You are on page 1of 55

MANAJEMEN PENGELOLAAN REPRODUKSI PADA TERNAK KAMBING PERANAKAN ETAWA CV PETERNAKAN AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG

Laporan Praktek Kerja Lapang

Disusun Oleh : WILHELMINA KARMELITA DE ROSARI 2008410034

FAKULTAS PERTANIAN DAN SUMBER DAYA ALAM PROGRAM STUDI PETERNAKAN UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG 2012

MANAJEMEN PENGELOLAAN REPRODUKSI PADA TERNAK KAMBING PERANAKAN ETAWA CV PETERNAKAN AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG

Laporan Praktek Kerja Lapang

Disusun Oleh : WILHELMINA KARMELITA DE ROSARI 2008410034

Merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan Pada Program Studi Peternakan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang

FAKULTAS PERTANIAN DAN SUMBER DAYA ALAM PROGRAM STUDI PETERNAKAN UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG 2012

ii

MANAJEMEN PENGELOLAAN REPRODUKSI PADA TERNAK KAMBING PERANAKAN ETAWA CV PETERNAKAN AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG

Laporan Praktek Kerja Lapang Disusun Oleh : WILHELMINA KARMELITA DE ROSARI 2008410034

Menyetujui : Universitas Tribhuwana Tunggadewi Fakultas Ilmu Pertanian dan SDA Program Studi Peternakan Ketua,

Mengetahui: Dosen Pembimbing,

Nonok Supartini,SPt.,MP Tanggal :

Dr. drh. Kresno Sumarto, MP. Tanggal :

Menyetujui : Universitas Tribhuwana Tunggadewi Fakultas Ilmu Pertanian dan SDA Dekan,

Manager CV Peternakan Agiranch Karangploso Malang Jatim

Dr.Ir. Widowati, MP. Tanggal :

Bpk. Alexander Martinus Tanggal :

iii

RINGKASAN

MANAJEMEN PENGELOLAAN REPRODUKSI TERNAK KAMBING PERANAKAN ETAWA CV PETERNAKAN AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG

Kegiatan praktek kerja lapangan ini dilaksanakan di CV. Peternakan Agriranch Karangploso Malang dimulai dari tanggal 21 bulan Februari 2011 sampai dengan 21 Maret 2011 yang bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari proses manajemen pengelolaan reproduksi ternak kambing peranakan etawa yang dilaksanakan di CV. Peternakan Agriranch karangploso yang semoga dapat memberikan suatu informasi mengenai proses inseminasi buatan pada ternak kambing peranakan etawa serta menjadi bahan pembanding bagi mahasiswa antara teori yang didapat di bangku kuliah dengan keadaan di lapangan yang relevan. CV. Peternakan Agriranch Karangploso Malang memiliki Kambing Peranakan Etawa dengan jumlah populasi 243 ekor indukan, 47 ekor pengamatan birahi, 44 ekor pengamatan kebuntingan, 236 ekor kambing bunting, 4 ekor abortus dan 22 ekor partus dengan jumlah karyawan 5 orang. Penelitian akan dilakukan dengan cara Metode magang kerja yaitu suatu studi kasus,dimana data diperoleh dengan cara pengamatan secara langsung (observasi) terhadap materi serta metode wawancara dengan para pengelola dan petugas di lokasi, serta aktif terlibat dalam mengikuti semua kegiatan di usaha pembibitan kambing Peranakan Etatawa (PE). Hasil pengamatan berdasarkan hasil analisis dan evaluasi yaitu, system pemeliharaan yang dilakukan secara intensif. Proses perkawinan dilakukan secara alamiah dan Inseminasi Buatan (IB). Proses manajemen pengelolaan dilakukan menggunakan tekhnologi yang modern mulai pendeteksian birahi sampai pada pendeteksian kebuntingan semua dilakukan dengan menggunakan alat bantu pendeteksian yang canggih, yaitu pendeteksian birahi dengan cara mendeteksi kekentalan lendir vagina menggunakan alat Draminski Estrus Detector sedangkan pendeteksian kebuntingan menggunakan alat Draminski Pregnance Ditector alat ini mendeteksi kebuntingan berdasarkan adanya cairan amnion dalam uterus dan penggunaan alat Draminski Ultrasound Scanner adapun prinsip kerja dari alat ini yaitu mengubah suara yang timbul akibat suatu rangkaian elektronik yang membentur suatu objek lalu menjadikannya gambar pada monitor.

ABSTRACT

REPRODUCTIVE MANAGEMENT OF LIVESTOCK GOATS PERANAKAN ETAWA CV LIVESTOCK AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG

Field practice activities are conducted in the CV. Malang Livestock Agriranch Karangploso starting on 21 February 2011 to March 21, 2011 which aims to identify and study the process of reproductive management of goats etawa Peranakan held at CV. Karangploso Agriranch farms that hopefully can provide some information about the process of artificial insemination in goats as well as a hybrid etawa comparative material for students between the theory learned in college with the situation in the relevant field. CV. Livestock Goat Agriranch Karangploso Peranakan Etawa Malang has a population of 243 head yearling, 47 tail observations of lust, 44 tail observations of pregnancy, 236 pregnant ewes, 4 heads and 22 tails abortion deliveries by the number of employees 5 people. Research will be conducted by way of job training method that is a case study, where data obtained by direct observation (observation) of the material as well as interviews with the managers and officers at the scene, as well as actively involved in following all the activities in goat breeding Peranakan Etatawa (PE). Observations based on the results of the analysis and evaluation, system maintenance is carried out intensively. Mating process is done naturally and Artificial Insemination (AI). Management of the process is done using the modern technology from the detection of lust to the detection of pregnancy is all done by using a sophisticated detection, ie detection of lust by detecting the viscosity of vaginal mucus using Draminski Estrus Detector detection of pregnancy while using this tool Draminski Pregnance Ditector detect pregnancy based on the presence of amniotic fluid in the uterus and the use of Ultrasound Scanner Draminski as for the working principle of this tool is to change the sound that arises from an electronic circuit that strikes an object and then make the image on the monitor.

ii

KATA PENGANTAR
Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus Yang Maha Kasih, segala puji dan syukur penulis haturkan kehadiratNya, karena atas bimbingan dan kasihnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pelaksanaan Praktek Kerja Lapang dengan judul : MANAJEMEN PENGELOLAAN REPRODUKSI PADA TERNAK KAMBING PE akhirnya dapat di selesaikan dengan baik. Laporan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Pertanian dan Sumber Daya Alam di Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Dalam kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar besarnya kepada : 1. Ibu Dr. Ir. Widowati, MP. Selaku Dekan Fakultas Pertanian dan Sumber Daya Alam,Universitas Tribhuwana Tunggadewi. 2. Ibu Nonok Supartini, SPt. MP.Selaku Ketua Program Studi dan Dosen Wali. 3. Bapak Dr. drh. Kresno Sumarto, MP. Selaku Dosen Pembimbing.

