You are on page 1of 10

LAPORAN KASUS

ANESTESI SPINAL PADA OPERASI VARICOCELE

Oleh: Yunita Eka Putri 1102006280

PEMBIMBING Dr. Agus Saptiady Sp.An Dr. Budi Pratama Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ANESTESI RUMAH SAKIT TK II M. RIDWAN MEURAKSA JAKARTA PUSAT PERIODE 15 JULI- 16 AGUSTUS 2013

LAPORAN KASUS

I.

Identitas pasien
Nama Jenis Kelamin Usia Alamat Agama Pekerjaan Masuk tanggal : Tn. D : Laki-laki : 19 th : pulogadung : Islam : pelajar : 25 Juli 2013

II.

Anamnesa
Terdapat benjolan seperti umbai cacing pada skrotum kiri .

Keluhan utama: RPS: Pasien mengeluh terdapat benjolan seperti umbai cacing pada skrotum kiri sejak 6 tahun yang lalu, keluhan disertai dengan nyeri, nyeri yang dirasakan hilang timbul, nyeri terutama dirasakan ketika mengedan saat buang air besar. Keluhan demam disangkal. RPD: Tidak ada.

III. Pemeriksaan fisik:


A. Status generalis Keadaan umum Kesadaran Berat badan Tinggi badan Tanda Vital o Tekanan darah : 140/ 90 : baik : compos mentis : 65 kg : 165 cm

o Frekuensi nadi o Respirasi o Suhu Kepala Rambut Mata Telinga Bibir Kulit Torax Ekstremitas

: 110 x/menit : 20x/menit : afebris : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal : dalam batas normal

B. Status lokalis Regio Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : Scrotalis sinistra : terlihat tonjolan seperti kumpulan umbai cacing : teraba benjolan : tidak dilakukan : tidak dilakukan

IV. Pemeriksaan Penunjang


Hematologi : o Hb o Leukosit o Trombosit o Hematokrit : 16.9 : 11.200/ mm3 : 306.000/ mm3 : 50 %

o Masa perdarahan : 2` (2`-6`) o Masa Pembekuan : 11` (9`-15`)

V.

Diagnosa:
Diagnosa pra bedah Diagnose pasca bedah : V aricocele sinistra : varicocele sinistra

VI. Terapi:
Op palomo Anestesi: Tipe Obat : spinal pada interspace L3-L4 dengan jarum Quincke. : Bupivacaine

Maintenance : O2 Antibiotic Post operasi Durasi : ceftriaxone 2g IV : ketorolac IV 2 ampul (60 mg/ml) : 20 menit.

Cairan masuk : RL (1000 ml). Cairan keluar : darah (+100 ml). DISKUSI KASUS Pada pasien ini dilakukan ligasi tinggi vena spermatika interna secara Palomo

melalui operasi terbuka. Daerah yang dioperasi terletak di daerah inguinal. Selain itu, tidak ditemukan kontraindikasi pada pasien ini untuk dilakukan anestesi spinal seperti infeksi pada daerah lumbal, kecurigaan tekanan intrakranial yang tinggi, trauma spinal, koagulopati, dan lain-lain. Atas dasar inilah maka tindakan anestesi spinal menjadi pilihan. Obat yang digunakan ialah Regivel . Regivel berisi Bupivacaine 5 mg/ml yang memiliki berat jenis lebih besar dari CSS. Selama tindakan operasi, tekanan darah pasien naik turun akibat anestesi spinal. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian Raivas, yang disuntikkan secara IV jika terjadi hipotensi.

Penggantian cairan yang hilang dilakukan dengan memberikan cairan RL, yang komposisinya sama dengan cairan plasma tubuh. Jumlah darah yang hilang digantikan dengan 2,5-4 kali cairan kristaloid. Untuk cairan rumatannya dihitung dengan rumus (4 ml/kgBB/jam x 10 kg pertama)+(2 ml/kgBB/jam x 10 kg kedua)+(1 ml/kgBB/jam x 10 kg selanjutnya). Berat badan pasien ini diperkirakan 65 kg, maka cairan rumatannya (4x10)+(2x10)+(1x45)= 105 ml/jam.

TINJAUAN PUSTAKA ANESTESI SPINAL Anestesi spinal (subaraknoid) adalah anestesi regional dengan tindakan penyuntikan obat anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid. Anestesi spinal/ subaraknoid juga disebut sebagai analgesi/blok spinal intradural atau blok intratekal. Hal hal yang mempengaruhi anestesi spinal ialah jenis obat, dosis obat yang digunakan, efek vasokonstriksi, berat jenis obat, posisi tubuh, tekanan intraabdomen, lengkung tulang belakang, operasi tulang belakang, usia pasien, obesitas, kehamilan, dan penyebaran obat. Pada penyuntikan intratekal, yang dipengaruhi dahulu ialah saraf simpatis dan parasimpatis, diikuti dengan saraf untuk rasa dingin, panas, raba, dan tekan dalam. Yang mengalami blokade terakhir yaitu serabut motoris, rasa getar ( vibratory sense) dan proprioseptif. Blokade simpatis ditandai dengan adanya kenaikan suhu kulit tungkai bawah. Setelah anestesi selesai, pemulihan terjadi dengan urutan sebaliknya, yaitu fungsi motoris yang pertama kali akan pulih. Di dalam cairan serebrospinal, hidrolisis anestetik lokal berlangsung lambat. Sebagian besar anestetik lokal meninggalkan ruang subaraknoid melalui aliran darah vena sedangkan sebagian kecil melalui aliran getah bening. Lamanya anestesi tergantung dari kecepatan obat meninggalkan cairan serebrospinal. Tabel Dosis dan Durasi Obat Anestetik Spinal Obat Perineum, Dosis (mg) Abdomen Blok Durasi (menit) Anestetik Ditambah

