You are on page 1of 29

BAB I PENDAHULUAN

Apabila

banyaknya

pasangan

infertil

di

Indonesia

dapat

diperhitungkan dari banyaknya wanita yang pernah kawin dan tidak mempunyai anak yang masih hidup, maka menurut Sensus Penduduk terdapat 12% baik di desa maupun di kota, atau kira-kira 3 juta pasangan infertil di seluruh Indonesia.(1) Infertilitas biasanya didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk menjadi hamil dalam satu tahun setelah secara teratur menjalani hubungan intim tanpa kontrasepsi. Dengan meningkatnya penggunaan teknik-teknik modern reimplatasi tuba, terapi farmakologis yang dapat menginduksi perkembangan folikel dan ovulasi serta fertilisasi in vitro, peran pencitraan diagnostik dalam diagnosis dan manajemen pasien dengan infertilitas telah menjadi semakin penting. Histerosalpingografi adalah modalitas pencitraan sebagai pilihan untuk menyingkirkan kelainan anatomi yang menyebabkan ketidaksuburan. (2) Sejak Rubin dan Carey melakukan histerosalpingografi untuk pertama kalinya, banyak pembaharuan telah terjadi dalam hal peralatan dan media kontras yang dipakai. Prinsip pemeriksaannya dengan penyuntikan media kontras yang akan melimpah ke dalam cavum peritonium kalau tubanya paten, dan penilaiannya dilakukan secara radiografik. Kebolehan histerosalpingografi memang tidak dapat disangkal, tetapi hanya dapat dilakukan di rumah sakit. Meskipun pada awalnya dilakukan sebagai prosedur diagnostik, HSG juga mungkin memiliki khasiat terapeutik. Tidak jarang, wanita yang baru menjalani histerosalpingografi (HSG) menjadi hamil. Khasiat terapeutik ini, kalau memang ada dapat diterangkan karena pemeriksaannya dapat membilas sumbatan-sumbatan intratuba yang ringan, melepaskan adhesi atau perlengketan peritubal, stimulasi dari mukosa silia atau media kontras (yodium) yang berkhasiat bakteriostatik sehingga memperbaiki kualitas lendir serviks.(1) Efek terapeutik ini dapat terjadi pada pemakaian kedua

jenis kontras baik media larut minyak maupun media larut dalam air. Namun pemakaian kontras larut dalam minyak seperti lipiodol ultrafluid dapat menyebabkan kehamilan lebih banyak dibandingkan dengan pemakaian kontras yang cair. (2) Waktu yang optimum untuk melakukan HSG adalah hari ke 9-10 sesudah haid mulai pada saat itu biasanya haid sudah berhenti dan selaput lendir uterus biasanya bersifat tenang. Apabila masih ada perdarahan, dengan sendirinya HSG tak boleh dilakukan karena ada kemungkinan masuknya kontras ke dalam pembuluh darah balik. (7) Selama histerosalfingografim, kontras diletakkan melalui pipa tipis yang dimasukkan melalui vagina ke dalam rahim. Karena rahim dan saluran tuba terpancing bersama-sama, pewarna akan mengalir ke dalam saluran tuba.(7)

BAB II PEMBAHASAN

II.1 ANATOMI ALAT REPRODUKSI


Uterus

(3,4)

Uterus berbentuk seperti buah peer yang sedikit gepeng ke arah muka belakang: ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 77,5 cm, lebar di atas 5,25 cm, tebal 2,5 cm, dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio. Uterus terdiri atas 1) fundus uteri; 2) korpus uteri; dan 3) serviks uteri. Fundus uteri adalah bagian uterus proksimal; disitu kedua tuba falloppii masuk ke uterus. Korpus uteri adalah bagian uterus yang terbesar, rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri. Serviks uteri terdiri atas: 1)pars vaginalis servisis uteri yang dinamakan porsio; 2) pars supravaginalis servisis uteri adalah bagian serviks yang berada diatas vagina. Secara histologik uterus terdiri atas (dari dalam keluar): 1) endometrium di korpus uteri; 2) otot-otot polos; dan 3) lapisan serosa, yakni peritoneum viserale. Uterus ini sebenarnya terapungapung dalam rongga pelvis dengan jaringan ikat dan ligamenta yang menyokongnya, sehingga terfiksasi dengan baik. Ligamenta yang memfiksasi uterus adalah: 1. ligamentum kardinale sinistrum et dekstrum 2. ligamentum sakro-uterinum sinistrum et dekstrum