4. Bapak Hanry Kaunang selaku pemilik perusahaan


5. Bapak Alexander Martinus selaku Manager CV. Peternakan Agriranch. 6. Bapak Bagus Andy Yahya Selaku Co-ordinator dan Pembimbing Lapangan. 7. Kepada kedua orang tua saya Bapak Antonius de Rosari dan Ibu Mathilda Firma Tina Serta Saudara-saudara saya Charyn de Rosari,Rendy de Rosari, dan Yordy de Rosari, serta teman-teman PKL ( Helena Meo, Diana Mena, Ade Hermawan, Katarina Kewa ) yang telah membantu serta memberi dukungannya baik berupa materi maupun moril.

iii

8. Mas Triono, Mas adi, Mas sairun, Arif, Ambon, Doni, Rangga,Nur, Ibu Kantin serta teman-teman di agriranch lainya yang telah banyak membantu saya. 9. Semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapang. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak guna penyempurnaan Laporan ini. Semoga Laporan Praktek Kerja Lapangan ini berguna bagi pembaca sebagai bahan literature maupun informasi, lebih lanjut yang berguna bagi yang membutuhkan. Malang, 15 Juli 2011

Penulis

iv

DAFTAR ISI RINGKASAN ................................................................................................... i ABSTRAK ...................................................................................................... ii KATA PENGANTAR...................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................... v DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1 Analisis ................................................................................................. 1 1.2 Tujuan .................................................................................................. 3 1.3 Khalayak Sasaran ................................................................................. 3

BAB II. PELAKSANAAN KEGIATAN ....................................................... 4 2.1 Realisasi Pelaksanaan Kegiatan ........................................................... 4 2.1.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan PKL ......................................... 4 2.1.2 Metode ........................................................................................ 4 2.1.3 Variabel yang Diamati ................................................................ 5 2.1.4 Analisa Data ................................................................................ 5

2.2 Kondisi Umum ..................................................................................... 6 2.3 Pemilihan Bibit dan Pencegahan Penyakit ........................................... 8 2.4 Manajemen Pemeliharaan .................................................................... 9 2.4.1 Manajemen Pemberian Pakan dan Minum ................................. 9

2.4.2 Manajemen Perkandangan .......................................................... 11 2.5 Manajemen Pengelolaan Reproduksi ................................................... 12 2.5.1 Deteksi Birahi dan Waktu Kawin ............................................... 12 2.5.2 Deteksi Kebuntingan ................................................................... 16 2.5.3 Kebuntingan ................................................................................ 19 2.5.4 Melahirkan .................................................................................. 20 2.5.5 Menyusui/Laktasi ........................................................................ 21 2.5.6 Lepas Sapih ................................................................................. 22

BAB III. ANALISIS DAN EVALUASI ......................................................... 23 3.1 Keadaan Umum .................................................................................... 23 3.2 Pemilihan Bibit dan Pencegahan Penyakit .......................................... 25 3.3 Pemberian Pakan dan Minum .............................................................. 26 3.4 Perkandangan ...................................................................................... 28 3.5 Deteksi Birahi dan Waktu Kawin ........................................................ 29 3.6 Deteksi Kebuntingan dan Saat Bunting ............................................... 30 3.7 Melahirkan ........................................................................................... 31 3.8 Menyusui/Laktasi ................................................................................ 33 3.9 Lepas Sapih ......................................................................................... 33

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 34 4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 34 4.2 Saran ..................................................................................................... 34 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 36 LAMPIRAN ..................................................................................................... 37

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Proporsi pemberian bahan pakan berdasarkan status ternak

Halaman ..14

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Gambar 3. Diagram Alir Pendeteksian Birahi .................................... 14 2. Draminski Pragnance Ditector ............................................................ 18 3. Draminski Ultrasound Scanner ........................................................... 19 4. Struktur Organisasi CV Agriranch Karangploso Malang ................... 24

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Dokumentasi Selama Kegiatan Praktek Kerja Lapang Berlangsung 37

ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Analisis Situasi Negara Indonesia merupakan negara dengan laju pertumbuhan penduduk yang cepat mengalami peningkatan, sehingga menuntut persediaan bahan pangan yang harus selalu tersedia. Bahan pangan yang dimaksud adalah tersedianya daging, terutama daging kambing setiap tahunnya terus bertambah, hasil lain yang dihasilkan dari kambing adalah susu dan kulit. Ternak kambing sudah tersebar merata di Indonesia dengan sifat alaminya yaitu mempunyai sifat dapat beranak kembar yang sangat cocok dibudidayakan di daerah pedesaan dimana sebagian besar penduduknya adalah petani, karena sistem pemeliharaannya tidak terlalu rumit dan cepat berkembangbiak (Murtidjo, 2000). Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu, kotoran maupun kulitnya) relatif mudah. Meskipun secara tradisional telah memberikan hasil yang lumayan, jika pemeliharaannya ditingkatkan (menjadi semi intensif atau intensif), pertambahan berat badannya dapat mencapai 50 150 gram per hari. Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam usaha ternak kambing, yaitu: bibit, makanan, dan tata laksana. Dalam usaha peternakan kambing etawa kita memang haruslah memahami cara reproduksi kambing jenis etawa ini sebab pengetahuan untuk sistem reproduksi

kambing etawa nantinya akan mempengaruhi perkembangan usaha beternak kambing etawa. Beternak kambing etawa memang tidak seperti umumnya kambing lokal yang bisa kawin dengan sendirinya dan tak terjadwal. Mengawinkan kambing etawa memang harus di ketahui dari siklus birahi dari bakal induk kambing etawa yang memiliki ciri yang berbeda beda tergantung dari ciri dasar bawaan dari kambing, walaupun secara garis besar tetap mudah untuk di pelajari. Setelah memahami siklus birahi bakal induk kambing etawa tentu saja kita akan mengenali ciri-ciri umum kambing saat birahi untuk siap di kawinkan. Mengawinkan kambing etawa membutuhkan kesabaran yang lumayan oleh peternak sebab kadang tidak bisa langsung kawin karena kecocokan antar kambing juga harus di sesuaikan, tidak jarang harus berganti pejantan karena kadang perbedaan postur tubuh antara betina dan pejantan. Dalam Mengawinkan kambing etawa kita harus benar benar melihat jelas perbedaan postur tubuh antara betina dan pejantan kambing etawa, sebab jika pejantan terlampau besar sedangkan induknya tidak mampu menopang tubuh pejantan maka proses mengawinkan kambing etawa tersebut tidak tercapai, mengawinkan kambing etawa dengan melihat jenis dan kelasnya tentu juga sangat berpengaruh terhadap hasil peranakan kambing etawa yang nantinya akan di hasilkan. Untuk cara dan memahami proses mengawinkan kambing etawa kita harus tahu saat yang tepat guna menghasilkan keturunan yang baik sebab masa kawin yang terlalu dini akan menghasilkan kambing yang berkualitas kurang baik.

1.2 Tujuan Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah: a. Pengembangan usaha kambing PE mempunyai peluang pasar yang cukup tinggi dari aspek produksi daging, permintaan daging kambing di Indonesia maupun di dunia juga mengalami peningkatan pesat selama 10 tahun terakhir ini. b. Dalam usaha peternakan kambing etawa kita memang haruslah memahami cara reproduksi kambing jenis etawa ini sebab pengetahuan untuk sistem reproduksi kambing etawa nantinya akan mempengaruhi perkembangan usaha beternak kambing etawa c. Menanamkan sikap pertanian-peternakan yang berjiwa wirausaha. 1.3.Manfaat Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah mahasiswa dapat menambah wawasan, keterampilan serta tanggung jawab dalam manajemen pengelolaan reproduksi ternak kambing. 1.4 Khalayak Sasaran Khalayak sasaran praktek kerja lapangan ini di laksanakan di CV. Peternakan Agriranch Karangploso. Dengan jumlah populasi 243 ekor indukan, 47 ekor pengamatan birahi, 44 ekor pengamatan kebuntingan, 236 ekor kambing bunting, 4 ekor abortus dan 22 ekor partus dengan jumlah karyawan 5 orang.

