You are on page 1of 42

1.

Anatomi Fisiologi Sistem Fardiovaskuler


DESKRIPSI

Sistem kardiovaskuler merupakan bagian dari sistem sirkulasi darah yang bertugas mengedarkan darah ke seluruh tubuh dan mengembalikannya kembali ke jantung. Darah membawa oksigen dan nutrisi yang diperlukan sel-sel pada berbagai jaringan tubuh untuk keperluan metabolisme. Dalam melaksanakan fungsinya sistem kardiovaskuler melibatkan organ jantung, pembuluh darah dan darah. Sistem kardiovaskuler terdiri dari 3 bagian yang saling mempengaruhi yaitu jantung, pembuluh darah, dan darah (Depkes, 1993 : 3) 1. Jantung Adalah organ yang mensirkulasi darah teroksigenasi ke paru-paru untuk pertukaran gas (Depkes, 1993:3). Jantung terletak dalam mediastinum di rongga dada, yaitu diantaa kedua paru-paru. Jantung terdiri dari 3 lapisan : lapisan terluas disebut epikardium, lapisan tengah merupakan lapisan otot yang disebut miokardium, sedangkan lapisan terdalam yaitu lapisan endotel disebut endokardium. Ruangan jantung bagian atas yaitu atrium dan ventrikel. Secara fungsional darah dibagi menjadi alat menjadi alat pompa kanan dan pompa kiri yang memompa darah vena menuju sirkulasi paru-paru dan peredaran darah bersih ke sistemik. Terpisahnya ruangan dalam jantung mencegah percampuran antara daerah yang menerima darah yang tidak teroksigenali dari vena kava superior, inferior, dan sistem koroner. Darah ini melalui katup mitrat ke ventrikel kiri dan dipompakan ke aorta untuk sirkulasi koroner dan sistemik (Sjafoellah, 1996:1069). Miokardium menerima darah ketika diashole dari arteri kosong. Arteri koronaria kiri bercabang menjadi arteri descendino anterior dan arteri circumflex. Arteri koronaria kanan memberi darah antara lain ke SA node ventrikel kanan, permukaan diafragma ventrikel kanan. Vena-vena koronaria mengembalikan darah ke sinus kemudia bersikulasi langsung ke dalam paru-paru (Depkes, 1993:3). 2. Pembuluh darah Pembuluh darah yang keluar dari jantung yang membawa darah ke seluruh bagian dan alat tubuh disebut arteri pembuluh darah arteri yang paling besar yang keluar dari ventrikel kiri disebut aorta. Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastis dan terdiri 3 lapisan yaitu : lapisan terluar dinding arteri disebut tunika externa. Keadaan tidak elastis disebut arteri osklerosis, sedangkan bagian dalam dari arteri adalah tunika interna atau intima. Pembersihan plaqul yang terjadi pada dinding arteri bagian dalam disebut athero sclerosis. Hal ini mengakibatkan aliran darah arteri terganggu dan dapat mengakibatkan proses iskemia (Depkes, 1993:6). 3. Darah

Darah merupakan media transportasi oksigen, karbondioksida dan metabolit. Jadi darah merupakan pengatur keseimbangan asam basa, pengatur hormon dan pengontrol suhu. Dalam darah terdapat eritrosit, leukosit dan trombosit, meskipun 55 % elemen dalam darah adalah plasma. Hemoglobin yang ada dalam eritrosit membawa oksigenasi sel-sel. Peran eritrosit dalam mengangkut hemoglobin adalah penting. Oleh karena itu perlu keseimbangan antara pembentukan dan pemecahan eritrosit untuk menjamin pengantaran oksigen secara adekuat (Depkes, 1993:7).

A. JANTUNG

BENTUK DAN LETAK JANTUNG Jantung berbentuk seperti buah pir atau kerucut terletak seperti piramida terbalik dengan apeks (puncak) berada di bawah dan basis (alas) berada di atas. Beratnya 250-350 gram pada orang dewasa. Ada pendapat yang mengatakan bahwa jantung sebesar kepalan tangan orang dewasa atau panjang sekitar 12 cm dan lebar sekitar 9 cm. Jantung terletak pada rongga dada (cavum thorax) tepatnya pada rongga mediastinum diantara paru-paru kiri dan kanan.

LAPISAN JANTUNG Lapisan jantung terdiri dari perikardium, epikardium, miokardium dan endokardium. Lapisan perikardium adalah lapisan paling atas dari jantung terdiri dari fibrosa dan serosa dan berfungsi sebagai pembungkus jantung. Lapisan perikardium terdiri dari perikardium parietal (pembungkus luar jantung) dan perikardium visceral (lapisan yang langsung menempel pada jantung). Antara perikardium parietal dan visceral terdapat ruangan perikardium yang berisi cairan serosa berjumlah 15-50 ml dan berfungsi sebagai pelumas. Lapisan epikardium merupakan lapisan paling atas dari dinding jantung. Selanjutnya adalah lapisan miokardium yang merupakan lapisan fungsional jantung yang memungkinkan jantung bekerja sebagai pompa. Miokardium mempunyai sifat istimewa yaitu bekerja secara otonom (miogenik), durasi kontraksi lebih lama dari otot rangka dan mampu berkontraksi secara ritmik. Ketebalan lapisan miokardium pada setiap ruangan jantung berbeda-beda. Ventrikel kiri mempunyai lapisan miokardium yang paling tebal karena mempunyai beban lebih berat untuk memompa darah ke sirkulasi sistemik yang mempunyai tahanan aliran darah lebih besar. Miokardium terdiri dari dua berkas otot yaitu sinsitium atrium dan sinsitium ventrikel. Setiap serabut otot dipisahkan diskus interkalaris yang berfungsi mempercepat hantaran impuls pada setiap sel otot jantung. Antara sinsitium atrium dan sinsitium ventrikel terdapat lubang yang dinamakan anoulus fibrosus yang merupakan tempat masuknya serabut internodal dari atrium ke ventrikel. Lapisan endokardium merupakan lapisan yang membentuk bagian dalam jantung dan merupakan lapisan endotel yang sangat licin untuk membantu aliran darah.

RUANGAN PADA JANTUNG Ruangan pada jantung terdiri dari atrium dan ventrikel. Atrium dipisahkan menjadi atrium sinistra (kiri) dan dekstra (kanan) oleh septum atrium. Ventrikel juga terbagi dua menjadi ventrikel dekstra dan sinistra.

KATUP-KATUP JANTUNG Katup jantung ada dua macam yaitu katup AV (atrioventrikular) dan katup SL (semilunar). Katup AV terletak antara atrium dan ventrikel, sedangkan katup SL terletak antara ventrikel dengan pembuluh darah besar pada jantung. Katup AV antara atrium dekstra dan ventrikel dekstra adalah katup trikuspidalis dan antara atrium sinistra dan ventrikel sinistra adalah katup bikuspidalis (mitral). Katup AV hanya membuka satu arah (ke arah ventrikel) karena berfungsi mencegah aliran balik dari ventrikel ke atrium pada saat sistol. Secara anatomi katup AV hanya membuka ke satu arah karena terikat oleh korda tendinae yang menempel pada muskulus papilaris pada dinding ventrikel. Katup SL terdiri dari katup pulmonal yang terdapat antara ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis dan katup aortik yang terletak antara ventrikel kiri dan aorta.

SISTEM KONDUKSI JANTUNG Impuls untuk terjadinya kontraksi jantung berasal dari SA node (nodus sinoatrial) yang terletak pada dinding atrium kanan. SA node meneruskan impulsnya ke AV node (nodus atrioventrikular) melalui traktus internodal. Ada tiga traktus internodal yaitu wenkebach, bachman dan tohrel. Impuls dari AV node diteruskan ke berkas his kemudian ke serabut purkinye kiri dan kanan, selanjutnya menyebar ke seluruh dinding ventrikel.

PERSARAFAN PADA JANTUNG Jantung dipersarafi oleh sistem saraf otonom yang terdiri dari saraf simpatis (adrenergik) dan parasimpatis (kolinergik). Saraf simpatis meningkatkan heart rate dan kontraktilitas jantung. Sedangkan saraf parasimpatis (nervus vagus) menurunkan heart rate. PEMBULUH DARAH BESAR PADA JANTUNG Ada beberapa pembuluh darah besar yang berdekatan letaknya dengan jantung yaitu : 1. Vena Cava Superior Vena cava superior adalah vena besar yang membawa darah kotor dari tubuh bagian atas menuju atrium kanan. 2. Vena Cava Inferior Vena cava inferior adalah vena besar yang membawa darah kotor dari bagian bawah diafragma ke atrium kanan.

3. Sinus Conaria Sinus coronary adalah vena besar di jantung yang membawa darah kotor dari jantung sendiri. 4. Trunkus Pulmonalis Pulmonary trunk adalah pembuluh darah besar yang membawa darah kotor dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis. Arteri pulmonalis dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah kotor dari pulmonary trunk ke kedua paru-paru. 5. Vena Pulmonalis Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah bersih dari kedua paruparu ke atrium kiri. 6. Aorta Asendens Ascending aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah bersih dari ventrikel kiri ke arkus aorta (lengkung aorta) ke cabangnya yang bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian atas. 7. Aorta Desendens Descending aorta,yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih dan bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian bawah.

SUPLAI DARAH KE JANTUNG Jantung mendapatkan suplai darah dari arteri koroner. Arteri koroner adalah arteri yang bertanggung jawab atas jantung itu sendiri, karena darah bersih yang kaya akan oksigen dan elektrolit sangat penting agar jantung tetap bisa bekerja sebagaimana fungsinya. Arteri koroner terbagi dua yaitu arteri koroner kiri dan kanan. Arteri koroner kiri mempunyai 2 cabang yaitu LAD (Left Anterior Desenden) dan arteri sirkumfleksi. Kedua arteri ini melingkari jantung dalam dua lekuk anatomis eksterna, yaitu sulcus coronary atau sulcus atrioventrikuler yang melingkari jantung diantara atrium dan ventrikel, yang kedua yaitu sulcus interventrikuler yang memisahkan kedua ventrikel. Pertemuan kedua lekuk ini di bagian permukaan posterior jantung yang merupakan bagian dari jantung yang sangat penting yaitu kruks jantung. Nodus AV node berada pada titik ini. LAD arteri bertanggung jawab untuk mensuplai darah untuk otot ventrikel kiri dan kanan, serta bagian interventrikuler septum. Arteri sirkumfleksi mensuplai 45% darah untuk atrium kiri dan ventrikel kiri serta 10% mensuplai SA node. Arteri koroner kanan bertanggung jawab mensuplai darah ke atrium kanan, ventrikel kanan, permukaan bawah dan belakang ventrikel kiri, 90% mensuplai AV Node dan 55% mensuplai SA Node.

B. PEMBULUH DARAH JENIS PEMBULUH DARAH

Darah diedarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah (vaskuler). Secara umum pembuluh darah terdiri dari 3 lapisan yaitu tunika adventisia, tunika media dan tunika intima. Tunika adventisia merupakan lapisan paling luar berupa jaringan ikat yang kuat. Tunika media

merupakan lapisan tengah yang terdiri dari otot polos. Tunika intima membentuk dinding dalam dari pembuluh darah terdiri dari sel-sel endotel. Celah antara sel-sel endotel membentuk pori-pori pembuluh darah.

Pembuluh darah ada 3 macam yaitu arteri, vena dan kapiler. KAPILER Kapiler merupakan pembuluh darah kecil yang sangat tipis, hanya dibentuk oleh tunika intima saja sehingga memudahkan proses pertukaran zat antara pembuluh darah dengan sel atau jaringan.

Fungsi kapiler adalah : - Penghubung arteri dan vena - Tempat terjadinya pertukaran zat - Absorbsi nutrisi pada usus - Filtrasi pada ginjal - Absorbsi sekret kelenjar

ARTERI Arteri merupakan pembuluh darah yang mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh. Arteri membawa darah yang kaya oksigen, kecuali arteri pulmonalis. Arteri bersifat elastik karena mempunyai lapisan otot polos dan serabut elastik sehingga dapat berdenyut-denyut sebagai kompensasi terhadap tekanan jantung pada saat sistol. Arteri yang lebih kecil dan arteriola lebih banyak mengandung lapisan otot sebagai respon terhadap pengendalian saraf vasomotor. Arteri mendapatkan suplai darah dari pembuluh darah khusus yang disebut vasa vasorum, dipersarafi oleh serabut saraf motorik yang disebut vasomotor.

Arteri mempunyai diameter yang berbeda-beda, mulai yang besar yaitu aorta kemudian bercabang menjadi arteri dan arteriola.

VENA Vena merupakan pembuluh darah yang mengembalikan darah dari seluruh tubuh ke jantung sehingga dinamakan pula pembuluh balik. Vena mempunyai tiga lapisan seperti arteri tetapi mempunyai lapisan otot polos yang lebih tipis, kurang kuat dan mudah kempes (kolaps). Vena dilengkapi dengan katup vena yang berfungsi mencegah aliran balik darah ke bagian sebelumnya karena pengaruh gravitasi. atup vena berbentuk lipatan setengah bulat yang terbuat dari lapisan dalam vena yaitu lapisan endotelium yang diperkuat oleh jaringan fibrosa.

