You are on page 1of 10

DESAIN STRUKTUR BANGUNAN BAJA INDUSTRI YANG MEMAKAI CRANE BERDASARKAN DIN 4132 DAN SNI 2002

Desmound M Aritonang1 dan Johannes Tarigan2 Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl,Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan Email : desmoundaritonang@yahoo.com Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara. Jl Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan

ABSTRAK Problem pengangkatan terutama untuk benda-benda berat, merupakan masalah yang telah ada sejak lahirnya peradapan manusia. Seiring berkembangnya peradapan, manusia menciptakan berbagai jenis peralatan untuk membantu dalam mengangkat dan memindahkan benda-benda berat. Mulai dari roda sederhana, gerobak, ayunan, katrol, dan crane hingga saat ini telah berkembang menjadi berbagai jenis crane yang mampu mengangkat beban ratusan ton. Namun bagaimanapun juga, kebutuhan manusia tidak ada habisnya, masih diperlukan peralatan yang lebih mampu untuk memindahkan benda yang sangat berat. Hal yang membatasi salah satunya adalah material dan desain strukturnya. Pada perencanaan ini direncanakan struktur primer (struktur pendukung crane) dan struktur sekunder (struktur crane). Perencanaan struktur primer dan struktur sekunder dilakukan dengan metode LRFD (Load Resistance And Factor Design). Peraturan bangunan untuk struktur crane sebagai acuan pendimensian gelagar dipakai DIN 4132 dan RSNI T-03-2005 yang memberikan batasan lendutan ijin maksimum sebagai dasar perencanaan struktur sekunder (struktur crane). Untuk struktur primer (struktur pendukung crane) menggunakan peraturan bangunan SNI 03-1729-2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Banguan Gedung. Dari hasil analisis program, didapat nilai perbandingan (maksimum) antara bangunan memakai crane dengan tanpa memakai crane yang terjadi sebesar 49,81 % pada Momen, 40,10 % pada Gaya Lintang dan 84,60 % pada Gaya Normal. Pendimensian Profil Balok yang diberikan RSNI 2005 lebih besar 10,42% untuk perbandingan momen inersia penampang dari Dimensi Profil Balok yang diberikan DIN 4132. RSNI 2005 memberikan Profil Balok yang tidak ekonomis. Kata kunci : Crane, Bangunan Industri, Electric Overhead Travelling, DIN 4132

ABSTRACT Long ago, moving heavy loads is a major problem in human civilization. Along the development of civilization, human beings create varios types of equipment to assist in lifting and moving heavy objects. Start from a simple wheels, wagon, swings, hoists, and cranes until now has developed ito varios types of cranes are capable of lifting hundreds of tonnes. However, the human needs are endless, is still need better equipment to move heavy objects. The materials and design of the structure is a factor that limits it. The design be categorized into two (2) groups, that is primary structures (crane supporting structure) and secondary structures (crane structure). Design of the primary structure and the secondary structure done by the LRFD method (Load Resistance And Factor Design). Building codes for crane structural girder is used as a reference DIN 4132 and RSNI T-03-2005. They gives maximum clearance deflection limits as a basic for planning of secondary structures (crane structure). For primary structures (crane supporting structures) used building codes SNI 03-1729-2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung. From the analysis of the program, obtained value ratio (maximum value) between the building using a crane without using a crane that happened 49,81 % at the momen, 40,10 % at the lateral forces, and 84,60 % at the axial forces. Dimensions of profile beam on RSNI 2005 10,42 % a greater on ratio the momen of inertia from dimensional of profile beam on building codes of DIN 4132. The building codes of RSNI 2005 gives profile beam not economic. Keywords: Crane, Industrial buildings, Electric Overhead Travelling, DIN 4132