3. ligamentum rotundum sinistrum et dekstrum 4. ligamentum latum sinistrum et dekstrum 5. ligamentum infundibulo-pelvikum 6. ligamentum ovarii proprium

Gambar: Posisi uterus Tuba Fallopii


Merupakan saluran membranosa yang mempunyai panjang kira-kira 10 12 cm. Tuba falloppii terdiri atas: 1) pars interstisialis, bagian yang terdapat di dinding uterus; 2) pars ismika, merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya; 3) pars ampullaris, bagian yang berbentuk sebagai saluran agak lebar, tempat konsepsi terjadi; 4) infundibulum bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai fimbria. Otot di dinding tuba terdiri atas (dari luar dan dalam) otot longitudinal dan otot sirkulel. Lebih ke dalam lagi didapatkan selaput yang berlipat-lipat dengan sel-sel yang bersekresi dan bersilia yang khas, berfungsi menyalurkan telur ke arah kavum uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh getaran rambut getar tersebut.

Ovarium
Wanita pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri, terletak dalam fosa ovarika yang dengan mesovarium menggantung di bagian belakang ligamentum latum, kiri dan kanan. Ovarium adalah kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar 1,5 3 cm dan tebal kira-kira 1,5 cm.

Sistem vaskularisasi
Uterus mendapat perdarahan dari arteri uterina yang merupakan cabang terbesar dari arteri iliaka interna, berjalan di dalam jaringan ikat subperitoneal menyilang ureter dan menuju basis ligamentum latum kemudian menuju ke uterus setinggi serviks dan bercabang jadi arteri vaginalis menuju vagina. Tuba uterina mendapat perdarahan dari r. tubarius arteri uterina dan r. tubarius arteri ovarika. Memberi 6-8 cabang ke sekitar tuba dan membentuk arcade. Ovarium mendapat perdarahan dari arteri ovarika yang merupakan cabang dari aorta dan berjalan di atas m. psoas di depan ureter menuju ligamentum suspensorium ovarii. Ovarium juga mendapat perdarahan dari cabang arteri uterina. Vena berjalan sesuai dengan jalannya arteri.

II.2 DEFINISI
Hystero tuba fallopii.(5) berarti uterus, salpingo (HSG) berarti tuba, jadi

histerosalpingografi merupakan pengambilan gambar dari uterus dan Histerosalpingografi merupakan pemeriksaan menggunakan sinar-X untuk menilai keadaan saluran leher rahim (kanalis servikalis), rongga rahim (uterus), saluran telur (tuba fallopii), dan

sekaligus rongga peritoneum dengan memasukkan kontras radiopak ke dalam kavum uteri melalui serviks, menggunakan kanula. Bila tuba fallopii paten, makan kontras akan keluar ke rongga abdomen (spill). Disebut juga urerosalpingografi, uterotubografi, hysterotubografi, metrosalpingografi, dan metrotubografi. Pemeriksaan ini dilakukan tanpa pembiusan, karena diperlukan keadaan sadar agar pasien dapat secara efektif ikut mengubah beberapa posisi sewaktu difoto. Perjalanan cairan kontras tersebut akan difoto dengan sinar-X sehingga bila ada kelainan anatomik akan terlihat dari hasil pencitraan foto Roentgen.

II.3 INDIKASI HSG

(4, 6, 7)

1. Kajian masalah sterilitas 2. Investigasi perdarahan uterus, misalnya yang disebabkan oleh mioma uteri, polip endometrium, adenomatorus, dan lain-lain 3. Melihat patensi tuba Pada tuba yang paten akan terjadi pelimpahan kontras dari tuba ke dalam rongga peritoneum. Kelainan tuba dan defek seperti hidrosalping, abses tuba-ovarium, kinking dan adhesi/perlengketan, salpingitis isthmica nodosa, endometriosis, oklusi tuba karena infeksi 4. Sinekia intrauterine 5. Abortus berulang 6. Anomali sistem Mullerian 7. Memonitor pasca operasi tuba/ligasi tuba, seperti pada prosedur sterilisasi. 8. Pemeriksaan HSG sekarang juga dilakukan untuk menentukan apakah IUD (intra-uterine device) masih ada dalam kavum uteri.

