You are on page 1of 7

JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 1/NO.

2/JULI/2009

Pengaruh Penambahan Vitamin C pada Suplementasi Besi Folat dalam Meningkatkan Kadar Hemoglobin pada Pasien Pasca Seksio Sesarea di RSU PKU Muhammadiyah Klaten
Effect of Adding Vitamin C to Fe Folate Supplementation on Increasing Hemoglobin Level in Sectio-Caesarian Patients at PKU Muhammadiyah Hospital Klaten
Yunisa Dwi Angganis
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro, Klaten

ABSTRACT
Background. Sectio-caesarian (SC) proportion was high at Indonesian hospitals such as RS Cipto Mangun Kusumo Jakarta (35.7%) and RSU PKU Muhammadiyah Klaten (33.8%). Massive blood loss due to SC may cause women at risk for iron-deficiency anemia after birth delivery. This study aimed to determine if adding vitamin C to Fe folate supplementation further increase hemoglobin level. Methods. A double-blinded randomized controlled trial was conducted at PKU Muhammadiyah Klaten, Central Java. A sample of 32 anemic women after SC birth delivery were alllocated to either experimental group or control group. All study subjects were given capsules containing 200mg ferrous sulphate and 0.25mg folic acid. In addition, the experimental subjects received 100mg vitamin C. These capsules were taken once daily for 60 days. Hemoglobin level was measured by Cyanmethemoglobin. Food intake during experiment was recorded by 24 hour food recall. To control for confounding variables after randomization, the incremental effect of adding vitamin C to Fe Folate on hemoglobin was analyzed by multiple linear regression model on Stata intercooled 7. Results. Adding vitamin C to Fe folate increased hemoglobin level as much as 7.9 g/l higher than Fe folate alone, and it was statistically significant (b = 7.9; p = 0.013; CI95% 1.9 to 14.1), after controlling for age and food intake such as Fe, folic acid, vitamin C, protein, and energy, during experimentation. Conclusion. Adding vitamin C to Fe folate signficantly increases hemoglobin level in anemic women after sectio-caesarian birth delivery. Hospitals are recommended to provide Fe Folate + vitamin C supplementation for anemic women after sectio-caesarian birth delivery to increase hemoglobin level. Keywords: anemia, hemoglobin, sectio-caesaria, vitamin C, Fe folate, women giving birth

PENDAHULUAN Angka persalinan dengan cara seksio sesarea di RS Cipto Mangun Kusumo Jakarta (2000) sebesar 35.7 persen. Angka persalinan dengan cara seksio sesarea di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten sekitar 33.8 persen pada tahun 2007 dari seluruh persalinan yang berjumlah 1290. Akibat kehilangan darah selama tindakan operasi akan menyebabkan penurunan kadar hemoglobin yang berakibat terjadinya anemia pada pasien pasca seksio sesarea (Husaini, 1989). Anemia yang disebabkan kehilangan

darah akan menyebabkan kurangnya zat besi dalam darah. Studi Mulyawati (2003) menemukan bahwa suplementasi tablet tambah darah dengan vitamin C pada pekerja wanita di perusahaan kayu lapis di Tengerang dapat meningkatkan kadar hemoglobin secara statistik bermakna (p< 0.05). Apakah penambahan vitamin C pada suplementasi besi folat juga mampu meningkatkan kadar hemoglobin pada pasien pasca seksio sesarea? Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh penambahan vitamin C pada suplementasi besi folat dalam meningkatkan kadar hemoglobin pada pasien pasca seksio sesarea.

