You are on page 1of 12

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Edukasi klien merupakan salah satu peran keperawatan yang penting. Masa rawat inap yang semaki pendek, peningkatan tuntutan waktu bagi perawat, peningkatan tuntutan waktu bagi perawat, peningkatan jumlah klien dengan penyakit kronis, dan kebutuhan untuk memberikan informasi yang tepat bagi klien dengan penyakit akut, semakin menekankan kepentingan kualitas edukasi klien. Perawat terus mencari cara untuk melakukan edukasi klien yang terbaik, sementara masyarakat semakin mampu mencari informasi kesehatan dan menemukan sumber daya yang tersedia di dalam sistem pelayanan kesehatan. Perawat memberikan informasi kepada klien yang membutuhkan perawatan diri untuk memastikan kontinuitas pelayanan dari rumah sakit ke rumah (Falvo,2004). Pendidikan atau edukasi klien dalam pelayanan kesehatan berperan untuk mengubah pasien menjadi lebih mandiri dan disiplin, mencegah kondisi pasien menurun, mencegah penyebaran penyakit, merubah gaya hidup pasien menjadi lebih baik, menjaga lingkungan agar tetap sehat, mengembangkan pengetahuan bagi perawat dan peran yang paling besar adalah meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat. Di dalam

edukasi klien terdapat discharge planning. Hubungan antara discharge planning dengan edukasi klien adalah ketika discharge planning mulai dilakukan, maka edukasi klien yang diberikan adalah asuhan mandiri di rumah. Ketika perawat memberikan penjelasan tindakan dan memberikan saran yang terbaik untuk pasien melakukannya di rumah, itu sudah termasuk discharge planning. Discharge planning dan edukasi klien adalah sebuah rangkaian tindakan tim kesehatan. 1.2 Perumusan Masalah 1. Mengapa peran pendidikan / edukasi klien dalam pelayanan kesehatan sangat di perlukan? 2. Apa saja tujuan dari pendidikan/ edukasi klien di dalam pelayanan kesehatan? 3. Apakah hubungan antara pendidikan/edukasi klien dan discharge planning? 4. Mengapa klien perlu memiliki pendidikan tentang discharge planning?

1.3 Tujuan Penulisan 1. Mengetahui apa saja pendidikan yang di perlukan oleh pasien dalam pelayanan kesehatan 2. Memahami peran dari edukasi klien di dalam pelayanan kesehatan 3. Mengetahui tujuan dan fungsi dari pendidikan yang di miliki oleh klien dalam pelayanan kesehatan 4. Mengetahui definisi dari discharge planning secara konseptual 5. Mengetahui hubungan antara pendidikan/edukasi klien dengan discharge planning

1. 4. Metode Penulisan Metode penulisan makalah yang berjudul pendidikan/edukasi kesehatan pasien dalam praktek keperawatan ini adalah dengan menggunakan studi pustaka.