tungkai Prokain Tetrakain Lidokain Bupivakain bawah 75 6-8 25 4-6

bawah 125 8-14 50-75 8-12

setinggi T4 200 14-20 75-100 12-20

murni 45 90 60 120-150

epinefrin 60 120-150 60-90 120-150

Indikasi Anestesi spinal dapat diberikan pada tindakan yang melibatkan tungkai bawah, panggul, dan perineum. Anestesi ini juga digunakan pada keadaan khusus seperti bedah endoskopi, urologi, bedah rectum, perbaikan fraktur tulang panggul, bedah obstetric, dan bedah anak. Anestesi spinal pada bayi dan anak kecil dilakukan setelah bayi ditidurkan dengan anestesi umum. Kontraindikasi Kontraindikasi mutlak meliputi infeksi kulit pada tempat dilakukan pungsi lumbal, bakteremia, hipovolemia berat (syok), koagulopati, dan peningkatan tekanan intracranial. Kontraindikasi relatf meliputi neuropati, prior spine surgery, nyeri punggung, penggunaan obat-obatan preoperasi golongan AINS, heparin subkutan dosis rendah, dan pasien yang tidak stabil, serta a resistant surgeon. Persiapan Pasien Pasien sebelumnya diberi informasi tentang tindakan ini (informed concernt) meliputi pentingnya tindakan ini dan komplikasi yang mungkin terjadi. Pemeriksaan fisik dilakukan meliputi daerah kulit tempat penyuntikan untuk menyingkirkan adanya kontraindikasi seperti infeksi. Perhatikan juga adanya scoliosis atau kifosis. Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah penilaian hematokrit. Masa protrombin (PT) dan masa tromboplastin parsial (PTT) dilakukan bila diduga terdapat gangguan pembekuan darah. Perlengkapan 6

Tindakan anestesi spinal harus diberikan dengan persiapan perlengkapan operasi yang lengkap untuk monitor pasien, pemberian anestesi umum, dan tindakan resusitasi. Jarum spinal dan obat anestetik spinal disiapkan. Jarum spinal memiliki permukaan yang rata dengan stilet di dalam lumennya dan ukuran 16G sampai dengan 30G. obat anestetik lokal yang digunakan adalah prokain, tetrakain, lidokain, atau bupivakain. Berat jenis obat anestetik lokal mempengaruhi aliran obat dan perluasan daerah teranestesi. Pada anestesi spinal jika berat jenis obat lebih besar dari berat jenis CSS (hiperbarik), maka akan terjadi perpindahan obat ke dasar akibat gravitasi. Jika lebih kecil (hipobarik), obat akan berpindah dari area penyuntikan ke atas. Bila sama (isobarik), obat akan berada di tingkat yang sama di tempat penyuntikan. Pada suhu 37oC cairan serebrospinal memiliki berat jenis 1,003-1,008. Perlengkapan lain berupa kain kasa steril, povidon iodine, alcohol, dan duk steril juga harus disiapkan. Jarum spinal. Dikenal 2 macam jarum spinal, yaitu jenis yang ujungnya runcing seperti ujung bamboo runcing (Quincke-Babcock atau Greene) dan jenis yang ujungnya seperti ujung pensil (whitacre). Ujung pensil banyak digunakan karena jarang menyebabkan nyeri kepala pasca penyuntikan spinal.

Tipe Quincke

Tipe Whitacre

Teknik Anestesi Spinal Berikut langkah-langkah dalam melakukan anestesi spinal, antara lain: 1. Posisi pasien duduk atau dekubitus lateral. Posisi duduk merupakan posisi termudah untuk tindakan punksi lumbal. Pasien duduk di tepi meja operasi dengan kaki pada kursi, bersandar ke depan dengan tangan menyilang di depan.

Pada posisi dekubitus lateral pasien tidur berbaring dengan salah satu sisi tubuh berada di meja operasi. 2. Posisi permukaan jarum spinal ditentukan kembali, yaitu di daerah antara vertebrata lumbalis (interlumbal). 3. Lakukan tindakan asepsis dan antisepsis kulit daerah punggung pasien. 4. Lakukan penyuntikan jarum spinal di tempat penusukan pada bidang medial dengan sudut 10o-30o terhadap bidang horizontal ke arah cranial. Jarum lumbal akan menembus ligamentum supraspinosum, ligamentum interspinosum, ligamentum flavum, lapisan duramater, dan lapisan subaraknoid.

5. Cabut stilet lalu cairan serebrospinal akan menetes keluar. 6. Suntikkan obat anestetik local yang telah disiapkan ke dalam ruang subaraknoid. Kadang-kadang untuk memperlama kerja obat ditambahkan vasokonstriktor seperti adrenalin.

Komplikasi Komplikasi yang mungkin terjadi adalah hipotensi, nyeri saat penyuntikan, nyeri punggung, sakit kepala, retensio urine, meningitis, cedera pembuluh darah dan saraf, serta anestesi spinal total.

DAFTAR PUSTAKA Mansjoer, Arif. dkk. Anestesi spinal. Dalam: Kapita Selekta Kedokteran edisi III hal.261264. 2000. Jakarta. Dobridnjov, I., etc. Clonidine Combined With Small-Dose Bupivacaine During Spinal Anesthesia For Inguinal Herniorrhaphy: A Randomized Double-Blind Study. Anesth Analg 2003;96:1496-1503. Syarif, Amir. Et al. Kokain dan Anestetik Lokal Sintetik. Dalam: Farmakologi dan Terapi edisi 5 hal.259-272. 2007. Gaya Baru, jakarta.

10

You might also like