You are on page 1of 59

Modul Teori Peledakan 1

TEORI TEKNIK PELEDAKAN



1. Distribusi energi peledakan
Bahan peledak kimia adalah senyawa kimia atau campuran senyawa kimia yang
apabila dikenakan panas, benturan, gesekan, atau kejutan (shock) secara cepat
dengan sendirinya akan bereaksi dan terurai (exothermic decomposition).
Penguraian ini menghasilkan produk yang lebih stabil, umumnya berupa gas-gas
bertekanan tinggi yang mengembang pada suhu tinggi akibat panas yang
dihasilkan dari reaksi eksothermis. Besarnya tenaga yang dihasilkan suatu bahan
peledak terutama tergantung pada jumlah panas yang dihasilkan selama
peledakan.

Terdapat dua macam istilah untuk reaksi yang terjadi pada bahan peledak kimia,
yaitu:
a. Detonasi (detonation)
Detonasi merupakan proses penyebaran atau propagasi gelombang kejut
(shock wave) melalui kolom bahan peledak yang diikuti oleh yang menambah
energi untuk memacu penyebaran gelombang kejut, disusul oleh
pembentukan gas dalam waktu sangat singkat. Reaksi kimia yang terjadi
pada bahan peledak dengan kecepatan reaksi yang lebih tinggi dibanding
kecepatan suara dan menyebabkan shattering effects.
b. Deflagrasi (deflagration)
Merupakan reaksi pembakaran yang berlangsung secara amat cepat
(berkecepatan tinggi), sehingga mengakibatkan pembentukan gas-gas dan
meningkatnya tekanan selama proses pembakaran berlangsung. Ekspansi
tekanan ini menghasilkan efek pengangkatan (heaving effect), yang besarnya
sebanding dengan proses pembakaran yang terjadi. Reaksi deflagrasi ini
merupakan ciri bahan peledak lemah (low explosive).

Energi bahan peledak ditimbulkan karena adanya reaksi eksotermis pada saat
terjadi reaksi kimia antara bahan-bahan penyusun bahan peledak menjadi gas-
gas dalam waktu yang sangat singkat melalui penyalaan oleh suatu inisiator
(primer). Energi yang dilepaskan tersebut tidak dapat terkonsentrasi sepenuhnya
Modul Teori Peledakan 2
untuk menghancurkan massa batuan (membentuk fragmentasi), tetapi terbagi
dalam beberapa jenis energi yang terdistribusi menjadi dua bagian besar, yaitu
energi terpakai (work energy) dan energi tak terpakai (waste energy) (lihat
Gambar 1.1). Energi terpakai maksudnya adalah energi yang menimbulkan
tenaga untuk menghancurkan batuan pada proses peledakan, sedangkan energi
tak terpakai adalah energi yang tidak berperan secara langsung dalam proses
penghancuran batuan, bahkan dalam kondisi tertentu terkonversi menjadi energi
yang merugikan operasional peledakan serta lingkungan di sekitar peledakan.












Gambar 1.1. Distribusi energi yang dihasilkan peledakan
ENERGI PELEDAKAN
(EXPLOSIVE ENERGY)
ENERGI TERPAKAI
(WORK ENERGY)
ENERGI TAK TERPAKAI
(WASTE ENERGY)
ENERGI KEJUT
(SHOCK ENERGY)
ENERGI GAS
(GAS ENERGY)
ENERGI PANAS
(HEAT ENERGY)
ENERGI SINAR
(LIGHT ENERGY)
ENERGI SUARA
(SOUND ENERGY)
ENERGI SEISMIK
(SEISMIC ENERGY)
Modul Teori Peledakan 3
2. Energi terpakai (work energy)
Terdapat dua jenis produk energi terpakai, yaitu energi kejut dan energi gas.
Ditinjau dari aspek pemanfaatannya, bahan peledak yang memiliki enegi kejut
yang tinggi dapat diterapkan dalam proses peledakan bongkah batu (boulder)
dengan metode mud capping boulders yang disebut juga plaster shooting atau
untuk proses peruntuhan bangunan (demolition). Dengan demikian energi kejut
secara efektif akan terlihat pada peledakan dengan menggunakan metode
external charge atau muatan di luar lubang tembak. Sedangkan pada kolom
lubang ledak dengan bahan peledak didalamnya disumbat atau dikurung rapat
oleh material penyumbat (stemming), maka digunakan bahan peledak yang
memiliki energi gas yang tinggi.

Ditinjau dari aspek reaksinya, dapat dilihat dari sifat reaksi bahan peledak lemah
(low explosives) dan bahan peledak kuat (high explosives). Reaksi bahan peledak
lemah adalah deflagrasi atau rambatan pembakaran secara cepat dengan
kecepatan rambat antara 600 - 1200 m/s (2000 4000 f/s). Bahan peledak ini
tidak menghasilkan energi kejut, tetapi hanya menghasilkan tenaga dari rambatan
ekspansi gas, contohnya adalah black powder yang merupakan campuran antara
potasium nitrat atau sodium nitrat, sulphur, dan charcoal. Sementara reaksi bahan
peledak kuat adalah detonasi atau meledak dan menghasilkan tenaga dalam
bentuk tekanan kejut maupun tekanan dari ekspansi gas. Gambar 1.2
memperlihatkan perbedaan prilaku reaksi peledakan cartridge bahan peledak
lemah dan kuat.









Gambar 1.2. Perilaku reaksi peledakan bahan peledak lemah dan kuat
Cartridge bahan peledak lemah Cartridge bahan peledak kuat
Batas reaksi Batas reaksi
T
e
k
a
n
a
n
Energi gas
T
e
k
a
n
a
n
Energi gas
Energi kejut
(a) Bahan peledak lemah
(b) Bahan peledak kuat
Modul Teori Peledakan 4
Pada Gambar 1.2.a terlihat diagram profil tekanan hasil reaksi peledakan bahan
peledak lemah. Setelah sebagian cartridge meledak atau bereaksi, akan terbentuk
profile tekanan maksimum yang konstan sampai garis batas antara bagian
cartridge yang telah bereaksi dan yang belum terganggu. Peristiwa ini
membuktikan bahwa peledakan bahan peledak lemah hanya menghasilkan
tekanan gas selama proses reaksi pembakaran. Energi gas pada saat proses
peledakan atau pembakaran (deflagrasi) lebih besar dibanding dengan energi gas
yang dilepaskan.

Sementara hasil reaksi pada peledakan bahan peledak kuat memperlihatkan
perilaku tekanan yang sangat berbeda dengan bahan peledak lemah (lihat
Gambar 1.2.b). Pada garis batas reaksi terlihat profil tekanan kejut sebelum energi
gas dilepaskan. Energi kejut umumnya menghasilkan tekanan yang lebih besar
dibanding tekanan gas, tetapi hanya terjadi dalam waktu yang singkat, jadi
peristiwa reaksi peledakan pada bahan peledak kuat diawali oleh terbentuknya
energi kejut yang tinggi dalam waktu sangat singkat, setelah itu diikuti oleh
pelepasan energi gas. Tekanan kejut merupakan tekanan yang bersifat sementara
(transient) yang terjadi saat ledakan berlangsung dan besar tekanan ini
diperkirakan 15% dari total energi terpakai, sedangkan 85% lagi merupakan
tekanan gas. Energi gas menghasilkan gaya tekanan konstan hingga batas bahan
peledak di dalam kolom lubang ledak, sampai kemudian lubang ledak hancur.

3. Energi kejut (shock energy)
Energi kejut adalah energi yang ditransmisikan terhadap batuan sebagai akibat
dari tekanan detonasi bahan peledak. Tekanan detonasi adalah fungsi dari
densitas bahan peledak kali kuadrat kecepatan reaksi bahan peledak yang
hasilnya merupakan energi kinetik. Tekanan detonasi atau tekanan ledak dibentuk
oleh rambatan atau propagasi gelombang detonasi sepanjang kolom bahan
peledak.

Cukup sulit untuk merumuskan besarnya tekanan detonasi karena adanya
perbedaan simbul matematis yang pada akhirnya terjadi perbedaan jawaban.
Namun demikian, besar tekanan detonasi akibat reaksi kimia dalam proses
peladakan dapat diestimasi menggunakan persamaan:
Modul Teori Peledakan 5
SGe) 0,8 (1
Ve x SGe x 10 x 4,18
P
2 7
+
=

(1.1)


Di mana: P = tekanan detonasi, kbar (1 Kbar = 14,504 psi = 1,02 kg/cm
2
)
SGe = berat jenis bahan peledak
Ve = kecepatan detonasi, ft/sec


Tekanan detonasi maksimum terjadi pada arah aliran gelombang kejut dan pada
bahan peledak cartridge dimana posisi tekanannya berlawanan arah dengan arah
inisiasi peledakan. Pada bagian sisi cartridge, tekanan detonasi mendekati nol
sepanjang gelombang detonasi tidak melebihi bagian ujung cartridge. Untuk
mendapatkan efek tekanan detonasi maksimum dari bahan peledak (cartridge),
maka inisiasi bahan peledak sebaiknya dilakukan pada salah satu ujung yang
berlawanan arah terhadap bagian ujung lain yang kontak dengan material atau
batuan (Gambar 1.3.b). Permukaan material yang sejajar dengan bagian sisi
cartridge akan menerima efek tekanan detonasi kecil (Gambar 1.3.a), namun
demikian, material akan hancur karena dampak yang disebabkan oleh ekspansi
gas secara radial setelah gelombang detonasi berlangsung.














Gambar 1.3. Metode mud capping boulders
Lumpur
(plaster)
Cartridge dengan bagian sisi
sejajar permukaan batu
B o u l d e r
Detonator
Lumpur
(plaster)
Cartridge yang salah satu
ujungnya bersentuhan
dengan permukaan batu
B o u l d e r
detonator
(a)
(b)
Modul Teori Peledakan 6
Untuk memaksimalkan penggunaan tekanan detonasi diperlukan juga
memaksimalkan daerah kontak antara bahan peledak dengan bahan galian.
Proses peledakan dapat dipicu pada ujung yang berlawanan dengan daerah
kontak bahan galian yang akan diledakkan (lihat Gambar 1.3). Bahan peledak
yang digunakan harus bertekanan dan berdensitas tinggi. Perpaduan antara
kekuatan detonasi dan densitas yang tinggi akan menghasilkan tekanan ledak
yang tinggi pula. Besar tekanannya dapat dihitung menggunakan rumus (1.1).

4. Energi gas (gas energy)
Energi gas hasil proses peledakan adalah tekanan dari ekspansi gas yang
menerobos dinding lubang ledak setelah reaksi kimia peledakan selesai. Energi
gas yang dilepaskan selama proses detonasi tersebut merupakan penyebab
utama pecahnya batuan. Tekanan gas, disebut juga dengan tekanan ledak,
dipengaruhi oleh temperatur reaksi dan volume gas yang dibebaskan pada saat
terjadinya reaksi yang besarnya diperkirakan satu setengah kali tekanan detonasi.
Besarnya tekanan ledakan berhubungan langsung dengan volume gas per unit
berat bahan peledak dan besarnya jumlah panas yang dikeluarkan selama proses
reaksi kimia berlangsung. Semakin tinggi temperatur reaksinya pada keadaan
volume gas yang konstan, maka akan semakin tinggi tekanan gasnya. Semakin
banyak volume gas yang dikeluarkan pada temperatur yang sama, maka
tekanannya akan semakin meningkat. Tekanan ledak dapat diukur melalui uji
ledakan bawah air atau underwater test.

5. Energi tak terpakai (waste energy)
Reaksi peledakan disamping menghasilkan energi yang mampu menghancurkan
batuan, juga akan selalu menghasilkan energi yang tidak berkaitan langsung
dengan tujuan penghancuran batuan, bahkan akan memberi dampak negatif
terhadap lingkungan. Energi yang tidak berkaitan langsung dengan proses
penghancuran batuan dikelompokkan ke dalam energi tak terpakai atau waste
energy. Jenis energi tak terpakai adalah energi panas, energi suara, energi
sinar/cahaya dan energi seismik (lihat Gambar 1.1).

Modul Teori Peledakan 7
Kelompok energi tidak terpakai terbentuk oleh adanya deformasi elastis dan
plastis batuan dari energi peledakan. Energi peledakan yang mengakibatkan
terjadinya deformasi elastis akan menghasilkan gelombang regangan, disebut
juga stress waves atau body waves, yang bergerak melalui massa batuan dan
dapat menyebabkan retakan lanjutan akibat pantulan energi dari bidang
diskontinuitas. Deformasi elastis juga menyebabkan gelombang seismik yang
cukup mengganggu, karena gelombang seismik ini pada tingkatan tertentu akan
dapat merusak bangunan dan mengganggu manusia.