Untuk indikasi ini, sebaiknya dibuat dahulu foto polos abdomen untuk melihat apakah IUD masih didalam abdomen. Jika tidak nampak lagi, IUD yang sengaja dibuat opak, maka HSG tidak perlu dilakukan. Jika IUD berada jauh dari lokasi uterus, misalnya di abdomen bagian atas, maka dengan sendirinya HSG tidak perlu dikerjakan lagi 9. HSG kadang-kadang dilakukan sesudah section caesaria untuk melihat parut-parut pada serviks dan uterus 10. Tumor maligna kavum uteri kadang-kadang juga perlu

diperiksa dengan HSG untuk melihat lokasi, ekstensi, dan bentuk tumor

II.4 KONTRAINDIKASI HSG

(8)

Hamil muda, karena HSG bersifat invasif dan dikhawatirkan bahaya terjadinya abortus

Inflamasi akut Pada inflamasi akut terjadi erosi yang besar sehingga ditakutkan bisa terjadi infeksi ascenden.

Perdarahan per vaginam berat Pada perdarahan berat, vasa terbuka dan kontras bisa masuk ke vasa akibatnya terjadi emboli.

Post curettage atau dilatasi kanalis servisis Kontraindikasi relatif bila dilakukan segera sebelum menstruasi, karena saat itu endometrium tebal sehingga bisa salah interpretasi (dikira tumor atau massa abnormal).

II.5 KOMPLIKASI HSG

(1, 6, 8)

Nyeri pada saat pemeriksaan (meningkat terutama pada pemakaian bahan kontras larut dalam air)

Perdarahan post pemeriksaan Eksaserbasi penyakit radang panggul Media kontras larut dalam minyak dapat menyebabkan terjadinya granuloma pada uterus termasuk jaringan tuba

Pre-schock akibat alergi kontras ( jarang terjadi ) Infeksi bila alat yang dipakai tidak steril Intravasasi media kontras ke pembuluh darah atau kelenjar limfe Emboli, bila menggunakan media kontras dengan dasar minyak (oilbased)

Kejang tuba, sebagai reaksi terhadap nyeri atau ketakutan yang akan memberikan gambaran palsu sebagai sumbatan.

II.6 MACAM-MACAM BAHAN KONTRAS


1. Media larut minyak (lipiodol, ultrafluid) Kelebihan

(4, 6, 8)

: Karena kontras lebih pekat, tampilan radiografi yang lebih khas, efek terapeutiknya lebih besar.

Kekurangan

: Resorbsi kembali berlangsung lama, granuloma akibat retensi kontras, emboli.

2. Bahan kontras larut dalam air ( Sinografin diperkenalkan sejak tahun 1959), urografin 60% (yang sering digunakan)

Kelebihan

Sifatnya

encer,

opasitas

memuaskan,

cepat

diserap (dalam 60 menit), mudah masuk ke tuba, pelimpahan kontras ke kavum peritoneum cepat. Kekurangan : Efek samping berupa mulas, nyeri, pre-shock.

Bahan kontras lain yang juga sering dipakai dan memberikan hasil sama seperti urografin, polyvinyl endografin misalnya diaginol viscous 50% (sodium (sodium isopaque acetrizoate diatrizoate), plus pyrolidone), (meglumine hipaque

iodipamide),

(metrizoate), lipiodol ultrafluid, dan sebagainya .

II.7 PROSEDUR HSG


Persiapan
Waktu
(4, 8)

optimum

adalah

hari

ke

9-10

setelah

haid

karena

diperkirakan pada waktu tersebut uterus sudah tenang. Setelah hari ke 10 juga dapat dilakukan apabila tidak ada pembuahan atau tidak ada hubungan seksual, namun bila mendekati pada hari haid yang dikhawatirkan endometrium. HSG tidak boleh dilakukan bila ada tanda-tanda inflamasi. adalah terjadinya intravasasi kontras ke dalam

Diperhatikan apakah ada infeksi pelvis kronis dan penyakit menular seksual pada saat pemeriksaan. Malam sebelum pemeriksaan, cerna, pasien sehingga diberi uterus laksatif dan untuk struktur

mengosongkan

saluran

disekitarnya terlihat dengan jelas. Beberapa saat sebelum pemeriksaan dapat diberikan sedatif ringan untuk mengurangi ketidaknyamanan, antibiotik juga dapat diberikan sebelum dan sesudah pemeriksaan.

