Tahun 2003 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Perpres No. 8 Tahun 2006; Perpres No. 36 Tahun 2005. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Penugasan kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk melakukan percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan batubara. Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan sampai dengan tanggal 31 Desember 2009; Ditetapkan pada tanggal 5 Juli 2006. Dengan dikeluarkannya Perpres ini, PLN harus segera memulai pembangunan 40 PLTU berbahan bakar batu bara berkapasitas total 10.000 megawatt dengan target selesai sebelum 31 Desember 2009, juga direncanakan untuk membangun pembangkit listrik dengan kapasitas 22.000 Megawatt oleh PLN, swasta (Independent Power Producer-IPP), dan program kemitraan (antara PLN dengan perusahaan pembangkit skala kecil maupun IPP kecil). Berbeda dengan proyek pengadaan lain, berdasarkan Perpres ini, selain metoda pelelangan terbuka (untuk pembiayaan dengan dana tidak mengikat), dapat juga dilakukan dengan metoda pemilihan langsung (untuk pembiayaan dengan dana mengikat). Terkait dengan pemberian dana yang mengikat, para investor peserta tender yang hendak mengikuti proyek percepatan kelistrikan meragukan keseriusan pemerintah dalam menjamin kemampuan pendanaan proyek tersebut (menyangkut pengelolaan proyek

STATUS

CATATAN

166

dari aspek manjemen maupun finansial) sehingga kemudian para investor menuntut agar Pemerintah mengeluarkan surat jaminan kepada bank pemberi pinjaman atas kemampuan PT PLN untuk mendanai proyek tersebut, yang rencananya akan ditetapkan melalui Peraturan Presiden tentang Jaminan Bagi Pembayaran Kewajiban PT PLN. Perpres itu dibutuhkan karena kebijakan pinjaman ini berbenturan dengan Keppres No. 59 Tahun 1972 tentang Penerimaan Kredit Luar Negeri yang menyatakan bahwa BUMN hanya dapat dibenarkan menerima tawaran kredit luar negeri jika tidak disertai adanya keharusan jaminan pemerintah. Dari segi hukum, hal ini sudah tepat karena menurut asas hukum, suatu peraturan dapat diubah atau dibatalkan dengan peraturan yang lebih tinggi derajatnya atau sederajat, dalam hal ini juga adalah Keppres, namun dalam hierarki tata urutan perundangan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 7 (1) UU No. 10 Th. 2004 tentang Penyusunan Peraturan Perundang-undangan, Keppres tidak lagi ada dan digantikan dengan Peraturan Presiden (Perpres). Dalam rangka mendukung proses percepatan pembangunan tersebut akan juga dibentuk Tim Koordinasi yang bersifat lintas departemen melalui penetapan Peraturan Presiden.

167

TENAGA LISTRIK PEMBANGUNAN TIM KOORDINASI PERPRES NO. 72 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG TIM KOORDINASI PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK ABSTRAK : Bahwa tenaga listrik merupakan salah satu kebutuhan dasar penduduk sekaligus merupakan unsur pendukung kegiatan ekonomi sehingga perlu diupayakan agar senantiasa tersedia tenaga listrik dalam jumlah yang cukup merata dengan mutu pelayanan yang baik, dan untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan pembangkit tenaga listrik sampai dengan tahun 2009, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 15 Tahun 1985; PP No. 10 Tahun 1989 sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan PP No. 26 Tahun 2006. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Pembentukan Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik. Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan sampai dengan tanggal 31 Desember 2009; Ditetapkan pada tanggal 5 Juli 2006. Pembentukan Tim Koordinasi ini merupakan tindak lanjut dari Peraturan Presiden No. 71 Th. 2006 tentang Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang menggunakan batubara dimana rencana pembangunan PLTU-PLTU tersebut membutuhkan dukungan lintas departemen terkait pendanaan, pengadaan tanah, pembebasan dan kompensasi jalur transmisi, perizinan, perpajakan, kepabeanan, ketersediaan batu bara, serta percepatan persetujuan amdal. Peran Tim Koordinasi terutama sangat dibutuhkan untuk program pembebasan lahan guna pembangunan sarana jaringan transmisi.

