You are on page 1of 6

Penelitian ini mendapatkan hasil siswa yang mempunyai status gizi

normal dan mempunyai prestasi belajar baik sebanyak 6 siswa lebih rendah dari siswa yang mempunyai status gizi normal dan prestasi belajar tidak baik sebanyak 20 siswa. Sedangkan siswa yang mempunyai status gizi tidak normal dan mempunyai prestasi baik sebanyak 2 siswa sama dengan siswa yang mempunyai status gizi tidak normal dan mempunyai prestasi belajar tidak baik sebanyak 2 siswa. Pada penelitian ini ada salah satu siswa perempuan yang berumur 18 tahun 5 bulan maka penentuan status gizi pada siswa tersebut menggunakan IMT dewasa dengan rentang normal 18,5 22,9 dan status gizi siswa tersebut tergolong normal dengan nilai IMT 21,28. Hubungan di atas didukung oleh pendapat Anwar (2008) bahwa pengaruh makanan terhadap perkembangan otak, apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil. Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan dan ketidak sempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak. Setiap jenis makanan memiliki peranan masing-masing dalam menyeimbangkan masukan zat gizi sehari-hari. Pertama makanan sumberzat tenaga merupakan sumber zat tenaga dalam menunjang aktivitas sehari-hari. Makanan sumber zat pembangun berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak. Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh. Semua sumber makanan di atas sangat penting sekali bagi tubuh terutama untuk anak sekolah yang merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan fisik dan kecerdasan (Depkes, 2002).

Menurut Depkes RI (2005) status gizi yang baik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan Pembangunan Nasional. Gizi yang baik akan menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yaitu sehat, cerdas, dan memiliki fisik yang tangguh serta produktif. Hadi (2005) juga berpendapat bahwa tingginya prevalensi gizi kurang dan obesitas di beberapa daerah akan berpengaruhi dalam upaya pembangunan bidang kesehatan, sumber daya manusia (SDM) dan ekonomi. Masalah-masalah gizi yang terjadi di Indonesia masih sangat banyak antara lain Kekurangan Energi Protein (KEP) yang berakibat anak menjadi lemah, daya tahan tubuhnya dan terjadi penurunan konsentrasi belajar. Anemia yang mudah dikenali dengan tanda-tanda lesu, lemah, letih, lelah dan lalai (5L) akan mempengaruhi konsentrasi dan kemampuan belajar anak serta mengurangi daya serap otak. Kurang Vitamin A (KVA) berakibat menurunnya daya tahan tubuh anak terhadap penyakit infeksi sehingga mudah sakit. Di samping itu vitamin A terkait dengan fungsi penglihatan (Depkes, 2005). Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) yang umumnya ditemukan di daerah dataran tinggi mempunyai akibat buruk anak menjadi lamban dan sulit menerima pelajaran dan menurut pendapat Karsin (2004) anak yang mengalami GAKY mempunyai IQ lebih rendah 50 skor dibandingkan anak yang tidakmengalami GAKY. Tetapi prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh status gizi, masih banyak faktor lain yaitu faktor internal yang terdiri dari faktorintelegensi, minat, keadaan fisik dan psikis dan factor eksternal yang terdiri dari faktor guru, lingkungan keluarga, dan sumber-sumber belajar(Ahmadi, 1998). Keadaan umum dari status gizi mempengaruhi perkembangan otak. Kekuranagan zat gizi akan berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan dan perkembangan sel-sel organ tubuh anak. Efek dari kondisi gizi kurang dapat mengakibatkan ukuran otak yang lebih kecil dengan jumlah DNA yang berkurang. Jalinan neuron yang terbentuk juga tidak seluas seharusnya, sehingga mempengaruhi kemampuan kognitif serta prilaku dalam jangka panjang. Jika gangguan akibat gizi buruk ini terus terjadi, maka dapat mempengaruhi tingkat kecerdasaan anak. Sebaliknya , status gizi baik menggambarkan terpenuhinya zat gizi yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak terutama pada jalinan neuron dan otak sehingga mempengaruhi kemampuang kognitif serta prilaku dalam jangka panjang.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Siswa yang mempunyai status gizi normal sebanyak 41.93 % sedangkan siswa yang mempunyai status gizi tidak normal 58.06 %. 2. Siswa yang mempunyai tingkat kecerdasaan rata- rata sebanyak 45.16 sedangkan dibawah rata-rata 54.83 %. 3. Ada hubungan status gizi dengan tingkat kecerdasaan siswa. B. Saran 1. Bagi Siswa Sebaiknya siswa mempertahankan status gizi yang sudah normal dan meningkatkan prestasi belajar hingga baik. 2. Bagi Sekolah Sebaiknya Sekolah tetap memperhatikan status gizi siswa melalui sarana UKS. 3. Bagi Dinas Pendidikan Sebaiknya diadakan pelajaran tambahan tentang gizi melalui mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 4. Bagi Dinas Kesehatan Sebaiknya pihak Dinas Kesehatan lebih memperhatikan lagi tentang masalah gizi terutama gizi anak sekolah karena kaitannya dengan kualitas sumber daya manusia sebagai asset bangsa.

