You are on page 1of 439

Prakata Edisi Terjemahan

Sebag-al salah satu penerbit tertua di Indonesia, kami turut berpartisipasi dan mendukung program pemerintah yaitu mencerdaskan bangsa, melalui sarana perbukuan, baik buku terjemahan maupun buku yang ditulis oleh pengarang kita sendiri. Salah Sq,tu buku terjemahan yang telah kami terbitkan dan pasarkan selama tiga tahun ini, sejak 1986, adalah buku Analisa Matriks Untuk Struktur Rangka. Dengan terbitnya buku ini, kami mendapat respon positif dari para mahasiswa, dosen, dan pemakai lainnya. Buku ini merupakan buku wajib/acuan pada perguruan tinggi negeri/swasta (PTN/PTS) terkemuka di negara kita ini seperti halnya di Amerika Serikat. Pada jurusan teknik sipil ITB, buku ini dipakai sebagai buku wajib untuk matakuliah: Analisis Strnktur Ban~rnnan Laniut. Kini saatnyalah yang paling tepat bagi kami untuk melakukan revisi total terhadap buku ini. Beberapa istilah-istilah dan cara penyajian, mengalami perubahan sehingga pembacanya dengan mudah lebih cepat memahaminya, merupakan saran para pembaca, terutama saran para dosen yang mengajarkan matakuliah di atas. Dalam usaha penyempurnaan buku ini, kami juga telah melakukan koreksi berulang-ulang untuk menghindari adanya kesalahan cetak pada huruf at aupun ,angka-angka. Atas kesediaan pembaca yang telah mengirimkan saran maupun kritikannya untuk penyempurnaan buku ini, kami ucapkan terima kasih. Jakarta, Maret 1989 Editor Er!angga

. ERI BUK~ STRUKTUn L \1!'-:N'I A Ol El-f PE ,.f nBll ERLA 'GGA

n ),'" [l '-. \I Rl K~l 1 Edisi ke-2- Yuan-Yu Hsieh Elementary Theory of Structures
Materi yang disajikan buku ini mengikuti irama perkembangan terbaru dalam struktur. Dengan membaca buku ini, pemahaman akan Mekanika Teknik semakin mantap dan lua~.
1

PI (,\\1\R ~\LIS!SSIRtJKTlJRDI-~G\NC\R\M\fR I KS Otu Kia Wang Introductory Structural Analysis with Matrix Method

Didalam menganalisis dan mendcsain struktur, Anda terlebih dahulu ha.rus memahami pokok metode matriks, yang dikaitkan dengan penggunaan jasa komputer Pada buku ini, permasalahan di atas diuraikan dengan bahasa yang sederhanao
0

{)('\ \ \tlk \ Sl R k n k Edisi ke-2 - R. C. Oough..J. Penzien

Dynamics of Structures
Buku ini merupakan buku wajib jurusan Teknik Sipil-ITB untuk matakuliah: Dinamika Stmktur, dan Teknik Gempao Tersedia dalam 2 jilido
~

\ TRUK:l R ~ \f IS TAl\ l '\ ru - Otu Kia Wang StasticaOy Jnterdeterminate Structures

Penyajian materinya dapat diandalkan,lengkap, dan praktis; meliputi ilustrasi-ilustrasi yang membantu mahasiswa mengulangi dan memperdalam prinsip dan teknik statika tak tentu.
;\ \ '\AIISA <iTRl k ThR Edisi ke-2 - A. Ghali A. M. Ne11i/le S tmcural Analysis

Buku ini lebih menekankan tentang analisa daripada perancangan struktur. Materinya disajikan mulai dari tingkat dasar hingga tingkat lanjut seluruh bidang analisa struktur, dan menggabungkan metode klasik dengan metode modern unil:uk analisa struktur statis tak ten tu.
60

\1\ \LISIS <iTRUKl UR l \:\JJU 1 \1\ - Otu Kia Wang Intermetjiate Structural Analysis

Mengulas secara lengkap metode analisis struktur, yang dirancang untuk kuliab tingkat lanjutan dan analisis struktur pada jurusan sipil. Buku ini tersedia dalam 2 jilid dan juga tersedia Kunci Penyelesaian Soalo

70 DIN \MIKA S I RUKTUR. Teori dan Perhltungan, Edisi ke-2- Mario Paz Structural Dynamics, Theory and Computation
Berbagai perguruan tinggi terkemuka di Ao S. menjadikan buku ini sebagai buku wajibo Di Indonesia, buku ini merupakan buku wajib jurusan Teknik Sipil-ITB untuk matakuliah: Dinamika Struktur. Untuk mendampingi buku ini juga tersedia Kwici Penyelesaian Soalo X STRUKT UR H\JA, Desain tkm Perilaku , Edisi ke-2- C. G. Salmon J. E. Johnson Steel Stmctures: Design and Beha11ior Menyajikan secara mendetail dan lengkap materi matakuliah Struktur Baja dan pengembangannya di lapangan. Bahasanya sederhana dengan contoh-contoh yang menariko Jurusan Teknik Sipi!-ITB menjadikan buku ini sebagai buku wajib matakuliah: Struktur Baja. Tersedia dalam 2 jilid serta Kunci Penyelesaian Soal
0

Kemajuan dalam teknologi komputer membuat teori struktur perlu diorganisir dalam bentuk matriks, dan edisi pertama buku ini ditulis untuk tujuan tersebut . Pembahasannya meliputi analisa semua jenis struktur rangka dengan metode gaya dan kekakuan, dengan penekanan pad a pendekatan kekakuan. Pad saat itu jelas bahwa met ode kekakuan lebih canggih untuk komputasi den%an komputer, tetapi kedua metode tersebut dibahas secara terinci agar lengkap. Sekarang metode gaya lebih kecil peranannya dan merupakan pen dekatan tambahan, bukan lagi metode pelengkap. Namun, metode gaya tidak dapat diabaikan karena sering diperlukan untuk memperoleh kekakuan dengan teknik fleksibilitas. Buku ini ditujukan sebagai pegangan bagi para mahasiswa dalam materi analisa struktur rangka dengan metode matriks. Persiapan yang diperlukan untuk mempelajari materi ini biasanya telah diperoleh dari mata kuliah dasar di fakultas teknik; secara khusus, pembaca harus telah memahami statika dan mekanika bahan, serta aljabar dan kalkulus elementer. Kuliah dalam analisa struktur elementer tentu saja bermanfaat, walaupun tidak merupakan suatu prasyarat dalam materi pokok pada buku ini. Aljabar matriks elementer digunakan dalam semua pembahasan, sehingga pembaca harus menguasai materi ini. Karena topik yang diperlukan dari aljabar matriks hanyalah dasardasarnya, pembaca dapat mempelajarinya sendiri dalam dua atau tiga minggu. Kuliah matematik k.husus untuk aljabar matriks tidak diperlukan, walaupun beberapa pembaca mungkin ingin mengambil kuliah tersebut sebagai persiapan bagi mata kuliah lanjutan. Untuk membantu mereka yang hanya memerlukan pendahuluan aljabar matriks tanpa mengikuti kuliah formal, pengarang telah menulis buku tentang materi ini.* Ada beberapa alasan mengapa analisa matriks untuk struktur penting bagi ahli struktur. Salah satu yang terpenting ialah pendekatannya bisa menyeluruh dan berlaku untuk semua jenis struktur. Alasan kedua ialah pendekatan ini merupakan perangkat yang efisien dalam menjabarkan pelbagai langkah dalam analisa, sehingga langkahlangkah ini dapat dengan mudah diprogram pada komputer. Pemakaian matriks diperlukan untuk perhitungan dengan komputer, karena himpunan bilangan yang banyak jumlahnya bisa dimanipulasi secara sederhana dan efisien. Pembaca akan mendapatkan bahwa metode analisa yang dikembangkan dalam buku ini sangat terat.ur dan prosedur dasar yang sama dapat digunakan dalam analisa semuajenis struktur rangka.

Matrix

lf~:,bro

for Enginu rs. D. Van Nu,u.tnd, Ne\\ York, 196$.

Kata l'cnganlar

Dalam menulis buku ini, pengarang menganggap pembaca benninat membuat sendiri program untuk analisa struktur atau setidak-tidaknya hendak melihat cara pembuatannya. Perincian penuUsan program dalam bahasa komputer tertentu tidak dibahas secara lengkap, walaupun lebih ditekankan pada FORTRAN yang merupakan bahasa yang paling banyak dipakai. Bab 5 berisi diagram langkah program yang berkiblat pada FORTRAN untuk menganalisa enam jenis dasar struktur rangka. Diagram ini akan membantu pembaca dalam menuliskan programnya sendiri jika dikehendaki. Bab pertama buku ini meliputi konsep dasar analisa struktur yang dibutuhkan untuk bab selanjutnya. Mereka yang telah mempelajari teori struktur akan mendapatkan bahwa materi ini hanyalah ulangan . Sebaliknya, bagi pembaca yang b'a ru mempelajari teori struktur materi ini per.lu dipahami terlebih dahulu . Metode gaya dan kekakuan diperkenalkan dalam Bab 2 dan 3. Dalam Bab 4, metode kekakuan diperluas dengan kiblat pada komputer sebagai persiapan pembuatan program. Diagram langkah program komputer untuk menganalisa semua jenis struktur rangka disajikan dalam Bab 5. Agar penekanan dalam bab-bab pertama tetap pada materi dasar, sejumlah topik khusus dit angguhkan sampai Bab 6. Termasuk dalam topik ini adalah batang takprismatis, pengaruh suhu, dan sambungan elastis, yang semuanya dapat dipandang sebagai modifikasi prosedur dasar yang dibahas dalam bab-bab sebelum nya. Soal-soal untuk penyelesaian dengan tangan diberikan pada akhir empat bab pertama. Semua contoh dan soal dalam Bab 1, 2 , dan 3 (sena dalam Lampiran) diberikan dalam bentuk literal, sedang contoh numerik dan soal-soal dalam Bab 4 dan 5 diberikan dalam satuan lnggeris dan SI. Kepustakaan untuk pembahasan lebih lanjut, daftar notasi, dan lampiran yang berisi tabel informasi yang bennanfaat diberikan di akhir buku ini. Topik penting yang termasuk dalam lampiran adalah metode beban satuan untuk menghitung perpindahan (Lampiran A) dan subprogram kompuier untuk menyelesaikan persamaan (Lampiran 0). Jawaban semua soaljuga diberikan di akhir buku. Dalam edisi ini, beberapa topik penting telah ditambahkan untuk melengkapi pembahasan dan mengikuti perkembangan. Bagian dan lampiran berikut merupakan topik baru : 1.13 Konsep Energi, 1.14 Kerja Maya, 2.7 Formalisasi Meto de Gaya,. 3.6 Formalisasi Metode Kekakuan, 5.12 Program Gabungan untuk Struktur Rangka, 6 .2 Kerangka Persegi, 6.3 Struktur Simetris, 6.5 Analisa Beban Mati secara Otomatis, 6.10 Translasi Sumbu, 6.11 Kekakuan Batang dan Gaya Jepit UjWtS dari Fleksibilitas, 6.13 Batang Lengkung, 6.17 Sambungan Bergeser, Lampiran 0: Subprogram untuk Menyelesaikan Persamaan, dan Lampiran E: Penyelesaian Tanpa Penataan Ulang. Kata Matriks juga ditambahkan pada judul untuk menekankan bahwa buku ini membahas analisa struktur rangka dengan metode matriks. Pengarang hemlak menyatakan rasa terimakasihnya pada mahasiswa pasca-sarjana Paul R. Johnston dan Moshe Eisenberger atas bantuannya yang berharga dalam pembuatan dan perbaikan program , dan juga pada Laura J. Selby untuk pengetikan naskah yang baik. Akhirnya, pengarang ucapkan terimakasih pada Dr. Winfred 0. Carter dari Universitas Negeri Utah atas saran-saran yang bermanfaat selama persiapan edisi ini.

Wiliiam W eaver . J r. James M. (,c, c

Da flar hi

xi
Struktur SimetriS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Beban Antara Titik Kumpul . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Analisa Beban Mati Secara Otomatis . . . . . . . . . . . . . . . Perubahan Suhu dan Praregang . . . . . . . . . . . . . . . . . . Perpindahan Tumpuan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Tumpuan Miring. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Tumpuan Elastis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Translasi Sumbu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Kekakuan Batang dan Gaya Jepit Ujung dari Fleksibilitas , Batang Takprismatis . .. ....... ... ......... . . . . Batang Lengkung . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Oiskontinuitas pada Batang . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . Sambungan Elastis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Deformasi Geser . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Sambungan Bergeser . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Interaksi Aksial-Lentur . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ...... . .. . . . . ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... ...... 321 323 326 327 328 328 330 332 334 339 345 350 353 356 358 361
365

6.3 6.4 6.5 6.6 6.7 6.8 6.9 6.10 6.11 6.12 6.13 6.14 6.15 6.16 6.17 6.18

Acuan Pilihan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . :"'otasi . . . . . . Lampiran \ . . . . . . . . . . ...

.. .. .. .. .. .

Pcrpmdahan Struktur Rangka

A.l A.2 A.3 A.4


Lampiran B. Lampiran C. Lampiran 0

Tegangan dan Oeformasi pada Batang Langsi.ng . . . . . . . . . Perpindahan dengan Metode Beban Satuan ... ........ . Perpindahan Balok . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Integral Perkalian untuk Menghitung Perpindahan . . . . . . .
Gay a Ujung untuk Ratang Terkekang . . . . . . . . . . . . . . . . Sifat-sifat Penampang . <:;ubprogram untuk 'fen clesa1k1n Persamaan . . .

. . . .

. . . .
.

. . . .

372 379 386 386


3 0
39u

39\

0.1 0.2 0 .3 0.4 0 .5


Lampiran E.

Metode Faktorisasi untuk Matriks Simetris . . . . . . . . . . . .. . . . Subprogram FACTOR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . Subprogram SOLVER . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Subprogram BANFAC . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Subprogram BANSOL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Penyelesaian Tanpa Pt>nataan lllang . .

398 403 405 405 407


410 -U 3
4::3

.......

Jawaban Soal-soal .

B \H

SATU
KO l\ ~EP 0 . \ ~ . \R
\~A LIS.\ ~

I R l ' K 'l L' R

1 1 Pcndahuluan Buku in.i membahas metode mattiks untuk analisa struKtur rangka (framed structure) dengan bantuan komputer. Baik analisa metode gaya (flexibility) maupun metode kekakuan (stiffness) akan dibahas dengan penekanan pada yang terakhir karena lebih sesuai untuk diprogram dalam komputer. Walaupun kedua metode ini bisa diterapkan pada semua jenis struktur, tetapi di sini digunakan untuk struktur rangka. Setelah menguasai analisa struktur rangka , pembaca akan lebih siap mempelajari metode elemen berhingga {fmite elemen t) untuk analisa kontinum (liliat Rujukan C-1 sampai C-8). Dalam bab in.i , pelbagai materi dasar ditinjau sebagai persiapan untllk metode matriks bab selanjutnya. Materi ini meliputi deskripsi jenis struktur rangka dan deformasinya what beban atau penyebab lain. Selain itu akan dibahas konsep dasar keseimbangan, kesepadanan {compatibility}, ketentuan (determinacy), mobilitas, superposisi, koeflsien fleksibilitas. dan kekakuan, be ban titik kumpul ekivalen, energi serta kerja maya (virtual work).

1.2 J enis Struktur Rangka. Seluruh struktur yang dianalisa dalam buku ini disebut
struktur rangka dan dapat dibagi atas enam kategori: balok , rangka batang bidang,

rangka batang ruang, portal bidang, balok silang {grid) dan portal ruang. Jenis struktur ini digambarkan pada Gambar 1-1 dan akan dijelaskan secara terperinci kemudian . Kategori ini dipilih demikian karena masing-ma.sing merupakan jenis struktur yang mempunyai ciridri tersendiri. Lebih jauh lagi, walaupun prinsip dasar metode gaya dan kekakuan sama untuk semua jenis struktur, perincian analisa untuk keenam kategori ini cukup berbeda sehingga perlu dibahas secara terpisah. Setiap struktur rangka terdiri dari batang-batang yang panjangnya jauh Jebih besar dibandingkan ukuran penampang lintangnya. Titik kumpul struktur rangka adalah titik pertemuan batang-batang, termasuk tumpuan dan ujung bebas suatu batang. Contoh titik kumpul ialah titik A, B, C, dan D pada Gambar 1-1 a dan 1-1 d. Tumpuan bisa rnerupakan jepitan, seperti tumpuan A pada balok dalam Garnbar l-1a, atau sendi, seperti tumpuan A pada portal bidang dalam Gambar 1-ld , atau bisajuga rumpuan rol, seperti turnpuan B dan C pada Gambar 1-la. Da1am kasus tertentu, sambungan antara batang atau batang dengan tumpuan bisa bersifaL elastis (atau semi-tegar). HaJ ini akan dibahas pada Pasal 6.9 dan 6.15. Beban pada struktur rangka bisa berupa gaya terpusat. beban terse bar, a tau kopel.

Analisa Matriks unluk Struktur Ra ngka

Sekarang tinjaulah ciri-ciri setiap jenis struktur yang 'diperlihatkan pada Gambar 1-1. Balok (Gambar 1-1a) adalah suatu batang lurus dengan satu atau lebih tumpuan terpusat seperti titik A, B, dan C. Gaya luar pada balok dianggap bekerja dalam bidang yang melalui sumbu simetri penampang lintangnya (sumbu simetri juga merupakan sumbu utama penampang lintang). Selain itu, vektor momen seluruh kopelluar yang bekerja pada balok adalah tegaklurus bidang ini, serta balok melendut dalam bidang yang sama (bidang lentur) dan tidak terpuntir. (Kasus balok yang tidak memenuhi kriteria ini dibahas pada Pasal 6.17 .) Penampang !intang balok dapat mengalami resultan tegangan dalam yang secara umum bisa berupa gaya aksial, gaya geser, dan momen lentur. Rangka batang bidang (Gambar 1-1 b) merupakan himpunan batang yang sebidang dan bersambungan sendi di titik kumpulnya. Semua gaya yang diberikan dianggap bekerja dalam bidang struktur, dan vektor momen seluruh kopel luar tegaklurus bidang tersebut seperti pada kasus balok. Beban bisa terdiri dari gaya terpusat yang diberikan di titik kumpul dan beban yang bekerja pada batang. Untuk tujuan analisa, beban terakhir ini boleh diganti dengan beban yang ekivalen secara statis dan bekerja di titik kumpul. Jika analisa rangka batang hanya memikul beban titik kumpul, maka batangnya hanya mengalami gaya aksial tarik atau tekan. Sedang bila beban bekerja langsung pada suatu batang, maka selain gaya aksial batang tersebut akan mengalami momen lentur dan gaya geser. Rangka batang ruang (lihat Gambar 1-lc) serupa dengan rangka batang bidang, kecuali bahwa batang-batangnya berarah sembarang dalam ruang. Gaya yang bekerja pada rangka batang ruang juga boleh berarah sembarang, tetapi vektor momen suatu kopel yang bekerja pada sua tu batang harus tegaklurus terhactap sumbu batang tersebut. Syarat ini disebabkan batang pada rangka batang tictak mampu menahan momen puntir. Portal bidang (Gambar 1-1 d) dibentuk oleh batang-batang ctengan sumbu simetri yang terletak pacta satu bictang (seperti pacta kasus balok). Titik kumpul antara batang (seperti titik B dan C) merupakan sambungan tegar. Gaya yang bekerja pacta portal ctan translasinya terletak pada bictang struktur; vektor momen seluruh k.opel luar yang bekerja pada portal tegaklurus bidang tersebut. Resultan tegangan dalam (internal) di suatu penampang. batang portal bictang secara umum terctiri ctari momen lentur, gaya geser, dan gaya aksial. Balok silang adalah struktur bidang yang dibentuk oleh balok menerus yang sating bertemu atau bersilang (lihat Gambar 1-1e). Pada kasus terakhir sambungan antara hatang biasanya dianggap sencti, sedangkan pada kasus pertama sambungannya dianggap tegar. Berbecta ctari portal bictang yang gaya luamya beracta ctalam bictang struktur, gaya luarpada balok silang tega!durus bidang struktur; dan vektor m omen seluruh kopelluar berada dalam bidang balok silang. Arah beban seperti ini dapat menimbulkan puntir dan lenturan pacta sejumlah batang. Penampang lintang setiap batang dianggap memiliki dua sumbu simetri, sehingga lenturan ctan puntir tictak saling bergantungan satu sama lain (lihat Pasal 6.17 untuk pembahasan batang taksimetrik). Jenis struktur terakhir adalah portal ruang (Gantbar 1-lf). Ini merupakan jenis struktur rangka yang paling umum karena letak titik kumpul, arah batang, atau arah bebannya tidak dibatasi. Setiap batang portal ruang dapat memikul gaya aksial, momen puntir, mo._men lentur ctalam kedua arah sumbu utama penampang lintang, dan gaya geser dalam kectua arah sumbu utama. Penampang lintang batang ctianggap memiliki ctua sumbu simetris, seperti pad a kasus balok silang. Pada hampir semu.a pembahasan selanjutnya, struktur yang ditinjau dianggap terdiri dari batang prismatik; dengan kata lain, setiap batang memiliki sumbu yang lurus dan penampang lintang yang seragam di seluruh P,anjangnya. Batang takprismatik akan ctibahas kemudian dengan moctifikasi pendekatan dasar (lihat Pasal6.12).

Konscp D as 1 r AnJit S t r uk tur

~c

t 0

ngk b

gr

ng (d

Oefo m<> rru~.tu. Rar k.l Bila suatu struktur diberi beban, batangnya akan mengalami deformasi (atau perubahan bentuk yang kecil) sehingga titik-titik pada struktur akan berpindah ke posisi yang baru . Umumnya semua titik pada struktur kecuali tumpuan yang tidak dapat bergerak akan mengalami perpindahan. Perhitungan perpindahan merupakan bagian penting dalam analisa struktur, seperti akan kita lihat dalam pembahasan metode gaya dan kekakuan. Akan tetapi, sebelum meninjau perpindahan , kita perlu mengkaji deformasi yang menimbulkan perpindahan . Untuk itu , tinjaulah segmen dengan panjang sembarang yang dipotong dari suatu batang struktur rangka (Gambar 1-2a). Agar sederhana, penampang batang dianggap berbentuk lingkaran. Di sembarang penampang, misalnya di ujung kanan segmen, akan timbul resultan tegangan yang secara umum terdiri dari tiga gaya dan tiga kopel. Gaya ini ialah gaya aksial Nx, gaya geser Vy dan Vz; kopelnya ialah momen puntir T serta momen lentur My dan Mz . Perhatikanlah, vektor momen ditunjukkan dalam gambar sebagai panah bermata dua agar dapat dibedakan dari vektor gaya. Deformasi batang dapat dianalisa dengan meninjau masing-masing resultan tegangan secara terpisah dan menentukan pengaruhnya pada elem~n batang. Elemen ini didapat dengan mengisolir

4
y

A nalisa

~atnk.,

uniUk Struk t u r R angka

I I

"

OJ--------x

//

I
/

(o)

(b )

(d )

(e '

Gamba r 1-2. JPnos dPformaso. (b) a ks o a l, (c) !JCSI.!r. (d) lentu r; d an le) pu n t or

bagian batang antara dua penampang lintang y3!\g berjarak sangat kecil dx (lihat Gambar l-2a). Pengaruh gaya aksial Nx pada elemen diperl.ihatkan dalam Gambar 1-2b. Dengan menganggap gaya bekerja melalui titik berat penampang lintang, elemen akan diperpanjang secara merata dan regangan utamanya adalah regangan normal dalam arah x. Pada kasus gay a geser (Gambar l-2c ), salah satu pen am pang batang berpindah secara lateral terhadap yang lainnya. Distorsi penampang juga mungkin terjadi, tetapi pengaruhnya bisa diabaikan dalam penentuan perpindahan. Momen lentur (Cambar 1-2d) menimbulkan rotasi relatif antara kedua penampang lintang, sehingga satu dengan lainnya tidak sejajar lagi. Regangan elemen yang ditimbulkan searah dengan arah longitudinal batang, dan terdiri dari perpendekan pada bagian tekan dan perpanjangan pada bagian tarik. Akhirnya, momen puntir T mengakibatkan rotasi relatif antara kedua penampang tintang terhadap sumbu x (lihat Gambar 1-2e), misalnya titik A berpindah ke A'. Pada batang lingkaran, momen puntir hanya menirnbulkan regangan geser; dan penampang lintang tetap rata. Untuk bentuk penampang lainnya, distorsi penampang lintang akan terjadi. Deformasi yang diperlihatkan pada Gambar 1-~b, l -2c, l-2d dan 1-2e masingmasing disebut deformasi aksial, geser, lentur, dan puntir. Besarnya tergantung pada bentuk penampang lintang batang dan sifat mekanis bahan. Buku ini hanya membahas bahan yang elastik linear, yaitu bahan yang meng-tkuti hukum Hooke. Pelbagai rumus

Kon~cp

Dasar An:llisa Struklur

untuk defonnasi, tegangan dan regangan pada elemen dengan bahan seperti ini diberikan aalam Lampiran A, Pasal A.l. Perpindahan (displacement) pada struktur ditimbulkan oleh gabungan pengaruh deformasi semua elemen. Perpindahan pada struktur rangka dapat dihitung dengan pelbagai cara tergantung pada jenis deformasi dan struktur yang ditinjau. Misalnya, Jendutan balok dengan hanya meninjau deformasi lentur dapat dicari dengan integrasi langsung persamaan diferensial untuk lenturan balok. Metode lain, yang dapat digunakan untuk seluruh jenis struktur rangka termasuk balok, rangka batang, balok silang dan portal, adalah metode beban-satuan (unit-load) yang dibahas dalam Pasal U4. Kedua metode ini aan lainnya yang sering digunakan menganggap bahwa perpindahan struktur kecil. Dalam menentukan perpindahan suatu struktur, tidak semua jenis defonnasi besar pengaruhnya. Misalnya pada balok, defonnasi lentur biasanya merupakan satu-satunya yang terpenting, dan deformasi aksial pada umurnnya diabaikan. Pada beberapa kasus khusus seperti balok dengan gaya aksial yang besar, tentunya deformasi aksial harus diperhitungkan dalam analisa. Selain itu, gaya aksial juga dapat menyebabkan aksi balokkolom yang menirnbulkan pengaruh taklinear pada perpindahan (lihat Pasal6.18). Untuk jenis struktur rangka batang pada Gambar 1-lb dan 1-J c, analisanya dilakukan dalam dua bagian.Jika titik kumpul rangka batang dianggap sebagai sendi dan semua beban bekerja di titik kumpul, maka analisanya hanya melibatkan deformasi aksial batang. Sedang bagian kedua dari analisa menentukan pengaruh beban yang bekerja pada batang (antara titik kumpul), dan bagian ini hakikatnya adalah analisa balok bertumpuan sederhana. Jika titik kumpul rangka batang bersifat tegar, maka batang akan mengalami lenturan walaupun semua beban bekerja di titik kumpul. Dalam hal ini, deformasi lentur bisa menjadi penting dan struktur bisa dianalisa sebagai portal bidang atau ruang. Pada portal bidang (lihat Gambar 1-ld), defonnasi yang berpengaruh adalah akibat lenturan dan gaya aksial. Jika batang-batangnya langsing dan tidak membentuk segitiga seperti rangka batang, deformasi lentur jauh lebih penting dari pada deformasi aksial. Akan tetapi, kontribusi gaya aksial sebaiknya disertakan dalam analisa portal bidangjika p.engaruh relatifnya sukar ditentukan . Pada struktur balok silang (Gambar l-Ie), deformasi Jentur selalu penting, tetapi sifat penampang Jintang batang dan cara fabrikasi titik kumpul akan menentukan perlu atau tidaknya deformasi puntir ditinjau. Jika batang mempunyai penampang terbuka berdinding tipis, seperti balok I, batang akan sangat f!eksibel terhadap puntir dan tidak akan mengalami momen puntir yang besar. Juga, jika batang balok silang tidak disambung secara tegar di titik pertemuannya, interaksi antara momen lentur dan puntir tidak akan terjadi. Pada kedua kasus ini, analisanya hanya perlu memperhitungkan deformasi lentur. Sebaliknya,jika batang balok silang bersifat tegar terhadap puntir dan disambung secara tegar di titik pertemuannya, maka analisanya harus menyertakan deformasi lentur dan puntir. Umumnya balok silang tidak mengalami gay a aksial karena gay a luar bekerja tegaklurus bidang balok silang. Keadaan ini identik dengan balok yang dibebani tegaklurus sumbunya, sehingga tidak ada gaya aksial pada balok. J adi, deformasi aksial tidak disertakan dalam analisa balok silang. Portal ruang (Gambar 1-lf) merupakan jenis struktur rangka yang paling umum dalam geometri dan pembebanannya. Oleh karena itu, deformasi aksial, lentur, dan puntir mungkin seluruhnya perlu diperhitungkan dalam analisa portal ruang tergantung pada jenis struktur dan bebannya. Defonnasi geser pada struktur rangka biasanya sangat kecil sehingga jarang ditinjau dalam analisa. Namun jika diperlukan, pengaruhnya dapat disertakan dalam analisa balok, portal bidang, balok silang, at au portal ruang (lihat Pasal 16.16).

J\nahsa M I nk 111111 k Srr 1-:tur lbngl-.

Pengaruh lainnya pada struktur seperti perubahan suhu dan praregang (prestrain) juga perlu dianalisa. Ha! ini dibahas dalan1 bab mengenai analisa metode gaya dan kekakuan.
1 \k rlan PerpiM h n lstilah "aksi" dan "perpindahan" dipakai untuk menjabarkan konsep dasar tertentu dalam analisa struktur. Suatu aksi (kadang-kadang disebut gaya umum*) biasanya befl!pa gaya atau kopel tunggal. Nainun, aksi bisa juga merupakan gabungan gaya dan kopel, beban tersebar, atau gabungan aksi-aksi tersebut. Pad a kasus gabungan ini semua gaya, kopel dan beban tersebar harus memiliki hubungan tertentu sehingga bisa dinyatakan oleh simbol tunggal. Misalnya, jika beban pada balok tumpuan sederhana AB dalam Gambar 1-3 terdiri dari dua gaya P sama besar, maka gabungan kedua beban ini dapat dipandang sebagai aksi tunggal dan dinyatakan dengan sa tu simbol seperti F. Cabungan kedua beban ini dengan reaksi RA dan Rn di tumpuan juga boleh dipandang sebagai aksi tunggal, karena keempat gaya tersebut saling berhubungan secara unik. Secara umum, sistem pcmbebanan yang sangat kompleks pada struktur bisa diperlakukan sebagai aksi tunggal jika semua komponen beban memiliki hubungan tertentu. Selain aksi-luar pada struktur, aksi-daiam juga perlu ditinjau. Aksi-dalam adalah resultan distribusi tegangan dalam dan mcliputi momen lentur, gaya geser, gaya aksial dan momen puntir. Tergantung pada jenis analisa yang dilakukan, aksi ini bisa berupa satu gaya, sa tu kopel, dua gaya, atau dua kopel. Misalnya, dalam analisa keseimbangan statik sua tu struktur, aksi ini biasanya berupa gay a dan kopel tunggal seperti diperlihatkan pada Cambar 14a. Balok kantilever dalam gambar ini memikul beban di ujung B dalam bentuk aksi P1 dan M 1 . Di ujung jepit A gaya dan kopel rcaksi masing-masing diberi notasi RA dan MA. Untuk membedakan reaksi ini dari beban pad a struktur, reaksi digambarkan oleh tanda panah dengan garis miring. Perjanjian ini selanjutnya dipakai dalam seluruh buku ini (lihat juga Gambar 1-3 untuk ilustrasi pemakaian perjanjian tersebut). Dalam menghitung gaya aksial N, momen lentur M dan gaya geser V di suatu potongan balok pada Gambar 14a, misalnya di tengah bentang, kita perlu meninjau keseimbangan statik suatu bagian balok. Salah satu caranya ialah dengan membuat diagram benda-bebas (free-body) setengah bagian kanan balok sepcrti diperliliatkan pada Gambar l-4b. Dari diagram ini terliliat bahwa setiap aksi dalam berupa gaya a tau kopel tunggal. Akan tetapi, gaya dalam dapat juga berupa dua gaya atau kopel. Hal ini umumnya terjadi dalam analisa struktur yang "dilepas (released)" di sejumlah titik, seperti yang diperliliatkan untuk balok menerus pada Gambar 1-5. Jika momen lentur pada balok dilepas di titik B, maka akibatnya sama seperti memberikan sebuah sendi di titik kumpul ini (lihat Gambar 1-Sb). Jadi, untuk memperhitungkan momen lentur Mo pada balok, ia harus dipandang sebagai dua kopel sama besar Mo dan berlawanan arah yang bekerja di bagian kiri dan kanan balok terhadap sendi tersebut (lihat Gambar 1-Sc).

L13 - - - Lt~

Gambar 1-3.

Kon,cp

l>,t>.ir

An ahsa Struktur

(o)

(b)

r~

------ ~ -+7
(c)

Gam bar 14 .

Dalam gambar ini momen Ma dianggap positif dalam arah yang ditunjukkan, yaitu kopel pad a bagian kiri balok berlawanan jarum jam dan kopel pada bagian kanan balok searah jarum jam. Jadi, untuk tujuan analisa balok pada Gambar l-Sc, momen lentur di titik B bisa diperlakukan sebagai aksi tunggal yang terdiri dari dua kopel. Hal yang sama juga dijumpai pada gaya aksial, gaya geser dan momen puntir, seperti akan dibahas dalam analisa metode gaya. Konsep dasar kedua iaiah ten tang perpindahan yang umumnya berupa translasi atau rotasi di titik struktur. Translasi merlunjukkan jarak pergerakan titik pad a struktur, dan rotasi menyatakan sudut putar garis singgung pada kurva elastis (atau garis normalnya) di satu titik. Misalnya, pada balok kantilever dalam Gambar 1-4c, translasi t:. dan rotasi IJ di ujung balok dipandang seba&ai perpindahan. Lebih jauh lagi, seperti dalam kasus

r4
- L
p

p
l

~
L

(o)

(b)

81

Me .,

~
8
(c)

82

_.Ms

~
.s.

Gan b<Jr

8
aksi, perpindahan dapat dipandang berlaku umum, yaitu sebaga1 gabungan translasi dan rotasi. Sebagai contoh, tinjaulah rotasi di sendi 8 pada balok dua bentang dalam Gambar 1-Sc. Ro tasi ujung kanan batangAB diberi notasi 81> seaang rotasi ujung kiri batang BC diberi notasi 8 2 Masing-masing rotasi ini dipandang sebagai perpindahan. Selain itu, jumlah kedua rotasi yang diberi notasi 8 juga merupakan perpindahan. Sudut 8 dapat dipandang sebagai rotasi relatif di titik B antara ujung batang AB dan BC. llustrasi perpindahan lainnya diperlihatkan pada Gambar 1-6 yang menunjukkan portal bidang dengan pelbagai beban. Translasi mendatar b.A, b.s, dan b.c masing-masing di titik ,A, B, dan C merupakan perpindahan, demikian juga halnya dengan 8A , 88 , dan 8c di titik kumpul tersebut. Jenis perpindahan titik kumpul ini berperan penting dalam analisa struktur rangka. Dalam analisa struktur kita sering berhadapan dengan aksi dan perpindahan yang saling selaras (co"espond). Aksi dan perpindahan disebut selaras bila jenisnya analog dan tcrlctak di titik yang sama pada struk tur. Jadi, perpindahan yang selaras dengan gaya terpusat ialah translasi struktur di titik tangkap gaya tersebut, walaupun perpindahannya bukan diakibatkan oleh gaya tersebut. Sedangkan perpindahan yang selaras dengan kopel adalah rotasi di titik tangkap kopel. Arah positif rotasi sama seperti kopel. Sebagai contoh, tinjaulah kembali balok kantilever pada Gambar l-4a. Aksi P 1 adalah gaya terpusat ke bawah di ujung balok, dan translasi ke bawah A di ujung balok (lihat Gambar 1-4c) adalah perpindahan yang selaras dengan aksi ini. Secara sama, kopel M 1 dan rotasi 8 merupakan aksi dan perpindahan yang selaras. Namun, perlu diperhatikan bahwa perpindahan A yang selaras beban P 1 bukan hanya akibat gaya P 11 dan 8 yang selaras dengan M 1 juga bukan akibat M 1 sendir i. Sebaliknya, A dan 8 dalam contoh ini adalah perpindahan akibat P 1 dan M 1 yang bekerja secara simultan pada balok. Secara umum, jika aksi tertentu diberikan, konsep perpindahan yang selaras hanya menunjukkan definisi perpindahan tanpa memandang penyebab sesungguhnya dari perpindahan . Secara sama, jika perpindahan diberikan, konsep aksi yang selaras akan menyatakan jenis aksi tertentu pad a struktur, tetapi perpindahannya tidak perlu ditimbulkan oleh aksi tersebut. Sebagai contoh lain dari aksi dan perpindahan yang selaras, tinjaulah aksi pada balok yang d iperlihatkan dalam Gambar 1-Sc. Balok ini bersendi di tumpuan tengah dan memil<ul dua kopel Mo yang dipandang sebagai aksi tunggal. Perpindahan yang selaras dengan Mo umumnya merupakan jumlah rotasi berlawanan jarum jam 8 1 pada bagian kiri balok dan rotasi searah jarum jam 8 2 pada bagian kanan balok. Oleh karena itu , sudut 8 (jumlah 8 1 dan 8 2 ) adalah perpindahan yang selaras dengan M s. Perpindahan ini merupakan rotasi relatif antara kedua balok yang bertemu di sendi, dan arah

Gambar 16.

Koo~ep

Dasar Anajisa Stru kt ur

positifnya sama seperti Ms. Jika sudut 0 hanya diakibatkan oleh Ms, maka ia dinyatakan sebagai perpindahan yang selaras dengan Ms dan diakibatkan olehMs. Perpindahan ini dapat dicari dengan bantuan tabel perpindahan balok dalam Lampiran A (lihat Tabel A-3 , Kasus 5), dan besarnya . 0 .'lrf , l

= 81 +

82 = 3/

+ 3El

M 11 1.
=

2M 8 L 3/

dengan L adalah panjang setiap ben tang serta El adalah ketegaran lentur balok Dalam beberapa hal, kita jumpai perpindahan yang selaras dengan aksi tertentu tetapi diakibatkan oleh aksi lainnya. Sebagai contoh, tinjaulah balok pada Gambar 1-Sb yang sama dengan balok pada Gambar 1-Sc, kecuali bahwa kopel Ms diganti oleh gaya P. Perpindahan balok yang selaras dengan Ms adalah rotasi relatif antara kedua balok di titik B (arah positifnya sama seperti Ms) dan hanya diakibatkan oleh gaya P. Kembali dengan memakai tabel perpindahan balok (Tabel A-3, Kasus 2) dan menganggap gaya P bekerja di tengah bentang, perpindahan 0 yang selaras d~ngan MB dan diakibatkan oleh be ban P ialah
8 = 0
I
T

o., =

--

PL ~

16/

+ -- =
16 /

PU

PV REI

Konsep keselarasan antara aksi dan perpindahan akan sering dijumpai dalam contoh selanjutnya. Juga perlu diperhatikan bahwa konsep ini dapat diperluas untuk gaya tersebar dan gabungan pelbagai jenis aksi. Namun, ide yang lebih umum ini tidak mcmberikan manfaat tertentu untuk pembahasan selanjutnya. Agar aksi dan perpindahan dapat ditunjukkan dengan mudah, simbol A dipakai sebagai notasi untuk aksi (gaya atau kopel terpusat) dan simbol D untuk perpindahan (translasi atau rotasi). Subskrip (subscript) bisa dipakai untuk membedakan pelbagai aksi dan perpindahan yang dicari dalam analisa. Pemakaian notasi ini diperlihatkan pada Gambar 1-7 yang menunjukkan balok kantilever dengan beban aksi Ab A2 , dan A 3 Perpmdahan yang selaras dengan A 1 dan akibat semua beban yang bekerja secara simultan diberi notasi D 1 pada Gambar 1-?a; demikianjuga halnya, perpindahan yang selaras dengan A 2 dan A 3 diberi notasi D 2 dan D 3 . Sekarang tinjaulah balok kantilever yang hanya memikul aksi A 1 (lihat Gambar l -7b ). Perpindahan yang selaras dengan A 1 pacta balok ini diberi nota si D 11 . Subskrip pertama m~nunjukkan bahwa perpindahan selaras dengan A 1 , sedang subskrip kedua

Gambar 1-7.

10

Annha Matrtks untul Struktur

Ran~ka

menunjukkan bahwa penyebab perpindahan adalah A 1 . Demikian juga halnya, perpindahan yang selaras dengan A 2 pada balok ini diberi notasi D 21 . Subskrip pertama menunjukkan perpindahan selaras dengan A 2 , sedang yang kedua menunj.JJkkan bahwa perpindahan diakibatkan oleh A 1 . Pada Gambar l-7b juga diperlihatkan perpindahan D 31 yang selaras dengan kopel A 3 dan diakibaLkan oleh A 1 . Perpindahan akibat aksi A 2 yang bekerja sendiri diperlihatkan pada Gambar l-7c dan akibat A 3 sendiri ditunjukkan pada Gambar l-7d. Dalam setiap kasus, subskrip untuk simbol perpindahan mengikuti aturan yang umum, yaitu subskrip pertama menunjukkan perpindahan dan yang kedua menunjukkan penyebab perpindahan. Secara umum, penyebabnya bisa berupa gaya tunggal, kopel, atau sistem beban seluruhnya. Jika tidak ditentukan secara khusus, perjanjian untuk subskrip seperti ini akan dipakai seterusnya. Pelbagai perpindahan pada balok dalarn Gambar 1-7 dapat ditentukan dengan bantuan Tabel A-3 (lihat Kasus 7 dan 8). Dengan anggapan ketegaran lentur balok El dan panjang balok L, perpind.ahan balok pada Gambar l-7b ialah
[)
ll

_ :A 1 l

A,J.

4XI-/

HFI

Dengan cara yang sama, enam perpindahan lainnya pada Gambar l-7c dan d (D 12 , D 22 , ... , D 33) dapat dicari. Kemudian perpindahan balok akibat semua beban yang bekerja secara simultan (lihat Garnbar 1-7 a) diperoleh dengan penjumlahan:
.J,_

D:

D3

1>. 1 D -1- D 2 D + D = +- D

Penjumlahan ini adalah persamaan prinsip superposisi yang akan dibahas lebih terinci dalam Pasal 1.9. 1.5 Kesetmbangan . Salah satu tujuan analisa struktur ialah menentukan pelbagai aksi pada struktur, seperti reaksi tumpuan dari resultan tegangan (momen lentur, gaya geser, dan seterusnya). Penyelesaian yang tepat untuk besaran ini harus memenuhi seluruh syarat keseimbangan statis, tidak saja untuk struktur keseluruhan tetapi juga untuk setiap bagian struktur sebagai benda bebas. Tinjaulah sekarang sua tu benda bebas yang memikul sejumlah aksi. Resultan semua aksi ini bisa berupa gaya, kopel, atau keduanya. Jika benda bebas tersebut berada dalam keseimbangan statis, resultannya no!, yaitu resultan vektor gaya dan resultan vektor momen keduanya nol. Suatu vektor dalam ruang sclalu bisa diuraikan ketiga komponen yang sa ling tegaklurus, seperti arah x , y , dan z. Jika resultan vektor gay a sama dengan nol, maka komponennya juga harus sama dengan nol. J adi, persamaan keseimbangan statis ialah
I)
11

f 1-

Dalam persamaan ini, 'LFx , 'LFy , dan 'LFz menyatakan jumlah aljabar komponen x, y, dan z dari semua vektor gaya yang bekerja pada benda bebas. Secara sama, jika vektor resultan momen sama dengan nol, persamaan keseimbangan momen statis ialah

dengan LMx, 'LMy, dan 'LMz masing-masing adalah jumlah aljabar momen terhadap sumbu x, y, dan z dari semua kopcl dan gaya yang bekerja pada benda bebas. Enam

Kon~ep

na.nr An al!sa Str uktur

11

persamaan dalam Persamaan (1-1) menyatakan persamaan keseimbangan statis dalam tiga dimensi yang dapat diterapkan pada sembarang benda bebas seperti struktur keseluruhan, bagian dari struktur, batang tunggal atau titik kumpul struktur. Bila semua gaya yang bekerja pada benda bebas berada dalam satu bidang dan vektor setiap kopel tegaklurus bidang ini, maka hanya tiga dari enam persamaan keseimbangan yang bermanfaat. Dengan anggapan gaya terletak pada bidang x-y, jelaslah persamaan "LFz = 0, ~x = 0, dan ~My = 0 akan terpenuhi secara otomatis. Persamaan lainnya

~ \1 - 0

(1-2 )

menjadi syarat keseimbangan statis untuk aksi dalam bidang x-y. Dalam analisa metode kekakuan ,- persamaan dasar yang harus diselesaikan adalah per$31tlaan kondisi keseimbangan di titik kumpul strukt~r, seperti yang akan dibahas dalam Bab 3. 1 b Kesepadan.. Selain syarat keseimbangan statis, seluruh syarat kesepadanan harus terpenuhi dalam analisa struktur. Syarat ini menyatakan kontinuitas perpindahan di seluruh bagian struktur dan kadang-kadang disebut syarat geometris. Misalnya, syarat kesepadanan harus dipenuhi di semua titik tumpuan, yaitu perpindahan struktur harus konsisten dengan kondisi tumpuan. Sebagai contoh, di tumpuanjepit tidak akan terjadi translasi dan rotasi sumbu batang. Syarat kesepadanan harus juga dipenuhi di semua titik kumpuJ pada bagian dalam struktur. Umumnya yang diperhatikan ialah kesepadanan titik kumpul struktur. Misalnya di sambungan yang tegar antara dua batang, perpindahan (translasi dan rotasi) kedua batang harus sama. Dalam analisa metode gaya, persamaan dasar yang harus diselesaikan ialah persamaan kesepadanan perpindahan, seperti yang akan dibahas dalarn Bab 2. 7 1\.l'tiduk , u S.at'~ d 1E!ma..1~ Ketidaktentuan (indeterminacy) suatu struk.tur terdiri dari dua jenis, terganrung pada yang ditinjau (aksi atau perpindahan), salah satu dari kedua jenis tersebut harus diperhatikan dalam analisa. Bila aksi merupakan yang takdiketahui dalam analisa, seperti pada metode gaya, maka ketidaktentuan statis harus ditinjau. Dalarn hal ini, ketidaktentuan menunjukkan kelebihan aksi yang takdiketahui terhadap jumlah persamaan keseimbangan statis yang tersedia. Bila diterapkan pada struktur keseluruhan dan pelbagai bagiannya, persamaan keseimbangan bisa digunakan untuk menghitung reaksi dan resultan tegangan-dalam. Jika persamaan ini cukup untuk menentukan aksi, baik luar maupun dalam, maka struktur bersifat statis tertentu. Jika aksi yang takdiketahui lebih banyak daripada persan1aan, struktur bersifat statis taktentu. Balok bertumpuan sederhana pada Gambar 1-3 dan balok kantilever pada Gambar 1-4 merupakan contoh struktur statis tertentu, karena semua reaksi dan resultan tegangan dalam kedua kasus tersebut dapat dicari hanya dari persamaan keseimbangan. Sebaliknya, balok kontinu pada Gambar 1-Sa bersifat statis taktentu. Kelebihan aksi yang takdiketahui dari yang dapat dicari dengan keseimbangan statis disebut gaya kelebihan statis (static redundant), dan jumlah gaya kelebihan ini menyatakan derajat ketidaktentuan statis dari struktur. Jadi, derajat ketidaktentuan statis balok dua bentang pada Gambar 1-Sa berderajat satu, karena hanya ada satu gaya kelebihan. Misalnya, terlihat bahwa semua reaksi balok tersebut tidak mungkin dihitung hanya dengan keseimbangan. Namun, setelah salal1 satu reaksi diketahui (dengan satu cara), reaksi lainnya dan scmua resultan tegangan dalam dapat ditentukan hanya dengan statika.

12

Analisa \la tri ks untuk Struktur

Ran~ka

HA

'0~ A
MA

/ p
(a)

RA

~6
/ p

HA -+ t r MAt

8~ 7 "
Ra

RA
I h)

H8

0!p
(c)

Mg

Gambar 1-8 . Contoh struktur stalls ta ktentu.

Contoh lain struktur statis taktentu diperlihatkan pada Gambar 18. Ketidaktentuan statis balok pada Gambar l -8a berderajat satu, karena memiliki empat gaya reak!:i (HA , MA , RA, dan Rs) tetapi jumlah persamaan keseimbangan yang tersedia untuk menghitung reaksi hanya tiga (lihat Persamaan 1-2). Balok ujung jepit pacta Gambar l -8b memiliki ketidaktentuan statis berderajat tiga, karena secara umum ada enam reaksi yang harus dicari. Bila semua gaya terpusat pacta balok ujung jepit tegaklurus terhactap sumbu balok, maka tidak ada gaya aksial di ujung balok. Dalam hal ini, balok bisa dianalisa seolah-olah sebagai struktur dengan dua derajat ketidaktentuan statis. Rangka batang bidang pada Gambar l-8c mempunyai dua derajat ketidaktentuan . yaitu melepas statis. Ini ctisimpulkan dengan memenggal dua batang, misalnya X dan Y gaya pada batang tersebut. Rangka batang dcngan penggalan tersebut akan statis ter tentu, karena semua reaksi dan gaya batang dapat dicari langsung dengan menerapkan persamaan keseimbangan. Setiap batang yang dipenggal menyatakan satu aksi (gaya batang) yang dilepas ctari rangka batang. Jumlah aksi yang harus dilepas agar struktur statis taktentu menjadi statis tertentu sama dengan derajat ketidaktentuan. Metode perhitungan derajat ketictaktentuan statis ini bersifat umum dan dapat dipakai untuk pelbagai jenis struktur. Sebagai contoh lain metode perhitungan derajat ketidaktentuan struktur, tinjaulah portal bidang pada Gambar 1-6. Tujuannya ialah membuat penggalan (atau pelepasan) pada portal agar struktur menjadi statis tertentu. Jika batang AB dan BC dipenggal , struktur yang terjadi akan berupa tiga bagian kantilever (yang bertumpu di D,E, dan F) dan masing-masing statis tertentu. Setiap batang yang dipenggal menyatakan penghilangan (atau pelepasan) tiga aksi (gaya aksial, gaya geser, dan momen lentur) ctari struktur semula. Oleh karena yang dilepas seluruhnya enam, maka derajat ketidaktentuan portal adalah enam. Ketidaktentuan statis bisa dibedakan atas ketidaktentuan luar dan dalam. Ketidaktentuan luar berhubungan dengan perhitungan reaksi struktur. Biasanya ada enam per samaan keseimbangan untuk menentukan reaksi struktur ruang, ctan tiga untuk struktur bictan~. Oleh karena itu, struktur ruang ctengan gaya reaksi lebih ctari enam umumnya bersifat statis taktentu luar. Contoh ketidaktentuan luar (external) ctapat dilihat pada Gambar 1-8. Balok tersebut memiliki ketidaktentuan Juar berderajat satu, sedang ketidaktentuan luar balok terjepit bercterajat tiga dan rangka bersifat statis tertentu luar. Ketidaktentuan dalam (internal) berhubungan dengan perhitungan resultan tegangan ctalam struktur, dengan anggapan semua reaksi telah ditentukan sebelumnya. MisaJ. nya, rangka batang pada Gambar l-8c memiliki ketidaktentuan dalam berderajat dua, walaupun bersifat tertentu luar seperti disebutkan di atas. Derajat ketidaktentuan total suatu struktur adalah jumlah derajat ketidakteiltuan

Konsep Oasar AnaiJJ>a Struktur

13

luar dan dalam. Jadi, ketidaktentuan rangka batang pada Garnbar l-8c berderajat dua bila ditinjau secara keseluruhan. Ketidaktentuan luar balok pada Garnbar 1-Sa berderaja\ satu dan balok bersifat tertentu dalam, karena semua resultan tegangan pada balok dapat ditentukan setelah seluruh reaksi diketahui. Portal bidang pada Garnbar 1-6 memilili sembilan gaya reaksi, sehingga ketidaktentuan luarnya berderajat enam. Sedangkan secara internal, portal ini bersifat tertentu karena semua resultan tegangan dapat dicari jika reaksi diketahui. Jadi, ketidaktentuan portal seluruhnya adalah enarn. Pada beberapa konstruksi kadang-kadang dijumpai kondisi khusus yang mempengaruhi derajat ketidaktentuan struktur. Pelengkung rangka batang tiga sendi pada Gambar 1-9 mempunyai sendi tengah di titik B, ~ehingga semua empat reaksinya bisa dihitung dengan statika. Sedangkan gaya di seluruh batang dapat ditentukan setelah reaksi diketahui. Jadi, struktur tersebut bersifat statis tertentu. Beberapa contoh struktur statis taktentu diberikan pada akhir pasal ini. Contoh ini menunjukkan cara penentuan derajat ketidaktentuan untuk pelbagai struktur dengan alasan intuitif. Contoh lainnya akan dijumpai dalam Bab 2 berkenaan dengan analisa metode gaya. A.kan tetapi, pada struktur yang besar kita perlu memakai metode formal untuk menentukan ketidaktentuan statis; metode seperti ini dibahas dalam banyak pustaka dan tidak diulangi di sini. * Pacta analisa metode kekakuan, perpindahan titik kumpul struktur merupakan besar. an yang takdiketahui. Jadi, jenis kedua ketidaktentuan yang disebut ketidaktentuan kinematis menjadi penting. Untuk memaharni jenis ketidaktentuan ini, perlu diingat bahwa titik kumpul pada struktur rangka adalah titik pertemuan dua atau lebih batang, titik tumpuan dan ujung bebas. Bila struktur dibebani, setiap titik kumpul akan mengalarni perpindahan dalarn bentuk translasi dan rotasi, yang tergantung pada konfigurasi struktur. Dalarn beberapa hal, perpindahan titik kumpul diketahui dari pengekangan yang diberikan pada struktur. Misalnya, di tumpuan jepit tidak dapat teijadi perpindahan apa pun. Namun biasanya terdapat perpindahan titik kumpul yang semula takdike tahui, dan hanya bisa ditentukan derigan analisa struktur secara lengkap. Perpindahan titik kumpul yang takdiketahui ini adalah besaran ketidaktentuan kinematis, dan kadang kadang diSebut kelebihan kinematis. Jumlahnya menyatakan derajat ketidaktentuar. kinematis struktur, atau jumlah derajat kebebasan (degree of freedom) untuk perpindahan titik kumpul. Untuk menjabarkan konsep ketidaktentuan kinematis, tinjaulah kembali contoh pada Gambar 1-8. Pada balok dalam Garnbar 1-Sa terlihat bahwa ujung A terjepit dan tidal< dapat mengalami perpindahan apa pun. Sebaliknya, titik kumpul B memilili dua

Gambar 19. Pelengkung rangka batang tiga sendt

Pcmbahasan kettd.tktentuan ~tatb !>Cl':lra lenglwp btsa diilltat p;td.t F/ementory Stmrtural Analysis , LdJSJ kc-3, oleh C.l l. Norris. J. B. \\lilbur. dan ~ - Utku. McGraw-llill, New Yor~ . I ~76.

14

M tr k

tuk "itrukl r R n k

derajat kebebasan untuk perpindahan titik kumpul, karena ia bisa bergeser dalam arah mendatar dan berputar. Jadi, ketidaktentuan kinematis balok ini berderajat dua, dan dua perpindahan titik kumpul harus dihitung dalam analisa balok ini. Dalam praktek, kita boleh mengabaikan defom1asi aksial balok; dalam hal ini, titik kumpul B hanya memiliki satu derajat kebebasan (rotasi) dan struktur dianalisa dengan menganggapnya sebagai struktur dengan satu derajat ketidaktentuan kinematis. Contoh kedua pada Gambar 1-8 adalah balok terjepit yang tidak memiliki perpindahan titik kumpul yang takdiketahui. Jadi, balok ini bersifat kinematis tertentu. Sebagai perbandingan, balok tersebut bersifat statis taktentu berderajat tiga. Contoh ketiga pada Gambar 1-8 adalah rangka batang bidang yang telah ditunjukkan bersifat statis taktentu berderajat dua. Titik A pada rangka batang bisa mengalami dua komponen perpindahan yang bebas (translasi dalam dua arah tegaklurus), sehingga mempunyai dua cterajat kebebasan. Bila titik kumpul dianggap sendi, rotasi titik kumpul rangka batang tidak mempengaruhi batangnya. Jadi, derajat ketidaktentuan kinematis rangka batang selalu ditentukan dengan anggapan rangka batang hanya dibebani di titik kumpulnya Prinsip ini sama seperti pada kasus ketidaktentuan statis, yang menganggap hanya gaya aksial batang sebagai yang takdiketahui. Titik B, D, dan E pada rangka batang dalam Gambar 1-8 masing-masing memiliki dua derajat kebebasan, sedang derajat kebebasan titik C dan F yang dikekang masing-masing adalah nol dan satu. Jadi, rangka batang memiliki sembilan derajat kebebasan untuk translasi titik kumpul, dan ketidaktentuan kinematisnya berderajat sembilan. Portal tegar pada Gambar l-6 merupakan contoh lain struktur kinematis taktentu. Karena tumpuan D, E, dan F portal ini terjepit, maka titik kumpul terse but tidak mengalami perpindahan. Namun, masing-masing titik A, B, dan C memiliki tiga derajat kebe~asan, karena setiap titik kumpul bisa mengalami translasi mendatar dan vertikal serta rotasi. Jadi, jumlah total derajat ketidaktentuan kinematis untuk portal ini adalah sembilan. Jika pengaruh deformasi aksial diabaikan dalam analisa, derajat ketidaktentuan kinematis akan berkurang. Pengabaian ini menyebabkan panjang kolom tidak berubah, sehingga translasi vertikal di titik kumpul tidak mungkin terjadi. Lagi pula, translasi mendatar di titik A dan B akan sama besar, dan translasi mendatar di C memiliki hubungan tertentu dengan translasi B. Dengan kata lain, jika deformasi aksial diabaikan, perpindahan titik kumpul yang bebas ialah rotasi titik A, B, dan C serta satu perpindahan rnendatar (seperti pada titik B). Oleh karena itu, ketidaktentuan kinematis struktur seperti ini berderajat empat. Secara ringkas, dua aturan sederhana selalu dapat dipAkai untuk menentukan ketidaktentuan statis dan kinematis struktur rangka. Pertama, untuk mencari jumlah gaya kelebihan, hitunglah jumlah pelepasan yang diperlukan agar struktur menjadi statis tertentu. Hal ini dapat dilakukan secara tidak langsung dengan mencari jumlah kelebihan aksi yang takdiketahui dari yang dapat dicari dengan persamaan keseimbangan statis. Kedua , untuk menentukan jumlah derajat kebebasan perpindahan titik kumpul, hitunglah jumlah pengekangan titik kumpul yang harus diberikan agar struktur menjadi kinematis tertentu (tidak ada perpindahan titik kumpul). Berikut ini adalah contoh soal mengenai ketidaktentuan statis dan kinematis.
( u I Rangka batang ruang pada Gambar 1-lO memiliki tumpuan sendi di A, B , dan C. Tentukan derajat ketidaktentuan statis dan kinematis rangka batang ini.

Dalam menentukan derajat ketidaktentuan statis, kita lihat bahwa di setiap titik kumpul rangka batang terdapat tiga persamaan keseinl bangan yang .tersedia untuk perhitungan gaya .batang atau reaksi. Jadi, jumlah persamaan statika yang tersedia adalah 18. Sedang jumlah aksi yang takdiketahui adalah 21, karena ada 12 gaya batang dan 9 reaksi (tiga di setiap tumpuan) yang harus dicari. Dengan demikian, ketidaktentuan sta-

16
0
H

Analisa Mutnks untuk Strukt ur Rangka

(a)

( b)

Gambar 1-12. Contoh 3 .

derajat kebebasan untuk rotasi bertambah tiga di setiap tumpuan, sehingga derajat ketidaktentuan kinematisnya 12 lebih banyak daripada untuk portal dengan tumpuan jepit. Terlihat bahwa penghilangan pengekangan di tumpuan struktur memperkecil derajat ketidaktentuan statis dan memperbesar derajat ketidaktentuan kinematis.

Con to h 3 . Balok silang pada Gambar 1-1 2 terlctak pada bidang datar dan bertumpuan sederhana di A, D, E, dan H. Titik B, C, F, dan G merupakan sambungan kaku. Berapakah derajat ketidaktentuan statis dan kinematis? Oleh karena batang balok silang tidak mo::ngalami gaya aksial, maka tumpuan struktur ini hanya memiliki reaksi vertikal. Jadi balok silang ini bersifat taktentu luar bcrderajat satu, karena memiliki empat reaksi tetapi hanya tiga persamaan keseimbangan yang ada untuk struktur keseluruhan. Bila salah satu reaksi dihilangkan , balok silang menjadi statis tertentu dengan memenggal salah satu batang, misalnya CG (lihat Gambar l-12b). Pelepasan pada batang CG menghilangkan tiga aksi (gaya geser vertikal, momen puntir, dan lentur). Jadi, balok silang ini bersifat statis taktentu dalam berderajat tiga dan jumlah derajat ketidaktentuan statisnya adalah em pat. Secara umum ada tiga derajat kebebasan untuk perpindahan di setiap titik kumpul balok silang (satu translasi dan dua rotasi), seperti titik B, C, F, dan G pada balok silang dalam Gambar l-l2a. Akan tetapi, di titik A, D, E, dan H hanya ada dua perpindahan titik kumpul yang mungkin, karena translasinya dicegah. Oleh karena itu, kctidaktentuan kinematis balok silang yang ditinjau berderajat 20. 1.8 Mobilitas Struktur. Dalam pembahasan ketidaktentuan statis luar, kita membandingkan jumlah reaksi struktur denganjumlah persamaan keseimbangan statis untuk keseluruhan struktur yang dipandang sebagai benda bebas. Jika jurnlah reaksi melebihi jumlah persamaan, struktur bersifat statis taktentu luar; jika kedua jumlah ini sama, struktur bersifat statis tertentu luar. Namun, dalam pembahasannya secara tersembunyi dianggap bahwa tata letak geometris reaksi adalah sedemikian rupa, hingga struktur tidak dapat bergerak pada saat beban diberikan. Misalnya, balok pada Gambar l-13a memiliki tiga reaksi yang sama jumlahnya dengan jumlah persamaan keseirnbangan statis untuk gaya sebidang. Akan tetapi, jelas bahwa balok akan bergerak ke kiri bila beban P yang miring diberikan. Jenis struktur ini dikatakan bersifat mobil (atau takstabil kin ematis). Contoh lain struktur mobil adalah portal pada Gambar 1-13b dan rangka batang pada Gambar l-13c. Pada struktur dalam Gambar l-13b, tiga gaya reaksi konkuren (garis kerjanya bertemu di titik 0 ). Oleh karena itu, portal ini bersifat mobil karena tidak dapat menahan beban secara umum, seperti gaya P yang garis kerjanya tidak me lalui titik 0. Pada rangka batang dalam Gambar l-13c tcrdapat dua batang yang kolinear di titik A, dan tidak ada batang lainnya yang bertemu di titik kumpul tersebut. Juga struktur ini bersifat mobil karena tidak mampu menahan beban P dalam konfigu rasi awalnya.

Kon~ep

Dasar An3hS:l Struktur

17

/
(a)

A/

0
/ I'-.

/ '
/

"'
I I I
I
I

' , ' '


'
(c)

(b)

Gambar 113. Struktur mobil.

Dari contoh struktur mobil pada Gambar l -13, kita lihat bahwa baik tumpuan maupun batang suatu struktur harus cukup jumlahnya, dan tata letaknya harus menjamin agar struktur tidak dapat bergerak. Dalam bab selanjutnya hanya struktur yang memenuhi syarat ini akan dibahas. 1.9 Prinsip Superposisi. Prinsip superposisi merupakan salah satu konsep terpenting dalam analisa struktur. Prinsip ini dapat dipakai bila hubungan antara aksi dan perpindahan bersifat linear (keadan yang memenuhi syarat ini akan dibahas kemudian). Dalam pemakaian prinsip superposisi, kita anggap struktur dibebani aksi dan perpindahan tertentu. Aksi dan perpindahan ini menimbulkan aksi dan perpindahan lainnya pada struktur. Jadi, aksi dan perpindahan semula merupakan penyebab, sedang yang terakhir adalah pengaruh. Secara urn urn, prinsip ini menyatakan bahwa pengaruh yang ditimbul.kan oleh sejurnlah penyebab dapat diperoleh dengan menggabungkan pengaruh setiap penyebab. Untuk menjabarkan pemakaian prinsip superposisi bila aksi sebagai penyebab, tinjaulah balok pada Gambar 1-14a. Balok ini memikul beban A 1 dan A 2 yang menimbulkan pelbagai aksi dan perpindahan pada struktur. Misalkan reaksi tumpoannya adalah RA, RB, dan MB, serta lendutan di tengah bentangnya adalah D. Pengaruh aksiA 1 dan .4 2 yang bekerja secara terpiS4h diperlihatkan pada Garnbar l-14b dan l-14c. Setiap kasus memiliki perpindahan di tengah bentang dan reaksi di ujung. Tanda petik tunggal menunjukkan besaran akibat aksi At. dan petik ganda dipakai untuk besaran akibat A 2 Menurut prinsip superposisi, aksi dan perpindahan akibat A 1 dan A 2 yang bekerja secara terpisah (Gambar l-14b dan 1-14c) dapat digabungkan untuk menentukan aksi dan perpindahan akibat A 1 dan A 2 yang bekerja bersamaan (Gambar l-14a). Jadi, per samoan wperposisi berikut dapat dituliskan untuk balok pada Gambar 1-14:
R4
,\I n
/ {1

+ R1

R8

Rn . . . R 8

,\fn

+ \( n

D - I>

+ [)"

(J.])

18

Analtl>& \1atriks untuk Struklur Rangka

Lt2- - -

(a l

A,( . '
~
l o'

R~ '
(b)

~) .
'

R' 8

Ma

(~
~
I

\0 "

R;f
(cl

~ ),8 N tR;'

Gambar 1-14. Pengaruh aks.

Persamaan superposisi yang serupa juga dapat dituliskan untuk aksi dan perpindahan lainnya, seperti resultan tegangan di suatu penampang balok dan perpindahan (translasi dan rotasi) di suatu titik sepanjang sumbu balok. Pemakaian superposisi untuk. ini telah dibahas dalam Pasal1.4. Contoh kedua prinsip superposisi dengan perpindahan sebagai penyebab diilustrasikan pada Gambar 1-15 yang menunjukkan balok AB dengan satu ujung bertumpuan sederhana dan ujung lainnya terjepit. Bila ujung B berpindah ke bawah sejarak ..::l dan pada saat yang sama berputar sebesar sudut 8 (lihat Gambar 1-lSa), maka balok akan mengalami pelbagai aksi dan perpindahan, seperti reaksi di setiap ujung dan perpindahan di tengah bentang yang diperlihatkan pada Gambar 1-lSa. Dua sketsa lainnya (Gambar 1-lSb dan 1-lSc) menunjukkan balok dengan p erpindahan tJ.. dan 8 yang terjadi secara terpisah. Reaksi di ujung dan perpindahan di tengah bentang juga diberi tanda petik; tanda petik tunggal menunjukkan besaran akibat perpindahan ..::l, dan petik ganda dipakai untuk besaran akibat rotasi 8. Bila prinsip superposisi diterapkan pada reaksi dan perpindahan di tengah ben tang, bentuk persamaan superposisinya sama seperti Persamaan (1-3). Contoh ini menunjukkan cara penggabungan aksi dan perpindahan yang ditimbulkan oleh perpindahan. Prinsip terse but juga berlaku untuk aksi dan petpindahan lainnya pada balok. Prinsip superposisi juga dapat dipakai jika penyebabnya terdiri dari aksi dan p erpindahan. Misalnya selain perpindahan tJ.. dan 8, balok memikul juga pelbagai pembebanan. Maka, aksi dan perpindahan pada balok dapat ditentukan dengan menggabungkan akibat mas)ng.m.asihg beban dan perpindahan secara terpisah. Sepeiti disebutkan di muka, prinsip superposisi hanya berlaku bila hubungan antara aksi dan perpindahan pada struktur bersifat linear. lni terjadi bila tiga syarat berikut terpenuhl : (1) b ahan dari struktur mengikuti hukum Hooke ; (2) perpindahan struktur kecil; dan (3) tidak ada interaksi antara pengaruh aksial dan lentur pada batang. Syarat pertama berarti bahwa bahan bersifat elastis sempurna dan hubungan tegangan dan regangannya bersifat linear. Syarat kedua berarti bahwa semua p~rhltungan yang menyangkut dimensi struktur dapat didasarkan p ada dimensi struktur semula; syarat ~

Konscp Dasar Aoolisa Struktur

19

(o)

----~------~~~~

M'

~--4 - ~

(b)

(c)

Gambar 1 15. Pengaruh perp ndahan

juga merupakan anggapan dasar pada metode perhitungan perpindahan yang dibahas dalam Lampiran A. Syarat ketiga berarti bahwa pengaruh gaya aksial pada batang terlentur diabaikan. Syarat ini berkenaan dengan kenyataan bahwa gaya aksial pada batang yang lendutannya kecil sekali pun akan mempengaruhi momen lentur. Pengaruh ini bersifat taklinear dan dapat diabaikan bila gaya aksial (baik tarik maupun tekan) tidak besar. (Metode yang memperhitungkan pengaruh ini dalam analisa dibahas pada Pasal 6.18.) Blla ketiga syarat di atas terpenuhi, struktur disebut bersifat elastis linear, dan prinsip superposisi dapat digunakan. Karena prinsip ini merupakan dasar analisa metode gaya dan kekakuan, kita selalu menganggap bahwa struktur yang dianalisa dalam bab selanjutnya memenuhi syarat-syarat di atas. Dalam pembahasan prinsip superposisi di muka, kita anggap bahwa baik aksi maupun perpindahan merupakan hal yang penting dalam analisa (seperti yang umumnya dijumpai). Namun, hal ini tidak berlaku untuk analisa struktur statis tertentu yang hanya memikul beban, karena analisanya hanya memakai persamaan keseimbangan dan tidak membutuhkan perhitungan perpindahan. Jadi, syarat elastis linear tidak diperlukan. Contohnya ialah penentuan reaksi balok bertumpuan sederhana yang memikul pelbagai pembebanan. Reaksinya selalu merupakan fungsi linear dari beban tanpa memandang sifat bahan dari balok. Akan tetapi, lendutan balok yang kecil tetap diperlukan karenajika lendutannya besar, posisi beban dan reaksi akan berubah.
1.10 Persamaan Aksi dan P~rpmdahan . Hubungan yang ada antara aksi dan perpindahan berperan penting dalam analisa struktur dan banyak dipakai dalam metode gaya dan kekakuan. Cara yang mudah untuk menyatakan hubungan antara aksi pada sturktur dan perpindahan struktur ialah dengan persamaan aksi dan perpindahan. Sebagai contoh persamaan ini, tinjaulah pegas elastis linear pada Gambar 1-16. Aksi A menekan pegas sehingga timbul perpindahan D di ujung pegas tersebut. Hubungan antara A dan D dapat dinyatakan dengan persamaan perpindahan, sebagai berikut :
D = fA

(1-4)

20

Analisa

~larrik~

unluk Struktur Rangka

Gam bar 1 16 . Pegas elasris .onear.

Dalam persamaan ini, F adalah jleksibilitas pegas dan diidentiflkasikan sebagai perpindahan akibat sa tu satuan aksi A Hubungan antara aksi A dan perpindahan D untuk pegas pada Gambar 1-16 dapat dituliskan dengan persamaan aksi yang menyatakan A dalam D:

A= SD

( 15)

Dalam persamaan ini, S adalah kekakuan pegas yang diidentiflkasikan sebagai aksi yang dibutuhkan untuk menirnbulkan perpindahan satu satuan. Terlihat dari Persamaan (14) dan (1-5) bahwa fleksibilitas dan kekakuan pegas merupakan kebalikan (invers) antara satu dengan lainnya, yaitu:

r - 2_s ' s

s-

(1-6)

Satuan fleksibilitas pegas ialah panjang dibagi gaya, sedang satuan kekakuan ialah gaya dibagi panjang. Hitungan cli atas (Persamaan 14 sampai 1-6) yang diterapkan pada pegas juga akan berlaku bagi struktur elastis linear yang memikul aksi tunggal. Contohnya ialah balok bertumpuan sederhana dengan gaya terpusat A di tengah bentang pada Gambar 1-17a. Perpindahan D dalam gambar merupakan lendutan. vertikal ke bawah di titik tempat A bekerja pada balok. Jadi dalam contoh ini, perpindahan D tidak hanya selaras dengan A tetapi juga diakibatkan oleh A. Persamaan aksi dan perpindahan di atas (Persamaan 1-5 dan 14) berlaku untuk balok pada Gambar 1-17a, asalkan fleksibilitas F dan kekakuan S ditentukan secara tepat. Dalam hal ini, fleksibilitas F adalah perpindahan akibat beban satu satuan seperti diperlihatkan pada Gambar 1-17b (lihat Kasus 2 dalam Tabel A-3, Larnpiran A):

P= 48E/
dengan L adalah panjang balok dan El adalah ketegaran lentur. Kekakuan S (sama -dengan invers dari fleksibilitas) adalah aksi yang dibuttihkan untuk menimbulkan perpindahan satu satuan {lihat Gambar l-17c):

s = 48/
L~

Perhatikan bahwa satuan s. adalah gaya dibagi panjang._ Juga perlu ditekarlkan bahwa hubungan sederhana yang dinyatakan oleh Persamaan (1-6) hanya berlaku bila struktur memikul beban tunggal. Sekarang tinjaulah contoh y.ang lebih umum seperti struktur yang memikul tiga beban (Gambar l-18a). Beban pada balok diberi notasi A 1, A 2 , danA 3 , serta arah yang ditunjukkan dalam gambar dianggap positif. Bentuk lendutan akibat beban ini diperlihatkan pada Gambar 1-18b. Dalam gambar ini, perpindahan pada. balok yang selaras dengan At. A 2 , dan A 3 serta diakibatkan oleh ketiga gaya yang bekerja bersamaan

Konsep Dasar Analisa Struktur

21

. - Ltz---1-- Ltz( 0)

~
F
(b)

_k,
(c)

~ _.__.,\,.----

Gamber 117. Fleksibilitas dan kekakuan balok yang memikul beban tunggal.

masing-masing diberi notasi D., D 2 , dan D 3 , serta dianggap positif bila searah aksi yang selaras. Dengan menggunakan prinsip superposisi, setiap perpindahan pada Gambar I-8b dapat dinyatakan sebagai jumlah perpindahan akibat be ban A., A 2 , dan A 3 yang bekerja secara terpisah. Misalnya, perpindahan D 1 ditentukan dengan persamaan
D 1 = Du

+ D 12 + D, 3

D11 adalah perpindahan yang selaras dengan A 1 dan diakibatkan oleh A 1. sedang D12
adalah perpindahan yang s~laras dengan A 1 dan diakibatkan oleh A 2 , serta D 13 adalah perpindahan yang selaras dengan A 1 dan diakibatkan oleh A 3 Dengan cara yang sama, dua persamaan lainnya dapat dituliskan untuk D 2 dan D3 . Setiap suku perpindahan pada ruas kanan persamaan ini adalah fungsi linear dari salah satu beban, yaitu setiap perpindahan berbanding langsung dengan salah satu beban. Misalnya, D 12 adalah perpindahan akibat A 2 sendiri dan sama dengan A 2 kali koefisien tertentu. Bila koefisien ini diberi notasi F, persamaan untuk perpindahan Dt. D 2 , dan D 3 dapat dituliskan secara eksplisit sebagai fungsi beban

D1 D2 Da

= FuAt + FtzAz +
=

F, 3 Aa
(1-7)

F21A1 Fa1A1

+ F22A2 + FzaA3 + F3zAz + F 33Aa

Dalam persamaan pertama, suku F 11 A 1 menyatakan perpindahan D 11 , suku F 12 A 2 menyatakan perpin.dahan D12 , dan seterusnya. Setiap suk.u pada ruas kanan persamaan di atas merupakan perpindahan yang dituliskan dalam bentuk perkalian 1 koefisien dan aksi yang menimbulkan perpindahan. Koefisien ini disebut koefisien fleksibilitas; atau mudahnya fleksibilitas. Setiap koefisien fleksibilitas F menyatakan perpindahan akibat beban satu satuan. Jadi, koefisien F 11 menyatakan perpindahan yang selaras dengan aksi A 1 dan diakibatkan oleh satu satuan A 1 ; koefisien F 12 adalah perpindahan yang selaras dengan A 1 dan diakibatkan oleh satu satuan A 2 ; dan seterusnya. Arti fisik koefisien fleksibilitas diperliha~kan pada Gambar 1-18c, l-18d dan I-18e. Perpindahan balok akibat satu satuan

Aftillisa Matriks untuk Struktur Rangka

{o )

{c)

~~~ 12
{d)

Gambar 1-18. llustras i ko efisien f ie ksibilitas.

aksi A 1 clitunjukkan pada Gambar 1-lSc. Subskrip kedua semua koefisien fleksibilitas dalam gambar ini sama dengan satu, dan menyatakan penyebab perpindahan. Subskrip pertama dalam setiap kasus menunjukkan aksi yang selaras dengan perpindahan yang ditinjau. Hal yang samajuga berlaku untuk perpindahan pada Gambar 1-18d dan l-18e. Mudah atau sukamya perhitungan fleksibilitas tergantung pada struktur yang ditinjau. Contoh untuk struktur yang sangat sederhana cliberikan pada akhir Pasal 1.11. Pemakai_an koefisien fleksibilitas yang lebih umum dalam analisa struktur dan metode perhitungannya akan dibahas dalam Bab 2. Selain persamaan yang menyatakan perpindahan dalam aksi seperti Persamaan (1-7), aksi juga dapat dinyatakan dalam perpindahan dengan persamaan aksi yang dapat dibentuk misalnya dengan menyelesaikan persamaan perpindahan secara simultan. Jadi, jika .Persamaan (1-7) diselesaikan untuk aksi, persamaan aksi yang dihasilkan berbentuk:

AI= S u Dt + Sl2 D2 + sl3D3


A z = S 21D1 + S22D2 + S2aDa

(1-8)

Aa = Sa1D1 + Sa2D2 + SaaD 3


dengan S adalah koefisien kekakuan atau mudahnya kekakuan. Seperti disebutkan di muka, kekakuan menyatakan aksi akibat perpindahan satu satuan. Jadi, koefisien ke kakuan S 11 menyatakan aksi yang selaras dengan A 1 bila satu satuan perpindahan D 1 diberikan sementara perpindahan lainnya (D 2 dan D 3) tetap sama dengan nol. Secara sama, koefisien kekakuan S12 adalah aksi yang selaras dengan A 1 akibat satu satuan perpindahan D 2 sementara D 1 dan D 3 sama dengan nol. Jadi, semua koefisien kekakuan dapat didefmisikan sebagai aksi yang ditimbulkan oleh perpindahan satuan.

Konsep Dasar Analisa Struktur

23

lnterpretasi fisik koefisien kekakuan diperlihatkan pada Gambad-19. Dua gambar pertama (Gambar 1-19a dan 1-19b) diambil dari Gambar 1-18 untuk memperlihatkan aksi dan perpindahan pada struktur semula. Pada Gambar 1-19c, balok diberi perpindahan satu satuan yang selaras dengan A 1 sedang perpindahan yang selaras dengan A 2 dan A 3 dibuat sama dengan nol. Untuk itu, kita perlu memberikan sejumlah pengekang fiktif yang sesuai. Ini diperlihatkan dalam gambar dengan tumpuan sederhana yang selaras dengan A 1 dan A 2 serta pengekang rotasi yang selaras dengan A 3 Aksi pengekangan akibat tumpuan fiktif ini adalah koefisien kekakuan. Misalnya, terlihat dari gambar bahwa S 11 adalah aksi yang selaras dengan A 1 dan diakibatkan oleh perpindahan yang selaras dengan A 1 sementara perpindahan yang selaras dengan A 2 dan A 3 dibuat tetap sama dengan nol. Koefisien kekakuan S 21 adalah aksi yang selaras dengan A 2 akibat perpindahan satu satuan yang selaras dengan A 1 sementara perpindahan yang selaras dengan A 2 dan A 3 dibuat sama dengan nol, dan seterusnya sama untuk kekakuan lainnya. Perhatikanlah, setiap koefisien kekakuan adalah reaksi untuk struktur terkekang, dan tanda panah bergaris miring dipakai untuk membedakannya dengan vektor beban. Arah setiap koefisien kekakuan yang diperlihatkan dianggap positif dan se cara otomatts searah dengan aksi yang selaras. Jika arah sesungguhnya salah satu kekakuan berlawanan d~riga~ . ailggapan; maka koefisien ini berharga negatif. Koeflsien kekakuan akibat pei"pin(fah~ satuan yan~ . selaras dengan A 2 dan A3 diperlihatkan pada Gambar 1-19d dan 1-19e. ! P~rhitungan Ic.oefisien kekakuan untuk balok kontinu pada Gambar 1-19 akan sangat panjang. Namiln_, d_ alam--:menganlilisa struktur dengan metode kekakuan (seperti yang dilalqlkan " ctatiim Bab 3 dan 4), kesukarim ini dihindari dengan membatasi perhitungan kekakuan pada struktur khusus yang dibentuk dengan mengekang seluruh titik kumpul

(a)

~
(b)

24

Analisa Ml!triks untuk Struktur Rangka

struktur semula. Tujuan utama pembahasan di atas dan dua contoh berikut membantu pembaca untuk memahami arti fisik koefisien kekakuan dan fleksibilitas tanpa menyinggung perhitungan praktisnya.
Contoh 1. Balok pada Garnbar 1-20 rnernikul beban At dan A 2 di ujung bebas. Dengan sketsa tunjukkanlah arti fisik koefisien fleksibilitas dan kekakuan yang selaras dengan aksi tersebut Be ban satuan yang selaras dengan aksi A 1 dan A 2 rnasing-rnasing diperlihatkan pada Garn bar l-20b dan l-20c. Perpindahan akibat be ban satuan ini ctan yang selaras dengan aksi A 1 dan A 2 adalah koefisien fleksibilitas . Koefisien ini (F11 , F 2 t, F t 2 , dan F 22 ) ditunjukka.n dalarn garn bar. Koefisien kekakuan (lihat Garnbar l-20d ctan J-20e) ditentukan dengan rnernberikan perpindahan satuan yang selaras ctengan A 1 ctan A 2 scmentara perpindahan lainnya dibuat sarna ctengan nol. Untuk itu, kita mernerlukan pengekang yang sesuai terhadap translasi dan rotasi di ujung bebas balok. Aksi pengekang yang selaras dengan At ctan A 2 adalah koefisien kekakuan ctan ctitunjukkan ctalarn gambar. Contoh 2. Rangka batang bidang pada Garnbar l-2l a rnemikul dua beban At dan A 2 . Sketsa pacta Gambar l-2lb, l-21c, 1-21d, dan l-2 le rnernperlihatkan arti fisik koefisien fleksibilitas ctan kekakuan yang selaras dengan A 1 dan A 2 . Perhatikanlah, kekaku-

an yang diperlihatkan pacta Gambar 1-21 d dan 1-21 e adalah aksi pengekang yang diperlukan bila titik kurnpul rangka batang yang dibebani berpindah sejarak satu satuan dalam arah At dan A 2 Jenis pengekangan ini ctilakukan dengan mernberikan turnpuan sendi.

1.11 Matriks F leksibilitas dan Kekakuan. Dalam pasal sebelumnya, pengertian persamaan aksi dan perpindahan dibahas dengan contoh-contoh khusus. Dari sini, kita bisa membentuk persamaan untuk struktur yang memikul sejurnlah aksi dan perpindahan yang selaras. Jadi, jika jurnlah aksi yang diberikan pada struktur adalah n, maka per-

A,~

~
(ol

)A2
1

4
(b)

-==Fl
F.
21

_ jF,,

.A

~PF,z
(c)

~~ 22

&'

~
(d)

~~~ s,f Sz,

~
(e)

-f-E l

)Szz

lSz

Gambar 1-20. Contoh 1.

Konsep Dasar Analisa Struktur

25

..

(o)

(b)

(cl

(el
Gambar 1-21. Contoh 2.

samaan yang menyatakan n perpindahan yang selaras ialah (bandingkan dengan Persamaan

1-7):
D, = FilA, + F,zA2 + Dz = Fz1A1 + FzzA2 +
Dn

+ FlnAn + F2nAn + Fn nAn

(1-9)

Fn1A1 + FnzAz +

Dalam persamaan ini, setiap perpindahan D selaras dengan salah satu aksi A dan diakibatkan oleh semua aksi yang bekerja bersamaan pada struktur. Misalnya, D 1 adalah perpindahan yang selaras dengan A 1 dan diakibatkan oleh semua aksi A~>Az, ... ,An. Setiap koefisien fleksibilitas F menyatakan perpindahan akibat salah satu aksi sebesar sat~ satuan pada saat aksi 1ainnya sama dengan noI. Misalnya,F:u adalah perpindahan yang selaras dengan aksi A 2 dan diakibatkan oleh satu satuan aksi A 1. Secara umum, koefisien fleksibilitas Fij adalah perpindahan ke-i (yaitu perpindahan yang selaras dengan aksi ke-i) akibat satu satuan aksi ke-j. Koefisien tersebut berharga positif bila searah dengan arah positif aksi ke-i. Dalam bentuk matriks, persamaan perpindahan (Persamaan 1-9) menjadi

D2 D ]

~:.

lF ;,.,
11

Fz,

F1,] Fzn lA1] Az .. .


.. .

Fnn

A,

26
a tau
D =FA

Analisa Matriks untuk Strulctur Rangka

(1-10)

dengan D adalah matriks perpindahan berordo n x 1; F adalah matriks jleksibilitas bujur sangkar berwdo n X n; dan A adalah matriks aksi atau be ban berordo n X 1. * Koefisien fleksibilitas F;j pad a diagonal utama F disebut koefisien fleksibilitas langsung dan menyatakan perpindahan akibat aksi satu satuan yang selanis. Koefisien fleksibilitas lainnya disebut koefisien fleksib_ ilitas silang dan menyatakan perpindahan akibat aksi satu satuan yang tidak selaras. dengan perpindahan tersebut. Jelaslah, i = j untuk fleksibilitas langsung dan i =I= j untuk fleksibilitas sUang. Persamaan aksi untuk struktur dengan n aksi A dapat ditentukan dengan menyelesaikan Persamaan (1-9) secara sin1Ultan, sehingga diperoleh aksi yang dinyatakan dalam perpindahan. Operasi ini menghasilkan persamaan aksi berikut:

A1 A2

= Su Dl + S12D2 +

= S21 D1

+ SzzDz +

(1-11)

Dalam bentuk matriks, persamaan aksi ini adalah

S,2
atau

S1n] ~-2~1 ~~ Snn D,.

[D 1 ]
(1-12)

A = so

Seperti dijelaskan di muka, matriks A dan D merupakan matriks aksi dan perpindahan berordo n x 1 . Matriks S adalah matriks kekakuan bujur sangkar berordo n X n. Setiap koefisien kekakuan S;j dapat didefinisikan sebagai aksi ke-i akibat satu satuan perpindahan ke-j sementara perpindahan lainnya nol. Jika i = j, koefisien tersebut adalah koefisien kekakuan langsung; jika i =I= j, ia disebut koefisien kekakuan silang. Oleh karena Persamaan (1-l I) diben tuk dari Persamaan ( 1-9) serta aksi A dan perpindahan D dalam persamaan ini selaras, maka matriks fleksibilitas dan kekakuan merniliki hubungan tertentu. Hubungan ini dapat ditentukan dengan menyelesaikan Persamaan (1-10) untuk A, sehingga (1-13) dengan F - 1 adalah invers matriks fleksibilitas F. Sedang vektort A dan D sama seperti pada Persamaan (1-12), sehingga jelas bahwa

dan

F =s- I

(1-14)

Hubungan ini menunjukkan bahwa matriks kekakuan adalah invers dari matriks fleksibilitas dan sebaliknya, asalkan persamaan aksi dan perpindahan dibentuk dengan himpunan yang sama dari aksi dan perpindclhan yang selaras.

Notasi matiiks dicetak dengan huruf tebal untuk membedakannya darl skalar. t lstitah vektor sering dipakai untuk matrlks dengan baris a tau kolom tunggal.

Konse p 'Dasar Analisa Struktur

27

Namun, dalam analisa struktur umumnya keadaan tersebut tidak terjadi. Misalkan persamaan perpindahan yang menghubungkan aksi At dan perpindahan yang selaras Dt untuk suatu struktur adalah: Dt

= FtAt

Dalam persamaan ini, F t adalah matriks fleksibilitas yang menghubungkan perpindahan


Dt dan aksi At. Secara terpisah, himpunan persamaan aksi yang menghubungkan him-

punan aksi A2 dan perpindahan yang selaras D2 juga bisa dituliskan untuk struktur yang sama;jadi:

Az

= SzDz

Jelaslah, matriks fleksibilitas F t bukan invers dari matriks kekakuan 8 2 a tau sebaliknya. Namun, invers dari F t selalu dapat dibentuk, dan invers ini boleh disebut sebagai matriks kekakuan. Secara khusus, invers yang dihasilkan adalah matriks kejcakuan 8 1 yang berkaitan dengan pei:samaan aksi yang menghubungkan At dan D., yaitu

A1

= F! 1D1

= S,Dt

Demikian juga halnya, invers matriks 8 2 adalah matriks fleksibilitas yang menghubungkan D2 dan A2 , sebagai berikut:

D2

= S2 1A2 = F2A2

Pembahasan di atas menunjukkan bahwa matriks hanya ditentukan oleh sifat struktur; matriks tersebut j\lga menghubungkan secara lan~sung himpunan aksi dan perpindahan yang ditinjau. Hal penting yang perlu diingat ialah matriks fleksibilitas F yang dibentuk untuk struktur yang dianalisa dengan metode gaya (lihat Bab 2) bukan invers matriks kekakuan S untuk struktur yang sama pada metode kekakuan (lihat Bab 3). Alasannya ialah himpunan aksi dan perpindahan yang selaras dalam kedua metode tersebut berbeda.
Contoh. Balok kantilever pada Gambar l-22a dibebani aksi At dan A 2 di ujung bebas. Perpindahan yang selaras diberi notasi Dt dan D 2 dalam gambar. Koefisien fleksibilitas ditunjukkan pada Gambar l-22b dan l-22c dan dapat dicari dengan mudah (lihat Tabel A-3, Lampiran A):
Fzz = El

Jadi, persamaan perpindahannya ialah

dan matriks fleksibilitas


2

F=

U 2EI L ] 3EI U L [ 2EJ El

Koefisien kekakuan adalah aksi pengekang yang diperlihatkan pada Gambar l-22d dan l-22e. Dalam contoh ini, koefisit;nnya adalah reaksi untuk balok terjepit dan besar-

28

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

( o)

(b)

Gambar 1-22. Contoh koefisien fleksibi litas dan kekakuan.

nya dapat ditentukan dari tabel gaya jepit ujung dalam Lampiran B (lihat Tabel B-4). Oari tabel ini, kita peroleh:
- 12/ S " - L~

s 22 -

4/ L

Jadi, persamaan aksinya ialah

dan matriks kekakuan

6 /] -u
4f/
Bila matriks fleksibilitas dan kekakuan dikalikan, kita akan peroleh matriks identitas I sebagai berikut:
FS

= SF = [ ~

~J = I

Jadi, matriks F merupakan invers dari S dan sebaliknya karena dibentuk dari himpunan aksi dan perpindahan yang sama.

Konsep Dasar Analisa Struktur

29

1.12 Beban Titik Kumpul Ekivalen. Analisa struktur dengan metode gaya dan kekakuan yang formal (yang dibahas pada akhir Bab 2 dan 3) mengharuskan struktur hanya memikul beban yang bekerja di titik kumpul. Akan tetapi, beban sebenarnya pada struktur secara umum tidal< memenuhi syarat tersebut. Sebaliknya, beban bisa bekerja di titik kumpul atau pada batang. Agar syarat di atas terpenuhi, beban pada batang harus diganti dengan beban ekivalen di titik kumpul. Beban tilik kumpul yang ditentukan dari beban pada batang disebut beban titik kwnpul ekivalen. Bila beban ini dijumlahkan dengan be ban titik kumpul sebenarnya, maka beban total yang dihasilkan disebut beban titik kumpu/ gabungan. Selanjutnya, struktur dapat dianalisa dengan metode matriks untuk pengaruh beban titik kumpul gabungan. Agar .memudahkan analisa, beban titik kumpul gabungan harus sedemikian besar hingga perpindahan struktur yang ditimbulkannya sama dengan perpindahan akibat beban scbenarnya. Hal ini tercapai hila beban ekivalen dihitung berdasarkan gaya jepit ujung, seperti yang ditunjukkan dalam contoh pada Gambar 1-23. Bagian (a) gambar ini memperliliatkan balok ABC yang bertumpu di titik A dan B serta memikul sejumlah beban. Beberapa di antara beban ini adalah beQan titik kumpul sebenarnya (lihat Gambar l -23b), sedang beban lainnya bekerja pada batang (lihat Gambar l-23c). Untuk mengganti beban batang dengan beban titik kumpul ekivalen, titik kumpul struktur dikekang terhadap semua perpindahan. Untuk balok dalam gambar, prosedur ini menghasilkan dua balok terjepit {Gambar l-23d). Bila balok terjepit ini memikul beban batang, maka akan timbul gaya jepit ujung. Gaya ujung dapat ditentukan dengan rumus dalam Lampiran B dan ditunjukkan pada Gambar l-23d untuk beban dalam contoh ini. Gaya jepit ujung yang sama juga diperlihatkan pada Gambar l-23e. Di sini gaya ujung ditunjukkan sebagai aksi pengekang pada struktur terkekang. Jika aksi pengekang ini dibalikkan arahnya, aksi ini menjadi hirnpunan gaya dan kopel yang ekivalen dengan beban batang. Perjumlahan beban titik kumpul ekivalen ini dengan beban titik kumpul semula (Gambar l-23b) menghasilkaR beban titik kumpul gabungan yang diperlihatkan pada Gambar 1-23/. Beban gabungan ini kemudian digunakan daJam analisa struktur yang dibahas nanti. Umumnya beban titik kumpul gabungan untuk sembarang struktur dapat ditentukan dengan prosedur yang ditunjukkan pada Gambar 1-23. Langkah pertama ialah memisahkan beban titik kumpul sebenarnya dari beban batang. Perpindahan titik kumpuJ struktur kemudian dikekang dengan memberikan pengekang titik kumpul yang sesuai. Selanjutnya, aksi pengekang akibat beban batang pada struktur terkekang 1ihitung dengan rumus dalam Tabel B-1. Negatif dari aksi ini adalah beban titik kumpul ekivalen. Jumlah beban ini dan beban titik kumpul sebenamya merupakan beban titik kumpul gabungan. Seperti disebutkan di muka, perpindahan struktur akibat bcban gabungan harus sama dengan yang ditimbulkan oleh beban sebenarnya. Untuk memperlihatkan bahwa syarat ini terpenuhi, tinjaulah kembali balok pada Gambar 1-23. Jelas bahwa superposisi beban gabungan (Gambar l-23t) dan aksi pada struktur terkekang (Gambar l-23e) akan menghasilkan beban sebenarnya pada balok (Gambar l-23a). Dengan demikian, superposisi perpindahan titik kumpul pad a balok dalam Gambar l-23e dan l-23f harus menghasilkan perpindahan titik kumpul pada balok semula. Tetapi karena semua perpindahan titik kumpul untuk balok terkekang adalah nol, kita dapat simpulkan bahwa perpindahan titik kumpul pada balok akibat beban sebenarnya dan be ban gabungan sama besar. Lebihjauh lagi, reaksi tumpuan untuk struktur yang memikul beban gabungan sama dengan reaksi tumpuan akibat beban sebenarnya. Kesimpulan inijuga dapat dibuktikan dengan superposisi aksi pada balok dalam Gambar l-23e dan I -23f. Semua aksi pengekang pada balok dalam Gambar l-23c ditiadakan oleh beban titik kumpul ekivalen

30

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

(ol

~~A----~~~-8----~c
(b)

c
(c)

Gambar 123. Beban titi k kum pul gabungan.

yang sama besar dan berlawanan arah pada balok dalam Gambar l-23f. Jadi, reaksi.balok dengan beban gabungan sama dengan reaksi balok dengan beban sebenarnya (Gambar 123a). Kesimpulan ini dan sebelumnya berlaku untuk semuajenis struktur rangka. Sebaliknya, gaya ujung batang akibat beban titik kumpul gabungan pada struktur biasanya tidak sama seperti akibat beban sebenarnya. Gaya ujung akibat beban sebenar nya harus ditentukan dengan menjumlahkan gaya ujung pada struktur terkekang dan gaya akibat beban gabungan. Misalnya untuk balok pada Gambar 123, gaya ujung se benarnya (Gambar 123a) dicari dengan menjumlahkan gaya ujung dari balok pada Gam bar 123e dan 123f. Yang terakhir diperoleh sebagai hasil analisa struktur, sedang yang pert am a diketahui dari perhitungan gay a jepit ujung. Besaran lain yang penting dalam analisa struktur dengan metode gaya ialah gaya kelebihan. Sama atau tidaknya gaya kelebihan pada struktur semula dan struktur dengan beban titik kumpul gabungan tergantung pada keadaan yang d.ijumpai. Jika gaya kelebih an merupakan reaksi struktur, maka ia harus d.iperlakukan secara sama seperti untuk gaya ujung di atas. 1.13 Konsep Energi. Kebanyakan persamaan dalam buku ini diturunkan dari prinsip keseimbangan, kesepadanan dan superposisi. Akan tetapi, metode energi juga berperan penting dalarn teori struktur, terutarna untuk analisa kontinum dengan elemen berhingga. Dalam pasal ini, konsep energi regangan dan energi regangan komplementer akan dibahas dan dihubungkan dengan kekakuan dan fleksibilitas. Pembahasannya ter. batas pada struktur yang regangan dan perpindahannya kecil serta energinya tidak hilang selarna proses pembebanan statis. Dengan kata lain; kerja luar (external) dari beban Y'!ng d.iberikan secara perlahan.Jahan sama dengan energi yang disimpan dalam struktur, dan sistem d.isebut konservatif. Bila struktur dibebani secara statis, pelbagai jenis regangan dan tegangan dalarn akan tim~ul tergantung pada masalah yang ditinjau . Gambar 124 memperlihatkan keadaan

32

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Agar sederhana, enam tegangan bebas dari regangan yang selaras dituliskan dalam vektor kolom. Jadi,

u,
(T2

<T.r <Tv <T: T.rv Tuz Tz.r

e,
2

u=

<Ta
(T4 (T5 (T6

E =

Er fu :

4
;, 6

'Y .ru 'Y11z 'Y :.r

(d)

Vektor ini dan sumbu koordinatnya menyatakan secara lengkap keadaan tegangan dan regangan di sembarang titik pada benda tiga dirnensi. Gambar 1-25 memperlihatkan diagram tegangan dan regangan tipikal untuk bahan taklinear dan linear. Agar sederhana, hanya salah sa tu jenis tegangan normal o digambarkan terhadap regangan normal yang selaras e: Energi regangandidefinisikan sebagai integrasi kerja dalain dari tegangan selama pertambahan regangan untuk regangan total dan seluruh volume. Untuk kasus tak linea.r pada Gambar 1-25a, energi regangam U bisa dituliskan sebagai

V =

~ f (f''u de) dV
fel
V

(1-15)

dengan V adalah volume, ns adalah jumlah komponen regangan e; (lihat Persamaan d) yang terlibat dalam suatu masalah. Suku dalam kurung menyatakan luas antara kurva dan sumbu regangan pada Gambar 1-25a. Evaluasi integral ini untuk kasus linear pada Gambar 1-25b (dengan a = ea;/e;) menghasilkan (1-16) dengan aT adalah transpos matriks kolom a. Perhatikan bahwa perjumlahan dalam persamaan U ekivalen dengan perkalian matriks yang lebih sederh.ana. Energi r egangan komplementer didefinisikan sebagai integrasi kerja dalam (internal) dari regangan selama pertarnbahan tegangan untuk tegangan total dan seluruh volume.

(a)

( b)

Gambar 1-25. Diagram tegangan -regangan : (a) taklinear dan (b) linear.

Konsep Dasar Analisa Struktur

33

Persamaan energi regangan komplementer l-25a, ialah

u*
1

untuk kasus tak linear pada Gambar

U*

= f f (f"Eda-) dV
i =l
~

(1-17)

Di sini suku dalam kurung menyatakan luas antara kurva dan sumbu tegangan pada Gambar 1-25a. Evaluasi integral untuk kasus linear pada Gambar 1-25b (dengan e = aetfa1) menghasilkan

1L ,, U* =2 i=l

E;u-;

I'

I dV =2

ET(T

dV

(1-18)

fT adalah transpos matriks kolom e. Perbandingan Persamaan (1-16) dan (1-18) m.enunjukkan bahwa untuk bahan elastis linear, energi regangan sama dengan energi regangan komplementer. Hal ini juga bisa dilihat dari Gambar 1-25b. Kerja luar beban dapat dirumuskan secara sama seperti untuk energi regangan. Namun, integrasi untuk seluruh volume tidak diperlukan bagi beban permukaan terpusat. Gambar 1-26 memperlihatkan diagram beban-perpindahan tak linear dan linear untuk beban tunggal P dan perpindahan yang selaras .d . Kerja luar W semua beban seperti ini pada kasus tak linear ialah

=~ L f ~ ' P dt1
i=l

(1-19)

dengan n p adalah jumlah beban. Integral dalarn Persamaan (1-19) menyatakan luas antara kurva dan sumbu perpindahan pada Gambar 1-26a. Integrasi untuk kasus linear pada Gambar 1-26b menghasilkan (1-20) Simbol AT dalam Persamaan (1-20) menyatakan transpos vektor kolom yang mengandung semua be ban luar, dan D adalah vektor kolom perpindahan yang selaras. Selain itu, kerja beban komplementer sama bentuknya seperti untuk energi re-

(o )

(b)

Gambar 1-26. Diagram beban-perpindahan: (a) taklinear dan (b) linear.

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

gangan komplementer. Kerja beban komplementer Gambar l-26a ialah

w*

untuk kasus taklinear pada

W*

~JPI 6. dP = 2..
Jl 0

(1-21)

Dalam hal ini, integralnya menyatakan luas antara kurva dan sumbu beban pada Cambar 1-26a. Integrasi untuk kasus linear pada Gambar l-26b menghasilkan (1-22) Untuk kasus linear, Persarnaan (1-20) dan (1-22) menunjukkan pahwa kerja beban sarna dengan kerja beban komplementer, seperti terlihat dari Gambar 1-26b. Energi regangan. dan energi regangan komplementer untuk struktur elastis linear bisa dinyatakan dalam kekakuan dan fleksibilitas sebagai pengganti tegangan dan regangan. Untuk energi regangan, kita gunakan prinsip kekekalan energi yang menyatakan bahwa kerja beban W sama dengan energi regangan U yang disimpan dalam struktur. Selain itu, aksi yang diberikan berhubungan dengan perpindahan yang selaras . melalui fleksibilitas (Persamaan 1-10) atau kekakuan .(Persamaan 1-1 2). Substitusi hubungan akhir ke dalam bentuk transpos Persamaan (1-12) ke Persamaan (1-20) menghasilkan (1-23) Secara sama, prinsip kekekalan energi komplementer menghasilkan persamaan kedua (1-24) yang diperoleh dengan substitusi transpos Persamaan (1-10) ke Persamaan (1-22). Tentunya U = U* dan W = W* juga berlaku . Teorema energi yang dikembangkan oleh Castigliano, Crotti dan Engesser* sering dipakai oleh ahli struktur untuk membentuk persamaan keseimbangan dan kesepadanan. Teorema Castigliano pertama menyatakan bahwa jika energi regangan benda elastis dinyatakan sebagai fungsi himpunan perpindahan, maka tUrunan parsial pertamr. fungsi ini terhadap perpindahan tertentu sama dengan aksi yang selaras. Teorema ini berlaku untuk elastisitas linear maupun taklinear, dan penerapannya pada kasus linear Persamaan (1-23) menghasilkan
(j = I, 2, ... , n)

(1-25)

yang bisa dibuktikan dengan melakukan rincian operasi perkalian matriks dan menurunkannya secara parsial. Persamaan (1-25) menyatakan himpunan n syarat keseimbangan untuk struktur elastis linear. Teorema Crotti-Engesser menyatakan bahwa jika energi regangan komplementer dituliskan dalam himpunan aksi yang diberikan, maka turunan parsial pertama fungsi ini

*Pembahasan lcbih lanjut mengenai teorema energi ini dan rujukannya dapat dilihat pad a Mecha_nics of Materials , S.P. Timoshcnko dan J M. Gere, D. Van Nostrand, New York, 1972, Bab -ll.

Konsep Dasar Analisa Struktur

terhadap aksi tertentu sama dengan perpindahan yang selaras. Jadi, turunan parsial Persamaan {1-24) menghasilkan

- - =
iJA J

iJU*

k t

" L F jk Ak =DJ

U = 1, 2, ..

.", n )

(1-26)

Persamaan {1-f6) menyatakan himpunan n syarat kesepadanan untuk struktur elastis linear. Walaupun teorema Crotti-Engesser berlaku untuk sistem linear maupun taklinear, tetapi di sini hanya diterapkan pada kasus linear. Jadi, energi regangan komplementer U* dalam Persamaan {1-26) dapat diganti oleh energi regangan U. Bentuk khusus teorema Crotti-Engesser ini dikenal sebagai teorema Castigliano kedua yang hanya berlaku untuk struktur elastis linear. Dengan menurunkan Persamaan {1-25) dan {1-26) lebih lanjut, keka.l(uan dan fleksibilitas dapat ditentukan dari energi regangan dan energ.i. regangan komplementer. Jadi, hila Persamaan {1-25) diturunkan terhadap Dk, kita pero1eh suku kekakuan umum Sp, sebagai berikut:
j

= 1, 2, ... , 11 = 1, 2, ... , 11

(1-27)

Je1aslah , Sjk sama dengan turunan parsial kedua dari U (yang dinyatakan dalam perpindahan) terhadap Di dan Dk. Sebaliknya, bila Persamaan {1-26) diturunkan terhadap Ak, kita peroleh koefisien fleksibilltas urn urn F;k. yaitu
j

= l , 2, ... , fl

k = I , 2, ... , n

{1-28)

Jelas1ah, F;k sama dengan turunan parsial kedua dari U* (yang dinyatakan sebagai fungsi aksi luar) terhadap A; dan Ak. Se!<arang kita bisa melihat hubungan timbal balik untuk kekakuan dan fleksibilitas. Jika urutan diferensial pad a Persamaan ( 1-27) dibalik, hasilnya harus sama sehingga
s }k

= skj

{129)

Oleh karena semua pasangan kekakuan silang sama besar, matriks S harus1ah strnetris sehingga identik dengan transposnya:

s = s-r

{1-30)

Kesamaan ini juga terlihat dari Persamaan (1-23), karena U adalah besaran skalar dan dapat ditranspos. Dengan cara yang sama, pembalikan urutan diferensial pada Persamaan {1-28) menunjuk.kan {1-31) Jadi, semua pasangan fleksibilitas silang sama besar*, sehingga matriks F simetris dan identik dengan transposnya :

F = FT

(1-32)

"'Hubungan timbal-balik untuk fleksibilltas juga disebut teorema Maxwell, karena ditemukan pertama kali oleh J .C. Maxwell pada 1864.

36

jl.nalisa Matriks untuk Struktur Rangka

Kesamaan ini juga bisa diturunkan dari Persamaan (1-24) dengan memperhatikan bahwa U* = U*T, dan U* besaran skalar. Ilustrasi hubungan timbal balik yang dibahas di sini dapat dilihat dalam contoh pada akhir Pasal l.l f (lihat halaman 31). Dalam contoh ini, fleksibilitas silang F 12 dan F 21 sama besar, serta matriks fleksibilitas simetris. Demi.kian juga halnya, kekakuan silang S 12 dan S21 sama besar, serta matriks kekakuanjuga simetris. Banyak contoh hubungan timbal-bali.k lainnya akan dijumpai dalam analisa metode gaya dan kekakuan. 1.14 Kerja Maya. Dalam pasal ini, kita akan membahas konsep kerja dan energi maya (virtual) yang berbeda dengan kerja dan energi nyata dalam pasal sebelurnnya. Metode kerja maya lebih ampuh daripada metode yang berdasarkan kerja nyata karena selain perpindahan akibat beban luar, perpindahan akibat pengaruh lainnya juga boleh digunakan. Bila beban luar mengalami perpindahan maya, maka beban ini akan bekerja dengan harga konstan (tidak bertambah secara perlahan-lahan dari nol). lde seperti ini menimbulkan tekni.k lainnya untuk merumuskan kondisi keseimbangan atau kesepadanan pada struktur. Selain itu, sembarang aksi, perpindahan, kekakuan atau fleksibilitas dapat ditentukan tanpa harus merumuskan energi regangan dan turunannya. Tinjaulah struktur konservatif yang berada dalam keseimbangan dengan himpunan aksi luar A yang menimbulkan tegangan dalam a. Misalkan struktur mengalami suatu pola deformasi maya sepadan yang dikehendaki. Deformasi ini harus kontinu sepanjang struktur dan konsisten dengan syarat batas geometris karena ji.ka tidak, pemilihannya oersifat sembarang. Pola tersebut terdiri dari perpindahan maya fuar oD yang selaras dengan aksi nyata A; dan tegangan maya dalam oe yang selaras dengan tegangan nyata a. Prinsip kerja maya menyatakan bahwa kerja maya luar aksi nyata A sepanjang perpindahan maya oD sama dengan integrasi kerja maya dalam dari tegangan nyata a selama regangan may a oe untuk seluruh volume. Kerja maya luar (eksternal) oW ialah (1-33) dan kerja maya dalam (internal) oU bisa dituliskan sebagai
oU

J
I'

uTiJ dV

{1-34)

Sebutan yang lebih tepat untuk besaran ini ialah energi regangan maya. Penerapan prinsip kerja maya menghasilkan persamaan

oW

8U

(1-35)

dan dengan memasukkan Persamaan (1-33) dan (1-34) ke Persamaan (1-35),


A Tf>D =

fv uTilE dV

(1-36)

Untuk memahami persamaan kerja maya ini, kita harus membayangkan bahwa aksi nyata yang melakukan kerja luar besarnya konstan selama perpindahan may a. Demi.kian juga halnya, tegangan nyata yang melakukan kerja dalam berharga konstan selama r~gang~n maya. Persamaan (l-36) hanya berlaku ji.ka pada saat dibebani deformasi maya sepadan, struktur berada dalam keseimbangan. Sebali.knya, jika Persamaan (1-36) berlaku, struktur berada dalam keseimbangan. Oleh karena itu, persamaan keseimbangan bisa diturunkan dari Persamaan (1-36) dengan menerapkan hubungan tegangan-regangan dan regangan-perpindahan yang sesuai pacta struktur. Pendekatan ini dipakai dalam metode elemen berhingga tetapi tidak sesuai untuk analisa struktur rangka.

Konsep Dasar Analisa Struktur

37

Sebagai gantinya, Persamaan (1-36) akan dikhususkan menjadi metoda perhitungan aksi dan kekakuan. Bila aksi A; merupakan yang tak diketahui (seperti reaksi), aksi ini dapat dicari dengan memasukkan oD; = 1 sedang seluruh elemen o D lainnya nol, sehingga Persamaan (1 -36) menjadi

Ail) =

fv u &i dV

(a)

dengan oe; adalah vektor regangan maya dalam untuk kondisi oD; = I . Bentuk transpos ekivalennya
( I)AJ= f..o E Ju dV

(1-37)

akan lebih mudah untuk dijabarkan. Persamaan (1 -37) menyatakan sua tu teknik yang disebut me rode perpindahan satuan dan juga dapat digunakan untuk menghitung koefisien kekakuan. Untuk itu, kita definisikan vektor D sebagai perpindahan nyata yang selaras dengan aksi A, dan misalkan Dk = l sedang semua elemen D lainnya no!. Dalam hal ini besaran A; pada Persamaan ( 1-37) menjadi aksi jenis j akibat satu satuan perpindahan jenis k, yaitu definisi untuk Sik Akibatnya, Persamaan (1 -37) menjadi (1-38) dengan Ok adalah vektor tegangan dalam untuk kondisi Dk = 1. Persamaan integral untuk Sp, ini (yang diturunkan dengan metode perpindahan satuan) lebih sering digunakan dari pada persamaan diferensial (Persamaan 1-27) yang dikembangkan dari energi regangan dalam pasal sebelumnya. Arti fisik Persamaan (1-38) bisa dilihat dalam contoh pada akhir Pasal 1.1 1 (lihat Gambar 1-22). Sebagai contoh , penerapan Persamaan (1-38) untuk suku ke~akuan S 12 menghasilkan

(b)
Dalam ha! ini, kerja maya luar sama dengan hasil kali S12 pada Gambar 1-22e dan perpindahan satuan (jenis I) pada Gambar l-22d. Kerja maya dalam dihitung sebagai perkalian tcgangan jenis 2 (Gambar I-22e) dan regangan maya jenis 1 (Gambar 1-22d). Agar lebih mudah diingat, subskrip pad a kedua ruas Persamaan ( 1-38) di at as dalam urutan yang sama (dengan transposisi di atas). Semua konsep yang telah dibahas dalam pasal ini memiliki padanan komplementer yang dibentuk dengan gagasan beban maya sebagai ganti perpindahan maya. Pendekatan ini menghasilkan metoda beban satuan yang bermanfaat untuk perhitungan leridutan dan fleksibilitas pada struktur rangka. Misalkan sua tu struktur konservatif berada dalam keadaan deformasi sepadan dengan perpindahan luar D dan regangan dalam e. Kemudian kita bebani struktur dengan suatu himpunan beban maya yang seimbang. Himpunan ini terdiri dari aksi maya li A yang selaras dengan perpindahan nyata D ; dan tegangan maya dalam lia yang selaras dengan regangan nyata e. Prinsip kerja maya komp/ementer menyatakan bahwa kerja luar aksi maya oA sepanjang perpindahan nyata D sama dengan integrasi kerja dalam dari tegangan maya selama regangan nyata e untuk seluruh volume. Keria maya luar komplementer li W* ialah

oa

(1-39)

38

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

dan kerja maya dalam komplementer oU* dapat dituliskan sebagai

SU*

=f &rTE dV
I'

(1-40)

Besaran ini disebut energi regangan maya komplementer. Penerapan prinsip kerja maya komplementer menghasilkan
aw~ =su *

(1-41)

Dengan memasukkan Persamaan (1-39) dan (1-40) ke Persamaan (1-4 1),

oATD =

8<TTE dV

(1-42)

I'

Untuk memahami persamaan kerja maya komplementer, bayangkanlah beban maya bekerja dengan harga konstan sepanjang perpindahan nyata sedangkan tegangan maya bekerja dengan harga konstan selama regangan nyata. Jadi, beban maya dapat dianggap telah bekerja sebelum perpindahan nyata terjadi (berbeda dari urutan yang disebutkan di atas). Persamaan (1-42) berlaku hanya pada struktur dalam keadaan deformasi sepadan, yang diberikan beban maya seimbang. Sebaliknya,jika Persamaan (1-42) berlaku, struktur berada dalam kescpadanan. Dengan demikian; persamaan kesepadanan dapat diturunkan dari Persamaan (1-42) dengan menggunakan hubungan regangan-tegangan dan tegangan-aksi yang sesuai pada struktur. Namun, pendekatan ini tidak dibahas di sini karena tidak sesuai untuk analisa struktur rangka. Sebagai gantinya, suatu metode perhitungan perpindahan dan fleksibilitas akan dikembangkan dengan mengkhususkan Persamaan (1-42) sebagai berikut. Jika besarnya perpindahan Dj hendak dicari, kita dapat menentukannya dengan memberikan beban l5Aj = 1 sedang seluruh elemen oA lainnya nol. (Umumnya, keseimbangan dipertahankan oleh reaksi maya yang tidak melakukan kerja.) Maka Persamaan (1-42) menjadi
(l)Di

SuJ E dV

(1-43)

dengan oui adalah vektor tegangan maya dalam untuk kondisi oAi = 1. Metode beban-satuan ini juga dapat digunakan untuk menghitung koefisien flek~ibyitas. UntuJ5 itu, misalkan vektor A terdiri dari aksi nyata yang selaras dengan perpindahan D, dan misalkan Ak = 1 sedang semua elemen A lainnya nol. Dalam hal lni, besaran Di pada Persamaan (1-43) menjadi perpindahan jenis j akibat satu satuan aksi jenis k, yaitu definisi untuk Fj7c. J adi,

(1)F1~c =

SuJ Ek dV

(1-44)

dengan Ek adalah vektor regangan dalam untuk kondisi Ak = 1 . Persamaan integral untuk Fj1c ini (yang diturunkan dengan metode beban satuan) jauh lebih bermanfaat dari pada persamaan diferensial (Persamaan 1-28) yang diturunkan dari energi regangan komplementer dalam pasal sebe1umnya. Sebagai ilustrasi, tinjaulah contoh pada akhir Pasall.ll (lihat Gambar 1-22). Penerapan Persamaan (1-44) untuk perhitungan koefisien fleksibilitas F 21 menghasilkan

(c)

Konsep Dasar Anali.sa Stru!ctur

39

Di sini kerja maya luar komplementer sama dengan hasil kali beban satuan Genis 2) pada Gambar 1:22c dan fleksibilitas F 21 pada Gambar l-22b. Ke rja maya dalam komplementer sama dengan hasil kali tegangan maya jenis 2 (Gambar l-22c) dan regangan jenis 1 (Gambar l-22b). Perhatikanlah, subskrip pada kedua ruas Persmaan ( 1-44) sengaja ditati dengan urutan yang sama agar mudah diingat. Contoh terinci metode beban-satuan yang diterapkan pada pelbagai jenis struktur rangka diberikan dalam Lampiran A.2. Dalam lampiran ini akan terlihat bahwa untuk batang langsing struktur rangka, penyelesaian dengan resultan tegangan dan perpindahan yang selaras lebih sederhana daripada dengan tegangan dan regangan nyata.

Soal-soal
1.4-1. Suatu batang prismatis memikul gaya aksial P yang berlawanan arah di kedua ujungnya, sehingga timbul tarikan merata pada batang. Tentukan perpindahan yang selaras dengan kedua gaya P terse but. 1.4-2. Tentukan aksi yang selaras dengan perpindahan !:le dan Oc pada portal bidang yang diperlihatkan dalam Gambar 1-6. 1.4-3. Balok bertumpuan sederhana yang diperlihatkan dalam gambar mempunyai ketegaran lentur El konstan dan panjang L. Beban pada balok ialah aksi A 1 dan A 2 , seperti yang ditunjukkan. Dengan memakai Tabel A-3, carilah persamaan dalam suku A 1 , A 1 , E, I, dan L untuk: (a) perpindahan D 11 yang selaras dengan aksi A 1 dan diakibatkan oleh aksi A 1 sendiri; (b) perpindahan D 12 yang selaras dengan aksi A 1 dan hanya diakibatkan oleh A 2 sendiri; dan (c) perpindahan D 1 yang selaras dengan A 1 dan ditimbul.kan oleh kedua aksi yang bekerja bersamaan.

1.4-4. Dengan memakai Tab~! A-3, tentukanlah perpindahan D 11 , D 2 t. dan D 31 untuk balok kantilever yang diperlihatkan dalam gambar. Anggaplah balok mempunyai ketegaran lentur El konstan.

Soal1 .4-4. 1.4-5. Balok berujung bebas dalam gambar memikul be ban A 1, A 2 , dan A 3 . Dengan anggapan balok ketegaran lentur El konstan, tentukan perpindahan D 11 , D 23 , dan D 33 dengan menggunakan Tabel A-3.

Soal1.4-5.

40

Anatisa Matriks untuk Stru ktur Ra ngka

1.7-1. (a) Berapakah derajat ketidaktentuan kinematis balok bertumpuan sederhana dalam gambar? (b) Jika pengaruh deformasi aksial diabaikan, berapakah derajat ketidaktentuan kinematisnya? (c) dan (d) Ulangi pertanyaan (a) dan (b) untuk balok kantilever yang terjepit di salah sa tu ujung dan bebas di ujung lainnya.

I
Soal1 .7-1.

1.72. (a) Berapakah derajat ketidaktentuan statis balok menerus pada Gambar 1-la? (b) Berapakah derajat ketidaktentuan kinematisnya? (c) Jika pengaruh deformasi aksial diabaikan, berapakah derajat ketidaktentuan kinematisnya? 1.7-3. (a) Tentukan derajat ketidak tentuan statis rangka batang bidang yang diperlihatkan pada Gambar 1-1 b. {b) Tentukan derajat ketidaktentuan kinematisnya. 1.7-4. Berapaka~ derajat ketidaktentuan kinematis rangka .batang bidang yang diperlihatkan pada Gambar 1-9b? 1.7-S. Tentukan derajat (a) ketidaktentuan statis dan (b) ketidaktentuan kinematis rangka batang ruang pada Gambar 1-lc. 1.7-6. Ulangi Soal1.7-2 untuk portal bidang yang diperlihatkan dalam gambar.

Soa11.7-6.

1.7-7 . Ulangi Soal 1.7-2 untuk portal bidang bertumpuan sendi dalam gambar.

Soal 1.7-7.

1.7 8. Ulangi Soa1 1. 7-2 untuk portal bidang yang diperlihatkan pada Gambar 1-1 d. 1.7-9 . Tentukan (a) derajat ketidaktentuan statis dan (b) derajat ketidaktentuan kinematis balok silang yang diperlihatkan dalam gambar.

Soal1 .7-9.

Konsep.Dasar Analisa Struktur

1.7-10. Ulangi Soall.7-9 untuk balok silang yang diperlihatkan dalam gambar.

Soal1 .7-10.

1.7-11. Ulangi Soall.7-9 untuk balok silang pada Gambar 1-le. 1.7-12. Ulangi Soall.7-2 untuk rangka batang ruang pada Gambar 1-lf. 1.10-1 sampai 1.10-10. Tunjukkan dengan sketsa arti fisik koefisien fleksibilitas dan kekakuan yang selaras dengan aksi yang diperlihatkan dalam gambar.

t ~
Soal 1.10-1.

Az

r
Soal 1.10-3.

r2

C/' A
Soa1 1.10-2.

A2~

(\

A2

Soal 1.t o-4.

C)A2

Soal1 .10-5.

Soal 1.10-8. Soal 1.10-6.

A,

Soal1 .10-7 . .

Soal 1.1 0-9.

Soal 1.10-10.

42

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

1.14-1. Balok bertumpuan sederhana dalam gambar mempunyai ketegaran lentur El konstan. Dengan metode beban-satuan dalam Lampiran A.2, tentukan perpindahan berikut akibat aksi A 1 dan Az yang diberikan bersamaan: (a) rotasi titik A (positif-berlawanan jarum jam); (b) translasi di tengah bentang (positif ke atas); dan (c) rotasi di tengah ben tang (positif-berlawanan jarum jam).

Ar

~~

A2

rtc

l---u2--u2-l
Soal1.14-1 .

1.14-2. Balok kantilever dalam gambar mempunyai ketegaran Ientur El konstan. Dengan metode beban-satuan dalam Lampiran A.2, hitunglah semua elemen matriks fleksibilitas yang menghubungkan aksi A 1 dan A 2 dengan perpindahan yang selarasnya.

Soal1.14-2.

1.14-3. Untuk balok berujung bebas dalam gambar, tentukan semua elemen matriks fleksibilitas yang menghubungkan aksi A 1 dan A 2 dengan perpindahan yang selarasnya. Gunakan metode beban satuan dalam Lampiran A.2 dan anggaplah balok mempunyai ketegaran lentur El konstan.

At

e (=tc ~ ~ L/2---1 - L/2 L/2__j

A2

Soal 1.14-3.

1.14-4. Gambar berikut memperlihatkan rangka batang yang dibebani aksi A 1 dalam bentuk gaya mendatar di titik A serta aksi A 2 yang terdiri dari dua gaya sama besar dan berlawanan arah di titik A dan D. Semua batang rangka bersifat prismatis dan ketegaran aksialnya EA . Dengan petunjuk contoh rangka batang dalam Lampiran A.2. carilah perpindahan D 1 clan D 2 yang selaras dengan A 1 dan A 2 dan diakibatkan oleh kedua aksi tersebut secara bersamaan .

Dasar-dasar Metode Gaya

45

bentang sama panjang dan memikul beban merata sebesar w. Balok ini bersifat statis tak tentu berderajat satu karena memiliki empat reaksi yang mungkin (dua reaksi di A, satu di B, dan satu di C), tetapi hanya ada tiga persamaan keseimbangan statis untuk aksi sebidang. Oleh karena bebannya tegaklurus balok, kita tidak perlu meninjau reaksi mendatar di A. Rekasi RB di tumpuan tengah akan diambil sebagai kelebihan statis, walaupun kita bisa memilih yang lain. Jika kelebihan ini dilepas (dihilangkan) kita peroleh struktur statis tertentu yang disebut struktur terlepas (released structure). Dalam hal ini, struktur terlepasnya adalah balok bertumpuan sederhana pada Gambar 2-1b. Akibat beban merata w, struktur terlepas akan melendut seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2-1c. Perpindahan balok di titik B diberi notasi Lis dan ditentukan oleh persamaan (lihat Tabel A-3, Lampiran A).
118

5wL1 = 384EJ

dengan El adalah ketegaran lentur balok. Na)1lun, balok semula dianggap tidak mengalami translasi (yaitu tidak turun) di titik B. Oleh karena itu, reaksi kelebihan Rs harus sedemikian rupa hingga timbul perpindahan ke atas sebesar LiB pada struktur terlepas (lihat Gambar 2-1d). Menurut prinsip superposisi, perpindahan akhir di titik B pada struktur terlepas adalah resultan perpindahan akibat beban w dan reaksi kelebihanR 8 . Perpindahan ke atas akibat RB ialah

. RBU
118

48EJ

yang diperoleh dari Tabel A-3 (Lampiran A). Dengan menyamakan kedua persamaan di atas untuk Lis,

5wV R8 L3 --=384/ 48El

(2-1)

Reaksi yang tak diketahui RB dapat ditentukan dengan menyelesaikan Persamaan (2-1 ):

~--- L---~

(b)

A~IIJ!~c
(cl

A----.4

t:.s
Gambar 2.1. llustrasi metode gaya.

