You are on page 1of 19

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK 19

Kelompok : B8 Tutor : dr. Ramli Baschin, Sp.F 1. Rani Fatmala 2. Gieza Ferrani 3. Ryan Aquario 4. Emelda 5. Yusep Hefriansyah 6. Irawati Eka Putri 7. Sarah Nabella Putri 8. Rizka Aprillia Syahputri 9. Rizki Amelia 10. Inda Sumerah 11. Preetibah Ratenavelu 04101401021 04101401034 04101401042 04101401046 04101401054 04101401079 04101401090 04101401105 04101401108 04101401124 04101401136

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat karunia dan Rahmat-Nya, laporan tutorial skenario C blok 19 ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan ini betujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Tim penyusun laporan ini tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan tugas tutorial ini. Laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik pembaca akan sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan tim penyusun lakukan.

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................ Daftar Isi...................................................................................................... Skenario....................................................................................................... Klarifikasi Istilah ........................................................................................ Identifikasi Masalah ................................................................................... Analisis Masalah ........................................................................................ Hipotesis ..................................................................................................... Kerangka Konsep......................................................................... ............... Sintesis ............................................................................................... ........ Daftar Pustaka ..............................................................................................

2 3 4 4 5 5 7 7 8 19

SKENARIO C BLOK 19 2013 Yudi, anak laki-laki 2 tahun, dibawa ibunya ke UGD RSMH karena mengalami kesulitan bernafas. Dua hari sebelumnya, Yudi menderita panas tidak tinggi dan batuk pilek.

Pemeriksaan fisik: Anak sadar, agitasi. Sewaktu anak hendak diperiksa ia langsung menangis memeluk ibunya. Bibir dan muka tidak sianosis, tidak pucat. Nafas terlihat cepat dengan peningkatan usaha nafas dan terdengar suara mengorok setiap kali anak menarik nafas. Respiratory rate 45 kali/menit. Nafas cuping hidung (+), gerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, retraksi supra sternal dan sela iga (+). Auskultasi: vesikuler, ronkhi (-) Jantung: tidak ada kelainan HR: 135 kali/ menit, nadi brachialis kuat, nadi radialis kuat. Kulit berwarna merah muda, hangat, capillary refill time kurang dari 2 detik. BB 12 kg, PB 86 cm, temperatur 37,90C I. KLARIFIKASI ISTILAH Istilah Batuk ekspulsi udara Klarifikasi yang tiba-tiba sambil

mengeluarkan udara dari paru-paru Agitasi suaru bentuk gangguan yang menunjukkan

aktivitas motorik berlebihan dan tak bertujuan tau kelelahan, biasanya dihubugkan dengan keadaan tegang dan ansietas Ngorok snoring; pernafasan yang kasar dan ramai selama tidur yang disebabkan oleh fibrasi uvula dan pallatum mole Sianosis warna kulit dan membrane mukosa kebiruan atau pucat karena kandungan oksigen yang rendah dalam darah.

Nafas cuping hidung

pembesaran bernafas

dari

pembukan

nostril

selama

Retraksi suprasternal dan tulang tarikan dinding dada d suprastrenal dan tulang iga iga saat inspirasi

Vesikuler

suara pernafasan normal yang terdengar selama ventilasi

Ronkhi

suara nafas normal yang dihasilkan oleh bronchi dan bronkhiolus yang terdengar selama ekspirasi

capillary refill time

waktu pengisian kembali kapiler oleh darah

II.

IDENTIFIKASI MASALAH 1. Yudi, anak laki-laki, 2 tahun mengalami kesulitan bernafas 2. Riwayat penyakit sebelumnya: Yudi mengalami panas tidak tinggi dan batuk pilek 3. Hasil pemeriksaan fisik: PB : 86 cm, BB: 12 kg, T: 37,9C Inspeksi : sadar, agitasi, langsung menangis dan memeluk ibu saat hendak diperiksa,bibir dan muka tidak sianosis, tidak pucat RR cepat : 45x/menit, ada ngorok setiap menarik nafas, nafas cuping hidung (+), retraksi dinding dada simetris ki-ka, retraksi suprasternal dan sela iga (+) Auskultasi : vesikuler, ronkhi (-) Pemeriksaan jantung: tidak ada kelainan HR : 135x/menit Nadi brachialis dan radialis kuat Kulit merah muda, hangat capillary refill time kurang dari 2 detik

III.