abstrakkkkk

untuk itu diadakan penelitian mengenai hubungan status gizi dengan tingkat kecerdasaan anak sekolah dasar negeri no. 060908 desa tegal sari 1 kecamatan medan denai tahun 2012

status gizi normal status gizi tidak normal(underweight) tingkat kecerdasaan rata - rata dibawah rata-rata

for that the research on the relationship of nutritional status to the level of intelligence that no state primary school children. 060 908 rural districts tegals juice 1 trail field in 2012 normal nutritional status normal nutritional status (underweight) average level of intelligence - the average below average

11 bahwa, terlepas dari tidak ada status gizi anak-anak milik sangat unggul (> 140 IQ), superior (IQ 115-140) dan cacat mental (IQ 25-50) dan intelektual cacat (<25 IQ) tingkat kecerdasan masing-masing. Di antara anak-anak dengan status gizi normal 55 persen milik kecerdasan rendah (70-85 IQ) dan 45 per persen milik tingkat kecerdasan rata-rata (IQ 85-115). Di antara kategori terbuang (short malnutrisi durasi) perlu dicatat bahwa hanya 10 persen dari anak-anak milik kecerdasan rata-rata (IQ 85-115) dan 59,45 persen milik kecerdasan rendah (70-85 IQ) sementara, 29,72 persen milik tingkat retardasi mental (IQ 50-70) kecerdasan. Sekarang mengkhawatirkan untuk dicatat bahwa tidak ada anak-anak dalam kelompok terhambat milik kecerdasan rata-rata Tingkat (85-115 IQ). Sementara hanya 47.22 persen dari anak-anak milik intelijen rendah (70-85 IQ) dan 52.77 persen milik tingkat keterbelakangan mental kecerdasan (IQ 50-

70). Sebagian besar anak gizi buruk (80%) milik tingkat kecerdasan lebih rendah (70-85 IQ) dan retardasi mental tingkat kecerdasan (IQ 50-70). Perlu dicatat bahwa status gizi adalah positif dan signifikan berkorelasi (0,67 **) dengan tingkat kecerdasan dan menyoroti bahwa anak-anak dengan gizi normal Status dipamerkan tingkat kecerdasan yang lebih baik dibandingkan anak-anak terbuang dan terhambat 1 Hubungan antara Status Gizi dan Intelijen Hubungan antara nutrisi dan fungsi otak telah diakui selama hampir 100 tahun. Adalah penting untuk menyadari bahwa sel-sel otak yang lebih sensitif dibandingkan dengan tubuh lainnya sel untuk nutrisi dan bahan kimia hadir dalam makanan. Ada lebih dari 100 miliar sinaptik koneksi dalam otak dan integritas mereka tergantung pada asupan diet yang tepat dan mikronutrien serta aktivitas mental dan fisik. Ada bukti yang cukup untuk menunjukkan bahwa makanan yang kita makan mempengaruhi ingatan kita, konsentrasi, pemahaman, penilaian, intelek, suasana hati dan emosi. Kebutuhan gizi selama masa kanak dan awal masa kanak-kanak diyakini memiliki dampak jangka panjang pada kedua pertumbuhan fisik dan preferensi intelektual di kemudian hari. Menurut Pollitte Ernesto (1998) tentang dampak yang lebih malam dan cepat pagi pada perhatian dan proses memori di antara 9-11 tahun anak berusia menyoroti bahwa anak-anak dengan risiko gizi rendah pada stimulus, diskriminasi dan kesalahan dalam mengingat memori dari biasanya anak. Fernstrom et al. (2001) juga telah menemukan bahwa kurang gizi anak dengan miskin pertumbuhan fisik berkinerja buruk dalam tes kecerdasan dan menekankan gizi buruk yang selama

anak dapat menyebabkan penurunan ireversibel fungsi mental di kemudian hari. Upadhyaya et al. (2001) melakukan studi pada pengembangan persepsi dalam kaitannya dengan status gizi. Keterampilan persepsi dari setiap anak dinilai dengan bantuan Gambar Ambiguitas Test (PAT) pada 180 anak dalam kelompok usia (5-10 tahun). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam kinerja cukup gizi dan gizi anak selama tes PAT. Anak bergizi baik mengakui kartu ambigu cepat dan dikonsumsi waktu kurang dari anak-anak kekurangan gizi.

NUTRITIONAL STATUS, LEVEL OF INTELLIGENCE AND PARTICIPATION IN EXTRACURRICULAR ACTIVITIES OF SCHOOL CHILDREN suvarna

You might also like