1. 5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut, yaitu bab I pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, rumusan masalah, mtode penulisan, dan sistematika penulisan; bab II isi yang meliputi , peran pendidikan/ edukasi klien dalam pelayanan kesehatan dan hubunga antara edukasi klien dan discharge planning. Terakhir bab III penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Peran Pendidikan atau Edukasi Klien dalam Pelayanan Kesehatan Pendidikan pada klien telah lama menjadi standar pada praktik keperawatan profesional. Menurut Virginia Henderson (1966) bagian dari peran perawat adalah untuk meningkatkan tingkat pemahaman klien dan meningkatkan kesehatan. Nursings Agenda for Health Care Reform dari American Nurses Association (ANA) (1991) merekomendasikan perubahan struktur sistem pelayanan kesehatan, dimana pelayanan lebih berfokus pada kesehatan dan perawatan kesehatan daripada penyakit dan penyembuhan. Pada dasarnya yang ingin dicapai adalah mempertahankan status kesehatan. Klien saat ini mengetahui lebih banyak tentang kesehatan dan ingin lebih dilibatkan dalam upaya mempertahankan kesehatan. Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan sehingga klien menerima informasi tentang perawatan kesehatan dengan cara yang lebih menyenangkan dan dilakukan di tempat yang tidak asing baginya (ANA, 1991). Pendidikan klien yang komprehensif meliputi tiga tujuan yaitu pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, perbaikan kesehatan, dan koping terhadap gangguan fungsi. Perawat merupakan sumber yang nyata dan memiliki kompetensi dalam usaha meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis klien. Peningkatan perilaku sehat melalui pendidikan meningkatkan harga diri dengan mengizinkan klien mengambil tanggung jawab dalam menjaga kesehatannya. Pengetahuan yang lebih besar dapat menghasilkan kebiasaan mempertahankan kesehatan yang lebih baik. Pada waktu klien menyadari tentang kesehatannya, mereka cenderung untuk mencari pertolongan secepatnya untuk masalah kesehatannya (Redman, 1993). Klien yang dalam proses penyembuhan dari suatu penyakit atau kecelakaan dan yang sedang beradaptasi terhadap perubahan dirinya sering mencari informasi mengenai kondisinya. Perawat belajar untuk mengidentifikasi keinginan klien untuk belajar dan membantu memotivasi minatnya. Keluarga berperan penting dalam penyembuhan klien, oleh karena itu perawat perlu mengkaji hubungan klien-keluarga. Keluarga yang tidak memahami kebutuhan klien untuk meningkatkan fungsi mandirinya, upaya yang mereka lakukan mungkin membuat klien menjadi bergantung pada hal-hal yang tidak perlu dan menyebabkan proses penyembuhan yang lambat.
3

Tidak semua klien benar-benar pulih dari sakit atau cedera, oleh karena itu pengetahuan dan keterampilan baru seringkali dibutuhkan klien untuk melanjutkan aktivitas kehidupan sehari-hari. Pendidikan kesehatan memiliki tiga tujuan, primer, sekunder dan tersier. Pendidikan kesehatan primer, berdasarkan dari Watts, mengartikan bagaimana menginstruksikan orang lain untuk menghindari atau mencegah penyakit, bagaimana merubah gaya hidup dan mengontrol lingkungan agar tetap sehat. Pendidikan kesehatan sekunder, menginstruksikan masyarakat bagaimana mendeteksi penyakit lebih awal dan mencegah perkembangannya. Pendidikan kesehatan tersier menjelaskan pasien tentang sakit yang diderita, perawatan dan mendapatkan pelayanan kesehatan. Pendidikan atau edukasi klien dalam pelayanan kesehatan berperan untuk mengubah pasien menjadi lebih mandiri dan disiplin, mencegah kondisi pasien menurun, mencegah penyebaran penyakit, merubah gaya hidup pasien menjadi lebih baik, menjaga lingkungan agar tetap sehat, mengembangkan pengetahuan bagi perawat dan peran yang paling besar adalah meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat. Perawat melihat dirinya sebagai advocat, sebagai seseorang yang berdiri dan membela pasien serta keluarganya, untuk menyampaikan saat mereka lemah dan tak berdaya (Benner, 1984) Edukasi klien merupakan dimensi dalam asuhan keperawatan untuk

mempertimbangkan kepentingan terbaik pasien dan mengakui kepentingan terbaik pasien. Selama 3 dekade belakangan ini edukasi klien telah dikenal sebagai standard praktik keperawatan profesional. (Patient Education : Principles & Practice, sally and karen). Standard ini mewajibkan perawat dan tim kesehatan untuk menilai kebutuhan pembelajaran klien dan menyediakan edukasi tentang berbagai topik seperti pengobatan, nutrisi, penggunaan alat medis, nyeri dan rencana perawatan klien. Pencapaian yang berhasil membutuhkan kolaborasi antar profesi kesehatan dan meningkatkan pemulihan klien. Perawat bisa menjadi pendidik yang efektif jika melakukan lebih dari sekedar memberikan informasi saja. Perawat harus menentukan secara hati-hati apa yang klien perlu ketahui dan menentukan secara hati-hati apa yang klien perlu ketahui dan

