You are on page 1of 2

Imunodefisiensi Kongenital dan Didapat Defisiensi imun dan peradangan menghambat kemampuan tubuh untuk berespons terhadap infeksi

atau cedera dan dapat terjadi akibat gangguan fungsi sebagian atau semua sel darah putih. Protein komplemen atau koagulasi juga dapat mengalami defisiensi. Defisiensi imun dan peradangan dapat bersifat kongenital (terdapat sejak lahir) atau didapat setelah infeksi, penyakit, atau stres berkepanjangan. Defisiensi imun dan peradangan dapat bersifat sementara atau menetap. Imunodefisiensi Kongenital Imunodefisiensi kongenital terjadi akibat adanya defek genetik. Imunodefisiensi kongenital dapat mengenai hanya satu jenis sel T atau B, semua sel T (sindrom DiGeorge), atau semua sel B (agamma-globulinemia Bruton). Satu imunoglobulin (biasanya IgA atau IgG) paling sering menghilang. Individu yang mengalami defisiensi imunoglobulin selektif dapat sangat rentan terhadap infeksi tertentu atau asimtomatik. Beberapa kasus defisiensi IgG dapat diatasi dengan penyuntikan pengganti. Biasanya defisiensi IgA selektif tidak dapat diatasi karena pasien dapat memiliki antibodi IgG yang dapat mengatur IgA, sehingga menyebabkan anafilaksis. Pada defisiensi sel B total, imunoglobulin yang menghilang dapat diberikan pada individu melalui intravena. Bayi defisiensi sel T primer dapat mengalami gangguan kemampuan untuk melawan infeksi karena sel T yang dibutuhkan tidak hanya sebagai imunitas sel namun respons imun humoral. Apabila sel-sel bakal/ stem sumsum tulang yang pluripotensial mengalami disfungsi, dapat terjadi defisiensi kedua sel T clan B serta semua sel darah putih lain. Keadaan ini disebut severe combined immunodeficiency syndrome (SCIDS, sindrom imunodefisiensi kombinasi yang parah). SCIDS biasanya bersifat fatal pada masa anak-anak awal. Akan tetapi, terapi dengan penanaman sel stem memberi hasil yang menjanjikan. Imunodefisiensi kongenital juga dapat terjadi apabila seseorang lahir tanpa protein MHC tertentu. Tanpa protein ini, terjadi gangguan penyajian antigen diri ke sel T sehingga terjadi kegagalan fungsi imun sel T. Hal ini biasanya menycbabkan kematian pada awal masa anakanak. Imunodefisiensi Didapat Imunodefisiensi didapat adalah penurunan fungsi sistem imun yang timbul setelah lahir. Imunodefisiensi didapat dapat timbul sebagai respons terhadap infeksi, malnutrisi, stres kronik, atau kehamilan. Penyakit sistemik misalnya diabetes, gagal ginjal, dan sirosis hati dapat menyebabkan imunodefisiensi. Orang yang mendapat kortikosteroid untuk mencegah penolakan cangkok atau untuk mengurangi peradangan kronik mengalami imunosupresi, seperti juga mereka yang mendapat obat kemoterapi dan terapi radiasi. Pembedahan dan anestesi juga dapat menekan sistem imun. Imunodefisiensi didapat dapat menyangkut fungsi sel B atau sel T, atau keduanya. Karena sel B membutuhkan rangsangan sel T helper agar berhasil melawan infeksi, maka defisiensi sel T juga menyebabkan disfungsi sistem imun humoral.

Sistem Imun Tubuh Terhadap Karies 990600028 Karies gigi merupakan suatu proses demineralisasi pada struktur gigi. Proses ini diawali pada email dan dapat berianjut mengenai dentin dan sementum. Jika proses demineralisasi ini tidak diantisipasi maka proses karies ini dapat meluas ke jaringan pulpa dan dapat menimbulkan rasa nyeri. Karies terjadi karena adanya interaksi dari faktor-faktor etiologinya yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu bakteri, gigi (host), gula (substrat) dan waktu. Di dalam rongga mulut, gigi dilindungi oleh sistem imun, dimana komponen-komponen yang dihasilkan oleh kelenjar ludah merupakan hal yang sangat berperan pada sistem imun di dalam rongga mulut. Didalam saliva terdapat antibodi berupa imunoglobulin A sekretori dan komponenkomponen alamiah non spesifik seperti protein kaya prolin (PRP), laktoferin, laktoperoksidase, lisozim serta faktor-faktor agregasi dan aglutinasi bakteri yang berperan melindungi gigi dari karies. Dewasa ini, untuk membangun sistem imun tubuh yang efektif dalam usaha pencegahan karies tengah dikembangkan metode imunisasi. Bahan imunisasi yang banyak digunakan berasal dari antigen S.mutans yaitu berupa enzim glukosil transferase dan antigen 1/11; Metode imunisasi telah dilakukan dalam beberapa cara yaitu imunisasi secara oral, imunisasi sistemik (subkutan), imunisasi gingivo salivari aktif, dan imunisasi dental pasif. H. Mansyur Tanjung, drg.