1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Problem pengangkatan terutama untuk benda-benda berat, merupakan masalah yang telah ada sejak lahirnya peradaban manusia. Seiring berkembangnya peradaban, manusia menciptakan berbagai jenis peralatan untuk membantu dalam mengangkat dan memindahkan benda-benda berat. Mulai dari roda sederhana, gerobak, ayunan, katrol, dan crane hingga saat ini telah berkembang menjadi berbagai jenis crane yang mampu mengangkat beban ratusan ton. Sumber tenaga penggeraknya pun juga tidak lagi menggunakan tenaga manusia maupun hewan, melainkan telah menggunakan tenaga listrik, diesel maupun hidrolis. Namun bagaimanapun juga kebutuhan manusia seperti tidak ada habisnya, masih diperlukan peralatan yang lebih mampu untuk memindahkan benda yang sangat berat. Hal yang membatasi salah satunya adalah material dan desain strukturnya. Berkembangnya proses industri membuat pabrik-pabrik menggunakan crane sebagai alat pengangkat untuk memudahkan proses produksi. Pada proses desain sebuah crane, selain didesain model dan ukurannya juga direncanakan struktur bangunan yang mendukung pemakaian crane tersebut sebagai alat angkat. Dalam mendesain/merencanakan struktur crane perlu adanya peraturan bangunan yang digunakan misalnya di Indonesia menggunakan peraturan SNI (standar nasional Indonesia), Jerman mempunyai Peraturan DIN (Deutsches Institut fr Normung), Jepang mempunyai Peraturan JSA (Japanese standards Association), dan American- Standard. Seperti halnya DIN 4132 memberikan batasan lendutan yaitu L/600 sedang RSNI T-03-2005 Perencanaan Struktur Baja untuk Jembatan juga memberikan batasan lendutan maksimum L/800. Perbedaan batasan lendutan ini akan mempengaruhi dalam pendimensian profil balok. Bila balok yang memikul beban crane yang bergerak mengalami lendutan yang ekstrim mengakibatkan crane tersebut cepat rusak atau tidak memenuhi masa kemampulayanan dengan baik. Dalam hal ini, salah satu jenis crane yang akan dibahas adalah Overhead Travelling Crane. Penggunaan Overhead Travelling Crane memerlukan rancangan yang seksama karena crane dipasang tetap (fixed installation) di lokasi yang tepat dengan jangka waktu yang lama. Dari posisi tetapnya, Overhead Travelling Crane harus mampu menjangkau semua area yang diperlukan untuk mengangkat beban yang diangkat ke tempat yang diinginkan.

1.2. Perumusan Masalah


Dari uraian latar belakang diatas, maka untuk perumusan masalah yang akan diselesaikan dalam pengerjaan tugas akhir ini meliputi spesifikasi, kode atau peraturan bangunan yang akan digunakan, berapa perbandingan gaya-gaya (momen, gaya lintang, dan gaya normal) yang bekerja pada struktur bangunan bila memakai crane dengan tanpa memakai crane sebagai alat angkatnya, perbandingan dimensi profil untuk struktur crane bila menggunakan batasan lendutan yang diberikan DIN 4132 dengan RSNI T-03-2005, material yang digunakan dalam perencanaan, kapasitas crane yang dibutuhan dalam perencanaan, rentang crane yang diperluka, dan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam desain runway (landasan pacu) dan struktur bangunan yang mendukungnya.

1.3. Tujuan Perencanaan


Dari permasalahan yang diatas, adapun tujuan yang akan dicapai dalam penyusunan/penulisan tugas akhir ini adalah untuk merencanakan suatu bangunan portal frame yang mendukung pemakaian crane sebagai alat pengangkat. Tulisan ini diharapkan dapat membantu dalam perencanaan suatu struktur yang memakai /mendukung crane dan mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh di Perguruan Tinggi.

