You are on page 1of 68

1

BAB I PENDAHULUAN

1. 1. 2. 3. 4. 5.

DASAR PELAKSANAAN Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara; Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2005 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Bab II pasal 28-30); Undang-Undang Nomor 22 tahun 2011 tentang anggaran Pendapatan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012; Peraturan Penyusunan 6. 7. 8. Pemerintah Rencana Nomor dan 21 Tahun Anggaran 2004 tentang Kerja Kementerian

Negara/Lembaga; Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan; Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah 20102014; Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Nomor 367/Menko/Polhukam/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan; 9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 38 tahun 2011 tentang Tata Cara Penggunaan hasil Optimalisasi Anggaran Belanja K/L Tahun Anggaran 2010 pada Tahun Anggaran 2011 dan Pemotongan Pagu Belanja K/L Pada Tahun Anggaran 2011 Yang Tidak Sepenuhnya Melaksanakan Anggaran Belanja Tahun Anggaran 2010.

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

2.

WAKTU PELAKSANAAN Kegiatan pemantauan dan evaluasi di Kemenko Polhukam Triwulan II dilaksanakan pada tanggal 1 sampai dengan 13 Juli 2012.

3.

SASARAN/ OBYEK PELAKSANAAN Sasaran pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pada Kemenko Polhukam Triwulan III meliputi 3 program dalam Rencana Kinerja Kemenko Polhukam, yaitu: 1. Program Peningkatan Koordinasi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, yang dibagi kedalam 4 bidang yaitu: a. Kegiatan Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri; b. Kegiatan Bidang Koordinasi Politik Luar Negeri; c. Kegiatan Bidang Koordinasi Hukum dan HAM; d. Kegiatan Bidang Koordinasi Pertahanan Negara; e. Kegiatan Bidang Koordinasi Keamanan Nasional; f. Kegiatan Bidang Koordinasi Kesatuan Bangsa; g. Kegiatan Aparatur; 2. Lainnya a. Dukungan Polhukam; b. Dukungan Manajemen dan Layanan Teknis Komisi Kepolisian Nasional; c. Dukungan Manajemen dan Layanan Teknis Komisi Kejaksaan RI; 3. Negara. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Manajemen dan Layanan Teknis Kemenko Program Layanan Manajemen dan Dukungan Teknis Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi dan

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

3 4. BAHAN Beberapa dokumen pendukung meliputi: Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010-1014, Rencana Strategis Kemenko Polhukam 20102014, Rencana Kerja Pemerintah 2012, Rencana Kinerja dan Penetapan Kinerja Kemenko Polhukam 2012, Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2012, Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) tahun 2012, serta Laporan Pelaksanaan Program dan Kegiatan dari masing-masing penanggungjawab program, dan bahan-bahan lain yang relevan terkait kegiatan pemantauan dan evaluasi tahun 2012. 5. SASARAN STRATEGIS KEMENKO POLHUKAM Sasaran strategis yang ingin dicapai dalam koordinasi kebijakan bidang Politik, Hukum dan Keamanan dalam lima tahun mendatang (2010-2014) adalah: a. Meningkatnya koordinasi perumusan dan sinkronisasi implementasi serta evaluasi kebijakan Politik Dalam Negeri; b. Meningkatnya koordinasi perumusan dan sinkronisasi implementasi serta evaluasi kebijakan Politik Luar Negeri; c. Meningkatnya koordinasi perumusan dan sinkronisasi implementasi serta evaluasi kebijakan Penegakan Hukum dan HAM; d. Meningkatnya koordinasi perumusan dan sinkronisasi implementasi serta evaluasi kebijakan Pertahanan Negara; e. Meningkatnya koordinasi perumusan dan sinkronisasi implementasi serta evaluasi kebijakan Keamanan Nasional; f. Meningkatnya koordinasi perumusan dan sinkronisasi implementasi serta evaluasi kebijakan Kesatuan Bangsa; dan g. Meningkatnya koordinasi perumusan dan sinkronisasi implementasi serta evaluasi kebijakan Komunikasi dan Informasi.

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

BAB II HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN PEMANTAUAN

A. ISU POLHUKAM PERIODE APRIL-JUNI 2012 1. 2. 3. Aksi penembakan terhadap iring-iringan rombongan Komandan Yonif (Danyon) 431 Kostrad Letkol (Inf) Indarto; Permasalahan Papua; Perselisihan antara kepolisian dan Komisi Pemberantasan Korupsi terkait dengan penuntasan kasus simulator kemudi motor dan mobil; 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Kasus penembakan dan pelemparan granat di Pos Pam Solo; Kasus penembakan di Papua; Kasus tertembaknya wartawan Nuansa TV; Kasus At Tijaniyah di Sukabumi; Kerusuhan berbau SARA yang diunggah dalam tayangan video dan beredar melalui youtube; Kemitraan strategis Indonesia-Jepang; Kekerasan di Sampang terhadap warga Syiah; Penanganan Kasus Mesuji

B. CAPAIAN KOORDINASI KEMENKO POLHUKAM Hingga Akhir September 2012, Kemenko Polhukam telah melaksanakan koordinasi dengan K/L terkait guna membahas permasalahan bidang politik, hukum dan keamanan, dengan hasil sebagai berikut: 1. Koordinasi Operasi terpadu Penertiban para perambah di Register 45 Kabupaten Mesuji, Provinsi lampung

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

5 Kondisi hutan di Register 45 setiap hari terdapat peningkatan jumlah perambah yang menimbulkan kerusakan seluas 28.100 Ha dengan menggunakan alat berat untuk mengolah lahan maupun membuat jalan dalam areal Register 45 melakukan pengrusakan hutan dengan cara membakar, meracun tanaman, menebang dan lain-lain. Kegiatan ini memancing masyarakat asli Mesuji untuk ikut melakukan perambahan dan dikhawatirkan dapat menimbulkan konflik perebutan lahan. Setelah dilakukan pembahasan dan memperhatikan saran, forum sepakat bahwa dalam menyiapkan rencana operasi terpadu, perlu masukan dari masing-masing lembaga dan instansi terkait yang tersusun secara detail. Rekomendasi kepada masing-masing instansi untuk secara intensif melakukan sosialisasi dan operasi sebagai tindak lanjut penanganan kasus daerah Mesuji. 2. Koordinasi pengamanan pelaksanaan pemilukada Provinsi DKI Jakarta Putaran II Pold metro sebagai leading sector operasi pengamanan beserta jajaran dan perkuatannya telah siap melaksanakan pengamanan Pemilukada DKI Jakarta Putara II. Dalam pergelarannya, agar SOP dan batasan yang ada benar-benar dimengerti oleh setiap anggota guna menekan dampak yang ditimbulkan, agar mengoptimalkan sarana dan prasarana yang ada serta memperkuat koordinasi sesuai dengan dinamika yang berkembang, Mabes Polri dan Mabes TNI agar menyiapkan ramalan pelibatan pasukan yang lebih besar guna mengantisipasi kemungkinan berkembangnya situasi yang mengarah pada kerusuhan yang lebih besar. 3. Koordinasi perkembangan situasi keamanan

Papua terkait penyelenggaraan Raimuna Nasional X di Provinsi Papua Raimuna Nasional X akan dilaksanakan tanggal 8-15 Oktober 2012 di Waena-Jayapura. yang diharapkan Rakor ini diselenggarakan dapat melihat sebagai secara langkah langsung antisipasi pengamanan terkait kehadiran Presiden beserta jajarannya sekaligus

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

6 perkembangan Papua terkait pemberitaan negatif tentang situasi di Papua. Pemerintah Papua diinstruksikan agar menjaga suasana Papua yang damai, aman dan tenteram menjelang, selama dan sesuai pelaksanaan Raimuna serta mempercepat proses pembangunan infrastruktur yang diperlukan untuk mendukung penyelenggaraan acara tersebut. Polda Papua dan Kodam XVII/ Cenderawasih agar melanjutkan Operasi Cipta ondisi dalam mewujudkan situasi mayarakat yang aman dan tertib. Kwarnas GerakanPramuka dan Kwarda Papua agar mempersiapkan para peserta masing-masing daerah yang akan ikut dalam kegiatan Raimuna serta mematangkan acara dan kegiatan. 4. Koordinasi pelaksanaan program kerja

Penanganan Penyelundupan Manusia, Pengungsi dan Pencari Suaka Terkait dengan permohonan menjadikan Hotel Kolekta sebagai tempat penampungan para imigran yang sudah mendapat status refugee, Pemda Kepri tidak menyetujui rencana dimaksud dan adanya kehawatiran Pemda bahwa Kepri akan menjadi Pulau Galang II. Berdasaran pembahasan, forum menyepakati bahwa Kemlu melalui KBRI akan menindaklanjuti penjajakan dengan negara-negara lain, khususnya Arab Saudi dan negara-negara yng termasuk dalam OKI mengenai pengungsi etnis Rohigya untuk mau menerima dan menyiapkan lapangan pekerjaan; sembari menunggu kesediaan negara-negara ketiga, Ditjen Imigrasi akan menentukan satu Rudenim sebagai pusat penampungan para pengungsi suku Rohigya dan dalam rangka pengamanan terhadap para pencari suaka dan pengungsi pada rudenim dan tempat penampungan launnya akan meminta bantuan pengamanan kepada pihak Polri. 5. Koordinasi membahas Gugatan Churchill Mining, Plc terhadap Pemerintah RI Pada tanggal 22Juni 2012 proses gugatan Churchill Mining, Plc (CM) terhadap Pemerintah RI (Presiden, Bupati Kutai Timur, Menteri ESDM, Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

7 Menteri Kehutanan, Menteri Luar Negeri, Kepala BKPM) di ICSID (International Centre for Settlement of Investment Disputes ) secara resmi telah dimulai dengan didaftarkannya gugatan dimaksud oleh Sekjen ICSID. Untuk menghadapi gugatan tersebut, Presiden telah memberi arahan bahwa yang mewakili Pemerintah Indonesia adalah 4(empat) pejabat, yaitu Mendagri, Menteri Hukum dan HAM ( leading sector) , Jaksa Agung dan Kepala BKPM. Terdapat 2 (dua) opsi proses penanganan kasus gugatan tersebut: a. khususnya Melanjutkan proses yang sudah berjalan, menindaklanjuti kesepakatan antara CM dan Pemerintah RI, dalam hal ini diwakili Jaksa Agung yang tertuang dalam Term of Appointment of Arbitral Tribunal yang mengatur time frame penunjukan para arbiter yang akan memutuskan kasus ini; b. Penunjukan penanganan masalah ini kepada Pemkab Kutai Timur dalam rangka menghindari dampak yang ditimbulkan apabila Pemerintah RI kalah dalam gugatan tersebut. Masing-masing pejabat yang digugat dalam perkara ini tidak perlu melakukan respon secara sndiri-sendir, akan tetapi dilakukan secara kolektif melalui pengacara negara. Kemkumham agar segera menyiapkan Perpres yang mengatur penunjukan lawyer dan arbiter serta dukungan anggaran, BKPM agar melakukan kajian komprehensif mengenai apakah gugatan CM mempunyai dasar yang kuat untuk dapat menggunakan Bilateral Investment Treaty RIInggris 1976. 6. Koordinasi Repatriasi WNI di Suriah dan

Penanganan WNI Overstayer di Jeddah Konflik Suriah telah berlangsung lebih dari setahun, para pemberontak yang terinspirasi oleh revolusi di Tunisia, Mesir dan Libya meuntut Presiden Bashar Al-Assad mundur setelah berkuasa hampir 12 tahun karena dinilai sarat dengan korupsi dan nepotisme. Kontak bersenjata Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

8 antara pasukan pemerintah dengan pihak oposisi semakin meningkat. Saat ini WNI yang ada di Suriah yang mayoritas berstatus sebagai tenaga kerja jumlahnya sekitar 12.500 orang, sedangkan yang tinggal di Damaskus kebanyakan bekerja sebagai staf kedutaan dan pelajar di beberapa universitas. Sedangkan terkait pemulangan WNI overstayer secara terus menerus dilakuakn baik oleh Indonesia (repatriasi) maupun oelh Arab Saudi (deportasi). Tercatat rata-rata 20.000 orang dipulangkan setiap tahunnya sejak 2005. Pemerintah Arab Saudi akan mengembalikan fungsi karantina imigrasi sebagai penampungan merekayang terlibat kriminal, adapun untuk WNIO akan ditampung sementara di Madinatul Hujjaj dengan biaya SR15/kepala untuk akomodasi. Arab Saudi belakangan gencar melakukan operasi dan penangkapan terhadap mafia penyelundup WNIO di wilayah Jeddah yang melakukan pelanggaran. Terhadap kasus WNI di Suriah, forum sepakat merekomendasikan kepada Kemlu agar melanjutkan diplomasi kepada Suariah untuk percepatan evakuasi WNI terutama untuk memperoleh exit permit. K/L yang dalam DIPA TA 2012 terdapat anggaran yang berkaitan dengan panangananWNI dari luar negeri supaya mengalokasikan dananya untuk mendukung tugas TimTerpadu, khususnya pemulangan WNI dari Jakarta ke daerah asalnya. Terhadap penanganan WNIO, prosesnya akan dikoordinasikan oelh Kemenko Kesra yang diminta untuk segera melakukan langkah yang diperluakn dalam penanganan WNIO. Selama proses belum selesai, K/L terkait agar tidak mengeluarkan pernyataan atau kebijakan sendiri untuk mencegah timbulnya hal-hal yang kontra produktif.

C. LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN Hingga akhir bulan Bidang Politik Dalam Negeri September, beberapa capaian yang dilaksanakan oleh Kedeputian Bidang Koordinasi Politik Dalam Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

9 Negeri sebanyak 4 laporan rapat, 4 Telaahan, 2 Lap. Pemantauan dan 2 Laporan Situasi, dengan rincian berikut. 1. Laporan pelaksanaan kunjungan kerja Ke manokwari, Propinsi Papua Barat Tanggal 11 s/d 14 juli 2012, dengan rincian sebagai berikut: a. Melalui kunjungan berkala yang diharapkan dapat dapat diperoleh dan

inventarisasi

masalah

dikomunikasikan

dikoordinasikan dengan jajaran Pemprov dan pejabat setempat, serta tokoh-tokoh Papua Barat. b. Terjalinnya komunikasi yang konstruktif secara rutin antar pejabat di lingkungan Kemenko Polhukam dengan pejabatpejabat setempat guna mempererat rasa pengertian dalam mendukung pelaksanaan tugas. Adanya Pertemuan konsultatif diharapkan dapat mengkonsolidasikan pandangan dan menjembatani perbedaan dalam rangka menjalin hubungan yang lebih konstruktif antar pusat dan daerah;

Rekomendasi yang diajukan: c. Perlunya penggalakan diseminasi informasi di dalam dan di luar negeri, khususnya mengenai pembangunan di Papua dalam rangka meluruskan persepsi masyarakat di dalam maupun di luar negeri terhadap Papua. d. Perlunya diadakan forum lanjutan berupa FGD/Seminar untuk lebih membulatkan temuan data ini dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat yang ada di Papua Barat. e. Perlu dilakukan langkah-langkah konstruktif untuk peningkatan rasa nasionalisme pada generasi muda melalui jalur pendidikan mulai dari tingkat SD sampai ketingkat perguruan tinggi. f. Perlunya peningkatan perhatian pemerintah pusat, khususnya di bidang peningkatan kesejahteraan rakyat masyarakat seperti kesehatan, pendidikan dan kewirausahaan. Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

10

2. Bahan

pertimbangan

staf

atas

substansi

usulan

pembentukan

peraturan tentang kewenangan MRP dalam penyelesaian Hak-hak Masyarakat Adat di Papua Barat, dengan rincian sebagai berikut: a. Pokok persoalan: MRPB berniat ikut berperan aktif dalam penyelesaian sengketa tanah hak ulayat dalam suku-suku adat di Papua dan Papua Barat, namun dinilai kewenangan yang telah melekat saat ini pada MRP belum memadai, sekalipun telah diatur secara yuridis formal pada UU 21/2001 (UU Otsus), Pasal 20, huruf e; dan PP 54/2004 (PP MRP), Pasal 36, huruf e. (Catatan: formulasi kewenangan MRP pada huruf e, yaitu: memperhatikan dan menyalurkan aspirasi, pengaduan, masyarakat adat, umat beragama, kaum perempuan dan masyarakat pada umumnya yang menyangkut hak-hak orang asli Papua, serta memfasilitasi tindak lanjut penyelesaiannya).

b. Fakta yang mempengaruhi, yaitu: 1) Tentang locus di Papua Barat, sesungguhnya MRPB telah mempedomani UU 35/2008 (Perppu Nomor 1/2008 tentang Perubahan atas UU 21/2001). 2) Tentang pelaksanaan tugas dan kewenangan MRP, sesungguhnya MRPB telah mempedomani UU 21/2001 Pasal 20 dan PP 54/2004Pasal 36, 37, 38, 39, 40, 41. 3) Tentang uraian pelaksanaan tugas dan kewenangan MRP, didalam TOR tidak terungkap MRPB sempat meneliti substansi Perdasus MRP Nomor 4/2008 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang MRP, khususnya Pasal 18, 19, 20, 21, dan 22 ( terlampir) yang secara konkrit membahas mekanisme formulasi kewenangan Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

11 MRP pada huruf e dari Pasal 20 UU 21/2001 dan Pasal 36 PP 54/2004. 4) Tentang Hak-hak masyarakat adat, sesuai UU 21/2001, Pasal 43, ayat (2), terdiri dari: a) hak ulayat masyarakat hukum adat; dan b) hak perorangan para warga masyarakat hukum adat yang bersangkutan . Pada ayat (1) disebutkan bahwa Pemerintah Provinsi Papua (termasuk Provinsi Papua Baratsesuai UU 35/2008) wajib mengakui, menghormati, melindungi, memberdayakan dan mengembangkan berlaku. 5) Tentang penyelesaian sengketa tanah hak ulayat harus berpedoman pada ketentuan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat. (Catatan: pemaknaan dari tanah ulayat adalah bidang tanah yang diatasnya terdapat hak ulayat dari masyarakat hukum adat; sedangkan hak ulayat adalah kewenangan menurut hukum adat yang dipunyai masyarakat hukum adat pada wilayah tertentu). c. Usulan MRPB kepada Mahkamah Agung adalah wajar dan sangat memerlukan pertimbangan secara seksama dan penuh tanggungjawab agar tidak menimbulkan implikasi tumpang-tindih kewenangan dalam mengelola Hak-hak masyarakat adat Papua yang dinilai sensitif (isu diskriminasi) dan masih terus diberdayakan dalam konteks Otsus. d. Substansi pasal-pasal dalam UU 21/2001, UU 35/2008, PP 54/2004 dan Perdasus 4/2008 yang terkait dengan kewenangan MRP maupun MRPB masih relevan dan telah sesuai dengan Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012 hak-hak masyarakat adat dengan berpedoman pada ketentuan peraturan hukum yang

12 pembagian wewenang, tugas dan tanggungjawab yang tegas dan jelas antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif serta MRP maupun MRPB sebagai representasi kultural orang asli Papua. e. Perlu kiranya mengundang Pimpinan MRPB untuk koordinasi dan berdiskusi membahas materi usulan pembentukan peraturan kewenangan MRP dalam penyelesaian Hak-hak masyarakat adat sebagai wujud komunikasi konstruktif yang dilaksanakan di kantor Kemenko Polhukam. f. Perlu kiranya mendorong Kemdagri dan Kemenkumham untuk memberikan pendampingan dan penguatan kepada MRP maupun MRPB dalam upaya melengkapi kemampuan anggota MRP maupun MRPB dalam kegiatan legal drafting, khususnya dalam penyusunan agenda Rancangan Perdasus sebagai penjabaran UU 21/2001 dan UU 35/2008

3. Laporan Hasil Rapat Tentang Pembahasan Program dan Workplan Dukungan AusAID Periode 2012-2013 untuk Pemilu 2014 di Bappenas, dengan rincian sebagai berikut: a. Pokok pengantar: dana hibah dari AusAid, dengan nilai Aus $ 2.280.000 s.d 2.726.000; mitra di Indonesia adalah KPU Pusat, beberapa KPU Provinsi, KIP Aceh, Bawaslu Pusat, beberapa Panwas di daerah, Kemendagri dan DPR; b. Diskusi yang berkembang dalam rapat, yaitu: 1) Membahas masukan/pertimbangan Ketua DKPP (Bapak Jimly Asshidiqie), bahwa agar diupayakan dana hibah asing yang terkait dengan KPU tidak menyentuh tahapan penyelenggaraan Pemilu/Pemilukada. 2) Membahas tindak lanjut atas realisasi kegiatan Lembaga Donor yang telah diprogramkan Bappenas untuk

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

13 Pemilukada Provinsi Papua yang masih tertunda-tunda pelaksanaannya c. Kesimpulan rapat pada prinsipnya para peserta menyambut baik Bantuan Luar Negeri (BLN) dari Australia untuk mendukung pelaksanaan Pemilu 2014 agar proses demokrasi lebih berkualitas dan kredibel sepanjang tidak bertentangan dengan kebijakan Pemerintah dan ketentuan perundang-undangan, dengan beberapa tindak lanjut, yaitu: 1) Terkait dengan masukan/pertimbangan Ketua DKPP, maka Bappenas akan melakukan konsultasi pemantapan dengan Para Komisioner KPU dan Bawaslu untuk menentukan kegiatan yang tidak menyentuh tahapan penyelenggaraan Pemilu/Pemilukada, waktunya pada minggu ini juga. 2) Terkait dengan realisasi kegiatan Lembaga Donor yang telah diprogramkan Bappenas untuk Pemilukada Provinsi Papua yang masih tertunda, maka teknis Bappenas tanpa akan mengelola rapat koordinasi melibatkan

Lembaga Donor, waktunya pada minggu depan ( tentative). 3) BLN khususnya bagi dukungan Pemilu/Pemilukada di Papua ditunda dan akan ditentukan kemudian mengingat penyelesaian sengketa politik (DPRP Vs KPU/D) masih diproses oleh MK (Putusan Sela). Pada posisi tersebut, dukungan BLN berpotensi kontra produktif karena akan terlibat dalam proses tarik-menarik (trade-off) kewenangan/kepentingan terkait ketentuan rezim otonomi khusus (DPRP) Vs rezim Pemilu/Pemilukada (KPU/D). Diharapkan ke depan, Putusan MK bersifat final dan mengikat serta menjadi kesepakatan bersama antar stakeholder di Papua dalam proses penyempurnaan formula perundang-undangan.

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

14 4) UU mengatur bahwa KPU dan Bawaslu sebagai Lembaga Penyelenggara Pemilu bersifat nasional dan mandiri, sehingga Pemerintah dan lembaga lainnya termasuk lembaga donor tidak dapat mempengaruhi (intervensi) tugasnya sebagai lembaga independen. Oleh karena itu sesuai dengan UU, KPU dan Bawaslu hanya dapat menggunakan APBN dan tidak diijinkan menggunakan BLN karena tidak tercantum dalam UU APBN untuk KPU/Bawaslu

4. Rapat Koordinasi Membahas hasil putusan Mahkamah Konstitusi tanggal 24 Juli 2012 terkait Pemilukada Di Kabupaten Yapen, Provinsi Papua, dengan rincian sebagai berikut: a. Masyarakat Kabupten Kepulauan Yapen harus tunduk dan taat dalam melaksanakan keputusan MK karena Keputusan tersebut bersifat inkrah dan final, sehingga diharapkan pelakasanaan pelantikan dapat dilaksanakan tanpa ada ganguan keamanan. b. Keputusan MK tanggal 30 Desmber 2010 dan putusan tanggal 24 Juli 2012 adalah merupakan suatu kesatuan yang saling menguatkan, sehingga anggapan selama ini bahwa keputusan MK tidak konsisten adalah tidak benar. c. Kemendagri dalam waktu yang tidak terlalu lama (Seminggu) akan mengeluarkan SK Pelantikan Bupati Kepulauan Yapen, sehingga di harapkan dapat memberikan kepastian bagi masyarakat Kabupaten Kepulauan Yapen d. Aparat Pemerintah daerah dan aparat keamanan harus bersinergi dalam melaksanakan pengamanan khususnya baik pada waktu menjelang pelantikan maupun saat pelaksanaan pelantikan Bupati terpilih.

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

15 e. Perlunya pendekatan dengan tokoh masyarakat agar pelaksaan menjelang pelantikan Bupati terpilih dalam suasana yang kondusif. Rekomendasi f. Diharapkan agar proses persiapan pelantikan Bupati terpilih Kabupaten Kepulauan Yapen dapat di fasilitasi oleh Desk Papua untuk mencegah terjadinya permasalahan keamanan seperti kasus Pemilukada Kabupaten Dogiyai. g. Mendorong Kemendagri untuk memerintahkan Pj. Bupati Kabupaten Yapen agar membantu anggaran khususnya dalam tahap pelantikan Bupati terpilih terkait dengan rumor bahwa dana pelantikan masih bermasalah.

5. Rapat Perkembangan Pemilukada Kabupaten Dogiyai Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi, dengan rincian sebagai berikut: a. Adanya isu tentang Ketua KPU Kab. Dogiyai yang tidak mau menerima Putusan MK, telah memicu masyarakat untuk menentang Putusan MK, dan terpancing untuk melakukan tindakan anarkhis. b. Keamanan situasi di daerah seharusnya diputuskan oleh aparat keamanan, namun di Kabupaten Dogiyai ternyata diputuskan secara sepihak oleh KPU Kab. Dogiyai, hal ini terbukti dari lokasi pleno yang telah dipindahkan di Nabire dan Makasar. c. Adanya pemilukada ulang di Distrik Piyaiye telah merubah hasil akhir Pemilukada. d. Ada kecenderungan seolah-olah dari pihak yang kalah dalam Pemilukada menganggap bahwa KPUD tidak netral. Kemudian Pihak yang dikalahkan merasa tidak puas dan memanfaatkan masyarakat untuk melakukan tindakan anarkhis. Rekomendasi : Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

16 e. Hasil rapat menyepakati, bahwa melalui Bawaslu agar KPU melakukan klarifikasi. Seandainya ditemukan adanya penyimpangan yang dilakukan oleh KPU Kab. Dogiyai maka perlu dilakukan sidang kode etik; f. Untuk mengklarifikasi, disarankan untuk dapatnya mengundang KPU Kab. Dogiyai, KPU Prov. Papua, KPU, Panwaslu, Dandim, Kapolres dan PPD Distrik Piyaiye dalam rangka mendengarkan masukan dari pihak-pihak yang secara langsung berada di lapangan; g. Mendorong KPU untuk senantiasa melakukan pembinaan kepada KPUD.

Bidang Politik Luar Negeri Pada periode triwulan III, beberapa capaian yang dilaksanakan oleh Kedeputian Bidang Koordinasi Politik Luar Negeri sebagai berikut.

6. Persiapan Keketuaan dan Ketuanrumahan Indonesia pada Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) tahun 2013, dengan garis besar sebagai berikut: a. Saat ini Kementerian Luar Negeri tengah mempersiapkan berbagai hal terkait penyelenggaraan KTT APEC 2013, dimana Indonesia akan menjadi Ketua dan sekaligus tuan rumah. Langkah-langkah yang diambil dalam persiapan kali ini memiliki kemiripan dengan langkah-langkah yang diambil oleh Kemlu ketika Indonesia menjadi Ketua ASEAN tahun 2011. b. Sebagai pembanding saat Indonesia menjadi Ketua ASEAN tahun 2011 akan diterbitkan Keputusan Presiden (Keppres) terkait Panitia Nasional dalam rangka menyambut Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2011 yang antara lain memuat unsur-unsur Substansi, Media dan Hubungan Masyarakat, dan Pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi.