menentukan waku kapan klien siap belajar. (Klugger, 1991) mencatat 3 area yang merupakan tanggung jawab klien dalam pendidikan klien : 1. Persiapan klien dalam menerima perawatan 2. Persiapan klien pulang dari perawatan rumah sakit 3. Pencatatan aktivitas pendidikan klien Ketika perawat menilai kebutuhan pendidikan klien dan perawat tersebut mampu mengimplementasikannya, klien sebaiknya disiapkan untuk mengetahui tanggung jawabnya daam asuhan keperawatan. Hubungan antara pendidikan klien dan hasil yang diharapkan merupakan satu pemikiran penelitian keperawatan yang penting. ( Fundamental Keperawatan, Potter dan Perry.edisi 4) Rangkaian tindakan yang sistematik dan berurutan serta terencana yang membentuk siklus tanpa terputus merupakan proses dari pendidikan. Sedangkan pendidikan kesehatan adalah seuatu usaha atau kegiatan untuk membantu individu, keluarga, dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuannya untuk mencapai kesehatan secara optimal (Rochadi, 2011). Pendidikan klien merupakan proses untuk membantu orang mempelajari perilaku yang ada kaitannya dengan kesehatan, sehingga ia dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai kesehatan yang optimum dan kemandirian dalam perawatan diri (Smith, 1998: Bell,1986). Pendidikan kesehatan berperan bagi pasien didalam pe;ayanan kesehatan adalah untuk menginstruksikan orang-orang (pasien), bagaimana untuk mendeteksi penyakit pada tahap awal dan mencegah perkembangannya. Ini merupakan pendidikan kesehatan primer. Sedangkan pendidikan tersier dapat menginstruksikan pasien tentang penyakit mereka dan pelayanan kesehatan yang tersedia. Jadi, pasien bisa mencegah atau membatasi ketidakmampuan serta membantu memulihkan pasien dari penyakitnya. Untuk pembatasan ini, maka diberikanlah pelatihan oleh perawat kepada klien tentang cara perawatan diri dan penyediaan fasilitas. Supaya kedepannya pasien bisa dengan mandiri mencegah atau membatasi penyakitnya. Secara umum peran dari pendidikan atau edukasi klien adalah untuk mengubah perilaku individu dan masyarakat dalam bidang kesehatan serta tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam memelihara perilaku sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
5

Serta edukasi klien bertujuan untuk pemeliharaan dan promosi kesehatan serta pencegahan penyakit (Potter&Perry, 2005). Promosi perilaku sehat melalui edukasi memungkinkan pasien mengambil tanggungjawab yang lebih besar terhadap kesehatnnya, pengetahuan yang lebih baik akan menghasilkan kebiasaan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik pula. Tujuan lainnya adalah pendidikan kesehatan, pasien yang sakit atau cedera membutuhkan informasi dan keterampilan yang dapat membantu mereka mencapai kembali kesehatannya (Potter&Perry, 2005). Jadi dapat disimpulkan bahwa peran dari pendidikan atau edukasi klien dalam pelayanan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku pasien dalam memelihara perilaku sehat, mandiri, merubahgaya hidup menjadi sehat, memotifasi pasien dan berperan aktif dalam mewujudkan derejat kesehatan yang optimal 2.2 Hubungan antara Pendidikan/ edukasi klien dengan discharge planning Perencanaan pulang (discharge planning) akan menghasilkan sebuah hubungan yang terintegrasi, yaitu antara perawatan yang diterima pada waktu di rumah sakit dengan perawatan yang diberikan setelah klien pulang. Perawatan di rumah sakit akan bermakna jika dilanjutkan dengan perawatan di rumah. Namun sampai dengan saat ini perencanaan pulang bagi pasien yang dirawat di rumah sakit belum optimal dilaksanakan, dimana peran perawat terbatas pada kegiatan rutinitas saja, yaitu hanya berupa informasi kontrol ulang. Klien yang memerlukan perawatan kesehatan di rumah, konseling kesehatan atau penyuluhan dan pelayanan komunitas tetapi tidak dibantu dengan upaya memperoleh pelayanan sebelum pemulangan sering kembali ke ruang kedaruratan dengan masalah minor,sering kali diterima kembali dalam waktu 24 jam sampai 48 jam dan kemudian pulang kembali. Discharge planning keperawatan merupakan komponen yang terkait dengan rentang keperawatan. Rentang keperawatan sering pula disebut dengan perawatan berkelanjutan yang artinya perawatan yang dibutuhkan oleh klien di manapun klien berada. Kegagalan untuk memberikan dan mendokumentasikan perencanaan pulang akan beresiko terhadap beratnya penyakit, ancaman hidup dan disfungsi fisik. Dalam perencanaan pulang diperlukan komunikasi yang baik dan terarah sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti dan berguna untuk perawatan di rumah.

