You are on page 1of 675

Sri Waluyanti

Alat Ukur
dan Teknik
Pengukuran
untuk
Sekolah Menengah Kejuruan

A
L
A
T

U
K
U
R

D
A
N

T
E
K
N
I
K

P
E
N
G
U
K
U
R
A
N

u
n
t
u
k

S
M
K


S
r
i

W
a
l
u
y
a
n
t
i
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
HET (Harga Eceran Tertinggi) Rp. 80.762,00
ISBN XXX-XXX-XXX-X
Buku ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah
dinyatakan layak sebagai buku teks pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2007 tanggal 5 Desember 2007 tentang
Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk Digu-
nakan dalam Proses Pembelajaran.
i





















































Sri Waluyanti;
Djoko Santoso;
Slamet;
dkk.
ALAT UKUR DAN TEKNIK
PENGUKURAN
Untuk SMK
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
ii

Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi Undang-undang






ALAT UKUR DAN TEKNIK
PENGUKURAN
Untuk SMK


Penulis : Sri Waluyanti
Djoko Santoso
Slamet
Umi Rochayati.

Ilustrasi, Tata Letak :
Perancang Kulit :

Ukuran Buku :




















Diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
410
WAL WALUYANTI, Sri, Djoko Santoso, Slamet, Umi Rochayati.
a Alat Ukur dan Teknik PengukuranUntuk SMK/oleh Sri Waluyanti, Djoko
Santoso, Slamet, Umi Rochayati. ---- Jakarta:Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, 2008.
iii

Penulis

1. Ketua
a. Nama : Sri Waluyanti, M.Pd
b. Institusi : Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY
c. Jabatan : Lektor

2. Anggota 1
a. Nama : Djoko Santoso, M.Pd
b. Institusi : Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY
c. Jabatan : Lektor

3. Anggota 2
a. Nama : Slamet, M.Pd
b. Pekerjaan : Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY
c. Jabatan : Lektor

4. Anggota 3
a. Nama : Umi Rochayati, M.T
b. Pekerjaan : Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY
c. Jabatan : Lektor


Editor
Nama : Drs. Ganefo Ginting, MT
Institusi : P4TK Teknologi Bangunan dan Listrik
Medan
iv

KATA PENGANTAR PENULIS

Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur kahadlirat Allah s.w.t.
atas segala rahmat dan kuruniaNya hingga penyusunan buku kejuruan
SMK Alat Ukur dan Teknik Pengukuran ini dapat terselesaikan.
Buku ini disusun dari tingkat pemahaman dasar besaran listrik,
jenis-jenis alat ukur sederhana hingga aplikasi lanjut yang merupakan
gabungan antar disiplin ilmu. Untuk alat ukur yang wajib dan banyak
digunakan oleh orang yang berkecimpung maupun yang mempunyai
ketertarikan bidang elektronika di bahas secara detail, dari pengertian, cara
kerja alat, langkah keamanan penggunaan, cara menggunakan, perawatan
dan perbaikan sederhana. Sedangkan untuk aplikasi lanjut pembahasan
dititik beratkan bagaimana memaknai hasil pengukuran. Penyusunan ini
terselesaikan tidak lepas dari dukungan beberapa pihak, dalam
kesempatan ini tak lupa kami sampaikan rasa terimakasih kami kepada :

1. Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Ditjen Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Deparmeten Pendidikan Nasional
yang telah memberi kepercayaan pada kami
2. Kesubdit Pembelajaran Direktorat Pembinaan SMK beserta staff yang
telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan dukungan
hingga terselesaikannya penulisan buku.
3. Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta beserta staff
yang telah membantu kelancaran administrasi
4. Ketua Jurusan beserta staff Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY
atas fasilitas dan dukungannya hingga terselesaikannya tugas ini.
5. Teman-teman sesama penulis buku kejuruan SMK di lingkungan FT-
UNY atas kerjasama, motivasi, pengertian dan dukungan kelancaran
pelaksanaan.
6. Para teknisi dan staff pengajaran yang memberi kelonggaran
penggunaan laboratorium dan kelancaran informasi.
7. Dan orang yang selalu ada di hati dan di samping penulis dengan
segala pengertian, dukungan semangat dan motivasi hingga
terselesaikannya penyusunan buku ini.

Tak ada yang sempurna kecuali Dia yang memiliki segala puji. Oleh karena
itu masukan dan saran penulis harapkan untuk kesempurnaan penulisan
ini, atas saran dan masukannya diucapkan banyak terimakasih.

Yogyakarta, 15 Nopember 2007
Tim penyusun :

1. Sri Waluyanti Ketua
2. Djoko Santoso Anggota
3. Slamet Anggota
4. Umi Rochayati Anggota


v

KATA SAMBUTAN


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia Nya,
Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional, pada tahun 2008, telah melaksanakan penulisan pembelian
hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis untuk disebarluaskan kepada
masyarakat melalui website bagi siswa SMK.

Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK yang memenuhi syarat
kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2008.

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh penulis
yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen
Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta
didik SMK di seluruh Indonesia.

Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen
Pendidikan Nasional tersebut, dapat diunduh (download), digandakan, dicetak,
dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun untuk penggandaan yang
bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan
oleh Pemerintah. Dengan ditayangkannya soft copy ini akan lebih memudahkan
bagi masyarakat untuk mengaksesnya sehingga peserta didik dan pendidik di
seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri dapat
memanfaatkan sumber belajar ini.

Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Selanjutnya, kepada
para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat
memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih
perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami
harapkan.



Jakarta,
Direktur Pembinaan SMK





vi

DAFTAR ISI
BAB Halaman
Penulis iii
KATA PENGANTAR PENULIS iv
KATA SAMBUTAN v
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL xvi
DAFTAR GAMBAR xviii
LEMBAR PENGESAHAN xxxvi
GLOSARRY xxxvii
SINOPSIS xlii
PETA KOMPETENSI xliii
KONSEPSI PENULISAN xlviii
1. PENDAHULUAN 1
1.1. Parameter Alat Ukur 1
1.1.1. Sistem Satuan Dalam Pengkuran 3
1.1.2. Satuan Dasar dan Satuan Turunan 3
1.1.3. Sistem-sistem satuan 4
1.1.4. Sistem Satuan Lain 6
1.2. Kesalahan Ukur 6
1.2.1. Kesalahan kesalahan Umum 6
1.2.2. Kesalahan-kesalahan sistematis 8
1.2.3. Kesalahan-kesalahan Tidak Sengaja 9
1.3. Klasifikasi Kelas Meter 9
1.4. Kalibrasi 10
1.4.1. Kalibrasi Ampermeter Arus Searah 10
1.4.2. Kalibrasi Voltmeter Arus Searah 11
1.5. Macam-macam Alat Ukur Penunjuk Listrik 12
1.5.1. Alat Ukur Kumparan putar 13
1.5.2. Alat Ukur Besi Putar 19
1.5.2.1. Tipe Tarikan (Attraction) 20
1.5.2.2. Tipe Tolakan (Repolsion) 22
1.5.3. Alat Ukur Elektrodinamis 24
1.5.4. Alat Ukur Elektrostatis 27
1.6. Peraga Hasil Pengukuran 28
1.6.1. Light Emitting Dioda (LED) 28
1.6.2. LED Seven Segmen 30
1.6.3. LCD Polarisasi Cahaya 33
1.6.4. Tabung Sinar Katoda (Cathode Ray Tube/CRT) 35
1.6.4.1. Susunan Elektroda CRT dan Prinsip Kerja 35
1.6.4.2. Layar CRT 38
1.6.4.3. Gratikulasi 40
2. MULTIMETER
2.1. Multimeter Dasar 42
2.1.1. Ampermeter Ideal 42
2.1.2. Mengubah Batas Ukur 43
2.1.3. Ampermeter AC 47
2.1.4. Kesalahan Pengukuran 48
2.1.4.1. Kesalahan Paralaks 48
2.1.4.2. Kesalahan Kalibrasi

49
vii

2.1.4.3. Kesalahan Pembebanan 50
2.2. Voltmeter
55
2.2.1. Mengubah Batas Ukur 55
2.2.2. Hambatan Masukkan Voltmeter 58
2.2.3. Kesalahan Pembebanan Voltmeter 59
2.3. Ohmmeter 63
2.3.1. Rangkaian Dasar Ohmmeter Seri 63
2.3.2. Ohmmeter Paralel 66
2.4. Multimeter Elektronik Analog 67
2.4.1. Kelebihan Multimeter Elektronik 67
2.4.2.. Konstruksi Multimeter Analog 69
2.4.3. Multimeter Elektronik Fungsi Tegangan DC 69
2.4.4. Multimeter Elektronik Fungsi Tegangan AC 70
2.4.5. Multimeter Elektronik Fungsi Ohm 71
2.4.6. Parameter Multimeter Elektronik Analog 72
2.4.6.1. Spesifikasi dan Parameter Multimeter Elektronik 72
2.4.6.1.1. Spesifikasi Umum 72
2.4.6.1.2. Range Pengukuran dan Akurasi 72
2.4.6.2. Langkah Keselamatan Alat 73
2.4.7. Prosedur Pengoperasian 74
2.4.7.1. Persiapan Pengukuran 74
2.4.7.2. Panel Depan dan Fungsi Multimeter 75
2.4.7.3. Pengukuran Tegangan 78
2.4.7.3.1. Pengukuran Tegangan DC 78
2.4.7.3.2. Pengukuran Tegangan AC 80
2.4.7.4. Kalibrasi Voltmeter 81
2.4.7.4.1. Kalibrasi Uji Kelayakan Meter 82
2.4.7.4.2. Harga Koreksi Relatif dan Kesalahan Relatif 84
2.4.7.5. Pengukuran Arus DC 85
2.4.7.5.1. Kalibrasi Arus 87
2.4.7.5.2. Harga Koreksi Relatip dan kesalahan relatip 89
2.4.8. Pengukuran Tahanan 90
2.4.9. Pengukuran Keluaran Penguat Audio Frekuensi (dB) 94
2.4.10. Pengukuran Arus Bocor (ICEO) transistor 95
2.4.11. Pengukuran Dioda ( termasuk LED) 96
2.4.12. Pengukuran Kapasitor 98
2.4.12. Pengetesan Komponen 99
2.4.13.1. Pengetesan Dioda 99
2.4.13.2. Pengetesan Transistor 102
2.4.13.3. Pengetesan SCR 104
2.4.14. Perawatan 106
2.4.14.1. Mengganti Sekering 106
2.4.14.2. Perawatan Penyimpanan Meter 107
2.4.15. Perbaikan 107
2.5. Multimeter Elektronik Digital 109
2.5.1. Bagian-bagian Multimeter Digital 109
2.5.2. Spesifikasi Digital Multimeter 112
2.5.3. Prinsip Dasar Pengukuran 115
2.5.3.1. Voltmeter 115
2.5.3.2. Ohmmeter 117
2.5.3.3. Pengukuran Frekuensi 117
2.5.3.4. Pengukuran Perioda dan Interval Waktu 118
viii

2.5.3.5. Kapasitansimeter 120
2.5.4. Petunjuk Pengoperasian 122
2.554. Mengatasi Gangguan Kerusakan 123
3. LCR METER
3.1. Prinsip Dasar Pengukuran Komponen LCR 126
3.1.1. Prinsip pengukuran Resistansi 126
3.1.1.2. Jembatan Kelvin 128
3.1.1.3. Jembatan Ganda Kelvin 130
3.1.2. Prinsip Dasar Pengukuran L 132
4.2. LCR meter model 740 140
3.2.1 Spesifikasi LCR meter 140
3.2.2. Pengoperasian 143
3.3. Pembacaan Nilai Pengukuran 145
3.3.1. Pengukuran Resistansi 146
3.3.2. Pengukuran Kapasitansi 149
3.3.3. Pengukuran Induktansi 153
3.4. Pengukuran Resistansi DC Dengan Sumber Luar 156
3.5. Pengukuran resistansi DC 158
4. PENGUKURAN DAYA
4.1. Pengukuran Daya Rangkaian DC 160
4.2. Pengukuran Daya Rangkaian AC 162
4.2.1 Metoda tiga Voltmeter dan metode tiga Ampermeter 163
4.3. Wattmeter 164
4.3.1. Wattmeter satu fasa 164
4.3.2. Wattmeter tiga fasa 166
4.3.3. Pengukuran Daya Reaktif 168
4.3.4. Konstruksi dan Cara Kerja Wattmeter 168
4.3.4.1. Wattmeter tipe elektrodinamometer 168
4.3.4.2. Wattmeter tipe induksi 169
4.3.4.3. Wattmeter tipe thermokopel 170
4.3.4.4. Prinsip Kerja Wattmeter Elektrodinamometer 171
4.3.5. Spesifikasi Alat 175
4.3.6. Karakteristik 175
4.3.7. Prosedur Pengoperasian 175
4.3.7.1. Pengukuran daya DC atau AC satu fasa 175
4.3.7.2. Pengukuran daya satu fasa jika arus melebihi nilai
perkiraan
176
4.3.7.3. Pengukuran daya satu fasa jika tegangan melebihi nilai
perkiraan
176
4.3.7.4. Pengukuran daya satu fasa jika tegangan dan arus
melebihi nilai perkiraan
177
4.3.7.5. Pengukuran daya tiga fasa (metode dua watt meter) 177
4.3.7.6. Pengukuran daya tiga fase jika tegangan dan arus
melebihi nilai perkiraan
178
4.3.8. Pemilihan Range 179
4.3.9. Keselamatan Kerja 179
4.3.10. Error (Kesalahan) 179
4.4. Error Wattmeter 180
4.5. Watt Jam meter 183
4.5.1. Konstruksi dan Cara Kerja Wattjam meter 184
4.5.2. Pembacaan 186
4.6. Meter Solid States 187
ix

4.7. Wattmeter AMR 187
4.8. Kasus Implementasi Lapangan 188
4.9. Faktor Daya 191
4.9.1. Konstruksi 191
4.9.2. Cara Kerja 192
4.9.3. Faktor Daya dan Daya 195
4.9.4. Prosedur Pengoperasian Cos Q meter 198
4.10. Metode Menentukan Urutan Fasa 200
4.10.1. Kawat Penghantar Tiga Fasa 200
4.10.2. Prinsip Dasar Alat Indikator Urutan Fasa 203
4.10.3. Cara Kerja Alat 203
4.10.4. Prosedur Pengoperasian Alat 206
5. PENGUJI TAHANAN ISOLASI DAN KUAT MEDAN
5.1.1. Pengujian Tahanan Isolasi 210
5.1.2. Pengukuran Tahanan Isolasi 212
5.2. Tahanan Pentanahan (Earth Ground Resistance) 216
5.2.1. Cara Menguji Sistem Pentanahan 217
5.2.2. Pentanahan dan Fungsinya 217
5.2.3. Nilai Tahanan yang Baik 218
5.2.4. Dasar-dasar Pentanahan 219
5.2.4.1. Komponen elektroda pentanahan 219
5.2.4.2. Hal-hal yang mempengaruhi tahanan tanah 220
5.2.5. Metode Pengetesan Pentanahan Tanah 222
5.2.5.1. Ukuran tahanan tanah 223
5.2.5.2. Cara menghitung tahanan tanah 223
5.2.5.3. Cara mengukur tahanan tanah 224
5.2.6. Metode Pengetesan Pentanahan Tanah 224
5.2.6. 1. Cara kerja uji Drop Tegangan 225
5.2.6. 2. Cara Menempatkan Tiang Pancang 225
5.2.6. 3. Ukuran selektif 226
5.2.7. Metode Pengetesan Pentanahan Tanah Ukuran Tanpa
Pancang
227
5.2.7.1. Ukuran impedansi tanah 229
5.2.7.2. Tahanan tanah dua kutub 229
5.2.7.3. Mengukur Tahanan Tanah di Kantor Pusat 230
5.2.8. Aplikasi Tahanan Pentanahan yang Lain 233
5.2.8. 1. Lokasi aplikasi 233
5.2.8. 2. Uji-uji yang direkomendasikan 234
5.3. Pengukuran Medan 235
5.3.1. Field meter Statik : 235
5.3.1.1. Data Teknik 239
5.3.1.1.1. Ukuran Fieldmeter Statik 239
5.3.1.1.2. Letak Pin : 240
5.3.1.2. Metode Pengukuran 240
5.3.1.2.1. Pengaturan Offset 240
5.3.1.2.2. Penghitungan Pengisian Muatan 240
5.3.1.3. Perawatan 241
5.3.1.4. Instruksi Peringatan 241
5.3.2. Field meter Statik Digital 241
5.3.2.1. Diskripsi Instrument 241
5.3.2.2. Fungsi Display 242
5.3.2.3. Prosedur Pengukuran 242
x

5.3.2.3.1. Set-up 242
5.3.2.3.2. Persiapan Pengukuran 243
5.3.2.4. Data Teknik 243
5.3.3. Smart Field Meter 243
6. PEMBANGKIT SINYAL
6.1. Fungsi Generator 247
6.1.1. Pendahuluan 247
6.1.2. Konstruksi dan Cara kerja 247
6.1.3. Spesifikasi 249
6.1.4. Prosedur Pengoperasian 250
6.1.4.1.Troubleshooting dengan teknik signal tracing 250
6.1.4.2. Troubleshooting menggunakan teknik sinyal pengganti 251
6.1.5. Penggunaan generator fungsi sebagai bias dan sumber
sinyal
252
6.1.5.1. Karakteristik beban lebih pada amplifier 253
6.1.5.2. Pengukuran Respon Frekuensi 253
6.1.5.3. Setting Peralatan Tes 254
6.1.5.4. Peraga Respons Frekuensi 254
6.1.5.5. Pengetesan Tone Control Sistem Audio 255
6.1.4.6. Pengetesan speaker dan rangkaian impedansi 256
6.1.4.7 Keselamatan Kerja 258
6.2. Pembangkit Frekuensi Radio 258
6.2.1. Konstruksi dan Cara Kerja 259
6.2.1.1. Direct Digital Synthesis 259
6.2.1.2. Creating Arbitrary Waveform 262
6.2.1.3. Pembangkit Gelombang 265
6.2.1.4. Generasi Bentuk Gelombang Pulsa 265
6.2.2. Ketidaksempurnaan Sinyal 266
6.2.2.1. Cacat Harmonis 266
6.2.2.2. Cacat Non-Harmonis 267
6.2.2.3. Pasa Noise 267
6.2.2.4. Kesalahan Kuantisasi 268
6.2.2.5. Pengendali Tegangan Keluaran 268
6.2.3. Pengendali Tegangan Keluaran 270
6.2.3.1. Rangkaian Tertutup Ground 270
6.2.3.2. Atribut Sinyal AC 271
6.2.4. Modulasi 273
6.2.4.1. Modulasi Amplitudo (AM) 274
6.2.4.2. Frequency Modulation (FM) 274
6.2.4.3. Frequency-Shift Keying (FSK) 275
6.2.4.5. Sapuan Frekuensi 276
6.2.4.6. Sinyal Sinkron dan Marker 277
6.2.4.6.1. Burst 277
6.2.4.6.2. Gated Burst 279
6.2.5. Spesifikasi Alat 279
6.2.6. Prosedur Pengoperasian Pengukuran Pulsa noise 280
6.3. Pembangkit Pulsa 282
6.4. Sweep Marker Generator 282
6.4.1. Prosedur Pengoperasian 282
6.4.1.1. Alignment penerima AM 282
6.4.1.2. Alignment penerima Komunikasi FM 284
xi

7. Osiloskop
7.1. Pengantar 287
7.1.1. Pemahaman Dasar Sinyal 287
7.1.2. Pengetahuan dan Pengukuran Bentuk Gelombang 289
7.1.2.1. Gelombang kotak dan segiempat 291
7.1.2.2. Gelombang gigigergaji dan segitiga 292
7.1.2.3. Bentuk Step dan Pulsa 292
7.1.2.4. Sinyal periodik dan Non periodik 292
7.1.2.5. Sinyal sinkron dan tak sinkron 292
7.1.2.6. Gelombang kompleks 293
7.1.3. Pengukuran Bentuk Gelombang 294
7.1.3.1. Frekuensi dan Perioda 294
7.1.3.2. Tegangan 294
7.1.3.3. Amplitudo 294
7.1.3.4. Pasa 295
7.1.3.5. Pergeseran Pasa 295
7.2. Operasi Dasar CRO 295
7.2.1. Prinsip Kerja Tabung Sinar Katoda 298
7.2.2. Sensitivitas Tabung 300
7.3. Jenis-Jenis Osiloskop 301
7.3.1. Osiloskop Analog 301
7.3.2. Jenis- jenis Osiloskop Analog 302
7.3.2.1. Free Running Osciloscope 302
7.3.2.2. Osiloskop sapuan terpicu 303
7.3.2.3. CRO Dua Kanal 305
7.3.2.4. CRO Penyimpanan Analog (Storage Osciloscope) 308
7.4. Osiloskop Digital 313
7.4.1.Prinsip Kerja CRO Digital 313
7.4.2. Metoda Pengambilan Sampel 314
7.4.3. Pengambilan Sampel Real-Time dengan Interpolasi 314
7.4.4. Ekuivalensi Waktu Pengambilan Sampel 316
7.4.5. Osiloskop Penyimpan Digital 316
7.5. Spesifikasi Osiloskop 318
7.5.1. Spesifikasi Umum 318
7.5.2. Mode Peraga Vertikal 318
7.5.3. Perhatian Keamanan 319
7.6. Pengukuran Dengan Osikoskop 319
7.6.1. Pengenalan Panel Depan dan Fungsi 319
7.6.2. Pengukuran Tegangan DC 321
7.6.3. Pengukuran Tegangan AC 323
7.6.4. Pengukuran Frekuensi 326
7.6.4.1. Peralatan yang Dibutuhkan 326
7.6.4.2. Pengukuran Frekuensi Langsung 327
7.6.4.3. Pengukuran Frekuensi Model Lissayous 328
7.6.5. Pengukuran Pasa 329
7.7.1. MSO Sumbu XYZ Aplikasi Pada Pengujian Otomotif 331
7.7.2. Mixed Signal Oscilloscope 331
7.7.3. Osiloskop Digital Pospor (Digital Phospor Osciloscope /
DPO)
331
7.7.4. Arsitektur Pemrosesan Paralel 332
7.7.5. Mudah Penggunaan 335
7.7.6. Probe 336
7.8. Pengoperasian Osiloskop 338
7.8.1. Pengesetan 338
7.8.2. Menggroundkan osiloskop 338
7.8.3. Ground Diri Pengguna 339
xii

7.8.4. Pengaturan Pengendali 339
7.8.5. Penggunaan Probe 339
7.8.6. Pengukuran Tegangan 342
7.8.7. Pengukuran Waktu dan Frekuensi 342
7.8.8. Pengukuran Lebar dan Waktu Naik Pulsa 343
7.8.9. Pengukuran Pergeseran Pasa 344
8. FREKUENSI METER

8.1. Frekuensi Meter Analog . 345
8.1.1. Alat ukur frekuensi jenis batang atau lidah bergetar 345
8.1.2. Alat pengukur frekuensi dari type alat ukur rasio 347
8.1.3. Alat ukur frekuensi besi putar 348
8.2. Frekuensi Meter Digital 349
8.2.1. Prinsip kerja 349
8.2.2. Rangkaian frekuensi meter digital yang disederhanakan 353
8.3. Metode Pengukuran 354
8.3.1. Pengukuran Frekuensi dengan counter 354
8.3.2 Pengukuran Frekuensi System Heterodyne 355
8.3.3. Pengukuran Perioda Dengan Counter Perioda Tunggal 357
8.3.4. Pengukuran Perbandingan atau Perbandingan Ganda 359
8.3.5. Pengukuran Interval Waktu dengan Counter 359
8.3.6. Pengukuran Interval Waktu 360
8.3.7. Totalizer 362
8.4. Kesalahan pengukuran 365
8.4.1. Kesalahan pada gate 365
8.4.2. Kesalahan Time Base 366
8.4.3. Kesalahan Level trigger. 368
9. PENGANALISA SPEKTRUM
9.1. Pengantar dan Sejarah Perkembangan Spektrum Analiser 370
9.1.1.Tantangan Pengukuran Sinyal RF Modern 372
9.1.2. Pertimbangkan Pengukuran 372
9.2. Jenis-jenis Penganalisa Spektrum 373
9.2.1. Penganalisa Spektrum tersapu 373
9.2.2. Penganalisa Vektor Sinyal dengan Analisis Modulasi
Digital
374
9.2.3. Kunci Konsep Analisis Spektrum Waktu Riil 377
9.3. Dasar Analisa Spektrum Waktu Riil 381
9.3.1. Analisa Multi Ranah Korelasi Waktu 381
9.3.2. Prinsip Kerja Spektrum Analisa Waktu Riil 383
9.3.3. Penganalisa Spektrum Waktu Riil 384
9.3.4. Pengaruh Ranah Frekuensi dan Waktu Terhadap
Kecepatan Pencuplikan
388
9.3.5. Pemicuan Waktu Riil 389
9.3.5.1. Sistem Picu dengan Akuisis Digital 390
9.3.5.2. Mode Picu dan Corak 392
9.3.5.3. Sumber-sumber Picu RSA 392
9.3.5.4. Membangun Topeng Frekuensi 394
9.3.5.5. Pewaktuan dan Picu 395
9.3.5.6. Baseband DSP 396
9.3.5.7. Kalibrasi / Normalisasi 396
9.3.5.8. Penyaringan 396
9.3.5.9. Analisa Transformasi Fast Fourier 397
9.3.5.10. Modulasi Amplitudo, Frekuensi dan pasa 401
xiii

9.3.5.11. Pengukuran Ranah frekuensi 404
9.4. Aplikasi Dalam Penggunaan 415
9.4.1. Informasi Keselamatan 415
9.4.2. Mengukur Perbedaan antara Dua Sinyal Pada Layar 416
9.4.3. Resolving SInyal of Equal Amplitudo 418
9.4.4. Pemecahan Sinyal 419
9.4.5. Pengukuran Frekuensi 421
9.4.6. Pengukuran Sinyal Terhadap Noise 422
9.4.7. Demodulasi Sinyal AM 423
10. PEMBANGKIT POLA
10.1. Latar Belakang Sejarah 431
10.2. Sinyal Pengetesan 432
10.2.1. Komponen Sinkronisasi 432
10.2.2. Sinyal Luminansi (Video Monokrom) 433
10.2.3. Informasi Warna (Krominansi) 433
10.2.4. Ukuran IRE 434
10.2.5. Sinyal Tes TV 434
10.3. Pola Standar 435
10.3.1. Pola Pengetesan EIA 436
10.3.2. Penyusunan Bingkai 436
10.3.3. Pemusatan 436
10.3.3. Linieritas Pembelokan 437
10.3.4. Aspek Perbandingan 439
10.3.5. Cakupan Kontras 439
10.3.6. Penjalinan Gambar (Interlacing) 439
10.3.7. Resolusi 440
10.4. Pola Pengetesan Batang Untuk Pengecekan Lapisan 442
10.4.1. Pengetesan Ringing Dalam Gambar 442
10.4.2. Sinyal Monoscope 444
10.4.3. Chart Bola Untuk Pengetesan Linieritas Kamera 444
10.4.4. Sinyal Batang Warna Standar EIA 446
10.4.5. Batang SMPTE 447
10.4.6. Batang Bidang Putih Penuh 100% 449
10.4.7. Batang Warna Putih EIA 75% 450
10.4.8. Jendela 450
10.5. Pengembangan Pola 451
10.6. Pembangkit Pola 453
10.6.1. Blok diagram Pattern generator 455
10.6.2. Kontrol dan Spesifikasi Pola generator 458
10.7. Spesifikasi 459
10.8. Aplikasi 459
10.8.1. Prosedur Penggunaan Pembangkit Pola 459
10.8.2. Pengukuran Lebar Penalaan Tuner Televisi 461
10.8.3. Pengaturan Gambar dan Suara Menggunakan Pattern
generator
462
10.8.4. Pembangkit pola dipasaran 464
10.8.5. Pola Pengetesan Sinyal Video 467
11.MESIN TESTER
11.1. Pengantar 468
11.1.1. MSO 470
11.1.2. Verivikasi Sifat operasi Sistem Whindshield Wiper 471
xiv

Automatis
11.1.3. Pemicuan MSO Pada Bingkai Kesalahan 474
11.1.4. Pemicuan MSO Mengungkapkan Glitch Acak 476
11.1.5. Penambahan Pengetesan Throughput ECU Otomotip 477
11.1.6. Karakteristik Input dan Output 478
11.2. Elektronik Pengetesan Fungsi Otomotif Menggunakan 479
Sistem Komponen
11.2.1. Penghitungan 479
11.2.2. Komunikasi Serial 481
11.2.3. Instrumentasi Pengukuran Frekuensi Rendah 482
11.2.4. Pensaklaran Beban dan Pengukuran 483
11.2.5. Peletakkan Semua Bersama 485
11.3. Aplikasi 486
11.3.1. Pengetesan Rem Anti-lock dan Kontrol Daya Tarik 486
11.3.1.1. Sensor Reluktansi yang dapat divariasi 486
11.3.1.2. Deteksi Kelicinan Roda 486
11.3.1.3. Pengetesan Deteksi Kelicinan Roda 487
11.3.2. Pengetesan Ambang Kecepatan Roda 487
11.3.3. Pengetesan Selenoid Pengarah 488
11.3.4. Pengetsan Smart Drivers 490
11.3.5. Pengujian Remote Keyless Elektronik Otomotif 491
11.3.6. Perlindungan Immobilizer 492
11.3.7. Pengetesan Pengapian 494
11.3.8. Pengetesan Kepemilikan 495
11.3.9. Pengetesan Sistem Pemantauan Tekanan Ban (TPMS) 496
11.3.10. Kalibrasi Pengukuran Kerugian Jalur 499
11.3.11. Kerugian Jalur Pengukuran dan Kalibrasi Pesawat 500
11.3.12. Mesin Tester 501
11.3.13. Spesifikasi 502
11.3.14. Keunikan Pengetesan Fungsi Otomotif 502
11.4. Rupa rupa Penguji Mesin 504
11.5. Penganalisa Gas 505
12. SISTEM POSISI GLOBAL (GPS)
12.1. Pengantar Teknologi GPS 518
12.1.1. Segemen ruang 521
12.1.2. Gerakan Satelit 522
12.1.3. Konstruksi GPS Satelit 523
12.1.4. Sinyal Satelit 525
12.1.5. Segmen Kontrol 526
12.1.6. Segmen Pemakai 527
12.2. Cara Bekerja GPS 528
12.2.1. Koreksi Perbedaan Posisi 528
12.2.2. Navigasi Sederhana 529
12.2.3. Menghitung Jarak Satelit 531
12.2.4. Perhitungan Posisi 532
12.2.5. Sumber-sumber kesalahan 533
12.3. Differential GPS (DGPS) 539
12.3.1. Koreksi Perbedaan Posisi 539
12.3.2. Menentukan Nilai Koreksi 539
12.3.3. Penyiaran Nilai Koreksi 540
12.3.4. Koreksi Pengukuran Cakupan Semu 540
12.3.5. Penerima Acuan 541
xv

12.4. Petunjuk Pengoperasian GPS Maestro 4050 542
12.4.1. Instalasi GPS 543
12.4.2. Pengoperasian Dasar 544
12.4.3. Menu Utama 545
12.4.4. Point Of Interest (POI) 546
12.4.5. Perencana Perjalanan (Trip Planner) 547
12.4.6. Prosedur Point Of Interest (POI) 551
12.4.7. Prosedur Perencana Perjalanan (Trip Planner) 552
13. PERALATAN ELEKTRONIKA KEDOKTERAN
13.1.1 MRI (Magnetic Resonance Imaging) 554
13.1.1.1.Scan MRI 556
13.1.1.2.Konstruksi Mesin MRI 557
13.1.1.3. Resonansi Magnetik 559
13.1.1.4. Keselamatan MRI 561
13.1.1.5. Magnet MRI 562
13.1.1.6.Magnit MRI Tambahan 563
13.1.2. Mesin MRI 564
13.1.2.1. MRI Images 565
13.1.2.2. Keuntungan MRI 566
13.1.2.3. Alasan Melakukan MRI 566
13.1.2.4. Kelemahan MRI 567
13.1.3. MRI Masa depan 568
13.1.3.1. Pengertian FMRI 568
13.13.2. Perbedaan Antara MRI dan FMRI 568
13.13.3. Tata cara pemeriksaan dan apa yang akan dialami
pasien saat pemeriksaan MRI :
569
13.2.1. Pengertian CT SCAN 569
3.2.1.1. Penemuan Sinar X 571
13.2.1. 2. Pengertian Sinar X 572
13.2.2. Mesin Sinar X 573
13.2.3. Prosedur Scanning 576
13.2.3.1. Cara kerja CT Scan dan Perkembangnnya 577
13.2.3.2. Pengoperasian Alat 579
13.2.3.3. Optimalisasi Peralatan Dengan Model jaringan 580
13.2.4.1. Perawatan 581
13.2.4.2. Kapan CT scan diperlukan 581
13.3.1. Diagnosis Medis Penggambaran Sonography 582
13.3.1.1. Pengertian Ultrasonik Medis 582
13.3.1. 2. Penggambaran Medis Ultrasonography 583
13.3.2. Aplikasi Diagnostik 584
13.3.2.1. Pengolahan Suara Menjadi Gambar 586
13.3.2.2. Produksi Gelombang Suara 586
13.3.2.3. Menerima Pantul 586
13.3.2.4. Pembentukan Gambar 587
13.3.2.5. Susunan transduser linier 588
13.3.3. Metoda Sonography 589
13.3.3.1. Sonography Doppler 589
13.3.3.2. Mesin Ultrasonik 591
13.3.4. Perbedaan Jenis Ultrasonik 594
13.3.5. Prosedur Pengujian Dengan Ultrasonik 596
13.3. Penggambaran Dari Kedokteran Nuklir 597
13.4.1. Prosedur Pengujian 597
xvi




13.4.2. Prosedur Pelaksanaan 601
13.4.3. Resiko 609
13.4.4. Keterbatas Tomograpi Emisi Positron 609
13.4.5. Teknik Cardiosvascular Imaging 610
13.4.6. Scanning Tulang 610
DAFTAR PUSTAKA
17

DAFTAR TABEL

No. Tabel Nama Tabel Halaman
Tabel 1-1 Besaran-besaran satuan dasar SI 3
Tabel 1-2 Beberapa contoh satuan yang diturunkan 4
Tabel 1-3 Perkalian desimal 5
Tabel 1-4 Satuan bukan SI yang dapat dipakai bersama
dengan satuan
5
Tabel 1-5 Konversi Satuan Inggris ke SI 6
Tabel 1-6 Letak alat ukur waktu digunakan 9
Tabel 1-7 Beberapa Contoh Alat Ukur Penunjuk Listrik 13
Tabel 1-8 Tabel kebenaran decoder BCD 33
Tabel 1-9 Karakteristik beberapa fosfor yang lazim
digunakan
39
Tabel 2-1 Kalibrasi Arus 50
Tabel 2-2 Harga R
x
dan D 64
Tabel 2-3 Spesifikasi Umum Meter Elektronik Analog 72
Tabel 2-4 Probe Multimeter Pengukuran Tegangan Tinggi 72
Tabel 2-5 Range Pengukuran dan Akurasi 73
Tabel 2-6 Kalibrasi Voltmeter 84
Tabel 2-7 Kesalahan dan Koreksi Relatip 85
Tabel 2-8 Kalibrasi Arus 89
Tabel 2-9 Kesalahan dan Koreksi Relatip 90
Tabel 2-10 Spesifikasi Multimeter Digital 114
Tabel 3-1 Pembacaan nilai pengukuran 145
Tabel 3-2 Pengaturan saklar NORMAL pada +1,00 146
Tabel 3-3 Range multiplier 158
Tabel 4-1 Rating, Internal Impedance, and rated power loss 175
Tabel 4-2 Konstanta Pengali (Tegangan perkiraan
120/240V, arus perkiraan 1/5A
179
Tabel 4-3 Range Tegangan dan Arus 194
Tabel 5-1 Tahanan pentanahan 221
Tabel 5-2 Panduan Penetapan Penyelidikan 226
Tabel 5-3 Spesifikasi Field Meter Statik 239
Tabel 5-4 Data Teknik 243
Tabel 5-5 Spesifikasi Smart Field Meter 246
Tabel 6-1 Spesifikasi generator fungsi 250
Tabel 6-2 Crest faktor dan bentuk gelombang 272
Tabel 6-3 Konversi dBm 273

Tabel 9-1 Span dipilih, dihapus dan kecepatan sampel
efektif
388
Tabel 9-2 Perbandingan pengaruh perubahan pengaturan
span pada ranah frekuensi dan waktu
389
Tabel 9-3 Beberapa model penganalisa spectrum waktu riil 414
Tabel 9-4 Data Spesikasi 415
Tabel 9-5 Simbol-simbol keamanan 415
Tabel 9-6 Kebutuhan Alat Pelengkap 416
18

Tabel 10-1 Saklar pola gambar 456
Tabel 11-1 Spesifikasi 502
Tabel 11-2 Karakteristik Pengetesan Alat 503
Tabel 11-3 Cakupan Nilai Antara Kandungan Gas Aman 515
Tabel 12-1 Faktor-faktor kesalahan 538

19

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Nama gambar Halaman
Gambar 1-1 Alat ukur standar galvanometer 2
Gambar 1-2 Alat ukur sekunder 3
Gambar 1-3 Posisi pembacaan meter 7
Gambar 1-4a Pembacaan yang salah 7
Gambar 1-4b Pembacaan yang benar 7
Gambar 1-5 Pengenolan meter tidak tepat 7
Gambar 1-6 Posisi pegas 8
Gambar 1-7 Kalibrasi sederhana ampermeter 10
Gambar 1-8 Kalibrasi sederhana voltmeter 11
Gambar 1-9 Hukum tangan kiri Fleming 14
Gambar 1-10 Prinsip kerja alat ukur 15
Gambar 1-11 Momen penyimpang 16
Gambar 1-12 Penentuan dari penunjukkan alat ukur kumparan
putar
17
Gambar 1-13 Skala alat ukur kumparan putar 17
Gambar 1-14 Peredaman alat ukur kumparan putar 18
Gambar 1-15 Gerakan jarum penunjuk dari suatu alat ukur 19
Gambar 1-16 Prinsip kerja instrumen tipe tarikan 20
Gambar 1-17 Beberapa bagian instrumen tipe tarikan 21
Gambar 1-18 Besarnya momen gerak 21
Gambar 1-19 Beberapa bagian penampang jenis repulsion 23
Gambar 1-20 Dua buah lembaran besi yang berbentuk seperti
lidah
23
Gambar 1-21 Prinsip alat ukur elektrodinamis 25
Gambar 1-22 Rangkaian ampermeter elektrodinamis 26
Gambar 1-23 Rangkaian voltmeter elektrodinanmis 26
Gambar 1-24 Skema voltmeter elektrostatis 27
Gambar 1-25 Rekombinasi elektron 29
Gambar 1-26 Polaritas dan simbol LED 29
Gambar 1-27 LED 30
Gambar 1-28 Rangkaian LED 30
Gambar 1-29 Skematik seven segmen 31
Gambar 1-30 Peraga seven segmen 31
Gambar 1-31 Rangkaian dekoder dan seven segmen 32
Gambar 1-32 Macam-macam peragaan seven segmen 32
Gambar 1-33 Konstruksi LCD 33
Gambar 1-34 Contoh peraga LCD pada multimeter 34
Gambar 1-35 Perkembangan LCD pada implementasi monitor
TV
35
Gambar 1-36 Skema CRT 36
Gambar 1-37 Cutaway rendering of a color CRT 36
Gambar 1-38 Senapan elektron 37
Gambar 1-39 Tanda skala gratikul 40
Gambar 2-1 Basic meter unit 42
Gambar 2-2a Ampermeter shunt 43
20

Gambar 2-2b Ampermeter dengan basic meter unit 43
Gambar 2-3 Contoh soal ampermeter shunt 44
Gambar 2-4 Ampermeter dengan ring yang berbeda 45
Gambar 2-5 Ayrton shunt 46
Gambar 2-6 Rangkaian penyearah pada Ampermeter AC 47
Gambar 2-7 Contoh dasar ampermeter AC 48
Gambar 2-8 Posisi pembacaan meter 49
Gambar 2-9 Kalibrasi arus 49
Gambar 2-10a Rangkaian tanpa meter 50
Gambar 2-10b Rangkaian dengan meter 51
Gambar 2-11 Rangkaian ekivalen thevenin 51
Gambar 2-12 Contoh soal thevenin 52
Gambar 2-13 Contoh soal 52
Gambar 2-14 Contoh soal 54
Gambar 2-15 Voltmeter DC sederhana 54
Gambar 2-16 Voltmeter dengan basic meter unit dan multiplier 55
Gambar 2-17 Contoh soal voltmeter 56
Gambar 2-18 Contoh Implementasi 57
Gambar 2-19a Tegangan tanpa meter 60
Gambar 2-19b Tegangan dengan meter 60
Gambar 2-20a Rangkaian tanpa meter 60
Gambar 2-20b Rangkaian dengan meter 60
Gambar 2-21 Rangkaian penyelesaian aplikasi 1 61
Gambar 2-22 Rangkaian penyelesaian aplikasi 2 62
Gambar 2-23 Dasar ohmmeter seri 63
Gambar 2-24 Pembuatan tanda/skala ohmmeter 65
Gambar 2-25 Skala logaritmis pada ohmmeter seri 65
Gambar 2-26 Aplikasi ohmmeter seri 66
Gambar 2-27 Dasar ohmmeter parallel 67
Gambar 2-28 Skala ohmmeter parallel 67
Gambar 2-29 Jenis-jenis multimeter elektronik di pasaran 68
Gambar 2-30 Mulmeter elektronik 69
Gambar 2-31 Rangkaian voltmeter DC elektronik 69
Gambar 2-32 penyearah 70
Gambar 2-33 Rangkaian ohmmeter elektronik 71
Gambar 2-34 Gambar saklar jarum nol 74
Gambar 2-35 Gambar pemilih fungsi 74
Gambar 2-36 Panel depan 75
Gambar 2-37 Fungsi jarum penunjuk 75
Gambar 2-38 Fungsi skala 75
Gambar 2-39 Fungsi zero adjust secrew 76
Gambar 2-40 Fungsi ohm adjust knob 76
Gambar 2-41 Fungsi selector switch 77
Gambar 2-42 Fungsi lubang kutub (VA terminal) 77
Gambar 2-43 Fungsi lubang kutub + (common terminal) 78
Gambar 2-44 Knob pemilih range 78
Gambar 2-45 Rangkaian pengukur tegangan DC 79
Gambar 2-46 Penunjukan pengukuran tegangan DC 79
21

Gambar 2-47 Pengawatan pengukuran tegangan DC salah 80
Gambar 2-48 Knob pemilih range 80
Gambar 2-49 Rangkaian pengukuran tegangan AC jala-jala
PLN
81
Gambar 2-50 Penunjukan pengukuran tegangan AC 81
Gambar 2-51 Rangkaian Kalibrasi Tegangan 83
Gambar 2-52 Rangkaian Pengukuran Arus DC 85
Gambar 2-53 Knob Pemilih Range 86
Gambar 2-54 Skala Penunjukkan Arus DC 86
Gambar 2-55 Knob Pemilih Range 87
Gambar 2-56 Rangkaian Pengukuran Arus DC yang Salah 87
Gambar 2-57 Rangkaian Kalibrasi Arus 88
Gambar 2-58 Cara Pemasangan Ohmmeter 91
Gambar 2-59 Posisi Pemindahan Range Ohmmeter 91
Gambar 2-60 Kalibrasi Ohmmeter 92
Gambar 2-61 Penempatan Resistor pada Pengukuran OHM 92
Gambar 2-62 Penunjukkan Hasil Pengukuran Ohm 93
Gambar 2-63 Rangkaian Pengukuran Resistansi 93
Gambar 2-64 Membuka Sekrup Pengunci 94
Gambar 2-65 Bagian Belakang Meter 94
Gambar 2-66 Posisi Skala dB Meter 95
Gambar 2-67 Pengenolan Sebelum Mengukur Hambatan 95
Gambar 2-68 Pengukuran Arus Bocor Transistor NPN 96
Gambar 2-69 Posisi Saklar Pembacaan I
CEO
96
Gambar 2-70 Rangkaian Pengetesan LED dengan Ohmmeter 97
Gambar 2-71 Pengukuran Arus I
F
Dioda Bias Maju 97
Gambar 2-72 Pengukuran Arus I
R
Dioda Bias Mundur 98
Gambar 2-73 Posisi Skala Pembacaan LV 98
Gambar 2-74 Gerakan Jarum Pengukuran Kapasitor 99
Gambar 2-75 Posisi Skala Kapasitor 99
Gambar 2-76 Pengenolan jarum Ohmmeter 100
Gambar 2-77 Pengetesan Dioda Bias Maju 101
Gambar 2-78 Pengetesan Dioda Bias Balik 101
Gambar 2-79 Knob Selektor Posisi Ohmmeter 102
Gambar 2-80 Gambar Kalibrasi Ohmmeter 102
Gambar 2-81 Pengetesan Transistor NPN Emitor Negatip
Meter Nunjuk Nol
103
Gambar 2-82 Pengetesan Transistor NPN Kolektor Negatip
Meter Nunjuk Nol
103
Gambar 2-83 Pengetesan Base Emitor Reverse 104
Gambar 2-84 Pengetesan Basis Kolektor Reverse 104
Gambar 2-85 SCR Anoda Gate dikopel Katoda Tegangan
Negatip
105
Gambar 2-86 Gate Dilepaskan Posisi Jarum Tetap Nol 105
Gambar 2-87 Elektroda SCR FIR 3D 106
Gambar 2-88 Pelepasan Skrup Pengunci Sekring 106
Gambar 2-89a Posisi Sekering dalam PCB 107
Gambar 2-89b Sekering 107
22

Gambar 2-90 Pengetesan sekering 107
Gambar 2-91 Pengukuran Baterai 108
Gambar 2-92 Pengecekan Colok Meter 108
Gambar 2-93 Pengubah analog ke digital 110
Gambar 2-94 Bentuk gelombang pencacah pengubah analog
ke digital
111
Gambar 2-95 Meter Digital 111
Gambar 2-96a Sistem Pengukuran Tegangan 115
Gambar 2-96b Bentuk Gelombang Tegangan 116
Gambar 2-97 Pengukuran Resistansi dengan Voltmeter Digital 117
Gambar 2-98 Sistem dan Bentuk Gelombang Pengukuran
Frekuensi
118
Gambar 2-99 Sistem dan Bentuk Gelombang Pengukuran
Perioda
119
Gambar 2-100 Sistem Pengukuran Interval Waktu 120
Gambar 2-101 Sistem dan Bentuk Gelombang pengukuran
kapasitansi
121
Gambar 2-102 Macam-macam Meter Digital 122
Gambar 2-103 Multimeter Digital dengan Selektor dan Otomatis 124
Gambar 2-104 Macam-macam Multimeter Digital di Pasaran 125
Gambar 3-1 Jembatan Wheatstone 126
Gambar 3-2 Jembatan Kelvin 128
Gambar 3-3 Jembatan Ganda Kelvin 130
Gambar 3-4 Jembatan Pembanding Induktansi 132
Gambar 3-5 Jembatan Maxwell 133
Gambar 3-6 Jembatan Hay 135
Gambar 3-7 Jembatan Pembanding Kapasitansi 137
Gambar 3-8 Jembatan Schering 138
Gambar 3-9 Panel-panel LCR Meter 141
Gambar 3-10 Sisi Atas Case 142
Gambar 3-11 Panel Belakang LCR Meter 143
Gambar 3-12 Posisi Saklar Off 144
Gambar 3-13 Posisi Nol Meter 144
Gambar 3-14 Panel Depan LCR Meter 145
Gambar 3-15 Cara Mengukur Resistansi 146
Gambar 3-16 Posisi Selector 146
Gambar 3-17 Posisi DC R 147
Gambar 3-18 Posisi Normal 147
Gambar 3-19 Posisi On 147
Gambar 3-20 Range Multiplier 147
Gambar 3-21 Pengaturan Indikator Meter Nol 148
Gambar 3-22 Pembacaan Indikator RCL 148
Gambar 3-23 Selector pada Posisi C 149
Gambar 3-24 Saklar Source pada AC/RL 149
Gambar 3-25 Dial D Q pada 0 149
Gambar 3-26 Saklar D Q pada posisi x 1 150
Gambar 3-27 Saklar Normal +1,00 pada posisi Normal 150
Gambar 3-28 Saklar Power pada posisi On 150
23

Gambar 3-29 Kontrol Sensitivity 150
Gambar 3-30 Posisi Kapasitor yang diukur 151
Gambar 3-31 Mengatur Saklar Range Multiplier 151
Gambar 3-32 Mengatur Dial D Q 151
Gambar 3-33 Mengatur Knob RCL dan Dial D Q 152
Gambar 3-34 Mengatur Saklar D Q pada Posisi x 10 152
Gambar 3-35 Pembacaan Hasil Pengukuran 152
Gambar 3-36 Saklar Pemilih pada Posisi L 153
Gambar 3-37 Saklar Sumber Tegangan AC 153
Gambar 3-38 Saklar DQ x 1 x 10 dipilih Posisi x1 154
Gambar 3-39 Saklar Normal pada Posisi Normal 154
Gambar 3-40 Saklar Range Pengali pada Posisi 1 mH 154
Gambar 3-41 Posisi Induktor yang Diukur 155
Gambar 3-42 Penunjukan Jarum 155
Gambar 3-43 Hubungan ke Sumber Tegangan Luar 157
Gambar 3-44 Pengukuran R dengan Sumber dari Luar 158
Gambar 3-45 Pengukuran C, L dengan Sumber dari Luar 158
Gambar 4-1 Pengukuran Daya dengan Memakai Voltmeter
dan Ampermeter
160
Gambar 4-2 Pengukuran Daya Metoda Tiga Voltmeter dan
Tiga Ampermeter
163
Gambar 4-3 Wattmeter Satu Fasa 165
Gambar 4-4 Metode ARON 167
Gambar 4-5 Diagram Fasor Tegangan Tiga Fasa Vac, Vcb,
Vba dan Arus Tiga Fasa Iac, Icb, dan Iba
168
Gambar 4-6 Konstruksi Wattmeter Elektrodinamometer 169
Gambar 4-7 Diagram Vektor Wattmeter Jenis
Elektrodinamometer
170
Gambar 4-8 Diagram Vektor Wattmeter Jenis Induksi 170
Gambar 4-9 Prinsip Wattmeter Jenis Thermokopel 171
Gambar 4-10 Rangkaian Wattmeter Jenis Elektrodinamometer 172
Gambar 4-11 Variasi Penyambungan Wattmeter 173
Gambar 4-12 Konstruksi Wattmeter Tipe Portable Single
Phase
174
Gambar 4-13 Hubungan Internal Wattmeter Tipe Portable
Single Phase
174
Gambar 4-14 Hubungan Kumparan Arus Seri terhadap Beban 176
Gambar 4-15 Pengukuran Daya Satu Fasa jika Arus Melebihi
Nilai Perkiraan
176
Gambar 4-16 Pengukuran Daya Satu Fasa jika Tegangan
Melebihi Nilai Perkiraan
177
Gambar 4-17 Pengukuran Daya Satu Fasa jika Arus dan
Tegangan Melebihi Nilai Perkiraan
177
Gambar 4-18 Pengukuran Daya Tiga Fasa (Metode Dua
Wattmeter)
178
Gambar 4-19 Pengukuran Daya Tiga Fasa jika Arus dan
Tegangan Melebihi Nilai Perkiraan
178
Gambar 4-20 Rangkaian Wattmeter AC Satu Fasa 180
24

Gambar 4-21 Rangkaian Kumparan tegangan 181
Gambar 4-22 Konstruksi Wattjam Meter 184
Gambar 4-23 Mekanik Meter Induksi Elektromekanik 185
Gambar 4-24 Meter Induksi Elektromekanik, 100A 230/400 V
Cakram Baling-baling Aluminium Horizontal
Merupakan Pusat Meter
186
Gambar 4-25 Meter Listrik Solid State 187
Gambar 4-26 Rangkaian Alat Ukur Faktor Daya Satu Fasa 191
Gambar 4-27 Konstruksi Alat Ukur Faktor Daya 192
Gambar 4-28 Rangkaian Alat Ukur Faktor Daya Tiga Fasa 193
Gambar 4-29 Alat Ukur Faktor Daya Tipe Daun Terpolarisasi 193
Gambar 4-30 Konstruksi Faktor Daya (Cos Q meter) 194
Gambar 4-31 Segitiga Daya 196
Gambar 4-32 Daya Bersifat Induktif 196
Gambar 4-33 Daya Bersifat Kapasitif 196
Gambar 4-34 Pengukuran Faktor Daya Satu Fasa 199
Gambar 4-35 Pengukuran Faktor Daya Tiga Fasa 200
Gambar 4-36 Metode Menentukan Urutan Fasa dengan R dan
C
200
Gambar 4-37 Fasor Diagram saat Urutan Fasa Benar 201
Gambar 4-38 Fasor Diagram saat Urutan Fasa Salah 201
Gambar 4-39 Metode Menentukan Urutan Fasa dengan
Lampu
202
Gambar 4-40 Konstruksi Indikator Tes Urutan Fasa 202
Gambar 4-41 Prinsip Indikator Tes Urutan Fasa 203
Gambar 4-42 Contoh Indikator Tes Urutan Fasa yang Lain 205
Gambar 4-43 Pengoperasian Indikator Urutan Fasa dengan R
dan C pada Urutan Benar
206
Gambar 4-44 Pengoperasian Indikator Urutan Fasa dengan R
dan C pada Urutan Salah
207
Gambar 4-45 Pengoperasian Indikator Urutan Fasa dengan
Lampu pada Urutan Benar
208
Gambar 4-46 Pengoperasian Indikator Urutan Fasa dengan
Lampu pada Urutan Salah
209
Gambar 5-1 Penguji Tahanan Isolasi 211
Gambar 5-2 Penguji tahanan Isolasi Menggunakan Baterai 212
Gambar 5-3 Pengecekan Kondisi Baterai 213
Gambar 5-4 Baterai dalam Kondisi Baik 213
Gambar 5-5 Meter Siap Digunakan 214
Gambar 5-6 Pengukuran Tahanan isolasi 214
Gambar 5-7 Pengukuran Tahanan Isolasi antara Fasa
dengan Nol N
214
Gambar 5-8 Pengukuran tahanan isolasi antara Fasa dengan
Tanah G
215
Gambar 5-9 Pengukuran tahanan isolasi antara nol N dengan
Tanah G

Gambar 5-10 Pengukuran Tahanan Isolasi antara Instalasi
dengan Tanah G
215
Gambar 5-11 Elektroda yang Mempunyai Pengaruh Lapisan 216
25

Gambar 5-12 Tanah yang korosif 217
Gambar 5-13 Sambaran petir 218
Gambar 5-14 Nilai Tahanan Pentanahan yang Ideal 218
Gambar 5-15 Hubungan antara Penghantar Tanah dan
Elektroda Tanah
219
Gambar 5-16 Elektroda yang mempunyai pengaruh lapisan 221
Gambar 5-17 Elektroda Pentanahan 222
Gambar 5-18 Hubungan Beberapa Elektroda Pentanahan 222
Gambar 5-19 Jaringan Bertautan 222
Gambar 5-20 Pelat Tanah 222
Gambar 5-21 Cara Mengukur Tahanan Tanah 224
Gambar 5-22 Uji drop tegangan 225
Gambar 5-23 Uji Selektif 227
Gambar 5-24 Pengetesan alur arus metoda tanpa pancang 228
Gambar 5-25 Susunan Metoda tanpa Pancang 229
Gambar 5-26 Mengukur Tahanan Tanah dengan Dua Kutub 230
Gambar 5-27 MGB Mentanahkan Tanah 230
Gambar 5-28 Pengetesan kantor pusat tanpa pancang 231
Gambar 5-29 Pelaksanaan Pengujian Jatuh Tegangan pada
Sistem Pentanahan Secara Keseluruhan
232
Gambar 5-30 Pengukuran Tahanan Tanah Masing-masing
pada Sistem Pentanahan Menggunakan
Pengujian Terpilih
232
Gambar 5-31 Susunan Khas Sistem Pentanahan pada Suatu
Instalasi Menara Seluler
233
Gambar 5-32 Susunan Khas Sistem Pentanahan pada Gardu
Induk
235
Gambar 5-33 Penggunaan Pengetesan tanpa Pancang pada
Instalasi Switching Jarak Jauh
235
Gambar 5-34 Penggunaan Pengetesen Tahanan Tanah
Terpilih pada Sistem Penangkal Petir
235
Gambar 5-35 Mekanik field meter 235
Gambar 5-36 Rangkaian Elektronik Field Meter Statik 236
Gambar 5-37 Hasil pengukuran tegangan 237
Gambar 5-38 Field Meter Statik 237
Gambar 5-39a Rotating Shutters pada Permukaan Belakang
Field Meter
238
Gambar 5-39b Field Meter Digunakan Diluar Ruangan 238
Gambar 5-40 Ukuran field meter statik 239
Gambar 5-41 Letrak Pin Field Meter Statik 240
Gambar 5-42 Aluminium-Clamp dengan Ulir 240
Gambar 5-43 Instrumen Field Meter Digital 241
Gambar 5-44 Display Field Meter Digital 242
Gambar 5-45 Smart field meter 244
Gambar 5-46 Aplikasi smart field meter 245
Gambar 5-47 Frekuensi respon 245
Gambar 6-1 Contoh Generator Fungsi 247
Gambar 6-2 Blok Diagram Generator Fungsi 249
26

Gambar 6-3 Gambar Troubel Shooting Menggunakan Teknik
Signal Tracing
251
Gambar 6-4 Penggunaan Generator Fungsi Sebagai
Kombinasi Bias dan Sumber Sinyal
252
Gambar 6-5 Karakteristik Amplifier pada Overload 253
Gambar 6-6 Setting Peralatan dan Pengukuran Respon
Frekuensi
255
Gambar 6-7 Peragaan Respon Frekuensi Audio Amplifier 255
Gambar 6-8 Pengaruh Variasi Tone Kontrol 256
Gambar 6-9a Pengetesan Sistem Speaker 257
Gambar 6-9b Karakteristik Pengetesan Sistem Speaker dan
Rangkaian Impedansi
257
Gambar 6-10 Pengoperasian Generator RF 259
Gambar 6-11 Rangkaian Direct Digital Synthesis 260
Gambar 6-12 Presentasi Gelombang Sinus dalam Memori
Gelombang
261
Gambar 6-13 Phase Accumulator Circuitry 262
Gambar 6-14 Bentuk gelombang arbitrary dengan
diskontinyuitas
264
Gambar 6-15 Spektrum bentuk gelombang di atas pada 100
kHz
264
Gambar 6-16 Rangkaian pembangkit bentuk gelombang kotak 265
Gambar 6 -17 Rangkaian pembangkit bentuk gelombang pulsa 266
Gambar 6-18 Parameter bentuk gelombang pulsa 266
Gambar 6-19 Rangkaian kendali amplitudo output 269
Gambar 6-20 Impedansi keluaran generator fungsi 269
Gambar 6-21 Pengaruh rangkaian tertutup ground 271
Gambar 6-22 Nilai tegangan yang penting pada gelombang
sinus
272
Gambar 6-23 Modulasi amplitudo 274
Gambar 6-24 Modulasi frekuensi 275
Gambar 6-25 Frequensi shift keying 275
Gambar 6-26 Fekuensi sapuan 276
Gambar 6-27 Sweep with marker at DUT resonance 277
Gambar 6-28 Bentuk gelombang keluaran syn dan tiga siklus
bentuk gelombang burst
278
Gambar 6-29 Konfigurasi dua instrumen 278
Gambar 6-30 Pengukuran lebar band dari filter bandpass dan
penguat IF
280
Gambar 6-31 Bentuk gelombang keluaran generator fungsi 281
Gambar 6-32 Pelacakan Penganalisa spektrum 281
Gambar 6-33 Alignment penerima AM 283
Gambar 6-34 Alignment dari penerima IF komunikasi FM dan
diskriminator
284
Gambar 7-1 Pengambilan Data dengan CRO 288
Gambar 7-2 Peraga Bentuk Gelombang Komponen X, Y, Z 289
Gambar 7-3 Bentuk Gelombang pada Umumnya 290
Gambar 7-4 Sumber-sumber Bentuk Gelombang pada
Umumnya
290
27

Gambar 7-5 Gelombang Sinus 291
Gambar 7-6 Bentuk Gelombang Kotak dan Segiempat 291
Gambar 7-7 Bentuk Gelombang Gigi Gergaji dan Segitiga 291
Gambar 7-8 Step, Pulsa dan Rentetan Pulsa 292
Gambar 7-9 Bentuk Gelombang Komplek Video Komposit 293
Gambar 7-10 Frekuensi dan Perioda Gelombang Sinus 293
Gambar 7-11 Amplitudo dan Derajat Gelombang Sinus 294
Gambar 7-12 Pergeseran Pasa 295
Gambar 7-13 Operasi Dasar CRO 296
Gambar 7-14 Hubungan Basis Waktu Masukan dan Tampilan 298
Gambar 7-15 Struktur Tabung Gambar 298
Gambar 7-16 Sistem Pembelokan Berkas Elektron 299
Gambar 7-17 Blok Diagram CRO Analog 301
Gambar 7-18 Blok Diagram CRO Free Running 303
Gambar 7-19 Blok Diagram Osiloskop Terpicu 305
Gambar 7-20 Peraga Osiloskop Free Running 055
Gambar 7-21 Peraga Osiloskop Terpicu 305
Gambar 7-22 Blok Diagram CRO Jejak Rangkap 306
Gambar 7-23 Diagram Blok Osiloskop Berkas Rangkap yang
Disederhanakan
308
Gambar 7-24 Tabung Penyimpan dengan Sasaran Ganda dan
Senapan Elektron
310
Gambar 7-25 CRT Menyimpan dengan Sasaran Ganda dan
Dua Senapan Elektron
310
Gambar 7-26 Blok Diagram Osiloskop Digital 314
Gambar 7-27 Pengambilan Sampel Real Time 315
Gambar 7-28 Interpolasi Sinus dan Linier 315
Gambar 7-29 Akusisi Pembentukan Gelombang 316
Gambar 7-30 CRO Function Generator 316
Gambar 7-31 Fungsi Tombol Panel Depan CRO 320
Gambar 7-32 Pengawatan Kalibrasi 322
Gambar 7-33 Bentuk Gelombang Kalibrasi 322
Gambar 7-34 Berkas Elektron Senter Tengah 323
Gambar 7-35 Loncatan Pengukuran Tegangan DC 323
Gambar 7-36 Pengawatan Pengukuran dengan Function
Generator
324
Gambar 7-37 Pengaturan Function Generator Panel Depan 324
Gambar 7-38 Pengaturan Frekuensi Sinyal 324
Gambar 7-39 Bentuk Gelombang V/div Kurang Besar 325
Gambar 7-40 Bentuk Gelombang Intensitas terlalu Besar 325
Gambar 7-41 Bentuk Gelombang Sinus 326
Gambar 7-42 Bentuk Gelombang Mode XY 326
Gambar 7-43 Pengukuran Frekuensi Langsung 327
Gambar 7-44 Pengawatan Pengukuran Frekuensi Langsung 328
Gambar 7-45 Pengukuran Frekuensi Model Lissayous 329
Gambar 7-46 Pengukuran Beda Pasa Langsung 329
Gambar 7-47 Perbandingan Frekuensi 1 : 3 Beda Pasa 90
o
330
Gambar 7-48 Beda Pasa dan Beda Frekuensi Model 330
28

Lissayous
Gambar 7-49 Mixed Storage Osciloscope (MSO) 331
Gambar 7-50 Arsitektur Pemrosesan Parallel dari Osiloskop
Digital Pospor
332
Gambar 7-51 Peragaan Sinyal DPO 333
Gambar 7-52 Paket Pilihan Software 334
Gambar 7-53 Aplikasi Modul 334
Gambar 7-54 Modul Video 334
Gambar 7-55 Pengembangan Analisis 334
Gambar 7-56 Tombol Pengendali Tradisional 335
Gambar 7-57 Peraga Sensitif Tekanan 335
Gambar 7-58 Menggunakan Pengendali Grafik 335
Gambar 7-59 Osiloskop Portable 335
Gambar 7-60 Probe Pasip Tipikal beserta Asesorisnya 337
Gambar 7-61 Probe Performansi Tinggi 337
Gambar 7-62 Probe Sinyal Terintegrasi 338
Gambar 7-63 Probe Reliabel Khusus Pin IC 338
Gambar 7-64 Hasil dengan Probe Dikompensasi dengan
benar
340
Gambar 7-65 Hasil dengan Probe Tidak Dikompensasi 340
Gambar 7-66 Hasil dengan Probe Dikompensasi dengan
kompensasi berlebihan
340
Gambar 7-67 Tegangan Puncak ke Puncak 341
Gambar 7-68 Pengukuran Tegangan Senter Horizontal 341
Gambar 7-69 Pengukuran Tegangan Senter Vertikal 341
Gambar 7-70 Pengukuran rise time dan lebar pulsa 343
Gambar 8-1 Kerja frekuensi meter jenis batang getar 345
Gambar 8-2 Prinsip frekuensi meter jenis batang getar 346
Gambar 8-3 Bentuk frekuensi meter batang getar 346
Gambar 8-4 Prinsip frekuensi meter jenis meter pembagi 347
Gambar 8-5 Prinsip alat ukur frekuensi besi putar 348
Gambar 8-6 Bentuk frekuensi meter analog 348
Gambar 8-7 Rangkaian dasar meter frekuensi digital 349
Gambar 8-8 Blok Diagram Pembentukan Time Base 350
Gambar 8-9 Pernyataan simbolik dari rangkaian flip-flop 351
Gambar 8-10 Rangkaian flip-flop (multivibrator bistable) 351
Gambar 8-11 Rangkaian AND 351
Gambar 8-12 Tabel kebenaran dari suatu rangkaian AND 352
Gambar 8-13 Rangkaian untuk mengukur frekuensi 352
Gambar 8-14 Rangkaian digital frekuensi meter 353
Gambar 8-15 Blok diagram dari counter elektronik yang
bekerja sebagai pengukur frekuensi
355
Gambar 8-16 Konversi Frekuensi Hiterodin 356
Gambar 8-17 Gambar putaran drum menghasilkan 10 pulsa
perputaran untuk digunakan dengan counter
357
Gambar 8-18 Diagram blok counter pada mode kerja perioda
tungal dan perioda ganda rata-rata
358
Gambar 8-19 Blok diagram counter yang bekerja sebagai 359
29

perbandingan dan perbandingan ganda
Gambar 8-20 Blok diagram counter sebagai pengukur interval
waktu
360
Gambar 8-21 Trigger level control 361
Gambar 8-22 Slope triggering 361
Gambar 8-23 Pengukuran waktu delay suatu relay 362
Gambar 8-24 Gating error 365
Gambar 8-25 Kalibrasi sumber frekuensi lokal 367
Gambar 8-26 Perubahan frekuensi vs waktu untuk oven
controlled crystal
368
Gambar 9-1 Langkah sapuan penganalisa spektrum pada
serangkaian unsur frekuensi seringkali terjadi
kesalahan transien diluar arus sapuan jalur yang
digaris kuning
372
Gambar 9-2 Arsitektur tipikal penganalisa spektrum sapuan 374
Gambar 9-3 Blok diagram VSA sederhana 375
Gambar 9-4 Arsitektur tipikal penganalisa spektrum waktu riil 376
Gambar 9-5 Sampel, bingkai dan blok hirarki memori dari
RSA
377
Gambar 9-6 Penganalisa spektrum waktu riil blok akuisisi dan
pemrosesan
378
Gambar 9-7 Penggunaan topeng frekuensi pada pemicuan
ranah frekuensi waktu riil
379
Gambar 9-8 Topeng frekuensi pada level burst rendah 380
Gambar 9-9 Penggunaan topeng frekuensi untuk memicu
sinyal berada pada sinyal besar sinyal tertentu
dalam lingkungan spectrum kacau
380
Gambar 9-10 Peraga spektogram 381
Gambar 9-11 Pandangan waktu dikorelasikan, peraga daya
terhadap frekuensi (kiri) dan spektogram (kanan)
381
Gambar 9-12 Ilustrasi dari beberapa waktu dikorelasikan
disediakan untuk pengukuran pada RTSA
382
Gambar 9-13 Pandangan multi ranah menunjukan daya
terhadap waktu, daya terhadap frekuensi dan
demodulasi FM
383
Gambar 9-14 Pandangan multi ranah menunjukan spektogram
daya terhadap frekuensi, daya terhadap waktu
383
Gambar 9-15 Blok diagram pemrosesan sinyal digital pada
penganalisa spektrum waktu riil
385
Gambar 9-16 Diagram pengubah digital turun 386
Gambar 9-17 Informasi passband dipertahankan dalam I dan
Q terjadi pada setengah kecepatan sampel
387
Gambar 9-18 Contoh lebar band pengambilan lebar 388
Gambar 9-19 Contoh lebar band pengambilan sempit 388
Gambar 9-20 Pemicuan waktu riil 390
Gambar 9-21 Pemicuan sistem akuisisi digital 391
Gambar 9-22 Proses pemicuan penganalisa spektrum waktu
riil
393
Gambar 9-23 Definisi topeng frekuensi 395
30

Gambar 9-24 Spectrogram menunjukkan sinyal transien diatur
pada pembawa. Kursor diatur pada titik picu
sehingga data sebelum picu ditampilkan, diatas
garis kursor dan data setelah picu diperagakan
dibawah garis kursor. Garis sempit putih pada
sisi kiri daerah biru dinotasikan data setelah
picu.
395
Gambar 9-25 Satu bingkai spektogram yang menunjukkan
kejadian picu dimana sinyal transien terjadi
disekitar topeng frekuensi
398
Gambar 9-26 Tiga bingkai sampel Sinyal Ranah Waktu 398
Gambar 9-27 Diskontinuitas yang disebabkan oleh ekstensi
periodic dari sampel dan bingkai tunggal
398
Gambar 9-28 Profil jendela Blackman-Harris 4B (BH4B) 399
Gambar 9-29 Sinyal akuisisi, pemrosesan dan peraga
menggunakan bingkai overlap
400
Gambar 9-30 Vektor besaran dan Pasa 401
Gambar 9-31 Typical Sistem Telekomunikasi digital 402
Gambar 9-32 Blok diagram analisa modulasi RSA 403
Gambar 9-33 Spektogram frekuensi sinyal hopping mode SA
waktu riil
405
Gambar 9-34 Beberapa blok yang diperoleh dengan
menggunakan picu frekuensi untuk
mengukur topeng pengulangan frekuensi
transien pensaklaran
405
Gambar 9-35 Mode SA standar menunjukkan pengukuran
frekuensi diatas 1GHZ menggunakan span
maxhold
406
Gambar 9-36 Perbandingan spektogram frekuensi terhadap
waktu
406
Gambar 9-37 Spektogram pengesetan frekuensi di atas 5 MHz
of dan waktu 35 ms
408
Gambar 9-38 Frekuensi terhadap waktu pengesetan di atas 5
MHz of dan waktu 25 ms
408
Gambar 9-39 Pengesetan frekuensi di atas 50 Hz dari
frekuensi dan waktu 1 ms yang diperbesar
408
Gambar 9-40 Peraga daya terhadap waktu 409
Gambar 9-41 Pengukuran CCDF 409
Gambar 9-42 Pengukuranpengaturan transien I/Q terhadap
waktu untuk data
410
Gambar 9-43 Analisa demodulasi AM sinyal pulsa
dengan menggunakan pengunci pergeseran
amplitudo
410
Gambar 9-44 Analisa demodulasi FM sinyal yang
dimodulasi dengan sinus
410
Gambar 9-45 Analisa demodulasi PM pasa tak stabil melebihi
panjang burst.
410
Gambar 9-46 Analisa EVM dari waktu ke waktu sinyal 16 QAM
mengungkapkan distorsi amplitudo
411
31

Gambar 9-47 Peraga konstelasi menunjukkan pasa 411
Gambar 9-48 Peraga diagram mata menunjukkan kesalahan
besaran rendah dalam sinyal PDC
412
Gambar 9-49 Analisa modulasi W-CDMA handset dibuka loop
penendali daya. Peragaan konstelasi (rendah
kanan) menunjukkan kesalahan berkaitan
dengan glitch besaryang terjad selama level
transisi yang dapat dilihat dalam hubungan daya
terhadap waktu (atas kiri)
412
Gambar 9-50 Spektogram, konstelasi, EVM dan kesalahan
pasa terhadap waktu dari frekuensi hopping
sinyal
412
Gambar 9-51 Ilustrasi peraga codogram 413
Gambar 9-52 Pengukuran kodogram dari mode W-CDMA
diringkas kesalahan pasa terhadap waktu dari
frekuensi hopping sinyal
413
Gambar 9-53 Macam-macam model penganalisa spectrum di
pasaran
414
Gambar 9-54 Penempatan Marker pada sinyal 10 MHz 417
Gambar 9-55 Penggunaan Marker Fungsi Delta 418
Gambar 9-56 Pengaturan Pencapaian Dua Sinyal 419
Gambar 9-57 Sinyal Amplitudo Sama Belum Terpecahkan 420
Gambar 9-58 Resolusi Sinyal Amplitudo Sama Sebelum Lebar
band Video Dikurangi
420
Gambar 9-59 Pencacah Menggunakan Penanda 422
Gambar 9-60 Pengukuran Sinyal Terhadap Noise 423
Gambar 9-61 Sinyal AM 425
Gambar 9-62 Pengukuran Modulasi Dalam Span Nol 425
Gambar 9-63 Pengukuran Modulasi Dalam Span Nol 426
Gambar 9-64 Pengukuran Modulasi Dalam Span Nol 426
Gambar 9-65 Pengukuran Parameter Waktu 426
Gambar 9-66 Sinyal AM Demodulasi Kontinyu 427
Gambar 9-67 Menetapkan titik Offset 429
Gambar 9-68 Menentukan Offset 429
Gambar 9-69 Demodulasi Sinyal Broadcast 430
Gambar 10-1 Penjejakan bingkai gambar 432
Gambar 10-2 Pola standar EIA 435
Gambar 10-3 Tanda panah pengetesan bingkai 436
Gambar 10-4 Pengujian pemusatan dan sumbu horisontal 437
Gambar 10-5 Pengetesan linieritas vertikal horisontal 438
Gambar 10-6 Pengetesan aspek perbandingan dan kontras 439
Gambar 10-7 Pengetesan interfacing 440
Gambar 10-8 Pengetesan resolusi horisontal 441
Gambar 10-9 Pengetesan ringing 443
Gambar 10-10 Chart bola pengecekan linieritas 445
Gambar 10-11 Pola bola untuk pengetesan linieritas kamera 446
Gambar 10-12 Sinyal batang warna standar 447
Gambar 10-13 Pola putih, I dan Q 447
Gambar 10-14 Bentuk gelombang tangga 448
32

Gambar 10-15 Level sinkronisasi 449
Gambar 10-16 Pengetesan bidang putih penuh 449
Gambar 10-17 Pengetesan bidang warna putih 75% 450
Gambar 10-18 Pola jendela pengecekan frekuensi rendah 451
Gambar 10-19 Pengetesan puritas 451
Gambar 10-20 Pengetesan linieritas sistem 452
Gambar 10-21 Pengetesan ramp termodulasi 453
Gambar 10-22 Pengaturan konvergensi 454
Gambar 10-23 Pengetesan area gambar aman 454
Gambar 10-24 Blok diagram pembangkit pola 457
Gambar 10-25 Tombol panel depan pembagkit pola 458
Gambar 10-26 Pengawatan penggunan pola non video
komposit
460
Gambar 10-27 Pengawatan pengujian lebar penalaan tuner 461
Gambar 10-28 Pattern generator dengan TV pengetesan fungsi 464
Gambar 10-29 Model-model pembagkit pola di pasaran 465
Gambar 10-30 Blok Diagram Penerima Televisi BW 466
Gambar 10-31 Pola pengetesan sinyal video 467
Gambar 11-1 Bagan Serial Buses Mesin Tester 468
Gambar 11-2 Mesin tester 469
Gambar 11-3 Mixer Signal Osciloscope (MSO) 470
Gambar 11-4 Pengambilan Gambar Ganda SPI dan CAN
dengan Menggunakan MSO
471
Gambar 11-5 Kesalahan acak yang teramati dalam dekode
CAN pada bingkai data 1D:07F HEX
473
Gambar 11-6 Pemicuan pada CAN bingkai error mengisolasi
perbedaan akuisisi CAN pada bingkai transmisi
pengulangan bentuk gelombang glitch
475
Gambar 11-7 Perbesaran bentuk gelombang glitch pada CAN 476
Gambar 11-8 Lebar pulsa pemicu pengulangan sumber acak
dan glitch
477
Gambar 11-9 Masukan dan keluaran ECU 478
Gambar 11-10 Rak PC Mountable 480
Gambar 11-11 Serial communications 481
Gambar 11-12 Modul variasi protocol serial 482
Gambar 11-13 Rangkaian Card breadboard 483
Gambar 11-14 Saklar beban tipikal 484
Gambar 11-15 Pengawatan "m" instruments x 4 2-wire busses x
"n" DUT pins "m" instruments x 4 2-wire busses
x "n" DUT pins
485
Gambar 11-16 Perancangan system fungsi tes elektronik
otomotif
486
Gambar 11-17 Bentuk gelombang sapuan untuk keempat
sensor roda
487
Gambar 11-18 Respon ABS/TC ECM terhadap masukan VRS 488
Gambar 11-19 Pengarah solenoid sisi bawah 488
Gambar 11-20 Profil tegangan deaktivasi solenoid 489
Gambar 11-21 Penerapan pulsa pengetesan untuk menetukan 490
33

system integritas
Gambar 11-22 Profil arus solenoid 491
Gambar 11-23 Modul bodi kontrol 492
Gambar 11-24 Pemancar 492
Gambar 11-25 Aliran fungsi aksi immobilizer 494
Gambar 11-26 Immobilizer 495
Gambar 11-27 Pohon keputusan yang digunakan respon ECM 496
Gambar 11-28 Aliran aksi fungsionalitas TPMS 497
Gambar 11-29 Deviasi frekuensi ESA4402B 498
Gambar 11-30 Data bit pada ESA4402B 499
Gambar 11-31 Pengaturan kalibrasi pada umumnya 500
Gambar 11-32 Mesin Tester 501
Gambar 11-33 Piranti Scan 504
Gambar 11-34 Macam-macam peralatan diagnosa mesin 505
Gambar 11-35 Pemasangan alat uji 505
Gambar 11-36 Tombol 24-56 penganalisa gas 507
Gambar 11-37 Halaman manajer aplikasi 507
Gambar 11-38 Halaman pilihan bahasa 507
Gambar 11-39 Halaman fole manajer 508
Gambar 11-40 Halaman inisialisasi 509
Gambar 11-41 Pilihan icon 510
Gambar 11-42 Tampilan hasil tes standar 511
Gambar 11-43 Halaman tes standar 512
Gambar 11-44 Pilihan bahan bakar 513
Gambar 11-45 Peraga jumlah kendaraan yang diuji 513
Gambar 11-46 Kurva kandungan gas 514
Gambar 11-47 Hitogram gas kendaraan 515
Gambar 11-48 Gambar posisi sensor oksigen 516
Gambar 11-49 Precleaner transparan eksternal 517
Gambar 12-1 Macam-macam Tampilan GPS 519
Gambar 12-2 Peralatan system posisi global 520
Gambar 12-3 Fungsi dasar GPS 521
Gambar 12-4 Segmen ruang 521
Gambar 12-5 Posisi satelit 522
Gambar 12-6 Menunjukan cakupan efektif 522
Gambar 12-7 Posisi 28 satelit pada jam 12 UTC pada
tanggal 14 April 2001
523
Gambar 12-8 Konstruksi satelit 523
Gambar 12-9 Blok diagram system posisi global 524
Gambar 12-10 Pseudo Random Noise 526
Gambar 12-11 Posisi Lokasi Segmen Kontrol 527
Gambar 12-12 Bidang implemenasi GPS 527
Gambar 12-13 Sinyal system posisi global 528
Gambar 12-14 Pendeteksian kapal 528
Gambar 12-15 Pendeteksian posisi oran ditengah lautan 529
Gambar 12-16 Pemanfaatan GPS untuk pengukuran tanah 529
Gambar 12-17 GPS portable sederhana 530
Gambar 12-18 Penentuan posisi dengan 3 satelit 530
34

Gambar 12-19 Penentuan posisi dengan 4 satelit 531
Gambar 12-20 Hubungan pulsa satelit dengan penerima 531
Gambar 12-21 Penentuan posisi dengan 4 satelit 532
Gambar 12-22 Gambar perhitungan t 532
Gambar 12-23 Rambatan gelombang dari lapisan ionosper 534
Gambar 12-24 GPS dengan fekuensi ganda 535
Gambar 12-25 Antena cincin 536
Gambar 12-26 Terjadinya multipath 536
Gambar 12-27 Pengukuran DOP 536
Gambar 12-28 Satelit geometri PDOP 537
Gambar 12-29 Pengaruh Gugusan bintang pada nilai PDOP 538
Gambar 12-30 Koreksi perbedaan posisi 539
Gambar 12-31 Hubungan stasiun acuan dalam pengukuran 540
Gambar 12-32 Pengukuran nilai koreksi cakupan luas 540
Gambar 12-33 Pengkuran nilai koreksi cakupan semu 541
Gambar 12-34 GPS Maestro 4050 Berbagai Sudut Pandang 542
Gambar 12-35 Pemasangan GPS 543
Gambar 12-36 Pemasangan Piringan Perekat 544
Gambar 12-37 Pemasangan Baterai 544
Gambar 12-38 Pengaturan Volume 545
Gambar 12-39 Pengaturan Tingkat Kecerahan Gambar 545
Gambar 12-40 Menu Halaman 1 546
Gambar 12-41 Menu Halaman 2 547
Gambar 12-42 Keypad 548
Gambar 12-43 Layar Peta Mode Normal 549
Gambar 12-44 Layar Peta Mode Perjalanan 550
Gambar 12-45 Layar Peta Menunjukan Perjalanan 551
Gambar 12-46a Daftar Katagori 551
Gambar 12-46b Daftar Sub Katagori Belanja 551
Gambar 12-47 Perbelanjaan Terdekat dengan Posisi Saat itu 552
Gambar 12-48 Masukan Nama Perjalanan 552
Gambar 12-49 Tampilan Add 552
Gambar 12-50 Tampilan Save 553
Gambar 12-52 Pengaturan Tujuan 553
Gambar 12-53 Ketuk Sears Buka Menu 553
Gambar 13-1 Hasil scan otak MRI 555
Gambar 13-2 Mesin MRI 556
Gambar 13-3 MRI panjang terbuka tipikal 557
Gambar 13-4 Scaner MRI sebanding antara panjang dan
pendeknya
557
Gambar 13-5 Scaner MRI berdiri 557
Gambar 13-6 Scaner MRI terbuka 557
Gambar 13-7 Blok diagram rangkaian MRI 558
Gambar 13-8 Ruang pengendali pengoperasian MRI 559
Gambar 13-9 Scan MRI tangan patah 560
Gambar 13-10 Tampak dalam gambar dongkrak kasur jerami
terisi dihisap ke dalam sistem MRI
561
Gambar 13-11 Poto perbandingan gambar otak kiri laki-laki 562
35

atelitik muda (25
t
th), tengah (86 th) dan umur
(76 th) mempunyai penyakit Alzheimer's
semua digambar dalam tingkat yang sama
Gambar 13-12 menunjukkan pertumbuhan tumor dalam otak
wanita dilihat dari irisan lateral.
563
Gambar 13-13 Organ dalam digambar dengan MRI 564
Gambar 13-14 Perbandingan CAT scan, dan MRI cenderung
lebih detail dan kontras
565
Gambar 13-15 Scan MRI menunjukkan tubuh bagian atas
dilihat dari samping sehingga tulang tulang
belakang kelihatan jelas
565
Gambar 13-16 Irisan Axial, coronal dan sagitall 567
Gambar 13-17 MRI gambar kepala irisan tunggal 569
Gambar 13-18 Urutan temporal scan FMRI (irisan tunggal) 569
Gambar 13-19 aktivasi otak 3D 569
Gambar 13-20 Posisi CT scan 570
Gambar 13-21 Scan irisan otak 570
Gambar 13-22 Scan dada 571
Gambar 13-23 Gambar tabung dasar CT scan 572
Gambar 13-24 Emisi cahaya atom 572
Gambar 13-25 Hasil CT scan otak 573
Gambar 13-26 Mesin sinar x 573
Gambar 13-27 Pancaran poton 574
Gambar 13-28 Hasil CAT jantung dan torax 575
Gambar 13-29 Ide dasar penyinaran sinar x 576
Gambar 13-30 Prinsip dasar penyinaran sinar x pada CAT dan
hasil
576
Gambar 13-31 CT scan multi irisan 578
Gambar 13-32 Tabung dasar mesin CT scan 579
Gambar 13-33 Ruang kontrol dan pelaksanaan scanning 579
Gambar 13-34 Jaringan sistem manajemen gambar 580
Gambar 13-35 Hasil CT scan otak 582
Gambar 13-36 ultrasonik pertumbuhan janin (umur 12 minggu)
dalam kandungan ibu. Pandngan samping bayi
ditunjukkan (kanan ke kiri) kepala, leher, badan
dan kaki
583
Gambar 13-37 bayi dalam kandungan dilihat dengan sonogram 584
Gambar 13-38 perkembangan bayi 29 minggu ultrasonik 3D 594
Gambar 13-39 Pengujian Ultasonik Selama kehamilan 585
Gambar 13-40 Sonograph menunjukkan gambar kepala janin
dalam kandungan
585
Gambar 13-41 Medical sonographic scanner 587
Gambar 13-42 Sensor suara 588
Gambar 13-43 Spektrum Doppler Arteri 590
Gambar 13-44 Spektrum warna Arteri yang sama 590
Gambar 13-45 Ultrasonik Doppler untuk mengukur aliran darah
melalui jantung. Arah aliran darah ditunjukkan
pada layar dengan warna yangberbeda
590
36

Gambar 13-46 Bagian-bagian mesin ultrasonik 592
Gambar 13-47 Perkembangan janin dalam kandungan 594
Gambar 13-48 Peralatan Positron Emisi Tomography (PET) 599
Gambar 13-49 Gambar skeletal anomali 600
Gambar 13-50 Warna hijau kelenjar ludah, warna merah gonfok
adenomas
600
Gambar 13-51 Mesin PET 601
Gambar 13-52 Gambar Scanner PET lengkap 601
Gambar 13-53 Hasil Scan kepala dengan SPECT 602
Gambar 13-54 Refleksi sinar pada proses penggambaran 603
Gambar 13-55 Gambar otak normal yang digambarkan dalam 3
posisi yang berbeda
603
Gambar 13-56 Pengurangan alkohol 604
Gambar 13-57 Penambahan alkohol 604
Gambar 13-58 Hasil SPECT dan CT dari torso bagian atas
tubuh manusia ditunjukkan kedua tulang dan
organ dalam
604
Gambar 13-59 Cylodran bagian instrumen PET yang digunakan
untuk menghasilkan radioisoto umur pendek
Menunjukkan cyclotron bagian instrumen PET
605
Gambar 13-60 PET mengungkapkan kemajuan kanker dada
kiri pasien
605
Gambar 13-61 Rangkaian Irisan PET menunjukkan distribusi
kondisi anomalous otak
606
Gambar 13-62 Scan PET dapat menunjukan pola dalam otak
yang membantu dokter analisis parkinson
606
Gambar 13-63 Scan otak penderita Parkinson 606
Gambar 13-64 Perbandingan hasil MRI 607
Gambar 13-65 Hasil scan termal 608

37

LEMBAR PENGESAHAN
38

GLOSSARY
airbag deployment Airbag adalah suatu pengekangan pasif (tidak
memerlukan campur tangan manusia) di rancang
dalam bentuk tas memompa ketika terjadi benturan.
Terbuat dari bahan fleksibel yang dapat memompa bila
terjadi tabrakan mobil.

akuisisi Akuisisi data merupakan pencuplikan waktu riil untuk
membangkitkan data yang dapat dimanipulasi oleh
komputer.

amniocentesis Amniocentesis adalah prosedur yang digunakan
dalam mendiagnosa cacat janin pada awal
trimester kedua kehamilan.

anti-aliasing Dalam pemrosesan sinyal digital anti-aliasing
merupakan teknik meminimkan aliasing pada saat
merepresentasikan sinyal resolusi tinggi pada resolusi
yang lebih rendah.

anti-lock brake Anti-lock brakes dirancang untuk mencegah
peluncuran dan membantu pengendara
mempertahankan kendali kemudi selama situasi
pemberhentian darurat

attenuator Attenuator merupakan piranti elektronik yang
mengurangi amplitudo atau daya sinyal tanpa
membuat bentuk gelombang cacat. Attenuator
biasanya biasanya berupa piranti pasip terdiri dari
resistor.

Bandpass Filter Penyarring frekuensi yang hanya melewatkan
frekuensi menengah.
chip Serpihan kristal tunggal yang berisi rangkaian
terpadu.

claustrophobic Tidak nyaman di ruang sempit, gelap tertutup.

Common Mode
Rejection Ratio
Besaran yang dapat menunjukkan kualitas
penguat beda merupakan perbandingan antara
besarnya penguatan common dan penguatan
penguat beda.

cyclotron Unsur radiasi yang dihasikan oleh mesin scan
sebelum pengujian dimulai.

Debug
Mengidentifikasi dan melokalisir letak kesalahan .
39



densifying Perbandingan harga atas beribu-ribu nama merek
produk untuk semua kebutuhan.

distorsi Cacat gelombang

ECU test
throughput
Piranti throughput misalnya perubahan RS 232
dengan CAN dan sebaliknya dapat membuat atau
memecahkan performansi sitem pengetesan.

efek piezolistrik Bila sumbu mekanik dari Kristal diberi tekanan maka
akan timbul beda tegangan pada sumbu listrik. Bila
pada sumbu listrik diberi tegangan maka akan terjadi
perubahan keadaan disepanjang sumbu mekanik.
Bila pada sumbu listrik diberi tegangan AC maka akan
terjadi getaran di sumbu mekanik dengan frekuensi
naturalnya. Semakin tipis Kristal frekuensi getar
semakin tinggi.

elektron gun Susunan elektroda yang menghasilkan berkas
elektron yang dapat dikendalikan difokuskan dan
dibelokkan sebagaimana dalam gambar tabung
televisi.

electrocardiogram Electrocardiogram, juga dinakaman EKG atau ECG,
merupakan pengetesan sederhana yang mendeteksi
dan merekam aktivitas kelistrikan jantung.

encrypte code Kode yang digunakan dalam program Java , anda
dapat menggunakan sistem manajemen menjaga
profil pemakai dengan menggunakan passwaord.

fisiologi Istilah dalam fisiologi yang berasal dari kata physics
yang berarti alami dan logos yang berarti kata.
Fisiologi merupakan bidang ilmu yang mempelajari
berbagai fungsi organisme hidup.
gastrointestinal Berkaitan dengan perut dan isi perut.

Glitch
Dalam elektronika, glitch adalah suatu sinyal listrik
jangka waktu pendek yang pada umumnya hasil
suatu kesalahan atau kesalahan disain

High Pass Filter Penyaring frekuensi yang hanya melewatkan
frekuensi tinggi

Immoblizer Tidak ada definisi standar, merupakan keadaan yang
tidak sesuai dengan perancangan.

Interlace
Dua bidang gambar yang tampak dalam satu layar
televise, namun setiap bidang gambar di scan secara
40

terpisah.

Interpolasi Interpolasi adalah menghubungkan titik. Interpolasi
linier sederhana menghubungkan titik sampel dengan
garis lurus.

Indomitabel Tidak mampu untuk diperdaya, ditundukkan; lunak,
atau ditaklukkan; tak tertundukkan .

interferensi Percampuan dua gelombang atau lebih dapat saling
memperkuat atau melemahkan tergantung dari
kedudukan pasa satu dengan yang lain.

intravascular

Dalam pembuluh darah

Intermittent Selang waktu mulai dan berhenti berselang-seling
dengan sebentar-sebentar sinonim dengan periodik

Intuitif Tentang, berkenaan dengan, atau timbul dari intuisi

kompatibel Dapat digunakan secara bersama-sama dengan
tanpa merubah dan menambah peralatan lain dalam
sistem. Misal penerima TV warna dan hitam putih
untuk menerima siaran dari pemancar yang sama

Low Pass Filter Penyaring frekuensi yang hanya melewatkan
frekeunsi rendah.

luminansi Istilah yang digunakan untuk menandai kecerahan
atau hitam putihnya gambar televisi.

neonatal Berkaitan dengan bayi baru.

noise Sinyal yang tidak dikehendaki keberadaannya dalam
sistem.

noise figure Dalam telekomunikasi noise figure (NF) merupakan
suatu ukuran degradasi dari perbandingan sinyal
terhadap noise, yang disebabkan oleh komponen
dalam sinyal RF.

osteoporosis Pengapuran / pengkeroposan tulang

Partikel Suatu bagian yang sangat kecil

Patologi forensic Ilmu penyakit forensik adalah suatu cabang
kedokteran yang terkait dengan menentukan
penyebab kematian, pada umumnya untuk kasus
hukum pidana dan kasus hukum perdata dalam
beberapa yurisdiksi.
41

pacemaker Pacemaker berupa alat kecil yang membantu detak
jantung dengan simulasi listrik membantu
mengendalikan irama jantung.

Penomena Suatu kejadian, keadaan, atau fakta yang dapat
diterima oleh pikiran sehat.

peripheral Periperal merupakan piranti komputer seperti drive
CD-ROM atau printer yang bukan merupakan bagian
utama computer seperti memori, mikroprosesor.
Periperal eksternal seperti mouse, keyboard, monitor,
printer.

peripheral
neuropathy
Peripheral neuropathy merupakan masalah
dengan kegelisahan yang membawa informasi ke dan
dari otak dan tulang belakang. Sakit ini
mengakibatkan, hilangnya sensasi, dan ketidak-
mampuan untuk mengendalikan otot.

portable Dapat dijinjing tidak ditempatkan secara permanen.

protocol Dalam teknologi informasi, protokol adalah
satuan aturan yang khusus dalam koneksi
telekomunikasi .

pseudo-range Cakupan pengukuran semu digunakan bersama-
sama dengan estimasi posisi SV yang didasarkan
pada data empiris yang dikirim oleh masing-masing
SV. Data orbital (empiris) memungkinkan penerima
untuk menghitung posisi SV dalam tiga dimensi pada
saat pengiriman sinyal secara berunyun.

radio isotop Suatu versi elemen kimia yang memiliki inti tak sabil
dan mengemisikan radiasi selama decay untuk
membentuk kestabilan. Radio isotop penting
digunakan dalam diagnosa medis untuk pengobatan
dan penyelidikan.

radiactive decay Radioactive decay merupakan suatu proses
ketidakstabilan inti atom karena kehilangan energi
berupa emisi radiasi dalam bentuk partikel atau
gelombang elektromagnetik.

real time waktu yang sebenarnya pada saat terjadinya proses.

Resolution Kejelasan atau ketajaman gambar,

retrace Kembalinya berkas elektron dari sistem scanning
televisi sisi kanan layar ke sisi kiri layar monitor.

42

rise time Waktu yang diperlukan pulsa untuk naik dari 10%
amplitudo maksimum sampai 90%.

ringing Dengan hanya satu sinyal yang diberikan pada
terminal osiloskop dan yang lain tidak dihubungkan
dapat dilihat adanya beberapa sinyal yang tidak
berguna. Sinyal ringing tidak menambah amplitude
tegangan, yang bertambah adalah frekuensinya
karena factor ketiga.

scrambling CSS, Content Scrambling System, merupakan
system enkripsi lemah yang digunakan pada
kebanyakan DVD komersial.

shadow mask Lapisan logam berlubang di dalam monitor warna
untuk meyakinkan bahwa berkas elektron hanya
menumbuk titik pospor dengan warna yang benar dan
tidak mengiluminasi lebih dari satu titik.

S/N Ratio Perbandingn sinyal terhadap noise meruakan
perbandingan dari sinyal yang dikehendaki terhadap
sinyal yang tak diinginkan.

sweep vernier Sapuan dari atas ke bawah untuk mengukur posisi
terhadap skala.

tomography Berkaitan dengan scan medis.

Transduser Transduser merupakan suatu piranti yang dapat
mengubah besaran non listrik menjadi besaran listrik
dan sebaliknya.

transceiver Pemancar dan penerima sinyal yang ditempatkan
dalam satu kemasan.


transien Transien dapat didefinisikan sebagai lonjakan
kenaikkan arus yang mempunyai durasi 50 sampai
100 milidetik dan kembali normal pada tegangan
sumber 28 Volt membutuhkan waktu 50 mili detik atau
lebih.

troubleshooting Proses pencarian letak gangguan atau kerusakan.

Vasodilatation Pelebaran pembuluh darah.

Virtual Virtual sekarang ini secara filosofi distilahkan
sebagai sesuatu yang tidak nyata, namun
memungkinkan untuk diperagakan sepenuh kualitas
nyata.
43

SINOPSIS

Alat Ukur dan Teknik Pengukuran disusun dimulai dari pengetahuan
dasar tentang besaran listrik, satuan, kalibrasi, kesalahan ukur dan parameter
alat ukur meliputi macam-macam alat ukur penunjuk listrik, macam-macam
peraga. Pembahasan instrumen alat ukur diawali dari meter dasar yaitu
multimeter yang merupakan pengetahuan wajib bagi seorang yang mempunyai
ketertarikan elektronika perangkat keras. Oleh karena itu pembahsan sangat
detail dari definisi, cara kerja, langkah keamanan, spefisikasi, cara penggunaan,
perawatan, perbaikan sederhana. Pembahasan multimeter meliputi multimeter
analog, digital dan perkembangannya hingga penulisan ini dilakukan. LCR meter
dibahas untuk melengkapi cara pengukuran komponen yang pada prinsipnya
menggunakan jembatan keseimbangan, pembahasan dari definisi, cara kerja,
cara penggunaan dan perawatan. Berkaitan dengan aplikasi daya yang cukup
besar dibahas wattmeter dan pengukuran tahanan isolasi.
Pembahasan juga meliputi sumber sinyal, meskipun ini bukan
merupakan alat ukur tapi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam
pengujian peralatan elektronika terutama dalam mensimulasi sinyal. Osiloskop
merupakan pemahaman peralatan ukur wajib setelah multimeter, oleh karena itu
pembahasan secara detail dari jenis-jenis osiloskop, prinsip dasar operasi cara
menggunakan hingga perkembagan osiloskop MSO yang merupakan osiloskop
khusus untuk mesin tester. Frekuensi meter merupakan alat ukur lain yang
digunakan untuk mengukur frekuensi dibahas jenis analog maupun digital.
Penganalisa spektrum merupakan jenis instrumen tingkat lanjut cara
pengoperasian tidak dibahas secara detail sebagaimana osiloskop dan
multimeter. Pemahaman aplikasi spektrum analisa mendasari pemahaman
pembacaan spektrum pada pengujian mesin. Sistem Posisi Global (GPS)
merupakan contoh alat ukur yang baik dari sistim telemetri yang merupakan
gabungan alat ukur dan sistim telekomunikasi. GPS juga merupakan target
pengembangan aplikasi peralatan elektronika pada pengembangan otomotif
terutama pada mobil penjelajah. Peralatan elektronika kedokteran merupakan
gabungan yang baik antara sistim pengolah citra dan teknik pengukuran
mampu menggambarkan anatomi tulang, otot hingga jaringan pembuluh darah.
Pembahasan meliputi cara kerja sistim hingga kelebihan, kekuarangan serta
bahayanya bagi tubuh manusia.


44

PETA KOMPETENSI

Buku disusun dengan memperhatikan kompetensi yang ingin dicapai meliputi :

1. Kompetensi Dasar Kejuruan
Kompetensi dasar kejuruan untuk pemahanan alat dan teknik pengukuran
meliputi :
a. Menguasai Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan kerja
b. Menguasai Teori Dasar Listrik dan Elektronika
c. Terampil melakukan dasar-dasar pekerjaan bengkel elektronika
d. Menguasai teori Fisika terutama berkaitan dengan frekuensi, panjang
gelombang, amplitude dan perioda.
e. Menguasai Teori Dasar Elektronika Digital dan Komputer


2. Kompetensi Kejuruan
Berdasarkan kompetensi dasar dan isi
a. Menggunakan alat ukur analog dan digital dengan tingkat kesalahan
rendah
b. Menggunakan dan memaknai hasil pengukuran dengan alat ukur
pengukur sinyal ranah waktu dan frekuensi
c. Menggunakan alat ukur berbasis komputer
d. Melakukan perawatan dan perbaikan sederhana

3. Blok Diagram Kompetensi
Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan dari mata pendidikan dan
pelatihan ini, diperlukan kompetensi pendukung yang terdiri dari mata diklat
kesehatan dan keselamatan kerja, teori dasar listrik dan elektronika, dasar-
dasar pekerjaan bengkel. Untuk pemahaman prinsip kerja osiloskop ,
osiloskop digital dan penganalisa spectrum perlu pemahaman dasar digital
serta pemahaman tentang gelombang, frekuensi, amplitude dan perioda.
Secara blok diagram peta kompetensi ditunjukkan pada gambar halaman
berikut ini.

4. Pencapaian kompetensi
Setelah mempelajari buku ini, diharapkan pembaca mampu
Menguasai penggunaan alat ukur besaran listrik multimeter analog
maupun digital dengan tingkat kesalahan minimum.
Melakukan perawatan alat ukur dan perbaikan sederhana.
Melakukan pengukuran sinyal listrik ranah waktu dan frekuensi dengan
kesalahan minimum.
Memaknai hasil pengukuran sinyal listrik ranah waktu dan frekuensi
Mengenali Penggunaan GPS dalam aplikasi pemetaan tanah
Mendiskripsikan alat penganalisa kerusakanan mesin.
Mendiskripsikan jenis-jenis peralatan elektronika kedokteran.


45

PETA KOMPETENSI
KEDUDUKAN MATA DIKLAT DALAM KURIKULUM


Tahun 1 Tahun ke 2 dan ke 3

























OE.KKK.001.A
ELKA .MR-
UM001.A
OE.PBE.005.A
ELKA-
MR.UM.004A
SMP
sederajat

Fisika
Sensor,
transduser,Akuisisi
data, Osiloskop,Sistem
telekomunikasi, teknik
antar muka, jaringan
komputer
Alat Ukura
analog digital
ALAT UKUR DAN
TEKNIK PENGUKURAN
Alat Ukur analog
dan digital

Alat ukur sinyal
ranah waktu
Alat ukur Ranah
frekuensi dan
berbasis
komputer
46










Keterangan :

OE.KKK.001A : Melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
ELKA.MR-UM001.A : Menguasai dasar vteori elektronika
OE.PBE.005A : Mengerjakan dasar-dasar pekerjaan bengkel elektronika
ELKA-MR.UM.004A : Dasar elektronika digital dan komputer
ELIND : Memprogram peralatan sistem otomasi elektronik yang berkaitan dengan I/O berbantuan :
Mikroprosessor dan Mikrokontroller
47

PETA KOMPETENSI
ALAT UKUR DAN TEKNIK PENGUKURAN
Bab I
Pendahuluan

Terampil
memilih,
menggunakan,
mengkoreksi
kesalahan
penggunaan
alat ukur
Bab II Multimeter

- Terampil memodifikasi
fungsi meter dasar
- Terampil menggunakan
AVO meter analog dan
digital dengan tingkat
kesalahan rendah.
- Terampil merawat dan
memperbaiki AVO
meter analog dan digital

Bab III LCR meter

- Memahami prinsip
pengukuran system
jembatan
keseimbangan
- Terampil
menggunakan,
merawat dan
memperbaiki tingkat
awal LCR meter

Bab IV Pengukuran
Daya

- Memahami prinsip
integrasi system
pengukuran arus
dan tegangan pada
wattmeter
- Terampil
menggunakan
wattmeter dan
KWHmeter
Bab V Pengukuran
tahan isolasi

- Paham prinsip
pengisolasian
- Terampil mengukur
dan meniliai
kualitas
pengisolasian
- Paham
pengukuran medan
listrik
Alat Ukur Penunjukkan Linier
Alat Ukur Ranah Waktu (Time Domain)
Bab VI Pembangkit
sinyal

- Memahami jenis
sumber sinyal
- Terampil
mengoperasikan
pembangkit
sinyal
Bab VII Osiloskop
- Terampil
mendiskripsikan
osiloskop sesuai jenis
dan cara kerjanya
- Terampil
mendiskripsikan jenis
mengukur parameter
sinyal periodic
dengan CRO
Bab VIII
Frekuensi meter

- Terampil
mengukur
besaran periodic
dengan frekuensi
meter analog
maupun digital

Bab X Pembangkit
Pola

- Memahami prinsip
kerja dan manfaat
pembangkit pola
pengetesan video
- Terampil
menggunakan
pembangkit pola
48






Bab IX Penganalisa
Spektrum

- Memahami tahap
perkembangan
penganalisa spektrum
- Memahami prinsip kerja
penganalisa spectrum
- Mampu memaknai
peraga sinyal ranah
frekuensi

Bab XI Mesin Tester

- Mampu
mendiskripsikan alat
ukur otomotip menurut
jenis dan fungsi
- Terampil memaknai
peraga hasil
pengukuran



Bab XII Sistem Posisi
Global (GPS)

- Memahami prinsip
pengukuran posisi
dengan GPS
- Memiliki wawasan
aplikasi pengukuran
integrasi system
telekomunikasi,
teknik pengukuran
dan pencitraan
Bab XIII Peralatan
Elektronika Kedokteran

- Mampu
mendiskripsikan
peralatan imaging
kedokteran
berdasarkan energy
yang digunakan,
kelebihan dan
kekurangannya
Alat Ukur Ranah Frekuensi (Frequency Domain)
Pemahaman :
1. sensor, tranduser
2. Akuisisi data
3. Osiloskop (CRO)
4. Sistem Telekomunikasi
5. Teknik Antar Muka
6. Jaringan komputer
Alat Ukur Berbasis Komputer
49

KONSEPSI PENULISAN

Bab I

- Sistim Satuan
- Karakteritik meter
- Sumber-sumber
kesalahan
- Kalibrasi
- Macam-macam peraga



Bab II Multimeter
- Mater Dasar
- Perubahan batas ukur
- Modifikasi Fungsi
- Pengoperasian AVO
meter
- Keselamatan kerja dan
alat
- Perawatan

Bab III LCR meter

- Prinsip keseimbangan
jembatan
- Jembatan AC
pengukuran L dan C
- Jembatan DC
pengukuran R
- Pengoperasian LCR
meter

Bab IV Pengukuran
Daya
- Prinsip pengukuran
daya
- Prinsip wattmeter
- Killowattjammeter
- Pengoperasian
wattmeter
- Kasus aplikasi
lapangan
- Cos meter
- Pengurut fasa
Bab V Pengujian
tahanan isolasi dan
kuat medan

Prinsip pengukuran
tahanan isolasi
- Metode pengujian
- Pengukuran medan
listrik

Bab VI Pembangkit
Sinyal
- Generator fungsi
- Prosedur
pengoperasian
- Pulsa generator
- Generator radio
frekuensi
- Keselamatan kerja dan
alat
Bab VII Osiloskop

- Prinsip dasar CRO
- Macam-macam CRO
Analog
- CRO digital
- Pengoperasian CRO
- MSO perkembangan
CRO digital


Bab VIII Frekuensi
meter

- Jenis-jenis frekuensi
meter
- Prinsip kerja
frekuensi meter
- Pengukuran
frekuensi dan
perioda.
Bab IX Penganalisa
Spektrum

Perkembangan
penganalisa spectrum
Prinsip kerja
penganalisa spectrum
Pengoperasian
penganalisa spektrum
Bab X Pembang kit
Pola

Jenisjenis pola
pengetesan
video
Makna pola
pengetesan
Pemanfaatan
pola pada
pengetesan
sinyal video
Bab XI Mesin Tester

Prinsip kerja mesin tester
Pemanfaatan mesin tester untuk pengujian
Spesifikasi
Macammacam penguji mesin
Penganalisa gas
Pengoperasian dan perawatan penganalisa gas
Bab XII Sistem Posisi Global

- Pengertian kerja GPS
- Prinsip kerja GPS
- Instalasi dan pengporeasian GPS
- Aplikasi GPS dalam pemandu
perjalanan
Bab XIII Peralatan Elektronika Kedokteran

- Macam-macam alat scanner elektronika
kedokteran
- Prinsip imaging pada MRI, CAT, PET dan
ultrasonograpi
- Kelebihan dan kekurangan masing-
masing jenis scanner
















1.1. Parameter Alat Ukur
Alat ukur listrik merupakan
peralatan yang diperlukan oleh
manusia. Karena besaran listrik
seperti : tegangan, arus, daya,
frekuensi dan sebagainya tidak
dapat secara langsung ditanggapi
oleh panca indera. Untuk
mengukur besaran listrik tersebut,
diperlukan alat pengubah. Atau
besaran ditransformasikan ke
dalam besaran mekanis yang
berupa gerak dengan
menggunakan alat ukur. Perlu
disadari bahwa untuk dapat
menggunakan berbagai macam
alat ukur listrik perlu pemahanan
pengetahuan yang memadai
tentang konsep - konsep
teoritisnya. Dalam mempelajari
pengukuran dikenal beberapa
istilah, antara lain :

Instrumen : adalah alat ukur untuk menentukan nilai atau besaran
suatu kuantitas atau variabel.
Ketelitian : harga terdekat dengan mana suatu pembacaan
instrumen mendekati harga sebenarnya dari variabel
yang diukur.
Ketepatan : suatu ukuran kemampuan untuk hasil pengukuran yang
serupa
Sensitivitas : perbandingan antara sinyal keluaran atau respons
instrumen terhadap perubahan masukan atau variabel
yang diukur.
Resolusi : :perubahan terkecil dalam nilai yang diukur yang mana
instrumen akan memberi respon atau tanggapan.
Kesalahan : penyimpangan variabel yang diukur dari harga (nilai)
yang sebenarnya.

Tujuan
Pembahasan bertujuan membekali
kemampuan :
1. Mendefinisikan sistem satuan
besaran listrik
2 Memilih dan menempatkan alat
ukur yang baik berdasarkan
parameter
3. Mampu menyebutkan macam-
macam peraga penunjukkan alat
ukur
Pokok Bahasan
1. Parameter Alat Ukur
2. Sistem Satuan
3. Klasifikasi kelas meter
dan kalibrasi
4. Macam-macam peraga
BAB 1

PENDAHULUAN


Alat ukur listrik dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
Alat ukur standar/absolut :
Alat ukur absolut maksudnya
adalah alat ukur yang
menunjukkan besaran dari
komponen listrik yang diukur
dengan batas-batas pada
konstanta dan penyimpangan
pada alat itu sendiri. Ini
menunjukkan bahwa alat tersebut
tidak perlu dikalibrasi atau
dibandingkan dengan alat ukur
lainnya lebih dahulu. Contoh dari
alat ukur ini adalah galvanometer.




Gambar 1-1 Alat ukur standar galvanometer
Alat ukur sekunder :
Alat ukur sekunder maksudnya
adalah semua alat ukur yang
menunjukkan harga besaran listrik
yang diukur dan dapat ditentukan
hanya dari simpangan alat ukur
tersebut. Sebelumnya alat ukur
sudah dikalibrasi dengan
membandingkan pada alat ukur
standar/absolut. Contoh dari alat
ukur ini adalah alat ukur listrik
yang sering dipergunakan
sehari-hari.





Gambar 1-2 Alat ukur sekunder

1.1.1. Sistem Satuan Dalam Pengukuran
1.1.1.1. Satuan Dasar dan Satuan Turunan
Ilmu pengetahuan dan teknik
menggunakan dua jenis satuan,
yaitu satuan dasar dan satuan
turunan. Satuan-satuan dasar
dalam mekanika terdiri dari
panjang, massa dan waktu. Biasa
disebut dengan satuan - satuan
dasar utama. Dalam beberapa
besaran fisis tertentu pada ilmu
termal, listrik dan penerangan juga
dinyatakan satuan-satuan dasar.
Arus listrik, temperatur, intensitas
cahaya disebut dengan satuan
dasar tambahan. Sistem satuan
dasar tersebut selanjutnya dikenal
sebagai sistem internasional yang
disebut sistem SI. Sistem ini
memuat 6 satuan dasar seperti
tabel 1-1.

Tabel 1-1 Besaran-besaran satuan dasar SI
Kuantitas Satuan Dasar Simbol
Panjang
Massa
Waktu
Arus listrik
Temperatur
Intensitas cahaya
meter
kilogram
sekon
amper
kelvin
kandela
m
kg
s
A
K
Cd

Satuan-satuan lain yang dapat
dinyatakan dengan satuan-satuan
dasar disebut satuan-satuan
turunan. Untuk memudahkan
beberapa satuan turunan telah
diberi nama baru, contoh untuk
daya dalam SI dinamakan watt
yaitu menggantikan j/s.

Tabel 1-2 Beberapa contoh satuan yang diturunkan

1.1.1.2. Sistem-sistem Satuan
Asosiasi pengembangan Ilmu
Pengetahuan Inggris telah
menetapkan sentimeter sebagai
satuan dasar untuk panjang dan
gram sebagai satuan dasar untuk
massa. Dari sini dikembangkan
sistem satuan sentimeter-gram-
sekon (CGS). Dalam sistem
elektrostatik CGS, satuan muatan
listrik diturunkan dari sentimeter,
gram, dan sekon dengan
menetapkan bahwa permissivitas
ruang hampa pada hukum
coulumb mengenai muatan listrik
adalah satu. Satuan-satuan
turunan untuk arus listrik dan
potensial listrik dalam sistem
elektromagnetik, yaitu amper dan
volt digunakan dalam pengukuran-
pengukuran praktis. Kedua satuan
ini beserta salah satu dari satuan
lainnya seperti: coulomb, ohm,
henry, farad, dan sebagainya
digabungkan di dalam satuan
ketiga yang disebut sistem praktis
(practical system).
Tahun 1960 atas persetujuan
internasional ditunjuk sebagai
sistem internasional (SI). Sistem
SI digunakan enam satuan dasar,
yaitu meter, kilogram, sekon, dan
amper (MKSA) dan sebagai
Kuantitas Satuan
yang
diturunkan
Simbol Dinyatakan
dalam satuan SI
atau satuan
yang diturunkan
Frekuensi
Gaya
Tekanan
Enersi kerja
Daya
Muatan listrik
GGL/beda potensial
Kapasitas listrik
Tahanan listrik
Konduktansi
Fluksi magnetis
Kepadatan fluksi
Induktansi
Fluksi cahaya
Kemilauan
hertz
newton
pascal
joule
watt
coulomb
volt
farad
ohm
siemens
Weber
Tesla
Henry
Lumen
lux
Hz
N
Pa
J
W
C
V
F
:
S
Wb
T
H
lM
lx
1 Hz = 1 s
-1

1 N = I kgm/s
2

1 Pa = 1 N/m
2

1 J = 1 Nm
1 W = 1 J/s
1 C = 1 As
1 V = 1 W/A
1 F = 1 AsIV
1 = I V/A
1 S = 1 :
- 1

1 Wb = I Vs
1 T = 1 Wb/m
2

1 H = 1 Vs/A
l m = 1 cd sr
l x = 1 lm/m
2

satuan dasar tambahan adalah
derajat kelvin dan lilin (kandela)
yaitu sebagai satuan temperatur
dan intensitas cahaya, seperti
terlihat pada tabel 1-1. Demikian
pula dibuat pengalian dari satuan-
satuan dasar, yaitu dalam sistem
desimal seperti terlihat pada tabel
1-3.

Tabel 1-3 Perkalian desimal
Faktor perkalian dari
satuan
Sebutan
Nama Symbol

10
12

10
9

10
6

10
3

10
2

10
10
-1

10
-2

10
-3

10
-6

10
-9

10
-12

10
-15

10
-18


Tera
Giga
Mega
Kilo
Hekto
Deca
Deci
Centi
Milli
Micro
Nano
Pico
Femto
atto

T
G
M
K
h
da
d
c
m
P
n
p
f
a


Ada pula satuan bukan SI yang
dapat dipakai bersama dengan
satuan SI. Beserta kelipatan -
kelipatannya, digunakan dalam
pemakaian umum. Lebih jelasnya
dapat diperhatikan pada tabel 1-4.

Tabel 1-4 Satuan bukan SI yang dapat dipakai bersama dengan satuan

Kuantitas Nama Satuan Simbol Definisi
Waktu menit
jam
hari
menit
jam
hari
1 menit = 60 s
1 jam = 60 menit
1 hari = 24 jam
Sudut datar derajat
menit
sekon
R
,
:
1
0
= (JS/180 )rad
1, = ( 1/60 )
o

1" = ( 1/60 )
Massa Ton T 1 t = 10
3
k9



1.1.1.3. Sistem Satuan Lain
Di Inggris sistem satuan panjang
menggunakan kaki (ft), massa pon
(lb), dan waktu adalah detik. (s).
Satuan-satuan tersebut dapat
dikonversikan ke satuan SI, yaitu
panjang 1 inci = 1/12 kaki
ditetapkan = 25,4 mm, untuk
massa 1 pon (lb) = 0,45359237
kg. Berdasarkan dua bentuk ini
memungkinkan semua satuan
sistem Inggris menjadi satuan -
satuan SI. Lebih jelasnya
perhatikan tabel 1-5.

Tabel 1-5 Konversi satuan Inggris ke SI

1.2. Kesalahan Ukur
Saat melakukan pengukuran
besaran listrik tidak ada yang
menghasilkan ketelitian dengan
sempurna. Perlu diketahui
ketelitian yang sebenarnya dan
sebab terjadinya kesalahan
pengukuran. Kesalahan -
kesalahan dalam pengukuran
dapat digolongkan menjadi tiga
jenis, yaitu :


1.2.1 Kesalahan-kesalahan Umum (gross-errors)
Kesalahan ini kebanyakan
disebabkan oleh kesalahan
manusia. Diantaranya adalah
kesalahan pembacaan alat ukur,
penyetelan yang tidak tepat dan
pemakaian instrumen yang tidak
sesuai dan kesalahan penaksiran.
Kesalahan ini tidak dapat
dihindari, tetapi harus dicegah dan
perlu perbaikkan. Ini terjadi karena
keteledoran atau kebiasaan -
kebiasaan yang buruk, seperti :
pembacaan yang tidak teliti,
pencatatan yang berbeda dari
pembacaannya, penyetelan
instrumen yang tidak tepat. Agar
mendapatkan hasil yang optimal,
maka diperlukan pembacaan lebih
dari satu kali. Bisa dilakukan tiga
kali, kemudian dirata-rata. Jika
mungkin dengan pengamat yang
berbeda.


Satuan Inggris Simbol Ekivalensi metrik Kebalikan
Panjang 1 kaki
1 inci
Luas 1 kaki kuadrat
1 inci kuadrat
Isi 1 kaki kubik
Massa 1 pon
Kerapatan 1 pon per kaki kubik
Kecepatan 1 kaki per sekon
Gaya 1 pondal
Kerja, energi 1 kaki-pondal
Daya 1 daya kuda
ft
In
Ft
2

In
2
Ft
3
lb
lb/ft
3
ft/s
pdl
ft pdl
Hp
30,48 cm
25,40 mm
9,2903 x 10
2
cm
2
6,4516 x 10
2
mm
2
0,0283168 m
3

0,45359237 kg
16,0185 kg/m
3
0,3048 m/s
0,138255 N
0,0421401 J
745,7 W
0,0328084
0,0393701
0,0107639x10
2

0,15500 x 10
-2

35,3147
2,20462
0,062428
3,28084
7,23301
23,7304
0.00134102






Gambar 1-3 Posisi pembacaan meter


Gambar 1-4 a Pembacaan yang salah Gambar 1-4 b Pembacaan yang benar

Gambar 1-5 Pengenolan meter tidak tepat
Pembacaan
> harga
senearnya
Hasil pembacaan
< harga
sebenarnya
Posisi
pembacaan
yang benar

1.2.2. Kesalahan-kesalahan sistematis (systematic errors)
Kesalahan ini disebabkan oleh
kekurangan-kekurangan pada
instrumen sendiri. Seperti
kerusakan atau adanya bagian-
bagian yang aus dan pengaruh
lingkungan terhadap peralatan
atau pemakai. Kesalahan ini
merupakan kesalahan yang tidak
dapat dihindari dari instrumen,
karena struktur mekanisnya.
Contoh : gesekan beberapa
komponen yang bergerak
terhadap bantalan dapat
menimbulkan pembacaan yang
tidak tepat. Tarikan pegas
(hairspring) yang tidak teratur,
perpendekan pegas,
berkurangnya tarikan karena
penanganan yang tidak tepat atau
pembebanan instrumen yang
berlebihan. Ini semua akan
mengakibatkan kesalahan-
kesalahan. Selain dari beberapa
hal yang sudah disinggung di atas
masih ada lagi yaitu kesalahan
kalibrasi yang bisa mengakibatkan
pembacaan instrumen terlalu
tinggi atau terlalu rendah dari yang
seharusnya. Cara yang paling
tepat untuk mengetahui instrumen
tersebut mempunyai kesalahan
atau tidak yaitu dengan
membandingkan dengan
instrumen lain yang memiliki
karakteristik yang sama atau
terhadap instrumen lain yang
akurasinya lebih tinggi. Untuk
menghindari kesalahan-kesalahan
tersebut dengan cara : (1) memilih
instrumen yang tepat untuk
pemakaian tertentu; (2)
menggunakan faktor-faktor koreksi
setelah mengetahui banyaknya
kesalahan; (3) mengkalibrasi
instrumen tersebut terhadap
instrumen standar. Pada
kesalahan-kesalahan yang
disebabkan lingkungan, seperti :
efek perubahan temperatur,
kelembaban, tahanan udara luar,
medan-medan maknetik, dan
sebagainya dapat dihindari
dengan membuat pengkondisian
udara (AC), penyegelan
komponen-komponen instrumen
tertentu dengan rapat, pemakaian
pelindung maknetik dan
sebagainya.




Pegas
pegas
Gambar 1-6 Posisi pegas
1.2.3. Kesalahan acak yang tak disengaja (random errors)
Kesalahan ini diakibatkan oleh
penyebab yang tidak dapat
langsung diketahui. Antara lain
sebab perubahan-perubahan
parameter atau sistem
pengukuran terjadi secara acak.
Pada pengukuran yang sudah
direncanakan kesalahan -
kesalahan ini biasanya hanya
kecil. Tetapi untuk pekerjaan -
pekerjaan yang memerlukan
ketelitian tinggi akan berpengaruh.
Contoh misal suatu tegangan
diukur dengan voltmeter dibaca
setiap jam, walaupun instrumen
yang digunakan sudah dikalibrasi
dan kondisi lingkungan sudah
diset sedemikian rupa, tetapi hasil
pembacaan akan terjadi
perbedaan selama periode

pengamatan. Untuk mengatasi
kesalahan ini dengan menambah
jumlah pembacaan dan
menggunakan cara-cara statistik
untuk mendapatkan hasil yang
akurat.
Alat ukur listrik sebelum
digunakan untuk mengukur perlu
diperhatikan penempatannya /
peletakannya. Ini penting karena
posisi pada bagian yang bergerak
yang menunjukkan besarannya
akan dipengaruhi oleh titik berat
bagian yang bergerak dari suatu
alat ukur tersebut. Oleh karena itu
letak penggunaan alat ukur
ditentukan seperti pada tabel 1-6

Tabel 1-6 Posisi alat ukur waktu digunakan











1.3. Klasifikasi Kelas Meter
Untuk mendapatkan hasil
pengukuran yang mendekati
dengan harga sebenarnya. Perlu
memperhatikan batas kesalahan
yang tertera pada alat ukur
tersebut. Klasifikasi alat ukur listrik
menurut Standar IEC no. 13B-23
menspesifikasikan bahwa
ketelitian alat ukur dibagi menjadi
8 kelas, yaitu : 0,05; 0,1 ; 0,2 ; 0,5
; 1,0 ; 1,5 ; 2,5 ; dan 5. Kelas-
kelas tersebut artinya bahwa
besarnya kesalalahan dari alat
ukur pada batas-batas ukur
masing-masing kali 0,05 %,
0,1 %, 0,2 %, 0,5 %, 1,0
%, 1,5 %, 2,5 %, 5 % dari
relatif harga maksimum. Dari 8
Letak Tanda
Tegak

Datar

Miring (misal
dengan
Sudut 60
0
)




< 60
0

kelas alat ukur tersebut
digolongkan menjadi 4 golongan
sesuai dengan daerah
pemakaiannya, yaitu :
(1) Golongan dari kelas 0,05, 0,1,
0,2 termasuk alat ukur presisi
yang tertinggi. Biasa digunakan di
laboratorium yang standar. (2)
Golongan alat ukur dari kelas 0,5
mempunyai ketelitian dan presisi
tingkat berikutnya dari kelas 0,2
alat ukur ini biasa digunakan untuk
pengukuran-pengukuran presisi.
Alat ukur ini biasanya portebel. (3)
Golongan dari kelas 1,0
mempunyai ketelitian dan presisi
pada tingkat lebih rendah dari alat
ukur kelas 0,5. Alat ini biasa
digunakan pada alat ukur portebel
yang kecil atau alat-alat ukur pada
panel. (4) Golongan dari kelas 1,5,
2,5, dan 5 alat ukur ini
dipergunakan pada panel-panel
yang tidak begitu memperhatikan
presisi dan ketelitian.

1.4. Kalibrasi
Setiap sistem pengukuran harus
dapat dibuktikan keandalannya
dalam mengukur, prosedur
pembuktian ini disebut kalibrasi.
kalibrasi atau peneraan bagi
pemakai alat ukur sangat penting.
Kalibrasi dapat mengurangi
kesalahan meningkatkan
ketelitian pengukuran. Langkah
prosedur kalibrasi menggunakan
perbandingan instrumen yang
akan dikalibrasi dengan instrumen
standar. Berikut ini dicontohkan
kalibrasi untuk ampermeter arus
searah dan voltmeter arus searah
secara sederhana.

1.4.1. Kalibrasi ampermeter arus
searah
Kalibrasi secara sederhana yang
dilakukan pada ampermeter arus
searah. Caranya dapat dilakukan
dengan membandingkan arus
yang melalui ampermeter yang
akan dikalibrasi (A) dengan
ampermeter standar (As).
Langkah-langkahnya ampermeter
(A) dan ampermeter standar (As)
dipasang secara seri perhatikan
gambar 1- 7 di bawah.
+ - + -


+
Beban
-


Gambar 1- 7. Kalibrasi sederhana ampermeter

Sebaiknya ampermeter yang akan
digunakan sebagai meter standar
adalah ampermeter yang
mempunyai kelas presisi yang
tinggi (0,05, 0,1, 0,2) atau presisi
tingkat berikutnya (0,5). Gambar 1
7 ditunjukkan bahwa I
A
adalah
arus yang terukur pada meter
yang akan dikalibrasi, I
s
adalah
arus standar yang dianggap
sebagai harga arus sebenarnya.
Jika kesalahan mutlak (absolut)

IA Is
dari ampermeter diberi simbol D
dan biasa disebut kesalahan dari
alat ukur, maka dapat dituliskan :

D = I
A
- I
s
............................. (1 1)

Perbandingan kesalahan alat ukur
(D) terhadap harga arus
sebenarnya (I
s
), yaitu : D/ I
s

biasa disebut kesalahan relatif
atau rasio kesalahan. DInyatakan
dalam persen. Sedangkan
perbedaan atau selisih antara
harga sebenanya atau standar
dengan harga pengukuran
disebut harga koreksi dituliskan :

I
s
- I
A
= k ........................... (1 2)

Perbandingan harga koreksi
terhadap arus yang terukur (k / I
A
)
disebut rasio koreksi atau koreksi
relatif dinyatakan dalam persen
.











1.4.2. Kalibrasi voltmeter arus searah
Sama halnya pada ampermeter,
kalibrasi voltmeter arus searah
dilakukan dengan cara
membandingkan harga tegangan
yang terukur voltmeter yang
dikalibrasi (V) dengan voltmeter
standar (Vs). Langkah-langkahnya
voltmeter (V) dan voltmeter
standar (Vs) dipasang secara
paralel perhatikan gambar 1- 8 di
bawah.


+ + +

Beban

- - -


Gambar 1- 8. Kalibrasi sederhana voltmeter
V
V

Contoh Aplikasi :
Ampermeter digunakan untuk mengukur arus yang
besarnya 20 mA, ampermeter menunjukan arus sebesar
19,4 mA. Berapa kesalahan, koreksi, kesalahan relatif,
dan koreksi relatif.
Jawab :
Kesalahan = 19,4 20 = - 0,6 mA
Koreksi = 20 19,4 = 0,6 mA
Kesalahan relatif = -0,6/20 . 100 % = - 3 %
Koreksi relatif = 0,6/19,4 . 100 % = 3,09 %
Voltmeter yang digunakan
sebagai meter standar adalah
voltmeter yang mempunyai kelas
presisi tinggi (0,05, 0,1, 0,2) atau
presisi tingkat berikutnya (0,5).
Pada Gambar 1 8, V adalah
tegangan yang terukur pada meter
yang dikalibrasi, sedangkan V
s

adalah tegangan standar yang
dianggap sebagai harga tegangan
sebenarnya. Jika kesalahan
mutlak (absolut) dari voltmeter
diberi simbol D dan biasa disebut
kesalahan dari alat ukur, maka
dapat dituliskan :

D = V - V
s
............................. (1 3)

Perbandingan besar kesalahan
alat ukur (D) terhadap harga
tegangan sebenarnya (V
s
), yaitu :
D/ V
s
disebut kesalahan relatif
atau rasio kesalahan dinyatakan
dalam persen. Sedangkan
perbedaan harga sebenanya atau
standar dengan harga pengukuran
disebut koreksi dapat dituliskan :

V
s
- V = k ........................... (1 4)

Demikian pula perbandingan
koreksi terhadap arus yang terukur
(k / V ) disebut rasio koreksi atau
koreksi relatif dinyatakan dalam
persen.
















1.5. Macam-macam Alat Ukur Penunjuk Listrik
Alat ukur listrik yang biasa
dipergunakan dalam pengukuran
ditunjukkan pada tabel 1-7 yang
meliputi : jenis, tanda gambar,
prinsip kerja, penggunaan, daerah
kerja penggunaan, dan kebutuhan
daya.


Tabel 1-7 Beberapa contoh alat ukur penunjuk listrik
Contoh : voltmeter digunakan untuk mengukur tegangan
yang besarnya 50 V, voltmeter tersebut menunjukan
tegangan sebesar 48 V. Berapa nilai kesalahan, koreksi,
kesalahan relatif, dan koreksi relatif.

Jawab :
Kesalahan = 48 50 = - 2 V
Koreksi = 50 48 = 2 V
Kesalahan relatif = - 2/50 . 100 % = - 4 %
Koreksi relatif = 2/48 . 100 % = 4,16 %


1.5.1. Alat Ukur Kumparan Putar
1.5.1. Alat Ukur Kumparan Putar
Alat ukur kumparan putar adalah
alat ukur yang bekerja atas dasar
prinsip kumparan listrik yang


ditempatkan dalam medan magnet
yang berasal dari magnet
permanen. Alat ukur jenis ini tidak
terpengaruh magnet luar, karena
telah memiliki medan magnet yang
kuat terbuat dari logam alniko
yang berbentuk U. Prinsip kerja
No Jenis Tanda
Gambar
Prinsip Kerja Peng
gunaan
Contoh Daerah Kerja dan Penggunaan
Dayanya
Daya
Arus Tegangan Frekuen
si
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Kumparan
putar

M
Gaya elektro
magnetik antar
medan magnit
suatu magnit tetap
& arus
DC AVO 1,5 x 10
-6
~10
2
10
-2
~10
-3
- Kecil
2

Penyearah




R
Kombinasi suatu
pengubah
memakai
penyearah semi
konduktor saat
suatu alat ukur
jenis kumparan
putar
AC
rata-
rata
AVOF 5 x 10
-4
~10
-1
1~10
3
< 10
4
Kecil
3

TermoMom
en




T
Kombinasi suatu
pengubah memakai
termoMomen dan
alat ukur jenis
kumparan putar
AC
Efektif
DC
AVW 10
-3
~5 5x10
-1
~
1,5x102
< 10
3
Kecil
4

Besi Putar


S
Gaya elektro
magnetik yang
bekerja pada suatu
inti besi dalam suatu
medan magnet
AC
Efektif
DC
AV 10
-2
~
3x10
2

10~10
3
<5x10
2
Besar
5

Elektro
dinamo
meter



D
Gaya elektro
magnetik yang
bekerja pada suatu
kumparan yang
dialiri arus dalam
medan elektro
maknet
AC
Efektif
DC
AVMF 10
-2
~ 50 1~10
3
< 10
3
besar
6

Induksi


D
Gaya elektro
magnetik yang
ditimbulkan oleh
medan bolak-balik
dan arus yang
terimbas oleh medan
maknetmaknet
AC
Efektif

AVW
Wh
10
-1
~ 10
2
1~10
3
< 10
3
x
10 ~ 10
2

Besar
Catatan: A : Ammeter F : Frekuensimeter V : Voltmeter
O: Ohmmeter Wh : Alat ukur energi listrik W : Wattmeter (Soedjana. S, 1976)
alat ukur kumparan putar
menggunakan dasar percobaan
Lorentz. Percobaan Lorentz
dikatakan, jika sebatang
penghantar dialiri arus listrik
berada dalam medan magnet,
maka pada kawat penghantar
tersebut akan timbul gaya. Gaya
yang timbul disebut dengan gaya
Lorentz. Arahnya ditentukan
dengan kaidah tangan kiri
Fleming.



Gambar 1-9 Hukum tangan kiri Fleming

Gambar 1-10 menggambarkan
magnet permanen yang berbentuk
seperti tapal kuda yang dilengkapi
dengan sepatu kutub. Diantara
sepatu kutub ditempatkan sebuah
inti dengan lilitan kawat yang
dapat bergerak dan berputar
dengan bebas melalui poros. Pada
waktu melakukan pengukuran,
arus mengalir pada kumparan dan
menyebabkan adanya magnet.
Magnet tersebut ditolak oleh
medan magnet tetap.
Berdasarkan hukum tangan kiri
Fleming, kumparan tersebut akan
berputar sehingga jarum penunjuk
akan bergerak atau menyimpang
dari angka nol. Semakin besar
arus yang mengalir dalam
kumparan, makin kuatlah gaya
tolak yang mengenai kumparan
dan menyebabkan penyimpangan
jarum bergerak semakin jauh.



1. Skala 5. Kumparan putar
2. Jarum penunjuk 6. Inti besi lunak
3. Magnet tetap 7. Pegas
4. Sepatu kutub 8. Poros

Gambar 1-10 Prinsip kerja alat ukur kumparan (www.tpub.com)


Pegas yang berbentuk ulir pipih
ada dua, satu terletak di atas
kumparan, yang lain berada di
bawah kumparan. Pegas-pegas
tersebut arah putarnya saling
berlawanan, yaitu satu ke arah kiri
yang lain ke arah kanan. Dengan
demikian kalau yang satu
mengencang, lainnya akan
mengendor. Hal ini akan
menimbulkan keseimbangan pada
kedudukan jarum dan membuat
jarum selalu kembali ke titik nol
bila tidak ada arus yang mengalir.
Karena adanya arus yang
mengalir melalui kumparan
sehingga akan timbul gaya pada
kedua sisi dan menghasilkan
momen penyimpang, perhatikan
gambar 1-11.



4
3
1
2
6
5
7
8


Gambar 1-11 Momen penyimpang

Jika arus yang mengalir pada
kumparan adalah I amper, maka
besarnya gaya pada tiap sisi
kumparan adalah :

F = B .I . l Newton ........................ (1 -1)

Dengan pengertian :
B = kerapatan fluks dalam Wb/m
2

l = panjang kumparan dalam meter

Apabila kumparan dengan N lilitan,
maka gaya pada masing-masing
kumparan adalah : N . B. I . l
Newton. Besarnya momen
penyimpang (Td) adalah gaya
dikalikan dengan lengan atau jarak
tegak lurus. Jika lengan adalah b,
maka :






Karena l X b merupakan luas penampang kumparan dan dinotasikan A,
maka
Momen penyimpang (Td) = N . B . I . A N-m ............. (1 -2)

Dari persamaan I-2, jika B
dinyatakan suatu konstanta, maka
momen penyimpang (Td) akan
sebanding dengan arus yang
mengalir pada kumparan. Karena
alat ukur menggunakan pegas
kontrol yang tidak bervariasi, maka
momen pengontrol (Tc) sebanding
dengan simpangan . Pada posisi
simpangan akhir Td = Tc ,
sehingga simpangan adalah
sebanding dengan arus I.

Momen penyimpang (Td) = gaya x lengan
= N. B . I .l . b
Dengan demikian alat ukur ini
dapat dikatakan mempunyai skala
seragam. Untuk menentukan skala
alat ukur kumparan putar
dipaparkan dengan grafik, yang
menghubungkan persamaan sudut
putar dengan momen T.