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

17 c. Mengingat dalam Keketuaan Indonesia pada ASEAN tahun 2011 terdapat isu pembahasan terkait politik keamanan, maka dalam Keppres khususnya pada unsur substansi bidang komunitas politik dan keamanan ASEAN, selaku koordinator Bagian Komunitas Politik dan Keamanan ASEAN adalah Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan. Namun berhubung pada KTT APEC tidak terdapat substansi terkait tupoksi Kemenko Polhukam, maka tampaknya tidak ada keterlibatan langsung Kemenko Polhukam dalam kegiatan ini. d. Terkait bidang pengamanan sesuai Keppres ditunjuk sebagai Ketua adalah Kepala Staf Umum Markas Besar TNI dan wakil ketua adalah Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia. Dalam pelaksanaannya, rapat Menko Polhukam bidang beberapa kali yang mengadakan koordinasi keamanan

melibatkan Panglima TNI, Kapolri, Ketua BIN, BAIS dan Pangdam setempat. Rapat saat itu diselenggarakan di Jakarta dan di Denpasar mengingat kegiatan ASEAN diselenggarakan di dua tempat tersebut.

7. Analisa Singkat tentang Pesawat EA-18/Grawler dan Kemungkinan Kerjasama Militer dan Pertahanan dengan Australia, dengan rincian sebagai berikut: a. Analisa berkaitan dengan rencana Australia untuk mengauisisi kemampuan airborne electronic attack dan tawaran kerjasama militer dan bidang pertahanan lainnya; b. Berdasarkan pertimbangan keuntungan dan kerugian, maka diajukan saran sebagi berikut: 1) Bila menerima inisiatif Menhan Australia dan

menindaklanjutinya dengan meningkatkan kerjasama di bidang pertahanan, kita tetap harus mengedepankan prinsip kesetaraan sebagai negara berdaulat; Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

18 2) Bila kita menunda, perlu mempertimbangkan kemungkinan kerjasama dengan negara lain sebagai antisipasi bila harus berhadapan dengan Australia; 3) Di luar kerjasama dengan Australia, perlu juga memacu Kementrian Pertahanan Indonesia untuk menjajagi kemungkinan pengembangan kemampuant ersebut bagi TNI AU serta teknologi lain untuk menangkal kemampuan tersebut.

8. Catatan Hasil Pembicaraan Kunjungan Kehormatan Tiga Menteri Australia kepada Menko Polhukam, tanggal 5 September 2012, dengan rincian sebagai berikut: a. Pada tanggal 5 September 2012, 3 (tiga) Menteri Australia, yaitu Menteri Pertahanan, Stephen Smith; Menteri Transportasi dan Infrastruktur, Anthony Albanese; dan Menteri Kehakiman dan Dalam Negeri, Jason Clare telah melakukan kunjungan kehormatan kepada Menko Polhukam. Dalam kesempatan tersebut Menko Polhukam didampingi oleh Sesmenko, Deputi Bidkoor Pollugri, Deputi Bidkoor Kumham, dan Deputi Bidkoor Hanneg. b. Menteri Pertahanan (Menhan) sebagai juru bicara utama dari pihak Australia menyampaikan bahwa kunjungan kerja mereka adalah kunjungan formal pertama dari para Menteri yang menangani masalah-masalah defence cooperation. Selanjutnya disampaikan bahwa hubungan Australia dengan Indonesia saat ini berada di posisi terbaik yang pernah ada dan siap untuk mengawal agar hubungan kedua Negara tetap berjalan baik. Hubungan people to people di antara kedua Negara terus meningkat, mencapai 180.000 orang/tahun; c. Ybs kemudian menyampaikan tentang bidang-bidang yang masih dapat terus dikembangkan antara lain: Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

19 1) Dalam hal mengisi Defense Cooperation Agreement; 2) Realisasi Maritime Cooperation; 3) Meningkatkan Peace Keeping Operation dan kerjasama peningkatan Indonesian Peace and Security Center (IPSC) yang ada di Sentul, Bogor d. Menanggapi hal-hal yang telah dikemukakan oleh para Menteri tersebut, Menko Polhukam menyampaikan terima kasih atas kesediaan Australia untuk menyediakan kerjasama di bidangbidang yang telah disebutkan. Khusus mengenai pesawat terbang dan kapal Australia yang membantu kapal-kapal yang berada dalam keadaan bahaya (distress), maka dirasa perlu untuk menentukan standard operating procedure (SOP) yang harus disesuaikan dengan peraturan lalu lintas udara Indonesia e. Menko Polhukam juga menyampaikan bahwa kerjasama untuk kemanusiaan harus terus ditingkatkan tanpa melanggar aturanaturan internasional yang berlaku dan juga perlunya komunikasi terus menerus antara BASARNAS AMSA Bakorkamla f. Dalam rapat koordinasi membahas evaluasi aplikasi program flight clearance information system (FCIS) yang diselenggarakan oleh Kedeputian Bidkoor Pollugri pada tanggal 5 September 2012, kami telah menanyakan tentang aturan main mengenai pesawat udara yang memasuki wilayah Indonesia. Peserta rapat menyatakan bahwa antara BASARNAS dengan AMSA terdapat MoU yang salah satu pasalnya menyampaikan bahwa untuk tujuan kemanusiaan, pesawat AMSA dapat beroperasi di ruang udara Indonesia tanpa melalui langkahlangkah persyaratan/prosedur yang berlaku seperti biasanya, namun hal itu tidak berarti bahwa kapal Australia yang membantu kapal-kapal yang berada dalam keadaan bahaya tersebut tidak perlu meminta ijin kepada Indonesia. Mereka tetap perlu menyampaikan ijin hanya akan diperlakukan secara khusus (proses perijinan yang cepat) Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

20

9. Hasil Rapat Koordinasi Tentang Evaluasi Aplikasi Program Flight Clearance Information System (FCIS), dengan rincian sebagai berikut: a. Rapat membahas beberapa isu berkaitan dengan program FCIS yaitu: 1) 2) Masalah Teknis berkaitan dengan program; Sosialisasi: penanggungjawab, objek, dan metode

sosialisasi; chain of informational/ buku pintar/ academic papers/ electronic sources; 3) Sekretariat utk menampung masukan baik permasalahan maupun saran masukan; 4) 5) Contact points setiap institusi/ pihak yang terkait; Regenerasi operator dan pejabat kunci baik di Kemlu, Kemhub, Kemhan, Mabes TNI, Kemenko Polhukam dan instansi/ pihak terkait lainnya; 6) 7) 8) 9) Instansi terkait lain yang perlu masuk dalam jaringan; Bentuk pengajuan dari negara asing: manual/ electronic; Penanganan permohonan mendadak; Protap untuk pengeluaran FC bagi pesawat Survei/ foto Asing; 10) Hal-hal lain dalam permasalahan yang disampaikan pihak-pihak terkait.

b. Walaupun penerapan system ini belum mencapai 100%, namun manfaatnya sudah bias dirasakan oleh pelaksana di lapangan; c. Dengan adanya points of contact, semua pihak terkait akan mudah melakukan koordinasi langsung baik berkaitan dengan teknis, maupun kebijakan;

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

21 d. Polhukam memegang peranan penting, terutama untuk

memecahkan permasalahan yang tidak dapat dipecahkan oleh pihak-pihak terkait. Saran Staff e. Setelah mengetahui efektifitas system ini di lapangan dan adamya keinginan dari beberapa instansi, khususnya yang berkaitan dengan pengamanan di laut untuk masuk kedalam jaringan laut. f. Dengan disepakatinya Kemenko Polhukam menjadi koordinator, maka perlu ada perangkat FCIS di Kemenko Polhukam sebagai sarana monitoring. ini, maka perlu kiranya Kemenko Polhukam mengkoordinir penerapan system serupa untuk keamanan di

10. Laporan Kunjungan Kerja Duta Besar Amerika Serikat di Jakarta kepada Sesmenko Polhukam, tanggal 13 September 2012, dengan rincian sebagai berikut: a. Pada tanggal 13 September 2012, Duta Besar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, H.E. Scot Marciel didampingi oleh Deputy Political Counselor US Embassy, Casey Mace, dan 1 (satu) orang penerjemah Dubes, Bhimasena Haryotelah melakukan kunjungan kerja kepada Sesmenko Polhukam.Pada kesempatan tersebut Sesmenko Polhukam didampingi oleh Plh.Deputi Bidkoor Pollugri dan Asdep 1/II Pollugri; b. Pada dasarnya kedatangan Dubes AS berkaitan dengan insiden di Benghazi, Libya yang menewaskan Dubes AS untuk Libya dan 3 (tiga) orang stafnya. Hal ini sesuai dengan arahan Kemlu AS, agar para Dubes AS di berbagai belahan dunia meningkatkan kewasapadaan dan keamanan bagi seluruh personil dan kompleks diplomatik AS; Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

22 c. Kami menegaskan bahwa pemerintah terus memantau perihal keamanan perwakilan asing di Indonesia. Kami juga mengharapkan agar pemerintah AS membantu Indonesia untuk meredam opini publik AS agar tidak membesar-besarkan isu HAM berkaitan dengan penanganan kerusuhan bagi para aparat keamaman dilapangan sekiranya menghadapi massa yang sulit terkendali.

Bidang Hukum dan Hak Azasi Manusia Beberapa capaian yang dilaksanakan oleh Kedeputian Bidang Koordinasi Hukum dan HAM pada periode triwulan Ketiga adalah sebagai berikut:

11.Pembahasan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1267, dengan poin penting sebagai berikut: a. Rapat pembahasan RUU Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme (RUU PPTPPT) di Kemenkumham, tanggal 10 Februari 2012, telah menyepakati untuk tidak mencantumkan BAB VIII (Daftar Teroris dan Organisasi Teroris yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB), yang merupakan implementasi dari resolusi Dewan Keamanan PBB 1267 dalam RUU PPTPPT, pelaksanaan resolusi DK PBB 1267 mencakup penerapan sanksi DK PBB yang terkait dengan pembekuan aset, larangan bepergian dan embargo senjata. b. Penerapan resolusi DK PBB 1267 dalam Legislasi Nasional memerlukan pertimbangan yang matang, mengingat dampak hukum dan ramifikasi politik yang dapat timbul dikemudian hari dari penerapan Resolusi tersebut dan belum adanya kebijakan pemerintah yang jelas mengenai penerapan atas seluruh Resolusi DK PBB

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

23 c. Terkait hal tersebut kami telah mengadakan beberapa kali

koordinasi dengan Kemenkumham, Kemenlu, dan PPATK yang intinya harus disusun Mekanisme Pelaksanaan Resolusi DK PBB 1267 sebagai pedoman bersama instansi terkait d. Pembahasan Implementasi Resolusi DK PBB 1267 tersebut diharapkan dapat diselesaikan sebelum bulan Pebruari 2013 agar terhindar dari counter measure sesuai Protokol International Cooperation Review Group (ICRG). e. Untuk memfinalkan Mekanisme Pelaksanaan Resolusi DK PBB 1267, berdasarkan hasil koordinasi dengan Kepala PPATK (selaku pemrakarsa) dan Dirjen Multilateral Kemenlu direncanakan akan dibahas dalam Rakorsus di Kemenko Polhukam pada tanggal 2 Agustus 2012, dengan mengundang K/L terkait

12. Permintaan Pendapat Hukum terhadap usulan remisi perubahan Pidana Penjara Seumur Hidup menjadi Pidana Penjara Sementara, dengan rincian sebagai berikut: a. Presiden menerima surat Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH.PK.01.02.02-11 tanggal 12 Juli 2012 perihal usul pemberian remisi perubahan pidana penjara seumur hidup menjadi pidana penjara sementara atas nama narapidana Sdr. Suratman als. Yatman bin Ahmad Samidi, dll. Sebanyak 76 (tujuh puluh enam) orang; b. Usulan pemberian remisi perubahan pidana penjara seumur hidup menjadi pidana penjara sementara tersebut diajukan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 2012; c. Untuk memberikan pendapat hukum terkait usul pemberian remisi perubahan pidana penjara seumur hidup menjadi pidana penjara sementara, direncanakan akan dibahas dalam

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

24 Rakorsus di Kemenko Polhukam pada tanggal 7 Agustus 2012, dengan mengundang K/L terkait, antara lain : Kemenkumham, Sekretariat Negara RI, BNN, BNPT, Mabes POLRI, BIN, Kejagung dan Staf Khusus Menko Polhukam.

13. Laporan Hasil Rapat Koordinasi Khusus Kebijakan Pemerintah RI terhadap Implementasi Resolusi DK PBB 1267, dengan rincian sebagai berikut: a. Dit. KIPS, Kemlu. Empat pilar dalam menanggulangi terorisme adalah

memperhatikan

rootcauses,

menggalakkan

kerjasama

Internasional, peningkatan capacity building aparat, dan penanganan tetap dalam koridor HAM. Penyusunan Resolusi 1267 hanya di draft oleh 15 negara, tidak melibatkan Majelis Umum. Pada khususnya Resolusi 1267 ditargetkan pada rezim Alqaida dan Taliban, dengan mencantumkan 3 sanksi utama, yaitu asset freezing, travel ban dan arms embargo. Menanggapi resolusi tersebut Indonesia WNI, perlu mempertimbangkan perlindungan berkenaan

pencantuman consolidated list akan menimbulkan masalah bagi WNI dan badan hukum Indonesia. Permasalahan dari penerapan Resolusi 1267 adalah dapat diabaikannya proses hukum. Disamping itu dikuatirkan objektif Resolusi 1267 memberi kanalisasi kepada masalah internal RI b. Dit. PI Polkamwil, Kemlu. Harus ditentukan bagaimana sikap pemerintah RI terhadap keputusan-keputusan Dewan Keamanan PBB agar tidak merugikan kepentingan nasional.