Discharge planning adalah rencana pemulangan pasien. Discharge planning dibutuhkan agar pasien ketika pulang nanti dapat menjalani asuhan secara mandiri di rumah. Discharge planning dilakukan oleh semua tim kesehatan agar persiapannya berjalan dengan baik dan tidak ada miskomunikasi. Discharge palnning ditujukan bagi pasien dan keluarga pasien. Discharge planning sudah harus dibuat ketika proses perencanaan asuhan kepada pasien. Discharge planning diberikan beberapa hari sebelum pasien pulang. Discharge planning tidak hanya berlaku untuk klien akut, tetapi juga unutk pasien yang lainnya. Rawat jalan tidak membutuhkan discharge planning, yang membutuhkan discahrge planning hanyalah untuk klien di rawat inap. Discharge planning dilakukan pada setiap asuhan keperawatan. Ketika dimulai discharge planning, maka edukasi klien berorientasi pada discharge palnning. Discharge planning dapat dilakukan ketika pasien sedang diberi asuhan, atau perawat meluangkan waktu sebentar untuk menjelaskan tindakan yang bisa dilakukan di rumah untuk keluarga pasien. Bahkan pasien dapat diberikan edukasi mandiri dengan cara tidak memanjakan pasien. Contoh : pasien harus melakukan hal-hal yang dapat ia lakukan sendiri ketika sudah dapat melakukannya secara mandiri. Hubungan antara discharge planning dengan edukasi klien adalah ketika dischrge planning mulai dilakukan, maka edukasi klien yang diberikan adalah asuhan mandiri di rumah. Discharge planning merupakan bagian dari edukasi klien. Ketika perawat memberikan penjelasan tindakan dan memberikan saran yang terbaik untuk pasien melakukannya di rumah, itu sudah termasuk discharge planning. Discharge plannign dan edukasi klien adalah sebuah rangkaian tindakan tim kesehatan. Menurut Neylor (2003), beberapa tindakan keperawatan yang dapat diberikan pada klien sebelum klien diperbolehkan pulang adalah sebagai berikut: 1. Pendidikan kesehatan, diharapkan dapat mengurangi angka kambuh atau komplikasi dan meningkatkan pengetahuan klien serta keluarga tentang perawatan postlaparatomi. Pendidikan kesehatan terkait dengan perawatan post-operatif yang perlu diberikan pada klien dengan post-laparatomi (Long, 1996), meliputi: a. Kontrol (waktu dan tempat) b. Lanjutan perawatan (luka operasi, pemasangan gift, dan lain-lain) c. Diet / nutrisi yang harus dikonsumsi d. Aktivitas dan istirahat, kontrol
7

e. Perawatan diri ( kebersihan dan mandi) 2. Program pulang bertahap. Bertujuan untuk melatih klien untuk kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat, antara lain apa yang harus dilakukan klien di rumah sakit dan apa yang harus dilakukan oleh keluarga. 3. Rujukan. Integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan langsung antara perawat komunitas atau praktik mandiri dengan perawat rumah sakit sehingga dapat mengetahui perkembangan klien di rumah.

