You are on page 1of 2

BAB III KESIMPULAN

Kedaruratan psikiatri merupakan cabang ilmu kedokteran jiwa dan kedokteran kedaruratan yang dibuat untuk menghadapi kasus kedaruratan yang memerlukan intervensi psikiatri terapeutik segera. Kasus kedaruratan psikiatrik meliputi gangguan pikiran, perasaan, dan perilaku yang memerlukan intervensi terapeutik segera, yaitu bunuh diri, kondisi gaduh gelisah, dampak tindak kekerasan, gejala ekstrapiramidal akibat penggunaan obat dan delirium.1,3 Bunuh diri berasal dari bahasa Latin suicidium, dengan sui yang berarti sendiri dan cidium yang berarti pembunuhan. Bunuh diri adalah kematian yang ditimbulkan oleh diri sendiri dan disengaja. Bunuh diri telah diniatkan dan dilakukan oleh seseorang terhadap dirinya sendiri. Ide bunuh diri terjadi pada orang-orang yang rapuh sebagai respon terhadap berbagai tekanan pada setiap tekanan pada setiap usia dan bisa saja terdapat untuk waktu yang lama tanpa diakhiri dengan suatu tindakan bunuh diri. Tiap tahun kira-kira 30.000 kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh bunuh diri. Angka tersebut adalah untuk bunuh diri yang berhasil dimana diperkirakan 8 sampai 10 kali percobaan bunuh diri lebih besar dari angka tersebut.
1

Terdapat sabuk bunuh diri, dimana angka kejadian bunuh diri sangat

tinggi yaitu lebih dari 25 per 100.000 penduduk yaitu di Skandinavia, Swiss, Jerman, Austria, negara Eropa timur dan Jepang.1 Faktor yang terkait dengan bunuh diri adalah jenis kelamin, metoda, usia, ras, agama, status perkawinan, pekerjaan, iklim, kesehatan fisik, dan kesehatan mental. Risiko tinggi terjadinya tindak bunuh diri yaitu pada laki-laki, usia tua, isolasi sosial atau hidup seorang diri, riwayat bunuh diri atau percobaan bunuh diri dalam keluarga, riwayat menderita sakit atau nyeri kronik, baru menjalani operasi, tidak mempunyai pekerjaan, dan sudah membereskan segala urusan duniawinya. Etiologi pada bunuh diri berupa faktor sosial, faktor psikologi, faktor fisiologi. Tanda-tanda bahaya5 adalah pernah melakukan percobaan bunuh diri, penyakit yang menahun, ketergantungan obat dan alkohol, hipokhondriasis,
3

bertambahnya umur, pengasingan diri, kebangkrutan kekayaan, catatan bunuh diri, kesukaran penyesuaian diri yag kronis, tidak jelas adanya keuntungan sekunder. Pada kasus percobaan bunuh diri yang penting adalah bagaimana kita melakukan wawancara, psikoterapi dan evaluasi. Tidak semua pasien memerlukan perawatan di rumah sakit, beberapa dapat diobati dengan rawat jalan. Untuk menentukan apakah dimungkinkan terapi rawat jalan, klinisi harus menggunakan pendekatan klinis yang langsung meminta pasien yang diduga bermaksud bunuh diri untuk mencari bantuan apabila mereka tidak yakin akan kemampuan mereka untuk mengendalikan impuls bunuh dirinya.5,6 Jika pasien tidak dapat memenuhi komitmen ini, maka perawatan di rumah sakit menjadi indikasi yang harus diambil.5,6 Keputusan untuk merawat pasien di rumah sakit tergantung pada diagnosis, keparahan depresi dan gagasan bunuh diri, kemampuan pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah, situasi hidup pasien, tersedianya dukungan sosial dan ada atau tidaknya faktor resiko untuk bunuh diri. 5,6 Dalam rumah sakit pasien mungkin menerima medikasi antidepresan atau antipsikotik sesuai dengan indikasi, terapi individual, terapi kelompok dan pasien mendapatkan dukungan sosial rumah sakit dan rasa aman. Tindakan terapeutik lain tergantung pada diagnosis dasar pasien. Sebagai contohnya, jika ketergantungan alkohol adalah masalah yang berhubungan, terapi harus diarahkan untuk menghilangkan kondisi tersebut. 5,6 Sebagian besar bunuh diri pada psikiatri dapat dicegah. Dimana depresi menjadi gangguan paling sering yang menyebabkan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Adapun cara yang digunakan oleh Sigmund Freud untuk terapi sekaligus untuk mengumpulkan data, yaitu: 5,6 a. Metode asosiasi bebas (free association b. Analisis tentang mimpi (dream interpretation)

You might also like