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1 Realisasi Pelaksanaan Kegiatan 2.1.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan selama satu bulan yang dimulai tanggal 21 februari 21 maret 2011 di CV. Agriranch Kambing/Domba terletak di daerah Karangploso Desa Bra, kelurahan Tawang Agro, Kecamatan Karangploso, Malang. Adapun Variabel yang diamati adalah Pemeliharaan dan penanganan ternak kambing peranakan etawa (PE) betina mulai dari pemilihan bibit, pemberian pakan, Perkandangan, dan Manajemen Pengelolaan Reproduksi mulai dari Pemilihan Bibit, Pencegahan Penyakit, Deteksi birahi mulai dari cara dan metode pendeteksian birahi sampai persyaratan kambing yang boleh di Iseminasi dan Kawin Alam ternak kambing PE, cara mendeteksi kebuntingan baik menggunakan pengamatan visual maupun dengan penggunaan alat bantu, Melahirkan hingga pada saat Laktasi/Menyusui dan juga lepas sapih. 2.1.2 Metode Metode yang digunakan dalam praktek kerja lapangan ini adalah metode magang kerja yaitu suatu studi kasus, dimana data diperoleh dengan cara pengamatan secara langsung (observasi) terhadap materi serta metode wawancara dengan para pengelola dan petugas di lokasi, serta aktif terlibat dalam mengikuti semua kegiatan di CV. Peternakan Agriranch Karangploso.

2.1.3 Variabel yang Diamati Variabel yang di amati dalam pelaksanaan PKL ini adalah: 1. Keadaan Umum Lokasi 2. Pemilihan Bibit 3. Manajemen Pemeliharaan 4. Manajemen Pengelolaan Reproduksi

2.1.4 Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan dibandingkan dengan pustaka yang relevan.

2.2 Kondisi Umum Perusahaan Agriranch terletak didaerah Karangploso Desa Bra, kelurahan Tawang Agro, Kecamatan Karangploso, Malang dengan ketinggian 600 m dibawah permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 1.890 Mm/Tahun dengan suhu sekitar 20-30oC dengan kelembaban 60%. Perusahaan Agriranch mempunyai lahan sendiri dimana pada lahan tersebut didirikan sebuah gudang pakan, kantor, dapur, pos

penjaga , tempat pencacah tebon jagung, tempat pembuatan pupuk kandang serta 20 unit kandang dimana dalam satu kandang tersebut terdapat 6 kotak kecil. Lokasi perusahaan CV. Peternakan Agriranch Karangploso termasuk

peternakan yang memiliki lahan hijauan sendiri yang mana hijauan tersebut terdiri dari lahan rumput gajah, gammal, kaliandra. Ruang lingkup Perusahaan CV. Peternakan Agriranch Karangploso merupakan peternakan yang sangat cocok untuk berternak kambing yang mana lokasi perusahaan CV. Peternakan Agriranch Karangploso bisa dibilang jauh dari pemukiman penduduk yang mana bertujuan agar limbah dari peternakan tidak mengganggu kenyamanan masyarakat disekitar kandang, pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Sutama (2009) untuk menghasilkan produktifitas pada ternak kambing diupayakan suasana lingkungan disekitar kandang jauh dari keramaian untuk menghindari stres pada ternak kambing yang berdampak pada prokdutifitas kambing itu sendiri. Lokasi perusahaan CV. Peternakan Agriranch Karangploso juga memiliki sumber air sendiri. Hal ini merupakan sesuai dengan pendapat Cahyono (1998) bahwa air bagi semua hewan ternak .

salah satu unsur yang sangat penting

Sehingga air bersih harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan diberikan secara ad-libitum. Perusahaan Agriranch berdiri pada tanggal 1 Februari 2008 yang berlokasi di desa Bra, Kelurahan Tawang Agro, Kecamatan Karangploso Malang. Misi dari perusahaan adalah ingin mengangkat peternakan di Indonesia khususnya sumber daya daging. CV. Peternakan Agriranch Karangploso memiliki tenaga kerja sebanyak 25 orang yang terdiri dari mandor satu orang, kepala kandang satu orang, asisten operasional satu orang, asisten kandang satu orang, administrasi satu orang, anak kandang sembilan orang, logistik dua orang, helper satu orang, security 2 orang. untuk tenaga kerja itu sendiri berasal dari desa sekitar perusahaan. Secara umum, lokasi perusahaan Agriranch merupakan daaerah lereng dikaki gunung Arjuna didaerah Karangploso Desa Bra,kelurahan Tawang Agro,Kecamatan Karangploso, Malang dengan ketinggian 600 m dpl dengan curah hujan rata-rata 1.890 mm/tahun dengan suhu sekitar 20-30oC dengan kelembaban 60%.dengan

demikian maka letak topografi usaha peternakan ini sangat cocok untuk pengembangan usaha pembibitan khususnya kambing Boerawa. 2.3 Pemilihan Bibit dan Pencegahan Penyakit Secara umum kambing yang dipelihara CV. Peternakan Agriranch Karangploso adalah kambing PE, yang unggul, sehat tidak terserang oleh hama penyakit. Kambing PE tersebut dipelihara melalui program Breeding yang bertujuan untuk menghasilkan anak kambing PE.

- Untuk indukan : Umur ternak sekitar 1-2 tahun dengan berat badan betina + 23 kg, tidak cacat, bentuk perut normal, roman muka baik dan memiliki nafsu kawin besar. Sudah dewasa kelamin yaitu saat ternak kambing PE memasuki masa birahi yang pertama kali dan siap melaksanakan proses reproduksi. Fase ini dicapai pada saat kambing berumur 6-8 bulan, baik pada yang jantan maupun betina. - Calon pejantan : Berumur 1,5-2 tahun dengan berat badan + 30 kg, sehat dan tidak cacat, badan normal dan keturunan dari induk yang melahirkan anak 2 ekor/lebih. Tonjolan tulang pada kaki besar dan mempunyai buah zakar yang sama besar serta kelaminnya dapat bereaksi, mempunyai gerakan yang lincah, roman muka baik dan tingkat pertumbuhan relatif cepat. Dewasa tubuh, yaitu masa kambing jantan dan betina siap dikawinkan masa ini dicapai pada umur 10-12 bulan pada betina dan 12 bulan pada jantan. Perkawinan akan berhasil apabila kambing betina dalam keadaan birahi. Pada CV. Peternakan Agriranch kambing yang baru datang biasanya selalu diadakan program pencegahan penyakitnya agar kambing tersebut dapat memperoleh keturunan yang berkualitas. Program Pencegahan Penyakit pada kambing yang baru datang diberikan multivitamin + LA untuk antibiotic (Vitoxi LA).setelah 3 hari dikasih alben (obat cacing), kemudian 1 bulan berikutnya dikasih hormon untuk pengguguran janin yang 8