ANALISIS MASALAH
5

1. a. Apa saja penyebab anak umur 2 tahun mengalami kesulitan bernafas?

b. Bagaimana mekanisme Yudi mengalami kesulitan bernafas dalam kasus ini? c. Bagaimana anatomi system pernafasan anak umur 2 tahun? Emelda dan rani d. Bagaimana fisiologi pernafasan anak umur 2 tahun? 2. a. Apa penyebab batuk pilek dan panas tidak tinggi pada kasus ini? b. Bagaimana mekanisme batuk pilek dan panas tidak tinggi pada kasus ini? 3. a. Bagaimana status pertumbuhan Yudi berdasarkan kriteria WHO pada kasus ini? sintesis b. apa interpretasi dan mekanisme abnormal pemeriksaan fisik penampilan? sintesis c. apa interpretasi dan mekanisme abnormal pemeriksaan fisik respirasi? sintesis d. apa interpretasi dan mekanisme abnormal pemeriksaan fisik sirkulasi? sintesis 4. Apa saja diagnosis banding pada kasus ini? sintesis 5. Bagaimana cara penegakkan diagnosis dan apa diagnosis kerja pada kasus ini? sintesis 6. Apa saja pemeriksaan penunjang yang masih dibutuhkan pada kasus ini? sintesis 7. Bagaimana epidemiologi kasus ini? sintesis 8. Apa etiologi dan faktor risiko kasus ini? sintesis 9. Bagaimana pathogenesis kasus ini? sintesis 10. Apa saja manifetasi klinis kasus? sintesis 11. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus ini? sintesis 12. Apa saja komplikasi yang mungkin terjadi pada kasus? sintesis 13. Bagaimana prognosis pada kasus? sintesis 14. Apa KDU kasus? sintesis

IV.

HIPOTESIS Yudi, anak laki-laki, 2 tahun mengalami respiratory distress karena obstuksi jalan nafas akibat croup.

V.

KERANGKA KONSEP
Infeksi virus masuk melalui inhalasi

Virus masuk ke dalam hidung

Infeksi pada mukosa hidung Merangsang reseptor batuk

Hipersekresi kelenjar mukus

Infeksi meluas ke laring dan trakea

pilek

batuk

Infeksi pada mukosa laring dan trakea Eritem dan edema pada mukosa di subglotis

2 hari yang lalu

Obstruksi jalan napas Suplai oksigen <<

Kompensasi tubuh

Peningkatan usaha bernapas

RR meningkat

Retraksi suprasternal dan sela iga

Napas cuping hidung

croup

VI.

LEARNING ISSUE 6.1 Anatomi dan Fisilogi Sistem Pernapasan Pada Anak 6.2 Penyebab dan Mekanisme Keluhan Pada Kasus Ini 6.3 Interpretasi dan Mekanisme Pemeriksaan Fisik 6.4 Penegakan Diagnosis Pada Kasus 6.5 DD Pada Kasus 6.6 Croup

VII.

SINTESIS 7.1 Anatomi dan Fisilogi Sistem Pernapasan Pada Anak a. Anatomi Sistem Pernapasan Pada Anak Perbedaan Anatomi dan Fisiologi Respiratory Pada Anak dan Dewasa Laring lebih tinggi (C3,C4,C6) berbentuk terowongan, menyempit pada cincin krikoid, lebih lembut dan elastis Trakea: 1/3 diameter dewasa saat lahir lebih pendek dan lunak Alveoli : jaringan elastik lebih kurang berkembang Paru-paru : kapsitas residual fungsional yang lebih rendah Pusat kontrol napas : immatur Dinding dada : compliance lebih besar, otot interkostal imatur, iga lebih horisontal, diafragma lebih datar, selama fase tidur REM pergerakan otot interkostal lebih tidak terkoordinasi