Analisa Matriks untuk Struktur

Ran~~:ka

Setelah R 8 ditemukan, reak:si lainnya untuk balok dua bentang tersebut dapat dicari dari persamaan keseimbangan statis. Dalam contoh di atas, prosedurnya adalah m~nghitung perpindahan pada struktur terlepas akibat beban dan gaya kelebihan serta merumuskan persamaan yang melibatkan kedua perpindahan ini. Persamaan (2-1) menyatakan bahwa perpindahan ke bawah ak:ibat beban sama dengan perpindahan ke atas ak:ibat gaya kelebihan. Persamaan seperti ini disebut persamaan kesepadanan (compatibility) karena menyatakan kondisi yang menghubungkan perpindahan-perpindahan pada struktur. Sebutan lainnya ialah persamaan superposisi karena dibentuk dari superposisi perpindahan akibat lebih dari satu ak:si, atau juga persamaan geometri karena persamaan tersebut menyatak:an kondisi yang berlaku pada geometri struktur. Balok dua bentang pada Gambar 2-la juga dapat diselesaikan dengan pendekatan yang lebih umum sebagai berikut. Pertama, perpindahan akibat satu satuan Rs dicari, dan perpindahan ini kemudian dikalikan dengan Rs untuk menentukan perpindahan akibat Rs. Selain itu, prosedurnya akan lebih umum dan sistematis bila peijanjian tanda yang konsisten dipakai untuk aksi dan perpindahan di B. Misalnya, perpindahan dan reaksi di B dianggap positif bila arahnya ke atas. J adi, pemberlan gaya satu satuan (yang selaras dengan Rs) pada struktur terlepas (lihat Gambar 2-le) menirnbulkan perpindahan positif 5B Perpindahan ini ditentukan oleh persamaan

La l>s = 48/

(2-2)

Perpindahan akibat Rs yang bekeija sendiri pada struktur terlepas ialah S8 R 8 . Perpindahan akibat beban merata w yang bekeija sendiri pada struktur terlepas ialah

5wL 4 !la = - 384/

(2-:n

Perpindahan ini bertanda negatif karena lls dianggap positif bila arahnya ke at as. Superposisi perpindahan akibat beban w dan reaksi Rs harus menghasilkan perpindahan no! di titik B. Jadi, persamaan kesepadanannya ialah

(24)
dari sini (2-5) Bila persamaan di atas untuk l5 B dan !le (lihat Persarnaan 2-2 dan 2-3) dirnasukkan ke Persamaan (2-5), kita peroleh

R s = 5wL 8
yang sama dengan hasil di muka. Tanda positif menunjukkan arah R 8 ke atas. Bagtan penting dari penyelesaian di atas adalah penulisan persamaan superposisi (Persamaan 24) yang menyatakan kenyataan geometris bahwa balok tidak melendut di titik B. Termasuk dalam persamaan ini adalah pengaruh beban dan reak:si kelebih~. Perpindahan akibat reaksi ini dirtyatakan sebagai hasil kali reak:si itu sendiri dan perpindahan akibat satu satuan reaksi tersebut. Yang terakhir adalah koefisien fleksibilitas karena merupakan perpirtdahan akibat aksi satuan. Jika semua suku dalam per,samaan dirtyatakan dengan peijanjian tanda yang sarna, maka tanda pada hasil akhir ak:an menunjukkan arah sebenarnya dari gaya kelebihan.

Dasar-dasar Met<>de Gaya

47

Jika derajat ketidaktentuan statis struktur lebih dari satu, pendekatan dalam contoh
di atas harus diorganisir lebih lanjut dan notasi yang lebih umum harus digunakan. Untuk

jelasnya, tinjaulah contoh lain balok prismatis pada Gambar 2-2a. Balok dalam gambar ini bersifat statis taktentu berderajat dua; jadi, dua gaya kelebihan harus dihilangkan dari balok ini agar diperoleh struktur terlepas statis tertentu. Dalam hal ini terdapat sejumlah pernilihan untuk gaya kelebihan dan struktur terlepas yang selaras. Empat kemungkinan untuk struktur terlepas diperlihatkan pada Gambar 2-2b, 2-2c, 2-2d, dan 2-2e. Pada Gambar 2-2b, momen reaksi di A dan gaya di B dipilih sebagai kelebihan; jadi, pengekang rotasi diA dan pengekang translasi di B dihilangkan dari balok semula untuk memperoleh struktur terlepas. Pada kasus selanjutnya (Gambar 2-2c) momen reaksi di A dan momen lentur dalam di B dilepas, sehingga struktur terlepasnya tidak memiliki pengekang rotasi diA dan pengekang momen lentur di B. Struktur terlepas pada Gambar 2-2d diperoleh dengan melepas reaksi dan momen lentur di B. Akhirnya, struktur terlepas pada Gambar 2-2e diperoleh dengan memilih reaksi di B dan C sebagai kelebihan. Dalam analisa berikut, kita pilih salah sa tu struktur terlepas di atas, walaupun yang lainnya juga bisa digunakan. Semua struktur terlepas pada Gambar 2-2 bersifat statis tertentu dan tidak mobil. Umumnya hanya jenis struktur inilah yang dibahas dalam penerapan metode gaya. Gaya kelebihan yang dipi!ih dalam analisa ditunjukkan sebagai Q1 dan Q2 pada Gambar 2-2a. Gaya ini adalah gay a reaksi di titik B dan C. Gambar 2-2f memperlihatkan struktur terlepas dengan pelbagai beban pada balok semula, yang dalam contoh ini adalah tiga gay a terpusat P1. P2 , dan P3 serta kopel M. Beban ini menirnbulkan perpindahan pada struktur terlepas, dan khususnya perpindahan yang selaras dengan Q1 dan Q2 ditirnbulkan di titik B dan C. Perpindahan ini diberi nota si DQL 1 dan DQL 2 . Sirnbol DQL dipakai untuk menyatakan perpindahan yang selaras dengan gaya kelebihan Q dan diakibatkan oleh beban pada struktur. Subskrip (subscripts) bilangan pada sirnbol tersebut menunjukkan gaya kelebihan yang selaras dengan perpindahaQ tersebut. Jadi, DQL lebih mudah dipandang sebagai satu simbol, sedang angka di belakang simbol merupakan subskrip. * Perpindahan DQJ, yang ditunjukkan pada Gambar 2-2f dianggap positif, yaitu ke atas. Arah positif untuk perpindahan harus sama dengan arah positif gaya kelebihan yang selarasnya. Karena gaya kelebihan dianggap positif bila arahnya ke atas, perpindahan juga positif bila ke atas. Untuk menentukan koefisien fleksibilitas yang digunakan dalam persamaan kesepadanan, satu satuan gaya kelebihan Q1 dan Q2 diberikan secara terpisah pada struktur terlepas. Untuk kondisi Q1 = 1 pada Gambar 2-2g, koefisien fleksibilitas F 11 adalah perpindahan yang selaras dengan Q1 akibat satu satuan Qt. dan koefisien F 21 adalah perpindahan yang se1aras dengan. Q2 akibat satu satuan Q 1 Untuk kondisi Q2 = 1 pada Gambar 2-2h, F 12 adalah perpindahan yang selaras dengan Q1 akibat satu satuan Q2 , dan F 22 adalah perpindahan yang selaras dengan Q2 akibat satu satuan Q2 Koefisien fleksibilitas ditunjukkan dalam arah positifnya. Persamaan superposisi yang menyatakan syarat kesepadanan di titik B dan C pada balok semula sekarang bisa dituliskan. Karena perpindahan translasi di tumpuan B dan C adalah nol, persamaannya menjadi

DQ.Ll + FIIQl + F,2Q2

=0
(2-6)

oatam program komputer, simbol DQL akan ditulis DQL karena semua karakter (baik alphabet maupun numerik) harus satu garis. Bila terdapa~ $\.lb~rip, mereka dapat ditamballkan pada simbol dasar. Misalnya dalam program koniputer, DQLt biasanya ditulis sebagai DQL(l). Cara yang sama digunakan lintuk simbollainnya yang dijumpai'dalam bab selanjutnya.

48

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka


M

~A

P,l

(~

1- Ltz+-L'2t''z-l-''z-i 0, 02
(a )

t :
(I)

F,,

fi,

A A

(b)

-:1

fl
(9)

A
(c)

~ ~

~
(d) (e)

(")

Gambar 2-2. llustrasi metode gaya.

Persamaan pertama menyatakan perpindahan total di B terdiri dari tiga bagian : perpindahan akibat beban, perpindahan akibat Ql> dan perpindahan akibat Q2 Superposisi ketiga perpindahan ini menghasilkan perpindahan total yang sama dengan no!. Hal ini juga berlaku bagi persamaan kedua. Kedua persamaan dapat diselesaikan secara simultan untuk Q 1 dan Q 2 , kemudian semua aksi lainnya bisa dicari dengan statika. Sekarang pembentukan persamaan superposisi yang lebih umum akan kita babas. Pergerakan tumpuan yang selaras dengan gaya kelebihan selalu mungkin terjadi pada balok semula, dan perpindaban ini dapat disertakan dalam analisa. Anggaplah DQ 1 dan DQz menyatakan perpindahan sesungguhnya yang selaras dengan Q1 dan Q2 . Jadi, DQ 1 menyatakan perpindahan tumpuan di B, yang positif bila arahnya ke atas. Sedangkan DQ 2 adalah perpindahan tumpuan di C. Persamaan superposisi menyatakan bahwa perpindahan akhir yang selaras dengan Q1 dan Q 2 sama dengan jumlah perpindahan akibat beban dan gaya kelebihan ; jadi, persamaannya ialah

Da, = DQL, + FuQ, + F12Q2


DQ2

= DQL2 + Fz,Q, + F22 Qz

(2-7)

Jika tidak ada perpindahan tumpuan (seperti dalam contoh ini), maka DQ 1 dan DQ 2 keduanya nol serta Persarnaan (2-7) menjadi Persamaan (2-6). Jika terdapat perpindahan tumpuan yang tidak selaras dengan gaya kelebihan (seperti perpindahan di titik A), hal ini harus diselesaikan dengan metode yang dibahas pada Pasal 2.4. Persamaan superposisi (2-7) dapat ditulis dalam bentuk matriks sebagai
DQ = D uL

+ FQ

(2-8)

dengan DQ adalah matriks perpindahan sesungguhnya yang selaras dengan gaya kelebihan, DQL adalah matriks perpindahan pada struktur terlepas yang selaras dengan gaya kelebihan Q dan akibat beban, serta F adalah matriks fleksibilitas unruk struktur terlepas yang selaras dengan gaya kelebihan Q. Untuk persamaan di atas, matriks ini adalah:

Qt

= [DQLI]
D QL2

Q=

[gJ

Dasar-dasar Metode Gaya

49

Perlu diperhatikan bahwa simbollainnya (yang lebih konsisten) untuk koefisien fleksibilitas F adalah DQQ yang menyatakan perpindahan pada struktur terlepas yang selaras dengan gaya kelebihan Q dan diakibatkan oleh satu satuan gaya kelebihan Q. Jadi agar konsisten dalam not asi, matriks F juga dapat diberi notasi Doo, tetapi pemakaian F untuk "fleksibilitas" lebih memudahkan. Vektor kelebihan Q dapat ditentukan dengan menyelesaikan Persamaan (2-8). Secara simbolis, hasilnya ialah (2-9) dengan F-1 menyatakan invers matriks fleksibilitas. Dari persamaan ini, gaya kelebihan dapat dihitung setelah matriks D0 , D01 dan F diperoleh. Matriks Do dapat diketahui dari kondisi tumpuan yang ada pada struktur semula , sedang matriks DoL dan F dihitung dari sifat struktur terlepas. Masalahnya dapat dianggap selesai bila matri.ks Q diketahui, karena semua aksi lainnya kemudian dapat ditentukan dengan keseimbangan statis. Bila aksi pada semua bagian struktur telah ditemukan, perpindahan di suatu titik juga dapat dicari. Metode analisa yang menyertakan perhitungan aksi dan perpindahan di pelbagai titik pada struktur akan dibahas pada Pasat"2.5. Matri.ks Do biasanya merupakan matri.ks kosong 0 (yaitu matriks yang seluruh elemennya nol), kecuali bila satu atau lebih gaya kelebihan merupakan reaksi tumpuan yang mengalami perpindahan tumpuan yang selarasnya. Jika matriks Do no!, Persamaan (2-9) untuk gaya kelebihan Q menjadi {2-10) Persamaan ini. bisa dipakai sebagai pengganti Persamaan (2-9) bila perpindahanDQ nol. Untuk memperlihatkan pemakaian persamaan matriks di atas, tinjaulah kembali balok pada Gambar 2-2a. Anggaplah balok mempunyai ketegaran lentur El konstan pada kedua bentangnya dan aksi pada balok adalah:
P1

= 2P

M= PL

Pz

=P

Juga, anggaplah tidak ada tumpuan struktur yang berpindal1. Matriks yang harus dicari dahulu dalam analisa ialah D 0 , DQL dan F. Karena pada balok semula tidak ada perpindahan yang selaras dengan Q1 dan Q2 , matriks Do menjadi matriks kosong. Matriks DoL menyatakan perpindahan struktur terlepas 5'ang selaras dengan gaya ke!ebihan dan ditimbulkan oleh beban. Perpindahan ini ditentukan dengan meninjau Gambar 2-2f yang memperlihatkan struktur terlepas yang memikul beban. Perpindahan pada balok ini yang selaras dengan Q1 dan Q2 dapat dicari dengan metode dalam Lampiran A (lihat Contoh 3, Pasal A.2), dan hasilnya ialah:

_ l3PU
24EJ

QL l -

DQLz

= 48El

97PL3

Tanda positif dalam persamaan ini menunjukkan bahwa arah perpindahan ke atas. Dari hasil di atas, vektor D01 dapat dibentuk:
DQL

PV 48El

[26] 97

Matriks fleksibilitas F ditentukan dengan meninjau balok pada Gambar 2-2g dan 2-2h. Balok pada Gambar 2-2g, yang memikul beban satuan yang selaras dengan Ql> mengalami peipindahan sebesar

50

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

:secara sama, perpindahan balok pada Gambar 2-2h ialah

53 Fl2 .= 61

83 F22 = 31

Matriks fleksibilitas kemudian dibentuk dari basil di atas:

F = 6El 5

V' [2

~~J

Invers matriks fleksibilitas dapat dicari dengan salah satu dari pelbagai metode standar,* hasilnya ialah
' .

F-'

= 6El

73

-5

16 -.5~]
maupun inversnya adala,l.l matriks . . .

Perlu diperhatikan bahwa baik matriks simetris. .

fleksibilita~

Langkah terakhir dalam analisa ialah menentukan.gay!l kete~ihan Q d~am Per_ samaan (2-10): ... ..

~ [~:J
'