STATUS

CATATAN

168

KEPOLISIAN TUNJANGAN STRUKTURAL PERPRES NO. 73 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN JABATAN DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ABSTRAK : STRUKTURAL

Bahwa dalam rangka pembinaan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan sehubungan dengan perkembangan keadaan, dipandang perlu mengatur kembali tentang Tunjangan Jabatan Struktural di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999; UU No. 2 Tahun 2002; PP No. 7 Tahun 1977 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan PP No. 66 Tahun 2005; PP No. 29 Tahun 2001 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan PP No. 68 Tahun 2005; Keppres No. 70 Tahun 2002. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : 1. Kepada Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan struktural di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia, diberikan Tunjangan Jabatan Struktural setiap bulan; 2. Tunjangan jabatan struktural diberikan berdasarkan eselon jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Menyatakan tidak berlaku Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2003; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 7 Juli 2006. Penyesuaian besaran tunjangan berlaku surut untuk beberapa bulan ke belakang terhitung sejak 1 Januari 2006, yang dimaksudkan untuk meningkatkan pembinaan anggota Polri dan PNS di lingkungan Polri. Pemberian tunjangan ini diberikan sesuai dengan eselon dari Pejabat yang bersangkutan, dan bagi mereka yang menjabat lebih dari satu jabatan hanya diberikan satu tunjangan jabatan yang tertinggi jumlahnya.

STATUS

CATATAN

169

PEMERINTAH PUSAT ANGGARAN BELANJA - PERUBAHAN PERPRES NO. 74 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN ANGGARAN 2005 ABSTRAK : Bahwa dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2005 tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2005, telah ditetapkan Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Tahun 2005 sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2004 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2005 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UndangUndang Nomor 9 Tahun 2005; dengan berubahnya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2004, telah terjadi perubahan atas Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2005 sehingga perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2005 tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2005. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 17 Tahun 2003; UU No. 1 Tahun 2004; UU No. 15 Tahun 2004; UU No. 36 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UU No. 9 Tahun 2005; PP No. 20 Tahun 2004; PP No. 21 Tahun 2004; Keppres No. 42 Tahun 2002 sebagaimana telah diubah dengan Keppres No. 72 Tahun 2004; Perpres No. 29 Tahun 2005. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Perubahan Ketentuan Pasal 1 dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2005 tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2005. Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan mempunyai daya laku surut sejak tanggal 25 Oktober 2005; Ditetapkan pada tanggal 10 Juli 2006.

STATUS

170

AIDS PENANGGULANGAN - KOMISI PERPRES NO. 75 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG KOMISI PENANGGULANGAN AIDS NASIONAL ABSTRAK : Bahwa dalam rangka meningkatkan efektivitas koordinasi penanggulangan AIDS sehingga lebih intensif, menyeluruh, dan terpadu, dipandang perlu menyempurnakan tugas dan fungsi serta keanggotaan Komisi Penanggulangan AIDS yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1994 tentang Komisi Penanggulangan AIDS dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, dengan sistematika yaitu : 1. Pembentukan, Kedudukan, dan Tugas; 2. Organisasi; 3. Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi dan Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten/Kota; 4. Tata Kerja; 5. Pembiayaan; 6. Ketentuan Peralihan; 7. Ketentuan Penutup. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1994; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 13 Juli 2006. Peraturan Presiden ini dipandang sebagai wahana keterpaduan dan koordinasi lintas sektoral lembaga pemerintahan dalam penanggulangan AIDS di Indonesia. Keberadaan Perpres ini menuai kritik dari masyarakat. Hal ini terjadi karena sangat sulit untuk menggerakkan Komisi Penanggulangan AIDS yang telah terbentuk khususnya di daerah jika aturan hukumnya hanya berbentuk Peraturan Presiden dan di daerah juga belum ditemui adanya peraturan perundangan yang kuat yang dapat menjadi landasan operasional yang memadai. Keberadaan peraturan ini dianggap sama kekuatannya dengan Keppres No. 36 Th. 1994 yang merupakan aturan hukum terdahulu, yang tidak mampu banyak menggerakan gubernur dan bupati/ walikota untuk melakukan sesuatu yang maksimal dalam penanggulangan HIV/AIDS di wilayahnya. Selain itu keberadaan Perpres ini dianggap tidak memadai karena hanya bersifat administratif dan hanya untuk mengatur aparat pemerintahan saja.

STATUS

CATATAN

171

BRR ORGANISASI/TATA KERJA - PERUBAHAN PERPRES NO. 76 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 34 TAHUN 2005 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SERTA HAK KEUANGAN BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATERA UTARA ABSTRAK : Bahwa untuk mempercepat kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah dan kehidupan masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara diperlukan organisasi yang dinamis dan fleksibel; susunan organisasi dan tata kerja serta hak keuangan Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 34 Tahun 2005 memerlukan penyempurnaan agar sesuai dengan kondisi lapangan. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 10 Tahun 2005; Perpres No. 34 Tahun 2005. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Perubahan Beberapa ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 34 Tahun 2005, yakni : 1. Ketentuan Pasal 9; 2. Ketentuan Pasal 10; 3. Ketentuan Pasal 12; 4. Diantara Bab III dan Bab IV disisipkan 1 (satu) Bab yakni Bab IIIA. Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan Ditetapkan pada tanggal 19 Juli 2006.

