Professional Documents
Culture Documents
Contoh 1: Panas yang dihasilkan Ammonium Nitrate dan Fuel Oil (ANFO)
Reaksi: 3N
2
H
4
O
3
+ CH
2
CO
2
+ 7H
2
O + 3N
2
(a) Perhitungan kalori panas:
3N
2
H
4
O
3
+ CH
2
= Reaktan
3(-87,3) + (-7) = Panas pembentukan reaktan
-268,9 Kcal = Q
r
CO
2
+ 7H
2
O + 3N
2
= Produkta
-94.1 + 7(-57,8) + 3(0) = Panas pembentukan produk
-498,7 Kcal = Q
p
Q
p
Q
r
= Q
e
(Panas peledakan)
-498,7 (-268,9) = -229,8 Kcal = Q
e
(b) Perhitungan berat molekul:
3N
2
H
4
O
3
+ CH
2
= 3(80,1 gr) + (14 gr) = 254,3 gr
(c) Panas peledakan (Kcal/Kg):
Contoh 2 : Panas yang dihasilkan oleh underfueled ANFO
Reaksi: 6N
2
H
4
O
3
+ CH
2
CO
2
+ 13H
2
O + 5N
2
+ NO+ NO
2
(a) Perhitungan kalori panas:
6N
2
H
4
O
3
+ CH
2
= Reaktan
6(-87,3) + (-7) = Panas formasi reaktan
-530.8 Kcal = Q
r
CO
2
+ 13H
2
O + 5N
2
+ NO+ NO
2
= Produkta
(-94.1)+ 13(-57,8) + 5(0) + (21.6)+ (8.1) = Panas formasi produkta
-815,8 Kcal = Q
p
Q
p
Q
r
= Q
e
(Panas peledakan)
-815,8 (-530.8) = -285 Kcal = Q
e
Modul Teori Peledakan 13
| | h/2) (2c o
BM
BA 100
OB
exp
O
+ =
Kg / Kcal 576,2
Kg
gr 1000
x
gr 494,6
Kcal 285
=
x
u
x
xx
c
c
= c
y
u
x
u
x
y
xy
c
c
+
c
c
=
(a) Hubungan tegangan-ekspansi digambarkan menjauhi titik pusat koordinat
sumbu dan ditentukan sebagai berikut:
Gambar 2.1. Sistem tegangan relatif yang bekerja pada sumbu Cartesian
(b) Hubungan komponen regangan-pergeseran digambarkan sebagai berikut:
(c) Penurunan persamaan untuk keseimbangan gaya pada suatu medium
dituliskankan sebagai berikut:
2. Perambatan energi dalam medium tak terhingga
Perhatikan elemen kecil dari medium yang berbentuk kubus dan sistem gaya-gaya
yang bekerja pada sisi-sisinya (lihat Gambar 2.2). Dengan penjumlahan gaya-
gaya yang bekerja pada arah 3 sumbu (X, Y dan Z) akan diperoleh sebagai
berikut:
(a) Ke arah sumbu X :
x
y
o
xx
o
yy
o
xy
Dua dimensi
o
xx
o
yy
o
yx
o
zy
o
zx
x
y
z
o
zz
o
yz
o
xz
o
xy
Tiga dimensi
) (
z xz y xy x xx x
t + + =
) (
z zy y yy x xy y
t + + =
) (
z zz y yz x xz z
t + + =
;
; dst. ;
0 =
c
c
+
c
c
+
c
c
X
z
xz
xy
xx
dst ;
Modul Teori Peledakan 25
dxdydz dxdy dxdy dz) ( X
z
xz
xz
xz
=
c
c
+
X
z
xz
xy
xx
=
c
c
+
c
c
+
c
c
2
2
dt
u
z
x xz
xy
xx
c
=
c
c
+
c
c
+
c
c
X
Y
Z
dz
dx
dy
xy
o
xx
o
xz
o
dx
x
xx
xx
c
c
+
dy
y
xy
xy
c
c
+
dz
z
xz
xz
c
c
+
X
x
u
2
2
dt
u
u X
x
x
c
= =
atau, (2.1)
Bila komponen gaya x pada medium adalah X per unit volume, maka dengan
menggunakan tegangan atau gaya dAlembert
x
u yang arahnya kebalikan
gaya x (Gambar 2.2), akan diperoleh persamaan keseimbangan tegangan ke
arah sumbu X sbb:
(2.2)
Dengan mensubstitusi persamaan (2.2) terhadap (2.1), maka keseimbangan
gaya pada sumbu X yang dinyatakan dalam parameter tegangan menjadi:
(2.3.a)
Gambar 2.2. Sistem tegangan yang bekerja pada satu unit kubus
(b) Ke arah sumbu Y dan Z :
Selanjutnya dengan menggunakan cara yang sama dengan penyelesaian
terhadap sumbu X di atas akan diperoleh gaya-gaya yang bekerja melalui
sumbu Y dan Z yang hasilnya terlihat pada persamaan (2.3.b) dan (2.3.c).
Modul Teori Peledakan 26
2
2
dt
u
z
z zz
yz
xz
c
=
c
c
+
c
c
+
c
c
2
2
dt
u
z
y yz yy xy
c
=
c
c
+
c
c
+
c
c
) 1 ( 2 v
E
G
+
=
2v) v)(1 (1
vE
+
=
zz yy xx
c c c + + = A
Pada medium yang bersifat elastis dan isotropis berlaku hukum Hookes, sehingga
akan diperoleh hubungan gaya dengan parameter elastisitas, yaitu E, G, dan v
yang masing-masing adalah Youngs modulus, Modulus rigidity (shear modulus)
dan Poissons ratio. Hubungannya adalah sebagai berikut:
diketahui: = Modulus geser (modulus rigidity)
= Konstanta Lame (Lames constant)
= Dilatasi atau perubahan volume
(volumetric strain)
Dimana: E = Modulus elastisitas (Youngs modulus)
v = Poissons ratio
Terdapat pula hubungan antara regangan dan rotasi dengan pergeseran sebagai
berikut:
(2.3.b)
(2.3.c)
(2.4.a)
(2.4.b)
(2.4.c)
;
;
xx xx
Gc o 2 + A =
xy yx xy
G o o = =
yy yy
Gc o 2 + A =
yz zy yz
G o o = =
zz zz
Gc o 2 + A = zx xz zx
G o o = =
;
x
u
x
xx
c
c
= c
|
|
.
|
\
|
c
c
+
c
c
=
y
u
x
u
x
y
xy
z
u
y
u
y
z
x
c
c
c
c
= = 2 ; ;
c
c
=
y
y
yy
|
|
.
|
\
|
c
c
+
c
c
=
z
x
y
z
yz
x
z
z
x
y
c
c
c
c
=
= 2
Modul Teori Peledakan 27
dimana
x
adalah rotasi pada sumbu x.