6. Energi panas (heat energy)
Reaksi kimia yang terjadi pada bahan peledak bersifat eksotermis, yaitu suatu
reaksi yang menghasilkan panas. Pada peledakan dengan reaksi kimia yang
menghasilkan zero oxygen balance akan diperoleh temperatur panas sebesar
298
0
K pada tekanan 760 mm Hg.

7. Energi sinar (light energy)
Energi sinar merupakan salah satu produk yang dihasilkan dari reaksi kimia bahan
peledak pada saat inisiasi atau penyalaan (diledakkan). Kontribusi energi untuk
menimbulkan kilatan sinar ini relatif kecil dan cahaya yang dihasilkan tidak
membahayakan.

8. Energi suara (sound energy)
Hampir semua peristiwa peledakan menghasilkan suara, kontribusi energi
peledakan untuk menimbulkan suara jumlahnya cukup besar. Pada keadaan
normal, suara peledakan dapat mencapai 140 dB yang merupakan batas ambang
peledakan yang tidak menimbulkan kerusakan material atau aman bagi
infrastruktur, peralatan dan lain-lain.

Peledakan menghasilkan gelombang suara yang terdengar sebagai ledakan.
Peledakan juga menghasilkan suara bias yang tidak terdengar. Suara merupakan
energi transmisi yang merambat melalui atmosfer, bila tidak ada atmosfer maka
tidak akan ada suara. Suara tidak akan ditransmisikan pada ruang hampa udara
karena suara memerlukan media transmisi untuk menghantarkan gelombangnya.
Modul Teori Peledakan 8
Arah gelombang
Arah gelombang
(a) Gelombang tekan
(b) Gelombang geser
Suara peledakan mewakili energi tak terpakai yang mirip dengan energi seismik
karena energi ini tidak dapat memecah batuan. Dari bentuk fisiknya, atmosfer
merupakan fluida yang tetap bertahan pada perubahan volume, namun tidak
tahan pada perubahan bentuk. Gelombang suara mempunyai elastisitas volume
tetapi tidak mempunyai elastisitas memotong. Karena itu semua jenis fluida,
termasuk udara, merupakan media transmisi untuk gelombang datar atau tekan
(compressional waves) dan tidak untuk gelombang tegak (shear waves) yang
bersifat naik turun (lihat Gambar 1.4).













Gambar 1.4. Tipikal gerakan gelombang tekan dan geser


Kecepatan suara merupakan fungsi temperatur, jika temperatur udara berkurang
maka kecepatan suara akan berkurang pula. Hal ini menjadikan beban yang
signifikan terhadap suara yang merambat melalui atmosfer dan terkadang
menyebabkan arah suara akan berubah serta terjadinya konsentrasi energi. Pada
kondisi normal, kecepatan suara sebesar 330 m/det (1.000 ft/sec). Energi suara
ini terjadi pada saat:
(1) batuan terpecah dan tekanan gas dalam lubang ledak terlepas ke udara
bebas/atmosfer;
(2) penyumbat bahan peledak terlepas (3) permukaan batuan bergeser, dan (4)
pada saat terjadi pergeseran di sekitar lubang ledak. Salah satu atau semua
keadaan tersebut dapat terjadi saat peledakan berlangsung.
Modul Teori Peledakan 9
9. Energi seismik (seismic energy)
Energi seismik menghasilkan gelombang yang merupakan transmisi energi
melalui massa batuan yang solid. Gelombang inilah yang menyebabkan getaran
peledakan yang dapat dirasakan manusia dan dapat merusak bangunan.
Peledakan yang diatur dan diperhitungkan dengan seksama dapat mengurangi
efek gelombang seismik. Oleh sebab itu sasaran peledakan tidak saja
terkonsentrasi pada fragmentasi batuan, tetapi juga perlu diasosiasikan untuk
meminimalkan energi tak terpakai, diantaranya energi seismik.

Terdapat dua jenis gelombang seismik, yaitu gelombang badan (body waves) dan
gelombang permukaan (surface wave). Disebut gelombang badan karena
gelombang ini merambat ke sepanjang batuan serta menembus massa batuan.
Gelombang badan ada dua jenis, yaitu gelombang tekan (compressional waves)
dan gelombang geser (shear waves) seperti prilaku gelombang suara dan
bentuknya seperti terlihat pada Gambar 1.4.a dan 1.4.b.
a. Gelombang tekan disebut juga gelombang primer (P-waves) menghasilkan
gerakan partikel tekan-tarik secara bergantian yang akan menghasilkan
kompresi dan dilatasi dan merambat serta bergetar searah dengan
perambatan gelombang.
b. Gelombang geser disebut juga gelombang sekunder (S-waves) adalah
gelombang tegak (transversal) yang menghasilkan getaran partikel naik-turun
dengan arah tegak lurus perambatan gelombang.

Gelombang permukaan merambat di luar lapisan atau dipermukaan batuan dan
tidak menembus lapisan massa batuan. Gelombang ini akan terbentuk apabila
gelombang badan menemukan permukaan bebas dan mengalami mengalami
refleksi. Terdapat dua jenis gelombang permukaan, yaitu:
a. Gelombang Reyleigh (R-waves), yaitu gerakan partikel berputar mundur
(retograde circular motion) membuat lapisan eliptis pada bidang vertikal
sejajar arah perambatan gelombang (Gambar 1.5.a).
b. Gelombang Love (Q-waves), yaitu gerakan partikel tegak lurus dengan arah
perambatan gelombang (Gambar 1.5.b).

Modul Teori Peledakan 10









Gambar 1.5. Tipikal gerakan gelombang Rayleigh dan Love


Masalah getaran jadi meningkat seiring dengan peningkatan penggunaan bahan
peledak, hal ini berarti bahwa proses peledakan menghasilkan gelombang seismik
yang cukup kuat sehingga getarannya dapat terasa. Walaupun diketahui getaran
muncul tidak hanya oleh peledakan karena terdapat pula aktivitas lain yang dapat
meninmbulkan getaran, misalnya kegiatan penempaan besi, pengepresan berat,
dan kegiatan konstruksi seperti pemasangan tiang pancang, pembongkaran aspal
dan beton, dan lain-lain. Masyarakat terasa terganggu, risau, dan bahkan
ketakutan pada saat mereka merasakan getaran tersebut, hal ini menimbulkan
masalah yang harus diatasi.

10. Perhitungan energi dan keseimbangan oksigen
Energi maksimal suatu bahan peledak tergantung pada komposisi kimia
pembentuk bahan peledak tersebut dan hasil reaksinya. Setiap unsur kimia, baik
tunggal maupun campuran, memiliki energi bawaan yang mempengaruhi energi
maksimum peledakan. Campuran unsur-unsur kimia pembentuk bahan peledak
yang seimbang akan menghasilkan energi peledakan maksimum dan
keseimbangan reaksi peledakan diukur oleh tingkat kecukupan unsur oksigen di
dalam campuran tersebut.

a. Perhitungan energi
Untuk mengestimasi energi yang dilepaskan dari hasil peledakan harus dianggap
bahwa energi tersebut sepenuhnya diperoleh dari hasil reaksi peledakan tersebut
(b) Gelombang Love
(a) Gelombang Rayleigh
Modul Teori Peledakan 11
r p e
Q Q Q =
dan tidak terdapat energi tambahan dari luar. Reaksi setiap unsur pembentuk
bahan peledak juga diasumsikan merupakan reaksi yang ideal. Karena tekanan
merupakan fungsi langsung dari jumlah molekul dan temperatur gas, maka energi
potensial peledakan berhubungan langsung juga dengan jumlah panas yang
dilepaskan (Q
e
).

Panas yang dilepaskan adalah perbedaan antara total panas formasi produk atau
hasil reaksi (Q
p
) dengan total panas formasi reaktan (Q
r
), jadi:

(1.2)

Dimana: Q
e =
panas ledakan
Q
p =
panas pembentukan

produk
Q
r =
panas pembentukan

reaktan

Formasi panas beberapa unsur dan senyawa kimia terlihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Formasi panas beberapa senyawa kimia
SENYAWA RUMUS
BERAT
MOLEKUL
Qp atau Qr,
Kcal/Mol

Corundum AL2O3 102.0 -399.1
Fuel Oil CH2 14.0 -7.0
Nitromethane CH3O2N 61.0 -21.3
Nitroglycerin C3H5O9N3 227.1 -82.7
PETN C5H8O12N4 316.1 -123.0
TNT C7H5O6N3 227.1 -13.0
Carbon monoxide CO 28.0 -26.4
Carbon dioxide CO2 44.0 -94.1
Water H2O 18.0 -57.8
Ammonium Nitrate N2H4O3 80.1 -87.3
Aluminium AL 27.0 0.0
Carbon C 12.0 0.0
Nitrogen N2 14.0 0.0
Nitrogen oxide NO 30.0 21.6
Nitrogen dioxide NO2 46.0 8.1

Modul Teori Peledakan 12
Kg / Kcal 903,7
Kg
gr 1000
x
gr 254,3
Kcal 229,8
=

Contoh 1: Panas yang dihasilkan Ammonium Nitrate dan Fuel Oil (ANFO)
Reaksi: 3N
2
H
4
O
3
+ CH
2
CO
2
+ 7H
2
O + 3N
2


(a) Perhitungan kalori panas:
3N
2
H
4
O
3
+ CH
2
= Reaktan
3(-87,3) + (-7) = Panas pembentukan reaktan
-268,9 Kcal = Q
r


CO
2
+ 7H
2
O + 3N
2
= Produkta
-94.1 + 7(-57,8) + 3(0) = Panas pembentukan produk
-498,7 Kcal = Q
p


Q
p
Q
r
= Q
e
(Panas peledakan)
-498,7 (-268,9) = -229,8 Kcal = Q
e


(b) Perhitungan berat molekul:
3N
2
H
4
O
3
+ CH
2
= 3(80,1 gr) + (14 gr) = 254,3 gr

(c) Panas peledakan (Kcal/Kg):




Contoh 2 : Panas yang dihasilkan oleh underfueled ANFO
Reaksi: 6N
2
H
4
O
3
+ CH
2
CO
2
+ 13H
2
O + 5N
2
+ NO+ NO
2


(a) Perhitungan kalori panas:
6N
2
H
4
O
3
+ CH
2
= Reaktan
6(-87,3) + (-7) = Panas formasi reaktan
-530.8 Kcal = Q
r


CO
2
+ 13H
2
O + 5N
2
+ NO+ NO
2
= Produkta
(-94.1)+ 13(-57,8) + 5(0) + (21.6)+ (8.1) = Panas formasi produkta
-815,8 Kcal = Q
p


Q
p
Q
r
= Q
e
(Panas peledakan)
-815,8 (-530.8) = -285 Kcal = Q
e

Modul Teori Peledakan 13
| | h/2) (2c o
BM
BA 100
OB
exp
O
+ =
Kg / Kcal 576,2
Kg
gr 1000
x
gr 494,6
Kcal 285
=

(b) Perhitungan berat molekul:


6 N
2
H
4
O
3
+ CH
2
= 6(80,1 gr) + 14 gr = 494,6 gr

(c) Panas peledakan (Kcal/Kg):





b. Keseimbangan oksigen (oxygen balance)
Jumlah relatif oksigen di dalam bahan peledak secara kuantitatif dinyatakan
sebagai keseimbangan oksigen (oksigen balance). Mengacu pada proses oksidasi
bahan peledak C
c
H
h
N
n
O
o
, terlihat bahwa untuk membakar seluruh karbon menjadi
CO
2
, maka jumlah atom oksigen yang diperlukan adalah dua kali jumlah atom
karbon. Demikian pula, untuk membakar seluruh hidrogen menjadi H
2
O, maka
akan diperlukan satu atom oksigen untuk setiap pasang (dua) atom hidrogen.
Dengan demikian agar terjadi keseimbangan diperlukan atom oksigen 2c + h/2.
Bila terdapat sejumlah o atom oksigen pada bahan peledak atau reaktan, maka
rumus untuk mengukur keseimbangan oksigen (oksigen balance) molekulnya
adalah:
( 1.3)

Apabila hasil perhitungan persamaan (1.3) negatif, maka bahan peledak
kekurangan oksigen untuk menyelesaikan reaksi pembakaran atau detonasinya
dan tergolong underoxidized. Apabila O pada suatu bahan peledak lebih besar
dibanding (2c + h/2), perhitungannya akan positif. Artinya pada reaksi tersebut
tersedia lebih dari cukup atom oksigen untuk proses pembakaran atau detonasi
dan bahan peledak tergolong overoxidized.