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

25 Penerapan Resolusi 1267 perlu kajian khusus karena akan menimbulkan persoalan-persoalan politik, keamanan dan HAM. Karakter Resolusi 1267 sebagai produk Dewan Keamanan PBB harus dikaji berkaitan dengan hukum RI, khususnya perihal pemblokiran berkaitan dengan tindak pidana. Penerapannya tidak saja masalah pemblokiran tapi juga dapat menimbulkan ramifikasi politik dan hukum. c. Bareskrim POLRI Permasalahan yang timbul dari listing sebagai dampak Resolusi 1267 adalah bagi mereka yang telah menjalani hukuman, nama mereka pada consolidated lists tidak dicabut. Disamping itu terdapat korban dari nama-mana serupa yang sama sekali bukan terorisme. Aset yang dicantumkan dalam list juga dapat menimbulkan masalah. Tidak ada tata aturan pemerintah RI untuk membekukan suatu aset yayasan. Sehingga perlu payung hukum yang jelas agar dapat dipertanggung jawabkan.

d. BNPT Dalam menanggapi Resolusi 1267 ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu : Tidak merugikan kepentingan nasional Tetap menegakkan perlindungan HAM. Tidak bertentangan dengan hukum nasional

e. Kejagung Dalam menyikapi Resolusi 1267, kita telah menjalankan beberapa upaya pidana. Antara lain orang-orang yang Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

26 termasuk dalam list tersebut seperti Baashir dan Umar Patek telah menjalani proses hukum. Bagaimanapun RUU yang disusun oleh PPATK selaku pemrakarsa perlu didorong sebagai dasar penegakan hukum, karena untuk menindaklanjuti suatu kasus perlu terdapat delik terlebih dahulu. Bagaimana mengadakan perlindungan terhadap Warga Negara dan Badan Hukum RI f. Sekretariat Kabinet Tidak langsung berkaitan dengan substansi tapi hanya dapat memberikan masukan perihal tata cara ratifikasi. Dalam memberikan ratifikasi harus diperhatikan apakah isu tersebut dapat membelenggu dan memberi kendala dan dampak negatif bagi kepentingan nasional. Namun berkaitan dengan regulasi nasional, perlu juga diperhatikan agar Indonesia tidak dicap sebagai Negara terorisme. g. Sekretariat Negara Opsi sekiranya akan diterbitkan Peraturan Bersama perihal pemblokiran aset perlu pertimbangan khusus, mengingat Peraturan Bersama tidak cukup kuat dan mengikat. Perlu kajian perihal resiko yang dirugikan secara ekonomi apabila tidak menepati ketentuan FATF. Perlu klarifikasi apakah permintaan FATF merupakan regulasi atau aktivitasnya. h. BPN

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

27 Regulasi yang bersifat praktis sebagai pedoman tindakan dari BPN harus ada ketentuannya dulu baru ditindak lanjuti secara administratif. Pemblokiran itu dari Kejaksaan/Kepolisian. Yang bisa disita itu hak atas tanah yang ada titelnya, sepanjang ada aturan untuk pemblokiran i. PPATK Mekanisme pelaksanaan Resolusi 1267 merupakan

kesepakatan, jadi tidak mengacu pada hukum yang berlaku. Bentuk dari mekanisme tersebut jangan berupa Perpres, jangan sampai pemerintah RI menjadi tersandera j. Kesimpulan Rapat Implementasi Resolusi DK PBB 1267 akan ditindak lanjuti dengan regulasi. Vocal point-nya adalah PPATK. Rakorsus berikutnya akan diadakan setelah tanggal 5 September 2012, menunggu pertemuan dengan Utusan PBB dengan PPATK 14.Rekomendasi Komnas HAM Atas Penyelesaian Permasalahan

Tambak Udang Eks. Dipasena, dengan atensi sebagai berikut: a. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) telah menerima pengaduan dan surat permohonan mediasi dari Perhimpunan Petambak Plasma Udang Windu (P3UW) yang menyampaikan keberlangsungan usaha petambak plasma eks Dipasena yang semakin tidak jelas penyelesaiannya, seperti masalah revitalisasi yang tak kunjung selesai hingga kasus pemutusan aliran listrik oleh PT. Aruna Wijaya Sakti (PT. AWS);

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

28 b. Komnas HAM telah menindaklanjuti pengaduan tersebut

dengan mengadakan kunjungan kerja ke lokasi areal lahan tambak udang eks Dipasena pada tanggal 14-17 Juni 2011, 1-2 Juli 2011 dan 26-28 Maret 2012 bertemu dengan petambak, Pemkab. Tulang Bawang, DPRD Tk. II Kab. Tulang Bawang, Pemprov. Lampung dan Kapolda Lampung, hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mencari berbagai alternatif solusi terbaik menuju penyelesaian sengketa melalui mediasi c. PT. Centra Proteina Prima (CPP Group)/PT. AWS telah gagal melaksanakan program revitalisasi, sehingga pihak petambak plasma Bumi Dipasena di Kecamatan Rawajitu Timur, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung menyatakan pemutusan hubungan kerjasama dengan PT. AWS. Demikian juga CCP Group/PT. AWS tidak berkeinginan lagi menjalin kerjasama dengan para petambak plasma, sehingga secara sepihak PT. AWS memadamkan listrik sejak tanggal 7 Mei 2011 dan terhentinya ketersediaan sarana dan prasarana budidaya udang, Fasos dan Fasus serta dukungan terhadap peningkatan pendidikan keluarga petambak plasma d. Rekomendasi dari Komnas HAM kepada Kemenko Polhukam, untuk mencari solusi mekanisme dalam upaya percepatan penyambungan kerawanan sosial. e. Bahwa melakukan rekomendasi tersebut haruslah melibatkan PT. PLN (Persero) karena secara teknis hal tersebut merupakan bagian pekerjaan PT. PLN (Persero) dan Polri untuk pencegahan timbulnya aksi-aksi yang dapat menimbulkan konflik, oleh karena PT. PLN (Persero) termasuk yang mendapat rekomendasi dari Komnas HAM disarankan menanyakan melalui surat sudah sejauhmana pelaksanaan rekomendasi dari Komnas HAM mengingat jika berlarut-larut Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012 listrik di areal Bumi Dipasena karena dikawatirkan jika penyelesaian berlarut-larut akan menimbulkan

29 penyelesaian akan menimbulkan kerawanan sosial di kawasan areal Bumi Dipasena di Kecamatan Rawajitu Timur, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung, sedangkan untuk pencegahan timbulnya aksi-aksi yang dapat menimbulkan konflik disarankan surat dari Komnas HAM ini diteruskan kepada Kepala Kepolisian Republik Indonesia agar jajarannya di Polda Lampung khususnya Polres Tulang Bawang untuk lebih waspada agar tidak terjadi konflik akibat kerawanan sosial dengan belum terakomidirnya seluruh permasalahan petambak plasma Bumi Dipasena f. rekomendasi kedua, yaitu Mendesak PT. AWS untuk

menyerahkan Fasum dan Fasos kepada Negara untuk dapat dikelola demi kepentingan dan kesejahteraan petambak di Bumi Dipasena. Hal ini merupakan kewenangan dari Kemenko Kesra yang dapat mendelagasikan kepada Kementerian teknis yang berada pada koordinasinya, karena Kemenko Kesra juga mendapat rekomendasi dari Komnas HAM mengenai permasalahan ini, tanpa bermaksud mengalihkan tanggung jawab rekomendasi dari Komnas HAM, oleh karenanya disarankan menyampaikan hal ini melalui surat kepada Kemenko Kesra

15.Hasil rapat koordinasi tentang rencana sosialisasi pemberlakuan Pas Lintas Batas (PLB) di wilayah Napan Boboneto perbatasan RI Timor Leste, dengan atensi sebagai berikut: a. Pada hari Jumat tanggal 29 Juni 2012 jam 09.30 WIB telah diadakan rapat koordinasi persiapan sosialisasi pemberlakuan Pas Lintas Batas (PLB) di wilayah Napan Boboneto perbatasan RI Timor Leste dan program teknis lainnya b. Berdasarkan koordinasi antara Kemenlu RI dengan Kemenlu Timor Leste, diperoleh informasi bahwa Kemenlu Timor Leste mengharapkan sosialisasi mengenai pemberlakuan PLB di Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

30 Napan Boboneto dilaksanakan sekitar bulan Oktober 2012, dikarenakan pada bulan Juli 2012 diselenggarakan pemilihan umum Parlemen dan kemudian sampai bulan September 2012 Tim dari Kemenlu Timor Leste akan melakukan survey bersama dengan Bakorsutanal terkait perbatasan darat antara Republik Indonesia dan Timor Leste yang belum selesai c. Selain itu untuk kerjasama bidang pendidikan yang

direncanakan pada tanggal 9 Juli 2012 akan dilakukan penandatangan MOU antara Pemerintah Timor Leste dengan Universitas Slamet Riyadi Solo ditunda hingga bulan September 2012 dikarenakan pada bulan Juli 2012 di Timor Leste sedang diselenggarakan pemilihan parlemen d. Kementerian/Lembaga yang terkait dengan sosialisasi

pemberlakuan Pas Lintas Batas (PLB) seperti Kemenlu, Kemenkominfo, Kementerian Pertanian, BNPP, Ditjen Imigrasi dan Ditjen Bea Cukai sangat mendukung Timor pelaksanaan Leste sangat sosialisasi, karena masyarakat di wilayah Napan Boboneto perbatasan Republik Indobesia mengharapkan segera diberlakukan Pas Lintas Batas. Selain itu diharapkan sebelum pelaksanaan sosialisasi pemberlakuan PLB pada bulan Oktober 2012 di lakukan rapat koordinasi kembali untuk lebih mematangkan persiapan pelaksanaan sosialiasi

16.Laporan penerimaan aspirasi KOKPIT, dengan atensi sebagai berikut: a. Pada hari Jumat 6 Juli 2012 jam 16.30 Wib di Kantor Kemenko Polhukam telah menerima perwakilan unjuk rasa dari Komite Nasional Korban Politik Timor-Timur (Kokpit) yang dipimpin oleh Batista Sufa Kefi, SE, M.Si, Ketua Umum DPP Kokpit b. Kokpit sebagai organisasi resmi yang mewadahi korban eks Provinsi Timor - Timur ingin mengetahui hasil rapat koordinasi Pokja KKP RI RDTL yang diselenggarakan di kantor Kemenko Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

31 Polhukam untuk masalah aset dan kompensasi bagi warga eks Provinsi Timor - Timur karena selama ini tidak jelas sejauh mana penyelesaiannya dan Pokja KKP RI RDTL masa berlakunya hanya sampai akhir tahun 2012, sehingga di kauawatirkan penyelesaian aset milik warga eks Provinsi Timor Timur yang ada di Timor Leste tidak terselesaikan c. Atas penyampaian aspirasi tersebut dijelaskan bahwa hasil rapat koordinasi Pokja KKP RI RDTL untuk masalah aset milik warga eks Provinsi Timor-Timur dan kompensasi telah disepakati akan dibicarakan secara khusus, terutama untuk aset karena hal ini memerlukan pembicaraan bilateral antara Pemerintah RI dan Timor-Leste, selain itu pihak Timor-Leste selalu beralasan belum selesainya Undang-undang mengenai pertanahan, sehingga hal ini menjadi salah satu hambatan dalam pembicaraan aset milik warga eks Provinsi Timor-Timur yang ada di Timor-Leste, tetapi Pemerintah RI terus mendorong pemerintah Timor-Leste untuk menyelesaikan isu aset, selain itu disarankan jika ingin menyampaikan aspirasi mengenai hal ini agar langsung menyurati ke Dirjen Multilateral Kemenlu sebagai Ketua Pokja KKP RIRDTL Tahun Anggaran 2012 d. Apa yang disampaikan oleh pengunjuk rasa selama ini yaitu masalah aset milik warga eks Provinsi Timor - Timur yang ada di Timor - Leste memang menjadi isu yang sensitif ketika dibicarakan di tingkat bilateral, karena pemerintah Timor- Leste sendiri mempunyai peraturan bahwa semua harta benda tak bergerak yang ditinggalkan warga asing untuk sementara ditempatkan dibawah pengawasan Pemerintah, selain itu peraturan Perundang - undangan mengenai pertanahan di Timor - Leste belum selesai. Sehingga penyelesaian masalah ini menjadi terhambat, namun Pemerintah RI tetap mendorong penyelesaian aset milik warga eks Provinsi Timor-Timur yang ada di Timor-Leste dengan menuangkan dalam Perpres Nomor Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

32 72 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Implementasi

Rekomendasi KKP RI - RDTL

17.Laporan Rapat Tim Koordinasi RANHAM: a. Dalam rangka mendukung upaya penghormatan, pemajuan, pemenuhan, perlindungan dan penegakan HAM, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasioanal Hak Asasi Manusia Tahun 2011 2014; b. Dalam Inpres Percepatan Pembangunan Nasional, pelaksanaan RANHAM Kerja termasuk sebagai salah satu dan indikator dari Percepatan Pembangunan Nasional. Presiden melalui Unit Presiden bidang Pengawasan Pengendalian Pembangunan (UKP4) meminta Kementerian/Lembaga untuk melaporkan pelaksanaan setiap indikator dalam periode setiap bulan ke 4, 6, 9 dan 12; c. Dalam melaksanakan koordinasi pelaksanaan RANHAM, Menko Polhukam membentuk Tim Koordinasi RANHAM di Lingkungan Kemenko Polhukam tahun 2012 melalui Keputusan Menko Polhukam Nomor : KEP.41/Menko/Polhukam/5/2012, tanggal 16 Mei 2012; d. Forum Rakor Tim RANHAM ini digunakan sebagai pemantauan terhadap pelaksanaan RANHAM yang dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga di bawah Kemenko Polhukam; e. Dalam pemantauan Pokja Kementerian/Lembaga RANHAM adalah di Kemenlu, yang telah

membentuk

lingkungan Kemenhan,

Kementerian/Lembaga

Kemenkumham, Kemenkominfo, Kejagung, TNI dan Polri. Sedangkan yang belum membentuk Pokja RANHAM adalah Kemendagri dan KemenPAN dan RB

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

33 f. Untuk pengaduan politik ke pelayanan hukum adalah dan masyarakat, keamanan karena dan mengenai cenderung Kemenko sinkronisasi ke

permasalahan dilaporkan Polhukam sehingga

Kementerian pelaporan

Polhukam, Koordinasi tersebut

fungsinya

diteruskan

Kementerian/Lembaga terkait sesuai dengan domainnya. Selain itu di Kemenko Polhukam sejak tahun 2011 telah dibentuk Tim Koordinasi Penanganan Pelanggaran HAM Berat Masa Lalu dan Konflik Sumber Daya Alam yang secara periodik setiap bulannya melakukan rapat koordinasi dengan Komnas HAM, melakukan kunjungan kerja bersama Komnas HAM ke Dsn. Talangsari Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung dan ke Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur, mengadakan Focus Group Discussion (FGD) dengan narasumber yang sangat kompeten di bidang HAM dan Bapak Menko Polhukam telah melaporkan ke Presiden mengenai kegiatan Penanganan Pelanggaran HAM Berat Masa Lalu. g. Melalui kesempatan rapat ini, untuk pelaporan pelaksanakan RANHAM, agar Kementerian/Lembaga secara periodik melaporkan pelaksanaannya supaya terhindar dari kinerja yang rendah (raport merah) karena Kemenko Polhukam diminta melaporkan ke UKP4 dari Kementerian/Lembaga teknis. Mengenai statuta Roma telah mengadakan Focus Group Discussion (FGD) dan jika dari inisiator menyerahkan akan ditindaklanjuti dan di harmonisasi ke Kementerian Hukum dan HAM h. Dengan terlaksananya program RANHAM di

Kementerian/Lembaga

diharapkan

pemahaman

aparatur

tentang Hak Asasi Manusia semakin meningkat; i. Dengan meningkatnya pemahaman aparatur tentang Hak Asasi Manusia maka kebijakan Pemerintah yang dihasilkan benarbenar dapat memenuhi hak-hak dasar masyarakat; Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

34 j. Terlaksananya program RANHAM di Kementerian/Lembaga dapat meningkatkan penilaian di UKP4

Bidang Pertahanan Negara Beberapa capaian yang dilaksanakan oleh Kedeputian Bidang Koordinasi Pertahanan Negara bulan April hingga Juni sebagai berikut.

