You are on page 1of 12

TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN

Perkembangan aneka industri yang menggunakan berbagai macam bahan kimia di indonesia kini kian pesat. Hal ini sangat berpotensi sebagai faktor penyebab meningkatnya insiden dermatitis kontak di tengah masyarakat. Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan bahan dan luar tubuh yang berkontak langsung dengan kulit yang bersifat toksik, alergi, maupun immunologis.

ETIOPATOGENESIS

Dermatitis Kontak Alergi (DKA) adalah epidermodermatitis yang subyektif memberi keluhan pruritus dan obyektif mempunyai efloresensi polimorfik disebabkan kontak ulang dengan bahan dan luar yang sebelumnya telah tersensitisasi.

Penyebab DKA adalah bahan kimia sederhana dengan berat molekul umumnya rendah ( < 1000 dalton), merupakan alergen yang belum diproses, disebut Hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat menembus stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis dibawahnya ( sel hidup).Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya DKA misalnya sentisisasi alergen, dosis per unit urea, luas daerah yang terkena, lama pajanan, oklusi, suhu, dan kelembapan lingkungan.Juga faktor individu misalnya keadaan kulit pada lokasi kontak, status imunologik.

Pengetahuan tentang penyebab umum DKA akan sangat membantu dalam menegakan diagnosis. Bahan bahan yang menyebabkan DKA adalah bahan kimia yang asing bagi tubuh.Bahan bahan tersebut mempunyai berat molekul rendah (500 1000 dalton), dapat berdifusi melalui epidermis, berkaitan dengan protein jaringan, dan membentuk molekul yang beratnya lebih dari 5000 dalton.Bahan bahan tersebut antara lain: plastik, kosmetik, tanaman, krom,obat obatan. Alergen alergen ini biasanya tidak menyebabkan perubahan kulit yang nyata pada kontak pertama, akan tetapi menyebabkan perubahan perubahan yang spesifik setelah lima sampai tujuh hari atau lebih.Kontak yang lebih lama pada bagian tubuh yang sama atau pada bagian tubuh lainnya dengan alergen akan menyebabkan dermatitis.

Dermatitis

kontak

alergik

termasuk

reaksi

tipe

IV

ialah

hipersentifitas

tipe

lambat.Patogenesisnya melalui 2 fase ialah fase induksi (fase sentisisasi) dan fase elisitasi. Fase induksi adalah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan memberi respons, memerlukan waktu 2 3 minggu.fase alisitasi adalah saat terjadi pajanan ulang dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbul gejala klinis.

Patogenesis DKA dapat dirangkum sebagai berikut :

Prinsipnya reaksi imunologik tipe IV

1. Fase sensitasi Hapten protein kulit (antigen) 18 24 jam Sel Langerhans epidermis Sel

limfosit T (kelenjar Getah bening )( belum tersensitasi) tersentisasi) 14 21 hari 4 hari.

sel limfosit T efektor (

2. Fase Elisitasi Sel limfosit T efektor darah kulit (DKA)

GEJALA KLINIS

Penderita umumnya mengeluh gatal.kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis dan lokalisasinya.Pada yang akut dimulai dengan bercak eritematosa yang berbatas jelas kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula.vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi (basah).DKA akut ditempat tertentu misalnya kelopak mata,penis, skrotum, eritema dan edema lebih dominan daripada vesikel.Pada yang kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi, dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas.Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan kronis. DKA dapat meluas ketempat lain misalnya dengan cara autosentisisasi, skalp, telapak tangan, dan kaki relatif resisten terhadap DKA.

DIAGNOSIS 1. ANAMNESIS Anamnesis berperan sangat penting dalam menegakan diagnosis.Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, karena sangat menentukan terapi maupun follow upnya yaitu untuk sedapat mungkin mencegah kekambuhan.Pada anamnesis perlu ditanyakan pekerjaan, hobi, riwayat kontak dengan kontak atau obyek personal misalnya tentang pemakaian kosmetik, pemakaian jam tangan.Selain itu,

perlu juga ditanyakan riwayat atopi serta pengobatan yang pernah diberikan baik oleh dokter maupun yang dilakukan sendiri.

2. PEMERIKSAAN FISIK Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema, udema, papula, dan vesikula yang jika pecah akan membentuk dermatitis yang basah.Lokasi lesi biasanya pada tempat kontak,tidak berbatas tegas, dan pada penderita yang sensitif dapat meluas.Dalam membantu penegakan diagnosis dikenal istilah regional diagnosis.Bagian bagian tubuh tertentu sangat mudah tersentisisasi dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya misalnya kelopak mata, leher, genital sedangkan bagian tubuh yang kulitnya tebal agak sulit terjadi DKA.seperti telapak tangan , telapak kaki dan kulit kepala.Bila terjadi kontak pada daerah itu, maka daerah yang berbatasan yang kulitnya tipislah yang mengalami dermatitis.