b. Fisiologi Sistem Pernapasan Pada Anak Pada anak usia 3-8 tahun hipertrofi adenotonsilar bisa menjadi masalah, terutama menyebabkan kesulitan bernafas. Otot dan ringga dada yang lebih lemah dan compliant juga menyebabkan peningkatan upaya pernafasan pada anak-anak meningkat. Sehingga bila terjadi edema pada saluran pernafasan akan menyebabkan kesulitan bernafas yang bila dikompensasi akan menyebabkan kelelahan otot dinding perut sehingga bisa berakibat pada respiratory failure. Menurut Barnes, fisiologi anak usia 3-5 tahun adalah sebagai berikut. 1. Pola nafas dan denyut jantung menurun dengan naiknya tekanan darah. Denyut jantung berbalik dengan proporsi tubuh 2. Jantung mencapai posisi dewasa pada usia 7 tahun 3. Kurang dari 7 tahun, pernafasan masih menggunakan oto diafragma, sedangkan untuk anak yang lebih tua khusus perempuan lebih menggunakan thoraks 4. Episode infeksi pernafasan paling sering terjadi pada usia ini

7.2 Penyebab dan Mekanisme Keluhan Pada Kasus Ini A. Kesulitan Bernapas Berdasarkan keluhan dan gejala yang dialami, Yudi mengalami kesulitan bernapas akibat menderita sindroma croup. Kebanyakan croup ini disebabkan oleh infeksi virus yaitu para influenza dan RSV. Adapun mekanismenya pada kasus ini Infeksi virus yang didapat dari inhalasi langsung masuk ke hidung diawali infeksi pada daerah nasofaring turun ke daerah laring dan trakea peradangan difus eritema dan edema mukosa subglotis karena subglotis bagian tersempit dari saluran napas atas sehingga sangat mungkin terjadi obstruksi di saluran napas suplai O2 menurun kesulitan bernapas.
9

B. Batuk, pilek dan panas tidak tinggi Batuk dan pilek merupakan tanda-tanda infeksi pada saluran nafas atas. Demam tidak tinggi menunjukkan infeksi virus. Pada kasus ini kemungkinan besar Yudi menderita croup yang disebabkan infeksi virus yaitu parainfluenza virus. Adapun mekanismenya pada kasus ini Infeksi virus yang didapat dari inhalasi atau inokulasi langsung masuk ke hidung diawali infeksi pada daerah nasofaring infeksi di nasal infeksi pada mukosa nasal hipersekresi kelenjar mukus pilek Infeksi virus yang didapat dari inhalasi atau inokulasi langsung masuk ke hidung turun ke laring dan trakea infeksi pada mukosa laring dan trakea merangsang receptor batuk batuk.

7.3 Interpretasi dan Mekanisme Pemeriksaan Fisik a. Penampilan 1. agitasi kekurangan oksigen ke otak 2. menangis responnya baik, menunjukkan kesadaran masih baik 3. bibir dan muka tidak sianosis, tidak pucat normal dan tidak adanya gangguan sirkulasi

b. Pernapasan

Kasus RR :45 kali/menit, Nafas cuping hidung (+) retraksi supra sternal dan sela iga (+)

Normal 20-30 kali/menit (-)

Interpretasi Meningkat

Mekanisme Suplai 02 usaha peningkatan dengan RR Obstruksi parsial saluran napas atas suplai oksigen menurun peningkatan usaha
10

Abnormal

(-)

Abnormal

bernapas nafas cuping hidung dan retraksi suprasternal dan selaiga

gerakan dinding dada simetris

simetris

Normal Normal Tidak ada

Auskultasi :vesikular, ronki (-)

Vesikular,()

gangguan disaluran pernapasan bawah

Suara ngorok

Tidak ada

abnormal

Edema pada daerah subglotis suara ngorok

c. Sirkulasi Kasus HR: 135kali/menit nadi brachialis kuat nadi radialis kuat Capillary refill time <2 detik Normal 100-190x/menit Kuat kuat <2 detik Interpretasi Normal Normal Normal normal

d. Status Gizi dan Pertumbuhan Z-score Usia : 2 tahun BB : 12 kg PB : 86 cm PB/U BB/PB BB/U Interpretasi