Keseimbangan oksigen (OB) dihitung berdasarkan prosen berat oksigen
dibanding dengan berat molekul bahan peledak dikalikan [o (2c + h/2)]. Jadi
rumus umumnya dapat dituliskan sebagai berikut:

(1.4)

2
h
2c o OB =
Modul Teori Peledakan 14
| | h/2) (2c o
BM
1600
(%) OB
exp
+ =
o 16 n 14,008 h 1,008 c 12,01 BM
exp
+ + + =
Berat atom oksigen adalah 16, maka persamaan (1.4) menjadi:

(1.5)


Untuk menghitung berat molekul bahan peledak CHNO perlu diketahui berat atom
masing-masing unsur atau elemen dikalikan jumlah atomnya. Dengan
menggunakan Tabel 1.2 dapat dihitung berat molekul bahan peledak secara
umum, yaitu:
(1.6)


Tabel 1.2. Berat atom elemen-elemen bahan peledak
Elemen Kimia
Berat Atom
Nama Simbol
Karbon C 12,010
Hidrogen H 1,008
Nitrogen N 14,008
Oksigen O 16,000
Kalsium Ca 10,060
Air raksa (Mercury) Hg 200,610
Alumunium AL 27,000
Natrium Na 20,000
Timbal Pb 207,210



Berikut ini diberikan beberapa contoh perhitungan keseimbangan oksigen (OB)
terhadap bahan peledak CHNO.

(1). Nitroglycol: C
2
H
4
N
2
O
6
; jadi c = 2, h = 4, n = 2, dan o = 6
BM
exp
= 12.01(2) + 1,008 (4) + 14,008 (2) + 16 (6) = 152,068


Dari perhitungan terlihat nitroglycol sangat seimbang, OB = 0%.


0% )
2
4
2(2) (6
152,068
1600
OB = + = (
Modul Teori Peledakan 15
( ) h/2 2c lain lain dan .... oCa oNa/2 o OB =
(2). Nitroglycerin: C
3
H
5
N
3
O
9
; jadi c = 3, h = 5, n = 3, dan o = 9
BM
exp
= 12.01(3) + 1,008(5) + 14,008(3) + 16(9) = 227,094


Nitroglycerin tergolong sedikit overoxidized.

(3). RDX: C
3
H
6
N
6
O
6
; jadi c = 3, h = 6, n = 6, dan o = 6
BM
exp
= 12.01(3) + 1,008(6) + 14,008(6) + 16(6) = 222,126



RDX termasuk underoxidized.

(4). TNT: C
7
H
5
N
3
O
6
; jadi c = 7, h = 5, n = 3, dan o = 6
BM
exp
= 12.01(7) + 1,008(5) + 14,008(3) + 16(6) = 227,134



TNT termasuk sangat underoxidized.


Untuk mengukur OB campuran beberapa bahan peledak atau kandungan elemen-
elemen tambahan yang memiliki gaya gabung (afinitas) terhadap oksigen, maka o
pada persamaan (1.3), harus dikoreksi menjadi sebagai berikut:

(1.7)


Di mana oNa/2 menunjukkan bahwa untuk menyempurnakan reaksi pembakaran
setiap atom natrium diperlukan atom oksigen dan oCa artinya dibutuhkan
1 atom oksigen untuk 1 atom kalsium. Selanjutnya, perlu ditentukan harga-harga
berat atom (gram atom) setiap elemen per satuan berat. Tabel 1.3 memperlihat-
kan data gram atom elemen pembentuk beberapa bahan peledak per 100 gram.

Berikut ini diberikan beberapa contoh perhitungan berat (gram) atom untuk
elemen pembentuk bahan peledak.
3,51 )
2
5
(3) 2 (9
227,094
1600
OB = + = (
21,61 )
2
6
(3) 2 (6
222,126
1600
OB = + = (
73,97 )
2
5
(7) 2 (6
227,134
1600
OB = + = (
Modul Teori Peledakan 16
(1). Nitroglycerin: C
3
H
5
(ONO
2
)
3
; jadi c = 3, h = 5, n = 3, dan o = 9
BM
exp
= 12.01 (3) + 1,008 (5) + 14,008 (3) + 16 (9) = 227,094

Gram atom C = 3/227,094 x 100 = 1,32 gram atom/100 gram
Gram atom H = 5/227,094 x 100 = 2,20 gram atom/100 gram
Gram atom N = 3/227,094 x 100 = 1,32 gram atom/100 gram
Gram atom O = 9/227,094 x 100 = 3,96 gram atom/100 gram


Jumlah gram untuk masing-masing elemen per 100 gram senyawa
nitroglycerin atau prosentase komposisi adalah:

C = 1,32 x 12,01 = 15,86 gram (15,86% berat senyawa)
H = 2,20 x 1,008 = 2,23 gram ( 2,23% berat senyawa)
N = 1,32 x 14,008 = 18,51 gram (18,51% berat senyawa)
O = 3,96 x 16,00 = 63,37 gram (63,37% berat senyawa)


(2). Ammonium Nitrate: NH4NO3 ; jadi h = 4, n = 2, dan o = 3
BM
exp
= 1,008(4) + 14,008(2) + 16(3) = 80,048
Gram atom H = 4/80,048 x 100 = 5,00 gram atom per 100 gram
Gram atom N = 2/80,048 x 100 = 2,50 gram atom per 100 gram
Gram atom O = 3/80,048 x 100 = 3,75 gram atom per 100 gram


Jumlah gram untuk masing-masing elemen per 100 gram senyawa
ammonium nitrate atau prosentase komposisi adalah:
H = 5,00 x 1,008 = 5,00 gram ( 5,00% berat senyawa)
N = 2,50 x 14,008 = 35,00 gram (35,00% berat senyawa)
O = 3,75 x 16,00 = 60,00 gram (60,00% berat senyawa)


(3). Mercury fulminate: Hg(CNO)2 ; jadi c = 2, n = 2, o = 2, dan hg = 1
BM
exp
= 12.01(2) + 14,008(2) + 16(2) + 200,61(1) = 284,646
Gram atom C = 2/284,646 x 100 = 0,70 gram atom per 100 gram
Gram atom N = 2/284,646 x 100 = 0,70 gram atom per 100 gram
Gram atom O = 2/284,646 x 100 = 0,70 gram atom per 100 gram
Gram atom Hg = 1/284,646 x 100 = 0,35 gram atom per 100 gram

Jumlah gram untuk masing-masing elemen per 100 gram senyawa mercury
fulminate atau prosentase komposisi adalah:
C = 0,70 x 12,01 = 8,41 gram ( 8,41% berat senyawa)
Modul Teori Peledakan 17
N = 0,70 x 14,008 = 9,81 gram ( 9,81% berat senyawa)
O = 0,70 x 16,00 = 11,20 gram (11,20% berat senyawa)
Hg = 0,35 x 200,61 = 70,21 gram (70,21% berat senyawa)


Tabel 1.3. Berat atom elemen pembentuk beberapa bahan peledak
Nama
Berat
Molekul
Formula
Komposisi Gram Atom/100 gram
C H N O
Nitroglycerin 227,1 C3H5(ONO2)3 1,32 2,20 1,32 3,95
Ethylene glycol dinitrate 152,0 C2H4(NO3)2 1,32 2,63 1,32 3,95
Nitrocellulose (11,05% N2) 297,1 C6H7(NO3)3O2 2,39 3,19 3,57 0,79
Trinitrotoluene (TNT) 227,1 C6H2CH3(NO2)3 3,08 2,20 1,32 2,64
Dinitrotoluene (DNT) 182,1 C7N2O4H6 3,84 3,29 1,10 2,20
Lead Azide 291,3 Pb(N3)2 -- Pb = 0,34 2,06 --
Mercury fulminate 284,7 Hg(CNO)2 0,70 Hg = 0,35 0,70 0,70
SG pulp 162,2 C6H10O5 4,17 6,30 -- 2,14
X pulp C6H10O5 4,05 5,85 -- 2,80
Paraffin (FO) 14,0 CH2 7,10 14,60 -- --
Cellulose 3,71 6,18 -- 3,09
Ammonium Nitrate 80,1 NH4NO3 -- 5,00 2,50 3,75
Sodium Nitrate 85,0 NaNO3 -- Na = 1,18 1,18 3,53
Calcium Carbonate 100,0 CaCO3 1,00 Ca = 1,00 -- 3,00
Tetryl 287,2 CH3N(NO2)4 0,35 1,05 1,74 2,78
PETN 316,1 C(CH2NO3)4 1,56 2,53 1,27 3,80
Pieric Acid 229,0 C6H2(NO2)3OH 2,62 1,31 1,31 3,06
RDX 222,1 (CH2)3(NO2)3N3 1,35 2,70 2,70 2,70


Perhitungan prosentase berat atom di dalam senyawa bahan peledak digunakan
untuk mengukur keseimbangan oksigen campuran beberapa jenis bahan peledak
atau tambahannya. Dengan memakai Tabel 2.3 perhitungan akan lebih cepat dan
mudah. Misalnya akan dihitung OB suatu campuran dengan komposisi sebagai
berikut:






Jadi 18% (atau gram) NG dalam 100 gram campuran terdapat elemen hidrogen
(H) sebanyak 0,18 x 2,20 = 0,396 gram atom. Dengan cara yang sama jumlah
Nitroglycerin (NG) = 18%
Trinitrotoluene (TNT) = 3%
Ammonium Nitrate (AN) = 55%
Sodium Nitrate (SN) = 10%
SG pulp (SG) = 12%
Calcium Carbonate (CC) = 2%

Total = 100%

Modul Teori Peledakan 18
gram atom setiap elemen dalam setiap bahan pembentuk campuran bahan
peledak baru dapat ditabelkan (lihat contoh Tabel 1.4).

Tabel 1.4. Contoh analisis gram atom/100 gram campuran pembentuk bahan
peledak

Bahan % c h n o oCa oNa
NG 18 0,238 0,396 0,238 0,713 -- --
TNT 3 0,093 0,066 0,040 0,079 -- --
AN 55 -- 2,748 1,374 2,061 -- --
SN 10 -- -- 0,118 0,353 -- 0,118
SG 12 0,500 0,756 -- 0,257 -- --
CC 2 0,020 -- -- 0,060 0,020 --
Total 100 0,851 3,966 1,770 3,523 0,020 0,118

Selanjutnya dengan memakai persamaan (1.7), maka OB dapat ditentukan
sebagai berikut:
OB = (o oNa / 2 oCa) 2c h / 2
OB = 3,523 (0,118) 0,020 2(0,851) (3,966)
OB = 3,444 3,685 = 0,241 gram atom/100 gram campuran


Hasil perhitungan menunjukkan bahwa campuran tersebut underoxidized dan
akan menghasilkan sejumlah gas CO.

Meramu suatu bahan peledak dengan kualitas yang memenuhi persyaratan
tertentu memerlukan pengertian tentang campuran bahan-bahan dalam bahan
peledak dan bagaimana kemungkinan reaksinya. Sebagai prosedur dasar telah
digambarkan di atas, yaitu dengan prinsip keseimbangan oksigen yang hasil
reaksinya membentuk produk CO
2
, H
2
O, N
2
dan biasanya oksida padat.