Kelopak mata sangat mudah bereaksi terhadap pemakaian kosmetik, obat (tetes mata), air bone alergen (hairspray, debu, serbuk sari) atau terhadap alergen yang terbawa oleh jari tangan ( cat kuku ).Untuk leher, penyebab umum DKA adalah kosmetik, parfum, perhiasan (kalung) yang mengandung nikel yang menyebabkan coin shape dermatitis.Dermatitis dan air bone alergen dan photo sensitizer akan berbatas tegas atau menggambarkan segitiga di fossa supra sternal.Untuk daerah genital, baik pada laki laki dan perempuan akan bereaksi terhadap alergen dengan tanda utama edema dan gatal. Bagian bagian tubuh lain yang juga sering merupakan tempat terjadinya dermatitis walaupun kurang sensitif (reaktif) adalah pertama lengan dan tangan.kedua adalah muka, biasanya dipengaruhi oleh pemakaian kosmetik atau obat.juga oleh respon terhadap suatu kontak dan daerah sekitarnya terutama kelopak mata.Ketiga adalah bibir dan daerah perioral biasanya disebabkan lipstik dan bermanifestasi bibir kering dan pecah.Keempat adalah paha dan tungkai bawah.Kelima adalah kaki, kaus kaki merupakan penyebab paling banyak dermatitis pada kaki.

3. PEMERIKSAAN PEMBANTU Pemeriksaan pembantu yang dilakukan adalah pemeriksaan patch test (uji tempel) dan tes DMG (dimetilgliosim).Patch test bertujuan untuk mencari tahu dan membuktikan penyebab DKA.Untuk itu perlu adanya hubungan riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan .Ada tiga jenis patch test yang dilaksanakan yaitu patch test tertutup, patch terbuka dan photo patch test.Biasanya, yang dimaksud dengan patch test tertutup.

Indikasi

test

ini

adalah

DKA

yang

penyebabnya

belum

jelas

atau

masih

dicurigai.Kontraindikasi test ini adalah dermatitis yang masih aktif.Tekhnik patch test yang dilakukan

adalah bahan yang ditest ditempelkan pada kulit normal, kemudian ditutup selama dua hari.Setelah dua hari, penutup dilepas dan dibiarkan selama 15 sampai 25 menit, lalu dibaca kelainan kelainan yang ada.Pada tempat itu mungkin terjadi eritema, udema, papula, vesikula dan kadang kadang bisa terjadi bula dan nekrosis.

Pembacaan patch test menurut Fisher adalah

0 + ++

: Tidak ada reaksi : Eritema : Eritema dan papula

+++ : Eritema, papula dan vesikel ++++ : Udema yang jelas dan vesikula

Test DMG (percobaan bercorak dimetiglioksim) ditemukan oleh fiegl.Cara test ini adalah beberapa tetes dan 1 % larutan alkohol dan DMG ditambah dengan beberapa tetes larutan amonia.Larutan ini diteteskan pada logam dan kulit akan mengahsilkan warna strawbery red dan garam yang tidak larut jika ada logam nikel.Test ini berguna khusus untuk mengetahui apakah penyebab dermatitis itu logam yang mengandung nikel.

DIAGNOSIS BANDING

Kelainan kulit DKA sering tidak menunjukan gambaran morfologik yang khas, dapat menyerupai dermatitis atopik, dermatitis numularis, dermatitis seboroik atau psoriasis.Diagnosis banding yang terutama adalah dengan DKI.Dalam keadaan ini pemeriksaan uji tempel perlu dipertimbangkan untuk menentukan apakah dermatitis tersebut merupakan kontak alergi.

PENATALAKSANAAN

Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab dan menekan kelainan kulit yang timbul.

Kortikosteroid dapat diberiakan dalam jangka waktu pendek untuk mengatasi peradangan pada DKA akut yang ditanadai dengan eritema, edema, vesikel atau bula serta eksudatif misalnya

prednison 30 mg/hari.Umumnya kelainan kulit akan mereda setelah beberapa hari.sedangkan kelainan kulitnya cukup dikompres dengan larutan garam faal atau larutab salisil 1 : 1000

Untuk DKA ringan atau DKA akut yang telah mereda ( setelah mendapatkan pengobatan kortikosteroid sistemik), cukup diberika kortikosteroid atau makrolaktam secara topikal.