Gambar 1-12. Penentuan penunjukan



Gamnbar 1-13. Skala alat ukur kumparan putar

Contoh, jika arus yang megalir
pada alat ukur kumparan putar
sebesar 5 mA mengakibatkan
kumparan berputar dengan sudut
sebesar 1,2 radial. Jika momen
penggerak yang disebabkan oleh
0 1 2 3 4 5
TD1
TD2
TD3
TD4
TD5 A






K
O
P
E
L
arus-arus sebesar 1, 2,3 ,4, dan 5
mA dinyatakan dengan T
D1
, T
D2
,
T
D3
, T
D4
, , dan T
D5
,. Momen -
momen tersebut dapat
digambarkan sebagai garis-garis
datar dan berjarak sama satu
sama lain. Perlu diketahui bahwa
momen-momen penggerak
tersebut hanya ditentukan oleh
besarnya arus yang mengalir dan
tidak tergantung dari sudut putar
dari penunjuk. Besarnya momen
pengontrol berbanding lurus
dengan sudut putar sehingga
dalam grafik dapat digambarkan
sebagai garis lurus yang
menghubungkan titik mula dengan
A (perhatikan gambar 1-12).
Apabila momen penggerak dan
momen pengontrol dalam keadaan
seimbang, dan masing-masing
momen penggerak dinyatakan
sebagai
1
,
2
,
3
,
4
, dan
5
, maka
didapat
2
= 2
1
,
3
= 3
1
,
4
=
4
1
,
5
= 5
1
. Oleh karena itu yang
dibentuk dengan membagi busur
lingkaran sebesar 1,2 rad ke
dalam lima bagian yang sama,
dan diberikan angka-angka pada
lima bagian dari skala tersebut 0,
1, 2, 3, 4, dan 5 seperti pada
gambar 1-13 besarnya arus yang
mengalir dapat dinyatakan pada
waktu jarum penunjuk berhenti.
Jika gambar menunjukkan jarum
berhenti pada angka 3,5, maka
besarnya arus yang diukur adalah
3,5 mA.
Secara umum kumparan putar
terbuat dari kerangka dari
aluminium, sedangkan dilihat sifat
kelistrikkannya kerangka tersebut
merupakan jaringan hubung
singkat dan memberikan pada
kumparan momen peredam.
Gambar 1-14 ditunjukan jika
kumparan dialiri arus, maka
kumparan akan berputar dan
dalam kerangka akan timbul arus
induksi. Tegangan yang
menyebabkan arus induksi
mengalir dalam kerangka
kumparan. Sebaliknya arus
induksi akan memotong fluksi
magnet dalam celah udara, jika
kumparan berputar
membangkitkan momen yang
berbanding lurus dengan
kecepatan putar. Arah momen ini
berlawanan dengan arah
perputaran, maka akan
menghambat arah perputaran, dan
momen ini disebut momen
peredam.


Gambar 1 14 Peredaman alat ukur kumparan putar

Proses penunjukan jarum alat ukur
tidak secara langsung
menunjukan harga yang
dikehendaki tetapi masih terdapat
nilai perbedaan. Perbedaan
disebabkan karena adanya
tahanan dalam dari alat ukur.
Proses demikian juga dapat
disebabkan adanya peredaman.
Jika penampang kerangka kecil
dan tahanan listriknya besar,
maka arus induksi yang terjadi
kecil sehingga mengakibatkan
momen redam yang lemah dan
penunjukan jarum akan berosilasi
di sekitar
0
. Biasa disebut
peredaman kurang (gambar 1-15
kurva A). Sebaliknya jika tahanan
listrik kecil, arus induksi yang
terjadi besar sehingga
mengakibatkan pergerakan jarum
akan lambat dan biasa disebut
dengan peredaman lebih (gambar
1-15 kurva B). Yang terbaik
adalah diantara peredaman
kurang dan peredaman lebih
biasa disebut dengan peredaman
kritis (kurva C).

















Waktu

Gambar 1 15. Gerakan jarum penunjuk dari suatu alat ukur

1.5.2. Alat Ukur Besi Putar
Alat ukur tipe besi putar adalah
sederhana dan kuat dalam
konstruksi. Alat ukur ini digunakan
sebagai alat ukur arus dan
tegangan pada frekuensi
frekuensi yang dipakai pada
jaringan distribusi. Instrumen ini
pada dasarnya ada dua buah
bentuk yaitu tipe tarikan
(attraction) dan tipe tolakan
(repulsion). Cara kerja tipe tarikan
tergantung pada gerakan dari
sebuah besi lunak di dalam medan
magnit, sedang tipe tolakan
Redaman kur ang
Redaman kr i t i s
Redaman l ebi h
A
C
B
H
a
r
g
a

p
e
n
u
n
j
u
k
k
a
n

a
l
a
t
tergantung pada gaya tolak antara
dua buah lembaran besi lunak
yang telah termagnetisasi oleh
medan magnit yang sama.
Apabila digunakan sebagai
ampermeter, kumparan dibuat
dari beberapa gulungan kawat
tebal sehingga ampermeter
mempunyai tahanan yang rendah
terhubung seri dengan rangkaian.
Jika digunakan sebagai voltmeter,
maka kumparan harus
mempunyai tahanan yang tinggi
agar arus yang melewatinya
sekecil mungkin, dihubungkan
paralel terhadap rangkaian. Kalau
arus yang mengalir pada
kumparan harus kecil, maka
jumlah kumparan harus banyak
agar mendapatkan amper
penggerak yang dibutuhkan.

1.5.2.1. Tipe Tarikan (Attraction)
Pada gambar 1-16. terlihat bahwa
jika lempengan besi yang belum
termagnetisasi digerakkan
mendekatai sisi kumparan yang
dialiri arus, lempengan besi
akan tertarik di dalam kumparan.
Hal ini merupakan dasar dalam
pembuatan suatu pelat dari besi
lunak yang berbentuk bulat telur,
bila dipasangkan pada batang
yang berada diantara "bearings"
dan dekat pada kumparan, maka
pelat besi tersebut akan terayun
ke dalam kumparan yang dialiri
arus. Kuat medan terbesar
berada ditengah - tengah
kumparan, maka pelat besi bulat
telur harus dipasang sedemikian
rupa sehingga lebar gerakannya
yang terbesar berada di tengah
kumparan.


Gambar 1 16 Prinsip kerja instrumen tipe tarikan

Bila sebuah jarum penunjuk
dipasangkan pada batang yang
membawa pelat tadi, maka arus
yang mengalir dalam kumparan
akan mengakibatkan jarum
penunjuk menyimpang. Untuk
lebih jelasnya perhatikan gambar
1-17.


Gambar 1 17. Beberapa bagian dari instrumen tipe tarikan

Besar simpangan akan lebih
besar, jika arus yang mengalir
pada kumparan besar. Demikian
pula simpangan penunjuk yang
bergerak diatas skala, sebelumnya
skala harus sudah dikalibrasi.
Besarnya momen gerak
(deflecting torque) diperlihatkan
pada gambar 1 18 di bawah.



Gambar 1 18. Besarnya momen gerak

Apabila pelat besi ditempatkan
sedemikian rupa sehingga pada
posisi nol membentuk sudut
dengan arah medan magnit H
yang dihasilkan oleh kumparan.
Simpangan yang dihasilkan
adalah akibat arus yang melalui
kumparan. Dengan demikian pelat
besi yang termagnetisasi itu
mempunyai kemagnitan
sebanding dengan besarnya H
yang bekerja sepanjang
sumbunya, yaitu sebanding
dengan H sin ( + ). Gaya F
Pelat besi
kumparan
Arah gaya
yang menarik pelat ke dalam
kumparan adalah sebanding
terhadap H
2
sin ( + ). Jika
permeabilitas besi dianggap
konstan, maka H ~ I, dengan
demikian :

F ~ I
2
sin (. + ) . ( 1 - 3 )

Jika. gaya ini bekeria Pada jarak I
dari sumbu putar pelat, maka
besarnya momen (Momen)
penyimpang adalah :

Td = F.I.cos ( + ) ... ( 1 - 4 )

Jika persamaan 1 - 3 dimasukkan dalam persamaan 1 - 4 dipatkan :
Td = I
2
sin ( + ). 1. cos ( + )
Karena besarnya I adalah konstan, maka :
Td = K.I
2
.sin ( + ). cos ( + )
Jika digunakan kontrol pegas (spring-control ) maka momen pegasnya :
Tc = K'. ( 1 5 )
Pada keadaan mantap (steady), maka Td = Tc

K.I
2
sin ( + ).cos ( + ) = K'

sehingga : - I
2
( 1 - 6 )
Dengan demikian skala alat ukur besi putar adalah skala kuadratis. Jadi
bila digunakan pada arus bolak-balik, maka :

- I
2
rms ( 1 - 7 )

1.5.2.2. Tipe Tolakan (Repolsion)
Bagian-bagian instrumen jenis
tolakan digambarkan pada
Gambar 1 19. Dalam gambar
terdapat kumparan tetap
diletakkan didalamnya dua buah
batang besi lunak A dan B sejajar
dengan sumbu kumparan. Salah
satu dari besi tersebut A dipasang
tetap, sedang B dipasang mudah
bergerak dan membawa sebuah
penunjuk yang mudah bergerak
diatas skala yang telah dikalibrasi.


Gambar 1 19 Beberapa bagian penampang jenis repulsion
Apabila arus yang akan diukur
dilewatkan melalui kumparan,
maka akan membangkitkan
medan magnit memagnetisir
kedua batang besi. Pada titik yang
berdekatan sepanjang batang besi
mempunyai polaritas magnit yang
sama. Dengan demikian akan
terjadi gaya tolak menolak
sehingga penunjuk akan
menyimpang melawan momen
pengontrol yang diberikan oleh
pegas. Gaya tolak ini hampir
sebanding dengan kuadrat arus
yang melalui kumparan;
kemanapun arah arus yang
melalui kumparan, kedua batang
besi tersebut akan selalu sama -
sama termagnetisasi dan akan
saling tolak-menolak.
Untuk mendapatkan skala uniform,
digunakan 2 buah lembaran besi
yang berbentuk seperti lidah
(Gambar 1 - 20).



Gambar 1 20. Dua. buah lembaran besi yang berbentuk seperti lidah

Pada Gambar 1-20 tampak besi
tetap terdiri dari lempengan besi
berbentuk lidah dililitkan dalam
bentuk silinder, sedang besi yang
bergerak terdiri dari lempengan
besi dan dipasang sedemikian
rupa sehingga dapat bergerak
sejajar terhadap besi tetap.
Dengan adanya gaya. tolak-
menolak antara dua batang besi
yang sama-sama termagnetisasi
tersebut akan timbul momen.
Besar momen sebanding dengan
H
2
. Karena H sendiri berbanding
lurus terhadap arus yang melalui
kumparan (permeabilitas dianggap
konstan), maka momen tersebut
akan sebanding dengan I
2
.
Dengan demikian momen
simpangan, sebagai momen
utama sebanding dengan I
2
. Jika
instrumen ini digunakan untuk
arus bolak-balik akan
menunjukkan nilai arus rms (I
rms).

Karena polaritas dari kedua
batang besi tersebut berlawanan
secara serentak, maka instrumen
ini dapat digunakan untuk ac
maupun dc.

1.5.3. Alat Ukur Elektrodinamis
Alat ukur elektrodinamis adalah
sebuah alat ukur kumparan putar,
medan magnit yang dihasilkan
bukan dari magnit permanen,
tetapi oleh kumparan tetap/berupa
kumparan diam didalamnya. Alat
ukur elektrodinamis dapat
dipergunakan untuk arus bolak-
balik maupun arus searah,
kelemahannya alat ukur tersebut
menggunakan daya yang cukup
tinggi sebagai akibat langsung dari
konstruksinya. Karena arus yang
diukur tidak hanya arus yang
mengalir melalui kumparan putar,
tetapi juga menghasilkan fluksi
medan. Untuk menghasilkan suatu
medan magnit yang cukup kuat
diperlukan gaya gerak magnit
yang tinggi, dengan demikian
diperlukan sumber yang
mengalirkan arus dan daya yang
besar pula.
Prinsip kerja dari alat ukur
elektrodinamis diperlihatkan pada
gambar 1-21, kumparan putar M
ditempatkan diantara kumparan-
kumparan tetap (fixed coil) F
1
dan
F
2
yang sama dan saling sejajar.
Kedua kumparan tetap
mempunyai inti udara untuk
menghindari efek histerisis, bila
instrumen tersebut digunakan
untuk sirkuit ac. Jika arus yang
melalui kumparan tetap I
1
dan
arus yang melalui kumparan putar
I
2
. Karena tidak mengandung besi,
maka kuat medan dan rapat flux
akan sebanding terhadap I
1
.
Jadi :

B = k . I
1
....................... ( 1 - 8 )

Di mana : B : Rapat flux
k : kontanta


Gambar 1 21. Prinsip alat ukur elektrodinamis

Misal kumparan putar yang
dipergunakan berbentuk persegi
(dapat juga lingkaran) dengan
ukuran paniang l dan lebar b, dan
banyaknya lilitan N. Besarnya
gaya pada masing-masing sisi
kumparan adalah :
N . B . I
2
. l Newton.
Momen penyimpang atau momen putarnya pada kumparan besarnya
adalah :
T
d
= N . B . I
2
. l . b ------ > B = k . I
1

T
d
= N . k . I
l
. I
2
. l . b Nm .. ( 1 - 9 )
Keterangan :
T
d
: Momen Putar
N : Banyaknya lilitan
l : panjang kumparan
b : lebar kumparan

Besarnya N, k, 1, dan b adalah
konstan, bila besaran-besaran
tersebut dinyatakan dengan K
1
,
maka :
T
d
= K
l .
I
l
. I
2
( 1 - 10 )
Dari persamaan 1-10 terlihat
bahwa besarriya momen putar
adalah berbanding lurus terhadap
hasil kali arus yang mengalir
melalui kumparan tetap dan
kumparan putar. Pada kumparan
putar ini spring kontrol (pegas
pengatur), maka Momen
pengontrol/pemulih akan
berbanding lurus terhadap
simpangan ; maka :
K
l
. I
1
. I
2
= K
2
.
~ I
1
. I
2 .
( 1 - 11 )
Apabila instrumen digunakan
sebagai ammeter, maka arus
yang melalui kumparan tetap
dan kumparan putar besarnya
sama.
Jika I
1
= I
2
= I, maka : ~ I
2
I ~


............................................................... ( 1 - 12 )



a b
Gambar 1 22. Rangkaian ammeter elektrodinamis

Rangkaian Gambar 1-22a
digunakan untuk mengukur arus
yang kecil, sedangkan Gambar 1-
22b digunakan untuk mengukur
arus yang besar, Rsh dipasang
guna membatasi besarnya arus
yang melalui kumparan putar.

Gambar 1 - 23
Rangkaian voltmeter
elektrodinamis

Apabila instrumen tersebut
digunakan sebagai voltmeter,
maka kumparan tetap F dan
kumparan putar M dihubungkan
seri dengan tahanan tinggi (R
S
).
Besarnya I
1
= 1
2
= I, adalah
~ V.V --- > ~ V
2

V ~

(1 - 13)

Alat ukur elektrodinamis bila
digunakan untuk arus bolak-balik
biasanya skala dikalibrasi dalam
akar kuadrat arus rata-rata, berarti
alat ukur membaca nilai effektip.
Dengan demikian jika alat ukur
elektrodinamis dikalibrasi untuk
arus searah 1 A pada skala diberi
tanda yang menyatakan nilai 1 A,
maka untuk arus bolak-balik akan
menyebabkan jarum menyimpang
ke tanda skala untuk I A dc dan
memiliki nilai effektip sebesar 1 A.
Jadi pembacaan yang dihasilkan
oleh arus searah dapat dialihkan
ke nilai arus bolak-balik yang
sesuai, karena itu menetapkan
hubungan antara AC dan DC.
Artinya alat ukur ini dapat
digunakan untuk membaca arus
AC dan DC dengan skala yang
sama.
1.5.4. Alat Ukur Elektrostatis
Alat ukur elektrostatis banyak
dipergunakan sebagai alat ukur
tegangan (volt meter) untuk arus
bolak-balik maupun arus searah,
khususnya dipergunakan pada
alat ukur tegangan tinggi. Pada
dasarnya kerja alat ukur ini adalah
gaya tarik antara muatan-muatan
listrik dari dua buah pelat dengan
beda tegangan yang tetap. Gaya
ini akan menimbulkan Momen
penyimpang, bila beda tegangan
ini kecil, maka gaya ini akan kecil
sekali. Mekanisme dari alat ukur
elektrostatis ini mirip dengan
sebuah capasitor variabel; yang
mana tingkah lakunya bergantung
pada reaksi antara dua benda
bemuatan listrik (hukum coulomb).



Gambar 1 24 Skema voltmeter elektrostatis

Gaya yang merupakan hasil
interaksi tersebut, pada alat ukur
ini dimanfaatkan untuk penggerak
jarum penunjuk. Salah satu
konfigurasi dasar alat ukur
elektrostatis diperlihatkan gambar
1-24. Pelat X dan Y membentuk
sebuah kapasitor varibel. Jika X
dan Y dihubungkan dengan titik-
titik yang potensialnya berlawanan
(Vab), maka antara X dan Y akan
terjadi gaya tarik-menarik; karena
X dan Y mempunyai muatan yang
sama besarnya, tetapi berlawanan
(hukum coulomb). Gaya yang
terjadi ini dibuat sedemikian rupa
hingga bisa menimbulkan Momen
(momen putar) yang digunakan
untuk menggerakkan jarum pada
pelat X ke kanan. Jika harga Vab
semakin besar, maka muatan
kapasitor semakin bertambah;
dengan bertambahnya muatan ini
akan menyebabkan gaya tarik
menarik menjadi besar pula,
sehingga jarum akan bergerak ke
kanan. Momen putar yang
disebabkan oleh gaya tersebut
akan dilawan oleh gaya reaksi dari
pegas. Apabila Momen dari kedua
gaya ini sudah sama/seimbang,
maka jarum yang berada pada
pelat X akan berhenti pada skala
yang menunjukkan harga Vab.
Untuk menentukan Momen
(momen putar) yang dibangkitkan
oleh tegangan yang masuk adalah
sebagai berikut : misal simpangan
jarum adalah , jika C adalah
kapasitansi pada posisi
tersimpang, maka muatan
instrumen akan menjadi CV
coulomb. Dimisalkan tegangannya
berubah dari V menjadi V + dV,
maka akibatnya , C, dan Q akan
berubah menjadi + d; C + dC
dan Q + dQ. Sekarang energi
yang tersimpan dalam medan
elektrostatis akan bertambah
dengan :

dE = d (1/2 CV
2
) = 1/2 V
2
. dC + CV . dV joule . (1 - 14 )

Keterangan :
dE : Energi yang tersimpan
CV : Muatan instrumen

Jika T adalah besarnya Momen
pengontral terhadap simpangan ,
maka besarnya tambahan energi
yang tersimpan pada pengontrol
ini adalah : T x d joule.
Jadi energi total tambahannya
adalah :

T x d + 1/2 V
2
. dC + CV . dV joule ( 1 15)

Dari sini terlitlat bahwa selama
teriadi perubahan, sumbernya
mensupply muatan sebesar dQ
pada potensial V.

Besar energi yang disupplykan = V x dQ
= V x d(CV)
= V2 x dC + CV.dV joule . (1 -16)

Padahal energi supply harus sama
dengan energi extra yang
tersimpan di dalam medan dan
pengontrol, maka persamaan 1 -
15 dan 1 -16 akan didapatkan :

T x d + V
2
. dC + CV . dV = V
2
. dC + CV . dV
T x d = V
2
. dC
T = V
2
. dC/d Newton meter .. (1 17)

Ternyata Momen yang diperoleh
sebanding dengan kuadrat
tegangan yang diukur, baik dc
maupun ac. Tetapi untuk ac, skala
pembacaannya adalah harga rms-
nya.

1.6. Peraga Hasil Pengukuran
1.6.1. Light Emiting Dioda (LED)
Light Emiting Dioda (LED) secara
konstruksi terbuat sebagaimana
dioda PN junction bahan tipe P
dan tipe N. Yang membedakan
keduanya adalah bahanyang
digunakan. Dioda PN junction atau
yang biasa disebut dioda saja
terbuat dari bahan Silikon (Si) atau
Germanium (Ge), aliran arusnya
dapat melalui traping level yang
biasa dinamakan tingkat Fermi. Sedangkan LED terbuat dari bahan
GaAs, GaP atau GaAsP yang mempunyai sifat direct gap. Artinya untuk
dapat mengalirkan arus, elektron harus berpindah dari tingkat jalur
konduksi langsung ke jalur valensi (perhatikan gambar jalur energi
tanda panah biru). Keistimewaan bahan ini adalah energi ionisasi yaitu
energi yang dibutuhkan elektron untuk lepas dari ikatan valensi, atau
berpindah dari jalur konduksi ke jalur valensi, dilepaskan
kembali dalam bentuk cahaya. Warna cahaya yang dihasilkan tergantung
dari selisih energi jalur konduksi dan valensi. Daerah sambungan antara
bahan tipe P dan N dibuat dari bahan bersifat reflektif dan diberi jendela
tembus cahaya sehingga cahaya yang dihasilkan dapat dilihat. Energi
untuk berpindah dari jalur konduksi ke valensi diperoleh dari tegangan
bias.




Gambar 1 25 Rekombinasi elektron


Gambar 1 26 Polaritas dan simbol LED

Dioda Silikon mempunyai
gelombang maksimum 900 mm
mendekati cahaya infra merah.
LED yang paling popular adalah
gallium arsenide (GaAsP)
mempunyai emisi cahaya merah.
Spektrum emisi merupakan fungsi
intensitas relative (%) terhadap
Jalur val ensi
Tipe p
Tipe n
hole elektron
Jalur konduksi
Tingkat Fer mi
Jalur terlarang
cahaya
Anoda katoda
fungsi panjang gelombang (m)
dalam range 0,62 sampai 0,76 m
dengan puncak (100%) pada
panjang gelombang 0,66 m. Juga
tersedia LED warna oranye,
kuning dan hijau untuk ketiga
warna ini seringkali digunakan
bahan gallium phospide.
Karakteristik fungsi arus dan
tegangan serupa dengan diode
bias maju kecuali bahwa arus
tidak mengalir sampai tercapai
tegangan threshold sekitar 1,4
sampai 1,8 volt. Dalam
implementasi rangkaian LED
dihubung seri dengan resistor
yang berfungsi sebagai pembatas
arus, agar arus yang mengalir
dalam LED dalam batas yang
aman.












Gambar 1 27. LED Gambar 1 28. Rangkaian LED

1.6.2. LED Seven Segmen
Peraga tujuh segmen digunakan
sebagai penunjuk angka pada
kebanyakan peralatan uji. Seven
segmen disusun terdiri dari LED
yang diaktifkan secara individual,
kebanyakan yang digunakan LED
warna merah. LED disusun dan
diberi label seperti gambar
diagram di bawah. Jika semua
segmen diaktifkan akan
menunjukkan angka 8, sedangkan
bila yang diaktifkan hanya segmen
a, b, g, c dan d memperagakan
angka 3. Angka yang dapat
diperagakan dari 0 sampai dengan
9 sedangkan dp menunjukkan titik
desimal.
Ada dua jenis seven segmen
komon katoda dan komon anoda.
Seven segmen dinyatakan
sebagai komon anoda jika semua
anoda dari LED seven segmen
anoda di komen menjadi satu.
Segmen yang aktif adalah segmen
yang katodanya terhubung dengan
sumber tegangan nol atau seven
segemen aktif rendah. Sebaliknya
untuk komon katoda semua
katode dari LED seven segmen
terhubung menjadi satu mendapat
tegangan bias nol. Segmen yang
aktif adalah segmen yang
mendapat tegangan positip pada
anoda atau aktif tinggi. Sebuah
resistor ditempatkan seri dengan
R
1

E
LED
masing-masing diode untuk
pengaman terhadap arus lebih.






Gambar 1 29. Skematik seven
segmen





Karena seven segmen merupakan
peraga sinyal digital dimana
angka berbasis dua atau biner,
maka seven segmen dapat
digunakan sebagai penunjukan
hitungan desimal diperlukan
pengubah hitungan biner menjadi
desimal yang disebut dengan
rangkaian BCD (Binery Code
Desimal). Hubungan keluaran
hitungan biner, keluaran decoder
BCD dan tabel kebenarannya
ditunjukkan dibawah ini.



Gambar 1 30. Peraga seven
segmen
























Gambar 1-31. Rangkaian dekoder dan seven segmen
(Deboo Borrous :1982)

Dengan memvariasi masukan
untuk memilih segmen yang aktif
peragaan seven segmen dapat
memperagakan huruf dan angka
diantaranya seperti gambar di
bawah ini.







Gambar 1-32. Macam-macam peragaan seven segmen

Pengaturan pilihan segmen aktif
dilakukan dengan mengenali
karakteristik hubungan keluaran
decoder dan seven segmen.
Karakteristik tersebut ditunjukkan
dalam tabel kebenaran tabel di
bawah ini.





Resi st or
pembat as
Vcc
Dekoder / Driver
A B C D E F G
A B
C D E F
G
a b c d
Masukan BCD Tes lampu Gnd
Vcc
RB0
RB1


B
C
F
E
A
D
G

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9



Tabel 1 8 Tabel kebenaran decoder BCD Komon Katoda

Masukan BCD Keadaan Keluaran Peraga
d c b a A B C D E F G
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1


0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1


0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0


0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0


0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0


0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0


0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0


0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1


1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0


1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0



1.6.3. LCD: Polarisasi cahaya
LCD dalam bentuk sederhana
tedapat pada peraga kalkulator.
Beberapa krital cair meneruskan
cahaya dan beberapa yang lain
menutup sehingga gelap. Status
membuka atau menutup setiap
kristal cair diatur melalui
elektrode-elektrode.


Gambar 1 - 33. Konstruksi LCD
http://computer.howstuffworks.com/monitor1.htm



Gambar 1 34. Contoh peraga LCD pada multimeter

Jenis kristal cair yang digunakan
dalam pengembangan teknologi
LCD adalah jenis nematik, yaitu
memiliki molekul dengan pola dan
arah tertentu. Jenis yang paling
sederhana adalah twisted nematic
(TN) memiliki struktur molekul
terpilin secara alamiah, mulai
dikembangkan tahun 1967.
Struktur TN terpilin secara alamiah
90, dapat dilepas pilinannya
(untwist) dengan menggunakan
arus listrik.
Struktur LCD meliputi kristal cair
TN (D) diletakkan di antara dua
elektroda (C dan E) yang
dibungkus lagi seperti sandwich
dengan dua panel gelas (B dan F)
pada sisi luar dilumuri lapisan tipis
polarizing film. Lapisan A berupa
cermin yang dapat memantulkan
cahaya yang berhasil menembus
lapisan-lapisan sandwich LCD.
Kedua elektroda dihubungkan
dengan baterai sebagai sumber
arus. Panel B memiliki polarisasi
yang berbeda 90 dari panel F.
Cahaya masuk melewati panel F
sehingga terpolarisasi, pada saat
tidak ada arus listrik, dan cahaya
diteruskan menembus semua
lapisan, mengikuti arah pilinan
molekul- molekul TN (90), sampai
memantul di cermin A dan keluar
kembali. Ketika elektroda C dan E
yang berupa elektroda kecil
berbentuk segi empat dipasang
di lapisan gelas mendapatkan
arus, kristal cair D yang sangat
sensitif terhadap arus listrik tidak
lagi terpilin sehingga cahaya terus
menuju panel B dengan polarisasi
sesuai panel F. Panel B yang
memiliki polarisasi berbeda 90
dari panel F menghalangi cahaya
untuk menembus terus.
Dikarenakan cahaya tidak dapat
lewat, pada layar terlihat
bayangan gelap berbentuk segi
empat kecil yang ukurannya sama
dengan elektroda E ini berarti
pada bagian tersebut cahaya tidak
dipantulkan oleh cermin A.
Sifat unik yang dapat langsung
bereaksi dengan adanya arus
listrik ini dimanfaatkan sebagai
alat pengatur ON/OFF LCD.
Namun, sistem tidak
menghasilkan cahaya
sebagaimana LED melainkan
mengambil sumber cahaya dari
luar. Dengan alasan seperti itulah
mengapa LCD mempunyai sifat
konsumsi daya rendah Dalam
perkembanganya LCD banyak
digunakan sebagai monitor TV,
monitor computer maupun LCD.
Polarisasi, membelokan cahaya
dengan warna tertentu. Pada
posisi tertentu meneruskan warna
kuning, posisi lain warna merah,
juga warna-warna lain di antara
kuning-merah (gabungan)
ditunjukkan gambar 1-35. di
bawah ini.



Gambar 1 35. Perkembangan LCD pada implementasi monitor TV
http://computer.howstuffworks.com/monitor1.htm

Seven segmen LCD mempunyai
beberapa keuntungan yaitu hanya
memerlukan daya yang rendah
dalam orde microwatt karena LCD
tidak mengemisikan atau
membangkitkan cahaya melainkan
hanya memendarkan cahaya
masukan, harga murah tidak
tergantung ukuran sebagaimana
yang lain, mempunyai contrast
yang baik. Kelemahan LCD
reliabilitas rendah, range
temperature terbatas, visibility
dalam penerangan lingkungan
rendah, kecepatan rendah dan
memerlukan tegangan ac
pengaktif kristal.

1.6.4. Tabung Sinar Katoda
(Cathode Ray Tube /CRT)
1.6.4.1. Susunan Elektrode CRT
dan Prinsip Kerja
Tabung sinar katoda ( cathode
ray tube atau CRT), ditemukan
oleh Ferdinand K. Brain ahli
fisika German pada tahun 1879,
struktur bagian dalam sebuah
tabung sinar katoda ditunjukkan
gambar di bawah. Komponen
utama CRT untuk pemakaian
pada umumnya berisi:
(a) Senapan elektron yang terdiri
dari katoda, filamen, kisi
pengatur, anoda pemercepat
(b) Perlengkapan pelat defleksi
horisontal dan vertikal
(c) Layar flouresensi
(d) Tabung gelas dan dasar
tabung.
Senapan elektron
menghasilkan suatu berkas
elektron sempit dan terfokus
secara tajam pada saat
meninggalkan senapan pada
kecepatan yang sangat tinggi dan
bergerak menuju layar
flourescent. Pada saat elektron
membentur layar energi kinetik
dari elektron-elektron
berkecepatan tinggi diubah
menjadi pancaran cahaya dan
berkas menghasilkan suatu bintik
cahaya kecil pada layar CRT.
Dalam perjalanannya menuju
layar, berkas elektron melalui
diantara dua pelat defleksi
elektrostatik sehingga berkas
akan dibelokkan ke arah
resultante defleksi horisontal dan
vertikal sehingga membentuk
jejak gambar pada layar sesuai
dengan tegangan masukan.






Gambar 1 - 36. Skema CRT
"http://en.wikipedia.org/wiki/Cathode_ray_tube"

Gambar 1 37. Cutaway rendering of a color CRT
"http://en.wikipedia.org/wiki/Cathode_ray_tube"

Keterangan :
1. Senapan elektron 2 Berkas elektron
Kumparan pembelok
Anoda
Kisi pemusat
pemanas
Berkas
elektron
katoda
Kumparan pemfokus
Layar flouresen
3. Kumparan pemfokus
4. Kumparan defleksi
5. Anoda
6. Lapisan pemisah berkas untuk
merah, hijau dan biru bagian
gambar yang diperagakan.
7. Lapisan pospor dengan zona
merah, hijau dan biru.
8. Lapisan pospor sisi bagian dalam
layar yang diperbesar.
Sebuah senapan elektron
konvensional yang digunakan
dalam sebuah CRT pemakaian
umum, ditunjukan pada gambar
di bawah ini. Sebutan senapan
elektron berasal dari kesamaan
antara gerakan sebuah elektron
yang dikeluarkan dari senapan
elektron CRT mempunyai
kesamaan lintasan peluru yang
ditembakkan oleh senapan.



Gambar 1 38. Senapan elektron (Electron Gun)
"http://en.wikipedia.org/wiki/CRO/Cathode_ray_tube"

Elektron-elektron diionisasikan
secara thermionik dengan
pemanasan tak langsung pada
katoda yang secara keseluruhan
dikelilingi dengan kisi pengatur
yang terdiri dari silinder nikel
dengan lubang kecil ditengahnya
satu sumbu dengan sumbu
tabung. Elektron-elektron menuju
layar dilewatkan melalui lubang
kecil membentuk arus berkas.
Besarnya arus berkas dapat diatur
dengan mengatur alat kontrol yang
berada pada panel depan yang
diberi tanda INTENSITY.
Mengatur intensitas sebenarnya
mengubah tegangan negatif
terhadap katoda pada kisi
pengatur. Penambahan tegangan
negatip pada kisi pengatur akan
menurunkan arus berkas, yang
berarti menurunkan intensitas
tabung atau tingkat terangnya
bayangan pada layar CRT.
Elektron-elektron yang
dipancarkan oleh katoda
dipusatkan pada lubang kecil di
dalam kisi pengatur, dipercepat
oleh adanya tegangan potensial
tinggi yang diberikan pada kedua
elektrode anoda pemercepat
(accelerating anode). Kedua
anoda ini dipisahkan oleh sebuah
anoda pemusat (focusing anode)
melengkapi metode pemusatan
elektron ke dalam berkas terbatas
yang sempit dan tajam. Kedua
anoda pemercepat dan anoda
pemusat juga berbentuk silinder
dengan lubang-lubang kecil
ditengah-tengahnya masing-
masing silinder satu sumbe
dengan CRT. Lubang-lubang kecil
di dalam elektrode-elektrode ini
memungkinkan berkas elektron
dipercepat dan terpusat merambat
melalui pelat defleksi vertikal dan
horisontal menuju layar.

1.6.4.2. Layar CRT
Bila berkas elektron membentur
layar CRT yang berlapiskan fosfor
akan menghasikan bintik cahaya.
Bahan dibagian dalam CRT
berupa fosfor sehingga energi
kinetik tumbukan elektron pada
layar akan menyebabkan
perpendaran cahaya. Fosfor
menyerap energi kinetik dari
elektron-elektron pembombardir
dan memancarkan kembali energi
tersebut pada frekuensi yang lebih
rendah dalam spektrum cahaya
tampak. Bahan-bahan flourescen
memiliki karakteristik fosforesensi
yaitu memancarkan cahaya
walaupun sumber eksitasi telah
dihilangkan. Lama waktu cahaya
yang tinggal setelah bahan yang
bersinar hilang disebut ketahanan
atau persistansi. Ketahanan
biasanya diukur berdasarkan
waktu yang dibutuhkan oleh
bayangan CRT agar berkurang ke
suatu persistansi tertentu
biasanyab 10 persen dari keluaran
cahaya semula.
Intensitas cahaya yang
dipancarkan CRT disebut
luminansi tergantung beberapa
faktor. Pertama intensitas cahaya
dikontrol oleh jumlah elektron
pembombardir yang membentur
layar setiap detik. Jika arus berkas
diperbesar atau arus berkas
dengan jumlah yang sama
dipusatkan pada daerah yang
lebih kecil dengan mengurangi
ukuran bintik maka luminansi akan
bertambah. Kedua luminansi
bergantung pada energi benturan
elektron pembombardir pada
layar, energi benturan dapat
ditingkatkan melalui penambahan
tegangan pada anoda
pemercepat. Ketiga luminansi
merupakan fungsi waktu benturan
berkas pada permukaan lapisan
fosfor ini berarti kecepatan
penyapuan akan mempengaruhi
luminansi. Akhirnya luminansi
merupakan fungsi karakteristik
fisik dan fosfor itu sendiri. Oleh
karena itu hampir semua pabrik
melengkapi pembeli dengan
pilihan bahan fosfor, tabel di
bawah ini menyajikan karakteristik
beberapa fosfor yang lazim
digunakan.








Tabel 1-9 Karakteristik beberapa fosfor yang lazim digunakan
(William Cooper : )
Jenis
fosfor
Fouresensi Fosforisensi Luminansi
Penurunan
ke 0,1%
Komentar
P1 Kuning-hijau Kuning-hijau 50% 95
Untuk
pemakaian
umum
P3 Biru-hijau Kuning-hijau 55% 120
Kecepatan
rendah dan
kecepatan
tinggi,
P4 Putih Putih 50% 20
peragaan
televisi
P5 Biru kuning -hijau 35% 1500
Pengamatan
fenomena
kecepatan
rendah
P11 Ungu-biru Ungu-biru 15% 20
Pemakaian
fotografi
P31 Kuning-hijau Kuning-hijau 100% 32
Pemakaian
umum fosfor
paling terang

Sejumlah faktor perlu
dipertimbangkan dalam memilih
fosfor agar sesuai kebutuhan.
Contoh fosfor P11 memliki
ketahanan singkat, sangat baik
untuk pemotretan bentuk
gelombang tetapi sama sekali
tidak sesuai untuk pengamatan
visual fenomena kecepatan
rendah. P31 luminansi tinggi,
ketahanan sedang, merupakan
kompromi yang paling baik untuk
penglihatan gambar secara umum,
banyak dijumpai dalam
kebanyakan CRO standar tipe
laboratorium.
Ada kemungkinan kerusakan berat
pada CRT yang dikarenakan
penanganan yang tidak tepat pada
pengaturan alat-alat kontrol yang
terdapat pada panel depan. Bila
sebuah fosfor dieksitasi oleh
berkas elektron pada rapat arus
yang berlebihan, akan
menyebabkan panas pada fosfor
sehingga keluaran cahaya
berkurang. Dua faktor yang
mengontrol terjadinya panas
adalah kerapatan berkas dan
lamanya eksitasi. Kerapatan
berkas dikontrol oleh melalui
tombol INTENSITY, FOCUS dan
ASTIGMATISM pada panel depan
CRO. Waktu yang diperlukan oleh
berkas untuk mengeksitasi suatu
permukaan fosfor diatur dengan
penyapu atau alat kontrol
TIME/DIV. Panas yang mungkin
menyebabkan kerusakan fosfor,
dicegah dengan mempertahankan
berkas pada intensitas yang
rendah dan waktu pencahayaan
yang singkat.







1.6.4.3. Gratikulasi

Bentuk gelombang pada
permukaan CRT secara visual
dapat diukur pada sepasang tanda
skala horisontal dan vertikal yang
disebut gratikul. Tanda skala
dapat ditempatkan dipermukaan
luar tabung CRT dalam hal ini
dikenal sebagai eksternal gratikul.
Gratikul yang dipasang
dipermukaan luar terdiri dari
sebuah plat plastik bening atau
berwarna dilengkapi dengan tanda
pembagian skala. Gratikul di luar
mempunyai keuntungan mudah
diganti dengan suatu pola gambar
khusus, seperti tanda derajat,
untuk analisis vektor TV warna,
Selain itu posisi gratikul luar dapat
dengan mudah diatur agar sejajar
dengan jejak CRT. Kerugiannya
adalah paralaksis sebab tanda
skala tidak sebidang dengan
bayangan gelombang yang
dihasilkan pada fosfor, sebagai
akibat penjajaran jejak dan gratikul
akan berubah terhadap posisi
pengamatan.


















Gambar 1 39. Tanda skala gratikul

Gratikul internal pemasangan
tidak menyebabkan kesalahan
paralaksis karena bayangan CRT
dan gratikul berada pada bidang
yang sama. Dengan internal
gratikul CRO lebih mahal karena
tidak dapat diganti tanpa
mengganti CRT. Disamping itu
CRT dengan gratikul dipermukaan
dalam harus mempunyai suatu
cara untuk mensejajarkan jejak,
membawa akibat menambah
harga keseluruhan CRO.
Gratikul

Daftar Pustaka :
Cooper, William D, 1999. Instrumentasi Elektronik dan Teknik
Pengukuran. ((Terjemahan Sahat Pakpahan). Jakarta : Penerbit
Erlangga.(Buku asli diterbitkan tahun 1978)
Soedjana, S., Nishino, O. 1976. Pengukuran dan Alat-alat Ukur Listrik.
Jakarta : PT. Pradnya Paramita.
Deboo and Burrous.1977. Integreted Circuit And Semiconductor Devices
: theory and application. Tokyo Japan : Kogakusha.Ltd
http://computer.howstuffworks.com/monitor1.htm
"http://en.wikipedia.org/wiki/CRO/Cathode_ray_tube"
www.tpub.com







Tujuan Setelah membaca





















Multimeter merupakan alat ukur yang
paling banyak dipergunakan oleh para
praktisi, hobist dan orang yang bekerja
berkaitan dengan rangkaian listrik dan
elektronika. Multimeter dapat
dipergunakan untuk mengukur besaran
listrik, seperti : hambatan, arus, tegangan.
Karena dirancang untuk mengukur tiga
besaran tersebut, maka multimeter sering
disebut AVO meter (Amper Volt Ohm).

Fungsi multimeter
dapat untuk :
(1). Mengukur
hambatan
(Ohmmeter),
(2) Mengukur arus
(Ampermeter),
(3). Mengukur
tegangan
(Voltmeter).

Pembahasan :
(1) Dasar AVO meter
(2) Multimeter Analog
(3) Multimeter Digital
Pokok Bahasan

BAB 2


MULTIMETER

1. Mampu menjelaskan prinsip kerja multimeter sebagai
ampermeter, voltmeter dan ohmmeter.
2. Mampu melakukan tindak pencegahan kerusakan dalam
menggunakan multimeter.
3. Mampu memilih meter yang mempunyai spesifikasi terbaik.
4. Mampu mengoperasikan multimeter sesuai dengan fungsi dan
dengan ketelitian yang optimal.
5. Mampu melakukan pemeliharaan multimeter.



Ampermeter ideal :
(1) Simpangan
jarum sebanding
arus (linier)
(2) Hambatan
dalam meter nol

2.1. Multimeter Dasar
Ampermeter ideal mempunyai dua sifat dasar,
yaitu: (1) hambatan dalamnya sama dengan
nol, (2) simpangan jarum benar-benar
sebanding dengan arusnya. Pembacaan arus
yang diperoleh dari suatu ampermeter yang
ideal adalah sempurna. Karena hambatan
dalamnya nol, maka tidak akan menghambat
arus yang mengalir dalam rangkaian bila
dihubungkan. Lagi pula karena permukaan
alat ukur ditandai secara sempurna, maka
pembacaannya akan mencapai ketelitian 100
persen.
Ampermeter ideal hanya merupakan
wacana yang susah direalisaikan. Dalam
kenyataannya pasti mempunyai hambatan,
selain itu simpangan jarum ampermeter
biasanya tidak berbanding secara tepat dengan
besar arusnya. Dalam hal pembuatan
ampermeter-ampermeter DC masih dapat dibuat
mendekati sifat-sifat ampermeter ideal. Hambatan
dalamnya dibuat serendah mungkin dan
penyimpangan jarumnya hampir linier.
Mikroampermeter sederhana
dapat dikembangkan fungsinya
sebagai AVO meter disebut Basic
mater mempunyai tahanan dalam
(Rm) tertentu yang dijadikan
sebagai dasar pengembangan
fungsi. Gambar di bawah ini
merupakan mikroampermeter
dengan arus skala penuh (Ifs )
sebesar 100 A. dapat dijadikan
sebagai Basic Meter.


Gambar 2-1. Basic meter unit
2.1.1. Ampermeter Ideal



Suatu ampermeter dengan arus
skala penuh I
fs
(I full scale) dapat
diparalel dengan suatu hambatan
agar dapat mengukur arus yang
lebih besar dari pada arus skala
penuhnya. Gambar 2 2
mengilustrasikan suatu
ampermeter shunt.



ItIt





Gambar 2-2a.Ampermeter shunt Gambar 2-2b.Ampmeter dengan
basic meter unit

Seperti ditunjukkan pada Gambar,
saat simpangan penuh, mengalir
arus total (I
t
) dalam rangkaian.
Sebagian arus mengalir melalui
hambatan shunt, (R
sh
) sebesar
I
sh
. Sehingga berlaku persamaan
arus

I
t
= I
sh
+ I
fs
.. (2 1)

atau I
sh
= I
t -
I
fs

Untuk menghitung besarnya hambatan shunt, dapat digunakan
persamaan tegangan:
I
sh
. R
sh
= I
fs -
R
m

Sehingga :
R
sh
= I
fs
/

I
sh
. R
m
...(2 2)
Dengan mensubstitusikan persamaan (2 1) ke persamaan (2 2), maka
diperoleh persamaan :



Jika :
R
m
: hambatan ampermeter sebelum dipasang R
sh

R
m
: hambatan ampermeter setelah dipasang R
sh


It IRsh Ifs
A
2.1.2. Mengubah Batas Ukur
3) - (2 .
m
R .
fs
I -
t
I
fs
I

sh
R } } } } } } } } } } } } }


4) - (2 .
m
R .
sh
R
m
R
sh
R .
m
R

sh
R / /
m
R '
m
R } } } } }


5) - (2 ...... ....... ..........
m
R .

t
I
fs
I
'
m
R } } } } } } } } } } }
ohm 12.5 50 .
1 - 5
1


m
R .

fs
I -
t
I
fs
I

sh
I a).
mA 5 It mA; 1
fs
I





Besarnya R
m
' dapat diperoleh dengan pendekatan sebagai berikut :
R
m
' = V
in
/I
in

dengan pengertian bahwa :
V
in
= tegangan input, yaitu tegangan pada ujung-ujung ampermeter
shunt.
I
in
= arus input, yaitu arus total yang melalui input (yang masuk ke
dalam rangkaian)
Sehingga persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut



Dari persaamaan tersebut ternyata
bahwa bila arus total (It) lebih
besar dibanding arus skala penuh
(I
fs
) nya dengan suatu faktor, maka
hambatan dari ampermeter shunt
akan berkurang dengan faktor
tersebut. Sebagai contoh, jika R
m

= 50 ohm, I
fs
= 1mA, dan akan
digunakan untuk mengukur arus
total It = 10 mA; maka kita akan
memperluas jangkauan arus
dengan faktor 10 kali. Oleh karena
itu, hambatan ampermeter shunt
(R
m
) menjadi 1/10 dari harga R
m
,
atau sebesar 5 ohm.

Contoh Aplikasi
1. Suatu ampermeter dengan hambatan 50 ohm dan arus simpangan
penuhnya 1 mA. Agar dapat untuk mengukur arus sebesar 5 mA,
berapakah besarnya hambatan shunt dan berapakah besarnya
hambatan ampermeter shunt (R
m
) ?
Jawab :


ItI





Gambar 2-3. Ampermeter shunt
It Ifs

IRsh
A


ohm 10
50 12,5
50 . 12,5

m
/ /R
sh
R '
m
R atau
ohm 10 50 . 5 1/
m
R .
t
/I
fs
I '
m
R a).

ohm 0,05 50 .
1 - 1000
1


m
R .

fs
I -
t
I
fs
I

sh
R







2. Dari soal 1 di atas, tetapi digunakan untuk mengukur arus I
t
= I A.
Berapakah besarnya R
sh
dan R
m
nya ?
Jawab :







R
m
= I
fs
/I
t
. Rm

= 1/1000 . 50 = 0.05 ohm

Dari contoh soal di atas, dapat disimpulkan bahwa.

bila : I
t
>> I
fs
; maka R
sh
>> R
m
dan R
m
= R
sh

3. Suatu ampermeter dengan hambatan 2000 ohm dan arus
simpangan penuh 50 PA, maka akan dishunt seperti pada Gambar
2-4 dengan ring variasi arus: 5 mA; 50 mA; dan 500 mA. Berapakah
besarnya R
m
' dan R
sh
pada masing-masing ring tersebut ?

Jawab :
It
Selektor
Ifs = 50 A
5mA 50mA 500mA

Rm = 2K
Rm

Gambar 2-4. Ampermeter dengan ring yang berbeda

A













Catatan :






Sebagai alternatif lain, maka rangkaian dapat dibuat seperti pada
Gambar 2 - 5, yang sering disebut dengan Ayrton shunt.


5mA

Selektor 50mA RA
+
500mA RB Ifs=50A
Rm = 2K
RC

-
Gambar 2-5. Ayrton shunt
a) R
m
= I
fs
/I
t
. R
m

Untuk ring 5 mA:
R
m
= 50/5000 . 2000
= 20 ohm
Untuk ring 50 mA:
R
m
= 50/50000 . 2000
= 20 ohm
Untuk ring 500 mA:
R
m
= 50/500000 . 2000
= 0,2 ohm
b. Untuk ring 5 mA

ohm 20,2 2000 .
50 - 5000
50

sh
R

Untuk ring 50mA

ohm 2,002 2000 .
50 - 50000
50

sh
R

Untuk ring 500 mA

ohm 0,2 2000 .
50 - 500000
50

sh
R

Sebagai catatan, bahwa rangkaian ampermeter shunt seperti pada
Gambar 2-4 di atas mempunyai kekurangan, yaitu pada saat
pergantian posisi saklar dari ring yang satu ke ring yang lain, terjadi
keadaan terbuka sebentar. Hal membahayakan/ mengganggu
gerakkan jarum meter.



A
























Gambar 2-6. Rangkaian penyearah pada ampermeter AC

2.1.3. Ampermeter AC
Mikroampermeter DC ini dapat
dikembangkan menjadi ampermeter AC
dengan menambahkkan komponen
penyearah masukan yang fungsinya
menyearahkan tegangan masukan AC
menjadi DC. Meskipun tegangan masukan
berupa tegangan AC tetapi tegangan
maupun arus yang masuk meter berupa
arus DC, sehingga proses pengukuran
sama sebagaimana dijelaskan diatas.
Sehingga ampermeter AC terbentuk atas
ampermeter ideal, Rm, Rsh dan rangkaian
penyearah, sebagaimana digambarkan
pada gambar 2-6 di bawah ini.




Sinyal Ac yang diukur
sebelum masuk meter
disearahkan dahulu
sehingga arus yang
masuk meter tetap
berupa arus DC.
A
1 F
Tegangan masukan AC
+
+
Rsh
Rm



Gambar 2-7. Contoh dasar ampermeter

2.1.4. Kesalahan Pengukuran
2.1.4.1. Kesalahan Paralaks










Kesalahan paralaks adalah kesalahan
yang disebabkan oleh manusia terutama
berkaitan dengan pengamatan dan
pembacaan pengukuran. Kesalahan
tersebut antara lain : (1) kesalahan
pembacaan pada skala yang tidak benar
misal mengukur arus dibaca pada skala
tegangan, (2). posisi pembacaan sehingga
posisi jarum tidak berimpit dengan
bayangan jarum di cermin. Hasil
pembacaan dapat kurang atau lebih dari
harga sebenarnya tergantung posisi
pembaca terhadap meter.
Kesalahan paralaks:
(1) pembacaan skala tidak
benar.
(2) Posisi pembacaan
yang tidak tepat.






Gambar 2- 8. Posisi pembacaan meter
2.1.4.2. Kesalahan Kalibrasi
Salah satu jenis kesalahan yang
terjadi dalam suatu ampermeter
yang nyata adalah kesalahan
kalibrasi. Timbulnya kesalahan ini
karena permukaan meter (alat
ukur) mungkin tidak ditandai
secara cermat, atau dengan kata
lain pembuatan tanda/skala yang
tidak cermat. Tidak jarang
ampermeter yang mempunyai
tanda/skala pada permukaan yang
tidak seragam bagian-bagiannya.
Karena penyimpangan jarum tidak
berbanding secara tepat dengan
harga arusnya, maka
penyimpangan tersebut biasanya
menunjukkan harga arus yang
kurang tepat. Untuk mengatasi hal
ini dapat dilakukan dengan cara
memasang suatu ampermeter
standar yang dihubungkan seri
dengan ampermeter yang akan
dikalibrasi, yang dilihat seperti
Gambar 2 - 9.







Pembacaan >
harga
b
Pembacaan <
harga sebenarnya
Posisi yang
benar


Tabel 2-1. Kalibrasi arus










Gambar 2-9. Kalibrasi arus

Pada ampermeter ideal akan
terbaca secara tepat harga arus
sumber, sedangkan pada
ampermeter kenyataan (yang
akan dikalibrasi), yang mempunyai
tanda/skala pada permukaan
meter yang kurang tepat
menghasilkan kesalahan
pembacaan sedikit. Untuk
mengatasai kesalahan ini, maka
pada meter yang belum diberi
skala (yang dikalibrasi), lantas
diberi skala disesuaikan dengan
skala dari ampermeter yang ideal
(standar). Dalam beberapa
kejadian, kapan saja suatu
ampermeter dipakai, akan terjadi
kesalahan kalibrasi.
















2.1.4.3. Kesalahan Pembebanan
Kesalahan lain yang ditemukan
dalam pemakaian ampermeter
adalah kesalahan yang
disebabkan oleh adanya
hambatan dari ampermeter
tersebut. Pemasangan
ampermeter pada cabang
rangkaian, akan menambah
A
A
I I Ideal I kenyataan
1 mA
0,5 mA
0,25 mA
0
1 mA
0,5 mA
0,25 mA
0
0,97 mA
0,51 mA
0,26 mA
0
Contoh Aplikasi :
Suatu ampermeter mempunyai kesalahan kalibrasi 3% dari arus
simpangan penuh (full scale current). Jadi bila meter tersebut
mempunyai arus simpangan penuh 1 mA, kesalahan kalibrasinya
kurang lebih 0,03 mA. Sehingga untuk arus I mA pada ampermeter
akan terbaca antara 0,97 mA dan 1,03 mA. Di lain fihak, jika arus
yang mengalir pada ampermeter hanya 0,25 mA; meter akan
menunjuk antara 0,22 mA dan 0,28 mA. Dengan demikian semakin
besar, yaitu :
0,03/0,25 x 100% = 12%
Jika dibandingkan dengan 3% pada arus 1 mA.
Oleh karena itu, untuk praktek pengukuran sebaiknya dengan
simpangan arus sebesar mungkin, karena kesalahan kalibrasi
ditentukan dari arus simpangan penuhnya.
Sumber arus
I ideal
I kenyataan


hambatan. Penambahan
hambatan menurunkan arus
yang mengalir dalam rangkaian.
Penurunan arus mungkin kecil
sehingga dapat diabaikan atau
mungkin agak besar, tergantung
dari hubungan antara hambatan
ampermeter dan hambatan dari
rangkaian dalam pengetesan.












Gambar 2-10a. Gambar 2-10b.
Rangkaian tanpa meter Rangkaian dengan meter

Pada Gambar 2 - 10a
menunjukkan rangkaian tanpa
meter, arus mengalir sebesar It
m
.
Ini merupakan arus
sesungguhnya yang ingin diukur.
Dengan dihubungkannya
ampermeter secara seri dengan
cabang tersebut Gambar 2 10 b;
akibat adanya hambatan
ampermeter, maka arus pada
cabang tersebut akan berubah
yaitu menjadi sebesar I
dm
. Arus I
dm

ini merupakan arus yang
ditunjukkan oleh ampermeter.
Adapun hubungan secara
matematik antara arus tanpa
meter (I
tm
) dan arus dengan meter
terlihat pada ilustrasi pada
Gambar 2 - 11.










(a) (b)

Gambar 2-11. Rangkaian ekivalen Thevenin









B

Itm

Rangkaian DC
dengan
sumber dan
hambatan





Idm




Rangkaian
DC dengan
sumber dan
hambatan
B
A
A
A



Vo




Vo Ro
Idm
A
Ro
Itm


6) - 2 ( ...... .......... .......... .......... .......... ..........
m
R
o
R
o
R

tm
I
dm
I

Arus yang sesungguhnya, yang ingin diukur yaitu :



I
tm =
V
o
/R
o

Arus yang terukur secara nyata yaitu:

I
dm =
V
o
/ ( R
o +
R
m
)

Sehingga perbandingan antara keduanya menghasilkan :





Persamaan 2-6 di atas
membandingkan antara arus
dengan meter terhadap arus tanpa
meter dan ternyata perbandingan
tersebut hanya tergantung oleh
hambatan thevenin dan hambatan
meter. Perbandingan tersebut
disebut juga ketelitian (accuracy).

Jadi ketelitian = I
dm
/I
tm
x 100%
Bila ampermeter ideal, R
m
= 0, maka I
dm
= I
tm
. Dalam hal ini berarti
ketelitian = 100%.

Prosentase kesalahan (efek) pembebanan = (1 - ketelitian) x 100%
atau : (100% - % ketelitian).
Hal ini memberikan pengertian,
misalnya ketelitian pembacaan
100% berarti kesalahan
pembebanan 0%. Ketelitian
pembacaan 99%, berarti
kesalahan pembebanan 1%.
Contoh Implementasi 1:



1K 500


2V
1K Itm




Gambar 2-12 . Contoh aplikasi Thevenin


A






























Permasalahan :
Dari rangkaian pada Gambar 2 - 12, akan diukur besar arus
yang mengalir melalui hambatan 500 ohm.
(1) Berapa arus yang mengalir pada hambatan tersebut yang
sesungguhnya (arus tanpa meter) ?.
(2) Berapa pula arus yang terbaca pada meter, bila meter
tersebut mempunyai hambatan sebesar 100 ohm ?. Berapa
pula prosentase ketelitian dan prosentase efek
pembebanannya ?.
Arus dengan meter :

Vo 1V
Idm = ________ = ___________ = 0.909 mA

Ro +Rm 1000+100)

Vo 1000
Ketelitian : _________ X 100 % = ----- X 100 % = 90,9 %
Ro +Rm 1100

Efek Pembebanan = 100 % - 90,9 % = 9,1%
Solusi :
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, harus dihitung
besarnya tegangan thevenin. (saat ujung-ujung A - B terbuka ) dan
besarnya hambatan thevenin (sumber tegangan dihubung singkat).









A
Arus tanpa meter

I
tm
= V
o
/'R
o
= 1 Volt/1 K = I mA
Gambar 2-13. Contoh implementasi



















Penyelesaian :










Contoh Aplikasi 2
Suatau ampermeter dengan hambatan 1000 ohm, digunakan untuk
mengukur arus yang melalui A - B pada rangkaian di bawah.







Gambar 2-14 Contoh implementasi

4K 2K 2K



4K 4K Itm

Permasalahan :
Berapakah :
a) Arus tanpa meter (I
tm
)
b) Prosentase ketelitian
c) Prosentase efek pembebanan, bila ampermeter menuniuk 40 PA
dan kesalahan kalibrasi diabaikan,
Ro
A


Vo

Rm=1K

B
A
Gambar 2-15 Contoh implementasi
A 50
A 40 .
4
1 4


dm
I .

o
R
m
R
o
R

tm
I a).
)
m
R
o
R ( /
o
R
tm
/I
dm
I
ohm K 4
2 4 / / ) 2 4/4 ( Ro
P
P













2.2. Voltmeter
2.2.1. Mengubah Batas Ukur
Suatu voltmeter DC yang
sederhana dapat dibuat dengan
memasang hambatan secara seri
dengan ampermeter (Gambar 2
-16). Bila tegangan pada
ujung-ujung masukan adalah V,
arus yang mengalir melalui
ampermeter I, hambatan yang
diseri adalah R
s
maka
hubungannya dapat dituliskan :

V = ( R
S
+ R
m
) I .. ( 2 - 7)




Rs I
Rm




Gambar 2-16. Voltmeter DC sederhana
(dengan menggunakan ampermeter)


% 20 % 80 - % 100 pembebanan Efek c).
80% 100% .
1 4
4

100% .
m
R
o
R
R
Ketelitian b).


A




Gambar 2-17. Voltmeter dengan basic meter unit dan multiplier

Persamaan tersebut menunjukkan
bahwa V merupakan fungsi dari I,
artinya bahwa bila harga arusnya
I, tegangan pada ujung-ujungnya
(V), maka V besarnya sama
dengan (R
s
+ R
m
) kali besarnya I.
Sebagai contoh, bila R
s
+ R
m
= 10
K ohm dan I = 1 mA,
tegangannya (V) adalah 10 Volt.
Langkah terakhir dalam
perubahan ampermeter ke
voltmeter ialah menandai
permukaan meter ke dalam satuan
volt dari satuan ampere, dengan
berpedoman pada persamaan 2
-7. Untuk suatu arus simpangan
penuh, besarnya hambatan seri
akan menentukan besarnya
tegangan maksimum yang dapat
diukur. Untuk arus simpangan
penuh, dari persamaan 2 -7
menjadi :

V
fs
= ( R
s
+ R
m
) I
fs

dengan arti : V
fs
adalah tegangan
yang menghasilkan arus
simpangan penuh. Dari
persamaan tersebut dapat
diperoleh harga R
s
sebagai berikut

R
s
= V
fs
/ I
fs
- R
m
(2 8 )

Persamaan tersebut merupakan
bentuk yang tepat untuk
menghitung harga R
s
bila harga I
fs


, R
m
dan V
fs
diketahui. Biasanya
harga R
m
sangat kecil dibanding
harga V
fs
/ I
f
, sehingga :

R
s
= V
fs
/ I
fs
. (2 9)




ohm M 3 2000 -

6 -
10 . 50
150

s
R






Penyelesaian :
R
s
= V
fs
/ I
fs
- R
m
= 50/1 mA - 50
= 50 K ohm
Untuk V
fs
= 15 volt



Untuk V
fs
= 50 volt



Untuk V
fs
= 150 volt












Gambar 2-18 Contoh implementasi
Contoh Implementasi 1 :

Suatu ampermeter dengan I
fs
= 1 mA, R
m
= 50 ohm, diubah menjadi
suatu Voltmeter.

Permasalahan :
Berapakah besar hambatan seri yang diperlukan untuk mengukur
dengan tegangan skala penuh (V
fs
) atau batas ukur
= 15 Volt, 50 Volt dan 150 Volt ?

ohm K 300 2000 -
6 -
10 . 50
15

s
R


ohm M 1 2000 -

6 -
10 . 50
50

s
R




Volt
Ohm

Volt/Ohm
1

Ampere
1


fs
I
1
S
2.2.2. Hambatan Masukkan Voltmeter
Untuk voltmeter sederhana seperti Gambar 2-15, hambatan masukan
adalah jumlah dari hambatan seri dan hambatan meter. Hambatan
masukan :

R
in
= R
s
+ R
m

Selain itu, hambatn masukan juga dapat dihitung dari :
R
in
= V/I

Sedangkan harga Rin adalah tetap untuk suatu kondisi arus tegangan,
sehingga secara pasti dapat dituliskan dengan :
R
in
= V
fs
/I
fs
......................................................... ( 2 - 10 )

Hambatan masukan adalah
tegangan skala penuh dibagi arus
skala penuh. Dengan demikian,
bila suatu voltmeter mempunyai
gerakan arus I mA pada skala
tegangan 100 Volt, maka
hambatan masukannya 100 kilo
ohm. Bila jangkauan (batas ukur)
diganti menjadi 10 Volt maka
hambatan masukannya menjadi
10 kilo ohm. Arus skala pertuh
biasanya tidak tercantum pada
meter. Biasanya yang tercantum
adalah data sensitivitasnya, yang
didefinisikan sebagai berikut

S = 1/I
fs
........ ( 2 - 11 )

Dengan arti bahwa S adalah
sensitivitas dari Voltmeter dan I
fs
adalah arus skala penuh dari
voltmeter. Dikatakan bahwa
sensitivitas adalah kebalikan dari
arus skala penuh. Satuan
sensitivitas adalah 1 dibagi
dengan ampere, atau ohm per
volt.




Dengan demikian, untuk suatu voltmeter dengan arus 1mA,
sensitivitasnya adalah

S = 1/1 mA = 1000 Ohm/Volt.

Definisi untuk sensitivitas dapat digunakan untuk mengubah persamaan
II-10 :
R
in
= V
fs
/I
fs =
S . V
fs
.............................................. ( 2 - 12 )



Persamaan 2 -12 menyebutkan
bahwa hambatan masukan dari
Voltmeter pada suatu
jangkauan/batas ukur sama
dengan sensitivitas dikalikan
dengan tegangan skala penuh dari
jangkauan/batas ukur tersebut.
Dengan demikian tercantumnya
data sensitivitas pada voltmeter,
hambatan masukan voltmeter
dapat dihitung dengan cepat.
Besarnya hambatan masukan
voltmeter perlu diketahui
besarnya, karena besar atau
kecilnya hambatan akan
berpengaruh terhadap besar atau
kecilnya kesalahan pembebanan.
Besarnya kesalahan pembebanan
lebih tergantung pada besarnya
hambatan masukan voltmeter dari
pada hambatan rangkaian. Hal ini
akan dibahas lebih lanjut pada
pembahasan berikutnya.













2.2.3. Kesalahan Pembebanan Voltmeter
Seperti halnya pada ampermeter
bila dipakai untuk mengukur arus
yang mengalami penurunan arus
akibat adanya hambatan dari
ampermeter tersebut. Besar
kecilnya penurunan arus tersebut
tergantung atas perbandingan
hambatan ampermeter terhadap
hambatan thevenin dari rangkaian.
Demikian halnya pemakaian
voltmeter untuk mengukur
tegangan juga akan mengalami
penurunan tegangan. Besar
kecilnya penurunan tegangan
tersebut tergantung atas
perbandingan hambatan dalam.
Gambar 2-18 merupakan ilustrasi
suatu jenis pengukuran tegangan.
Contoh Aplikasi 1
Suatu voltmeter menggunakan arus skala penuh 1 mA.
Hitunglah hambatan masukrun (R
in
) pada batas ukur: 5 V ; 50 V dan
500 V.
Penyelesaian :
S = 1/I
fs
= 1/1 mA = 1000 Ohm per Volt
Untuk B U 5 Volt ------- > V
fs
5 Volt
R
in
= S . V
fs =
1000.5 = 5 K ohm
Untuk B U 50 Volt ------- > V
fs
50 Volt
R
in
= S . V
fs =
1000.50 = 50 K ohm
Untuk B U 500 Volt ------ > V
fs
500 Volt
R
in
= S.V
fs
= 1000 . 500 = 500 K ohm

Contoh Apikasi 2
Suatu voltmeter dengan arus skala penuh 50PA, mempunyai batas
ukur 5 V ; 50 V; 500 Volt.
Hitunglah hambatan masukan pada setiap ba-tas ukur.
Penyelesaian :
S = 1/Ifs = 1 / (50A) = 20 K per Volt

Untuk V
fs
= 5 Volt ------- > R
in
= 20 . 5 = 100 K Ohm.
Untuk V
fs
= 50 Volt ------- > R
in
= 20 . 50 = 1 M Ohm
Untuk V
fs
= 500 Volt ------ > R
in
= 20 . 500 = 10 M Ohm


) 14 - 2 ( ......... .......... .......... .......... ketelitian

o
R
in
R
in
R


tm
V
dm
V


) 13 - 2 ( ........ .......... .......... .......... ..........
tm
V .

o
R
in
R
in
R

dm
V

a. Tegangan tanpa meter b. Tegangan dengan meter



Gambar 2- 19. Tegangan dengan dan tanpa meter

Tegangan yang akan diukur yaitu
tegangan pada ujung-ujung
hambatan R. V
tm
adalah
tegangan tanpa meter, yaitu
tegangan sebelum voltmeter
dihubungkan. Tegangan yang
benar inilah yang dikehendaki
dalam pengukuran. Setelah
voltmeter dihubungkan, ternyata
antara ujung-ujung hambatan R
terbaca harga tegangan yang
baru, yang disebabkan oleh
hambatan dalam voltmeter. Untuk
menghitung hubungan antara V
dm

dan V
tm
, maka Gambar 2-19
dapat digambarkan sebagai
berikut :
a. Rangkaian tanpa meter b. Rangkaian dengan meter
Gambar 2- 20. Ekuivalen dengan dan tanpa meter
Dengan menggunakan Hukum Ohm, dapat dituliskan :









Ohm K 100 K 200 K / / 200
o
R

V 50 V 100 .
200 200
200

dm
V

Keterangan :
Rm = Tahanan dalam voltmeter
Rin = Tahanan masukan rangkaian dalam hal ini = Rm
Vtm = Tegangan beban tanpa meter
Vdm = Tegangan dengan meter

Persamaan 2 -14 menuniukkan
ketelitian voltmeter, sepanjang
efek pembebanan diperhatikan.
Seperti halnya pada ampermeter
dapat dituliskan juga prosentase
kesalahan
pembebanannya.

Prosentase kesalahan pembebanan = (1 - ketelitian ) x 100%

Contoh Aplikasi 1
Voltmeter dengan sensitivitas 20 K
Ohm/V, pada ukur 50 Volt
digunakan untuk mengukur
tegangan antara ujung-ujung AB
dari Gambar di bawah. Hitung :
ketelitian pembacaan voltmeter
dan tegangan yang terukur pada
voltmeter; kesalahan kalibrasi
diabaikan.

Gambar 2-21. Rangkaian penyelesaian aplikasi 1
Penyelesaian :
Tegangan pada ujung AB sebelum meter dihubungkan







% 91 1/1,1
K 100 M 1
M 1


o
R
in
R
in
R


tm
V
dm
V
Ketelitian


Ohm K 400
800 800
800

o
R
V 25 V 50 .
800 800
800

tm
V

Volt 17,9 V 25 .
400000 1000000
1000000

dm
V

Pada batas ukur 50 Volt, hambatan masukan (dalam) voltmeter :


R
in
= S . V
fs
= 20 K . 50 V = 1 M Ohm.




Ketelitian 91%, artinya bahwa voltmeter menunjukkan harga 91% dari
tegangan yang sesungguhnya. Sehingga :
V
dm
= 0,91 . V
tm
= 0,91 . 50 = 45,5 Volt.

Contoh Aplikasi 2
Untuk menunjukkan bagaimana
efek pembebanan sesungguhnya
berpengaruh, pertimbangkan
keadaan pengukuran yang
dilukiskan dalam Gambar 2-21.
Hitung pembacaan voltmeter pada
batas ukur 50 volt dan pada batas
ukur 5 volt.







Gambar 2-22. Rangkaian penyelesaian aplikasi 2
Penyelesaian :



Pada batas ukur 50 Volt :
R
in
= 20 K/V . 50 V = 1 M Ohm


Pada batas ukur 5 Volt :


Volt 5 V 25 .
400000 100000
100000

dm
V

R
in
= 20 K/V . 5 V = 100 K Ohm



Dari perhitungan pada kedua
batas ukur di atas, ternyata kedua-
duanya menunjukkan harga
pengukuran yang tidak teliti,
karena tegangan yang
sesungguhnya adalah 25 Volt.
Setiap digunakan batas ukur yang
berbeda, maka akan diperoleh
hasil pembacaan voltmeter yang
berbeda, dan dengan segera
dapat diketahui bahwa voltmeter
terbebani terlalu banyak rangkaian
(hambatannya terlalu besar) dan
akhirnya pembacaannya salah.
Dilain pihak, jika batas ukur
dirubah pembacaan yang
bertentangan, dapat diyakinkan
yang terjadi dapat diabaikan.

2.3. Ohmmeter
2.3.1. Rangkaian Dasar Ohmeter Seri

Suatu ohmmeter sederhana dapat
dibuat dengan menggunakan
baterai, ammeter dan hambatan ;
seperti ditunjukkan pada Gambar
2-23. R
O
merupakan hambatan
thevenin dari ohmmeter, yang
mencakup hambatan ammeter R
m
.
V
o
merupakan tegangan
ohmmeter pada ujung-ujung AB
saat terbuka. Rangkaian ini jenis
ohmmeter seri Rx dipasang
secara seri dengan meter, identik
dengan pengukuran arus.




B



Seperti ditunjukkan pada gambar
2-23, bahwa R
o
merupakan
hambatan yang dapat diatur.
Biasanya ohmmeter dinolkan lebih
dahulu sebelum digunakan
mengukur hambatan R
x
yang
belum diketahui besar
hambatannya, dengan cara
ujung-ujung AB dihubung singkat
dan hambatan R
o
diatur, untuk
menghasilkan arus skala penuh
yang mengalir melalui ammeter.
Ini berarti :

I
fs
= V
o
/R
o
............ ( 2 - 15 )
Ro

A
Vo
Rx

B

A
Gambar 2-23
Dasar ohmeter seri


) 16 - 2 ( .......... .......... .......... .......... .......... .......... ..........

x
R
o
V
Vo
I



x
R
o
R
Ro


fs
I
I

) 17 - 2 ....( .......... .......... .......... .......... ..........



x
R
o
R
Ro


fs
I
I
D


) 18 - 2 ....( .......... .......... .......... .......... .......... ..........
o
R
D
D - 1

x
R

Untuk mengukur hambatan R
x
, ujung-ujung AB dihubungkan, sehingga
arus yang mengalir :



Dengan membandingkan persamaan 2 -16 dengan persamaan 2 -15,
maka diperoleh persamaan :



Perbandingan tersebut merupakan simpangan meter (D = deflection),
sehingga dapat dituliskan :



Bila harga R
x
= R
o
, maka D = I/I
fs
= 1/2
Dari persamaan 2 -17 dapat dituliskan :

D (R
o
+ R
x
) = R
o

DR
x
= R
o
- D R
o



Berdasarkan persamaan 2 -17,
yaitu D = R
o
/(R
o
+ R
x
), maka
dapat dibuat suatu tabel yang
memuat beberapa contoh harga
R
x
terhadap R
o
dan harga D.


Tabel 2-2 Harga R
x
dan D
R
x
0 R
o
/4 R
o
/3 R
o
/2 R
o
2 R
o
3 R
o
4 R
o
9 R
o
-
D 1 4/5 3/4 2/3 1/3 1/4 1/5 1/10 0

Contoh Aplikasi 1 Pada Ohmmeter
Harga R
x
= 0, maka D = R
o
/(R
o
, +
R
s
) = 1. Pada kedudukan ini,
hambatan yang diukur nol, berarti
arus yang mengalir besar dan
menghasilkan arus skala penuh,
atau simpangannya = 1.
Kedudukan ini ternyata bila.
ujung-ujung AB dari ohmmeter
dihubungsingkat. Bila harga R
x
=
R
o
, maka D = R
o/
(R
o
+ R
o
) =
Pada kedudukan ini, jarum
menyimpang setengah dari skala


Ohm K 360 120 .
1/4
1/4 - 1

o
R .
D
D - 1

x
R
Ohm K 120

6 -
10 . 50
6


fs
I
o
V

o
R


penuh. Bila.harga R
x
= ~ (tak
terhirigga), atau pada keadaan
terbuka, berarti tidak ada arus
yang mengalir, sehingga jarum
tidak menyimpang atau
simpangannya = 0.





Gambar 2-24. Pembuatan tanda/skala ohmmeter

Gambar 2-25. Skala logaritimis pada ohmmeter seri
Contoh Aplikasi 2 Pada Ohmmeter
Ohmmeter mempunyai arus skala
penuh 50PA dan hambatan dalam
2000 Ohm. Tegangan rangkaian
terbuka = 6 Volt, ohmmeter
menunjuk nol. Kemudian
digunakan untuk mengukur suatu
hambatan dan menghasilkan 1/4
simpangan penuh. Berapakah
besarnya hambatan yang diukur ?
Penyelesaian :





Catatan : harga R
o
sudah meliputi harga R
m
nya.
Bila ditanyakan berapa harga R
v
(Variabel), maka :
R
v
= R
o
- R
m
= 120 - 2 = 118 K Ohm.

Ohmmeter dari contah 1 di atas,
dishunt dengan hambatan 20
Ohm. Secara pendekatan, berapa
harga R
x
(hambatan yang diukur),
yang dapat menghasilkan 1/2
simpangan penuh ?


mA 5,05 A 50 .
20
20 2000

fs
I .
sh
R
sh
R
m
R

t
I
t
I .
sh
R
m
R
sh
R

fs
I

Ohm K 1,2 1,2 .


1/2
1/2 - 1

o
R .
D
D - 1

x
R

Gambar 2-26 Contoh aplikasi ommeter seri
Penyelesaian :








Karena. R
sh
R
m
, maka secara pendekatan :
I
t
= R
m
/ R
sh
. Ifs
= 2000/20 . 50 A = 5 mA
Sehingga :
R
o
= V
o
/ I
t

= 6/5 . 10
-3
= 1,2 K Ohm


2.3.2. Ohmmeter Paralel
Ohmmeter dibangun dengan
menggunakan voltmeter, sumber
arus konstan dan resistor yang
diukur. Prinsip yang digunakan
adalah bila arus konstan dialirkan
pada Rx yang tidak diketahui
maka beda tegangan pada ujung-
ujung Rx sebanding dengan nilai
Rx. Semakin besar nilai Rx
semakin besar beda tegangan
yang terukur. Batasan tegangan
pada ujung-ujung resistansi
menentukan cakupan pengukuran
nilai resistansi. Rangkaian dasar
ohmmeter parallel ditunjukkan
pada gambar di bawah ini.


Secara produk jenis ohmmeter
paralel dikenali dengan skala nol
berada disisi kiri sebagaimana
skala nol pada tegangan dan arus.
Contoh aplikasi prinsip ohmmeter
paralel pada ohmmeter digital.
Sedangkan ohmmeter seri skala
nol berada diujung sebelah kanan
berlawanan dengan skala nol
voltmeter dan ampermeter. Jenis
ohmmeter seri seperti Sanwa,
Heles.

.

Sumber arus konstan

Rx




Gambar 2-27. Dasar ohmmeter paralel

Gambar 2-28. Skala ohmmeter paralel
2.4. Multimeter Elektronik Analog
2.4.1. Kelebihan Multimeter Elektronik
Dalam perkembangannya
multimeter menggunakan
komponen aktif elektronik yang
biasanya berfungsi sebagai
penguat. Multimeter elektronik
lebih disukai karena beberapa
alasan yang menguntungkan :
1. Resistansi masukan
multimeter elektronik lebih
tinggi dan stabil disemua
cakupan pengukuran
2. Pada saat berfungsi sebagai
pengukur arus resistansi
multimeter elektronik cukup
rendah sehingga dapat
mencegah kesalahan ukur
karena efek pembebanan.
3. Skala resistansi dari multimeter
elektronik arah penyimpangan
jarum sama seperti pada
pengukuran tegangan atau arus
sehingga tidak
membingungkan.
V


4. Digunakan tegangan rendah
sehingga memungkinkan
untuk mengukur resistansi
junction BJT tanpa
merusakkan transistor.

Voltmeter elektronik dapat
mencapai resistansi masukan dari
10 M hingga 100 M dan besar
resistansi masukan ini sama untuk
semua cakupan pengukuran. Bila
dibandingkan dengan VOM besar
resistansi masukan pada VOM
berbeda untuk semua cakupan
pengukuran tegangan. Pada
cakupan pengukuran tegangan
rendah resistansi masukan VOM
cenderung rendah. Dalam kasus
meter yang memiliki sensitivitas
20.000/Volt pada cakupan 01
Volt besar resistansi masukan
hanya (20.000/V) (1V) = 20 K.
Solid state EVM tidak dapat
digunakan dalam tempat yang ada
medan listrik atau elektronik yang
kuat seperti medan yang
dihasilkan oleh transformator
flyback televisi, pemancar radio
dan sebagainya. Medan akan
cenderung memberi bias pada
transistor atau IC yang digunakan
dalam EVM, dalam tempat seperti
ini tidak akan bekerja dengan baik,
sedangkan VOM lebih tahan
terhadap pengaruh yang demikian.
Jenis-jenis multimeter elektronik
yang banyak dijumpai dipasaran,
antara lain ditunjukkan gambar di
bawah ini.


Gambar 2-29. Jenis-jenis multimeter elektronik di pasaran



2.4.2.. Konstruksi Multimeter Analog
Dasar multimeter elektronik analog
dapat dikelompokkan ke dalam
tiga bagian utama yaitu jaringan
pengukuran, rangkaian penguat
dan penggerak meter analog
(seperti jenis PM-MC). Dalam
kasus pengukuran arus dan
tegangan jaringan kerja berupa
pembagi tegangan yang
membatasi tegangan yang
diberikan pada penguat terutama
berkaitan dengan pengaturan
cakupan instrumen.
Multimeter Philip type PM 2505
dalam gambar 2-26 memiliki skala
penuh tegangan DC dan AC yang
rendah sampai 100mV. Cakupan
pengukuran arus DC, AC dari
skala penuh 1uA sampai 10A.
untuk cakupan pengukuran dari
100 sampai 30M (FSD). Saklar
pemilih fungsi memberi pilihan
cakupan Volt Amper dan Ohm.
Multimeter ini dirancang
menggunakan penguat IC
monolitik dengan penguat
masukan berupa FET, sehingga
tahanan input tinggi (10 20M),
sehingga dapat mengurangi
kemungkinan kesalahan ukur yang
disebabkan oleh pembebanan
rangkaian yang di uji.


2.4.3. Multimeter Elektronik Fungsi Tegangan DC
Voltmeter elektronik menggunakan
penggerak meter analog yang
dikendalikan oleh suatu rangkaian
elektronik seimbang seperti
ditunjukkan pada gambar 2-31 di
bawah ini.


Vin



Gambar 2-31. Rangkaian voltmeter DC elektronik

Attenuator
Pre-
Amplifier
Penguat
Beda
Tegangan
Referensi

Gambar 2-30. Multimeter elektronik


Rangkaian penguat beda terdiri
transistor Q
2
dan Q
1
membentuk
rangkaian jembatan seimbang,
untuk keseimbangan ini dilengkapi
dengan R variabel serta dilengkapi
Q
3
menggantikan R
E
dengan
kelebihan kemampuan mencapai
CMRR (Common Mode Rjection
Ratio) yang tinggi. Penguat depan
menggunakan JFET Q
1
dalam
konfigurasi rangkaian source
follower berfungsi sebagai
transformasi impedansi antara
masukan dan base dari transistor
Q
2
sumber arus konstan.
Kelebihan penguat depan FET
kemampuannya dalam mencapai
impedansi masukan yang tinggi.
Bila tegangan tidak diketahui Vs
nol, I
2
= I
3
, V
E2
= V
E
, sehingga
tidak ada arus mengalir pada
penggerak meter sehingga Im = 0.
Pada kondisi ini tegangan bias Q
3
mendapat bias dan bias transistor
Q
2
merupakan fungsi dari beda
tegangan pada Rs. Bila masukan
diberi tegangan positip Vs, bias
pada Q
2
bertambah sehingga V
E2

bertambah sehingga tegangan V
E2

lebih besar dari pada V
E3
dan
mengalir arus Im sehingga jarum
menyimpang sebanding dengan
besarnya Vs. Pada fungsi
pengukuran tegangan AC
menggunakan attenuator
kompensasi karena attenuator
menggunakan resitor presisi
kebanyakan berupa sejenis wire
wound. Resistor yang demikian
memiliki induktansi yang
signifikan, pengaruh induktansi di
seimbangkan dengan
pemasangan kapasitor paralel.

2.4.4. Multimeter Elektronik Fungsi Tegangan AC
Rangkaian dasar voltmeter
elektronik seperti di atas hanya
digunakan untuk tegangan DC.
Untuk memenuhi kebutuhan
pengukuran tegangan AC
beberapa bagian harus
ditambahkan pengubah tegangan
AC ke DC.





Vin









Tegangan
masukan
Gambar 2 - 32. Penyearah









2.4.5. Multimeter Elektronik Fungsi Ohm
Jika arus konstan mengalir pada R
yang tidak diketahui, nilai
tegangan drop pada R akan
memberikan data yang tidak
diperlukan untuk dihitung nilai
resistansinya dengan persamaan
RX = V/I sesuai dengan rangkaian
ohmmeter elektronik dapat
dibentuk seperti dalam gambar 2-
33. arus keluaran dari sumber
arus konstan dan besarnya
penguat tegangan dari penguat
DC diatur dengan saklar pemilih
sehingga dapat mengakomodasi
pengukuran resistansi skala penuh
dari milli ohm hingga mega ohm.
Ohmmeter menggunakan baterai
1,5V atau lebih akan memberi bias
maju dioda bila instrumen
digunakan dalam rangkaian solid
state, mengingat rangkaian 2-33
menggunakan level tegangan
rendah tidak mampu memberi bias
maju dioda. Bila demikian
ohmmeter elektronik menjadi
pilihan untuk digunakan menguji
komponen yang membutuhkan
tegangan bias seperti dioda,
transistor. Beberapa Voltmeter
elektronik yang diproduksi
meliputi skala Ohmmeter daya
tinggi sehingga dapat digunakan
untuk pengetesan dioda dan
transistor.



1A


-



Gambar 2-33. Rangkaian ohmmeter elektronik

DC Balance
Circuit

Rangkaian penyearah ditunjukkan pada gambar 2-32. menggunakan


rangkaian Op-Amp sebagai penyearah presisi. Karakteristik non linier
dari dioda PN-junction D1 dan D2 dalam arah maju memberi umpan
balik negatip. Low pass filter mengeluarkan pulsa DC diumpankan ke
rangkaian analog penyeimbang atau Voltmeter ke digital.
Kebanyakan voltmeter AC dikalibrasi dalam rms, ini tidak akan
terbaca harga rms sebenarnya, tanpa sinyal masukan berbentuk
gelombang sinus murni.


2.4.6. Parameter Multimeter Elektronik
2.4.6.1. Spesifikasi dan Parameter Multimeter Elektronik
Dalam pembahasan ini dipilih
multimeter elektronik sanwa YX-
360 TRe meskipun tidak sebagus
multimeter elektronik Philip yang
dibahas di atas. Dengan alasan
meter ini mudah didapat, mudah
digunakan dan kualitas memadai
untuk banyak pemakaian.


2.4.6.1.1. Spesifikasi Umum
Tabel 2-3. Spesifikasi umum meter elektronik analog

Item Spesifikasi
Proteksi rangkaian

Rangkaian dilindungi dengan sekering
bila tegangan AC di atas 230V
Baterai dalam UM-3 1,5V x 2
Sekering dalam 0,5A/250V 5,2mm x 20mm
Kal temp standar/ dan
cakupan kelembaban
23 r 2
$
C 45-75% rRH
Temperatur kerja dan
range
Kelembaban
0-40
$
C 80% retmark tanpa kondensasi
Tahanan tegangan 3KV AC antara terminal input dan case
Dimensi dan berat 159,5 x 129 x 41,5 mm / mendekati 320
gr
Assesoris Salinan pedoman instruksi (instruction
manual)


2.4.6.1.2. Cakupan Pengukuran dan Akurasi
Probe pengukuran dilengkapi untuk pengukuran tegangan DC tinggi
hingga mencapai 25 KV.

Tabel 2-4. Probe multimeter pengukuran tegangan tinggi
HV (DC)
High Volt
hFE


1000 pada cakupan x
10
DC 25KV HV 10 T
probe

HFE 6T probe






Tabel 2-5. Cakupan pengukuran dan akurasi
Fungsi Akurasi Catatan
DC V

0,1
0,25 / 2,5 / 10 / 50
250
r 5% dari skala penuh
r 3% dari skala penuh
r3% dari skala penuh
Zi 20K/V
9K/V
AC V 10 / 50 /250
r4% dari skala penuh
Zi 9K/V
30Hz-100KHz dalam 3%
fs (cakupan AC 10V)
50 uA
r3% dari skala penuh
Tegangan drop 0,1V
DC A 2,5mA/ 25mA /0,25
r3% dari skala penuh
Tegangan drop 0,25V
2K/20K/2M
(1x) (10x) (x1K)
200M
(x100K)
r3% dari arc
Nilai tengah 20
Harga maks 2 K
Pengeluaran tegangan 3V
dB -10dB 22dB
Untuk 10VAC 62 dB
L 0-150mA pd cakupan x 1
0-15mA pd cakupan x 10
0-150uA pd cakupan 1K
0-15uA pd cakupan x 100



2.4.6.2. Langkah Keselamatan Alat
Hal-hal yang harus diperhatikan
sebagai tindak pencegahan
terjadinya kecelakaan yang dapat
merusakkan meter dan kesalahan
hasil pengukuran.
1. Jangan menggunakan tester
untuk pengukuran rangkaian
listrik yang mempunyai
kapasitas besar. Isikan sekering
dalam tester 250V untuk
mencegah terjadinya masalah-
masalah pengukuran yang
membahayakan keselamatan
karena kesalahan pengaturan
range.
2. Yakinkan sekarang yang
digunakan mempunyai
spesifikasi (0,5A/250V ukuran
5.2 x 20 mm) Jangan pernah
mengganti ataupun
menghubung singkat.
3. Jangan pernah menyentuh kaki
tester selama pengukuran
4. Jangan pernah operasikan
tester dalam keadaan tangan
basah, menempatkan meter
pada tempat kelembaban tinggi
atau sangat lembab.
5. Yakinkan bahwa lapisan dan
kawat colok meter (lead tester )
tidak berbahaya karena
konduktornya terbuka jika colok
meter berbahaya atau terbuka
meter jangan digunakan.
6. Terdapat bahaya (electrical
shock) kejutan listrik terutama
bila digunakan untuk
pengukuran tegangan di atas
60 V DC atau 25 Vrms AC.
7. Jangan melakukan pengukuran
dengan case dibelakang atau
menindihkan tutup meter


8. Setiap kali melakukan
pengukuran yakinkan cakupan
pengukuran tepat. Pengukuran
dengan pengaturan cakupan
salah atau melebihi cakupan
pengukuran sebenarnya adalah
berbahaya.
9. Jaga jangan sampai beban
lebih terutama pada saat
mengukur tegangan atau arus
yang mengandung sederetan
pulsa.
Instrumen ini merupakan
multimeter portabel dirancang
untuk pengukuran rangkaian arus
lemah.

2.4.7. Prosedur Pengoperasian
2.4.7.1 Persiapan pengukuran
Sebelum pengoperasian meter
dilakukan sesuai fungsinya
dilakukan persiapan pengukuran
untuk mendapatkan hasil
pengukuran terbaik. Langkah-
langkah persiapan tersebut melipti
1. Atur posisi nol meter tepat pada
harga nol.
2. Putar posisi nol sehingga
menunjuk lurus kanan
menunjuk nol.
3. Pilih cakupan yang tepat untuk
item yang diukur atur knob
pemilih cakupan yang sesuai.


Gambar 2-34. Gambar skala Gambar 2-35. Gambar pemilih
jarum nol fungsi

Catatan untuk diperhatikan
Dalam menentukan cakupan
pengukuran, pilih cakupan
tegangan yang lebih besar
daripada nilai yang akan diukur
sebaiknya gunakan penunjuk
masih dalam tingkat yang dapat
dipertimbangkan yaitu 60 80%
dari penunjukan maksimum.






2.4.7.2. Panel Depan dan Fungsi Multimeter
Pada panel depan meter
mempunyai beberapa komponen
yang berfungsi sebagai pengatur.
Pengaturan dilakukan untuk
mendapatkan fungsi yang sesuai
serta hasil pengukuran yang
optimal akurat. Disamping sebagai
komponen pengatur juga terdapat
beberapa informasi penting
berkaitan dengan parameter alat
ukur seperti sensitivitas meter,
cara pemasangan meter yang
sesuai, besaran-besaran yang
dapat diukur. Untuk meter Sanwa
YX-360TRe mempunyai tombol-
tombol pengaturan sebagai
berikut.





Gambar 2-36. Panel depan Gambar 2-37. Fungsi jarum penunjuk





Gambar 2-38. Fungsi skala




Gambar 2-39. Fungsi zero adjust secrew



Gambar 2-40. Fungsi Ohm adjust knob





Gambar 2-41.Fungsi selector switch


Gambar 2-42. Fungsi lubang kutub (VA terminal)





Gambar 2-43. Fungsi lubang kutub + (common terminal)

2.4.7.3. Pengukuran Tegangan
2.4.7.3.1. Pengukuran Tegangan DC
1. Atur knob pemilih cakupan pada cakupan yang tepat.


Gambar 2-44. Knob pemilih range
Colok meter
positip
Colok
meter
negatip


2. Gunakan colok hitam pada tegangan negatip dari rangkaian yang
diukur dan colok merah pada tegangan positip


Gambar 2-45. Rangkaian pengukuran tegangan DC
3. Baca gerakan penunjuk tegangan dan skala DCV A.

Gambar 2-46. Penunjukan pengukuran tegangan DC
4. Bila penunjukan kecil tak
terbaca, cek kembali apakah
rangkaian sudah benar.
5. Bila rangkaian sudah yakin
benar, pindahkan pelan-pelan
knob pemilih cakupan hingga
penunjuk berada pada posisi
yang mudah dibaca.
6. Hindari pengawatan
pengukuran tegangan DC yang
salah seperti gambar di bawah.
Posisi
VDC



Gambar 2-47. Pengawatan pengukuran tegangan DC salah

2.4.7.3.2. Pengukuran Tegangan AC
1. Pindahkan knob pemilih cakupan pada cakupan AC V yang tepat



Gambar 2-48. Knob pemilih range

2. Pasangkan colok meter pada
rangkaian yang diukur secara
paralel.
3. Baca gerakan jarum penunjuk
dengan skala V dan A
(gunakan batas ukur 250 V AC

pada pengukuran sumber
tegangan AC dari PLN).
4. Karena instrumen ini bekerja
pada sistem nilai pengukuran
rangkaian tegangan AC
gelombang sinus, maka bila
Posi si
VAC
Col ok
met er
posi t i p
Col ok
met er
negat i p


digunakan pada bentuk
gelombang AC lainnya
mungkin terjadi kesalahan.


Gambar 2-49. Rangkaian pengukuran tegangan AC jala-jala PLN

Gambar 2-50. Penunjukan pengukuran tegangan AC
5. Baca hasil pengukuran dibaca pada skala AC V

2.4.7.4. Kalibrasi Voltmeter
Kalibrasi diperlukan untuk melihat
tingkat ketelitian meter
dibandingkan dengan meter
standar jika dimungkinkan atau
meter yang mempunyai tingkat
ketelitian tinggi yang sudah
diketahui. Karena kalibrasi dengan
meter standar mahal maka
mengkalibrasikan meter tidak perlu
semua meter dikalbrasikan pada


lembaga yang berkompeten.
Kalibrasi dapat dilakukan sendiri
dengan membandingkan tingkat
ketelitiannya dengan meter yang
telah dikalibrasi. Prosedur kalibrasi
dilakukan dengan langkah-langkah
di bawah ini.

1. Pilih meter standar dengan
tingkat ketelitian 0,1 % sampai
0,5 %.
2. Rangkaian kalibrasi tegangan
disusun seperti gambar di
bawah ini.
3. Batas ukur meter ditetapkan
misal pada batas ukur 10 Volt
4. Sumber tegangan diatur pada
10 Volt.
5. Membuat tabel pengamatan
6. Tegangan sumber divariasi
sepanjang harga dari 0 sampai
10 Volt misal dengan jangkah
pengaturan 2 Volt.

2.4.7.4.1. Kalibrasi Uji Kelayakan Meter
Meter dikatakan layak digunakan
jika mempunyai kelas kesalahan
yang diijinkan tergantung tempat
meter digunakan. Meskipun meter
pabrikasi mempunyai kelas
kesalahan kecil sejalan dengan
umur pemakaian akan
mempengaruhi ketelitian meter.
Tuntutan ketelitian meter
laboratorium tentu berbeda
dengan meter yang digunakan di
bengkel. Meter hasil rakitan
sebelum digunakan juga perlu diuji
kelayakannya untuk dilihat tingkat
kesalahannya. Misal hasil
pengujian dalam tabel di bawah
ini.























Gambar 2-51. Rangkaian kalibrasi tegangan


Met er st andar
dengan kel as
kesal ahan +
0, 5%
Met er yang
di kal i br asi
Tegang
an
dapat
di
at ur





Keterangan :
V1 = hasil pengukuran ke-1 V3 = hasil pengukuran ke-2
V2 = hasil pengukuran ke-2 V rerata = (V1+V2+V3)/3

Perhitungan persen kesalahan :
Persen kesalahan dihitung dengan persamaan
= {(Rerata meter dikalibrasi Meter standar ) / Batas Ukur} X 100%
Kesalahan 2.5 % artinya harga penunjukkan meter yang dikalibrasi pada
batas ukur 10 Volt mempunyai kesalahan rata-rata 2.5 % terhadap meter
standar.

2.4.7.4.2. Harga koreksi relatif dan kesalahan relatif
Kesalahan dinyatakan dalam D =
V - V
s
merupakan selisih dari
harga penunjukkan meter yang
dikalibrasi dikurangi penunjukkan
meter standar. Kesalahan relatif
merupakan perbandingan antara
kesalahan terhadap harga
penunjukkan meter standar.
Harga koreksi dinyatakan k = V
s
-
V merupakan selisih antara
harga standar dan penunjukkan
meter yang dikalibrasi.












No
Meter
standar
(V)

Meter dikalibrasi (V) Selisih
(V)
Mutlak
Kelas
Kes
V1 V2 V3
V
rerata
2
.
5
0
%

1 10 9.8 9.9 9.7 9.8 -0.2 0.2
2 8 7.8 7.9 8.0 7.9 -0.1 0.1
3 6 5.95 5.90 6.0 5.95 -0.05 0.05
4 4 4.0 3.9 3.8 3.9 -0.1 0.1
5 2 2.0 1.8 1.9 1.9 -0.1 0.1
6 0 0 0.2 0.4 0.2 0.2 0.2
Jumlah -0.35 0.75

Rerata 0.25
Tabel 2-6. Kalibrasi voltmeter









2.4.7.5. Pengukuran Arus DC
1. Pemasangan meter seri terhadap beban yang akan di ukur arusnya.


Gambar 2-52. Gambar rangkaian pengukuran arus DC

2. Atur knob pemilih cakupan mendekati cakupan yang tepat atau di
atas cakupan yang diprediksi berdasarkan perhitungan arus secara
teori.

No
Meter
standar
Meter dikalibrasi
Kesala
han
Kesalahan
relatif (%)
Koreksi
Koreksi
relatip (%)
V1 V2 V3 Vrerata
1 10 9.9 9.8 9.7 9.8 -0.2 -2.00 0.2 2.04
2 8 8,0 7.9 7.8 7.9 -0.1 -1.25 0.1 1.27
3 6 5.95 6.0 5.90 5.95 -0.05 -0.83 0.05 0.84
4 4 4.0 3.8 3.9 3.9 -0.1 -2.50 0.1 2.56
5 2 1.8 2.0 1.9 1.9 -0.1 -5.00 0.1 5.26
6 0
0 0.3 0.3 0.2 0.2 0.2 -0.2 -100

Rerata -1.93 -14.67
Tabel 2-7. Kesalahan dan koreksi relatip



Gambar 2-53. Knob pemilih range
3. Bila yakin rangkaian telah benar, hidupkan sumber tegangan dan
baca gerakan jarum penunjuk pada skala V dan A. Hasil pembacaan
baik bila posisi jarum lebih besar dari 60% skala penuh meter.


Gambar 2-54. Skala penunjukan arus DC
4. Bila simpangan terlalu kecil, lakukan pengecekan apakah cakupan
sudah benar dan pembacaan masih dibawah cakupan pengukuran di
bawahnya bila ya, matikan power supply pindahkan knob pada
cakupan yang lebih kecil.


Posi si
sel ekt or



Gambar 2-55. Knob pemilih range
5. Nyalakan kembali sumber tegangan baca jarum penunjuk hingga
pada posisi yang mudah dibaca.
6. Hindari kesalahan pemasangan polaritas sumber tegangan, karena
akan menyebabkan arah simpangan jarum berlawanan dengan
seharusnya. Bila arus terlalu besar dapat merusakkan jarum
penunjuk.


Gambar 2-56. Rangkaian pengukuran arus DC yang salah

2.4.7.1.1. Kalibrasi Arus
Kalibrasi diperlukan untuk melihat
tingkat ketelitian meter
dibandingkan dengan meter
standar jika dimungkinkan atau
meter yang mempunyai tingkat
ketelitian tinggi yang sudah
diketahui. Karena kalibrasi dengan
meter standar mahal maka
mengkalibrasikan meter tidak
perlu semua meter dikalibrasikan
Diputar pada
nilai lebih kecil


pada lembaga yang berkompeten.
Kalibrasi dapat dilakukan sendiri
dengan membandingkan tingkat
ketelitiannya dengan meter yang
telah dikalibrasi. Prosedur kalibrasi
dilakukan dengan langkah-langkah
di bawah ini.
1. Pilih meter standar dengan
tingkat ketelitian 0,1 % sampai
0,5 %. Misal meter standar
yang digunakanmempunyai
kelas kesalahan 0,5%.
2. Rangkaian kalibrasi arus
disusun seperti gambar di
bawah ini




Gambar 2-57 Rangkaian kalibrasi arus

3. Batas ukur meter ditetapkan
misal pada batas ukur 250 mA
untuk yang dikalibrasi dan 250
mA meter standar.
4. Sumber tegangan diatur pada
arus maks 250 mA.
5. Membuat tabel pengamatan
6. Tegangan sumber divariasi
sepanjang harga dari 0 sampai
250 mA misal dengan jangkah
pengaturan 25 mA.
Pindahkan batas
ukur 250 mA
Yang dikalibrasi
Pi l i h bat as
ukur 0. 25 A
Met er
st andar


7. Melakukan pengaturan
tegangan sumber dan
mencatat penunjukkan pada
kedua meter hasil pengamatan
misal dalam tabel di bawah ini.



Tabel 2-8. Kalibrasi arus

No
Meter
standar
(mA)
Meter dikalibrasi (mA)
Selisih
(mA)
Mutlak
Kelas
Kes
A1 A2 A3
rerata
1
.
0
1
%

1 250
260 255 250
255 5 5
2 225
229 227 228
228 3 3
3 200
202 204 203
203 3 3
4 175
178 179 177
178 3 3
5 150
152 152 154
153 3 3
6 125
127 128 126
127 2 2
7 100
98 99 97
98 -2 2
8 75
71 73 72
72 -3 3
9 50
50 48 49
49 -1 1
10 25
25 27 29
27 2 2
11 0
0.5 0.8 0.8
0.7 0.7 0.7
Jumlah
15.7 27.7

Rerata
2.52

Keterangan :
A1 = hasil pengukuran ke -1 A3= hasil pengukuan ke -3
A2 = hasil pengukuran ke 2 rerata + (A1 + A2 + A3 )/3

Perhitungan persentase kesalahan :
Persen kesalahan dihitung dengan persamaan
= {(Rerata meter dikalibrasi Meter standar ) / Batas Ukur} X 100%
Kesalahan 1 % artinya harga penunjukkan meter yang dikalibrasi pada
batas ukur 250 mA mempunyai kesalahan rata-rata 1 % terhadap meter
standar yang mempunyai kelas kesalahan 0,5%.

2.4.7.1.2. Harga koreksi relatif
dan kesalahan relatif
Kesalahan dinyatakan dalam D =
I
A
- I
s
merupakan selisih dari
harga penunjukkan meter yang
dikalibrasi dikurangi penunjukkan
meter standar. Kesalahan relatif
merupakan perbandingan antara
kesalahan terhadap harga
penunjukkan meter standar.


Harga koreksi dinyatakan k =
I
s
- I
A
merupakan selisih
antara harga standar dan
penunjukkan meter yang
dikalibrasi.


2.4.8. Pengukuran Tahanan
1. Jangan mengukur resistansi rangkaian yang ada tegangannya.
2. Putar knob pemilih cakupan pada cakupan yang tepat.

No
Meter
standar
(mA)
Meter dikalibrasi
(mA)
Kesalahan
Kesalahan
Relatif (%)
Koreksi
Koreksi
relatif
(%)
A1 A2 A3 rerata
1 250
250 255 260 255
5 2.00 -5 -1.96
2 225
229 228 227 228
3 1.33 -3 -1.32
3 200
200 203 206 203
3 1.50 -3 -1.48
4 175
177 178 179 178
3 1.71 -3 -1.69
5 150
152 153 154 153
3 2.00 -3 -1.96
6 125
126 127 128 127
2 1.60 -2 -1.57
7 100
99 98 97 98
-2 -2.00 2 2.04
8 75
72 73 74 72
-3 -4.00 3 4.17
9 50
50 49 48 49
-1 -2.00 1 2.04
10 25
28 27 26 27
2 8.00 -2 -7.41
11 0
0.6 0.8 0.8 0.7
0.7 0.00 -0.7 -100.00
Jumlah
15.7 10.15 0 -109.13
Rerata
0.92 -9.92
Tabel 2-9. Kesalahan dan koreksi relatip



Gambar 2-58. Cara pemasangan ohmmeter
Secara rangkaian pemilihan
cakupan skala pengukuran atau
pengali sebenarnya adalah
memilih resistansi shunt
sebagaimana pada penambahan
batas ukur ampermeter.
Pemindahan tersebut ditunjukkan
gambar di bawah ini.


Gambar 2-59. Posisi pemindahan cakupan ohmmeter

3. Hubung singkat kaki meter
merah dan hitam dan putar
pengatur nol ohm, sehingga
penunjuk lurus pada 0 . ( jika
penunjuk gagal berayun ke nol
meskipun pengatur penunjuk
nol ohm sudah diputar penuh
searah jarum jam, gantilah
baterai yang berada di dalam
meter dengan baterai yang
baru).




Gambar 2-60. Kalibrasi ohmmeter

4. Tempatkan kaki meter pada resistansi yang diukur.

Gambar 2-61. Penempatan resistor pada pengukuran ohm





5. Baca jarum penunjuk pada skala

Gambar 2-62. Penunjukan hasil pengukuran ohm
6. Jika akan menganti posisi
cakupan x10, maka sebelum
mengukur hambatan harus
mengkalibrasi ulang dengan
menghubung singkat colok
meter, baru dilakukan
pengukuran yang dikehendaki .

Gambar 2-63. Rangkaian pengukuran resistansi


Catatan untuk diperhatikan
1. Polaritas + dan baterai berlawanan dengan polaritas colok meter
pada saat pengukuran resistansi.
2. Cara mengganti baterai
x Lepaskan sekrup pengunci di belakang.












Gambar 2-64 Membuka sekrup pengunci
x Keluarkan baterai kering UM-3
x Ganti dengan baterai yang baru
x Letakkan kembali case belakang seperti semula dan kencangkan
sekrupnya.

Gambar 2 - 65. Bagian belakang meter
2.4.9. Pengukuran Keluaran Penguat Audio Frekuensi (dB)
Desibel (dB) diukur caranya sama
seperti pengukuran tegangan AC
dibaca pada skala dB (decebell).
Pada pengukuran cakupan 10
Volt dibaca langsung pada skala
dB (-10dB - +22dB) tetapi pada
saat pengukuran cakupan 50
Volt ditambah 14 dB, pada
cakupan 250V ditambah 28 dB
dan pada cakupan 1000V
penambahnya 40dB. Jadi dB
maksimum yang terbaca
22+40=62 dB diukur pada
cakupan 1000V.





Gambar 2 - 66. Posisi skala dB meter
2.4.10. Pengukuran Arus Bocor (ICEO) transistor
1. Pertama lakukan kalibrasi
ohmeter dengan menghubung
kedua colok meter dan
mengatur posisi jarum ke 0
dengan menset knob pemilih
cakupan pada cakupan yang
tepat dari 1X sampai dengan
X1k.


Gambar 2-67. Pengenolan sebelum mengukur hambatan

2. Untuk transistor NPN tempatkan colok berwarna hitam pada kolektor
dan colok meter merah pada kaki emitor untuk transistor PNP
sebaliknya.

Skala
penunjukan
pengukuran dB




Gambar 2-68. Pengukuan arus bocor transistor NPN

3. Arus bocor dibaca pada skala ICEO yang diindikasikan skala (dalam
satuan A, mA)




Gambar 2-69. Posisi skala pembacaan ICEO

2.4.11. Pengukuran Dioda ( termasuk LED)
1. Atur 0 dengan mengatur knob pemilih range, pada cakupan
yang tepat dari x1 sampai dengan x 100 K (1,5 A).
2. Tempatkan colok meter hitam pada kaki Anoda dan colok meter
merah ke katoda pada saat pengukuran IF (arus bias maju).
Skal a
pembacaan
ar us I CEO
Posi si
Ar us DC
emi t or
basi s


Pasangkan colok hitam meter ke kaki katoda dan colok merah
meter ke kaki-kaki anoda pada mengukur IR (arus reverse).






Gambar 2-71. Pengukuran arus IF dioda bias maju
Posisi
selektor
Gambar 2-70.
Rangkaian
pengetesan LED
dengan ohmmeter
Katoda
Anoda


4. Baca harga nilai penunjukan meter dengan skala L1 (gerakan jarum
penunjuk cukup besar untuk IF dan kecil untuk IR).



Gambar 2-72. Pengukuran arus IR dioda bias mundur

5. Nilai yang ditunjukkan pada skala LV selama pengukuran dioda bias
tegangan maju.


Gambar 2-73. Posisi skala pembacaan LV
2.4.12. Pengukuran Kapasitor
Pengukuran kapasitor dengan
multimeter dilakukan dengan
prosedur sebagai di bawah ini.
1 Atur knob pemilih cakupan
pada C(F).
2 Kapasitansi diukur dengan
menyentuhkan colok meter
pada kaki kapasitor yang diukur
setelah pengaturan nol ,
selanjutnya dilakukan seperti
pada pengukuran resistansi.
3 Jarum akan bergerak ke skala
penuh karena mendapatkan
muatan dari arus meter. Oleh
karena itu jarum akan bergerak
naik (arah panah hijau),
Skala
pembacaan
LV
Posisi
jarum


kemudian kembali menuju nol
(arah panah biru). Nilai
kapasitor dibaca pada saat
jarum menunjuk harga
maksimum pada skala C(F).


Gambar 2-74. Gerakan jarum pengukuran kapasitor

Gambar 2-75. Posisi skala kapasitor
2.4.13. Pengetesan Komponen
Meter elektronik yang diproduksi
dengan skala Ohmmeter daya
tinggi dapat digunakan untuk
pengetesan dioda, transistor dan
SCR daya rendah.

2.4.13.1. Pengetesan Dioda
Pengetesan dioda dilakukan untuk
melihat konisi baik tidaknya dan
atau untuk menentukan kaki
elektroda dioda dengan benar.
Pengetesan dioda dilakukan
dengan prosedur sebagai berikut.
1. Tandai kutub positip baterai
meter adakalanya polaritas
baterai tidak sama dengan
polaritas colok meter. Termasuk
di dlamnya meter dalam
pembahasan ini.
2. Melakukan kalibrasi ohmmeter
dengan menghubung singkat
kedua colok meter, jarum
penunjuk ditepatkan pada nol
melalui knob pengenolan jarum
meter.

Skala C
(F)


















Gambar 2-76. Pengenolan jarum ohmmeter
3. Setelah mengetahui baterai
positip pada colok hitam meter
dan polaritas negatip colok
merah meter, polaritas baterai
positip dihubungkan dengan
anoda sedangkan polaritas
negatip pada katoda dioda.
Dioda kondisi baik jika jarum
menyimpang menuju nol.
4. Jika semula tidak mengetahui
elektroda dioda maka pada saat
hubungan seperti tersebut di
atas maka elektroda anoda
adalah yang terhubung polaritas
positip baterai (colok meter
hitam) dan elektroda katoda
yang terhubung colok meter
merah.
5. Hubungan dibalik untuk
menguji bias balik dioda anoda
yang semula mendapat positip
baterai dihubungkan dengan
polaritas negatip katoda
sebaliknya. Dioda dikatakan
baik jika jarum meter tidak
menyimpang.



Diatur supaya jarum
nol



Gambar 2-77. Pengetesan dioda bias maju


Gambar 2-78. Pengetesan dioda bias balik



Katoda
Anoda


2.4.13.2. Pengetesan Transistor
Pengetesan transistor dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Knob pemilh cakupan pengukuran pada posisi ohm X1 atau X100



Gambar 2-79. Knob selektor posisi ohmmeter
2. Kalibrasi ohmmeter dengan menghubungsingkat kedua colok meter,
knob pengenolan meter diatur untuk mendapatkan pembacaan tepat
nol.




Gambar 2-80. Gambar kalibrasi ohmmeter

Pososi
Ohmmeter
Diatur
supaya
jarum nol


3. Pengetesan transistor NPN
basis dihubungkan dengan
colok hitam (+ baterai) dan
emitor colok meter merah (-
baterai).
4. Transistor dalam kondisi baik
jika jarum meter menyimpang
menuju nol.


Gambar 2-81. Pengetesan transistor NPN emitor negatip meter nunjuk nol

5. Colok meter merah dipindahkan
dari emitor ke kolektor,
transistor dalam kondisi baik
jika jarum meter bergerak
menuju nol.



Gambar 2-82. Pengetesan transistor NPN kolektor negatip meter nunjuk nol

6. Colok meter hitam dipindahkan
dari basis diganti dengan colok
meter merah, colok meter hitam
dihubungkan dengan emitor.
Transistor dalam kondisi baik
jika jarum penunjuk tidak
bergerak.




Gambar 2-83. Pengetesan basis emitor reverse
7. Colok meter hitam dipindahkan
dari emitor ke kolektor, transistor
dalam kondisi baik jika meter
tidak bergerak.


Gambar 2-84. Pengetesan basis kolektor reverse
2.4.13.3. Pengetesan SCR
Silicon Controlled Rectifier atau
lebih dikenal dengan SCR daya
rendah dapat diukur dengan
menggunakan ohmmeter daya
tinggi. Pengetesan dilakukan
dengan prosedur di bawah ini.
1 Tempelkan colok meter hitam
(+baterai) dengan gate dan
anoda sekaligus, sedangkan
colok meter ,merah dihubungkan
dengan katoda. SCR dalam
kondisi baik jika jarum meter
bergerak menuju nol. Jika tidak
maka sebaliknya.



Gambar 2-85. SCR Anoda gate dikopel katoda tegangan
negatip

2 Lepaskan gate dari colok meter
hitam sedang hubungan
dengan anoda dipertahankan,
SCR kondisi baik jika jarum
tetap pada posisi menunjuk di
angka nol. Jika tidak maka
sebaliknya.





3 Jika semula tidak mengetahui
elektroda SCR, dapat
ditemukan dengan menandai
kaki yang dilepas jarum tetap
posisi menunjuk nol adalah
elektroda gate. Sedangkan
elektroda yang mendapatkan
colok meter hitam (+baterai)
anoda dan yang mendapat
colok merah (- baterai) adalah
katoda.
4 Berdasarkan pengetesan
tersebut dperoleh kesimpulan
untuk SCR type FIR 3D
mempunyai urutan elektroda
katoda (K), anoda (A) dan gate
(G).

Gambar 2-86. Gate dilepaskan
posisi jarum tetap nol


G
K A
Gambar 2 87. Elektroda SCR FIR 3D

2.4.14. Perawatan
2.4.14.1. Mengganti Sekering
Jika beban lebih di atas tegangan
penyalaan (kira-kira 100 V)
diberikan pada DC A dan range,
sekering tidak berfungsi sebagai
pelindung rangkaian.
1. Lepaskan sekrup pengunci di
belakang case dan pindahkan
2. Posisi sekering di papan
rangkain tercetak bagian dalam
meter.




Gambar 2 - 88. Pelepasan skrup pengunci sekring















Gambar 2 - 89.b. Sekering

Gambar 2-89.a Posisi sekering dalam PCB
2.4.14.2. Perawatan Penyimpanan Meter
1. Penyimpanan mencegah kejutan berturut-turut pada multimeter dari
getaran oleh pembebanan pada sepeda motor atau sejenisnya.
2. Jaga multimeter dari debu kelembaban
3. Jangan meninggalkan multimeter untuk waktu yang lama di tempat
temperatur tinggi (lebih tinggi dari 55
$
C) kelembaban tinggi (lebih
tinggi daripada 80 %) dan mengandung embun.

2.4.15. Perbaikan
Jika meter gagal digunakan lakukan pengecekan berikut sebelum dikirim
untuk di perbaiki









1. Apakah sekering tidak
putus? . Untuk meyakinkan
sekering tidak putus,
sekering dikeluarkan dari
tempatnya di papan
rangkaian dan dilakukan
pengetesan dengan
ohmmeter. Sekering tidak
putus jika jarum menyimpang
menuju nol.


Seker i ng

Gambar 2-90. Pengetesan sekering









Gambar 2-91 Pengukuran baterai

Gambar 2-an Baterai

















Gambar 2-92. Pengecekan colok meter

2. Apakah baterai tidak habis ?.
Pengecekan dilakukan dengan
membuka meter dan mengukur
tegangan baterai. Baterai baik
jika jarum menyimpang dengan
harga penunjukkan mendekati
9Volt. Dalam pengetesan ini
baterai kondisi baik.

3. Apakah colok meter tidak
putus?
Pengecekan dilakukan dengan
mengetes konduksi colok meter
dengan ohmmeter. Pengetesan
meter ini kondisi colok baik tidak
putus.



2.5. Multimeter Elektronik Digital
Multimeter digital (Digital Multi
Meter) tipikal ditunjukkan dalam
gambar di bawah ini,
memperagakan hasil pengukuran
berupa angka diskrit ini lebih baik
dari pada penunjukan simpangan
jarum pada skala sebagaimana
yang digunakan pada instrument
analog. DMM bertambah popular
karena harga instrument menjadi
kompetitif. Keunggulan dibanding
meter analog hasil pengukuran
terbaca langsung mengurangi
kesalahan manusia, kesalahan
paralaks dan pengukuran lebih
cepat. Pengembangan
selanjutnya adanya otomasi
cakupan pengukuran dan
polaritas sehingga dapat
mengurangi kesalahan
pengukuran dan lebih jauh lagi
tidak ada kemungkinan kerusakan
meter yang disebabkan oleh
adanya beban lebih atau terbalik
polaritasnya. Dalam beberapa
kasus disediakan hard copy hasil
pengukuran dalam bentuk kartu
atau pita berlubang. Digital
multimeter sampai sekarang
masih terbatas dalam parameter
non linier tidak dapat diukur.Lebih
jauh lagi keakuratan sekarang ini
tidak sebanding dengan harganya.

2.5.1. Bagian-bagian Multimeter Digital
Pencacah / Peraga
Bagian ini terdiri pencacah 3
digit, memory, decoder dan
piranti peraga. Bagian ini
memiliki input, count, transfer
dan reset. Dari bagian pencacah
juga memberikan keluaran untuk
mengontrol fungsi pengukuran
analog.

Control Logic
Bagian ini berfungsi
membangkitkan pulse yang
diperlukan oleh rangkaian untuk
perputaran masukan, dihitung
dan mengontrol fungsi
pencacah.

Master Clock
Rangkaian ini terdiri kristal
osilator, pembagi frekuensi
untuk pewaktuan semua
pengukuran.



Pembentuk gelombang
masukan (Input Wave Shaper)
Rangkaian ini difungsikan
selama pengukuran frekuensi,
perioda mengubah sinyal
masukan ke dalam bentuk yang
tepat untuk dihubungkan ke
rangkaian logic.

Time Control
Fungsi bagian ini digunakan
untuk memulai dan
menghentikan pencacah pada
saat pengukuran.

Voltmeter dan Pengubah
Analog ke Digital
Bagian ini berisi rangkaian
impedansi masukan yang tinggi,
penyearah, pengubah tegangan
ke waktu dual-ramp digunakan
untuk pengukuran tegangan dan
resistansi. Prinsip perubahan
tegangan analog ke digital
dijelaskan di bawah ini.



Pengubah Analog ke digital
Karena prinsip kerja dari
rangkaian digital adalah 0 dan 1
atau ada dan tidak ada tegangan
maka untu sinyal analog yang
bersifat kontinyu harus diubah
kedalam bentuk diskrit. Alat ini
dinamakan pengubah analog ke
digital atau ADC (Analog to digital
converter).
Satu dari metode pengubah
analog ke digital yang paling
sederhana menggunakan tiga
elemen utama yaitu pencacah ,
pengubah digital ke analog dan
komparator dirangkai seperti
gambar 2-93. . Untuk
kesederhanaan kontrol logika
dihilangkan dari diagram.


















Pada siklus awal counter direset
sehingga memberikan keluaran
nol. Demkian juga keluaran
pengubah digital ke analog Vb = 0
volt, ini diaplikasikan pada salah
satu masukan komparator.
Tegangan analog masukan
diberikan melalui rangkaian
sampel hold keluarannya Va
diumpankan pada masukan lain
dari komparator. Sepanjang
tegangan analog Va masih lebih
besar dari Vb keluaran komparator
akan berlogika 1 dan gerbang
AND enable mengikuti pulsa-pulsa
clock yang masuk pencacah.
Pencacah menghitung diawali dari
nol. Setiap menghitung keluaran
tegangan pengubah digital ke
analog Vb bertambah satu tangga
(Gambar 2-94). Ini akan berlanjut
sampai tangga bentuk gelombang
melampuai nilai tegangan sinyal
analog Va, pada saat inilah
keluaran komparator nol gerbang
disable dan menghentikan
perhitungan pencacah.




Counter 4 bit

8 4 2 1

Pengubah Digital
ke Analog (DAC)
Sampel
& hold
Keluaran digital
A3
A2
A1
Ao
-
+
Keluaran komparator
=1 bila Va Vb
Vb
Va
Masukan
analog
Reset
clock
Gambar 2-93 Pengubah analog ke digital


















Unit resistansi dan kapasitansi
Terdiri dari sumber arus
digunakan untuk pengukuran
resistansi dan kapasitansi, juga
rangkaian yang diperlukan untuk
mengubah kapasitansi ke dalam
fungsi waktu.
Hubungan pengawatan antar blok
tergantung fungsi yang akan
dibangun.Pengawatan tergantung
fungsi yang diinginkan.



































Gambar 2-95. Meter digital
cont r ol
l ogi c

Pencacah
Mast er
cl ock
I nput
wave
shaper

At t enuat t or

Memor y

Di spl ay
0 1 2 3 4 5 6 7
Gambar 2-94 Bentuk gelombang pencacah pengubah analog ke digital

6

5

4

3

2

1

0
Keluaran
pencacah 0101


2.5.2. Spesifikasi Digital Multimeter
Ada beberapa paremeter
multimeter digital yang dapat
dijadikan sebagai dasar penilaian
kualitas meter. Parameter tersebut
antara lain :

1. Resolusi Meter Digital
Banyaknya posisi digital yang
dipakai pada suatu meter digital
menentukan nilai resolusi. Jadi
display 3 digit pada volt meter
digital (DVM) untuk cakupan 0
1 V, akan mudah menunjukkan
nilai dari 0 sampai 999 mV,
dengan kenaikan atau resolusi
terkecil sebesar 1 mV.

Dalam praktek digit ke 4
biasanya tepat menunjuk hanya
0 atau 1, yang ditempatkan pada
kiri atau digit aktif. Ini
mengijinkan kira-kira 999 sampai
1999 overlap secara bebas. Dan
ini disebut over ranging. Type
display demikian disebut
sebagai display 3 digit.
Resolusi suatu meter digital,
bagaimanapun ditentukan oleh
banyaknya digit yang aktif
penuh.

Jika n = banyaknya digit penuh (perubahan 0-9) resolusinya sebesar
n
10
1


Maka suatu display 4 digit mempunyai sebuah resolusi sebesar
4
10
1

atau 0,0001 atau 0,01 persen. Resolusi ini juga dianggap


sebagai satu bagian dalam 10.000.

2. Sensitivitas Meter Digital
Sensitivitas adalah perubahan
terkecil dari suatu input meter
digital yang mudah dilihat.
Dengan demikian sensitivitas
merupakan tegangan terendah
dari skala penuh dikalikan oleh
resolusi alat ukur (meter).
Sensitivitas s = (f.s)
min
x R.
Dimana (f.s)
min
= nilai terendah
dari skala penuh alat ukur dan
R = Resolusi yang ditulis
sebagai desimal.

3. Spesifikasi Akurasi Meter
Digital
Akurasi biasanya dinyatakan
sebagai persentase dari
pembacaan ditambah
persentase dari skala penuh,
bagian persentase dari skala
penuh sering diberikan dalam
bentuk digit. Apabila bekerja
digit ditunjukkan pada
signifikasi digit terkecil (LSD).















Penyelesaian :
Angka digit penuh pada 3 digit = 3 jadi % resolusi =
n
10
1
=
3
10
1
=
0,001 (0,1%).
Jadi meter (alat ukur) tidak dapat membedakan antara nilai yang
dibedakan dari yang lain bila kurang dari 0,001 skala penuh.
a. Pembacaan skala penuh 1.000 resulusi pada cakupan 1V = 1x0,001
= 0,001 V
jadi dalam cakupan 1V, ini tidak akan dapat membedakan antara
pembacaan yang berbeda kurang dari 0,001 V.
b. Pembacaan skala penuh 10V ini akan terjadi kesalahan baca kurang
dari 0,01 V (tidak dapat membedakan perbedaan kurang dari 0,01V).

Contoh kasus 2
Sebuah voltmeter 4 digit digunakan untuk mengukur tegangan.
a. Berapa resulusinya ?
b. Berapa penunjukan untuk mengukur 1298 pada cakupan 10V ?
c. Berapa pula jika 0,6973 didisplaykan pada cakupan 1V ?
d. Berapa akan didisplay 0,6973 pada cakupan 10V ?

Penyelesaian :
a. Pada digit penuh, 4 digit terbaca 4 angka
Jadi resulusi =
4
10
1
= 0,0001 atau 0,01 %
b. Bila ada 5 digit ditempatkan dalam 4 digit didisplay, maka 12,98 V
akan didisplay sebagaimana 12,980 pada skala 10 V
c. Resulusikan lagi pada cakupan 1 V = 1 x 0,0001= 0.0001 V.
Maka cakupan 1V akan terbaca pada desimal ke 4, disini 0,6973 V
akan didisplay pada 0,6973 dalam cakupan 1 V.
d. Resulusikan lagi pada cakupan 10 V =10 x 0,0001=0.1 mV.
Maka pada cakupan 10V akan terbaca hanya desimal ke 3.
Digit 3 dalam desimal yang ke 4 akan hilang. Digunakan cakupan
pendekatan, yaitu 1 V,digit 3 dapat diterima dalam pembacan.

Contoh kasus 1
a. Berapa resolusi dari display 3 digit ?
b. Cari resolusi alat ukur 3 digit pada cakupan 1
V (berapa pabrik dapat menentukan cakupan
seperti 2V dari 3 digit dapat mencacah
sampai 1999 mV.
c. Cari resolusi alat ukur untuk cakupan 10V ?


Contoh kasus 3
Spesifikasi ketepatan 3 digit DVM adalah 5% pada pembacaan 1
digit.
a. Kemungkinan apa yang terjadi pada kesalahan Volt, apabila pada
instrumen terbaca 5,00 V pada cakupan 10 V?
b. Apa yang mungkin terjadi kesalahan pada Volt, apabila terbaca
0.10 V pada cakupan 10 ?
c. Berapa persenkah pembacaan kesalahan ini yang diperbolehkan ?

Penyelesaian :
a. 0,5% terbaca = 0,005 x 5,00 = 0,025
didisplay untuk pembacaan 5,00 V Pada skala 10 V pada treter 3
digit adalah 05,00 dengan kedudukan 4 digit. Digit pada LSD bernilai
0.01.Jadi kemungkinan kesalahan total adalah 0,025+0,01 = 0,035 V.
b. Jika pembacaan 0,10 V pada cakupan 10 V kita peroleh 5%,
pembacaannya = 0,005 x 0,10 = 0,0005 V 1 digit = 0,01 V
x Kemungkinan kesalahan seluruhnya = 0,0105
c. Persen kesalahan adalah =
100 , 0
00105
10,5 %
Ini adalah suatu kesalahan besar dan mendemostrasikan bahaya
yang terpadu dalam pembacaan skala yang rendah.

Tabel 2-10. Spesifikasi multimeter digital















Pengukuran tegangan DC indikasi polaritas otomatis
Resistansi input 11,1 M
Cakupan pengukuran 199,9 mV sampai 199 Volt akurasi 0,1 %
Deviasi skala penuh (fsd) 0,2 % dari pembacaan
Pengukuran tegangan AC
Impedansi input 10 M paralel dengan kapasitor 25 pF
Cakupan pengukuran 199,9 mV sampai 199, Volt akurasi 0,1 %
pengukuran harga rata-rata dikalibrasi rms
Deviasi skala penuh 0,5 % dari pembacaan
Pengukuran frekuensi
Cakupan frekuensi 50 Hz sampai 10kHz 1 %
50 sampai 50 kHz 5 %
Pengukuran resistansi
Cakupan pengukuran 1,999 K sampai 1,999 M akurasi 0,1 % fsd
dan
0,5 % dari harga pembacaan
Pengukuran kapasitansi
Cakupan pengukuran 1999 pF sampai 1,999 F akurasi 0,1 % fsd dan
0,5 % dari harga pembacaan
Penghitung waktu
Cakupan frekuensi 0 sampai 5 MHz
Interval perioda min 20 s



2.5.3. Prinsip Dasar Pengukuran
2.5.3.1. Voltmeter
Digital voltmeter (DVM)
menggunakan sebuah pengubah
tegangan analog ke digital (ADC)
kemudian tegangan masukan DC
diolah menjadi bentuk biner yang
dikodekan dalam decimal (BCD).
Kebanyakan voltmeter digital atau
digital multimeter menerapkan
integrator dual-slope sebagai
rangkaian ADC, karena DVM dual-
slope atau DMM relative lebih
tahan terhadap nois tegangan
masukan, juga kesalahan kecil.
Dalam sistem DMM dengan
pengubah analog ke digital dual
ramp (atau dual slope) yang
banyak digunakan ditunjukkan
pada gambar 2-94. Penguat Op
Amp A
1
, R
1
dan C
1
merupakan
kombinasi rangkaian integrator.
Pada saat siklus pengukuran
dimulai kapasitor C
1
melakukan
pengosongan muatan. Tegangan
masukan integrator dihubungkan
ke masukan tegangan negatip (-
V
1
), sehingga kapasitor C
1
mulai
mengisi dengan arus (V
1
/R
1
).
Sementara itu keluaran integrator
V
01
mulai naik meninggalkan nol
dan pencacah mulai menghitung
pulsa clock dari pembangkit sinyal
clock 100 KHz. Pengisian muatan
C
1
berlangsung sampai
perhitungan pencacah mencapai
2000 ( misal untuk 2K/100K atau
20ms). Pada akhir perioda ini
beda tegangan kapasitor C
1
akan
menjadi sama dengan

Vc = (Vi T
1
) / (R
1
C
1
) .. (2 - 19 )

Jadi V
1
T
1
= Vref T
2
atau Vi = (T
1
/T
2
) Vref















Ref pos
V
+

saklar
E
i n
V
-
Peraga
Store
Pembacaan
Control
logic

Penghitung
Pembangkit
clock
Decoder
Intgtr
A1
Com p
A2
Pembagi
: 2
2
1
3
A
E
D
B
R1
C1



a. Sistem Pengukuran tegangan













b. Bentuk bentuk tegangan
Gambar 2-96. Sistem pengukuran tegangan (Hai Hung Chiang : 1976)

Kondisi nol volt diindera oleh
komparator, hingga menyebabkan
control logic mensaklar masukan
kapasitor ke tegangan nol
(ground) hal ini dimaksudkan
untuk mencegah terjadinya
perubahan muatan pada
kapasitor.
Pada saat yang sama control
logic memberi komando pada
pencacah untuk menyimpan hasil
perhitungan. Tegangan referensi
dapat dipilih untuk mendapatkan
cakupan pengukuran yang tepat.
Misalnya tegangan referensi 2 V,
cakupan pengukuran 2 V
meskipun hanya memungkinkan
untuk memperagakan nilai dari 0
sampai 1,999 V. Pencacah akan
selalu menghitung sampai
mencapai keadaan semua nol,
kemudian siklus pengukuran
diulang.
Istilah 3 digit atau 4 digit
untuk produk DVM atau DMM,
didasarkan pada fakta bahwa nilai
digit tertinggi hanya 0 atau 1,
sementara untuk semua digit yang
lain dapat berada antara 0 dan 9.
Terminologi demikian
menunjukkan bahwa meter dapat
membaca 100% cakupan
pengukuran dari cakupan dasar.
Misal voltmeter 3 digit membaca
0 1,999 mV, sementara cakupan
dasar hanya 0 999 mV. Jika
cakupan ini dilampaui digit 1
(overflow) akan menyala,
sebaliknya tetap gelap. Digital
voltmeter biasanya memiliki
resistansi masukan lebih dari 10
M dengan ketelitian lebih baik
dari 0,2% dari harga
pembacaan.


pewaktuan
20 ms
T1
0
t1
Keluaran
Integrator
Vy
t2
T2
B
D
Keluaran
Komparator
E
Store
A


2.5.3.2. Ohmmeter
Sistem pengukuran resistansi
ditunjukkan pada gambar 2-97.
Metode yang digunakan dengan
melewatkan arus pada R yang
tidak diketahui besarnya,
kemudian diukur besarnya
tegangan drop pada R tersebut.
Oleh karena itu sistem ini hanya
dapat digunakan untuk mengukur
R dalam cakupan 100 sampai
100K dengan tingkat ketelitian
yang cukup.



I tetap



R tak
diketahui


Gambar 2-97. Pengukuran resistansi dengan voltmeter digital

2.5.3.3. Pengukuran Frekuensi
Sinyal yang akan diukur
frekuensinya kita hubungkan ke
rangkaian input wave shaper ,
dalam bagian ini sinyal diperkuat
atau dibatasi tergantung besarnya
amplitude sinyal masukan.
Kemudian sinyal diubah ke dalam
bentuk (A) gelombang kotak
dengan tegangan 5 Vp-p.
Frekuensi mater clock (B)
mempunyai perioda yang sama
dengan durasi perhitungan yang
dipilih. Misalnya jika durasi
penguuran dipilih 10 ms, dipilih
frekuensi 100Hz. Gerbang
penghitung akan terbuka untuk
waktu benar, frekuensi clock
dibagi dua (C) sebelum diterapkan
ke gerbang penghitung dan juga
untuk mengontrol rangkaian
pembangkit pulsa untuk
membangkitkan komando store
atau reset. Asumsikan bahwa
pencacah telah diatur nol, urutan
operasinya sebagai berikut.
Gerbang pencacah dilumpuhkan
untuk satu perioda clock dengan
keluaran dibagi dua. Shaped input
waveform dihubungkan ke
pencacah sehingga menghitung
junlah siklus selama satu perioda
clock. Pada akhir perioda sinyal
pewaktu berada pada ujung
menuju negatip ( C) menyebabkan
generator pulsa membangkitkan
dua pulsa berturut turut. Pulsa
pertama mengkomando (E)
pencacah untuk menyimpan dan
memperagaan keadaan bagian
penghitung. Pulsa kedua (F)
Voltmeter


mereset bagian penghitung
sehingga keadaan nol untuk
operasi pada siklus berikutnya.
Proses ini akan restart bila sinyal
pewaktu ( C) kembali berayun ke
positip. Dengan demikian maka
peraga hasil hitungan akan selalu
diupdate sengan frekuensi
masukan yang konstan dihasilkan
pembacaan yang stabil.
Peraga



Vin

















Gambar 2-98. Sistem dan bentuk gelombang pengukuran frekuensi

A
B
C
D
E
Sinus

kotak
Gerban
g
AND
Clock
generator
Pembagi
frekuen
Pembangkit
pulsa
Pencacah
Decoder /
BCD
Reset
Store
E
F
Masukan
A
B
C
D
E
F


2.5.3.4. Pengukuran Perioda dan Interval Waktu
Perbedaan besar antara
pengukuran perioda dan frekuensi
adalah penempatan clock
generator dan input wave shaper
berlawanan seperti ditunjukkan
pada gambar. Sebagai pengganti
jumlah siklus selama satu perioda
clock, jumlah pulsa clock selama
satu siklus masukan yang
diberikan. Sebagaimana
pengukuran frekuensi , bentuk
gelombang masukan diubah
dalam bentuk gelombang kotak
(A) oleh input wave shaper.
Deretan gelombang kotak ini
dibagi dua ( B) dan diumpankan
pada gerbang penghitung dan ke
pulse generator. Keluaran clock
generator juga diberikan ke
gerbang penghitung sehingga
pada saat terhalangi masukan,
pulsa clock (C) diumpankan ke
pencacah. Fungsi store, display
dan reset sama seperti pada
pengukuran frekuensi. Perioda
pengukuran difasilitasi untuk
frekuensi rendah dimana
penghitungan menjadi tidak
akurat. Misal frekuensi 5Hz diukur
dengan perioda perhitungan 1 s
hanya dapat diukur dengan
ketelitian 1 siklus atau 20%.
Dengan mengukur perioda 200 ms
ketelitian dapat ditingkatkan.
Dalam kenyataannya keakuratan
dapat diberikan lebih baik dari
pada 0,1% tanpa noise pada
bentuk gelombang yang diukur.
Perbedaan antara fungsi
pengukuran perioda dan waktu
adalah perioda diukur secara
kontinyu pada sepanjang siklus,
sedangkan waktu diukur sebagai
interval antara dua impulse yang
diberikan secara terpisah.
Peraga




C


A




Gambar 2-99. Sistem dan bentuk gelombang
pengukuran perioda (Hai Hung Chiang : 1976)
B
D
E
Sinus

kotak
Gerbang
Pencacah
Clock
generator
Pembagi
frekuensi
Pembangkit
pulsa
Pencacah
Decoder /
BCD
save
reset

Masukan

























2.5.3.5. Kapasitansimeter
Jika arus I dan tegangan V
konstan mempunyai hubungan C
= (I t /V), juga kapasitansi C = kt, k
adalah konstanta dan t waktu.
Hubungan sederhana ini
memberikan gambaran
kemungkinan mengukur
kapasitansi dengan membuat
katerkaitan antara waktu drop
tegangan pada kapasitor, diberi
muatan dengan sumber arus
konstan, mencapai level tegangan
yang telah ditentukan.
Implementasi metode ini
diilustrasikan pada gambar.
Masukan
A
B
C
D
E
Gambar 2-100. Sistem pengukuran
interval waktu
Prime
run
stop

Timer control

Gerbang
AND
Pencacah
Pembangkit
clock
Pembangkit
pulsa
Pencacah
Decoder /
BCD
store reset







I












A
B
C
komparator
Pewaktuan

d/dt
Pembangkit
Clock
Pembagi
frekuensi
Pencacah
Decoder /
BCD
Tegangan
acuan
Gambar 2-101. Sistem dan bentuk gelombang
pengukuran kapasitansi (Hai Hung Chiang : 1976)
Pewaktuan
20 ms
Tegangan
acuan
Keluaran
komparator
store
A
B
C























Gambar 2-102. Macam-macam meter digital










1. Pengukuran Tegangan DC

x Selektor ditempatkan pada posisi tegangan DC
x Colok colok merah pada meter positip dan colok hitam pada polaritas
negatip.
x Cakupan batas ukur dipilih tertinggi bila pembatas cakupan tidak
otomatis.
x Setelah yakin semua benar power meter di onkan.
2.5.4. Petunjuk Pengoperasian
2. Pengukuran Tegangan AC

* Selektor di tempatkan pada posisi
tegangan AC.
* Cakupan batas ukur dipilih pada
posisi terbesar jika pembatas
cakupan tidak otomatis.
* Colok merah ditempatkan pada
polaritas positip dan hitam pada
negatip.
* Bila sudah yakin benar, baru power
di onkan.
* Satuan diperhatikan agar tidak salah
dalam membuat data pengukuran.


3. Pengukuran Ohmmeter
* Selektor di tempatkan pada posisi Ohmmeter.
* Colok merah ditempatkan pada polaritas positip dan hitam pada
negatip.
* Bila sudah yakin benar, baru power di onkan.
* Satuan diperhatikan agar tidak salah dalam membuat data
pengukuran.

































