You are on page 1of 12

BAB I PENDAHULUAN Otomikosis dapat di jelaskan sebagai infeksi jamur dari liang telinga luar dan jarang melibatkan

dinding telinga tengah. Meskipun jarang menimbulkan ancaman kematian, penyakit ini memberikan tantangan dan rasa frustasi bagi pasien dan dokter spesialis THT. Penyakit ini memerlukan pengobatan jangka panjang dan tindak lanjut seterusnya dengan tingkat rekurensi yang tinggi. Penyakit ini memiliki distribusi di dunia yang luas, diperkirakan sekitar 5-25% dari seluruh kasus dari otitis eksterna karena otomikosis. Prevalensi ini meningkat pada daerah hangat, iklim yang lembab. Otomikosis sering terjadi pada individual yang dekade ke-2 dan ke-3 dengan sosial ekonomi yang rendah dan tingkat hiegiene yang buruk. Jamur penyebab Otomikosis adalah Aspergillus Niger, Candida Albicans, Aspergillus Fumingatus, Aspergillus Flavus, Mucor, Spesies Rhizopus, dan Spesies Scapulariopsis. Gejala Otomikosis yang sering adalah telinga gatal, rasa sakit di telinga, sekret pada telinga, pendengaran menurun, dan telinga berdengung dan kecurigaan otomikosis semakin tinggi pada pasien dengan faktor predisposisi. Kultur jamur sangat penting untuk mengkonfirmasi diagnosis. Investigasi dari hematologi memiliki peranan penting untuk memberikan konfirmasi diagnosis dan status dari imunitas pasien. Pada pasien diabetik dengan otomikosis, kadar gula darah harus di kontrol dengan terapi medis untuk menjaga komplikasi dari otomikosis. Pengobatan dari otomikosis termasuk pembersihan mikroskopis massa jamur dengan penghisap, pemberhentian antibiotik topikal, pemberhentian anti jamur tetes/topikal selama tiga minggu.

Page | 1

BAB II PEMBAHASAN 2.1.ANATOMI TELINGA Secara anatomi telinga dapat dibagi atas tiga yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar terdiri atas daun telinga, liang telinga luar dan membran timpani. Daun telinga merupakan struktur tulang rawan yang berlekuklekuk dan dibungkus oleh kulit tipis. Lekukan-lekukan ini dibentuk oleh heliks, antiheliks, tragus, antitragus, fossa triangularis, konka dan lobulus. Permukaan lateral daun telinga mempunyai tonjolan dan daerah yang datar. Tepi daun telinga yang melekung disebut heliks. Pada bagian postero-superiornya terdapat tonjolan kecil yang disebut tuberkulum telinga. Pada bagian anterior heliks terdapat lengkungan yang disebut antiheliks. Bagian superior antiheliks membentuk dua buah krura antiheliks dan bagian di kedua krura ini disebut fossa triangular. Diatas kedua krura ini terdapat fossa skafa. Di depan antiheliks terdapat konka yang terdiri atas dua bagian yaitu simba konka yang merupakan bagian antero superior konka yang ditutupi oleh krus heliks dan kavum konka yang terletak dibawahnya berseberangan dengan konka dan terletak dibawah krus heliks terdapat tonjolan kecil berbentuk segitiga tumpul yang disebut tragus. Bagian diseberang tragus dan terletak pada batas bawah antiheliks disebut antitragus. Liang telinga luar merupakan suatu saluran yang berbentuk huruf S, dengan bagian tulang rawan pada sepertiga luar dan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjang liang telinga kira-kira 2,5 - 3 cm membentang dari bagian konka daun telinga menuju membran timpani. Diameter liang telinga dari luar kedalam tidak selalu sama, paling sempit dibagian isthmus yang terletak sedikit di medial batas tulang dan bagian tulang rawan. Bagian tulang rawan telinga luar strukturnya sangat berbeda dengan bagian tulang. Tulang rawan melekat dengan erat ke os temporal tetapi masih bisa digerakkan karena adanya saluran-saluran fibrosa di dalam tulang rawan, yaitu fisura Santorini. Fisura ini dapat menyalurkan infeki atau tumor antara liang telinga dan kelenjar parotis. Kulit yang melapisi tulang rawan sangat longgar dan
Page | 2