154

ANGGANIS/ PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN C PADA SUPLEMENTASI BESI FOLAT

SUBJEK DAN METODE DESAIN STUDI Jenis penelitian ini adalah studi analitik dengan desain double-blinded randomized controlled trial (RCT) (Murti, 2003). Penelitian dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten dengan alasan prevalensi anemia pasca seksio sesarea sebesar 64.4 persen dan prevalensi seksio sesarea sebesar 33.8 persen pada tahun 2007. Penelitian dilakukan pada bulan September sampai dengan Oktober 2008. Populasi sasaran (target population) penelitian ini adalah pasien hamil yang melahirkan dengan cara seksio sesarea yang telah memenuhi kriteria inklusi: (1) Umur antara 20-35 tahun; (2) Keadaan umum baik; (3) Kadar Hb setelah operasi < 120 g/l; (4) Tidak dilakukan transfuse; (5) Setuju dan bersedia menjadi subjek penelitian. Kriteria eksklusi: (1) Mengalami infeksi; (2) Preeklamsia; (3) Penyakit sistemik berat. Ukuran sampel yang diperlukan diperkirakan dengan menggunakan rumus (Murti, 2006):

memakai alat merk DREW D3 dengan metode Cyanmethemoglobin yang dinyatakan dengan gram per liter Pengukuran kadar hemoglobin dilakukan sebelum perlakuan dan setelah perlakuan selama 60 hari (2 bulan), dibandingkan dengan nilai normal (>120 gram/l). 2. Status perlakuan Status perlakuan adalah perlakuan pemberian suplementasi yang diberikan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang berupa: (1) Suplementasi besi folat; dan (2) Suplementasi besi folat dan vitamin C. Suplementasi besi folat berbentuk kapsul yang mengandung fero sulfat 200 mg (60 mg elemental besi) dan folat 0.25 mg yang diberikan kepada pasien pasca seksio sesarea yang terpilih, diberikan satu kali sehari selama 60 hari (2 bulan) yang pemberiannya malam hari pada kelompok kontrol. Suplementasi besi folat dan vitamin C berbentuk kapsul yang mengandung fero sulfat 200 mg (60 mg elemental besi) folat 0.25 mg dan vitamin C 100 mg yang diberikan kepada pasien pasca seksio sesarea yang terpilih, diberikan satu kali sehari selama 60 hari (2 bulan) yang pemberiannya malam hari pada kelompok perlakuan. 3. Asupan Zat Gizi Asupan zat gizi adalah rata-rata jumlah makanan yang dikonsumsi oleh pasien pasca seksio sesarea selama satu hari yang pengukurannya menggunakan recall 24 jam, dilakukan 2 kali selama penelitian yaitu pada minggu pertama awal penelitian dan minggu pertama akhir penelitian dan dianalisis dengan komputer program Nutri Survey tahun 2004 kemudian hasil dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG). Baik Cukup Kurang : asupan > 100 % AKG : asupan 70-99.9 % AKG : asupan < 70 % AKG

Z1-/2=1.96 jika =0.05. Z1-=0.84, jika = 0.20 Mean=12.0 SD 1=0.45 Mean=21.6 n = 15.9

SD 2=0.35 n = 16 per kelompok studi.

Jadi ukuran sampel sebanyak 16 subjek untuk kelompok perlakuan dan 16 subjek penelitian untuk kelompok kontrol. Seorang subjek dari kelompok perlakuan mengundurkan diri, sehingga untuk penelitian ini hanya dianalisis 15 subjek dari kelompok perlakuan. VARIABEL PENELITIAN Variabel terikat adalah kadar hemoglobin pasien pasca seksio sesarea. Variabel bebas adalah suplementasi besi folat dan vitamin C. Variabel perancu meliputi uUmur, paritas, jumlah perdarahan, dan asupan zat gizi DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL 1. Kadar Hemoglobin Jumlah hemoglobin yang terdapat dalam darah pasien pasca seksio sesarea yang pengukurannya

PELAKSANAAN PENELITIAN 1. Kapsul suplemen besi folat sebanyak 1080 butir dan kapsul suplemen besi folat dan vitamin C sebanyak 1080 butir diberikan kepada enumerator untuk diberikan pada pasien pasca seksio sesarea yang telah terpilih.