18.Laporan Hasii Rapat rincian seagai berikut:

Koordinasi

Persiapan Pembangunan/

Renovasi Posal di Dermaga Sei Pancang P Sebatik, dengan

a. Posal Sei Pancang lama saat ini dalam kondisi memprihatinkan(rusak tanda perhatian berat), Rl berdiri terhadap sebelum wilayah perundingan batas maritim Rl - Malaysia, selain sebagai pemerintah perbatasan juga merupakan kunci dalam perundingan batas maritim dengan Malaysia, khususnya dalam penentuan Provisional Common Point (PCP) di Laut Sulawesi b. Sesuai Rapat Teknis BNPP yang telah dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 2012 di Jakarta bahwa forum rapat sepakat Pancang menyetujui dengan merenovasi tetap Posalama garis Sei lokasi pada lintang

410'(posisi semula) c. Sebelum dilakukan renovasi perlu dilakukan proses hibah dari Pemda Nuiukan/pemilik lahan kepada TNI-AL, dan menurut informasi dari Waasops Panglima TNI bahwa Posal lama Sei Pancang milik H. Herman, Sei Nyamuk, namun pengelolaannya diserahkan kepada pihak TNI AL yang digunakan sebagai Posal (informasi terbaru Danposal Sei Pancang pada tanggal 6 Agustus 2012 telah dilakukan proses Hibah) Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

35 d. Rehabilitasi Posal seluas 100 m2, akan dibangun tepat diatas posisi lama 4 10' dengan bentuk yang relatif sama dengan bentuk bangunan standar. Rehabilitasi ini memakan biaya Rp 800 juta yang bersumber dai APBN dan Dana Tugas Perbantuan BNPP Tahun 2011. Rencananya penyelenggara pembangunan Posal dikerjakan pihak BPD Kab. Nunukan dan diperkirakan akan dimulai pada akhir Agustus 2012 e. Forum rapat sepakat untuk membangun/merenovasi Posal lama di Dermaga Sei Pancang P Sebatik f. Perlu merumuskan skenario antar K/L agar bersinergi dan satu suara tentang alasan bahwa Posal lama Sei Pancang harus direnovasi dengan membentuk Tim Kecil terdiri dai K/L terkait. Sepakat mendukung Kemlu guna keperluan legal bas/c/^turan aturan yang tetulis dalam rangka melaksanakan diplomas! apabila terjadi klaim pihak Malaysia

19.Laporan Hasil Rapat Pembangunan Kantor Bea Cukai, Imigrasi dan Karantina oleh Pemerintah RDTL di Daerah Sengketa, dengan rincian sebagai berikut: a. Pada tanggal 21 Juli 2012, Satgas Pamtas RI-RDTL telah menerima dan tersebut laporan dari masyarakat tanah Desa Haumeni Ana, Prov NTT mengenai adanya kegiatan penggalian Kegiatan perataan merupakan dengan dari menggunakan alat berat di wilayah Nefo-Numfo. bagian pelaksanaan rencana pembangunan kantor Imigrasi, Karantina dan Bea Cukai oleh Pemerintah RDTL. Lokasi pembangunan berada di perbatasan kedua negara di Desa Haumeniana (Rl) dan Desa Passabe Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

36 (RDTL), yaitu berjarak 75 m dari Pos UPF (Unidade Policia de Frontera) Passabe (RDTL) dan 130 m dari Pos Satgas Pamtas Haumeni Ana Prov NTT b. Wilayah dengan sebagai perbatasan Unsurveyed c. Berdasarkan Pasal 6 b Provisional Agreement tahun 2005, antara lain ditegaskan :"Setiap Pihak akan memperhatikan hak-hak tradisional masyarakat setempat jika terkena dampak dari Unresolved Segment. Dalam kaitan merujuk pada ini, ketentuan Pihak Pasal 6 b Rl Provisional perbatasan Desa Passabe, Desa Distrik Haumeni Oecusse, Ana, RDTL Rl -

Kecamatan Bikomi Nilulat, Kabupaten TTU, Rl lokasi terjadinya warga insiden pertikaian

antara

masyarakat

RDTL adalah termasuk salah satu bagian dari segmen

Agreement tahun 2005 dimaksud untuk menampung klaim masyarakat Kecamatan Bikomi Nilulat atas garis batas sesuai dengan hak tanah adat yang selama ini telah digarap oleh masyarakat setempat d. Sehubungan Pemerintah Rl dengan akan hal tersebut di atas,

mengakomodasi klaim warga

masyarakat Bikomi Nilulat melalui perundingan bilateral pada forum Joint Border Committee (JBC). e. Pada forum TSC BDR, upaya pengakomodasian klaim warga masyarakat Bikomi Nilulat dimaksud telah ditolak oleh Pihak RDTL, oleh karenanya harus diperjuangkan kembali di forum bilateral JBC. f. Apabila dalam forum JBC gagal, maka demarkasi garis batas negara akan dilakukan sesuai hasil delineasi berdasarkan Traktat yang ditandatangani pada tahun 1904 oleh Belanda dan Portugal Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

37 g. Dengan demikian, Pemerintah Rl memiliki 2 (dua) opsi untuk penyelesaian permasalahan segmen batas negara dimaksud, yakni: 1) Mendesak Pemerintah RDTL untuk bersama-sama Pemerintah Rl memfasilitasi pertemuan masyarakat adat kedua negara di segmen tersebut sebagai bahan dukungan perundingan penyelesaian batas negara. 2) Menegaskan garis batas negara sesuai dengan Traktat 1904, sehingga memiliki konsekuensi sebagai berikut: a).Penyiapan ganti rugi lahan garapan dan tanaman milik warga masyarakat yang selama ini bercocok tanam di wilayah Unsurveyed; b) Menggiatkan pembangunan infrastruktur dan pelayanan sosial dasar bagi masyarakat di Kecamatan Bikomi Nilulat.

Bidang Keamanan Nasional Beberapa capaian yang dilaksanakan oleh Kedeputian Bidang Koordinasi Keamanan Nasional sebagai berikut.

20.Laporan Hasil Rapat Koordinasi Desk Penanganan Penyelundupan Manusia, Pengungsi, Dan Pencari sebagai berikut: a. Setelah dibentuk Desk P2MP2S, banyak pihak yang Suaka (P2mp2s) Kemenko Polhukam Tanggal 24 Juli 2012, dengan keluaran rekomendasi

memberikan apresiasi terhadap pembentuk Desk P2MP2S antara lain Pemerintah Australia, KBRI Canberra, UNHCR, IOM, UNODC Bangkok, media luar negeri, dan media dalam negeri untuk menaruh harapan yang tinggi dalam penyelesaian masalah illegal migrant, untuk itu perlu perhatian serius oleh seluruh anggota Desk P2MP2S.

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

38 b. Desk P2MP2S telah terbentuk + 5 bulan, namun belum merealisasikan sasaran prioritas yang diharapkan sesuai dengan rencana yang telah disusun dan belum menghasilkan rekomendasi yang signifikan berkaitan dengan penanganan penyelundupan manusia, pengungsi, dan pencari suaka. c. Para Kasubdesk pada umumnya menyampaikan evaluasi kerja dan rekomendasi kegiatan masing-masing Sub Desk P2MP2S yang telah dilaksanakan terkait penanganan penyelundupan manusia, pengungsi, dan pencari suaka sesuai tupoksi dan kewenangannya sebagai berikut: 1) Subdesk Lidik telah melaksanakan penyelidikan terhadap illegal migrant yang dilaksanakan didaerah puncak Jawa Barat, pesisir pantai pulau Jawa sampai di Jawa Timur dari tanggal 3, 8, 11, 18, dan 19 Juli 2012 dan telah menyampaikan informasi ke Polda Jawa Timur untuk ditindaklanjuti penanganan penyidikannya. 2) Subdesk Cegah Binluh merencanakan awal bulan

September 2012 melaksanakan kunjungan kerja ke Propinsi Jawa Barat dan Propinsi Jawa Timur dengan sasaran pendalaman terhadap imigran gelap, masyarakat pesisir pantai dan aparat pemerintah yang menangani illegal migrant. 3) Subdesk Kersin menyampaikan hal-hal sebagai berikut: a) Permasalahan mengenai penyelundupan manusia dan pencari suaka telah dibahas antara Presiden RI dengan Perdana Menteri Australia pada saat kunjungan Presiden RI ke Australia pada Juli 2012 dan telah dicapai beberapa kesepakatan dalam rangka penanganan terhadap illegal migrant. b) perlu adanya pemahaman yang sama dari K/L terkait tentang pengungsi, masalah dan penyelundupan suaka, manusia, sudah pencari karena

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

39 dilaksanakan penyelundupan masuknya bertambah. c) Terkait dengan rencana kerja sama trilateral antara Indonesia, Malaysia, dan Australia untuk membahas illegal migrant, sampai saat ini telah dilaksanakan kerja sama bilateral antara Indonesia dengan Malaysia begitu juga Indonesia dengan Australia. d) Ada 2 isu yang telah dibahas dalam rangka hubungan bilateral antara Indonesia dengan negara asal para pengungsi, yaitu: Myanmar berkaitan dengan suku Rohingnya yang telah mendapatkan status dari UNHCR. Pengungsi Afganistan terkait masalah repatriasi yang akan dikembalikan ke negara asalnya. e) Subdesk Kersin akan menfasilitasi kunjugan keluar negeri ke Afganistan yang menjadi sasaran desk P2MP2S yang direncanakan bulan September 2012. 4) Subdesk Gakkum telah melaksanakan koordinasi dengan Bareskrim dengan hasil yang dicapai sampai dengan bulan Juni 2012 mengamankan 1.719 orang illegal migrant dari berbagai negara yang didominasi warga Afganistan sedangkan kasus yang dtangani sebanyak 8 kasus dengan tersangka 20 orang antara lain WNI sebanyak 19 orang, WNA 1 orang warga negara Afganistan. Selain itu, melakukan upaya untuk mengungkap jaringan smuggler. 5) Subdesk Sarpam belum menyampaikan kegiatannya sehubungan dengan adanya pergantian jabatan pejabat yang ditunjuk melaksanakan tugas subdesk sarpam penegakan manusia, hukum namun terhadap terus

kenyataannya

illegal

migrant tersebut masih

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

40 d. Bahwa dalam kurun waktu 2 bulan terakhir masih terjadi peristiwa tenggelam/terdamparnya kapal yang mengangkut illegal migrant yang berusaha diselundupkan ke Australia pada beberapa tempat, yaitu di pesisir pantai selatan Jawa Barat, Banten, dan NTT. Untuk itu, direkomendasikan kepada instansi terkait antara lain Polri, TNI AL, Bakorkamla, dan Ditjen Imigrasi untuk memfokuskan upaya pencegahan dan penyuluhan di daerah yang rawan keluar masuknya illegal migrant

21.Pokok-Pokok Hasil Rapat Koordinasi Membahas Pencurian Minyak Di Jalur Pipa Minyak Tempino-Plaju Dan Prabumulih-Plaju Sumatera Selatan Tanggal 1 Agustus 2012, dengan gambaran hasil sebagai berikut: a. Penjarahan minyak pada tahun 2009 sebesar 7.734 barel dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 8.120 barel, sedangkan pada tahun 2011 meningkat secara signifikan menjadi 94.529 barel. Untuk tahun 2012 sampai dengan bulan Juli 2012 sudah tercatat penjarahan menjadi 154.012 barel. Dari data tersebut maka kerugian akibat losses penjarahan minyak mentah mencapai 6,64 %, dimana batas toleransi dari losses itu sendiri adalah 0,5 % b. Wilayah penjarahan minyak mentah terjadi di wilayah Utara Km 265 Km 139 dan di wilayah Selatan Km 139 Km 8,3, dimana setiap harinya terjadi kontribusi losses permanen sebesar 600 2.500 BOPD pada lokasi wilayah Utara dan kontribusi losses permanen sebesar 200 - 800 BOPD dari 11.000 BOPD yang dialirkan dari hulu ke hilir. Selanjutnya ditampung pada kilang illegal dan dilakukan penyulingan kemudian di jual ke pengecer sepanjang jalur lintas timur Sumatera dan ke luar pulau Sumatera c. Peningkatan penjarahan minyak terjadi karena minimnya penanganan yang dilakukan oleh pihak aparat keamanan Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