Dengan menggabungkan (4) dan (5) dengan (3a) diperoleh:
( )
x
x
x
G G
t
2
2
2
V
c
A c
+ =
c
c
.......................................................(6)
dengan (3b):
( )
y
y
y
G G
t
2
2
2
V
c
A c
+ =
c
c
.......................................................(7)
dengan (3c):
( )
z
z
z
G G
t
2
2
2
V
c
A c
+ =
c
c
.......................................................(8)
dimana:
2
2
2
2
2
2
2
z y x
c
c
+
c
c
+
c
c
= V
Bila, persamaan (6) didifrensiasi terhadap x,
persamaan (6) didifrensiasi terhadap y, dan
persamaan (6) didifrensiasi terhadap z,
kemudian dijumlahkan, maka akan diperoleh:
( ) A V + =
c
A c
2
2
2
2G
t
atau A V
|
|
.
|
\
| +
=
c
A c
2
2
2
2
G
t
Bila
|
|
.
|
\
| +
G 2
= C
p
, maka:
A V =
c
A c
2 2
2
2
p
C
t
................................................................................(9)
c
c
=
z
z
xx
|
|
.
|
\
|
c
c
+
c
c
=
x
z
z
x
zx
y
x
x
y
z
c
c
c
c
=
= 2
................................................................................(5)
Modul Teori Peledakan 28
Persamaan (9) adalah persamaan gelombang dimana C
p
sebagai kecepatan
merambat gelombang pada medium dengan karakteristik , G dan . Jenis
gelombang ini disebut gelombang Longitudinal atau Primer.
Bila: Persamaan (7) didefinisikan terhadap Z,
Persamaan (8) didefinisikan terhadap Y dan
kemudian dihilangkan faktor dengan cara pengurangan akan diperoleh
hubungan sebagai berikut:
|
|
.
|
\
|
c
c
c
c
V =
|
|
.
|
\
|
c
c
c
c
c
c
z
y
y
z
z
y
y
z
G
t
2
2
2
atau
x x
G
t
= =
2
2
2
V =
c
c
atau
x
x
G
t
=
=
2
2
2
V =
c
c
Bila
|
|
.
|
\
|
= C
s
, maka:
x x
Cs
t
= =
2
2
2
V =
c
c
..........................................................................(10)
Persamaan (10) adalah persamaan gelombang, dimana C
s
sebagai kecepatan
merambat gelombang pada medium dengan karakteristik G dan . Jenis
gelombang ini disebut gelombang Transversal atau Sekunder.
3. Perambatan Energi Dalam Medium Berhingga
Perambatan gelombang longitudinal dalam sebuah batang adalah merupakan
perambatan energi satu dimensi yang paling sederhana (lihat Gambar 2.3).
Partikel dalam batang akan bergetar sebagai akibat dari pukulan yang diberikan
pada salah satu ujungnya. Besarnya pergeseran partikel yang bergetar pada titik
tertentu adalah merupakan fungsi waktu atau
x
(t). Untuk mencari hubungan
antara pergerakan partikel dengan tegangan yang timbul, maka efek inersia dari
gerakan partikel harus diperhitungkan.
Modul Teori Peledakan 29
(a)
0 x
(b)
Gambar 2.3. Perambatan gelombang longitudinal dalam sebuah batang
Elemen batang dengan massa dM akan mengalami percepatan sebesar
x
(t).
Dengan adanya pergeseran akan timbul gaya dAlembert yang berlawanan arah
dengan arah gerakan, sehingga terjadi keseimbangan dari dari gaya-gaya sebagai
berikut:
dimana A = luas penampang batang, karena dM = A dx dan
( )
2
2
x
x
xx
x x
xx
E E
c
c
=
c
=
c
c o o
, maka:
persamaan (11) menjadi:
2
2
2
2
x
x x
E
t c
c
=
c
c
.........................................................................(12)
Persamaan (12) adalah persamaan gelombang dengan
E
C
B
=
2
, dimana C
B
sebagai kecepatan merambat gelombang di sepanjang batang tersebut.
Solusi umum daripada persamaan (12) adalah:
( ) ( ) t C x f t C x f
B B x
+ + =
2 1
........................................................(13)
Kawat
Penggantung
Tekanan
Arah perambatan gelombang
x
(t)
dx
dMij
x
A dx
x
xx
xx
) (
c
c
+
o
o
A
xx
o
...............................................(11)
0 =
|
|
.
|
\
|
c
c
+ A dx dM A
x
xx
xx ijx xx
o
o o
Modul Teori Peledakan 30
dimana f
1
dan f
2
adalah fungsi-fungsi yang bentuknya tergantung kepada kondisi
permulaan. Dengan mudah dapat dibuktikan bahwa persamaan (13) akan
memenuhi persamaan (12) dengan cara mendifferensiasi dua kali.
Suku dengan argumen (x C
B
t) dalam persamaan (13) adalah gelombang yang
merambat ke arah sumbu positif koordinat atau disebut dengan istilah gelombang
berjalan maju. Sedangkan suku dengan argumen (x + C
B
t) adalah gelombang
yang merambat ke arah sumbu negatif koordinat atau disebut dengan istilah
gelombang berjalan mundur. Karena sistem adalah linier mak masing-masing
fungsi f
1
dan f
2
adalah juga solusi daripada persamaan (12). Juga setiap
kombinasi linier dari f
1
dan f
2
masih memenuhi sistem persamaan tersebut.
Pada waktu gelombang merambat sepanjang batang yang dinyatakan dengan
persamaan (13), setiap partikel dari batang akan melakukan gerakan berpindah
dari posisi keseimbangannya.
Kecepatan gerak (v) dari partikel akan disertai dengan tegangan (
xx
). Dari Hukum
Hooke, hubungan tegangan dengan regangan adalah:
x
x
xx xx
E E
c
c
= =
o
atau (dari persamaan 13):
( ) ( ) | | t C x f t C x f E
B B xx
+ + = ' '
2 1
o ..............................................(14)
Kecepatan gerak partikel didefinisikan sebagai:
t
v
x
c
c
= =
Dari persamaan (13):
( ) ( ) ( ) t C x f C t C x f C v
B B B B
+ + = ' '
2 1
...........................................(15)
Untuk gelombang berjalan maju dari persamaan (14) dan (15):
B
xx xx
B
C E
C v
o o
= =
atau
v C
B xx
o =
................................................................................(16)
Modul Teori Peledakan 31
Persamaan (16) menyatakan bahwa tegangan yang timbul dengan adanya
gelombang yang merambat adalah sebanding dengan besarnya kecepatan gerak
partikel. Besarnya
B
C dalam persamaan (16) disebut sebagai impedansi spesifik
daripada medium.
Hal penting yang berhubungan dengan peledakan dapat dipelajari dari
perambatan gelombang pada batang majemuk seperti diperlihatkan dalam
gambar 2.4. Batang terdiri dari dua jenis material yang diberi dengan tanda 1 dan
2 yang disambung secara kokoh. Gelombang yang merambat pada material 1
menuju material 2 akan membentur bidang batas, sebagian diteruskan pada
material 2 dan sebagian dipantulkan kembali dan merambat pada material 1.
Bagaimanakah perbandingan tegangan yang diteruskan dan dipantulkan?
