You are on page 1of 110

Final Indikator Keberhasilan Manajemen Usaha Pertambangan

Oleh Dr.Ir.Ukar W. Soelistijo, M.Sc, APU Sari Indikator keberhasilan perusahaan pertambangan (Accredited Mining Enterprise) menyangkut indikator keberhasilan manajemen keuangan dan indikator keberhasilan manajemen usaha pertambangan. Indikator manajemen keuangan dapat mencakup perihal (1) sebagai perusahaan yang berkarakter good governance dan clean management, dengan dukungan sistem manajemen keuangan yang sistemis/professional, akuntabel , transparan/auditable; (2) sistem penggalangan dana (debt equity, pengembalian hutang, diversifikasi usaha, pengembangan jasa; (3) sistem pembukuan keuangan; dan (4) sistem audit. Indikator keberhasilan manajemen usaha pertambangan dapat meliputi dari kegiatan hulu (manajemen cadangan), manajemen kegiatan produksi, sampai dengan kegiatan hilir (manajemen pasar) serta masalah yang berhubungan dengan pengembangan wilayah dan lingkungan termasuk CSR (corporate social responsibity). Pada akhirnya indikator keberhasilan dalam usaha pertambangan baik dalam manajemen keuangan maupun manajemen usaha di tandai oleh kemampuan internal dalam hal diperoleh least cost dan keuntungan optimal serta kemampuan eksternal dalam hal manfaat otimal bagi negara di mana perusahaan beroperasi antara lain dalam bentuk pembayaran pajak secara akuntabel serta manfaat optimal secara regional termasuk pengembangan masyarakat setempat sebagai corporate social responsibility atau sebagai the servant of the community.. Sebagai contoh dalam COW maka manfaat finansial skala nasional diperoleh sebesar 55 % dari revenue perusahaan COW dan sebesar 60% dari revenue prusahaan PKP2B bagi negara Indonesia. Manfaat sosial neto dari beberapa perusahaan COW dan BUMN diperoleh sebesar antara 1 -23% dari revenue mereka bagi masyarakat setempat sebagai upaya partisipasi mereka dalam rangka pengembangan wilayah termasuk lingkungan. Besaran tersebut perlu diupayakan peningkatannya pada masa mendatang. Kata kunci: indikator keberhasilan perusahaan pertambangan, manajemen keuangan, manajemen usaha, kegiatan huluhilir, pengembangan wilayah dan lingkungan. Abstract The acredited mining enterprise may involve the indicators of both successfulness in the fields of financial management and of mining enterprise management as well. The indicators of financial management may include several matters ,i.e., (1) as an anterprise characterized by good governance and clean management, by the support of systematic/professional, accountable and tranparant/auditable financial management system; (2) the system of funds raising (debt equity, loan rescheduling, diversification of enterprising, and services development; (3) the system of book-keeping; and (4) the system of audit. The indicators of mining enterpruse management may include the activities from upstream (resource/reserve management), management of production activities, up to downstream activities (marketing management) and problems related to regional development and including CSR (corporate soaial responsibility) or as the servant of the community