155

JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 1/NO. 2/JULI/2009

2. Penjelasan, pengisian dan penandatanganan persetujuan, kesediaan subjek penelitian untuk mengikuti penelitian ini. 3. Pengambilan sampel darah pertama dilaksanakan setelah subjek penelitian menjalani operasi seksio sesaria untuk mengukur kadar hemoglobin, pelaksanaan pengambilan darah oleh petugas laboratorium RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten. 4. Dosis dan Pemberian Suplemen Dosis suplemen fero sulfat dan folat yang diberikan kepada ibu persalinan pasca sesarea mengacu pada rekomendasi Depkes RI (1995) yaitu fero sulfat sebesar 200 mg + folat 0.25 mg /hari. Sementara dosis vitamin C yang diberikan mengacu pada besarnya dosis normative fisiologis sebesar 40% AKG orang sehat atau 43 mg (IOM, 2000). Dosis rendah yang ditetapkan tersebut masih berada pada batas aman (safe level intake). Pengujian Laboratorium Analisis Nufa Grafindo di Semarang untuk pemeriksaan bentuk, warna, isi, waktu hancur dan ketepatan kadar vitamin C 100 mg maupun fero sulfat 200 mg + folat 0.25 mg dapat disimpulkan telah memenuhi syarat seperti yang diharapkan dalam penelitian. Pemberian suplementasi secara tersamar: i. Randomisasi sampel kelompok (I dan II). terhadap dua

dengan menggunakan program Nutri Survey tahun 2004. 7. Setiap 1 minggu sekali petugas enumerator yang telah ditunjuk mengunjungi subjek penelitian untuk wawancara terhadap efek samping pemberian kapsul. 8. Bila ditemukan efek samping yang cukup berat, misalnya mual, muntah, nyeri lambung, maka pemberian kapsul dihentikan dan bila ada indikasi yang tidak mungkin dilanjutkan sebagai subjek penelitian maka subjek penelitian tersebut dikeluarkan dari penelitian. 9. Pada akhir penelitian subjek penelitian diperiksa kadar hemoglobinnya dengan menggunakan metode Cyanmethemoglobin. ANALISIS DATA Data dalam Excel diubah menjadi data SPSS versi 16, dengan menggunakan perangkat lunak StatTransfer. Data tentang asupan gizi dengan metode 24 hour recall dimasukkan dan dianalisis dengan perangkat lunak NutriSurvey versi 2004. Karakteristik data sampel keadaan awal (baseline) dan akhir meliputi variabel-variabel umur, Hb, jumlah perdarahan, Fe, folat, vitamin C, energi dan protein dideskripsikan dalam parameter mean dan deviasi standar (SD). Perbedaan karakteristik tersebut antara kelompok perlakuan dan kontrol diuji dengan uji t independen. Karakteristik data sampel menyangkut variabelvariabel kategorikal, seperti tingkat pendidikan, paritas, dan pekerjaan dideskripsikan dalam frekuensi dan persen. Perbedaan karakteristik tersebut antara kelompok perlakuan dan kontrol diuji dengan uji X2 independen. Dalam model analisis regesi linier ganda, variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi tidak hanya status perlakuan, tetapi juga sejumlah variabel luar yang mungkin menyebabkan kerancuan (bias). Dalam pendekatan analisis regresi linier dilakukan perbandingan tentang estimasi efek penambahan vitamin C terhadap suplementasi Fe folat TANPA mengendalikan faktor perancu (analisis kasar) dan DENGAN mengendalikan faktor perancu (adjusted analysis). Presisi estimasi ditunjukkan oleh lebar CI95%.

ii. Pada tahap I suplementasi kapsul fero sulfat 200 mg + folat 0.25 mg dimulai untuk kelompok I diberikan satu hari setelah ibu persalinan pasca seksio sesarea. Demikian juga untuk kelompok II yang diberi penambahan vitamin C 100 mg. iii. Tahap II suplementasi diberikan setiap 1 minggu sekali oleh petugas. 5. Jadwal pemberian suplementasi besi folat dan suplementasi besi folat dan vitamin C diberikan satu kali sehari selama 60 hari dan diminum malam hari dengan menggunakan air putih. 6. Data asupan zat gizi dikumpulkan oleh petugas enumerator yang telah dilatih sebelumnya yaitu petugas ahli gizi. Metode yang digunakan adalah recall 24 jam. Recall 24 jam dilaksanakan 2 kali yaitu minggu pertama dari penelitian dan minggu akhir penelitian. Kemudian dianalisis