Berikan inform consent. Harus dilakukan tes alergi terhadap zat kontras, juga dijelaskan akan rasa sakit yang akan dialami pasien.

Semua pakaian dibuka, termasuk perhiasan, kaca mata dan bendabenda logam yang dapat merancukan bayangan sinar-X. Pasien memakai gaun khusus saat pemeriksaan.

Sebelum dilakukan pemeriksaan HSG atau pemeriksaan lain, ada baiknya dibuat foto polos abdomen terlebih dahulu. Pemeriksaan ini sering kali dilakukan dengan film ukuran 18 x 24 cm atau 24 x 30 cm untuk meliputi daerah vesika dan uterus dalam pelvis. Jika ada indikasi, maka ada kalanya perlu dibuat foto seluruh abdomen termasuk lengkung diafragma kanan dan kiri, biasanya cukup dengan film ukuran 30 x 40 cm. Pada infertilitas kadang-kadang diperlukan juga membuat radiogram paru, karena infertilitas mungkin merupakan akibat penyakit tuberculosis paru yang masih aktif.

Proteksi Radiasi; Perhatian khusus perlu diberikan untuk menjaga radiasi seminimum mungkin karena penggunaan kilovolt yang tinggi. Intensifikasi bayangan harus dijaga kualitasnya sebaik mungkin. Begitu juga dengan tangan yang memberikan injeksi contrast pada saat fluoroskopi harus dilindungi. Perlindungan dibuat dari lembaran timah karet yang tebal diletakkan dibawah kaki pasien dengan batas bagian atas tepat dibawah simfisis pubis. Sorotan sinar-X harus disejajarkan agar tangan ginekologis tidak teradiasi.

Peralatan

(4, 7)

Peralatan radiologi yang digunakan meliputi: meja radiologi, tabung sinar-x dan monitor yang berada di ruang pemeriksaan atau dekat ruang pemeriksaan. Untuk melihat gambaran pada proses pemeriksaan, gambaran sinar-x di ubah menjadi gambaran video, disaat yang bersamaan radiographer mengambil gambar yang dicetak pada film.

Alat-alat lain yang diperlukan adalah klem, spekulum vagina (spekulum sims), kateter, kanula, sonde uterus, sarung tangan, lampu dan lain-lain sesuai kebutuhan. Kini, alat yang dianggap terbaik untuk menyuntikkan media kontras ialah kateter pediatrik Foley nomor 8, untuk menghindarkan perlukaan dan perdarahan serviks, menghindari perforasi uterus, megurangi rasa nyeri, dan karena mudah mengatur sikap pasien. Alat yang dipilih untuk HSG ini ideal memenuhi beberapa kriteria yaitu mudah digunakan, memberikan gambaran anatomi uterus dan tuba dengan baik, mencegah kontras kembali ke vagina, terhindar dari trauma serviks dan uterus, dan bila perlu posisi pasien dapat diubah sesuai kebutuhan. Jangan lupa mempersiapkan obat-obatan emergensi.

Gambar: kateter HSG

Teknik

(1, 4, 6)

Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengerjakan HSG ini. Menurut Sutton pemeriksaan ini lebih memuaskan apabila dikerjakan

dibawah anestesi umum, baik bagi pasien maupun untuk kepentingan diagnosa yang akurat. Tetapi beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa tidak diperlukan sedatif maupun anestesi untuk mengerjakan HSG ini.