Berada di 0 dan - Normal 2 Antara 2 dan 3 normal

Berada diantara normal 0 dan 1

11

7.5 Penegakan Diagnosis Pada Kasus Penegakan diagnosis pada kasus ini Anamnesis Gejala kesulitan bernapas Riwayat batuk dan pilek serta demam tapi tidak sadar infeksi virus pada saluran nafas atas. Pemeriksaan Fisik Penampilan : Anak sadar, agitasi. Sewaktu anak hendak diperiksa ia langsung menangis memeluk ibunya. Bibir dan muka tidak sianosis, tidak pucat normal Pernapasan : Nafas terlihat cepat dengan peningkatan usaha nafas dan terdengar suara mengorok setiap kali anak menarik nafas. Respiratory rate 45 kali/menit. Nafas cuping hidung (+), gerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, retraksi supra sternal dan sela iga (+). Auskultasi: vesikuler, ronkhi (-) Terdapat gangguan pada usaha bernapas. Jantung: tidak ada kelainan HR: 135 kali/ menit, nadi brachialis kuat, nadi radialis kuat. Kulit berwarna merah muda, hangat, capillary refill time kurang dari 2 detik. Sirkulasi normal. Diagnosis Kerja Sindrom Croup Pemeriksaan Penunjang yang dibutuhkan X-ray Pemeriksaan elektrolit Analisa Gas Darah

7.6 DD Pada Kasus Laringotrakeitis Laringotrakeobronkitis Epiglotitis akut Usia 3 bulan 3 3 bulan 8 tahun tahun Onset Gejala gradual coryza bervariasi coryza 1tahun cepat coryza 8 Spasmodic croup 3 bulan 3 tahun Tiba-tiba coryza
12

pondromal Demam Serak batuk mengonggong bervariasi dan ya Tinggi ya tinggi no Tidak ada ya

7.7 Croup A. Epidemiologi Sindrom Croup biasanya terjadi pada anak usia 6 bulan-6 tahun, dengan puncaknya pada usia 1-2 tahun. Akan tetapi, croup juga dapat terjadi pada anak berusia 3 bulan dan di atas 15 tahun meskipun angka prevalensi untuk kejadian ini cukup kecil. Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan, dengan rasio 3:2. Angka kejadiannya meningkat pada musim dingin dan musim gugur pada negara-negara sub-tropis sedangkan pada negara tropis seperti indonesia angka kejadian cukup tinggi pada musim hujan, tetapi penyakit ini tetap dapat terjadi sepanjang tahun. Pasien croup merupakan 15% dari seluruh pasien dengan infeksi respiratori yang berkunjung ke dokter.

B. Etiologi dan faktor risiko Etiologi Croup sindrom ini biasanya dianggap terjadi karena infeksi virus. Nama lain menggunakan istilah yang lebih luas, untuk menyertakan laryngotrakeitis akut, batuk tidak teratur, difteri laring, trakeitis bakteri , laryngotrakeo-bronkitis, dan laryngotrakeobronkopneumonitis. Dari macam-macam penyakit tersebut terdapat kondisi yang melibatkan infeksi virus dan umumnya lebih ringan sehubungan dengan simptomatologi, akan tetapi terdapat pula yang dikarena infeksi bakteri dan biasanya dengan tingkat keparahan lebih besar. Selain dapat disebabkan virus dan bakteri, croup sindrom juga bisa dikarenakan infeksi jamur yaitu berupa Candida albican

Viral

13

Viral croup / laryngotrakeitis akut yang disebabkan oleh Human Parainfluenza Virus terutama tipe 1 (HPIV1), HPIV-2, HPIV-3, dan HPIV-4 terdapat pada sekitar 75% kasus. Etiologi virus lainnya adalah Influenza A dan B, virus campak , Adenovirus dan Virus pernapasan/Respiratory Syncytial Virus (RSV). Batuk hebat disebabkan oleh kelompok virus yang sama seperti laryngotrakeitis akut, tetapi tidak memiliki tanda-tanda infeksi biasa (seperti demam, sakit tenggorokan, dan meningkatkan jumlah sel darah putih). Perawatan, dan respon terhadap pengobatan, juga serupa Bakteri Bakteri yang dapat menyebabkan batuk dapat dibagi menjadi beberapa antara lain, difteri laring, trakeitis bakteri, laryngotrakeobronkitis, dan

laryngotrakeobronkopneumonitis. Difteri laring disebabkan Corynebacterium diphtheriae sementara trakeitis bakteri, laryngotrakeobronkitis, dan

laryngotrakeobronkopneumonitis biasanya karena infeksi virus primer dengan pertumbuhan bakteri sekunder. Sebagian besar bakteri yang umum terlibat adalah Staphylococcus aureus , Streptococcus pneumoniae , Hemophilus influenzae , dan Catarrhalis moraxella