1
1
B
C
2
2
B
C
Gambar 2.4. Perambatan gelombang pada batang majemuk
Bila perbandingan impedensi spesifik disebut n, maka:
1 1
2 2
1 1
2 2
C
C
C
C
n
B
B
=
|
|
.
|
\
|
= ....................................................................(17)
Syarat kesinambungan pada bidang batas menghasilkan kondisi sebagai berikut:
t r
o o o = +
0
.................................................................................(18)
t r
v v v = +
0
..................................................................................(19)
Dari hubungan v C
B xx
o = untuk gelombang yang merambat ke kanan dan
v C
B xx
o = untuk gelombang yang merambat ke kiri, persamaan (19) menjadi:
0
.v
0
t
.v
t
t
.v
t
Bidang batas
material 1 dan 2
1 2
Modul Teori Peledakan 32
2 2 1 1 1 1
0
C C C
t r
o
=
dan dari persamaan (18),
Dengan penggabungan akan diperoleh:
0
1
1
o o
|
.
|
\
|
+
=
n
n
r
..............................................................................(20)
dan
0
1
2
o o
|
.
|
\
|
+
=
n
n
t
..............................................................................(21)
Untuk kecepatan gerak partikel diperoleh hubungan sebagai berikut:
0
1
1
V
n
n
V
r
|
.
|
\
|
+
= ...............................................................................(22)
0
1
2
V
n
n
V
t
|
.
|
\
|
+
= ...............................................................................(23)
Umpamakan
0
o adalah kompressi,
1. Bila n > 1, maka gelombang yang dipantulkan juga kompressi.
2. Bila n < 1, maka gelombang yang dipantulkan menjadi tarikan (tensile).
Jadi gelombang kompressi dapat berubah menjadi gelombang tarikan sebagai
akibat dari peristiwa pemantulan yang terjadi didalam medium yang merambatkan
gelombang. Batuan adalah material yang mempunyai kekuatan tarik rendah dan
tidak kuat terhadap tegangan tarik.
Suatu keadaan khusus adalah peristiwa yang terjadi pada sebuah batang dengan
ujung bebas atau sebuah batang majemuk dengan
2
= C
2
= 0. Dalam hal ini
perbandingan impendansi spesifik menjadi nol (n = 0). Persamaan (20) dan (22)
menjadi:
0
o o =
r
.........................................................................................(24)
0
v v
r
=
..........................................................................................(25)
Jadi pulsa kompressi akan dipantulkan seluruhnya menjadi pulsa tarikan dan arah
gerakan partikel sesuai dengan arah gerakan yang disebabkan oleh pulsa yang
masuk.Berobahnya tegangan kompressi menjadi tegangan tarik sebagai akibat
pemantulan pada suatu bidang bebas memegang peranan yang sangat penting
2 2
0
1 1 1 1
0
C C C
r r
o o
o +
=
Modul Teori Peledakan 33
X
Y
Z
dz
dx
dy
xy
o
xx
o
xz
o
dx
x
xx
xx
c
c
+
dy
y
xy
xy
c
c
+
dz
z
xz
xz
c
c
+
X
x
u
+
c
c
+ +
c
c
+ dxdz dxdz dy) ( dydz dydz dx) (
xy
xy
xy xx
xx
xx
y
xz
xz
xz
=
c
c
+
X
z
xz
xy
xx
=
c
c
+
c
c
+
c
c
dalam proses peledakan batuan. Inilah sebabnya mengapa selalu harus ada
bidang bebas di dekat lubang tembak dalam operasi peledakan.
C. Rangkuman
1. Elemen kecil dari medium yang berbentuk kubus dan sistem gaya-gaya yang
bekerja pada sisi-sisinya adalah sebagai berikut:
Arah sumbu X:
atau,
Hal yang serupa untuk arah sumbu Y dan Z.
2. Persamaan A V =
c
A c
2 2
2
2
p
C
t
adalah persamaan gelombang dimana C
p
sebagai
kecepatan merambat gelombang pada medium dengan karakteristik , G dan
. Jenis gelombang ini disebut gelombang Longitudinal atau Primer.
3. Persamaan
x x
Cs
t
= =
2
2
2
V =
c
c
adalah persamaan gelombang, dimana C
s
sebagai kecepatan merambat gelombang pada medium dengan karakteristik
Modul Teori Peledakan 34
G dan . Jenis gelombang ini disebut gelombang transversal atau
sekunder.
4. Persamaan
2
2
2
2
x
x x
E
t c
c
=
c
c
E
C
B
=
2
, dimana C
B
sebagai kecepatan merambat gelombang di sepanjang
batang.
5. Hal penting yang berhubungan dengan peledakan dapat dipelajari dari
perambatan gelombang pada batang majemuk. Batang terdiri dari dua jenis
material yang diberi dengan tanda 1 dan 2 yang disambung secara kokoh.
Gelombang yang merambat pada material 1 menuju material 2 akan
membentur bidang batas, sebagian diteruskan pada material 2 dan sebagian
dipantulkan kembali dan merambat pada material 1. Maka perbandingan
tegangan yang diteruskan dan dipantulkan adalah sebagai berikut:
1
1
B
C
2
2
B
C
Bila perbandingan impedensi spesifik disebut n, maka:
1 1
2 2
1 1
2 2
C
C
C
C
n
B
B
=
|
|
.
|
\
|
=
Hubungan kecepatan gerak partikel diperoleh sebagai berikut:
0
1
1
V
n
n
V
r
|
.
|
\
|
+
=
0
1
2
V
n
n
V
t
|
.
|
\
|
+
=
Umpamakan
0
o adalah kompressi,
- Bila n > 1, maka gelombang yang dipantulkan juga kompressi.
0
.v
0
t
.v
t
t
.v
t
Bidang batas
material 1 dan 2
1 2
Modul Teori Peledakan 35
- Bila n < 1, maka gelombang yang dipantulkan menjadi tarikan (tensile).
D. Evaluasi
1. Sebutkan rumus persamaan gelombang Longitudinal atau Primer yang anda
ketahui?
2. Sebutkan rumus persamaan gelombang Transversal atau Sekunder yang
anda ketahui?
3. Sebutkan dan jelaskan dengan menggunakan gambar tentang perambatan
gelombang longitudinal dalam sebuah batang?
Modul Teori Peledakan 36
A. Tujuan Khusus Pembelajaran
Setelah mempelajari materi Pembelajaran 3 ini, peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan masalah teori mekanisme pecahnya batuan akibat suatu
peledakan, baik dilihat dari teori refleksi, teori ekspansi gas, frexural rupture,
gelombang stress, dan teori torque serta melalui teori kawah (Crater).
2. Menjelaskan masalah pembebanan, baik dilihat dari teori pembebanan
dinamis, pembebanan semi statis, dan proses pelepasan beban.
3. Menjelaskan teori peranan bidang bebas (free face) pada suatu proses
peledakan batuan.
B. Uraian Materi
1. Mekanisme pecahnya batuan
Bilamana bahan peledak yang diisikan ke dalam lubang tembak diledakkan, maka
gas bertekanan tinggi yang dihasilkan dalam proses peledakan tersebut akan
menekan dinding lubang tembak dan menimbulkan gelombang tekanan yang
merambat ke badan batuan di sekitar lubang tembak tersebut.
Tegangan yang terjadi di daerah sekitar dinding lubang tembak dapat melebihi
kekuatan batuan sehingga menyebabkan terjadinya penggerusan batuan. Karena
tegangan menurun dengan jarak dari lubang tembak, maka perilaku mekanisme
batuan akan bervariasi dan terjadi perubahan plastis ke elastis. Ke arah luar dari
daerah penggerusan dimana kekuatan batuan dilampaui oleh tegangan akan
mengalami rekahan radial akibat tegangan tarik tangensial (hoop stress). Rekahan
radial ini akan terus berkembang secara radial selama tegangan tarik tangensial
ini melampaui kuat tarik batuan pada ujung rekahan.