Teknik yang dilakukan saat pemeriksaan meliputi: Setelah kandung kemih dikosongkan dan pembersihan perineum, pasien ditempatkan di meja pemeriksaan. Setelah posisi meja di atur, posisikan pasien dan film untuk difokuskan pada titik 5 cm dari simfisis pubis; film ukuran 24x30 merupakan ukuran yang sering digunakan dengan posisi memanjang. Posisi monitor berada ditempat yang mudah dilihat. Peralatan diletakkan pada posisi yang mudah dijangkau dan penerangan harus cukup. Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien diberikan penjelasan

secara singkat mengenai tindakan yang akan dilakukan. Kemudian pasien dibaringkan dalam posisi litotomi, dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik. Dipasang spekulum, portio dijepit. Kemudian kateter dimasukkan ke dalam kavum uteri dengan bantuan klem dan balon dikembangkan sehingga kateter terfiksir pada tempatnya dengan menyuntikkan 2 ml air. Setelah spekulum vagina dilepaskan, media kontras disuntikkan ke dalam kavum uteri sedikit demi sedikit ( 3- 20 cc) melalui kanula, dengan atau tanpa pengawasan fluoroskopi. Umumnya untuk prosedur HSG ini diperlukan 4-6 cc kontras. Pada uterus yang abnormal jumlah kontras yang dipakai bisa lebih banyak, misalnya pada hidrosalping, bisa memakai kontras 10 cc atau lebih. Sedangkan uterus nullipara jumlah kontras hanya 3-4 cc. Yang paling baik adalah bahwa kanula terisi semua dengan bahan kontras, sehingga tidak ada gelembung udara. Ketidaktauan akan gambaran gelembung udara pada pemeriksaan ini kebingungan dalam penafsiran. dapat menyebabkan

Untuk mendapat gambaran segmen bawah uterus dan kanalis servikalis, balon dikempeskan sebentar sambil menyuntikkan media kontras.

Perhatikan apakah kontras masuk ke peritoneum atau tidak (peritoneum spill), atau terjadi obstruksi seperti misalnya fibrosis post infeksi sehingga kontras tampak menggembung (hidrosalping).

Dilakukan pembuatan foto polos posisi litotomi dengan posisi AP dan oblik. Jika menggunakan fluoroskopi, setiap penyuntikan cairan kontras ke dalam kavum uteri dapat diikuti dengan seksama lewat layar televisi, sehingga pemotretannya tidak membuta. Dengan teknik ini biasanya tidak lebih dari 3 potret yang dibuat, yaitu (1) potret pendahuluan; (2) potret yang menggambarkan pelimpahan kontras ke dalam rongga perut; dan (3) potret 24 jam kemudian, kalau tubanya paten dan memakai kontras larut minyak, untuk memeriksa penyebaran di dalam kavum peritonei.

Biasanya, dalam 3 jam media kontras telah diserap kembali dan dapat ditemukan dalam kandung kemih. Hal ini penting, untuk menyatakan apakah ada atau tidaknya kontras yang tersisa di dalam rongga pelvis, yang mungkin terjadi disertai dengan hidrosalping.

II.8 HSG NORMAL

(8, 7)

1. Ukuran canalis cervicis 2,5 cm atau kira-kira sepertiga panjang uterus. Bentuknya lonjong, Ismus antara kavum uteri dan kanalis servisis lebih sempit 2. Kavum uteri tampak berbentuk segitiga dengan titik puncak ke bawah (antefleksi ) mengikuti arah kanula, panjangnya 7-7,5 cm, dan fundus uteri tampak lurus atau konkaf 3. Jarak kornu kanan dan kiri 3,5cm 4. Apeks kornu langsung berlanjut pada ismus tuba falloppii. Ismus tuba ini panjangnya variable, Nampak seperti garis potlot pada radiogram dan jalannya bergelombang. Ismus tuba kemudian melebar menjadi ampula tuba 5. Tuba tipis seperti benang berakhir di fimbria, terjadi pelimpahan kontras ke rongga peritoneum, disebut peritoneal spill dan memperlihatkan gambar yang tidak berbentuk.

II.9 HSG ABNORMAL


1. Kelainan kongenital uterus
(1, 10,11,12)

Berbagai tingkat kegagalan fusi duktus mullerian yang mengarah pada kelainan bawaan dari uterus. Uterus, tuba falloppii dan proksimal vagina berkembang dari sepasang duktus mulleri, ketidaksempurnaan dalam perkembangkan menyebabkan kelainan bentuk-bentuk uterus, kelainan dapat berupa: Uterus infantile ukurannya kecil, tetapi saluran serviks relatif panjang dibandingkan korpus uterus.