= -

~~~ ~~ .
[

-n :a~~ [~~J ~ ~ [~~ J


.

Dari persamaan .ini tedihat bahwa reaksi vertikal di'tumpuan:B dan.Cpa~-a Gambar 2-2a i3.lah

bal~K dillam
.

Q _ , =56

69P

Q2

- .-sP
-

--

Tanda negatif untuk Q2 menunjukk~ arah reaksi ke-atas:. ... Setelah gaya kelebihan dite~~an, aksi lainnya pada b,alok ~apat-dicari dengan persamaan keseimbangan statis. Juga~ perpindahan.di suatu-ti~ik pada balok sekarang dapat diperoleh dengan mudah. kar'ena semua akSj 'rud;ih a_ike~ui. Misalnya, salah satu metode untuk mencari perpindahan ia1ah membagi balok inenjadi dua balok sederhana. Setiap balok sederhana ini kemudian dibebani momen _ tijung yang telah diketahui dan beban luar, sehingga perpindahannya dapat dihitung. Persamaan matriks metode gaya (Pe.rsiunaan 2-8, 2-9, dan 2-10) yang diturunkan dalam pembahasan balok dua bentang pada Gambar 2-2 bersifat umum. Persamaan ini dapat diterapkan pada sembarang struktur rangka statis taktentu dengan sembarangjumlah derajat ketidaktentuan. Tentunya, matriks dalam persamaan untuk struktur seperti ini berbeda ordonya denganmatriks pada balok dua ben tang. Secara umum, jika ketidaktentuan statis struktur berderajat n, matriks flek.sibilitas F akan berordo n x n, dan semu a matriks lainnya akan berordo n X 1. Dalam pasal selanjutnya, beberapa contoh perhitungan gaya kelebihan dengan metode gaya akan diberikan. 2.3 Contoh Soal. Untuk menjabarkan penerapan metode gaya pada pelbagaijenis struktur, berikut ini diberikan beberapa contoh. Tujuan analisa dalam setiap contoh ialah menghitung besarnya gay a kelebihan tertentu ; jadi, masalahnya dianggap selesai bila matriks Q telah ditentukan. Gaya kelebihan yang dipilih dalam setiap contoh hanya dimaksudkan sebagai ilustrasi; tentunya, banyak alternatif gaya kelebihan bisa dilakukan .
*Lihat misalnya, J.M. Gere dan W. Weaver, Jr., Matrix Algebra for Engineers, D. Van Nostrand, New York, 1965.

Dasar-dasar Metode Gaya


,

.51

~
(b)

(cl

~)1
(d)

-rF,2 "'22

Gambar 2-3. Contoh 1 : Balok terjepit.

Contoh 1. Balok AB pada Gambar 2-3a terjepit di kedua ujungnya dan memikul be ban terpusat P dan kopel M di tengah ben tang. Anggaplah balok mempunyai ketegaran lentur El konstan. Dengan analisa metode gaya, pertama kita harus memilih dua gaya kelebihan. Dalam contoh ini, reaksi vertikal dan m omen reaksi di ujung B dipilih sebagai kelebihan dan ditunjukkan pada Gambar 2-3a masing-masing sebagai Q1 dan Q2 Gaya kelebihan Q1 dianggap positif bila arahnya ke atas, dan Q2 dianggap positif bila searah jarum jam. Kombinasi gaya kelebihan lainnya yang mungkin ialah momen reaksi di kedua ujung, serta momen lentur dan gaya geser di suatu potongan pada balok. Untuk gaya kelebihan pada Gambar 2-3a, struktur terlepasnya merupakan balok kantilever (lihat Gambar 2-3b). Perpindahan pada balok yang selaras dengan Q 1 dan Q 2 serta ditimbulkan oleh beban P dan M ditunjukkan sebagai DQL 1 cian DQLz pada Gambar 2-3b. Perpindahan ini dapat dicari dengan bantuan Tabel A-3 (Lampiran A), hasilnya ialah

SPV
DQLt =

3ML2
8/

- 48/ -

PU
DQL2

= 8/

ML
2/

Oleh karena DQLt ke bawah, maka tandanya negatif (berlawanan dengan Q-1 ); sedang DQLz positif karena searah jarum jam (sama seperti Q2 ). Jadi, vektor DQL dapat dituliskan se bagai

DQL

= 48/

[<-SPU- 18ML)]
(6PL

+ 24M)

52

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Koefisien fleksibilitas adalah perpindahan struktur terlepas akibat satu satuan Q 1 dan Q2 , seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2-3c dan 2-3d. Koefisien ini adalah sebagai berikut:

Matriks fleksibilitas F sekarang dapat dibentuk, setelah itu inversnya ditentukan; kedua matriks ini ialah F = 61

L [ 2U - 3L

_1

2EI [ 6 =v 3L

3L] 2U

Perpindahan pada balok terjepit (Gambar 2-3a) yang selaras dengan Q 1 dan Q 2 keduanya nol, karena tidak ada translasi vertikal dan rotasi di tumpuan B. Jadi, Do adalah matriks nol dan gaya kelebihan dapat d icari dari Persamaan (2-1 0). Substitusi F - 1 dan DoL ke Persamaan (2-1 0) menghasiJkan:

Q =

-V

21 [ 6 3L] L [<-5PL 2 - 18ML)] 1 [(4PL + 12M)] 3L 2U 48 / (6PL + 24M) = 8L (PU .f. 2ML)

Dengan demikian, gaya reaksi dan momen di ujung B (lihat Gambar 2-3a) adalah

Hasil ini dapat diperiksa dengan membandingkannya dengan rumus dalam Lampiran B (lihat Kasus 1 dan 2, Tabel B-1).

Contoh 2. Balok menerus tiga ben tang pada Gambar 2-4a memiliki ketegaran lentur El konstan serta memikul beban merata w pada bentang AB dan gaya terpusat P di tengah bentang BC dan CD. Karena ketidaktentuan statis struktur berderajat dua, maka dua gaya kelebihan harus dipilih. Dalam contoh ini, momen lentur di titik B dan C dipilih sebagai kelebihan. Bila momen ini dihilangkan dari balok dengan memberikan sendi di B dan C, struk:tur terlepasnya akan terdiri dari tiga balok sederhana (Gambar 2-4b). Momen kelebihan Q 1 dan Q 2 ditunjukkan dalam arah positifnya pada Gambar 2-4b. Setiap gaya kelebihan terdiri dari dua kopel yang bekeJja pada dua bentang yang bersebelahan. Misalnya, kopel Q 1 sebclah kiri bekeJja pad a balok AB dalam arah berlawanan jarum jam, sedang kopel Q 1 sebelah kanan bekeJja pad a ben tang BC dalam arah jarum jam. Arah positif setiap Q se1aras dengan momen lentur yang menirnbulkan tekanan di serat atas balok. J adi, tanda positif pad a hasil akhir untuk Q 1 a tau Q2 menunjukkan bahwa momen kelebihan menimbulkan tekanan di serat atas balok ; jika negatif, momen kelebihan menimbulkan tarikan di serat atas balok.

Perpindahan yang selaras dengan salah satu momen kelebihan merupakan jumlah dua rotasi (satu pada setiap bentang bersebelahan). Misalnya, perpindahan yang selaras dengan Q1 adalah rotasi berlawanan jarum jam di titik B pada ujung kanan batangAB ditam bah rotasi searah jarum jam di 8 pad a ujung kiri batang BC. Demikian juga halnya perpindahan yang se1aras dengan Q 2 merupakan jumlah dua rotasi di titik C. Perpindahan DQLI dan DQL 2 yang masing-masing selaras dengan Q1 dan Q2 serta diakibatkan oleh beban struktur terlepas diperlihatkan pada Gambar 2-4c. 01eh karena rotasi yang berlawanan dengan arah jarum jam di ujung B batang AB akibat beban merata w, ialah

Dasar-dasar Metode Gaya

53

r r
c ~
(o)

1---L ----..J..L12 +Lt2 +Lt2+Lt2-J

(b)

~
8
(d)

Gambar 2-4. Contoh 2: Balok menerus.

dan rotasi searah jarum jam di ujung B batang BC akibat be ban P ialah

PU
16'/

maka perpindahan DQL 1 adalah

Dengan cara yang sama, perpindahan DQLz adalah

D"'
D
QL

PU PV PL 2 = 16/ + 16/ = 8/

J adi, vektor DQL dapat dituliskan sebagai


=

48/

..JL [(2wL +
6P

3P)]

Untuk membentuk matriks fleksibilitas, balok kita bebani dengan satu satuan Q 1 dan Q2 (Gambar 2-4d dan 2-4e). Koefisien fleksibilitas F 11 (lihat Gambar 2-4d) adalah jumlah dua rotasi di titik B; satu rotasi di bentangAB dan lainnya di bentang BC. Koe.fisien F-21 juga merupakan jumlah rotasi di titik C. Dalam Gambar 2-4d terlihat bahwa rotasi pada bentang CD adalah nol. Oleh karena itu, F 21 sama dengan rotasi pada

54

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

bentang BC saja. Demikian juga halnya dengan koefisien fleksibilitas pada Gambar 2-4e. Rotasi yang ditim bulkan di ujung sua tu balok bertumpuan sederhana oleh kopel sa tu satuan di salah sa tu uj ungnya adalah

31 dan 61
masing-masing di ujung dekat dan jauh pada balok seperti (lihat Kasus 5, Tabel A-3). Dari rumus ini, koefisien fleksibilitas pada Gambar 2-4d dan 2-4e dapat ditentukan:
L
F u = 61

2L
F u = 31

Jadi, matriks fleksibilitas F dan inversnya adalah


=

61

[4 t]
1 4
- ] 4

r- =

2EI [ 4 5L -1

Perpindahan DQt dan DQ 2 pada balok semula (Gambar 2-4a) yang selaras dengan Q 1 dan Q 2 keduanya nol karena balok kontinu di tumpuan B dan C. Jadi, matriks Do nol dan Persamaan (2-1 0) dapat digunakan urituk menentukan gaya kelebihan :

21[ 4 -1] U [ (2wL+3P)] _ L [ (8wL+6P) Q= -5L -1 4 481 6P - - 120 (- 2wL+2lP)


Dengan demikian , momen 1entur kelebihan Q 1 dan Q 2 adalah:

Setelah momen tumpuan diperoleh, momen lentur lainnya, gaya geser dan reaksi pada balok, dapat dicari dengan statika.
Contoh 3 . Rangka batang bidang pada Gambar 2-Sa bersifat statis taktentu berderajat dua. Reaksi mendatar di tumpuan B (positif ke kanan) dan gaya aksial pada batang AD (positif hila tarik) dipilih sebagai kelebihan, sehingga dihasilkan struktur terlepas yang diperlihatkan pada Gambar 2-Sb. Struktur terlepas dibentuk dengan menghilangkan tumpuan B (atau melepas gaya reaksi Q 1 ) dan memenggal batang AD di sembarang lokasi (atau melepas gaya aksia1 batang Q 2 ). Banyak kombinasi gaya batang dan reaksi lainnya dapat diambil sebagai kelebihan dalam contoh ini, dan masing-masing akan menghasilkan struktur terlepas yang berbeda. Dalam segala hal, bila gaya suatu batang dipilih sebagai kelebihan, batang tersebut harus dipenggal untuk mendapatkan struktur terlepas. Batang yang dipenggal tetap menjadi bagian struktur terlepas, karena deformasinya harus disertakan dalam perhitungan perpindahan pada struktur terlepas. Perlu diperhatikan bahwa Q 2 terdiri dari sepasang gaya pada struktur terlepas. Jenis gaya kelebihan ini analog dengan yang dijum pai dalam Contoh 2, yaitu sepasang kopel pada struktur terlepas (lihat Gambar 2-4 b) dipandang sebagai momen lentur kelebihan. Dengan demikian, perpindahan yang selaras dengan Q 2 merupakan translasi relatif ujung penggalan batang AD. Bila ujung penggalan bergerak saling mendekati, perpindahannya searah dengan Q2 dan berharga positif. Bila ujung penggalan saling menjauhi, perpindahannya negatif.

Dasar-dasar Metode Gaya

55

2P
p

o,
~--------~~~

2P
p

(ol

(b)

(cl

(d)

(e)

Gambar 25. Contoh 3: Rangka batang bidang.

Langkah pertama dalam analisa ialah menentukan perpindahan pada struktur terlepas yang selaras dengan Q 1 dan Q 2 serta diakibatkan oleh beban P dan 2P di titik A. Perpindahan ini diberi notasi DQL 1 dan DQL 2 serta ditunjukkan sebagai vektor pada Gambar 2-Sc. Cara penyajian perpindahan seperti ini digunakan sebagai ganti penggambaran bentuk perpindahan struktur, yang biasanya sukar dilakukan untuk struktur yang rumit. Perpindahan ini dapat dihitung dengan metode beban satuan seperti yang dijabarkan dalam Contoh 1, Pasal A.2 (Lampiran A). Dengan anggapan bahwa se.mua batang memiliki ketegaran aksial EA yang sama, kita peroleh perpindahan akibat beban P dan 2P se bagai

DQL1

- EA (1

PL

PL + 2.J2) = -3}828 EA

Dr.m = -2 EA

PL

Dengan demikian, vektor DQL adalah

Tanda negatif untuk DQL 1 berarti arah perpindahan ke kiri, dan tanda negatif untuk DQL1. berarti bahwa ujung penggalan batang bergerak saling menjauhi. Langkah berikutnya ialah menentukan perpindahan pada struktur terlepas yang selaras dengan Q 1 dan Q 2 serta diakibatkan oleh satu satuan Q 1 dan Q 2 . Perpindahan irii merupakan elemen matriks fleksibilitas F dan dapat dicari dengan metode beoan satuan. Semua batang pada struktur terlepas termasuk batang AD (Gambar 2-5) harus diserta kan dalam perhitungan dengan metode beban satuan. Koefisien fleksibilitas F 11 adalah perpindahan yang selaras dengan Q1 dan ditimbulkan oleh satu satuan Q1 serta ditunjukkan sebagai vektor perpindahan pada Gambar 2-Sd. Perpindahan ini adalah

56

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Koefisien fleksibilitas F 21 adalah perpindahan yang selaras dengan Q 2 akibat sa tu satuan Q 1 (lihat Gambar 2-Sd). Demikian juga halnya, koefisien F 12 dan F 22 menyatakan perpindahan pada struktur terlepas dalam Gambar 2-Se. Hasil perhitungan untuk semua perpindahan ini. ialah

F 12 = F 21 = 2A (4 + yi2) = 2,707 EA 2L L F22 = EA (l + 0) = 4,828 EA


Akhirny.a, matriks fleksibilitas dapat dibentuk dan inversnya ditentukan:
F = ...f._ [3,828 2, 707] EA 2, 707 4,828

F- _ EA [ 0,4328 -0,2426] - L -0,2426 0,3431 Bila tidak ada perpindahan tumpuan, gaya kelebihan Q dapat ditentukan dengan Persamaan (2-1 0):

Q =EA [ 0,4328 -0, . 2426] PL [3,828] _ p [ 1,172] L -0,2426 0,3431 EA 2 -0,243


Dengan demikian, gay a reaksi mendatar di B (Gambar 2-Sa) ia1ah Q, dan gaya aksial pada batang AD adalah
Qz = -0,243P
=

l,l72P

Tanda negatif untuk Q2 menunjukkan batang tertekan. Dari hasil ini, gaya batang dan reaksi lainnya dapat dicari dengan statika, Sekarang anggaplah pada saat be ban P dan 2P bekerja pada rangka batang, tumpuan B berpindah sejarak s mendatar ke kiri. Oleh karena itu, perpindahan DQ 1 (lihat Persamaan 2-7) sama dengan negatif dari s. Perpindahan DQ 2 tetap no!, karena ia menyatakan perpindahan relatif ujung penggalan batang AD pada rangka batang semula. Gaya kelebihan Q sekarang dapat dicari dengan Persamaan (2-9), sebagai berikut :

Dengan demikian reaksi mendatar di B ialah Q, = -0,433 dan gay a batang AD adalah
Q2 = 0,243

sEA L

+ 1,172P

sEA L - 0,243P

Dalam contoh ini, gaya kelebihan (Q 1 ) selaras dengan perpindahan tumpuan di titik B. Tentunya kita dapat memilih gaya kelebihan lainnya, seperti gaya pada dua batang diagonal, sehingga perpindahan di tumpuan B tidak perlu dimasukkan dalam vektor n0 . Dalam hal ini, perpindahan tumpuan harus diperhitungkan dengan cara lain seperti yang akan dibahas dalam Pasal 2.4.

Dasar-dasar Metode Gaya

57

Contoh 4. Portal bidang pada Gambar 2-6a memiliki tumpuan jepit di A dan C serta memikul be ban vertikal P di tengah bentang AB. Portal ini hendak dianalisa dengan memperhitungkan pengaruh deformasi lentur dan aksial. Penyertaan pengaruh aksial hanya sebagai ilustrasi; untuk jenis portal seperti ini biasanya hanya pengaruh lentur yang perlu ditinjau, sehingga analisanya lebih sederhana. Batang port;tl memp~'hyai ketegaran lentur El konstan dan ketegaran aksial EA konstan. Ketidaktentuan statis struktur berderajat tiga, dan struktur terlepas yang sesuai (Gambar 2-6b) didapat dengan tnemenggal portal di titik B; dengan kata lain, dua gaya dan satu momen lentur dilepaskan. Aksi yang dilepas adalah gaya kelebihan Qb Q 2 , dan Q 3 , seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2-6b. Perpindahan pada struktur terlepas yang selaras dengan Q 1 adalah translasi mendatar ujung B pada batang AB (positif bila ke kanan) dan translasi mendatar ujung B pada batang BC (positif bila ke kiri). Dengan kata lain, perpindahan yang selaras dengan Q 1 merupakan jumlah dua translasi dan menyatakan perpindahan relatif antara dua titik B pada Gambar 2-6b. Demikian juga halnya, perpindahan yang selaras dengan Q2 dan Q 3 masing-masing dapat didefinisikan sebagai jumlah dua translasi vertikal dan dua rotasi di titik B. Perpindahari pada struktur terlepas akibat beban P dan yang selaras dengan Qb Q 2, dan Q3 diperlihatkan pada Gambar 2-6c. Misalnya, perpindahan DQL 1 ditunjukkan dalam gam bar sebagai dua translasi mendatar. Demikian juga halnya, perpindahan DQL 2 dan DQ 3 masing-masing diperlihatkan sebagai dua translasi vertikal dan dua rotasi. Perpindahan akibat P dapat dihitung dengan mudah, karena struktur terlepas terdiri dari dua balok kantilever. Pertama pada batang AB dalam Gambar 2-6c, perpindahan di ujung B adalah:

[j1
(a)

(d)

~:r-:A-___;;,8~

.&;2

1t F,z Fzz t
(e)

(b}

(c)

(f)

Gambar 2-6. Contoh 4: Portal bidang.

58

Analisa Matriks untuk Struktur Rangkll

Perpindahan ini diperoleh hanya dengan meninjau deformasi lentur batang AB karena tidak ada deformasi aksial. Kemudian kita tinjau batang BC pada Gambar 2-6c. Dalam contoh ini, batang BC tidak dibebani sehingga perpindahan di ujung B nol;jadi,
(DQLl)sc = (DQds c = (DQL3)sc = 0

Perpindahan akhir ak.ibat beban P sekarang dapat ditentukan dengan menggabungkan hasil-hasil di atas:
5PL 3
D tJL2 = - 48EI

Dengan demikian, matriks DQL adalah

Selanjutnya, matriks fleksibilitas ditentukan dengan meninjau pertama struktur terlepas dengan be ban Q1 = 1 pacta Gambar 2-6d. Perpindahan yang selaras dengan Q1, Q 2 , dan Q 3 ditunjukkan dalam gambar sebagai koefisien fleksibilit as F 11 , F2 1 , dan F 3 1 Jika deformasi aksial dan lentur diperhitungkan, perpindahan di ujung B batang AB menjadi
(Fu)AB = EA

(F21)AB = 0

(F31)11B = 0

sedang perpindahan di ujung B batang BC adalah

Jadi, harga akhir ketiga koefisien fleksibilitas pada Gambar 2-6d ialah

Analisa yang serupa juga harus dilakukan untuk beban Q 2 = 1 dan Q 3 = 1 pacta struktur terlepas. Kondisi ini diperlihatkan pada Gambar 2-6e dan 2-6f, serta koefisien fleksibilitasnya adalah: F12 = 0
L3 H
F22 = 3EI + EA F23 = 2 EI F32 = 2 El

F 33 =El+ El

Akhirnya, matriks fleksibilitas dapat dibentuk:


f13 L EA+ ID

F=

H2 2EI

L3 H 3EI + EA L2
21

H2 - 2EI L2 2El

(a)

El + El

Jika deformasi aksial diabaikan dalam analisa, dua fraksi elemen F yang mengandung ketegaran aksial EA sebagai penyebut dihilangkan. Langkah penyelesaian selanjutnya ialah menentukan invers matriks fleksibilitas dan kemudian memasukkannya bersama-sama dengan DQL ke Persamaan (2-1 0). Persamaan (2-1 O) bisa digunakan ctal!lm contoh ini, karena perpindahan DQ seluruhnya nol dan titik B pacta portal semula (Gambar 2-6a) bersambungan tegar. Namun, invers dari matriks fleksibilitas F di atas tidak dapat dicari semudah yang dilakukan untuk matriks

Pasar-dasar Metode Gaya

59

2 x 2. Atas alasan ini, matriks fleksibilitas dalam Persamaan (a) akan disederhanakan dengan memasukkan H = L dan mendefinisikan parameter tak berdimensi 'Y sebagai

y=Av
Dengan notasi ini, matriks fleksibilitas dapat dituliskan sebagai

F=

6~1

2L (1 + 3y) 0 - 3L 0 2U(1 + 3y) 3L [ -3L 3L 12

(b)

Perhatikanlah, jika luas penampang A sangat besar, parameter 'Y mendekati nol. Dalam hal ini, faktor (I + 3"() dalam Persamaan (b) menjadi satu. Invers dari matriks fleksibilitas F pada Persamaan (b) adalah

Matriks ini mengandung tiga parameter tak berdimensi lainnya, yang didefinisikan sebagai:
a:.t

= 5 + 24y

Substitusi

F-1

dan J?QL ke Persamaan (2-10) menghasilkan


P [ -a 3a. Q=- - 32a,a 2 2 La,~.

dengan
" = 1 -

12y

a5

13 + 84y

Bila dinyatakan dalam "(, gaya kelebihan menjadi Q, =

-32 (1 + Jy)(1 + 12y)


l3P

3P

1 - l2y

Q2 = 32 (l
Qa =

I + 84-y/13 + 3y)(l + 12y)

-16 1 + 12y

PL 1 - 12y

Tanda negatif untuk Q1 dan Q3 menunjukkan bahwa aksi ini berlawanan arah dengan arah positif pada Gambar 2-6b. Untuk portal bidang, harga 'Y umumnya berordo 1o-a; sehingga faktor 1 - 12"(, dan . seterusnya mendekati 1,0. Jika deformasi aksial diabaikan (yaitu jika 'Y = 0) gaya kelebihannya menjadi
Ql = - 32

3P

Harga ini cukup akurat untuk kebanyakan tujuan praktis.


Contoh 5. Struktur balok silang pada Gambar 2-7a terletak pada bidang datar (bidang x-z) dan memikul be ban P yang bekerja dalam arah vertikal. Tumpuan balok di A dan C adalah jepitan, serta batang AB dan BC mempunyai panjang L, ketegaran lentur El dan ketegaran puntir GJ (lihat Lampiran A untuk definisi ketegaran puntir). Gaya kelebihan yang dipilih dalam contoh ini dilepas dengan memenggal balok silang di B

60

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

(o)

(d )

(b)

(c)

Gambar 2-7. Contoh 5: Balok silang.

(Gambar 2-7b), sehingga menghasilkan struktur terlepas yang terdiri dari dua balok kantilever. Setiap gaya kelebihan terdiri dari sepasang aksi yang ditunjukkan dalam arah positifnya pada Gambar 2-7b. Titik B tidak mengalami aksi dalam lainnya, karena balok silang hanya memikul beban vertikal sehingga tidak ada gaya mendatar pada batang dan tidak ada kopel terhadap sumbu vertikal. Bila beban P diberikan pada struktur terlepas (Gambar 2-7c), maka akan timbul perpindahan DQL Pada Gambar 2-7c, perpindahan ini ditunjukkan dalam arah positifnya. Perhatikan bahwa perpindahan translasi dinyatakan dengan panah bermata tunggal, sedang rotasi ditunjukkan dengan panah bermata dua. Penyajian ini sesuai dengan perjanjian yang dipakai untuk menunjukkan gaya dan kopel. Perpindahan pada Gambar 2-7c bisa ditentukan dengan mudah, dan dari sini matriks DQL dapat dibentuk:

PV [ DQJ. = 48/ -~

5Ll

Koefisien fleksibilitas adalah perpindahan yang ctitunjukkan pada Gambar 2-7d, 2-7e, dan 2-7f. Dalam gambar ini dianggap bahwa satu satuan gaya kelebihan Q 1, Q2 , dan Q 3 diberikan secara terpisah pada struktur terlepas. Koefisien tersebut dapat diperoleh dari gambar ini, dan matriks fleksibilitasnya adalah
2L~

V
2/

Lz
2/

F=

31 V 21 L2 -2/

L L El+ GJ

0
L L El+ GJ

Matriks ini dapat dituliskan dalam bentuk yang lebih sederhana dengan mendefinisikan parameter tak berdimensi p, sebagai rasio ketegaran lentur dan puntir:

Dasar-dasar Metode Gaya

61
p = -

El

GJ

Dengan notasi ini, matriks fleksibilitas dapat ditulis dalam bentuk berikut :
F =

6~/ [ ~f 6(13~ p) -~L


- 3L 0

6(1 + p)

lovers dari F ada1ah

6Lb,] -3U
Uba

dan parameter tak berdimensi 1ainnya yang digunakan ia1ah:


b, = 1 + p
b2
=

1 + 4p

ha= 5

+ 8p

Akhirnya, substitusi ke Persamaan (2-10) menghasilkan vektor gaya ke1ebihan:

-P [2b,b~] Q=-Lb~ l6b,b2 _ 3Lp


dengan

Jadi, gaya kelebihan adalah:


Q - _!._ 2 + 5p
1 -

8 1 + 4p

PL

Q2 =
Q:l =

16 (1 +
3PL

2 + 5p p)(l + 4p) p

16 (I + p)(l + 4p)

Jika batang AB dan BC kecil ketegaran puntirnya, maka p menjadi sangat besar. Dalam hal ini, rumus di atas akan menghasillcan gaya kelebihan berikut (setelah pembilang dan penyebut dibagi dengan p ) : Q2 = Qa = 0 Hasil inijuga dapat dipero1eh dengan menganggap titik B sebagai sendi ruang yang hanya menyalurkan gay a vertikal tanpa momen. Balok silang seperti ini bersifat statis taktentu berderajat satu.

2.4 Perubahan Suhu, Praregang, dan Perpindahan Twnpuan. Dalam analisa struktur tidak hanya pengaruh beban yang harus diperhitungkan tetapi pengaruh perubahan suhu, praregang batang, dan perpindahan satu atau lebih tumpuan sering juga harus disertakan. Pengaruh ini umumnya dapat diperhitungkan dalam analisa dengan menyertakannya dalam perhitungan perpindahan pada struktur terlepas. Sebagai contoh, tinjaulah pengaruh perubahan suhu . Jika perubahannya dianggap terjadi pada struktur terlepas, maka akan timbul perpindahan yang selaras dengan gaya kelebihan Q. Perpindahan ini dapat ditunjukkan dengan simbol DQr, yang sama dengan si.mbol DQL untuk menyatakan perpindahan pada struktur terlepas yang selaras dengan gaya kelebihan dan diakibatkan oleh be ban luar. Perpindahan suhu DQT pada struktur terlepas bisa akibat

62

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

perubahan suhu merata atau perubahan suhu tak merata, seperti yang dijabarkan dalam l.ampiran A. Bila matriks perpindahan DQT akibat perubahan suhu telah diperoleh, jurnlah semua perpindahan pada struktur terlepas dapat dihitung dengan menjurnlahkan DQT dan matriks perpindahan DQL akibat beban. Perpindahan total ini kemudian digunakan dalam persamaan superposisi (lihat Persamaan 2-8) sebagai pengganti DQL Dengan demikian, persamaan superposisi menjadi

Dn

= DQ,_ + DQT + FQ

yang dapat diselesaikan untuk vektor gaya kelebihan Q seperti sebelumnya. Ilustrasi perhitungan vektor DQT akan diberikan dalam contoh berikut. Pengaruh praregang pada suatu batang struktur dapat diperlakukan secara sama seperti untuk perubahan suhu. Praregang suatu batang diartikan sebagai deformasi awal batang akibat suatu penyebab. Misalnya, panjang suatu batang rangka dibuat lebih panjang atau lebih pendek dari pada panjang teoretisnya, atau suatu balok difabrikasi dengan lengkungan awal. Jika batang suatu rangka batang mengalami praregang akibat perpanjangan awal, maka pengaruh yang ditirnbulkan akan sama seperti bila batang tersebut dipanasi secara merata hingga mengalami perpanjangan yang sama. Oleh karena itu, metode analisa untuk pengaruh praregang sama seperti untuk perubahan suhu. l.angkah pertama ialah menganggap praregang terjadi pada struktur terlepas, dan perpindahan yang selaras dengan gaya kelebihan kemudian ditentukan. Perpindahan ini diberi notasi DQP yang berarti selaras dengan gaya kelebihan dan akibat pengaruh praregang. Matriks DQP untuk perpindahan praregang selanjutnya dijumlahkan dengan matriks DQL dan DQT untuk memperoleh perpindahan total pada struktur terlepas. Jumlah semua perpindahan lalu dimasukkan ke persamaan superposisi sebagai berikut:

DQ

= DuL + DuT + DQP +

FQ

Seperti sebelumnya, matriks gaya kelebihan Q dapat ditentukan dengan menyelesaikan persamaan superposisi di atas. Contoh perhitungan praregang akan diberikan nanti. Akhirnya, tinjaulah kemungkinan terjadinya perpindahan yang diketahui di tumpuan (atau pengekang) struktur. Ada dua kemungkinan yang harus ditinjau, tergantung pada selaras atau tidaknya perpindahan tumpuan dengan salah sa tu dari gaya kelebihan Q. Jika perpindahan tumpuan selaras dengan gaya kelebihan, pengaruhnya dapat diperhitungkan dengan menyertakannya dalam vektor perpindahan sesungguhnya DQ pada struktur. Prosedur ini telah dibahas pada Pasal 2.2 dan dijelaskan dalam contoh rangka batang statis taktentu pada Pasal 2.3 (lihat Contoh 3). Namun, umumnya pei:pindal1an tumpuan tidak selaras dengan gaya kelebihan yang dipilih. Dalam hal ini, pengaruh perpindahan tumpuan harus dimasukkan dalam analisa struktur terlepas dengan cara yang sama seperti pada kasus pengaruh suhu dan praregang. Bila perpindahan tumpuan dianggap terjadi pada struktur terlepas, maka akan tirnbul perpindahan DQR yang selaras dengan gaya kelebihan Q. Setelah perpindahan ini ditentukan, matriks DQR dapat dibentuk dan dijurnlahkan dengan matriks lainnya yang menyatakan perpindahan pada struktur terlepas. Gabungan semua matriks yang menyatakan perpindahan pada struktur terlepas selanjutnya akan diberi notasi DQc yang dapat dituliskan sebagai: (2-11) Jadi, matriks DQc terdiri dari perpindahan akibat semua penyebab termasuk beban, perubahan suhu, pengaruh praregang dan perpindahan tumpuan. Dengan notasi ini, bentuk u.m um persamaan superposisi untuk metode .gaya menjadi

Dasar-dasar Metode Gaya

63
DQ

= DQc + FQ

(2-12)

Persamaan superpos1S1 sebelumnya (Persamaan 2-8) dapat dipandang sebagai bentuk khusus dari Persamaan (2-12). Penyelesaian Persamaan (2-12) untuk Q menghasilkan

(2-13)
dan persamaan ini dapat dipakai sebagai pengganti Persamaan (2-9) hila kita meninjau penyebab yang bukan beban. Dalam praktek tentunya tidak semua matriks dalam Persamaan (2-11) dijumpai sekaligus. Berikut ini diberikan contoh pemakaian persamaan di atas.
Contoh 1. Untuk ilustrasi analisa struktur dengan perubahan suhu, tinjaulah balok dua bentang ABC pada Gambar 2-8a. Ba1ok dianggap mengalami gradien suhu linear sedemikian rupa, hingga suhu permukaan atasnya T2 dan suhu permukaan bawahnya T1 . Ba1ok ini telah dianalisa untuk pengaruh beban (lihat Gambar 2-2) dengan reaksi tumpuan di B dan C sebagai gaya ke1ebihan Q 1 dan Q 2 Gaya ke1ebihan yang sama akan digunakan kembali da1am menyelesaikan pengaruh suhu; jadi, invers matriks fleksibilitas dapat diam bil dari penyelesaian sebe1umnya (lihat Pasal 2. 2):

F_ 1 = 6El [ 16 -5]
7U -5 2

Vektor Do (lihat Persamaan 2-13) yang menyatakan perpindahan sesungguhnya pada balok juga merupakan vektor no1 (Do = 0). Struktur terlepas untuk balok ABC ada1ah balok kantilever pada Gambar 2-8b. Jika suhu T1 1ebih besar dari T2 , maka ba1ok terlepas akan me1endut ke atas seperti yang ditunjukkan da1am gambar. Perpindahan yang se1aras dengan gaya ke1ebihan diberi notasi DQTt dan DQT2 Perpindahan ini dapat dihitung dengan metode beban satuan yang dibahas dalam Lampiran A (lihat Contoh 4 pada Pasal A.2). Jadi, perpindahan DQTl dan DQr 2 masing-masing adalah
2a( Tt-

Tz)U

Dalam ha1 ini a adalah koefisien muai suhu untuk bahan, dan d adalah tinggi balok. Vektor DoT adalah
D
QT

= a(Tt -

T2)U [ 2d 4

t]
4]
c

Jika hanya pengaruh suhu yang ditinjau dalam analisa, vektor Doe dalam Persamaan (2-13) sama dengan vektor DQT Dari Persamaan (2-13), kita peroleh gaya ke1ebihan:

_ 3Elcx.(Tt - Tz) [ Q7Ld -3

r
f-- L

'2 r,

Tz

4\
(a l

r,

4\

to.
(b)

L---io2

T2 T ,

0~ Oorz

Gambar 2-8. Contoh 1 : Balok menerus pada Gambar 2-2.

64

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Tanda pada elemen Q menunjukkan bahwa reaksi kelebihan Q 1 ke atas bila T 1 lebih besar dari T2 , sedang gaya kelebihan Q2 ke bawah. Jika T1 lebih kecil dari T2 , arah gaya kelebihan ~ berbalik. Tentunya, ji!ca T1 sama dengan T2 , maka gaya ke)ebihannya nol. Jika pengaruh gabungan beban dan suhu hendak dicari, matriks Doe dalam Persamaan (2-13) menjadi jumlah antara DQT di atas dan DQL yang diperoleh pada Pasal 2.2. Besarnya gaya kelebihan akibat kondisi gabungan akan merupakan jumlah gaya kelebihan akibat perubahan suhu dan be ban yang dianalisa secara terpisah.

Contoh 2. Sebagai contoh ke dua ilustrasi pengaruh perubahan suhu, tinjaulah rangka batang yang dibahas sebelumnya (Gambar 2-Sa) dan anggaplah batang BD mengalami kenaikan suhu merata sebesar T. Perpanjangan yang dihasilkan akan menimbulkan perpindahan yang selaras dengan gaya kelebihan DQT pada struktur terlepas. Perpindahan ini yang diberi notasi DQT! dan DQTl diperlihatkan pada Gambar 2-9 dalam arah positifnya (bandingkan dengan Gambar 2-Sc yang. memperlihatkan perpindahan pada struktur terlepas akibat beban). Perpindahan DQT dapat dicari dengan metode beban satuan (lihat Contoh 2 pada Pasal A.2). Dengan metode i~i, kita peroleh vektor

D~ coLT[-~]
Pengaruh suhu sekarang dapat dimasukkan dalam analisa rangka batang dengan menyertakan matriks DoT dalam perhitungan Doe (lihat Persamaan 2-11). Jika batang BD rangka batang pada Gambar 2-Sa tidak difabrikasi dengan panjang L tetapi L + e, analisanya bisa diperlakukan dengan cara yang sama seperti untuk perubahan suhu pada batang tersebut. Perbedaannya hanyalah perpanjanga."l akibat suhu aLT pada batang BD diganti dengan perp.anjangan praregang e. Dengan demikian, perpindahan praregang pada struktur terlepas menjadi (lihat Contoh 2, Pasal A.2):

Praregang pada batang lainnya dapat diperlakukan dengan cara yang sama.

Contoh 3. Contoh ini memperlihatkan cara memperhitungkan perpindahan tumpuan. Tinjaulah kembali balok dua bentang pada Gambar 2-2a dan anggaplah balok mengalami dua perpindahan tumpuan berikut. Titik A mengalami rotas! searah jarum jam sebesar ~ radial, dan titik B berpindah ke bawah sejarak s. Perpindahan di B selaras

Gambar 2-9. Contoh 2 : Rangka batang bidang pada Gambar 2-5.

Dasar-dasar Metode Gaya

65

Gambar 2-10. Contoh 3: Rotasi tumpuan pada struktur terlepas.


~isertakan

dengan salah satu gaya kelebih.an, sehingga harus sekarang menjadi

dalam vektor DQ yang

Tanda negatif dibutuhkan pada elemen pertama karena Q 1 berharga positif bila ke atas. Perpindahan tumpuan di A disertakan dalam analisa melaltii matriks DQR (lihat Persamaan 2-ll). Elemen matriks ini merupakan perpindahan pada struktur terlepas (lihat Gam bar 2-l 0) akibat rotasi searah jarum jam di titik A sebesar sudut tl. J adi, perpindahan DQR 1 dan DQR 2 yang selaras dengan Q 1 dan Q 2 masing-masing adalah

-{3L

dan

- 2(3L

Suku ini bertanda negatif karena arahnya ke bawah. Dengan demikian, matriks DQR adalah

Akhimya, matriks ini disertakan dalam perhitungan Doe dan Persamaan (2-13) kemudian diselesaikan untuk gaya kelebihan. Seperti biasa, besarnya gaya kelebihan akibat pengaruh gabungan akan sama dengan jumlah besar gaya kelebihan yang dihitung secara terpisah.

2.5 Perpindahan Titik Kumpul, Gaya Ujung Batang, dan Reaksi Tumpuan. Dalam pasal sebelumnya, pembahasan ditekankan pada perhitungan gaya kelebihan dengan metode gaya. Gaya kelebihan bisa berupa resultan tegangan dalam (seperti gaya aksial dan momen lentur) atau reaksi luar di titik tumpuan. Dalam segala hal, aksi lainnya pada struktur dapat dihitung dengan menggunakan prinsip keseimbangan statis setelah gaya kelebfuan ditentukan. Perhitungan ini akan melibatkan reaksi tumpuan dan aksi di ujung setiap batang (gaya ujung batang). Selain itu, bila semua aksi pada struktur diketahui, seluruh perpindahan dapat dihitung. Umumnya perpindahan yang diperhatikan adalah translasi dan rotasi titik kumpul. Sebaliknya dari penjabaran di atas, prosedurnya akan lebih sistematis bila perpindahan titik kumpul, gaya ujung batang, dan reaksi tumpuan dihitung langsung dalam komputasi dasar untuk metode gaya. Dengan kata lain, penentuan pelbagai aksi dan perpindahan yang dikehendaki dilakukan bersamaan dengan perhitungan gaya kelebihan, dan tidak dihitung secara terpisah setelah gaya kelebihan ditentukan. Untuk memperlihatkan prosedur ailalisa struktur yang lengkap, contoh balok dua bentang pada Gambar 2-2 akan diperluas dan diperlihatkan kembali pada Gambar 2-lla. Anggaplah selain gaya kelebihan Q 1 dan Q2 , kita juga hendak menghitung perpindahan titik kumpul, gaya ujung batang dan reaksi tumpuan. Perpindahan titik kumpul pada struktur akan ditunjukkan dengan simbol umum DJ, dan subskrip bilangan akan dipakai untuk menunjukkan perpindahan setiap titik kumpul. Misalnya, pada balok dalam Gambar 2-lla ada dua perpindahan titik kumpul yang hendak dicari, yaitu rotasi di

66

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

(a)

CA

8;)

AM2

AM4

cs
p2

c"0
t

tAMt
(b)

AMJ

(1
ARL2 tARLt
AM2t (

6
o()"

OJ~-=-f JL2
~

r,

~0

o()L2

(cl

~
tARQtl
(d )

ARQ22

c~

F.z
I

OJot2

t:=:=J~ F22

__.}-oJ()2 2

t1
(el

ARQt2

Gambar 211. Perpindahan titik kumpul, gaya ujung batang, dan reaksi tumpuan .

titik B dan C. Perpindahan ini masing-masing diberi notasi D11 dan D12, serta dianggap positif bila berlawanan jarum jam seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Gaya ujung batang adalah kopel dan gaya yang bekerja di ujung suatu batang yang dipisahkan dari bagian struktur lainnya. Untuk balok yang ditinjau, gaya ujungnya adalah momen lentur dan gaya geser di ujung batang seperti pada Gambar 2-llb. Gaya ujung ini harus ditentukan menurut perjanjian tanda tertentu, seperti perjanjian tanda deformasi (berhubungan dengan cara batang berubah bentuk) atau perjanjian tanda statis (berhubungan dengan arah aksi dalam ruang). Arah positif yang ditunjukkan pada Gambar 2-llb berdasarkan perjanjian tanda statis, yaitu gaya ke atas dan momen ber lawanan jarum jam berharga positif. Secara umum, gaya ujung dinyatakan dalam simbol AM dan dibedakan satu sama lain dengan subskrip bilangan. Dalam contoh pada Gambar 211, kita mempunyai delapan gaya ujung. Akan tetapi, hanya empat aksi yang dinyata kan dengan AMI> Au2 , AM3 , dan AM4 pada Gambar 2-llb akan dihitung. Gaya ujung AM 1 dan AM 2 adalah .gaya geser dan momen lentur di ujung kanan batang AB, sedang AM3 dan AM4 adalah gaya geser dan momen lentur di ujung kiri batang BC. Jadi, dua gaya yang pertama terletak tepat di kiri titik B , sedang dua gaya ujung terakhir terletak tepat di kanan titik B. Dalam contoh khusus, jumlah gaya geser AM 1 dan AM 3 harus sama dengan gaya kelebihan Ql> oleh sebab itu bebannya tidak mendatar terhadap balok di titik B. Dalam contoh ini, jumlah momen lentur AM 2 dan AM 4 harus sama dengan momen M yang bekerja sebagai beban di titikB.

Dasar-dasar Metode Gaya

67

Akhirnya, tinjaulah reaksi tumpuan untuk balok pada Gambar 2-Ila. Dua reaksi di tumpuan B dan C akan ditentukan secara otomatis karena merupakan gaya kelebihan Q1 dan Q2 . Aksi lainnya yang dinyatakan dengan simbol umum AR terdiri dari gaya vertikal dan m omen di tumpuan A. Reaksi ini ditunjukkan sebagai AR 1 dan AR 2 pada Gambar 2-lla dan arah positifnya dianggap seperti tergambar. Walaupun perjanjian tanda untuk reaksi bisa ditentukan secara sembarang dalam setiap kasus, arah positif yang diperlihatkan pada Gambar 2-11a akan digunakan dalam buku ini. Prinsip superposisi akan dipakai untuk mencari perpindahan DJ, gaya ujung AM, dan reaksi AR pada balok dalam Gambar 2-1la. Dalam contoh sebelumnya, prinsip ini diterapkan pada struktur terlepas dalam Gambar 2-llc, 2-lld, dan 2-lle untuk memperoleh persamaan gaya kelebihan Q (lihat Pers1).Illaan 2-8). Dengan cara yang sama, prinsip superposisi bisa digunakan untuk menentukan perpindahan titik kumpul DJ pada balok dalam Gambar 2-lla. Untuk itu, kita perlu menghitung perpindahan pada struktur terlepas (Gambar 2-llc, 2-Ild, 2-lle) yang selara~ dengan perpindahan DJ. Perpindahan pada struktur terlepas akibat beban luar akan dinyatakan dengan simbol unium DJL dan secara khusus, rotasi di titik B dan C masing-masing diberi notasi DJL 1 dan DJLl Kedua besaran ini dapat dicari dari analisa balok kantilever pada Gambar 2-11c. Selanjutnya, struktur terlepas kita bebani dengan gaya kelebihan satu satuan (Gambar 2-1ld dan 2-11e). Perpindahan yang selaras (DJ) diberi notasi DJQ Huruf Q menunjukkan bahwa perpindahan ini diakibatkan oleh gaya kelebihan satu satuan. Sebagai contoh, tinjaulah struktur terlepas yang dibebani satu satuan gaya kelebihan Q1 (Gambar 2-lld). Perpindahan titik kumpul akibat beban ini diberi notasi DJQu dan DJQ 21 Subskrip bilangan pertama menunjukkan perpindahan yang ditinjau dan subskrip kedua menyatakan gaya kelebihan penyebab perpindahan. Dengan cara yang sama, perpindahan DJQ 12 dan DJQzz akibat satu satuan Q2 diperlihatkan pada Gambar 2-lle. Prinsip superposisi sekarang dapat digunakan untuk menentukan perpindahan DJ pada balok semula. Dengan menjumlahkan perpindahan balok pada Gambar 2-11c, 2-11d, dan 2-lle, kita peroleh perpindahan pada balok dalam Gambar 2-11a:

= DJu + DJQllQl + D,Qt2Qz DJ2 = D1L2 + DJQ21Ql + D,cmQz


DJt
Persamaan ini dapat dituliskan dalam bentuk yang lebih sederhana dengan persamaan . matriks berikut:

DJ = DJL
Pelbagai matriks yang terlibat ialah

+ DJQQ

(2-14)

DJ

fDJIJ DJz
DJQll
DJC!2t

[DJu] DJL2
D JQt2] D,Q22
Q

DJQ -

[g:]

Dalam praktek tentunya ordo matriks yang dijumpai lebih besar dari pada contoh ini. Jika jumlah perpindahan titik kumpul yang hendak dicari adalah j, vektor DJ dan DJL akan berordo j x 1. Jika jurnlah gaya kelebihan sama dengan q, sehingga matriks Q berordo q x 1, maka matriks DJQ akan merupakan matriks segi empat dengan ordo j x q. Setelah matriks DJL, DJQ dan Qdiperoleh, perpindahan DJ dapat dihitung hanya dengan operasi matriksmenurut Persamaan (2-14). Dengan cara yang sama seperti untuk menurunkan Persamaan (2-14), prinsip super-

68

Analisa Matriks untuk Stru ktur Rangka

posisi dipakai untuk menentukan gaya ujung batang AM dan reaksi AR . Dalam ha! ini, persamaan superposisinya adalah
AM

= Am + AMQQ
+
ARQQ

AR = ARL

(2-15) (2-16)

derigan AM dan AR adalah vektor gaya ujung batang dan reaksi pada balok semula (Gambar 2-lla); AML dan ARL adalah vektor gaya ujung batang dan reaksi pada struktur terlepas akibat beban; serta AMQ dan ARQ adalah matriks gaya ujung dan reaksi pada struktur terlepas akibat gaya kelebihan satu satuan. Dalam contoh pada Gambar 2-l) , matriks AM dan AML berordo 4 x l karena ad a empat gaya ujung yang ditinjau ; matriks A R dan ARL berordo 2 x 1 karena ada dua reaksi yang ditinjau; serta matriks AMQ dan ARQ masing-masing berordo 4 x 2 dan 2 x 2. Secara umum bila terdapat m gaya ujung batang, r reaksi, dan q gaya kelebihan, matriks AM dan AML berordo m x 1, AMQ berordo m X q, AR dan ARL bemrdo r X 1, serta ARQ berordo

rx q.
Dari pembahasan di atas terlihat bahwa langkah-langkah yang harus diikuti dalam analisa struktur dengan metode gaya banyak melibatkan analisa struktur terlepas. Dengan beban pada struktur terlepas, kita perlu mene3!i aksi dan perpindahan yang membentuk matriks DQL D JL, AML dan ARL Dengan gaya kelebihan satu satuan pada struktur terlepas, kita perlu tnenentukan matriks F, D1Q , AMQ dan ARQ Persamaan (2-8) kemudian diselesaikan untuk menentukan vektor gaya kelebihan Q. Setelah itu, Persamaan (2-14) sampai (2-16) digunakan untuk memperoleh vektor 0 1, AM, dan AR Dengan cara ini, semua aksi dan perpindahan yang hendak dicari pada struktur semula dapat ditemukan. Bila pengaruh perubahan suhu, praregang, dan perpindahan tumpuan harus diperhitungkan, modifikasi persamaan superposisi yang diperlukan hanyalah pada suku pertama dalam ruas kanan persamaan. Suku ini menyatakan aksi dan perpindahan pada struktur terlepas dan harus menyertakan semua pengaruh yang ada. Keadaan ini telah dijabarkan dalam pasal sebelumnya untuk perpindahan yang selaras dengan gaya kelebihan, dan Persamaan (2-1 2) telah diturunkan sebagai bentuk umum Persamaan (2-8). Dengan pendekatan yang sama, bentuk Persamaan (2-14) yang lebih umum adalah (2- 17) Dalam persamaan ini, vektor DJc menyatakan pengaruh gabungan pad a struktur terlepas dan ditentukan dengan persamaan berikut: (2-18) Dalam Persamaan (2-18) matriks D 1T, D1p, dan D1R masing-masing menyatakan perpindahan titik kumpul akibat perubahan suhu , praregang, dan perpindahan tumpuan. Perpindahan tumpuan yang ditlnjau dalam menentukan D JR adalah yang tidak selaras dengan gaya kelebihan. Sedang yang selaras dengan gaya kelebihan disertakan dalarn matriks DQ Sebaliknya, Persamaan (2-15) dan (2-16) tidak perlu dibuat umum untuk memperhitungkan perubahan suhu, praregang, dan perpindahan tumpuan. Tidak satupun pengaruh ini menimbulkan aksi a tau reaksi pada struktur terlepas statis tertentu, .dan pengaruh ini hanya mengubah konfigurasi struktur. Pengaruh seperti ini disebar ke matriks AM dan AR melalui harga gaya kelebihan Q yang diperoleh dari penyelesalan Persamaan (2-12). Secara ringkas, prosedur dalam contoh berikut adalah semua penyebab pada struktur terlepas dianalisa, dan matriks yang sesuai kemudian dijumlahkan menutut Persama-

Dasar-dasar Metode Gaya

61t

an (2-11) dan (2-18). Selanjutnya, gaya kelebihan ditentukan dengan Persamaan (2-13), serta pelbagai aksi dan perpindahan diperoleh dari Persamaan (2-15), (2-16), dan (2-17).

Contoh. Penyelesaian lebih lanjut untuk balok dua bentang pada Gambar 2-11 sekarang dibahas untuk kasus hanya dengan bcban luar. Kita anggap tujuan analisa adalah menghitung pelbagai perpindahan titik kumpul DJ, gaya ujung batang AM, dan reaksi AR yang diperlihatkan pada Gambar 2.lla dan 2-11 b. Balok mempunyai ketegaran lentur El konstan serta memikul be ban P 1 , M, P2 , dan P 3 , yang besarnya ialah: M= PL
DJL! dan DJL'l adalah
DJL2

Pa = P

Bila be ban ini bekerja pada struktur terlepas (Gambar 2-11 c), perpindahan titik kumpul
l3PL2 8/

J adi, vektor
DJL

= 8/

PV

[tO] 13

Gaya ujung batang pada balok dalam Gambar 2-llc dapat dicari dengan keseimbangan statis. Misalnya. AML 1 dan AML 2 adalah gay a geser dan m omen lentur tepat di kiri titik kopel M diberikan. Besaran ini masing-masing sama dengan

atau
AMLl

= 0

A.wt2

=2

JPL

Secara sama, gaya geser dan momen lentur tepat di kanan titik B pada balok dalam Gam bar 2-11 c adalah
A.vu

= P2

- Pa

=0

Jadi, matriks 0 3PL 2


0

PL 2
Sedang reaksi pada balok dalam Gambar 2-llc adalah

Perpindahan titik kumpul akibat gaya kelebihan satu satuan diperlihatkan pada Gambar 2-lld dan 2-lle. Perpindahan pada struktur terlepas ini dapat dihitung dan dimasukkan dalam matriks D10 :
DJQ = 2/

[I 3]
1 4

70

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Gaya: ujung batang dan reaksi pada balok dalam Gambar 2-11d dan 2-11e ditentukan dengan statika dan membentuk matriks AMQ dan ARQ:
- 1 = [ -L

AnQ

- 1 ]

-2L

Matriks DoL dan F dalam Persamaan (2-8) te1ah ditentukan sebelumnya untuk balok pada Gambar 2-11 (lihat Pasa1 2.2), dan vektor gaya kelebihan Q juga telah ditentukan, yaitu Q =56 - 64
p [

69]
17]

Substitusi matriks ini serta matriks D1L dan D10 ke Persamaan (2-14) menghasilkan perpindahan titik kumpu1 pada balok semula:
DJ = 112/ -5

PU [

Hasil ini menunjukkan bahwa rotasi DJt di titik B berlawanan arah jarum jam dan sama dengan

sedang rotasi di titik C adalah


D;2

= -112/

5PU

dan searah jarum jam seperti ditunjukkan oleh tanda negatif. Gaya ujung batang AM dan reaksi AR diperoleh dengan memasukkan matriks di atas yang sesuai ke Persamaan (2-15) dan "(2-16). Hasilnya ialah

A [2~LJ
M

= .!._ 56

64

An =56 31L

p [

107]

36L

yang dapat diperiksa dengan keseimbangan statis.

2.6 Fleksibilitas Batang Prismatis. Dalam contoh dan soal pada bab ini, koefisien fleksibilitas tertentu (seperti L 3 /3EI) untuk batang prismatis sering digunakan. Koefisien ini sangat sering dijumpai karena koefisien fleksibilitas struktur dihitung dari kontribusi setiap batang. Oleh karena itu, perhbentukan matriks f/eksibilitas b.atang untuk batang prismatis pelbagai jenis struktur rangka bermanfaat. Matriks ini dibutuhkan dalam pendekatan formal metode gaya yang dibahas dalam pasal selanjutnya, dan juga dapat diinversi untuk memperoleh matriks ketegaran batang (lihat Pasal 3.5). Pertama, sumbu arah batang untuk sua tu batang perlu didefinisikan dan dibedakan dari sumbu arah struktur untuk keseluruhan struktur. (Sumbu ini masing-masing juga disebut koordinat lokal dail. koordinat global.) Gambar 2-12a sampai 2-12d memperlihatkan sumbu arah batang untuk pelbagai jenis struktur rangka. Masing-masing gambar ini menunjukkan batang tipikal i yang disambung di titik kumpul j dan k pada struktur. Sumbu x, y, dan z dalam setiap gambar menyatakan sumbu arah struktur, yaitu sumbu yang arahnya sesuai dengan keseluruhan struktur dan memudahkan. Sebaliknya, sumbu xM, YM, dan ZM berhubungan dengan batang tertentu yang ditinjau dan disebut sumbu

Dasar-dasar Metode Gaya


y

71

YM
J------I

/1

0
k
(a)

----x

y
y

,~-/-//~--X
----k~

XM
(b) (c)

(d)

Gambar 2-12. Sumbu arah struktur dan batang untuk (a) batang balok, (b) batang rangka batang bidang atau portal bidang, (c) batang balak silang, dan (d) batang rangka batang ruang a tau portal ruang.

arah batang. Sumbu ini dianggap memiliki titik awal di ujung j dari batang..Sumbu XM segaris dengan sumbu batang dan arah positifnya diambil dari j ke k. Sumbu YM dan zM terletak pada bidang lentur utama untuk batang, tetapi penataan ini tidak penting bagi analisa rangka batang. Sekarang matriks fleksibilitas batang akan diturunkan untuk batang prismatis yang dikekang di ujung j dan bebas di ujung k, dengan memulainya untuk batang balok yang diperlihatkan pada Gambar 2-13a. Dalam hal ini sumbu YM dipilih sedemikian rupa, hingga lenturan terjadi dalam bidang X~YM (bidang lentur utama). Dua jertis gaya ujung ditunjukkan di ujung k pada batang dalam Gambar 2-13a: gaya geser AMt (positif dalam arah YM) dan momen lentur AM 2 (positif dalam arah zM). Matriks fleksibilitas yang hendak dicari di sini adalah matriks 2 X 2 yang menghubungkan AM 1 dan A2 dengan perpindahan yang selarasnya DM 1 (translasi dalam arah YM) dan DM 2 (rotasi dalam arah zM). Gambar 2-13b dan 2-13c memperlihatkan pemberian beban satuan

72

Analisa Matriks untuk Struktu.r Rangka

I'
/~i
ZM

AM1

0
L

XM

A.,(l'

(a)

(b)

(cl
Gam bar 213. Fleksibilitas untuk batang balok.

AM 1

= 1 dan AM2 sebagai beri.k:ut:

= I untuk menentukan elemen pada matri.k:s fleksibilitas balok F Mi


FM II

FM't=
[ FM21

(2-19)

Elemen ini telah diperoleh dalam contoh pada akhir Pasall.ll. Batang rangka batang pada Gambar 2-14a hanya memiliki satu gaya ujung yang harus ditinjau untuk menghitung fleksibilitas batang, yaitu gaya aksial AM di ujung k pada batang (perhatikan bahwa harga positif AM selaras dengan gaya tarik pada batang). Perpindahan yang selaras (DM) adalah translasi dalam arah XM d i ujung k. Jadi, elemen tunggal F Mi untuk kasus ini ialah
FMi

L =EA

(2-20)

yang merupakan perubahan panjang batang akibat beban aksial satuan AM = 1 (lihat Gambar 2-14b). Fleksibilitas batang ini berlaku bagi rangka batang bidang atau ruang dan tidak dipengaruhi oleh arah sumbu YM dan ZM Gambar 2-15a memperlihatkan batang portal bidang yang teijepit di ujung j dan bebas di ujung k. Seperti pada balok, bidang XM-YM didefmisikan sebagai bidang lentur utama. Jika regangan aksial diabaikan, matriks fleksibilitas batangnya sama seperti untuk balok (lihat Persamaan 2-19). Namun, jika regangan aksial diperhitungkan,

Dasar-dasar Metode Gaya

73

/fj
4

0
L
(a)

r-

AM
KM

Lt_,
FM

(b)

Gambar 2-14. Fleksibilitas untuk batang rangka batang,

matriks fleksibilitas batangnya akan me~~dung suku dalam Persamaan (2-20). Gambar 2-1 Sa memperlihatkan tiga gaya ujlliig batang yang dibutuhkan untuk kasus ini, yaitu gaya aksial AM 1 dalam arah, XM,--$aya ~eser AMz dalam arah YM, dan momen lentur AM 3 dalam arah ZM Perpindahan yang selaras DM 1 ,DM2 , dan DM 3 adalah translasi dalam arali XM, translasi dalam arahyM, dan rotasi dalam arah ZM. Gambar 2-lSb, c, dan d memperlihatkan pemberian be ban satuan yang menghasilkan elemen pada matriks fleksibilitas batang 3 x 3 untuk portal bidang:
FMu FMI2 FMI3

EA
0 0

0
(2-21)

FM ;=

FM21

FM22

FM23

V 2 -3/ 2/

FM31

FM32

FM33

u2EI

L El

Terlih.at bahwa persamaan ini merupakan gabungan Persamaan (2-19) dan (2-20).

(o)

(b)

(c)

(d)

Gam ber 2-15. Fleksibilitas untuk batang portal bidang.

74

Analisa Matri.ks untuk Struktur Rangka

(b)

~1-------- ~-- FM22


(c)
(d)

Gambllr 2-16. Fleksibilitas untuk batang balok silang.

Matriks fleksibilitas untuk batang balok silang juga dapat diperoleh dengan memperluas matriks untuk balok karena lenturan terjadi dalam bidang XM-YM Gambar 2-16a memperlihatkan batang balok silang dengan komponen gaya geser AM 1 (yang bekerja dalam arahyM). momen puntir AMz (yang bekerja dalam arah XM). dan momen lentur AM 3 (yang bekerja dalam arah zM)- Urutan nomor aks~_!lle,ngikuti aturan yang menuliskan gaya sebelum momen (dan translasi sebelum rotas!). Berdasarkan Gambar 2-16b, c, dan d, elemen pada matriks fleksibilitas 3 x 3 untuk batang balok silang adalah t AM~

(M

/~j
ZM

0
,1('

AM, AM4 / . * - - - - rM
AMs

rMZ

AM6

(a)
FM62

~
(b)

--.. H
~53
FM 55

d:ri
FMZ Z

(cl

~~
(d)

~
(e)

--1

~. .

___.--;'
(f)

~"
~55

-====J?l ~26
(g)

~66

Gambllr 2-17. Fleksibilitas untuk batang portal ruang.

Dasar-dasar Metode Gaya

75

FMu

FMl2

FM13

V 3EI
0

0
L GJ
0

2 2EI

FM ,=

FM2l

FM22

FM23

0
L El

(2-22)

F M3l

FM32

FM33

2 2EI

Dalam hal ini, gaya dan perpindahan pertama serta ketiga berkaitan dengan elemen lentur, sedang yang kedua dan ketiga berhubungan dalam Persamaan (2-21). Untuk menentukan matriks fleksibilitas batang portal ruang, kita perlu meninjau tiga komponen gaya dan tiga komponen momen yang diberikan di ujung k seperti pada Gambar 2-17a. Untuk batang jenis ini, baik bidang xM-YM maupun bidang XM-ZM adalah bidang lentur utama. Gaya ujung pada Gambar 2-17a diberi nomor dengan urutan x, y, dan z, serta mendahulukan gaya sebelum momen. Elemen matriks fleksibilitas batang ditunjuk.kan pada Gambar 2-17b sarnpai 2-17g. Elemen ini dapat diambil dari Tabel A-3 (Lampiran A) dan diletakkan dalam matriks fleksibilitas batang 6 x 6, sebagai berikut:

EA
0

0
Ls 3Elz
'\.

0 ..0

0 0 0
L GJ

0 0

-2Elz

Lz

FM,=

0 0 0 0

0
0 0

V 3E/ y
0

-2 -2El y
0
L

0 0

(2-23)

-2E/y
0

-L2

0 0

Ely

0
L E)z

-2El z

L2

Simbol ly dan lz dalam matriks ini masing-masing menyatakan momen inersia penampang lintang batang terhadap sumbu YM dan zM.

2.7 Fonnalisasi Metode Gaya. Matriks fleksibilitas untuk struktur terlepas dapat dirakit dari matriks fleksibilitas setiap batang dengan memakai prosedur perkalian matriks yang formal. Teknik inj akan diturunkan dari prinsip kerja maya komplementer (lihat Pasal 1.14). Kita akan lihat bahwa pendekatan formal yang dijabarkan ru sini menarik dan teratur tetapi tidak efisien dalam perhitungannya. Oleh karena itu, cara ini belum diterima secara umum untuk penyelesaian masalah dalam praktek. Keuntungan utama yang didapat dari pengkajian materi ini ialah memperdalam pengertian metode gaya dan memperkenalkan perlakuan serupa yang diterapkan pada metode kekakuan dalam bab selanjutnya. Kita ingat dari pasal sebelumnya bahwa matriks fleksibilitas FM1 untuk setiap batang menghubungkan perpindahan ujung DM; dan perpindahan yang selaras A Mi sebagai berikut : (2-24)

76

Analisa Matrlks untuk Struktur Rangka

Secara sem'barang, batang i dianggap teijepit di ujung j dan bebas di ujung k. Jadi, aksi AMi berada di ujung k, dan elemen vektor DMi merupakan perpindahan relatif ujung k terhadap ujung j . Pemakaian subskrip i dalam Persamaan (2-24) berarti bahwa hubungan ini hanya berlaku bagi batang ke-i pada suatu struktur. Jika Persam'!an (2-24) diulangi untuk semua batang pada struktur, hasilnya dapat dinyatakan dalam bent.uk

Subskrip m dalam hai ini menyatakan nomor batang, dan Persamaan (2-25) dapat dituliskan lebih terpadu sebagai (2-26) dengan sirnbol FM menyatakan matriks diagonal yang terdiri dari submatriks FMi Matriks FM dapat dipandang sebagai matri.ks fleksibilitas untuk stmktur tak terakit (unassembled stmcture) karena hanya merupakan kmt:~pulan matri.ks fleksiJ,~it_a~ batang yang ditata dalam pola diagonal. Atas alasan ini, matriks ini disebut matriks fleksibilitas tak terakit. Ukuran FM tergantung pada jumlah batang dan ordo submatri.ks tipikal F M i Misalnya ji.ka FMi berordo 3 X 3 (seperti pada balok silang), maka FM berordo 3m X 3m. Juga perhatikanlah, vektor AM dan DM dalam Persamaan (2-26) adalah kumpulan gaya ujung AMi dan perpindahan ujung relatif DMi untuk semua batang pada struktur (lihat Persamaan 2-25). Sebagai langkah selanjutnya, semua gaya ujung batang pada AM dihubungkan dengan aksi struktur tertentu As yang diberikan pada struktur terlepas. Vektor aksi struktur As terdiri dari beban titi.k kumpul A1 (dituliskan pertama) dan gaya kelebihan AQ (dituliskan setelah A1) .* Ji.ka beban tidak diberi.kan di titi.k kumpul, maka beban ini harus dijadikan beban titi.k kumpul ekivalen (lihat Pasal 1.12) sebelum analisa dimulai. Dalam bentuk matri.ks, hubungan antara AM dan As dapat dituliskan sebagai
AM

= BMsAs = [BMJ

BMQ]

[!J

(2-27)

Matri.ks BMs dalam Persamaan (2-27) adalah matriks transformasi gaya yang menghubungkan AM dan As pada struktur terlepas. Elemen pada BMs dicari dengan prinsip dasar keseimbangan statis. Atas alasan ini, ia disebut matriks keseimbangan (atau statis). Perhatikanlah, matriks BMs disekat menjadi submatriks BMJ dan BMQ yang masingmasing menghubungkan AM dengan AJ dan Ao Setiap kolom pada submatriks BMJ terdiri dari gaya ujung batang akibat beban titik kumpul satu satuan yang diberi.kan pada struktur terlepas. Agar lengkap, elemen pada BMJ diturunkan untuk semua beban titik kumpul yang mungkin tanpa memandang ada a tau tidaknya beban tersebut. Demikian juga halnya, setiap kolom pada submatriks BMQ terdiri dari gaya ujung batang akibat gaya kelebihan satu satuan yang diberikan pada struktur ter!epas.

*Simbol AQ yang di sini dipakai untuk mcnyatakan gaya kelebihan sama dengan simbol Q dalam pasal sebelumnya.

Dasar-dasar Metode Gaya

77

Sekarang anggaplah himpunan beban maya sembarang ~As diberikan pada struktur terlepas. Serupa dengan vektor As , misalkan ~As terdiri dari beban titik kumpul maya ~A1 dan gaya kelebihan maya o~. Jadi, persamaan yang serupa dengan Persamaan {2-27) dapat dituliskan untuk gaya ujung batang maya oAM:
8AM

= BMs8As =

(BMJ

BMQ] [

!!~]

(2-28)

Matriks keseimbangan BMs dalam persamaan ini sama seperti dalam Persamaan (2-27). Kerja maya luar komplementer ~W"' yang dihasilkan oleh beban maya ~As dan perpindahan nyata Ds dapat dituliskan sebagai

8W*

= 8AIDs = [8AT

8A~] [~J

{2-29)

Simbol D1 dan D0 masing-masing menyatakan perpindahan nyata yang selaras dengan beban titik kumpul dan gaya kelebihan. Dengan cara yang sama, kerja maya dalam komplementer f>U"' yang ditimbulkan oleh gaya ujung maya f>AM dan perpindahan ujung relatif yang nyata DM ad.alah {2-30) Dengan prinsip kerja maya komplementer, Persamaan (2-29) dan (2-30) disamakan sehingga ' (2-31) Substitusi Persamaan {2-26), (2-27), dan (2-28) ke ruas kanan Persamaan (2-31) menghasilkan (2-32) Oleh karena beban maya pada As bersifat sembarang, maka vektor ini dapat dihilangkan dari kedua ruas Persamaan (2-32) sehingga
Ds

= FsAs = B~s FM BMs

(2-33) (2-34)

dengan

Fs

Dari Persamaan (2-33) terlihat bahwa matriks Fs adalah penghubung antara perpindahan Ds dan aksi A5 . Matriks fleksibilitas ini dibentuk oleh transformasi harmonis (congruence) dalam Persamaan (2-34), dengan matriks BMs sebagai pengali akhir FM dan matriks transpos B~s sebagai pengali muka FM. Dengan operasi ini, matriks fleksibilitas tak terakit FM ditransformasi ke matriks fleksibilitas terakit Fs untuk keseluruhan struktur. Untuk menjabarkan matriks fleksibilitas terakit Fs secara terinci, matriks ini akan disekat menjadi submatriks yang berhubungan dengan beban titik kumpul A1 , gaya kelebihan A 0 , serta perpindahan yang selarasnya, Dj dan 0 0 . Penyekatan ini dapat dilakukan dengan menuliskan Persamaan (2-33) dalam bentuk (2-35) Dalam persamaan ini,
FJJ FQJ

= B~JFMBMJ = B~QFMBMJ

FJQ FQQ

= B'fuFMBMQ

= B~QFMBMQ

78

Analisa Matriks untuk Struktur Rangk.,

Perhatikan bahwa submatriks Fn, FJQ FQJ dan F 00 dibentuk oleh transformasi matrik.s dengan memakai operator BMJ dan BMQ (dua bagian dari BMs dalam Persamaan 2-27). Karena submatriks Foo menghubungkan perpindahan D0 dan gaya kelebihan A , maka submatriks ini sama dengan matriks fleksibilitas F dalam pasal sebelumnya. 0 Hubungan lain dengan persamaan sebelumnya akan dijabarkan setelah penyelesaian formal diturunkan secara lengkap. Yang tak diketahui dalam Persamaan (2-35) adalah perpindahan titik kumpul DJ dan gaya kelebihan Ao Oleh karena itu, Persamaan (2-35) lebih menguntungkan bila ditulis sebagai dua persamaan matriks terpisah: DJ DQ

= FJJAJ + FJQAQ = FQJAJ + FQQ AQ = F~(DQ


- FQJ~)

(2-36a) (2-36b)

Penyelesaian persamaan kedua untuk gaya kelebihan menghasilkan AQ (2-37)

yang secara simbolis menyatakan kunci pemecahan keseluruhan masalah. Setelah gaya kelebihan Ao ditemukan, gaya ini dimasukkan ke Persamaan (2-36a) untuk menentukan perpindahan titik kumpul DJ Dalam analisa yang lengkap, besaran lain yang perlu ditentukan ialah gaya ujung batang AM dan reaksi tumpuan AR. Persamaan (2-27) dapat dipakai untuk menghitung gaya ujung batang akibat beban titik kumpul dan gaya kelebihan 4J.engan menggunakan matriks BMs). Perlu diketahui bahwa beban titik kumpul ekivaf ~ti" bisa dimasukkan dalam vektor AJ, demikian juga halnya dengan beban titik kumpul sebenarnya. Oleh karena itu, gaya ujung batang yang di.liitung dari Persamaan (227) harus dijurnlahkan 4engan gaya ujung batang awal (lihat Pasal 1.12). Gabungan pengaruh ini dapat dinyatakan dalam persamaan berikut: (2-38) dengan simbol AMF sebagai gaya jepit ujung. Dengan cara yang sama, reaksi tumpuan akibat beban titik kumpul dan gaya kelebihan bisa dihitung dengan operator transformasi gaya BRs yang menghubungkan AR dan As, sebagai berikut: (2-39) Dalatn persamaan ini, matriks BRs disekat meniadi submatriks BRJ dan BRQ yang masing-masing menghubm'lgkan AR dengan A1 dan Ao Setiap kolom pada submatriks BRJ terdiri dari reaksi tumpuan akibat satu satuan beban titik kumpul yang diberikan pada struktur te!lepas. Demikian juga halnya, setiap kolom pada submatriks BRQ terdiri dari reaksi akibat satu satuan gaya kelebihan yang diberikan pada struktur terlepas. Jika beban titik kumpul sebenarnya atau ekivalen diberikan langsung pada tumpuan, mereka harus diperhitungkan dengan menjumlahkan negatifnya ke reaksi tumpuan yang dihitung dari Persamaan (2-39). Pengaruh ini dapat ditufiskan sebagai AR

-ARc

+ BRJ AJ +

BRQ AQ

(2-40)

Simbol ARc dalam persamaan ini menyatakan beban gabungan (sebenarnya dan ekivalen) yang diberikan langsung pada tumpuan. Persamaan metode gaya yang diturunkan dengan prinsip superposisi dalam pasal sebelumnya sekarang akan dibandingkan dengan padanannya yang dibentuk dari kerja maya komplementer pada pasal ini. Persamaan gaya kelebihan yang sesuai ialah

Dasar-dasar Metode Gaya

79
(2-9) uhingan

dan (2-37) ulangan Terlihat bahwa Q = AQ. F = FQQ dan DQL = FQJ A1 (perhatikan pema.kaian koefisien fleksibilitas untuk menentukan DQL) Persamaan yang sesuai untuk menentukan perpindahan titik kumpul ialah
DJ = D JL

+ DJQQ

(2-14) ulangan (2-36a) ulangan

dan

Jadi, DJL = Fn A 1 dan D1Q = F1Q (perhatikan pema.kaian koefisien fleksibilitas untuk menentukan DJd Untuk menghitung gaya ujung batang, persamaan yang sesuai adalah (2-15) ulangan dan
AM= AMr
'\

+ BMJAJ + BMQ~

(2-38) ulangan

Dengan demikian, AML = AMF + BMJ AJ dan AMQ = BMQ Dalam hal ini, langkah perhitungan AM L sebagai jumlah dua bagian jelas terlihat. Akhirnya, persamaan yang sesuai untuk menghitung reaksi tumpuan ialah
AR

= ARL + ARQQ

(2-1.6) ulangan (2-40) ulangan

dan

Jadi, ARL = - ARc + BRJ AJ dan A RQ = B!iQ Di sini prosedur untuk menghitung ARL sebagai jumlah dua suku juga jelas terlihat . Secara ringkas, formulas! metode gaya menimbulkan konsep matriks fleksibilitas terakit Fs untuk keseluruhan struktur. Matriks ini disekat menjadi submatriks yang berhubungan dengan beban titik kumpul dan gaya kelebihan (lihat Persamaan 2-35) serta perpindahan yang selarasnya. Perhitungan gaya kelebiham dan perpindahan titik kumpul dengan pendekatan formal lebih banyak melibatkan pemakaian koefisien fleksibilitas dari pada sebelumnya. Selain itu, langkah perhitungan gaya ujung batang dan reaksi tumpuan menjadi lebih jelas. Dengan demikian, kemungkinan kesalahan yang dibuat dalam analisa suatu struktur lebih kecil. Teknik di atas membuat perhitungan semua perpindahan titik kumpul, gaya ujung batang, dan reaksi tumpuan menjadi hal rutin. lni dapat merugikan untuk masalah yang besar, karena proses pemilihan dalam pendekatan yang kurang formal pada pasal sebelumnya lebih memudahkan. Agar prosedur formal ini lebih selektif, kita dapat menghilangkan kolom matriks BMs dan BRs yang selaras dengan beban titik kumpul ekivalen dan sebenarnya yang berharga nol. Akan tetapi, penghilangan kolom matriks BMs menyebabkan perhitungan perpindahan titik kumpul yang selaras (dengan Persamaan 2-36a) tidal< dila.kukan, karena baris F 11 dan FrQ yang dibutuhkan tidal< dibentuk. Bads

80

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

pada matriks BRs yang tidak selaras dengan reaksi tumpuan yang hendak dicari juga bisa dihilangkan. Sebaliknya, semua baris pada matriks BMs harus dipertahankan agar matriks fleksibilitas struktur bisa dibentuk dari matriks fleksibilitas batang. Beriku t ini diberikan sejumlah contoh yang memperlihatkan penerapan metode gaya yang formal pada pelbagai jenis struktur rangka. Dalam setiap contoh anggaplah semua perpindahan titik kumpul, gaya ujung batang, dan reaksi tumpuan henda.k dihitung. Di sini hanya pengaruh beban yang ditinjau, sedang pengaruh perubahan suhu, praregang, dan perpindahan tumpuan dapat diserta.kan dalam bentuk beban titik kumpul ekivalen.

ly

r.,
L

j
X

(b)
L
Ali'3

(a)

-~~
1-..-.

(c)

(f)

(g)

(h)

Gambar 2-18. Contoh 1: Rangka batang bidang.

Dasar-dasar Metode Gaya

81

Contoh 1. Contoh pertama adalah analisa rangka batang statis taktentu pada Gambar 2-18a. Rangka batang ini memiliki enam batang seperti ditunjukkan oleh angka yang dilingkari, dan semua batang dianggap memiliki ketegaran aksial EA yang sama. Struktur memikul dua beban di titik A, dan tumpuannya dikekang dj titik B, C, dan D. (Rangka batang ini telah diselesaikan sebelumnya sebagai Contoh 3 dalam Pasal 2.3.) Dalam soal ini, semua beban pada rangka batang merupakan beban titik kumpul; jadi tidak ada beban batang yang perlu diganti oleh beban titik kumpul ekivalen. Seandainya terdapat beban batang, beban titik kumpul ekivalen bisa dihitung dengan mudah. Beban ekivalen ini dapat dicari dari rum us untuk gaya ujung pada batang yang bersendi di kedua ujungnya, yang diberikan dalam Tabel B-5 (Lampiran B). Beban ekivale.n akan berbentuk gaya, karena tidak ada momen lentur yang ditimbulkan di ujung batang sua tu rangka batang. Gaya reaksi mendatar di tumpuan B dan gaya aksial batang AD ma~ing-masing dipilih sebagai gaya kelebihan AQ 1 dan AQ2 . Gaya kelebihan Ao 1 dianggap positif bila searah dengan arahx positif, sedangAQ 2 berharga positif bila batang tertarik. Selain mencari gaya kelebihan, dalam contoh ini anggaplah semua gaya ujung batang, reaksi, daf!. perpindahan titik kunipul juga hendak dihitung. Gaya ujung bata;,g merupakan gaya aksial di ujung k pada semua batang, seperti yang ditunjukkan untuk batang tipikal pada Gambar 2-l4a. Secara umum, gaya ujung batang harus diambil di ujung k yang dipilih untuk setiap batang. Namun pada rangka batang yang hanya dibebani di titik kumpul, gaya ujung sama besar di kedua ujung. Atas alasan ini, ujung setiap batang yang gaya ujungnya hendak dicari tidak perlu ditentukan secara khusus; sebaliknya, setiap ujung batang dapat dimanfaatkan. Rangka batang ini memiliki empat re~shyang harus ditentukan; reaksi di titik C dan D diberi notasi AR 1, AR 2 , dan AR 3 (lihat Gambar 2-18a), sedang reaksi lainnya adalah gaya kelebihan Ao 1 sendiri. Juga, empat perpindahan titik kumpul yang tak diketahui (dengan notasi DJt> . . . , DJ4 ) diperlihatkan pada Gambar 2-18b. Reaksi dan perpindahan titik kumpul dianggap positif bila searah dengan arah positif sumbu x dan y. Matriks fleksibilitas tak teraki t FM (lihat Persamaan 2-25) untuk conto h ini ialah
l 0

FM= EA

0 0 0

0 1,414 0 0 0 0

0 0 1,414 0 0 0

0 0 0 1 0 0

0 0 0 0 1 0

0 0 0 0 0

E1emen-elemen diagonal matriks ini adalah fleksibilitas keenam batang. Gambar 2-18c sampai 2-l8h menjabarkan prosedur pembentukan matriks BMs dan BRs bagi struktur terlepas. Matriks transformasi gaya BMs terdiri dari gaya batang akibat satu satuan A11 sampai Ao2 . Dari statika, kita peroleh
I 0 0 ' 0 0 0 0 . 0 1,414 0 0 0 : 1,414 - I 0 I 0 : -I -I 0 0 0 0 0 0 0 1 : 0

B~ts =[BM;

BMa]

- 01707 I 1 - 0,707 - 0,707 - 0,707

Sesuai dengan Persamaan (2-27), matriks BMs 6 X 6 ini disekat menurut kol'om menjadi submatriks BMJ 6 X 4 dan submatriks BMQ 6 X 2, yang masing-masing berkaitan dengan beban titik kumpul dan gaya kelebihan. Kolom pertama pada BMJ merupakan gaya-gaya batang akibat beban satuan A11 = I yang diperlihatkan pada Gambar 2- 18c. Sela~n itu, gaya batang pada kolom kedua, ketiga, dan keempat pada BMJ masing-masing diakibatkan oleh sa tu satuan A.h. A.i,, dan A.1~ (lihat Gam bar 2l -8d, e, dan f). Demikian juga

82

Analisa.Matriks untuk Struktur Rangka

ttalnya, kolom pertama dan kedua submatriks BMQ masing-masing adalah gaya-gaya batang akibat satu satuan gaya kelebihan AQ 1 dan AQ2 (lihat Gambar 2-18g dan h). Matriks BRs yang nanti digunakan untuk perhitungan teaksijuga dapat ditentukan pada tahap ini: 0 0 - 1 : - 1 0] - 1 0 0 : -1 0 0 - 1 0 : I 0 Matriks BRs 3 X 6 ini disekat menjadi submatriks BRJ 3 X 4 dan submatriks BRq 3 X 2 (lihat Persamaan 2-39). Kolom submatriks BRJ terdiri dari reaksi-reaksi tumpuan akibat satu satuan AJi sampai A,4 (lihat Gambar 2-18c sampai f). Juga, kolom BRQ terdiri dari reaksi-reaksi akibat satu satuan AQ 1 dan AQ2 (lihat Gambar 2-1 8 g dan h). Setelah semua matriks di atas diperoleh, penyelesaian selanjutnya mudah dilakukan. Dari Persamaan (2-34 ), matriks fleksibilitas terakit F5 dihitung dengan perkalian matriks berikut

4,828 0
L EA

3,414 - 0,707 - 1 0 I 0 : - 1 - 0,707 _.9______ !)_____ __ j!_ _____ j_ __ ! :-~-- - :::9_,]_0_7_ 3,828 0 -I 0 : 3,828 3,414 - 0,707 - 0,707 -0,707: 2,707 4,828
- I

0 0

i 3,828
: 0

yang disekat sesuai dengan Persamaan (2-35). Gaya kelebihan AQ kemudian dihitung dari Persamaan (2-37) dengan memasukkan DQ sebagai matriks no!. Jad.i,
AQ = F(ib (D~:~ - FuJA.r )
= _ EA [

0,4328 - 0,2426] [3,828 0 -1 0 - 0,2426 0,3431 3,414 - 0,707 - 0,707 -0,707]

=[

1,1721p - 0!243

-1] ~

- 2 PL
EA

Terlihat bahwa hasilnya sama dengan yang ditemukan sebelumnya dalam Contoh 2.3, Pasal 2.3. Langkah selanjutnya ialah menentukan perpindahan D 1 dengan Persamaan (2-36a):
DJ = F.u A.r

+ FJQAu
-1 0 0 I 0 0 I

0 _ ...!:::.._ 4,828 0 I - EA - I 0 ._ 0 0

1
1

0~[-1~ -2

3,414] ...!:::.._ [3,828 0 - 0,707 -I 0

0 p + EA 0

1,172 - 0,707 [ - 0,243] p -0,707

_
-

1,1721 PL - -2 4,828] PL + lr-3,656] 0,1 72 PL _ [ - 1,828 [


EA -I EA 0 EA

0,1 72

0,172

Gaya ujung batang AM (dalam ha! ini gaya aksial ) kemudian dihitung dari Persamaan (2-38) dengan memasukkan AMF sebagai matriks no!. Jadi:

Dasar-dasar Metode Gaya

83

AM = AMf' + BMJ AJ 0 I 0 0 1,414 0 -1 0 - 1 0 0 0

+ BMQAQ
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
1

[= i]
0, 172 - 0,243 1,4I4
-I

0 0 I4 P + 1,4 -1 0 0

- 0,707 1 I -0,707 -0,707 -0,707

[ 1,1721 p - 0,243

-2
0 - 1,414 1
I

P+

P=

-1 ,828 - 0,243 0

0,1:72 0,172

1,172 0,172

Akhirnya, reaksi t umpuan AR dihitung dengan Persamaan (2-40) Matriks ARc dalam ha! ini nol, dan hasilnya ia1ah

-l
P+ [ -

~I [ I 172] g J -0:243

1] p 3 [ -1

,172] + [ -1 - 1,1 72 1!172

I72] p p = [ -'Q, 1 ;828 0,172

Dengan demikian, analisa lengkap rangka batang termasuk penentuan semua perpindahan titik kumpul, semua gaya ujung batang, dan semua reaksi tumpuan selesai dilakukan dengan pendekatan formal metode gaya.

Contoh 2. Balok menerus dua bentang pada Gambar 2-19a memikul beban merata
w (sebesar 4P/L) pada ben tang AB dan dua gay a terpusat P pada ben tang BC. Setiap batang mempunyai panjang L, dan ketegaran lentur batang AB dua kali kekakuan

batang BC. Tuj uan artalisa ialah menentukan gaya ujung, reaksi tumpuan dan perpindahan titik kumpul balok. Batang AB dan BC masing-masing ditunjukkan sebagai batang 1 dan 2; dan uj ung B dan C masing-masing dipilih sebagai ujung k batang A B dan BC. Jadi, empat gaya ujung yang dipakai dalam analisa adalah gaya geser dan momen Ientur di ujung kanan kedua batang. Gaya ujung ini akan diberi nomor secara berurutan dari 1 sampai 4, dan arah positifnya sesuai dengan sumbu yang diperlihatkan dalam gambar (Iihat Gambar 2-13a untuk perjanjian tanda bagi gaya ujung). Momen reaksi di A dan momen Jen tur di B dipilih sebagai gaya kelebihan. Karena titik B dibebani momen akibat penggantian beban sebenarnya dengan beban titik kumpul, kita akan mudah keliru jika A Q2 tidak digeser sedikit ke salah satu sisi titik kumpul. 01eh karena itu, A Q2 dalam contoh ini dianggap momen lentur di kanan titik B. Struktur terlepas yang sesuai dengan gaya kelebihan yang dipilih diperlihafkan pada Gambar 2-19b. Perhatikan1ah, gaya ke1ebihan dianggap positif hila menyebabkan tekanan pada serat atas balok. Gaya-gaya reaksi dalam arah y di tumpuan dan dua perpindahan titik kumpul (rotasi<liB dan C) ditunjukkan pada Gambar 2-19c. Gaya reaksi keempat adalah kope1 di tumpuan A dan tidak perlu dirnasukkan dalam vektor AR, karena reaksi ini dipilih sebagai salah sa tu gaya kelebihan. Penentuan beban titik kumpul gabungan dijabarkan pada Gambar 2-19d, yang menuniukkan dua halok terieoit vane didaoat denean. menekang semua perpindahan titik

84

Analisa Matriks untuk StruktUJ: Rangka

Ao,,....

~-A--------~------~ ~8 ~c
(b)

)(

Ao2.

rfJ!
~8

d J2
~c

tAR2
(c)

tAR3

m_( ~ 8
9 (d)

( (

c~)
P.J'
'
2PL

.J'p.

..

2PI

i~?-p_;_____ 3;l~)_ ;_i__~;t::~


(e)

(f)

(h)

Gambar 2-19. Contoh 2: Balok menerus.

kumpul. Negatif dari gaya jepit uj ung untuk balok ini merupakan beban titik kumpul ekivalen. Beban ekivalen kemud ian dijumlahkan dengan beban titik kum pul sebenarnya (tidak ada dalam contoh ini) untuk memperoleh beban titik kumpul gabungan yang ditunjukkan pada Gambar 2-19e.

Dasar-duar Mc:tndc Gaya

85

Matriks fleksibilitas untuk setiap batang sekarang dapat ditentukan (lihat Persamaan 2-19): F,u

= 2 F~, = 12~/
~L

[~f ~i]
0 0 4.1

Jadi, matriks fleksibilitas tak terakit

6 0

6L

~L]
12

yang ditentukan dengan Persamaan (2-25). Matriks BMs dan BRS untuk contoh mi ditentukan dari analisa struktur terlepas dengan beban A11 = 1 sampai AQ2 = 1 yang ditunjukkan pada Gambar 2-19f hingga 2-19i. Dari gaya ujung batang aldbat beban satuan ini, kita peroleh matriks BMs 4 X 4 berikut:

llMo] -

-1 L 0 I -1] L L[ o L:o o
1

0 0 - I :0

Dengan cara yang sama, reaksi tumpuan pada Gambar 2-10f sampai 2-19i dituliskan dalam matriks B Rs 3 X 4:
I [ I -1 0 : I I - 1

- 1

~]
2
I

Matriks fleksibilitas terakit Fs ditentukan dari Persamaan (2-34):

12L/

[~ -~ j~--~]
2 I 6
1

Dengan matriks ini, penyelesaian untuk gaya kelebihan dapat dilakukan dengan memasukkan DQ sebagai rilatriks nol dalam Persamaan (2-37):
1\q = F'Qb(Du - Fo AJ l =

\~~/ [ ~
F';oAu

i] [~ ~] UJ (9)~~)/
P9L

= [ _

~] P~

Kemudian perpindahan titik kumpul D1 ditentukan dari Persamaan (2-36a), sebagai berikut:
DJ = FJJA;

liE/[~ ~] UJ P: . ~ 12~/ [6 ~] [-~] = [ !] 5~~~ + [ -:] ~~~ = [~] ~~~~

Selanjutnya, gaya ujung batang AM dihitung dengan Persamaan (2-38). Da1am contoh ini, gaya jepit ujung yang bukan nol daiam vektor A MF diambil dari Gambar 2- 19d. Jadi,

18 H] P+ [
99
~I

J.. [
I

II. 0] 0 [ PI. I [I 0 01 29+/0 0 I 0

11

86

Analisa Matriks un tuk Struktur Rangka

_[

- :.L

~~] E. 9 +[-I] -2 f 9
-:.J

of

- 1 0

~-] [-~] !!_


p = 9

2 0

Dengan cara yang sama, reaksi tumpuan AR dapat dihitung dari Persamaan (2-40) dengan memasukkan reaksi bukan nol yang diambil dari Gambar 2-19e ke d-alam vektor
ARc :

= _ [

- I

;] p

I [ I (:'] [ IJ
O I 2
p

PL + _!_ [ - : ) ] [
9 I O I

- 1

0]

PL
9

[i~] ~ + [ ~] !:._ _ [~] 2P . 99:.9 19 I"'


t [:]

Gaya kelebihan Ao yang dihitung di atas adalah untuk balok dengan beban titik kumpul gabungan (lihat Gambar 2-19e). Akan tetapi, gaya kelebihan ini juga merupakan gaya ujung batang, sehingga harga akhir gaya ujung harus memperhitungkan gaya jepit ujung awal, seperti dalam Persamaan (2-38). Jadi,

(AQ)akhir = A<~

+ Au -

- 3] I'L r -2 9

t-

0] PL [ I 9 =

1 1P.!. lj 3

Gaya jepit ujung AQF dalam perhitungan di atas diperoleh dari cam bar 2-19d.

Contoh 3. Portal bidang pada Gambar 2-20a mempunyai El konstan untuk semua batang dan memikul dua gaya terpusat. Analisanya hanya meninjau pengaruh lentur, dan gaya reaksi dalam arah x di tumpuan D dipilih sebagai gaya kelebihan. Ujung j batang 1, 2, dan 3 dipilih secara sembarang masing-masing sebagai A, B, dan D. Sesuai dengan pemilihan ini , gaya ujung batang di ujung k adalah gaya geser dan momen lentur yang ditunjukkan pada Gambar 2-20b. Perpindahan titik kumpul untuk portal juga diperlihatkan pada Gambar 2-20b, yaitu rotasi di titik A, translasi dan rotasi di B, rotasi di C, serta rotasi di D. Karena deformasi aksial diabaikan dalam contoh ini, satu-satunya translasi titik kumpul yang bebas adalah DJ2 Reaksi untuk portal juga ditunjukkan pada G~mbar 2-20b; jumlah reaksi yang perlu ditinjau hanya tiga , karena reaksi keempat adalah gaya kelebihan AQ. Beban titik kumpul ekivalen dihitung dengan mengekang semua titik kumpul struktur. Gaya jej>it ujung yang diperoleh kemudian dibalikkan arahnya untuk mendapatkan be ban ekivalen. Dalam contoh ini, satu-satunya be ban batang ialah gaya P yang bekerja pada batang BC; jadi, bila titik B dan C dikekang, gaya jepit ujungnya adalah seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2-20c. Negatif dari gaya jepit ujung ini kemudian dijumlahkan dengan beban titik kumpul sebenarnya untuk memperoleh beban gabungan yang ditunj ukkan pada Gambar 2-20d. Matriks fleksibilitas batang dibentuk dengan menerapkan Persamaan (2-19) pada setiap batang portal:

H:J

11 2El lP]
11

1!2 [ 2f./

' f1-u -

1.3 )f."/ [
L~

Ei

2E/ El

2/ I.

L2]

Das;u.dasar Metode Gaya

87

-;;-2
A

:~~--4-3--LP--------~ct

0
Ao

-----x

. J

HL!z .

(o)

(b )

!f.!:.(
u

1P 27

(e )

(d)

(e)

f7

(f)

< ol

f!

(h)

Gambar 2 20. Contoh 3 : Portal b idang (hanya pengaruh lentur) .

88

Analisa

~atrik<

untuk S t ruktur Ranp:ka

Matriks- fleksibilitas tak terakit kemudian dibentuk dengan meletakkan matriks di atas pada diagonal-utama (lihat Persamaan 2-25). Karena H = L/2 , matriks ini menjadi

c:
~
M -

3/

() ()

()
()

(l

24EI

I.

31. 0
()

12
0
()

RJZ
12/
0
()

0
I)

1n 24 0
0

0 0

J.2
~I

Ill
11 0
ll

3/

...

Gambar 2-20e sampai 2-20j menjabarkan analisa yang diperlukan untuk menentukan matriks BMs dan BRS Analisa struktur terlepas untuk gaya ujung batang akibat enam kasus be ban satuan menghasilkan matriks BMs 6 X 6:
0 ?.1. 2 0
()

_/

(r

n~,_

[n" H"u]

21.

I z I 0
()

0
?.

_.0 .,
21
0
()

0
0 0

0 0 2 2/
ll

2L
I

()

- 21

f2

Selain itu, reaksi tumpuan pada enam kasus ini membentuk matriks BRs 3 X 6:

-1
'!.1

0 ... ~

21
I

0 :! ..

2
-2

~]
4/! 9[ (:./ fJ/ 9 1.
X/

Matriks fleksibilitas terakit Fs yang dihitung dengan Persamaan (2-34) adalah


Fs = B.!; F-" 8 "" [ FFJ,
<JJ

ff J<J]
<J<J

21.1 11
L = ?.4f.1
M

7L 3L 2
-41

8 41

4 :!L 4 _____ ~L I.Jl 41 2

!! X 8 I -4 .:-_4 ---~- ---lQ _1_ - 61 f:IL 91 '

4 2L 4

-4 21 -4

Dalam kasus ini hanya ada satu gaya kelebihan , dan penyelesaian dari Persamaan (2-37) ialah

fll.

27
(If

91 I

:{

l' I. OJ (,-,) 24 u

SP
p

Selanjutnya, perpindahan titik kumpul D1 ditentukan dengan menggunakan Persamaan (2-36a), sebagai berikut:
DJ "" I'JJAJ

+ FJu A"
-11. 31 2 - 41 2L 2/
H 41.

-4
2/ -4
8 8

20 I. [ 11. - - 8 24f.l -4 - 4

8
4

-4

-H -~ 'J
2/ 27
20

p
'4

-:; 0

24E/ r-~j -::J( 12)


I 41
2

(,p

9/

Oasar-dasar Me t ode Ga ya

89

2421 ] -538
=

PU
2'i92E/ +

-~~~

H!OL] [ - 405

PL2
1.592EI

~~g

= -~~

6!L] l - 133
169

pf.2
2592/

236

- 405

Gaya ujung batang kemudian dihitung dengan Persamaan (2-38):


AM
A \l~

[ ~' [+l
p

+ B" J AJ
27

... B"., A0

2L

[ 0

0 56 -l r

2L Lt L 0 0 0

0 0 - 2 -2 0 2L
0 0
0

0 -2

2~0] [-:t] ..
0
!7 0 1 14 -5 1
P
p

I
+

21.

[2L] " ,f (-rr)


0
5P

L2

- 2L

- L1
p 24

[ 54L 108 ]

216 +

,l~

216 -+

[;] [ ']
- 45L

216 =

-90 45L

- ~~

Dalam perhitungan ini, gaya jepit ujung AMF diambil dari Gambar 2-20c. Akhirnya, reaksi tumpuan dihitung dengan Persamaan (2-40):
An

--H J;; '~+


[

= - Anr: + BRJ AJ

+ Bno Ao

i:: _ i -~ -iJ(1~J ;; [-~] ~~l


+ (

'

~[ ~iJ~~8 = H 1 ~~8 .[ iJ~~ -[~b~~~~~

n ;,
.

Elemen pada vektor ARc di atas diperoleh dari Gambar 2-20d. Beban titik kumpul ekivalen - 20P/ 27 di titik B dalam hal ini dilimpahkan langsung ke tumpuan di titik A. Demikian juga halnya, be ban titik kumpul ekivalen - 7 P /21 di titik C dilimpahkan lang-

Soal-soal
Metode gaya dengan memakai Persamaan (2-9) harus digunakan pada soal-soal untuk Pasal 2.3. Dahlm setiap soal, gaya kelebihan harus dihitung kecuali bihl ditentukan lain.
2.3-1. Tentukan momen reaksi di setiap ujung balok terjepit pada Gambar 2-3a akibat gaya P dan momen M yang bekerja di tengah bentang. Balok memiliki ketegaran lentur El konstan dan panjang L. Pilihlah momen-momen reaksi tersebut sebagai gaya kelebihan, dan anggaplah momen ini berharga positif bila menimbulkan tekanan pada serat bawah balok. Ambillah gaya kelebihan pertama di ujung A dan yang kedua di ujung B.

2 3-2. Analisalah balok dua bentang pada Gambar 2-2a dengan memilih momen reaksi di tumpuan A dan momen lentur tepat di kiri tumpuan B masing-masing sebagai gaya kelebihan Q1 dan Q2 Anggaplah momen ini positif bila menimbulkan tekanan

90

Analisa Mat riks untu k Struktur Rangka

pada serat atas halok. Juga, anggaplah hehan pada balok adalah P 1 = 2P, M= PL, P 2 = P, P 3 =P, danketegaran lentur El konstan. 2.3-3. Analisalah halok dua hentang pada Gambar 2-2a jika tumpuan B herpindah ke hawah sejarak s. Pilihlah reaksi vertikal di tumpuan B dan C sehagai gaya kelebihan seperti yang diperlihatkan pada Gamhar 2-2a, dan anggaplah haloJc tidak memikul beban luar serta El konstan untuk kedua ben tang. 2.3-4 . Hitunglah gaya kelehihan untuk halok dua hentang pada Gamhar 2-2a dengan menggunakan struktur terlepas yang diperlihatkan pada Gambar 2-2b. Anggaplah El konstan untuk halok dan bebannya adalah P 1 := P, M:= 0, P 2 := P, P 3 =P. Urutan gaya kelehihan diamhil darikiri ke kanan sepanjang balok; juga, momen kelebihan dianggap positif hila herlawanan arah jarum jam dan gaya kelehihan berharga positif hila ke atas. 2.3-S . Tentukan momen lentur di tumpuan B dal'\ C dari halok kontinu dalam gambar dengan memilih momen tersebut masing-masing sebagai gaya kelehihan Q 1 dan Q2 . _Anggaplan gaya kelehihan berharga positif hila menimhulkan tekanan pada serat atas balok. Balok mempunyai ketegaran lentur El konstan.

~ ~ ') 'lie' l l IJt


1-L-+-L
1.5L~
\.

Soal2.3-5.

2.3-6 . Carilah momen lentur di tumpuan B dan C dari halok kontinu dalam gamhar dengan memilih momen tersebut masing-masing sebagai gaya kelebihan Q 1 dan Q2 A.Jiggaplah Q1 dan Q2 berharga positif hila menimbulkan tekanan pada serat atas balok. Ketegaran lentur balok adalah El.

1\? A6wJ1s
1--L
I

;;(c ~ L-j-Ltz+L;z..j

Soal 2.3-6.

2.3-7 . Analisala.h rangka batang bidang pada Gambar 2-Sa dengan memilih gaya pada batang diagonal AB dan BC masing-masing sebagai gaya kelehihan Q1 dan Q2 . Anggaplah gaya hatang positif hila tarik dan tidak ada perpindahan tumpuan. Semua ha tang memiliki ketegaran aksial EA yang sama. 2.3-8 . Ulangi Soal 2.3-7 dengan memilih batang AD dan reaksi diD masing-masing sebagai gaya kelebihan Q 1 dan Q 2 . 2.3-9. Carilah gaya pada hatang AE dan CE dari railgka batang dalam gambar dengan memilih gaya-gaya batang ini masing-masing sebagai gaya kelebihan Q 1 dan Q 2 . Anggaplah tarikan pada batang positif. Ketegaran aksial untuk batang vertikal dan datar adalah EA dan untuk hatang diagonal adalah 2EA.
p p

~4L

4L- - I Soal 2.39.

I .

Dasar-dasar Metode Gaya

91

23-1 0 : Carilah gaya pada batang AB dan BC dari rangka batang dalam gambar dengan memilih kedua gaya ini masing-masing sebagai gaya kelebihan Q1 dan Q2 . Anggaplah gaya positif bila tarik. Misalkan H = 3L/4 dan P 1 =P2 =P serta semua batang memiliki ketegaran aksial EA yang sama.

So a I 2.31 0.

2.3-11 . Analisalah portal bidang pada Gambar 2-6a akibat beban merata sebesar w yang bekerja ke bawah pada batang AB. Hilangkan beban 1: dari analisa dan misalkan H = L. Gunakan gaya kelebihan Q 1 , Q2 , dan Q 3 yang diperlihatkan pada Gambar 2-6b, serta tinjaulah hanya pengaruh deformasi Ientur. 2 .3-12. Tentukan matriks flel{siQ.ilitas F untuk portal bidang pada Gambar 2-6a, yang selaras dengan gaya kelebihan pa<ia - Gambar 2-6b. Tinjaulah pengaruh deformasi lentur, aksial, dan geser. Kedua batang memiliki ketegaran lentur El, ketegaran aksial EA, dan ketegaran geser GAff (lihat Pasal A.l ). 2.3-13. Tentukan matriks fleksibilitas F portal bidang dalam gambar untuk kondisi berikut: (a) dengan hanya meninjau deformasi lentur dan (b) dengan meninjau defor masi lentur, aksial, dan geser. Pilihlah gaya aksial, gaya geser, dan momen Ientur di tengah batang BC masing-masing sebagai gaya kelebihan Q., Q2 , dan Q 3 . Anggaplah besaran-besaran ini positif bila searah dengan gaya Ql> Q 2 , dan Q3 yang diperlihatkan pada Gambar 2-6b. Anggaplah semua batang portal memiliki ketegaran lentur El, ketegaran aksial EA, dan ketegaran geser GAff. 2.3-14. Tentukan matriks fleksibilitas F untuk portal bidang dalam Soal 2.3-13 jika gaya kelebihan Q., Q 2 , dan Q 3 masing-masing adalah gaya mendatar (positif ke kanan), gaya vertikal (positif ke atas), dan momen (positif bila berlawanan arah jarum jam) di tumpuan D. Tinjaulah hanya pengaruh deformasi lentur dan anggaplah setiap batang memiliki El konstan.
8

.1
I

11
2L---l

Soal 2.3-13 dan 2.314.

2.31 s. Carilah gaya kelebihan Q 1 dan Q2 untuk portal bidang dalam gambar dengan hanya meninjau deformasi lentur. Ketegaran Ientur El sama untuk semua ha tang.

92

Ana lisa Mam ks untu k S tru ktur H.angka

L--1

:-r L
l

Soal 2.3-1 5.

2 3-16 Carilah reaksi di tumpuan D pada portal bidang dalam gambar. Pilihlah reaksi tersebut sebagai gaya kelebihan. Anggaplah Q1 adalah reaksi mcndatar (positif ke kanan) dan Q 2 adalah reaksi vertikal (positif ke atas). Tinjaulah hanya pengaruh deformasi lentur. Anggaplah H :: L/3, dan ketegaran l~ntur batang BC sama dengan 2El serta untuk batang AB dan CD sama dengan El.

Br-_.....__ _ __,

IL/3
I

cl
H

o_l_
L - --t

'\.

Soal 2.3-16 .

2.3-17. Tentukan matriks fleksibilitas F untuk balok silang pada Gambar 2-7a dengan meninjau deformasi lentur dan puntir. Ambillah reaksi di tumpuan C sebagai gaya kelebihan. Anggaplah Q1 adalah gaya dalam arah y positif, Q2 adalah momen positif t~rhadap sumbu x, dan Q 3 adalah momen positif terhadap sumbu z. Ketegaran lentur dan puntir batang masing-masing adalah E/!ian_ GJ. 2 3-18 . Hitunglah gaya kelebihan Q di tumpuan D untuk balok silang datar dalam gambar. Balok silang ini tcrdiri dari tiga batang (AB, BC, d.m CD) yang disambung secara tegar dengan sudut tegaklurus dan bertumpu pada tumpuan sederhana di A , B, C, dan D. Setiap batang memiliki ketegaran lentur El, ketegaran puntir GJ, dan panjang L. Anggaplah be ban P bekerja di tengah batang AB dan BC.

Soal 2.3-18.

2 3-19 Tentukan momen kelebihan Q1 dan Q2 di tumpuan D pada balok silang dalam gambar. Tumpuan di A dan C merupakan tumpuan sederhana, sedang tumpuan di D adalah tumpuan jepit. Batang balok silang disambung secara tegar di titik B; batang AB, BC, dan BD masing-masing mempuoyai ketegaran lentur El dan ketegaran puntir GJ (dengan GJ = El). Be ban P bekerja di tengah batang BC, dah L 1 = L/2.

Dasar-dasar Metode Gaya

93

Soal 2.3-19.

2.3-20. Portal ruang ABCD bertumpuan sendi di A, C, dan D;jadi, setiap tumpuan mampu menahan gaya berarah sembarang tetapi tidak mampu menyalurkan momen. Batang-batangnya disambung secara tegar di titik B. Setiap batang portal memiliki penampang lintang yang tertutup dengan panjang L, ketegaran lentur El, dan ketegaran aksial EA. Tinjaulah pengaruh deformasi lentur dan aksial. Tentukan matriks fleksibilitas F dalam bentuk simbol bila gaya kelebihan Q 1, Q 2 , dan Q 3 masing-masing adalah reaksi di D dalam arah x, di C dalam arah x, dan di C dalam arah z, seperti yang di tunjukkan dalam gam bar.

)-.
Soal 2.3-20.

2 .3-21. Tentukan matriks DQL dan F untuk portal ruang dalam gambar dengan meninjau deformasi lentur dan puntir. Beban pada portal adalah gaya vertikal P yang bekerja di titik B. Portal memiliki. tumpuan jepit di A dan tumpuan sendi di D, serta batang-batangnya disambung secara tegar dengan sudut tegaklurus satu dengan lainnya di titik B dan'C. Ambillah reaksi di titik D sebagai gaya kelebihan seperti ditunjukkan dalam gambar. Setiap batang portal memiliki ketegaran lentur El dan ketegaran puntir
GJ.

Soal 2.3-21.

94

Anal isa

~atriks

untu k S1rul.tur

Rangk~

2.4 -1 Hitunglah reaksi kelebihan Q1 dan Q 2 di tumpuan B pada balok terjepit dalam Gambar 2-3a bila balok dianggap memikul perbedaan suhu sedemikian rupa, hingga serat atasnya bersuhu T 2 dan serat bawahnya bersuhu T 1. Koefisien muai suhu untuk balok adalah a, tinggi balok adalah d, dan ketegaran lenturnya El. Anggaplah tidak ada beban. 2.4-2. Tentukan matriks DQT untuk balok menerus pada Gambar 2-4a bila batang
BC dan CD dipanasi, sehingga permukaan bawahnya bersuhu T 1 dan suhu permukaan atasnya T 2 Koefisien muai suhu balok adalah a, dan tinggi balok sama dengan d.

(Gunakan gaya kelebihan Q1 dan Q2 yang ditunjukkan pada Gambar 2-4b.) 2.4-3. Tentukan matriks D QT untuk rangka batang bidang pada Gambar 2-5a bila semua batangnya mengalami kena.i kan suhu merata sebesar T. Gunakan gaya kelebihan Q 1 dan Q 2 yang ditunjukkan pada Gambar 2-Sb, dan koefisien muai suhu adalah a. 2.4-4 . Hitunglah reaksi kelebihan Q 1 dan Q 2 di tumpuan B pada balok terjepit dalam Gambar 2-3a bila balok dianggap terbuat dari dua segmen lurus yang disambung secara tegar tetapi sedikit bergeser dari sumbunya (lihat gambar). Sudut anatara kedua bagian balok adalah (j, dan ketegaran lentur balok adalah El. Anggaplah tidak ada be ban.

Soal 2.44 .

2 4:5 Tentukan matriks Dop untuk rangka batang bidang pada Gambar 2-5a bila batang AB dan CD tidak difabrikasi dengan panjang L tetapi L + e. Gunakan gaya kelebihan Q 1 dan Q 2 yang ditunjukkan pada Gambar 2-Sb. 2.4 -6 . Hitunglah reaksi kelebihan Q1 dan Q2 di tumpuan B pada balok terjepit dalam Gambar 2-3a bila tumpuan A berputar sebesar (j radial searah jarum jam dan tumpuan B berpindah ke bawah sejarak s. Ketegaran lentur balok adalah El. Anggaplah tidak ada beban. 2 .4-7. Tentukan matriks DQR untuk rangka batang bidang pada Gambar 2-Sa jika tumpu_ a n C berpindah ke bawah sejarak s. Gunakan gaya kelebihan Q1 dan Q 2 yang ditunjukkan pada Gambar 2-Sb. 2 .4-8 . Tentukan matriks DQR untuk balok menerus pada Gambar 2-4a jika tumpuan B berpindah ke bawah sejarak s 1 dan tumpuan C berpindah ke bawah sejarak s 2 . Gunakan gaya kelebihan Q 1 dan Q2 yang ditunjukkan pada Gambar 2-4b. 2 4 -9 . Tentukan matriks Doe yang menyatakan pengaruh gabungan pada struktur terlepas untuk portal bidang pada Gambar 2-6a, jika selain beban P, portal mengalami kenaikan suhu merata sebesar T. tumpuan A berpindah ke bawah sejarak s, dan tumpuan C berputar searah jarum jam sebesar (j. Batang portal mempunyai ketegaran lentur El dan koefisien muai suhu a. Gunakan gaya kelebihan Q., Q 2 , dan Q3 yang ditunjukkan pada Gambar 2-6b.
Soal 2.5-1 sampai 2.5-3 harus diselesaikan dengan memakai Persamaan {214), (2-15 ), dan (2-J 6). Anggaplah reaksi dan perpindahan titik kumpul berharga positif bila ke kanan, ke atas, dan berlawanan jarum jam.

2.5-l. Carilah perpindahan titik kumpul dan reaksi tumpuan untuk balok menerus pada Gambar 2-4a bila intensitas be ban nierata w adal!J,h sedemikian rupa hingga wL =P.

Dasar-dasar Metode Gays

95

Balok memiliki ketegaran lentur El konstan. Empat perpindahan titik kumpul dan empat reaksi diberi nomor secara berurutan dari kiri ke kanan. Gunakan penyelesaian yang diberikan dalam Contoh 2, Pasal 2.3, untuk gaya kelebihan. 2.5-2. Untuk rangka batang bidang pada Gambar 2-5a, carilah perpindahan mendatar dan vertikal di titik A, gaya pada batang AB, AC, dan BC, serta reaksi mendatar dan vertikal di tumpuan C. Anggaplah tidak ada perpindahan tumpuan, dan tinjaulah hanya pengaruh be ban. Anggaplah semua batang memiliki ketegaran aksial EA dan tarikan pada batang berharga positif. Urutlah perpindahan, gaya batang, dan reaksi seperti yang disebutkan di atas. Gunakan penyelesaian dalam Contoh 3, Pasal 2.3, untuk gaya kelebihan. 2.5-3. Untuk portal bidang pada Gambar 2-6a, carilah perpindahan titik B (translasi dalam arah mendatar dan vertikal, serta rotasi) dan reaksi tumpuan C. Tinjaulah hanya deformasi lentur dan gunakan hasil Contoh 4, Pasal 2.3, dalam penyelesaiannya.

' -...:

HA I3

TIGA
DASAR-DASAR

METODEKEKAKUAN

3.1 Pendahuluan. Metode kekakuan (yangjuga dikenal sebagai metode iperpindahan) adalah.metode yang terutama dipakai dalam analisa struktur dengan matriks. Salah satu kelebihannya dibandingkan metode gaya (fleksibilitas) ialah mudah diprogram pada komputer. Setelah model analitis struktur ditentukan, pertim~angan teknis yang lebih lanjut tidak diperlukan lagi dalam analisa metode kekakuan. Di Siiiilah letak perbedaannya dengan metode gaya, walaupun kedua pendekatan ini sama bentuk matematisnya. Pada metode gaya, besaran yang tak diketahui adalah gaya kelebihan (redundant) yang dipilih secara sembarang; sebaliknya dalam metode kekakuan, yang tak diketahui adalah perpindahan titik kumpul struktur yang tertentu secara otomatis. Jadi, jumlah yang tak diketahui dalam metode kekakuan sama dengan derajat ketidaktentuan (indeterminacy) kinematis struktur. Dalam bab ini, metode kekakuan dikembangkan dari persan1aan keseimbangan titik kumpul yang ditulis dalam koefisien kekakuan dan perpindahan titik kumpul yang tak diketahui. Versi kinematis tertentu dari struktur semula (dengan mengekang perpindahan titik kumpul) akan dimanfaatkan untuk merumuskan kondisi keseimbangan sebagai persamaan superposisi aksi (gaya). Karena metode kekakuan sering memerlukan gaya ;>engekang (restraint action) akibat pelbagai penyebab , materi dalam Lampiran B akan sangat bermanfaat. Seperti dalam Bab 2, pengaruh perubahan suhu , praregwg (prestrain), perpindahan tumpuan, dan pengaruh beban akan ditinjau ; dan prosedur ?erhitungan gaya ujung batang serta reaksi tumpuan juga dibahas. Setelah konsep dasar metode kekakuan selesai dibahas, metode ini dibuat formal menjadi prosedur untuk merakit matriks kekakuan struktur keseluruhan dari masing-masing matriks kekakuan batang. Pendekatan ini kemudian akan dijadikan leb.i h sistematis (dan disederhanakan) dalam Bab 4 sebagai persiapan pembuatan program komputer. .
3.2 Metode Kekakuan . Agar konsep metode kekakuan bisa dijabarkan secara sederhana, marilah kita tinjau analisa balok dalam Gambar 3-1 a. Balok ini mempunyai tumpuan jepit di A dan tumpuan rol di B, serta memikul beban merata w . Ketidaktentuan kinematis balok berderajat ~tu Gika deformasi aksial diabaikan) karena perpindahan titik kumpul yang tak diketahui hanyalah rotasi eB di titik B . Tahap pertama analisa ialah menentukan rotasi ini, sedang pelbagai gaya dan perpindal1an sepanjang balok ditentukan dengan cara yang ditunjukkan nanti.

Dasar-dasar Me tode Kck8kuan

lt- ). .l e(

97

(c)

Gambar 3-1. llust\asi metode kekakuan .

Pada metode gaya, strukWr terlepas (released structure) statis tertentu diperoleh dengan mengubah struktur semula sedemikian rupa hingga gaya kelebihan yang dipilih sama dengan nol. Operasi yang serupa pada metode kekakuan ialah mengubah struktur semula menjadi struktur kinematis tertentu sehingga semua perpindahan yang tak diketahui sama dengan nol. Agar perpindahan yang tak diket ahui (yaitu translasi dan rotasi titik kumpul) sama dengan no!, titik kumpul struktur harus dikekang (restrained) terhadap segala macam perpindahan . Struktur yang diperoleh dengan mengekang semua titik kumpul struktur semula disebut struktur terkekang (restrained structure). Untuk balok pada Gambar 3-la, struktur terkekang diperoleh dengan mengekang titik kumpul B terhadap rotasi. Jadi, struktur terkekangnya adalah balok terjepit (fix ed-end beam) pada Gambar 3-1 b. Bila beban bekerja pada balok terkekang (lihat Gambar 3-lb), kopel MB akan timbul di tumpuan B. Kopel reaksi ini searah jarum jam dan besamya ialah

MB = - 12

wL 2

(3- 1)

yang dapat dicari dari tabel momen primer (fixed-end moment) dalam Lampiran B (lihat Tabel B-1 ). Perhati.kan bahwa kopel MB adalah gaya yang selaras (correspond) dengan rotasi OB, dan merupakan besaran yang tidak di.ketahui dalam analisa. Karena pada balok semula dalam Gambar 3-1 a tidak ada kopel di titik B, maka sekarang balok terkekang harus diberi beban berupa kopel yang sama dan berlawanan dengan kopel MB. Kopel seperti ini ditunjukkan pada Gambar 3-lc. Bila aksi yang bekerja pada balok (b) dan (c) digabungkan, kita akan mendapatkan aksi pada balok semula. Jadi, analisa balok dalam Gambar 3-la dapat dipandang sebagai superposisi dari analisa yang ditunjukkan pada Gambar 3-lb dan 3-lc. Oleh karena itu, rotasi akibat kopel MB dalam Gambar 3-lc sama dengan eB, yaitu rotasi yang tak di.ketahui pada balok semula.

98

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Hubungan antara momen Ms dan rotasi 8s pada balok dalarn Gambar 3-lc adalah

41 Ma=88

(3-2)

dengan El adalah ketegaran Jentur balok. Persamaan (3-2) diperoleh dari Kasus 3, Tabel B-4. Dengan menyarnakan kedua persamaan untuk momen Ms pada Persamaan (3-1) dan (3-2),

wL 2 41 12=z:8a
kita peroleh

88

wL 3 = 481

Jadi, rotasi di titik B pada balok telah ditentukan. Seperti yang diterapkan pada metode gaya, struktur terkekang dalarn contoh di atas lebih mudah ditinjau terhadap pengaruh satu satuan rotasi yang tak diketahui. Juga agar lebih sistematis, persarnaan untuk rotasi dirumuskan sebagai persamaan superposisi dan perjanjian tanda yang konsisten dipakai untuk semua suku dalarn persamaan. Prosedur ini akan diterapkan pada balok dalarn Gambar 3-1. Pengaruh satu satuan rota si yang tak diketahui ditunjukkan pad a Garnbar 3-1 d. Balok terkekang dalam garnbar dibebani kopel ms yang menimbulkan' satu satuan rotasi Os di ujung kanan. Karena momen ms merupakan aksi yang selaras dengan rotasi Os dan ditimbulkan oleh satu satuan rotasi 8s (sementara semua perpindahan titik kumpul lainnya nol), maka ms adalah koefisien kekakuan untuk struktur terkekang (lihat Pasall.lO). Besarnya kopel mB (lihat Persamaan 3-2) adalah

4/ ma = z :
Persamaan superposisi dirurnuskan dengan menjurnlahkan kopel di titik kumpul B sebagai berikut. Kopel pada balok terkekang yang mernikul beban (Garnbar 3-lb) di: tarnbahkan pada kopel ms (yang selaras dengan satu satuan 8s) yang dikalikan dengan 8s. Jumlah kedua suku ini harus memberikan kopel di titik B pada balok sernula, yang sama dengan no! dalam contoh ini. Semua suku dalarn p.ersarnaan superposisi akan dinyatakan dengan perjanjian tanda yang sarna, yaitu kopel dan rotasi di titik B positif hila berlawanan jarurn jam (counterclockwise). Menurut perjanjian ini, kopel Ms pada balok dalam Gambar 3-lb berharga negatif:

wL 2 Ma = - - 12

Persamaan superposisi m omen di tumpuan B sekarang menjadi

Ma + mB8R = 0
atau

(3-3)

Penyelesaian persamaan ini menghasilkan

Uasar-dasar Metode Kekakuan

yang sama seperti hasil sebelumnya. Tanda positif menunjukkan bahwa rotasi berlawanan jarumjam. Bagian terpenting dalam penyelesaian di atas ad.alah pembentukan persamaan superposisi .gaya (3-3), yang menyatakan bahwa momen di B pada balok semula adalah no!. Suku-suku dalam persamaan ini adalah momen akibat beban pada struktur terkekang dan momen akibat rotasi yang diberikan di ujung B pada struktur terkekang. Suku terakhir lebih mudah dinyatakan sebagai hasil kali antara momen akibat satu satuan perpindahan yang tak diketahui (koefisien kekakuan) dan perpindahan yang tak diketahui itu sendiri. Kedua pengaruh dijumlahkan secara aljabar dengan memakai perjanjian tanda yang sama untuk semua suku dalam persamaan. Bila persamaan tersebut diselesaikan untuk perpindahan yang tak diketahui, tanda dan hasilnya akan menunjukkan arah perpindahan yang sesungguhnya. Persamaan tersebut dikenal sebagai persamaan superposisi gaya atau persamaan keseimbangan titik kumpul. Sebutan kedua dipakai karena persamaan tersebut bisa dipandang sebagai persamaan keseimbangan momen di titik kumpulB. Setelah rotasi 98 pada balok ditentukan, sekarangkita bisa menghitung besaran lain seperti gaya ujung batang dan reaksi. Sebagai contoh, anggaplah kita hendak mencari gaya reaksi R yang bekerja di tumpuan A (Gambar 3-la). Gaya ini adalah jumlah antara gaya reaksi RA di tumpuan A dalam Gambar 3-1 b dan (JB kali gaya rA pada Gambar 3-ld, seperti yang ditunjukkan dalam persamaan superp0sisi berikut:
R =RA ~ 98 rA

Gaya RA dan 'A pada balok terkekang bisa langsung dihitung (lihat Kasus 6, Tabel B-1, dan Kasus 3, Tabel 84):
R .~ =T

wL

rl

= L2

61

Bila harga ini dan Oo yang diperoleh sebelumnya dimasukkan ke persamaan di atas, maka hasilnya

R= -

5wL

Konsep yang sama bisa dipakai menghitung sembarang gaya atau perpindahan lainnya pada balok. Akan tetapi, dalam segala hal perpindahan titik kumpul yang tak diketahui harus dicari dahulu. Jika derajat ketidaktentuan kinematis struktur lebih dari satu, cara yang lebih terorganisir dan notasi yang seragam harus digunakan. Untuk itu, balok dua bentang dalam contoh soal metode gaya sekarang akan dianalisa dengan metode kekakuan (lihat Gambar 3-2a). Balok mempunyai ketegaran Jentur El konstan dan memikul beban P1. M, P2 , dan P 3 . Karena rotasi dapat terjadi di titikB dan C, maka derajat ketidaktentuan kinematis struktur sama dengan dua bila deformasi aksial diabaikan. Misalkan rotasi yang tak diketahui di titik kumpul ini adalah D 1 dan D 2 , dan anggaplah rotasi yang berlawanan jarum jam berharga positif. Perpindahan yang tak diketahui ini bisa ditentukan dengan menyelesaikan persamaan superposisi untuk gaya di titik B dan C, seperti yang dijabarkan berikut ini. Langkah pertama dalam analisa ialah memberikan pengekang ftktif di titik-titik kumpul untuk mencegah semua perpindahan titik kumpul. Struktur terkekang yang diperoleh ditunjukkan pada Gambar 3-2b dan terdiri dari dua balok terjepit. Struktur terkekang dianggap memikul semua beban kecuali yang selaras dengan perpindahan yang tak diketahui. Jadi hanya beban P1. P 2 , dan P 3 yang diperlihatkan pada Gambar 3-2b.

100

1\nahs.\ M.ttnks unruk Struk t ur Rangka

(o)

(b)

(cl

h"-"~A -----1~~8 ==--==:::::!::::::;1 ~


(d)

S1 z~

S22~

Gambar 3-2.

llu~ tra~.

mtode ke kak uan

Semua beban y.ang selaras dengan perpindahan titik kumpul yang tak diketahui, seperti kopel M dalam contoh ini akan diperhitungkan kemudian. Momen ADLt dan AvL2 (Gambar 3-2b) merupakan gaya (aksi) pengekang (terhadap struktur terkekang) yang masing-masing selaras dengan D 1 dan D 2 serta disebabkan oleh beban pad a struktur. Misalnya, gaya pengekatl.g ADLt adalah jumlah dari momen reaksi di B akiqat beban P 1 yang eekerja pada batangAB dan momen reaksi di B akibat beban P2 yang bekerja pada batang BC. Momen ini bisa diperoleh dengam bantuan rumus momen primer balok Oihat Lampiran B), seperti akan dijelaskan nanti. Untuk menentukan koefisien kekakuan di titik B dan C, satu satuan perpindahan yang takdiketahui D 1 dan D 2 diberikan secara terpisah pada struktur penge.kang. Perpindahan satuan yang selaras dengan D 1 adalah rotasi satuan di titikB, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3-2c. Perpindahan D2 pada balok ini tetap sama dengan nol. Jadi, aksi yang selaras dengan D 1 dan D 2 masing-masing merupakan koefisien kekakuan S 11 dan S 21 . Kekakuan ini adalah kopel yang ditimbulkan oleh pengekang pada balok di titik B dan C. Perhitungan momen ini tidak sukar blla momen primer balok tersedia. Penentuannya dalam contoh ini akan dibahas nanti. Keadaan D2 sama dengan satu satuan dan D 1 sama dengan nol diperlihatkan pada Gambar 3-2d. Dalam gambar ini kekaku. an S 12 adalah aksi yang selaras dengan D 1 , sedang S 22 adalah aksi yang selaras dengan D 2 Perhatikan bahwa pada setiap kasus, koeflsien kekakuan adalah aksi pad a struktur yang ditimbulk.an oleh pengekang fiktif. Dua persamaan superposisi yang m.enyatal<an kondisi momen yang bekerja pada struktur semula (Gambar 3-2a) di titik B dan C sekarang bisa dituliskan. Misalkan aksi pada struktur semula yang selaras dengan D 1 dan D 2 masing-masing adalah AD 1 dan

Das.u -tla\ar Mctude Keka kuan

101

. . AD2 . Aksi ini akan menjadi nol dalam segala hal kecuali bila gaya luar terpusat yang bekerja di titik kumpul selaras dengan derajat kebebasan (degree of freedom). Pada contoh dalam Gambar 3-2, aksi AD 1 sama dengan kopel M scrta aksi AD 2 sama dengan no!. Persamaan superposisi menyatakan bahwa aksi pada struktur semula (Gambar 3-2a) sama dengan aksi yang selaras pad a struktur terkekang akibat be ban (Gambar 3-2b) ditambah aksi yang selaras pada struktur terkekang akibat perpindahan satuan (Gambar 3-2c dan 3-2d) yang dikalikan dengan perpindahan itu sendiri. Oleh karena itu , persamaan superposisinya adalah:

Am= A ou 1 S11 D 1 + S uD2 A m = ADL2 -t -~2 101 + s 22 D2

(3-4)

Perjanjian tanda yang dipakai dalam persamaan ini ialah momen berharga positif bila searah (berlawanan jarum jam) dengan perpindahan yang tak diketahui. Bila Persamaan (3-4) dituliskan dalam bentuk matriks, maka

Dalam persamaan ini, vektor Ao menyatakan aksi pada balok semula yang selaras dengan perpindahan titik kumpul yang tak diketahui D; vektor AoL menyatakan aksi pada struktur terkekang yang selaras dengan perpindahan titik kumpul yang tal< diketahui dan diakibatkan oleh beban (yaitu semua beban kecuali yang selaras dengan perpindahan yang tak diketahui); dan S adalah matriks kekakuan yang selaras dengan perpindahan yang tak diketahui. Matriks kekakuan S B~uga dinyatakan sebagai Aoo , karena ia menyatakan gaya yang selaras dengan perpindahan titik kumpul yang tak diketahui dan diakibatkan oleh sa tu satu an perpindahan itu sendiri. Matriks-matriks untuk contoh balok pada Gambar 3-2 adalah:
Ao

[Am]
AD2

_ A UL-

[Am .] Am2

S [s,, Su] s2,


=
s~~

Umumnya, jumlah baris pada matriks ini sama dengan jumlah perpindahan titik kumpul yang tal< diketahui. Jadi, jika d menyatakan jumlah perpindahan yang tal< diketahui, ordo matriks kekakuan S adalah d x d, sedang A 0 , AoL, dan D adalah vektor berordo d X 1. Dengan mengurangkan AoL dari kedua ruas Persamaan (3-5) dan kemudian mengalikan dari muka dengan s-1, kita peroleh persamaan untuk perpindahan yang tak diketahui:

D=

s- (An
1

A 111)

(3-6)

Persamaan ini merupakan penyelesaian untuk perpindahan dalam bentuk matriks karena elemen Ao, A 0 L, dan S diketahui atau bisa diperoleh dari struktur terkekang. Selanjutnya, gaya ujung batang dan reaksi struktur bisa dicari setelah perpindahan titik kumpul diketahui. Prosedur perhitungan ini akan dijabarkan kemudian. Sekarang terlihat bahwa suku - AoL dalam P~rsamaan (3-6) menyatakan vektor beban titik kumpul ekivalen, seperti yang dijabarkan pada Pasall.l2. Beban ini didefinisikan sebagai negatif dari gaya pengekang yang selaras dengan perpindahan titik kumpul yang takdiketahui dan ditimbulkan oleh be ban yang diberikan pada batang struktur terkekang. Bila be ban titik kumpul ekivalen dijurnlahkan dengan beban titik kumpul yang sebenamya A 0 , hasilnya disebut beban titik kumpul gabungan (lihat Pasal 1.12). Jadi, harga dalam tanda kurung pada Persamaan (3-6) adalah beban titik kumpul gabungan untuk analisa metode kekakuan.

102

An alisa :-.iatnks unt u k !:>truktur ltan gl\a

Untuk memperlihatkan pemakaian Persamaan (3-6), balok pada Gambar 3-2a akan dianalisa terhadap pembebanan seperti di muka dengan p - p P. p \1 = PL Bila beban Pt. P2 , dan P3 bekerja pada struktur terkekang (Gambar 3-2b), maka pengekangan di B dan C akan menimbulkan aksi ADLl dan AnLz yang masing-masing Sl'laras dengan D 1 dan D2 Karena kopel M selaras dengan salah satu perpindahan yang Ulk dlketahui, kita. akarl menyertakannya .nanti dalam matriks Ao. Aksi ADLl dan AvLz diperoleh dari rumus momen primer (lihat Kasus 1, Tabel B-1):

P .L P_l A nr - - -R- - -8Atl/2

=-S

PL

---s- =- T
P.L

PI.

Dengan demikian , matriks AoL adalah

= PL [ - l] 8 - 1
Dari perhitungan ini terlihat bahwa beban P3 tidak termasuk dalam matriks AoL> sehingga tidak mempengaruhi perhitungan perpindahan titik kumpul. Akan tetapi, be ban ini mempengaruhi perhitungan reaksi balok semula seperti dijelaskan nartti. Matriks kekakuan S terdiri dari koefisien kekakuan yang ditunjukkan pada Gambar 3-2c dan 3-2d. Setiap koefisien ini adalah kopel yang selaras dengar1 salah satu perpindahan yang tak diketahui dan diakibatkan oleh salah satu perpirldahan satuan. Elemen kolom pertama matriks kekakuan diperlihatkan pada Gambar 3-2c, dan elemen kolom kedua dalam Gambar 3-2d. Untuk menentukan koefisien ini, tirljaulah balok yang terjepit di kedua ujungnya pada Gambar 3-3. Balok ini dibebani rotasi satuan di ujung B, sehingga timbul momen sebesar 41/L di ujung B dan momen sebesar 2EI/L di ujung lairlnya (lihat Kasus 3, Tabel B-4). Gaya reaksi di ujung balok masing-masirlg sama dengan 6EI/ L 2 , dan juga ditunjukkan dalam gambar. Semua aksi yang ditunjukkan pada Gambar 3-3 disebut kekakuan batang, karena merupakan aksi di ujung batang akibat perpindahan satuan di salah satu ujung. Ujung balok yang mengalami perpindahan satuan kadang-kadang disebut ujung dekat (near end) pada balok, sedangkan ujung lainnya disebut ujung jauh (far end}. Jadi, kekakuan batang di ujung A dan B disebut sebagai kekakuan di ujung jauh dan dekat _pad a balok. Kekakuan batang akan dibahas secara terirlci dalam Pasal 3.5 Q.an Bab 4. Perhitungan kekakuan titik (ioirlt stiffness) S 11 dan S 21 pada Gambar 3-2c sekarang bisa dilakukan dengan menggunakan kekakuan batang. Bila balok berputar di titik kumpul B sebesar sudut satu satuan, momen sebesar 41/L akan terjadi di B akibat rotasi ujung batang AB. Juga, momen sebesar 41/L terjadi di B akibat rotasi ujung batang BC. Jadi,jumlah momen di B yang sama dengan S 11 ialah

s = 41
I.

+ 4LI
L

= 81
L

(a)

Kekakuan S 21 adalah momen yang terjadi di titik C hila titik B berputar sebesar sudut sa tu satuan. Karena titik C merupakan ujung.jauh batang, koefisien kekakuannya adalah

s . =

2::1 L

Dasar-dasar Met ode Kckaku an

103

Gam bar 3-3. K ekakuan batang u ntuk bal ok.

S 11 dan S:u berharga positif karena bekeija dalam arah berlawanan jarum jam. Koefisien

kekakuan S 12 dan S 22 diperlihatkan pada Gambar 3-2d. S 12 sama dengan 2EI/L karena merupakan gaya {aksi) di ujung jimh batang BC, sedangkan S 22 sama dengan 4EI/L karena berada di ujung dekat batang. Matriks kekakuan S dapat dibentuk dengan mempergunakan koefisien kekakuan di atas:

S [8 2 ] 2 4
=El L

Setiap elemen dalam S merupakan kekakuan titik kumpul (joint stiffness), karena menyatakan gaya di salah satu titik kumpul struktur akibat perpindahan satuan di salah satu titik kumpul. Dalam contoh ini, kekakuan titik S 11 (lihat Gambar 3-2c) merupakan jumlah dari kekakuan batang ujung ~kat {lihat Persamaan a) untuk kedua batang yang bertemu di titik kumpul terse but. Demikian pula, kekakuan S 22 adalah kekakuan batang ujung dekat. Sebaliknya, kekakuan s 12 dan s21 adalah kekakuan batang ujung jauh untuk batang-batang yang bertemu di titik kumpul yang berputar. Secara umum, elemen kekakuan pada diagonal utama selalu merupakan gabungan dari kekakuan-kekakuan ujung dekat, sedangkan elemen di luar diagonal terdiri dari kekakuan ujung jauh atau ujung dekat, seperti yang akan kita lihat dalam contoh berikut. Setelah matriks kekakuan S ditentukan, inversnya bisa dicari:

s- =

I:~I 2-!]
[

Matriks berikutnya yang harus ditentukan ialah matriks Ao yang menyatakan aksi pada struktur semula yang selaras dengan perpindahan yang tak diketahui. Dalam contoh ini, beban luar yang selaras dengan rotasi D 1 ialah kopel M (sama dengan PL) di titik B, sedang di titik C tidak ada m omen yang selaras dengan D 2 . Oleh karena itu, matriks Ao menjadi

Setelah matriks Ao, S-1, dan AoL d_iperoleh, matriks perpindahan D pada struktur semula ditentukan dengan memasukkannya ke Persamaan (3-6), sebagai berikut:
L [

= 14EI

-I
D _ 17PL
1
2

..,

P L [- 1

IJ}~ 112U P L ~ [ 17] -5


(b)

Jadi, rotasi D 1 dan D 2 di titik B dan C adalah

112F/

lN

A nahsa

Matri ~~

untuk S trukt ur Kanllka

Hasil ini sesuai dengan perpindahan titik kumpul yang didapat dengan metode gaya dalam contoh pada Pasal2.S. Langkah berikutnya sesudah perpindahan titik kumpul diperoleh ialah menentukan gaya ujung batang dan reaksi struktur. Seperti pada metode gaya, ada dua pendekatan bisa digunakan bila perhitungan dilakukan dengan tangan. Pendekatan pertama ialah menentukan gaya ujung dan reaksi dalam perhitungan terpisah setelah perpindahan titik kumpul diperoleh. Pendekatan lainnya ialah menata perhitungan secara sistematis sehingga paralel dengan perhitungan untuk menentukan perpindahan. Dalam bab ini hanya pendekatan kedua yang akan digunakan. Untuk menjabarkan cara perhitungannya, tinjaulah kembali balok dua ben tang pada Gan1bar 3-2. Seperti pada -metode gaya, matriks gaya ujung batang dan reaksi pada struktur semula (Gambar 3-2a) masfng-masing diberi notasi AM dan AR Pada struktur terkekang yang memikul beban (Gambar 3-2b), matriks gay a ujung dan reaksi yang selaras dengan AM. dan AR masing-masing diberi simbol AML dan ARL Perlu diperhati kan kembali bahwa dalam meninjau beban pada struktur terkekang, semua beban semula diperhitungkan kecuali yang selaras deogan perpindahan yang tal< diketahui. Jadi, beban M pada titik kumpul dalam Gambar 3-2a tidak tampak pada struktur terkekang dalam Gambar 3-2b. Namun, semua beban lain dianggap bekelja pada balok terkekang dalam Gambar 3-2b, termasuk beban P3 Beban ini tidak mempengaruhi gay.; ujung AML pada struktur terkekang, tetapi mempengaruhi reaksi ARL Bila jumlah gaya ujung batang yang akan dicari sama dengan m, maka matriks A r.t._ dan AML berordo m X 1. Secara sama, matriks AR dan ARL berordo r X 1 bila r adalahjumlah reaksi yang akan dihitung. Pada struktur terkekang yang memikul perpindahan satuan (Gambar 3-2c dan 3-2d), matriks gaya ujung dan reaksi masing-rnasing diberi simbol AMo dan ARD Kolom pertama setiap matriks ini berisi gaya yang diperoleh dari balok terkekang pada Gambar 3-2c, sedangkan kolom kedua terdiri dari gaya yang diperoleh dari balok pada Gambar 3-/d. Secara umum, matriks A Mo dan ARo masing-masing berordo m x d dan r x d, dengan d adalah jumlah perpindahan yang tak diketahui. Persamaan superposisi gaya ujung dan reaksi pada struktur semula sekarang bisa dinyatakan dalam bentuk matriks:
AM A ML

+ A Mo D

(3-7) (3-8)

An = A nL + A Ho D

Kedua persamaan di atas dan Persamaan (3-S) merupakan tiga persamaari superposisi gaya dari metode kekakuan. Penyelesaian lengkap suatu struktur terdiri dari ~J\lnyelesai an matriks perpindahan D dari Persamaan (3-6) dan kemudian mema-suk-kannya ke Persamaan (3~7) dan (3-8) untuk menentukan AM dan AR. Bila ini dilakukan, semua perpindahan titik kumpul, gaya ujung batang, dan reaksi struktur akan diperoleh. Sekarang tinjaulah pemakaian Persamaan (3-7) dan (3-8) da!am penyelesaian balok dua bentang pada Gambar 3-2 . Setelah perpindah;m yang tak diketahui D diperoleh (lihat Persamaan.b), matriks AML ARL AMo, dan ARn dapat ditentukan. Anggaplah gaya ujung batang yang akan dihitung adalah gaya geser AM1 dan momen AM2 di ujung B pada batang AB, serta gay a geser AM3 dan momen AM4 di ujung B pad a batang BC. Aksi ini sama dengan gaya ujung yang ditinjau dalam penyelesaian dengan metode gaya (lihat Gambar 2-llb), dan dipilih hanya sebagai ilustrasi. Juga, anggaplah reaksi yang akan dihitung adalah gaya AR 1 dan kopel AR 2 di tumpuan A, serta gaya AR 3 dan AR 4 di tumpuan B dan C (lihat Gambar 3-2a). Dua reaksi pertama sama seperti pada penyelesaian sebelumnya, dan dua yang terakhir adalah gaya kelebihan da!am penyelesaian sebelumnya. Semua gaya ini dianggap positifbila ke atas atau berlawananjarumjam.

Dasar-dasar Metode Kekakuan

105

Pada struktur terkekang yang memikul beban (Gambar 3-2b), gaya ujung dan reaksi bisa dinyatakan dalam beban P.,P2 , danP3 sebagai:
AML2

=-

- 8-

P1 L

A ,II/A = -8ARL~ =

P2 L

An/,2

=- 8

PlL

2- Pa

p2

Besarnya beban (P1 = 2P, P2 = P, P3 = P) kemudian dimasukkan ke persamaan ini, sehingga matriks AML dan ARL dapat dibentuk:

Ar.tt

=S

P -8 2L ]
[

Matriks AMo dan ARo diperoleh dari analisa balok pada Gambar 3-2c dan 3-2d. Misalnya, gaya ujung batang AMDn adalah gaya geser di ujungB pada batang AB akibat perpindahan satuan yang selaras dengan D 1 (Gambar 3-2c). Jadi, besarnya gaya ini ialah
61
AMDll

= -

[,2

seperti yang terlihat dari Gambar 3-3 . Reaksi ARD11 adalah gaya vertikal di tumpuan A pad a balok dalam Gambar 3 -2c, dan besarnya
ARDII

61
[2

Dengan cara yang sama, gaya ujung batang dan reaksi lainnya untuk balok pada Gambar 3-2c dapat diperoleh. Besaran ini adalah S!tku pada kolom pertama matriks AMo dan ARo. Suku pada kolom kedua dicari dengan analisa yang sama untuk balok pada Gambar 3-2d. Hasilnya ialah sebagai berikut:

A
MD

=El

-6 0 ] 4L 0 [2 6 6 [ 4L 2L

6
ARo

El L2

2L

-6

J]
36L

Subsitusi matriks AML dan AMo di atas serta matriks D yang diperoleh sebelumnya ke Persamaan (3-7) menghasilkan:

AM=:

[-~L] ~~ -:L ~ ]~~~;! [~~] ~ [iL]


+ [
=

4L 2L

Hasil ini sama dengan yang diperoleh dengan metode gaya pada Pasal 2.5. Dengan memasukkan matriks ARL ARD dan D ke Persamaan (3-8), kita peroleh reaksi:

. - !_
A'll 56

107 ]

311.

69

- 64

106

Anatisa Matliks untuk Stru ktur Rangka

Hasil ini juga sama seperti yang diperoleh sebelumnya dengan metode gay a. Konsep dasar.metode penyelesaian yang dijabarkan di atas untuk balok dua bentang dalam Gambar 3-2 bersifat umum, dan persamaan matriks (3-5) sampai (3-8) dapat digunakan untuk penyelesaian sembarang jenis struktur rangka. Persamaan tersebut juga berlaku b!igi struktur dengan sembarang derajat ketidaktentuan kinematis n. Dalam hal ini, matrik.s kekakuan S akan berordo n X n. Beberapa contoh pemakaian metode kekakuan akan dibahas dalam pasal berikut.

3.3 Contoh Soal. Contoh yang disajikan dalam pasal ini menjabarkan pemakaian metode kekakuan pada beberapajenis struktur. Tujuan perhitungan dalam setiap contoh ialah menentukan perpindahan titik kumpul yang tak diketahui, serta gaya ujung batang dan reaksi tertentu~ Karena jumlah derajat ketidaktentuan kinematisnya kecil, soal-soal berikut ini cocok untuk diselesaikan dengan perhitungan tangan. Semua contoh diselesaikan dalam bentuk literal (simbol) untuk memperlihatkan dengan jelas cara menentukan suku-suku pada pelbagai matriks.
Contoh 1. Balok menerus tiga ben tang pada Gambar 3-4a memiliki tumpuan jepit di A dan D serta tumpuan rol di B dan C; panjang ben tang tengah 1,5 kali bentang tepi. B.eban pada balok terdiri dari dua gaya terpusat yang bekerja ke bawah di posisi yang ditul\iukkan, beban merata sebesar w yang bekerja pada bentang BC dan CD, serta kopel M searah jarum jam di titik C. Semua batang dianggap memiliki ketegaran lentur El yang sa ma. Perpindahan titik kumpul pada balok yang takdiketahui adaia:b s:otasi di tumpuan B dan C, yang masing-masing diberi simbol D 1 dan D 1 seperti ditul\iukkan pada Gambar 3-4b. Sebagai ilustrasi, anggaplah gaya ujung batang yang akan ditentukan hanyalah gay a geser A M 1 dan momen A M 1 di ujung kiri batang AB, serta gay a geser A M 3 dan momen AM 4 di ujung kiri batang BC (lihat Gambar 3-4b). Sedangreaksi yang akan dicari dalam contoh ini ialah gay a vertikal AR 1 dan AR 2 masing-masing di tumpuan B dan C. Reaksi lain dapat juga diperoleh apabila dikehendaki. Semua gaya ujung, reaksi, dan perpindahan titik kumpul dianggap positif bila arahnya ke atas atau berlawan;m jarum jam. Be ban pada struktur yang selaras dengan salah satu perpindahan titik kumpul yang tak diketahui hanyalah kopel M (yang selaras dengan rotasi D 2 tetapi arahnya ber-

~s,.
(o)

r'{2t

~ }--t
I
(d )

~
~$22

~ ~

r'\S2
(b)

~
(el

4:, t

(c)

Gambar 3-4. Contoh 1 Balok menerus.

Dasar-dasar Metode Kekakuan

107

lawanan). Oleh karena itu, vektor A0 (aksi yang selaras dengan perpindahan yang tak diketahui) adalah

Beban lainnya diperhitungkan dengan mengerjakannya pada struktur terkekang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3-4c. Struktur ini terdiri darf balok-balok yang terjepit di kedua ujungnya dan didapat dengan mencegah rotasi di titik B dan C. Aksi ADLl dan AnL?. yang ditimbul.kan pada balok akibat pengekang buatan adalah kopel di tumpuan B dan C. Masing-masing kopel merupakan aksi yang selaras dengan perpinda,han D dan ditimbulkan oleh beban pada balok. Kopel ini dapat ditentukan secara mudah dengan memakai rumus momen primer dalam Tabel B-1, Lampiran B (lihat Kasus 1 dan 6):
A Dl.l

=- 8 +

PL

w(1 ,5L)2 12

= - 8 .+ 1:'6
=~

PL

3w2

Ao~z = -

w(l ,5L)2 wL 2 12 + 12

5wL 2

Jadl, vektor Aot adalah


A
DL

=.b._ [ - 6P + 9wL] 48 -5wL

Gaya ujung AML dan reaksi ARL untuk biifok terkekang pada Gambar 3-4c juga dapat dicari dengan memakai tabel gaya jepit ujung (fixed-end action). Misalnya, gaya ujung AMLl adalah gay a geser di ujung kiri batang AB sebesar P/2; sedang reaksi ARLl adalah reaksi vertikal di tumpuan B yang dihitung sebagai berikut:
AR~ I

_ !_
-

2 +

w(1,5L) _ 3P
2 2

3wL 4

Dengan cara yang sama, semua gaya yang diperlukan pada struktur terkekang dapat dicari sehingga diperoleh vektor AML dan ARL:
p

2 PL
AML

= T 311'L
4

_
RL -

- +[JP JwL]
2 4

5wL
4

3wL 2

1:'6
bahwa be ban P yang bekerja ke bawah di titik B mempengaruhi reaksi balok terkekang tetapi tidak mempengaruhi gaya ujung batang. Untuk menyederhanakan perhitungan berikutnya, anggaplah beban pada balok berhubungan sebagai berikut:
HL = p
P~rhatikan

M= PL

Substitusi hubungan ini ke matriks yang diperoleh di atas menghasilkan

A u1

PL [ - 5 = 48

3 ]

108

AnallS:! rvtatriks untuk Str uktur Rangk:1

Langkah penyelesaian selanjutnya ialah menganalisa balok terkekang akibat perpindahan satuan yang selaras dengan yang tak diketahui. Dua kondisi yang diperhitungkan adalah rotasi satuan di titik B dan C sep.erti yang ditunjukkan pada Garnbar 3-4d dan 3-4e. Em pat kopel yang bekerja di titik B dan C dalam gambar tersebut menunjukkan elemen matriks kekakuan S. Dengan rumus yang diberikan pada Gambar 3-3, masing-masing kekakuan ini dapat dicari dengan mudah.sebagai berikut:

L.,.l
Su = Su = l.Sl
Oleh karena itu, matriks kekakuan S menjadi
. 2/

4E/

4EI SL
4/

20 /

3L

-3I

s
dJ n matnk~ mvc rsn~a 1alah

4EI 3L

[5I 5 t]
r 5 L -t ~]
PI. [ 48 -

s-

- 32/

Perpindahan titik kumpul sekarang bisa dicari dengan memasukkan matriks s-1, Ao, dan AoL ke Persam aa~ {3-6) serta menentukan D.sebagai berikut:
D = '32/

- I

I] {PL [ 0]
I

3] } 5

384/

PP [

'i3

7]

Matriks ini menyatakan rotasi di titik B dan C pada balok menerus dalam Gambar 3-4a. Untuk menentukan gaya ujung batang dan reaksi, balok te rkekang pada Gambar 3-4d dan 3-4e perlu ditinjau kembali. Setiap balok ini memiliki gaya ujung dan reaksi yang selaras dengan gaya ujung dan reaksi yang dipilih di muka dan ditunjukkan pada Gambar 3-4b. Gaya ujung dan reaksi akibat perpindahan satuan masing-masing diberi simbol AMD dan ARD. Misalnya, gaya ujung AMDu adalah gaya geser di ujung kiri batang AB akibat D 1 sa tu satuan (lihat Gambar 3-4d), sedang gay a ujung A MD 21 adalah rnomen di tempat yang sama. Dalam segala hal, subskrip (subscript) pertama menunjukkan gaya uju ngnya sendiri dan yang kedua menunjukkam perpindahan satuan yang rnenimbulkan gaya tersebut. Reaksi balok pada Gambar 3-4d dan 3-4e ditunjukkan dengan cara yang sama, dengan ARDu dan ARD 21 masing-masing adalah reaksi di tumpuan B dan C aldbat satu satuan perpindahan D 1 (Gambar 3-4d). Dengan cara identifikasi ini dan juga dengan menggunakan rumus pada Gambar 3-3, pelbagai gaya ujung dan reaksi bisa dihitung dengan mudah. Misalnya, gaya ujung balok pada Gambar 3-4d adalah:
6/ I

A"'"' = -1.
t.lan
r~ak~l

1\

'Y.U
1111n -

tiLl
, , 11/l:ll

81/

( l ,SLf - 31 '

'"'''~
61:/

41/

'i'.U

I ,SL

31

llalo k adalah

- + -- 1

M .J

t.U (1,'1)~

10/./

31

\ prrot

( 1,5L )z

- 11!

8l./

Demikian pula, gaya ujung dan reaksi balok pada Gambar 3-4e dapat diperoleh setelah matriks A Mo dan ARo dibentuk. Matriks ini adalah

, ~I I ' ' 11 ' - 3/ ~

3 9L -1 [ 4/

0
4
~[

Oasar-da5ar

M~wd e

Kek akuan

109

Langkah penyelesaian terakhir ialah menghitung matriks AM dan AR, yaitu gaya ujung dan reaksi pada balok semula dalam Gambar 3-4a. Matriks in i diperoleh dengan memasukkan matriks D , AML AMD ARL dan ARo (yang sudah ditentukan di at.as) ke Persamaan (3-7) dan (3-8). Hasilnya ialah
p \ tt = ~ 76

[1049 ] 427

Jadi, semua gaya ujung dan reaksi balok yang hendak dicari telah dihitung.

Contolz 2 Balok menerus ABC pada Gambar 3-Sa mempunyai tumpuan jepit di A , tumpuan rol di B dan tumpuan penuntun (guided support) di C. Oleh karena itu, perpindahan titik kumpul yang tak diketahui hanyalah rotasi di tumpuan B dan translasi vertikal di tumpuan C. Perpindahan ini masing-masing diberi notasi D 1 dan D 1 , seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3-Sb. Balok memiliki ketegaran lentur El yang.konstan dan memikul beban P 1 danP2 pada posisi yang diperlihatkan dalam gambar. Anggaplah beban yang diberikan adalah sebagai berikut:
1':
p

Sebagai ilustrasi, gaya ujung batang tertentu dan semua reaksi balok akan dihitung dalam contoh ini. Gaya ujung yang dipilih adalah gaya geser AMt dan momen AM2 di uj ung kanan batang AB (lihat Gambar 3-5), serta reaksinya adalah gay a vertikal AR 1 dan kopel AR 2 di tumpuan A , gaya vertikal AR3 di tumpuan B, dan kopel AR 4 di tumpuan

r
(~
ARz

4
(o)

f-Ltz+Lt 2+Ltz+Lt2-..j

.,t~
AM2

o,

~,

l)
AR4 .

AR1

AR:s

( b)

t
I

~ VADI.1
(c)

r2

t
fA01.2

(}s,,

~ ~

let(d )

fsz, ~
22

rf12

(e )

fs_j_ ~~-+

G ambar3-5 . Contoh 2 : Balok menerus.

110

Analisa Matnks untuk Struktur Rangka

C (Jihat Gam bar 3-Sb). Semua aksi dan perpindahan dalam gamoar ditunjukkan dalam

arah positifnya. Struktur terkekang didapat dengan mencegah rotasi di titik B serta translasi di titik C, sehingga dihasilkan dua balok terjepit pada Gambar 3-Sc. Akibat beban pada struktur terkekang ini timbul aksi yang selaras dengan perpindahan yang tak diketahui D :
AoL2 = -

Pt P =2 2

Sedang, gaya ujung batang pada balok terkekang ialah:

dan reaksinya adalah


ARt.l ARL1 - -

PI =2 =
..;..

AR/.2 -

-8- =

PtL

PL

Dari ~arga-h arga lesaian:

p. JP P2L PL -2- - ARu = - - - 8 2 8 di atas, kita dapat membentuk matriks yang diperlukan untuk penyePI

A,d[Jt]
Setelah matriks gaya akibat beban diperoleh, langkah selanjutnya ialah menganalisa balok terkekang akibat satu satuan perpindahan yang tak diketahui, seperti ditunjukkan pada Gambar 3-Sd dan 3-Se. Kekakuan S 11 dan S21 akibat rotasi satuan di titik B ditentukan dari rumus pada Gambar 3-3:
'i 11

-y:+-1-

41

4f.l

81

s.

- 6/ y.

Pada kasus perpindahan satuan yang selaras dengan D 2 (Gambar 3-Se), kita memerlukan rum us untuk gaya dan kopel di ujung balok terjepit yang dibebani translasi relatif antara kedua ujungnya. Rumus yang diperlukan dapat diperoleh dari Tabel B-4, Lampiran B (lihat Kasus 2). Bila besarnya translasi sama dengan sa tu. maka besarnya kopel di kedua ujung sama denga~ 6/ I L 2 sedang gayanya sama dengan 12/I L 3 , seperti ditunjukkan pada Gambar 3-6. Dari harga ini, kekakuan S 12 dan S 22 untuk balok pada Gambar 3-Se adalah sebagai berikut:

s - - 6f./ J.2
12 -

Sn =

12/ -u

Jadi, matriks kekakuan bisa dibentuk dan iriversnya bisa ditentukan:

_ 2f../ [ 4U -JL] sI L JL] SL 3 - 3 6 - 30/ 31 4U Matriks invers ini dan matriks AoL yang ditentukan di muka sekarang dimasukkan ke Persamaan (3-6) untuk mendapatkan matriks perpindahan yang tak diketahui D. Matriks A0 dalam persamaan ini adalah matriks nol karena tidak ada beban pada balok semula yang selaras dengan D 1 atau D 2 . Penyelesaian untuk D ialah:
D == "401

[6

PL

2 [

-6 ] - IlL

Matriks AMo dan ARo dalam Persamaan (3-7) dan (3-8) masing-masing menyatakan gaya ujung dan reaksi balok pada Gambar 3-Sd dan 3-Se. Kolom pertama setiap

Dasar-dasar Metode Kekakuan

111

Gambar 3-6. Kekakuan batang untuk batang balok.

matriks berkaitan dengan satu satuan perpindahan D 1 (Gambar 3-Sd), dan kolom kedua dengan sa tu satuan D 2 (Gambar 3-Se). Semua elemen matriks ini dapat diperoleh dengan bantuan rumus pada Gambar 3-3 dan 3-6. Hasilnya ialah:

AMo

=V

2/ [ - 3 ol 2L OJ

0 ] 0 -6

- 3L
Kemudian matriks AM dan AR ditentukan dengan memasukkan ma triks AML AMD ARL ARD dan D ke Persamaaq (3-7) dan (3-8). Jadi,
p [ = 20 -

AM

1L

23]

P
AR-, =

20

[ j~

4L

17]

Dengan demikian, semua gaya ujung batang dan reaksi tumpuan yang dicari serta perpindahan titik kum.pul telah selesai dihitung. Contoh 3. Tujuan contoh ini ialah menjabarkan analisa rangka batang bidang dengan metode kekakuan . Rangka batang yang akan dianalisa ditunjukkan pada Gambar 3-7a dan terdiri dari empat batang yang bertemu di titik kumpul E. Rangka batang ini dipilih karena hanya mempunyai dua derajat kebebasan untuk perpindahan titik kumpul, yaitu translasi mendatar dan vertikal di titik E. Akan tetapi, sebagian besar pembahasan berikut mengenai penyelesaian rangka batang ini juga bisa diterapkan pada rangka batang yang lebih rumit. Untuk memudahkan analisa, batang-batang pada rangka batang diberi nomor dari I sampai 4 seperti yang ditunjukkan dengan angka dalam lingkaran pada Gambar 3-7a. Juga agar bersifat umum, anggaplah keempat batang tersebut mempunyai panjang L 1 , L 2 , L 3 , dan L 4 , serta ketegaran aksial EA 1. EA 2 , EA 3 , dan EA 4 . Semua besaran tersebut akan diberi nilai tertentu kemudian agar penyelesaiannya dapat dilakukan secara lengkap. Beban pada rangka batang terdiri dari dua beban terpusat P 1 dan P 2 yang bekerja di titik E, serta berat sendiri batang. Berat sendiri ini bekerja sebagai beban merata sepanjang batang dengan intensitas Wt. w 2 , w 3 , dan w4 untuk masing-masing batang. Dalam segala hal, intensitas w adalah berat batang per satuan panjang yang diukur sepanjang sumbu batang. Misalnya, berat total batang I adalah w 1 L 1 Perpindahan yang tak diketahui di titik E , dengan notasi D 1 dan D 2 pada Gambar 3-7b, adalah translasi titik kum pul vertikal dan mendatar. Perpindahan ini dan juga beban yang bekerja di titik E diangg;lp positif bila arahnya ke kanan atau ke atas. Gaya aksial pada keempat batang di ujung A: 8, C, dan D dipilih sebagai gaya ujung batang yang akan dihitung. Gaya ini ditunjukkan pada Gambar 3-7b serta diberi notasi AMt. AM2 AM3 dan AM4 Karena berat sendiri batang dioerhltungkan, besar gaya aksial di ujung lairutya (yaitu di titik E) akan berbeda dengan 'yang di ujung A, B, C, danD. Gaya aksial di ujung E pada setiap batang dan gaya geser di ujung batang bisa disertakan dalam perhitungan jika dikehendaki. AJCan tetapi, gaya aksial di E dan gaya geser ter-

112

Anahsa Matrtks untuk Stn1ktur Ranttka

A.,,

A bo-------'-:::------;>11

(0 )

(b )

! cl

A.wou

----~~--~~--~~~

( d)

(eJ

Gembar 37. Contoh 3 . Rant~ka hatang b id11ng

sebut tidak dihitung dalam contoh ini agar sederhana. Gaya ujung dianggap positif bila menim bulk an tarikan pad a batang. Reaksi rangka batang pad a Gambar 3-7 tidak perlu dihitung karena sama seperti gaya ujung. Namun, pada keadaan lainnya, seperti bila beberapa batang bertemu di suatu titik tumpuan, reaksi rangka batang harus ditentukan secara terpisah. Beban P 1 dan P2 yang bekerja di titik E pada struktur (Gambar 3-7a) adalah beban yang selaras dengan perpindahan yang tak diketahui D 1 dan D 2 Oleh karena itu, beban ini dirnasukkan dalam vektor A0 sebagai berikut:
An

= [~:]

Beban lainnya pada rangka batang dianggap bekerja pada struktur terkekang yang didapat dengan mencegah translasi titik E (Gambar 3-7c). Dengan demikian, setiap batang berada dalam kondisi yang ditunjukkan pada Gambar 3-8 . Ga-nbar ini memperlihatkan batang miring yang ditumpu di kedua ujungnya oleh sendi yang tak dapat bergerak. Agar pembahasannya bersifat umum, titik tumpuan dalam gambar diberi simbol A dan B. Berat sendiri batang ditunjukkan sebagai beban merata w. Reaksi batang tersebut adalah dua gaya vertikal, yang masing-masing sama dengan setengah berat batang (lihat Lampiran B, Tabel B-5). Dengan demikian, aksi ADL untuk struktur

Dasar-da53r Metode Kekakuan

lHI

terkekang pada Gambar 3-?c dapat langsung dihitung. Gaya di titik E yang akan dihitung adalah gaya mendatar ADLl dan gaya vertikal ADL2 yang selaras dengan perpindahan D 1 dan D 2 Karena berat batang ti.dak menimbulkan reaksi mendatar, aksiADLl haruslah no!. Sedang aksi ADL2 sama dengan setengah berat semua batang yang bertemu di titik E. Jadi, vektor AoL adalah

1 h 2L2O =[11 L w3 L3+ w.L.] - 1 --1--+ - = 2 2 2 2 2

[~]

Besaran W adalah berat total semua batang yang bertemu di titik E dan dalam contoh ini juga berat rangka batang keseluruhan. Untuk menghitung gaya ujung batang, kita juga perlu meninjau struktur terkekang pada Gambar 3-7c. Vektor AML terdiri dari gaya ujung AMLl AML2 AML3 dan AML4 yang ditunjukkan dalam arah positifnya (tarikan pada batang) pada Gambar 3-7c. Setiap besaran ini ditentukan dengan rum us urn urn
- - sin 1 2

wL

'Y adalah sudut antara sumbu batang dan sumbu mendatar, sedang tanda minus menunjukkan gaya itu bersifat tekan. Untuk menerapkan rumus ini pada rangka batang dalam Gambar 3-7, pertama sudut antara batang dan surilbu mendatar perl\1 diketahui. Misalkan sudut untuk batang 1, 2, 3, dan 4 s~bagai 'Y1> 'Yz, 1 3 , .dan 1 4 . Sudut ini diperlihatkan pada Gambar 3-7a untuk semua batart~ kecuali batang 1, yang dalam contoh ini dianggap mendatar. Jadi, gay a ujung AML2 adalah
AMu = - -

lt'zLz . - sm 12

dan vek tor AM 1. menjadi.

1 ' L

_.!

w,l., S tn u: L 2 ~in 'Y~ :! [ " .L . sm '}',1


11

}t]
'} 1

</ < !> i ll

Vektor ini dapat dihitung untuk sembarang kasus dengan memasukkan harga yang sesuai bagi setiap batang. Jika batang 1 dianggap mendatar dan batang 4 vertikal, maka elemen vektor yang pertama dan terakhir masing-masing menjadi no! dan -w4L 4 /2. Untuk memperoleh matriks kekakuan S, kita perlu memberikan perpindahan satuan yang selaras dengan D 1 dan D 2 pada struktur terkekang, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3-7d dan 3-7e. Aksi yang selaras dengan perpindahan titik kumpul tersebut adalah em pat kekakuan titik kumpul, yaitu S 11 , S 2 1. S 12 , dan S22 . Semua kekakuan dalam gambar ditunjukkan dalam arah positifnya. Kekakuan titik dibentuk dari kontribusi setiap batang pad a rangka batang, yaitu dari kekakuan batang. Misalnya, S 11

Gambar 3 8 . Gaya ujung untuk batang rerkekang pada rangka ba tang.

114

Analisa Matriks untuk Strukt ur Rangka

adalah gaya J.ceseluruhan dalam arah mendatar bila perpindahan satuan dalam arah ini diinduksi pada rangka batang (lihat Gambar 3-7d) dan merupakanjumlah komponen mendatar dari semua gaya batang pada rangka batang. J adi, untuk memperoleh kekakuan titik yang ditur\iukkan dalam gambar, pertama kita perlu mencari gaya yang bekerja di setiap batang bila titik E berpindah. Gaya yang bekerja pada batang tipikal suatu rangka batang akibat satu satuan perpindahan mendatar di salah satu ujungnya diperlihatkan dalam Gambar 3-9a. Agar bersifat umum, ujung batang atas dan bawah disebut A dan B. Ujung atas batang dianggap bergeser sebesar satu satuan ke kanan, sedangkan ujung lainnya tidak berpindah. Akibatnya batang bertambah panjang dan gaya pengekang di setiap ujung diperlukan. Perpanjangan batang ditentukan dari perpindahan yang terjadi di ujung B pada Gambar 3-9b. Dari segitiga dalam gambar terlihat bahwa perpanjangan batang sama dengan cos "'f, dengan 'Y adalah sudut inklinasi batang: Oleh karena itu, gaya tarik batang adalah (lihat Gambar 3-9a) Tcosy dengan EA adaiah ketegaran aksial dan L adalah panjang batang. Komponen gaya aksial dalam arah mendatar dan vertikal juga diperlihatkan dalam gam bar. Komponen ini yang meru{lakan kekakuan batang dapat ditentukan dari geometri dalam gambar. Untuk kasus perpiridahan vertikal satuan di ujung B (Gambar 3-9c), gaya aksial batang sama dengan

EA

ysm'Y

EA .

-rcos y sm y Tcos y -rcos y


A A

I"
7 cos
A

COSy

c:
7
A

sin y sin y cosy

so n

r cosy

(cl
Gambar 39. Kekakuan batang untuk batang rangka batang bidang.

Oasar-dasar Meto de Kekakuan

115

uan stm, Komponen dalam arah mendatar dan vertikal .dengan mudah dapat diperoleh. Seniua gaya pada kasus ini ditunjukkan dalam Gambar 3-9c. Jika ujung bawah A pada Gambar 3-9a berpindah sejarak satu satuan ke kanan sementara ujung atas B tetap terjepit, semua gaya yang ditunjukkan dalam gambar akan berbalik arahnya. Hal yang sama juga berlaku jika ujun~ A berpindah ke atas sejarak sa tu satuan sedangkan ujung B tetap terje pit seperti pada G.ambar 3-9c. Semua rumus pada Gambar 3-9 sesuai untuk dipakai menganalisa rangka batang dengan metodekekakuan bila perhitungan dilakukan dengan tangan. Dalam Pasal 3.5 dan Bab 4 akan dibahas pendekatan yang lebih sistematis dengan menggunakan kekakuan batang, tidak hanya untuk rangka batang tetapi juga untuk jenis struktur lainnya. Sekarang tinjaulah kembali perhitungan kekakuan titik kumpul untuk struktur terkekang pada Gambar 3-7 dan 3-7e. Kekakuan S 11 terdiri dari kontribusi pelbagai batang pada rangka batang. Misalnya, kontribusi dari batang 3 pada S 11 ialah (lihat Gambar 3-9a):
EA a - cos2 -y3 L3

Sedang, kontribusi dari batang 3 pada kekakuan S 21 adalah (lihat Gambar 3-9a):
EA -y; cos 'Ya sm 'Ya
3

Suku yang serupa dengan kedua suku di atas juga dapat dituliskan untuk semua batang pad a rangka batang. Jumlah suku-suku ini.mtnghasilkan kekakuan S 11 dan S21 Karena batang l arahnya mendatar ('Y 1 = 0) dan tiatang 4 vertikal ('Y4 = 90), persamaan kekakuan menjadi

S,, = - L
S21

EA,
I

~ -L

EA 1
t

cos 'Y2 .... -L cos 2 y 1


3

.,

EA :~

~ - [ - COS
-2

A2

'Y2

.
Stn

'Y2

+ - L <.:OS 'Y3 Stn 'Y:t


:l

A:1

Dengan prosedur yang sama tetapi dengan memakai rum us pada Gambar 3-9c, kekakuan S 12 dan S 22 (lihat Gambar 3-7e) akan kita peroleh:
S 12 =
c _

f..A . . EA :~ . L sm 'Y2 cos y L sm y, 2 3


2

cos 'Y:t
""'

.> 2 2 -

EA2 . - l- sm2 'Y 2


-2

+ -L

i:'A:t .
;t

sm2 'Ya + - L

EA 1

Empat persamaan di atas merupakan elemen matriks kekakuan S. Langkah selanjutnya dalam perhitungan perpindahan titik kumpul D ialah mencari invers dari S dan memasukkannya ke Persamaan (3-6). Bagian penyelesaian ini akan dilakukan nanti dengan harga untuk besaran EA, L, dan 'Y yang tertentu. Sebelum melangkah ke peny.elesaian tersebut, matriks gaya ujung batang AMo (pada struktur terkekang dalam Gambar 3-7d dan 3-7e akan diturunkan dalam bentuk umum. Semua gaya ujung batang akibat perpindahan titik kumpul satuan ditunjukkan pada Gambar 3-7d dan 3-7e. Misalnya, gaya aksial AMD 31 adalah ga'ya pada batang 3 akibat perpindahan D 1 satu satuan. Setiap gaya ini diperoleh dengan meninjau Gambar 3-9a dan 3-9c. Contohnya, gaya AMD 31 ialah
EA a --r;
CO~

'Yr

yang diperoleh d,ari Gambar 3-9a. Jika kita lanjutkan dengan cara ini, semua gaya ujung akibat perpindahan satuan dapat diperoleh dan matriks AMo dapat dibentuk:

U6
EA1 I , f:Az

An alisa Matriks un tuk Strukt ur Ranjtka

G
-L
0

cos Yt
C0!-.}'3

A2 . L~ :.m 1'2

EA a
3

J:; ~10 /'J


EA.

EA .1 .

L.

Seperti yang dijelaskan di muka, gaya ujung yang lain dan reaksi bisa disertakan dalam analisa. Untuk itu, rumus dari Gambar 3-9 yang sesuai dapat dipakai untuk memperoleh harga pelbagai gaya itkibat perpindahan satuan. Bila semua matriks yang diperlukan telah dibentuk, Persamaan (3-6) sampai (3-8) digunakan untuk mencari pengaruh gabungan. Pembahasan di atas memberikan gambaran umum mengenai cara menurunkan pelbagai matriks dalam analisa rangka batang. Untuk melengkapi penyelesaian rangka batang pada Gambar 3-7, ' besaran-besaran dalam matriks perlu ditentukan harganya. Untuk itu, seluruh batang dianggap mempunyai panjang L, ketegaran aksial EA, dan berat w per satuan panjang. Juga, anggaplah besar sudut antara batang yang berdampingan sama dengan 30 derajat, sehingga sudut antara batang dengan sumbu mendatar adalah
1'

y~ =

30

Y- 60

y.

= l}l)'

Berat total rangka batang dalam hal ini adalah


~i

- 4" L

Bila harga-harga ini dimasukkan, matriks-matriks di atas menjadi:

-' t>l

= h'[

[~ l
0

s. -

A [ '

2/

V3

~]
2
0
I

A MI

=-4

lt'[

V3
2

AMo

= 2L

LA

..)3

V3
0
...

Invers dari S ialah

s I-

.,/ [ 4 o. - nEA - ..J]

-,n]
J

dan vektor D (yang didapat dari Persamaan 3-6) adalah


D

Sembarang harga beban P 1 dan P 2 , serta_ berat w per .satuan pahjang bisa dimasukkan ke vektor ini. Vektor gaya ujung AM (atau gaya batang) /kemudian ditentukan dengan memasukkan matriks AML AMD dan D ke Persamaan (3-7) dan menyelcsaikannya. Jika berat rangka batang diabaikan, matriks AoL dan AML menjadi nol. Sebagai ilustrasi, anggaplah P 1 0, P2 = -P, dan wL = P/ 10. Jadi, vektor D dan AM kita peroleh

Dasar-dasar Metode Kekakuan

117
96VJ
p AM = 520

-61

- 157VJ -410 Dengan beban anggapan di atas, ternyata titik E bergeser ke kanan dan ke atas, serta semua batang pada rangka batang mengalami tekanan kecuali batang 1.
Contoh 4. Dalam contoh ini akan dijabarkan analisa portal bidang ABC pada Gambar 3-1 Oa. Portal ini telah dianalisa dengan metode gaya dalam Contoh 4, Pasal 2.3. Dengan metode kekakuan, langkah pertama ialah menentukan banyaknya perpindahan titik kumpul yang tak diketahui. Dalam contoh ini, jumlah yang tak diketahui tergantung pacta diperhitungkan atau tidaknya deformasi aksial (selain lentur) dalam analisa. Jika kedua deformasi ini disertakan, titik B bisa bergeser dan juga bcrputar. Analisa seperti ini akan dilakukan nanti. Pada portal bidang, deformasi aksial umumnya tidak perlu disertakan. Jika diabaikan , titik B akan berputar tetapi tidak bergeser sehingga hanya ada satu perpindahan yang tak diketahuiD (lihat Gambar 3-lOb). Selain perpindahan titik kumpul ini, anggaplah gaya ujung dan reaksi berikut akan dicari dalam penyelesaian: gaya aksial AM1 , gaya geser AM2 , dan momen AM3 di ujung kanan batang AB {lihat Gambar 3-1 Ob), serta reaksi A RI> AR 2 , dan AR 3 di tumpuan A. Kedua batang portal dianggap memiliki ketegaran lentur El yang sama. Struktur terkekang (Gambar 3-1 Oc) diper~leh dengan mencegah ro tasi titik B. Aksi AnL yang selaras dengan perpindahan yang tak diketahui D dan diakibatkan oleh be ban P ialah
AoL=

- -g

PL

(o)

(b)

-61

H2

(cl

(d)

Y. ~ 7
H

\ ..- j. 61

Gambar 3-10. Contoh 4: Portal bidang (hanya pengaruh lentur).

118

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Gay a ujung dan reaksi pada stnlktur terkekang akibat be ban P adalah
AML2

AML3

= =

--g

PL

ARLI

ARLt

ARL3

PL

Semua reaksi pada struktur terkekang akibat be ban P ditunjukkan pada Gambar 3-1 Oc. Perlu diingat kembali bahwa pengekangan di titik B hanya terhadap rotasi, dan tidak. ada pengekangan terhadap translasi. Oleh karena itu, gaya mendatar dan vertikal bisa disalurkan dari satu batang ke batang lainnya melalui titik B. Akibatnya, reak.si vertikal P/2 di ujung kanan batang AB ditahan di titik C (tidak. di titik B). Vektor AoL AML dan ARL menjadi

Pada soal ini, vektor Ao adalah vektor nol yang berisikan satu elemen nol karena tidak. ada kopel yang diberikan sebagai be ban di titik B. Matriks kekakuan portal diperoleh dengan menginduksi perpindahan satuan yang selaras dengan D pada struktur terkekang (lihat Gambar 3-lOd). Dari gambar terlihat kekakuan S ialah

Oleh .karena itu, matriks kekakuan s dan inversnya menjadi

s- _ [
-

LH ] 4/(L + H)

Gaya ujung dan reaksi pada portal terkekang dalam Gambar 3-lOd sekarang akan ditentukan. Dengan mengingat bahwa titik B hanya dikekang terhadap rotasi, maka besarnya reaksi portal terkekang adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3-lOd. Dengan demikian, matriks gay a ujung dan reaksi menjadi:

- Ji2
AMo =

6/
ARo =

6/ --v
~

61 H2 6/ 2/ L

4/
L

Semua matriks di atas kemudian dimasukkan ke Persamaan (3-6), (3-7), dan (3-8). Hasilnya ialah
D = 32/ L + H
AM = 16H(: + H) [ H(8L + SH) -2HU

PU [

- 3U

AR = 16H(:

+ H)

H(8L + llH) HL(2L + 3H)

3U

Untuk kasus khusus, yaitu bila H = L, hasilnya menjadi

PU
D = 64/

Dasar-dasar Metode Kekakuan

119

Ketiga elemen vektor AM sama arti fisiknya seperti gaya kelebihan Ql> Q2 , dan Q3 dalam Contoh 4, Pasal 2.3 (bandingkan Gambar 3-IOb dan 2-6b). Oleh karena itu, harga gaya ujung di atas sama dengan harga Q 1 , Q2 , dan Q3 yang diperoleh dalam contoh sebelumnya untuk kasus dengan pengabaian deformasi aksial. Bila deformasi aksial disertakan dalam analisa portal bidang pada Gam bar .3-1 Oa, titik B akan memiliki tiga derajat kebebasan (bukan lagi hanya satu). Perpindahan D., D 2 , dan D 3 untuk kasus ini ditunjukkan pada Gambar 3-lla. Struktur terkekang pada analisa yang baru ini diperoleh dengan mencegah translasi mendatar, translasi vertikal, dan rotasi di titik B (lihat Gambar 3-11 b). Aksi yang selaras dengan perpindahan tak diketahui dan diakibatkan oleh be ban P pada struktur terkekang ini ditunjuk.kan dalam gambar sebagai ADLl> ADL2 dan ADL3 Gaya pengekang ini ialah
ADLl

= 0

ADL2

=2

ADL3

--g

PL

dan vektor AnL menjadi.

Seperti di muka, vektor An adalah vektor nol karena tidak ada gaya atau kopel yang diberikan di titik B. Elemen matriks kekakuan portal ditunjukkan pada Gambar 3-llc, d, dan e. Gambar ini. memperlihatkan aksi yang timbul di \ m B yang dikekang bila perpindahan yang

(o)

(b)

(c)

c
(d)

(e)

Gambar 3-11. Contoh 4: Portal bidang (pengaruh aksial dan lentur).

120

Anal isa Matriks untllk Struktur Rangka

Se1aras dengan D" D 2 , dan D 3 diberikan. Setiap aksi ini bisa diperoleh dari gaya ujung ak.ibat perpindahan satuan (lihat Gambar 3-3, 3-6, dan 3-9). Jadi, matriks kekakuan

y+
S=
0

EA

12E1 H3

--,y- +li

12E1

EA

--v
y+ f i
4E1 4E1

6E1 Jj2 6E1

6E1

Ji2

--v
AU
1

6E1

Invers dalam bentuk literal dari matriks 3 X 3 ini tidak bisa diperoleh dengan mudah. Oleh karena itu, soal akan disederhanakan dengan menganggap H = L dan menggunakan parameter tak berdimensi
v=--

yang merupakan kebalikan dari parameter "f yang dipakai untuk menganalisa portal ini dengan metode gaya. Jadi, m atriks kekakuan menjadi

1 s = L3
dan inversnya adalah

E [l 2+v 0 0 12 +

6L

- 6L

6L } -6L 8U

-36L2
4Uc3

6Lc.
dengan

c.

}2 +

11

c 3 = 5 + 211

Substitusi s-1 dan AoL ke Persamaan (3-6) menghasilkan


D = 64Eic c
2

PU

6Lc] -"l, Lc,

-c,c.

dengan

c,

= 12 -

Bila dinyatakan dalam v, perpindahan titik kumpul menjadi 12- 11 D = 32E1 (12 + 11)(3 + 11) - PL 3 4 + B11 D 2 = 32E1 (12 + v)(3 + v) - PU 12 - 11 D 3 = 64E1 ~
1

3PL3

Jika harga v besar, harga D 1 dan D 2 mendekati no!; dan harga D 3 menjadi PL 2 /64El, sama seperti pada bagian pertama contoh ini.
Contoh 5. Balok silang pada Gambar 3-12a terdiri dari dua batang (AB dan BC) y ang dihubungkan secara tegar di titik B. Bebah pada balok silang adalah gaya terpusat P yang bekerja di titik tengah batang AB. Setiap batang dianggap mempunyai ketegaran lentur El dan ketegaran puntir GJ konstan. Karena tumpuan A dan C adalah jepitan, perpindahan titik kumpul struktur yang takdiketahui hanya terdapat di titik B. Per-

Dasar-dasar Metode Kekakuan

121

s.:

Lt 2 (o)

y
D,

s;.!lf~cg
(d)
(e)

s;.

~
(b )

ef_o2

1 t-A _ _ _---'8'-{ f~ ~

f~s;2

'5,'2

It l

! Ql

s:3

lA

4);::;,
Ih)
(I )

(cl

Gambar 3-12. Contoh 5: Balok silang.

pindahan ini ialah translasi D 1 dalam arah y, rotasi D'2 terhadap sumbu x, dan rotasi D 3 terhadap sumbu z, seperti diperlihatkan pada Gambar 3-12b. Dalam gambar, arah positif setiap vektor perpindahan dianggap sama seperti arah positif salah satu sumbu koordinat. Seperti biasa, panah bermata ganda digunakan untuk membedakan rotasi dan translasi. Jumlah derajat kebebasan pada balok silang kebenaran sama dengan derajat ketidaktentuan statisnya (lihat Contoh 5, Pasal 2.3). Langkah pertama dalam analisa balok silang dengan metode kekakuan ialah memberikan pengekang buatan di titik B untuk mencegah perpindahan yang selaras dengan D 1, D 2 , dan D3 (lihat Gambar 3-12c). Bila beban dikerjakan pada struktur terkekang, aksi ADL (yang selaras dengan perpindahan D) timbul di pengekang. Aksi ini bisa dihitung dengan memakai rumus gaya jepit ujung pada balok (lihat Lampiran B). Dalam hal be ban P bekerja pada batang AB, gaya pengekangnya ialah:
AoLt =

A ou

=0

Aow =

-g-

PL

Jadi, vektor Aot adalah

Aoc

-~ UJ

Vektor A 0 , yang menyatakan aksi yang diberikan pada balok semula (Gambar 3-12a) dan selaras dengan perpindahan yang tak diketahui, merupakan vektor nol karena tidak ada gaya terpusat a tau kopel di titik B. Matriks kekakuan untuk balok silang diperoleh dengan menganalisa struktur terkekang akibat sa tu satuan perpindahan yang .tak diketahui. Akibat sa tu satuan Dt. titik

122

A.D:allila Mcril;:s a:n tu k S tru ktur Ranglc.a

B bergeser ke atas sejarak satu satuan tanpa rotasi. Jadi, gaya yang timbul di pengekang (dan selaras dengan D 1, D2 , dan D3) adalah kekakuan titik S 11, S 2 t. dan S 31 . Pengaruh translasi satuan pada batang AB dan BC ditunjukkan secara terpisah dalam Gambar 3-l2d dan 3-12e. Pada Gambar 3-12d kontribusi batang AB pada kekakuan titik ditunjukkan dengan tanda petik tunggal, sedangkan pada Gam bar 3-1 2e kontribusi batang BC ditunjukkan dengan tanda petik ganda. Dari gambar tersebut terlihat bithW'l suku kekakuannya adalah sebagai berikut:

. - 12/ S 11- L3 - 12/ Sn - L3 - 6/ S21- L2

s __ 6EI st L2
s;l = o

Dengan menjumlahkan pengaruh dari kedua balok, kita peroleh kekakuan titik

Su=-v

24/

Su

61 =v

Sa, =

61 -V

Dengan cara yang sama, kekakuan yang dihasilkan dari rotasi satuan yang selaras dengan D 2 dan D 3 bisa dicari. Kontribusi dari setiap batang digambarkan pada Gambar 3-12f sampai 3-1 2i, dan dapat ditentukan dengan inspeksi. Untuk satu satuan D2 (lihat Gambar 3-12f dan 3-12g), kontribusinya ialah

s;2 =

C:

s;s = o
s s2 = o

5.22 = ~ L

Untuk satu satuan D 3 kontribusinya adalah (lihat Gambar 3-12h dan 3-12i):
= _ 61 S .3 t L2

. _ 4EI 5 sa- L

sss 61
s12=v

GJ L

Dengan menjumlahkan suku..suku di atas, kita peroleh kekakuan titik :


_ 4EI S 22- L

+ L

GJ

s32 = o
Sss= y
41

6/ Su =-V

Sn

+y

GJ

Akhirnya, matriks kekakuan S dapat dituliskan dalam bentuk berikut :

S= 3

El [ 24 6L 6L (4 + "'))L2

- 6L

dengan parameter tak berdimensi 11 menjadi


"1)=-

GJ

Ei

Besaran 11 adalah kebalikan parameter p yang dipakai da:iam penyelesaian balok silang yang sama dengan metode gaya. lnvers mauiks kekakuan menjadi-

6Ld 1] - 36 12d3

Dasar-dasar Metode Kekakuan

123

dengan para m ter tarn bahan:


d.= 4 + 1}
da = 5 + 21}

Besaran rt, d 1, d 2 , dan d 3 hanya tergantung pada perbandingan ketegaran puntir GJ dengan ketegaran lentur Er. Perpindahan di titik B dapat diperoleh dengan memasukkan matriks AoL dan s- 1 ke Persamaan (3-6) dan menyelesaikannya untuk D . Hasilnya iaiah

dari sini D __ PU 5 + 211 I 96El 1 + 1} D _ P2 .5 + 21} 2 16EJ (I + 1})(4 + 11)


D = _3PL2 1 3 16/ (1 +1})~4 + 'I'})

Jika batang AB dan BC memiliki kekakuan puntir yang kecil, balok silang dapat dianggap terdiri dari dua batang yang dihubungkan di titik B dengan sendi yang mampu menyalurkan gaya v~rtikal tetapi tidak bisa menyalurkan momen. Bila balok silang seperti ini dianalisa dengan metode kekak1,1an, perpindahan titik kumpul yang tak diketahui dalam analisa hanyalah translasi dalafu-arah y. Harganya bisa didapat dari harga D 1 di atas dengan memasukkan 11 = 0. Jadi, D.= -96EI
5PL 3

Umumnya, analisa balok silang dengan batang yang saling bertumpang (yaitu hanya menyalurkan gaya vertikal tetapi tidak ada momen di setiap titik silang) hanya memiliki satu perpindahan titik kumpul yang tak diketahui di setiap titik. Gaya ujung dan reaksi pada balok silang tersebutjuga dapat diliitung dengan m~ng ikuti teknik yang dijabarkan dalam contoh di atas. Pethitungan ini diberikan dalam bentuk soal di akhir bab ini.

3.4 Perubahan Suhu, Praregang, dan Perpindahan Tumpuan. Pengaruh perubahan suhu, praregang (prestrain), dan perpindahan tumpuan dapat disertakan dalam anz.lisa struktur dengan metode kekakuan. Prosedurnya ialah meninjau semua pengaruh ini pada struktur terkekang dan menjumlahkan aksi yang ditimbulkan dengan aksi akibat beban. Misalnya pada struktur terkekang yang hanya memikul beban, kita perlu menghitung 'aksi ADL yang selaras dengan perpin'dahan yang tak diketahui {lihat Persarnaan 3-5). Bila perubahan suhu dianggap teljadi pada struktur terkekang yang sama, maka timbullah aksi yang selaras dengan perpindahan yang tak di.ketahui. Aksi ini akan ditunjukkan dengan simbol ADT yang konsisten dengan simbol ADL tetapi diakibatkan oleh suhu. lde yang sama dapat diterapkan pada praregang awal dan perpindahan tumpuan, yang masing-masing menghasilkan aksi ADP dan ADR pada struktur terkekang. Setelah semua aksi vada struktur terkekang ditentukan, vektor AoL, AnT. Ao p, dan AoR bisa dibentuk. Vektor ini berordo n x 1, de.ngan n adalah jumlah perpindahan yang tak diketahui. Jumlah vektor ini menyatakan gabungan semua aksi yang selaras dengan perpindahan yang tak diketahui dan diberi simbol Anc Jadi,
Aoc

= AoL

+ A DT + A op + Ana

(3-9)

124

Analisa Matriks untuk Stru ktur Rangka

Vektor Aoc dimasukkan dalam persamaan superposisi pertama sebagai pengganti matriks AoL (lihat Persamaan-3-5):
Ao

= A oc + SD

(3-10)

Persamaan ini merupakan persamaan umum metode kekakuan dan harus digunakan sebagai pengganti Persamaan (3-5) bila pengaruh lain bukan beban disertakan dalam perhitungan. Dengan demikian, penyelesaian untuk perpindahan menjadi D

= s - (Ao

- Aoc)

(3-ll)

Dari sini terlihat bahwa suku -Aoc merupakan vektor beban titik lcumpul ekivalen (lihat Pasal 1.1 2). Perubahan suhu, praregang, dan perpindahan tumpuan juga mempengaruhi penentuan gaya ujung batang dan reaksi pada struktur. Vektor gaya ujung pada struktur terkekang akibat penyebab ini diberi notasi AMT AMP dan ~R dan gabungan semua gaya ini, terrnasuk beban, adalah vektor (3-12) Demikian pula, gabungan semua reaksi akibat penyebab tersebut pada struktur terkekang adalah vektor

(3-13)
Empat matriks pada ruas kanan persamaan ini menyatakan reaksi akibat beban, per- ubahan suhu, praregang, dan perpindahan tumpuan (pengekang). Persamaan superposisi untuk gaya ujung batang dan reaksi sekarang menjadi
AM = AMc AR = ARc

+ AMoD + ARo D

(3-14) (3-15)

Persamaan ini bisa dipandang sebagai bentuk u mum dari Persamaan (3-7) dan (3-8) yang digunakan sebelumnya untuk struktur yang hanya memikul beban luar. Pemakaian persamaan di atas akan dijabarkan berikut ini dengan perluasan contoh balok dua bentang pada Pasal 3.2 (lihat Gambar 3-2). Balok yang akan dianalisa diperlihatkan kembali pada Gambar 3-1 3a. Beban tidak ditunjukkan dalam gambar karena pengaruhnya sudah diperhitungkan dalam contoh terdahulu. Perpindahan titik kumpul yang tak diketahui D 1 dan D 2 ditunjukkan pada Gambar 3-13a dengan panah lengkung. Sebagai ilustrasi, tinjaulah pertama akibat perubahan suhu, dan anggaplah balok BC mengalami gradien suhu linear sedemikian rupa hingga perrnukaan bawah.balok bersuhu T 1 dan permukaan atasnya bersuhu T2 Batang AB dianggap berada pada suhu yang konstan. Bila pengaruh suhu ini dianggap terjadi pada struktur terkekang (Iihat Gambar 3-13b), maka momen yang timbul di ujung batang BC merupakan aksi pengekang ADTI yang selaras dengan perpindahan D 1 di titik B dan aksi ADn. yang selaras dengan D2 di titik C. Aksi ini ditunjukkan dalam arah positifnya dan bisa dihitung dari persamaan untuk gaya jepit ujung akibat perubahan suhu (lihat Tabel B-2; Lampiran B). Jadi,
A _
DTI- -

_ aEJ(T1
DT2-

T2}

dengan a adalah koefisien muai suhu, El adalah ketegaran lentur balok, dan d adalah tinggi balok. Vektor AoT sekarang bisa dinyatakan sebagai
A
DT

= aEJ(T1 d

T 2)

- I

t]

Dasar-dasar Metode Kekakuan

125

L f--,

rfi rf2
~8

L--1

(o)

(b)

Gambar 3-13. Balok menerus dengan perbed aan suhu dan perpindahan t umpuan.

Vektor ini dapat dijumlahk.an dengan vektor AoL (yang diperoleh dari contoh pada Pasal 3.2) sehingga diperoleh vektor Aoc untuk digunakan daJam Persamaan (3-JO), dengan anggapan baJok akan dianalisa terhadap gabungan pe_ n garuh beban (lihat Gambar 3-2a) dan perbedaan suhu pada batang BC. Tentunya, perpindahan D yang dihitung untuk kedua pengaruh secara bersamaan akan sama dengan jumlah perpindahan yang diperoleh bila be ban dan pengaruh suhu ditinjau secara terpisah. Dengan cara yang sama, gaya ujung batang dan reaksi akibat perubahan suhu pada batang BC dapat ditentukan dari balok ter}<ekang pada Gambar 3-13b. Dalam contoh ini gaya ujung pada batang AB sama dengan nol, dan pada batang BC adaJah gaya jepit ujung yang diturunkan di atas. Juga, semua reaksi daJam contoh ini sama dengan nol karena perbedaan suhu tidak menimbulkan gaya vertikaJ di titik B dan C. Narnun , pada kasus yang umum gaya ujung dan reaksi tidak sama dengan nol; kedua harga ini dimasukka n ke vektor AM T dan ART Besaran ini kemudian dijumlahkan dengan besaran yang selaras akibat beban, dan vektor gabungannya dimasukkan ke Persamaan (3-14) dan (3-15). Prosedur yang sama juga bisa diterapkan pada pengaruh praregang dan perpindahan tumpuan. Dalarn kedua kasus, tiga vektor gaya pada struktur terkekang harus ditentukan (Aop, AMP ARP dan AoR . AMR ARR). Semua vektor ini dapat dihitung bila gaya jepit ujung diketahui. Gaya jepit ujung ini diberikan dalam Tabel B-3 dan B-4, Lampiran B. Sebagai contoh, misaJkan tumpuan B mengalami perpindahan vertikaJ sebesar s (lihat Gambar 3-13c). Perpindahan ini menimbulkan aksi ADRl dan ADRz yang dihitung sebagai (lihat Tabel B-4):

Vektor AoR dibentuk dari suku-suku ini dan kemudian dimasukkan dalam perhitungan Aoc (lihat Persarnaan 3-9). Dengan cara yang sama, vektor gaya ujung dan reaksi (AMR dan A RR) akibat perpindahan tumpuan pada Gambar 3-13c bisa diperoleh. Vektor ini dimasukkan dalam perhitungan AMc dan A Rc (lihat Persarnaan 3-12 dan 3-13). S~bagat contoh pengaruh praregang, tinjaulah analisa rangka batang pada Gambar 3-7. Sebelumnya, rangka batang ini dianalisa terhadap pengaruh beban yang bekeija di

126

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

titik E dan berat sendiri batang. Sekarang anggaplah salah sa tu batang, misalnya batang 3, tidak dibuat dengan panjang teoretis L 3 tetapi L 3 + e. Pengaruh pertambahan panjang ini dianggap terjadi pada rangka batang terkekang dalarn Garnbar 3-?c. Akibatnya timbul aksi AQ1 dan ADP2 di titik E (yang selaras dengan D 1 dan D 2 ) , serta gaya aksial AMP3 pad a ba tang.3 (yang selaras dengan gay a A M3 ). Semua gay a ini dapat dicari dengan mudah. Misalnya, gaya aksial AMp3 adalah

A.vps
dan vektor AMP menjadi

= - EAae -La

Komponen mendatar dan vertikal dari gaya aksi~ batang dipakai untuk menentukan aksi di titik E pada struktur terkekang:

AoPl

=-

EA3e

cos 'Ya

Aop2

=-

EAae . - L sm 'Ya
3

Jadi, vektor Aop adalah


A
DP

= _ EAa . e [c~s 'Ya]


La
sm 'Ya

Vektor Aop dan AMP yang diperoleh di atas dijurnlahkan dengan vektor AoL dan AML (yang diperoleh dari contoh sebelumnya) untuk mendapatkan vektor gabungan Aoc dan AMc Vektor ini kemudian djpakai dalarn Persamaan (3-11) dan (3-14) untuk menyelesaikan perpindahan titik kumpu1 dan gaya ujung batang. Hasil akhir untuk gabungan pengaruh beban dan praregang akan sama dengan jumlah dari hasil yang diperoleh untuk beban dan praregang yang terjadi secara terpisah. 3.5 Keka.k.uan Batang Prismatis. Koefisien kekakuan yang sering dijumpai (sepert1 4EI/L) untuk batang prismatis bisa diletakkan pada matrlks kekakuan batang untuk pelbagai jenis struktur rangka. Suku pada matriks ini didefmisikan sebagai gaya penahan di ujung batang akibat perpindahan relatif satuan antara kedua ujungnya. Jenis matriks kekakuan batang SMi yang ditinjau dalam pasal ini adalah invers dari matriks fleksibilitas batang F Mi yang dibahas pada Pasal 2.6. J adi, (3-16) lngatlah bahwa FMi berkaitan dengan batang i yang terjepit di ujung j dan bebas di ujung k (lihat Gambar 2-13 sampai 2-17). Fleksibilitas pada matriks ini didefmisikan sebagai perpindahan relatif ujung k terhadap ujung j akibat aksi satuan di ujung k. Sedang, matriks invers SMi berisi gaya (aksi) penahan yang dibutuhkan di ujung k untuk perpindahan relatif satuan di ujung k terhadap ujung j. Kekakuan batang akan diturunkan langsung dengan menginduksi perpindahan satuan di ujung k pada batang pelbagai jenis struktur rangka yang ditinjau sebelumnya. Rumus untuk suku kekakuan SMi bisa dilihat dalam Tabel B-4, Lampiran B, dan hasilnya dapat diperiksa dengan proses inversi yang diterangkan di atas. Matriks kekakuan batang yang diturunkan dengan cara ini

Dasar-dasar Metode Kekakuan

127 .

0
L
(a)
OMz

OMI

/~k I

XM

}sMH
}SM1Z

-----,;4.-1
SM21 (b)

~~-===.*z~~
(cl
MZZ

Gambar 3-14. Kekakuan untuk batang balok.

akan digunakan dalam pendekatan formal pada metode kekakuan yang dibahas dalam pasal selanjutnya. Gambar 3-14a memperlihatkan balok prismatis i yang terjepit di ujung j dan k. Seperti di muka, sumbu arah batang dipilih sedemikian rupa hingga bidangxM-YM merupakan bidang utama lentur. Translasi DM1 dalam arahyM dan rotasi DMz dalam arah zM di ujung k (Iihat Gambar 3-14a) adalah dua jenis perpindahan yang akan ditinjau. Matriks kekakuan batang yang diperoleh merupakan matriks 2 X 2 yang menghubungkan DM1 dan DM2 dengan aksi yang selaras AM1 (gaya dalam arah YM) dan AM2 (momen dalam arah ZM). Gambar 3-14b dan 3-14c menunjukkan gaya pengekang batang di ujung k akibat perpindahan DM1 = 1 dan DMz = 1. Gaya ini membentuk kekakuan balok SMi sebagai berikut :
S.11u

S .1112

SM, =
[

= s.1121 s.1122

l[
J
-

12E/
3 -

_ 6EI ]
2

--

6EI V

--

4EI L

(3-17)

Terlihat bahwa matriks ini merupakan invers dari matriks fleksibilitas batang FM; dalam Persamaan (2-19). Untuk batang rangka batang pada Gambar 3-lSa, kita hanya perlu meninjau translasi aksial DM di ujung k. Aksi AM yang selaras adalah gaya aksial di ujung k, dan kekakuan batang tunggal (lihat Gambar 3-15b) menjadi
s.~~~ = -

EA
L

(3-18)

yang merupal<an kebalikkan dari fleksibilitas FM; dalam Persarnaan (2-20). Matriks kekakuaniuntuk batang portal bidang sama seperti untuk balok (lihat Persamaan 3-17) jika regangan aksial dial.laikan. Sedang jika regangan aksial diperhitungkan, suku dalam Persamaan (3-18) harus disertakan. Dalam hal ini tiga komponen perpindahan oatang di ujung k diperlukan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3-16a. Komponen tersebut adalah translasi DM 1 dalam arah XM, translasi DMz dalam arah YM, serta rotasi DM3 dalam arah .zM. Gambar 3-16b, c, dan d menunjukkan satu satuan perpindahan ini dan gay a pengekang yang membentuk matriks berikut:

128
YM

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

(o)

(b)

Gamblr 3-15. Kekakuan untuk batang rangka batang.

SMu

EA
SMt2 SMt3

0
6EI

0
SM31 SM31

V61

121

L2
41

(3-19)

SM33

Tentunya, matriks kekakuan batang portal bidang di atas merupakan invers dari matriks fleksibilitas dalam Persamaan (2-21). Gambar 3-17a memperlihatkan batang balok silang yang mengalami lenturan dalam bidang XM-YM, seperti pada batang balok atau portal bidang. Di ujung k terdapat translasi DM 1 dalam arahyM, rotasi DM2 dalam arah XM, dan rotasi DM3 dalam arah zM.

(o)

l sMz2

(b)

~4~
(c)

(d)

Gambar 316. Kekakuan untuk batang portal bidang.

Dasar-dasar Metode Keka,!tuan

129 .

YM

/ t-1-- L
(o)
(c)

~j

tsMu

(b)

~4~
12/
SMll SMl2 SM13

~s~

""'"""""' 1 ~33
(d)

Gamt.r 317. Kekakuan untul< batang balok si tang.

Satu satuan perpindahan ini menghasilkan suku kekakuan pada Gambar 3-17b, c, dan d. Matriks kekakuan batang 3 x 3 yang dihasilkan adalah

u
0

0 GJ L 0

6EI

2
0
(3-20)

SM I=

SM21

SM22

SM23

SM31

SM32

SM33

6EI Lz

4/ L

yang merupakan invers dari matriks fleksibilitas dalam Persamaan (2-22). Penentuan matriks kekakuan batang untuk rangka batang ruang memerlukan peninjauan enam jenis perpindahan di ujung k. Pada Gambar 3-l'Sa ditunjukkan tiga komponen translasi DMI> DM2 , dan DM3 (dalam arah XM, YM. dan zM) serta tiga komponen rotasi DM4, DMs. dan DM6 (dalam arah XM, YM, dan ZM). Seperti sebelumnya, bidang xM-YM dan XM-zM diambil sebagai bidang utama lentur. Gambar 3-18b sampai 3-18g menunjukkan koefisien kekakuan di ujung k akibat satu satuan perpinda!lanDMt sampai DM6 . Suku-suku ini adalah elemen bukan nol pada matriks kekakuan batang 6 x 6 berikut:

EA L
0 0
SMI

0 0 12/y

0
0 0 GJ L 0 0

0
0 6/y

0
6Eiz

12Elz

3
0

2
0 (3-21) 0

=
0 0
0

L3
0 6/y

V
0 4/y L 0

0
0

2
0

0
4E/z

6Elz V

130

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

(o)

~
(b)

w~"
(c)

i'z, -----/s...,33
(d)

~
(e)

"'r
~"s;

_#

..#

--- sM,1
~
(f)

!SM55

-{g)

\rj~'
7
SM66

Gam bar 3 18. Kekakuan untuk batang rangka batang ruang.

Matriks ini merupakan invers dari matriks fleksibilitas dalam Persamaan (3-23), dan notasi yang digunakan sama seperti sebelumnya.

3.6 Fonnalisasi Metode Kekakuan. Seperti pada metode gaya, matriks kekakuan struktur rangka bisa dirakit dari kontribusi masing-masing batang dengan prosedur perkalian matriks yang formal. Prinsip keija maya (lihat Pasal 1.14) akan dipakai di sini) dengan anggapan semua beban (sebenarnya atau ekivalen) bekeija di titik kumpul. Walaupun tidak efisien dalam perhitungannya, pendekatan ini berrnanfaat bagi pembaca sebagai dasar metode perakitan matriks yang lebih langsung dalam bab berikut. Dari pasal sebelumnya, matriks kekakuan SM; untuk batang i menghubungkan gaya ujung AM; dan perpindahan ujung yang selaras D M 1 dengan persamaan

Dasar-dasar Metode Kekakuan

131
(3-22)

Perlu diingat bahwa gaya AMi dipilih di ujung k dan vektor DMi berisi perpindahan relatif ujung k terhadap ujung j. Jika Persamaan (3-22) ditUliskan untuk semua batang struktur, kita peroleh
AMt AM2 AM a AM; A Mm SMt

0
SM2

0 0 0 0

0 0
SMa

0 0 0

0 0 0
S"';

0 0 0
0
SMm

DMt DM2

o;,a
(3-23)
DM; DMm

dengan m sebagai jumlah batang. Dalam notasi matriks yang ringkas, Persamaan (3-23) bisa ditulis sebagai
Ar.t = SMDM

(3-24)

Simbol SM menyatakan matriks diagonal dari submatriks SM; dalam Persamaan (3-23) dan disebut matriks kekakuan tak terakit (unassembled) untuk struktur keseluruhan. Vektor AM dan DM dalam Persamaan (3-24) berisi gaya ujung AMi dan perpindahan ujung relatif D Mi bagi semua batang struktur. Untuk struktur jenis balok, jumlah suku dalam setiap vektor ini sama dengan 2m dan tfiatriks SM akan berordo 2m X 2m. Sedang pada balok silang, SM berordo 3m X 3m, dan seterusnya untuk jenis struktur yang lain. Langkah penting dalam pendekatan ini adalah menentukan pengaruh perpindahan titik kumpul untuk semua batang pada struktur terkekang. Untuk itu, kita definisikan D1 sebagai vektor perpindahan titik kumpul untuk keseluruhan st ruktur. Bagian pertama vektor ini berisi perpindahan titik kumpul bebas (dan tak diketahui) DF, dan bagian kedua terdiri dari perpindahan pengekang yang diketahui DR di tumpuan. Perpindahan pertama adalah perpindahan yang bebas terjadi pada struktur semula, sedang perpindahan perlgekang ditentukan sebagai syarat bata~. Jika pada soal tersebut tidak ada perpindahan tumpuan tertentu, semua suku pada DR akan sama dengan nol. Bila pengaruh perpindahan titik kumpul (dalam D J) pada perpindahan batang (dalam DM) dituliskan dalam bentuk matriks, kita peroleh
DM = CMJ DJ = [CMF CMn]

[~:]

(3-25)

Simbol CMJ dalam persamaan ini menyatakan matriks transformasi perpindahan yang menghubungkan DM dengan DJ untuk struktur terkekang. Elemen CMJ ditentukan dengan meninjau kesepadanan (compatibility) sehingga disebut matriks kesepadanan (atau kinematis). Matriks ini disekat menurut kolom menjadi submatriks CMF dan CMR yang masing-masing menghubungkan DM dengan DF dan DR. Setiap kolom pada submatriks CMF berisi perpindahan batang akibat satu satuan perpindahan titik kumplll yang tak diketahui pada struktur terkekang. Demikian juga setiap kolom pada submatriks CMR terdiri dari perpindahan batang akibat satu satuan perpindahan tumpuan pada struktur terkekang. Untuk lengkapnya, suku-suku pada CMR diturunkan untuk semua pengekang tumpuan tanpa memandang ada atau tidak adanya perpindahan tumpuan. Selanjutnya tinjaulah himpunan perpindahan maya kecil sembarang yang terjadi di semua titik kumpul struktur, termasuk titik tumpuan. Seperti pada vektor D 1, bagian pertama 5D1 berisi perpindahan bebas maya l>DF, dan bagian kedua terdiri dari per-

132

Analisa Matriks untuk Struktur R.;mgka

pindahan tumpuan maya oDR Perpindahan ujung batang maya oDM sekarang bisa ditulis dalam oD 1 dan bagian-bagiannya sebagai:

oDM
Matriks kesepadanan
CMJ

= C!'.uODJ = [ CMr CMR] [ !~:]

(3-26}

dalam persamaan ini sama seperti matriks dalam Persamaan

(3-25}.

Kerja may a luar W yang dihasilkan oleh aksi titik kumpul nyata A1 dan perpindahan titikkumpul maya oD 1 berbentuk

oW = AJaDJ = [M

A;!;] [

~~:]

(3-27}

Sirnbol AF dan AR menyatakan bagian A 1 yang selaras dengan perpindahan bebas dan pengekang. Seeara sama, kerja maya dalam U dari gaya ujung batang nyata AM dan perpindahan ujung ~elatif maya oDM bisa dinyatakan sebagai

8U =

A~oDM

(3-28)

Menurut prinsip kerja maya, Persamaan (3-27) dan (3-28) harus sama. Jadi,

AT oD.J = A~ oDM

(3-29)

Bila Persamaan (3-24), (3-25), dan (3-26) dirnasukkan ke ruas kanan Persamaan (3-29), kita peroleh (3-30) Penghilangan vektor sembarang D1 dan transposisi Persamaan (3-30) menghasilkan (3-31) dengan (3-32) Jadi, matriks S1 dapat diidentiflkasi sebagai matriks kekakuan titik yang menghubungkan aksi A 1 dengan perpindahan D1 dalam Persamaan (3-31). Matriks ini dibentuk oleh transformasi harmonis (congruence) dalam Persamaan (3-32) dengan memakai matriks CMJ sebagai pengali akhir SM dan matriks transpos C~u sebagai pengali muka. Dengan cara ini, matriks ke~akuan tak terakit SM ditransformasi ke matriks kekakuan terakit (flSSembled stiffness matrix) S1 untuk semua titik kumpul struktur. Selanjutnya, matriks .Kekakuan titik kumpul S1 perlu disekat menjadi submatriks yang berkaitan dengan perpindahan titik kumpul bebas DF, perpindahan tumpuan DR. serta aksi yang selaras, AF dan AR. J adi, bila Persamaan (3-31) diekspansi, kit a peroleh (3-33) dengan
Srr

= Cftr SM CMr

SrR

~r = c~R sM cMr.

= Cftr SM CMR sRR = CltR sM cMR

Masing-masing submatriks SFF SFR SRF dan SRR diperoleh dari transformasi harmonis dengan CMF dan CMR (dua bagian dari CMJ dalam Persamaan 3-25} sebagai pengali. Darj sini terlihat bahwa submatriks SFF menghubungkan aksi titik kumpul AF dengan

Dasar-dasu Metode Kekakuan

133

perpindahan titik kumpul bebas DF Oleh karena itu, submatriks m1 sarna dengan matriks kekakuan S (tanpa subskrip) yan~ dibahas dalam pasal sebelumnya. Korelasi dengan materi sebelumnya akan dijabarkan se telah semua langkah dalam pendekatan formal selesai dibahas. Perpindahan titik kumpul bebas DF dan reaksi tumpuan AR merupakan yang tak diketahui dalam Persarnaan (3-33). Untuk memudahkan penyelesaian, persarnaan ini akan ditulis kembali menjadi dua persarnaan matriks terpisah:

Ar = Sn-D~- + SrR DR AR = SRrDr + Snn DR

(3-34a) (3-34b)

Bagian pertama persamaan ini bisa diselesaikan (secara simbolis) untuk perpindahan titik kumpul yang tak diketahui, sebagai berik:ut: (3-35) l:'ersamaan ini merupakan langkah kunci dalam analisa, karena besaran lain yang hendak dicari telah dirumuskan dalarn perpindahan bebas DFReaksi tumpuan sekarang bisa dihitung dari Persamaan (3-34b). Namun jika beban titik kumpul yang sebenarnya atau ekivalen langsung bekerja di tumpuan, beban ini harus disertakan. Ini bisa dilakukan dengan menjumlahkan negatifnya pada Persarnaan (3-34b) sebagai berikut: (3-36) Dalarn persarnaan ini simbol ARc menyatakan beban gabungan (sebenarnya dan ekivalen) yang langsung bekerja di tumpuan. Rumus untuk gaya ujung batang akibat perpindahan titik kumpul dapat diperoleh dengan memasukkan Persamaan (3-25) ke Persamaan (3-24):

(a)
Bentuk persarnaan ini menunjukkan bahwa perhitungan dilakukan batang demi batang dengan memakai kondisi kesepadanan pada matriks CMs dan kekakuan masing-masing batang pada SM Gaya ujung batang yang dihitung dari Persamaan (a) harus dijumlahkan dengan gaya jepit ujung awal bila ada. Oleh karena itu, persamaan akhir untuk AM (bila diperluas) menjadi (3-37) dengan AML adalah vektor gaya jepit ujung akibat beban yang bekerja pada batang. Persamaan metode kekakuan yang diturunkan dengan prinsip superposisi dalarn pasal sebelumnya sekarang akan dikorelasikan dengan persamaan serupa yang diturunkan dengan kerja maya. Padanan persamaan untuk menghitung perpindahan titik kumpul yang tak diketahui (termasuk pengaruh perpindahan tumpuan) ialah (3-11)
yang dimodillkasi

dan (3-35)
ulanga"

Jelas bahwa D = DF, S = SFF Ao - AoL = AF, dan AoR' = S1 RDR (perhatikan penggunaan koefisien kekakuan untuk memperoleh AoR). Pada setiap kasus, suku terakhir dalam kurung menyatakan beban titik kumpul ekivalen akibat perpindahan tumpuan.

134

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Padanan persamaan untuk menentukan reaksi tumpuan ialah AR dan

= ARL + ARDD + ARR

(3-15)
yang diniodillkasi

(3-36)
ulangan

Jadi, ARL = - ARc. ARo =SRF dan ARR = SRRDR (perhati.kan penggunaan koeflsien kekakuan untuk memperoleh ARR). Akhirnya, padanan persamaan untuk memperoleh gaya ujung batang ialah (3-14)
yang dimodifikasi

dan (3-37)
ulangan

Dengan demi.kian, AMD = SMCMF dan AMR = SMCMRDR (perhati.kan penggunaan kekakuan batang dan kondisi kesepadanan untuk memperoleh AMo dan AMR). Ringkasnya, formalisasi metode kekakuan menghasilkan konsep matri.ks kekakuan terakit SJ untuk semua titi.k kumpul struktur. Matri.ks ini disekat menjadi submatri.ks yang berkaitan dengan perpindahan titi.k kumpul yang tak di.ketahui DF dan perpindahan tumpuan tertentu DR (lihat Persamaan 3-33) serta aksi yang selarasnya. Dengan pendekatan ini, perhitungan reaksi tumpuan dan pengaruh perpindahan tumpuan secara otomatis disertakan dalam formulasi dasar. Akibatnya, koefisien kekakuan yang berkaitan dengan tumpuan banyak digunakan. Agar lebih selektif, kita bisa menghilangkan kolom matri.ks CMR yang selaras dengan perpindahan tumpuan yang berharga nol. Tentunya, ji.ka perpindahan ini nol, bagian CMR pada matriks kesepadanan juga dapat dihilangkan. Namun, ini akan membuat perhitungan reaksi tumpuan dengan Persamaan (3-36) tidak bisa dilakukan karena matri.ks SRF (serta SFR dan SRR) tidak dibentuk.

Contoh 1. Gambar 3-19a memperlihatkan balok menerus yang sudah dianalisa dengan me to de gaya (lihat Contoh 2 pada Pasal 2. 7). Be ban titik kumpul ekivalen untuk sdal ini ditunjukkan pada Gam bar 3-1 9b yang memperlihatkan struktur terkekang. Enam pe~ndahan titik kumpul yang mungkin diperlihatkan pada Gambar 3-19c. Dua dari perpmdahan ini (DF 1 dan DF 2 ) bebas terjadi, sedangkan empat lainnya (DR 1 sampai' DR 4 )\dikekang. Salah satu perpindahan ditentukan tidak sama dengan nol (DR 3 = o), sedang Y,ang lainnya sama dengan \ . nol. Matiljks kekakuan untuk setiap batang balok menerus diperoleh dari Persamaan (3-17):
SMI = 2SM2 2/ [ =V

-6L

12 -6L ] 4U

Dengan memasukkan matriks ini sebagai submatriks dalam Persamaan (3-23), kita peroleh matriks kekakuan SM untuk struktur tak terakit 12 -6L _ 2EI - 6L 4U SM - V 0 [ 0 0 0 0 0 ]

6 -3L -3L 2L 2

Dasar-dasar Metode Kekakuan

135

A~
/

*d/ f t/ f 2; @I I ;;1---x
El
{a)

'1 -----L-----1--t-- ----1-. --t---1


t2P
~3P

tp

A~3---~~e------~c

kL
9

{b)

tOR1=0

toR3=s

toR4=o

;~--p)~B--------:-/~c
Oli'2 =o

Dr1
{cl

orz

(d)

(e)

~~-ORz= 1
{f)

~~-<==----~~f------1~
(g)

(h)

{i)

Gambar 3-19. Contoh 1: Balok menerus.

Gambar 3-19d sampai 2-19i menunjukkan enam kondisi perpindahan satuan yang diperlukan untuk membentuk matriks kesepadanan 4 X 6 CMJ pada struktur terkekang. Untuk menjabarkan secara jelas arti .dari setiap suku pada CMJ, matriks ini akan disekat menurut baris dan kolom. Jadi,

C _ [CtF ~::]
MJc2F

~-1--~-1--~--~~---~~-~-1 l
I

0 0

-1

-L

I 0]

0 0

186

.Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

dengan subskrip 1 dan 2 menunjukkan nomor batang. Suku-suku pada kolom pertama
CMJ adalah perpindahan relatif ujung k terhadap ujung j pada batang 1 dan 2 akibat

D Fl = 1. Dari Gam bar 3-19d jelas terlihat bahwa untuk batang 1, translasi dan rotasi di ujung k relatif terhadap 1,\jung j sama dengan nol dan satu satuan. Sedang untuk batang 2, translasi dan rotasi .di ujung k relatif terhadap ujung j adalah -L dan - 1. Besaran ini diperoleh dengan ban tu an garis singgung (gfiris terputus) di ujung j pada batang 2 dalam Gam bar 3-19d. Terlihat bahwa translasi relatif ujung k terhadap ujung j pad a batang 2 sama dengan -1. Suku-suku pada Iima kolom lainnya pada CMJ dapat diperoleh dari Gambar 3-l9e sampai 3-19i dengan cara yang sama. Matriks kekakuan titik S1 untuk struktur terakit diturunkan dari Persamaan (3-32)

_ CT S C SJ MJ M MJ

[ Srr SRF

SFR SRRJ

1= V 2/

6L2 L 2 l 6L 2V 2 L 2V : 0 __6_i _____ o _ :--fi ___ 0 2L - 3L - 3L


2

6i---~ ~2-----o

-3L 3L

-3L -3L

0 l 6L 3L l -12 -3L l 0

4V -6L

-6L 18

0 -6

-6

Perpindahan titik kumpul kemudian dihitung dengan Persamaan (3-35) sebagai


DF = Sri(Ar - SrRDR)

2 -1] (PL[1] 21[6 6 9 2 - v o ol PV + [-3] IlL 38 =. [


L [ 22EI -1
1j 18/ 7

2V

- 3L 3L

-3L] -3L

[ 08:])

Selanjutnya, reaksi tumpuan (lihat Persamaan 3-36) ditentukan dengan


AR = - ARc
= _ -

+ SRFDF + SRRDR
p

2] L/3 - 3 [- 1
U
[

+ 2El
U

[-3L 6L 2L

12

+ 2/

6L
4L 2

-3L - 12
-6L

6L

-12

-6L

18

-6

~[ 1~] ~ =~L] ~fi~


+[
Akhirnya, gaya ujung batang diperoleh dengan Persamaan (3-37) sebagai berikut:
AM = AML
=

+ SM (CMrDr + CMRDR)
SM

[-;~] ~ +
-2L

[-1 ~] ([~]is~]+ [-~] 1~~)


-1 1

SM [ -

~ ~t j ~] [~ ]
0 0 0 0 0

Dasar-dasar Metode Kekakuan

137

Bagian penyelesaian di atas yang diakibatkan oleh beban pada Gambar 3-19a sama seperti yang diperoleh dengan metode gaya pada Pasal 2.7.
Contoh 2. Rangka batang bidang pada Gambar 3-20a akan dianalisa terhadap beban vertika1 dan perpindahan tumpuan rnendatar. Dari delapan perpindahan titik kumpul yang mungkin dalam contoh ini, hanya translasi x dan y di titik A (dengan notasiDp1 dan Dp2 ) bebas terjadi, sedang lainnya dikekang. Agar lebih selektif, reaksi tumpuan yang akan ditentukan hanya gaya mendatar di titik B dan D, yang selaras dengan perpindahan tumpuan tertentu DR 1 =D R2 =

o.

'y

A(
-1

10([----=--~0
c
(a)

(b)

(c)

(d)

(e )

Gambar 3-20. Contoh 2: Rangka batang bidang.

138

Analisa Matriks untuk Struktur Rangk a

Luas penampang batang 1 sampai 4 sama dengan A,. sedang luas penampang batang 5 dan 6 sama.dengan V2A . Oleh karena itu, kekakuan aksia1 semua batang (Persamaan 3-18) sama dengan EA/L, dan matriks kekakuan tak terakit.(Persamaan 3-23) menjadi
SM

=y16

EA

dengan simbol 16 sebagai matriks identitas berordo 6 X 6 . Empat kondisi yang diperlukan untuk matriks kesepadanan 6 X 4 diperlihatkan pada Gambar 3-20b sampai 3-20e. Jadi, untuk struktur terkekang ini,
- 1 0 0 0

cMJ = [ cMr

CMa]=

0 0 1

I I I I
I

-vvz 0

vvz:
0

I I I
I

0 0 0

: 11V2 0

uvz

0 1 0 0

Setiap baris CMJ di atas berkaitan dengan batang yang berl.ainan. Matriks kekakuan terakit kemudian diturunkan dengan Persamaan (3-32):
_ CT S C _ [ Srr MJ M MJ - Sa Sra] _ EA SRR - 2/,.

0 3 Penyelesaian berikutnya bisa langsung diperoleh. Pertama, Persamaan (3-35) menghasilkan perpindahan titik kumpu1 bebas:
-

SJ

:J ____3_ LJL __!


-2 0 : 3

3-1:-2 -1]
1
I

- 1

Dr = Sf'~(A - SmDa)

=4iA U ~J ( [ -~J-;t[-~ -nuJa)


= [

=~J :iA + [~]a


+ Saa Da

Selanjutnya, Persamaan (3-36) dengan ARc= 0 memberikan reaksi t'.lmpuan:


Aa = SarD.=

= [

;1 [=~ ~] ([=~J I;;~+[~] a) +;1 [~ ~] UJ a -G ~ + UJ ~~a


AML

Terakhir, Persamaan (3-37) dengan


AM = SM(CMrDr

= 0 menghasilkan gaya ujung batang: 1


0 l 0 0

+ CMaDa)
0
0 1

-1
0

= SM

- ttvz
0

0 vvz 0

( [=~] ~~+ [~] a) +SM

0 0

= {1, 0, - 3, 0,

-vz, O}P/4 + {0, 1, 0 , 0, 0, 1/V2}EA8/L

vv2

1tVi
0

DJ a

Jadi, beban hanya menimbulkan tegangan pada batang 1, 3, dan 5 , sedang perpindahan tumpuan hanya mengakibatkan tegangan pada batang 2 dan 6.
Contoh 3 . Contoh ketiga merupakan portal bidang segi empat dengan batang prismatis dan beban gaya lateral P, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3-21a. Per-

Dasar-dasar Metode Kekakuan

139

[ I-+--P

-2L--Is=-----.0
2/

- - - - -- x
[)

(o)

(b)

(c)

(d)

Gambar 321. Contoh 3: Portl!l bidang (hanya pengaruh lentur).

pindahan tumpuan tidak ada dan regangan aksial batang diabaikan. Titik A, C, dan D masing-masing diambil sebagai ujung j dari batang 1, 2, dan 3. Dalam contoh ini hanya perpindahan titik kumpul dan gaya ujung batang (di ujung k ) yang akan dicari. Reaksi tumpuan di titik C dan D akan sama dengan gay a ujung batang 2 dan 3 di ujung j . Bila regangan aksial pada b;itang -portal bidang diabaikan, matriks kekakuannya sama seperti untuk batang balok (lihat Persamaan 3-17). Oleh karena itu, matriks kekakuan batang untuk soal ini ialah

8"11

El [ 3

-3L

-3L]

4L2

SM2

El = SM3 = L3

12 -6L ] - 6L 4U

(Perhatikan bahwa l<etegaran 1entur dan panjang batang 1 dua kali untuk batang 2 dan 3.) Matriks kekakuan tak terakit (Persamaan 3-23) menjadi

l.CO
3

Analisa Matriks untuk Struktur Raugka

- 3L
0
0 0 0

-3L 4L 2
0 0 0 0

0 0

0 0

12 -6L -6L 4U

0 0

0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 12 -6L - 6L 4U

Gambar 3-2 1 b, c, dan d memperlihatkan tiga pola perpindahan yang diperlukan untuk menurunkan submatriks kesepadanan CMF bagi struktur terkekang. Jadi untuk perpindahan yang ditunjukkan,
-2L -1

0
I

0
0

o --o ::r I 0 0 -o -- o--0 I 0

:..~r

yang disekat menurut baris (sesuai dengan batang). Submatriks kekakuan terakit SFF (lihat Persamaan 3-33) sekarang dapat ditentukan sebagai

Penyelesaian untuk perpindahan titik kumpul bebas (l'ersamaan 3-35) tidak melibatkan pergerakan tumpuan, sehingga lebih sederhana. Hasilnya ialah
L Dr = St:/Ar = 84 El [ - 13 3 - 3L

3 -3L 13 - 3L ] 3L 5L 2

[0]
0 P

[-3] PV -3 5L 84 El

Demikian pula, gaya ujung .batang (Persamaan 3-37) hanya tergantung pada harga DF sebagai berikut:
AM= SMCMFDr = S~o~{6L , 0, -5L, -3, - 5L. -3}PU/84EI = {3, -3L, -7, 3L, -7, 3L}P/14

Harga-harga ini serta penerapan prinsip keseimbangan statis pada batang 2 dan 3 bisa dipakai untuk menentukan reaksi di tumpuan C dan D.

Soal-soal.
Soal-soal untuk Pasal 3.3 harus diselesaikan dengan metode kekakuan dan memakai Persamaan (3-6) sampai ( 3-8). Anggaplah semua aksi dan perpindahan positif bila ke kanan, ke atas, atau berlawanan jarum jam, kecuali jika dinyatakan lain.
3.3-1. Carilah reaksi balok AB pada Gambar 31 a. Balok memikul be ban merata dengan intensitas w dan mempunyai ketegaran lentur El konstan. Reaksi harus diurut sebagai berikut: (l) gaya di tumpuan A, (2) momen di tumpuan A, dan (3) gaya di tumpuan B. 3.3-2. Carilah gaya ujung batang AB pada balok dalam Gambar 3-la jika sebagai ganti beban merata, balok memikul gaya terpusat vertikal P ke bawah di tengah bentang. Ketegaran lentur balok konstan sebesar El, dan gaya ujung harus diurut sebagai berikut: (1) gaya geser di ujung kiri, (2) m omen di ujung kiri, dan (3) gaya geser di ujung kanan.

Dasar-dasar Metode Kekakuan

141

3.33. Carilah reaksi balok AB yang ditunjukkan dalam gambar. Balok mempunyai tumpuan jepit di A dan tumpuan penuntun di ujung B, serta memikul dua beban terpusat di titik yang ditentukan. Anggaplah balok memiliki ketegaran lentur El konstan. Reaksi harus diurut sebagai berikut: (1) gaya vertikal di tumpuan A, (2) m omen di tumpuan A, dan (3) m omen di tumpuan B.

r r
1---L/3-+-L/3-+-L/3---1
Soal3.33.

3.34. Analisalah balok dua ben tang pada Gambar 3-2a jika P 1 = P, M= PL, P1 = 0, dan P3 = 0. Anggaplah panjang batang AB dan BC masing-masing sama dengan L dan 1 ,SL, serta ketegaran lentur El konstan untuk kedua bentang. Tentukan gaya ujung batang berikut: (I) gaya geser batang AB di ujung A, (2) momen batang AB di ujung A, (3) gaya geser batang BC di ujung B, dan (4) momen batang BC di ujung B. Juga, tentukan reaksi struktur berikut : (I) gay a di tumpuan B dan (2) gay a di tumpuan C. Perpindahan yang tak diketahui harus diberi nomor dengan urutan dari kiri ke kanan sepanjang balok.
P2

3.3-S. Analisalah balok ABC yang ditunjukkan pada Gambar 3-Sa jika P 1 = 3P, dan 2L, serta beban P 1 dan P2 bekcrja di tengah bentang setiap batang. Juga, anggaplah ketegaran lentur El konstan untuk kedua bentang. Carilah gaya ujung balok berikut: (1) gaya geser di ujung kiri batang AB, dan (2) momen di ujung kiri batangAB. Selain itu, tentukan reaksi berikut: (1) gaya di tumpuan B dan (2) momen di tumpuan C. Perpindahan yang takdiketahui harus diberi nomor dengan urutan dari kiri ke kanan sepanjang balok.

= P. Anggaplah panjang batang AB dan BC sama dengan L

3.3-6. Analisalah balok tiga ben tang dalam gambar jika L 1 = L 2 = L 3 = L, P 1 = P, P 2 = P3 = 0, M = 0, dan wL = P. Ketegaran lentur El konstan untuk semua batang. Tentukan gaya ujung berikut: (l) gaya geser di ujung kiri batang AB, (2) momen di ujung kiri batang AB, (3) gay a geser di ujung kanan batang AB, dan ( 4) m omen di ujung kanan batang AB. Juga, tentukan reaksi berikut: ( 1) gay a di tumpuan B dan (2) gaya di tumpuan C. Perpindahan yang tak diketahui harus diberi nomor dengan urutan dari kiri ke kanan sepanjang balok.

3.3-7. Analisalah balok tiga bentang pada Soal 3.3-6 jika L 1 = L 3 = L, L'l' = 2L, P 1 = P 2 = P 3 = P, M= PL, dan wL = P. Ketegaran lentur untuk batang AB dan CD adalah El, sedang untuk batang BC sama dengan .2EI. Tentukan m omen ujung semua batang dengan menomori keenam aksi (momen) tersebut secara berurutan dari kiri ke kanan. Juga, tentukan reaksi berikut: (1) dan (2), gaya di tumpuan B dan C. Perpindahan yang tak diketahui harus diberi nornor dengan urutan dari kiri ke kanan sepanjang balok. 3.3-8. Tentukan matriks ketegaran S untuk balok menerus dalam gambar jika balok mernpunyai ketegaran lentur El konstan. Perpindahan yang takdiketahui harus diberi nomor dengan urutan dari kiri ke kanan sepanjang balok.

142
A

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

c
~
2L

4
1--L

I~ L-j

Soal3.3-8.

3.3-9. Gunakan pertanyaan di atas untuk balok pada Soal 2.3-5. 3.3-10. Selesaikan Soal 3 .3-8 untuk balok menerus pada enam tumpuan sederhana dengan bentang yang sa111a. 3.3-11. Tentukan matriks kekakuan S untuk balok dalam gambar, bila ketegaran lentur El dianggap konstan. Perpindahan yang tak diketahui harus diberi nomor dengan urutan dari kiri ke kanan sepanjang balok, dan translasi sebelum rotasi bila keduanya terjadi pada satu titik kumpul.
~A

~ L-o-loo--L ---4o-Lt2-l
Soal3.3-11.

3.3-12. Tentukan matriks kekakuan S untuk balok dalam gambar hila ketegaran lentur batang tengah dua kali kekakuan ben tang tepi. Perpindahan. yang tak diketahui harus diberi nom or dengan urutan dari kiri ke kanan. '-

~A

8 C El ~ 2EI ~

El

0~

1--L -i--L-i--L-1
Soal 3.312.

3.3-13. Tentukan matriks kekakuan S untuk balok menerus em pat ben tang dalam gambar jika L 1 = L 4 =L, L 2 = Ls = 1 ,SL, El 1 =El4 =El, dan El2 =El3 = 2El Perpindahan yang tak diketahui harus diberi nomor dengan urutan dari kiri ke kanan sepanjang balok.
A 8 C 0 E

El,~ Elz ~Ell~ El ~

I-L,-+-L 2 -+-L 3 -of-L4 .....j


Soal 3.313.

3.3-14. Carilah reaksi di tumpuan A dan C pada balok terjepit yang ditunjukkan dalam gambar. Anggaplah El1 = 2El dan El2 =El. Nomorilah reaksi dalam urutan berikut: gaya vertikal di A, momen di A , gaya vertikal di C, dan momen di C. (Kunci: Lakukan perhitungan dengan menganggap AB dan BC sebagai batang struktur yang terpisah.)

r r :
El,

Elz

cl

~L12+L12+- L--j
Soal3.3-14.

Dasar-dasar Metode Kekakuan

143

3-3-15. Carilah gaya aksial semua batang pada rangka batang dalam gambar. Rangka batang memikul gay a mendatar P di titik A. Abaikan berat batang dalam analisa. Semua batang memiliki panjang L dan ketegaran aksial EA. Anggaplah gaya tarik pada batang positif, dan gunakan sistem penomoran yang ditunjukkan dalam gambar.

Soal. 3.3-15:

3.3-16. Hitunglah gaya aksial semua batang pada rangka batang akibat gaya P (lihat gambar) bila EA sama untuk semua batang. Anggaplah gaya tarik positif, dan gunakan sistem penomoran seperti dalam gambar. (Kunci: Karena struktur dan bebannya simetris, m aka hanya ada satu perpindahan titik kumpul yang tak diketahui.)
p

Soal 3.3-16.

3.3-17. Selesaikan Soal 3.3-16 jika selain gaya P, berat semua batang diperhitungkan dalam analisa. Anggaplah setiap batang mempunyai berat w per satuan panjang. Hitung gaya aksial di ujung atas batang. 3.3-18. Carilah gaya aksi!tl semua batang pada rangka batang dalam Soal 3.3-16 jika di A bekerja gaya mendatar P ke kanan (selain gaya ke atas P). Anggaplah EA untuk semua batang sama, dan tarikan pada batang diambil positif. Abaikan pengaruh berat batang. 3.3-19. Carilah gaya aksial batang pada rangka batang dalam gambar jika semua batang mempunyai panjang L dan ketegaran aksial EA yang sama. Sudut antara batang adalah 45 derajat, dan be ban P membuat sudut 45 derajat dengan batang 5 (batang mendatar). Anggaplah tarikan pada batang positif. Abaikan pengaruh berat batang.

Soal3.3-19.

3.3-20. Hitung reaksi mendatar dan vertikal di tumpuan rangka batang dalam gambar akibat berat batang. Nomorilah keenam reaksi dalam urutan yang dimulai dari titik A dan mengelilingi rangka batang dalam arah berlawanan jarum jam, serta dahulukan reaksi mendatar sebelum reaksi vertikal bila keduanya terdapat pada tumpuan yang

Analisa Matriks untuk Strukt ur Rangka

sama. Setiap batang mempunyai ketegaran aksial EA yang sama dan berat w per satuan panjang.

Soal 3.320.

3.321. Turunkan matriks kekakuan S untuk rangka batang dalam gambar. Semua batang mempunyai ketegaran aksial EA yang sama. Nomorilah perpindahan titik kumpul yang tak diketahui dalam urutan yang dimulai dari titik A dan mengelilingi rangka batang dalam arah berlawanan jarum jam, serta dahulukan perpindahan mendatar sebelum perpindahan vertikal hila keduanya terjadi pada tumpuan yang sama.

~c] ~B
1-L--l
'Soli 3.3-21.

3.3-22. Tentukan matriks kekakuan S untuk rangka batang pada Gambar 2-Sa bila semua batang mempunyai ketegaran aksial EA yang sama. Nomorilah perpindahan titik kqmpul dengan urutan yang berlawanan arah jarum j am dan dimulai dari titik D, serta dahulukan perpindahan mendatar sebelum perpindahan vertikal bila keduanya terjadi pada titik yang sama. 3.3-23. Tentukan matriks kekakuan S untuk rangka batang pada Soal 2.39 jika ketegaran aksial batang vertikal dan mendatar adalah EA dan untuk batang diagonal sama dengan 2EA. Nomorilah perpindahan titik kumpul seperti pada Soal 3.3-22 tetapi dimulai dari titik E. 3.3-24. Analisalah portal bidang pada Gambar 3-1 Oa jika kopel M yang searah jarum jam bekerja di titik B. Abaikan beban P dan tinjaulah hanya deformasi lentur. Tentukan gay a ujung dan reaksi yang ditunjukkan pada Gambar 3-1 Ob. 3.3-25. Carilah reaksi di titik A dan D pada portal bidang dalam gambar, dengan hanya meninjau deformasi lentur. Anggaplah semua batang memiliki ketegaran lentur El serta L = 1 ,SH. Nomorilah reaksi dalam urutan berikut: gaya mendatar, gaya vertikal dan momen (pertama di titik A, kemudian titik D).
p

Soal 3.3-25.

Dasar-dasar Metode Kekakuan

145

3.3-26. Analisalah portal bidang dalam gambar dengan hanya memperhitungkan pengaruh deformasi lentur. Anggaplah M = 2wL 1 , H = L dan setiap batang mempunyai ketegaran lentur El. Tentukan gay a ujung berikut: (1) gaya aksial, (2) gay a geser, dan (3) momen batang BC di ujung B. Juga, tentukan reaksi di tumpuan C, dan dahulukan gaya mendatar sebelum gaya vertikal.

Soal 3.3-26.

3.3-27. Tentukan matriks kekakuan S untuk .portal bidang pada Soal 2.3-13, dengan meninjau: (a) hanya deformasi lentur dan (b) deformasi lentur dan aksial. Nomorilah perpindahan yang tak diketahui pada bagian (a) dalam urutan: perpindahan mendatar B, rotasi B, dan rotasi C. Untuk bagian (b), nomorilah perpindahan dengan mendahulukan titik B sebelum titik C, dan perpindahan di suatu titik kumpul diurut sebagai berikut: translasi mendatar, translasi vertikal, dan rotasi. Anggaplah semua batang mempunyai ketegangan lentur El dan ketegaran aksial EA. 3.3-28. Tentukan matriks kekakuan S untuk portal bidang pada Soal 2.3-15 dengan hanya meninjau deformasi lentur. Nomorilah perpindahan yang tak diketahui dengan urutan yang sama seperti pada nom or titik kumpul. 3.3-29. Tentukan matriks kekakuan S untuk portal bidang dalam gambar jika hanya memperhitungkan deformasi'lentur. Ketegaran lentur kolom adalah Elt. sedangkan untuk balok adalah E/2 . Nomorilah perpindahan titik kumpul yang tak diketahui dalam urutan berikut: (1) translasi mendatar balok AB, (2) translasi mend atar balok CD, (3) rotasi titikA, (4) rotasi B, (5) rotasi C dan (6) rotasiD.

Soal 3.3-29.

3.3-30. Carilah reaksi tumpuan A untuk balok silang pada Gambar 3-12a. Beban pada balok silang adalah gaya terpusat P yang ditunjukkan dalam gambar, dan setiap batang memillki ketegaran lentur El dan ketegaran puntir GJ yang sama. Nomorilah reaksi _ dalam urutan berikut: (l) gaya dalam arah y, (2) momen terhadap sumbu x, dan (3) momen terhadap sumbu z. Anggaplah semua aksi dan perpindahan positif bila vektornya searah dengan arah positif sumbu koordinat. 3.3-31. Carilah gaya ujung batang di ujung C pada batang BC untuk balok silang dalam Gambar 3-12a. Be ban pada balok silang hanyalah gaya terpusat P yang ditunjuk-

146

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

kan dalam gam bar, dan setiap batang memiliki ketegaran lentur El dan ketegaran puntir GJ. Nomorilah gaya ujung dalam urutan berikut: (1) gaya geser dalam arah y, (2) m omen lentur terhadap sumbu x, dan (3) momen puntir terhadap sumbu z. Gunakan perjanjian tanda yang disebutkan dalam soal sebelumnya. 3.3-32. Tentukan perpindahan D 1 , D 2 , dan D 3 di titik B pada balok silang dalam Gambar 3-12a akibat berat batang. Anggaplah setiap batang beratnya w per satuan panjang, serta ketegaran El dan GJ sama untuk kedua batang. 3.3-33. Analisalah balok silang pada Gambar 3-12a jika titik kumpul B ditumpu secara sederhana. Tumpuan ini mencegah translasi dalam arah y tetapi tidak. mengekang rotasi titik kumpul tersebut. Beban pada balok silang adalah gaya P yang ditunjukkan dalam gambar, dan setiap batang memiliki ketegaran lentur El dan ketegaran puntir GJ yang sama. Nomorilah perpindahan yang takdiketahui dalam urutan berikut (l) rotasi terhadap sumbu x dan (2) rotasi terhadap sumbu z. Tentukan reaksi di tumpuan A dengan menggunakan sistem penomoran tersebut dan perjanjian tanda yang disebutkan pada Soal3.3-30. 3.3-34. Tentukan matriks kekak.uan S untuk balok silang pada Soal 2.3-18. Semua batang balok silang memiliki ketegaran lentur El dan ketegaran puntir GJ. Nomorilah perpindahan titik kumpul yang tak diketahui dalam urutan yang sama seperti pada nomor titik kumpul, dengan mendahulukan rotasi terhadap sumbu x sebelum rotasi terhadap sumbu z. Anggaplah semua perpindahan positif bila vektomya searah dengan arah positif sum bu koordinat. 3.3-35. Tentukan matriks kekakuan S untuk balok silang pada Soal 2.3-19. Anggaplah batang AB, BC, dan BD masing-masing mempunyai panjang L, ketegaran lentur El, dan ketegaran puntir GJ. Nomorilah perpindahan titik kumpul yang tak. diketahui dalam urutan yang sama seperti pada nomor titik kumpu1, dengan menggunak.an urutan perpindahan (hila ada) berikut: translasi dalam arahy, rotasi terhadap sumbu x, dan rotasi terhadap sumbu z. Anggaplah semua perpindahan positif bila vektomya searah dengan arah positif sumbu koordinat.
Dalam menyelesaikan soal-soal untuk Pasal 3.4, anggaplah semua aksi (gaya} dan perpindahan positif hila arahnya ke kanan, ke atas, a tau berlawanan jarum jam.

3.4-1 . Carilah reaksi untuk balok pada Gambar 3-2a akibat gradien suhu linear sedemikian rupa hingga sisi bawah batang AB bersuhu T 1 dan sisi atasnya bersuhu T2 . Anggaplah tidak ada beban ya.ng bekerja, dan setiap batang memiliki ketegaran lentur El yang sama. Tinggi batang AB adalah d, dan koefisien muai suhu adalah a . Ambillah reaksi dalam urutan berikut: gaya vertikal di A, momen di A, gaya di B, dan gaya di C. 3.4-2. Carilah reaksi untuk balok pada Gambar 3-2a jika tumpuan B berpindah .ke bawah sejarak s 1 dan tumpuan C berpindah .ke bawah sejarak s 2 . Anggaplah tidak ada beban yang bekerja, dan setiap batang memiliki ketegaran lentur El yang sama. Ambillah reaksi dalam urutan yang disebutkan pada soal sebelumnya . 3.4-3. Tentukan gaya ujung batang dan reaksi untuk balok pada Gambar 3-4a jika batang BC mengalami bengkokan awal di posisi yang ditunjukkan dalam gambar di bawah ini (sudut {3 sangat kecil). Anggaplah tidak ada beban yang be.kerja dan semua batang mempunyai ketegaran lentur El yang sama. Tentukan gay a ujung dan reaksi yang diperlihatkan pada Gambar 3-4b.
8

LL- ---+-0,5L --t


Soal3.4-3.

.----------------~~-,

Dasar-dasar Metode Kekakuan

147

3.4-4. Carilah gaya ujung dan reaksi yang diperlihatkan untuk balok pada Gambar 3-Sb jika keseluruhan balok mengalami gradien suhu l.iflear sedemikian rupa, hingga sisi bawahnya bersuhu T 1 dan sisi atas bersuhu T 2 . Anggaplah tidak ada beban yang bekerja, dan kedua batang memiliki ketegaran lentur El, tinggi d, dan koefisien suhu a. 3.4-S. Selesaikan Soal 3.3-3 jika tumpuan A berputar searah jarum jam sebesar sudut {3 yang kecil. Anggaplah tidak ada be ban yang bekerja. 3.4-6. Tentukan vektor Aoc dan ARc untuk balok pada Soal 3.3-6 jika selain be ban, pengaruh berikut terjadi: tumpuan A berpindah ke bawah sejarak s, tumpuan D berputar sebesar sudut {3 dengan arah berlawanan jarum jam, dan keseluruhan balok mengalami gradien suhu linear (T1 adalah suhu pada sisi bawah dan T2 adalah suhu pada sisi atas). 3.4 -7. Anggaplah rangka batang bidang pada Gambar 3-7a mengalami kenaikan suhu merata sebesar T. Dengan mengabaikan pengaruh beban luar, carilah gaya ujung yang diperlihatkan pada Gambar 3-7b. Koefisien muai suhu adalah a , semua batang memiliki ketegaran aksial EA dan panjang L, serta sudut antara batang dengan sumbu mendatar adalah r 1 = 0, r 2 = 30, r 3 = 60, dan y 4 = 90. 3.4-8. Selesaikan Soal 3.3-15 jika batang 2 mempunyai panjang awal L pengganti dari L. Hilangkan be ban dari analisa.

+ e sebagai

3.4-9 . Tentukan vektor Aoc dan AMc untuk rangka batang pada Soal3.3-16jika pengaruh berikut terjadi: tumpuan C berpindah ke atas sejarak s, serta batang 1 dan 3 mengalami kenaikan suhu sebesar T. Koefisien muai ~uhu adalah a. 3.4 -1 0. Tentukan vektor Aoc untuk ran gka batang pada Soal 3.3-21 dengan meninjau pengaruh berikut: tumpuan A berpindah ke kiri sejarak s, batang BC memiliki panjang awal L + e sebagai pengganti dari L, dan keseluruhan rangka batang mengalami kenaikan suhu sebesar T. Koefisien muai suhu adalah a. 3.4-1 1. Carilah vek tor Aoc dan AMc untuk portal bidang pada Gambar 3-l l a jika pengaruh berikut, terjadi: batang AB mengalami kenaikan suhu merata sebesar T, batang BC mengalami gradien suhu linear (T 1 adalah suhu di sisi kiri dan T2 adalah suhu di sisi kanan), tumpuan C berpindah ke bawah sejarak St. dan tumpuan A berpindah ke bawah sejarak s 2 Anggaplah kedua batang mempunyai ketegaran lentur El dan ketegaran aksial EA yang sama. Juga, anggaplah H = L. Koefisien muai suhu adalah a, dan tinggi batang adalah d. Perpindahan yang takdiketahui D dan gaya ujung batang AM masing-masing harus diurut seperti yang ditunjukkanpada Gambar 3-lla dan 3-IOb. Hilangkan beban l dari analisa.

BAB

EMPAT
METODE KEKAKUAN LANGSUNG YANG BERORIENTASI PADA KOMPUTER

4.1 Pendahuluan. Dalan'l bab sebelurnnya, metode kekakuan pertam.a dikembang kan dari superposisi gaya untuk koordinat perpindahan bebas (Pasa13.2). Metode ini kemudian difonnalisasi dan diperluas pada Pasal 3.6 dengan memakai matriks kesepadanan (compatibility) CMJ dan konsep kerja maya (virtual). Pada pendekatan kerja maya, matriks kekakuan titik kumpul Goint stiffness) yang lengkap SJ (untuk perpindahan bebas dan terkekang) dirakit dengan perkalian tiga matriks yang ditentukan oleh Persamaan (3-32). Walaupun versi formal tersebut menarik dan beraturan, tetapi membutuhkan matriks kesepadanan yang besardanjarang(sparse). Selain itu, elemen matriks ini tidal< mudah dinilai dengan tepat. Baik cara pembentukan matriks di atas ataupun perakitan dengan proses perkalian tidak sesuai untuk diprogram pada komputer. MetodoJogi yang lebih baik ialah menarik ide dari kedua pendekatan tersebut dan menambahkan beberapa teknik yang berorientasi pada komputer, sehingga didapat suatu cara yang disebut metodekekakuan langsung (direct stiffness). Tujuan utama bab ini ialah memperluas metode kekakuan ke bentuk yang bisa diprogram pada komputer digital. Prosedur yang diturunkan dalam bab ini memiliki padanan dalam bentuk diagram langkah (flow chart) pada Bab 5. Dalam Pasal 4.2 metode kekakuan langsung dijabarkan, serta garis besar dari organisasi perhitungan yang berurutan dan mudah diprograrn juga dibahas. Karena kekakuan batang berperan penting dalarn analisa semua jenis struktur rangka, matriks ini akan dibahas pertama pada Pasal 4.3. Kemudian segi lain metode kekakuan langsung yang umurn untuk semua jenis struktur rangka dibahas pada Pasal 4.4 sampai 4.7. Hal ini diperlihatkan dengan contoh soal yang telah diselesaikan sebelumnya. Pasal selanjutnya membahas penerapan pada pelbagai jenis struktur rangka. Agar sederhana, bab ini hanya meninjau batang prismatis dan pengaruh beban luar. Metode untuk menyelesaikan batang takprismatis, perubahan suhu, praregang (prestrain), perpindahan tumpuan, dan pengaruh lain dibahas dalam Bab 6. 4.2 Metode Kekakuan Langsung. Kunci penyederhanaan proses perakitan matriks kekakuan titik S1 ialah pemakaian matriks kekakuan batang untuk aksi dan perpindahan di kedua ujung setiap batang. Jika perpindahan batang didasarkan pada koordinat struktur (global), maka la akan berirnpit dengan perpindahan titik kumpw. Dalam hal ini semua komplikasi geometris harus ditartgani secara setempat, dan transfer info rmasi

Metode Kekakuan Langsung yang Berorientasi pada Komputer

149

batang ke array stniktur bersifat langsung, yaitu matriks kekakuan dan vektor beban ekivalen dapat dirakit dengan penjumlahan langsung sebagai ganti perkalian matriks. Dengan demikian, perakitan matriks kekakuan titik untuk m batang dapat dituliskan sebagai
m

SJ

=L
1= 1

SMS i

(4-1)

Dalam persamaan ini, simbol SMsi menyatakan matriks kekakuan batang ke-i dengan gaya ujung dan perpindahan (untuk kedua ujung) yang diambil dalam arah sumbu struktur. Agar dapat dijumlahkan, semua matriks kekakuan batang harus diperluas ke ukuran yang sama seperti SJ dengan menambahkan baris dan kolom nol. Akan tetapi, operasi ini dapat dihindari dalam pembuatan program dengan meletakkan elemen dari SMsi ke lokasi yang sesuai pada SJ. Demikian juga halnya, vektor beban ekivalen AE dapat dibentuk dari kontribusi batang sebagai berikut
At:= -

L A Ms i
i=l

Ill

(4-2)

Dalam hal ini AMsi adalah vektor gaya (aksi) jepit ujung dalam arah sumbu struktur di kedua ujung batang i. Seperti pada SMSi secara teoretis AMsi perlu diperbesar dengan bilangan nol agar dapat dijumlahkan secara matriks, tetapi langkah ini bisa dihindari dalam program. Beban titik kumpul ekivalen dalam Persamaan (4-2) kemudian dijumlahkan dengan beban sebenarnya yang diberikan di titik kumpul untuk membentuk vektor beban total (atau gabungan). Untuk memisahkan suku yang berkaitan dengan perpindahan bebas struktur dari perpindahan pengekang tumpuan (support restraint), matriks kekaku.an dan beban harus ditata ulang (rearranged) dan disekat (partitioned). Penataan ulang suku-suku ini dapat dilakukan setelah perakitan selesai. Dalam program komputer, penataan ulang ini lebih mudah dilakukan bila inforrnasi ditransfer dari array batang yang kecil ke array struktur yang besar. * Setelah matriks kekakuan dan beban ditata ulang, penyelesaian selanjutnya dilakukan dengan cara yang dibahas pada Pasal 3.6. Jadi, penyelesaian dasar untuk perpindahan titik kumpul bebas (lihat Persamaan 3-35) akibat beban adalah (4-3) Dalam persamaan ini AFc adalah vektor beban titik kumpul gabungan (sebenarnya dan ekivalen) yang selaras (correspond) dengan DF. Walaupun secara simbolis penyelesaian dalain Persamaan (4-3) lebih mudah dituliskan sebagai hasil inversi matriks kekakuan SFF tetapi perhitungan SF-\.- dalam program komputer hakekatnya tidak efisien. Sebagai gantinya, matriks koefisien SFF difaktorisasi dan penyelesaian untuk DF diperoleh dari sapuan (sweep) ke muka dan belakang. (Topik faktorisasi dan penyelesaiannya dibahas dalam Lampiran D.) Bagian lain yang hendak dicari adalah reaksi tumpuan dan gaya jepit ujung. Bila hanya pengaruh beban yang diperhitungkan, Persamaan (3-36) untuk reaksi menjadi (4-4)

*Walaupun penyelesaian persamaan keseimbangan bisa diselesaikan "langsung" tanpa penataan ulang (lihat Lampiran E), pemisahan persamaan independen dari persamaan dependen lebih efisien dalam perhitungannya.

150

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Selain itu, Persamaan (3-37) untuk gaya ujung batang bisa dituliskan kembali sehingga hanya berkaitan dengan satu batang pada suatu saat, sebagai berikut: (4-S) Semua matriks dalam persamaan ini didasarkan pada sumbu batang. Vektor gaya AMLi terdiri dari gaya jepit ujung (dalam arah sumbu batang) akibat beban yang ada pada batang tersebut. Selain itu, matriks kekakuan batang SMi memiliki suku-suku (dalam arah batang) untuk kedua ujung batang. Konsekuensinya, vektor DMi harus mengandung perpindahan (dalam arah batang) di kedua ujung batang. Perpindahan ini dapat diperoleh dengan menyatakan perpindahan titik kumpul di uj1,1ng j dan k sebagai komponen dalam arah batang. })rogram komputer untuk analisa struktur dengan metode kekakuan langsung dibagi menj'adi beberapa tahap. Tahapan ini tidak sama seperti pada Bab 3 untuk perhitungan tangan (manual). Salah satu perbedaannya ialah bila memakai komputer, data mengenai struktur diolah pada tahap awal program . Termasuk dalam bagian program ini ialah formasi matriks kekakuan yang menyatakan sifat struk. "tur. Selanjutnya, data be ban dimanipulasi dan basil akltir analisa kemudian dihitung. Urutan ini terutarna efiSien jika lebih dari satu sistem pembebanan ditinjau, karena tahap awal perhitungan tidak perlu diulang. Langkah-langkah yang digunakan dalam pembahasan selanjutnya adalah sebagai berikut :

f 1) ldentifikasi Data Struktural. Infonnasi mengenai struktur harus dirangkai dan disimpan. lnformasi ini terdiri dari jumlah batang, jumlah titik kumpul, jumlah derajat kebebasan (degree of freedom), dan sifat elastis bahan . Letak titik kumpul struktur ditentukan aleh koordinat geometris. Selain itu, sifat penampang setiap batang pada struktur harus diberikan. Akhirnya, kondisi pengekang (restraint) di tumpuan struktur harus ditunjukkan. Dalam program komputer, semua info rmasi ini dikode menurut c~ra tertentu seperti yang ditunjukkan dalam bab ini dan Bab S. (2) Pembentukan Matriks Kekakuan. Matriks kekakuan adalah sifat bawaan (inherent) struktur dan didasarkan hanya pada data struktural . Dalam program , matriks kekakuan titik diperoleh dengan menjumlahkan kontribusi dari setiap rnatriks kekakuan batang (pembahasan lengkap mengenai kekakuan batang diberikan pada Pasal 4.3). Matriks kekakuan titik yang ditinjau memiliki hubungan dengan semua perpindahan titik kumpul yang munikin, termasuk perpindahan tumpuan (seperti dibahas pada Pasal 3.6). array ini akan disebut matriks kekllkuan titik keseluruhan (over-all joint stiffness). Pembentukan dan penataannya masing-masing dibahas pada Pasal4.4 dan 4.6. (3) ldentifikasi Data Beban. Semua beban yang bekerja pada struktur harus ditentukan menurut cara yang sesuai dengan program komputer. Baik beban titik kumpul maupun beban batang harus ditetapkan. Yang pertama bisa ditangani secara langsung, tetapi yang kedua diperlakukan secara tidak langsung dengan memasukkannya sebagai data gaya jepit ujung akibat beban pada batang. (4) Pembentukan Vektor Beban. Gaya jepit ujung akibat beban pada batang dapat diubah ke beban titik kumpul ekivalen (equivalent joint load), seperti yang dibahas pada Pasal 1.12. Beban titik kumpul ekivalen ini kemudian dijurnlahkan dengan beban titik kumpul sebenarnya untuk memperoleh keadaan struktur yang hanya dibebani di titik kumpul. Formasi dan penataan vektor beban masing-masing dibahas pada Pasal4.5 dan 4.6. (5) Perhitungan Basil. Pada tahap akhir analisa, semua perpindahan titik kumpul, reaksi, dan gaya ujung batang dihitung. Perhitungan gaya ujung batang dilakukan batang demi batang (lihat Persamaan 4-5) sebagai ganti pada struktur keseluruhan. Gaya ini

Metode Kekakuan Langsung yang Berorientasi pada Komputer

151

dihitung dengan menggunakan matriks kekakuan batang yang lengkap dalam arah batang, yang akan dibahas dalam pasal berikut. Contoh sederhana dari perhitungan seperti ini akan ditunjukkan pada Pasal 4.7. Banyak variasi dalam mengorganisir metode kekakuan bisa dilakukan untuk pe" mrograman. Tahapan analisa di atas merupakan pendekatan teratur yang memiliki beberapa segi menguntungkan bila berhadapan dengan masalah yang besar dan rumit. Lan'gkah-langkah ini akan dibahas dan diilustrasikan dengan contoh (dari bab sebelumnya) dalam pasal berikut. 4.3 Matriks Kekakuan Batang yang Lengkap. Untuk membentuk matriks kekakuan titik dengan proses peijumlahan yang ditunjukkan oleh Persamaan (4-1 ), matriks kekakuan batang yang lengkap dalam sumbu arah struktur perlu diturunkan dahulu. Se lain itu, matriks kekakuan batang SM; untuk ~umbu arah batang diperlukan dalam menghitung gaya ujung batang dengan Persamaan (4-5). Kekakuan batang terhadap sumbu batang selalu dapat diperoleh (sepe~ti yang dilakukan dalaro pasal ini) dan ditransformasi ke sumbu struktur. Prosedur untuk melakukan transformasi ini dibahas nanti dalarn bab ini untuk setiap jenis struktur. Pada balok menerus, sumbu batang secara otomatis sejajar sumbu struktur keseluruhan;jadi, transformasi tidak diperlukan dan (a) Gambar 4-1 memperlihatkan batang prismatis i pada portal ruang, yang dikekang sempurna di kedua ujung yang bemotasi j dan k. Sumbu arah batang yang ortogonal juga ditunjukkan dalam gambar, dengan titik awal yang terletak di j. Sumbu xM berirnpit dengan sumbu pusat batang dan pQsitif dalam arah j ke k. Sumbu y:M dan zM adalah sumbu utarna (principal) batang;jadi, bidang xM-yM .danxM-YM adalah bidang lentur utama. Pusat geser (shear center) dan titik pusat batang dianggap berirnpit, sehingga puntir dan lenturan batang dapat terjadi secara bebas satu de.ngan lainnya. Batasan ini biasanya terpenuhi pada struktur rangka; namun, analisa yang lebih umum hisa j~ga dilakukan jika pe~lu_ (lihat Pasal 6.17). Berikut ini sifat batang pada Gambar 4-1 akan didefmisikan secara sistematis untuk tujuan pembuatan program bagi struktur yang rumit. Contohnya, L menyatakan panjang batang dan Ax adalah luas penampang lintang: (Subskrip X diperlukan karena s.imbol A
YM

Gambar 4-1. Batang portal ruang.

162

Analisa Matriks untuk Sttuktur Rangka

1:1 ......1....

r
.

...,,.I.... ...

"'

...

.N

YM

Y M

I __,___ l'
_ EAx

Q
1
'(7)

1~

EA,

--

)(M

----~k ~~ ~

"

.s: .. "'
0
)(M

"' ..
c:
~ '1:1
~

!:'

::s r-

rM

(10)

_ o/r
'YM
!f!r L"

- "~l<

IY M

rM

t"::' -- ~~-_..._1 -::'


(8)

__

'

)'/
6/y

2/y~ -L-tj
...,.-

J V
(11) 1

5
&'

~ ...

'<

~ - --

4~/y

- xM

.. "' ..
3

2 .~
tl.

"'
~

rM

rM

,y.

-~/ L~
ZM /

~I .::r

1 /2/y
lr

L .7-"=Zt

~
1

XM

uyf

~d .
(12)

~-~
~,-----xM

"' a ..

k~

''

-z>
LM

(9)

Ga mber 4-2. Kekakuan batang: (1) translasi satuan arah XM di j, (2) trans1asi satuan arah YM d i j, (3) translasi satuan arah ZM d i j, (4) rotasi satuan arah XM di j, (5) rotasi satuan arah YM di j, (6) rotasi satuan arah ZM di i, (7) translasi satuan arah XM di k, (8) translasi satuan arah YM d i k, (9) translasi satuan arah ZM di k, (1 0) rotasi satuan arah XM di k, ( 11) rotasi satuan arah YM di k, ( 12) rotasi satuan arahZM di k.

""" :;

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

tanpa subskrip dipakai sebagai notasi untuk aksifgaya.) Momen inersia utama penam pang lintang batang terhadap sumbu y M dan z M masing-inasing dinyatakan sebagai I y dan I z. Sedang, konstanta puntir untuk batang diberi notasi I x yang sama dengan konstanta J dalam Bab 2 dan 3 serta Lampiran. Karena: simbol J digunakan sebagai indeks untuk titik kumpul struktur dalam program, maka simbol Ix dipakai untuk konstanta puntir. Konstanta puntir Ix jangan diinterpretasikan sebagai momen inersia polar penampang lintang kecuali pada kasus batang berpenampang lingkaran. Kekakuan batang untuk batang terkekang pada Gambar 4-1 adalah aksi (gaya) yang ditimbulkan pada batang oleh pengekang bila perpindahan (translasi dan rotasi) satuan diberikan di setiap ujung batang. Besarnya aksi pengekang ini bisa diambil dari Tabel B4 (Lampiran B). Perpindahan satuan dianggap diberikan satu per satu sementara semua perpindahan ujung lainnya dibuat tetap nol; juga, perpindahan ini dianggap positif dalam arah xM, >'M dan zM Arah positif tiga translasi dan tiga rotasi di setiap ujung batang ditunjukkan oleh tanda panah pada Gambar 4-1. Panah bermata tunggal dalam gambar menyatakan translasi, dan panah bermata ganda menyatakan rotasi. Di titik kumpul j, translasi diberi nomor 1, 2, dan 3 serta rotasi diberi nomor 4, 5, dan 6. Demikian juga di ujung k, 7, 8, dan 9 adalah translasi serta 10, 11, dan 12 adalah rotasi. Dalam segala hal perpindahan diambil dengan urutan xM,>'M dan zM. Kekakuan batang untuk kedua belas jenis perpindahan ujung yang mungkin (pada Gambar 4-1) diringkas dalam Gambar 4-2 . Pada setiap kasus, pelbagai aksi pengekang (atau kekakuan batang) diperlihatkan sebagai vek,tor. Tanda panah bermata tunggal menyatakan vektor gaya, dan pa:nah bermata ganda menyatakan vektor momen. Semua vektor digambar dalam arah positif kecuali pada kasus yang aksi pengekangnya berharga negatif, tanda minus diberikan di muka koefisien kekakuan. Untuk menjabarkan cara penentuan kekakuan batang, tinjaulah kasus {1) pada Gambar 4-2. Aksi pengekang pada batang dalam gambar timbul karena satu satuan translasi ujung j dalam arah xM positif, sedang semua perpindahan lainnya sama dengan nol. Perpindahan ini mengakibatkan gaya tekan murni EAx/L pada batang. Di ujung j, gaya ini diimbangi oleh aksi pengekang EAx/L dalam arah xM positif dan di ujung k, besarnya aksi pengekang sama tetapi dalam arah x M negatif. Semua aksi pengekang lain dalam hal ini nol. Kasus {2) pada Gambar 4-2 menunjukkan satu satuan translasi ujung batangj dalam arah >'M positif, sementara semua perpindahan lainnya nol. Perpindahan ini menimbulkan momen dan gaya geser pada batang. Di ujung j, aksi pengekang yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan batang adalah gaya lateral 12Eiz/L 3 dalam arah >'M positif dan momen 6Eiz/L 2 dalam arah zM positif Oihat Tabel B4). Di ujung batang k, aksi pengekangnya sama tetapi gaya lateral bekerja dalam arah >'M negatif. Semua kekakuan batang yang ditunjukkan dalam gambar diturunkan dengan menentukan besarnya aksi pengekang yang diperlukan untuk mempertahankan keseirnbangan pada batang yang berubah bentuk. Pembaca sebaiknya membuktikan semua koefisien ini sebelum melangkah ke pembahasan berikut. Kekakuan ini dapat digunakan untuk membentuk matriks kekakuan batang pelbagai jenis struktur. Pada kasus yang paling umum (portal ruang), batang bisa mengalami sembarang kedua belas perpindahan pada Gambar 4-2. Dengan demikian, matriks kekakuan batang seperti ini {diberi notasi SM;) berordo 12 X 12, dan setiap kolom pada matriks menyatakan aksi akibat salah satu perpindahan satuan. Matriks kekakuan batang portal. ~ang diperlihatkan dalam Tabel 4-1; tentunya, matriks ini simetris. Nomor baris dan kolom dituliskan di sisi dan di atas matriks agar setiap elemen mudah ditunjukkan. Selain itu, matriks disekat untuk memisahkan bagian yang berkaitan dengan kedua ujung batang. Jadi, bentuk matriks kekakuan batang yang lengkap ialah

'156
I

Analisa Matriks un tuk St ruktur Rangka

SMI

~ rsMJj

sll.,o sM kk

S MJk

J
,

(b)

Subskrip (subscripts) j dan k pada submatriks di atas menunjukkan ujung batang. Matriks kekakuan batang untuk struktur lainnya, seperti balok menerus dan portal bidang, berordo lebih rendah dari pada matriks dalam .Tabel4-l. lni disebabkan analisa struktur tersebu t hanya meninjau perpindahan ujung tertentu yang diperlihatkan pada Gambar 4-1 dan 4-2 . Sebagai contoh cara pembentukan matriks kekakuan batang seperti !11i, matriks kekakuan untuk batang pada balok menerus akan diturunkan berikut ini. Tinjaulah salah satu batang balok menerus antara tumpuan yang diberi notasij dan k pada Gambar 4-3a. Sumbu xM,YM , dan zM 'diambil dalam arah yang ditunjukkan pada gambar, sehingga bidang xM -YM adalah bidang lentur balok. Pada batang balok menerus terdapat empat jenis perpindahan yang bisa terjadi di ujung-ujungnya. Perpindahan ini

~
ZM

/
L

XM

(o)

It

I'
0
(b)

<

~i

/.

k~

r
XM

YM

0
(c )

/(

~ - - - - --

-xM

Gam bar 4-3. Batang balok menerus.

Metode Kekakuan Langsung yang Berorientasi pada Komputer

157

Tabel4-2

Matriks Kekakuan Batang Balok Prismatis


12Elz 612

L3
6Elz L2
s~,~ =

p
4/z

I I I I I

I
I

L
_ 6/z

I
I

_ 121 2 La _ 6/ z L2 12E/z L'l - 6/z L2

-- - ---- -- ------- - - - ----T-------------- - --- - ---

I I
I I

61 z L2 2/z L - 61 z V 4/z L

_12Elz L" 6/z Lz

2/z L

I I I I
I I I

Tabe/4-3

Matriks Kekakuan Batang yang Direduksi

SMI

= [

2/z