Adapun terapi non- farmakologi DKA meliputi : 1. Membersihkan bagian yang teriritasi Dilakukan dengan cara mengompres kulit yang teriritasi dengan air hangat ( 32,2 oc) atau lebih dingin.namun, dokter harus mngingatkan agar tidak menggunakan air panas 40,5 o c atau lebih sebab akan mempengaruhi luka dan bahkan dapat menyebabkan luka bakar tingkat kedua.

2. Mencegah terjadinya ruam Apabila terpapar agen alergen maka untuk mencegah terjadinya ruam ruam di kulit dengan : PROGNOSIS

Memberi edukasi mengenai kegiatan yang berisiko untuk terkena dermatitis kontak alergi. Menghindari substansi alergen. Mengganti semua pakaian yang terkena alergen. Mencuci bagian yang terpapar secepat mungkin dengan sabun, jika tidak ada sabun bilas dengan air. Menghindari air bekas cucian/ bilasan kulit yang terpapar alergen. Bersihkan pakaian yang terkena alergen secara terpisah dengan pakaian lain. Gunakan perlengkapan/pakaian pelindung saat melakukan aktivitas yang berisiko terhadap paparan alergen

Umumnya baik, sejauh bahan kontaknya dapat disingkirkan.prognosis kurang baik dan menjadi kronis bila terjadi bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen (dermatitis atopi, dermatitis numularis, atau psoriasis) atau terpajan oleh alergen yang tidak mungkin dihindari misalnya berhubungan dengan pekerjaan tertentu atau yang terdapat dilingkungan penderita.

LAPORAN KASUS Identitas Pasien


Nama Umur Jenis kelamin Pekerjaan Alamat No. telepon Status perkawinan Negeri asal Agama Suku : Nn. R : 24 tahun : Perempuan : Pegawai Swasta / Perawat : Jln. M. Hatta Pasar Baru RT 002 RW 002 : 082174406559 : Belum Menikah : Padang : Islam : Minang

Anamnesis: Seorang pasien perempuan berusia 24 tahun datang ke poli kulit kelamin RS DR M. Djamil pada tanggal 22 mei 2013 dengan keluhan utama: Bercak merah yang terasa gatal di kedua pipi dan Kelopak mata sejak 2 minggu yang lalu yang lalu Riwayat Penyakit Sekarang Awalnya pasien mengeluhkan jerawat bertambah banyak dalam 2 minggu terakhir dan terasa gatal serta terdapat sisik pada kulit, kemerahan di wajah ( kedua pipi, dagu, dahi, kelopak mata ) Awalnya pasien menggunakan produk kosmetik pelembab yang berganti ganti sepesrti citra hazelin sejak 1 tahun yang lalu, kemudian wardah sejak 1 tahun yang lalu. Jerawat tetap tidak hilang.

Lalu pasien mulai menggunakan krim pemutih temulawak sejak 3 bulan yang lalu untuk mengobati jerawat, dipakai pada pagi hari dan malam hari.

Sejak 2 minggu yang lalu mulai terasa gatal dikedua pipi pasien, dagu, dahi dan kedua kelopak mata dan timbul bercak bercak kemerahan.

Pasien tidak mengeluhkan bercak merah terasa pedih saat terkena sinar matahari Riwayat berjerawat sejak 5 tahun yang lalu ( umur 19 tahun ) Riwayat sering makan makanan pedas dan berminyak ada

Riwayat Penyakit Dahulu Pasien tidak pernah mengeluhkan gejala seperti ini sebelumnya

Riwayat Penyakit keluarga Riwayat keluarga yang memiliki jerawat ada yaitu kakak pasien.

PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis Cooperatif

Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi Pernafasan : 74 x/menit : 22 x/menit

Keadaan Spesifik Kepala Mata Konjungtiva palpebra tidak anemis, skelera tidak ikterik. Hidung Bagian luar tidak ada kelainan, septum dan tulang tulang dalam perabaan baik,selaput lendir dalam batas normal. Telinga

Nyeri

tekan

Prossessus

Mastoideus

tidak

ada,selaput

pendengaran

tidak

ada

kelainan,pendengaran baik. Mulut Lidah tidak pucat, tidak ada atrofi papil, gigi tidak karies, gusi tidak berdarah. Tenggorokan Faring tidak hiperemis, tonsil tidak ada pembesaran. Leher Tekanan vena jugularis ( 5 2 ) cmH20, kelenjar tiroid pada inspeksi dan palpasi tidak ada pembesaran, kaku kuduk tidak ada.