1.4. Batasan Masalah


Pembatasan pembahasan masalah ini bertujuan supaya pembahasan terarah pada suatu permasalahan tertentu saja, sehingga pembahasan tidak melebar dan menyimpang ke jalur yang sudah ditentukan. Adapun batasan-batasan dalam ruang lingkup permasalahan dalam perencanaan ini adalah membahas masalah konstruksi struktur dan crane yang sesuai dengan spesifikasi dan tidak membahas masalah komponen-komponen lainya (seperti: motor listrik, hoist, hook, dll). Perhitungan adalah perhitungan statis dan dalam 2 (dua) dimensi, perhitungan juga menggunakan metode LRFD (Load Resistance And Factor Design). Faktor angin dan suhu (temperature) dalam perencanaan crane tidak berpengaruh karena crane berada di dalam ruangan (indoor) dan suhunya merupakan suhu ruangan. Faktor angin dalam perencanaan struktur bangunan pendukung crane tetap diperhatikan karena merupakan beban yang utama dalam perencanaan struktur bangunan pendukung crane.

1.5. Metodologi
Di dalam penulisan tugas akhir ini, penulis menggunakan metode analitik antara lain dengan studi literature (Keperpustakaan), berkonsultasi ke Dosen Pembimbing dalam penulisan tugas akhir ini jugamengakses internet sebagai referensi tambahan, dan melakukan perhitungan desain struktur.

2. METODE
Perhitungan berdasarkan metode LRFD (Load Resistance and Factor Design). Desain dan perhitungan struktur bangunan pendukung crane dibagi dalam 2 perencanaan , yaitu: a. Perencanaan Struktur Sekunder atau Perencanaan Struktur Crane. Perencanaan ini meliputi Desain Gelagar Melintang (Balok Utama Crane), Desain Gelagar Memanjang ( Balok Runway Crane), Perencanaan Konsol. b. Perencanaan Struktur Primer atau Perencanaan Struktur Pendukung Crane. Perencanaan ini meliputi Desain Balok Struktur, Desain Kolom Struktur, Perencanaan Sambungannya, dan Perencanaan Pondasi. [ Setiawan, Agus (2008). Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD. Jakarta: Penerbit Erlangga dan Rumbi Terunan,Daniel,Ir. 2008. Catatan Kuliah :Pengantar Mata Kuliah Perencanaan Struktur Baja Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatra Utara]. Data Struktur Bangunan Struktur bangunan pendukung crane yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah frame portal seperti tergambar. Data-data yang digunakan dalam perhitungan ada yang diambil dari peraturan perencanaan bangunan baja Indonesia dan peraturan pembebanan Indonesia untuk gedung.

19 2 m 0 ,2 5 m 0 ,2 5 m 8 m e te r 6 m

3 0 ,0 0 m e te r

Gambar 1 Perencanaan Struktur Bangunan Pendukung Crane

Perencanaan struktur utama seperti gambar diatas dengan data-data perencanaan [ SK SNI 031729-2002, Tata Cara Perencanaan Strtuktur Baja untuk Bangunan Gedung, Badan Standar Nasional] sebagai berikut: Tipe Konstruksi Bahan Penutup Atap Berat Penutup Atap Jarak Antar Portal Lebar Bangunan Tinggi Kolom Kemiringan Atap Beban Angin : Frame Portal : Spandeck dengan panjang 1,2 m : 3,98 kg/m2 : 6 meter : 30 Meter : 8 meter : 19o : 60 kg/m2 ( beban angin minimum menurut PPPURG 1987 adalah sebesar 25 kg/m2 ) Jenis Penyambungan : Baut dan Las Baja Profil : BJ 37 Tegangan Leleh Profil (Fy) : 240 Mpa Tegangan Tarik Profil (Fu) : 370 Mpa Modulus Elastisitas Baja : 200.000 Mpa Data lainnya sesuai peraturan yang berlaku.

Data Crane Struktur crane terdiri dari balok/gelagar yang melintang dan balok/gelagar yang memanjang. Susuai tabel yang diberikan oleh Demag, selaku salah satu produsen crane mengatakan bila panjang bentang balok/gelagar yang melintang 30 meter dan kapasitas beban angkat crane 10 Ton, maka jenis crane yang digunakan adalah electric overhead travelling crane dengan double gelagar box.