156

ANGGANIS/ PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN C PADA SUPLEMENTASI BESI FOLAT

HASIL-HASIL 1. Karakteristik Sampel Penelitian Tabel 1 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang secara statistik signifikan dalam sebaran nilai-nilai variabel perancu antara kelompok perlakuan dan kontrol sebelum perlakuan (p>0.05).

Tabel 3 Hasil uji t tentang perbedaan rata-rata perubahan kadar Hb sebelum dan sesudah perlakuan, antara kelompok kontrol (Fe folat) dan perlakuan (Fe folat dan vitamin C)
Status perlakuan Fe folat Fe folat + vitamin C N Mean SD t P 16 12.5 8.5 2.66 0.013 15 20.5 8.1

Tabel 1 Karakteristik data sampel keadaan sebelum perlakuan (data kontinu)

Variabel Umur (tahun) Hb (g/l) Perdarahan (ml) Fe (mg) Folat ( g) Vitamin C (mg) Energi (kkal) Protein (g) *) uji t

n 16 16 16 16 16 16 16 16

Fe folat Mean 29.4 106.2 262.5 11.1 56.6 49.0 1478.1 61.8

SD 3.6 7.8 38.7 3.2 14.7 27.9 384.3 4.7

n 15 15 15 15 15 15 15 15

Fe folat + vitamin C Mean SD 27.5 2.8 101.0 9.1 245.0 42.5 11.5 3.6 59.1 36.4 57.6 41.7 1411.9 338.3 68.7 12.1

p*) 0.123 0.115 0.240 0.697 0.801 0.503 0.616 0.281

Tabel 2 menunjukkan tidak terdapat perbedaan 3. yang secara statistik signifikan dalam sebaran nilainilai variabel perancu antara kelompok perlakuan dan kontrol sesudah perlakuan (p>0.05).

Hasil Analisis Pengaruh Penambahan Vitamin C pada Suplementasi Fe Folat Tanpa Mengontrol Pengaruh Umur, Asupan Fe, Folat, Vitamin C, Energi dan Protein.

Tabel Tabel 2 Karakteristik data sampel keadaan sesudah perlakuan (data kontinu)

Variabel Hb (g/l) Fe (mg) Folat ( g) Vitamin C (mg) Energi (kkal) Protein (g) *) uji t

n 16 16 16 16 16 16

Fe folat Mean 118.7 14.3 198.4 62.3 1797.4 64.8

SD 6.4 6.9 100.7 17.5 308.9 26.6

n 15 15 15 15 15 15

Fe folat + vitamin C Mean SD 121.7 7.9 14.6 11.7 228.7 196.7 81.4 25.9 1794.3 654.2 71.2 19.7

p*) 0.247 0.932 0.591 0.161 0.987 0.233

2. Hasil uji t tentang perbedaan rata-rata Tabel 4 menunjukkan hasil analisis regresi linier perubahan kadar Hb sebelum dan sesudah tentang pengaruh penambahan vitamin C pada perlakuan, antara kelompok kontrol (Fe folat) suplemen Fe folat terhadap peningkatan kadar dan perlakuan (Fe folat dan vitamin C) hemoglobin yang diberikan kepada ibu pasca seksio
Tabel 4 Hasil analisis regresi linier tentang pengaruh penambahan vitamin C pada suplementasi Fe folat terhadap peningkatan kadar Hb yang diberikan kepada ibu pasca seksio sesarea, tanpa mengontrol pengaruh umur, asupan Fe, folat, vitamin C, energi dan protein Confidence Interval 95% Variabel Koefisien regresi (b) t p Batas bawah Batas atas Perlakuan (Fe folat + vi t C) 7.9 2.66 0.013 1.9 14.1 Konstanta 12.5 6.00 0.000 8.2 16.8 N observasi 31 R2 0.20