Pembelajaran
Modul Teori Peledakan 37
Pada kondisi batuan yang sebenarnya pembentukan rekahan ini akan dipengaruhi
oleh kondisi batuan seperti anisotropi, tingkat keretakan awal, dan distribusi
tegangan awal.
Fenomena-fenomena mekanisme pecahnya batuan akibat proses peledakan ini,
dapat dilihat pada teori-teori di bawah ini:
a. Teori refleksi (reflection theory)
Konsep ini didasarkan pada kenyataan bahwa massa batuan mempunyai
resistansi yang lebih kecil terhadap tegangan tarik (tensile stress) daripada
tegangan tekan (compressive stress). Pulsa regangan tekan (compressive
strain) yang dihasilkan oleh detonasi bahan peledak akan dipantulkan oleh
permukaan bebas (free surface) sebagai pulsa strain wave yang bergerak
kembali ke arah semula. Perubahan ini menyebabkan batuan yang rentan
terhadap gaya tarik mengalami kerusakan pada bagian face dalam bentuk
spalling
Gambar 3.1. Teori refleksi (reflection theory)
b. Teori ekspansi gas (gas expansion theory)
Teori ini didasarkan atas perubahan tekanan yang bekerja pada dinding
lubang tembak menjadi setengah dari tekanan detonasi karena adanya
pengembangan (ekspansi) dari lubang tembak tersebut. Tekanan ini akan
Modul Teori Peledakan 38
berpropagasi keluar dari lubang tembak ke dalam massa batuan sebagai
gelombang kejut (shock wave). Material yang berada diantara lubang tembak
dan shock wave front akan terkompresikan dan bergerak secara elastis atau
plastis, bergantung pada tekanan dan strength batuan, yang mengakibatkan
beberapa crack radial terbentuk di dekat dinding lubang tembak. Tekanan
gas (gas pressure) kemudian mengisi, memperbesar, dan memperpanjang
crack-crack tersebut, sehingga mencapai permukaan bebas dan batuan
mengalami pergerakan (displacement).
Gambar 3.2. Teori ekspansi gas (gas expansion theory)
c. Flexural rupture
Teori pemecahan batuan melalui flexural rupture analog dengan proses
pematahan lempeng (beam bending). Tingkat fragmentasi dikontrol oleh
tekanan gas dan karakteristik kekakuan massa batuan burden, yang
bergantung pada kontrol terhadap pergerakan, Modulus Young batuan, dan
bentuk geometrik blok yang mengalami rekahan radial yang dinyatakan oleh
rata-rata ketebalan, lebar, dan panjangnya yang identik dengan burden,
spacing, dan tinggi bench. Menurut Garry B. Hemphill (Blasting Operation,
1981) flexural rupture yang mantap dengan tingkat fragmentasi yang
Modul Teori Peledakan 39
maksimum dan overbreak yang minimum diperoleh pada rasio burden
terhadap tinggi bench yang mencapai nilai kritis 1 : 3.
Gambar 3.3. Teori runtuhan (flexural rupture)
d. Gelombang Tegangan (stress wave)
Teori ini memperlihatkan pentingnya gelombang stress dalam proses
fragmentasi dan menyebabkan sejumlah besar inisiasi crack pada daerah
yang agak jauh dari lubang tembak. Daerah-daerah tersebut terdiri dari flaw
(cacat) yang besar maupun kecil, bidang-bidang perlapisan, dan bidang
diskontinuitas lainnya yang berperan sebagai nuclei untuk formasi crack,
pengembangan, dan penambahannya. Sehingga teori ini juga disebut
sebagai Flaw Theory atau Nuclei Wave.
Modul Teori Peledakan 40
Gambar 3.4. Teori gelombang tegangan
e. Teori torque (torque theory)
Keberhasilan teori ini sepenuhnya bergantung pada ketepatan pengaturan
waktu dari initiator. Bila dua buah explossive column yang berdekatan
diinisiasi secara simultan dari arah yang berlawanan, akan terbentuk suatu
compressional shock wave dari masing-masing kolom yang merambat
paralel tetapi dengan arah yang berlawanan. Cara ini cocok digunakan untuk
menentukan fragmentasi yang seragam dan menghindari muckpile yang sulit.
Gambar 3.5. Teori torsi (torque theory)
f. Teori kawah (cratering theory)
Teori ini berlaku untuk muatan dengan rasio panjang terhadap diameter yang
lebih dari atau sama dengan 6 : 1, didetonasi pada jarak yang ditentukan
secara empiris di bawah permukaan untuk mengoptimasi volume terbesar
dari material yang terfragmentasi secara permanen antara muatan dan free
face. Terdapat faktor konstan antara jarak burden kritis dan akar pangkat tiga
Modul Teori Peledakan 41
dari bahan peledak yang disebut Strain Energy Factor (E). Nilai E tersebut
merupakan suatu tetapan untuk kombinasi batuan bahan peledak tertentu.
Gambar 3.6. Teori kawah (Cratering theory)
2. Pembebanan pada peledakan
Besar tekanan yang terbentuk di sepanjang dinding lubang tembak sekitar
setengah tekanan detonasi bahan peledak. Gelombang tekan menyebabkan
terjadinya peremukan atau penggerusan di sekitar lubang tembak. Ke arah luar
dari daerah peremukan dimana kekuatan batuan terlampaui oleh tegangan
detonasi akan terjadi rekahan radial akibat tegangan tarik tangensial (hoop stress)
yang diderita batuan. Rekahan radial ini akan terus berkembang secara radial
selama tegangan tarik tangensial melampaui kuat tarik batuan pada ujung
rekahan. Pembentukan rekahan dipengaruhi oleh kondisi batuan, antara lain oleh
anisotropi, tingkat retakan awal, dan distribusi tegangan awal.
a). Detonation
Hancurnya batuan sekeliling
isian mencapai permukaan
b). Pemantualan tekanan gelombang
pada permukaan terjadi
tekanan ke permukaan
c). Ekspansi gas
dan percepatan
d). Semburan gas dan pelepasan
material
Modul Teori Peledakan 42
Selama gelombang merambat sampai menemukan bidang diskontinu atau bidang
bebas, batuan akan mengalami pembebanan mekanis sehingga akan terjadi
variasi perilaku dari deformasi plastis ke elastis. Fase-fase pembebanan yang
dialami batuan adalah pembebanan dinamis, pembebanan quasi-statis atau semi-
statis, dan pelepasan beban. Evolusi pembentukan pola retakan pada setiap fase
dapat dilihat pada Gambar 3.7 berikut ini.
Gambar 3.7. Tahapan proses penghancuran batuan akibat peledakan
a. Pembebanan dinamis
Daerah yang terpengaruh oleh pembebanan reaksi peledakan dapat dibagi
dalam 3 (tiga) zona, yaitu zona kejut, zona transisi, dan zona elastis. Di
sekitar dinding lubang tembak akan timbul gelombang kejut sebagai akibat
dari tegangan dengan intensitas yang tinggi dari proses detonasi bahan
tembak. Pada zona kejut ini sifat mekanis batuan diibaratkan sebagai benda
padat yang kental. Gelombang kejut menyebabkan batuan mengalami
peremukan atau retakan yang hebat. Luas zona kejut ini dapat mencapai
radius dua kali radius lubang tembak.