Finally, the indicator of successfulness in the mining enterprise either in the financial management or in the business management is indicated by internal capability in terms of the least cost and the optimal profit obtained and by external capability in terms of optimal benefit for the nation where the enterprise operate, for instance, in the case of accountable tax paying and optimal benefit for the regional development including local community development as a corporate social responsibility. For instance, in term of COW so that the financial benefit at the national scale 55% of the companies revenue and around 60% of the Coal COW revenue are gained by Indonesia. Net social gains from the COW companies and the State-owned companies are of about 1 23% of their revnues gained by the local community in the form of their participation in the regional development including the environment ptotection. Those amounts should be increased and enforced in the future. Keywords: Successfulness indicator of mining enterprise, finanacial management, enterprise management, upstream-downstream activities, regional development and environment protection. I. Pendahuluan Indikator keberhasilan perusahaan pertambangan (Acredited Mining Enterprise) menyangkut indikator keberhasilan manajemen keuangan dan indikator keberhasilan manajemen usaha pertambangan. Indikator manajemen keuangan dapat mencakup perihal berikut: 1. Sebagai perusahaan yang berkarakter good governance dan clean management, dengan dukungan sistem manajemen keuangan yang sistemis/professional, akuntabel , transparan/auditable. 2. Sistem penggalangan dana. a. Debt equity. b. Pengembalian hutang. c. Diversifikasi usaha. d. Pengembangan jasa. 3. Sistem pembukuan keuangan. 4. Sistem audit. Indikator keberhasilan manajemen usaha pertambagan dapat meliputi dari kegiatan hulu (manajemen cadangan), manajemen kegiatan produksi, sampai dengan kegiatan hilir (manajemen pasar) serta masalah yang berhubungan dengan lingkungan termasuk CSR (corporate social responsibity). II. Indikator Manajemen Keuangan A. Faktor Permasalahan 1. Sebagai perusahaan yang berkarakter good governance dan clean management, dengan dukungan sistem manajemen keuangan yang sistemis/professional, akuntabel , transparan/auditable. a. Sistemis. Sistem keuangan suatu perusahaan perlu mampu menggambarkan suatu interaksi antara substansi engineering ekonomi dan akuntansi. Dari segi substansi engineering, memang keuangan timbul setelah adanya telaahan engineering apa yang disebut cash in (revenue) dan cash out (biaya operasional) yang terdiri dari fixed cost dan variable cost serta biaya commissioning atau biaya operasi awal

sewaktu perusahaan belum menghasilkan revenue atau produksi. Dari segi ekonomi, memang perusahaan perlu melihat prospek ke depan dalam upaya menghasilkan keuntungan finansial dalam hal ini harga kapital (ROR) harus jauh lebih besar daripada biaya kapital, agar usaha dapat berkelanjutan. Dari segi akuntansi, memang keuangan perusahaan harus mampu menunjukkan balance sheet aktiva dan pasiva secara rinci dari waktu ke waktu secara jelas. Dari mana uang dihasilkan dan ke mana uang dikeluarkan. b. Akuntabel. Keuangan perusahaan perlu selalu dapat dipertanggung jawabkan oleh manajemen kepada pemegang saham darri perputaran uang serta keharusan memperoleh keuntungan untuk keberlanjutan perusahaan secara jangka pendek, menengah dan panjang. c. Transparan/auditable. Last but not least keuangan perusahaan harus transparan bagi stakeholder, selalu siap diaudit oleh akuntan independen dan oleh sistem pengawasan intern. 2. Sistem penggalangan dana. a. Debt equity. Sumber dana perusahaan dapat sepenuhnya dari dalam (equity) ataupun dari luar (hutang) dan dari dalam ataupun dari luar sama sekali. Suatu kelaziman bahwa biasanya sumber dana merupakan gabungan sumber dari dalam dan dari luar, sehubungan dengan mengatasi resiko usaha. Suatu kebiasaan bahwa modal sendiri perlu di bagi dalam beberapa bidang usaha. Kalau suatu bidang usaha merugi dapat diimbangi oleh bidang-bidang usaha yang lain yang untung. b. Pengembalian hutang. Sharing usaha melalui hutang diperlukan kecermatan dalam sistem dan mekanisme pengembalian hutang. c. Diversifikasi usaha. Diversifikasi usaha dapat secara vertikal dari hulu ke hilir sehubungan peningkatan nilai tambah suatu komoditi atau secara horizontal atau pengembangan dari komoditi yang satu ke komoditi yang lain atau multi komoditi. Hal ini perlu dilakukan untuk menembus pasar atau kompartemen pasar sesuai dengan kebutuhan pasar atau konsumen. d. Pengembangan jasa. Di samping komoditi, suatu usaha dapat juga di bidang jasa. Justru jasa ini mempunyai lingkup pasar yang lebih luas dari hulu ke hilir. 3. Sistem pembukuan keuangan. Pembukuan keuangan merupakan catatan sistematis keuangan perusahaan untuk keperluan manajemen dan untuk keperluan audit. Laporan keuangan harus disajikan secara wajar dalam hal yang material, posisi keuangan perusahaan pada akhir tahun, hasil usaha dan serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada akhir tahun yang sedang diuji sesuai dengan prinsipakuntansi yang berlaku umum. 4. Sistem audit. Sistem audit dapat dilakukan oleh intern perusahaan dan oleh tim akuntansi independen. Yang perlu diaudit adalah: neraca perusahaan pada akhir tahun, laporan rugi laba, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggaltanggal akhir tahun tersebut.