4. Fungsi Lain-lain
Selain sebagai AVO meter tiap multimeter mempunyai variasi
pengukuran yangberbeda-beda. Secara umum penggunaan
multimeter digital dengan langkah sebagai berikut :
x Sisipkan probe ke dalam hubungan yang benar sesuai
fungsinya. Langkah ini diperlukan karena kemungkinan ada
sejumlah hubungan berbeda yang dapat digunakan.
x Atur saklar pada jenis pengukuran dan cakupan pengukuran
yang benar. Pada saat memilih cakupan yakinkan bahwa telah
diantisipasi pada cakupan maksimum. Cakupan pada multimeter
digital dapat direduksi bilamana diperlukan. Oleh karena itu
dengan pemilihan cakupan yang terlalu tinggi dapat mencegah
pembebanan meter.
2.5.5. Mengatasi Gangguan Kerusakan
1. Peraga Mati
x Dilakukan pengecekan polaritas
baterai kemungkinan salah
dalam pemasangan.
Pengawatan hubungan peraga
dan periksa meter.
x Dilakukan pengecekan baterai
apakah masih dalam kondisi
baik.
x Dilakukan pengecekan peraga,
diuji secara tersendiri.
2. Peraga Secara Permanen Over
range
x Kemungkinan titik acuan open
x Kemungkinan polaritas
tegangan 9V salah pasang
x Tegangan masukan melebihi
cakupan pengukuran
x Tegangan common mode
melampaui
x Meter mungkin jatuh, terpukul
lakukan pengetesan tersendiri.
3. Peraga secara intermitten over
range
x Titik acuan kemungkinan open
x kemungkinan sinyal masukan
mengambang
x masukan tegangan bukan dc
4. Hasil pembacaansemua logik
rendah
x Kaki common mungkin
terground
x Tegangan acuan tidak
terhubung dengan baik
x potensiometer pengatur
penguatan tidak baik
x Mengoptimumkan cakupan pengukuran untuk mendapatkan
pembacaan yang baik.
Pada pembacaan yang lengkap lebih bijaksana diperhatikan
tempat probe dalam soket pengukuran tegangan dan atur cakupan
tegangan maksimum. Cara ini aman jika meter dihubungkan tanpa
memikirkan cakupan yang digunakan sepanjang harga maksimum
besaran yang diukur dibawah cakupan maksimum meter.








Perkembangan Multimeter Digital

















Gambar 2-103. Multimeter digital dengen selektor dan otomatis








DMM dengan selektor


DMM cakupan otomatis
5. Peraga tidak dapat dibaca 000

* masukan tidak mungkin 0.0 V
* kemungkinan loop pengawatan
sinyal input terhubung grond

6. Tidak siap pembacaan
* sistem pengawatan loop power
terhubung griund
* sumber daya regulasi jelek
x sinyal input berlebihan
x Terdapat medan magnit yang
kuat disekitar meter































Gambar 2-104. Macam-macam multimeter digital di pasaran

Multimeter Digital Otomotif

Meliputi :
Sensor tes, pengetesan ground, baterai,
alternator,
tes sistem pengisian, Pengukuran RPM





Multimeter Otomotif

Akurat untuk mengukur RPM 2- dan 4-
stroke
Mesin otomotif 1 8 silinder
dengan menggunakan pick up induktif
Digital multimeter cakupan otomatis

41 tes cakupan oto power off
Pengukuran frekuensi, duty cycle
Digital multimeter cakupan otomatis

15 fungsi dan 32 otorange
295A











3.1. Prinsip Dasar Pengukuran Komponen LCR
3.1.1. Prinsip pengukuran Resistansi
Prinsip dasar pengukuran resistor
dengan LCR-740 Bridge adalah
Jembatan WHEATSTONE.
Jempatan wheatstone mempunyai
empat lengan tahanan, sebuah
sumber ggl dan sebuah detector
nol yang biasanya berupa
galvanometer. Jempatan
wheatstone dikatakan setimbang
apabila beda tegangan pada
galvanometer adalah nol volt,
berarti disini tidak ada arus yang
mengalir melalui galvanometer.











Gambar 3 I Jembatan Wheatsone

lni terjadi apabila tegangan C ke
A sama dengan tegangan dari D
ke A, atau jika tegangan dari C
ke B sama dengan tegangan dari
D ke B. Dalam hal ini dapat
dituliskan:

I
1
R
1 =
I
2
R
2...............................................................
( 3 1 )

Jika arus galvanometer menunjuk nol, maka :
Tujuan
1. Memahami prinsip dasar
pengukuran RCL metode jembatan
keseimbangan.
2. Memahami tindak keselamatan
pemanfaatan LCR meter
3. Melakukan pembacaan hasil
pengukuran komponen R,C,L
dengan meter LCR meter
Pokok Bahasan :

1. Prinsip dasar pengkuran LCR
2. Meter jembatan seimbang
Cara Penggunaan dan Perawatan
LCR meter
BAB 3
LCR METER

I
1

I
3

G
I
2
I
4

C D
A
B
E
R
2

R
4

R
1

R
3




E
I
1
= I
3
=
---------------------------------------
( 3 2 )
R
1
+ R
3


E
I
2
= I
4
=
---------------------------------------
( 3 3 )
R
2
+ R
4

Dengan mensubstitusikan persamaan ( 3 2 ) , ( 3 3 ) dan (3 1 ),
maka didapatkan :

I
1
E /(R
1
+R
3
)
=
I
2
E / (R
2
+R
4
)

I
1
R
2
+ R
4

=
I
2
R
1
+ R
3

I
1
( R
1
+ R
3
) = I
2
( R
2
+ R
4
)

Jika I
2
dari persamaan (3 -1) dimasukam, didapatkan :
I
1
R
1
I
1
( R
1
+ R
3
) = . R
2
+ R
4

R
2

I
1
R
1
R
4
I
1
R
1
+ I
1
R
3
= I
1
R
1
+

R
2


I
1
R
2
R
3
= I
1
R
1
R
4
R
2
R
3
= R
1
R
4
...................... ( 3 4)

Persamaan 3 4 merupakan
bentuk kesetimbangan jembatan
Weatstone. Apabila ketiga
tahanan tersebut diketahui dan
salah satu dari tahanannya tidak
diketahui dan salah satu
tahanannya tidak diketahui misal
R
4
= R
x
, maka :



.......(3 5)


R
3
disebut lengan standar jembatan
R
1
dan R
2
disebut lengan lengan pembanding

R
2
R
3
R
x
= --------

R
1


3.1.1.2. Jembatan Kelvin
Jembatan wheatstone
mempunyai keterbatasan bila
digunakan untuk mengukur
tahanan rendah, dengan
demikian maka jembatan
wheatstone dimodifikasi menjadi
jembatan kelvin. Hal tersebut
dilakukan dengan harapan agar
menghasilkan ketelitian yang
lebih tinggi bila digunakan untuk
mengukur tahanan-tahanan
rendah, biasanya dibawah 1
Ohm.






m p n



Gambar 3 2 Jembatan Kelvin
Gambar 3-2 R
y
menyatakan
tahanan kawat penghubung dari
R
3
ke R
x
. Jika galvanometer
dihubungkan ke titik m, tahanan
R
y
dari kawat penghubung
dijumlahkan ke tahanan R
x
yang
tidak diketahui dan menghasilkan
R
x
yang lebih besar. Jika
dihubungkan ke titik n, R
y

dijumlahkan dengan lengan
jembatan R
3
dan hasil
pengukuran R
x
akan lebih kecil
dari yang sebenarnya. Apabila
galvanometer dihubungkan ke
titik p (diantara titik m dan n)
sehingga perbandingan tahanan
dari n ke p dan dari m ke p sama
dengan perbandingan
tahanan-tahanan R
1
dan R
2
atau
jika ditulis :

R
np
R
1
----------
= ------- (3 6)
R
mp
R
2

maka persamaan setimbang untuk jembatan :
7) - (3 ........ .......... )
mp
R
3
R (
2
R

1
R

np
R
x
R
E
G
R
1

R
2

R
X

R
3

Ry
Keterangan :
R
1
: tahanan lengan 1
R2 : tahanan lengan 2
R3 : tahanan lengan 3
Rx : Tahanan yang diukur
Ry : tahanan variable dari
seutuas kawat yang
terminalkan pada titik m,
p dan n



1
R
2
R

y
R
1
R

np
R
2
R
1/
R 1
1
.
2
R

y
R
1
R

np
R
2
R
4
R
1
R
)
2
R

1
R
1 (
np
R

y
R
2
R

1
R

np
R
2
R

1
R

np
R
np
R
2
R

1
R

y
R
2
R

1
R

)
np
R
y
(R
2
R

1
R

mp
R
2
R

1
R

np
R

y
R
mp
R
np
R




sedangkan R
mp
bila dihitung dengan cara yang sama akan didapatkan :

2
R
1
R

y
R
1
R

mp
R


Jika harga R
np
dan R
mp
dimasukkan dalam persamaan (3 7), maka
didapatkan :
8) - 3 ....( .......... .......... ).........
2
R
1
R

y
R
2
R

3
R (
2
R

1
R

2
R
1
R

y
R
1
R

x
R



Apabila persamaan ( 3 - 8 ) disederhanakan, maka didapatkan


2
R 2 2
1
R

y
R
2
R
1
R

2
R

3
R
1
R

2
R
1
R

y
R
1
R

x
R
R R


Keterangan :

Rnp ; Tahanan antara titik m dan p
Rmp : tahanan antara titik m dan p
Ry : Rmp + Rnp



9) - 3 .......( .......... .......... .......... .......... .......... ..........
2
R

3
R
1
R

x
R

2
R
1
R

y
R
1
R
-
2
R
1
R

y
R
2
R
1
R

2
R

3
R
1
R

x
R




3.1.1.3. Jembatan Ganda Kelvin
Jembatan ganda kelvin digunakan
secara khusus untuk
pengukuran-pengukuran tahanan
rendah. Rangkaian tersebut
dinamakan jembatan ganda,
karena rangkaian mempunyai
pembanding lengan ke dua (dalam
Gambar adalah lengan a dan b).
Perlu diketahui bahwa
perbandingan tahanan a dan b
sama dengan perbandingan R
1
,
dan R
2.















Gambar 3 3 Jembatan ganda Kelvin

Galvanometer akan menunjuk nol bila potensial di titik k sama
dengan potensial di titik p atau E
kl
= E
lmp
.
G
R
1
R
2
R
R
3

Ry
E
o
l
p
n
m
a
b
k


^ `
}]
)
y
R b (a

y
R b) (a
{
b a
b

3
R [ I
lmp
E

)
y
R b (a

y
R b) (a

x
R
3
R I
2
R
1
R

2
R

kl
E
E
2
R
1
R

2
R

kl
E



E
kl
= E
lmp
, maka R
x
dapat ditentukan :
^ `
^ `
)
y
R b (a

y
R b) (a
.
b a
b

3
R I

)
y
R b (a

y
R b) (a

x
R
3
R I
2
R
1
R

2
R



Bila R
2
/(R
1
+ R
2
) dipindah ruas, maka :
^ `
10) 3 .......( .......... ).........
b
a
-
2
R

1
R
(
)
y
R b (a

y
R b

2
R

3
R
1
R

x
R
b
b

)
y
R b (a

y
R a -
.
)
y
R b (a

y
R b
.
2
R

1
R

2
R

3
R
1
R

x
R
)
y
R b (a

y
R b - aRy -

)
y
R b (a

y
R b

)
y
R b (a

y
R b
.
2
R

1
R

2
R

3
R
1
R

x
R

)
y
R b (a

y
R b) (a
-
)
y
R b (a

y
R b

)
y
R b (a

y
R b
.
2
R

1
R

2
R

3
R
1
R

x
R

)
y
R b (a

y
R b
.
2
R

2
R
1
R

3
R
2
R

3
R
1
R

)
y
R b (a

y
R b) (a

x
R
3
R

)
y
R b (a

y
R b

3
R
2
R

2
R
1
R

)
y
R b (a

y
R b) (a

x
R
3
R



Sesuai dengan syarat awal yang sudah ditetapkan :
a/b = R
1
/R
2
, maka persamaan (VII - 10) dapat ditulis :



11) - .(3 .......... .......... .......... .......... .......... ..........
2
R

3
R
1
R

x
R

3.1.2. Prinsip Dasar Pengukuran L
3.1.2.1. Jembatan Pembanding Induktansi
Secara prinsip jembatan arus bolak-balik dapat digunakan untuk
mengukur induktansi yang tidak diketahui dengan membandingkan
terhadap sebuah induktor standar yang diketahui. Gambar 8-2
menggambarkan jembatan pembanding induktansi; R
1
dan R
2
adalah
lengan-lengan pembanding, sedang lengan standar adalah L
S
seri
dengan R
S
, yang mana L
S
adalah induktor standar kualitas tinggi dan
R
S
adalah tahanan variabel. L
x
adalah induktansi yang belum
diketahui dan Rx adalah tahanannya.
















Gambar 3 4 Jembatan pembanding induktansi
Apabila lengan-lengan dari
jembatan pembanding induktansi
dinyatakan dalam bentuk
kompleks, maka :

Z
1
= R
1
Z
3
= R
S
+ jL
S

Z
2
= R
2
Z
4
= R
x
+ jL
x

Dalam setimbang, maka :
Z
1
. Z
4
= Z
2
. Z
3
R
1
( R
x
+ j L
x
) = R
2
( R
S
+ j

L
s
)
R
1
R
x
+ R
1
j L
x
= R
2
R
s
+ R
2
j L
s
(3 12)

Lx
Detekt
~
R
2

R
1

R
X

L
S

Rs
E
Keterangan :
Ls : Induktansi
standar
Lx : Induktansi yang
diukur


Dua bilangan kompleks adalah
sama, apabila bagian-bagian nyata
dan bagian-bagian khayalnya
adalah sama. Dengan
menyamakan bagian-bagian nyata
dari persamaan (3 12), maka :

R
1
R
x
= R
2
R
S

R
x
=
S
1
2
R
R
R
. (3 13)
Sedangkan bagianbagian khayalnya :
R
1
j

L
x
= R
2
j

L
s

L
x
=
S
1
2
L
R
R
..(3 14)
3.1.2.2. Jembatan Maxwell
Jembatan Maxwell digunakan
untuk mengukur induktansi yang
belum diketahui dengan
membandingkan terhadap
kapasitansi yang diketahui.
Gambar 3 5 menggambarkan
rangkaian jembatan Maxwell.















Gambar 3 5 Jembatan Maxwell

Apabila lengan-lengan dari jempatan Maxwell dinyatakan dalam
bentuk kompleks, maka :
1
Z
1
= Z
3
= R
3

1/ R
1
+ jwC
1

L
X
C
1

Detektor
~
R
2
R
1
R
X

Rs
E
Keterangan :

Lx induktansi yang
diukur
Rx adalah tahanan
kumparan Lx



Z
2
= R
2
Z
4
= R
X
+ jwl
x
Dalam keadaan seimbang, maka
Z
1
Z
4
= Z
2
Z
3

Z
2
Z
3

Z
4
=
Z
1

R
X
+ jwL
x
= R
2
R
3
( 1/R
1
+ jwC
1
)
R
2
R
3

R
X
+ jwL
x
= + R
2
R
3
jwC
1
(3 15)
R
1
Jika bagian nyata dan bagian khayalnya dipisahkan, maka didapatkan

R
2
R
3

RX = (3 - 16)
R
1

J w L
x
= R
2
R
3
jwC
1



(3 17)


3.1.2.3. Jembatan Hay
Jembatan Hay digunakan untuk
mengukur induktansi yang belum
diketahui dengan membandingkan
terhadap kapasitansi yang
diketahui. Jadi pada prinsipnya
sama dengan jembatan maxwell,
bedanya pada jembatan maxwell
lengan pertama C
1
paralel dengan
R
1,
sedang pada jembatan hay C
1

seri dengan R
1
. Pada jembatan
maxwell terbatas pada pengukuran
kumparan dengan Q menengah (
1 < Q < 10 ).ini dapat ditunjukkan
dengan memperhatikan syarat
setimbang dari jembatan arus
bolak-balik bahwa jumlah sudut
fasa satu pasang lengan yang
berhadapan harus sama dengan
jumlah sudut fasa pasangan
lainnya. Sedang jembatan hay
dapat digunakan untuk pengukuran
kumparan-kumparan dengan Q
yang tinggi.







L
x
= R
2
R
3
C
1











Gambar 3 6 Jembatan Hay

Apabila lengan-lengan dari jembatan hay dinyatakan dalam bentuk
kompleks, maka :

x
L j
x
R
4
Z
2
R
2
Z
3
R
3
Z
1
C j/ -
1
R
1
Z
Z
Z



Dalam keadaan setimbang, maka :
) 18 3 .......( ..........
3
R
2
R
1
C
x
L

1
C
x
R j
-
x
L j
1
R
x
R
1
R
3
R
2
R )
x
L j
x
R )(
1
C j -
1
(R

3
Z
2
Z
4
Z
1
Z

Z
Z
Z
Z Z
Jika bagian nyata dan bagian khayal dipisahkan, maka didapatkan :
) 20 3 ......( .......... .......... .......... .......... ..........
1
R
x
L
1
C
x
R
) 19 3 .....( .......... .......... .......... ..........
3
R
2
R
1
C
x
L

x
R
1
R


Z
Z


Dari persamaan (3 19) dan (3 20) keduanya mengandung L
x
dan
R
x
. jika diselesaikan secara simultan, maka didapatkan
Rx
Lx
Rs
C
1

R
1

R
2

E
Detektor
~



3
R
2
R
1
C
x
L

x
R
1
R

1
R
1
C
2
x
R

x
L -- - - - - - - - - - - - - -
1
R
x
L
1
C
x
R


!
Z
Z
Z

Jika harga L
x
dimasukkan didapatkan :

)
1
R
1
C
2

x
R

x
L
) 21 - (3 .......... .......... .......... ..........
1
2
1
R
2
1
C
2
2
1
C
2
3
R
2
R
1
R

x
R


1
R
1
C
2
1 )
1
R
2
1
C
2
(
1
R


3
R
2
R

x
R

)
1
R
2
1
C
2
/ 1
1
(R

3
R
2
R

x
R

3
R
2
R )
1
2R
1
C
2
1
R1 (
x
R

2
R3R
1
2R
1
C
2
x
R

x
R
1
R
Z
Z
Z
Z
Z
Z
Z
Z




Catatan : = 2 f
Bila harga R
x
dimasukkan maka didapatkan :
22) - (3 .......... .......... .......... ..........
1
2
1
R
2
1
C
2
1
C
3
R
2
R

x
L

1
R
1
C
2
1
.
1
2
1
R
2
1
C
2
2
1
C
2
3
R
2
R
1
R

x
L

Z
Z Z
Z



3.1.2.4. Prinsip Pengukuran Kapasitansi
Prinsip yang digunakan dalam
pengukuran kapasitansi adalah
JEMBATAN PEMBANDING
KAPASITANSI. Pada dasarnya
jembatan pembanding
kapasitansi juga hampir sama
dengan jempatan pembanding
induktansi. Gambar VIII-3
menggambarkan jembatan
pembanding kapasitansi. R
1
dan
R
2
sebagai lengan lengan
pembanding, sedang lengan
standar adalah Cs ( kapasitor
kualitas tinggi ) yang diseri
dengan Rs ( tahanan variable ).
Cx adalah kapasitansi yang
belum diketahui harganya dan
Rx adalah tahanan kebocoran
kapasitor.










Gambar 3 7 Jembatan pembanding kapasitansi
Apabila lengan-lengan dari jembatan pembanding kapasitansi
dinyatakan dalam bentuk kompleks, maka dapat ditulis :

Z
1
= R
1
Z
3
= RS j /Cs
Z
2
= R
2
Z
4
= RX j /Cx
Dalam keadaan setimbang, maka :
Z
1
Z
4
= Z
2
Z
3

j j
R
1
( R
X
- ) = R
2
( Rs - )
Cx Cs

j j
R
1
R
X
R
1
= R
2
Rs R
2
.. (3 - 23)
Cx Cs
R
2

Cx
Rx
Rs
C
1

R
1

E
Detektor
~


Sama dengan jembatan
pembanding induktansi, dua
bilang kompleks adalah sama
bila bagian-bagian nyata dan
bagian-bagian khayalnya adalah
sama. Dengan menyamakan
bagian-bagian nyata dari
persamaan seperti di atas,
maka didapatkan

R1 Rx = R2 Rs
Rx = (R2/R1) Rs (3 -24)
Bagian-bagian khayalnya
(jR1/Cx) = (JR2/Cs) sehingga diperoleh hubungan :

..(3 - 25)

3.1.2.5. Jembatan Schering
Jembatan schering digunakan
untuk mengukur kapasitansi yang
belum diketahui dengan
membandingkan terhadap
kapasitansi yang diketahui
(standard). Gambar 3 - 8
menggambarkan jembatan
schering, yang mana lengan 1
adalah R
1
paralel dengan C
1
( C
1

dapat diatur); lengan 2 adalah
resistor yang dapat diatur ; lengan
3 adalah lengan standard yaitu C
3

(kapasitor bermutu tinggi) dan
lengan 4 adalah terdiri dari C
x

yaitu kapasitor yang belum
diketahui harganya dan R
x
yaitu
tahanan kebocoran kapasitor.








Gambar 3 8 Jembatan Schering

Apabila lengan-lengan dari jembatan schering dinyatakan dalam
bentuk kompleks, maka :
Cx = (R1/R2) Cs
Cx
R
2

Rx
C3
C
1

R
1

E
Detektor ~


x
C j/ -
x
R
4
Z
2
R
2
Z

3
C

3
Z
)
1
C j
1
1/R (
1

1
Z
Z
Z Z

j

Dalam keadaan setimbang :


)
1
C j
1
R
1
( )
3
C
(
2
R
x
C
-
x
R Z
Z Z

j j

26) - ........(3 .......... ..........
1
R
3
C
2
jR
-
3
C
1
C
2
R

x
C
-
x
R
3
C
1
C
2
R

1
R
3
C
2
R

x
C
-
x
R
)
1
C j
1
R
1
(
3
C
2
R

x
C
-
x
R
Z Z
Z
Z
Z Z
Z
Z Z

j
j
j
j
j


Jika bagian-bagian nyata dan bagian-bagian khayalnya dipisahkan,
maka didapatkan :

28) - .(3 .......... .......... .......... .......... .......... ..........
2
R
1
R
3

x
C
1
R
3
C
2
R

x
C
27) - ..(3 .......... .......... .......... .......... .......... ..........
3
C
1
C
2
R

x
R
C
j
j

Z Z





1
Z
3
Z
2
Z

4
Z

3
Z
2
Z
4
Z
1
Z




3.2. LCR meter model 740
LCR meter model 740 sistem
jembatan dirancang untuk
mengukur resistansi (R),
kapasitansi (C) dan induktansi (L)
dalam rangkaian pengukuran yang
luas. Meter dilengkapi baterai
didalamnya sebagai sumber
tegangan DC untuk pengukuran R,
sedangkan untuk pengukuran C
dan L menggunakan osilator
frekuensi 1 KHz dan system
pendeteksi nol. Peraga hasil
pengukuran menggunakan tiga
digit. Koneksi masukan
menggunakan sumber tegangan
DC eksternal dan AC (950 Hz40
KHz) dan adaptor AC.

3.2.1 Spesifikasi LCR meter
Dalam pemilihan meter spesifikasi
menjadi pertimbangan yang
penting. Keputusan pilihan
tergantung pada karakter mana
yang lebih diperlukan, disesuaikan
dengan tujuan pengukuran. Misal
pemilihan meter untuk penelitian
laboratorium tentu saja
menggunakan pertimbangan yang
berbeda dengan meter yang
digunakan dibengkel. Meter
dilaboratorium harus memenuhi
kriteria peralatan laboratorium
dimana akurasi sangat diperlukan
harga mahal sedangkan untuk
meter bengkel hanya sebagai
indikasi sehingga akurasi bukan hal
yang penting, harga murah.

Pengukuran Resistansi
Range 0,001 sampai 11 Mterbagi dalam 8 range
dengan kesalahan + 10% untuk setiap range
Resoluai minimum 1 m 100 k
Akurasi
Pada (20
o
sampai 5
o
C)
1 sampai 100 k (0,5% +0,1 % f.s.)
1 M (0,1% +0,1 % f.s.)
0,1 (2 % +0,1 % f.s.)
Resistansi terminal residu Mendekati 3m
Pengukuran Kapasitansi
Range 1 pF sampai 11000F dalam delapan range
sampai dengan kesalahan + 10% untuk
setiap range
Resoluai minimum 1 pF
Akurasi
Pada (20
o
sampai 5
o
C)
Range 1000pF 100 F (0,5% +0,1 % f.s.)
100 pF (1% +0,1 % f.s.)
1000 F (3 % +0,1 % f.s.)
Resistansi terminal residu Mendekati 3pF
Pengukuran Induktasi
Range 0,1 F sampai 1100 H dalam delapan range
sampai dengan kesalahan + 10% untuk
setiap range
Resoluai minimum 0,1 H
Akurasi Range 100 H sampai 10H (0,5% +0,1 %


Pada (20
o
sampai 5
o
C) f.s.)
100 H (1% +0,1 % f.s.)
10 H (3 % +0,1 % f.s.)
Resistansi terminal residu Mendekati 0,3 H

Pengukuran Faktor Disipasi dan Kualitas
Range 0,01 sampai 30 pada frekuensi 1KHz terbagi
dalam 2 range
Akurasi 10% + 3 skala divisi
Sumber pengukuran DC internal dan eksternal untuk pengukuran
resstansi.
AC internal 1kHz atau eksternal 50Hz sampai 40
kHz untuk pengukuran resistansi dan kapasitansi.

Kontrol Panel LCR -740 dan Koneksi



Gambar 3 9 Panel-panel LCR meter
1. Saklar POWER dan control
SENSITIVITY : putar saklar
POWER on atau off dan atur
sensitivitas detector untuk
pengaturan AC.
2. Indikator R,C,L peraga 3
digit yang dikontrol oleh
putaran knob, harga L
sebenarnya tergantung pada
saklar RANGE MULTIPLIER.
3. Knob pengunci L untuk
penguncian indikator R,C,L 2
pada pengaturan
sebelumnya bila pengujian
5
4
2
3
1
11
14
13
12
9
10
8

6
7


toleransi komponen, atur
normally pada kanan atau
posisi bebas.
4. Saklar NORMAL +1,00 L
pengaturan normal pada
umumnya untuk pengukuran
pembacaan langsung dari
indikasi R,C,L +1 :
pengaturan digunakan bila
pengukuran di atas batas
yang diukur.
5. Saklar RANGE MULTIPLIER
untuk memilih range
komponen yang diukur.
6. Saklar SELECTOR diatur
pada R,C, L tergantung
komponen yang akan diukur.
7. Indikator NULL dengan
skala 10 0 10 digunakan
pada saat pengukuran
resistansi DC dan skala 0 -
10 (pada sisi kanan adalah
0) untuk pengukuran
kapasitansi dan induktansi.
8. Pengaturan mekanis nol
untuk indikator NULL.
9. Dial D Q : menggunakan dua
skala, skala diluar untuk
factor disipasi, D, dan skala
di dalam untuk RE(ekuivalen
resistansi seri) yang
dikalibrasi pada frekuensi 1
kHz. Harga ekuivalen
resistansi seri yang
sebenarnya harus dihitung
Rs = RE/(CF)
= (REX10
6
)/(CpF) yang
mana RE adalah pembacaan
dial.
10. Saklar X1 X10 untuk
memilih pengali untuk
pembacaan D dan RE pada
dial D,Q .
11. Saklar SOURCE untuk
memilih sumber internal
rangkaian jembatan, DC
untuk pengukuran resistansi
DC dan AC pada frekuensi
1kHz untuk pengukuran
resistansi, kapasitansi dan
induktansi.
12. RED HI
13. BLUE EXT + DC untuk
dihubungkan dengan
komponen yang akan diukur
keduanya merupakan
terminal mengambang
terhadap ground.
14. Terminal BLACK untuk
grounding case.



Gambar 3 10 Sisi atas case
15
16


15. Penutup baterai.
16. Pegangan untuk membawa meter.



Gambar 3 11 Panel belakang LCR meter
17. Jack EXT, SIG, IN : untuk
sumber AC eksternal dalam
range 50 Hz sampai 40kHz,
disisipkan dengan plug mini
secara otomatis meng-offkan
osilator 1kHz di dalam.
18. Jack telepon : untuk
menyisipkan earphone plug
bila menggunakan sinyal
yang dapat didengar
bersama-sama dengan
meter penunjuk kondisi null,
memungkinkan dihubungkan
ke scope untuk tujuan yang
sama.
19. Jack EXT, PWR, IN : Untuk
dihubungkan ke LPS-169
adapter AC, bila disisipkan
baterai internal di-offkan
secara otomatis.

3.2.2 Pengoperasian
3.2.2.1. Tindakan Pencegahan Kerusakan
1. Saklar power posisikan off selama perioda standby atau bila
jembatan tidak digunakan. Ini akan memberi dampak baterai lebih
tahan lama.

17
18
19




Gambar 3 12 Posisi saklar off
2. Cek pengaturan 0 dari null meter, untuk mencegah kesalahan
pengukuran resistansi DC . Jika off atur saklar power pada posisi
OFF dan atur skrup pengenolan meter jika diperlukan sehingga
posisi jarum seperti berikut :



Gambar 3 13 Posisi nol meter

3. Hubungkan komponen yang
akan diukur pada terminal
pengukuran merah dan biru
sependek mungkin. Ini
diperlukan terutama untuk
pengukuran komponen yang
mempunyai nilai rendah.
4. Ketika knob indikator RCL
dikunci dengan knob
pengunci jangan putar
paksa.
5. Gunakan adapter AC khusus
LPS -169 jangan
menggunakan tipe lain.


Tepat nol



Gambar 3 -14 Panel depan LCR meter
3.3. Pembacaan Nilai Pengukuran
Bila jembatan telah diseimbangkan
dengan indikator R,C, L dan
pengaturan RANGE MULTIPLIER
pembacaan dengan cara sebagai
berikut :

Tabel 3 -1 Pembacaan nilai pengukuran
Range Pengali Indikasi RCL Harga yang diukur
R
100 6,85 685 (=100 X 6,85)
10k 6,85 68,5k (=10 X 6,85)
100k 6,85 685k (=100 X 6,85)
C
100pF 6,8 68pF (=100X0,68)
0,1 F 6,85 0,685F (=0,1X6,85)
10F 6,85 68,5F (=10X6,85)
L
10H 0,68 6,8H (=10X0,68)
10mH 6,85 68,5mH (=10X6,85)
10H 6,85 68,5 H (=10X6,85)

Penggunaan pengaturan saklar normal dari +1,00
Pada umumnya pengukuran saklar
ini diatur pada posisi NORMAL.
Oleh karena tu bila pengukuran
yang lebih tinggi dari indikasi 9,99
diberikan range pengali, ini
memungkinkan untuk memperluas
range 10%. Ini dikerjakan dengan
memutar knob indikator sampai
9,00 dan mengatur saklar pada
+1,00. Pembacaan akan dimulai
dari 9,00 sampai 0,00 meskipun
harganya akan fari 10,00 keatas
sampai 11,00 (dengan
menambahkan 1 pada
pembacaan). Untuk lebih jelasnya
dapat diperhatikan pada tabel di
bawah ini.







Tabel 3 2 Pengaturan saklar NORMAL pada +1,00
Pembacaan Nilai yang diukur
9,00 10,00 (=9,00 + 1,00)
9,01 10,01
9,5 10,5 dan seterusnya

Setelah pengaturan +1,00 saklar
direset NORMAL. Ini untuk
mencegah terjadinya kesalahan
akibat penambahan pengukuran
1,00 pada signifikan pertama,
sehingga meter menunjuk 5,5 pada
harga sebenarnya 6,5.


3.3.1. Pengukuran Resistansi
1. Hubungkan komponen yang akan diukur pada terminal merah dan
biru.

Gambar 3 15 Cara mengukur resistansi

2. Atur saklar pemilih pada posisi R perhatikan gambar

Gambar 3 16 Posisi selector

Sumber tegangan DC dipilih pada DC/R



Gambar 3 17 Posisi DC R

NORMAL +1,00 PADA NORMAL

Gambar 3 18 Posisi normal

Saklar power pada posisi ON

Gambar 3 19 Posisi on
RANGE MULTIPLIER digunakan sesuai komponen yang akan
diukur, bila belum diketahui atur pada range yang lebih tinggi agar
memberi keleluasaan ayunan penunjuk kekanan dan kekiri.


Gambar 3 -20 Range multiplier

Posisi
On


3. Putar knob RCL sampai indikator meter NULL berada ditengah. Jika
diperlukan atur RANGE MULTIPLIER.


Gambar 3 21 Pengaturan indikator meter nol

4. Baca indikasi RCL dan terapkan range multiplier dalam menentukan
harga resistansi.


Gambar 3 22 Pembacaan indikator RCL














Diputar
sampai
indikator
meter nol
Catatan :
a. Jika menggunakan range 1M penunjuk null
mungkin tidak terdefinisikan dengan baik, dalam
kasus demikian dapat digunakan tegangan DC
eksternal. Alternatifnya jika resistor atau
komponen yang diukur non induktif, dapat
digunakan tegangan internal AC pada frekuensi 1
kHz. Yang berubah hanya saklar SELECTOR
pasa R dan SOURCE pada AC /RCL
b. Pada pengukuran range 0,1 , resistansi residu
terminal harus diperhitungkan.



3.3.2. Pengukuran Kapasitansi
1. Atur saklar SELECTOR pada C perhatikan gambar :

Gambar 3 23 Selector pada posisi C
Saklar SOURCE pada AC/RL

Gambar 3 24 Saklar source pada AC/RL

Dial D Q pada 0

Gambar 3 25 Dial D Q pada 0
Saklar D Q pada posisi X1
Posisi
nol



Gambar 3 26 Saklar D Q pada posisi x 1
Saklar NORMAL +1,00 pada posisi NORMAL

Gambar 3 27 Saklar normal +1,00 pada posisi normal
Saklar POWER pada posisi ON

Gambar 3 28 Saklar power pada posisi on

Kontrol SENSITIVITY diatur untuk NULL pembacaan meter pada
5.

Gambar 3 29 Kontrol sensitivity

2. Hubungkan komponen yang akan diukur pada terminal merah dan
biru.
On
Putar ke
kanan



Gambar 3 30 Posisi kapasitor yang diukur
3. Atur saklar RANGE MULTIPLIER dan knob RCL untuk mendapatkan
ayunan minimum atau mengarah 0.


Gambar 3 -31 Mengatur saklar range multiplier
4. Atur dial D, Q dan catat kondisi pengenolan, atur control SENSITIVITY
jika diperlukan.

Gambar 3 32 Mengatur dial D Q
5. Atur kembali knob RCL dan dial D, Q untuk mendapatkan kondisi
pengenolan paling baik.

Kapasitor
yang
diukur
Dipilih
Atur
dial DQ
Control
Sensitivitas



Gambar 3 33 Mengatur knob RCL dan dial D Q

6. Jika pengaturan dial sampai mendekati 3 atur saklar D,Q pada posisi
X10.


Gambar 3 34 Mengatur Saklar D Q pada Posisi x 10

7. Pembacaan hasil pengukuran

Gambar 3 35 Pembacaan hasil pengukuran

Pindahkan
ke posisi
X10
Knob RCL
Atur
kembali
Dial DQ


Kapasitansi = Range multiplier X indikasi RCL.
Faktor disipasi D pasa 1 kHz langsung dari hasil pembacaan
dikalikan dengan 10 jika saklar A, Q pada posisi X10.
Ekuivalen resistansi seri Rs, nilainya dihitung melalui hubungan
Rs = (RE) /(CF)= (RE X 10
6
)/(CpF) dimana RE adalah pembacaan
dial.













3.3.3. Pengukuran Induktansi
1. Pengaturan control saklar power pada posisi OFF dan saklar pemilih
pada posisi L.


Gambar 3 36 Saklar pemilih pada posisi L
Saklar sumber tegangan AC

Gambar 3 37 Saklar sumber tegangan AC
Saklar DQ X1 - X10 dipilih pada posisi X1
Catatan :
1. Kapasitor yang baik mempunyai nilai D yang
sangat rendah dan sebaliknya.
2. Pada pengukuran C diatas 1000pF kapasitansi
residu terminal harus diperhitungkan.
3. Untuk pengukuran kapasitansi yang
besar(elektrolitik, mempunyai polar diukur
menggunakan frekuensi yang rendah misalnya 120
Hz menggunakan sumber AC eksternal).



Gambar 3 38 Saklar DQ x 1 x 10 dipilih posisi x1
Saklar normal -+1,00 dipilih pada posisi normal

Gambar 3 39 Saklar normal pada posisi normal
Saklar range pengali pada posisi 1 mH


Gambar 3 40 Saklar range pengali pada posisi 1 mH
Dial DQ mendekati titik tengah (Q sekitar 0,3)
Dial RCL digital mendekati 2,5
1. Hubungkan komponen yang akan diukur pada terminal merah dan
terminal biru (sumber tegangan eksternal DC).
2. Putar tombol SENSITIVIFY searah jarum jam secara perlahan
lahan. Nyalakan, dan atur sampai jarum berpindah kesisi kanan titik
NULL dan berada di posisi antara 2 dan 3.

Posisi
1mH
Diatur
2,5
Posisi
0,3



Gambar 3 41 Posisi induktor yang Diukur


Gambar 3 42 Penunjukan jarum
3. Pilih range pengukuran dengan
mengikuti prosedur terutama
pada saat mengukur L belum di
ketahui. Bagaimanapun, jika
komponen yang diukur
diketahui nilai perkiraannya pilih
range multiplier dan dial R,C, L
pada harga yang sesuai.
x Putar dial DQ, dan
tempatkan disuatu titik
dimana dip jelas terlihat.
(Saat dial DQ diputar dalam
arah yang sama, jarum
meter bergerak kearah
NULL, kemuadian
begoyang kembali ke
kanan. Di waktu yang
sama, titik dimana jarum
muncul bergerak mendekat
menuju titik NULL ini
disebut sebagai Dip points).
Meskipun jarum indikator
bergerak menuju NULL,
tombol DQ sampai akhirnya
menjadi nol ( rotasi searah
jarum jam menuju titik
ekstrim ini) tanpa
memperlihatkan dip point.
Dalam kasusu demikian
pilih range lain dengan
menekan tombol range, dan
mencoba meletak kan dip
point dengan cara yang
sama.
x Seandainya dip point tidak
bisa diletakkan meskipun
tombol DQ berputar penuh
searah jarum jam 3, atur
Putar ke
kanan
jarum diantara 2
dan 3


tombol X1- X10 pada X10
dan coba untuk
menempatkan sebuah titik.
Saat dip point tetap tidak
didapat, pilih range lain
dengan menekan tombol
range, dan coba untuk
meletakkan dip point.
Dalam waktu yang sama,
coba untuk mencari sebuah
titik sambil menyetel knob
SENSITIVITY untuk
mendapatkan jarum
indikator point terletak dititik
antara 2 dan 3 pada
pegangan sisi kanan.
(Apabila titik tidak dapat
ditemukan, periksa bagian
bagian nya apabila
kabelnya patah karena
pengukuran resisten DC
pada range R ).
5. Jika dip point sudah diperoleh,
lakukan langkah-langkah berikut
ini. Atur dial DQ pada titik
dimana terjadi dip terbesar.
Kemudian atur dial digital LCR
untuk mendapatkan titik dip
terbesar. (pada saat yang sama
untuk mendapatkan dip point
atur knob SENSITIVITY hingga
jarum indikator menunjuk antara
2 dan 3).
6. Dengan cara yang sama
lokasikan dip point dengan
mengatur dial DQ dan RCL
secara berturut-turut.

















3.4. Pengukuran Resistansi DC Dengan Sumber Luar
Pada saat pengukuran resistansi
DC dari komponen yang tidak
diketahui pada nilai resistansi
yang tinggi dengan sumber
baterai dalam mungkin
pengenolan indikasi tidak dapat
terjangkau. Dalam kasus
demikian diperlukan sumber
tegangan DC luar.




Perhatian
Pengenolan nilai induktansi dengan memutar dial DQ
minimum pada arah berlawanan jarum jam 4. Bila
resistansi dc komponen induktansi yang diuji sangat
besar, atau Q kumparan kurang dari 0,1 pengukuran
dilakukan dengan frekuensi pengukuran (1kHz).
Sebaliknya nilai maksimum dial Q diputar maksimum
searah jarum jam 1X 10X. Jika saklar sudah diatur pada
posisi X10 ternyata Q lebih besar dari 30 diluar range
pengukuran, maka tambahkan resistor seri beberapa ohm
sampai beberapa ratus ohm ke inductor sehingga
mengurangi Q sampai kurang dari 30.


Penting untuk diperhatikan :
1. Atur tegangan tinggi masukan, pada saat dihubungkan dengan
colok meter dalam keadaan Off.

Gambar 3 43 Hubungan ke sumber tegangan luar
2. Hati-hati jangan sampai
menyentuh tegangan tinggi.
3. Pelindung resistor harus
selalu digunakan pada
masukan rangkaian.
4. Bila akan merubah range
MULTIPLIER atur dahulu
masukan DC pada posisi
Off, pastikan bahwa
tegangan dan renge aman
digunakan, jika ini tidak
terpenuhi dapat merusak
komponen rangkaian dalam.




3.4.2.Langkah-langkah
Pengukuran :
1. Atur saklar POWER (knob
control SENSITIVITY) pada
posisi off.
2. Atur supply DC eksternal
pada posisi off.
3. Hubungkan colok negatip
meter ke terminal hitam dan
colok positip meter ke biru
(Ext +DC) perhatikan
gambar.
4. Hubungkan komponen yang
akan diukur pada terminal
merah dan biru.
5. Putar knob RCL dan baca
penunjukkan, pembacaan
dengan multiplier sama
seperti pengukuran dengan
sumber tegangan dalam.





ke
sumber
tegangan
Off










Gambar 3- 44 Pengukuran R dengan sumber dari luar

Catatan :
Besarnya tegangan DC yang digunakan tergantung pada pengaturan
RANGE MULTIPLIER dengan table di bawah ini.

Tabel 3 3 Range multiplier

Pengaturan RANGE MULTIPLIER 1 k 10 k 100 k 1 M
Tegangan Masukan Maks 30V 70V 220V 500V
Resistor seri pelindung >180 >2,2 k > 27k > 56k

3.5. Prosedur Pengukuran C
1. Menghubungkan masukan
Keluaran generator menggunakan cord asesori yaitu dihubungkan ke
jack EXT, SIGN, IN pada casis bagian depan seperti ditunjukkan pada
gambar. Sebuah kapasitor 1 F dihubungkan seri dengan colok hot.



Gambar 3 - 45 Pengukuran C, L dengan sumber dari luar
EXT, SIG, IN
Audio Osilator
1-5Vrms

Keluaran


1F
R pelindung
Resistor



HI EXT +DC
Sumber
Tegangan
DC Luar



a. Saklar SELECTOR dipilih pada C atau L sesuai dengan komponen
yang akan diukur.
b. Saklar SOURCE pada AC/RCL (Jika masukan esksternal dihubungkan
ke sumber internal 1 kHz dan rangkaian kondisi off).
c. C atau L diukur dengan cara yang sama seperti pada pengukuran
sumber internal. Dial control SENSITIVITY diatur, D, Q dan indikator
dan saklar RANGE MULTIPLIER untuk mencapai kondisi null.
d. Nilai C atau L ditentukan oleh pengaturan RANGE MULTIPLIER dan
indikator RCL.






















4.1. Pengukuran Daya Rangkaian DC
Daya arus searah dapat diukur
dengan alat pengukur volt dan alat
pengukur amper, yang
dihubungkan seperti terlihat pada
gambar 4-1. Dalam hal ini penting
untuk diperhitungkan kerugian-
kerugian daya yang terjadi, olah
adanya alat-alat pengukuran.


Gambar 4-1. Pengukuran daya dengan memakai voltmeter dan ampermeter.




Misalkan, bila beban adalah R,
tegangan beban adalah V dan
arus beban adalah I, sedangkan
voltmeter dan ampermeter
mempunyai tahanan dalam R
v
dan
R
a
. Tegangan pada voltmeter
adalah V
v
dan arus pada
ampermeter adalah I
a
. Dengan
mempergunakan rangkaian pada
gambar 4-1, akan didapatkan :
Tujuan
Pembahasan ini bertujuan
membekali kemapuan :
1. Mendiskripsikan jenis dan
prinsip pengukuran daya
2. Menggunakan wattmeter
sebagai alat ukur daya
3. Menjelaskan prinsip kerja
wattjam meter
4. Memprediksi beaya
pemakain listrik.
Pokok Bahasan
1. Metoda pengukuran
daya
2. Jenis-jenis wattmeter
dan cara penggunaan
3. Prinsip kerja wattmeter
jam (WH)
4. Kasus aplikasi lapangan
wattmeter jam (WH).

BAB 4 PENGUKURAN DAYA
Keterangan :
V : voltmeter A : Ampermeter
Vv
Rv
Rv
Vv
R














Pada gambar (1b), bila dimisalkan
tahanan dalam dari voltmeter
adalah 10 K, sedangkan v



ltmeter menunjukkan 100 V, dan
ampermeter menunjukkan 5 A,
maka daya pada beban adalah :

( ) W x W 499 10 / 100 5 100
4 2
= =


Ada dua cara penyambungan
pengukuran daya dengan
menggunakan voltmeter dan
ampermeter seperti ditunjukkan
pada gambar 1 diatas. Pada
gambar (a) Ampermeter terhubung
antara beban dan Voltmeter. Maka
voltmeter tidak hanya mengukur
tegangan V
L
yang ada di beban
tetapi juga mengukur tegangan
yang drop di Ampermeter. Jika Ra
merupakan tahanan dari
Ampermeter, drop tegangan










Pada gambar (b) Voltmeter
terhubung antara beban dengan
Ampermeter. Maka ampermeter
tidak hanya menunjukkan arus
yang melewati beban tetapi juga
arus yang melewati voltmeter.
Arus yang melalui voltmeter
V
V
R
V
I =

dimana Rv = tahanan dalam voltmeter.
I I R I R I V
a a v
= + =
,

Maka daya yang akan diukur adalah :

a a a v
R I I V R I W
2 2
= =
Dengan cara yang sama, pada gambar 4-1b
diperoleh :
v
v
a v
R
V
I V I V W
2
= =
a a
R I V =
Konsumsi daya beban :

( )
a
a a L
R I I V
I V I V I V V I V
2
=
= =


Konsumsi daya beban
( )
V V
V L
R
V
I V
R
V
I V I I V I V
2
=
|
|
.
|

\
|
= = =
Dalam kedua kasus, daya yang
ditunjukkan oleh instrumen sama
dengan konsumsi daya pada
beban ditambah konsumsi alat
ukur daya.
Untuk memperoleh besarnya daya
pada , perlu dilakukan koreksi
pada kerugian daya yang
disebabkan oleh alat ukur. Dalam
kondisi normal nilai kerugian daya
pada alat ukur cukup kecil bila
dibandingkan dengan daya beban.
Bagaimanapun juga ampermeter
dan voltmeter akan membebani
rangkaian yang dapat
menyebabkan kesalahan dalam
pengukuran daya

4.2. Pengukuran Daya Rangkaian AC
Dalam arus bolak-balik daya yang
ada setiap saat berubah sesuai
dengan waktu. Daya dalam arus
bolak-balik merupakan daya rata-
ratanya. Jika sedang dalam
kondisi steady state, daya yang
ada pada saat itu dirumuskan P
= V I.

Dimana P = merupakan harga daya saat itu,
V = tegangan
I = arus.

Jika sinyalnya adalah sinusoidal,
maka arus akan tertinggal dengan
tegangan dalam fasanya dengan
sudut , kemudian:


( ) e
e
=
=
t Sin I i
t Sin V v
m
m

Maka besarnya daya adalah sebagai berikut :


( )
t Jika
t Sin t Sin I V I V P
m m
e u
e e
=
= =

sehingga diperoleh

( )
( ) | | u
u u
=
=
2
2
Cos Cos
I
V
Sin Sin I V P
m
m
m m

Daya rata-rata untuk tiap periode adalah :






Dimana V dan I merupakan harga
rms dari tegangan dan arus. Cos
merupakan faktor daya dari
beban. Dari hasil yang diperoleh
didapatkan bahwa faktor daya (cos
) berpengaruh dalam penentuan
besarnya daya dalam sirkit AC, ini
berarti bahwa wattmeter harus
digunakan dalam pengukuran
daya dalam sirkuit AC sebagai
pengganti Ampermeter dan
Voltmeter

4.2.1 Metoda tiga Voltmeter dan metode tiga Ampermeter

Daya satu fasa dapat diukur
dengan menggunakan tiga
Voltmeter atau tiga Ampermeter.
Gambar 4-2 memperlihatkan
pengukuran daya dengan
menggunakan metode tersebut.


















Gambar 4-2. Pengukuran daya metoda tiga voltmeter dan tiga
ampermeter

Dalam metoda tiga Voltmeter,
masing-masing alat pengukur volt

menunjukkan V1, V2 dan V3,
maka:

1
2
1
2
V1
V2
V3
A1
A2
A3
R
R
Beban Beban

V
3

I
V
1
V2=IR

V
I
2
=V/R
I
1

I
3

Cos I V
Cos
I
V
m
m
=
=
2

( )
2
1
2
2
2
3
2
1 1
2 1
2
2
2
1
2
3
2
1
2
V V V R W
Cos
R
V
V Cos I V W
Cos V V V V V

|
.
|

\
|
=
|
.
|

\
|
= =
+ + =


Dalam menggunakan metode tiga
Ampermeter, masing-masing alat
pengukur amper menunjukkan I
1
,
I
2
, I
3
maka:

( )
2
1
2
2
2
3
1 2 1
2 1
2
2
2
1
2
3
2
2
I I I
R
W
Cos I R I Cos I V W
Cos I I I I I
=
= =
+ + =



4.3. Wattmeter
Wattmeter digunakan untuk
mengukur daya listrik searah (DC)
maupun bolak-balik (AC). Ada 3
tipe Wattmeter yaitu
Elektrodinamometer, Induksi dan
Thermokopel. Jika ditinjau dari
fasanya ada 2 yaitu wattmeter satu
fasa dan wattmeter tiga fasa.

4.3.1. Wattmeter satu fasa
Elektrodinamometer dipakai
secara luas dalam pengukuran
daya, wattmeter tipe
Elektrodinamometer dapat dipakai
untuk mengukur daya searah (DC)
maupun daya bolak-balik (AC)
untuk setiap bentuk gelombang
tegangan dan arus dan tidak
terbatas pada gelombang sinus
saja. Wattmeter tipe
elektrodinamometer terdiri dari
satu pasang kumparan yaitu
kumparan tetap yang disebut
kumparan arus dan kumparan
berputar yang disebut dengan
kumparan tegangan, sedangkan
alat penunjuknya akan berputar
melalui suatu sudut, yang
berbanding lurus dengan hasil
perkalian dari arus-arus yang
melalui kumparan-kumparan
tersebut. Gambar 4-3
menunjukkan susunan wattmeter
satu fasa.











Gambar 4- 3. Wattmeter satu fasa

Arus sesaat didalam kumparan
yang berputar (kumparan
tegangan) adalah Ip, besarnya
Ip=e/Rp dimana e adalah
tegangan sesaat pada jala - jala
dan Rp adalah tahanan total
kumparan tegangan beserta
tahanan serinya. Defleksi
kumparan putar sebanding dengan
perkalian Ic dan Ip , defleksi rata-
rata selama satu perioda dapat
dituliskan :
dt I I K rata rata
p c
=
dimana: rata-rata = defleksi sudut rata-rata kumparan
K = konstanta instrumen
Ic = arus sesaat dalam kumparan arus
Ip = Arus sesaat di dalam kumparan tegangan

Dengan menganggap sementara
Ic sama dengan arus beban I
(secara aktual Ic = Ip + I) dan
menggunakan nilai Ip = e/Rp
didapatkan :
( ) *
1
dt I e
T
K dt
R
e
I K rata rata
p
= =
Menurut definisi, daya rata-rata didalam suatu rangkaian adalah :

dt I e rata rata P =
Elektrodinamometer yang
dihubungkan dalam konfigurasi
gambar 4-3 mempunyai defleksi
yang sebanding dengan daya rata-
rata. Jika dan I adalah besaran
sinus dengan bentuk e = Em sin wt
dan I = Im sin (wt + ) maka
persamaan (*) berubah menjadi :

Cos I E K rata rata =
Kumparan kompensasi dibagian
dalam kumparan arus
Kumparan arus
Kumparan
tegangan
R beban
Kumparan arus
Jala-jala

dimana E dan I menyatakan nilai -
nilai rms tegangan dan arus
menyatakan sudut fasa antara
tegangan dan arus.
Wattmeter elektrodinamometer
membutuhkan sejumlah daya
untuk mempertahankan medan
magnetnya, tetapi ini biasanya
sangat kecil dibandingkan daya
beban sehingga dapat diabaikan,
Jika diperlukan pembacaan daya
yang tepat, arus kumparan harus
sama dengan arus beban, dan
kumparan potensial harus
dihubungkan diantara terminal
beban.
Kesulitan dalam menempatkan
sambungan kumparan tegangan
diatasi dengan wattmeter yang
terkompensasi. Kumparan arus
terdiri dari dua kumparan, masing-
masing mempunyai jumlah lilitan
yang sama. Salah satu kumparan
menggunakan kawat lebih besar
yang membawa arus beban
ditambah arus untuk kumparan
tegangan. Kumparan lain
menggunakan kawat kecil (tipis)
dan hanya membawa arus ke
kumparan tegangan. Tetapi arus
ini berlawanan dengan arus
didalam kumparan besar,
menyebabkan fluks yang
berlawanan dengan fluks utama.
Berarti efek I dihilangkan dan
wattmeter menunjukkan daya yang
sesuai.

4.3.2. Wattmeter tiga fasa
Pengukuran daya dalam suatu
sistem fasa banyak, memerlukan
pemakaian dua atau lebih
wattmeter. Kemudian daya nyata
total diperoleh dengan
menjumlahkan pembacaan
masing-masing wattmeter secara
aljabar. Teorema Blondel
menyatakan bahwa daya nyata
dapat diukur dengan mengurangi
satu elemen wattmeter dan
sejumlah kawat-kawat dalam
setiap fasa banyak, dengan
persyaratan bahwa satu kawat
dapat dibuat common terhadap
semua rangkaian potensial.

Gambar 4-4 menunjukkan
sambungan dua wattmeter untuk
pengukuran konsumsi daya oleh
sebuah beban tiga fasa yang
setimbang yang dihubungkan
secara delta.
Kumparan arus wattmeter 1
dihubungkan dalam jaringan A,
dan kumparan tegangan
dihubungkan antara (jala-jala, line)
A dan C. Kumparan arus
wattmeter 2 dihubungkan dalam
jaringan B , dan kumparan
tegangannya antara jaringan B
dan C. Daya total yang dipakai
oleh beban setimbang tiga fasa
sama dengan penjumlahan aljabar
dari kedua pembacaan wattmeter.
Diagram fasor gambar 4-5
menunjukkan tegangan tiga fasa
V
AC
, V
CB
, V
BA
dan arus tiga fasa
I
AC
, I
CB
dan I
BA
. Beban yang
dihubungkan secara delta dan
dihubungkan secara induktif dan
arus fasa ketinggalan dari
tegangan fasa sebesar sudut .






















Gambar 4-4. Metode ARON

Gambar 4-4 Konfigurasi Wattmeter

Kumparan arus wattmeter 1
membawa arus antara I
AA
yang
merupakan penjumlahan vektor
dan arus-arus fasa I
AC
dan I
AB
.
Kumparan potensial wattmeter 1
dihubungkan ke tegangan antara
V
AC
. Dengan cara sama kumparan
arus wattmeter 2 membawa arus


antara I
BB
yang merupakan
penjumlahan vektor dari arus-arus
fasa I
BA
dan I
AC
, sedang tegangan
pada kumparan tegangannya
adalah tegangan antara V
BC
.
Karena beban adalah setimbang,
tegangan fasa dan arus-arus fasa
sama besarnya dan dituliskan :
V
AC
= V
BC
= V dan I
AC
= I
CB
=I
BA
= I
Daya dinyatakan oleh arus dan tegangan masing-masing wattmeter
adalah:
W
1
= V
AC
.I
AA
Cos (30-) = VI Cos (30-)
W
2
= V
BC
.I
BB
Cos (30+) = VI Cos (30+)
dan
W
1
+W
2
= VI Cos (30-) + VI Cos (30+)
= VI Cos 30Cos + Sin 30Sin + Cos30Cos -Sin30sin)
= 3 VI Cos

Persamaan diatas merupakan
besarnya daya total dalam sebuah
rangkaian tiga fasa, dan karena itu
kedua wattmeter pada gambar
secara tepat mengukur daya total
tersebut. Dapat ditunjukkan bahwa
penjumlahan aljabar dari
pembacaan kedua wattmeter akan
memberikan nilai daya yang benar
untuk setiap kondisi yang tidak
Wattmeter 1
Kumparan arus
Kumparan tegangan
Kumparan arus
Kumparan arus
Kumparan arus Kumparan tegangan
Wattmeter 2
R
R
beban
A
B
C

setimbang. Jika kawat netral dari
system tiga fasa juga tersedia
seperti halnya pada beban yang
tersambung dalam hubungan
bintang 4 kawat, sesuai dengan
teorema Blondel, diperlukan tiga
wattmeter untuk melakukan daya
nyata total.















Gambar 4-5. Diagram fasor tegangan tiga fasa V
AC
, V
CB
, V
BA
dan arus
tiga fasa I
AC
, I
CB
dan I
BA
.

4.3.3. Pengukuran Daya Reaktif
Daya reaktif yang disuplai ke
sebuah rangkaian arus bolak-balik
sebagai satuan yang disebut VAR
(Volt-Ampere-Reaktif), yang
memberikan perbedaan antara
daya nyata dan daya oleh
komponen reaktif. Merupakan dua
fasor E dan I yang menyatakan
tegangan dan arus pada sudut
fasa . Daya nyata adalah
perkalian komponen-komponen
sefasa dari tegangan dan arus
(E.I.cos ), sedang daya reaktif
adalah perkalian komponen-
komponen reaktif yaitu E.I.sin
atau E.I.cos ( - 90).

4.3.4. Konstruksi dan Cara Kerja
Wattmeter
Wattmeter analog terdiri dari 3 tipe
yaitu wattmeter tipe
elektrodinamometer, wattmeter
tipe induksi dan wattmeter tipe
thermokopel.

4.3.4.1. Wattmeter tipe
elektrodinamometer.
Wattmeter tipe
elektrodinamometer terdiri dari
satu pasang kumparan yaitu
kumparan yang tetap disebut
kumparan arus dan kumparan
yang berputar disebut dengan
kumparan tegangan, sedangkan
alat penunjuknya akan berputar
melalui suatu sudut, yang

berbanding lurus dengan hasil
perkalian pada arus-arus yang
melalui kumparan-kumparan
tersebut (gambar 4-6).











Gambar 4-6. Konstruksi wattmeter elektrodinamometer

Kumparan arus dari Wattmeter
dihubungkan secara seri dengan
rangkaian (beban), dan kumparan
tegangan dihubungkan parallel
dengan line. Jika arus line
mengalir melewati kumparan arus
dari wattmeter, maka akan

membangkitkan medan disekitar
kumparan. Kuat medan ini
sebanding dengan besarnya arus
line Kumparan tegangan dari
wattmeter dipasang seri dengan
resisitor yang mempunyai nilai
resistansi sangat tinggi. Tujuannya
adalah untuk membuat rangkaian
kumparan tegangan dari meter
mempunyai ketelitian tinggi. Jika
tegangan dipasangkan ke
kumparan tegangan, arus akan
sebanding dengan tegangan line.

4.3.4.2. Wattmeter tipe induksi
Seperti alat ukur wattmeter
elektrodinamometer, alat ukur tipe
induksi mempunyai pula sepasang
kumparan-kumparan yang bebas
satu dan lainnya. Susunan ini
menghasilkan momen yang
berbanding lurus dengan hasil kali
dari arus-arus yang melalui
kumparan-kumparan tersebut,
dengan demikian dapat pula
dipergunakan sebagai alat
pengukur watt. Untuk
memungkinkan hal ini
1
dalam
gambar 4-7 didapat dari arus
beban I dan
2
dari tegangan
beban V. Perlu diperhatikan bahwa

2
akan mempunyai sudut fasa
sebesar 90 terlambat terhadap V.
Hubungan antara fasa-fasa
diperlihatkan dalam gambar 4-8,
dan menurut persamaan di dapat :



o cos sin =










Gambar 4-7. Gambar 4-8
Diagram vektor wattmeter Diagram vektor wattmeter
jenis elektrodinamometer jenis induksi

Untuk mendapatkan
2

mempunyai sudut fasa yang
terlambat 90 terhadap V, maka
jumlah lilitan kumparan dinaikkan
sedemikian rupa, sehingga
kumparan tersebut dapat dianggap
induktansi murni. Dengan keadaan
ini maka
2
sebanding dengan
V/ sehingga didapat :
o | | e cos sin
2 1
KVI =

Dengan cara ini pengukuran daya
dapat dimungkinkan . Alat
pengukur watt tipe induksi sering
dipergunakan untuk alat ukur yang
mempunyai sudut yang lebar, dan
banyak dipakai dalam panil-panil
listrik.

4.3.4.3. Wattmeter tipe thermokopel
Alat pengukur watt tipe
thermokopel merupakan contoh
dari suatu alat pengukur yang
dilengkapi dengan sirkuit
perkalian yang khusus.
Konfigurasi alat ukur ini
diperlihatkan dalam gambar 4-9.
Bila arus-arus berbanding lurus
terhadap tegangannya, dan arus
beban dinyatakan sebagai
maka akan didapatkan :

i k i dan v k i
2 2 1 1
= =


( ) ( ) i v k k i i i i i i
2 1 2 1
2
2 1
2
2 1
4 4 = = +




V
I2
I1=I
V
I
1
2

















Gambar 4-9 Prinsip wattmeter jenis thermokopel

Harga rata rata dari hasil
persamaan tersebut diatas, adalah
sebanding dengan daya beban.
Dalam gambar 4-9, i
1
= k
1
v adalah
arus sekunder dari transformator
T
1
, dan 2i
2
= 2k
2
i adalah arus
sekunder dari transformator T
2
.
Bila sepasang tabung thermokopel
dipanaskan dengan arus-arus ( i
1
+
i
2
) dan ( i
1
- i
2
), maka gaya listrik
secara termis akan digerakkan
berbanding lurus kwadrat dari
arus-arus, dan akan didapat dari
masing-masing thermokopel. Bila
kedua thermokopel tersebut
dihubungkan secara seri
sedemikian rupa sehingga
polaritasnya terbalik, maka
perbedaan tegangan tersebut
pada ujung-ujungnya akan dapat
diukur melalui suatu alat pengukur
milivolt. Dengan demikian maka
penunjukan dari alat ukur milivolt
tersebut akan berbanding dengan
daya yang akan diukur.
Alat pengukur watt jenis
thermokopel ini dipakai untuk
pengukuran daya-daya kecil pada
frekuensi audio. Pada saat ini
terdapat banyak bentuk dari alat
pengukur watt, yang dilengkapi
dengan sirkit-sirkit kalkulasi
khusus, dan berbagai detail dapat
ditemukan pada alat-alat ukur
tersebut.

4.3.4.4. Prinsip Kerja Wattmeter Elektrodinamometer
Wattmeter pada dasarnya
merupakan penggabungan dari
dua alat ukur yaitu Amperemeter
dan Voltmeter, untuk itu pada
Wattmeter pasti terdiri dari
kumparan arus (kumparan tetap)
mA
Ther mokopel
Hampa ( Vacuum)
T1
T2
i
i 1
i 1
i 1 + i 2
i 1 - i 2
V


dan kumparan tegangan
(kumparan putar), sehingga
pemasangannyapun juga sama
yaitu kumparan arus dipasang seri
dengan beban dan kumparan
tegangan dipasang paralel dengan
sumber tegangan.
Apabila alat ukur Wattmeter
dihubungkan dengan sumber daya
(gambar 4-10), arus yang melalui
kumparan tetapnya adalah i
1
,
serta arus yang melalui kumparan
putarnya i
2
, dan dibuat supaya
masing-masing berbanding lurus
dengan arus beban i dan tegangan
beban v, maka momen yang
menggerakkan alat putar pada alat
ukur ini adalah i
1.
i
2 =
Kvi untuk
arus searah, dimaka K adalah
adalah suatu konstanta, dengan
demikian besarnya momen
berbanding lurus dengan daya
pada beban VI .

Untuk jaringan arus bolak balik maka :
( ) | | e = = t KVI Kvi i i 2 cos cos
2 1

Yang didapat dengan asumsi bahwa :
( ) e
e
=
=
t I i
t V V
m
m
sin
sin






dan i
2
adalah sefasa dengan V,
maka penunjukan akan
berbanding dengan VI cos ,
yang sama dengan daya yang
dipakai oleh beban. Jadi dengan
demikian untuk arus searah
maupun untuk arus bolak-balik
dapat dikatakan bahwa
penunjukan dari alat ukut
Wattmeter tipe elektrodinamik
akan berbanding lurus dengan
daya beban.Gambar 4-11.
menunjukkan beberapa variasi
penyambungan alat ukur
wattmeter tergantung dengan
sistem yang dipilih.

F1 F2
M
R
Beban
i 1
i 2
i
V
Sumber Daya
Sumber Daya Beban
V
F1 F2 i 1 i
i 2
M
R

Gambar. 4-10. Rangkaian wattmeter jenis elektrodinamometer



























Gambar 4-11. Variasi penyambungan wattmeter.

Salah satu tipe wattmeter
elektrodinamometer adalah tipe
Portable Single Phase wattmeter.
Alat ukur ini dapat dirancang untuk
mengukur DC dan AC (25 ~ 1000
Hz) dengan akurasi tinggi.
Konstruksi wattmeter tipe Portable
Single Phase ditunjukkan pada
gambar 4-12. dan hubungan
internal dari alat ukur ditunjukan
pada gambar 4-13.









Gambar 4-12. Konstruksi wattmeter tipe Portable Single Phase

Seperti ditunjukkan pada gambar
4-12, alat ukur wattmeter ini
dikemas dalam kotak bakelite yang
kuat. Bagian-bagian external dari
wattmeter dijelaskan sebagai
berikut :
(1) Jarum penunjuk
(2) Kaca : dfungsikan untuk
mengeliminir kesalahan
parallax dalam pembacaan.
(3) Pengatur Nol (Zero) :
digunakan untuk mengatur
posisi nol dari penunjukan
(4) Skala : terdiri dari 120 bagian
(linear)
(5) Terminal tegangan :
digunakan untuk
menyambungkan tegangan.
Terminal common tegangan
diberi tanda (), dan terminal
tegangan yang lain
mengindikasikan ukuran
tegangan terukur.
(6) Terminal arus : Salah satu
terminal diberi tanda ()
untuk menunjukkan bahwa
terminal ini dihubungkan
dengan terminal common
tegangan, dan terminal arus
yang lain mengindikasikan
ukuran arus terukur.
(7) Tabel Perkalian : letak tabel
perkalian di sisi samping alat
ukur, tabel ini digunakan
untuk menentukan besarnya
daya nyata dari nilai
penunjukan.








Gambar 4-13. Hubungan internal wattmeter tipe Portable Single Phase
CC
CC
VC
1A
5A
+/ -
+/ -
120V 240V

6 5 4 2
1 3
7

4.3.5. Spesifikasi Alat
Spesifikasi teknik dan karakteristik alat ukur wattmeter :
Tipe : 2041
Akurasi : 0.5% dari nilai skala penuh
Ukuran dimensi : 180 x 260 x 140 mm
Berat : 2.8 Kg
Panjang skala : 135 mm
Skala : 120 bagian
Frekuensi : DC, 25 1000 Hz
Kapasitas Overload : Rangkaian tegangan ..... 50%
Rangkaian arus ............ 100%
4.3.6. Karakteristik :
Efek pemanasan diri : 0.15%
Perbedaan Pengukuran antara DC dan AC : 0.1%
Efek temperature eksternal : 0.2% /10 C
Efek medan maghnit eksternal : 0.65% /400 A/m
Respons Frekuensi : 45 65 Hz ....0.0%
50 1000 Hz ...0.1%
Efek faktor daya : 0.1%
Factor daya dari 1.0 sampai 0.5

Tabel 4-1. Rating, internal impedance, and rated power loss
Range Rating Internal
Impedance
Rated power loss
(VA)
Voltage
Current
120 V Approx 12,000 Approx 1.2VA
240 V Approx 24,000 Approx 2.4VA
0.2 / 1 A
0.2 A 24 W 48 W Approx 16.35 Approx 0.66VA
1 A 120 W 240 W Approx 0.56 Approx 0.56VA
1 / 5 A
1 A 120 W 240 W Approx 0.93 Approx 0.93VA
5 A 600 W 1.2KW Approx 0.034 Approx 0.84VA
5 / 25 A
5 A 600 W 1.2KW Approx 0.068 Approx 1.72VA
25 A 3 KW 3KW Approx 0.0027 Approx 1.69VA

4.3.7. Prosedur Pengoperasian
4.3.7.1. Pengukuran daya DC atau AC satu fasa :
Hubungkan kumparan arus secara
seri terhadap beban. Dengan cara
menghubungkan terminal
kumparan arus (. ) ke sumber
tegangan, sedangkan ujung
kumparan arus yang lain (A)
dihubungkan ke beban.
Hubungkan kumparan
tegangan secara parallel
dengan beban. Dengan cara
menghubungkan terminal
kumparan tegangan () ke
beban, sedangkan ujung
terminal tegangan yang lain (V)
dihubungkan ke ujung beban
yang lainnya.
Jika jarum penunjuk bergerak
kearah kiri, tukar ujung-ujung
kumparan tegangannya.






4.3.7.2. Pengukuran daya satu fasa jika arus melebihi nilai perkiraan
Seperti pada gambar 4-15,
sambungkan trafo arus (CT) ke
rangkaian arus. Kalikan rasio
transformasi arus dengan W (nilai
terukur dikalikan konstanta) untuk
mendapatkan daya beban. Jangan
membuka rangkaian arus sampai
pengukuran selesai.









Gambar 4 15 Pengukuran daya satu fasa jika arus melebihi
nilai perkiraan

4.3.7.3. Pengukuran daya satu fasa tegangan melebihi nilai
perkiraan
Seperti pada gambar 4-16,
sambungkan trafo tegangan (P.T)
ke rangkaian tegangan. Untuk
mendapatkan daya beban, kalikan
rasio lilitan dari transformator
dengan W (nilai terukur dikalikan
konstanta). Jika dimungkinkan,
hubungkan grounding konduktor
dari sumber daya ke rangkaian
arus.





Power
Source
Load
Gambar 4-14 Hubungan kumparan arus seri terhadap beban
Power
Source
Load
A A









Gambar 4 - 16 Pengukuran daya satu fasa jika tegangan melebihi nilai
perkiraan
4.3.7.4. Pengukuran daya satu fasa jika tegangan dan arus melebihi
nilai perkiraan
Seperti pada gambar 4-17,
hubungkan trafo tegangan (P.T) ke
rangkaian tegangan, dan trafo arus
( C.T ) ke rangkaian arus. Daya
beban ditentukan dengan rumus :

W = ( nilai yang terindikasi x konstanta perkalian ) x rasio C.T x
rasio P.T

Contoh, nilai terindikasi = 120,
konstanta perkalian =5 ( 120V,5A)
Rasio P.T= 6600/110
Rasio CT= 50/5
W = 120x5x6600/110x50/5=360.000=360kW







Gambar 4-17 Pengukuran daya satu fasa jika arus dan tegangan
melebihi nilai perkiraan

4.3.7.5. Pengukuran daya tiga fasa (metode dua watt meter)
Pengukuran daya tiga fasa
dilakukan dengan menghubungkan
dua watt meter, seperti yang
ditunjukkan gambar 4-18. Nilai
daya diindikasikan dengan
penjumlahan aljabar dari nilai
Power
Source
Load

Power
Source
Load



Power
Source
Load
Ground

indikasi pada dua wattmeter.
Ketika faktor daya dari rangkaian
yang diukur lebih besar dari 50%,
kedua meter akan mempunyai nilai
posotif. Total daya beban dihitung
dengan penjumlahan dari dua nilai
ini.
Tetapi, jika faktor daya dari
rangkaian lebih rendah dari 50%,
satu atau dua wattmeter akan
memberi indikasi negatif
(penunjuk akan bergerak ke kiri).
Jika ini terjadi baliklah hubungan
tegangan dari meter dengan
defleksi negatif. Jika dibalik maka
akan menunjukkan nilai positif.
Kurangkan nilai ini dari nilai
terindikasi pada meter yang lain,
untuk menghasilkan daya beban
total.







Gambar 4-18 Pengukuran daya tiga fasa (metode dua wattmeter)

4.3.7.6. Pengukuran daya tiga fase jika tegangan dan arus melebihi
nilai perkiraan
Hubungkan dua wattmeter seperti
ditunjukkan gambar 4-19 , lalu ikuti
prosedur nomor (5) diatas. Daya
beban total tiga fase dengan
menjumlahkan perhitungan
pembacaan daya dari dua meter.
Setiap perhitungan dihasilkan
dengan mengalikan rasio PT dan
rasio CT dengan W (nilai
terindikasi x konstanta perkalian).









Gambar 4-19 Pengukuran daya tiga fasa jika arus dan tegangan melebihi
nilai perkiraan


A A
A A
R
S
T
Load


R
S
T
Load

4.3.8. Pemilihan Range
Ketika melakukan pengukuran, jika
arus beban tidak diketahui,
hubungkan rangkaian ke terminal
arus yang lebih tinggi dari nilai
perkiraan. Kemudian pasang
wattmeter ke rangkaian. Range
tegangan dan arus diatur dengan
menggunakan saklar.Rasio dari
range tegangan adalah 120 V dan
240 V sedangkan range arus
adalah 1 A dan 5 A.
Ketika menggunakan trafo arus,
yakinlah tidak membuat loop
terbuka dalam rangkaian sekunder
ketika mengubah range arus. Jika
trafo arus dilengkapi dengan
sebuah lilitan sekunder , tutup
rangkaian dengan kunci pertama,
dan kemudian rubah range.

Tabel 4-2. Tabel konstanta pengali (tegangan perkiraan 120/240V, arus
perkiraan 1/5A)

Range Arus
Konstanta Pengali
Range Tegangan
120 V 240 V
1 A 1 2
5 A 5 10

Tabel konstanta pengali diatas
ditempatkan disisi dari wattmeter,
dan digunakan untuk
mengkonversi nilai terbaca dari
skala ke nilai daya. Daya beban =
Nilai terindikasi x konstanta
pengali

4.3.9. Keselamatan Kerja
(1) Letakkan wattmeter pada
permukaan rata
(2) Cek apakah penunjuk pada
posisi nol (0) pada skala. Jika
tidak putarlah pengatur nol
(lihat gambar 4-12) sampai
jarum penunjuk pada posisi
nol.
(3) Pastikan sumber daya pada
rangkaian yang akan diukur
pada posisi off sebelum
rangkaian terangkai dengan
benar.



4.3.10. Kesalahan (Kesalahan)
Induktansi dari kumparan
tegangan pada wattmeter adalah
penyebab adanya kesalahan,
tetapi dengan tahanan non-induktif
yang tinggi yang dipasang seri
dengan kumparan tegangan dapat
mengurangi kesalahan ini.
Penyebab lain adanya kesalahan
adalah
1. Drop tegangan pada
rangkaian
2. Arus yang diambil oleh
kumparan tegangan

Pada wattmeter standar,
kesalahan ini disebabkan karena
adanya tambahan kumparan
kompensasi, kesalahan yang
disebabkan oleh adanya kumparan
kompensasi ini dapat diatasi
dengan memasang kumparan
kompensasi sedemikian rupa
sehingga menghasilkan medan
yang berlawanan arah dengan

medan yang dihasilkan oleh
kumparan arus.
4.4. Kesalahan Wattmeter
1. Kesalahan akibat perbedaan
rangkaian.
Ada 2 kemungkinan untuk
merangkai wattmeter pada
rangkaian AC fase tunggal,
seperti terlihat pada gambar 4-20,
sekaligus dengan diagram
vektornya.






(a)
(a) (b)






Gambar 4- 20. Rangkaian wattmeter AC satu fasa

Pada gambar 4-20(a) kumparan
arus tidak dilalui arus, sedangkan
pada rangkaian gambar 4-20(b)
arus melalui kumparan arus.
Sebuah wattmeter sebenarnya
diharapkan dapat menunjukkan
daya yang dipakai oleh beban,
tetapi pembacaannya sebenarnya
sedikit kelebihan yang disebabkan
oleh rugi-rugi daya pada rangkaian
instrument. Besarnya kesalahan
tergantung dari banyaknya
rangkaian.
Perhatikan gambar 4-20(a). Jika
cos adalah power faktor beban,
maka daya pada beban adalah =
V I cos . Sekarang, tegangan
pada kumparan tegangan adalah
V
1
yang merupakan jumlah vektor
dari tegangan beban V dan drop
tegangan pada kumparan arus =
V (= I r. di , dimana r adalah
resistansi pada kumparan arus).
Maka pembacaan daya oleh
wattmeter = V
1
I cos , dimana
adalah beda fase antara V
1
dan I
seperti terlihat pada diagram
vektor gambar 4-20(a).
I
V
R
V1
V1
I
I
V
R



I
I1
V

V

V
(c)
(d)











2. Kesalahan akibat induktansi kumparan tegangan
Kesalahan pembacaan pada wattmeter disebabkan juga oleh
induktansi pada kumparan tegangan.













Gambar 4-21. Rangkaian kumparan tegangan

a. Jika induktansi kumparan tegangan diabaikan :
R
V
R R
V
I
V
=
+
=
) (
2

| u = , terlihat pada gambar 4-21 a.
Jadi pembacaan wattmeter
= u Cos
R
V
I
1
........................................(1)

b. Jika induktansi kumparan tegangan diperhitungkan :
P
L L
Z
V
X R
V
X R R
V
I =
+
=
+ +
=
2 2 2 2
2
) (

Dimana
2
I ini tertinggal terhadap V dengan sudut
(gambar 4-21 b ) sehingga


R






=
V
I1
I2
I1
a)
b)
I2
V
1
cos . I = ( V cos + V) I
= V.I cos + V I
= V I cos + I
2
. r
= Daya beban + Daya pada
rangkaian kumparan
tegangan.
(a) (b)

tan
R
L
R
X
R R
X
V L
V
L
e
= =
+
=
) (

Jadi pembacaan wattmeter :

=
V
Z
V I u cos
1
=
V
Z
V I ) ( cos
1
o |

Jadi pembacaan wattmeter
= ) ( cos
1
o |
R
V
I .................................(2)

Persamaan (1) untuk
pembacaan wattmeter dimana
induktansi kumparan tegangan
diabaikan dan persamaan (2)
untuk pembacaan wattmeter
dimana induktansi kumparan
tegangan ikut diperhitungkan.
Faktor koreksi yang diberikan
oleh perbandingan antara
pembacaan sesungguhnya (W
t
)
dengan pembacaan yang ada
pada wattmeter (W
a
) adalah :

) ( cos cos
cos
) ( cos cos
cos
1
1
1
o | o
|
o | o
|

=
R
I V
R
I V
W
W
a
t

Pada prakteknya karena sangat kecil, maka 1 cos = o
Maka :

) ( cos
cos
o |
|

=
a
t
W
W


Kesalahan pembacaan adalah :
= Pembacaan yang ada pembacaan sesungguhnya
= pembacaan yang ada

ada yang pembacaan x
) ( cos
cos
o |
|


= pembacaan yang ada
( )
|
|
.
|

\
|

o |
|
cos
cos
1
ada yang pembacaan x
o | |
| o | |
sin sin cos
cos sin sin cos
+
+
=
= ada yang pembacaan x
o | |
o |
sin sin cos
sin sin
+


= ada yang pembacaan x
o |
o
sin cot
sin
+

Jadi presentase kesalahan = % 100
sin cot
sin
x
o |
o
+


3. Kesalahan akibat medan
STRAY (Pengganggu)
Karena medan yang bekerja
pada instrument ini adalah kecil,
maka mudah dipengaruhi oleh
kesalahan akibat medan
pengganggu dari luar. Oleh
karena itu harus dijaga agar
sejauh mungkin berada dari
medan STRAY tadi. Tetapi ,
kesalahan akibat medan ini
pada umumnya dapat
diabaikan.
4. Kesalahan akibat kapasitansi
dalam kumparan tegangan
Pada bagian rangkaian
kumparan tegangan , terutama
pada bagian tahanan serinya
akan selalu muncul kapasitansi
walaupun kecil. Akibatnya akan
mengurangi besarnya sudut,
dengan demikian mengurangi
kesalahan yang diakibatkan
induktansi pada rangkaian
kumparan tegangan. Pada
kenyataannya pada beberapa
wattmeter, sebuah kapasitor
dihubungkan paralel terhadap
tahanan seri untuk
mendapatkan rangkaian
kumparan tegangan yang non-
induktif.
Jelas bahwa kompensasi yang
berlebihan akan membuat
resultante reaktansi kapasitif,
dengan demikian akan
menyebabkan sudut negatif.
5. Kesalahan akibat EDDY-
Current (Arus pusar)
Eddy-current adalah medan arus
bolak-balik pada bagian-bagian
logam yang padat dari instrument.
Ini dihasilkan oleh medan bolak-
balik pada kumparan arus akan
mengubah besar dan kuat medan
kerja, dengan demikian
menimbulkan kesalahan bagi
pembacaan wattmeter.
Kesalahan ini tidak mudah
dihitung meskipun dapat menjadi
sangat besar jika tidak berhati-
hati dalam memindahkan bagian
padat dari dekat kumparan arus
tadi.

4.5. Watt Jam meter
Watt jam meter merupakan alat
ukur untuk mengukur energi listrik
dalam orde Kwh. Karena energi
merupakan perkalian antara daya
dengan waktu, maka watt jam
meter membutuhkan kedua faktor
ini. Pada prinsipnya, watt jam meter
adalah sebuah motor kecil yang
mempunyai kecepatan sebanding
dengan daya yang melaluinya.
Total putaran dalam suatu waktu
sebanding dengan total energi,
atau watt-jam, yang dikonsumsi
selama waktu tersebut. Alat ukur
watt jam tidak sering digunakan di
laboratorium tetapi banyak
digunakan untuk pengukuran
energi listrik komersil.
Kenyataannya adalah bahwa
disemua tempat dimanapun,
perusahaan listrik menyalurkan
energi listrik ke industri dan

pemakai setempat (domestik). Alat
ini bekerja berdasarkan prinsip
kerja induksi.
4.5.1. Konstruksi dan Cara Kerja Wattjam meter
Elemen alat ukur wattjam satu fasa
ditunjukkan pada gambar 4-22
dalam bentuk skema. Kumparan
arus dihubungkan seri dengan
jala-jala, dan kumparan tegangan
dihubungkan paralel. Kedua
kumparan yang dililitkan pada
sebuah kerangka logam dengan
desain khusus melengkapi dua
rangkaian maghnit. Sebuah
piringan aluminium ringan
digantung di dalam senjang udara
medan kumparan arus yang
menyebabkan arus pusar mengalir
di dalam piringan. Reaksi arus
pusar dan medan kumparan
tegangan membangkitkan sebuah
torsi (aksi motor) terhadap piringan
dan menyebabkannya berputar.



Gambar 4 - 22. Konstruksi wattjam meter
Torsi yang dibangkitkan sebanding
dengan kuat medan kumparan
tegangan dan arus pusar di dalam
piringan yang berturut-turut adalah
fungsi kuat medan kumparan arus.
Berarti jumlah putaran piringan
sebanding dengan energi yang
telah dipakai oleh beban dalam
selang waktu tertentu, dan diukur
dalam kilowatt-jam (kWh, kilowatt
jam). Poros yang menopang
piringan aluminium dihubungkan
melalui susunan roda gigi ke
mekanisme jam dipanel alat ukur,
melengkapi suatu pembacaan
kWh yang terkalibrasi dalam
desimal.
Redaman piringan diberikan oleh
dua maghnit permanen kecil yang
ditempatkan saling berhadapan
pada sisi piringan. Bila piringan
berputar, maghnit-maghnit
permanen mengindusir arus pusar
di dalamnya. Arus-arus pusar ini
bereaksi dengan medan maghnit
dari maghnit-maghnit permanen
kecil dan meredam gerakan
piringan.
Kalibrasi alat ukur wattjam
dilakukan pada kondisi beban
penuh yang diijinkan dan pada
kondisi 10% dari beban yang
diijinkan. Pada beban penuh,
kalibrasi terdiri dari pengaturan
magnit
magnit
poros
piringan
Jala-jala
Kumparan
tegangan
piringan
Magnit inti
Kumparan
arus beban

posisi maghnit-maghnit permanent
kecil agar alat ukur membaca
dengan tepat. Pada beban-beban
yang sangat ringan, komponen
tegangan dari medan
menghasilkan suatu torsi yang
tidak berbanding langsung dengan
beban. Kompensasi kesalahan
diperoleh dengan menyisipkan
sebuah kumparan pelindung atau
pelat diatas sebagian kumparan
tegangan dengan membuat alat
ukur bekerja pada 10% beban
yang diijinkan. Kalibrasi alat ukur
pada kedua posisi ini biasanya
menghasilkan pembacaan yang
memuaskan untuk semua beban-
beban lainnya. Sebuah alat ukur
wattjam satu fasa ditunjukkan
pada gambar 4-23.


Gambar 4-23. Mekanik meter induksi elektromekanik














Meter induksi elektromekanik
beroperasi dengan menghitung
putaran dari cakram aluminium
yang dibuat berputar dengan
kecepatan proporsional dengan
power yang digunakan. Alat ini
mengkonsumsi power yang kecil
sekitar 2 watts. Cakram metalik
bekerja dengan dua kumparan.
Kumparan satu disambungkan
dengan sebuah benda yang
menghasilkan flux magnetik yang

Keterangan :
(1) Kumparan tegangan, yang dihubungkan paralel
dengan beban
(2) Kumparan arus, dihubungkan seri dengan beban
(3) Stator
(4) Piringan Aluminium Rotor
(5) rotor brake magnets
(6) spindle dengan worm gear
(7) Display dial : 1/10, 10 dan 1000 , 1, 100 dan
10000.dials berputar searah jarum jam


proporsional dengan tegangan dan
kumparan kedua disambungkan
dengan benda yang menghasilkan
flux magnetik yang proporsional
dengan arus. Keadaan ini
menghasilkan eddy currents di
cakram dan efeknya adalah gaya
yang digunakan dalam cakram
proporsional dengan hasil arus
dan tegangan. Magnet permanen
menggunakan gaya berlawanan
yang proporsional dengan
kecepatan rotasi cakram, hal ini
menyebabkan sebuah
pengereman yang menyebabkan
cakram berhenti berputar. Tipe
meter yg didiskripsikan di atas
digunakan pada AC fasa tunggal.
Perbedaan konfigurasi antara fasa
tunggal dan tiga fasa adalah
terletak adanya tambahan
kumparan tegangan dan arus.


Gambar 4-24. Meter induksi elektromekanik, 100 A 230/400 V. cakram
baling-baling aluminium horisontal merupakan pusat meter

Pengukuran energi dalam sistem
tiga fasa dilakukan oleh alat ukur
wattjam fasa banyak. Kumparan
arus dan kumparan tegangan
dihubungkan dengan cara yang
sama seperti wattmeter tiga fasa.
Masing-masing fasa alat ukur
wattjam mempunyai rangkaian
maghnetik dan piringan tersendiri,
tetapi semua piringan dijumlahkan
secara mekanis dan putaran total
permenit dari poros sebanding
dengan energi total tiga fasa yang
dipakai.

4.5.2. Pembacaan
Cakram aluminium dilengkapi
dengan sebuah spindle yang
mempunyai worm-gear untuk
menggerakkan register. Register
seri dengan dial yang berfungsi
untuk merekam jumlah energi
yang digunakan. Dial termasuk
tipe cyclometer, yaitu sebuah
display seperti odometer yang
menampilkan setiap dial digit
tunggal lewat jendela pada
permukaan meter, atau tipe pointer

dimana sebuah pointer
menunjukkan setiap digit. Pointer
biasanya berputar dalam arah
berlawanan dengan mekanik ulir.
Jumlah energi yang dipergunakan
ditunjukkan oleh putaran cakram,
dinotasikan dengan simbol KWh
yang diberikan dalam unit watt jam
per putaran. Dengan mengetahui
nilai KWh, seorang pelanggan
dapat menentukan konsumsi daya
yang dipergunakan dengan cara
menghitung putaran cakram
dengan stopwatch. Jika waktu
yang dibutuhkan cakram dalam
detik untuk menyelesaikan satu
putaran adalah t, dan daya dalam
watt adalah P=3600xKWh/t.
Contoh, jika KWh=7.2 dan satu
putaran membutuhkan waktu 14.4
detik, maka dayanya adalah 1800
watts. Metode ini dapat digunakan
untuk menentukan konsumsi daya
dari peralatan rumah tangga.
Sebagian besar meter listrik
domestik masih dicatat secara
manual, dengan cara
perwakilan/utusan dari perusahaan
listrik atau oleh pelanggan.
Dimana pelanggan membaca
meter, pembacaan harus
dilaporkan ke perusahaan listrik
lewat telepon,post atau internet.
Seorang karyawan perusahaan
listrik biasanya mengunjungi
pelanggan sedikitnya setiap tahun
untuk mengecek pembacaan
pelanggan serta melakukan
pengecekan keselamatan dasar
meter.

4.6. Meter Solid States
Jenis meter meter listrik terbaru
adalah solid state yang dilengkapi
dengan LCD untuk menampilkan
daya serta dapat dibaca secara
otomatis.
Selain dapat mengukur listrik yang
digunakan , meter solid state dapat
juga merekam parameter lain dari
beban dan suplai seperti
permintaan maksimum, faktor
daya, dan daya reaktif yang
digunakan. Meter solid state dapat
menghitung jumlah listrik yang
dikonsumsi, dengan penetapan
harga yang bervariasi menurut
waktu setiap hari, minggu, dan
musim.














4.7. Wattmeter AMR
Sebagian besar meter solid state
menggunakan arus transformer
untuk mengukur arus. Ini artinya
bahwa arus tidak melewati meter
sehingga meter dapat di letakkan
di lokasi yang jauh dari konduktor
yang membawa arus. Teknologi
meter solid state ini merupakan
keuntungan bagi instalasi yang
menggunakan daya besar,
teknologi ini memungkinkan juga
Gambar 4-25. Meter listrik solid state


menggunakan transformer arus
jarak jauh dengan meter
elektromekanikal, hal ini jarang
dilakukan.
Meter elektronik sekarang ini
dilengkapi dengan komunikasi
teknologi antara lain low power
radio, GSM, GPRS, Bluetooth,
IRDA yang terpisah dari hubungan
konvensional, dengan
menggunakan RS-232 dan RS-
485. Meter elektronik dapat
menyimpan semua penggunaan
daya dengan waktu penggunaan
dan dapat menayangkan kembali
hanya dengan meng-klik tombol,
data pembacaan disimpan dengan
akurat. Profile data ini diproses
dan hasilnya berupa laporan atau
grafik. Pembacaan meter jarak
jauh menerapkan aplikasi
telemetri. Biasanya, meter yang di
desain untuk pembacaan semi
automatik mempunyai serial port
untuk komunikasi dengan
meletakkan LED infra merah
diatas permukaan meter.

4.8. Kasus Implementasi Lapangan
Pada dasarnya, besarnya energi
yang telah dipakai oleh pelanggan
ditunjukkan dengan angka-angka
(register) yang tertera pada alat
ukur kWh meter. Jumlah
pemakaian yang sebenarnya
dihitung berdasarkan angka-angka
yang tertera pada register
sebelumnya (awal) yang
dikurangkan terhadap angka-
angka yang tertera pada register
terakhir (akhir) atau dapat
dinyatakan dengan rumus kWh =
(selisih pembacaan meter kWh) x
Faktor Meter. Selisih pembacaan
meter kWh = Penunjukan meter
bulan ini - Penunjukan meter bulan
lalu. Faktor Meter = Rasio CT x
Rasio PT x Faktor Register

Kasus Aplikasi Lapangan
















4.8.1. Pelanggan Tegangan rendah (TR) yang tidak
memerlukan CT (pelangan dengan tarif S2-R1-R2-R3-
U1). Untuk tarif S2-R3-U1 :
Stand meter bulan lalu : 07139
Stand meter bulan lalu : 06825
Selisih pembacaan meter : 314 ( pemakaian kWh).
Untuk tarif R2-R3
Stand meter bulan ini : 15762
Selisih pembacaan standmeter : 269 (pemakaian kWh).
Pemakaian blok1= (60jamX daya
terpasang1300VA)/1000 =
78kWh
Pemakaian blok 2 = (pemakaian total blok1) = 191
kWh.
Perhitungan biaya gunakan CT tariff S3-R4-U2.


4.8.2. Pelanggan Tegangan Rendah (TR) yang menggunakan CT (pelanggan
dengan tarif: S3 - R4 - U2)
Stand meter bulan ini = 70495
Stand meter bulan lalu = 68231
selisih pembacaan meter = 2264 x Faktor meter (CT)
= .......... Pemakaian kWh
4.8.3. Pelanggan TM dipasang kWh Meter merk Fuji tipe FF23HTI, 100v 5 A, 3
fase 4 kawat, dengan:
Trafo arus terpasang = 100/5 A, Rasio CT = 20
Trafo tegangan terpasang = 20.000/100 V, Rasio PT = 200
Faktor register = 1
Stand meter bulan ini : LWBP = 5.690 dan WBP
Stand meter bulan lalu : LWBP = 5.600 dan WBP
Jadi : Selisih pembacaan meter LWBP = 5.690 - 5.600 = 90
Selisih pembacaan meter WBP = 2.516 - 2.500 = 16

Maka: Pemakaian kWh LWBP = 20 x 200 x 1 90
= 360.000 kWh
Pemakaian kWh WBP = 20 x 200 x 1 16
= 64.000 kWh







4.8.4. Pelanggan dipasang kWh Meter merk Mecoindo tipe A6C1, 3 fase 4
kawat, 25/5 A, P/S 20.000/V3/100/V3, 50 Hz, dengan :
Trafo arus terpasang = 100/5 A
Untuk kWh meter jenis ini, arus pengenal meter 25/5 A, maka rasio
CT sebenarnya menjadi = 100/5 : 25/5 = 4
Meter jenis ini dirancang untuk dipasang pada tegangan menengah
20.000 VOLT, jadi rasio PT tidak dihitung. Faktor register = 200
Stand meter bulan ini : LWBP = 08970 dan WBP = 03540
Stand meter bulan ini : LWBP = 07920 dan WBP = 03030
Selisih pembacaan meter LWBP = 8970 - 7920
= 1050
Selisih pembacaan meter WBP = 3530 - 3030
= 510
Maka : Pemakaian kWh LWBP = 4 x 200 x 1050
= 840.000 kWh
Pemakaian kWh WBP = 4 x 200 x 510
= 408.000 kWh
Catatan:
* Bila pada meter kWh tidak tercantum adanya faktor register
(konstanta), maka faktor register dianggap = 1
* Untuk pengukuran tegangan rendah (TR), tidak ada rasio PT



4.8.5. Pembacaan pemakaian energi reaktif
Cara pembacaan dan perhitungannya sama dengan pembacaan
kWh Meter.
Pemakaian kVARh = (Selisih pembacaan kVARh) x Faktor meter
Selisih pembacaan kVARh = Penunjukan kVARh bulan ini -
Penunjukan kVARh bulan lalu
Faktor meter = Rasio CT x Rasio PT x Faktor register

Pelanggan h-3/TM, pengukuran TM dipasang kVARH merk Osaki
tipe OR91SH, 58/100 V, 5A, dengan:
Trafo arus (CT) terpasang = 125/5 A
Trafo tegangan (PT) terpasang = 20.000/100 V
Stand meter kVARh bulan ini = 7.860
kVARh bulan lalu = 6.750
Konstanta meter = 0,1
Faktor meter = 125/5 x 20.000/100 x 0,1 = 500
Selisih pembacaan kVARh = 7.860 - 6.750
= 1.110
Pemakaian kVARh = 1.110 x 500 kVARh
= 555.000 kVARh

4.8.6. Cara pembacaan pemakaian daya listrik
Pemakaian daya maksimum oleh
pelanggan setiap bulannya. Meter
jenis ini dipasang untuk
mengetahui daya maksimum yang
dipakai pelanggan tiap bulannya.
Bila dipasang kW Max, maka hasil
perhitungannya masih harus dibagi
dengan faktor daya sebesar 0,85.
Golongan pelanggan yang
dipasangi alat ini adalah hotel (H-
3) I5, dan industri Tanur Busur (I-
4). kW Max atau kVA Max yang
dipasang adalah dengan interval
15 menit. Yang dimaksud dengan
istilah daya terukur maksimum
dengan interval 15 menit adalah
"Nilai daya terukur maksimum
untuk tiap bulan sama dengan 4
(empat) kali nilai tertinggi dari kVA
yang dipakai selama tiap 15 (lima
belas) menit terus menerus dalam
bulan tersebut". Untuk saat ini kVA
Max yang terpasang kebanyakan
dari jenis yang menggunakan
jarum penunjuk.

Rumusnya dapat dituliskan :
Daya terukur = Penunjukan meter x Faktor meter
Faktor meter = CT terpasang : CT meter x PT terpasang x register
Contoh:
Pelanggan Tanur Busur I-4/TM, pengukuran TM, dipasang MW Max
merk Enertec tipe A7A11, 3 fase 3 kawat, 50 Hz, 3 x 600/5A, 3 x
20.000/100 V, dengan :
Trafo arus terpasang = 300/5 A

Trafo tegangan terpasang = 20.000/100 V
Penunjukan meter = 20
Faktor register = 1
Faktor meter = 300/5 : 600/5 x 20.000/100 : 20.000/100 x
= 0,5
Daya terukur = 20 x 0,5 = 10 MW
4.9. Faktor Daya (Cos )
Menurut definisi, faktor daya
adalah cosinus sudut fasa antara
tegangan dan arus, dan
pengukuran faktor daya biasanya
menyangkut penentuan sudut fasa
ini. Pada dasarnya instrumen ini
bekerja berdasarkan prinsip
elektrodinamometer, dimana
elemen yang berputar terdiri dari
dua kumparan yang dipasang
pada poros yang sama tetapi
tegak lurus satu sama lain.
Kumparan putar berputar di dalam
medan maknetik yang dihasilkan
oleh kumparan medan yang
membawa arus jala-jala. Ini
ditunjukkan dalam kerja alat ukur
faktor daya.

4.9.1. Konstruksi
Alat ukur faktor daya kumparan
bersilang (crossed-coil power
faktor meter) seperti terlihat pada
gambar 4-26 dan 4-27. Instrumen
ini mempunyai sebuah coil diam,
yang terdiri dari F
1
dan F
2
. Dengan
dihubungkan seri dengan line
supply maka akan dialiri arus.
Jelaslah bahwa medan yang
merata akan dihasilkan oleh F1
dan F2, yang sebanding dengan
arus line. Pada medan ini
diletakkan moving coil C1 dan C2
yang dipasang pada tangkai atau
spindle yang sama. Kedua moving
coil ini adalah coil tegangan C1
yang mempunyai tahanan seri R,
sedangkan coil C2 mempunyai
induktansi L. Harga R dan L
seperti halnya lilitan C1 dan C2,
diatur sedemikian hingga ampere-
turn pada C1 dan C2 sama besar.
Arus I1 sefasa dengan tegangan
supply V, sedangkan I2 lagging
(tertinggal) 90 (atau mendekati
90) dibelakang V.













Gambar 4-26 Rangkaian alat ukur faktor daya satu fasa
F2 F1
C1
C2
I
2
I
1
L R Beban
Supply
I
skala


Gambar 4-27. Konstruksi alat ukur faktor daya
4.9.2. Cara Kerja
Dianggap bahwa power-faktor (p.f)
sama dengan satu, yaitu I (arus)
sefasa dengan V (tegangan).
Kemudian I
1
sefasa dengan I
sedangkan I
2
lagging 90 terhadap
I. Akibatnya timbul sebuah kopel
yang bekerja pada C
1
,
menimbulkan gaya gerak
mengarah bidang tegak lurus
terhadap sumbu magnit kumparan
F
1
dan F
2
. Secara bersamaan
dengan posisi penunjuk pada p.f
sama dengan 1. Sedangkan pada
C
2
tidak ada kopel.
Sekarang anggap bahwa p.f = 0,
yaitu I lagging 90 terhadap V.
Dalam hal ini I
2
dibuat sefasa
dengan I sedangkan I
1
berbeda
fasa 90 dengan I. Akibatnya, tidak
ada kopel pada C
1
tetapi akan
timbul kopel pada C
2
sehingga
bidangnya tegak lurus terhadap
sumbu megnetis F
1
dan F
2
.
Pada harga p.f pertengahan,
simpangan penunjuk akan
bersesuaian dengan simpangan
sudut p.f, yaitu , atau cos . Jika
instrumen ini dikalibrasi langsung
menunjukkan besarnya p.f.
Pada beban seimbang 3 fasa,
instrumen ini dimodifikasi
sedemikian agar C1 dan C2
bersudut 120 satu sama lain,
bukannya 90 seperti pada supply
fasa tunggal. Seperti terlihat pada
gambar 4-28, C
1
dan C
2

dihubungkan seri terhadap fasa
ketiga (sehingga mengalirkan arus
line). Karena tidak diperlukan fasa
bercelah diantara arus-arus pada
C
1
dan C
2
, I
1
dan I
2
tidak
ditentukan oleh circuit fasa
bercelah (fasa splitting), akibatnya
instrumen ini tidak akan
berpengaruh oleh perubahan
frekuensi maupun bentuk
gelombang arus.
Kumparan 1
Kumparan 2
Kumparan medan
skala


















Gambar 4-28. Rangkaian alat ukur faktor daya tiga fasa

Alat ukur faktor daya dengan daun
terpolarisasi (polarized vane
power-faktor meter) ditunjukkan
dalam sketsa konstruksi gambar 4-
29. Instrumen ini terutama
digunakan dalam sistem daya tiga
fasa sebab prinsip kerjanya
bergantung pada pemakaian
tegangan tiga fasa.



Gambar 4-29. Alat ukur faktor daya tipe daun terpolarisasi
Kumparan luar adalah kumparan
potensial yang dihubungkan ke
antaran-antaran sistem tiga fasa.
Penyambungan tegangan tiga fasa
ke kumparan potensial
menyebabkan bertindak seperti
F2 F1
C1
C2
I
2

I
1

R
R
Beban
Supply 3 fasa
skala
120
o

lead lag
Jarum penunjuk
Medan 3 fasa
(potensial)
Daun putar
Daun putar
Kumparan arus
Daun redaman

stator motor induksi tiga fasa
sewaktu membangkitkan fluksi
magnit berputar. Kumparan
ditengah atau kumparan arus
dihubungkan seri dengan salah
satu antaran fasa, dan ini
mempolariser daun-daun besi.
Daun-daun terpolarisasi bergerak
di dalam medan magnit berputar
dan mengambil suatu posisi
dimana medan putar pada suatu
saat mempunyai fluksi polarisasi
paling besar (maksimal). Posisi ini
merupakan indikasi sudut fasa dan
berarti indikasi faktor daya.
Instrumen ini dapat digunakan
dalam sistem satu fasa dengan
syarat bahwa rangkaian pemisah
fasa (serupa dengan yang
digunakan dalam motor satu fasa)
ditambahkan untuk
membangkitkan medan magnit
putar yang diperlukan.
Konstruksi faktor daya
digambarkan gambar 4-30. dapat
digunakan untuk satu fasa maupun
tiga fasa. Alat tersebut mempunyai
range tegangan dan arus seperti
tertera pada tabel 4-3.











Gambar 4-30 Konstruksi faktor daya (Cos meter)
Range Tegangan dan Arus
100 V 85 160 V
200 V 160 320 V
400 V 320 500 V
1 A 0,1 2 A
5 A 0,5 10 A
25 A 2,5 50 A
Tabel 4-3. Range tegangan dan arus


Seperti ditunjukkan pada gambar
4-30, alat ukur Cos meter
bagian-bagian eksternalnya
dijelaskan sebagai berikut :

(1) Jarum penunjuk
(2) Kaca : difungsikan untuk mengeliminir kesalahan parallax dalam
pembacaan.
(3) Skala : bagian kanan pada beban induktif, faktor dayanya
ketinggalan (lag).
(4) Skala : bagian kiri pada beban kapasitif, faktor dayanya mendahului
(lead).
(5) Tabel range tegangan dan arus, tabel ini digunakan untuk
memilih tegangan pada selektor.
(6) Terminal arus, salah satu terminal diberi tanda () untuk
menunjukkan bahwa terminal ini dihubungkan dengan terminal
common tegangan, dan terminal arus yang lain mengindikasikan
ukuran arus terukur.
(7) Terminal arus, untuk memilih batas ukur sesuai dengan besaran
yang diukur.
(8) Selektor tegangan.
(9) Terminal tegangan : digunakan untuk menyambungkan tegangan.
Terminal common tegangan diberi tanda (), dan terminal tegangan
yang lain mengindikasikan ukuran tegangan dipilih.
(10) Terminal untuk menghubungkan kawat penghantar.

4.9.3. Faktor Daya dan Daya
Secara umum daya listrik
mengandung unsur resistansi dan
reaktansi atau impedansi
kompleks sehingga daya yang
diserap tergantung pada sifat
beban. Hal tersebut dikarenakan
yang menyerap daya adalah
beban yang bersifat resistif,
sedang beban yang bersifat reaktif
tidak menyerap daya. Dengan
demikian perkalian antara
tegangan efektif dengan arus
efektif adalah merupakan daya
semu ( S )

S = V I VA




Sedangkan besarnya daya nyata
(P ) adalah :

P = V I Cos u Watt
Disamping adanya daya nyata (P
), daya semu ( S ), ada daya yang
disebabkan oleh beban reaktif (Q
), besarnya adalah :

Q = V I Sin u VAR

Hubungan antara ketiga daya
nyata, daya semu dan daya reaktif
dapat dilukiskan dengan segitiga
daya.










Gambar 4 30. Segitiga Daya

Perbandingan antara daya nyata dengan daya semu disebut dengan
faktor daya
P V . I . Cos u
Faktor daya = --- = ----------------- = Cos u
S V . I

Sewaktu menyebut faktor daya dikatakan ketinggalan jika u > 0, karena
arus ketinggalan dari tegangannya.











Gambar 4 31. Daya bersifat induktif

Demikian daya juga dikatakan mendahului jika u < 0, karena arusnya
mendahului tegangannya.










Gambar 4 32. Daya bersifat kapasitif
P
Q
S
R
JX1

P
Q
S
R
-JX1
P
Q
S


Contoh Aplikasi :
1. Sebuah tahanan R = 22 O seri dengan reaktansi kapasitip X
C
= 10 O
mempunyai tegangan efektif sebesar 100 V. Tentukan informasi daya
lengkap.
Solusi :
Z = \ R
2
+ X
C
2

= \ 22
2
+ 10
2
= 24,17 O

U
eff
100
I
eff
= ---------- = -------- = 4,137 A
Z 24,17
P = Ieff
2
. R = 4,137
2
. 22 = 376,52 Watt

Q = Ieff
2
. X
C
= 4,137
2
. 10 = 171,15 VAR

S = Ieff
2
. Z = 4,137
2
. 24,17 = 413,66 VA

2. Rangkaian terdiri dari tahanan R seri dengan elemen yang belum
diketahui, mempunyai tegangan effektif sebesar 50 V, daya 30 Watt,
dan faktor daya 0,707 menyusul. Tentukan besarnya elemen-
elemen tersebut, bila rangkaian bekerja pada frekuensi 100 Hz.
Solusi :
P = V
eff
. I
eff
. Cos u
30 = 50. I
eff
. 0,707

30
I
eff
= -------------- = 0,8486 A
50 . 0,707

P = I
eff
2
. R

30
30 = ( 0, 8486 )
2
. R R = ----------- = 41,659 O


( 0, 8486 )
2
Cos u = 0,707 menyusul berarti bebannya induktif

u = arc Cos 0,707 = 45

Z = R + j X
L
X
L
= R Tg 45
= 41,659 O
eL = 2 t f L


eL 41,659 O
L = -------- = -------------
2 t f 2 t .100

= 66,30 mH

Atau :
V eff 50
Z = -------- = ---------- = 58,9205 O < 45
I eff 0,8486


R
Cos u = ---
Z

R = 58,9205 . 0,707

= 41,656 O

4.9.4. Prosedur Pengoperasian Cos Meter
4.9.4.1. Pengukuran Faktor Daya (Cos ) satu fasa :
Hubungkan kumparan arus secara
seri terhadap beban. Dengan cara
menghubungkan terminal
kumparan arus (. ) ke sumber
tegangan, sedangkan ujung
kumparan arus yang lain (A, pilih
besar arus sesuai dengan tabel 4-
3) dihubungkan ke beban.
Hubungkan kumparan tegangan
secara parallel dengan beban.
Dengan cara menghubungkan
terminal kumparan tegangan ()
ke (P
1
), sedangkan ujung
terminal tegangan yang lain
(P
2
) dihubungkan ke ujung
beban yang lainnya.
Pilih selektor tegangan sesuai
dengan tegangan sumber yang
akan diukur faktor dayanya
(perhatikan tabel 4-3).
Jika jarum penunjuk bergerak
kearah kiri, berarti sifat
bebanya kapasitif, maka faktor
dayanya mendahului (lead).
Jika jarum penunjuk bergerak
kearah kanan, berarti sifat
bebanya induktif, maka faktor
dayanya ketinggalan (lag) lebih
jelasnya perhatikan gambar 4-
33.














Gambar 4-33 Pengukuran faktor daya satu fasa

4.9.4.2. Pengukuran Faktor Daya (Cos ) tiga fasa :
Hubungkan kumparan arus secara
seri terhadap beban. Dengan cara
menghubungkan terminal
kumparan arus () ke sumber
tegangan, sedangkan ujung
kumparan arus yang lain (A, pilih
besar arus sesuai dengan tabel 4-
3) dihubungkan ke beban.
Hubungkan kumparan
tegangan secara parallel
dengan beban. Dengan cara
menghubungkan terminal
kumparan tegangan () ke (P
1

dan R), ujung terminal
tegangan yang lain
dihubungkan ke ujung beban
yang lainnya, sedangkan (P
2

dan S) serta (P
3
dan T)
dihubungkan ke sumber
maupun ke beban.
Pilih selektor tegangan sesuai
dengan tegangan sumber yang
akan diukur faktor dayanya
(perhatikan tabel 4-3).
Jika jarum penunjuk bergerak
kearah kiri, berarti sifat
bebanya kapasitif, maka faktor
dayanya mendahului (lead).
Jika jarum penunjuk bergerak
kearah kanan, berarti sifat
bebanya induktif, maka faktor
dayanya ketinggalan (lag) lebih
jelasnya perhatikan gambar 4-
34.





25A 5A P1 P2 P3
200V
` 100 V 400 V
Ke beban
Ke
sumber
P

N















Gambar 4-34 Pengukuran faktor daya tiga fasa

4.10. Metode Menentukan Urutan Fasa
4.10.1. Kawat Penghantar Tiga Fasa
Sebuah sumber berfasa tiga adalah sumber yang mempunyai tiga
tegangan yang sama, tetapi berbeda fasa 120
0
terhadap satu sama lain.
Dari ketiga macam fasa terdapat bermacam-macam notasi, yaitu :
Fasa I : 1 atau A atau R
Fasa II : 2 atau B atau S
Fasa III : 3 atau C atau T
Untuk mengetahui mana fasa R, fasa S, atau fasa C dapat digunakan
dengan metode sebagai berikut :












Gambar 4-36. Metode menentukan urutan fasa dengan R dan C

25A 5A P1 P2 P3
200V
` 100 V 400 V
Ke beban
R
S
T
Ke sumber
I
R


R
S
T
V
SR

V
TS

V
RT

I
S

I
T

V
R

V
C

R
C
N
V


















Jika urutan fasa seperti gambar 4-37 (urutan yang benar) maka
besarnya tegangan yang terukur pada volt meter SN lebih kecil dari
harga-harga V
C
dan V
R
atau lebih kecil dari V
RT.
I
R
mendahului
V
RT
dengan sudut 45
o
dan berada di dalam segitiga tegangan. Jika
fasa R dan T dibalik akan diperoleh urutan fasa yang terbalik
(perhatikan gambar 4-38).
















4-38 I
R
tetap mendahului V
RT
, tetapi berada di luar segitiga
tegangan. Hal ini mengakibatkan besarnya tegangan S
N
(tegangan
R
S
T
S
R
T
Gambar 437. Phasor diagram saat urutan fasa

Gambar 438. Phasor diagram saat urutan fasa tidak

V
SR

S R
V
R
V
T
V
C

V
R

V
SR

T
N
I
R

R
S
N
T
V
SR

V
S

V
ST

V
C


pada voltmeter ) jauh lebih besar dibanding dengan tegangan V
RT

(tegangan Line).
Disamping metode di atas dapat juga digunakan metode lain, yaitu
dengan menggunakan dua buah lampu pijar dengan daya yang
sama dan sebuah kapasitor. Indikasi urutan fasa ditunjukkan
dengan kondisi :
Lampu yang terang merupakan urutan fasa I
Lampu yang redup merupakan urutan fasa II
Pada C adalah urutan fasa III.










Gambar 4-39. Metode menentukan urutan fasa dengan lampu

Adapun alat ukur yang digunakan untuk mengetahui urutan fasa
adalah indikator test urutan fasa. Gambar 4-40 menggambarkan
konstruksi indikator test urutan fasa.

1 1
Gambar 4-40. Konstruksi indikator test urutan fasa

Seperti ditunjukkan pada gambar 4-40, alat ukur indikator test urutan fasa
bagian-bagian externalnya dijelaskan sebagai berikut :
(1) Piringan yang berputar
(2) Arah panah piringan yang berputar
L
1

L
2

C
1
4
6
7
8
5
3
2

(3) Range tegangan yang tersedia
(4) Range frekuensi yang tersedia
(5) Kabel penghubung dari indikator test urutan fasa ke masing-masing
fasa
(6) Fasa R atau 1 atau A warna kuning
(7) Fasa S atau 2 atau B warna hijau
(8) Fasa T atau 3 atau C warna ungu

4.10.2. Prinsip Dasar Alat Indikator Urutan Fasa
Indikator urutan fasa ini mampu untuk menentukan urutan sistem 3 fasa
3 kawat. Karena supply 3 fasa 3 kawat harus diketahui urutan fasanya.
dengan indikator urutan fasa sederhana dapat menemukan fasa mana
yang dipilih untuk diikuti dengan benar.



























4.10.3. Cara Kerja Alat
Cara kerja rangkaian sangat sederhana berdasarkan phasor
bidang kompleks. Menghubungkan tiga reaktansi yang sama
Masukan kawat 3
fasa dengan
urutan yang tidak
diketahui
Pilih 1 sebagai R kemudian lihat lampu yang
paling terang adalah kawat yang fasanya
mengikuti. Oleh karena itu urutan fasanya
adalah 1-3-2.
Impedansi Z dari
tiga cabang
indikator harus
sama dengan :

Setiap lampu
memiliki resistansi
ohmik sama
dengan R (k).
Kapasitor harus
mempunyai nilai :

Lampu paling terang menunjukkan fasa
yang mengikuti R
Gambar 4-41. Prinsip indikator urutan fasa

nilainya ke dalam susunan sistem tiga bintang tanpa kabel netral.
Jika semua reaktansi positip sistem akan seimbang dan tidak ada
tegangan pada titik netral. Namun arus kapasitor akan tertinggal
90
o
terhadap tegangan, sehingga sistem tidak lama seimbang dan
titik netral 0 mempunyai tegangan (Von).
Karena tegangan line konstan, fasa tegangan akan menyusun
kembali dalam rangka memberi tegangan pada titik netral Von.
Secara matematis resolusi untuk 3 fasa 3 kawat 3 X 220 V.








Ini memungkin ditunjukkan titik 0 dari indikator hubungan bintang,
yang akan mendapatkan tegangan Uon berkaitan dengan kawat
netral N disupply :
Uon = (Urn. Yr + Usn.Ys + Utn.Yt)/(Yr + Ys) + Yt.

Oleh karena itu, akan digantikan tegangan fasa baru terhadap titik
netral menggantikan referensi terhadap N. Tegangan fasa
percabangan :











Dikerjakan secara matematika dan mengingat bahwa ini berkaitan
dengan phasor bidang kompleks maka akan diperoleh :

UL = 220 v ; Uf = 127 Volt
Uro = 170 v ( indikator percabangan kapasitor)
Uso = 190 v (cabang yang mengikuti percabangan kapasitor )
Uto = 51 v (cabang yang mengikuti cabang dengan lampu yang diterang)

UL = tegangan line (220 V dari 3 X 220 V system bintang) Urs, Ust, Utr

UF = tegangan fasa (UL / ) = 127 V, Urn, Usn, Utn
Zr = Xc ; Zs = R dan Zt = R impedansi indikator
Yr = 1/Zr Ys = 1/Zs ; Yt = 1/Zt admitansi percabangan
3
Uro = Urn - Uon
Uso = Usn - Uon
Uto = Utn Uon

arus fasa percabangan (arus
line)
Ir = Uro . Yr
Is = Uso . Ys
It = Uto . Yt

Sekarang verifikasi bahwa
titik netral telah tergantikan :
Uro + Uso + Uto = - 3 . Uon
dan sebagai tegangan line
konstan :
Urs = Uro - Uso
Ust = Uso - Uto
Uto = Uto - Uro


Sebagaimana yang terlihat percabangan dengan tegangan terbesar
(asumsikan indikator telah dihubungkan dalam urutan yang benar RST).
Cabang dengan 190 Volt, misal lampu akan lebih terang dari pada yang
hanya 51 Volt. Oleh karena itu fasa yang mengikuti percabangan
kapasitor adalah yang dihubungkan pada terminal dengan lampu yang
paling terang. Juga mungkin perlu diketahui mengapa harus
menggunakan lampu pijar dengan tegangan yang sama, dengan
tegangan line misal 190 220 Volt. Karena jika digunakan lampu pijar
indikator 127 Volt akan bekerja namun, tidak diinginkan untuk membeli
lampu baru setiap menggunakan peralatan untuk pengujian.


















Contoh lain yang ada dipasaran
















Catatan :
Dalam pengujian urutan fasa ini akan membutuhkan 2 lampu pijar
dengan tegangan kerja sama dengan sistem tegangan line missal 3 X
380 Volt rating tegangan 380 Volt, dalam sistem 3 X rating 220 Volt.
Kapasitor juga dengan tegangan kerja AC dengan rating tegangan
sama dengan dua kali tegangan line (menjadikan lebih aman). Tiga
elemen dihubungkan dalam hubungan bintang namun tanpa kabel
netral. Mengukur resistansi kontak ohmik R dari lampu pijar. Kondisi
sesuai bila ketiga reaktansi sama, sehingga reaktansi kapasitip
menjadi :
XC = R and Xc = 1 / (2.. f . C ) sehingga :
C = 1 / ( 2. . f . R)
dengan R dalam kilo ohms, C dalam mikro farad dan f = 50 Hz ,
didapatkan nilai kapasitor
C [uF] = 1 / ( 0.12 R ) = 3.185 / R [kohm]

http://www.knoppinc.com/phase_seq.htm http://www.tesco-advent.com/tesco-phase-
sequence.html
Gambar 4-42. Contoh indikator urutan fasa yang lain

4.10.4. Prosedur Pengoperasian Alat
Gambaran prosedur pengoperasian indikator test urutan fasa
sebagai brikut :
Digunakan transformator tiga fasa, dengan rangkaian seperti
gambar 4- 43.



Gambar 4 43. Pengoperasian indikator test urutan fasa dengan R dan
C pada urutan benar

Teliti rangkaian, jika telah yakin sumber tegangan AC 3 fasa
dihubungkan. R
V
diatur hingga diperoleh harga V
R
= V
C
,
kemudian catat besarnya tegangan penunjukan V
R
, V
C
dan V.
Apabila besarnya V lebih kecil dari V
R
dan V
C
, dan lead indikator
urutan fasa dihubungkan dengan posisi R pada terminal a
4
;S
pada terminal b
4
; dan T pada terminal c
4
, maka arah putaran
piringan dari lead indikator urutan fasa ke kanan (searah jarum
R
S
T
N

jam). Dengan demikian urutan fasanya sudah betul, dan urutan
fasanya adalah R S T.
Selanjutnya sumber tegangan dimatikan, beban kapasitor
dipindahkan pada terminal a
4
; resistor pada terminal c
4.

Lead indikator posisinya juga dipindahkan.

























Gambar 4 44 Pengoperasian indikator test urutan fasa dengan R
dan C pada urutan salah

Sumber tegangan 3 fasa dihidupkan, besarnya tegangan
penunjukan V
R
, V
C
dan V dicatat. Apabila besarnya V lebih
besar dari V
R
dan V
C
, dan lead indikator urutan fasa
R = 500
C = 6,5 F
V
R
S
T
N

V
VR
VC

dihubungkan dengan posisi R pada terminal c
4
; S pada terminal
b
4
; dan T pada terminal a
4
, maka arah putaran piringan dari
lead indikator urutan fasa ke kiri (berlawanan arah jarum jam).
Dengan demikian urutan fasanya salah, dan urutan fasanya T
S R .
Dapat pula gambar 4-43 dilakukan dengan cara mengganti
resistor dengan lampu pijar LP
1
pada terminal a
4
; Voltmeter
dengan lampu pijar LP
2
pada terminal b
4
; posisi lead indikator
tetap.
























Gambar 4 45. Pengoperasian indikator test urutan fasa dengan
lampu pada urutan benar

Sumber tegangan 3 fasa dihidupkan, lampu yang terang LP
1
dan
yang redup LP
2
, arah putaran piringan dari lead indikator urutan
fasa ke kanan (searah jarum jam). Dengan demikian urutan
fasanya sudah betul, dan urutan fasanya adalah R S T.
R
S
T
N
LP
2

LP
1

X
X

Selanjutnya sumber tegangan dimatikan , kemudian beban
dipindahkan : lampu pijar LP
2
pada terminal c
4
, kapasitor C
pada terminal b
4
, dan posisi lead indikator tetap.



Gambar 4 46 Pengoperasian indikator test urutan fasa
dengan lampu pada urutan salah

Sumber tegangan 3 fasa dihidupkan, lampu yang terang LP
2
dan yang
redup LP
1
, arah putaran piringan dari lead indikator urutan fasa ke kiri
(berlawanan arah jarum jam). Dengan demikian urutan fasanya salah,
dan urutan fasanya adalah S R T.

X
X
R
S
T
N


Daftar Pustaka

Fluke. Principles testing methods and applications.
http://www.newarkinone.thinkhost.com/brand
s/promos/ Earth_Ground_Resistance.pdf

Knopp Intercorporated. http://www.knoppinc.com/phase_seq.htm
Le Magicien. 2000. 3 PHASE - 3 Wires Sequence Indikator.
Tersedia dalam
http://www.geocities.com/lemagicien_2000/elecpage/3phase/
3phase.html diakses tanggal 19 Juni 2008
Phase Squence Indoicator . tesco dua kawat . http://www.tesco-
advent.com/tesco-phase-sequence.html








































5.1. Pengujian Tahanan Isolasi
Tahanan isolasi adalah tahanan
yang terdapat diantara dua kawat
saluran yang diisolasi satu sama
lain atau tahanan antara satu
kawat saluran dengan tanah
(ground). Pengukuran tahanan
isolasi digunakan untuk memeriksa
status isolasi rangkaian dan
perlengkapan listrik, sebagai dasar
pengendalian keselamatan.
Secara prinsip penguji tahanan
isolasi adalah dua kumparan V
dan C yang ditempatkan secara
menyilang gambar 5 -1. Kumparan
V besarnya arus yang mengalir
adalah E/Rp dan kumparan C
Tujuan
Setelah mengikuti pembahasan tentang penguji tahanan isolasi dan
kuat medan, para pembaca diharapkan dapat :
1. Mampu menjelaskan prinsip dasar tahanan isolasi
2. Mampu menjelaskan cara mengukur tahanan pentanahan
3. Mampu menjelaskan prinsip dasar alat ukur medan
BAB 5

PENGUJI TAHANAN ISOLASI
DAN KUAT MEDAN
Pokok Bahasan
Tananan isolasi merupakan hal yang harus diperhatikan saat
memasang instalasi listrik dengan menggunakan kawat tertutup.
Demikian pula tahanan pentanahan juga harus diperhatikan. Kedua
hal tersebut oleh konsumen sering diabaikan sehingga sering
berakibat fatal bagi penggunanya. Oleh karena itu cara-cara
pengukurannya perlu diketahui.
Pelepasan muatan elektrostatik merupakan masalah utama pada
kebanyakan tempat kerja yang menggunakan teknologi mikro
elektronik, sebagai contoh Microchips. Pelepasan muatan
elektrostatik juga sangat berbahaya untuk beberapa cabang industri,
sebagai contoh industri telekomunikasi, industri plastik dan industri
pembuatan bahan peledak. Pengisian muatan listrik lebih dari 10.000
V dapat membahayakan manusia, bahan dan peralatan.
Elektrostatik field meter digunakan untuk pengukuran pengisian
muatan listrik pada suatu obyek secara non kontak. Alat ini
mengukur medan elektrostatik dari suatu obyek dalam satuan Volt,
dan banyak digunakan dalam industri kontrol statik.


besarnya arus yang mengalir
adalah E/Rx. Rx adalah tahanan
yang akan diukur. Jarum akan
bergerak disebabkan oleh
perbandingan dari kedua arus,
yaitu sebanding dengan Rp/Rx
atau berbanding terbalik terhadap
tahanan yang akan diukur.













Gambar 5 1 Pengujian tahanan isolasi

Variasi tegangan tidak akan
berpengaruh banyak terhadap
harga pembacaan, karena
hasilnya tidak ditentukan dari
sumber tegangan arus searah.
Sumber tegangan arus searah
adalah sumber tegangan tinggi,
yang dihasilkan dari pembangkit
yang diputar dengan tangan.
Umumnya tegangannya adalah
100, 250, 500, 1000 atau 2000 V.
Sedangkan daerah pengukuran
yang efektif adalah 0,02 sampai
20 M dan 5 sampai 5.000 M.
Tetapi sekarang pengujian
tahanan isolasi menggunakan
sumber tegangan tinggi dari
tegangan tetap sebesar 100
sampai 1.000 V yang didapat dari
baterai sebesar 8 sampai 12 V
dan disebut alat pengujian
tahanan isolasi dengan baterai.
Alat ini membangkitkan tegangan
tinggi lebih stabil dibanding
dengan yang menggunakan
generatar diputar dengan tangan.
































Gambar 52 Konstruksi penguji tahanan isolasi menggunakan baterai

Seperti ditunjukkan pada gambar 5-2, alat ukur penguji tahanan isolasi
bagian-bagian externalnya dijelaskan sebagai berikut :
(1) Jarum penunjuk
(2) Kaca, difungsikan untuk mengeliminir kesalahan parallax dalam
pembacaan.
(3) Skala
(4) Check baterai
(5) Tombol pengaktif meter
(6) Lubang line untuk colok oranye dan lubang earth untuk colok hitam
(7) Probe meter dengan penjepit
(8) Probe meter runcing, juga sebagai pencolok pengecekan beterai.

5.1.1. Pengukuran Tahanan Isolasi
Pengukuran tahanan isolasi untuk
perlengkapan listrik menggunakan
pengujian tahanan isolasi, yang mana
pengoperasiannya pada waktu
perlengkapan rangkaian listrik tidak
bekerja atau tidak dialiri arus listrik.
Secara umum bahan isolasi yang
digunakan sebagai pelindung dalam
saluran listrik atau sebagai pengisolir
bagian satu dengan bagian lainnya
harus memenuhi syarat-syarat
yang sudah ditentukan. Harga
tahanan isolasi antara dua
saluran kawat pada peralatan
listrik ditetapkan paling sedikit
adalah 1000 x harga tegangan
kerjanya. Misal tegangan yang
digunakan adalah 220 V, maka
besarnya tahanan isolasi
minimal sebesar : 1000 x 220 =
6 1
5
4
2
3
7
8


220.000 atau 220 K. Ini berarti
arus yang diizinkan di dalam tahanan
isolasi 1 mA/V. Apabila hasil
pengukuran nilai lebih rendah dari
syarat minimum yang sudah
ditentukan, maka saluran/kawat
tersebut kurang baik dan tidak
dibenarkan kalau digunakan. Waktu
melakukan pengukuran tahanan
isolasi gunakan tegangan arus
searah sebesar 100 V atau lebih, ini
disebabkan untuk mengalirkan arus
yang cukup besar dalam tahanan
isolasi. Di samping untuk
menentukan besarnya tahanan
isolasi, nilai tegangan ukur yang
tinggi juga untuk menentukan
kekuatan bahan isolasi dari
saluran yang akan digunakan.
Walaupun bahan-bahan isolasi
yang digunakan cukup baik dan
mempunyai tahanan isolasi yang
tinggi, tetapi masih ada tempat-
tempat yang lemah lapisan
isolasinya, maka perlu dilakukan
pengukuran.

5.1.2. Prosedur Pengujian Tahanan Isolasi
Sebelum menggunakan alat pengujian tahanan isolasi perlu dilakukan
langkah sebagai berikut :
1. Melakukan pengecekan kondisi batere meter dengan menghubungkan
colok oranye ke line dan B check (gambar 5- 3). Baterai masih dalam
kondisi baik, jika jarum menunjuk pada tanda huruf B di peraga meter
(gambar 5-4).





Gambar 5-3 Pengecekan kondisi Gambar 5-4 Baterai dalam
baterai kondisi baik

2. Meter siap digunakan, dengan menghubungkan colok oranye ke
lubang line dan colok hitam ke lubang earth (gambar 5-5).





Gambar 5-5 Meter siap
digunakan



Gambar 5-6 Mengukur tahanan
isolasi

3. Yakinkan bahwa kawat yang akan diukur tahanan isolasinya tidak
terhubung dengan sumber tegangan (tidak berarus)
4. Hubungkan colok oranye dan colok hitam dengan ujung-ujung kawat
yang akan diukur tahanan isolasinya, tekan tombol pengaktif meter
dan baca penunjukkan jarum (gambar 5-6).

5.1.3. Pengujian Tahanan Isolasi Pada Instalasi Listrik
Jika kawat listrik terdiri dari dua
kawat saluran misal kawat fasa
dan kawat nol N, maka tahanan
isolasinya adalah : (1) antara
kawat fasa dengan kawat nol N,
(2) antara kawat fasa dengan
tanah G, (3) antara kawat nol N
dengan tanah G. Pada saat
melakukan pengukuran tahanan
isolasi antara fasa dan nol N,
hal pokok yang perlu
diperhatikan adalah memutus
semua alat pemakai arus yang
terpasang secara paralel pada
saluran tersebut.









Gambar 5 7 Pengukuran tahanan isolasi antara
fasa dengan nol N


Contoh : lampu-lampu, motor-
motor, voltmeter, dan sebagainya.
Sebaliknya semua alat pemutus
seperti : kontak, penyambung-
penyambung, dan sebagainya
yang tersambung secara seri
harus ditutup.
Di samping digunakan untuk
mengetahui keadaan tahanan
isolasi, juga untuk mengetahui
kebenaran sambungan yang ada
pada instalasi. Jika terjadi
sambungan yang salah atau
hubung singkat dapat segera
diketahui dan diperbaiki. Gambar 5
- 8 di bawah mencontohkan
pengukuran tahanan isolasi pada
instalasi listrik bangunan baru.










Gambar 5 - 8 Pengukuran tahanan isolasi antara
fasa dengan tanah G










Gambar 5 - 9 Pengukuran tahanan isolasi antara
nol N dengan tanah G











Gambar 5-10 Pengukuran tahanan isolasi antara
instalasi dengan tanah G


5.2. Tahanan Pentanahan (Earth Ground Resistance)
Tahanan pentanahan merupakan
hal yang tidak boleh diabaikan
dalam pemasangan jaringan
instalasi listrik . Pentanahan yang
kurang baik tidak hanya
membuang-buang waktu saja,
tetapi pentanahan yang kurang
baik juga berbahaya dan
meningkatkan resiko kerusakan
peralatan. Tanpa sistem
pentanahan yang effektif, maka
akan dihadapkan pada resiko
kejutan listrik, disamping itu juga
mengakibatkan kesalahan
instrumen, distorsi harmonik.
masalah faktor daya dan delima
kemungkinan adanya intermitten.
Jika arus gangguan tidak
mempunyai jalur ke tanah melalui
sistem pentanahan yang di desain
dan dipelihara dengan baik, arus
gangguan akan mencari jalur yang
tidak diinginkan termasuk
manusia.
Sebaliknya, pentanahan yang baik
tidak hanya sekedar untuk
keselamatan; tetapi juga
digunakan untuk mencegah
kerusakan peralatan industri.
Sistem pentanahan yang baik
akan meningkatkan reliabilitas
peralatan dan mengurangi
kemungkinan kerusakan akibat
petir dan arus gangguan. Miliyaran
uang telah hilang tiap tahunnya di
tempat kerja karena kebakaran
akibat listrik. Kerugian-kerugian di
atas tidak termasuk biaya
pengadilan dan hilangnya
produktivitas individu dan
perusahaan.




Gambar 5 11 Elektroda yang
mempunyai pengaruh lapisan

Organisasi pemberi rekomendasi
standar untuk kemananan pentanahan
OSHA (Occupational Safety Health
Administration)
NFPA (National Fire Protection
Association)
ANSI/ISA (American National
Standards Institute and Instrument
Society of America)
TIA (Telecommunications I ndustry
Association)
IEC (International Electrotechnical
Commission)
CENELEC (European Committee for
Electrotechnical Standardization)
IEEE (Institute of Electrical and
Electronics Engineers).


5.2.1. Cara Menguji Sistem
Pentanahan
Dalam waktu yang lama, tanah
yang korosif dengan kelembaban
tinggi, mengandung garam, dan
suhu tinggi akan menurunkan
batang pentanahan dan
sambungan-sambungannya.
Walaupun sistem pentanahan saat
awalnya dipasang mempunyai
harga tahanan pentanahan ke
tanah rendah, tahanan sistem
pentanahan akan meningkat jika
batang pentanahan rapuh. Alat
ukur pentanahan, yang dibuat
industri, adalah alat pencari
kesalahan yang tidak diragukan
guna membantu pemeliharaan.
Masalah-masalah listrik yang
sering mati berkaitan dengan
pentanahan kurang baik atau
kualitas daya yang rendah. Itulah
sebabnya sangat dianjurkan
semua pentanahan dan
sambungan pentanahan harus
diperiksa minimal satu tahun sekali
sebagai bagian dari rencana
pemeliharaan. Selama periode
pemeriksaan, jika terjadi
peningkatan nilai tahanan lebih
dari 20 %, harus dilakukan
pencarian sumber permasalahan
dan dilakukan koreksi agar nilai
tahanannya lebih rendah, dengan
mengganti atau menambah batang
pentanahan ke dalam sistem
pentanahan.


Gambar 5 12 Tanah yang korosif


5.2.2. Pentanahan dan Fungsinya
NEC, National Electrical Code
(Kitab Undang-undang Kelistrikan
Nasional), Pasal 100
mendefinisikan pentanahan.
Pentanahan sebagai: membuat
hubungan, baik sengaja ataupun
tidak sengaja antara rangkaian
listrik dan tanah, atau
menghubungkan dengan benda
konduksi yang berada di tanah.
Ketika berbicara tentang
pentanahan, sebenarnya ada dua
subjek yang berbeda: pentanahan
bumi dan pentanahan alat.
Pentanahan bumi adalah
hubungan sengaja dari rangkaian
konduktor, biasanya netral, ke
elektroda tanah yang ditempatkan


di bumi. Peralatan pentanahan
menjamin kerja peralatan dalam
struktur bangunan ditanahkan
dengan baik. Kedua sistem
pentanahan perlu dijaga terpisah
kecuali untuk sambungan antara
kedua sistem. Ini untuk mencegah
perbedaan tegangan potensial
kemungkinan loncatan api kalau
terjadi sambaran petir. Perlunya
pentanahan disamping melindungi
manusia, tanaman, dan peralatan
juga untuk memperoleh jalur yang
aman untuk penghamburan arus
liar, sambaran petir, listrik statis,
interferensi elektromagnetik (EMI)
dan sinyal gangguan frekuensi
radio (RFI).


Gambar 5 13 Sambaran petir

5.2.3. Nilai Tahanan yang Baik
Ada kerancuan antara
pentanahan yang baik dan nilai
tahanan yang seharusnya.
Idealnya suatu pentanahan besar
tahanannya nol ohm. Tidak ada
satu standar mengenai ambang
batas nilai tahanan pentanahan
yang harus diikuti oleh semua
badan. Tetapi badan NFPA dan
IEEE telah merekomendasikan
nilai tahanan pentanahan lebih
kecil atau sama dengan 5 Ohm.


Gambar 5 14 Nilai tahanan pentanahan ideal


Badan NEC menyatakan bahwa
untuk meyakinkan impedansi
sistem ke tanah besarnya kurang
dari 25 Ohm dan tercantum dalam
NEC 250.56. Fasilitas dengan
peralatan yang sensitif nilai
tahanan tanahnya harus 5 ohm
atau kurang. Industri
telekomunikasi telah mengguna-
kan 5 ohm atau kurang sebagai
nilai tahanan pentanahan dan
sambungan. Tujuan nilai tahanan
pentanahan adalah untuk
mendapatkan tahanan pentanahan
yang serendah mungkin yang bisa
dipertimbangkan baik secara
ekonomis dan secara pisik

5.2.4. Dasar-dasar Pentanahan
5.2.4.1. Komponen elektroda pentanahan
Elektroda pentanahan umumnya
dibuat dari bahan yang sangat
konduktif/tahanan rendah seperti
baja atau tembaga, besar tahanan
elektroda tanah dan
sambungannya umumnya sangat
rendah sehingga arus mengalir
tidak terhambat. Hubungan antara
penghantar tanah dan elektroda
tanah seperti gambar di bawah.






Tahanan kontak tanah di sekitar
elektroda menurut National
Institute of Standards (lembaga
pemerintah dalam Departemen
Perdagangan AS) menunjukkan
bahwa tahanan hampir dapat
diabaikan dengan ketentuan
bahwa elektroda pentanahan
bebas cat, pelumas, dan lain-lain.
Elektroda pentanahan harus dalam
hubungan yang tetap dengan
tanah.