~~~'----l----'X_' ]
L
: ! 4/z

ditunjukkan pada Gambar 4-3b oleh vektor y-an-g bernomor 1 sampai 4. Matriks kekakuan batang yang selaras berordo 4 X 4 dan diperlihatkan dalam Tabel 4-2. Elemen matriks .ini diperoleh dari kasus (2), (6), (8), dan (12) pada Gambar 4-2. Bila balok menerus memiliki tumpuan yang tidak mengizinkan perpindahan translasi di titik kumpul, maka hanya rotasi pada Gambar 4-3c yang mungkin terjadi. Dalam hal ini, baris dan kolom pertama serta ketiga pada SM bisa dihilangkan, dan matriks kekakuan batang yang direduksi akan terdiri dari elemen-elemen yang ditunjukkan dalam Tabel 4-3. Matriks kekakuan batang dalam Tabel 4-2 akan digunakan dalam analisa balok menerus. Matriks kekakuan batang untuk jenis struktur rangka lainnya akan dibahas dalam pasal selanjutnya. 4.4 Fonnasi Matriks Kekakuan Titik. Proses pembentukan matriks kekakuan titik akan dibahas untuk contoh balok dua ben tang pada Gambar 4-4a. Balok ini sama seperti yang dianalisa dalam Bab 2 dan 3, tetapi tidak ada beban yang bekerja. Seperti di muka, anggaplah ketegaran lentur balok Efz konstan sepanjang bentangnya. Untuk menurunkan suku kekakuan, tinjaulah balok tanpa beban yang terjepit penuh di semua titik kumpulnya pada Gambar 4-4b. Dalam gambar ini, sistem penomoran sembarang ditun' jukkan untuk enam perpindahan titik kumpul yang mungkin terjadi pada struktur. Nomor yang diperlihatkan akan disebut indeks perpindahan titik kumpul: Di setiap titik kumpul yang diurut dari kiri ke kanan, translasi y diberi nomor sebelum rotasi z. Perpindahan nomor 4 sampai 6 (rotasi di B dan C) sebenarnya bebas te~adi, tetapi yang bernomor 1, 2, 3, dan 5 dikekang oleh tumpuan. Formasi matriks kekakuan titik kumpul S1 dilakukan dengan menjumlahkan kontribusi dari matriks kekakuan batang yang lengkap untuk batang 1 dan 2 Oihat Persamaan 4-1). Pola kontribusi ditunjukkan dalam Tabel 4-4 oleh dua bagian S1 yang dipisahkan dengan garis terputus dan bertumpang-tindih pada bagian tengah. Bagian kiri atas 4 X 4 menerirna kontribusi dari matriks kekakuan batang AB (lihat Tabel 4.2, Pasal 4.3) dan bagian kanan bawah 4 x 4 menerima suku dari matriks kekakuan batangBC. Bersama-

158
y

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

/~A
t

G)
~8
L

0
L

~c

I
(a )

-I
5t

t
G)
4

3t

/~A

/~8
(b)

0
6

/~c

Gambar 44 . Contoh balok.

sama, kedua matriks kekakuan batang ini (yang sama dalam -eontoh ini) membentuk matriks kekakuan titik untuk balok dua ben tang. Elemen pada bagian yang bertumpangtindih dalam SJ terdiri dari kontribusi batang AB dan BC. Misalnya, elemen SJ33 (sama dengan 24Elz/L 3 ) adalah jumlah dari SM 33 (sama dengan 12ElzfL 3 ) untuk batang AB dan SM 11 (sama dengan 12EJz /L 3 ) untuk batang BC. Demikian juga SJ34 (sama dengan nol) adalah jumlah dari SM 34 (sama dengan - 6Elz/L 2 ) untuk batang AB dan SM 12 (sama dengan 6Elz/L 2 ) untuk batang BC. Elemen SJ di luar bagian yang bertumpangtindih tetapi di dalam garis terputus merupakan kontribusi tunggal dari batang AB a tau batang BC. Elemen SJ di luar garis terputus semuanya nol akibat sifat struktur. Jadi, pemakaian sistem penomoran sembarang menghasilkan matriks kekakuan titik yang memperlihatkan kontribusi dari kekakuan batang dengan jelas. Jika matriks kekakuan S1 da1arn Tabel 4-4 hendak dimanfaatkan, derajat kebebasan dan pengekang tumpuan pada struktur yang sebenarnya harus dibedakan. Untuk itu, matriks ditata ulang dengan mempertukarkan letak baris dan kolom sedemikian rupa, hingga kekakuan yang selaras dengan derajat kebebasan dituliskan pertama dan yang selaras dengan pengekang tumpuan dituliskan kemudian. Proses penataan ulang ini akan dibahas pada Pasal 4.6 setelah pem~ahasan vektor beban. . Tabe/4-4 Matriks Kekakuan Titik untuk Balok pada Gambar 4-4b

6.i-------=12 _____ _ 6i--: : -12_____ __


: 6L

Batang AB

0 0

0 0

s.) =

:- 12

4U - 6L

:-i4---- -- 0
I

-6L

2V :

: - - ~-~2- -- -- 6z::
I

: .~~--- - - -- 2~~ - - -: _Q .. . .... ~f: ! -6L 2L ; 0 0 : - 12 - 6L 12 - 6L : 2 _ _ _ __ :;l-_____ ~f~j 0 0 - -- 6[.._ 2[._


2

Batang BC

Metode Kekakuan Langsung yang Berorientasi pada Komputer

159

4.5 Fonnasi Vektor Beban. Setelah mendapatkan matrik~ kekakuan titik, langkan berikut dalam analisa ialah meninjau beban pada struktur. Beban di titik kumpul dan beban pada batang mula-mula ditangani secara terpisah agar mudah. Alasannya ialah be ban titik kumpul dan beban batang akan diperlakukan dengan cara berbeda. Be ban titik kumpul bisa langsung diletakkan dalam vektor aksi (gaya) yang dipakai dalarn penyelesaian, sedang beban batang diperhitungkan dengan menentukan gaya jepit ujung yang ditimbulkannya. Gaya jepit ujung ini kemudian ditransformasi ke beban titik kumpul ekivalen dan digabungkan dengan beban titik kumpul sebenarnya pada struktur (lihat Pasal 1.12 untuk pembahasan beban titik kumpul ekivalen). Beban yang diberikan di titik kumpul dituliskan pada vektor A1 yang berisi beban luar yang selaras dengan semua perpindahan titik kumpul yang mungkin, termasuk perpindahan di pengekang tumpuan. Elemen dalarn A 1 diberi nomor dengan urutan yang sama seperti perpindahan titik kumpul. Untuk contoh balok dua bentang di muka, sistem penomoran sembarang ditunjukkan pada Garnbar 4-4b. Jika balok ini memikul beban yang diperlihatkan pada Gambar 4-Sa, ma)ca beban titik kumpul adalah momen M =PL di titik B dan gaya P di titik C. Jadi, bentuk vektor A1 * adalah

AJ

= {0, 0, 0, M. P, 0}

Momen M dan gaya P dalarn vektor A1 berharga positifkarenaMberlawananjarumjam dan P ke atas. Umumnya beban titik kumpul pada balok menerus bisa berupa gaya dan momen di setiap titik kumpul. Beban lainnya pada struktur bekerja pada batang dan ditunjukkan pada dua batang struktur terkekang dalam Garnbar 4-Sb. Gambar ini juga memperlihatkan gaya jepit ujung di kedua ujung batang. Agar mudah, gayajepit ujung ini dihimpun dalarn matriks segi empat AML yang setiap kolomnya berisi gaya ujung untuk suatu batang. Jadi, AML akan berbentuk sebagai berikut: (4-6) Pada penataan ini, setiap submatriks AMLi adalah vektor kolom yang berkaitan dengan batang i dan dapat digunakan untuk Persamaan (4-5). Jumlah kolom dalarn AML akan selalu sama dengan m, yaitu jumlah batang pada struktur. Pada balok terdapat dua jenis gaya jepit ujung: gaya geser dan m omen lentur. Oleh karena itu, setiap kolom matriks AML terdiri dari gaya geser dan momen lentur di ujung kiri suatu batang, yang diikuti oleh gaya geser dan momen di ujung kanan-batang yang sama. Seperti ditunjukkan pada Garnbar 4-Sb , gaya jepit ujung pad a batang AB adalah gaya P dan momen PL/4 di ujung kiri, serta gaya P dan momen - PL /4 di ujung kanan. Gaya-gaya ini membentuk kolom pertarna AML sebagai berikut :
AMLI

= {P,

PL/4, P, - PL/4}

Kolom kedua AML diisi dengan cara yang sarna dari gaya jepit ujung untuk balok BC Oihat Garnbar 4-Sb). Kolom ini adalah
AML2

= {P /2, PL/8, P/2, -PL/8}

Bila gaya jepit ujung dibalikkan arahnya, kita peroleh beban titik kumpul ekivalen yang dirakit menurut Persamaan (4-2). Karena sumbu batang untuk balok selalu diambil sejajar sumbu struktur, maka (a)
*Seperti telah disebutkan, kurung. { }, dipakai untuk menyatakan vektor kolom yang ditulis sebagai baris agar menghemat ruangan.

110
y.

AnaJisa Matriks untuk Struktur Rangka

(a)

2P

~{~A
p~

8~)1'
tp
(b)

~{ ~ 8

c~ J ~L
t _e
2

.L't
2

(c)

Gambar 4-5. Be ban sebena rnya dan be ban ti tik kumpu l ekivalen.

Jadi, transformasi gaya ujung batang ke arah struktur tidak diperlukan untuk kasus balok. Dengan demikian, untuk contoh balok dua bentang di muka, Persamaan (4-2) menghasip<an

AE

= - {P, PL/4 , P, -PL/4, 0, 0} - {0, 0, P/2, PL/8 , P/2, = { - P , -PL/4, -3P/2 , PL/8 , -P/2. PL/8}

- PL/8}

Beban titik kumpul ekivalen dituliskan dalam vektor ini dengan urutan yang ditunjukkan oleh sistem penomoran sembarang pada Garnbar 4-4b. Suku-suku pada Ae ditunjukkan pada Gambar 4-Sc. Dari gambar ini jelas bahwa hanya gay a di titik B terdiri dari kontribusi kedua batang. Beban titik kumpul sebenarnya (vek tor A1 ) kemudian dijumlahkan dengan beban titik kumpul ekivalen (vektor AE) untuk memperoleh vektor beban titik kumpu/ gabungan Ac, sebagai berikut: (4-7)

Metode Kekakuan Lanraung Y.n& Berorientaai pada Komputer

161

Substitusi suku-suku yang diperoleh di atas untuk AJ dan AE ke persamaan ini menghasilkan:

Ac

= {

-P. - PL/4, -3P/2, 9PLI8, _ PI2, PL/8}

Dalarn pasal berikut, vektor beb~ gabungan ini akan ditata-ulang dengan cara yang sama seperti untuk matriks kekakuan. 4.6 Penataan Ulang Array Kekakuan dan Beban. Seperti dijelaskan di muka, matriks kekakuan dan vektor beban akan ditata ulang serta disekat sehingga suku yang berkaitan dengan derajat kebebasan terpisah dari suku untuk pengekang tumpuan. Contoh balok pada Garnbar 4-4a memiliki dua derajat kebebasan, yaitu rotasi di titik B dan C. Gambar 4-6 memperlihatkan struktur terkekang dengan indeks perpindahan titik kumpul yang baru (diubah). TerUhat bahwa perpindahan bebas diberi nomor sebelum .,~.t':ndahan tumpuan. Jika tidak, urutan penomoran adalah dari kiri ke kanan, dengan translasi sebelum rotasi di setiap titik kumpul. Indeks perpindahan yang diubah ini dapat dihitung secara otomatis dengan memperhatikan.kondisi pengekang sesungguhnya umuk setiap perpindahan titik kumpul yang mungkin. Jika tidak dikekang, indeks perpindahan harus direduksi dengan jumlah kumulatif pengekang yang dijumpai dari awal sampai titik tersebut. Dalam hal ini, indeks yang baru dihitung sebagai
U~aru

= U)Jama -

Cjo

(a)

d~ngan c;o adalah jumlah kumulatif pengekang untuk indeks yang lama. Sebaliknya, jika perpindahan yang ditinjau sesungguhnya dikekang, indeks yang baru ditentukan dengan rumus

(b)

n adalah jumlah derajat kebebasan. Persamaan (a) dan (b) akan diterapkan secara formal
pada Pasal4.9. Untuk contoh ini, perbandingan Gambar 4-6 dan Gambar 4-4b menunjukkan bahwa derajat kebebasan yang 'sebenamya selaras dengan perpindahan 4 dan 6 dari sistem penorooran semula. Oleh karena itu , baris dan kolom keempat serta keenam dari matriks kekakuan titik SJ harus diletakkan pada posisi pertama dan kedua. Sebagai langkah pertama, baris 4 dan 6. dari matriks dalam Tabel 4-4 dipindah ke baris pertama dan kedua sementara semua baris lainnya digeser ke bawah tanpa mengubah urutannya, sehingga terbentuk a"ay yang diperlihatkan dalarn Tabel 4-5. Selanjutnya, kolom keempat dan keenam dalam Tabel 4-5 dipindah ke dua kolom pertama, dan semua kolom

)'

Gambar ~. lndeks perpindahan yang d iubah.

162

AnaHsa Matrilcs untuk Strulctur Ranglta ;

Tabe/4-5
Matriks Kekakuan Titik dengan Baris yang Ditata Ulang

6L
SJ =

0 12 6L - 12 0

2L2 0 6L 4U -6L 0

0 6L - 12

8L2 2L2 6L
2U 0

-6L - 6L
0 0 -1 2 12

- 6L 24
- 12

-6L

2U 4U 0 0 6L - 6L

Elz L

Tabel4-6 tdatriks Kekakuan Titik dengan Kolom yang Ditata Ulang

--~{- -- -- --4_f - - t-- -&- -- ---62--- - --:~~-----~{


2U 0 -6L 0 6L - 6L

8L

2L

6L

2U

- 6L

l
J
(4-8)

6L - 12 0

4L

- 6L 0

-6L 24 -12

0 -12 12

lainnya digeser ke kanan tanpa mengubah urutannya. Manipulasi ini menghasilkan matriks kekakuan tiiik yang ditata ulang dalam Tabe1 4~. Matriks ini selalu simetris dan di"sekat dengan cara berikut :

Dalam persarnaan ini, subskrip F dan R masing-masing menunjukkan perpindahan bebas dan terkekang. Demikian juga halnya, vektor beban gabungan Ac untuk contoh ini dapat ditata ulang agar sesuai dengan sistem penomoran pada Gambar 4~. Dalam hal ini, suku keempat dan keenam pada Ac dipindah ke posisi pertama dan kedua, sementara yang 1ainnya digeser ke ujung tanpa mengubah urutannya. Penataan ulang ini menghasilkan

Ac
yang disekat menjadi

= {9PL/8, PL/8, : -P ,

- PL/4, - 3P/2, P/2}

Ac

[1:~ J

(4-9)

Jadi, beban gabungan yang se1aras dengan perpindahan titik kumpul bebas terpisah dari yang selaras dengan pengekang tumpuan. 4.7 Perhitungan Hasil. Pada tahap akhir analisa, matriks yang diturunkan dalam Jangkah sebelumnya digunakan untuk mencari perpindahan titik kumpul yang tak diketahui DF, reaksi tumpuan AR dan gaya ujung batang AMi untuk setiap batang. Pertama, perpindahan yang tak diketahui dihitung dengan Persamaan ( 4-3). Hasil untuk .contoh balok dua bentang ialah
_ .,. 1 _ L [ Dr - SnAFc - 14/1. - 1

2 -1] [9] _!_!:!__ [ 1 7] 4 l g- 112 / 1. - 5


PL _

Selanjutnya, reaksi tumpuan dicari dengan memasukkan matriks ARc. SRF dan DF ke Persamaan (44). Substitusi ini menghasilkan (untuk contoh yang sama) :

Metode Kekakuan Langsung yang Berorientasi pada Komputer

163

- p [ AR 4

2/ + --7. [ 0 6 L2 -2 -3

1]

0 17 PU P [ 31L 0] 107] 3 [ _5] ll 2Elz =56 69 -3 - 64

Besamya perpindahan dan reaksi di atas sarna dengan yang diperoleh pada Pasal 3.2. Untuk menghitung gaya ujung batang dengan Persamaan (4-S), kita perlu membentuk m vektor perpindahan DM;. (i = 1, 2, ... , m), yang masing-masing berisi perpindahan di ujung dari batang i dalam arah sumbu batang. Pada tahap ini, semua perpindahan titik kumpul diketahui dan dapat dipakai untuk mengisi setiap vektor DM; secara sistematis. Untuk struktur dua dan tiga dimensi, perpindahan ini harus ditransformasi dari arah struktur ke arah batang. Namun, kesukaran ini tidak dijumpai pada balok karena

(a)
dengan DMsi sebagai vektor perpindahan di kedua ujung tiatang i dalam arah struktur. Untuk contoh balok di muka, perpindahan di ujung batang AB ialah
OM1

= {0, 0, 0, 17}PU/112E/z

dan untuk batang BC adalah


D M2

= {0, I7, 0, -:_ 5}PL 21112Elz

Urutan penulisan perpindahan dalam vektor ini mengik.uti pola yang diberikan pada Gambar 4-3b. Setelah mendapatkan vektor di atas, kita terapkan Persamaan (4-S) dua kali (sekali untuk setiap batang) untuk menentukan gaya ujung akhir bagi batang AB dan BC. Dalam kedua penerapan ini, matriks kekakuan batang Srvi; sama dan diberikan dalam Tabel4-2 {lihat Pasal4.3). Jadi, gaya ujung

AM1

= A MLI +

S~11DM1 = :r ~]
-L

+ SM I

17

~J} ~~/z ~ [ ~]
3110
=
20L PL 2 P 36L 112/z = 56 -~

dan

AM 2

= AMLz + S "I2D Mz = 8

4J+ SM 2 [ -~ 0] _:
L
17

[ 64]

Perlu diperhatikan bahwa gaya ujung ini bisa juga dipakai untuk menghiturtg reaksi tumpuan sebagai alternatif pemakaian Persamaan ( 4-4). Perhitungan di atas kelihatannya sangat panjang dan tidak praktis. Namun, manfaatnya terletak pada prosedur yang berurutan dan teratur sehingga dapat diprogram dalam komputer. Efisiensi lain bila dibandingkan perhitungan tangan akan terlihat pada program komputer bab selanjutr.ya. 4.8 Analisa Balok Menerus. Balok menerus yang dibabas dalam pasal ini terbentuk dari batang-batang prismatis yang sating berhubungan secara tegar dan bertumpu pada sejumlah titik. sepanjang balok. Titik kumpul balok.menerus umumnya merupakan titik

164

Analisa Matriks untuk Struktur Rantxa

tumpuan dan ujung bebas (overstek). Namun, bila penampang lintang suatu batang berubah di antara titik tumpuan sehingga batang tersebut terdiri dari dua atau lebih segmen prismatis, maka analisanya dapat dilakukan dengan menganggap tempat perubahan penampang sebagai titik kumpul. Teknik penyelesaian ini akan dijabarkan dalam contoh pacta pasal selanjutnya. Metocte lain untuk analisa balok ctengan perubahan penampang, yang tidak memerlukan pemberian titik kumpul tambahan pada struktur, dibahas kemudian pada Pasal6.12. Balok menerus yang memiliki m batang dan m + 1 titik kumpul diperlihatkan pad a Gambar 4-7a. Bictang x-y adalah bictang lentur balok. Nomor batang dituliskan cti a~: balok, sedang nomor titik kumpul ditunjukkan cti bawah balok. Dalam setiap kasus penomoran dimulai dari kiri ke kanan sepanjang baJok. Bagian tengah Gambar 4-7a memperlihatkan batang ke-i yang bertumpu di ujung kiri pacta titik kumpul bernotasi j dan di ujung kanan pada titik kumpul bernotasi k. Perhatikanlah, sistem penomoran batang dan titik kumpul actalah sedemikian rupa sehlngga nomor titik kumpul j sama ctengan nomor batang i, dan nomor titik k sama dengan i + 1. Hubungan tertentu antara nomor batang ctan nomor titik kumpul ini tentunya hanya berlaku bagi balok menerus. Juga terlihat bahwa dalam hal ini jumlah total titik kumpul ( diberi notasi n1) selalu sa tu lebih besar dari jumlah batang; jadi, n1 = m + 1. Suatu titik kumpul pacta balok menerus bisa memiliki ctua jenis pengekang tumpuan, yaitu pengekang translasi ctalam arah y ctan pengekang rotasi terhadap sumbu z. Misalnya, titik 1 pacta balok ctalam gambar ctianggap teijepit, sehingga ctikekang terhadap translasi dan rotasi; titik 2, j, dan m hanya ctikekang terhadap translasi ; serta titik k ctan m + 1 tidak dikekang sama sekali. Perpindahan pada balok menerus terutama disebabkan oleh cteformasi lentur, sehingga hanya deformasi ini yang akan ditinjau di slni. PeQgaruh deformasi geser dapat disertakan dalam analisa jika ,diperlukan, seperti yang dijabarkan pada Pasal 6.16. Dalam setiap kasus, pengabaian deformasi aksial menyebabkan perpindahan yang mungkin teijadi di suatu titik hanya dua, yaitu translasi'dalam arah y dan rotasi terhactap sumbu

ly
z

~il= l == ~;<===i2/ !=(::::~;:==== i +:::11/ m:::; ~;=== m=t---x


t j :

j
(o )

1r

m+1

I;"
/~
/ 2
z

:i.j-1

2/r-1
I

2m-1

2m+1

7~
4

2j

t . t ~} /lr
~
21r
(b)

~
2m

?-)(
2m+2

-t

j2

/ i / "
lr2
(c )

w
j1

lr1

Gambar 4-7. Sistem penomoran untuK balok menerus.

Metode Kekakuan Langsung yang .Berorientasi pada Komputer

165

z. Sistem penomoran untuk semua perpindahan titik KUmpul yang mungkin ditunjukkan
pada Gambar 4-7b. Translasi dan rotasi di setiap titik kumpul diberi nomor dengan urutan yang dimulai dari ujung kiri struktur ke arah kanan. Karena translasi di setiap titik k umpul d iberi nomor sebelum ro tasi, maka dalam segala hal nomor yang menyatakan translasi sama dengan dua kali nomor titik kumpul dikurangi satu, sedang nomor untuk rotasi dua kali nomor titik kumpul. Misalnya, translasi dan rotasi di titik kumpul j masing-masing diberi nomor 2j- 1 dan 2j. Hal inijuga berlaku untuk titik kumpullainnya, seperti titik kumpul k, m, dan m + 1. Jelaslah, jumlah semua perpindahan titik kumpul yang mungkin dua kali .jumlah titik kumpul, atau 2nj Selain itu, jika jumlah semua pengekang tumpuan terhadap translasi dan rotasi diberi notasi n,, maka jumlah perpindahan sesungguhnya a tau derajat kebebasan ialah
11

= 2n i

11,.

2m + 2 -

11 r

(4-10)

dengan n adalahjurnlah derajat kebebasan. Analisa balokmenerus terdiri dari pembentukan matriks kekakuan dan beban yang diperlukan, serta penerapan persamaan metode kekakuan langsung pada masalah yang titik kesedihadapi. Untuk itu , matriks yang paling penting adal;ili matriks kekakuan luruhan S1 . Matriks kekakuan titik dibentuk dari kontribusi kekakuan balok SM; yang diberikan pada Pasal 4.3 (lihat Tabel 4-2). Misalnya, batang ke-i pada balok menerus dalam Gambar 4-7 memberikan kontribusi -pad a kekakuan titik kumpul j dan k masingmasing di ujung kiri dan kanan batang. Oleh karena itu, perpindahan ujung batang i perlu dihubungkan dengan perpindahan di titik kumpul j dan k melalui sistem pemberian indeks yang tepat. Unt'uk menghubungkan perpindahan ujung suatu batang dengan perpindahan titik kumpul, tinjaulah batang tipikal i p ada Gambar 4 -7c. Perpindahan ujung batang ini diberi notasi jl dan j2 di ujung kiri, serta kl dan k2 di ujung kanan. Pada setiap kasus, translasi diberi nomor sebe1um rotasi. Perpindahan ini sama dengan perpindahan ujung batang bernomor 1, 2, 3 , dan 4 pada Gambar 4-3b. Pemakaian notasi yang baru, seperti j1 , j2, ki , dan k2, ditujukan agar diperoleh simbo1 yang dapat digunakan dalam program komputer untuk menyatakan nomor perpindahan ujung. Keempat perpindahan ujung batang i dihubungkan dengan nomor t itik kumpul melalui persamaan berikut (bandingkan Gambar 4-7b dan c):
j l = 2j- I k 1 = 2k - I

j 2 = 2j k2 = 2k

(4-11)

Akan tetapi, karena pada balok menerus dalam Gambar 4-7 nomor titik kumpulj dank masing-masing sama dengan i dan i + 1, maka perpindahan ujung juga ditentukan oleh j l. = 2i - I k l = 2i '+ 1

j2 k2

= 2i

= 2i + 2.

(4-12)

Jadi, persamaan di atas menentukan indeks perpindahan titik kumpul yang mungkin di ujung kiri dan kanan suatu batang i dengan menggunakan nomor tiiik kumpul (Persamaan 4-11) atau nomor batang (Persamaan 4-12). Sistem pemberian indeks ini diperlukan untuk membentuk matriks kekakuan titik dari matriks kekakuan batang. Sistem tersebut juga bermanfaat dalam perhitungan gaya uju ng batang akibat perpindahan titik kumpul, seperti diperlihatkan nanti. Seperti dijelaskan di muka, matriks kekakuan titik keseluruhan S1 dibentuk dari kontribusi kekakuan setiap batang. J adi, kita lebih mudah menentukan kontribusi dari satu batang tipikal i pada balok, dan mengulangi proses ini untuk semua batang dari 1 sampai m. Bata'ng tipikal i dari suatu balok menerus diperlihatkan kembali pada Gambar

166

Analisa Matriks untuk Struktur Ranj:ka

4-8 yang juga menunjukkan batang bersebelahan i - 1 dan i + 1. Pada bagian (a) gambar ini, balok diperlihatkan dengan perpindahan satu satuan yang selaras dengan jl, yaitu translasi y di ujung kiri batang. Empat aksi yang timbul di t itik kumpul j dan k (kedua ujung batang i) adalah koefisien kekakuan SJ yang merupakan elemen matriks kekakuan titik keseluruhan. Setiap kekakuan ini memiliki dua subskrip karena merupakan suku pada matriks kekakuan titik. Subskrip pertama adalah nomor (a tau indeks) yang menunjukkan lokasi gaya, sedang yang kedua adalah indeks untuk perpindahan satuan yang menimbulkan gaya tersebut. Jadi, kekakuan di titik kumpul j dalam arah y memiliki S\lbskrip j1 dan j1 , yang berarti bahwa gaya tersebut selaras dengan perpindahan jenis j1 dan diakibatkan oleh perpindahan satuan jenis j1. Oleh karena itu, kekakuan ini ditunjukkan dengan simbol (SJ) jt, jt seperti pada Gambar 4-8a. Tentunya, harga in~eks jl yang sebenarnya dihitung dari Persamaan (4-12). Derriikian juga halnya, tiga kekakuan lainnya pada Gambar 4-8a memiliki subskrip pertama yang menunjukkan jenis perpindahan yang selaras dengan kekakuan. Sedangkan, subskrip kedua sama untuk semua suku dan menyatakan perpindahan satuan jenis j1. Kekakuan titik akibat tiga perpindahan titik kumpul lainnya yang mungkin di ujung-ujung ~atang i diperlihatkan pada .Gambat 4-8b, 4-8c, dan 4-8d. Dalam setiap gambar, keempat kekakuan titik diperlihatkan dengan subskrip yang menunjukkan (1) jenis aksi dan (2) perpindahan satuan. Pembaca sebaiknya membuktikan notasi untuk setiap kekakuan yang ditunjukkan pada Gambar 4-8. Langkah berikut ialah menyatakan koefisien kekakuan titik pada Gambar 4-8 dalam suku-suku kekakuan batang yang memberi kontribusi pada kekakuan titik. Langkah ini memerlukan kekakuan batang dalam Tabel 4-2, yaitu kekakuan untuk batang balok menerus (lihat Gambar 4-3b untuk sistem pemberian indeks bagi Tabel 4-2). Misalnya, kontribusi pada kekakuan titik (SJ)j1,j1 dari batang i- 1 (lihat Gambar 4-8a) adalah kekakuan SM33 untuk batang ini. Demikian juga kontribusi pada (SJ)jt,jt dari batang i adalah kekakuan SMu untuk batang i. Kedua kontribusi ini diberi notasi (SM33 );_ 1 dan {SMu);. Secara umum, kontribusi satu batang pada kekakuan titik tertentu ditunjukkan dengan memberikan subskrip batang pada kekakuan batang tersebut. Sedang kekakuan batang diperoh~h dari matriks kekakuan batang yang sesuai:yaitu Tabel4-2 untuk balok menefi:IS dengan dua perpindahan yang mungkin di setiap titik kumpul. Dari pembahasan ini jelas bahwa koefisien kekakuan titik pada Gambar 4-8a bisa dituliskan dalam kekakuan batang dengan persamaan berikut:
(S J);t.;t =" (S M33)i-l
(SJ);2.;t

(S J)kl .il (S J)k2.i,l

+ (S Mu); = (SM43)i- t + (SM:n); = (S M3l)i = (S M41)i

(4-13)

yang menyatakan transfer elemen kolom pertama matriks kekakuan batang ke lokasi yang sesuai pada SJ. Dua kekakuan titik pertama terdiri dari jurnlah kontribusi batang i - 1 dan i, sedang dua kekakuan terakhir hanya menerima kontribusi dari batang i. Pola seperti ini, yaitu suku ganda hila kekakuan di ujung dekat (near end) batang dan suku tunggal bila kekakuan di ujungjauh (far end) batang, adalah hal yang umum untuk semua jenis struktur rangka, Tentunya ada juga kekecualian, seperti di ujung balok menerus yang hanya memiliki kontribusi tunggal walaupun kekakuan berada di ujung dekat. Persamaan yang sama dengan Persamaan (4-13) dapat diperoleh dengan mudah untuk rotasi satil satuan terhadap sumbu z di titik kumpul j. Rotasi ini adalah perpindahan satu satuan jenis j2 untuk batang i, seperti diperlihatkan pada Gambar 4-8b. Persamaan untuk kekakuan titik yang dinyatakan dalam kekakuan batang ialah (dari

168

Analisa Matriks untuk Struktur Rangl<a

Persamaan (4-13) sampai (4-16) menunjukkan bahwa keenam belas elemen matriks kekakuan batang 4 x 4 (SM] i untuk batang i memberikan kontribusi pada enam belas kekakuan titik dalam pola yang sangat teratur. Pola ini bisa dilihat secara skematis pada Gamoar 4-9b yarig menunjukkan formasi matriks kekakuan titik untuk balok menerus etHm bentang dengan titik kumpul terkekang pada Gambar 4-9a. Jumlah titik kumpul untuk struktur ini tujuh dan jurnlah perpindahan titik kumpul yang mungkin empat .belas, sehingga matriks kekakuan titiknya berordo 14 x 14. Skema pemberian indeks diperlihatkan di tepi kiri dan di tepi atas matriks pada Gambar 4-9. Kontribusi setiap batang ditunjukkan oleh blok yang diarsir dan masing-masing berordo 4 x 4. Blok-blok ini diberi nomor di sudut kanan atasnya untuk menunjukkan batang yang ditinjau. Blok yang bertumpang-tindih (dan berordo 2 x 2 dalam contoh ini) menunjukkan elemen s1 yang menerima kontribusi dari dua batang bersebelahan. Semua elemen di luar blok yar1g diarsir sama dengar1 nol. Matriks kekakuan pada Gambar 4-9b adalah matriks keseluruharJ ~ntuk iSemua perpindahan titik kumpul yang mungkin. Namun, untuk mengar~alisa suatu balok, matriks ini harus ditata ulang menjadi bentuk tersekat seperti yang ditunjukkan dalam Persamaan (4-8). Sebagai contoh, misalkan balok semula memiliki tumpuan sederhana di semua titik kumpul seperti diperlihatkan pada Gambar 4-10a. Mat:riks keka.kuan yang ditata ular1g dan disekat untuk kasus ini diperlihatkan pada Gambar 4-lOb. PenataarJ ulang ini dilakukar1 dengan menggeser baris dan kolom pada matriks semula ke leta.k yar1g sesuai, sehingga kekakuan yang berkaitan dengan derajat kebebasan sebenamya berada pada tujuh baris dan kolom pertama. Pada saat yang sama, kekakuan yang berkaitan dengan pengekang tuinpuan diletakkan pada tUjuh baris dan kolom terakhir. Untuk membantu proses penataan ulang, letak baris d~ kolom yang baru dituliskan pada Gambar 4-9b di tepi kanan dan di tepi bawah matriks. Penataan ulang matriks kekakuan semula dengan
1

)
2

3
1

/~
4

5
2

9
4

11

13 6

t
/f
6

/t
8
6 7

/~
10

/~
12

/t
14

(a)

tO tt t2 13 14

-0: 10: 0: 1 2 0:: 10\ 0:: 0:: 3 0:: 10: gg: ~ :;%:2 4 -0: 10: gg: sx: :;%: ~ 5 1/:: ~ ~ ~ 10:: 3
6

8 9
2
I0

7
8 9
IQ 11

~ ~ ~ ~ ~I:'\ ~~~~ ~

12

4 ~ -0: ~ ~ ~ 1/:: I IQS( 2 5 ~ 1/:: Rs: 10: 5 '% 1/:: ~ gg: 10; ~ 10:: f-0: gg: ~ :;%: 61 3 ~ ~ gx ~~ 6

13
14

'[:0 ~ ~ ~ 17; t/:: :;%: :;%:

sx:

14

2 10 3 If 4 12 5 13 6 t4 7
(b)

Gambar 4-9. Matriks kekakuan titik untuk balok menerus.

Metode lCekakuan Langsung yang Berorientasi pada lComputer


8 9 10 11 12 13 14

169

t t 213 t t t t ~)i&~~~~~
1 4 5 6

(o )

10 11 12 1 3 14

~~ 2 ~ ~ F% ~ ~ r/':: 3 I V: ~ ~ ~~ ~ 4 f(\ ~ ~ ~ ~~ I 5 r.% f:X3 ~ I r/':: ~ f(\ 6 ~ ~ r.% ~ R><: ~ 7 ~~ - ~~ 8 ~~ 1::::: ~ 9 ~ ~ F?, ~ ~ 1% 10 f? ~ ~ I V: ~ 1:'::: 11 ~ ~~ I ~ R><: ~ 12 ~~ ~ I ~ ~~ 13 ~~ ~ ~ t% i4 ~~ ~~

I~ ~

--

v:r

(b)

Gambar 4-10. Matriks kekakuan titik..ang dit~t~ ulang untuk balok menerus.

cara di atas ekivalen dengan penomoran derajat kebebasan dan pengekang tumpuan yang diperlihatkan pada Gambar 4-lOa. Akan tetapi, pendekatan umum dalam bab ini (seperti dijabarkan di muka) ialah pertama menurunkan matriks kekakuan dengan memakai sistem penomor~ yang ditunjukkan pada Gambar 4-9a, serta baris dan kolom kemudian ditata ulang seperti yang dilakukan dalam contoh pada Gambar 4-9 dan Gambar 4-10. Secara ringkas, prosedur yang harus diikuti dalam pembentukan matriks kekakuan titik S1 adalah meninjau batang secara berurutan dan menentukan kontribusinya satu demi satu. Untuk batang tipikal i, prosedurnya adalah sebagai berikut. Pertama, perpindahan yang mungkin di ujung j dan k dihubungkan dengan nomor batang dengan menghitung indeks jl, j2, kl , dan k2 (lihat Persamaan 4-12). Matriks kekakuan batang SMi kemudian dibentuk, dan elemen matriks ini ditransfer ke S 1 seperti yang ditunjukkan oleh suku dengan subskrip i dalam Persamaan ( 4-13) sampai (4-16). Setelah semua batang diproses dengan cara ini, matriks S1 lengkap terbentuk. Selanjutnya, S1 ditata ulang dan disekat menurut Persamaan (4-8). Setelah matriks kekakuan diperoleh, langkah berikut ialah menentukan vekt6r beban. Pertama, tinjaulah vektor beban titik kumpul yang sebenarnya A1 . Vektor ini berisi 2nj clemen yang masing-masing selaras dengan salah satu perpindahan titik . kumpul yang mungkin pada Gambar 4-?b. Jadi, di setiap titik kumpul terdapat dua beban Juar yang mungkin , yaitu gaya dalam arah y dan kopel dalam arah z. Beban ini diperlihatkan pada Gambar 4-11 dan diberi notasi (AJ)zk- 1 dan (AJ)zk Subskrip yang dipakai untuk menunjukkan aksi ini sama seperti sistem penomoran untuk perpindaham titik kumpul yang mungkin (Jihat Gambar 4-7b). Ja:di, vektor A1 berbentuk

AJ

= {(A,)t. (A,)2, ...

, (A,)2k-~> (AJ)zk, ... , (AJ)2m+l' (AJhm+Z}

(4-17)

Elemen dalam vektor ini diketahui langsung dari'beban yang diberikan pada balok.

170

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Gambar 4-11. Beban t itik kumpul untuk bal ok menei'us.

Tinjaulah selanjutnya formasi matriks gaya jepit ujung AML akibat be ban dan pembentukan vektor beban titik kumpul ekivalen AE Gambar 4-12b memperJihatkan batang ke-i suatu balok menerus dengan beban lateral yang diberikan di sepanjang bentang. Gaya di ujung batang i yang ,tetjepit di kedua ujungnya diberi notasi sebagai berikut: (A ,liL) 1,1 = gay a dalam arah y di ujung kiri (AML) 2,1 = momen dalam arah z di ujung kiri (AML)a.i = gaya dalam arahy di ujung kanan (AML)4,i = momen dalam arah z di uju'ng kanan Secara umum, subskrip pertama untuk gaya jepit ujung menunjukkan gayanya sendlri, dan yang kedua menunjukkan batang. Jadi, matriks gaya jepit ujung AML untuk balok menerus berordo 4 x m dan berbentuk:

ML -

[(A.,),,, (AML)2,1
(AML)a,l (AML)4,1

(AML)l,i (AML)2,i (AML)a,i (AML)4,i

(A.,),,. (AML)2,m
(AMLh,m (AML)4,m

(4-18)

Elemen dalam matriks ini adalah gaya jepit ujung yang dapat di~ari dari rumus dalam Lampiran B. Vektor beban titik kumpul ekivalen AE bisa dibentuk dari elemen matriks AML Prosesnya dapat dijabarkan dengan meninjau Gambar 4-12. Batang i .pada bagian (b) memberi kontribusi pada beban ekivalen di titik kumpulj dank yang merupakan ujungujung batang. Beban ekivalen di titik kumpul diperlihatkan pada Gambar 4-12a dan 4-12c,serta ditunjukkan oleh subskrip yang dipakai sebelumnya untuk perpindahan titik kumpul yang mungkin (lihat Gambar 4-7b). Jadi, bentuk umum vektor AE adalah
AE

= {(AE)l> (AE)2,

. . . , (AE)2J- 1> (AE)2J, (AE)2k- 1>

(Aeb . , (AE)2m+2}

(4-19)

Setiap elemen vektor AE terdiri dari kontribusi dua batang bersebelahan. Pertama, tinjaulah gaya (AEh;- 1 dalam arah y di titik kumpul j {lihat Gambar 4-12a). Aksi ini bisa juga diberi notasi (AEhi- 1 dan terdiri dari negatif gaya ujung (AML) 1 , i dari batang

Gambar 4-12. Beban pada batang balok menerus.

Metode Kekakuan Langsung yang Berorientasi pada Komputer

171

i Oihat Gambar 4-l2b) dan kontribusi yang serupa daribatang bersebelahan i - 1 di kiri. Kontribusi yang terakhir ini adalah negatif dari gaya (AML) 3 ;; _ 1 di ujung kanan batang i - 1. Dengan cara yang sama, persamaan untuk tiga beban ekivalen lainnya dapat di

tentukan. Jadi,
(AE)2i- t = (AE)2l-l = -(AML)3,1-t - (AML)t,i (AE)2i = (AEhi = -(AMLki-1 - (AML)2,i (AE)2k- t = (AE)2t+t = - (A,Inh,i - (A,,n)l.i+t (AE)2k = (AE)2t+2 = - (AMLki - (A,,n)2,t+t

(4-20)

Secara rirlgkas, vektor AE dibentuk dengan meninjau batang secara berurutan dan menentukan kontribusinya sa tu demi satu. Jadi, kolom matriks AML ditinjau berurutan, dan elemen setiap kolom ditransfer ke elemen yang sesuai pada vektor AE seperti yang ditunjukkan oleh suku dengan subskrip i dalam Persamaan (420). Setelah semua batang balok ditinjau dengan cara ini, vektor AE lengkap terbentuk dan dijumlahkan dengan vektor A1 menurut Persamaan (4-7) untuk menentukan vektor beban titik kumpul gabungan Ac Akhirnya, vektor Ac ditata ulang sehingga bagian pertama menjadi AFc dan bagian kedua menjadi ARc . seperti yang dijabarkan pada Pasa14.6 (Persamaan 4-9). Setelah matriks dan vektor yang diperlukan dibentuk dengan metode di atas, perpirldahan titik kumpul bebas DF dan reaksi tumpuan AR masing-masirlg dihitung dengan memasukkan matriks tersebut ke Persamaan (4-3) dan (44) serta melakukan perkalian matriks yang ditunjukkan. Bila perpindahan titik kumpul DF (yang selaras hanya dengan derajat kebebasan struktur) diperoleh, vektor perpindahan titik kumpul keseluruhan D1 yang selaras dengan semua ?erpindahan titik kumpuJyang mungkin Oihat Gambar 4-7b) mudah dibentuk. Vektor D 1 untuk balok menerus akan berordo 2nj X 1, serta terdiri dari elemen-elemen vektor DF (yang selaras dengan derajat kebebasan) dan elemen lain (yang selaras dengan pengekang tumpuan) yang berharga nol. Bentuk U!Uum vektor DJ ialah

te1ah

DJ ={(DJ)~> (DJ)2, ... , (D;)2i-t (D;)2J, (DJ)2k-t. (D J)2k .. , (D Jhm+2}

(4-21)

Elemen dari vektor ini digunakan dalam perhitungan gaya ujung batang yang dibahas beriku t ini. Untuk menentukan gaya ujung batang, Persamaan (4-5) harus diterapkan pad a setiap batang struktur. Bila dituliskan secara terinci, bentuk persamaan ini adalah

(4-22)

Vektor AMLi diperoleh dari kolom ~e-i matriks AML yang ditentukar. di muka, dan matriks kekakuan SMi diambil dari Tabel 42. Vektor DMi menyatakan perpindahan ujung untuk batang i, yang diperoleh dari vektor D 1 dengan mengambil empat per p_ indahan berunitan yang berkaitan dengan batang i. Secara umum, empat perpindahan dalam Persamaan (4-22), yaitu DMt. DM2 , DM3 , dan DM4 , masing-masing sama dengan perpindahan (DJ)jl> (DJ)j2 , (DJ)k 1 , dan (DJ)k 2 dari vektor DJ. Jadi, keempat per pindahan ujung suatu batang dapat diambil dari vektor D1 dengan mudah. Persamaan {4-22) dapat diekspansi lebih lanjut dengan memasukkan elemen SMi dan DMi dan melakukan perkalian matriks. Bila irli dilakukan, kita peroleh empat persamaan berikut:

172
(A..,)t,l

Analisa Matriks untuk Struktur

Ran~~:ka

= (AML)t,; +

12Elz ----:u((D J)Jt 1

(D J)kl]

+ Lf [(D J)J2 + (D J).ra]

6Elz;

(4-23)

(AM)4,1

= (AML)4,i + U

6Elz1

[(D J)Jl - (DJ)kt]

4Elz + -r:;-

[12

(D J)J2

+ (D J)k2 J

Persamaan (4-22) dan (4-23) tentunya identik dan salah satu bisa dipakai untuk menghitung gaya ujung batang. Analisa balok menerus dengan metode yang sangat teratur di atas akan diperlihatkan oleh contoh dalam pasal berikut. Dalam penyelesaiannya, langkah-langkah yang dijabarkan dalam pasal ini diikuti seseksama mungkin. Prosedur ini umumnya sangat tidak praktis untuk penyelesaian tangan, tetapi di sini hanya digunakan sebagai ilustrasi cara penyelesaian yang dilakukan oleh program komputer. Program komputer untuk analisa balok menerus disajikan pada Pasal 5.6. 4.9 Contoh. Balok menerus pada Gambar 4-13a akan dianalisa dengan cara Y"ng dibahas dalam pasal sebelumnya. Balok dikekang terhadap translasi di tumpuan C serta terhadap translasi dan rotasi di titik A dan D. Di titik B ketegaran lentur balok berubah dari El ke 2/. Jadi, titik B diambil sebagai titik kumpul pada struktur. Sistem penomoran batang dan titik kumpul ditunjukkan pada Gambar 4-13b, dan terlihat bahwa jumlah batang m adalah tiga, jumlah titik kumpul ni adalah empat, dan jumlah pengekang tumpuan n, adalah Iima. Oleh karena itu, jumlah derajat kebe~~"~ n sama dengan tiga (lihat Persamaan 4-1 0).
y
p

l
z

/b:
Ltz

1 A

f .I:JPV
l
L

2P

2P
lW L12 ---4.- L12
L

w- P;L

Jpuuuuilll l!lllllllllllj

Lf2

:1

21
2L

0
1

..

ly

(o)

/1~t---?,~2~2-?,~3____ 3___/~:-x
(2 4 6 (bl
Gambar 4-13. Contoh (balok menerus).

Metode Kekakuan Langsung yang Berorientasi pada Komputer

173

Tabe/ 4-7 lnformasi Batang untuk Balok pada Gambar 4 -l 3a

'"' Nomor

Batang
i

1 Nomar Tttik Kumpul di Ujung Barang


j

1nat/Cs untuJc
Perpindahan Ujung llatang
}1 l

"

-'"'
Pa,jang

lz
k2

...

k
1

}Z
2 4 6

kl

'"'
"'

z
3,, '

1 2

.~

'1

2 3 4

3
~

4 6

I 2I

L L

"' 7

ll

~~-

Sifat batang dan indeks perpindahan titik kumpul dihitung dari Persamaan ( 4-12) dan dituliskan dalam Tabel 4-7 . Momen inersia dan panjang setiap batang dapat dipandang sebagai data yang diberikan (atau masukan) pada analisa. Besaran lain dalam tabel ctihitung dari nomor batang. Informasi titik kumpul untuk balok ditunjukkan dalam Tabel 4-8 yang berisi indeks semua perpindahan yang mungkin di setiap titik kumpu1 ba1ok dan daftar pengekang titik kumpul. Da1am daftar ini, angka 1 dipakai u ntuk menunjukkan adanya pengekangan, sedang angka nol menunjukkan tidak ada pengekang (atau derajat kebebasan). J um1ah kumulatif harga-harga pada daftar pengekang menghasilkan daftar pengekang kumulatif yang dituliskan pada kolom berikutnva. Ko1om terakhir pada tabel menunjukkan indeks perpindahan titik kumpul yang diubah, sehingga derajat kebebasan diberi nomQr _sebe1um pengekang sesungguhnyu. lndeks yang diubah ini diperoleh dengan menerapkan persamaan (a) dan (b) dari Pasa1 4.6. Jadi, kedua kolom dalam Tabel 4-8 yang berisi nomor titik kumpul dan daftar pengekang dapat dipandang sebagai masukan (input), sedang tiga kolom lainnya dapat diturunkan dari data pada kolom masukan. Sebagai persiapan pembentukan matriks kekakuan titik keseluruhan S1, matnK:. kekakuan batang untuk ketiga batang struktur diberikan dalam Tabd 4-9 yang diturunkan dari Tabel 4-2 pada Artikel 4-3. E1emen matriks kekakuan batang pertama SMt untuk batang 1 ditransfer ke S1 menurut Persamaan (4-13) sampai (4-16). Kontribusi pada S1 dari batang 1 ditunjukkan dalam Tabe14-1 0 pada bagian kiri atas yang dibatasi garis terputus. Dengan cara yang sama, elemen dari SM2 dan SM3 ditransfer ke SJ, seperti yang ditunjukkan oleh dua bagian lainnya dalam Tabel 4-10 (yang dipisahkan oleh garis terputus). Elemen pada daerah di mana dua bagian dengan batas garis terputus

Tabe/4-8 Informasi Titik Kumpul untuk Balok pada Gambar 4-13a

' " Nom:or


Titik
Kumpr~t

~In'a~'Ks un.tu~k

~emua Pe r pindahail
1

IJ.aJt~"
Pe~ekjzng

""'

Ddftar
Pengeltg ~g

.., "" 1

* Inde&
P.erfind01ia!l yahiJJiti bah
4

yang:Mun.,lcin Titik ..K;UJ71.pul


2

.Kumuliltif :1

,,

1 l

2
2

5
1
2

2
I''

3 4

0 0
I 0

"'

~
3 3

3
4
"

5 6
7

6 3
1 ,.,

I'"

1 I

4
5

7 8

174

Analisa Matriks untuk Struktur RangkB

Tabel 4-9 Matriks Kekakuan Batang El [ 12 6L s~~~ = L'! -12 6L

6L 4U - 6L 2U
12L

-12 -6L 12 -6L -24 - 12L 24 -12L

6L 2U ]

-6L 4U

~2

El

12L [ u - 24 12L

su
3L

12L 4U ]
-12L -SU 2U -3L 4U

- 12L 4U
4U - 3L 2U

S., =

~ -lL
[

3L

-3 -3L 3 -3L

3L]

saling bertumpang-tindih adalah jumlah dua suku, yaitu satu dari masing-masing dua matriks kekakuan batang. Perhatikanlah, semua elemen dalam tabel harus dikalikan oleh faktor EljL 3 . Sistem penomoran untuk matriks kekakuan ditunjukkan pada sisi kiri dan atas matriks, serta sesuai dengan sistem penomoran pada Gambar 4-13b. Selanjutnya, matriks S1 ditata ulang menurut indeks perpindahan yang diubah pada kolom terakhir Tabel 4-8. Daftar ini ditunjukkan oleh angka pada sisi kanan dan bawah matriks dalam Tabel 4-10. Baris dan kolom ketiga, keempat dan keenam harus digeser ke tiga posisi pertama, serta semua baris dan ko1om 1ainnya digeser ke bawah dan ke kanan tanpa mengubah urutannya. Matriks kekakuan titik yang ditata u1ang ditunjukkan dalam Tabel 4-11. Matriks ini disekat menurut Persamaan (4-8) seperti ditunjukkan o1eh garis terputus. Matriks kekakuan SFF 3. X 3 diambil dari Tabel4-1l sebagai berikut:
Srr = L 3

El [ 36

6L 12L

6L 12P 4Lt

l2L]

4V

12V

Inversi.matriks ini menghasilkan

Sil =

75~EI

32U [ - 6L -30L

- 6L
72 -18

- 30L] -18 99

Tabe/4-10 Matriks Kekakuan Titik untuk Balok pada Gambar 4-13 (Semua elemen dalam matriks harus dikalikan dengan faktor EI/L 3 )

-------------------------------12 6L -12 6L
6L : -12 : 6L
0 0 0
4
---o-------6-----,-~u---- --=--rzr- -

s
0 0

2 3 4

- 6L 2V

4L'

i -36--------6i--:--_:-2_.-----I2i--:
:

-6L
6L

2U :

6 0 0

12Lt : - 12T

5
6 7

4U : :---27--- ---=--9i-: --::3------ 3T-:

7 0 0 0 0

8 0 0 0 0

4 5 I
2 6

0 0 0 5

: l2L 4V : -9L 122 -3L 2U : I ------- --- ------- ------------I 0 0 : -3 -3L 3 -3L : 0 0 : ____ ~f------~~: ____ -:~~ ----- ~f~_:
1 2 6 3 7 8

3 7 8

Metode Kekalcuan Langsung yang Berorientasi pada Komputer

175

Tabel4-ll
Matriks Kekakuan Titik yang Ditata Ulang untuk Balok pada Gambar 4-13 (Semua elemen dalam matriks harus dikalikan dengan faktoi' EI/L3 )
1 2 3 4

5 6 7 8

2 3 4 5 6 7 8 36 6L 12L - 12 -6L -24 0 0 6L 12U 4U 6L - 12L 0 2U 0 12L 4U 12U 0 - 9L - 3L 2U 0 -- --------- --------- -----~--------- -- ----------- ------- --- - - --- -I -12 0 6L 0 12 6L 0 0 I I 2L2 -6L 0 6L 4U 0 0 0 -24 - 12L -9L 0 27 -3 3L 0 0 -3L 0 0 -3 0 3 -3L 0 0 2V 0 0 3L - 3L 4U

Jadi, semua perhitungan yang melibatkan sifat struktur telah selesai, dan informasi mengenai be ban pada struktur sekarang akan diprqses. inspeksi Gambar 4-13a menunjukkan bahwa beban hanya diberikan di titik B dan C (titik kumpul 2 dan 3 pada Gambar 4-13b). Beban titik kumpul ini disusun dalam Tabe1 4-12 dengan cara yang sesuai untuk masukan pada program 'komputer. Selanjutnya, aksi ini diletakkan pada vektor A1 sebagai berikut (lihat Persamaan 4-17): AJ
=

{0, 0, - P,f?L , -P, 0, 0, 0}

Gaya jepit ujung AML ditulis dalam Tabel 4-13 menurut baris _ (row-wise), yang merupakan tra~spos dari penataan dalam Persamaan (4-18). Elem~n ~L ditransfer ke vektor beban titik kumpul ekivalen AE menurut Persarnaan (4-20). Pertama, gaya jepit ujung untuk batang l ditransfer ke em pat elernen pertama pad a AE; kemudian gay a untuk batang 2 ditransfer ke elemen tiga sampai enarn pada AE; dan akhirnya, gaya pada batang 3 ditransfer ke em pat elemen terakhir pada AE. Pembentukan vektor dengan cara ini menghasilkan:
At:= { - P, -PL/4, - 2P ,'O, -2P, -PL/12, -P , PL/3}

Vektor A1 dan AE sekarang digabungkan dengan memakai Persamaan (4-7) untuk memperoleh vektor Ac:
Ac = { -P, -PL/4, -.3P , PL, -3P , -PL/12, -P , PL/3}

Vektor ini harus ditata ulang dengan meletakkan elernen ketiga , keempat, dan keenarn pada tiga posisi pertarna serta rnenggeser semua elemen lain ke ujung tanpa mengubah urutannya . Penataan ulang ini menghasilkan vcktor berikut:

Ac

= {-3P, PL,

-PL/12, - P , - PL/4, -3P, -P, PL/3}

yang tiga elernen pertamanya adalah vek tor AFe:


Arc= {-3P, PL. - PL/12}

Tabel4-12
Aksi yang Diberika'n di Titik Kumpul

Titik
l,Kumpul

Gaya da/Qm .Arah y

Momen da/Qm Arah z

z
3 4

u:.. - P
0
-

-P

e
PL 0
0
,t-

176

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Tabe/4-13
Gaya Jepit Ujung Akibat Beban

Batang
1

(A , n)a,l

(A.IIL)t, l

<A.11Jv
p p p

(A ,,n)~ .l

2 3

p p p

PL/4 PL/4 PL/3

-PL/4 -PL/4 -PL/3

dan lima elemen terakhirnya oadalah elemen ARc (lihat Persamaan 4-9). :

AR c = { -P, - PL/4 1

3P, - P , PL/3}

Setelah semua matriks yang diperlukan diperoleh, penyelesaiannya dilanjutkan dengan menghitung perpindahan titik kumpul bebas DF menurut Persamaan (4-3):

DF

= S;/cAtc
- - - 3024/

75~/ [
255

322 - 6L
-6L

72

- -30L] 36] -p 18 [ - 12L


99
-L

-30L -18

12

PU [-398L] 366

Vektor DF sekarang dapat dipakai untuk mencari vektor semua perpindahan titik kumpul yan~mungkin D 1 dengan meninjau indeks perpindahan se_ mula dan yang diubah dalam Tabel 4-8. lndeks ini menunjukkan Dn D 1, DJ4 = D 2 , dan DJ 6 D 3 . Semua e1emen D 1 1ainnya sama dengan no! karena selaras dengan pengekang tumpuan. Jadi,

DJ =

PV
3024

/ {0, 0, -398L, 366, 0, 255, 0, 0}

Se1anjutnya, reaksi tumpuan AR dihitung dengan Pcrsamaan (4-4). Untuk itu, matriks SRF diambil dari bagian kiri bawah Tabel 4-11 .-Perhitungan AR adalah sebagai berikut:

AR = - ARc + SRFDF
p =12

12] El l-12 6L2 3L - 6L 2L 0 36 + :; -24 - 12L -9L 0 L 0 0 -3L [ 12 - 4L 0 0 22 3332 ] 1292L [


3979 753

J
[

- 398L PV 366 ] 30241


255

p = 1008

- 166L

Akhiinya, gaya ujung batang AMi ditentukan dengan menerapkan Persamaan (4-5) berulang-ulang (1ihat juga Persamaan 4-22). Karena dalam contoh ini terdapat tiga batang, maka kita butuhkan tiga perhitungan yang sejenis. Perhitungan untuk batang 1 adalah sebagai berikut:

Ar.u = A~o~La + SMaDMa

=4 [ 4

L] 4

+ SMI -398L 30241 = 252 -329


366

0 ] 0

PL 2

P [ 833 323L ]

-L

258L_

Metode Kekakuan Langsung yang Berorientasi pada Komputer

177

J>alam persamaan di atas, vektor DM t tercliri dari empat elemen pertama pada D1. Secara sama, persamaan untuk AM 2 dan AM3 adalah
A~u = AML2

+ s~uDM2
L 4] .

=
AM3

+ SM 2

[ - 366 398Ll
0 255

PU

30241 = 252

-77 6L ] 427

-L

- l69L

AML3

+ SM3DM3
L 3

[-L

3] + 8 "' [255 0 ] PU 0 30241 =


3

1008

676LJ [ 1263 753

-166L

Di sini, vektor DM 2 dibentuk dari elemen ketiga sampai keenam pada D1 , sedang vektor DM 3 terdiri dari empat elemen terakhir pada D1 . Jadi , semua perpindahan titik kumpul, reaksi tumpuan dan gaya ujung batang telah diperoleh, dan masalahnya dianggap selesai.

4.10 Kekakuan Batang Rangka Batang Bidang. Penentuan matriks kekakua11 oatang yang lengkap untuk batang tipikal rangka batang .merupakan pennulaan a.nalisa rangka batang bidang. Gambar 4-14a memperlihatkan batang tipikal i pada rangka batang bidang. Titik kumpul di ujung batang ini ditunjukk'an sebagai tjtik. j dan k. Rangka batang dianggap terletak pad a bidang x-y, dengart x dan y adalah sumbu referensi untuk struktur. Transla~i titik kumpul merupakan perpindahan yang tak diketahui dalam analisa, dan semua translasi ini bisa dinyatakan dengan mudall oleh komponennya

4t
2~
j
t

Nr-'-i
11

2~
x

o/'
(c I

4\

-~

/j

L
y

YL'
(b)

Gambar 4-14. Sistem penomoran untuk batang rangka batang bidang.

178

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

dalam arah . x dan y. Arah positif .keempat komponen perpindahan di kedua ujung batang tipikal i (terhadap sumbu arah struktur) ~itunjukkan pada Gambar 4-14b. Batang miring pada struktur rangka mudah ditangani dengan memakai kosin us arah {direction cosines). Kosinus arah untuk batang pada Gambar 4-14b adalah kosinus sudut -y1 dan -y2 masing-masing antara sumbu batang dengan sumbu x dan y. Sudut ini selalu diambil di ujung j. Kosinus arah yang selaras diberi notasi Cx dan Cy, serta ditentukan sebagai

Cx =. cos "Y1

Cy =cos -y2 =sin

'Y1

Kosinus arah untuk batang juga dapat dinyatakan dalam koordinat titik kumpul j dan k. Jika koordinat x dan y dari titik kumpul j dan k diberi notasi (x;. Yj) dan (xk, Yk), maka kosinus arahnya ialah
C y =- L
.._Y;;.k_-....: Y ;..: i

(4-24)

dengan L adalah panjang batang. Panjang L bisa dihitung darikoordinat titik kumpuldi ujung batang sebagai: (4-25) Kedua kosinus arah akan berharga positif bil'a arah batang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4-14b, yaitu blla koordinat x dan y dari titik k lebih besar dari pada koordinat titik j. Jika sudut 'Yt lebih besar dari 90, rumus di atasietap berlaku, dan satu atau kedua kosinus arah akan negatif. Dalam analisa rangka batang bidang fjuga jenis struktur rangka lainnya), matriks kekakuan titik SJ lebih mudah dibentuk dengan menentukan kontribusi dari kekak:uan batang. Pada kasus balok menerus, operasi ini bersifat langsung (lihat Pa~l 4.8) k3rena sumbu arali batang bisa diambil sejajar atau berimpit dengan sumb.u arah struktur, Jadi, matriks kekak:uan batang balok untuk sumbu arah batang (seperti'yang diturunkan pada Pasal 4.3) dapat digunakan langsung untuk mendapatk~ kekakuan titik bagi sumbu arah struktur. Namun , untuic jenis struktur rangka lainnya, sumbu batang tidak selalu sejajar sumbu struktur. Misalnya, sumbu x-y pada Gambar 4-14b adalah sumbu arah struktur, sedang sumbu batang xM dan YM dianggap searah sumbu batang dan tegaklurus batang seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4-14c. Matriks kekakuan SMi untuk sumbu arah batang ini dapat diperoleh langsung dengan meninjau kasus (1) dan (7) pada Gambar 4-2. Bila perpindahan ujung terhadap sumbu xM -YM diberi nom or Seperti yang ditunjukkan pada G3J11bar 4-14c, maka matriks kekakuan SMi untuk sumbu ini berbentuk seperti yang diperlihatkan dalam Tabel 4-14. Dalam tabel ini, ketegaran aksial batang dinyatakan dengan EAx,dan matriks disekat seperti sebelumnya. Akan tetapi, karena matriks S1 didasarkan pada sumbu arah struktur, kita perlu menentukan kekakuan batang untuk sumbu arah struktur dengan salah satu dari dua metode berikut. Metode pertama adalah formulasi kekakuan langsung. Dalam pendekatan ini, perpindahan satuan dalam arah sumbu struktur Oihat Gambar 4-14b) diinduksi di ujung batang, dan aksi pengekamg yang selaras dalam arah tersebut dihitung. Aksi ini
Tabe/4-14 Matriks Kekakuan Batang Rangka Batang Bidang untuk Sumbu Batang (Gambar 4-14c)
SM I = [ SM n SMJ_I<J =
SMki SMkk

0 : -1 0] 0 : 0 0 EAx[--~- ------------0 1 0
L
- I
I

Metode Kekakuan Langsung yang Berorlentasi pada Komputer

179

menj.adi elemen matriks kekakuan batang untuk. sumbu struktur.:Metode kedua untuk menentukan matriks kekakuan batang adalahsebagai tierikut. Pertama, matriks kekakuan batang untuk sumbu arah batang dicari (lihat Tabel 4-14); matriks ini kemudian ditransforrnasi ke sumbu arah struktur dengan proses rotasi sumbu. Dengan matriks transforrnasi yang sesuai, rotasi sumbu bisa dilakukan dengan perkalian matriks seperti yang dibahas dalam pasal selanjutnya. Sekarang, matriks kekakuan batang untuk. rangka batang bidang akan dikembangkan dengan metode langsung. Untuk itu, kita perlu meninjau perpindahan satuan dalam arah x dan y di kedua ujung batang. Perpindahan arah x ditunjukkari pada Gambar 4-lSa dan merupakan trans1asi satu satuan dalam arah x di ujung;. Akibat perpindahan ini, gaya aksial diinduksi pada batang tersebut, yang besarnya sama dengankosinus arah x (Cx) untuk batang (Jihat Gambar 4-ISa). Gaya aksial tekan pada batang akibat perubahan panjang ini sama dengan

EAx_ C L X
Aksi pengekang di ujung batang dalam arah x dan y, yang sama dengan komponen gaya aksial, adalah kekakuan batang untuk arah struktur. Kekakuan ini ditunjukkan dengan sirnbol SMS (lihat Gambar 4-lSa) agar dapat dibedakan dari kekakuan SM untuk sumbu

(o)

LX
(b)

LX
(cl
y

LX
(d)

Lx
Gambllr 4-15. Kekakuan batang rangka batang bidang untuk sumbu struktur.

180

Analisa Matriks untuk Str: K tur Rangka

batang (lihat Tabel 4-14). Sistem penomoran untuk kekakuan SMs diperlihatkan pada Gambar 4-14b. Aksi pengekang di ujung j dalam arah x (dengan notasi SMsu) harus sama dengan komponen x dari gaya batang. Dengan demikian, kekakuan ini sama dengan gaya aksial dikalikan dengan kosinus arah x, yaitu
SMs

= LCx
deng~n

EAx

Juga, aksi pengekang di j dalam arah y sama


SMS2l

komponen y dari gaya batang:

=L

EAx

C,yCy

Aksi pengekang di ujung batang k pada Gambar 4-l Sa dapat dicari dengan keseimbangan statis sebagai berikut:
SMS3l

-SMsu

2 = - EAx - Cx L

SMS4t

- SMszt

= - L CxCY

EAx

Persamaan di atas untuk keempat kekakuan yang ditunjukkan pada Gambar 4-lSa merupakan elemen kolom pertama matriks ~Si Kolom kedua, ketiga, dan keempat pada SMsi masing-masing bisa diperoleh dengan cara yang sama dari Gambar 4-lSb, 4-lSc, dan 4-lSd, sehingga didapatkan matriks kekakuan 4 x 4:-yang diperlihatkan dalam Tabel 4-15 . Pembaca sebaiknya membuktikan elemen lainnya dalam matriks ini.

Tabe/ 4-15
Matriks Kekakuan Batang Rangka Batang Bidang untuk Sumbu Struktur (Oambar 4-14b)

4.11 Analisa Rangka Batang Bidang. Sebagai langkah pertama dalam anaitsa rangka batang bidang, semua titik kumpul dan batang harus diberi nom or. Titik kumpul struktur diberi nomor dari.l sampai n1, dengan ni adalah jurnlah titik kumpul. Sedangkan, batang diberi nomor dari I sampai m, dengan m adalah jumlah batang. Urutan penomoran titik kumpul dan batang boleh sembarang. Namun, setelah pemberian nomor selesai, kita perlu mencatat dua nomor. titik kumpul yang berada pada setiap batang. Hubungan antara nomor titik kumpul dan nomor batang dibutuhkan untuk menentukan elemen matriks kekakuan titik S1 dan vektor beban ekivalen AE yang menerima kontribusi dari setiap batang. Untuk menjabarkan sistem penomoran sembarang pada titik kumpul dan batang, tinjaulah rangka batang bidang pada Gambar 4-16a. Dalam gambar, nomor titik kumpul ditulis dekat titik tersebut, sedang nomor batang ditulis dekat batang dan dilingkari. Sistem penomoran untuk struktur ini ditunjukkan pada Tabel 4-16. Untuk tujuan analisa, kita perlu menentukan ujung j dan ujung kbagi setiap batang seperti diperlihatkan dalam tabel, walaupun pemilihannyabersifat sembarang. Walaupun metode analisa dalam bab ini tidak memerlukan urutan penomoran titik kumpul dan batang yang tertentu, tetapi biasanya nomor diberikan secara alamiah

Metode Kekakuan Langsung yang Serorientasi pada Komputer

181

Tabe/ 4-16 Daftar Batang dan Titik Kumpul untuk Rangka Batang pada Gambar 4-16;~
Bating Titik i )I'itilc k

l
6

5
4 2

6K

7
6

8
l 6

9
2 1

.s

4 L

dalam pola yang sistematis bila mungkin. Misalnya pada beberapa struktur, urutan yang alamiah bisa dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah, seperti yang ditunjukkan pada rangka batang dala:m Gambar 4-16b. Geometri rangka batang ini menyiratkan bahwa p.ola sistematis untuk penomoran titik kumpul ialah dari kiri ke kanan di sisi atas dan dari kiri ke kanan di sisi bawah. Pola yang sistematis unit.Uk batang ialah memberikan nom or dengan urutan batang datar, batang vertikal, dan terakhir batang diagonal, seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Sistem penomoran untuk struktur ini diringkas dalam Tabel 4-17 . .Perhatikan bahwa kita perlu menunjukkan salah satu ujung setiap batang sebagai ujung j dan ujung lainnya sebagai ujung k. Banyak skema yang mungkin untuk penomoran tit:ik kumpul dan batang suatu rangka batang dapat dilakukan; dan hal ini terutama tergantung pada pilihan .Pribadi. Jika ef1siensi penyelesaian bendak dicapai, sistern penomoran dapat dipilihhingga jumlah penataan ulang matriks kekakuan titik keseluruhan S1 menjadl minimum . Prosedur ini bennanfaat bagi perhitungan tangan, tetapi tidak bermanfaat bila analisa dilakukan dengan komputer. Setelah penomoran batang dan titik kumpul selesai, langkah berikut dalam analisa ialah mengidentifikasi semua perpindahan titik kumpul yang mungkin dan derajat kebebasan. Jumlah yang pertama sama dengan dua kali jumlah titik kumpul atau 2nJ, karena setiap titik kumpuJ dapat mengalami translasi dalam arah x dan y. Jumlah derajat ~ebasan n ditentukan oleh persamaan (4-26) dengan n,: adalahjumlah pengekang tumpuan. Perpindahan titik kumpul yang mungkin diberi nomor dalam urutan yang sama seperti ritik kumpul, dengan mendahulukan translasi x sebelum translasi y di setiap titik

(a)

(b)

Ga mbar 4 -16. Sistem penomoran untuk batang dan titik k.umput rangka batang bidang.

182

Analisa Matriks untuk Struktlu Rangka

Tabe/4-17 Daftar Batang dan Titik Kumpul untuk Rangka Batang pada Gambar 4-16b
1

3
4 .5

..
.5 6

ntikf
Titik k

2 3

'2
.5

7 3

8
I

'

10
2 6

Jl

.5

kumpul. Jadi, translasi x di titik 1 menjadi perpindahan nomor 1, translasi y di titik 1 menjadi perpindahan nomor 2, translasi x di titik 2 menjadi perpindahan nomor 3, dan seterusnya, sehingga translasi x dan y di titik terak.hir masing-masing bernomor 2ni - 1 dan 2ni Secara umum , translasi x dan y di titik kumpulj rangka batang masing-masing memiliki indeks 2j - 1 dan 2j. Untuk membentuk matriks kekakuan S1 dari kekakuan batang, kita perlu menghubungkan indeks untuk perpindahan titik kumpul yang mungkin dengan perpindahan ujung untuk batang tertentu, seperti yang dilakukan pada analisa balok menerus. Untuk itu, tinjaulah batang tipikal i pada Gambar 4-17, yang ujung-ujungnya bertemu di titik kumpul j dan k. Sumbu x dan y dalam gambar dianggap sebagai sumbu arah struktur . Perpindahan ujung batang ini diidentifl.kasi oleh indeks jl , j2, kl, dan k2, seperti diperlihatkan dalam gambar. lndeks untuk batang ini dihubungkan dengan nomor titik kumpulj dank sebagai
j l = 2j- I k I= 2k- 1

j2 k2

= 2j = 21..

(4-27)

Hubungan ini mengikuti sistem penomoran untuk perpindahan titik kumpul yang mungkin di atas. Matriks kekakuan titik kumpul dibentuk dari kontribusi setiap batang. Jadi, matrlks kekakuan batang SMsi (lihat Pasal 4.10, Tabel 4-15) untuk setiap batang harus ditentukan dan elemennya diletakkan pada posisi yang sesuai dalam matriks S1 . Untuk melihat cara pembentukannya, tinjaulah batang tipikal i pada Gambar 4-18a. Batang itii memberi kontribusi pada kekakuan titik kumpul j dank di kedua ujungnya. Jika perpindahan satu satuan dalam arah x diinduksi pada struktur terkekang seperti ditunjukkan dalam gambar, m aka akan timbul aksi pengekang dalam arah x dan y di kedua titik kumpul. Aksi dalam arah x di titik kumpul j adalah kekakuan titik (SJ)jt, it> sedang aksi dalam arah y adalah kekakuan (SJ)jl,jt Secara sama, aksi di titik kumpul k adalah (SJ)kt,jt dan (SJ)k1.,jL Kedua aksi di titik kumpulj merupakanjumlah kontribusi dari batang i dan semua batang lain yang bertemu di titik j. Untuk mudahnya, kontnousi yang terakhir ditunjukkan dengan sirnbol "SMS Namun, kontribusi dari batang i akan dituliskan dalam bentuk yang sesungguhnya karena merupakan suku yang ditinjau.

Gamblr 4-17. Perpindahan ujung batang pada rangka batang bidang.

Metode Kek.akuan Langsung yang Berorientasi pads Komputer

183

CS).,,.,

(a)

(cl

(b)

(d)

Gamber 4-18. Ke'kakuan titik untuk rangka batang bidang.

Kontribusi dari batang i pada kekakuan (SJ)jl,/t adalah kekakuan batang SMsu, sedang kontribusinya pada kekakuan (SJ)j2, /l adalah SMs21 . Namun, kekakuan di titik kumpul k hanya menerima kontribusi dari batang i Kontribusi ini adalah SMS3t dan SMS4t masing-masing untuk kekakuan dalam arah x dan y di titik k. Jadi, persamaan untuk kekakuan titik yang ditunjukkan pada Gambar 4-18a adalah:
(SJ)JlJt (S;)i2Jt (S;}kt.it (SJh-2.it

= I.SMs + (SM,su); = ISMs + {SMS2t); =

(4-28)

(SMS3t); (SMSIt);

Setiap kekakuart di atas adalah akibat satu satuan translasi x di titik kumpul /, dan masing-masing menerima kontribusi dari kolom pertama matriks SMsi untuk batang i. Persamaan yang serupa dengart Persamaart (4-28) dapat juga dituliskan untuk translasi satu satuan struktur terkekang dalam arah y di titik kumpul j, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4-18b. Persamaan ini melibatkan kolom kedua SMsi sebagai berikut:
(SJ)jl . j2 ~ (SJ)j2,j2 = I (SJh t.i2 = (SJh-2..12 =

S.,ts + (S,,JS12)1 SMs + (S.wsz2);


( S MS32)1
( S.ws42)t

(4-29)

184

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka


~itik

Sedang untuk satu satuan translasi x di k (Gambar 4-18c), kekakuan nerima kontribusi dari kolom ketiga SMsi adalah:
(SJ)Jt,kt (SJ)J2,kt (SJ)kl.kl (S;)k2,kt

yang me-

= = =l =l

SMs SMs

+ +

(SMst3)l (SMsdt (S,~~s33)1 (SMs43)i

(4-30)

Akhirnya, kekakuan untuk satu satuan translasi y di k (lihat Gambar 4-18d) menerima kontribusi dari kolom keempat SMsi sebagai berikut:
(SJ)Jl.k2 (SJ)j2,k2 (SJ)kt,k2 (SJ)k2,k2

= = =k =k

SMs SMs

+
+

(SMsu)i (SMSZ4)i (SMS34)l (SMS44)i

(4-31)

Pola kontribusi kekakuan batang pada matriks kekakuan titik (yang dinyatakan oleh persamaan di atas) ditentukan oleh geometri rangka batang serta sistem penomoran titik kumpul dan batang. Pola untuk struktur pada Gambar 4-19 akan digunakan sebagai contoh. Titik kumpul dan batang untuk rangka batang diberi nomor seperti yang ditunjukkan dalam gambar, dan perpindahan titik kumpul yang mungkin (ditunjukkan oleh panah) diberi nomor menurut Persamaan (4-27). Pada struktur ini terdapat enam batang dan empat titik kumpul, serta matriks kekakuan titik keseluruhan berordo 8 x 8. Posisi kontribusi batang pada matriks kekakuan titik ditunjukkan oleh tanda silang pada Gambar 4-20a sampai 4-20f, dan matriks kekakuan akhir adalah gabungan kontribusikontribusi ini. Sebagai conk>h, kekakuan titik s,11 dibentuk oleh kontribusi dari batang 1, 2, dan 3 seperti ditunjukkan pada Gambar 4-20a, 4-20b, dan 4-20c. Jadi,

= (SMsu)t + (SMsuh + (SMsuh Sebagai contoh lainnya, tinjaulah kekakuan titik s,34 yang terdiri dari kekakuan batang
SJu

1, 4, dan 5. Dengan memperhatikan Gambar 4-20a, 4-20d; dan 4-20e, kita peroleh

Sm

= (SMS34)1 + (SMstz)4 + (SMst2):;

Pada contoh dalarn Gambar 4-19, matriks kekakuan S1 tidak perlu ditata ulang karena urutan yang digunakan dalam pen9moran titik kumpul. Empat kolom dan baris pertama pada S1 berkaitan dengan derajat kebebasan, serta empat kolom dan baris

-s

Gembar4-19. Contoh (rangka batang).

Metode Kekakuan LanuunJt YanK Berorientasi pada Komputer


12345678 12345678
I
)(

185
12345678
I
)(

X z X 3 X 4 X
I

)( )( XX XX XX

X X X X

)(

2 X X

XX XX

)(

2 X X

XX XX

3
4

5 6 7

5 X X 6 X X 7 8

XX XX

4 5 6 7 x x 8 X X

)( X X X

(a) Batang 1

(b) Batang 2

(cl Batang 3

2345678
I

12345678
I

234567 8

1 2

z
XX XX
X X X X X X X X XX X X

3
4

5 6 7 8

3 4 5

XX X X

X X X X

2 3 4

5
X X

XXX X
X X X X X X XX XX X X

6
7 8

XX
X X

XX

6 7 8

(b) Batang 4

(c) Batang 5

(d) Batang 6

Gamber 4-20. Kontrlbusi kekaku an batang pada kekakuan titi k umuk contoh rangka batang bidang.

terakhir berhubungan -dengan pengekang tumpuan. Akan tetapi, ini merupakan kasus khusus dan perubahan yang kecil pada struktur, sepert( memberikan tumpuan rol di titik 3, akan membuat penataan ulang diperlukan. Berikut ini vektor yang berkaitan dengan beban pada rangka batang akan dibahas. Pertama, tinjaulah vektor aksi (atau beban) A1 yang diberikan di titik kumpul. Di titik kumpul tipikal k umumnya terdapat dua komponen gaya ortogonal, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4-21. Aksi (AJhk-l adalah gay a dalam arah x positif, dan aksi (AJ)2k adalah gaya dalam arah y positif. Dengan demikian, vektor A1 akan berbentuk
AJ

= {(AJ)t, (AJ)z ,

.. . , (AJ)u-~o (AJ)u, ... , (AJh"J}

(4-32)

yang memiliki 2nt elemen yang selaras demgan 2nj perpindahan titik kumpul yang mungkin . Selanjutnya tinjaulah matriks gaya AML ak.ibat beban yang bekerja pada batang hila translasi titi.k. kumpul rangka batang dikekang. Beban pada batang i diperliliatkan dalarn Gambar 4-22b yang juga menunjukkan sumbu arah batang XM dan YM Gaya A MLi untuk batang i didefinisikan terhadap sumbu xM dan YM sebagai berikut:
(A.~~J 1, 1

(AMLb

= =

gaya dalam arah XM di ujung j gaya dalam arahyM di ujung j

Gamber 4 21. Beban t ti k kumpol untuk rangka batang bidang.

186

Analisa Matrik.s untuk Struktur Rangka

(o)

Gambar 4-22. Be ban batang pada rangka batang bidang.

(AMLh, 1
(AJn)~. 1

= =

gaya dalam arah XM di ujung k gay a dalam arah YM di ujung k

Gaya ujung untuk kondisi pembebanan tertentu dapat diperol~h~dari tabel dalam Lampiran B. Matriks AML berordo 4 x m dan sama bentuknya seperti matriks dalam Persamaan (4-18) untuk balok menerus. Vektor beban titik kumpul ekivalen AE dapat dibentuk dari elemen matriks AML Vektor ini bentuknya sama seperti vektor dalam Persamaan (4-32), tetapi A, diganti dengan Ae. Untuk menjabarkan perhitungan beban titik kumpul ekivalen, tinjaulah gaya (AEh;- 1 pada Gambar 4-22a. Gaya ini dibentuk oleh kontribusi dari batang i dan semua batang lainnya yang bertemu di titik kumpul j. Kontribusi yang terakhir akan ditunjukkan dengan simbol ~AMS Sedangkan kontribusi dari batang i dapat dinyatakan dalam suku-suku gaya ujung pada kolom ke-i dari AML Ini dilakukan dengan mengambil komponen gaya ujung dalam arah x di titik kumpulj dan membalikkan tandanya. Jadi, kontribusi batang i parla beban ekivalen (Aeh;- 1 ialah
- Cx;(AML)t,l

Cy,(AML)v

dengan Cx; dan Cyi adalah kosinus arah untuk batang i. Dengan cara yang sama, beban ekivalen di titik k:umpulj dank (lihat Gambar 4-22a dan 4-22c) dapat diperoleh:
(Ae)z;-t (Ae)ZJ (Ae)2k-t (A ehk

=- I
= =

=-I

AMsAMs- I AMs - I AMs -

Cxt(A,,nb + Cyt(AML)t,iCxt(AML)3,1 + C y,(AMLhi -

Cyt(AML)z,l Cxt(AMLh,l Cyt(Am)4,t

(4-33)

C xt<A"n)4,1

Persamaan ini menentukan kontribusi batang i pada beban titik kumpul ekivalen, seperti yang ditunjukkan dalam Persamaan (4-2). Dengan menerapkan persamaan ini secara beruntun pada semua batang rangka batang, kita peroleh beban titik kumpul ekivalen untuk semua titik kumpul. Kontribusi batang i pada vektor AE juga dapat diperoleh dengan metode rotas1 sumbu. Prosedur ini untuk struktur rangka batang bidang dibahas pada Pasal 4.14. Vektor A 1 dan AE sekarang dijumlahkan (lihat Persamaan 4-7) untuk membentuk vektor Ac Vektor terak.hir kemudian ditata ulang jika diperlukan untuk mengisolir

Metode Kekakuan Langsung yang Berorientasi pada Komputer

187

vektor AFc (Iihat Persamaan 4-9). Selanjutnya, vektor.AFc dan matriks invers Sii~ digunakan untuk menghitung perpindahan titik kumpul bebas DF dengan Persamaan (4-3). Vektor perpindahan titik kumpul bebas DF kemudian diekspansi menjadi vektor semua perpindahan titik kumpul yang mungkin D1 . Vektor D1 memiliki 2nj elemen, dan elemen yang selaras dengan pengekang tumpuan sama dengan nol. I..angkah berikut ialah menentukan reaksi tumptian dengan Persamaan (4-4). Penyelesaian akhir untuk gaya ujung batang dapat dilakukan dengan Persamaan (4-5). Persamaan ini harus diterapkan sekali pada setiap batang struktur. Perhatikan bahwa bila dituliskan dalam bentuk yang diekspansi, persamaan tersebut .sama bentuknya seperti Persamaan (4-22). Vektor AMLi diperoleh dari kolom ke-i pad a matriks AML yang dijabarkan di atas. Matriks SMi adalah matriks kekakuan batang ke-i terhadap sumbu batang (lihat Tabel4-14). Vektor DMi dalam Persamaan (4-S) terdiri dari perpindahan ujung batang i dalam arah sumbu batang. Perpindahan ini dapat dihitutl.g dari perpindahan titik kumpul DJ yang didasarkan pada sumbu arah struktur. Misalnya, elemen pertama DM1 pada vektor DMi merupakan perpindahan titik kumpul j dalam arah XM. Perpindahan irli ditentukan dengan persamaan berikut: DM!

= (DJ)jtC.YI + (D;)j2CY;

(DJ)fl dan (DJ)jz masing-masing adalah perpindahan titik kumpul j dal.am arah x dan y (lihat Gambar 4-17). Secara sama, perpindahan titik kumpul j dalam arah YM dapat dirlyatakan dalam (DJ)j1 dan (DJ)jz sebagai:
DM2

-(D;);tCY;

+ (DJ)J2CKi

Perpirldahan ujung di titik kumpul k juga bisa dinyatakan sebagai: DMa DM4

= (DJ)ktCx; + (DJ)kzCy; = -(DJ)klCYt + (DJ)'k2Cx;

Persamaan di atas untuk elemen DMi sekarang dapat dirnasukkan ke Persamaan (4-5). Bila elemen SMi dimasukkan dengan cara yang sama, Persamaan (4-5) dapat diekspansi menjadi empat persamaan terpisah: (AM)t.t (AM)z,t . (AM)a,t

= (AMLkt + ~ {[(D;)H= (AMth,i

EAx;

(DJ)kt]Cx;

+ [(DJ)J2

(DJ}k2)Cy;}

= (AML)a,;

EAxt - ~{[(DJ);! - (DJ)kt]Cx;

(4-34)
(DJhz]Cy,}

+ [(DJ)J2 -

Persamaan ini selanjutnya diterapkan secara berulang-ulang untuk semua batang rangka batang. Untuk setiap batang, perpindahan D, dalam persamaan harus diambil dengan cara yang tepat dari vektor semua perpindahan titik kumpul D1 . Met ode lain untuk menentukan vektor DMi dalam Persamaan (4-5) ialah dengan mengggunakan rotasi sumbu yang dibahas pada Pasal4.14. Contoh analisa rangka batang bidang diberikan dalam pasal berikut, dan program komputernya disajikan pada Pasal 5.7.
4.12 Contoh. Rangka batang bidang yang ditunjukkan pada Gambar 4-23a akan dianalisa dengan metode yang dibahas ctalam pasal sebelumnya. Rangka batang dikekang

:i88

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

di titik C dan D oleh tumpuan sendri yang mencegah translasi dalam arah x dan y. Be ban pada rangka batang terdiri dari beban t itik kumpul dan be ban batang. Sistem penomoran sembarang untuk batang dan titik kumpul ditunjukkan pada Gambar 4-23b yang memperlihatkan struktur terkekang. Nomor batang ditunjukkan dalam lingkaran di sisi batang, dan nomor titik kumpul ditunjukkan dengiln angka di dekat titik kumpul. Sistem penomoran untuk perpindahan titik kumpul diperlihatkan oleh angka di dekat tanda panah yang menunjukkan arah positif dari perpindahan yang mungkin. Tentunya, sistem penornoran perpindahan diturunkan dari sistem penomoran titik kumpul dengan Pcrsamaan (4-27). Perhatikanlah, sistem penomoran titik kumpul (dan juga perpindahan) pada Gambar 4-23b menyebabkan penataan ulang rnatriks tidak diperlukan dalam analisa. Namun, ini tidak bcrlaku umum. Dengan memilih titik 3 sebagai titik awal koordinat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4-23a, koordinat x dan y dari titik 3 menjadi nol. Koordinat untuk semua titik kumpul struktur din yatakan dalam L (panjang salah satu batang diagonal) dan ditulis dalam Tabel 4-18 yang juga menunjuk,kan daftar pengekang untuk struktur. Seperti pada contoh balok menerus, integer 1 pada daftar pengekang menunjukkan adanya pengekangan, dan angka nol menunjukkan tidak ada pengekangan . Tabel 4-19 menunjukkan informasi batang untuk rangka batang pada Gambar 4-23a (perhatikan bahwa luas penampang lintang sebanding dengan panjang). Nomor batang, nomor titik kurnpul, dan luas penampang lintang merupakan data yang diperlukan, sedang panjang batang _ dan kosinus arah dapat dihltung dari koordinat titik kumpul di ujung batang (lihat Persamaan 4-24 dan 4-iS). Perhatikanlah, pemilihan 1.1jung batan~ yang mana sebagai ujungj atau k mcnentukan tanda kosinus arah.

(o

(b)

3 ~~~--------~==4~-------x

Gambar 4-23. Contoh (rangka batang bidang).

Metode Kekakuan Langsung yang Berorientasi pada Komputer

189

Tabe14-18
lnformasi Titik Kumpul untuk Rangka batang pada Gambar 4-23a

0
()

. l

Sebagai langkah persiapan untuk menurunkan matriks 'k ekakuan keseluruhan SJ, matriks kekakuan setiap batang SMsi diringkas dalam Tabcl 4-20. Matriks ini dibentuk dari Tabe14-15 pada Pasa14-1 0. Elemen setiap matriks ini ditransfer ke letak yang sesuai pada SJ dengan menghitung indeks j1, j2, kl , k2 menurut Persamaan (4-27) dan mentransfernya menurut Persamaan (4-28) sampai (4-31). Untuk membantu proses ini, harga numerik indeks j 1, ; 2, kl , dan k2 ditunjukkan dalam Tabel 4-20 di sisi kanan dan di bawah setiap matriks SMSi Sebagai contoh proses transfer ini, tinjaulah elemen (SMs 13h, yaitu elemen pada baris pertama dan kolom ketiga dari matri.ks SMst untuk batang 2. Elemen inl dilingkari dalam Tabel4-20, dan harganya adalah - EAxf L . Indeks baris dan kolom SJ untuk elemen ini juga dilingkari dalam Tabel 4-20. Indeks lni menunjukkan bahwa elemen terse but harus ditransfer ke posisi pada b~s kelima dan kolom ketujuh dari matriks SJ. Elemen ini dilingkari dalam Tabel 4-21 yang memperlihatkan bentuk matriks SJ setelah proses transfer selesai. Matriks ini disekat sesuai dengan Persamaan (4-8), dan mat riks kekakuan SFF 4 X 4 secara otomatis berada pada bagian kiri atas sehingga penataan-ulang tidak diperlukan dalam contoh ini. Invers matriks SFF ditunjukkait dalam Tabel4-22 untuk digunakan dalam perhitungan beri.kutnya. Gam bar 4-23a juga menunjukkan be ban yang dlberlkan pad a struktur. Be ban luar di titik kumpul dituliskan dalam Tabel 4-23 , dan gaya di ujung batang pada struktur terkekang (akibat beban pada batang) diringkas dalam Tabel 4-24. Beban titik kumpul diletakkan pada vektor AJ (lihat Persamaan 4-:32): AJ = P{O, 0, 2, l, 0, 0, 0, 0} Gaya pada baris dalam Tabe1 4-24 memberitut< kolom matriks AMI, Elemen AML kemudian ditransfer ke vektor beban titik kumpul ekivalen AE menurut Persamaan (4-33). Vektor yang dihasilkan.ndalah :
A~: =

P{l,O; 2,0; 0,5; -2,5; 1,0; - 1,0; 0,5; - 1,5}

Tabe/4-19
Informasi Batang untuk Rangka Batang pada Gambar 4-23a
Kosinw

Ar.ah Titik..i
l 3 3
4

Titik k
~

4 I

1,0

2
4

l.,P
0,6 0,6
- 0;'8 (),8

190

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

S MS I

SMS 3

Tabe/4-20 Matriks Kekakuan Batang untuk Sumbu Struktur 0 0 - I 0 0 2 0 0 [ I EA x O EA x [I O 0]' I 0 3 0 0 S MS2 = L -~ =L 0 0 4 0 0 4 1 2 3 5 6 0 0 0 I 0 -1 6 I EA [ 0 O E.Ax 0 = LX 0 0 0 0 I L - I 0 1 2 ' 0 - I 5 2 7 6 8 .) - O,J6 0,48] I 0,48 -0,64 2 J,64 EP 0,48 0,36 -0,48 7 sl,s~ =,8 - 0,64 - 0,48 0,64 8 I 2 7 8 - 0,36 -0,48]' [ 0,36 0,48 0,64 - 0,48 0,64 6 EA 0,48 = - X -036 - 0,48 0,48 3 0,36 , L -0,48 -0,64 0,64 4 0,48 , 6 4 5 3

E)
0
I

-b

orr
0 6 0 7

(])
0

0 8 8

"]'

u T
0 -1 8 0 0 3 0 I 4 4 3

Tabe/4-21 Matriks Kekakuan Titik untuk Rangka Batang pada Gambar 4-23a
1,36 -0,48 - 1,00
SJ
"' -

- 0,48
1 ,~4

- 1,00
0

0 0

I
I I I

0 0

El,.x

------------------------------+-----------------------------0 0 0

1,36 0,48

0,48 1,64

I
I

- 0,36 - 0,48 1,36 0,48 - 1,00


0

- 1,00 -0,48 - 0,64

-0,36 0,48
0 0

0,48 - 0,64
0

- 1,00
0 0

-0,36 0,48

-1 ,00 0,48 -0,64

- 0,36 - 0,48
0 0

- 0,48 - 0,64
0

- 1,00

I I I I I I

0,48 1,64
0
0

~ 1,00) 0

'

1,36 -0,48

- 0,48 1,64

Tabe/4-22 Invers Matriks Kekakuan

sr: = ...!:__ [
EA x

0,733 2,053 - 0,601

2,503

0,733 0,824 0,601 - 0,176

2,053 0,601 2,503 - 0,733

- 0, 176 - 0,733 0,824

- 0,601 ]

Tabe/4-23 Aksi yang Diberikan di Titik Kumpul


Tttik IKumpu
I 2 3
4

:.kli dlllttm
A1'tlhx

Ak1i dtifl:m. Arah y

0 2P 0 0

0 p 0 0

,.

Metode Kekakuan Langsung yang Berorientasi pads Komputer

191

Tabe14-24

Gaya di Ujung Batang Terkekang Akibat Beban

Untuk memahami cara memperoleh suku pada vektor AE, tinjaulah batang yang dibebani satu demi satu. Misalnya, batang 4 memiliki ujungj di titik 4 dan ujung k di. titik 2, sehingga kosinus arah Cx = 0 dan Cy = 1 (lihat Tabel 4-19). Untuk batang ini, Persamaan (4-33) menghasilkan
(A)7 (AE)s (AE)a (A)4

= -lAMs+ (AuLk4 = -lAMs.:... (AMLh,4 = -lAMs + (AuLk = - lAMs - (A.vLh.

Jadi, kontribusi batang 4 pada AE adalah

AE4 = P{O; 0; 0,5; -0,5; 0; 0; 0,5; - 0,5}


dan seterusnya sama untuk batang lain yang dibebani. Selanjutnya, vektor A-1 dan AE dijumlahkan (lihat Persamaan 4-7) untuk mendapatkan vektor be ban gabungan Ac:
:

Ac = P{l,O; 2,0; 2,5; -1,5; 1,0; -1,0; 0,5; -1,5}

Seperti dijelaskan di muka, vektor ini tidak perlu ditata ulang. Empat elemen pertama membentuk vektor
AF-c

= ?{1,0;2,0;2,5; -

1,5}

dan empat elemen terakhir merupakan


Anc = P{l,O; -1,0; 0,5; -1.5}

Penye1esaiannya dilakukan pertama dengan menghitung perpindahan titik kumpul bebas DF (dengan memakai Persamaan 4-3). Hasilnya ialah:
DF =S r~AFc
=

EA x {lO,OOl;4,147;l0,611;-4,020}

PL

Vektor D 1 untuk struktur ini terdiri dari vektor DF pada bagian pertama dan bilangan nol di belakangnya:
DJ = EA {10,001;4,147; 10,611;-4,020;0;0;0;0}

PL

Langkah berikutnya ialah menghitung reaksi tumpuan AR dengan menggunakan Persamaan (4-4).dan mattiks SRF yang diperoleh dari bap:.an Iqri bawah Tabel4-2l:
An = -Anc. + SnFDF = P{ -2,89 ; -5,67; -2,11; 7,67}

'

Sebagai langkah terakhir dalam analisa_ , gaya ujung batang A~di untuk setiap batang dihitung dengan menerapkan Persamaan (4-5) atau Per~amaan (4-34). Hasil perhitungan ini diringkas dalam Tabel 4.-25. Dengan demikian, lengkaplah analisa struktur rangka batang bidang untuk beban yang diberikan.

192

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Tabe/4-25 Gaya Ujung Batang Akhir

4.13 Rotasi Sumbu dalam Dua Dimensi. Seperti dijabarkan pada Pasal 4.10, metode formulasi langsung kekakuan batang memadai untuk balok menerus dan rangka batang. Sedangkan, rnetode yang menggunakan rotasi sumbu lebih sesuai untuk struktur yang lebih rumit. Dalam pasal ini, rotasi sumbu untuk vektor dua dimensi dirumuskan berdasarkan geometri, dan dalam pasal berikutnya metode ini diterapkan pada analisa rangka batang bidang. Kemudian pada Pasal 4.15, rotasi sumbu dalam tiga dimensi dibahas dan dalam pasal selanjutnya, teknik ini diterapkan pada jenis struktur yang lain. Pertama-tama, tinjaulah aksi A yang terletak pada bidang :X-y (lihat Gambar 4-24). Dua sumbu ortogonal dengan titik awal di 0 diperlihatkan dalam gambar. Sumbu x 8 , Ys merupakan sumbu yang sejajar himpunan sumbu arah struktur, dan sumbu xM, YM bisa dipaildang sebagai sumbu asali batang. Sumbu xM, yM diputar dari sumbu xs, y 8 sebesar Sl.!dut -y. Misalkan kosinus arah sumbu xM terhadap sumbu xs dan Ysmasingmasing,A.11 dan A. 12 Dari Gambar 4-24 terlihat bahwa kosinus arah ini bisa dinyatakan dalam sudut 'Y sebagai:
?-12

= cos(90o -

y ).

= sin y

(a)

Juga, anggaplah kosinus arah sumbu YM terhadap sumbu x 8 dan y 8 masing-masing A.21 dan A.22 . Kosinus arah inijuga bisa dinyatakan dalam sudut -y:
A21

= cos(90o

+ y)

= -sin y

A22

= cos y

(b)

Pada setiap kosinus arah di atas, subskrip pertama menunjukkan sumbu xM, yM , dan subskrip kedua menunjukkan sumbux8 , y 8 . Sel~n itu, angka 1 menyatakan arahx (xM

Gambar 4-24. Rotasi sumbu dalam dua dimensi.

Metode Kekakuan Langsung yang Berorientasi pada Komputer

193

atau x 8 ), dan angka 2 menyatakan arah y (y111 atau y 8 ). Misalnya, X12 adalah kosin us arah sumbu x 111 terhadap sumbu y 8 Aksi A bisa diuraikan dalam dua komponen Axs dan A y 8 , seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4-24. Altematif lainnya, A diuraikan dalam dua komponen A XM dan Ay111 pada arahx111 dany111 (lihat gambar). Dua komponen terakhir ini dapat dinyatakan dalam dua komponen sebelumnya dengan inspeksi geometri pada Garnbar 4-23. Terlihat bahwa Ax111 sama dengan jumlah proyeksi Axs dan Ays pada sumbu x111 Juga, Ay111 sama dengan jumlah proyeksi A x s dan A ys pada sumbu y 111 Oleh karena itu, persamaan untukAx111 danAy111 adalah:

Ax.w
A YM

= XuAxs + AuAys
= A21Axs + A22Avs

(c)

Dalam bentuk matriks, persamaan ini menjadi

A x.w ] [ AYM

= [ Au A12]
~~

A 22

[A xs] Ays

(4-35)

Substitusi persamaan (a) dan (b) ke Persamaan (4-35) menghasilkan:

C?S y sin y ] [Axs] [AxM] = [ -sm y cosy Ays


AYM

(4-36)

Persamaan (4-35) dan (4-36) bisa diringkas sebagaiberikut:


A M = RAs

(4-37)

Dalam persamaan ini, AM adalah vektor yang terdiri dari komponen aksi A yang sejajar sumbu x111 , y 111 , dan As adalah vektor yang berisi komponen ak~i A yang sejajar sumbu x 8 , y 8 , sedang R adalah matriks kosinus arah yang disebut matriks rotasi. Berdasarkan Persamaan (4-35) dan (4-36), matriks rotasi dalam masalah dua dimensi adalah:

[.A
Azt

Au] = [ C?S sin A22 - san y cos y

y y]

(4-38)

Komponen x 8 , y 8 dari aksi A juga dapat dinyatakan dalam komponen x 111 , y 111 Transformasi ini dapat dilakukan dengan memperhatikan bahwa Axs sama dengan jumlah proyeksi A x 111 dan A YM pada sumbu x 8 , dan A Ys sama dengan jumlah proye.ksi Ax111 danAy111 padasumbuy8 . Jadi,

A \ 'S A Ys

= AuAx.w + ~ .A = x,2Ax.11 + A22A


=
[ Au A12

YM. YM

(d)

Bila dinyatakan dalarn bentuk rnatriks, persamaan ini menjadi

xs] [A A ys
a tau

(4-39)

[1::] = [ ~:;

-c~;;] [1::]

(4-40)

.Persamaan (4-39) dan (4-30) dapat diring.kas dalam persamaan matriks


As = RTAM

(4-41)

dengan RT adalah transpos.dari matriks rotasi R.

194

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Akhirnya, dari Persamaan (4-37) dan (441) terlihat bahwa transpos d~i R sama dengan inversnya:

(442)
Dengan demikian, matriks {Otasi R adalah matriks ortogonal.* Oleh karena perpindahan yang kecil dan aksi bisa diperlakukan sebagai vektor, hubungan di atas untuk aksi A dapat juga diterapkan pada perpindahan D. Jadi, persamaan yang serupa dengan Persamaan (4-37) dan (441) dapat dituliskan untuk perpindahan :

(443) (444)
Dalam persamaan ini, vektor DM terdiri dari komponen perpindahan D yang sejajar terhadap sumbu batang, dan vektor Ds berisi komponen perpindahan D yang sejajar terhadap sumbu struktur. Konsep rotasi sumbu di atas akan diterapkan pada struktur rangka batang dalam pasal berikut. 4.14 Penerapan pada Batang Rangka Batang Bidjlllg. Batang tipikal i yang ujungnya terletak di titik kumpul j dan k suatu rangka batang.bidang diperlihatkan pada Gambar 425. Untuk mudahnya, orientasi batang dibuat sedemikian rupa sehingga kosinus arah batang berharga positif. Sumbu batang xM, YM diputar sebesar-,sudut 'Y dari sumbu x 8 , y 8 , yang sejajar sumbu pada referensi x, y bagi keseluruhan struktur. Untuk tujuan transformasi rotasi, baik sumbu x 8 , Ys ataupun sumbu sejajar x,y dapat dipakai sebagai referensi. Sebagai langkah pertarna penerapan rotasi sumbu pada analisa rangka batang bidang, matriks rotasi R akan dinyatakan dalarn kosinus arah batang i. lnspeksi Gambar 4-25 menunjukkan bahwa kosinus arah batang i ialah

C x = cos 'Y C y = sin y Jadi, matriks rotasinya {lihat Persamaan 4-38) adalah
R

= [ - ~~:;

:!~ ~] = [ _ g :

g:]

(4-45)

L.
Gambar 4-25. Rotasi sumbu untuk batang rangka batang bidang.

Untuk pembahasa.n lebih jauh mengenai matriks ortogonal, lihatlah buku tentang aljabar matrilcs; misalnya, Matrix Algebra [or Engineers, oleh pengarang, D.Van Nostrand Co., Inc., Princeton, N.J., .1965.