Discharge Planning (DP) merupakan proses perencanaan sistematik yang dipersiapkan bagi pasien untuk meninggalkan instansi perawatan (rumah sakit). Pada akhir tahun 1970-an, pengajaran klien menyaksikan pergeseran dan daftar memperluas priorites. Tidak lagi adalah perawat baru dididik hanya untuk rumah sakit berbasis praktik. Praktek dalam perawatan rawat jalan, perawatan jangka panjang, dan pengaturan rumah perawatan membantu perawat mendapatkan penghargaan yang lebih besar untuk link penting antara pendidikan klien, perencanaan pulang, dan kontinuitas perawatan, Pasien dipulangkan dari rumah sakit untuk pengaturan lain sakit dan lebih cepat. Perencanaan pulang dimulai pada hari masuk, ini adalah aturan emas diajarkan kepada semua siswa keperawatan. Sampai dekade terakhir, bagaimanapun, jumlah hari pasien tinggal di rumah sakit adalah fleksibel dan sering dapat diperpanjang untuk mempersiapkan pasien dan keluarga untuk menganggap perawatan diri. Sebagai biaya kesehatan terus meningkat, rumah sakit disalahkan karena inefisiensi dan jumlah uang yang dikeluarkan untuk merawat pasien. Industri Amerika dan lembaga pemerintah ditekan untuk penukaran dalam penggantian kesehatan yang akan membangun insentif untuk efisiensi dan penahanan biaya untuk pihak ketiga wajib. Medicare mulai menggunakan sistem pembayaran prospektif yang disebut diagnosis yang berhubungan dengan kelompok (DRGs). Kecenderungan utama dalam penggantian menjadi undang-undang pada tahun 1983. Dengan DRGs, pembayaran tidak lagi dibuat ke rumah sakit berdasarkan biaya pelayanan atau jumlah hari perawatan diberikan kepada pasien. Sebaliknya, pembayaran yang telah ditetapkan ditugaskan berarti lama tinggal (yaitu, jumlah hari Medicare akan membayar untuk layanan). Sebuah cutoff outlier (yaitu, jumlah max-Imum hari yang sakit dapat RUU Medicare) didirikan. Untuk menegosiasikan pembayaran, rumah sakit harus membuktikan bahwa kondisi klien yang rumit. Analis Banyak dokter memperkirakan bahwa perusahaan asuransi besar akan mengadopsi sistem pembayaran serupa calon-harga (Vestal, 1995; Malloy 7 Hartshorn,
8

1989). Sejak itu, industri asuransi kesehatan telah memperkenalkan perubahan besar, dan aliansi baru untuk perawatan kesehatan dikelola berkembang setiap hari. Biaya dan kualitas merupakan komponen kunci dari perawatan kesehatan dikelola. Dengan munculnya DRGs, perencanaan debit diasumsikan makna baru. Insentif keuangan diikat dengan tanggal debit, karena rumah sakit yang diganti jumlah tetap didasarkan pada DRGs. Strategi yang dikembangkan untuk mengelola fiskal rangkaian perawatan pasien dari pendekatan baru untuk skrining preadmission untuk manajemen kasus rawat inap, dan dari klinik rawat jalan khusus untuk teknologi tinggi perawatan di rumah. Sistem perawatan kesehatan muncul, menghubungkan penyedia di sebuah kontinum pengaturan perawatan kesehatan. Manajemen kasus yang terlibat menjamin kelangsungan layanan perawatan pasien, memaksimalkan kualitas pelayanan, dan meminimalkan biaya. Dengan munculnya setiap pendekatan baru, pendidikan klien telah mengambil tengah panggung. Fokus utama dari pendidikan klien pada 1980-an bergeser dari hasil penyedia untuk hasil pasien dan keluarga. pendidikan klien yang sukses tidak dapat dijamin hanya berdasarkan pada kemampuan dan kemauan dari penyedia layanan kesehatan untuk memberikan informasi dimengerti tentang diagnosis, pengobatan dan prognosis. tujuan untuk pendidikan dari semua pasien harus mencakup belajar keterampilan bertahan hidup, mengakui masalah setelah kepulangan dan membuat keputusan yang berkontribusi terhadap manajemen perawatan diri.