mengandung banyak folikel rambut, kelenjar serumen, dan kelenjar sebase, sedangkan kulit di bagian tulang merupakan kulit yang tipis sekali dan tidak mempunyai folikel rambut dan juga kelenjar-kelenjar. Kulit pada bagian tulang sangat erat melekat ke tulang dengan lapisan subkutan yang padat mebentuk perios. Mendekati membran timpani, kulit menjadi semakin tipis dan akhirnya membentuk satu lapisan pada permukaan luar membran timpani yang terdiri 5-7 lapisan sel. Membran timpani dan kulit liang telinga bagian tulang mempunyai sifat membersihkan sendiri yang disebabkan oleh migrasi lapisan keratin epitelium dari membran timpani keluar ke bagian tulang rawan. Migrasi ini agak cepat dekat perlekatan lengan maleus, menjadi lambat secara melingkar dari umbo dan menjadi sangat lambat ketika mencapai liang telinga. Batas-batas liang teliga luar adalah : 1) Anterior : Fossa mandibula, kelenjar parotis 2) Posterior : Mastoid Superior 3) Medial : Resesus epitimpanikus 4) Inferior : Kelenjar parotis

2.2.PERDARAHAN Perdarahan liang telinga luar berasal dari cabang-cabang A.karotis eksterna, yaitu A. Temporalis superfisial. Cabang aurikular dalam dari A.maksilaris mendarahi kulit bagian anterior liang telinga luar. Sedangkan bagian posterior dari liang telinga luar mendapat perdarahan dari cabang aurikular dari A. Aurikularis posterior.
Page | 3

2.3.PERSARAFAN Dinding depan dan atas liang telinga luar disarafi oleh cabang aurikulo temporal bagian ketiga dari n. Trigeminus. Dinding posterior dan bagian dasar dari liang telinga luar mendapat persarafan dari cabang aurikular dari n.vagus. Dinding posterior liang telinga luar juga mendapat persarafan dari serabut sensoris n. Fasialis. 2.4. DEFINISI OTOMIKOSIS Otomikosis adalah suatu radang superfisial, subakut dan kronis pada liang telinga luar. Penyakit ini biasanya unilateral dan di karakteristikkan dengan inflmasi, pruritus, gatal dan berkerak. 2.5.INSIDENS Otitis eksterna diperkirakan sebesar 5 25% yang berobat ke departemen THT-KL, dan sekitar 9-25% adalah otitis karena jamur atau yang dikenal dengan otomikosis. Penelitian yang dilakukan di San Paulo,Brazil terdapat 736 kasus dari otitis eksterna dan 2,7% nya adalah otomikosis. Penelitian lain yang dilakukan di Iran 910 pasien yang diperiksa terdapat 52 kaus pasien dengan otomikosis dengan 16 kasus lelaki dan 36 kasus perempuan. Penelitian Zaror et.al (1991) menemukan bahwa wanita lebih banyak menderita otomikosis dibandingan pria yakni sekitar 60 % tetapi hal ini di bantah oleh beberapa penelitian yang dilakukan oleh Ho et.al (2006) sebesar 56 % dan Kaur et.al (2007) sebesar 60 % pada pria. Pasien yang terdiagnosa otomikosis di RSU H.Adam Malik Medan sebanyak 11 kasus pada 2009 dan 3 kasus pada 2010. Adam dkk (1994) mengatakan bahwa dua jenis jamur yang palig sering di temukan pada liang telinga adalah Pityrosporum dan Aspergillus sementara Cut Elvira (2011) menyatakan Candida merupakan jamur terbanyak yang ditemui pada otomikosis pada temperatur biasa sedangkan Aspergillus merupakan jenis jamur yang paling banyak di temukan pada otomikosis dengan iklim yang panas. 2.6.FAKTOR PREDISPOSISI Beberapa faktor predisposisi otomikosis ialah:

yang

mempengaruhi

terjadinya

Page | 4

1. Infeksi jamur di tempat lain spserti vaginitis, canindiasis dll 2. Faktor lingkungan (iklim panas dan lembab) 3. Pasien dengan paska pembedahan operasi mastoid 4. Pasien dengan status immunokompromised (AIDS, DM dll) 5. Penggunaan antibiotika topikal dan steroid 6. Berenang 7. Trauma pada telinga 8. Pemakaian alat bantu dengar 9. Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh di telinga 10.Infeksi bakteri