D o u b le G ird e r C ra n e R e l C ra n e B a lo k R u n w a y K o n so l B a ja
1 m e te r

L ebar B angunan, L =30 m

Gambar 2 Perencanaan Struktur Crane

Struktur crane akan direncanakan seperti gambar diatas. Data-data perencanaan yang akan digunakan adalah sebagai berikut: Jenis Crane : Electric Overhead Travelling (EOT) Crane Double Girder Crane Kelas A. Kapasitas Angkat : 10 Ton. Panjang Balok Crane : 30m 0,5m = 29,5m. Berat Troli Dan Hoist : 630 kg Jumlah Roda : 2 roda per end truck dengan bentang 4 m. Rel Crane : Rel khusus untuk crane tipe no.2 . Berat Rel Crane : 32,2 kg/m. Data lainnya sesuai peraturan banguan yang digunakan.

Defleksi Kriteria Defleksi berlebihan pada gelagar crane harus dihindari karena berbagai alasan. Beberapa di antaranya adalah efeknya terhadap elemen non structural yang terpasang padanya, misalnya motor hoist dan troli, vibrasi/getaran yang tidak dikehendaki dalam hal ini akan berpengaruh pada pengoperasian crane . Secara alami, defleksi balok yang terlihat dengan mata dapat mengurangi keyakian seseorang pada kekuatan struktur dan kemapuan perencana.[ G. Salmon, Charles & E.Johnson, John.1991. Struktur Baja Desain Dan Perilaku Jilid 1 & 2 Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh: Ir. Wira M.S.CE. Jakarta: Erlangga]. Pada penulisan tugas akhir ini, balok yang memikul beban crane diberikan batasan lendutan/defleksi oleh DIN 4132 Kranbahnen ( Crane Ways ) dan juga pada RSNI T-03-2005 pasal 4.7.2 Perencanaan Struktur Baja Untuk Jembatan .

Tabel 1 Rekomendasi Batas-Batas Lendutan Berdasarkan DIN 4132 [Christoph Seeelberg : Aktuelle Berechnungs und Nachweisverfahren fr Kranbahntrger] Kelas crane A dan B C D E dan F Defleksi vertikal L / 600 L / 700 L / 700 L / 800 Defleksi horizontal L / 800 L / 800 L / 1000 L / 1000

Tabel 2 Rekomendasi Batas Lendutan Berdasarkan RSNI T-03-2005 [SK RSNI T-03-2005, Perencanaan Struktur Baja Untuk Jembatan, Badan Standar Nasional] Jenis Balok Kantilever Jalur Tanpa Pejalan Kaki L / 800 L / 300 Jalur Digunakan Pejalan Kaki L / 1000 L / 375

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam perencanaan/pendimensian suatu struktur perlu dilakukan pemodelan struktur untuk mendapatkan gaya-gaya dalam (gaya lintang, gaya normal, dan momen) yang akan bekerja pada struktur tersebut. Pemilihan profil/pendimensian profil dipilih sesuai kemampuan suatu profil untuk Manahan gaya-gaya dalam yang bekerja. Profil yang dipilih dilakukan pengecekan terhadap tekuk. Pada profil baja khususnya IWF perlu dilakukan pengecekan terhadap tekuk lokal badan, tekuk lokal sayap dan tekuk lateral torsi. Jika kontrol tekuk lokal dan tekuk lateral torsi oke, maka dilanjutkan ke kontrol geser. Jika belum oke maka dilakukan pemilihan ulang profil. Jika kontrol geser oke maka dilanjutkan ke kontrol lendutan. Kontrol lendutan merupakan kontrol akhir dari kelayakan suatu perencanaan. Bila lendutan yang terjadi lebih besar dari lendutan ijin yang diberikan maka perencanaan harus di ulang kembali dari awal. Secara bagan akan di jelaskan lebih detail urutan perencanaan suatu struktur yang akan ditunjukkan oleh gambar bagan di bawah ini.