Daerah di luar zona kejut disebut zona transisi. Pada zona ini akan terbentuk
retakan baru yang berkembang secara radial. Pembentukan retakan
menghabiskan energi sehingga energi gelombang menjadi berkurang
intensitasnya. Radius dari zona transisi ini bisa mencapai 4 sampai 6 kali
radius lubang tembak.
Modul Teori Peledakan 43
Pada zona transisi intensitas tegangan akan menurun sampai ketingkat
dimana batuan hanya bersikap elastis, sehingga daerah ini disebut zona
elastis. Penyebaran atau perpanjangan rekahan pada zona ini hanyalah
merupakan perpanjangan dari rekahan terpanjang dari zona transisi.
Perpanjangan rekahan ini diperkirakan sembilan kali radius lubang tembak.
b. Pembebanan quasi-statis (semi-statis)
Tekanan gas yang sangat tinggi di dalam lubang tembak akan menimbulkan
tegangan semi-statis di sekitar lubang tembak tersebut. Selain itu, gas
bertekanan sangat tinggi tersebut akan mengalir ke dalam rekahan yang
dibentuk pada waktu pembebanan dinamis dan menghasilkan aksi baji,
sehingga rekahan bertambah panjang.
c. Pelepasan Beban
Pada waktu batuan bergerak, beban akan terlepas dan menimbulkan
tegangan tarik pada massa batuan yang sedang bergerak, sehingga terjadi
pemisahan lanjutan. Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa tegangan
tarik yang dominan terjadi di daerah permukaan kerja atau bidang bebas dan
membentuk rekahan lebar, kemudian didorong oleh tekanan gas yang masih
tersisa menjadi fragmen batuan.
3. Peranan bidang bebas (free face)
Bilamana lubang tembak berdekatan letaknya dengan bidang bebas, maka pola
rekahan akan sangat dipengaruhi oleh adanya bidang bebas ini. Hal ini
disebabkan oleh karena gelombang kompresi yang merambat secara radial dari
lubang tembak akan dipantulkan kembali sebagai gelombang tarik pada waktu
mencapai bidang bebas. Geometri proses pemantulan ini diperlihatkan pada
Gambar 3.2 berikut ini.
Modul Teori Peledakan 44
Gambar 3.8. Perbandingan antara lubang tegak dan miring
Modul Teori Peledakan 45
Gelombang tarik yang dipantulkan seolah-olah berasal dari bayangan lubang
tembak dimana bidang bebas sebagai cerminnya. Gelombang tarik ini akan
merambat kembali menuju lubang tembak. Selain dapat menimbulkan rekahan
pada bidang bebas, juga dapat mempengaruhi medan tegangan di sekitar lubang
tembak dan merubah pola penyebaran rekahan (lihat Gambar 3.2). Ilustrasi di
atas menunjukkan bahwa peledakan harus selalu mengarah ke bidang bebas
untuk batuan dapat mengembang secara bebas.
Gambar 3.9. Peledakan di sekitar lubang tembak
Pada peledakan sistem jenjang, selalu tersedia paling sedikit satu bidang bebas
yang sejajar dengan lubang tembak yang terbentuk oleh peledakan sebelumnya.
Dalam peledakan terowongan tidak ada bidang bebas yang sejajar dengan lubang
tembak karena lubang-lubang tembaknya dibor searah dengan sumbu
terowongan. Dengan demikian, langkah yang pertama dilakukan pada peledakan
dalam terowongan adalah membuat suatu cut yang berfungsi menjadi bidang
bebas bagi lubang-lubang tembak yang meledak selanjutnya setelah cut
diledakkan.
C. Rangkuman
1. Fenomena mekanisme pecahnya batuan akibat proses peledakan ini, dapat
dilihat pada teori-teori:
- Teori Refleksi (Reflection Theory)
Modul Teori Peledakan 46
- Teori Ekspansi gas (Gas Expansion Theory)
- Frexural Rupture
- Gelombang Stress (Stress Wave)
- Teori Torque (Torque Theory)
- Teori Kawah (Cratering Theory)
2. Pembentukan rekahan akibat proses peledakan dipengaruhi oleh kondisi
batuan, antara lain oleh anisotropi, tingkat retakan awal, dan distribusi
tegangan awal.
3. Fase-fase pembebanan yang dialami batuan dalam proses peledakan adalah
pembebanan dinamis, pembebanan quasi-statis atau semi-statis, dan
pelepasan beban.
4. Peranan bidang bebas (free face), antara lain adalah:
- Menimbulkan rekahan pada bidang bebas
- Mempengaruhi pola rekahan
- Mempengaruhi medan tegangan di sekitar lubang tembak
5. Dalam peledakan terowongan tidak ada bidang bebas yang sejajar dengan
lubang tembak karena lubang-lubang tembaknya dibor searah dengan
sumbu terowongan. Sebagai penggantinya dibuat suatu cut yang berfungsi
menjadi bidang bebas bagi lubang-lubang tembak yang meledak selanjutnya
setelah cut diledakkan.
D. Evaluasi
1. Coba jelaskan apa yang akan terjadi pada batuan bilamana bahan peledak
yang diisikan ke dalam lubang tembak kemudian diledakkan?
2. Fenomena apa saja yang akan terjadi saat mekanisme pecahnya batuan
akibat proses peledakan yang anda ketahui?
3. Sebutkan dan jelaskan secara rinci pembebanan-pembebanan yang terjadi
terhadap batuan saat dilakukan peledakan?
4. Sebutkan dan jelaskan peranan bidang bebas (free face) yang anda ketahui?
Modul Teori Peledakan 47
III. EVALUASI AKHIR
A. Tes Objektif
1. Apa latar belakangnya kita harus mempelajari Teori Peledakan untuk para
pengelola peledakan bahan galian?
2. Sebutkan tujuan umum dari pembelajaran Teori Peledakan yang anda
ketahui?
3. Apa yang dimaksud dengan bahan peledak yang anda ketahui?
4. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis energi yang dihasilkan dari proses
peledakan bahan galian yang berguna dan terpakai (work energy)?
5. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis energi terbuang (waste energy) yang
umumnya sebagai energi tak berguna (sampah) dalam proses peledakan?
6. Fenomena-fenomena apa saja yang akan terjadi saat mekanisme pecahnya
batuan akibat proses peledakan yang anda ketahui?
7. Sebutkan dan jelaskan dengan rinci pembebanan-pembebanan yang terjadi
terhadap batuan saat dilakukan peledakan pada batuan tersebut?
8. Sebutkan rumus persamaan gelombang Longitudinal atau Primer yang anda
ketahui?
9. Tentukan formula/rumus untuk mengukur besarnya tekanan yang ditimbulkan
akibat reaksi kimia suatu proses peladakan?
10. Terdapat 2 (dua) jenis gelombang seismik yang terjadi akibat peledakan,
sebutkan dan jelaskan?
B. Tes Kinerja
1. Sebutkan dan jelaskan dengan menggunakan gambar tentang perambatan
gelombang longitudinal dalam sebuah batang?