C. DARAH Darah berbentuk cairan yang berwarna merah, agak kental dan lengket. Darah mengalir di seluruh tubuh kita, dan berhubungan langsung dengan sel-sel di dalam tubuh kita. Darah terbentuk dari beberapa unsur, yaitu plasma darah, sel darah merah, sel darah putih dan trombosit.

Darah berfungsi untuk : 1. mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh tubuh 2. mengedarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh 3. mengangkut karbondioksida ke paru-paru 4. mengedarkan hormon

PLASMA DARAH Unsur ini merupakan komponen terbesar dalam darah, karena lebih dari separuh darah mengandung plasma darah. Hampir 90% bagian dari plasma darah adalah air. Plasma darah berfungsi untuk mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan. Fungsi lainnya adalah menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit atau zat antibodi. Plasma darah berupa cairan berwarna kekuning-kuningan dan bersifat alkali. Plasma darah mengandung gas (oksigen dan karbondioksida), hormon, enzim, antigen, antibodi dan protein darah. Protein darah yang terdapat pada plasma adalah albumin, fibrinogen dan globulin. Fibrinogen berperan dalam proses koagulasi (pembekuan darah) dan globulin merupakan komponen dari antibodi (imunoglobulin). Globulin berjumlah sekitar 2-3 gram per 100 ml darah. Albumin dalam plasma berjumlah sekitar 3-5 gram per 100 ml darah. Berperan dalam menjaga tekanan osmotik, sebagai carier (pembawa) untuk zat-zat tertentu dan menyediakan protein untuk jaringan.

ERITROSIT Sel darah merah mengandung banyak haemoglobin. Darah berwarna merah sebab haemoglobin berwarna merah tua. Sel darah merah berbentuk bikonkaf (cekung pada kedua sisinya). Haemoglobin terdapat dalam sel darah merah dan berfungsi untuk mengikat oksigen dan karbondioksida dalam proses transportasi gas. Sel darah merah dihasilkan di limpa, hati dan sumsum merah pada tulang pipih. Sel darah merah yang sudah mati dihancurkan di dalam hati. Rata-rata usia hidup sel darah merah mencapai 120 hari.

LEUKOSIT Sel darah putih bentuknya tidak tetap, bening, tidak berwarna. Ukurannya lebih besar dari sel darah merah. Sel darah putih dibuat di sumsum merah dan kelenjar limpa. Jumlah sel darah putih sekitar 500010.000 per mm3 darah. Ada beberapa jenis sel darah putih yaitu neutrofil, eusinofil, basofil, limfosit, monosit dan sel-sel

plasma. Sel darah putih berperan sebagai salah satu komponen kekebalan tubuh yang berfungsi sebagai fagosit (neutrofil, eusinofil dan makrofag

TROMBOSIT Bentuk keping darah tidak teratur dan tidak mempunyai inti. Ukurannya lebih kecil, sekitar sepertiga ukuran sel darah merah. Trombosit diproduksi pada sumsum merah, berjumlah sekitar 150.000-500.000 per mm3 darah. Trombosit (platelet) berperan penting dalam proses koagulasi (pembekuan) darah. FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER Lingkaran sirkulasi dapat dibagi atas dua bagian besar yaitu sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonalis Sirkulasi Sistemik 1. 2. 3. 4. 5. Mengalirkan darah ke berbagi organ Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda Memerlukan tekanan permulaan yang besar Banyak mengalami tahanan Kolom hidrostatik panjang

Sirkulasi Pulmonal 1. 2. 3. 4. 5. Hanya mengalirkan darah ke paru Hanya berfungsi untuk paru Mempunyai tekanan permulaan yang rendah hanya sedikit mengalai tahanan Kolom hidrostatik pendek

Sirkulasi Koroner Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan jantung dan membawa oksigen untuk miokardium melalui cabang cabang intar miokardialyang kecil. Aliran darah koroner meningkat pada: 1. 2. 3. Aktifitas Denyut jantung Rangsang sistem syaraf simpatis

Sistem Sirkulasi Darah Sistem sirkulasi darah adalah suatu sistem tertutup yang mengatur dan mengalirkan darah di dalam tubuh. Dikatakan tertutup karena pada keadaan normal tidak ada darah yang berada di luar wadah aliran darah. Wadah itu bisa berupa pembuluh nadi, pembuluh balik, kapiler atau rongga (= sinus) di organ tertentu. Sistem ini perlu dibedakan dengan sistem aliran getah bening yang merupakan aliran terbuka. Getah bening A(=lymph)terdapat di sela-selasel di seluruh tubuh, lalu mengalir masuk ke dalam pembuluh getah bening. Di tempat tempat tertentu pembuluh getah bening ini bermuara pada kelenjar getah bening (= lymph node), dan setelah itu melanjutkan diri menuju muaranya masing-masing. Untuk seperempat tubuh bagian kanan

atas cairan itu pada akhirnya memasuki pembuluh darah balik tanpa saluran khusus. Untuk tiga perempat bagian tubuh yang lain cairan lymph dialirkan melalui pembuluh khusus yang dinamakan ductus thoracicus yang juga berakhir pada pembuluh darah balik di sekitar ptmdak kin. Cairan lymph mengandtmg banyak sel darah putih limfosit dan monosit yang sebagian diproduksi di kelenjar getah bening yang dilaluinya. Sistem aliran lymph ini, karena berhubtmgan langstmg dengan sel-seltubuh, dapat membawa serta sel-selyang tak diingini. Bakteri yang menginfeksi kulit kaki, misalny~ dapat dialirkan sehingga menimbulkan infeksi di kelenjar getah bening di lipat paha (= lymphadenitis), dan melalui sistem ini pula dapat dialirkan sel kanker ke bagian tubuh lain. ltu sebabnya pada penderita kanker selalu dieari kemungkinan penjalaran sel ke kelenjar sekitarnya. Pada kasus lain parasit filaria dapat menyumbat pembuluh lymph sehingga menimbulkan penyakit elephantiasis atau 'kaki gajah'. Yang dimaksud dengan darah adalah plasma (= eairan darah) beserta butir butir (a) eritrosit (=darah merah), (b) lekosit, limfosit, monosit (= darah putih), dan (e) trombosit. Serum adalah eairan yang didapat jika darah dibiarkan membeku, merupakan plasma yang telah kehilangan fibrinogen (= unsur pembeku darah). Serum juga merupakan bagian darah yang mengandung zat anti (= antibody) terhadap maeam-maeam raeun (= toxin) yang dikeluarkan bakteri atau virus. Oleh karena itu, imunisasi melalui suntikan biasanya dilakukan dengan penyuntikan suatu zat yang dinamakan 'antiserum'. Antiserum ini sebenarnya adalah serum yang diambil dari makhluk lain yang sengaja disuntikkan suatu bakteri atau virus sehingga memproduksi zat anti yang tersimpan di dalam sennnnya. Dengan kemajuan teknologi antiserum ini dapat diganti dengan materi lain melalui rekayasa genetik. Aliran darah bayi dalam kandungan berbeda dengan manusia yang sudah dilahirkan. Selama dalam kandungan ibu, sebagian darah bayi dialirkan melalui pembuluh nadi di tali ari (= umbilicus) menuju placenta. Di sana darah akan melepas sisa pembakaran melalui proses penyerapan oleh darah ibu dan mengambil oksigen serta makanan yang berasal dari darah ibu. Dari placenta darah dialirkan melalui pembuluh balik tali ari (= vena umbilicalis) ke hati untuk diolah, tetapi karena hati belum berfungsi dan kandungan makanan sudah selesai diolah oleh hati ibu, darah langsung dialirkan ke serambi kanan jantung. Sebagian darah dialirkan ke bilik kanan dan ke pam-pam, tetapi sebagian besar dialirkan ke serambi kin melalui sebuah lubang. tersebut dan pada keadaan normal akan segera menutup setelah bayi dilahirkan. Kegagalan menutup lubang ini merupakan salah satu kelainan 1antung bocor' pada anak-anak. Sebagian darah yang dialirkan ke pam-pam akan dialirkan ke pembuluh nadi utama yang mulaimenurun (=aortadescendens) melalui saluran bemama ductus Botalli karena pam-pam belum berfungsi. Saluran ini juga harus menutup setelah lahir dan kegagalannya merupakan kemungkinan lain dari penyebab jantung bocor. Masih ada beberapa kelainan akibat kegagalan pertumbuhan yang dapat menyebabkan gejala 1antung bocor', tetapi tidak dibicarakan di sini. Karena darah yang dialirkan lewat saluran ini berasal dari bilik kanan jantung, darah yang dialirkan ke tubuh itu sudah tercampur dengan sisa pembakaran tubuh yang akan diangkut ke placenta. Dengan demikian, darah paling bersih atau paling baik dialirkan terutama ke otak bayi dalam kandungan: Menurut penelitian, seorang ibu akan selalu diambil zat makanannya oleh bayi dalam kandungan yang hidup seperti parasit. Bayi bam akan kekurangan makan untuk tumbuh jika ibu sudah benar-benar sangat kekurangan makan.Dengan kata lain, dalam kesusahan pun seorang ibu selalu mengorbankan diri untuk kepentingan anak yang dikandungnya. Setelah dilahirkan, sistem sirkulasi darah mulai tertutup. Tentu saja

proses penutupan lubang-Iubang yang disebut di atas tidak teIjadi lengkap dalam seketika, tetapi dalam waktu yang tidak terlalu lama juga. Kasus cacat bawaan jantung menurut statistik (Amerika, 1973)berkisar sekitar 6 kasus pada 1000kelahiran hidup dan 2%dari bayi yang meninggal sebelum dilahirkan. Jantung manusia terdapat di dalam rongga dada (= thorax), terbaring miring di atas sekat rongga badan (= diafragma) dalam 54 keadaan terbungkus oleh selaput yang dinamakan perikardium (=pericardium). Bagian jantung yang terbaring di atas diafragma adalah bilik kanan, sedangkan bilik kiri terdapat di bagian atasnya. Pembuluh balik dari perut (= inferior vena cava) segera bermuara pada serambi kanan setelah ia mencapai rongga dada bersama dengan pembuluh balik besar yang datang membawa darah dari kepala, leher, dan anggota gerak atas (= superior vena cava). Perikardium yang menutup jantung terdiri dari dua lapisan, yang dalam melekat pada otot jantung disebut pericardium viscerale dan yang luar pericardium parietale. Pericardium parietale mempunyai persarafan sadar sehingga pada keadaan terkena radang penderita akan merasa sakit di dada. Rasa nyeri ini biasanya bersnat menusuk dan tidak sama dengan nyeri dada akibat gangguan pembuluh koroner yang disertai sesak napas. Pada anak kecil, melalui foto rontgen dapat terlihat ukuran jantung mencapai separuh lebar dada atau sedikit lebih. Ukuran itu, dengan memperhatikan gejala atau keluhan penyakit, masih dapat dinilai normal. Akan tetapi, gambaran yang serupa Qebih dari setengah lebar dada) pada orang dewasa selalu dinilai tidak normal. Darah yang telah mencapai serambi kanan dialirkan ke bilik kanan (= right ventricle) melalui katup berdaun tiga (= tricusPidal valve). Bilik kanan jantung mempunyai dinding yang relatif lebih tipis dibanding bilik kiri karena darah yang dipompa dari sini ebih kecil tekanannya. Darah tersebut dipompa melewati katup lain yang juga berdaun tiga (= semi-lunar valve) ke pembuluh nadi pam (=pulmonal artery). Bilik kanan dan bilik kiri jantung dipisahkan oleh sekat (= interventricularseptum) yang terdiri dari bagian yang berbentuk membran dan bagian yang berupa otot Pada sekat ini dapat teIjadi kegagalan penyatuan kedua bagian itu sehingga meninggalkan cacat lahir berupa ventricular septal defect (= VSD). VSD ini relatif 55\ kurang berbahaya, tetapi dengan peljalanan usia penderita dapat akibat adanya lubang itu bilik kanan harus memompa lebih kuat dari biasa. Setelah melalui beberapa tingkat percabangan, pembuluh darah pam itu menjadi arteriole dan kapiler. Pembuluh kapiler terletak menempel pada alveoluspam dan melakukan pertukaran gas. Gas C02 dikeluarkan ke pam-pam dan 02 diserap masuk ke dalam darah diikat dalam haemoglobin. Selanjutnya, darah dialirkan melalui pembuluh balik pam-pam ke serambi kiri (= left atrium). Jantung kiri menerima darah bersih yang rendah kadar C02' tetapi kaya 02 dan kaya bahan makanan dari pembuluh balik pam (=pulmonal vein)yang bermuara di serambi kin (=left atrium). Dari sana darah dialirkan melalui katup berdaun dua (= katup mitral) ke bilik kiri (= left ventricle). hri salah satu katup yang sering mengalami penebalan sehingga menimbulkan kebocoran atau sulit membuka pada penderita rematik jantung. Pada penderita ini bisa teljadi penebalan sehingga katup sukar bergerak. sempuma (= mitral stenosis atau mitral insufficiency). Kejadian itu pada katup tricuspidallebih sedikit Oleh bilik kiri darah dipompa keluar melalui pembuluh nadi utama (= aorta) melalui katup berdaun tiga (= semilunar aortic valve).Jantung memompa darah dengan frekuensi