Sedangkan tahanan tanah di
sekitar elektroda, pentanahan
dikelilingi tanah yang secara
konseptual terbentuk dari sel-sel
yang melingkari semuanya
memiliki ketebalan sama. Sel-sel
yang paling dekat dengan
elektroda pentanahan memiliki
jumlah area terkecil yang
menghasilkan tingkat tahanan
terbesar. Masing-masing sel
berikutnya membentuk area lebih
besar yang menghasilkan tahanan
lebih rendah. Pada akhirnya ini
akan mencapai titik dimana sel-sel
tambahan menawarkan tahanan
kecil ke tanah di sekitar elektroda
pentanahan. Jadi berdasarkan
informasi ini,maka akan difokus
pada cara-cara untuk mengurangi
tahanan tanah ketika memasang
sistem pentanahan.
Penghantar
tanah
Elektrode
tanah
Hubungan antara
penghantar tanah
dan elektroda
Gambar 5 15 Hubungan antara
penghantar tanah dan elektroda
tanah


5.2.4.2. Hal-hal yang mempengaruhi tahanan tanah
Pertama, NEC code (1987, 250-
83-3) mensyaratkan panjang
elektroda pentanahan minimum
2,5 meter (8 kaki) dihubungkan
dengan tanah. Ada empat variabel
yang mempengaruhi tahanan
sistem pentanahan, yaitu:

1. Panjang/kedalaman elektroda pentanahan
Satu cara yang sangat efektif
untuk menurunkan tahanan tanah
adalah memperdalam elektroda
pentanahan. Tanah tidak tetap
tahanannya dan tidak dapat
diprediksi. Ketika memasang
elektroda pentanahan, elektroda
berada di bawah garis beku
(frosting line). Ini dilakukan
sehingga tahanan tanah tidak akan
dipengaruhi oleh pembekuan
tanah di sekitarnya. Secara umum,
menggandakan panjang elektroda
pentanahan bisa mengurangi
tingkat tahanan 40%. Ada
kejadian-kejadian dimana secara
fisik tidak mungkin dilakukan
pendalaman batang pentanahan
daerah-daerah yang terdiri dari
batu, granit, dan sebagainya.
Dalam keadaan demikian, metode
alternatif yang menggunakan
semen pentanahan (grounding
cement) bisa digunakan.

2. Diameter elektroda
pentanahan
Menambah diameter elektroda
pentanahan berpengaruh sangat
kecil dalam menurunkan tahanan.
Misalnya, bila diameter elektroda
digandakan tahanan pentanahan
hanya menurun sebesar 10%.

3. Jumlah elektroda pentanahan
Cara lain menurunkan tahanan
tanah adalah menggunakan
banyak elektroda pentanahan.
Dalam desain ini, lebih dari satu
elektroda dimasukkan ke tanah
dan dihubungkan secara paralel
untuk mendapatkan tahanan yang
lebih rendah. Agar penambahan
elektroda efektif, jarak batang
tambahan setidaknya harus sama
dalamnya dengan batang yang
ditanam. Tanpa pengaturan jarak
elektroda pentanahan yang tepat,
bidang pengaruhnya akan
berpotongan dan tahanan tidak
akan menurun. Untuk membantu
dalam memasang batang
pentanahan yang akan memenuhi
kebutuhan tahanan tertentu, maka
dapat menggunakan tabel tahanan
pentanahan di bawah ini. Ingatlah,
ini hanya digunakan sebagai
pedoman, karena tanah memiliki
lapisan dan jarang yang sama
(homogen). Nilai tahanan akan
sangat berbeda-beda.




Gambar 5 16 Elektroda yang mempunyai pengaruh lapisan

Tabel 5 1 Tahanan pentanahan
Jenis Tanah

Tahanan
Jenis
Tanah
R
E

Tahanan Pentanahan
Kedalaman Electroda
ke tanah
( Meter)
Potongan
Pentanahan
( Meter)
M 3 6 10 5 10 20
Tanah
lembab,seperti rawa
30 10 5 3 12 6 3
Tanah Pertanian,
tanah liat
100 33 17 10 40 20 10
Tanah liat berpasir 150 50 25 15 60 30 15
Tanah lembab
berpasir
300 66 33 20 80 40 20
Campuran 1:5 400 - - - 160 80 40
Kerikil lembab 500 160 80 48 200 100 50
Tanah kering
berpasir
1000 330 165 100 400 200 100
Kerikil kering 1000 330 165 100 400 200 100
Tanah berbatu 30.000 1000 500 300 1200 600 300
Batu karang 10
7
- - - - - -

4. Desain sistem pentanahan
Sistem pentanahan sederhana
terdiri dari satu elektroda
pentanahan yang dimasukkan ke
tanah. Penggunaan satu elektroda
pentanahan adalah hal yang
umum dilakukan dalam
pentanahan dan bisa ditemukan di
luar rumah atau tempat usaha
perorangan lebih jelasnya
perhatikan gambar 5 17.




Gambar 5 17 Elektroda pentanahan

Ada pula sistem pentanahan
kompleks terdiri dari banyak
batang pentanahan yang
terhubung, jaringan bertautan atau
kisi-kisi, plat tanah, dan loop tanah
(gambar 5 18) .

Gambar 5 18 Hubungan
beberapa elektrode pentanahan

Sistem-sistem ini dipasang secara
khusus di substasiun pembangkit
listrik, kantor pusat, dan tempat-
tempat menara seluler. Jaringan
kompleks meningkatkan secara
dramatis jumlah kontak dengan
tanah sekitarnya dan menurunkan
tahanan tanah.


Gambar 5 19 Jaringan bertautan


Gambar 5 20 Pelat tanah

5.2.5. Metode Pengetesen Pentanahan Tanah
Ada empat jenis metode pengetesen pentanahan tanah:
Tahanan tanah (menggunakan tiang pancang)


Gerak benda potensial (menggunakan tiang pancang)
Selektif (menggunakan 1 klem 1 dan tiang pancang)
Tanpa tiang pancang (hanya menggunakan 2 klem)

5.2.5.1. Ukuran tahanan tanah
Hal-hal yang menentukan tahanan tanah
Resistivitas tanah (Soil Resistivity)
paling penting dalam menentukan
desain sistem pentanahan untuk
instalasi baru (aplikasi lapangan
hijau) guna memenuhi syarat
tahanan tanah. Idealnya, harus
menemukan lokasi dengan
tahanan tanah serendah mungkin.
Tapi seperti yang dibahas
sebelumnya, kondisi tanah yang
buruk bisa diatasi dengan sistem
pentanahan yang lebih rumit.
Komposisi tanah, kandungan
embun, dan suhu mempengaruhi
tahanan tanah. Tanah jarang
bersifat homogen dan tahanan
tanah akan sangat berbeda secara
geografis dan pada kedalaman
tanah berbeda. Kandungan uap
berubah berdasarkan musim,
berbeda-beda menurut sifat
sublapisan tanah, dan kedalaman
posisi air permanen. Karena tanah
dan air umumnya lebih stabil di
tempat yang lebih dalam,
direkomendasikan agar batang
pentanahan ditempatkan sedalam
mungkin di dalam tanah, pada
permukaan air tanah jika
memungkinkan. Juga, batang
pentanahan harus dipasang di
tempat yang suhunya stabil, yaitu
di bawah garis beku. Agar sistem
pentanahan efektif, maka harus
dirancang agar tahan pada kondisi
terburuk.


5.2.5.2. Cara menghitung
tahanan tanah
Prosedur pengukuran yang
digambarkan di bawah ini
menggunakan metode Wenner
yang diterima secara universal
yang dikembangkan oleh Dr. Frank
Wenner dari US Bureau of
Standards (Biro Standar AS) tahun
1915. (F. Wenner, A Method of
Measuring
Rumusnya adalah sebagai berikut:
U = 2 SA R
( U = rata-rata tahanan tanah pada
kedalaman A dalam ohm-cm)
S= 3,1416
A = jarak antara elektroda dalam
cm
R = nilai tahanan terukur dalam
ohm dari uji instrumen

Catatan:
Ohm-centimeter pada nilai 100
dapat diubah ke ohm-meter.
Perhatikan satuannya.

Contoh:
Memasang batang pentanahan
sepanjang tiga meter sebagai
bagian dari sistem pentanahan.
Untuk mengukur tahanan tanah
pada kedalaman tiga meter
tersebut, jarak antara elektroda tes
dihitung tiga meter. Bila tahanan
tanah diukur dengan
menggunakan alat ukur, maka nilai
tahanan dibaca dalam ohm.
Dalam hal ini diasumsikan nilai
tahanan adalah 100 ohm.
Jadi, dalam soal ini diketahui:


A = 3 meter, dan R = 100 ohm.
Maka tahanan tanahnya adalah:
U = 2 x S x A x R
U = 2 x 3,1416 x 3 meter x 100
ohm
U = 1885 m

5.2.5.3. Cara mengukur tahanan tanah
Untuk mengetes tahanan tanah,
hubungkan pengetes pentanahan
seperti ditunjukkan gambar 5-19.
Seperti terlihat, empat tiang
pancang tanah ditempatkan di
tanah dalam posisi garis lurus,
jarak satu sama lain sama. Jarak
antara tiang pancang tanah
minimal tiga kali lebih besar dari
kedalaman tiang. Jadi jika
kedalaman masing-masing tiang
pancang adalah satu kaki (0,30
meter), pastikan jarak antar tiang
pancang lebih dari tiga kaki (0,91
meter). Alat ukur menghasilkan
satu arus yang diketahui melalui
dua tiang pancang luar dan
penurunan beda tegangan diukur
antara dua tiang pancang bagian
dalam. Dengan menggunakan
hukum Ohm (V=IR), alat uji
tersebut secara otomatis
menghitung tahanan tanah.
Karena hasil pengukuran sering
terdistorsi dan dibuat tidak valid
yang dikarenakan oleh potongan-
potongan logam di bawah tanah,
maka diperlukan ukuran tambahan
sumbu tiang pancang diputar 90
derajat. Dengan mengubah
kedalaman dan jarak beberapa
kali, profil bisa dihasilkan guna
menentukan sistem tahanan tanah
yang sesuai. Ukuran tahanan
tanah sering berubah dipengaruhi
oleh adanya arus tanah dan
harmonisnya. Untuk mencegah hal
ini, maka alat ukur dilengkapi
Automatic Frequency Control
(AFC) System (Sistem Kendali
Frekuensi Otomatis). Ini biasanya
memiliki frekuensi pengetesan
dengan jumlah noise minimal
sehingga memungkinkan untuk
mendapat hasil pembacaan yang
jelas.


Gambar 5 21 Cara mengukur tahanan tanah
5.2.6. Metode Pengetesen Pentanahan Tanah Ukuran Drop Tegangan
Metode uji drop Tegangan (Fall-of-
Potential) digunakan untuk
mengukur kemampuan sistem
pentanahan tanah atau elektroda


individual untuk menghamburkan energi dari suatu tempat.


Gambar 5 22 Uji drop tegangan
5.2.6. 1. Cara kerja uji drop tegangan
Pertama, elektroda kepentingan
tanah harus dilepaskan dari
tempat itu.
Kedua, alat uji dihubungkan ke
elektroda tanah. Kemudian, uji
drop tegangan 3 kutub, dua tiang
pancang tanah di tanah dalam
garis lurus jatuh dari elektroda
tanah. Biasanya, jarak 20 meter
(65 kaki) sudah cukup. Untuk lebih
rinci tentang penempatan tiang
pancang, lihat bagian berikutnya.
Arus yang dikenal dihasilkan oleh
alat ukur antara tiang pancang luar
(tiang pancang tanah bantuan) dan
elektroda tanah, sedangkan
jatuhnya potensi tegangan diukur
antara tiang pancang tanah dalam
dan elektroda tanah. Dengan
menggunakan Hukum Ohm (V =
IR), alat uji tersebut secara
otomatis menghitung tahanan
elektroda tanah. Hubungkan alat
uji pentanahan seperti yang
ditunjukkan dalam gambar. Tekan
START dan baca nilai R
E

(tahanan). Ini adalah nilai
sebenarnya dari elektroda
pentanahan pada tes. Jika
elektroda pentanahan paralel atau
seri dengan batang pentanahan
lain, maka nilai R
E
adalah nilai total
semua tahanan.

5.2.6. 2. Cara Menempatkan Tiang Pancang
Untuk mencapai tingkat akurasi
tertinggi ketika melakukan uji
tahanan tanah 3 kutub, diperlukan
agar penyelidikan dilakukan di luar
bidang pengaruh elektroda
pentanahan pada uji dan tanah
bantuan. Jika Anda tidak berada di
luar bidang pengaruh, daerah
efektif tahanan akan tumpang
tindih dan membuat pengukuran
tidak valid. Tabel adalah panduan
penetapan penyelidikan secara
tepat (tiang pancang dalam) dan
tanah bantuan (tiang pancang
luar).
Untuk menguji ketepatan hasil dan
untuk memastikan bahwa tiang
pancang luar di luar bidang
pengaruh, reposisi (pemindahan
posisi) tiang pancang luar


(penyelidikan) 1 meter (3 kaki)
dalam salah satu arah dan lakukan
pengukuran baru. Jika ada
perubahan yang signifikan dalam
pembacaan (30%), Anda harus
menambah jarak antara uji batang
pentanahan pada uji, tiang
pancang dalam (penyelidikan) dan
tiang pancang luar (pentanahan
bantuan) sampai nilai-nilai yang
diukur benar-benar tetap ketika
memindahkan tiang pancang
dalam (penyelidikan).


Tabel 5 2 Panduan penetapan penyelidikan

5.2.6.3. Ukuran selektif
Pengetesen selektif sangat mirip
dengan pengujian drop tegangan,
keduanya menghasilkan ukuran
yang sama, tapi dengan cara yang
jauh lebih aman dan lebih mudah.
Ini dikarenakan dengan pengujian
selektif elektroda tanah tidak harus
dilepaskan dari sambungannya ke
tempat itu. Teknisi tidak harus
membahayakan dirinya dengan
melepaskan pentanahan, juga
tidak membahayakn orang lain
atau perlengkapan listrik di dalam
bangunan tanpa pentanahan.
Seperti halnya uji drop tegangan,
dua tiang pancang tanah
ditempatkan di tanah secara
segaris, jauh dari elektroda tanah.
Biasanya, jarak 20 meter (65 kaki)
sudah cukup. Alat uji tersebut
kemudian dihubungkan ke
elektroda tanah terkait, dengan
kelebihan bahwa koneksi
(hubungan) di pada tempat itu
tidak perlu dilepaskan. Akan tetapi,
kelem khusus ditempatkan di
sekitar elektroda tanah, yang
menghilangkan pengaruh tahanan
paralel dalam sistem yang
ditanahkan, jadi hanya elektroda
tanah terkait yang diukur. Seperti
sebelumnya, arus yang diketahui
dihasilkan oleh alat ukur antara
tiang pancang luar (tiang pancang
tanah bantu) dan elektroda tanah,
sedangkan jatuhnya potensi
tegangan diukur antara tiang
pancang tanah dalam dan
elektroda tanah. Hanya arus yang
mengalir melalui elektroda tanah
terkait yang diukur menggunakan
kelem tersebut. Arus yang
dihasilkan juga akan mengalir
melalui tahanan paralel lain, tapi
hanya arus melalui kelem (yakni,
arus yang melalui elektroda tanah
terkait) yang digunakan untuk
menghtiung tahanan (V=IR). Jika
tahanan total sistem pentanahan
harus diukur, maka masing-masing
tahanan elektroda tanah harus
diukur dengan menempatkan
Kedalaman Electroda
ke tanah
Jarak pancang
bagian dalam
Jarak pancang
bagian luar
2 m 15 m 25 m
3 m 20 m 30 m
6 m 25 m 40 m
10 m 30 m 50 m


kelem di sekitar masing-masing
elektroda tanah individual.
Kemudian total tahanan sistem
pentanahan bisa ditentukan
dengan kalkulasi. Menguji tahanan
elektroda tanah individu dari
menara transmisi tegangan tinggi
dengan pentanahan overhead atau
kawat statis mengharuskan agar
kawat-kawat ini dilepaskan. Jika
sebuah menara memiliki lebih dari
satu pentanahan di landasannya,
maka harus dilepaskan juga satu
per satu.

Meskipun demikian alat ukur ini
memiliki aksesoris pilihan, kelem
berdiameter 320 mm (12,7 inchi)
pada transformator arus, yang bisa
mengukur tahanan satuan masing-
masing kaki, tanpa melepaskan
timah pentanahan atau kawat
statis overhead / pentanahan.


Gambar 5 23 Pengetesen selektif
Hubungkan penguji tahanan tanah
seperti ditunjukkan. Tekan START
dan baca nilai RE. Ini adalah nilai
tahanan elektroda tanah yang diuji

5.2.7. Metode Pengetesen Pentanahan Tanah
Ukuran tanpa tiang pancang
Alat uji pentanahan tanah buatan
industri dapat mengukur tahanan
loop pentanahan tanah untuk
sistem multipentanahan hanya
menggunakan klem arus. Teknik
uji ini menghilangkan bahaya dan
kegiatan yang memakan waktu
untuk melepaskan pentanahan
paralel, dan juga proses untuk
menemukan lokasi yang cocok
untuk tiang pancang pentanahan
bantu. Dapat juga melakukan uji
pentanahan tanah di tempat-
tempat yang tidak dipertimbang-
kan sebelumnya: dalam gedung, di
tonggak menara pembangkit atau
di manapun tidak bisa
diketemukan tanah. Dengan
metode uji ini, dua klem
ditempatkan di sekitar batang
pentanahan tanah atau kabel
penghubung dan masing-masing
dihubungkan ke alat uji. Tiang
pancang pentanahan tanah tidak


digunakan sama sekali. Tegangan
yang diketahui diinduksi oleh satu
klem, dan arus diukur mengguna-
kan klem kedua.


Gambar 5 24 Pengetesen alur arus metoda tanpa pancang
Alat uji tersebut secara otomatis
menentukan tahanan loop tanah
pada batang pentanahan ini. Jika
hanya ada satu jalan ke tanah,
seperti di banyak tempat
pemukiman, metode tanpa tiang
pancang ini tidak akan
memberikan nilai yang cocok dan
metode uji drop tegangan bisa
digunakan. Alat ukur tersebut
bekerja berdasarkan prinsip bahwa
dalam sistem yang ditanahkan
secara paralel/multi tahanan bersih
dari semua cara pentanahan akan
sangat rendah ketika dibandingkan
dengan jalan tunggal (yang
sedang diuji). Jadi, tahanan murni
dari semua tahanan jalan hasil
paralel secara efektif adalah nol.
Ukuran tanpa tiang pancang hanya
mengukur tahanan batang
pentanahan secara paralel dengan
sistem pentanahan bumi. Jika
sistem pentanahan tersebut tidak
paralel dengan tanah maka akan
memiliki sirkuit terbuka atau
mengukur tahanan loop tanah.





Gambar 5 25 Susunan metoda tanpa pancang
5.2.7.1. Ukuran impedansi tanah
Ketika mencoba menghitung arus
hubung pendek yang mungkin
terjadi dalam pembangkit listrik
atau keadaan arus/tegangan
tinggi, maka menentukan
impedansi pentanahan yang
kompleks adalah penting. Hal ini
dikarenakan impedansi akan
membentuk elemen induktif dan
kapasitif. Karena induktifitas dan
tahanan diketahui dalam sebagian
besar kasus, maka impedansi
aktual bisa ditentukan dengan
menggunakan perhitungan
kompleks. Karena impedansi
tergantung frekuensi, maka
peralatan yang menggunakan
sinyal gelombang 55 Hz untuk
keperluan perhitungan mendekati
frekuensi operasi tegangan. Ini
memastikan bahwa ukuran
tersebut mendekati nilai frekuensi
operasi sebenarnya. Dengan
menggunakan peralatan tersebut,
kemungkinan bisa didapat ukuran
langsung yang akurat tentang
impedansi pentanahan. Teknisi
alat pembangkit listrik, yang
menguji jalur transmisi tegangan
tinggi, tertarik dengan dua hal.
Tahanan tanah dalam kasus
hantaman petir dan impedansi dari
seluruh sistem dalam kasus arus
pendek pada titik tertentu. Arus
hubung pendek (short circuit)
dalam kasus ini berarti kawat aktif
yang putus lepas dan menyentuh
benda logam suatu menara
(tower).

5.2.7.2.Tahanan tanah dua kutub
Dalam keadaan dimana
memasukkan tiang ke tanah tidak
praktis atau tidak memungkinkan,
alat uji tersebut memberikan
kepada pengguna kemampuan
untuk melakukan ukuran tahanan
tanah dua kutub, seperti
ditunjukkan di bawah ini. Untuk
melakukan uji ini, teknisi harus
memiliki akses ke tanah yang baik,
dikenal seperti semua pipa air
logam. Pipa air harus cukup
panjang dan terbuat dari logam
keseluruhan tanpa kopling atau
Pengaturan menggunakan metode
1625


flens penyekat. Alat seperti balat
melakukan pengujian dengan arus
yang relatif tinggi (arus sirkuit
pendek> 250 mA) yang
memastikan hasil stabil.



Gambar 5 26 Mengukur tahanan tanah dengan dua kutub

5.2.7.3.Mengukur Tahanan Tanah
Di kantor pusat (central offices)
Ketika melakukan pemeriksaan
pentanahan di kantor pusat ada
tiga ukuran berbeda yang
diperlukan. Sebelum pengujian,
tempatkan MGB (Master Ground
Bar/Batang Pentanahan Utama)
dalam kantor pusat untuk
menentukan jenis sistem
pentanahan yang ada. Seperti
ditunjukkan gambar 5 27 di
bawah, MGB akan mentanahkan
tanah yang terhubung ke:
MGN (Multi-Grounded Neutral)
atau jasa pendapatan,
bidang tanah,
pipa air, dan
baja gedung atau bangunan



Gambar 5 27. MGB mentanahkan tanah
Rangkaian ekuivalen untuk
pengukuran dua titik
Bidang
ground
Pipa air
Bangunan baja


* Pertama, lakukan uji tanpa tiang
pancang pada seluruh
pentanahan yang lepas dari
MGB. Tujuannya untuk
memastikan bahwa semua
pentanahan terhubung,
khususnya MGN. Penting untuk
dicatat bahwa pengguna tidak
sedang mengukur tahanan
individu, tapi tahanan loop dari
apa yang dikelemkan di
sekitarnya. Seperti ditunjukkan
gambar 5 - 28, sambungkan alat
ukur tersebut dan kelem induksi
dan sensing, yang terletak di
sekitar masing-masing hubungan
untuk mengukur tahanan MGN,
bidang pentanahan, pipa air, dan
baja gedung.
* Kedua, lakukan uji drop tegangan
3 kutub pada seluruh sistem
pentanahan, yang terhubung ke
MGB seperti diilustrasikan pada
gambar 5 -29. Untuk
mendapatkan tanah yang jauh,
banyak perusahaan telepon
memanfaatkan pasang-an kabel
tak terpakai yang keluar sejauh
satu mil. Catat hasil pengukuran
dan ulangi uji ini setidaknya
setahun sekali.
* Ketiga, ukur tahanan individu
sistem pentanahan dengan
menggunakan uji selektif dari alat
ukur tersebut. Hubungkan alat uji
ukur tersebut seperti yang
ditunjukkan dalam gambar 5 - 30.
Ukur tahanan MGN; nilainya
adalah tahanan kaki MGB tertentu.
Kemudian ukur bidang tanah. Hasil
pembacaan menunjukkan nilai
tahanan sebenarnya dari bidang
tanah kantor pusat. Sekarang
berpindah ke pipa air, dan
kemudian ulangi untuk tahanan
baja gedung.
Penguna alat bisa dengan mudah
memeriksa (memverifikasi) akurasi
pengukuran ini melalui Hukum
Ohm. Tahanan baku satuan, ketika
dihitung, harus sama dengan
tahanan seluruh sistem yang
diberikan (memungkinkan untuk
kesalahan yang beralasan karena
semua elemen tanah mungkin
tidak bisa diukur). Metode-metode
uji ini memberikan ukuran paling
akurat dari suatu kantor pusat,
karena memberikan kepada
pengguna tahanan individu dan
perilaku nyata dalam suatu sistem
pentanahan. Meskipun akurat,
ukuran-ukuran tersebut tidak akan
menunjukkan cara sistem bekerja
sebagai suatu jaringan, karena jika
terjadi ledakan petir atau gagal
arus, semuanya terhubung.

Gambar 5 28 Pengetesen kantor pusat tanpa pancang



Gambar 5 29 Pelaksanaan pengetesen drop tegangan pada sistem
pentanahan secara keseluruhan



Gambar 5 30 Pengukuran tahanan tanah masing-masing pada sistem
pentanahan menggunakan pengetesen terpilih
Untuk membuktikan ini, pengguna
perlu melakukan beberapa uji
tambahan pada tahanan individu.
Pertama, lakukan uji drop
tegangan 3 kutub pada masing-
masing kaki lepas dari MGB dan
catat masing-masing ukuran.
Gunakan lagi Hukum Ohm,
ukuran-ukuran ini harus sama
dengan tahanan seluruh sistem.
Dari perhitungan-perhitungan
tersebut pengguna akan melihat
bahwa dari 20 % hingga 30 %
lepas dari nilai RE total. Yang
terakhir, ukur tahanan berbagai
kaki MGB dengan menggunakan
metode tanpa tiang pancang
selektif. Cara ini bekerja seperti
metode tanpa tiang pancang, tapi
berebda dalam cara penggunaan
dua kelem terpisah. Penempatkan
kelem tegangan induksi sekitar
kabel yang mengarah ke MGB,
dan karena MGB terhubung
dengan sumber arus, yang paralel
dengan sistem pentanahan,
pengguna alat telah mencapai
syarat itu. Tempatkan kelem
sensing dan letakkan di sekitar
kabel pentanahan yang mengarah
ke bidang tanah. Ketika kita
mengukur tahanan, ini adalah


tahanan sebenarnya bidang tanah,
ditambah jalan paralel MGB. Dan
karena harus sangat rendah ohm-
nya, maka pasti tidak memiliki
pengaruh nyata pada bacaan
terukur. Proses ini bisa diulang
untuk kaki-kaki lain dari batang
pentanahan, yaitu pipa air dan
baja bangunan. Untuk mengukur
MGB melalui metode selektif tanpa
tiang pancang, tempatkan kelem
tegangan induksi sekitar garis pipa
air tersebut (karena pipa air
tembaga memiliki tahanan yang
sangat rendah) dan hasil
pembacaannya adalah tahanan
untuk MGN saja.

5.2.8. Aplikasi Tahanan Pentanahan yang Lain
5.2.8. 1. Lokasi aplikasi
Ada empat aplikasi khusus untuk
mengukur kemampuan sistem
pentanahan tanah. Lokasi
aplikasi sebagian besar, ada
menara 4 kaki dengan masing-
masing kaki terpasang ke tanah
sendiri-sendiri. Tanah-tanah ini
kemudian dihubungkan dengan
kabel tembaga. Di dekat menara
ada gedung tempat sel, tempat
semua perlengkapan transmisi.
Dalam gedung tersebut ada
pentanahan halo dan MGB,
dengan tanah halo yang terhubung
ke MGB. Gedung tempat sel
ditanahkan pada 4 pojok yang
terhubung dengan MGB melalui
kabel tembaga dan 4 pojok
tersebut terinterkoneksi melalui
kawat tembaga. Juga ada
sambungan antara cincin
pentanahan gedung dan cincin
pentanahan tower (menara).



Gambar 5 31 Susunan khas sistem pentanahan pada suatu
instalasi menara selular.

Substasiun listrik adalah
pangkalan pada sistem transmisi
dan distribusi dimana tegangan
biasanya diubah dari nilai tinggi ke
nilai rendah. Substasiun khusus
akan berisi struktur pemutusan
jalur, pengalih tegangan tinggi
(high-voltage switchgear), satu
atau lebih transformator daya,
pengubah tegangan rendah (low-
voltage switchgear), perlindungan


gelombang, kontrol, dan
pengukuran (metering).
Tempat pengubah jarak jauh yang
juga dikenal sebagai slick sites,
dimana konsentrator jalur digital
dan perlengkapan telekomunikasi
lain beroperasi. Tempat jarak jauh
ditanahkan secara khusus pada
ujung kabinet lain dan kemudian
akan memiliki serangkaian tiang
pancang tanah sekitar kabinet
yang terhubung dengan kawat
tembaga.
Sebagian besar sistem
perlindungan gagal arus karena
petir mengikuti desain setelah
desain yang keempat pojok
gedungnya ditanahkan dan
biasanya terhubung lewat kabel
tembaga. Tergantung pada ukuran
gedung dan nilai tahanan yang
dirancang untuk dicapai, jumlah
batang tahanan akan berbeda-
beda.

5.2.8.2. Uji-uji yang direkomendasikan
Pengguna akhir diharuskan
melakukan tiga uji yang sama
untuk masing-masing aplikasi:
ukuran tanpa tiang pancang,
ukuran drop tegangan 3 kutub dan
ukuran selektif. Ukuran tanpa
tiang pancang, pertama lakukan
ukuran tiang pancang pada:
Kaki-kaki individu menara dan
empat pojok gedung
(tempat/menara sel)
Semua sambungan pentanahan
(substasiun listrik)
Jalur yang berjalan ke tempat
jarak jauh (remote switching)
Tiang pancang tanah gedung
tersebut (perlindungan dari
petir).

Untuk seluruh aplikasi, ini bukan
ukuran tahanan tanah yang
sebenarnya karena merupakan
tanah jaringan tersebut. Cara ini
terutama berfungsi sebagai uji
kontinuitas guna memastikan
apakah tempat itu ditanahkan,
hingga kita bisa melakukan
sambungan listrik, dan bahwa
sistem tersebut bisa dilewati arus.
Ukuran drop tegangan 3 kutub,
kedua saat mengukur tahanan
seluruh sistem melalui metode
drop tegangan 3 kutub, pikirkan
tentang aturan untuk penetapan
tiang pancang. Ukuran ini harus
direkam dan pengukuran harus
dilakukan setidaknya dua kali per
tahun. Ukuran ini adalah nilai
tahanan untuk seluruh tempat.
Terakhir, lakukan ukur pertanahan
individu dengan uji selektif. Ini
akan membuktikan integritas
pertanahan individu, sambungan-
sambungannya, dan tentukan
apakah potensi pentanahan benar-
benar sama secara keseluruhan.
Jika ukuran menunjukkan itngkat
variabilitas yang lebih besar dari
yang lain, alasannya harus
ditentukan. Tahanan harus diukur
pada:
x Masing-masing kaki menara
dan keempat pojok gedung
(tempat/menara seluler)
x Batang pentanahan individu dan
sambungan-sambungannya
x Kedua ujung dari tempat jarak
jauh (remote switching)
x Keempat pojok gedung
(perlindungan dari petir)




Gambar 5 32 Susunan khas sistem
pentanahan gardu induk




Gambar 5 34
Penggunaan pengetesan tahanan tanah
terpilih pada sistem penangkal petir



5.3. Pengukuran Medan
5.3.1. Field meter Statik :












Gambar 5 - 35 Mekanik field meter (www.ee.nmt.edu/`langmuir)

Field meter statik dikenal juga
sebagai field mills. Dalam sebuah
field meter, penghantaran,
pentanahan, rotating shutter dan
elektrode digunakan sebagai
elemen pengukuran. Field meter
berfungsi untuk mengukur suatu
kuat medan, prinsip kerja field
Gambar 5 33 Penggunaan pengetesan tanpa pancang pada instalasi
swtching jarak jauh.


meter yaitu mengubah medan
menjadi tegangan yang sebanding
dengan medan listrik. Prinsip
kerjanya menggunakan prinsip
induksi dari suatu muatan listrik
pada elektrode yang ada pada
field meter, setelah dikuatkan pada
suatu amplifier, sinyal
dimodulasikan dan di filter untuk
menghasilkan tegangan.
Gambar 5-35 menunjukkan
komponen mekanik field meter
statik. Motor memutar shutter dan
light chopper. Medan listrik
diinduksikan pada elektrode, sinyal
dari light chopper digunakan untuk
demodulasi sinyal periodik dari
elektrode. Rangkaian elektronik
dari field meter statik terdiri dari
rangkaian Transient Protection,
Charge Ampifier, Differential
Amplifier, Decommutator, Filter,
Buffer dan Photo Transistor.
Secara lengkap ditunjukkan pada
gambar 5 - 36.





















Gambar 5 -36 Rangkaian elektronik field meter statik.

Gambar 5-35 menunjukkan komponen mekanik dari field meter dimana
salah satu komponen utamanya adalah elektrode, dari gambar terlihat
ada 4 buah elektrode yaitu satu pasang elektrode A dan satu pasang
elektrode B. Pasangan elektrode A terbuka ketika pasangan elektrode B
tertutup dan sebaliknya. Sinyal periodik dari satu pasangan berbeda 180
derajat dengan sinyal periodik pasangan yang lainnya.

Berdasarkan gambar 5-36,
keluaran setiap pasang elektrode
dikuatkan oleh sebuah amplifier,
muatan yang terinduksi dirubah ke
tegangan. Differential amplifier
berfungsi untuk menguatkan
output dari amplifier. Modulator
adalah suatu amplifier sederhana
yang mempunyai penguatan +/- 1
tergantung sinyal dari light
chopper, sinyal searah yang
dihasilkan oleh demodulator
A
K
E
C
1
21
2
1
2
+
-
3
2
6
7
4
+
-
3
2
6
7
4
+
-
3
2
6
7
4
+
-
3
2
6
7
4
500
300
100
100
500
1
2
300 +
-
3
2
6
7
4
1
2
33 K
33 K
82 K
100 K
100 K
100 K
82 K
+
-
3
2
6
7
4
470 K
560 K
200
470 K
68 K
7 K
10 K
0,1
0,01
10 K
Pai r A
Pai r B
+
VA
VB
VC
V4
Tr ansi ent Pr ot ect i on
Char ge Ampl i f i er
LED / Phot o Tr ansi st or
Di f f er ent i al Ampl i f i er Decommut at or Fi l t er Buf f er
Swi t ch Anal og



seperti ditunjukkan pada gambar
5-36. Filter dan buffer melengkapi
demodulasi dan menghasilkan
tegangan yang sebanding dengan
besaran medan elektrik.
Penambahan komponen-
komponen pada input dan output
berfungsi untuk perlindungan
terhadap tegangan transient.
Semua resistansi yang digunakan
dalam ohm, nilai kapasitansi lebih
besar dari 1 piko farad dan lebih
kecil dari 1 mikro farad. Bentuk
gelombang dari tegangan V
A
, V
B
,
V
C
, V
2
, V
3
dan V
4
ditunjukkan pada
gambar berikut.
VA
VB
V2
V3
VC
V4
0 5 10 15 20
Ti me ( mS)
Gambar 5 37. Hasil pengukuran tegangan

Field meter statik mempunyai
parametrik amplifier. Medan listrik
menyebabkan terbangkitnya arus
AC, arus yang terbangkit
sebanding dengan besarnya
kekuatan medan. Arus ini dapat
diukur dengan menggunakan
sebuah selektive amplifier yaitu
dengan menggunakan elektrode
influenz berupa logam emas.
Elektrode ini merupakan sebuah
elektrode non galvanis. Metode
pengukuran yang diterapkan tidak
menggunakan bahan radioaktif.










Gambar 5 - 38. Field meter Statik


Gambar 5-38. menunjukkan
bentuk phisik field meter statik dan
rangkaian elektronik yang ada di
dalam field meter statik.
Sistem modulator dengan sistem
elektronik diintegrasikan dalam
sebuah tabung metal yang
dihubungkan ke ground. Elektrode
influenz berbentuk bintang (star).
Di ujung elektrode ini dipasangkan
sebuah ground yang dihubungkan
dengan roda baling-baling.
Bagian ini berupa logam emas
yang keras untuk melindungi
distorsi galvanik. Elektrode
influenz berfungsi untuk
melindungi ring elektrode dari
gerakan mekanik. Disisi belakang
ada sebuah tombol untuk
mengaktifkan pengaturan offset.
Transfer data ke elektronik
menggunakan interface serial RS-
485, panjang kabel maksimal yang
diijinkan 10 meter.

Gambar 5-39 (a) menunjukkan
rotating shutters yang berada
pada permukaan belakang field
meter. Salah satu pemakaian field
meter di luar ruangan ditunjukkan
pada gambar 5-39 (b), pada
gambar tersebut field meter
digunakan untuk mengukur medan
yang ditimbulkan oleh suatu
pemancar.
Gambar 5 - 39. a. Rotating shutters pada permukaan belakang field
meter
b. Field meter digunakan di luar ruangan



( a)

( b)


5.3.1.1. Data Teknik
5.3.1.1.1. Ukuran Fieldmeter Statik


Gambar 5 - 40 Ukuran fieldmeter statik


Tabel 5 - 3 Spesifikasi field meter statik
Karakteristik Parameter
Range
Pengukuran
20kV/m, 80kV/m, 200kV/m, 800kV/m
Ketelitian 5% dalam medan homogen
Kalibrasi
Dalam sebuah medan homogen dari plate kondens
Ukuran plate : 200mm x 200mm
Jarak plate : 25mm
Sistem modulator centric terintegrasi dalam sebuah
grounded-plate
Power supply 5V DC 5% / e.g. 80mA
Interface serial RS-485
Penguat aluminium clamp dengan ulir
Waktu operasi 8 jam setiap hari minimal 2 tahun
Dapat dihubungkan dengan Kompatibel PC.






5.3.1.1.2. Letak Pin :








Gambar 5 - 41 Letak pin
fieldmeter statik
Gambar 5 - 42 Aluminium-
clamp dengan ulir
1 = RS-485 Data B
2 = RS-485 Data A
3 = Power-supply (+5V DC 5%)
4 = Ground (GND)

Aluminium-Clamp difungsikan sebagai penguat fieldmeter ketika
dipergunakan untuk melakukan pengukuran.

5.3.1.2. Metode Pengukuran :
5.3.1.2.1. Pengaturan Offset
Untuk mengatur offset, aturlah protection-cap ke system
modulator.
Tekan tombol offset sesaat. Setelah 2 detik, pengaturan offset
otomatik dilakukan.

5.3.1.2.2. Penghitungan Pengisian Muatan :
Nilai pengukuran dikirim berupa sinyal digital dengan lebar data 8
bit. Bit pertama merupakan 200-an bagian dari range pengukuran. Range
pengukuran dimasukkan dalam bit kedua. Pengukuran kuat medan (E)
dihitung dengan cara range pengukuran dikalikan dengan arus output
dalam mA.
Untuk menghitung pengisian muatan (V) = kuat medan (E) x jarak (A).

Contoh Aplikasi :
Range (MB) 200kV/m, Nilai biner yang terkirim (GB) 64h 100 Bit
E = MB/200 x GB = 200 kV/m / 200 x 100 = 100kV/m
Jarak objek Fieldmeter statik = 5 cm ( 0,05m)
Pengisian muatan (U) = Kuatmedan (E) x Jarak (A) (dalam meter)


5.3.1.3. Perawatan :





U = E x A = 100.000 V/m x 0,05 m = 5.000 V


Sistem modulator membutuhkan
perawatan untuk dibersihkan serta
pengaturan offset yang harus
dilakukan secara rutin.

5.3.1.4. Instruksi Peringatan :
Pengukuran ini tidak untuk
pengukuran dalam area
explosive
Untuk medan elektrostatik
yang sangat kuat,

fieldmeter statik harus di
ground kan.
Pengosongan muatan
sparkle ke sistem
modulator dapat merusak
rangkaian elektronik

5.3.2. Field meter Statik Digital
Field meter di bawah ini termasuk
statik field meter yang mampu
untuk mengukur medan listrik AC,
medan maghnit AC dan tegangan
body.
5.3.2.1. Diskripsi Instrument


















Gambar 5 - 43 Instrumen field meter digital

A) AC/DC-output
B) Earthing socket
Jika digunakan untuk
pengukuran medan listrik dan
tegangan body, kabel hitam
(grounding) disambungkan ke
soket ground. Ujung yang
lainnya disambungkan dengan
jepitan buaya untuk membuat
sebuah pentanahan (jangan
disambungkan ke lubang)
C) Measuring probe socket
Probe pengukuran untuk
mengukur medan maghnit atau
medan listrik, kabel
pengukuran warna merah untuk
pengukuran tegangan body.
D) Display
Display digunakan
menampilkan nilai terukur
(digital).
E) On/Off Switch
F) Filter button



Tekan tombol filter untuk
mengaktifkan fungsi ini, pada
display akan nampak seperti
simbol sebuah gelombang ~.
Penekanan kembali tombol filter
akan meng-non aktifkan fungsi
ini. Filter aktif mengukur
frekuensi antara 500Hz sampai
100kHz.
G) Low Pass push button
H) Push button untuk tone
I) Field dial
Putar field dial untuk
mengaktifkan pengukuran
medan berikut :
Medan listrik dalam V/m (Volt
per meter)
* 0 - 20 V/m
* 0 - 200 V/m
* 0 - 2000 V/m
Medan maghnit dalam nT
(Nanotesla)
* 0 - 200 nT
* 0 - 2000 nT
* 0 - 20 000 nT.
J) Battery
Battery berada di sisi belakang
instrument, tempat battery
dapat dibuka dengan
menggunakan kunci atau
obeng. Instrumen ini
membutuhkan battery 9 Volt.

5.3.2.2. Fungsi Display :
Bagian-bagian display ditunjukkan dalam gambar berikut :


Gambar 5 44 Display field meter digital

(K) Fungsi Filter (low pass 2kHz).
Jika ditunjukkan berarti
fungsi filter aktif.
[L] Fungsi Filter (high pass 50Hz)
Jika "~" ditunjukkan berarti
fungsi filter aktif.
[N] Measurement value
[O] Measurement field indicator
[M] : Battery warning
Jika muncul BAT , battery
harus diganti jika tidak maka
akan terjadi kesalahan
pengukuran.

5.3.2.3. Prosedur Pengukuran :
5.3.2.3.1. Set-up :
Sebelum melakukan pengukuran.
Ikuti langkah-langkah berikut :
Buka tempat battery pada
bagian belakang instrument
dengan menggunakan obeng
Masukkan battery 9 Volt atau
accu
Tutup tempat battery
Masukkan probe untuk
pengukuran medan maghnit


dan listrik atau untuk
pengukuran tegangan body
Jika dibutuhkan pentanahan
hubungkan dengan kabel
grounding
ON kan instrumen
Putar dial ke tipe medan yang
diinginkan dan level
sensitivitas
5.3.2.3.2. Persiapan Pengukuran
Untuk membuat pengukuran efektif
dan memperoleh hasil valid
membutuhkan persiapan. Ikuti
langkah-langkah berikut :
- Pertama, ruangan yang akan
diukur dibersihkan. Pengukuran
kekuatan medan ditulis pada
suatu plan.
- Semua peralatan dalam kondisi
ON
- Nilai ambang yang
direkomendasi adalah :
Medan listrik : 10 - 100 V/m
Medan maghnit: 10- 1000 nT
body voltage: 0- 1 V
- Catatan bahwa kekuatan medan
maghnit dan listrik naik apabila
jaraknya semakin dekat.
5.3.2.4. Data Teknik
Tabel 5 - 4 Data teknik




















5.3.3. Smart Field Meter
Smart Field Meter
(Electromagnetic Field meter)
mempunyai tampilan kombinasi
antara ciri utama peralatan
monitoring kualitas medan dengan
kenyamanan dan kesederhanaan
multi meter. Pengoperasian
multimode (rerata, puncak dan
pulsa) memungkinkan pengukuran
sinusoidal dan medan modulasi
dengan penampilan rerata atau
nilai puncak secara bersama.
Respon cepat dapat digunakan
untuk analisis data secara jarak
jauh dan kontrol medan loop
tertutup. Disain ringan mudah
dibawa dengan battery tahan lama
dan probe isotropik dapat
Property Ukuran dimensi dalam mm
Phisik 155 x 80 x 36
Probe 130 x 40 x 24
Cable 1,50 m
Weight
with Battery : 215 g
Probe : 118 g
Display LCD, 2 1/2
Parallel direction TRMS
Frequency band
Tanpa Filter : 16 Hz - 100 kHz 1 dB
dengan Filter: 16 Hz - 500 Hz 1 dB
Measuring fields
electric field : 20/200/2000 V/m
magnetic field : 200/2000/20000 nT
AC Voltage 20/200 (/2000) V


dipisahkan memberi keuntungan bagi para pengguna.











Gambar 5 45 Smart field meter

5.3.3.1. Aplikasi Smart Field Meter
Smart Field Meter dapat
digunakan untuk mengevaluasi
dan mengukur medan
elektromaghnit dari beberapa
sumber medan yaitu :













Gambar 5-46, menunjukkan salah
satu pemakaian Smart Field Meter
untuk mengukur medan suatu
Stasiun pemancar. Gambar 5-47.
menggambarkan respon frekuensi
hasil pengamatan. Sumbu
mendatar menunjukkan frekuensi
dimulai dari 600 MHz sampai
dengan 2.100 MHz. Sumbu tegak
menunjukkan display field meter
dalam dB mulai dari 20 dB
sampai dengan 5 dB.
AM, FM, TV dan Stasiun Seluler
Pemancar dan Radio CB
Komputer dan Monitor Peralatan
Ponsel
Oven mikrowave
Industri, Peralatan Kedokteran
Sistem test EMC























































Gambar 5 - 46 Aplikasi smart field meter
Gambar 5 - 47 Frekuensi respon
5.3.3.2. Spesifikasi Smart Field Meter
Pemahaman spesifikasi peralatan diperlukan sebagai
pembekalan kemampuan penilaian produk. Disamping penilaian
kesesuaian kebutuhan, juga optimalisasi penggunaan secara
aman. Spesifikasi field meter salah satu produk ditunjukkan pada
tabel berikut ini.























Tabel 5 5 Spesifikasi smart field meter

Karakteristik Parameter
Lebar Cakupan 0.2 - 600 V/m
Cakupan frekuensi 0.2 MHz-3000 MHz
Probe langsung Omni directional
Cakupan (V/m, skala
penuh)
2, 20, 200, 600
Akurasi kalibrasi +/- 0.5 dB
Deviasi linieritas
+/- 1.5 dB (cakupan 10-100% dari
skala penuh).
Probe respon frekuensi
+/- 2.5 dB (0.5 MHz3GHz), -3 dB @
0.2MHz
Probe isotropik +/- 1.5 dB (100, 500, and 2500 MHz).
Mode operasi Rerata, pulsa dan puncak
Pengenolan Otomatis dan / atau pengaturan
Umur baterai 100 jam (9V batere alkalin).


















6.1. Fungsi Generator
6.1.1. Pendahuluan
Function Generator (generator
fungsi) adalah alat tes elektronik
yang berfungsi sebagai
pembangkit sinyal atau gelombang
listrik. Bentuk gelombang pada
umumnya terdiri dari tiga jenis,
yaitu sinusoida, persegi, dan
segitiga. Pada gambar 6-1 dapat
dilihat salah satu jenis generator
fungsi.

Dengan generator fungsi ini
seorang teknisi dapat melakukan
pengetesan suatu alat yang akan
dites (devices under test). Dari
analisis terhadap hasil berbagai
bentuk gelombang respons alat
tersebut, akan dapat diketahui
ketepatan karakteristik sesuai
dengan ketentuan yang
dikehendaki.








Gambar 6-1. Contoh generator Fungsi

6.1.2. Konstruksi dan Cara Kerja
Blok diagram generator fungsi
dapat dilihat pada gambar 6-2.
Pada umumnya frekuensi yang
dibangkitkan dapat divariasi
dengan mengatur kapasitor dalam
rangkaian LC atau RC. Dalam
instrumen ini frekuensi
dikendalikan oleh variasi arus yang
mengemudikan integrator.
Generator fungsi memberikan
keluaran berbentuk gelombang
sinus, segitiga dan kotak dengan
jangkauan frekuensi dari 0,01
Hertz sampai 100 kilo Hertz.
Frekuensi terkendali tegangan
(frequency controlled voltage)


Tujuan :
Setelah mempelajari bab pembangkit sinyal diharapkan akan dapat :
1. Mendiskripsikan jenis-jenis pembangkit sinyal
2. Menjelaskan konstruksi dan cara kerja pembangkit sinyal generator
3. Menjelaskan spesifikasi pmbengkit sinyal
3. Menjelaskan kegunaan sinyal generator dalam pengetesan

BAB 6

PEMBANGKIT SINYAL





mengatur dua sumber arus Upper
dan Lower Constant Current
Source. Upper Constant Current
Source mensuplai arus tetap ke
integrator yang menghasilkan
tegangan output naik secara linier
terhadap waktu, menurut
persamaan berikut :






Kenaikan dan penurunan arus
akan mengakibatkan naik atau
turunnya slope tegangan output,
yang akan mengatur besarnya
frekuensi. Tegangan komparator
akan mengubah keadaan ke level
maksimum tegangan output
integrator yang telah ditetapkan.
Perubahan ini akan memutus
sumber arus konstan Upper
beralih ke Lower constant current
source
Sumber arus konstan Lower akan
mencatu arus balik ke integrator,
sehingga tegangan output turun
secara linier terhadap waktu. Bila
output mencapai batas minimum
yang ditetapkan, maka tegangan
komparator akan berubah keadaan
dan menyambung ke Upper
constant current source, demikian
seterusnya kembali seperti
semula. Dengan demikian
terjadilah siklus yang terus
menerus.Tegangan output
integrator adalah bentuk
gelombang segitiga yang besar
frekuensinya tergantung pada
besar kecil arus yang dicatu oleh
kedua sumber arus konstan Upper
dan Lower.
Keluaran komparator memberikan
tegangan gelombang kotak
(SQUARE) dengan duty cycle
50%. Rangkaian diode resistance
mengatur slope dari gelombang
segitiga (TRIANGLE) sehingga
amplitudonya berubah
menghasilkan gelombang SINUS
dengan distorsi kurang dari 1 %.

Jenis konektor yang dipakai
tergantung frekuensi kerjanya.
Kebanyakan generator fungsi
generasi terbaru frekuensi
kerjanya sampai 20MHz memakai
konektor jenis-BNC, dengan
terminasi 50 ~ 75 :.
Generator fungsi seperti lazimnya
kebanyakan generator sinyal,
terdapat juga bagian attenuator,
beberapa jenis gelombang
modulasi output, dan memiliki
fasilitas frekuensi gelombang
sapuan yang memberi
kemampuan untuk pengetesan
respons frekuensi dari rangkaian
elektronik yang diberikan.
Beberapa generator fungsi
dilengkapi kemampuan
membangkitkan sinyal derau putih
(pink noise).







V
output
= -

idt
C
1




























Gambar 6 2 Blok diagram generator fungsi

6.1.3. Spesifikasi
Sebagai produk dari pabrik
pembuat instrumen elektronik
generator fungsi dilengkapi
spesifikasi instrumen. Para
pemakai (users) akan
mendapatkan informasi teknik
penting tentang produk yang
mereka pakai. Berikut diberikan
contoh sebuah spesifikasi dari
sebuah generator fungsi yang
lazim dipakai.















Gambar 6-2. Blok diagram generator fungsi
Sumber arus
konstan atas
Pengendali
frekuensi
Integrator
Komparator
tegangan
Sumber arus
konstan bawah
Tahanan diode
rangkaian
pembentuk
Keluaran
penguat 2
Keluaran
penguat 1
C
square
triangle
sinus





Tabel 6.1 Spesifikasi generator fungsi























6.1.4. Prosedur Pengoperasian

Dalam uraian tentang prosedur
pengoperasian generator fungsi
akan dijelaskan berbagai aplikasi
dari generator fungsi, antara lain :
troubleshooting dengan teknik
signal tracing, troubleshooting
dengan teknik signal substitution
atau teknik sinyal pengganti,
penggunaan generator fungsi
sebagai bias dan sumber sinyal,
karakteristik penguat dengan
beban lebih (overload), berbagai
pengukuran respons frekuensi,
pengetesan performansi penguat
dengan gelombang persegi,
pengetesan speaker dan
rangkaian impedansi. Uraian
berikut akan berisi penjelasan cara
pengetesan, setting up peralatan,
dilengkapi dengan uraian dan
gambar kerja tentang pelaksanaan
pengetesan masing-masing.

6.1.4.1. Troubleshooting dengan teknik signal tracing
Salah satu teknik troubleshooting
untuk mencari kerusakan pada
komponen system audio adalah,
dengan mengijeksikan sinyal dari
generator fungsi pada bagian input
alat yang akan dites. Kemudian
osiloskop dipakai untuk memeriksa
output setiap tingkat dari penguat.
Hal ini dimulai dari bagian input
dan bergerak kearah output. Bila
suatu tingkat memberikan sinyal
output yang cacat atau tidak ada
OUTPUT UTAMA
Rentang Frekuensi. . ........0.5Hz sampai 3MHz dalam 6 Rentang
Bentuk Gelombang ...........6 (Sinus, persegi, segitiga, Ramp, +Pulse, - Pulse)
Amplitudo . . . . . . . . . . . . .20Vp-p sampai Open (10Vp-p in to 50W)
Attenuator . . . . . . . . . . . . .0dB, -20db (+2%)
Impedansi Output . . . . . . .50W (+2%)
DC Offset . . . . . . . . . . . . .+10V (pull ADJ.)
Frequency Adjust . . . . . . .Counter Accuracy
Distorsi . . . . . . . . . . . . .<1%, 1Hz to 100KHz
Rise/Fall Time. . . . . . . . . .<60nS
V.C.F. Input . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .0 to +10V control
SYNC OUTPUT
Rise Time . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .<40nS
Level . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . >3Vp-p (open)
Bentuk gelombang . . . . . . . . . . . . . .Square, Pulse
SWEEP
Modus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .Linear/Log Sweep
Lebar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .>100:1 Continously Variable
Rate . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .From 10mS to 5S Continuously
Variable
Output Sweep. . . . . . . . . . . . . . . . . .10Vp-p (open)
Impedansi Output . . . . . . . . . . . . . . .1KW +2%




output sama sekali, maka dapat
diduga pada tingkat tersebut
terdapat kerusakan. Sinyal input
yang lazim digunakan berbentuk
sinusoida dengan amplitudo
rendah, sedemikian rupa supaya
tidak menimbulkan cacat bentuk
pada tingkat berikutnya. Pada
gambar 6-3 dapat dilihat
troubleshooting pada rangkaian
penguat audio menggunakan
teknik signal tracing.
Teknik yang sama dapat
diterapkan pada peralatan non-
audio. Umumnya generator fungsi
dapat menghasilkan sinyal sampai
2 MHz, bahkan beberapa model
mampu memberikan frekuensi
sampai 10 MHz atau lebih tinggi.
Pada teknik sinyal tracing ini tidak
diperlukan tegangan DC-offset dari
generator fungsi, walaupun
rangkaian penguat audio
menggunakan kopling kapasitor
yang mampu memblokir tegangan
DC yang berasal dari sumber.






Gambar 6.3. Gambar troubleshooting menggunakan teknik pelacakan sinyal
6.1.4.2.Troubleshooting menggunakan teknik sinyal pengganti
Variasi dari metode signal tracing
adalah dengan memanfaatkan
sinyal frekuensi audio yang
berfungsi sebagai sinyal
pengganti, diinjeksikan pada
berbagai titik dalam peralatan yang
sedang dites. Dalam teknik ini
pertama kali sinyal diinjeksikan
pada titik terdekat dengan
speaker, kemudian bergerak maju
menuju tingkat sebelumnya secara
bertahap sampai tidak terdengar
suara pada speaker. Tingkat yang
tidak menghasilkan suara pada
speaker diduga mengandung
kerusakan. Gambar 6-3 dapat
dipakai sekaligus untuk
troubleshooting menggunakan
teknik sinyal pengganti. Perlu
diperhatikan bahwa pada teknik
sinyal pengganti ini pengaturan
tegangan DC offset sumber sinyal
dijamin harus cocok dengan
tegangan bias masing-masing
tingkat pada sistem audio tersebut.
Ketidak sesuaian tegangan offset
dari operasi normal rangkaian,
dapat berakibat operasi tingkat
tersebut cut-off dan akan nampak
seolah-olah terjadi kerusakan,
bahkan dapat juga menyebabkan
kerusakan pada bagian tersebut.

Penguat
Audio
Driver Penguat
daya
Generator fungsi




Oleh karena itu dapat digunakan
kapasitor kopling pada probe
sehingga tegangan DC offset tidak
akan masuk menggangu titik kerja
karena sinyal tetap mengambang
pada titik kerja yang dikehendaki.
Teknik sinyal pengganti ini cukup
menggunakan indikator speaker
saja, karena suara yang keluar
dari speaker sudah cukup untuk
mendeteksi ada / tidaknya
kerusakan.

6.1.5. Penggunaan generator fungsi sebagai bias dan sumber
sinyal
Beberapa generator fungsi modern
mampu mencampurkan tegangan
DC-offset pada tegangan output
ACnya.








































Gambar 6.4. Penggunaan generator fungsi sebagai kombinasi bias dan
sumber sinyal

Seperti nampak pada gambar 6-4
kemampuan ini dapat dipakai
untuk membias transistor penguat
yang dites dengan melengkapi
Osiloskop
atau
Ch B

Generator fungsi
Ch A





komponen AC dari sinyal input.
Dengan mengamati output
penguat pada osiloskop, amplitudo
dan bias transistor dapat
dioptimalkan pada output tidak
cacat. Dengan melakukan variasi
DC-offset, maka pengaruh
beberapa bias (klas A, B dan C)
dapat ditentukan.

6.1.5.1. Karakteristik beban lebih pada amplifier
Titik beban lebih (overload) dari
beberapa penguat sulit ditentukan
dengan cara pengetesan
menggunakan input gelombang
sinusoida. Bentuk gelombang
segitiga merupakan bentuk
gelombang ideal untuk keperluan
ini, karena setiap titik awal dari
linieritas mutlak suatu gelombang
dapat dideteksi dengan baik.
Dengan output segitiga kondisi
puncak pembebanan lebih dari
sebuah penguat akan mudah
ditentukan. Kondisi overload
tersebut dapat dilihat pada gambar
6-5.










Gambar 6-5. Karakteristik penguat kondisi overload

6.1.5.2. Pengukuran Respon Frekuensi
Generator fungsi dengan
kapabilitas sweep adalah ideal
untuk pengecekan respons
frekuensi pada peralatan seperti
penguat, kendali bass dan treble,
filter band-pass, filter High Pass
dan Low Pass, rangkaian kopling,
dan speaker maupun rumah
speaker. Penguat IF, tuned circuit,
notch filter dan rangkaian
impedansi lainnya. Dengan range
frekuensi generator fungsi sampai
minimal 1 MHz, maka dapat
dipakai untuk pengukuran,
mengaturan dan analisis respons
peralatan pasip atau aktip sampai
batas frekuensi tersebut.
Sebagai tambahan pada fasilitas
sweep internal, beberapa
generator memiliki input frekuensi
terkontrol tegangan (VCF =
voltage controlled frequency), yang
memungkinkan pengendalian
sinyal sweep oleh gelombang
sinus atau pola khusus lainnya.
Juga beberapa unit tercakup
rentang audio dari 20 Hz ~ 20 kHz
dapat masuk dalam satu sweep
dengan mudah.



Bentuk gelombang
masukan
Bentuk gelombang
keluaran




6.1.5.3. Setting Peralatan Tes
Prosedur berikut ini mengacu
gambar. 6-6 . menjelaskan cara
penyiapan dan metode pengukuran
respons frekuensi.
1. Pilih rentang frekuensi yang
dikehendaki pada generator.
2. Sambungkan kabel dari
terminal output pada generator
ke input horisontal (X) dari
osiloskop.
3. Pasang osiloskop pada posisi
input X-Y.
4. Dengan pembangkit sweep
pada posisi OFF, variasikan
operasi dari alat pada frekuensi
dasar.
5. Nyalakan signal sweep dan
atur lebar dan titik awal untuk
melacak semua arah yang
dikehendaki oleh marker
pada layar. Atur kecepatan
sweep sehingga displai bebas
dari derau.
6. Sambungkan output generator
dengan input rangkaian yang
akan dites. Bila perlu sisipkan
terminasi untuk matching
impedance antara output
generator dengan input
rangkaian. Hal ini tidak perlu
kalau impedansi input dan
output telah cocok misalkan
sebesar 50:.
7. Sambungkan input vertical (Y)
osiloskop untuk mengukur
tegangan output beban dari
rangkaian yang dites.
8. Pilih bentuk sinyal sinus,
segitiga, atau persegi manakah
yang sesuai. Sinyal sinus yang
lazim dipakai pada pengecekan
respons frekuensi.
mengendalikannya sesuai
tegangan sweep.

6.1.5.4. Peraga Respon Frekuensi
Bila menggunakan osiloskop
kovensional, maka peraga yang
diperoleh akan nampak seperti
gambar 6-7 Penguatan atau
atenuasi relatip dari seluruh
frekuensi dalam pita tersebut akan
ditampilkan. Tampilan akan dapat
dianalisis untuk menerima atau
menolak karakteristik respons
frekuensi. Dalam penguat pita-
lebar, tujuan analisis umumnya
adalah untuk menjaga respons
frekuensi rata pada lebar-pita
selebar mungkin. Tampilan
respons frekuensi dari rangkaian
filter dan kopling menunjukkan
frekuensi dan ketajaman cut-off.





































Gambar 6-7. Peragaan respon frekuensi penguat audio

6.1.5.5. Pengetesan Tone Control Sistem Audio
Bila penguat audio yang dites
dilengkapi dengan kendali bass
dan treble, pengaruh pengendalian
itu pada keseluruhan respons
dapat ditentukan degan tes respos
frekuensi jalan kalau pengendalian
dilakukan pada range frekuensi
secara penuh. Gambar berikut
memberikan gambaran hasil
respons frekuensi dari variasi tone
control.



Komponen
yang dites

Osiloskop
Sweep Generator

Peragaan
osiloskop
Gambar 6-6. Setting Peralatan dan Pengukuran Respon
Frekuensi





Gambar 6-8 Pengaruh variasi tone control pada
frekuensi respons system audio

6.1.4.6. Pengetesan speaker dan rangkaian impedansi
Generator fungsi dapat dipakai
untuk memperoleh informasi
mengenai impedansi input suatu
speaker atau sembarang
rangkaian impedansi yang lain
terhadap frekuensi. Dengan kata
lain frekuensi resonansi rangkaian
dapat ditentukan.
Adapun prosedur pengetesannya
adalah sebagai berikut:
1. Hubungkan peralatan seperti
tertera pada gambar 6-9
osiloskop dapat dipakai untuk
memastikan apakah output
generator fungsi tidak dalam
kondisi terpotong.
2. Bila menggunakan metode
voltmeter, variasikan nilai
frekuensi sampai range penuh
dan logaritmik tegangan terukur
pada terminal speaker terhadap
frekuensi. Skala dB dari
Voltmeter AC sesuai untuk
mengkonversi data ke dalam
satuan respons standar.
3. Bila memilih menggunakan
CRO, maka gunakan sweep
untuk pengukuran respons
frekuensi.









Frekuensi Hz



















Gambar 6-9a. Pengetesan sistem speaker






















Gambar 6-9b. Karakteristik sistem speaker dan rangkaian impedansi

4. Dalam pengetesan speaker
tegangan sinyal percakapan
akan naik pada frekuensi
rendah. Frekuensi resonansi
Z
f
f
Speaker system
Function Generator

Speaker
Generator Fungsi
Voltmeter db
Osiloskop
Frekuensi Hertz c. Hasil Grafik
100
10K 1K
100K 10 0
-20
-15
-10
0
+5
+10
+15
+20
-5
b. Rangkaian ekuivalen dari pengaturan pengetesan
R = Z




dihasilkan seperti pada kurva
gambar 6.9.c. Hal ini sangat
dipengaruhi oleh konstruksi
kotak speaker. Para perancang
kotak speaker dapat
menggunakan karakteristik yang
dihasilkan, untuk mengevaluasi
pengaruh berbagai faktor seperti
bahan peredam, jenis bahan
kotak speaker, dan tentu saja
jenis speakernya sendiri.
5. Dalam pengetesan rangkaian
impedansi, tidak perlu terjadi
resonansi pada frekuensi
rendah. Tetapi bila mendekati
resonansi level sinyal akan naik.
Impedansi rangkaian dapat
diukur pada frekuensi resonansi,
atau pada frekuensi lain bila
dikehendaki, dengan cara
seperti berikut :
(a) Hubungkan resistor variabel
non-konduktif, seperti pada
gambar 6.9b.
(b) Ukur tegangan pada titik E1
dan E2 dan atur resistor
variabel R1, sehingga
tegangan E2 = dari E1.
(c) Impedasi dari rangkaian =
nilai resistor variabel R1
yang diperoleh.
6.1.4.7. Keselamatan Kerja
1. Periksa apakah tegangan pada
ground Generator fungsi
terhadap netral stop kontak tetap
0 Volt.
2. Bila ternyata tegangan ground
tersebut tidak sama dengan nol,
laporkan pada teknisi atau
instruktur, hentikan sementara
percobaan.
3. Jangan biasakan memutar
tombol-tombol kontrol diluar
ketentuan praktikum
4. Jangan coba masukkan
tegangan DC atau apapun ke
terminal output Generator fungsi.
5. Jangan coba memasukkan
tegangan apapun ke input.
terminal EXT SYNC, selain
tegangan eksternal sinkronisasi
yang diperlukan (tanyakan pada
instruktur).
6. Jangan menggunakan Generator
fungsi pada tempat yang
bersuhu sangat tinggi,
kelembaban tinggi dan dalam
medan elektromagnetik tinggi.
7. Simpanlah Generator fungsi di
tempat yang sejuk, dan bebas
debu. Sebaiknya disimpan
dalam almari tertutup dan berilah
silika-gel untuk menghindari
kelembaban dalam almari.
6.2. Pembangkit Frekuensi
Radio
Dalam penggunaan RF generator
banyak dipakai pada bidang
telekomunikasi atau dalam bidang
RF (radio frequency). Peralatan
dan komponen di bidang
telekomunikasi sering
membutuhkan pengetesan, baik
dalam masa pembuatan,
pemasangan maupun
pemeliharaan. Simulasi sinyal
input kadang diperlukan untuk
mengganti komponen rusak, atau
menganalisis karakteristik piranti di
bawah kondisi sinyal yang
berbeda.








Pada gambar nampak seorang ahli
teknik sedang melakukan
pengujian sistem elektronik
dengan menggunakan generator
RF modern, yang disebut
Arbitrary/Generator fungsi. Alat ini
dapat digunakan untuk berbagai
keperluan, seperti pengetesan
frekuensi respons piranti RF,
seperti pengukuran lebar pita filter
atau penguat IF, pengukuran
distorsi intermodulasi, simulasi
sinyal radar, maupun pengukuran
bilangan derau (NF, noise figure).
Instrumen ini mampu
membangkitkan sinyal Continous
Wave (CW) sampai 240 MHz, dan
sinyal pulsa sampai 120 MHz,
dengan daya output sampai 16
dBm. Sinyal ini dapat dimodulasi
dalam frekuensi, amplitudo dan
fasa melalui generator modulasi
internal yang tersedia atau sumber
dari luar sampai modulasi
frekuensi 50 kHz.

6.2.1. Konstruksi dan Cara kerja
6.2.1.1. Direct Digital Synthesis
Metoda DSP (digital signal
processing) dipakai pada banyak
pemakaian. Dengan metoda ini
banyak hal dapat dilakukan,
seperti : digital audio CD Player,
piano, bentuk gelombang
kompleks dapat dengan mudah
dibuat atau direproduksi
menggunakan metode
pembangkitan sinyal digital. AFG
ini menggunakan teknik
pembangkitan gelombang yang
disebut DDS (Direct Digital
Synthesis) untuk semua jenis
gelombang fungsi kecuali pulsa.
Seperti nampak pada gambar di
bawah nampak aliran data digital
menyatakan gelombang yang
diinginkan, dibaca secara beruntun
dari memori bentuk gelombang
dan dipasang pada input konverter
DAC. DAC diberi input clock pada
frekuensi sampling generator
fungsi sebesar 200 MHz dan
outputnya merupakan sederet
tegangan undak (step) mendekati




bentuk gelombang yang
diinginkan. Filter low pass anti-
aliasing kemudian menghaluskan
gelombang undak untuk
membangkitkan bentuk gelombang
akhir.



Jenis AFG ini menggunakan dua
buah filter anti aliasing. Sebuah
filter eliptik orde ke-9 dipakai untuk
gelombang sinus kontinyu, sebab
mempunyai lebar pita yang rata
dan frekuensi cut-off yang tajam
diatas 80MHz. Karena filter eliptik
menghasikan beberapa ringing
untuk bentuk gelombang selain
sinus kontinyu, filter orde ke-7
berfasa linier dipakai untuk semua
bentuk gelombang fungsi. Untuk
bentuk gelombang standar,
arbitrary waveform didefinisikan
dengan lebih kecil dari 16.384
(16K) titik, generator fungsi
memakai memori bentuk
gelombang sebesar 16K kata.
Sedangkan untuk generator fungsi
yang didefinisikan lebih dari 16K
titik, generator fungsi memakai
memori bentuk gelombang
sebesar 65.536 (64K) kata
(words).

AFG ini mempunyai nilai amplitudo
4.096 level tegangan diskrit atau
12-bit resolusi vertikal. Data
bentuk gelombang spesifik dibagi
kedalamsampel sedemikian rupa,
sehingga satu siklus bentuk
gelombang dengat tepat mengisi
memori bentuk gelombang (lihat
gambar di bawah
untukgemombang sinus). Bila
anda membangkitkansembarang
bentuk gelombang yang tidak
berisi tepat 16 K atau 64K titik,
bentuk gelombang akan secara
otomatik direntang oleh titik-titik
perulangan atau oleh interpolasi
antara titik-titik yang ada yang
diperlukan untuk mengisi memori
bentuk gelombang. Bilasemua
memori bentuk gelombang terisi
satu siklus gelombang, setiap
lokasi memori sesuai dengan
sudut fasa 2pi/16.384 radian atau
2pi/65.536 radian.







Generator DDS menggunakan
teknik akumulasi fasa untuk
mengendalikan pengalamatan
memori bentuk gelombang. Selain
penghitung untuk membangkitkan
alamat memori sekuensial, juga
dipakai adder. Pada setiap siklus
clock, konstanta dibebankan pada
register kenaikan fasa (the phase
increment register, PIR )
ditambahkan pada hasil yang ada
dalam akumulator fasa. MSB (the
most-significant bits) dari output
akumulator fasa dipakai untuk
pengalamatan memori bentuk
gelombang. Dengan mengubah
konstanta PIR, jumlah siklus clock
yang diperlukan untuk menaiki
tangga meliputi seluruh memori
bentuk gelombang ikut berubah,
sehingga terjadi perubahan pada
frekuensi output. Bila konstanta
PIR baru dibebankan pada
register, frekuensi bentuk
gelombang mengubah fasa secara
kontinyu mengikuti siklus clock
berikutnya. PIR menentukan
kecepatan nilai fasa berubah
terhadap waktu dan akhirnya
mengendalikan frekuensi yang
disintesis. Semakin besar bit
dalam akumulator fasa akan
menghasilkan resolusi frekuensi
yang makin halus. Bila PIR hanya
mempengaruhi nilai kecepatan
perubahan nilai fasa (bukan
fasanya itu sendiri), perubahan
dalam frekuensi bentuk gelombang
mempunyai fasa kontinyu.



























AFG ini menggunakan akumulator
fasa 64-bit yang dapat
menghasilkan 2 ~ 64 X 200 MHz
atau 10,8 picoHertz resolusi
frekuensi internal. Perlu dicatat
bahwa 14 atau 16 MSB dari
register fasa dipakai sebagai
alamat memori bentuk gelombang.
Akan tetapi bila menyintesis
frekuensi rendah ( < 12,21 KHz ),
alamat tidak akan berubah
sepanjang siklus clock dan
beberapa titik akan diloncati. Bila
cukup banyak titik diloncati, gejala
aliasing akan terjadi dan bentuk
gelombang output akan
mengalami distorsi.









6.2.1.2. Creating Arbitrary Waveforms
Untuk aplikasi pada umumnya,
tidak perlu menciptakan suatu
bentik gelombang sembarang
(arbitrary) dengan sejumlah titik
khusus selama generator fungsi
mengulang titik (atau interpolasi)
yang perlu untuk mengisi memori
bentuk gelombang. Contoh kalau
anda memilih 100 titik, setiap titik
bentuk gelombang akan diulang
dengan rerata 16.384 / 100 atau
163,84 kali. Pada alat ini anda


Gambar 6-13 Phase accumulator circuitry
Teorema Sampling Nyquist menyatakan bahwa untuk
mencegah terjadinya aliasing, komponen frekuensi tertinggi
dari bentuk gelombang output yang diinginkan harus lebih
kecil dari setengah frekuensi sampling (dalam alat ini dipakai
100 MHz)




tidak perlu menubah panjang
bentuk gelombang untuk
mengubah frekuensi output.
Semua yang harus dikerjakan
menciptakan bentuk gelombang
dengan panjang berapapun, dan
kemudian mengatur frekuensi
output generator fungsi. Tetapi
untuk memperoleh hasil yang
terbaik (dan meminimalkan
kekeliruan kuantisasi tegangan,
direkomendasikan bahwa
penggunaan rentang penuh (full
range) dari pembentuk gelombang
DAC ( digunakan 4.096 semua
tingkat ).

Hanya melaui panel belakang
dapat menggunakan interpolasi
linier untuk menghaluskan transisi
antar titik bentuk gelombang. Hal
itu memungkinkan menciptakan
bentuk gelombang sembarang
dengan titik-titik yang relatip
sedikit. Frekuensi dapat diperoleh
maksimal 25 MHz. Tetapi perlu
dicatat bahwa manfaat frekuensi
batas atas, biasanya kurang
dipengaruhi keterbatasan
bandwidth generator fungsi dan
aliasing. Komponen bentuk
gelombang di atas bandwidth 3 dB
akan diredam.
Ketika memilih bentuk gelombang
pada fungsi panel belakang
generator, tidak perlu
memasukkan pilihan interval
waktu. Pilihan interval waktu
ditambahkan bilamana diperlukan
bentuk gelombang yang sangat
komplek. Hanya melalui panel
belakang, dapat digunakan
interpolasi linier untuk
memperhalus peralihan antar
bentuk gelombang. Dalam
perkembangannya memungkinkan
membentuk gelombang acak yang
dengan sejumlah titik yang relatip
sedikit. Instrumen 33250A,
keluaran gelombang acak
frekuensi tertinggi MHz.
Bagaimanapun, perlu dicatat
bahwa batas atas yang biasa
digunakan sedikit lebih rendah
dari pada pembatasan luas bidang
pada fungsi generator. Komponen
bentuk gelombang generator
fungsi di atas lebar band -3 dB
akan diperlemah. Bila pada
keluaran frekuensi diatur sampai 5
MHz frekuensi keluaran
sebenarnya akan menjadi 5 MHz
dan amplitudo akan dilemahkan
3dB. Pada frekuensi sekitar 8
MHz, distorsi bentuk gelombang
dalam kaitan dengan aliasing akan
menjadi penting. Beberapa
aliasing akan ada dalam bentuk
gelombang arbitrary, tetapi akan
menyusahkan atau tidaknya
tergantung pada aplikasi spesifik
pemakaian.
Pada saat membentuk gelombang
arbitrary, generator fungsi akan
selalu berusaha untuk replicate
pada saat merekam, sehingga
menghasilkan versi data periodik
dalam memori bentuk gelombang.
Bagaimanapun, dimungkinkan
bentuk dan pasa sinyal yang
terjadi diskontinyuitas pada bagian
akhir. Bila bentuk gelombang
diulangai sepanjang waktu, titik
akhir diskontinyuitas ini akan
mengantarkan kesalahan
kebocoran dalam ranah frekuensi
yang dikarenakan banyak
spektrum diperlukan untuk
menguraikan diskontinuitas.
Kesalahan kebocoran disebabkan
bila rekaman bentuk gelombang
tidak meliputi jumlah siklus




keseluruhan dari frekuensi dasar.
Daya frekuensi dasar, dan
harmonisnya ditransfer pada
komponen spektrum segi empat
fungsi pencuplikan. Kesalahan
kebocoran dapat dikurangi dengan
mengatur panjang jendela meliputi
jumlah integer dari siklus
dalam jendela, untuk mengurangi
ukuran residu titik akhir
diskontinuitas. Beberapa sinyal
dikomposisikan dari diskrit, yang
berkaitan dengan frekuensi non
harmonis. Karena sinyal ini tidak
diulang-ulang, semua komponen
frekuensi tidak dapat menjadi
harmonisasi berkaitan dengan
panjang jendela. Penanganan
situasi ini harus secara hati-hati
untuk meminimkan bagian akhir
diskontinyuitas dan kebocoran
spektrum.














Gambar 6-14 Bentuk gelombang arbitrary dengan diskontinyuitas







Gambar 6-15 Spektrum dari bentuk gelombang diatas pada 100 kHz








6.2.1.3. Pembangkit Gelombang
Untuk mengeliminasi distorsi
aliasing pada frekuensi yang lebih
tinggi, 3325E menggunakan teknik
pembangkit gelombang kotak
yangberbeda untuk menghasilkan
gelombang kotak. Untuk
frekuensi di atas 2 MHz,
gelombang kotak dibuat dengan
routing DDS pembangkit
gelombang sinus ke dalam
komparator. Keluaran digital dari
komparator kemudian digunakan
sebagai basis keluaran bentuk
gelombang kotak. Duty cycle
bentuk gelombang dapat divariasi
dengan mengubah threshold
komparator . Untuk frekuensi di
bawah 2 MHz pembentuk
gelombang berbeda dibebankan
kepada pembentuk gelombang
memory untuk meminimkan jitter.










Gambar 6-16 Rangkaian pembangkit bentuk gelombang kotak
6.2.1.4. Generasi bentuk gelombang pulsa
Untuk mengeliminasi distorsi
aliasing pada frekuensi yan lebih
tinggi, 33250 A juga menggunakan
teknik pembangkitan bentuk
gelombang yang berbeda untuk
membuat gelombang pulsa.
Pembangkitan gelombang pulsa,
siklus clock dihitung diturunkan
pada kedua perioda dan lebar
pulsa. Untuk mencapai resolusi
amplitudo yang halus frekuensi
clock divariasi dari 100 Mhz
sampai 200 MHz dengan
menggunakan PLL (Phase Lock
Loop).
Untuk mencapai resolusi lebar
pulsa yang halus, analog ditunda
(0 sampai 10 ns) diaplikasikan
pada ujung akhir perioda. Waktu
naik dan turun dikontrol oleh
rangkaian yang memvariasi
muatan arus dalam kapasitor.
Perioda, lebar pulsa dikendalikan
secara independen dalam batasan
yang pasti.







Anti-Aliasing Filter
Comparatorr
DAC
DAC















Gambar 6-17. Rangkaian pembangkit bentuk gelombang pulsa





Gambar 6-18 Parameter bentuk gelombang pulsa

6.2.2. Ketidaksempurnaan sinyal
Untuk bentuk gelombang sinus,
ketidaksempurnaan sinyal paling
mudah untuk diuraikan dan diamati
dalam ranah frekuensi dengan
menggunakan penganalisa
spektrum. Banyak komponen
sinyal keluaran yang mempunyai
frekuensi berbeda dengan
frekuensi dasar (pembawa)
dipandang sebagai sinyal palsu.
Ketidaksempurnaan sinyal dapat
dikatagorikan sebagai harmonis,
non harmonis atau pasa noise dan
dispesifikasikan relatip terhadap
tingkat pembawa atau dBc.

6.2.2.1. Cacat Harmonis
Komponen harmonis selalu
muncul pada kelipatan dari
frekuensi dasar yang disebabkan
oleh sifat non linieritas dalam
pembentuk tegangan DAC dan
elemen jalur sinyal lain. Tipe
30250A menggunakan filter
frekuensi rendah 100 MHz untuk
melemahkan harmonis frekuensi
yang sangat tinggi. Pada frekuensi
lebih rendah dan amplitudo lebih
rendah, mungkin ada sumber
distorsi harmonis lain yang
menyebabkan arus mengalir
melalui kabel yang dihubungkan







ke penghantar keluaran serempak
(syn). Arus ini menyebabkan
timbulnya tegangan gelombang
kotak dengan amplitudo rendah
pada ujung-ujung resistansi kabel
pengaman. Tegangan ini dapat
bercampur dengan tegangan
sinyal utama. Jika dalam aplikasi
tidak bisa diabaikan kabel dapat
dipindahkan atau dilemahkan.
Jika dalam aplikasi membutuhkan
penggunaan penghantar keluaran
serempak, pengaruh ini dapat
diminimkan dengan
menterminasikan dengan kabel
yang mempunyai impedansi beban
tinggi.

6.2.2.2. Cacat Non-Harmonis
Sumber terbesar dari komponen
non harmonis spurs ( dinamakan
"spurs/taji") adalah bentuk
gelombang DAC. Ketaklinearan
dalam DAC mengarah pada
timbulnya harmonic alias atau
folded back, ke dalam bandpass
dari generator fungsi. Harmonis
spur ini sangat signifikan pada
saat terdapat hubungan sederhana
antara frekuensi sinyal dan
frekuensi pencuplikan generator
fungsi (200MHz). Misal pada
frekuensi 75 MHz, DAC
menghasilkan harmonis pada 150
MHz dan 225 MHz. Harmonis
yang 50 MHz dan 25 MHz berasal
dari frekeunsi pencuplikan
generator fungsi 200 MHz, akan
muncul seperti taji pada 50 MHz
dan 25 MHz. Sumber lain dari non
harmoni spurs adalah
penghubung sumber-sumber
sinyal yang tidak berkaitan dengan
sinyal keluaran (seperti clock
mikroprossor). Spurs ini biasanya
mempunyai amplitudo tetap ( -
75 dBm atau 112 Vpp)
amplitudo ini tidak bias diabaikan
terutama sinyal di bawah 100
mVpp. Untuk mencapai amplitudo
rendah dengan kandungan spurs
minimum, keluaran generator
fungsi dipertahankan pada level
relatip tinggi dan menggunakan
attenuator eksternal jika
dimungkinkan.

6.2.2.3. Fasa Noise
Pasa noise diakibatkan dari
perubahan kecil frekuensi keluaran
sesaat (jitter). Noise datar pada
sekitar frekuensi dasar dan
bertambah sebesar 6 dBc/oktaf
terhadap frekuensi pembawa.
Pada 33250A noise pasa
ditampilkan jumlah dari semua
komponen noise dengan band 30
KHz berpusat pada frekuensi
dasar. Hubungan integrasi noise
pasa terhadap jitter memenuhi
persamaan berikut.









6.2.2.4. Kesalahan Kuantisasi
Resolusi DAC terbatas (12 bit)
menjadi penyebab utama
kesalahan kuantisasi tegangan.
Asumsi kesalahan secara seragam
didistribusikan melebihi cakupan
0,5 nilai bit terendah (least-
significant bit /LSB), ekuivalen
tingkat noise -74 dBc untuk
gelombang sinus yang
menggunakan cakupan DAC
penuh (4096 tingkatan). Panjang
memori bentuk gelombang
terbatas menjadi penyebab utama
terjadinya kesalahan pasa
kuantisasi. Perlakuan kesalahan
ini seperti modulasi pasa tingkat
rendah dan dengan asumsi
distribusi merata melampaui
cakupan LSB, tingkat ekuivalen
noise -76 dBc untuk gelombang
sinus yang mempunyai panjang
sampel 16K. Standarisasi bentuk
gelombang menggunakan
cakupan masukan DAC dan
panjang sampel 16K. Beberapa
bentuk gelombang arbitrary yang
menggunakan kurang dari
cakupan masukan DAC, atau
ditetapkan dengan lebih sedikit
dibanding 16.384 poin-poin, akan
memperlihatkan secara
proporsional kesalahan kuantisasi
relatip lebih tinggi.

6.2.2.5. Pengendali Tegangan Keluaran
Multiplier analog digunakan untuk
mengendalikan sinyal yang
mempunyai amplitudo melampaui
10 dB. Seperti ditunjukkan pada
gambar 6-19. satu dari beberapa
masukan multiplier dilewatkan
dalam sebuah filter anti-aliasing.
Masukan lain berasal dari control
tegangan DC yang merupakan
jumlah dari dua keluaran DAC.
Salah satu DAC diatur sesuai
dengan tegangan nominal
amplitudo keluaran yang
dikehendaki. DAC kedua
memberikan suatu tegangan untuk
mengkoreksi variasi respon
frekuensi generator fungsi.
Prosedur kalibrasi 33250A
dilengkapi semua informasi yang
diperlukan untuk menghitung nilai
DAC. Dua attenuator (- 10 dB dan
20 dB) dan penguat (+20 dB)
digunakan sebagai variasi
kombinasi untuk mengendalikan
tegangan keluaran dalam step 10
dB melampaui lebar cakupan nilai
amplitudo ( 1 mVpp sampai 10
Vpp).







Catatan :
Perlu diperhatikan bahwa offset dc merupakan jumlah sinyal ac setelah
attenuator, sebelum penguat keluaran. Ini memungkinkan sinyal ac kecil di
offsetkan dengan tegangan dc yang relatip besar. Misal tegangan 100mVpp
dapat dioffsetkan dengan hampir 5Vdc (dalam beban 50 ).
Pada saat merubah cakupan, selalu mensaklar attenuator yang demikian ini
menyebabkan tegangan keluaran tidak pernah melampaui pengaturan awal
amplitudo arus. Bagaimanapun, gangguan sesaat atau glitch yang
disebabkan oleh pensaklaran, dalam beberapa aplikasi dapat menyebabkan
masalah. Untuk alasan inilah, 33250A mengembangkan range hold untuk
menyegarkan saklar attenuator dan amplifier dalam arus kerjanya.
Bagaimanapun, amplitudo, akurasi dan resolusi offset (seperti halnya
ketepatan bentuk gelombang) mungkin berpengaruh kurang baik ketika
mengurangi amplitudo di bawah cakupan yang diharapkan. Sebagaimana
ditunjukkan di bawah ini 33250A memiliki impedansi seri keluaran yang tetap
50 , membentuk pembagi tegangan dengan tahanan beban.

Gambar 6-19 Rangkaian kendali
amplitudo output

50
Zo
Rl
VL
V gen
Gambar 6-20 Impedansi keluaran generator
fungsi




Sebagai kenyamanan, impedansi
beban dapat ditetapkan
sebagimana diperlihatkan oleh
generator fungsi dan dengan
demikian dapat diperagakan
tegangan beban dengan benar.
Jika impedansi beban sebenarnya
berbeda dengan nilai yang
ditetapkan, amplitudo yang
diperagakan, offset, dan tingkatan
tinggi / rendah menjadi salah.
Variasi tahanan sumber diukur dan
diperhitungkan selama instrumen
dikalibrasi. Oleh karena itu akurasi
tegangan beban terutama
bergantung pada akurasi tahanan
beban dengan persamaan
ditunjukkan di bawah ini.







6.2.3.Pengendali Tegangan Keluaran
6.2.3.1. Rangkaian Tertutup Ground
Kecuali untuk antar muka
hubungan jarak jauh dan pemicu,
33250A diisolasi dari ground
chasis (tanah). Isolasi ini
membantu mengeliminasi
rangkaian tertutup ground dalam
system dan juga memungkinkan
ke acuan sinyal keluaran tegangan
selain terhadap ground.
Ilustrasi di bawah ini menunjukkan
generator fungsi dihubungkan ke
beban melalui kabel koaksial.
Terdapat banyak perbedaan dalam
tegangan ground (VGND) yang
akan cenderung membuat arus
IGND mengalir ke dalam
pengaman kabel, sehingga
menyebabkan penurunan
tegangan pada impedansi
pengaman (Zshield). Akibatnya
penurunan tegangan (IGND X
Zshiled) mengakibatkan kesalahan
tegangan beban. Bagaimanapun,
karena instrumen diisolasi,
terdapat impedansi seri yang
besar (umumnya 1 M parallel 45
nF) dalam jalur yang berlawanan
dengan aliran arus IGND dengan
demikian mengurangi efek ini.







Gambar 6-21 Pengaruh rangkaian tertutup ground


Pada frekuensi di atas beberapa
KHz pengaman kabel koaksial
menjadi bersifat induktif, lebih baik
dari pada resistif dan kabel
berfungsi seperti transformator.
Bila ini terjadi, ada kecenderungan
daya pengaman arus konduktor
sama besarnya namun dalam arah
yang berlawanan. Tegangan drop
dalam pengaman serupa dengan
tegangan drop pada konduktor. Ini
dikenal sebagai balun effect dan
pada frekuensi yang lebih tinggi ini
mengurangi rangkaian tertutup
ground.Perlu diperhatikan bahwa
resistansi pengaman lebih rendah
menyebabkan balun effect menjadi
lebih banyak, merupakan faktor
frekuensi lebih rendah. Oleh
karena itu, kabel koaksial dengan
dua atau tiga pita rambut
pengaman sangat lebih baik dari
pada dengan pita rambut
pengaman tunggal. Untuk
mengurangi kesalahan karena
rangkaian tertutup ground,
hubungan generator fungsi dan
beban menggunakan kabel
koaksial kualitas tinggi. Ground
pada beban dilewatkan melalui
kabel pengaman. Jika
dimungkinkan, generator fungsi
dan beban dihubungan dengan
saluran listrik yang sama untuk
memperkecil perbedaan tegangan
ground.

6.2.2.4. Atribut Sinyal AC
Kebanyakan sinyal ac berupa
gelombang sinus. Dalam faktanya,
beberapa periodik sinyal dapat
ditampilkan sebagai penjumlahan
dari gelombang sinus yang
berbeda. Besaran gelombang
sinus biasanya di spesifikasi
dengan harga puncak, puncak ke
puncak atau efektif (root
meansquare /rms). Semua
besaran ini dengan asumsi bahwa
bentuk gelombang memiliki
tegangan offset nol.


















Gambar 6-22 Nilai tegangan yang penting pada gelombang sinusoida
Tegangan puncak bentuk
gelombang merupakan harga
absolute dari semua titik dalam
bentuk gelombang. Tegangan
puncak ke puncak merupakan
perbedaan antara harga
maksimum dan minimum.
Tegangan rms diperoleh dengan
menjumlahkan kuadrat tegangan
disetiap titik bentuk gelombang,
dibagi jumlah titik dan kemudian
hasil bagi diakar pangkat dua.
Harga rms bentuk gelombang juga
menunjukkan daya rata-rata sinyal
satu siklus . Daya = (Vrms)
2
/ Rl
Crest faktor merupakan
perbandingan harga sinyal puncak
terhadap harga rms dan harganya
akan berbeda sesuai dengan
bentuk gelombang. Tabel di bawah
ini menunjukkan beberapa bentuk
gelombang pada umumnya
dengan besanrnya crest faktor dan
harga rms.

Tabel 6-2 Crest faktor dan bentuk gelombang

Vp-p
T = 1/f
Vrms = 0.77 Vp




Adakalanya tingkatan arus bolak-
balik ditetapkan dalam " desibel
relatip terhadap 1 milliwatt" ( dBm).
Karena dBm menampilkan tingkat
daya yang diperlukan untuk
mengetahui tegangan rms sinyal
dan resistansi beban dalam hal ini
dapat diperhitungkan :



Untuk gelombang sinus beban 50
berkaitan dengan tegangan
dBm ditunjukan dalam tabel
berikut.

Tabel 6-3 Konversi dBm


6.2.4. Modulasi
Modulasi merupakan proses
memodifikasi sinyal frekuensi
tinggi (disebut sinyal pembawa,
carrier signal) dengan sinyal
informasi frekuensi rendah
(disebut sinyal pemodulasi,
modulating signal). Bentuk
gelombang sinyal pemodulasi bisa
beraneka ragam, sedangkan
bentuk sinyal pembawa biasanya
gelombang sinusoida. Dua jenis
modulasi yang terkenal adalah AM
(amplitudo modulation) dan FM
(frequency modulation). Kedua
jenis modulasi tersebut
memodifikasi amplitudo, frekuensi
pembawa sesuai dengan harga
sesaat sinyal pemodulasi. Jenis
modulasi ketiga adalah frequency-
shift keying (FSK), yang memiliki
frekuensi output bergeser antara
dua frekuensi tergantung pada
keadaan sinyal pemodulasi digital.
Generator fungsi akan menerima
sumber modulasi internal dan
eksternal. Bila anda memilih
sumber internal, maka gelombang
termodulasi dibangkitkan oleh
proses pembangkit DDS dari
prosesor signal digital (DSP, digital
signal processor). Namun bila
dipilih sumber eksternal, maka
dBm = 10 x log10(P / 0.001)
dimana P = VRMS 2/ RL




gelombang termodulasi
dikendalikan oleh level sinyal dari
panel belakang generator fungsi
bertanda MODULATION IN. Sinyal
eksternal disampel dan didigitalkan
oleh konverter analog ke digital
(ADC) dan kemudian disambung
ke DSP. Sumber sinyal
pemodulasi, dapat dihasilkan
stream sampel digital yang
mewakili gelombang pemodulasi.
Perlu dicatat bahwa pada FSK,
frekuensi output ditentukan oleh
level sinyal dari konektor
TRIGGER IN pada panel
belakang.

6.2.4.1. Modulasi Amplitudo (AM)
Untuk AM, DSP merupakan contoh
modulasi DAC yang kemudian
mengendalikan amplitudo keluaran
melalui sebuah pengali analog.
DAC dan pengali sama seperti
yang digunakan untuk mengatur
tingkat keluaran generator fungsi.
Bentuk AM pemancar
menggunakan pembawa double
sideband dan merupakan jenis
modulasi yang digunakan pada
kebanyakan stasiun radio AM.












Gambar 6-23 Modulasi amplitudo

Jumlah modulasi amplitudo
merupakan apa yang dinamakan
kedalaman modulasi yang
direferensikan sebagai bagian dari
cakupan amplitude. Misalnya
seting kedalaman 80%
menyebabkan amplitudo bervariasi
dari 10% sampai 90% dari seting
amplitudo (90% - 10%) = 80%)
dengan salah satu siyal
pemodulasi ( 5V) internal atau
eksternal.
6.2.4.2. Frequency Modulation
(FM)
Frekuensi modulasi dan DSP
menggunakan sampel modulasi
untuk memodifikasi frekuensi
keluaran instrumen dengan
mengubah isi PIR. Perlu dicatat
bahwa karena panel belakang
masukan modulasi dihubungkan
langsung, 33250A dapat
digunakan untuk menandingi
osilator yang frekuensinya
dikendalikan dengan tegangan
(VCO). Variasi frekuensi bentuk
gelombang modulasi dari frekuensi
pembawa dinamakan deviasi
frekuensi. Bentuk gelombang
dengan frekeunsi deviasi di bawah
1% dari lebar sinyal modulasi
direferensikan sebagai FM band





sempit. Bentuk gelombang dengan
deviasi yang lebih besar
direferensikan sebagai FM band
lebar. Bandwidth sinyal yang
dimodulasi dapat didekati dengan
persamaan berikut.
BW 2 X (lebar band sinyal
modulasi) untuk FM band sempit
BW 2 X )Deviasi + lebar band
sinyal modulasi ) untuk FM band
lebar.
Stasiun FM komersial di Amerika
pada umumnya mempunyai lebar
band modulasi 15 kHz dan deviasi
75 kHz, membuat band lebar. Oleh
karena itu, lebar band modulasi =
2 X (75 kHz + 15 kHz) = 180 kHz.
Jarak antar kanal 200 kHz.








Gambar 6-24. Modulasi frekuensi

6.2.4.3. Frequency-Shift Keying (FSK)
FSK serupa dengan FM kecuali
perubahan frekuensi antara dua
harga preset. Kecepatan
pergeseran keluaran antara dua
frekeunsi (dinamakan frekuensi
pembawa dan frekuensi harapan)
ditentukan oleh kecepatan
generator internal atau level sinyal
Trig In pada panel belakang.
Perubahan frekuensi seketika dan
pasa kontinyu. Sinyal internal
modulasi berbentuk gelombang
kotak dengan duty cycle 50%.
Kecepatan FSK dapat diatur
secara internal dari 2 mHz sampai
100 kHz.












Gambar 6-25. Frequency shift keying








6.2.4.5. Sapuan Frekuensi
Sapuan frekuensi serupa dengan
FM namun tidak menggunakan
bentuk gelombang pemodulasi.
DSP internal mengatur frekuensi
keluaran yang didasarkan pada
salah satu fungsi linier atau
logaritmis. Dalam sapuan linier,
perubahan frekuensi keluaran
konstan hertz per detik. Dalam
sapuan logaritmis, perubahan
frekuensi keluaran dalam
konstanta oktaf/detik atau decade
per detik. Sapuan logaritmis
sangat berguna untuk meliputi
cakupan frekuensi yang luas
dimana resolusi pada frekuensi
rendah secara potensial akan
kehilangan sapuan linier. Sapuan
dibangkitkan dengan
menggunakan sumber pemici dari
dalam atau luar berupa perangkat
keras sumber pemicu. Bila sumber
eksternal dipilih, generator fungsi
akan menerima perangkat keras
pemicu yang diterapkan pada
konektor panel belakang Trig In.
Generator Fungsi memulai satu
sapuan pada setiap menerima Trig
In berupa pulsa TTL.
Satu sapuan terdiri dari sejumlah
langkah-langkah kecil frekuensi.
Karena setiap langkah mengambil
waktu yang sama, sapuan waktu
yang lebih lama menghasilkan
langkah lebih kecil dan oleh
karena itu resolusinya lebih baik.
Jumlah titik titik frekuensi diskrit
dalam sapuan secara otomatis
dihitung oleh generator fungsi dan
didasarkan pada waktu sapuan
yang telah dipilih.


Gambar 6-26 Frekuensi sapuan

Pemicu sapuan, sumber picu
dapat berupa sinyal eksternal,
kunci atau komentar yang diterima
dari antarmuka jarak jauh.
Masukan sinyal picu eksternal
dihubungkan Trig In yang berada
pada panel belakang.
Penghubung ini kecuali TTL,
berada pada tingkat kompatibel
dan direferensikan terhadap
ground chasis (bukan ground
mengambang). Bila tidak
digunakan sebagai masukan,
konektor Trig In dapat
dikonfigurasikan sebagai keluaran
sehingga memungkinkan
instrument 33250A untuk memicu
instrumen lain pada waktu yang
sama sebagai pemicu kejadian
internal.






6.2.4.6. Sinyal Sinkron dan Marker
Keluaran penghantar sync pada
panel belakang menuju tinggi pada
setiap permulaan sapuan. Jika
fungsi marker disable (lumpuh),
sinyal sync menuju rendah pada
titik tengah sapuan. Jika fungsi
marker memungkinkan, sinyal syn
menuju rendah pada saat
frekuensi keluaran mencapai
frekuensi marker tertentu.
Frekuensi marker harus berada
diantara frekuensi mulai dan
frekuensi berhenti. Penggunaan
fungsi marker untuk
mengidentifikasi frekuensi tertentu
dalam respon piranti yang diuji
(Device under test/DUT) missal
jika diinginkan untuk identifikasi
frekuensi resonansi. Untuk
mengerjakan ini, hubungkan
keluaran sync ke satu kanal
osiloskop dan hubungkan keluaran
DUT pada kanal osiloskop yang
lain. Kemudian, picu osiloskop
dengan ujung awal dari sinyal sync
pada posisi permulaan frekuensi
pada sisi kiri osiloskop. Lakukan
penyesuaian frekuensi marker
sampai sinyal syn menuju keadaan
rendah, respon piranti akan
membentuk corak yang menarik.
Frekuensi dapat dibaca pada
peraga panel belakang instrument
33250A.

Gambar 6-27 Sweep with marker at DUT resonance

6.2.4.6.1. Burst
Keluaran generator fungsi dapat
diatur pada bentuk gelombang
dengan jumlah siklus tertentu yang
dinamakan burst. Burst dapat
digunakan dalam salah satu dari
dua mode burst siklus N (juga
dinamakan triggered burst atau
gated burst). Burst siklus N
merupakan burst siklus N yang
terdiri dari bentuk gelombang
dengan jumlah siklus tertentu (1
sampai 1.000.000) dan selalu
diaktifkan dengan peristiwa picu.
Burst juga dapat diset untuk
menghitung tak hingga yang
dihasilkan pada bentuk gelombang
kontinyu pada generator fungsi
terpicu.





















Gambar 6-28 Bentuk gelombang keluaran sync dan tiga siklus bentuk
gelombang burst

Untuk burst, sumber picu dapat
berupa sinyal eksternal, suatu
pewaktu internal, kunci, atau
komand yang diterima dari
antarmuka jarak jauh. Masukan
sinyal picu eksternal melalui
penghantar Trig In yang berada
pada panel belakang. Penghantar
ini kecuali TTL, berada pada
tingkat kompatibel dan
direferensikan terhadap ground
chasis (bukan ground
mengambang). Bila tidak
digunakan sebagai masukan,
penghantar dapat dikonfigurasikan
sebagai keluaran sehingga
memungkinkan 33250A untuk
memicu instrumen lain pada saat
yang sama sebagai pemicu
kejadian internal. Pengaruh picu
dapat ditunda sampai 85 detik
(penambahan 100 picodetik) untuk
menyerempakkan permulaan burst
dengan kejadian lain.
Trigger delay juga dapat disisipkan
untuk mengkompensasi peundaan
kabel dan waktu respon instrumen
lain dalam system. Pada burst N
siklus selalu dimulai dan diakhiri
pada titik yang sama pada bentuk
gelombang, yang dinamakan start
phase. Pasa permulaan pada 0
berhubungan dengan awal
perekaman bentuk gelombang dan
360 berhubungan dengan akhir
perekaman bentuk gelombang.
Misal perkiraan aplikasi
memerlukan dua bentuk
gelombang sinus frekuensi 5 MHz
yang secara pasti satu sama lain
berbeda pasa 90. Dapat
menggunakan dua 33250A seperti
diuraikan berikut ini. Pertama
rencanakan satu generator fungsi
sebagai master dan yang lain
sebagai slave. Seperti ditunjukkan
6-29. hubungkan penghantar
keluaran master 10 MHz ke
penghantar masukan slave 10
MHz dengan menggunakan kabel
koaksial kualitas tinggi. Konfigurasi
ini akan meyakinkan bahwa kedua
instrumen akan membangkitkan
secara pasti frekuensi sama dan
tidak akan terdapat istilah
pergeseran pasa diantara kedua
instrumen. Berikutnya, hubungkan
dua penghantar masukan dan
keluaran trigger bersama-sama
untuk memungkinkan master
memicu slave.

Keluaran
sinkronisasi
Keluaran
utama





Gambar 6-29 Konfigurasi dua instrumen
Setelah membuat hubungan seperti
yang ditunjukan gambar 6-29. ikuti
langkah-langakh di bawah ini.
1. Atur kedua instrumen pada
keluaran bentuk gelombang
sinus dengan frekuensi 5 MHz.
2. Pada kedua instrumen, diatur
pada mode N siklus burst, set
burst menghitung sampai tiga
siklus, dan set pasa permulaan 0
derajat.
3. Pada master, pilih sumber picu
internal dan memungkinkan
sinyal keluaran picu dengan
rising edge dari penghantar Trig
Out.
4. Pada slave, pilih sumber picu
eksternal dan memungkinkan
pemicuan pada rising edge dari
sinyal picu.
5. Dengan menggunakan
osiloskop, verifikasi bahwa
kedua instrumen sekarang
membangkitkan bentuk
gelombang burst tiga siklus.
Kemudian lakukan penyesuaian
parameter penundaan picu satu
instrumen untuk membawa burst
keduanya ke dalam kelurusan
satu sama lain. Sekarang dua
instrumen diserempakkan dan
akan tetap diserempakkan
sampai pengaturan parameter
penundaan picu.
6. Atur pasa permulaan dari satu
instrumen pada 90. Kemudian,
atur penjumlah burst pada
masing-masing instrumen
sebagaimana diperlukan untuk
aplikasi. Jika diperlukan bentuk
gelombang burst kontinyu, pilih
jumlah burst tak hingga pada
kedua instrumen dan
memungkinkan pemicuan
manual pada master. Dalam
contoh ini, menjadi parameter
penunda picu, konstanta system
kalibrasi.
Sekali ditetapkan, kedua
instrumen dipertahankan lurus
dalam waktu, sekalipun jika
frekuensi atau pasa permulaan
diubah. Setiap waktu master
dipicu slave, kedua instrumen
diserempakkan kembali. Jika
tenaga diedarkan, instrumen
dapat distel kembali dengan
pemugaran keterlambatan picu
sebelumnya. Perlu dicatat
bahwa perbedaan harga




penundaan mungkin diperlukan
jika pasangan instrumen yang
digunakan berbeda atau jika
bentuk gelombang fungsi yang
dipilih berbeda.

6.2.4.6.2. Gated Burst
Dalam mode gated burst, bentuk
gelombang keluaran merupakan
salah satu on atau off didasarkan
pada level sinyal eksternal yang
diaplikasikan pada konektor panel
dengan Trig In. Pada saat sinyal
gate benar keluaran generator
fungsi bentuk gelombang kontinyu.
Bila sinyal gate menuju salah,
siklus bentuk gelombang arus
dilengkapi dan kemudian
generator fungsi berhenti selagi
tetap berada pada level tegangan
yang sesuai dengan pasa burst
awal dari bentuk gelombang yang
dipilih. Bentuk gelombang noise,
keluaran berhenti seketika bila
sinyal gate menuju salah.

6.2.5. Spesifikasi Alat






























Model : AFG3251 / AFG3252
Channels : 1 / 2
Sine Wave : 1 Hz to 240 MHz
Amplitudo
<200 MHz : 50 mVp-p to 5 Vp-p / 30 dBm to 18.0 dBm
>200 MHz : 50 mVp-p to 4 Vp-p / 30 dBm to 16.0 dBm
Harmonic Distortion (1 Vp-p)
10 Hz to 1 MHz : <60 dBc
1 MHz to 5 MHz : <50 dBc
5 MHz to 25 MHz : <37 dBc
>25 MHz : <30 dBc
THD (10 Hz 20 kHz, 1 Vp-p) : <0.2%
Spurious (1 Vp-p)
10 Hz to 1 MHz : <50 dBc
1 MHz to 25 MHz : <47 dBc
>25 MHz :<47dBc+ 6 dBc/octave

Phase Noise, typical : <110 dBc/Hz at 20 MHz, 10 kHz
offset, 1 Vp-p
Residual Clock Noise : 57 dBm
Modulation : AM, FM, PM
Source : Internal/External
Internal Modulation Frequency : 2 mHz to 50.00 kHz
Frequency Shift Keying : 2 keys
Source : Internal/External
Internal Modulation Frequency : 2 mHz to 1.000 MHz
Sweep : Linear, logarithmic
Burst :Triggered, gated
Internal Trigger Rate : 1.000 ms to 500.0 s
Gate and Trigger Sources : Internal, external, remote interface
ArbitraryWaveforms : 1 mHz to 120 MHz
Sample Rate : 2 GS/s
Waveform Memory : 2 to 128 K




6.2.6. Prosedur Pengoperasian Pengukuran bilangan pulsa noise
Bilangan derau atau NF (Noise
Figure) adalah suatu parameter
penting dari amplifier
telekomunikasi, yang menyatakan
berapa besar sumbangan noise
pada output amplifier. Hal itu
menjelaskan turunnya nisbah
sinyal ke derau SNR (signal to
noise ratio), yang disebabkan oleh
komponen dalam rantai sinyal.
Definisinya merupakan nisbah
antara signal terhadap derau dari
output terhadap input. Misalnya
dari : ponsel dan penguat pada
stasiun pangkalan TDMA, GSM
dan standar radio burst-type
lainnya. Untuk memperoleh hasil
pengukuran yang teliti, bilangan
noise harus diukur dengan
amplifier yang dioperasikan pada
kondisi mode pulsa seperti kondisi
operasi normalnya.

Gambar 6-30 Pengukuran lebar band dari filter bandpass dan
penguat IF
Setiap penguat RF baru dan filter
dirancang memiliki karakteristik
bandpass yang harus diukur untuk
meyakinkan hasil sesuai tujuan
rancangan. Kebanyakan peguat
dirancang memiliki respon linier
sepanjang cakupan frekuensi
aplikasi. Hal serupa, filter
dirancang untuk melewatkan band
frekuensi yang telah ditetapkan
sebelumnya dan menolak yang
lain. Kedua jenis komponen yang
cenderung memiliki cakupan
frekuensi dimana respon amplitudo
relatip datar. Pada salah satu
ujung cakupan respon amplitudo
ini secara mantap berkurang. Titik
dimana respon turun -3 dB dari
amplitudo puncak ke puncak
didefinisikan sebagai batasan
lebar band.
Dalam aplikasi ini misalnya kita
akan menguji penguat IF 140 MHz
dan mengukur batas frekuensi
atas dan bawah lebar band
dimana amplitudo keluaran turun -
3 dB. Turun -3dB ekuivalen
dengan 70,71% harga puncak ke




puncak. AFG memberikan sapuan
gelombang sinus seperti sinyal
masukan ke penguat dan
penganalisa spektrum melacak
sinyal keluaran dalam mode hold
peak. Menekan tombol mode
sweep AFG mengantarkan layar
dengan semua bentuk gelombang
yang perlu dilihat, meliputi
tampilan bentuk gelombang itu
sendiri (gambar 6-31). Tampak
bentuk gelombang pada bingkai
didekat layar bagian bawah.
Meringkas semua detil yang
menyolok berkaitan dengan sinyal
yang dibangkitkan : amplitudo,
frekuensi, slope dari gelombang
ramp yang meningkatkan frekuensi
dan panjang total sapuan (waktu).
Gambar 6-32 melukiskan
instrumen pelacak dari
penganalisa spektrum.
Penggunaan marker, instrumen
menghasilkan cakupan frekuensi
dari 133 MHz sampai 147 MHz.
Diluar lebar band ini respon
penguat di bawah titik -3 dB.


Gambar 6-31 Bantuk gelombang keluaran generator fungsi

Gambar 6-32 Pelacakan
penganalisa spektrum




6.3. Pembangkit Pulsa
6.3.1. Pendahuluan
Generator pulsa ini dipakai pada
pengukuran dengan
dikombinasikan pemakaian CRO.
Dengan pengukuran ini dihasilkan
informasi kualitatif dan kuantitatif
tentang peralatan yang sedang
dites. Pengetesan yang sering
dilakukan dengan generator pulsa
ini adalah pengetesan transient
respons dari amplifier. Perbedaan
pokok antara generator pulsa
dengan generator gelombang
kotak, adalah pada duty cyclenya.
Pada generator gelombang kotak
duty cyclenya 50%. Pada
generator pulsa, duty cyclenya
bervariasi, dimana duty cycle
dirumuskan sebagai berikut.



6.3.2. Spesifikasi Alat
Ada beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi oleh sebuah
generator pulsa.
1. Pulsa harus mempunyai distorsi
minimal, sehingga setiap
distorsi yang terjadi pada
peraga murni hanya disebabkan
oleh alat yang dites.
2. Karateristik dasar dari pulsa
adalah rise time, overshoot,
ringing, sag dan undershoot.


6.4. Sweep Marker Generator
6.4.1. Prosedur Pengoperasian
6.4.1.1. Alignment penerima AM
Prosedur pelaksanaan alignment
penerima AM dilakukan sebagai
berikut
1. Gunakan rangkaian pengetesan
seperti nampak pada gambar 6-
33, dengan snyal generator
pada posisi output gelombang
sweep linier.
2. Menggunakan pengetesan
gambar 6-33 dengan mengatur
generator untuk menghasilkan
peragaan sapuan linier.
3. Jika penghitungan frekuensi
senter teliti akan digunakan
selama pengetesan. Generator
fungsi dengan penghitung
frekuensi (peraga digital)
merupakan langkah sederhana.
Sebelum operasi sapuan
dimulai, atur pemutar frekuensi
pada generator untuk mencapai
frekuensi yang diinginkan. Cek
melalui penghitung dan
tempatkan marker pada layar
osiloskop dengan
menggunakan lemak pinsil.
4. Sinyal dapat dinjeksikan melalui
salah satu mixer (455 kHz)
atau pada antenna. Bila injeksi
sinyal 455 kHz pada masukan
mixer, osilator harus
dipasipkan.
5. Bila respon IF yang diamati
pada masukan detektor AM,
probe detektor RFdiperlukan
kecuali jika titik demodulasi
telah ditetapkan oleh pabrikan.
Duty cycle =
de pulseperio
pulsewidth





6. Pengaturan tuning penguat IF
dapat dilakukan seperti yang
diinginkan memperoleh kurva
respon IF yang dikehendaki.
Seringkali, setiap rangkaian
tune diatur untuk memperoleh
amplitudo maksimum pada titik
tengah frekuensi IF.
Bagaimanapun, beberapa
penguat IF tune bertingkat
untuk mencapai lebar band
yang diinginkan.

Sapuan eksternal mungkin
digunakan jika diinginkan
gelombang sinus atau pola sapuan
lain. Menghubungkan sumber
tegangan sapuan eksternal ke jack
masukan VCF dari generator.
Tegangan sapuan eksternal dapat
juga diaplikasikan pada masukan
horisontal osliloskop. Pengaturan
frekuensi marker, dapat dilakukan
dengan power suplly yang dapat
divariasi diumpankan pada jack
masukan VCF. Masukan horisontal
osiloskop dan penghitung mungkin
dapat digunakan untuk mengukur
frekuensi keluaran.
Bagaimanapun, sama dengan
operasi sapuan eksternal, mungkin
ini lebih nyaman dalam pengaturan
frekuensi marker menggunakan
tegangan keluaran GCV untuk
mengendalikan masukan
horisontal osiloskop. Karena
memungkinkan berkorelasi
langsung antara peraga osiloskop,
penghitung frekuensi dan
pengaturan frekuensi generator.

























Gambar 6-33 Alignment penerima AM

RF
Amplifier
Mixer IF Amp
AM
detektor
Audio
Amp
Osilator

Hor

455 kHz
Vert
CRO
Sweep Function Generator




6.4.1.2. Aligment penerima komunikasi FM
Pengetesan pada gambar 6.-33
dapat dipakai untuk proses
alignment pesawat penerima FM,
yaitu bagian frekuensi menengah
(intermediate frequency = IF) 455
kHz, dan bagian diskriminator.
Untuk ketepatan pengaturan
frekuensi tersebut dapat dipakai
sumber marker kristal-terkontrol
(crystal-controlled marker source)
455 kHz, dengan cara sebagai
berikut:
1. Pilih bentuk gelombang sweep,
dan gunakan sinyal ke bagian
IF 455 kHz.
2. Bila sinyal output bagian IF 455
kHz didisplaikan, kurva respons
akan nampak seperti gambar 6-
34.a marker (marker) pip
seharusnya pada pusat kurva
respons.
3. Bila kurva respons diskriminator
diperagakan, kurva respons
akan nampak seperti gambar 6-
34b. Kurva S harus setimbang
pada setiap sisi dari pip
marker.
Dalam skenario alignment
penerima hanya dapat dievaluasi
dan diverifikasi tanpa pengaturan.
Dimana rangkaian tune dapat
diatur, dengan mengikuti prosedur
pabrikan untuk meyakinkan
bahwa respon keseluruhan dicapai
dengan tepat.





































Gambar 6-34 Alignment dari penerima IF komunikasi FM dan diskriminator

















CRO
Sweep Function Generator


RF
Amplifier
Fst
Mixer
Fst
IF Amp
demodulator Audio
Amp
Osilator
2nd
Mixer
Osilator
2nd
IF Amp
475 455 435 kHz
455 kHz
Penerima radio FM
A B




6.4.1.3 Pengukuran Noise Figure
Noise figure merupakan parameter
penting dalam penguat
telekomunikasi seperti seberapa
banyak noise yang
dikonstribusikan oleh penguat
dalam sinyal keluaran. Ini
menguraikan degradasi
perbandingan sinyal terhadap
noise yang disebabkan oleh
komponen sinyal. Ini didefiniskan
sebagai perbandingan sinyal
terhadap noise pada keluaran
yang pada inputnya dapat berupa
:Telpon seluler dan penguat
pangkalan stasiun TDMA, GSM
dan jenis burst radio standar yang
hanya bertenaga mesin
sepanjang slot waktu aktip untuk
memelihara tenaga. Untuk
mencapai ketelitian hasil
pengukuran, noise figure harus
diukur dengan penguat yang
dioperasikan dalam mode pulse
seperti selama operasi normal.
Suatu metoda pengukuran SNR
yang populer adalah metoda faktor
Y. Hal ini terletak pada kalibrasi
sumber derau dengan nisbah
derau lebih (ENR = excess noise
ratio) yang dihubungkan ke input
amplifier yang dites (lihat gambar
6-34). Kanal 1 dari AFG3252
menyebabkan amplifier ON dan
OFF melalui signal pulsa yang
mengemudikan input bias penguat.
Lebar dan kecepatan pengulangan
pulsa di atur sesuai dengan
standar pengetesan. Penganalisa
spektrum dikonfigurasikan dalam
mode gated time hanya untuk
mengukur keluaran penguat
selama saklar pada posisi pasa.
Kanal 2 dari sinyal picu AFG
pada spektrum serempak untuk
mengendalikan pulsa pembias
penguat.
Penurunan noise figure dengan
metoda ini pertama diperlukan
untuk menentukan apa yang
dinamakan faktor Y yang
merupakan perbandingan
kepdatan noise keluaran dari
sumber noise dalam keadaan ON
dan OFF. Untuk dapat mencapai
reproduksi hasil pengukuran
rerata dari pengukuran yang
dikehendaki.
Dengan faktor Y diukur dan ENR
dibagi dengan sumber yang
menghasilkan noise untuk
frekuensi tertentu, noise figure
sekarang dapat dihitung sebagai
berikut :





Sebagai contoh asumsikan bahwa
ENR adalah 5,28 dB dan
kepadatan noise yang diukur
ditingkatkan dari -90 dBm/Hz
sampai -87 dBm/Hz setelah
sumber noise ditune. Faktor Y dari
3dB yang diperlukan untuk diubah
ke nilai linier untuk digunakan
dalam persmaan di atas.
Penggunaan formula Y(lin) =
10Y(dB)/10 dcapai Y(lin) =1,995.
Pengisian harga ini ke dalam
formula di atas untuk noise figure
NF=5,3 dB.
Keuntunga penggunaan AFG
dalam aplikasi ini bahwa
NF= ENR dB (10log (Y-1)).





menawarkan dua kanal yang dapat
disinkronkan dalam frekuensi dan
pengaturan ampitudo secara
independen disesuaikan level bias
yang diperlukan penguat dan
masukan picu dari penganalisa
spektrum atau pengukur noise
figure.




















7.1 Pengantar
7.1.1. Pemahaman Dasar Sinyal
Gerakan alami dalam bentuk
gelombang sinus, serupa ombak
lautan, gempa bumi, suara bising
dan bergetar, suara melalui udara
atau frekuensi alami dari gerakan
tubuh. Energi, getaran partikel dan
gaya yang tidak tampak meliputi
pisik alam semesta. Cahaya
merupakan bagian partikel, bagian
gelombang berupa frekuensi
dasar, yang dapat diamati sebagai
warna.
Pengamatan dan pengukuran
untuk melihat perbedaan gerakan
diperlukan alat yang mampu
memvisualisasi. Berdasarkan
visualisasi tersebut gerakan dapat
dibedakan kekuatan, besarnya
perioda pengulangan. Alat yang
mampu mevisualisasikan gerakan
periodik ini dinamakan osiloskop.
Osiloskop merupakan perangkat
yang sangat dibutuhkan untuk
perancangan, pabrikasi atau
perbaikan peralatan elektronika.
Perkembangan teknologi sekarang
ini para teknisi atau ahli
membutuhkan ketersediaan
perangkat terbaik untuk
menyelesaikan tantangan
pengukuran secara cepat dan
tepat. Osiloskop merupakan kunci
jawaban tantangan tuntutan
pengukuran secara akurat.
Kegunaan osiloskop tidak dibatasi
pada dunia elektronik. Dengan
transduser yang tepat osiloskop
dapat mengukur semua jenis
phenomena. Transduser
merupakan piranti yang
menciptakan sinyal listrik dalam
respon terhadap rangsangan pisik
seperti suara, tekanan mekanik,
tekanan, cahaya atau panas.
Sebuah mikropon merupakan
transducer yang mengubah suara
ke dalam sinyal listrik. Gambar 7-1
menunjukkan data ilmiah yang
dapat dikumpulkan oleh osiloskop.
Tujuan
Setelah mengikuti pembahasan
osiloskop pembaca diharapkan
mampu :
1. Mampu menjelaskan prinsip
dasar operasi CRO
2. Mampu mendiskripsikan
jenis-jenis CRO
3. Mampu menjelaskan prinsip
pengukuran sinyal dengan
CRO.
Pokok Bahasan
Pembahasan CRO meliputi :
1. Pengertian jenis-jenis sinyal,
amplitudo, frekuensi dan fasa.
2. Operasi dasar CRO
3. Jenis-jenis CRO Analog dan
digital
4. Pengoperasian CRO untuk
pengukuran karakteristik sinyal.
5. MSO perkembangan CRO
digital dalam aplikasi khusus.
BAB 7
OSILOSKOP
















Gambar 7-1. Pengambilan data dengan CRO

Osiloskop digunakan oleh semua
orang dari ahli fisika sampai
teknisi perbaiki TV. Ahli mesin
otomotif menggunakan osiloskop
untuk mengukur getaran mesin.
Peneliti medis menggunakan
osiloskop untuk mengukur
gelombang otak. Berbagai
kemungkinan tidak ada akhirnya.
Setelah membaca bahasan ini
akan mampu :
1. Menguraikan bagaimana
osiloskop bekerja
2. Menguraikan perbedaan
antara osiloskop analog,
penyimpan digital, phaspor
digital dan pencuplikan digital.
3. Menguraikan jenis-jenis bentuk
gelombang
4. Memahami pengendali dasar
osiloskop
5. Melakukan pengukuran
sederhana.
Buku manual yang disertakan
dengan osiloskop akan memberi
informasi khusus tentang
bagaimana menggunakan
osiloskop. Beberapa penghasil
osiloskop juga memberikan
banyak aplikasi untuk membantu
dalam aplikasi pengukuran
tertentu.

Osiloskop sinar katoda (cathode
ray oscilloscope) selanjutnya
disebut instrumen CRO
merupakan instrumen yang sangat
bermanfaat dan terandalkan untuk
pengukuran dan analisa bentuk-
bentuk gelombang dan gejala lain
dalam rangkaian elektronik yang
bersifat dinamis. Pada dasarnya
CRO merupakan alat pembuat
grafik yang menunjukkan
bagaimana sinyal berubah
terhadap waktu : sumbu vertikal
mempresentasikan tegangan dan
sumbu horisontal
mempresentasikan waktu.
Intensitas atau kecerahan
peragaan seringkali disebut
sumbu Z.
Grafik yang digambarkan dapat
menginformasikan banyak tentang
sinyal yang diukur diantaranya :
x harga tegangan dan waktu
sinyal.


x menghitung frekuensi sinyal
osilasi.
x gerakan bagian dari rangkaian
yang direpresentasikan dalam
bentuk sinyal.
x kesalahan fungsi komponen
seperti sinyal terdistorsi.
x seberapa banyak sinyal DC
atau sinyal AC.
x seberapa banyak sinyal noise
dan apakah noise berubah
mengikuti perubahan waktu.

Gambar 7-2: Peraga bentuk gelombang komponen X, Y, Z. (www.interq or
japan/se-inoue/e-oscilo0.htm)

Dalam pemakaian CRO yang
biasa, sumbu X masukan
horisontal berupa tegangan tanjak
(ramp voltage) linier yang
dibangkitkan secara internal yang
merupakan basis waktu (time
base) secara periodik
menggerakkan bintik cahaya dari
kiri ke kanan melalui permukaan
layar. Tegangan yang akan
diamati dimasukkan ke sumbu Y
atau masukan vertikal CRO,
menggerakkan bintik cahaya ke
atas dan ke bawah sesuai dengan
nilai sesaat tegangan masukan.
Selanjutnya bintik cahaya akan
menghasilkan jejak berkas gambar
pada layar yang menunjukan
variasi tegangan masukan sebagai
fungsi waktu. Bila tegangan
masukan berulang dengan laju
yang cukup cepat, gambar akan
kelihatan sebagai pola yang diam
pada layar. Dengan demikian
CRO melengkapi suatu cara
pengamatan tegangan yang
berubah terhadap waktu.
Disamping tegangan CRO dapat
menyajikan gambaran visual dari
berbagai fenomena dinamik
melalui pemakaian transduser
yang mengubah arus, tekanan,
tegangan, temperatur, percepatan
dan banyak besaran fisis lainnya
menjadi tegangan.

7.1.2. Pengetahuan dan Pengukuran Bentuk Gelombang
Istilah umum untuk suatu pola
pengulangan dari waktu ke waktu
adalah gelombang, misal
gelombang suara, gelombang
otak, dan gelombang tegangan
atau semua pola yang berulang.
Osiloskop mengukur gelombang
tegangan. Satu siklus dari


gelombang merupakan bagian dari
pengulangan gelombang. Satu
bentuk gelombang merupakan
penampilan grafik dari
pengulangan gelombang. Suatu
bentuk gelombang tegangan
menunjukkan waktu pada sumbu
horisontal dan tegangan pada
sumbu vertikal.
















Gambar 7-3. Bentuk gelombang pada umumnya
Gambar 7-4. Sumber-sumber bentuk gelombang pada
umumnya

Mengungkapkan bentuk
gelombang sebagian besar
tentang sinyal. Kapanpun dapat
dilihat perubahan tinggi bentuk
gelombang, waktu dalam sumbu
horisontal. Garis lurus diagonal
merupakan perubahan linier
tegangan naik ataupun turun
tegangan keadaan mantap.
Ketajaman sudut pada bentuk
gelombang menunjukkan
perubahan mendadak. Gambar 7-
3 menunjukkan bentuk gelombang
pada umumnya dan gambar 7-4
menunjukkan sumber-sumber
bentuk gelombang pada
umumnya.













Jenis-jenis Gelombang
Gelombang dapat diklasifikasi kedalam jenis :
x Gelombang sinus
x Gelombang kotak dan segi empat
x Gelombang segitiga dan gigi gergaji
x Bentuk step dan pulsa
x Sinyal periodik dan non periodik
x Sinyal sinkron dan asinkron
































7.1.2.1 Gelombang Kotak dan Segi empat
Gelombang kotak merupakan
bentuk gelombang lain yang
umum. Pada dasarnya gelombang
kotak merupakan tegangan yang
on dan off (tinggi dan rendah)
pada interval yang teratur. Ini
merupakan gelombang standar
untuk menguji penguat penguat
baik amplitudo bertambah
gelombang kotak mempunyai
distorsi minimum. Rangkaian
televisi, radio dan komputer sering
menggunakan gelombang kotak
untuk sinyal pewaktuan.
Gelombang segi empat
menyerupai gelombang kotak
kecuali bahwa interval waktu tinggi
dan rendahnya tidak sama
panjang. Terutama sekali
diperlukan pada saat untuk
menganalisa rangkaian digital.




7.1.2.1. Gelombang Sinus
Gelombang sinus merupakan
bentuk gelombang dasar untuk
beberapa alasan. Mempunyai sifat
harmonis matematis Tegangan
dalam saluran dinding bervariasi
seperti gelombang sinus. Tes
sinyal yang dihasilkan rangkaian
osilator dari pembangkit sinyal
seringkali berupa gelombang sinus.
Kebanyakan sumber-sumber daya
menghasilkan gelombang sinus
(AC menandakan arus bolak-balik,
meskipun tegangan bolak-balik jua,
DC arus rata yang berarti arus dan
tegangan seperti yang dihasilkan
baterai.Gelombang sinus damped
merupakan kasus tertentu yang
dapat dilihat pada rangkaian yang
berosilasi namun menurun dari
waktu ke waktu. Gambar 7-5
menunjukkan macam-macam
bentuk gelombang.



7.1.2.2. Gelombang gigigergaji dan segitiga
Gelombang gigigergaji dan
segitiga hasil dari rangkaian yang
dirancang untuk mengendalikan
tegangan secara linier, seperti
sapuan horisontal dari osiloskop
analog atau scan raster televisi.
Transisi antar tingkat tegangan
dari perubahan gelombang ini
kecepatannya konstan. Transisi
dinamakan ramp ditunjukkn pada
gambar 7-8.










Gambar 7-8. Step, pulsa dan rentetan pulsa

7.1.2.3. Bentuk Step dan Pulsa
Sinyal seperti step dan pulsa
jarang terjadi atau tidak secara
periodik ini dinamakan single shot
atau sinyal transien. Step
menunjukkan perubahan tegangan
mendadak seperti perubahan
pada pemidahan saklar on power.
Pulsa menunjukkan perubahan
tegangan mendadak, serupa
dengan perubahan tegangan jika
memindahkan saklar power on
dan kemudian off lagi. Pulsa
mungkin ditunjukkan satu bit dari
informasi yang berjalan melalui
rangkaian komputer atau mungkin
glitch atau dalam rangkaian cacat.
Kumpulan pulsa-pulsa berjalan
bersama membuat pulsa train.
Komponen digital dalam komputer
komunikasi dengan setiap
penggunaan pulsa yang lain.
Pulsa biasanya juga dalam sinar X
dan peralatan komunikasi.
Gambar 7-8 menunjukan contoh
bentuk step dan pulsa dan pulsa
train.

7.1.2.4. Sinyal periodik dan Non periodik
Pengulangan sinyal direferensikan
sebagai sinyal periodik, sementara
sinyal yang perubahannya konstan
dikenal sebagai sinyal non
periodik.

7.1.2.5. Sinyal sinkron dan tak sinkron
Bila pewaktuan berhubungan
dengan keberadaan dua sinyal,
sinyal direferensikan sebagai
sinyal sinkron. Sinyal clock, data
dan alamat di dalam komputer
merupakan contoh sinyal sinkron.
Asinkron merupakan istilah yang
digunakan untuk menguraikan
sinyal antara yang tidak



berhubungan dengan keberadaan
pewaktuan. Karena tidak ada
korelasi waktu antara aksi
penyentuhan kunci pada keyboard
komputer dan clock di dalam
komputer, ini dipandang sebagai
sinyal asinkron.

7.1.2.6. Gelombang kompleks
Banyak bentuk gelombang yang
mengkombinasikan karakteristik
sinus, kotak, step dan pulsa untuk
menghasilkan bentuk gelombang
yang memenuh tantangan
osiloskop. Sinyal informasi
mungkin ditempelkan dalam
bentuk variasi amplitudo, fasa dan
atau frekuensi. Contoh meskipun
sinyal dalam gambar 7-9
merupakan sinyal video komposit
biasa, ini dicampur banyak siklus
dari bentuk gelombang frekuensi
yang lebih tinggi yang ditempelkan
dalam amplop frekuensi yang lebih
rendah. Misal ini biasanya sangat
diperlukan untuk mengetahui
tingkat relatip dan pewaktuan yang
berhubungan dengan step. Untuk
melihat sinyal ini diperlukan
sebuah osiloskop yang mengambil
amplop frekuensi rendah dan
campuran dalam gelombang
frekuensi lebih tinggi dalam suatu
intensitas peunjukan yang bernilai
sehingga dapat dilihat keseluruhan
kombinasi sebagai gambar yang
dapat diinterpretasikan secara
visual. Osiloskop phosphor
analog dan digital sangat
menyenangkan untuk melihat
gelombang kompleks. Gambar 7-
9. mengilustrasikan peraga yang
memberikan informasi kejadian
frekuensi yang diperlukan atau
penilaian intensitas, penting untuk
dipahami apa sebenarnya bentuk
gelombang.




















Gambar 7-9. Bentuk gelombang komplek video
1 2 3



Perioda
1 detik


1
3 siklus
perdetik

= 3 Hz

Gambar 7-10.
perioda
gelombang sinus

kompleks


7.1.3. Pengukuran Bentuk Gelombang
Banyak istilah digunakan untuk
menguaikan jenis - jenis
pengukuran yang dilakukan
dengan osiloskop. Pada bagian ini
menguraikan beberapa
pengukuran dan istilah pada
umumnya.

7.1.3.1. Frekuensi dan Perioda
Jika ada pengulangan sinyal, ini
memiliki frekuensi. Frekuensi
diukur dalam Hertz dan sama
dengan jumlah pengulangan sinyal
dalam waktu satu detik
direferensikan sebagai siklus
perdetik. Pengulangan sinyal juga
mempunyai perioda ini mengambil
banyak waktu untuk sinyal
melengkapi satu siklus. Perioda
dan frekuensi timbal balik satu
sama lain, sehingga 1/perioda
sama dengan frekuensi dan
1/frekuensi sama dengan perioda.
Misal gelombang sinus dalam
gambar 7-10 mempunyai frekuensi
3Hz dan perioda 1/3 detik.

7.1.3.2. Tegangan
Tegangan merupakan jumlah
potensial listrik atau kekuatan
sinyal antara dua titik rangkaian.
Biasanya satu dari titik ini adalah
ground atau nol volt, namun tidak
selalu. Untuk mengukur tegangan
dari puncak maksimum ke puncak
minimum dari bentuk gelombang,
direferensikan sebagai tegangan
puncak ke puncak.

7.1.3.3. Amplitudo
Amplitudo referensi terhadap
sejumlah tegangan antara titik
dalam rangkaian. Amplitudo
biasanya direferensikan tegangan
maksimum dari sinyal yang diukur
terhadap ground. Bentuk
gelombang ditunjukkan dalam
gambar 7-11 mempunyai
amplitudo 1V dan puncak ke
puncak 2V.









2




Gambar 7-11. Amplitudo dan derajat gelombang sinus
0 90 180 270
2
+1 V
1V


7.1.3.4. Fasa
Fasa terbaik dijelaskan dengan
melihat pada gelombang sinus.
Level tegangan dari gelombang
sinus didasarkan pada gerakan
melingkar. Lingkaran mempunyai
360, satu siklus gelombang sinus
mempunyai 360 sebagaimana
ditunjukkan dalam gambar 7-11.
Penggunaan derajat dapat
digunakan sebagai acuan untuk
sudut fasa gelombang sinus bila
ingin menguraikan seberapa
banyak perioda telah dilalui.

7.1.3.5. Pergeseran Fasa
Pergeseran fasa menguraikan
perbedaan antara dua sinyal
serupa satu sama lain. Bentuk
gelombang gambar 7-12 ditandai
arus sehingga dikatakan tertinggal
fasa dengan bentuk gelombang
yang ditandai tegangan, karena
gelombang mencapai titik sama
dalam siklus siklus
(360/4=90). Pergeseran fasa
biasanya dalam elektronik
dinyatakan dalam derajat.













Gambar 7-12 Pergeseran fasa

7.2. Operasi Dasar CRO
Subsistem utama CRO untuk
pemakaian umum ditunjukkan
gambar diagram di bawah ini
terdiri atas :
1. Tabung sinar katoda (CRT)
2. Penguat vertikal (vertikal
amplifier)
3. Rangkaian trigger (Trigger
Circuit)
4. Penguat Horisontal
(Horisontal Amplifier).
Tabung sinar katoda atau CRT
merupakan jantung siloskop ,
pada dasarnya CRT menghasilkan
berkas elektron yang dipusatkan
secaravtajam dan dipercepat pada
kecepatan yang sangat tinggi.
Berkas yang tajam dan kecepatan
tinggi bergerak dari sumbernya
(senapan elektron) ke layar CRT
bagian depan, membentur bahan
lapisan flouresensi yang melekat
di permukaan CRT. Akibat
benturan ini menimbulkan energy
yang cukup untuk membuat layar
tegangan Arus
Fasa 90
0


bercahaya dalam sebuah bintik kecil.
Dalam perjalanannya menuju
layar, berkas elektron melewati
sefasang pelat defleksi vertikal
dan sefasang pelat defleksi
horisontal. Tegangan yang
dimasukkan pada pelat defleksi
vertikal dapat menggerakkan
berkas elektron pada bidang
vertikal sehinga bintik CRT
bergerak dari atas ke bawah.
Sedangkan tegangan yang
dimasukkan pada pelat defleksi
horisontal dapat menggerakkan
berkas elektron pada bidang
horisontal sehingga bintik akan
bergerak dari kiri ke kanan.
Gerakan-gerakan ini tidak saling
bergantungan satu sama lain
sehingga bintik CRT dapat
ditempatkan di setiap tempat pada
layar dengan menghubungkan
masukan tegangan vertikal dan
horisontal yang sesuai secara
bersamaan. Bentuk sinyal yang
diamati dihubungkan ke masukan
penguat vertikal dengan
menggunakan probe. Penguat
vertikal dilengkapi rangkaian
attenuator atau pelemah yang
telah dikalibrasi, biasanya diberi
tanda Volt/Div. Setelah sinyal
diperkuat cukup untuk
mengendalikan bintik CRT
diteruskan ke bagian defleksi
vertikal.
Generator basis waktu disediakan
untuk operasi internal, sedangkan
dalam pengoperasian eksternal
basis waktu diambil dari sinyal
masukan pada horisontal amplifier
seperti pada gambar. Generator
basis waktu membangkitkan
gelombang gigi gergaji yang
digunakan sebagai tegangan
defleksi horisontal dalam CRT.




spot










Gambar 7-13. Operasi dasar CRO
Input
layar berlapis
pospor
Attenuattor
dan pra
penguat
Penguat
Vertikal
Rangkaian
Triger
Penguat
Horisontal
senapan elektron pembelok vertikal
trigger dalam
Pembelok horisontal
Trigger dari luar


Bagian gelombang gigi gergaji
yang menuju positip bersifat linier,
dan laju kenaikkan dapat disetel
dengan alat control di panel
depan yang diberi anda Time/Div.
Tegangan diumpankan pada
penguat horisontal, gigi geraji
positip dimasukkan pada pelat
defleksi horisontal CRT sebelah
kanan dan gigi gergaji menuju
negatip dumpankan pada pelat
defleksi horisontal sebelah kiri.
Tegangan-tegangan ini akan
menyebabkan berkas elektron
akan menyapu sepanjang layar
dari arah kiri ke kanan, dalam
satuan waktu yang dikontrol oeh
Time/Div. Tegangan defleksi
kedua fasangan pelat secara
bersamaan menyebabkan bintik
CRT meninggalkan berkas
bayangan pada layar. Ini
ditunjukkan pada gambar 7-14..
Pada gambar ini menunjukkan
sebuah tegangan gigi gergaji
dimasukkan ke pelat defleksi
horisontal dan sinyal gelombang
sinus dimasukkan pada pelat
defleksi vertikal. Karena tegangan
penyapu horisontal bertambah
secara lnier terhadap waktu, maka
bintik CRT bergerak sepanjang
layar pada kecepatan konstan
dari kiri ke kanan. Pada akhir
penyapuan bila tegangan gigi
gergaji tiba-tiba turun dari harga
maksimalnya ke nol, bintik CRT
kembali dengan cepat ke posisi
awal di bagian kiri layar dan tetap
berada disana sampai ada
penyapuan baru. Bila secara
bersamaan diberikan sinyal
masukan pada pelat defleksi
vertikal, berkas elektron akan
dipengaruhi oleh dua gaya, yaitu
satu dalam bidang horisontal
menggerakkan bintik CRT dengan
laju linier, dan satu lagi dalam
bidang vertikal menggerakan bintik
CRT dari atas ke bawah sesuai
dengan besar dan polaritas sinyal
masukan. Dengan demikian gerak
resultante dari berkas elektron
menghasilkan peragaan sinyal
masukan vertikal pada CRT
sebagai fungsi waktu.

