Metode Kekakuan Langsung yang Berorientasi pada Komputer

195

Kemudian, hubungan a.ksi-perpindahan dalam arah xM dan YM di ujung batang i dinyata.kan sebagai (4-46) Persamaan (446) identik dengan Persamaan (4-5) bila vektor AML/ dalam Persamaan (4-5) sama dengan nol. Jadi, Persamaan (446) menentukan a.ksi di ujung batang a.kibat perpindahan ujung. Matriks keka.kuan batang SM; (lihat Persamaan 446) telah diturunkan pada Pasal 4-10 dan ditunjukkan dalam Tabel4-14. Tujuan berikut ialah mentransformasi matriks untuk sumbu batang ini ke matriks SMsi untuk sumbu struktur (lihat Tabel4-15). Sebagai langkah pertama transformasi ke sumbu struktur, Persamaan (4-46) dituliskan dalam bentuk tersekat (dengan menghilangkan subskrip i) sebagai beriku t:

AM3 [A M4

~:~] = [i:~:_ _ _ f:~:_li~ . ~;_ _ I:;J [~:J


SM31
SM32 : SM33 SM42 : SM43 SM34 SM44 DM3 SM41 DM4

(a)

Subskrip 1, 2, 3, dan 4 dalam persamaan ini menunjukkan sumbu arah batang pada Gambar 4-14c. Persamaan (a) juga dapat dituliskan daliun bentuk berikut:

(b)
Dalam persamaan ini, subskrip j dan k pada submatriks menunjukbn ujungj dan k pada batang. Suku AM/ A Mk> DMi> dan DMk dalam Persa.maan (b) menyatakan vektor dua dimensi (gaya atau perpindahan) di ujung batang dalam arah sumbu batang (lihat Gambar 4-14c). Vektor tersebut dapat dinyata.kan terhad1p sumbu struktur (Iiliat Gambar 4-14b) dengan memakai rumus rotasi yang sesuai dari pasal sebelumnya, yaitu Persamaan (4-37) dan (4-43). Bila persamaan ini dirnasukkan ke Persamaan (b), maka

[~:J = [:;~ ~::J [:::]


Submatriks AsJ Ask, DsJ> dan Dsk menyata.kan vektor dua dimensi untuk alr pindahan di ujung batang terhadap $Umbu struktur. Persamaan (c) dapat juga dituliskan sebagaj:

[~ ~] [~::] = [~;~ ~::J [~ ~l r ~J


Agar penulisannya sederhana, misalkanlah R T sebagai r a.ksi dan perpindahan di kedua ujung batang:

(d)

.ransformasi riJtasi untuk

...J
Persamaan (d) bisa diringkas menjadi:

(4-47)

I.

= SMRTDs

(e)

Vektor As dan Ds dalam Persamaan (e) terdiri dari a.ksi dan perpindahan di u)ung batang dalam arah sumbu struktur (lihat Gambar 4-14b). Perkalian muka kedua ruas Persamaan (e) dengan invers dari RT menghasilkan: .

196

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

(f)
Karena submatriks R ortogonal , matrik.s RT juga ortogonal. Hal ini dapat dilihat dari perkalian RT dengan transposnya, sebagai berikut:

Jadi, transpos dari RT juga merupakan invers dari RT:

R;: 1

= R:}:

(448)
(4-49)

dan substitusi Persamaan ~448) ke Persamaan (1) menghasilkan

As

= R+SM RTDs

Oleh karena persamaan aksi-perpindahan yang menghubungkan ~si As dan perpindahan Ds adalah (4-50) dengan SMs sebagai matriks kekakuan batang untuk sumbu struktur, maka dengan membandingkan Persamaan (449) dan (4-50) terlihat bahwa

SMs

= RtSM RT

(4-51)

Matriks SMs dalam persamaan ini dihltung dari perkalian berik.ut :

EAx O :- EA .r O L : L 0 0 : 0 0 X --------- ,------ -EAr 1 EA- .. --o ~ -o L : L I 0 0 : 0 0


Bila perkalian matriks ini dilakukan, hasilnya adalah matrik.s SMs (lihat Tabel 4-15) yang telah diperoleh sebelurnnya dengan metode formulasi langsung. Selain transformasi matriks kekakuan batang dari sumbu batang ke sumbu struktur, konsep rotasi sumbu juga dapat digunakan untuk tujuan lain dalam analisa metode kekakuan . Salah satu penerapannya. yang penting ialah pembentukan vektor beban ekivalen A E darl elemen matriks A ML Kontribusi pada array AE (yang elemeonya berdasarkan sumbu arah struktur) dari array AM L (yang elemeonya dalam arah surnbu batang) bisa ditentukan dengan transformasi berikut: (4-52) Dalam persamaan ini, vektor AM si menyatakan gaya jepit ujung dalam arah sumbu struktur, sedang vektor AMLj adalah kolom ke-i dari matriks A ML Bila diperluas, Persamaan ( 4-52) menjadi

Metode Kekakuan Langsung yang Berorientasi pada Komputer

197

Suku yang dihasilkan pada AMSi bila dibalikkan tandanya, merup~an bagian dari AE yang ditentukan dalam Persamaan (4-33). Penerapan kon~p rotasi sumbu lainnya ialah pada perhitungan gaya ujung batang. Perhitungan ini merupakan superposisi aksi semula pada batang i dan pengaruh perpindahan titik kumpul. Pro:;edur superposisi ini ditentukan oleh Persamaan (4-5) sebagai {4-5)
ulangan

Vektor D Mi dalam persamaan ini harus ditentukan dari vektor perpin~ahan titik kumpul DJ. Perpindahan DJ berada dalam arah sumbu struktur, sedang. ~ 1 berada dalam arah sumbu batang. Dengan demikian, vektor DMi bisa..diperoleh dari transformasi berikut: {4-53)
D Ji

dalam hal ini adalah vektor perpindahan titik kumpul untuk ujung batang i. Substitusi Persamaan (4-53) ke Persamaan {4-5) menghasilkan
AM I = A MLi

+ SM I R TI DJ I

{4-54)

Persamaan (4-54) juga dapat diekspansi sebagai berikut:

- 1 0

0 0 1 0 0 0

j[

-~ YI

C.n

C ri
C xi

0 0
C x1

0 0

0 0

-Cri

Dalam persamaan ini, subskrip j 1, j2 , k 1, dan k2 sama artinya seperti pada Persamaan {4-27). Bila perkalian matriks di atas dilakukan, empat persamaan yang dihasilkan sama seperti Persamaan (4-34) yang dip_ eroleh pada Pasal 4.11 dengan metode formulasi tangsung. Secara ringkas, konsep rotasi sumbu memiliki beberapa penerapan yang bermanfaat dalam analisa metode kekakuan. Matriks kekakuan batang untuk sumbu batang SMi dapat ditransformasi ke matriks kekakuan batang untuk sumbu struktur SMsi dengan Persamaan (4-51 ). Selain itu, kontribusi dari sua tu batang AM si pa.da vektor be ban ekivalen AE dapat ditentukan dengan mudah oleh rotasi sumbu seperti yang ditunjukkan dalam Persamaan (4-52). Akhirnya, gaya ujung batang dapat diperoleh dengan rumus rotasi sumbu dalam Persamaan (4-54). Kita akan lihat nanti bahwa persamaan matriks di atas untuk rotasi sumbu pada

198

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

rangka batang bidang dapat dibuat umum dan diterapkan padajenis struktur yang lebih rum it.

4.15 Rotasi Sumbu dalam Tiga Dimensi. Tinjaulah aksi A yang diperlihatkan dalam tiga dimensi pada Gambar 4-26. Dua himpunan sumbu ortogonal xs, Ys. zs dan XM, YM. zM analog dengan dua himptinan sumbu dalam kasus dua dimensi pada Gambar 4-24. Misalkan kosinus arah sumbu XM terhadap sumbu xs, Ys. dan zs adalah A.11 , A. 12 , dan A13, yaitu masing-masing didefinisikan sebagai kosinus sudut antara sumbu XM dengan sumbu xs, Ys. dan zs. Juga, anggaplah kosinus arah untuk sumbu YM adalah A.-21 , A.22 , dan A.23 , serta untuk sumbu ZM adalah A. 31 , A. 32 , dan A. 33 Aksi A dapat dinyatakan dengan tiga komponen ortogona1Ax5 , Ay5 , danflzs dalam arah x 5 , y 5 , z 5 (lihat Gambar 4-26). Altematifnya, aksi ini dap~t dinyatakan dengan komponen AxM, AyM, dan AzM dalam arah xM,YM, dan zM seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Komponen yang kedua ini dapat dihubungkan dengan yang pertama seperti pada kasus dua dimensi. Misalnya, AxM sama denganjumlah proyeksiAx5 ,Ay8 , dan Azs pada sumbuxM. KomponenAyM danAzM juga dapat dinyatakan dengan cara yang sama, seh.ingga diperoleh hubungan berikut:

AM

(1::]
AzM

[~~~ Aa2 ~: ~:1 (1::] ~J


A31

(4-55)

A zs

Jika matriks rotasi tiga dimensi R didefinisikan sebagai, (4-56) maka Persamaan (4-55) dapat dituliskan sebagai
AM = RA 5

(4-57)

l's

/
Gambar 4-26. Rotasi sumbu dalam tiga dimensi.

Metode Kekakuan Lanpung yang Berorientasi pada Ko mputer

199

yang sama bentuknya seperti Persamaan (4-37) untuk kasus dua dimensi. Himpunan komponen xs, Ys. zs dari aksi A juga bisa dinyatakan dalam himpunan komponen xM, J'M , zM. Misa1nya, Axs sama dengan jumlah proyeksi A x M. AyM , dan AzM pada sumbu x 5 . Dengan menyatakan komponen tersebut secara ini , kita peroleh

As =

[~,:~J [~:;
=
A zs
A13

(4-58)

Persamaan ini dapat disingkat menjadi

As

= RTA~o~

(4-59)

yang sama bentuknya seperti Persamaan (4-41) untuk kasus dua dimensi. Jelaslah dari Persamaan (4-57) dan (4-59) bahwa transpos matriks R 3 x 3 sama dengan inversnya. Oleh karena itu, matriks ini ortogonal sepertl pada kasus dua dimensi. Hubungan yang serupa dengan persamaan di atas (yang diturunkan untuk aksi) juga berlaku untuk transformasi perpindahan yang kecil dalarn tiga dirnensi. Jadi, komponen DM darl perpindahan D dalam arah xM, J'M, zM bisa dinyatakan dalam komponen Ds dalam arah x s, y s, z8 .se bagai

DM

= RDs

(4-60)

Juga, vektor Ds t.lapat dinyatakan dalam vekto r DM dengan persarnaan

Ds

= RTDM

(4-61)

Persamaan (4-60) dan (4-61) sama bentuknya seperti Persamaan (4-43) dan (4-44) untuk kasus dua dimensi. Jadi, persamaan untuk rotasi sumbu dalam tiga dimensi analog dengan rotasi untuk dua dimensi, tetapi matriks R berordo 3 X 3 (bukan lagi 2 X 2) dan vektornya berordo 3 x 1 (bukan lagi 2 x 1).

4.16 Kekakuan Batang Portal Bidang. Sebagai persiapan untuk analisa portal bidang, matriks kekakuan batang untuk batang tipikal suatu portal bidang diturunkan dalam pasal Uti. Matriks ini pertama dirumuskan terhadap sumbu batang dan kemudiari ditransforrnasi ke sumbu struktur dengan metode rotasi sumbu. Gambar 4-27a memperlihatkan batang tipikal i pada suatu portal bidang. Titik kumpul di ujung-ujung batang tersebut diberi notasi j dan k seperti pada struktur sebelumnya. Sumbu ortogonal x, y dan z pada Gambar 427 adalah sumbu referensi struktur. Portal bidang terletak pada bidang x-y yang dianggap sebagai bidang utama lentur untuk semua batang. Batang-batang portal dianggap bersambungan secara tegar, dan perpindahan titik kumpul terdiri dari translasi pada bidang x -y dan rotasi dalam arah z. Perpindahan ujung yang mungkin pada batang i ditunjukkan pada Gambar 4-27b untuk sumbu arah batang xM , J'M , dan zM . Sumbu batang diputar dari sumbu struktur terhadap sumbu ZM sebesar sudut -y. Keenam perpindahan ujung yang diperlihatkan dalam arah positifnya terdiri dari translasi dalam arah xM dan J'M sefta rotasi dalam arah zM (atau z) masing-masing di ujung j dan k. J ika perpindahan satuan jenis ini diinduksi di setiap ujung batang satu per satu, maka aksi pengekang yang timbul akan sama dengan elemen matriks kekakuan batang SMt untuk sumbu batang. Aksi pengekang ini bisa diambil dari kasus (1), (2), (6), (7), (8), dan (12) pada Gambar 4-2, Pasal4.3. Matriks kekakuan batang 6 X 6 yang dihasilkan untuk sumbu batang ditunjukkan dalam Tabel4-26.

200

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

t
lt

(a)

Gambar 4-27. Sistem penomoran untuk batang portal b idang.

Selanjutnya, marilah kita tinjau transfonnasi mattiks d<ekakuan batang SM (subskrip

i dihilangkan) ke matriks kekakuan untuk sumbu struktur SMs Gambar 4-27c men:unjukkan enam perpindahan yang mungkin di ujung-ujung batang i dalam arah sumbu

Tabe/4-26 Matriks Kekakuan Batang Portal Bidang untuk Sumbu Batang (Gambar 4-27b)
EAx L

0
12Elz V 6 / 2

0
6/z L2 4Elr.
L

_ EAx L

0
_ 12Elr. L"
_ 6/z

0
6Elz L' 2Eiz L

0 0
~u=

0 0
EA .v l-

-----------------------------_EAx L

---------------- --------------
0
12Eiz V _ 6/z

0
_ l2Eiz L3 612 L2

0
_ 6Elz

0
6Elr. ---v
4/z L

0 0

V
2/z L

0 0

Metode Kekakuan Langsung yang Berodcntasi pada Komputer

201

struktur. Untuk mentransformasi matriks kekakuan ha tang dari sumbu hatang ke sumbu struktur, matriks transformasi rotasi RT untuk ha tang portal bidang perlu dibentuk dahulu. Sebagai langkah pertama, matriks rotasi R ~ x 3 akan dinyatakan dalam kosinus arah batang yang ditunjukkan pada Gambar 4-27b. 1iti bisa dila.ku~an dengan menyatakan kosinus arah sumbu batang A. dalam sudut 'Y dan memasukkan kosinus arah Cx dan Cy untuk batang tersebut sebagai berikut:

= >-t 1

[Xa,

Au X AX A12

13]

22

23

cos'}' -sin 'Y

sin'}' cos 'Y 0

0] = [ -Cy Cx
1 0

X 32

X 33

Cy Cx 0 0 I

0]

(4-62)

Matriks transformasi rotasi RT untuk ha tang portal bidang sama bentuknya seperti Persamaan (4-47):

RT

~ [~ ~]

(4-63)

Dalam Persamaan (4-6.3), submatriks R adalah matriks rotasi 3 X 3 yang ditentukan oleh Persamaan (4-62). Setelah matriks transformasi rotasi diperoleh , kita bisa menghitung matriks kekakuan batang untuk sumbu struktur dengan operasi yang ditunjukkan dalam Persamaan (4-51):

(4-64)
Di sini RT adalah matriks yang ditentukan oleh Persamaan (4-63). Matriks kekakuan ha tang yang dihasilkan dari transformasi ini dituliskan dalam Tabel 4-27. Matriks ini akan digunakan dalam analisa portal bidang dalam pasal berikut.
4.17 Analisa Portal Bidang. Pasal ini memperlihatkan prosedur analisa jenis portal bidang yang ditunjuk.kan pada Gambar 4-27a. Aksi yang diberikan pada portal dianggap berupa gaya dalam bidang struktur (bidang x-y) atau vektor momen tegaklurus bidang tersebut. Sebagai langkah pendahuluan dalam analisa, batang dan titik kumpul struktur harus diberl nom<;>r. Teknik penomoran yang dijabarkan pada Pasal 4.1 J untuk rangka batang bidang dapat diterapkan pada portal bidang. Titik kumpul diberi nomor dari 1 sampai n1, dan batang diberi nomor dari 1 sampai m. Urutan pemberian nomor bersifat sembarang, asalkan setiap batang dan titik kumpul memiliki nomor. Oleh karena defonnasi aksial* dan lentur akan diperhitungkan dalam aJlalisa portal bidang, maka ada tiga perpindahan bebas yang mungkin di setiap titik kumpul. Perpindahan ini adalah translasi titik kumpul dalam arah x dan y serta rotasi dalam arah z. Jadi, peroindahan yang mungkin di titi)c kwnpulj bisa diberi indeks berlkut:

3 j - 2 = indeks untuk translasi dalam arah x 3 j - 1 = indeks untuk translasi dalam arah y 3j = indeks untuk rotasi dalan1 arah z Jumlah derajat kebebasan n pada portal bidang bisa dihitung dari jurnlah titik kumpul

n_; dan jumlah pengekang n,. dengan persamaan beriku t:


(4-65)

* Jika deformasi aksial pada batang diabaikan dalam analisa, pembatas (constraint) harus diberikan: untuk mencegah perubahan panjang batang. Lihat Greene, B.E., "Application of Generalized Constraints in the Stiffness Method of Structural Analysis", AIAA Journal, Vol. 4, No!. 9, Sept. 1966,nal. 1531-1537 .

Tabe/4-27 Matriks Kekakuan Batang Portal Bidang untuk Sumbu Struktur (Gambar 4-27c)

r
s..s. =
I

EA.x Cl
L

+ L'

12/z Cl

(EAx _ 12/z) CxCr


L V

( EAx

121,) T--;;-

CxCr

E:x C\- +

1~/ C~
X

- 6E/z Cr Ll 6Eft C
L'
x

I I I I I
I

EAx C1 12/z c) - (L x+[J""" r - (EAx _ 12Elz) CxCr


L L'

- ( EAx_ 12/z} CxCr


L L'

_ 6Eiz C L' r - (EA.x c 121, Cl) L X+ L' y -( EAx_ 12/ 1 ) CC L L' x ' _ 6Eiz C, L'

6/z C
L'

---------------------------------------------------------------------------------------------------' 61, c
-(EA.x- 12/z) CxCr
L L'
61::1,

41. L

I I I I I I I I I I I I I

- ( EAx Ct + 12Elz L L"


- 6/z Cx L'

Cl)

- 6/z Cr L' 6Eiz C L' X 21, L

61, c u

L'

EA.x C1 12/z C1 L x + L" r

(EA.x - 12/z) CxCr


L L'

L'

-(E:x Cl+

~: Ci)

6Elz C L' X

- 6/z Cx L' 21, L

I I

'
I I I

(EAx _ 12/z) CxCr L L' 6E/z C L' r

EAx Cl+ 12/z C~ L L' - 6/z Cx

-61, Cx L' 4Elz


L

L'

i..
:?. .,
~

"' c
::0
;><"

a
!;
~

...
:I

;ol1

=-

Metodc Kckakuan Langsung yang Berorientasi pada Komputer

203

Gambar 4-28. Perpindahan ujung untuk batang portal bidang.

Batang tertentu i pada portal bidang akan memiliki nomor titik kumpul j dan k di ujung-ujungnya seperti pada Gambar 4-28. lndeks untuk perpindahan titik kumpul yang mungkin bagi batang ini juga ditunjukkan pada Gambar 4-28. lndeks perpindahan ini dihitung dengan persamaan berikut:
jl

= 3j- 2

kl

= 3k- 2

j2 = 3j- 1 k2 = 3k- 1

j3 = 3j

k3

= 3k

(4-66)

Untuk membentuk matriks kekakuan titik se_cara teratur, kita gunakan prosedur berikut. Pertama, matriks kekakuan SMsi 6 X 6 untuk sumbu struktur ditutunkan bagi batang ke-i pada portal (lihat Pasal4.16, Tabel4-27). Batang i memberi kontribusi pada kekakuan titik kumpul j dan k di ujung batang terse but. Pengan demikian, elemen yang sesuai dari matriks SMsi untuk batang ini ditransfer ke matriks kekakuan titik keseluruhan SJ dengan mengorganisir subskrip pada elemen terse but. Kolom pertama pada matriks ~s; terdiri dari aksi pengekang di j dan k akibat translasi sa tu satuan di ujung j pada batang i dalam arah x (indeks jl). Kolom ini ditransfer ke matriks SJ sebagai berikut:
(SJ)itJt =ISMs+ (S,)i2Jt =ISMs+ (S,)j3Jl = I sMS + (SJ)klJl = (SJh2Jt = (SJ)k3..ii =
(SMsH)l (SMs2t)l
(S MS31)f

(SMS4t); (SMsst); (SMssi);

Dalam persamaan ini, tiga koefisien kekakuan pertama merupakan jumlah kontribusi dari semua batang yang bertemu di tit~ j (termasuk batang i). Tiga kekakuan terakhir hanya menerima kontribusi dari batang i. Persamaan yang serupa dengan Persamaan (4-67) juga bisa dituliskan untuk translasi sa tu satuan di titik j dalam arah y (indeks j2):

(4-68)

Jadi, elemen kolom kedua pada SMs untuk batang i ditransfer sebagai kontribusi pada matriks 81 . Demikian juga untuk rotasi sa tu satuan di titik j dalam arah z (indeks j3), kolom ketiga dari SMs ditransfer dengan persamaan:

Analisa Matriks untuk Struktur Rangk11

(4-69) Persamaan untuk mentransfer kolom keempat dari SMs ke matriks S1 sama seperti persamaan di atas, tetapi tiga kekakuan pertama hanya terdiri dari kontribusi batang i dan tiga terakhir adalah jumlah kontribusi dari semua batang yang bertemu di titk k. Jadi, persamaan untuk translasi satu satuan di titik k dalam arah x (indeks kl) ialah: (4-70)
(SJ)k3.kt = I SMs+ (SMs 64);

Demikian j uga untuk translasi sa tu satuan di titik k dalam arah y (indeks k 2), kolom kelirna dari SMs ditransfer dengan persamaan:
(SJ)Jt.k2

=
+

(SMsts);

(4-71)

(SJ)ka,kz =:: I S.,1S

(SMsss);

Akhirnya, untuk rotasi satu satuan di titik k dalam arah z (indeks k3) , persamaannya adalah:
(SMsts);

(4-72)

(SJ)ka.ka = ISMs+ (SMS66);


Dalam proses pentransferan elemen dari matriks kekakuan batang SMs ke matriks kekakuan titik keseluruhan S1 (seperti di at as) , kita tidak memanfaatkan sifat sirnetris yang ada pada matriks. Proses ini akan lebih singkat bila sifat simetris dimanfaatkan. Pembentukan matriks S1 yang lengkap terdiri dari penurunan dan pentransferan matriks SMs un tuk semua batang (1 sampai m) struktur. Setelah matriks S1 diturunkan , kita harus menata ulangjika diperlukan ke bentuk yang ditentukan oleh Persamaan (4-8). Pada tahap analisa selanjutnya, vektor yang berkaitan dengan beban pada portal dibentuk. Gay a luar yang diberikan di titik kumpul dirnasukkan pada vektor A1 . Gambar 4-29 memperlihatkan aksi di titik kumpul tipikal k pada portal bidang. Aksi (A;hk-l adalah komponen x dari gaya Juar di k, (AJ)3k- l adalah komponeny dari gaya luar, dan (A;hk menyatakan ]s.opel dalam arah z yang diberikan di titik kumpul. J adi, vektor A1 akan berbentuk sebagai berikut:

A.J

{(AJ)t; (AJ)z, (AJ)a, .. . , (AJhk-2 (AJhk-~> (A J):s~o , (A,hni-b (AJhni-t. (AJ)aiiJ}

4 73

)--.
z

(AJ h

Gambar 4-29. Beban titik kumpul u ntuk portal b idang.

Metode Kekakuan Langsung yang Berorientasi pada Komputer

205

Gambar 4-30b memisahkan gaya di ujung batang terkekang akibat beban. Gaya ujung batang i (terhadap sumbu arah batang) didefinisikan sebagai berikut:
(AML) 1, 1 = (AML)z.t = (AML) 3 ,; = (AML) 4 ,t = (AMLh. 1 = (AML)6,1 =

gaya dalam arah XM di ujung j gaya dalam arahyM di ujung j momen dalam arah zM di ujung j gaya dalam arah xM di ujung k gaya dalam arahyM di ujung k momen dalam arah zM di ujung k

Gaya ujung ini dapat diperoleh dari Lampiran B untuk kondisi pembebanan tertentu. Matriks AML adalah a"ay berordo 6 X m, yang S;etiap kolomnya berisi elemen-elemen yang dituliskan di atas untuk sua tu.batang; jadi,
[ (AMJ,,, (AuJ,,,
...

_
ML-

(AML)l,i (AMLh,t (AML)6,t

(AML)<,m]

(A~.L~2.m
(AML)6,m

(4-74)

(AML)&,l

Pembentukan vektor beban ekivalen AE dapat dilakukan dengan metode rotasi sumbu. Met ode ini telah diperlihatkan untuk rangka batang bidang pada Pasal 4.14 (lihat Persamaan 4-52). Gambar 4-30a dan c memperlihatkan beban ekivalen di j dan k yang menerima kontribusi dari batang i. Gaya jepit ujung: AMst dalam arah sumbu struktur dapat dihitung dengan persamaan (4-75)
Rt; adalah transpos dari matriks dalam Persamaan (4-63). Suku-suku yang dihasilkan oleh operasi ini, hila dibalikkan tandanya, merupakan bagian dari AE yang dikontribusi oleh batang. ke-i. Jadi,

(o)

)-.
r
Gambar 4-30. Beban pada batang portal bidang.

206

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

= -lAMs= - lA.vs (Aehk-2 = - lAMs (AE)ak-t


(As)3k

(AEhJ-2 (A EhJ-t (AEhJ

=-

==-

lAMs- Cx,(AMJt.l + Cv,(A.Att)t.r(A.vth,, Cx;(AMLki + lAMs - Cv;(AML)4,f lAMs - (AML)s.i

Cv,(AMt)2.i Cx,(AMLh.;

(4-76)
Cv;(A.vLh,, Cx;(A.vt.>s,,

Peljumlahan vektor AJ dan AE menghasilkan vektor beban gabungan Ac seperti yang ditentukan oleh Persamaan ( 4-7). Vektor Ac bisa ditata ulang jika perlu ke bentuk Persamaan (4-9). Setelah pembentukan matriks-matriks yang diperlukan selesai, substitusi ke Persamaan (4-3) dan (4-4) menghasilkan penyelesaian untuk perpindahan titik kumpul bebas OF (yang diekspansi ke vektor D1 ) dan reaksi tumpuan AR Gaya ujung batang pada portal bidang kemudian dihitung dengan met ode yang sama seperti yang ditunjuk.kan oleh Persamaan ( 4-54) pada Pasal4.14 untuk ranglca batang bidang. Persamaan yang. selaras dengan Persamaan ( 4-54) adalah: (4-77)
RT dalam persamaan ini adalah matriks dalam PeFsamaan (4-63). Substitusi SMi dari Tabel 4-26 dan RTt untuk batang portal bidang ke dalam persamaan ini menghasilkan:

(AM)t,i

= (A~t.l + "L; {[(DJ)Jl + [(DJ)J2- (D 1)k2]Cv,}

EAx,

(DJ)~etlCx,

(AM}2.1

= (AML)2,1 -

u6Elz;

12Elz1

{[(DJ)Jt - (DJ)~c,]CYI

- [(D,)J2- (D J)k2] Cx,} + (AM)a,,

6Elz, Lf [(D,)Ja + ( DJ)k3]

= (AMLhi + Lf { EAx,

[(D,);t - (DJ)kt]Cv,

4Elz, [ 1 ] + [(DJ)J2- (DJ)k2]Cx,} + --r:;(D J)Js +z(D J)ka


(4-78}
(Aj().,

= (AMd , - "L; {[(DJ)Jt- (DJ)u)Cx;


+
[(D J)J2 - (DJ)k2J

c Yl}
(DJ)~cJCv,

(AM)~.,= (A.vt)~.,

l2Elz -u {[ (DJ)Jt1

- [(D 1 )n- (D J)kt]Cx,} -

Lf [(DJ)JS + (DJ)k3]
- (DJ),u)Cv~

6Elz1

(A.At)e,,

6E/z1 = (AJlt.)e,l + Lf {-[(DJ)Jt

[(D1 ).n- (D,)k2)Cx,}

4Elz, [ 1 ] + --r:;Z (DJ)Js + (DJ)~cs

Dalam Persamaan (4-78), subskrip jl, j2, j3, kl, k2, dan k3 sama artinya seperti dalam Persamaan ( 4-66). Pasal berikut berisi contoh analisa portal bidang dengan metoc~ yang dibahas di atas, sedang program komputer untuk portal bidang disajikan pada Pasal 5.8. 4.18 Contoh. Gambar 4-3la memperlihatkan portal bidang yang terdiri dari dua batang, tiga titik kumpul, enam pengekang, dan tiga dera.iat kebebasan. Portal ini akan

Metode Kekakuan Langsung yang Berorientasi pada Komputer

207

2P

r.-------------r-----1-----~c~__r::_,
(o) 2

r
y

~ CD

I
z

;-x
I
(b)

Gambar 4-31 . Contoh (portal bidang).

dianalisa dengan metode yang dibahas di muka. Untuk itu, anggaplah luas penampang !in tang Ax dan m omen inersia lz konstan di seluruh titik pada struktur. Juga anggaplah parameter dalam soal ini memiliki harga numerik berikut:
E = 10.000ksi L =lOO in. 1% = IOOOin. P =to kip Ax = 10in.2

Satuan ki.P, in, dan radial akan digunakan dalam analisa. * Sistem penomoran untuk batang, titik kumpul, dan perpindahan ditunjukkan pada Gambar 4-31 b yang memperlihatkan struktur terkekang. Urutan untuk penomoran titik kumpul d ipilih sedemikian rupa, hingga matriks dalam analisa tidak perlu ditata ulang. Informasi titik kumpul diringkas dalam Tabel 4-28 yang berisi nomor titik kumpul, koordinat titik kumpul, dan kondisi pengekang. Sedang informasi batang diberikan dalam Tabel 4-29. Substitusi kosinus arah untuk batang ke Persamaan (4-62) menghasilkan .matriks rotasi R 1 dan R 2 yang ditunjukkan dalam Tabel 4-30.

Tabe/ 4-28 lnformasi Titik Kumpul untuk Portal pada Garnbar 4-31

Titik Kumpul
I 2

Koordinat {in.)
X

Da/Utr Pengebng
X

y
75 75
0

y
0
I I

100 0
200

0 1
I

0
I I

*Satuan untuk contoh ini adalah sistem satuan lnggris. Namun, kurang lebih setengah jumlah soal untuk Pasal4.18 (pada akhir bab ini) menggunakan sistem satuan internasional (SI).

208

A.ualisa Matriks untuk Struktur Rangka

Tabel 4-29 Informasi Batang untuk Portal pada Gambar 4-31

&tang

Titilc i
2
I

Titilc le
I

Lutu
(tn. 2) .

M omen lnerliiJ (in.)

Panjang (in.)

Ko1inu1 Arah '

c,
1,0 0,8

Cr

10 10

1000 1000

100 125

0 -0,6

Tabel 4-30 Matriks Rotasi untuk Batang Portal pada Gambar 4-31
1

R, = [

~ 1,~
0 0

~
1,0

R~ ~:!
= [

-~::
0

~]
1,0

Untuk menurunkan matriks kekakuan titik kese1uruhan s1, matriks kekakuan batang perlu ditentukan dahu1u . lni bisa dilakukan dengan prosedur berikut. Pertama, matriks kekakuan batang SMsi untuk sumbu batang (lihat Tabel 4.26, Pasal 4 .16) diturunkan. Matriks SMsf untuk sumbu struktur kemudian dihitung dengan transformasi rotasi dalam Persamaan {4-64). Untuk itu, matriks RTi setiap batang dibentuk seperti yang ditunjukkan o1eh Persamaan (4-63). Alternatifnya, matriks SMsi bisa dihitung langsung untuk setiap batang dengan menggunakan Tabel 4-27. Matriks yang dihasilkan ditunjukkan ctalam Tabel 4-31. Indelis j l sam pai k3 (yang dihitung dengan Persamaan 4-66) juga diperlihatkan di sisi kanan dan di bawah setiap matriks SMsi dalam Tabel 4-3.1. Indeks ini bisa dipakai sebagai petunjuk untuk mentransfer elemen-elemen ke matriks S1 . Setelah proses pentransferan selesai, matriks kekakuan titik keseluruhan yang dihasilkan diperlihatkan dalam Tabel 4-32 . Matriks ini disekat secara biasa, yaitu mengisolir matriks kekakuan SFF 3 X 3. lovers dari matriks SFF diberikan dalam Tabel d-33. .. Se1anjutnya, informasi beban diproses dengan memuJainya dari beban titik kumpul da1am Tabel 4-34 . Aksi dalam tabel ini diletakkan pada vektor A 1 seperti yang ditunjukkan oleh Persamaan 4-73):

AJ = {0, - 10, - 1000, 0, 0, 0, 0, 0, 0}

Tabel4-31 Matriks Kekakuan Batang untuk Sumbu Struktur


1000,0 0 0 - 1000,0 0 0 4 534,1 - 354,5 2304,0 - 534,1 354,5 2304,0
1

s)ots, =

0 120,0 6000,0 0 -120,0 6000,0 5 - 354,5 327,3 3072,0 354,5 -327,3 3072,0 2

0 6000,0 400000,0 0 - 6000,0 200000,0 6 2304,0 3072,0 320000,0 -2304,0 -3072,0 160000,0
~

- 1000,0 0 0 1000,0 0 0 1 -534,1 354,5 -2304,0 534,1 -354,5 -2304,0 7

0 - 120,0 -6000,0 0 120,0 -6000,0 2 354,5 -327,3 -3072,0 -354,5 327,3 - 3072,0 8

0 6000,0 200000,0 0 - 6000,0 400000,0 3 2304,0 3072,0 160000,0 -2304,0 -3072,0 320000,0
9'

4 5 6 1 2 3

1
2 3 7 8 9

Sr-.52=

E:: (11 0
~

~ .. a .. r..
1:0 1:0

i=

OQ

'<

Tabe/4-32 Matriks Kekakuan Titik untuk Portal Pada Gambar 4-31


0 - 120,0 0 -6000,0 - 534,1 354,5 354,5 -327,3 2304,0 3072,0

OQ

.. = = ..

1534,1 -354,5

- 354,5 447,3

2304,0 : -1000,0 -2928 ,0 : 0 I

1
J

= g_

-~~!l-~~-- =~~~~~o__ 7~~~.9.9.!~_L _____o _____6_o_o_o.!~--~~~~~~~o_ __-:~~~~.!.~- -~!_9_7~2.!.~--~~~~~~~o_


0 0 120,0 6000,0 6000,0 400000,0 0 0 0 : 0 0 0 0 0 0 534,1 -354,5 -2304,0 0 0 0 0 0 0 -354,5 - 2304,0 327,3 - 3072,0 - 3072,0 320000,0

'tl

Cl.

s.l =

-1 000;0 0 ' 0 -534,1 354,5 2304,0

0 0 : - 120,0 6000,0 : -6000,0 200000,0 : I 354,5 -2304,0 : - 327,3 -3072,0 : 3.072,0 160000,0 :

1000'0 0 0 0 0 0

.. .. s !3 !.. ...

I I

210

Anallsa Matril.u untuk Struktur Rangka

Tabel 4-33 lnvers Matriks Kekakuan

s-rf

= [ : : :::

2:::::
9,355
Tabe/4-34

0,01877 9,355 1,426

X 10;

0,01877

Aksi yang Diberikan di Titik Kumpul


Titik ICumpul
I

Gcya dt111Jm Arah x


(~ip)
(f

~adaiiJm

Jto1el dal41fi'
.4rtth z (ktp-in)

Anh )I
(kip)

-10

-1000

0 0

__

0 0

0 0

Selain itu, aksi dalam Tabel 4-35 diletakkan pada.matriks AML dan difransfer ke vektor beban titik kumpul ekivalen AE menurut Persamaan (4-76). Hasilnya ialah

As = {0, - 22, -50, 0, - 12, -200,0, - 10, 250}


Perjumlahan vektor AJ dan AE menghasilkan vektor beban gabungan Ac sebagai berikut: Ac = {0, -32, -1050,0, -12, -200, o. - 10, 250} Tiga elemen pertama dari vektorini membentuk vektor A Fe :
Arc = {0, -32, - i050}

Sedang enam elemen terakhir adalah vektor ARc:


ARC'

= {0, -12, -200, 0 , ~IQ, 250}

Setelab semua matriks yang diperlukan diperoleh, penyelesaiannya dilanjutkan dengan menghitung perpindaban titik kumpul bebas DF dengan Persamaan (4-3). Hasilnya ialah Dr = S;:~A rc = {-0,02026, -0,09936, - 0,001797} Dua elemen pertama pada vektor DF adalah translasi (inci)kla1am arah x dan y di titik I , dan elemen terakhir adalab ro tasi (radial) titik kumpul dalam arah z. Vektor DJ untuk struktur ini terdiri dari vektor DF pada bagian pertama dan bilangan nol di bagian terakhir:

DJ = { - 0,02026, -0,09936, - 0,001797, 0, 0, 0, 0, 0, 0}


Tabel4-35 Gaya di Ujung Batang Terkekang Akibat Be ban

......
I

CAvL)tJ

CA .~~t.h.l

(tip)

(ldp),

(ki~Jn.)

CA.uL~

CA 111,>..,

CA.wrJ,..,
(ldp)

Od,)
0

CA .IlL)...
(kip-iQ.)

12

-6

200 2SO

-6

12 8

-200
- U)

Metode Kekakuan Langsung yang Berorientasi pada Komputer

211

..,
I 2
AR

Tabe/4-36 Gaya Ujung Batang Akhir


(A..,), ,~

<A.IIh.f
(kip)

(A.vh.s
(kip~.)

(,-{.~~)

.._,

(tip)

(lcjp)

<A.v~ (tip)

(A_.,)..,
(tip-in.)

20,2g 28,72

13,14

41~,6

-4,5j

-67'7,1

- 26,26 - 40,73

10,36 20,53

-3'22,9 - 889,5

Langkah selanjutnya ialah menghitung reaksi tumpuan dengan Persamaan (4-4) dan matriks SRF yang diambil dari bagian kiri bawah Tabel4-32:

- AR c

+ S RrD, = {20,26, 13,14, 436,6, -20,26, 40,86, -889,5}

Elemen-elemen pada vektor AR adalah gaya (kip) dalam arah x dan y serta mu...en (kip-in) dalam arah z di titik 2 dan 3 pada portal. Sebagai langkah terakhir dalam analisa, gaya ujung batang AMi dihitung dengan Persamaan (4-77) atau (4-78). Hasil perhitungan ini ditunjukkan dalam Tabel 4-36. Dengan demikian, lengkaplah analisa struktur portal bidang .

4.19 Kekakuan Batang Balok Silang. Struktur balok silang dalam beberapa hal menyerupai portal bidang. Semua batang dan titik kumpulnya terletak pada satu bidang, dan batang.batang dianggap bersambungan secara tegar di titik kumpul (lihat Gambar 4-32a). Pengaruh lentur cenderung dominan dalam analisa kedua jenis struktur ini, dengan pengaruh puntir yang biasanya bersifat sek'!:lnder pada analisa balok silang dan pengaruh aksial yang umumnya bersifat sekunder pada analisa portal bidang. Perbedaan yang paling penting antara portal bidang dan balok silang ialah gaya yang diberikan pada portal bidang dianggap terletak dalam bidangnya, sedang gaya yang diberikan pada balok silang tegaklurus bidangnya. Selain itu, vektor momen yang diberikan pada portal bidang tegaklurus bidang struktur, sedang vektor momen luar pad a balok silang dianggap terletak pada bidang struktur. Oleh karena itu, kedua struktur ini bisa disebut rangka bidang, dan perbedaan antara keduanya bisa ditunjukkan dengan menyatakan kondisi pembebanannya. Lebih jauh lagi, jika beban yang diberikan berorientasi sembarang dalam ruang, maka analisa struktur tersebut dapat dibagi dalarn dua bagian. Pada bagian pertama, portal dianalisa untuk komponen gaya dalam bidang struktur dan momen tegaklurus bidang tersebut; dan bagian kedua adalah analisa untuk komponen gaya tegaklurus dan momen pada bidang struktur. Superposisi dua analisa ini akan menghasilkan penyelesaian soal keseluruhan. Struktur seperti ini boleh dipandang sebagai kasus khusus dari portal ruang yang semua batang dan titik kumpulnya terletak pada .satu bidang. Dalam menganalisa struktur balok silang, sumbu koordinat akan diambil seperti pada Gambar 4-32a. Struktur terletak pada bidang x-y, dan semua gaya luar bekerja sejajar sumbu z. Beban dalam bentuk momen memiliki vektor pada bidang x-y. Gambar 4-32a memperlihatkan batang tipikal i yang bertemu di titik kumpul j dan k. Perpindahan titik kumpul yang utama adalah rotasi dalam a'rah x dan y serta translasi dalam arah z. Enam perpindahan yang mungkin di kedua ujung batang i dalam arah sumbu struktur diperlihatkan pada Gambar 4-32c. Sistem penomoran untuk perpindahan ini sama dengan urutan yang disebutkan di atas. Alasan untuk penomoran rotasi sebelum translasi di setiap titik kumpul adalah untuk mempert ahankan paralelisme dengan analisa portal bidang, seperti terlihat dari perbandingan program komputer untuk portal bidang dan balok silang (lihat Pasal 5.8 dan 5.9). Gambar 4-32b memperlihatkan batan~? i dengan hirnpunan sumbu arah batang x~!. YM, dan zM. Sumbu ini diputar dari snmbu struktur terhadap sumbu zM sebesar sudut 'Y.

212

Analisa Matriks ~tuk Str uktur Rangka

~ /5

I 1~1 . y ~
(cl

t~
k

( b)

Gambar 432. Si stem penomoran u nt uk batang balok silang.

Bidang xM - zM untuk setiap batang pada balok silang dianggap sebagai bidang simetri (atau juga bidang utama lentur)~ Perpindahan yang mungkin di ujung batang i dalam arah sumbu batangjuga ditunjukkan pada Gambar 4 -32b. Enam perpindahan ujung yang diperlihatkan dalam arah positifnya terdiri dari rotasi dalam arah xM dan yM serta translasi dalam arah zM (atau z) di ujungj d an k. Perpindahan satuan dari enamjenis ini bisa diinduksi di kedua ujung batang secara terpisah untuk menurunkan matriks kekakuan batang SMt bagi sumbu batang. Matriks ini berordo 6 X 6 dan dapat diperoleh

Tabe/4-37
Matriks Kekakuan Batang Balok Silang untuk Sumbu Struktur (Gambar 4-32b)
Glx L
0
4/ y L - 6/ y
/ ,2
SM I

0
- 6/y

_ Gl x L

0
2/y L 6/ y -v

0
6/ y

L2
12/r
1. ~

0 0

0
=
_ Gl x L

- 12/ y
v~

----------------------------- ------------------------------0
2/y L

0
- 6 / y 2

Gf.r L

0
4/y

0
6/ y

0 0

0 0

L
6 / y

6/ y

---
12/y ' ' ' L 3 'I

12/ y

L2

3:
Q.

Tabe/4-38

Matriks Kekakuan Batang Balok Silang untuk Sumbu Struktur (Gambar 4-32c)
61_,
I'
I
I

... "' ~
61 ,.

"' .. "'
c

" 0 " ;:>: "' "'

c:

c
- Gl_ , L - ( G: ,.,. 2~~) C ,C, 6/r C Lt I
I

GI , C 1 L I 4/ 1) CC l I I
I+-

411 L 21 , c L I 411 c L I
I

(G/ 1 L _ GI , C' .._ 2EI 1 L I L - 6/, c J. Z


I

c:

"' "" '< .,


q
L' 61 ,
~

-(GI , 2/1 ) CC . L + L \ I

(G:,
6TI , C L' I 12/1
[i

4~1,) c, c,.
L'
----- ~ ------- -

c 1, L

r;

,. c
12f./, I'

;;
~

61, c Lt l

6EI 1 C

s .I ISI

I- -- -- -

--------------------------6/, c

--- ------ -q
I

-----Gl, L
I

--------------(C~ ~- 4~ ~) c,c,
61 ,

q + 2/ 1

C'

"' ~. ., "' c. .,
[1
I

_ Cl , L

L
1
I
I I

- (GI, +2EI~) CC L L I I

u
I I
I

I I I

C l , c + 41 , f.. I L

s
q .._ 41:./ 1 c:
'

-(Gi x L L

+ 2./ 1 q

6/ 1 c

"0

2Eiv) C C . + L \' I

_ Gl_ , L

(~ - 41,) L L

cc .\

J.!
61,

c:

c c
I
I

611 - 61 ,
[2

- 61, c I' ' 12/1

c,

c
L'
I

-61, L'

_ [ _ I_

12/1

L'
'

'

"1:1

....
1-.) Cl)

214

Anahsa Matnks untuk Struktur

Ran~~:ka

dari kasus (3), (4), (5), (9), (10), dan (ll) pada Gambar 4-2, Pasal4.3. Matriks yang diperoleh diperlihatkan dalam Tabel4-37. Transformasi matriks kekakuan batang dari sumbu batang (Gambar 4-32b) ke sumbu struktur (Gambar 4-32c) mengikuti pola yang sama seperti untuk portal bidang (lihat Pasal4.16). Matriks transformasi rotasi yang melibatkan rotasi terhadap sumbu zM sama seperti untuk batang portal bidang, karena pemilihan sistem penomoran yang disebutkan di atas. Kesamaan antara kedua kasus ini dapat dilihat secara fisik dengan membandingkan orientasi batang balok silang pada Gambar 4-32 de ngan orientasi batang portal bidang Gambar 4-27. Jadi, Persamaan (4-62) sampai (4-64) dalam Pasal 4.16 dapat diterapkan pada batang balok silang dan portal bidang. Substitusi matriks SMi dari Tabel 4-37 ke Persamaan (4-64) menghasilkan matriks kekakuan batang SMsi untuk sumbu struktur. Matriks ini diberikan dalam Tabel4-38. dan akan dipakai dalam analisa struktur balok silang. 4.20 Anahsa Balok Silang Langkah pertama dalam analisa balok silang ialah menuliskan nomor titik kumpul dan batang. Ini dilakukan dengan cara yang sama seperH untuk rangka batang bidang dan portal bidang. Seperti dijelaskan dalam pasal sebelumnya, setiap titik kumpul memiliki tiga perpindahan yang mungkin, yaitu rotasi dalam arah x dan y serta translasi dalam arah z. Jadi, perpindahan yang mungkin di titik kumpulj bisa ditunjukkan dengan indeks berikut:
3J 2 3j- I
3j

= indcks untuk ll) lasi dalarn-arah y

111dcks untuk rot.1s1 dalam .uah >:

= indeks untuk translrtsl dai:Jm arah z

Perhatikanlah, indeks ini sama seperti untuk portal bidang (lihat Pasal4.17) tetapi berbeda artinya. Oleh karena ada tiga perpindahan yang mungkin di setiap titi.k kumpul pada balok silang dan portal bidang, maka jumlah derajat kebebasan pada balok silang dapat ditentukan dengan Persamaan ( 4-65) pada Pasal 4. 17 . Selain itu, indeks untuk perpindahan yang mungkin di kedua titik kumpul pada batang i dapat dihitung dengan Persamaan (4-66). Indeks ini ditunjukkan untuk batang balok silang pada Gambar 4-33. Karena secara simbolis pelbagai langkah dalam .analisa balok silang sama sepeiti pada analisa portal bidang, pembahasan berikut hanya menunjuk pada analisa portaJ bidang yang dijabarkan pada Pasal 4.17. Analisa balok silang terkekang untuk kekakuan titik sama polanya seperti pada analisa portal bidang. Pertama, matriks kekakuan batang SMsi 6 x 6 untuk setiap batang diturunkan (lihat Tabel 4-38). Elemen matriks ini ken:mdian ditransfer secara sistematis ke matriks kekakuan titik SJ menurut Persamaan (4-67) sampai (4-72), yang bisa digunakan untuk balok silang ataupun portal bidang.

li_,
Gem bar 4-33, Pe dahan UJUng untuk ha tang balok solang.

Me tode Ke ka kuan Langsung yang l3eror ientasi pad a Komputer

215

Gambar 4-34. Beban ti t ik kumpul un1 uk balok s1 lang.

L.

Analisa struktur terkekang yang memikul beban juga .analog dengan portal bidang, tetapi aksi yang terlibat tidak sama. Tinjaulah pertama vektor aksi yang diberikan di titik kumpul A 1 . Gambar 4-34 memperlihatkan aksi yang diberikan di titik kumpul tipikal k pada balok silang. Aksi (AJ)3k-z adalah f Omponen x dari vektor momen yang diberikan di k, (AJhk-l adalah komponen y dari vektor momen, dan (AJ)3k merupakan gaya dalam arah z. Jadi, vektor A1 dapat dibentuk dengan urutan yang ditunjukkan oleh Persamaan {4-73). Gaya AMLi di ujung batang balok silang terkekang (akibat beban) diperlihatkan pada Gambar 4-35b. Gaya ujung untuk batang ke-i (terhadap sumbu batang) didefmisikan sebagai berikut: (A 1u) 11 = momen dalam ar:th XM di ujung j (A MrJv = m omen dalam arah .YM di ujung j ..,1 h,, = gay a dalam arah ZM d1 ujung j (A _ ( A MtJ u = momen dalam arah XM di ujung k ( A ,m)~. 1 = momen dalan1 arahyM di UJung k (A ut.k s = gaya dalam arah ZM di ujung k Suku-suku AML disusun pada array segi empat berordo 6 x m seperti yang ditunjukkan dalam Persamaan (4-74). Pembentukan vektor beban ekivalen AE dari matriks AML dilakukan dengan cara yang dijabarkan pada Pasal4.17 untuk portal bidang. Gambar 4-35a dan 4-35c memper-

Gambar 4-35. Beban pada batang balok s1lang.

21&

Analisa,Matraks untuk Strub.tur R3ngka

lihatkan beban ekivalen di titik kurnpulj dank yang menerirna kontribusi dari batang i. Persarnaan (4-76) dapat digunakan untuk rnenghitung gaya ini. Perhitungan perpindahan, reaksi, dan gaya ujung untuk balok silang sarna langkahnya seperti untuk portal bidang (lihat Pasal 4.17). Perpindahan titik kumpul Op dihitung dengan Persamaan (4-3), dan kemudian diekspansi ke vektor DJ . Reaksi tumpuan dihitung dengan Persarnaan (44), sedang gaya ujung batang ditentukan dengan Persarnaan (4-77). Dalarn persamaan gaya ujung batang, rnatriks RT; diambil dari Persamaan (4-63) dan rnatriks SMi diperoleh dari Tabel 4-37 . Substitusi matriks-matriks ini ke Persarnaan (4-77) menghasilkan persarnaan untuk gaya ujung:
{AMk , =(A~"),,, + [. {((DJlJt - ([), )k.JCn
~ [({),),2 - (J)JluiC r,}
<A~th_,- (Avtl: . .,.

GJ, ,

4/ h { - [ (DJ)Jt + 2 I !D,l,., J( ,., --z-:( .\}

+ [ ( D;)J2 + ~ (l)J)kl]
<AMh. 6/ l r

~~1 1 [(DJ),a
l 'l

(/);)kal

= <A IlLh . + Lf {I <DJ> J, + tO,>kll c


G / fr

12/h - [ < D,>r~ + (D,lkziC\i} + ~ [<DJ),a


(AA/k, = (,-\,ul ., -

(l>,l,.:,l

(4-79)

L,

f(D, ), , - (V;lJ,,,}Cx,

+ [(DJ)Jz- ( D; ltziCv,} 4 (AAI)s,,= (A11Jls.o +

~:t { - [~CD;)" + <D,lkt]Cn


(D,)k3l

[~ (D,)J2 + (D, )k:!] C.\,} 6 ~~y, ((D;)Js 6/ ,., U {[(D,)J,

(Au)s.f = <A~tJ.ls.t -

+ (l>;)k,) C,.,

12Rlr; - ((D;ln + (DJ>k2lC",} - ~ [(DJ)Ja- (D,)d


Program komputer untuk analisa balok silang dengan metode yang dijabarkan di atas disajikan pada Pasal 5.9. Contoh numerik balok silang juga diberikan dalam pasaJ terse but. 4.21 Kekakuan Ratang P"_nr,k a Ralang Ruang. Gambar 4-36 memperlihatkan bagian dari struktur rangka batang ruang dengan himpunan sumbu struktur x , y, z. Batang tipikal i yang bertemu di titik kumpul j dank ditunjukkan dalam garnbar. Semua titik kumpul pada rangka batang ruang dianggap sendi ruang. Karena idealisasi ini, rotasi ujung batang dianggap tidak berpengaruh pada anaJisa. Perpindahan titik kumpul yang berpengaruh adalah translasi yang dapat dinyatakan dengan mudah oleh komponennya dalarn arah x, y, dan z. Perpindahan yang mungkin di ujung batang lipikal i diperlihatkan pada Gambar 4-37a untuk sumbu arah batang dan pada Gambar 4-37'b untuk sumbu struktur. Seperti biasa, sumbu batang pada Garnbar 4-37a dipilih sedemikian rupa hingga sumbu XM berimpit dengan surnbu batang dan berarah positif dari j ke k. Sumbu yM dan z M terletak pada bidang yang tegaklurus sumbu batang dan melalui ujung j. Sedangkan, orien_ tasi

MetoJ<! Kekakuun Langsung yang

Berorient~si

pada Komputer

217

Gambar 4-36. Rangka batang ruang.

kedua sumbu ini pada bidang terse but tidak mempengaruhi pembahasan dalam pasal ini, karena posisi sumbu ini tidak berpengaruh pada matriks kekakuan batang untuk rangka batang. Dalam pasal selanjutnya, arah kedua sumbu tersebut akan dipilih sedemikian rupa sehingga memudahkan penanganan data be1>an. Enam perpindahan ujung pada Gambar 4-37a terdiri dari translasi dalam arah xM , yM, dan zM di ujung j dank. Matriks kekakuan batang terhadap sumbu batang dapat dideduksi dari kasus (I) dan (7) pada Gambar 4-2, Pasal4.3. Matriks 6 X 6 yang dihasilkan ditunjukkan dalam Tabel 4-39. Terlihat bahwa elemen bukan nol dalam matriks ini berkaitan dengan perpindahan 1 ~an 4 yang searah sumbu xM (Gambar 4-37a). Jadi seperti telah disebutkan d.i atas, matriks kekakuan untuk sumbu batang tidak tergantung padapemilihan arah sumbujM danzM. Untuk mentransformasi matriks kekakuan batang dari sumbu batang ke sumbu struktur, kita membutuhkan matriks transfom1asi rotasi RT 1,mtuk batang rangka batang ruang. Matriks ini sama bentuknya seperti yang ditunjukkan Persamaan (4-63) untuk portal bidang, dan transformasi SM ke SMs diperlihatkan dalam Persamaan ( 4-64). Matriks rotasi R 3 X 3 yang diperlukan untuk RT dijelaskan berikut ini (dengan men~ hilangkan subskrip t} . Bentuk urn urn matriks rotasi R diberikan dalam Persamaan (4-56). Tiga elemen Au, A12 , dan A13 pada baris pertama R adalah kosinus arah untuk sumbu xM terhadap

"' "~ 6 /

\2 0
I

(
I

4/'

z,.,--r71i 1 I
L

I I I I

t5 -4 ?''A' 6 :
I I I

z
lol

--

l
z

I -. _,

-_
.....
(b)

- -J

Gambar 4-37. S1stem penomoran uhtuk batang rangka b<Hang ruang .

218

AnaJisa Matrlks untuk St n 1ktur Rangk a

Tabef 4-39 Matriks Kekakuan Batang Rangka Batang Ruang untuk Sumbu Batang (Gambar 4-37a)

s
" 1

_ A , [ __ L - 1

g ___
0 0

l ___ j
0 0 0 0 0 0

_j___] __ __
: :
I

I 0 0

j ____
0 0 0

ggo _]

sumbu struktur. Oleh karena itu, tiga elemen ini sama dengan kosinus arah untuk batangriya sendiri (A 11 = Cx;A12 =Cy, A13 =Cz) dan dapat dicari dari koordinat ujung batang:
_ Yk - YJ C yL

- ;.k Cz L

~J

Panjang batang L juga bisa dihitung dari koordinat titik ujungnya:

L = V <x k -

XJ)

+ (Y k -

YJ)2

+ (~k

- ZJ)

(4-81)

Elemen pada dua baris terakhir dari R (kosinus arah untuk sumbu yM dan zM) dapat dibiarkan dalam bentuk tak tertentu, sehingga matriks rotasi menjadi (4-82 )

Jika matriks rotasi ini disubstitusikan ke Persamaan (4-63) untuk RT serta RT dan SM (lihat Tabel 4-39) kemudian dirnasukkan ke Persamaan (4-64), maka hasilnya adalah matriks kekakuan batang SMs 6 x 6 untuk sumbu struktur. Matriks inj, yang elemennya hanya melibatkan kosinus arah untuk batang itu sendiri, diberik.an dalam Tabel 440.
Tabef 440 Matriks Kekakuan Batang Rangka Batang.Ruang untuk Sumbu Struktur (Gambar4-37b)

A 1

C1 c ,c }
- C ,.c l. CyC,

C\C ,

c ;~:,

- c~

- ( 1.(\
- G1
- Cy('1

q
C1.Cl

C,C\
C}

L"

1 C 1C' ~--.:cf

----c~c~----.:c-~,
- C1
-C y(' z

r
:

: -C.\.C1 : - C ,C' 1

- C.,Cr -C.,Cr

- C,C r

L-

-q

--CC ____ : c.,c l.


(\C z

CrC, ----- C;~-

-C1
q

n
C\C1

C:t:r

4.22 Pemilihan Sumbu Batang Rangka Batang Ruang. Untuk menangani beban yang bekerja langsung pada batang rangka batang ruang, kita perlu menentukan arah semua sumbu batang xM, yM , dan zM. Karena sumbu xM telah dipilih sebagai sumbu batang (lihat Gambar 4-37a), maka hanya arah untukyM dan zM yang perlu ditentukan. Untuk itu, batang tipikal i diperlihatkan kembali pada Gambar 4-38 dengan sumbux8 , y 8 , z8 yang sejajar sumbu struktur. Walaupun banyak pilihan yang mungkill untuk arah sumbu yM dan zM, salah satu yang mudah ialah mengambil sumbu zM sebagai sumbu mendatar (yaitu terletak pada bidang x 8 -z8 ) seperti ditunjukkan dalam gambar. Dengari demi.ltian, sumbu_ yM terletak pada bidang vertikal yang melalui sumbu xM dany8 . Bila sumbu batang ditentukan seperti di atas, orientasinya menjadi jelas kecuali pad a kasus batang vertikal. Jika batang berarah vertikal, maka zM secara otomatis akan

Metode Kekakuan Langsung yang Berorientasi pada Komputer

219

fJ ~ '>-.. LvCi+cJ___ _ _ _ _-......._ _ .:::::./

I / I / LC~
~
x/1

LCx

Gambar 4-38. Rotasi sumbu untuk batang rangka batang ruang .

terletak pada bidang mendatar; tetapi posisinya pada bidang tersebut tidak terdefiriisi kan secara unik. Untuk memecahkan persoalan ini, ketentuan tambahan akan dibuat, yaitu sumbu zM selalu diambil berimpit sumbu z 8 jika batang berarah vertikal. Dua kemungkinan dalam hal ini diperlihatkan pada Gambar 4-39a dan 4-39b. Untuk melalcW<an transformasi sumbu, matri.ks rotasi R (lihat Persamaan 4-82) dibutuhkan. Kosinus arah untuk sumbu YM dan z~1 !-(dua baris terakhir dari R) dapat dicari langsung dari Gambar 4-38 dengan geometri. Sedang pendekatan yang lain melibatkan rotasi sumbu berurutan. Pada metode terakhir ini, transformasi dari sumbu struktur (lihat Gambar 4-38) ke sumbu batang dianggap t~rjadi dalam dua tahap. Tahap pertama ialah rotasi sebesar sudut (j terhadap sumbu y 8 . Rotasi ini menyebabkan sumbu x terletak pada posisi yang ditunjukkan sebagaix13 , yaitu perpotongan bidangx8 -z8 dan .bidang xM -y8 . Juga, rotasi ini meletakkan sumbu zM pad a posisi akhirnya yang bersudut (j dengan sumbu z8 . Langkah kedua dalam transformasi ialah rotasi sebesar sudut 'Y terhadap sumbu zM. Rotasi ini meletakkan sumbu xM 'dan YM pada posisi akhirnya, seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Matriks rotasi R yang digunakan dalam transformasi dari sumbu struktur ke sumbu batang dapat diturunkan dengan mengikuti kedua Jangkah di atas. Pertama, tinjaulah rotasi terhadap sumbu Ys sebesar ~dut fj. Matriks rotasi R13 3 x 3 untuk transformasi ini terdiri dari kosinus arah sumbu (j (yaitu sumbu x13 ,y 13 , zfJ) terhadap sumbu struktur
(xs,Ys, zs):

IYs,xN

YM----

Zs,Z~r~

(o )

Gambar 4-39. Rotasi sum bu untuk batang vertikal rangka bat ang ruang.

220
cos f3 0
I 0

Analisa Matriks untuk Struklur Rangka

Ra =

0 [ - sin f3

(a)

Fungsi cos {3 dan sin {3 dapat dinyatakan dalam kosinus arah batang i dengan meninjau geometri pada Gambar 4-38. Jadi, besaran ini ialah

C\ cos/3 = -

Cz

. a sm,..

=-

c~

C...-z

(b)

dengan Cxz = -../CJc + C}. Substitusikan persamaan ini ke Persamaan (a) menghasilkan matriks Rp sebagai fungsi kosinus arah:

C,
( \.t.

O C.t
l
I
\.1

Rp =

r~.
c'(7.

c.,
Cz

(4-lS3)

Matriks R0 dapat diinterpretasikan sebagai matriks yang menghubungkan dua alternatif himpunan komponen ortogonal suatu vektor (aksi atau perpindahan yang kecil) dalam arah sumbu {3 dan sumbu struktur. Misalnya, tinjaulah aksi A yang dapat dinyatakan oleh vektor A{3 (yang terdiri dari komponen-komponen da1am arah sumbu p) ata.> vektor As (yang terdiri dari komponen-komponen dalam arah sumbu struktur). Transformasi vektor As ke vektor A p dilakukan dengan metode pada Pasa14-15 sebagai berikut: (c) Dalam persamaan ini R(J ditentukan dari Persamaan (4-83). Rotasi kedua terhadap sumbu zM sebesar sudut r bisa ditangani dengan cara yang . sama. Dalam Jangkah ini, matr:iks rotasi Ry juga menghubungkan dua himpunan komponen ortogonal suatu vektor pada dua himpunan sumbu. Transformasi untuk kasus aksi A adalah
AM

= RyA/1

(d)

Dalam persamaan ini, vektor AM terdiri dari komponen aksi A dalam arah sumbu batang, dan matriKs Ry berisi kosinus arah sumbu batang terhadap sumbu {3. Ekspansi matriks Ry menghasilkan:

R,
Fungsi cos 4-38):

+~~ ~ ~~~ ~ ~]
=
c_, ~.

(e)

r dan sin r bisa dinyatakan dalam kosinus arah batang sebagai (lihat Gambar
cos-y
SIO ')'

Cy

(f)

Substitusi persamaan ini ke Persamaan (e) menghasilkan matriks berikut:

Ry

dalam bentuk

(4-84)

Metode Kekal..uan Langsung yang llerorlcntnsi pada Komputcr

221

Setelah kedua rotasi terpisah di atas dinyatakan dalam bentuk matriks, matriks transformasi tunggal R dari sumbu struktur ke sumbu batang dapat ditentukan. Dengan meninjau kembali kasus aksi A, kita lihat bahwa vektor AM dapat dinyatakan dalam vektor As dengan memasukkan A(3 (Jihat Persamaan c) ke Persan1aan (d):
A~t =

RyRaAs

(g)

Dengan membandingkan Persamaan (g) dan Persamaan (4-57) pada Pasal 4.15 , kHa da patkan ballwa matriks rotasi R merupakan hasil kali Ry dan Rp. Jadi,
R = RyRtJ

(4-85)

Jika Persamaan (4-83) dan (4-84) ctimasukkan ke Persamaan (4-85), hasilnya ialall:

(\

Cr

- c, cl
R=
(' \/.

Co
0

c, -c,c/
( ' \1

(4-86)

-C';

\"l

c, c \/.

Ini adalall matriks rotasi R untuk batang rangka batang ruang,yang dapat digunakan untuk transformasi aksi atau perpindahan antara sumbu batang dan sumbu struktur. Matriks rotasi it di atas berlaku untuk se~~ posisi batang i kecuali bilaarahnya vertikal. Pada kasus yang di~unjukkan dalam Gambar 4-39a atauGambar 4-39b, kosinus arall sumbu batang terhadap sumbu struktur dapat ditentukan dengan inspeksi. Jadi, matriks rotasinya ialall

R"." = [

-~,

cl
0 0

~]

(4-87)

Persamaan untuk R ini berlaku bagi kedua kasus pada Gambar 4-39a dan 4-39b dengan memasukkan harga kosinus arah Cy yang sesuai, yaitu 1 untuk batang pada Gambar 4-39a dan - 1 untuk batang pada Gambar 4-39b. Substitusi matriks rotasi R yang sesuai (Persamaan 4-86 atau 4-87) ke Persamaan (4-63) menghasilkan matriks transformasi rotasi RT untuk sumbu arah batang yang di: tentukan dalam pasal ini. 4.23 Analisa Rangka Batang Ruang. Analisa struktur rangka batang ruang akan dibahas dalam pasal ini dengan cara yang sama seperti untuk jenis struktur lainnya di muka. Beban pada struktur rangka batang ruang umumnya berupa gaya terpusat yang diberikan di titik kumpul. Namun, aksi yang lebih umum dalam beberapa hal juga dapat diberikan pada setiap batang (lihat Gambar 4-36). Seperti pada struktur sebelumnya, batang diberi nom or 1 sampai m, sedang titik kumpul diberi nomor 1 sampai Analisa rangka batang ruang hanya memperhitungkan deformasi aksial, tetapi di setiap titik kumpul terdapat tiga perpindallan yang mungkin. Untuk titik kumpul j , perpindahan yang mungkin ditunjukkan dengan indeks berikut:

nr

3j - 2 = indeks untuk lranslasi dalam arall x 3j - I = indcks untuk lranslasi da1am arall y 3j = indeks untuk translasi dalam arah z Jumlah derajat kebebasan pada rangka batang ruang bisa dihitung dengan Persamaan (4-65) pada Pasal 4.17. Selain itu, indeks untuk perpindahan yang mungkin di ujung

222
y

Analisa Matnks untuk Stl'uktur Rangka

*flk_k,
I I I I I

?-----~-----------+--------.x

l __

---- -----J

Gambar 440. Perp 1 ndahan UJung un tuk batang rangka batang ruang.

batang i dapat dihitung dengan Persamaan (4-66). Indeks untuk batang rangka batang ruang ditunjukkan pada Gambar 4-40. Analisa rangka batang ruang secara simbolis sama seperti analisa portal bidang (Pasal 4.17) dan balok silang (Pasal 4.20). Alasannya ialah ketiga jenis struktur ini me'm iliki tiga perpindahan yang mungkin di setiap titik kumpul. Kesamaan ini dimulai dari tahap pertama analisa, yaitu matriks kekakuan batang SMsi 6 X 6 (lihat Pasal 4.21 untuk kekakuan batang rangka batang ruang) diturunkan bagi setiap batang secara berurutan. Elemen setiap matriks batang ini ditransfer secara sistematis ke matriks kekakuan titik SJ dengan cara yang ditunjukkan oleh Persamaan ( 4-67) sampai ( 4-72). Dalam tahap analisa rangka batang ruang berikutnya, beban yang diberikan pada struktur diproses. Gambar 4-4 1 memperlihatkan aksi yang dib.erikan di titik kumpul tipikal k pada rangka batang ruang. Aksi (AJhk- 2 , (AJhk-1> dan (AJhk adalah komponen x, y, dan z dari gaya terpusat di titik t'ersebut. Aksi ini dimasukkan ke vektor A 1 yang bentuknya sama seperti Persamaan (4-73). Tinjaulah selanjutnya matriks gaya A ML di ujung batang terkekang akibat beban. Pad a: struktur rangka batang; gaya ini ditentukan pada batang dengan ujung yang dikekang terhadap translasi tetapi dibiarkan berputar (lihat Tabel B-5, Larnpiran B). Gambar 4-42b memperlihatkan batang seperti ini dan keenarn gaya ujung akibat beban yang diberikan di sepanjang bentangnya. Gaya ujung ini adalah sebagai berikut:
( A 111.) 1,, = gaya dalam (A.Ift.h ., = gaya dalam (A 411.h .1 = gaya tlaJam (AM 1.L.; = gaya dalam ( AMds.; = gaya dalam
(A ML) 6,;

arah xM di ujungj arah yM d1 ujungj arall zM di ujungj arah xM di uj ung k arah yM di ujung k gaya dalam aral1 zM di ujung k

~r
Gambar 4-41. Beban t1t1k kumpul
untu ~

rangka batang ruang

Meto dc Keka ku an Lan gsun g yang 1:3erorientasi pada

Kom putt~r

223

Gambar 4-42. Bcban pada ba tang rangka batang ruang.

Suku-sukuAML kemudian dibentuk menjadi matr~s segi empat berordo 6 x m seperti yang ditunjukkan oleh Persamaan (4-74). Elemen matriks AML dapat ditransfer ke vektor beban gabungan AE dengan metode rotasi sumbu yang dibahas di muka. Persamaan ( 4-7 5) pada Pasal 4. 1'7 menghasilkan gaya jepit ujung AMsi dalam arah sumbu struktur. Untuk batang miring, matriks rotasi yang dinyatakan oleh Persamaan (4-86) harus ditranspos dan digunakan dalam Persamaan (4-75). Suku-suku yang dihasilkan dari operasi ini bila dibalikkan . tandanya menjadi bagian dari AE yang dikontri:busi oleh batang ke-i sebagai berikut:
(A E)a;
2

=-

};AMs -

C 11(A 111.)1.1

+C

c.\.c ~~ CA .wi.J2. + C c ~..


l/1 XZ1

\A , nh,,

(A ehi- 1 =

~A Ms - C y1(A .wd1.1 - C rz,(A . 1 nh.


).A,,.~- C ~.,( A ~HJt.,

(A fJv
( A Ehh -t = -

C ,.,Czl + - (. - - (A,tth.l \'71

C ,\1
\/ 1

!A.wtJ~.I

2A,,,,, - (

\,(A.Il/J~.~ + - ( - . - ( A 111.!;,1
\'71

c .\1c1,

+(..

c~.,
V I

(4-88)

(A,u,.k ,

<A fhk- 1= - ~ A 11, - c \,<A.ln},,, (A E);lk - - ~A


IfS -

c\ ,. <A"'~. >r...

l z; (A\1/.L ,, + - ( -.- (A.uds . - -;:::-- !A.11d6.


\'~ ~

C r,C,,

C 1,

\'Zi

Beban titik kumpul ekivalen yang menerima kontribusi di atas ditunjukkan pada Gambar 442a dan 442c. Sebaliknya, jika batang berarah vertikal, transpos matriks rotasi dalam Persamaan (4-87) harus digunakan. Dalam hal ini, Persamaan (4-88) untuk AE menjadi
(At:):IJ-2 = -

~ A .\1.\

C y,(AMI.h .

\Af:hJ- 1 = - l AJts - Cn(A"i )u ( A A!; -- ~ A 11s - (A . 111.h., ( A t'b- 2~ AMs + Cri!A .111 )r,,; <Ait:hk- 1 - - ~ A''' - C v;(A,nh.t
(Adalr

(4-89)

=-

~ AMs

(A .111J~.1

Analisa Malrlks untuk Struktu r Rangku

Pada tahap akhir analisa, perpindahan titik kumpul Dp (translasi dalam arah x, y, dan z) diltitung dengan Persamaan (4-3) dan d iekspansi ke vektor DJ Persamaan (44) kemudian digunakan untuk mencari reaksi tumpuan (gaya dalam arah x, y, dan z di tumpuan). Untuk menghitung gaya ujung akhir, matriks kekakuan batang SMi dari Tabel 4-39 dan matriks transformasi rotasi RTi untuk rangka batang ruang dimasukkan ke Persamaan (4-77) . Persamaan yang dihasilkan dari perkalian matriks dalam Persamaan (4-77) adalah
CA ~rt. k, +
(A,")~.~;

f;

EAn

{lCDJ)JI - C DJll<~j (

+ [CI>.tlJ2 - C D1),.2JC\ + liDJlja - cnJJ,, ,IC.d


CA .11l2.CAwk, - (A,nlt.i
LA\1
{ [(f)J)1 ,
-

C A11 k , - (A,n) ,,,- L,


~

C D1h1lC

.
11

(4-90)

!< D1l,;-z - <D1lk21c + l(DJ> j:l (A,, l.,,,

ciJ1h.d< ,,}

Himpunan persamaan ini berlaku bagi batang yang arahnya sembarang, termasuk batang vertikal. Pada kasus batang vertikal, kosinus arah Cx; dan Cz; dalam persamaan di atas 3kan berharga nol. P rogram komputer untuk analisa rangka batang ruang diberikan pada Pasal 5.10 bersarna dengan contoh numeriknya. 4.24 Kekakuan Bat.ang Portal Ruang. Gambar 443 memperlihatkan bagian darl y, z. Batang tipikal i yang memiliki kosinus arah portal ruang dan sumbu referensl positif ditunjukkan dalam gambar dengan titik kumpul j dan k di kedua ujungnya. Batang-batang portal dianggap bersambungan secara tegar di titik kumpul, dan setiap titik kumpul yang tidak dikekang dianggap mengalami translasi dan rotasi yang sembarang dalam ruang. Jadi, semua jenis perpindahan titik kumpul yang mungkin harus ditinjau . Untuk mudahnya, perpindahan ini diambil sebagai translasi dan rotasi dalam arahx, y, dan z (enam perpindahan yang mungkin di setiap titik kumpul). Kedua belas perpindahan di kedua ujung batang telah dibahas pad a PasaL 4.3 {lihat Gambar 4-1 ) untuk sumbu arah batang dan ditunjukkan kembali pada Gambar 4-44a

x,

I
I
1/ /

/
/

/
/ /

------~
_ - - - - -

......

'-.... .......
-

I/ /

-- -

.::::..:J,

Gambar 4-43. Portal ruang

Metod~

Kekakuan I angsung yang 13erorientasi p:~Ja Komrut.:r

225

untuk batang tipikal i. Dalam gambar ini, sumbu xM diambil berimpit dengan sumbu batang seperti pada rangka batang ruang (bandingkan dengan Gambar 4-38). Sumbu yM dan zM dipilih sebagai sumbu utama penampang lintang di ujung j. Matriks kekakuan yang lengkap SMt 12 x 12 untuk sumbu batang telah diturunkan pada Pasal 4.3 (lihat Tabel 4-1). Matriks ini harus ditransformasi dengan matriks transformasi rotasi ke ma triks SMst 12 X 12. Matriks terakhir selaras dengan kedua belas jenis perpindahan dalam ar:ili sumbu struktur yang ditunjukkan pada Gambar 4-44b. Bentuk matriks rotasi R tergantung pada orientasi sumbu batang. Dalam banyak hal, batang portal ruang berorientasi sedemikian rupa sehingga sumbu utama penampang lintang terletak pad a bidang mendatar dan vertikal (rnisalnya, balok I dengan badan/web pada bidang vertikal). Pada kondisi ini, sumbu yM dan zM dapat dipilih sama seperti untuk batang rangka batang ruang (lihat Gambar 4-38), sehingga matriks rotasi R dalam Persamaan (4-86) dapat dipakai untuk batang p ortal ruang. Dalam beberapa hal, penampang lintang batang portal ruang memiliki dua sumbu simetri dan momen inersia yang sama terhadap setiap sumbu (misalnya, batang bulat dan bujur sangkar, baik pejal ataupun berongga).. Pad a kasus ini, sumbu yM dan zM dapat dipilih sama seperti yang dijabarkan di atas. Pemilj,han ~perti ini dapat dilaktlran karena semua sumbu pada penampang lintang merupakan sumbu utama, dan sepasang sumbu sembarang dapat dipilih untuk yM dan zM. Akan tetapi, sumbu utama yM dan zM pada batang portal ruang bisa berarah sembarang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 444a. Orientasi sumbu ini dapat ditentu kan dengan pelbagai cara, di antaranya adalah dua metode berikut. Metode pertama

ZM

z
y

(0

--

--_J

t 11

ts
t5
t2 / 1 714
/
G

/_ 91
12

)('I*
1

-1

10

3J

I I
I
X

l_
z
l hl

------

-._J

Gambar 4-44. Sstcm penomoran untuk batang porta ruang .

22&

.Analisa Matriks untuk Struktur Rangk a

)-.
z
Gambar 4.45. Rotaso sumbu unt uk batang porta l ruang .

melibatkan penentuan orientasi sumbu utama dengan sudut rotasi terhadap sumbu xM. Untuk melihat lebih jelas cara sudut ini diukur, tinjaulah tiga rotasi beruntun dari sumbu struktur ke sumbu batang pada Gambar 445. Dua rotasi pertama sebesar sudut /3 dan 'Y (masin_g-masing terhadap sumbu Ys dan zfJ) sama seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4-38-untuk kasus khusus yang dibahas di atas. Transformasi ketiga adalah rotasi sebesar sudut a terhadap sumbu xM, sehingga sumbuyM dan zM berimpit dengan swnbu utama penampang lintang. Rotasi terakhir ini juga ditunjukkan pada Gambar 446.yang memperlihatkan potongan penampang lintang batang yang dilihat dari arah xM negatif. Bidang xM-Y"'( adalah bidang vertikal rrielalui sumbu batang, sedang sudut a diukur (dalam arah positif) dari bidang tersebut terhadap salah satu swnbu utama penampang lintang. Rotasi sumbu sebesar sudut a memerlukan matriks rotasi baru R<t yang elemerielemennya adalah kosinus arah swnbu batang (xM ,YM, zM) terhadap sumbu "'(:

Yr
p
Zp~

T\- - -

1\ Yn
1

1\
I

Gambar 4-46. Ao taso terhadap sum bu. xm .

Metode Kekakuan Langsung yang fleroricntasi pada Komputer

227

CO'> Cl

Sin

0 a]

(4-91)

-sin

c~

cm. a

Perkalian muka R.yRp (lihat Persamaan 4-85 dan pembahasannya) dengan hasilkan matriks rotasi R untuk ketiga rotasi beruntun pada Gambar 4-45:

Ra meng(4-92)

R = R..R R,s

Bila ketiga matriks rotasi RC)(, Ry , dan Rp (lihat Persamaan 4-91 ,4-84 , dan 4-83) untuk batang menceng (skew) dimasukkan ke Persamaan (4-92) dan diperkalikan seperti yang ditunjukkan, maka kita peroleh matriks rotasi R (subskrip i dihllangkan):

c,
-c ~ c,

(y

cos a - Cz sin a

R=

c,c, . . in a

c,"l
-

( uCOl> Cl'

-CvCz COl> a + (\:.in a

c, cos a

Cu
C 1 CL sm a
(

+ C,

(4-93) cos a

c,"l

\/.

Matriks rotasi ini merupakan fungsi kosinus arah batang (yang dihitung dari koordinat titik kumpul) dan sudut a yang harus diberikan sebagai data struktur. Perhatikanlah, jika sudut a sama dengan no!, bentuk matriks R menjadi seperti umuk batang rangka batang ruang (Persamaan 4-86). Kasus khusus batang vertikal akan dibahas nanti. Matriks transformasi rotasi RT untuk batang portal ruang dapat dibuktikan berbentuk sebagai berikut:

R, " [

~ ~ ~ ~]

(4-94)

yang analog dengan matriks dalam Persamaan (4-63). Akhirnya, matriks kekakuan batang SMs unnik sumbu struktur dihitung dengan perkalian matriks biasa: (4-95) Matriks yang dihasilkan sangat kompleks hila dituliskan dalam bentuk literal, sehingga t idak diekspansi dalam buku ini. Kenyataannya bahwa himpunan persamaan yang panjang ini dapat disajikan secara ringkas dengan Persamaan ( 4-95) adalah salah sa tu keuntungan utama dari metode matriks dalam analisa struktur. Pacta beberapa struktur, sumbu batang berorientasi sedemikian rupa sehingga sudut a yang menentukan lokasi sumbu utama untuk batang ini tidak diketahui. Pada kasus ini, teknik lain untuk menentukan lokasi tersebut dapat digunakan. Metode yang sesuai ialah dengan memberikan koordinat suatu titik yang terletak pada salah ~tu bidang utama batang tetapi tidak terletak pada sumbu batang. Titik ini dan sumbu xM cukup untuk menentukan suatu bidang dalam ruang secara unik. dan bidang tersebut dapat diambil sebagai bidang xM-YM Yang diperlukan hanyalah mencari persamaan untuk sudut rotasi a (yang terdapat pada matriks rotasi R, Persamaan 4-93) dalam koordinat titik tersebut dan koordinat kedua ujung batang. Bila persamaan tersebut diperoleh, kita dapat menentukan posisi sumbu utama batang dengan memasukkan sudut a secara langsung atau dengan memasukkan koordinat titik yang sesuai. Titik sembarang p pada bidang xM-yM diperllhatkan pada Gambar 4-45. Koordinat x , y, dan z dari titik ini (yang diberi notasi Xp, Yp, dan zp) dianggap tertentu. Karena

228

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

sumbu struktur x8 , y 8 , dan z8 memiliki titik awal di ujungj, maka koordinat titik p terhadap sumbu struktur (yang diberi notasixps,Yps, dan Zps) adalah
XJ>S

= .\,,- .\;

) ,.s

= Yv-

YJ

:..vs= :., -

:.j

(4-96)

dengan x1,yi> dan Zj sebagai koordinat ujungj. Titik p juga dipeilihatkan pada Gambar 4-46 dengan sudut rotasi o:. Koordinat p terhadap sumbu x'"Y , y 1' , dan z'Y dapat dinyatakan dalam koordinat terhadap sumbu x 5 , y 8 , dan z8 dengan rotasi sumbu sebesar sudut {3 dan r. Bila koordinat titik p terhadap sumbu r adalah Xn, Yp-y, dan Zp-y (dua koordinat terakhir diperlihatkan positif dalam Gambar 4-46), maka transformasi koordinat yang dicari menjadi:

(a) Substitusi ikut :


Ry~

dari Persamaan (4-86) ke Persamaan (a) menghasilkan persamaan ber-

(4-97)
Cz ___
(
~/.

c.Y , +-1S ('

,..,

'-JS

Persamaan ini menentukan koordinat titik p terhadap sumbu r. Persamaan untuk sinus dan kosinus sudut a diperoleh dari geometri pada Gambar 4-46 sebagai (4-98) Dengan Persamaan (4-96), (4-97), dan (4-98), besaran sin a dan cos a dapat dihitung dari koordinat titik p dan kemudian dimasukkan ke matriks rotasi R (Persamaan 4-93). Substitusi ini menghasilkan matriks rotasi R dalam bentuk yang hanya melibatkan kosinus arah batang dan koordinat ti tik p. * Pembahasan di atas adalah untuk batang yang tidak vertikal. Seperti dijabarkan pada Pasal 4.22 untuk batang rangka batang ruang, batang vertikal merupakan kasus khusus yang harus aiperlakukan secara terpisah. Matriks rotasi R yang diturunkan untuk batang vertikal rangka batang ruang (lihat Persamaan 4-87) juga dapat dipakai untuk jenis tertentu batang vertikal portal ruang. Syaratnya ialah salah satu sumbu utama penampang lintang batang harus searah dengan sumbu z8 . Dalam beberapa hal, batang berorientasi sedemikian rupa sehingga syarat ini terpenuhi (misalnya, balok 1 dengan badan/web pada bidang Xs-Ys). Syarat tersebut juga terpenuhi oleh batang yang berpenampang lintang lingkaran atau bujur sangkar (pejal atau berongga). Pada kasus ini, semua sumbu penampang lintang adalah sumbu utama sehingga salah sa tu darinya dapat dipilih secara sembarang dalam arah z5 .

"'Matriks IOl;J~i R Juga dapat lhturunkan dari sifat perkaltan vcktot (atau ~ilang/cross) scbaga1
bcrikut: e..c-M = ex M X eJP v'e~M + ejp; <'yM -= ezM X e,,MlDalam pt!rsamaan ini, ~imbol c menyali1 kan vektor satuan dalam ar~h yang ditunJukkan subskripnya ) Operasi vektor ini kclihatan sederhuna karcna not;ISlJlyu cfisicn, tctapi ck.~pansinya mellbatkan suku yang sama scpt:rti tekni.k rota~i sumhu

yang lcbih mtonnauf dan dibahas dt sini

Melotll' Kckukuan I 3ngsung yang

Derarienla~i

pad3 Komputer

229

Pada kasus batang vertikal yang lebih umum, sumbu utama penampang lintang berputar terhadap sumbu vertikal sehingga membentuk sudut a dengan arah sumbu struktur. Orientasi batang vertikal ini dapat dilihat dengan jelas pada rotasi sumbu beruntun dalaw Gambar 4-47. Dalam hal ini tidak ad a rotasi sebesar sudut {3 (terhadap sumbu y 8 ). Seba5 ai gantinya, rotasi pertama adalah sebesar sudut 'Y yang bisa 90 atau 270 {lihat Gambar 4-47a dan 4-47b). Rotasi kedua adalah sebesar sudut a terhadap sumbu xM. Matriks rotasi untuk kedua kasus dalam Gambar 4-47 dapat diperoleh dengan inspeksi. Matriks ini terdiri dari kosinus arah sumbu xM, yM, dan zM terhadap sumbu struktur.

R nrt =

0 ( - C r cos c .-r 0

')100:'

0 ]

(4-99)

c)

~in

et

()

cm, a

Persamaan ini berlaku untuk kedua orientasi pada Gambar 4-47a dan 4-47b, asalkan harga Cy yang sesuai digunakan (+1 pada kasus pertama dan -1 pada kasus kedua). Perlu diperhatikan bahwajika a sama dengan nol, matriks rotasi dalam Persamaan (4-99) akan menjadi matriks rotasi untuk batang vertikal rangka batang ruang (Persamaan 4-87). Bila pad a kasus di atas kita gunakan koordinat sua tu titik p yang diketahui letaknya pada bidang utama, maka sin a dan cos a bisa dihitung langsung dari koordinat titik tersebut (untuk dipakai dalam Persamaan 4-99). Gambar 4-48a memperlihatkan batang vertikal dengan ujung bawah sebagai titik kumpul j dan ujung atas sebagai titik kumpul k. Titik p juga ditunjukkan dalam gambar. Bila titik ini diletakkan sedemikian rupa hingga koordinatnya terhadap sumbu S berharga positif, maka sudut a berkisar antara 90 dan 180. Sinus dan kosinus sudut ini adalah

(b)
Sebaliknya, Gambar 4-48b memperlihatkan batang vertikal dengan ujung bawah sebagai titik kumpul k dan ujung atas sebagai titik kumpul j. Pada kasus ini, sudut a berharga antara 0 dan 90 (hila koordinat p positif), serta sin a dan cos a ditentukan oleh persamaan berikut:

{c)

Ys

(a)

Gambar 4-47. Rotas! 'urnhu untuk batang vertika l portal ruang ,

230

Anahsa

Mutnk~

untuk Struktur ltangka

Ys

' ' 1p
A::;:-

-=-*'--.,~- xs

(a)

Gambar 4 -48. Pemakaoan tt tok p untuk batan g ver toka por ill ru ang

Persamaan {b) dan (c) bisa digabungkan menjadi satu dengan memasukkan kosinus arah batang Cy sebagai berikut: sin
tt

cos fr

- ,,.-_ .- c
. I .'.!

V \1'"1

:!-

, .,

( 4-1 00)

Untuk kasus yang diperlihatkan pad a Gambar 4-48a dan 4-48b, kosinus arah Cy masingmasing berharga + l dan - 1. Persamaan {4-100) dapat digunakan untuk menghitung sin a dan cos a dari koordinat titik p yang harus terletak pada bidang utama batang. Fungsi ini kemudian dimasukkan ke matriks rotasi R (Persamaan 4-99). Secara ringkas, matriks kekakuan batang SMi untuk batang portal ruang pertama diperoleh untuk sumbu batang dari T abel 4-l, Pasal 4.3. Kemudian, matriks rotasi R ditentukan dalam bentuk yang tergantung pada kasus yang ditinjau, dengan menggunakan sudut a atau koordinat titik p untuk menentukan bidang utama. Matriks R akan berbentuk seperti yang diberikan dalam Persamaan (4-93) a tau ( 4-99), tergantung pad a posisi batang (miring atau vertikal). Pada kedua kasus ini, sudut a bisa nol sehingga R berbentuk seperti salah satu dari yang diturunkan untuk batang rangka batang ruang (lihat Persamaan 4-86 dan 4-87). Dalam semua kasus, matriks transformasi rotasi RT dibentuk menurut Persamaan ( 4-94), sedang matriks kekakuan batang untuk sumbu struktur dihitung dengan Persatnaan (4-95). 4.25 Analisa Portal Ruang. Portal ruang pada Gambar 4-43 terdiri dari batangbatang bersambungan tegar yang berorientasi sembarang dalam ruang. Beban pada struktur juga bisa berjenis dan berorientasi sembarang. Sistem penomoran yang dipakai untuk batang dan titik kumpul sama seperti untuk struktur lainnya. Deformasi aksial, lentur dan puntir akan ditinjau dalam analisa portal ruang.* Perpindahan yang tak diketahui di titik kumpul terdiri dari enam jenis, yaitu komponen x, y, z dari translasi titik kumpul dan komponen x, y, z dari rotasi titik kumpul. Keenam perpindahan yang mungkin di titik kumpul j ditunjukkan dengan iitdeks berikut:
6j - 5 6j - 4

= mdeks untuk translasi dalam arah x =


mdeks untuk mdeks untuk utdeks untuk tndcks untuk indeks untuk translasi dalam arah )' translas1 dalam arah z rotasi dalam arah x rotasi dalam aral1 y rotasi dalam arah z

6j

6j 6J - l 6j

3 2

*Untuk mcnghilangkan d eforrna~i aksial. pcmbatas h!rhadap perubahan pan)an~: batang harus d1bcrtkan . Lilut makalah o lrh Greenc ~ang disebutkan pada ~atatan kak1 dalam Pa\al.$. 17.

Mctode Kekakuan tangsung yang

Beroricnta~i

pada Komputer

231

Jumlah derajat kebebasan n pada portal ruang bisa ditentukal}dari titik kumpul ni dan jumlah pengekang n, dengan persamaanberikut: (4-101) Batang i pada portal ruang akan memiliki nomor titik kumpul j dan k di ujungujungnya seperti ditunjukkan pada Gambar 4-49. Ked.ua belas perpindahan titjk kumpul yang mungkin untuk batang ini juga diperlihatkan pada Gambar 4-49. Perpindahan ini diberi indeks sebagai berikut:
jl = 6j ~ j4 = 6} - 2

j2 = 6j 4 j 5 - flj- I

j3 = 6j- 3
j6

6j

(4-102)

f..l = 6/.: - ~ /.:4 - 6/.. - 2

/..2 = 6k - 4
/..~ =

6/.. - I

k3 = 6k - 3 /..6 = 6k

Pembentukan matriks kekakuan titik mengikuti pola yang umum seperti pada portal bidang (lihat Pasal 4.17), tetapi prosesny,a rumit karena lebih banyak suku yang terlibat. Matriks kekakuan SMsi 12 X 12 diturunkan untuk setiap batang portal Oihat Pasal 4.24). dan kontribusinya pada kekakuan titik j dank ditentukan. Sebagai contoh, kontribusi dari kolom pertama matriks SMsl pada matriks kekaku'an titik SJ adalah:
(SJ)JIJI (SJ);zJ t

= .l = .l

SMs
SMs

+ (5 .\ tSLdl
+ (SM.\4.1):

(SJhJJr

= (S US7 . t)i
(4-103)

(S J)):I.)I = ~

+ (SMS'l,l)i S, \ {S + ( S U4'3.JI
+ (SMss.J), + (SMss.J),

(5Jh:2JI = (SM.'\11.1),

(SJhaJt = (SMss.sl ,
(.)J)k4JI

(SJ)N J I = ~ .\Ms

( SJ)1 sJJ = 2 S.us (S J)J6.Jl = ~ SMs

= (S~Jstu, t), (.\JlJ.s.il = (SMSII ,l)l (SJ)k6Jt = (SMslv),

Sebelas himpunan persamaan lain yang serupa dengan Persamaan (4-103) dapat dituliskan sehingga didapat dua betas himpunan persamaan. Setiap himpunan menyatakan pentransferan elemen, dari suatu kolom pada matriks SMsi ke letak yang sesuai pada matriks S1. Aksi yang diberikan di titik kumpul tipikal k diperlihatkan pada Gambar 4-50. Dalam gambar, aksi (AJ)6k-s, (AJ) 6 k_ 4 , dan (AJ) 6k_ 3 adalah komponen x. y, dan z dari gaya terpusat yang diberikan di titik kumpul. Sedangkan, aksi (AJ) 6k-z, (AJ )6k_ 1 , dan (AJ)6k adalah komponen x. y, dan z dari vektor momen yang bekerja di titik

Gambar 4-49. Perp1nd ahan ujung untuk batang portal ruang .

232

\nal~

M3trtks untuk Strllkt u r Rangk J

)-.
~

Gambar -sO. Beh.1n ttttk kurnpul mtuk portal r uang

kumpul. Aksi ini <limasukkan pada vektor aksi Juar A 1 yang berbentuk sebagai berikut :
-\#

= { IAJ)

1,

IA J )z, !AJ~ . (AJ)., ( r\ J l:.. tAJlfl

(..\JI~tc :1 IAJI6k - 1 IA J lo;k ;,. (AJIJl ~.IA J)bA , . (,\ J )r.k


( A J)RnJ

14-104 )

~ (A;l6>tJ

I \ J )t>,;

, I \ Jllitt

t lAJltJnJ

(.1\;lflnl}

Gambar 4-5 1b memperlihatkan gaya di ujung batang i dari portal ruang terkekang akibat beban pada batang itu sendiri. Gaya ujung AML untuk sumbu arah batang didefmisikan sebagai berikut:
lA \11 ), ,,
(A.Itt): ,

= =

(AMt h.t
(A.Itth

(A.Ittlu =
I=

IAau 16, (A,wt.h. r ;:


IA.vtl>~ ,t
(A Ml.lu -

lAMt.lto.t -

IAvt.hs.tI \ vt.ls2 -

gay a dalam arah >."Jt li1 ujung j gaya dalamarahy,, d1uwnE j ga) a dal.un arah :M d1 UJUng 1 momcn d:llam arah .'I:!of di ujung j momen dalam arah J'M di UJung j mom.:11 dalam arah :H di UJUng 1 gay il do~ltm :uah Xftf d 1 ujung k gaya dalam arah YM di ujung k gaya dalam arah: \1 dt ujung k mom 1 d lam arah x.~f Ji UJUng J..; m omen dal:un arah .I'M di ujun~ k momcn d:tlam ar>t)l : ~1 di ujunn k

Matriks AML dapat diperlakukan sebagai a"ay segi empat berordo 12 x m, yang setiap kvlomnya terdiri dari dua betas elemen yang dituliskan di atas untuk batang tertentu. Jadi,
A
Ml

_
-

[ lAM, ), ,, (J 1 m l1,s

CA~u>. ,

I 4, 11 1 1, 1

IA.,h .
IA.v,

h.m

(4-105)

<AN1.h2.t

lA tt l.,

("Ill

h2 ..

Pembentukan vektor beban ekivalen AE dilakukan dengan prosedur rotasi sumbu yang dibahas di muka. Gambar 4-Sla dan 4-5 l e memperlihatkan beban ekivalen di titik kumpul j ~an k. yang menerima kontribusi dari batang i Untuk itu , gaya jepit ujung AMsi (dalam arah sumbu struktur) dapat diperoleh dari
(4 106)

dengan Rt; adalah transpos dari m atriks dalam Persarnaan (4-94). Ben tuk matriks rotasi R yang digunakan untuk ~1 tergantung pada kategori batang yang ditinjau. Kategori ini telah dibahas pada Pasal 4.24. Setelah A~t selesai d.ihitung, vektor ini dijumlaltkan dengan vektor AJ untuk membentuk vektor beban gabungan Ac:

r;

s: " 0 c. "' X

"" ..
c:
:>

Ys
(A

'1:\

~
:::
<><>

Mdoo,i

(A)

E & 2

c:

YM
(A

MJ,. ,;

~ 1\ \ -' ./
/I (A I
{AE)6k -s

'<

"""

(A

1 .

'

<A.J,,,
./
/
,

"""
/'<

. ,,

'<_ ".
<

~
/ ""

<A

<~-

:> "' "" ... "' "', g

(A

~
5

::: ...
~.

.
,, 1
x

~
QJ

~1,,1
I

~~
71'
(A~I,,,

{A.,, l,, ,
AM, l9 ,i
...........

_,

'0

I
(AML )12 i

"'

(AE ) &J- 1

(A.,, l4 ,i/ ........._

' / .

A.,l.l3 ,,

........._

l )' / /

3 ., c

c. "' 2

zs
-

--

........._

JM

~r I
.:J/
(b )

(AML)6

'

{AEl6r 5

-------

(AE ls1- 2

{AE)6i3

(AE)6J

{ol
N

Gambar 4-51. Beban pada batang por tal ruang.

23.(

Anal isa Matriks untuk Struktur Rangka

Tahap akhir analisa ialah menghitung perpindahan .titik kumpul bebas DF (translasi dan rotasi dalam arah x, y, dan z) dengan Persamaan ( 4-3), .yang kemudian diekspa.nsi ke vektor D 1 . Reaksi tumpuan AR (gaya dan momen dalam arah x, y, dan z) dihitung dengan Persamaan ( 4-4). Akhimya, gaya ujung batang untuk setiap batang dihitung dengan memasukkan matriks kekakuan batang SMi untuk sumbu batang (Tabel 4-l) dan matriks transformasi rotasi RTi yang sesuai ke dalam persamaan berikut: (4-107) Persamaan ini sama bentuknya seperti Persamaan (4-77) yang diberikan sebelumnya un tuk.portal bidang. Program komputer untuk analisa portal ruang diberikan pada Pasal 5.11 bersama dengan contoh numeriknya.

Soal-soaJ
Soal-soal untuk Pasal4.9 harus diselesaikan dengan cara yang dibahas pada Pasal4.8 dan 4.9.Dal4m setiap soal, semua perpindahan titik kumpul, reaksi tumpuan, dan gaya ujung batang harus ditentukan, kecuali bila dinyatakan lain. Gunakan sistem penomoran sembarang yang ditunjukkan pada Gambar 4-7b untuk membentuk matriks kekakuan titik keseluruhan.
4.9- 1. Analisalah balok menerus pacta Gambar 3-4a bila semua bentang memiliki ketegaran Jentur El konstan. Anggaplah wL = P ctan M= h ': 4 .9 -2 . Analisalah balok menerus pacta Gambar 3-5a jika ketegaran lentur El sama untuk kectua bentang ctan P 1 = 2P, P 2 = P. 4 .9 -3. Analisalah balok tiga bentang ctalam gambar untuk Soal 3.3-7 jika L 1 = L 3 = L, L 2 = 2L, P 1 =P2 =P3 = P, M= PL, ctan wL =P. Ketegaran lentur untuk batangAB dan CD sama ctengan El, sectang untuk batang BC sama dengan 2B/. 4 .9-4. Analisalah balok dalam gambar untuk Soal 3.3-14 dengan menganggap

El1

= 2El dan Eh =El.


4 .95. Analisalah balok berujung bebas dalam gambar dengan menganggap titik

A, B, dan C sebagai titik kumpul. Balok memiliki ketegaran lentur El konstan.

~11111!1111111111SJVII5c'
L L;2

..

tL"

Soal 4 .9-5.

4 .9-6 . Analisalah balok tiga bentang yang memiliki ketegaran lentur El konstan (lihat gam bar).
P

2P

2P

P~l.tlklo~ ~L 'L;2~
Ltz:j:L/2 L L;z:j:Ltz L

Soal 4 .96.

4 .9-7. Analisalah balok dalam gambar ctengan menganggap titik A, B, C, dan D sebagai titik kumpuL Segmen AB memiliki ketegaran lentur 2EI, sedang bagian dari B sampai D memiliki ketegaran lentur El konstan.

Metode Kekakuan langsung yang Uerorientasa path Komputer

235

4 .98 Turunkan matriks kekakuan titik S1 untuk balok pada Soal 3.3-8;juga, tata dan sekatlah SI sehingga sama bentuknya seperti Persamaan (4-8). Anggaplah balok memiliki El konstan. 4 .9-9 Turunkan matriks kekakuan titik S1 untuk balok pada Soal 3.3-11 dengan menganggap El konstan. Juga, tata dan sekatlah matriks tersebut sehingga sama bentuknya seperti Persamaan (4-8). 4 9-10 Carilah matriks kekakuan titik SI untuk balok pada Soal 3.3-12 bila ketegaran lentur ben tang tengah dua kali kekakuan bentang-bentang ujung. Juga, tata dan sekatlah matriks tersebut sehingga sama bentuknya seperti Persamaan (4-8). 4 .9 11. Carilah matriks kekakuan titik S1 untuk balok menerus pada lima tumpuan sederhana dengan em pat ben tang yang identik (panjang roasing-masing sama dengan L). Juga, tata dan sekatlah matriks tersebut sehingga sama bentuknya seperti IYersamaan (4-8). Anggaplah El konstan untuk semua ben tang. 4 9 12 Turunkan matriks kekakuan tifik S1 untuk balok dalam gambar. Juga , tata dan sekatlah matriks terse but sehingga sa m a bentuknya seperti Persamaan ( 4-8). Balok memiliki ketegaran lentur 2EI dari A ke C dan El dari C ke E.

8
21

~ :~~.
Soal 4.9-12.

E:_j

Soal-soal untuk Pasal 4.12 harus diselesaikan dengan cara yang dibahas pada Pasal 4.11 dan 4.12. Dalam setiap soal, semua perpindahan titik kumpul, reaksi tumpuan, dan gaya ujung batang harus ditentukan kecuali bila dinyatakan lain. Gunakan sistem penomoran sembarang yang ditunjukkan dalam gambar pada setiap soal.
4 .12-1 Analisalah struktur rangka batang bidang dalam gambar untuk Soal 3.3-16 terhadap pengaruh beban vertikal P yang ditunjukkan dan beban mendatar 2P yang diberikan di tengah batang AC dan bcrarah ke kanan. Setiap batang rangka batang memiliki ketegaran Jentur yang sama EAx. Nomorilah batang seperti dalam gambar, dan nomorilah titik kumpul dalam urutan yang sama seperti abjad dalam gambar. 4 . 12-2. Analisalah rangka batang bidang pada Gambar 4-23 untuk beban yang ditunjukkan bila titik B (titik kumpul 2) diberi tumpuan sendi yang mencegah translasi. Data lainnya tetap sama. 4 12-3 Analisalah rangka batang bidang dalam gambar untuk Soal 3.3-20 akibat berat batang. Setiap batang memiliki ketegaran aksial EAx dan berat yang sama w per satuan panjang. Nomorilah titik kumpul dengan urutan berikut: D, C, A, dan B. Nomorilah batang dengan urutan berikut: DC, AB, AD, BC, DB, dan AC. 4.12-4. Analisalah rangka batang bidang pada Gambar 4-23 untuk pengaruh berat sendiri bila titik B diberi tumpuan rol yang mencegah translasi dalam arah x. Anggaplah berat setiap batang w per satuan panj~ng, dan data struktural lainnya tetap sama seperti pada contoh soal terse.but .

Analisa Matnks u nt uk St ruktur Rangka

4 .12-5. Analisalah rangka batang bidang dalam gambar untuk beban yang ditunjukkan. Semua batang memiliki ketegarim lentur EAx yang sama.

Soal 4.125.

4 12-6. Analisalah rangka batang bidang dalam gambar dan pengaruh berat sendiri. Anggaplah ketegaran aksial setiap batang sama dengan EAx, dan berat setiap batang sama dengan w per satua.n panjang. (Kunci: Gunakan sifat simetris dari struktur dan pembebanan , sehingga analisanya cukup dilakukan pada setengah bagian struktur yang ditunjuUan dalam gambar. Perhatikan bahwa luas dan berat batang tengah harus dibagi dua.)

Soal 4.126 .

4 .12-7. Carilah matr.iks kekakuan titik S1 untuk rangka batang bidang dalam gambar. Anggaplah semua batang memiliki ketegaran aksial yang sama EAx.

Soal 4.127.

4.12-8. Tentukan matriks kekakuan titik S1 untuk rangka batang bidang dalam gambar. Anggaplah semua batang memiliki ketegaran aksial yang samaEAx.

Metode Kekakuan l.angsung yang Beronentasi pada Kornputer

237

Soal 4 .12-8.

4 12-9. Carilah matriks kekakuan titik S1 untuk rangka batang bidang dalam gambar . Tata dan sekatlah matriks tersebut sehingga sama bentuknya seperti Persamaan (4-8). Anggaplah batang mendatar dan vertikal memiliki luas penampang lintang Ax dan luas penampang batang diagonal sama dengan 2Ax.

Soal 4.129.

4.12-10 Tentukan matriks kekakuan titik S1 untuk struktur rangka batang bidang dalam gambar. Anggaplah luas penampang lintang batang nomor 1 sampai 5 sama dengan Ax, dan luas penampang batang nomor 6 sampai 10 sama dengan 2Ax.

~~-----=--~__.: : ;.___~L.
Soal4.1210.

Soal-soal untuk Pasal 4.18 harus diselesaikan dengan cara yang dibahas pada Pasal 4.17 dan 4.18. Dalam setiap soal, semua perpindahan titik kumpul, reaksi tumpuan, dan gaya ujung batang harus ditentukan kecuali bila dinyatakan lain. Gunakan sistem penomoran yang ditunjukkan dalamgambar untuk setiap soal. Pada soal-soal dengan satuan SI, ubahlah ke satuan kip dan inci jika diperlukan.
4 .18-1. Analisalah portal bidang pada Gambar 3-lOa bila kedua batangnya memiliki sifat penampang !intang yang sama. Gunakan data numerik ber~ut: P = 10 kip, L = H = 12 kakl E = 30.000 ksi, lz = 200 inci2 , dan Ax = 10 inci2 . Nomorilah titik kumpul dalam urutanB, A, C, dan nomorilah batang da1am urutan AB; BC.

238

Analis~ Matriks

untuk Stru ktur Rangka

4 .18-2 . Analisalah portal bidang dalam gambar untuk Soal3.3-25 jika P = 6 kip, 16 kaki, E = 30.000 ksi, lz = 350 i.Jici4 , dan Ax = 16 inci 2 . Nomorilah titik kumpul dalam urutan B, A, C, D, dan nomorilah batang dalam urutanAB, BC, DB. L

= 24 kaki, H =

4.18-3. Analisalah portal bidang dalam gambar bila kedua batangnya memiliki sifat penampang lintang yang sama. Gunakan data berikut: P = 50 kN, L = 6 m, E = 200x I0 6 kN/M2 ,Iz = 1 x I0-3 m 4 ,danAx=0,02m2 .

- - - -X

Soal 4.18-3.

4.18-4. Analisalah portal bidang dalam gambar bila P = 40 kN, L = 2 m, dan E = 70 X I 06 kN/m 2 . Momen inersia dan luas .P-enampang lintang batang l dan 3 masingmasing ada1ah 0,5 X I0-3 m 4 dan 0,02 m 2 , sed-.tng untuk batang 2 masing-masing sama dengan 1 X J0-3m4 dan 0,03 tp2.

r
Soal 4.18-4.

4 . 18-S. Analisalah portal bidang dalam gambar (a) untuk pengaruh beban yang ditunjukkan. Anggaplah semua batang memiliki E = 10.500 ksi, lz = 26 inci4 , Ax = 8 inci 2 , sert a L = 60 inci dan P = 2.000 lb .~ Manfaatkan sifat simetris dari struktur dan

Soal 4.18-5.

Mctode Kekaku an La ngsu ng yang Berorilmtasi pntJa Komputcr

239

pembebanan dengan menganalisa struktur dalam gambar (b). Perhatikan babwa luas dan momen inersia batang I harus dibagi dua. Pengekang fikt.if di titik 1 mencegah translasi x dan rotasi z. 4 .18-6. Analisalah portal bidal)g dalam gambar bila (untuk kedua batangnya) E"' 200 x I06kN/m 2 , lz"' 2 x IQ-3 m4 , dan Ax"' 0,04 m 2 . Anggaplah L = 3m dan P = 30 kN.

z
Soal 4.18-6.

4 .18-7 . Analisalab portal bidang dalam gambar dengan data numerik berikut:E= 200 X 106 kN/m 2 , P = 10 kN, L = 2 m; untuk batang 1 dan 2, Iz = 1,5 X IQ-3 m 4, Ax = 0,01 m2 ; untuk batang tiga, lz = 1,8 X 10-3 m4 , Ix = 0,03 m 2

Soal4.18-7.

4 .18-8 . Tentukan matriks kekak:uan titik SJ untuk portal bidang dalam gambar jika semua batang memiliki sifat penampang lintang yang sama dengan data numerik berikut: E = 30.000 ksi, L = 20 kaki, /z = 1.600 inci4 , Ax = 24 inci2

Soal 4.188.

4.18-9 . Ulangi Soal 4.18-8 untuk portal bidang dalam gambar. Juga, tata dan sekatlal1 matriks terse but sehingga sama bentuknya seperti Persamaan ( 4-8).

240

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Soal-4.18-9.

R\ B

LIMA
PRC)GR.\~1 K()~IPlTTER U~Tl'K

STRUKTU R R.\:\GK.\

5. t Pendahuluan. Bab ini membahas bagan alir (flow chart) program komputer untuk analisa keenam jenis struktur rangka dengan metode kekakuan langsung (direct stiffness). Bagan alir ini cukup terinci sehingga pembaca yang mengenal dasar pemrograman dapat menulis programnya sendiri untuk analisa struktur. Semua struktur yang dianalisa dengan program dalam bab ini dianggap terdiri dari batang lurus prismatis. Sifat bahan struktur dianggap konstan di seluruh titik pada struktur. Pengaruh yang ditinjau hanya pengaruh beban, sedang pengaruh lain (seperti perubahan suhu) tidak diperhitungkan secara langsung. Jika perlu, pengaruh ini dapat disertakan dengan mengubahnya menjadi beban titik kumpul ekivalen, seperti yang dibahas dalam Bab 6. Program ini dirancang untuk menyelesaikan sembarang jurnlah struktur dan sembarangjumlah sistem pembebanan pada struktur yang sama dalam satu eksekusi (run). Pasal 5.2 menjabarkan secara ringkas tentang segi-segi yang penting dari bahasa komputer dengan penekanan pada FORTRAN dan simbol bagan alir. Notasi program, penyiapan data dan penjabaran organisasi program diberikan pada Pasal 5.3 sampai 5.6. Bagan alir program untuk keenam jenis struktur rangka disajikan pada Pasa1 5.6 sampai 5 .11. Contoh juga diberikan dalam setiap pasal untuk menunjukkan penyiapan data masukan (input) dan hasil cetak (keluaran) dari )<omputer (dalarn satuan Inggris dan SJ). Akhirnya, progr~ gabungan untuk menganalisa semua jenis struktur rangka dibahas pada Pasal 5.12. 5.2 Pl'mrograman FORTRAN dan Bagan Alir. Materi ini kami sajikan dengan anggapan bahwa Anda telah mengenal FORTRAN a tau bahasa pemrograman lainnya. Beberapa pengalaman pemrograman untuk masalah elementer, walaupun yang tidak berkait an dengan teknik struktur, juga akan lebih membantu. Jika Anda telah memaharni dasardasar pemrograman dan materi dalarn Bab 4, Anda tidak akan mengalami kesulitan untuk mengimplementasikan program dalam bab ini. Program-program disajikan dalam bentuk bagan alir dengan notasi yang berorientasi pada FORTRAN IV.* Diagram yang berorientasi pada FORTRAN ini cukup terinci sehingga setiap langkah perhitungan dijabarkan . Di samping itu, pembaca yang hendak menulis program ini dalam bahasa kom'" Lthat misalnya. ll ammond. RJI.. Rogers. W. U., d.m Houck. R . Jr Introduction tu fOR TRrl., ll', -:d1~1 kc 2, Mct.ra\\ Hlll, 1978, atau MrCrackcn, D.D.. A Cutdt to FOR7RA/\ IV l'rugramming, rdi~i lc<'-2, W1k} , ~e"' York , 1912.

242

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

puter selain FORTRAN dapat melakukannya secara mudah dengan mengikuti urutan perintah pada bagan alimya. Beberapa hal penting dalam bahasa algoritmik (seperti FORTRAN) dan simbol yang digunakan dalam bagan alir dijabarkan secara ringkas dalam pasallni. Pembahasannya tidak lengkap benar, dan hanya mencakup hal-hal yang dibutuhkan untuk program struk tural. Bilangan dalam program komputer bisa berupa bi/angan desimal atau bilangan integer. .Bilangan desimal juga disebut bilangan riil atau bilangan titik f/uktl4asi (floating point). Bilangan integer adalah semua bilangan yang tidak memiliki titik desimal. Kedua jenis lni akan dipakai dalam program, tetapi harus dibedakan satu dengan lainnya karena operasi aritmetik untuk kedua jenis bilangan tersebut tidak selalu sama. Kebanyakan perhitungan dalam program dilakukan dalam bilangan desimal. Bilangan integer digunakan terutama sebagai ind~ks (a tau subskrip/ subscript). Pengena/ (identifier) adalah nama untuk variabel, konstanta, atau besaran lainnya yang digunakan dalam program. Misalnya, simbol E dipakai sebagai pengenal untuk modulu'i elastisitas bahan. Pada umumnya, pengenal dalam program ini kebanyakan diambil dari simbol-yang dipakai dalam Bab 4, walaupun dengan sedikit perubahan. Semua ka rakter alfabet akan dituliskan dalam huruf besar, dan semua simbol harus terletak pada garis yang sama. Misalnya, simbol untuk jumlah titik kumpul "' diberi pengenal NJ dalam program komputer. Pengenal jenis ini hanya memerlukan satu ruang penyimpanan (storage) dalam memori komputer dan dikatakan sebagai variabel sederhana. Selain itu adajuga variabellainnya, yang disebut variabeLsubskrip, yang membutuhkan lebih dari satu ruang penyimpanan. Jadi, pengenal untukvariabel subskrip menyata kan suatu a"ay (rangkaian) bilangan, seperti pada kasus vektor a tau matriks. Letak suatu elemen dalarn array ditentukan oleh subskrip di belakang simbol yang diletakkan dalam kurung; misalnya, elemen vektor ~. seperti Ae4 , menjadi AE(4) dalam program komputer. Demikian juga, elernen rnatriks ~L seperti ~L 23 , menjadi AML(2,3). Untuk itu, sebelumnya kita perlu mencadangkan suatu blok ruang penyimpanan dalam memori komputer untuk setiap variabel subskrip, seperti yang akan dijelaskan nanti. Operator yang dipakai dalam program komputer terdiri dari beberapa jenis, dan yang dipakai dalam program struktur diringkas pada Tabel S-1. Operator aritmetik digunakan untuk operasi penjurnlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan perpangkatan (exponentiation). Perhatikanlah, perkalian ditunjukkan dengan asteris (tanda bintang) seperti dalam FORTRAN; jadi, B kali C dinyatakan dalam program sebagai BC. Karena semua simbol harus terletak pada garis yang sama, perpangkatan ditunjukkan dengan dua asterisk yang diikuti oleh pailgkatnya. Misalnya, A 4 dinyatakan dalam program Sebagai A**4. Operator pengganti adalah tanda sama dengan (seperti dalam FORTRAN) yang menyatakan operasi penggantian bilang;m yang ada pada penyimpan dengan bilangan baru. Bilangan baru ini dikataka,n_sebagai nilai variabel sekarang. Operator relasi juga ditunjukkan dalam Tabel S-1. Operator ini adalah lebih kecil dari, lebih kecil atau sama, sama, lebih besar atau sama, lebih besar dari, dan tidak sama. Semua operator relasi dinyatakan dalam tabel dengan simbol aljabar biasa. Dalam FORTRAN simbol ini berbeda dan dituliskan sebagai: .LT., .LE., .EQ., .GE., .GT., dan .NE. Namun, pemakaian simbol dalam tabel untuk bagan.alir lebih disukai karena lebih umum. Program komputer terdiri dari deklo.rasi dan pemyataan (statement). Tujuan deklarasi ialah mendefinisikan sifat satu atau lebih pengenal yang dipakai dalam program. Misalnya, deklarasi digunakan untuk menentukan pengenal yang menyatakan integer (bilangan bulat) dan bilangan desimal (deklo.rasi tipe). Yang pertama dideklarasikan se. .

l'tograno Komputcr untuk Struktur Rangka

243
Tale/5 I

Operator yang Dipakai dalam Program Komputer


OperatvJ

Simbol

Op-:rc1tor Arilmatrk.

Penjumlahan Pcngu rangan Perkahan


l'embagtan

Perpangkatan
Opcr.ttor Pt'nggantl

Operator Relast: Lebth kl"dl dan


Lrbrh kectl atau :.amn Sa m a

<
~

Lebrh hcs!ll' atau s.una Lehih he~ar dnn l tdlk sama

;a:

>

bagai p~genal tipe integer, dan yang terakhir dideklarasikan sebagai pengenal tipe riiJ (atau floating). Pengenal FORTRAN yang dimulai dengan huruf I, J, K, L, M, qan N merupakan pengenal tipe integer kecuali bila ditentukan lain. Tipe deklarasi penting lainriya menyatakan jumlah penyimpanan yang dicadangkan untuk array dalam program (deklarasi array). Deklarasi juga dipakai untuk menent4kan bagian-bagian dalam himpunan data masukan atau hasil dan perincian format untuk informasi hasil (deklarasi format). Sebaliknya, pemyataan (statement) menentukan operasi yang harus dilakukan oleh komputer. Urutan penulisan pernyataan merupakan hal penting dalam pemrograman karena instruksinya dilaksanakan satu demi sa tu secara bei:urutan sesuai dengan letaknya dalam program, kecuali bila instruksi tertentu diberikan sehingga kontrol menuju pernyataan lainnya yang tidak terletak dalam urutan itu. Pemyataan juga bisa diberi label (di muka) yang harus berupa bilangan integer dalam FORTRAN. label pemyataan bermanfaat untuk meneruskan pernyataan itu dari sa tu ke lainnya dalam urutan yang berbeda dengan yang dituliskan. Jenis pemyataan yang digunakan pada program dalam buku ini diringkas pada Ta bel 5-2. Simbol bagan alir yang menunjukkan bahwa pernyataan ini juga diberikan da lam tabel. Setiap pernyataan dalam Tabel 5-2 akan dijabarkan secara ringkas sebaP' berikut. Pemyataan masukan (input statement) menyebabkan informasi dibawa ke unit m( mori komputer dari sumber luar, seperti terminal, kartu data, atau pita magnetik. Per nyataan masukan ditunjukkan dalam bagan alir dengan kotak berbentuk kartu dat (lihat Tabel 52). Sebagai contoh, anggaplah bilangan A, B, dan C akan dimasukka ke komputer sebagai data masukan. Ini bisa dinyatakan dalam bagan alir seperti pad Gambar 5- 1a. (Tanda panah menunjukkan arah aliran dalam diagram). Pernyataan keluaran (output statement) menyebabkan informasi dalam kompute dibawa ke luar dan disampaikan ke pemrogram melalui pencetak (printer), tube sin~ ka'toda (CRT), kartu berlubang (punch card), atau alat lainnya. Pemyataan keluaran' d tuliskan dalam bagan alir sebagai kotak dengan_alas garis miring, seperti yang ditunju~ kan dalam Tabel 5-2. Gambar 5lb memperlihatkan format suatu pemyataan keluara

1\nalisa Matrik' untuk S truktur Rangka

Tabe/5 2 Perintah yang Dipakai dalam Program Kompu ter

-Jenos Perontah S1mbol Bagan Alir tal MMuken

Q
~

(b) Hasol

(c) Per.et&J>IIn

Q
6

(d) Kontrol tak bersyarat

(e ) Kontrol bersyarat

(f I lanJutkan

Q-T Q

(g) Kontrol oteras o

r-9
\ -= B C

dalam bagan alir, yang menyebabkan bilangan A, B, dan C dicetak (atau ditetapkan untuk pemrogram). Pemyataan penetapan (assignment statement) menyebabkan nilai variabel sekarang djganti dengan nilai baru Misalnya, pemyataan berarti BC harus dievaluasi dan diletakkan pada lokasi penyimpanan untuk variabel A. Jadi, nilai A sekarang diganti dengan basil kali B dan C. Operator pengganti (tanda sama dengan) merupakan bagian tak terpisahkan dari perintah penetapan.. Dalam bagan alir, perintah penetapan dinyatakan dengan segi empat (lihat Tabel 5-2). Bentuk perintah ini dalam bagan aliT ditunjukkan pada Gambar 5-1 c. Cara menunjukkan label perintah dalam bagan alir juga diperlihatkan pada Gambar 5- l c. label ini dituliskan di sudut kiri atas segi empat, dan dalam contoh ini nomor label dianggap 12. Pemyataan kontrol tak bersyarat (unconditional control statement) menyebabkan perubahan urutan eksekusi pernyataan dalam program. Instruksi ini dikenal sebagai pemyataan GO TO (PERGI KE). Akibat instruksi ini, kontrol dialihkan ke pemyataan lainnya dalam program dengan menunjukkan label pernyataan tersebut. Pernyataan kon. trol tak bersyarat dinyatakan dalam bagan alir sebagai lingkaran, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 5-2. label pemyataan yang dituju oleh kontrol ditunjukkan dalam lingkaran. Misalnya pada Gambar 5-l d, label pernyataan 12 dalam lingkaran menunjukkan bahwa kontrol harus dialihk:\11 ke pernyataan yang berlabell2 dalam program.

Program Komputer untuk Struktw Rangka

245

(a)

Ib)

~
(cl
(d )

I I
(e)

I
I
L
9

Pernyataan

CONTINUE

(f)

(g)

Gambat 5.1. Simbol bagan alir untuk pernyataan: (a) masukan (input ), (b) hasil (outpu t) ; (c) pe netapan, (d) kontrol tak-bersyarat, (e) kontrol bersyarat, (f) lanjutkan, dan (g) kontrol iteratif.

Pemyataan kontrol bersyarat (conditional control statement) memberikan kemampuan untuk memutuskan yang didasarkan atas pemeriksaan, yang bisa berupa ekspresi relasi. Jenis instruksi ini dalam FORTRAN disebut pemyataan logika IF (JIKA ). Pengalihan kontrol ke salah sa tu pemyataan a tau lainnya dalam program tergantung pada be nar a tau tidaknya ekspresi tersebut. Simbol bagan alir untuk pemyataan kontrol bersyarat diperlihatkan dalam Tabel 5-2 dengan cabang true (benar) dan false. (salah), yang ditunjukkan oleh T atau F. Huruf ini tidak dibutuhkan jika cabang true dan false selalu ditata dengan tepat. Gambar 5-le memperlihatkan pemyataan kontrol bersyarat yang memeriksa apakah A lebih kecil dari 8 , dengan memakai operator relasi <. Jika kondisi tersebut benar, cabang ke kanan diikuti ;jika salah, program dilanjutkan ke cabang yang ditunjukkan dengan panah ke bawah. Dalam FORTRAN, Anda hanya menemui satu perintah pada cabang true dari pemyataan logika IF. Oleh karena itu, pemyataan kontrol tak bersyarat (atau GO TO) pada cabang kanan dalam Gambar 5-le merupakan kerang ka FORTRAN yang umum. Pemyataan CONTINUE (LANJUTKAN) merupakan jeda (spacer) dalam program FORTRAN. Ia tidak dapat dieksekusi dan hanya berarti "teruskan" (atau lanjutkan dengan) pemyataan berikutnya. Bila diberi label, pemyataan ini acap digunakan sebagai obyek dari perintah GO TO, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5-lf. Pemyataan kontrol iteratif merupakan piranti berguna untuk mengeksekusi pernyataan atau himpunan pemyataan yang sama secara berulang-ulang sebanyak yang ditentu kan. Da.liun FORTRAN, jenis pemyataan ini dikenal sebagai pemyataan DO (LAKUKAN atau " loop DO"). la menyebabkan suatu in~eks, seperti J, harus diberi nilai awa1

246

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

tertenru untuk siklus pertama perhitungan. Indeks ini kemudian ditambah dengan ukuran tertentu untuk siklus selanjutnya hingga mencapai atau melewatJ nilai akhir. Pertambahan unruk loop DO dalam FORTRAN akan selalu sama dengan sa tu, kecuali bila ditenrukan lain . Pada bagan alir, parameter yang ditentukan d.itulis dalam segj enam seperti pada Tabel 5-2. Garis terputu s dan mata panah ci k.iri simbol menunjukkan bahwa kontrol kembali ke pemyataan itu secara siklik. Gambar 5- I g memperlihatkan pernyataan kontrol itera tif yang menyebabkan perintah lainnya daJam segi empat dieksekusi sebanyak N kali. Pemyataan kontrol iteratif terd iri dari indeks berikut:

J == J,N
Ekspresi ini berarti bahwa besaran J bernilai I untuk eksekusi pertama dan kemudian ditambah dengan nllai tersirat I untuk eksekusi selanjutnya h.ingga akhirnya sama dengan N, dan pernyataan itu diek.sekusi untuk terakhir kalinya. J ika pertambahannya tidak sama dengan I , maka nilai pertambahan ini harus diten tukan sebagai parameter ketiga (di belakang N) dalam tabeL Perhatikanlah penggunaan pemyataan CONTINUE pada Garnbar 5-lg untuk menunjukkan ruang lingkup loop DO tadi. Sebagai contoh, misalkan A, B, dan C adalah variabel subskrip yang masing-masing terdiri dari N elemen . Jika elemen B dan C yang selaras dikalikan dan dimasukkan k e A, maka pemyataan dalam segi empat menjadi A(J) == B(J)C(J) Setelah perh itungan diulangi N kali, semua elemen a"ay selesai diproses, dan kontrol dialihkan ke pemyataan selanjutnya dalam program Anda. Seringkali nilai suatu fungsi perlu dicari dalam mengeksekusi pemyataan tertentu. Misalnya, pernyataan penetapan A = BCOS(C) melibatkan evaluasi kosinus C. Dalam contoh ini COS adalah penunjuk fungsi, dan pemakaiannya daJam program menyebabkan himpunan operasi tcrtentu dilakukan secara otomatis hingga diperoleh nilai kosinus dari C. Fungsi yang sering dipakai seperti sinus, kosinus, akar, logaritma, nilai mutlak, dan seterusnya (ditunjukkan sebagai SIN, COS, SQRT, LOO, ABS, dan seterusnya) tercakup dalam bahasa aJgoritmik (seperti FORTRAN) untuk memudahkan pemrogram. Segi penting la.innya dari bahasa algoritmik memungkinkan pemrogram menghimpun sejurnlah pemyataan menjadi subprogram (atau subrutin dalarn FORTRAN). Subprogram adalah kumpulan pemyataan yang dapat digunakan di berbagai lokasi pada program yang sama atau lainnya tanpa perubahan. Jik.a suatu p rogram disusun dengan memakai sejurnlah subprogram sebagai b lok-blok pembentuk, maka program dikatakan modu/er. Program untuk analisa struktur yang disajikan dalam bab ini dibuat dengan cara tersebut. Kumpulan perintah FORTRAN daJam subrutin diperlakukan sebagai deklarasi (disebut deklorasi subrurin) yang terdiri dari judul dan isi. Judul adalah noma subrutin, yang bisa diikuti oleh daftar parameter formal a tau argumen yang ditulis daJam kurung. Parameter ini menyatakan besaran dari program utama (main program) yang dipakai oleh subrutin. Sebagai contoh nama subrutin, tinjaulah operasi perkalian vektor A (dengan M elcmen) dengan sk.alar B yang menghasilkan vektor C. Salah satu nama yang mungkin untuk subrutin ini ialah SUBROUTINE VSCALE(M,A,B,C) Karakteristik pent ing dari subrutin ialah notasi dalam deklarasi subrutin tldak berhubungan dengan notasi pada program utama. Bila suatu program mengandung subrutin,

Program Komputctr untuk Struktur Rangka

247

maka parameter formal diganti oleh parameter sebenamya (awa'l) yang dipakai dalam program utama. Penyisipan pemyataan subrutin (atau pei1Ulnggilan subrutin) ke dalam program menyebabkan langkah dalam subrutin dieksekusi. Pemanggilan (call) subrutin memiliki format yang sama seperti deklarasi subrutin, tet~pi daftar parametemya terdiri dari parameter yang sebenarnya. Misalnya, jika vektor D (dengan N elemen) dalam program dikalikan dengan skalar E untuk menghasilkan vektor F, pemanggilan subrutin menjadi CALL VSCALEN(N,D,E,F) Perhatikanlah, daftar parameter yang sebenamya harus mengandung semua notasi yang akan disubstHusikan untuk. besaran yang selaras dalam daftar parameter formal pada deklarasi subrutin. Baik jumlah maupun urutan parameter awal harus sesuai dengan daftar parameter formal. Jika parametemya banyak, maka kita lebih mudah menulisnya pada deklarasi COMMON (UMUM)* baik dalam subrutin maupun program utama. Dalam hal ini, parameter tersebut dihilangkan dari nama subrutin dan pemaanggilan subrutin, sehingga menjadi VSCALE untuk contoh ini. Jika program utama memanggil berbagai subrutin seperti di atas, maka semua pernyataan COMMON harus memilikijumlah dan urutan parameter yang sama. Walaupun pembahasan di atas mencakup berbagai segi dari bahasa algoritmik yang sangat ringkas dan tidak lengkap, tetapi tujuannya adalah menjaharl<an konvensi yang digunakan pada bagan alir yang berorientasi FGRTRAN dalam buku ini, sehingga dengan demikian pemrogram dapat mengikuti bagan tersebut dan menulis prograrnnya untuk analisa struktur.