157

JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 1/NO. 2/JULI/2009

sesarea tanpa mengontrol pengaruh umur, asupan Fe, folat, vitamin C, energi maupun protein. Analisis kasar ( crude analysis ) (Tabel 4) menunjukkan, pemberian Fe folat + vitamin C mampu meningkatkan kadar hemoglobin 7.9 g/l lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian Fe folat saja, dan perbedaan tersebut secara statistik signifikan (b = 7.9; p = 0.013; CI95% 1.8 hingga 14.1). Dengan tingkat keyakinan sebesar 95% pemberian Fe folat + vitamin C mampu meningkatkan kadar hemoglobin 1.9 hingga 14.1 g/l lebih tinggi daripada pemberian Fe folat saja. Berdasarkan hasil nilai p = 0.013 maka dapat disebutkan bahwa hipotesis diterima artinya ada hubungan antara penambahan vitamin C pada suplementasi Fe folat dengan kenaikan kadar hemoglobin pada pasien pasca seksio sesarea.

Bias

= (b adjusted b crude)/ (b adjusted) = (7.7-7.9)/7.7) x 100% = -3.5%.

Perbedaan estimasi koefisien regresi b sebesar |3.5%| < 10% menunjukkan bahwa analisis kasar menghasilkan estimasi b yang tidak banyak berbeda dengan analisis yang mengontrol pengaruh variabel perancu, sehingga tidak menyebabkan bias. Karena analisis kasar (Tabel 4) tidak menghasilkan bias, maka hasil analisis yang digunakan adalah analisis kasar. Estimasi koefisien regresi b untuk umur, asupan Fe, folat, vitamin C, energi maupun protein yang mendekati nol dan secara statistik tidak signifikan. Jadi variabel-variabel tersebut tidak mempengaruhi perubahan kadar hemoglobin.

Tabel 5 Hasil analisis regresi linier ganda tentang pengaruh penambahan vitamin C pada suplementasi Fe Folat terhadap peningkatan kadar Hb yang diberikan kepada ibu pasca seksio sesarea, dengan mengontrol pengaruh umur, asupan Fe, folat,vitamin C, energi dan protein Confidence Interval 95% Variabel Koefisien regresi ( b) t p Batas bawah Batas atas Perlakuan (Fe folat + v it C) 7.7 2.18 0.040 0.4 14.9 Umur (tahun) -0.2 -0.38 0.707 -1.3 0.9 Asupan Fe (mg) -0.4 -1.35 0.189 -0.9 0.2 0.1 0.64 0.529 -0.1 0.1 Folat ( g) Asupan vitamin C (mg) 0.1 0.30 0.769 -0.1 0.1 Protein (g) -0.1 -0.71 0.486 -0.1 0.1 Energi (kkal) 0.1 0.64 0.529 -0.1 0.1 Konstanta 16.5 1.04 0.309 -16.3 49.4 N observasi 31 R2 31%

Analisis data yang mengontrol varibel perancu (adjusted analysis) (Tabel 5) menunjukkan, pemberian Fe folat + vitamin C mampu meningkatkan kadar hemoglobin 7.7 g/l lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian Fe folat saja, dan perbedaan tersebut secara statistik signifikan (b = 7.7; p = 0.040; CI95% 0.4 hingga 14.5). Dengan tingkat keyakinan sebesar 95% pemberian Fe folat + vitamin C mampu meningkatkan kadar hemoglobin 0.4 hingga 14.5 g/l lebih tinggi daripada pemberian Fe folat saja. Berdasarkan hasil nilai p = 0.040 maka dapat disebutkan bahwa hipotesis diterima artinya ada hubungan antara penambahan vitamin C pada suplementasi Fe folat dengan kenaikan kadar hemoglobin pada pasien pasca seksio sesarea.