UTERUS INFANTILE terlihat kecil seperti uterus pada anak-anak, sehingga sulit untuk hasil konsepsi dapat berkembang

Uterus

unikornu,

single

horn,

merupakan

kegagalan

perkembangan satu duktus mulleri. Ini terjadi dalam 20% kasus kelainan kongenital uterus. Dalam hal ini vagina dan serviks bentuknya normal. Bila duktus Mulleri kontralateral yang sehat berkembang kehamilan dengan sempurna, seperti diperkirakan malposisi tidak akan mengganggu proses kehamilan. Namun beberapa komplikasi dapat terjadi, janin, retardasi pertumbuhan intrauterin, abortus spontaneous, dan bayi lahir prematur. Pada HSG, setelah pemasukan materi kontras, kavum endometrium saluran memperlihatkan tuba bentuk fusiform (kumparan), lonjong pada apexnya dan menuju falloppii yang tunggal.
Unicornuate uterus

Uterus Bikornu akibat kegagalan penyatuan duktus mulleri secara parsial-pada pada bagian fundus. superior Merupakan kanalis kegagalan penyatuan segmen ureterovagina.

Dibedakan atas 2 jenis: (1) uterus bikornis unikollis; (2) uterus bikornis bikollis (uterus didelphys). Pada pencitraan HSG, kedua tanduk pada kavum endometrium biasanya terpisah jauh dengan jarak interkornu lebih dari 4 cm dan sudut intercornual lebih dari 105. Setiap tanduk memberikan gambaran fusiform, dengan apex berbentuk lonjong dan masing-masing berakhir dengan saluran tuba falloppii tunggal. Gambarannya sulit dibedakan dari uterus septus diperlukan dan kadang pemeriksaan

lanjutan untuk itu.

Bicornuate uterus

Uterus didelphys disebut juga uterus bikornu bikollis. Kelainan ini terjadi bila kedua duktus mulleri terbentuk sempurna dengan ukuran yang normal tapi sepenuhnya tidak menyatu. Ditemukan pada 5% kasus kelainan kongenital uterus. Dua bagian terpisah sama sekali (no communication) dengan dua serviks dan sering ditemukan bersamaan dua vagina atau satu vagina dengan sekat (uterus dupleks dan vagina dupleks). Pada pencitraan dengan HSG, terlihat gambaran dua saluran endoservikal yang terpisah menuju kavum uteri berbentuk fusiform yang juga terpisah, tanpa adanya hubungan antara kedua bagian pada uterus tersebut. Tiap kavumnya berakhir pada saluran tuba falloppii yang tunggal.

Uterus

didelphys
didelphys

Uterus septus merupakan kelainan perkembangan uterus nonobstruksi yang sering terjadi. Terdapat satu uterus, tetapi di dalamnya terdapat dua ruangan yang dipisahkan oleh suatu sekat karena kegagalan dari resorbsi septum-baik secara komplit maupun parsial, setelah penyatuan kedua duktus paramesonefrik. Pencitraan HSG dapat digunakan untuk mengevaluasi ukuran dan luas septum, meskipun keakuratan diagnostiknya hanya 55% untuk membedakan uterus septus dan uterus bikornu.

Septate uterus

Uterus arkuatus memiliki satu rongga uterus dengan ditandai adanya sedikit cekungan endometrium pada fundus ( 1,5 cm) yang merupakan hasil resorbsi septum yang hampir sempurna. Pada pencitraan dengan HSG, didapatkan gambaran kavum uteri tunggal dengan lekukan berbentuk uterinya. Saddle pada fundus

2. Kelainan Non-Kongenital Uterus


a) Uterine fibroids
(9)

Myoma

(fibroid)

juga

dapat

menyebabkan

infertilitas,

karena

menyebabkan obstruksi dari tuba falloppii, juga dapat terjadi abortus spontan. Lokasi berkembangnya fibroid pada dinding uterus dapat terjadi di lapisan subserosa, intramural dan submukosa, yang dapat juga terlihat sebagai pedunculated (bertangkai).