5.3 Notasi Program. Notasi yang dipakai dalam program komputer untuk struktur rangka akan diringkas pada pasal ini. Untuk memudahkan, notasi ditulis secara berurutan menurut alfabet. Simbol yang diikuti tanda kurung ( ) menyatakan variabel sub~ skrip dengan subskrip tunggal (atau vektor). Simbol yang diikuti oleh koma dalam kurung menunjukkan variabel subskrip dengan dua subskrip (atau matriks). Jenis setiap varaiabel (integer atau desimal) ditunjukkan dengan aturan tersirat (default) dari FORTRAN, yaitu nama variabel Y.ang dirnulai dengan huruf I, J , K, L, M, dan N adalah integer, sedang yang lain dianggap desirnal .
Notasi yang Dipakai dalam Program Komputer
Notasi Definili

AC()
AE()

AJ()

AM() AMD() AML(,)

Ac (dalam arab sumbu struktur) Beban titik'kumpul ekivalen AE (dalam arah sumbu struktur) Aksi AJ (beban) yang diberikan di titik kumpul (dalam arah sumbu struktur) Gaya ujung batang akhir AM Gaya AMo di ujung batang akibat perpindaban titik kumpuL Gaya AML di ujung batang terkekang (dalam arah sumbu bJtang) akibat be ban
Beban titik kumpul gabungan

*Lihat McCracken (mengacu pada catatan kaki sebelumnya).

248

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

AR()

AXO

cxz

CX,CY , C~

DF()

DJ()

E EL() G I

lA
ID() IM()

IR, IC ISN ITS I, I{ 11 , ... , 16 JE,KE


JJ() JK() JRL() Ib , ... , K'6 J:ML()

LN
M
MD

N
~B

ND NDJ

NJ
~u

NLM
NLS

NR
NRJ R(,) SCM SFF(,) SINA, COSA S.M:( ! ) SMRT(,)

SMS( ,)

X(},

X.O.

Z()

Reusi tumpuan AR (dalam arah sumbu struktuJ) Luas penampang lintang batan~ A x Kosinus ar.ah x, y, dan z suatu batang (Cx. Cy, Cz) Penunjuk bagi ekspresi CXZ = SQRT(CXCX + CZCZ) Perpin<\ahan titik kumpul bebas DF (dalam arah sumbu strtrktur) PetpiDdahan titik kunrpul lh untqk semua ti(.tk kumpul (dalaQl 4r:ah sumbu struktur) Mod~us elalitil!itas E untuk tarikan atau telqtnan Panjang elemen (batang) L Modulus elastisitas-{!eser G Indeks tiatang i No~i yang dipakai untuk menunjukkan nol atau tidaknya sul.ittta Indeks perpindahan untuk titi~ k:umpul ln<Jeks perpm~ahan unt\lk ba~ang lndeks b,ari$ dan kolom Nomor S!ruktur Jenis st:IWc:tur lndeks titik kumpul Indtks untuk perpfudal\an batang di ujungj Indeks untuk ~ektor yang dieksp,ansi Pen)lnjuk untuk ujungj pada ba~ang (ti~j) Pen,unjuk, untJJ:k ujung k p~da batang (titik k) Da(tar pengekang titik kumpul ll}deks untu.R pen>indahan batang di ujung k T~l batang yang dibebani Nomor pem\)ebanan Jumlah batang Jumlah koordina.t perpindahan untuk suatu batang (MD 2 l\IDJ) Jumlah derajat k~bepasan Setengah le bar jalur matriks kekakuan Jumliili koordinat perpindahan untuk semua titik kumpul (ND NDJ?H) JumJalt perpindahll,n, per titi}c kumpul Jumlah titilc k\lmp\U JumJ.ah titik kumpul yang dibebani Jullllah bdang yang dibebapi Jumlah $istem ~mQcba.nan Jumlah pen~e~~Jlg tump,uan. Jumlah titik kumpul yans dikekang M-a trllCS rotasi Konstanta kekakuan bQ.tang Matriks kekalcuan SFF untuk per{!indahan titik kumpul bebas Sinus dan kosinus ~udut ex (sin ex, cos GY) t4atriks kekakuan batang SM u.ntuk sumbu arah batiUig Notasi yang dipakaj. untu\( penyimpanan sementara h:asil kali SMRT . Matrilcs kekakuan batang SMs untuk sumbu arah struktur Kootdinat x, y. d!W z dari titik kumpul

Program Komputer untuk Strul<tur Rangka

249

Nota~i

Definui
l(omponen panjang batang dalam arah x, y, dan z Konstanta puntir batang (Ix) Koordinat x, y. dan z dari titik p Koordinat xs. y s, dan zs dari titik p Momen inersia terhadap sumbu yM (/y) Koordinat Y"'f dan z'Y dari titik p Momen inersia terhadap sumbu ZM {Iz)

XCL, YCL, ZCL XI()

XP, YP, ZP
XPS, YPS. ZPS YI() YPG,ZPG

ZI()

Berkenaan dengan program komputer, simbol seperti AML dan AML dapat dipertukarkan. Simbol A ML menyatakan suatu matriks dan notasi AML merupakan padanannya dalam program komputer.

5.4 Penyiapan Data. Penulisan program dalam beberapa ha! tergantung pada seberllpa banyak data yang diterima. Berikut ini, data masukan yang diperlukan un tuk semua program dalam bab ini akan dijabarkan pada artikel ini. Data yang diberikan dianggap berbentuk himpunan garis yang diketik pacta terminal atau himpunan kartu berlubang yang dirangkaikan di belakang program. Oleh karena itu, kata "garis" dan " kartu" akan dipakai secara bergantian dalam pembahasan mengenai data. Garis (atau kartu) data untu k suatu stru ktu r khusus terdiri dari tiga kategori, y aitu data kontrol, data struktural, dan data beban. Untuk setiap struktur hanya satu himpun an data kontrol dan struktural yang diperlukan, tetapi himpunan data beban jurnlahnya dapat sembarang. Data kontrol terdiri dari tiga parameter yang sangat bermanfaat bila keenam program dirakit menjadi program gabungan untuk semuajenis struktur rangka. Parameter ini adalah nomor struktur ISN, jen is struktur ITS, dan jumlah sistem pembebanan NLS. Nomor struktur ISN akan sama dengan 1 untuk struk tur pertama, 2 untuk struktur kedua, dan seterusnya. Sebaliknya,- jenis struktur ITS d itunjukkan dengan angka I sampai 6, sebagai berikut:
ITS = I : Balok menerus ITS = 2: Rangka batang bidang ITS = 3: Portal bidang ITS ITS ITS

4: Balok silang 5 : Rangka batang ruang 6: Portal ruang

Jumlah sistem pembebanan NLS menunjukkan jumlah himpunan data beban yang mengikuti suatu himpunan data struktural. Data masukan yang diperlukan untuk balok menerus ditunjukkan dalam Tabel 5-3. Tabel ini menentukan jumlah garis (kartu) data yang dibutuhkan untuk setiap kategori, informasi, dan hal-hal yang harus disertakan pada garis tersebut. Garis pertama dalam tabel d i bawah kategori data struktural terdiri dari jumlah batang M, jumlah pengekang NR, jumlah titik kum pul yang d ikekang NRJ, dan modulus elastis bahan E . Alasan penyertaan NRJ ialah agar jumlah garis data yang dibutuhkan untuk daftar pengekang tiiiJ( kumpul (lihat garis 4 dari tabel) menjadi lebih sedikit jika jumlah titik kumpul yang dikekang diketahui. Setiap garis data yang berisi informasi batang (garis 3, Tabel 5-3) terdiri dari nomor batang I, panjang EL(I), dan momen inersia ZI(I) terhadap sumbu z untuk setiap batang. Jadi, jumlah garis yang diperlukan untuk data batang sama dengan M. Setiap garis selanjutnya (total NRJ garis) berisi nomor titik kumpul K dan dua nomor kode yang menunj ukkan kondisi pengekang di titik kumpul itu. Suku JRL(2Kl) menunjulr..kan pengekangan terhadap translasi dalam arah y di titik k, dan suku JRL(2K) m~nuniukkan oengekangan terhadap rotasi dalam aral1 z di titik k. Konvensi yang di-

250

Analisa Matriks untuk. Struktur Rangka

Tabe/5-3 Penyiapan Data untuk Balok Menerus-

NR NRJ E EL(l) ZI(D JRL(,2~l l 1RL<2K)


NL~

A:I(2K-l) AMUJ.I) AM[.(3,l)

AJ(2K:) AMU2.1)

AMU4,1)

pakai dalam program ini adalah sebagai berikut: Jika ada pengekang, nilai JRL disamakan dengan 1; dan jika tidak ad a pengekang, JRL sama dengan nol. Garis pertama pada data beban terdiri dari dua bagian, yaitu jumlah titik kumpul yang dibebani NU dan jumlah batang yang dibebani NIM. Salah satu alasan untuk memasukkan jumlah ini ialah agar jumlah data beban yang dibutuhkan lebih sedikit. Alasan lain ialah agar perhitungan tertentu dalam program' Cfapat dilewatijika NU atau NLM sama dengan nol; misalnya, jika NLM sama dengan nol, perhitungan vektor AE dapatdihilangkan. Setiap garis data beban titik kumpul (total NU garis) terdiri dari nomor titik kumpul K dan dua aksi AJ(2K-l) dan AJ(2K) yang diberikan di titik kumpul itu. Aksi ini adalah gaya dalam arah y dan momen dalam arah z. Akliirnya setiap garis untuk beban batang (total NIM garis) terdiri dari nomor batang I dan empat gayajepit ujung AML untuk batang itu. Gaya jepit ujung terdiri dari gaya dalam arah y dan momen dalam arah z di setiap ujung batang. Tabel 5-4 . memperlihatkan data masukan yang dibutuhkan untuk rangka batang bidang. K31ena ada dua perpindahan yang mungkin di setiap titik kumpul balok menerus dan rangka batang, maka Tabel 5-3 dan 5-4 hampir sama. Parameter struktural

Tabe/ 5-4 Penyiapan Data untuk Rangka Batang Bidang


l!lmlah Garis Bagian pada Garis Dara

1 NJ M NRJ

NJ NB:NRJ E X(J) Y(J) JJ(l) JK(I) AK(l) J.RL(2K-l) J&l:.(2K) NLJ

a. Parameter beban b. ~i di titikkump,ul c. Gaya di ujung b3tang ter~e~an ~ aldbat beban

NlJ
NLM
j

NLM AJ(2K-l) AMb(l,l)


AMI:;(3,l)

AJ(2K) AML(2,1) ...:ML(4,l)

Program Komputer untuk Struktur Rangka

251

yang diperlukan untuk rangka batang bidang sama seperti untuk balok dengan tambahan data jumlah titik kumpul NJ. Selain itu, kita membutuhkan himpunan data (total NJ garis) yang berisikan koordinat titik kumpul rangka batang. Setiap garis dalam himpun~n ini terdiri dari nom or titik kumpul J., koordinat x titik kumpul X(J), dan koordinat y di titik kumpul Y(J) . Pada setiap garis yang berisi informasi batang, nomor batang I dituliskan dahulu, kemudian nomor titik kumpul j, JJ(I), dan nomor titik kumpul k , JK(I), untuk kedua ujung batang. Ujung j dan ujung k pada batang bisa dipilih secara sembarang oleh programer. Bagian terakhir pada setiap garis ialah luas penampang lintang batang AX(I). Data untuk daftar pengekang titik kumpul sama seperti untuk balok menerus, tetapi berbeda jenis pengekangnya. Untuk rangka batang bidang, suku JRL(2K-l) dan JRL(2K) masing-masing menunjukkan pengekangan terhadap translasi dalam arah x dan y di titik kumpul k. Secara simbolis data bebannya sama seperti untuk balok menerus, tPtapi a.ksi yang diberikan AJ terdiri dari gay a dalam arah x dan y, sedang gaya di ujung sendi AML merupakan gay a dalam arah XM dan YM di ujung batang. Tabel S-5 memperlihatkan data masukan yang diperlukan untuk portal bidang. -7dbel ini berisi infq_rmasi yang sama seperti Tabel 54 untuk rangka batang bidang, tetapi portal bidang memiliki tiga perpindahan yang mungkin di setiap titik kumpul. .;,lain itu, si.fat batang lainnya Zl (momen inersia penampang lintang) dibutuhkan pada setiap garis yang berisi informasi batang, dan setiap garis pada daftar pengekang titik kumpul terdiri dari (selain nomor titik kumpul K) tiga nomor kode (bukan dua). Suku JRL(3K-2), JRL(3K-l), dan JRL(3K) masing-masing menunjukkan pengekangan di titik k terhadap translasi dalam arah x dan y serta rotasi dalam arah z. Setiap garis data beban titik kumpul terdiri dari nomor titik kumpul K dan tiga 'air.si AJ yang diberikan di titik kumpul. Aksi ini ialah gaya yang diberikan dalam arah x dan y, serta momen dalam arah z. Selain itu, setiap garis beban batang berisi nomor batang I dan enam gaya AML di ujung batang terkekang. Gaya ini terdiri dari gaya dalam arah XM dan YM serta m omen dalam arah ZM (atau z) di ujung j dank. Data masukan yang diperlukan untuk balok silang diperlihatkan dalam Tabel S-6 dan hampir sama seperti untuk portal bidang (Tabel S-5). Namun, sifat bahan lainnya (modulus elastisitas geser G) diperlukan pada garis pertama data struktural dalam Tabel S-6. Juga, konstanta puntir XI dan momen inersia YI dimasukkan pada garis yang berisi sifat batang sebagai pengganti luas penampang AX dan momen inersia Zl.

Tabe/5-5 Penyiapan Data untuk Portal Bidang


Jumlllh

Data
Data Kontrol

Gatis
I I NJ M N RJ
I

Bagi4n pada Garis Data


ISN M J I K NU K I

ITS
NJ
X(J)

NLS NR
Y(J)

l! I~
.w:

:1

Parameter struktur Koo~:dinat titik lcurnpul c. lnformasi batang d. Daftar pengekang titik kumpul
&

NRJ

E
Zl(l) JRL(3KI

b.

JK(J) AX(I) JJ( I). JRL('3K-2) J RL(3KIl NLM AJ(3K2) AML(l,l) AMI:.(4,l)

j
f;~

a. Parameter beban b. Aksi di titik kumpul c. Gaya di ujung bataJIB terkekang akibat beban

NU NLM

AJ(3K-I) AM(,.Q, l) . AML(5,1)

AJ(319 AML.(3,?, AML(6,1)

252

An~isa

Matriks untuk Struktur Rangka

Tabe/5-6 Penyiapan Data untuk Balok Silang


Balia_n.,pltdll Gart1 Data
ISN ITS
NJ X(J)
JJ(l)

NLS
NR
Y(J')

Cll)

..

a. Parameter struktur b. Koordinat titilcJcumpul

J NJ

a
q

,s d. Daftar pengetana titik


tumpul

c. Jnformasi batang

M
NR~

M J I

NRJ

JK{I)

K.
NU K

JRJ.(l~-~)

Yl(J) XJ(l) JRL(lK-1) ~L(3J<)

. a. Parameter beban .o b. Altsidi titik kumpul i! c. Gaya di ujung batang :J terkeJcmg aldbat beban

I NU NLM

NLM AJ(lK-2) AML(l,l) A.ML(4,1)

A1(3K- l) AML(2.1) AML(S.l)

AJ(lK) AML(3;J) AM46,1)

Data untuk daftar pengekang titik kumpul sarna seperti untuk portal bidang, tetapi berbeda jenis pengekangnya. Untuk balok silangt suku 'JRL(3K-2), JRL(3K- 1), dan JRL(3K) masing-masing menunjukkan pengekangan terhadap rotasi dalam arah x dan y serta translasi dalarn arah z di titik kumpul. Secara simbolis, data beban balok silang juga sarna seperti untuk portal bidang, tetapi berbeda artinya. Untuk struktur balok silang, aksi AJ yang diberikan di titik kumpul terdiri dari m omen dalarn arah x dan y serta gay a dalarn arah z. Akhirnya, gaya AML di ujung batang terkekang akibat beban adalah momen dalam arah XM dan YM ~erta gaya dalam arah ZM (a tau z) di ujung j dank. Tabel 5-7 memperlihatkan data masukan yang diperlukan untuk rangka batang ruang. Tabel ini sarna seperti Tabel 5-5 untuk portal bidang dengan beberapa kekecualian. Misalnya, setiap garis dalam Tabel S-7 yang berisi koordinat titik kumpul tidak hanya terdiri dari koordinat x dan y , tetapi juga koordinat z untuk titik kumpul. Pada garis yang berisi sifat batang hanya luas penarnpang AX yang diperlukan. Data untuk daftar pengekang titik kumpul sama sep~rti untuk portal bidang, tetapi

Tabel5-7 Penyiapan Data untuk Rangka Batang Ruang


Data
DataKon:trol

Jumlilh Gari8
I I

Bagian pada Garu Data


ISN M J I K ITS

Nis

~
~

E
!!

U)

a. Parameter struktur b . Koordinat titik kumpul c. Informasi batang d. Daftar pengeka.ng tltik kumpul

NJ M NRJ

NJ NR NRJ E Y(J) X(J) Z(J) JJ(I) AX(l) JK<n JRL(lK-2) JRL(lK-1)

JRL(3K)

.c >

a. Parameter beban b. Altsi di titik kumpul 11:1 c. Gaya di ujung batang s terltekang aldbat Q' &eban
~

..

NU NLM

NU K I

NLM AJ(3K-2) AML(l.O AML(4.1)

AJ(3K-1) AML(2.1) AML(S,l)

AJ(3K) AML(l,l) AML(6,1)

Program Komputer untuk Struktur Rangka

253

berbeda jenis pengekangannya. Untuk rangka batang ruang, suku JRL(3K-2). JRL(3K-l), dan JRL(3K) masing-masing menunjukkan pengekangan di titik kumpul k terhadap translasi dalam arah x, y, dan z. Demikian juga halnya, data beban secara simbolis sama seperti untuk portal bidang, t~lapi artinya berbeda. Aksi AJ yang diberikan di titik kumpul terdiri dari gaya dalam arah x, y, dan z, serta gay a ujung AML terdiri dari gaya dalam arah xM, YM. dan ZM di seti.1p ujung batang yang dibebani: Data masukan yang diperlukan untuk portal ruang diringkas dalam Tabel 5-8 yang sama dengan Tabel 5-5 untuk portal bidang. Namun, karena portal ruang berdimensi tiga dan memiliki enam perpindahan titik kumpul yang mungkin di setiap titik kumpul, data untuk jenis struktur ini terdiri dari bagian-bagian yang lebih banyak dari pada untuk portal bidang. Garis pertama data struktural dalam Tabel 5-8 terdiri dari modulus geser G dan modulus E, serta setiap garis yang berisi koordinat titik kumpul harus menunjukkan koordinat z selain koordinat x dan y. lnformasi batang harus menyertakan sifat penampang lintang AX, XI, YI, dan ZI. Selain itu, penunjuk lA dimasukkan untuk menunjukkan nol atau tidaknya sudut rotasi a: (lihat Pasal 4.24 untuk arti sudut a:). Jika sudut a: suatu batang nol, nilai lA dimasukkan sama dengan nol. Jika sudut a: tidak sama dengan nol, nilai lA dibuat sama dengan sa tu. lni adalah konvensi sembarang untuk menunjukkan bahwa batang memiliki sumbu utama yang menceng (skew). Pada keadaan ini, sumbu utama dilokasikan dengan bantuan koordinat sua tu titik p pada bidang xM - YM (lihat Gambar 4-45 dan 4-46) tetapi tidak pada sumbu batang. Oleh karena itu, setiap- garis data untuk lA sama dengan I harus diikuti garis lain yang menentukan indeks batang I dan tiga koordinat XP, YP, dan ZP. Koordinat ini digunakan untuk memperoleh matriks rotasi yang dibahas dalam Pasal 4.24. Met ode pemrograman lainnya ialah menyertakan kemungkinan bahwa sudut a: diketahui, sehingga koordinat titik p tidak diperlukan dalam hal ini. Nilai a: yang sebenarnya dapat ditunjukkaft dengan notasi AA, dan matriks rotasi kemudian dihitung langsung dengan Persamaan (4-93) atau Persamaan (4-99). Setiap garis pada daftar pengekang titik kumpul berisi nomor titik kumpul K dan
Tabel 5-8 Penyiapan Data untuk Portal Ruang
.Jumlllh
Gari.J
ISN
I NJ M

M J
I

NRJ

JRL(6K 3) JRL(6K)

NtJ
2NLM

AJ(6K 3)
AJ((I~)

AM-U3.f) AMU6,1)
AM(J?,I)

AMU 12,1)

254

Analisa Matrlks untuk Struktuc Rangka

enam n'omor kode yang menunjukkan kondisi pengekang di titik tersebut. Suku JRL(6K-5) sampai JRL(6K) menyatakan pengekangan terhadap translasi dan rotasi dalam arah x, y, dan z di titik kumpul k. Setiap garis data beban titik kumpul terdiri dari nomor titik kumpul K dan enam aksi yang diberikan di titik tersebut. Aksi ini adalah komponen vektor gaya luar dan vektor momen luar dalam arah x, y , dan z. Pada himpunan data terakhir, dua garis harus disediakan untuk setiap batang yang dibebani karena informasinya mungkin tidak cukup ditulis dalam satu garis (atau kartu). Garis pertama berisi nomor batang I dan enam gaya di ujung j pada batang terkekang, sedang garis kedua berisi enam gaya di ujung k. Aksi di setiap ujung adalah gaya dan momen daJam arah XM,YM , d3!1 ZM. Satuan. Sistem satuan yang konsisten harus digunakan untuk data masukan yang hanya terdiri dari satuan gaya dan pap.jang. Hasil perhitungan akan sama satuanuya seperti data masukan , dengan catatan semua sudut akan secara otomatis bersatuan radial. SaJah satu contoh sistem satuan Inggris yang konsisten ialah beban dalam kip, panjang dalam inci, luas dalam inci persegi, modulus elastisitas dalam kip per inci persegi, dan seterusnya. Dalam hal ini, basil akhir akan mernlliki satuan kip, inci, dan radial. Sebaliknya, jika satuan SI (kilonewton dan meter) digunakan untuk data masukan, basil akhirnya akan bersatuan kilonewton, meter dan radial. 5.5 Deskripsi Program. Tujuan utama bab ini ialah menyajikan program komputer untuk setiap jenis struktur rangka. Setiap program khusu~ini memiliki program utama yang memanfaatkan himpunan subprogram untuk melakukan perhitungan terinci. Program utama dirancang untuk menangani sembarang jumlah struktur dalam satu eksekusi dan sembarang jumlah sistem pembebanan untuk setiap struktur. Hal ini dilakukan dengan memanggil subprogram yang menjalankan langkah-langkah berikui i.tntuk suatu jenis struktur : 1. Membaca dan mencetak data struktural a. ldentiftkasi masalah b. Parameter struktural c. Koordinat titik kumpul (kecuali balok menerus) d. Jnformasi batang e. Daftar pengekang titik kumpul f. Indeks perpindahan titik kumpul (dihitung secara internal) 2. Membentuk matriks kekakuan a. Kekakuan batang b. Transfer ke matriks kekakuan titik (joint stiffness) 3. Membaca dan mencetak data be ban a. Parameter beban b. Beban titik kumpul c. Beban batang 4 . Membentuk vektor beban a. Beban titik kumpul ekivalen b . Beban titik kumpul gabungan 5. Menghitung dan mencetak basil a. Perpindahan titik kumpul b. Gay a ujung batang c. Reaksi tumpuan Untuk menghemat waktu komputer dan penyirnpan, kita hanya membentuk jalur atas (upper band) matriks kekakuan S FF (untuk perpindahan titik kumpul bebas).

Program Komputer untuk Struktur Rangka

255

Matriks ini dijadikan suatu array segi empat berukuran N X NB, dengan N adalahjumlah derajat kebebasan dan NB adalah setengah lebar jalur (semi/half~and width). Gambar S-'2a memperlihatkan bentuk jalur dari SFF, dan Gambar S-2b menunjukkan penyimpan?n j21ur atas dalam suatu matriks segi empat. Lebar setengah jalur NB untuk suat" struktur ditentukan dengan sistem penomoran titik kumpul. Harga parameter ini bisa .dihitung dari rum us NB

= [NDJABS(JK(I) -

JJ(I) + 1)- NSR] maks

(S-1)

Dalam ekspresi FORTRAN ini, notasi JJ(I) dan JK(I) menunjukkan nomor titik kumpul di kedua ujung batang I, dan NDJ adalah jumlah perpindahan per titik kumpul. Simbol NSR menyatakan jumlah pengekang tumpuan dengan indeks perpindahan yang berkisar antara indeks-indeks dalam suku NDJABS(JK(I) - JJ(I) + 1). Batang yang menyebabkan ruas kanan Persamaan (5~1) maksimum menentukan setengah lebar jalur NB. Karena besamya NB menentukan jumlah penyimpanan yang diperlukan untuk jalur atas SFF titik kumpuJ struktur harus dinomori dalam urutan yang membuat parameter ini minimum. Jika suku NSR sama dengan nol, NB akan minimum bila selisih JK(I) - JJ(I) juga minimum . Untuk membentuk jalur atas matriks kekakuan SFF seperti yang diperlihatkan pada Gambar S-2b, subskrip yang dihitung untuk bentuk pada Gambar S-2a perlu dimodifikasi sebagai berikut: (S-2a) ID(J) = J - N1 (S-2b) ID(K) = K - N2 . Ekspresi FORTRAN untuk indeks baris dan kolom elemen tipikal pada SFF di atas diambil dari Persamaan (a) dalam Pasal 4.6. Jadi, indeks perpindahan lD(J) dan ID(K) diperoleh dari indeks semula J dan K dengan menguranginya sebesar jumlah pengekang kumulatif N 1 dan N2 (yang selaras dengan J dan K). Indeks baris dan kolom elemen pada Gambar S-2bkemudian dihitung sebagai berikut: (S-3a) IR = ID(J) (5-3b) IC = ID(K) - IR + 1
N

-Na~
IO(K)
I I
I

ID( J )

...

-----

0 0

( o)

(b)

Gambar 5-2. Matriks kekakuan SFF: (a) bentuk penyimpanan biasa dan (b) jatur atas yang disimpan dalam matriks segi empat.

256

Analisa Matriks u ntuk Struktu.r Rangka

Matriks kekakuan dalam bentuk yang ditunjukkan pada Gambar 5-2b difaktorisasi dengan memakai subprogram yang disebut BANFAC dalam Lampiran D. Faktorisasi ini hanya perlu dilakukan satu kali untuk suatu struktur. Selanjutnya, perpindahan titik kumpul bebas DF dicari dengan subprogram BANSOL yang juga diberikan dalam Lampiran D. Subprogram ini harus diterapkan beberapa kali sesuai dengan jumlah sistem pembebanan NLS. Persamaan matriks yang harus diselesaikan untuk setjap sistem pembebanan adalah

(54)
Setelah perpindahan titik kumpul bebas DF dihitung, gaya ujung batang AMi dan reaksi tumpuan AR dapat ditentukan. Karena submatriks kekakuan SRF tidak dibentuk , reaksi tumpuan akibat perpindahan DF tidak dapat dihitung dengan perkalian matriks seperti dalam Persamaan (44). Sebaliknya, gay a ujung batang AMi diperoleh dari Persamaan (4-5): (5-Sa) dengan

Kemudian reaksi tumpuan dihitung dengan menggunakan hasil di atas (gaya ujung batang) sebagai berikut: (5-6a) dengan
m

ARO

'=

R:j: ,AMOI

(5-6b)

Jumlah suku dalam Persamaan (5-6b) sama dengan jumlah batang yang bertemu di semua tumpuan. Hasil penjumlahan suku-suku di atas sama dengan hasil kali sRFDF dalam Persamaan ( 44). Tentunya, jika struktur vang ditinjau adalah balok, m aka matriks transformasi rotasi R Ti dalam Persamaan (5-Sb) dan (5-6b) tidak diperlukan. Teknik yang dijabarkan di atas diterapkan pada program untuk keenam jenis struk-

tur rangka dalam Pasal 5.6 sampai 5.1 1. Sub program dari enam program ini juga bisa dipakai untuk membuat program gabungan tunggal untuk semua jenis struktur rangka, seperti yang akan dibahas pada Pasal 5.12. program utama dan sub5.6 Program Balok Menerus. Pasal ini berisi bagan alir _ program untuk analisa balok menerus yang dibahas pada Pasal 4.8. Contoh numeris juga diberikan untuk memperlihatkan bentuk data dan hasil yang diperoleh dari program komputer. Bagian pertama Bagan Alir 5-l menunjukkan logika program utama (yang disebut BM), untuk analisa balok menerus. Catatan pada sisi kanan bagan alir ditujukan agar pembaca mengerti simbol dalam kotak. (Kotak ganda menunjukkan subprogram yang dipanggil oleh program utama.) Lebih dari setengah jumlah perintah dalam program utama tidak tergantung pada jen.is struktur. Bagian ini termasuk pembacaan data kontrol, faktorisasi matriks kekakuan, pemrosesan sistem pembebahan berganda, dan penyelesaian persamaan keseimbangan titik kumpul untuk setiap himpunan beban. Perha tikanlah, kerangka program ini mengizinkan sembarang jumlah struktur diproses dalam satu eksekusi, dan setiap struktur dapat dianalisa untuk sejumlah sistem pembebanan yang banyaknya sam.a dengan NLS. Jalur atas matriks kekakuan ~F dibentuk dan di-

Program Komputer untuk Struktur Rangka

257

faktorisasi hanya sekali untuk suatu struktur, tetapi penyelesaian untuk Dy (dan hasil lainnya) diperoleh sebanyak Nl.S kali (untuk suatu himpunan sistem pembebanan). Bagian lain dari program utama terdiri dari pemyataan lima subprograrn yang diberi nom or I sampai 5 pada bagan. Subprogram ini berlaku khusus untuk balok menerus dan untuk mengerjakan himpunan operasi berikut:

I. 2. 3. 4. 5.

SDATAI: Membaca danmencetak data struktural STIFF I: Mcmbentuk matriks kekakuan lDATAl: Membaca dan mencetak data beban LOADSI : Membentuk vektor beban RESULl : Menghitung dan mencetak hasil

Pemyataan dalam lima subprogram ini ditunjukkan pada Bagian 1.1 sampai 1.5 dari bagan alir tersebut.

Contoh 1. Struktur balok menerus yang dianalisa pada Pasal 4.9 (lihat Gambar 4-13a) disajikan sebagai contoh pertama untuk memperlihatkan program komputer. Untuk itli, misalkanlah (dalam satuan Inggris):
E = 10.000 ksi

I..= lOO in

lz = 1000 in 4

p = 10 kip

Data masukan yang dibutuhkan oleh program komputer diringkas dalam Tabel 5-9, yang sesuai dengan ketentuan untuk balok menerus yang dibahas sebelumnya (lihat Tabel 5-3). Hasil dari program komputer untuk data ini diberikan dalam Tabel 5-l 0.

Contoh 2. Balok menerus dengan ketegaran lentur konstan pada Gam bar 5-3a akan dianalisa untuk be ban yang ditunjukkan dalam tiga tahap berikut: (l) be ban terpusat, (2) beban merata, dan (3) beban total. Nilai numeris (dalam satuan SI) untuk soal ini ialah:

E = 200 x 1()6 kN/m2 P =50 kN

L, = 6m L2 = 5 m w = 30kN/m

lz = 3,6 x t0-'1 m4 M = I50kN-m

Tabe/5-9

Data untuk Contoh Balok Menerus 1


Jent1 Dtzta
Data Kontrol

ia.
~

(a)

3
1

(b)

en
Ill
Ill

Q
d

01)

2 3
(o)

3
4
(a) (b)
(c}

3 100,0 100,0 200,0 1 I 0 1 1 I

10000,0 1000,0 2000,0 2000,0

,,

!l Ill

Ill ,Q

2 2 3 I

2 3

258

Anallsa Matriks untuk Struktur Ra1'\gka

Gambar S-3b memperlihatkan sistem penomoran untuk struktur terkekang. Data masukan untuk contoh ini diberikan dalam Tabel 5-ll ; dan hasilnya ditunjukkan pada Tabel 5-12

Tabe/5-10

Hasil untuk Contoh Balok Menerus 1


STRUKTUR NO 1 BALOK MENERUS JUMLAH SISTEM PEMBE-8ANAN ~ 1 PARAMETER STRUKTURAL
M N N.J NR NR.J

3
ZI

10000. 0

INFORMASI BATANG BATANG EL

1 2 3

100. 000 100 0 00 2 00. 000

1000. 00000 2 0 00 000 00 2 0 00. 00000

PENGEKANG TITIK KUMPUL TITIK . .JRl JR2 1 l 1


3 I 0

PEMBEBANAN NO
NL.i 2 NU1 3

GAYA 01 TITIK KUMPUL TITIK A.J1

A-J2

2 8

- 10. 000 -1 0 . 000

10 00. 000 0 . 00 0

GAYA 01 UJUNG BATANG TERKEKANG AKIBAT BtBAN B'A TANG A!1L_t . At1L 2 AML3 AML4

2
3

10.000 10. 000 10 000

250 . 000 250. 000 3 33. 333

10. 000 10. 000 10. 000

-250.000 -250.000 -333.333

PERPINDAHAN TITIK KUMPUL TIT,IK DJl D.J2 1 .OOOOE+OO . OOOOE+OO 2-. 1316E+OO 1210E- 02

3 . OOOOE+OO . 8433E- 03 4 . OOOOE+OO . OOOOE+OO


GAY A UJUNG BAT ANG BATANG AMl AM2 l 33. 056 1281. 7 46
AM3 AM4

2
3

3 . 056
12. :530

-23. 810 670. 635


AR2 1281.746
0 . 000

-13.056 16. 944 7 . 470

1023.810 - 670. 635 - 164.682

REAKSI TUMPUAN TITIK ARt

33. 056
3
3~ . 474

7. 470

-164. 682

Program Komputer untuk Struktur Rangka

259

(o)

Gambar 5-3. Contoh balok menerus 2.

Tabe/5-11 Data untuk Contoh Balok Menerus 2

260

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Tabe/5-12
Hasil untuk Contoh Balok Menerus 2
STRUKTUR NO 2 BALOK MENEAUS JUMLAH StSTEM PEMBEBANAN 3

PARAMETER STRUKTURAL

H
2

N
2

N~

NR
4

NR~

200000000. 0

INFORMASI .BATANG BATANG .

ZI
0 . 00360 0. 00360

1
2

6.000
5 . 000

PENGEKANG TITIK KUMPUL TITIK ~1 JR2 1 1 1 2 1 0 3 0 1

PEMBEBANAN NO NL~ NLH

1
A~2

GAYA 01 TITIK KUMPUL TIJIK . AJl

-50. 000

150. 000

GAYA 01 UJUNG BATANG TERKEKANG AKIBAT BEBAN BATANG AI1L1 AP1L2 Am.3 AI1L4 1 300. 000 400. 000 300.000 -400. 000 PERPINOAHAN TITIK KUMPUL TITIK D-.11 D,J2

1 . OOOOE-+00 . OOOOE+OO
2 . OOOOE-+00 . 8814E-03

3 . 2204E-o2 . OOOOE+OO
GAY A UJUNG BATANG BATANG Al'11

AH2

AH3

Al'14

1 2

40 5. 769 0 . 000

611. 538 126.923


AR2

194. 231 0 . 000

23. 077 -126. 923

REAKSI TUMPUAN TITIK . AR1

1
2 3
NL~

405. 769
~4.

611. 538

231

0 . 000

0 . 000 -126. 923

PEMBEBANAN NO 2

NLH
1

GAYA 01 UJUNG BATANG TERKEKANG AKIBAT BEBAN BATANG Al'l..l AML.2 N1l.3 Nf-4

75. 000

62. 500

75. 000

-62. 500

PEAPINOAHAN TITIK KUMPUL TITIK D-.11 DJ2

1 . OOOOE+OO . OOOOE+OO 2 . OOOOE+00-.4006E-03 3-. 2087E-o2 .. OOOOE.+OO


GAYA UJUNG BATANG BATANG NU NQ 1 -48. 077 -96. 154

N13

AM

150. 000

192.308

348. 077 0 . 000

-592. 308 182. 692

Program Komputer untuk Struktur Rangka

261

REAKSI TUMPUAN TITIK ARl

1 2 3

-48. 077 198. 077 0. 000

AR2
-96. 154 0 . 000 182. 692

PEMBEBANAN NO 3

NLJ
1

NLM
2

GAYA 01 TITIK KUMPUL TITIK A.J1 AJ2 2 - 50. 000 150.000 GAYA 01 UJUNG BATANG TERKEKANG AKIBAT BEBAN BATANG At'Ll Al'l....2 Nl...3 N1L4

1 2

300.000 75.000

400. 000 62. !500

300. 000 7~. 000

- 400.000
-62.
~

PERPINOAHAN T ITIK KUMPUL TITIK 0.11 0.12 1 . OOOOE+OO . OOOOE+OO 2 . OOOOE+OO . 4808E- 03 3 . 1169E-o3 . OOOOE+OO GAYA UJUNG BATANG BATANG Nil
Al12
Al13

1 2

357.692
1~0 .

515. 385
319. 231

242.308

000

_ -o. ooo

Af14 -169.231 55. 769

REAKSI TUMPUAN T JTIK AR1

1 2
3

357.692 442. 308 0 . 000

AR2
51~. 385

0 . 000
55. 76.,

262
Bagan Alir 5-1

Analisa Matriks untuk Stru ktur Rangka

Program Utama BM untuk Balok Menerus

Catatan
Baca nomor struktur ISN, jenis struktur ITS, dan jumlah sistem pembebanan NLS. Baca dan cetak data struktural (untuk balok menerus).

Bentuk Jalur atas matriks kekakuan SFF (untuk balok menerus) dan simpan dalam am~y segi empat berukuran N XNB.

I
I
I
+

BANFAC(N, NB, SFF, & 103)

Faktorisasi jalur atas matriks SFF. Jika SFF tidak posi tif tertentu (positive definite), kontrol dialihkan ke 103. Inisialisasi nomor pembebanan LN dengan not.

I I I

Tam bah nomor pembebanan dengan satu untuk setiap sistem pembebanan yang baru .

Baca clan cetak data be ban ~untuk balok menerus). Bentuk vektor beban AC (untuk balok menerus).

I I
~

BANSOL(N, NB, SFF, AC, OF)

Selesaikan untuk perpindahan titik kumpul bebas OF dengan menggunakan matriks kekakuan yang telah di faktorisasi SFF dan N elemen pertama pada vektor AC. Hitung dan cetak hasilnya (untuk balok menerus).

I
Jika NLS lebih besar dari LN, pergi ke (go to) 102 dan proses himpunan beban lainnya. Jika tidak, pergi ke 101 dan proses struktur tainnya.

I
I
I

Pesan: SFF NOTPOS. DEF.

Hentikan perhitungan dan cetak pesan bila matriks SFF tidak positif tertentu.

999

STOP END

Program Komputer untuk Struktur Rangka

1.1 Subprogram SDATAl untuk Program BM

a. Identifilcasi masalah
Titel: STRUKTUR NO. (ISN) BALOK MENERUS JUMLAH SISTEM PEMBEBANAN = (NLS) Cetak titel deskript if.

b. Parameter struktural

Judul: PARAMETER STRUKTURAL Subjudul: M N NJ NR NRJ E

Cetak judul dan subjudul untuk parameter strukt.ural,

Baca parameter struktural. Hitung jumlah titik kumpul NJ, jumlah koo rdinat perpindahan NO, dan jumlah derajat kebebasan N. Cetak parameter strukt ural, termasuk N dan NJ.

NJ = M + 1; NO 2 NJ; N =NO- NR

c. Informasi batang

Judul INFORMASI BATANG Subjudul: BATANG EL Zl

Cetak judul dan subjudul untuk informasi batang.

Samakan MD dan NB dengan empat untuk balok.

r
I

(Indeks pada batang) Baca dan cetak M garis berisi nomor dan sifat batang.

I
I
I L

Anali.sa Matriks untuk Struktur Rangka

d. Pengekang titik kumpul


Judul : PENGEKANG TITIK KUMPUL Subjudul: TIT IK JR1 JR2

Cetak judul d an subjudul untuk pengekang titik kumpul.

(Samn untuk semua program)

Kosongkan (clear)daftar penge kang titik kumpul.

Baca dan cetak NRJ garls yang berisi nomor titlk kumpul dan daftar pengekang .

e . lndeks perpindahan titik kumpul

lnisialisasi akumulator N 1 dengan no!.

(Indeks pada koordinat perpindahan titik kumpul)

I
I

Tentukan jumlah kumulatif pengekang.

I
t I
I

Periksa pengekang. Hka ad a pengekang, pergi ke 4 . Untuk kasus tanpa pengekang, tentukan indoks perpindahan titik kumpul di antara deralat kebebasan. Pergi ke

I I

s.

Bila ada pengekang, tentukan indeks perpindahan titik kumpul di antara pengekang tumpuan .

L
RETURN
END

.,
P."gram Ko mputer untuk Struktur Railgka

265

1.?

Subprogram STIFF! untuk Program BM a. Kekakuan


batan~

(lndeks pada b aris SFF)

(Indeks pada kolom SFF)

,1

Kosongkan matriks kekaku an SFF.

(Indeks pada batang)

I
I

SCMt SCM2 SCM3

4.0EZI(I)/EL(I) 1.5SCM1/EL(I) 2.0SCM2/EL(I)

Hitung tiga konstanta kekakuan untuk batang 1.

I
t

SM(1,1) = SCM3; SM(1,2) .. SCM2 SM(1, 3) = -SCM3; SM(t, 4) = SCM2 SM(2, 2) = SCM1 ; SM(2, 3) = -SCM2 SM(2, 41 = SCMt/2.0; SM(3, 31 = SCM3 SM(3, 41 ~ -SCM2; SMI4, 41 = SCMt

lsi bagian segitiga atas matriks kekakuan batang SM den$.an konstanta kekakuan yang telah dihitung (lihat Tabel 42).

I
I

b. Alihkan ke matriks kckakuan titik.

I I I r 1

IM(tl =2 1-1 ; IM(31 21 + 1;

IM(21 = 21 IM(41 = 21

+2

lsi vektor indeks perpind ahan batang IM (lihat Persamaan 4-12).

(lndeks pad a baris SM) Sarnakan lndeks baris temporer 11 untuk matriks SFF dengan IM(J). Periksa pengekang yang selaras dengan indeks 11. Jika ada, pergi ke 3, lewatl pengalih.

t
I

266
1.2b (lanjutail)

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

t r
I I I

(Indeks pada kolom SM)

Samakan indeks kolom temporer 12 untuk matriks SFF deng:an IM(K). Periksa pengekang yang selaras dengan indeks 12. Jika ada, pergi ke 3, lewati pengalih Dapatkan lndeks baris dan kolom yang sesungguhnya (IR dan IC) dari vektor ID. Periksa posisi segitiga atas. Jika benar, pergi ke-2, pertahankan subskrip seperti apa adanya, Untuk posisi segitiga bawah, ganti subskrip, sehingga diubah ke posisi segitiga atas.

I I

t
I I I
I

Ubah indeks kolom untuk menyimpan jalur atas matriks SFF dalam array segi empat.
SFF(IR, IC) = SFF(IR, IC)

I L_

+ SM(J, K)

Alihkan el~en SM ke posisi yang sesuai padamatriks SFf' (yang ditentukan oleh IR dan IC).

RETURN END

1.3 Subprogram LDATAI untuk Program BM a. Parameter beban Judul PEMBEBANAN NO. (LN) Subjudul: Nl.J NLM

Cetak judu.l dan subjudul untuk parameter beban.

Baca dan cetak nomor titik kumpul yang dibebani dan nomor batang yang dibebani.

Program Komputer untuk Struktur Rangka

2f'7

b . Beban titik kumpul

Periksa ada atau tidaknya beban titik kumpul. Jika tid ak ada, lewati bagian ini.
Judul AKSI 01 TITIK KUMPUL Subjudul : TITIK AJ1 AJ2

Cetak judul dan subjuduf untuk be ban titik kumpul.

Baca dan cetak NLJ garis berisi nomor titik kumpul dan beban titik kumpul.

c. Beban batang

Periksa ada atau tidaknya beban batang. Jika tidak ada, Jewati baglan ini.

J
Cetak judul dan subjudul untuk beban GAYA 01 UJUNG BATANG batang. TERKEKANG AKIBAT BEBAN Subjudul: BATANG AML1 AML2 AML3 AML4
Judul

,-I
1

' AML(1, 1), AML(2, 1), AMU3. u. AML(4. I)


I, AML(1, 1), AML(2, 1), AML(3, 1), AML(4, I)

Baca dan cetak NLM garis yang berisi nomor batang dan gaya di ujung batang terkekang akibat beban.

I L _ _

Masukkan 1 pada daftar batang yang dibebani untuk inenunjukkan adanya beban pada batang I .

RETURN
END

218
1.4 Subprogram LOADSl dari Program BM a . Beban titik kumpul ekivalen

Analisa Matriks untuk Struktur Ran~~:ka

Jika tidalt ada batang bagian ini.

yan~

dibebani, lewati

,--1

(Indeks pada batang) Jika batang I Udak dibebani, tewati pengalihan AMLke AE.

I
I

I I I I

AE(2 AE (2 AE(2 AE(2

1-1) = AE(2 I - 11- AML(1, I) I) = AE(2 I)- AML(2, I) I+ 1) # AE12 I + 1)- AML(J, I) I + 2) = AE(2 I + 2)- AML(4, I)

Alihkan negatif dari gaya jepit ujung AML ke letak yang sesuai pad& vektor beban titik kumpul ekivalcn AE (lihat Persamaan 4 20).

L __ _

b. Be ban titik kumpul gabungan

(Indeks pada be ban titik kumpul) Dapatkan indeks IR untuk penataan u lang dari vektpr ID. Jumlahkan be ban t.itik kumpul sebenarnya AJ dan beban titik kumpul ekivalen AE untuk memperoleh be ban titik kumpul gabungan AC dalam bentuk yang telah ditata ulang (lihat Persamaan 4-7).
RETURN END

Program Komputer untuk Struktur Rangka

269

l.S

Subprogram RESULl untuk Program BM a. Perpindahan titik kumpul Masukkan N + 1 sebagai harga awal J untuk mengekspansikan vektor perpindahan.

I
I I

(lndeks pada perpindahan titik kumpul) Hitung harga indeks JE yang menurun untuk ekspansi vektor perpindahan.

I I
I

Jika tidak ada pengekang, pergi ke 1. Untuk kasus terkekang, masukkan nol ke dalam vektor perpindahan yang telah diekspansi DJ .

I I

t I
I

Pergi ke l.

Untuk kasus tidak terkekang, kurangi harga J dengan 1 untuk meletakkan elemen OF.

I I
I
L
Judul PERPINDAHAN TITIK KUMPUL Subjudul: TITIK DJ1 OJ2

Alihkan etemen D F ke poslsi yang sesual pada DJ.

Cetak judul dan subjudul untuk perpindahan titik kumpul

(lndeks pada titik kumpul)

Cetak nomor titik kumpul dan perpindahan titlk kumpul.

270
b. Gaya ujung batang Judul : GAY A UJUNG BATANG Subjudul: BATANG AM1 AM2 AM3 AM4

Analisa Matriks untuk Struktur Rar.6ka

I
I I

,--,-1

Ce tak judul dan subjudul untuk gaya ujung batang. (indeks pada batang)

Sama seperti sagian 1.2, tetapi keseluruhan array SM diisi. (lndeks pada baris SM)

t I I I I I I I t
I I
I

Samakan nilai awal AMD(J) dengan nol untuk mengakumulasikan hasil.

(Indeks pada kolom SM)

Dapatkan indeks perpindahan 11 dari vektor IM, dan letakkan elemen DJ ke dalam OM. Hitung AMD(J) dengan perkalian matriksvektor SM dan OM (lihat Persamaan SSb).

I I

Jumlahka~ AML{J, I) dan AMD(J) untuk memperoleh gaya jepit ujung AM(J) {lihat Persamaan S-Sa).
Dapatkan indeks perpindahan 12 dari vektor IM.

t I
I I
I I
L

Jika tidak ada pengekang, pergi ke S.

I I I

L __ _
6
I, AM(1), AM(2), AM(3), AM(4)

Untuk kasus terkekang, alihkan AMD{J) ke posisi yang sesuai pada vektor reaksi AR (lihat Persamaan S-6b).

Cetak nomor batang I dan gaya ujung akhir.

Program Ko mputer untuk Str ukt ur Ra ngka

271

c. Reaksl tumpuan

r-1

(l ndeks pada reaksi tumpuan)

I I I

Jlka tidak ad a pengekang, pergi ke 7.

I
I
L

AR(J) = AR(J)- AJ(J) - AE(J)

Untuk kasus terkekang, jumlahkan reaksi AR(J) dengan negatif darl AJ(J) dan AE(J) (lihat Persamaan S-6a).

Judul REAKSI TUMPUAN Subjudul: TITIK ARl AR2

Cetak judul tumpuan.

dan

subjudul

untuk

reaksi

,-1

(lndeks pad a titik kumpu l) Tentukan indeks J I dan Jl. J uga , jumlahkan bagian yang selaras pada JRL untuk mendapatkan Nl. Jlka Nl sama dengan nol , maka tidak ada pengekang di titik 1; jadi pencetakan reaksi dilewati. Cetak nomor ti tik kumpu l J dan reaksi tumpuan di titik kumpul yang memlliki sedikit nya satu pengekaog.

I
I
I

I I I
I

RETURN END

5.7 Program Rangka Batang Bidang. Program yang disajikan dalam pasallni mengeksekusi analisa rangka batang bidang dengan me to de yang dibahas pada Pasal-4 . 11. Perincian program ini hampir sama seperti untuk program balok menerus (Jihat Pasal 5.6), karena kedua jenis struktur irti memili.k.i dua perpindahan yang mungkin di setiap titik kumpu1. Jadi untuk menghindari repetisi, pembahasan dalam pasal ini ditekankan pada bagian program yang berbeda dengan program balok menerus. Program utama unruk Program RBB (rangka batang bidang) sama seperti Program BM {balok menerus). Sedang kelima subprogram yang bersifat khusus untuk rangka batang diberi nama SDATA2, STIFF2, LDATA2, LOADS2, dan RESUL 2. Pemyataan dalam subprogram ini yang berbeda dengan padanannya untuk balok menerus dijabar kan dalam Bagan Alir'S-2.

2'l2
Bagan Alir 5-2
2. 1 Subprogram SDATA2 untuk Program RBB a. Identifikasi.masalah

Anatisa Matriks untu k Struk1uT Rangka

Ti tel: STAUKTUR NO. (ISNI AANGKA BATANG BIDANG] JUMLAH SISTEM PEMBEBANAN: (NLSI Cetak titel deskriptif. b. Parameter struktural

Judul PARAMETER STAUKTURAL Subjudul : M N NJ N.R NRJ E

Cetak judul dan subjudul untuk parameter struktural.

Baca parameter struktural. Masukkan N DJ untuk rangka batang bidang. Kemu dian hitung jumlah kootdinat perpindahan NO dan jumlah derajat kebebasan N. Cetak parameter struktural, termasuk N.

NOJ = 2; NO = NOJ NJ; N = NO- NR

c. Koordinat titik kumpul

udul KOOADINAT TITIK KUMPUL Cetak judul dan subjudul untuk koordinat titik Subjudul: TITIK X V kumpul.

r1

(Indeks pada tltik kum pul) Baca dan cetak NJ garis yangberisi nomor dan koordin at x dan y dari titik kumpul.

I
L _

Program Komputer untuk Struktur Rangka

273

d . lnfo r ouurl batang Cetak judul dan subjudul untuk informasi batang.
Judul INFORMASI BATANG Subjudul: BATANG JJ JK AX EL CX CV

Tentukan MD untuk batons rangka batang bidang, dan inisialisasi se tena ah lebar jalur NB dengan nol.

r
I
'Baca informasi untuk batang I.

I
I

Hitung setengah lebar jalur NBI yang diteotukan oleh batang I (lihat Persamnan S-1).

t
I
XCL ~ X(JK(I))- XtJJ(I)) YCL = Y(JK(I))- Y(JJ(I)) EL(I) = SQRT(XCL XCL + YCL YCLI CX(Il XCUEUII; CY(Il = YCUELIII

Hitung komponen x dan y dari panjang batang (XCL dan YCL), panjang EL, dan kosinus arah CX dan CY.

I, JJ(I), JK(I) , AX(I), EL(I), CX(I), CY(I)

Cetak informa.si untuk batang I.

e . Pengekaog titik kumpul (sama seperti Bagian l.ld pada l'rogram BM) f. lndeks perpindahan (sama seperti Bagian I. l e pada Program BM)

274
2.2 Subprognm STI FF2 unt uk Program RBB a. Kekakuan batang

Anali.sa Matriks untuk Struktur Rangka

Sotelah SFF d ikos.ongkan, lokukan h at berikut:

r ---1

I I

I I I

SCM E AXIIIIEL(I) SMS(1, 1l SCM CXIII CXIII SMS(1, 21 SCM CXUI CY(I) SMS(1, 31 - SMS(l, 11 SMSI1, 41 - SMSI1. 21 SMS(2, 21 SCM CVUI CV Ill SMS(2, 31 -SMS!l, 21 SMSI2. 4) - SMS(2, 21 SMS(3. 3) SMSI1, 11 SMS(3, 4) SMS(l, 21 SMS.(4, 41 SMS(2, 21

lsi bagian sec!tl&a ataJ matriks kekakuan batang SMS untuk batang rangka batang bidang (lihat To bel 4 -1 S).

t
I
I I

b. Alihk:an ke matriks kekakuan titlk

IM(1 )= 2 JJ(I) - 1; IM(3) = 2 JK (I) - 1;

IM(21 2 JJII I IM I41 2 JK(I )

lsi vekto r ind~s perpindahan batang IM (lihat Persamaan 4 -27).

Lanjutan dari bagian ln i sama seperti Baglan 1.2b, Program BM, tetapi SM diganti dengan SMS.

2.3 Subprogram LDATA2 untuk Pro gram RBB Subprogram ini sam a dengan LOA TAl untuk Program BM. 2.4 Subprogram l 0ADS2 un tuk Program RBB Subprogram ini serupa dengan LOADSl untuk Program BM1 te tap i beba.n titik ku m pul ekivale n AE pada Bagian 2 .4a dihitung sebagai berikut : Alihkan kontribusi gaya sendi uj ung AM L ke lokasi yang sesuai pada vektor beban ekivalen AE (lihat Persarnaan 4-33).

t
I

I
I
I

J1 2 JJ(I) - 1; J2 2 JJ(I) K1 2 JK(I) - 1; 1<2 2 JKCII AEIJ1 ) AE(J1) - CXUI AML(1, 11 + CY(I) AMLI2, 1) AE(J21 AEIJ21 - CY(I) AML(1 , I) - CXIII AMLI2, 11 AE(Kl l AE (K11- CX(I) AML(3, 11 + CYUI AML(4, I) AE(K2) AEIK2) - CY(I) AML(3, I)- CXUI AML(4, I)

Program Komputer untuk Struktur Rangka

275

2.5 Subprogram RESUL2 untuk Program RBB Bagian 2.Sa dan 2.Sc dalam subprogram ini sama seperti pada RESUL l untuk Program BM. Sedangkan,, Bagian 2.Sb adalah sebagai berikut: b. Gay a ujung batang

Judul GAYA UJUNG BATANG Subjudul: BATANG AM1 AM2 AM3 AM4 Cetak judul dan subjudul untuk gaya ujung batang.

I I
I I I I

J t ,.. 2 JJ(I)- t; J2 2 JJIII K1 o: 2 JK(I} - 1; K2 "" 2 JK(I) SCM "' E AXUitEL(Il AMD(1) = SCM ((DJ(J1) - OJ(K111 CX(I) + (DJ(J21- DJ(K2ll CY(I)) AMDI3) = -AMD(1l AMDI21 o.O;'"AA1Dt41 0.0

Tentukan indeks perpindahan titik kumpul , hitung konstanta kekakuan aksial dan nilai AMD (Jihat Persamaan 4 -34).

t I
I

,1

Jumlahkan AML(J, I) dan AMD(J) untuk mendapatkan gaya ujung akhir AM(J).

I
I

I t
I I I

Jika terkekang, tambah AR(Jl) (Jihat Persamaan s-6b).

Jika terkekang, tambah AR(J2).

I
I L_
6
I, AM(1), AM(2), AM(3), AM(4)

Jika terkekang , tambah AR(K2). Cetak nomor batang 1 dan gaya ujung' batang akhir.

276

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Contoh. Untuk memperlihatkan pemakaian Program RBB, struktur rangka batang bidang pada Pasal 4.1 2 (lihat Gambar 4-23) akan dianalisa kembali. Untuk soal ini, anggaplah (dalam satuan Inggris):
E= IO.OOO ksi L = lOOin Ax

= l0in2

P= lOkip

Tabel 5-13 menunjukkan data masukan yang diperlukan oleh program (lihat Tabel 5-4 untuk ketentuan data), dan hasilnya diberikan dalam Tabel 5-14.

5.8 Program Portal Bidang~ Pasal ini berisi program untuk analisa portal bidang dengan memakai konsep yang dibahas pada Pasal 4.17. Karena jenis struktur ini rnerniliki tiga perpindahan yang mungkin di setiap titik kurnpul, langkah terinci dalam programnya akan sedikit berbeda dari program untuk balok rnenerus dan rangka batang bidang. Narnun, metodologinya sarna dan perubahan pada sejumlah perintah tertentu hanyalah penggantian integer 2 (yang menyatakan jumlah perpindahan per titik kurnpul) dengan integer 3. Logika dalam program utama untuk program PB (portal bidang) sama seperti pada Program BM dan RBB. Sedang kelima subprogram yang bersifat khusus untuk portal bi:dang disebut SDATA3 , STIFF3, liDATA3, LOADS3, dan RESUL3. Diagram Langkah 5-3 menunjukkan perintah dalam subprogram ini yang berbeda dengan perintah pada Program BM dan RBB.

Tabe/ 5-13 Data untuk Contoh Rangka Batang Bidang


.,~,

Jenu Data
Data Kontrol'
(a)

Nil4iNumem
I

6
I
2

10000,0

(b)
'iS

.lol

z
::s
~

Cll

.. .. ...
... ... ...

3 4
(c)

I 2

0,0 60,.0 0,0 60,0 1


3 3

80,0 80,0 0,0 0,0 2


4
I 2 4

3 4

4
1

6,0 6,0 8,0 8,Q 1()-,0

(d) (a) (b) (c)

6 3
4

3
1 1

2
1

to;o

1 10,0 - 20,0 10,0 10,0 5,0

..
0,0 0,_0 0,0 20,0 10,0 1.0,0 5,0

&
:!
~

.c

1 2 J

...

2
3 4

20,0 0,0 0,0 0,0

S;o

s. .o

Prosram Komputer untuk Struktur Rangka

277

Tabe/5-14
Hasil untuk Contoh Rangka Batang Bidang
STRUKTUR NO. 1 RANGKA BATANG BIDANG JUMLAH SISTEM PEMBEBANAN = 1 PARAMETER STRUKTURAL 11 N N.J NR NR.J

E 10000.0

KOORDINAT TITIK KUMPUL TITI K X V

1 2
3

0 . 000 60. 000 0 . 000 60. 000

80.000 80. 000 0 . 000 0 . 000

INFORMASI BATANG JK BATANG ..JJ 1 1 2

AX
6 . 000 6 . 000 B. 000 8.000 10. 000 10. 000

EL
60. 000 60. 000 80. 000 80.000 100. 000 100. 000

ex
1. 000 1. 000 0 . 000 0 . 000 0 . 600 0 . 600

CV

0 . 000

2
3

3
3

4
1

4
5 6

4
1 3

2
4 2

-o. eoo
0 . 800

0 . 000 l. 000 1. 000

PENGEKANG TITIK KUMPUL TITIK .JRl JR2 3 1 1 4 1 1 PEMBEBANAN NO. NL.J NLM 1 4 GAYA Dl TITIK KUMPUL TITIK AJ1 A.J2

20. 000

10. 000

GAYA Dl UJUNG BATANG TERKEKANG AKIBAT BEBAN BA TANG AHL1 At1L2 AI'IL3 AML4 1 0 . 000 - 20. 000 0 . 000 20. 000

2
3

0 . 000 0 . 000
~ . 000

10. 000 10.000 5. 000

0 . 000 0 . 000 5 . 000

10. 000 10. 000 5. 0o0

PERPINDAHAN TITIK KUMPUL TITI K t>.J1 D.J2

1 . 1000E+OO .4147E-01 2 . 1061E+00-. 4020E-01

3 . OOOOE+OO . OOOOE+OO 4 . OOOOE+OO . OOOOE+OO


GAYA UJUNG BATANG BATANG Al'11 Al'12 1 -6. 099 -20. 000 2 0 . 000 10. 000
3

Al'13

AM+
20. 000 10. 000 10. 000 5 . 000 0 . 000 0 . 000

-41 . 465
45. 201 26. 832 -31. 502

4
~

10. 000 5.000 0 . 000


0 . 000
AR2

6 . 099 0 . 000 41 . 465 -35. 201


-26. 832

31 . 502

REAKSI TUMPUAN TITIK ARt


3

-28. 901

-;n . 099

- 56. 667 76. 607

278

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Bagan Alir S-3


3.1 Subprogram SDATA3 untuk Program PB a. Identifikasi masalah

Titel: STRUKTUR NO. IISN) PORTAL BIDANG JUMLAH SISTEM PEMBEBANAN; (NLS)

Cetak titel deskriptif.

b. Parameter struktural (sama seperti Bagian 2.1b dalam Program RBB, tetapi NDJ = 3) c. Koordinat titik kumpul (sama seperti Bagian 2. 1c dalam Program RBB) d. Informasi batang (sama seperti Bag'ian 2.id dalam Program RBB, tetapi Zl juga dibaca dan dicetak) e. Pengekang titik kumpul Judul : PENGEKANG TITIK KUMPUL Subjudul : TITIK JR1 JR2 JR3 Cetak judul dan subjudul untuk pengekang titik kumpul.

Kosongkan daftar pengekang titik kumpul.

,.----K, JRL(3 K- 2). JRL(3 K - 1), JRL(3 K)

3
K,JRL(3 K-2),JRL(3 K-1),JRL(3 K)

Baca dan cetak NRJ garis yang berisi nomor dan daftar pengekang titik kumpul. Hitung empat konstanta kekakuari untuk batang I.

f. lndeks perpindahan (sama seperti Bagian l.le dalam Program BM)

Program Komputer untuk Struktur Rangka

279

. 3.2 Subprogram STIFF3 untuk Program PB a. Keka kuan batang

,-1

Setelah SFF dikosong kan , lakukan hal berikut:

I I
I
S1I(S( 1,

SCM1 E AX(I)/EL(I) SCM2 = 4.0 E ZI(I)/EL(I) SCM3 = 1.5 SCM2/EL(I) SCM4 = 2.0 SCM3/EL(I)

Hitung empat ko nstanta kekakuan untuk batang I.

1l SCM1 CXlll CX(I)


+SCM4 CYCIICYIII CX(I) CY{I)

I I

~1 , 2) (~1 - SCM4)

Isi bagian segitiga atas matnou kekakuan batang SMS untuk batang portal bidang (lihat Tabel 4-27).

sMSc1, 3i -SCM3 CY(II


SM6(1, ., - SMS(1, 1)

SMS(t. 51 -$MSC1. 21 sMSl1. 8) - SMS(1, 31 sr.ISC2. 2) - SCM1 CY(II CYUI + SCI.Q GXIII CXCII

I
I
I

SlifSC2. 3)

SOU CX(I)

SM$(2, ., - -SMS(1, 2)
~2. &} -

- SM$(2, 2!

SM$(2, 8) - SM$(2, 31

SM$(3, 3) - SCM2

I I I I

SMSC3, 4) - SMS(1, 3) SMS(3. 6) -sr.ISC2. 3i SMS(3. 8) SCM2/2.0

_,..., - sMS1'1, 1)

SMSt4. 51 SMSC1. 21
SM$(4, 81 SMS(3, 41 ~5. 6l - SMS(2. 2) SMS(5,1l SMSC3, 51

SM$18. 8) - SCM2

t
I
I
I
IM(1) = 3 JJ(I)- 2; IM(3) = 3 JJ(I); IM(5) ., 3 JK(t) - 1;

b. Transfer ke matrl.ks kek.a kuan titik

IM(2) = 3. JJ(I) _ 1 lsi vektor indeks perpindahan batang IM IM(4) = 3. JK(I) _ 2 (lihat Persamaan 4-66). IM(6) = 3 JK(I)

Lanjutan dari bagian ini sama seperti Bagian 1.2b, Program BM , tetapi SM diganti dengan SMS.

280
3.3 Subprogram LDATA3 untuk Program PB a. Parameter beban (sama seperti Bagian 1.3a dalam Program BM) b. Be ban titik kumpul Jika NLJ ,.. 0, Jakukan bal berikut:

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Judul : AKSI DJ TITIK KUMPUL Subjudul : TITIK AJ1 AJ2 AJ3

Cetak judul dan subjudul untuk beban titik kumpul.

r--1

I I L

K, Al(3 K- 2), AJ(3 K- 1). AJ(3 K)

Baca dan cetak NLJ garis yanc berisi ftomor titik kumpuJ dan beban titik kumpu}.

K, AJ(3 K -2), AJ(3 K -1), AJ(3 Kl

c.

~ban

batang

Setelab LML dan AML dikosol'lgkan,lakukan bal berikut:

Judul

GAYA Dl UJUNG BA TANG TERKEKANG AKIBAT BE BAN Subjudul : BA TANG AML1 AML2 .. . AML6

,--I
I I
1

Cetak judul dan subjudul untuk be ban batang.

' AML(1,1 ), AML(2,1 ). AML(8,

I,

Baca dan cetak NLM garis yanc berisi nomor batang dan gaya di ujung batang teikekang akibat beban.

1, AML(t, 1), AML(2_. ' ... AML(8. I)

I L __ _

Program Komputer untuk Struktur Rangka

281

3.4 Subprogram LOADS3 untuk Program PB Subprogram ini sama seperti LOADS! untuk Program BM, tetapl ~ban tltlk kumpul ekivalen pada Baglan 3.4a dihitung sebagai berlkut:

t
I I

I I

l
.11 3 JJ(I) - 2; J2 3 JJUI - 1; J3 --3 JJCI) K1 3JKII) - 2; K2 3 JK(I) - 1: K33JKUI AE(J1) '" AJcfJ11- CX(U AMLC1,1) + CVUI AML(2, I) ~IJ2) AE:IJ21- CVIII AMU1.11- CXUI AML(2, 11 AEIJ31 AEU31 - AMU3. 11 AECK1J AECK11 - CXUI AMLI4,1) +CVCII AMt..CS. 11 AECK2t AE(K2) - CVUI AMLC4, 11- CXCII AMU&. I) AE(K31 ~E(K31 - AM,t..ll.ll
Transfer kontribusi say a jepit ujung AML ke lokasi yang sesuai pad a vektoe be.ban ekivalen AE (lihat Persamaan 4-76).

3.5 Subprogram RESUL3 untuk Program PB a. Perpindahan titik kumpul Setelah vektor perpindahan titik kumpul diekpansi, lakukan bal berikut : Judul PERPINOAHAN TITIK KUMPUL Subjud.ul: TITIK DJ1 OJ2 DJJ Cetak judul dan subjudul untuk perpin dahan tltl.k kumpul.

,-L

~3------~------~
J, OJ (3 J - 21, 0J(3 J - 1), OJ(J J)

Cetak nomor titik kumpuJ dan perpindahan titik kumpul.

b. Gay a ujung batan.g

Judul GAYAUJUNG BATANG Subjudul: BA TANG AM1 AM2 ... AM6

Cetak judul dan subjudul untuk gaya ujung batans.

282

Analisa MatrikJ untult Strulctur Ran:gka

r-1

I
I I

Jt 3 JJ{I)-2; J2 3 Jl(l) - t ; .11 3 JJUI Kt 3 JK(IJ ,- 2; K2 3 JK(I1- 1; IC3 3 JK(1) SCMt E AX(I)IEUII; SCM2 4.0 E ZI(I)IEI.(I) 8CM3 SCIOlE'-CU; sc;M4 - 2.0 ~Lm

AMDC1) SCUt ((D.ICJ1) -D.ICKU) CXCU


AMOC2)

1.1

I
I +

SCIM HDJCJt)- D.I(Ktl) cvm + CQICJ2) - DJCK21) cxnn + SCM3 CDJUI) + DJJIQI) AMOC3) oor;SCM3 C"'iDJCJti-DJCKtU-. CY(I)

+ cwCJ2l- DJCK2}) cvcm

Tentukan indeks perpindahan titlk kumpul, hi tu.ng empat konatanta keltakuan dan haraa AMD (lihat Penamaan 4-78).

+ (D.ICJ21 - DJCK2)) CX(I)) + SCII2 CD.IU3J + o.i D.IIICIU

AMDCct - AMDCtt AllOtS) - - AMDC21 AIIOf8) SCM3 (--fOJCJt) - DJ( Kt)) CVUI

+ (OJCJ2) - Ol(K2)) CX(I)) + SCM2 CO.i DJ(J31 + QJIIC3))

I
I

Jumlahkan AML(J, I) dan AMD(J) untuk mendapatkan gaya ujung akhir AM(J).

I
I I I
I

I
I

I
+

Tambah reaksi di ujung j (li '----~------__.J hat Penamaan S-6b).

I
I
I

I
I I

I I

Tambah realts i di ujunc k .

L~

Cetalt nomor batang 1 dan gaya ujung batang akhir.

Program Komputer untuk Struktur Rangka

283

c. Reaksi tumpuan Setelah mendapatkan reaksi , lakukan ha! berikut: Judul : REAKSI TUMPUAN Subjudul: TITIK AR1 AR2 AR3 Cetak judul dan subjudul untuk reak&i tumpuan.

,-1

J1 e 3 J - 2; J2 =3 J - 1; J3 * 3 J N1 - JRLl J1l + JAL(J2) + JRL(J3)

Tentukan indeks 11, 12, dan J3. Juga , jumlahkan bagian yang selaras pada JRL untuk mendapatkan N 1.

I I I

Jika Nl nol,lewati pencetakan reaksi.

L __
RETURN

I I

Cetak nom~ titik kumpul dan reaksi tumpuan di titik kumpul ya111 memDiki sedikitnya satu pengekang.

END

Tabel 5-15
Data untuk Contoh Portal Bidang
Jenu O.r.
Data Kontrol

No.tN.,IIIUU

~\,

I
3
L

3
4

..
.w
Q

(a) (b)

70000000,0

~ ~ {/)

..
(c)

3
I

...

2
3
(d)

..I
2

0,0 0,0 3,0 4,0 9,0 s.o 11,0 1,0 I 2 0,02 2 0,02 3 3 4 0,02 I I I I I 0
I

0,003 0,003 0,003

'
0,0 -ISO,O 100,0

&

(a) (b) (c)

2
3

c!

1!

0,0 100,0 0,0

- 100,0 200,0 120,0

0,0

120,0

-100,0

284

Analisa Matriks untuk ::strulttur Rangka

w os 0,4BP!L

---.++----~--6L --------_.~-

(a)

/
r

(b)

Gambar 5-4. Contoh portal bidang.

Contoh. Gambar 5-4a memperlihatkan portal bidang yang terdiri dari batang prismatis dengan sifat penampang lintang yang sama. Sistem penomoran untuk struktur terkekang ditunjukkan pada Gambar 5-4b. Anggaplah nilal numeris 'berikut (dalam satuan SI) untuk soal ini: E = 70 x 106 ~N/m1 L lz = 3 X I0- 3 m4 P

= 100 kN

=Im

Ax

= 0,02 m1

Tabel 5-15 berisi data masukan yang diperlukan oleh program komputer (lihat Tabel 5-5 untuk bentuk data portal bidang), dan hasil dari program diberikan dalam Tabel 5-lQ.

i'rogram Komputer untu'k Struktur Rangka

2ts6

Tabe/5-16 Hasil untuk Contoh Portal Bidang


STAUKTUR NO 1 PORTAL BIDANG JUMLAH SISTEM PEMBEBANAN .. 1 PARAMETER STRUKTURAL O.K. 11 N NJ NR NRJ

70000000. 0

KOOROINAT TITIK KUMPUL TITIK X Y 1 0 . 000 0. 000

2
3

3 . 000

4 . 000

9 . 000
1 l. 000

5 . 000
l. 000

INFORMASI BATANG BATANG JJ .W. 1 1 2 2 2 3

O.K.

AX 0 . 020
0. 020

Zl

0.020

0 . 003 0 . 003 0 . 003

s. ooo
6 . 083
4 . 472

EL

0.600 0 . 986 0.447

ex

CV

0.800 0 . 164 -0. 894

PENGEKANG TITIK KUMPUL TITIK JR1 JR2 JR3 1 1 1 1 4 1 1 0 PEMBEBANAN NO.


NLJ NU1

GAYA 01 TITIK KUMPUL TITIK AJ1 AJ2 2 0 . 000 -100. 000

O.K.
AJ3

0 . 000

100. 000

200.000

-150. 000
O.K.
AHL..5 N1L6

GAVA 01 UJUNG BATANG TERKEKANG AKIBAT BEBAN' BATANG AP'L1 Al1l.2 N11...3 AI1L4

0 . 000

120. 000

100. 000

0 . 000

120.000

- 100. 000

PERPINOAHAN TITIK KUMPUL TITIK DJ1 DJ2 DJ3 1 . OOOOE+OO . OOOOE+OO . OOOOE+OO

2 . 7368E-Q2-. 5192E-Q2-. 1335E-03 3 . b410E-Q2 . 3421-02-. 2085- 03 4 . OOOOE+OO . OOOOE+OQ-. 2302-02


GAVA UJUNG BATANG BATANG N11
N12 N13

N14

Al'15

Al'16

1 2 3

- 74.807 -108. 461 - 60.373

294.903 -110. 577 42.702


AR2 117. 096 -73. 096

542. 865 -331 . 648 190. 968

74. 807 108. 461 60.373

-54. 903 110. 577 -42. 702

331. 648 -340. 968 -0. 000

REAKSI TUMPUAN TITIK AR1 1 -280. 906

AR3
S42. 865 0 . 000

-11. 194

5.9 Program Balot SUang. Program untuk analisa struktur balok silang diberikan dalam pasal ini dengan memakai metode yang dibahas pada Pasal 4.20. Karena prosedur analisa balok silang secara simbolis sama seperti untuk portal bidang, Program BS (balok silang) tidak berbeda jauh dengan Program PB dalam pasal sebeluninya. Kelima subprogram untuk balok silang diberi nama SDATA4;STIFF4, LDATA4, LOADS4, dan RE-

286
y

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

(o)

(b)

Gambar 5-5. Contoh balok silang 1.

SUIA. Perintah dalam subprogram ini yang berbeda dengan perintah pada Program PB ditunjukkan dalam Bagan Alir 5-4.

Contoh I. Gambar 5-Sa memperlihatkan struktur balok silang dengan sifat geometris dan beban yang sama seperti pada portal bidang dalam Gambar 4-3la, Pasal4-l8. Anggaplah sifat penampang lintang dan nilai numeris berikut (dalam satuan lnggris) berlaku:
E
=

10.000 ksi
4

lx = 1000 in

G =4.000ksi lv = 1000 in 4

L = 100 in

p = 10 kip

Sistem penomoran pada struktur terkekang ditunjukkan dalam Gambar 5-Sb. Nilai numeris yang harus dimasukkan sebagai data ditunjukkan dalam Tabel 5-17 (lihat Tabel 5-6 untuk ketentuan data), dan hasil dari program komputer diberikan dalam Tabel S-18.

Bagan Alir S-4


'4.1

Subprograrn SDATA4 untuk Program BS

a. ldentifikasi masalah
Titel: STRUKTUR NO. (ISN) BALOK SILANG JUMLAH SISTEM PEMBEBANAN = (NLS)

Cetak titel.

Lanjutan subprogram ini sama seperti subprogram SDATA3 dalam Program PB; tetapi modulus geser G dimasukkan, serta slfat batang AX dan Zl diganti dengan XI dan YI.

Program Komputer untuk Struktur Rangka

287

4.2 Subprogram STIFF4 untuk Program BS a. Kekakuan batang

,----I
1

Setelah SFF dikosongkan,lakukan hal berikut: l

\
SCM1 .. G Xllll/EL(II SCM2 .. 4.0 E YI(I I/EL(II SCMJ 1.5 SCM2JEL(I) SCM4 "' 2.0 SCMJ/Ellll

I I
I

Hitung empat konstanta kekakuan untuk ba tang I .


lsi bagian segitiga atas

I I

I
I

I t
I

SMSC1, 1t SCM1 CXut CXUI + SCM2 even even SMSC1, 2t ISCMI- SCM21 CXIII ev.cn SMSC1, 31 SCM3 CYut SMSC1, 4t -SCM1 CXCII CXIII + Q.l SCM2 CV {I) CYUI SMSC1,11 -($CM1 + Q.5 SCM2t CXUI CYUI SMS(1, 81 -SMSC1, 31 SMS(2, 21 $CIIot1 CYUI CY(I) + SCM2 CXCII , CXUI SMS(2, 3) "'-SCJQ CXII); sr.t$(2, 4},.. SMS(1, 51 SMSC2, 5I -SOU CYCII CYUl + 0.5 SCM2 CX{I) CXJI) SMSC2, 81 -SMSC2, 31; SMSC3, 31 SCM4 SMS(3. 4l SMS(1, 31; SMS(3. I) ,..SMS(2, 31 SMSC3. 81 -SCM4; SMSI4, 41 SMSC1. 11 SMS(~ 5I SMS(1, 21; SMS(4, 81 SMSl1, 81 SMSC6. 51 IMSC2, 21; SMS(I, 81 SMSC2, 8)
SIISCIJ, 8l SCM4

matriks kekakuan batang SMS untuk batang balok silang (lihat Tabel 4-38).

I
b. Alihkan ke matriks kekalcuan titik (sama seperti Bagian 3.2b dalam Program PB). 4.3 Subprogram LDATA4 untuk Program BS Subprogram ini sama dengan LDATA 3 untuk Program PB. 4.4 Subprogram LOADS4 untuk Program BS Subprogram ini sama dengan LOADS 3 untuk Program PB. Subprogram RESUL4 untuk Program BS uk Program I'B Subprogram ini sama seperti RESUL3 untuk Program PB, tetapi gaya ujung batang AMD pada Bagian 4.Sb dihitung seba&ai berikut: 4.5

.----1

I I I I

J1 3 .,IJfll- ~ K1 3 Jtc(l) - 2;

3 JJCI) - 1; K2 3 JKII)- 1;

J~

J3 3 JJIII K3 3 JK(I)

I I
I I +
I

SCM1 G Xlfi)IELCik SCM2 4.0 E YI(I)/ELCII SCM3 1.5 <t SCM7/ELfU: SCM4 2.0. SCM3/ELUI AMOC11 SCM1 IIOJUtl- DJ(K1)) cxm +1~21 - OJCK2U evun AM0121 SCM2 I-IDJU11 + 0.5 OJCK111 evUI + IOJU2t + G.5 OJ4K2)) CXU)I- SGM3 fOJU31 - DJCK3)1 AMD(31 .. $Oq I(PJIJ1l + DJCK\H eo.C.Y(I)

Tentukan indeks perpindahan titik kumpul, hitung empat konstanta kekakuan dan nilai AMD (lihat Persamaan 4-79).

- CDJIJ2). + Q;JIIQ)) CX(III + seMi CDJIJ31 - DJIK3)) AMOI41 -AM0(1); AMOC81 - AMD(3) AMDC51 ~ 1-IG.& .DJIJ1l + MK111 CYCII + DAI2l + DJCK2JI '-5CM3 COJU3)- OJIK3ll

co.s

cxcm

288

Analisa Matriks untuk Strukhn Rancka

Tabe/5-17
Data untuk Contoh Balok Silang I JmbDd. Data Kontrol
NU.I Nurnerb

1
2
I

'!

(~

i
Q

(b)

2
(c)

(cl)
(a) (b) (c)

3 1 2 2 3
1 1
I

3 6 2 10000,0 4000,0 100,0 75,0 0,0 75,0 200,0 0,0 l 1 1000,0 1000,0 1 3 1000,0 1000,0 1 1 1 1 1 1

.I
Q

..8

c:

2
0,0 0,0 0,0. 1000,0 -200,0 -312,5 -10,0 12,0 10,0 0,0 0,0

..
200,0 312,5

'
12,0 10,0

..

Con.toh 2. Soal kedua untuk balok silang persegi diperlihatkan pada Gambar 5-6a. Struktui ini mem:iliki lima batang, enam titik kumpul, dua belas pengekang, dan enam derajat kebebasan. Sifat penampang lintang semua batang d.ianggap sama, dan konstanta numeris (dalam satuan SI) untuk so~ ini adalah sebagai berikut:

E = 200 x 1()11 kN/m1 lx = 2 x 10'""3 m4

G = 80 X 1()11 kN/m' lv = l x I0- 3 m

L = 2m
P = 50kN

(o)

18

17

f/
6

15

t/
9

14

-6
11

13

t ~8
3

---7

Ci)
1
(b)

G.mbar 6-6. Contoh balok silang 2.

Program Komputer untuk Struktur Rangka

289

Gambar 5-6b menunjukkan sistem penomoran untuk struktur terkekang. Tabel5-19 berisi data masukan untuk soal ini, dan penyelesaiannya djberikan dalarn Tabel 5-20 yang hanya memperlihatkan hasil akhir dari program komput~r.

Tabe/5-18 Hasil wttuk Contoh Balok Silang 1


STRUKTUR NO. 1 BALOK SILANG JUMLAH SISTEM PEMBEBANAN 1 PARAMETER STRUKTURAL
" N N.J NR NR.J

10000. 0

4000. 0

KOORDINAT TITIK KUMPUL TITIK X Y

1 2
3

100. 000 0. 000 200. 000

75. 000 75.000 0.000


XI

INFORMASI BATANG BATANG .J.J JK

1 2

2 1

1 3

1000. 000 1000. 000

VI. 1000. 000 1000. 000

EL

ex
1.000 0.900

CV

100.000 125. 000

0. 000 -o.600

PENGEKANG TITIK KUMPUL TITIK .JR1 .JR2 JR3 2 l 1 1 3 1 1 1 PEM.BEBANAN NO. NL.J NLM

2
A.J2 A.J3

GAYA 01 TITIK KUMPUL TITIK' A.J1

0. 000

1000. 000

-10. 000
AHL5 200. 000 312. 500
jtft_6

GAYA 01 UJUNG BATANG TERKEKANG AKIBAT BEBAN' BATANG AK..1 A111..2 AK..3 AI'IL4

I 2

0. 000 0. 000

-200. 000 -312. 500

12. 000 10. 000

0. 000 0 . 000

12. 000 10. 000

PERPINDAHAN TITIK KUMPUL TITJK . O.J1 D.J2 D.J3 1-. 75~~-oa. 5095E-02-. 3551E+OO 2 . OOOOE+OO . OOOOE+OO . OOOOE+OO 3 . OOOOE+OO . OOOOE+OO . OOOOE+OO GAYA UJUNG BATANG BATANG N11 N12 N13

1 . 303. 942 -1311. 474 2 -292. 344 896.362


AA2

24. 040 -9. 960


AA3

At14 -303.942 2CJ2.344

AH5

N16

107. 504
1598. 676

-o. 040 2'J. 960

REAKSI TUMPUAN TITIK NU

2
3

303. 942-1311 . 474 1193. 081 1103. 534

24. 040
2". 960

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Tabe/5-19 Data untuk Contoh Balok Silang 2


JnbDtl,.
Da~
I~

Nilat Numerl6
2
4

Kontrol
(a) (b)

s
1 2

3
4

'!

g
~

s
1

6
(c)

:1
Q

2 3
4
(d)
:

6 6,0 6,0 0,0 10,0 2,0 6,0 3 1


I

s s
l I I

I!_
1 -<

3
4

5 2 1
I I

12 0,0 4,0 0,0 0,0 4,0 8,0 1 4 2 2 6 1


I I I

4 200000000,0

s6oooooo,o
"

0,.002 0,002 0,002 o;oo2 0,002 1


1 1 I

0,001
~.001

,;

0,001 0,001 0,001

...

1
2 0,0 0,0 0,0

~ I~

(a) (b) (c)

;.;:,~

,!

..

100,0 - 112,5 - 100,0

so,o
7S,O 150,0

0,0 0,0

112,5 100,0

1S,O

lSO,O

Tabe/5-20 Hasil Akhir untuk Contoh Balok Silang 2


PEAPINDAHAN TITIK KUMPUL TITIK [),J l OJ2
DJ3

1
2
.o

4 5 6

50 4 7E03- 1116E-03-. 3322E-02 .45 16E-03 ;:?'320E- 03-. 92S6E- 03 OOOOE+C>O .OOOOE+OO . OOOOE+'oo . 0000+00 OOOOE+OO . 0000+00 . OOOOE>OO . 0000+0 0 .OOOOE+OO OOOOE~ OO OOOOE+OO '.OOOOE+OO
BA T ANG AMl AM2 4 5<1 - 2 30. 6 77
18 8

GAYA UJUNG BATANG -13. 1 2 20. 3 -13 -tB.

,,
5

742
C 6:?.

9 . 280

126. 33. - A6 . - 20.

855 6 47 220 896

AM3 1 15. 632 33. 783 - 18. 152 17. 310 -0. 841 AR3 115. 632 266.217 17 . 310
0 . 841

AM4 13. 459 - 20 . 188 13 . 742 18 . 063 - 9 . 280

AMS - 13 . 114 3 38 . 011 38. 960 - 23. 021 24. 262

Al16 34. 368 266. 217 18. 152 - 17.310 0 . 84 1

REAKSI TUMPUAN TITIK AR l -1 3 . ~59 3

AR2 - 230. 677


~~38 .

s
6

- 2 0 . 188 -18. 063 - 24 . 262

011

-46. 220 - 9 . 280

Program Komputer untuk Struktur Rangka

291

5.10 Program Rangka Batang Ruang. Pasal ini berisi program untuk analisa rangka batang ruang dengan metode yang dibahas pada Pasal4.23. Langkah-langkah dalam program ini sama seperti pada program portal bidang dan balok silang (Pasal 5.8 dan 5.9), karena ketiga jenis struktur ini merniliki tiga perpindahan yang mungkin di setiap titik kumpul. Program rangka batang ruang juga hampir sama dengan program rangka batang bidang, tetapi sifat tiga dirnensi pada rangka batang ruang meny~babkannya lebih rumit. Program utama RBR untuk rangka batang ruang sama seperti untuk jenis struktur lainnya, tetapi dalam hal ini kelirna subprogramnya diberi nama SDATAS, STIFFS , LDATA5, LOADS5, dan RESULS. Bagan Alir 5-5 memperlihatkan perbedaan perintah dalam subprogram ini deng<m perintah untuk jenis sttu~tur lain yang ditinjau sebelumnya.

1 2

(a)

Gambar 5-7., Contoh rangka batang ruang 1.

Tabe/5-21 Data untuk Contoh Rangka Batang Ruang 1

292

Analisa Matriks untuk Struktur Rail&b

Tabe/:5-22
Hasil untuk Contoh Rangka Batang Ruang 1
STRUKTUA NO. 1 AAN GKA BATANG AUANG JUMLAH SISTEM PEMBEBANAN = 1 PARAMETER STAUKTURAL
P1 N N.J NR NR.J

E 30000. 0

KOOAOINAT TITIK KUMPUL TITIK X V 1 120. 000 0 . 000 2 0 . 000 240. 000 3 240. 000 240. 000 4 240. 000 240. 000 5 0.000 240. 000 INFORMASI BATANG BATANG J.J Jt( 1 1 2
2 1 3

0 . 000 240. 000 240. 000 0 . 000 0 . 000

AX
10. 000 10. 000 10. 000 10.000 10. 000 10. 000 10. 000

EL
360. 000 360. 000 240. 000 240. 000 240. 000 339. 411 339. 411

ex
- 0 . 333 0 . 333 1. 000 0 . 000 0 . 000 0 . 707 - 0 . 707

CV

3 4
5

2
2 3

3
5. 4

o:ooo
000 CI. OOO 0 . 000 0 . 000
(1.

0 . 607 0 . 667

6
7

2
3

4
5

Cl o: 607 0 . 607 0 . 000 -1.000 -1.000 - 0 . 707 . -o. 707

PENGEKANG TITIK KUMPUL TITIK JR1 ~2 .JR3 1 1 1 1 4 1 1 1 5 1 1 1 PEMBEBANAN NO. 1


NL.J NLP1

2
AJ3 0 . 000 -20. 000 I"J'Il..5 0 . 000 10. 000
N1l.6

GAYA 01 TITIK KUMPUL TITIK AJl AJ:Z 2 0 . 000 -20. 000 3 0 . 000 0 . 000

GAYA 01 UJUNG BATANG TEAKEKANG AKIBAT BEBAN AI1L4 BATANG AP1Ll AI1L2 N1l.3 4 -10. 000 -10. 000 0 . 000 -10. 000 5 0 . 000 0 . 000 10. 000 0 . 000 PEAPINDAHAN TITIK KUMPUL TITIK D.Jl D..l2 1 . OOOOE+OO . OOOOE+OO . 2 . 1477E-Q1-. 563BE-01 . 3 . 1654E-Q1-.2504E-01-. 4 . OOOOE+OO . 0000+00 . 5 . OOOOE+OO . OOOOE+OO . GAYA UJUNG BATANG 30 . 1 2 15. BATANG
Al11

-10. 000 0 . 000

DJ3 OOOOE+oo 9769-02 1023E-01 0000+00 0000+00 At13 0. 000 0 . 000 0 . 000 - 10. 000 0 . 000 0. 000 0 . 000 AP14 AM5 000 000 0 . 000 0 . 000
(1. (1 .

000 000

3
4 5 6 7

- 2 . 211

- 22. 211 12 . 789 3 . 127 -3.944

0. 0. 0. 0. 10. 0. 0.

AM2 000 000 000 000 000 000 000

- 3Q. ooo
- 15. 000 2 . 211 2 . 211 - 12. 789 -3. 127 3 . 944

lCI. 000

o. ooo
0 . 000

Al"'6 0 . 000 0 . 000 0 . 000 - 10. 000 0 . 000 0 . 000 0 . 000

AEAKSI TUMPUAN TITIK! AR1 - 5 . 000 1 4 - 2 . 211 5 -12. 789

AR2 3 0 . 000 10. 000 0 . 000

3 0 . 000 15 . 000 - 5 . 000

Progrem Komputer untuk Strulttur Rengka

298

Contoh 1. Gambar 5-7a memperlihatkan rangka batang ruang yang memiliki tujuh batang, Iima titik kumpul, sembilan pengekang (di tiga tumpuan sendi), dan enam derajat kebebasan . Luas penampang lintang semua batang dianggap sama, dan nilai numeris berikut (dalam satuan Inggris) berlaku:
E = 30.000 ksi L = 120 in.

Ax= 10 in.t

p = 20 kip

Gambar 5-7b memperlihatkan struktur terkekang dan sistem penomoran yang sesuai. Data masukan yang diperlukan untuk soal ini dituliskan dalam Tabel 5-21 (lihat Tabel. 5-7 untuk bentuk data), dan hasil dari program komputer diberilcan dalam Tabel 5-22.

Bagan Alir 5-5


S.l Subprogram SDATAS untult Program RBR a. Identifikasi masalah

Titel : STRUKTUR NO. (ISNI RANGKA BATANG RUANG JUMLAH SISTEM PEMBEBANAN = (NLSI

Cetak titel.

b. Parameter atruktural (aama seperti Baglan 2.1 b dalam Program RBB, tetapi NDJ = 3) c. Koordinat titik kumpul (sama seperti Bagian 2.1c dalam Program RBB, tetapi koordinat z juga dibutuhkan) d. Informasi bat!lng (sama seperti Bagian 2.1d dalam Program RBB)

I t I

I I

Kosinus arah untuk setiap batang dihitung dan dicetak sebaaai berikut:

t
XCL XIJKI I)) - XUJ(JU YCL YJJK(I))- YIJJIIJI ZCL ZIJKUII- ZIJJ(IIl ELIII"' SQfiTCXCL o XCL + YCL o YCL +%CL ZCLI CXIII " XCLIEUII: CY(I) YCL/ILCII: CZ(J) ZCLIELIII
Hitung komponen panjang batang x, y, dan z (X CL, YCL, dan ZCL), panjang EL, dan kosinus llfah CX, CY,dan CZ.

L_

I, JJ(I), JK(I), AXIl), Ellll. CX(I), CYII), CZ(I)

Cetak informasi untuk batang I.

e. Pengekang titik kumpul (sama seperti Ba&ian 3.1e dalam Program PB) f. lndeks perpindahan (aama seperti Baglan l.le dalam Program BM)

294
5.2 Subprogram STIFFS untuk Program RBR

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

,-1

a. Kekakuan batang Setelah SFF dikosongkan, kerjakan hal berikut:

I
I I I

I I I I
I t I I I
I

SCM E AX{I)/EL{I) SMS(1, 1) SCM CX(I) SMS(1, 2) = SCM CX(I) SMS(1, 3)' SCM CX(I) SMS(1,41 ,. - SMStt, 1) SMS(1, 5) ., - SMS(1, 2) SMS(1, 6) = -SMS(1. 31 SMS(2, :w= SCM r.Y(I) SMS(2, 3) = SCM CY(I) SMS(2; 4) ~ SMS(I, 5) SMS(2, 5) = - SMS(2, 2) SMS(2, 6) = - SMS(2, 3) SMS(3, 3) SCM CZ(II SMSI3, 4) '= - SMS(t, j) SMS{3, 5) - SMSI2, "3) SMS(3, 61 - - SMS(3, 3) SMS(4, 4) "' SMS(l, 1) SMS(4, 5) '"' SMS(I, 2) SMS(4, 6) SMS(1, 3) SMS(5, 5) .. SMSI2, 2) SMS(5, 6) SMS(2, 3) SMS(6, 61 = SMS(3, 3)

CX(I)

lsi bagian segitiga atas matriks kekakuan batang SMS untuk batang rangka batang ruang (lihat Tabel 4-40).

CY(I) CZ(I)

CYU} CZ!t)

CZ(I)

b. Alihkan ke matriks kekakuan titik (sama seperti Bagian 3.2b dalam Program PB)

5.3 Su bprogram LDATAS Subprogram ini sama dengan LDAT A3 untuk Program PB.

Program Komputer untuk Struktur Rangka

295

S.4 Subprogram l.OADSS untuk Program RBR a. Beban titik kumpul ekivalen

,1

Jika tidak ada batang yang dibebani, lewati bagian ini.

Iika batang I tidak dibebani, lewati transfer AML


ke AE. CXZ '"' SORT(CX(I) CX(I) + CZ(I) CZ(I)) J1 3JJ(Il-2: J2=3JJ(Il-1; J3 3JJIII K1 = 3 JK(I)- 2; K2 = 3 oJKUl-1; K3 :" 3 JK(I)

I
I t
I I I I
I I I I I I

Hitung CXZ dan Jl sampai K3 .

I
AECJ1) AE(J1) - CXCI) ~MLI1.1) + CCX(II CYCit AMLC2. I)+ CZ(J) AML(3,1))/C)(Z AE(J2) AE(J2) - CV(I) AMU1,1) -CXZ AMU2, lt AEiJ3l AE(J3) - CZ(I) AML(1,1) + (CV (I) CZ(I) AMLC2,1) - CXII) AMLC3. lll/CXZ AE(K1) AECK1 l - CX(O AMLC4. I) ~ + CCXCII CY(II AMLIS. 11 + CZUt AML(8,1))1CXZ AEIK2l AECK2) - CY(I) AML(4, 11 - CXZ AML(6, I) AECK3l AECK3l - CZCI) AMU4, 11 + CCYCII CZII) AML(5, 11 - CX(I) AML(8. IJIICXZ

J ika batang berarah vertikal . pergi ke 4. Alihkan kontrlbu&i AML ke AE untuk batang miring (li hat Persamaan 4 .88).

t
I
I I

AE(J1) AE{Jtt+ CY(I). AML(2, 11 AECJ2) AEU2)-CY(I) AML(1,1) AE(J3) AE(J3) - AMLC3. I) AE(K1) AEIK1) + CY(I) AMLlS.II AEIK2l AE(K2) - CY(II AML(4, 11 AE(K3) "* AE(IC3)- AML(I, 11

Alihkan kontribusi AML ke AE untuk batang vertikal (li hat Persamaan 4-89).

L ____ _

b. Beban titik kumpul gabungan (sama seperti Bagian 1.4b dalam Program BM)

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

5.5 Subprogram RESULS untuk Program RBR

Ba8ian 5.5a dan S.Sc dalam subprogram ini sama seperti pada RESUL3 untuk Program PB. Sedang gaya ujuns batana pada Bagian s .sb dihitung sebasal berlkut:

r-1

I
I

J1 IJJut - 2; R3JJCII - t
J3 3 JJCU; Kt 3 JK(JI-2 K2 3 JKCII- 1; K3 3 JK(II 8CM AXCit/EL(I) AMD(U SCIIIlDJCJU- DJUC111 CXIU + IDJCJ21- DJ(K211 C:YIII + (DJIJ31 - DJIJC31) CZ(I)I AMD(41 - AMDC1l; AM0(21 0.0 AMDI3).> 0.0; AMDI&I "' 0,0; AMD(8) .. 0.0

an

Tentu.kan indeks perpindahan titik kumpul, hituns konstan!a kekakuan akaial dan nDai AMD (lihat Persama4-"90).

I I I

I t
I I
I

I
I I I I I I I
I I I
I
L_

Program Komputer untuk Struktur Rangka


y

29'l

(b )

Gamber 6-8. Contoh rangka batang ruang 2 .

Contoh 2. Rangka batang ruang pada Gambar 5-Sa me~iliki sembilan batang, enam titik kumpul, sembilan pengekang (di tiga tumpuan sendi), dan sembilan derajat kebebasan. Batang nomor 1, 2, dan 3 pada Gambar 5-8b (struktur terkekang) memiliki luas penampang lintang AX, sedang luas penam pang enam batang lainnya sama dengan 2AX. Untuk soal ini anggaplah nilai numeris berikut (dalam satuan SI): E

= 80 x

106 kN/m2

L = 1m

Ax = 0,01 m 2

P = 240 kN

Tabel S-23 menunjukkan data masukan yang dibutuhkan, dan hasil akhir dari program komputer diberikan dalam Tabel 5-24.

2t8 Tabe/5-23

Analisa Matrllts untuk Struktur Rangka

Data untuk Contoh Rangka Batang Ruang 2


Jenil Dtlttl
NOIIINumeiV

Dat Kontrol
(a) (b)

9
1

'

2 3 4

6 5,0 5,0

3
0,0 0,0 - 3,0 0,0 3,0 0,0 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 1 1 1 480,0 0,0 0,0

80000000,0 3,0

s.o
2 3 2
I

.w

a
Q

(e)

'

en

s
:!

1 2 3 4

5
6

0,0 0,0 0,0 1 1 3 4 4 5

-3,0 0,0 3,0 0,0 -3,0

7
8 9
(d) 4

s
1

3 1

s
)

6 6 1
1
2
2~0,0

2 2 3
1
)

1
&

(a)

c!

:!

(b) (c)

o.o
0,0

"

- 24Q,O -720,0 120,0

0,0 0,0

-720,0 120,0

o,o:
0,0

Tabe/5-24
fusil Akhir untuk Contoh Rangka Batang Ruang 2
PERPJNDAHAN. T ITIK KUMPUL TITIK D.Jl DJ3 OJ2 1 .3031E-0:2 . 20BBE-01 . 4436E-02
2 . 3344E-02 3 . 1346E-Ol 4 . OOCOE+OO 5 . OOOOE+OO

. 1794E-01 . 20S9E-03 . 2102E-01 . 4112E-02

. OOOOE +OO . OOOOE+OO . OOOOE+OO . OOOOE+OO OOOOE+OO . OOOOE+OO ~ OoOOE+OO

GAY A UJUNG BAT ANG BA TANG AMl

1 2 3 4 5 6 7

-564 . 000 -25. 456 -110. 309 -970. 000 301 . 642 1272. 143 1403. 292 B -1070 000 9 -616. 399

-720. 0. 0. 120. 0. 0. 0.

o.. ooo
0 . 000

AM;! 000 000 000 000 000 000 000

AM3 AM4 0 . 000 564. 000 0.000 25. 456 0 . 000 110. 309 0 . 000 9 70 . 000 0 . 000 -301 . 6 42 0 . 000 -1272. 143 0 . 000 -1403. 292 0.000 1070. 000 0.000 616. 399

.,;o. ooo

At15

AM6

0 . 000 (1 , 000 J;>(l, 000 ( 1. 000 0 . 000 (1. 000

<. o0 o
(1. 000

0 . 000 0.000 0.000 0.000 0. 000 0. 000 0.000 0.000 0 . 000

REAKSI TUMPUAN TI TIK ARl

AR2 -740. 000 -18. 000 5 2040. 000-1224. 000 6 -1540. 000 282. 000 4

-138. 000 -60. 000 -282.000

Program Komputer untuk Stru ktur Rangka

299

5.11 Program Portal Ruang. Pasal ini berisi program untuk analisa portal ruang dengan metode yang dibahas pada Pasal4.25. Langkah-langkah dalam program ini cukup berbeda dengan program sebelumnya atas dua alasan. Pertama, anallsanya rumit karena setiap titik kumpul memiliki enam perpindahan yang mungkin (bukan lagi tiga); kedua, program ini menyertakan matriks rotasi. Dalam program sebelumnya matriks rotasi ti dak diperlukan, sedang portal ruang berujud sedemikian rumit hingga pemakaian matriks ini umumnya diperlukan. Logika pada program utama untuk Program PR (portal ruang) sama seperti untuk jenis struktur lain yang telah ditinjau . Namun, kelima subprogram untuk portal ruang disebut SDATA6, STIFF6, LDATA6, LOADS6, dan RESUI..6. Bagan Alir 5-6 menunjukkan perintah dalam subprogram ini yang berbeda dengan perintah untukjenis struktur .lainnya.
<.: ontoh 1. Portal ruang yang memiliki tiga batang dan empat titik kumpul diperlihatkan pada Gambar 5-9a. Inspeksi gambar ini menunjuk.kan bahwa struktur memiliki dua belas derajat kebebasan (enam di setiap titik B dan C) dan dua belas pengekang (enam di setiap titik tumpuan A dan D). Beban titik kumpul pada portal terdiri dari gaya 2P dalam arah x positif di titik B, gaya P dalam arah y negatif di titik C, dan momen PL dalam arah z negatif di C. Batang BC memikul gaya 4P dalam arah z positif yang diberikan di tengah bentangnya. Bidang x-y adalah bidang utama untuk batang AB dan BC, serta batang CD memiliki bidanJt utarna sejajar sumbu y. Oleh karena itu, sudut a untuk semua batang akan

4P

Gem.,_ 5-9. Contoh portal ruang 1.

300
Bagan A1ir
6 .1 Subprorram SDATA6 untuk Program PR a. ldentifikasi masalah
Titel: STRUKTUA NO. (ISNI PORTAL RUANG JUMLAH SISTEM PEMBEBANAN e (NLSI
5~

Analisa Matriu untuk Struktur Rangka

Cetak titel.

b. Parameter struktural (sama seperti Balian l .lb dalarn Program RBB, tetapi modulus geser G dimasukkan dan NDJ 6)

c. Koo rdinat tltlk kumpul (sama seperti Baai an l.lc dalam Program RBB, tetapi koordinat z juga dl_ perlukan) d. Informasi batang

Judul INFORMASI BATANG Subjudul : BATANG JJ AK AX XI VI Zl lA

Tentukan MD untuk batang portal ruana , dan lnisialisasi N B dengan not.

,--1

I, JJ(I), JK(t), AXIl), XIIII, Yt(l); Zllll. lA

Baca lnformasi batang.

t
I

I I I I I I

NBI = NDJ (ABS(JK(I) - JJ(tl)

+ 1)

XCL = X(JK(t)) - X(JJ(IH; YCL = Y(JK(I))- Y(JJ(I)); ZCL = Z{JK(I)) - Z(JJ (I)l EL(t ) = SQRT{XCL XCL + YCL YCL + ZCL ZCL); CX = XCUEL(I) CY "' YCU!:L(I) ; CZ = ZCUEL(I); CXZ = SQRT(CX CX + CZ CZI

I I

I, JJ(I), JK(I), AXIII, XI (I), Yl(l). Zl(l), lA

Cetak lnformasi batang.

Program Komputer

~&ntuk

Struktur Rangka

301

Bentuk matriks ro tasi R "ntuk batang I: Jika sudut a tidak no!, baca koordinat titik p .

I I

I
I
I
I

XPS = XP- X(JJ{I)); YPS = YP - Y{JJ{I)); ZPS = ZP- Z{JJ{I)) (Persamaan 496).

Untult batang vertikal, isi R de qgaft meinakai Persamaan (4-87}. ~------------------L---------------------~ R12 (1)= CY; R21{ 1)=-CY; R33!11)=1.0; R11 :U= O.O R13 (1) =0.0; R22(1 ) = 0.0; R23(1) =0.0; R31 11) = 0.0; R32 (1) = 0.0

I
I

Iika sudut a tidak no!, lsi R de ngan memakal Persamaan (4-99) SO = SOr!TIXPS XPS + ZPS ZPS); COSA = - XPS CY/~ SINA "' ZPSISQ R21(1) = - CY COSA; R23(1) = SINA; . R31(1) CY ~ INA; R33(1) "' COSA

I I I I I t
I I
I

Untuk batang miring , isi R d engan m emakai Persamaan (4-86).

R11(1) = CX; R12(1) = CY; R1311) = CZ R21(1) - eX CY/CXZ; R22(1) CXZ R23(1) = -CY CZ/CXZ; R31 (I)= -CZ/CXZ; R32(1) = 0 .0; R3311) = CX/eXZ

I L _ __ _

Jika sudut a tid ak n o!, isi R de ngan memakai Persamaan (4-9 3) . ~------------------L------------------------, YPG = R21(1) XPS + R22(1) YPS + R23(1) ZPS ZPG = R31 (I) XPS + R32(1) YPS + R33(1) ZPS SO = SORTIYPG YPG + ZPG ZPG); eOSA - YPG/SQ: SIN A = ZPG/SQ R21(1) =(-ex CY COSA - ez SINA)ICXZ; R22(1) = exz COSA R23(1) = (-eY CZ COSA +ex. SINAI/CXZ R31( 1) = (CX CY SINA - cz COSAI/CXZ; R32 (1) = - exz SINA R33(1) = (CY CZ SINA + ex COSAI/CXZ

e. Pengekang tit ik k um pul

Judul PENGEKANG TITIK KUMPUL Subjudul: T ITIK JR1 JR2 .. . JR6

Cet"k judul dan subjudul.

302

Analisa Matrik.s untuk Strulitu .. llangk.a

Kosongkan daftar pengekang titik kumpul.

r--1

Baca dan cetak NRJ garis yang berisi I .=----------L----------, nomor dan daftar pengekang titik kumL K, JRL{6 K - 5), JRL{6 K - 41, ... , JRL{6 Kl pul.

K, JRLI6 . K - 51, JRd6 K - 41. ... , JALI6 Kl 1 . - - - - - - - - - . - - - - -- - - - - l

f. lndeks perpindahan (sama dengan Bagian l.le

dalam program BM)

6.2 Subprogram STIF.F6 untuk Program PR a. Kekakuan batang

r--1

I I I

SCM1A = E AX(II/EL(I ); SCM2Y = 4.0 E YIIII/El(ll; SCM4Y ~ 2.0 SCM3Y/ELI~I; SCM3Z = 1.5 SCM2Z/Ellll;

SCM1 B = SCM3Y = SCM2Z = SCM4Z =

G XI(II/ELIII 1.5 SCM2Y/EL{I) 4.0 E Zl(li/ELUI 2.0 SCM3Z/ELIII

Hituna delapan konstanta kekakuan batang.

I
I I
I

t I I I
I

SM(1,1I =SCM1A; SM(1, 71 =-SCM1A SM(2, 21 SCM4Z; SM(2, 61 = SCM3Z SM(2, 81 = -SCM4Z; SM(2, 121 = SCM3Z SM(3, 31 = SCM4Y; SM(3, 51 = -SCM3Y SM(3, 91 = -SCM4Y; SM(3, 111 = -SCM3Y SM(4,41 =SCMlB; SM(4,10) =-SCM1B SM(5, 51 = SCM2Y; SM(5, 91 = SCM3Y SM(5, 11 I = SCM2Y/2.0; SM(6, 81 = SCM2Z SM{6, SI= -SCM3Z; SMI6, 121 = SCM2Z/2.0 SM(7, 71 = SCM1 A; SM(8, 81 = SCM4Z SM(S, 121 = -SCM3Z; SM(9, 91 = SCM4Y SM(9, 11 I SCM3Y; SM(tO, 10) SCMt B SM(11,111 =SCM2Y; SM(12, 121 =SCM2Z

Tentukan suku bukan nol pada bag.ian segitiga atas dari SM (Jihat Tabel 4-1 ).

I I
I

I +

Tentukan suku pada bagian aegitiga bawah dari SM.

Program Komputer untuk Struktur Rangka

303

I t I

,---1
K1

(Indeks untuk blok kolom pada matriks SM)


K _ 2; K2

I I t

=3

=3

K _ 1; Kl

=3

~-------------r------------~

Tentukan indeks kolom pad a SM. (lndeks untuk baris pad a SM)

~ - - --

I 1 I I

I I I I L ___ _

SMRT(J, K11 = SMIJ, K11 R11{1) SMRT(J, K21 = SM(J, K1l R1211l SMRT(J, K3) = SM(J, K11 R13(1)

+ SM(J, K2) R21(1) + SM(J, K31 + SM(J, K21 R22HI + SM(J, K31 + SM(J, Kfll R23(1) + SM(J, K3)

R31(1 ) R32(1) R33(11

I 1 I I

, ---~-------------T--------------~

Hitung matriks SMRT sebagai hasil kali' SMRT (lihat Persamaan 4-95). (Indeks untuk blok baris dalam matriks SMRT) Tentukan SMRT. (Indeks SMRT) indeks baris pada

+ I 1----I 1

untuk

kolom

pada

Kl = R11 (I) SMRT(Jl, Kl + R21 (I) SMRT(J2, K) + R31 (11 SMRT(J3, Kl I I SMS(J1, SMS(J2, Kl = R12(11 SMRT(J1. K) + R22(1) SMRT(J2, Kl + R32(11 SMRT(J3, K) I SMS(J3, K) = R13(1) SMRT(J1, K) + R23(1) SMRT(J2, K) + R33( 1) SMRT(J3, K) I I I L ___ _ Witung matriks SMS darf pra-per-

I
I + I
I
b. Alihkan ke matriks kekakuan titik

kalian SMRT dengan RT (lihat Persamaan 4-95).

I I I

IM(1) IM(3) IM(5) IM(7) IMI9) IM(11)

= 6 JJ(IJ - 5;

= 6 JJ(I) - 3;
=6 JJ(I) -1; = 6 JK(I)- 5; = 6 JK(t) - 3; =6JK(t) - 1;

IM(2) IM(4) IM(61 IM(8) IM(10) IM(12)

= 6 JJ(I)- 4 = 6 JJ(t)- 2 = 6 JJ(I)

~-102).

Isi vektor indeks perpindahan batang IM (lihat Persamaan

= 6 JK(I) - 4 = 6 JK(I) - 2

= 6 JK(I)

Lanjutan bagian ini sama seperti Bagian 1.2b, Program BM, tetapi SM diganti dengan SMS.

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

6.3 Subprogram LDATA6 untuk Program PR a. Parameter beban (sama deogan Bagian 1.3a pada Program BM) Jlka NLJ =I= O, lakukan hal berlkut:
Judul AKSI Dl TITIK KUMPUL Subjudul: TITIK AJ1 AJ2 . .. AJ6

b. Beban titik kumpul

Cetalt judul dan subjudul untuk beban titik kumpul .

.--1

I I

l Baca dan cetak NLJ garis berisi nomor titik K, AJ(6 K- 5), AJ(6 K - 4 1. AJ(6 K lcumpul dan be ban titik kumpul.
K, AJ(6 K- 5). AJ (6 K - 4), ... AJ(6 K)

c. Beban batang

Setela.h LML dan AML dikosongkan, laJcukan hal berikut :

GAYA 01 UJUNG BA TANG TERKEKANG AKIBAT BEBAN Subjudul : BATANG AML1 AML2 ... AML6 AML7 AML8 . .. AML12 Judul

,-1

Cetalc judul dan subjudul untulc beban batang.

I I

I, A~l(1 ,

1), AML(2, 1), .. AML(6, I) AML(7, 1), AML(8, 1), . . AML(t2, I)

Baca dan cetak 2(NLM) garis yang berisi nomor batang d.an gay a di ujung batana .ter kekang akibat be ban.

I I
I

I, AML(1, 1), AML(2, 1), .. , AML(6, 11 AML(7, I), AML(8, 1 ), . , AML(12, I)

L __

Program K\)mputer untuk Strukfur Rangka

6.4 Subprogram LOADS6 untiik Program PR Subprogram ini. sama seperti LOADS! untuk Program BM, tetapi beban titik kumpul ekivalen pada Bagian 6.4a dihitung sebagai berlkut:

I I I

,-=

IM(1) = 6 JJ(I)- 5; IM(7.) = 6 JK(I)- 5;

IM(2) = IM(1) + 1; etc. IM(8) = IM(7) + 1; etc.

lsi vektor indeks perpindahan batang IM (seperti pada Bagian 6.2b). (Indeks untuk blok suku pada AML) suku

I t I
I
I

1 I I I

J1 3 J- 2; J2 .. 3 J- 1; J3 3 J 11 = IM(J1); 12 = IM(J2); 13 = IM(J3)

Tentukan indeks untuk setiap suku pada AML dan AE.

I I L __ I

AE(I1) = AE(I1)- R11(1) AML(J1, I)- R21(1) AML(J2. I)- R31(i) AML(J3,1) AE(I2) = AE(I2)- R12(1) AML(J1, 1)- R22(1) AML(J2, I)- R32(1) AML(J3, I) AE(13) = AE(I3)- R13(1) AML(J1 , I)- R23(1) AML(J2, I ) - R33(1) AML(J3, I)

Hitung kontribusi pada AE sebagal-RfiAMLi

6.5 Subprogram RESUL6 untuk Program PR a. Perpindahan titik kumpul Setelah vektor perpindahan titik kumpul diekspansi,lakukan hal berikut:

Judul : PERPINDAHAN TITIK KUMPUL Subjudul: TITIK DJ1 DJ2 ... DJ6

,-L

Cetak judul dan subjudul untuk perpindahan titik kum. pul.

r3--------L-------~
J, DJ(6 J - 5), DJ(6 J- 4)... . , OJ(6 J)

Cetak nomor titik kumpul dan oerpindahan titik kumpul.

306
b. Gaya ujun& baung

Anallsa Matrlks untuk Struktur Rangka

Judul GAYA UJUNG BATAN G Subjudul : BA TANG AM1 AM2 . .. AM6 AM7 AM8 ... AM12

,--- 1

Cetak judul dan subjuduJ untuk gaya ujun& batang.

t
I I I I .,
I

I I

.---1

lsi array SMRT dan IM untuk batang I

Sama seperti Baslan 6.2.

(Indeks untuk baris SM RT)

l n isialisasi AMD(J) dengan not.

I I I I I

,-.._
I I I

(lndeks untuk kolom SMRT)

t I L I

Dapatkan indeks perpindahan ll dari vektor IM .


4 r---------L--------.. Hitung AMD dengan perkalian matriks-

L_ _
I, AM(1), AM(2), , AM(6) AM(7). AM(8), .. AM(12)

vektor SMRT d an DJ (lihat Persamaan S Sb). Jumlahkan AML(J, I) dan AMD(J) untuk memperoteh gaya ujun& akhir AM(J) (Uhat Persamaan 5-Sa).

Cetak nomor batang I dan gaya ujung ba tang akh ir.

t
I

, --I
1

(Indeb untuk blok AMD).


2. ; J2 3 J - 1; J3 3 J 12 = IM(J2); 13 = IM(J3)

suku~u

pada

t
I

J1 11

= IM(J1);

=3 J -

Tentukan indeks untuk setiap suku pada AMD dan AR.

Program Komputer untuk Struktur Rangka

307

t
I

I I I + I I + I I L I

I I I I I I I I

AR(Il) = AR(Il) + R11 (I) A MO(Jl) + R21(1 } AMO(J2) + R31(1} AMO(JJ)

AR(I2) AR(I2) + R12(1) AMO(Jl) + R22(1) AMO(J2) + .R32(1) AMD(JJ)

AR(IJ) = AR(,I3)

+ R13(1)

AMO(Jl)

+ R23(1) AMO(J2) + R33(1) AMD(JJ)

Untuk kasus te(kekang, alihkan kontribusi AMD ke reaksi AR (lihat Persamaan 5-6 b).

L_

c. Reakai tumpuan Setetah mendaJ?alkan reakai, takukan hat berikut: Judul REAKSI T UMPUAN Subjudul: TITIK AR1 AR2 .. , AR Cetak judut dan subjudul untuk reaksi titik kumput.

,-1

I I I I t I
I

J lk a N 1 not, tewati pencetakan reaksi. Cetak nomor titik kumpul dan reaksi tumpuan di titik kumpul. yang memillki sedikitnya satu pengekang.

J, AR(J1), AR(J2), .. , AR(J6)

L __ _
RETURN

END

308

An~

Matriks untuk Struktur Rarigka

sama dengan nol. Anggaplah bahwa semua batang memiliki sifat penampang lintang yang sama dan bahwa nilai numeris (dalam satuan SI) untuk soal ini adalah: E

= 200 x 1()6 kN/m2


10-~

lx = 2 x

G = 80 x 1()6 kN/ m2 Ir = lx = 1 X w-~ m

L= 3m

A x = 0,01 m 2 P = 60kN

Gambar 5-9b memperlihatkan struktur terkekang dengan sistem penomoran yang sesuai. Data masukan yang diperlukan oleh program komputer diberikan dalam Tabel 5-25 (lihat Tabel 5-8 untuk ketentuan datanya). Perhatikan bahwa penunjuk lA sama dengan nol pad a setiap garis yang berisi informasi batang. Tabel 5-26 menunjukkan hasil program komputer. (Tabel 5-25 dan 5-26).

Contoh 2. Gambar 5-IOa memperlihatkan portal ruang yang memiliki tiga batang, empat titik kumpul, enam derajat kebebasan (di titik A), dan ~elapan belas pengekang (enam di setiap titik B, C, dan D). Portal dibebani di titik A oleh gaya P dalam arah z 'n egatif dan m omen PL/4 dalam arah x riegatif. Selain itu, di tengah ben tang AB terdapat gaya sebesar P dalam arah z negatif, dan di tengah bentang AD terdapat gaya P dalam arah y negatif. Semua batang pada portal " memiliki bidang utama xM-yM dengan titik p -yang ditunjukkan dalam Gambar 5-l Oa. Titik p terletak pada bidang yang berisi titik B, C, dan D (yaitu bidang x-y). ~embarang titik pada garis pA (kecuali titik A) akan memadai untuk penentuan bidang-bidang utama dalam soal ini. Karena bidang utama untuk batang AB sejajar sumbu y, sudut a untuk batang ini sama dengan nol. Sedang sumbu utama untuk batang AC dan AD ditentukan letaknya dengan memberikan koordinat titik p. Anggaplah semua batang memiliki sifat penampang lin~ yang sama, dan konstanta numeris dalam soal ini adalah sebagai berikut:
E = 10.000 ksi lx = 64 in} G = 4.000 ksi ly = 28 in .
L = 96in. l7. = 80 in.
Ax = 9 in.l p = 5 kip

Gambar 5-lOb memperlihatkan sistem penomoran untuk struktur terkekang. Data masukan untuk soal ini ditunjukkan dalam Tabel 5-27. Perhatikan bahwa garis yang

Tabe/5-25
Data untuk Contoh Portal Ruang I
ltnb Datll

Nl141 Numem

,.
"!

-,..

Data X:ontrol (a)


;;
(b)

3 1 2 3 4 1 2 3 3
4

6
4 0,0 6,0 0,0 9,0 1 3 2 I 1
I 120,0 0,0 0,0 0,0

t2
3,0 3,0 0,0 0,0 2

-e
l!
'"Q

fl)

l!

2 0,0 0,0 0,0 3,0

200000000,0

80000000,0
I

'
0,002 0,002 0,002 I I I I 0,0 0,0 - 120,0 - 120,0 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001
0

(c)

O,Ol
0,01 0,01 I I I I

l
4
I I

o,ooi

0
0

(d)
(a)

j
cS

(b)
(c)

2 1 2 I

0,0 - 60,0 0,0 0,0

0,0 0,0 0,0 0,0

0,0 0,0 180,0 - l80,0

0,0 - 180,0 0,0 0;0 ,

Program Komputer untuk Struktur Rangka

309

Tabe/ 5-26
Hasil untuk Contoh Portal Ruang 1
STRUKTUR NO. 1 PORTAL AUANG JUMLAH SISTEM PEMBEBANAN ; 1 PARAMETER STRUKTURAL N,J NR NRJ M N 4 3 12 12 2 KOOROINAT TITIK KUMPUL y X TITIK 0 . 000 1 3. 000 2 6 . 000 3. 000 0 . 000 0. 000 3 4 9 . 000 0 . 000 IN FORMASI BATANG BA TANG JJ JK 2 1 1 1 2 3 4 3 2

200000000. 0

60000(i00. 0

z
0. 0. 0. 3. 000 000 000 000

AX
0. 010 0.010 0. 010

XI
0 . 002 0 . 002 0 . 002 JRS JR6 11
1 1

YI
0. 001 0 . 001 0 . 001
(l. (l.
(>.

ZI
001 001 001

IA
0 0 0

PENGEKANG TITIK KUMPUL TITIK JR 1 JR2 JR3 JR4 31 111


4 1 1

PEMBEBANAN NO. NLJ NU1


2 1

GAYA 01 TITIK KUMPUL TITIK AJ1 AJ2 120. 000 0. 000 1 2 0 . 000 -60. coo

AJ3 0 . 000 0 . 000

AJ4 0 . 000 0 . 000

AJS 0.000 (l . 000

AJ6 0 . 000 - 180. 000 AML6 N1L12 0 . 000 0 . 000

GAYA 01 UJUNG BATANG TERKEKANG AKIBAT BEBAN 1'\ML:J AML1 AML2 AML3 AHL4 qATANG t'.I'IL11 AML7 AMLB AHL9 AML10 JOC>. 000 0.000 -120. 000 0 . 000 0 . 000 100. 000 0 . 000 0 . 000 -120. 000 0 . 000

PERPINOAHAN TITIK KUMPUL OJ3 OJ4 OJS DJ6 OJ1 OJ2 TITIK 1-.8594E-03 . 5776E-04 . 5008E-02 . 2393E-02- . 1623E-02 . 6813E-03 2-. 117 6E-Q2 . 3253E-02 . 5256E-02 . 1288E-Q2 . 1 721~-02- . 7715E-03
3 . OOOOE+OO . OOOOE+OO . OOOOE+OO . OOOOE+OO .OOOOE+OO . OOOOE+OO 4 . OOOOE+OO . OOOOE+OO . OOOOE+OO . OOOOE+OO . OOOOE.+OO . OOOOE+OO

GAYA UJUNG BATANG AM1 BATANG AM7 105. 5 48 -38. - 105. 548 38. 2 -38. 509 14. 3 8 509 -14. 3 193. 623 9. -9. -183. 623 REAKSI TUMPUAN TITIK NH a -1 4 . 452 4 -105. :J48

AM2 AMB 509 509 452 452 192 192

-126. -113. -126. 126. 5. -5.

Al13 AM9 013 987 013 013 967 967

AM4 AM10 29. 464 -29. 464 86. 569 -86. 569 -21. 404 21. 404

AM5 1'.1111 ~J{> . 569 :'>0. 491 :J<IfJ. 575 29. 404 46. 703 77. 711
ARS

Af16 AM12 -67. 100 -163. 9:J4 - 23. 744 67. 100 - 32. 181 79. 946 AR6 -23. 744 37. 163

AA2
-38. 509
~.509

AR3 - 126. 013 -113. 987

AR4 -348. 575 -75.898

0.:. 569

-75. 808

310
y

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

~L

-- + ,. . --":
L

z -----

Cy----~+-----~~~~l~x
(o)

r
y
2

8 7 10

12 g_.., - - :;,..o.--

(b)

Gambar 5-10. Contoh portal ruang 2.

berisi infonnasi batang untuk batang 2 dan 3 masing-masing diikuti oleh satu garis untuk memasukkan koordinat titik p, Perhitungan gaya AML di ujung batang terkekang akibat beban (.empat kartu data terakhir) dalam soal ini perlu dijabarkan lebih lanjut. Gaya ujung AMLl untuk batang 1 dapat diperoleh dengan mudah karena beban P yang diberikan di tengah terletak pada bidang utama batang. Gambar 5-11 memperlihatkan semua gaya ujung untuk batang ini. Perhatikanlah, orientasi sumbu batang dalam gambar disebabkan oleh urutan rotasi (3 dan ''Y yang diperlihatkan pada Gambar 4-38 (lihat Pasal 4.22). Sebaliknya, be ban P yang. diberikan pada batang 3 tidak terletak pada bidang utama batang. Untuk menghitung gaya ujung AMLl bagi batang ini, komponen be ban P dalam arah sumbu batang harus ditentukan . Salah satu metode pemecahannya ialah dengan menggunakan teknik rotasi sumbu yang diberikan dalam Persamaan (4-57) pada Pasal 4 .15 . Jadi, (4-57) pengulangan Gambar 5-12 memperlihatkan sumbu batang untuk batang 3 dan beban P yang diberikan dalam arah y negatif. Matriks rotasi R untuk sumbu batang ini dapat diperoleh dari geometri dalam gambar atau dari Persamaan (4-93) pada Pasa1 4 .24 (dengan memakai

Program K omputer untuk Struktur Rangka

311

2'
2

'

,j1,5/(

i
1

~1
96"

I I
y

21("-.,

ZM

- batang 1 . Gambar 5-1 1. Gaya p engekang di uj ung

iOQL

27

:,. "/._,. I' '-<aoL


27
.,...,.