berasal dari pasar (Pgs 2x dikasih 2 ml), 3 bulan berikutnya dikasih alben (obat cacing) dan Untuk kambing yang terjangkit penyakit yang menular atau tidak dikasih obat sesuai dengan kegunaannya Contoh : - Scarbies/penyakit kutil (ORF) obatnya IVOMEC - Diare : Palaferin plus multivitamin. 2.4 Manajemen Pemeliharaan 2.4.1 Manajemen Pemberian Pakan dan Minum Pakan adalah sesuatu yang sangat berguna dan penting bagi ternak sebagai sarana pembina pertumbuhan bagi tubuh dan reproduksi. Dalam batas minimal, makanan bagi ternak kambing bermanfaat untuk menjaga keseimbangan jaringan tubuh dan membuat energi, sehingga mampu melakukan peran dalam proses metabolisme. Kambing mempunyai kebiasaan makan yang khusus karena lidahnya yang cekatan, kambing dapat merumput, rumput-rumputan yang sangat pendek dan makan daun pohon-pohonan atau semak-semak (to browse foliage) yang biasanya tidak dimakan oleh ternak ruminansia lain. Pakan yang digunakan pada ternak Kambing Peranakan Etawa di CV. Peternakan Agriranch berupa pakan hijauan (Rumput gajah dan leguminosa; gamal dan kaliandra) dan konsentrat (Pollard,bungkil kelapa sawit,tetes tebu,dan jagung). Pemberian pakan diberikan 2 kali sehari yaitu pada pukul 07.00 pemberian konsentrat dan setengah jam berikutnya baru diberikan hijauan, dan pada pukul 13.00 pemberian konsentrat kedua dan selang setengah jam berikutnya di lakukan pemberian hijauan kembali. Adapun bahan pakan yang diberikan berupa hijauan yaitu berasal dari rumput gajah, kaliandra dan gamal yang diberikan dengan cara di choper terlebih 9

dahulu, sedangkan yang berasal dari konsentrat yaitu berupa konsentrat dengan kandungan protein 14% yang diberikan dalam bentuk kering. Adapun proporsi pemberian bahan pakan di bedakan berdasarkan statusnya, ini dikarenakan setiap status ternak yang berbeda memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda pula.data pemberian pakan berdasarkan status ternak terdapat pada tabel 1. Tabel 1 Proporsi pemberian bahan pakan berdasarkan status ternak STATUS TERNAK KONSENTRAT GAMAL (kg) (kg) 0,25 0,25 0,25 0,25 0,5 0,5 2 2 2 2 2 4 RUMPUT GAJAH (kg) 6 6 6 6 6,7 6,7

Pengamatan Birahi Setelah IB Pengamatan Kebuntingan Bunting Muda Bunting Tua Partus

2.4.2 Manajemen Perkandangan Bangunan kandang yang ada di usaha peternakan ini terdiri dari beberapa jenis seperti kandang pejantan, kandang betina dan jantan muda,kandang indukan, kandang koloni, gudang pakan dan peralatan. Lokasi untuk untuk peternakan kambing sebaiknya berada di areal yang cukup luas, udaranya segar dan keadaan sekelilingnya tenang, dekat dengan sumber pakan ternak memiliki sumber air ,jauh dari daereh pemukiman dan sumber air penduduk(minimal 10 meter).

10

Kandang harus kuat sehingga dapat dipakai dalam waktu yang lama, ukuran sesuai dengan jumlah ternak, bersih, memperoleh sinar matahari pagi, ventilasi kandang harus cukup dan terletak lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya agar tidak kebanjiran. Atap kandang diusahakan dari bahan yang ringan (sebagian atap berasal dari fiberglass) agar sinar matahari dapat masuk kedalam kandang sehingga mikroba yang ada didalam kandang tidak berkembang dan memiliki daya serap panas yang relative kecil. Kandang yang digunakan di CV. Peternakan Agriranch adalah kandang jenis koloni & kandang individu . Kandang jenis koloni diperuntukkan untuk kambing betina sedangkan kandang jenis individu diperuntukkan untuk kambing jantan. Kandang jenis koloni berisikan 10 ekor kambing betina. Kandang jenis individu berisikan 1 ekor kambing Jantan yang juga berfungsi sebagai tempat perkawinan alami. CV. Peternakan Agriranch menggunakan sistem perkandangan dengan atap monitor dengan alas lantai berbentuk panggung kolong galian dengan lebar x panjang x tinggi 7 x 30 x 3 m, kolong galian kandang berupa kolam kecil berfungsi untuk menampung limbah padat ternak yang akan dikomposkan dengan menggunakan semprotan dari cairan EM4 dan air dengan perbandingan 1:1 . Pemeliharaan kandang meliputi pembersihan kotoran kambing minimal satu minggu sekali, membuang kotoran ke tempat penampungan limbah, membersihkan lantai atau alas, penyemprotan dan pengapuran kandang untuk disinfektan.

11

2.5 Manajemen Pengelolaan Reproduksi 2.5.1 Deteksi Birahi dan Waktu Kawin Birahi pertama pada kambing dara terjadi pada umur 7-9 bulan sedangkan dewasa tubuh pada kambing terjadi pada umur 12 bulan, setelah kambing memasuki dewasa tubuh, kambing betina segera dikawinkan. Masa birahi untuk kambing betina berlangsung selama 24-28 jam dan akan timbul berselang 18-21 hari. CV Peternakan Agriranch Karangploso melakukan pendeteksian birahi setiap hari pada pagi dan sore hari yaitu pada pukul 06.00- 07.30 dan pukul 13.00-15.00. untuk meningkatkan keberhasilan perkawinan dan Inseminasi Buatan (IB) maka pendeteksian birahi harus dilakukan dengan cermat dan teliti. Pendeteksian birahi di CV Peternakan Agriranch Karangploso dilakukan dengan 3 cara yaitu: 1).Pengamatan fisual Tanda-tanda birahi : Tanda-tanda visual pada betina yang birahi seperti tampak gelisah (sering ribut), sering mengibas-ngibas ekor jika dipegang akan diangkat ke atas, napsu makan berkurang, vulva nampak membengkak dan berwarna merah serta keluar lendir dari vagina berwarna putih agak pekat. 2).Penggunaan pejantan Cara pendeteksian menggunakan pejantan di mulai dari memasukkan pejantan pengusik kedalam kandang pendeteksian selanjutnya pejantan akan mulai mengedus vagina dan air seni dari ternak betina. Tanda-tanda birahi : betina sering berteriak ketika melihat pejantan, betina mendekati pejantan dan diam ketika dinaiki pejantan. 12

3).Penggunaan alat draminski estrus detector. Cara pendeteksian menggunakan alat ini dengan memasukannya kedalam vagina melewati dua cincin yang ada pada ujung alat lalu menekan tombol kontak sebanyak 3 kali dan akan terukur angka kekentalan lendirnya pada monitor. Tanda-tanda birahi: angka kekentalan lendirnya masih berada dibawah 300, lendir yang terdapat pada ujung alat belum mengeras (duren). Pendeteksian birahi pada CV Peternakan Agriranch Karangploso diawali dengan pemasukan pejantan kedalam kandang pendeteksian jika ada reaksi dari ternak betina yang menunjukan tanda-tanda birahi seperti mendekati pejantan dan diam ketika dinaiki oleh pejantan, selanjutnya dilakukan pengukuran kekentalan lendir vagina dengan menggunakan alat draminski estrus detector, syarat kambing yang boleh diinseminasi yaitu jika masih terdapat lendir pada vulva dan angka draminskinya masih dibawah 300 selanjutnya induk tersebut diberi tanda pada

punggungnya dan dilakukan pencatatan nomer ternak dan angka kekentalan lendirnya.