41 (Polda) dan pemberian vonis hukuman yang dirasa masih terlalu rendah dibandingdengan tuntutan, sehingga kondisi ini tidak menimbulkan efek jera bagi para pelaku d. Modus operasi penjarahan minyak yang dilakukan oleh para pelaku dengan cara melubangi pipa dan memasang keran kemudian mengalirkan ke bak-bak penampungan melalui pipa PVC atau pipa plastic sepanjang 200 s.d. 4.000 meter menggunakan charging pump dan dilakukan secara terorganisir. Pada aksi-aksnya melibatkan massa dan melakukan loading hasil jarahan minyak mentah secara berkelompok, kemudian diangkut dan dikirim dengan truk-truk tangki yang dilengkapi surat-surat maupun surat jalan/DO sebagai hasil minyak mentah produksi sumur tua dan limbah B3 e. Maraknya penjarahan minyak mentah tersebut akibat masih kurangnya dalam penindakan dan penegakan hukum serta disinyalir terdapat oknum-oknum aparat TNI, Polri, dan Pemda yang terlibat dalam setiap kegiatan penjarahan minyak mentah tersebut f. Forum rapat sepakat bahwa : 1) Dengan adanya penjarahan minyak mentah di jalur pipa Tempino Plaju dan Prabumulih Plaju Sumatera Selatan yang berdampak sistemik yang makin besar, maka perlu dilakukan dalam langkah-langkah operasi sebagai antisipasi dan meminimalisir bahkan memberantas pelaku penjarahan bentuk penertiban, sosialisasi pengamanan yang dilakukan oleh Tim Terpadu yang dibentuk oleh pihak-pihak terkait di Provinsi Sumatera Selatan; 2) Melakukan penegakan hukum secara tegas dan tuntas setiap oknum pelaku-pelaku penjarahan yang tertangkap tanpa kompromi dan diskriminatif oleh aparat penegak hukum (TNI dan Polri ). Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

42 3) Akan lebih meningkatkan koordinasi antar instansi terkait dalam rangka upaya-upaya terpadu penanggulangan dan penanganan penjarahan minyak mentah, mengingat selama ini masih terkesan bekerja sendiri-sendiri dan belum terakomodir dalam satu tim terpadu; 4) Mengaktifkan kembali Forkompimda dengan pembahasan solusi upaya penanganan penjarahan minyak mentah di daerahnya masing-masing, sebagai langkah mempersempit pelaku penjarahan. g. Forum rapat merekomendasikan : 1. Kepada Kapolda Sumsel untuk membentuk Tim Terpadu dalam rangka penanganan penjarahan minyak mentah pada jalur pipa Tempino-Plaju dan Prabumulih-Plaju dengan melibatkan instansi terkait di Provinsi Sumsel (Kodam, Pemda, Kejaksaan dan Pertamina) serta bebagai leading sector dalam kegiatan tersebut; 2. Kepada Pangdam II Sriwijaya, Gubernur Sumsel, Kajati Sumsel dan Direktur Pertamina Sumsel, agar mendukung kegiatan Tim Terpadu dalam operasionalisasinya; 3. Tim Terpadu yang dibentuk segera melakukan kegiatankegiatan sosialisasi dan penertiban jalur pipa yang bocor untuk dilakukan penambapan/ditutup, guna menunjang keberhasilan pelaksanaan kegiatan Tim Terpadu dengan capaian hasil akhir adalah menghentikan tindakan penjarahan minyak di jalur pipa Tempino-Plaju dan Prabumulih-Plaju dengan tuntas; 4. Pelaksanaan kegiatan Tim Terpadu akan di supervisi oleh Tim Supervisi Kemenko Polhukam.

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

43 22.Laporan menghadiri Joint Awareness Campaign on Anti People smugling Indonesia-Australia di Bali , dengan rekomendasi kebijakan sebagai berikut: a. Topik bahasan dalam pertemuan adalah kampanye anti People Smugling atau penyelundupan manusia khususnya para Illegal Imigran dari Indonesia ke Australia dengan pembicara pokok atau nara sumber adalah Duta Besar RI untuk Australia Primo Alui Joelianto dan pemerintah Australia yang diwakili oleh pejabat Kejaksaan Agung dan Imigrasi Australia serta paparan tambahan dari Pemprov NTT. Bertindak selaku penanggap adalah Wakil Ketua Desk P2MP2S Kemenko Polhukam, Ditjen Imigrasi dan Bareskrim Polri b. Kegiatan illegal penyelundupan manusia ( people smuggling) merupakan kejahatan lintas batas yang menjadi salah satu perhatian utama Indonesia dan Australia, baik dalam kerangka kerjasama bilateral maupun regional. c. Meningkatnya keterlibatan awak kapal WNI, terutama mereka yang diduga di bawah umur, telah menjadi perhatian bersama baik Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Australia. d. Mengingat kompleksitas masalahnya, penanganan

penyelundupan manusia di Indonesia memerlukan pendekatan lintas sektoral yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan termasuk Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah asal awak kapal WNI yang terlibat penyelundupan manusia ke Australia. e. Perlunya kebijakan nasional pemberantasan penyelundupan manusia yang komprehensif serta penguatan koordinasi dan komunikasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah dalam hal pencegahan, penindakan dan penanganan; seperti antara lain pembentukan Desk Nasional Penyelundupan Manusia, Pengungsi dan Pencari Suaka sampai ke tingkat daerah, terutama di daerah-daerah utama asal awak kapal WNI Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

44 f. Keterlibatan awak kapal WNI dilatarbelakangi oleh berbagai faktor: seperti kemiskinan, penipuan dan manipulasi oleh sindikat penyelundupan manusia serta ketidaktahuan mengenai konsekuensi yang mereka hadapi baik resiko kecelakaan laut serta konsekuensi hukum yang mereka hadapi di Australia. g. Perlunya memperkuat pengawasan dan patroli, baik di darat maupun di laut mengingat luasnya wilayah pantai Indonesia. h. Perlunya terus melakukan upaya pencegahan antara lain melalui sosialisasi ke daerah asal utama awak kapal WNI lainnya, terutama melalui peran aktif Pemerintah Daerah untuk dapat melakukan diseminasi informasi kepada masyarakat nelayan

Bidang Kesatuan Bangsa Hingga akhir September, beberapa capaian yang dilaksanakan oleh Kedeputian Bidang Koordinasi Kesatuan Bangsa adalah 4 laporan rapat dengan rincian sebagai berikut.

23.Laporan Menghadiri Rakor Kerukunan Umat Beragama, dengan rekomendasi sebagai berikut: a. Rapat Koordinasi ini membahas masalah kerukunan umat beragama, pasca konflik Ambon, persiapan MTQ XII di Ambon, dan membahas pendanaan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Dari hasil pertemuan dan masukan peserta rapat dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut

b. Perlu ada Sosialisasi Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri nomor 9 dan 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama serta Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

45 keberadaan FKUB yang pendanaannya dari Pemerintah Daerah yang akan dibuatkan surat edaran Menteri Dalam Negeri kepada Gubernur/Bupati/Walikota se-Indonesia. c. Perlu dilakukan pertemuan yang lebih luas dengan melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh adat untuk mengkaji secara komprehensif masalah kerukunan hidup beragama. d. Perlu pengkajian terhadap keberadaan aliran sesat dan menghidupkan kembali Bakor Pakem (Badan Koordinasi Pengawas Kepercayaan). e. Perlu disusun Rancangan Undang-undang tentang Kerukunan Hidup Beragama.

24.Intisari Hasil Kajian tentang Melestarikan Nilai-Nilai Budaya Bangsa Terhadap Masyarakat kegiatan sebagai berikut: a. Adanya aspirasi sebagian masyarakat Indonesia yang berada di wilayah perbatasan ingin bergabung dengan Negara Malaysia dikarenakan beberapa faktor penyebab, antara lain: 1) Nilai-nilai Pancasila belum sepenuhnya dijadikan sebagai dasar filosofi hidup masyarakat di wilayah perbatasan. Upaya penanaman nilai-nilai Pancasila belum diupayakan secara sistematis dan terstruktur serta belum disesuaikan dengan perkembangan dinamika kehidupan masyarakat pada semua jenjang pendidikan mulai TK/SD sampai dengan Perguruan Tinggi. 2) Bahwa nilai keadilan sosial bagi masyarakat di wilayah perbatasan belum dirasakan, demikian juga dengan pemerataan pembangunan belum terdistribusi dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari masih minimnya sarana prasarana yang ada, tingginya perbedaan tingkat kesenjangan sosial ekonomi masyarakat bila dibandingkan dengan wilayah Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012 di Wilayah Perbatasan, dengan gambaran

46 lainnya, sehingga mengusik rasa keadilan masyarakat, yang dikuatirkan dapat mengganggu rasa persatuan dan kesatuan bangsa. 3) Secara umum masyarakat di daerah perbatasan taraf hidupnya masih dibawah standar, akibatnya masyarakat mudah dipengaruhi atau dimanfaatkan demi kepentingan politik dan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari, sehingga berpotensi terhadap hilangnya beberapa wilayah Republik Indonesia di perbatasan. 4) Program-program yang digulirkan oleh Pemerintah belum sepenuhnya terlaksana dengan baik dan belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat perbatasan sehingga perlu adanya suatu lembaga independen, adanya pendampingan, dan perlu adanya keterlibatan akademisi di wilayah sebagai suatu kontrol terhadap program-program yang dibuat oleh pemerintah. 5) Adanya gejala kaburnya nilai-nilai toleransi sebagai akibat negatif dari perkembangan teknologi informasi ditambah dengan arus globalisasi yang mulai masuk ke daerah-daerah. 6) Rendahnya kualitas pendidikan, sehingga masyarakat di wilayah perbatasan kurang berkesempatan untuk mengakumulasi modal produktif, sumber-sumber keuangan, modal sumber daya manusia, modal sosial, dan sarana fisik. 7) Masih rendahnya kualitas tenaga kerja, tidak adanya akses terhadap lapangan kerja, dan sikap mental serta budaya masyarakat yang kurang mengakses pasar. 8) Belum terintegrasinya sistem jaringan jalan antar desa, transportasi desa yang belum memadai, fluktuasi harga di tingkat petani, prosedur memperoleh perawatan kesehatan gratis yang masih sulit, dan penyediaan sarana air bersih untuk konsumsi masyarakat yang masih terbatas. Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012 responsif dengan perubahan mengakibatkan masih rendahnya produktifitas dan sulitnya

47 b. Apresiasi Staf 1) Upaya memelihara nilai-nilai budaya bangsa dan harmonisasi sosial merupakan sesuatu yang harus tercipta agar persatuan dan kesatuan dapat terwujud. Persatuan dan kesatuan akan terwujud jika masyarakat merasa aman, nyaman, tentram, sejahtera, dan merasakan keadilan sosial. Oleh karena itu, Pemerintah bersama dengan stakeholder yang ada harus mampu menjamin kenyamanan kehidupan masyarakat melalui berbagai kebijakan yang diambil termasuk kebijakan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah perbatasan. Sistem pengembangan daerah yang sinergis, dan keberpihakan terhadap daerah tertinggal dan terpencil, pulau terluar wilayah perbatasan perlu mendapat dukungan dan fasilitasi dari K/L terkait yang disinergikan dengan program-program yang terencana dan dikonkritkan. 2) Nilai budaya bangsa dan kearifan lokal yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat di wilayah perbatasan perlu terus didorong untuk menjamin dan memelihara keberlangsungan budaya dan kearifan lokal setempat melalui pembiasaan, pendidikan, dan kegiatan rutin kebudayaan setempat. 3) Perguruan Tinggi sebagai stakeholder strategis sekaligus mitra positif bagi pemerintah dalam upaya pembangunan masyarakat perlu diajak bekerjasama melalui peningkatan kajian-kajian dan penelitian-penelitian yang mampu mendukung pembangunan daerah setempat. Terkait dengan kurikulum pendidikan, agar sejak awal (TK/SD) sudah mulai ditanamkan nilai-nilai budaya bangsa, nilai-nilai kejujuran, dan cinta tanah air. 4) Untuk mencapai hasil yang optimal bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah perbatasan, Pemerintah perlu terus mempermudah dan memperluas akses masyarakat dan pelaku dunia usaha terhadap sumber daya produktif, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

48 berkelanjutan, serta pemberdayaan masyarakat setempat dalam memberikan nilai tambah pada kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dan memanfaatkan kearifan lokal unggulan daerah yang ada dalam mengelola perbatasan. 5) Kebijakan-kebijakan lain yang telah berjalan dengan baik seperti penciptaan iklim yang kondusif serta pemberian bimbingan dan bantuan perkuatan bagi UKM dan kewirausahaan untuk berkembang dalam sistem ekonomi lokal berbasis perdesaan, pemberdayaan usaha mikro untuk meningkatkan rangka pendapatan kelompok masyarakat dan berpendapatan rendah khususnya di perdesaan dalam mengurangi kesenjangan pendapatan kemiskinan, perlu terus didorong dan diperkuat dengan program-program daerah maupun pusat. c. Saran Staf, Langkah langkah dan upaya yang perlu dilakukan Pemerintah baik pusat maupun daerah dalam rangka melestarikan nilai-nilai budaya bangsa terhadap masyarakat di wilayah perbatasan antara lain: 1) Meningkatkan dari koordinasi, integrasi, sinkronisasi antar wilayah

komponen terkait baik ditingkat pusat maupun daerah sejak perumusan dan kebijakan, evaluasi implementasi sampai masyarakat kebijakan, dengan dengan dan monitoring 2) Meningkatkan fasilitasi di

pertanggungjawaban. perekonomian bidang pemberdayaan berbasis kearifan lokal ditunjang dengan infrastruktur, permodalan, pembimbingan baik terhadap SDM, proses produksi, sampai dengan pemasaran. Memelihara budaya dan kearifan lokal yang turut mendorong harmonisasi sosial, serta menjamin keberlangsungan seni dan budaya lokal melalui event event budaya tahunan. Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

49 3) Menetapkan pola pembinaan kesatuan bangsa atau wawasan kebangsaan, baik di bidang pendidikan dari tingkat TK/SD maupun dalam komunitas suku/etnis secara berkala, integral, terarah, dan berkesinambungan. Disamping itu, Pemerintah juga perlu mendorong penanaman sifat budi pekerti yang luhur dan meningkatkan rasa kekeluargaan dalam masyarakat yang plural dan kompleks. 4) Membangun kemitraan dengan tokoh-tokoh masyarakat dan dunia usaha lainnya secara efektif, integral, terarah, dan berkesinambungan 5) Melakukan pemberdayaan masyarakat melalui program PNPM mandiri. 25.Perkembangan Hizbut Tahrir Indonesia, dengan gambaran

pelaksanaan kegiatan sebagai berikut: a. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) secara rutin mengadakan halaqah (pertemuan kelompok) di wilayah-wilayah dengan membahas berbagai isu aktual. Pada Juli 2011 di Gedung Dakwah Hizbut Tahrir Crown Palace, Tebet, Jakarta Selatan untuk menyikapi perkembangan situasi terkini. b. Jajaran pimpinan HTI memberikan perintah kepada pengurus HTI agar memberikan pencerahan terhadap umat tentang kewajiban penegakan syariah Islam dan Khilafah c. Kegiatan-kegiatan HTI tersebut merupakan bagian dari persiapan pembentukan Negara Islam dibawah naungan Khilafah, untuk menggantikan dasar NKRI yang dikelola berdasarkan sistem demokrasi. d. Kegiatan tersebut sangat membahayakan pemerintah yang sah dan jangka panjang mengancam eksistensi NKRI, sehingga perlu dilakukan upaya-upaya intensif dan berkesinambungan guna mengawasi dan membatasi aktivitas HTI.