Standar auditing ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia, sehingga perlu disusun rencana dan pelaksanaan audit untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi: pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Contoh Laporan tahunan Neraca (Balance sheet) PT International Nickel Indonesia per 31 Desember 19993 dan 1992. B. Model Analisis Analisis finansial/keuangan secara dasar dan pokok adalah dengan formula sebagai berikut. Item/Year 0 1 ...... n Total Cost Savings Net income (Loss) (Depreciation) Pre Tax Income (Loss) Tax Net After Tax Dprec. add back Cash income Capital cost Working capital Cash flow PV factor (%) Present value DCFROR Payout period Annual benefit NPV @ (%) Survei komprehensif dan rahasia yang diedarkan oleh PricewaterhouseCoopers kepada 30 perusahaan yang telah berproduksi dan lebih dari 250 perusahaan eksplorasi di Indonesia tahun 1995-1999 (Tabel I.1 dan I.2) dengan model sebagai berikut: 1. Pendapatan dari penjualan bersih adalah pendapatan setelah dikurangi ongkos angkut, asuransi, komisi agen dan biaya langsung lainnya sehubungan dengan pengiriman. Belum dikurangi dengan royalti. 2. Beberapa perusahaan responden yang telah berproduksi memakai metode perbandingan pengupasan rata-rata untuk akuntansi biaya pembuangan lapisan atas. Laba operasi yang dilaporkan oleh responden tersebut telah disesuaikan untuk mencerminkan pemakaian metode biaya pengupasan sebenarnya. 3. Biaya pajak penghasilan perusahaan telah dihitung dengan memakai metode pajak berdasarkan jumlah laba menurut buku yang disesuikan dengan akun yang tidak kena pajak ataupun yang tidak dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak. Perusahaan responden mempunyai saldo kerugian pajak dan perbedaan waktu (akun

pendapatan dan biaya yang dimajukan atau ditangguhkan dari sudut perpajakan, seperti penyusutan dan pencadangan) selama masa lima tahun tersebut, yang berarti bahwa pajak penghasilan pada satu tahun tertentu. Biaya pajak pernghasilan yang dilaporkan oleh responden yang telah berproduksi yang memakai pajak terhutang telah disesuaikan kepada metode pajak yang ditangguhkan dengan memakai data yang disampaikan oleh perusahaan tersebut. 4. Ratio/perbandingan yang dipakai: a. Pengembalian investasi pemegang saham = laba bersih : rata-rata investasi pemegang saham (ekuitas + penjamana pihak terkait). b. Pengembalian dana yang dipergunakan = laba senelum bunga dan pajak : rata-rata dana yang dipergunakan (ekuitas + pinjaman). c. Pengembalian aktiva yang dipergunakan = laba bersih : rata-rata jumlah aktiva. d. Pengembalian pendapatan bersih = laba bersih : pendapatan dari penjualan bersih. e. Pengembalian dividen dari laba bersih yang belum disesuaikan = dividen dibayar : laba bersih yang dilaporkan perusahaan (tidak disesuaikan dengan perbedaan kebijakan akuntansi). f. Perbandingan hutang/ekuitas = jumlah pinjaman pada akhir tahun : jumlahekuitas pada akhir tahun. g. Pendapatan terhadap jumlag aktiva = pendapatan bersih dari penjualan : jumlah aktiva pada akhirtahun. h. Rasio lancar = aktiva lancar pada akhir tahun : hutang lancar pada akhir tahun : hutang lancar (tidak termasuk pinjaman lancar) pada akhir tahun. i. Rasio perputaran dana = pendapatan dari penjualan bersih : rata-rata dana dipergunakan (ekuitas + pinjaman). Tabel I.1 Laporan Keuangan Keseluruhan I.1A Neraca Keseluruhan 1995 1996 1997
2,094.0 2,897.6 4,991.6 723.1 23.3 349.8 6,087.8 3,801.0 823.5 1,312.2 151.1 6,087.8 2,094.0 0.54 1.81 1.78 1,942.1 4,788.4 6,730.5 1,029.3 41.5 836.5 8,637.8 5,885.3 1,007.7 1,500.5 274.3 8,637.8 1,942.1 0.42 1.46 1.83