13

Diagram Alir Pendeteksian Birahi di CV. Peternakan Agriranch Karangploso dapat dilihat pada Gambar 1.

Pemasukan pejantan pengusik

Betina menunjukan tanda-tanda birahi

Pengukuran kekentalan lendir

Pemberian tanda pada ternak birahi

pencatatan

Gambar 2. Diagram Alir Pendeteksian Birahi

Mengawinkan Kambing Peranakan Etawa di CV. Peternakan Agriranch dilakukan dengan 3 cara yaitu : 1. Kawin Alami Sistem perkawinan yang digunakan adalah kawin alami yaitu dengan menggunakan pejantan dan inseminasi buatan (IB) biasanya dikawinkan lagi atau timbul birahi 22-95 hari setelah melahirkan. Di CV. Peternakan Agriranch Kambing yang menginjak dewasa yang ada di lokasi dipisah atau ditempatkan pada kandang yang terpisah antara jantan dan betina agar tidak terjadi perkawinan dini. 14

Saat yang baik untuk mengawinkan kambing adalah 12-18 jam setelah tandatanda birahi muncul. Campurkan betina birahi dan pejantan dalam satu kandang. Hindari perkawinan sedarah atau garis keturunan yang sama antara jantan dan betina atau yang masih dekat hubungan kekerabatannya (anak dengan bapak, anak dengan induk, atau antar saudara kandung). 2. Inseminasi Buatan (IB) Perkawinan melalui kawin suntik atau inseminasi buatan (IB) dilakukan dengan cara memasukkan sperma atau semen yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu ke dalam saluran alat kelamin betina dengan metode dan alat khusus. Teknik IB dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu menggunakan semen beku (frozen semen) dan semen cair (chilled semen). Di perusahaan agriranch jenis strow yang digunakan adalah jenis F1 murni. Keuntungan Inseminasi Buatan (IB) : a. Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan b. Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik c. Mencegah terjadinya kawin sedarah pada kambing betina (inbreeding) d. Dengan peralatan dan teknologi yang baik sperma dapat simpan dalam jangka waktu yang lama e. Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati

15

f. Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar g. Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin. 2.5.2 Deteksi Kebuntingan Tanda-tanda umum terjadinya kebuntingan pada ternak adalah birahi berikutnya tidak timbul lagi, ternak lebih tenang, tidak suka dekat dengan pejantan, dan nafsu makan agak meningkat. Oleh karena itu, di CV. Peternakan Agriranch untuk mengetahui keberhasilan perkawinan perlu dilakukan pengamatan birahi lagi pada induk setelah berumur 2 bulan,dari perkawinan atau IB, kemudian disisihkan, dikasih pakan yang 500 konsentrat breeding. Supaya yang didalam kandungan terpenuhi gizinya. Deteksi kebuntingan ada 2 cara yaitu : 1. Deteksi fisual 2. Deteksi dengan penggunaan alat bantu 1.Deteksi Fisual Tanda-tanda kebuntingan pada ternak kambing adalah sebagai berikut : a. Tidak munculnya birahi pada siklus birahi berikutnya b. Lebih tenang dan menghindar jika dinaiki temannya c. Ambing tampak menurun dan nafsu makan bertambah d. Perut sebelah kanan terlihat membesar e. Bulu tampak lebih mengkilat

16

f. Frekuensi pernafasan lebih tinggi dari biasanya g. Air susu lengket dan mengental h. Jika di raba pada ambing terdapat gumpalan yang mengeras. 2. Deteksi Kebuntingan dengan Penggunaan Alat Bantu Alat yang digunakan di CV. Peternakan Agriranch Krangploso terdiri 2

macam alat bantu yang mana alat bantu tersebut terdiri dari draminski pragnance ditector dan draminski ultrasound scanner. a. Draminski Pragnance Ditector Alat ini hanya bisa digunakan jika umur kebuntingan telah mencapai 2-4 bulan, alat ini terdiri atas beberapa bagian yaitu detector, kabel, ultrasonic probe dan minyak pelumas khusus, adapun cara kerja dari alat ini sebagai berikut: 1. Rakit draminski pragnace ditector dengan cara menggabungkan ditektor pada kabel beserta ultrasonic probe 2. Setelah perakitan selesai ultrasonic probe diberi minyak pelumas secukupnya 3. Lakukan pendeteksian pada ambing sebelah kanan dan disekitarnya dengan membentuk sudut 45 derajat 4. Jika terjadi kebuntingan maka lampu detector akan hidup mati dengan cepat dengan bunyi yang keras dan berlangsung dengan frekuensi yang tinggi, semakin tua kebuntingan maka frekuensi bunyinya akan semakin tinggi pula.

17

Gambar .2 Draminski Pragnance Ditector

b. Draminski Ultrasound Scanner CV. Peternakan Agriranch Krangploso menngunakan alat Draminski

Ultrasound Scanner lebih sering digunakan untuk mempermudah dalam melakukan pendeteksian kebuntingan pada ternak kambing dalam melakukan Insiminasi Buatan. Draminski Ultrasound Scanner hanya dapat digunakan pada umur kebuntingan telah mencapai 30 hari, penggunaan Draminski Ultrasound Scanner di lakukan dengan memberi minyak pelumas pada ultrasonic probe setelah itu probe letakan disebelah kanan ambing setelah itu diarahkan pada perut bagian dalam ke arah depan menuju bagian uterus, jika terjadi kebuntingan maka pada rahim akan kelihatan calon embrio yang sedang berkembang. Gambar Draminski Ultrasound Scanner dapat dilihat pada gambar 3.

18

Gambar . 3 Draminski Ultrasound Scanner

2.5.3 Kebuntingan Lama kebuntingan ternak kambing PE betina selama 5 bulan yakni dengan rata-rata 150-154 hari. Di perusahaan Agriranch mengetahui kebuntingan ternak kambing betina dengan melihat ternak tersebut tidak mengalami birahi lagi dan tidak selalu positif adanya kebuntingan. Gejala umum kebuntingan ternak betina yakni telah terlihat tenang dan bertambah besarnya dinding perut bagian kanan serta perkembangan ambing yang mencolok pada umur kebuntingan yakni 2-3 bulan, dan cenderung bertambah berat badan induk ternak. Ternak kambing betina yang sudah beranak dapat dikawinkan kembali setelah 2 bulan (sesudah lepas sapih anaknya). Ternak yang dalam masa kebuntingan sangat membutuhkan perawatan khusus, seperti pola pemberian pakan dengan kualitas dan kuantitas pakan yang cukup tinggi. Pemberian pakan terus ditingkatkan setelah mencapai umur kebuntingan 14 minggu dan berlangsung sampai induk melahirkan. Pakan hijauan untuk kambing yang bunting kaliandra atau gamal 2 kilo/ekor/hari

19

sedangkan

konsentrat

500

gram/ekor/hari

dan

tidak

menggunakan

urea.

Pengobatannya multivitamin + VET OXY LA.