sesuai dengan denyut nadi. Segera setelah bilik kin memompa sehingga volumenya mengecil, teljadi proses relaksasi yang mengembalikan volume bilik itu ke ukuran semula. Pada proses terakhir inilah teljadi pemasukan darah dari serambi kiri yang seakan tersedot masuk bilik kiri. Bersamaan dengan itu, darah yang dipompa ke pembuluh nadi juga akan membalik karena kehilangan tenaga pendorong. ada saat itu sebagian darah akan masuk ke pangkal a.coronaria yang berjumlahlah dua di pangkal aorta. 56 A.coronaria terdiri dari arteri sebelah kiri dan kanan, masingmasing dapat ditemukan di dekat bagian sekat pemisah bilik jantung kiri-kanan. Pembuluh kiri terletak di sebelah depan dan yang kanan di permukaan belakang dekat sekat rongga badan (= diafragma). Seperti arteri di otak dan berbeda dengan pembuluh nadi yang lain, a.coronaria adalah pembuluh darah yang setiap cabangnya tak mempunyai hubungan dengan cabang yang lain. Oleh karena itu, jika salah satu cabang tersumbat maka bagian yang diurusnya tidak akan menerima darah dari cabang lain. Sebagai akibatnya, penyumbatan pada salah satu cabang a.coronaria dapat menyebabkan matinya otot jantung yang diurusnya. Sebagai akibatnya, jantung akan rusak atau mengalami kebocoran karena bagian yang rusak pecah. Penderitanya akan meninggal dengan diagnosis yang sehari-hari dikenal sebagai 'mati karena serangan jantun(= cardiac sudden death). Penyumbatan a.coronariaini dapat diperiksa dengan kateter yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah lewat a.femoralis (= pembuluh nadi paha) di pangkal paha. Pembuluh darah yang menyempit dan berisiko untuk tersumbat dapat dilebarkan dengan 'balooning' atau diganti dengan pembuluh darah lain yang diambil dari tubuh bagian lain (= transplantasi). Pada penderita dengan penyempitan yang sangat ringan sering didapatkan gejala yang dinamakan angina pectoris. Penderita merasa sakit dada dan sesak napas sesudah melakukan suatu olahraga atau lelah karena betjalan cukup jauh. Gejala ini dapat diatasi dengan tablet Cedocard atau obat lain yang sejenis yang diletakkan di bawah lidah, atau cukup dengan istirahat tanpa obat Proses pemompaan darah menghasilkan tekanan darah sistolik yang biasanya berkisar pada 100-120 mmHg; dan proses membaliknya darah dan menutupnya katup aorta menimbulkan gambaran tekanan diastolik yang biasanya berkisar antara 70-57 80 nnnHg. Perlu diperhatikan bahwa tekanan ini tidak hams mudak D~~! ! I~~~i, I~' i ~~I~.~! ;III!II 140 mmHg atau lebih dan diastolik 90 mmHg atau lebih sudah dianggap perlu mendapat pengobatan. Yang bersangkutan sudah mulai masukkategoripengidap penyakitdarah tinggi(=hypertenst). Pada pemeriksaan dengan stetoskop seorang dokter menilai bunyi jantung yang ditimbulkan oleh akibat pemompaan dan penutupan katup. Katup yang tidak menutup sempurna akan menimbulkan suara khas. frekuensi pemompaan ditentukan oleh denyut jantung yang diatur oleh jantung sendiri. Pengaturan itu dilaksanakan melalui suatu nodus di dinding serambi kanan, sino-auricular atau SAnode, dan sebuah lagi antara serambi dan bilik di garis tengah, atrio-ventricularatau AV-node. Saraf yang mengatur jantung berasal dari batang otak. ltu sebabnya kerusakan batang otak dapat mematikan penderitanya karena menyebabkan kerusakan pusat jantung. Rangsanganditeruskanmelalui sarafvagus (=vagusnerve) yang berposisi di bagian sisi leher menuju dada. Saraf ini merangsang SA-node, lalu diteruskan melalui dinding serambi kirikanan menuju AVnode utuk selanjutnya diteruskan ke sistem listrik jantung pada 'bundle of His' dan sel-selpenerus listrik yang terdapat di sekat pemisah bilik kiri kanan. Setelah, itu seluruh otot jantung dipenuhi impuls listrik dan berkontraksi. Prinsip dasar aliran listrik ini dipergunakan sebagai prinsip pemeriksaan jantung dengan EKG (= elektrokardiografi). Memperhatikan posisi saraf vagus, seseorang hams berhatihati tidak sembarang memukulleher orang lain karena pemukulan itu dapat merangsang saraf itu dan akibatnya jantung akan

berhenti mendadak (= cardiac arrest).Pada keadaan demikian, penderita mungkin bisa tertolong dengan menggunakan electroshockdengan voltase sekitar 200-400 volts. Karena kemampuan SA-node dan AV-node untuk menghadirkan aliran listrik sendiri, kadang-kadang oleh ulah salah satu daripadanya teIjadi denyut jantung yang tidak nonnal. Pada keadaan nonnal denyut jantung berkisar pada 60-80 denyut per menit. Para olahragawan biasanya mempunyai denyut yang rendah, tetapi bila kurang dari 60 denyut per menit dianggap kurang nonnal (= bradycardia). Denyut nadi bisa menjadi cepat karena macam-macam sebab, tetapi jarang sekali ada penyebab yang bisa menurunkan denyut jantung. Ketegangan emosi, kelelahan, kurang tidur, dan sebab lain dapat mempercepat denyut nadi sehingga harus berhati-hati mengatakan denyut nadi yang cepat sebagai keadaan yang tidak nonnal. Frekuensi denyut jantung yang menetap melebihi 100 denyut per menit bias a dianggap tidak nonnal, dinamakan takikardia (= tachycardia). Kadang-kadang ditemukan jantung yang ritme kontraksi atau denyutnya tidak rata setiap saat. Yang bersangkutan kadangkadang merasa jantungnya secara periodik seperti berdegup kuat dan nonnal di waktu lain. Kelainan ini mungkin disebabkan gangguanyang teIjadipada SA-nodeatauAV-node (= extra-systole, arrhythmia); tetapi bisa juga disebabkan oleh minum kopi atau obat perangsang yang terlalu kuat. Obat asma bisa juga menimbulkan gejala ini.Jika gejala itu berlangsung terns dan sering, sebaiknya penderita memeriksakan dirinya dengan teliti. Kadang-kadang denyut atau kontraksi jantung hanya berbentuk getaran saja (=fibrilasz) yang tidak bisa tubuh. Yang paling banyak membutuhkan darah dalam waktu singkat adalah otak dan ginjal. Dalam satu menit sekitar 20%darah mengalir di masingmasing organ itu. Otak karena membutuhka oksigen dan ginjal karena berfungsi untuk membersihkan darah Istilah 'arteri' digunakan untuk pembuluh darah yang mengantar darah menjauhi jantung dan 'vena' untuk pembuluh yang membawa darah kembali ke jantung. Istilah ini tidak mempunyai hubungan dengan kualitas dan komposisi darah. Darah yang mengalir akan mencapai usus. Usus halus yang menerima penyerapan makanan mempunyai panjang sekitar 4- 6 meter dan seluruh bagian itu harns dialiri darah yang akan menerima zat makanan. Darah yang sudah terisi zat makanan selanjutnya dialirkan ke hati melalui vena porta (= portal vein) untuk diolah lebih lanjut. Bahan makanan berupa lemak diserap dan diteruskan ke pembuluh chyle yang berhubungan dengan darah setelah melalui thoracic duct. Selain venaporta yang menuju hati, ada lagi a.hepatica(= hepatic artery) yang mengurus kebutuhan hati. Di dalam jaringan hati darah dari kedua pembuluh bercampur di rongga yang ada (= sinusoid). Zat makanan mengalami metabolisme di hati, sebagian jenis obat juga akan dihancurkan atau diolah di hati. ltu sebabnya, obat yang salah atau makanan yang kurang sehat mudah merusak hati. Dari hati darah dialirkan kembali ke serambi kanan jantung dengan membawa serta zat makanan (antara lain glukosafgula untuk energi) dan obat yang telah lolos dari hati, melalui v.hepatica yang bermuara pada v.cava inferior. Sebagian darah dari aorta dialirkan ke limpa (= spleen)yang letaknya di perut bagian belakang di sudut kin bagian dalam. Di dalam limpa darah juga mengisi rongga sehingga jika organ ini pecah perdarahan sukar diatasi. Di dalam limpa diproduksi sel darah putih yang akan mengisi darah. Limpa terletak tersembunyi dan aman dari kemungkinan terkena pukulan, tetapi pada penderita penyakit malaria organ ini bisa membesar sehingga memenuhi rongga perut Karena posisinya, hati dan limpa bisa terluka jika seseorang terkena bantingan pegangan pintu

yang keras atau disikut dengan keras ketika betjalan berdampingan. Di daerah pinggang darah dari aorta dialirkan melalui a.renalis ke ginjal kiri kanan, lalu di panggul bercabang menjadi dua a.iliaca externa yang masing-masing menuju tungkai kiri kanan. Selain itu, dari cabang kiri dan kanan akan dipercabangkan juga pembuluh darah yang mengurus organ di panggul, tennasuk organ atau alat reproduksi (a.testicularispada pria dan a.ovaricapada wanita). Darah dialirkan ke kepala lewat pembuluh darah yang terletak di lubang pada ruas tulang leher dan cabang lain di bagian pinggir leher bersama saraf vagus. Pada salah satu cabang yang akan mengurus otak didapatkan pelebaran yang mengandung reseptor yang memeriksa tekanan darah yang akan mengalir ke otak. Jika tekanan terlalu rendah sehingga aliran ke otak akan terganggu, akan diteruskan infonnasi ke batang otak sehingga saraf vagus akan menambah rangsangan ke jantung. Retleks yang serupa akan tetjadi pada saat bagian otak mengalami gangguan aliran darah pada penderita stroke. Sebagai akibatnya, tanpa memperhatikan penyebabnya pada penderita stroke biasanya ditemukan tekanan darah yang tinggi. T ekanan darah yang tinggi itu belum tentu merupakan penyebab serangan stroke pada penderita ini. Kadang-kadang gejala kelumpuhan separuh badan yang mirip stroke hanya berlangsung selama suatu periode yang singkat antara satu sampai tigajam. Setelah itu, penderita terlihat nonnal kembali tanpa menunjukkan gejala kelumpuhan. Kelainan ini dinamakan suatu 'transient ischaemicattack'( = TIA) atau gangguan kekurangan darah otak yang bersifat sementara akibat tetjadinya penyempitan (kontriksi) suatu cabang pembuluh darah di otak yang bersifat sementara pula. Pada orang yang bersangkutan serangan itu dapat terulang dengan selang waktu yang tidak dapat diramalkan, tetapi dapatjuga berlanjutdengansuatuseranganstrokeyangsebenarnya. Sesudah makan, biasanya pembuluh darah di dalarn rongga Pada saat yang sarna, pembuluh darah di otak biasanya menerima lebih sedikit aliran darah. Sebagai akibat kekurangan darah itu seseorang akan merasa mengantuk sesudah makan besar. Darah dialirkan ke lengan melalui a.axillaris di ketiak dan pembuluh (= a.brachialis) yang terdapat di bagian dalarn lengan di bawah m.bicepsdan selanjutnya akan terdapat di sebelah otot itu ketika mencapai siku. Lokasi ini sering dipergunakan untuk penempatan stetoskop untuk mengukur tekanan darah. Lokasi lain untuk memeriksa tekanan darah adalah di pembuluh nadi (a.radialis) di atas tulang radius dekat ibujari. Tetapi, di tempat ini pengukuran hanya dilakukan dengan perabaan dan hanya dapat mengukur tekanan sistolik. Pengukuran dengan stetoskop di dekat siku dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik. Dari pembuluh nadi arteri darah dialirkan ke pembuluh kedl atau arteriol dan selanjutnya ke pembuluh kapiler. Pada suatu ketika tidak semua pembuluh kapiler tubuh berada dalarn keadaan terbuka, tetapi sebagian tertutup sesuai kebutuhan. Bila suatu bagian tubuh membutuhkan aliran kapiler maka di tempat itu kapiler akan membuka atau mengalami dilatasi. Pelebaran kapiler ini bersifat pasif dan diakibatkan oleh pelebaran arteriol yang mengurusnya. Arteriole mempunyai kemarnpuan melebar atau menutup secara aktif karena di dindingnya terdapat otot yang bekeIja untuk itu. Di dinding kapiler tidak ada otot seperti itu. Pada pembuluh kapiler darah mengalami kontak dengan jaringan sel tubuh dan melakukan pertukaran gas serta zat lain. Dari kapiler darah dialirkan ke venule dan vena. Darah yang dialirkan ke kepala, tubuh, tungkai, dan lengan selanjutnya akan dialirkan kembali ke arah jantung melalui pembuluh balik atau vena. Aliran ini bersifat pasif dengan me- manfaatkan sisa dorongan darah dari arteri yang telah melewati kapiler ditambah daya 'isap' sebagai akibat perubahan volume

rongga dada seirama dengan pemapasan. Aliran ini dapat dibantu oleh kontraksi otot sekeliling pembuluh vena yang bersangkutan. Sifat ini dipergunakan untuk mencegah teIjadinya penggumpalan darah pada seseorang yang duduk untuk waktu sangat lama seperti penumpang pesawat peIjalanan jauh. Untuk mengurangi risiko penggumpalan darah, para penumpang

2.C SISTEM SIRKULASI PERIFER


sistem sirkulasi memegang peranan penting dalam homeostatis tubuh kita.Gaya hidup yang tidak sehat sangat berpengaruh pada timbulnya komplikasi dari sistem sirkulasi darah kita, sehingga terkadang kita lupa akan seberapa pentingnya kesehatan dalam hidup kita. Gaya hidup, rutinitas, konsumsi makanan, timbunan plak dan lemak pada dinding pembuluh darah akan turut mempengaruhi sistem aliran tubuh kita, termasuk lemah yang menyebabkan aliran darah tidak lancar. Untuk mengatasinya, pola makan yang seimbang perlu dijaga, berhenti merokok dan olahraga teratur, serta mengonsumsi suplemen herbal.