STATUS

172

ISI PERUBAHAN PERPRES NO. 77 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN SEKOLAH TINGGI SENI INDONESIA SURAKARTA MENJADI INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA ABSTRAK : Bahwa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang seni, dan/atau seni dan dalam rangka mewujudkan pusat unggulan seni, perlu mengubah Sekolah Tinggi Seni Indonesia Surakarta menjadi Institut Seni Indonesia Surakarta dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 20 Tahun 2003; PP No. 60 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Mengubah bentuk Sekolah Tinggi Seni Indonesia Surakarta menjadi Institut Seni Indonesia Surakarta. Menyatakan tidak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 1992; Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 20 Juli 2006. Perubahan Sekolah Tinggi Seni Indonesia menjadi Institut Seni Indonesia dikarenakan pertimbangan ketahanan budaya, dan wadah memperkokoh kehidupan seni dan budaya, pusat unggulan seni serta upaya perluasan kesempatan belajar masyarakat pada bidang seni. Perubahan status ini disambut gembira oleh kalangan kampus karena pihak kampus telah lama menginginkan perluasan mandat guna menyelenggarakan program doktor atau S-3 secara mandiri. Dan untuk perubahan status ini telah ditempuh serangkaian persetujuan yang disyaratkan mulai dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Menteri Pendidikan Nasional hingga Menteri Sekretaris Negara.

STATUS

CATATAN

173

AGAMA ISLAM - SEKOLAH TINGGI - PENDIRIAN PERPRES NO. 78 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENDIRIAN SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SORONG ABSTRAK : Bahwa dalam rangka memenuhi tenaga terdidik serta guna mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di bidang ilmu pengetahuan Agama Islam, dipandang perlu mendirikan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Sorong sebagai perguruan tinggi di lingkungan Departemen Agama. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 20 Tahun 2003; PP No. 60 Tahun 1999. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Mendirikan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Sorong Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 20 Juli 2006.

STATUS

174

BARANG/JASA PENGADAAN - PERUBAHAN PERPRES NO. 79 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH ABSTRAK : Bahwa untuk mempercepat pengadaan perumahan bagi masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan mayarakat Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara yang terkena bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara, dipandang perlu menyesuaikan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006, agar pelaksanaannya dapat dilakukan dengan cepat, efektif dan efisien dengan tetap berpegang pada prinsip persaingan sehat, transparan, terbuka dan perlakuan adil bagi semua pihak serta akuntabel. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 17 Tahun 2003; UU No. 1 Tahun 2004, UU No. 15 Tahun 2004; UU No. 10 Tahun 2005; PP No. 34 Tahun 2005; PP No. 80 Tahun 2003 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Perpres No. 8 Tahun 2006. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Perubahan beberapa ketentuan dalam Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006, yakni : 1. Penjelasan Pasal 17 ayat (5); 2. Penjelasan Pasal 22 ayat (5); 3. Lampiran I Bab I huruf C.1.a.4); 4. Lampiran I Bab I huruf C.1.b.4); Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 8 September 2006. Ketentuan mengenai Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang terdapat dalam Keppres No. 80 Tahun 2003 telah beberapa kali mengalami perubahan. Satu kali di tahun 2004, yang kedua dan ketiga di tahun 2005, dan dua terakhir di tahun 2006. Setelah Perpres ini pun ada perubahan keenam atas Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang dituangkan dalam Perpres No. 85 Tahun 2006.

STATUS

CATATAN

175

Perubahan ini dimaksudkan untuk membuat suatu sistem pengadaan yang adil dan efektif diantaranya menyangkut masalah bad governance dalam pengadaan, lingkungan usaha yang tidak bersaing sehat dan keterlibatan pelaku usaha yang terbatas. Umumnya untuk Pemerintah harga barang lebih mahal tapi kualitasnya rendah sedangkan untuk swasta harga lebih murah namun kualitasnya bagus. Hal-hal seperti inilah yang diharapkan dapat diperbaiki dengan melakukan perubahan atas ketentuan pengadaan barang/ jasa pemerintah.

176

TIPIKOR - HONORARIUM PERPRES NO. 80 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG HONORARIUM BAGI KETUA, WAKIL KETUA, ANGGOTA DAN SEKRETARIS TIM KOORDINASI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI ABSTRAK : Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu, prestasi, pengabdian, dan gairah kerja, dipandang perlu memberikan honorarium bagi Ketua, Wakil Ketua, Anggota dan Sekretaris Tim Koordinasi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dengan Peraturan Presiden. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 30 Tahun 2002. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : Honorarium Bagi Ketua, Wakil Ketua, Anggota dan Sekretaris Tim Koordinasi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 8 September 2006.