2.5.4 Melahirkan Di CV. Peternakan Agriranch Perlakuan sebelum melahirkan yaitu dengan menyendirikan kambing betina yang bunting tua agar lebih intensif dalam pengawasan. Menjelang kelahiran anak kambing, kandang harus bersih dan diberi alas yang kering. Bahan untuk alas kandang dapat berupa karung goni/jerami kering induk domba yang akan melahirkan dapat diketahui dengan melalui perubahan fisik dan perilakunya sebagai berikut: Keadaan perut menurun dan pinggul mengendur. Buah susu (ambing) membesar dan puting susu terisi penuh. Alat kelamin membengkak, berwarna kemerah-merahan dan lembab. Ternak selalu gelisah dan nafsu makan berkurang. Sering kencing. Proses kelahiran berlangsung 15-30 menit, jika 45 menit setelah ketuban pecah, anak kambing belum lahir, kelahiran perlu dibantu. Di CV. Peternakan Agriranch anak kambing yang baru lahir dibersihkan dengan menggunakan lap kering agar dapat bernafas. Biasanya induk kambing akan menjilati anaknya hingga kering dan bersih. Pemberian yodium/betadine pada pusar anak kambing (cempe), melakukan pengobatan pada induk dengan memberikan antibiotic (VET OXY SB)

20

dengan dosis 1 ml/10 kg BB dan vitamin B complek dengan dosis 1 ml/10 kg BB selama 3 hari berturut-turut. Anak kambing (cempe) diusahakan mengkonsumsi colustrum, yaitu susu yang dihasilkan oleh induk kambing selama seminggu pertama setelah melahirkan. Apabila induk tidak menghasilkan susu atau menghasilkan colustrum hanya sedikit, perlu dilakukan colustrum buatan yaitu dengan 1 liter susu segar, 2 butir kuning telur, 1 sendok minyak ikan, 0,5 ml antibiotic (VET OXY SB).Bahan-bahan tersebut direbus hangat dan diberikan 3 jam sekali, sebanyak gelas.

2.5.5 Menyusui/Laktasi Setelah melahirkan maka induk harus dibiarkan menyusui anaknya, semua rangsangan yang tak dikehendaki harus dieleminasi atau dihilangkan. Pada CV. Peternakan Agriranch pemberian makanan pada induk kambing harus mempunyai kualitas yang baik, jumlah makanan yang diberikan dinaikan secara bertahap selama tiga minggu pertama. Pakan hijauan untuk kambing yang bunting kaliandra atau gamal 2 kilo/ekor/hari sedangkan konsentrat 500 gram/ekor/hari dan tidak menggunakan urea. Pada CV. Peternakan Agriranch 12 hari induk mengeluarkan colustrum yang berfungsi sebagai anti body pada cempe, 390 hari susu induk kambing tidak mengandung colustrum.

21

2.5.6 Lepas Sapih Pada perusahaan Agriranch cempe dari umur 3 - 4 bulan diberikan pakan konsentrat vetening 150 gram /ekor/hari, 4 5 bulan 250 gram/ekor/hari (vetening). Delapan bulan alat reproduksinya sudah berkembang sempurna sehingga sudah bisa di IB, sedangkan untuk indukannya setelah lepas sapih digemukkan selama 1 bulan dengan pakan 300 gram /ekor/hari (vetening) dengan kondisi performance/BJS sampai 4 selanjutnya di IB.

22

BAB III ANALISIS DAN EVALUASI

3.1 Keadaan Umum Perusahaan Agriranch terletak didaerah Karangploso Desa Bra, kelurahan Tawang Agro, Kecamatan Karangploso, Malang dengan ketinggian 600-m dpl dengan curah hujan rata-rata 1.890 mm/tahun dengan suhu sekitar 20-30oC dengan kelembaban 60%. Perusahaan Agriranch mempunyai lahan sendiri dimana pada

lahan tersebut didirikan sebuah gudang pakan, kantor, dapur, pos penjaga, tempat pencacah tebon jagung, tempat pembuatan pupuk kandang serta 20 unit kandang dimana dalam satu kandang tersebut terdapat 6 kotak kecil Lokasi perusahaan Agriranch terletak di tempat yang strategis karena mudah dijangkau oleh transportasi. Disamping itu, perusahaan Agriranch juga memiliki sumber air sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Cahyono (1998), bahwa air merupakan salah satu unsur yang sangat penting bagi semua makluk hidup

termasuk ternak domba. Sehingga air bersih harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan diberikan secara ad-libitum. Perusahaan Agriranch berdiri pada tanggal 1 Februari 2008 yang berlokasi di desa Bra, Kelurahan Tawang Agro, Kecamatan Karangploso Malang. Misi dari perusahaan adalah ingin mengangkat peternakan di Indonesia khususnya sumber daya daging. CV Agriranch memiliki tenaga kerja sebanyak 25 orang yang terdiri dari mandor satu orang, kepala kandang satu orang, asisten operasional satu orang, asisten kandang satu orang, administrasi satu orang, anak kandang sembilan orang, 23

logistik dua orang, helper (pembantu) satu orang, security dua orang. Dari 25 orang pekerja tersebut yang bekerja khusus pada ternak domba fattening adalah sebanyak 5 orang. Untuk tenaga kerja itu sendiri berasal dari desa sekitar perusahaan. Untuk memperlancar kegiatan di perusahaan ini, maka sangat diperlukan adanya suatu susunan kepengurusan dalam menunjang kepengurusan dan kelancaran setiap kegiatan. Maka diperlukan suatu susunan tingkatan wewenang dari puncak pimpinan sampai kepada bawahan. Perusahaan Agriranch di Karangploso Malang, membuat suatu susunan kepengurusan untuk mempermudah dalam garis komando dan tanggung jawab. Struktur organisasi di perusahaan Agriranch disajikan pada Gambar 4. Manajer
Konsultan - Pakan - Kesehatan & Reproduksi Ternak

Administrasi

Kepala Unit Vetening

Kepala Unit Breeding

Tim Keswan

Tim Kandang

Tim Pakan

Tim Keswan

Tim Kandang

Tim Pakan

Security

24

Gambar 1: Struktur Organisasi Perusahaan Agriranch Keterangan : AK Helper Security : Anak Kandang : Pembantu : Penjaga

Untuk pemasaran masih dilakukan di seputar Pulau Jawa yakni Surabaya, Sukabumi, Tasikmalaya, Kediri, dan Malang. 3.2 Pemilihan Bibit dan Pencegahan Penyakit Calon Pejantan mempunyai penampilan bagus dan besar, umur 1,5-3 tahun, (3 buah gigi seri tetap), mempunyai nafsu kawin besar, sehat dan tidak cacat. (Anonimous, 2001). Menurut Prihatman (2001), ciri-ciri bibit kambing PE calon indukan yang baik adalah : Muka yang cembung (roman nosed). Telinga yang panjang dan terkulai ke bawah (seperti daun bambu). Ada perlebatan rambut di bagian punggung, daerah leher dan paha belakang. Bulunya agak kusut dan berwarna campuran hitam dan kekuningan. Umur berkisar 12 bulan (mempunyai 2 gigi seri tetap). Telah beranak minimal 1 kali. Tingkat kesuburan reproduksi sedang. Mempunyai sifat keindukan yang baik. Diusahakan berasal dari keturunan kembar (kembar dua). Memiliki dua puting yang simetris. Berat badan lebih dari 20 Kg.