Gambar 7-14. Hubungan basis waktu masukan dan tampilan
7.2.1. Prinsip Kerja Tabung Sinar Katoda
Tabung sinar katoda pada
beberapa penganalisa logika
(Logic Analysers) defleksi secara
magnetik, dapat monokrom atau
warna. Pada jenis ini peraga
menggunakan teknik seperti yang
digunakan pada TV . Dalam
tabung sinar katoda storage
oscilloscope pada dasarnya
serupa dengan defleksi
elektrostatik jenis tabung yang
akan dijelaskan di bawah ini hanya
ditambahkan satu atau lebih
storage meshes.
fokus akselerasi photon

F K 1 2 p vertikal p Horisontal
Gambar 7-15. Strktur tabung gambar
layar
sinyal masukan vertikal

t (waktu)
V
layar CRO
0
1
2
3
4
5
6
7
8
0
4
8
6
2
8, 2,2 6,
Basis waktu


Tabung sinar katoda merupakan
komponen utama jantung
oasiloskop, pada dasarnya terdiri
dari susunan elektroda yang
dilapisi kaca bejana. Elektroda-
elektroda berfungsi sebagai berikut
x Susunan tiga elektroda (triode)
yang berfungsi membangkitkan
berkas elektron, biasa disebut
sinar katoda yang terdiri dari
katoda (K) filamen pemanas
(F), grid pengontrol (G) dan
elektroda pemercepat berkas
elektron (1).
x Elektroda pemfokus berkas
elektron (2).
x Berkas elektron dipercepat
sebelum mencapai pelat
defleksi.
x Pelat pembelok vertikal
mengubah arah berkas
sebanding dengan beda
tegangan kedua pelat. Bila
beda tegangan nol atau besar
tegangan kedua pelat sama
berkas akan dilewatkan lurus.
Disebut pelat defleksi vertikal
karena dapat membelokkkan
berkas ke arah vertikal,
sehingga berkas dapat berada
pada layar berupa titik yang
bergerak dari atas ke bawah.
Pelat defleksi horisontal serupa
dengan defleksi vertikal hanya
arah pembelokkan berkas
elektron dalam arah horisontal
dari kiri ke kanan.
x Setelah berkas dbelokkan
akan menumbuk lapisan
flouresensi yang berada
pada permukaan layar
tabung sinar katoda.
Lapisan terdiri dari lapisan
tipis pospor, olahan kristal
garam metalik yang sangat
halus didepositkan pada
kaca. Akibatnya berkas
berpijar, semua emisi
cahaya dalam arah maju.





Gambar 7-16. Sistem pembelokan berkas elektron
Beda tegangan pada elektroda
focus diatur agar berkas yang
menumbuk layar berupa bintik
yang kecil. Sayangnya , jika tidak
ada pengontrol lain seringkali
didapati pengaturan control focus
minimum titik yang terbentuk,
melebar berbeda dengan titik
berkas tinggi minimum. Ini dapat
dicegah dengan memberikan
control astigmatism. Dalam kasus
tabung sinar katoda sederhana
terdiri dari potensiometer yang
mengatur beda tegangan relatip
Y
D
V
L
d


pada elektroda Anoda akhir dan
layar terhadap tegangan pelat
defleksi. Pengaturan fokus dan
astigmatism memungkinkan
dicapai titik berkas elektron
dalam ukuran sekecil mungkin.
Pada saat berkas elektron
dilewatkan diantara dua pelat
pembelok vertikal yang
mempunyai beda tegangan V volt
antara kedua pelat defleksinya
maka berkas akan didefleksikan
secara vertikal besarnya :




Dimana
L = Panjang pelat
D = jarak antara pelat dan titik pada sumbu dimana defleksi diukur.
d = jarak antar pelat
Va = tegangan pemercepat yang diberikan
K = konstanta yang berhubungan dengan muatan dan masa

Brilliance atau intensitas modulasi
atau juga dinamakan modulasi Z
dicapai dengan memberikan beda
tegangan pada katoda atau grid
yang mengontrol intensitas berkas
elektron. Pada umumnya
perubahan 5 V akan menghasilkan
perubahan kecerahan yang nyata,
ayunan maksimum sekitar 50V
akan memadamkan intensitas
penjejakan berkas elektron.
Secara normal berkas akan
dipadamkan selama flayback atau
penjejakan balik berupa
elektroda pemadam yang dapat
mendefleksikan berkas tanpa
mencapai layar.

7.2.2. Sensitivitas Tabung
Pelat defleksi dari tabung sinar
katoda dihubungkan dengan
penguat, yang dapat menjadikan
perancangan relatip sederhana
bila diperlukan amplitudo keluaran
rendah, namun diperlukan tabung
yang memiliki sensitivitas setinggi
mungkin. Penguat yang diperlukan
memiliki lebar band yang lebar,
kapasitansi antar pelat harus
dijaga rendah sehingga harus
dalam ukuran kecil dan terpisah
secara baik. Untuk mencapai
penjejakan yang jelas dari sinyal
yang mempunyai pengulangan
frekuensi rendah energy berkas
harus tinggi. Idealnya tabung
harus pendek (praktis) : D kecil
Cerah (tegangan pemercepat
tinggi) : V besar kapasitas pelat
pembelok pemercepat rendah : L
kecil, d besar. Ini menghasilkan
tabung dengan sensitivitas sangat
besar, diformulasikan :



KVLD
Y = --------------------
2 Va d





Kebutuhan sensitivitas tinggi
kontradiksi dengan persamaan.
Praktisnya tabung sinar katoda
diperoleh dari hasil kompromi.
Oleh karena itu teknik yang
dikembangkan untuk
meningkatkan parameter yang
dipilih dengan tanpa mengabaikan
terhadap parameter yang lain.
Kecemerlangan penjejakan
dengan sensitivitas tetap terjaga
baik dapat ditingkatkan dengan
melewatkan berkas melalui
sistem defleksi dalam kondisi
energy rendah. Ini dicapai dengan
menggunakan tegangan beberapa
kilovolt pada layar tabung sinar
katoda.

7.3. Jenis-jenis Osiloskop
7.3.1. Osiloskop Analog
Pada dasarnya sebuah osiloskop
analog bekerja dengan
menerapkan sinyal tegangan yang
diukur secara langsunng diberikan
pada sumbu vertikal dari berkas
elektron yang berpindah dari kiri
melintasi layar osiloskop
biasanya tabung sinar katoda.
Disisi sebaliknya dari layar
diberlakukan dengan perpendaran
pospor yang menyala dimana saja
berkas elektron membenturnya.
Sinyal tegangan membelokkan
berkas ke atas dan turun
berpindah secara proporsional
sebagaimana perindahan secara
hrisontal, pelacakan bentuk
gelombang pada layar. Lebih
sering berkas membentur lokasi
layar tertentu, semakin terang
nyalanya.
















Gambar 7-17. Blok diagram CRO analog
Y KLD
Sensitivitas = ---------- = -----------
V 2 Va d

attenuator Penguat
vertikal

System
triger
System vertikal
Generator
sinkronisasi
Penguat
horisontal
Time base
System horisontal
System
pembangkit
elektron
Probe
masukan
CRT


CRT membatasi cakupan
frekuensi yang dapat diperagakan
dengan osiloskop analog. Pada
frekuensi yang sangat rendah,
sinyal muncul sebagai titik terang
bergerak lambat yang sulit
membedakan sebagai ciri bentuk
gelombang. Pada frekuensi tinggi
kecepatan penulisan CRTterbatas.
Bila frekuensi sinyal melbihi
kecepatan menulis CRT, peraga
menjadi sangat samar untuk
dilihat. Osiloskop analog tercepat
dapat memperagakan frekuensi
sampai sekitar 1 GHz.
Bila sinyal dihubungkan rangkaian
probe osiloskop, tegangan sinyal
berjalan melalui probe ke sistem
vertikal dari osiloskop. Gambar 7-
17. mengilustasikan bagaimana
osiloskop analog memperagakan
sinyal yang diukur. Tergantung
pada bagaimana pengaturan skala
vertikal (control Volt/div),
attenuator mengurangi tegangan
sinyal dan sebuah penguat
menambah tegangan sinyal.
Selanjutnya sinyal berjalan
langsung ke pelat pembelok
vertikal dari CRT. Tegangan yang
diberikan pada pelat pembelok
menyebabkan perpendaran pada
titik yang bergerak melintasi layar.
Nyala titik dibuat oleh berkas
elektron yang membentur pospor
luminansi di dalam CRT.Tegangan
positip menyebabkan titik
berpindah ke atas sementara
tegangan negatip menyebabkan
titik bergerak ke bawah.

7.3.2. Jenis-jenis Osiloskop Analog
7.3.2.1. Free Running Osciloskop
Free running oscilloscope
merupakan jenis CRO generasi
awal yang sederhana, secara blok
diagram prinsip kerjanya
dijelaskan berkut ini. Pada kanal
(Channel) vertikal terdapat
penguat sinyal yang fungsinya
mengendalikan pelat defleksi
vertikal. Penguat vertikal
mempunyai penguatan yang tinggi
sehingga keluaran berupa sinyal
yang kuat ini harus dilewatkan
attenuator. Penguat horisontal
dihubungkan ke suatu sinyal time
base internal dan dikontrol oleh
pengontrol penguatan horisontal
dan mengontrol dua frekuensi
sapuan : pemilih sapuan dan
sapuan vernier.
Generator time base
menghasilkan bentuk gelombang
gigi gergaji yang berguna untuk
mendefleksikan berkas dalam
arah horisontal. Tegangan antara
pelat defleksi horisontal CRT
disusun supaya titik berkas
elektron pada posisi sisi kiri dari
layar pada saat tegangan gigi
gergaji nol. Berkas elektron akan
ditarik ke kanan sebanding
dengan tegangan ramp yang
diberikan. Jika pengaturan
memberikan tegangan ramp
mencapai maksimum berkas akan
berada diujung sebelah kanan
layar. Untuk satu ramp lengkap
tegangan gigi gergaji, bentuk
gelombang gigi gerjaji akan jatuh
secara cepat kembali ke nol,
berkas akan kembali diujung kiri
layar; pada kasus ini titik pada
layar mencapai posisi ujung dan
secara cepat dikembalikan ke
posisi awal, Akibat aksi ini garis


retrace (flyback) digambarkan
pada layar. Masalah ini
diselesaikan dengan pemberian
pulsa blanking pada saat retrace
memadamkan berkas selama
waktu flyback. Ini akan
mengurangi garis retrace pada
layar.











Gambar 7-18. Blok diagram CRO free running

Osiloskop free running merupakan
instrumen harga murah, time base
generator harus disinkronisasikan
dengan sinyal pada penguat
vertikal agar peragaan pada layar
CRT stabil. Dengan kata lain
bentuk gelombang bergerak
melintasi layar dan tetap tak stabil.
Sinkronisasi diperlukan untuk
menyamakan waktu lintasan
sapuan sinyal time base dengan
jumlah perioda gelombang
vertikal. Jadi bentuk gelombang
vertikal dapat terkunci pada layar
CRT jika frekuensi sinyal masukan
vertikal merupakan kelipatan dari
frekuensi sapuan (fv = n fs).


7.3.2.2. Osiloskop Sapuan Terpicu (Triggered Sweep
Osciloscope)
Osiloskop free running harga
murah mempunyai keterbatasan
pemakaian. Misalnya rise time
pulsa tidak dapat diukur dengan
free running osiloskop, namun
dapat diukur dengan
menggunakan triggered-sweep
osciloscpe. Triggered-sweep
osciloskop dipandang lebih
serbaguna dan merupakan
standar industry. Dalam triggered-
sweep mode pembangkit gigi
gergaji tidak membangkitkan
tegangan ramp kecuali dikerjakan
dengan trigger pulsa. Triggered
sweep memungkinkan peragaan
sinyal vertikal pada CRT dalam
durasi yang sangat pendek, pada
Posisi vertikal
Posisi horisontal
Attenuator
Tegangan Tingi
dan Power
Supply
Sinkronisas Time


bidang layar yang cukup besar,
sederhana karena sapuan dimulai
dengan pulsa trigger yang diambil
dari bentuk gelmbang yang
diamati.
Secara blok diagram dari dasar
triggered-sweep oscilloscope
digambarkan di bawah ini, meliputi
sumber tegangan, CRT, jalur
tunda, sistem penguat vertikal,
trigger pick-off amplifier, rangkaian
trigger, generator sapuan, penguat
horisontal dan rangkaian sumbu Z.
Pada saat sinyal diberikan pada
masukan vertikal, segera
diteruskan ke preamplifier (A)
diubah dalam sinyal push-pull.
Sinyal diteruskan ke vertikal output
amplifier (C) melalui rangkaian
penunda (B). Sinyal dari vertikal
output amplifier digunakan untk
mengendalikan berkas elektron
CRT secara vertikal,
menyebabkan titik pada layar
bergerak secara vertikal. Sebuah
sample sinyal vertikal diambil dari
vertikal preamplifier sebelum
delay line diberikan ke penguat
trigger pick-off (D) diteruskan ke
rangkaian trigger (E). Sinyal ini
akan digunakan dengan sistem
time base (E.F.G). Sinyal trigger
digunakan untuk memaksa waktu
yang berhubungan antara sinyal
vertikal dan time base. Sinyal
trigger pick-off dibentuk menjadi
sinyal trigger oleh rangkaian
trigger (E). Trigger ini memicu
sweep generator menghasilkan
sinyal ramp (F), kemudian
diperkuat dan diubah ke dalam
bentuk sinal push pull oleh
penguat horisontal (G).
dihubungkan dengan pelat defleksi
horisontal CRT dan menyebabkan
penjejakan secara horisontal pada
layar mengikuti kenaikan tegangan
ramp. Keluaran sweep generator
(F) menggerakkan berkas selama
waktu naik dan kembali keposisi
awal selama off.

Attenuator dan sistem penguat
vertikal memungkinkan
diperagakan pada layar
pengukuran tegangan dari range
beberapa mV sampai beberapa
ratus volt Volt/div, pemilihan
control factor pembelok vertikal
dan pengkalibrasi sinyal. Time
/div dan control vernier memilih
kecepatan sapuan dan masukan
eksternal harisontal. Kontrol
Slope menentukan apakah
sapuan ditrigger pada slope + atau
dari sinyal trigger. Level control
memilih sautu titik dimana trigger
sapuan diberikan. Kontrol
intensitas dan focus memungkin
peragaan focus dengan tingkat
kecerahan yang tepat.


















Gambar 7-19. Blok diagram osiloskop terpicu
Perbedaan peragaan sinyal hasil pengukuran antara osloskop free
running dan triggered-sweep osciloskop seperti di bawah ini.







Gambar 7-20. Peraga osiloskop Gambar 7-21.
free running Peraga osiloskop
terpicu(www.interq or jp/japan/se-inoue/e-oscilo0.htm)

7.3.2.3. CRO Dua Kanal
7.3.2.3.1. CRO Jejak Rangkap (Dual Trace CRO)
Pemakaian osloskop sekarang ini
hampir semuanya memiliki peraga
yang mampu membandingkan
waktu dan amplitudo antara dua
bentuk gelombang. Untuk
mencapai dual trace pada layar
dapat menggunakan satu dari dua
teknik : (1) berkas tunggal
ditujukan dua sinyal kanal dengan
alat elekctronic switching (dual


level
Slope
posisi horisontal +
Attenuator Delay
line
Penguat
vertikal
PS
tegangan
rendah
Trigger
pick off
Tegangan
tinggi
Rangkaian
trigger
Sweep
generator
Penguat
horisontal
posisi vertikal V/div
fokus intensitas
CRT
Time/div


trace). (2). Dua berkas diberikan
ke satu peraga setiap sinyal kanal
(dual beam). Karena konstruksi
CRT dual beam dan split-beam
mahal, biasanya digunakan teknik
dual trace.
Dengan dual trace osiloskop
mempunyai dua rangkaian
masukan vertikal yang diberi tanda
A dan B. Saluran A dan B
mempunyai pra penguat dan
saluran tunda yang identik.
Keluaran pra penguat A dan B
diumpankan ke sebuah saklar
elektronik yang secara bergantian
menghubungkan masukan
penguat vertikal akhir dengan
keluaran pra penguat. Saklar
elektronik juga berisi rangkaian
untuk memilih variasi mmodus
peragaan, Penguat vertikal akhir
menyediakan tegangan pelat
defleksi, berturut-turut
menghubungkan ke dua kanal
input dengan saklar elektronik.
Saklar elektronik dioperasikan
dengan menggunakan salah satu
multivibrator free-running atau
dengan pulsa yang berasal dari
rangkaian time base, berturut-turut
dalam chopped mode atau
alternate mode. Bila saklar
modus berada pada posisi
alternate (bergantian), saklar
elektronik secara bergantian
menghubungkan penguat vertikal
akhir ke saluran A dan saluran B.
Penyaklaran ini terjadi pada
permulaan tiap-tiap penyapuan
yang baru. Kecepatan
pemindahan saklar elektronik
diselaraskan dengan kecepatan
penyapuan, sehingga bintik CRT
mengikuti jejak sinyal saluran A
pada satu penyapuan dan sinyal
saluran B pada penyapuan
berikutnya.














Gambar 7-22. Blok diagram CRO jejak rangkap
Saluran
B
mode X-Y
Trigger Ext
Saluran
A
Attenuator
Penunda Saklar
elektronik
Penguat
vertikal
Attenuator
Penunda
Generator
penyapu
Rangkaian
pemicu
Penguat
horisontal


Karena tiap penguat vertikal
mempunyai rangkaian pelemahan
masukan yang telah terkalibrasi
dan sebuah pengontrol posisi
vertikal, amplitudo sinyal masukan
dapat diatur secara tersendiri
sehingga kedua bayangan
ditempatkan secara terpisah pada
layar. Alternate mode biasanya
digunakan untuk melihat sinyal
frekuensi tinggi, kecepatan sweep
lebih cepat dari pada 0,1 ms/div
sehingga dapat diperoleh
peragaan sinyal yang simultan dan
stabil.
Dalam mode chopped
(tercincang), saklar elektronik
berkerja penuh pada kecepatan
100 sampai 500 kHz, seluruhnya
tidak bergantung pada frekuensi
generator penyapu. Dalam modus
ini penyaklaran secara berturut-
turut menghubungkan segmen-
segmen kecil gelombang A dan B
ke penguat vertikal akhir. Pada
laju pencincangan yang sangat
cepat misal 500 kHz, segmen 1s
dari setiap bentuk elombang
diumpankan ke CRT untuk
peragaan. Jika laju pencincangan
jauh lebih cepat dari laju
penyapuan horisontal, segmen-
segmen terpisah yang kecil
diumpankan ke penguat vertikal
akhir bersama-sama akan
menyusun kembali bentuk
gelombang A dan B yang asli
pada layar CRT, tanpa
mengakibatkan gangguan yang
nyata pada kedua bayangan. Jika
kecepatan penyaklaran hampir
sama dengan kecepatan
pencincangan segmen-segmen
kecil dari gelombang yang
tercincang akan kelihatan sebagai
bayangan-bayangan terpisah dan
kesinambungan peragaan
bayangan hilang. Dalam hal ini
akan lebih baik menggunakan
modus alternate.

7.3.2.3.2. Osiloskop Berkas
Rangkap (Dual Beam
CRO)
CRO jenis berkas rangkap
menerima dua sinyal masukan
vertikal dan memperagakannya
sebagai dua bayangan terpisah
pada layar CRT. Osiloskop berkas
rangkap menggunakan CRT
khusus yang menghasilkan dua
berkas elektron yang betul-betul
terpisah yang secara bebas dapat
disimpangkan kea rah vertikal.
Dalam beberapa CRT berkas
rangkap keluaran senapan
elektron tunggal dipisahkan secara
mekanis menjadi dua berkas
terpisah yang disebut teknik
pemisahan berkas. Sedangkan
CRT jenis lain berisi dua senapan
elektron terpisah, masing-masing
menghasilkan berkas sendiri. CRT
berkas rangkap mempunyai dua
fasang pelat defleksi vertikal, satu
fasang untuk tiap saluran dan satu
fasang pelat deflesi horisontal.

Secara disederhanakan CRO
berkas rangkap secara blok
diagram digambarkan di bawah
ini. CRO berkas rangkap
mempunyai dua saluran vertikal
yang identik yang ditandai dengan
A dan B. Tiap saluran terdiri dari
pra penguat dan pelemah
masukan, saluran tunda, penguat
vertikal akhir dan pelat-pelat
vertkal CRT. Generator basis
waktu menggerakkan fasangan


tunggal pelat-pelat horisontal
menyapu kedua berkas sepanjang
layar pada laju kecepatanyang
sama. Geneator penyapu dapat
dipicu secara internal dari salah
satu saluran dari suatu sinyal
pemicu yang dihubungkan dari
luar, atau dari tegangan jala-jala.













Gambar 7-23. Diagram blok osiloskop berkas rangkap yang disederhanakan

7.3.2.4. CRO Penyimpanan Analog (Storage Osciloscope)
Keistimewaan ekstra disediakan
pada beberapa scope analog
penyimpan. Keistimewaan ini
memungkinkan pola penjejakan
normal rusak dalam hitungan detik
untuk tetap tinggal pada layar.
Dalam rangkaian listrik kemudian
dapat dengan sengaja jejak pada
layar diaktifkan disimpan dan
dihapus.
Penyimpan disempurnakan
dengan menggunakan prinsip
emisi sekunder. Bila berkas titik
elektron menulis dilewatkan pada
permukaan pospor, momen tidak
hanya menyebabkan pospor
beriluminasi, namun energi kinetik
berkas elektron membentur
elektron lain sehingga bebas
meninggalkan permukaan pospor.
Ini meninggalkan muatan positip.
Osiloskop penyimpan mempunyai
satu atau lebih elektron gun
sekunder yang dinamakan flood
gun memberikan keadaan banjir
elektron bernergi rendah berjalan
menuju layar pospor. Elektron-
elektron dari senapan banjir
sangat lebih kuat menuju area
layar pospor dimana senapan
menulis telah meninggalkan
muatan positip, dengan cara ini
elektron-elektron dari senapan
banjir mengeluminasi kembali
pospor dengan memberikan
muatan positip pada layar. Jika
energi elektron dari senapan banjir
tepat seimbang, setiap elektron
Selektor picu
Attenuator saluran
tunda
Penguat
vertikal
Attenuator
Saluran
tunda
Penguat
vertikal
Rangkaian
pemicu
Generator
penyapu
penguat
horisontal
Saluran A
Saluran B
Picu luar
A
B
Jalajala


senapan banjir merobohkan satu
elektron sekunder pospor,
sehingga mempertahankan
muatan positip daerah yang
diiluminasi. Dengan cara demikian
gambar asli yang telah ditulis
dengan senapan tulis dapat tetap
tinggal dalam waktu yang lama.
Kelebihan CRO penyimpanan
adalah mampu merekam hasil
pengukuran sinyal, dan tetap
diperagakan meskipun sinyal
masukan telah dihilangkan. Ini
sangat membantu untuk
pengamatan suatu peristiwa yang
terjadi sekali saja akan lenyap dari
layar. CRT penyimpan dapat
menyimpan peragaan jauh lebih
lama, sampai beberapa jam
setelah bayangan terbentuk pada
pospor. Ciri ingatan atau
penyimapanan bermanfaat
sewaktu memperagakan bentuk
gelombang sinyal yang
frekuensinya sangat rendah.
Frekuensi sangat rendah bila
diukur dengan CRO biasanya
bagian awal peragaan akan
menghilang sebelum bagian akhir
terbentuk pada layar. CRT
penyimpan dapat digolongkan
sebagai tabung dengan dua
kondisi stabil dan tabung setengah
nada (half tone). Tabung dua
kondisi stabil akan menyimpan
satu peristiwa atau tidak
menyimpan, hanya menghasilkan
satu level keterangan bayangan.
Tabung dengan dua kondisi stabil
dan setengah nada keduanya
mengunakan fenomena emisi
elektron sekunder guna
membentuk dan menyimpan
muatan elektrostatik pada
permukaan satu sasaran yang
terisolasi. Pembahasan berikut
berlaku untuk kedua jenis tabung
tersebut.
Bila sebuah sasaran ditembak
oleh satu aliran elektron primer,
satu pengalihan energy yang
memisahkan elektron lain dari
permukaan sasaran akan terjadi
dalam satu proses yang disebut
emisi sekunder. Jumlah elektron
sekunder yang dipanaskan dari
permukaan sasaran bergantung
pada kecepatan elektron primer,
intensitas berkas elektron,
susunan kimia dari bahan sasaran
dan kondisi permukaannya.
Karakteristik ini dinyatakan dalam
perbandingan emisi sekunder,
yang didefinisikan sebagai
perbandingan antara arus emisi
sekunder terhadap arus berkas
primer yaitu :





Prinsip kerja tabung penyimpan
dengan kondisi dua stabil yang
elementer digambarkan gambar 7-
24 di bawah ini. Jika tegangan
sasaran tinggi, sasaran ditulis
(direkam), jika tegangan sasaran
rendah sasaran terhapus. Dengan
demikian tabung mempunyai
suatu penunjukan elektris dan
kondisi penyimpanannya tidak
dapat dilihat.
d = Is/Ip













Gambar 7-24 Tabung penyimpan dengan sasaran ganda dan dua
senapan elektron














Gambar 7-25 CRT penyimpan sasaran ganda dan dua senapan elektron

Pada gambar 7-25 menunjukkan
prinsip sebuah tabung penyimpan
dengan dua kondis stabil yang
mampu menuliskan, menyimpan
dan menghapus sebuah
bayangan. Tabung penyimpan ini
berbeda dengan tabung
penyimpan dengan sasaran
Rasio emisi sekunder Tindakan senapan banjir
menulis
Tindakan senapan banjir
hapus
Titik potong
Tegangan sasaran
Kolektor 200 V
Katoda senapan banjir
0 V
Katoda senapan penulis
-2000 Volt
d = 1
d = 0
pulsa untuk menghapus
Pengembalian perlahan
-2000 V
Senapan banjir
Pulsa gerbang
Senapan
penulis
Elektroda
pengumpul
+200 V
Senapan ganda


mengambang, mempunyai dua
aspek perbedaan yaitu : (1)
memiliki permukaan sasaran
ganda dan memiliki senanpan
berkas elektron kedua. Senapan
berkas elektron kedua disebut
senapan banir (flood gun),
fungsinya memancarkan berkas
elektron primer kecepatan rendah
membanjiri seluruh permukaan
sasaran. Ciri yang menonjol dari
senapan banjir adalah membanjiri
sasaran sepanjang waktu dan
tidak hanya sebentar seperti
halnya yang dilakukan senapan
penulis. Titik stabil rendah adalah
beberapa volt negative terhadap
katoda senapan banjir, dan titik
stabil atas adalah + 200V, yaitu
tegangankolektor. Sedangkan
tegangan katoda senapan penulis
-2000V, dan kurva emisi
sekundernya ditindihkan di atas
kurva senapan banjir. Gabungan
efek senapan penulis dan
senapan banir merupakan
penjumlahan efek masng-masing
berkas berkas elektron itu sendiri.
Bila senapan penulis dibuka,
berkas elektron primernya
mencapai sasaran pada potensial
2000V, yang menyebabkan emisi-
emisi ekunder sasaran tinggi.
Dengan demikian tegangan
sasaran meninggalkan titik stabil
rendah dan mulai bertambah.
Akan tetapi senapan berkas
elektron banjir berusaha
mempertahankan sasaran pada
kondisi stabilnya dan melawan
pertambahan tegangan sasaram.
Jika senapan penulis dialihkan ke
posisi bekerja cukup lama guna
membawa sasaran melewati titik
potong, berkas elektron senapan
banjir akan membantu senapan
berkas elektron penulis dan
membawa sasaran sepenuhnya
ke titik stabil atas, sehingga
sasaran dituliskan.

Meskipun jika hubungan ke
senapan penulis diputuskan,
sasaran akan dipertahankan oleh
berkas elektron senapan banjir
dalam kondisi stabil atas, dengan
demikian menyimpan informasi
yang disampaikan oleh senapan
penlis. Bila senapan penulis tidak
cukup lama bekerja membawa
sasaran melewati titik poton,
berkas elektron senapan banjir
akan memindahkan sasaran
kembali ke kondisi stabil bawa
dan tidak terjadi penyimpanan.

Menghapus sasaran berarti hanya
menyimpan tegangan saran
kembali ke tingkat stabil rendah.
Ini dilakukan dengan
mendenyutkan kolektor ke negatip
sehingga secara seketika kolektor
menolak elektron emisi sekunder
dan memantulkan kembali ke
sasaran. Ini memperkecil arus
kolektor Is, dan perbandingan
emisi sekunder turun di bawah
satu. Selanjutnya sasaran
mengumpulkan elektron primer
dari senapan banjir (pada saat ini
senapan penulis idak bekerja) dan
bermuatan negatip. Tegangan
sasaran berkurang samapai
mencapai titik stabil rendah
akibatnya pengemisian terhenti
dan sasaran dalam kondisi
terhapus. Stelah penghapusan
kolektor dikembalikan ke
tegangan positip semula (+200V)
dengan demikian pulsa


penghapus dikembalikan ke nol.
Seperti ditunjukan pada gambar 7-
24 ini terjadi secara perlahan-
lahan, sehingga sasaran tidak
dikemudikan secara idak sengaja
melalui titik potong dan kembali
menjadi tertulis (terekam).
Permukaan sasaran tabung
penyimpan pada gambar 7-24
terdiri dari sejumlah sasaran
logam terpisah yang secara
elektris terpisah satu sama lain
dan diberi angka 1 sampai 5.
Senapan banjir dikonstruksi
sederhana tanpa pelat-pelat
defleksi, dan memancarkan
elektron berkecepatan rendah,
menutup semua sasaran terpisah.
Bila senapan penulis ditembakkan,
sebuah berkas elektron terpusat
berkecepatan tinggi diarahkan
sasaran kecil (dalam hal ini nomor
3). Kemudian sasaran yang satu
ini bermuatan positip dan
dituliskan ke titik stabil atas. Bila
senapan penulis dimatikan lagi,
elektron banjir mempertahankan
sasaran nomor 1 pada titik stabil
atas. Semua sasaran lain
dipertahanan pada titik stabil
bawah.

Langkah terakhir dalam
perkembangan tabung penyimpan
dua kondisi stabil dengan tembus
pandang adalah penggantian
masing-masing sasaran logam
dengan sebuah pelat dielektrik
tunggal. Pelat penyimpan dari
bahan dielektrik terdiri dari lapisan
partikel-partikel fosfor yang
terhambur setiap bagian dari
luasan permukaan mampu ditulis
atau dipertahankan positip atau
dihapus mempertahankan negatip
tanpa mempengaruhi permukaan
pelat di sebelahnya. Pelat
dielektrik ini diendapkan pada
sebuah permukaan pelat gelas
yang dilapisi bahan konduktif.
Lapisan konduktif disebut
punggung pelat sasaran (storage
target back plate), berfungsi
mengumpulkan berkas elektron
emisi sekunder. Di samping
senapan penulis dan
perlengkapan pelat defleksi CRT
penyimpan ini mempunyai dua
senapan banjir dan sejumlah
elektroda pengumpul yang
membentuk sebuah lensa berkas
elektron guna mendistribusikan
berkas elektron banjir secara
merata pada seluruh luasan
permukaan sasaran penyimpan.
Setelah senapan penulis
menuliskan bayangan bermuatan
pada sasaran penyimpan,
senapan banir menyimpan
bayangan. Bagian sasaran yang
dituliskan telah ditembaki oleh
berkas elektron banjir yang
mengalihkan energy ke lapisan
fosfor dalam bentuk cahaya
terlihat.

Pola cahaya ini dapat dilihat
melalui permukaan pelat gelas.
Karena sasaran permukaan
penyimpan dapat positip atau
negatip, maka terangnya keluaran
cahaya yang dihasilkan oleh
berkas elektron banjir biasanya
memiliki kecerahan (brightness)
penuh ataupun minimal. Tidak
terdapat skala kabur diantara
kedua batas.



7.4. Osiloskop Digital
7.4.1. Prinsip Kerja CRO Digital
Pada CRO digital menyediakan
informasi sinyal secara digital
disamping peragaan CRT
sebagaimana CRO analog. Pada
dasarnya CRO digital terdiri dari
CRO laboratorium konvensional
berkecepatan tinggi ditambah
dengan rangkaian pencacah
elektronik yang keduanya berada
dalam satu kotak kemasan.
Rangkaian kedua unit
dihubungkan dengan memakai
sebuah pengontrol peragaan
logic, memungkinkan pengukuran
pada kecepatan dan ketelitian
tinggi. CRO penunjuk angka
pembacaan,. kenaikan waktu (rise
time), amplitudo dan beda waktu,
bergantung pada posisi alat
control seperti TIME/DIV,
AMPLTUDE/DIV dan PROGRAM
dengan hasil relatip lebih akurat.
Pada saat probe osiloskop
digital diberi masukan,
pengaturan amplitudo sinyal
pada sistem vertikal seperti
osiloskop analog. Selanjutnya
sinyal analog diubah ke dalam
bentuk digital dengan
rangkaian analog-to-digital
converter (ADC). Dalam sistem
akuisi sinyal sampel pada titik
waktu diskrit, diubah dalam
harga digital disebut sample
point. Sampel clock sistem
digital menentukan seberapa
sering ADC mengambil sampel.
Kecepatan clock ticks disebut
sample rate dan diukur dalam
banyak sampel yang diambil
dalam satuan detik (jumlah
sample/detik).
Hasil dari ADC disimpan dalam
memori sebagai titik-titik bentuk
gelombang. Mungkin lebih dari
satu titik sampel dibuat satu titik
bentuk gelombang. Titik-titik
bentuk gelombang secara
bersama-sama membentuk
rekaman bentuk gelombang.
Jumlah titik bentuk gelombang
yang digunakan untuk membentuk
rekaman disebut record length.
Sistem trigger menentukan kapan
perekaman sinyal dimulai dan
diakhiri. Peragaan menerima
rekaman titik-titik bentuk
gelombang setelah disimpan
dalam memori. Kemampuan
osiloskop tegantung pada
pemroses pengambilan titik. Pada
dasarnya osiloskop digital serupa
dengan osiloskop analog, pada
saat pengukuran memerlukan
pengaturan vertikal, horisontal dan
trigger.












Gambar 7-26. Blok diagram osiloskop digital
7.4.2. Metoda Pengambilan Sampel
Metoda pengambilan sampel
menjelaskan bagaimana osiloskop
digital mengumpulkan titik-titik
sampel. Untuk perubahan sinyal
lambat, osiloskop digital dengan
mudah mengumpulkan lebih dari
cukup titik sampling untuk
mengkonstruksi gambar secara
akurat. Oleh karena itu untuk sinyal
yang lebih cepat (seberapa cepat
tergantung pada kecepatan
sampling osiloskop) osiloskop tidak
dapat mengumpulkan cukup
sampel . Osiloskop digital mampu
melakukan dua hal yaitu :
x mengumpulkan beberapa titik
sampel dari sinyal dalam jalan
tunggal ( real-time sampling
mode ) dan kemudian
menggunakan interpolasi.
Interpolasi merupakan teknik
pemrosesan untuk
mengestimasi apakah bentuk
gelombang pada beberapa titik
nampak sama seperti aslinya.
x membangun gambar bentuk
gelombang sepanjang waktu
pengulangan sinyal (
equivalent-time sampling
mode).

7.4.3. Pengambilan Sampel Real-Time dengan Interpolasi
Osiloskop digital menggunakan
pengambilan sampel real-time
seperti metoda sampling standar.
Dalam pengambilan sampel real-
time, osiloskop mengumpulkan
sampel sebanyak yang dapat
menggambarkan sinyal
sebenarnya. Untuk pengukuran
sinyal tansien harus menggunakan real time sampling.

Peraga
Sistem Akusisi
Pengubah
analog ke
digital
Memori
Pemroses
Sistem
triger
Sistem
peraga
digital

Sistem
Horisontal


Sample
Clock
Sistim Vertikal
Attenuat
Penguat
Vertikal










Gambar 7-27. Pengambilan sampel real-time
Osiloskop digital menggunakan
interpolasi dalam memperagakan
sinyal secepat yang osiloskop
dapat hanya dengan
mengumpulkan beberapa titik
sampel. Inperpolasi adalah
menghubungkan titik. Interpolasi
linier sederhana menghubungkan
titik sampel dengan garis lurus.
Interpolasi sinus menghubungkan
titik sampel dengan titik kurva
(gambar 7-28) . Dengan
interpolasi sinus , titik-titik dihitung
untuk mengisi waktu antar sampel
riil. Proses ini meskipun
menggunakan sinyal yang
disampel hanya beberapa kali
dalam satu siklus dapat
diperagakan secara akurat.








Gambar 7-28. Interpolasi sinus dan linier




gelombang sinus
yang direprduksi
dengan
interpolasi sinus
gelombang sinus
yang direproduksi
dengan
menggunakan
linier interpolasi
kecepatan pengambilan sampel
bentuk gelombang yang dikonstruksi dengan titik sampel


7.4.4. Ekuivalensi Waktu Pengambilan Sampel
Beberapa osloskop digital dapat
menggunakan ekuivalen waktu
pengambilan sampel untuk
menangkap pengulangan sinyal
yang sangat cepat. Ekuivalensi
waktu pengambilan sampel
mengkonstruksi gambar
pengulangan sinyal dengan
menangkap sedikit bit informasi
dari setiap sinyal (gambar 7-30) .
Bentuk gelombang secara perlahan
dibangun seperti untai cahaya yang
berjalan satu persatu. Dengan
mengurutkan sampel titik-titk
muncul dari kiri ke kanan secara
berurutan, sedangkan pada
random sampling titik-titik muncul
secara acak sepanjang bentuk
gelombang







Gambar 7-29. Akusisi pembentukan gelombang

7.4.5. Osiloskop Penyimpan Digital
Osiloskop penyimpan digital atau
disingkat DSO (Digital Storage
Osciloscpe), sekarang ini merupakan
jenis yang lebih disukai untuk aplikasi
kebanyakan industri meskipun CRO
analog sederhana masih banyak
digunakan oleh para hobist. Osiloskop
penyimpan digital menggantikan
penyimpan analog yang tidak stabil
dengan memori digital, yang dapat
menyimpan data selama yang
dikehendaki tanpa mengalami
degradasi. Ini memungkinkan untuk
pemrosesan sinyal yang kompleks
dengan rangkaian pemroses digital
kecepatan tinggi.





Gambar 7-30. Osiloskop
penyimpan digital


Gelombang
dibentuk dengan
titik sampel

akuisisi siklus
pertama

akusisi siklus kedua

akusisi siklus
ketiga

akuisis siklus ke n



Masukan vertikal, sebagai
pengganti pengendali penguat
vertikal adalah digitalisasi dengan
rangkaian pengubah analog
menjadi digital (analog digital
converter) hasilnya sebagai data
yang disimpan dalam memori
mikroprosesor. Data selanjutnya
diproses dan dikirim untuk
diperagakan, awalnya osiloskop
penyimpan digital menggunakan
peraga tabung sinar katoda, namun
sekarang lebih disukai dengan
menggunakan LCD layar datar.
Osiloskop penyimpan digital
dengan peraga LCD warna sudah
umum digunakan. Data dapat
diatur dikirim melalui pemrosesan
LAN atau WAN atau untuk
pengarsipan. Layar gambar dapat
langsung direkam pada kertas
dengan alat berupa printer atau
plotter , tanpa memerlukan kamera
osiloskop. Osiloskop memiliki
perangkat lunak penganalisa sinyal
sangat bermanfaat untuk
penerapan ranah waktu misal
mengukur rise time, lebar pulsa,
amplitudo, spektrum frekuensi,
histogram, statistik, pemetaan
persistensi dan sejumlah parameter
yang berguna untuk seorang
engineer dalam bidang
spesialisasinya seperti
telekomunikasi. analisa disk drive
dan elektronika daya.
Osiloskop digital secara prinsip
dibatasi oleh performansi
rangkaian masukan analog dan
frekuensi pengambilan sampel.
Pada umumnya kecepatan
frekuensi pengambilan sampel
sekurang-kurangnya dua kali
komponen frekuensi tertinggi dari
sinyal yang diamati. Osiloskop
dapat memvariasi timebase dengan
waktu yang teliti. Misal untk
membuat gambar sinyal yang
diamati secara berulang.
Memerlukan salah satu clock atau
memberikan pola yang berulang.
Bila diperbandngkan antara
osiloskop penyimpan analog
dengan osiloskop penyimpan
digital, osiloskop penyimpan digital
memiliki beberapa kelebihan antara
lain.
x Peraga lebih jelas dan besar
dengan warna pembeda untuk
multi penjejakan.
x Ekuivalen pengambilan sampel
dan pengamatan menunjukkan
resolusi lebih tinggi di bawah
V.
x Deteksi puncak.
x Pre-trigger
x Mudah dan mampu menyimpan
beberapa penjejakan
memungkinkan pada awal kerja
tanpa trigger.
x Ini membutuhkan reaksi
peraga cepat (beberapa
osiloskop memiliki
penundaan 1 detik).
x Knob harus besar dan
perpindahan secara halus.
x Juga dapat digunakan untuk
penjejakan lambat seperti variasi
temperatur sepanjang hari,
dapat direkam.
x Memori osiloskop dapat disusun
tidak hanya sebagai satu
dimensi namun juga sebagai
susunan dua dimensi untuk
mensimulasikan pospor pada
layar. Dengan teknik digital
memungkinkan analisis
kuantitatip .


x Memungkinkan untuk
pengamatan otomasi.
Kelemahan osiloskop
penyimpan digital adalah
kecepatan penyegaran layar
terbatas. Pada osiloskop analog,
pemakai dapat mengindra
berdasarkan intuisi kecepatan
trigger dengan melihat pada
keadaan penjejakan CRT. Untuk
osiloskop digital layar terkunci
secara pasti sama untuk
kecepatan sinyal kebanyakan
yang mana kecepatan
penyegaran layar dilampaui.
Satu hal lagi, seringkali titik
terlalu terang glitches atau
penomena lain yang jarang
didapat pada layar hitam putih
dari osiloskop digital standar,
persistansi dari pospor CRTpada
osiloskop analog rendah
membuat glitch dapat dilihat jika
diberikan beberapa trigger
berurutan. Keduanya sulit
diselesaikan sekarang ini
dengan pospor osiloskop digital,
data disimpan pada kecepatan
penyegaran tinggi dan
dipergakan dengan intensitas
yang bervariasi untuk
mensimulasikan persistensi
penjejakan dari CRT osiloskop.


7.5. Spesifikasi Osiloskop
Untuk melihat seberapa bagus
kualitas osiloskop dapat dilihat dari
nilai spesifikasi instrument yang
bersangkutan. Dalam
pembahasan ini diambil spesifikasi
dari Osciloscope Hewlett Packard
(HP) type 1740 A. Dipilih
Osiloskop HP 1740 karena jenis
dua kanal yang dapat mewakili
osiloskop analog.

7.5.1. Spesifikasi Umum
Jenis osiloskop dua kanal sistem
defleksi vertikal memiliki 12 faktor
defleksi terkalibrasi dari 5 mV/div
sampai 20V/div. Impedansi
masukan dapat dipilih 50 atau 1
M untuk memenuhi variasi
pengukuran yang diperlukan.
Sistem defleksi horisontal memiliki
kecepatan sapuan terkalibrasi dari
2s/div sampai 0,05 s/div,
kecepatan penundaan sapuan dari
20 ms/div sampai 0,05s/div.
Pengali 10 untuk memperluas
semua sapuan dengan faktor 10
dan sapuan tercepat 5 ns/div.
Dalam mode alternate ataupun
Chop control trigger-view
dimungkinkan memperagakan tiga
sinyal yaitu kanal A, kanal B dan
sinyal trigger.

7.5.2. Mode Peraga Vertikal
Kanal A dan kanal B diperagakan
bergantian dengan sapuan
berurutan (ALT). Kanal A dan
kanal B diperagakan dengan
pensaklaran antar kanal pada
kecepatan 250 kHz, selama
pensaklaran (Chop) berkas
dipadamkan, kanal A ditambahkan
kanal B (penambahan aljabar) dan
trigger view.













7.5.3. Perhatian Keamanan
Untuk pencagahan kerusakan
diperhatikan selama
pengoperasian, perawatan dan
perbaikan peralatan. Untuk
meminimumkan kejutan casis
instrument atau cabinet harus
dihubungkan ke ground secara
listrik. Instrumen menggunakan
kabel AC tiga konduktor hijau
untuk dihubungkan dengan ground
listrik.

7.6. Pengukuran Dengan Osiloskop
7.6.1. Pengenalan Panel Depan dan Fungsi
1. Pengenalan Fungsi Panel
Depan dijelaskan searah
jarum jam dimulai dari saklar
daya.
2. Saklar on / off untuk
mengaktifkan CRO putar
tombol searah jam.
3. CRO aktif ditandai dengan
lampu menyala.
4. Time/ div untuk mengatur
lebar sinyal agar mudah
dibaca.
5. Tombol time kalibrasi
digunakan saat
mengkalibrasi waktu, bila
kalibrasi telah dilakukan
posisi ini tidak boleh diubah-
ubah.
6. Terminal kalibrasi tempat
dihubungkan probe pada
saat kalibrasi.
Posisi X digunakan untuk
menggeser tampilan sinyal
dalam peraga kea rah
horizontal.
7. Triger digunakan untuk
mengatur besarnya picu
sedangkan picu negatip atau
positip diatur dengan tombol
kecil dibawahnya kanan
positip kiri negatip.
8. Input ext, adalah tempat
memasukkan sinyal dari luar
yang dapat difungsikan
sebagai time base.
9. Ground tempat
disambungkan dengan
ground rangkaian yang
diukur.
10. Fokus untuk mengatur focus
tampilan sinyal pada layar.
11. Posisi Y digunakan untuk
mengatur posisi tampilan
sinyal yang diukur pada
kanal 2 arah vertikal.
12. Input kanal 2 merupakan
terminal masukan untuk
pengukuran sinyal.



Lebar band : batas atas mendekati 20 MHz.
Kopel DC : dc sampai 100 MHz untuk kedua mode Ri 50 dan 1M.
Kopel AC : mendekati 10Hz sampai 100 MHz dengan probe pembagi 10:1
Rise time : 3ns diukur dari 10% sampai 90% .
Faktor defleksi :
Range : 5mV/div sampai 20V/div (12 posisi terkalibrasi).
Vernier : bervariasi










Gambar 7-31. Fungsi tombol panel depan CRO

13. Kalibrasi tegangangan perlu
diatur pada saat kalibrasi agar
tepat pada harga seharusnya.
Bila tegangan ini telah tercapai
tombol tidak boleh diubah-ubah,
karena dapat mempengaruhi
ketelitian pengukuran.
14. Mode operasi atau pemilih
kanal, digunakan untuk memilih
mode operasi hanya
menampilkan kanal 1, kanal 2
atau keduanya.
15. Volt/div digunakan untuk
mengatur besarnya tampilan
amplitudo untuk mempermudah
pembacaan dan ketelitian hasil
pengukuran. Pengaturan yang
baik adalah pengaturan yang
menghasilkan tampilan
amplitudo terbesar tanpa
terpotong.
16. Pemilih AC, DC , ground diatur
sesuai dengan besaran yang
diukur, untuk pengukuran
tegangan batere digunakan DC,
pengukuran frekuensi pada
posisi AC dan menepatkan
posisi berkas pada posisi
ground.
17. Terminal masukan kanal 1
sama fungsinya dengan
terminal masukan kanal 2,
Posisi
vertikal
Ch 1
Input
Ch 1
Time/
div
kalibrasi
Lampu
indikator
Saklar
on/off
Tombol
kalibrasi
Posisi X
Intensita
s
Triger
Fokus
Posisi
vertikal
ch 2
Input Ch 2
gratikul
Berkas
elektron
kalibrasi
teg
mode
operasi
Volt/div
Ground
pemilih AC,
ground, DC
Inp
Ext


tempat dihubungkannya sinyal
yang akan diukur.
18. Posisi Y kanal 1 untuk
mengatur tampilan sinyal pada
layar kea rah vertikal dari
masukan kanal 1.
19. Berkas elektron menunjukkan
bentuk sinyal yang diukur, bila
garis terlalu tebal dapat di
tipiskan dengan mengatur
focus, dan bila terlalu terang
dapat diatur intensitasnya.
20. Gratikul adalah skala
pembacaan sinyal. Sinyal
dibaca perkolom gratikual
dikalikan posisi divisi. Misal
mengukur tegangan amplitudo
tingginya 3 skala gratikul akan
terbaca 6 volt jika posisi Volt/div
pada 2V.




7.6.2. PengukuranTegangan DC
7.6.2.1. Alat dan bahan yang diperlukan

1. CRO 1 buah
2. Probe CRO 1 buah
3. Batere 6 Volt 1 buah
4. Kabel secukupnya

7.6.2.2. Kalibrasi CRO
Sebelum pengukuran tegangan
DC, dilakukan kalibrasi dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
1. Sebelum pengukuran dilakukan,
terlebih dahulu osiloskop
dikalibrasi dengan cara berikut.
Menghubungkan probe
osiloskop pada terminal kalibrasi
dan ground. Model osiloskop
yang berbeda ditunjukkan pada
gambar 7-32.

2. Kemudian time/div dan Volt/div
di atur untuk memperoleh besar
tegangan dan frekuensi
kalibrasi. Osiloskop yang
digunakan mempunyai nilai
kalibrasi 1 Volt dengan
frekuensi 1 kHz. Mengatur
Volt/div pada 1 Volt/div, time
div diatur pada 1 ms dihasilkan
peragaan seperti gambar
berikut. Bila penunjukkan tidak
satu skala gratikul penuh atur
tombol kalibrasi pada Volt/div
hingga penunjukkan satu skala
penuh. Demikian juga untuk
waktu bila lebar tidak satu skala
gratikul penuh atur tombol
kalibrasi time/div agar tepat
satu skala gratikul penuh.
Setelah itu tombol kalibrasi
jangan diubah-ubah.
















Gambar 7-32.. Pengawatan kalibrasi



Gambar 7-33. Bentuk gelombang kalibrasi
3. Saklar pemilih posisi AC, DC
ground diposisikan pada gound,
berkas diamati dan ditepatkan
berimpit dengan sumbu X.
Input
kalibrasi
ground
T ime
kalibrasi
Kanal 1
V kalibrasi





Gambar 7-34. Berkas elektron senter tengah

4. Probe dihubungkan dengan
kutub batere positip ground
kutub betere negatip, saklar
pemilih posisi dipindahkan ke
DC sehingga berkas akan
berpindah pada posisi keatas.
Besarnya lompatan dihitung
denan satuan kolom sehingga
harga penunjukan adalah =
jumlah kolom loncatan X posisi
Volt/div. Bila Volt/div posisi 1
maka harga penunjukan
adalah = 6 kolom div x
1Volt/div = 6 Volt DC.



Gambar 7-35. Loncatan pengukuran tegangan DC

7.6.3. Pengukuran Tegangan AC
7.6.3.1. Peralatan yang diperlukan
1. CRO 1 buah 3. Audio Frekuensi Genarator 1 buah
2. Probe 1 buah 4. Kable penghubung secukupnya.


7.6.3.2. Prosedur Pengukuran
1. Pemilih diposisikan pada AC,
bila hanya digunakan satu
kanal tetapkan ada kanal 1 atau
kanal 2.
2. Sumber tegangan AC dapat
digunakan sinyal generator ,
dihubungkan dengan masukan
CRO pengawatan ditunjukkan
gambar 7-36.







Gambar 7-36. Pengawatan pengukuran dengan function generator
3. Frekuensi sinyal generator di
atur pada frekuensi 1 kHz
dengan mengatur piringan pada
angka sepuluh dan menekan
tombol pengali 100 ditunjukkan
pada gambar di bawah.



Gambar 7-37. Pengaturan function generator panel depan


Gambar 7-38. Pengaturan frekuensi sinyal

ditekan
On, putar ke
kanan


4. Tombol power (tombol merah) di
tekan untuk mengaktifkan sinyal
generator.
Diamati bentuk gelombang pada
layar dan baca harga
amplitudonya.




Gambar 7-39. Bentuk gelombang V/div kurang besar

Amplitudo terlalu besar tidak terbaca penuh, volt/div dinaikkan pada
harga yang lebih besar atau putar tombol berlawanan arah jarum jam.



Gambar 7-40. Bentuk gelombang intensitas terlalu besar

Gambar terlalu terang, intensitas
diatur sehingga diperoleh gambar
yan mudah dibaca, dan intensitas
baik seperti gambar berikut.




Gambar 7-41. Bentuk gelombang sinus

3. Cara lain dengan menempatkan
time/div pada XY diperoleh
peragaan sinyal garis lurus
sehingga pembacaan kolom
lebin teliti. Saklar time/div diatur
putar ke kanan searah jarum
jam. Untuk peragaan seperti ini
intensitas jangan terlalu terang
dan jangan berlama-lama.




7.6.4. Pengukuran Frekuensi
7.6.4.1. Peralatan yang dibutuhkan
1. CRO 1 buah
2. Audio Function Generator 2 buah
3. Probe 2 buah
4. Kabel penghubung secukupnya

6 kolom
div bila
posisi
Volt/div 1
maka
V=6Vp-p
Gambar 7-42. Bentuk
gelombang mode XY



7.6.4.2. Pengukuran Frekuensi Langsung
Pengukuran frekuensi langsung dengan langkah-langkah seperti berikut :
1. Melakukan kalibrasi CRO
dengan prosedur seperti dalam
pengukuran tegangan DC
diatas.
2. Probe dihubungkan dengan
keluaran sinyal generator.
3. Frekuensi di atur pada harga
yang diinginkan berdasarkan
keperluan, sebagai acuan baca
penunjukan pada skala sinyal
generator.
4. Atur Volt divisi untuk
mendapatkan simpangan
amplitudo maksimum tidak cacat
(terpotong).
5. Time/div diatur untuk
mendapatkan lebar sinyal
maksimum tidak cacat
(terpotong).
6. Lebar sinyal diukur dari sinyal
mulai naik sampai kembali naik
untuk siklus berikutnya.



T= perioda

Gambar 7-43. Pengukuran frekuensi langsung



T perioda =
8 X time/div
F = 1/T



Gambar 7-44. Pengawatan pengukuran frekuensi langsung

7.6.4.3. Pengukuran Frekuensi Model Lissayous
Pada pengukuran jenis ini
diperlukan osiloskop dua kanal
dan sinyal yang telah diketahui
frekuensinya, pengukuran
dilakukan dengan langkah-langkah
berikut ini.
1. Sinyal yang telah diketahui
dihubungkan pada kanal yang
kita tandai sebagai acuan
misalnya pada X.
2. Sinyal yang akan diukur
dihubungkan pada kanal yang
lain.
3. Amplitudo diatur untuk
mendapatkan amplitudo yang
sama besarnya bila
penyamaan tidak dapat
dicapai dengan pengaturan
Volt/div, tombol kalibrasi diatur
untuk mencapai kesamaan
amplitudo. Kesamaan ini
penting supaya diperoleh
bentuk lissayous sempurna.
4. Misalnya sebelum di
lissayouskan kedua sinyal
mempunyai amplitudo sama
frekuensi berbeda seperti
gambar di atas. Time/div diatur
dipindahkan pada posisi
lissayous. Jika sinyal warna
hijau adalah masukan X dan
merah Y pada layar akan
menunjukkan perbandingan
seperti gambar berikut.





Sinyal X

Gambar 7-45. Pengukuran frekuensi model Lissayous

7.6.5. Pengukuran Fasa
7.6.5.1. Alat dan bahan yang diperlukan
1. CRO 1 buah
2. Rangkaian penggeser phasa 1 buah
3. Probe 2 buah
4. Kabel penghubung secukupnya

7.6.5.2. Prosedur Pengukuran Beda Phasa
Pengukuran fasa dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara
langsung dan model lissayous.
1. Pengukuran secara langsung, kedua sinyal dihubungkan pada
masukan kanal 1 dan kanal 2.



t T = perioda


Gambar 7-46. Pengukuran beda fasa langsung


Sinyal Y
Fx : Fy = 1 : 2
Fx = (Fy/2)



Beda fasa
= (t/T) X 360


2. Pengukuran beda fasa dengan
mode lissayous kedua sinyal
dihubungkan pada kedua
terminal masukan CRO.
Kemudian time divisi diatur
pada posisi XY. Penampilan
peraga berdasarkan
perbandingan dan perbedaan
fasa ditunjukkan pada table
berikut.


Gambar 7-47. Perbandingan frekuensi 1: 3 beda fasa 90


Perbandingan
XY

1:1
0
o
45
o
90
o
135
o





220
o

360
o


1:2
0
o
22 30 45
o
90
o





135
o
180
o


1:3
0
o
15
o
30
o
60
o




90
o
120
o



1:4

0
o
11 15 22 30

45
o






67 30 90
o

Gambar 7-48. Beda fasa dan beda frekuensi model lissayous



7.7.1. MSO Sumbu XYZ Aplikasi Pada Pengujian Otomotif
7.7.2. Mixed Signal Oscilloscope
Sebuah osiloskop sinyal dicampur
(mixed signal oscilloscope /
MSO) memiliki dua jenis masukan,
jumlah kecil ( pada umumnya dua
atau empat) kanal analog.
Pengukuran diperoleh dengan
basis pewaktuan tungal, dapat
dilhat pada peraga tunggal dan
banyak kombinasi sinyal yang
dapat digunakan untuk memicu
osiloskop.

Gambar 7-49. Mixed storage oscilocope (MSO)
MSO mengkombinasi semua
kemampuan pengukuran model
Digital Storage osciloscope (DSO)
dengan beberapa kemampuan
pengukuran penganalisa logika
(logic Analyzer). Pada umumnya
MSO menindak lanjuti
kekurangan kemampuan
pengukuran digital dan
mempunyai sejumlah besar kanal
akuisisi digital dari penganalisa
logika penuh namun
penggunaannya tidak sekomplek
penganalisa logika. Pengukuran
sinyal campuran pada umumnya
meliputi karakterisasi dan
pencarian gangguan, sistem
menggunakan rangkain campuran
analog, digital dan sistem meliputi
pengubah analog ke digital (ADC),
pengubah digial ke analog (DAC)
dan sistem pengendali. Arsitektur
MSO merupakan perpaduan
antara DSO (Digital Storage
Osciloscope) atau lebih tepatnya
DPO (Digital Phospor
Osciloscope) dengan panganalisa
logika (Logic Analyzer).

7.7.3. Osiloskop Digital Pospor (Digital Phospor Osciloscope /
DPO)
Osiloskop digital pospor (DPO)
menawarkan pendekatan
osiloskop arsitektur baru,
Arsitektu ini memungkinkan DPO
mengantarkan akuisisi unik dan
kemampuan rekonstruksi sinyal
secara akurat.
Sementara DPO menggunakan
arsitektur pemrosesan serial untuk
pengambilan, peragaan dan


analisa sinyal, DPO menggunakan
arsitektur pemrosesan parallel
mempunyai dedikasi unik
perangkat keras ASIC untuk
memperoleh gambar bentuk
gelombang, mengantarkan
kecepatan pengambilan bentuk
gelombang tinggi yang
menghasilkan visualisasi sinyal
pada tingkat yang lebih tinggi.
Performansi ini menambah
kemungkinan dari kesaksian
kejadian transien yang terdapat
pada sistem digital, seperti pulsa
kerdil, glitch dan kesalahan
transisi. Deskripsi dari arsitektur
pemrosesan parallel dijelaskan
berikut ini.

7.7.4. Arsitektur Pemrosesan Paralel
Tingkat input pertama DPO serupa
dengan osiloskop analog sebuah
penguat vertikal dan tingkat kedua
serupa DSO sebuah ADC. Namun
DPO secara signifikan berbeda
dari konversi analog ke digital
yang dahulu. Kebanyakan
osiloskop analog DSO atau DPO
selalu ada terdapat sebuah holdoff
selama waktu proses
pengambilan data, pemasangan
sistem lagi dan menunggu untuk
kejadian pemicuan berikutnya.
Selama waktu ini, osiloskop tidak
melihat semua aktivitas sinyal.
Kemungkinan melihat perubahan
atau pengulangan kejadian lambat
mengurangi penambahan waktu
holdoff.














Gambar 7-50. Arsitektur pemrosesan paralel dari osiloskop digital pospor

Dapat dinotasikan bahwa
kemungkinan untuk menentukan
besarnya kemungkinan dari
pengambilan dengan melhat pada
kecepatan update peraga. Jika
semata-mata mempercayakan
pada kecepatan update, ini mudah
untuk membuat kesalahan dari
kepercayaan pengambilan
osiloskop pada semua informasi
tentang bentuk gelombang pada
saat nyata atau tidak. Osiloskop
penyimpan digital memproses
bentuk gelombang yang diambil
secara serial. Kecepatan
mikroprosesor merupakan
penentu dalam proses ini karena
ini membatasi kecepatan
Amp
Digital
fosfor
mikroprosesor

Peraga


ADC


pengambilan bentuk gelombang.
Rasterisasi DPO bentuk
gelombang didigitkan diteruskan
ke data base pospor digital. Setiap
1/30 detik atau sekitar kecepatan
mata menerima sebuah snapshot
dari gambar sinyal yang disimpan
dalam data base, kemudian
disalurkan secara langsung ke
sistem peraga. Rasterisasi data
bentuk gelombang dan secara
langsung disalin ke memori
peraga, dari data base
dipindahkan ke pemrosesan data
tidak dapat dipisahkan dalam
arsitektur yang lain. Detail sinyal,
terjadi timbul tenggelam dan
karakteristik dinamis dari sinyal
yang diambil dalam waktu riil.
DPOs mikroprosesor bekerja
secara parallel dengan sistem
akuisisi terpadu untuk
memperagakan managemen,
pengukuran otomasi dan
pengendali instrument sehingga
tidak mempengaruhi kecepatan
akuisisi osiloskop.


Gambar 7-51. Peragaan sinyal DPO

Bila data base pospor digital
diumpankan ke peraga osiloskop,
mengungkapkan bentuk
gelombang pada peraga
diintensifkan, sebanding dengan
proporsi frekeunsi sinyal pada
setipa titik kejadian, sangat
menyerupai penilaian karakteristik
intensitas dari osiloskop analog.
DPO juga memungkinkan
memperagakan informasi variasi
frekeunsi kejadian pada peraga
seperti kekontrasan warna, tidak
seperti pada psiloskop analog.
Dengan DPO mudah untuk
melihat perbedaan antara bentuk
gelombang yang terjadi pada
hampir setiap picu.
Osiloskop digital pospor (DPO)
merupakan teknik antara teknologi
osiloskop analog dan digital.
Terdapat persamaan pengamatan
pada frekuensi tinggi dan rendah,
pengulangan bentuk gelombang,
transien dan variasi sinyal dalam
waktu riil. DPO hanya memberikan
sumbu intensitas (Z) dalam waktu
rill yang tidak ada pada DSO
konvensional.


DPO ideal yang memerlukan
perancangan terbaik dan piranti
pelacak gannguan untuk cakupan
aplikasi yang luas (contoh gambar
19). DPO yang pantas dicontoh
untuk pengujian topeng
komunikasi, digital debyg dari
sinyal intermittent, perancangan
pengulangan digital dan aplikasi
pewaktuan.
Kemampuan pengukuran
osiloskop ditingkatkan sehingga
memungkinkan bagi anda untuk :
x Membuat, mengedit dan
berbagi dokumen dilakukan
osiloskop, sementara
osiloskop tetap bekerja
dengan intrumen dalam
lingkungan tertentu.
x Akses jaringan mencetak dan
berbagi file sumber daya
x Mengakses window komputer
x Melakukan analisis dan
dekomentasi perangkat lunak
x Menghubungkan ke jaringan
x Mengakses internet
x Mengirim dan menerima e-mail



Gambar 7-52. Paket pilihan software






Peningkatan Kemampuan Sebuah
osiloskp dapat ditingkatkan
sehingga mampu mengakomodasi
kebutuhan perubahan. Beberapa
osiloskop memungkinkan pemakai
untuk :
Gambar 7-53 aplikasi modul
Gambar 7-54. Modul video Gambar 7-55 Pengembangan analisis


1. Menambah memori kanal untuk
menganalisa panjang rekaman
yang leih panjang
2. Menambah kemampuan
pengukuran untuk aplikasi
khusus
3. Menambah daya osiloskop
untuk memenuhi cakupan
probe dan modul
4. Bekerja dengan penganalisa
pihak ketiga dan produktivitas
perangkat lunak kompatibel
window.
5. Menabah asesoris seperti
tempat baterai dan rak.
6. Aplikasi modul dan perangkat
lunak memungkinkan untuk
menstransformasi osiloskop ke
dalam perangkat analisa
tertentu dengan kemampuan
tinggi untuk melakukan fungsi
seperti analisa jitter dan
pewaktuan, sistem verifikasi
memori mikroprosesor,
pengujian komunikasi standar,
pengukuran pengendali
piringan, pengukran video,
pengukuran daya dan
sebagainya .



Gambar 7-56. Tombol pengendali posisi tradisional







7.7.5. Mudah Penggunaan
Osiloskop mudah dipelajari dan
mudah untuk membantu bekerja
pada frekuensi dan produktivitas
puncak. Sama halnya tidak ada
satupun pengendali mobil khas,
tidak ada satupun pemakai
Gambar 7-57 peraga sensitip tekanan
Gambar 758 Menggunakan pengendali grafik
Gambar 7-59. Osiloskop portable


osilsokop yang khas. Kedua
pemakai instrument tradisional
dan yang mengalami
perkembangan dalam area
window / internet. Kunci untuk
mencapai pemakai kelompok
besar demikian adalah fleksibilitas
gaya pengoperasian. Kebanyakan
osiloskop menawarkan
keseimbangan pencapaian dan
kesederhanaan dengan member
pemakai banayk cara untuk
mengoperasikan instrument.
Tampilan panel depan disajikan
untuk pelayanan pengendalian
vertikal, horisontal dan picu.
Penggunaan banyak antara muka
icon grafik membantu memahami
dan dengan tak sengaja
menggunakan kemampuan yang
lebih tinggi. Peraga sensitip
sentuhan menyelesaikan isu
kekacauan dalam kendaraan dan
sementara memberi akses yang
jelas bersih pada tombol layar.
Memberi garis bantu yang dapat
digunakan sebagai acuan. Kendali
intuitif memungkinkan para
pemakai osiloskop merasa
nyaman mengendalikan osiloskop
seperti mengendalikan mobil,
sementara memberi waktu penuh
pada pengguna untuk mengakses
osiloskop. Kebanyakan osilskop
portable membuat osiloskop
efisien dalam banyak perbedaan
lingkungan kerja di dalam
laboratorium ataupun di lapangan

7.7.6. Probe
7.7.6.1. Probe pasip
Untuk pengukuran sinyal dan
besar tegangan, probe pasip
memberikan kemudahan dalam
pemakaian dan kemampuan
cakupan pengukuran. Fasangan
probe tegangan pasip dengan
arus probe akan memberi solusi
ideal pengukuran daya.

Probe attenuator pengurangan
10X (baca sepulu kali) membebani
rangkaian dalam perbandingan
sampai 1X probe dan merupakan
suatu tujuan umum probe pasip.
Pembebanan rangkaian menjadi
lebih ditujukan pada frekuensi
yang lebih tinggi dan atau sumber
sinyal impedansi yang lebih tinggi,
sehingga meyakinkan untuk
menganalisa interaksi
pembebanan sinyal / probe
sebelum pemilihan probe. Probe
attenuator 10K meningkatkan
keteliatian pengukuran, namun
juga mengurangi amplitudo sinyal
pada masukan osiloskop dengan
factor 10.

Probe pasip memberikan solusi
sempurna terhadap tujuan
pengamatan pada umumnya.
Namun, probe pasip tidak dapat
mengukur secara akurat sinyal
yang memiliki waktu naik ekstrim
cepat dan mungkin terlalu sering
membebani sensitivitas rangkaian.
Bila kecepatan sinyal clock
bertambah dan tuntutan
kecepatan lebih tinggi dari pada
kecepatan probe sedikit akan
berpengaruh terhadap hasil
pengukuran. Probe aktif dan
diferensial memberikan
penyelesaian ideal untuk
pengukuran sinyal kecepatan
tinggi atau diferensial.




Gambar 7-60. Probe pasip tipikal beserta asesorisnya

Karena ini mengecilkan sinyal,
probe attenuator 10X membuatnya
sulit melihat sinyal kurang dari
10mV puncak ke puncak.
Penggunaan probe atenuator 10X
sebagaiana tujuan penggunaan
probe pda umumnya, namun
dengan probe 1X dapat diakses
dengan kecepatan rendah, sinyal
amplitudo rendah. Beberapa probe
memiliki saklar atenuasi antara 1X
dan 10X jika probe mempunyai
pilihan seperti ini yakinkan
pengaturan penggunaan
pengukuran benar.

7.7.6.2. Probe aktif dan Probe
Differensial
Penambahan kecepatan sinyal
dan tegangan lebih rendah
membuat hasil pengukuran yang
akurat sulit dicapai. Ketepatan
sinyal dan pembebanan piranti
merupakan isu kritis. Solusi
pengukuran lengkap pada
kecepatan tinggi, solusi
pengamatan ketepatan tinggi
untuk menyesuaikan performansi
osiloskop (gambar 7-62).






Gambar 761. probe performansi tinggi



Probe aktif dan diferensial
menggunakan rangkaian terpadu
khusus untuk mengadakan sinyal
selama akses dan transmisi ke
osiloskop, memastikan integritas
sinyal. Untuk pengukuran sinyal
dengan waktu naik tinggi, probe
aktif kecepatan tinggi atau probe
diferensial yang akan memberikan
hasil yang lebih akurat.


Gambar 7-62. Probe sinyal terintegrarasi



7.8. Pengoperasian Osiloskop
7.8.1. Pengesetan
Pada bagian ini menguraikan
bagaiaman melakukan
pengesetan dan mulai
menggunakan osiloskop khusus,
bagaimana melakukan ground
osiloskop mengatur pengendalian
dalam posisi standard an
menggnati probe.
Penabumian merupakan langkah
penting bila pengaturan untuk
membuat pengukuran atau
rangkaian bekerja. Sifat
penbumian dari osiloskop
melindungi pemakai dari tegangan
kejut dan penabumian sendiri
melindungi rangkaian dari
kerusakan.

7.8.2. Menggroundkan
osiloskop
Menggroundkan osiloskop artinya
menghubungkan secara listrik
terhadap titik acuan netral, seperti
ground bumi. Ground osiloskop
dilakukan dengan mengisi tiga
kabel power ke dalam saluran
ground ke ground bumi.
Menghubung osiloskop dengan
ground diperlukan untuk
keamanan jika menyentuh
tegangan tinggi kasus osiloskop
tidak diground banyak kasus
meliputi tombol yang muncul
diisolasi ini dapat memberi resiko
kejut. Bagaimanapun dengan
menghubungkan osiloskop ke
ground secara tepat, arus berjalan
melalui alur ground ke ground
bumi lebih baik dari pada tubuh ke
groun bumi.
Ground juga diperlukan untuk
pengukuran yang teliti dengan
osiloskop. Osiloskop
membutuhkan berbagi ground
yang sama dengan banyak
rangkaian yang diuji.
Gambar 763. Probe reliable khusus pin IC


Banyak osiloskop tidak
membutuhkan pemisah hubungan
ke bumi ground. Osiloskop
mempunyai dengan menjaga
kemungkinan resiko kejut dari
pengguna.

7.8.3. Ground Diri Pengguna
Jka bekerja dengan rangkaian
terpadu (IC), juga diperlukan untuk
mengubungkan tubuh dengan
ground. Rangkaian terpadu
mempunyai alur konduksi tipis
yang dapat dirusak oleh listrik
statis yang dibangun pada tubuh.
Pemakai dapat menyelamatkan IC
mahal secara sederhana dengan
alas karpet dan kemudian
menyentuh kaki IC. Masalah ini
diselesaikan pakaian dengan tali
pengikat ground ditunjukkan
dalam gambar 6.4. Tali pengikat
secara aman mengirim perubahan
statis pada tubuh ke ground bumi.

7.8.4. Pengaturan Pengendali
Bagian depan osiloskop biasanya
terbagi dalam 3 bagian utama
yang ditandai vertikal, horisontal
dan picu. Osiloskop mungkin
mempunyai bagian-bagian lain
tergantung pada mmodel dan jenis
analog atau digital. Kebanyakan
osiloskop memiliki sekurang-
kurangnya dua kanal masukan
dan setiap kanal dapat
memperagakan bentuk gelombang
pada layar. Osiloskop multi kanal
sangat berguna untuk
membandingkan bentuk
gelombang. Beberapa osiloskop
mempunyai tombol AUTOSET dan
atau DEFAULT yang dapat
mengatur untuk mengendalikan
langkah menampung sinyal. Jika
osilskop tidak memiliki
kemampuan ini, perlu dibantu
mengatur pengendalian posisi
standar sebelum pengukuran
dilakukan. Pada umumnya
instruksi pengaturan osiloskop
posisi standar adalah sebagai
berikut :
x Atur osiloskop untuk
mempergakan kanal 1
x Atur skala vertikal volt/div dan
posisi ditengah cakupan posisi
x Offkan variable volt/div
x Offkan pengaturan besaran
x Atur penghubung masukan
kanal 1 pada DC
x Atur mode picu pada auto
x Atur sumber picu ke kanal 1
x Atur picu holdoff ke minimum
atau off
x Atur pengendali intensitas ke
level minimal jika disediakan
x Atur pengendali focus untuk
mencapai ketajaman peraga
x Atur posisi horisontal time/div,
posisi berada ditengah-tengah
cakupan posisi.

7.8.5. Penggunaan Probe
Sebuah probe berfungsi sebagai
komponen kritis dalam sistem
pengukuran, memastikan
integritas sinyal dan
memungkinkan pengguna untuk
mengakses semua daya dan
performansi dalam osiloskop. Jika
probe sangat sesuai dengan
osiloskop, dapat dipastikan
mengakses semua daya dan
performansi osiloskop dan akan
memastikan integritas sinyal
terukur.




Probe dikompensasi dengan benar

Gambar 7-64. Hasil dengan probe
dikompensasi
Probe tidak dikompensasi



Gambar 7- 65 Hasil dengan probe dikompensasi

Probe kompensasi berlebihan


Gambar 7-66. Probe kompenasi berlebihan

Kebanyakan osiloskop mempunyai
acuan sinyal gelombang kotak
disediakan pada terminal depan
digunakan untuk menggantikan
kerugian probe. Instruksi untuk
mengganti kerugian probe pada
umumnya sebagai berikut :
x Tempatkan probe pada kanal
vertikal
x Hubungkan probe ke probe
kompensasi misal acuan sinyal
gelombang kotak
x Ground probe dihubungkan
dengan ground osiloskop
x Perhatikan sinyal acuan
gelombang kotak
x Buat pengaturan probe yang
tepat sehingga ujung
Probe
pengatur
sinyal
Amplitudo
tes sinyal
1MHz
Amplitudo
sinyal
berkurang
Probe
pengatur
sinyal
Probe
pengatur
sinyal
Amplitudo tes
sinyal 1MHz


gelombang kotak berbentuk siku.


























Gambar 7-67. Tegangan puncak ke puncak
















Pada saat mengkompensasi,
selalu sertakan beberapa asesoris
yang perlu dan hubungkan probe
ke kanal vertikal yang akan
digunakan. Ini akan memastikan
bahwa osiloskop memiliki
kekayaan listrik sebagaimana
yang terukur.

Teknik Pengukuran Dengan Osiloskop.
Ada dasar pengukuran dengan
osiloskop adalah tegangan dan
waktu. Oleh karena itu untuk
pengukuran yang lain pada
dasarnya adalah satu dari dua
teknik dasar tersebut. Dalam
pengukuran ini merupakan
penggabuangan teknik instrument
analog dan juga dapat digunakan
untuk menginterpretasikan
peragaan DSO dan DPO.
Kebanyakan osiloskop digital meliputi perangkat pengukuran yang
diotomatiskan. Pemahaman bagaimana membuat pengukuran secara






























Gambar 7-68. Pengukuran amplitudo senter
gratikul waktu
Pengukuran senter
gratikul horisontal dan
vertikal
Gambar 769. Pengukuran
tegangan
Tegangan
puncak ke
puncak
Tegangan
puncak
Sumbu nol Harga RMS
gratikul


manual akan membantu dalam memahami dan melakukan pengecekan
pengukuran otomatis dari DSO dan DPO.

7.8.6. Pengukuran Tegangan
Tegangan merupakan bagian dari
potensi elektrik yang
diekspresikan dalam volt antara
dua titik dalam rangkaian. Biasa
salah satu titiknya dalah ground
(nol volt) namun tidak selalu.
Tegangan dapat diukur dari
puncak ke puncak yaitu titik
maksimum dari sinyal ke titik
minimum. Harus hati-hati dalam
mengartikan tegangan tertentu.
Terutama osiloskop piranti
pengukur tegangan. Pada saat
mengukur tegangan kuantias yang
lain dapat dihitung. Misal hukum
ohm menyaakan bahwa tegangan
antara dua tiik dalam rangkaian
sama dengan arus kali resistansi.
Dari dua kuantitas ini dapat
dihitung :
Tegangan = arus X resistansi
Arus = (Tegangan / resistansi )
Resistansi = (tegangan / arus).
Rumusan lain hokum daya, daya
sinyal DC sama dengan teganga
kali atus. Perhitungan lebih
komplek untuk sinyal AC, namun
pengukuran tegangan merupakan
langkah pertama untuk
penghitungan besaran yang lain.
Gambar 7-67 menunjukkan satu
dari tegangan puncak (Vp) dan
tegangan puncak ke puncak (Vp-
p). Metode yang paling dasar dari
pengukuran tegangan adalah
menghitung jumlah dari luasan
divisi bentuk gelombang pada
skala vertikal osiloskop .
Pengaturan sinyal meliputi
pembuatanan layar secara vertikal
untuk pengukuran tegangan
terbaik (gambar 7-67). Semakin
banyak area layar yang digunakan
pembacaan layar semakin akurat .
Beberapa osiloskop mempunyai
satu garis kursor yang membuat
pengukuran bentuk gelombang
secara otomatis pada layar, Tanpa
harus menghitung tanda gratikul.
Kursor merupakan garis
sederhana yang dapat berpindah
melintasi layar. Dua garis kursor
horisontal dapat bergerak naik dan
turun untuk melukiskan amplitudo
bentuk gelombang dari teganga
yang diukur, dan dua garis
vertikal bergerak ke kanan dank e
kiri untuk pengukuran waktu.
Pembacaan menunjukkan posisi
tegangan atau waktu.

7.8.7. Pengukuran Waktu dan Frekuensi
Pengukuran waktu dengan
menggunakan skala horisontal
dari osiloskop. Pengukuran waktu
meliputi pengukuran perioda dan
lebar pulsa. Frekuensi kebalikan
dari perioda sehingga perioda
dikeahui, frekuensi merupakan
satu dibagi dengan perioda.


Sebagaimana pengukuran
tegangan, pengukuran waktu lebih
akurat bila diatur porsi sinyal yang
diukur meliputi sebagian besar
area dari layar seperti ditunjukkan
gambar 7-67.

7.8.8. Pengukuran Lebar dan
Waktu Naik Pulsa
Dalam banyak aplikasi, detail
bentuk pulsa penting. Pulsa dapat
menjadi distorsi dan menyebabkan
rangkaian digital gagal fungsi dan
pewaktuan pulsa dalam rentetan
pulsa seringkali signifikan.
Pengukuran pulsa standar berupa
lebar pulsa dan waktu naik pulsa.
Waktu naik berupa sebagian pulsa
pada saat beranjak dari tegangan
rendah ke tinggi. Waktu naik
diukur dari 10% sampai 90% dari
tegangan pulsa penuh.
Ini mengurangi sudut transisi
ketidakteraturan pulsa. Lebar
pulsa merupakan bagian dari
waktu pulsa beranjak dari rendah
ke tinggi dan kembali ke rendah
lagi. Lebar pulsa diukur pada 50%
dari tegangan penuh (gambar 7-
70).




















Gambar 7-70. Pengukuran rise time dan lebar pulsa

Rise time
tegangan
Fall time
Lebar pulsa
100%
90%


50%

10%
0 %


7.8.9. Pengukuran Pergeseran Fasa
Metode untuk pengukuran
pergeseran fasa, perbedaan waktu
antara dua sinyal periodik yang
identik, menggunakan mode XY.
Teknik pengukuran ini meliputi
pemberian sinyal masukan pada
sistem vertikal sebagaimana
biasanya dan kemudian sinyal
sinyal lain diberikan pada sistem
horisontal yang dinamakan
pengukuran XY karena kedua
sumbu X dan Y melakukan
penjejakan tegangan. Bentuk
gelombang yang dihasilkan dari
susunan ini dinamakan pola
Lissayous (nama ahli Fisika
Perancis Jules Antoine
Lissayous). Dari bentuk pola
Lissayous dapat dibaca
perbedaan fasa antara dua sinyal
dapat juga perbandingan frekuensi
(gambar 7-48) menunjukkan pola
untuk perbandingan frekuensi dan
pergeseran fasa yang bervariasi.















8.1. Frekuensi Meter Analog
Frekuensi meter adalah meter
yang digunakan untuk mengukur
banyaknya pengulangan gerakan
periodik perdetik. Gerakan
periodik seperti detak jantung,
ayunan bandul jam.
Ada dua jenis frekuensi meter
analog dan digital. Frekuensi
meter analog merupakan alat ukur
yang digunakan untuk mengukur
besaran frekuensi dan yang
berkaitan dengan frekuensi.
Terdapat beberapa jenis
frekuensimeter analog diantaranya
jenis batang atau lidah getar, alat
ukur ratio dan besi putar. Dalam
mengukur frekuensi atau waktu
perioda secara elektronik dapat
dilakukan dengan beberapa cara.

8.1.1. Alat ukur frekuensi jenis
batang atau lidah bergetar
Alat ukur frekuensi lidah getar
prinsip kerjanya berdasarkan
resonansi mekanis. Jika sederetan
kepingan baja yang tipis
membentuk lidah-lidah getar,
masing-masing mempunyai
frekuensi getar yang berbeda.
Lidah-lidah getar dipasang
bersama-sama pada sebuah alas
fleksibel yang terpasang pada
sebuah jangkar elektromagnit.
Kumparan elektromagnet diberi
energi listrik dari jala-jala arus
bolak-balik yang frekuensinya
akan ditentukan, maka salah satu
dari lidah-lidah getar akan
beresonansi dan memberikan
defleksi yang besar bila frekuensi
getarnya sama dengan frekuensi
medan magnet bolak-balik
tersebut.










Gambar 8 -1 Kerja frekuensi meter
jenis batang getar

Tujuan
Setelah mengikuti pembahasan
tentang frekuensi meter, para
pembaca diharapkan dapat :
1. Mendiskripsikan jenis-jenis
frekuensi meter
2. Mampu menjelaskan prinsip kerja
frekuensi meter
3. Mampu memahami cara
penggunaan frekuensi meter.

Pokok Bahasan
Dalam frekuensi meter
pembahasan meliputi :

1. Frekuensimeter analog jenis-
jenis dan prinsip kerjanya
2. Frekuensimeter digital cara
kerja, metoda pengukuran, jenis
jenis kesalahan dan cara
penggunaannya.

BAB 8
FREKUENSI METER
48 49 50 51 52



Gambar 8 -2 Prinsip frekuensi meter jenis batang getar

Batang yang frekuensi dasarnya
sama dengan frekuensi
elektromagnet diberi energi, akan
membentuk suatu getaran.
Getaran batang ini dapat dilihat
pada panel alat ukur berupa
getaran batang ditunjukkan
melalui jendela. Apabila frekuensi
yang diukur berada diantara
frekuensi dua batang yang
berdekatan, maka kedua batang
akan bergetar dan frekuensi jala-
jala paling dekat pada batang
yang bergetar paling tinggi.
Frekuensi langsung terbaca
dengan melihat skala pada bagian
yang paling banyak bergetar (
misal 50 Hz).
Pada lidah getar gaya bekerja
berbanding lurus dengan kuadrat
fluksi magnet tetap yang
disebabkan oleh magnet
permanen dan fluksi arus bolak-
balik
m
sin Zt (pada gambar 8-2).
Alat ukur ini mempunyai
keuntungan karena konstruksi
sederhana dan sangat kokoh,
tidak dipengaruhi oleh tegangan
atau bentuk gelombang,
penunjukannya secara bertangga
dalam 0,5 atau 1 Hz. Untuk
mempertahankan kalibrasi,
syaratnya getaran batang-batang
dipertahankan dalam batas-batas
yang wajar. Kerugian alat ini
penunjukan tidak cepat mengikuti
perubahan-perubahan frekuensi.
Sehingga alat ukur jenis ini hanya
dipergunakan untuk frekuensi-
frekuensi komersiil.



Gambar 8 3 . Bentuk frekuensi
meter batang getar


8.1.2. Alat pengukur frekuensi dari type alat ukur rasio
Dalam alat ukur frekuensi ini,
kumparan-kumparan medan
sebagian membentuk dua
rangkaian resonansi terpisah.
Kumparam medan 1 seri dengan
induktor L
1
dan kapasitor C
1
, dan
membentuk sebuah rangkaian
resonan yang diset ke suatu
frekuensi sedikit di bawah skala
terendah dari instrumen.
Kumparan medan 2 adalah seri
dengan induktor L
2
dan kapasitor
C
2
, dan membentuk sebuah
rangkaian resonan yang diatur
pada frekuensi sedikit lebih tinggi
dari skala tertinggi instrumen.
















Gambar 8 - 4 Prinsip frekuensi meter jenis meter pembagi
Konstanta-konstanta rangkaian
dipilih sedemikian rupa sehingga
menyebabkan arus-arus tersebut
mempunyai resonansi masing-
masing 42 Hz dan 58 Hz seperti
pada gambar 8-4. Rasio dari I
1

dan I
2
akan berubah secara
monoton dengan frekuensi-
frekuensi di atas dan di bawah 50
Hz.pada pertengahan skala.
Kedua kumparan medan disusun
seperti pada gambar 8-3 dan
dikembalikan ke jala-jala melalui
gulungan kumparan yang dapat
berputar. Torsi yang berputar
sebanding dengan arus yang
melalui kumparan putar, arus ini
terdiri dari penjumlahan kedua
arus kumparan medan. Karena
torsi yang dihasilkan oleh kedua
arus terhadap kumparan putar
berlawanan dan torsi tersebut
merupakan fungsi dari frekuensi
tegangan yang dimasukkan.
Setiap frekuensi yang dimasukkan
dalam batas ukur instrumen,
membangkitkan torsi yang
menyebabkan jarum berada pada
posisi yang hasil pengukuran.
Torsi pemulih dilengkapi dengan
sebuah daun besi kecil yang
dipasang pada kumparan yang
berputar. Alat ukur ini biasanya
terbatas pada frekuensi jala-jala.


i
1
arus pada M
1
i2 arus pada M
2


8.1.3. Alat ukur frekuensi besi putar
Prinsip kerja alat ukur ini
tergantung pada perubahan arus
yang dialirkan pada dua rangkaian
paralel, satu induktif dan yang
lain non induktif. Bila terjadi
perubahan frekuensi dua
kumparan A dan B yang terpasang
permanen sumbu-sumbu
magnetnya akan saling tegak lurus
satu sama lain. Bagian pusat
dipasangkan sebuah jarum
panjang dari besi lunak ringan
dan lurus sepanjang resultante
medan magnet dari dua
kumparan. Alat ukur ini tidak
menggunakan peralatan
pengontrol (ditunjukkan pada
gambar 85).



Gambar 8 5 Prinsip Alat Ukur frekuensi besi putar

Gambar 8 6 Bentuk frekuensi meter analog
Rangkaian tersusun dari elemen-
elemen seperti halnya jembatan
Wheatstone sebagai penyeimbang
pada frekuensi sumber. Kumparan
Tinggi
rendah
Lb
Rb
L3
Ra
B A
N
Suplai

A mempunyai tahanan seri R
A
dan
paralel dengan induktansi L
A
;
kumparan B seri dengan R
B
dan
paralel dengan induktansi L
B
.
Induktansi L berfungsi untuk
membantu menekan harmonis-
harmonis tinggi pada bentuk
gelombang arus, sehingga
memperkecil kesalahan
penunjukan alat ukur.
Alat ukur saat dihubungkan
dengan sumber tegangan, arus
akan mengalir melalui kumparan A
dan B dan menghasilkan kopel
yang berlawanan. Jika frekuensi
sumber yang diukur tinggi, maka
arus yang mengalir pada
kumparan A akan lebih besar
dibanding dengan arus yang
mengalir pada kumparan B,
dikarenakan adanya penambahan
reaktansi dari induktansi L
B
.
Akibatnya medan magnet
kumparan A lebih kuat dibanding
medan magnet kumparan B,
sehingga jarum bergerak
mendekati sumbu medan magnet
pada kumparan A. Jika frekuensi
sumber yang diukur rendah, maka
kumparan B mengalirkan arus
lebih besar dari kumparan A dan
jarum akan bergerak mendekati
sumbu medan magnet pada
kumparan B. Alat ukur ini dapat
dirancang pada batas ukur
frekuensi yang lebar maupun
sempit tergantung pada
parameter-parameter yang ada
pada rangkaian.

8.2. Frekuensi Meter Digital
8.2.1. Prinsip kerja
Sinyal yang akan diukur
frekuensinya diubah menjadi
barisan pulsa, satu pulsa untuk
setiap siklus sinyal. Kemudian
jumlah pulsa yang terdapat pada
interval waktu tertenu dihitung
dengan counter elektronik. Karena
pulsa ini dari siklus sinyal yang
tidak diketahui, jumlah pulsa pada
counter merupakan frekuensi
sinyal yang diukur. Karena counter
elektronik ini sangat cepat, maka
sinyal dari frekuensi tinggi dapat
diketahui.
Blok diagram rangkaian dasar
meter frekuensi digital
diperlihatkan pada gambar 8-7.
sinyal frekuensi tidak diketahui
dimasukkan pada schmitt trigger.









Gambar 8 7 Rangkaian dasar frekuensi meter digital.

Sinyal diperkuat sebelum masuk
Schmitt Trigger. Dalam Schmitt
Trigger sinyal diubah menjadi
gelombang kotak (kotak) dengan
waktu naik dan turun yang sangat
cepat, kemudian dideferensier dan
dipotong (clipped). Keluaran dari
Schmitt Trigger berupa barisan

pulsa, satu pulsa untuk setiap
siklus sinyal. Pulsa keluaran
Schmitt Trigger masuk ke gerbang
start-stop. Bila gerbang terbuka
(start), pulsa input melalui gerbang
ini dan mulai dihitung oleh counter
elektronik. Bila pintu tertutup (stop),
pulsa input pada counter berhenti
dan counter berhenti menghitung.
Counter memperagakan (display)
jumlah pulsa yang telah masuk
melaluinya antara interval waktu
start dan stop. Bila interval waktu
ini diketahui, kecepatan dan
frekuensi pulsa sinyal input dapat
diketahui. Misalnya f adalah
frekuensi dari sinyal input, N jumlah
pulsa yang ditunjukkan counter dan
t adalah interval waktu antara start
dan stop dari gerbang. Maka
frekuensi dari sinyal yang tidak
diketahui dapat dihitung dengan
persamaan di bawah ini
.



Untuk mengetahui frekuensi
sinyal input, interval waktu
gerbang antara start dan stop
harus diketahui dengan teliti.
Interval waktu perlu diketahui
sebagai time base rangkaian
secara blok diagram ditunjukkan
pada gambar 8 8. Time base
terdiri dari osilator kristal dengan
frekuensi tetap, schmit trigger,
dan pembagi frekuens. Osilator
diketahui sebagai osilator clock
harus sangat teliti, supaya
ketepatannya baik, kristal ini
dimasukkan ke dalam oven
bertemperatur konstan.
Output dari osilator frekuensi
konstan masuk ke Schmitt Trigger
fungsinya mengubah gelombang
non kotak menjadi gelombang
kotak atau pulsa dengan
kecepatan yang sama dengan
frekuensi osilator clock. Barisan
pulsa kemudian masuk melalui
rangkaian pembagi frekuensi
persepuluhan yang dihubungkan
secara cascade. Setiap pembagi
persepuluhan terdiri dari
penghitung sepuluhan dan
pembagi frekuensi dengan 10.
hubungan dibuat dari output setiap
pembagi persepuluhan secara
serie, dan dilengkapi dengan
switch selektor untuk pemilihan
time base yang tepat.










Gambar 8 - 8 Time base selektor.
Gambar 8-8. Blok diagram pembentukan time base
F= .
t
N


Pada blok diagram gambar 8-8.
frekuensi osilator clock adalah 1
MHz atau 10
6
Hz. Jadi output
Schmitt Trigger 10
6
pulsa per
detik. Pada setiap 1x dari switch
ada 10
6
pulsa per detik, dan
interval waktu antara dua pulsa
yang berturutan 10
-6
detik atau
1detik. Pada tiap 10
-1
x, pulsa
telah melalui satu pembagi
persepuluhan, dan berkurang
dengan faktor 10, dan sekarang
ada 10
5
pulsa perdetik. Jadi
interval waktu diantaranya adalah
10 detik. Dengan cara yang
sama, ada 10
4
pulsa per detik
pada tap 10
-2
x dan interval
waktunya 100 detik; 10
3
pulsa
per detik pada tap 10
-3
x dan
interval waktu 1 mdetik; 10
2
pulsa
per detik pada tap 10
-4
x dan
interval waktu 10 mdetik; 10 pulsa
perdetik pada tap 10
-5
dan interval
waktu 100 mdetik; satu pulsa per
detik pada tap 10
-6
x dan interval
waktunya 1 detik. Interval waktu
antara pulsa-pulsa ini adalah time
base dan dapat dipilih dengan
switch selektor (switch pemilih).
Pernyataan simbolik dari
rangkaian flip-flop (FF)
digambarkan pada gambar 8 - 9.







Gambar 8 - 9 Pernyataan simbolik dari rangkaian flip-flop.

Flip-flop berfungsi sebagai
gerbang start dan stop, dan
rangkaian flip-flop diperlihatkan
pada gambar 8-10. ini adalah
rangkaian multivibrator bistable
dan mempunyai dua keadaan
seimbang.














Gambar 8 10 Rangkaian flip-flop (multivibrator bistable)
RB RB
RC RC
R R


Tegangan negatif diberikan pada
set terminal S, merubah flip-flop ke
keadaan 1. bila sekarang pulsa
negatip diberikan pada terminal
reset R, flip-flop berubah menjadi
keadaan 0. perlu dicatat dalam hal
pulsa positif digunakan untuk
merubah flip-flop dari satu
keadaan ke yang lain, suatu
inverter harus digunakan pada
terminal input untuk merubah
pulsa trigger positif menjadi pulsa
negatif. Pada langkah ini akan
diketahui cara kerja gerbang AND,
karena ini digunakan pada
rangkaian instrumen digital.


Gambar 8 - 11 Rangkaian AND

Gerbang AND lambang gerbang
AND diperlihatkan pada gambar
8-11. Input A dan B sedang
outputnya A.B, dibaca sebagai A
dan B. Bila input dalam bentuk
pulsa tegangan positif, input A dan
B Reverse Bias semua dioda
(pada gambar 8-11), dan tidak ada
arus melalui tahanan sehingga
outputnya positif. Bila salah satu

input 0, ada arus melalui dioda
karena mendapat bias maju dan
output 0. bila dua input tersebut
berubah terhadap waktu, respon
rangkaian AND diperlihatkan pada
gambar 8 - 12. Tabel kebenaran
untuk rangkaian ini diberikan pada
gambar 8 - 12, 0 menyatakan tidak
ada input atau output, dan 1
menyatakan ada input dan output.











Keadaan 0 (state 0)
Bila output

8 pada tegangan positif dan


output Y pada tegangan 0

Keadaan 1 (state 1)
Bila output

8 pada tegangan nol dan output


Y pada tegangan positip
Gambar 8-12. Tabel Kebenaran dari suatu gerbang AND

Secara singkat gerbang AND
mempunyai dua input dinyatakan
dengan simbol A dan B. Bila
tegangan positif diberikan pada
salah satu terminal input, gerbang
terbuka dan tetap terbuka selama
tegangan positif tetap pada input
tersebut. Dengan gerbang terbuka
pulsa, positif yang diberikan pada
inpit lainnya dapat muncul
sebagai pulsa positif pada output
(pada gambar 8 -12). Sebaliknya
bila gerbang ditutup, pulsa tidak
dapat melaluinya. Rangkaian
lengkap untuk pengukuran
frekuensi diperlihatkan pada
gambar 8 - 13.












Gambar 8 13 Rangkaian untuk mengukur frekuensi.

Pulsa positif dari sumber frekuensi
yang tidak diketahui sebagai sinyal
yang dihitung masuk pada input
A gerbang utama dan pulsa positif
selektor time base masuk pada
input B ke gerbang start. Mula-
mula flip-flop FF, pada keadaan 1.
Tegangan pada output Y
dimasukkan pada input A salah
satu terminal masukan dari
gerbang stop berfungsi
membuka gerbang. Tegangan 0
dari output Y flip-flop FF
1
yang
masuk ke input A dari start
gerbang menutup gerbang ini.
Bila gerbang stop terbuka, pulsa
positif dari time base dapat lewat
pada set input terminal S dari flip-
flop FF
2
dan menjadikannya tetap
pada Keadaan 1. tegangan 0 dari
output

8 masuk pada terminal B


dari gerbang utama. Karena itu
tidak ada pulsa dari sumber
frekuensi yang tidak diketahui,
dapat lewat melalui gerbang
utama. Supaya mulai bekerja,
pulsa positif disebut pulsa
pembaca (Read Pulse) diberikan
pada terminal reset R dari FF
1
,
ini menyebabkan FF
1
berubah
keadaan dari 1 ke 0. Sekarang
output

8 tegangan positif dan


output Y nol. Sebagai hasilnya,
gerbang stop menutup dan
gerbang start terbuka. Pulsa
pembaca yang sama diberikan
pada dekade counter
menyebabkannya menjadi nol dan
penghitungan mulai bekerja.
Bila pulsa lain dari time base
masuk, ini dapat lewat gerbang
start ke terminal, reset FF
2


merubah dari keadaan 1 ke
keadaan 0. Tegangan positif yang
dihasilkan dari input Y (disebut
sinyal gating) dimasukkan pada
input B dari gerbang utama,
membuka gerbang tersebut.
Sekarang pulsa dari sumber
frekuensi yang tidak diketahui
dapat lewat dan dicatat pada
counter. Pulsa yang sama lewat
gerbang start masuk pada set
input S dari FF
1
merubahnya dari
keadaan 0 ke 1. Ini menyebabkan
gerbang start tertutup dan
gerbang stop.terbuka. Tetapi
karena gerbang utama tetap
terbuka, pulsa dari sumber
frekuensi yang tidak diketahui
tetap lewat menuju counter.
Pulsa selanjutnya dari time base
selektor lewat melalui gerbang
stop yang terbuka ke terminal
input set S dari FF
2
, merubah
kembali ke keadaan 1. Input dari
terminal

8 menjadi nol, dan


karenanya gerbang utama
menutup penghitungan berhenti.
Jadi counter menghitung jumlah
pulsa yang lewat gerbang utama
pada interval waktu antara dua
pulsa yang berturutan dari selektor
time base. Sebagai contoh, time
base dipilih 1 detik, jumlah pulsa
yang ditunjukkan counter
merupakan frekuensi sumber yang
tidak diketahui dalam satuan Hz.
Peralatan terdiri dari dua gerbang
AND dan dua flip-flop, disebut
gerbang control flip-flop.

8.2.2. Rangkaian Frekuensi Meter Digital yang Disedehanakan
Rangkaian frekuensi meter digital sederhana diperlihatkan pada gambar
8 14.





















Gambar 8 - 14 Rangkaian digital frekuensi meter.

Ada dua sinyal yang harus diikuti :

Sinyal input diperkuat dan masuk
ke Schmitt Trigger, dimana sinyal
dirubah menjadi barisan pulsa.
Time base dibentuk oleh Schmitt
Trigger menjadi pulsa-pulsa
terpisah 1 detik. Pulsa ini masuk
ke rangkaian dekade 6 (DDAS).
Switch selektor mengeluarkan
interval waktu yang diperoleh dari
1 detik sampai 1 detik. Input dari
time base berasal dari osilator
clock dan schmitt trigger.
Pulsa output pertama dari switch
time base selektor lewat melalui
schmitt trigger ke gerbang control
flip-flop. Gerbang control flip-flop
dalam keadaan dimana sinyal
yang memenuhi dapat masuk ke
gerbang utama adalah AND
gerbang, pulsa sinyal input
dibiarkan masuk ke DCAs, dimana
mereka akan dihitung semua dan
didisplay. Proses ini berlanjut
sampai pulsa kedua sampai pada
control flip-flop dari DDAs (dekade
deviding assembles) atau
rangkaian pembagi dekade.
Kontrol gerbang berganti keadaan
dan mengeluarkan sinyal dari
gerbang utama dan tidak ada lagi
pulsa yang diizinkan masuk ke
rangkaian penghitung, karena
gerbang utama sudah tutup. Jadi
jumlah pulsa yang lewat selama
selang waktu tertentu dihitung dan
didisplay pada DCAS. Frekuensi
dapat dibaca langsung dalam hal
time base selektor menggerakkan
titik desimal pada display.

8.3. Metode Pengukuran
8.3.1. Pengukuran Frekuensi
Dengan Counter
Frekuensi dapat diukur dengan
menghitung jumlah siklus dari
sinyal yang tidak diketahui selama
interval waktu yang dikontrol.
Gambar 8 - 15 memperlihatkan
diagram untuk counter yang
bekerja sebagai pengukur
frekuensi.
Ada dua sinyal yang perlu diikuti
sinyal input dan sinyal gating.
Kedua sinyal masuk ke gerbang
utama, yang biasanya merupakan
gerbang AND 2 input. Input sinyal
yang akan diukur frekuensinya,
pertama kali masuk ke suatu
amplifier dan kemudian ke
rangkaian schmitt trigger. Di sini
sinyal dirubah menjadi gelombang
kotak yang amplitudonya tidak
tergantung dari amplitudo
gelombang input. Gelombang
kotak ini dideferensier, sehingga
sinyal yang datang pada
sepanjang gerbang utama terdiri
dari barisan pulsa tajam yang
terpisah oleh periode sinyal input
yang sebenarnya.

Sinyal input atau sinyal yang
dihitung frekuensi melalui
pengukuran.

Sinyal gating ini memberikan selang
waktu dimana counter (yang terdiri dari
susunan dekade counter) akan
menghitung semua pulsa yang masuk.




Gambar 8-15 Blok diagram dari counter electronik yang bekerja sebagai
pengukur frekuensi

Gating sinyal di dapat dari osilator
kristal. Pada diagram blok gambar
8-15. osilator atau frekuensi time
base adalah 1 MHz. Output dari
time base dibentuk oleh rangkaian
schmitt trigger, sehingga menjadi
pulsa-pulsa yang terpisah 1
detik, masuk ke rangkaian
pembagi persepuluhan (dekade
devider). Dalam contoh
diperlihatkan 6 DDAs digunakan
yang outputnya dihubungkan
dengan time base selektor. Switch
pada panel depan memungkinkan
untuk dipilihnya interval waktu 1
detik. Output dari time base
selektor lewat melalui schmitt
trigger dan masuk ke gerbang
control flip-flop. Gerbang kontrol
kemudian berada pada keadaan
lain yang akan menolak sinyal
yang memenuhi dari gerbang
utama. Gerbang utama ini tertutup
dan tidak ada lagi pulsa yang
masuk ke DCAs. Display DCAs
sekarang menunjukkan jumlah
pulsa yang diterima selama
interval waktu yang diberikan oleh
time base.
Karena frekuensi dapat
didefinisikan dengan jumlah
kemunculan fenomena tertentu
pada selang waktu yang
didefinisikan counter akan
mendisplay frekuensi sinyal.
Biasanya switch selector time
base menggerakkan titik desimal
display, sehingga frekuensi dapat
dibaca langsung dalam Hertz,
kilohertz atau megahertz.

8.3.2. Pengukuran Frekuensi
System Heterodyne
Kemampuan pengukuran dari
counter elektronik pada mode
kerja frekuensi dapat diperluas
dengan menggunakan
heterodyne converter. Ini
diperlihatkan pada blok diagram
gambar 8-16. Sinyal input
dimasukkan pada heterodyne
converter, yang terdiri dari osilator

reference dan mixer stage
dengan filter low-pass. Frekuensi
sinyal input f
s
dan frekuensi
osilator reference, f
0,
dimasukkan
pada mixerstage yang akan
menghasilkan jumlah dan selisih
dua frekuensi tersebut. Tetapi filter
filter low-pass, hanya melaukan
selisih frekuensinya pada
rangkaian gerbang dari counter.
Counter kemudian menghitung
frekuensi (fo-fs) atau (fs-f0),
tergantung pada apakah frekuensi
sinyal input di atas atau di bawah
frekuensi osilator reference.
Kebutuhan untuk mengetahui
apakah penjumlahan atau
pengurangan terhadap frekuensi
reference yang akan dibaca
counter, supaya memperoleh
frekuensi sinyal yang tidak
diketahui, kadang-kadang
mempersulit pekerjaan, tetapi
metode ini memperluas daerah
penggunaan counter dengan
efektif. Suatu counter dengan time
base frekuensi 1 MHz biasanya
mempunyai daerah frekuensi input
sekitar 5 MHz. Pengguna
frekuensi converter memperluas
daerah ini sampai 500 MHz atau
lebih tinggi.

Beberapa counter yang lebih
sophisticated mempunyai
perlengkapan untuk unit plugon
yang mudah dapat dihubungkan
frekuensi converter dengan
memasukkan sambungan yang
tepat pada frame counter. Dekade
Divider Assemblies (DDAs) pada
rangkaian osilator counter
menghitung frekuensi time base
dari 1 MHz turun sampai 1 Hz,
melengkapi perioda 1 detik.
Keuntungan dari time base 1 detik,
adalah bahwa pembacaan
frekuensi input dalam siklus
perdetik, suatu gambaran yang
telah umum. Bila time base
lainnya dipilih dengan mengatur
control time base pada panel
depan, titik desimal pada display
akan terletak pada posisi tertentu,
sehingga pembacaan kembali
dalam siklus perdetik.

















Gambar 8 16. Konversi frekuensi Heterodyne

Tidak perlu menggunakan time
base 1 detik, pada kenyataannya
banyak penggunaan yang
membutuhkan time base yang
berbeda. Sebagai contoh, bila
roda drum putaran pada gambar
823 mempunyai keliling 100 cm,
kecepatan tali (v) dalam cm/detik
adalah 100 kali kecepatan sudut
roda drum dalam putaran
perdetik; jadi V = 100 R,
kecepatan tali dapat dibaca
langsung dalam cm/detik, bila
counter menghitung 100 pulsa
perputaran untuk waktu 1 detik.
Bila kecepatan tali diinginkan
dalam cm/menit counter dapat
diatur untuk menghitung 100 pulsa
perputaran untuk 60 detik dengan
menggunakan 10 cam pada roda
drum.















Gambar 8 17. Gambar putaran drum menghasilkan 10 pulsa perputaran untuk
digunakan dengan counter.

8.3.3. Pengukuran Perioda Dengan Counter Perioda Tunggal
Pada beberapa penggunaan lebih
diinginkan pengukuran perioda
sinyal dari pada frekuensinya. Ini
dapat dilakukan dengan merubah
susunan blok diagram dari
rangkaian pengukur frekuensi,
sehingga sinyal yang dihitung dan
sinyal gating bertukar tempat.
Pada gambar 8-18. diperlihatkan,
blok diagram counter dalam mode
penguran perioda. Sinyal gating
dibentuk dari input yang tidak
diketahui, sekarang mengatur,
membuka dan menutup gerbang
utama. Pulsa yang terpisah secara
tetap dari osilator kristal dihitung
untuk satu perioda frekuensi sinyal
yang tidak diketahui. Sebagai
contoh terlihat pada gambar 8-18.
time base di atur pada 10 detik
(time base frekuensi 100 khz), dan
jumlah pulsa 100 kHz yang
muncul selama perioda sinyal,
yang tidak diketahui dihitung dan
didisplay pada DCAs.























Gambar 8 18. Diagram blok dari counter pada mode kerja periode tunggal
dan periode ganda rata-rata

Ketelitian dari pengukuran perioda
dapat dinaikkan dengan
menggunakan mode kerja
perioda ganda rata-rata.
Pengukuran tipe ini sama dengan
pengukuran perioda tunggal, yaitu
sinyal gating dibentuk dari sinyal
input yang tidak diketahui dari
sinyal yang dihitung dari time base
osilator. Perbedaan dasar ialah
bahwa gerbang utama diteruskan
terbuka untuk lebih lama dari
suatu periode sinyal yang tidak
diketahui. Ini dipenuhi dengan
melewatkan sinyal yang tidak
diketahui melalui satu atau lebih
DDAs, sehingga periode ini
diperlebar dengan faktor 10,100
atau lebih.

Gambar 8-18. memperlihatkan
mode periode ganda rata-rata,
sebagai modifikasi pengukuran
periode tunggal dengan
memotong jalur dari blok diagram.
Frekuensi kristal 1 MHz dibagi
oleh 1 DDA menjadi frekuensi 100
khz (periode 10 detik). Pulsa
clock ini dibentuk oleh frekuensi
trigger dan dimasukkan pada
gerbang utama untuk dihitung.
Sinyal input yang periodenya akan
diukur diperkuat, dibentuk dengan
trigger perioda, dan masuk ke 5
DDAs secara cascade,
menghitung frekuensi input yang
dibagi dengan faktor 10
5
. Sinyal
yang terbagi ini kemudian dibentuk
dengan multiple-period trigger
(rangkaian schmitt trigger lainnya)
dan masuk pada gerbang control
flip-flop. Gerbang control ini
memberikan pulsa stop dan
pulsa yang memenuhi untuk
gerbang utama. Pada umumnya,
gerbang utama selalu terbuka
dengan membersarnya interval
waktu, pada kenyataannya

kenaikan interval waktu ini 10
5
.
dalam hal DCAs menghitung
jumlah dari interval 10 detik yang
terjadi selama 100.000 x perioda
input. Pembacaan logik
direncanakan supaya titik desimal
display berada pada tempat yang
tepat.

8.3.4.Pengukuran Perbandingan
atau Perbandingan Ganda
Pengukuran perbandingan
adalah efek dari pengukuran
periode dengan frekuensi dari dua
sinyal yang lebih rendah berfungsi
sebagai gating sinyal dan
frekuensi sinyal yang lebih tinggi
sebagai sinyal yang dihitung
(counted sinyal). Dengan
perkataan lain, frekuensi sinyal
yang lebih rendah mengambil alih
time base. Pada blok diagram
gambar 8-19. menunjukkan hal
ini. Jumlah siklus sinyal frekuensi
tinggi f
1
yang terjadi selama
perioda sinyal frekuensi rendah f
2

dihitung dan didisplay pada DCAs.
Pengukuran perbandingan ganda
memperluas perioda sinyal
frekuensi rendah dengan suatu
faktor misalnya 10.000 dan
sebagainya. Perlu dicatat bahwa
selektor time base pada posisi
external dan f
1
mengambil alih
fungsi osilator internal.

















Gambar 8-19. Blok diagram counter yang bekerja sebagai perbandingan dan
perbandingan ganda.

8.3.5. Pengukuran Interval Waktu Dengan Counter
Pengukuran interval waktu dapat
dilakukan dengan blok dasar
seperti pada pengukuran
perbandingan. Pengukuran ini
berguna untuk mencari lebar pulsa
dari suatu bentuk gelombang.
Blok diagram untuk pengukuran ini
diberikan pada gambar 8-20.
Bentuk ini memperlihatkan dua
input terminal A dan B diparalel
dan satu kanal memberikan pulsa
yang memenuhi untuk gerbang
utama dan pada kanal yang lain

pulsa yang tidak memenuhi.
Gerbang utama terbuka pada titik
leading edge dari gelombang
sinyal input dan tertutup pada titik
Trailing edge dari gelombang
yang sama. Ini dinyatakan sebagai
slope selection seperti yang
diberikan pada blok diagram.
Trigger level control memilih
suatu titik dari gelombang sinyal
datang, kapan pengukuran dimulai
dan kapan berhenti.




















Gambar 8-20. Blok diagram counter sebagai pengukur interval waktu

8.3.6. Pengukuran Interval
Waktu
Pada pengukuran interval waktu,
gerbang sinyal dibuka dan ditutup
oleh sinyal input, melewatkan
frekuensi time base untuk dihitung.
Pada diagram blok gambar 8-20.
trigger perioda melengkapi pulsa
pembuka untuk gerbang utama,
sedangkan multiple period trigger
mensupply pulsa penutup untuk
gerbang utama. Semua pulsa
dibentuk dari gelombang input
yang sama, tetapi satu schmitt
trigger bereaksi pada positif going
sinyal dan schmitt trigger lainnya
bereaksi pada negatif going
sinyal. Suatu trigger level
mengatur pemilihan titik pada
gelombang yang datang, baik
positif atau negatif, dimana
rangkaian ditrigger. Pengaturan ini
dapat memperkecil noise dan
mengurangi pengaruh adanya
harmonik pada pengukuran. Kerja
dari pengaturan trigger level
diperlihatkan pada gambar 8 - 21.
Satu penggunaan dari pengukuran
waktu interval memerlukan
kejelasan lebar pulsa dan rise time
dari gelombang yang tidak ada
diketahui, dengan menggunakan
bagian slope-selection dari
instrumen (lihat gambar 8 - 21).
Gerbang sinyal dibuka pada suatu
titik pada leading edge dari input

sinyal oleh trigger level control dari
amplifier A. Gerbang tertutup pada
suatu titik pada trailing edge dari
sinyal input oleh trigger level
control dari amplifier B. Lebar
pulsa dicatat oleh pencatat digital
dan tergantung pada setting dari
time base selektor.


Gambar 8 21. Trigger level control
Bila time base selektor di set pada 1 detik (frekuensi 1 MHz) counter
membaca interval waktu langsung dalam 1 detik.

Penggunaan lainnya diperlihatkan
pada gambar 8 - 23. Disini suatu
electronic counter digunakan
untuk mengukur waktu delay dari
suatu relay. Fungsi relay untuk
mengatur pembukaan atau
penutupan gerbang sinyal dan
jumlah siklus time base generator
dihitung oleh DCAs.








Gambar 8 22.
Slope triggering

















Waktu respon yang berbeda-beda diukur seperti berikut :

Waktu delay : Gerbang dibuka dengan adanya tegangan coil. Gerbang
ditutup oleh kontak yang normal tertutup (normally clossed
contacts), bila mereka terbuka.
Waktu transfer : Gerbang dibuka oleh kontak normal tertutup, saat mereka
terbuka. Gerbang ditutup oleh kontak normal terbuka, saat
mereka tertutup.
Waktu pick-up : Gerbang dibuka oleh penggunaan tegangan coil. Gerbang
ditutup oleh kontak normal terbuka, saat aktif tertutup.
Waktu drop-out : Gerbang dibuka oleh peniadaan tegangan coil. Gerbang
ditutup oleh kontak normal terbuka, saat mereka kembali ke
posisi terbuka normalnya pada pen-energian kembali coil
tersebut.
8.3.7. Totalizer
Totalizer menghitung dan
melengkapi pembacaan (read out)
dari jumlah total pulsa yang
diterima DCAs, dengan tidak
menggunakan waktu gerbang
khusus. Totalizer dapat digunakan
untuk menghitung segala sesuatu,
dari jumlah kotak yang datang
pada jalur produksi sampai pulsa
detektor partikel nuklir.

Scaler adalah totalizer dengan
beberapa macam faktor skala
yang dipasang sebelum Read-
out. Scaler pada umumnya
berguna untuk merubah unit.
Sebagai contoh, bila kita
memperoleh satu pulsa untuk
setiap telur yang berguling ke
bawah dan kita ingin mengetahui
berapa lusin telur yang berguling,
faktor skala 12 diberikan, sehingga
setiap hitungan menyatakan 1
lusin telur.

Hal yang sama digunakan pada
tachometer, dimana diketahui
jumlah total putaran, faktor skala
adalah jumlah pulsa dari generator
tachometer perputaran. Pen-
skalaan mudah dipenuhi dengan
cara yang sama, diturunkan dari
Gambar 8 23. Pengukuran waktu delay suatu relay

time base, disebut dengan
menggunakan pembagi binary (2),
pembagi dekade (10), atau tipe
lain dari feedback dividers.
Suatu penggunaan totalizer
adalah Preset Counter
(Penskalaan Khusus) yang tepat
untuk pengaturan proses. Bila
jumlah total pada read-out terbaca
hal yang sama seperti pada
jumlah Preset (yang diketahui
dari switches), pulsa ditimbulkan
dan unit ini berhentimenghitung
sampai reset. Kontak penutup
(contact closure) yang
ditambahkan pada preset nomer
dapat digunakan sebagai pengatur
mesin. Sebagai contoh, misalkan
kita menggulung lilitan kawat dan
kita dapatkan pick off yang
menghasilkan satu pulsa setiap
lilitan. Bila diperlukan 50 lilitan,
maka kontak penutup (contact
closure) pada preset nomer dapat
digunakan untuk mengatur
mekanisme perlilitan, dan
menghentikannya setelah putaran
50 lilitan yang diperlukan. Fungsi
yang sama dapat sangat berguna
pada program quality-control yang
memerlukan sample dari setiap
jumlah unit yang diberikan.
Sebagai contoh, dengan
menggunakan contact closure
untuk menjalankan mekanisme
pengeluaran, setiap 100 telur yang
diambil dari kandang dan telah
diperiksa. Fungsi ganda dapat
diperoleh dengan menggunakan
lebih dari satu preset number dan
set of switches. Misalkan kita
menginginkan men tap coli pada
lilitan ke 10, 20 dan 25. Dengan
menggunakan y preset number,
kita dapat memerintahkan mesin
untuk membuat tap bila dia
mencapai 3 pertama dari lilitan
preset number, dan berhenti pada
yang keempat. Counter akan
menutup kontak sementara, tetapi
melanjutkan menghitung sampai
mencapai jumlah keempat.




















Penyelesaian
a. Frekuensi f : KHz Hz
x t
N
4 , 3 3400
10 10
034
3


b. Untuk menguji hasil, kita harus menggunakan waktu gatingyang lebih
rendah, misalnya 1 ms. Bila frekuensi antara 3000 dan 3499 Hz
pembacaan akan : 3000 x 1 x 10
-3
= 3,499 karena meter mempunyai
display 3 digit, dapat memperlihatkan pembacaan 003 pada kedua kasus
diatas.
c. Supaya diperoleh hasil yang lebih baik (resolusi yang lebih baik) kita harus
menggunakan waktu gating yang lebih tinggi, misalnya 100m detik.
Contoh Aplikasi
Perioda gerbang 1 m detik; 10 m detik, 100 m detik, 1 detik dan 10 detik yang
melengkapi digital counter-time-frequency meter mempunyai display 3 digit.
Perioda gating 10m detik dipilih untuk mengukur frekuensi yang tidak diketahui
dan diperoleh pembacaan 034. Berapakah harga frekuensi ? langkah-langkah
apa yang diambil untuk (a) menguji kepercayaan hasilnya ? (b) memperoleh
hasil yang lebih teliti ?

Misalkan frekuensi lebih
mendekati 3420 Hz daripada 3400
Hz Pembacaan meter akan 3420 x
100 x 10
-3
= 342.
Tidak ada kelebihannya bila waktu
gating dinaikkan menjadi 1 detik
atau 10 detik. Misalkan frekuensi
3424 Hz dan waktu gating
ditetapkan 1 detik. Pembacaannya
adalah 3424 x 1 = 3424. Tetapi
karena meter hanya mempunyai 3
digit, meter akan menunjukkan
suatu overflow. Hal yang sama
untuk gating time (waktu gating)
10 detik.






























Pembacaan ini memerlukan posisi
9 digit dan karena meter
digunakan pada read out detik
akan memperlihatkan adanya
overflow, sebab meter hanya
mempunyai display 8 digit. Karena
itu pembacaan 500 detik tidak
dapat dilakukan pada range
detik.
Marilah dicoba readout m detik.
500 detik = 500 x 10
3
m detik =
50.000 m detik.
Contoh Aplikasi

Suatu timer digital dengan read-out 8 digit ditetapkan untuk mendapatkan
ketelitian 0.005 % dari pembacaan, 1 dalam digit terakhir. Read-out dalam
detik, m detik dan detik. Misalkan instrumen ini memenuhi spesifikasi,
berapakah kesalahan maksimum bila pembacaan :
a. 05000000 detik
b. 00 000 500 detik ?
c. Berapakah ketelitian nominal maksimum dalam unit waktu dengan mana
pembacaan b. dapat dilakukan dengan instrumen ini ?
Penyelesaian

a. Pembacaan 05 000 000 detik atau pembacaan = 5000 000 detik = 5 x
10
6
detik.
0.005% pembacaan =
100
005 . 0
x 5 x 10
6
= 250 detik.
Digit pada LSD sekarang mempunyai harga 1 detik. ?Kesalahan
maks. 250 1 = 251 detik.
b. Pembacaan 00 000 500 detik atau pembacaan 500 detik.
0,005% pembacaan =
100
005 . 0
x 500 = 0.025 detik.
Digit pada LSD sekarang mempunyai harga 1 detik.
?
kesalahan maksimum = 0.025 1,025 detik.
c. Ketelitian maksimum berarti kesalahan minimum. Kesalahan minimum
diperoleh bila waktu dibaca pada read-out detik.
500 s = 500 x 10
6
detik = 500 000 000 detik.


?
readout m detik akan mendisplay pembacaan : 00 500 000
0,005% pembacaan =
100
10 500 005 , 0
3
x x
= 25 m detik.
LSD mempunyai harga 1 ms.
?
Ketelitian maksimum yang mungkin, dengan mana pembacaan 500
detik dapat dilakukan oleh meter ini ialah 25 1 = 26m detik.

8.4. Kesalahan pengukuran
8.4.1. Kesalahan pada gate
Pengukuran frekuensi dan waktu
dengan counter elektronik
mempunyai beberapa
ketidaktelitian, karena instrumen
itu sendiri. Satu kesalahan
instrumen yang paling umum
adalah gating error yang terjadi
pada pengukuran frekuensi dan
perioda. Untuk pengukuran
frekuensi, gerbang utama terbuka
dan tertutup oleh pulsa output
osilator. Ini menyebabkan sinyal
input dapat lewat melalui gerbang
dan dihitung oleh DCAs. Pulsa
gating tidak sinkron dengan sinyal
input; pada kenyataannya
keduanya adalah sinyal yang
sama sekali tidak berhubungan.
Pada gambar 8-24. interval gating
diberikan oleh gelombang.
Gelombang (a) dan (b)
menyatakan sinyal input yang
mempunyai fasa berbeda
dibandingkan dengan sinyal
gating. Dengan jelas, pada satu
hal akan terbaca 6 pulsa, dalam
hal yang lain hanya 5 pulsa dapat
lewat melalui gerbang. Sehingga
terdapat ketidakpastian
perhitungan 1 dalam
pengukuran ini.
Dalam mengukur frekuensi
rendah, gating error dapat
mempengaruhi pada kesalahan
hasilnya. Ambilah sebagai contoh
pada keadaan dimana frekuensi
10 Hz yang akan diukur dan
interval gating time 1 detik
(pemisalan yang beralasan).














Gambar 8-24. Gating error


Dekade counter akan
menunjukkan 10 1, ketidaktelitian
10%. Oleh karena itu pada
frekuensi rendah pengukuran
periode lebih disukai dari pada
pengukuran frekuensi. Garis
pemisah antara pengukuran
frekuensi dan pengukuran perioda
dinyatakan sebagai berikut,
misalkan :
f
c
= frekuensi kristal (atau
frekuensi clock) dari instrument.
f
x
= frekuensi dari sinyal input
yang tidak diketahui.

Pada pengukuran perioda, jumlah pulsa yang terhitung sama dengan
.
fx
fc
Np
Pada pengukuran frekuensi dengan gerbang waktu 1 detik, jumlah pulsa
yang terhitung
. fx Nf

Frekuensi cross over, dimana N
p
= N
f
adalah :
fo
fo
fc
atau fo = fc
Sinyal pada frekuensi lebih
rendah dari fo akan dapat diukur
pada mode period; supaya
meminimumkan pengaruh dari
gating error 1. Pengurangan
ketelitian pada fo disebabkan
oleh gating error 1 adalah
fc
100
persen.
.
8.4.2. Kesalahan Time Base
Ketidaktelitian pada time base
juga menyebabkan kesalahan
pengukuran. Pada pengukuran
frekuensi, time base juga
membuka dan menutup sinyal
gerbang, dan ini melengkapi pulsa
yang dihitung. Kesalahan time
base terdiri dari kesalahan
kalibrasi osilator, kesalahan
stabilitas kristal jangka pendek
dan jangka panjang.
Beberapa metoda untuk kalibrasi
kristal sering digunakan. Satu dari
teknik kalibrasi yang paling
sederhana adalah men zerobeat
osilator kristal dengan frekuensi
standar yang ditransmisikan oleh
stasion radio standard seperti
Metoda ini memberikan hasil yang
dapat dipercaya, dengan tingkatan
ketelitian 1 bagian untuk 10
6
,
yang dinyatakan 1 siklus pada
frekuensi osilator kristal 1 MHz.
Bila zero beating dilakukan
secara visual (daripada untuk di
dengar), sebagai contoh dengan
menggunakan CRO, ketelitian
kalibrasi pada umumnya dapat
mencapai 1 bagian dalam 10
7
.

Beberapa stasiun radio dengan
frekuensi sangat rendah (VLF)
meliputi daratan Amerika Utara
dengan sinyal yang tepat pada
range 16-20 kHz. Frekuensi
pendengar yang rendah cocok
untuk Automatic Servo-Controlled
Tuning yang dapat di Slaved ke

salah satu sinyal dari stasion ini.
Kesalahan antara osilator kristal
lokal dengan sinyal yang datang
dapat direkam pada strip-chart
recorder. Diagram yang
disederhanakan untuk prosedur ini
diberikan pada gambar 8-25.
Ketelitian kalibrasi dapat
diperbaiki dengan menggunakan
stasion VLF daripada stasion HF,
karena jalan transmisi untuk
frekuensi yang sangat rendah
lebih singkat dari pada untuk
transmisi frekuensi tinggi.
Kesalahan stabilitas kristal jangka
pendek disebabkan oleh variasi
frekuensi sesaat karena transien
tegangan, schock dan vibrasi,
siklus pemanasan kristal,
interferensi listrik dan sebagainya.
Kesalahan ini dapat
diminimumkan dengan mengambil
pengukuran frekuensi selama
selang waktu gerbang time yang
panjang (10 detik sampai 100
detik) dan pengukuran perioda
rata-rata ganda (multiple periode
average measurement). Gambar
untuk stabilitas jangka pendek
pada kombinasi standar kristal-
oven pada orde 1 atau 2 bagian
per 10
7
.












Gambar 825. Kalibrasi sumber frekuensi lokal.
Kesalahan stabilitas jangka
panjang merupakan sumber
ketidaktelitian pada pengukuran
frekuensi atau waktu. Stabilitas
jangka panjang adalah fungsi dari
usia dan memperburuk kristal.
Karena kristal pada temperatur
bersiklus dan dijaga pada osilasi
yang kontinu, tegangan selama
perbuatan dibebaskan, dan
partikel kecil yang tertangkap pada
permukaan dialirkan untuk
mengurangi ketebalannya. Pada
umumnya, fenomena ini akan
menyebabkan kenaikan frekuensi
osilator.
Kurva perubahan frekuensi
terhadap waktu diperlihatkan pada
gambar 821. Ketepatan
perubahan frekuensi kristal mula-
mula pada orde 1 bagian per 10
6

per hari. Kecepatan ini akan
menurun, bila kristal digunakan
pada temepratur operasinya,
secara normal kira-kira 50 s/d 60
o

C, dengan stabilitas puncak 1
bagian per 10
9
. Bila instrumen
yang mengandung kristal dibuka
dari sumber daya untuk perioda
waktu yang cukup untuk
pendinginan, slope baru karena
bertambahnya usia akan terjadi

bila instrumen digunakan kembali.
Mungkin frekuensi osilasi yang
sebenarnya sesudah pendinginan
akan berubah beberapa siklus,
dan frekuensi permulaannya tidak
akan dicapai lagi, kecuali
dilakukan kalibrasi.
















Gambar 8 - 26. Perubahan frekuensi terhadap waktu untuk oven-controlled
crystal

Untuk memperlihatkan efek
stabilitas jangka panjang dengan
ketelitian pengukuran yang
absolut, misalkanlah osilator
dikalibrasi 1 bagian dalam 10
9
,
dan dicapai stabilitas jangka (long-
term stability) 1 bagian dalam 10
8

per hari. Misalkan lebih lanjut
bahwa kalibrasi dilakukan 60 hari
yang lalu. Ketelitian yang
digaransikan saat ini adalah 1 x
10
-9
+ 60 x 10
-8
= 6.01 x 10
-7
, atau
6 bagian dalam 10
7
. sehingga
dapat dilihat bahwa ketelitian
absolut maksimum dapat dicapai,
bila kalibrasi yang tepat dilakukan
pada waktu yang relatif pendek
sebelum digunakan untuk
pengukuran.

8.4.3. Kesalahan Level trigger.
Pada pengukuran interval waktu
dan periode, sinyal gerbang
dibuka dan ditutup oleh sinyal
input. Ketelitian dengan mana
gerbang dibuka atau ditutup
adalah fungsi dari kesalahan
Trigger Level. Pada penggunaan
yang umum, sinyal input diperkuat
dan dibentuk, dan kemudian
dimasukkan ke rangkaian schmitt
trigger yang mensuplay gerbang
ini dengan pula pengatur.
Biasanya sinyal input berisi
sejumlah komponen yang tidak
diharapkan atau noise, yang akan
diperkuat bersama-sama dengan
sinyal.
Waktu dimana terjadi terigger
pada rangkaian schmitt adalah
fungsi dari penguatan sinyal input
dan dari perbandingan sinyal to
noise. Pada umumnya kita dapat
mengatakan bahwa kesalahan
waktu trigger dikurangi dengan
amplitudo sinyal yang besar dan
rise time yang cepat.

Ketelitian maksimum diperoleh bila
hal-hal seperti di bawah ini terjadi :
a. Pengaruh dari kesalahan one-
count gating error (satu
hitungan pada gerbang)
diminimumkan dengan
pengukuran frekuensi lebih
besar dari fc dan
pengukurandi di bawah fc,
dimana fc adalah frekuensi
clock dan counter.
b. Karena stabilitas jangka
panjang mempunyai pengaruh
yang akumulatif, ketelitian
pengukuran sangat tergantung
pada waktu sejak kalibrasi
terakhir terhadap standard
primer atau sekunder.
c. Ketelitian dari pengukuran
waktu sangat dipengaruhi oleh
slope dari sinyal datang yang
mengatur sinyal gerbang.
Amplitudo sinyal yang besar
dan rise time yang cepat
memberikan ketelitian yang
maksimum.



















9.1. Pengantar Dan Sejarah Perkembangan Spektrum Analiser
Penganalisa spektrum merupakan
alat ukur ranah frekuensi yang
didalamnya terdiri perpaduan
antara CRO dan pembangkit
frekuensi. Bila mengukur lebar
band penguat dengan CRO
membutuhkan variasi frekuensi
masukan maka dengan spektrum
analiser hal itu tidak lagi
diperlukan. Variasi frekuensi
pengamatan diperoleh dengan
menetapkan cakupan frekuensi
sapuan yang diinginkan.
Adapun sejarah ditemukan hingga
perkembangan spektrum analiser
diuraikan di bawah ini. Sejak
tahun 1860, yaitu pada saat
James Clerk Maxwell secara
matematis telah mampu
memprediksi keberadaan
gelombang elektromagnetik yang
mampu mengangkut energi
melalui ruang kosong. Pada tahun
1885 Heinrich Hertz ahli fisika
mendemonstrasikan gelombang
radio, kemudian diikuti Nikola
Tesla, Guglielmo Marconi dan
pioneer yang lain menemukan
cara memanipulasi gelombang,
sehingga ini memungkinkan untuk
komunikasi jarak jauh.

Di pergantian abad, radio telah
menjadi aplikasi praktis sinyal RF
pertama. Tiga dekade berikutnya
beberapa proyek penelitian
meluncurkan metoda
memancarkan dan menerima
sinyal untuk mendeteksi dan
menempatkan obyek pada jarak
jauh. Pada masa Perang Dunia II,
radio pendeteksian dan
penaksiran ( juga dikenal sebagai
RADAR) telah menjadi aplikasi
lain sinyal RF. Perkembangan
aplikasi sinyal RF dalam aplikasi
sektor militer dan komunikasi,
teknologi inovasi sinyal RF
BAB 9
PENGANALISA SPEKTRUM
Tujuan :
Setelah membaca paparan
penganalisa spektrum ini
diharapkan pembaca mampu :
1. Menjelaskan sejarah
perkembangan penganalisa
spektrum
2. Menjalaskan prinsip kerja
pengnalisa spektrum waktu
riil.
3. Memahami pengoperasian
penganalisa spektrum waktu
riil.

Pokok Bahasan :
Dalam pembahasan ini terbagi tiga
kelompok pembahasan :
1. Perkembangan Penganalisa
Spektrum dari jenis Spektrum
Analyzer , Vector Spektrum
Analyzer dan Real-Time
Spektrum Analyzer.
2. Bagian bagian dan fungsi
kerja sistem penganalisa
spektrum waktu rill.
3. Pengukuran penganalisa
spektrum waktu rill untuk
pengukuran ranah frekuensi,
waktu dan modulasi.


berkembang dengan pesat
sepanjang sisa abad 20 dan
dilanjutkan sampai sekarang.
Untuk menahan interferensi,
menghindari pendeteksian, dan
meningkatkan kapasitas sistem
RADAR modern dan jaringan
komunikasi komersial telah
menjadi sangat kompeks, pada
umumnya keduanya
menggunakan kombinasi canggih
dari teknik RF seperti penggunaan
sinyal burst, frekuensi hopping,
code division multiple access dan
modulasi adaptip. Jenis
perancangan peralatan RF dan
keberhasilan keterpaduannya
dalam sistem kerja secara ekstrim
merupakan pengembangan tugas
yang rumit.

Pada saat yang sama , teknologi
seluler dan jaringan data tanpa
kabel menambah luasnya
keberhasilan yang dikarenakan
biaya dasar komponen RF sangat
menurun. Ini telah memungkinkan
mempabrikasi diluar penggunaan
militer dan komunikasi secara
sederhana ke dalam komuditas
produk piranti RF. Pemancar RF
telah menjadi sangat dikenal dapat
ditemukan hampir disemua tempat
tak terkecuali konsumen
elektronika di rumah, perangkat
medis di rumah sakit, sistem
pengendali industri di pabrik dan
bahkan pada alat pelacak yang
ditanam dibawah kulit ternak,
binatang kesayangan dan orang.

Ketika sinyal RF sudah banyak
diaplikasikan dalam dunia modern,
maka juga banyak permasalahan.
Diantaranya interferensi antar
piranti yang membangkitkan
frekuensi. Produk demikian seperti
telpon mobil yang bekerja dengan
ijin, spektrum harus dirancang
agar dalam mentransmisikan
energy RF dalam kanal frekuensi
tertentu. Hal ini penting terutama
untuk menghadapi alat kompleks
multi standar, piranti yang disaklar
antara model dan transmisi
berbeda dan dipertahankan
berhubungan serempak dengan
unsur jaringan yang berbeda.
Piranti lebih sederhana yang
bekerja pada frekuensi bebas
harus juga dirancang untuk
berfungsi dengan tepat di
hadapkan syarat bertentangan
dan aturan pemerintah yang
sering menetapkan bahwa alat
hanya diijinkan untuk
memancarkan pada tingkat daya
rendah.

Dalam rangka mengatasi
tantangan pengembangan,
sekarang ini penting para insinyur
dan ilmuwan mampu mendeteksi
karakteristik sinyal RF yang
berubah sepanjang waktu dengan
teliti, sesuatu yang tidak dengan
mudah dikerjakan dengan
peralatan pengukuran tradisional.
Untuk penyelesaian masalah ini
telah dibuat instrumen
penganalisa spektrum waktu riil
(Real Time Spektrum Analyzer
/RTSA), suatu instrumen yang
dapat dipicu pada sinyal RF,
tanpa ikatan pengambilan dalam
memori, menganalisis dalam
ranah frekuensi, waktu dan
modulasi. Dalam topik ini akan
diuraikan bagaimana RTSA
bekerja dan memberikan


pengetahuan dasar dari
bagaimana ini dapat digunakan
untuk menyelesaikan banyak
masalah pengukuran terutama
berkaitan dengan pengambilan
dan penganalisaan sinyal RF
modern.