US$ juta US$ Millions

1998

1999
2,774.5 5,223.6 7,998.1 1,088.5 72.8 1,058.7 10,218.1 7,094.3 1,190.2 1,628.6 305.0 10,218.1 2,774.5 0.37 1.50 1.56

Dana pemegang saham Shareholders funds Pinjaman Borrowings Jumlah dana dipergunakan-Total funds employed Kewajiban lancar Current liabilities Provisi/cadangan untuk pemulihan dan penutupan tambang- Provision/reserve for restoration and mine closure Kewajiban lain-lain-Other liabilities Jumlah ekuitas dan kewajiban-Total equity and liabilities Aktiva tetap Fixed assets Eksplorasi dan pengembangan Exploration and development Aktiva lancar- Current assets Aktiva lain-lain Other assests Jumlah aktiva- Total assets Aktiva bersih-Net assests Pendapatan jumlah aktiva Revenue to total assets Rasio lancar Curent ratio Rasio perputaran dana Funds turnover ratio

I.1B. Laba Rugi Keseluruhan US$ juta US$ millions


Pendapatan penjalan bersih Net sales revenue Biaya tenaga kerja Labour costs Penyusutan dan amortaisasi Depreciation and amortization Biaya produksi Production costs Royalti tunai Cash royalties Laba operasi Operating profit Biaya eksplorasi Exploration expense Beban bunga dan pendapatan Interest and financing costs Rugi/(laba) selisih kurs bersih Net exchange loss/gain Biaya lain-lain Other expenses Laba sebelum pajak penghasilan Profit before income tax Biaya pajak penghasilan Income tax expenses Laba bersih Net profit

1995
3,312.5 116.9 280.1 1,740.6 57.9 1,117.0 7.4 100.8 (1.4) 74.4 935.8 298.3 637.5

1996

1997
3,638.8 163.1 356.4 2,111.0 44.0 964.3 24.7 108.9 (18.6) 207.4 641.9 236.2 405.7

1998

1999
3,829.6 140.4 518.4 1,993.1 38.1 1,139.6 26.4 123.3 16.2 100.1 873.6 321.6 551.9

Tabel I.2. Ringkasan Informasi dan Laporan Keuangan Pertambangan Mineral Keras dan Batubara (17 perusahaan berproduksi dan 19 perusahaan bereksplorasi)
US$ juta US$ millions Neraca Balance sheet Jumlah kewajiban Total liabilities Jumlah aktiva Total assets Ekuitas Shareholders equity Rugu/Laba Profit and loss Pendapatan penjualan bersih Net sales revenue Laba operasi Operating profit Laba sebelum pajak penghasilan Profit before income tax Biaya pajak penghasilan Income tax expense Laba bersih Net profit Arus kas Cashflow Arus kas bersih Net cashflow Rasio keuangan Financial ratios Pendapatan terhadap jumlah aktiva Revenue to total assets Rasio lancar Current ratio Rasio perputaran dana Funds turnover ratio Rasio hutang /ekuitas Debt/equity ratio Produksi berdasarkan mineral Production by mineral Bauksit Bauxite (000 wmt) Batubara Coal (000 t) Tenbaga ( - Copper (M lb) Emas Gold (000 oz) Pasir besi Iron sands (000 wmt) Bijih nikel Nickel ore (000 wmt) Nikel Nickel (M lb) Perak Silver (000 oz) Timah Tin (000 t) Pengeluaran untuk eksplorasi dan kelayakan Exploration and feasibility expenditure Tenaga kerja Employment Jumlah karyawan Number of employees Upah kotor (Rp miiar) Gross compensation (Rp billion) Jumlah pendapatan pemerintah (Rp. miliar) Total government revenue (Rp billion) Kontribusi pertambangan mining contribution PDB GDP Ekspor - Export Pengeluaran untuk reklamasi, penutupan tambang dan pengendalian lingkungan expenditure on reclamation, mine closure and environmental control 1994 3,630.4 5,248.4 1,618.0 2,325.5 610.7 505.8 153.1 352.7 51.2 0.62 1.82 1.44 1.68 1995 3,993.9 6,088.0 2,094.0 3,312.5 1,133.3 952.1 303.7 648.4 133.5 0.54 1.81 1.78 1.38 1996 4,896.3 6,921.6 2,025.3 1997 6,695.7 8,637.8 1,942.1 3,638.8 981.4 664.7 243.5 421.2 255.2 0.42 1.46 1.83 2.47 1998 7,446.3 9,587.2 2,140.9 3,522.2 1,197.2 827.1 288.0 539.2 2.8 0.37 1.67 1.73 2.38 1999 7,443.6 10,218.1 2,774.5 3,829. 1,204.7 895.5 209.9 685.6 (116.2) 0.37 1.50 1.56 1.88