PEMBAHASAN Penelitian ini mendukung hipotesis bahwa penambahan vitamin C pada suplementasi besi folat dapat meningkatkan kadar hemoglobin pada pasien pasca seksio sesarea dibandingkan pemberian suplementasi besi folat saja. Pemberian Fe folat + vitamin C mampu meningkatkan kadar hemoglobin 7.9 g/l lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian Fe folat saja, dan perbedaan tersebut secara statistik signifikan (b = 7.9; p = 0.013; CI95% 1.9 hingga 14.1). Temuan ini sesuai dengan hasil penelitian Mulyawati (2003) tentang efek suplementasi tablet besi folat yang ditambah vitamin C pada wanita pekerja pabrik kayu lapis di Tangerang yang

158

ANGGANIS/ PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN C PADA SUPLEMENTASI BESI FOLAT

menemukan bahwa penambahan vitamin C tersebut mampu meningkat kadar hemoglobin dengan signifikan secara statistik (p< 0.05). Hasil penelitian Thankachan et al. (2008) di India menunjukkan vitamin C akan meningkatkan absorbsi besi 291% 350% pada kelompok anemia (p = 0.001) dan hanya meningkatkan absorbsi besi 270% - 343% pada kelompok tidak anemia. Berdasarkan penelitian Garcia et al., (2000) di India, pengobatan dengan asam askorbat 100 mg per hari yang diberikan sebagai suplemen selama 2 bulan meningkatkan konsetrasi hemoglobin secara signifikan pada penderita anemia, dibandingkan dengan plasebo. Bila eritropoiesis meningkat, absorbsi besi bertambah dan sebaliknya. Kedua faktor tersebut mengkonsumsi mempengaruhi fungsi sel-sel mukosa usus. Dikenal teori mukosal, yang menerangkan bahwa jumlah besi dalam mukosa usus tetap dalam jumlah tertentu. Teori pengaturan absorbsi tersebut disebut messenger iron berfungsi menghambat masuknya besi dari lumen ke dalam epitel, dan juga menghambat masuknya besi dari epithel ke dalam pembuluh darah di lamina propia. Bila tubuh kekurangan zat besi, maka messenger iron akan berkurang. Dengan demikian hambatan masuknya besi dalam epitel juga dengan cepat dapat diteruskan ke dalam darah di lamina propia karena messenger iron yang mencegah keluarnya besi dari epitel pun sedikit. Pemasukan besi ke dalam tubuhpun meningkat. Bila dalam tubuh telah cukup terdapat besi, maka messenger iron dalam epitel akan meningkat, sehingga besi dari lumen akan dicegah masuk ke dalam epitel. Sebagian yang sudah masuk ke dalam epitel oleh adanya messenger iron dicegah untuk keluar, dan tidak masuk ke dalam pembuluh darah di lamina propia. Dengan demikian besi tertahan terus dalam epitel cukup tua untuk dilepaskan dari permukaan usus. Dengan cara ini diperkecil pada orang-orang yang telah cukup mendapat besi (Underwood, 2002). Makanan dengan persediaan zat besi rendah biasanya sederhana, terbuat dari bahan makanan yang monoton, yaitu biji-bijian, akar-akaran, umbiumbian dengan sedikit daging dan ikan, seperti tepung maizena, beras, gandum dan sorghum. Makanan tersebut mengandung sejumlah besar