9.1.1. Tantangan Pengukuran Sinyal RF Modern
Pengkarakterisasi perilaku sinyal
RF sekarang ini memberi
tantangan piranti yang diperlukan
untuk mengetahui bagaimana
parameter yang dimiliki frekuensi,
amplitudo dan modulasi dalam
waktu pendek dan lama. Dalam
kasus ini penggunaan perangkat
tradisional seperti penganalisa
spektrum tersapu (swept spektrum
analyzers/SA) dan penganalisa
vector sinyal (vector signal
analyzers /VSA) mungkin
menyediakan snapshot dari sinyal
ranah frekuensi dan modulasi,
namun seringkali informasi tidak
cukup untuk mengurai dinamika
sinyal RF yang dihasilkan piranti.
RTSA ditambah dimensi rumit lain
untuk mengukur semua yang
berkaitan dengan waktu.




Gambar 9-1: Langkah sapuan penganalisa spektrum pada serangkaian
unsur frekuensi seringkali terjadi kesalahan transien
diluar arus sapuan jalur yang digaris kuning.

9.1.2. Pertimbangkan tugas pengukuran pada umumnya meliputi
x Transien dan pengambilan
dinamiika sinyal dan analisis
x Karakterisasi penyelesaian
waktu PLL, hanyutan
frekuensi, permasalahan
dalam mikrofon
x Pendeteksian gangguan
interferensi, analisa noise
x Penangkapan spektrum
frekuensi dan sinyal loncatan
frekuensi
x Pemantauan pemakaian
spektrum, mendeteksi
transmisi penjahat
x Pengujian pemenuhan,
diagnosa EMI.
x Analisa modulasi analog dan
digital
x Karakterisasi skema modulasi
variasi waktu


x Pelacakan kerusakan komplek
peralatan nirkabel standar
menggunakan ranah korelasi
x Melakukan diagnosa kualitas
modulasi
Setiap pengukuran yang berkaitan
dengan sinyal RF yang berubah
sepanjang waktu, sering tidak
dapat diprediksi. Secara efektif
karakterisasi sinyal ini, insinyur
membutuhkan alat yang dapat
memicu pada pengetahuan atau
kejadian yang tidak dapat
diprediksi, menangkap sinyal
secara bebas dan menyimpannya
dalam memori dan menganalisa
parameter perilaku frekuensi,
amplitudo dan modulasi dari waktu
ke waktu.

9.2. Jenis-jenis Penganalisa Speltrum
9.2.1. Penganalisa Spektrum tersapu
Analisa Ranah Frekuensi
Tradisional
Pengaturan sapuan, penganalisa
spektrum superheterodin
merupakan arsitektur tradisional
yang pertama kali memungkinkan
seorang insinyur membuat
pengukuran ranah frekuensi
beberapa dekade yang lalu.
Aslinya dibangun dengan
komponen analog murni, sapuan
SA telah dikaitkan dengan
aplikasi layanan. Generasi SA
sapuan meliputi unsur-unsur
digital seperti ADCS, DSPS, dan
mikro prosesor. Sapuan SA
sebanding pengukuran frekuensi
dengan pengubah sinyal turun
dari sapuan melalui filter
bandwidth resolusi bandpass
(RBW). Filter RBW diikuti dengan
detektor yang menghitung
amplitudo setiap titik frekuensi
dalam cakupan yang dipilih.
Sementara metoda ini dapat
memberikan cakupan dinamis
tinggi, kelemahannya yaitu hanya
dapat menghitung data amplitudo
untuk satu frekuensi pada satu
waktu. Penyapuan penganalisis
melebihi cakupan frekuensi yang
diambil pada saat kasus kedua.
Pendekatan ini didasarkan pada
asumsi bahwa penganalisa dapat
melengkapi beberapa sapuan
tanpa perubahan yang signifikan
dari sinyal yang sedang diukur.
Akibatnya, relatip stabil tidak
membutuhkan perubahan sinyal
yang diukur.

Jika terdapat perubahan sinyal
yang sangat cepat, secara statistik
ini memungkinkan perubahan
akan lepas dari pengamatan.
Sebagaimana ditunjukkan dalam
gambar 9-1. sapuan dilihat pada
unsur frekuensi Fa sementara
spektrum sesaat terjadi pada Fb
(diagram di sebelah kiri). Dengan
waktu sapuan mencapai unsur Fb,
peristiwa telah lenyap dan tidak
dapat dideteksi ( diagram bagian
kanan). SA tidak memberikan cara
memicu pada sinyal transien,
maupun dapat menyimpan
rekaman keseluruhan perilaku
sinyal, dari waktu ke waktu.






Gambar 9-2: Arsitektur tipikal penganalisa spektrum sapuan

Gambar 9-2 melukiskan arsitektur
SA modern tersapu. Melengkapi
resolusi luas bidang analog yang
luas ( RBW) menyaring sinyal
dengan teknik digital untuk
menggantikan saringan yang lebih
sempit. Penyaringan,
pencampuran, dan penguatan
terutama pada ADC merupakan
pemroses analog untuk cakupan
lebar band BW1, BW2, BW3. Bila
pemfilteran lebih sempit dari BW3
diperlukan, diaplikasikan dengan
pemroses sinyal digital (DPS)
dalam langkah-langkah pengubah
analog ke digital.

Pekerjaan ADC dan DPS agak
lebih menuntut, non linieritas dan
tantangan noise dalam area ADC
meskipun beberapa jenis
kesalahan yang dapat terjadi
murni dibatasi penganalisa
spektrum analog.

9.2.2. Penganalisa Vektor
Sinyal Dengan Analisis
Modulasi Digital
Analisa spektrum tersapu
tradisional memungkinkan
pengukuran skalar yang dapat
memberikan informasi hanya
berkaitan besaran dari sinyal
masukan. Penganalisaan sinyal
yang membawa modulasi digital
memerlukan pengukuran vektor
yang dapat memberikan kedua
informasi besaran dan pasa.
Penganalisa vektor sinyal
merupakan alat khusus yang
dirancang untuk analisa modulasi
digital. Sebuah blok diagram
sederhana VSA ditunjukkan dalam
gambar 9-3.







Gambar 9-3 Blok diagram VSA sederhana

VSA dioptimalkan untuk
pengukuran modulasi. Seperti
penganalisa spektrum waktu riil
yang diuraikan dalam bagian
berikut, suatu VSA mendigitkan
semua energi dalam passband
instrumen, dalam rangka
menyadap besar dan informasi
pasa yang diperlukan untuk
mengukur modulasi digital.
Bagaimanapun, kebanyakan (tidak
semua) VSA dirancang untuk
pengambilan snapshots dari sinyal
masukan pada titik sembarang
waktu, yang membuatnya sulit
atau tidak mungkin menyimpan
dalam rekaman panjang dari
akuisisi berturut-turut untuk
mengumpulkan sejarah
pembentukan sinyal dari waktu ke
waktu. Sebagaimana sapuan SA,
kemampuan picuan pada
umumnya dibatasi untuk tingkat
picuan dan picuan dari luar.

Dalam VSA, pendigitan ADC lebar
band sinyal IF dan konversi turun,
pemfilteran dan deteksi dibentuk
secara numerik. Transformasi dari
ranah waktu ke ranah frekuensi
dikerjakan dengan menggunakan
algoritma FFT. Cakupan linieritas
dan dinamika dari ADC
merupakan performansi kritis dari
instrumen. Sama pentingnya, daya
pemrosesan DSP harus cukup
untuk mempercepat pengukuran.
Mengukur parameter modulasi
VSA yang demikian seperti
besaran kesalahan vektor dan
memberikan peraga lain seperti
diagram pemetaan. Suatu
STANDALONE VSA sering
digunakan untuk melengkapi
kemampuan sapuan SA.
Beberapa imstrumen modern
memiliki arsitektur yang dapat
membentuk kemampuan sapuan
SA dan fungsi VSA, menyediakan
ranah yang tidak ada
hubungannya modulasi dan
frekuensi dalam satu kotak.


Penganalisa Spektrum Waktu Riil
Penganalisa spektrum waktu riil
dirancang untuk memenuhi
tantangan pengukuran yang
berkaitan dengan transien dan
dinamis sinyal RF sebagaimana
telah diuraikan di atas. Konsep
dari dari penganalisa spektrum
waktu riil adalah kemampuan
memicu pada sinyal RF,
pengambilan ke dalam memori
dan menganalisaya dalam multi

ranah. Ini memungkinkan untuk
dapat mendeteksi dan menandai
perubahan sinyal RF dari waktu ke
waktu secara terandalkan.





Gambar 9-4: Arsitektur tipikal penganalisa spektrum waktu rill

Gambar 9-4 diatas menunjukan
blok diagram sederhana dari
arsitektur RTSA. Pada bagian
ujung masukan RF dapat diatur
pada cakupan frekuensi
instrumen, dan menurunkan
frekuensi sinyal masukan untuk
ditetapkan pada frekeunsi
menengah yang berkaian dengan
lebar band maksimum waktu riil
RTSA. Sinyal disaring, didigitkan
dengan rangkaian ADC dan
dilewatkan ke DSP yang
menangani picuan instrumen,
memori, dan analisa fungsi.
Sementara unsur dari blok
diagram dan proses akuisisi
serupa dengan arsitektur VSA,
pengambilan dan analisa multi
ranah dikorelasikan dengan
waktu. Sebagai tambahan,
peningkatan teknologi ADC
memungkinkan konversi dengan
cakupan dinamis sinyal tinggi dan
noise rendah, memungkinkan
RTSA sama atau melebihi
performansi dasar RF dari
kebanyakan penganalisa
spektrum tersapu.

Karena pengukuran memutar
kurang atau sepadan dengan


lebar bidang waktu riil, arsitektur
RTSA memberikan kemampuan
untuk pengambilan sinyal
masukan dengan tanpa celah
waktu melalui pendigitan sinyal RF
dan menyimpan sampel dalam
waktu yang berdekatan ke dalam
memori. Ini memberikan beberapa
keuntungan melebihi proses
akuisisi dari penganalisa spektrum
tersapu, yang dibangun pada
gambar ranah frekuensi,
penyapuan frekuensi dilakukan
secara berturut-turut.


9.2.2.1. Kunci Konsep Analisa Spektrum Waktu Riil
Sampel, bingkai dan blok
Pengukuran dibentuk oleh RTSA
diimplementasikan dengan
menggunakan teknik pemrosesan
sinyal digital (DSP). Untuk
mengetahui bagaimana suatu
sinyal RF dapat dianalisa dalam
ranah waktu, dan modulasi,
terutama ini diperlukan untuk
menguji bagaimana instrumen
memperoleh dan menyimpan
sinyal. Setelah sinyal didigitkan
dengan ADC, sinyal ditampilkan
dalam data ranah waktu, dari
semua frekuensi dan parameter
modulasi dapat dihitung dengan
menggunakan DSP. Tiga istilah
sampel, bingkai dan blok diuraikan
hirarki data disimpan bila RTSA
mengambil sinyal dengan
menggunakan akuisis waktu riil.
Gambar 5 menunjukkan susunan
sampel, bingkai dan blok.



Gambar 9-5: Sampel, bingkai dan blok hirarki memori dari RSA

Tingkat terendah dari hirarki data
adalah sampel ang menampilkan
titik data ranah waktu diskrit.
Kontruksi familiar dari aplikasi lain
dari pengambilan sampel demikia
seperti waktu riil osiloskop dan PC
yang didasarkan pengubah digital.
Kecepatan pengambilan sampel
efektif menentukan waktu interval
antara pengaturan sampel
tergantung pada cakupan yang
dipilih. Dalam RSA, setiap sampel
disimpan dalam memori sebagai
pasangan I dan Q yang berisi
informasi besaran dan phasa.

Langkah berikutnya adalah
bingkai. Satu bingkai terdiri dari


sejumlah bilangan tentang contoh
berdekatan dan satuan kecepatan
transformasi Fourier (Fast Fourier
Transform /FFT) dapat
diaplikasikan untuk mengubah
ranah data ke dalam ranah
frekuensi. Dalam proses ini setiap
bingkai menghasikan satu ranah
spektrum frekuensi
Level tertinggi dalam hirarki
akuisisi adalah blok, yang dibuat
dari banyak pengaturan bingkai
yang diambil dalam satu waktu.
Panjang blok (juga direferensikan
sebagai panjang akuisisi)
merupakan jumlah total waktu
yang ditampilkan oleh satu akuisis
berkelanjutan. Dalam blok sinyal
input ditampilkan dengan tanpa
celah waktu.

Dalam mode pengukuran waktu riil
dari RSA, setiap blok secara tanpa
keterikatan diperoleh dan
disimpan dalam memori.
Kemudian diproses dengan
menggunakan teknik DSP untuk
menganalisa perilaku frekuensi,
waktu dan modulasi sinyal. Dalam
mode standar SA, RTSA dapat
menandingi sapuan SA dengan
pijakan RF awal dan akhir
frekuensi yang melampaui lebar
band maksimum waktu riil.














Waktu

Gambar 9-6 Penganalisa spektrum waktu riil blok akuisisi dan pemrosesan

Gambar 9-6 menunjukkan mode
akuisisi, yang memungkinkan
pengambilan waktu riil tanpa
ikatan. Setiap akuisisi merupakan
tanpa ikatan waktu untuk semua
bingkai dalam blok, meskipun
tidak ada diantara blok. Setelah
pemorsesan sinyal dari satu
akuisisi blok lengkap, akuisisi akan
dimulai blok berikutnya dimulai.
Sebagai contoh satu sinyal diambil
dalam waktu rill mode SA dapat
dianalisis mode demodulasi dan
mode waktu.

Jumlah bingkai yang diperoleh
dalam blok dapat ditentukan
dengan membagi panjang akuisisi
dengan panjang bingkai. Panjang
akuisisi dimasukkan oleh penguna
dibulatkan sehingga suatu blok
berisi jumlah bilangan bulat dari
Bingkai
1024
titik
Bingkai
1024
titik
Bingkai
1024
titik
Bingkai
1024
titik
Bingkai
1024 titik

Bingkai
1024
titik
Bingkai
1024
titik
Bingkai
1024
titik
Blok 1
Pemroses
Blok 1
Pemroses
Blok 1
Akuisisi
Blok 2
Akuisisi
Blok 3
Akuisisi


bingkai. Cakupan panjang akuisisi
maksimum sekarang tergantung
pada kedua hal luas pengukuran
yang dipilih dan kedalaman
memori instrumen.

9.2.2.2. Pemicuan Waktu Riil
Pemanfaatan pemicuan telah lama
hilang dalam perumusan
perangkat analisa spektrum.
RTSA yang pertama kali
menawarkan penganalisa
spektrum frekuensi ranah waktu
riil yang menggunakan picu dan
mode picu intuitif lain dalam
penambahan tingkat IF sederhana
dan picu luar. Terdapat banyak
alasan bahwa arsitekur sapuan
tradisional tidak baik untuk
ditempatkan pada pemicuan waktu
riil, secara signifikan kebanyakan
sapuan dalam picu SA digunakan
untuk memulai penyapuan. Pada
RTSA picu digunakan sebagai titik
acuan pada saat akuisisi sinyal. Ini
memungkinkan beberapa
pemakaian pengembangan,
seperti kemampuan menyimpan
kedua informasi sebelum dan
sesudah pemicuan. Kemampuan
lain RTSA secara signifikan
merupakan picu frekuensi topeng
waktu riil, yang memungkinkan
penggunan untuk memicu suatu
akusisi didasarkan pada kejadian
tertentu dalam ranah frekuensi.



Gambar 9-7: Penggunaan topeng frekuensi pada pemicuan ranah frekuensi
waktu riil

Sebagaimana diilustrasikan pada
gambar 9-7 sebuah topeng
digambarkan untuk menegaskan
pengaturan kondisi dalam lebar
band penganalisa waktu riil akan
membangkitkan picu. Frekuensi
topeng picu fleksibel merupakan
piranti kuat untuk secara
terandalkan mendeteksi dan
menganalisa dinamis sinal RF. Ini
dapat juga digunakan untuk
membuat pengukuran yang tidak
mungkin dengan penganalisa
spektrum tradisional, seperti
pengambilan kejadian transien
pada tingkat rendah yang terjadi
dalam keberadaan sinyal RF yang
lebih kuat (ditunjukkan gambar 9-
8) dan mendeteksi sinyal yang
sebentar-bentar ada pada
frekuensi tertentu dalam spektrum
frekuensi yang kacau (ditunjukkan
gambar 9-9).




Gambar 9-8: Topeng frekuensi pada level burst rendah





9.2.2.3. Pengambilan dan Spektogram tak terikat
Pada suatu kondisi picu waktu riil
telah dipertegas dan merupakan
instrumen yang dipersenjatai
untuk emulai suatu akuisisi, RTSA
secara berkelanjutan menguji
sinyal masukan untuk dilihat pada
pemicuan kejadian tertentu.
Sementara menunggu kejadian ini
terjadi, sinyal secara konstan
didigitkan dan data ranah waktu
diedarkan melalui yang masuk
pertama kali, pengambilan
disangga dikeluarkan pertama kali
yang pengosongan data terlama
sebagai data baru kemudian
dikumpulkan. Ini memungkinkan
penganalisa untuk menyimpan
data sebelum pemicuan dan
sesudah pemicuan ke dalam
memori bila mendeteksi adanya
picu. Sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya, proses ini
memungkinkan akuisisi yang tak
terikat dari blok tertentu, yang
mana sinyal ditampilkan dengan
sampel ranah waktu yang
berdekatan. Suatu data yang telah
disimpan dalam memori,
disediakan untuk diproses dan
dianalisa mengunakan peraga
yang berbeda sebagai daya
terhadap frekuensi, spektogram
dan pemandangan multi ranah.
Sampel data tetap disediakan
dalam masukan acak memori
sampai penulisan selesai dengan
didapat akuisisi berikutnya dan ini
juga dapat disimpan ke dalam
perangkat keras penyimpan
RTSA.

Spektogram merupakan
pengukuran penting yang
memberikan suatu peraga intuitif
dari bagaimana perilaku
perubahan frekuensi dan
amplitudo dari waktu ke waktu.
Sumbu horizontal menampilkan
cakupan yang sama dari frekuensi
yang ditunjukkan penganalisa
spektrum tradisional pada peraga
daya terhadap frekuensi. Dalam
spektogram sumbu vertikal
menampikan waktu dan amplitudo
Gambar 9-9: Penggunaan topeng
frekuensi untuk memicu sinyal berada
pada sinyal besar sinyal tertentu dalam
lingkungan spektrum kacau


ditampilkan dengan warna irisan.
Setiap irisan dari spektogram
berkaitan dengan spektrum
frekuensi tunggal dihitung dari
satu bingkai data ranah waktu.
Gambar 10 menunjukkan ilustrasi
konseptual dari spektogram
dinamis sinyal.




Gambar 9-10: Peraga Spektogram Gambar 9-11: Pandangan waktu dikorelasikan,
peraga daya terhadap frekuensi (kiri) dan
spektogram (kanan)

9.3. Dasar Analisa Spektrum Waktu Riil
Penembakan pemeragaan layar
pendek daya terhadap frekuensi
ditunjukkan pada gambar 9-11 dan
peraga spektogram untuk sinyal
diilustrasikan dalam gambar 9-10.
Pada spektogram, bingkai tertua
ditunjukkan di puncak dari perag
dan bingkai yang sekarang
ditunjukkan pada bagian dasar
dari peraga. Pengukuran ini
menunjukkan sinyal RF yang
perubahan frekuensi dari waktu ke
waktu, dan juga mengungkapkan
transien sinyal pada tingkat
rendah yang muncul dan hilang
didekat akhir waktu dari blok.
Karena data disimpan dalam
memori, dapat digunakan penanda
untuk melihat kembali melalui
spektogram. Dalam gambar 9-11
sebuah penanda telah
ditempatkan pada kejadian
transien pada peraga
spektogram, yang menyebabkan
spektrum berkaitan titik tertentu
dalam waktu yang ditunjukkan
dalam peraga daya terhadap
frekuensi.

9.3.1. Analisa Multi Ranah Korelasi Waktu
Suatu sinyal yang telah diperoleh
dan disimpan dalam memori, ini
dapat dianalisa dengan
menggunakan variasi yang luas
dari waktu yang dikorelasikan
dapat disediakan pemandangan
dalam RTSA, sebagaimana
diilustrasikan dalam gambar 9-12.
Ini terutama bermanfaat untuk
piranti pencarian kerusakan dan
aplikasi karakterisasi. Semua
pengukuran didasarkan pada
pengaturan dasar yang sama dari
ranah waktu sampel data yang
menggaris bawahi dua kuntungan
arsitektural signifikan : (1) analisa


sinyal menyeluruh dalam
frekwensi, waktu, dan ranah
modulasi yang didasarkan pada
akuisisi tunggal. (2) Ranah
korelasi untuk memahami
bagaimana kejadian tertentu
dalam frekuensi, waktu dan
modulasi berhubungan
berdasarkan acuan waktu yang
sama.


Gambar 9-12: Ilustrasi dari beberapa waktu dikorelasikan disediakan untuk
pengukuran pada RTSA


Dalam mode analisa spektrum
waku riil, RTSA memberikan dua
waktu yang dikorelasikan
pemandangan peraga dari
pengambilan sinyal, daya
terhadap frekuensi dan peraga
spektogram. Dua pemandangan
dapat dilihat pada gambar 9-11.

Dalam mode pengukuran wktu riil
lain untuk analisa ranah waktu dan
ranah modulasi, RTSA
menunjukkan berbagai pandangan
dari pengabilan sinyal
sebagaimana diilustrasikan dalam
gambar 9-13 dan 9-14. Jendela
atas kiri dinamakan overview dan
ini dapat memperagakan salah
satu daya terhadap frekuensi atau
spektogram. Penunjukkan
overview menunjukkan semua dari
data yang telah diperoleh dalam
blok, dan ini memberikan layanan
sebagai indek untuk jendela
analisa yang lain.

Jendela di atas kanan dinamakan
sbview, dan menunjukkan sama
daya terhadap frekuensi yang
dapat disediakan dalam mode
penganalisa spektrum waktu riil.
Seperti peraga gambar 9-11,
spektrum ini satu bingkai dari data
dan ini mungkin untuk


menggulung melalui masukan
perekam waktu untuk melihat
spektrum pada beberapa titik
waktu. Ini dikerjakan dengan
pengaturan offset spektrum, yang
ditemukan dalam menu RTSA.
Juga perlu dicatat bahwa terdapat
warna ungu dalam jendela
overview yang menunjukkan posisi
waktu yang berkaitan pada peraga
ranah frekuensi dalam jendela
ungu.

Jendela dalam dasar setengah
dari layar (digambarkan hijau)
dinamakan analisis jendela, atau
mainview dan menghasilkan
peraga dari waktu yang dipilih atau
pengukuran analisis modulasi.


Gambar 9-13: Pandangan multi ranah menunjukkan
daya terhadap waktu, daya terhadap frekuensi
dan demodulasi FM




Contoh analisis modulasi frekuensi
ditunjukkan pada gambar 9-13 dan
gambar 9-14 menunjukkan contoh
analisis transien daya terhadap
waktu. Seperti jendela subview
jendela analisa hijau dapat
diposisikan dimana saja dalam
penunjukkan rekaman waktu
dalam jendela overview, yang
mempunyai hubungan palang
hijau untuk menunjukkan
posisinya. Lebar jendela analisa
dapat ditetapkan diatur pada
panjang kurang dari atau ebih
besar dari satu bingkai. Analisa
multi ranah korelasi waktu
menghasilkan fleksibiltas luar
biasa untuk memperbesar dan
secara menyeluruh karakterisasi
bagian-bagian berbeda dari suatu
sinyal RF yang diperoleh dengan
menggunakan variasi lebar dari
perangkat analisa.

9.3.2. Prinsip Kerja Spektrum
Analisa Waktu Riil
Analisa spektrum waktu riil
modern dapat diperoleh sebuah
passband atau luas dimana saja
dalam cakupan frekuensi masukan
dari penganalisa. Jika
kemampuan pengubah RF
menurun diikuti akan oleh bagian
band lebar frekuensi menengah
(IF). Pada pendigitan ADC sinyal
RF dan sistem penyelesaian
Gambar 9-14: Pandangan multi
ranah menunjukkan spektogram
daya terhadap frekuensi, daya
terhadap waktu


berupa langkah-langkah lanjut
secara digital. Implementasi
algoritma FFT transformasi dari
ranah waktu ke diubah ke ranah
frekuensi dimana analisa
menghasilkan peraga seperti
spektogram, codogram. Beberapa
kunci karakteristik pembeda
merupakan keberhasilan arsitektur
waktu riil.

Sebuah sistem ADC mampu
mendigitkan masukan lebar band
waktu riil dengan ketetapan cukup
untuk mendukung pengukuran
yang diinginkan. Integritas sistem
analisa sinyal yang diperoleh
berbagai pandangan analisa dari
sinyal pengujian, semua berkaitan
dengan waktu. Pengambilan
memori dan daya DSP cukup
memungkinkan akuisisi waktu riil
secara terus menerus melampaui
perioda waktu pengukuran yang
dikehendaki. Daya DSP
memungkinkan pemicuan waktu
riil dalam ranah frekuensi.
Pada bagian ini berisi beberapa
diagram arsitektur dari akuisisi
utama dan analisa blok dari
penganalisa spektrum waktu riil
(RSA). Beberapa ancillary
berfungsi (pemicuan terkait blok
minor, pengendali peraga dan
keyboard) telah dihilangkan untuk
memperjelas pembahasan.

9.3.3. Penganalisa Spektrum
Waktu Riil
RSA menggunakan kombinasi
sinyal analog dan digital dalam
pemrosesan perubahan sinyal RF
terkalibrasi, pengukuran multi
ranah dikaikan waktu. Bagian ini
berhadapan dengan yang bagian
digital dari aliran pemrosesan
sinyal RSA. Gambar 9-15
mengilustrasikan blok pemrosesan
sinyal digital mayor yang
digunakan dalam RSA. Sinyal
analog IF berupa filter bandpass
dan pendigitan. Sebuah konversi
digit turun dan penghilang proses
pengubah sampel A/D ke dalam
aliran sephasa (I) dan sinyal
baseband quadrature (Q). Blok
pemicuan mendeteksi kondisi
sinyal untuk mengendalikan
akuisisi dan pewaktuan. Sinyal
baseband I dan Q sebaik informasi
picu digunakan dengan baseband
sistem DSP untuk membentuk
analisa spektrum atas pertolongan
FFT, analisis modulasi,
pengukuran daya, pengukuran
pewaktuan sebaik analisis
statistik.
































Gambar 9-15 : Blok diagram pemrosesan sinyal digital pada penganalisa
spektrum waktu riil


Pengubah Digit IF
Pada umumnya rangkaian
pengubah digit mempunyai band
terpusat disekitar frekuensi
menengah (IF). Band atau luasan
frekuensi ini frekuensi terlebar
yang dapat dibentuk dari analisa
waktu riil. Pengubahan digit pada
frekuensi tingi lebih baik dari pada
DC atau baseband yang
mempunyai beberapa pemroses
sinyal keuntungannya antara lain
capaian semu, penolakan DC,
cakupan dinamis. Namun dapat
diperoleh perhitungan berlebihan
untuk menyaring dan mengamati
jika diproses secara langsung.
RSA menerapkan pengubah
digital turun (DDC), gambar 9-16
dan suatu decimator untuk
mengkonversi suatu pendigitan IF
ke dalam sinyal baseband I dan Q
pada kecepatan sampel yang
efektif sehingga cukup tinggi untuk
luas yang dipilih.
ADC
Pemicuan
Penganalisa Standar



Interface
Pengguna
dan Peraga
Fe BW/2
BW/2
Fe

DSP baseband
Kalibrasi
Penyaringan
Pengujian
bit
FFT
Demodula
si
Statistik
Pengukuran
Daya
DOC



X
90
o
X

Desimator















Gambar 9-16: Diagram pengubah digital turun



9.3.3.1. Pengubah Digital Turun
Pengubah digital sinyal IF
dengankecepatan sampel FS.
Pengubah digit IF kemudian
dikirim ke DDC. Osilator numeris
dalam DDC membangkitkan
gelombang sinus dan cosines
pada frekuensi pusat dari band
yang menarik. Sinus dan cosines
numeris ini dikalkan dengan
pengubah digit IF, membangkitkan
aliran sampel I dan Q yang berisi
semua inforasi yang ada dalam IF
asli. Aliran I dan Q kemudian
dilewatkan melalui filter frekuensi
rendah dengan lebar band yang
dapat divariasi. Frekuensi cut-off
rendah divariasi sesuai dengan
luasan yang dipilih.

9.3.3.2. Sinyal Bandpass I dan Q
Proses pengambilan band
frekuensi dan pengubahannya ke
baseband menggunakan konversi
turun ditunjukkan gambar 9-17.
Sinyal IF asli diisi dalam ruang
antara tiga membelah dua dari
pencuplikan frekuensi dan
pencuplikan frekuensi.
Pencuplikan menghasilkan
gambar dari sinyal ini antara nol
dan frekuensi pencuplikan.
Sinyal kemudian dikalikan dengan
sinus koheren dan sinyal cosines
pada senter dari passband yang
dipilih, membangkitkan sinyal
baseband I dan Q. Sinyal
baseband merupakan harga riil
dan simetris dengan aslinya.
Informasi yang sama diisi
frekuensi positip dan negatip .
Semua modulasi diisi bandpass
asli juga diisi dua sinyal. Frekuensi
pencuplikan minimum diperlukan
untuk setiap setengah dari aslinya.
Ini memungkinkan untuk membagi
dengan dua.



ADC
Fe
DOC

X
90
o
X
Desimator
Osilator
numerik

Desimate N

Desimate N
Cos
Sinus
Fc =Fe
LPF Lebar band
Variabel
I
Q
Data baseband
ranah waktu
Bw/2 Fe Bw/2
IF didigitisasi IF
IF Analog
Koniversi turun digital /
Desimator




Gambar 9-17: Informasi passband dipertahankan dalam Idan Q terjadi pada
setengah kecepatan sampel

9.3.3.3. Penghapusan
Teorema niquist menyatakan
bahwa sinyal bandpass
membutuhkan sampel hana pada
kecepatan setengah sampai dua
kali frekuensi tertinggi dari yang
diamati. Waktu dan frekuensi
merupakan jumlah timbal balik.
Pengamatan frekuensi rendah
diperlukan untuk mengamati
rekaman waktu panjang.
Penghapusan digunakan untuk
keeimbangan luas, pemrosesan
waktu, rekaman panjang dan
penggunaan memori. RSA
sebagai contoh menggunakan
kecepatan pencuplikan 51,2 MS/s
pada pengubah A/D untuk
mendigitkan lebar band 15 MHz.
Rekaman I dan Q yang
menghasilkan setelah DDC,
memfilter dan menghapus untuk
luasan 15 MHz pada kecepatan
pencuplikan efektif setengah asli,
yaitu 25,6 MS/s. Jumlah total dari
sampel yang tidak berubah,
ditinggalkan dengan dua satuan
sampel, masing-masing
mempunyai kecepatan efektif
25,6MS/s mengganti pengaturan
tunggal
51.2 MS/S. Penghapusan lebih
jauh membuat span lebih sempit,
menghasilkan waktu rekaman
lebih lama untuk sejumlah sampel
ekuivalen. Kelemahan kecepatan
efektif pencuplikan lebih rendah
adalah mengurangi waktu resolusi.
Keuntungan dari kecepatan efektif
pencuplikan lebih rendah adalah
kecepatan komputasi lebih sedikit,
penggunaan memori untuk
rekaman waktu berkurang
sebagaimana ditunjukkan dalam
tabel 9-1.



Tabel 9-1 Span dipilih, dihapus dan kecepatan sampel efektif
(Tektronix RSA3300A Series and WCA200A Series)


9.3.4. Pengaruh Ranah Frekuensid dan Waktu Terhadap Kecepatan
Pencuplikan
Penggunaan penghapusan
mengurangi kecepatan efektif
pencuplikan mempunyai beberapa
konsekuensi untuk parameter
penting pengukuran ranah waktu
dan frekuensi. Contoh
membandingkan span lebar dan
sempit ditunjukkan dalam gambar
9-18 dan 9-19.












Peraga pengambilan band lebar
suatu span frekwensi yang lebar
dengan resoluasi ranah frekuensi
relative rendah. Dibandingkan
terhadap pengabilan lebar band
yang lebih sempit, kecepatan
Gambar 9-18 Contoh lebar band
pengambilan lebar
Gambar 9-19 Contoh lebar band
pengambilan sempit
15MHz
Span lebar
1 kHz
Span sempit


sampel lebih tinggi dan lebar band
resolusi lebih lebar. Dalam ranah
waktu, panjang bingkai lebih
pendek dan resoluasi waktu leih
halus. Panjang rekaman sama
dalam istilah jumlah sampel yang
disimpan, namun sebagian dari
waktu ditampilkan oleh sampel
yang lebih pendek. Gambar 9-18.
mengilustrasikan lebar
pengambilan lebar band dan table
2-2 memberikan contoh dunia riil.
Dalam hal kontras., pengambilan
sempit lebar band diperagakan
sebagai span kecil dari frekuensi
dengan resoluasi ranah frekuensi
lebih tinggi. Dibandingkan dengan
pengambilan lebar lebar band ,
kecepatan sampel lebih rendah,
sementara resolusi lebar band
lebih sempit. Dalam ranah waktu,
panjang bingkai lebih panjang,
resolusi waktu lebih kasar dan
dapat disediakan liputan panjang
rekaman waktunya bertambah.
Gambar 9-19. mengilustrasikan
pengambilan sempit lebar band
dan table 2-2 memberikan dunia
riil. Skala dari jumlah sedemikian
seperti resolusi frekuensi terdapat
beberapa tingkatan besaran yang
berbeda dari pengambilan band
lebar.

Tabel 9-2: Perbandingan pengaruh perubahan pengaturan span pada ranah
frekuensi dan waktu ( RSA3300A Series and WCA200A Series)



9.3.5. Pemicuan Waktu Riil
Penganalisa spektrum waktu riil
menambah kuat spektrum ranah
waktu dan analisis modulasi.
Pemicuan kritis untuk
pengambilan informasi ranah
waktu. RSA menawarkan fungsi
pemicuan unik, memberikan daya
dan picu topeng frekuensi sebaik
picu ekstenal pada umumnya dan
didasarkan pada tingkatan picu.
Pada umumnya sistem picu
digunakan dalam osiloskop
kebanyakan. Dalam osiloskop
analog tradisional, sinyal yang


diamati diumpankan ke salah satu
masukan sementara picu
diumpankan pada yang lain. Picu
menyebabkan dimulaianya sapuan
horizontal sementara amplitudo
dari sinyal ditunjukkan sebagai
penganti vertikal yang dilapiskan
pada gratikul yang telah
dikalibrasi. Bentuk paling
sederhana, picu analog
memungkinkan terjadi setelah picu
untuk diamati, seperti ditunjukkan
pada gambar 9-20.

















Gambar 9-20 Pemicuan waktu rill

9.3.5.1.Sistem Picu dengan Akuisis Digital
Kemampuan untuk menampilkan
dan memproses sinyal secara
digital, digabungkan dengan
kapasitas memori yang besar,
sehingga memungkinkan
menangkap peristiwa yang terjadi
sebelum picu, dengan kualitas
baik seperti sesudahnya. Sistem
akuisisi data dari jenis yang
digunakan dalam RSA
menggunakan pengubah analog
ke digital (ADC) untuk mengisi
kedalaman memori selama sinyal
sampel diterima. Secara konsep
sampel baru secara terus menerus
diumpankan ke memori sementara
sampel paling lama diturunkan.
Contoh ditunjukkan pada gambar
9-21 suatu memori yang diatur
untuk menyimpan N sampel.
Pada saat kedatangan picu
akuisisi dihentikan, isi memori
dibekukan. Penambahan suatu
variabel menunda dalam alur
sinyal picu memungkinkan
peristiwa yang terjadi sebelum
picu sebaik yang datang setelah
picu.





Sinyal picu

Sinyal input










Gambar 9-21: Pemicuan sistem akuisisi digital

Dengan mempertimbangkan
kasus yang tidak ada penundaan.
Picu menyebabkan terjadinya
pembekuan memori segera
setelah sampel bersamaan
dengan picu disimpan. Memori
kemudian berisi sampel pada
waktu picu seperti halnya sampel
N yang terjadi sebelum picu.
Hanya kejadian sebelum picu
disimpan. Dengan
mempertimbangkan kasus di atas
yang mana penundaan diatur
secara pasti sesuai dengan
setelah picu. Hanya kejadian
setelah picu disimpan.

Kedua kejadian sebelum dan
sesudah picu dapat diambil jika
penundaa diatur untuk memecah
panjang memori. Jika penundaan
diatur setengah dari kedalaman
memori, setengah sampel
disimpan mendahului picu dan
setengah sampel disimpan
mengikuti picu. Konsep ini serupa
untuk menunda picu digynakan
dalam mode span nol dari suatu
sapuan SA konvensional. RSA
dapat mengambil rekaman yang
lebih panjang , bagaimanapun
sinyal data ini sesudah itu dapat
dianalisa ranah frekwensi, waktu
dan modulasi. Piranti ini sangat
kuat untuk aplikasi seperti
pemantauan sinyal dan piranti
pencarian gangguan atau
kerusakan.







9.3.5.2. Mode Picu dan Corak
Mode fre-run diperoleh sampel
dari sinyal IF yang diterima tanpa
pertimbangan kondisi picu.
Spektrum modulasi atau
pengukuran lain diperagakan
sebagaimana adanya diperoleh
dan diproses. Mode dipicu
memerlukan sumber picu
sebagaimana halnya pengaturan
variasi parameter yang
menegaskan kondisi untuk
pemicuan sebagaimana perilaku
instrumen dalam merespon picu.
Pemilihan picu tungal atau terus
menerus menetukan apakah
akuisisi diulangi setiap saat terjadi
pemicuan atau dilakukan hanya
sekali setiap saat pengukuran.
Posisi picu dapat diatur dari 0
sampai 100%, memilih sebagian
dari blok akuisisi sebelum picu.
Pemilihan 10% pengambilan data
sebelum picu 1/10 dari blok yang
dipilih dan data sesudah picu 9/10.
Kemiringan memungkinkan
pemilihan dari ujung kenaikan,
ujung penurunan atau
kombinasinya untuk pemicuan.
Naik atau turun memungkinkan
pengambilan sinyal burts lengkap.
Turun dan naik memungkinkan
pengambilan celah, dalam cara
lain sinyal yang berlanjut
.

9.3.5.3. Sumber-sumber Picu RSA
RSA memberikan beberapa
metoda picu internal dan
eksternal. Tabel 9-2 merupakan
rangkuman variasi sumber-sumber
picu waktu riil, pengaturannya dan
resolusi waktu yang dikaitkan
dengan yang lain. Picu eksternal
memungkinkan sebuah sinyal TTL
eksternal untuk mengendalikan
akuisisi. Ini pada umumnya
mengendalikan sinyal seperti
mengkomando pensaklaran
frekuensi dari sistem yang diuji.
Sinyal eksternal ini memberi
komando akuisisi dari suatu
kejadian dalam sistem yang diuji.
Picu internal tergantung pada
karakteristik sinyal yang sedang
diuji. RSA mempunyai
kemampuan memicu pada tingkat
sinyal yang didigitkan, pada daya
sinya setelah penyaringan dan
penghapusan atau kejadian dari
spectral komponen tertentu
dengan menngunakan topeng
frekuensi picu. Setiap sumber picu
dan mode menawarkan
keuntungan spesifik dalam kaitan
selektivitas frekuensi, cakupan
resolusi waktu dan dinamis.
Fungsi unsur yang mendukung
pengembangan ini ditunjukkan
pada gambar 9-22.































Gambar 9-22: Proses pemicuan penganalisa spektrum waktu riil
.
Tingkat pemicuan sebanding
dengan sinyal yang didigitkan
pada keluaran dari ADC dengan
mengatur pemilih pemakaian.
Lebar band penuh dari digit sinyal
yang digunakan, ketika
pengamatan span sempit yang
dikehendaki lebih lanjut
penyaringan dan penghapusan.
Tingkat pemicuan menggunakan
digitisasi kecepatan penuh dan
dapat mendeteksi kejadian
sesingkat satu sampel pada
kecepatan pengambilan sampel
penuh. Resolusi waktu dari analisa
aliran turun, bagaimanapun
dibayasi pada kecepatan efektif
pengamblan sampel. Level picu
diatur sebagai persentase dari
level klip ADC, yaitu nilai biner
maksimum (semua dalam ondsi
logika 1). Ini erupakan kuantisasi
linier yang tidak dibingungkan
dengan peraga logaritmis, yang
diekspresikan dalam dB.
Daya pemicuan dihitung dari
sinyal setelah penyaringan dan
penghapuan sinyal. Daya setiap
pasangan disaring dari sampel I/Q
(I2/Q2) dibandingkan dengan
pengaturan daya yang dipilih
pemakai. Pengaturan dalam dB
relatip terhadap skala penuh
(dBfs) sebagaimana ditunjukkan
pada layar logaritmis. Pengaturan
dari tempat 0dBfs level picu pada
puncak gratikul dan akan
membangkitkan sinyal picu bila

ADC
Power
I
2
= Q
2

Frekuensi
mask / FFT



Trigger,
timing dan
kontrol
Trigger eksternal

Memori
level
Power
Mask


daya total diisi dalam span yang
melebihi level picu. Pengaturan -
10dBfs akan memicu bila daya
total dalam span mencapai level
10dB di bawah puncak gratikul.
Perlu dicatat bahwa daya total
dalam span membangkitkan
sebuah sinyal picu. Dua sinyal CW
masing-masing pada level -3dBm
missal mempunyai kumpuln daya
0dBm.

Pemicuan topeng frekuensi
sebanding dengan bentuk
spektrum untuk menegaskan
topeng pengguna. Teknik ini
sangat kuat memungkinkan
perubahan bentuk spektrum untuk
picu dan akuisisi. Picu topeng
frekuensi dapat diandalkan untuk
mendeteksi sinyal dibawah skala
penuh pada saat ada sinyal lain
pada level yang lebih tinggi.
Kemampuan ini untuk memicu
pada sinyal lemah dihadapan
sinyal kuat adalah kritis untuk
mendeteksi sinyal sesaat.,
menghasilkan inter modulasi,
spektrum transient dan masih
banyak lagi. FFT penuh diperlukan
untuk membandingkan sinyal
terhadap topeng, pemenuhan
kelengkapan bingkai. Resolusi
waktu untuk picu topeng frekuensi
secara kasar satu bingkai FFT,
atau 1024 sampel pada kecepatan
efektif pengambilan sampel. Picu
peristiwa ditentukan penggunaan
ranah frekuensi yang
didedikasikan perangkat keras
prosesor FFT sebagaimana
ditunjukkan dalam blok diagram
gambar 9-22.

9.3.5.4. Membangun Topeng Frekuensi
Seperti bentuk lain dari pengujian
topeng, picu topeng frekuensi
(juga dikenal sebagai picu ranah
frekuensi) dimulai dengan definisi
dari topeng pada layar. Definisi ini
dilakukan dengan mengatur titik
frekuensi dan amplitudonya.
Topeng dapat digambarkan titik
per titik atau penggambaran
secara grafik dengan mouse atau
piranti penunjuk lain. Picu dapat
diatur untuk terjadi bila sinyal
berada di luar topeng menerobos
batas atau bila sinyal terjadi tiba-
tiba di dalam topeng. Gambar 9-23
menunjukkan topeng frekuensi
yang memungkinkan lintasan
spektrum normal dari sinyal tapi
bukan penyimpangan sesaat.
Gambar 9-24 menunjukkan
peraga spektogram untuk akuisisi
yang telah dipicu pada saat sinyal
sesaat melebihi topeng. Gambar
2-11 . menunjukkan spektrum
untuk bingkai pertama dimana
topeng telah melebihi. Perlu
dicatat bahwa sebelum picu dan
setelah picu data dikumpulkan dan
keduanya ditunjukkan dalam
spektogram.

















9.3.5.5. Pewaktuan dan Picu
Pewaktuan pengendali, bila
digunakan bersama dengan picu
menawarkan suatu kombinasi
kuat untuk menganalisa transien
atau pewaktuan lain yangberkaitan
dengan parameter. Panjang
akuisisi menentukan panjang
waktu untuk menyimpan sampel
ke dalam memori berkaitan
dengan adanya sinyal picu.
Histori akuisisi menentukan
seberapa banyak akuisisi
sebelumnya akan dipertahankan
setelah masig-masing picu baru.
RSA menunjukkan panjang
akuisisi dalam jendela overview
ranah waktu. Panjang spektrum
menentukan panjang waktu untuk
peragakan spektrum yang
dihitung. Offset spektrum
menentukan penundaan atau
membantu saat terjadi picu
sampai bingkai FFT mulai
diperagakan. Kedua panjang
spektrum dan offset spektrum
memiliki resolusi waktu dari satu
bingkai FFT (1024 sampel pada
kecepatan pengambilan sampel
efektif). RSA menunjukkan offset
spektrum dan panjang spektrum
menggunakan palang berwarna
pada bagian dasar dari jendela
overview ranah waktu. Palang
warna dikunci pada peraga
bersangkutan.

Panjang analisis menentukan
panjang waktu untuk analisa
modulasi dan pengukuran lain
yang dibuat didasarkan waktu.
Analisa offset menentukan
penundaan atau picu sesaat
sampai analisa dimulai. RSA
menunjukkan analisa offset dan
panjang pemakaian berupa palang
warna pada bagian dasar dari
jendela overview ranah waktu.
Palang warna dikunci pada peraga
yang bersangutan.

Indikator picu keluaran
memungkinkan pemakai untuk
Gambar 9-23: Definisi topeng frekuensi

Gambar 9-24: Spectrogram menunjukkan sinyal
transien diatur pada pembawa. Kursor diatur pada titik
picu sehingga data sebelum picu ditampilkan, diatas
garis kursor dan data setelah picu diperagakan
dibawah garis kursor. Garis sempit putih pada sisi kiri
daerah biru dinotasikan data setelah picu.


memilih keluaran TTL yang berada
dipanel depan digunakan untuk
picu sesaat. Ini dapat digunakan
untuk menyerempakkan
pengukuran RSA dengan
instrumen lain seperti osiloskop
atau penganalisa logika.

9.3.6.7. Baseband DSP
Hampir semua pengukuran
penganalisa spektrum waktu riil
dilakukan melalui pemroses sinyal
digital (DSP) dari aliran data I dan
Q yang dibangkitkan oleh blok
DDC dan disimpan ke dalam
memori akuisisi. Berikut ini
merupakan diskripsi dari beberapa
fungsi utama blok yang
diimplementasikan dengan DSP.

9.3.6.8. Kalibrasi / Normalisasi
Kalibrasi dan normalisasi
mengganti untuk penguatan dan
respon frekuensi dari rangkaian
analog yang mendahului
pengubah analog ke digital (A/D).
Kalibrasi dilakukan di pabrik dan
disimpan dalam memori berupa
table-tabel kalibrasi. Koreksi dari
table-tabel yang disimpan
diaplikasikan untuk mengukur
sebagai besaran yang
diperhitungkan. Kalibrasi
diberikan ecara teliti dapat dilacak
pada lembaga yang
bertanggungjawab pada
standarisasi pengukuran.
Normalisasi pengukuran yang
dilakukan secara internal untuk
mengkoreksi variasi yang
disebabkan oleh perubahan
temperature, umur dan satuan ke
satuan lain yang berbeda. Seperti
halnya kalibrasi, konstanta
normalisasi disimpan dalam
memori dan diaplikasikan sebagai
koreksi pada perhitungan
pengukuran.

9.3.6.8. Penyaringan
Banyak proses pengukuran dan
kalibrasi membutuhkan
penyaringan dalam penambahan
penyaringan dalam IF dan DDC /
penghapus. Penyaringan
dikerjakan secara numeric pada
sampel I dan Q yang disimpan
dalam memori.

Pewaktuan, Sinkronisasi dan
Pensampelan kembali
Pewaktuan berkaitan dengan
sebagian besar sinyal kritis pada
kebanyakan sistem RF modern.
RSA memberikan analisa yang
berkaitan dengan waktu dari
spektrum, modulasi dan daya
sehingga memungkinkan waktu
berhubungan antara variasi
karakteristik RF untuk diukur dan
diteliti. Clock sinkronisasi dan
sinyal pensampelan kembali
dibutuhkan untuk demodulasi dan
pemrosean pulsa.





9.3.6.9. Analisa Transformasi Fast Fourier
Fast Fourier Transform (FFT)
merupakan jantung dari
penganalisa spektrum waktu riil.
Dalam RSA algoritama FFT pad
aumumnya menerapkan
transformasi sinyal ranah waktu ke
dalam spektrum ranah frekuensi.
Secara konsep, pemrosesan FFT
dapat dipandang sebagai
melewatkan sinyal melalui
sekumpulan penyaring parallel
dengan frekuensi resolusi dan
lebar band sama. Keluaran FFT
pada umumnya harga kompleks.
Untuk analisa spektrum, amplitudo
dari hasil kompleks biasanya
sangat menarik. Proses FFT
dimulai dengan penghapusan dan
komponen base band I dan Q
disaring dengan baik, yang mana
ditampilkan dalam bentuk sinyal
kompleks dengan I sebagai
bagian riil dan Q sebagai bagian
imaginer. Dalam pemrosesan FFT,
sampel diatur dari sinyal kompleks
I dan Q diperoses pada saat yang
sama. Pengaturan sampel
dinamakan bingkai FFT. FFT
berfungsi pada sampel sinyal
waktu dan menghasilkan sampel
fungsi frekuensi dengan panjang
yang sama. Jumlah sampel dalam
FFT, pada umumnya berupa daya
dari 2, juga dinamakan ukuran
FFT. Misal 1024 titik FFT dapat
ditransformasi 1024 I dan 1024 Q
ke dalam sample 1024 titik ranah
frekuensi kompleks dalam diskusi
sebelumnya penyaring-penyaring
inidihubungkan secara parallel.
Dua garis spektrum lebih dekat
dibanding lebar bin tidak bisa
dipecahkan. Resolusi frekuensi
FFT merupakan lebar masing-
masing frekuensi bin, sama
dengan frekuesni sampel dibagi
dengan ukuran FFT.

Memberikan frekuensi sampel
sama, ukuran FFT lebih besar
resolusi frekuensi lebih halus.
Untuk RSA dengan kecepatan
pengambilan sampel 25,6 MHz
dan ukuran FFT 1024, resolusi
frekuensi adalah 25 kHz. Resolusi
frekuensi dapat ditingkatkan
dengan menambah ukuran FFT
atau dengan mengurangi frekuensi
sampel. RSA, sebagaimana telah
disebutkan di atas menggunakan
Digital Down Converter dan
penghapusan untuk mengurangi
kecepatan pengambilan sampel
efektf sebagai span frekuensi
yang sempit, secara efektif
menawarkan resolusi waktu untuk
resolusi frekuensi. Sementara
ukuran FFT dipertahankan dan
penghitungan kompleksitas ke
tingkat yang dapat dikendalikan.
Pendekatan ini memungkinkan
resolusi halus pada span sempit
tanpa waktu perhitungan
berlebihan. Pada span lebar
dimana resolusi frekuensi cukup
lebih kasar.

Batas praktis pada ukuran FFT
adalah seringnya peragaan
resolusi. Karena suatu FFT
resolusi lebih besar dari pada
jumlah titik yang diperagakan.





Gambar 9-25: Satu bingkai spektogram yang menunjukkan kejadian
picu dimana sinyal transien terjadi disekitar topeng frekuensi




Gambar 9-26: Tiga bingkai sampel sinyal ranah waktu





9.3.6.9.1. Jendela
Ada suatu asumsi yang tidak bisa
dipisahkan dalam matematika
dari Discrete Fourier Transform
dan analisa FFT yang mana data
diproses berupa perioda tunggal
dari pengulangan sinyal. Gambar
9-26 melukiskan serangkaian
sampel ranah waktu. Pada saat
memproses FFT diaplikasikan
pada bingka 2, misal perluasan
sinyal periodik. Discontinuitas
antar bingkai berurutan pada
umumnya terjadi seperti
ditunjukkan pada gambar 9-27
Tiruan diskontinuitas menimbulkan
respon palsu tidak ada dalam
sinyal aslinya, yang dapat
membuat tidak mungkin untuk
mendeteksi sinyal kecil yang
berada didekat yang besar. Ini
berpengaruh dinamakan
kebocoran spektrum.

RSA menerapkan teknik jendela
pada bingkai FFT sebelum
pemrosesan FFT dibentuk untuk
mengurangi pengaruh kebocoran
spektrum. Fungsi jendela pada
umumnya mempunyai bentuk bel.
Terdapat sejumlah fungsi
Gambar 9-27: Diskontinuitas yang disebabkan oleh
ekstensi periodic dari sampel dan bingkai tunggal


jendelam yang popular Blackman-
Haris profil 4B(BH4B) ditunjukkan
dalam gambar 9-28.












Gambar 9-28: Profil jendela Blackman-Harris 4B (BH4B)

Fungsi jendela Blackman-Haris 4B
ditunjukkan dalam gambar 9-25.
memiliki harga nol untuk sampel
pertama dan terakhir dan kurva
kontinyu diantaranya. Perkalian
bingkai FFT dengan fungsi jendela
mengurangi diskontinuitas pada
akhir bingkai. Dalam kasus ini
jendela Blackman-Haris, dapat
mengurangi diskontinuitas
bersama.

9.3.6.9.2. Efek jendela adalah
untuk menempatkan
beban lebih besar
pada sampel
di pusat jendela dibanding
men]jauh dari pusat, membawa
harga nol pada akhir. Ini dapat
dipirkan secara efektif mengurangi
waktu yang dihitung oleh FFT.
Waktu dan frekuensi adalah
jumlah timbale balik. Semakin
kecil waktu sampel resolusi
frekuensi semakin lemah (lebar).
Untuk jendela Blackman-Haris 4B,
resolusi frekuensi efektif
mendekati dua kalli sebaik nilai
yang dapat dicapai tanpa jendela.
.
Implikasi lain dari jendela adalah
data ranah waktu dimodifikasi
dengan menghasilkan jendela
suatu keluaran spektrum FFT
yang sangat sensitive terhadap
perilaku pusat bingkai, dan tidak
dapat merasakan perilaku di
permulaan dan akhir bingkai.
Sinyal transien muncul dekat salah
satu ujung dari bingkai FFT yang
dilonggarkan dan dapat luput
semuanya sama sekali. Masalah
ini dapa diselesaikan dengan
menggunakan bingkai tumpang
tindih, teknik kompleks meliputi
trade-off antara penghitungan
waktu dan kerataan ranah waktu
untuk mencapai performansi yang
diinginkan. Secara singkat
diuraikan di bawah ini.

9.3.6.9.3. Pemrosesan Paska
FFT
Karena fungsi jendela
melemahkan sinyal pada kedua
ujung dari bingkai, ini mengurangi
daya sinyal keseluruhan,



amplitudo spektrum diukur dari
FFT dengan jendela harus diskala
untuk memberikan pembacaan
amplitudo dengan benar. Untuk
sinal gelombang sinus murni factor
skala merupakan penguatan DC
dari fungsi jendela. Setelah
pemrosesan juga digunakan untuk
menghitung amplitudo spektrum
dengan menjumlahkan bagian riil
yang dikotak dan bagian kotak
imaginer pada setiap bin FFT.
Spektrum amplitudo pada
umumnya diperagakan dalam
skala logaritmis sehingga berbeda
dengan frekuensi cakupan
ampitudo lebar dan diperagakan
secara serempak pada layar yang
sama.

9.3.6.9.4. Bingkai Overlap
Beberapa penganalisa spektrum
waktu riil dapat dioperasikan
dalam mode waktu riil dengan
bingkai tumpang tindih. Pada saat
ini terjadi, bingkai sebelumnya
diproses pada saat sama dengan
bingkai baru diperoleh. Gambar 2-
29. menunjukan bagaimana
bingkai diperoleh dan diproses.
Satu keuntungan dari bingkai
tumpang tindih kecepatan
penyegaran peraga ditingkatkan,
efek yang paling nyata dalam
membatasi span yang diperoleh
sempit waktu akuisisi panjang.
Tanpa bingkai overlap, layar
peraga tidak dapat diperbaharui
sampai diperoleh bingkai baru
masuk. Dengan bingkai overlap,
bingkai baru diperagakan sebelum
bingkai sebelumnya diselesaikan.







Waktu

Gambar 9-29: Sinyal akuisisi, pemrosesan dan peraga menggunakan bingkai
overlap

Keuntungan lain peraga ranah
frekuensi dalam peraga
spektogram. Karena jendela
menyaring mengurangi konstribusi
dari sampel pada setiap akhir
bingkai ke nol, spektrum terjadi
pada sambungan antara dua
bingkai, diatur dapat hilang jika
bingkai tidak overlap.
Bagaimanapun, mempunyai
bingkai yang overlap memastikan
bahwa semua spektrum akan
dapat dilihat pada peraga
spektrogram dengan mengabaikan
efek jendela.

9.3.6.9.5. Analisa Modulasi
Modulasi merupakan alat yang
melewatkan sinyal RF sebagai
pembawa informasi. Analisis
modulasi menggunakan RSA tidak
hanya mentransmisikan isi data
namun juga mengukur secara
akurat dengan sinyal yang
Bingkai 1
Bingkai 1
Bingkai 2
Bingkai 3
Bingkai 3
Bingkai 2
Bingkai 4 Bingkai 3


dimodulasikan. Lebih dari itu,
mengukur banyaknya kesalahan
dan pelemahan yang
menurunkan tingkat kualitas
modulasi.Sistem komunikasi
modern telah secara ddrastis
ditingkatkan jumlah format
modulasi yang digunakan.
Kemampuan menganalisa RSA
pada banyak format dan memiliki
arsitektur yang memungkinkan
untuk menganalisa format baru.

9.3.6.10. Modulasi Amplitudo,
Frekuensi dan Pasa
Pembawa RF dapat
mengantarkan informasi dalam
banyak cara didasarkan pada
variasi amplitudo, pasa dari
pembawa. Frekuensi merupakan
waktu yang diturunkan dari phasa.
Frekuensi modulasi (FM)
meskipun waktu diturunkan dari
pasa modulasi (PM). Pengunci
pergeseran pasa quadrature
(QPSK) merupakan format
modulasi digital yang symbol
berbagai titik keputusan terjadi
pada 90 dari pasa. Quadratute
Amplitudo Modulation (AM)
merupakan format modulasi
tingkat tinggi yang kedua
amplitudo dan pasa divariasi
secara serempak untuk
memberikan berbagai keadaan.
Bahkan format modulasi sangat
kompleks seperti Orthoganal
Frequency Division Multiplexing
(OFDM) dapat menjadi
dekomposisi kedalam besaran
dan komponen pasa. Besaran dan
pasa dapat dipandang sebagai
panjang dan sudut vector dalam
sistem coordinator polar. Pada itik
yang sama dapat diekspresikan
dalam koordinatcartesian atau
koordinat segi empat. Format I/Q
dari sampel waktu disimpan dalam
memori oleh RSA secara
matematis ekuivalen koordinat
Cartesian, I dengan
mempresentasikan I horizontal
atau komponen X dan Q vertikal
sebagai komponen Y.













Gambar 9-30. mengilustrasikan
besaran dan pasa dari vector
sepanjang komponen I dan Q.
Demodulasi Am terdiri dari
penghitungan besaran sesaat
untuk setiap sampel I/Q disimpan
dalam memoro dan
menggambarkan hasil dari waktu
ke waktu. Modulasi PM terdiri dari
penghitungan sudut pasa dari
Gambar 9-30 Vektor besaran dan pasa

Besar =

Fasa = tan
1
(Q/I)
I
2
+ Q
2
I
Q


sampel I dan Q dalam memori dan menggambarkannya dari waktu ke
waktu setelah penghitungan untuk discontinuitas dari fungsi arctangent
pada /2. Suatu kali pasa PM dihitung untuk direkam
waktunya, FM dapat dihitung dengan mengambil waktu penurunan.

9.3.6.10.1. Modulasi Digital
Pemrosesan sinyal dalam sistem
komunikasi digital pada umumnya
ditunjukkan pada gambar 9-31.
Proses memancarkan dimulai
dengan mengirim data dan clock.
Data dan clock dilewatkan melalui
sebuah encoder yang menyusun
data kembali, dan menambahkan
bit sinkronisasi serta
mengembalikan jika terjadi
kesalahan dalam membuat sandi
dan perebutan (scrambling). Data
kemudian dipisah ke dalam alur I
dan Q dan disaring, perubahan
bentuk gelombang dari bit ke
analog yang kemudian dikonversi
ke atas ke dalam kanal yang tepat
dan dipancarkan ke udara. Pada
saat dipancarkan sinyal
mengalami penurunan karena
pengaruh lingkungan yang tidak
bisa diacuhkan.





























Gambar 9-31 : Tipikal sistem telekomunikasi digital
Filter
Rx Filter
Sinyal pemancar
Pemancar
Penerima

Enkoder
Data
Clock

I
Q

IQ
Osilator
lokal


konversi
IQ

Osilator
lokal

Perbaikan
frekuensi
clock,
data

Demodulasi Dekoder
Data
Clock



Proses penerimaan kebalikan
dengan proses transmisi dengan
beberapa langkah tambahan.
Sinyal RF dikonversi turun ke
sinyal baseband I dan Q yang
dilewatkan melalui penyarinng Rx
seringkali dirancang untuk
memindahkan interferensi inter-
simbol. Kemudian sinyal
diteruskan melalui algoritma
dikembalikan pada frekuensi, pasa
dan data dengan tepat. Ini
diperlukan untuk mengkoreksi
penundaan multi alur dan
pergeseran Doppler dalam alur
dan kenyataan bahwa osilator Rx
dan Tx tidak selalu disinkronkan.
Frekuensi, pasa dan clock
dibetulkan, sinyal didemodulasi
dan didekode kesalahan dikoreksi
dan bit dibetulkan.
Banyak variasi modulasi digital
meliputi FSK yang umum dikenal,
BPSK, QPSK, GMSK, QAM,
OFDM dan yang lain. Modulasi
digital seringkali dikombinasi
dengan penyaring, pengendali
daya, koreksi kesalahan dan
protocol komunikasi meliputi
standard komunikasi digital
tertentu yang tujuannya adalah
untuk mentransmisikan bit bebas
kesalahan dari informasi antar
radio ujung berlawanan dari
sebuah hubungan. Sebagian
besar kompleksitas terjadi dalam
format komunikasi digital
diperlukan untuk mengganti
kesalahan dan pelemahan yang
masuk sistem sebagai sinyal yang
berjalan melalui udara.


















Gambar 9-32: Blok diagram analisa modulasi RSA

Konversi
I Q

Osilator
lokal


Perbaikan
data, clock dan
frekuensi
Rekonstruksi
sinyal ideal

Comp

Comparator
Filter Rx
I
Q
Analisis modulasi RSTA
sebenarnya
ideal I Q
Q
I



Mode
operasi
RSTA



Tahapan pemrosesan sinyal
diperlukan untuk analisis modulasi
digital diilustrasikan dalam gambar
9-32. Dasar pemrosesan sama
seperti penerima kecuali bahwa
pembetulan symbol digunakan
untuk mengkonstruksi secara
matematis sinyal I dan Q ideal.
Sinyal ideal ini dibandingkan
dengan yang sebenarnya atau
diturunkan sinyal I dan Q untuk
menghasilkan analisis pengukuran
modulasi yang diperlukan.

9.3.6.10.1. Pengukuran Daya dan
Statistik
RSA dapat melaksanakan
pengukuran daya pada kdua
ranah frekuensi dan ranah waktu.
Pengukuran ranah waktu dibuat
dengan memadukan daya dalam
baseband I dan Q, sinyal disimpan
dalam memori sampai interval
waktu tertentu. Pengukuran ranah
frekuensi dibuat dengan
memadukan daya dalam spektrum
sampai interval frekuensi tertentu.
Penyaring kanal diperlukan untuk
banyak pengukuran yang standar,
kemungkinan diaplikasikan pada
kanal daya. Parameter kalibrasi
dan normalisasi juga diaplikasikan
untuk mempertahankan katelitian
pada semua kondisi yang
dispesifikasikan.

Komunikasi standar seringkali
menspesifikasi pengukuran
statistik untuk komponen dan
piranti akhir pemakai. RSA
memiliki pengukuran rutin
menghitung statistik yang
demikian seperti Complementary
Cumulative Distribution Function
(CCDF) dari sinyal yang seringkali
digunakan untuk
mengkarakterisasi perilaku daya
puncak ke rerata dari sinyal yang
dimodulasi kompleks.

9.3.6.10.2. Pengukuran Dengan Real-Time Spektrum
Beberapa hal detail yang
bersangkutan kecepatan
pengambialn sampel dan jumlah
titik FFT merupakan produk
mandiri. Sebagaimana pengukuan
yang lain dalam pembahasan ini
berisi informasi aplikasi khusus
RSA dan WCA seri penganalisa
spektrum waktu riil.


9.3.6.11. Pengukuran Ranah Frekuensi
9.3.6.11.1. SA waktu Riil
Mode ini memberikan
pengambilan tak terikat dalam
waktu riil, pemicuan waktu riil dan
kemampuan menganalisa
pengambilan data ranah waktu
diperagakan menggunakan daya
terhadap frekeunsi dan
spektogram. Mode ini juga
memberikan beberapa
pengukuran otomatis seperti
pengukuran frekuensi pembawa
ditunjukkan pada gambar 9-33.




Gambar 9-33:Spektogram frekuensi sinyal hopping mode SA waktu riil





Spektogram mempunyai tiga sumbu :









Bila dikombinasikan dengan
kemampuan pemicuan waktu riil,
ditunjukkan dalam gambar 9-34.
spektogram menjadi alat
pengukuran yang lebih bergana
guna untuk sinyal RF dinamis. Ada
beberapa hal yang harus diingat
pada saat menggunakan peraga
spektogram :
x Bingkai waktu span-mandiri
(span lebar = waktu singkat)
x Satu langkah vertikal melalui
spektogram sama dengan satu
frame waktu riil
x Satu bingkai waktu riil sama
dengan 1024 sampel ranah
waktu
x Bingkai terlama berada pada
puncak layar, bingkai terbaru
ada pada dasar layar
x Data dalam blok secara tak
terikat diambil dan dalam
waktu yangbersangkutan
x Garis hitam horizontal pada
penampilan spektogram
menunjukkan batas antar blok.
Terdapat tiga celah dalam
waktu yang terjadi antar
akuisisi.
x Garis putih pada sisi kiri dari
peraga spektogram
menandakan data setelah
dipicu



Gambar 9-34: Beberapa blok yang diperoleh
dengan menggunakan picu topeng frekuensi
untuk mengukur pengulangan frekuensi
transien pensaklaran
1. Sumbu horizontal menampilkan
frekuensi
2. Sumbu vertikal menampilkan waktu
3. Warna menunjukkan besarnya
amplitudo


9.3.11.2. Standar SA
Mode standar SA ditunjukkan
dalam gambar 9-35, memberikan
pengukuran ranah frekuensi yang
menandingi SA sapuan
tradisional. Span frekuensi yang
melebihi lebar band waktu riil dari
instrumen, ini dicapai dengan
mengatur span RSA seperti pada
penganalisa spektrum tradisional
kebanyakan. Mode ini juga
memberikan RBW yang dapat
diatur, fungsi rerata dan
kemampuan mengatur FFT dan
pengaturan jendela. Picu waktu riil
dan pengambilan tak terikat waktu
riil tidak dapat disediakan dalam
mode SA standar.

Gambar 9-35: Mode SA standar menunjukkan pengukuran frekuensi diatas
1GHZ menggunakan span maxhold



9.3.6.11.3. SA Dengan Spektrogram
Mode SA dengan spektogram
memberikan fungsi sama seperti
mode SA standar dengan
tambahan peraga spektogram.
Mode ini memungkinkan pemakai
memilih span yang lebih besar dari
pada lebar band maksimum
akuisisi waktu riil dari RSA. Tidak
sebagaimana dalam mode SA
waktu riil, meskipun SA dengan
mode spektogram tidak memiliki
picu waktu riil, tidak ada
pengembailan tanpa ikatan data
tidak disimpan dalam memori
instrumen. Ini membuatnya tidak
mungkin untuk memutar balik
membaca waktu melalui data yang
diperagakan pada spektogram.

9.3.6.11.4. Pengukuran Ranah Waktu
Pengukuran frekuensi terhadap
waktu memperagakan
frekuensipada sumbu vertikal dan
waktu pada sumbuhorisontal. Ini
memberikan hasil serupa dengan
apa yang ditunjukan pada peraga
spektogram, dengan dua hal
penting yangberbeda. Pertama
pandangan frekeunsi terhadap
waktu mempunyai resolusi ranah
waktu yang lebih baik dari pada
spektogram. Kedua pengukuran
ini menghitung nilai rerata
frekuensi tunggal untuk setiap titik
Gambar 9-36 Perbandingan spektogram
frekuensi terhadap waktu


waktu, alat ini tidak dapat
memperagakan berbagai sinyal
RF seperti yang dapat dilakukan
spektogram.

Spektogram merupakan kom[ilasi
dari bingkai dan memiliki garis
demi garis resolusi waktu yang
sama dengan panjang satu
bingkai dan pandangan frekuensi
terhadap waktu memiliki resolusi
waktu satu interval sampel.
Dengan asumsi 1024 sampel
dalam satu bingkai, resolusi dalam
mode ini adalah 1024 kali lebih
halus dari pada spektogram. Ini
membuat mudah untuk melihat
pergeseran frekuensi yang kecil
dalam detil besar. Fungsi hampir
menyerupai counter yang sangat
cepat. Setiap 1024 titik sampel
menunjukkan harga frekuensi,
apakah span beberapa ratus hertz
atau megahertz. Frekuensi sinyal
konstan sebagaimana CW dan
AM menghasilkan suatu tingkat
peraga datar.

Pandangan frekuensi terhadap
waktu memberikan hasil terbaik
bila terdapat sinyal yang relatip
kuat pada frekuensi yang unik.
Gambar 3-4 merupakan ilustrasi
perbandingan yang sederhana
frekuensi terhadap waktu
diperagakan dengan spektogram.
Peraga frekuensi terhadap waktu
merupakan suatu cara melihat
yang diperbesar memperbesar
sebagian dari spektrogram. Ini
sangat bermanfaat untuk menguji
kejadian transien seperti frekuensi
overshoot dan ringing. Bila
terdapat berbagai sinyal dalam
lingkungan yang diukur, atau
sinyal dengan tingkat noise atau
ada sebentar, spektogram tetap
menunjukkan yang dikehendaki.
Ini memberikan visualisasi dari
semua frekuensi dan aktivitas
amplitudo pada span yang telah
dipilih. Gambar 9-37, 9-38, and 9-
39 menunjukkan tiga pandangan
analisa yang berbeda dari akuisisi
yang sama. Sebagaimana
ditunjukkan dalam gambar 9-37.
picu topeng frekuensi digunakan
untuk mengambil sinyal transien
yang berasal dari pemancar
mempunyai permasalahan dengan
stabilitas frekwensi selama
bekerja. Karena osilator tidak
diatur pada frekeunsi senter layar,
sinyal RF pecahkan topeng
frekuensi ditunjukkan pada sisi kiri
karena picu. Gambar spektogram
pada sisi kanan menunjukkan
perilaku frekuensi dari alat yang
diamati.







Gambar 9-37: Spektogram pengesetan frekuensi
di atas 5 MHz of dan waktu 35 ms








Pada dua gambar peraga
beikutnya menunjukkan frekuensi
terhadap waktu dari sinyal yang
sama, gambar 9-38. menunjukkan
perilaku frekuensi yang sama
seperti spektogram yang
menggunakan panjang analisa 25
ms. Gambar 9-39 menunjukkan
kemampuan untuk memperbesar
suatu analisa panjang 1ms,
menunjukkan perubahan frekuensi
dari waktu ke waktu dengan
resolusi ranah waktu yang lebih
halus. Ini mengungkapkan sisa
osilasi pada sinyal yang terjadi
setelah frekuensi mantap benar.

9.3.6.11.5. Daya Terhadap Waktu
Peraga daya terhadap waktu
(gambar 9-40.) menunjukkan
bagaimana daya dari perubahan
sinyal pada sampel dengan basis
sampel. Amplitudo sinyal
digambarkan dalam skala
logaritmis dBm. Peraga ini serupa
dengan osiloskop pandangan
ranah waktu sumbu horizontal
memperlihatkan waktu. Sumbu
vertikal menunjukan daya pada
skala log, skala linier tegangan
Gambar 9-38: Frekuensi terhadap waktu
pengesetan di atas 5 MHz dan waktu 25
ms
Gambar 9-39: Pengesetan
frekuensi diatas 50Hz dari
frekuensi dan waktu 1ms
yang diperbesar



diganti dan diperlihatkan daya total
yang dideteksi dalam span yang
dipilih. Daya sinyal konstan akan
diperagakan jejak rata karena
tidak ada perubahan rerata daya
per siklus. Setiap titik sampel
waktu, daya dihitung sebagai
berikut :




Gambar 9-40. Peraga daya terhadap waktu
Gambar 9-41. Pengukuran CCDF


Peraga daya terhadap waktu dapat disediakan dalam jendela overview untuk
semua pengukuran waktu riil. Ini dapat juga ditunjukkan jendela analisa
menggunakan mode daya terhadap waktu.

9.3.6.11.6. Komulatif Komplementer
9.3.6.11.6.1. Fungsi Distribusi
Pandangan peraga
Complementary Cumulative
Distribution Function (CCDF)
kemungkinan daya puncak diatas
rerata melampaui sinyal yang
diukur, amplitudo diperagakan
pada sumbu horizontal.
Kemungkinan diperagakan
sebagai persen dalam skala
vertikal. Sumbu vertikal logaritmis.
Analisa DDF mengukur factor
crest variasi waktu, yang mana ini
penting untuk sinyal
digitalkebanyakan, khususnya
yang menggunakan CDMA atau
OFDM. Faktor crest merupakan
perbandingan puncak tegangan
sinyal dibagi dengan rerata
tegangan, hasil diekspresikan
dalam dB.



Faktor crest sinyal menentukan
seberapa linier suatu pemancar
atau penerima harus pada
tingkatan berapa sehingga mampu
mencegah distorsi sinyal pada
tingkat yang tidak dapat diterima.


Kurva CCDF ditunjukkan dalam
gambar 9-41. sinyal diukur dalam
warna kuning dan jejak acuan
Gaussian biru. CCDF dan factor
crest menarik khususnya para
perancang yang harus
menyeimbangkan konsumsi daya
dan performansi distorsi dari suatu
piranti seperti penguat.

9.3.6.11.6.2. I/Q Terhadap
Waktu
Transien I/Q terhadap waktu
ditunjukkan pada gambar 9-42.
merupakan pandangan lain ranah
waktu yang diperagakan amplitudo
I dan Q sebagai fungsi waktu.
Pengukuran ini ditunjukkan sinal
keluaran I dan Q yang berasal dari
pengubah digital menurun .
Sebagai hasilnya, peraga ini tidak
disinkronkan dengan modulasi
yang mungkin ada pada sinyal
yang sedang dianalisa, tidak
sebagaimana pada mode
pengukuran I/Q terhadap waktu
dalam demodulasi digital.
Pengukuran ini dapat
dimanfaatkan sebagai alat pencari
gangguan untuk pemakai ahli,
khususnya berkaitan dengan
kesalahan ketidakstabilan
frekuensi dan pasa.













Gambar 9-45: Analisa
demodulasi PM pasa tak stabil
melebihi panjang burst.
Gambar 9-42.
Pengukuranpengaturan transien
I/Q terhadap waktu untuk data
Gambar 9-43.: Analisa demodulasi
AM sinyal pulsa
dengan menggunakan pengunci
pergeseran amplitudo
Gambar 9-44.: Analisa demodulasi
FM sinyal yang dimodulasi
dengan sinus





9.3.11.6.3. Pengukuran Ranah Modulasi
Analisis Modulasi Analog
Pengukuran mode analog
demodulasi untuk mendemodulasi
dan menganalisa emplitudo
modulasi (gambar 9-43), frekuensi
modulasi (Gambar 9-44.) dan
modulasi pasa (gambar 9-45.).
Seperti pada pengukuran ranah
waktu , alat ini didasarkan pada
konsep analisis berbagai ranah,
spektrum dan analisis jendela
dapat diposisikan dimana saja
dalam blok yang ditunjukkan
dalam jendela overview.

9.3.6.11.7. Analisis Modulasi
Digital
Mode demodulasi digital dapat
mendemodulasikan dan
menganalisa sinyal digital
kebanyakan didasarkan pada
penguncian pergeseran pasa
(PSK), penguncian pergeseran
frekuensi (FSK) dan modulasi
amplitudo Quadrature (QAM).
RSA memebrikan cakupan lebar
dari pengukuran meliputi
konstelasi, besar kesalahan vector
(EVM), besar kesalahan,
kesalahan pasa, demodulasi I/O
terhadap waktu, table symbol dan
diagram mata. Untuk membuat
pengukuran ini, diperlukan
pengaturan variable yang tepat
seperti jenis modulasi, kecepatan
symbol, pengukuran jennies
penyaring, dan acuan jenis
penyaring. RSA memberikan
solusi yang kuat untuk
karakterisasi dinamika sinyal
dimodulasi dengan
mengkombinasikan pengukuran
demodulasi digital dari VSA
dengan pemicuan waktu riil dan
analisa multi ranah yang
dikorelasikan dengan waktu,
seperti diilustrasikan pada gambar
9-46, 9-47 dan 9-48.







Gambar 9-47 Peraga konstelasi
menunjukkan pasa
Gambar 9-46: Analisa EVM dari waktu
ke waktu sinyal 16 QAM
mengungkapkan distorsi amplitudo








9.3.6.11.8. Analisis Modulasi Standar
RSA juga memberikan solusi untuk analisis modulasi dari beberapa
komunikasi standar seperti W-CDMA, HSDPA, GSM/EDGE, CDMA
2000, 1 X EV-DO. Gambar 3-49 dan 3-50 menunjukkan contoh analisis
modulasi standar.












Gambar 9-50: Spektogram, konstelasi,
EVM dan kesalahan pasa terhadap
waktu dari frekuensi hopping sinyal
Gambar 9-49: Analisa modulasi W-CDMA
handset dibuka loop penendali daya.
Peragaan konstelasi (rendah kanan)
menunjukkan kesalahan berkaitan dengan
glitch besaryang terjad selama level
transisi yang dapat dilihat dalam hubungan
daya terhadap waktu (atas kiri)
Gambar 9-48: Peraga diagram mata menunjukkan
kesalahan besaran rendah dalam sinyal PDC




.




9.3.6.11.9. Peraga Kodogram
Peraga codogram gambar 9-51
dari penganalisa spektrum waktu
riil ditambah sumbu waktu untuk
pengukuran daya ranah kode
untuk komunikasi standar
didasarkan CDMA. Seperti
spektogram, kodogram secara
intuitif menunjukkan perubahan
dari waktu ke waktu. Gambar 9-
52. merupakan peraga kodogram
dari RSA. Kodogram ini khusus
mensimulasi W-CDMA
dimampatkan mode hand-off
kecepatan data sementara
ditambah untuk membuat ruang
ringkas. Terdapat celah
sementara dalam transmisi, celah
ini mengijinkan penggunana
peralatan dual-mode W-
CDMA/GSM untuk mengamati
ketersediaan GSM di stasiun
basis, sementara tetap
dihubungkan ke W-CDMA node B.

Macam-macam model Penganalisa Spektrum di Pasaran

Penganalisa spektrum gelombang mikro yang telah
ditingkatkan dengan cakupan frekuensi 9 kHz sampai 22
GHz.

Penganalisa spektrum dengan cakupan 9 kHz sampai 30
GHz . Mempunyai keunggulan performansi distorsi
rendah dan tingkat ketelitian frekuensi tinggi dan mudah
digunakan.

Keunggulan lebar band dari 2 kHz sampai 40 GHz.
Gambar 9-51: Ilustrasi peraga
codogram
Gambar 9-52: Pengukuran kodogram
dari mode W-CDMA diringkas
kesalahan pasa terhadap
waktu dari frekuensi hopping sinyal



Penganalisa spektrum protabel dengan leba band 9 kHz
sampai 26,5 GHz. Penganalisa spektrum
mengkombinasi pasa noise, sensitivitas, lebar band
resolusi 1 Hz, cakupan penalaan sintesa dan dinamika
lebar.

Penganalisa spektrum dengan cakupan frekuensi dari
100 Hz sampai GHz. Penganalisa spektrum sapuan
tertala dengan analog ke digital untuk peragaan dan
analisa data.

Penganalisa spektrum dengan lebar band 3 GHz. secara
normal digunakan dengan pembangkit sinyal noise
rendah untuk memperbaiki sistem.

Penganalisa spektrum dengan keunggulan performansi
dan kemampuan menekan harga, Perancangan ahli dan
teknisi membutuhkan peningkatn sebelumnya berupa
peralatan penganalisa spektrum yang ekonomis.

Penganalisa spektrum dirancang untuk mengantarkan
ketelitian analisis gelombang nirkable LAN dan sinyal
seluler tinggi, meliputi sistem medis monitoring pasien
nirkabel.

Penganalisa spektrum dirancang untuk mengantarkan
ketelitian analisis gelombang nirkable LAN dan sinyal
seluler tinggi, meliputi sistem medis monitoring pasien
nirkabel, cakupan dinamis dari 101 dB merupakan yang
terbaik dalam tingkatan ini.
Gambar 953. Macammacam model penganalisa spektrum di pasaran
9.3.6.11.10. Data dan Spesifikasi
Beberapa model penganalisa spektrum waktu riil disediakan dengan
spesisikasi di bawah ini.

Tabel 9 3 Spesifikasi





Data Spesikasi
Tabel 9 4 Data spesifikasi


9.4. Aplikasi Dalam Penggunaan
9.4.1. Informasi Keselamatan
Berikut ini simbol-simbol
keamanan yang digunakan pada
manual ini. Familiarkan diri anda
dengan symbol-simbol beserta
maknanya sebelum
mengoperasikan peralatan ini.

Tabel 9-5. Simbol-simbol keamanan

Peringatan Mengingatkan adanya resiko.
Perhatikan prosedur yang jika dilakukan secara tidak benar atau
diabaikan dapat mengakibatkan luka atau menewaskan. Jangan
berproses di luar peringatan sampai kondisi-kondisi yang
ditandai secara aman didapatkan dan dipahami.
Perhatian Perhatikan tanda resiko. Ini merupakan perhatian terhadap
prosdur jika tidak dilakukan dengan benar atau diabaikan dapat
mengakibatkan kerusakan atau merusakan instrument. Jangan
berproses di luar tanda perhatian
sampai kondisi yang ditandai secara aman ditemui dan
dipahami.
Catatan Catatan perlu informasi khusus untuk diperhatikan pemakai.
Menyediakan informasi operasional atau instruksi tambahan di
mana pemakai harus sadar.

Dokumentasi lambang instruksi. Produk ditandai dengan
lambang ini bila diperlukan pemakai untuk mengacu pada
instruksi dokumentasi.



Lambang ini digunakan untuk menandai posisi saklar saluran
daya.

Simbol ini digunakan untuk menandai posisi stanbby (siap pakai)
dari saklar daya.

Simbol menunjukan bahwa daya masukan yang diperlukan
adalah AC.

Kebutuhan alat meliputi :
Tabel 96. Kebutuhan alat pelengkap
Test Equipment Spesifikasi Jumlah
Sumber sinyal
Sinyal Generator 0,25 MHz sampai 4 Mhz
Ext RF input
2
Adapter 3
TypeN(m) ke BNC (f)
Terminasi 50 Type N(m)
Kabel
BNC 122 cm 3
Jembatan penyearah 1
Filter Bandpass Cut off 200 Mhz bandwidth 10 Mhz 2
Low pass filter Frekuensi cut off 300 MHz 2
Antena RF

9.4.2. Mengukur perbedaan antara dua sinyal pada layar
Dengan menggunakan
penganalisa, mudah untuk
membandingkan perbedaan
frekuensi dan amplitudo sinyal,
yang demikian ini seperti spektrum
sinyal radio atau televise.
Penganalisa fungsi dapat
membandingkan dua sinyal pada
saat keduanya pada saat yang
sama muncul pada layar atau
pada saat hanya satu muncul pada
layar.
x Melakukan preset dengan
menekan tombol preset bila
ada.
x Menghubungkan RF output 10
MHz dari panel belakang ke
INPUT pada panel depan.
x Mengaur frekuensi pada 30
MHz dengan menekan
Frequency, pada frekuensi
senter 30 MHz.
x Mengatur span pada 50 MHz
dengan menekan SPAN, span
50 MHz.
x Mengatur resolusi lebar band
ke penghubung penganalisa
spektrum dengan menekan
BW/Avg, Res BW (SA).
x Mengatur sumbu X pada dBm
dengan menekan AMPLITUDO,


juga pada sumbu Y dalam
satuan dBm.
x Mengatur tingkat acuan pada
10dBm dengan menekan
AMPLITUDO, Ref Level 10
dBm. Sinyal acuan 10 MHz
muncul pada peraga.
x Tekan Peak Search untuk
menempatkan marker pada
puncak tertinggi . ( Next PK
Right dan Next PK left
disediakan untuk memindahkan
marker dari puncak ke puncak).
Marker akan berada pada
sinyal acuan 10 MHz
ditunjukkan gambar 9-54.
x

Gambar 9-54. Penempatan marker pada sinyal 10 MHz
* Menekan Marker, Delta untuk
mengaktifkan marker kedua
pada posisi marker pertama
* Pindahkan marker kedua ke
puncak sinyal yang lain
dengan menggunakan tombol
panel depan atau dengan
menekan Peak Search dan
kemudian salah satu Next Pk
Right atau Next Pk left. Next
peak right ditunjukkan dalam
gambar 9-55. Perbedaan
amplitudo dan frekuensi
diperagakan oleh marker
dalam blok fungsi aktif dalam
sudut kanan atas layar.
* Pembacaan resolusi marker
dapat ditambah dengan
mengatur menghitung fungsi
frekuensi.
* Tekan marker, off untuk
mengembalikan marker off.






Gambar 9-55. Penggunaan marker fungsi delta

9.4.3. Resolving Signals of Equal Amplitudo
Dua sinyal masukan amplitudo
sama yang frekuensi hampir sama
dapat muncul sebagai penjejakan
tunggal pada peraga penganalisa.
Penjejakan sinyal frekuensi
tunggal, sapuan penjejakan
penganalisa diatur keluar dari
bentuk penyaring internal IF
(Intermidiate frequency) yang
dipilih. Penyaring lebar band
diubah, lebar respon yang
diperagakan berubah. Jika lebar
penyaring yang digunakan dan
amplitudo dua sinyal masukan
frekuensinya sangat dekat,
kemudian dua sinyal ini akan
muncul sebagai satu sinyal Jika
penyaring yang digunakan cukup
sempit, dua sinyal masukan dapat
dibeda-bedakan dan akan muncul
sebagai puncak yang terpisah.
Jadi resolusi sinyal ditentukan oleh
penyaring IF di dalam
penganalisa. Lebar band dari
penguat IF menunjukkan seberapa
dekat kesamaan sinyal amplitudo
yang masih bisa dibedakan satu
sama lain. Resolusi fungsi lebar
band dipilih dengan pengaturan
penyaring IF untuk pengukuran.
Pada umumnya, resolusi lebar
band didefinisikan sebagai
penyaring lebar band 3 dB.
Bagaimanapun, resolusi lebar
band mungkin juga didefinisikan
sebagai 6 dB.

Pada umumnya, untuk
memecahkan dua sinyal amplitudo
sama, resolusinya lebar band
harus kurang atau sama dengan
frekuensi pemisah dari dua sinyal.
Jika lebar band adalah sama
untuk memisahkan dan lebar band
video kurang dari resolusi lebar
band, sebuah dip mendekati 3 dB
tampak diantara puncak dua sinyal
yang sama dan ini jelas bahwa
lebih dari satu sinyal yang ada
gambar 9-58.

Dalam mempertahankan
pengukuran penganalisa
terkalibrasi, waktu sapuan secara
otomatis diatur pada harga yang
berbanding terbalik kuadrat
terhadap resolusi lebar band
(1/BW
2
untuk resolusi lebar band
1KHz). Sehingga jika resolusi
lebar band dikurangi dengan factor


10, waktu sapuan ditingkatkan
dengan factor 100 pada saat
pengaturan waktu sapuan
dihubungkan sapuan dengan lebar
band. Waktu sapuan juga berupa
fungsi dari jenis deteksi yang
dipilih (deteksi puncak lebih cepat
dari pada sampel atau deteksi
rerata) . Untuk waktu pengukuran
lebih pendek fungsi detector
digunakan, sapuan detector
puncak lebih cepat dari pada
sapuan sampel dan detector
rerata. Penganalisa
memungkinkan untuk memilih dari
10 Hz sampai resolusi lebar band
3 Mhz.

9.4.4. Pemecahan Sinyal
Memecahkan dua sinyal sama amplitudo dengan frekuensi pemisah
100 kHz.
1. Menghubungkan sumber dan
masukan penganalisa seperti
gambar 9-56.
2. Mengatur sumber pada
frekuensi 300 MHz. Mengatur
frekuensi dari sumber lain
300,1 MHz . Amplitudo kedua
sinyal pada keluaran jembaran
diatur mendekati 20 dBm.
3. Mengatur penganalisa
spektrum sebagai berikut :
* Menekan preset, preset
pabrikan jika ada
* Mengatur sumbu Y dalam
satuan dBm dengan
menekan AMPLITUDO,
lagi, Y-Axis Units, dBm.


Gambar 9-56 Pengaturan pencapaian dua sinyal

4. Mengatur frekuensi senter
pada 300 Mhz dengan
menekan FRQUENCY,
Center Freq, 300, Mhz.
5. Mengatur span sampai 2
MHz dengan menekan
SPAN, Span, 2, Mhz.
6. Mengatur resolusi ebar band
sampai 300 kHz dengan
menekan BW/Avg, Res BW,
300,kHz.
7. Puncak sinyal tunggal
kelihatan seperti gambar 9-
44.



Catatan :
Jika puncak sinyal tidak ada pada peraga, kerjakan sebagai berikut :
x Tambahkan span sampai 20 Mhz dengan menekan SPAN, Span,
20, Mhz.
x Tekan Peka Search, FRRQUENCY, Signal Track (On).
x Tekan SPAN, 2 MHz untuk membawa sinyal ketengah layar.
x Tekan FREQUENCY, Sinyal Track (Off).



Gambar 9-57. Sinyal amplitudo sama belum terpecahkan

8. Karena resolusi lebar band
harus kurang dari atau sama
dengan frekuensi pemisah dari
dua sinyal, resolusi lebar band
harus digunakan 100 Khz.
Perubahan resolusi lebar band
pada100 Khz dengan menekan
BW/Avg, Res BW, 100, Khz.
Puncak dari sinyal menjadi rata
menunjukkan bahwa dua sinyal
ada sebagaimana digambarkan
dalam gambar 9-57.
Menggunakan tombol atau kunci
untuk pengurangan lebih jauh
resolusi lebar band dan
pemisahan sinyal yang lebih
baik.



Gambar 9-58. Resolusi
sinyal amplitudo sama
sebelum lebar band video
dikurangi




9.Mengurangi lebar band video
sampai 10 kHz, dengan menekan
Video, BW,10,kHz. Dua sinyal
sekarang dapat dilihat seperti
gambar 9-58. Menggunakan
tombol panel depan atau kunci
tahapan untuk pengurangan lebar
band lebih jauh dan pemisahan
sinyal leih baik.

9.4.5. Pengukuran Frekuensi
Membuat pencacah freuensi
menambah resolusi dan ketelitian
pembeacaan frekuensi. Pada saat
menggunakan fungsi ini, jika
perbandingan resolusi lebar band
terhadap span terlalu kecil (kurang
dari 0,002), akan muncul pean
Wiswn Res BW pada peraga.
1. Mengatur sesuai ketetapan
pabrik dengan menekan preset
atau, factory preset jika ada.
2. Mengatur amplitudo sinyal
acuan 50 MHz dari panel
depan AMPTD REF OUT pada
penganalisa INPUT, kemudian
tekan Input / output, Amptd Ref
Out (on).
3. Mengatur frekuensi senter
pada 50 Mhz dengan menekan
FREQUENCY, Center, Freq,
50, MHz.
4. Mengatur span pada 80 MHz
dengan menakan SPAN,
Span, 80, MHz.
5. Mengatur satuan sumbu Y
pada dBm dengan menekan
AMPLIUDE, More, Y-Axis
Units, dBm.
6. Mengatur resolusi lebar band
pada penghubung penganalisa
spektrum dengan menekan
BW/Avg, Resolution BW (SA).
7. Menekan Freq Count.
Frekuensi dan amplitudo
marker dan word marker akan
muncul dalam fungsi area aktif.
Hasil akan muncul dalam sudut
kanan atas dari peraga.
8. Pindahkan marker dengan
tombol panel depan, diturunkan
setengah dari respon sinyal.
Untuk mendapatkan
perhitungan yang teliti, tidak
diperlukan untuk menempatkan
marker tepat dipuncak sinyal
respon. Hasil pengukuran
diperagakan seperti pada
gambar 9-58.
9. Menambah resolusi pencacah
dengan menekan Resolution
dan kemudian memasukan
resolusi yang diinginkan
dengan menggunakan kunci
atau angka keypad. Misal
tekan 10, Hz. Marker pencacah
akan tebaca disudut kanan
atas layar. Resolusi dapat
diatur dari 1Hz sampai 100
kHz.
10. Marker pencacah tetap sampai
dioffkan. Pada saat meng-
offkan marker pencacah
dengan menekan Freq Count,
kemudian Marker Count (Off).
Marker, Off juga
mengembalikan marker
pencacah off.





9.4.6. Pengukuran Sinyal Terhadap Noise
Prosedur pengukuran sinyal
terhadap noise dibawah ini dapat
diadaptasikan pada pengukuran
sistem sinyal kebanyakan jika
sinyal (pembawa) merupakan
nada diskrit. Jika sinyal dalam
sistem dimodulasi, ini memerlukan
modifikasi prosedur untuk
membetulkan pengukuran level
sinyal yang dimodulasi. Misalnya
sinyal 50 Mhz dengan amplitudo
sinyal acuan digunakan sebagai
sumber dasar. Amplitudo dinyal
acuan diasumsikan menjadi sinyal
menarik dan noise internal dari
penganalisa diukur sebagai sistem
noise. Untuk melakukan ini atur
attenuator masukan sehingga
kedua sinyal dan noise dalam
kalibrasi yang baik pada daerah
peraga.
Prosedur Pengukuran sinyal
terhadap Noise :
1. Melakukan pengaturan sesuai
pengaturan pabrik dengan
menakan preset, factory preset
(jika ada).
2. Mengatur ampitudoacuan
sinyal internal 50 MHz dari
penanalisa dengan
menghubungkan kabel anatar
panel depan AMPTD REF
OUT ke INPUT penganalisa,
kemudian tekan Input / output,
Amptd ref Out (On).
3. Mengatur frekuensi senter
pada 50 Mhz dengan menekan
FREQUENCY, Center Freq,
50, MHz.
4. Mengatur span pada 1 MHz
dengan menekan SPAN ,
Span, 1, MHz.
5. Mengatur satuan sumbu Y
pada dBm dengan menekan
AMPLITUDO, More, Y-Axis
Units, dBm.
6. Mengatur resolusi lebar band
pada penganalisa spektrum
dengan menekan BW/Avg,
Res BW (SA).
7. Mengatur tingkat acuan pada
10 dBm dengan menekan
AMPLITUDO, Ref Level, -
10dBm.
8. Mengatur atenuasi pada 40
dB dengan menekan
AMPLITUDO, Attenuation, 40,
dB.
Gambar 9-59 Pencacah
menggunakan penanda


9. Menekan Peak Search untuk
menempatkan marker pada
puncak sinyal.
10. Menekan Marker, Delta, 200,
kHz untuk mengambil delta
marker dalam noise pada
offset tertentu, dalam kasus ini
200 kHz.
11. Menekan More, Function,
Marker Noise untuk melihat
hasil sinyal terhadap noise
gambar 9-60.




Membaca sinyal terhadap noise
dalam dB/Hertz dengan nilai noise
ditentukan untuk lebar band noise
1 Hz. JIka harga noise untuk lebar
band berbeda, pengurangan
sebanding. Misal jika pembacaan
penganalisa 70 dB/Hz namun
lebar band yang dimiliki 30 kHz.


S/N= 70 dB/Hz + 10 log30 kHz=25.23 dB 30 kHz

Jika marker delta setengah divisi
dari repon sinyal diskrit, amplitudo
sinyal acuan dalam kasus ini
berpotensi untuk kesalahan dalam
pengukuran noise.

9.4.7. Demodulasi Sinyal AM (Menggunakan Penganalisa
sebagaiPenerima )
9.4.7.1. Stelan Tetap
Mode span nol dapat digunakan
untuk pemulihan amplitudo
modulasi pada sinyal pembawa.
Penganalisa bekerja sebagai
penerima stelan tetap dalam span
nol untuk memberikan pengukuran
ranah waktu. Frekuensi senter
mode sapuan diatur menjadi
frekuensi span nol. Sumbu
horizontal pada layar dikalibrasi
dalam waktu, lebih baik dari pada
kedua frekuensi dan waktu.
Marker memperagakan nilai
amplitudo dan waktu. Fungsi
penetapan peraga bentuk
gelombang sebagai berikut :
Figure 9-60.
Pengukuran
sinyal terhadap
noise



x Picu menstabilkan penjejakan
bentuk gelombang pada
peraga dengan pemicuan
pada amplop modulasi. Jika
modulasi sinyal stabil, Picu
menstabilkan sinyal video
mensinkronkan dengan
sapuan bentuk gelombang
yang dimodulasi
x Mode linier digunakan dalam
amplitudo modulasi (AM)
pengukuran untuk mencegah
distorsi yang disebabkan oleh
penguat logaritmik pada saat
pemodulasi sinyal.
x Waktu sapuan diatur pada
waktu sapuan penuh dari 5ms
sampai 2000s (20 s sampai
2000 s jika diinstal pilih AYX).
Waktu sapuan terbaca
menunjuk sampai 10 divisi
gratikul penuh. Waktu sapuan
perdivisi ditentukan dengan
pembacaan dibagi 10.
x Lebar band resolusi dan video
tetap pada harga sekarang bila
span nol diaktifkan.
Melihat Bentuk Gelombang
Modulasi dari Sinyal AM dalam
Ranah Waktu
1. Menghubungkan sumber
sinyal RF ke masukan
penganalisa spektrum. Sinyal
Generator yang digunakan
dengan pengaturan berikut :
* Frekuensi RF 300 MHz
* Daya keluaran RF -10dBm
* AM on
* Kecepatan AM 1 kHz
* Kedalaman AM 80%
2. Melakukan pengaturan
penganalisa spektrum berikut :
* Tekan preset, factory preset
(jika ada)
* Atur frekuensi senter pada
300 MHz dengan menekan
FREQUENCY, Center Freq,
300, MHz
* Mengatur span pada 500
kHz dengan menekan
SPAN, Span, 500, kHz
* Mengatur resolusi lebar
band pada 30 kHz dengan
menekan BW/Avg,
Resolution BW, 30, kHz
* Mengatur satuan sumbu Y
pada dBm dengan menekan
AMPLITUDO, More, Y-Axis
Unit, dBm
* Mengubah sapuan
penganalisa pada 20 msec
dengan menekan Sweep,
Sweep Time, 20, ms
perhatikan gambar 9-48.






3. Mengatur satuan sumbu Y pada
V dengan menekan
AMPLITUDO, More, Y-Axis Unit,
V.
4. Posisi puncak sinyal mendekati
tingkat acuan dengan menekan
AMPLITUDO dan memutar
tombol panel depan.
5. Mengubah jenis skala
amplitudo ke linier dengan
menekan AMPLITUDO, Scale
Type (Lin).
6. Memilih span nol denga
menekan salah satu SPAN, 0 ,
Hz atau menekan SPAN, Zero
Span ditunjukkan gambar 9-62.




7. Menguah waktu sapuan pada
5ms dengan menakan Sweep,
Sweep Time (Man), 5, ms.
8. Karena modulasi merupakan
sinyal mantap, maka dapt
digunakan picu video untuk
memicu sapuan penganalisa
pada bentuk gelombang dan
kestabilan penjejakan, osiloskop
seperti ini kebanyakan dengan
menekan Trig, Video, dan
mengatur level picu dengan
tombol panel depan sampai
sinyal stabil ditunjukkan gambar
9-63. Jika tingkat picu terlalu
tinggi atau rendah bila mode
picu ini diaktifkan, sapuan akan
berhenti. Sehingga akan

Gambar 9-61 Sinyal AM

Gambar 9-62.
Pengukuran modulasi
dalam span nol


diperlukan pengaturan tingkat
picu naik atau diturunkan melalui
tombol panel depan sampai
sapuan dimulai kembali.





9. Menggunakan marker dan delta
marker untuk mengukur
parameter waktu dari bentuk
gelombang
x Tekan Marker dan tengahkan
marker pada puncak
gelombang dengan
menggunakan Peak Search
atau tombol panel depan.
x Tekan Marker, Delta dan
tengahkan marker pada
puncak berikutnya dengan
menggunakan tombol panel
depan atau menggunakan
Peak Search dan Next Right
(atau Next Pk Left) gambar 9-
64.







10. Penganalisa dapat
menunjukkan % AM dengan
cara sebagai berikut
* Mengatur picu free run
dengan menakan Trig, Free
Run
Gambar 9-64. Pengukuran
modulasi dalam span nol
Gambar 9-65.
Pengukuran parameter
waktu

Gambar 9-63. Pengukuran
modulasi dalam span nol


* Mengatur waktu sapuan 5s
dengan menekan Sweep,
Sweep Time, 5, s.
* Mengatur penyaring video
pada 30 Hz dengan
menekan BW/Avg, Video
BW, 30, Hz.
* Mengubah tingkat acuan
pada posisi penjejakan
tengah layar dengan
menekan AMPLITUDO, Ref
Level dan mengatur tingkat
acuan dengan
menggunakan tombol
panel depan.
* Melakukan reset penyaring
video pada harga tinggi
dengan menekan BW/Avg,
Video BW, 100, kHz.
* Mengatur waktu sapuan 5 ms
dengan menekan Sweep,
Sweep, Time , 5, ms.
* Garis tengah horizontal dari
gratikul sekarang berada 0%
AM, garis puncak dan dasar
100% AM ditunjukkan gambar
9-66.




9.4.7.2. Demodulasi Sinyal FM
Sebagaimana dengan dengan
modulasi amplitudo dapat
menggunakan span nol untuk
demodulasi sinyal FM.
Bagaimanapun tidak seperti kasus
AM, tidak dapat
menyederhanakan frekuensi
pembawa dan melebarkanlebar
band resolusi . Alsannya adalah
detector amplop dalam respon
penganalisa hanya variasi
amplitudo, tidak ada perubahan
amplitudo jika terjadi perubahan
frekuensi dari sinyal FM dibatasi
pada bagian datar dari lebar band
resolusi.
Pada sisi lain, jikadiinginkan
pengaturan penganalisa dari
sinyal pembawa, dapat
disediakan slop pendeteksi sinyal
demodulasi dengan langkah-
langkah berikut ini :

1. Menentukan lebar band
resolusi dengan benar
2. Menentukan titik tengah
perbandingan linier dari
penyaring (salah satu sisi).
Gambar 9-66. Sinyal AM
demodulasi kontinyu


3. Menempatkan frekuensi
penganalisa pada titik tengah
layar dari peraga.
4. Mengatur span nol.
Sinyal demodulasi sekarang
diperagakan, perubahan
frekuensi telah diterjemahkan
ke dalam perubahan amplitudo
(gambar 9-56).

Contoh Demodulasi Sinyal FM
Menentukan lebar band resolusi
dengan benar. Dengan deviasi
puncak 75 kHz, sinyal memiliki
excursion puncak ke puncak 150
kHz. Sehingga harus didapatkan
penyaring resolusi lebar band
beralasan linier melampaui
cakupan frekuensi.
1. Melakukan preset pabrikan
dengan menekan preset,
Factory preset (jika ada).
2. Mengatur on acuan sinyal
internal 50 MHz dari
penganalisa dengan
menghubungkan panel depan
AMPTD REF OUT ke INPUT
penganalisa, kemudian tekan
Input / output Amptd Ref Out
(On).
3. Mengatur frekuensi senter pada
50 MHz dengan menekan
FREQUENCY, Center Freq,
50, MHz.
4. Mengatur span 1 MHz dengan
menekan SPAN, Span, 1, MHz.
5. Mengatur satuan sumbu Y pada
dBm dengan menekan
AMPLITUDO, More, Y-Axis
Unit, dBm.
6. Mengatur tingkat acuan pada -
20 dBm dengan menekan
AMPLITUDO, Ref Level, -20
dBm.
7. Mengatur lebar band resolusi
pada 100 kHZ dengan
menekan BW/Avg, Res BW,
100 kHz. Linier dimulai pada
hampir 5 dB dibawah puncak.
8. Pilih marker dengan menekan
Marker, kemudian
memindahkan marker
mendekati divisi di bawah
puncak kanan (frekuensi tinggi)
dengan menggunakan tombol
panel depan.
9. Menempatkan delta marker 150
kHz dari marker pertama
dengan menekan Delta, 150,
kHz. Antar marker akan terlihat
linier.
10. Menentukan offset dari titik
puncak sinyal yang diinginkan
pada penyaring dengan
memindahkan delta marker ke
titik tengah. Tekan 75, kHz
untuk memindahkan delta
marker ke titik tengah. Gambar
9-67.





11. Tekan Delta untuk membuat
marker aktif , marker acuan.
12. Tekan Peak Search untuk
memindahkan delta marker ke
puncak. Harga delta offset
yang diinginkan misal 151 kHz,
gambar 9-68.




9.4.7.3. Prosedur Demodulasi Sinyal FM
1. Menghubungkan antenna ke
INPUT penganalisa
2. Membentuk preset pabrikan
dengan menekan preset,
factory preset (jika ada).
3. Mengatur penganalisa pada
pada puncak, puncak salah
satu sinyal pemancar FM local,
misal 97,7 MHz dengan
menekan FREQUENCY,
Center Freq, 97.7 , MHz.
4. Mengatur span pada 1 MHz
dengan menekan SPAN,
Span, 1, MHz.
5. Menekan AMPLITUDO, Ref
Level dan menggunakan
tombol panel depan untuk
membawa sinyal puncak pada
tingkat acuan.
Gambar 9-67
Menetapkan titik
offset
Gambar 9-68.
Menentukan offset


6. Menekan Scale Type (Lin)
untuk menempatkan
penganalisa dalam mode skala
linier.
7. Mengatur di atas atau di
bawah sinyal FM dengan
offset yang dinotasikan di atas
dalam langkah 12, dalam
contoh ini 151 kHz. Tekan
FREQUENCY, CF Step, 151,
kHz, kemudian tekan Center
Freq dan menggunakan kunci
langkah naik () atau langkah
turun ().
8. Mengatur lebar band resolusi
pada 100 kHz, dengan
menekan BW/Avg, Res BW,
100, kHz.
9. Mengatur span pada nol
dengan menekan SPAN, Zero
Span.
10. Meng offkan alignment
otomatis dengan menekan
Sistem, Alignment, Auto Align,
Off.
11. Mendengarkan sinyal
demodulasi melalui speaker
dengan menekan Det/Demod,
Demod, AM, Speaker (On),
kemudian mengatur volume
menggunakan tombol volume
panel depan.
12. Mengaktifkan sapuan tunggal
dengan menekan Single.
Ditunjujkkan gambar 9-69.




Gambar 9-69 Demodulasi
sinyal broadcast



















10.1. Latar Belakang Sejarah
Pembangkit pola pengetesan
sinyal video diperlukan untuk
pengetesan peralatan video,
karena dengan pola yang tetap
memberi kestabilan yang lebih
baik dari pada menggunakan
sinyal siaran. Asosiasi industry
elektronika (internasional
(Elektronic Industries Association
/EIA) telah menetapkan pola
pengetesan sinyal video yang
mampu mendeteksi fungsi
reproduksi sinyal video. Melalui
tampilan layar monitor penerima
televisi dapat ditetapkan adanya
salah satu bagian sistem yang
tidak berfungsi. Dengan demikian
pola ini sangat membantu dalam
melakukan pencarian gangguan
kerusakan ataupun perawatan
pengaturan fungsi secara optimal.
Sebelum membahas secara detail
cara kerja rangkaian pembangkit
pola terlebih dahulu dibahas
dasar-dasar video. Dalam
bahasan selanjutnya meliputi cara
kerja sinyal dan aplikasi dalam
penguji sinyal video. Televisi
warna pertama kali dikembangkan
di Amerika pada tanggal 17 bulan
Desember 1953 oleh Federasi
Communications Commision
(FCC) menyetujui standarisasi
transmisi dengan menyetujui
penyiaran dimulai pada tanggal 23
bulan Januari 1954. Tantangan
masyarakat waktu itu adalah
perancangan sistem mengenalkan
penyiaran televisi warna dan
memungkinkan kompatibel
dengan televisi hitam putih standar
yang telah digunakan. National
Television Sistem Committee
(NTSC) mengenalkan standar
televisi warna yang masih
digunakan sampai sekarang.
Gambar yang dilihat pada televisi
warna sebenarnya dibentuk oleh
tiga berkas elektron, warna merah,
hijau dan biru dan gambar
dibangkitkan dengan membaca
sepintas berkas elektron yang
Tujuan :
Pembahasan topic ini bertujuan
agar setelah membaca mampu
1. Mendiskripsikan jenis-jenis
pola pengetesan sinyal
video
2. Memaknai pola dalam
monitor TV penerima
3. Menjelaskan prinsip
pemanfaatan pembangkit
pola untuk pengetesan
sinyal video.
Pokok Bahasan
Dalam pembahasan pembangkit
pola ini pada intinya terbagi dalam
3 kelompok bahasan utama yaitu
1. Jenis-jenis pola pengetesan
beserta fungsinya
2. Prinsip kerja pembangkit pola
pengetesan sinyal video
3. Penggunaan pembangkit pola
pengeesan sinyal video untuk
pengetesan fungsi penerima
sinyal televisi.
BAB 10
PEMBANGKIT POLA


bergerak secara horisontal dan
vertikal pada layar. Sebagaimana
berkas dibaca sepintas, arus
diubah untuk membuat daerah
terang dan gelap pada permukaan
tabung gambar yang berbentuk
sebagaimana yang tampak.
Pertama apakah sinyal warna
sinyal warna disusun dari sinyal
video composite hitam putih.
Sinyal video monokrom sebenarna
merupakan kombinasi dari dua
komponen sinyal yang diperlukan
untuk membentuk gambar hitam
putih lengkap. Dua komponen
sinyal dibaca pengendali informasi
yang dinamakan pulsa
sinkronisasi atau disingkat syn,
dan intensitas informasi gambar
hitam putih dinamakan sinyal
luminansi.

10.2. Sinyal Pengetesan
10.2.1.Komponen Sinkronisasi
Pada televisi hitam putih hanya
memiliki satu senapan elektron
(elektron gun). Berkas elektron
tunggal dibaca sepintas oleh
tabung gambar diperagakan
secara berjalinan, berkas elektron
bergerak dari kiri kekanan dan dari
puncak ke dasar, untuk
pembacaan 312 dinamakan
bidang gambar kemudian proses
diulangi berjalinan ke garis
berikutnya dimulai dari 312
hingga 625. Dua bidang gambar
ini membentuk satu frame gambar
dari garis 1 sampai 625.













Gambar 10-1 Penjejakan bingkai gambar

flyback
trace
retrac
312,5
312,5
62
0
1
5
314
318
Bidang genap Bidang ganjil


Informasi sinkronisasi berupa
sederetan pulsa yang
mengendalikan bagian
pembelok horisontal saat
kembali ke sisi kiri layar untuk
memulai sapuan garis baru, dan
pembelok vertikal saatnya
kembali ke puncak layar untuk
memuliai frame baru. Ini
dikerjakan dengan kecapatan
baca sekitar 15625 garis
perdetik dan vertikal 25 frame
perdetik (kecepatan baca
vertikal sebanarnya 50Hz, ini
digunakan untuk dua kali
perjalanan turun layar
melengkapi satu frame. Proses
ini diulangi untuk untuk memuliai
baca yang baru disebut kembali
baca (retrace) atau melayang
kembali (flyback).

10.2.1. Sinyal Luminansi (Video Monokrom)
Level tegangan sinyal luminansi
menentukan kecerahan gambar
pada layar. Tegangan Sinyal
negatip ekstrim berkaitan dengan
daerah gelap dari gambar dan
sinyal positip ekstrem berkaitan
dengan daerah terang dari
gambar. Level tegangan sinyal
luminanasi menentukan
kecerahan gambar pada layar
sesaat. Sinyal ekstrim negative
berhubungan dengan gambar area
gelap dan sinyal positip ekstrim
berhubungan dengan kecerahan
area gambar. Sekarang dilihat
perubahan sinyal hitam putih dan
pembuatan video warna. NTSC
mengenalkan suatu cara genius
untuk menjaga kompatibilitas
dengan keberadaan sistem televisi
hitam putih dan menambahkan
warna. Sinyal sub pembawa
warna ditambahkan untuk sinyal
luminansi.

10.2.2. Informasi Warna (Krominansi)
Sebuah tabung gambar warna
memiliki tiga buah senapan
elektron merah, hijau dan biru.
Secara virtual banyak warna
dapat dibuat sebaik hitam dan
putih, dengan pengaturan yang
tepat intensitas dari masing-
masing warna primer. Sub
pembawa warna digunakan untuk
mengkodekan informasi warna
merah, hijau dan biru pada
kamera dan dikodekan kembali
pada penerima televisi ke dalam
warna-warna primer. Sinyal
merah, hijau dan biru digunakan
untuk memodulasi sub pembawa
warna (dalam televisi hitam putih
ini diabaikan) untuk menghasilkan
sinyal perbedaan warna, didesain
R-Y, B-Y dan G-Y, pada sistem
NTSC memiliki frekuensi 3,58
MHz. Sedangkan pada sistem
PAL seperti yang digunakan di
Indonesia frekuensi sinyal
pembawa warna adalah 4,43 MHz
Meskipun jenis modulasi yang
digunakan pada sub pembawa
merupakan kompleks alami
namun dapat diturunkan hasil
yang sederhana :
1. Pasa dari sinyal 4,43 MHz
menentukan warna apakah
yang akan diperagakan
(dinamakan hue atau tint).


2. Amplitudo sinyal 4,43 MHz
menentukan seberapa banyak
warna yang akan diperagakan
(dianamakan saturasi).
Pertanyaannya adalah pasa
dan amplitude sinyal 4,43 MHz
relatip terhadap apa ?.
JAwaban singkatnya adalah
burst 4,43 MHz (disebut burst)
yang memiliki pasa dan
amplitude tetap. Sinyal Burst
akan digunakan untuk
menentukan warna tint atau
saturasi yang diperagakan.
Bentuk gelombang ditunjukkan
pada gambar 1(d) setiap bar
memiliki perbedaan saturasi.

10.2.3. Ukuran IRE
Sebelum membahas sinyal tes
secara detail diperlukan beberapa
definisi istilah terminology televisi.
Satuan ini digunakan untuk
menguraikan karakteristik
amplitudo sinyal video. Ahli televisi
menemukan spesifikasi level
sinyal yang lebih meyakinkan
dalam IRE lebih baik dari pada
milli volt. Warna putih murni
didefinisikan sebagai 100 IRE dan
level sinyal blanking 0 IRE. Video
sistem NTSC memiliki 714 mV
berada diantara blanking dan
sinyal puncak putih sehingga 1
IRE sama dengan 7.14 mV.

10.2.4. Sinyal Tes TV
Sinyal pengetesan video sangat
berguna untuk membantu
mengevaluasi sistem pemrosesan
sinyal video. Beberapa
penggunaan untuk mengatur
monitor televisi, Pola tes direkam
diproduksi pada head pita video
sehingga dapat di playback diatur
secara akurat untuk disesuaikan
dengan yang direkam atau
digunakan sebagai sinyal tetap
pada jaringan transmisi sinyal
video. Ini diperlukan ketika tidak
ada sinyal video yang
dipancarkan. Cara terbaik dan
termudah untuk mengevaluasi
peralatan video dengan uji
kestabilan karakteristik sistem
video yang telah diketahui. Semua
sinyal video di uji didasarkan pada
prinsip input sederhana berupa
penerapan tes sinyal yang telah
diketahui pada sistem video atau
peralatan input dan pengamatan
pada inyal outputnya. Terdapat
beberapa cacat (distorsi) yang
disebabkan oleh sistem yang
diamati dan diukur pada sinyal
keluaran atau tampak di monitor.
Jika terdapat distorsi, peralatan
diatur untuk mengeliminasi atau
meminimkannya dengan
mengganti atau memperbaiki
komponen yang cacat. Hasil akhir
jika sistem dapat melewatkan
sinyal secara tepat dapat
melewatkan sinyal gambar dengan
jelas baik. Sinyal diperlukan untuk
pengujian demikian dapat dipenuhi
dari generator tes sinyal.
Instrumen ini menghasilkan sinyal
video yang akurat dengan baik
karakteristik ditegaskan dan
dikontrol. Masing-masing sinyal
ideal membuktikan satu atau lebih
perlengkapan spesifik dari sinyal
video yang diuji. Dalam setiap pola
pengetesan memiliki tugas yang


dikerjakan dengan baik. Terdapat
beberapa aplikasi dan
penggunaan pola yang disediakan
pada generator video

10.3. Pola Standar
Sejak dikembangkan siaran
televisi, pola pengetesan khusus
dan pengetesan sinyal telah
ditingkatkan pada operasi standar
televisi untuk perfomansi terbaik.
Standarisasi pola pengetesan
penting untuk memberikan acuan
dalam pengecekan resolusi,
linieritas scanning, interlacing dan
karakteristik lain dari reproduksi
gambar. Pola pengetesan sinyal
video standar EIA ditunjukkan
pada gambar 10-2.


Gambar 10-2 Pola standar EIA
Pengetesan yang sama digunakan
untuk mengecek kamera dan
monitor selama set-up. Kebutuhan
penting untuk penyesuaian
perbedaan kamera yang
digunakan pada beberapa
program. Pengetesan lain berupa
penggunaan tetap untuk
memeriksa performane
sambungan jarak jauh dalam
jaringan stasiun pemancar televisi.
Pengetesan untuk hitam putih dan
warna, teruratama amplitudo dan
pasa dari sinyal kroma 3,58 MHz.
Akhirnya beberapa pengetesan
sinyal siaran selama interval
pemadaman vertikal diperlukan,
dalam kasus ini disediakan pada
penerima.




10.3.1. Pola Pengetesan EIA
Pola standar yang telah
dikembangkan oleh Elektronic
Industries Association (EIA)
ditunjukkan pada gambar 10-2.
Pola cukup rumit karena terdapat
banyak bagian-bagian terpisah
dari pola, masing-masing
mempunyai fungsi.

10.3.2. Penyusunan Bingkai
Pertama kamera harus ditujukan
pada pola dan diatur sehingga
pola mengisi area layar aktif.
Enam tanda mata panah putih
yang mengelilingi ujung pola
bertujuan untuk kesempurnaan
penyusunan bingkai. Terdapat
dua mata panah melintasi puncak
dan pada setiap sisi. Penyusunan
bingkai perlu diatur guna
memantau penjejakan sinyal
untuk melihat ujung raster.








10.3.3. Pemusatan
Tanda garis berpotongan putih di
puncak dan dasar menunjukkan
pemusatan pembelokan vertikal
dan horisontal. Pringan hitam
disisi menunjukkan sumbu
horisontal memotong senter.

Gambar 10-3
Tanda panah pengetesan
bingkai
Tanda panah
pengetesan
penyusunan bingkai





Gambar 10-4 Pengujian pemusatan dan sumbu horisontal

10.3.4. Linieritas Pembelokan
Mendekati indikator sebelumnya,
untuk kedua kamera dan monitor,
diberikan dengan lingkaran putih
besar. Kesalahan linieritas dengan
mudah dapat dilihat jika lingkaran
muncul dalam bentuk elip atau
berbentuk bulat telur. Dalam
televisi lingkaran berbentuk
sederhana susah untuk
direproduksi karena memerlukan
pembacaan linier. Bentuk dasar
kotak juga menguji linieritas
pembacaan.
Untuk pengecekan yang lebih
teliti, linieritas horisontal dan
vertikal di cek secara terpisah.
Pembacaan horisontal
didahulukan. Ketiga kotak yang
terdapat satu ditengah, satu disisi
kanan dan satu disisi kiri. Setiap
kotak berisi garis vertikal yang
sama jumlahnya untuk lebar yang
sama. Bila linieritas horisontal
sempurna, ketiga kotak
mempunyai lebar yang sama.
Dengan kata lain kotak dapat
menjadi tertekan atau melebar
sampai empat persegi panjang.

Pengetesan
pemusatan
horisontal
dan verikal
Sumbu
horisontal
memotong
sumbu senter










Gambar pengetesan linieritas V,H dan resolusi gambar


Gambar 10-5. Pengetesan linieritas vertikal horisontal

Pengecekan linieritas vertikal, pola
mempunyai enam segi empat
panjang sempit. Dua baris puncak
sampai dasar. Perlu diperhatikan
bahwa dua segi empat tengah
tepat pada bagian tengah dari
gambar. Ukuran segi empat
adalah pengetesan linieritas
vertikal, semua memiliki tinggi dari
puncak sampai dasar pola sama.
Terdapat 200 tanda ditunjukkan
pada segiempat ini untuk resolusi,
bukan linieritas. Juga terdapat
empat pola penguji pada sudut
Pengetesan
linieritas V
dan H
Pengetesan
linieritas
horisontal
Pengetesan
resolusi
gambar
Pengetesan
linieritas
vertikal


digunakan untuk mengecek
resolusi dan distorsi ruang. Pola
sudut ini digunakan untuk
mengecek performansi kamera.
10.3.5. Aspek Perbandingan
Segi empat dibentuk oleh empat
batang dari chip skala abu-abu
yang ditempatkan didalam
piringan putih di bagian tengah.
Setiap batang memiliki 10
tingkatan s kala abu-abu. Jika
aspek perbandingan tepat 4 : 3,
perbatasan skala abu-abu berupa
segiempat sempurna.

10.3.6. Cakupan Kontras
Jumlah 10 tingkatan skala abu-
abu mempunyai faktor refleksi
dengan cakupan dari maksimum
untuk puncak putih sampai kira-
kira 1/3 nilai maksimumnya. Bila
sinyal video yang sedang diproses
linier, ini akan memungkinkan
terdapat 10 perbedaan warna
secara bertingkat dari putih, abu-
abu sampai hitam.




Gambar 10-6 Pengetsan aspek perbandingan dan kontras

10.3.7. Penjalinan Gambar (Interlacing)
Batang diagonal pada 45dalam
piringan putih digunakan untuk
mengecek penjalinan pengambilan
gambar dalam raster. Bila garis
ganjil dan genap dari pengambilan
raster menempati ruang yang
sama, garis diagonal muncul
dengan halus dan tidak pecah.
Bila penjalinan gambar kurang
baik , garis pengambilan menjadi
berpasangan. Bila garis terlalu
dekat satu sama lain, ruang
berikutnya terlalu besar.
Mengakibatkan garis diagonal
muncul berbentuk anak tangga.






Gambar 10-7 Pengetesan interlacing

10.3.8. Resolusi
Perbedaan ketebalan garis dan
ruang digunakan untuk mengecek
resolusi yang mana merupakan
kualitas detail gambar. Garis
vertikal digunakan untuk
mengecek resolusi horisontal,
garis putih horisontal digunakan
untuk resolusi vertikal. Perlu
diperhatikan bahwa detail
horisontal diukur dalam jumlah
garis resolusi yang menduduki
dari lebar gambar. Jarak sama
dengan tinggi gambar.
Pertimbangkan ke tiga segiempat
garis vertikal yang ditandai 200,
memotong tengah pola. Satu segi
empat dikiri, satu segi empat di
sebelah kanan dan yang ketiga
berada ditengah-tengah. Label
200 menunjukkan ini banyak garis
resolusi. Dengan spasi dan
ketebalan, 200 garis akan
menduduki lebar gambar. Bila
garis dapat dilihat secara individu
di layar, resolusi horisontal sama
dengan 200 garis. Pengaturan
jarak untuk lingkaran-lingkaran
konsentris di pusat pola
menunjukkan resolsi 300 garis
horisontal dan vertikal. Pada
keempat sudut pola, lingkaran
konsentris diberi jarak untuk
resolusi garis 150

10.3.8.1. Resolusi Wedge Dalam Pola Pengetesan
Dalam gambar 10-2, terdapat
empat pasang wedges dengan
garis-garis memusat untuk
menambah jumlah resolusi. Pada
bagian atas dan bawah wedges
memiliki panjang yang sama
dengan linieritas vertikal yang
baik . Juga sisi wedges harus
sama dengan linieritas horisontal
yang baik. Bagaimanapun tujuan
utama dari wedge adalah
mengecek resolusi.

10.3.8.2. Resolusi horisontal
Harga ini ditandai pada atas dan
bawah wedges. Dari bagian
terlebar wedge ditandai 200, garis
memusat sampai 400 garis
resolusi dimana wedge bertemu
segi empat di pusat. Pengaturan
Pengetesan
interlacing


jarak wedge secara terus menerus
dari 400 sampai 800. Resolusi
dapat dicek secara visual dengan
meniadakan titik pada wedge
dimana garis secara individual
tidak dapat dilihat lebih lama
namun muncul bersama sama
buram. Ini dapat terjadi pada
sekitar 250 garis resolusi untuk
penerima warna pada umumnya.


Gambar 10-8. Pengetesan resolusi horisontal
Pendekatan konversi garis
resolusi horisontal sampai MHz
dari lebar band sinyal video dapat
dibuat dengan membagi garis
dengan 80. Jawaban MHz untuk
frekuensi video, misal konversi
250 garis adalah (250 garis/80) =
3,125 MHz.
Harga frekuensi sinyal video
tertinggi penerima warna
kebanyakan, karena tingkatan
penyaring penguat video luminansi
3,58 MHz untuk meminimkan
interferensi dari sinyal warna.
Faktor konversi 80 diturunkan
sebagai berikut. Dengan resolusi
N garis, N/2 merupakan jumlah
siklus lengkap untuk variasi sinyal
melintasi hitam dala setiap garis
wedge dan spasi antar garis putih.
Penjejajakan tampak mengambil
waktu 53,3 s untuk pengambilan
horisontal, namun hanya waktu
digunakan karena resolusi yang
diberikan dalam hal ini nilai tinggi
gambar, yaitu lebar. Waktu ini
adalah 53,3 s X 0,75 =
400
800
200
400


mendekati 40 s. Sehingga N/2
siklus sinyal video yang dihasilkan
dalam 40 s, untuk satu siklus T =
40s / (N/2). Dengan mengambil
hubungan timbal balik frekuensi
diperoleh :
f = {1/(40X10
-6
s)} X (N/2)
= (N/80) X 10
6
Hz = (N/80) MHz.

10.3.8.3. Resolusi Vertikal
Resolusi vertikal ditandai pada sisi
wedge. Harga tipikal untuk
penerima adalah 330 garis.
Resolusi vertikal yang baik
merupakan jawaban ukuran bintik
berkas, pemfokusan dan
penyisipan garis pengambilan.


10.3.8.4. Resolusi Sudut
Serupa dengan wedge digunakan
dalam empat sudut dari pola
pengetesan biasanya mempunyai
resoluasi kurang dari tengah,
khususnya untuk tabung gambar
bersudut lebar. Harga resolusi
yang khas untuk tabung kamera
biasanya diberikan di tengah dan
sudut.

10.4. Pola Pengetesan Batang Untuk Pengecekan Lapisan
Dalam pola pengetesan EIA
gambar 10-2. dua batang hitam
besar pada bagian atas dari
piringan putih dan dua batang di
bagian bawah. Frekuensi distorsi
pasa dan smearing dapat dicek
dikaitkan dengan lebar batang.
Misal distorsi pasa pada 100 kHz
menunjukkan sebagai lapisan dari
batang terpendek pada bagian
bawah piringan putih. Batang
terpanjang yang ke dua dari atas,
dapat menunjukkan pelapisan
untuk 30 kHz. Batang ini sekitar 3
1/3 kali lebih lebar dari pada
batang terpendek untuk frekuensi
0,3 kali lebih redah dibandingkan
dengan batang terpendek. Harga
tengah adalah 0 kHz untuk batang
atas dan 60 kHz untuk atang
kedua dari bawah.

10.4.1. Pengetesan Ringing Dalam Gambar
Bentuk distorsi frekuensi relatip
banyak diperoleh pada sinyal
video frekuensi tinggi yang
mengakibatkan timbulnya ringing
atau overshoot. Pada umumnya,
keuntungan diperoleh dalam
cakupan frekuensi 2 sampai 4
MHz. Penguat menghubung
singkat osilator, namun dapat di
lepaskan beberapa siklus osilasi
dengan variasi transien kasar
dalam sinyal video. Ringing dapat
dilihat dalam pola pengetesan
sebagai penambahan kontras
pada beberapa titik dalam wedge
vertikal. Jumlah garis resolusi
dibagi 80 untuk mendapatkan
frekuensi terjadinya ringing. Misal
ringing gambar ditunjukkan dalam
gambar 10-9.





Gambar 10-9 Pengetesan Ringing

Jumlah kasar transisi scaning
horisontal yang diberikan oleh
dashes hitam vertikal dalam
piringan putih pola EIA gambar 10-
2. terdapat dua kelompok dashes
satu di kanan atas kuadran dan
yang lain di bawah sebelah kiri.
Ketebalan setiap garis vertikal
mempresentasikan setiap dash
vertikal berupa garis tunggal untuk
resolusi horisontal cakupan dari
100 sampai 300 dan 350 sampai
550. Garis lebih tipis berkaitan
dengan resolusi lebih tinggi.
Dalam kuadran kanan bawah, 300
di bawah dari kelompok lima dash
ini untuk dash bawah. Kemudian
dash mengambil yang lebih tebal,
meningkat pada 100 garis resolusi
untuk dash terlebar pada puncak
kelompok.
Pada kuadran kanan atas, 350 di
puncak kelompok lima dash untuk
puncak dash. Kemudian dash
mengambil garis yang lebih tipis,
meningkat pada 550 garis resolusi
untuk dash paling tipis pada
kelompok bagian bawah.
Ringing dalam gambar
menunjukkan kontras yang lebih
besar, dengan beberapa kali garis
pada bagian kanan untuk setiap
siklus ringing. Karena setiap dash
secara individual menunjukkan
frekuensi khusus. Kondisi bunyi
paling buruk muncul dimana
energy sesuai dengan frekuensi
ringing dalam rangkaian penguat
video. Sekalagi mengubah jumlah
garis resolusi pengujian pola,
frekuensi video dibagi dengan 80.
Misal ringing terjadi pada 300
garis resolusi. Ini sesuai dengan
frekuensi video 300/80 = 3,75
MHz. Harga ini adalah frekuensi
rangkaian penguat video yang
mengeluarkan ringing.
Sebenarnya, sebagian kecil
ringing yang dapat diijinkan untuk
meningkatkan kontras untuk detail
frekuensi tinggi pada ujung vertikal
dari scan obyek. Bila hasil garis
keluar seret, bagaimanapun, yang
yang ditimbulkan bila berlebihan
tak dapat disetujui. Pada
umumnya ringing diakibatkan oleh
kebocoran resonansi yang
mempengaruhi rangkaian penguat
video.






10.4.2. Sinyal Monoscope
Monoscope merupakan tabung
kamera khusus dengan gambar
tetap berupa pola pengetesan.
Pola dicetak pada pelat sasaran.
Pola pengetesan dipancarkan
selama siang hari setiap awal
siaran televise. Pola monoscope
serupa dengan pola pengetesan
EIA. Meliputi lingkaran untuk
pengecekan linieritas, resolusi
wedge yang ditandai dalam garis
atau frekuensi (atau keduanya)
dan lingkaran konsentris abu-abu
di tengah. Sekarang mungkin
masih kelihatan pola pengetesan
monoscope pada beberapa kanal
untuk waktu yang pendek setiap
mengawali jam pagi pada saat
awal atau akhir hari siaran. Pola
monoscope dapat memberikan
pengecekan yang baik dari
operasi penerima.
Sinyal monoscope tidak dihasikan
oleh kamera dicetak dalam pola
pengetesan. Mengganti, tabung
kamera khusus serupa yang
digunakan vidicon. Pelat sasaran
diukir secara potografi dengan alur
konduksi dan isolasi dalam bentuk
pola area hitam putih. Monoscope
membutuhkan ketelitian
sinkronisasi defleksi dan linieritas
sehingga pola dapat digunakan
untuk mengatur penerima dan
monitor.

10.4.3. Chart bola untuk pengecekan linieritas kamera
Suatu acuan independen
diperlukan untuk mengecek
linieritas defleksi Untuk
mengilustrasikan perkiraan
penunjukkan minotor pola
pengetesan berbentuk bulat telur.
Linieritas jelek dapat disebabkan
salah satu kamera atau monitor.
Jika defleksi monitor diatur, namun
ketidak linieran lingkaran terjadi
dalam kamera, masalah linieritas
akan menunjukkan segera setelah
digunakan sumber sinyal yang
lain. Bagaimanapun, monitor
dapat dicek secara independen
dengan menggunakan sinyal
pengetesan linieritas elektronik.
Khususnya, digunakan sinyal
pembangkit crosshatch.
Crosshatch merupakan suatu
pola yang sama untuk
pengecekan vertikal dan horisontal
berupa garis putih dengan latar
belakang hitam. Pola ini
digunakan juga untuk mengecek
konvergensi tabung gambar
warna.
Pola croshatch merupakan acuan
independen untuk linieritas karena
jarak garis sama dihasilkan oleh
berbagai sinyal tepat dari
frekuensi scanning V dan H. Misal
studio yang membangkit batang
warna yang juga menghasilkan
pola crosshatch. Terdapat 17
batang vertkal dan 14 batang
horisontal dari isolator yang
bekerja pada frekuensi 315 kHz
dan 900 Hertz secara berturut-
turut.
Osilator 315 kHz sebenarnya
menghasilkan 20 batang vertikal


karena 315 kHz adalah 20 kali kecepatan scan horisontal 15,750
Bagaimanapun tiga batang terjadi
selama waktu pemadaman
horisontal (H), meninggalkan 20-3
= 17 batang vertikal yang dapat
dilihat. Demikian juga osilator 900
Hz sebenarnya menghasilkan 15
batang horisontal, karena 900/60
= 15 KHz. Bagaimanapun satu
batang terjadi selama waktu
pemadaman vertikal (V),
meninggalkan 14 batang
horisontal yang dapat dilihat. Misal
linieritas horisontal dan vertikal
pada pola crosshatch ditunjukkan
pada gambar 10-10a dan 10-10b.


a b
Gambar 10-10 Chart bola pengecekan linieritas

Menggunakan jarak batang teliti
untuk suatu pengecekan
independen dari linieritas defleksi ,
cahart bola gambar 10-11.
digunakan dengan pola
crosshatch. Kamera ditujukan dan
difokuskan pada chart dan kepala
panah pada ujung bingkai chart
secara teliti ditempatkan pada
area gambar aktif. Kemudian
pembangkit efek khusus (Special
Effects Generator/SEG) digunakan
untuk melakukan superimpose
pola crosshatch dari studio
pembangkit batang warna di atas
camera gambar chart bola.
Pengaturan pemusatan pada
pembangkit memungkinkan
menggeser pola crosshatch ke
atas, bawah, atau sisi untuk
menempatkan batang crosshatch
bersinggungan di atas pusat putih
dari pola bola. Superimpose
gambar diamati pada monitor. Jika
linieritas kamera sempurna,
interseksi crossbatch memotong
senter bola putih pada setiap titik
pada layar untuk kesalahan 0.
Linieritas lemah atau ukuran scan
meningkat karena interseksi salah
di senter bola. Bila interseksi
memotong didalam radius bola
putih, linieritas defleksi salah yaitu
kurang dari 1 % dari tinggi
gambar. Bila dalam radius luar
bola hitam, kesalahan linieritas
kurang dari 2 persen.






Harga ini menunjukkan ketelitian
linieritas scaning yang diperoleh
untuk kamera siaran , untuk
kesalahan yang lebih besar dari 2
persen tidak dapat ditoleransi.
Metode ini menggunakan chart
bola dengan sinyal crosshatch
membuat pengujian linieritas
defleksi kamera secara total tidak
tergantung monitor yang
digunakan untuk pengamatan.

10.4.4. Sinyal Batang Warna Standar EIA
Pada umumnya, generator yang
menghasikan batang warna
presisi, sinyal dapat diulang-ulang
untuk batang warna vertikal yang
dapat digunakan untuk
pengetesan dan pengaturan
prosedur. Sinyal dikodekan pada
frekuensi sub pembawa 3,58 MHz.
Khususnya, telah dikembangkan
EIA sinyal batang warna yang
berhubungan dengan pola yang
ditunjukkan pada gambar 10-2. Ini
disesuaikan dengan standar EIA
RS-189A. Terdapat beberapa
fasilitas pengujian pengembangan
untuk membetulkan warna dan
luminansi.
Tiga perempat puncak dari tinggi
gambar 10-12. meliputi tujuh
batang vertikal yang sama
lebarnya. Pertama pada sisi kiri
putih dan bar berikutnya kuning,
cyanide, hijau, magenta, merah,
dan biru memotong lebar gambar.
Dipilih urutan ini karena harga
luminansi sinyal Y dalam bentuk
tangga dari tinggi ke rendah.
Warna kuning mempnyai
luminansi tertinggi dari 89%, sama
dengan 0,59G+0,3R. Pada harga
ekstrim yang berlawanan biu
memiliki luminansi terendah 11%.

Gambar 10-11. Pola bola untuk pengetesan linieritas kamera



Gambar 10-12. Sinyal batang warna standar

Lebih rendah dari seperempat
tinggi gambar berisi batang putih
pendek, dengan luminansi 100%
kemudian batang kuning dan
cyan. Hasilnya, menyenangkan
untuk melakukan pengecekan
harga luminansi terhadap warna
putih. Sinyal warna I dan +Q
ditempatkan pada sebelah kiri dan
kanan batang putih.