Perbandingan bahan-bahan dalam campuran dapat ditentukan dengan dua cara,
yaitu berdasarkan persamaan reaksinya sudah diketahui dan persamaan reaksi
belum diketahui. Contohnya sebagai berikut:

(1). Persamaan reaksi diketahui
Campuran bahan peledak AN, NG dan SG akan menghasilkan produk N
2
,
CO
2
, dan H
2
O, persamaan umumnya:
11 NH
4
NO
3
+ 2 C
3
H
5
(NO
3
)
3
+ C
6
H
10
O
5
12 CO
2
+ 32 H
2
O + 14 N
2

Modul Teori Peledakan 19

Substitusikan berat molekul masing-masing senyawa:

11(80) + 2(227) + 1(162) = 12(44) + 32(18) + 14(28)
1496 gram = 1496 gram

Jadi prosentase berat masing-masing senyawa adalah:
AN = NH
4
NO
3
= (880 / 1496) x 100 = 58,80%
NG = C
3
H
5
(NO
3
)
3
= (454 / 1496) x 100 = 30,40%
SG = C
6
H
10
O
5
= (162 / 1496) x 100 = 10,80%

(2). Persamaan reaksi tidak diketahui
Misalnya akan dibuat bahan peledak ANFO yang dapat menghasilkan
keseimbangan oksigen nol (zero oxygen balance). Berapa prosen berat
masing-masing bahan atau senyawa reaktan.
a AN + b FO c CO
2
+ d H
2
O + e N
2


Tabel 1.5. Jumlah gram atom campuran bahan pembuatan ANFO
Bahan % c h n o

AN X -- 5,00 X 2,50 X 3,75 X
FO Y 7,10 Y 14,80 Y -- --
Total 1,00 7,10 Y (5,00X + 14,80Y) 2,50 X 3,75 X

Karena pada senyawa reaktan tidak terdapat unsur natrium dan kalsium, maka
dapat digunakan persamaan (1.3) untuk menghitung zero oxygen balance.
OB = o 2c h
OB = 3,75X 2(7,10Y) (5,00X + 14,80Y) = 0
1,25 X = 21,60 Y
X = 17,30 Y
Apabila X + Y = 1, maka 17,3 Y + Y = 1
Y = FO = 0,055 ( 5,5%)
X = AN = 0,945 (94,5%)

Dengan demikian mencampur ammonium nitrat 94,5% dengan fuel oil (misalnya
solar) 5,5% akan diperoleh reaksi oksidasi yang seimbang dan dapat diharapkan
zero oxygen balance.
Modul Teori Peledakan 20
C. Rangkuman
1. Energi bahan peledak ditimbulkan karena adanya reaksi eksotermis pada
saat terjadi reaksi kimia antara bahan-bahan penyusun bahan peledak
menjadi gas-gas dalam waktu yang sangat singkat melalui penyalaan oleh
suatu inisiator (primer).
2. Energi bahan peledak tidak dapat terkonsentrasi sepenuhnya untuk
menghancurkan massa batuan, tetapi terbagi dalam beberapa jenis energi
yang terdistribusi menjadi 2 (dua) bagian besar yaitu:
a. Energi terpakai (work energy) yang berperan dalam proses pemecahan
massa batuan.
b. Energi tak terpakai (waste energy) yang terkonversi menjadi energi yang
tidak berperan untuk pemecahan batuan, yaitu energi panas, energi sinar,
energi suara dan energi seismik.
3. Energi terpakai menhasilkan energi kejut (shock energy) dan energi gas (gas
energy). Bahan peledak lemah umumnya hanya memproduksi energi gas
selama proses peledakan, sedangkan bahan peledak kuat memproduksi
keduanya dengan perbandingan antara energi gas dan energi kejut 85 %
berbanding 15% .
4. Energi kejut adalah energi yang ditransmisikan terhadap batuan sebagai
akibat dari tekanan detonasi bahan peledak. Energi kejut ini memiliki tekanan
yang jauh lebih besar dari energi gas walaupun hanya mampu bertahan
dalam interval waktu yang sangat singkat.
5. Energi gas adalah tekanan dari ekspansi gas yang menerobos dinding lubang
ledak setelah reaksi kimia peledakan selesai. Energi gas yang dilepaskan
selama proses detonasi tersebut sebagai penyebab utama pecahnya batuan.
6. Diantara jenis energi tak terpakai yang paling menganggu manusia adalah
energi suara dan seismik.
7. Energi suara peledakan dapat mencapai 140 dB yang merupakan batas
ambang peledakan yang tidak menimbulkan kerusakan material atau aman
bagi infrastruktur, peralatan dan lain-lain. Udara atau atmosfir merupakan
merupakan media transmisi gelombang suara yang berupa gelombang datar
atau tekan (compressional waves).
Modul Teori Peledakan 21
r p e
Q Q Q =
h/2 2c o OB =
8. Terdapat dua jenis gelombang seismik, yaitu gelombang badan (body waves)
yang merambat di dalam tubuh massa batuan dan gelombang permukaan
(surface waves) yang merambat sepanjang permukaan. Umumnya
gelombang permukaan memiliki energi yang lebih besar, lebih lambat dan
menghasilkan pergerakan yang lebih besar.
9. Terdapat dua jenis gelombang permukaan, yaitu gelombang Rayleigh dan
gelombang Love.
10. Panas yang dilepaskan (Q
e
) adalah perbedaan antara total panas formasi
produk atau hasil reaksi (Q
p
) dengan total panas formasi reaktan(Q
r
), jadi:


11. Keseimbangan oksigen reaksi peledakan (OB) diukur oleh tingkat kecukupan
unsur oksigen di dalam campuran bahan peledak, rumus umumnya:

Bila OB negatif, maka bahan peledak kekurangan oksigen atau under-
oxidize, sebaliknya bila OB positif pada reaksi tersebut tersedia lebih dari
cukup atom oksigen dan disebut overoxidized. Reaksi ideal apabila OB = 0
yang disebut keseimbangan oksigen nol atau zero oxygen balance.

D. Tes Formatif
1. Ada 2 (dua) macam istilah untuk reaksi yang terjadi pada bahan peledak
kimia, sebutkan dan jelaskan maksudnya?
2. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis energi yang dihasilkan dari proses
peledakan bahan galian yang berguna dan terpakai (work energy)?
3. Tentukan formula/rumus untuk mengukur besarnya tekanan yang ditimbulkan
akibat reaksi kimia suatu proses peladakan?
4. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis energi terbuang (waste energy) yang
umumnya sebagai energi tak berguna (sampah) dalam proses peledakan?
5. Terdapat 2 (dua) jenis gelombang seismik yang terjadi akibat peledakan,
sebutkan dan jelaskan?
6. Berapa panas yang dihasilkan ANFO ditambah Alumunium yang reaksinya
berikutnya:
4,5N
2
H
4
O
3
+ CH
2
+ AL 4,5 N
2
+10H
2
O + CO
2
+ 0,5 AL
2
O
3

Modul Teori Peledakan 22
7. Bahan peledak diramu dari campuran bahan-bahan di bawah ini:





Evaluasi oleh Saudara apakah hasilnya zero oxygen balance?
8. Campuran bahan peledak AN, NG dan SG akan menghasilkan produk N2,
CO2, dan H2O, persamaan umumnya:
11 NH
4
NO
3
+ 2 C
3
H
5
(NO
3
)
3
+ C
6
H
10
O
5
12 CO
2
+ 32 H
2
O + 14 N
2

1) Apakah komposisi tersebut memenuhi kesetimbangan oksigen (zero
oxygen balance)?
2) Berapa % komposisi masing-masing bahan tersebut di atas?




















Nitroglycerin (NG) = 20%
Trinitrotoluene (TNT) = 15%
Ammonium Nitrate (AN) = 55%
SG pulp (SG) = 10%

Total = 100%

Modul Teori Peledakan 23


Pembelajaran




A. Tujuan Khusus Pembelajaran
Setelah mempelajari materi Pembelajaran 2 ini, peserta diharapkan dapat
menjelaskan:
1. Teori dan teknik perhitungan gaya yang bekerja pada massa batuan tak
berhingga saat adanya perambatan energi akibat peledakan.
2. Teori dan teknik perhitungan gaya yang bekerja pada massa batuan
berhingga saat adanya perambatan energi akibat peledakan.

B. Uraian Materi
1. Perjanjian tanda dalam geomekanika
Dalam geomekanika berlaku perjanjian tanda yang membedakannya dengan
mekanika teknik, yaitu sebagai berikut:
a. Komponen gaya dan pergeseran bertanda positif bilamana arah kerjanya
sesuai dengan arah positif daripada sumbu-sumbu koordinat.
b. Tegangan normal kompresi atau tekan bertanda positif, sebaliknya tegangan
normal tarik bertanda negatif.
c. Gaya traksi dalam bentuk tegangan normal kontraksi bertanda positif dan
tegangan normal ekspansi bertanda negatif.
d. Arah tegangan geser bertanda positif pada suatu bidang adalah menuju titik
pusat koordinat apabila garis normal ke arah bidang tersebut menuju ke titik
pusat koordinat.

Berikut ini adalah gambaran tentang pemberian tanda yang berkaitan dengan
tegangan atau stress, regangan (strain), pergeseran (displacement), dan
keseimbangan gaya pada suatu medium (lihat Gambar 2.1).
Modul Teori Peledakan 24
+
c
c
+ +
c
c
+ dxdz dxdz dy) ( dydz dydz dx) (
xy
xy
xy xx
xx
xx

y

x
u
x
xx
c
c
= c
y
u
x
u
x
y
xy
c
c
+
c
c
=
(a) Hubungan tegangan-ekspansi digambarkan menjauhi titik pusat koordinat
sumbu dan ditentukan sebagai berikut:













Gambar 2.1. Sistem tegangan relatif yang bekerja pada sumbu Cartesian


(b) Hubungan komponen regangan-pergeseran digambarkan sebagai berikut:



(c) Penurunan persamaan untuk keseimbangan gaya pada suatu medium
dituliskankan sebagai berikut:



2. Perambatan energi dalam medium tak terhingga
Perhatikan elemen kecil dari medium yang berbentuk kubus dan sistem gaya-gaya
yang bekerja pada sisi-sisinya (lihat Gambar 2.2). Dengan penjumlahan gaya-
gaya yang bekerja pada arah 3 sumbu (X, Y dan Z) akan diperoleh sebagai
berikut:

(a) Ke arah sumbu X :


x
y
o
xx
o
yy
o
xy
Dua dimensi
o
xx
o
yy
o
yx
o
zy
o
zx
x
y
z
o
zz
o
yz
o
xz
o
xy
Tiga dimensi
) (
z xz y xy x xx x
t + + =
) (
z zy y yy x xy y
t + + =
) (
z zz y yz x xz z
t + + =
;
; dst. ;
0 =
c
c
+
c
c
+
c
c
X
z

xz
xy
xx


dst ;
Modul Teori Peledakan 25
dxdydz dxdy dxdy dz) ( X
z

xz
xz
xz
=
c
c
+
X
z

xz
xy
xx
=
c
c
+
c
c
+
c
c

2
2
dt
u
z

x xz
xy
xx
c
=
c
c
+
c
c
+
c
c

X
Y
Z
dz
dx
dy
xy
o
xx
o
xz
o
dx


x

xx
xx
c
c
+
dy


y

xy
xy
c
c
+
dz


z

xz
xz
c
c
+
X
x
u
2
2
dt
u
u X
x
x
c
= =



atau, (2.1)

Bila komponen gaya x pada medium adalah X per unit volume, maka dengan
menggunakan tegangan atau gaya dAlembert
x
u yang arahnya kebalikan
gaya x (Gambar 2.2), akan diperoleh persamaan keseimbangan tegangan ke
arah sumbu X sbb:

(2.2)

Dengan mensubstitusi persamaan (2.2) terhadap (2.1), maka keseimbangan
gaya pada sumbu X yang dinyatakan dalam parameter tegangan menjadi:

(2.3.a)













Gambar 2.2. Sistem tegangan yang bekerja pada satu unit kubus

(b) Ke arah sumbu Y dan Z :
Selanjutnya dengan menggunakan cara yang sama dengan penyelesaian
terhadap sumbu X di atas akan diperoleh gaya-gaya yang bekerja melalui
sumbu Y dan Z yang hasilnya terlihat pada persamaan (2.3.b) dan (2.3.c).
Modul Teori Peledakan 26
2
2
dt
u
z

z zz
yz
xz
c
=
c
c
+
c
c
+
c
c

2
2
dt
u
z

y yz yy xy
c
=
c
c
+
c
c
+
c
c

) 1 ( 2 v
E
G
+
=
2v) v)(1 (1
vE

+
=
zz yy xx
c c c + + = A






Pada medium yang bersifat elastis dan isotropis berlaku hukum Hookes, sehingga
akan diperoleh hubungan gaya dengan parameter elastisitas, yaitu E, G, dan v
yang masing-masing adalah Youngs modulus, Modulus rigidity (shear modulus)
dan Poissons ratio. Hubungannya adalah sebagai berikut:







diketahui: = Modulus geser (modulus rigidity)

= Konstanta Lame (Lames constant)


= Dilatasi atau perubahan volume
(volumetric strain)


Dimana: E = Modulus elastisitas (Youngs modulus)
v = Poissons ratio

Terdapat pula hubungan antara regangan dan rotasi dengan pergeseran sebagai
berikut:





(2.3.b)
(2.3.c)
(2.4.a)
(2.4.b)
(2.4.c)
;
;
xx xx
Gc o 2 + A =
xy yx xy
G o o = =
yy yy
Gc o 2 + A =
yz zy yz
G o o = =
zz zz
Gc o 2 + A = zx xz zx
G o o = =
;
x
u
x
xx
c
c
= c
|
|
.
|

\
|
c
c
+
c
c
=
y
u
x
u
x
y
xy

z
u
y
u
y
z
x
c
c

c
c
= = 2 ; ;

c
c
=
y
y
yy

|
|
.
|

\
|
c
c
+
c
c
=
z
x
y
z
yz

x
z
z
x
y
c
c

c
c
=

= 2
Modul Teori Peledakan 27







dimana
x
adalah rotasi pada sumbu x.
Dengan menggabungkan (4) dan (5) dengan (3a) diperoleh:
( )
x
x
x
G G
t