bahan yang menghambat penyerapan zat besi. Masih banyak makanan yang penyerapan zat besinya lebih rendah, misalnya makanan yang biasa dikonsumsi di daerah pedesaan di India yang terdiri dari bijibijian sehingga penyerapannya hanya 3-4 % (Hurrel et al., 1992). Selain itu ada zat penghambat penyerapan besi misalnya minuman yang mengandung teh dan kopi. Dalam penelitian ini juga didapatkan ibu pasca seksio sesarea mengkonsumsi teh dan kopi walaupun tidak setiap hari (menjadi kebiasaan minuman harian). Adapun asupan teh per hari dalam penelitian ini didapatkan sebesar satu gelas (200 ml). Artinya terdapat minuman teh ibu melahirkan dengan cara seksio sesarea dapat dikatakan tidak mempengaruhi kadar hemoglobin. Makanan dalam kategori persediaan zat besi sedang hampir mirip dengan yang penyerapannya rendah, tetapi ada sebagian makanan yang bersumber dari protein hewani dan buah-buahan. Dengan demikian jika kebiasaan makannya termasuk makanan yang persediaan zat besinya rendah dapat ditingkatkan menjadi sedang dengan menambah makanan yang memacu penyerapan zat besi seperti daging, ikan atau buah yang banyak mengandung vitamin C (Jacques et al., 1993). Kekuatan penelitian ini terletak pada penggunaan desain double-blinded randomized controlled trial (RCT). Keterbatasan penelitian ini, metode yang digunakan di laboratorium telah digunakan oleh banyak peneliti, tetapi kurang jelas penggunaan alat maupun tracer Fe dan vitamin C. Selain itu, dalam penelitian ini ada satu sampel yang keluar dari keikutsertaan karena harus pindah ke luar kota, sehingga jumlah subjek berkurang dari 32 menjadi 31 subjek. Penelitian ini menyimpulkan, penambahan vitamin C pada suplementasi besi folat bermanfaat untuk lebih meningkatkan kadar hemoglobin. Pemberian besi folat + vitamin C mampu meningkatkan kadar hemoglobin 7.9 g/l lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian besi folat saja, dan perbedaan tersebut secara statistik signifikan (b = 7.9; p = 0.013; CI95% 1.9 hingga 14.1). Implikasi hasil penelitian bagi kebijakan, pihak rumahsakit direkomendasikan untuk menambah vitamin C pada suplementasi besi folat bagi ibu pasca
159

JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 1/NO. 2/JULI/2009

melahirkan dengan cara seksio sesarea. Para ibu yang melahirkan dengan cara seksio sesarea perlu mengkonsumsi makanan yang cukup mengandung zat besi, folat dan vitamin C untuk mencegah anemia. DAFTAR PUSTAKA Garcia OP, Diaz M, Rosado JL, Allen LH (2000). Ascorbic acid from lime juice does not improve the iron status of iron deficient women in rural Mexico. Am. J Clin Nutr; 78: 268- 73. Husaini MA (1989). Study nutritional anemia an asessment of information complication for supporting and formulating national policy and program. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Jakarta: Pusat Pelatihan dan Pengembangan Gizi Depkes. Hurrel RF, Juillerat MA, Reddy MB, Lynch SR, Dasenko SA, Cook JD (1992). Soy protein, phytate, and iron absorption in humans. Am.J.Clin; 56: 573-8. Jacques PF,Sulsky SI, Sadowsky JA, Philips JCC, Rush D, Willet WC (1993). Comparison of

Micronutrient Intake Measured by a Dietary Questionnaire and Biochemical Indicators of Micronutrient Status. Am J Clin Nutr; 57:182-9. Murti B (2003). Prinsip dan metode riset epidemiologi. Edisi kedua. Jilid pertama. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Murti B (2006). Disain dan ukuran sampel untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif di bidang kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Mulyawati Y (2003). Perbandingan efek suplementasi tablet tambah darah dengan dan tanpa vitamin C terhadap kadar hemoglobin pada pekerja wanita di perusahaan plywood di Tangerang. http://www.gizi/gizi klinik. Diakses 27 Juni 2008. Thankachan P, Walczyk T, Muthayya, S, Kurpad AV, and Hurrell F (2008). Iron absorption in young Indian women: the interaction of iron status with the influence of tea and ascorbic acid. Am J Clin Nutr; 87: 881-6. Underwood JCE. (2002). Pathology and sistemic disease. Vol.2. EGC. Jakarta hal:707-772

160

You might also like