Alur perencanaan/desain akan digambarkan dalam bagan dibawah ini.


Pemodelan Struktur

Pemilihan Profil

NOT OK
Kontrol Tekuk,dibagi 2: 1. Kontrol Tekuk Lokal->badan ->sayap 2. Kontrol Tekuk Torsi Lateral

OK

NOT OK

Kontrol Geser OK

NOT OK

Kontrol Lendutan (sesuai DIN 4132)

OK Kesimpulan

Gambar 3 Bagan Perencanaan Gelagar Crane (Balok Crane) Desain Gelagar Melintang (Balok Utama Crane) Setelah melakukan perhitungan gelagar melintang dengan metode LRFD (Load Resistance and Factor Design) digunakan Profil Double Box dengan spesifikasi sebagai berikut: Tabel 4 Kesimpulan Perhitungan Gelagar Melintang Profil Double Box KONTROL Tekuk Cek OK

tf=15

MR = 5560,20 KNm > Mu max = 2251,219 KNm

h=870

tw=10

H=900

Geser Vn = 920,16 KN > Dmax = 287,70 KN

OK

tf=15

10 10 30 b=520 30 B=600

Lendutan x = 41,67 mm < = 49,167 mm

OK

Desain Gelagar Memanjang (Balok Runway Crane) Setelah melakukan perhitungan gelagar melintang dengan metode LRFD (Load Resistance and Factor Design) di gunakan Profil IWF 400 x 400 dengan spesifikasi sebagai berikut: Tabel 4 Kesimpulan Perhitungan Gelagar Memanjang Profil IWF 400 x 400 Kontrol Tekuk, pada 2 arah yaitu: Sumbu-X Mnx =1084,03 KNm<Mu=807,12 KNm OK OK Cek

tf = 21 H = 400

h1 = 379 tw = 13

h = 358

Sumbu-Y Mny = 285,5 KNm < Muy= 47,14 KNm Geser, pada 2 arah yaitu: Vn = 603,16 KNm > Du max = 220,62 KN

B = 400
A= 186,8 cm
2

OK

Lendutan, pada 2 arah yaitu: sumbu-X x = 6,884 mm < x = 10 mm sumbu-Y y = 6,304 mm < x = 7,5 mm OK OK

Ix= 56.100 cm4 Iy= 18.900 cm


4

Perencanaan Sambungan Balok Utama Crane (Gelagar Melintang) Ada beberapa alasan yang menyebabkan balok profil giling atau gelagar pelat harus disambung, seperti panjang yang tersedia dari pabrik lebih pendek dari panjang bentangan (panjang suatu profil di lapangan maksimal diberikan 12 meter). Fabrikator berpendapat penyambungan lebih ekonomis walaupun panjang penuh tersedia di lapangan. Perencanan hendak memanfaatkan sambungan sebagai alat bantu untuk menghasilkan lengkungan (cambering). Perencana hendak merubah penampang agar sesuai dengan variasi kekuatan yang diperlukan sepanjang bentang. Direncanakan memakai dua (2) jenis sambungan yaitu sambungan baut dan las. Sambungan sayap direncanakan dengan memakai las sedangkan sambungan badan direncanakan dengan memakai baut 19 mm. [ G. Salmon, Charles & E.Johnson, John.1991. Struktur Baja Desain Dan Perilaku Jilid 1 & jilid 2 Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh: Ir. Wira M.S.CE. Jakarta: Erlangga] Rencana sambugan balok utama crane (gelagar melintang).

P LL = 2 6 1 K N q b s = 2 ,4 1 K N /m C A 8 ,7 5 m e te r 1 2 m e te r L = 2 9 ,5 m e te r 8 ,7 5 m e t e r D B

Gambar 4 Rencana Sambungan Balok Utama Crane Pada titik C dan D akan dilakukan penyambungan. Gaya-gaya yang bekerja pada titik C dan D, sehingga perencanaan hanya ditinjau pada titik C saja sebagai yang mewakili perencanaan.