25

Sehat dan tidak cacat. Secara umum kambing yang dipelihara di CV. Agriranch Peternakan Kambing/Domba adalah kambing PE, yang unggul, sehat tidak terserang oleh hama penyakit. Kambing PE tersebut dipelihara melalui program Breeding yang bertujuan untuk menghasilkan anak kambing PE. Upaya dalam mencegah kambing terjangkit oleh penyakit adalah dengan cara mengurangi parasit eksternal dengan memandikan kambing sebelum dikandangkan serta mencegah parasit internal dengan pemberian obat cacing (Prihatman, 2001). - Baru datang : multivitamin + LA untuk antibiotic (Vitoxi LA) - Tiga hari : dikasih alben (obat cacing) - 1 bulan berikutnya : dikasih hormon untuk pengguguran janin yang berasal dari pasar (Pgs 2x dikasih 2 ml) - 3 bulan berikutnya : dikasih alben (obat cacing) - Untuk kambing yang terjangkit penyakit yang menular atau tidak dikasih obat sesuai dengan kegunaannya Contoh : - Scarbies/penyakit kutil (ORF) obatnya IVOMEC - Diare : Palaferin plus multivitamin. 3.3 Pemberian pakan dan minum Pakan adalah sesuatu yang sangat berguna dan penting bagi ternak sebagai sarana pembina pertumbuhan bagi tubuh dan reproduksi. Dalam batas minimal makanan ternak kambing untuk menjaga keseimbangan jaringan tubuh dan membuat energi sehingga mampu melakukan peran dalam proses metabolisme. Kebutuhan

26

akan meningkat selama kambing masih dalam pertumbuhan berat tubuh dan pada saat kebuntingan (Murtidjo, 1993). Pakan kambing untuk induk pada umumnya diberikan 2 kali sehari ditambah makanan penguat sebanyak 300 gram/ekor/hari berupa konsentrat. Pola pemberian pakan diberikan secara bergantian yaitu konsentrat 300 gram/hari/ekor setelah itu diberikan hijauan sebanyak 4 kg/hari/ekor pada pagi hari dan 4 kg/hari/ekor pada siang hari. Hijauan diberikan pada kambing ini adalah rumput gajah dan gamal. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyono (1998) yang menyatakan bahwa pakan untuk kambing pada umumnya terdiri dari hijauan segar, rumput, legume atau aneka hijauan juga ditambah makanan penguat yang mempunyai kandungan zat makanan tertentu dengan kandungan energi relatif tinggi. Serat kasar rendah dan daya cerna relatif baik. Setiawan (2003) juga berpendapat bahwa dengan kata lain pakan utama kambing adalah hijauan (sekitar 70% dari total pakan), karena hijauan merupakan bahan pakan berserat kasar yang dapat berasal dari rumput dan dedaunan. Air minum yang diberikan kepada kambing diletakkan pada bak panjang yang terbuat dari paralon dan diberikan secara adlibitum yang diambil dari kran-kran disamping kandang. Menurut Cahyono (1998) menyatakan bahwa air minum merupakan salah satu unsur yang sangat penting bagi semua makhluk hidup termasuk domba dan kambing. Oleh karena itu, air harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup. Sumber air berasal dari air sumur bor.

27

3.4 Perkandangan Kandang yang digunakan di CV. Agriranch kambing/domba karangploso bertipe kandang kolong/panggung. Kandang kambing yang berada di lokasi PKL termasuk tipe kandang berkolong/panggung dengan dinding setengah terbuka bertipe atap gable berbahan asbes dengan lantai terbuat dari bambu. Kandang di tempat lokasi berbentuk panggung dengan tinggi atap 2,5 m dan tinggi palungan 40 cm dengan tinggi kolong kandang rata-rata 60 cm. Murtidjo (1995), menyatakan bahwa tinggi kolong adalah minimal 50 cm dengan tinggi ruang utama dari alas sampai atap adalah 2 m. Ukuran kandang yang lebih dari yang disebutkan dalam teori yang dimaksudkan untuk mempermudah aliran udara di dalam kandang. Menurut Cahyono (1998), kandang sistem kolong atau panggung mempunyai keunggulan yaitu dapat menampung kotoran dan air kencing ternak, maka konstruksi lantai dibuat berjarak dengan permukaan tanah. Sistem kandang berlantai tanah tidak terdapat kolong sehingga konstruksi lantai langsung pada permukaan tanah yang sekaligus berfungsi menampung kotoran dan air kencing. 3.5 Deteksi Birahi dan Waktu Kawin Menurut Sarwono (2002), kambing betina mulai dewasa kelamin pada umur 6-8 bulan. Pada usia tersebut kambing sudah dapat dikawinkan. Masa birahi kambing hanya terjadi beberapa saat yaitu terjadi 24-48 jam dan satu siklus estrus kambing memerlukan waktu 20-21 hari. Satu ekor pejantan dapat mengawini 20-25 ekor betina, dalam sehari dapat melakukan perkawinan 3-4 kali sebanyak 2-3 hari seminggu.

28

Perkawinan yang dilakukan oleh kambing sebelumnya harus melalui beberapa tahapan yang diantaranya adalah syarat calon induk yang akan dikawinkan. Syaratnya antara lain, ukuran badannya besar, tidak terlalu gemuk, keempat kakinya lurus dan terlihat kokoh serta tumit tinggi, tidak ada cacat di bagian tubuhnya, bentuk dan ukuran alat kelamin normal, umur lebih dari satu tahun dan telah birahi sebelum umur satu tahun, berat badan 10 kg 15 kg dan jumlah gigi dipilih yang lengkap, rahang atas dan bawah rata (Mulyono, 1998). Kambing betina yang birahi akan mendekati dan memperhatikan pejantan, menggoyang-goyangkan ekornya dan akan diam berdiri bila dinaiki pejantan. Kambing betina tersebut tidak mensekresikan lendir selama estrus dan vulva tidak oedematus. Perkawinan yang tepat adalah pada saat kambing mengalami birahi. Tanda-tandanya antara lain, tampak gelisah dan mengeluarkan suara, sering mengibas-ngibaskan ekor, nafsu makan berkurang dan vulva tampak membengkak berwarna merah (Murtidjo, 1993). 3.6 Deteksi Kebuntingan dan Saat Bunting Di lokasi PKL induk yang mengalami kebuntingan biasanya terjadi setelah 17-19 hari tidak timbul birahi dari perkawinan atau IB. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyono (1998) yang menyatakan bahwa induk bunting dapat diketahui apabila 19 hari tidak timbul birahi lagi setelah perkawinan. Tanda-tanda umum terjadinya kebuntingan pada ternak yang diamati pada tempat PKL adalah birahi berikutnya tidak timbul lagi, ternak lebih tenang, tidak suka dekat dengan pejantan, dan nafsu makan agak meningkat. Hal ini sesuai dengan

29

pendapat Cahyono (1998) menyatakan bahwa tanda-tanda kebuntingan dapat dilihat seperti berikut : a. Tanda-tanda birahi pada siklus berikutnya tidak timbul lagi. b. Domba atau kambing tampak lebih tenang dan apabila dinaiki pejantan atau sesama betina yang lain akan menghindar. c. d. e. f. Nafsu makan bertambah. Sering menggosok-gosokkan badan pada dinding kandang. Pada bagian perut sebelah kanan kelihatan membesar. Ambing atau buah susu tampak menurun.

Kebuntingan kambing yang ada di lokasi berkisar antara 147-150 hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono (1990) menyatakan bahwa lama kebuntingan kambing kurang lebih 150 hari.Pada saat bunting muda sebaiknya kambing dijaga dan dihindarkan dari hal-hal yang dapat menyebabkan keguguran dan stress. Pada tiga minggu pertama belum terlihat pertumbuhan kebuntingan yang nyata tetapi setelah 8 minggu terakhir, perut dan kelenjar ambing terlihat membesar. Dengan kidding interval sekitar 7 bulan serta manajemen pemeliharaan yang baik, maka kambing mampu melahirkan sebanyak 3 kali dalam 2 tahun.Betina atau induk yang sedang bunting perlu memperoleh perhatian yang khusus. Bila terjadi keguguran karena kelalaian berarti peternak menanggung sendiri.