2. Coba jelaskan apa yang akan terjadi pada batuan bilamana bahan peledak
yang diisikan ke dalam lobang tembak kemudian diledakkan?
Modul Teori Peledakan 48
KUNCI JAWABAN
A. Kunci Jawaban Pembelajaran 1
1. Reaksi yang terjadi pada bahan peledak kimia, yaitu:
- Detonation, menunjukkan reaksi kimia yang terjadi pada bahan peledak
dengan kecepatan yang lebih cepat daripada kecepatan suara dan
menyebabkan shattering effects.
- Deflageration, menunjukkan reaksi kimia yang lebih lambat daripada
kecepatan suara dan menyebabkan heaving effects.
2. Ada 2 (dua) jenis energi yang dihasilkan dari proses peledakan bahan galian
yang berguna dan terpakai (work energy), yaitu:
- Energi kejut (shock energy), adalah energi yang ditransmisikan terhadap
batuan sebagai akibat dari tekanan detonasi bahan peledak. Energi kejut
ini memiliki tekanan yang jauh lebih besar dari energi gas walaupun
hanya mampu bertahan dalam interval waktu yang sangat singkat. High
Explosives dapat memproduksi energi kejut sebesar 15% dari total energi
terpakai.
- Energi gas (gas energy), adalah energi yang dilepaskan selama proses
detonasi yang menyebabkan mayoritas pemecahan batuan pada proses
peledakan dengan lubang tembak terkurung (confined blasthole). Low
Explosives umumnya hanya memproduksi energi gas (gas energy/gas
pressure) selama proses detonasi, sedangkan High Explosives dapat
memproduksi energi gas sebesar 85% dari total energi terpakai.
3. Formula/rumus untuk menentukan besarnya tekanan yang ditimbulkan akibat
reaksi kimia suatu proses peladakan adalah sebagai berikut:
P = 4,18 x 10
-7
SGe Ve
2
/ (1 + 0,8 SGe)
dimana:
- P = Tekanan reaksi kimia, dalam kilobars (1 kilobars = 14.504 psi)
- SGe = Spesifik Graviti dari bahan peledak
- Ve = Kecepatan ledakan, dalam ft/sec
Modul Teori Peledakan 49
4. Jenis-jenis energi terbuang (waste energy) yang umumnya sebagai energi
tak berguna (sampah) dalam proses peledakan adalah:
- Energi panas, merupakan akibat adanya reaksi kimia yang terjadi pada
bahan peledak bersifat eksoterm, sehingga dihasilkan panas temperature
pada jumlah tertentu.
- Energi sinar/cahaya, adalah merupakan salah satu produk yang
dihasilkan dari reaksi kimia bahan peledak pada saat
dinyalakan/diledakkan. Kontribusi energi untuk menimbulkan kilatan sinar/
cahaya ini relatif kecil.
- Energi suara, hampir semua peristiwa peledakan menghasilkan suara,
kontribusi energi peledakan untuk menimbulkan suara jumlahnya cukup
besar. Pada keadaan normal, suara peledakan dapat mencapai 140 dB
yang merupakan batas ambang peledakan yang tidak menimbulkan
kerusakan material (aman bagi infrastruktur, peralatan, dan lain-lain).
- Energi seismik, menghasilkan gelombang yang merupakan transmisi
energi melalui massa batuan yang solid.
5. Terdapat 2 (dua) jenis gelombang seismik yaitu:
- Body waves yang merupakan gelombang yang merambat dan melakukan
penetrasi di dalam tubuh massa batuan.
- Surface waves yang merupakan gelombang yang merambat sepanjang
permukaan dan tidak melakukan penetrasi ke dalam massa batuan.
Umumnya, surface waves memiliki energi yang lebih besar, lebih lambat
dan menghasilkan pergerakan yang lebih besar.
6. Panas yang dihasilkan ANFO ditambah Alumunium yang reaksinya
berikutnya: 4,5N
2
H
4
O
3
+ CH
2
+ AL 4,5 N
2
+10H
2
O + CO
2
+ 0,5 AL
2
O
3
(a) Perhitungan kalori panas
4,5N
2
H
4
O
3
+ CH
2
+ AL = Reaktan
4,5(-87,3) + (-7) + (0) = Panas pembentukan reaktan
-399,85 Kcal = Q
r
4,5 N
2
+10H
2
O + CO
2
+ 0,5 AL
2
O
3
= Produkta
4,5 (0)+ 10(-57,8) + (-94,1) + 0,5(-399,1) = Panas pembentukan produk
-871,65 Kcal = Q
p
Modul Teori Peledakan 50
Kg / Kcal 1175,24
Kg
gr 1000
x
gr 401,45
Kcal 471,8
=
Q
p
Q
r
= Q
e
(Panas peledakan)
-871,65 (-399,85) = -471,8 Kcal = Q
e
(b) Perhitungan berat molekul
4,5N
2
H
4
O
3
+ CH
2
+ AL = 4,5(80,1 gr) + 14 gr + 27 gr = 401,45 gr
(c) Panas peledakan (Kcal / Kg)
7. Bahan peledak diramu dari campuran bahan-bahan di bawah ini:
Evaluasi oleh Saudara apakah hasilnya zero oxygen balance?
Bahan % c h n o oCa oNa
NG 20 0,264 0,440 0,264 0,790 -- --
TNT 15 0,462 0,330 0,198 0,396 -- --
AN 55 -- 2,748 1,374 2,061 -- --
SG 10 0,417 0,630 -- 0,214 -- --
Total 100 1,143 4,148 1,836 3,523 0,000 0,000
Selanjutnya dengan memakai persamaan (1.7), maka OB dapat ditentukan
sebagai berikut:
OB = (o ) 2c h / 2
OB = 3,523 2,286 (4,148)
OB = 3,523 4,360 = 0,837 gram atom/100 gram campuran
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa campuran tersebut underoxidized dan
akan menghasilkan sejumlah gas CO.
8. Campuran bahan peledak AN, NG dan SG akan menghasilkan produk N2,
CO2, dan H2O, persamaan umumnya:
11 NH
4
NO
3
+ 2 C
3
H
5
(NO
3
)
3
+ C
6
H
10
O
5
12 CO
2
+ 32 H
2
O + 14 N
2
Substitusikan berat molekul masing-masing senyawa:
Nitroglycerin (NG) = 20%
Trinitrotoluene (TNT) = 15%
Ammonium Nitrate (AN) = 55%
SG pulp (SG) = 10%
Total = 100%
Modul Teori Peledakan 51
11(80) + 2(227) + 1(162) = 12(44) + 32(18) + 14(28)
880 + 454 + 162 = 528 + 576 + 392
1496 g = 1496 g (zero oxygen balanced)
Prosentase berat masing-masing senyawa adalah:
AN = NH
4
NO
3
= (880 / 1496) x 100 = 58,80%
NG = C
3
H
5
(NO
3
)
3
= (454 / 1496) x 100 = 30,40%
SG = C
6
H
10
O
5
= (162 / 1496) x 100 = 10,80%
B. Kunci Jawaban Pembelajaran 2
1. Rumus persamaan gelombang Longitudinal atau Primer adalah:
A V =
c
A c
2 2
2
2
p
C
t
dimana:
- C
p
= Kecepatan merambat gelombang Longitudinal pada medium
- G = Modulus batuan
- = Konstanta Lame
- = Density
-
|
|
.
|
\
| +
G 2
= C
p
- =
xx
+
yy
+
zz
= dilatasi atau perubahan volume
-
2
2
2
2
2
2
2
z y x
c
c
+
c
c
+
c
c
= V
2. Rumus persamaan gelombang Transversal atau Sekunder adalah:
x x
Cs
t
= =
2
2
2
V =
c
c
dimana:
- C
s
= Kecepatan merambat gelombang Transversal pada
medium
- G = Modulus batuan
-
x
adalah rotasi pada sumbu x.