"Sirkulasi darah yang baik dihasilkan oleh kerja sama antara jantung, darah, komponen-komponennya, serta pembuluh darah itu sendiri. Jika terjadi gangguan pada salah satu komponen itu, sirkulasi darah akan terganggu. Akibatnya, suplai darah tidak mencukupi kebutuhan hingga dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, dan gangguan fungsi organ tubuh lain. "Untuk itu, peredaran darah yang lancar sangat penting bagi kesehatan kita. Sirkulasi darah yang baik merupakan faktor sangat penting untuk menghindari risiko penyakit serius seperti gangguan sirkulasi darah otak atau stroke. Gejalanya antara lain pusing, nyeri seperti ditusuk-tusuk dan lemas. Sebab, darah membawa nutrisi, oksigen, dan unsur lain. obat herbal berkhasiat untuk memperlancar peredaran darah tanpa ada efek samping. "Obat herbal yang berkhasiat harus aman digunakan dan tidak menimbulkan toksisitas," ujarnya. oleh karena itu sistem sirkulasi memegang peranan penting dalam homeostatis tubuh kita dalam sistem transportasi. Jantung memiliki peranan penting dalam penyediaan oksigen untuk seluruh tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Organ ini melaksanakan fungsinya dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida. Jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh. Dengan demikian jantung bertugas menjaga sirkulasi darah. Salah satu aspek yang penting dalam pengaturan sirkulasi darah adalah tekanan darah.

Ketidaknormalan tekanan darah dikelompokkan menjadi dua, yaitu hipertensi dan hipotensi. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Keadaan itu terjadi jika tekanan darah pada arteri utama didalam tubuh terlalu tinggi. Sedangkan hipotensi adalah keadaan dimana tekanan darah menurun secara abnormal.

Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah

juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat seseorang yang memeriksa tekanan darah dengan menggunakan alat yang sering disebut tensimeter. Dari pengukuran tekanan darah ini kemudian didapatkan hasil, misalnya 120/80 mmHg yaitu tekanan darah sitole per diastole. Naik turunnya gelembung tekanan darah seirama dengan pemompaan jantung untuk mengalirkan darah di pembuluh arteri. Tekanan darah memuncak pada saat jantung memompa, ini dinamakan systole:, dan menurun sampai pada tekanan terendah yaitu saat jantung tidak memompa (relaxes) ini disebut Diastole Kemudian timbul pertanyaan dalam benak kita bagaimana cara menentukan angka-angka tersebut, atau adakah hal yang memepengaruhi sehingga tekanan darah setiap orang berbeda-beda dan bagaimana pengaruhnya terhadap keadaan fisiologis seseorang.

DARAH Darah merupakan bagian tubuh kita yang sangat penting untuk mempertahankan hidup . darah terdiri dari bagian cair dan bagian padat, bagian cair berupa Plasma Darah dan Serum. Sedangkan bagian padatnya Sel darah merah [ Eristrosit ] , Sel Darah Putih [ Leukosit ] , dan keeping darah [ Trombosit ] Sifat dan Fungsi bagian dalam darah 1. Plasma Darah Sifat : Berwarna jernih kekuningan mengandung Fibrinogen zat yang membantu proses pembekuan darah Kandungan : 95 % berupa air , sisanya zat terlarut termasuk garam Fungsinya : mengangkut sari makanan , Vitamin mineral, hormone, dan menjaga keseimbangan cairan tubuh 2. Sel darah Putih Sifat : Tidak berwarna dan tidak memiliki bentuk tetap Funsinya : Melawan Penyakit 3. Sel darah Merah Sifat : bentuknya cekung bulat pipih tidak ber inti lebih banyak dari sel darah Putih [ Leukocit ] Fungsinya : Mengikat Oxigen [ O2 ] ,karena mengandung Hemoglobin yang di dalamnya terdapat zat besi untuk mengikat O2 4. Keping Darah Sifat : tidak ber inti, bentuknya tidak teratur Fungsinya : Membekukan darah bersama Fibrinogen apabila kita terluka Darah dapat dipindahkan ke tubuh orang lain yang membutuhkannya dengan jalan tranfusi darah , orang memberikan darah disebut Donor, orang yan menerima disebut dengan Resipien. Tranfusi darah tidak sekedar memasukan darah , tetapi harus diketaui golongan darah penerima dan yang memberi . perhatikan table berikut :

Golongan Darah Dapat di tranfusikan ke A A dan B B B dan AB AB AB O A, B, AB, dan O Penggolongan darah diatas didasarkan atas peneman Dr. Karl Lansdsteiner, seorang ahli Imunologi kelahiran Austria [ 1868 1943 ] dan Henri Donath pencetus berdirinya palang merah international .

Sirkulasi Sistemik Sirkulasi sistemik dapat dibagi menjadi lima : a. Arteri Dinding aorta dan arteri besar mengandung banyak jaringan elastis dan sebagian otot polos. Jaringan arteria ini terisi sekitar 15% dari volume total darah. Karena itu sistem arteria dianggap sebagai sirkuit yang rendah volumenya tetapi tinggi tekanannya. Karena sifat dan tekanan ini maka cabang-cabang arteri disebut sirkuit resistensi. b. Arteriola Dinding arteriola terdiri dari otot polos dengan sedikit serabut elastis yang sangat peka dan dapat berdilatasi atau berkontraksi untuk mengatur aliran darah ke jaringan kapiler. Arteriola menjadi tempat resistensi utama aliran darah dari seluruh percabangan arteria. Akibatnya tekanan pada kapiler akan turun mendadak dan aliran berubah dari berdenyut menjadi aliran tenang, sehingga memudahkan pertukaran nutrient pada tingkat kapiler. Pada persambungan antara arteriola dan kapiler terdapat sfingter prekapiler yang berada di bawah pengaturan fisiologis yang cukup rumit. c. Kapiler Dinding pembuluh kapiler sangat tipis, terdiri dari satu lapis sel endotel. Melalui membran yang tipis dan semipermeabel inilah nutrisi dan metabolit berdifusi dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasinya rendah. d. Venula Venula berfungsi sebagai saluran pengumpul dengan dinding otot yang relative lemah namun peka. Pada pertemuan antara kapiler dan venula terdapat sfingter postkapiler. e. Vena Vena adalah saluran yang berdinding relative tipis dan berfungsi menyalurkan darah dari jaringan kapiler melalui sistem vena, masuk ke atrium kanan. Pembuluh vena dapat menampung darah dalam jumlah banyak dengan tekanan relatif rendah. Karena sifat aliran vena yang bertekanan rendah-bervolume tinggi, maka sistem vena disebut sistem kapasitas.. kira-kira 65% dari volume darah terdapat dalam sistem vena. Dalam keadaan normal, darah yang miskin akan o2 dan penuh dengan co2 dari seluruh tubuh akan dibawa masuk kejantung melalui vena cava superior dari ekstrimitas atas dan vena cava inferior dari ekstrimitas bawah. Darah akan dibawa masuk ke atrium kanan bersamaan dengan darah arteri pulmonaris yang berasal dari pulmo. Lalu darah akan dialirkan ke ventrikel masing deng melalui katup trikuspidal dan bikuspid dan mengalami peregang dan berkontraksi untuk memopa darah. Ventrikel kanan bertugas memompa darah dari

katup semilunaris pulmonaris melalui vena pulmonaris ke pulmo untuk pertukaran udara sedangkan ventrikel kanan yang kana berfungsi memompakan darah yang kaya akan oksigen ke seluruh bagian tubuh yang membutuhkan.

Aliran Darah ke Perifer a. Prinsip Aliran Darah Aliran darah tergantung : 1) Tekanan pendorong darah. Semakin gradient tekanan, semakin besar alirannya. Tekanan arteri rata-rata 100mmHg. Tekanan kapiler rata-rata 25mmHg. Tekanan pada ujung vena atau atrium kanan hampir 0mmHg. Jadi besar tekanan meurun secara progresif di seluruh area sirkulasi sistemik. 2) Resistensi terhadap aliran. Resistensi merupakan penentu aliran darah yang kedua, terutama ditentukan oleh radius pembuluh darah. Viskositas dan panjang pembuluh darah dapat mengubah besar resistensi terhadap aliran, tapi biasanya tidak begitu berarti. Resistensi terutama peka terhadap perubahan lumenpembuluh darah.

Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh sirkulasi darah pada dinding pembuluh darah, dan merupakan salah satu tanda-tanda vital utama. Pada setiap detak jantung, tekanan darah bervariasi antara tekanan maksimum (sistolik) dan minimum (diastolik). Tekanan darah dikarenakan oleh pemompaan jantung dan resistensi pembuluh darah, berkurang sebagai sirkulasi darah menjauh dari jantung melalui arteri. Tekanan darah memiliki penurunan terbesar dalam arteri kecil dan arteriol, dan terus menurun ketika bergerak melalui darah kapiler dan kembali ke jantung melalui pembuluh darah. Gravitasi, katup dalam pembuluh darah, dan memompa dari rangka kontraksi otot, adalah beberapa pengaruh lain pada tekanan darah di berbagai tempat di dalam tubuh. 1. Tekanan darah dinilai dalam dua hal, sebuah tekanan tinggi sistolik yang menandakan kontraksi maksimal jantung dan tekanan rendah diastolik atau tekanan istirahat. 2. Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut - 120 /80 mmHg. Nomor atas (120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan disebut tekanan sistole. Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastole. Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kanan, kecuali pada lengan tersebut terdapat cedera. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa. Saat yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat Anda istirahat dan dalam keadaan duduk atau berbaring. 3. Tidak ada nilai tekanan darah 'normal' yang tepat, namun dihitung berdasarkan rentang nilai berdasarkan

kondisi pasien. Tekanan darah amat dipengaruhi oleh kondisi saat itu, misalnya seorang pelari yang baru saja melakukan lari maraton, memiliki tekanan yang tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien tidak bekerja berat, tekanan darah normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi diukur pada nilai sistolik 140-160 mmHg. Tekanan darah rendah disebut hipotensi.

Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.

Bila tekanan darah diketahui lebih tinggi dari biasanya secara berkelanjutan, orang itu dikatakan mengalami masalah darah tinggi. Penderita darah tinggi mesti sekurang-kurangnya mempunyai tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat.

Tekanan yang diciptakan oleh kontraksi ventrikel adalah kekuatan pendorong untuk aliran darah melalui pembuluh dari sistem. Ketika darah meninggalkan ventrikel kiri, aorta dan arteri diperluas untuk mengakomodasi hal itu. Ketika ventrikel relaks dan menutup katup semilunar, dinding elastis arteri mundur, mendorong darah maju ke arteri yang lebih kecil dan arteriol. Dengan mempertahankan tekanan aliran darah selama ventrikel berelaksasi, arteri terus-menerus menghasilkan aliran darah melalui pembuluh darah. Sirkulasi arus di sisi arteri berdenyut, mencerminkan perubahan dalam tekanan arteri sepanjang siklus jantung. Ketika melewati arteriol, gelombang menghilang.