30

3.7 Melahirkan Tanda-tanda menjelang kelahiran : Kelahiran atau partus adalah proses fisiologik yang berhubungan dengan pengeluaran fetus dan plasenta dari induk. Proses kelahiran akan ditunjang oleh perejanan yang kuat dari urat daging uterus, perut diafragma. Sebelum kelahiran terjadi perlu diketahui tanda-tanda kelahiran agar kita tahu tindakan apa yang perlu dilakukan. Adapun tanda-tanda kelahiran : Ambing membesar dan oedematus Vagina berlendir putih kental dan lengket segera sebelum partus jumlah lendir sangat meningkat dan menyumbat cervik mencair. Beberapa jam sebelum partus ternak memperlihatkan anoreksia dan ketidak tenangan. Menurut Cahyono (1998) yang menyatakan bahwa induk-induk kambing yang melahirkan dapat diketahui melalui perubahan fisik seperti berikut : a. Keadaan pinggul menurun. b. Ambing atau buah susu membesar dan puting susu terasa penuh. c. Alat kelamin membengkak, berwarna kemerah-merahan, dan lembab. d. Pinggul mengendor. e. Selalu gelisah, menggaruk-garuk tanah atau lantai kandang dan mengembik-ngembik.

31

f. Nafsu makan berkurang. g. Sering kencing. Di lokasi sebelum induk melahirkan harus sudah dilakukan persiapan seperti disediakan jerami yang kering, disediakan seutas benang, pisau kecil dan obat-obatan seperti Iodium atau obat merah. Pertolongan anak yang lahir sudah sesuai dengan teori yang ada. Menurut Sumoprastowo (1994) yang menyatakan bahwa anak yang sudah lahir harus dilakukan hal-hal sebagai berikut : a. Sewaktu anak dilahirkan segera bersihkan lendir yang terdapat di dalam hidung dan mulut. b. Bila kesulitan bernafas cepat-cepat pegang kedua kaki belakang, anak digantung dengan kaki di depan kedua-duanya diatas bersama-sama kepala diatas, begitu dibalik berulang kali. c. Keringkan tubuh anak dengan rumput kering atau jerami kering. d. Ikat tali pusar kurang lebih 2 cm dari perut, tali pusar disebelah luar ikatan kurang lebih 2 cm dipotong dan bekasnya diolesi dengan Iodium. e. Letakkan anak kambing di tempat hangat, bersih disudut kandang untuk bergerak bebas berlatih berdiri kemudian mulailah ia mencari tetek induknya. Induk yang melahirkan diberi air minum yang cukup, dibiarkan istirahat, diberikan rumput atau daun-daunan segar, berikan air minum ditambah gula untuk menambah kekuatan dan jerami bekas melahirkan diganti yang baru.

32

3.8 Menyusui/Laktasi Cempe diberikan makanan pertama harus memperoleh colustrum 1-2 jam post partum,mulai dari lahir sampai menyusui pertama kali diperlukan waktu 11 menit.Glubulin yang terdapat dalam colustrum yang hanya diabsorpsi dari usus dalam jangka waktu 12-36 jam post partum oleh cempe dianggap sebagai transfer immunitas. 3.9 Lepas Sapih Pada perusahaan Agriranch cempe dari umur 3 -4 bulan diberikan pakan konsentrat vetening 150 gram /ekor/hari, 4 5 bulan 250 gram/ekor/hari (vetening).Delapan bulan alat reproduksinya sudah berkembang sempurna sehingga sudah bisa di IB, sedangkan untuk indukannya setelah lepas sapih digemukkan selama 1 bulan dengan pakan 300 gram /ekor/hari (vetening) dengan kondisi performance/BJS sampai 4 selanjutnya di IB.

33

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian di tempat PKL di CV. AGRIRANCH, di peroleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Tatalaksana perkandangan, pemberian pakan dan minum di CV. AGRIRANCH sudah berjalan dengan baik akan tetapi masih ada sedikit kekurangan. 2. Pendeteksian birahi masih belum memenuhi standar ini dikarenakan pejantan pengusik yang digunakan masih dalam keadaan produktif dan tidak diberi perlakuan untuk menghindari terjadinya kesalahan pada saat pendeteksian. 3. Tatalaksana Reproduksi di CV. AGRIRANCH secara umum dapat dikatakan telah sesuai dengan prinsip-prinsip tatalaksana pengelolaan reproduksi secara teoritis. 4.2 Saran Berdasarkan penelitian di tempat PKL di CV.AGRIRANCH, diberikan saran sebagai berikut : 1. Peternakan kambing peranakan Etawa milik CV. AGRIRANCH dari segi kandang sudah dikatakan bagus dan dapat diaplikasi kepada masyarakat peternak Binaan yang baru mulai usaha ternak kambing.

34

2. Sebaiknya pendeteksian birahi menggunakan pejantan yang telah telah divaksektomi (perusakan pada vas deferns), ataupun pejantan pengusik diberi apron (celemek sebagai penghalang penetrasi penis kedalam vagina) guna menghindari terjadinya human error pada saat pendeteksian birahi berlangsung.

35

DAFTAR PUSTAKA Cahyono, B. 1998. Beternak Domba Dan Kambing. Cetakan ke-3. Kanisius. Yogyakarta. Mulyono, W. 1998. Cara Beternak Kambing. Penerbit Aneka Ilmu. Semarang. Murtidjo, A. B. 1993. Memelihara Kambing Sebagai Ternak Potong Dan Perah. Kanisius. Anggota IKAPI. Yogyakarta. _____________. 1995. Memelihara Kambing Sebagai Ternak Potong Dan Perah. Kanisius. Anggota IKAPI. Yogyakarta. _____________. 2000. Memelihara Kambing Sebagai Ternak Potong Dan Perah. Kanisius. Anggota IKAPI. Yogyakarta. Prihatman, K. 2001. Budidaya Ternak Kambing. Departemen Pertanian RI. Jakarta (Available with http//: www.deptan.go.id). Sarwono, B. 1990. Beternak Kambing Unggul. Cetakan ke-13. Penebar Swadaya. Jakarta. __________. 2002. Beternak Kambing Unggul. Cetakan ke-13. Penebar Swadaya. Jakarta. Setiawan, T dan Arsa, T. 2003. Beternak Kambing Perah Peranakan Ettawa. Penebar Swadaya. Jakarta. Sumoprastowo, C. D. A. 1994. Beternak Kambing Yang Berhasil. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.

36

LAMPIRAN Lampiran Dokumentasi Selama Kegiatan PKL Berlangsung

Tampak Depan CV. Peternakan Agriranch

37

Kambing Peranakan Etawa Jantan

Kambing Peranakan Etawa Betina

38

Pemberian Pakan Hijauan

Deteksi Birahi dengan Menggunakan Pejantan

39

Draminski (DM)

Deteksi Birahi dengan Menggunakan Draminski

40

Kawin Alam (Dengan Pejantan)

Inseminasi Buatan (IB)

41

Deteksi Kebuntingan (USG)

Cempe

42

Kandang Kambing CV. Peternakan Agriranch

43

You might also like