Gambar 10-13. Pola putih, I dan Q

10.4.5. Batang SMPTE
Batang SMPTE disisipkan
dikomposisikan dengan standar
EIA batang amplitudo putih 75%
untuk 2/3 puncak bidang,
sebaliknya batang biru untuk 1/12
dari bidang berikutnya, dan IYQB
atau plug sinyal untuk bidang
tetap. Bidang sisipan disusun
memungkinkan pengaturan
saturasi warna atau intensitas
warna dan hue atau tint pada
monitor warna yang hanya
memiliki senapan biru. Monitor
diatur hanya untuk warna biru dan
batang hue atau pasa diatur
sampai monitor terlihat tidak ada
perbedaan intensitas antara
batang biru reverse dan
pengaturan batang warna. Bagian
IYQB dari Pola dasar terdiri dari
level hitam 7,5 IRE pedestal
dengan 40 IRE +Q dan 40 IRE -
I modulasi pasaBatang , 100 IRE
pulsa putih, 7,5 IRE level hitam
pedestal dengan 40 IRE +Q
modulasi pasa dan 7,5 IRE


pedestal dengan 3,5 IRE, 7,5 IRE
dan 11,5 IRE pedestal. I dan +Q
sinyal modulasi pasa yang
membantu menjamin pemrosesan
sub pembawa benar. PLUG
adalah (Picture Line-UP
Generating Equipment). Pola ini
ada pada dasar dan sisi kanan
batang SMPTE digunakan untuk
mengatur kecerahan monitor.
Monitor diatur sehingga hitam
berwarna lebih hitam dari pada
daerah hitam dapat dibedakan dari
yang lain dan sedikit lebih cerah
(contrast dapat diatur pada
pengaturan normal).



abu-abu kuning
100 IRE
cianida
hijau
140 IRE magenta
100 IRE =714 mV merah biru
hitam (7,5
IRE)
20 IRE 7,5 IRE blangking
level 0
20 IRE
40 IRE
Gambar 10-14. Bentuk gelombang tangga






level sinkronisasi
IYQB untuk batang SMPTE





Gambar 10-15. Level sinkronisasi

10.4.6. Batang Bidang Putih Penuh 100%
Batang bidang putih 100% sama
seperti EIA batang warna kecuali
level putih menggunakan 100 IRE.
Sinyal tes ini mengatur penguatan
kroma secara tepat batang bar
kuning dan cianida dapat menjadi
100% pada tingkatan sesuai
dengan puncak amplitude batang
putih.




Gambar 10-16. Pengetesan bidang putih penuh




10.4.7. Batang Warna Putih EIA 75%
Batang warna merupakan bagian
dari standarisasi EIA-189-A.
Terdapat 7 batang (abu-abu,
kuning, cianida, hijau, magenta,
merah dan biru) pada amplitude
75%, saturasi 100%. Setiap
batang warna menggunakan 1/7
dari area gambar. Pola jendela
terdiri dari area persegi warna
putih ditengahnya dikelilingi oleh
warna hitam. Pola ini baik untuk
menguji respon frekuensi rendah
dan ujung sinyal video sebaik
performansi dari penjepit video
dalam sistem pemroses sinyal
video. Bidang warna merah, hijau,
biru dan hitam, Pola ini dipenuhi
warna layar merah, hijau dan biru.
Ini sangat membantu dalam dalam
pengujian monitor TV umtuk dilihat
jika terdapat masalah dengan
puritas. Akan tampak tidak ada
warna lebih baik dari pada saturasi
penuh warna vivid pada layar.




Gambar 10-17. Pengetesan bidang warna putih 75%

10.4.8. Jendela
Pola ini digunakan untuk
pengecekan frekuensi rendah dari
sistem video. Sinyal yang terbaik
dapat dilihat pada osliloskop dari
keluaran sistem video. Untuk
meyakinkan bahwa bentuk
gelombang jendela datar, pada
peragaan osiloskop kecepatan
sapuan horisontal dan vertikal
perlu diatur sedemikian rupa.




10.4.9. Pola Pengetesan Puritas Warna
Bidang penuh warna merah, hijau,
biru dan hitam dengan raster
bidang penuh warna untuk
memverifikasi kemurnian (puritas)
dan pengaturan monitor. Jika
warna saturasi atau hue perlu
pengaturan puritas.



Gambar 10-19. Pengetesan puritas

10.5. Pengembangan Pola
10.5.1. Multiburst
Sinyal multi busrt sangat berguna
untuk pengukuran frekuensi
respon sistem. Pada umunya
sinyal meliputi 6 paket frekuensi
diskrit yang turun dalam TV
passband . Setiap paket frekuensi
biasanya dalam cakupan 0,5 MHz
sampai 4,2 MHz dengan
penambahan frekuensi mengarah
sisi kanan dari setiap garis.

10.5.2. Cable Sweep
Kabel sapuan merupakan
pengukuran frekuensi respon lain.
Lebih baik dari pada paket diskrit
seperti sinyal multiburst yang
memiliki frekuensi sapuan
kontinyu dari 1 sampai 4,5 MHz .
Terdapat frekuensi marker pada
garis yang menuju dasar layar. Ini
sangat membantu untuk
menentukan dimana rolloff terjadi.

10.5.3. Tujuh Kombinasi NTC
Network Transmision Committee
(NTC) Amerika yaitu suatu bentuk
ikatan jaringan transmisi di
Amerika mengembangkan tes
sinyal dengan mengkombinasikan
sinyal sehingga memungkinkan
digunakan untuk beberapa
keperluan pengetesan. Tes sinyal
ini sangat cerdas dinamakan
kombinasi NTC-7. Kombinasi tes
terdiri bendera putih, multiburst
dan sinyal pedestal yang
dimodulasi. Bendera putih memiliki
puncak amplitude 100 IRE dan
Gambar 1118. Pola jendela pengecekan
frekuensi rendah


lebar 4 s. Multi burst memiliki 50
IRE pedestas dengan amplitude
puncak ke puncak 50 IRE. Titik
awal dari setiap paket frekuensi
adalah pasa nol. Lebar paket 0,5
MHz adalah 5 s, yang tetap
tingggal dalam paket 3s. Tiga
langkah memodulasi pedestal
yaitu campuran dari pedestal
luminansi 50 IRE dengan tiga
amplitude krominansi (20, 40 dan
80 IRE ). Waktu naik dari setiap
paket modulasi 400 ns.

10.5.4. Gelombang Tangga 5 Langkah
Sinyal tangga 5 langkah
digambarkan di bawah ini, terdiri
dari 5 tingkat luminansi.
Krominansi termodulasi puncak ke
puncak 40 IRE. Krominansi
termodulasi memiliki pasa 0
terhadap sinyal burst. Sinyal tes
ini dapat digunakan untuk
mengukur variasi luminansi non
linier dalam sistem.



Gambar 10-20. Pengetesan linieritas sistem

10.5.5. Ramp Termodulasi
Sinyal pengetesan ramp
termodulasi merupakan campuran
dari ramp luminansi 0 IRE sampai
80 atau 100 IRE. Ramp 80 IRE
memberikan pengujian range
operasi normal sedangkan ramp
100 IRE dapat digunakan untuk
pemilihan range operasi. Puncak
ke puncak sinyal chrominansi
termodulasi adalah 40 IRE. Sinyal
chrominansi termodulasi memiliki
phase 0 relatif terhadap sinyal
burst.














Gambar 10-21. Pengetesan ramp termodulasi

Waktu naik (rise time ) dan waktu
turun (fall time) merupakan awal
dan akhir dari selubung selama
400ns. Sinyal pengujian ini dapat
juga digunakan untuk mengukur
penguat beda dan baik pula
untuk mengukur kesalahan dari
rangkaian pengubah analog ke
digital dalam sistem video digital.
Sinyal test ramp dimodulasi
merupakan campuran ramp
luminansi dari 0 IRE sampai 80
atau 100 IRE. Ramp 80 IRE
digunakan unuk pengujian sistem
dalam range operasi normal, ramp
100 IRE mungkin dapat digunakan
untuk pemilihan range operasi
pengtesan. Puncak ke puncak
krominansi termodulasi adalah 40
IRE. Sinya krominansi dimodulasi
mempunyai beda pasa 0 relatif
terhadap burst. Pengaturan 0 IRE
digunakan rise time dan fall time
digunakan pada saat mulai dan
sinyal penyelubung (envelope)
berakhir yaitu selama 400 ns.
Sinyal test ini dapat juga
digunakan untuk mengukur
penguatan differensial dan baik
untuk mengukur kealahan bit pada
pengubah analog ke digital dalam
sistem video digital.

10.5.6. Cross Hatch Dengan Titik
Pola ini membangkitkan sebuah
garis matrix horisontal dan vertikal
sangat membantu dalam
pengaturan konvergensi monitor.
Karena garis putih pada layar
terbuat dari komponen warna
merah, hiau dan biru, masing -
masing senapan elektron dalam
tabung gambar harus memiliki
berkas masing-masing secara
sempurna saling melapisi satu
sama lain pada daerah
pembentukan gambar.













Gambar 10-22. Pengaturan konvergensi

10.5.7. Area aman pusat perpotongan
Sinyal ini serupa dengan Cross
Hatch namun digunakan untuk
menegaskan bahwa gambar
aman. Sinyal video diproduksi
tidak akan berisi banyak informasi
gambar di luar dari area aman
atau diluar kemampuan melihat.
Monitor televisi akan menunjukkan
area aman ataukah perlu
pengaturan.



Gambar 10-23. Pengetesan area gambar aman

10.5.8. Pola Pergantian Perdetik
Tes Sinyal ini sebagian besar
untuk menguji respon frekuensi
rendah dan sistem clamp. Sinyal
video akan bervariasi dari 0 IRE
sampai 100 IRE pada kecepatan
per satu detik. Sinyal video tidak
akan terdistorsi atau terpotong di
dan sinyal sinkronisasi tetap
konstan pada level tertentu, jika
rangkaian pengklem berfungsi
secara tepat. Monitor televisi tidak
akan berubah tingkat
kecerahannya atau lebar rerata
dari variasi level kuat sinyal
gambar.

10.5.9. Matrik Sinyal Penguji
Pola matrix merupakan suatu
kombinasi dari Pola yang telah
didiskusikan sebelumnya. Setiap
Pola memiliki 48 garis untuk
membuat satu gambar yang terdiri
atas 5 pola yang berbeda. Lima
pola membuat matrix dengan
batang warna merah, hijau, biru
dan sinyal datar 50 IRE.




10.6. Pembangkit Pola
Pattern generator atau pembangkit
pola menghasilkan sinyal audio
dan video, langsung dan dengan
modulasi RF sesuai yang
digunakan pada televisi. Pattern
generator dapat difungsikan untuk
menandai frekuensi kanal, menguji
dan memperbaiki penerima TV.
Keluaran sinyal dirancang dalam
bentuk Pola yang sederhana yaitu
:













10.6.1. Blok diagram Pattern generator
Prinsip kerja Pattern Generator
secara blok diagram dijelaskan
dalam uraian di bawah ini. Pattern
Generator berisi dua stabil
multivibrator dan rangkaian
pembentuk gelombang, satu
frekuensi di bawah 15625 Hz
(system PAL) untuk menghasilkan
serangkaian batang horisontal dan
yang lain di atas 15625 Hz untuk
menghasilkan batang vertikal.
Sinyal dimodifikasi ke dalam pulsa
durasi pendek diumpankan ke
bagian video pesawat penerima
panjangnya sama dengan rentetan
pulsa sinkronisasi untuk
menghasilkan garis halus pada
layar. Keluaran multivibrator
berupa sinyal video gelombang
kotak dengan frekuensi kelipatan
m dari frekuensi horisontal untuk
menghasilkan balok vertikal dan
batang putih. Setiap setelah siklus
ke m pulsa trigger blanking
horisontal multivibrator
menyerempakkan sinyal batang
pada setiap garis. Jumlah batang
dapat divariasi dengan mengubah
frekuensi generator melalui
pengaturan panel depan pattern
generator.

Dengan cara yang sama pulsa
gelombang kotak yang diturunkan
salah satu dari 50 Hz atau dari
master osilator digunakan untuk
pengaturan trigger yang lain dari
nultivibrator yang membangkitkan
sinyal video yang mempunyai
frekuensi kelipatan n dari frekuensi
vertikal. Pada saat sinyal
diumpankan pada penguat video
menghasilkan batang hitam dan
putih horisontal. Kecepatan
pensaklaran multivibrator dapat
dikontrol dengan mnggunakan
potensiometer biasanya dipasang
pada panel depan instrument.
1. Pola papan catur
2. Batang horisontal
3. Batang vertikal
4. Pola papan catur pada
satu sudut
5. Cross hatched
6. Pola titik
7. Warna putih murni.



Mengatur kecepatan pensaklaran
sebenarnya mengatur jumlah
batang horisontal hiyam dan putih.
Pulsa sinkronisasi dan blanking
ditambahkan pada sinyal
modulasi. Master osilator
digunakan untuk membangkitkan
sinyal blanking dan mengatur
gerbang dan pembangkitan pulsa.
Sinyal sinkronisasi komposit
diberikan ke pattern generator
sinyal video dan syn adder. Keluar
dari pembangkit batang horisontal
dan vertikal diteruskan untuk
membentuk pola cross hatch,
papan catur. Pola sinyal video
diberikan ke adder dari adder
sinyal diteruskan ke modulator
VHF.

Amplitudo modulasi mengambil
alih keluaran frekuensi pembawa
yang disediakan dalam tingkat
tinggi dan rendah dari soket
keluaran. Master control,
pembangkit sinkronisasi dan
blanking menyediakan pulsa
blangking, pengambilan pulsa dari
multivibrator berupa sinyal batang
vertikal dan horisontal.

Sebuah osilator audio
membangkitkan sinyal frekuensi 1
KHz yang kemudian dimodulasi
frekuensi dengan sinyal pembawa
5,5 MHz. Tujuan dari modulasi
frekuensi sinyal audio untuk
menguji bagian audio. Keluaran
disediakan secara dengan soket
terpisah ditandai sebagai sinyal
audio dan video. Kombinasi
saklar mH dan nV, multivibrator
membangkitkan pola yang
berbeda.

Tabel 10-1 Saklar pola gambar










Pola batang horisontal digunakan
untuk mengecek linieritas penguat
vertikal. Sedangkan Pola batang
vertikal digunakan untuk
mengecek linieritas penguat
horisontal.








Switch mH Switch nV Keluaran patron

OFF OFF Raster putih murni
OFF ON Batang horisontal
ON OFF Batang Vertikal
ON ON Cross hatch




Blanking and gatting pulse Controlled switch Pattern









Control frekuensi

Blanking and gatting pulse




Pattern generator


syn composite

Control frekuensi













Frequency carrier 5,5 MHz

Gambar 10-24. Blok diagram pembangkit pola

Pola cross hatch digunakan untuk
kedua pemusatan linieritas
gambar dan aspect ratio. Pola titik
disediakan untuk melakukan
pengecekan dan pengaturan
konvergensi statis gambar di
tengah layar dengan kecerahan
rendah. Pola putih tanpa informasi
disediakan untuk pengecekan
kesatuan kecerahan layar pada
saat tidak ada hum. Pola gambar
warna disediakan untuk
pengecekan kemurnian warna,
reproduksi proper warna dan
semua performansi penerima.
Sinyal tes yang disediakan oleh
Pola generator adalah (1) sinyal
RF, (2) sinyal IF dan (3) sinyal
video.



Batang vertikal
Checker board
Cross hatch
Batang horisontal

white
Pembawa kanal


SW1

SW2
SW3
SW4

SW5
Pembangkit
batang vertikal
Cross hatch and
checker board
pattern generator

Pembangkit
batang horisontal

Blanking and
getting pulse
gen
Syn gen and
delay circuit
Master osc Pattern video
signal and syn
adder
Modulator
VHF
FM
Modulator
1 KHz pulse
Generator
Sinyal keluaran audio termodulasi
Tinggi keluaran RF
komposit termodulasi



10.6.2. Kontrol dan Spesifikasi Pola Generator
Fungsi control yang difasilitasi Pattern generator adalah :
1. Frekuensi garis
2. Amplitudo keluaran sinyal video
3. Saklar Power ON/OFF
4. Soket FM
5. Soket RF
6. Kontrol untuk mengubah batang vertikal dan horisontal
7. Saklar pemilih Pola

Kontrol Panel Depan dan Fungsi Pattern generator


















Gambar 10-25. Tombol panel depan pembagkit pola




Saklar
daya
Tombol pemilihan
pola sesuai gambar
diatasnya
Pengaturan
frek kasar
Pengaturan
frekuensi
Terminal
keluaran
Sinyal
vide
komposit
Kelaran sinyal
video komposit



10.7. Spesifikasi :
1. Power supply : 230V/50Hz
2. Lebar sapuan : 5MHz - 40 MHz
3. Frekuensi sapuan : 5MHz - 400 MHz
1. Lebar jalur osiloskop : 20Hz - 1MHz
2. Frekuensi pembangkit time base CRO : 20Hz to 50 KHz
3. Tegangan keluaran RF : 0.25V - 0.5V (rms
4. Pembawa FM : 5,5 MHz
5. Sinyal internal : 1 KHz gelombang sinus
6. Pola pengetesan :
x Batang vertikal
x Batang horisontal
x Cross Hatch
x Chequer board
x Lingkaran putih
x Lingkaran latar belakang hitam
x Keluaran RG 100 mVp-p

10.8. Aplikasi :
1. Pengecekan garis dan kerangka
waktu linieritas batang
2. Pengecekan lebar dan tinggi
gambar
3. Pengecekan IF video
4. Pengaturan tingkat IF suara dan
5. Pengecekan bagian AGC
6. Pelacakan gangguan penguat
video dan penggunaan
keluaran video variable

10.8.1. Prosedur Penggunaan Pembangkit Pola
Pemanfaatan pembangkit pola
dilakukan dengan langkah
langkah berikut.
1 Penggunaan Pattern generator
2 Persiapkan peralatan yang
diperlukan :
a. Pattern generator
(pembangkit pola)
b. Penerima TV
c. Kabel penghubung.
3 Menghubungkan Pattern
generator pada penerima TV.
Pattern Generator dilengkapi
keluaran RF termodulasi dan
digunakan lebih dari 1 TV maka
hubungan Pattern Generator
melalui pancaran atau wire
less. hubungan dapat dilakukan
dengan melalui keluaran AV
bila tidak ada faslitas AV
keluaran RF termodulasi dapat
dihubungkan melalui masukan
antenna TV.
4 Saklar pemilih kanal diatur
untuk mendapatkan Kanal 2
4.
















Gambar 10-26. Pengawatan penggunan pola non video komposit

5 Melakukan pengamatan
gelombang tangga dan
membuat pengaturan pada
penerima TV.
6 Gambar hubungan rangkaian :
7 Hasil yang diharapkan adalah
kemampuan mengamati dan
menggambarkan gelombang
tangga audio / video .
8 Pola divariasi untuk diamati
kesesuaian gambar pattern
generator dengan peraga hasil
layar televisi.
Bila VHF
yg dipilih
tekan
Saklar daya
ditekan
ditekan
Frekuensi
di atur
pada
kanal 2


10.8.2. Pengukuran Lebar Penalaan Tuner Televisi

Tujuan :
Pengamatan variasi control
wobbuloscope, menggunakan
alignment penerima TV

Peralatan Yang diperlukan :
Patern generator, Wobbuloscope,
Balun, penerima TV dan kabel
penghubung.

Teori pendukung
Wobbuloscope terdiri dari sweep
generator, CRO dan sebuah
marker generator, yang dapat
mengatur frekuensi respon
penglihatan yang berkaitan

dengan sinyal suara sebaik
penguat IF penerima TV. Pattern
generator sebagai sinyal masukan
pada penerima TV untuk
memfungsikan kerja TV dengan
sinyal stabil. Alignment penerima
TV menggunakan wobbuloscope.
Dengan menggunakan
wobulloscope dapat menguji
respon penguat IF video, penguat
video, penguat IF suara dan
semua frekuensi respon dengan
menggunakan blok diagram
berikut ini. Respon penguat dapat
dilihat pada tampilan layar
osiloskop.

















Gambar 10-27. Pengawatan pengujian lebar penalaan tuner

Dua frekuensi dibangkitkan oleh
sweep generator. Pada umumnya
satu frekuensi dibawah 100 Hz
yang dinamakan frekuensi
wobbulator dan yang lain
berkaitan dengan menghasilkan
frekuensi senter IF penerima TV
33,4 MHz, 38,9 MHz secara
berturut-turut. Keluaran sinyal dari
wobbuloscope dihubungkan
dengan masukan kanal X
osiloskop secara langsung dan
yang lain sinyal dihubungkan ke
balun (75:300) untuk penyesuai
impedansi ke bagian tuner dari
penerima dan keluaran tuner
Pembelok Y
Pembelok X
Balun


Sweep mark
generator
Tuner 75 : 300
CRO

X

X Y


diberikan pada pelat Y ososkop.
Kurva respon akan diperagakan
pada layar CRO. Untuk
memudahkan fungsi perbagian
penrima TV sebaiknya

Hubungan dibuat perblok dan pengaturan meliputi :
1. Pengaturan halus frekuensi
sapuan (sweep)
2. Pengaturan cakupan kasar
frekuensi sapuan
3. Saklar On/Off
4. Menandai pengaturan
frekuensi cakupan kasar
frekuensi
5. Menandai pengaturan halus
frekuensi
6. Pengaturan lebar sapuan
attenuator
7. Memutar dial untuk mencari
frekuensi mark
8. Pengaturan pergeseran Y, X,
focus, ilumuniasi, Time/div,
Amplitudo/div CRO
9. Soket keluaran RF
10. Keluaran terminal marker.

Hasil :
Hasil pengamatan yang
diharapkan :
(i) Frekuensi marker IF AM radio
455KHz
(ii) Frekuensi IF FM video - 10.7
MHz
(iii) Jarak frekuensi pembawa
antara IF suara sampai IF
video 5,5 MHz
(iv) Frekuensi IF video 38,9 MHz
(v) Frekuensi IF suara 33,4 MHz.
(iii) Inter carrier frequency between
SIF to VIF is 5.5 MHz
(iv) VIF - 38.9 MHz
SIF - 33.4 MHz
Kompetensi yang diharapkan dari
pembelajaran ini adalah :
1. Mampu menjawab pengertian
wobbuloscope
2. Mampu mengaplikasikan
wobbuloscope
3. Mampu melakukan
pengaturan control panel dari
wobbuloscope
4. Mampu menspesifikasikan
wobbuloscope

10.8.3. Pengaturan Gambar dan Suara Menggunakan Pattern
generator

Peralatan yang diperlukan :
Pattern generator, Penerima TV

Teori
Pattern generator memberikan
sinyal video langsung dengan
modulasi FR pada kanal standar
televisi sehingga dapat digunakan
untuk menguji dan alignment
penerima TV. Sinyal video
dirancang untuk menghasilkan
Pola geometric sederhana seperti
batang vertikal, batang horisontal ,
cross-hatch, kisi-kisi, papan catur
dan Pola degradasi. Pola ini
convenient untuk alignment


geometri raster dan linieritas, juga
untuk pengaturan penguat.
Modulasi kanal RF dengan
menggunakan FM untuk
suara difasilitasi dengan sinyal
pembawa, membuat sangat
berguna sebagai sumber sinyal
TV dengan tujuan perbaikan.
Jika tidak ada raster dan suara
dari penerima, rangkaian power
supply yang diumpankan pada
pemanas dengan nilai B+, yaitu
tegangan Vcc perlu dicek. Perlu
dilakukan pengecekan sekering
dalam supply. Kerusakan
komponen lain adanya
kemungkinan hubung singkat di
rangkaian utama. Variasi uji
pattern untuk mendapatkan
alignment penerima TV
sebagai berikut : .
1. Lingkaran berlatar belakang
hitam digunakan untuk
pengecekan pembentukan
frame gambar, sementara latar
belakang warna hitam lebih
cocok untuk pengecekan
refleksi.
2. Garis Centre cross / Border
memberikan fasilitas
pengetesan pemusatan layar
TV, linieritas defelski dan
pembetulan pin cushion.
3. Pola putih 100% dengan burst
warna digunakan untuk
pengecekan puritas dan
pengoptimalan berkas.

Prosedur Pemakaian
1. Menghubungkan penerima TV dihubungkan dengan pattern
generator.
2. Pola gambar dipilih sesuai dengan fungsi pola, misal pola lingkaran
untuk menguji linieritas defleksi.
3. Gambar monitor diamati kesempaurnaan gambarnya untuk
dianalisa kesempurnaan fungsi bagian penerima TV.
4. Ganti masukan dengan sinyal video komposit untukdilihat fungsi
penerima V berdasarkan kerja masing-masing blok.
5. Hubungan penerima TV dan patern generator pada gambar berikut.

















Gambar 10-28. Pattern generator dengan TV pengetesan fungsi

6. Bentuk gelombang perblok
diamati sebagai acuan gambar
rabgkaian TV beserta bentuk-
bentuk gelombang ditunjukan
halaman berikut.

10.8.4. Pembangkit pola
dipasaran
Banyak model ditawarkan dalam
pasaran diantaranya gambar
berikut ini.









Gambar 10-29. Model-model pembagkit pola di pasaran


jalur transmisi



Tabung gambar








Gambar 1030. Blok Diagram Penerima Televisi BW
Anoda
A
B
DC Power
Jalajala AC 220V
RF
Amplifier
Mixer
Lokasl
osilator
IFA video Video
detektor
Dioda
MIxer
UHF Osc
UHF tuner
VHF tuner
Syn
separator
Osc vertikal
Horisontal
AFC
Penguat
Vertikal
Horisotal
defleksi
Penguat
Horisontal
Dioda
Damper
Penyearah
HV


AGC

Trap 4,5 Hz
Power
Supplay
4,5 MHz
IFA suara
4,5 MHz
Detector suara
Audio
Amplifier


10.8.5. Pola Pengetesan Sinyal Video
Di bawah ini jenis-jenis pola pengetesan video untuk penerima
televisi, VCD dan DCD player.



Gambar 10-31. Macam-macam pola pengetesan sinyal video




Tujuan :
Setelah membaca pembahsan mesin tester mampu :
1. Mendiskripsikan peralatan yang digunakan
2. Mampu menjelaskan kegunaan mesin tester dan memahami alasan
mengapa alat ini efisien digunakan mendiagnosa kerusakan mobil.
3. Memahami jenis-jenis dan kegunaan mesin tester, penganalisa gas.
11.1. Pengantar
Pada dasarnya jantung mesin
tester ini adalah MSO yaitu jenis
osiloskop merupakan gabungan
dari osiloskop perekam digital
dan spektrum analiser.
Keistimewaan MSO yaitu dapat
digunakan untuk mengukur
tegangan multi kanal dan multi
frekuensi. Hasil pengukuran
ditunjukkan sebagai spectrum
frekuensi dari beberapa frekuensi
yang spesifik untuk pengukuran
pada titik tertentu.
Dalam system terapan analisis
kerusakan mesin ini memadukan
sistem kontrol dan system
komunikasi dengan navigasi GPS
protocol CAN, LIN dan MOST.
Serial buses yang sekarang ini
sangat popular ditunjukkan dalam
gambar 11-1 di bawah ini.

















Gambar 111. Bagan serial buses mesin tester
BAB 11
MESIN TESTER

















Dengan sistem elektronik
otomotip yang ditempatkan pada
sistem pencampuran sinyal maka
dapat digunakan beberapa
sensor dan motor analog yang
mengontrol dengan kontrol digital.
Sekarang siloskop tradisional
merupakan perangkat. Namun
osiloskop tradisional dan digital
mempunyai banyak keterbatasan,
meliputi kebocoran pemicuan
yang kompleks dan keterbatasan
akuisisi kanal masukan. Oleh
karena itu, suatu kelas baru
peralatan pengukuran yang
dikenal Mixed signal oscilloscope
(MSO) lebih banyak memberikan
keuntungan untuk debugging dan
memverifikasi sifat operasi dari
perancangan otomotip sekarang
ini. Untuk mengilustrasikan
keuntungan serta keunikan MOS,
pada aplikasi ditunjukkan
metodologi perancangan

debugging tipikal untuk
menyelesaikan masalah integritas
sinyal dalam sistim otomotip yang
didasarkan CAN. Sementara itu
pada sinkronisasi dan
penerimaan perbedaan sinyal
CAN dari data sensor analog
yang ditransmisikan secara digital
ke ECU, MSO akan selalu
digunakan pengulangan
pengambilan dan mengukur
amplitudo keluaran dari sensor
analog pada bagian masukan
jarak jauh. Pada saat yang sama
MSO juga digunakan untuk
mengindera sinyal kontrol SPI
dalam ECU. Namun sebelum
menggali perancangan CAN
otomotip secara khusus dan
bagaimana menggunakan MSO
untuk debug dan menyelesaikan
masalah integritas sinyal, terlebih
dahulu dipelajari prinsip kerja
MSO
.







Komunikasi longhaul peka
terhadap masalah integritas sinyal
yang disebabkan oleh lingkungan
berisik yang didapatkan dalam
otomobil, meliputi interferensi sinyal
karena sistem pengapian, dan
sistem acak yang seringkali dapat
membuat kesalahan selama siklus
komunikasi kritis.

Gambar 112. Mesin Tester


11.1.1. Mixer Signal Osciloscope (MSO)
MSO merupakan instrumentasi
hybrid yang mengkombinasikan
semua kemapuan pengukuran dari
osiloskop penyimpan digital (DSO)
dengan beberapa kemampuan
pengukuran dari penganalisan
logika (Logic analyzer), dengan
analisis protokol serial ke dalam
satu instrument yang sinergi.
Dengan MSO mampu melihat
beberapa kelurusan waktu (time
alignment) analog, yang
dikodekan ke dalam digital secara
seri dan paralel. Bentuk
gelombang pada peraga yang
sama ditunjukkan pada gambar
11-3. Meskipun sekarang ini
banyak osiloskop tradisional
memiliki kemampuan
penpemicuan yang terbatas,
beberapa MSO meliputi pemicuan
seri yang canggih dan analisis
decode protokol yang optimis
untuk sistem pencarian kesalahan
elektronik otomotip.

MOS pada umunya mempunyai
kebocoran yang besar pada kanal
akuisisi digital full-fledged logic
analyzer, dan juga dengan
protokol analisis mempunyai
kebocoran tingkat abstraksi tinggi.
Namun MSO masih relatip
sederhana sehingga
memungkinkan digunakan dengan
mudah dan mencegah
kekomplekan dalam
mengoperasikan penganalisaan
logika dan penganalisa protokol.
Penggunaan MSO sama seperti
penggunaan osiloskop pada
umumnya. Karena integritas MSO
sangat tinggi, menjadikanya
sangat mudah digunakan dari
pada dua kotak dengan bebas
dicampur sinyal pengukuran,
solusi terdiri dari lingkup manapun
yang dihubungkan ke penganalisa
logika atau lingkup yang
dihubungkan ke bus serial
penganalisis protokol.







Gambar 11-3. MSO



MSO yang baik adalah yang
familiar digunakan, memberikan
penyegaran bentuk gelombang
dengan cepat, termasuk di
dalamnya serangkaian pemicuan,
analisis dan operasi sangat
menyerupai osiloskop tidak seperti
penanalisa logika atau
pengenalisa protokol . Gambar 11-
3. menunjukan salah satu jenis
MSO yang digunakan di industry.

11.1.2. Verifikasi Sifat Operasi Dari Sistem Windshield-Wiper
Otomatis





















Gambar 11-4. Pengambilan gambar ganda SPI dan CAN dengan menggunakan
MSO
Sebelum integasi perancangan otomobil diluncurkan, MSO terlebih
dahulu digunakan dalam laboratorim, diverifikasi sifat rangkaian dan
operasi protocol dari sistem windshield- wiper otomatis.
Gambar 11-4.. menunjukkan beberapa hubungan waktu sinyal
analog dan digital dari sistim prototip pengindra dan diperagakan
bentuk gelombang pada kanal 1 (puncak penjejakan) berbeda dengan
sinyal bus CAN yang dikomunikasikan ke variasi sub sistem jarak jauh
termasuk sistem windshield-wiper. Bentuk gelombang kanal 2
(penjejakan di tengah) menunjukkan tingkat sinyal keluaran analog dari
sensor hujan jarak jauh yang secara optik mendeteksi hujan / salju yang
mengenai windshield. Juga ditinjukkan adanya variasi waktu yang
dihubungkan dengan sinyal kontrol SPI (penjejakan ditunjukkan dekat
dasar peraga osiloskop) dalam ECU meliputi CLOCK, DATA, CS dan
sinyal INTERUPT semua penginderaan dipantau dengan menggunakan
MSO dengan pewaktuan logika 16 kanal.



Bus penjejajakan multiwarna
ditunjukkan pada bagian bawah
peraga osiloskop, informasi
korelasi waktu CAN yang telah di
decode dibaca kanal akuisisi CAN
yang dipilih pemakai dalam hal ini
kanal 1. Dalam perancangan
khusus ini, amplitudo keluaran
sesaat dari sensor analog jarak
jauh diubah kedalam nilai digital
dengan pengubah analog ke
digital (ADC), kemudian secara
berturut-turut dikirimkan ke ECU
sebagai data byte tungal dalam
satu bingkai khusus (07F HEX).

Pengulangan transmisi
penginderaan dari keluaran sensor
dan menguji sifat operasi prototip
MSO diperlukan untuk mengatur
pemicu pada bingkai data 07FHEX
sebagaimana ditunjukkan pada
gambar 3. Keluaran sensor
berbentuk sinyal analog selalu
ditranmisikan dalam bingkai ini.
Dengan pengaturan kondisi
osiloskop, ahli perancang otomotip
telah mampu memudahkan
pengukuran amplitudo analog dari
keluaran sensor (3,14 V)
sementara itu juga memantau dan
memverifikasi nilai data, (BHEX)
yang sebenarnya telah
ditranmisiskan dalam paket CAN.
Sementara pengetesan sistem
prototipe wiper otomatis dalam
laboratorium diamati tidak
bermasalah, dan perbedaan sinyal
CAN muncul hampir tanpa nois.
Sayangnya bila subsistem
otomotip diintegrasikan ke dalam
otomobil, sistem wiper otomatis
menjadi tidak reliable dan ini
ditentukan oleh nilai data yang
diterima oleh ECU, yang tidak
selalu sesuai kondisi pisik nyata
dari sensor. Bila masalah
rangkaian dapat diprediksi dan
dilakukan pengulangan, ini
menjadi lebih baik dan mudah
memisahkan tugas untuk
menemukan sebab utama dari
masalah rangkaian. Namun
perancangan khusus otomotip ini
telah diintegrasikan ke dalam
otomobil, peran transmisi data dari
sensor acak membuatnya sulit
untuk memisahkan sebab dari
masalah.

Sinyal yang sama dengan aslinya
diukur dalam laboratorium, namun
pada saat itu sinyal diindera
dengan sistem wiper otomatis
dintegrasikan ke dalam otomobil
ini ditunjukan pada gambar 11- 4.
Sekarang bisa dilihat pengaruh
nois dan interferensi pada sinyal
perbedaan CAN, yang disebabkan
oleh kebisingan yang keras pada
kendaraan. Ahli perancang
otomotip memantau peraga
osiloskop, sementara itu pemicuan
secara berulang-ulang pada data
bingkai ID 07FHEX. Ahli sekali-kali
mengamati cahaya merah dalam
tanda decode CAN (bawah
penjenjakan) dalam gambar 11-5.




Gambar 1-5. Kesalahan acak yang teramati dalam dekode CAN pada bingkai
data ID : 07F HEX

MSO mendecode CAN, dalam
perkembangannya kondisi jelek
dikodekan dengan warna CRC
merah, dan kondisi salah dalam
bingkai lain ditunjukan sebagai
penjejakan bus warna merah.
Osiloskop ini mempunyai
kecepatan update bentuk
gelombang yang cepat (di atas
100 000 bentuk gelombang
perdetik dalam waktu sebenarnya)
dan perangkat keras secara serial
dipercepat mendekode untuk
mengambil data transmisi dengan
hasil yang jarang jelek. Hardware
dipercepat secara serial
mendekode peraga, mendekode
string secepat 60 kali perdetik
lebih cepat dari kemampuan mata
manusia membaca, namun cukup
rendah untuk melihat kode warna
kondisi salah, ini jarang terjadi, jika
ini terjadi. Kebanyakan osiloskop
dengan memori dan memecahkan
kode serial mempunyai
kemampuan penyegaran sangat
lambat. Ini terutama dikarenakan
pemecahan kode menggunakan
perangkat lunak paska
pemrosesan. Penyegaran bentuk
gelombang dan pemecahan kode
sering mengambil waktu beberapa
detik. Ini berarti bahwa jika terjadi
kesalahan jarang, kebanyakan
kondisi salah akan terjadi secara
acak selama osloskop mati bukan
selama osiloskop melakukan
akuisisi . Ini membuat hamper tak
mungkin menangkap errant
transmisi secara acak dengan
menggunakan osilokop tradisional,
mustahil mampu melakukan
penpemicuan CAN dan
mendekode. Namun perangkat
keras dipercepat dengan CAN
decoding MSO secara statistik
ditingkatkan probabilitasnya
menangkap keacakan dan kondisi


kesalahan karena kedua bentuk
bentuk gelombang dan decode
CAN mempunyai kecepatan
penyegaran data melampaui
kecepatan pengulangan bingkai
data 07FHEX. Untuk
menyegarkan tampilan osiloskp
dengan satu kejadian data
transmisi jelek, atasi terlebih
dahulu dengan mencoba tekan
lingkup panel depan. Kunci
STOP bila diamati tanda decode
merah.Sayangnya bentuk
gelmbang osiloskop dan
kecepatan penyegaran data
decode sangat cepat, maka ketika
STOP ditekan beberapa urutan
akuisisi telah dilakukan dan
peraga selalu berhenti pada data
tranmisi yang baik.

11.1.3. Pemicuan MSO Pada Bingkai Kesalahan Mengungkapkan
Masalah Integritas Sinyal
Langkah berikutnya pada saat
mengatur pemicuan osiloskop
hanya untuk menyerempakkan
bingkai kesalahan sebagaimana
ditinjukkan pada gambar 11-6.
Dengan mengatur kondisi pemicu
( pemicu pada bingkai kesalahan),
osiloskop hanya menangkap dan
memperagakan transmisi CAN
jelek dan mengabaikan transmisi
yang baik. Sekarang teknisi dapat
menekan salah satu kunci STOP
pada waktu manganalisa kualitas
sinyal jelek yang terakhir
ditransmisikan bingkai CAN, atau
menggunakan osiloskop pendek
tunggal dengan mode untuk
membekukan peragaan pada data
transmisi jelek berikutnya. Dari
hasil peragaan ini teknisi
mengutamakan kecurigaan pada
masalah data transmisi acak
terutama urutan acak nois
diteruskan ke perbedaan sinyal
CAN (puncak penjejakan). Maka
dapat dilihat bahwa nosie
menumpang pada sinyal CAN
muncul dengan distribusi
Gaussian. Sebagai bukti dengan
diberikan tingkat intensitas peraga,
osiloskop mampu pembesar
beberapa kali dari pada sistem
peraga serupa pada osiloskop
analog tradisional. Namun setelah
pengukuran tingkat keacakan nois
dengan standar deviasi MSO,
teknisi menentukan bahwa tingkat
sinyal nois dalam toleransi khusus
dan tidak mempengaruhi
kesalahan.




Gambar 116. Pemicuan pada CAN bingkai error mengisolasi perbedaan akuisisi
CAN pada bingkai transmisi pengulangan bentuk gelombang giltch

Setelah jauh menginspeksi
perbedaan sinyal CAN pada kanal
1, teknisi akan menemukan bahwa
glitch sempit telah terjadi selama
transmisi bingkai data terutama
muncul pada ujung ke 5 dari sinyal
perbedaan CAN. Bila dilihat
rekaman bingkai CAN dalam
kondisi normal yang dimampatkan
dari hasil memori bagian dalam
akuisisi (di atas 8 M titk) menyebar
pada layar peraga dengan time
base pada 200 s/div (gambar 11-
7), glitch dengan mudah dapat
dilihat dengan osiloskop resolusi
kecepatan sampel yang tinggi
(sampai di atas 4 GSa/s).

Setelah menemukan glitch dan
mengukur amplitudo dengan
kursor MSO, teknisi menekan
tombol RUN pada panel depan
osiloskop untuk memulai kembali
pengulangan akuisisi sementara
pemicuan hanya pada bingkai
yang salah. Sementara
mengamati penyegaran
pengulangan bentuk gelombang
pada osiloskop , teknisi dapat
melihat bahwa glitch tidak hanya
jarang terjadi, namun juga dalam
lokasi acak dalam bingkai data
dan tidak ada hubungan pasa
secara khusus pada perbedaan




Gambar 11-7. Perbesaran bentuk gelombang glitch pada CAN

sinyal CAN. Ini dimunculkan
bahwa glitch disebabkan oleh
sambungan sinyal dari sumber
yang tidak berkaitan dengan pasa.
Jika sumber dari glitch dapat
dilacak turun, kemudian sebab
utama bisa ditemukan dengan
lebih mudah ditentukan dan
ditetapkan.

11.1.4. Pemicuan MSO Mengungkapkan Glitch Acak Sebagai
Sumber Masalah
Untuk menyerempakkan peragaan
osiloskop pada glitch yang tidak
berkaitan dengan pasa lebih baik
dari pada bingkai kesalahan, ahli
perancang otomotip pada
tingkatan berikutnya mengatur
osiloskop secara unik dengan
memicu pada glitch. Cara ini
dipenuhi dengan menggunakan
kemampuan osiloskop pemicu
lebar pulsa , yang dapat memicu
pada salah satu pulsa positip atau
negatip di dasarkan pada
keacakan kejadian glitch, selalu
menangkap dan menunjukkan
glitch didekat lokasi kegagalan
pemicu di tengah layar osiloskop.
Sekarang bingkai data CAN
dimunculkan tidak dikaitkan dalam
istilah hubungan pasa relatip
terhadap sumber pemicu glitch.

Untuk melacak turun sumber
glitch, teknisi kemudian
menghubungkan probe yang lain
pada kanal yang tidak digunakan
(kanal 4) dari kanal 4 sampai 16.
MSO memulai mengindera sinyal
yang dicurigai dalam otomobil
untuk melihat sinyal yang mana
mungkin tidak diserempakkan /
berkaitan dengan pasa pada
glitch. Setelah beberapa menit,
teknisi menemukan sumber glitch
seperti ditunjukkan pada gambar
11-8. Bentuk gelombang kanal 4
(bagian dasar warna merah muda)
menunjukkan pulsa digital yang


dikontrol sebuah relay yang
memicu sentakan tegangan
tinggi dalam sarana pengatur
tegangan. Jika siklus pengatur
tegangan selama waktu transmisi
dari bingkai gambar ID : 07FHEX ,
kesalahan akan adakalanya terjadi
dalam sistem windshield-wiper.




Gambar 11-8. .Lebar pulsa Pemicu pengulangan sumber acak dan glitch

Pada saat teknisi melacak turun
sumber masalah, ini jelas mudah
untuk mengisolasi node
windshield-wiper CAN dari sinyal
tegangan tinggi dalam
perlindungan yang lebih baik, yang
mana juga secara signifikan
dikembangkan sistem CAN yang
kebal terhadap nois.

11.1.5. Penambahan Pengetesan Troughput ECU Otomotip
Pengaturan sistem kelistrikan
otomobil kurang dan baik, kadang
kurang dan kadang melampuai.
Cakupan tegangan dapat dari 11
sampai 15 V di bawah kondisi
normal dan dari 8 sampai 24 V
pada saat transien permulaan dan
konisi kerja. Sebagai akibatnya
batas pengetesantegangan
diperlukan menjadi bagian dari
satuan kontrol mesin (ECU) untuk
diveifikasi sifat operasi dan
toleransi kondisi tegangan bias
ekstrim. Permasalahannya setiap
detik waktu pengetesan dihitung
dalam persaingan pasar elektronik
otomotip. Pengetesan pengganda
tegangan bias bagian dari
pengetesanECU.Kebanyakan
sistem tegangan DC menyediakan
waktu yang diperlukan signifikan
untuk mengubah dan mengatasi
pengaturan keluaran baru,
menambah beberapa detik pada


waktu pengetesan secara
keseluruhan.
Industry bidang elektronik
otomotip telah membuat modul
sistem power dan modul power
suplay yang mengurangi waktu
pengetesanECU dan
meningkatkan pengetesan meliputi
: modul supplay cakupan otomatis
yang dapat diaktifkan dengan
program untuk pengeluaran dan
transisi cepat mampu melayani
dengan kemampuan daya 100 W
arus 10A.











11.1.6. Karakteristik Input dan Output
ECU menggunakan sinyal sarana pemantau yang banyak sekali. Dalam
menata dan mengontrol mesin dan untuk mengoptimalkan operasi
peralatan. Gambar 1 menunjukkan rangkuman sinyal input dan output
dari ECU pada umumnya.



Gambar 11-9. Masukan dan keluaran ECU

Kelebihan Modul
x Waktu pengolahan komando lebih cepat sehingga mengurangi
waktu pengetesan.
Waktu untuk mengeluarkan hasil pengetesan kurang dari 4 ms.
Modul dapat diidentikan parallel dan dioperasikannya sebagai
keluaran virtual tunggal untuk arus keluaran dan daya yang lebih
besar pengetesandaya ECU yang lebih besar.





11.2. Elektronik Pengetesan Fungsi Otomotip Menggunakan Sistem
Komponen
Sekarang ini tedapat beberapa
jenis modul elektronik dalam
otomotip dan satu yang baru
tumbuh dengan cepat, Dalam
banyak kasus , modul frekuensi
rendah tanpa kemampuan
frekuensi tinggi semua dapat diuji
menggunakan sistem tunggal.
Aplikasi ini diuraikan bagaimana
baiknya menggunakan produk
industry dengan sistem komponen
untuk menciptakan pemanfaatan
sistem yang dapat diatur untuk
fungsi pengetesan otomotip pada
frekuensi rendah. Banyak produk
modul elektronik didapati di mobil,
terdapat beberapa kesamaan :









Modul-modul di bawah ini memiliki
karakteristik yang
memungkinkannya digunakan
untuk menguji sistem uji tunggal.
Sub sistem yang diperlukan
adalah :










11.2.1. Penghitungan
Pembicaraan pada umunya,
sistem pengetesan fungsi yang
diperlukan computer sebagai
pusat pengontrolan. Kebanyakan
pilihan saat ini PC unggulan
seperti Windows 2000 atau Xp
meskipun tentunya jenis lainpun
dapat digunakan, meliputi kontrol
real-time. Dalam beberapa kasus
bila produk PC tidak dijadikan
pertimbangan terutama alasan
keamanan, peralatan dapat
dikontrol dengan menggunakan
Programmable Logic Kontroller
(PLC), yang menggunakan
tangga logika ntuk mencapai
kendali, tapi ini bisa sulit
dikerjakan karena secara normal
pengetesaninstrument
membutuhkan komando ASCII
1. Mengontrol pelayanan daya mesin, kontrol transmisi
2. Body-lighs, suara, kunci pintu, jendela, penyeka
kaca depan mobil
3. Anti lock break (ABK/ pengunci anti retak)
4. Airbag.
1. Penghitung dan I/O (LAN / USB / LIN / GPIB)
2. Komunikasi serial (CAN, LIN, ISO9141)
3. Instrumentasi stimulus frekuensi rendah (DMM, Dgitizer)
4. Beban dan Stimulus, Pensaklaran Pengukuran
5. Piranti yang diuji (Devices Test Under Test /DUT),
sumber daya DC
6. Sambungan masal.


dikirm melalaui bus seperti LAN,
USB atau GPIB. Suatu alternatif
pada PLC adalah instrument yang
sebenarna mempunyai bangunan
computer di dalamnya yang
demikian ini seperti oscilloscope
Infinium. Instruimen yang demikian
dapat digunakan sebagai sistem
kontrol. Oleh karena itu
kebanakan rak pengetesan
menggunakan salah satu
standalone rack-mounted PC atau
PC yang ditempeli cardcage yang
demikian ini seperti VX1 atau PX1.
Standalone PC pada umumnya
biaya lebih rendah dari pada
ekuivalen PC embedded dan juga
mempunyai banyak ruangan untuk
peripheral di dalamnya sehingga
banyak pilihan. Terdapat juga rak
yang menonjol, ini kontras dengan
PC desktop yang biasanya banyak
pertentangan dengan rak.



Gambar 11-10. Rak PC mountable
Sebagaimana halnya untuk
instumen baru industry telah
mengeluarkan dengan teknik
perantara antarmuka LAN dan
USB. LAN memberikan lebih
efektif dan tidak mahal untuk
menstranfer data ke instrument.
Bagian perpustakaan I/O
memberikan kemudahan bagi
industry untuk menstandarisasi
hubungan instrument ke PC
melalui hub, saklar atau penerus
sinyal. Gambar 2 menunjukkan
bagaimana LAN dapat menjadi
tulang punggung sistem ,
menghubungkan ke banyak
instrument virtual.



















Gambar 11-11. Komunikasi Serial

12.2.2. Komunikasi Serial
Modul elektronik modern memiliki
sistem bus serial saling
berhubungan. Protokol dalam
pemakaian bersama
menggunakan CAN, LIN, ISO9141
dan J1850, terdapat banyak
kelebihannya. Antar muka serial
ini digunakan untuk beberapa
tujuan yaitu :


(1) Sarana operasi, informasi pusat pengontrolan langsung dan
memfungsikan dan dapat memberikan waktu transfer yang cepat
dari informasi sensor (kecepatan roda, temperature) ke kontroler.
Protokol serial juga digunakan untuk mendiagnosa medan demikian
ini seperti pelayanan teluk pada papan diagnosis (OBDII).
(2) Selama pengetesan pabrikasi, dapat digunakan untuk mengaktifkan
bangunan pengetesan mandiri (sering dinamakan BIST) atau DUT-
tes dibantu) rutin yang mengisolasi satu bagian dari modul pada
waktu yang modul tidak harus dijalankan dalam operasi mode
urutan pelayanan pengujian. Dalam kenyataannya menjadi
penghemat. Perusahaan yang tidak menyediakan BIST rutin
umumnya mempunyai waktu pengetesan yang dapat dilakukan
dalam waktu beberapa menit, dibandingkan dengan kira-kira 10
sampai 20 detik untuk modul yang mempunyai BIST.
(3) Pada akhir pengujian, kode operasional dapat didownload ke dalam
modul.




Gambar 11-12. Modul variasi protocol serial

11.2.3. Instrumentasi Pengukuran Frekuensi Rendah
Digital multimeter (DMM)
sebekumnya merupakan
instrument yang diperlukan oleh
sistem pengetesan, Tidak hanya
baik untuk pengambilan tegangan
DC dan AC dengan cepat,
pengukuran arus dan resistansi
untuk pengetesan DUT tetapi juga
memberikan layanan sebagai alat
diagnostic untuk melakukan
verifikasi jalur saklar dalam sistem,
Dalam banyak kasus relatip tidak
mahal . Oleh karena itu ,
bijaksana untuk tidak
mengeluarkan aturan 8,5 digit
yang lebih mahal jika pengubah
digital diperlukan.
Pengetesan modul mesin kontrol
tipikal memerlukan pengukuran
induksi flyback dari dari kumparan
pengapian (-450V) dan injector
bahan bakar (-80V). Terdapat
spike energy tegangan rendah, ,
tapi tegangan tinggi diperlukan
untuk perawatan khusus. Karena
relay dapat menahan tegangan
300 V tanpa masalah, tegangan
spike 80V dari penyuntikan bahan
bakar dengan mudah dapat
diukur. Oleh karena itu,
diperlukan kumparan flyback
untuk pengapian sebelum
dilemahkan ini dapat dikur. Satu
cara yang baik untuk mengerjakan
menambah sebuah attenuator
(rangkaian pelemah sinyal) ke
sistem dengan menggunakan
card. Dapat digunakan pembagi
resistif sederhana, atau
penyelesaian yang lebih eksotis
dapat dicapai dengan
menempatkan attenuator cakupan
ganda pada card atenuasi di
bawah 14 V. Dalam cara ini dapat
diperoleh akurasi penuh pada
tegangan saturasi sementara itu
masih mampu mengukur tegangan
tinggi flyback sedikit banyak
mengurangi ketelitian.





Gambar 11-13. Rangkaian card breadboard

11.2.4. Pensaklaran Beban dan Pengukuran
Hal lain yang dijumpai pada fungsi
pengetesanelektronik otomotip
adalah kebutuhan menempatkan
beban ke output untuk
mensimulasikan beban dalam
otomobil sebenarnya. Ini dapat
digunakan bola lampu, solenoid,
resistor, motor dan kadang modul
elektronik lain. Ini berate bahwa
secara pisik membutuhkan ruang
untuk membuat pengetesansistem
guna penempatan beban
sedemikian ini. Ini dapat
dikerjakan dengan sejumlah cara.
Sangkar Card yang cukup besar
untuk penempatan relay dan
beban dapat dipikirkan industry
mengeluarkan sistem uji TS-5400
seri II yand dinamakan satuan
saklar / beban (SLU). SLU
merupakan lampiran VME dengan
backplane khusus, dan antar
muka ke PC melalui sebuah port
parallel. Card relay khusus yang
mampu menahan arus beban
tinggi (2-30A). Dalam banyak
kasus, diperlukan beban yang
dapat ditempatkan secara
langsung pada card beban. Kotak
ini juga melayani sebagai tempat
untuk pensaklaran instrument.
Sebagai alternatif, beban dapat
ditempatkan pada tempat yang
muat beban, dengan kabel utuk
menjalankan sistem pensaklaran.
Arus yang lebih akan ditarik oleh
motor ataupun bola lampu harus
tetap ditangani secara eksternal.






Gambar 11-14. Saklar beban tipikal

Banyak pengetesansistem yang
diperlukan untuk menempatkan
tegangan statis maupun dinamis
dan arus mengalir ke pin DUT
yang bervariasi, kemudian
mengukur respon pin lain,
biasanya dengan DMM dan
osilsokop atau digitizer. Dalam
tingkat maksimum penggunaan
beda tegangan dari instrument
yang demikian, sementara biaya
pengetesan instrument serendah
mungkin tetap dipertahankan,
sering digunakan matrik arsitektur
pensaklaran. Matrik mXn akan
memungkinkan benyak titik DUT
dapat dihubungkan ke sumber
daya akan menjadi sangat besar
dan mahal. Oleh karena itu, jika
BIST rutin dapat digunakan untuk
memilih hanya bagian penting
modul, dapat digunakan sebuah
matrik mx8xn, memungkinkan 8
ujung tunggal atau 4 pengukuran
yang berbeda dijadikan satu.

Pengukuran dan stimuli relay
biasanya tidak dibutuhkan untuk
arus tinggi, dan dapat
diimplementasikan dengan reed
relay atau FET, memberikan
kecepatan pensaklaran tinggi
membantu untuk meningkatkan
throughput, pertimbangannya
adalah untuk pengetesan
produksi masal. Beban relay
biasanya memerlukan relay
armature, yang dengan alami
lambat (10-20 ms membuka dan
menutp lagi). Industri
mengeluarkan produk 34980
memberikan jenis pohon relay
konfigurasi yangbervariasi
dengan tujuan untuk memberikan
fleksibilitas maksimum.








11.2.5. Peletakkan Semua Bersama
Contoh arsitektur sistem yang
dapat digunakan untuk modul
elektronik otomotip kebanyakan
ditunjukkan gambar 9. Matrik
saklar memungkinkan beberapa
pengukuran piranti dihubungkan
ke DUT melalui kabel bus yang
berbeda. Lengan saklar digunakan
untuk beban dan mengisolasi card
DAC digunakan untk DC dan
stimuli AC. Power supplay
digunakan untuk memberikan
daya pada DUT. Sebuah PC
digunakan untuk mengontrol
semua piranti dengan
menggunakan LAN. Antar muka
komunikasi digunakan untuk
memberikan CAN atau seri
komunikasi lain ke DUT. Semua
pengawatan yang menuju DUT
akan dilewatkan melalui peralatan
tetap antar muka.


Gambar 11-15. Pengawatan "m" instruments x 4 2-wire busses x "n"
DUT pins "m" instruments x 4 2-wire busses x "n" DUT


Gambar 11-16. Perancangan system fungsi tes elektronik otomotip


11.3. Aplikasi
11.3.1. Pengetesan Rem Antilock dan Daya Tarik Kontrol Dengan
Elektronik Otomotip Fungsi Pengetesan Sistem
11.3.1.1. Sensor Reluktansi yang dapat divariasi
Sebuah sensor reluktasi variabel
(VRS/variable reluctance sensor)
diberikan pada masing-masing
sinyal kecepatan roda untuk
empat penerima ditempatkan di
ECM. Adakalanya, dibelakang
roda berbagi dengan sensor,
namun ini tampak nya kurang di
industry sekarang ini. Yang sering
digunakan adalah membangkitkan
dengan sensor berbanding
langsung dengan kecepatan.
Tingkat tegangan pada setiap
VRS cakupan dari 50 mVpp (pada
20 Hz) sampai 200Vpp (pada
5000 Hz).

11.3.1.2. Deteksi Kelicinan Roda
Dibangkitkansinyal dengan
frekensi yang sebanding dengan
kecepatan, frekuensi relative
masing-masing sensor menandai
kelicinan pada satu atau lebih
roda. Oleh karena platform
pengetesan memberikan di atas
empat independen, mengisolasi
frekuensi sinyal, jika semua roda
disimulasikan. Sinyal ini
memerlukan sapuan, sepanjang
perbedaan profil ramp, yang
secara tradisional pembangkit
frekuensi tidak mampu
mengerjakan.
11.3.1.3. Pengetesan Deteksi Kelicinan Roda


Tiga masukan sensor roda dari
tiga roda yang diputar dan
mempertahankan amplitudo tetap,
frekuensi mewakili kecepatan
konstan (1 Vpp pada 1 kHz).
Keempat sensor masukan roda
diberikan sapuan bentuk
gelombang ramp keduanya naik
dan turun (gambar 11-17).
Pengetesan divariasi untuk
meyakinkan adanya perbedaan
frekuensi antar roda, atau pada
frekuensi yangmeyakinkan untuk
diberikan ke roda, isolasi benar
atau pembersih solenoid diaktifkan




Gambar 11-17. Bentuk gelombang sapuan untuk keempat sensor roda

11.3.2. Pengetesan Ambang Kecepatan Roda
Respon yang dikehendaki dari
penerima VRS yang ditempatkan
pada ECM diilustrasikan gambar
2. Membuktikan perilaku yang
diinginkan membutuhkan
pengetesan pada beberapa
frekuensi untuk menandai
kecepatan ambang roda.
Pengetesan ini memerlukan
kemampuan untuk menerapkan
variasi tegangan maskan diskrit
dan nilai frekuensi. Pengetesan
meliputi frekuensi masukan dari 18
Hz, 400 Hz dan 1800 Hz pada
tingkat tegangan di atas dan di
bawah ambang pada setiap
frekuensi.






Gambar 11-18. Respon ABS/TC ECM terhadap masukan VRS

11.3.3. Pengetesan Selenoid Pengarah
11.3.3.1.Selenoid Pengarah
Dalam kontrol roda dari menyelip
selama kejadian ABS, tekanan
pengereman diatur dengan
kontrol solenoid pengarah
gambar 3 respon. Respon
ABS/TC, kemampuan akhir
terletak pada kemapuan ECM
untuk mengendalikan keadaan
klep pengendali solenoid.
Pengukuran tipikal meliputi
saturasi dan tegangan flyback,
kebocoran arus pengedali dan
ketelitian pengambilan masukan
ADC mikro kontroller ECM.



Gambar 11-19. Pengarah solenoid sisi bawah


11.3.3.2. Tegangan Saturasi
Tegangan saturasi (gambar 11-20)
penting untuk menandai
kesehatan solenoid pengendali
elektronik. Pada umumnya
tegangan saturasi bervariasi
dalam cakupan nilai 0,5 sampai 1
Volt.






Gambar 11-20. Profil tegangan deaktivasi selenoid

Tegangan saturasi seperti gambar
4 diukur pada keluaran solenoid
(node A gambar 3) jadi setelah
memutar on pengendali solenoid.
Tegangan ini mudah diukur
dengan DMM atau dengan
menggunakan digitizer (ADC) dan
mungkin diikuti dengan
serangkaian interogasi dari ECM
untuk menentukan tegangan yang
diukur.

11.3.3.3. Arus Bocor Pengarah
Informasi arus bocor pada
pengarah Information
memverifikasi kesehatan
pengarah FET (gambar 3). Arus
bocor berlebihan menunjukkan
kemungkinan kerusakan
elektrostatik (ESD).

11.3.3.4. Pengukuran Arus bocor
Untuk mengukur arus bocor
pengarah, putuskan hubungan ke
beban dan ukur arus yang
mengalir ke solenoid pengarah
sementara keadaan node gambar
11-20 pada keadaan off.

11.3.3.5. Ketelitian Pengambilan Kembali
Pada saat permulaan solenoid
pengarah, masukan ADC C
harus teliti dalam pengambilan
tingkat tegangan dan sebaliknya,
pada saat pengarah off harus
dengan teliti mengambil keuntuk
menentukan kondisi dari pengarah
dan beban solenoid. Akhirnya
untuk ABS/TC ECM bertindak
secara tepat dan melakukan
diagnosis keluaran solenoid
sendiri, pengambilan kembali C
ADC harus teliti. Misal selama
operasi pengetesan pulsa terus


menerus dibangkitkan setiap
beberapa mili detik dengan durasi
pendek sampai 300 mikro detik
demikian ini pada saat pengarah
tidak diaktifkan (gambar 11-21).


Gambar 11-21. Penerapan pulsa pengetesan untuk menetukan system
integritas

11.3.3.5. Pengetesan Beban Selenoid
Pemutusan beban solenoid dan
penerapan tegangan supplay DC
untuk mengaktifkan pengarah.
Menetukan tegangan yang diambil
kembali C ADC dengan
serentetan interogasi ECM.
Tegangan yang terukur pada C
ADC merefleksikan tegangan yang
diaplikasikan memberikan
pertimbangan untuk perancangan
rangkaian dari pengambilan data
kembali.

11.3.4. Smart Drivers
Sekarang ini sistem ABS/TC
sering diterapkan sebagai
pengarah cerdas yang kondisi
solenoid dan kembali off dengan
sendirinya jika situasi warrant,
sebagai hubung singkat pada
beban solenoid. Memverifikasi
pengarah cerdas merespon
secara tepat untuk mendeteksi
hubung singkat mungkin
memerlukan konversi analog ke
digital. Dua fakta yang diverifikasi :
(1) register mikro computer kondisi
arus berlbih pada saat beban
dihubung singkat, (2) Pengarah
cerdas beraksi secara tepat
dengan melakukan shutting down
untuk mencegah kerusakan.
Kenyatannya verifikasi ini
membutuhkan pengetahuan
puncak dan durasi profil arus
solenoid seperti gambar 8.
Akhirnya interogasi melalui
serangkaian hubungan akan
menetukan ECM yang telah
menginformasikan adanya kondisi
arus lebih.



Gambar 11-22. Profil arus selenoid

11.3.5. Pengujian Remote Keyless Elektronik Otomotif Sistem
Pengetesan Fungsi

Keamanan dan keselamatan hal yang tak terpisahkan dalam dunia
teknologi permobilan. Apakah kamu sedang menguji tanpa menyetem
remote masukan (RKE/Remote Keyless Entry) atau permobilan
yang memberikan perlindungan dari sarana pencurian. Industri telah
meproduksi elektronik otomotip yang berfungsi menguji sistem yang
dipersiapkan dengan pengetesan solusi.

Sebagaimana diperlukan untuk menambah kemewahan teknologi,
otomotip RKE sistem merupakan peralatan dengan setiap pintu atau
keluar trunk menambah cangih fungsinya meliputi starting engine,
pengesetan stasiun radio, posisi tempat duduk dan pengaturan cermin.
Kebanyak peralatan sistem RKE dengan ditempelkan pada bodi modul
kontrol (BCM/Body Kontrol Module) pengarah elektro mekanis untuk
mwngunci pintu, penyeka kaca depan mobil, pencahayaan dalam dan
fungsi lain yang demikian. Pengembangan didedikasikan modul kontrol
eletronik (ECM/Electronic Kontrol Module) untuk fungsi RKE yang juga
merupakan suatu pilihan. Gambar 11-23 mengilustrasikan komponen
pada umumnya yang digunakan BCM dengan fungsi RKE. Sebagai
tambahan,keberadaan kerja RKE menyambung dengan kebutuhan
penambahan keamanan dalam mobil dan kemunculan permobilan.

Apakah sampel yang disertakan dalam pengetesan fungsi pabrikasi
mengarah pada penambahan reliabilitas, keamanan dan pengunaan
sistem integritas pengetesan sistem RKE dan immobilizer.Elektronik
RKE disamping fungsinya berada dalam penterjemah kode input dari
kunci penipu komando untuk dialokasikan pengarah, elektro mekanis
melalui variasi bagian mobil. Pada umunya, aktivitas (gambar 11-24.)


melipti pembuatan kode dengan sebuah tangan pemegang kunci menipu
sinyal mendeteksi dan memposes dengan diikuti oleh pengesahan
verifikasi kaode ngesahan. Akhirnya modul elektronika membangkitkan
serangkaian komando atau keluaran pengarah bervariasi mengedalikan
(kunci pintu, moting pemposisi kursi dan lainnya).



Gambar 11-23. Modul bodi kontrol


Gambar 1124.
Pemancar


11.3.5.1. Pemancar
Kunci jarak jauh (pemancar)
gambar 11-24. meliputi
pengidentifikasian sinyal yang
dibangkitkan oleh rangkaian
terpadu (IC) dan dengan sumber
daya baterai. Sinyal identifikasi
pada umumnya perputaran kode
32 sampai 64 bit, diperlukan
dalam bentuk modulasi dan
pengurutan pemrosesan sinyal.
Untuk keperluan keamaan dan
sensitivitas algoritma
pembangkitan kode
memandangnya bagian
pengetesan milik pelanggan,
sering diperlukan perlakuan
sebagai kotak hitam. Dalam
kasus, begini pelanggan pada
umumnya menyediakan kode
untuk pemancar dalam bentuk
kunci pengerjaan atau piranti
modulasi. Karena pemancar RKE
secara virtual tidak aktif selama
99%, modul power rendah
penting. Ini mode mode pemancar
RKE tidak aktif, arus 100 nA
biasanya diterima dengan
gambaran arus 10 sampai 12 mA
untuk pemancar RF aktif.

11.3.5.2. Pengetesan Pemancar
Meskipun tidak selalu pengetesan
yang dilakukan keluaran dara RF
dari pemancar mungkin menarik.
Pengetesan mungkin termasuk
pengecekan kekuatan sinyal
keluaran amplitudo pemancar dan
frekuensi senter pada saat
memasuki mode particular.
Sebagai contoh, berikut berikut
keypad memerintahkan pemancar
masuk mode gelombang kontinyu
yang membangkitkan suatu
keluaran RF yang dimodulasi. Tes
mode yang lain mungkin meliputi
membangkitkan keluaran modulasi
AM atau FM. Pada saat
pengetesan, diketahui kerja
pemancar mungkin digunakan
untuk mengkalibrasi tester,
sementara urutan pengetesan
lengkap didasarkan pada analisis
kuat sinyal relatip. Sehubungan
dengan pengetesan ini, alat
spectrum analyzer mungkin
menjadi pilihan.

11.3.6, Perlindungan
Immobilizers
11.3.6.1. Terhadap Pencurian
Sebagaimana telah disebutkan di
atas, keberadaan RKE dapat
digabungkan untuk memenuhi
kebutuhan sekuriti dalam mobil
dan keadaan darurat dari
kemunculan immonilizer guna
melindungi dari pencurian.
Sebagaimana harga dan
kerumitan mobil membutuhkan
sekuriti lebih besar untuk
melindungi dari pencuri. Pabrikasi
mobil sebaik perusahaan asuransi
meningkatkan standar masa
depan mobil. Sebagai akibatnya,
industry bergerak mengarah
penggunaan yang lebih luas dan
sistem sekuriti dasar. Sistem RKE
memberikan kenyamanan sistem
kontrol jarak jauh dan sarana
sekuriti, memberikan perlindungan
terhadap pencurian. Bila sebuah
kunci yang tidak sesuai digunakan
dalam pengapian, immobilizer
akan meng off kan rangkaian
starter sehingga mesin tidak akan
menyala.



Immobilizer dikomposisikan dari
kumparan magnit disekitar
pengapian, muatan akan
mendeteksi modul (transceiver)
dalam ECM, sebaik peralatan
kunci semu dengan transponder.
Sebagai aksi aliran (gambar 3)
fungsi immobilizer I berada dalam
sinyal komunikasi antara
transponder dan muatan modul
dari sistem ECM sehingga sistem
dapat menentukan ya dan tidak
untuk menghidupkan mesin.
Dalam banyak kasus secara
fungsinal immobilizer menjadi
bagian dari BCM sementara
dedikasi immobilizer pada ECM
tidak bersama-sama.

Identifikasi Frekeunsi Radio Transponder (RFID)
Kunci semu berisi rangkaian
terpadu transponder. Bila kunci
semu ditempatkan dalam
pengapian, IC menginduksi arus
dalam medan magnit kumparan
melingkar, oleh karena itu
keberadaan kumparan, akan
mengumpankan ke dalam
rangkaian yang dapat diatur.
Muatuan sat siklus (burst RF)
diinisialisasi oleh transceiver,
transponder membisiki untuk
memancarkan pesan asli yang
telah dimodulasi. Pesan dating
menerobos siklus muatan
pemancar dari 120 ms sampai 250
ms. Respon transponder,
umumnya dicirikan sebagai
modulasi AM atau FM dalam
mode non-return to zero (NRZ)
dengan durasi < 20 ms.
Sebagaimana dalam kasus remote
tanpa kunci memasuki knci semu,
bagian ini menguji kepemilikan
pelanggan dan diberikan juga
suatu pekerjaan semu atau black
box. Tidak seperti RKE, oleh
karena itu kode yang digunakan
bukan kode yang diputar. Labih
baik jika ditetapkan karena
komunikasi ini tidak peka diterima
untuk merebut teknik para pencuri.

11.3.6.2. Pengetesan perlindungan terhadap pencurian
Orientasi yang tidak sesuai dari
IC transponder dalam kunci semu
rotasi 180 derajat misalnya, akan
menghasilkan keluaran amplitudo
tingkat rendah dari pemancar.
Orientasi dalam kasus ini akan
diverifikasi dengan
membangkitkan siklus muatan dan
pemantauan word respon
amplitudo IC transponder.





Gambar 11-25. Aliran fungsi aksi immobilizer

11.3.7. Pengetesan Pengapian Pengapian
11.3.7.1. Pengapian
Sebuah magnit kumparan
terbungkus dipasang mengelilingi
pengapian dipicu oleh IC
transponder (gambar 4). Modul
mengemisikan muatan dengan
siklus 12 Vpp. Pada akhir siklus,
modul menunggu sampai
pengesahan kode dari
transponder yang dideteksi. Satu
yang dideteksi, dikodekan dan
serangkaian komandi dilewatkan
ke ECM mesin untuk dipilih salah
satu diterima atau ditolak.
11.3.7.2. Pengetesan komponen Pengapian
Beberapa tingkat dari proses ini
akan diuji untuk sistem integritas.
Pertama diuji stimuli-respon
sederhana akan menentukan jika
kode immobilizer fungsinya tepat.
Kode yang benar merupakan
stimuli masukan, yang mana salah
satu diberikan pada pelanggan
biasanya berupa bukti kepemilikan
menjadi bagian pengetesan atau
dengan menggunakan pihak
yangbeweang.Amplitudo modul
berikutnyanakan dicek spesifikasi
rancangan. Akhirnya, diverifikasi
melalui serangkaian interogasi
untuk membuktikan kepada mesin
ECM untuk menolak atau
menerima.





Gambar 11-26. Immobilizer

11.3.8. Pengetesan Kepemilikan
11.3.8.1. Penginderaan Kepemilikan
Masukan penginderaan
kepemilikan bersama keduanya
menggunakan sistem
disentralisasi dan desentralisasi
memiliki keserupaan dengan
saklar On/Off. Mengacu pada
gambar 11-27. ECM
menggunakan masukan pada
kehadiran penumpang dan status
pengendara dan sabuk pengaman
penumpang untuk menentukan
respon keamanan yang tepat.

11.3.8.2. Pemantauan Masukan Kepemilikan
Sesuai dengan gambar 11-27.
respon ECM untuk memberikan
kombinasi dari saklar penutup
dengan suatu tindakan yang tepat.
Ini meliputi penyebaran airbag,
pengaktifan sabuk pengaman
sebelum ada tegangan, saklar
peringatan on, atau tindakan yang
belum terdefinisi dalam kejadian
masukan yang tidak masuk akal
(tanpa ada penunmpang namun
kursi sabuk pengaman on).
Banyak pabrikasi mengijinkan
untuk menonaktifkan airbag
penumpang atas permintaannya
sendiri. Umpan balik aliran tertutup
dalam gambar 11-27.
menunjukkan bahwa penumpang


dan pengendara menggunakan
kursi sabuk pengaman menambah
ambang penyebaran airbag bila
scenario menaksir runtuh dengan
persetujuan rangkaian ECM.

11.3.8.3. Pengetesan Komponen Kepemilikan
Elemen saklar operasi si tes tidak
diaktifkan. Lebih baik dengan
memberikan kombinasi saklar
penutup, ECM memberikan
respon yang belum terdefinisi.
Respon diverifikasi dikerjakan
dengan interogasi ECM melalui
serangkaian hubungan.



Gambar 11-27. Pohon keputusan yang digunakan respon ECM

11.3.9. Sistem Pemantauan Tekanan Ban (TPMS)
Elektronika otomobil untuk
keselamatan dirancang secara
berkelanjutan dan ditingkatkan
untuk menambahkan
keselamatan penumpang. Sistem
monitoring tekanan ban
merupakan keselamatan masa
depan yang dipernaharui para
pengendara pada tingkat tekanan
kabin modil yang nyaman.
Penelitian menunjukkan bahwa
sangat umum mempunyai ban


yang sedang berjalan dengan
tekanan udara rendah, oleh
karena itu pemantauan tekanan
ban merupakan factor
keselamatan dalam keseluruhan
industri permobilan. Pemerintah
Amerika telah mengeluarkan
peraturan bahwa semua
penumpang mobil dan truk kecil
dengan berat sedikit lebih dari
pada 10 000 pound harus
dilengkapi dengan TPMS. Tujuan
utama dari TPMS adalah member
peringatan pada pengendara
adanya kehilangan tekanan pada
ban-bannya untuk keselamatan
yang lebih besar dan
mempertahankan performasi
otomobil.

11.3.9.1. Cara kerja TPMS
Modul TPMS konvensional terdiri
dari sensor tekanan dan
temperature yang diletakkan pada
setiap roda dengan data
pemancar dan penerima pusat
yang dimunculkan pada bodi
mobil. Frekuensi operasi
menggunakan jalur ISM dari 315,
434, 868 dan 915 MHz dengan
modulasi tipikal ASK atau FSK.

Gambar 11-28. Aliran aksi fungsional TPMS

Secara elektronik, modul TPS
berfungsi menterjemahkan kode
masukan dari setiap roda, ke
dalam modul penerima untuk
diperagakan tingkat tekanannya.
Secara fungsional digambarkan
pada gambar 1. Pada umumnya
data diformat dikirimkan pada
kecepatan 9600 bps dan
manschester mendekode dengan
menggunakan modulasi FSK atau
ASK. Pengkodean manschester
merupakan uraian sinyal digital
dalam nilai transisi antara tinggi
dan rendah untuk setiap setengah
perioda.



11.3.9.2. Pemancar TPMS
Pemancar meliputi ban yang
diidentifikasi rangkaian terpadu
yang diberi tegangan melalui
baterai litium ditunjukkan dalam
gambar 1. Ban ID pada umumnya
panjangnya 32 bit. Modul
pemancar TPMS didasarkan pada
konsumsi daya rendah dan
komponen harus dalam arus
minimum dan menggunakan
energy yang sangat rendah. Pada
umunya operasi diaktifkan dengan
arus mendekati 1 sampai 5 mA
dan 100 nA selama dalam mode
standby.

11.3.9.3. Pengetesan Modul Pemancar
Pengetesan modul pemancar
meliputi pengecekan tingkat
sinyal daya, frekuensi deviasi
(FSK), dan pengukuran sinyal
burst (ASK), demodulasi dari
sinyal ASK/FSK. Sebuah sinyal
pembangun 125 kHz diperlukan
oleh DUT untuk membangunkan
mikrokontroller supaya
membangkitkan transmisi RF
kontinyu. Untuk melakukan
pengetesan ini, sebuah spectrum
analiser menjadi pilihan.




Gambar 11-29. Deviasi frekuensi ESA4402B




Gambar 11-30. Data bit pada ESA4402B

11.3.9.4. Pembangkit Radio Frekuensi
Modul pembangkit radio frekuensi
sinyal pembawa, menciptakan
keluaran penerima TPMS. TPMS
jalur radio frekensi umumnya 315
MHz untuk pemanfaatan di
Amerika / Jepang dan 433.868
MHz di Eropa. Pengetsan modul
penerima, memerlukan
pembangkit sinyal untuk
mensimulasikan. Spesifikasi
pembangkit sinyal mungkin
ditentukan oleh kebutuhan
pelanggan dan variasi pilihan.

11.3.9.5. Durasi Pengetesan Penerima
Setelah bingkai data diterima, ban
ID akan dibandingkan ke empan
ban yang lain yang disimpan pada
memori. Jika ID sesuai dengan
yang ditemukan, data tekanan
akan diproses dan indicator ban
khusus akan dinyalakan jika
terdeteksi tekanan ban rendah.
Akhirnya bingkai data dikirim
melalui antarmuka serial untuk
akuisisi data luar dan disimpan.

11.3.10. Kalibrasi Pengukuran Kerugian Jalur
Parametrik tester, merupakan kalibrasi kerugian jalur. Solusi didasarkan
pada hasil spectrum analiser, sinyal generator, meter daya yang
terangkai dalam konfigurasi rangkaian gambar 11-31. Kalibrasi Pesawat
X :
x Sinyal generator berfungsi
sebagai sumber sinyal
gelombang kontinyu pada
frekeunsi kalibasi misal 315
MHz. ALC merupakan
pengaturan tingkat internal.
Sensor daya digunakan untk
mengukur tingkat daya pada
titik A untk mengatur harga
misal 0dB. Tingkat daya pada
titik X dan A akan menjadi
sama
The signal generator


x Sinyal generator diatur sampai
mencapai tingkat daya yang
dikehendaki.
x Kerugian jalur (dB) antara titik X
dan masukan spectrum analiser
akan menjadi berbeda dari
daya yang diukur dengan
spectrum analiser dan
pengaturan tingkat daya.
dengan

11.3.11. Kerugian jalur Pengukuran dan Kalibrasi Pesawat Y

Sinyal generator sebagai sumber
sinyal gelombang kontinyu pada
frekuensi kalbrasi 315 MHz dan
tingkat daya khusus (misalnya 0
dBm). ALC diatur pada tingkat
internal.
Catatan : penghubung power
spliter dan loopback dalam hal
ini tidak diperlukan
x Sensor daya digunakan untuk
mengukur tingkat daya secara
langsung pada titik Y.
Peringatan :
Yakinkan pengaturan sumber
daya tidak melampaui rating
maksimum dari sensor daya.
x Kerugian jalur (dB) akan
berbeda dalam tingkat daya
yang diukur pada titik Y dengan
sensor daya dan pengaturan
daya untuk snyal generator.




Gambar 11-31. Pengaturan kalibrasi pada umumnya




11.3.12. Mesin Tester




Gambar 11 32 Mesin tester

Keunggulan mesin tester ini adalah
x Ripel dan nois rendah
x Pemrograman naik dan turun cepat
x Ketelitian arus tinggi
x Menggunakan standar Industri SCPI
x Perintah dengan menggunakan program
x Pemrograman analog
x Pemantauan analog
x Preteksi penuh terhadap arus lebih, tegangan lebih, tempaeratur
lebih.
x Penginderaan jarak jauh
x Kalibrasi elektronik

Dalam beberapa tahun yang lalu,
isi elektronik otomobil telah
menambah kecepatan,
menghasilkan arus baterai lebih
tinggi. Mengkombinasikan usaha
peningkatan efisiensi, sekarang
ini mobil mengunakan baterai 12V,
tidak lagi cukup untuk mobil masa
depan. Kecenderungannya
tegangan lebih tinggi, dengan arus
rendah sehingga menghasilkan
penghematan dalam pengawatan
dan komponen lain. Tegangan 42
V merupakan kombinasi tegangan
baterai standar. Oleh karena itu
selama operasi perubahan beban,
mengakibatkan perubahan
tegangan sampai mencapai di
atas 60 V atau serendah 25 V.





11.3.13. Spesifikasi


Spesifikasi pengetesan mesin dari suatu industry ditunjukan seperti
berikut,
Tabel 11-1 Spesifikasi

11.3.14. Keunikan Pengetesan Fungsi Otomotip
Pengetesan ECM otomotip
memerlukan suatu pengetahuan
karakteristik kunci dari
perancangan dan pabrikasi.
Diskripsi kebutuhan umum untuk
pengetesan otomobil ECM
(penggunaan modul kontrol mesin
sebagai satu kesatuan
pengetesan). Berikutnya akan
ditemukan pengetahuan
Parameter
Keluaran maksimum
Tegangan 0 -60 V
Arus 0 110 A
Ketelitian Pemrograman (@25 55C)
Tegangan 0,04% + 15-60mV
Arus 0,1% + 230 mA
65mA
Ripel dan Nois
(20 Hz 20 MHz dengan keluaran tanpa di
ground atau dengan salah satu terminal
keluaran yang di ground

Tegangan konstan (rms) 2,5 mV
Tegangan konstan (Vpp) 15 mV 25 mV
Arus konstan (rms) 200 mA 30 mA
Ketelitian baca kembali (dari panel atau
melalui GPIB terhadap keluaran sebenarnya
@ 25 +5C

Tegangan 0,05% + 22,5 mV 90 mV
Arus 0,1 % + 300 mA 80 mA
Regulasi Beban (perubahan keluaran
tegangan atau arus untuk perubahan beban
maksimum)

Tegangan 0,002 % + 650V 2,2 mV
Arus 0,005 % + 40 mA 9 mA
Regulasi garis beban (perubahan keluaran
tegangan atau arus untuk perubahan garis
beban maksimum

Tegangan 0,002% + 650 V 650 V
Arus 0,005 % + 40 mA 9 mA
Transien Respon Waktu
(untuk mengkover keluaran tegangan dalam 150 mV diikuti langkah
perubahan dari 100% sampai 50 % atau 50% sampai 100% terhadap
kecepatan keluaran arus : <900s


menyeluruh ilustrasi sistem dari
alat pabrikasi sebagai solusi
pengetesan fungsi untuk elektronik
otomotip.

Tabel 11-2. Karakteristik pengetesan alat

Karakteristik Pengetesan
Alat Pabrikasi Solusi
Manajemen Mesin ECM

ECM Pabrikasi Seri TS-5400

Kecepatan penyaklaran
untuk sinyal multiple dan
kemampuan beban

x Saklar / satuan beban dapat
deprogram
x Kemampuan menyelesaikan
pengetesan beberapa kartu beban
dengan cepat
x Siap solusi 42 V
x Kemampuan memasang dan
melepas beban
x Kemampuan jembatan beban
Bentuk gelombang dan
sinyal pembangkit riil
x Simulasi reluktansi dan pengaruh
sensor dapat divariasi
x Simulasi kunci sinyal
Respon penahanan arus /
tegangan tinggi
x Penahanan arus / tegangan flyback
x Tegangan sampai di atas 500V, arus
di atas 30A
x Kemampuan mengukur perioda,
frekuensi dan durasi.
Komunikasi serial x Kemampuan ISO-9141
x Kemampuan J1850
x Kemampuan J1939/CAN
Membutuhkan kecepatan
pengambilan tinggi <20ns
untuk 100 titik perhitungan
ECM
x Software optimis
x Matrix relay pengukuran cepat (0,5
ms)








11.4. Rupa-rupa Penguji Mesin


11.4.1. Spesifikasi Scanner
Salah satu produk mesin tester yang ada di lapangan mempunyai spesifikasi
sebagai berikut.



































Gambar 1133. Piranti Scan

SPESIFIKASI
1. Sistem
128 MB SD-RAM 128 MB CF Card O/I
2. Storage : HDD 40 GB
3. Display : 7 LCD, Touchscreen , VGA
out
4. Scan : DLC port
5. Scope : 4 kanal scope, multimeter
pembentuk gelombang sekunder
pengapian
6. Komunikasi : HOST USB 1.1 USB 2.0
Clien LAN, RS232
7. Multimedia : speaker-stereo
8. Keypad : tombol 4 arah, tombol 6 fungsi
9. Batere : smart tahan 1 jam
10. Power supply : DC, jack 12V
Perkembangan ke depan
1. Peraga
LCD 7 warna, taouchscreen VGA out
800X400 piksel
Layar terprogram penuh warna, informasi
perawatan, tip.
2. Hard Disc 40 GB
Rekaman informasi perawatan dan pencarian
kerusakan
Dapat menyimpan dalam waktu lama
3. Windows CE.NET
Berwujud beberapa program praktis
Menu familiar dengan pemakai
4. LAN
Pencarian informasi perawatan pada internet.
5. Variasi fungsi interface dengan USB
USB kamera, printer dan mouse dsb.








Gambar 1134. Macammacam peralatan diagnosa mesin


Gambar 1135. Pemasangan alat uji

1.5. Pengantar Penganalisa Gas
11.5.1.1. Manfaat Penganalisa Gas
Penganalisa gas dalam
pembahasan ini merupakan alat
ukur gas buang mesi bensin yang
dapat digunakan untuk :
1. Melakukan pengukuran 5
macam gas CO, CO2, HC, O2
dan NOx. Selain itu dapat untuk
mengukur Lambda, RPM dan
accu.
2. Pengukuran langsung RPM
3. Pengukuran kondisi ruang kerja
: suhu, tekanan atmosfir,
kelembaban udara dan tes
lambda.

11.5.1.2. Keselamatan Alat
Untuk keamanan alat penganalisa
gas perlu diperhatikan hal-hal
berikut.
1. Penganalisa gas harus
ditempatkan ditempat yang
kering panas dapat mengotori
emisi , panas karena lubang,
tungku harus dicegah.
2. Penyambungan harus baik
untuk meyakinkan bahwa
frekuensi, tegangan sesuai
yang diperlukan.
3. Penganalisa gas jangan
dipanaskan secara tiba-tiba.
4. Penganalisa gas dihindarkan
dari basah baik air maupun
cairan lain.


5. Dalam keadaan tangan basah
hindari memegang
penganalisa gas
6. Penggantian sekering harus
sama.







11.5.2. Pengoperasian
Pesan kesalahan ditunjukkan pada LCD secara serentak terhadap
bunyi peringatan emisi .

11.5.2.1. Tes kondisi
Salah satu hubungan yang dibuat
sebelum pengetesan .
1. Temperatur ruang cakupan
antara +5C dan +40C.
2. Pengeluaran pipa kendaraan
pekat. Kondisi ini pipa
kendaraan dapat dicek
sementara mesin pengosongan,
bocoran gas dari sambungan
pipa dideteksi.
3. Berikut parameter mobil yang
benar, seperti indikasi pabrikan:
Idling
Dwell angle
Sudut pengapian
Permainan katub
4. Temperatur minyal mesin, diukur
melalui probe perangkat
penganalisa lebih besar dari
80C.
5. Piranti pendingin tidak
dihubungkan.






11.5.2.2. Persiapan Sebelum Pengetesan
1. Untuk mendeteksi nilai gas
terlebih dahulu semua di onkan
dengan tombol pengapian (24)
atau (25).
2. LCD menunjukkan halaman
presentasi
3. Tekan ENTER untuk
memperagakan secara
langsung halaman aplikasi
program.
4. Tekan menu untuk
mengaktifkan maupun menon
aktifkan FUNCTION BAR yang
diperagakan sebagai icon.
Perhatian
Bila penganalisa gas digunakan dalam kabin, gunakan ventilasi
udara untuk mencegah kejenuhan gas berbahaya.
Perhatian
Selama pengetesan gas diluar yakinkan bahwa gas sampel
difasilitasi untuk tidak secara langsung di ekspos dengan sinar
matahari. JIka temperature bertambah dapat menyebabkan




Gambar 11-36. Tombol 24-56 penganalisa gas

11.5.2.3. Kegunaan Tombol

.



Gambar 11-37. Halaman manajer aplikasi Gambar 11-38. Halaman pilihan
bahasa



86 Garasi Data : untuk menyisipkan
data workshop.
89 Pengaturan Video untuk mengatur
sinyal sesuai jenis peraga yang
diperlukan monitor atau TV warna
(system PAL /NTSC).
87 Tanggal dan waktu fungsinya
memberikan layanan pada staf

90 Following untuk memperagakan
berikut FUNCTION BAR
88 Pengaturan Video untuk
mengatur sinyal sesuai jenis
peraga yang diperlukan monitor
atau TV warna (system PAL
/NTSC).
91 Pilihan bahasa untuk mengatur
bahasa yang diinginkan.












Tekan tombol MENU sampai
memperagakan FUNCTION BAR
merupakan keadaan non aktif
atau tekan ESC untuk mengnon
aktifkan secara angsung beberapa
tingkatan FUNCTION BAR.


92 Pembatasan tegangan utama
fungsinya pelayanan khusus
hanya pada staff
94 Musim panas minimum dan jam
mengatur penyinaran atau
waktu musim panas dan
hubungan dengan menit. Pilih
icon yang menunjukkan jam
tangan dan tekan ENTER untuk
memindahkan dari musim
panas ke waktu penyinaran dan
sebaliknya. Saklar musim
panas ditunjukkan oleh
peragaan matahari dengan
iconnya sendiri.

93 Pembatasan tegangan betere
berfungsi pelayanan khusus
hanya staff
95 Following untuk memperagakan
berikut FUNCTION BAR

96.
File Manager untuk
memperagakan nama semua
file yang telah diinstall, dengan
ukurannya, tanggal, versi dan
tipe.
97 Tempratur ruang dan
kalibrasi kelembaban
berfungsi untuk pelayanan
khusus hanya staff.
100. Pilihan printer untuk memilih
printer eksternal (80 kolom)
yang digunakan.

98 Sistem informasi untuk
memperagakan sumber
system peralatan
99 Print untuk mencetak tes
dengan printer alat ukur.

Gambar 11-39. Halaman fole manajer


11.5.2.4. Inisial Pilihan
1. Pilih fungsi penganalisa gas dari halaman APLICATION MANAGER
untuk memasuki program
2. Berikut fungsi-fungsi yang diperagakan LCD

11.5.2.5. Pengukuran pengetesan ini meliputi :
1. OFFICIAL TEST
menyelesaikan pengukuran
khusus sebagaimana
diperlukan berkaitan dengan
standarisasi negri.
2. STANDARD TEST mengecek
gas berbahaya sesuai dengan
standarisasi OML CLASS 0
standar.
3. PROBE TEST mengecek
efisiensi probe lambda dan
membetulkan fungsi injeksi dari
unitkontrol.

11.5.2.6. Kurva memperagakan secaa grafis variasi gas
Histogram memperagakan secara
grafis perbandingan gas
Exit : keluar program beberapa
saat dengan menginterupsi tes jika
diperlukan. Tekan tombol MENU
untuk memperagakan dari
halaman analisis gas FUNCTION
BAR berikut.



101 Kontrol untuk memperagakan
halaman dimana test
diselesaikan.
102. Aplication kembali ke halaman
dari program aplikasi
103 HELP memanggil bantuan on line.











Gambar 11-40. Halaman inisialisasi


Pilih icon KONTROL untuk memperagakan halaman berikut.


Gambar 11-41. Pilihan icon



104 Pump (on/off) : pompa
enable atau disable
105 Leak tes : mulai tes
kebocoran
106 HC residu : memulai tes
residu HC

107 Auto zero secara otomatis
memulai dengan nilai gas nol
108 Message log : untuk
memperagakan semua
pesan kesalahan hari itu.
Setiap akhir hari kerja.

109 Bench karakterisasi
fungsinya hanya untuk
melayani staff.

110 Instalasi NOx
memperagakan halaman
dimana memungkinkan
sensor NOx diinstalasi

111
mV O2 memperagakan
status sensor oxygen
112 Angka serial memperagakan
nomor penganalisa gas.
113 Last calibration
memperagakan tanggal
kalibrasi terakhir dan
tanggal dan waktu tes
kebocoran dan residu HC
terakhir dilakukan.

114 Kalibrasi berfungsi hanya
untuk pelayanan khusus
staff
x Tekan ESC untuk keluar
halaman KONTROL
x Tekan MENU atau ESC
untuk disable peraga
FUNCTION BAR.




11.5.2.7. Waktu Pemanasan
Setelah pemilihan salah satu dari
tes yang disediakan pesan
WARMING UP diperagakan
menunjukkan bahwa penganalisa
pasa pemanasan yang dapat
membutuhkan waktu 60 detik.

11.5.2.8. Pengaturan Pengenolan Otomatis
Penganalisa memulai secara
otomatis pengaturan nol
menunjukkan pesan AUTOZERO
pada akhir pasa ini penganalisa
gas siap digunakan.
Setiap AUTOZERO instrument
secara otomatis menyelesaikan
kalibrasi nilai O2 (sesuai dengan
parameter yang ada dalam
memori). Dalam beberapa kasus
terjadi kesalahan kalibrasi bila ini
terjadi akan diperagakan pesan
SENSOR EXHAUSTED.

11.5.3. Pengetesan
11.5.3.1. Tes standar
x Pilih fungsi MEASUREMENT dari
halaman GAS ANALYSIS
x Pilih fungsi STANDARD TEST
dari halaman TEST SELECTION
Penyelesaian nilai pengukuran
diperlukan untuk :
x Membentuk dua akselerasi
pengosongan cepat dan
membawa mesin kembali ke jalan
lambat.
x Pengenalan probe gas sampel
ke dalam pipa pembuangan
sedalam mungkin dan sekurang-
kurangnya kedalaman 300 mm.
x JIka pipa pembuangan tidak
memungkinkan untuk
mengantarkan probe secara
lengkap, ini diperlukan untuk
menambah perluasan khusus
yang meyakinkan dengan
sambungan yang kuat.
Peraga LCD memperagakan setiap nilai gas, factor lambda, rpm dan
temperature mesin.
x Tekan MENU untuk memperagakan FUNCTION BAR dalam halaman
pengukuran tes standar.



Gambar 11-42. Tampilan hasil tes standar



115 Print untuk memlih dua jenis
print

116 Settings untuk memilih bahan
bakar dan rpm untuk autozero
117 Pilihan Zoom memungkinkan
fungsi membesarkan pada
layar LCD
118 Aplications kemali ke halaman
program aplikasi
119 HELP memanggil banuan on
line.


11.5.3.2. Mencetak Hasil Pengetesan
x Pilih fungsi PRINT (115) dari sebelum FUNCTION BAR dan pada LCD
memperagakan halaman berikut.

Gambar 11-43. Halaman tes standar

120 Kolom print ada 24
memungkinkan mencetak
hasil penganalisa gas
121 Kolom print 80
memungkinkan mencetak
dari kolom printer luar yang
dihubungkan port parallel
dari penganalisa gas.
Setelah pemilihan jenis dapat
digunakan mencetak, LCD
menunjukkan halaman masuknya
identifikasi data kendaraan yang
diuji.
x Masukan nomor pelat, model,
merek, nomor kasis, km yang
telah ditempuh dan nama
operator, penggeseran field
dengan tombol ENTER.
x Pilih ENTER jika icon dari print
keluar atau F5 untuk mulai
mencetak.
x Pilih F3 untuk menghapus data
kendaraan sebelumnya.






11.5.3.3. Pengaturan Pilihan Bahan Bakar
x Pilih SETTINGS fungsi 116 dari sebelum FUNCTION BAR dan
peragaan LCD pada halaman berikut.
Catatan :
Dalam tes CURVA, HISTOGRAM, LAMBDA PROBE diperagakan fungsi F4. Tekan
tombol untuk mencetak grafik dari performansi tes.



Gambar 11-44. Pilihan bahan bakar

122 Setting untuk mengatur
sejumlah kendaraan yang diuji
dari silinder, jenis kabel yang
digunakan untuk mengukur
rpm (klem induksi atau kabel
batere) dan frekuensi
pengujian (2 atau 4 kali).
Kalibrasi rpm dapat
diselesaikan juga.
123 Pilihan bahan bakar
memungkinkan menguji
kendaraan sesuai jenis bahan
bakar yang digunakan
(pengaturan pabrik bahan
bakar bensin) tekan ENTER.
124 Autozero secara otomatis
dimulai pada nilai gas nol.
x Pilih fungsi (122) peraga
menunjukkan seperti halaman
berikut.


Gambar 11-45. Peraga jumlah kendaraan yang diuji

Tampilan peraga datas merupajan
pengaturan asli dari pabrik.Untuk
menyelesaikan pengaturan yang
berbeda dari pabrik ikuti instruksi
berikut
x Pilih perubahan jenis kabel yang
digunakan untuk menyelesaikan
pengetesan dan tekan ENTER
untuk memungkinkannya.
x Waktu memilih mesin dari mesin
yang diuji (2 atau 4 kali) dan
tekan ENTER.
x Pilih icon (126) dan tekan
beberapa kali tombol ENTER
sampai memperagakan jumlah
silinder dari kendaraan yang
diuji.


11.5.4. Kemungkinan Penyebab CO-CO2-HC dan O2 Mempunyai Nilai
yang salah



















11.5.5. Peragaan Hasil
11.5.5.1. Kurva
Gas kendaraan bervariasi diperlukan peragaan secara grafis untuk itu
gunakan fungsi CURVA.
x Pilih fungsi CURVES dari gas halaman GAS ANALYSIS.
Diperagakan grafik kecenderungan gas yang diukur.



Gambar 11-46. Kurva kandungan gas

Disisi kanan kurva, menunjukkan yang berkaitan dengan nilai gas.



CO
Salah pengaturan karburasi
Kotor atau filter udara
terhalangi
Pengayaan tahap
pemanasan cacat
Pengayaan akselerasi cacat
Busi cacat
Regulator tekanan rusak
CO2 Sistem penghisap kendaraan
cacat
O2 Sistem penghisap kendaraan
cacat
Banyak campuran
Probe lambda catat






HC
x Kebocoran pengapian
Kontak reduktor cacat
Kabel busi cacat
Salah pengebangan
Busi cacat
x Pembakaran tak
sempurna
Lean mixture
Rangkaian penghisap
cacat
x Cacat mekanis
Kompresi tidak
mencukupi
Pemasangan klep
tidak kencang.


11.5.5.2. Histogram
Bilamana diperlukan perbandingan
secara grafis gas kendaraan yang
diuji ditampilkan dalam fungsi
HISTOGRAM.
x Pilih fungsi HISTOGRAM dari
halaman GAS ANALYSIS.

Gambar 11-47. Histogram gas kendaraan
11.5.6. Corak Sampel Gas
Kandungan nilai sampel gas
dalam botol gas harus dalam
cakupan nilai diantara konsentrasi
berikut .

Tabel 11-3. Cakupan nilai antara kandungan gas aman

Carbon
monoxide
(CO) 0,500
%
:= 15,000
%
Carbon Dioxide (CO2) 1,000
%
:= 20,000
%
Unburnt
Hidrocarbonc
(HC) 100
ppm
:= 30 000
ppm
Nitrogen Oxide (NOx) 100
ppm
:= 5 000
ppm

Nilai nilai di atas referensikan dari
botel berisi gas HEXANE. Dalam
kasus yang menggunakan botol
berisi PROPANE , relevan dengan
nilai HC HEXANE secara otomatis
dihitung dengan PEF (Propane
Equivalent Factor).







Contoh :
Gas botol dengan nilai HC (Propane) = 2718 ppm
Penganalisa PEF = 0,539

HC (Propane) X PEF = HC (Propane)
2718 X 0,539 = 1465 nilai HC untuk pengaturan data botol
yang diberikan dalam bentuk penganalisa.


11.5.7. Perawatan
1. Mengganti catridge / filter standar
Catridge / filter (30) tidak dapat
dibersihkan namun harus diganti
setiap kali tampak menghitam
atau bila muncul pesan VACUUM
HIGH.



Gambar 11-48. Gambar posisi
sensor oksigen
2. Membersihkan condensate
pemisah filter
Condensate pemisah filter (28)
harus dibersihkan rata-rata setiap
dua kali mengganti catridge / filter
standar (30) atau jika terhalang.
Dalam membersihkannya dicuci
dengan buih hingga bersih dan
keringkan dengan udara.
3. Mengganti Filter karbon aktif
Filter ini harus diganti setiap dua
tahun. Pekerjaan ini mudah
diselesaikan dengan keluarkan
dari hubungan pipa. Dalam kasus
ini selama fungsi AUTOZERO
tidak menghisap secara
sempurna, gunakan obeng kecil
pindahkan kotoran yang melekat
pada pintu masuk filter.
4. Mengganti sensor O
2

Bila sensor oksigen (47) tidak
efisien lagi ganti dengan sensor
original yang sesuai dengan
pabrikasi, ikuti instruksi berikut.
x Putuskan hubungan konektor
(46)
x Kendorkan sensor searah
jarum jam.
x Gantikan dengan sensor baru
hubungkan seperti sebelum
hubungan sensor diputuskan.
5. Membersihkan precleaner
transparan
Precleaner transparan eksternal
(67) harus dibersihkan atau
diganti jika dibersihkan tidak
cukup waktu. Membersihkan
precleaner dicuci dengan buih
hingga bersih kemudian
dikerigkan dengan tekanan
udara.



6. Membersihkan pipa pengambil
Membersihkan pipa pengambil
harus dikerjakan secara periodik ,
dibersihkan dari kemungkinan
residu carbon yang menempel
didalamnya. Sebelum pipa
pengambil ditiup putuskan
terlebih dahulu sambungan.

Perhatian
Jangan meniupkan udara dengan kompresor ke dalam penganalisa gas.




Gambar 11-49. Precleaner transparan
eksternal
`
437

















12.1. Pengantar dan Sejarah Perkembangan GPS
GPS merupakan kependekan dari
NAVTAR GPS, yaitu NAVigation
Sistim Time Ranging Global
Positioning System. Awalnya
merupakan proyek Departemen
Pertahanan Amerika yang
ditujukan untuk memandu
pasukan perang digurun.
Kemudian berkembang untuk
navigasi kapal laut, kapal udara
bahkan kendaraan darat. GPS
berguna untuk menentukan
koordinat posisi obyek
berdasarkan olah data beberapa
satelit diukur terhadap titik obyek
relatip yang sudah diketahui
sehingga dapat ditentukan
besarnya latitude, longitude dan
ketinggian dari permukaan laut.
Dalam perkembangannya GPS
sekarang ini merupakan
gambaran sempurna gabungan
antara teknik pengukuran, teknik
telekomunikasi dan teknik
informatika.
Pengukuran jarak didasarkan
pada teknik pengukuran refleksi
gelombang ranah waktu atau
Time Domain Reflectometry
(TDR). TDR banyak digunakan
untuk pengukuran dalam
menentukan letak kerusakan
kabel transmisi frekuensi tinggi
berdasarkan refleksi gelombang.
Pada TDR refleksi gelombang,
terjadi karena penghantar yang
terhubung singkat atau terbuka.
Jarak kerusakan dihitung sama
dengan perkalian perjalanan
gelombang ketempat kerusakan
kabel dengan kecepatan rambat
gelombang. Sedang jenis
kerusakan penghantar hubung
singkat atau terputus dilihat dari
bentuk gelombang yang
direfleksikan. Sedangkan pada
GPS sinyal kembali dikarenakan
adanya pemancaran kembali oleh
pemancar yang ada di satelit.
Jarak dihitung sama dengan
perkalian waktu perjalanan
gelombang dan kecepatan
rambat gelombang.
Seiring dengan perkembangan
teknologi telekomunikasi dan
teknik informatika, informasi telah
dikembangkan tidak sekedar
dipancarkan kembali namun juga
diolah dalam pencitraan yang
baik, sehingga posisi obyek dapat
Tujuan :

Pembahasan ini bertujuan :
1. Mengenalkan pengertian
Global Position Syatem (GPS)
2. Memahami proses pengukuran
dengan GPS
3. Memahami aplikasi GPS

Pokok Bahasan
Dalam pembahasan ini meliputi :
1. Pengertian dan sejarah adanya
system posisi global
2. Jenis-jenis system posisis global
dan prinsip kerjanya.
3. Pemanfaatan GPS sebagai
pemandu jalan.

BAB 12
SISTEM POSISI GLOBAL GPS




ditampilkan pada layar GPS
lengkap dengan peta yang mudah
dibaca. Teknologi informatika
memberi pengaruh pada layanan
informasi yang mampu selalu
memperbaharui data, sehingga
dapat menampilkan obyek dalam
peta yang berjalan sesuai
kecepatan perjalanan obyek.
Interface dibuat menarik, navigasi
mudah diikuti, informasi lengkap
sesuai kebutuhan perjalanan.
Oleh karena itu menjadikan GPS
sebagai pasangan yang populair
dengan mesin tester sebagai
asesoris mobil mewah. GPS
difungsikan sebagai pemandu
perjalanan disamping sebagai alat
komunikasi.






















Dalam bab ini akan dibahas prinsip pengukuran dengan GPS, prinsip
kerja dan cara penggunaan GPS.

Sejarah Perkembangan Teknologi GPS
Matahari dan bintang tidak dapat
dilihat bila berawan . Selain itu
dengan pengukuran posisi
meskipun teliti, posisi tidak dapat
ditentukan secara akurat. Setelah
perang dunia II, ini muncul di
Departemen Pertahanan Amerika
yang menemukan solusi dari
permasalahan posisi ini dengan
akurat dan pasti. Beberapa
proyek dan eksperimen dilakukan
selama 25 tahun termasuk di
dalamnya Transit, Timaton, Loran.
Semua proyek ini diarahkan untuk
penemuan secara akurat dan
fungsi. Semua diawali pada tahu
1970 proyek baru telah
mengusulkan GPS. Konsepnya

Gambar 121 Macammacam tampilan GPS



menjanjikan untuk memenuhi semua persyaratan dari
pemerintah Amerika, katakanlah
bahwa akan mampu menentukan
suatu posisi secara akurat pada
titik permukaan bumi, kapanpun
dalam kondisi bagaimanapun.

GPS merupakan sistim berbasis
satelit yang menggunakan
kumpulan dari 24 satelit untuk
memberikan pada pemakai posisi
yang akurat. Ini penting untuk
menetapkan titik secara akurat,
pada tentara yang berada di
tengah gurun pasir, tingkat
akurasi sekitar 15 m. Kapal yang
berada di pertahanan pantai,
akurat berarti berada sekitar 5m,
sedangkan untuk pengukur tanah
akurat berarti sekitar kurang dari
1 cm. GPS dapat digunakan
untuk untuk pengukuran yang
akurat pada semua aplikasi , jenis
GPS dibedakan dari teknik
penerima yang digunakan dan
bekerjanya. GPS asli dirancang
untuk keperluan militer digunakan
kapan saja dipermukaan bumi.
Segera setelah yang asli diajukan
dibuat, menjadi jelas , sipil juga
dapat menggunakan GPS dan
tidak hanya digunakan untuk
menentukan posisi personal. Dua
pemakai utama yang
menggunakan GPS dalam
aplikasi sipil yaitu untuk navigasi
kapal dan keperluan penelitian.
Sekarang aplikasi sudah
berkembang sampai navigasi
mobil bahkan pada konstruksi
mesin otomasi.

Gambar 12-2. Peralatan system posisi global
Dengan menggunakan GPS dapat
digunakan untuk menetapkan
posisi titik pada permukaan bumi,
dua hasl dapat ditentukan
dimanapun pada permukaan bumi
yaitu : Lokasi secara pasti ( garis
bujur,_ garis lintang_ dan_
keketinggianan_ koordinat)_
secara akurat_ untuk_cakupan
dari 20m sampai mendekati 1mm)
(Zogg Jean-Marie : 2001:9).
Waktu secara akurat (Waktu,
koordinat) dalam dari 60 ns
sampai 5 ns. Kecepatan dan arah
perjalanan dapat diturunkan dari
koordinat sebaik waktu. Koordinat
dan waktu ditentukan oleh 28
satelit yang mengorbit di bumi.




Gambar 12-3: Fungsi dasar GPS










12.1.1. Segmen Ruang
Segmen ruang dirancang terdiri dari 24 satelit yang mengorbit di bumi
sekitar 20180 Km selama 12 jam. Pada waktu menulis terdapat 26
operator satelit yang mengorbit di bumi. Kumpulan satelit tersebut
dalam konfigurasi ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 12-4. Segmen ruang
Teknologi GPS
Konfigurasi GPS meliputi tiga segmen :
x segmen ruang orbit satelit di bumi (semua fungsi dijalankan satelit).
x segmen kontrol posisi pemancar di equator bumi untuk mengontrol
satelit. ( semua stasiun bumi yang berkaitan dengan pemantauan
sistim, stasiunmaster kontrol, stasiun monitor, dan stasiun kontrol
ground) .
x segmen pemakai yaitu siapapun yang menerima dan
menggunakan sinyal GPS (pemakai sipil maupun militer).



12.1.1.1. Gerakan Satelit
Segmen ruang dirancang
minimum 4 satelit yang dapat
melihat ke atas dengan sudut 15
derajat dibanyak titik permukaan
bumi dalam satu waktu. Minimum
empat satelit harus dapat melihat
untuk banyak aplikasi.
Pengalaman menunjukan bahwa
biasanya terdapat sekurang-
kurangnya 5 satelit dapat melihat
15 derajat ke atas dalam waktu
yang lama bahkan seringkali
terdapat 6 sampai 7 satelit.

















Gambar 12-6. Menunjukan cakupan efektif

Untuk dapat melihat objeck
setidaknya dilhat 4 atau 5 lebih
satelit, gambar penempatan satelit
dapat dilihat pada gambar di awah
ini.



Gambar 12-5. Posisi satelit
Satelit mengorbit pada ketinggian 20
180 Km di atas permukaan bumi dan
pada posisi 55 derajat equator. Satelit
mengelilingi bumi dengan kecepatan
7000 mil/jam selama 12 jam dua
putaran. Satelit akan kembali
mengawali posisi dalam waktu
hampir 24 jam (tepatnya 23 jam 56
menit) perjalan rotasi ditunjukkan
gambar di bawah ini.




Gambar 12-7 Posisi 28 satelit pada jam 12 UTC pada tanggal 14 April
2001

Satelit GPS menggunakan sumber
daya dengan energy solar.
Sebagai energi cadangan
digunakan baterai dipasang pada
papan untuk menjalankan bila
matahari terhalang gerhana, bila
tidak ada daya solar Pendorong
roket kecil pada masing-masing
satelit mempertahankannya
terbang pada alur yang benar.


12.1.1.2. Konstruksi GPS Satelit
Kontruksi satelit ditunjukkan pada gambar 12-8. Sedangkan rangkaian
GPS dasar ditunjukkan pada gambar 12-9 yang terdiri dari antene, filter
frekuensi tinggi, mixer, osilator, filter IF, AGC, Kristal sebagai acuan
frekuensi, timing, IF digital dan sinyal prosesor. Masing-masing
mempunyai fungsi yang berbeda diuraikan di bawah ini.




Gambar 12-8. Konstruksi
satelit


























(Jean-Marie, 2002. www.u-blox.com )



Filter HF : Lebar sinyal GPS
sekitar 2 MHz. Filter HF
mengurangi dampak interferensi .
HF Stage dan Sinyal prosesor
sebenarnya menampilkan
rangkaian khusus GPS.
HF Stage : Menguatkan sinyal
GPS untuk selanjutnya dicampur
dengan frekuensi dari osilator.
Sinyal IF difilter untuk menjaga
kestabilan amplitude dan hasil
digitalisasi melalui pengatur
penguatan amplitude (Amplitude
Gain Control / AGC).
Filter IF : Frekuensi menengah
difilter keluarannya dengan
menggunakan lebar band 2 MHz.
Sinyal prosesor : Membedakan
lebih dari 16 sinyal satelit yang
berhubungan dengan pengkodean
pada waktu yang bersamaan.
HF Stage dan sinyal prosesor
secara serentak disaklar pada
sinyal sinkronisasi. Sinyal
prosesor ini memiliki basis waktu
(time base) sendiri untuk
memastikan semua data yang
dipancarkan dan direferensikan
sebagai sumber data. Sinyal
prosesor dapat dioffset oleh
kontroler melalui jalur control
untuk difungsikan dalam mode
operasi yang bervariasi.



LN1
HF Filter
LNA
Antene
Mixer
Osilator
IF Filter
AGC
Timing
Frekuensi
acuan
AGC
control
IF
Digital
HF Stage
Digital
Signal
Process
or
Time base


Sinyal prosessor
Gambar 129. Rangkaian Dasar GPS




Kontroler :
Menggunakan sumber data,
mengontrol perhitungan posisi,
waktu, kecepatan. Ini mengontrol
sinyal prosesor dan relay, harga
dihitung dan diperagakan.
Informasi penting seperti posisi
saat itu dikodekan dan disimpan
dalam RAM. Algoritma program
dan perhitungan disimpan dalam
ROM.

Keyboard
Dengan menggunakan keyboard
pengguna dapat memilih
menggunakan system koordinat
atau parameter (angka dari satelt
yang melihat) diperagakan.

Peraga
Posisi hasil perhitungan
(longitude, dan ketinggian) harus
dapat disediakan untuk pengguna.
Ini dapat diperagakan dengan
menggunakan seven segmen atau
ditunjukkan pada layar
diproyeksikan pada peta. Posisi
yang telah ditentukan dapat
disimpan.
Sumber arus
Power supply memberikan
tegangan yang dibutuhkan.

12.1.1.3. Sinyal Satelit
Berikut ini informasi navigasi pesan ditranmisikan oleh satelit pada
kecepatan 50 bit perdetik.











Waktu yang diperlukan untuk
mengirim semua informasi adalah
12.5 menit dengan menggunakan
navigasi pesan, penerima mampu
menentukan waktu transmisi dari
masing-masing sinyal satelit dan
posisi pasti dari transmisi saat itu.
Setiap pemancar satelit ditandai
secara unik. Tanda terdiri dari
Pseudo Random Noise, Code,
PRN dari 1023_zero dan 1 yang
muncul secara acak.







x Waktu satelit dan sinyal sinkronisasi
x Data orbit tepat
x Informasi koeksi waktu untuk menentukan waktu satelit
dengan pasti
x data orbit pendekatan untuk semua satelit
x Sinyal koreksi untuk menghitung waktu pemindahan sinyal
x Data ionosphere
x Informasi keadaan satelit









Gambar 12-10 Pseudo Random Noise
12.1.2. Segmen Kontrol
Segmen kontrol (sistim kontrol
operasi ) terdiri dari stasiun master
kontrol, bertempat di Colorado
dengan lima stasiun pemantau
menggunakan clock atomic yang
tersebar disekitar belahan bumi di
dekat katulistiwa dan 3 stasiun
kontrol ground yang mengirimkan
informasi ke satelit . Tugas utama
dari segemen kontrol adalah :












Segemen kontrol juga mengatur
distorsi tiruan dari sinyal (SA)
dalam susunan bertingkat, sistim
penentu posisi pemakaian sipil.
Tigkat ketelitian sistim dengan
sengaja diturunkan untuk alasan
politik dan taktik Departemen
Pertahanan. Segemen kontrol
melacak satelit GPS,
memperbaharui posisi,
mengkalibrasi dan
menyerempakkan clock yang
digunakan. Lebih jauh lagi fungsi
penting segmen kontrol adalah
menentukan orbit setiap satelit
dan memprediksi jalur untuk diikuti
selama 24 jam. Informasi ini di
upload setiap satelit dan
sesudah itu dipancarkan dari sini.
Ini memungkinkan GPS menerima
untuk diketahui dimana setiap
satelit dapat diperoleh. Sinyal
satelit dibaca pada Ascension,
Diedo Garcia dan Kwajalein. Hasil
pengukuran kemudian dikirimkan
ke Master kontrol di Colorado
Spring dimana sinyal ini diolah
untuk menentukan adanya
kesalahan di setiap satelit.
Informasi hasil olahan dikirim
kembali untuk 4 stasiun monitor
untuk melengkapi dengan ground
antenna dan diupload untuk
satelit.

x Mengamati gerakan satelit dan menghitung data orbit
(empiris).
Memantau jam satelit dan meprediksi performansinya
Menyerempakkan waktu pada papan satelit
Menyiarkan data orbit akurat yang diterima dari satelit
komunkasi
Menyiarkan data orbit pendekatan dari semua satelit.
Menyiarkan lebih jauh lagi informasi yang meliputi
keadaaan satelit , kesalahan clock.
1
0
1 ms




Gambar 12-11. Posisi lokasi segmen kontrol

12.1.3. Segmen Pemakai
Segmen pemakai terdiri dari
para penerima GPS, menerima
sinyal GPS dan menentukan
posisi dan waktu. Aplikasi tipikal
segmen pemakai adalah navigasi
tanah untuk pejalan kaki, lokasi
kendaraan, pengukuran tanah
untuk pemetaan, navigasi kapal,
navigasi wilayah, kontrol mesin
dan sebagainya.









Gambar 12-12 Bidang implemenasi GPS
Sinyal ditranmisikan oleh satelit
untuk mencapai penerima
membutuhkan waktu sekitar 67
ms. Sinyal berjalan dengan
kecepatan cahaya waktu
pemindahan tergantung pada
jarak antara satelit dan pemakai.
Empat perbedaan sinyal
dibangkitkan dalam penerima,
keempat sinyal dari keempat





satelit diukur perbedaan waktunya
t untuk menentukan waktu
perpindahan sinyal.


Gambar 12-13 Sinyal system posisi global

Dalam menentukan posisi
pemakai radio komunikasi
diperlukan empat satelit. Jarak ke
satelit ditentukan oleh waktu
perpindahan sinyal. Penerima
menghitung garis lintang , garis
bujur kekeketinggiananan h dan
waktu t dari cakupan serta posisi
yang diketahui dari empat satelit.
Hubungan ini diekspresikan dalam
persamaan matematika bahwa
empat variabel yang tidak
diketahui , , h dan t ditentukan
dari jarak dan posisi yang telah
diketahui dari keempat satelit. .

12.2. Cara Kerja GPS
Terdapat beberapa perbedaan
metoda untuk menentukan posisi
dengan menggunakan GPS.
Metoda yang digunakan
tergantung pada tingkat ke
akuratan yang dikehendaki
pemakai dan jenis penerima GPS .
Secara teknik dapat
dikelompokkan ke dalam 3 kelas
dasar.






Gambar 12-14 Pendeteksian kapal
12.2.1. Koreksi perbedaan Posisi
Sebagaimana telah dipantai, data
GIS iketahui DGPS, mempunyai
keakuratan dalam menentukan
posisi antara 0.5 sampai 5m.
Digunakan untuk navigasi kapal di
dekat pantai, akusisi data GIS,
membentuk presisi dan
sebagainya.


sinyal satelit

sinyal penerima
Tanda waktu penerima





Gambar 12-15 Pendeteksian posisi oran ditengah lautan

Navigasi autonomous
menggunakan penerima single
stand-alone , digunakan oleh
pejalan kaki, kapal yang jauh
ditengah dan militer. Akurasi
posisi lebih baik dari pada 100m
dari pemakai sipil dan sekitar 20
m untuk pemakaian militer. Untuk
pemakai pengukuran tanah,
kontrol mesin diperoleh perbedaa
posisi dengan ketelitian 0.520 m.


Gambar 12-16 Pemanfaatan GPS untuk pengukuran tanah
12.2.2. Navigasi Sederhana
Ini merupakan teknik sangat
sederhana dengan penerima GPS
untuk sesaat memberikan posisi,
kekeketinggiananan atau waktu
yang akurat pada pemakai.
Akurasi yang diperoleh lebih baik
dari pada 100m (biasanya sekitar
30-50m) untuk pemakaian sipil
dan 5-15 untuk pemakaian militer.
Alasan perbedaan tingkat akurasi
antara untuk keperluan sipil dan
militer diulas dalam pembahasan
selanjutnya. Penerima yang
digunakan untuk operasi jenis ini
pada umumnya kecil, dapat
dibawa (portable) dengan harga
murah.

















Semua posisi GPS didasarkan
pada pengukuran satelit ke
penerima GPS di bumi. Jarak ini
ke setiap satelit dapat ditentukan
dengan penerima GPS. Ide
dasarnya adalah prinsip yang
digunakan pengukur tanah dalam
bekerja setiap harinya . JIka anda
tahu tiga buah tiitik relatip
terhadap posisi anda , anda dapat
menentukan posisimu sendiri
relatip terhadap tiga titik tersebut.
Dari jarak ke satelit diketahui
bahwa posisi penerima harus
pada beberpa titik permukaan dari
ruang imaginer yang merupakan
asli bagi satelit. Dengan membuat
perpotongan ke tiga titik ruang
imaginer posisi penerima dapat
ditentukan.

Masalahnya hanya menggunakan
pseudorange dan lamanya waktu
yang samppai pada penerima
jarak dapat ditentukan . Jadi
terdapat empat yang tidak
diketahui untuk menentukan posisi
(X,Y, Z) dan waktu perjalanan
sinyal . Pengamatan 4 satelit
menghasilkan empat persamaan
yang dapat diselesaikan, sehingga
memungkinkan untuk ditentukan
besarnya.


Gambar 12-17. GPS
portable sederhana


Gambar 12-18 Penentuan posisi dengan 3
satelit






GPS memerlukan penerima untuk
menghitung jarak dari penerima ke
satelit.Kecepatan yang digunakan
sama dengan kecepatan
gelombang radio. Gelombang
radio berjalan pada kecepatan
cahaya 290 000 Km perdetik.
Waktu adalah waktu yang
digunakan sinyal radio berjalan
dari satelit ke penerima GPS. Ini
sedikit lebih sulit untuk dihitung,
karena harus diketahui kapal
sinyal meninggalkan satelit dan
kapan sinyal sampai dipenerima.



















Penghitungan Waktu
Sinyal satelit Isyarat mempunyai dua kode, kode C/A dan kode P Kode C/A
didasarkan pada waktu pemberian clock atomic yang sangat akurat. Penerima
juga mempunyai sinyal clock yang digunakan untuk membangkitkan kode C/A
yang sesuai. GPS penerima mampu . menyesuaikan atau mengkaitkan kode
sinyal satelit yang datang untuk membangkitkan kode penerima.







Kode C/A merupakan kode digital yang muncul secara acak. Dalam
kenyataannya ini tidak acak, berulang seribu kali perdetik. Dengan cara ini
waktu dihitung, diambil perjalanan sinyal dari satelit penerima GPS.


sinyal penerima


sinyal satelit
Gambar 1219 Penentuan posisi
dengan 4 satelit
Jarak = Kecepatan X Waktu
12.2.3. Menghitung Jarak Satelit
Pada tingkat penghitungan jarak
masing-masing satelit,
menggunakan salah satu rumus
Issac Newton yaitu tentang gerak.
Dengan persamaan tersebut
memungkinkan untuk menghitung
jarak sebuah kererta api yang
sedang berjalan jika tahu
kecepatan perjalanan kereta api
dan waktu yang digunakan pada
kecepatan tersebut.

Gambar 12-20 Hubungan pulsa satelit dengan
penerima



12.2.4. Perhitungan Posisi
Pada prinsipnya mengukur waktu
perpindahan sinyal (evaluasi
cakupan semu). Dalam penerima
GPS penerima menentukan posisi
memiliki sinyal penerima dari
emapt satelit yang berbeda. (sal1
sampai saluran 4) memungkinkan
untuk menghitung t1 sampai t1

Gambar 12-21 Penentuan posisi dengan 4 satelit
Perhitungan dipengaruhi Cartesian
koordinat tiga dimensi sistim
dengan geometris asli. Cakupan
dari pemakai empat satelit
R1,R2,R3 dan R4 dapat
ditentukan dengan bantuan waktu
pemindahan sinyal t 1, , t 2,
t3 dan st 4 antara empat satelit
dan pemakai. Lokasi Xsat, Ysat
dan Zsat dari empat satelit yang
diketahui pemakai dengan
demikian koordinat dapat dihitung.

Gambar 12-22 Gambar perhitungan t
t pengukuran = t =t + t o
PSR=t pengukuran X c =(t + t 0)c _ _ _ __ _ __ _ _ (2a)
PSR =R + t0 c _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ __ _ __ _ _ (3a)




R : cakupan satelit dengan pemakai yang sebenarnya
C : kecepatan cahaya
t : waktu perpindahan sinyal dari satelit pada pemakai
t0 : perbedaan antara clock satelit dan clock pemakai.
PSR: cakupan semu. pseudo-range_

Jarak R dari satelit ke pemakai dapat dihitung dalam sistim Cartesian
sebagai berikut :
R = (XSat XUser)+(YSat YUser) +(ZSat ZUser)



Berikut ini valid untuk empat satelit (I = 1 sampai 4)

12.2.5. Sumber-sumber kesalahan
Dari awal telah diasumsikan
bahwa posisi diturunkan dari GPS
sangat akurat dan bebas dari
kesalahan, tetapi ada beberapa
sumber kesalahan penghitungan
posisi GPS, yaitu pada waktu
menurunkan persamaan teoritis
dari beberapa meter sampai
puluhan meter. Sumber kesalahan
ini adalah :









12.2.5.1. Penundaan Inosphere dan Atmosphere
Sebagaimana sinyal yang
dilewatkan melalui lapisan
ionosper, akan mengalami
diperlambat, pengaruhnya seperti
cahaya yang dibelokkan suatu
kaca penghalang. Penundaan
atmosper ini menyebabkan
kesalahan dalam penghitungan
pada kecepatan sinyal (dalam
ruang hampa kecepatan cahaya
tetap). Ionospher tidak
menyebabkan konstanta
penundaan pada sinyal. Terdapat
beberapa factor yang
mempengaruhi penundaan yang
disebabkan oleh lapisan ionosper.

1. Penundaan lapisan ionosphere dan atmosphere
2. Kesalahan satelit dan penerima
3. Multipath
4. Pelemahan dan ketelitian
5. Ketersediaan selektivitas (S)
6. Anti spoofing (AS)




Gambar 12-23 Rambatan gelombang dari lapisan ionosper

12.2.5.2. Ketinggianan Satelit
Sinyal dari elevasi satelit yang
rendah akan lebih banyak
dipengaruhi dari pada sinyal yang
berasal dari elevasi satelit yang
lebih tinggi. Hal kedua menambah
jarak yang harus dilalui sinyal ke
atmosphere. Kepadatan lapisan
ionospher dipengaruhi oleh
matahari. Pada malam hari,
pengaruh lapisan ionosper ini
snagat kecil dan sinyal turun
perlahan. Jumlah kepadatan
ionospher meningkat bervariasi
sesuai dengan siklus penyinaran
(aktivitas matahari). Puncak
aktivitas matahari hamper setiap
11 tahun. Pada saat penulisan
puncak yang berikutnya
(penyinaran maksimum) terjadin
sekitar tahun 2000. Sebagai
tambahan nyala api matahari
terjadi secara acak dan juga
mempunyai pengaruh pada
kesalahan lapisan ionosper
Kesalahan lapisan ionosper dapat
dikurangi dengan menggunakan
satu dari dua metoda :

x Metode pertama melibatkan
pengambilan rerata pengaruh
pengurangan kecepatan cahaya
yang disebabkan oleh lapisan
ionosper. Faktor koreksi ini
kemudian diaplikasikan dalam
perhitungan. Oleh karena itu,
diambil harga rerata dan
sebelumnya pengambilan rerata
ini tidak dilakukan semua sesuai
waktunya. Oleh karena itu metode
bukan solusi yang optimum untuk
mengurangi kesalahan.






Gambar 12-24 GPS dengan fekuensi ganda

x Metode kedua melibatkan
pemakaian frekuensi ganda pada
penerima GPS. Pengukuran
penerima yang demikian frekuensi
L1 dan L2 dari sinyal GPS.
Diketahui bahwa bila sinyal radio
berjalan melalui lapisan ionosper
kecepatan turun perlahan
berbanding terbalik terhadap
frekuensi. Oleh karena itu waktu
dating kedua sinyal
diperbandingkan untuk
mendapatkan nilai penundaan. Ini
hanya dimungkinkan pada
penerima GPS dengan frekuensi
ganda. Kebanyakan penerima
dibangun untuk navigasi frekuensi
tunggal.
Uap air jugamempengaruhi sinyal
GPS. Uap air dalam lapisan
atmosper dapat juga
mempengaruhi hasil posisi,
penurunan diperkecil oleh
pemakaian model atmosperik.

12.2.5.3. Kesalahan clock Satelit dan Penerima
Sungguhpun clock dalam satelit
akurat (sekitar 3 ns), kadang
mengalami sedikit hanyutan dan
menyebabkan sedikit kesalahan,
mempengaruhi ketelitian posisi.
Departmen Pertahanan Amerika
memonitor clock satelit
menggunakan segmen kontrol dan
hanyutan yang ditemukan
dibetulkan.


12.2.5.4. Kesalahan Multipath
Multipath terjadi bila posisi
antenna penerima pada posisi
terbuka pada permukaan refleksi
yang sangat besar seperti danau
atau bangunan. Sinyal satelit tidak
berjalan langsung ke antenna
namun membentur dahulu obyek
yang ada didekatnya dan
direfleksikan ke dalam antenna
menyebabkan kesalahan
pengukuran. Multipath dapat
dikurangi dengan menggunakan.
Antenna GPS khusus yang
menyertakan ground plane
(lingkaran piringan metalik)
dengan diameter sekitar 50 cm,
mencegah terjadinya penurunan
sinyal yang mencapai antena.






Gambar 12-25 Antena cincin

Untuk mencapai ketelitian
tertinggi, solusi yang lebih disukai
adalah menggunakan antena
cincin. Cincin antenna memiliki 4
atau 5 cincin yang mengelilingi
antenna sebagai perangkap
sinyal langsung. Multipath hanya
berpengaruh pada ketelitian
pengukuran. Ambil alih Navigasi
penerima sederhana jangan
diterapkan teknik yang demikian.


12.2.5.5. Pengurangan Ketelitian
Pengurangan ketelitian (Dilutio Of
Precision/DOP) adalah mengukur
kekuatan geometri satelit dan
dikaitkan dengan jarak dan posisi
satelit di angkasa. DOP dapat
memperbesar pengaruh
kesalahan satelit. Secara prinsip
dapat diilustrasikan dengan baik
melaui diagram :







Gambar 12-27 Pengukuran DOP

Cakupan satelit dpengaruhi oleh
cakupan kesalahan yang telah
diuraikan sebelumnya. Bila satelit
dalam ruang yang baik posisi
dapat ditentukan sebagaimana
area yang dinaungi ditunjukan

Ruang satelit baik ketidak-
pastian posisi rendah


Ruang satelit dengan kurang
baik ketidak-pastian posisi
tinggi
Gambar 1226 Terjadinya multipath



dalam gambar 12-27a. dan
kemungkinan kesalahan garis tepi
kecil. Bila satelit terbuka area yang
dinaungi ukurannya bertambah,
menambah ketidakpastian posisi.
Perbedaan jenis DOP dapat
dihitung tergantung pada
dimensinya. Ketelitian pengukuran
tergantung perbandingan nilai
DOP. Ini berarti jika nilai DOP lipat
dua kali kesalahan penentuan
posisi bertambah dengan
kelipatan dua.

VDOP . Vertikal Dilution of Precision.
Memberikan penurunan ketelitian dalam arah vertikal.
HDOP . Horizontal Dilution of Precision.
Memberikan penurunan ketelitian dalah arah horizontal.
PDOP . Positional Dilution of Precision.
Memberikan penurunan ketelitian posisi tiga dimensi .

Gambar12-28 Satelit geometri PDOP

PDOP dapat diinterpretasikan
sebagai harga timbal balik suatu
tetrahedron yang dibentuk oleh
posisi satelit dan pemakai
sebagaimana ditunjukkan pada
gambar 12-28. Situasi geometri
terbaik terjadi bila volume
maksimum dan PDOP pada harga
minimum. PDOP berperan penting
dalam perensanaan pengukuran
proyek selama awal tahun GPS
seperti penyebaran yang terbatas,
frekuensi yang dihasilkan, bila
peta bintang satelit secara
geometris kurang baik.
Penyebaran satelit sekarang ini
sangat bagus nilai PDOP dan
GDOP jaang kurang dari tiga.
GDOP (Geometric Dilution of
Precision), ketelitian dalam tiga
dimensi posisi dan waktu
mengalami penurunan. GDOP
yang sangat berguna untuk
diketahui adalah GDOP karena
merupakan kombinasi dari semua
factor. Beberapa penerima
melakukan kalkulasi PDOP atau
HDOP yang menyertakan




komponen waktu. Cara terbaik
dari langkah meminimkan
pengaruh GDOP adalah
mengobservasi beberapa satelit
yang mungkin. Oleh karena itu
perlu diingat bahwa sinyal yang
berasal dari elevasi satelit yang
rendah pada umumnya tingkat
dipengaruhi sumber-sumber
kesalahan keketinggianan.
Sebagaimana pemandu pada
umumnya bila mengukur tanah
menggunakan GPS terbaik untuk
pengamatan satelit 15 derajat
diatas horizon. Posisi sangat
akurat pada umumnya akan
diperhitungkan bila GDOP rendah
(biasanya kurang dari 8). Oleh
karena itu tidak diperlukan
pengukuran pesawat yang
didasarkan pada harga PDOP
atau tingkat ketelitian evaluasi
yang dapat dicapai sebagai hasil
harga PDOP yangberbeda dapat
muncul setelah lewat beberapa
menit. Dalam kasus aplikasi
kinetic dan proses kecepatan
rekaman situasi geometris
kurang baik karena secara alami
pendek umurnya, Oleh karena itu
berkaitan dengan nilai-nilai PDOP
meliputi evaluasi criteria pada saat
dihasilkan nilai PDOP kritis dapat
ditunjukkan dengan semua
perencanaan dan evaluasi
program yang disediakan oleh
peralatan pabrikasi yang telah ada
(gambar 12-29).













Gambar 12-29 Pengaruh Gugusan bintang pada nilai PDOP

Tabel 12-1 Faktor-faktor dan besar kesalahan
No Penyebab kesalahan
Besar
kesalahan
No Penyebab kesalahan
Besar
kesalahan
1. Pengaruh lapisan ionosper 4 m 6. Multipath 1,4 m
2. Clock satelit 2,1 m RMS tak terfilter 5,3 m
3. Pengukuran penerima 0,5 m 8. Nilai RMS terfilter 5,1 m
4. Data empiris 2,1 m 9. *Kesalahan vertikal 12,8 m
5. Pengaruh lapisan
troposper
0,7 m 10. **Kesalahan
horisontal
20,4 m

x Kesalahan vertikal (2 sigma 95,53% VDOP = 2,5
** Kesalahan horisontal (2 sigma 95,53% VDOP = 2)





12.3. Differensial GPS (DGPS)
12.3.1 Koreksi Perbedaan Posisi (Differentially Corrected Positions
DGPS)
Beberapa kesalahan
mempengaruhi cakupan
pengukuran satelit sepenuhnya
dapat dihilangkan atau paling
sedikit dikecilkan dengan
menggunakan teknik pengukuran
yang berbeda. DGPS
memungkinkan digunakan warga
sipil untuk menambah ketelitan
posisi dari 100 m sampai 2-3
meter atau kurang, sehingga lebih
berguna untuk aplikasi warga sipil
kebanyakan.



Pengaruh lapisan ionosper secara
langsung dipertanggungjawabkan
untuk data yang tidak akurat
dalam DGPS digunakan teknik
yang dapat mengkompensasi
kesalahan. Kompensasi dilakukan
dalam tiga tahap yaitu :







Menentukan Nilai Koreksi
Stasiun referensi yang
koordinatnya diketahui dari hasil
pengukuran teliti, sebagai basis
untuk mengukur waktu
perpindahan sinyal ke GPS yang
dapat dilihat satelit Gambar 12-32
dan menentukan range semu dari
variabel ini (harga sebenarnya).
Karena posisi dari stasiun
referensi diketahui teliti
dimungkinkan menghitung jarak
sebenarnya (nilai sasaran) pada
setiap satelit GPS. Perbedaan
antara harga sebenarnya dan
cakupan semu dapat dipastikan
dengan pengurangan sederhana
dan akan memberikan nilai koreksi
(perbedaan harga sebenarnya dan
Gambar 12-30.
Koreksi perbedaan posisi
1. Menentukan koreksi nilai pada stasiun referensi
2. Penyiaran nilai koreksi dari stasiun referensi ke GPS
pemakai.
3. Koreksi cakupan pengukuran semu dengan GPS
pemakai.



sasaran). Nilai koreksi berbeda
untuk setiap satelit GPS dan akan
dipertahankan baik untuk setiap
GPS pemakai dalam radius
beberapa ratus sampai kilometer.




Gambar 12-31. Hubungan stasiun acuan dalam pengukuran

12.3.2. Penyiaran Nilai Koreksi
Sebagai nilai koreksi dapat
digunakan dalam area yang luas
untuk koreksi cakupan semu yang
diukur, kemudian dipancarkan
tanpa penundaan melalui media
yang tepat (pemancar, telepon
dan sebagainya) ke pemakai
GPS yang lain.


Gambar 12-32 Pengukuran nilai koreksi cakupan luas

12.3.3. Koreksi pengukuran cakupan semu
Setelah menerika nilai koreksi
GPS pemakai dapat menentukan
jarak yang sebenarnya dengan
menggunakan cakupan semu
yang telah diukur. Posisi pemakai
sebenarnya sekarang dapat



dihitung dari jarak sebenarnya.
Semua penyebab kesalahan dapat
dieliminasi dengan perkecualian
noise dari penerima dan multipath.