Thoraks Paru Inspeksi Palpasi Perkususi Auskultasi Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi : Batas kanan Batas atas Batas kiri Auskultasi Abdomen Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : Perut tidak membuncit, kolateral (-), caput meduse (-) : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-), asites (-) : Timpani : Bising usus (+) Normal : Akral hangat, edema -/-, Rf +/+ , Rp -/- . : LSD : RIC II parasternal kiri : 1 jari lateral LMCS RIC V, luas 1 jari, tidak kuat angkat : Irama ireguler, bising (-) : Iktus tidak terlihat : Iktus teraba 1 jari lateral LMCS RIC V : Bentuk dada simetris, sela iga tidak melebar, retraksi dinding dada tidak ada : Fremitus kiri sama dengan kanan : Sonor : Vesikuler, Ronki tidak ada, Wheezing tidak ada

Anggota Gerak Kelenjar getah bening -

Pada inspeksi dan palpasi tidak ada pembesaran kelenjar getah bening submandibula, leher, axila, dan ingiuinal, tidak ada nyeri tekan.

STATUS DERMATOLOGIS Regio Lokasi Distribusi Bentuk Susunan Batas Ukuran Efloresensi : Kedua pipi, dagu, dahi,kelopak mata. : Terlokalisir. : Tidak Khas : Tidak Khas : Tidak tegas : Lentikuler, plakat : Papul eritem ,plak eritem, skuama putih kasar diatasnya

Status Venereologikus: tidak ditemukan kelainan Kelainan selaput Kelainan kuku Kelainan rambut : tidak ditemukan kelainan : tidak ditemukan kelainan : tidak ditemukan kelainan

Kelainan kelenjar limfe: tidak teraba pembesaran KGB Pemeriksaan Laboratorium Darah rutin Urin Rutin Feses Rutin : Tidak dilakukan pemeriksaan : Tidak dilakukan pemeriksaan : Tidak dilakukan pemeriksaan : Uji Tempel

Pemeriksaan Anjuran

Resume Anamnesis Awalnya pasien mengeluhkan jerawat bertambah banyak dalam 2 minggu terakhir dan terasa gatal serta terdapat sisik pada kulit, kemerahan di wajah ( kedua pipi, dagu, dahi, kelopak mata ) Awalnya pasien menggunakan produk kosmetik pelembab yang berganti ganti sepesrti citra hazelin sejak 1 tahun yang lalu, kemudian wardah sejak 1 tahun yang lalu. Jerawat tetap tidak hilang. Lalu pasien mulai menggunakan krim pemutih temulawak sejak 3 bulan yang lalu untuk mengobati jerawat, dipakai pada pagi hari dan malam hari. Sejak 2 minggu yang lalu mulai terasa gatal dikedua pipi pasien, dagu, dahi dan kedua kelopak mata dan timbul bercak bercak kemerahan. Pasien tidak mengeluhkan bercak merah terasa pedih saat terkena sinar matahari Riwayat berjerawat sejak 5 tahun yang lalu ( umur 19 tahun ) Riwayat sering makan makanan pedas dan berminyak ada

Riwayat Penyakit Dahulu Pasien tidak pernah mengeluhkan gejala seperti ini sebelumnya

Riwayat Penyakit keluarga Riwayat keluarga yang memiliki jerawat ada yaitu kakak pasien Pemeriksaan Fisik
STATUS DERMATOLOGIS Regio Lokasi Distribusi Bentuk Susunan Batas Ukuran Efloresensi : Kedua pipi, dagu, dahi,kelopak mata. : Terlokalisir. : Tidak Khas : Tidak Khas : Tidak tegas : Lentikuler, plakat : Papul eritem ,plak eritem, skuama putih kasar diatasnya

DIAGNOSIS KERJA Dermatitis Kontak Alergi ec Cream Temulawak

DIAGNOSIS BANDING Dermatitis kontak iritan ec Cream Temulawak

DIAGNOSIS Dermatitis Kontak Alergi ec Cream Temulawak

Terapi Umum : - hindari kontak dengan alergen penyebab - hindari garukan dan pengelupasan lesi - hindari stress emosional - kontrol obat teratur Khusus
-

Sistemik

: Cetritine 1 x 10 mg

Topikal

: Hidrokortison 2,5 % dipakai 2 x sehari setelah mandi

Prognosis Quo ad sanam Quo ad vitam : bonam : bonam

Quo ad kosmetikum : bonam Quo ad fungsionam : bonam

You might also like