2
2
2
V
c
A c
+ =
c
c
.......................................................(6)
dengan (3b):
( )
y
y
y
G G
t

2
2
2
V
c
A c
+ =
c
c
.......................................................(7)

dengan (3c):
( )
z
z
z
G G
t

2
2
2
V
c
A c
+ =
c
c
.......................................................(8)

dimana:
2
2
2
2
2
2
2
z y x
c
c
+
c
c
+
c
c
= V
Bila, persamaan (6) didifrensiasi terhadap x,
persamaan (6) didifrensiasi terhadap y, dan
persamaan (6) didifrensiasi terhadap z,
kemudian dijumlahkan, maka akan diperoleh:
( ) A V + =
c
A c
2
2
2
2G
t

atau A V
|
|
.
|

\
| +
=
c
A c
2
2
2
2

G
t

Bila
|
|
.
|

\
| +

G 2

= C
p
, maka:
A V =
c
A c
2 2
2
2
p
C
t
................................................................................(9)

c
c
=
z
z
xx

|
|
.
|

\
|
c
c
+
c
c
=
x
z
z
x
zx

y
x
x
y
z
c
c

c
c
=

= 2
................................................................................(5)
Modul Teori Peledakan 28
Persamaan (9) adalah persamaan gelombang dimana C
p
sebagai kecepatan
merambat gelombang pada medium dengan karakteristik , G dan . Jenis
gelombang ini disebut gelombang Longitudinal atau Primer.
Bila: Persamaan (7) didefinisikan terhadap Z,
Persamaan (8) didefinisikan terhadap Y dan
kemudian dihilangkan faktor dengan cara pengurangan akan diperoleh
hubungan sebagai berikut:

|
|
.
|

\
|
c
c

c
c
V =
|
|
.
|

\
|
c
c

c
c
c
c
z
y
y
z
z
y
y
z
G
t

2
2
2

atau
x x
G
t
= =
2
2
2
V =
c
c

atau
x
x
G
t
=

=
2
2
2
V =
c
c

Bila
|
|
.
|

\
|

= C
s
, maka:

x x
Cs
t
= =
2
2
2
V =
c
c
..........................................................................(10)

Persamaan (10) adalah persamaan gelombang, dimana C
s
sebagai kecepatan
merambat gelombang pada medium dengan karakteristik G dan . Jenis
gelombang ini disebut gelombang Transversal atau Sekunder.

3. Perambatan Energi Dalam Medium Berhingga
Perambatan gelombang longitudinal dalam sebuah batang adalah merupakan
perambatan energi satu dimensi yang paling sederhana (lihat Gambar 2.3).
Partikel dalam batang akan bergetar sebagai akibat dari pukulan yang diberikan
pada salah satu ujungnya. Besarnya pergeseran partikel yang bergetar pada titik
tertentu adalah merupakan fungsi waktu atau
x
(t). Untuk mencari hubungan
antara pergerakan partikel dengan tegangan yang timbul, maka efek inersia dari
gerakan partikel harus diperhitungkan.


Modul Teori Peledakan 29

(a)





0 x

(b)




Gambar 2.3. Perambatan gelombang longitudinal dalam sebuah batang


Elemen batang dengan massa dM akan mengalami percepatan sebesar
x
(t).
Dengan adanya pergeseran akan timbul gaya dAlembert yang berlawanan arah
dengan arah gerakan, sehingga terjadi keseimbangan dari dari gaya-gaya sebagai
berikut:

dimana A = luas penampang batang, karena dM = A dx dan
( )
2
2
x
x
xx
x x
xx
E E
c
c
=
c
=
c
c o o
, maka:

persamaan (11) menjadi:

2
2
2
2
x
x x
E
t c
c
=
c
c

.........................................................................(12)
Persamaan (12) adalah persamaan gelombang dengan

E
C
B
=
2
, dimana C
B

sebagai kecepatan merambat gelombang di sepanjang batang tersebut.
Solusi umum daripada persamaan (12) adalah:
( ) ( ) t C x f t C x f
B B x
+ + =
2 1
........................................................(13)
Kawat
Penggantung
Tekanan
Arah perambatan gelombang

x
(t)
dx
dMij
x

A dx
x
xx
xx
) (
c
c
+
o
o
A
xx
o
...............................................(11)
0 =
|
|
.
|

\
|
c
c
+ A dx dM A
x
xx
xx ijx xx
o
o o
Modul Teori Peledakan 30
dimana f
1
dan f
2
adalah fungsi-fungsi yang bentuknya tergantung kepada kondisi
permulaan. Dengan mudah dapat dibuktikan bahwa persamaan (13) akan
memenuhi persamaan (12) dengan cara mendifferensiasi dua kali.

Suku dengan argumen (x C
B
t) dalam persamaan (13) adalah gelombang yang
merambat ke arah sumbu positif koordinat atau disebut dengan istilah gelombang
berjalan maju. Sedangkan suku dengan argumen (x + C
B
t) adalah gelombang
yang merambat ke arah sumbu negatif koordinat atau disebut dengan istilah
gelombang berjalan mundur. Karena sistem adalah linier mak masing-masing
fungsi f
1
dan f
2
adalah juga solusi daripada persamaan (12). Juga setiap
kombinasi linier dari f
1
dan f
2
masih memenuhi sistem persamaan tersebut.

Pada waktu gelombang merambat sepanjang batang yang dinyatakan dengan
persamaan (13), setiap partikel dari batang akan melakukan gerakan berpindah
dari posisi keseimbangannya.

Kecepatan gerak (v) dari partikel akan disertai dengan tegangan (
xx
). Dari Hukum
Hooke, hubungan tegangan dengan regangan adalah:

x
x
xx xx
E E
c
c
= =

o
atau (dari persamaan 13):
( ) ( ) | | t C x f t C x f E
B B xx
+ + = ' '
2 1
o ..............................................(14)
Kecepatan gerak partikel didefinisikan sebagai:

t
v
x
c
c
= =


Dari persamaan (13):
( ) ( ) ( ) t C x f C t C x f C v
B B B B
+ + = ' '
2 1
...........................................(15)
Untuk gelombang berjalan maju dari persamaan (14) dan (15):

B
xx xx
B
C E
C v

o o
= =

atau
v C
B xx
o =
................................................................................(16)
Modul Teori Peledakan 31
Persamaan (16) menyatakan bahwa tegangan yang timbul dengan adanya
gelombang yang merambat adalah sebanding dengan besarnya kecepatan gerak
partikel. Besarnya
B
C dalam persamaan (16) disebut sebagai impedansi spesifik
daripada medium.

Hal penting yang berhubungan dengan peledakan dapat dipelajari dari
perambatan gelombang pada batang majemuk seperti diperlihatkan dalam
gambar 2.4. Batang terdiri dari dua jenis material yang diberi dengan tanda 1 dan
2 yang disambung secara kokoh. Gelombang yang merambat pada material 1
menuju material 2 akan membentur bidang batas, sebagian diteruskan pada
material 2 dan sebagian dipantulkan kembali dan merambat pada material 1.
Bagaimanakah perbandingan tegangan yang diteruskan dan dipantulkan?




1
1
B
C
2
2
B
C




Gambar 2.4. Perambatan gelombang pada batang majemuk


Bila perbandingan impedensi spesifik disebut n, maka:
1 1
2 2
1 1
2 2
C
C
C
C
n
B
B

=
|
|
.
|

\
|
= ....................................................................(17)
Syarat kesinambungan pada bidang batas menghasilkan kondisi sebagai berikut:

t r
o o o = +
0
.................................................................................(18)

t r
v v v = +
0

..................................................................................(19)
Dari hubungan v C
B xx
o = untuk gelombang yang merambat ke kanan dan
v C
B xx
o = untuk gelombang yang merambat ke kiri, persamaan (19) menjadi:

0
.v
0

t
.v
t

t
.v
t

Bidang batas
material 1 dan 2
1 2
Modul Teori Peledakan 32

2 2 1 1 1 1
0
C C C
t r

o
=
dan dari persamaan (18),

Dengan penggabungan akan diperoleh:

0
1
1
o o
|
.
|

\
|
+

=
n
n
r
..............................................................................(20)
dan
0
1
2
o o
|
.
|

\
|
+
=
n
n
t
..............................................................................(21)
Untuk kecepatan gerak partikel diperoleh hubungan sebagai berikut:

0
1
1
V
n
n
V
r
|
.
|

\
|
+

= ...............................................................................(22)

0
1
2
V
n
n
V
t
|
.
|

\
|
+
= ...............................................................................(23)
Umpamakan
0
o adalah kompressi,
1. Bila n > 1, maka gelombang yang dipantulkan juga kompressi.
2. Bila n < 1, maka gelombang yang dipantulkan menjadi tarikan (tensile).

Jadi gelombang kompressi dapat berubah menjadi gelombang tarikan sebagai
akibat dari peristiwa pemantulan yang terjadi didalam medium yang merambatkan
gelombang. Batuan adalah material yang mempunyai kekuatan tarik rendah dan
tidak kuat terhadap tegangan tarik.

Suatu keadaan khusus adalah peristiwa yang terjadi pada sebuah batang dengan
ujung bebas atau sebuah batang majemuk dengan
2
= C
2
= 0. Dalam hal ini
perbandingan impendansi spesifik menjadi nol (n = 0). Persamaan (20) dan (22)
menjadi:

0
o o =
r
.........................................................................................(24)

0
v v
r
=
..........................................................................................(25)
Jadi pulsa kompressi akan dipantulkan seluruhnya menjadi pulsa tarikan dan arah
gerakan partikel sesuai dengan arah gerakan yang disebabkan oleh pulsa yang
masuk.Berobahnya tegangan kompressi menjadi tegangan tarik sebagai akibat
pemantulan pada suatu bidang bebas memegang peranan yang sangat penting
2 2
0
1 1 1 1
0
C C C
r r

o o

o +
=
Modul Teori Peledakan 33
X
Y
Z
dz
dx
dy
xy
o
xx
o
xz
o
dx


x

xx
xx
c
c
+
dy


y

xy
xy
c
c
+
dz


z

xz
xz
c
c
+
X
x
u
+
c
c
+ +
c
c
+ dxdz dxdz dy) ( dydz dydz dx) (
xy
xy
xy xx
xx
xx

y

dxdydz dxdy dxdy dz) ( X


z

xz
xz
xz
=
c
c
+
X
z

xz
xy
xx
=
c
c
+
c
c
+
c
c

dalam proses peledakan batuan. Inilah sebabnya mengapa selalu harus ada
bidang bebas di dekat lubang tembak dalam operasi peledakan.
C. Rangkuman
1. Elemen kecil dari medium yang berbentuk kubus dan sistem gaya-gaya yang
bekerja pada sisi-sisinya adalah sebagai berikut:












Arah sumbu X:







atau,

Hal yang serupa untuk arah sumbu Y dan Z.
2. Persamaan A V =
c
A c
2 2
2
2
p
C
t
adalah persamaan gelombang dimana C
p
sebagai
kecepatan merambat gelombang pada medium dengan karakteristik , G dan
. Jenis gelombang ini disebut gelombang Longitudinal atau Primer.
3. Persamaan
x x
Cs
t
= =
2
2
2
V =
c
c
adalah persamaan gelombang, dimana C
s

sebagai kecepatan merambat gelombang pada medium dengan karakteristik
Modul Teori Peledakan 34
G dan . Jenis gelombang ini disebut gelombang transversal atau
sekunder.
4. Persamaan
2
2
2
2
x
x x
E
t c
c
=
c
c

adalah persamaan gelombang dengan

E
C
B
=
2
, dimana C
B
sebagai kecepatan merambat gelombang di sepanjang
batang.
5. Hal penting yang berhubungan dengan peledakan dapat dipelajari dari
perambatan gelombang pada batang majemuk. Batang terdiri dari dua jenis
material yang diberi dengan tanda 1 dan 2 yang disambung secara kokoh.
Gelombang yang merambat pada material 1 menuju material 2 akan
membentur bidang batas, sebagian diteruskan pada material 2 dan sebagian
dipantulkan kembali dan merambat pada material 1. Maka perbandingan
tegangan yang diteruskan dan dipantulkan adalah sebagai berikut:



1
1
B
C
2
2
B
C





Bila perbandingan impedensi spesifik disebut n, maka:
1 1
2 2
1 1
2 2
C
C
C
C
n
B
B

=
|
|
.
|

\
|
=
Hubungan kecepatan gerak partikel diperoleh sebagai berikut:

0
1
1
V
n
n
V
r
|
.
|

\
|
+

=

0
1
2
V
n
n
V
t
|
.
|

\
|
+
=
Umpamakan
0
o adalah kompressi,
- Bila n > 1, maka gelombang yang dipantulkan juga kompressi.