Gambar 12-33 Pengkuran nilai koreksi cakupan semu
12.3.4. Penerima Acuan
Antena penerima acuan adalah
bagian yang menjulang pada titk
sebelum diukur yang dikenal
sebagai koordinat. Penerima
diatur pada titik yang dikenal
sebagai referensi penerima atau
stasiun basis. Penerima disaklar
on dan muli melakukan
pelacakan satelit. Posisi pemakai
dapat dihitung dengan teknik
yang telah diuraikan sebelumnya.
Karena jika titik ini diketahui,
referensi penerima dapat diramal
sangat akurat, apakah mampu
mencakup variasi satelit.
Referensi penerima dapat
mengalami perbedaan cakupan
nilai antara yang dihitung dan
diukur. Perbedaan ini dikenal
sebagai koreksi, referensi
penerima biasanya diletakkan
pada mata rantai data radio yang
digunakan untuk memancarkan
nilai koreksi. Piranti lain telepon
mobile dapat juga digunakan
untuk transmisi data . Sebagai
tambahan pada sistim Beacon,
juga ada menyediakan
pemenuhan luasan tanah yang
besar dioperasikan dengan
komersal, perusahaan milik
pribadi. Juga terdapat pengajuan
untuk pemerintah pemilik sistim
yang demikian ini sperti FAA
(Federasi Aviation Authority)
satelit didasarkan Wide Area
Augmentation Sistim (WAAS) yaitu
sistim tambahan area di Amerika,
European Space Agency.s (ESA)
sistim dan sistim yang diajukan
pemerintah Jepang. Terdapat
persamaan standar format yang
digunakan untuk penyiaran data
GPS, yang dinamakan format
RTCM. Ini mewakili komisi
pengawas radio untuk pelayanan
miritim, merupakan organisasi
sponsor suatu industry non profit .
Format ini digunakan bersama-
sama di seluruh dunia.



12.4. Petunjuk Pengoperasi GPS Maestro 4050
GPS Maestro 4050 merupakan
salah satu produk yang
menyediakan sinyal dari satelit
untuk perhitungan dan
menentukan detail lokasi
perrjalanan yang akurat.










Gambar 12-34. GPS Maestro 4050 Berbagai Sudut Pandang


A SD / MMC card slot
B Saklar daya On / Off
C Konektor untuk USB
D Tombol reset
E Jack headphone
F Masukan daya dari adaptor
atau power adaptor AC (+
5VDC/2A)

Pandangan depan
Pandangan samping
Pandangan belakang



12.4.1. Instalasi GPS
12.4.1.1. Pemilihan Lokasi Penempatan GPS
GPS ditempatkan pada tempat
dimana ini dapat secara mudah
dilihat dan tidak menghalangi
pandangan ke jalan anda. GPS
dapat ditonjolkan dengan
menggunakan antenna (
dilokasikan dibagian atas
penerima), mempunyai bebas
pandang ke langit melalui
windshield.
Pilih apakah akan ditonjolkan
dengan menggunakan tonjolan
windshield atau direkatkan pada
dashboard . Gunakan perekat
yang licin permukaannya , GPS
bisa ditempatkan pada dashboard.
Yakinkan bahwa pengawatan
GPS tidak mengganggu
pemakaian airbag. Jangan lupa
agar menempel kuat bersihkan
dengan alcohol pada windshield
atau dashboard yang dipilih
sebagai tempat meletakkan GPS
sebelum direkatkan.
.






http://www.cnettv.com/97421_5322920.html


12.4.1.2. Gunakan piringan
perekat
Pindahkan pita pelindung yang
ada di belakang piringan
perekat. Gunakan piringan
dengan merekatkan pada arah
sisi dashboard. Tekan piringan
sampai sekitar 5 menit supaya
menempel kuat pada tempatnya.
Biarkan selama 24 jam sebelum
dilanjutkan.

12.4.1.3. Tempatkan puncak
yang dapat diatur
Sejajarkan pada bagian atas
yang dapat diatur dengan
lubang pada belakang ayunan.
Pada waktu mengatur ayunan,
tekan ayunan dan penerima
turun sampai terkunci pada
tempatnya.

Magellan
Gambar 1235 Pemasangan GPS



12.4.1.4. Penempatan pada
windshield atau piringan perekat
Yakinkan bahwa pengungkit yang ada
didasar tonjolan yang dapat diatur
menghadap ke atas. Tempatkan dasar
tonjolan melekat kuat pada windshield
atau pirirngan perekat. Tekan
pengungkit pada bagian dasar tonjolan
dengan cara diturunkan sampai
terkunci ditempatnya. Bagian yang
menonjol diatur supaya GPS
mendapatkan pandangan optimum.

12.4.1.5. Menghubungkan Sumber Daya
Ujung plug adaptor 12 VDC masukkan
dalam lubang adapter GPS seperti
ditunjukkan dalam gambar berikut.

12.4.2. Pengoperasian Dasar
12.4.2.1. Mengaktifkan GPS
1. Tekan dan pertahanakan tombol On / Off selama 1-2 detik
2. Baca peringatan dan ketukan ok.

12.4.2.2. Mematikan GPS
Tekan dan pertahankan tombol On/Off selama 1-2 detik

12.4.2.3. Pemilihan Waktu Mematikan Dengan Auto-Power
GPS GPS Maestro 4050 dapat diatur mati secara otomatis dengan
menggunakan waktu durasi yang dapat dipilih. Dengan langkah-langkah
di bawah ini.
1. Ambil Main Menu
2. Ketuk arah panah berikutnya pada Main Menu halaman 2
3. Ketuk pilihan pengguna
4. Ketuk pengesetan system
5. Ketuk power
6. Pilih Auto-poer waktu off, 10 menit, 20 menit atau 30 menit.
7. Ketuk save
8. Ketuk panah kembali ke Main Menu

12.4.2.4. Pengontrolan Volume
Terdapat dua cara untuk
mengakses control volume,
satu dengan mengetuk icon
speaker dan yang lain melalui
pilihan pengguna.

Gambar 12-36. Pemasangan
Piringan Perekat
Gambar 1237 Pemasangan batere



Mengubah volume dari layar
pemetaan
1. Ketuk icon speaker
2. Ketuk pada tombol mute
untuk volume bisu atau
ketuk didalam volume atur
bar . Tombol mute untuk
mengubah tingkat volume
yang diinginkan.
3. Ketuk save



12.4.2.5. Mengatur tingkat kecerahan
Akses control brightness dengan langkah langkah berikut ini.
1. Akses pada Main menu
2. Ketuk tanda anak panah untuk mengakses main menu halaman 2
3. Ketuk pilihan pengguna
4. Ketuk Sistem Seting
5. Ketuk brightness
6. Ketuk bagian dalam brightness atur bar untuk memperoleh tingkat
kecerahan gambar yang diinginkan
7. Ketuk save.



12.4.3. Menu Utama
Layar menu utama merupakan senter dari semua fungsi yang disediakan
untuk GPS Maestro 4050. Menu utama terdiri dari dua halaman besar,
dengan icon yang mudah diakses.

12.4.3.1. Akses Menu utama
1. Dari layar peta ketuk tombol menu
2. Dari layar lain, ketuk tombol kembali


Gambar 1238.
Pengaturan volume
Gambar 1239.
Pengaturan tingkat
kecerahan gambar



Menu Utama Halaman 1




Dalam menu utama terdapat beberapa pilihan yang dapat dipilih
pengguna sesuai dengan kebutuhan.

12.4.3.2. Penunjukkan Peta
Memperagakan peta dengan
menunjukkan posisi pengguna
saat menggunakan GPS (jika
perhitungan posisi dari sinyal
GPS) ditunjukkan dengan
segitiga biru.

12.4.3.3. Akses Alamat
Memperagakan menu alamat
yang dapat diakses. Alamat -
alamat ini dimasukkan pada saat
pertama kali memasuki kota, zip
kode atau dengan memilih kota
dari daftar kota yang telah
digunakan sebagai tujuan. Juga
memberikan akses pada buku
alamat atau membuat rute
persimpangan.


12.4.4. Point Of Interest (POI)
Memperagakan menu pencarian Point Of Interest. Pencarian POI
dengan memasukkan nama atau dengan memilih dari daftar katagori
yang disediakan. POI yang telah dibuat dan diinstal dengan
menggunakan perangkat lunak manager POI ( dalam bentuk CD) dapat
diakses dari menu ini.


Posisi pengguna
Bluetooth
Peta
AAA
Masukan Alamat
PIO
Peta
Alamat
PIO
Alamat rumah
Gambar 1240. Menu halaman 1



12.4.4.1.Home
Jika telah dibuat alamat rumah,
tekan tombol Home untuk secara
cepat mengakses rute perjalanan
pulang. Jika alamat rumah tidak
dibuat, promp peraga juga
mengerjakan ini

Menu Utama Halaman 2




12.4.5. Perencana Perjalanan (Trip Planner)
Membuka menu Trip Planner dimana perjalanan akan dilakukan, ubah
nama atau mengaktifkan perjalanan.

12.4.5.1. Keluar POI
Sediakan daftar restoran, tempat
pengisian bahan bakar, bengkel
perbaikan mobil atau hotel yang
ada didekat gerbang keluar jalan
tol. Dapat dipilih salah satu POI
yang telah ditunjukkan dan buat
rute perjalanan.

12.4.5.2. Pilihan Pengguna
Akses menu pilihan pengguna.
Menu ini dapat digunakan untuk
mengakses fungsi yang digunakan
untuk pelanggan GPS Maestro
pada kebutuhan personal.



Trip P Exit Point
User
Gambar 1241. Menu halaman 2
12.4.4.2. Bantuan Pinggir Jalan
AA
Layar peraga bantuan pinggir
jalan AAA.
12.4.4.3. Bluetooth
Peraga layar utama bluetooth



12.4.5.3. Home
Jika alamat rumah telah diisikan, tekan tombol home untuk segera
mengakses rute perjalanan pulang. Jika alamat rumah belum dituliskan
promp diperaga juga mengerjakannya.

12.4.5.4. Bantuan Pinggir Jalan
AAA
Layar peraga bantuan pinggir jalan
AAA.

12.4.5.5. Bluetooth
Layar peraga menu utama
bluetooth.


12.4.5.6. Keypad
Memahami keypad merupakan
bagian penting dalam penggunaan
GPS Maestro. Keypad merupakan
alat untuk memasukkan data
kedalam GPS Maestro seperti
kunci fitur Quick Spell.
Memasukkan data dengan cepat
dan mudah.


Gambar 1242. keypad
Kuncikunci Spesial







keypad untuk huruf Keypad huruf

Keypad simbol

Spacebar

Backspace

Diterima

Cancel



12.4.5.7. Layar Pemetaan
Pada kebanyakan penggunaan
layar digunakan menjadi layar
pemetaan. Apakah pada rute atau
kota sekitar perjalanan dapat
diperagakan dalam normal atau
perjalanan. Dalam mode normal,
posisi ditunjukkan pada peta
sepanjang waktu dan kecepatan
perjalanan. Sebagaimana
perjalanan posisi akan selalu
diperbaharui, ditunjukkan dalam
gambar yang jelas dari posisi dan
yang melingkupi perjalanan.
.
Gambar 1243. Layar Peta Mode Normal
Keterangan
A Nama jalan pada saat GPS aktif digunakan
B Indikator arah. Ketuk layar pandangan lokasi sekarang dimana pengguna
dapat menyimpan posisi ke dalam buku alamat.
C Memperbesar
D Icon POI
Catatan : Jika terdapat beberapa POI untuk pengisian bahan bakar, daftar
POI yang akan diperagakan. Ketuk nama dalam daftar akses fungsi
pembuatan rute perjalanan.
E Icon posisi sekarang
F Waktu dan hari perjalanan
G Tombol menu utama. Ketuk peraga menu utama
I Kontrol volume. Tekan layar peraga volume dimana kenyariangan dapat
diatur atau tanpa suara.
J Memperkecil
K Satus satelit. Keempat bar hijau optimal. Tekan status layar peraga GPS.
Dalam mode perjalanan informasi tambahan diperagakan untuk memberikan
detail informasi tentang rute yang dipillih.




Gambar 1244. Layar Peta Mode Perjalanan

A Nama jalan pada saat GPS diaktifkan dalam perjalanan
B Indikator arah. Ketuk layar pandangan lokasi sekarang dimana pengguna
dapat menyimpan posisi ke dalam buku alamat.
C Perbesaran
D Icon POI
Catatan : Jika terdapat beberapa POI untuk pengisian bahan bakar, daftar
POI yang akan diperagakan. Ketuk nama dalam daftar akses fungsi
pembuatan rute perjalanan.
E Icon posisi sekarang
F Icon Manuever berikutnya. Ketuk pada icon layar peraga Maneuver list
G Jarak ke manuever berikutny. Ulangi ketuk suara komanda terakhir
H Tombol menu utama. Ketuk layar menu utama. Catatan : layar menu utama
berbeda bila rute diaktifkan.
I Ketuk pelat antara jarak sisa mencapai tujuan dan hasilnya mendekati
seberapa jauh yang masih harus ditempuh untuk encapai tujuan.
J Nama jalan berikutnya
K Menunjukkan grafik perjalanan
L Kontrol volume. Tekan layar peraga volume dimana kenyariangan dapat
diatur atau tanpa suara.
M Perkecil
N Satus satelit. Keempat bar hijau optimal. Tekan status layar peraga GP

12.4.5.8. Rute Perjalanan
Layar Peta
Pada saat rute telah dibuat
dihitung dan diperagakan pada
layar peta dalam warna hijau
dengan panah biru menunjukkan
arah perjalanan. Bagian puncak
layar diperagakan nama jalan
yang dilalui. Bagian bawah
memberikan informasi tentang
manuever berikutnya jika
diperlukan.






Pada gambar di atas menunjukkan bahwa manuever berikutnya akan
bergabung 0,1 mil pada CA-57 S. jarak total ke tujuan 3,4 mil.

12.4.6. Prosedur Point Of Interest (POI)
GPS Maestro mempunyai POI
yang dapat digunakan sebagai
tujuan perjalanan. Pemilihan
restoran atau menemukan ATM
terdekat. POI dikatagorikan
kedalam katagori yang unik dari
tempat pengisian bahan bakar
sampai kilang anggur. Namun
tidak semua katagori dikatagorikan
lebih lanjut ke dalam sub katagori.
Restoran memiliki 54 sub katagori
yang memberikan cara untuk
mencari restoran makanan China,
atau makanan cepat saji dan
makanan Swiss.

12.4.6.1. Membuat Rute POI dengan Katagori
1. Dari menu utama, ketuk icon POI
2. Pilih katagori
dengan menggunakan scroll bar lihat
3. katagori dan ketuk pada nama
katagori yang diinginkan.


4. Jika sub katagori diperagakan,
gunakan scroll bar untuk melihat sub
katagori dan ketuk pada nama sub
katagori yang diinginnkan. Pilih semua
sub katagori jika kamu tak yakin sub
katagori pilihan terbaik sesuai dengan
kebutuhanmu.


Gambar 1245. Layar Peta
Menunjukkan Perjalanan
Gambar 12-45. Daftar katagori

Gambar 12-46. Daftar subkatagori
belanja



5. Cari criteria terdekat dari posisi saat
itu. Kota terdekat (membutuhkan
masukan nama kota) atau alamat
terdekat (membutuhkan masukan
alamat).
6. Bagian teratas peraga menunjukkan
detail informasi penting dalam daftar
POI. Arah anak panah dan jarak
menunjukkan arah dan jarak dalam
garis langsung dari posisi saat itu ke
POI. Dengan menggunakan tombol
sebelum dan sesudah untuk dijalankan
naik dan turun daftar POI. Ketuk pada
POI untuk kelanjutannya.
7. Pilih rute dan ketuk pada tombol
perhitungan rute warna oranye untuk
memulai.

12.4.7. Prosedur Perencana Perjalanan (Trip Planner)
Trip planner digunakan untuk membuat rute dengan tujuan ganda.
Dalam dokumen ini rute dengan tujuan ganda direferensikan sebagai
perjalanan. Prosedur perencanaan perjalanan dengan langkah-langkah
di bawah ini.
1. Buka menu utama halaman 2, ketuk trip planner
1. Pilih New dari menu trip planner
2. Gunakan keypad untuk memasuki nama perjalanan ini.
3. Ketuk ok
4. Mulailah dengan
menambahkan daftar tujuan
dalam perjalanan. Ketuk
Add
5. Pilih metode yang
digunakan untuk dapatkan
icon tujuan kemudian
masukan alamat. Buku
alamat, POI atau
persimpangan.
Ikuti instruksi untuk metoda
yang dipilih untuk memilih
tujuan.

6. Bila tujuan telah ditetapkan
tambahkan alamat untuk
Gambar 1247. Perbelanjaan
terdekat dengan posisi saat itu

Gambar 12-48. Masukan nama
perjalanan
Gambar 12-49. Tampilan Add




diperagakan pada layar trip
. Ketuk save.
7. Daftar tujuan perjalanan
untuk diperagakan
8. Ketuk pada nama tujuan
untuk diiskan di menu.
9. Ulangi langkah 5 melalui 9
sampai perjalanan lengkap
dengan semua tujuan yang
diinginkan.







Gambar 12-51. Pengaturan Tujuan

12. Ketuk save
















Gambar 12-50 Tampilan save

Gambar 12-52. Ketuk Sears
buka menu













































.






Pokok Bahasan
Dalam peralatan kedokteran
berkaitan dengan teknik elektronika
dapat diklasifikasi ke dalam 4 pokok
bahasan yaitu :
1. MRI peralatan kedoteran
menggunakan prinsip
pemanfaatan medan magnit
2. CT Scan peralatan kedokteran
menggunakan prinsip
pemanfaatan sinar X
3. Ultrasonography peralatan
kedokteran menggunakan prinsip
pemanfaatan gelombang suara
ultrasonik.
4. NMR atau Scanner PET peralatan
kedoteran menggunakan prinsip
pemanfaatan sifat pembelahan
inti.
Pembahasan meliputi prinsip dasar
kerja alat, hasil yang dicapai,
pemanfaatan dan tingkat bahaya
pemakaian bagi manusia.
Tujuan :
1. Mengenalkan macam-
macam alat kedokteran
yang berkaitan dengan
teknik elektronika
2. Mengenalkan prinsip kerja
peralatan kedokteran.
3. Mengenalkan
perbandingan peralatan
kedokteran.
13.1.1. MRI (Magnetik
Resonance Imaging)
MRI ialah gambaran potongan
badan yang diambil dengan
menggunakan daya magnet
yang kuat mengelilingi anggota
tubuh. Berbeda dengan CT
scan, MRI tidak memberikan
rasa sakit karena radiasi yang
disebabkan penggunaan sinar-
X dalam proses
Magnetik Resonance Imaging (MRI) merupakan suatu kaidah untuk
menghasilkan gambar organ dalam organisme hidup dan juga untuk
menemukan jumlah kandungan air dalam struktur geologi. Biasa
digunakan untuk menggambarkan secara patologi atau perubahan
fisiologi otot hidup
Pertama sekali, putaran inti atom molekul otot disejajarkan dengan
menggunakan medan magnet yang berkekuatan tinggi. Kemudian
dikenai frekuensi radio pada tingkat menegah, dimaksudkan agar
garis medan magnet inti hidrogen bertukar arah. Selepas itu,
frekuensi radio akan dimatikan menyebabkan inti berganti pada
konfigurasi awal. Ketika ini terjadi tenaga frekuensi radio dibebaskan
yang dapat ditemukan oleh gegelung yang mengelilingi orang yang
sakit.
BAB 13 PERALATAN ELEKTRONIKA KEDOKTERAN














































Sinyal ini dicatat dan data yang
dihasilkan diproses dengan
komputer untuk menghasilkan
gambar otot. Dengan ini, ciri-ciri
anatomi yang jelas dapat
dihasilkan. Pada penggunaan
untuk pengobatan, MRI digunakan
guna membedakan otot patologi
seperti tumor otak dibandingkan
otot normal. Teknik ini bergantung
kepada ciri hidrogen yang
dirangsang menggunakan magnet
dalam air.


Gambar13-1 Hasil scan otak MRI
Contoh bahan ditunjukkan pada
tenaga radio frekuensi, dengan
kehadiran medan magnit,
membuat inti dalam keadaan
bertenaga tinggi. Ketika molekul
kembali turun ke keadaan
normal, tenaga akan dilepaskan
ke sekitarnya, melalui proses
yang dikenal sebagai relaksasi.
Penggunaan istilah nuklir dihindari
untuk menghindarkan
kebingungan yang tak beralasan
disebabkan kebingungan yang
timbul dengan kaitan antara
perkataan "nuklir" dengan
teknologi yang digunakan dalam
senjata nuklir dan resiko bahan
radioaktif.
Salah satu kelebihan MRI ,
menurut pengetahuan
pengobatan masa kini, tidak
berbahaya pada orang yang sakit.
Dibandingkan dengan CT scan
"computed axial tomography"
yang menggunakan aksial
tomografi berkomputer dengan
dosis radiasi mengion.
MRI hanya menggunakan
medan magnet kuat dan
radiasi tidak mengion dalam
jalur frekuensi radio.
Bagaimanapun, perlu
diketahui bahwa orang sakit
dengan benda asing logam
seperti implant terbenam (
pacemaker) tidak boleh discan
dengan mesin MRI,
disebabkan penggunaan
medan magnit yang kuat.
Satu lagi kelebihan scan MRI
kualitas gambar yang
diperoleh resolusi lebih baik
dibandingkan CT scan.
Terlebih lagi untuk scan otak
dan tulang belakang walaupun
kadangkala CT scan lebih
berguna untuk cacat tulang.
Pada tanggal 3 bulan July di
tahun 1977, untuk pertama
kalinya MRI diujikan pada
manusia.















































Gambaran atau tentang imaging
standard masa kini, yang sungguh
buruk. Dr. Raymond Damadian,
seorang dokter dan ilmuwan, bersama
dengan para rekan kerja Dr. Larry
Minkoff Dan Dr. Michael Goldsmith,
tanpa lelah selama tujuh tahun
memperjuangkan untuk menjangkau
titik ini. Mereka memberikan nama asli
mesin ini Indomitabel untuk
menangkap tentang perjuangan
mereka, banyak orang katakan
adalah hal yang mustahil untuk
dikerjakan. Akhirnya pada tahun 1982,
untuk pertama kali MRI alat scaner
dikenalkan di Amerika, sampai
sekarang ribuan MRI telah digunakan.
MRI merupakan teknologi yang sangat
rumit yang tidak dapat dengan mudah
dipahami setiap orang. Dalam
pembahasan ini, akan dipelajari tentang
bagaimana menghebohkannya mesin
ini. Pada saat MRI bekerja, apa yang
terjadi pada tubuh anda sementara
anda berada dalam mesin?, apa yang
dapat kita lihat dengan MRI dan
mengapa anda harus tetap bertahan
diam selama pengujian? semua
pertanyaan dan mungkin masih
banyak pertanyaan lain akan
terjawab disini.
13.1.1.1. Scan MRI
Perancangan MRI, kebanyakan
berupa tabung raksasa. Tabung
dalam sistem berukuran sekitar
tinggi 7 kaki, lebar 7 kaki dan
panjang 10 kaki (2mX2mX3m),
meskipun model baru telah
banyak bermunculan.
Terdapat tabung horizontal yang
dijalankan dengan magnit di
depan maupun di belakangnya.
Tabung ini diketahui mengandung
magnit. Pasien, berbaring
punggung ditempatkan pada
meja khusus. Pertama kali masuk
kepala pasien, seberapa banyak
magnit yang digunakan
ditentukan oleh jenis ujian yang
akan dilakukan. Ukuran dan
bentuk MRI scanner, untuk model
lebih baru dibagian sisi lebih
terbuka tetapi disain pada
dasarnya sama. Setelah
dipastikan bagian tubuh yang
akan di scan berada pada senter
atau isocenter dari medan
magnet, scan baru dapat
dimulai.
Gambar 13-2 Mesin MRI


13.1.1.2. Konstruksi Mesin MRI
Konstruksi mesin MRI dari tahun ke
tahun telah banyak mengalami
peningkatan. Ada dua faktor yang
mempengaruhi pengembangan
perancangan MRI : (1) keingian untuk
meningkatkan kualitas
penggambaran dan (2) Keinginan
membuat scanner sedikit lebih
membatasi pasien. Di bawah ini
sebagian inovasi perancangan
memperkenalkan scanner MRI yang
mengurangi claustrophobic dan
memungkinkan pasien lebih bebas
selagi discan. Gambar 13-3
menunjukkan scanner MRI pada
umumnya dimana pasien hampir
dimasukkan dalam tabung scanner.
Gambar 13-4 menunjukkan para
perancang memendekkan
terowongan. Disain terowongan
pendek mengurangi claustrophobic
(trauma terhadap ruang sempit dan
gelap) pasien. Desain ini mudah
pembatasan perasaan, namun masih
membatasi kemampuan pasien untuk
menyusun tugas. Scanner berdiri
seperti yang ditunjukkan pada
gambar 13-5 lebih menyenangkan
bagi pasien, memungkinkan
penggambaran dalam perilaku
normal dan tegas dalam
menyeimbangkan kondisi. Scaner
diturunkan disekitar pasien, yang
duduk pada tempat duduk yang bisa
di atur. Akhirnya gambar 13-6
menunjukkan scanner MRI yang
memungkinkan untuk cakupan yang
lebih besar pasien lebih tenang,
perasaan lebih terbatas.



Gambar 13-3: MRI panjang terbuka
tipikal

Figure 13-4 Scaner MRI sebanding antara
panjang dan pendeknya


Figure 3-5: Scaner MRI berdiri . Figure 13-6: Scaner MRI terbuka


Meskipun perancangan bervariasi,
elemen dasar dari scanner MRI tetap
cantik banyak kesamaan. Scanner
terdiri dari magnit besar (biru) yang
menciptakan medan magnit utama.
Kuat magnit dalam sistem MRI diukur
dalam satuan kepadatan fluksi
magnit yang dinamakan tesla. Satu
tesla adalah gaya magnetik yang
mencukupi untuk menginduksi 1 volt
listrik dalam rangkaian kumparan
tunggal selama waktu satu detik
untuk setiap meter persegi, 1 tesla
ekuivalen dengan 10 000 gauss,
pengukuran gaya magnit lain
didefinisikan sebagai satu garis dari
gaya persentimeter kuadrat waktu
perdetik.Kuat arus magnit
bervariasi dari 0,5 tesla sampai 2
tesla. Oleh karena itu peneliti
mengembangkan scanner MRI 3
tesla dalam waktu 90 detik menjadi
lebih biasa. Untuk mendapatkan
angka perspektif tersebut , medan
magnit bumi sekitar 5 gauss sampai
0,000005 tesla. Ditambahkan magnit,
juga kumparan gradient (merah).
Kumparan gradient ini merupakan
kumparan elektro magnetik yang
teknisi gunakan untuk memasuki
medan magnit utama pada titik yang
sangat akurat dan untuk waktu
pengontrolan yang sangat teliti.
Kumparan gradient dapat diubah
seperti pada pengaturan mesin jenis
materi tubuh yang digambar.
Akhirnya scanner MRI juga
menyertakan kumparan frekuensi
radio yang dapat mengirim
difokuskan pulsa frekuensi radio ke
dalam kamar scanner. Teknisi dapat
mengubah kumpran frekuensi radio
untuk mengatur materi dan bagian
tubuh.




Used with permission. J. Hornak, The Basics of MRI, (c) 2004.
Gambar 13-7 Blok diagram rangkaian MRI





Gambar 13-8 Ruang pengendali pengoperasian MRI

Sehubungan dengan energi pulsa
gelombang radio, scanner MRI dapat
memilih titik yang sangat kecil pada
tubuh pasien dan menanyakannya,
terutama macam jaringannya. Titik
mungkin berupa kubus yang
berukuran mili meter pada setiap
sisinya. Sistem MRI berjalan melalui
setiap titik tubuh pasien dari titik ke
titik untuk membangun pemetaan
jenis jaringan 2 atau 3 dimensi.
Titik-titik ini kemudian dipadukan,
semua informasi secara besama-
sama membuat model gambar 2
atau 3 dimensi.

MRI memberikan suatu pandangan
tak ada bandingnya di dalam tubuh.
Tingkat detail yang dapat dilihat
adalah luar biasa dibandingkan
dengan kemampuan
menggambarkan dengan alat lain.
MRI merupakan metoda pilihan
untuk mendiagnosa tentang jenis
luka-luka kebanyakan dan kondisi,
karena kemampuannya yang tak
masuk akal untuk menguji
khususnya masalah kedokteran
yang banyak dipertanyakan.
Dengan menguji parameter, sistem
MRI dapat menampilkan jaringan
tubuh secara berbeda. Ini sangat
membantu para ahli radiologi (yang
membaca MRI) dalam menentukan
sesuatu yang nampak normal
namun sesungguhnya tidak. Akan
diketahui kapan dikerjakan jaringan
A normal yang nampak seperti B
jika tidak kemungkinan merupakan
suatu kelainan. MRI juga dapat
menggambarkan aliran darah dalam
hampir semua bagian badan. Ini
memungkinkan membuat suatu
pengamatan sistem arteri dalam
tubuh, tanpa jaringan di sekitarnya.
Dalam banyak kasus, sistem MRI
dapat mengerjakan tanpa suntikan
kontras, seperti yang diperlukan
dalam radiologi vascular.

13.1.1.3. Resonansi Magnetik
Untuk mengetahui bagaimana cara kerja MRI dimulai dengan memfokuskan
pada magnetik dalam MRI. Komponen terbesar dan terpenting dalam sistem
MRI adalah magnet. Magnet dalam sistem MRI rata-rata menggunakan
satuan pengukuran sebagaimana yang telah diketahui yaitu tesla. Satuan lain























Angka-Angka seperti itu membantu
pemahaman intelektual dari kuat
magnet, namun contoh setiap hari
juga sangat membantu. MRI
keberadaannya dapat
membahayakan jika tindakan
pencegahan tegas tidak diamati.
Obyek logam dapat menjadi
proyektil berbahaya, jika berada
dalam ruang scan. Sebagai contoh
logam tersebut antara lain jepitan
kertas, pena, kunci, gunting,
hemostats, stetoskop dan object
kecil lain dapat dikeluarkan dari
saku dan badan tanpa harus
diperingatkan, pada saat mana
keadaan magnit terbuka (pasien
telah ditempatkan) pada kecepatan
yang sangat tinggi, menjadi
ancaman untuk semua orang di
dalam ruang. Kartu kredit, kartu
bank dan kartu semacamitu yang
lain dengan sandi magnet akan
dihapus oleh sistem MRI.
Gaya magnet yang berada pada
suatu obyek akan bertambah secara
ekponensiil adanya magnet
isekitarnya. Bayangkan kedudukan
15 kaki ( 4.6 m) jauhnya dari
magnit dengan kunci pipa besar
ditangan akan merasa adanya
sedikit tarikan. Dengan langkah
semakin dekat tarikan akan dirasa
semakin kuat. Bila kamu berdiri di
dalam 3 kaki ( 1 meter) dari magnet,
kunci mungkin akan ditarik dari
genggaman. Semakin banyak
obyek, menjadi lebih berbahaya,
karena gaya tarik magnet sangat
kuat. Kain pel, ember, penghisap
debu, tangki oksigen, usungan
pasien, monitor jantung dan tak
terbilang obyek lain telah ditarik ke
dalam medan magnet mesin MRI.
Obyek terbesar yang pernah ditarik
ke dalam magnit adalah dongkrak
kasur jerami isi (gambar 13-10 di
bawah). Sedangkan obyek yang
lebih kecil bisa bebas dari manit
dengan dipegang tangan.
dari pengukuran yang biasa
digunakan dengan magnit adalah
gauss (1 tesla = 10 000 gauss).
Magnet yang sekarang
digunakan dalam MRI dalam
cakupan 0,5 tesla sampai 2 tesla,
atau 5000 sampai 20000 gauss.
Medan magnet lebih besar dari
2 tesla tidak akan disetujui untuk
penggunaan dalam imaging
kedokteran, meskipun magnit
lebih kuat di atas 60 tesla banyak
digunakan dalam penelitian,
Dibandingkan dengan kuat
medan magnit bumi 0,5 tesla,
dapat dilihat bagaimana tidak
masuk akalnya kuat medan
tersebut.



Gambar 13-9 Scan MRI tangan
patah
Photo courtesy NASA
Scan MRI dengan jelas menunjukkan
fragmen pergelangan tangan manusia yang
rusak /patah.






13.1.1.4. Keselamatan MRI
Terutama bagi pasien atau
anggota staff pendukung dalam
ruang scan, secara menyeluruh
dideteksi penggunaan logam. Pada
pembahasan ini hanya tentang
obyek eksternal. Bagaimanapun
seringkali pasien memiliki implant
di dalam tubuh yang membuatnya
sangat berbahaa jika berada dalam
medan magnit yang kuat. Fragmen
metalik dalam mata sangat
berbahaya karena gerakan pada
fragmen dapat menyebabkan mata
dalam bahaya atau kebutaan.
Seorang dengan pacemaker (alat
pemicu jantung) tidak dapat discan
atau berada di dekat scanner
karena magnit dapat menyebabkan
pacemaker malfungsi. Aneurysm
clips dalam otak dapat berbahaya
sebab magnit dapat
memindahkannya, menyebabkan
setiap arteri yang akan diperbaiki
tercabik. Beberapa dental implant
magnetik, orthopedic implant,
kemungkinan terbuat dari bahan
feromagnit namun tidak bermasalah
karena ditempelkan pada tulang
dengan kuat.
Bahkan metal staples dalam bagian
tubuh baik kuat, kemungkinan ini
berada dalam tubuh pasien untuk
beberapa minggu (biasanya 6
minggu), jaringan parut yang
dibentuk cukup kuat menahannya.
Setiap ditemui pasien dengan
implant metalik di dalam tubuh,
ditanyakan untuk meyakinkan
bahwa mereka aman discan.
Beberapa pasien dikembalikan
karena itu terlalu membahayakan.
Bila ini terjadi, biasanya dipilih
metode imaging yang dapat
membantunya secara aman.

Gambar 13-10 Tampak
dalam gambar dongkrak
kasur jerami terisi dihisap
ke dalam sistem MRI



Gambar 13-11 Poto perbandingan gambar otak kiri laki-laki atelitik muda (25
t
th), tengah (86
th) dan umur (76 th) mempunyai penyakit Alzheimer's semua digambar dalam tingkat
yang sama (Photo courtesy NASA_)

Tidak ada resiko secara biologi
pada manusia yang dikenai medan
magnit kuat, yang digunakan untuk
imaging kedokteran saat ini.
Banyak fasilitas image yang tidak
disediakan untuk wanita hamil. Ini
adalah fakta bahwa belum
banyak dilakukan riset biologi
tentang pengaruh perkembangan
janin.Pada trisemester pertama
dalam kehamlan sangat kritis
karena pada saat itu, divisi dan
reproduksi selular berkembang
sangat cepat. Dalam pengambilan
keputuan ya atau tidaknya untuk
meneliti seorang pasien hamil,
dibuat kasus per kasus didasarkan
pada konsultasi antara radiologi MRI
dan dokter kandungan. Keuntungan
dari tindakan scan harus
dibandingkan dengan risiko, oleh
karena itu sedikit dilakukan terhadap
janin dan ibu.

13.1.1.5. Magnet MRI
Ada tiga tipe dasar magniet yang
digunakan dalam sistem MRI :
Magnet resistip terdiri dari lilitan
kawat terbungkus yang mengelilingi
silinder yang dilewati arus. Arus
menyebabkan timbulnya medan
magnit. Jika arus dihentikan medan
magnit akan hilang. Konstruksi
magnet ini biaya lebih murah
daripada magnet dengan super
konduktor, untuk
mengoperasikan diperlukan daya
listrik yang besar (50 KW) karena
resistansi alami dari kawat. Untuk
mengoperasikan jenis magnit di atas
sekitar 0,3 tesla mahalnya biaya
akan menjadi penghalang. Medan
magnet akan selalu ada dan selalu
dalam keadaan kekuatan penuh
sehingga tidak membutuhkan biaya
pemelihaan medan. Kelemahan
utama adalah bahwa magnit ini
sangat berat sulit untuk
mengkonstruksi. Magnet permanen
menjadi lebih kecil, masih terbatas
pada kuat medan yang rendah.














13.1.1.6. Magnet MRI Tambahan
Magnit membuat sistem MRI berat,
namun mereka mendapat
pencerahan dengan setiap hadirnya
generasi baru. Misal penggantian
MRI yang sudah 8 tahun digunakan
17000 lb (7 711 kg) dengan MRI
baru yang mempunyai berat hanya
ekitar 9700 lb (4,400 kg). Magnet
baru juga lebih pendek 4 kaki
(panjang sekitar 6 kaki atau 1,8 m)
dari pada yang dimiliki sebelumnya.
Ini sangat penting untuk pasien
claustrophobic. Sistem yang ada
tidak mampu menangani orang yang
beratnya lebih dari 295 pound (134
kg). Sistem yang baru akan mampu
mengakomodasi pasien diatas 400
pound (181 kg). Sistem menjadikan
pasien lebih ramah pada pasien.
Keseragaman atau homogenitas,
kuat medan dan stabilitas magnit
tidak masuk akal merupakan hal
yang kritis untuk mendapatkan
image kualitas tinggi. Magnet seperti
yang diuraikan di atas medan ini
memungkinkan.
Jenis magnet yang lain ditemukan
dalam setipa sistem MRI yang
dinamakan gradient magnet.
Terdapat tiga gradient magnet
didalam mesin MRI. Magnet ini
mempunyai kuat medan yang
sangat rendah bila dibandingkan
dengan medan magnet tetap, kuat
medan dalam cakupan dari 180
Gambar 13-12 menunjukkan
pertumbuhan tumor dalam
otak wanita dilihat dari irisan
lateral. (Photo courtesy
NASA)
13.1.1.3. Magnet super konduktor
Magnet super konduktor sejauh ini
paling banyak digunakan. Magnet
super konduktor sedikit banyak
merupakan magnet resistif berupa
kumparan kawat yang dialiri arus
listrik sehingga menimbulkan medan
magnit. Perbedaan penting bahwa
kawat secara kontinyu dimandikan
dalam helium cair pada suhu 452,4
di bawah nol. Bila berada didalam
mesin MRI, akan dikelilingi oleh
suatu unsur yang dingin. Namun
jangan khawatir, ini diisolasi dengan
suatu ruang hampa suatu cara yang
serupa untuk digunakan dalam
tabung hampa. Ini hampir tidak bisa
digambarkan, dingin menyebabkan
resistansi kawat menjadi nol,
mengurangi kebutuhan listrik
sehingga sistem bekerja lebih
ekonomis. Sistem super konduktif
masih sangat mahal, namun dapat
dengan mudah membangkitkan
medan 0,5 tesla sampai 2 tesla,
dengan imaging berkualitas tinggi.



gauss sampai 270 gauss atau 18
sampai 27 militesla. Fungsi dari
gradient magnet akan menjadi jelas
untuk pembahsan berikutnya.
Magnet utama membenamkan
pasien dalam medan magnit yang
stabil dan sangat keras, gradient
magnet membuat medan dapat
divariasi. Pelengkap sistem MRI
terdiri dari sistem komputer yang
sangat kuat, beberapa peralatan
yang memungkinkan untuk
memancarkan pulsa gelombang
radio ke dalam tubuh pasien
sementara pasien berada dalam
scanner dan banyak lagi komponen
sekunder.








Pulsa frekuensi tinggi biasanya
diberikan melalui kumparan. Mesin
MRI mengandung dengan banyak
kumparan yang berbeda dirancang
untuk bagian tubuh yang berbeda
lutut, bahu, pergelangan tangan,
kepala, leher dan seterusnya.
Kumparan ini biasanya
menyesuaikan diri pada bagian
badan yang akan diambil
gambarnya atau sedikitnya berada
di dekatnya sepanjang
pengujian
.
Gambar 13-13 Organ dalam digambar
dengan MRI (Photo courtesy NASA)
13.1.2. Mesin MRI
Mesin MRI menerapkan pulsa
frekuensi tinggi yang khusus untuk
hydrogen. Sistem mengarahkan pulsa
mengarah pada area tubuh yang akan
diuji. Pulsa menyebabkan proton yang
berada di area pengujian menyerap
energi yang diperlukan untuk
membuatnya berputar dalam arah
yang berbeda. Ini merupakan
resonansi bagian dari MRI.
Pulsa frekuensi tinggi memperdaya
(hanya satu atau dua proton ekstra
yang tidak sesuai permilyar) untuk
berputar pada frekuensi tertentu
dalam arah tertentu pula. Frekuensi
resonansi spesifik dinamakan
frekuensi Larmour , dihitung
berdasarkan jaringan yang akan
diambil gambarnya dan kuat medan
magnit utama.






Maknanya adalah dapat
mengambil secara pasti area yang
ingin diambil gambarnya. Dalam
MRI diberi istilah mengiris. Bisa
dibayangkan suatu roti tawar diiris
setipis irisan beberapa millimeter,
dalam MRI sangat teliti.
Kita dapat mengiris beberapa
bagian dari tubuh dalam banyak
arah, untuk mendapatkan
keuntungan besar mengalahkan
cara penggambaran yang lain Ini
juga berarti bahwa anda tidak
harus berpindah mesin untuk
mengambil gambar dari arah yang
berbeda, mesin dapat
memanipulasi semua dengan
gradien magnet.
Pada saat yang hampir bersamaan,
ketiga magnet gradient Ketiga

magnet disusun sedemikian rupa di
dalam magnet utama, bila di onkan
dan dioffkan secara sangat cepat
dengan caranya yang spesifik,
mengubah medan magnet utama
pada suatu tingkat yang sangat
lokal. Bila pulsa frekuensi tinggi di
offkan, proton hydrogen mulai
lambat kembali ke natural alignment
dalam medan magnet dan
melepaskan muatan energi yang
disimpan. Pada saat ini dikerjakan,
akan menghentikan sinyal yang
diambil kumparan dan mengirim ke
sistem komputer. Apa yang diterima
sistem secara matematika data
diubah menggunakan transformasi
Fourier, ke dalam gambar yang
dapat disimpan dalam bentuk film.
Inilah bagian imaging dari MRI.

13.1.2.1. MRI Image
Kebanyakan imaging
menggunakan cara menyuntikkan
contrast atau celupan untuk
prosedur tertentu. Kontrast MRI
bekerja dengan mengubah medan
magnet lokal dalam jaringan yang
diuji. Jaringan normal dan tidak
normal akan direspon secara
berbeda pada sedikit alterasi
sehingga memberikan sinyal yang
berbeda. Sinyal divariasi ditransfer
ke dalam bentuk gambar,
memungkinkan dari jaringan tak
Gambar 13-15 Scan MRI menunjukkan
tubuh bagian atas dilihat dari samping
sehingga tulang tulang belakang kelihatan
jelas (Photo courtesy NASA)
Photo courtesy NASA
gambar 13-14 Perbandingan CAT
scan, dan MRI cenderung lebih detail
Photo courtesy NASA
gambar 13-14 Perbandingan CAT
scan, dan MRI cenderung lebih detail
dan kontras


normal divisualisasi dalam banyak
jenis yang berbeda dan memproses
penyakit lebih baik dari pada yang
dapat diperoleh tanpa kontras.

13.1.2.2. Keuntungan MRI
Mengapa dokter menyarankan menggunakan pemeriksaan MRI. Karena
hanya cara itu yang lebih baik untuk melihat bagian dalam tubuh dari pada
memotong dan membuka tubuh.


















13.1.2.3. Alasan melakukan scan MRI
Faktanya bahwa sistem MRI tidak
menggunakan ionisasi radiasi
adalah suatu kenyamanan bagi
banyak pasien, sebagaimana
kenyataan bahwa bahan kontras
MRI mempunyai efek samping yang
sangat rendah. Keuntungan MRI
yang utama adalah kemampuannya
memberikan gambaran dalam
wahana manapun. CT dibatasi pada
satu wahana, wahana yang di
sekitar sumbu analogi dengan irisan
roti tawar. Sistem MRI dapat
membuat sumbu gambar sebaik
gambar dalam wahana sagitall
(irisan menurut sisi panjang) dan
coronally (dibayangkan seperti
lapisan suatu kue lapis) atau
pergeseran pasien beberapa derajat
(tanpa pasien harus berpindah). Jika
pernah disisinari dengan sinar X,
anda akan tahu setiap mengambil
gambar yang berbeda, anda harus
berpindah. Ketiga magnet gradient
yang telah dibahas sebelumnya
memungkinkan sistem MRI memilih
dengan pasti dibagian tubuh mana
perlu diambil gambarnya dan
bagaimana orientasi pengirisan.
MRI ideal digunakan untuk :
x Mendiagnosa berbagai sklerosa ( multiple sclerosis /
MS)
x Mendiagnosa tumor kelenjar putuiri dan otak
x Mendiagnosa infeksi dalam otak, tulang belakang atau
sambungan
x Memvisualisasi ikatan sendi yang koyak di pergelangan
tangan,lutut dan mata kaki.
x Memvisualisasi bahu yang luka-luka
x Mendiagnosa tendonitis
x Mengevaluasi tumor tulang, bisul dan cakram hernia
atau bengkak dalam tulang belakang
x Mendiagnosa stroke pada tingkat awal.




13.1.2.4. Kelemahan
Meskipun sistem scan MRI ideal
untuk mendiagnosa dan
mengevaluasi sejumlah kondisi an
posisi, MRI juga memiliki
kelemahan. Misalnya :
* Tedapat banyak orang yang tidak
aman discan dengan MRI
(misalnya karena menggunakan
alat pacu jantung) dan juga orang
yang terlalu besar untuk discan.
* Terdapat banyak orang yang
claustrophobic dan orang yang
karena pengalaman sebelumnya,
jika berada dalam mesin MRI
merasa kebingungan.
* Mesin membuat kegaduhan selama
scan, suara noise secara
berkesinambungan. Pasien diberi
headphone untuk meredam suara
noise. Noise timbul karena
adanya arus listrik dalam kawat
magnet gradient yang berlawanan
dengan medan magnit utama.
Medan magnet utama lebih kuat
menimbulkan gradient noise yang
lebih keras.
* Scan MRI menghendaki pasien
untuk bertahan diam selama
pengujian. MRI dapat menguji
dengan cakupan selama 20 menit
sampai 90 menit atau lebih.
Bahkan dengan sedikit gerakan
dari bagian tubuh yang di scan
dapat menyebabkan kerusakan
gambar dan harus diulangi.
* Perangkat keras ortopedi (sekrup,
pelat dan sambungan tiruan)
dalam area scan dapat
menyebabkan kerusakan artifak
(distorsi) pada gambar. Perangkat
keras menyebabkan alterasi
signifikan dalam medan magnet
utama. Ingat keseragaman medan
merupakan medan kritis untuk
penggambaran yang baik.
* Sistem MRI, sangat mahal untuk
membeli, dan oleh karena itu
pengujian dengan MRI juga
sangat mahal. Lebih banyak
keuntungannya bila dibandingkan
dengan kelemahannya sehingga
kebanyakan pasien lebih
cenderung pertimbangan
keuntungan dari pada
kelemahannya.


Gambar 13-16 Irisan Axial, coronal dan
sagitall



13.1.3. MRI Masa depan
Perkembangan MRI nampaknya
hanya dibatasi oleh imaginasi.
Teknologi ini masih relative baru
tersebar luas kurang dari 20 tahun
bila dibandingkan dengan
penggunaan sinar X yang sudah
100 tahun digunakan.
Dikembangkan scanner kecil untuk
imaging bagian tubuh tertentu.
Sebagai contoh, scanner kecil
ditempatkan di lengan, lutut atau
kaki sekarang ini digunakan
dibeberapa area. Kemampuan
memvisualisasi sistem arteri dan
pembuluh darah sedang
dikembangkan. Pemetaan fungsi
otak (membaca sekilas otak
seseorang selagi melakukan tugas
phisik tertentu seperti penekanan
suatu bola, atau melihat jenies
gambar tertentu) membantu peneliti
untuk mengetahui bagaimana otak
bekerja dengan lebih baik.
Diramalkan secara spekulatif untuk
masa yang akan datang MRI yang
terbaik, tetapi tidak ada keraguan
bahwa ini akan menyenangkan dan
menguntungkan dalam merawat
pasien.

13.1.3.1. Functional Magnetron Resonance Imaging (FMRI)
Pengembangan MRI
13.1.3.1.1. Pengertian FMRI
Functional Magnetik Resonance Imaging atau FMRI merupakan teknik
penggambaran aktivasi otak dengan jenis yang berbeda dari sensai pisik
(penglihatan, suara, sentuhan, taste, senyum) atau aktivitas demikian
seperti penyelesaian masalah gerakan (dibatasi oleh mesin). Scan FMRI
merupakan penambahan peralatan umum untuk pemetaan otak dalam ilmu
kognitif

13.1.3.1.2. Perbedaan Antara MRI dan FMRI
Scan FMRI menggunakan prinsip
dasar yang sama dari atom fisika
seperti mesin scan MRI, namun
scan MRI gambar susunan
anatomi sedang pada gambar
FMRI fungsi metabolisme. Jadi
gambar scan yang dibuat MRI pada
umumnya seperti gambar tiga
dimensi susunan anatomi. Gambar
yang dibuat oleh scan FMRI
gambar dari aktivitas susunan
anatomi metabolisme.




























13.1.3.1.3. Tata cara pemeriksaan dan apa yang akan dialami pasien
saat pemeriksaan MRI :
- Pasien berbaring telentang
- Pasien berbaring telentang .
- Meja MRI akan diatur oleh
operator MRI .
- Pasien akan mendengarkan suara
seperti suara ketukan selama
berjalanya pemeriksaan
- Pasien boleh didampingi oleh 1
orang pengantar .
- Selama pemeriksaan pasien akan
selalu dibawah pengawasan
petugas MRI
- Bila ada kondisi yang kurang
nyaman , pasien dapat memberi
tanda kepada petugas .
- Pada umumnya pemeriksaan
MRI membutuhkan waktu
sekitar 15 30 menit .
- Setelah pemeriksaan selesai ,
pasien dapat melakukan
aktifitas seperti biasa.
Pemeriksaan MRI aman dilakukan
karena tidak menggunakan sinar
X atau bahan radioaktif , meskipun
demikian ; wanita dengan
kehamilan muda ( Trimester I )
tidak direkomendasikan untuk
pemeriksaan MRI. MRI tidak bisa
dilakukan pada :
- Pasien yang menggunakan pace
maker .
- Pasien yang menggunakan klip
pembuluh darah dan bersifat
ferromagnetis
( bahan yang tertarik oleh
magnit ) .
- Pasien dengan benda asing
logam ( gram ) pada mata atau
tempat lain .

13.2.1. Pengertian CT SCAN
Pada umunya scanner computed
tomography lebih dikenal dengan
sebutan CT scan terdiri dari gantry,
sistem sinar X, meja pasien dan
komputer kerja. Gantry adalah
satuan kotak besar yang terbuka
ditengahnya untuk dilalui pasien
pada saat bergerak selama scan
dilaksanakan. Gantry berisi sistem
sinar X meliputi di dalamnya tabung


http://www.aboutnuclear.org/vie
w.cgi?fC=The_Atom
http://www.fmrib.ox.ac.uk/fmri_intro/brief. http://www.aboutnuclear.org/view.
cgi?fC=The Atom
Gambar 1319
aktivasi otak 3D
Gambar 13-17 MRI
gambar kepala irisan
tunggal
Gambar 13-18 Urutan temporal
scan FMRI (irisan tunggal)


sinar X, detektor, rangkaian
kolimator berkas sinar X dan
pembangkit sinar X. Model CT scan
lama generator sinar X terpisah dari
gantry. Meja pasien dirancang untuk
gerakan horizontal dan vertical
untuk mengakomodasi variasi posisi
pasien selama scan dilaksanakan.
Jenis computed tomography (CT),
yang banyak lebih dikenal adalah
Computed Axial Tomography (CAT)
merupakan prosedur pemberian
sinar x canggih tanpa rasa sakit.
Berbagai gambar dapat diambil
selama CT scan atau CAT scan dan
sebuah komputer menyusun
informasi menjadi irisan gambar
melintang tentang jaringan lembut,
tulang, dan pembuluh darah. CT
scan mencapai gambar bagian
tubuh yang tidak dapat dilihat
dengan sinar X standar. Oleh
karena itu scan ini sering
menghasilkan diagnose awal dan
perlakuan dari banyak penyakit
lebih berhasil.
CT scan dipandang pengujian
aman. Sementara penggambaran
CT meliputi sinar X, pada umumnya
diagnosa lebih menguntungkan
dibanding resiko radiasi penyinaran
sinar X.



















Gambar 13-20 Posisi CT scan (Photo
courtesy Department of Defense)
Gambar 1321
Scan irisan otak
Dalam CT scan , menggunakan
kontras agen atau mungkin obat
penenang. Sebuah konstras agen
berupa unsur penting untuk
organ atau jaringan selama
pengujian dan seringkali
direferensikan sebagai celupan.
Terhadap keakuratan diagnose,
pada umumnya lebih
menguntungkan dibandingkan
resiko berkaitan dengan potensi
efek samping.


CT scan telah dikembangkan sejak pertengahan tahun 1970. Sistem asli
didesikasikan untuk penggambaran kepala dan sangat
lambat perlu berjam-jam untuk memperoleh gambaran untuk setiap irisan
individu. Scanner model baru mengumpulkan sebanyak empat data irisan
kurang dari 350 mikrodetik. Peningkatan kecepatan CT scan yang tinggi ini
telah menambah kenyamanan pasien dan menghasilkan gambar resolusi
tinggi. Waktu scan lebih cepat, waktu penyinaran sinar X berkurang
memberikan kualitas gambar lebih baik pada tingkat sinar X yang rendah.
13.2.1.1. Penemuan Sinar X
Sebagaimana dengan banyak
penemuan yang sangat besar bagi
umat manusia, teknologi sinar X
merupakan temuan sepenuhnya
secara kebetulan. Di Jerman tahun
1895, ahli Fisika Wilhelm Roentgen
membuat temuan percobaan
dengan berkas elektron dalam
pengosongan tabung gas.
Roentgen mencatat bahwa ketika
berkas elektron telah dipasang
layar dalam laboratorium mulai
berpijar. Hal ini ditanggapi bukan
dengan mengejutkan bahan
berpijar secara normal mengalir
dalam reaksi radiasi
elektromagnetik, namun tabung
Roentgen dikelilingi karton hitam
yang berat. Menurut pendapat
Roentgen telah mampu
menghalangi radiasi.















Penemuan Roentgen luar biasa
mempercepat salah satu dari
kemajuan peralatan penting
kedokteran dalam sejarah
manusia. Teknologi sinar X
membawa dokter dapat melihat
langsung melalui jaringan manusia
untuk menguji patah tulang, rongga
dan obyek yang tertelan. Prosedur
sinar X dimodifikasi dapat
digunakan untuk menguji jaringan
yang lebih lunak yang
demikian ini seperti paru-paru,
pembuluh darah atau isi perut.

Gambar 13-22 Scan dada
Kemudian Roentgen menempatkan
obyek yang bervariasi diantara
tabung dan layar, layar masih
bercahaya. Akhirnya ia meletakkan
tangannya didepan tabung, dia
melihat bayangan tulangnya
diproyeksikan pada layar yang
bercahaya. Segera sesudah
menemukan sinar X, menemukan
keuntungan aplikasi.




Gambar 13-23 Gambar tabung dasar CT scan
13.2.1.2. Pengertian Sinar X
Sinar X pada dasarnya sama
seperti cahaya nampak. Keduanya
mempunyai bentuk gelombang
serupa membawa energi
gelombang elektromagnetik dengan
partikel yang disebut photon.
Perbedaan antara sinar tampak dan
sinar X adalah tingkat energi dari
photon individualnya. Ini juga
diekspresikan sebagai panjang
gelombang cahaya.
Mata kita sensitip terhadap panjang
gelombang tertentu dari cahaya
tampak, namun tidak demikian
untuk penjang gelombang yang
lebih pendek dari energi sinar X
gelombang yang lebih tinggi atau
panjang gelombang yang lebih
panjang dari energi gelombang
radio yang lebih rendah.
Photon cahaya tampak dan photon
sinar X keduanya dihasilkan oleh
perpindahan elektron dalam atom.
Elektron-elektron menduduki level
energi yang berbeda-beda, atau
mengorbit, mengelilingi inti atom.
Bila elektron turun pada orbit yang
lebih rendah, maka perlu
melepaskan energi, energi ekstra
yang dilepaskan dalam bentuk
photon. Tingkat energi photon
tergantung seberapa jauh elektron
turun dari tingkat orbit.







Gambar 13-24. Emisi cahaya atom




Gambar 13-25 Hasil CT scan otak
13.2.2. Mesin Sinar X
Jantung dari mesin sinar X adalah
sepasang elektroda katoda dan
anoda yang berada di dalam tabung
gelas hampa. Katoda dengan
filament dipanasi, seperti yang
dijumpai pada lampu flouresen.
Mesin melewatkan arus melalui
filament yang memanasinya. Panas
ini membebaskan elektron keluar
dari permukaan filament. Kutub
positip yang bermuatan positif,
berupa piringan datar terbuat dari
tungsten, menarik elektron-elektron
yang melintasi tabung dengan,
suatu cakram datar terbuat dari
tungsten, menarik elektron ke
seberang tabung dengan kuat .



Gambar 13-26 Mesin sinar x
Ketika elektron melampaui batas
kecepatan menabrak atom
tungsten, benturan ini
menyebabkan elektron dalam suatu
atom berpindah pada tingkat energi
yang lebih rendah. Sebuah elektron


yang berada pada tingkat orbit lebih
tinggi segera turun menuju tingkat
energi yang lebih rendah, sehingga
terjadi pelepasan energi ekstra
dalam bentuk photon. Photon
memiliki level energi yang tinggi
kemungkinan merupakan sinar X
photon.The Elektron bebas dapat
juga membangkitkan photon tanpa
tumbukan atom. Seperti komet
mengelilingi matahari elektron
perlahan turun dan mengubah arah
secepat atom. Ini " pengereman"
tindakan menyebabkan elektron
memancarkan tenaga dalam bentuk
photon sinar X.



Sebuah elektron bebas tertarik
kepada inti atom tungsten. Ketika
elektron dipercepat, inti berubah
elektron kehilangan energi, energi
yang dilepaskan sebagai photon
sinar X. Dampak benturan tinggi
memproduksi sinar X dan
membangkitkan panas. Motor
memutar anoda melindunginya
dari meleleh (berkas elektron tidak
selalu difokuskan pada area yang
sama ). Juga terdapat minyak
pendingin yang mengelilingi
sistem menutupi juga menyerap
panas yang timbul.
Keseluruhan mekanisme dikepung
dengan perisai tebal. Untuk
menjaga sinar X dari pelepasan ke
semua arah. Jendela kecil dalam
perisai mengeluarkan photon
dalam berkas yang sempit. Berkas
dilewatkan melalui serangkaian
filter sebelum memasuki tubuh
pasien.
Sebuah kamera pada sisi lain dari
tubuh pasien merekam pola sinar
X yang dilewatkan melalui tubuh
pasien. Kamera sinar X
menggunakan teknologi film yang
sama seperti kamera biasa,
namun cahaya sinar X diatur pada
saat reaksi kimia dapat mengganti
cahaya tampak.
Pada umumnya dokter
mempertahankan gambar film
negative. Yaitu pada area yang
diekspose berlebihan muncul
cahaya gelap dan pada area yang
diekspose kurang cahaya muncul
lebih terang. Untuk materi yang
keras seperti tulang muncul
cahaya putih dan untuk materi
yang lebih lunak muncul warna
hitam atau abu-abu. Dokter dapat
memperoleh materi yang
mempunyai perbedaan fokus
dengan mengatur intensitas
berkas sinar X.
Gambar 13-27 Pancaran poton



13.2.3. Ide Dasar Computerized Axial Tomography (CAT)
Ini merupakan perkembangan
teknologi kedokteran di bidang
pemanfaatan sinar X. Mesin scan
Computerized Axial Tomography
(CAT) menghasilkan sinar X, dalam
bentuk energi elektromagnetik yang
kuat. Pada dasarnya photon sinar X
sama seperti photon cahaya tampak
dengan energi yang lebih besar.
Tingkat energi tinggi
memungkinkan berkas sinar X
dilewatkan langsung melalui materi
lunak dalam tubuh manusia.
Penggambaran sinar X
konvensional pada dasarnya berupa
bayangan, disinari pada satu sisi
tubuh dan sebuah potongan film
pada sisi lain bayangan hitam
tulang. Bayangan-bayangan
memberi suatu gambar yang tidak
lengkap dari suatu bentuk obyek.
Bayangkan jika anda sedang berdiri
di depan dinding, dengan tangan
kanan memegang nanas didepan
dada sedangkan tangan kiri
memegang pisang. Maka bila teman
hanya melihat pada dinding, maka
bukan anda yang nampak. Jika
disana diberi lampu di depan anda,
teman anda akan melihat garis
besar anda memegang pisang,
namun bukan nanas, bayangan dari
torso. Teman akan melihat kiri
memegang pisang, karena
bayangan tubuh anda menghalangi
nanas. Jika lampu ditaruh disisi
kananmu, maka teman anda melihat
garis besar nanas bukan pisang.

Gambar 13-28 Hasil CAT jantung dan torax

Hal yang sama tejadi dalam gambar
sinar X konvensional. Jika suatu
tulang lebih besar secara langsung
diletakan diantara mesin sinar X dan
tulang yang lebih kecil, maka akan
dihasilkan film dengan tulang yang
lebih besar mungkin akan menutupi
tulang yang lebih kecil. Dalam hal
melihat tulang yang lebih kecil anda
harus memutar tubuh atau mesin
sinar X. Untuk mengetahui bahwa
anda memegang nanas dan pisang,
teman anda harus melihat bayangan
di kedua posisi dan membentuk
gambar yang lengkap. Ini
merupakan gagasan dasar dari
perangkat komputer tomography.
Dalam mesin scan CAT, berkas
sinar X bergerak mengelilingi
pasien, scaning dilakukan dari
ratusan sudut yang berbeda.
Komputer mengambil semua
informasi dan memasang bersama-
sama dalam gambar tubuh 3
dimensi



Gambar 13-29 Ide dasar penyinaran sinar x
13.2.4. Prosedur Scanning
Mesin CAT tampak menyerupai
kue donat raksasa yang sisi-sisinya
dinaikan. Pasien dibaringkan di
bawah platform, secara perlahan
dipindahkan melalui lubang dalam
mesin. Tabung sinar X dimunculkan
pada cincin yang dapat dipindah-
pindahkan mengelilingi ujung
lubang. Cincin juga didukung
susunan detektor sinar X secara
langsung disisi berlawanan tabung
sinar X. Sebuah motor memutar
cincin sehingga tabung sinar X dan
detektor sinar X berputar bolak-balik
mengellingi tubuh. Setiap putaran
penuh scan sempit, mengiris tubuh
secara horizontal. Sistem control
memindahkan platform ke dalam
lubang lebih jauh sehingga tabung
dan detektor dapat menscan irisan
berikutnya.

Gambar 13-30 Prinsip dasar penyinaran sinar x pada CAT dan hasil

Dengan cara ini mesin membuat
irisan sinar X memotong tubuh
dalam gerakan spiral. Komputer
memvariasi intensitas sinar X dalam
tingkatan untuk scan setap jenis

jaringan dengan daya optimum.
Setelah pasien dilewatkan melalui
mesin, komputer akan
mengkombinasi semua informasi
dari setiap scan untuk membentuk


detail gambar tubuh. Ini tidak selalu diperlukan melakukan scan ke
seluruh tubuh. Dokter lebih sering
melakukan scan hanya sebagian
kecil. Karena pengujian irisan tubuh
irisan demi irisan, scan CAT jauh
lebih terencana dari pada sinar X
konvensional. Sekarang ini dokter
menggunakan scan CAT untuk
mendiagnosa dan memberi
perlakuan penyakit yang sangat
bervariasi, meliputi trauma, kanker
dan osteoporosis. Ini merupakan
perangkat yang tak ternilai dalam
kedokteran modern.

13.2.4.1. Cara Kerja CT Scan dan
Perkembangannya
Selama CT scan bekerja,
generator sinar X memberi daya ke
tabung sinar X, sinar X dihasilkan
oleh tabung sinar X dan diemisikan
seperti diputar mengelilingi pasien.
Sinar X dilewatkan melalui tubuh
pasien ke detektor, yang mana ini
sangat tergantung pada jenis dan
model CT scanner, mungkin terdiri
dari ionisasi gas xenon atau kristal
(seperti cesium-iodide atau
cadmium-tungstate). Selama satu
putaran detektor menghasilkan
sinyal listrik, yang dibangkitkan
setelah penyinaran sinar X. Sinyal
listrik ini ditransfer ke komputer,
diproses dan direkonstruksi ke
dalam gambar menggunakan
algoritma yang telah deprogram
sebelumnya. Setiap putaran tabung
sinar X dan detektor direkonstruksi
ke dalam gambar yang
direferensikan sebagai irisan. Irisan
dipresentasikan berupa potongan
melintang dari detail anatomi, dan
memungkinkan susunan anatomi di
dalam tubuh dapat divisualisasikan
hal yang tidk mungkin dengan
radiography pada umumnya.
Collimator ditempatkan didekat
tabung sinar X dan pada setiap
detektor memperkecil sebaran
radiasi dan berkas sinar X tepat
untuk menggambarkan scan.
Tinggi collimator ditentukan
ketebalan irisan yang diinginkan.

Sekarang terdapat beberapa jenis
CT scanner untuk penggunaan
maupun konfigurasi melakukan
scanning kedepannya berbeda. CT
scanner konvensional yang telah
dikenalkan tahun 1970, mempunyai
kabel yang diletakkan pada susunan
detektor, dan oleh karena itu pada
akhir putaran tabung sinar X,
perakitan harus dikemblaikan untuk
menghindari kebingungan kabel, CT
konvensional kecepatan scanning
paling rendah. CT scan spiral, juga
dinamakan scanner helical atau
volumetric mempunyai konfigurasi
gelang seret yang memungkinkan
rotasi satu putaran kontinyu. Dalam
scaning spiral meja pasien
digerakkan melalui gantry
sementara tabung sinar X dan
detektor berputar gerakan spiral
mengelilingi pasien. Kecepatan
scanning lebih cepat, irisan lebih
tipis dan diperlukan breathhold
pasien lebih pendek dari pada CT
konvensional. CT scan spiral
dikenalkan pada tahun 1989, sejak
dikenalkan memberi keuntungan
penggambaran CT meningkatkan
kecepatan dan kualitas scanning
dibandingkan CT scanner
konvensional.




Gambar 13-31 CT scan multi irisan
Scanner multi irisan telah
dikenalkan sejak tahun 1998
dipandang sebagai revolusi lanjut
dalam penggambaran CT, detektor
mempunyai arah gerakan multi row
yang memungkinkan akuisisi multi
irisan gambar selama satu putaran
tabung sinar X. Tergantung pada
model pabrikasi, scanner multi irisan
mungkin delapan kali lebih cepat
dari pada scanner spiral irisan
tunggal dan irisan dapat setipis
setengah irisan yang tipis yang
dapat dicapai dengan scanner
spiral. Teknologi multi irisan masih
dalam tahap pengembangan sejak
tahun 2001. Berkas elektron CT
scanner, juga dinamakan CT
scanner ultra cepat, menggunakan
teknologi scanning yang berbeda
dari pada CT scanner yang lain,
dimana putaran tabung sinar X
secara mekanis. Berkas elektron CT
scanner tidak memiliki bagian yang
bergerak, yang demikian ini
memungkinkan melakukan scan
dengan cepat. Berkas elektron
yang dibangkitkan dari elektron gun
difokuskan pada putaran sinar X
berkas dikendalikan sepanjang ring
sasaran tungsten. Waktu scan
mendekati sepuluh kali lebih cepat
dari pada scaner multi irisan karena
hanya berkas elektron yang
bergerak selama scanning. Berkas
elektron CT scan telah dikenalkan
pada pertengahan tahun 1980 dan
dirancang untuk penggambaran
jantung dan penggambaran dari
susunan penggerak lain (seperti
paru-paru) mempunyai kecepatan
scaning tinggi.
Peralatan CT imaging sering
disuplay dengan piranti
pengarsipan gambar (CD, pita
kaset) , untuk piranti gambar
hardcopy (film sinar X, gambar
laser) dan kemampuan jaringan,
tergantung pada fasilitas kebutuhan.
Karena CT
menggunakan cara digital, CT
scanner seringkali di buatkan
jaringan dengan perangkat digital
lain, yang demikian ini seperi sistem
MRI, untuk memfasilitasi
memudahkan perbandingan gambar
pada penglihatan monitor.



Gambar 13-32 Tabung dasar mesin CT scan
Sebagaimana putaran scanner,
detektor mengambil sejumlah
snapshot yang dinamakan profil.
Pada umumnya dalam setiap satu
putaran diperoleh sekitar 1000
profil. Setiap profil dianalisa
komputer dan satu set profil penuh
dari setiap rotasi membentuk irisan
gambar dua dimensi.
13.2.4.2. Pengoperasian Alat
Setelah teknolog menyiapkan dan
memposisikan pasien pada meja
scanning dengan tepat, teknolog
berpindah ke ruang control dan
memulai scan dengan
menggunakan control komputer.
Biasanya scanning protocol
komputer telah diprogram
sebelumnya untuk jenis scan pada
umumnya (abdomen dan tulang
panggul, dada , kepala) dan
beberapa komputer
memungkinkan dipesan scan
protocol untuk dimasukkan.
Selama scaning, teknolog
menginstruksi pasien melalui
sistem intercome mengenai
breathhold dan posisi. Pengaturan
komputer secara otomatis
memindahkan meja pasien sesuai
dengan parameter scanning yang
dipilih. Scan sendiri mungkin
hanya membutuhkan waktu 5
sampai 15 menit, namun total
pengujian mungkin membutuhkan
waktu sampai di atas 30 menit,
karena pasien harus disiapkan dan
diposisikan.














Gambar 13-33 Ruang kontrol dan pelaksanaan scanning




Bila pengujian telah lengkap,
teknolog memproses data
gambar menggunakan
komputer workstation.
Tergantung fasilitas, gambar
mungkin dikirim ke prosesor film
sinar X atau laser imager untuk
dicetak sebagai hardcopy dan
diberikan ke ruang pembacaan
atau mungkin disimpan dalam
disket atau ditransfer melalui
sistem manajemen gambar
digital untuk dipresentasikan
memalui penglihatan monitor.


Gambar 13-34 Jaringan sistem manajemen gambar

13.2.4.3. Optimalisasi Peralatan Dengan Model Jaringan
Sebelum pasien dipindahkan dari
meja, teknolog radiologi dapat
mereview gambar yang
dikehendaki untuk meyakinkan
kualitasnya cukup memenuhi
untuk keperluan diagnose.
Gerakan artifak, yang berupa
lapisan, embun atau ketidak
tepatan lain dalam gambar,
mungkin terjadi jka pasien
melakukan gerakan pada saat
scan dilaksanakan atau bila
susunan gambar bergerak
(jantung, paru-paru). Pengurangan
ketebalan irisan gambar yang
dikehendaki, mengubah waktu dari
suntikan bahan kontras dan
memperpendek waktu breathhold
pasien dapat membantu
mengurangi kejadian gerakan
artifak.
Teknolog radiologi akan memilih
protocol scanning yang akan
memberikan kualitas gambar
maksimum dan dosis radiasi
minimum. Dosis radiasi pada
umumnya untuk CT scan
mendekati sama dengan radiasi
latar belakang alami , rata-rata
orang kebanyakang dalam waktu


satu tahun. Dosisi radiasi pasien
dari CT scan sedikit lebih tinggi
dari pada prosedur sinar X pada
umumnya. Scanner multi irisan
yang lebih baru secara signifikan
mengantarkan dosis radiasi yang
lebih tinggi dari pada scanner
spiral irisan tunggal, dosis lebih
tinggi ini berkaitan dengan pasien
pediatric khusus. Asosiasi Ahli
radiologi di Amerika (ASRT) telah
mengeluarkan pernyataan protocol
scanning untuk scanning pediatric
dan merekomendasikan bahwa
protocol scanning khusus untuk
pasien pediatric dan pabrikasi
perangkat CT mengembangkan
cakupan parameter yang
disarankan untuk pasien pediatric
didasarkan pada berat. ASRT
mendorong teknolog untuk sadar
akan dosis radiasi untuk kasus
pediatric jika diperlukan
menggunakan tameng radiasi,
pengaturan posisi pasien
menggunakan filter dosis tertentu
dan menambah pitch ratio
(kecepatan meja/rotasi gantry)
pada spirall scan.

13.2.4.1. Perawatan
Peralatan CT imagng biasanya
yang dibeli dengan pelayanan
kontrak dari produsen atau pihak
ketiga melayani penyedia meliputi
tabung sinar x dan penggantian
bagian lain dan pelayanan
perbaikan darurat.Fasilitas
departemen teknologi biomedical
dan ahli ilmu fisika medis boleh
juga melakukan cek pemeliharaan
pencegahan tahunan, sebaiknya
kalibrasi bulanan,kualitas gambar
pengujian, memonitor dosis
radiasi.
Suatu program pengendalian mutu
menyeluruh yang meliputi evaluasi
resolusi gambar, akurasi dosis
radiasi pasien, pemrosesan
gambar, sistem peRFormansi
keseluruhan dan corak kualitas
gambar yang harus diikuti.
Teknolog radiasi mungkin
memerlukan staf tenaga teknik
membantu perawatan dan
pelayanan perbaikan.
Kebanyakan produsen CT
menawarkan corak diagnostik
jarak jauh pada peralatan mereka
dengan memfasilitasi perbaikan
dari permasalahan sistem.
Komunikasi melalui modem dan
telepon dengan pelayanan
personal memungkinkan
melakukan diagnostic software,
misalnya melayani penggantian
onderdil, download software untuk
menyelesaikan masalah, atau
pemberitahuan segera masalah
operasional untuk diperbaiki.

13.2.4.2. Kapan CT scan
Diperlukan
CT scan mempunyai kemampuan
unik untukmenggambarkan
kombinasi dari jaringan lunak,
tulang dan jaringan darah.
Disediakan teknik penggambaran,
ini merupakan satu peralatan
terbaik untuk belajar abdomen dan
paru-paru. Juga mampu
mendiagnosa kanker, dan
merupakan metoda untuk
mendiagnose paru-paru,hati, dan
kanker pankreas.
Aplikasi lain meliputi :


x Mendiagnosa dan evaluasi
perawatan penyakit jantung.
x Mendiagnosa stroke akut.
x Mendiagnosa dan evaluasi
Perawatan untuk penyakit
vaskuler
x Mengukur kepadatan mineral
tulang untuk mendetaksi
penyakit tulang osteoporosis.
x Mendiagnosa dan
mengevaluasi perawatan luka
traumatis.
x CT scan juga dapat digunakan
untuk mendiagnosa masalah
sinus dan bagian dalam telinga
karena dapat menghasilkan
gambar resolusi tinggi dari
susunan jaringan lunak dan
tulang lembut.
x CT memberikan informasi detail
untuk hampir semua bagian
tubuh meliputi :
x otak, vessel, mata, telinga
bagian dalam dan sinus.
x dada, hati, jantung, aorta, paru-
paru
x leher, bahu dan tulang belakang
x tulang panggul dan tulang
pinggul, sistem reproduksi laki-
laki dan perempuan, kandung
kencing dan gastrointestinal.



Gambar 13-35 Hasil CT scan otak

13.3.1. Diagnosa Medis Penggambaran Sonography
13.3.1.1. Pengertian Ultrasonik Medis
Ultrasonik atau ultrasonography
adalah teknik penggambaran medis
yang menggunakan gelombang
suara dan pantulnya. Teknik yang
digunakan serupa dengan
pantullation yang digunakan pada
ikan paus dan dolfin, seperti halnya
SONAR yang digunakan oleh kapal
selam. Dalam ultrasonik digunakan
sebagai berikut :
x Mesin ultrasonik mengirim pulsa
suara frekuensi tinggi sampai 5
MHz ke dalam tubuh dengan
menggunakan probe.
x Perjalanan gelombang suara ke
dalam tubuh dan membentur
suatu batas antar jaringan (
misal antar cairan dan jaringan
lembut, tulang dan jaringan
lembut).
x Sebagian gelombang suara
direfleksikan kembali ke probe,
sementara beberapa berjalan
lebih jauh sampai mencapai
batas lain dan direfleksikan.
x Gelomban pantul diambil probe
dan diteruskan ke mesin.
x Mesin menghitung jarak dari
probe ke jaringan atau organ


dengan menggunakan
kecepatan suara dalam jaringan
(5,005 ft/s atau 1540 m/s) dan
waktu dari setiap pantulan
(biasanya dalam seper-jutaan
detik).
x Mesin memperagakan jarak dan
intensitas pantulan pada layar,
membentuk gambar dua dimensi
seperti ditunjukan gambar di
bawah ini.
x Dalam ultrasonik pada umumnya
jutaan pulsa dan pantulan dikirim
dan diterima setiap detik. Probe
dapat dipindahkan sepanjang
permukaan tubuh dan mencapai
variasi sudut pandang.



Gambar 13-36 Ultrasonik pertumbuhan janin (umur 12 minggu) dalam kandungan ibu.
Pandngan samping bayi ditunjukkan (kanan ke kiri) kepala, leher, badan dan kaki (
Photo courtesy Karim and Nancy Nice)

13.3.1.2. Penggambaran Medis Ultrasonography
Medical Ultrasonography
(sonographhy) merupakan suatu
penggambaran diagnostik yang
didasarkan pada frekuensi suara
ultrasonik, teknik yang digunakan
untuk memvisualisasi otot dan
organ tubuh internal, untuk dilihat
ukuran, struktur, luka atau
kemungkinan adanya penyakit.
Sonography kandungan biasanya
digunakan untuk pemeriksaan
kehamilan dan secara luas dikenali
oleh masyarakat. Terdapat
banyak aplikasi diagnostic dan
pengobatan praktis dalam
kedokteran.
Dalam fisika istilah ultrasound
diaplikasikan pada semua energi
akustik yang mempunyai frekuensi
di atas kemampuan pendengaran
manusia (20 000Hz atau 20 KHz).
Diagnostik scanner sonogtraphy
pada umumnya bekerja pada
frekuensi 2 sampai 18 MHz,
ratusan kali lebih besar dari pada
batasan di atas. Pilihan frekuensi
dengan pertimbangan antara
resolusi gambar dan kedalaman
imaging, frekuensi rendah
menghasilkan resolusi kuang
memenuhi namun gambaran lebih
dalam ke dalam tubuh.








13.3.2. Aplikasi Diagnostik
Sonography (ultrasonography)
secara luas telah digunakan dalam
kedokteran. Memungkinkan untuk
membuat diagnosa atau prsdur
terapi dengan panduan
sonography (sebagai contoh biopsi
atau pengeringan cairan).
Sonographer di bidang
kedokteran secara profesional
adalah orang yang membuat scan
untuk tujuan diagnose.
Sonographer pada umumnya
menggunakan transduser yang
ditempatkan secara langsung dan
memindahkan meliputi daerah
yang diperiksa. Gel air digunakan
sebagai penghubung ultrasonik
antara transduser dan pasien.
Sonography efekti untuk imaging
jaringan lunak dari tubuh. Struktur
dangkal seperti otot, urat daging,
test, dada dan otak neonatal
digambarkan pada frekuensi yang
lebih tinnggi ( 7-18 MHZ), yang
mana memberikan sumbu dan
pencabangan resolusi yang lebih
dan baik. Susunan yang lebih
dalam seperti liver dan ginjal
digambarkan pada frekuensi lebih
rendah dari 1 sampai 6 MHz
dengan sumbu dan pencabangan
resolusi lebih rendah namun
penetrasi lebih besar.
Ultrasonik telah digunakan dalam
pengaturan klinis bervariasi,
meliputi ilmu kebidanan dan ilmu
kandungan, cardiology dan
pendeteksian kanker. Keuntungan
ultrasonik yang utama adalah
bahwa struktur tertentu dapat
diamati tanpa menggunakan
radiasi. Ultrasonik dapat juga
dilaksanakan lebih cepat dari
pada sinar-X atau teknik
radiografis lain. Beberapa
pemanfataan ultrasonik untuk
pemeriksaan dan pengujian :
1. lmu kebidanan Dan Ilmu
kandungan
2. mengukur ukuran janin untuk
menentukan tanggal kelahiran
3. menentukan posisi janin untuk
melihat jika normal posisi
kepala di bawah
4. mengecek posisi plasenta untuk
melihat jika perkembangan
tidak sesuai, pembukaan cervix.
5. melihat banyaknya Janis dalam
kandungan
6. mengecek jenis kelamin bayi
Gambar 13-38 Perkembangan
bayi 29 minggu ultrasonik 3D
Gambar 13-37 Bayi dalam
kandungan dilihat dengan
sonogram


7. mengecek laju pertumbuhan
janin dengan pengukuran
dari waktu ke waktu
8. pendeteksian kehamilan
ectopic, hidup yang
mengancam situasi di mana
bayi ditanamkan tuba fallopii ibu
sebagai ganti kandungan.
9. monitoring bayi selama
prosedur khusus ultrasound
telah sangat menolong dalam
penglihatan dan pencegahan
bayi selama amniocentesis (
sampling cairan yang amniotic
dengan suatu jarum untuk
pengujian hal azas keturunan).
Tahun yang lalu, dokter
menggunakan prosedur ini
secara membabi buta,
bagaimanapun dengan
penggunaan ultrasonik, resiko
dari prosedur ini sudah
diturunkan secara dramatis.
10. melihat tumor indung telur dan
dada
11. Dalam bidang cardiology
a. melihat bagian dalam
jantung untuk
mengidentifikasi struktur
abnormal atau fungsi
b. mengukur aliran darah
sepanjang jantung dan
pembuluh darah utama
12. Bidang Urology
a. mengukur aliran darah
sepanjang ginjal
b. melihat batu ginjal
c. mendeteksi kanker prostat
dini.







Pada umumnya tujuan
menggunakan mesin sonography
pertimbangannya adalah
kemampuannya dalam
penggambaran. Aplikasi khusus
mungkin hanya bisa diberikan
dengan transduser khusus.
Dinamika alami dari banyak
penelitian pada umumnya
memerlukan corak khusus dalam
Gambar 13-40 Sonograph
menunjukkan gambar kepala
janin dalam kandungan
Gambar 13-39 Pengujian ultasonik
selama kehamilan (Photo
courtesy Philips Research)


mesin sonography yang efektif,
demikian ini seperti transduser
endovaginal, endorectal atau
transesophageal. Pemeriksanaan
kandungan dengan ultrasonik
biasanya digunakan selama
kehamilan untuk mengecek
perkembangan janin.
Dalam sonogram panggul, organ
pada daerah panggul
digambarkan. Ini meliputi
kandungan dan indung telur atau
kandung kecing. Orang kadang
menggunakan sonogram untuk
panggul dengan tujuan
memeriksa kesehatan prostat
dan kandung kecing mereka.
Ada dua metoda untuk melakukan
pemeriksaan panggul dengan
sonography secara internal dan
eksternal. Pemeriksaan panggul
sonogram internal merupakan
salah satu bentuk transvaginally
(untuk wanita) atau transrectally
(untuk pria). Penggambaran
sonogram panggul dapat
menghasilkan informasi diagnostic
penting berkaitan dengan
keakuratan hubungan dari
ketidaknormalan susunan organ
panggul dengan yang lain dan
presentasi ini bermanfaat untuk
memberikan perlakuan pasien
berkaitan dengan gejala turunnya
kandungan mengenai panggul,
pembesaran sehingga
mengghalagi pembuangan air
besar.
Dalam sonography abdominal,
organ padat dari abdomen seperti
pankreas, aorta, inferior vena
cava, hati, kantong empedu,
saluran pipa empedu, ginjal, dan
limpa dapat digambarkan.
Gelombang suara dihalangi oleh
gas dalam bowel, oleh karena
kemampuan diagnostik pada area
ini terbatas.

13.3.2.1. Pengolahan Suara Menjadi Gambar
Membuat gambar dari suara
dikerjakan dalam tiga langkah
yaitu menghasilkan gelombang
suara, penerimaan pantul dan
menginterpretasikan pantul.

13.3.2.2. Produksi Gelombang Suara
Gelombang suara pada umunya
dihasilkan oleh transduser
piezielektrik yang diletakkan pada
probe. Kekuatan, pulsa listrik
pendek dari mesin ultrasonik
membuat tranduser menghasilkan
frekuensi yang diinginkan.
Frekuensi yang dihasilkan antara 2
dan 15 MHz. Suara difokuskan ke
salah satu bentuk transduser,
sebuah lensa didepan tranduser
atau pengaturan kompleks pulsa
dikontrol dari mesin scanner
ultrasonik. Pengfokusan ini
menghasilkan bentuk gelomban
suara dari muka transduser.
Perjalanan gelombang ke dalam
tubuh dan masuk secara fokus
pada kedalaman yang diinginkan.
Teknologi lebih tua menggunakan
transducers cahaya dengan lensa
pisik. Transduser dengan
teknologi yang lebih baru
menggunakan teknik susunan
pasa sehingga memungkinkan
mesin sonography mengubah
arah dan kedalaman fokus. Hampir
semua transduser piezoelektrik


dibuat dari keramik. Bahan pada
permukaan transduser
memungkinkan suara
ditransmisikan secara efisien ke
dalam tubuh. Gelombang suara
secara parsial akan direfleksikan
dari lapisan diantara jaringan yang
berbeda. Detailnya suara
direfleksikan kesemua arah yang
tedapat pebedaan kepadatan
tubuh misalnya sel darah
dalamplasma darah, susunan kecil
dalam organ dsb. Beberapa
direfleksikan kembali ke
transduser.


Gambar 13-41 Medical sonographic scanner


13.3.2.4. Pembentukan Gambar
Scanner sonography harus
menentukan tiga hal dari setiap
pantul yang diterima yaitu :
x Arah datangnya pantul
x Seberapa kuat
x Seberapa lama pantul diterima
dari suara yang telah
ditransmisikan. Scanner
sonography menentukan tiga hal,
ini dapat mengalokasikan pixel
dalam gambar untuk bercahaya
sebagai intensitas.
Transformasi sinyal yang diterima
ke dalam gambar digital mungkin
dapat dijelaskan dengan
menggunakan analogi lembaran
kertas kosong. Dibayangkan
transduser panjang, di atas
13.3.2.3.Menerima Pantul
Gelombang suara yang
dikembalikan ke transduser
mengakibatkan proses yang
sama sinyal bahwa sinyal
gelombang suara dikirim,
kecuali dalam sebaliknya.
Gelombang suara yang
dikembalikan menggetarkan
transduser, transduser
kembali bergetar
menghasilkan pulsa listrik
berjalan ke scanner ultrasonik
untuk diproses dan
ditransformasi ke dalam
gambar digital.


lembaran datar. Pulsa dikirim
kolom lembar kertas turun ke A, B,
C dan sterusnya. Setiap kolom
pengembalian pantul terdengar.
Pada saat mendengar pantul
dicatat seberapa lama pantul
kembali. Semakin panjang
menunggu, row semakin dalam
(1,2,3 dan seterusnya). Kekuatan
pantul menentukan pengaturan
kecerahan sel (putih untuk pantul
yang kuat, hitam untuk pantul
lemah dan bayangan bervariasi
dari abu-abu untuk warna
diantaranya). Bila semua pantul
direkam pada lembaran, diperoleh
gambar greyscale.



Gambar 13-42 Sensor suara

13.3.2.5. Susunan transduser linier
Ultrasonography menggunakan
probe yang berisi satu atau lebih
transduser akustik untuk mengirim
pulsa-pulsa suara ke dalam suatu
materi. Kapan saja gelombang
suara mengenai materi dengan
tingkat kepadatan yang berbeda
(impedansi akustik), sebagian dari
gelombang suara direfleksikan
kembali ke probe dan dideteksi
sebagai pantul. Pada saat
mendapatkan kembali pantul
perjalanan kembali ke probe diukur
dan digunakan untuk menghitung
kedalaman antar muka jaringan
yang menyebabkan pantul. Untuk
perbedaan besar antar impedansi
akustik, menghasilkan pantul lebih
besar. Jika pulsa mengenai gas
atau zat padat, perbedaan
kepadatan besar, energi akustik
yang direfleksikan juga besar dan
menjadikan mungkin untuk melihat
lebih dalam.
Frekuensi yang digunakan untuk
penggambaran medis umumny
dalam cakupan dari 1 sampai 18
MHz. Frekuensi lebih tinggi
mempunyai panjang gelombang
lebih pendek, dan digunakan untuk
membuat sonogram dengan detail
yang lebih kecil. Oleh karena itu
untuk attenuasi gelombang suara
frekuensi ditambah lebih tinggi,
sehingga mempunyai penetrasi
yang lebih baik, untuk jaringan
yang lebih dalam digunakan
frekuensi yang lebih rendah (3
sampai 5 MHz).
Penampakan kedalaman tubuh
dengan sonography sangat sulit.
Beberapa energi akustik hilang
setiap kali pantul dibentuk, namun
kebanyakan energi yang hilang
karena penyerapan akustik.


Kecepatan suara berbeda dalam
materi yang berbeda, tergantung
pada impedansi akustik dari
materi. Oleh karena itu, instrumen
sonography berasumsi bahwa
kecepatan akustik tetap pada 1540
m/detik. Dampak dari asumsi ini
sesungguhnya jaringan tubuh
tidak seragam, berkas menjadi
sedikit tidak fokus dan resolusi
gambar menurun.
Untuk membuat gambar dua
dimensi, berkas ultrasonik disapu.
Sebuah transduser disapu secara
mekanis dengan pemutaran atau
penyapuan. Gambar satu dimensi
transduser susunan phasa
mungkin menggunakan sapuan
berkas secara elektronik. Data
diterima diproses dan digunakan
untuk membangun gambar.
Gambar 3D dapat dibangkitkan
dengan memperoleh serentetan
pengaturan gambar 2D. Biasanya
transduser diguanakan pada probe
tertentu yang secara mekanis
menscan gambar 2D
konvensional. Oleh karena itu,
karena scanning mekanis lambat,
ini sulit membuat gambar 3D dari
pemindahan jaringan. Sekarang,
telah dikembagkan transduser
susunan phasa 2D dapat menyapu
berkas dalam 3D. Gambar ini
dapat lebih cepat dan dapat
digunakan untuk membuat gambar
3D dari jantung yang berdenyut.

13.3.3.Metoda Sonograpi
1. Sonography Doppler
Ultrasonik Doppler didasarkan
pada efek Doppler Doppler. Bila
obyek merefleksikan gelombang
ultrasonik adalah berpindah
mengubah frekuensi pantulan,
membuat frekuensi lebih tinggi jika
ini merupakan perpindahan
menuju probe dan frekuensi lebih
rendah bila perpindahan menjauhi
probe. Sberapa banyak frekuensi
diubah tergantung pada seberapa
cepat obyek berpindah. Doppler
ultrasonik mengukur perubahan
dalam frekuensi pantulan untuk
dihitung seberapa cepat obyek
berpindah. Ultrasonik Doppler
telah banyak digunakan untuk
mengukur kecepatan aliran darah,
kecepatannya dapat ditentukan
dan dividualisasikan. Ini
merupakan pemakaian khusus
dalam pengamatan cardiovascular
(sonography dari sistem vascular
dan jantung) dan secara esensial
banyak area yang demikian seperti
penentuan aliran darah balik
dalam portal hipertensi hati
vasculature.
Informasi Doppler diperagakan
secara grafik dengan
menggunakan spektrum Doppler
atau sebagai gambar dengan
menggunakan warna Dopller
(directional Doppler) atao power
Dopller (non directional Doppler).
Dopler ini mengalami pergeseran
turun dalam cakupan suara yang
dapat didengar dan sering pula
dipresenasikan dapat didengar
dengan menggunakan
speakerstereo, hasil ini sangat
membedakan, meskipun pulsa
suara buatan.














Pada hakekatnya, mesin
sonographic paling modern tidak
menggunakan Efek Doppler untuk
mengukur percepatan,
sebagaimana telah dipercayakan
pada lebar pulsa Doppler. Mesin
lebar pulsa memancarkan pulsa
ltrasonik, dan kemudian disaklar
dalam mode menerima. Demikian
ini pulsa direfleksikan yang
diterima bukan subyek pergeseran
phasa, seperti resonansi tidak
kontinyu. Oleh karena itu dengan
membuat beberapa pengukuran,
pergeseran phasa dalam urutan
pengukuran dapat digunakan
untuk mencapai pergeseran
frekuensi ( karena frekwensi
adalah tingkat perubahan phasa).
Untuk mencapai pergeseran phasa
antara sinyal yang dipancarkan
dan diterima, pada umumnya
digunakan satu dari dua algoritma
Kasai atau cross-correlation.
Mesin lama yang menggunakan
Doppler gelombang kontinyu
(CW), memperlihatkan Efek
Doppler sebagai diuraikan di
atas.Untuk melakukan ini,
transduser pengirim dan penerima
harus dipisahkan. Sebagian besar
penggambaran kembali mesin
Gambar 13-43 Spektrum
doppler arteri
1344 Spektrum warna arteri
yang sama
Gambar 1345 Ultrasonik doppler
untuk mengukur aliran darah
melalui jantung. Arah aliran darah
ditunjukkan pada layar dengan
warna yangberbeda (photo
courstesy Philip research)


gelombang kontinyu, tidak dapat
memberikan informasi jarak
(merupakan keuntungan besar dari
sistem PW waktu antara
pengiriman dan penerimaan pulsa
dapat diubah ke dalam informasi
jarak dengan mengetahui
kecepatan suara). Dalam
masyarakat sonographi
(walaupun bukan dalam
masyarakat pengolah sinya),
terminology ultrasonik Doppler
telah diterima berlaku pada
keduanya sistem Doppler PW dan
CW disamping mekanisme yang
berbeda untuk mengukur
kecepatan.

13.3.3.1. Mesin Ultrasonik
Dasar mesin ulltrasonik terdiri bagian-bagian berikut ini :A basic
x Transduser probe ke probe mengirim dan menerima gelmbang suara.
x Komputer Central Processing Unit (CPU) yang melakukan semua
perhitungan dan berisi sumber daya untuk komputer dan probe
transduser.
x Pulsa control transduser berfungsi mengubah amplitudo, frekuensi
dan durasi dari pulsa yang diemisikan dari probe transduser.
x Memperagakan kandungan, kelenjar prostat, perut, kandungan,
dan gambar dari data ultrasonik yang telah diproses oleh CPU.
x Keyboard untuk memasukan data dan mengambil hasil pengukuran
untuk diperagakan.
x Piranti penyimpan (disket, CD) diperlukan untuk menyimpan gambar
yang dibutuhkan.
x Printer untuk mencetak gambar dari pergaan data.

13.3.3.1.1. Probe Transduser
Probe transduser merupakan alat
utama dari mesin ultrasonik. Probe
transduser membuat gelombang
suara dan menerima pantulan.
Bisa dikatakan probe merupakan
mulut dan telinga mesin ultrasonik.
Probe transduser membangkitkan
dan menerima gelombang suara
dengan menggunakan prinsip
yang dinamakan efek piezolistrik
(tekanan listrik), yang telah
diketemukan oleh Pierre dan
Jacques Currie pada tahun 1880.
Dalam probe terdapat satu atau
lebih kristal piezolistrik. Bila arus
diberikan ke Kristal, Kristal dengan
cepat berubah bentuk Kecepatan
berubah bentuk atau vibasi
menghasilkan gelombang suara.
Sebalinya bila suara atau tekanan
gelombang dikenakan pada kristal
akan menghasilkan arus. Oleh
karena itu, beberapa Kristal dapat
digunakan mengirim dan
menerima gelmbang suara. Probe
juga mempunyai penyerap suara
untuk mengeliminasi pantulan balik
dari probe itu sendiri, dan sebuah
lensa akustik untuk membantu
memfokuskan emisi gelombang
suara.



Probe transduser mempunyai
banyak bentuk dan ukuran. Bentuk
probe menentukan pandangan
bidang dan frekuensi emisi
gelombang suara, kedalaman
penetrasi gelombang suara dan
resolusi gambar. Probe transduser
mungkin berisi satu atau lebih
elemen Kristal, dalam probe
multiple elemen setiap Kristal
memiliki rangkaian sendiri. Probe
multiple elemen memiliki
keuntungan bahwa berkas dapat
dikendalikan dengan mengubah
waktu pengambilan pulsa setiap
elemen, pengendalian berkas
penting khususnya pada cardiac
ultrasonik. Probe dapat
dipindahkan sepanjan permukaan
tubuh, banyak probe dirancang
untuk disisipkan melalui variasi
lubang tubuh (vagina, dubur)
sehingga dapat lebih membuka
organ yang diuji (kandungan,
kelenjar prostat, perut) mengambil
lebih membuka organ
memungkinkan untuk melihat lebih
detail.



Gambar 13-46 Bagian-bagian mesin ultrasonik



13.3.3.1.2. Central Processing Unit (CPU)
CPU merupakan otak mesin
ultrasonik. Pada dasarnya CPU
sebuah komputer yang berisi
memori mikroprossor , penguat
dan power supplay untuk
mikroprosesor dan probe
transduser. CPU mengirim arus
listrik ke probe tansduser untuk
mengemisikan gelombang suara
dan juga menerima pulsa listrik
dari probe yang pantulan. CPU
melakukan semua perhitungan
meliputi pemrosesan data. Satu
bahan data diproses, CPU
membentuk gambar dalam
monitor. CPU dapat juga
menyimpan data yang telah
diproses atau menyimpan pada
disk.


13.3.3.1.3. Transduser Pengontrol Pulsa
Transduser pengontrol pulsa
memungkinkan operator yang
disebut ultrasonographer mengatur
dan mengubah frekuensi dan
durasi pulsa ultrasonik, sebagus
scan mode mesin. Komando dari
operator diterjemahkan ke dalam
perubahan arus listrik yang
diaplikasikan pada kristal
piezolistrik yang merupakan probe
transduser.


























Peraga
Peraga berupa monitor
computer yang menunjukkan
pemrosesan data dari CPU.
Peraga dapat dengan warna
hitam putih atau warna
tergantung model mesin
ultrasonic.
Keyboard/Cursor
Mesnin ultrasonic memiliki
keyboard dn kursor. Piranti
ini memungkinkan operator
menambah catatan dan
pengukuran melakukan
pengambilan data
pengukuran
Disk Storage
Data dipross dan atau gambar
dapat disimpan dalam disk.
Disk bisa berupa hardisk, flopy
disk, compact disk (CD) dan
digital video disk (DVD). Pada
umumnya pasien scan
ultrasonik menyimpan pada
flopy disk dan dengan arsip
catatan medis pasien.
Printer
Mesin Utrasonik kebanyakan
mempunyai printer thermal
yang dapat digunakan
pengambilan gambar hardcopy
dari gambar yang diperagakan.


13.3.4. Perbedaan Jenis Ultrasonik
Ultrasonik yang telah diuraikan
sejauh ini menampilkan gambar
2D atau irisan dari obyek 3D
(janin, organ). Dua jenis ultrasonik
yang lain sekarang ini
menggunakan penggambaran
ultrasonik 3D dan ultrasonik
Doppler.

13.3.4.1. Penggambaran Ultrasonik 3D
Dua tahun yang lalu, telah
ditingkatkan kemampuan mesin
ultrasonik menggambar 3D.
Dalam mesin ini beberapa
gambar 2D diperoleh dengan
menggerakkan probe melintang
pada permukaan tubuh atau
memutar probe yang disisipkan.
Scan dua dimensi kemudian
dikombinasi dengan software
komputer khusu untuk
membentuk gambar 3D.



Gambar 13-47 Perkembangan janin dalam kandungan (Photo courtesy Philips
Research)

13.3.4.2. Gambar ultrasonik 3D
Gambar 3D memungkinkan melihat lebih baik pada organ yang diuji dan
terbaik digunakan untuk :














1. Deteksi awal dari kanker dan tumor bening
2. Menguji kelenjar prostat dan untuk awal pendeteksian
tumor.
3. Mencari massa dalam colon dan dubur
4. Mendeteksi luka dada untuk kemungkinan biopsi
5. Visualisasi janin untuk menilai perkembangan abnormal
wajah dan otot.
6. Visualisasi aliran darah dalam berbagai organ badan
janin.


13.3.4.3. Microbubble
Penggunaan microbubble
membandingkan media
sonography medis untuk
meningkatkan ultrasound sinyal
backscatter dikenal sebagai
ultrasound contrast-enhanced.
Sekarang teknik ini digunakan
dalam echocardiography, dan
mungkin untuk aplikasi masa
depan dalam imaging molekular
dan penghantaran penyerahan
obat.
Keunggulan Ultrasonography

















13.3.4.4. Kelemahan Ultrasonography
Disamping memiliki kelebihan ultrasonography juga memiliki kelemahan.


















Keunggulan Ultrasonography :
1. Kemampuan penggambaran otot dan jaringan lembut baik sekali
dan bermanfaat untuk menggambarkan alat penghubung antar
zat padat dan cairan pengisi ruang.
2. Kemampuan memandang gambaran hidup, dimana operator
dapat secara dinamis memilih bagian paling bermanfat untuk
mendiagnosa cepat.
3. Kemampuan menunjukkan susunan organ
4. Tidak memiliki efek samping dan ketidaknyamanan pasien.
5. Peralatan ini secara luas komparatif fleksibel.
6. Kecil dengan mudah dibawa untuk menyediakan keperluan scan,
pengujian dapat dilakukan disamping tempat tidur.
7. Relatif murah dibandingkan modeinvestigasi lain seperti CAT,
DEXA atau MRI.
Kelemahan Ultrasonography
1. Alat Sonographic memiliki masalah menembus tulang. Sebagai contoh,
sonography otak orang dewasa sangat terbatas.
2. PeRFormansi sonography kurang baik bila terdapat gas diantara
transducer dan organ badan yang diamati, keduanya mempunyai
perbedaan akustik impedansi yang ekstrim. Sebagai contoh, gas
gastrointestinal sering terbaca pankreas ultrasonik sulit melacak, dan
tidak memungkinkan melakukan penggambaran paru-paru.
3. Tanpa adanya tulang atau udara, kedalaman penetrasi ultrasonik
terbatas, kesulitan membuat gambaran kedalaman susunan tubuh,
khususnya pasien gemuk.
4. Metoda yang digunakan operator dependent. Diperlukan ketrampilan dan
pengalaman untuk memperoleh gambaran berkualitas dan membuat
diagnosa akurat.
5. Tidak ada panduan gambaran seperti dengan CT dan MR. Sekali


13.3.4.5. Resiko dan Efek Samping
Ultrasonography pada umumnya
dipandang cara aman untuk
penggambaran. Bagaimanapun
efek merugikan adakalanya perlu
diamati. Penelitian diagnose
ultrasonik dari pertumbuhan janin
secara umum dipandang aman
selama kehamilan. Prosedur
diagnose akan diperlukan hanya
bila terdapat indikasi medis yang
valid, dan kemungkinan terendah
pengaturan penyinaran ultrasonik
akan digunakan guna memperoleh
informasi diagnostic yang
diperlukan serendah kelayakan.

1. Bahaya Ultrasonik
Terdapat banyak hal yang
berkaitan dengan keselamatan
ultrasonik. Karena ultrasonik
merupakan energi, pertanyaan
bagaimanakah energi ini bekerja
dalam jaringan tubuhku atau
bayiku?. Banyak laporan dari bayi
dilahirkan dengan berat badan
rendah dari ibu yang sering
melakukan pengujian selama
kehamilan. Ada dua kemungkinan
besar dengan ultrasonik yaitu :
1. peningkatan panas jaringan
atau air menyerap energi
ultrasonik sehingga menambah
temperatur local.
2. pembentukan gelembung (
rongga) ketika gas di keluarkan
dari solusi keduanya mengalami
panas lokal disebabkan oleh
ultrasonik.
Bagaimanapun,tidak ada pengaruh
sakit dari ultrasonik diperkuat
dengan dokumentasi hasil
penelitian pada manusia ataupun
hewan. Dinyatakan bahwa
ultrasonik tetap akan digunakan
hanya bila diperlukan ( lebih baik
hati-hati).

13.3.5. Prosedur Pengujian Dengan Ultrasonik
Untuk pengujian dengan
ultrasonik, dilakukan dalam suatu
ruangan dengan teknisi dan mesin
ultrasonik. Dengan prosedur
sebagai berikut :














1. Menanggalkan baju ( dari semua baju atau hanya pada area yang diuji).
Ultrasonographer menutupi dengan kain di atas area yang akan disinari
tidak untuk yang akan diuji.

2. Ultrasonographer menerapkan suatu mineral minyak jelly ke kulit
mengeliminasi udara antara probe dan kulit untuk membantu
melewatkan gelombang suara ke dalam tubuh. Ultrasonographer
menutup probe dengan tutup plastic.













13.4. Penggambaran Kodekteran Nuklir
Dimasa lalu, perawatan maupun
pengamatan telah menggunakan
cara umum untuk melihat bagian
dalam tubuh, namun sekarang
dokter dapat menggunakan teknik
non-invasive. Beberapa teknik ini
meliputi penyinaran sinar X,
scanner MRI, scan CAT, ultrasonik
dan sebagainya. Masing-masing
teknik ini mempunyai keuntungan
dan kerugian yang membuatnya
digunakan untuk kondisi dan
bagian tubuh yang berbeda.
Teknik imaging kedokteran nuklir
memberikan cara lain bagi dokter
untuk melihat bagian dalam tubuh.
Teknik ini mengkombinasikan
pemanfaatan komputer, detektor
dan unsur radio aktif. Teknik ini
meliputi :







Penggambaran Kedokteran nuklir
digunakan untuk mendeteksi tumor
* aneurysms (titik lemah dalam
dinding pembuluh darah)
* irregular atau aliran darah pada
variasi jaringan tidak cukup
* kekacauan sel darah dan
pemfungsian organ tidak cukup
yang demikian seperti thyroid
dan kekurangan fungsi
berkenaan dengan paru-paru.
Beberapa penggunaan
pengujian khusus tergantung
pada symptom pasien dan
penyakit yang didiagnosa
13.4.1.1. Pengertian Positron Emission Tomography
Posisi emisi tomograpi, yang
selanjutnya dikenal dengan
sebutan penggambaran PET
adalah pengujian diagnose yang
melibatkan akuisisi dari gambar
psikologi yang didasarkan pada
deteksi radasi dari emisi positron.
Positron adalah partikel tipis yang
idemisikan dari unsur radioaktif
mengatur pada pasien. Gambaran
tubuh dikembangkan dengan
3. Melewatkan probe di atas kulit untuk memperoleh gambar yang
dikehendaki. Tergantung jenis pengujian, mungkin probe disisipkan
di bagian tubuh.
4. Mungkin diminta untuk mengubah posisi guna mendapatkan
penglihatan yang lebih baik.
5. Setelah gambar diperoleh dan pengukuran telah dilakukan data
disimpan dalam disk. Pasien dapat memperoleh hardcopy gambar.
1. Positron emission tomography (PET)
2. Single photon emission computed tomography (SPET)
3. Cardiovascular
4. Scanning tulang


teknik yang digunakan untuk
mengevaluasi berbagai penyakit.
Kedokteran nuklir menggunakan
instrumen tomographic untuk
menggambarkan sebagian tubuh
dan memfungsikannya dengan
menyisipkan radio isotop ke dalam
sistem vaskuler dan kemudian
mencari konsentrasi dari pengusut
dalam berbagai organ. Scanning
PET dan SPECT keduanya
diuraikan menghasilkan gambar
tomography dan atau irisan
individual. Metode lain dari
pengujian bagian dalam dan luar
tubuh dari tubuh sebenarnya
berdasarkan pada radiasi panas
(thermography) atau gelombang
akustik (sonography). Instrumen
endoscopy dengan sumber cahaya
dan kamera pada imaging dan
disisipkan ke dalam tubuh untuk
mengambil gambar optik dari
kerongkongan, perut, menurunkan
isi perut atau, bagian tubuh lain
badan. Ketika suntikan itu
beredar, radio isotop cenderung
berdistribusi melalui suatu titik
pada tubuh
Sepanjang badan pada titik titik
yang dilayani oleh aliran darah
mungkin terjadi konsentrasi
secara istimewa di organ badan
tertentu (missal radioaktif iodine
dalam kelenjar gondok). Isotop
mengeluarkan radiasi ( paling
umum, sinar gamma) dapat
diinterupsi oleh sinar kamera.
Variasi intensitas radiasi dalam
ruang sumber titik dalam tubuh
mengaktipkan film Gamma atau
susunan detektor lain yang
merespon dengan pemetaan
intensitas radiasi dalam ruang X-Y
untuk menciptakan gambar. Radio
isotop dalam penggunaan normal
mempunyai umur yang relative
singkat, jadi pengukuran secara
cepat dan meminimkan bahaya
radiasi.

13.4.1.2. Prosedur Umum Penggunaan PET
Scan PET seringkali digunakan
untuk mendeteksi kanker dan
menguji pengaruh terapi kanker
dengan karakterisasi perubahan
biokimia dalam kanker. Scan ini
dapat dilakukan pada seluruh
badan. Scan PET jantung dapat
digunakan untuk menentukan
aliran darah pada otot jantung dan
membantu mengevaluasi adanya
penyakit jantung cononer. Scan
PET jantung dapat juga digunakan
untuk menunjukkan fungsi area
jantung yang mengalami
penurunan fungsi hidup
dibandingkan scarred sebagai
akibat serangan jantung yang
dinamakan myocardial infarction.
Dikombinasi dengan penelitian
myocardial peRFusion, scan PET
memungkinkan membedakan
ketidak fungsian otot jantung dari
otot jantung yang akan
menguntungkan prosedur, yang
demikian ini seperti angioplasty
atau pembuluh coroner yang
akan mengembalikan aliran darah
cukup dan meningkatkan fungsi
jantung. Scan PET otak
digunakan untuk mengevaluasi
pasien yang mengalami
kekacauan memori dari penyebab
yang tak dapat ditentukan, diduga


atau tumor otak yang tidak dapat
merespon terhadap terapi medis
dan oleh karena itu perlu
disarankan untuk perawatan.

13.4.1.3. Prosedur Pengujian
Sebelum pengujian dimulai, mesin
menghasilkan unsur radiasi yang
dinamakan cyclotron dan
dipasang, atau diberi label,
campuran badan alami, yang
paling umum glukosa namun tak
jarang air atau ammonia. Unsur ini
akan mengatur tubuh pasien
melokalisasi radioaktif dalam area
tubuh yang tepat dan deteksi oleh
scanner PET.
PET menampilkan gambar
dengan tingkat warna dan
kecerahan yang berbeda dari
jaringan atau organ tubuh. Misal
sebab jaringan sehat
menggunakan glukosa untuk
energi, ini dihimpunkan sebagian
dari glukosa yang berlabel, akan
ditunjukkan pada gambar PET.
Oleh karena itu jaringan kanker
yang menggunakan glukosa lebih
banyak dari pada jaringan sehat
akan mengakumulasi unsur lebih
banyak dan muncul lebih cerah
dari pada jaringan normal pada
gambar PET.
Salah satu teknik yang lebih awal
menggunakan radio isotop adalah
scintigraphy. Komponen radio
aktif, umumnya menggunakan
unsur iodine, technicium dan
thallium disisipkan ke dalam tubuh.
Setelah menyebar isotop rusak
mengijinkan sinar gamma yang
diambil oleh detektor kamera
gama yang ditempatkan dalam
area badan akan diuji. Bangunan
scintillation bintik cahaya pada
detektor membentuk gambar,
tunggal diluar lokasi dan intensitas
cahaya diemisikan sepanjang
waktu. Terdapat kamera sinar
gamma yang portabel
menghasilkan scintigram
.


Gambar 13-48 Peralatan positron emisi tomography
(PET)
Dengan memilih radio isotop dan
mengambilnya dalam tubuh yang
tepat, secara selektif konsentrasi
di dalam tulang, skeletal anomali
siap digambar seperti ditunjukkan


dalam pasangan dari pandangan
tubuh berikut :
























Dua instrument imaging daya
tinggi dalam kedokteran nuklir
yang menggunakan pendekatan
tomography adalah scanner
SPECT (Single Photon Emission
Computed Tomography) dan PET
(Position Emission Tomography).
Instrumen ini secara khusus
diempatkan untuk memantau
proses dinamis seperti aliran darah
dan sel metabolisme. Yang
pertama instrument SPECT lebih
dahulu digunanakan secara umum
baru berikutnya teknologi PET.
Kedua instrument menggunakan
kamera sinar gamma untuk
mendeteksi sinar gamma yang
diemisikan photon dari radio isotop
yang digunakan dalam
penggambaran tubuh.

Sinyal sinar photon gamma
dilewatkan ke dalam instrument
melalui collimator dan kemudian
membentur detektor yang terbuat
dari kristal thallium yang diaktifkan
sodium iodide. Titik cahaya
diciptakan oleh sinar gama yang
diambil oleh photo multiplier,
dikuatkan dan dikirim melalui
rangkaian decoding menetapkan
posisi X Y untuk setiap titik. Sinyal
kemudian direkonstruksi sebagai
gambar.



Gambar 13-49 Gambar skeletal anomali

Kebanyakan ini digunakan dalam
penglihatan untuk anomali kelenjar
gondok. Dalam pemandangan dari
CAT ini, scintigram menunjukkan
dengan tepat kondisi-kondisi
abnormal (merah / kuning) dalam
CAT kelenjar gondok ini yang
diinjeksi dengan radio aktif iodine
telah dikonsentrasikan secara
selektif.

Gambar 13-50 Warna hijau kelenjar ludah,
warna merah gondok adenomas



Gambar 13-51 Mesin PET


Gambar 13-52 Gambar scanner PET lengkap

Radio isotop yang memiliki
perbedaan setengah umur
disuntikan, tergantung pada jenis,
namun semua dilipatkan dalam
cakupan jam. Secara normal
digunakan TC99 (Technicium),
radio isotop lain meliputi I123 dan
Xe 133 semua mengemisikan
gamma. Setiap decay
menghasilkan sinar proton gamma
tunggal. SPECT pada umumnya
diaplikasikan mengscan otak
untuk menentukan
ketidaknormalan namun dapat
juga bekerja pada organ yang lain
seperti jantung, hati dengan
kemampuan special untuk
menggambarkan anomaly tulang.
Pada gambar kelompok berikut
menunjukkan hasil dari scan
SPECT dari otak normal, irisan
kepala pertama berkualitas tinggi.

13.4.2. Prosedur Pelaksanaan
Perawat atau teknisi akan
mengantarkan pasien ke dalam
ruang injeksi khusus, dimana
unsur pengatur radioaktif
disuntikkan ke dalam pembuuh
darah (meskipun banyak kasus,
akan diberi melalui pembuluh
darah atau menghisap sebagai
gas). Ini membutuhkan waktu 30
sampai 90 menit untuk unsur yang
berjalan melalui tubuh dan
mengakumulasi dalam raingan
yang diamati. Selama waktu ini
akan ditanyakan waktu instirahat
pasien cukupkah dan mencegah
gerakan


yang signifikan atau pembicaraan.
Ini membutuhkan waktu 30 sampai
45 menit. Banyak pasien,
khususnya yang yang berpenyakit
jantung mengalami tekanan
pengujian dengan scan PET
sementara harus istirahat lagi
setelah mendapatkan suntikan
parmasi memasuki aliran darah ke
jantung. Biasanya tidak terdapat
pembatasan pada rutinitas harian
setelah pengujian, meskipun
pasien telah minum banyak
cairan untuk membilas unsur
radioaktif dari tubuh. Untuk
menunjukkan corak dapat ditandai
dengan warna yang berbeda.
Terminologi digunakan untuk arah
pandang yang berbeda transaxial,
sagital dan coronal.

Gambar 13-53 hasil Scan kepala dengan SPECT

13.4.2.1. Proses Pembentukan Gambar
PET menghasilkan gambar tubuh
dengan mendeteksi emisi radiasi
dari unsur radioaktif. Unsur ini
telah diijeksikan ke dalam tubuh
dan biasanya berlabel dengan
atom radioaktif yang demikian ini
sperti Carbon-11, Flourin-18,
Oxygen-15 atau Nitrogen-13 yang
memiliki waktu kerusakan pendek.
Atom radioaktif dibentuk dengan
pemborbardiran kimia normal
dengan neutron yang diciptakan
isotop radioaktif umur pendek.
PET mendeteksi sinar gamma
yang menyemburkan disisi mana
positron memancarkan dari unsur
radioaktif menabrak dengan suatu
elektron dalam jaringan.

Dalam scan PET pasien diinjeksi
dengan unsur radioaktif dan
ditempatkan pada meja datar yang
dapat digerakkan dalam naik
melalui suatu rumah yang
berbentuk donat. Rumah ini
terdapat susunan detektor berisi
lingkaran sinar gama, yang satu
rangkaian dengan kristal
scintillation, masing-masing
dihubungkan ke suatu photo
multiplier tabung. Kristal
mengubah sinar gamma, yang
diemisikan dari tubuh pasien, ke
suatu energi cahaya dan tabung
photo muliplier mengubah dan
menguatkan photon menjadi sinyal
listrik. Sinyal listrik ini kemudian
diproses dengan komputer untuk
membangkitkan gambar. Meja
kemudian dipindahkan dan proses
diulangi, akibatnya serangkaian
irisan tipis gambar tubuh
menyeluruh daerah yang diuji


(otak, paru-paru, liver). Irisan
gambar tipis ini disusun dan
dipresentasikan sebagai tubuh
pasien.



Gambar 13-54 Refleksi sinar pada proses penggambaran
PET memberikan gambar aliran
darah atau fungsi biokimia lain,
tergantung dari jenis molekul radio
aktif berlabel yang digunakan.
Misal PET dapat menunjukkan
matabolisme glukosa dalam otak,
atau dengan cepat mengubah
variasi aktivitas tubuh.
Bagaimanapun, meski terdapat
beberapa pusat PET harus
dilokasikan didekat partikel piranti
pemercepat yang menghasilkan
radioisotope umur pendek yang
digunakan dalam teknik ini.


Gambar 13- 55 Gambar otak normal yang digambarkan dalam 3 posisi yang
berbeda


Terdapat urutan pengirisan
gambar individual (transaxial)
melalui leval otak yang berbeda.
Diagram special di bawah ini,
dikembangkan dari scan SPECT,
menunjukkan perubahan penyakit
alkoholik sebelum dan sesudah
perlakuan.


Gambar 13-56 Pengurangan alkohol

Gambar 13-57 Penambahan alcohol
Karena SPECT dan CT ke duanya
merupakan metode tomography
(seperti PET dan MRI), komputer
dikendalikan dalam pemrosesan
gambar, dapat dikombinasi hasil
dari dua metoda, seperti
diilustrasikan dalam SPECT-CT
sehingga dipresentasikan dalam
bentuk 3D untuk menunjukkan
sangkar tulang rusuk manusia,
tulang belakang, jantung, dan
gagal ginjal.

Gambar 13-58 Hasil SPECT dan CT dari torso bagian atas tubuh manusia
ditunjukkan kedua tulang dan organ dalam



Gambar 13-59 Cylodran bagian instrumen PET
yang digunakan untuk menghasilkan radioisoto umur pendek Menunjukkan cyclotron
bagian instrumen PET

Apa yang menarik tentang
kehadiran alat pemecah atom
kecil yang membom campuran
berisi elemen yang akan
digunakan untuk melacak,
dengan cara memproduksi fresh
radionuklida. Ini memiliki
setengah umur dengan cakupan
dari detik sampai menit sehingga
harus disisipkan ke pasien (yang
ada dalam arena detektor di
kamar yang berada di sisi
belakang scanner PET) hampir
dalam waktu nyata sebagai
pelacakan gerakan campuran dari
cyclotron ke individual yang
sedang didiagnosa. Scan PET
secara khusus ditargetkan untuk
pengujian jaringan lunak dan
penggunaan dalam ilmu penyakit
saraf, cardiology, dan
pendeteksian tumor dalam
berbagai bagian-bagian dari
tubuh. Dimulai dari tiga gambar
yang ditunjukkan versi scan PET
dari penggambaran badan utuh
(bandingkan dengan scintigram di
atas), dalam kasus ini kemajuan
pemindahan jaringan menular
dipantau dengan chemotherapi.

Gambar 13-60 PET ini mengungkapkan kemajuan dari kanker dada kiri pasien



Gambar 13-61 serangkaian irisan PET menunjukkan distribusi kondisi anomalous otak
(irisan samping) dikaitkan dengan epilepsy.

Gambar 13-62 Scan PET dapat menunjukkan pola dalam otak yang membantu dokter
dalam mendiagnose dan memperlakukan penyakit parkinson.

Berikut sekelompok ilustrasi
penggambaran, kadang-kadang
MRI tidak dapat menunjukkan titik-
titik yang tidak normal secara jelas
Gambar 1363 Scan otak penderita
parkinson


yang demikian ini seperti luka
yang berkaitan dengan penyakit
Huntington yang dipertunjukkan
secara efektif dengan scan PET.

Gambar 13-64 Perbandingan hasil MRI
Ini pasangan gambaran PET
terakhir menyoroti hasil dari suatu
pelajaran penelitian menarik oleh
Dr. Marcus Raidle Washington
Universitas ( St. Louis). Ia
menggunakan scan PET dari otak
seorang relawan yang menandai
bagian atas dan area di mana
beberapa keterampilan /
pengetahuan bersifat elementer
aktivitas fungsional telah
meninggalkan cetakannya. Setelah
relawan dilatih empat bulan lebih
untuk memodifikasi peningkatan
kemampuan keterampilan dan
pengtahuan baru, gambar dasar
PET menunjukkan adanya
pergeseran area baru dimana
kemampuan ini telah terekam
dalam otak.

Sekarang kita tinggalkan
tomography dan teknik
kedokteran nuklir untuk
membahas beberapa metoda
imaging yang menggunakan
pendekatan berbeda. Suatu
thermography menggunakan
pengindera thermal jarak jauh
(sensor yang digunakan berupa
kamera thermal dalam
penggambaran medis
dioperasikan sampai panjang
gelombang infra merah menengah
antara (2,8 dan 5,5, m), piranti
penggambaran lain dalam
cakupan panjang gelombang 8
sampai 12 m. Ini juga dikenal
sebagai penggambangan medis
inframerah. Thermogram tubuh
menunjukkan variasi temperatur,
yang dapat didiagnosa untuk
mengetahu berbagai penyakit dan
kondisi patologi yang terdapat
pada lokasi radang panas.
Kebanyakan thermogram dibuat
dari tubuh bagian luar, yang mana


temperatur adalah yang ada pada
area kulit, variasi bagian dalam
seperti dari ketegangan otot atau
peradangan lokal menghasilkan
temperatur lebih tinggi
mengakibatkan aliran panas pada
permukaan badan mengarah
dengan konduksi langsung melaui
vascular. Thermography medis
umumnya terbatas pada resolusi
penggambaran rendah namun
nampaknya teknologi
penghalusan yang digunakan
terus meningkat, sekarang
melayani sebagai alat pertama
yang murah untuk menentukan
jika terdapat keganjilan yang
mengharuskan adanya imaging
lebih jauh dengan metoda yang
lebih sensitip. Thermography
sangat sering digunakan dalam
maography sebagai metoda
deteksi awal untuk diikuti dengan
mammogram sinar x jika
ditemukan ketidaknormalan secara
signifikan.

Thermogram dapat juga
melukiskan pemanasan abnormal
yang menandakan adanya
peradangan, yang ditunjukkan di
sin. Mengenal kondisi
neuropathy penyakit gula dapat
dideteksi menggunakan
thermography. Dalam gambaran di
bawah, kaki kanan pasien
kelihatan jelas lebih dingin,
menyarankan sirkulasi yang
berkaitan dengan kerusakan
syaraf dikurangi. Dalam
pasangan thermogram ini
menunjukkan keefektifan
perlakuan dari fibromyalgia.
Dibawah ini menunjukkan
thermogram kefektifan perawatan
untuk fibromyalgia.


Gambar 13-65 Hasil scan termal

Terakhir NASA JPL telah
dikembangkan suatu scanner
termal yang portabel dioperasikan
dalam cakupan 8 sampai 12 m
dalam penelitian angkasa medis
oleh astronot namun juga dapat
digunakan sebagai perangkat
diagnose untuk mendeteksi
penyakit tertentu. Misal dari
gambar otak 3D di atas gambar
13-86 terdapat dua tumor
(ditunjukkan dengan warna
merah).


13.4.3. Resiko
x Pasien yang mempunyai penyakit
nadi utama, memungkinkan
mengalami sakit dada, atau
angina, bila mengalami tekanan
dalam kaitan dengan latihan atau
suatu obat diaplikasikan pada
jantung. Bagaimanapun, test
akan dilaksanakan di bawah
pengawasan spesialis yang
terlatih untuk memantau jantung
pasien dengan menggunakan
informasi disajikan oleh
electrocardiogram, berdasarkan
irama jantung, tekanan darah.
Jika perlu, pengobatan dapat
diberikan untuk sakit dada.
Pasien dimonitor cukup lama
untuk memastikan bahwa pasien
ada di baseline yaitu kondisi
sama dengan ketika datang untuk
melakukan pengujian.
Penggunaan unsur radioaktif
akan mengakibatkan ekspose
pada sejumlah kecil radiasi
jantung dan badan.
Bagaimanapun, jumlah radio
aktivitas diatur yang paling kecil
diperlukan untuk menyediakan
gambaran cukup. Cardiac nuklir
medis memiliki prosedur
dikerjakan lebih dari pada tiga
decade dan . tidak ada efek
kurang baik dalam jangka
panjang, telah diteliti dan
dilaporkan hasil penelitian.
Reaksi alergi terhadap radio
pharmatik tetapi ini sangat
jarang terjadi.
x Seperti dengan semua prosedur
mengenai ilmu radiasi, adalah
penting bahwa pasien
menginformasikan pada dokter
nya dan teknisi jika hamil,
penyinaran radiasi selama
kehamilan dijaga minimum.
Tergantung pada masalah medis
pasien, cardiac nuklir medis
prosedur mungkin ditunda
sampai setelah kehamilan
pasien.

13.4.4. Keterbatasan Tomography Emisi Positron
PET dapat memberikan hasil salah
jika keseimbangan kimia pasien
tidaklah normal. Khususnya , hasil
pengujian dari pasien diabetes
yang sudah makan dalam
beberapa jam sebelum pengujian
dapat mempengaruhi oleh gula
darah atau tingkat hormon insulin
darah.
Juga karena unsur readioaktif
rusak secara cepat dan efektif
untuk perioda waktu pendek, harus
dihasilkan dalam laboratorium di
dekat scanner PET. Ini penting
dilakukan tepat waktu agar
bertemu dan menerima unsur
radioaktif sesuai waktu yang
dijadwalkan. PET harus
dikerjakan dengan ahli radiologi
yang mempunyai keahlian khusus
dalam nuklir medis dan
mempunyai pengalaman dengan
PET. Pusat medis paling besar
sekarang melayani jasa PET
untuk pasien mereka. Perawatan
kesehatan dan perusahaan
asuransi banyak mengaplikasikan
PET, dan peningkatan pemenuhan
berkelanjutan.



Akhirnya, nilai dari scan PET
ditingkatkan bila bagian dari
sebagian besar diagnostic dapat
dilakukan. Seringkali
memerlukan perbandingan scan
PET dengan peralatan imaging
yang lain seperti CT atau MRI.
Pada umumnya SPECT,
Cardiovascular Imaging and Bone
Scanning SPECT merupakan
teknik serupa dengan PET. Namun
radioaktif yang digunakan dalam
SPECT (Xenon=133). Technetium-
99, Iodine-123) memiliki waktu
rusak lebih lama dari pada yang
digunakan PET dan merupakan
emisi tunggal mengganti sinar
gamma ganda. Scan SPECT
dapat memerikan informasi
tentang aliran darah dan distribusi
unsur radioaktif dalam tubuh.
Gambar memili sensitivitas kurang
dan gambar sedikit lebih rinci dari
pada PET, namun teknik SPECT
lebih murah dibanding PET. SPET
juga lebih dapat diakses dibanding
PET memusat sebab tidaklah
harus ditempatkan didekat suatu
partikel pemercepat.

13.4.5. Teknik Cardiovascular imaging
Teknik cardiovascular imaging
menggunakan unsur radioaktif
untuk tabel aliran darah pembuluh
jantung dan darah. Misal teknik
imaging radiovascular
menekankan pengujian thalium,
yang mna pasien disuntikkan
dengan campuran thalium,
dicoba-coba pada suatu treadmill,
dan digambar dengan kamera
sinar gama. Setelah perioda
istirahat pengamatan diulangi
tanpa dicoba. Gambar sebelum
dan sesudah percobaan
dibandingkan untuk
mengungkapkan perubahan aliran
darah ke jantung yang sedang
bekerja. Teknik ini berguna dalam
mendeteksi penghalangan nadi
utama atau arterioles dalam
jantung dan jaringan lain.

13.4.6. Scanning tulang
Scanning tulang mendeteksi
radiasi dari unsur radioaktif
(technetium-pp ethyldiphosphate)
yang bila diinjeksikan ke dalam
tubuh, dikumpulkan dalam jaringan
tulang, jaringan tulang adalah
ahli dalam mengumpulkan
campuran fosfor. Unsur
dikumpulkan dalam area aktivitas
metabolik tinggi sehingga gambar
yang dihasilkan menunjukkan titik
terang dari aktivitas tinggi dan titik
gelap dari aktivitas rendah.
Scanning tulang bermanfaat untuk
mendeteksi kanker, umumnya
memiliki aktivitas metabolik tinggi.








DAFTAR PUSTAKA
Agilent.2007. Agilent Automotive Electronics 10 Aplication Note on
Design Debug and Function. Agilent Test. USA. Agilent
Technologies,Inc. www.agilent.com
Basic oscilloscope operationCreative Commons Attribution License,
version 1.0. To view a copy of this license, visit
http://creativecommons.org/licenses

Bernard Grob. 1984. Basic Television And Video Sistem. Singpore. Mc
Graw Hill International Edition Singapore

Carson Kennedy.1999. Introduction to GPS (Global Position System).
Leica Geosystem AG. Switzerland. www.leica-geosystems.com

Cooper, William D, 1999. Instrumentasi Elektronik dan Teknik
Pengukuran. (Terjemahan Sahat Pakpahan). Jakarta : Penerbit
Erlangga.(Buku asli diterbitkan tahun 1978)

Creative Commons 559 Nathan Abbott Way, Stanford, California 94305,
USA

David Matzke dkk. USE OF THE OSCILLOSCOPE. Science Learning
Center. Data University Of Michigan-Dearbon.

Deboo and Burrous.1977. Integreted Circuit And Semiconductor Devices
: theory and application. Tokyo Japan : Kogakusha.Ltd

Fluke. Principles testing methods and applications.
http://www.newarkinone.thinkhost.com/brands/p
romos/ Earth_Ground_Resistance.pdf

Garmin.(2000). GPS Guide for beginner. Garmin Corporation. USA.
www.garmin.com

Gekco. 2002. A Video Tutorial. Copyright Gekco.
http://www.gekco.com/vidprmr.htm tanggal 1 Oktober

Hai Hung Chiang. (1984). Electrical And Electronic Instrumentation. A
wiley Interscience New York. Publication Jhn Wiley And Son.



Healthline Network,Inc. 2007. Equipment Information. 2007 Healthline
Networks, Inc. All rights reserved.
http://www.healthline.com\CTscan\ Ctimaging equipment Information
http://www.diagnostic medical IS\Medical ultrasonography -
Wikipedia,the free encyclopedia.mht
Jean-Marie Zogg.2002. GPS Basics Introduction to the system Aplication
overview. Thalwil Switzerland. www.u-blox.com

Kamran Khan. (2007). XYZ of Oscilloscopes. Posted by bailarina on 29
May 2007. www.sribd.com

Knopp Intercorporated. http://www.knoppinc.com/phase_seq.htm

Leader Electronics. Instruction Manual LCR Bridge Model LCR-740.
Leader electronics.Corp.
Le Magicien. 2000. 3 PHASE - 3 Wires Sequence Indikator. Tersedia
dalam
http://www.geocities.com/lemagicien_2000/elecpage/3phase/3pha
se.html diakses tanggal 19 Juni 2008
Magellan. Magellan Maestro
TM
4050 User Manual. San Dimas CA
91773. Magellan Navigation Inc.
Manual stargass :
http://images.mycdmm.de/file/353bb62d149fcebb6f5537f0c8f152
203b41f7c9
Muslimim ,M. 1984. Alat-alat Ukur Listrik dan Pengukuran Listrik.
Bandung : CV.Armico.

Phase Squence Indoicator . tesco dua kawat . http://www.tesco-
advent.com/tesco-phase-sequence.html

R.S. Panti Rapih. MRI ( Magnetik Resonance Imaging ) Instalasi
Radiologi.R.S. Panti Rapih .

http://health.howstuffworks.com/mri1.htm

Soedjana, S., Nishino, O. 1976. Pengukuran dan Alat-alat Ukur Listrik.
Jakarta : PT. Pradnya Paramita.



Sanwa Electric. Instructional Manual YX-360 TRD Multitester. Sanwa
Electric

Sri M. Shanmukha Chary. 2005. Intermediate Vocational Course, 2
nd

Year TV servicing Lab-II Manual. Andra Pradesh. Director of
Intermediate Education Govt.

Stanford. Basic oscilloscope operationCreative Commons Attribution
License,version 1.0. To view a copy of this license, visit
http://creativecommons.org/licenses Creative Commons 559
Nathan Abbott Way, Stanford, California 94305, USA Instrument
Co.Ltd.
Textronix. 2005. Fundamentals Of Real-Time Spectrum Analysis. USA.
Textronics. Inc. www.tektronix.com

Wikipedia.2007. Global Positioning System.
http://wikipedia.org/wiki/GPS

http://computer.howstuffworks.com/monitor1.htm

"http://en.wikipedia.org/wiki/CRO/Cathode_ray_tube"
www.tektronix.com/signal_generators 9
(www.interq or japan/se-inoue/e-oscilo0.htm)

http://www.doctronics.co.uk/scope.htm

http://www.tek.com/Measurement/App_Notes/37W_18400/eng/37W_184
00_0.pdf

http://productsearch.machinedesign.com/featuredproducts/Industrial_Co
mputers_Embedded_Computer_Components/Data_Acquisition/Spe
ktrum_Analyzers_Signal_Analyzers

http://www.aboutnuclear.org/view.cgi?fC=The_Atomhttp://www.radiologyi
nfo.org/en/info.cfm?PG=PET&bhcp=1

http://rst.gsfc.nasa.gov/Intro/Part2_26d.htm
http://www.medicalim
http://www.nmr-services.com /Process%20NMR


http://www.duncaninstr.com/images
http://www.humminbird.com/images/ PDF/737.pdf
http://www.eaglesonar.com/Downloads/Manuals/Files/IntelliMap640c_01
43-881_121305.pdf tanggal 20 Desember 07
http://www2.tek.com/cmswpt/tidownload.lotr?ct=TI&cs=wpp&ci=3696&lc=
EN&wt=480&wtwi=3696&wtla=EN&wtty=TI&wtsty=White+Paper&wt
pt=DOWNLOAD&wtbu=Instrumens+Business&wtpl=Real+Time+Sp
ektrum+Analyzers&wtlit=37W-19285-
0&wtsize=27+KB&wtver=1.0&wtcat=tektronix&wtnbrp=0&wtmd=RS
A2203A%2CRSA2208A%2CRSA3303A%2CRSA3308A%2CRSA3
408A&wtti=EMI+Measurements+Using+Tektronix+Real-
Time+Spektrum+Analyzers

http://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?PG=PET&bhcp=1

http://rst.gsfc.nasa.gov/Intro/Part2_26d.htm

http://www.medicalim
http://www.nmr-services.com /Process%20NMR

http://www.tek.com/Measurement/App_Notes/37W_18400/eng/37W_184
00_0.pdf
http://productsearch.machinedesign.com/featuredproducts/Industrial_Co
mputers_Embedded_Computer_Components/Data_Acquisition/Spe
ktrum_Analyzers_Signal_Analyzers

http://www2.tek.com/cmswpt/tidownload.lotr?ct=TI&cs=wpp&ci=3696&lc=
EN&wt=480&wtwi=3696&wtla=EN&wtty=TI&wtsty=White+Paper&wt
pt=DOWNLOAD&wtbu=Instrumens+Business&wtpl=Real+Time+Sp
ektrum+Analyzers&wtlit=37W-19285-
0&wtsize=27+KB&wtver=1.0&wtcat=tektronix&wtnbrp=0&wtmd=RS
A2203A%2CRSA2208A%2CRSA3303A%2CRSA3308A%2CRSA3
408A&wtti=EMI+Measurements+Using+Tektronix+Real-
Time+Spektrum+Analyzers

http://images.mycdmm.de/file/353bb62d149fcebb6f5537f0c8f152203b41f
7c9 Manual stargass
(www.wikimediafoundation.org/ Oktober 2007)
http://www.aboutniclear.org/view



http://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?PG=PET&bhcp=1

http://rst.gsfc.nasa.gov/Intro/Part2_26d.htm

http://www.medicalim

http://www.nmr-services.com /Process%20NMR

http://www.healthline.com\CTscan\ Ctimaging equipment Information

http://health.howstuffworks.com/mri1.htm

http://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?PG=PET&bhcp=1

http://rst.gsfc.nasa.gov/Intro/Part2_26b.html CT ijo

http://rst.gsfc.nasa.gov/Intro/Part2_26c.html sumber CAT

http://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?PG=PET&bhcp=1

http://rst.gsfc.nasa.gov/Intro/Part2_26d.html

http://en.wikilipedia.org/wiki/Functional_magnetik_resonance_imaging

http://en.wikipedia.org/wiki/Medical_imaging

http://www.aboutnuclear.org/view.cgi?fC=The_Atomhttp://www.radiologyi
nfo.org/en/info.cfm?PG=PET&bhcp=1http://rst.gsfc.nasa.gov/Intro/P
art2_26d.htm
http://www.medicalim
http://www.nmr-services.com /Process%20NMR
http://www.healthline.com\CTscan\ Ctimaging equipment Information
http://health.howstuffworks.com/mri1.htm
http://www.DiagnostikMedicalIS/Medicalultrasonography-Wikipedia,the
freeencyclopedia.mht.
http://www.humminbird.com/images/PDF/737.pdf




Sri Waluyanti
Alat Ukur
dan Teknik
Pengukuran
untuk
Sekolah Menengah Kejuruan

A
L
A
T

U
K
U
R

D
A
N

T
E
K
N
I
K

P
E
N
G
U
K
U
R
A
N

u
n
t
u
k

S
M
K


S
r
i

W
a
l
u
y
a
n
t
i
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
HET (Harga Eceran Tertinggi) Rp. 80.762,00
ISBN XXX-XXX-XXX-X
Buku ini telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah
dinyatakan layak sebagai buku teks pelajaran berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2007 tanggal 5 Desember 2007 tentang
Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk Digu-
nakan dalam Proses Pembelajaran.

You might also like