2.7.ETIOLOGI Penyebab terbanyak dari otomikosis adalah Aspergillus dan Candida. Penelitian yang dilakukan di Brazil menemukan Aspergillus flavus (28%), Aspergillus spp (10%), Aspergillus fumigates ( 6%), sedangkan Candida merupakan jamur terbanyak kedua dan menemukan Candida parapsilosis (22%), Candida albicans (14%) dan jamur lain yakni Penisilium Spp (4%), Paelomyces spp (2%). Golongan jamur lain yang bisa ditemukan yakni Allerchia boydii, scapulariopsis, dan mucor. 2.8.PATOGENESIS Otomikosis dipengaruhi oleh lingkungan yang lembab tropis karena lingkungan lembab diperlukan untuk proliferasi jamur, dan peningkatan terjadinya insiden otomikosis mungkin disebabkan karena meningkatnya keringat dan kelembaban lingkungan mengubah epitel permukaan liang telinga luar. Seperti kita ketahui epital pada kanal eksternal dikenal untuk menyerap air dalam lingkungan ini, mudah membuatnya lebih rentan terhadap infeksi. Otomikosis sangat erat hubungannya dengan histologi dan fisiologi liang telinga luar. Liang telinga luar dilapisi oleh epitel stratified squamous keratinizing yang kemudian berlanjut sampai ke permukaan depan membran timpani. Pada resus timpanikus inferior, daerah medial ke ismus cenderung tempat akumulasi dari keratin dan serumen dan merupakan area kulit yang sulit dibersihkan.

Page | 5

Serumen mempunyai sifat antijamur dan antibakteri. Komposisi serumen terdiri dari 60% keratin, 12-20% asam lemak jenuh dan tak jenuh dengan rantai panjang, alkohol, sgualene, dan 6-9% kolesterol, selain itu serumen juga mengandung lysozime dan immunoglobulin. Asam lemak menyebabkan kulit liang telinga tidak rusak dan menghambat pertumbuhan bakteri. Karena komposisinya yang hidropobik, serumen dapat menahan air, membuat permukaan kiang telinga luar menjadi impermeabel sehingga dapat mencegah maserasi dan kerusakan epitel sehingga dengan tidak terbentuknya serumen menyebabkan liang telinga luar rentar terhadap infeksi.

2.9.GEJALA Gejala yang paling sering pada otomikosis adalah gatal pada telinga, telinga terasa sakit, sekret pada telinga, pendengaran yang berkurang serta tinnitus. 2.10.TANDA Karakteristik pemeriksaan fisik tergantung pada jamur penyebab otomikosis. Jamur yang terlihat dengan hifa halus dan spora biasanya terlihat pada golongan Aspergillus. Pada Aspergillus niger kelihatan seperti pertumbuhan kepala hitam berfilamen, Pada Aspergillus fumigates tampak berwarna biru pucat atau hijau dan Candidiasis tampak seperti gumpalan keju dengan debris yang menutupi kanal. Kulit liang telinga tampak oedema dan memerah. 2.11.DIAGNOSA Diagnosis ditegakkan dengan 1. Anamnesa Pasien datang dengan keluhan gatal, yang datang terus menerus pada liang telinga, perasaan tidak nyaman, ataupun sakit pada telinga, keluarnya cairan dengan bau yang tidak enak. Faktor predisposisi juga harus ditanyakan apakah ada riwayat diabetes, penggunaan antibiotik topikal ataupun preparasi steroid. Faktor lain yang mempengaruhi yakni

Page | 6

kehamilan, post operasi mastoid, trauma, ataupun infeksi bakteri sebelumnya 2. Pemeriksaan klinis Pada otoskopi tampak jamur yang terlihat dengan hifa halus dan spora biasanya terlihat pada golonga Aspergillus. Pada Aspergillus niger kelihatan seperti pertumbuhan kepala hitam berfilamen, pada Aspergillus fumigates tampak berwarnabiru pucat atau hijau dan candidiasis tampak seperti gumpalan keju dengan debris yang menutupi kanal. Kulit liang telinga tampak oedem dan basah.

3. Pemeriksaan Laboratorium Spesimen dapat diperoleh dengan mengambil sekret atau pus dari liang telinga luar dengan bantuan cottom swab steril. Spesimen yang telah diambil diperiksa dengan a. KOH 10% b. Pewarnaan PAS Atau spesimen yang telah diambil di biakkan pada media Sabourauds Dextrose Agar dengan dan tanpa antibiotika dan diinkubasi pada suhu 25 dan 37C selama 4 minggu 2.12.PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan deari otomikosis terdiri dari eliminasi dari faktor predisposisi, penggunaan dari anti jamur, dan pembershan liang telinga. Sediaan anti jamur dapat dibagi menjadi: 1. Tipe non spesifik
Page | 7