Dalam sirkulasi sistemik, tekanan darah tertinggi terletak pada arteri dan terendah di pembuluh darah kecil. Tekanan darah tertinggi di arteri dan jatuh terus seperti darah mengalir melalui sistem sirkulasi. Penurunan tekanan terjadi karena energi yang hilang akibat hambatan dari pembuluh darah. Resistensi terhadap aliran darah juga berasal dari gesekan antara sel-sel darah.

Dalam sirkulasi sistemik, tekanan tertinggi terjadi di dalam aorta dan mencerminkan tekanan diciptakan oleh ventrikel kiri. Tekanan aorta mencapai tinggi rata-rata 120 mm Hg selama sistol ventrikel, kemudian terus menurun dari 80 mm Hg selama diastol ventrikel. Perhatikan bahwa meskipun tekanan dalam ventrikel turun menjadi hampir 0 mm Hg sebagai ventrikel relaks, tekanan diastolik dalam arteri besar masih relatif tinggi. Tekanan diastolik yang tinggi dalam arteri mencerminkan kemampuan wadahnya untuk menangkap dan menyimpan energi dalam dinding elastis. Peningkatan tekanan yang cepat terjadi saat ventrikel kiri mendorong darah ke aorta dapat ditinggalkan sebagai denyut nadi, atau tekanan gelombang, diteruskan melalui arteri berisi cairan dari sistem kardiovaskular. Gelombang tekanan sekitar 10 kali lebih cepat dari darah itu sendiri.

Pengaruh Tekanan Darah Arteri Rata-Rata

Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong darah ke jaringan. Tekanan ini harus diatur secara ketat karena dua alasan. Pertama, tekanan tersebut harus tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup; tanpa tekanan ini, otak dan jaringan lain tidak akan menerima aliran yang adekuat seberapapun penyesuaian lokal mengenai resistensi arteriol ke organ-organ tersebut yang dilakukan. Kedua, tekanan tidak boleh terlalu tinggi, sehingga menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan resiko kerusakan pembuluh serta kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh halus. Mekanisme-mekanisme yang melibatkan integrasi berbagai komponen sistem sirkulasi dan sistem tubuh lain penting untuk mengatur tekanan darah arteri rata-rata ini. Dua penentu utama tekanan darah arteri ratarata adalah curah jantung dan resistensi perifer total.

Tekanan darah arteri rata-rata = curah jantung x resistensi perifer total

Pada gilirannya, sejumlah faktor menentukan curah jantung dan resistensi perifer total. Dengan demikian, kita dapat memahami kompleksitas pengaturan tekanan darah. Perubahan setiap faktor tersebut akan mengubah tekanan darah kecuali apabila terjadi perubahan kompensatorik pada variable lain sehingga tekanan darah konstan. Aliran darah ke suatu jaringan bergantung pada gaya dorong berupa tekanan darah arteri rata-rata dan derajat vasokonstriksi arteriol-arteriol jaringan tersebut. Dengan demikian, variable kardiovaskular harus terus-menerus diubah untuk mempertahankan tekanan darah yang konstan walaupun kebutuhan jaringan akan darah berubah-ubah.

Tekanan arteri rata-rata secara konstan dipantau oleh baroreseptor (sensor tekanan) di dalam sistem sirkulasi. Apabila reseptor mendeteksi adanya penyimpangan dari normal, akan dimulai serangkaian respons refleks untuk memulihkan tekanan arteri ke nilai normalnya. Penyesuaian jangka pendek (dalam beberapa detik) dilakukan dengan mengubah curah jantung dan resistensi perifer total, yang diperantarai oleh pengaruh sistem saraf otonom pada jantung, vena, dan arteriol. Penyesuaian jangka panjang (memerlukan waktu beberapa menit sampai hari) melibatkan penyesuaian volume darah total dengan memulihkan keseimbangan garam dan air melalui mekanisme yang mengatur pengeluaran urine dan rasa haus. Besarnya volume darah total, pada gilirannya, menimbulkan efek nyata pada curah jantung dan tekanan arteri ratarata.

Metode Auskultasi Tekanan darah arteri pada manusia secara rutin diukuk denganmetode auskultasi. Suatu manset yang dapat dipompa dihubungkan pada manometer air raksa kemudian dililitkan disekitar lengan dan stetoskop diletakkan diatas arteri brakialis pada siku. Manset secaratepat dipompa sampai tekanan didalamnya diatas tekanan sistolik yang diharapkan dalam arteri brakialis. Arteri dioklusi oleh manset dan tidak ada suara terdengar oleh stetoskop. Kemudian tekanan dalam manset diturunkan secara perlahan-lahan. Pada titik tekana sistolik dalam arteri dapat melampaui tekanan manset, semburan darah melewatinya pada tiap denyut jantung dan secara sinkron dengan tiap denyut, bunyi detakan didengar dibawah manset.

Metode Palpasi Tekanan sistolik dapat ditentukan dengan memompa manset lengan dan kemudian mebiarkan tekanan turun dan tentukan tekanan pada saat denyut radialis pertama kali teraba. Oleh karena kesukaran dalam menetukan secara pasti kapan denyut pertama teraba, tekanan yang diperoleh dengan metode palpasi biasanya 2-5 mm Hg lebih rendah dibandingkan dengan yang diukur menggunakan metode auskultasi. Adalah bijaksana melakukan kebiasaan meraba denyut nadi radialis ketika memompa manset selama pengukuran tekanan darah dengan metode auskultasi. Bila tekanan manset diturunkan, bunyi Korotkoff kadang-kadang menghilang pada tekanan diatas tekanan diastolic, kemudian muncul lagi pada tekanan yang lebih rendah. Bila manset dimulai untuk dipompa sampai denyut radialismenghilang, pemeriksa dapat yakin bahwa tekanan manset diatas tekanan sistolik dan nilai tekanan rendah palsu dapat dihindari.5

Metode Oscillometric Metode Oscillometric pertama kali ditunjukkan pada tahun 1876 dan melibatkan pengamatan osilasi dalam tekanan manset sphygmomanometer yang disebabkan oleh aliran darah osilasi, yaitu pulsa. Versi elektronik dari metode ini kadang-kadang digunakan dalam lama jangka pengukuran dan praktik umum. Metode ini menggunakan manset sphygmomanometer seperti metode auscultatory, tapi dengan sensor tekanan elektronik (transducer) untuk mengamati osilasi tekanan manset, elektronik untuk menafsirkannya secara otomatis, dan otomatis inflasi dan deflasi manset. Sensor tekanan harus dikalibrasi secara berkala untuk menjaga akurasi. Pengukuran oscillometric memerlukan keterampilan teknik lebih sedikit daripada auscultatory, dan mungkin cocok untuk digunakan oleh staf terlatih dan untuk pemantauan di rumah pasien secara otomatis. Pada awalnya tekanan manset ini mengembang melebihi tekanan arteri sistolik, dan kemudian mengurangi tekanan diastolik selama sekitar 30 detik. Ketika aliran darah adalah nol (tekanan manset melebihi tekanan sistolik) atau tanpa hambatan (tekanan manset di bawah tekanan diastolik), tekanan manset akan konstan. Kebenaran ukuran manset sangat penting karena ukuran manset yang kecil/sempit dapat menghasilkan tekanan yang terlalu tinggi, sedangkan ukuran manset yang besar/longgar dapat menghasilkan tekanan yang terlalu rendah. Ketika aliran darah hadir, tetapi dibatasi, tekanan manset, yang dipantau oleh sensor tekanan, akan bervariasi secara berkala selaras dengan siklus ekspansi dan kontraksi arteri brakialis, yaitu, akan terombang-ambing. Kemudian nilai-nilai sistolik dan tekanan diastolik dihitung, sebenarnya tidak diukur dari data mentah, tetapi menggunakan algoritma, lalu hasil yang telah dihitung akan ditampilkan.

Oscillometric monitor bisa menghasilkan pembacaan yang tidak akurat pada pasien dengan masalah jantung dan sirkulasi, yang meliputi arteri sklerosis, aritmia, pre-eklampsia, pulsus alternans, dan pulsus paradoxus. Dalam praktiknya, metode yang berbeda tidak memberikan hasil identik;algoritma dan koefisien yang diperoleh secara eksperimental digunakan untuk menyesuaikan hasil oscillometric untuk memberikan bacaan yang sesuai dengan hasil auscultatory sebaikbaiknya. Beberapa peralatan komputer menggunakan analisis dibantu sesaat gelombang tekanan arteri untuk menentukan sistolik, berarti, dan diastolik poin. Karena banyak perangkat oscillometric belum

divalidasi, kehatihatian harus diberikan karena kebanyakan tidak cocok dalam klinis dan pengaturan perawatan akut.

Tekanan darah meningkat karena: Jenis kelamin pasien Latihan fisik Makan Stimulan (zat-zat yang mempercepat fungsi tubuh) Stress emosional seperti marah, takut, dan aktivitas seksual Kondisi penyakit seperti arteriosklorosis (penebalan arteri) Faktor hereditas Nyeri Obesitas Usia Kondisi pembuluh darah 6 Tekanan darah menurun karena: Puasa (tidak makan) Istirahat Depresan (obat-obatan yang menghambat fungsi tubuh) Kehilangan berat badan Emosi (seperti berduka) Kondisi abnormal seperti hemoragi (kehilangan darah) atau syok

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembacaan tekanan darah, yaitu: Usia Tidur Berat badan Emosi Hereditas Jenis kelamin Viskositas darah Kondisi pembuluh darah

Peralatan yang digunakan dalam mengukur tekanan darah adalah sfigmomanometer dan stetoskop. Sfigmomanometer (alat pengukur tekanan darah) terdiri atas:

1. Manset (tersedia dalam ukuran berbeda) yang sesuai dengan lengan pasien. Di dalam manset ini terdapat

kantong karet. Tombol pengendali tekanan dikaitkan dengan manset. Merupakan hal yang penting untuk menggunakan manset dengan ukuran yang tepat pada saat mengukur tekanan darah. Manset yang terlalu lebar atau terlalu sempit akan memberikan pembacaan yang tidak akurat. Lebar manset harus diukur mendekati dua pertiga diameter lengan pasien.

2. Dua selang. Satu selang dihubungkan dengan pengendali tekanan dan dengan kantong yang berada di bagian dalam manset. Selang yang lain dihubungkan dengan pengukur tekanan.

3. Pengukur tekanan, bias berupa cakram angka bulat pengukur aneroid atau kolom air raksa. Keduanya ditandai dengan angka-angka. Stetoskop, memperjelas bunyi, terdiri atas: 1. Bel atau diafragma 2. Selang yang membawa suara ke pendengar 3. Alat pendengar, yang mengarahkan suara ke telinga pendengar. Alat pendengar dan diafragma ini harus dibersihkan dengan antiseptik sebelumdan setelah digunakan untuk mencegah penularan penyakit. 6

Mengukur Tekanan Darah Tekanan darah biasanya diukur di lengan atas, pada arteri brakialis. Pembacaan tekanan darah yang diambil dari tempat lain harus dijelaskan. 1. Manset diletakkan dengan lembut di atas arteri brakialis (2 cm di atas area antekubital). 2. Bel stetoskop diletakkan diatas arteri brakialis. 3. Tekanan kemudian dinaikkan dengan memompa kantong karet dalam manset untuk menghentikan aliran darah melewati arteri. a. Tekanan kemudian dilepaskan dengan perlahan-lahan dan bunyi menutupnya katup jantung dapat didengar. Bunyi tersebut berhubungan dengan perubahahn tekanan dalam darah.

1. Tekanan darah diukur: a. Pada titik tertingginya sebagai tekanan sistolik. Berupa bunyi teratur pertama yang anda dengar. b. Pada titik terendahnya sebagai tekanan diastolik. Berupa perubahan bunyi atau bunyi terakhir yang anda dengar. c. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan nadi. Tekanan nadi memberikan informasi penting mengenai kesehatan arteri. Tekanan nadi rata-rata pada orang dewasa yang sehat adalah sekitar 40 mmHg. Tetapi, ada faktor-faktor kesehatan dan penyakit yang dapat menimbulkan gangguan pada tekanan nadi. Peningkatan volume darah atau frekuensi jantung atau penurunan kemampuan arteri untuk mengembang dapat menyebabkan peningkatan tekanan nadi.

1. Pembacaan tekanan darah dicatat seperti pecahan; contoh: sistolik/diatolik atau 130/92.

2. Nilai tekanan darah: a. Tekanan arteri brakialis orang dewasa pada saat istirahat rata-rata adalah antara 90-140 mmHg sistolik

dan antara 60-90 mmHg diastolik. b. Hipertensi (tekanan darah tinggi) adalah jika nilai sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan diastolik lebih besar dari 90 mmHg. c. Hipotensi (tekanan darah rendah) adalah jika nilai sistolik kurang dari 100 mmHg dan diastolik 60 mmHg. Mengukur tekanan darah dengan palpasi dan auskultasi

Cara palpasi: Hanya untuk mengukur tekanan sistolik. Manset tensimeter yang mengikat lengan dipompa dengan udara berangsur-angsur sampai denyut nadi pergelangan tangan tak teraba lagi. Kemudia tekanan didalam manset diturunkan. Amati tekanan dalam tensi meter. Waktu denyut nadi teraba kembali, kita baca tekanan dalam tensi meter, tekanan ini adalah tekanan sistolik.