Sistem imun di usus kita itu bersifat toleran. Kita harus bersyukur akan hal itu. Kenapa? Karena kalo sistem imun di usus kita tidak toleran terhadap protein dari makanan tadi, maka akan menimbulkan respon. Akibatnya apa? Akan terjadi reaksi hipersensitivitas. Sifat toleran dalam sistem imun inilah yang disebut: Imunotoleransi

Mekanisme Pertahanan Gingiva Jaringan gingival mendapat iritasi mekanis dan bakteri secara terus menerus.Oleh karena itu saliva,permukaan epitel,dan tahap awal dari respon inflamasi membuat gingival resisten terhadap segala jenis iritan tersebut.Di sini akan dijelaskan mengenai permeabilitas dari junctional epithelium dan sulkuler epithelium, pertemuan dento-gingivadan peranan dari cairan sulkuler,leukosit,serta saliva.3 A.Cairan Sulkuler. Fungsi dari cairan sulkuler dan cairan crevicular gingival ini telah diketahui sejak abad ke 19,akan tetapi komposisi dan kemungkinan peranannya dalam mekanisme pertahanan rongga mulut baru diawali oleh penelitian dari Waerhaug,Brill,dan Krasse pada tahun 1950.3 B. Pertemuan Dento alveolar Serabut gingival memiliki fungsi penting untuk menahan perlekatan gingival dan epitel ke permukaan gigi. Epitellium jungsional dan serabut gingival bertindak sebagai satu unit fungsional, yaitu dentogingival junction.1 C.Permeabilitas dari Junctional epithelium dan sulkuler epithelium. Squier dan Johnson telah melaporkan mekanisme penetrasi yang melalui suatu epitel yang utuh.Perpindahan antar sel dari molekul-molekul dan ion sepanjang ruang antar sel tampak sebagai mekanisme yang memungkinkan.Substansi yang berpindah ini tidak melewati membran sel.3 Epitellium jungsional adalah sel sel basal dari stratum spinosum tidak berkeratin yang menyerupai seberkas

kerah dengan ketebalan bervariasi antara 15-20 sel di koronl hingga 1-2 sel di apikal1 C.Saliva Saliva mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjaga kesehatan rongga mulut seperti fungsi lubrikasi,aliran saliva yang memberi efek self cleansing dalam rongga mulut,serta adanya berbagai substansi anti bakteri seperti IgA,lizosim,dan laktoperidase. Seperti cairan crevikular gingival,saliva terdiri dari antibody yang bersifat reaktif terhadap terhadap flora normal dalam rongga mulut.Walaupun didalam saliva juga ditemukan Imunoglobin G dan IgM,tapi jenis imonoglobin yang terbanyak adalah imunoglobin A,sedangkan IgG prevalensinya lebih banyak pada cairan crevicular gingival(GCF).Kelenjar saliva mayor dan minor berperan pada sekresi IgA,disamping memproduksi IgG dan IgM dalam jumlah yang kecil. Sebagai tambahan dari sel epitel deskuamasi,saliva mengandung semua jenis leukosit,dimana sel PMN merupakan sel utama.Jumlah sel PMN bervariasi antara tiap orang dan dalam waktu tertentu,dan biasanya meningkat pada kasus gingivitis.sel PMN mencapai rongga mulut melalui sulkus gingival.Sel PMN yang terdapat dalam saliva kadang-kadang disebut sebagai orogranulosit,dan tingkat perpindahannya ke dalam rongga mulut disebut orogranulosit migrate rate.Beberapa peneliti beranggapan bahwa tingkat perpindahan ini berkorelasi dengan berbagai inflamasi,sehingga dapat dijadikan sebagai indeks penyakit gingivitis yang akurat.3 Peranan saliva dalam patologi penyakit periodontal. Saliva sangat berpengaruh pada inisiasi,maturasi dan metabolisme plak.aliran dan komposisi saliva juga berpengaruh pada pembentukan kalkulus,penyakit periodontal,dan karies.Pemindahan kelenjar saliva pada hewan penelitian menunjukkan peningkatan yang signifikan dari insiden karies gigi dan penyakit periodontal. Pada manusia,peningkatan penyakit inflamasi gingival,karies gigi,tingkat kerusakan gigi yang cepat yang disertai dengan karies servikal dan sementum biasanya merupakan akibat dari penurunan sekresi dari kelenjar saliva(xerostomia).Xerostomia ini disebabkan oleh beberapa faktor,diantaranya sialolitiasis,sarkoidosis,sjogrens syndrome,penyakit mikulicz,radiasi,dan operasi pada kelenjar saliva.3

Ada sejumlah mekanisme yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari serangan benda asing dan toksin ,termasuk infeksi karena bakteri.Mekanismemekanisme ini dapat dikelompokkan menjadi : 1. Mekanisme non-spesifik. 2. Mekanisme yang spesifik terhadap protein asing yang disebut antigen,yang merangsang sistem imun.3

You might also like