0
.v
0

t
.v
t

t
.v
t

Bidang batas
material 1 dan 2
1 2
Modul Teori Peledakan 35
- Bila n < 1, maka gelombang yang dipantulkan menjadi tarikan (tensile).

D. Evaluasi
1. Sebutkan rumus persamaan gelombang Longitudinal atau Primer yang anda
ketahui?
2. Sebutkan rumus persamaan gelombang Transversal atau Sekunder yang
anda ketahui?
3. Sebutkan dan jelaskan dengan menggunakan gambar tentang perambatan
gelombang longitudinal dalam sebuah batang?


































Modul Teori Peledakan 36




A. Tujuan Khusus Pembelajaran
Setelah mempelajari materi Pembelajaran 3 ini, peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan masalah teori mekanisme pecahnya batuan akibat suatu
peledakan, baik dilihat dari teori refleksi, teori ekspansi gas, frexural rupture,
gelombang stress, dan teori torque serta melalui teori kawah (Crater).
2. Menjelaskan masalah pembebanan, baik dilihat dari teori pembebanan
dinamis, pembebanan semi statis, dan proses pelepasan beban.
3. Menjelaskan teori peranan bidang bebas (free face) pada suatu proses
peledakan batuan.

B. Uraian Materi
1. Mekanisme pecahnya batuan
Bilamana bahan peledak yang diisikan ke dalam lubang tembak diledakkan, maka
gas bertekanan tinggi yang dihasilkan dalam proses peledakan tersebut akan
menekan dinding lubang tembak dan menimbulkan gelombang tekanan yang
merambat ke badan batuan di sekitar lubang tembak tersebut.

Tegangan yang terjadi di daerah sekitar dinding lubang tembak dapat melebihi
kekuatan batuan sehingga menyebabkan terjadinya penggerusan batuan. Karena
tegangan menurun dengan jarak dari lubang tembak, maka perilaku mekanisme
batuan akan bervariasi dan terjadi perubahan plastis ke elastis. Ke arah luar dari
daerah penggerusan dimana kekuatan batuan dilampaui oleh tegangan akan
mengalami rekahan radial akibat tegangan tarik tangensial (hoop stress). Rekahan
radial ini akan terus berkembang secara radial selama tegangan tarik tangensial
ini melampaui kuat tarik batuan pada ujung rekahan.

Pembelajaran

Modul Teori Peledakan 37
Pada kondisi batuan yang sebenarnya pembentukan rekahan ini akan dipengaruhi
oleh kondisi batuan seperti anisotropi, tingkat keretakan awal, dan distribusi
tegangan awal.
Fenomena-fenomena mekanisme pecahnya batuan akibat proses peledakan ini,
dapat dilihat pada teori-teori di bawah ini:
a. Teori refleksi (reflection theory)
Konsep ini didasarkan pada kenyataan bahwa massa batuan mempunyai
resistansi yang lebih kecil terhadap tegangan tarik (tensile stress) daripada
tegangan tekan (compressive stress). Pulsa regangan tekan (compressive
strain) yang dihasilkan oleh detonasi bahan peledak akan dipantulkan oleh
permukaan bebas (free surface) sebagai pulsa strain wave yang bergerak
kembali ke arah semula. Perubahan ini menyebabkan batuan yang rentan
terhadap gaya tarik mengalami kerusakan pada bagian face dalam bentuk
spalling












Gambar 3.1. Teori refleksi (reflection theory)

b. Teori ekspansi gas (gas expansion theory)
Teori ini didasarkan atas perubahan tekanan yang bekerja pada dinding
lubang tembak menjadi setengah dari tekanan detonasi karena adanya
pengembangan (ekspansi) dari lubang tembak tersebut. Tekanan ini akan
Modul Teori Peledakan 38
berpropagasi keluar dari lubang tembak ke dalam massa batuan sebagai
gelombang kejut (shock wave). Material yang berada diantara lubang tembak
dan shock wave front akan terkompresikan dan bergerak secara elastis atau
plastis, bergantung pada tekanan dan strength batuan, yang mengakibatkan
beberapa crack radial terbentuk di dekat dinding lubang tembak. Tekanan
gas (gas pressure) kemudian mengisi, memperbesar, dan memperpanjang
crack-crack tersebut, sehingga mencapai permukaan bebas dan batuan
mengalami pergerakan (displacement).










Gambar 3.2. Teori ekspansi gas (gas expansion theory)


c. Flexural rupture
Teori pemecahan batuan melalui flexural rupture analog dengan proses
pematahan lempeng (beam bending). Tingkat fragmentasi dikontrol oleh
tekanan gas dan karakteristik kekakuan massa batuan burden, yang
bergantung pada kontrol terhadap pergerakan, Modulus Young batuan, dan
bentuk geometrik blok yang mengalami rekahan radial yang dinyatakan oleh
rata-rata ketebalan, lebar, dan panjangnya yang identik dengan burden,
spacing, dan tinggi bench. Menurut Garry B. Hemphill (Blasting Operation,
1981) flexural rupture yang mantap dengan tingkat fragmentasi yang
Modul Teori Peledakan 39
maksimum dan overbreak yang minimum diperoleh pada rasio burden
terhadap tinggi bench yang mencapai nilai kritis 1 : 3.












Gambar 3.3. Teori runtuhan (flexural rupture)

d. Gelombang Tegangan (stress wave)
Teori ini memperlihatkan pentingnya gelombang stress dalam proses
fragmentasi dan menyebabkan sejumlah besar inisiasi crack pada daerah
yang agak jauh dari lubang tembak. Daerah-daerah tersebut terdiri dari flaw
(cacat) yang besar maupun kecil, bidang-bidang perlapisan, dan bidang
diskontinuitas lainnya yang berperan sebagai nuclei untuk formasi crack,
pengembangan, dan penambahannya. Sehingga teori ini juga disebut
sebagai Flaw Theory atau Nuclei Wave.








Modul Teori Peledakan 40




Gambar 3.4. Teori gelombang tegangan
e. Teori torque (torque theory)
Keberhasilan teori ini sepenuhnya bergantung pada ketepatan pengaturan
waktu dari initiator. Bila dua buah explossive column yang berdekatan
diinisiasi secara simultan dari arah yang berlawanan, akan terbentuk suatu
compressional shock wave dari masing-masing kolom yang merambat
paralel tetapi dengan arah yang berlawanan. Cara ini cocok digunakan untuk
menentukan fragmentasi yang seragam dan menghindari muckpile yang sulit.












Gambar 3.5. Teori torsi (torque theory)

f. Teori kawah (cratering theory)
Teori ini berlaku untuk muatan dengan rasio panjang terhadap diameter yang
lebih dari atau sama dengan 6 : 1, didetonasi pada jarak yang ditentukan
secara empiris di bawah permukaan untuk mengoptimasi volume terbesar
dari material yang terfragmentasi secara permanen antara muatan dan free
face. Terdapat faktor konstan antara jarak burden kritis dan akar pangkat tiga
Modul Teori Peledakan 41
dari bahan peledak yang disebut Strain Energy Factor (E). Nilai E tersebut
merupakan suatu tetapan untuk kombinasi batuan bahan peledak tertentu.


















Gambar 3.6. Teori kawah (Cratering theory)


2. Pembebanan pada peledakan
Besar tekanan yang terbentuk di sepanjang dinding lubang tembak sekitar
setengah tekanan detonasi bahan peledak. Gelombang tekan menyebabkan
terjadinya peremukan atau penggerusan di sekitar lubang tembak. Ke arah luar
dari daerah peremukan dimana kekuatan batuan terlampaui oleh tegangan
detonasi akan terjadi rekahan radial akibat tegangan tarik tangensial (hoop stress)
yang diderita batuan. Rekahan radial ini akan terus berkembang secara radial
selama tegangan tarik tangensial melampaui kuat tarik batuan pada ujung
rekahan. Pembentukan rekahan dipengaruhi oleh kondisi batuan, antara lain oleh
anisotropi, tingkat retakan awal, dan distribusi tegangan awal.

a). Detonation
Hancurnya batuan sekeliling
isian mencapai permukaan

b). Pemantualan tekanan gelombang
pada permukaan terjadi
tekanan ke permukaan
c). Ekspansi gas
dan percepatan

d). Semburan gas dan pelepasan
material

Modul Teori Peledakan 42
Selama gelombang merambat sampai menemukan bidang diskontinu atau bidang
bebas, batuan akan mengalami pembebanan mekanis sehingga akan terjadi
variasi perilaku dari deformasi plastis ke elastis. Fase-fase pembebanan yang
dialami batuan adalah pembebanan dinamis, pembebanan quasi-statis atau semi-
statis, dan pelepasan beban. Evolusi pembentukan pola retakan pada setiap fase
dapat dilihat pada Gambar 3.7 berikut ini.











Gambar 3.7. Tahapan proses penghancuran batuan akibat peledakan


a. Pembebanan dinamis
Daerah yang terpengaruh oleh pembebanan reaksi peledakan dapat dibagi
dalam 3 (tiga) zona, yaitu zona kejut, zona transisi, dan zona elastis. Di
sekitar dinding lubang tembak akan timbul gelombang kejut sebagai akibat
dari tegangan dengan intensitas yang tinggi dari proses detonasi bahan
tembak. Pada zona kejut ini sifat mekanis batuan diibaratkan sebagai benda
padat yang kental. Gelombang kejut menyebabkan batuan mengalami
peremukan atau retakan yang hebat. Luas zona kejut ini dapat mencapai
radius dua kali radius lubang tembak.

Daerah di luar zona kejut disebut zona transisi. Pada zona ini akan terbentuk
retakan baru yang berkembang secara radial. Pembentukan retakan
menghabiskan energi sehingga energi gelombang menjadi berkurang
intensitasnya. Radius dari zona transisi ini bisa mencapai 4 sampai 6 kali
radius lubang tembak.
Modul Teori Peledakan 43

Pada zona transisi intensitas tegangan akan menurun sampai ketingkat
dimana batuan hanya bersikap elastis, sehingga daerah ini disebut zona
elastis. Penyebaran atau perpanjangan rekahan pada zona ini hanyalah
merupakan perpanjangan dari rekahan terpanjang dari zona transisi.
Perpanjangan rekahan ini diperkirakan sembilan kali radius lubang tembak.
b. Pembebanan quasi-statis (semi-statis)
Tekanan gas yang sangat tinggi di dalam lubang tembak akan menimbulkan
tegangan semi-statis di sekitar lubang tembak tersebut. Selain itu, gas
bertekanan sangat tinggi tersebut akan mengalir ke dalam rekahan yang
dibentuk pada waktu pembebanan dinamis dan menghasilkan aksi baji,
sehingga rekahan bertambah panjang.
c. Pelepasan Beban
Pada waktu batuan bergerak, beban akan terlepas dan menimbulkan
tegangan tarik pada massa batuan yang sedang bergerak, sehingga terjadi
pemisahan lanjutan. Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa tegangan
tarik yang dominan terjadi di daerah permukaan kerja atau bidang bebas dan
membentuk rekahan lebar, kemudian didorong oleh tekanan gas yang masih
tersisa menjadi fragmen batuan.

3. Peranan bidang bebas (free face)
Bilamana lubang tembak berdekatan letaknya dengan bidang bebas, maka pola
rekahan akan sangat dipengaruhi oleh adanya bidang bebas ini. Hal ini
disebabkan oleh karena gelombang kompresi yang merambat secara radial dari
lubang tembak akan dipantulkan kembali sebagai gelombang tarik pada waktu
mencapai bidang bebas. Geometri proses pemantulan ini diperlihatkan pada
Gambar 3.2 berikut ini.









Modul Teori Peledakan 44






Gambar 3.8. Perbandingan antara lubang tegak dan miring
Modul Teori Peledakan 45
Gelombang tarik yang dipantulkan seolah-olah berasal dari bayangan lubang
tembak dimana bidang bebas sebagai cerminnya. Gelombang tarik ini akan
merambat kembali menuju lubang tembak. Selain dapat menimbulkan rekahan
pada bidang bebas, juga dapat mempengaruhi medan tegangan di sekitar lubang
tembak dan merubah pola penyebaran rekahan (lihat Gambar 3.2). Ilustrasi di
atas menunjukkan bahwa peledakan harus selalu mengarah ke bidang bebas
untuk batuan dapat mengembang secara bebas.