-' -....': :.:.-1'~- - - I

I __ .,_ _ __ ........ ........ - - - - - - t- '

fz~',

I -~~l
I

l
1
I
.......... ----

"

,.....1-.

r-~--=-----:-.,o-1' 1--"-------r--::~
- - t - - - j_ J. - - -;-

_:-__:-

1 _.._

~
I

lP@ I ' < '


I '
'

IIJ
I
L

I I

'

..

'__y--

Gambar 5-12. Sumbu b atang untuk b atang 3.

312
kourdinat titik p jika perlu). Matriks rotasi ini ada1ah:

Analisa Matrlks untuk Struktur Rangka

16 v'48t 36 R= - 5v'48t 3 5

12

9
(a)

- v'48t - v'48t 27 20 5v'48t - v'48t 4 0 5

Oleh karena beban luar P adalah 5 kip, vektor As menjadi:


Alt= {0, - 5, 0}

(b)
AM,

Substitusi persamaan (a) dan (b) ke. Persamaan (4-57) menghasilkan vektor berikut:

sebagai

Aw = {60, - 27, - 4.../481}/ v'48t = {2,736, - 1,23 1, - 4?000}

(c)

E1emen pada vektor ini adalah komponen beban luar dalam arah sumbu batang. Gaya ujung AML 3 akibat gaya ini (yang bekerja pada batang 3) dituliskan pada dua garis terakhir dalam Tabel 5-27. Bila data dalam Tabel 5-27 dianalisa dengan Program PR, hasil akhirnya adalah seperti y ang diperlihatkan da1am Tabel S-28 ~

Tabe/5-27
Data untuk Contoh Portal Ruang 2
Nilai N14meris

6
4

-.; ...
::s
~

Cll

a "'
...,
s::

3 1 2 3

18

128,,0 128,0
0~0

10000,0 96,0 192,0

n;o o,o

4000,0

4
(c) .

(d)

1 2 2 3 3 2 3 4
1 1 1

256,0 1 3 128,0 1 128,0 1 1 1 1 1 1 2

2
1

4
1

1 1

O,Q 0,9 0,0 0,0 64,0 9,0 64,0 9,0 0,0 96;0 64,{) 9,0 96,0 0,0 1 1 I 1 1 1 1 1 1
- 5,0 0,0
~.o

28,0 2.8.0 28,0

80,0 8(),0 80,0

.()

$ ' G)
ea t; Q
1:1:!

2,0 2,0

- 120,0 0,0 0,0 0,0 0,0

0,0
0~9

9,0

- 87,7!17 87,727

0,0 60,0 -60,0 27,0 - 27;0

Program Komputer untuk Struktur Rangka

313

Tabel5-28 Hasil Akhir untuk Contoh Portal Ruang 2


PERPINDAHAN TITIK KUMPUL TITIK O.J1 O,J2 O,J3 O.J4 O.JS D,J6

1 21 7 bE -03-. 4062E ....02- . 1 6 7 4E - 0 1- . 5202E-02 : 18'/0E. - 03- . 4495-02 ~ . OOOOE+OO . OOOOE+OC . OOOOE+OO . OOOOE+OO . 00001:+00 . OOOOE+OO 3 .OOOOE+OO .OOOOE+OO .OOOOE+OO . OOOOE+OO .OOOOE+OO . OOOOE+OO 4 OOOOE +OO . OOOOE+OO . OOOOE~OO . OOOOE+OO . 0000~+00 .OOCOE+OO
GAYA UJUNG BA TANG AM1 BATANG

AH2
A/18

2
3

AM7 3 . 594 -6. 594 4. 744 - 4 . 744


3.21 4

0. 3 0. -0 0.

-5 950
REAKSI TUMPUAN AR1 TITIK 2 -0. <tOb
3

176 822 485 485 1?8 1. 054

AM3 A/19 0 . 406 - 0 . 406 - o. 131 o. 131 1. 678 ;>, 3:;!2 AR3 7 . 01 4 1 . :!105 1. 480

AM4 AM10 6.073


-b .. 073

8 . 080 -6. 080 -2. 995 2 . 995

AMS r'.M11 <~2 . 492 16. 233 7 . 6 10 15 . 3'90 . ~; (> . 178 JOb . 594 ARS
11! . 5~9

AM6 AM12 -84.00 1 - 134. 638 27. 616 57. 444 -24. 964 -51. 865
AR6 - 9 .'343 -3. 624 -96. 434

3.699 - 3 . 293

AR2 -2. 982 2 . 610 5 . 372

AR4 - 134. 638 -e. 177 -63. 927

23.387 ... ,..,, 88~

5.12 Program Gabungan untuk Struktur Rangka. Walaupun tujuan utama dalam bab ini ialah menyajikan program terpisah untuk setiap jenis. struktur, kita juga bisa menggabungkannya menjadi program yang lebih besar untuk menganalisa semua jenis struktur rangka. Tujuan kedua ini dapat dipenuhi dengan memakai subprogram yang. telah dibahas untuk berbagaijenis struktur. Bagan Alir 5-7 memperlihatkan program utama (yang disebut SR) untuk meng analisa semua jenis struktur rangka. Pada dasarnya program utama ini sama seperti program utama BM , RBB, PB, dan seterusnya, untuk analisa balok menerus, rangka batang bidang, portal bidang, dan seterusnya. Namun, program pada kasus ini harus memiliki pencabangan ke jenis struktur yang ditinjau. Untuk itu, kelima subprogram yang dinamakan SDATA, STIFF, LDATA, LOADS, dan RESUL dituJiskan sebagai rutin (routine) bercabang enam yang memanggil subprogram lain untuk melakukan per hitungan sesungguhnya. Sebagai contoh, subprogram SDATA bercabang seperti yang diperlihatkan pada Bagan Alir 5-8 serta memakai subprogram SDATAl untuk membaca dan mencetak data struktural bagi balok menerus. Sedangkan subprogram SDATA 2 digunakan untuk membaca dan mencetak data struktural untuk rangka batang bidang, dan seterusnya. Kerangka untuk empat subprogram bercabang lainnya sama seperti untuk SDATA dan tidak ditunjukkan di sini. Alternatifnya, program utama BM, RBB, PB, dan seterusnya untuk setiap jenis struktur bisa dikonversi ke subprogram yang digunakan oleh program utama SR yang baru. Penataan ini hanya membutuhkan satu rutin bercabang enam dalam program utama untuk membedakan satu jenis struktur rangka dengan lainnya. Bagan Alir 5-9 memperlihatkan alternatif program utama tersebut. Walaupun program gabungan ini lebih luwes, tetapi tida.K terlalu sesuai untuk komputer kecil dengan penyimpanan inti yang terbatas. Program komputernya memerlukan ruang penyimpanan yang semestinya dapat dipakai oleh data untuk. masalah dengan banyak derajat kebebasan. Selain itu, deklarasi COMMON yang dirancang untuk jenis struktur yang paling rum it (portal ruang) harus digunakan dalam program ~;~tama SR dan semua subprogram struktural tanpa memandang jenis struktur yang terlibat. Walaupun adanya kelemahan ini, pembaca mungkin hendak membuat program gabungan setelah menuliskan semua subprogram yang diperlukan bagi berbagai jenis struktur rangka.

314

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Bagan Alir 5-7


Program Utama SR untuk Strulttur Rangb

Cauztan
Baca nomor struktur ISN, jenis struktur ITS, dan jumlah sistem pembebanan NLS. Gunakan subprogram SDATA untuk pencabangan ke SDATAl, SDATA2, ... , SDATA6. Gunakan subprogram STIFF untuk pencabanpn ke STIFF I , STIF2, .. , STIFF6.

I
I
I

Faktorisasikan jalur atas matriks kekakuan SFF yang disimpan sebagai a"ay segi empat berukuran N X NB. Jika SFF tidak positif tertentu, pergi ke 103. Inisialisasi nomor pembel>anan LN dengan not. Tambah nomor pembebanan dengan satu untuk setiap sistem pembebanan yang baru. Gunakan subprogram LUATA untuk pencabanpn ke LDATAl, LDATA2, ... , LDATA6. Gunakan subprogram LOADS untuk pencabangan ke LOADS I, LOADS2, ... , LOADS6. Selesaikan untuk perpindahan titlk kumpul bebas OF dengan menggunakan matriks kekakuan SFF yang telah difaktorisasi dan N elemen pertama pada vektor AC. Gunakan subprogram RESUL untuk RESULl , RESUL2, ... , RESUL6 . percabangan ke

I t
I

I
I I I I I I f I I
I I L
999
STOP
END

Jika NLS lebih besar dari LN, pergi ke 102 dan proses himpunan beban lainnya. Jika tidak, pergi ke 101 dan proses struktur lainnya.

Hentikan perhltungan dan cetak pesan bila matriks SFF .tidak positif tertentu.

Program Komputet untuk Struktur Rangka

316

Bagan Alir 5-8


Subprognm SDATA untuk Program SR

Catatan
Jika ITS = 1, gunakan subprogram SDAT Al untuk l;Jalok menerus.

Ji.ka ITS 2, gunakan subprogram SDATA2 untuk rap.gka batang bidang.

Jika ITS = 3,. gunakan subprogram SDATA3 untuk portal bidang.

Jika ITS 4, gunakan subprogram SDATA4 un.tuk balok silang.

Jika ITS S, gunakan subprogram SDATAS untuk rangka batJlng ruang.

Jika ITS = 6, gunakan subprogram SDATA6 untuk portal ruang.

RETURN END

316

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Bagan Alir 5-9 Altematif Program U~a SR untult Stntktur Rangka

Catatan
Baca
dat~

kontroL

l
I

Jika ITS 1, gunakan subprogram BM untuk balok menerus. Jik S FF tidak posit if tertentu, pergi ke 202 .

-r
j
I

I
Sama, tetapi untuk rangka batang bidang.

I I
Sama, tetapi untuk portal bidang.

I
I

4
I
I

Sama, tetapi untuk balok s llang.

I I

Sama, tetapi untuk ran&ka batang ruang.

-T

Sama, tetapi untuk portal ruang.

I
Pergi ke 201 dan proses struktur lainnya.

~
202

_ _ _ _ _j

I I

Hentikan perhitungan dan cetak pesari b ila matriks SFF tidak positif tertentu.

999

STOP
END

BAB

ENAM
TOPIK KHUSUS UNTUK METODE KEKAKUAN

6.1 Pendahuluan. Program komputer yang disajikan dalam bab sebelumnya berlaku bagi struktur rangka elastis linear dengan konftgurasi sembarang tetapi terdiri dari batang-batang prismatis dengan satu jenis bahan. Struktur dianggap mengalami perpindahan yang kecil hila dibebani, dan prinsip superposisi digunakan dalam seluruh untuk program harus berupa aksi analisanya. Selain itu, data beban masukan (input) _ di titik kumpul dan gayajepit ujung akibat beban pad'~ b atang. Banyak perluasan dan alternatif yang bermanfaat bisa dilakukan, beberapa di antaranya dibahas secara ringkas dalam bab ini. Materi ini merupakan pelengkap bagi materi utama dalam bab-bab sebelumnya dan hanya dibahas sekilas tanpa penjabaran yang terperinci. Tujuannya ialah menyajikan topik tambahan bagi pembaca yang berminat mengembangkan dan membuat programnya. Dalam analisa komputer biasanya terdapat lebih dari satu metode untuk memperoleh hasil yang dikehendaki. Sebagai ilustrasi, marilah kita tinjau struktur yang terdiri dari batang-batang dengan bahan yang berlainan. Struktur seperti ini dapat dianalisa dengan program dalam buku ini jika sifat penampang lintang batang diubah dahulu sedemikian rupa, hingga diperoleh struktur dengan satu jenis bahan yang ekivalen.

Pendekatan lain ialah dengan memasukkan modulus elastis setiap batang sebagai data
masukan. Metode terakhir Jebih tepat, tetapi memerlukan program yang baru dan lebih banyak data. Sebaliknya, metode pertama dapat dipakai oleh seorang analis untuk mempetluas ruang lingkup program yang ada dengan hanya memanipulasi data masukan. Dua topik pertama dalam bab ini (Pasal 6.2 dan 6.3) adalah spesialisasi geometris struktur rangka persegi dan simetris. Dalam pasal selanjutnya (6.4 sampai 6.6) dibahas perihal beban yang tidak dicakup oleh program dalam bab sebelumnya. Beberapa topik mengenai kondisi tumpuan juga dibahas (Pasal 6.7 sampai 6.9). Termasuk dalam to!Jik ini adalah perpindahan tumpuan, tumpuan miring, dan tumpuan elastis. Sedangkan pasallainnya berisi pembahasan tentang karakteristik batang yang mengubah kekakuan dan gaya jepit ujung batang. Termasuk dalam kategori ini adalah batang tak prismatis, diskontinuitas batang, sambungan elastis, deformasi geser, sambungan bergeser (offset connection), dan interaksi aksiallentur. 6.2 Kerangka Persegi. Banyak struktur rangka memiliki geometri yang memung, kinkan penyederhanaan -dalam analisanya. Misalnya, balok menerus terdiri dari batangbatang kolinear (collinear), dan sifat ini bisa dimanfaatkan dalam analisa strulrtur ter-

318

Analisa Matriks untuk Strulctur Rangka

sebut. Juga, struktur bid~g dan ruang dengan kerangka persegi (rectangular framing) lebih mudah dianalisa dari pad a struktur dengan geometri bukan persegi. Koordinat titik kumpul, orientasi batang, dan be ban bisa ditentukan dengan data masukan yang sedikit serta transformasi rotasi sumbu tidak diperlukan. Program dalam buku ini tentunya mencakup struktur berkerangka persegi, tetapi perhltungannya .tidak efisien. Program khusus harus dipakai bagi analisa struktur dengan geometri khusus untuk memanfaatkan penyederhanaan yang bisa dilakukan pada masalah seperti ini. Gambar 6-l sampai 6-3 memperlihatkan contoh ~truktur dengan kerangka persegi (portal bidang, balok silang, dan portal ruang). Setiap batang pada struktur jenis ini memiliki sumbu sejajar salah satu sumbu koordinat untuk struktur. Oleh karena itu, sw:nbu
1-

23-

2/
45-

fJ

s7-

I)

'

.,

-~

)-.
IYM

em""

m""

m~

.17;77

m""

(a)

' YM

1t
z/1

0
(b)

3t /k 4

2/
XM

. +~5
0

rM /

(c)
Gambar 6-1. Portal bidang persegi: (a) struktur, (b) batang sejajar sumbu x, (c) batang sejajar sumbu

y.

Topik Khusus untuk Metode Kekakuan

319

batang selalu harus diambil sejajar sumbu struktur, dan matriks kekakuan batang harus diturunkan dalam bentuk yang memungkinkan suku-sukunya ditransfer langsung ke matriks kekakuan titik Qoint stiffness) tanpa rotasi sumbu. Misalnya, batang mendatar dan vertikal pada portal bidang persegi (lihat Gambar 6-lb dan 6-lc) memiliki sumbu batang xM, YM dan zM yang sejajar sumbu struktur x, y, dan z. Sumbu ini juga ditunjukkan untuk batang tipikal balok silang persegi (lihat Gambar 6-2b dan 6-2c) dan portal ruang persegi (lihat Gambar 6-3b, 6-3c, dan 6-3d). Sumbu-sumbu utama batang portal ruang persegi umumnya sejajar sumbu-sumbu struktur. Bila hal ini tidak terjadi, transformasi rotasi tunggal diperlukan untuk setiap batang. Rangka persegi biasanya dijumpai pada gedung bertingkat banyak,* di mana perpindahan mendatar diafragma lantai dan atap merupakan hal yang penting. Gambar 6-3a menunjukkan diafragma (atau laminae) untuk contoh gedung bertingkat tiga yang diperlakukan sebagai portal ruang. Setiap diafragma dianggap memiliki.ketegaran yang tak berhingga dalam bidangnya, tetapi tidak mempunyai ketegaran tegaklurus bidangnya. Konsekuensinya, titik kumpul di suatu lantai berpindah mengikqti gerak benda tegar (rigid body motion) diafragma di lantai tersebut. Pergerakan ini terdiri dari translasi x dan y, serta rotasi z yang ditunjukkan oleh tanda panah bernomor di sembarang titik referensi P1> p 2 , dan p 3 pada diafragma dalam Gambar 6-3a. Di setiap titik kumpul hanya ad a tiga perpindahan independen, yaitu rotasi x dan y serta translasi z. Perpindahan ini ditunjukkan dengan tanda panah bernomor di titik kumpul tipikal j pada sisi

(o)

(b)

(cl

Gambar 6-2. Balok silang persegi: (a) struktur, (b) batang sejajar sumbU x, (cl batang sejajar sumbu y.

*Lihat "Three Dimensional Analysis of Tier Buildings", oleh W. Weaver, Jr. dan M.F. Nelson, Jour. Struct. Div. , Proc. ASCE, Vol. 92, No. ST6,Proc. Paper 5019, Des.l966, ha!. 385-404.

320

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

kanan Gambar 6-3a. Dengan demikian, translasi titik kumpul yang independen sama seperti pada balok silang Oihat juga Gambar 6-2a). Jika n; adalah jumlah titik kumpul di suatu tingkat, maka jumlah perpindahan independen untuk tingkat tersebut akibat adanya diafragma ialah 3n1 + 3 (bukan 6n;). Juga, jika regangan aksial pada batang mendatar portal bidang gedung dalam Gambar 6-la diabaikan, maka secara tersirat balok dianggap tegar tak-berhingga dalam arah aksialnya. Konsekuensinya, semua titik di suatu tingkat memiliki translasi yang sama besar dalam arah x, yaitu setiap balok mendatar pada Gambar 6-la boleh dipandang sebagai padanan berdimensi satu dari diafragma (dua dimensi) pada Gambar 6-3a. Jadi, di setiap tingkat hanya ada satu translasi independen dalam arah x, seperti yang di:

(a)

(b)

0
6t

s/ k~----x
4 10
M

,,/

/YIII

t2f
(c) (d)

Gambar 6-3. Portal ruang persegi: (a) struktur, (b), (c), dan (d) masing-masing batang sejajar sumbu x, y, dan z.

. Topik Khusus untuk Metode Kekakuan

321

tunjukkan oleh tanda panah bemomor di sisi kiri Gambar 6-la. Selain itu, di setiap titik kumpul terdapat dua perpindahan independen yang ditunjukkan sebagai translasi y dan rotasi ~ di titik kumpul j. Perpindahan titik kumpul ini sama seperti untuk balok sehingga matriks kekakuan batang mendatar yang perlu diturunkan berordo 4 x 4 sesuai dengan jumlah vektor perpindahan pada Gambar 6-lb. Sebaliknya, matriks kekakuan batang vertikal (kolom) pada Gambar 6-lc berordo 6 x 6 karena semua sukunya berhingga. Perhatikanlah, indeks perpindahan di ujung batang diberi nomor dalatn urutan yang mendahulukan perpindahan titik kumpul independen sebelum perpindahan lantai serta dimulai dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan pada struktur. Urutan penomoran yang serupa juga ditunjukkan di ujung batang pada Gambar 6-3b, c, dan d untuk portal ruang. Pengabaian regangan aksial pada kolom portal gedung mencegah translasi vertikal di setiap titik kumpul (dengan menganggap garis kolom menerus). Hal ini bisa dimanfaatkan untuk mengurangi jumlah derajat kebebasan, sehingga analisanya bisa lebih disederhanakan. Akan tetapi, regangan aksial pada kolom dapat merup;U<an faktor yang besar pengaruhnya dalam analisa bangunan tinggi, dan pengabaiannya bisa mengakibatkan kesalahan yang fatal. 6.3 Struktur Simetris. Bila suatu struktur simetris terhadap sa tu bidang ata\,llebih, masalahnya bisa direduksi ke struktur yang merupakan fraksi dari ukurannya semula. Hal ini berlaku walaupun pola pembebanannya tidak simetris, karena sembarang pembebanan tak simetris dapat diuraikan menjadi pembebanan simetris dan tak simetris. Reduksi ini dapat dilakukan dengan memasukkan data hanya untuk sua tu bagian struktur dan memberikan pengekang buatan (artificial restraint) di titik kumpul yang terletak pada bidang sirnetri. Selain itu , sifat batang yang terletak pada bidang simetri harus diubah. Perubahan ini dirnasukkan dalam data struktural dan tidak memerlukan program tarnbahan. Jika terdapat satu bidang simetri (seperti pada balok silang dalam Gambar 6-la), maka hanya setengah bagian struktur perlu dianalisa. Jika dua bidang simetri yang ada (seperti pada balok silang dalam Gambar 6-2a) maka hanya seperempat bagian yang perlu dianalisa dan seterusnya. Jika pembebanan simetris terhadap bidang simetri struktur, maka deformasi, reaksi, dan gaya batang juga akan sirnetris terhadap bidang tersebut. Oleh karena itu, titik kumpul pada bidang sirnetri harus dikekang sedemikian rupa hingga deformasi struktur simetris terhadap bidang ini. Gambar 6-4a rriemperlihatkan titik kumpul tipikal k yang terletak pada bidang sirnetri tegaklurus sumbu x. Beban pada struktur dianggap sirnetris terhadap bidang tersebut. Dari enam perpindahan yang mungkin, tiga di antaranya harus dikekang untuk menghasilkan pola distorsi yang sirnetris. Tiga perpindahan ini adalah translasi x (kl) serta rotasi y dan z (k5 dan k6) di titik kumpul k. Pengekangan ditunjukkan 'dertgan memberikan garis miring pada vektornya. Perpindahan lain di titik k dibiarkan teljadi secara bebas, sehingga reaksi yang selaras (correspond) dengan per: pindahan bebas ini nol. Tentunya, jika orientasi bidang simetri terhadap sumbu referensi berlainan, perpindahan yang dikekang juga akan berbeda. Secara umum, komponen translasi titik kumpul tegaklurus bidang dan komponen rotasi sebidang harus dicegah. J ika pembebanan bersifat antisirnetris terhadap bidang simetri struktur, deformasi, reaksi, dan gay a batang juga akan antisirnetris terhadap bidang terse but. Oleh karena itu, titik kumpul pada bidang sirnetri harus berpindah secara antisirnetris. Untuk itu, titik kumpul k pada Gambar 6-4b dikekang terhadap translasi (k2 dan k3) dalam bidang simetri dan rotasi (k4) tegaklurus bidang tersebut. Perpindahan lain di titik kumpul dibiarkan terjadi secara bebas, dan reaksi yang selarasnya akan sama dengan nol. Sistem pengekangam ini membuat pola distorsi menjadi antisimetris.

322
,..-"'
y

Analisa Matrlk:s un tuk Struktur Ranaka

.,......,
,..-"' ,..""' ~~ t
I I I ~ Bidang
sl metri

J-~

( I
I 1
I

nt I ../ -1 /U )
kl .t4
""'

.t6

I I

[..../

""',..

""'""'

(a)

J-~

Gamber 6-4. Pengekang t itik kumpu l pada bidang simetri: (a) pembebanan simetris (b) pembebanan
antisimetris.

Untuk memecah struktur menjadi dua bagian yang sama, ketegaran batang yang terletak pada bidang simetri harus d ibagi dua. Bila suatu batang terletak pada dua bidang simetri, ketegarannya harus dibagi empat, dan setersunya. Jika suatu batang tegaklurus bidang simetri terpenggal menjadi dua, satu titik kumpul baru diberikan di tengah bentangnya dan dikekang dengan cara yang dijabarkan di atas. Sebagru contoh, tinjaulah portal bidang pada Gambar 6-Sa, yang simetris terhadap bidang y -z. Gaya luar P tidak simetris dan dapat diuraikan menjadi pola simetris dan antisimetris (masing-masing pada Gambar 6-Sb dan 6-Se). Analisa untuk pola simetris bisa dilakukan pada setengah bagian kiri (Gambar 6-Sc) atau setengah bagian kanan struktur (Gambar 6-Sd). Himpunan sumbu struktur sebelah kiri x, y, dan z berkaitan dengan kasus pertama, dan himpunan sumbu sebelah kanan x, y, dan z berkaitan dengan kasus terakhir. Karena pemakaian sumbu sebelah kanan selalu lebih disukai, kasus terakhir merupakan pilihan yang terbaik. Pengekang buatan di titik C meniadakan translasi dalam arah x (tegaklurus sumbu simetri) dan rotasi dalam arah z (pada bidang simetri). Namun , di C tidak ada pengekang translasi dalam arah y (pada bidang simetri). Oleh karena itu, reaksi yang selaras dalam arah y di titik C akan sama dengan not dalam analisa simetris. Analisa untuk pola pembebanan antisirnetris (Gambar 6-Se) juga dapat dilakukan pada setengah bagian struktur, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6-Sf dan 6-Sg. Kembali setengah bagian kanan lebih disukai karena orientasi sumbu struktur. Pad a kasus ini, kondisi pengekang di titik C membolehkan translasi x dan rotasi z terjadi, tetapi tidak mengizinkan translasi y . Jadi, gaya reaksi yang selaras dalam arah x dan monten dalam arah z di titik C akan nol dalam analisa antisimetris. Penyelesaian untuk setengah bagian kanan dari struktur semula diperoleh dengan menjumlahkan hasil analisa antisimetris dan hasil analisa simetris. Sebaliknya, penyele-

Topik Khusus untuk Metode Kekakuan

323

(a)

E
(b)

A
(c)
(d)

(e)

(f)

( g)

Gambar 6 5. Contoh portal bidang simetris.

sian total untuk setengah bagian kiri struktur diperoleh denga.n mengurangi hasil antisimetris dari hasil simetris (untuk setengah bagian kanan). 6.4 Beban An tar a Titik Kumpul. Dalam Bab 4 da.n 5, pengaruh be ban yang bekerja pada bata.ng diperlakukan secara tak langsung dengan menggunakan gaya jepit ujung akibat beban tersebut. Program komputer dalam Bab 5 bisa juga diperluas untuk menerima beban batang secara langsung sebagai data masukan. Beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk itu dibahas berikut ini. Dari penjabaran sebelumnya mengenai sumbu arah batang dan arah struktur, jelas bahwa beban yang bekerja pada batang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen yang sejajar salah satu himpunan sumbu. Umumnya, penguraian beban batang menjadi komponen sejajar sumbu batang (xM, YM, dan ZM) lebih disukai. Beban pada balok dan struktur balok silang biasanya sejajar dengan sumbu batang tetapi orientasi beban pada portal bidang dan ruang bisa sangat umum. Oleh karena itu, kita perlu menguraikan

324

Analisa Matriks untuk Struktur

Ra.,~tka

beban ke komponen sejajar sumbu batang,.seperti yang ditunjuk.kan untuk batang portal ruang dalam Contoh 2, Pasal 5.11. Umumnya beban batang pada rangka batang dinyatakan terhadap sumbu arah struktur, dan beban ini lebih mudah ditangani dalam bentuk tersebut dari pada diuraikan ke komponen sejajar sumbu batang. Alasannya ialah gaya sendi ujung (pinned-end action) pada struktur rangka batang terkekang mudah dihitung tanpa memandang orientasi batang (lihat Tabel B-5, Lampiran B). Pada kasus seperti ini, negatif dari gay a sendi ujung diambil sebagai beba.tl titik kumpul ekivalen yang bekelja "dalam arah sumbu struktur, dan analisa selanjutnya dilakukan seperti biasa. Kelemahan pendekatan ini ialah gaya ujung batang akhir tidak menyertakan gaya sendi ujung awal AML yang searah sumbu batang. Jadi, gaya tijung batang AM yang dihitung hanyalah gaya aksial batang akibat beban titik kumpul ekivalen. Batasan ini tidak merupakan kerugian yang serius dalam analisa rangka batang, karena yang terpenting baginya adalah pengaruh beban (sebenarnya atau ekivalen) di titi.k. kumpul. Sekarang tinjaulah kembali struktur yang beban batangnya telah diuraikan ke komponen sejajar sumbu batang. Penyertaan beban batang secara langsung pada analisa metode kekakuan akan lebih mudah ji.k.a beban diberi.k.an dalam bentuk terpisah (discrete), yaitu sebagai gaya terpusat dan momen. Sembarang beban tersebar juga dapat disertakan dengan mengintegrasi rum us untuk AML akibat gaya terpusat. Ji.k.a pendekatan ini dii.k.uti, maka hanya ada sejumlah beba11 terpusat yang mungkin di suatu titik pada batang. Misalnya, di titik J2 pada balok bisa terdapat gaya terpusat AQ 1 dalam arah YM .dan momen AQ2 dalam arah ~M seperti pada Gambar -6-6a. Setiap beban ini menimbulkan empat jenis gaya jepit ujung yang ditunjukkan dalam gambar. Demi.k.ian juga di suatu titik pada batang rangka batang bidang hanya ada tiga beban terpusat yang mungkin (lihat Gambar 6-6b) dan empat gaya sendi ujung. Kategori batang yang paling umum (batang portal ruang) diperlihatkan pada Gambar 6-6c. Di sua tu titi.k. pad a batang seperti ini bisa terdapat enam komponen be ban yang menimbulkan dua betas jenis gaya jepit ujung, seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Ji.k.a beban pada batang hanya terdiri dari gaya terpusat dan momen seperti disebutkan di atas, beberapa metode dapat digunakan untuk menyertakannya Jangsung dalam analisa struktur. Pendekatan yang p~g sederhana ialah dengan menganggap setiap titi.k. pembebanan pada batang sebagai titik kumpul, sehingga struktur hanya memi.k.ul beban titik kHmpul. Metode ini sesuai untuk struktur dengan sambungan tegar, tetapi tidak dapat diterapkan dengan mudah pada rangka batang; selain itu, be ban harus dinyatakan dalam arah struktur. Kerugian utama dari metode ini ialahjurnlah titik kumpul struktur menjadi sangat banyak blla banyak batang yang dibebani. Metorle kedua ialah menganalisa setiap batang yang dibebani sebagai struktur tersendiri dengan metode kekakuan, dan hasil subanalisa ini kemudian dimasukkan dalam analisa struktur keseluruhan. Misalnya, balok terkekang pada Gambar 6-6a bisa dianalisa sebagai struktur yang terdiri dari dua batang dengan panjang a dan b, serta memiliki dua derajat kebebasan di titik tangkap beban. Gaya jepit ujung AML untuk batang i adalah reaksi yang diperoleh dalam subanalisa balok yang dianggap terdiri dari dua batang. Prosedur ini dapat dibuat umum untuk sembarang jenis struktur rangka dan sembarangjumlah titik beban pada batang. Pendekatan ketiga pada masalah ini melibatkan pemakaian matri.k.s transfer untuk gaya jepit ujung akibat beban satuan pada batang. Hubungan antara gaya ujung dan beban di sua tu titik pada batang bisa dituliskan sebagai {6-1) Dalam Persamaan (6-1), AJli adalah vektor kolom dari b_ P.ban terpusat yang mungkin

Topik Khpsus untuk Metode Kekakuan

326

(a l

(b) .

( cl

Gambar 6-6. Beban terpusat pada batang: (a) batang balok, (b) batan_g rangka batang bidang, dan (cl

batang portal ruang.

terdapat di suatu titik . pada batang i. Misalnya, balok pada Garnbar 6-6a memikul beban terpusat A, 1 dan AQ 2 di sembarang titik . pada batang. Jadi, untuk struktur ini:

Ali

= {Att. A12}

(62)

Matriks AMLi dalarn Persamaan (6-1) terdiri dari vektor kolom gayajepit ujung akibat beban A,;. Untuk balok, vektor ini adalah (lihat Gambar 6-6a): (6-3)
M~triks TMLi

adalah matriks transfer untuk gaya AMLi di ujung batang terkekang i

akibat satu satuan aksi M.i Elernen rnatriks transfer bisa diperoleh dari rurnus dalarn Tabel B-1 (Larnpiran B) dan matriks transfer untuk balok akan berupa array 4 X 2
(dengan menghilangkan subskrip i):

- - (3a + b )

b2

6ab La

TML

ab 2 V a2
- [3(a

b - (2a - b)

(6-4)

+ 3b)

6ab

L3

a b

L2

U (2b- a)

326

Analisa Matriks untuk Sttuktur Rangka

Vektor gaya ujung batang AML untuk batang yang dibebani di sejurnlah titik dapat dihitung dengan menerapkan Persamaan (64) pada setiap titik ini, dan hasilnya kemudian dijumlahkan. Juga, rurnus untuk gaya jepit ujung AML akibat gaya tersebar dapat diturunkan dari suku-suku pada kolom pertama (TMu) TML lni dilakukan dengan mengganti a dan b dengan x dan L - x, serta mengintegrasi basil kali TMLI dan fungsi beban tersebar f(x) sepanjang daerah yang dibebani. Jadi,
AM L

JT Muf(x) dx

(6-5)

Alternatifnya, rumus ini dapat diambil dari Tabel B-1, Lampiran B. Matriks transfer yang serupa dengan Persamaan (64) dapat diturunkan untuk semua jenis struktur rangka. Untuk batang rangka batang bidang yang memikul beban seperti ditunjukkan pada Gambar 6-6b, matriks transfer TML untuk gaya sendi ujung berordo 4 x 3

b L

0
b L

0
l

0
TML

a L

(6-6)

0
a L

-L

Demikian juga matriks transfer untuk jenis struktur rangka lainnya dapat diturunkan dengan mudah. Matriks transfer ini bisa dimasukkan dalarn program komputer untuk menghitung secara otomatis gaya AML di ujung batang terkekang akibat beban di 1 sejumlah titik tertentu. Setelah ini dilakukan, perhitungan beban titik kumpul ekivalen dan bagian analisa lainnya dilanjutkan seperti biasa.

6.5 ADalisa Beban Mati Seeara Otomatis. Oleh karena struktur harus memikul beratnya sendiri, analisa beban mati merupakan hal penting bagi ahli struktur.. Tentunya, program dalam buku ini akan menghasilkan analisa be ban mati jika gaya jepit ujung akibat berat batang dimasukkan sebagai data. Data beban ini menjadi sangat banyak untuk struktur dengan banyak batang, sehingga diperlukan pendekatan yang lebih sederhana. Program tersebut dapat diubah dengan mudah untuk melakukari analisa beban mati secara otomatis pada sembarang jenis struktur rangka. Selain itu, berat struktur bisa ditangani secara terpisah atau digabungkan dengan sistem pembebanan lain. Jika luas penampang lintang batang dan satuan berat bahan disertakan dalam data masukan, maka berat setiap batang bisa dihitung oleh komputer. Perhltungan ini sangat mudah terutama bagi batang prismatis. Gaya jepit ujung AML kemudian dihitung dengan rumus yang ditentukan sebelumnya. Misalnya, gaya di ujtmg batang prismati~ pada portal bidang (lihat Gambar 6-7) akibat berat sendiri w (per satuan panjang) ialah
AMLI

=T

wL wL

Cy

AML4

= -Cy
2
=

wL wL

AML2

= 2Cx
wL 2 = --Cx
12

AMLs

T Cx

(6-7)

AML3

A ,,,L6

= - "l'Zc.~

wL 2

Topik Khusus untuk Metod e Kekakuan

327

)-x
Gambar 6 -7. Beban mat_i pada batang prismatis suatu portal bidang.

Persamaan y ang serupa dengan Persamaan (6-7) bisa diprogram untuk setiap jenis struktur rangka. Setelah suku-suku ini diperoleh dan dimasukkan ke matriks.AML perhitungan beban titik kumpul ekivalen dan bagian analisa lainnya dilanjutkan seperti biasa. Beban hidup merata pada batang juga dapat diperlakukan dengan cara yang sama seperti untuk beban mati. Untuk itu, bentuk lain dari data masukan diperlukan bagi beban pada batang. Setiap kartu data harus menunjukkan nomor batang, arah beban, intensitas beban, dan nomor kode yang menunjukkan intensitas untuk satuan panjang sumbu batang atau untuk satuan panjang proyeksinya pada bidang referensi. Rumus untuk gaya jepit ujung akibat jenis pembebanan pertama sama dengart rumus untuk perhitungan beban mati. Sedang gaya jepit ujung untuk beban jenis kedua juga mudah ditentukan. Misalnya, jika pembebanan pada Ga.rnbar 6-7 ditentukan berintensitas w per .~atuan panj ang sumbu x, gaya jepit ujung dihitung h anya dengan mengalikan rumus clalam Persamaan (6-7) dengan kosinus arah (direction cosine) batang Cx. 6.6 Perubahan Suhu dan Praregang. Pengaruh perubahan suhu dan praregang (prestrain) pada penyelesaian manual telah dibahas dalam Bab 2 dan 3. Pengaruh ini bisa disertakan dalam analisa yang berorientasi pada komputer dengan memperlakukannya secara sama seperti untuk beban pada batang dalam Bab 4 (Pasal 4.5), yaitu dengan mengubahnya m enjadi beban titik kumpul ekivalen. Baik pengaruh perubahan suhu maupun praregang akan menimbulkan gaya jepit ujung pada batang struktur terkekang. Rumus gaya jepit ujung untuk keadaan ini diberikan dalam Tabel B-2 dan B-3, Lampiran B. Gaya ujung ini bisa diperlakukan secara sama seperti gaya akibat beban pada batang; dengan kata lain, gaya-gaya tersebut dapat dimasukkan ke matriks AMT dan AMP yang analog dengan memasukkan gaya jepit ujung akibat beban ke matriks AML Jumlah ketiga pengaruh kemudian digabungkan menjadi m atriks tunggal AMc Tentunya, dalam program komputer lebih mudah meletakkan semua suku langsung ke matriks AMc tanpa perlu membentuk matriks AML AMT dan AMP secara terpisah. Setelah langkah d i atas selesai, gaya jepit ujung pada matriks AMc diubah ke be ban titik kumpul ekivalen, dan analisa selanjutnya sama seperti yang dibahas dalam Bab 4 dan 5. Semua perpindahan titik kumpul bebas DF, reaksi AR, dan gaya ujung batang AM dihitung dengan cara yang sama seperti untuk kasus hanya beban.

328

Analisa Mat riks untuk Struk tur Rana;k a

6.7 Perpindahan Tumpuan. Perpindahan tumpuan adalah translasi atau rotasi pengekang tumpuan yang diketahui. Dua metode yang berlainan akan dibahas untuk monyertakan pengaruh perpindahan tumpuan dalam analisa metode kekakuan. Pendekatan pertama memerlukan perhitungan gaya di ujung batang pada struktur terkekang akibat perpindahan tumpuan. (Teknik ini telah digunakan dalam Bab 3 untuk perpindahan tumpuan dan dibahas pada Pasal 6.6 untuk pengaruh suhu dan praregang-.) Gaya jepit ujung ini kemudiandimasukkan ke matriks AMR (atau_ AMc) dan diperlakukan secara sama seperti gaya akibat beban. Konversi besaran i.rU ke beban titik kumpul ekivalen dan analisa selanjutnya sama dengan yang dijabarkan dalam Bab 4. Keuntungan dari perlakuan perpindahan tumpuan langsung pada b.atang ialah analisanya dapat dibuat dalarn format yang sarna sepertl untuk pengaruh sekunder lainnya. Pendekatan kedua melibatkan pembentukan matriks kekakuan keselurullan SJ yang terdapat dalam Persamaan (3-31), Bab 3. Persamaan ini ialah (3-31) Bila diekspansi, bentuknya adalah
[
ulang~

~:

] = [

~:; ~:: ~:
] [

u~~~!~~
(3-34a)
utanaan

Dengan menuliskan Persamaan (3-33) sebagai dua persamaan matriks, kita peroleh

dan

(3-34b)
ulangan

Persamaan (3-34a) bisa diselesaikan (secara simbolis) untuk perpindahan titik kumpul bebas: (3-35)
ulanaan

Dalam persarnaan ini jelas terlihat bahwa suku kedua dalam kurung menyatakan beban titik )<umpul ekivalen yang selaras dengan DF akibat perpindahan tumpuan DR. Sedangkan, suku terakhir dalarn Persamaan (3-34b) mef\lpakan pengaruh perpindahan tumpuan pada reaksi tumpuan. Kedua metode di atas untuk menghitung pengaruh perpindahan tumpuan bisa disertakan dalam program komputer. Namun, gaya ujung batang dalam setiap pendekatan dihitung dengan cara yang berbeda. Pada metode pertama, gaya ujung batang AMR merupakan pengaruh perpindahan tumpuan. Oleh karena itu, suku penambah (augmenting tenn) AMo {lihat Persamaan 5-Sb) hanya terdiri dari pengaruh perpindahan titik kumpul bebas. Pada metode kedua gaya ujung batang awal sama dengan no!, secta pengaruh perpindahan bebas dan perpindahan tumpuan harus disertakan sebagai suku penambah. 6.8 Tumpuan Mirlng. Kode daftar pengekang yang dipakai dalarn program komputer (Bab 5) hanya menunjukkan ada atau tidak adanya pengekangan dalam arah sejajar sumbu struktur x, y, dan z. Misalnya, tumpuan rol yang sejajar salah satu sumbu struktur dapat diperhitungkan. Namun, kode ini tidak mencakup tumpuan rol miring seperti pada Gambar 6-8a untuk rangka batang bidang dan Gambar 6-Sc untuk portal bidang. Beberapa metode dapat digunakan untuk menyertakan kondisi twnpuan seperti i.rU dalam a.n.alisa metode kekakuan. Salah satu pendekatan yang mungkin ialah memiltar sumbu struktur hingga bidang referensi sejajar atau tegaklurus bidang mi-

"Topik Khusus untuk Metode Kekakuan

329

)-.
I

(o)

(b)

~
Y
In

)--

(c)

(d)

Gambar 68. Tumpuan miring.

ring. Teknik ini terbatas pada kasus yang hanya memiliki satu tumpuan miring atau semua kemiringan tumpuan sating tegaklurus. Walaupun metode ini dapat diterapkan, tetapi koordinat titik kumpul, orientasi batang dan beban terhadap sumbu struktur cenderung menjadi lebih rumit. Metode lain ialah mengganti tumpuan semula menjadi suatu batang yang memiliki luas penampang lintang Ax yang besar dan sumbu longitudinal yang tegaklurus tumpuan miring. Substitusi ini ditunjukkan pada Gambar 6-8b untuk tumpuan pada Gambar 6-8a. Substitusi yang serupa juga ditunjukkan pada Gambar 6-8d untuk tumpuan portal pada Gambar 6-8c. Pada kasus terakhir, luas penampang lintang Ax harus besar dan m omen inersia I z harus sama dengan no!. Karena luas penampang lintang batang pengganti sangat besar dibandingkan luas penampang batang struktur lainnya, maka perubahan panjang aksialnya dapat diabaikan dalam analisa. Dengan demikian, batang ini akan memiliki pengaruh yang sama seperti rol pada bidang miring. Juga, gaya aksial pada batang pengganti akan mendekati besarnya reaksi tumpuan rol. Panjang batang pengganti harus berordo sama seperti batang lain pada struktur agar sudut rotasi batang tersebut kecil. Keuntungan metode ini ialah penambahan satu atau dua batang dan titik kumpul tidak memerlukan perubahan program yang ada (Bab 5). Pendekatan ketiga pada masalah tumpuan miring membutuhkan modifikasi cara penulisan persamaan aksi dalam metode kekakuan. Persamaan ini menyatakan penjumlahan gaya dan momen dalam arah sumbu struktur. Namun, arah yang sesuai di tumpuan miring ialah sejajar dan tegaklurus bidang miring. Oleh karena itu, formulasi persamaan aksi untuk struktur harus menyertakan sejumlah persamaan yang dituliskan untuk sumbu arah pengekang (restraint oriented axes). sebagai pengganti untuk sumbu arah

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

struktur. Hirnpunan sumbu arah pengekang xR, YR dan zR dengan turnpuan miring diperlihatkan pada Gambar 6-Sc. Aksi dan perpindahan di_ tumpuan miring bisa ditransformasi dari sumbu struktur ke sumbu pengd<.ap__g (atau sebaliknya) dengan menggunakan jenis matriks rotasi R yang dibahas dalam Bab 4;. Pada kasus ini, matriks R berisi kosinus arah sumbu pengekang terhadap sumbu struktur. Matriks kekakuan titik keseluruhan S1 pertama diturunkan terhadap sumbu struktur seperti sebe1umnya, serta baris dan kolom yang berkaitan dengan tumpuan miring kemudian diubah oleh operasi matriks dengan menggunakan matriks transformasi rotas! RR. Matriks RR adalah matriks diagonal dengan submatriks yang berupa matriks indentitas atau matriks rotasi R. Letak matriks R harus selaras dengan tumpuan miring. Operas! yang diperlukan dapat dinyatakan secara sirnbolis oleh perkalian muka persarnaan aksl keseluruhan (Persarnaan 3-31 sebe1um ditata ultg) dengan matriks RR dan dengan memasukkan I= RR_1 RR = RkRR sebelum D1, sebagai berikut:

(6-8)
Persarnaan (6-8) menyatakan perubahan koordinat secara umum, dan besaran dalam sistem koordinat yang baru bisa ditunjukkan -dengan tanda bintang dan didefinisikan sebagai:

= A:r RRsJRfi = s:r


RRAJ RRDJ

(6-9a) (6-9b) (6-9c)

=m

Bila Persamaan (6-8) dituliskan kembali da1am suku-suku ini, maka


A)'= S)' O~

(6-10)

yang sarna bentuknya seperti Persamaan (3-31). Penyelesaian untuk perpindahan dan reaksi dalam sistem koordinat yang baru sekarang bisa dilakukan seperti biasa. Namun, dalam perhitungan gaya ujung batang, perlts ditransformasi kembali ke koordinat semula dengan Persarnaan (6-9c). Jadi,

o;

(6-11)
Di anta.ra tiga metode di atas untuk menangani tumpuan miring, pendekatan dengan memakai batang pengganti adalah yang paling mudah karena program dalam Bab 5 tidak perlu diubah. W.alaupun metode yang melibatkan rotasi sumbu secara matematis lebih luwes, penerapannya membutuhkan program yang jauh 1ebih panjang. 6.9 Tumpuan Elastis. Kasus pengekang tumpuan tal< sempurna tirnbul hila kondisinya berada di antara tanpa pengekang dan terkekang penuh. Jika pengekangan terhadap translasi atau rotasi seperti ini bersifat elastis linear, mereka bisa disertakan dengan mudah dalam analisa metode kekakuan. Untuk menjabarkan kondisi tumpuan elastis, tinjaulah balok menerus pada Garnbar 6-9. Perbandingan gambar ini denganGambar 4-7a pada Pasal 4.8 menunjukkan bahwa pengekangan sempuma dan pengekangan nol di setiap titik kumpul diganti oleh pegas elastis dengan konstanta kekakuan yang diberi sirnbol ~. Kekakuan dengan nom or ganjil menyatakan pengekangan terhadap translasi dalam arah y, sedang kekakuan de. ngan nomor genap merupakan pengekang rotasi dalam arah z. Jika setiap titik k:umpul memiliki dua pegas dan balok terdiri dari m batang, m aka jurnlah pengekang elastis sama dengan 2(m + 1) dan analisa struktur ini dengan metode kekakuan akan melibatkan jumlah derajat kebebasan yang sama. Struktur terkekang untuk balok pada Garnbar 6-9 sarna seperti sebelumnya (lihat Gambar 4-7b), tetapi rnatriks kekakuan titik akan ber-

Topik Khusus untuk Metode Kekakuan

331

z
Gem bat 6-9. Balok dengan tumpuan elastis.

ubah karena kekakuan pengekang SR. Jika kekakuan pengekang dijumlahkan dengan elemen diagonal matriks kekakuan titik keseluruhan SJ, maka matriks yang dihasilkan dapat digunakan untuk menentukan perpindahan titik kumpul seperti pada Pasal 4.8. Gaya ujung batang juga dapat dihitung dengan cara yang dijabarkan pada Pasal 4.8. Sedang, reaksi di tumpuan elastis akan sama dengan aksi di pegas elastis dan dihitung se bagai negatif dari hasil kali konstanta pegas dan perpindahan titik kumpul. Jadi, (6-12) Walaupun pembahasan di atas hanya ditujukan-pada balok, tetapi metode penanganan tumpuan elastis tersebut juga dapat diterapkan pada semua jenis struktur rangka. Pendekatan lain untuk masalah tumpuan elastis ialith mengganti pengekang dengan batang struktural ekivalen. Sebagai contoh dari teknik ini, tinjaulah titik kumpul j pada rangka batang bidang dalam Gambar 6 -lOa. Titik kumpul ini dikekang oleh dua pegas translasi dengan kekakuan (SR) 2 j-t dan (SRhJ Kedua pegas dapat diganti oleh dua batang tambahan 1 dan 2 yang ditunjukkan pada Gambar 6-lOb. Batang ini dapat diberi panjang sembarang L 1 dan L 2 (asalkan tidak berbeda jauh dengan panjang batang lainnya pada rangka batang) serta luas penampang lintang Ax1 dan Ax2 yang dihitung sebagai:

Penentuan luas penampang dengan cara ini membuat kekakuan aksial batang pengganti sama dengan kekakuan pengekang elastis yang digantikarmya. Contoh yang serupa diperlihatkan pada Gambar 6-lOc dan 6-lOd, yang menunjukkan titik kumpul j pada portal. bidang. Substitusi batang 1 dan 2 untuk pengekang translasi (lihat Gambar 6-lOd) sama seperti substitusi untuk contoh rangka batang bidang, tetapi momen inersia batang ini harus sama dengan nol. Substitusi yang sesuai untuk kekakuan pengekang translasi (SRhJ adalah batang puntir yang ditunjukkan sebagai batang 3 pada Gambar 6-lOd dan sejajar sumbu z (atau tegaklurus bidang portal). Batang ini memiliki panjang sembarang L 3 dan konstanta puntir i x 3 yang diliitung sebagai:

Kesukaran yang tirnbul dalam contoh ini ialah portal bidang menjadi portal ruang karena penambahan batang 3, dan analisa struktur harus dilakukan pada portal ruang. Jadi, jelaslah bahwa pada beberapa kasus, me-tode penggantian tidak menguntungkan dibanding dengan metode pertama di atas, yang mengubah matriks kekakuan titik secani langsung.

332

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

}--
y

(a)

}--

(cl

Gambar 610. Substitusi batang.

6.10 Translasi Sumbu. Dalam Bab 4 telah kita lihat manfaat konsep rotasi sumbu untuk penanganan aksi dan perpindahan pada batang yang miring arahnyadalam ruang. Demikian juga halnya, konsep translasi sumbu bermanfaat dalam pasal berikut dari bab ini. Dengan teknik ini, himpunan aksi atau perpindahan bisa ditransformasi dari satu titik ke titik lainnya pada himpunan sumbu sejajar. Gambar 6-lla memperlihatkan vektor gaya Pq dan momen M.q di titik q serta ekiva/en statisnya (aksi yang ekivalen secara statis, Pp dan Mp) di titik p. Aksi dip bisa dihitung dari aksi di q dengan persamaan berikut:

P11 = Pg
MP -= rPv X

(a)

P0 +

Mv

(b)

Seperti terlihat dalam gambar, rpq adalah vektor lokasi darip ke q, serta komponennya dalam arah x, y, dan z adalah Xpq. dan Ypq. dan Zpq Operasi matriks yang ekivalen dengan Persamaan (a) dan (b) adalah

A"= Tp0 A0

= [

~vq ~J ~]

[
0

(6-13)

Dalam persamaan ini, Cpq pada bagian kiri bawah operator Tpq adalah submatriks 3 x 3 yang elemennya merupakan komponen rpq. Elemen ini disusun sedemikian rupa hingga menghasilkan perkalian vektor (atau perkalian silang) dalam Persamaan (b). Untuk itu, kita membutuhkan submatriks simetris berlawanan (skew-symmettic):

y,q]
-Xpq Xpq

(6-14)

Submattiks lain pada

Tpq

adalah matriks identitas 3 X 3 13 (dua buah) dan matriks nol

Topik Khusus untuk Metode Kekak_ ! lan

333

J-,
/

/
/Zpf

--- ----- -- --- --- -~


(o)

x,,

1/

Yp Benda tegar) .- _
/
/

&lq

/ /

.1#--..\!.1- - -x,
I

~~---------------------+ ~ ~~~----------~ ..-'( /.;./


---I// - - - _ ___ _ _ ____ _ _.v
Xpf P9

______
(b)

Gemb.r 6-11. Translasi sumbu: (a ) aksi d an (b) pe~pi ndahan.

3 x 3 . Sedang, vektor aksi Ap dan Aq dalam Persamaan (6-13) terdiri dari en am komponen aksi dalam arah x, y , dan z di titik p dan q, sebagai berikut: A,..= {AI)., Ap2 , ... , Avs} A0 = {Aqt. Aq2 , . . . , AQ6} (c)

(d)

Tiga suku pertama pada Ap adalah komponen x, y, dan z dari gaya Pp ; sedang, tiga suku berikutnya adalah komponen x, y, dan z dari momen Mp ; dan demikian juga halnya
dengan Aq. Persamaan (6-13) bisa digunakan dalam analisa yang memerh.ikan ekivalen statis. Operator T pq mentransformasi himpunan komponen aksi Aq di titik q ke himpunan aksi yang sejajar di titik p (Ap), dan disebut matriks trans[ormasi translasi' sumbu. Transformasi sebaliknya (dari p ke q) ialah (6-15) dengan

(6-16)

334

Analisa Malriks untuk Struktur Rangka

Jadi, invers dari Tpq diperoleh dengan hanya membalikkan tanda pada submatri.ks cpq . Hubungan kinematis antara perpindahan dua titik yang berlainan pada benda tegar juga dapat dinyatakan dalam bentuk operator. Gambar 6-l l b memperlihatkan titi.k p dan q pada benda tegar, yang mengalami himpunan perpindahan yang kecil. Perpindahan benda tegar di titi.k p dinyatakan dengan vektor translasi OUp dan vektor rotasi o8p. sedang elcivalen kinematisnya di titi.k q diberi notasi ouq dan o8q. Perpindahan di q bisa dihitung dari perpindaha.p di titik p dengan persamaan
~=~+~X~

~=~
Jika perkalian silang dalam Persamaan (e) dituliskan kembali dalam bentuk

00 00
(g)

08v X r110 = -rvq X 08P = r 0 v X 08v


m aka operasi matriks yang ekivalen dengan Persamaan (e) dan (f) menjadi

(6-17) Dalarn persamaan ini,

c!, = - c,. =

~ = [

'- pq

.,.

0
-xvo

-y,q ]
X ptl

(6-18)

Di sini terlihat bahwa transposisi cpq mengubah tanda suku-sukunya (yaitu sifat dari matriks simetris berlawanan). Vekto r perpindahan Dp dan Dq yang ekivalen secara kinematis (lihat Persamaan 6-17) masing-masing terdiri dari tiga komponen translasi dan tiga rotasi dalam arah x, y, dan z di titik p dan q. Dalam hal ini operator transpos T~q mengkonversi himpunan 'komponen perpindahan Dp di titi.k p ke himpunan yang sejajar Dq di titik q, dengan anggapan tidak ada perpindahan relatif antara kedua titik tersebut. Transformasi sebali.knya ialah

D
p

= T- TD = [ o b
pq q

Cvq

13

J [ ooJ 8o'~l

(6-19)

Jadi, perhitungan perpindahan di p dari perpindahan di q melibatkan transpos invers dari operator yang digunakan untuk memperoleh aksi dip dari aksi di q (lihat Persamaan 6-13). 6.11 Kekakuan Batang dan Gaya Jepit Ujung dari F1eksibilitas. Seluruh pasal beri.kut dalam bab ini membahas karakteristik b atang yang mengubah kekakuan dan gaya ujung dari batang itu sendiri. Ji.ka matriks SM; (lihat Pasal4-3) dan TMLi (lihat Pasal6.4) diubah untuk memperhitungkan bentuk takprismatis, deformasi geser, dan lainnya, maka analisa metode kekakuan tidak perlu diubah. Dalam banyak hallebih mudah menurunkan matri.ks ini dari peninjauan fleksibilitas daripada pemakaian pendekatan kekakuan langsung. Atas alasan ini, tekni.k yang membutuhkan inversi fleksihilitas batang dan transformasi translasi sumbu akan dibahas dalam pasal ini. Prosedur ini dapat diterapkan bila dikehendaki dalam pasal selanjutnya untuk mencari SM 1 dan TMLI bagi batang dengan pelbagai karakteristik. Gambar 6-12a memperlihatkan batang portal ruang prismatis yang terjepit di ujung j dan bebas di ujung k. Matriks fleksibilitas 6 x 6 FMkk untuk batang seperti ini telah

Topik Khusus untuk Metode Kekakuan

335

(a)

YM
Ae5

)GZ:f:.:_J-xM
(c l
Gambat 6-12. Ba tang porta l ruang.

diturunkan dalam Bab 2 (lihat Persamaan 2-23) . Inversi rMkk menghasilkan submatriks k,ekakuan SMkk Jadi
S~rkk = FM~k (6-20) Seperti dibahas pada Pasal 4.3 , matriks kekakuan batang yang lengkap SM (subskrip i dih.ilangkan) berbentuk

sM = [ s~uJ s~uk]
SMkJ SMkk

(6-21)

Setelah submatriks 6 >< 6 SMkk diperoleh dengan inversi, tiga submatriks 6 X 6 lainnya pada SM dapat dicari dengan jenis transformasi sumbu yang dijabarkan dalam pasal sebelumnya. Suku dalam submatriks dari SM merupakan gaya pengekang akibat perpind.ahan satuan , dan secara khusus suku dalam submatriks SMkk adalah gaya pengekang pada

Analisa Matri.ks untuk Struktur Rangka

batang di ujung k akibat perpindahan satuan di ujung yang sama. Gaya yang ekivalen secara statis di ujungj bisa dihitung dengan menggunakan matriks transformasi

o[o o o o: o 0 0 oo t : ooo Tik = ---------+-------- o o o: t o o o o -L : o 1 o u L o[o o 1


1

o
1

(6-22)

Operator ini ditentukan dari Persamaan (6-13) dengan mengganti titik p dan q dengan titik j dan k serta menggunakan sum\>u arah batang. Suku-suku dalam subma~riks SMjk kemudian dihitung sebag::ri pengimbang statis (sama besar dan berlawanan arah dengan ekivalen statis) dari suku pad a SMkk : (6-23) Suku-suku pada SMjk adalah gaya pengekang di j akibat perpindahan satuan di k dan seimbang dengan suku pada SMkk Oleh karena matriks kekakuan batang SM simetris, maka submatriks SMk/ harus sama dengan transpos dari SMjk Jadi, (6-24) Suku pada SMkj adalah gaya pengekang di k akibat perpindallan satuan di j. Submatriks SM// dapat dicari dari SMki dengan memakai persamaan yang serupa dengan Persamaan (6-23), yaitu (6-25) Suku pada SMjf adalah gaya pengekang d i j akibat perpindahan satuan di j dan seimbang dengan suku pada SMki Secara ringkas, Persamaan (6-23) , (6-24), dan (6-25) merupakan hubungan untuk mencari submatriks lain dari SM sete1ah submatriks SMkk d.iperoleh dengan inversi FMkk Formulasi yarig sama seperti di atas juga dapat dilakukan dengan mengambil ujung 1 sebagai ujung bebas dan ujung k sebagai jepitan. Dalam pendekatan ini, submatriks SMjj ditentukan dari inversi FMjj dan matriks transformasi Tkj digunakan untuk mencari submatriks lainnya pada SM. Operator Tkj yang dibutuhkan adalah invers dari matriks T ;k dan diperoleh dengan hanya mengubah tanda suku bukan not pada bagian kiri bawah T jk Persamaan yang diturunkan di atas untuk batang portal ruang juga dapat dikhususkan pada jenis struktur rangka lainnya dengan menghilangkan baris dan kolom yang sesuai dari operator transformasi. Misalnya, batang baiok hanya melibatkan gaya dalam arah YM dan momen dalam arah zM , sehingga hanya baris dan kolom kedua serta keenam dari Ttk yang perlu dipertahankan:
T Jk

=[

2 ~]

(6-26)

Tentunya, submatriks pada SM untuk batang balok berordo 2 X 2. Persamaan untuk gaya jepit ujung dalam matrlks T ML (lihat Pasal 6.4) juga bisa diturunkan dari fleksibilitas batang dan transformasi sumbu. Untuk itu, tinjaulah batang portal ruang yang terjepit di kedua ujungnya pada Gambar 6-12b. Batang ini memikul enam komponen aksi yang diberikan di titik Q, yaitu

(a)

Topik Khusus untuk Metode Kokakuan

337

Akibat aksi luar ini, enam gaya jepit ujung akan timbul d i setiap ujung batang. Gaya ujung batang di ujung j ialah

(b)
dan di ujung k adalah

(c)
Bila gaya jepit ujung di j dan k dipisahkan dengan cara ini, matriks TML dapat disekat menjadi
TML

=[

T MLJJ TMLk

(6-27)

Rumus untuk submatriks T MLi dan TMLk sekarang akan diturunkan secara terpisah. Batang terjepit pada Gambar 6-12b bersifat statis tak tentu berderajat enarn, dan metode gaya (fleksibilitas) dalarn Bab 2 dapat digunakan untuk mencari enarn aksi yang tal< diketahui. Jika gaya jepit ujung AMLk di ujung k dipilih !\ebagai kelebihan (redundant), struktur terlepasnya (released structure) akan seperti yang ditunjukkan pada Garnbar 6-12c. Akibat beban yang diberikan pada struktur terlepas, perpindahan di titik beban adalah (6-28) Dalarn persarnaan ini, simbol F0 QQ menyatakan matriks fleksibilitas 6 X 6 untuk ujung Q dari segmen balok dengan panjang a. Sementara segmen ini berubah bentuk akibat beban, segmen lain (dengan panjang b) berpindah seperti benda tegar. Jadi, perpindahan di k dapat dihitung sebagai (6-29) yang diambil dari Persamaan (6-17) dalarn pasal sebelumnya. Substitusi Persamaan ( 6 28) ke Persamaan (6-29) menghasilkan (6-30) Vektor perpindal1an ini selaras dengan gaya kelebihan dan diakibatkan oleh beban pada struktur terlepas. Jadi, vektor ini sarna seperti DQL dalam persarna-an fleksibilitas: Q = F-(Du - Dod (2-9) ulangan

Karena perpindallan akhir DQ yang selaras dengan gaya kelebihan sama dengan nol, penyelesaian untuk gaya jepit ujung AMI-k menjadi (6-31) Rumus ini diperoleh dari Persamaan {2-9) dengan mengganti Q, F-1 , DQL dengan A MLk SMkk dan Dk {dari Persamaan 6-30). Secara sama, rum us matriks untuk AMLi dapat diturunkan dari metode gaya dengan memilih gaya jepit ujung di f sebagai kelebihan dan melepas ujung j sebagai pengganti dari ujung k. Persamaan yang dihasilkan ialah
A Mu = -s~IJJT,~ FI>(,At

(6-32)

Dalam rumus ini, simbol F bJIJl menyatakan matriks fleksibilitas 6 X 6 untuk ujung Q pada segmerr balok dengan panjang b; dan operator TQ i mentransformasi perpindallan dari Q ke j. Koefisien dari A 2 dalam Persamaan (6-31) dan {6-32) adalah TM Lk dan TMLi>

Analisa Matrlks untuk Struktur Rangka

sehingga dapat dimasukkan ke Persamaan (6-27) untuk mendapatkan


T ML

= [ TMLJJ = [ -s~IJJTJJ F ill']


T MJ.k

- SMkkTlkFau

(6-33)

Dari prinsip keseimbangan statis, hubungan berik.ut juga dapat dituliskan:


A MLJ

= - T JkA MLk- T JtA I :;:;


=T it!AMLJ

- (T JkTMLk - (T kJTMLJ

+ T J()A t

(6-34a) (6-34b)

dan
A MLk

-T,..,A,

+ T~;t)A

Koefisien dari.A~ dalarn bentuk terakhir persarnaan ini adalah T ML/ dan TMLk Jadi, (6-35a) dan (6-35b) yang menyatakan TML/ dan TMLk sebagai fungsi dari sa tu dengan lainnya. Secara ringkas, suku pada matrik.s TML dapat diperoleh dari fleksibilitas batang dan transformasi sumbu denga/1 mengevaluasi rumus dalam Persamaan (6-33). Narnun, hanya salah satu submatriks dalarn Persamaan (6-33) perlu dievaluasi karena yang lain dapat dicari dari prinsip keseimbangan dengan menggunakan Persarnaan (6-35a) a tau Persamaan (6-3Sb). Prosedur ini dapat diterapkan pada batang dari sembarang jenis struktur rangka dan dijabarkan dengan contoh balok berikut ini.
Contoh. Gambar 6-13a memperlihatkan batang balok terkekang dengan aksi A~ 1 (gaya y) dan All2 (momen z) yang diberikan di titik .2. Submatriks pada SM dan TML untuk contoh ini akan dicari dengan menggunakan fleksibilitas batang dan transformasi sumbu. Untuk struktur terlepas pada Gambar 613b, fleksibilitasnya ialah

Y1r1

AmJ), ,.,/i2 /. 1-I


(a)

Alr/Ljlt

tAe,

tA ir/UI

0
/)

AAtln/~*

J("'

.I

YM

~~:~12

f 21
(b)

0
/)

J("'

I*

Gema- 6-13. Contoh balok.

Topik Khusus untuk Metode Kekakuan


2 L [ 2L 3L] = 6/ 3L 6

339

FMkk

Inversi matriks ini menurut Persamaan (6-30) menghasilkan


SMkk = FMkk
-1

2/[ -3L 6 -3L] =V 2U

Dari Persamaan (6-23), pengimbang statis di j adalah

S~,J~ =

-TJkSMkk

= - [

~]

SMkA

z;![ --3~u

Z2]

Dengan transposisi (Iihat Persamaan 6-24),


ST - 2/[ -6 S )dkJ ~u L" 3L

- 3L]

Pengimbang dij menurut Persamaan (6-25) adalah


sMjj

-T)ksMki

= -

[ L I

0] sMki , = 2/ [ 6 1 3L

3L] 2[2

Semua suku dalam submatriks kekakuanini telah kita kenal. Submatriks dari TML yang belum dikenal akan dicari dengan meninjau struktur terlepas pada Gambar 6-13b. Untuk satu satuan A1 dan Az, matriks fleksibilitas segmen j9. ialah

dan matriks transformasi untuk perpindahan di k akibat perpindahan satuan di Q ialah

Tj~ = [ ~ ~]
Dengan demikian, submatriks TMLk da!am Persamaan (6-33) menjadi
T,u.k = - S,H.,.T,,.F.,(I = L1
,. l [ -a~(a + 3b)
(1 2

bL

- 6ab ] aL(2h - a)

Submatriks TMLj dapat ditentukan dengan meninjau keseimbangan (Persamaan 6-35a), sebagai berikut: T,11.; = -T;,.T,u;,- T;t = - [
= L~

~ ~] T,n-.- [

:1

~]

l [ - b 2(3a + b) -ab 2 L

6ab l bL(2a- hlJ

Submatriks dari TML yang diperoleh di atas sama dengan submatriks dalam Persamaan
(6-4).

6.12 Batang Takprismatis. Batang yang tidak sama sifat penampang lintangnya dari satu ujung ke ujung lainnya disebut batang takprismatis. Contohnya ialah batang meruncing (tapered) dan batang yang ditulangi (reinforced) sebagian dari panjangnya. Suatu batang yang sumbunya tidak lurus juga bersifat takprismatis. Pasal ini hanya membahas batang takprismatis dengan sumbu lurus, sedang topik batang lengkung akan dibahas pada Pasal6.13. Salah satu pendekatan untuk menganalisa struktur dengan batang takprismatis ialah menganggap titik-titik sepanjang batang takprismatis sebagai titik kumpul. Segmen an-

a.o

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

tara dua titik kumpul bisa didekati sebagai batang prismatis Qika segmen ini masih bersifat takprismatis) dengan sifat penampang yang merupakan rata-rata dari sifat penampang di kedua ujung segmen tersebut. Pendekatan ini membuat matriks kekakuan titik menjadi sangat besar, tetapi program komputer dalam Bab 5 tidak perlu diubah. Pendekatan lain yang lebih disukai ialah menentukan fleksibilitas batang tak .prismatis, serta menurunkan kekakuan dan gaya jepit ujung dengan metode -yang dibahas dalam pasal sebelumnya. Metode beban satuan (unit load) dalam Lampiran A merupakan cara menghitung fleksibilitas dengan integrasi langsung untuk sifat penampang lintang yang dinyatakan sebaga.i fungsi kontinu. Jika tidak, fleksibilitas dapat diperoleh dengan prosedur integrasi numerik yang sesuai. I . Sebagai contoh, tinjaulah batang balok meruncing pada Gambar 6-14a. Anggaplah penampang lintaitg balok ini berbentuk segi empat dengan lebar konstan t dan tingginya bervariasi secara linear dari hi di ujung j hingga hk di ujung k. Untuk menghitung fleksibilitas di ujung k, ujungj dijepit. Dalam gambar juga diperlihatkan titik awal 0, di mana tinggi bagian flktif dari balok (diperlihatkan dengan garis te.rputus) sama dengan nol. Variabel bantu x 1 diukur dari titik awal ini dan akan digunakanagar integrasinyamudah. Gambar 6-14b dan 6-14c menunjukkan bidang momen Mu1 dan Mu2 masing-masing akibat satu satuan aksi Ak 1 dan Akz Bidang iJii bisa dipakai untuk mencari fleksibili tas batang di ujung k dengan metode be ban satuan. Dari Persamaan (A-31) dalam Lampiran A-2 (untuk deformasi lentur saja),
(F_uH)n

1.,

l.+t.M f-, El- dx,


7.

(a)

Suku-suku dalam persamaan ini ialah

_ L, -

h11L h j- hk

l x = }2
3 3 I - t h JiXt z - 12L3

th :I

(b)

Jika hi = 2hk, suku-suku dalam persamaan (b) menjadi

(c)

~-+-1---L
(a )

r=:=:~
L~
J
{b) k
(+)

J
(c)

Gambar 6-14. 'Batang balok meruncing.

Topik Khusus untuk Metode Kekakuan

341

Substitusi Persamaan (c) ke (a) menghasilkan


(f Mkk)u

= f /1k 3

12U

Jn
L
3

(x 1

L)2
3

X1

dx,

(d)

lntegrasi Persamaan (d) memberikan 12L (F.1m)u = th't.E Secara sama,


(

In 2 -

5)

(e)

(f)
dan
(FMkkh2

f -L

nMt2 dx, Elz

= --_ 3

9L 2thkE

(g)

Selanjutnya, matriks kekakuan batang SM dan matriks transfer TML dapat diperoleh dengan cara yang dijabarkan dalam pasal sebelumnya Sekarang tinjaulah batang takprismatis yang terdiri dari beberapa segmen. Setiap segmen bisa bersifat prismatis a tau takprismatis seperti ditunjukkan pada Gambar 6-lSa dan b. Anggaplah fleksibilitas, kekakuan, dan gayajepit ujung untuk setiap segmen telah dihitung dengan cara yang dijabarkan di atas. Dua metooe akan dibahas untuk memperoleh matriks SM dan T ML bagi batang seperti ini. Pendekatan pertama memanfaatkan fleksibilitas segmen dan transformasi translasi sumbu, sedang pendekatan kedua melibatkan kekakuan segmen. Dalam pendekatan fleksibilitas, ujung j pada batang bersegmen dianggap teijepit (lihat Gambar 6-lSa) dan pengaruh dari beban di ujung k ditentukan. Aksi AQ di titik Q yang ekivalen secara statis dengan aksi Ak di k adalah (dari Persarnaan 6-13): (6-36) Akibat aksi ini, perpindahan tambahan jadi
~DQ

d i titik Q relatif terhadap titik Q- 1, men(6-37)

dengan FsQQ sebagai matriks fleksibilitas ujung Q pada segmen sepanjang s. Substitusi Persamaan (6-36) ke Persamaan (6-37) menghasilkam

LlDt = F sttTtkA k
Perpindahan tambahan di titik k dihitung sebagai (lihat Persamaan 6-17)
~Dk = T(k~Dt

(6-38)

(6-39)

Substitusi Persamaan (6-38) ke Persamaan (6-39) memberikan


~Dk

= T,};.FsttT tkAk

(6-40)

Persamaan ini menyatakan perpindahan tambahan di k akibat aksi Ak yang berkaitan hanya dengan fleksibilitas segmen Q. Dengan superposisi kontribusi dari semua segmen, pengaruh total di k ialah

Dk

1=1

f (TJ,.F.ttTtk)Ak

(6-41)

34. 2

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

{a)

J'M Tltik kumpul yang dikekang ~

/I.

Titik kumpul bebas

L,.~
{b)

'

.I

G1mbar 615. Batang bersegman: {a) pendekatan fleksibi litas {b) pendekatan kekakuan .

ns dalam hal im adalah jumlah segmen. Jadi,


(6-42) Selanjutnya, inversi F Mkk untuk mendapatkan SMkk dan seterusnya sama seperti pada pasal sebelumnya. Persamaan untuk matriks transfer TML juga dapat diturunkan dengan pendekatan fleksibiHtas, seperti yang diperllhatkan sebelumnya untuk batang prismatis. Persamaan (6-33) adaJah rumus yang dibutuhkan, tetapi dalam hal ini matriks fleksibilitas F0 ~ dan FbRR harus dihitung sebagal perjumlahan suku-suku yang diko ntribusi oleh segmen sebelah kjri dan kanan titik R(Uhat Gambar 6-15a). Matriks TMLR untuk setiap titik yang ditinjau juga berbeda, yaitu
_ [TMLJl ] T MLt TMLk/
( ( = I , 2, ... , n, -

1)

(6-43}

Jadi, matriks transfer TML untuk suatu titik pertemuan antara dua segmen berbeda dengan yang dibahas padaPasal6.4(yaitu untuk gayajepit ujung akjbat aksi satuan yang diberikan di suatu titik pada sumbu batang). Pendekatan kekakuan akan diturunkan dengan memakai Gambar 6-15b yang memperlihatkan batang bersegmen yang terjepit di kedua ujungnya. Di setiap titik pertemuan segmen terdapat perpindahari bebas DFR (R = 1, 2, ... , ns - 1), sedang di ujung j

Topik Khusus untuk Metode Kekakuan

343

dan k terdapat perpindahan yang dikekang DR. Hubungan gaya perpindahan untuk struktur ini (lihat Persarnaan 3-33) dapat dituliskan dalarn bentuk yang ditata ulang dan disekat sebagai berikut: (3-33)
ulangan

Perkalian di atas menghasilkan (3-34a)


ulangan

dan (3-3.4b)
ulangan

Penyelesaian untuk D p dalarn persarnaan pertama memberikan

D,

SrJ<AF - SFn Dn)

(3-35)
ulangan

Dengan memasukkan persarnaan untuk DF ini ke Persarnaan (3-J4b) dan menata ulang suku-sukunya, kita peroleh (6-44) Ruas kanan Persamaan (6-44) terdiri dari gaya jenis R dan pengaruh gaya jenis F (yang mengurangi). J ika semua perpindahan DR sarna dengan nol (batang terjepit), Persarnaan (6-44) nrenghasilkan hubungan antara gaya jenis R dan F: (6-45) Dengan demikian, matriks transfer satuan gaya jenis F ialah
T ML

untuk gaya jepit ujung jenis R akibat satu (6-46)

T ML

= SnrSr~

Sebaliknya, jika semua gaya jenis F disamakan dengan nol, Persamaan ( 6-44) menjadi (6-47) Karena gaya AR dan perpindahan DR selaras, suku dala.m kurung pada Persamaan (6-47) merupakan matriks kekakuan untuk perpindahan satuan di ujmig batang bersegmen. Jadi, (6-48) Substitusi Persamaan (646) ke suku terakhir dari Persamaan (6-48) menghasilkan (6-49) Secara ringkas, matriks kekakuan batang SM dan matriks transfer T M L untuk batang bersegmen bisa diperoleh dengan menerapkan konsep sebelumnya untuk batang tunggal. Dengan pendekatan ini, matriks kekakuan titik keseluruhan dibentuk seperti yang ditunjukkan dalam Persarnaan (3-33) sehingga didapatkan matriks SFF, SFR, SRF> dan SRR lnversi Sp~ dan substitusi matriks yang sesuai ke Persarnaan (6-46) dan (6-49) menghasilkan matriks tnnsfer TML dan matriks kekakuan SM untuk batang bersegmen. Proses eliminasi satu atau lebih matriks dengan penyelesaian parsial (seperti yang dilakukan dalarn menurunkan Persamaan 6-44) kadang-kadang disebut kondensasi

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

matriks. Jadi, matri.ks SM dan TML untuk batang bersegmen tak prismatis merupakan kombinasi matriks lain yang dipeioleh dengan prosedur kondensasi. Dalam hal ini matriks TML berkaitan dengan semua titik pertemuan segmen. Analisa yang lebih teratur juga bisa dilakukan dengan mengeliminir perpindahan D yQ di setiap titik kurnpul secara satu per satu.
Con toh. Anggaplah batang balok dengan dua segmen pada Gambar 16-6a dan b memiliki sifat berikut:

Tentukan kekakuan dan gaya jepit ujung untuk balok ini dengan pendekatan fleksibili; tas dan kekakuan. Matriks yang diperlukan dalam pendekatan fleksibilitas ialah:

Fm

= 6~1

[~f

~L] = 2Fs22

T1k

=[

l ~]
2

T2k

= [

Dari Persamaan (6-42), fleksibilitas di ujung k ialah


9L 12

J+ 12/ L [ 2L 3L

~L]

(a}

rRI

)
/ . AR2
M

CD

Qt AF1

.I
(b)

7,.
AR4

rR3
KM

AFz

Gambar 6-16. Balok takprismatis: (a) pende katan fleksibilitas (b) pendekatan kekakuan .

Topik !'<busus untuk MetodP. Kekakuan

345

Inversi matriks ini menghasilkan


_ F- _ 41 [ 6 SMkkMkk--: IJL3 - 7L

-7L] J0..2
-9L 5U
-12] 3L

Dari Persamaan (6-33), gaya jepit ujung TMLk2 di ujung k akibat aksi satuan di titik Q menjadi
TML k "' -SMkkl{kFatt

-sMkk [

L] [ 2P I 3L

3L] _!:_ =-2 [ 6 61 33L

Kekakuan segmen yang diperlukan dalam pendekatan kekakuan diambil dari Tabel 4-2. Matriks kekakuan yang ditata ulang dan disekat untuk balok bersegmen dibentuk dari suku-suku dalam Tabel4-2. Jadi,
6L : -12 -6L -24 I2L I2L 2 : 6L 2U -12L 4P -------------+------------------------ 12 6L I 12 6L 0 0 -6L 2U : 6L 4L 2 0 0 - 24 -I2L : 0 0 24 -12L I2L 4U :. 0 0 -l2L 8U

36 6L

El L3

Substitusi submatriks yang sesuai dari matriks ini ke Persamaan (6-46) dan (6-49) menghasilkan matriks transfer TML dan matriks kekakuan batang SM untuk batang tak prismatis:
T
ML

24] - t5L -_I_ _-::Lll ___ J J~ - 33L -24 [ -18L IOU 6L

TMI.J( ]
TMLk l

s
M

= 4EI

5L i - 6 7L ] 6 _)J_ ____ ..: L::g ____~f-: = [ liP [ - 6 - 5L I 6 - 7L 7L 4U : - 7L IOU I

SMjj

SMki

Terlihat bahwa TMLk2 dan SMkk di atas sama seperti yang diperoleh dengan pendekataJ1 fleksi bili tas. 6.13 Batang Lengkung. Sumbu suatu batang pada portal bidang, balok silang, dan portal ruang bisa berbentuk lengkung dalam bidang a tau 'lengkung dalam ruang. Batang seperti ini selalu dapat dibagi menjadi segmen-segmen lurus dan diperlakukan dengan cara yang sama seperti untuk batang lurus bersegmen (lihat pasal sebelumnya). Untuk itu, matriks transformasi rotasi sumbu dan translasi sumbu dibutuhkan. Dalam pasal ini, fleksibilitas, kekakuan, dan gaya jepit ujung untuk batang melingkar pada portal bidang dan balok silang akan dibahas. Kasus ini cukup sering dijumpai, dan integral eksaknya mudah diselesaikan. Gam bar 6-17 memperlihatkan batang portal bidang i yang berbentuk busur lingkaran dengan titik pusat di C. Batang terletak pada bidang x-y, dan sifat penampang lintangnya dianggap konstan di seluruh titik. Ujung j dijepit, sedang ujung k bebas (untuk menghitung fleksibilitas batang). Akibat satu satuan aksi Ak1> Ak 2 , dan Ak3 (dua gaya dan satu momen), batang mengalami momen lentur:
M u1 = -r(l

-cos 8)

Mu2

= r sin 8

Mua =I

(a)

Dalar11 persamaan ini r adalah jari-jari batang, dan 8 adalah sudut pusat yang diukur dari ujung k (lihat Gambar 6-17). Momen dalam Persamaan (a) dapat digunakan untuk me-

346

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Gamber 617. Batang meli ngkar pada portal bidang.

nentukan fleksibilitas batang di ujung k dengan metode beban satuan. Dari Persamaan (A-31) dalam Lampiran A-2, kita peroleh (untuk deformasi lentur saja)
(F.v~;~;)u

Mt, ds = = --

J Elz
,~

J
o

r(t - cos Elz

w r d()
(b)

= - - (3cf> 2El z

4 sin cf> + sin cf> cos cf>)

Setelah fleksibilitas lainnya di ujung k diperoleh, matriks fleksibilitas batang dapat dibentuk. Jadi,

_
F Mkk -

[
x

rt(Jd> -

4 sin cf> + sin cf> cos cf>)


S1metns
. .

2/~

- r 2 (2 - 2 cos cf> - sin 2 cf>) r 2 ( cf> - sin cf> cos cf>) - 2r(cf> - sin cf>)] 2r(I - cos cf>) 2cf>

(6-50)

Matriks ini berisi perpindahan dalarn arah XM7c, YMK, dan ZM7c akibat satu satuan Ak1,
Ak2, dan Ak3 .

Topik Khusus untuk Metode' Kekakuan

347

Dari fleksibilitas di atas, kekakuan Q.i ujung k (dalam arah batang) bisa diperoleh dengan inversi: (6-20)
ulangan

Kekakuan ini kemudian ditransformasi ke arah struktur dengan transformasi harmonis rotasi sumbu. Jadi, (6-51) Dalam persamaan ini,

cos 'Yk sin 'Yk -sin 'Yk cos 'Yk


0 0

~]

(6-52)

Bagian lain dari matriks kekakuan batang (untuk sumbu struktur) bisa diperoleh dengan metode pada Pasal6.11, yaitu (6-53) Dalam hal ini

T 1k

10 0] 1 0
XJk

(6-54)

-yJk

Matriks transformasi translasi sumbu Tjk didapat dengan mengambil baris dan kolom pertarna, kedua, serta keenam dari. matriks Tpq dalam Persarnaan (6-13) dan mengganti p dan q dengan j dan k. Selanjutnya, transposisi menghasill<an (6-55) Akhirnya,

SMsJJ = -TJ~MskJ = Ti~MSkkTTk


Submatriks kekakuan ini dapat ditransformasi ke arah batang sebagai berikut:

(6-56) (6-57)

SM
dengan

= RTSMsRt

(6-58) Dalarn operator ini, submatriks Rj sama seperti Rk (lihat Persamaan 6-52), tetapi 'Yk diganti dengan 'Yi Untuk menentukan persamaan gaya jepit ujung, konsep pada Pasal6.11 juga dapat dimanfaatkan. Namun, dalarn hal ini gaya dan perpindahan tertentu perlu ditransformasi dengan teknik rotasi sumbu. Tinjau1ah gaya A11 1 , A112 , dan A.11 3 yang diberikan di titik Q dalam arah xM 11 , YM!I dan zMll (Iihat Gambar 6-17). Bila gaya ini dikalikan dari muka dengan matriks fleksibilitas F oQll> maka perpindahan di Q dalam arah batang menjadi
Dt

= FattAt

(c)

Matriks F0 Q dalam persamaan ini sama seperti FMkk dalam Persamaan (6-50), tetapi sudut pusat cp diganti dengan c/Ja (Iihat Garnbar 6-17.). Rotasi sumbu ke arah struktur dan translasi hasilnya ke titik k menghasilkan
(d)

348

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Dalam persamaan ini, matriks rotasi RQ sama seperti Rk (Persamaan 6-52), tetapi 'Yk diganti "fQ . Juga, operator translasi TQk sama seperti T;k (Persamaan 6-54), tetapi x;k danyi" diganti oleh XQk dan YQk Persamaan fleksibilitas (Persamaan 2-9) kemudian diterapkan untuk mencari gaya jepit ujung di k, yang juga ditransformasi ke arah batang, sebagai berikut:

AMLk

= -RkSMSkkDk = -RkSMSkk T[kRJFattAt

(e)

Dalam rumus ini terlihat bahwa koefisien dari AQ adalah TMLk Demikian juga rum us matriks untuk AMLj dapat diperoleh dari met ode gay a dengan memilih gaya jepit ujung di j sebagai kelebihan dan melepas ujung j sebagai pengganti dari ujung k. Pe.n dekatan ini menghasilkan

AMLi = - R;SMs;JTlRJFwtAt = TMLJAt

(f)

Matriks FbQQ dalam persamaan ini sama seperti FMkk dalam Persamaan (6-50), tetapi sudut pusat If> diganti dengan lf>b (lihat Gambar 6-17) dan tanda untuk elemen 1,2 dan 2,3 dibalik. Juga, operator translasi TQ; sama seperti T;k. tetapix;k danY;k diganti oleh XQi danyQi !Karena koefisien dari AQ dalam Persamaan (e) dan (f) adalah TMLk dan TMLi maka dari Persamaan (6-27)

TML = [TMLi] = [ - R;SMsTJRlFbtt] T MLk - RkSMSkk '11R}Fatt


Selain itu, prinsip kese4nbangan statis dapat digunakan untuk menunjukkan

(6-59)

T MLi
dan

= - R;(Tj.rcRI T MLk + TJtRD

(6-60a) (6-60b)

yang menyatakan TMLj dan TMLk sebagai fungsi dari satu dengan lainnya. Sekarang tinjaulah batang struktur balok silang i yang berbentuk busur lingkaran pada Gambar 6-18. Batang terletak pada bidang x-y dan memiliki sifat penampang lintang konstan. Dalam ha! ini, aksi Ak1> Ak 2 , dan Ak3 di ujung k adalah dua momen dan satu gaya. Akibat satu satuan aksi ini timbul momen lentur dan puntir pada batang sebesar:

Mut =sin 8
Tu1 =cos()

Muz = -cos 0 Tu2 =sin 0

Mv3 = r sin() T 03 = -r(1 -cos 8)

(g)

Dalam hal ini, Persamaan (A-31) pada Lampiran A-2 menghasilkan (akibat deformasi lentur dan puntir):

(FMkk)u

=J

Mtl

J Glx n. ds = fd> sin Ely ds + E/y


2

()

=2

;/y

r dfJ

fd> cos2 0
0

Glx r dO (h)

(</>-sin</> cos</>)+
FMkk

Z~lx (</> +sin <f> cos</>)

Setelah fleksibilitas lain pada jumlah suku lentur dan puntir:


FMkk

diperoleh, matriksnya dapat dituliskan sebagai

= (FMkk)tentur

(FMkk)puntir

(6-61)

dengan

(F'~kk)puntir

</> - sin <f> cos <f>


= _r_

ZET Y [

-sin2 </> </> + sin </> cos

</>

Simetris .

r(</> - sin </> cos </> - r sin 2 <f> (6-62a) r2( <f> - sin <f> cos <f>}

)J

Topik Khusus untuk Metode Kekakuan

349

) -- -- ) (

Gambar 618. Batang melingkar pada balok silang.

dan

r
(FMkk)lentur

[cp + s in cp CQS cp
.
x

= 2 G/

cp -

sin s in

cp cp c os cp

SIDletns

- 2 sin cp + sin </> cos </> - r(2 - 2 co~ cp - sin2 </> r 2(3cp - 4 sin cp + sin </> cos </>
r( cp

(6-62b) Elemen setiap matriks ini merupakan rumus untuk perpindahan dalam arah xM~tYMk dan z Mk akibat sa tu satuan Ak 1 , Ak 2 , dan Ak3 . Prosedur penentuan kekakuan untuk batang balok silang mel,ingkar sama seperti yang dijabarkan untuk batang p ortal bidang di muka. Namun, matriks transformasi translasi sumbu T jk dalam Persamaan (6-54) untuk batang balok silang harus diubah menjadi

0
1

- xJk
1

YJk]

(6-63)

Matriks ini .bisa diperoleh dari T pq dalam Persamaan (6-13) dengan mengambil baris dan kolom keempat, kelima, dan ketiga (yang selaras dengan momen x, momen y, dan gaya z) dalam urutan ini.

350

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Fonnulasi matriks gaya jepit ujung pada TML untuk batang balok silang melingkar secara simbolis sama seperti untuk batang portal bidang. Namun, operator translasi TQk dan TQj pada kasus balok silang berbentuk seperti Persamaan (6-63), bukan seperti Persamaan (6-54). Hal lain yang berlaku pada batang portal bidang juga berlaku pada batang balok silang, tennasuk perbedaan fanda untuk suku-suku dalam F0 2Q dan FbR

6.14 Diskontinuitas pada Batang. Gambar 6-19 memperlihatkanjenis diskontinuitas parsial yang dapat terjaili pada batang struktur rangka. Simbol pada Gambar 6-19a, b, c, dan d masing-masing menunjukkan ketidakmampuan menyalurkan gaya geser, momen, gaya dorong, dan puntir. Ketidakmampuan m.enyalurkan gaya ini menimbulkan diskontinuitas perpindahan translasi atau rotasi. Kombinasi diskontinuitas ini juga mungkin terjaili, dan diskontinuitas sempuma terjadi pada ujung bebas. Sifat umum suatu struktur rangka menentukan jenis disk.ontinuitas yang penting. Misalnya, pada balok hanya diskontinuitas geser dan momen yang penting. Matriks kekakuan batang dan matriks transfer gaya ujung untuk balok dengan diskontinuitas seperti ini akan ilibahas dalam pasal ini, dan konsepnya bisa diperluas pada batang d~ jenis struktur lainnya. Pertama, tinjaulah kemungkinan diskontinuitas geser dan momen di salah satu ujung balok prismatis. Gambar 6-20a dan 6-20b memperlihatkan kondisi seperti ini di titik yang dekat jaraknya dengan ujung j dari batang terkekang, sedang Garnbar 6-20c dan 6-20d menunjukkan kondisi yang sama di ujung k. Matriks kekakuan batang SM untuk kasus ini bisa diperoleh dengan mudah dari analisa balok dalarn gambar, dan dituliskan dalam Tabel 6-1 sebagai matriks (a) sarnpai (d). Gambar 6-20a sampai 6-20d juga menunjukkan aksi A 1 dan A 2 di sejarak a dari ujung j, dan matriks transfer TML untuk gaya jepit ujung yang ditimbulkan diberikan dalam Tabel 6-2 sebagai matriks (a) sampai (d). Jika matriks SM dan TML dalam Tabel 6-1 dan 6-2 iligunakan untuk batang balok dengan diSkontinuitas geser atau m omen di salah satu ujungnya, maka analisanya dapat dilakukan seperti di muka tanpa perlu dimodifikasi. Sekarang marilah kita tinjau penentuan matriks kekakuan SM untuk balok dengan diskontinuitas geser atau momen di titik antara (intennediate point). Gambar 6-20e dan 6-20f memperlihatkan balok seperti ini dengan diskontinuitas di sejarak a darl ujung j. Salah satu metode untuk menganalisa balok ini ialah memperlakukannya sebagai dua batang dengan menganggap adanya titik kumpul tepat di kiri atau di kanan titik dis. kontinuitas. Jadi, salah satu submatriks akan memiliki diskontinuitas di salah satu ujung (seperti pada Gambar 6-20a sampai 6-20d), sedang submatriks lainnya tidak mempunyai diskontinuitas. Pendekatan ini menguntungkan karena tidak ada matriks baru yang diperlukan selain yang ilibahas di atas. Alternatifnya, matriks kekakuan balok dengan diskontinuitas di titik antara diperoleh langsung dari analisa balok elementer. Hasil analisa untuk balok pada Gambar 6-20e dan 6-20f diberikan dalam Tabel 6-1 sebagai matriks (e) dan (f). Matriks transfer TML untuk gay a jepit ujung pada balok dengan diskontinuitas di titik antara juga bisa dicari dengan prosedw di atas. Jika aksi A 1 dan A 2 terletak tepat ill kiri diskontinuitas (lihat Gambar 6-20e clan 6-20f), matriks transfemya akan beibentUk seperti matriks (e) dan (f) dalam Tabel 6-2. Ji.ka aksi A 1 dan A 2 diberikan tepat ill kanan diskontinuitas, matriks transfernya adalah matriks (g) dan (h) dalarn Tabel6-2.

(o)

(b)

(c)

(d)

Gambar 6-19. Oiskontinuitas parsial.

Topik Khusus untuk Metode Kekakuan


YM

351

/'~
ZM

0
a
( o)

(' Az(l
I

b:=j

lk

JIM

~
{b)

tA, Az/ tA,


I

~
(c)

Az/

~
~

~
(d)

tA'
Az/
I

CD
a
(e)

l:

A/~
2
0

tA'

L '

b=-l

-~

CD

tA,
A?/

( f)

Gam bar 6 -2 0. Diskontinuitas pada batang Mlok.

Tabe/6-1 Matriks Kekakuan Batang untuk Balok pada Gambar 6-20

El,[: L
L

0 0 - 1
(a)

1 0

00 ]
0 - 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
0

3EI, [

~ - 1
L U

0- . -1

0 0 1 0 0 -L
(b)

J]
V

EI; [:

0 I 0 0 0 -1
(c)

-~]
0

3EI, [

l -1
0

L -L
0
(d)

- 1 - L I 0

n
-I

Er,[:
L

0 1 0 0 0 - 1
(e)

-n

3Ei z [
a3

+ b3

-!

a I

a at -a
(0

-a
1

ab -b

-b b2

:b]

352
Tabe/6-2

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Matriks Transfer untuk Balok pada Gambar 6-20

2~[
_I_ 2L

b2
(a)

-2b

- 2L b(L + a)

-2~1

0]

I 2VI

[ - b' (2L + a)
0 - a(3L 2 - a 2) abL(L + a)
(b)

l - 3b(L +a) J L(U3b(L ;-a)


3a~)

[ - a2L+ b) (L
0 - az
(c)

-i-,]
-2a
-2a

1 -abL(L +b) 2U - a 2 (2L + b) 0


(d)

[ -b(3L' - b')

L (U- 3bZ) - 3a(L +b) 0

3a(L + b)J

-2L _!_ [ - a(L +b)


2L 0 - a2
(e)

-~b]
-~a

I 2(a 3

[ -2b' - 2ab 3
- 2a 3 2a 3 b
(f)

+ b :l)

3a' a"2b 3]
- 3a 2 3a 2 b

2~[

0 b2 -2b - 2L b(L + a)
(g)

0]

1 2(a +"b 3 )
3

[-2b'

- 2ab 3 3 - 2a 2a 3 b

3b' 3ab2 ]
- 3h 2 -2t( 1 + h "
(h)

Untuk memahami cara penurunan suku-suku dalam Tabel 6-1 dan 6-2, tinjaulah batang pada Gambar 6-20f dengan sendi antara (intermadiate hinge). Metode kondensasi matriks (lihat Pasal 6.12) bisa diterapkan pada masalah ini untuk menentukan SM dan TM L Untuk itu, matriks kekakuan titik S1 dibentuk dengan menggunakan matriks kekakuan batang dari bagian batang 1 dan 2 (lihat Gambar 6-20f) sebagai berikut:

(a)

R~

Dalam matriks ini, kontribusi dari batang 1 diambil dari Tabel 4-2, sedang kontribusi dari batang 2 diambil dari matriks (b) dalam Tabel 6-1. Penataan ulang dan penyekatan Persamaan (a) menghasilkan

Topik Khusus untuk Metode Kekakuan


I I I I I

358

-+ - 3 a:l b
6
-- -~~

12

12
a~

a2
4

~--

1
I I

a2

b3

b2

sJ = [ sf'. .
S,u-

Srn SRR.

J = Elz

6 2 0 __ ___ 0_ _______q __! __ g:____ fl____ ____ I 12 6 I 12 6 I o. 0 aa a2 II a:s a2 I 6 2 I 6 4 I 0 0 I a2 a2 a a I I I 3 3 3 0 0 II 0 b:l b!l b2 I I I 3 3 3 I 0 I 0 0 b2 I b2 b I

(b)

Dari persamaan ini, matriks TML dan SM dapat dihitung dengan Persamaan (646) dan (6-49) pada Pasal6.12 sehingga diperoleh matriks (f) dalam Tabel6-l dan 6-2. Perhatikanlah, matriks transfer (e) sampai (h) dalam Tabel 6-2 adalah untuk gaya ujung di j dank akibat aksi satuan yang diberikan di dekat titik diskontinuitas. Jika aksi diberikan di titik lain pada bentangan, matriks transfer yang sesuai harus diturunkan untuk kasus xM 1 ~a dan XM 2 ~a. Salah sa tu cara menentukan matriks transfer ini ialah menggunakan matriks dalam Tabel 6-2. Untuk itu, pengekang sementara diberikan di titik yang berdekatan dengan diskontinuitas, dan matriks (a) sampai (d) digunakan untuk menghitung gaya pengekang di titik tersebut. Negatif dari gaya pengekang ini merupakan beban ekivalen di dekat titik diskontinuitas, dan matriks (e) sampai (h) bisa dipakai untuk mentransfer pengaruh tersebut ke ujung-ujung batang. Matriks yang serupa dengan matriks dalam Tabel 6- I dan 6-2 juga dapat diturunkan untuk batang jenis struktur rangka lainnya. Portal dan balok silang bisa mengalami diskontinuitas; namun, hal ini tidak penting bagi rangka batang karena ujung semua batangnya dianggap sendi dan diskontinuitas tambahan sangat jarang dijumpai. Menarik untuk diperhatikan bahwa diskontinuitas tertentu pada batang bisa diperhitungkan dengan perubahan anallsa yang tak berarti. Misalnya, jika batang portal bidang bersendi di kedua ujungnya, matriks kekakuan batang portal akan sama seperti matriks untuk batang rangka batang bidang (yang diekspansi ke ukuran 6 X 6). Bat.ang seperti ini bisa ditangani dalam program komputer .untuk portal bidang (Pasal 5.8) dengan memasukkan momen inersia penampang lintang lz sama dengan no!. Teknik ini menguntungkan karena tidak memerlukan program tambahan.

6.15- Sambungan Elastis. Titik kumpul struktur rangka biasa diidealkan sebagai sendi atau tegar sempurna. Namun, sambungannya sendiri bisa memiliki derajat fleksibilitas yang besar sehingga perlu diperhitungkan dalam analisa. J ika sambungan ini dianggap bersifat elastis linear, m aka kekakuannya bisa disertakan dalam sifat kekakuan setiap batang sebagai modif!kasi dari kasus ideal. Beberapa jenis sambungan elastis secara teoretis mungkin terjadi sesuai dengan translasi dari rotasi relatif yang dapat terjadi di titik kumpul struktur. Sambungan untuk gaya geser, momen lentur, gaya dorong, dan puntir semuanya bisa memiliki-fleksibilitas tertentu, tetapi yang terpenting adalah jenis rotasi yang menyalurkan momen lentur. Pembahasan berikut akan dibatasi pada jenis sambungan ini dalam kaitannya dengan balok. Walaupun demikian, konsepnya bisa diperluas pada jenis sambungan elastis lainnya dan struktur rangka lainnya.

Analisa MatTiks untuk Struktur Rangka

Gambar 6-2la memperlihatkan balok prismatis dengan sambungan elastis rotasi di dekat setiap ujung. Misalkan SE sebagai konstanta kekakuan untuk sambungan elastis di setiap ujung batang. Konstanta jenis ini didefmisikan sebagai momen per rotasi relatif satuan di sambungan elastis. Konstanta kekakuan SE akan disertakan dalam matriks kekakuan SM dan matriks transfer TML untuk batang tersebut. Agar matriks ini mudah dituliskan, parameter tak berdimensi berikut akan digunakan:
Elz e = --

e1 =
e4

e + I
I

e2

= 4e +

= 2e + 1 ee = 6e + 1

LSE

e3

= 3e +

(6-64)

{a)

{b)

(c)

(d)

(e)

Gambar 6-21. Balok dengan sambungan elastis.

Topik Khusus untuk Metode Kekakuan

355

Suku-suku pada matriks kekakuan batang yang dimodifikasi SM dapat diperoleh dengan pendekatan fleksibilitas yang dibahas pada Pasal 6.11. Untuk itu, batang dijepit di ujung j dan dibiarkan bebas di ujung k seperti pada Gambar 6-21 b sampai 6-2le. Bila gaya satu satuan dalam arah YM diberikan di ujung k (Gambar 6-2lb), fleksibilitas di ujung k menjadi

Fu
dan

L3 L3 e 3/z + SE= 3/z + Elz


L3 L2

3/z (1 + 3 e)

L3

L3

= 3/z e 3

(a)

21

L2 L U Ve = 2/z + SE= 2/z + Elz

L2 L2 2Elz(l + Ze) = 2Elz e 2

(b)

Secara sama, m omen sa tu satuan dalam arahyM di ujung k (Gambar 6-2lc) menghasilkan

Fu
dan

L2 L L2 2/z + SE= 2/z ez

(c)

F 22

= Elz + SE= Elz +

2Le L Elz = Elz (1 + 2 e)

= Elz ez

(d)

Dengan memasukkan suku-suku di atas ke matriks fleksibilitas untuk ujung k, kita peroleh

FMkk

= 6Elz

L [ 2L e 3 3Lez

3Lez] 6e2

(6-65)

lnversi matriks ini menghasilkan


SMkk

L 3 e 2 e6

2Elz [

6e 2 -3Le2

-3Le2 ] 2L2 e 3

( 6_ 66 )

Submatriks lain pada SM dapat dicari dengan teknik translasi sumbu (lihat Pasal 6.11). Tabel 6-3 menunjukkan matriks yang dihasilkan, dan pembaca sebaiknya membandingkan tabel ini dengan Tabel 4-2 dalam Bab 4. Perhatikan bahwa bila SE rrie'hdekati tak berhingga (untuk sambungan tegar), konstanta e mendekati nol dan matriks dalam Tabel 6-3 menjadi sama dengan matriks dalam Tabel 4-2. Rumus untuk matriks transfer juga dapat diturunkan dalam bentuk literal. Untuk itu, tinjaulah Gambar 6-2ld yang memperlihatkan gaya satu satuan Genis AQ 1 ) dalam arah YM yang bekerja di titik ; sedang, Gambar 6-21e menunjukkan momen satu satuan (jenis A 22 ) bekerja dalam arahzM di titik yang sama. Dari beban satuan ini, matriks fleksibilitas Fal2l2 untuk ujung Q dari segmen sepanjang a diperoleh sebagai

((---

6Elz

a [ 2a ea 3ae2
3ae2 6e1

(6-67)

Perbandingan suku ini dengan suku dalam Persamaan (6-65) menunjukkan bahwa L diganti oleh a,. dan e2 pada posisi 2,2 diganti oleh e1 . (Jadi, matriks ini sama bentuknya seperti untuk balok dengan sambungan elastis hanya di ujung j.) Dari sini, bagian-bagian dari matriks TML dapat dicari dengan rumus dalam Persamaan (6-33), Pasal 6.11. Jadi, (6-33)
ulangan

356

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Tabel6-3 Matriks Kekakuan Batang untuk Balok dengan Sambungan Elastis


L 2 ez L 2 ez 3 ez 4 : 6 2 L es : - V ez L 12 6 I 12 z 6 . - L 3 ez - U ez : L 3 e - U ez 6 2 .: 6 4 Lz e2 L 1 - Lz ez L e3 L 3 e2 6 V ez
12 6 : 12 :-L 6

--------------+-------------I

Dalam persamaan ini, matriks FbQQ sama seperti F0 QQ, tetapi a diganti dengan b dan suku di luar diagonal bertanda negatif. Matriks TML yang dipero]eh ditunjukkan dalam label 6-4, yang bagian-bagiannya juga dihubungkan dengan prinsip keseimbangan (lihat Persamaan 6-35a dan b). Bila e disamakan dengan nol, elemen dalam Tabel6-4 menjadi sama seperti elemen dalam Persamaan (6-4) untuk balok dengan titik kumpul tegar (lihat Pasal6.4). Matriks yang serupa dengan matriks dalam Tabel 6-3 dan 6-4 juga bisa diturunkan untuk kasus sambungan elastis yang tak sama di ujung j dan k serta untuk kasus sambungan elastis hanya di satu ujung balok. Selain itu, jenis sambungan elastis dan jenis batang struktur lainnya bisa ditinjau.

6.16 Defonnasi Geser. Pada balok, portal, dan balok sifang, deformasi batang akibat gay a geser mungkin cukup besar. Jika ini terjadi, pengaruh deformasi geser harus disertakan dalam analisa struktur dengan melakukan modiflkasi yang tepat pad a matriks SM dan TML Matriks yang dimodifikasi untuk balok prismatis dibahas dalam pasal ini, dan perubahan yang dilakukan pada matriks balok bisa diperluas untuk mengubah matriks bagi portal dan balok silang. Elemen matriks kekakuan yang dimodifikasi SM untuk batang balok dengan deformasi geser dapat diturunkan dengan cara yang sama seperti yang digunakan dalam pasal sebelumnya untuk batang balok dengan sambingan elastis. Gambar 6-22a memperlihatkan batang kantilever dengan gay a sa tu satuan dalam arah yM yang diberikan di ujung k. Gaya ini menimbulkan deformasi lentur dan geser pada batang, seperti ditunjukkan dalam gambar. Jadi, translasi di ujung k bisa dituliskan sebagai
Fu = - -

3E]z

V +-fL
GAx

(a)

Dalam persamaan ini, suku pertama adalah akibat lenturan dan suku.kedua menyatakan akibat gaya geser (lihat Lampiran A). Untuk menyederhanakan Persamaan (a), kita

Tabel6-4 Matriks Transfer untuk Balok dengan Sambungan Elastis


b -y (3ad + be4)
ah 2
12
2

L
b .

6ab

<'1l'z

I
TML

= 12e 2 ab

+ e 4 L2

~--~-~{~~2-~-~~~----~=~=~~~~-~-:~~~~2-~-~~~~6ab
- T. (ae1 + 3beD

- -y:

e1e2

a b L (ae~ + be2)

~2 ( - a'1 t'4 + 3ab2ez + 2b:Jel)

Topi k Khusus untuk Metode Kekakuan

357

-;-=;=:=--:
\b)

1-.__':J
Gambar 6 -22. Bal ok dengan deformasi geser.

definisikan konstanta geser tak berdimensi g sebagai


g

= GAxL
La

6.fEl x
2

(6-68)

Substitusi faktor bentuk

f (yang dinyatakan dalam g) ke Persamaan (a) menghasilkan

Fu

= 3/z + 6/ zg = 3/ 7. l + 2

L3

La (

g)

(b)

Deformasi geser tidal< menimbulkan ro tasi penampang lintang di k (hanya translasi). Oleh karena itu, fleksibilitas F 21 (lihat Gambar 6-22a) hanya ditimbulkan oleh lenturan dan besarnya ialah

2 F21 = - 2Elz

(c)

Dengan alasan yang sama, momen satu satuan yang diberikan di k hanya menimbulkan deformasi lentur; jadi, matriks fleksibilitas

Mkk

= 6EI [
z

22 ( 1 + 2 3L

!)

(6-69)

lnversi F Mkk menghasilkan

_
Mkk-

L3(1

2Eiz [ 6 + 2g) -3L

(6-70)

358

Analisa Ma1riks untuk Struktur Ran-gka

Tabel6-5 Mattiks Kekakuan Batang untuk Balok dengan Deformasi Geser

12 L3

L2

S~o~ =

Elz 1 + 2g

_i ( 1 +
L

12 6 - 3 -2

---------+---------------: 12 6
:
(1 - g)

K) l -~ 2 L
I

:-V
2

12

6 2

.3. (1 L
1

g)

3 - 2

:2 i

!-~2 i ( + 1)

Bagian lain dari SM ditentukar dengan cara yang sama seperti sebelurnnya, dan hasilnya diringkas dalam Tabel 6-5. Perhatikanlah, jika konstanta geser g sama dengan nol, matriks dalam Tabel 6-5 menjadi sama dengan matriks dalam Tabel 4-2. Matriks transfer TML untuk balok juga harus dimodiflkasi untuk pengaruh deformasi geser. Matriks ini dapat diturunkan dengan meninjau Gambar 6-22b yang memperlihatkan pengaruh gaya satu satuan Genis A,e 1 ) dalam arah YM di titik .e. Translasi di titik Q akibat gay a ini sama seperti yang diberikan dalam Persamaan (b), tetapi L diganti dengan a. Jadi, matriks fleksibilitas untuk ujung Q dari segmen sepanjang a ialah

F.11 ~ 6;~,[ 2at + ~) ~a]

(6-71)

yang analog dengan Persamaan (6-69). Selanjutnya, matriks TML diturunkan dengan . Persamaan (6-33), dan hasilnya dituliskan dalam Tabel 6-6. Jika konstanta g sama dengan nol, elemen dalam Tabel 6-6 menjadi sama seperti elemen dalam Persamaan (6-4). Dengan demikian, pengaruh deformasi geser pada balok bisa diperhitungkan secara mudah'dengan memodiftkasi matriks SM dan TM L 6.17 Sambungan Bergeser. Pada struktur dengan titik kumpul tegar, sarnbungan rangka umurnnya cukup besar dibanding dengan panjang batang. Portal baja yang di rancang menahan beban lateral cenderung mempunyai sambungan penahan momen yang besar, dan portal beton bertulang dengan elemen-elemen yang tinggi biasanya memiliki titik kumpul yang buntak (bulky). Pengabaian dimensi titik kumpul tersebut dalam analisa dan perancangan struktur rangka dapat menimbulkan kesalahan yang cukup berarti. Oleh karena itu, metode untuk memperhitungkan pengaruhnya dibahas dalam pasal ini dengan judul sambungan bergeser (offset connection).
Tabe/6-6 Matriks Transfer untuk Balok dengan Deformasi Geser

TML = - ------------------------------ ---------1 + 2g a2 6ab

-V [3a + b + 2b(Lib'fg) ab -V { 1 + (Lib)g] -La [a+ 3b + 2a(L!a'fg] a1 b L (1 + (Lia)g]

b2

6ab V

b U (2a - b - 2gL)

-v

a L (2b - a- 2gL)

Topik Khusus untuk Metode Kekakuan

359

tM _ _ __;CH-I__, 0

(o)

lb)

Gambar 6-23. Batang balok dengan penampang berbentuk kanal.

Jenis sambungan bergeser lainnya dijumpai pada penampang lintang batang yang tidak simetris d3J.am dua arah . Pada kasus ini, lendutan lentur dan puntir sating berkait an (coupled) karena sumbu pusat geser (shear center)*- batang tidak berimpit dengan sumbu pusat (centroidal axis). Gambar 6-23a memperlihatkan batang balok dengan penampang lintang berbentuk kanal. Sumbu pusat gesernya melalui titik 0 dan eksentris terhadap sumbu pusatnya yang melalui titik C. Jika sumbu pusat geser diambil sebagai sumbu batang xM, gay a pada bidang xM-YM akan menyebabkan batang bergeser dalam arah YM tanpa terpuntir. Akan tetapi, jika gaya yang diberikan eksentris terhadap sumbu pusat geser, penampang lintang akan melendut seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6-23b. Dalam gambar ini dianggap bahwa titik 0 bergeser dalam arah YM sejarak Dh dan penampang lintang juga berputar terhadap sumbu xM (sumbu pusat geser) sebesar D2 . Jenis kaitan ini dapat dihindari jika titik kumpul antara batang diletakkan di perpotongan sumbu-sumbu pusat geser dan jika gaya yang diberikan memotong sumbu tersebut. Jika tidak, masalah eksentrisitas pusat geser diperlakukan sebagai sambungan bergeser. Bila titik kumpul berukur311 terteritu atau jenis sambungan bergeser Jainnya dianggap kaku tak berhingga, maka sambungan ini bisa diperlakukan sebagai benda tegar dalam struktur .t Dengan anggapan ini, aksi, perpindahan, dan kekakuan di ujung batang yang bertemu di titik kumpul seperti ini harus ditransformasi ke titik kerja yang ditentukan pada benda tegar tersebut. Gambar 6-24 memperlihatkan batang portal ruang dengitn sambungan bergeser di kedua ujungnya. Titik p dan q pada benda tegar diambil sebagai titik kerj~ yang dijadikan dasar informasi untuk titik kumpul j dan k. Pertarna, sembarang aksi A; dan Ak di ujung batang ditransformasi ke aksi yang ekivalen secara statis Ap dan Aq di titik kerja dengan bentuk umum Persamaan (6-13):

[ !: ] = [ ~J

~J [!: ]

(6-72)

Pada kasus batang portal ruilng, vektor A; terdiri dari A;t. A;2 , . . , A;6 seperti di tunjukkan oleh indeks perpindahan titik kumpul di titik j pada Gambar 6-24. Vektor Ak, Ap, dan Aq juga terdiri dari aksi yang serupa di titik k, p, dan q (lihat garnbar).
*Untuk pembahasan mengenai benda tegar pada struktur r~a, lihat W. Weaver, Jr., "Dynamics of Elastically Connected Ri,gid Bodies", Developments in Theoretical and Applied Mechanics, Vol. 3, diedit oleh W.A. Shaw, Pergamon Press, New York, 1967, hal. 543-562. tUntuk pembahasan lentut pada .baiok taksimetris, lihat S.P. Timoshenko dan J.M. Gere, Mechimics of Material, D. Van Nostrand, New York, 1972, hal. 273-284.

360

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

k ---7, k1 k4

.1(*31
k6

I I
I

I I I
I

I
}---~-,~--------------------1-----~-----x

I I

~--~--~-~~-==-=-=---~-=--=-J-//

------k:.

Gambar 6-24. Batang portal ruang dengan sambungan bergeser.

Matriks transformasi translasi sumbu Tpj dan Tqk keduanya sama seperti matriks dalam Persamaan (6-13) pada Pasa16.11. Persamaan (6-72) bisa diringkas sebagai (6-73) dengan (6-74) ! dan

T=[TpJ 0 Tqk

0]

(6-75)

Matriks transformasi T adalah operator gabungan yang mengubah aksi pada AMs men jadi aksi yang ekivalen secara statis pada AMs uatuk benda tegar. Aksi ini semuanya berada dalam arah sumbu struktur. Perpindahan di titik kumpul j dan k juga dapat dinyatakan dalam perpindahan di titik p dan q dengan memperluas Persamaan (6-17) sebagai berikut: (6-76) Vektor perpindahan dalam persamaan ini selaras dengan vektor aksi dalam Persamaan (672). Secara ringkas, Persamaan (6-76) bisa dituliskan sebagai (6-77) dengan (6-78)

Topik Khusus untuk Metode Kekakuan

361

dan
TT = [

T~i 0

T ok

<! J

(6-79)

Matriks kekakuan batang ~s juga dapat ditransformasi ke titik referensi p dan q. Untuk itu, tinjaulah hubungan aksi-perpindahan
AMs

= SMsDMs

(a)

Substitusi Persamaan (6-77) untuk DMs menghasil.kan


AMs

= SMs TTDMa
SMsTTDMa

(b)

Dengan memasukkan persamaan ini ke Persamaan (6--73), kita peroleh


AMa

=T

(c)

Jadi, matriks yang men!Ulubungkan AMs dengan DMB ad~ah


SMa

=T

SMsTT

(6-80)

Dalam persamaan ini, SMa adalah matriks kekakuan batang untuk aksi di titik p dan q akibat perpindahan satuan di titik tersebut. Transformasi yang dinyatakan oleh Persamaan (6-73) , (6-77), dan (6-80) berlaku bagi ~emua jenis struktur rangka dengan sambungan bergeser. Persamaan ini bisa disertakan dalam program komputer pada Bab 5 jika dikehendaki. Tentunya, transformasi tidak diperlukan bila dimensi sambungan sedemikian kecil hingga bisa diabaikan. Contoh. Batang balok mendatar pada portal ruang persegi (lihat Gambar 6-25) memiliki sambungan bergeser di kedua ujungnya. Jarak pergeseran di ujung j ~dalah c, dan pergeseran di ujung k sama dengan d. Operator translasi untuk contoh ini ialah
(d)

Dengan memasukkan matriks ini ke Persamaan (6-73), (6-77), dan (6-80), kita peroleh
A~m
SMs

= TA ~1 s = {A..,s eA..,.,.+
=
=
TSMsT T

A.ltS2 A..ws3 - dAMs3 + A .,t.>.o}

(e)

DM s = TTDMo =

{ D.,tBI + cDMB2 DMB?. D.usa - dD..,B~ . D.wH -o } 3L + 6c -6 2.L 2 + 6Lc + 6c 2 -3L -6c 6 Simetris 3L + 6d V + 3Lc.: + 3Ld + 6cd -3L - 6d 2L 2 + 6Ld + 6d2

2E1z[
V

m
(g)

6.18 lnterak.si Aksial-Lentur. Dalam seluruh pembahasan sebelumnya dianggap tidak ada interaksi antara gaya aksial dan momen lentur pada batang struktur. Anggapan ini memadai dalam banyak ha!; namun, jika gaya aksial sangat besar atau jika batang sangat langsing (slender), analisa yang lebih akurat diperlukan. Analisa seperti ini harus memperhitungkan momen lentur tambahan y ang ditimbulkan oleh gaya aksial pad a saat batang melendut secara lateral. Interaksi aksiallentur ini, yang kadang-kadang disebut pengaruh balok-kolom atau penga1Uh P-fl., menyebabkan p erubal1an paaa matriks kekakuan batang SM dan matriks transfer TML Pertama, marilah kila tinjau perubahan yang diperlukan pada matriks kekakuan M untuk batang balok. Gambar 6-26 memperlihatkan balok terkekang yan~ batang S

362

Anallsa Matriks untuk Struktur Rangka

Gambar 6-25. Batang balok dengan ukuran titik kumpul tertentu.

memikul gay a aksial tekan P serta translasi satUan dan rotasi satuan di ujung j (gambar untuk perpindahan yang serupa di ujung k tidak diperlihatkan). Gaya aksial bisa bersifat tarik at au tekan, tetapi tekanan umumnya lebih penting dari pada tarikan karena adanya kemungkinan tertekuk. Akibat lendutan lateral pada balok (lihat gambar), momen lentur balok berubah dengan adanya gaya aksial. Suku yang dimodifikasi pada matriks kekak.uan batang SM dituliskan dalam Tabel 6-7. Setiap suku dinyatakan sebagai hasil kali kekakuan tanpa interaksi aksial-lentur (Tabe1 4-2) dan fungsi kekakuan s. Empat furigsi kekakuan didefinisikan dalam Tabel 6-8 untuk gaya aksial tekan, tarik, dan nol.

'*~J...-.---......:::::::::~~
SMZI

(a)

Gambar 6-26. Kekakuan batang untuk ba1 ok yang memikul gaya aksial.

Tabe/6-7 Matriks Kekakuan Batang untuk Balok yang Memikul Gaya Aksial
3Lsz -2Usa -3Ls 2 L 2 s.

Topik Khusus untuk M~tode Kekakuan

Tabe/ 6-8
Fungsi Kekakuan untuk Balok yang Memikul Gaya Aksial
I

Kondisi Gaya Aluial

Fungsi
SJ

!:-e1Can
(kL)lsbl kL
124r
' c?'

Nol

Tarilc

(/CL)li~kL l2fn.
(kL)1 (cosh kL - l)

,,,

'

s.
S;

(kL)1(l - cos kL)

6t/lc
kL(sin kL - kL cos kL)

1
I

64r
lcL(kL cosh kL - sinb kL)

#c
kL(IcL - sin

...,.

$4

UJ

2tk

kL(sinh kL - kL) 24>7

q,c .. 2 - 2 cos kL - kL sin kL

""" = 2 - 2 cosh lL

+ kL sinb kL

k-&

Elz

Semua rumus dalam tabel ini dapat diturunkan _ dari analisa balok elementer dengan memperhitungkan pengaruh gaya aksial. Elemen matriks transfer TML diperlihatkan pada Garnbar 6-27 untuk balok yang memikul gaya aksial tekan P. Elemen ini juga diperoleh dari analisa balok dengan mem-

(a)

t
p

'MLI2

t
~z=l
(b)

TML32

_._~~~ --------<2)~~~ ------2~1------------~k~~-------XM


9 /

~L42

TML22

rM

Gambar 6-27. Elemen matriks transfer TML untuk balok yang memikul gaya aksial.

364

Analisa Matriits unt uk Strukt ur Rangka

perhitungkan interaksi aksial-lentur; hasilnya dituliskan dalam Tabel 6 -9. Bila gaya aksial sama dengan nol, matriks TML menjadi sama seperti matriks dalam Persamaan (6-4). Jika interaksi aksial-lentur diperhitungkan dalam analisa portal bidang atau ruang, metode kekakuan di muka perlu dimodifikasi (selain .p erubahan yang telah dijabarkan untuk SM dan TMd Analisanya rumit karena gaya ~sial batang berkaitan dengan perpindahan titik kumpul. Oleh karena it u, analisanya harus dilakukan secara siklik. Pada siklus analisa pertama, metode keka.kuan diterapkan sepert i yang dibahas dalam Bab 4. Pada siklus kedua, gaya aksial pada batang yang diperoleh dari siklus pertama digunakan untuk menentukan kekakuan batang yang dimodifikasi (lihat Tabel 6-7 dan 6-8) dan juga untuk menentukan gaya jepit ujung yang dimodiflkasi (Iihat Tabel 6-9). Setelah siklt.is kedua selesai, harga gaya aksial yang baru dicari dengan menggunakan kekakuan d an gaya ujung batang yang telah dimodiflkasi. Proses ini diulangi hingga dua analisa yang berurutan memberikan hasil yang sama a tau mendekati. Analisa met ode siklik di atas bisa digunakan untuk menentukan beban tekuk untuk portal. Beban pada portal diperbesar secara berangsur-angsur hingga matriks kekakuan Spp menjadi singular. Singularitas ini merupakan kriteria untuk menent ukan besarnya beban yang menyebabkan ketidakstabilan elastis pada ragam tekuk pertama (fundamental buckling mode) .

Tabe/6-9 Elemen Matriks Transfer TML untuk Balok yang Memikul Gaya Aksial
~

Kondist

G a J;_a Aksiat
Tari k
~ (cosh kL - cosh ka + cosh kb

Elemen
I

Tekan
4>c (eo~ kL - cos ka + cos kb
+ kbsin k'L-1)

Nol

T,;Lll

b2(3a + b)

kb sinh kL -

TILL>,

k r/>c (sin kL - sin ka - sin kb - kb cos kL + kL CO$ kh - ./<4)

_ ab'
L'
aJ(a. ;t~3b..)

k~ (sinb kL

- sinb ka - sinb kb

- kb cosh kL + kL wsh Ab - ka)

T,.u.

..!.. {CO$ -kL


I

- cos kb + cos ka r/>c +kasinkL-1)

u
a~b

~(cosh kL- cosh kb


- ka sinh kL - I}

+ c. OSh ka

T:,..w

J(i/> (-sin kL + sin kb + sin l<a ' c .


+kacos kL
.1<

- kL~ka

+kb)

V
6ab

k~ {-sin!\ 'kL

+ sinh kb + sinb ka,

+ ka cosh I<L - kL coshka + lcb)

TIIL1t

fc.~(sin ka + sin kb - fin kL)

17
b(2a - b)

A (-sinn ka </>r

sinh kb + sinh kL)


.

r,.,_..
TillJJ~t

I <lie (cos kL

+ cos kb
I)

- cos. ka

+ kL sin kb k - (- sin ka
1/>(

L'
kb +sin kL) 6ab --v a(2b - a)

~;(cosh kL

+ cosh kh -cosh ka

- kL sinh kb - I)

~ sin

~ (sinh ka + sinh kb -

sjnli kL)

I
I

TIliA

11>/ cos kL +cos ka - cos4cb

+kLsin ka - I)
~c- =

(cOsh kL +
~

~sb ka -

cosh kb

- kL ~inh

- I)

2 - 2 cos kL - kL sin kL

<h = .2 - 2 cosh kL + kL sinh kL

k=l: El%

ACUAN PILIHAN

A. Mekanika Teknik Dasar


I. Laursen, H. I., Structural Analysis, Ed. ke2, McGraw-Hill, New York, 1978'. 2. Norris, C. H., Wilbur, J. B., dan Utku, S., Elementary Structural Analysis, Ed. ke3, McGraw-Hill, New York, 1976.

B. Analisa Matriks untuk Struktur


l. Beaufait, F. W., Rowan, W. B., Jr., Hoadley, P. G., dan Hackett, R. M., Computer Methods of Structural Analysis, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, 1970. 2. Hall, A. S., d!ln Woodhead, R. W., Frame Analysis, Ed. ke2, Wiley, New York, 1967. 3. Kardestuncer, H., Elementary Matrix Analysis of Structures, McGraw-Hill, New York, 1974. 4. Laursen, H. I., Matrix Ana/5Tsis of Structures, McGraw-Hill, New York, 1966. 5. Martin, H. C., Introduction to Matrix Methods of Structural Analysis, McGraw-Hill, New York, 1966. 6. McGuire, W., dan Gallagher, R.H., Matrix Structural Analysis, Wiley, New York, 1979. 7. Meek, J. L., Matrix Structural Analysis, McGraw-Hill, New York, 1971. 8. Rubinstein, M. F., Matrix Computer Analysis of Structures, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, 1966. 9. Rubinstein, M. F., Structural Systems-Statics, Dynamics,. and Stability, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, 1970. 10. VaoderbUt, M. D., Matrix Structural Analysis, Quantum, New York, 1974. 11. Waog, C. K., Matrix Methods of Structural Analysis, Ed. ke2, International, Scranton, Pennsylvania, 1970. 12. Willems, N., dan Lucas, W. M., Jr., Matrix Analysis for Structural Engineers, PrenticeHall, Englewood Cliffs, New Jersey, 1968.

C. Metode Elemen Berhingga


I. Cook, R. D., Concepts and Applications of Finite Element Analysis, Wiley, New York, 1974. 2. Desal, C. S., dan Abet, J, F., Introduction to the Finite Element Method, D. Van Nos-

trand, New York, '1972. 3. Gallagber, R. H., Finite Element Analysis Fundamentals, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, 1975.

366

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

4. Martin, H . C.,dan Carey, G. F., Introduction to Finite Element Analysis. McGraw-HiD, New York, 1973 . 5. Norrie, D. H., dandeVries, G., The Finite Element Method, Academic Press, New York,

Jm.
6. ()den, J. T ., Finite Elements of Non/inear Continua , McGraw-Hill , New York, 1972. 7. Pnemienlecki, J. S., Theory of Matrix Structural Analysis, McG~w-Hill . New York, 1968. 8. Zienkiewicz, 0. C., The Finite Element Method, Ed. ke3, McGraw-Hill, London, 1977.