1,094.3 27,258.8 710.3 1,255.9 334.9 2,311.5 112.6 2,124.4 43.7 69.2 22,058 239.60

805.9 34,14.9 978.0 1,741.1 348.4 2,573.4 123.2 3,222.1 44.6 89.5 22,083 262.96

808.7 45,884.1 1,166.5 2,559.4 487.4 2,831.4 93.1 3,445.3 53.0 154.9 33,167 471.75

1,055.6 52,702.6 1,732.0 3,641.1 560.5 3,233.4 96.3 5,092.2 53.7 96.2 33,772 1,060.81

1,116.3 60,691.6 1,690.2 3,929.0 584.4 3,235.3 120.3 5,055.5 47.8 75.5 37,718 1,101.36

774.90 1.3% n/a

1,325.09 1.5% 10.9%

1,895.29 1.8% 11.1%

7,724.94 3.7% 15.9%

6,879.03 2.8% 11.2%

10.4

13.5

30.0

99.4

26.4

C. Penjelasan Atas Laporan Keuangan. (Contoh PT INCO Per 31 Desember 1993 dan 1992, Tabel I.3 s.d. I.6). a. Umum. - Dasar Akte. - Dasar Kontrak Karya. - Kegiatan utama Perusahaan. b. Akhtisar Kebijakan Akuntansi yang Penting. 1). Penyajian dari Laporan Keuangan. Disusun berdasarkan prinsip-prinsip Konsep Arus Kas dan Ekivalen Kas. Ekivalen Kas terdiri dari deposito pada perusahaan afiliasi dan deposito jangka pendek pada lembaga keuangan 2). Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing. Kas, piutang dan kewajiban lancar dalam mata uang selain US$ dijabarkan ke US$ dengan kurs tukar yang berlaku pada akhir tahun. 3). Persediaan. Persediaan dinyatakan dengan harga yang terendah antara harga perolehan dan nilai realisasi bersih. 4). Aktiva Tetap. Aktiva tetap dicatat berdasarkan harga perolehan. 5). Penyusutan dan Deplesi. Penyusutan atas aktiva tetap dihitung atas dasar unit produksi untuk jangka waktu maksimum 20 tahun dan ditinjau setiap tahun. 6). Biaya yang Ditangguhkan. Biaya pemugaran aktiva tetap dalam jumlah yang besar didebitkan ke perkiraan biaya yang ditangguhkan dan diamortisasikan dengan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis dari pemugaran tersebut, yang lebih pendek dari masa penyusutan aktiva tetap. 7). Pajak Penghasilan yang Ditangguhkan. Pajak Penghasilan yang Ditangguhkan telah dibukukan untuk mencatat perbedaan waktu dalam pengakuan penyusutan dan pendapatan/beban lainnya antara laporan keuangan untuk tujuan akuntansi dan pajak. 8). Laba Bersih per Saham. Laba bersih per saham dihitung dengan membagi laba bersih dengan ju,lah ratarata saham yang ditempatkan dan disetor penuh pada tahun yang bersangkutan. c. Piutang Lain-lain. Merupakan tagihan kepada pihak ketiga, klaim asuransi, pinjaman pegawai dan uang muka perjalanan dinas pegawai. d. Persediaan. Terdiri dari komoditi (logam nikel dalam proses dan barang jadi) ditambah supplies. e. Aktiva Tetap. Terdiri dari jembatan, bangunan, pabrik dan mesin, perabotan dan peralatan kantor, pesawat udara, aktiva tetap yang tidak dialokasikan yang dijumlahkan sebagai Akumulasi Penyusutan selanjutnay ditambah dengan Pengembangan Tambang dan akumulasi deplesi f. Pengeluaran untuk Lingkungan. Operasi perseroan telah dan akan dipengaruhi oleh perubahan dalamperundangundangan mengenai lingkungan. Ada tiga laporan lingkungan yaitu SEL (Studi