Desain Balok Struktur Utama Perencanaan menggunakan metode LRFD (Load Resistance And Factor Design). Untuk balok BC (Frame 2) dan balok CD (Frame 3) digunakan profil baja IWF dengan dimensi yang sama, sehingga pendimensian cukup sekali saja. Data-data yang digunakan adalah Momen, Gaya Lintang, Gaya Normal yang paling maksimum yang bekerja pada balok BC dan balok CD dengan mengikutkan beban crane. 1. Untuk balok BC (Frame 2) dan balok CD (Frame 3) digunakan profil baja IWF 400 x 200 x 8 x 13 dengan spesifikasi seperti perhitungan. Profil IWF 400 x 200 x 8 x 13 telah di cek terhadap kontrol: Tekuk: .Mn = 295,596 KNm > Mu = 266.56 KNm.......OK Geser: Vn = 387,76 KNm > Vu = 24,07 KN..OK , Interaksi Geser dan Lentur: + 1,375....OK

2. -

Desain Kolom Struktur Utama Untuk kolom AB (Frame 1) dan kolom DE (Frame 4) digunakan profil baja IWF dengan dimensi yang sama, sehingga pendimensian cukup sekali saja. Data-data yang digunakan adalah Momen, Gaya Lintang, Gaya Normal yang paling maksimum yang bekerja pada kolom AB dan kolom DE. 1. Untuk kolom AB (Frame 1) dan kolom DE (Frame 4) digunakan profil baja IWF 450 x 200 x 9 x 14 dengan spesifikasi seperti perhitungan. Profil IWF 400 x 200 x 8 x 13 telah di cek terhadap kontrol: Rasio Kelangsingan: x < 200 dan y < 200..OK Persyaratan Limit State: Pu =124,10 KN < cPn = 1091,2 KN...OK Tekuk: Mnx = 297,07 KNm < Mun = 266.56 KNm .......OK Interaksi Normal dan Lentur: + ( + ) 1..........OK
.

2. -

Desain Balok Crane Berdasarkan RSNI T-03-2005

Perencanaan adalah sebuah proses untuk mendapatkan hasil yang optimum. Suatu struktur dikatakan optimum apabila memenuhi kriteria-kriteria berikut: biaya minimum, berat minimum, waktu konstruksi minimum, tenaga kerja minimum, biaya manufaktur minimum, dan manfaat maksimum pada saat masa layan. [G. Salmon, Charles & E.Johnson, John.1991. Struktur Baja Desain Dan Perilaku Jilid 1 & jilid 2 Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh: Ir. Wira M.S.CE. Jakarta: Erlangga dan Setiawan, Agus (2008). Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD. Jakarta: Penerbit Erlangga ] Peraturan RSNI T-03-2005 tentang Perencanaan Struktur Baja Untuk Jembatan. Pada perencanaan balok crane, peraturan bangunan di Indonesia tidak memberikan batasan lendutan pada balok crane, tetapi dapat mengacu pada RNSI T-03-2005 Perencanaan Struktur Baja Untuk Jembatan, karena prinsip kerja balok crane hampir sama dengan prinsip kerja balok jembatan baja.[ SK RSNI T-032005, Perencanaan Struktur Baja Untuk Jembatan, Badan Standar Nasional]. Perbandingan Dimensi Profil Balok / Gelagar Melintang dan Balok / Gelagar Memanjang dalam Kontrol Lendutan yang diberikan oleh Peraturan DIN 4132 dengan Peraturan RSNI T-032005Perencanaan Struktur Baja Untuk Jembatan. Pada peraturan DIN 4132 memberikan batasan lendutan sebesar L/600- L/800. Pada peraturan RSNI 2005 memberikan batasan lendutan sebesar L/1000.[ Christoph Seeelberg : Aktuelle Berechnungs und Nachweisverfahren fr Kranbahntrger dan SK RSNI T-03-2005, Perencanaan Struktur Baja Untuk Jembatan, Badan Standar Nasional]. Hasilnya akan diperlihatkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 5 Perbandingan Dimensi Gelagar Melintang dan Memanjang Dalam Kontrol Lendutan pada Peraturan DIN 4132 dan RSNI 2005 PERBANDINGAN DIN 4132 RSNI T-03- 2005