D. Metode Numerik
I. Batbe, K. J., .dan Wilson, E . L., N umerical Methods in Finite Element Analysis, PrenticeHall, Englewood Cliffs, New Jersey, 1976. 2. Fox, L., An IntroduCtion to Numerical Linear Algebra, Oxford University Press, New York, 1965.

E. Program Komputer
I. Hammood, R. H., Rogers, W. B., dan Houck, B., Jr., introduction to FORTRAN IV, Ed . ke 2., McGraw -Hill, New York , 1978. 2. McCracken, D. D., A Guide to FORTRAN N Programming, Ed. ke2, Wiley, New York, 1972. .

NOTASI

TabelN-1 Matriks yang Digunakan dala~ Metode Gaya (Pasal 2.1-2.5)

nQ
~

qXl q X J qxq

gn., DQp, l'tQa

q X)

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Tabel N-2
Matriks yang Digunakan dalam Metode Gaya yang Formal (Pasal 2.6-2.7)

Matrl/cs

Definisi

As
~

Ao
Bus
BliJ

BM<I
Ds

DJ
Da Fs

FJJ
F.~a

FQJ FQQ
AllY

BRS BRJ BIIQ

Aac

FleksibilitaS,.di ujung k pada batang i (dalam arau batang) Gaya di ujung k pada batang i (dalam arah batang) Perpindahan di ujung k relatif terhadap ujungj pada batang (dalam arah batang) Matriks fl~ksibilitas takterakit (dalam arah batang) Gaya di ujung k pada semua batang (dalam arah batang) Perpindahat\ di ujung k relatif terhadap ujung j pada semua batang i dalam dalam arah batang) Aksi dalam arah struktur Aksi di titik kumpul Gaya kelebihan Gaya AM akibat sa tu satuan gaya As Gay a AM akibat sa tu satuan gay a AJ Gaya AM akibat satu satuan gaya AQ Perpindahan dalam arah struktur Perpindahan di titik kumpul Perpindahan yang selaras dengan gay a kelebihan Matriks fleksibilitas terakit Perpindahan DJ akibat satu satuan gaya A1 Perpindahan DJ akibat sa tu satuan gaya AQ Perpindahan DQ akibat sa tu satuao gaya AJ Perpindahan DQ akibat sa tu satuan pya AQ Gayajepit ujung (dalam arah batang) Reaksi AR akibat sa tu satuan gay a As Reaksi A'R a:\tibat satu satuan gaya AJ Reaksi AR akibat saru satuan aaya AQ Be ban gabungan yang diberilcan di tumpuan

Notasi

369

TabelN-3 Matniks yang Digunakan dalam Metode Kekakuan (Pasal 3.1-3.4)


Matriks D

erdo

dxl

qXl
d X1

dxd

dXl

Aoo

d X 1

AM
AM!.
kMD

m xI m x l mxd

~,AMl'A,Mll

mx 1
m
X

Gaya ujung~ 9at@g p;ada str\l){tur setnula (m = jumlaii ga.y;a u)ung) Gaya ujung batang pada struktur terkeka~ akibat semU;a beban kecuaU yang sel~ras tlen~tt petp'indahan yang-tlilCdiketahui Gaya u)ung "Qatang pada sJniktl}r terke.kang akibal perpiniiahan sa tu satilan Gay!t ujJlll& batang gada stru:kt.u r terkekang akibat suhu, praregang, dan perpind"aha'n tumpu;. an
AMc = AML

Awe
A~

1
I

+ AMT + AMP +

AMR

ARL

' )( 1
, X

Am>
ART, Alii', AlU,!

rxd r x I
r X]

~c

370

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

TabelN-4
Matriks yang Digunakan dalam Metode Kekakuan yang Fonnal (Pasal3.5-3.6)
Mt~trlkl

Definlli
Kekakuan di ujung k pada batang i (dalam arah batana) Gaya di ujung k pada batang t (dalam ara]l batang) Perpindahan 'i:il \ij\ing k relatlf terbadap ujung I pada batang t (dalam arah batang) Matriks kelcakuan takteralcit (dalam arah batang) Gaya di ujung k untuk semua batang (dalam arah batang) Pcrpindahan di ujung k relati,f terbadap ujungj pada semua batang (dalam a~ batang) Perpindahan di semua titik kumpul Perpindahan titik kumpul bebas Perpindahan titik kumpul yang dikekang P.e rpindahan DM akibat sa tu satuan perpindahan DJ Perpindahan DM akibat sa tu satuan perpindahan DF Perpindahan DM klbat satu satuan perpindlihan DR Gaya di semua titUc kumpul Gaya di titik kumpul bebas Reaksi di titik kumpul yang dikekang Matriks lcelcakuan titik terakit Gaya Av akibat sa tu satuan perpindahan Dv Gaya Ap aki'bat sa tu satuan perpindahan Da Reaksi AR akibat satu satuan perpindahan DF Reaksi AR akibat satu satuan perpindahan DR Gaya ujung batang alcibat be ban (dalam anh batang) &ban gabungan yang diberikan di tumpuan

s,.,
-Aau

n.,.,

DJ D,

c...,
CMr

Da

CMR
AJ
Ar A,. SJ

Sw

s.,.
~

Su
Aaa.
A~~e

Notasi

371
TabelN-5 Matriks yang Digunakan dalam Metode Kekakuan Langsung yang Berorientasi pada Komputer (Bab 4, 5, dan 6)

~-jj.

~Jk
Sil k.~

$_.~<~
SMst

LAMPIRAN A
PERPINDAHAN STRUKTUR RANGKA

A.l Tegangan dan Deformasi pada 'Batang Langsing. 'Bila sua tu struktur dibebani, tegangan akan timbul dalam bahannya dan deformasi akan terjadi. Deformasi adalah sembarang perubahan bentuk pada beberapa bagian struktur, seperti perubahan bentuk elemen yang dipotong dari sua tu batang, sedang tegangan menyalakan aksi tersebar yang terjadi secara internal antara elemen-elemen yang berdekatan pada struktur. Dalam analisa berikut , deformasi dianggap sangat kecil dan bahan dianggap 'e\astis linear (hukum Hooke). Pada kondisi ini, tegangan sebanding dengan regangan pada bJihan dan prinsip superposisi bisa digunakan untuk menggabungkan tegangan, regangan, dan deformasi akibat pelbagai sistem pembebanan. J enis deformasi utama yang akan ditinjau adalah deformasi aksial, lentur, puntir, dan geser, yang masing-masing ditimbulkan oleh resultan tegangan berupa gaya aksial, momen lentur, momen puntir, dan gaya geser. Persamaan untuk tegangan yang bekerja pada penampang lintang, regangan dalam elemen, dan deformasi elemen untuk keempat kasus terse but dibahas secara ringkas dalam pasal ini. Selain itu, deformasi akibat penga ruh suhu dijabarkan. Perhitungan perpindJihan pada struktur dibahas dalam Pasal A.2 dan A.3. Materi ini merupakan bagian penting dari analisa metode gaya (lihat Bab 2) dan dibahas dalarr. Lampiran sebagai ulangan. Pembahasan lebih jauh ten tang materi ini dapat dilihat dalam buku mengenai mekanik:a'.bahan dan teori dasar struktur. Def ormasi Aksial. Batang langsung pada Gambar A-la dianggap memikul gaya tarik P di setiap ujungnya. Akibat gaya ini, batang akan mengalaml tarikan .murni, asalkan setiap gaya bekerja di titik berat bidang penampang lintang. Di sejarak x dari ujung kiri, tegangan tarik Ux pada penampang lintang ialah
U:r

p = A

(A-1)

dengan A adalah luas penampang lintang. Regangan aksial ex pada batang sama dengan tegangan dibagi dengan modulus elastisitas E dari bahan:
E
;r

=-= -

U:r

p EA

(A-2)

Besaran EA discbut ketegaran aksial batang.

Perpindahan

St~uktu~

Rangka

373

(o)

Gamber A-1. Deformasi aksial.

Perubahan panjang dtl. dari elemen dengan panjang awal dx ditunjukkan pada Gambar A-1 b dan ditentukan oleh rumus
d~

= E:r dx = dx EA

(A-3)

Perpanjangan total batang ~ diperlihatkan pada Gambar A-1 a dan diperoleh dengan mengintegrasi dtl. sepanjang L sebagai berikut:

!l

= Jd ~ =

LL _!_ dx o EA
EA

(A-4)

Jika batang bersifat prismatis dan E konstan , integrasi Persarnaan (A-4) menghasilkan

~= PL

{A-5)

Persamaan ini akan digunakan untuk menghitung perubahan panjang batang yang memikul gaya aksial konstan. Jika gaya aksial P bervariasi sepanjang batang, Persamaan (A-4) tetap dapat dipakai dengan menyatakan P sebagai fungsi dari x dan melakukan integrasi. Jika batang meruncing (tapered), A harus dituliskan sebagai fungsi x sehingga integrasi dapat dilakukan. Deformasi Lentur. Batang yang dibebani m omen lentur mumi akibat kopel M yang bekerja di setiap ujungnya diperlihatkan pada Gambar A-2a. Bidang lentur (bidang x-y) dianggap bidang simetri balok, sehingga sumbu y adalah sumbu simetri bidang penampang lintang (lihat Gambar A-2b). Dengan kata lain, sumbu y dan z adalah sumbu utama melalui titik 0 yang dipilih di titik berat penampang. Bila momen lentur M bekerja seperti yang ditunjukkam pada Gambar A-2, maka semua perpindahan pada balok akan terletak pada bidang x-y. Jika penampang lintang balok tidak simetris terhadap sumbu y, anallsa Jentur menjadi lebih rurnit karena lenturan tidak lagi terjadi pada bidang tunggal. Oleh karena itu, pusat geser {shear center) penampang lintang harus diambil sebagai titik 0, serta bidang y dan z harus sejajar sumbu pusat utama. Balok kemudian dianallsa untuk Jenturan dalam kedua. bidang utama dan juga untuk puntir; hasilnya digabungkan untuk memperoleh tegangan dan perpindahan akhir . Tegangan ientur Ox di suatu penampang lintang balok ditentukan sebagal

(]" = - l z
J:

My

(A-6)

dengan y adalah jarak dari sumbu netral' (sumbu z) ke sembarang titik A pada penampang (lihat Gambar A-2b), dan /z adalah momen inersia bidang penampang lintang te~hadap SUITibu z. R<egangan lentur Ex di titik A sama dengan tegangan Jentur dibagi oleh modulus elastisitall;jadi,

374

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

y~ )-C:j
( 0)

( b)

(c)

(d)

Gambar A-2. Deformasi lentur.

=-= - -

CT:r

My

Elz

(A-7)

Ruas kanan dalam Persamaan (A-6) dan (A-7) bertanda negatif karena momerr lentur positif M menimbulkan tegangan negatif (tekan) pada daerah y positif. Sudut rotasi relatif dfJ antara dua penampang lintang ditunjukkan pada Gambar A-2c. Untuk sudut rotasi yang kecil, sudut ini dapat dihitung dengan membagi pemendekan ab pada se rat sejarak y dari sumbu netral dengan jarak y sendiri. Karena jarak ab sama dengan - exdx, persamaan untuk d8 menjadi

dO= -e:rdx y
Substitusi Persamaan (A-7) ke persamaan ini menghasilkan

dO= - d x Elz

(A-8)

Besaran Elz pada penyebut disebut ketegaran lentur balok. Persamaan (A-8) dapat digunakan untuk menghitung sudut rotasi dari perpindahan balok. Sebagai contoh, tinjaulah balok pada Gambar A-2d. Balok ini mengalami lentur murni dan dianggap terjepit (tidak berputar) di ujung kiri A. Sudut rotasi 8 pada ujung B bisa ditentukan dengan mengintegrasi d8 (lihat Persamaan A-8) sepanjang batang. Persamaan untuk 8 ialah
0=

JdfJ = Jo [L .!!..._ dx Elz

(A-9)

dengan dx adalah panjang elemen kecil mn dari balok. Jika batang bersifat prismatis dan E konstan, integrasi Persamaan (A-9) menghasilkan persamaan berikut untuk sudut akibai lentur murni di B: (A-10)

Perpindahan Struktur Rangka

375

Persamaan (A-9) juga bisa dipakai dengan ketepatan yang baik untuk kasus momen lentur yang bervariasi sepanjang balok atau untuk batang yang merunciog. Prosedurnya ialah memasukkan persamaan yang sesuai untuk M dan lz ke Persamaan (A-9) sebelum melakukan integrasi. Lendutan .!l di ujung B pada balok (Gambar A-2d) merupakan jumlah dari jarakjarak yang kecil dil. Setiap jarak ini dibatasi oleh perpotongan garis vertikal melalui B dengan garis singgung dari titik m dan n. Jadi, jarak dil untuk sudut rotasi yang kecil adalah.

dA

= (L

- x)d()

atau dengan menggunakan Persamaan (A-8),

M dA = (L- x)-dx Elz

(A-ll)

Integrasi sepanjang batang menghasilkan perpindahan total .!l untuk balok prismatis:

A=

- dx = J dA = fo (L- x ) Elz 2Elz


t-

MU

(A-12)

Contoh balok dengan lentur murni di atas hanya membutuhkan perhitungan yang sangat sederhana untuk menentukan perpindahan. Teknik yang sama dapat digunakan bila M atau ketegaran lentur Elz bervariasi di sepanjang batang. Pada kondisi yang lebih umum, kita perlu menggunakan metode lain, seperti metode beban satuan yang dibahas pada Pasal A.2, untuk mencari perpindahan balok:Deformasi Puntir. Defonnasi akibat puntir murni pada batang yang berpenampang ungJ<aran diperlihatkan pada Gambar A-3. Batang mempunyai panjang L dan memikul m omen puntir T di kedua ujungnya (lihat Gambar A-3a). * Defonnasi elemen sejarak x dari salah sa tu ujung batang (Gambar A-3b) adalah. rotasi relatif terhadap sumbu x antara satu penampang dengan lainnya. Dalam gambar sudut rotasi relatif diberi notasi

diP.
Bersamaan dengan defonnasi puntir, batang mengalami tegangan geser r dan regangan geser r . Tegangan geser puntir berbanding langsung denganjarak dari sumbu longitudinal; dan besarnya tegangan di sejarak r dari sumbu terse but (lihat Gambar A-3b) ialah
r=-

Tr J

(A-13)

z
(o)
(b)

Gambar A-3. Deformasi puntir.

*Dalam buku ini tanda panah bermata ganda (atau vektor) digunakan untuk menyatakan m omen. Arah m omen ini sesuai dengan aturan tangan.kanan.

376

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Suku J adalah m omen inersia polar penampang lingkaran; jadi, J sama dengan 11R4 /2 hila R adalah jari-jari penampang batang. Tegangan geser maksimum terjadi di permukaan luar batang dan dihitung dengan rum us
Tmaks

=]

TR

{A-14)

Tegangan geser yang bekerja pada penampang lintang lingkaran selalu berarah tangensial (tegaklurus jari-jari) dan sama arahnya seperti momen punt ir T. Regangan geser -y di radius r sama dengan tegangan geser dibagi oleh modulus elastisitas geser bahan G; jadi,
T

Tr

'Y = G

= GJ
TR GJ

(A-15)

Persamaan untuk regangan geser maksimum (lihat Gambar A-3b) ialah


'Ymaks = -

(A-16)

Besaran GJ dalam rumus ini disebut ketegaran puntir batang. Sudut rotasi relatif d~ antara kedua penampang elemen pada Gambar A-3b ialah

d~ =

'Ymaks

dx

seperti terlihat dari geometri dalam gambar. Bila Persatiraam (A-16) dimasukkan, persamaan di atas dapat dituliskan sebagai

d~

= GJ dx

(A-17)

Dari Persamaan (A-17), sudut puntir total ~ (lihat Gambar A-3) dapat dihitung dengan integrasi d~ sepanjang batang. Hasilnya ialah
<I>

= J d~ = JL .I_ dx
o GJ

(A-18)

untuk batang silindris dengan puntir konstan T,

~= TL
GJ

(A-19)

Semua rumus di atas dapat digunakan untuk batang bulat pejal ataupun berongga. Tentunya, J untuk batang berongga harus diambil sama dengan momen inersia polar penampang berbentuk cincin. Perlu diperhatikan bahwa Persamaan (A-18) bisa digunakan untuk batang dengan beban puntir T yang bervariasi s~panjang bentang. Persamaan ini juga bisa dipakai bila J bervariasi, asalkan variasinya kontinu di seluruh daerah integrasi. Pada kedua kasus ini, persamaan untuk T atau J sebagai fungsi x dirnasukkan ke Persamaan (A-18) sebelum integrasi dilakukan. Jika penampang lintang batang tidak berbentuk lingkaran atau cincin, analisa puntir akan lebih rumit dari pada yang dijabarkan di atas. Namun, untuk puntir murni dengan momen puntir T konstan sepanjang bentang, rumus sudut puntir dalam Persamaan (A-19) masih dapat digunakan dengan ketepatan yang baik, asalkan J diambil sebagai konstanta puntir yang sesuai dengan penampang yang ditinjau. Konstanta puntir untuk pelbagai bentuk penampang diberikan dalam Lampiran C.

Perpindallan Struktur Rangka

377

~a~ I , l tv
t
I

~dx~
(a) (b) (c)

Gambar A-4. Deformasi geser.

Jika penampang lintang batang tidal< berbentuk lingkaran, penampang akan mengalami lekukan (warping) yang merupakan perpindahan longitudinal titiktitik pada penampang lintang, sehingga penampang tidal< lagi datar. Lekukan terjadi pada kasus balok I dan kanal serta banyak penampang lainnya, dan analisa yang lebih rumit harus dilakukan. Namun, pada kasus seperti ini analisa yang berdasarkan puntir mumi saja (dengan mengabaikan pengaruh lekukan) umumnya memberikan hasil yang dapat diterirn:.. Puntir dengan lekukan disebut puntir tak seragam.. De[ormasi Geser. Selain momen lentur, penampang lintang balok umuillllya juga menderita gaya geser. Misalnya, di sejarak x dari tumpuan jepit balok kantilever pada Gambar A-4a akan terjadi momen lentur M (yang dianggap positif hila serat atas tei_tekan) yang ditentukan oleh persamaan M= -P(L - x) (A-20)

Arah positif untuk M diperlihatkan pada Gambar A-4b yang menunjukkan elemen balok dengan panjang dx. Gaya geser V besarnya konstan sepanjang bentang dan dalam contoh ini dihitung dari persamaan

V=P

(A-21)

Gaya geser dianggap positif bila arahnya ke bawah pada sisi kanan elemen dan ke atas pada sisi kiri {lihat Gambar A-4b). Pada kasus yang lebih umum, gaya geser V dan momen lentur M bervariasi sepanjang bentang balok. Tegangan geser pada penampang lintang balok yang berbentuk segi empat akibat gaya geser V dapat dihitung dengan rumus
-r=-

VQ

l zb

(A-22)

Q adalah momen pertama (atau momen statis) terhadap garis netral dari luas bagian pe- . nampang di luar potongan yang hendak ditentukan tegangan gesernya; lz adalah momen inersia luas penampang lintang terhadap garis netral; dan b adalah lebar balok persegi. Persamaan (A-22) dapat dipakai untuk mencari tegangan geser pada beberapa bentuk balok yang lain; rnisalnya, persamaan ini dapat digunakan untuk menghitung tegangan geser pada badan (web) balokl, asalkan b diambil sebagai tebal badan. Namun, tegangan pada balok berpenampang lingkaran tidal< dapat dihitung dengan persamaan ini. Regangan geser 'Y dapat dihitung dengan membagi tegangan geser T dengan modulus elastisitas geser G. Deformasi elemen balok akibat aksi momen lentur saja telah dibahas di muka {lihat Gambar A-2c). Sekarang akan kita jabarkan deformasi akibat gaya geser V. Deformasi
*'Untuk teori puntir talc seragam pad a balok, lihat Oden, J .T., Mechanics of Elastic Structures, McGraw-Hill, New York, 1967, Bab 7.

378

Analisa Matriks untuk Struktur Ran!lka

ini adalah perpindahan relatif d'A antara satu stsi elemen dengan lainnya (lihat Gambar A-4c). Perp'indahan dA ditentukan oleh per<Wnaan

Vdx dA. ;;::; f GA

(A-23)

dengan A adalah lua.s penampang lintang dan f adalah faktor bentuk* yang tergantung pada bentuk penampang lintang. Harga faktor bentuk untuk pelbagai bentuk penampang diberikan dalam Lampiran C. Besaran GA/f disebut ketegaran geser batang Akibat adanya deformasi geser dA pada elemen balok; perpindahan total di titik lain sepanjang balok dipengaruhi oleh defprmasi lentur dan geser. Umumnya pengaruh geser kecil dibandingkan pengaruh lentur, sehingga dapat diabaikan; namun,jika deformasi geser hend"ak disertakan dalam perhitungan perpindahan, metode be ban satuan bisa digunakan (seperti yang dijabarkan pada Pasal A.2). Pada beberapa kasus sedeihana, lendutan akibat deformasi geser dapat dihitung dengan menerapkan Persamaan (A-23) secara langsurig. Sebagai contoh , persamaan ini dapat digunakan dalam perhitungan lendutan Ll. di ujung balok kantilever pada Gambar A-4a. Porsi Lls (yaitu akibat pengaruh deformasi geser saja) pada lendutan total adalah (lihat Persamaan A-21 dan A-23)

.O.s

J dA. = GA fP (L dx = fPL ) GA
0

(A-24)

Bagian lain dari lendutan (Ab) adalah akibat lendutan dan dapat dihitung dengan mengintegrasi Persamaan (A-11). Namun, Persamaan (A-ll) difurunkan dengan menganggap lendutan Ll. ke atas positif, sedang pada Gambar A-4a lendutan Ll. ke bawah. Jadi, tanda pada ruas kanan Persamaan (A-ll) perlu diubah; hasilnya ialah

11

,;;::; JL - (L 1 o

x) M dx

Elz

Momen lentur M untuk balok ditentukan oleh Persamaan (A-20) dan bila persamaan ini dimasukkan ke persamaan di atas, kita peroleh:

_(L(L-x) 2 P _ P3 l1b - ), El dx 3El7. 0 z

(A-25)

Penjumlahan lendutan akibat deformasi lentur dan geser menghasilkan lendutan total fl sebagai
.6.

= l1b + 11 = 3/z + GA

PV

fPL

(A-26)

Dari persamaan ini terlihat bahwa rasio lendutan geser dan lendutan lentur sama dengan 3[Elz /GAL 2 Rasio ini jauh lebih kecil dari sa tu kecuali pad a kasus balok tinggi yang kecil bentangannya;jadi, dalam banyak hal bisa diabaikan. Deformasi Suhu. Bila suhu struktur bervariasi, bentuk struktur cenderung berubah. Deformasi dan perpindahan yang dihasilkan bisa menjadi penting dalam analisa struktur. Untuk mendapatkan rumus deformasi akibat perubahan suhu, tinjaulah batang yang diperlihatkan pada Gambar A-Sa. Perubahan suhu merata di sepanjang batang menimbulkan pertambahan panjang sebesar
.6. ;;::; a.LT

(A-27)

*Lihat S.P. Timoshenko dan J.M. Gere, Mechanics of Materials, D. Van No strand, New York, 1972, ha!. 370- 372.

Perpindahan Struktur Rangka

379

(ol

(I))

(cl

Gambar A-5. Deformasi suhu.

ctengan A adalah perubahan panjang (tanda positif menyatakan perpanjangan)1a actalah koefisien muai suhu ; L adalah panjang batang; dan T adalah perubahan suhu (tancta positif menyatakan kenaikan suhu). Selain itu, semua dimensi lainnya pacta batang akan berubah secara sebanding, tetapi perubahan panjang merupakan satu -satunya yang penting ctalam analisa struktur. Deformasi elemen batang ctengan panjang dx (Gambar A-Sa) analog dengan deformasi untuk batang keseluruhan. Deformasi longitudinal pada elemen diperlihatkan dalam Gambar A-Sb dan sarna jenisnya seperti yang ditimbulkan oleh gaya aksial (lihat Gambar A-lb). Deformasi ini ditentukan dengan persamaan

d~ = aTd~

(A-28)

Persamaan (A-28) dapat digunakan untuk menghitung. perpindahan struktur akibat perubahan suhu merata, seperti yang ditunjukkan dalam pasal berikut. Perbedaan suhu antara ctua sisi balok menyebabkan setiap elemen batang berubah bentuk seperti yang ditunjukkan pada Gambar A-Se. Jika suhu bervariasi secara linear antara T2 di sisi atas balok dan T1 yang lebih panas di sisi bawah, maka penampang lintang balok akan tetap datar seperti yang diperlihatkan dalam gambar. Sudut rotasi relatif d8 antara kedua sisi elemen ialah

dO

= a(T1

- T2)dx

(A-29)

dengan d adalah tinggi balok. Deformasi yang dinyatakan oleh sudut d8 ctalam Persamaan (A-29) serupa ctengan yang ditimbulkan oleh momen lentur pacta batang (lihat Gambar A-2c). Pemakaian Persamaan (A-29) untuk mencari perpindahan balok akan dijabarkan P.aaa Pasal A.2. Rumus-rumus di atas diberikan sebagai acuan dalam penyelesaian soal ctan contoh soal dalam buku ini. Pembahasan yang lebih lengkap mengenai tegangan dan cteformasi dapat dilihat dalam buku mekanika bahan (kokoh).

A-2 Perpindahan dengan Metode Beban Satuan. Metode beban satuan yang ctiturunkan pacta Pasal 1.14 bersifat umum ctan merupakan teknik yang ampuh untuk menghitung perpindahan struktur. Metode ini bisa diterapkan (dalam teorinya) pada struktur statis tertentu atau taktentu, walaupun dalam perhitungan praktis umumnya diterapkan pada struktur statis tertentu karena resultan tegangan di semua titik pada struktur perlu diketahui. Metode tersebut dapat digunakan untuk menentukan perpindahan akibat beban pada struktur, perpindahan akibat perubahan suhu, perpindahan akibat pemasangan yang tak sesuai (misfit) dan pengaruh lainnya. Pengaruh deformasi aksial, lentur, geser, ctan puntir bisa disertakan dalam perhitungan.

380

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Dalam pasal ini metode beban satuan diterapkan pada struktur rangka, dan beberapa contoh numerik akan diberikan. Dalam pembahasannya, perpindahan struktur dianggap kecil dan bahan dianggap elastis linear. Ada dua sistem pembebanan yang harus ditinjau dalam metode beban satuan. Sistem pertama adalah struktur dalam kondisi sesungguhnya, yaitu struktur dengan beban yang sebenarnya, perubahan suhu, atau pengaruh lainnya. Sistem kedua merupakan struktur yang sama dengan beban satuan yang selaras (corresponding) 9engan perpindahan yang hendak dicari pada struktur semula. Beban satuan adalah beban flktif atau kosong (dummy) dan diberikan hanya untuk tujuan analisa. Beban satuan yang selaras dengan perpindahan adalah beban di suatu titik struktur yang hendak-ditentukan perpindahannya dan searah dengan arah positif perpindahan tersebut. lstil~ "perpindahan" bersifat umum seperti yang dijelaskan pada Pasal 1.4. Jadi, perpindahan bisa berupa translasi suatu titik pada struktur, sudut rotasi surnbu batang, atau gabungan translasi dan rotasi. Jika perpindahan yang akan dihitung adalah translasi, maka beban satuannya adalah gaya terpusat di titik yang hendak dicari perpindahannya. Selain itu, be ban satuan harus searah dengan perpindahan dan mempunyai arah positif yang sama. Jika perpindahan yang akan dihitung adalah rotasi, maka beban satuannya adalah m omen di titik yang_ hendak dicari rotasinya dan dianggap positif bila searah dengan rotasi posttif. Secara sama, jika perpindahannya adalah translasi relatif antara dua titik sepanjang g~s penghubungnya, maka beban satuannya terdiri dari dua gaya segaris dan berlawanan arah yang bekerja di kedua titik terse but; dan jika perpindahannya adalah rotasi relatif antara dua titik, beban satuannya terdiri dar4 dua rnomen yang sama besar dan berlawanan arah di titik-titik tersebut. Pada Pasal 1.14, prinsip kerja maya komplementer (complementary virtual work) dikhususkan pada metode beban satuan (lihat Persamaan 1-43) yang bisa dinyatak:an dengan kata-kata sebagai (beban maya satuan)(perpindahan yang tak:diketahui)
=

Jv (tegangan maya)(regangan nyata) d V

Ruas kiri persamaan adalah kerja luar dan ruas kanannya adalah kerja dalam. Untuk batang langsing pada struktur rangka, integrasi seluruh volume bisa diganti oleh integrasi sepanjang bentang dengan meninjau resu1tan tegangan maya dan perpindahan internal yang selaras. Resultan tegangan maya akibat beban satuan a.kan dinyatakan dengan simbol Nu, Mu, Tu, dan Vu, yang masing-masing menunjukkan gaya aksial, momen lentur, rnomen puntir, dan gaya gese.r di suatu penampang lintang pada batang struktur. Tambahan perpindahan yang selaras akan diberi notasi dll untuk deformasi aksial (Iihat Gambar A-lb), d8 untuk deformasi lentur (Gambar A-2c), d<t> untuk deformasi puntir (Gambar A-3b), dan dX untuk deformasi geser (Gambar A-4c). Jadi, kerja dalam dari resultan tegangan maya dan tarnbahan perpindahan yang selaras untuk elemen kecil dapat dituliskan sebagai

Nudtl + Mud8 +

Tud4> + Vud>-..

Suku pertama dalarn persamaan ini adalah keija yang dilakukan oleh gay a aksial Nu (aJdbat beban satuan) bila perpindahan dtl (akibat beban sebenarnya atau pengaruhlain) dibe~ikan pada elemen. Definisi yang serupa juga dapat dibuat untuk setiap suku lainnya: Jadi, kerja total gaya maya dalam adalah

JNvdtl + JM vd8 + JT dcf> + JV~.-d>-..


0

dan integrasinya dilakukan untuk sepanjang bentang semua batang struktur.

Perpindahan Struktur Rangka

381

Kelja luar yang dilakukan beban satuan ialah (1) A dengan A sebagai perpindahan takdiketahui yang hendak dicari. Dengarr menyamakan kelja dari gaya luar dan dalam; kita peroleh persamaan metode beban satuan untuk struktur rangka:

11=

J Nudt:.+ J M ud8 + J Tudcf>+ J V ud>..

(A-30)

Oleh karena beban satuan telah dibagi dari ruas kiri Persamaan (A-30) sehingga hanya terdiri dari suku A, besaran Nu, Mu, Tu, dan Vu harus dipandang memiliki dimensi gaya a tau momen per unit beban satuan yang diberikan. Besaran dA, d8 , dcp , dan dA. dalam Persamaan (A-30) dapat dinyatakan dalam sifatsifat struktur. Bila deformasi aksial hanya diakibatkan oleh be ban luar, persamaan dA menjadi (bandingkan dengan Persamaan A-3)

dt:. = NLdx

EA
dengan N L sebagai gay a aksial batang akibat be ban yang sebenarnya pad a struktur. Demikian juga jika deformasi diakibatkan oleh kenaikan suhu yang merata, persamaan untuk dA ialah {lihat Persamaan A-28)

dA =. a.Tdx
dengan a. adalah koefisien muai suhu dan T adalah perubahan suhu. Persamaan untuk besaran deformasi lainnya akibat beban (bandingkan dengan Persamaan A-8, A-l-7, dan A-23) adalah d()

MLdx

dcf>

= TLdx
GJ

d>.. =fVLdx
GA

El

Besaran ML, TL, dan VL menyatakan momen lentur, momen puntir dan gaya geser akibat beban. Persamaan (A-29) juga dapat digunakan untuk menghitung deformasi d8 akibat perbedaan suhu pada penampang balok. Bila hubungan untuk deformasi akibat beban dimasukkan ke Persamaan (A-30), persamaan untuk perpindahan menjadi (A-31) Setiap suku dalam persamaan ini menyatakan pengaruh salah satu jenis deformasi pada petpindahan total A yang akan dicari. Dengan kata lain, suku pertama menyatakan perpindahan akibat deformasi aksial; suku kedua menyatakan perpindahan akibat deformasi lentur; dan seterusnya unt:uk suku yang lain. Peljanjian tanda yang dipakai untuk besaran dalam Persamaan (A-31) harus konsisten satu dengan lainnya. Jadi, gaya aksial Nu dan NL harus ditentukan menurut perjanjian yang sama; misalnya, tarikan adalah positif. Demikian juga momen lentur Mu dan ML harus mempunyai perjanjian tanda yang sama, sepertt juga Tu dan TL, serta Vu dan VL. Perpindahan A akan sama arah positifnya seperti beban satuan hanya jika perjanjian tanda konsisten. Prosedur perhitungan perpindahan dengan Persamaan (A-3 i) adalah sebagai berikut: (I) tentukan gaya dan momen pada struktur akibat beban (yaitu mencari Ni,ML, TL , dan VL); (2) berikan beban satuan pada struktur yang selaras dengan perpindahan A yang akan dicari; (3) tentukan gaya dan momen pada struktur akibat beban satuan

382

Analisa Matriks untuk Strukt ur Rangka

(yaitu mencari Nu, Mu, Tu, dan Vu); (4) tuliskan perkalian yang ditunjukkan dalam Persamaan (A;31). dan integrasikan setiap suku untuk keseluruhan struktur; dan (5) jumlahkan hasilnya untuk memperoleh perpindahan total. Umumnya tidak semua suku dalam Persamaan (A-31) diperlukan untuk menghltung perpindahan. Pada rangka batang dengan titik kumpul sendi dan beban yang hanya bekerja di titik kumpul , defo rmasi lentur, puntir, atau geser tidak terjadi. Selain itu, jika setiap batang rangka batang bersifat prismatis, luas penampang lintang A akan konstan untuk setiap batang. Pada kasus seperti ini, persamaan untuk .:l menjadi

L1

= L N uN tL EA

(A-32)

dengan L adalah panjang batang. Perjumlahan dilakukan untuk semua batang pada rangka batang. Sebaliknya, pada balok "hanya deformasi lentur yang penting sehingg~ persamaan untuk perpindahan menjadi

11

JM uM El

Ldx

(A-33)

Perpindahan total dihitung dengan menggabungkan suku-suku yang sesuai dalam Persamaan (A-3 1), tergantung pada keadaan struktur dan derajat ketepatan yang diperlukan dalam analisa. Suku-suku lain dapat digunakan untuk mencari perpindahan akibat perubahan suhu, praregang, dan seterusnya, dengan memasukkan persamaan deformasi yang sesuai ke Persamaan (A-30). Beberapa contoh pemakafan metode beban satuan akan diberikan berikut ini.
Conto h 1. Rangka batang pada Gambar A-6a memi.kul beban P dan 2P di titik kumpul A . Semua batang dianggap memiliki ketegaran aksial yang sama EA. Perpindahan mendatar .1.1 di titik B (positif ke kanan) akan dihitung. Perhitungan perpindahan .1. 1 dengan metode beban satuan dituliskan dalam Tabel A-1. Oua kolom pertama dalam tabel menunjukkan batang dan panjangnya. Gaya aksial N L , yang ditentukan dengan keseim bangan statis pad a rangka batang dalam Gambar A..Qa, dituliskan pada kolom (3). Beban satuan yang selaras dengan perpindahan .:l 1 diperlihatkan pada Gambar A-6b, dan gaya aksial yang ditimbulkan (Nu 1 ) ditunjukkan dalam kolom (4). Akhirnya, perkalian Nu 1 NLL dilakukan untuk setiap batang, dan hasilnya pada kolom (5) dijumlahkan serta dibagi dengan EA. J adi, perpindahan .1. 1 adalah (lihat Persamaan A-32):
6 , '"' -3,828 EA

PL

Tanda negatif pada hasil ini menunjukkan bahwa .1. 1 berlawanan arah dengan beban satuan (yaitu ke kiri).
2P

(ol

(b)

(c)

Gamtt.r A-6. Contoh 1 dan 2.

Perpindahan Struktur Rangka

383

Tabe/ A -1
Bataf18
(1)
Pan/Qta~
N~_

Nu1
(4)

NuaN~.L

Nua
(6)

NuaNLL

.. \ Z)
L L L L VlL

(3)

(5)

<1f !
- PL/../5. 2PU..;i - PLI.Ji 0 -2PL - 2Pl;
'

AB AC BD CD CB

p - 2P
p 0 - .Jip

0 0
- I 0

...ti

0 0 -PL 0 -2VlPL -3,828PL

- 1/Vl -1/Vl -1/Vl - 1/Vl


1

ProsedUI yang serupa dapat digunakan untuk mencari perpindahan Jainnya pada rangka batang. Misalnya, anggaplah perpindahan relatif .D- 2 antara titik A dan D (lihat Gambar A-6a) sepanjang garis penghubungnya hendak ditentukan. Beban satuan yang selaras terdiri dari dua gaya seperti yang diperlihatkan pada Gam.bar A-6c. Gaya aksial yang ditimbulkan (Nu,) aituliskan pada kolom (6) dalam Tabel A-1, dan basil kali Nu 2 N LL ditunjukkan pada kolom (7). Jacti, perpinctahan relatif antara titik A ctan I) ialah
~~

= - 2 EA

PL

ctengan tanda negatif menunjuk.kan bahwa jarak antara- titik A ctan D bertambah (yaitu berlawanan ctengan arah be ban satuan) .

Contoh 2. Tinjaulah kembali rangka batang pada Gambar A-6a, ctan sekarang !lllggaplah batang BD ctifabrikasi den.gan panjang yang lebih besar ctari pacta panjang teoretisnya L. Anggaplah kelebihan panjang ini sama dengan e. Perpindahan mendatar t. 1 di titik B dan perpindahan relatif t. 2 antara titik A dan D akan ditentukan (lihat Gambar A-6b dan A-6c untuk beban satuan yang selaras). Perpinctahan rangka batang akibat pertambahan panjang batang BD ctapat cticari hanya dengan menggunakan suku pertama ctalam ruas kanan Persamaan (A-30). Persamaan untuk rangka batang ctapat dituliskan dalam bentuk
.1. =

L Nu(.1.L)

dengan perjumlahan ctilakukan untuk semua batang ctan Do sebagai perubahan panjang suatu batang. Dalam contoh ini batang yang berubah panjangnya hanyalah batang BD sendiri, sehingga hanya acta satu suku ctalam perjumlahan. Suku t.L untuk batang BD ialah

.1-L = e
Untuk mencari perpindahan mendatar di titik B, gay a pacta batang BD akibat beban satuan pada Gambar A-6b ialah
Nlll=-l

seperti yang dituliskan pada baris ketiga ctari kolom (4) dalam Tabel A-1 . Jacti , perpinctahan titik B actalah
~. =

-e

ctan berarah ke kiri. Bila berkurangnya jarak .antara titik A ctan D akibat perpanjangan batang BD akan dicari, harga Nu 2 menjadi

Analisa Matriks untuk Strukt ur Rangka

seperti yang ditunjukkan pada kolom (6), Tabel A-I ;jadi,

Tanda negatif untuk .6.2 menunjukkan bahwa titik A dan D bergerak saling menjauhi. Perubahan suhu merata pada satu atau lebih batang ditangani dengan cara yang sama seperti untuk perubahan panjang. Perbedaannya hanyalah perubahan panjang .6. sekar.ang ditentukan dengan Persamaan (A-27). Jadi, perpindahan mendatar titik B akibat kenaikan suhu sebesar T derajat pada batang BD ialah

dan perubahan jarak antara titik A dan D adalah

a LT .:1. = - . /;::;

v2

Contoh 3. Balok kantilever AE pada Gambar A-7a memikul beban di titik B, C, D, dan E. Perpindahan translasi .6. 1 dan .6.2 pada balok (positif ke atas)"masing-masing di titik C dan E akan ditentukan. J>erpindahan .6.1 dan .6.2 dapat dicari dari Persamaan (A-33), yang merupakan fungsi dari momen lentur ML dan Mu . Momen ML ditimbulkan oleh beban sebenamya pada balok, sedang Mu diakibatkan oleh be ban satuan yang selaras dengan perpindahan yang hendak dicari. Pertama, persamaan ML dan Mu pada seQa.p segmen balok antara bebanbeban luar harus ditentukan. Persamaan ini kemudian dimasukkan ke Persamaan (A-33) untuk memperoleh perpindahan. Perhitungan yang diperlukan diperlihatkan dalam Tabel A-2. Dua kolom pc:rtama dalam tabel menunjukkan segmen baiok dan batas untuk jarak x yang diukur dari tumpuan jepit. Kolom (3) menunjukkan persamaan momen lentur pada balok akibat. beban yang sebenarnya, dengan anggapan tekan pada sisi atas balok selaras dengan momen positif. Momen Mu 1 pada kolom (4) diakibatkan oleh beban satuan di titik C (Gambar A-7b). Momen ini dihitung menurut perjanjian tanda yang sama seperti yang digunakan dalam menentukan momen ML Selanjutnya, kolom (5) menunjukkan hasil dari evaluasi integral dalam Persamaan (A-33), tetapi faktor El dihilangkan karena dianggap sama untuk semua segmen balok. Bila suku-suku pada kolom (5) dijumlahkan dan totalnya dibagi dengan El, hasilnya ialah perpindahan yang selaras dengan beban satuan. Jadi, perpindahan dalam arah y di titik C ialah

11

13PP
= 24/

(o)

~A
~A

(b)

f1

(e)

t1

Gamber A-7 . Contoh 3.

Perpindahan Struktur Rangka

385

TabelA-2
~~,

Segmen
(l)
i '"

Bata
lllltul.X

S~ban Sat!Uin di C
ML
(J)

BebfJn Satw~nAi E

Me
(4)

JM Ul

M~.dx

M,.,
(6)

JM,11 MLdx
(7)
41PL~

'""
,,~

(2)

(5)
l1P~"'

AB

Oa/d~
2

l;p "'
2(4x +L)

L -x
L -x

48
3PL~

2L -x 2L -x 2L -x 2L - x

48
t.s .n~

L BC a/d L 2 3L CD i,iL t/d 2


DE
)L

-P(2L- x)

3PL 2 PL 2

16

0
0

0
0
13PL~

16 lPL:t

16
PL3 24
97PL~

s/d 2L

24

48

dan searah dengan arah positif sumbu y (ke atas), Perhitungan untuk translasi di titik E juga ditunjukkan dala m Tabe1 A-2 (lihat kolom 6 dan 7). Be ban satuan yang dipakai untuk menentukan m omen Mu2 diperlihatkan pada Gambar A-7c, Hasil perhitunga nnya raJah

97PL 3 6.2 = 48/


yang berharga positif dan menunjukkan bahwa translasi searah dengan sumbu y.

Contoh 4. Dalam contoh ini balok pada Gambar A-7a dianggap memiku! gradien suhu linear sedemikian rupa, hingga -sisi bawah balok bersuhu T 1 dan suhu atasnya T 2 (lihat Gambar A-8). Rumus untuk perpindahan diperoleh dengan hanya menggunakan suku kedua pada ruas kanan Persamaan (A-30) dan memasukkan persamaan untuk dO dari Persamaan (A-29). Jadi,
6 =

J M u a(T1 ~ T )dx
2

Persamaan untk Mu yang harus dimasukkan ke persamaan ini diberikan pad a kolom (4) dan (6) dari Tabel A-2, dengan anggapan bahwa translasi .1 1 dan .12 di titik C dan E akan dicari. Perhitungannya menjadi sebagai berikut:

6.1 = a(T1 - T2)

d
d

Q 2

a(T. - Tz)

1
2
0

L" (L _ x)dx = a(T 2dT )U


12
0

L( L

-X

)d

X=

2a(T1

Tz)P

Hasilnya menunjukkan bahwajika T.1 lebih besar dari T2 , balok melendutke atas.

~A

12
7j
L

.I. :__J

'c

72

Gembar A-8. Contoh 4 .

386

Analisa Matrik.s untuk Struktur Rangka

Contoh-<:ontoh di atas menjabarkan penentuan perpindahan translasi pada rangka batang dan balok akibat pelbagai penyebab. Jenis struktur lain juga dapat dianalisa dengan cara yang sama. Selain itu, teknik yang serupa dengan yang dijabarkan di atas dapat dipakai untuk mencari rotasi di suatu titik (beban satuan yang selaras dengan rotasi adalah m omen satuan) serta perpindahan aktbat deformasi geser dan puntir, yang semuanya disertakan dalam Persamaan (A-30). A.3 Perpindahan Balok. Banyak soal dan contoh dalam Bab 1 dan 2 memerlukan penentuan perpindahan balok. Perpindahan ini dapat dicari dalam segala hal dengan metode beban satuan, walaupun metode standar lainnya (termasuk integrasi persamaan diferensial pcrpindahan balok dan metode bidang momen) juga sesuai. Namun, perpindahan yang dikehendakiumumnya dapat diper.oleh dengan bantuan rumus dalam Tabel A-3 untuk balok prismatis. Sebagai contoh pemakaian rumus ini, tinjaulah balok kantilever ctengan El konstan yang memikul beban terpusat P di tengah bentangnya (Gambar A-9). Perpindahan l1 di ujung balok dapat diperoleh langsung dengan memperhatikan:. perpindaha_n l1 sama dengan perpindahan di B ditambah rotasi di B kali jarak dari B ke C. Jadi, dari Kasus 7 dalam Tabel A-3 diperoleh persamaan berikut:

L A = Aa + Os 2

=p 2

(L)a3/ 1 + (L) 1 L 5PV 2 2/ 2 = 48/


2

Teknik seperti ini sangat bermanfaat untuk mencari perpindahan pada balok dan portal bidang.

A4 Integral Perkalian untuk Menghitung Perpindahan. Persamaan (A-31) pada Pasal A.2 merupakan perangkat yang bermanfaat untuk menghitung perpindahan pada struktur rangka dengan metode beb.an satuan. Evaluasi integral perkalian dalam Persamaan (A-31) bisa terjadi berulang-ulang. Namun (lihat Contoh 3 pada Pasal A.2), perhitungan yang ban yak dapat dihindari dengan menggunakan tabel integral perkalian. Batang struktur rangka biasanya prismatis dan memiliki sifat bahan yang konstan sepanjang bentangnya. Pada kasus seperti ini, ketegaran dapat dikeluarkan dari tanda integral: A 1 1 =- J NuN L dx + - - J M uM L dx EA El

~] J TuTLdx + f A J V uV Ldx

(A-34)

Integral perkalian dalam persamaan ini harus dievaluasi sepanjang bentang setiap batang dan kemudian dijumlahkan untuk semua batang. Untuk struktur yang hanya ditinjau deformasi lenturnya, Persamaan (A-34) menjadi
A = ;I

JM uML dx

(A-35)

Perpindahan Struktur Rangka

387

Tabel A-3
Perpindahan Balok Prismatis

I I

e... PLt -ZEI

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Tabel A-4 berisi integral perkalian untuk fungsi yang umumnya dijumpai (konstan, linear, dan kuadratik). Walaupun hasil pada tabel dinyatakan dalam Mu danML (lihat Persarnaan A-35), fungsi ini dapat diganti dengan jenis lain, seperti Nu dan N L Oiha~ Persamaan A-34). Sebagai contoh pemakaian Tabel A-4, tinjaulah balok sederhana pada Gambar A-lOa yang memikul beban merata sebesar w. Rotasi Bs (positif bila searah jarumjam) di ujung B akan ditentukan dengan menganggap El konstan sepanjang bentang. Untuk itu, beban satuan dalam bentuk momen diberikan di titik B Oihat Gambar A-lOe). Terlihat dari Gambar A-lOb dan A-lOd.bahwa fungsi ML dan Mu masing-masing linear~ ' "1 kuadratik. Untuk contoh ini, Tabel A-4 menghasilkan

=--24El
Hasilnya sarna seperti yang diberikan pada Kasus 1, Tabel A-3 _

wV1

AJlllll fl"! ! ! ! ! !

2:
~I

I.

(o)

(b)

~~ --------------~~
(c)

(d)

Gambar A-10.

Tabel A-4

Integral Perkalian
L

L
MuM L dx
"0

~ ...

::r c.

.. ..
:I

::r

::r c

fJl

:><"

..

::tl
:><" ., ""
:I

~ "~,

-M Ma 6 1

Jl

....---r

Catatan: Semua garis lenglcung-adalah parabola berderatat dua dengan puncak yang ditunjukkan.oleh titik hitam .

cc

LAMPIRANB
GAYA UJUNG UNTUK BATANG TERKEKANG

Batang terkekang (restrained member) adalah batang yang ujung-ujungnya dikekang terhadap perpindahan (translasi dan rotasi) seperti pada kasus balok terjepit di kedua ujungnya. Gaya ujung untuk batang terkekang adalah gaya reaksi (gaya dan momen) yang timbul di ujung-ujung batang akibat beban, perubahan suhu atau pengaruh lain pada batang. Batang terkekang dijumpai dalam analisa metode kekakuan dan juga dalam menentukan beban titik kumpul ekivalen Oihat Bab 3 dan 4).Lampiran ini berisi rumusrumus untuk gay a ujung pada batang terkekang akibat pelbagai penyebab. Pada setiap kasus, batang dianggap prismatis. Tabel .B-1 menunjukkan gaya ujung pada balok terjepit yang memikul pelbagai kondisi pembebanan. Seperti ditunjukkan pada gambar di atas tabel, panjang baloi< adalah L, serta momen reaksi di ujung kiri dan kanan masing-masing diberi notasi MA dan Ms, sedang gay a reaksi adalah RA dan Rs. Momen berharga positif bila berlawanan jarum jam, dan gaya berharga positif hila ke atas. Rumus untuk besaran 'ini diberikan pada Kasus 1, 2, 5, 6, 7 , dan 8. Sedang, Kasus 3 dan 4 berbeda karena sifat bebannya yang khusus. Pada Kasus 3 bebannya adalah gaya aksial P, sehingga reaksinya hanyalah dua gaya aksial yang ditunjukkan dalam gambar. Pada Kasus 4 bebannya adalah momen puntir T yang hanya menimbulkan reaksi dalam bentuk m omen puntir. Semua rumus dalam Tabel B-1 dapat diturunkan dengan metode standar dari mekanika bahan. Misalnya, banyak rumus untuk balok dapat diperoleh dengan integrasi persamaan diferensiallenturan balok. Metode gaya (fleksibilitas) dalam Bab 2 juga bisa digunakan untuk mendapatkan rumus ini. Kasus pembebanan yang lebih rumit biasanya dapat diperoleh dari kasus-kasus sederhana dengan prinsip superposisi. Gaya jepit ujung (fixed-end action) akibat perubahan suhu dituliskan dalam Tabel B-2. Kasus 1 dal~m tabel ini adalah untuk balok yang dibebani kenaikan suhu merata sebesar T derajat. Gaya ujung yang ditimbulkan adalah gaya aksial tekan yang tidak tergantung pada panjang batang. Kasus kedua adalah balok yang dibebani gradien suhu linear sedemikian rupa, hingga sisi atas balok bersuhu T 2 dan sisi bawahnya bersuhu T1 Jika suhu di sumbu pusat tetap tidak berubah, balok tidak akan mengalami perubahan panjang; dan gaya ujung hanya terdiri dari momen. Sedangkan, perubahan suhu di sumbu pusat termasuk dalam Kasus 1. Tabel B-3 menunjukkau gaya jepit ujung akibat praregang pada batang. Praregang (prestrain) adalah deformasi awal batang yang menimbulkan gaya ujung bila ujung

Gay a Ujung untuk Batang Terkekang

391

Tabel B-1
Gaya Jepit Ujung Akibat Beban

M,.- - .u:-. = -Pa {L- a) L

J.fA ~

Mb v (2a- b)

MB

= _-.;,-..., (~ L12Lt

;WtJa

3(1)

392 Tahe/ B-2

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Gaya Jepit Ujung Akibat Perubahan Suhu

batang ditahan pada posisi terkekang. Contoh paling sederhana dari praregang diperlihatkan pada Kasus 1. Batang AB pada kasus ini dianggap mempunyai panjang awal yang lebih besar dari pada jarak antara tumpuan, yaitu se}aiak kecil e. Bila kedua ujung batang ditahan pada posisi akhirnya, batang akan diperpendek sejarak e. Gaya ujung yang ditimbulkan adalah gaya aksial tekan yang ditunjukkan dalam tabel. Kasus 2 adalah batang dengan bengkokan awal, sedang kasus terakhir adalah batang dengan lengkungan awal melingkar sedemikian rupa hingga lendutan di tengah bentang balok sama dengan jarak kecil e. Tabel B-4 berisi rumus gaya jepit ujung akibat perpindahan salah satu ujung batang. Kasus 1 dan 2 adalah untuk translasi aksial dan lateral di ujung B sejarak .:1, sedang Kasus 3 dan 4 adalah untuk rotasi. Rotasi sebesar sudut 8 pada Kasus 3 menimbulkan lenturan pad a batang, sedang rotasi sebesar sudut q, pada Kasus 4 menimbulkan puntir. Rumus untuk konstanta puntir J yang dijumpai pada Kasus 4 diberikan dalam Lampiran C untuk pelbagai bentuk penampang lintang. Gaya ujung batang bagi rangka batang dituliskan dalam Tabel B-5 untuk tiga kasus pembebanan: beban merata, beban terpusat, dan momen. Batang dalam gambar mempunyai ujung sendi yang dikekang terhadap translasi tetapi bebas berputar, karena yang penting dalam analisa rangka batang hanyalah translasi titik kumpul. Batang dalam tabel tabel membuat sudut 'Y dengan arah mendatar agar orientasinya bersifat umum. Namun, gaya ujung tidak tergantung pada sudut inklinasi yang bisa sembarang harganya (termasuk 0 dan 90 derajat). Untuk beban merata dan beban terpusat (Kasus 1 dan 2), reaksinya sejajar garis kerja beban;sedang reaksi pada Kasus 3 tegaklurus sumbu batang. Jika batang rangka batang memikul kenaikan suhu merata, Kasus 1 dari Tabel B-2 dapat digunakan; jika dibebani praregang yang berupa pertambahan panjang, Kasus 1 dari Tabel B-3 dapat digunakan; dan jika dibebani perpindahan dalam arah aksial, Kasus 1 dari Tabel B-4 dapat digunakan.

Gaya Ujung untuk Batang Terkekang

393'

TabelB-3
Gaya Jepit Ujung Akibat Praregang

2._] Batailg denp.n k~le!;lihan panjang ~


A 8

Batang (fenpn bengkokan

1--L+#---l
~~~A:...__ _ _....;B~~-R

1 --L-~ ~+1

R. EAe
L
E

M,..-

~! 8 (2L- 3a)

= modulus elastisitas = k.elebihan palijang

A .. luas penampanatintang

.11s

= --:;-;t<L- 3a)
6El 6 V (L- 2a)

2El8

R . -Rs

( = momen inersia

8 sudut bengkokan
Lengkungan awal melingkar

e = lendutan awal di tenph ben~na

394

Analisa Matrlks untuk Struktur Rangka

Tabel B-4 Gaya Jepit lJjung Akibat Perpindahan Ujung

;----~A
R ... EAA L

B' !----;
1-

11- - L - - - f l ll

R-~
L*

I~

.v, - 4~:8
~~!t-A _ _ _ _ _ ____;;Il .... , ~

r -+-

~~ -

L - --..! 1
T- GJf, L

G modulus elastisitas geser

J konstanta puntir

Gaya

u Jung untuk

Batan g T erkekang

395

I _:j

Gaya u

Tabel B-5 JUng Batang untuk Ran~gk~a=B:at:an::g__ ________

Rs- Pa
L

------B--~

LAMPIRANC
SIFAT-SIFAT PENAMPANG

Sifatsifat Penampang

397
Lampiran C Sifat-sifat Penampang

.4, - ht.,

I, ~ 6 (hl,. + 3bt1) /y
~

h'

A 2(b~ + hl,.)

b' 6 (bt, + :W,.)

J= 2/tt..,

16
I

= /y ~1tT t
3

21fT't

A
t

~2W'rl

/2

bh' lz = -

12

J - fJ hb' Untukh ;>b,

]y=I

hba
12

.l = bh

,__
6

fJ ~3 -0,21 h 1 - 12h4
5

b(

b4 )

J,

= [y

1t1'4

J-2

lz = momen inersia penampang lintang terhadap sumbu z lv = momen inersia penampang lintang terhadap sumbu y A = luas penampang lintang J = konstanta puntir f = faktor bentuk untuk gay a geser

LAMPIRAND
SUB PROGRAM UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN

D.l Metode Faktorisasi untuk Matriks Simetris. Tugas matematis utama dalam analisa matriks struktur rangka adalah menyelesaikan himpunan n persamaan aljabar linear simultan untuk n yang ta.kdiketahui. Banya.k metode dapat digunakan untuk menghitung yang takdiketahui dalam persamaan seperti ini,* salih satunya disebut merode faktorisasi Guga disebut metode dekomposisr). Pendekatan ini sangat sesuai untuk analisa struktur dengan matriks karena efisien seperti proses eliminasi Gauss tetapi dalam bentuk matriks. Oleh karena matriks kekakuan dan fleksibilitas dari struktur elastis linear selalu simetris, jenis fa.ktorisasi khusus yang dikenal sebagai metode Cholesky untuk matriks simetris akan dibahas. Persamaan yang diturunkan dalam pasa ini kemudian diperluas pada matriks berjalur (banded matrice) dan disusun menjadi subprogram komputer dalam pasal berikutnya. Pertama-tama, misalkan simbol A sebagai matriks simetris berukuran n x n. Jika matriks ini positif tertentu (positif defmite),t maka ia dapat diuraikan menjadi matriks segitiga bawah dan matriks segitiga atas (penguraian ini disebut faktorisasi), yang masing-masing merupakan transpos satu dengan lainnya. Jadi, faktorisasi A bisa dinyatakan sebagai
(D-1)

Simbol U dalam persamaan ini menunjukkan matriks segitiga atas, dan transposnya. Bila diekspansi, Persamaan (D-1) menjadi
Au Au A at Ant Al2 A22 Aa2 A n2

uT

adalah

Ata A23

Aaa
Ana

Atn A2n A an A nn

*Untuk pembahasan Jebih Janjut mengenal teknik perhitungan, lihat Bathe, K.J., dan Wilson, E.L., Numerical Methods in Finite Element Analysis, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, N.J., 1976. tGere, J.M. dan Weaver, W., Jr., Matrix Alg{!bra for EnginPP.rs, D. Van Nostrand, 1965.

Sub program untuk Menyelesaikan Persamaan

399

Uu
V12 V1s
V1n

0 V22

Vza

0 0 V ss
V a,.

0 0 0
V,.,.

Vu 0 0

VIZ V22 0

V1a V2a
V ss

Vln Vz,. V a,. V,.,.

(D-'?)

v2n

Terlihat dari Persamaan (D-2) bahwa elemen matriks A adalah hasil kali dalam (inner product) dari baris uT dan kolom U, yang ekivalen dengat1 menghitung elemen A sebagai hasil kali dalam antara kolom-kolom U. J adi, perkalian dalam dari kolom pertama U dengan kolom itu sendiri dan kolom berikutnya menghasilkan

A 11 = ~ 1 ; A 12 = V 11 V 12 ; A 13 = V 11 V 13 ;

Atn = Vu V~n

Secara sama, perkalian dalam dari kolom kedua U dengan kolom itu sendiri dan kolom berikutnya adalah

A11 = V~2 + V~2; A23 = Vt1V1a + Vz1Vz 3 ;

.. ;

A2n = Vt2V1,. + V22Vz,.

dan untuk kolom ketiga U, perkalian dalarnnya adalah

Ass= ~3 + Via+ V~s; . .. ; Asn = UI3Uln

+ V2aU2r1 + UssUa,.

Secara umum, suku diagonal Au pada matriks A dapat dituliskan sebagaJ

Att =
atau

Vf, +

m, + V~, + .. . +

Uf,
= j)

(i

(a)

Dengan cara yang sama, suku di luar diagonal Aij pada posisi segi atas adalah

Au = UuU11 + U2,U2J
atau

+ Ua,UsJ + ... + UuVu

(i <j)

(b)

Jadi, elemen U bisa ditentukan dengan menata ulang Persamaan (a) dan (b) sebagai berikut:

(1 (1

< i =)J
< i < j)
(i

tD-3) (D-4)

Vu =0

> j)

(D-5)

Persamaan (D-3), {D-4), dan (D-5) merupakan rumus yang sering dijumpai dalam algoritma penguraian matriks A menjadi bentuk yang ditentukan dalam Persamaan (D-1). Karena rumus ini dikembangkan oleh Cholesky dan suku dalam akar pada Persamaan (D3) , teknik ini dikenal sebagai metode akar Cholesky. Teknik ini hanya berlaku pada matri.ks simetris dan positif tertentu, sehingga suku dalam tanda akar pada Persamaan (D-3) harus selalu bilangan positif.

400

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Jika matriks simetris A tidak positif tertentu, matriks ini tetap dapat diuraikan menjadi perkalian tiga suku: (D-6) Dalam persamaan ini, simbol D menyatakan matriks diagonal yang elemennya adalah kuadrat suku dari faktorisasi baris-baris U. Jika suku-suku yang difaktorisasi adalah Vu, maka suku diagonal tipikal pada D adalah
(i = l , 2, . .. , n)

(D-7)

Karena suku ini merupakan kuadrat dari suku dalam Persamaan (D-3), pemecahan akar bisa dlhindari dengan menguraikan A seperti yang ditunjukkan oleh Persamaan (D-6) sebagai pengganti Persarnaan (D-1). Untuk itu, rumus dalam Persamaan (D-3).dan (D-4) harus dimodifikasi. Teknik ini disebut metode Cholesky yang dimodi[ikasi. Bila diekspansi, faktorisasi dalarn Persarnaan (D-6) dapat dituliskan sebagai

Du A = Du
D,,.

0
1 V2a
U2n

0 0
1

0 0 0

Da,.
0 D22 0

Du 0 0

0 0

Du
0

0 0 0

v,z ul3
-1

0 0 0

0 0

V :a 1
0

Vtn Us.

(D-8)

Va..
1

D,.n

Dari sini terlihat bahwa A 11

=D 11 dan suku diagonal lain pada A adalah

Au = Du'Dl1 + D22'ln1 + DsalJJ, + . . :. +Du

atau
I-I

A11 =Du +

Dkkl]2ki

(1

<i

=j)

(c)

kl

Secara sama, suku di luar diagonal pad a baris p~rtama dari A adalah A l/ = D 11 U11 dan pada baris Jainnya ialah

Au
atau

= DuUuUIJ. + DuU,,U,J + Da:sDatUaJ + . .. + DttUu


1- 1

Au

= DuDi) + . L DkkDkivkJ
k= l

( I < i < j)

(d)

Elemen pada D dan [! dapat dicari dengan menata ulang Persamaan (c) dan (d) sebagai berikut:
i -1

D;; =A;;-

:L

Dkkm,

(l <i=j)
(I

(D-9)
(D-10) (D-11)

< i <.i)
(i > j)

Du= 0

Subprogram untuk Menyelesaikan l'ersamaan

401

Jumlah perkalian dalam rumus di atas dua kali lebih banyak dari pada jumlah perkalian dalam Persamaan (D-3) dan (D-4). Namun, k;enaikan jumlah operasi ini dapat dihindari, seperti yang diperlihatkan dalam pembahasan berikut. Persamaan (D-9) dan (D-10) menunjukkan bahwa suku diagonal D;; dihitung lebih dahulu, dan diikuti oleh perhitungan suku pada baris ke-i dari iJ. Pembentukan suku menurut baris ini dapat dibuat menurut kolom: (1 < i <j)
(1

(e) (f)

< i = j)

Perhatikanlah, perkalian DkkUkj terdapat baik dalam Persamaan (e) maupun Persamaan

(f). Bila perkalian ini dituliskan sebagai

U*kJ
maka perhitungan untuk
1- 1

= DkkUkJ
(1 < i <j)

(g)

U;; dan Dj; menjadi (untuk j =2, 3, ... , n): = Au -

U*u

L ukf U*kJ
k;l j- 1

(D-12) (D-13)

D11 =An dengan

k=l

UkJU*ki

(l<i=J)

ukJ

I = - V*kJ
Dkk

(D-14)

Jadi, untuk setiap suku di luar diagonal pada kolom j, perkalian antara U*;1 diperoleh secara berurutan (lihat Persamaan D-12). Suku diagonal D11 kemudian dihitung (Persamaan D-13) dan selama perhitungan ini, harga akhir setiap suku di luar diagonal juga diperoleh (Persamaan D-14). Dengan urutan operasi seperti ini, jumlah perkalian untuk metode akar Cholesky berkurang dan perhitungan akar dihindari. Anggaplah sistem persamaan aljabar linear yang akan diselesaikan adalah
AX

(D-15)

dengan X adalali vektor kolom dari n yang takdiketahui dim B adalah vektor kolom dari suku konstan. Sebagai langkah pertama, Persamaan (D-6) dimasukkan ke Persamaan (D-15): (D-16) dan kita definisikan vektor Y sebagai

UX =Y
Bila diekspansi, persamaan ini menjadi

(D-17)

1 0
()

ul2
1 0
0

Ula
U2a

u.n U2n Dan

x. x2 x3
Xn

r;
Yn

yl y2

(D-18)

402
Selain itu, kita definLikan vektor Z sebagai

Analisa Matriks untu k Struktur Rangka

DY
dan bila diekspansi menjadi

=Z
0 0 0

(D-1 9)

Du
0 0 0

Du
0 0

0 0 Daa 0

r.
y2
Ya

z. z2
Za
Zn
(D-20)

Dnn

Yn

Substitusi Persamaan (D-17) ke Persamaan (D-19) dan Persamaan (D-l9)ke Persamaan (D-1 6) menghasilkan

urz = B
Atau, dalam bentuk yang d iekspansi:

(D-2 1)

v,2
U,a

0 1
u23

0 0
1

0 0 0

z, z2
Za

B,

B2
Ba Bn
(D-22)

Uln U2n Uan

Zn

Vektor yang takdiketahui X sekarang dapat diperoleh dalam tiga langkah dengan menggunakan Persamaan (D-21), (D-19), dan (D-17). Pada langkah pertama, Persamaan (D-21) diselesaikan untuk vektor Z. Karena fiT adalah matriks segitiga bawah (lihat Per~:>!flaan D-22), elemen Z dapat dihitung dengan himpunan substitusi ke muka (forward substitution). Misa1nya, suku pertama pada Z ialah

(h)
Suku kedua pada Z adalah (i) dan suku ketiga ialah

Zs

= Bsi-1

U1sZ1 - U2sZ2

Bentuk umum rum us untuk elemen Z menjadi

zi =

B; - }:
k= t

uk lzk

(1 < i )

(D-23)

Langkah kedua ialah menyelesaikan untuk vektor Y dalam Persamaan (D-19) . Karena D merupakan matriks diagonal (Iihat Persamaan D-20), elemen Y dapat dicari dengan membagi suku pada Z dengan suku diagonal D yang selaras sebagai berikut:

Y1 = Dil

z~

(i

= l , 2, ... , n)

(D-24)

Rumus ini dapat diterapkan pada urutan ke muka atau ke belakang. Pada langkah ketiga, vektor X ditentukan dengan Persamaan (D-17) . Karena U me~paRan matriks segitiga atas (lihat Persamaan D-18), elemen X ditentukan dengan prosedur substitusi ke belakang (backward). Suku terakhir pada X ialah

(k)

Subprogram untuk Menyelesaikan Persamaan

403

Tabe!D-1

Suku sebelum suku terakhir ialah

(I)
dan seterusnya. Secara umum, elemen X (selain yang terakhir) bisa dihitung dengan rum us

X;= yf-

L
kf+l

V;kXk

(i

< n)

(D-25)

Langkah ini melengkapai penyelesaian persamaan semula (Persamaan D-15) untuk besaran yang takdiketahui. Jumlah operasi aritmatik pada metode Cholesky yang dimodifikasi diringkas dalam Tabel D-1 untuk menguraikan matriks koefisien sirnetris dan menyelesaikan n yang takdiketahui. Dalam tabel juga ditunjukkan jumlah yang selaras untuk me to de elirninasi Gauss terpadu ,* yang diketahui memerlukan jumlah operasi paling sedikit. Jelas bahw11 jumlah banyaknya perkalian dan pembagian sama untuk kedua metode, demikian pula dengan banyaknya penjumlahan. Prosedur faktorisasi dan penyelesaian di atas berlaku juga bagi matriks berjalur sirnetris. Untuk matriks berjalur, komponen segitiga atas U (dan juga fJ) memiliki setengah lebar jalur (semi-band width) yang sama seperti matriks semula A. Oleh karena itu, perhitungan yang diperlukan untuk faktorisasi maupun penyelesaian lebih sedikit. D.2 Subprogram FACTOR. Dalam pasal ini, faktorisasi matriks sirnetris dengan pendekatan Cholesky yang dirnodiflkasi (yang dibahas dalam pasal sebelumnya) dituangkan dalam bentuk subprogram. Nama subprogram ini ialah FACTOR(N,A,) Argumen pertama dalam kurung adalah bilangan integer N yang menunjukkan ukuran matriks yang akan difaktorisasi. Notasi kedua menyatakan matriks simetris bilangan riil A, dan simbol ketiga (asteris) menunjukkan RETURN {KEMBALJ) tak standar ke berita kesalahan dalam program utama jika A tidak positif tertentu. Selain notasi ini, bilangan integer I, J, K, I1 dan Jl dipakai sebagai indeks lokal dalam inti subprogram; dan variabel riil SUM dan TEMP digunakan untuk penyimpan sementara. Subprogram FACTOR ditunjukkan dalam Diagram Langkah (Flow Chart) D-1 yang didasarkan pada Persamaan (D-12), (D-13), dan (D-14) dari pasal sebelumnya. Elemen

*Fox, L, An Introduction to Numerical Linear Algebra, Oxford University Press, New York, 1965, hal. 184.

404

Analisa Matriks untuk Struktur Raqgka

Diagram Langkall D-1: Subprogram FACTOR (N, A, )

,--1

I
I I I

,-1

I I I + I .-I I 1 L I +I L __
I
I
I

I I

SUM = A(I,J) 11 1- 1

Persamaan (D-12}

I
I

I I I I + I I
I

r1

I I

TEMP = AIK, J) / A(K, Kl SUM = SUM - TEMP A(K, Jl

Persamaan (D-13)

L_

Persamaan (D-14)

L_ _ _
RETURN END

Subprogram untuk Menyelesaikan Persamaan

405

matriks segitiga atas U diturunkan menurut kolom dalam penyimpan yang semula ditempati oleh bagian segitiga atas dari matriks A. Jadi, notasi A tetap .digunakan di seluruh bagian dari diagram langkah. Elemen diagonal Dii juga disimpan pada posisi diagonal Au dari matriks A. Jika harga Du sama dengan no! atau negatif, kontrol ditransfer (dengan RETURN tak standar) ke berita kesalahan dalam program utama. Elemen A di bawah diagonal utama dibiarkan tak terganggu dalam subprogram ini. Baik Subprogram FACTOR ataupun Subprogram SOLVER (daiam pasal selanjutnya) tidak digunakan oleh program analisa struktur dalam buku ini, tetapi dibahas di sini karena bersifat umum dan bermanfaat. Subprogram tersebut membantu pembaca memahami subprogram yang lebih rumit (BANFAC dan BANSOL) dalam pasal berikut dan digunakan dalam analisa struktur. D.3 Subprogram SOLVER. Subprogram kedua menerima matriks yang telah diuraikan dari Sub program FACTOR dan menyelesaikan untuk yang takdiketahui dalam sistem persamaan semula. Nama subprogram ini ialah SOLVER(N,U,B,X) Arti argumen N sama seperti sebelumnya, dan simbol U menyatakan matriks dari Subprogram FACTOR. Notasi B dan X masing-masing menyatakan vektor suku konstan riil dan yang takdiketahui (lihat Persamaan D-15). Diagram Langkah D-2 memperlihatkan logika Subprogram SOLVER. Pada bagian pertama dalam diagram langkah, vektor an~ara Z dihitung dengan substitusi ke muka inenurut Persamaan (D-23). Perhatikan bahwa dalam bagian ini, vektor X digunakan sebagai penyimpan sementara untuk Z. Bagian kedua dari diagram menghitung vektor Y dengan membagi setiap harga Z; dengan suku diagonal yang selaras D;; (Iihat Persamaan D-24), Dalam hal ini vektor X digunakan sebagai penyimpan sementara untuk Y, dan suku D;; berada pada posisi diagonal U;; (lihat Subprogram FACTOR). Pada bagian terakhir dari diagram, harga akhir elemen vektor X dihitung dengan Persamaan (D-25). Sapuan ke belakang {backward sweep) ini melengkapi penyelesaian persamaan semula. D.4 Subprogram BANFAC. Metode faktorisasi lebih efisien untuk matriks berjalur dari pada untuk matriks yang terisi penuh, karena tidak ada perhitungan yang perlu dibuat untuk elemen di luar jalur. Gambar D-la menunjukkan bentuk umum dari matriks simetris berjalur. Simbol NB dalam gambar menyatakan setengah lebar jalur, sedang N adalah ukuran matriks. Hanya bagian jalur atas (termasuk elemen diagonal) harus disimpan, sepcrti yang ditunjukkan oleh bujur sangkarkecil pada Gambar D-la. Pola yang lebih efisien untuk menyimpan bagian jalur atas matriks diperlihatkan pada G'ambar D-lb. Dalam susunan ini, elemen yang dibutuhkan disimpan dalam array segi empat dengan elemen diagonal (yang dihitamkan). pada kolom pertama. Perbandingan Gambar D-la dan Gambar D-lb menunjukkan bahwa baris matriks digeser ke kiri, dan sebagian besar suku kelebihan dihilangkan. Diagram Langkah D-3 berisi langkah-langkah untuk subprogram yang menguraikan jalur atas matriks sirnetris yang disimpan dalarn array segi empat. Nama subprogram ini ialah BANFAC(N,NB,A,*) Argumen dalarn kurung sama seperti di muka, dan kebanyakan notasi dalam inti subprogram juga telah cligunakan sebelumnya. Namun, indeks yang baru J2 disert.tkan untuk membatasi perhitungan pada elemen bukan nol. Bila nomor kolom J melampaui

406

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Diagram Langkah D-2: Subprogram SOLVER (N, U, B, X)

,--1

I I I I
I

SUM= B(l) K1 =1-1

I
I
I
Persamaan (D-23}

L __ _

Persamaan (D-24)

,--1

I I
I

I=N-11+1 SUM = XII) K2= I+ 1

I ,I 1 I L
Persamaan (D-25)

L __
RETURN END

Subprogram untuk Menyelesaikan Persamaan

407

0 }2
j_
N

Jt

-- ~---------

l !

Jt

-- -- -- -

--- -- - -----

0 0

-~ ~--------------~------
(a)

(b)

Gambar D-1 . Matriks be rjalur: (a) bentuk penyimpanan biasa dan (b) jalur atas yang disimpan sebagai array segiempat.

setengah lebar jalur NB pada Gambar 0-la, suku bukan not pertama pada kolom ini me. miliki indeks baris

J2

=J-

NB + 1

(NB < J

N)

(a)

Lainnya, untuk NB kolom pertama (kecuali kolom I),

J2 = I

(I < J ~ NB)

(b)

Urutan operasi dalam Subprogram BANF AC sama seperti pada Subprogram F ACTOR (lihat Diagram Langkah D-1) , tetapi perintah tambahan baru diperlukan untuk. menentukan indeks 12. Selain itu, subskrip (su bscript) kolom dari suku-suku dalam Persamaan (D-12), (D-13), dan (D-14) perlu diubah karena bagian jalur atas matriks A disimpan dalam array segi empat. Persamaan tersebut berkaitan dengan kolom I dan 1 pacta Gambar D-la, yang susunan elemennya berubah ke bentuk anak tangga ctalam matriks pad a Gambar D-1 b . Seperti pada subprogram un tuk faktorisasi, matriks U diturunkan dan diletakkan pacta penyimpan yang semula ditempati oleh matriks A, tetapi notasi A tetap digunakan. Elemen diagonal Du juga disimpan pada kolom pertama A untuk memudahkan perhitungan selanjutnya. Jika D;; berharga negatif atau no!, kontrol aitransfer (dengan RETURN tak standar) ke berita kesalahan dalam program utama. Subprogram BANSOL dalam pasal berikutnya ditunjukkan untuk digunakan dengan Subprogram BANFAC. Keduanya dipakai dalam program analisa struktur pada Bab 5, yang memanfaatkan Jebar jalur matriks kekakuan. 0.5 Subprogram BANSOL. Subprogram terakhir analog dengan Subprogram SOLVER (lihat Diagram Langkah D-2), tetapi berlaku p ada matriks berjalur. Subprogram ini menerima jalur atas matriks U dari Subprogram BANFAC dan menyelesaikan untuk yang takdiketahui dalam sistem persamaan semula. Nama subprogram ialah BANSOL(N,NB,U, B,X)

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Diagram Langkah D-3: Subprogram BANFAC (N, NB, A, )

----l
I
J1 =J -1 J2 =J- NB+ 1

~---

SUM = SUM I I I I + L __

I I

TEMP =A(K; J- K + 1)/ A(K, 11 TEMP A(K, J - K

+ 1J

I I
I

L ___ _
---,

I
I

RETURN END

I
I I
I

SUM =SUM- A{K, I -

--- - 1 I I I J I K + 1J A(K, J- K + lJ I I I 1
- - - - - _j

Seinua notasi dalam kurung adalah notasi yang telah digunakan sebelumnya. Diagram Langkah D-4 untuk Subprogram BANSOL hampir sama dengan Subpro.gram SOLVER dalam Diagram Langkah D-2, tetapi lebih rumit. karena jalur atas U disimpan dalam bentuk segi empa~. Balk pada subs~itusi ke muka maupun ke belakang (lihat Persamaan D-23 dan D-25), indeks J digunakan untuk memisahkan suku bukan nol yang akan disertakan dalam perhitungan. Pada sapuan ke muka, indeks baris untuk suku bukan no! pertama pad a kolom I ialah

J =I- NB+ 1

(NB<

I~

N)

(a)

Subprogram untuk Menyelesaikan Persamaan

409

Lainnya, untuk NB kolom pertama (kecuali kolom 1),

:=

(1 < I~ NB)

(b)

Demildan juga pada sapuan ke belakang, indeks kolom untuk elemen bukan nol yang terakhir pada baris I dari matriks U ialah

J::: I+ NB- I

[I

< (N - NB)]

(c)

Lainnya, untuk NB baris terakhir (kecuali baris N),


[ (N - NB) < I < N]

(d)

Selain itu, indeks kolom dari elemen pada [] diubah sesuai dengan letak yang sesungguhnya pada a"ay segiempat. Seperti dalam subprogram penyelesaian di muka, vektor antara Z dan Y diturunkan dalam vektor X, serta harga akhir X dihitung dalam sapuan ke belakang. Elemen dari [J dan B dibiarkan tidak berubah dalam subprogram penyelesaian ini, sehingga dapat digunakan berulang-ulang untuk matriks V yang sama tetepi untuk vektor suku konstan lainnya.

Diagram Langkah D-4: Subprogram BANSOL (N, NB, U, B, X)

,--1

,---1

I I I

I I
I

SUM= B(ll K1 = 1-1

t I I I I
I

I I I I I I I I I
+

I= N-11 + 1 J =I+ NB - 1

SUM = X( I) K2=1+1

, --1

I I I I

I
+ 1).
X(KJ

,--1
4
SUM=SUM-U(I,K-1+1)X(K)

SUM= SUM - U(K,I- K

L_ _ _

L __ _
RETWRN END

LAMPIRAN E
PENYELESAIAN T ANPA

PENATAAN ULANG

Pada analisa metode . kekakuan, persamaan keseimbangan titik kumpul dapat diselesaikan secara langsung (tanpa penataan ulang). lni dapat dilakukan dengan mengubah matriks kekakuan dan beban sedemikian rupa, h ingga persamaan bagi reaksi tumpuan diubah menjadi persamaan perpindahan trivial dalam rumpunan persamaan yang lengkap. Himpunan keseluruhan kemudian diselesaikan untuk perpindahan titik kumpul yang takdiketahui dan perpindahan tumpuan yang diketahui tanpa harus menata ulang dan menyekat matriks. Untuk menjabarkan tcknik tersebut, contoh kecil berikut dlsajikan. Anggaplah suatu struktur hlpotetis hanya memiliki empat perpindahan titik kumpul y.ang mungkin seperti ditunjuk.kan dengan persamaan keseimbangan titik kumpul berikut:

- [1~] [ ~~: ~: ~: ~~:][~:] S,.. A ,.


S.m Sm S./33 SIS4
S,,3 S,, l S,u
DJ3 D,. A J3
peroleh

(E- l)

Juga, anggaplati perpindahan ketiga ditentukan seb agai perpindahan tumpuan bukan nol

DJJ =I= 0. J adi, suku yang melibatkan D13 dapat dikurangi dari kedua ruas Persamaan (.1) dan persamaan ketiga dapat diganti oleh persamaan trivialDJ 3 =DJ 3 untuk mem-

(E-2)

Persamaan ini sekaran g bisa diselesaikan un tuk keempat perpindahan titik kumpul, te rmasuk D13. Suku negatif pada ruas kanan Persamaan (E-2) menyatakan beban titik kumpul ekivalen akibat perpindahan tumpuan y ang ditentukan DJJ. Tentunya ,j ika D13 = 0, beban titik kumpul ekivalen ini j uga akan nol. Sembarang j umlah perp indahan tumpuan yang ditentukan dapat ditangani dengan cara ini. Teknik ini menghilangkan perhitungan reaksi tumpuan dengan pendekatan perkalian matriks yang dijabarkan pada Pasal 6-/. Sebagai gantinya, reaksi diperoleh dari gaya ujung batang yang bertemu di tumpuan, seperti pad a program dalam Bab 5.

Penyelesaian Tanpa Penataan Ulang

411

Diagram Langkah E-1 : Metode Alternatif


Bagian 2b

~--

(Indeks pada baris SM)

1
1

t----

(Indeks pada kolom SM) Samakan indeks baris IR untuk matriks SJ dengan IM(J). Periksa pengekangan yang selaras dengan indeks IR. Jika aila, pergi ke 3, lewati transfer. Samakan indeks kolom IC untuk matriks SJ de ngan IM(K). Perlksa pengekangan yang selaras d engan indeks IC. Jika ada, pergi ke 3, lewati transfer. Periksa posisi segitiga at as. Jika benar, pergi ke 2, pertahan!<an subskrip seperti apa adanya. Untuk posisi segitiga bawah, ganti subskrip sehingga berpindah ke posisi segitiga atas. Hitung indeks k olom untuk menyim pan jalur atas matriks SJ dalam array segi em pat . Transfer elemen SM ke posisi pada matriks SJ yang dltentukan oleh subskrip IR dan IC.

I I I I t I

I I I
t
I I I
ITEM IR; IR = IC; IC =ITEM

SJ(IR, IC) = SJ(IR, IC)

+ SM(J, K)

I L __

{lndeks pada perpindahan titik kumpul)

I I I I I L
RETURN END

l'eriksa pengekangan yang selaras dengan indeks J. Jika tidak ada, pergi ke 4, lewati perintah berikut.

Samakan SJ (J, 1) dengan satu sebagai persiapan untuk pe\Yelesaian langsung tanpa penataan ulang.

412

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

Untuk menerapkan teknil< di atas, diagram langkah dalam Bab 5 perlu diubah. Diagram Langkah E-1 memperlihatkan perubahan yang diperlukan dalam pembentukan matriks kekakuan bagi sembarang jenis struktur rangka. Dengan subprogram ini , suku kekakuan tidak ditransfer ke kolom atau baris yang selaras denga pengekang (restraint) tumpuan. Selain itu, harga 1,0 dimasukkan pada posisi diagonal (kolom pert am a dari SJ) bila terdapat pengekang tumpuan. Perubahan kecillainnya juga harus dibuat di pelbagai ba~ian program dalam Bab 5, sebagai berikut: 1. Oleh karena tidak ada penataan ulang, notasi SFF dan DF masing-masing bisa diganti dengan SJ dan DJ. 2. Bagian le pada indeks perpindahan titik kumpul bisa dihilangkan . 3. Dalam memanggil (call) Subprogram BANFAC dan BANSOL, gunakan ND sebagai pengganti dari N. 4 . Penataan ulang vektor beban pada Bagian 4b tidak diperlukan . 5. Sebelum BANSOLdipanggil, samakan beban di tumpuan dengan nol. 6. Eksp.ansi vektor perpindahan pada Bagian Sa bisa dihilangkan. Walaupun programnya agak sederhana dengan menghindari penataan ulang, tetapi akan menyia-nyiakan waktu komputer dan penyimpan jika banyak sekali pengekang. Oleh karena itu, metode dengan penataan ulang dipilih untuk program dalam buku ini karena lebih efisien.

JAWABAN SOAL-SOAL

Bab 1 1.4-1 1.4-2 1.4-3 1.4-4 1.4-5 1.7-1 Pcrtambahan panjang batang. Gaya mendatar yang beke rja di kanan titik C, dan kopel searah jarum jam di titik

c.

A 1L D .. = 31
(a) 3 (b) 2 (c) 3

A L~ 0 23 = - 3lEI

;j;j -

- AaL~ 8/
(c) 8

1.7-5 1.7-6

(a) 3 (b) 9 (a) 3 (b)6 (c) 3 (a) l (b) 8 (c) S (a) 8 (b) 16

1.7-9 1.7-10 1.7-11 1.7-11

(d) 2 1.7-'1.
(a) 2 (b)? (c) 4 (a) I (b)

(a) 0 (b) 9 (a) 3 (b) 6 (a) 2 1 (b) 12 (a) 30 (b) 36 (c) 2S

1.7-7

1.7-3 1.7-4 1.14-1 1.14-2 1. 14-3


1.14-4

s
10

1.7-8

(a) 8A = (8A 1 - A 1 )L/24EI (c) 8c = ( - A 1 + 2A.)L/24EI

(b) l>.c "" A 1 L 1/ l6EI

1.14-5 1.14-6

Fu LIE/ Fu :z Fa, = - L 118El Fa = L 3/1AEI F 11 . . V /8El F u = F 1 , = LI/48EI Fa= L/ 12EI D, (4,8.3A 1 + 3,4 1Az)LIEA D 2 = 3,41(A 1 + A J L /EA Fu = 2(1 + ..J2)UEA Fu = F11 = - L/EA Fa = UEA F 12 = l25L/18EA Fa. :z 42LIEA F t:s = 32L/3EA

Bab 2

2.3-1

Q, = - - -

PL
8

M
4

PL M Q. =8 - + -4

414
2.3-2 2.3-4

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

_ 96sEl _ JOsE1 31 5PL 2.3-3 PL Q2 = J:4 Q~-- 7U Q,- 7P 56 __ 33wV 5wU = 3PL Q _ 11P Ql 2.3-S Q2 2 Ql =- 608 28 14 152 Qt

=-

2.3-6
2.3-8 2.3-9 2.3-10 2.3-11 2.3-12

Ql =

- 24

wL 2

Q2 =

-12

wL 2

2.3-7

Q1 = - 0,243P

Qz = 0

Q2 = O,l72P Ql = -0,243P Qt = 0,0267P Q2 = 0,4698P Q1 = 3,517P Q2 = 0,753P Q1 = -wL/16 Q2 = 1wL/I6

Suku lain pada F sama seperti dalam Persamaan (a), Contoh 4, Pasal 2.3. 2.3-13
(a) Fu = 3EI

2V

4L

F33 =El V Fts =-El


2.3-14 Fu

Fu = F23 == 0
4L

F33 =El

= 3El
4L Qz = 0,290P

8L3

F33 =El
2.3-16 2.3-17

Q 1 = -0,156P

2V V Fu = 3El + GJ

2.3-18 2.3-19 2.3-20

Fu = F33 == El+ GJ F23 = 0 3P 1 El Q1 =16 2+3p; P = GJ


Q = {-n, 9}PL/336 2V 2L Fu = F33 = 3E1 +EA 4V 2L Fu = 3EI +EA
DQLI

2.3-21

=-

2EI

PV
DOL%

= -

3EI

PV

DOL3

= 0

F12 = -Fts

= 2EI
2.4-1

Qt =0
"' 43 ..... Dfm = aLT

2.4-2

_ aL(Tt - Tz) _ lD D onon d

2.4-4 2.4-6 2.4-7

DQPJ = 0

DQn = -e.Ji

_ _ 12Els 6E1{3 QI V + L2
DQRt

__ 6E1s 2E1{3 Q zL2 + L

= -s

DQ/!2

=0

Jawaban Soal-soal

415

2.4-8 2.4-9

_
QRI - -

L +
PV

2s,

s1 L

a~n-

_ ~ _ 2s2 L L
5PL~

Dac1 = aLT - {3H DaC3 = - 81 + {3


PU DJ= 7201

Dact = - - - - a HT- s 48/

2.5-1

[-16] ~~
2

p
AR = 120

[~]
129

I~

2.5-2 2.5-3

D -J

- PL [ EA - 1>828

-1,172]

A,. = P

[- 1 ,172] \828

AR=P

[-0 ,1716]
1,828

DJ = {0, 0, l}PV/641

AR = { - 3, 13, L}P/32

Bab 3 3.3-1 3.3-2 3.3-3 3.3-4


5wL ARt = --

A~n= -

wU 8

ARs = A.lt3 =

A.,t

=16

tiP

A A

11'2-

_ 3PL 16

3wL 8 SP

}6

R!-

_ I3PL 18

AR3 =

ls
p
A

5PL

I3P A.,t = - 8 3P ARt = --g


Aut

PL AAn=T

A.~t.~ = -

.,. -

_ 3PL

ARt=-4
A
M2 -

3.3-5 3.3-6

=3
_ 37P 60

_ 5PL 72

A
A.~t.~ =-

_ 7PL Rt- 72
AM= - - -

Mt-

23P 60

1 7PL

360

49P ARt= 120


3.3-7
PL A.l(s = n

25PL Am= -AJill = - ~

A~o~ =

lS
A-= 79P n 48

5PL

A.1111 = I3PL

18
3.3-8

A v = 17PL 72
Ub

A - l27P Rt 48
2/

Su = S44 = S _ El
23-

41 L

Su =

s34 = T

61 s12 = s33 = L

3.3-9

Sn = 2Su=81 s =3L

8/ L

S s:=

S~:~

=-

21 L

s33. -ss3481 T

201 3L

3.3-10

Su = See=-

41 L
=

s12 = s33 = s =

s~ =

slt =

s23

= Ss4

s.s =

Sse =

21 T

..16
3.3-U

Analisa Matriks u(ltuk Struktur Rangka

s .. =

SH =

SET
st4

= 2Su = L
S _ 96El
33 L~

4El

Stt

l2El L

Sz:s=S:w=
3.3-12

-V

24El

s,, = s =v
4El Sz:; = L

12El

S22

= sa:,= T

12E/
S12

= - S34 =

6El
L2

3.3-13

Su = s~~ = 2S, 2 = 2S,5 = 4EIIL S 33 = 4S 23 = 4S 34 = 32El/3L


A RI = l9P 22 ARt = 79P_L 264
A R:I

3.3-14 3.3-15 3.3-16 3.3-17 3.3-18 3.3-19 3.3-20

= 22

3P

_ _ 19PL
R4-

264

A.v2 = 0,433P

A..,3=

A.v1 = A..,.J = 0 ,293P AMZ = 2A.v1 A.v1 = A..,.J = 0,293P- 0,060wL AMt = 0,586P - 0,621 wL A..,, = P A.112 = 0,586P A.w3 = - 0,414P A..,, = -A~ = 0,236P AJI2 = 5A.v4 = 0,417P AM3 = 0,3 54P An1 = 0,446wL ARt = 2, 153wL AR3 = 2,968wL AR = - 0 1446wL AR5 = 0 A~~e = 1,707wL Su

3.3-21

= Su = s33 = s.. =

1,354 L

EA

Sn

= -s34 = -;0,354 T

EA

S:u =
3.3-22

-T

EA EA s33 = s =1,354 L
See=

S u ... Sa= Su =

s,. =

-S18 = -S3 , =0,354


s77

EA T

s33 = s =

s88 =

253

250

EA
s~~~~

Su =

= 375 T

233

EA

s~ =

s.. = 375T

179EA

s,a = s.. =

= -4L 24 EA -125 --L

EA

18 EA Su = Ste= - - 125 L
3.3-24 3.3-25

Su = - 3L

EA

M [ 3 AM = 4L - 2L 27P ARI = 448 AR2


Am = 2

3]

M [ - 3 AR = 4L - L 31P PL =56 AR2 = 7

-3]

AR4

= - 224

27P

3P

3.3-26

AM

= 28

wL [ - 45]

2~

3.3-27

(a)Su

6EI 241 =v sl. = Su =V

Su =

s33 = T
+L

6EI

u-

_El
L

(b) Su =

s.. =V + 2L

l2E/

EA

3El Su = Su = 2V

EA

Jawaban Soal-soal

41~

St3=S44=V

6EI

S,.=- 2 L
~s$6

EA

s23 = s24 = -s35 = s33 =


3.3-28 3.3-29
See = 6S:~e =

3EI

L!

3EI Su = - 2L3

6EI T

Su

s;j;, = s.. = T

4El
1 --;p-

Szz

= - -

12EI L

S u = 2Su = -2Su =
S 35
=

48E/

= s. =

--

8E/1 H

2 +--

-s23 = - sz. = w
8

4E/ L 6EJ,

S 13

= s,4 = s,, = s,s =


2Elz S _ S _ 3544-

s34 = S:w~ = T

2EJ,
H

3.3-30

ARt =

3P 9 + 21) 4 + 1) AR2 = 2 PL 41) + 231) + 22

-16 (1

A 113 = 16 (1

+ 1))(4 + 1))

1)(5 + 21)) + 1))(4 + 1)) GJ 11 = El PL

3.3-31

P 5 + 211 4 + 11 AM2 = 3PL 11 AM3 = ffi (1 + 11)(4 + 11)


A.vt =

-16

PL (2 + 11)(5 + 211) (1 + 11)(4 + 11)

3.3-32. 3.3-33

D = 24EJ(l + 11)

wL3

[-L(-344+ 11)]

3.3-34
Szz = -524

GJ = - s3~ = - s68 = s68 = L

s33 =
3.3-35

s44

5ss = 586 =
= - 546

T +L
GJ L
6EJ

4El

GJ 4El s22 = s11 = -

5 11

-514

= Sss =
=

s23 = -s34 = - s37


544

-V
_ 8/ 5 ss - L

Szs = 5s7 =

2EI

= 41

+ 2GJ
L

+ GJ
L

3.4-1
E/{3 Am= 4P 11{3 A Rt = 36L2

3.4-3.

3.4-4

AMI

=0
3.4-5

ARt= AR3 = 0
AR2 = -ARa

=-

E/{3

Analisa Matriks untuk Struktut Rangka

3.4-6

~DCI =

PL 6/s -g---v
P

_ !._
RCI -

2+

12/s L3

ARC2

=2 +

6Eif3 -v
A.112 = A.113 = 0,1277EAaT 5EAe

3.4-7 3.4-8 3.4-9

A.~t1

= All4 = -0,1145EAaT

AMl

J3EAe 2AM3 = 4L

AM2 = -

'8L'"""

A 0 r. =-EA AMcz =

(z +v'2ar)
AoC2 = EA(f +1,707ar) ADc4 = AoC3 - E:e

-L

EAs

3.4.10

Aoc1 = EA(f -1,707ar)

AoC3 = EA(0,354i - 1,707aT)

3.4-11

Ao~ = EAs 1 + 12Eis2 ~ L L'3 _ l2Eis 2 A Mcz--u

_ _ 6Elsz
MC3-

L2

Bab4 4.9-1 D=

PL:
384
p

/ {7, -53}

Aa =

P
576

{351, 93L, 1049,427,765, -207L}


AM% =
p

A,,n =

192

{117, 31L, 75, -lOL}

4.9-2

{ -63, -90L, 255, -69L} 192 PL 2 P D = - 40EI {6, l3L} Aa = {204, 48L, 516, 36L} 2 240 A1o13 =
p
AMI= 240 {204, 48L, 276, -84L}

288

{124, 15L, 308, --l53L}

p
AM:= 240 {240, 84L, 0, 36L}

4.9-3

D""

PL 2 / { -8, 23} 144


p p

Aa =

P {24, 2L, 381,237, -66, 34L} 144


AM:= 144 {117, SOL, 27, 40L}

AMI= 72 { 12, L, 60, -25L}

A1o13 ==

72

{105, 52L, -33, 17L}


AR

4.9-4

PL2 = 528E/{-7L, 2}
p

P = 264 {228, 19L, 36, -19L}


p
AM:"" 264 { -36, - 17L, 36, -19L}

AMI

= 264 {228, 79L, 36, 17L}


wL 3
384
/ {16, 15L, 36}

4.9-5

D= -

Aa

=4
wL

wL

{l, 0, 6}

AMI= 4{1,0, 3, -:-L}

wL

AM2 = 4{3, L, -1,0}

4.9-6

PL 2 = 416EI {109, -36, 9}


p

Aa

P = 416 {646, 24, 1464, 362, -86L}

AMI

= 416 {646, 416L, -230, 22L}

Jawaban Soal-soal

419

A1o12 =

p
416

{254, -22, 578, - 140 }

AM3 =
4.9-7

{470, 140, 362, - 86} 4 16 PL2 D = 44SEJ {387, 1:79, - 819} 2


AR =
Aw1 =
p

1224

{702, - 1152, - 3159, 3681, -1125} {351, -576, -351, - 297} { -261, 297 L, -963,.54} { - 1233, -1332 , 3681, -1125}

p
6 12

ANJ =

Ar.a =

612 p

1224

4.9-8

Elemen bukan nol pada S1 yang ditata ulang, dalam

Sm = 2Sm = l/:JS.m = 4Sm = %SJ33 = 2SJ34 = Sm = 82 S;s = - SJla = SJ<U = - 'l'.IS./26 = - 4S.m = 4SJ36 = '/JSJ37 = -S./36 = S11 = -SJs = 12 S;:~t> = - SJ56 = %S;ee = - 8SJ61 = %Sm =.-Sns S./88 = 24

2~3 :

4.9-9

Elemen bukan nol pada s1 yang ditata ulang, dalam ~!:


S; 11 = 4S;1 2 = 4SJI6 = lhS.m = 2S124 = S 144 = 2S166 = 8L 2 S11s = - SJJ8 = - 1/cSJ2a = S121 = 1/aSJu = -'/.S./34 = 1 /.S;.a = S/54 = - Sm = 6L 'lsSJ33 = - 'lsSm = SJSS = - SJ57 = 'hS111 = - Sns = 'lsS188 = 12

4.9-10

Elemen bukan nol pada S1 yang ditata ulang, dalam ~! :


Sm = - S;,, = S1.. = -S;n = '/3SJ6tl = - 'hS.~t7 = 'h Sn1 = 12 s112 = S;,s = s./26 = -'hSn1 = - SJ34 = 'hSJ36 = -SJ37 = -S;.s = - SJ58 = SJ78 = 6L S.m = 3SJ23 = 6Sns = SJ33 = 6Sm = 3SJSS = 3S.I88 = 121

4.911

Elemen bukan nol pada S1 yang ditata ulang, dalam ~!:


SJil = 2Sm = 1hS.m = 2Sm = 'kSJ33 = 4L2 Sna = -S111 = Sns = -S12s = S131 = - SI3e = S;u = -S;uo = S.I'JS = - SJ5,o = 6L S166 = - SJ61 = 'b.Sn1 = -Sns = 'hSNJ = = 'kS.m. = -s.lll,o = S;oo = 12

= 2SJ34 = 'kS;44

= 2Sm

= SJSS

-s-

4.9-12

Elemen bukan nol pada

s1 yang ditata ulang, dalam 2

J;:

SJII = 4SJu = 4SJJS = '/JSJ33 = 8SJ34 =:- 2S;u = 8S16 = 4S 166 = 2S;ss = 8L 2 - S;12 = S; 11 = -2S123 = 2Snc = SJ3e = - 2SJ3to = -2S;s = - 2SJ58 = 2S;ato = Sns = - SJSe ""' 6L S.m = -JhS.m = -3Sno = 3SJSS = -3SJ5Jo = lftSn1 = -JhSn9 = ~Sm = lftSJioto = 18 4. 12-1
D =

V2PL {I+V2 1} (I + V2.)EAx '

uo
AR =

Analisa Matriks untuk Struktur Rangka

2(1+ 0 2)

{-(2 + 0), -(2 +0),- 2(1 +0),- 20,

- 0. 0}
AMI = P{ -1' 0, 1' 0} AM2 =

l+v2
p

~ { - V2, -

(1 +Vi),

V2, -

(I +Vi)'}

AM3 = -:r.; {1, 0, -1 , 0} 1+v2


4.12-2
D = EAx {1,30, 1,60}

PL

AR = P{-3,80, 1,50, -1,00, - 0,600, - 0 ,200, 1,10} AMI= P{1,30, - 2,00, - 1,30, 2,00} AM2 = P{O, 1,00, 0, 1,00} AM3 = P{- 1,60, 1,00, 1,60, 1,00} A~o~4 = P{0,500, 0,5 00, 0,500, 0,500} A~!$ = . P{-0,500, 0, 0,500, 0} AM8 = P {O, 0, 0, 0}

4.12-3

wL2 D = -E {-1,26, 0} AR = wL{O, 1,7 1, -0,446, 0,446, 2,15, 2,971 Ax AM 1 = wL{O, 0,500, 0, 0,5001 Ar.12 = wL{O, 0,500, 0, 0,500 I AM 3 = wL{0,500, 0, 0,500, Ol Ar.~ 4 = wL{l,76, 0, -0,762, O} AM;= wL{-0,500, 0,5 00, -0,500, 0,500}
AM6 = wL{1,31, 0,500, 0,131 , 0,500)
II' Lt

4.12-4

D = EAx {-0,288, - 0,8 15, - 0,731}

AR = wL{ - 0,0630, 0,351, 2,48, -0,288, 2,32} A~11 = wL{ -0,288, 0,300, 0,288, 0 ,300} AM 2 = wL{O, 0,300, 0, 0,300} A1.t:1 = wL{1,22, 0, - ,416, 0} AM = wL{l,13 , 0, - 332, 0} AM~ = wL{0,080, 0,300, -0,880, 0,300} AM 6 = wL{0,985, 0,300, - 0,185 , 0,300}

4.12-5

D = EAx {0,667, -2,00, -4,00 }

PL

4.12-6

AR = P{-2,40, 0,700, 0,21, 0,700, 4,79} A1-u = P{0,667, 1,00, - 0,667, 2,001 A.\12 = P{O, - 1,00, 0, -1 ,00} A_,,3 = P{l ,40, 0, - 1,40, 0} A~H = P{2,07, 0, -2,07, Ol A~,~ = P { 4,33 , 0,500, - 2,60, 0,500 I wL 2 D = EA X { -2,92, - 2,92} AR = wL{-1 ,40, 1,40, -1,40, 2.25, 1,40, 2,25} A-"', = wL{O, 0,400, 0, 0,400 } A~12 ,;, wL{O, 0,400, 0, 0,400} A-"'a = wL{0,300, 0, 0,300, 0) A.11 = wL{0,150, 0, 0,150, 0 } AM~= wL{ -2,05, 0,400, 1,45 , 0,400 } A-"' 8 = wL{2 ,05 , 0,400, -1,45 , 0,400} EA E1emen bukan no1 pada s1 , dalam L x:

4.12-7

SJII

= -2SJJ; = -

2Sm

= -

/JS;zfi = - 2/lS;u =

- 2/35;~6 = 2f3S.r.~<e

S;te = -S;,a = Sn~ = Sn = -1 ,73 SJ3a = - 2513; = -2SJ37 = S144 = 2,60 S;;s = S;11 = 2,55 S1 ;e = S 166 = - -5178 = S 1"" = 1,18
4.12-8

= -2{3SJ,~ = 2fJS;1 = S121 = SJ46 = SJ4H = -0,433

0,500
S;2~ =

3,23 -1,00

S;~1 =

EAr Elemen bukan no1 pada S1, dalam - :


f.

S;n = SJ3s = I ,38 1

Jawaban Soal-$0al

421
- s.~~~~ = '/2SJs" = - S,:un 3 /lS,M = lf2S~t~,o ..:...0,217

S,u

= -'hS,te = S,u = -'hSna = S121 = = 1/2S,4$ = -Sut = /lS 1 = 1/lSJat =


1 a1

Sm = 4S11 a = 85117 = -'/9Sm = ~lS~ = 'llS.nJJ = 4Sm = 8Sm = -'ltS144 = 4f3S1 .- = '11S1 4 ,o = 4S,$8 = - 4S~a,o = 4S,,1 = - 4s,,. = - 1,oo SJM = 1,368 S188 = 1,79 S177 = S1ve = 0,559 Sn 8 = - S1910 = 0,467 . S188 = S11 01 o = 0,520 4.129
Elemen bukan no! pada s1 yang ditata ulang, dalam E~x:
S;u S.m = 2,7 1 SJI4 = S lla = = SJ29 = SnlO = = S n lO = = S;41 = - S;~a = S;ae = -S;aT = S~as = -SJ$6 = Sns = -SJ88 = -S./1110 ::= - SJIOIO = - 0,707

= S133 = Sn1 = Sm = 1,7 1 S;,t = Sn1 = Sm = S149 = -1 ,00

- s;.. - s/23.=

s/39

sJ..

Sm =
4.1110

S~aa

= 2,42
EAr L:

E1emen bukan no! pada S1, dalam

S;u

= YlS~aa = '/3SJ11 = 'hSm = Y2Smu = 2,03 S,n = 4flSJt1 = -S,,s = -Sn, = lfS;ts = -SJ3 = 1lSm = S;36 = SJ<If> = lfS;.- = 1flSJau = - '/lS;an = - '/lS;su = lfsS;su = l{JS/19 = Y2Sn1o = 1hSJfle = lfaS;eo = -'/2S;gto = - lfsS,,oto = 1/2S;mz = - 3faS1 tz12 = - 0,480 S; 1 ~ = S13 1 1/lSJMI = 1 !2S 1711 = -i,67 S1u = S,44 1,89 S 124 = 'hSJil8 = - 1,25 Sn. = -S118 = - 0,48 = s/88 = 4,42

= s,33

s-

Jawaban soal-.Joal dalam satw:m lnggris untuk Pasal 4.18 adalah kip, inci, dtm radial; sedang jawaban soal dalam satuan SI adalah kilonewton, meter, dan radial. 4.18-1
D = { - 0,0004 38, - 0,001 93, 0,0005321 AR == {0,-913, 5,97, 227,7, - 0 ,913, 4,03, 43,59 \ AMI = {0,9 13, 5,97, 227,7, - 0,913, 4,03, - 87,94 }

4.18-l

4.18-3

4.18-4

4.18-S

A1t12 = {4,03 , 0,91 3, 87,94, - 4,03, -0,913, 43,59 } D = {-0,000216, - 0,003,58, 0,000424\ AR = {0,360, 3,34, 249,6, 0,360, - 0,303, 28, 19, - 0,720, 8,98, 46,00} Ar.n == {0,360, 3,34, 249,6, - 0,360, 2,66, - 151 ,5} A1t12 = {-0,360, 0,303, 59,09, 0,360 , - 0,303, 28,191 AM3 = {8,96, o.p1, 92,36, - 8,96, -0,721 , 46,01 D = {0,7491, - 0,1650, 1,980 } X 10_. AR = { - 24,97, 39,00, - 6 2,29, -25,03, 11 ,00, 44,49} A ~o~ 1 = {24,97, 11 ,00, 44,31, - 24,97, 39,00, -62,29 } AMI = {11,00, 25,03, 44,49, - 11,00, 24,97, -14,31} D = {0,5934, -2,225, -1 ,466 } X w- AR = {-20,77, 19,54, 20,36, -20,77, 62,58, -66,02, - 38,47, 77,89, 38,21} A"" {-20,77, 19,54, 20,36, 20,77, 20,46, - 22,21} AMI = {20,77, 57,42, 50,56, -20 ,77, 62,58, -66,02} AM3 = {77,89, 38,47, 38,21, - 77,89, 41 ,54, -44,35\ D = {0, -0,000620, 0 } AR = {-0,323, 0, - 8,55, 0, 0,434, 0 , 0 ,323, 1,57, 8,77} A!>t 1 = { -0,434, 0, 0, 0,434, 0, 0 } A .\ lt = { 1,52, 0,5 03, ~,77 , 0,2 15, 0,497, - 8,55 }

422
4.18-6

Analisa Matriu untuk Strulrtur Rangk:a

4.18-7

D = {0,5302, - 1,457, - 0,026 131 X 104 AR = {- L41,40, - 63,40, 5,444, 51,40, 93,40, 40,751 A:w 1 = {1 41 ,40, 63,40, 4,747, - 141 ,40, -63 ,4 0, 5,444} AMZ = {1 02,39, 29,70, 40,75, ....; J44,81, 12,73, -4,747} D = {0,4160, - 0,9615, 0,1880} X 104 A11 = {- 13,87, 24,77, 33,35, - 20,80, 13,29, -18,00, 34,66, 61,94, 17,23} A MI = { - 13 ,S7, 24,77, 33,35, 13,87, 5,235, - 4,7651 A M2 = {20,80, 6,707, 4,824, - 20,80, 13,29, - 18,00 I Ar.~ 3 = {70,35 , 9,435, 17,23, - 46,35, 8,565, - 0,0 59}
E1emen bukan no1 pada S1 : Sm = S 144 = 1541 ,7 S,l3 = S,u, = - S/37 = S,.,. = S;ut = - S,610 = - S 119
= - s,1o1t =

4.18-8

4.18-9

S,.. = 1/zSne = '/z S.r..u = - 1/2S;ea = - 1/lSmu = -1500,0 S 111 = s,. 10 = - S 117 = - S11010 = - 41 ,7 Sm = S~ = 3005,2 Sm = S.ne = - Sm = - S,sa = 1250,0 Sn) = - 5,22 1 /3S,33 = 2s,3, = s.r.ts = 1/JS," = s,e2 1hS,9'il = 12s,.2.2 = 4,o x 10~ ~em en bukan nol pada 1 Sm = S 1u = 3041,7 S,l3 = S,,e = Sn3 = Sna = - Sm = - Sn1 = - S,19 = 5000,0

5ooo,o

S1 = S.na = -S/88 = - 3000,0 S 111 = SJU = -S171 = - 41 ,7 1 /.S~ = Sna = S.m = 5/.aSJM = '/.S"u = 1 /2S- = 5/sSmtt = 4,0 x 10' S~ = 3877,7 S;u = - Sm 1 = -S.r-.10 = S 11011 = - 1 L43,0 . SM,. S/4u = - sl810:: - Snon = 2560,0 s/410 = -Snoto- - 877,7 SM = 1585,0 s./511 .., -3080,0 S.r..u = -Smu = - 1543,7 S.~~n = - S,..u = -Smu = 1920,0

DAFTAR ISTILAH

Altsi yang selaras Balok menerus Balok sederhana Balok sUang Batang Batang lenglcung Bat ang takprismatis Batang terkekang "' Bebanmaya Beban satuan Beban tersebar Beban titik kumpul Benda tegar Bentang Derajat kebebasan Derajat ketidaktentuan Diagram benda bebas Diagram langkah Elemen berhingga Energi regangan Gaya kelebihan "' Gaya jepit ujung Gaya pengelcang Gaya ujung batal!8 Hubungantimbalbalik Kelcakuan Kekakuan titik Keleblhan Kerangka persegi Kerja maya Kesepadanan Ketidakstabilan Ketidaktentuan Kosinus arah Lendutan Matriks berjalur = Matriks terakit Metodegaya Netode kekakuan Metode kekakuan langsung :

Corresponding action Continous beam Simple beam Grid Member Curved member Non-prismatic member Restrained member Virtual load Unit load Distributed load Joint load Rigid body Span Degree of freedom Degree of indeterminacy Free body diagram Flow-chart Finite element Strain energi Redundant force Fixed-end forces Restraining force/ action Member-end action Reciprocal relation Stiffness Joint stiffness Redundancy Rectangular. framing Virtual work Compatability Instability Indeterminacy Direction cosine Deflection Banded matrix Assembled matrix Force/ Fielcxibility method Stiffness/DisPlacement method Direct stiffness method

424
Nomen lentur Nomen primer Pclepasan Pengekang Perpindahan Portal Praregang Pusat geser Rangka batang Regangan Sambungan bergeser Selaras Sifat-sifat penampang Setengah lebar jalur Struktur rangka Struktur terkekalljl Sttuktur terlepas Sumbu arah batang Sumbu arah struktur Sumbu utarna Tegangan Tekuk Titik kumpul Tumpuan Tumpuan mirin8 Tumpuau sederhana Bending moment Fixed-end moment Release Restrajnt Displacement Frame Prestrain Shear center Truss Strain Offset connection Correspond Section properties Semi-band width Framed structure Restrained Structure Released structure MembDr-<lriented axes Structure-<lrientcd axes Principal axes Stress Buckling Joi,nt "' Support Oblique support Simple support

Daftar Istilah

IN DEKS

A
Acua.n pilihan, 365 Aksi, dalam, 6 definlsl, 6 maya, 37 notasi untuk, 9 umum,6 yang selaras, 8 Aksi dan perpindahan yang selaras, 8 Anallsa beban mati, otomatis, 326

B
Balok, anallsa dengan metode gaya, 45, SO, 65,83 anaUsa dengan metode kekak.uan, 96, 106,134,163 definisi, 2 deformasi pada, 5 fleksibilitas batang, 72 kekak.uan batang, 102, 110, 126, 156 perpindahan titik kumpul pada, 65 program komputer untuk, 256 tabel perpindahan untuk, 387 tak.prismatis, 339' Balok silang, anallsa dengan metodc gaya, 59 analisa dcngan metode kekak.uan, 121,214 definisi, 2 deformasi pada, 5 neksibilitasbatang, 74 kckak.uan batang, 128, 212 program komputer untuk, 285 BANFAC, subprogra m, 405 BANSOL, sub-program, 407 Batang lengkung, 345 Batang rangka batang. gaya ujung un tuk (tabel), 395 Batang takprismatis, 339 Batang terkekang, gaya ujung untuk Lampiran 8 ,390- 395 Batang vertikal, pada portal ruang, 229 pad a rongka batang ruang, 219 Beban, antlsimctris, 32 1

gayajepit ujung akibat (label), 391 kerja yang dilalcukan oleh, 33 . (lihat juga Bcban titik kumpul), 29 maya, 37 simetris, 321 titik kumpul (sebenarnya), 29. 159 titik kumpul ekivalen, 29, 76, 101 , 124, 150, 160 titik kumpul gabungan, 29, 101, 161 yang di tata ulang, 162 Beban antara titik kumpul, 323 Beban titik kumpul, untuk balok, 29, 160, 170 untuk balok silang, 2 15 untuk portal b idang, 205 untuk portal ruang, 233 untuk rangka batang bldang, 185 untuk rangka batang ruang, 223 (liha 1 j uga Beban) Bidang lentur, 2

c
CastigUano, teorema, kedua, 35 pertama, 34 Cholesky, metode, 398 CrottiEngesser, teorema, 34

D
Daftar, pengekang kumulatif, 17~ pengekang tit ik kumpul, 17 3 Data untuk program, 249 Deformasi, aksial, 4, 60, 119 batang, 3, 372 geser, 4, 5, 356, 377 Ien tur, 4 , 373 . .-. may a sepadan, 36 puntir, 4, 375 suhu,378 Dekomposisi matriks simet.ris, 398 Derajat,

426
kebebasan, 13 ketidalttentuan kinematis, 13 k~tidalttentuan statis, 11 Diagram langkah (b;gan alir), 241, 40: ' simbol untuk perlntah pada, 244 untuk balok, 256 untuk balok silang, 285 untuk portal bidang, 276 untuk portal ruang, 299 untuk program gabungan, 313 untuk rang)ca batang bidang, 271 untuk rang)ca batang ruang, 291 Diskontinuitas pada.batang, 350 Gedung bertingkat banyak, 319 Geometri, persamaan, 46

Indeks

H
Hooke, hukum, 5, 21,420 Hubungan timbal-balik, 35 Hu~um Hooke, 4, 18, 372

I
lndeks perpindah.an titik kumpul, 157 Integral perkalian (tabel), 386 lnteraksi aksial-lentur, 361

E
Ekivalen kinematis, 334 Ekivalen sta tis, 3 32 Energi, regangan, 32 regangan komplementer, 32 regangan maya, 36 regangll.n maya komplementer; 38

J Jawaban soal-soal, 413


Jepitan, 1 Jumlah Optlrasi aritmatik (tabel), 403

K
Kekakuan,defurisi,20,21 titik, (lihat juga Kekakuan titik), 103, 157 untuk batang balok, 103, 108, 127, 157 untuk batang balok silang, 121, 129.211 'untuk batang dengan deformasi geser, 358 untuk batang dengan diskontinuitas, 350 untuk bataiig dengan gaya alcsial, 362 untuk batang dengan sambungan elastis, 353 untuk batang portal bidang, 128. 200 untuk batang portal ruang, 128. 224 untuk batang prismatis, 126 untuk batang rangka batang bidang, 114, 128. 177, 196 unruk batang rangka batang.ruang, 130, 216 untuk batang talcprismatis, 339 Kekuatan batang, dari fleksibilitas, 334 (lihat juga Kekakuan) Kekakuan geser, 377 Kekakuan titik, untuk balok, 103, 166 untuk ba1ok silang, 2 11 untuk portal bidang, 199 untuk portal ruang, 224 unruk rangka batang bidang, 183 untuk rangk.a batang ruang, 216 (lihat juga Kekakuan) Kelebihan (lihat Ketidaktentuan), 12 kinematis, 13 statis, 11 Kerangka persegi, 317 Kerja, beban, 34 beban komplementer, 35 maya, 36 maya dalam, 36 maya luar, 36 maya komplementer, 37 Keseimbangan, persamaan, 10, 99 momen statis, 10 Kesepadanan, 11, 46 Ketegaran,

F
F ACfOR, sub-program, 403 Falttorisasi matriks simetris, 398 Fleksibilitas, batang balok, 7 0 batang balok silang, 74 batang portal bidang, 7 3 batang portal ruang, 74 batang prismatis, 70 batang rangka batang, 73 defmisi, 20, 21 Fleksibilitas batang (lihat Fleksibilitas), 70 Fonnalisasi, metode gaya, 75 metode kekuatan, 130 FORTRAN, program, 241

G'
Gaya altsial, 3, 372 Gaya geser, 3, 377 Gaya jepit ujung Lampiran B, 390- 395 akibat beban, 391 akibat perpindahan ujung, 394 akibat perubahan suhu, 392 akiba t praregang, 393 darl fleksibilitas, 3 34 matrik, 159 untuk batang rangk a batang, 395 Gaya ujung batang, 65, 76, 104, 149 tab.el Lampiran B, 390-395 untuk balok, 163, 172 untuk balok silang, 215 untuk portal bidang, 206 untuk portal ruang, 231 untuk rangka batang, 187, 197, 222 Gaya ujung untuk batang terkekang Lampiran B (lihat juga Gaya ujung batang), 390-395 Gayaumum,6

Indeks aksial, 372 geser, 378 lentur, 374 puntir,376 Ketidalcstabilan kinematis, 16 Ketidaktentuan, kinematis, 11 , 13 statis, 11 KoefJSien fieksibilitas, 21, 26,47 hubungan timbal-balik untuk, 36 langsung, 26 silang, 26 KoeftSien kekakuan, 22, 26, 98, 100 hubungan timba1-balik untuk, 36 langsung, 26 'silang, 26 Kondensasi, matrik, 343 Konsep energi, 30 Konservasi energi, 34 Konstanta puntir, 376 tabel, 397 Koordinat, global, 70 lokal, 70 Kosinus arah, 178, 193, 198

427
pad a batang lengkung, 34 7 pada batang takprismatis, 342 Maxwell-M'ohr, metode, 44 Maxwell, teorema, 35 Metode beban kosong (/lhat Metode beban satuan), 43 Metode beban-satuan, 38, 380 Metode Cho1esky, 398 akar, 399 yang dirnodiftkasi, 400 Metode fleksibilitas (lihat Metode gaya), 44 Metode gaya, 44-~5 formalisasi. 75 pengaruh praregang pada, 61, 68 pefpindahan titik kumpul dengan, 66 perpindahan tumpuan pada, 48, 61 , 68 perubahan suhu pada, 61 , 68 reaksi dengan, 67 Metode kekakuan, 96- 364 formalisasi, 130 gaya ujung batang pada, 104, J 33 hasil.untuk, 162 langkah-langkah dalam, 150 langsung, 148 pengaruh praregang pada, 123,317 pengaruh suhu pada, 123, 327 penjal;>aran, 150 perpindahan tumpuan pada, 123, 328 program komputer untuk Bab 5 reaksi depgan, 105, 134 Metode kekakuan langsung, 148 (lihat juga Metode kekakuan), Metode MaxwellMohr, 44 Metode perpindahan (lihat Metode kekakuan), 96 Metode perpindahan satuan, 37 Mobllitas struktur, 16 Mome n lentur, 2 Momen puntir, 4, 375

L
Lendutan (lihat Perpindahan)

M
Matriks berjalur, 255, 405 Matriks fieksibilitas, 24, 48, 7 5 batang, 70 invers, 27 sifa t simetris, 35 struktur tak ten1~it, 76 struktur terakit, 77 Matriks fleksibilitas tak terakit, 76 Matriks fieksibilitas teraktif, 77 Matriks kekakuan, 26, 27. 101 batang, 126 invers, 28 sifat simetris, 35 struktur tak terakit, 131 struktur terakit, 132 Matriks kekakuan (lanjutan) titik keseluruhan, 150 yang ditata ulang, 162 Matriks kekakuan batang yang lengkap, 151 Matriks kekakuan takterakit, 13 I Matriks kekakuan terakit, 132 Matriks keseimbangan, 76 Matriks kesepadanan, 131 Matriks kinematis, 131 Matriks Si!Jietris, faktorisasi, 3-98 Matriks transfer untuk gay a jepit ujung, 325, 337 pada batang dengan deformasi geser, 358 pada batang dengan interaksi aksial-lentur, 364 pada batang dengan sambungan elastis, 356 pada batang diskontinu, 350

N
Notasi, keterangan, 9, 49 Nota si ( tabel), 367 Notasi yang dipakai dalam program (tabe1), 242

0
Operasi aritmetik, 242 jumlah (tabel), 403

p
Pelepasan pada batang, 350 Pengaruh balokkolom, 361 Pengaruh P-ll., 361 Pengekang, sumbu arah, 329 Pengirnbang statis, 336 Penyelesaian persamaan, 398 Penyelesaian tanpa penataan ulang, 41 0 Perpindahan, 5, 372- 389 a!i~at [aY_ a_g:ser, 378 , '<umpul dan perpindahan tumpuan

428
definisi, 7 maya, 36 metode beban satuan untuk, 38, 379 notasi untuk, 9, 22 relatif, 76 tabel (untuk balok), 387 umum, 7 yang selaras, 8 (lihat juga Perpind~an titik Perpindahan pengekang, 8 (/ihat Perpind,ahail, tumpuan) Perpindahan relatif, .76 Perpindahan titik kumpul, 65 gayajenpit ujung akibat (tabel), 394 penomoran, 157, 164, 181 Perpindahan tumpuan, 48, 61, 68, t23, 328 Persamaan aksi (gaya), 20, 26 Persamaan perpindahan, 19, 25 Perubahan suhu, 61, 68, 123, 327 gaya jepit ujung akibat (tabe1), 392 P()rtal, bidang, de'ti nisi, 2 deformasi pada, 4 ruang, definisi, 2 (lihat juga Portal bidang dan Portal ruang) Portal bidang, analisa dengan metode gaya, 57, 86 analisa dengan metode kekakuan, 117,139, 201 deimisi, 2 deformasi pada, 5 fleksibilitas batang 'm kekakuan batang, 127, 199 pengaruh deformasi aksial pada, 58, 119 program komputer uniuk, 276 Portal ruang, analisa dengan metode kekakuan, 230 batang vertikal pada, 229 definisi, 2 deformasi pada, 5 fleksibilitas batang, 73 kekakuan bata.ng, 129, 151,224 program kompu ter untuk, 29.9 sumbu utama untuk batang, 225 Praregang, dalam metode gaya, 61,68 dalam metode kekakuan, 123, 327 tabel gaya jepit ujung akibat, 393 Prinsip, kerja maya, 36 kerja maya komplementer, 37 konservasi, energi, 34 energi komplementer, 34 superposisi, 10, 17 Program FORTRAN, 241 Program gabungan untuk struk tur rangka, 313 Progr3..11'! kom,puter_~b 5, 241 -::316 dar -~ Larnpiran D, 398- 409 data untuk, 249 notasi yang digunalcan dalam (tabel), 247 penjabaran, 254 untyk balok, 256 Program komputer (lanjutan) untuk balok silang, 285 untuk portal bidang, 276 untuk portal ruang, 299 untuk rangka batang bidang, 271 untuk rangka- batang ruang, 291 untuk struktur rangka, 313 Puntir takser.tgam, 377

lndelcs

R
Rangka batang, bidang, definisi, 2 deformasi pada, 5 ruang, definisi, 2 (lihat juga Rangka batang bidang dan Rangka batang ruang), 2 Rangka batang bidang, analisa dengan metode gaya, 58, 68, 83 analisa dengan metode kekakuan, 115, 141, 180 definisi, 2 deformasi pada, 5 fleksibilitas batang, 72 kekakuan batang,ll4, 127,177,194 program komputer untuk, 271 Rangka batang ruang, analisa dengan metode kekakuan, 221 ~ batang vertikal pada, .219 definisi, 2 deformasi pada, 5 fleksibilitas batang, 72 kekakuan batang, 127, 151,222 pemilihan sumbu batang untuk, 2 18 program komputer untuk, 299 Reaksi,65, 78, 104,133,162 Reaksi tumpuan (lihat Re,aksi), 134 Regangan, geser, 31 maya, 37 normal, 31 Resultan tegangan, 2, 3, 6, 372 Rotas!, 7 Rotasi sumbu, dua dirnensi, 192 tiga dirnel).si, 198 untuk balok silang, 214 untuk portal bidang, 199 untu\( portal ruang', 226 untuk rangka batang bidang, 194 untuk rangka batang ruang, 216, 217 untuk tumpuan miring, 328

s
Sambungan, bergeser, 358 eksentris, 358 clastis, 35 3 fleksibel, 35 3 tidak tegar, 353 Satuan, Inggris dm SI, 254 Sendi pada batang, 349 Sifat penatl'!pang (tabel), 397

l ndeks

429

Sistem konserva.tif, 30 Sistem penomora.n sembarang, 157 SOLVER, sub-program, 405 Struktur, elastls,.4 , 19, 372 elastis linear, 4, 19, 372 mobi1,16 ranglca, jenis, 1 simetris, 3 21 takstabil. 16, 362 terkelcang, 97 terlepas, 45 Sub-program, BAN'AC, 405 BANSOL;407 FACTOR, 403 SOLVER,405 Sub-program komputer untuk menyelesa.ikan persamaan Lampiran D, 398-409 Sumbu, arah batang, 70 arah pengekang, 329 aral:) struktur, 70 Sumbu pu91lt geser, 359 Supe.rposisi, persamaan, 17, 46, 48, 68, 98, 101,104, 124 prinsip, 10, 17 syarat untuk, 18

T
Tegangan, geser, 31 maya, 36 normal, 31 pada bat.ang, 372 Tekuk pada portal, 362 Teorema, Castigliano kedua, 35 Castigliano pertama, 34 Crotti-Engesser, 34 Maxwell, 35 Titlk kerja, 359 Titik kumpul, jenis, 1 penomoran, 164, 181 Transformasi sumbu, rotasi, 192, 199 translasi, 333 Translasi, 7 Translasi sumbu, 332 Tumpuan, jenis, 1 elastis, 3 30 fleksibel, 3~0 miring, 328

V
Vektor beban yang ditata ulang, 162

You might also like