Cara auskultasi: Manset tensimeter siikatkan pada lengan atas, stetoskop ditempatkan pada arteri brakhialis pada permukaan ventral siku agak ke bawah manset tensimeter. Sambil mendengarkan denyut nadi, tekanan dalam tensimeter dinaikkan dengan memompa sampai di tidak terdengar lagi. Kemudian tekanan di dalam tensimeter diturunkan pelan-pelan. Pada saat denyut nadi mulai terdengar kembali, kita baca tekanan yang tercantum dalam tensimeter, tekanan ini adalah tekanan sistolik. Suara denyutan nadi selanjutnya menjadi agak keras dan tetap terdengar sekeras itu sampai suatu saat denyutannya melemah atau menghilang sama sekali. Pada saat suara denyutan yang keras itu berubah menjadi lemah, kita baca lagi tekanan dalam tensimeter. Tekanan itu adalah tekanan diastolik. Tekanan darah diukur waktu klien berbaring. Pada penderita hipertensi perlu juga diukur tekanan darah waktu berdiri. Kadang- kadang dijumpai masa bisu (auscultatory gap) yakni suatu masa dimana denyut nadi tak terdengar waktu tekanan tensimeter diturunkan. Misalnya denyut pertama terdengar pada tekanan 220 mmHg, suara denyut nadi berikutnya baru terdengar pada tekanan 150 mmHg. Jadi ada masa bisu tekanan antara 220-150 mmHg. Gejala ini sering ditemukan pada penderita hipertensi dan sebabnya belum diketahui. Tekanan darah normal 100/60 140/90 mmHg. Bila tekanan darah diastol diatas 90 mmHg disebut hipertensi. Bila tekanan darah sistol diatas 150 mmHg pada usia di bawah 50 tahun disebut hipertensi. Tekanan darah sistol 160 170 mmHg pada usia diatas 50 tahun dianggap normal.

Denyut arteri di permukaan tubuh Pada penyumbatan lubang cabang-cabang aorta dan pada aneurysma aorta, denyut arteri dapat sitemukan pada permukaan tubuh. Stenosis aorta: menimbulkan sirkulasi kolateral, sehingga denyut teraba dipermukaan tubuh. Aneurysma aorta: arteri subklavia membesar dan berdenyut jelas di klavikula.

3.d Curah Jantung a. Definisi Curah jantung adalah volume darah yang dikeluarkan oleh kedua ventrikel per menit. Curah jantung terkadang disebut volume jantung per menit. Volumenya kurang lebih 5 L per menit pada laki-laki berukuran rata-rata dan kurang 20 % pada perempuan.

b. Perhitungan curah jantung Curah jantung = frekuensi jantung x isi sekuncup

c. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi curah jantung (1) aktivitas berat memperbesar curah jantung sampai 25 L per menit, pada atlit yang sedang berlatih mencapai 35 L per menit. Cadangan jantung adalah kemampuan jantung untuk memperbesar curahnya. (2) Aliran balik vena ke jantung. Jantung mampu menyesuaikan output dengan input-nya berdasarkan alasan berikut: (a) peningkatan aliran balik vena akan meningkatkan volume akhir diastolic (b) peningkatan volume diastolic akhir, akan mengembangkan serabut miokardial ventrikel (c) semakin banyak serabut oto jantung yang mengembang pada permulaan konstraksi (dalam batasan fisiologis), semakin banyak isi ventrikel, sehingga daya konstraksi semakin besar. Hal ini disebut hukum Frank-Starling tentang jantung. (3) Faktor yang mendukung aliran balik vena dan memperbesar curah jantung (a) pompa otot rangka. Vena muskular memiliki katup-katup, yang memungkinkan darah hanya mengalir menuju jantung dan mencegah aliran balik. Konstraksi otot-otot tungkai membantu mendorong darah kea rah jantung melawan gaya gravitasi. (b) Pernafasan. Selama inspirasi, peningkatan tekanan negative dalam rongga toraks menghisap udara ke dalam paru-paru dan darah vena ke atrium. (c) Reservoir vena. Di bawah stimulasi saraf simpatis, darah yang tersimpan dalam limpa, hati, dan pembuluh besar, kembali ke jantung saat curah jantung turun. (d) Gaya gravitasi di area atas jantung membantu aliran balik vena. (4) Faktor-faktor yang mengurangi aliran balik vena dan mempengaruhi curah jantung (a) perubahan posisi tubuh dari posisi telentang menjadi tegak, memindahkan darah dari sirkulasi pulmonary ke vena-vena tungkai. Peningkatan refleks pada frekuensi jantung dan tekanan darah dapat mengatasi pengurangan aliran balik vena. (b) Tekanan rendah abnormal pada vena (misalnya, akibat hemoragi dan volume darah rendah) mengakibatkan pengurangan aliran balik vena dan curah jantung. (c) Tekanan darah tinggi. Peningkatan tekanan darah aorta dan pulmonary memaksa ventrikel bekerja lebih keras untuk mengeluarkan darah melawan tahanan. Semakin besar tahanan yang harus dihadapi ventrikel yang bverkontraksi, semakin sedikit curah jantungnya. (5) Pengaruh tambahan pada curah jantung (a) Hormone medular adrenal.

Epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin meningkatkan frekuensi jantung dan daya kontraksi sehingga curah jantung meningkat. (b) Ion. Konstntrasi kalium, natrium, dan kalsium dalam darah serta cairan interstisial mempengaruhi frekuensi dan curah jantungnya. (c) Usia dan ukuran tubuh seseorang dapat mempengaruhi curah jantungnya. (d) Penyakit kardiovaskular. Beberapa contoh kelainan jantung, yang membuat kerja pompa jantung kurang efektif dan curah jantung berkurang, meliputi: (1) Aterosklerosis, penumpukan plak-plak dalam dinding pembuluh darah koroner, pada akhirnya akan mengakibatkan sumbatan aliran darah. (2) Penyakit jantung iskemik, supali darah ke miokardium tidak mencukupi, biasanya terjadi akibat aterosklerosis pada arteri koroner dan dapat menyebabkan gagal jantung. (3) Infark miokardial (serangan jantung), biasanya terjadi akibat suatu penurunan tiba-tiba pada suplai darah ke miokardium. (4) Penyakit katup jantung akan mengurangi curah darah jantung terutama saat melakukan aktivitas (Ethel, 2003: 236-237).

3. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT JANTUNG


Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan sosok penyakit yang sangat menakutkan dan masih menjadi masalah, baik di negara maju maupun berkembang Di belahan negara dunia, penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu pada orang Amerika dewasa. Setiap tahunnya, di Amerika Serikat 478000 orang meninggal karena penyakit jantung koroner, 1,5 juta orang mengalami serangan jantung, 407000 orang mengalami operasi peralihan, 300000 orang menjalani angioplasti. Di Eropa diperhitungkan 20.00040.-000 orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. Penyakit jantung, stroke, dan aterosklerosis merupakan penyakit yang mematikan. Di seluruh dunia, jumlah penderita penyakit ini terus bertambah. Ketiga kategori penyakit ini tidak lepas dari gaya hidup yang kurang sehat, yang banyak dilakukan seiring dengan berubahnya pola hidup. Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan Organisasi Federasi Jantung Sedunia (World Heart Federation) memprediksi penyakit jantung akan menjadi penyebab utama kematian di negara-negara Asia pada tahun 2010. Saat ini, sedikitnya 78% kematian global akibat penyakit jantung terjadi pada kalangan masyarakat miskin dan menengah. Berdasarkan kondisi itu, dalam keadaan ekonomi terpuruk maka upaya pencegahan merupakan hal terpenting untuk menurunkan penyakit kardiovaskuler pada 2010. Di negara berkembang dari tahun 1990 sampai 2020, angka kematian akibat penyakit jantung koroner akan meningkat 137 % pada laki-laki dan 120% pada wanita, sedangkan di negara maju peningkatannya lebih rendah yaitu 48% pada lakilaki dan 29% pada wanita. Di tahun 2020 diperkirakan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian 25 orang setiap tahunnya. Oleh karena itu, penyakit jantung koroner menjadi penyebab kematian dan kecacatan nomer satu di dunia.

Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beragam. Tentu saja mulai dari infeksi klasik dan modern, penyakit degeneratif serta penyakit psikososial yang menjadikan Indonesia saat ini yang menghadapi " threeple burden diseases". Namun tetap saja penyebab angka kematian terbesar adalah akibat penyakit jantung koroner "the silence killer". Tingginya angka kematian di Indonesia akibat penyakit jantung koroner (PJK) mencapai 26%. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRTN), dalam 10 tahun terakhir angka tersebut cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 1991, angka kematian akibat PJK adalah 16 %. kemudian di tahun 2001 angka tersebut melonjak menjadi 26,4 %. Angka kematian akibat PJK diperkirakan mencapai 53,5 per 100.000 penduduk di negara kita. Di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan laporan dari Rumah Sakit, kasus tertinggi Penyakit Jantung Koroner adalah di Kota Semarang yaitu sebesar 4.784 kasus (26,00%) dibanding dengan jumlah keseluruhan kasus Penyakit Jantung Koroner di kabupaten/kota lain di Jawa Tengah. Apabila dilihat berdasarkan jumlah kasus keseluruhan PTM lain di Kabupaten Klaten adalah 3,82%. Sedangkan kasus tertinggi kedua adalah Kabupaten Banyumas yaitu sebesar 2.004 kasus (10,89%) dan apabila dibanding dengan jumlah keseluruhan PTM lain di Kabupaten Banyumas adalah sebesar 9,87%. Kasus ini paling sedikit dijumpai di Kabupaten Tegal yaitu 2 kasus (0,01%). Sedangkan kabupaten Semarang dan Kabupaten Cilacap belum melaporkan. Rata-rata kasus Jantung Koroner di Jawa Tengah adalah 525,62 kasus. Beberapa hasil penelitian telah dilakukan terkait dengan penyakit jantung koroner dan factor-faktor yang berpengaruh. Salah satunya yaitu, penelitian tentang Pengembangan Model Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) pada Kelompok Pengambil Keputusan (Lanjutan ). Para pejabat pengambil keputusan di Indonesia adalah kelompok masyarakat penting karena kelompok inilah otak dari baik tidaknya situasi dan kondisi pembangunan. Namun, kelompok ini sering terpapar pada faktor risiko penyakit jantung koroner. Untuk mendapatkan suatu model dalam menurunkan faktor risiko tersebut di atas telah dilakukan suatu survei sehingga diperoleh data dasar mengenai keadaan (a). fisik(elektrokardiografik = EKG dan tekanan darah); (b). antropometrik (tinggi dan berat badan); (c). pemeriksaan darah terhadap kadar kolesterol, gula darah, asam urat; dan (d). paparan asap rokok. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa faktor risiko terhadap terjadinya penyakit jantung koroner yang paling mencolok ditunjukan oleh kadar kolesterol tinggi (70,4%) disusul oleh kegemukan (28,6%); kadar asam urat tinggi (27,7%) dan EKG tidak normal (21,4%). Data tentang kadar kolesterol darah tinggi, kegemukan, kadar asam urat darah tinggi dan EKG tidak normal digunakan sebagai data dasar untuk membuat model menurunkan faktor risiko terhadap terjadinya. (Ganda Siburian, 2001). 4. Definisi dan Patofisiologi 4.a JANTUNG KORONER Definisi Penyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada arteri koroner. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterion kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di sebabkan oleh akumulasi plaque

atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium. Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan supply oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria, gangguan aliran darah karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina preinfark) dan obstruksi permanen (miocard infarct) Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993. Patofisiologi Lapisan endotel pembuluh darah koroner yang normal akan mengalami kerusakan oleh adanya faktor risiko antara lain: faktor hemodinamik seperti hipertensi, zat-zat vasokonstriktor, mediator (sitokin) dari sel darah, asap rokok, diet aterogenik, penigkatan kadar gula darah, dan oxidasi dari LDL-C. Di antara faktor-faktor risiko PJK (lihat Tabel 1), diabetes melitus, hipertensi, hiperkolesterolemia, obesitas, merokok, dan kepribadian merupakan faktor-faktor penting yang harus diketahui. Kerusakan ini menyebabkan sel endotel menghasilkan cell adhesion molecule seperti sitokin (interleukin -1, (IL-1); tumor nekrosis faktor alfa, (TNFalpha)), kemokin (monocyte chemoattractant factor 1, (MCP-1; IL-8), dan growth factor (platelet derived growth factor, (PDGF); basic fibroblast growth factor, (bFGF). Sel inflamasi seperti monosit dan T-Limfosit masuk ke permukaan endotel dan migrasi dari endotelium ke sub endotel. Monosit kemudian berdiferensiasi menjadi makrofag dan mengambil LDL teroksidasi yang bersifat lebih atherogenik dibanding LDL. Makrofag ini kemudian membentuk sel busa. LDL teroksidasi menyebabkan kematian sel endotel dan menghasilkan respons inflamasi. Sebagai tambahan, terjadi respons dari angiotensin II, yang menyebabkan gangguan vasodilatasi, dan mencetuskan efek protrombik dengan melibatkan platelet dan faktor koagulasi. Akibat kerusakan endotel terjadi respons protektif dan terbentuk lesi fibrofatty dan fibrous, plak atherosklerosik, yang dipicu oleh inflamasi. Plak yang terjadi dapat menjadi tidak stabil (vulnerable) dan mengalami ruptur sehingga terjadi Sindroma Koroner Akut (SKA).