Submucosal fibroid pada HSG memperlihatkan adanya indentasi dalam cavum uteri

Myoma berkalsifikasi
b) Kelainan pada Tuba Fallopii
(9)

Hampir 30% dari semua kasus infertilitas disebabkan oleh kerusakan atau penyumbatan pada saluran tuba. Oleh karena itulah, penilaian patensi tuba dianggap sebagai salah satu pemeriksaan terpenting dalam pengelolaan infertilitas. Kelainan yang paling umum ditemukan

pada

salpingografi

dalam

kasus-kasus

ketidaksuburan

adalah

penyumbatan tuba, dengan tidak adanya pelimpahan kontras (spill) ke rongga peritoneum. Penyumbatan tuba mungkin karena beberapa penyebab, yaitu: 1. Buruknya teknik operatif 2. Kejang tubal 3. Obstruksi setelah infeksi tuba atau operasi 4. Adhesi fimbrial 5. Kehamilan tubal, tumor dll 6. Prosedur sterilisasi Gamb: Tubal Blockage

Keadaan yang tersering berhubungan dengan non-patensi tuba adalah: Obstruksi partial atau total Kista ovarium Diverticulosis ( salphyngitis isthmica nodosa) Salphyngitis TBC Polip uterus

Hidrosalping

Salpingitis: hidrosalping. Merupakan salah satu bentuk peradangan kronik pada salping. Hidrosalping sering merupakan hasil akhir dari pyosalping dengan resorbsi eksudat purulen diganti dengan cairan jernih. Pada pencitraan HSG posisi AP tampak kontras mengisi kanalis servikalis, uterus, ostium tuba kanan dan kiri tampak menggelembung sampai ampula yang tampak bulat tanpa limpahan kontras (spill).

Gamb: Hidrosalping bilateral

Salphyngitis TB terlihat sebagai paratubal filling

II.10 PEMERIKSAAN LAIN SELAIN HSG


a. Pertubasi atau Tiup Rahim(14)
Pemeriksaan pertubasi atau yang dikenal dengan Tiup Rahim dilakukan dengan menggunakan gas CO2 yang ditiupkan ke rahim. Penilaian pertubasi umumnya secara subjektif atau dapat juga dibuat rekaman kymograph terhadap tekanan uterus. Mengetahui paten atau tidaknya saluran telur ditentukan dengan mengukur tekanan gas sewaktu peniupan, jika terdapat perubahan tekanan berti tuba paten. Berbeda dengan HSG yang menimbulkan rasa nyeri saat peniupan, gas yang masuk terasa hangat. Mengenai waktu pemeriksaannya sama seperti HSG, yakni hari ke-9-10. Bedanya, hasil pemeriksaan HSG bersifat objektif. Artinya, ada data yang yang terlibat langsung melalui hasil rontgen. Letak sumbatan pun dapat diketahui dengan jelas lokasinya. Sedangkan pada pertubasi, letak sumbatan tidak dapat diketahui. Hanya dapat diketahui adanya sumbatan melalui perbedaan tekanan gas saat dimasukkan.

b. Hydrosonografi(13,14)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan cairan

kontras ke dalam saluran rahim melalui vagina. Umumnya yang banyak dilakukan adalah cairan normal saline. Bedanya dengan HSG, hasilnya dapat dilihat melalui monitor saat pemeriksaan berlangsung. Pemeriksaan yang menggunakan alat bantu USG Transvaginal ini memungkinkan pasien bisa ikut mengetahui secara langsung kelainan pada rongga rahim. Walau begitu pemeriksaan ini tidak dapat menentukan saluran tuba mana yang terbuka. Pemeriksaan ini dilakukan tanpa anestesi. Pada pemeriksaan ini akan terasa sedikit kram perut akibat cairan yang dimasukkan ke dalam rahim. Tetapi kram perut ini hanya berlangsung sementara. Pemeriksaan ini dilakukan sama seperti pemeriksaan HSG yaitu pada hari ke-9-10 setelah menstruasi. Pasien tidak perlu menggosongkan perut terlebih dahulu dan kandung kemih tidah harus penuh.