STATUS

177

TKI PENEMPATAN/PERLINDUNGAN - BADAN PERPRES NO. 81 TAHUN 2006 2006 PERATURAN PRESIDEN TENTANG BADAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA ABSTRAK : NASIONAL PENEMPATAN

Bahwa dalam rangka mewujudkan tujuan penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, perlu membentuk Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia sebagai lembaga pemerintah untuk melaksanakan kebijakan di bidang penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia secara terkoordinasi dan terintegrasi; bahwa pelaksanaan penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri merupakan tanggung jawab bersama dan melibatkan instansi pemerintah terkait, sehingga Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia dalam melaksanakan kebijakan penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia beranggotakan wakil-wakil instansi terkait serta dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 97 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. Dasar hukum : Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945; UU No. 9 Tahun 1992; UU No. 37 Tahun 1999; UU No. 13 Tahun 2003; UU No. 32 Tahun 2004; UU No. 39 Tahun 2004. Peraturan Presiden ini mengatur tentang : 1. Kedudukan, Tugas dan Fungsi; 2. Organisasi; 3. Tata Kerja; 4. Eselonisasi, Pengangkatan, dan Pemberhentian; 5. Tenaga Profesional; 6. Pembiayaan; 7. Ketentuan Lain-lain; 8. Ketentuan Peralihan; 9. Ketentuan Penutup. Menyatakan dihapusnya Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2006;

STATUS

178

CATATAN : -

Mulai berlaku pada tanggal ditetapkan; Ditetapkan pada tanggal 8 September 2006. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI ini didirikan dengan tujuan menghilangkan rangkap fungsi Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang selama ini bertindak sebagai regulator sekaligus operator untuk prosedur pengiriman TKI. Setelah badan ini berdiri, diharapkan kemudian Pemerintah hanya bertugas untuk mengkoordinasikan, memimpin teknis operasional, dan melakukan pengawasan. Badan ini mengatur prosedur pengiriman TKI termasuk persiapan dan pelatihan yang diperlukan yakni mulai dari perekrutan, pelatihan, pemberangkatan, pemulangan hingga melindungi TKI jika menemui masalah di negara tujuan. Dan Perusahaan TKI akan bekerjasama dengan badan tersebut guna memberangkatkan tenaga kerja.

179

PERLINDUNGAN TKI - KEBIJAKAN INPRES NO. 6 TAHUN 2006 2006 INSTRUKSI PRESIDEN TENTANG KEBIJAKAN REFORMASI SISTEM PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA ABSTRAK : Bahwa dalam rangka reformasi sistem penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, dipandang perlu untuk menetapkan Kebijakan Reformasi Sistem Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yang ditetapkan dengan Inpres. Instruksi Presiden ini mengatur tentang : 1. Menginstruksikan kepada : Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan; Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; Menteri Luar Negeri; Menteri Dalam Negeri; Menteri Keuangan; Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi; Menteri Perhubungan; Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia; Menteri Kesehatan; Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara; Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas; Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; Para Gubernur; Para Bupati/Walikota. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing dalam rangka pelaksanaan Kebijakan Reformasi Sistem Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, dengan berpedoman kepada program-program yang tercantum dalam Lampiran Instruksi Presiden ini. 2. Menginstruksikan kepada Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengkoordinasikan dan memantau pelaksanaan Inpres sesuai bidang tugasnya, serta melaporkan pelaksanaannya secara berkala. Agar melaksanakan Instruksi Presiden ini dengan penuh tanggung jawab.

3.

STATUS

Instruksi Presiden ini mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2 Agustus 2006.

180

CATATAN

Instruksi Presiden ini merupakan perwujudan tugas Pemerintah untuk mengatur, membina, melaksanakan, dan mengawasi penyelenggaraan penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri (Pasal 5 ayat (1) UU No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri) Reformasi Sistem Penempatan dan Perlindungan TKI dalam Inpres ini mencakup kebijakan penempatan TKI dengan program penyederhanaan dan desentralisasi pelayanan penempatan, peningkatan kualitas dan kuantitas calon TKI, serta pelayanan TKI di embarkasi dan debarkasi dengan sistem One Roof Service; kebijakan perlindungan TKI dengan program advokasi dan pembelaan TKI, penguatan fungsi perwakilan RI dalam perlindungan TKI; kebijakan pemberantasan calo/sponsor TKI dengan program pemberantasan praktek percaloan/sponsor TKI di daerah, pemberantasan tindakan premanisme dan percaloan di embarkasi/ debarkasi; kebijakan menyangkut peningkatan profesionalitas Lembaga Penempatan TKI; dan kebijakan dukungan lembaga perbankan dengan program pemberian fasilitas kredit bagi calon TKI, dan pengelolaan remitansi TKI.

181

You might also like