-
|
|
.
|
\
|
= C
s
Modul Teori Peledakan 52
- = Density
-
2
2
2
2
2
2
2
z y x
c
c
+
c
c
+
c
c
= V
3. Perambatan gelombang longitudinal dalam sebuah batang adalah
merupakan perambatan energi satu dimensi yang paling sederhana (lihat
Gambar). Partikel dalam batang akan bergetar sebagai akibat dari pukulan
yang diberikan pada salah satu ujungnya. Besarnya pergeseran partikel yang
bergetar pada titik tertentu adalah merupakan fungsi waktu atau
x
(t). Untuk
mencari hubungan antara pergerakan partikel dengan tegangan yang timbul,
maka efek inersia dari gerakan partikel harus diperhitungkan.
(a)
0 x
(b)
C. Kunci Jawaban Pembelajaran 3
1. Bilamana bahan peledak yang diisikan ke dalam lubang tembak diledakkan,
maka gas bertekanan tinggi yang dihasilkan dalam proses peledakan
tersebut akan menekan dinding lubang tembak dan menimbulkan gelombang
tekanan yang merambat ke badan batuan di sekitar lubang tembak tersebut.
Tegangan yang terjadi di daerah sekitar dinding lubang tembak dapat
melebihi kekuatan daripada batuan yang menyebabkan terjadinya
penggerusan batuan.
kawat
penggantung
Tekanan
Arah perambatan gelombang
x
(t)
dx
dMij
x
A dx
x
xx
xx
) (
c
c
+
o
o
A
xx
o
Modul Teori Peledakan 53
2. Fenomena-fenomena yang akan terjadi saat mekanisme pecahnya batuan
akibat proses peledakan, dapat dilihat pada teori-teori:
a. Teori Refleksi (Reflection Theory)
b. Teori Ekspansi gas (Gas Expansion Theory)
c. Frexural Rupture
d. Gelombang Stress (Stress Wave)
e. Teori Torque (Torque Theory)
f. Teori Kawah (Cratering Theory)
3. Pembebanan-pembebanan yang terjadi terhadap batuan saat dilakukan
peledakan pada batuan tersebut, adalah:
a. Pembebanan Dinamis, akan terjadi reaksi peledakan yang dibagi dalam
3 (tiga) zona, yaitu zona kejut, zona transisi, dan zona elastis.
1) Pada zona kejut, akan terjadi gelombang kejut yang menyebabkan
batuan mengalami peremukan atau retakan yang hebat. Luas zona
kejut ini dapat mencapai radius dua kali radius lubang tembak.
2) Pada zona transisi, akan terbentuk retakan baru yang berkembang
secara radial. Pembentukan retakan menghabiskan energi
sehingga energi gelombang menjadi berkurang intensitasnya.
Radius dari zona transisi ini bisa mencapai 4 sampai 6 kali radius
lubang tembak.
3) Pada zona elastis, dimana penyebaran atau perpanjangan rekahan
pada zona ini hanyalah merupakan perpanjangan dari rekahan
terpanjang dari zona transisi. Perpanjangan rekahan ini hanya
sampai kira-kira 9 kali radius lubang tembak.
b. Pembebanan Quasi-Statis (semi statis), hal ini terjadi akibat dari:
1) Tekanan gas yang sangat tinggi di dalam lubang tembak.
2) Gas bertekanan sangat tinggi tersebut akan mengalir ke dalam
rekahan yang dibentuk pada waktu pembebanan dinamis dan
menghasilkan aksi baji, sehingga rekahan bertambah panjang.
c. Pelepasan Beban, terjadi pada saat:
a. Pada waktu batuan bergerak dan menimbulkan tegangan tarik
pada massa batuan yang sedang bergerak, sehingga terjadi
pemisahan lanjutan.
Modul Teori Peledakan 54
b. Tegangan tarik yang dominan terjadi di daerah permukaan kerja
atau bidang bebas dan membentuk rekahan lebar, kemudian
didorong oleh tekanan gas yang masih tersisa menjadi fragmen
batuan.
4. Peranan bidang bebas (free face), antara lain adalah:
a. Menimbulkan rekahan pada bidang bebas
Hal ini disebabkan oleh karena gelombang kompresi yang merambat
secara radial dari lubang tembak akan dipantulkan kembali sebagai
gelombang tarik pada waktu mencapai bidang bebas.
b. Mempengaruhi pola rekahan
Karena adanya gelombang tarik yang dipantulkan seolah-olah berasal
dari bayangan lubang tembak dimana bidang bebas sebagai cerminnya.
Gelombang tarik ini akan merambat kembali menuju lubang tembak.
c. Mempengaruhi medan tegangan di sekitar lubang tembak
Sehingga akan merubah pola penyebaran rekahan. Ilustrasi ini
menunjukkan bahwa peledakan harus selalu mengarah ke bidang
bebas untuk batuan dapat mengembang secara bebas.
D. Kunci Jawaban Evaluasi Akhir
a. Tes Objektif
1. Dapat memberikan suatu pendekatan yang sistematis dan luas kepada
pengelola peledakan bahan galian untuk memahami dan melaksanakan
teknik-teknik dan prosedur peledakan untuk bahan galian di lapangan.
Disamping itu, agar dapat melaksanakan kegiatan peledakan sesuai dengan
rencana yang diharapkan.
2. Agar para pengelola peledakan bahan galian dapat mengenal dan
memahami teori-teori energi baik yang bermanfaat maupun tidak yang
ditimbulkan akibat peledakan, baik terhadap lingkungan kerja maupun pada
batuan yang diledakkan itu sendiri.
3. Bahan peledak adalah senyawa kimia atau campuran senyawa kimia yang
apabila dikenakan panas, benturan, gesekan atau kejutan (shock) secara
cepat dengan sendirinya akan bereaksi dan terurai (exothermic
decomposition).
Modul Teori Peledakan 55
4. Ada 2 (dua) jenis energi yang dihasilkan dari proses peledakan bahan galian
yang berguna dan terpakai (work energy), yaitu:
- Energi kejut (shock energy), adalah energi yang ditransmisikan
terhadap batuan sebagai akibat dari tekanan detonasi bahan peledak.
Energi kejut ini memiliki tekanan yang jauh lebih besar dari energi gas
walaupun hanya mampu bertahan dalam interval waktu yang sangat
singkat. High Explosives dapat memproduksi energi kejut sebesar 15 %
dari total energi terpakai.
- Energi gas (gas energy), adalah energi yang dilepaskan selama proses
detonasi yang menyebabkan mayoritas pemecahan batuan pada proses
peledakan dengan lobang tembak terkurung (confined blasthole). Low
Explosives umumnya hanya memproduksi energi gas (gas energy/gas
pressure) selama proses detonasi, sedangkan High Explosives dapat
memproduksi energi gas sebesar 85% dari total energi terpakai.