Gambar 3.9. Peledakan di sekitar lubang tembak


Pada peledakan sistem jenjang, selalu tersedia paling sedikit satu bidang bebas
yang sejajar dengan lubang tembak yang terbentuk oleh peledakan sebelumnya.
Dalam peledakan terowongan tidak ada bidang bebas yang sejajar dengan lubang
tembak karena lubang-lubang tembaknya dibor searah dengan sumbu
terowongan. Dengan demikian, langkah yang pertama dilakukan pada peledakan
dalam terowongan adalah membuat suatu cut yang berfungsi menjadi bidang
bebas bagi lubang-lubang tembak yang meledak selanjutnya setelah cut
diledakkan.

C. Rangkuman
1. Fenomena mekanisme pecahnya batuan akibat proses peledakan ini, dapat
dilihat pada teori-teori:
- Teori Refleksi (Reflection Theory)
Modul Teori Peledakan 46
- Teori Ekspansi gas (Gas Expansion Theory)
- Frexural Rupture
- Gelombang Stress (Stress Wave)
- Teori Torque (Torque Theory)
- Teori Kawah (Cratering Theory)
2. Pembentukan rekahan akibat proses peledakan dipengaruhi oleh kondisi
batuan, antara lain oleh anisotropi, tingkat retakan awal, dan distribusi
tegangan awal.
3. Fase-fase pembebanan yang dialami batuan dalam proses peledakan adalah
pembebanan dinamis, pembebanan quasi-statis atau semi-statis, dan
pelepasan beban.
4. Peranan bidang bebas (free face), antara lain adalah:
- Menimbulkan rekahan pada bidang bebas
- Mempengaruhi pola rekahan
- Mempengaruhi medan tegangan di sekitar lubang tembak
5. Dalam peledakan terowongan tidak ada bidang bebas yang sejajar dengan
lubang tembak karena lubang-lubang tembaknya dibor searah dengan
sumbu terowongan. Sebagai penggantinya dibuat suatu cut yang berfungsi
menjadi bidang bebas bagi lubang-lubang tembak yang meledak selanjutnya
setelah cut diledakkan.

D. Evaluasi
1. Coba jelaskan apa yang akan terjadi pada batuan bilamana bahan peledak
yang diisikan ke dalam lubang tembak kemudian diledakkan?
2. Fenomena apa saja yang akan terjadi saat mekanisme pecahnya batuan
akibat proses peledakan yang anda ketahui?
3. Sebutkan dan jelaskan secara rinci pembebanan-pembebanan yang terjadi
terhadap batuan saat dilakukan peledakan?
4. Sebutkan dan jelaskan peranan bidang bebas (free face) yang anda ketahui?
Modul Teori Peledakan 47
III. EVALUASI AKHIR

A. Tes Objektif
1. Apa latar belakangnya kita harus mempelajari Teori Peledakan untuk para
pengelola peledakan bahan galian?
2. Sebutkan tujuan umum dari pembelajaran Teori Peledakan yang anda
ketahui?
3. Apa yang dimaksud dengan bahan peledak yang anda ketahui?
4. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis energi yang dihasilkan dari proses
peledakan bahan galian yang berguna dan terpakai (work energy)?
5. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis energi terbuang (waste energy) yang
umumnya sebagai energi tak berguna (sampah) dalam proses peledakan?
6. Fenomena-fenomena apa saja yang akan terjadi saat mekanisme pecahnya
batuan akibat proses peledakan yang anda ketahui?
7. Sebutkan dan jelaskan dengan rinci pembebanan-pembebanan yang terjadi
terhadap batuan saat dilakukan peledakan pada batuan tersebut?
8. Sebutkan rumus persamaan gelombang Longitudinal atau Primer yang anda
ketahui?
9. Tentukan formula/rumus untuk mengukur besarnya tekanan yang ditimbulkan
akibat reaksi kimia suatu proses peladakan?
10. Terdapat 2 (dua) jenis gelombang seismik yang terjadi akibat peledakan,
sebutkan dan jelaskan?

B. Tes Kinerja
1. Sebutkan dan jelaskan dengan menggunakan gambar tentang perambatan
gelombang longitudinal dalam sebuah batang?
2. Coba jelaskan apa yang akan terjadi pada batuan bilamana bahan peledak
yang diisikan ke dalam lobang tembak kemudian diledakkan?
Modul Teori Peledakan 48
KUNCI JAWABAN


A. Kunci Jawaban Pembelajaran 1
1. Reaksi yang terjadi pada bahan peledak kimia, yaitu:
- Detonation, menunjukkan reaksi kimia yang terjadi pada bahan peledak
dengan kecepatan yang lebih cepat daripada kecepatan suara dan
menyebabkan shattering effects.
- Deflageration, menunjukkan reaksi kimia yang lebih lambat daripada
kecepatan suara dan menyebabkan heaving effects.

2. Ada 2 (dua) jenis energi yang dihasilkan dari proses peledakan bahan galian
yang berguna dan terpakai (work energy), yaitu:
- Energi kejut (shock energy), adalah energi yang ditransmisikan terhadap
batuan sebagai akibat dari tekanan detonasi bahan peledak. Energi kejut
ini memiliki tekanan yang jauh lebih besar dari energi gas walaupun
hanya mampu bertahan dalam interval waktu yang sangat singkat. High
Explosives dapat memproduksi energi kejut sebesar 15% dari total energi
terpakai.
- Energi gas (gas energy), adalah energi yang dilepaskan selama proses
detonasi yang menyebabkan mayoritas pemecahan batuan pada proses
peledakan dengan lubang tembak terkurung (confined blasthole). Low
Explosives umumnya hanya memproduksi energi gas (gas energy/gas
pressure) selama proses detonasi, sedangkan High Explosives dapat
memproduksi energi gas sebesar 85% dari total energi terpakai.
3. Formula/rumus untuk menentukan besarnya tekanan yang ditimbulkan akibat
reaksi kimia suatu proses peladakan adalah sebagai berikut:
P = 4,18 x 10
-7
SGe Ve
2
/ (1 + 0,8 SGe)
dimana:
- P = Tekanan reaksi kimia, dalam kilobars (1 kilobars = 14.504 psi)
- SGe = Spesifik Graviti dari bahan peledak
- Ve = Kecepatan ledakan, dalam ft/sec
Modul Teori Peledakan 49
4. Jenis-jenis energi terbuang (waste energy) yang umumnya sebagai energi
tak berguna (sampah) dalam proses peledakan adalah:
- Energi panas, merupakan akibat adanya reaksi kimia yang terjadi pada
bahan peledak bersifat eksoterm, sehingga dihasilkan panas temperature
pada jumlah tertentu.
- Energi sinar/cahaya, adalah merupakan salah satu produk yang
dihasilkan dari reaksi kimia bahan peledak pada saat
dinyalakan/diledakkan. Kontribusi energi untuk menimbulkan kilatan sinar/
cahaya ini relatif kecil.
- Energi suara, hampir semua peristiwa peledakan menghasilkan suara,
kontribusi energi peledakan untuk menimbulkan suara jumlahnya cukup
besar. Pada keadaan normal, suara peledakan dapat mencapai 140 dB
yang merupakan batas ambang peledakan yang tidak menimbulkan
kerusakan material (aman bagi infrastruktur, peralatan, dan lain-lain).
- Energi seismik, menghasilkan gelombang yang merupakan transmisi
energi melalui massa batuan yang solid.
5. Terdapat 2 (dua) jenis gelombang seismik yaitu:
- Body waves yang merupakan gelombang yang merambat dan melakukan
penetrasi di dalam tubuh massa batuan.
- Surface waves yang merupakan gelombang yang merambat sepanjang
permukaan dan tidak melakukan penetrasi ke dalam massa batuan.
Umumnya, surface waves memiliki energi yang lebih besar, lebih lambat
dan menghasilkan pergerakan yang lebih besar.
6. Panas yang dihasilkan ANFO ditambah Alumunium yang reaksinya
berikutnya: 4,5N
2
H
4
O
3
+ CH
2
+ AL 4,5 N
2
+10H
2
O + CO
2
+ 0,5 AL
2
O
3

(a) Perhitungan kalori panas
4,5N
2
H
4
O
3
+ CH
2
+ AL = Reaktan
4,5(-87,3) + (-7) + (0) = Panas pembentukan reaktan
-399,85 Kcal = Q
r

4,5 N
2
+10H
2
O + CO
2
+ 0,5 AL
2
O
3
= Produkta
4,5 (0)+ 10(-57,8) + (-94,1) + 0,5(-399,1) = Panas pembentukan produk
-871,65 Kcal = Q
p

Modul Teori Peledakan 50
Kg / Kcal 1175,24
Kg
gr 1000
x
gr 401,45
Kcal 471,8
=

Q
p
Q
r
= Q
e
(Panas peledakan)
-871,65 (-399,85) = -471,8 Kcal = Q
e
(b) Perhitungan berat molekul
4,5N
2
H
4
O
3
+ CH
2
+ AL = 4,5(80,1 gr) + 14 gr + 27 gr = 401,45 gr
(c) Panas peledakan (Kcal / Kg)



7. Bahan peledak diramu dari campuran bahan-bahan di bawah ini:





Evaluasi oleh Saudara apakah hasilnya zero oxygen balance?

Bahan % c h n o oCa oNa
NG 20 0,264 0,440 0,264 0,790 -- --
TNT 15 0,462 0,330 0,198 0,396 -- --
AN 55 -- 2,748 1,374 2,061 -- --
SG 10 0,417 0,630 -- 0,214 -- --
Total 100 1,143 4,148 1,836 3,523 0,000 0,000

Selanjutnya dengan memakai persamaan (1.7), maka OB dapat ditentukan
sebagai berikut:
OB = (o ) 2c h / 2
OB = 3,523 2,286 (4,148)
OB = 3,523 4,360 = 0,837 gram atom/100 gram campuran

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa campuran tersebut underoxidized dan
akan menghasilkan sejumlah gas CO.

8. Campuran bahan peledak AN, NG dan SG akan menghasilkan produk N2,
CO2, dan H2O, persamaan umumnya:
11 NH
4
NO
3
+ 2 C
3
H
5
(NO
3
)
3
+ C
6
H
10
O
5
12 CO
2
+ 32 H
2
O + 14 N
2

Substitusikan berat molekul masing-masing senyawa:
Nitroglycerin (NG) = 20%
Trinitrotoluene (TNT) = 15%
Ammonium Nitrate (AN) = 55%
SG pulp (SG) = 10%

Total = 100%

Modul Teori Peledakan 51

11(80) + 2(227) + 1(162) = 12(44) + 32(18) + 14(28)
880 + 454 + 162 = 528 + 576 + 392
1496 g = 1496 g (zero oxygen balanced)
Prosentase berat masing-masing senyawa adalah:
AN = NH
4
NO
3
= (880 / 1496) x 100 = 58,80%
NG = C
3
H
5
(NO
3
)
3
= (454 / 1496) x 100 = 30,40%
SG = C
6
H
10
O
5
= (162 / 1496) x 100 = 10,80%


B. Kunci Jawaban Pembelajaran 2
1. Rumus persamaan gelombang Longitudinal atau Primer adalah:
A V =
c
A c
2 2
2
2
p
C
t

dimana:
- C
p
= Kecepatan merambat gelombang Longitudinal pada medium
- G = Modulus batuan
- = Konstanta Lame
- = Density
-
|
|
.
|

\
| +

G 2

= C
p

- =
xx
+
yy
+
zz
= dilatasi atau perubahan volume
-
2
2
2
2
2
2
2
z y x
c
c
+
c
c
+
c
c
= V
2. Rumus persamaan gelombang Transversal atau Sekunder adalah:
x x
Cs
t
= =
2
2
2
V =
c
c

dimana:
- C
s
= Kecepatan merambat gelombang Transversal pada
medium
- G = Modulus batuan
-
x
adalah rotasi pada sumbu x.
-
|
|
.
|

\
|

= C
s

Modul Teori Peledakan 52
- = Density
-
2
2
2
2
2
2
2
z y x
c
c
+
c
c
+
c
c
= V
3. Perambatan gelombang longitudinal dalam sebuah batang adalah
merupakan perambatan energi satu dimensi yang paling sederhana (lihat
Gambar). Partikel dalam batang akan bergetar sebagai akibat dari pukulan
yang diberikan pada salah satu ujungnya. Besarnya pergeseran partikel yang
bergetar pada titik tertentu adalah merupakan fungsi waktu atau
x
(t). Untuk
mencari hubungan antara pergerakan partikel dengan tegangan yang timbul,
maka efek inersia dari gerakan partikel harus diperhitungkan.