BAB III 3.1 Kesimpulan Nursings Agenda for Health Care Reform dari American Nurses Association (ANA) (1991) merekomendasikan perubahan struktur sistem pelayanan kesehatan, dimana pelayanan lebih berfokus pada kesehatan dan perawatan kesehatan daripada penyakit dan penyembuhan. Pada dasarnya yang ingin dicapai adalah mempertahankan status kesehatan. Klien saat ini mengetahui lebih banyak tentang kesehatan dan ingin lebih dilibatkan dalam upaya mempertahankan kesehatan. Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan sehingga klien menerima informasi tentang perawatan kesehatan dengan cara yang lebih menyenangkan dan dilakukan di tempat yang tidak asing baginya (ANA, 1991). Pendidikan klien yang komprehensif meliputi tiga tujuan yaitu pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, perbaikan kesehatan, dan koping terhadap gangguan fungsi. Perawat belajar untuk mengidentifikasi keinginan klien untuk belajar dan membantu memotivasi minatnya. Keluarga berperan penting dalam penyembuhan pasien, oleh karena itu perawat perlu mengkaji hubungan klien-keluarga. Pendidikan kesehatan memiliki tiga tujuan, primer, sekunder dan tersier. Pendidikan atau edukasi klien dalam pelayanan kesehatan berperan untuk mengubah pasien menjadi lebih mandiri dan disiplin, mencegah kondisi pasien menurun, mencegah penyebaran penyakit, merubah gaya hidup pasien menjadi lebih baik, menjaga lingkungan agar tetap sehat, mengembangkan pengetahuan bagi perawat dan peran yang paling besar adalah meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat. Perencanaan pulang (discharge planning) adalah rencana pemulangan pasien. Discharge planning dibutuhkan agar pasien ketika pulang nanti dapat menjalani asuhan secara mandiri di rumah. Discharge planning dilakukan oleh semua tim kesehatan agar persiapannya berjalan dengan baik dan tidak ada miskomunikasi. Hubungan antara mulai

discharge planning dengan edukasi klien adalah ketika dischrge planning

dilakukan, maka edukasi klien yang diberikan adalah asuhan mandiri di rumah. Discharge planning merupakan bagian dari edukasi klien. Ketika perawat memberikan penjelasan tindakan dan memberikan saran yang terbaik untuk pasien melakukannya di rumah, itu sudah termasuk discharge planning. Discharge plannign dan edukasi klien adalah sebuah rangkaian tindakan tim kesehatan.

10

3.2 -

Saran Perlunya pendidikan kesehatan yang mendalam terhadap perawat dan klien, sehingga tindakan atau informasi tentang perawatan kesehatan lebih di pahami Perawat perlu belajar lebih banyak agar memiliki bekal untuk dapat memberikan informasi yang maksimal pada saat melakukan edukasi terhadap pasien. Perawat juga perlu mengasah ilmu yang dimiliki agar dapat meningkatkan mutu pendidikan dan berperilaku sehat karena perawat merupakan sumber yang nyata dan memiliki kompetensi dalam usaha meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis klien Kolaborasi antara tim kesehatan sangatlah penting, hal tersbut sebaiknya lebih di perhatikan dan diterapkan pada tiap tim kesehatan

11

DAFTAR PUSTAKA Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Fundamental Keperawatan. Buku 1 Edisi 4. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Redman, Barbara Klug. (1993). The Process of Patient Education. 7th Ed. St. Louis: Mosby Year Book. Rankin, Sally H. & Stallings, Karen Duffy. (2001). Patient Education: Principles & Practice. 4th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wikins. Nursalam.2008.Pendidikan dalam keperawatan.Jakarta : Salemba Medika Potter, P.A & Perry, A.G. (2005). Fundamental of Nursing: Concepts Process, and Practice. 6th Ed. St Louis, Ml : Elseiver Mosby.

12

You might also like