4.b Heart Failure Definisi Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadp oksigen dan nutrien. (Diane C. Baughman dan Jo Ann C. Hockley, 2000) Suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Braundwald ) Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen. Mekanisme yang mendasar tentang gagal jantung termasuk kerusakan sifat kontraktil dari jantung, yang mengarah pada curah jantung kurang dari normal. Kondisi umum yang mendasari termasuk aterosklerosis, hipertensi atrial, dan penyakit inflamasi atau degeneratif otot jantung. Sejumlah faktor sistemik dapat menunjang perkembangan dan keparahan dari

gagal jantung. Peningkatan laju metabolic ( misalnya ;demam, koma, tiroktoksikosis), hipoksia dan anemia membutuhkan suatu peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen.

Patofisiologi Jika terjadi gagal jantung , tubuh mengalami beberapa adaptasi baik pada jantung dan secara sistemik. Jika stroke volume kedua ventrikel berkurang oleh karena penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat., maka volume dan tekanan pada akhir diastolik dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Ini akan meningkatkan panjang serabut miokardium akhir diastolik, menimbulkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, terjadi dilatasi ventrikel . Cardiac output pada saat istirahat masih bisa baik tapi, tapi peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama /kronik akan dijalarkan ke kedua atrium dan sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau edema sistemik.penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan humoral. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena ; perubahan yang terkhir ini akan meningkatkan volume darah sentral.yang selanjutnya meningkatkan preload. Meskipun adaptasi adaptasi ini dirancang untuk meningkatkan cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh karena itu , takikardi dan peningkatan kontraktilitas miokardium dapat memacu terjadinya iskemia pada pasien pasien dengan penyakit arteri koroner sebelumnya dan peningkatan preload dapat memperburuk kongesti pulmoner. Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer ;adaptasi ini dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ organ vital, tetapi jika aktivasi ini sangat meningkatmalah akan menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Resitensi vaskuler perifer dapat juga merupakan determinan utama afterload ventrikel, sehingga aktivitas simpatis berlebihan dapat meningkatkan fungsi jantung itu sendiri. Salah satu efek penting penurunan cardiac output adalah penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi sodium dan cairan. Sitem rennin angiotensin aldosteron juga akan teraktivasi, menimbulkan peningkatan resitensi vaskuler perifer selanjutnta dan penigkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi sodium dan cairan. Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin dalam sirkulasi yang meningkat, yang juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan. Pada gagal jantung terjadi peningkatan peptida natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan atrium, yang menunjukan bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan vasodilator.

4.c Hipertensi Definisi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darahpersisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995 ) Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ). Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan

diastoliknya antara 95 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ). Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996). Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih. (Barbara Hearrison 1997)

Patofisiologi hipertensi Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, Bare, 2002). 5. FAKTOR RESIKO PENYAKIT JANTUNG

Beberapa faktor resiko penyakit jantung dapat dikendalikan, dan beberapa tidak dapat. Menurut Asosiasi Jantung Amerika, terdapat faktor-faktor utama yang dapat membawa anda terkena resiko penyakit pembuluh darah koroner atau serangan jantung. 1. Umur: Lebih dari 83% orang yang meninggal akibat penyakit jantung koroner adalah berusia 65 tahun

atau lebih. Wanita usia lanjut lebih besar kemungkinan meninggal akibat serangan jantung selama beberapa minggu dibandingkan pria lanjut usia. 2. Laki-laki: Laki-laki lebih besar mempunyai resiko terkena serangan jantung dibandingkan perempuan,

dan juga lebih awal terkena serangan. Bahkan setelah datang bulan, ketika tingkat kematian perempuan akibat serangan jantung sedang meningkat maka hal itu belumlah sebesar laki-laki. 3. Sejarah keluarga: Mereka yang orang tua atau saudara dekatnya pernah memiliki riwayat penyakit

jantung maka besar kemungkinan hal itu akan menurun. 4. Ras: Resiko penyakit jantung lebih besar diidap oleh orang dengan ras Afrika, Meksiko, Indian, Hawaii

dan beberapa ras Asia dibandingkan ras Kaukasia. 5. 6. Merokok: Merokok dapat meningkatkan resiko penciptaan penyakit jantung sebesar 2 sampai 4 kali. Kolesterol tinggi: Seiring meningkatnya kolesterol dalam darah, begitu pula resiko penyakit jantung

koroner juga meningkat. 7. Tekanan darah tinggi: Tekanan darah tinggi meningkatkan kerja jantung sehingga menyebabkan jantung

menebal dan menjadi lebih kaku. Hal ini dapat meningkatkan resiko terkena stroke, serangan jantung, gagal ginjal, dan gagal fungsi jantung. Ketika tekanan darah tinggi diidap oleh orang yang menderita kegemukan, merokok, kolesterol darah tinggi atau diabetes, maka resiko terkena stroke atau serangan jantung juga meningkat beberapa kali. 8. 9. Gaya hidup pasif: Tidak aktif bergerak adalah salah satu faktor resiko penyakit jantung koroner. Kelebihan berat badan: Orang yang mempunyai lemak tubuh berlebih - khususnya di daerah pinggang -

lebih besar kemungkinannya terkena penyakit jantung atau stroke meskipun mereka tidak punya faktor resiko lain. 10. Diabetes: Diabetes dapat meningkatkan resiko terkena penyakit kardiovaskular secara serius. Dari sekitar 75% orang yang meninggal akibat diabetes, beberapa diantaranya memiliki penyakit jantung atau penyumbatan pembuluh darah.

6. Manifestasi Penyakit jantung a. Gagal Jantung Tanda dominan : Meningkatnya volume intravaskuler Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat penurunan curah jantungManifestasi kongesti dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi .

Gagal jantung kiri :

Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri krn ventrikel kiri tak mampu memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu : o Dispnu Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran gas.Dapat terjadi ortopnu.Bebrapa pasien dapat mengalami ortopnu pda malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea ( PND) o Batuk o Mudah lelah Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolismeJuga terjadi karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk. o Kegelisahan dan kecemasan Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.

Gagal jantung kanan 1. Kongestif jaringan perifer dan viseral. 2. Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting, penambahan berat badan, 3. Hepatomegali. Dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar 4. Anorexia dan mual. Terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga abdomen. 5. Nokturia 6. Kelemahan.

b. Jantung Koroner 1. Nyeri dada (angina). Anda mungkin merasa tekanan atau sesak di dada, seolah-olah seseorang sedang berdiri di dada Anda. Rasa sakit, yang disebut sebagai angina, biasanya dipicu oleh tekanan fisik atau emosional. Hal itu biasanya hilang dalam beberapa menit setelah menghentikan aktivitas yang menyebabkan tekanan. Pada beberapa orang, terutama perempuan, nyeri ini mungkin sekilas atau tajam dan terasa di perut, punggung, atau lengan. 2. Sesak napas. Jika jantung tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh Anda, Anda dapat mengalami sesak napas atau kelelahan ekstrem tanpa tenaga . 3. Serangan jantung. Jika arteri koroner menjadi benar-benar diblokir, Anda mungkin mengalami serangan jantung. Gejala klasik serangan jantung termasuk tekanan yang menyesakkan dada dan sakit pada bahu atau lengan, kadang-kadang dengan sesak napas dan berkeringat. Wanita mungkin kurang mengalami tandatanda khas serangan jantung dibanding laki-laki, termasuk mual dan sakit punggung atau rahang. Kadangkadang serangan jantung terjadi tanpa ada tanda-tanda atau gejala yang jelas. 7. Pemeriksaan Diagnostik

1. Elektrokardiogram (EKG). Elektrokardiogram mencatat sinyal listrik ketika mereka bergerak melalui jantung Anda. EKG sering mengungkapkan bukti dari serangan jantung sebelumnya atau dalam perkembangan. Dalam kasus lain, Holter monitoring mungkin disarankan. Dengan EKG jenis ini , Anda memakai monitor portabel selama 24 jam saat Anda menjalani aktivitas normal. Kelainan tertentu mungkin menunjukkan aliran darah tidak memadai untuk jantung Anda. 2. Echocardiogram. Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar jantung Anda. Selama ekokardiogram, dokter anda dapat menentukan apakah semua bagian dari dinding jantung berkontribusi biasa dalam aktivitas memompa jantung. Bagian yang bergerak lemah mungkin telah rusak selama serangan jantung atau menerima terlalu sedikit oksigen. Ini mungkin menandakan penyakit arteri koroner atau berbagai kondisi lain. 3. Tes stres. Jika tanda-tanda dan gejala paling sering terjadi selama oalh raga, dokter mungkin meminta Anda untuk berjalan di atas treadmill atau naik sepeda statis selama EKG. Hal ini dikenal sebagai olah raga tes stres. Dalam kasus lain, obat untuk merangsang jantung Anda dapat digunakan sebagai pengganti olah raga. Beberapa tes stres dilakukan dengan menggunakan ekokardiogram. Ini dikenal sebagai stres echos. Sebagai contoh, dokter Anda mungkin melakukan USG sebelum dan setelah olah raga di atas treadmill atau sepeda. Atau dokter Anda dapat menggunakan obat untuk merangsang jantung Anda selama ekokardiogram. Tes stres lain dikenal sebagai tes stres nuklir membantu mengukur aliran darah ke otot jantung Anda saat istirahat dan selama stres. Hal ini mirip dengan tes tekanan olahraga rutin tetapi dengan gambar di samping EKG. Jejak jumlah bahan radioaktif seperti talium atau suatu senyawa yang dikenal sebagai sestamibi (Cardiolite) yang disuntikkan ke dalam aliran darah. Kamera khusus dapat mendeteksi daerah-daerah dalam jantung yang menerima kurang aliran darah. 4. Koroner kateterisasi. Untuk melihat aliran darah melalui jantung Anda, dokter Anda mungkin menyuntikkan cairan khusus ke dalam pembuluh darah (intravena). Hal ini dikenal sebagai angiogram. Cairan disuntikkan ke dalam arteri jantung melalui pipa panjang, tipis, fleksibel (kateter) yang dilewati melalui arteri, biasanya di kaki, ke arteri jantung. Prosedur ini dinamakan kateterisasi jantung. SPewarna menandai bintikbintik penyempitan dan penyumbatan pada gambar sinar-X. Jika Anda memiliki penyumbatan yang membutuhkan perawatan, balon dapat didorong melalui kateter dan ditiup untuk meningkatkan aliran darah dalam jantung. Sebuah pipa kemudian dapat digunakan untuk menjaga arteri melebar terbuka. 5. Tteknologi CT scan. Computerized tomography (CT) , seperti berkas elektron computerized tomography (EBCT) atau CT angiogram koroner, dapat membantu dokter Anda memvisualisasikan arteri Anda. EBCT, juga disebut sebagai ultrafast CT scan, dapat mendeteksi kalsium dalam lemak yang sempit arteri koroner. Jika sejumlah besar kalsium ditemukan, penyakit arteri koroner mungkin terjadi. CT angiogram koroner, di mana Anda menerima pewarna kontras yang disuntikkan secara intravena selama CT scan, juga dapat menghasilkan gambar dari arteri jantung Anda. 6. Magnetic Resonance angiogram (MRA). Prosedur ini menggunakan teknologi MRI, sering digabungkan dengan menyuntikkan zat warna kontras, untuk memeriksa area penyempitan atau penyumbatan meskipun rincian mungkin tidak sejelas yang disediakan oleh kateterisasi koroner. PENGOBATAN Berbagai obat dapat digunakan untuk mengobati penyakit arteri koroner, termasuk:

1.