Faktor risiko o Cuaca o Status gizi o Sanitasi dan higienitas o Riwayat keluarga o Riwayat croup sebelumnya

14

C. Patogenesis

Infeksi virus masuk melalui inhalasi

Virus masuk ke dalam hidung

Infeksi pada mukosa hidung Merangsang reseptor batuk

Hipersekresi kelenjar mukus

Infeksi meluas ke laring dan trakea

pilek

batuk

Infeksi pada mukosa laring dan trakea Eritem dan edema pada mukosa di subglotis

Obstruksi jalan napas

Suplai oksigen <<

Kompensasi tubuh Peningkatan usaha bernapas RR meningkat Retraksi suprasternal dan sela iga Napas cuping hidung

croup

15

D. Tatalaksana PAT

Pada kasus ini, sirkulasi dan penampilannya normal, namun terdapat gangguan pada usaha bernapas ditandai dengan adanya nafas cuping hidung dan retraksi dinding dada Initial Asessment o Airway Penilaian : terdapat ngorok obstruksi pada saluran nafas Management : tempatkan anak pada posisi yang nyaman o Breathing Penilaian : retraksi suprasternal dan sela iga, dan nafas cuping hidung peningkatan usaha bernapas Management : berikan oksigen dengan cara blow- by tehnique. o Circulation Penilaian : pada kasus ini normal o Disability
16

Penilaian : pada kasus ini kesadaran anak baik. Tatalaksana Kausatif Pada kasus ini berdasarkan gejala, Yudi menderita croup derajat sedang, adapun tatalaksananya sesuai algoritma berikut
CROUP Diagnosis banding Aspirasi benda asing Abnormalitas kongenital Epiglotitis O2 100% dengan sungkup muka dan nebulisasi adrenalin (5ml) 1:1000 Intubasi anak sesegera mungkin oleh seorang yang berpengalaman Hubungi pusat rujukan pelayanan kesehatan anak

Obstruksi jalan napas yang mengancam jiwa Sianosis Penurunan kesadaran

TIDAK

YA

Croup derajat ringan Batuk menggonggong Tanpa retraksi dada Tanpa sianosis

Croup derajat sedang Stridor saat istirahat Terdapat retraksi dinding dada minimal Mampu berinteraksi

Croup derajat berat Stridor menetap saat istirahat Trakeal tug dan retraksi dinding dada terlihat jelas Apatis dan gelisah Pulsus paradoksus Minimal handling O2 4 lpm dan nebulisasi adrenalin dan kortikosteroid sistemik (dosis sama dengan croup derajat sedang) Intubasi RAWAT RS Tidakmembaik Evaluasiulang Rawat 17 Hubungikonsulen Evaluasi diagnosis

Edukasi orang tua Pertimbangkan kortikosteroid dosis tunggal (oral) Periksa kemampuan orang tua dan kemampuan dalam menyediakan transport DIPULANGKAN

Kortikosteroid deksametason 0,15-0,30 mg/kg atau Prednison 1-2 mg/kg (oral) atau nebulisasi Budesonide 2 mg jika kortikosteroid oral tidak berpengaruh OBSERVASI > 4 JAM

Membaik Dipulangkan bila tidak ada stridor saat istirahat Edukasi orang tua pasien

Perbaikan

Rawat/observasi di IGD Ulangi pemberian kortikosteroid oral/12 jam Edukasi ortu pasien Sediakan penjelasan tertulis untuk dokter umum yang akan follow up

Sebagian

Nebulisasi adrenalin (dosis sama) dan kortikosteroid sistemik (dosis sama) Persiapkan pelayanan untuk tindakan darurat Pertimbangkan intubasi Evaluasi diagnosis

E. Komplikasi Pada 15% kasus dilaporkan terjadi komplikasi, misalnya respiratory failure, , trakeitis bakterial, perluasan penyakit brokiolus dan parenkim paru (jarang terjadi). F. Prognosis Bonam G. KDU 4

18

DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama. Badan Penerbit IDAI: 2008. Buku saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO, DEPKES dan IDAI. 2009. Harjono, Rima M, dr dkk. Kamus Kedokteran Dorland. EGC: 1996

19

You might also like