Evaluasi Lingkungan), RKL (rencana Pengelolaan Lingkungan, dan RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan). Pengeluaran sehubungan dengan program lingkungan dan reklamasi dibebankan pada perhitungan rugu-laba atau dikapitalisasi sebagai aktiva tetap dan kemudian disusutkanbergantung pada manfaat ekonomis dari pengeluaran tersebut pada masa mendatang. g. Pekerjaan dalam Pelaksanaan. Meliput pekerjaan yang berlangsung. h. Aktiva Lainnya. Meliput pekerjaan eksplorasi dan pembangunan sarana lain-lain. i. Transaksi dengan Perusahaan Afiliasi. 1). Penjualan. 2). Deposito pada Perusahaan Afiliasi. 3). Hutang kepada Perusahaan afiliasi. 4). Biaya atas Bantuan Manajemen dan Teknis. j. Kewajiban Lancar Lainnya. Meliput cadangan untuk gajih, cuti dan dividen. k. Hutang Jangka Panjang dan Hutang Jangka Panjang Jatuh tempo dalam Satu Tahun. Hutang dengan jaminan seluruh piutang, peralatan, perssediaan dan seluruh pendapatan dari kontrak penjualan jangka panjang. l. Taksiran Hutang untuk Program Pensiun. m. Modal Saham. n. Pajak Penghasilan. Sesuai dengan pajak Perseroan 45%, kemudian disesuaikan dengan pajak terendah 35% serta kredit pajak investasi 8%. dengan menurunkan tarif pajak efektif menjadi 22,5%. o. Dividen. Dividen sebesar $0,15 per saham. p. Harga pokok Penjualan. q. Restrukturisasi Modal. Memperhitungkan akumulasi kerugian yang lalu yang diperhitungkan dengan jumlah laba ditahan dan terhitung sisa laba. Tabel I.3. Neraca Per 31 Desember 1993 dan 1992 PT INCO Indonesia (Dalam ribuan US$) AKTIVA
Aktiva Lancar Kas dan Bank Deposito pada perusahaan Afiliasi Deposito Berjangka Piutang Usaha pada perusahaan Afiliasi Piutang Lain-lain Persediaan biaya yang Dibayar Di muka 9.2 9.1 3 2.3 & 4 377 14.000 5.000 17.462 3.570 51.549 1.823 375 21.100 1.517 22.349 2.906 52.829 1.613 Catatan/No tes

1993

1992

(US$ thousands) ASSETS


Current Assets Cash Deposit with Affiliate Time Deposits Trade Receivable from Affiliated Companies Other receivables Inventories Prepaid Expenses

Jumlah Aktiva Lancar Aktiva Tetap, Bersih


Aktiva Lain-lain Pekerjaan dalam Pelaksanaan Biaya yang Ditangguhkan Aktiva Lainnya 2.4, 2.5 & 5

93.781 533.52 2
32.207 25.264 4.341

102.68 9 563.28 2
25.977 23.930 4.200

Total Current Assets


Property, Plant and Equipment, Net Other Assets Construction in Progress Deferred Charges Other

7 2.6 8

Jumlah Aktiva Lain-lain Jumlah Aktiva Kewajiban dan Modal Sendiri


Kewajiban Lancar Hutang Usaha Hutang Jangka Panjang Jatuh Tempo dalam Satu Tahun Hutang Kepada Perusahaan Afiliasi Biaya yang Harus Dibayar Kewajiban Lancar Lainnya 11 9.3 10 11 12 2.7 & 14