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

50 e. Masyarakat dan simpatisan HTI perlu diberi pencerahan agar menyadari agenda tertutup HTI. Pihak-pihak yang berkompeten perlu mempertimbangkan untuk mengevaluasi keberdaan organisasi HTI, mengingat di beberapa Negara HTI dilarang keberadaannya.

2. Saran Staf a. Perlu diadakan Rakorsus tingkat Pejabat Eselon I yang diselenggarakan oleh Kedeputian I/Poldagri yang dihadiri oleh komunitas intelejen (BIN, BAIS, Baintelkam Polri) dan instansi terkait (MUI, UIN, Sekjen Kemenag, Dirjen Dikti Kemendiknas, Dirjen Kesbangpol Kemendagri, Jamintel Kejagung) untuk mengambil langkah-langkah strategis penanganan terhadap HTI. Mengingat Rakorsus ini bersifat khusus, rahasia, dan terbatas, maka para pejabat yang diundang tidak boleh diwakilkan. b. Untuk mengeleminasi radikalisme dan terorisme dalam rangka memelihara peningkatan menghidupkan (Siskamling) di stabilitas keamanan Sistem RT/RW public, perlu desa dilakukan dengan Lingkungan serta ketahanan kembali tingkat masyarakat secara

Keamanan

berjenjang

peningkatan kewaspadaan terhadap tamu yang tidak dikenal dengan kewajiban melapor kepada RT/aparat setempat, serta optimalisasi koordinasi Polri dan TNI, serta elemen non pemerintah lainnya, mulai dari deteksi dini sampai dengan represif dengan tetap mengedepankan penegakan HAM.

26.Persoalan Gereja Yasmin, dengan gambaran kegiatan sebagai berikut:

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

51 a. Menindaklanjuti disposisi Bapak Sesmenko Polhukam tanggal 30 November 2011, permasalahan Gereja Yasmin tidaklah tepat jika diserahkan kepada Pemerintah Daerah, karena bagaimanapun secara kodrati bahwa setiap mahluk tidak akan mau menerima kekalahan, apalagi pemerintah. Jadi menurut hemat kami Pemerintah Pusatlah yang mengambil alih untuk menyelesaikannya. Berdasarkan konstitusi yaitu Pasal 29 ayat (2): Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu b. Filosofi dari Pasal 29 ayat (2) kata menjamin dari Negara adalah: Pernyataan Negara atau Kontrak Politik negara untuk menjamin Pemeluk Agama untuk melakukan ibadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu c. Historis perumusan Pasal 29 ayat (2) Bahwa Kemerdekaan Bangsa Indonesia diperoleh berdasarkan perjuangan seluruh rakyat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, budaya, dan agama. Untuk itu para pendiri Negara sudah memprediksi bahwa golongan minoritas akan tertindas oleh mayoritas, maka disusunkanlah kalimat Negara Menjamin, artinya Negara turut serta bertanggung jawab terhadap golongan agama minoritas d. Permasalahan Agama dan budaya adalah permasalahan sosiologis yang tidak akan dapat diselesaikan hanya secara juridis murni e. Pemerintah Pusat harus berani bertindak, karena perbuatan beribadat yang dilakukan bukan suatu tindakan pelanggaran atau kejahatan hukum. Apapun alasan dari Pemerintah Daerah adanya masalah pemalsuan surat, perizinan, tata ruang dan sebagainya, adalah celah hukum yang di cari-cari

27.Rapat Koordinasi Internal membahas tentang RUU Percepatan Pembangunan Daerah Kepulauan, dengan gambaran sebagai berikut:

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

52 a. Telah dilaksanakan Rapat Koordinasi Masyarakat Kawasan Tertinggal membahas RUU Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal pada tanggal 23 Juli 2012 b. Perlu menindaklanjuti disposisi tersebut agar tidak tertundatunda, sebagi bahan laporan kepada Bpk Menko Polhukam. c. Perlu mengadakan rapat koordinasi dengan Kementerian PDT, Kemenkumham, TNI/Polri, Kementerian KKP, Kementerian Hukum dan HAM, BNPP serta K/L terkait untuk mendengarkan informasi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan RUU RI tentang Percepatan Pembangunan Daerah kepulauan ini. d. Leading sector dalam mengadakan rapat selanjutnya dengan kementerian terkait adalah dari Deputi IV/Hanneg dibantu Deputi VI/Kesbang dan Staf Ahli

Bidang Komunikasi, Informasi dan Aparatur Hingga akhir September, beberapa capaian yang dilaksanakan oleh Kedeputian Bidang Koordinasi Komunikasi, Informasi dan Aparatur adalah:

28.Laporan Menghadiri Undangan Forum Bakohumas di BPN, dengan hasil rapat sebagai berikut: a. Undang-Undang Umum telah RI Nomor oleh 2 Tahun2012 Presiden 2012 tentang Bambang

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan disahkan Susilo Yudhoyono pada tanggal 14 Januari 2012. Dengan disahkannya undang-undang ini, Indonesia memiliki payung hukum yang kuat guna memperlancar pelaksanaan pembangunan infrastruktur untuk kepentingan umum yang memerlukan pengadaan ytanah, sehingga diharapkan berbagai konflik dalam pengadaan tanah mampu diminimalisasi dan proses pengadaan tanah dapat dilakukan secara cepat dan pasti, namun tetap dengan memerhatikan hak-hak dari pemegang hak atas tanah yang tanahnya terkena pengadaan tanah. Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

53 b. Untuk itu, sosialisasi Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun2012 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum dinilai sangat urgen agar seluruh instansi perintah dan masyarakat menemukan pemahaman dan kesamaan persepsi dalam penerapan undang-undang tersebut di lapangan, sehingga dapat ikut berperan dan berpartisipasi dalam pengelolaan tanah karena daerah sengketa seiring dan konflik masih pertanahan juga berdampak luas terhadap jalannya upaya percepatan pembangunan dengan banyaknya permasalahan sosial yang sedang dihadapi saat ini, seperti kemiskinan, pengangguran, dan ketelantaran. c. Pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum yang dilakukan lembaga negara, kementerian, lembaga pemerintah nn kementerian dan pemerintah daerah/kota, terlebih dahulu harus melalui kegiatan konsultasi publik. Konsultasi publik ini merupakan proses komunikasi dialogis atau musyawarah antara pihak-pihak yang berkepentingan untuk mencapai kesepahaman dan kesepakatan, misalnya dalam ganti rugi. Kesepahaman dan kesepakatan, ini selanjutnya dipergunakan oleh Gubernur sebagai dasar untuk menerbitkan atau tidaknya penetapan lokasi tanah terhadap tanah yang direncanakan untuk lokasi pembangunan. Dalam hal ini, BPN berperan hanya menindaklanjuti kebijakan Gubernur. d. Penetapan lokasi merupakan unsur penting dalam pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Karena itu, penetapan lokasi merupakan tanggungjawab Gubernur, Bupati dan Walikota. Jika ada masyarakat yang merasa keberatan atas penetapan lokasi maupun ganti rugi terhadap hak atas tanahnya, maka masyarakat boleh mengajukan keberatan kepada Gubernur, Bupati dan Walikota. Alasan pengambilan tanah terbatas hanya untuk kepentingan umuum, selebihnya tidak boleh, misalnya untuk pembangunan tempat ibadah:

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

54 seperti Mushola tidak dapat dijadikan alasan pengambilan tanah hak rakyat untuk kepentingan umum. e. Menurut UU No. 2 Tahun 2012, subyek yang berhak mendapatkan ganti rugi adalah yang mempunyai hak (pemegang hak) atas tanah, bukan yang mempunyai tanah, seperti yang diatur dalam Perpres No 65 Tahun 2006. Sedangkan dari obyeknya yang mendapatkan ganti rugi adalah tanah, bagunan dan tanaman. Namun dalam undang-undang ini belum diatur penggunakan hak di bawah tanah dan di atas tanah. f. Badan Pertanahan Nasional (BPN) mengklaim telah menyelesaikan 2.791 kasus sengketa tanah, seperti perkara

perorangan, antar badan hukum bahkan juga antar perorangan selama tahun 2011. Sementara barkaitan dengan sertifikat tanah, BPN telah mensertifikatkan 18 pulau-pulau terluar dan selama 2012 menargetkan sebanyak 1.280.220 bidang tanah yang ada diseluruh Indonesia dapat disertifikatkan, serta menerbitkan 787.600 sertifikat prona (Program Nasional Agraria) untuk kepemilikan bidang tanah dan bangunan atau tempat tinggal. g. Saat ini, BPN menyusun strategi penataan politik dan hukum pertanahan, serta praksis reformasi agraria. Sedangkan untuk mendukung target tersebut, telah ditetapkan program prioritas selama 2012 yakni program percepatan persengketaan tanah dan program percepatan legalisasi aset tanah. Percepatan sertifikasi tanah ini melalui pelaksanaan yang terintegrasi, kepemilikan tanah dapat semakin jelas. h. Melalui sosialisasi ini diharapakan pula bahwa sengketa dan konflik pertanahan serta ketimpangan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T) dapat terealisasi dengan baik.

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

55 29.Seminar Nasional Inisiatif Masyarakat dalam Mendorong Integritas, dengan gambaran pelaksanaan kegiatan sebagai berikut: a. Demokrasi yang baik bukan hanya keadilan jasmani, tetapi juga partisipasi masyarakat, b. Latar belakang aktivitas uji akses oleh Kemitraan Patrnership, Fitra, dan LSM lainnya sebagai implementasi UU Nomor 14 Tahun 2008 yang menjamin hak masyarakat untuk mendapatkan informasi, c. Informasi publik yang dibutuhkan masyarakat antara lain bidang anggaran dari perencanaan, penggunaan, dan evaluasi, d. Pada tahun 2011, dari 118 badan publik, baru 62 atau 53% yang memberikan informasi. Ada perbaikan dibandingkan dengan tahun 2010, di mana badan publik yang mau memberikan informasi hanya 27%, Implementasi UU Nomor 14 tahun 2008 masih lamban, e. Masih ada badan publik yang menutup informasi anggarannya. Surat Edaran Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2011 harus diperkuat agar mampu mendorong K/L untuk lebih terbuka terhadap permintaan informasi, f. Media massa belum dapat memberitakan bagaimana dampak korupsi di masyarakat. Saat ini baru berita investigasinya. g. Media mempunyai peran penting dalam membangun citra seseorang, karena itu ada fenomena seseorang yang terlibat korupsi membeli media atau membuat media sendiri. Ada peribahasa mendirikan media sama dengan mendirikan partai politik, h. Tingkat kepercayaan publik terhadap pers di Indonesia adalah paling tinggi dibandingkan dengan lembaga yang lain, termasuk KPK, Kejaksaan, maupun Kepolisian. Pers di Indoneisa paling bebas di Asia Pasifik, namun demikian sulit untuk diharapkan pers Indonesia independen dihadapkan dengan kepemilikan media yang tidak sedikit pemiliknya merangkap pimpinan partai politik dan juga pembisnis, Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

56 i. Masih tingginya pelanggaran kode etik jurnalistik. Dari 511 pengaduan ke Dewan Pers, media cetak menempati posisi tertinggi dikomplain oleh pemerintah, masyarakat, dan ormas, diikuti media online dan media penyiaran j. Dalam rangka mengantisipasi permintaan informasi publik terutama yang terkait dengan anggaran, perlu data/informasi anggaran Kemenko Polhukam dapat tersusun sesuai dengan ketentuan yang ada, karena dari sisi ini dapat menjadi pintu masuk kecurigaan publik terhadap implementasi anggaran maupun kesalahan administrasi penyelenggaraan anggaran 30.Laporan Pelaksanaan Rakor Informasi Publik, dengan rincian sebagai berikut: a. pada tanggal 21 Juni 2012 di Ruang Press Room Kemenko Polhukam telah berlangsung rapat koordinasi yang membahas tentang rencana penyelenggaraan rangkaian kegiatan di Manokwari Papua Barat. Rapat merupakan rapat terpadu antara Kedeputian VII, DPMP dan Kementerian Kominfo, dipimpin oleh Sekretaris DPMP Sumardi yang dihadiri oleh humas-humas jajaran koordinasi Kemenko Polhukam b. Berbagai pendapat dan saran yang berkembang dalam rapat sebagai berikut : 1) Asdep 3/VII Koordinasi Informasi Publik dan Kehumasan Keterpaduan dalam penyelenggaraan kegiatan ini sangat penting artinya, disamping untuk efesiensi, juga untuk lebih mengefektifkan pencapaian sasaran. Persoalan yang perlu dibahas dalam Focus Group Discusi adalah persoalan komunikasi, karena dirasakan bahwa sekarang ini terjadi kebuntuan komunikasi antara Papua dan Jakarta, sehingga para pejabat pusat ketika melihat Papua tidak mendapatkan gambaran yang pas dan begitu pula sebaliknya. 2) Direktur Pengelolaan Informasi Kementerian Kominfo Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

57 Dalam penyelenggaraan FGD di Manokwari nanti telah disiapkan 3 orang narasumber dari pusat dan 12 orang lainnya dari daerah. Untuk penyelenggaraan Pertunjukan Rakyat, karena ini diselenggarakan pada malam hari, maka pihak Kementerian Kominfo minta jaminan keamanannya. 3) Dispenau Dalam rangka pertunjukan rakyat, perlu diketahui terlebih dahulu tentang pertunjukan rakyat seperti apa yang dikehendaki oleh masyarakat Papua Barat agar supaya diikuti oleh masyarakat secara optimal. Dalam kesempatan tersebut juga perlu pejabat dari Kementerian Kominfo dan DPMP menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat. 4) Puspen Kementerian Dalam Negeri Oleh karena Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri menurut rencana akan menjadi salah satu narasumber dalam FGD, maka kami siap untuk segera mengkomunikasikan.