5. Jenis-jenis energi terbuang (waste energy) yang umumnya sebagai energi
tak berguna (sampah) dalam proses peledakan adalah:
- Energi panas, merupakan akibat adanya reaksi kimia yang terjadi pada
bahan peledak bersifat eksoterm, sehingga dihasilkan panas
temperature pada jumlah tertentu.
- Energi sinar/cahaya, adalah merupakan salah satu produk yang
dihasilkan dari reaksi kimia bahan peledak pada saat
dinyalakan/diledakkan. Kontribusi energi untuk menimbulkan kilatan
sinar/cahaya ini relatif kecil.
- Energi suara, hampir semua peristiwa peledakan menghasilkan suara,
kontribusi energi peledakan untuk menimbulkan suara jumlahnya cukup
besar. Pada keadaan normal, suara peledakan dapat mencapai 140 dB
yang merupakan batas ambang peledakan yang tidak menimbulkan
kerusakan material (aman bagi infrastruktur, peralatan, dan lain-lain).
- Energi seismik, menghasilkan gelombang transmisi energi melalui
massa batuan yang solid.
6. Fenomena-fenomena yang akan terjadi saat mekanisme pecahnya batuan
akibat proses peledakan, dapat dilihat pada teori-teori:
1) Teori Refleksi (Reflection Theory)
Modul Teori Peledakan 56
2) Teori Ekspansi gas (Gas Expansion Theory)
3) Frexural Rupture
4) Gelombang Stress (Stress Wave)
5) Teori Torque (Torque Theory)
6) Teori Kawah (Cratering Theory)
Pembebanan-pembebanan yang terjadi terhadap batuan saat dilakukan
peledakan pada batuan tersebut, adalah:
a. Pembebanan Dinamis, akan terjadi reaksi peledakan yang dibagi dalam
3 (tiga) zona, yaitu zona kejut, zona transisi, dan zona elastis.
1) Pada zona kejut, akan terjadi gelombang kejut yang menyebabkan
batuan mengalami peremukan atau retakan yang hebat. Luas zona
kejut ini dapat mencapai radius dua kali radius lobang tembak.
2) Pada zona transisi, akan terbentuk retakan baru yang berkembang
secara radial. Pembentukan retakan menghabiskan energi sehingga
energi gelombang menjadi berkurang intensitasnya. Radius dari
zona transisi ini bisa mencapai 4 sampai 6 kali radius lobang
tembak.
3) Pada zona elastis, dimana penyebaran atau perpanjangan rekahan
pada zona ini hanyalah merupakan perpanjangan dari rekahan
terpanjang dari zona transisi. Perpanjangan rekahan ini hanya
sampai kira-kira 9 kali radius lobang tembak.
b. Pembebanan Quasi-Statis (Semi Statis), hal ini terjadi akibat dari:
1) Tekanan gas yang sangat tinggi di dalam lobang tembak.
2) Gas bertekanan sangat tinggi tersebut akan mengalir ke dalam
rekahan yang dibentuk pada waktu pembebanan dinamis dan
menghasilkan aksi baji, sehingga rekahan bertambah panjang.
c. Pelepasan Beban, terjadi pada saat:
1) Pada waktu batuan bergerak dan menimbulkan tegangan tarik pada
massa batuan yang sedang bergerak, sehingga terjadi pemisahan
lanjutan.
2) Tegangan tarik yang dominan terjadi di daerah permukaan kerja
atau bidang bebas dan membentuk rekahan lebar, kemudian
Modul Teori Peledakan 57
didorong oleh tekanan gas yang masih tersisa menjadi fragmen
batuan.
7. Rumus persamaan gelombang Longitudinal atau Primer adalah:
A V =
c
A c
2 2
2
2
p
C
t
dimana:
- C
p
= Kecepatan merambat gelombang Longitudinal pada medium
- G = Modulus batuan
- = Konstanta Lame
- = Density
-
|
|
.
|
\
| +
G 2
= C
p
- =
xx
+
yy
+
zz
= dilatasi atau perubahan volume
-
2
2
2
2
2
2
2
z y x
c
c
+
c
c
+
c
c
= V
8. Formula/rumus untuk menentukan besarnya tekanan yang ditimbulkan akibat
reaksi kimia suatu proses peladakan adalah sebagai berikut:
P = 4,18 x 10
-7
SGe Ve
2
/ (1 + 0,8 SGe)
dimana:
- P = Tekanan reaksi kimia, dalam kilobars (1 kilobars = 14.504 psi)
- SGe = Spesific Gravity dari bahan peledak
- Ve = Kecepatan ledakan, dalam ft/sec
9. Terdapat 2 (dua) jenis gelombang seismik yaitu:
a. Body waves yang merupakan gelombang yang merambat dan
melakukan penetrasi di dalam tubuh massa batuan.
b. Surface waves yang merupakan gelombang yang merambat sepanjang
permukaan dan tidak melakukan penetrasi ke dalam massa batuan.
Umumnya, surface waves memiliki energi yang lebih besar, lebih lambat
dan menghasilkan pergerakan yang lebih besar.
Modul Teori Peledakan 58
b. Tes Kinerja
1.
(a)
0 x
(b)
Perambatan gelombang longitudinal dalam sebuah batang adalah
merupakan perambatan energi satu dimensi yang paling sederhana (lihat
Gambar). Partikel dalam batang akan bergetar sebagai akibat dari pukulan
yang diberikan pada salah satu ujungnya. Besarnya pergeseran partikel yang
bergetar pada titik tertentu adalah merupakan fungsi waktu atau
x
(t). Untuk
mencari hubungan antara pergerakan partikel dengan tegangan yang timbul,
maka efek inersia dari gerakan partikel harus diperhitungkan.
2. Bilamana bahan peledak yang diisikan ke dalam lobang tembak diledakkan,
maka gas bertekanan tinggi yang dihasilkan dalam proses peledakan
tersebut akan menekan dinding lobang tembak dan menimbulkan gelombang
tekanan yang merambat ke badan batuan di sekitar lobang tembak tersebut.
Tegangan yang terjadi di daerah sekitar dinding lobang tembak dapat
melebihi kekuatan daripada batuan yang menyebabkan terjadinya
penggerusan batuan.
kawat
penggantung
Tekanan
Arah perambatan gelombang
x
(t)
dx
dMij
x
A
dx
x
xx
xx
) (
c
c
+
o
o
A
xx
o
Modul Teori Peledakan 59
DAFTAR PUSTAKA
1. Calvin J. Konya & Edward J. Walter;, Surface Blast Design, Prentice Hall,
Englewood Cliffs, New Jersey 07632, 1990.
2. William Hustrulid;, Blasting Principles for Open Pit Mining, Volume 2 -
Theoretical Foundations, A.A. Balkema/Rotterdam/Brookfield, 1999.
4. Dr. Ir. S. Koesnaryo, M.Sc. Rancangan Peledakan Batuan(Design of Rock
Blasting) ., Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Yogyakarta, 2001.
3. .;, Kamus Pertambangan Umum, Pusat Pengembangan dan
Penelitian Teknologi Mineral, 1997.