61.812 689.11 5
1.920 25.000 2.551 4.877 1.430

54.107 720.07 8
3.153 25.000 2.828 12.176 1.351

Total Other Assets Total Assets


Liabilities and Shareholders Equity Current Liabilities Trade Payable Long-Term Debt Due Within One Year Amount Due to Affiliated Componies Accrued Liabilities Other Current Liabilities Total Current Liabbilities Long-Term Debt Accrued Pension Benefits Deferred Income Taxes Total Liabilities Shareholders Equity Common Stock Additional Paid-in Capital Retained Earnings (Since 1983) Total Shareholders Equity Total Liabilities and Shareholders Equity

Jumlah Kewajiban Lancar


Hutang Jangka Panjang Taksiran Hutang Untuk Program Pensiun Hutang Pajak Penghasilan yang Ditangguhkan

35.778
112.500 12.097 32.564

44.508
137.500 10.984 29.397

Jumlah Kewajiban
Modal Sendiri Modal Saham Modal Disetor Lainnya Laba Ditahan (sejak1983) 13 17 17

192.93 9
136.413 277.760 82.003

222.38 9
136.413 277.760 83.516

Jumlah Modal Sendiri


Jumlah Kewajiban dan Modal Sendiri

496.17 6
689.115

497.68 9
720.078

Tabel I.4. Laporan Laba Rugi


(Dalam ribuan US$, kecuali laba per saham) Penjualan Harga pokok Penjualan Laba Kotor Beban Penjualan, Administrasi dan Umum Laba Usha Pendapatan (Beban) Lain-lain Pendapatan Bunga Beban Bunga Keuntungan (Kerugian) Kurs Pendapatan (Beban) Lain-lain, Bersih Jumlah Pendapatan (Beban) Lain-lain Laba Sebelum Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan laba Bersih Laba Bersih Per Saham Catatan/Notes 1993 154.831 130.456 24.375 2.999 21.376 803 (7.066) (105) (934) (7.302) 14.074 3.167 10.907 0,04 1992 192.212 132.715 59.497 4.497 55.000 1.351 (9.267) (143) (337) (8.396) (46.604) (10.486) (36.118) (O,15) (US$ thousands, except earnings per share amounts)) Sales Cost of Goods Sold Gross Profit Selling, General and Administration Expenses Operating Profit Other Income Interest Income Interest Expenses Currency translation Adjustments Other, net Total Other Income (Expenses) Earnings Before Income Tax Income Tax Net Earnings Net Earnings per Share

Tabel I.5. Laporan Laba Ditahan


(Dalam ribuan US$) Saldo pada Awal tahun (Sejak tahun 1983) Laba Bersih Catatan/Notes 1993 83.516 10.907 1992 109.500 36.118 (US$ thousands) Balance at Beginning of Year (Since 1983) Net Earnings

Dividen Saldo pada Akhir Tahun

94.423 (12.420) 82.003

145.618 (62.102) 83.516

Dividends Declared Balance at End of Year

Tabel I.6. Laporan Aliran Kas


(Dalam ribuan US$) Kegiatan Operasi Laba Bersih Penyesuaian dari Laba Bersih ke Kas yang Diperoleh dari Operasi Penyusutan Deplesi Amortisasi Hutang Pajak Penghasilan yang Ditangguhkan Pembebanan untuk Program Pensiun yang Melebihi Pembayaran Lain-lain Pengurangan (Penambahan) Modal Kerja Bukan kas yang Berhubungan dengan Operasi Piutang Usaha pada Perusahaan Afiliasi Piutang Lain-lain Persediaan Biaya yang Dibayar Dimuka Hutang Usaha Hutang kepada Perusahaan Afiliasi Biaya yang Masih Harus Dibayar Kewajiban Lancar Lainnya Kas Diperoleh dari kegiatan Operasi Kegiatan Investasi Aktiva Tetap dan pekerjaan dalam Pelaksanaan Hasil Penjualan Aktiva Tetap Biaya yang Ditangguhkan Lain-lain Kas Dipakai untuk Kegiatan Operasi Penambahan Kas Sebelum Kegiatan Pembiayaan Kegiatan Pembiayaan Pembayaran Dividen Pembayaran Hutang Jangka Panjang Kas Dipakai untuk Kegiatan Pembiayaan Kas dan Ekivalen Kas Penurunan Tahun Berjalan Saldo pada Awal Tahun Saldo Pada Akhir Tahun 1993 10.907 1992 36.118 (US$ thousands) Operating Activities Net Eranings Adjustments to Reconcile Net Earnings to Cash Provided by Operating Activities Depreciation Depletion Amortization Deferred Income Taxes Provision for Pension benefits in Excess of Payments Other Decrease (Increase) in Non-Cash Working Capital related to Operations Trade Receivables from Affiliated Companies Other Receivables Inventories Prepaid Expenses Trade Payables Amonuts Due to Affiliated Companies Accrued Liabilities Other Current Liabilities