BAB III KESIMPULAN

Histerosalpingografi (HSG) merupakan modalitas pencitraan sebagai pilihan untuk menyingkirkan kelainan anatomi yang menyebabkan ketidaksuburan pada wanita. Bahan kontras yang sering digunakan oleh ahli radiologi di Indonesia adalah zat kontras yang larut dalam air yaitu urografin 60%. Indikasi HSG yang paling sering ialah dalam ginekologi, baik sterilitas primer maupun sekunder, untuk melihat potensi tuba. Kontraindikasi HSG: Hamil muda Inflamasi akut Pada inflamasi akut terjadi erosi yang besar sehingga ditakutkan bisa terjadi infeksi ascenden. Perdarahan per vaginam berat Post curettage atau dilatasi canalis cervicis Kontraindikasi relatif bila dilakukan segera sebelum menstruasi, karena saat itu endometrium tebal sehingga bisa salah interpretasi Hipersesitivitas pada zat kontras

Dilakukan pembuatan foto polos posisi litotomi dengan posisi AP dan oblik. Dengan teknik ini biasanya tidak lebih dari 3 potret yang dibuat, yaitu (1) potret pendahuluan; (2) potret yang menggambarkan pelimpahan kontras ke dalam rongga perut; dan (3) potret 24 jam kemudian.

Penilaian HSG normal dilihat dari serviks (tidak adanya filling defect), uterus dimana dinilai ukuran, bentuk (triangular shape, tdk ada anomali uterus), posisi (anteflexi) dan tidak adanya filling defect, juga penilaian terhadap tuba dimana adanya pengisian kontras secara penuh, adanya spill pada kedua tuba, tidak adanya pelebaran tuba ataupun kelainan lain seperti granula di sepanjang saluran tuba. Pencitraan HSG abnormal dapat terjadi pada kasus kelainan kongenital uterus, fibroid uterine, dan kelainan pada tuba falloppii baik karena obstruksi partial maupun total, infeksi, adhesi fimbrial dll. Selain HSG, ada pemeriksaan lain yang masih dilakukan sampai saat ini. Pemeriksaan itu adalah Pertubasi dan Hydrosonografi. Pemeriksaan pertubasi menggunakan gas CO2 yang dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina. Sedangkan pemeriksaan hydrosonografi menggunakan cairan normal saline. Dari kedua pemeriksaan ini, HSG merupakan pemeriksaan yang penilaiannya lebih okjektif. Artinya, ada data yang yang terlibat langsung melalui hasil rontgen. Letak sumbatan pun dapat diketahui dengan jelas lokasinya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sumapraja, Sudraji. Ilmu Kandungan: Infertilitas. Edisi ke 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2007. hlm. 496; 510-513 2. Juhls and Paul. Essentials of Radiologic Imaging: Obstetric and Gynecologic Imaging. Fifth Edition. USA: J.B. Lippincott Company, 1987. p. 673-87

3. Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan: Anatomi dan Fisiologi Alat-alat Reproduksi. Edisi ke 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1999. hlm. 36-44 4. http://lagubatakoppupanongalangit.blogspot.com/2009/10/histerosalfingografi.html 5. www.healthline.com/galecontent/hyterosalpingography 6. Meschan, Isadore. Roentgen Signs in Diagnostic Imaging: Study of The NonPregnant Female-Gynecologic Radiology. 2nd ed. Vol 1. Philadelphia: W.B Saunders Company, 1984. p. 349-62 7. Ilyas G, Purwohudoyo S. Radiologi Diagnostik: Sistem Reproduksi Wanita. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2005. hal. 311-15 8. Ghazali, Rusdy. Radiologi Diagnostik: Histerosalphyngography. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press, 2008. hlm. 79-80 9. Sutton, David. A Textbook of Radiology and Imaging. Fifth Edition. United Kingdom: Churchill Livingstone, 1993. p. 1206-15 10.http://radiology.rsnajnl.org/cgi/content/full/233/1/19 11.http://www.emedicine.com/Radio/topic738.htm 12.http://www.radswiki.net/main/index.php?title=T-shaped_uterus 13.http://www.arkansasfertility.com/patients-only/hydrosonography.html 14.http://www.ayahbunda.co.id/article/mobArticleDetail.aspx? mc=001&smc=001&ar=1606

You might also like