Gelagar Melintang (Balok Utama Crane) Profil Box

tf=15

tf=15

h=870

tw=10

H=900

h=970

tw=10

H=1000

tf=15

10 10 30 b=520 30 B=600
A = 35400 mm2 Ixt = 4622355000 mm4

tf=15

8 8 30 b=420 30 B=500
A = 34400 mm2

Ixt = 5159746667 mm4 IWF 400 x 400 x 13 x 21

IWF 400 x 400 x 13 x 21 Gelagar Memanjang (Balok Runway Crane) Profil IWF

tf = 21 tf = 21 h1 = 379 tw = 13 B = 400 B = 400


A = 254,9 cm2 Ix = 78000 cm4 A = 254,9 cm2 Ix = 78000 cm4

h = 358

H = 400 h1 = 379 tw = 13 h = 358 H = 400

4. KESIMPULAN
Suatu prinsip penting yang harus diketahui bahwa struktur sekunder (struktur crane) akan menjadi beban pada struktur primer (struktur bangunan utama), dan setelah itu dilakukan analisis perhitungan untuk mendapatkan Gaya-Gaya (Momen, Lintang, dan Normal). Terdapat perbedaan yang signifikan pada perhitungan struktur bangunan utama yang memakai crane dengan struktur bangunan tanpa memakai crane sebagai alat angkatnya. Dari hasil analisis program, didapat nilai perbandingan (maksimum) antara bangunan memakai crane dengan tanpa memakai crane yang terjadi sebesar 49,81 % pada Momen, 40,10 % pada Gaya Lintang dan 84,60 % pada Gaya Normal. Peraturan DIN 4132 Kranbahntrger memberikan Batasan Lendutan ijin maksimum suatu Balok yang memikul beban crane kelas A yaitu L/600 untuk Defleksi Vertikal dan L/800 untuk Defleksi Horizontal. Peraturan RSNI T-032005 Perencanaan Struktur Baja Untuk Jembatan juga memberikan Batasan Lendutan ijin maksimum balok sebesar L/800 dan tidak memberikan batasan lendutan ijin arah horizontal. Pendimensian Profil Balok yang diberikan RSNI 2002 lebih besar 10,42% untuk perbandigan momen inersia penampang dari Dimensi Profil Balok yang diberikan DIN 4132. RSNI 2005 memberikan Profil Balok yang tidak ekonomis.

5.

DAFTAR PUSTAKA Christoph Seeelberg : Aktuelle Berechnungs und Nachweisverfahren fr Kranbahntrger G. Salmon, Charles & E.Johnson, John.1991. Struktur Baja Desain Dan Perilaku Jilid 1 Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh: Ir. Wira M.S.CE. Jakarta: Erlangga. G. Salmon, Charles & E.Johnson, John.1991. Struktur Baja Desain Dan Perilaku Jilid 2 Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh: Ir. Wira M.S.CE. Jakarta: Erlangga. Rumbi Terunan,Daniel,Ir. 2008. Catatan Kuliah :Pengantar Mata Kuliah Perencanaan Struktur Baja Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatra Utara. Setiawan, Agus (2008). Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD. Jakarta: Penerbit Erlangga. SK SNI 03-1729-2002, Tata Cara Perencanaan Strtuktur Baja untuk Bangunan Gedung, Badan Standar Nasional. SK RSNI T-03-2005, Perencanaan Struktur Baja Untuk Jembatan, Badan Standar Nasional.

You might also like