2. Tipe speifik Tipe non spesifik termasuk solusio pengasaman dan pengeringan seperti asam borie, aluminium sulfat, calcium asetat, gentian violet 2%, castellanis paint (acetone, alkohol, phenol, fuchsin,resorcinol) dan Cresylate (Merthiolate, M-Cresyl acetat, propylene glycol, asam borak, dan alkohol). Tipe spesifik terdiri atas kream, solusio, dan tepung seperti clotrimazole, amphotericin B, tolnaftate, mikonazole, dan nystatin. Pada umumnya ada 4 klasifikasi obat anti jamur yakni: 1. Golongan polyenes Terdiri atas ampoterisin B, dan nystatin 2. Golongan triazole Terdiri dari fluconazole, clotrimazole, dan miconazole 3. Analog nukleosid Terdiri dari flucytosin 4. Analog echinocandins Tabel jamur dan obat spesifik terhadapnya Jamur penyebab Pengobatan Aspergillus Clotrimazole Ketokonazole Itraconazole Clotrimazole Aspergillus flavus Itraconazole Terbinafide Aspergillus fumigates Miconazole Amphotericin B Acetic acid Clotrimazole Aspergillus niger Borneol Tolnaftate Ciclopiroxolamine Itraconazole Mercurochrome Boric acid Clotrimazole 5 fluorocytosine Itraconazole
Page | 8

Aspergillus terreus Candida albicans

Candida parapsilosis

Scedosporium apiosperum Scopulariopsis brevicaulis

Terbinafide Fluconazole Ampoterisin B Lanoconazole Ketokonazole Thimerosal Amphotericin B Clotrimazole Itraconazole Fluconazole Tolnaftate Clortrimazole Tolnaftate Fluconazole Clotrimazole Nystatine

Tabel obat dan sediaan topikal Obat anti jamur Sediaan Dosis Clotrimazole 1% Tetes telinga 4 tetes (1 bulan) Kream 1 kali perhari ( 2 minggu) Bifonazole 1% Tetes telinga 1 kali perhari ( 4-15 hari) Miconazole Tetes telinga 0,25% kream 1 kali perhari 2 minggu Ketokonazole Tetes telinga 1-3 cc/kali (1 minggu) Kream 1 kali perhari (2 minggu) Cresylate Solusio 3 kali perhari ( 1-3 minggu) Aluminium asetat Solusio 1-3 minggu 0,5% Fluconazole Solusio 0,2% 3 kali (21 hari) Mercurochrome 1% Solusio (dilarang oleh FDA Asam boric Solusio 5 tetes ,3 kali sehari
Page | 9

Asam asetat 1% Cyclopirox olamine 11% Econazol 1%

Solusio kream Kream

3-5 tetes, 6 kali perhari 1 minggu 1 kali (2 minggu)

2.13.KOMPLIKASI 1. Perforasi membran timpani 2. Pendengaran berkurang 3. Infeksi tulang temporal invasife 4. Otomastoiditis fungal 5. Meningoencepalitis 2.14.PROGNOSA Terapi anti jamur biasanya memberikan penyembuhan yang baik pada pasien yang memiliki daya tahan tubuh baik. Bagaimana pun resiko terjadinya kekambuhan kembali tinggi jika infeksi asal tidak diobati dan fisiologi normal dari lingkungan liang telinga luar tetap terganggu. Pencegahan meliputi menghindari faktor predisposisi seperti mengurangi kebiasaan mengorek telinga, berenang, dll.

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1.KESIMPULAN


Page | 10

1. Otomikosis adalah radang akut, subakut, atau kronis pada liang telinga luar yang disebabkan oleh jamur. 2. Penyebab terbanyak dari otomikosis adalah Aspergillus dan Candida. 3. Gejala otomikosis yang sering adalah telinga gatal, rasa sakit di telinga, sekret pada telinga, pendengaran menurun, dan telinga berdengung. 4. Penatalaksanaan dari otomikosis terdiri dari eliminasi dari faktor predisposisi, penggunaan anti jamur, dan pembersihan liang telinga. 3.2. SARAN 1. Sebaiknya dilakukan kultur ataupun pemeriksaan jenis jamur agar dapat memberikan pengobatan spesifik yang cocok 2.

DAFTAR PUSTAKA Adams, G.L; Boeis,L.R.; Higler,P.A. Boeis Buku Ajar Penyakit THT.1997.EGC:Jakarta.

Page | 11

Page | 12

You might also like