Obat modifikasi kolesterol. Dengan mengurangi jumlah kolesterol dalam darah, terutama low-density

lipoprotein (LDL) atau kolesterol buruk , obat-obatan ini mengurangi bahan utama yang menumpuk pada arteri koroner. Meningkatkan high-density lipoprotein (HDL), atau kolesterol baik, mungkin membantu juga. Dokter Anda dapat memilih dari berbagai obat, termasuk statin, niasin, asam empedu fibrates dan sequestrants. 2. Aspirin. Dokter Anda mungkin menyarankan meminum aspirin harian atau pengencer darah lainnya. Hal

ini dapat mengurangi kecenderungan darah untuk membeku, yang dapat membantu mencegah penyumbatan arteri koroner Anda. Jika anda pernah mengalami serangan jantung, aspirin dapat membantu mencegah serangan di masa depan. Ada beberapa kasus di mana aspirin tidak sesuai, seperti jika Anda memiliki kelainan pendarahan dimana Anda sudah menggunakan pengencer darah lain, jadi tanyalah dokter Anda sebelum memulai minum aspirin. 3. Beta bloker. Obat-obatan ini memperlambat denyut jantung dan menurunkantekanan darah, yang

menurunkan permintaan oksigen jantung Anda. Jika anda pernah mengalami serangan jantung, beta blocker mengurangi risiko serangan di masa depan. 4. Nitrogliserin. Nitrogliserin tablet, semprotan dan koyo dapat mengontrol nyeri dada dengan membuka

arteri koroner Anda dan mengurangi permintaan jantung Anda untuk darah. 5. Penghambat angiotensin-converting enzyme (ACE). Obat-obatan ini menurunkantekanan darah dan

dapat membantu mencegah perkembangan penyakit arteri koroner. Jika anda pernah mengalami serangan jantung, ACE inhibitor mengurangi risiko serangan di masa depan. 6. Calcium channel blocker. Obat-obat ini melemaskan otot-otot yang mengelilingi arteri koroner Anda

dan menyebabkan pembuluh terbuka, meningkatkan aliran darah ke jantung Anda. Mereka juga mengendalikan tekanan darah tinggi. Pada Bayi 1. Foto Thorak : Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler

paru meningkat 2. Ekhokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau

lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan) 3. 4. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya. Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada abnormalitas,

hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar. 5. Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang

meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya. (Betz & Sowden, 2002 ;377)

8. Penatalaksanaan

a. Pada Bayi

1.

Mempertahankan curah jantung yang adekuat : Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral, membran mukosa, clubbing) Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah, periorbital edema, oliguria,

dan hepatomegali) Kolaborasi pemberian digoxin sesuai order, dengan menggunakan teknik pencegahan bahaya toksisitas. Berikan pengobatan untuk menurunkan afterload Berikan diuretik sesuai indikasi.

2.

Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru: Monitor kualitas dan irama pernafasan Atur posisi anak dengan posisi fowler Hindari anak dari orang yang terinfeksi Berikan istirahat yang cukup Berikan nutrisi yang optimal Berikan oksigen jika ada indikasi

3.

Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat : Ijinkan anak untuk sering beristirahat, dan hindarkan gangguan pada saat tidur Anjurkan untuk melakukan permainan dan aktivitas ringan Bantu anak untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak. Hindarkan suhu lingkungan yang terlalu panas atau terlalu dingin Hindarkan hal-hal yang menyebabkan ketakutan / kecemasan pada anak

4.

Memberikan support untuk tumbuh kembang Kaji tingkat tumbuh kembang anak Berikan stimulasi tumbuh kembang, kativitas bermain, game, nonton TV, puzzle, nmenggambar, dan

lain-lain sesuai kondisi dan usia anak. Libatkan keluarga agar tetap memberikan stimulasi selama dirawat

5.

Mempertahankan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sesuai Sediakan diit yang seimbang, tinggi zat-zat nutrisi untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat Monitor tinggi badan dan berat badan, dokumentasikan dalam bentuk grafik untuk mengetahui

kecenderungan pertumbuhan anak Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang sama Catat intake dan output secara benar

Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering untuk menghindari kelelahan pada saat makan Anak-anak yang mendapatkan diuretik biasanya sangat haus, oleh karena itu cairan tidak dibatasi.

6.

Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi Berikan istirahat yang adekuat Berikan kebutuhan nutrisi yang optimal

7.

Memberikan support pada orang tua Ajarkan keluarga / orang tua untuk mengekspresikan perasaannya karena memiliki anak dengan

kelainan jantung, mendiskudikan rencana pengobatan, dan memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan Ekplorasi perasaan orang tua mengenai perasaan ketakutan, rasa bersalah, berduka, dan perasaan tidak

mampu Mengurangi ketakutan dan kecemasan orang tua dengan memberikan informasi yang jelas Libatkan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit

b. Pada dewasa
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ; Perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik, Perubahan structural, ditandai dengan ; a. Peningkatan frekuensi jantung (takikardia) : disritmia, perubahan gambaran pola EKG b. Perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi). c. Bunyi ekstra (S3 & S4) d. Penurunan keluaran urine e. Nadi perifer tidak teraba f. Kulit dingin kusam g. Ortopnea,krakles, pembesaran hepar, edema dan nyeri dada. Tujuan Klien akan : Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung , Melaporkan penurunan epiode dispnea, angina, Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung. Intervensi a. Auskultasi nadi apical ; kaji frekuensi, iram jantung Rasional : Biasnya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel.

b. Catat bunyi jantung Rasional : S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama Gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah kesermbi yang disteni. Murmur dapat menunjukkan Inkompetensi/stenosis katup. c. Palpasi nadi perifer Rasional : Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi radial, popliteal, dorsalis, pedis dan posttibial. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan pulse alternan. d. Pantau TD Rasional : Pada GJK dini, sedng atu kronis tekanan drah dapat meningkat. Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi danhipotensi tidak dapat norml lagi. e. Kaji kulit terhadp pucat dan sianosis Rasional : Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer ekunder terhadap tidak dekutnya curh jantung; vasokontriksi dan anemia. Sianosis dapt terjadi sebagai refrakstori GJK. Area yang sakit sering berwarna biru atu belang karena peningkatan kongesti vena. f. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai indikasi (kolaborasi) Rasional : Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti. 2. Aktivitas intoleran berhubungan dengan : Ketidak seimbangan antar suplai okigen. Kelemahan umum,

Tirah baring lama/immobilisasi. Ditandai dengan : Kelemahan, kelelahan, Perubahan tanda vital, adanya disrirmia, Dispnea, pucat, berkeringat. Tujuan /kriteria evaluasi : Klien akan : Berpartisipasi pad ktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri sendiri, Mencapai

peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oelh menurunnya kelemahan dan kelelahan. Intervensi a. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan vasodilator,diuretic dan penyekat beta. Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi), perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung. b. Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, diritmia, dispnea berkeringat dan pucat. Rasional : Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dpat menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga peningkatan kelelahan dan kelemahan. c. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.

Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas. d. Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi) Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat membaik kembali, 3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan : menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah

jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air. ditandai dengan : Ortopnea, bunyi jantung S3, Oliguria, edema, Peningkatan berat badan, hipertensi, Distres pernapasan, bunyi jantung abnormal. Tujuan /kriteria evaluasi, Klien akan : Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan danpengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda vital dalam rentang yang dapat diterima, berat badan stabil dan tidak ada edema., Menyatakan pemahaman tentang pembatasan cairan individual. Intervensi : a. Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi. Rasional : Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi ginjal. Posisi terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama tirah baring. b. Pantau/hitung keseimbangan pemaukan dan pengeluaran selama 24 jam Rasional : Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun edema/asites masih ada. c. Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut. Rasional : Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis. d. Pantau TD dan CVP (bila ada) Rasional : Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan cairan dan dapat menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti paru, gagal jantung. e. Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi. Rasional : Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi gaster/intestinal. f. Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi) g. Konsul dengan ahli diet. Rasional : perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium. 4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan menbran kapiler-alveolus.

Tujuan /kriteria evaluasi,

Klien akan : Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenisasi dekuat pada jaringan ditunjukkan oleh oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan., Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam btas kemampuan/situasi. Intervensi : a. Pantau bunyi nafas, catat krekles Rasional : menyatakan adnya kongesti paru/pengumpulan secret menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut. b. Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafas dalam. Rasional : membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen. c. Dorong perubahan posisi. Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia. d. Kolaborasi dalam Pantau/gambarkan seri GDA, nadi oksimetri. Rasional : Hipoksemia dapat terjadi berat selama edema paru. e. Berikan obat/oksigen tambahan sesuai indikasi 5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema dan

penurunan perfusi jaringan. Tujuan/kriteria evaluasi Klien akan : Mempertahankan integritas kulit, Mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit. Intervensi a. Pantau kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus. Rasional : Kulit beresiko karena gangguan sirkulasi perifer, imobilisasi fisik dan gangguan status nutrisi. b. Pijat area kemerahan atau yang memutih Rasional : meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia jaringan. c. Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif. Rasional : Memperbaiki sirkulasi waktu satu area yang mengganggu aliran darah. d. Berikan perawtan kulit, minimalkan dengan kelembaban/ekskresi. Rasional : Terlalu kering atau lembab merusak kulit/mempercepat kerusakan. e. Hindari obat intramuskuler Rasional : Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorbsi obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit/terjadinya infeksi..

6.

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program pengobatan berhubungan

dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal, ditandai dengan : Pertanyaan masalah/kesalahan persepsi, terulangnya episode GJK yang dapat dicegah. Tujuan/kriteria evaluasi Klien akan : a. Mengidentifikasi hubungan terapi untuk menurunkan episode berulang dan mencegah komplikasi. b. Mengidentifikasi stress pribadi/faktor resiko dan beberapa teknik untuk menangani. c. Melakukan perubahan pola hidup/perilaku yang perlu. Intervensi a. Diskusikan fungsi jantung normal Rasional : Pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat memudahkan ketaatan pada program pengobatan. b. Kuatkan rasional pengobatan. Rasional : Klien percaya bahwa perubahan program pasca pulang dibolehkan bila merasa baik dan bebas gejala atau merasa lebih sehat yang dapat meningkatkan resiko eksaserbasi gejala.

Pada Lansia
Pada lansia penyakit yang sering terjadi adalah hipertensi: Pencegahan Primer

Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk: 1. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb. 2. Dilarang merokok atau menghentikan merokok. 3. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam. 4. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi berupa: 1. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer. 2. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan stabil mungkin. 3. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol. 4. Batasi aktivitas. Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90

mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi : a. Diet Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah : 1. Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr 2. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh 3. Penurunan berat badan 4. Penurunan asupan etanol 5. Menghentikan merokok b. Latihan Fisik Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah dianjurkan untuk penderita hipertensi. Macam olah raganya yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu c. Edukasi Psikologis Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi : 1. Tehnik Biofeedback Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan. 2. Tehnik relaksasi Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks d. Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan) Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.

Pengobatannya meliputi : Step 1 Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor Step 2 Alternatif yang bisa diberikan : a. Dosis obat pertama dinaikkan. b. Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama. c. Ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh : a. Obat ke-2 diganti b. Ditambah obat ke-3 jenis lain Step 4 Alternatif pemberian obatnya : Ditambah obat ke-3 dan ke-4 Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter) dengan cara pemberian pendidikan kesehata

Intervensi 1. Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral

Tujuan : Menghilangkan rasa nyeri Kriteria hasil : Melaporkan ketidanyamanan hilang atau terkontrol. Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.

Intervensi : Pertahankan tirah baring selama fase akut.

R/ Meminimalkan stimulasi dan meningkatkan relaksasi. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat

punggung dan leher. R/ Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral,efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya. Hilangkan/minimalkan aktifitas vasokontraksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya batuk

panjang, mengejan saat BAB. R/ Aktifitas yang meningkatkan vasokontraksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan vaskuler serebral.

R/ R/

Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan. Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat kondisi klien. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll. Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis.

2.

G3 pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhb.d intake nutrisi inadekuat

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria Hasil : Klien menunjukkan peningkatan berat badan Menunjukkan perilaku meningkatkan atau mempertahankan berat badan ideal

Intervensi R/ Bicarakan pentingnya menurunkan masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi. Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis, kelebihan masukan garam

memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi.

R/

Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet. Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit terakhir.. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan dan dimana makan

dilakukan, lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan. R/ Memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi emosi saat makan,

membantu untuk memfokuskan perhatian pada factor mana pasien telah/dapat mengontrol perubahan. Intruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi

(mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan). R/ Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan

aterogenesis. R/ Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi. Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual.

3.

Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.

Tujuan : tidak terjadi intoleransi aktivitas Kriteria Hasil : Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan atau diperlukan Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.

Intervensi Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter : frekwensi nadi 20 x/menit

diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan.

R/

Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan indikator derajat pengaruh

kelebihan kerja jantung. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan/kelelahan, TD stabil,

frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri. R/ R/ Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual. Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri. Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada.

Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi/rambut dengan

duduk dan sebagainya. R/ Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai

dan kebutuhan oksigen. R/ Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas. Jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan.

DAFTAR PUSTAKA

Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan), Yayasan IAPK Padjajaran Bandung, September 1996, Hal. 443 - 450 Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Penerbit Buku Kedikteran EGC, Tahun 2002, Hal ; 52 64 & 240 249. Junadi P, Atiek S, Husna A, Kapita selekta Kedokteran (Efusi Pleura), Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universita Indonesia, 1982, Hal.206 - 208 Wilson Lorraine M, Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit), Buku 2, Edisi 4, Tahun 1995, Hal ; 704 705 & 753 - 763.

You might also like