(a)





0 x

(b)




C. Kunci Jawaban Pembelajaran 3
1. Bilamana bahan peledak yang diisikan ke dalam lubang tembak diledakkan,
maka gas bertekanan tinggi yang dihasilkan dalam proses peledakan
tersebut akan menekan dinding lubang tembak dan menimbulkan gelombang
tekanan yang merambat ke badan batuan di sekitar lubang tembak tersebut.
Tegangan yang terjadi di daerah sekitar dinding lubang tembak dapat
melebihi kekuatan daripada batuan yang menyebabkan terjadinya
penggerusan batuan.
kawat
penggantung
Tekanan
Arah perambatan gelombang

x
(t)
dx
dMij
x

A dx
x
xx
xx
) (
c
c
+
o
o
A
xx
o
Modul Teori Peledakan 53
2. Fenomena-fenomena yang akan terjadi saat mekanisme pecahnya batuan
akibat proses peledakan, dapat dilihat pada teori-teori:
a. Teori Refleksi (Reflection Theory)
b. Teori Ekspansi gas (Gas Expansion Theory)
c. Frexural Rupture
d. Gelombang Stress (Stress Wave)
e. Teori Torque (Torque Theory)
f. Teori Kawah (Cratering Theory)
3. Pembebanan-pembebanan yang terjadi terhadap batuan saat dilakukan
peledakan pada batuan tersebut, adalah:
a. Pembebanan Dinamis, akan terjadi reaksi peledakan yang dibagi dalam
3 (tiga) zona, yaitu zona kejut, zona transisi, dan zona elastis.
1) Pada zona kejut, akan terjadi gelombang kejut yang menyebabkan
batuan mengalami peremukan atau retakan yang hebat. Luas zona
kejut ini dapat mencapai radius dua kali radius lubang tembak.
2) Pada zona transisi, akan terbentuk retakan baru yang berkembang
secara radial. Pembentukan retakan menghabiskan energi
sehingga energi gelombang menjadi berkurang intensitasnya.
Radius dari zona transisi ini bisa mencapai 4 sampai 6 kali radius
lubang tembak.
3) Pada zona elastis, dimana penyebaran atau perpanjangan rekahan
pada zona ini hanyalah merupakan perpanjangan dari rekahan
terpanjang dari zona transisi. Perpanjangan rekahan ini hanya
sampai kira-kira 9 kali radius lubang tembak.
b. Pembebanan Quasi-Statis (semi statis), hal ini terjadi akibat dari:
1) Tekanan gas yang sangat tinggi di dalam lubang tembak.
2) Gas bertekanan sangat tinggi tersebut akan mengalir ke dalam
rekahan yang dibentuk pada waktu pembebanan dinamis dan
menghasilkan aksi baji, sehingga rekahan bertambah panjang.
c. Pelepasan Beban, terjadi pada saat:
a. Pada waktu batuan bergerak dan menimbulkan tegangan tarik
pada massa batuan yang sedang bergerak, sehingga terjadi
pemisahan lanjutan.
Modul Teori Peledakan 54
b. Tegangan tarik yang dominan terjadi di daerah permukaan kerja
atau bidang bebas dan membentuk rekahan lebar, kemudian
didorong oleh tekanan gas yang masih tersisa menjadi fragmen
batuan.
4. Peranan bidang bebas (free face), antara lain adalah:
a. Menimbulkan rekahan pada bidang bebas
Hal ini disebabkan oleh karena gelombang kompresi yang merambat
secara radial dari lubang tembak akan dipantulkan kembali sebagai
gelombang tarik pada waktu mencapai bidang bebas.
b. Mempengaruhi pola rekahan
Karena adanya gelombang tarik yang dipantulkan seolah-olah berasal
dari bayangan lubang tembak dimana bidang bebas sebagai cerminnya.
Gelombang tarik ini akan merambat kembali menuju lubang tembak.
c. Mempengaruhi medan tegangan di sekitar lubang tembak
Sehingga akan merubah pola penyebaran rekahan. Ilustrasi ini
menunjukkan bahwa peledakan harus selalu mengarah ke bidang
bebas untuk batuan dapat mengembang secara bebas.

D. Kunci Jawaban Evaluasi Akhir
a. Tes Objektif
1. Dapat memberikan suatu pendekatan yang sistematis dan luas kepada
pengelola peledakan bahan galian untuk memahami dan melaksanakan
teknik-teknik dan prosedur peledakan untuk bahan galian di lapangan.
Disamping itu, agar dapat melaksanakan kegiatan peledakan sesuai dengan
rencana yang diharapkan.
2. Agar para pengelola peledakan bahan galian dapat mengenal dan
memahami teori-teori energi baik yang bermanfaat maupun tidak yang
ditimbulkan akibat peledakan, baik terhadap lingkungan kerja maupun pada
batuan yang diledakkan itu sendiri.
3. Bahan peledak adalah senyawa kimia atau campuran senyawa kimia yang
apabila dikenakan panas, benturan, gesekan atau kejutan (shock) secara
cepat dengan sendirinya akan bereaksi dan terurai (exothermic
decomposition).
Modul Teori Peledakan 55
4. Ada 2 (dua) jenis energi yang dihasilkan dari proses peledakan bahan galian
yang berguna dan terpakai (work energy), yaitu:
- Energi kejut (shock energy), adalah energi yang ditransmisikan
terhadap batuan sebagai akibat dari tekanan detonasi bahan peledak.
Energi kejut ini memiliki tekanan yang jauh lebih besar dari energi gas
walaupun hanya mampu bertahan dalam interval waktu yang sangat
singkat. High Explosives dapat memproduksi energi kejut sebesar 15 %
dari total energi terpakai.
- Energi gas (gas energy), adalah energi yang dilepaskan selama proses
detonasi yang menyebabkan mayoritas pemecahan batuan pada proses
peledakan dengan lobang tembak terkurung (confined blasthole). Low
Explosives umumnya hanya memproduksi energi gas (gas energy/gas
pressure) selama proses detonasi, sedangkan High Explosives dapat
memproduksi energi gas sebesar 85% dari total energi terpakai.
5. Jenis-jenis energi terbuang (waste energy) yang umumnya sebagai energi
tak berguna (sampah) dalam proses peledakan adalah:
- Energi panas, merupakan akibat adanya reaksi kimia yang terjadi pada
bahan peledak bersifat eksoterm, sehingga dihasilkan panas
temperature pada jumlah tertentu.
- Energi sinar/cahaya, adalah merupakan salah satu produk yang
dihasilkan dari reaksi kimia bahan peledak pada saat
dinyalakan/diledakkan. Kontribusi energi untuk menimbulkan kilatan
sinar/cahaya ini relatif kecil.
- Energi suara, hampir semua peristiwa peledakan menghasilkan suara,
kontribusi energi peledakan untuk menimbulkan suara jumlahnya cukup
besar. Pada keadaan normal, suara peledakan dapat mencapai 140 dB
yang merupakan batas ambang peledakan yang tidak menimbulkan
kerusakan material (aman bagi infrastruktur, peralatan, dan lain-lain).
- Energi seismik, menghasilkan gelombang transmisi energi melalui
massa batuan yang solid.
6. Fenomena-fenomena yang akan terjadi saat mekanisme pecahnya batuan
akibat proses peledakan, dapat dilihat pada teori-teori:
1) Teori Refleksi (Reflection Theory)
Modul Teori Peledakan 56
2) Teori Ekspansi gas (Gas Expansion Theory)
3) Frexural Rupture
4) Gelombang Stress (Stress Wave)
5) Teori Torque (Torque Theory)
6) Teori Kawah (Cratering Theory)

Pembebanan-pembebanan yang terjadi terhadap batuan saat dilakukan
peledakan pada batuan tersebut, adalah:
a. Pembebanan Dinamis, akan terjadi reaksi peledakan yang dibagi dalam
3 (tiga) zona, yaitu zona kejut, zona transisi, dan zona elastis.
1) Pada zona kejut, akan terjadi gelombang kejut yang menyebabkan
batuan mengalami peremukan atau retakan yang hebat. Luas zona
kejut ini dapat mencapai radius dua kali radius lobang tembak.
2) Pada zona transisi, akan terbentuk retakan baru yang berkembang
secara radial. Pembentukan retakan menghabiskan energi sehingga
energi gelombang menjadi berkurang intensitasnya. Radius dari
zona transisi ini bisa mencapai 4 sampai 6 kali radius lobang
tembak.
3) Pada zona elastis, dimana penyebaran atau perpanjangan rekahan
pada zona ini hanyalah merupakan perpanjangan dari rekahan
terpanjang dari zona transisi. Perpanjangan rekahan ini hanya
sampai kira-kira 9 kali radius lobang tembak.
b. Pembebanan Quasi-Statis (Semi Statis), hal ini terjadi akibat dari:
1) Tekanan gas yang sangat tinggi di dalam lobang tembak.
2) Gas bertekanan sangat tinggi tersebut akan mengalir ke dalam
rekahan yang dibentuk pada waktu pembebanan dinamis dan
menghasilkan aksi baji, sehingga rekahan bertambah panjang.
c. Pelepasan Beban, terjadi pada saat:
1) Pada waktu batuan bergerak dan menimbulkan tegangan tarik pada
massa batuan yang sedang bergerak, sehingga terjadi pemisahan
lanjutan.
2) Tegangan tarik yang dominan terjadi di daerah permukaan kerja
atau bidang bebas dan membentuk rekahan lebar, kemudian
Modul Teori Peledakan 57
didorong oleh tekanan gas yang masih tersisa menjadi fragmen
batuan.
7. Rumus persamaan gelombang Longitudinal atau Primer adalah:
A V =
c
A c
2 2
2
2
p
C
t

dimana:
- C
p
= Kecepatan merambat gelombang Longitudinal pada medium
- G = Modulus batuan
- = Konstanta Lame
- = Density
-
|
|
.
|

\
| +

G 2

= C
p

- =
xx
+
yy
+
zz
= dilatasi atau perubahan volume
-
2
2
2
2
2
2
2
z y x
c
c
+
c
c
+
c
c
= V
8. Formula/rumus untuk menentukan besarnya tekanan yang ditimbulkan akibat
reaksi kimia suatu proses peladakan adalah sebagai berikut:
P = 4,18 x 10
-7
SGe Ve
2
/ (1 + 0,8 SGe)

dimana:
- P = Tekanan reaksi kimia, dalam kilobars (1 kilobars = 14.504 psi)
- SGe = Spesific Gravity dari bahan peledak
- Ve = Kecepatan ledakan, dalam ft/sec
9. Terdapat 2 (dua) jenis gelombang seismik yaitu:
a. Body waves yang merupakan gelombang yang merambat dan
melakukan penetrasi di dalam tubuh massa batuan.
b. Surface waves yang merupakan gelombang yang merambat sepanjang
permukaan dan tidak melakukan penetrasi ke dalam massa batuan.
Umumnya, surface waves memiliki energi yang lebih besar, lebih lambat
dan menghasilkan pergerakan yang lebih besar.



Modul Teori Peledakan 58
b. Tes Kinerja
1.
(a)





0 x

(b)





Perambatan gelombang longitudinal dalam sebuah batang adalah
merupakan perambatan energi satu dimensi yang paling sederhana (lihat
Gambar). Partikel dalam batang akan bergetar sebagai akibat dari pukulan
yang diberikan pada salah satu ujungnya. Besarnya pergeseran partikel yang
bergetar pada titik tertentu adalah merupakan fungsi waktu atau
x
(t). Untuk
mencari hubungan antara pergerakan partikel dengan tegangan yang timbul,
maka efek inersia dari gerakan partikel harus diperhitungkan.
2. Bilamana bahan peledak yang diisikan ke dalam lobang tembak diledakkan,
maka gas bertekanan tinggi yang dihasilkan dalam proses peledakan
tersebut akan menekan dinding lobang tembak dan menimbulkan gelombang
tekanan yang merambat ke badan batuan di sekitar lobang tembak tersebut.
Tegangan yang terjadi di daerah sekitar dinding lobang tembak dapat
melebihi kekuatan daripada batuan yang menyebabkan terjadinya
penggerusan batuan.
kawat
penggantung
Tekanan
Arah perambatan gelombang

x
(t)
dx
dMij
x

A
dx
x
xx
xx
) (
c
c
+
o
o

A
xx
o
Modul Teori Peledakan 59
DAFTAR PUSTAKA


1. Calvin J. Konya & Edward J. Walter;, Surface Blast Design, Prentice Hall,
Englewood Cliffs, New Jersey 07632, 1990.

2. William Hustrulid;, Blasting Principles for Open Pit Mining, Volume 2 -
Theoretical Foundations, A.A. Balkema/Rotterdam/Brookfield, 1999.

4. Dr. Ir. S. Koesnaryo, M.Sc. Rancangan Peledakan Batuan(Design of Rock
Blasting) ., Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Yogyakarta, 2001.

3. .;, Kamus Pertambangan Umum, Pusat Pengembangan dan
Penelitian Teknologi Mineral, 1997.

You might also like