1.

Komisi Kepolisian Nasional Laporan Pelaksanaan Tugas Sosialisasi Kompolnas di 4 daerah (Papua, Manado, NAD, Maluku Utara) dengan atensi sebagai berikut: a. Kegiatan ini dilaksanakan denga tujuan mencari dan

mengumpulkan keterangan secara langsung sebagai bahan kajian dalam menentukan arah kebijakan dalam menentukan arah kebijakan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang menyangkut Sarpras, SDM dan Anggaran. b. Secara keseluruhan penyelenggaraan kegiatan Talkshow

sebagai bagian dari sosialisasi telah berjalan dengan sangat baik dan memuaskan.

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

58 bermasalah di luar negeri Hingga 14 Juli 2012 jumlah WNI/TKI yang terancam hukuman mati mencapai 288 orang, di Malaysia (192) kasus narkoba, pembunuhan atau pemilikan senjata api; Arab Saudi (65) kasus pembunuhan, sihir dan zina; RRT (25) dan Iran (3) kasus narkoba; Singapura (2) dan Brunei Darussalam (1) kasus pembunuhan. Beberapa diantaranya sudah berubah hukuman menjadi hukuman seumur hidup atau bahkan dibebaskan sama sekali dan telah pulang ke tanah air karena kasusnya adalah tuduhan sihir (takzir) yang mendapat pengampunan Raja. Beberapa capaian utama Satgas setelah satu tahun melaksanakan tugas adalah: 7. Membebaskan 76 orang dari hukuman mati yaitu 24 di Saudi, 27 di Malaysia, 22 orang di RRT, 2 orang di Iran dan 1 orang di Singapura; 8. Membantu perwakilan RI di Malaysia dan Arab Saudi untuk melakukan seleksi pengacara; 9. Mendorong pemerintah RI mengalokasikan dana untuk belanja sewa pengacara di perwakilan RI sehingga sejak awal 2012 dapat menyewa 9 (Sembilan) pengacara; 10. Menyusun Buku besar dan mensosialisasikan pengisiannya serta pembentuka Unit Kerja Khusus di perwakilan RI di negara-negara penempatan TKI; 11. pada kalangan penempatan TKI; 12. Melakukan pendekatan khusus kepada keluarga WNI/TKI yang terancam hukuman mati yang ada di Indonesia guna memberikan dukungan moral; Melakukan pendekatan khusus dan diplomatik pejabat pemerintahan di beberapa negara Satuan Tugas Penanganan TKI

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

59 13. Mengupayakan pendekatan kemanusiaankepada keluarga korban di Arab Saudi; 14. Melakukan pendekatan khusus terhadap WNI/TKI yang dipenjara di negara penempatan, memberi bantuan hukum.

D. REALISASI PENYERAPAN Pagu Anggaran Kemenko Polhukam Tahun Anggaran 2012 setelah revisi sebesar Rp 187.848.544.000.- dengan rincian sebagai berikut: Nama Kegiatan Pagu Anggaran (Rp) Pagu Setelah

Pemotongan (Rp) 1. Bidang Koordinasi Poldagri 2. Bidang Koordinasi Pollugri 3. Bidang Koordinasi Hukum dan HAM 4. Bidang Koordinasi Hanneg 5. Bidang Koordinasi Kamnas 6. Bidang Koordinasi Kesbang 7. Bidang Koordinasi Kominfotur 8. Komisi Kejaksaan RI 9. Komisi Kepolisian Nasional 29.173.988.000 4.635.000.000 26.781.357.000 7.391.000.000 14.468.000.000 4.635.000.000 4.418.000.000 8.808.900.000 17.000.000.000 24.015.955.000 3.804.254.000 6.364.403.000 5.317.966.000 10.071.207.000 3.363.975.000 3.410.125.000 7.603.918.000 14.675.905.000

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

60

10. Dukungan Manajemen dan Layanan Teknis Lainnya 11. Satuan Tugas Penanganan TKI 12. Peningkatan Sarana dan

84.860.931.000

80.027.471.000

17.389.357.000

17.389.357.000

Prasarana Aparatur Negara Total Total Pemotongan Pagu

11.804.008.000 213.976.184.000 26.125.040.600

11.804.008.000

Anggaran 2012 Total Pagu setelah Pemotongan

187.848.544.0

Realisasi Kumulatif Bulan September Tahun Anggaran 2012 adalah Rp Total Realisasi Rp 95,308,596,628 (50.78%) , Belanja Pegawai Rp 23.139.391.034,- (52.39%), Belanja Barang Rp 66.685.561.015 (53.17%), Belanja Modal Rp 5.483.644.579 (30.03%), Rencana Penarikan Jan-Sept 2012 Rp 121.168.223.000 (64.5%) Sedangkan realisasi pada bulan Juli hingga September sebesar

Rp 37.339.761.834 atau sebesar 19.88,- dengan rincian sebagai berikut: a. Kedeputian I/Poldagri b. Kedeputian II/Pollugri c. Kedeputian III/Hukum-HAM d. Satgas TKI e. Kedeputian IV/Hanneg f. Kedeputian V/Kamnas g. Kedeputian VI/Kesbang h. Kedeputian VII/Kominfotur i. Dukungan Manajemen Rp 2.671.526.029,Rp 603.095.912,-

Rp 2.510.187.010,Rp 8.651.358.244.Rp 1.114.291.495,Rp 1.513.809.661,Rp Rp 513.138.900,748.910.250,-

Rp 23.250.285.924,-

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

61 i. Staf Ahli ii. Set Komisi Kejaksaan iii. Set Komisi Kepolisian iv. Biro PO v. Biro Sidhal vi. Biro Umum vii. Inspektorat j. Sarana Prasarana Rp Rp 58.086.280,-

Rp1.126.717.560,Rp Rp Rp 591.243.083,778.167.000,33.150.000,-

Rp19.344.423.120,Rp 790.441.500,58.950.000,-

Realisasi Anggaran periode Juli-September 2012 pada masing-masing Kedeputian sebagai berikut:

1. Kedeputian I, Bidang Koordinasi Politik Dalam Negeri Kegiatan Deputi I Koordinasi Pemantapan Demokratisasi dan Kelembagaan Koordinasi Pemantapan Desentralisasi dan Otonomi Daerah Koordinasi Organisasi Masyarakat Sipil Koordinasi Pengelolaan Pemilu Koordinasi Pemantapan Otonomi Khusus Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012 556.827.000 7.000.000 10.48 1.669.220.000 503.424.546 7.51 10.493.754.000 276.082.597 12.34 Pagu Realisasi Anggaran Persentase Realisasi

1.264.818.000

94.577.418

11.85

10.031.336.000

1.790.441.468

23.84

62

2. Kedeputian II, Bidang Koordinasi Politik Luar Negeri: Kegiatan Deputi II Koordinasi Strategi Politik Luar Negeri Koordinasi ASEAN Koordinasi Kerjasama Kerjasama Pagu 771.634.000 706.520.000 722.040.000 829.140.000 774.920.000 Realisasi Anggaran 97.748.670 110.215.842 289.874.100 33.799.500 71.457.800 Persentase Realisasi 21.89 27.85 47.75 6.71 16.65

Asia, Pasifik dan Afrika Koordinasi Kerjasama Amerika dan Eropa Koordinasi Hubungan Multilateral

3. Kedeputian III, Bidang Koordinasi Hukum dan HAM: Kegiatan Deputi III Koordinasi Materi Hukum Koordinasi Pemberdayaan Aparatur Hukum Koordinasi Penegakan Hukum Koordinasi Hukum Internasional Koordinasi Pemajuan dan Perlindungan HAM Pagu 348.961.000 Realisasi Anggaran 0 % Realisasi 0

281.721.000

2.118.262.000 559.279.000

279.549.600 70.640.305

18.87 25.32

3.055.640.000

1.210.017.164 24.38

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

63 Satgas Perlindungan TKI

17.389.357.000 8.651.358.416 49.75

4. Kedeputian IV, Bidang Koordinasi Pertahanan Negara: Kegiatan Deputi IV Koordinasi Pengembangan Sistem, Doktrin & Strategi Pertahanan Negara Koordinasi Intelijen Pertahanan Negara Koordinasi Wilayah Negara dan Tata Ruang Pertahanan Koordinasi Potensi Pertahanan dan Integritas Nasional Koordinasi Kekuatan, Kemampuan dan Kerjasama Pertahanan 5. Kedeputian V, Bidang Koordinasi Keamanan Nasional: Kegiatan Deputi V Koordinasi Penanganan Kejahatan Konvensional dan Kekayaan Negara Koordinasi Penanganan Kejahatan Transnasional dan Terorisme Koordinasi Penanganan Daerah Rawan Konflik dan Kontijensi 7.742.914.000 1.051.168.949 20.69 1.062.168.000 267.509.100 36.63 401.422.000 47.375.550 20.18 Pagu Realisasi Anggaran Realisasi % 1.029.870.000 272.176.317 37.52 576.360.000 86.205.140 25.46 Pagu Realisasi Anggaran Realisasi %

421.801.000

0 30

2.856.705.000 672.533.038

433.230.000

83.377.000

29.02

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

64 Koordinasi Pembinaan Keamanan dan Kerjasama Keamanan Koordinasi Intelijen dan Pembinaan Masyarakat 367.195.000 128.409.262 38.65

497.508.000

37.346.800

27

6. Kedeputian VI, Bidang Koordinasi Kesatuan Bangsa: Realisasi Anggaran

Kegiatan Deputi VI Koordinasi Wawasan Kebangsaan Koordinasi Harmonisasi Sosial Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat Koordinasi Pengelolaan Masyarakat Kawasan Tertinggal Koordinasi Pengelolaan Wilayah Khusus 7. Kedeputian Aparatur: Kegiatan Deputi VII

Pagu

Realisasi %

1.217.280.000

270.111.100

30.3

485.140.000

61.969.900

18.70

480.160.000

45.171.900

16.39

691.555.000

75.408.400

23.48

489.840.000

60.477.600

18.12

VII,

Bidang

Koordinasi

Komunikasi,

Informasi

dan

Pagu

Realisasi Anggaran

Realisasi %

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

65

Koordinasi Informasi Media Massa Koordinasi Telekomunikasi dan Telematika Koordinasi Informasi Publik dan Kehumasan Koordinasi Pendayagunaan Aparatur Koordinasi Program dan Reformasi Birokrasi E. KESIMPULAN

492.280.000

150.088.800

32.22

1.518.670.000

356.945.900

26.99

399.743.000

135.124.550

44.66

407.625.000

36.609.000

21.38

591.807.000

70.142.000

17.68

Berdasarkan hasil pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pada triwulan III melalui analisis capaian kinerja masing-masing Kedeputian yang diperoleh dari data-data yang mendukung dapat diambil kesimpulan kinerja Kedeputian masih belum sesuai dengan target yang ditetapkan. F. HAMBATAN PELAKSANAAN KEGIATAN Nihil G. KESIMPULAN a. Analisis capaian kinerja kegiatan pada unit organisasi Eselon II masih perlu dilakukan perbaikan atas rencana capaian kinerja dengan mempertimbangkan jadwal rencana pelaksanaan kegiatan serta input dan output pada masing-masing Unit Organisasi Eselon II, khususnya dalam mendukung kegiatan prioritas nasional dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2012; b. Perlu dilakukan monev secara terukur pada masing-masing unit organisasi atas realisasi rencana penyerapan dan kinerja, untuk memastikan bahwa kegiatan berjalan sesuai dengan rencana dan kendala yang ada dapat segera diatasi. Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

66

H. TINDAK LANJUT Tindak lanjut yang direkomendasikan oleh Biro Perencanaan dan Organisasi dalam rangka efektivitas dan efisiensi Pelaksanaan ProgramKegiatan dan Anggaran adalah sebagai berikut: 1. Kedepan, perlu ditingkatkan penyelarasan proses perencanaan dan penganggaran, agar pelaksanaan kegiatan dapat tercapai tepat sasaran; 2. Diperlukan komitmen bersama tentang pentingnya monitoring dan evaluasi unit pelaksana kegiatan, sebagai kewajiban sesuai perundang-undangan yang berlaku 3. Unit pelaksana kegiatan perlu segera mengambil langkah-langkah percepatan dalam pelaksanaan program dan anggaran sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, mengingat telah diberlakukannya sistem Reward and Punishment Pengganggaran oleh Kementerian Keuangan; 4. Unit pelaksana dan pejabat pembuat komitmen tetap berpedoman pada Sistem akuntabilitas Kinerja Pemerintah, sehingga tercipta tertib administrasi dan tertib akuntansi dalam mendorong terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik. 5. Inisiatif implementasi sistem Reward dan Punishment internal terhadap kemajuan pelaksanaan Program/Kegiatan oleh Kuasa Pengguna Anggaran 6. Perlu dilakukan upaya-upaya Kemenko Polhukam; 7. Mengurangi frekuensi ditolaknya SPM oleh KPPN dan mengurangi revisi kegiatan, kecuali ada kegiatan yang mendesak dan tidak mencapai sasaran. BAB III PENUTUP konsolidasi bagi para Pejabat oleh SPI Pembuat Komitmen (PPK) dan pelaksana kegiatan

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

67 Laporan Konsolidasi Pemantauan dan Evaluasi pada triwulan III tahun 2012 diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai berbagai capaian kinerja kegiatan-kegiatan yang mendukung program pada Kemenko Polhukam. Selanjutnya kegiatan-kegiatan yang belum dilaksanakan akan segera diwujudkan agar target dan sasaran yang ingin dicapai dapat diwujudkan. Kiranya Laporan Konsolidasi Pemantauan dan Evaluasi Triwulan III dapat memenuhi kewajiban organisasi dan sekaligus menjadi sumber informasi dalam pengambilan keputusan guna peningkatan kinerja bagi organisasi Kemenko Polhukam. Demikian Laporan Hasil Pemantauan dan Evaluasi ini disusun sebagai bahan masukan bagi pertimbangan kebijakan lebih lanjut.

LAMPIRAN

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

68

Laporan Pemantauan Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Anggaran Triwulan III-2012

You might also like