You are on page 1of 1

Seminar Nasional Manajemen Konstruksi, Magister Teknik Sipil UNISSULA, Semarang, 2 Mare!

2006

MANAJEMEN RISIKO PROYEK DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR


Oleh Biemo W. Soemardi *) Peneliti dan pengajar pada Program Studi Teknik Sipil, bidang Manajemen & Rekayasa Konstruksi, ITB

Successful projects can be obtained if one is willing to engage in the management risk prior to the execution of project activities. A risk management process must be implemented in all construction projects. (Revere, 2003) PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan masyarakat modern., kebutuhan akan berbagai fasilitas pendukung kegiatan hidup juga semakin meningkat. Hal ini tercermin dari semakin meningkatnya intensitas pembangunan berbagai fasilitas infrastruktur di berbagai sektor, mulai dari sistem energi, transportasi jalan raya, bangtman-bangunan perkantoran dan sekolah, hingga telekomunikasi, rumah peribadatan dan jaringan layanan air bersih, yang kesemuanya itu memerlukan adanya dukungan infrastruktur yang handal. Dengan luasnya cakupan layanan publik tersebut, maka peran infrastruktur dalam mendukung diva nika suatu negara menjadi sangatlah penting artinya. Adalah suatu hal yang umum bila kita mengkaitkan pertumbuhan eknomi dan pembangunan suatu negara dengan pertumbuhan infrastruktur di negara tersebut. Berbagai laporan badan dunia seperti World Bank, menekankan pentingnya peran infrastruktur dalam pembangunan negara, dan bagaimana negara-negara di dunia melakukan investasi di sektor tersebut. (Faye and Yeppes, 2003). Sayangnya pembangunan infrastruktur juga, seperti halnya dengan proyek-proyek konstniksi lainnya, selalu dibayangi oleh risiko kegagalan. Semakin besar proyek infrastruktur yang ditangani, semakin besar pula tantangan risikonya. Studi yang dilakukan di University of Aalborg (Flyvberg et. al, 2003) menunjukan bahwa dalam sejarahnya proyek-proyek infrastruktur berskala besar (dikenal dengan istilah megaprojects) berpotensi terancam cost overruns dan berbagai risiko lainnya. Namun demikian hal ini tampaknya tidak menghalangi pemerintah dan para pengambil keputusan publik untuk senantiasa berinvestasi dalam proyekproyek infrastruktur besar.

Dewasa ini, peran pelayanan masyarakat melalui investasi di sektor infrastruktur sedikit demi sedikit telah bergeser dari peran dominan pemerintah menjadi partisipasi swasta. Beratnya beban pendanaan bagi pembangunan baru maupun pemeliharaan fasilitas infrastruktur tidak dapat ditanggulangi oleh kemampuan pemerintah dalam mengimbangi kebutuhan akan infrastruktur yang semakin meningkat. Pegeseran ini tentunya berdampak pada perubahan peran dan konsekuensi (risiko) yang dihadapi oleh masing-masing pihak pelaku pembangunan infrastruktur. Di Indonesia, peningkatan peran swasta dalam sektor pembangunan infrastruktur lewat berbagai skema pendanaan dan kerjasama (project financing) tentunya harus diikuti pula dengan kesadaran terhadap potensi risiko dan kemampuan yang sesuai dalam mengelolanya. Dalam konteks ini, analisis dan manajemen risiko pada proyek-proyek pembangunan infrastruktur sudah mulai dilakukan, meskipun pada umumnya masih sangat terbatas pada aspek ekonomi dan pendanaannya saja. Dan hat ini tentunya tidak cukup. Para pelaku dalam proyek infrastuktur harus pula mampu menerapkan manajemen risiko dal am semua aspek proyek, termasuk risiko pada tahap konstruksi. Sebelum kita membahas risiko proyek konstruksi infrastruktur, ada baiknya kita mengulas kembali secara singkat makna dan beberapa prinsip dasar manajemen risiko.

You might also like