37.891 181 3.138 3.167 1.113 458

48.544 312 2.859 10.486 1.856 -

4.887 (664) 1.280 (210) (1.233) (277) (7.299) 61 53.395 (15.825) 729 (4.371) (141) (19.608) (33.787) (12.402) (25.000) (37.402) (3.615) 22.992 19.377

(7.968) 3.283 (6.84) 942 68 1.224 4.446 44 95.330 (26.437) 235 (13.4730 (273) (39.948) 55.382 (62.031) (25.000) (87.031) (31.649) 54.641 22.992

Cash Provided by Operating Activities Investing Activities Capital Expenditures Proceeds from Sale of Property, Plant and Equipemnt Deferred Charges Other Cash Used for Investing Activities Cash Surplus Before Financing Activities Financing Activities Dividends Paid Repayments of Long-Term Debt Cash Used for Financing Activities Cash and Cash equivalents Decrease in Current Year Balance at Beginning Year balance at End of Year

D. Biaya produksi dan biaya angkutan batubara. Pada Tabel I.7 dapat dilihat contoh biata produksi dan biaya angkutan batubara dari beberapa perusahaan batubara di Indonesia. Biaya penjualan dan biaya aangkutan berkisar antara 10-53 %, sisanya adalah biaya produksi, tergantung lokasi geografis dari tambangnya. Tabel I.7 Biaya Produksi dan Transportasi Batubara PTBA PKP2B 1993/1994 No Perusahaan Produksi Stripping Biaya Operasi (Juta ratio Biaya produksi Niaya ton/th) (Ton/BCM) penjualan dan Transportasi lokal US$/ton % US$/ton % 1 PTBA 7.1 1:7 15.9 59.3 10.4 40.7 2 PT KPC 7.4 1 : 6.3 25.9 89.3 3.1 10.7 3 PT Adaro 0.9 1 : 1.5 5.6 47.4 6.2 52.6 4 PT 3.1 1:4 15.4 87.2 7.5 32.8 Arutmin 5 PT MHU 1.2 1 : 7.5 18.6 68.3 8.6 31.7

Total

US$/ton 26.3 29.0 11.8 22.9 27.2

II. Indikator Manajemen usaha. A. Kronologis investasi pertambangan di Indonesia (UU No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Terdapat PMA di bidang mineral keras nonbatubara (Kontrak Karya) dan di bidang batubara (PKP2B/ Perjajnian Kontrak Pengusahaaan Pertambangan Batubara). 1. Kontrak Karya. Pada dasarnya perkembangan KK di Indonesia sejak Generasi I-KK sampai dengan Generasi VII-KK dapat dilihat pada Lampiran 1, dengan pokok-pokok perkembangan tonggak perubahan mendasar sebagai berikut: -. Pada Generasi I-KK yang bersifat window shopping sehingga isi KK amat longgar bagi perusahaan dengan adanya tax holiday. -. Pada Generasi II-KK mulai adanya divestasi saham perusahaan terutama perusahaan nasional dalam PMA, dan mulai dihilangkannya tax holiday. -. Pada Generasi III-KK mulai diizinkannya joint venture. -. Generasi IV-KK adanya keringanan perpajakan khususnya pajak badan, disamping adanya percepatan dalam depresiasi/amortisasi. -. Generasi V-VII-KK adanya kelonggaran dalam divestasi atau PMA dapat menanamkan modalnya 100%, sesuai dengan PP Nomor 20/1994, dan berlanjut pada generasi VI-KK dan VII-KK. Sejak generasi V-KK mulai dikembangkan program frontier development/pengembangan wilayah termasuk community

development dan pengembangan sektor hilir (smelter) untuk meningkatkan perolehan nilai tambah di dalam negeri. Khusus tentang divestasi pada generasi II-KK maksimum 45 %, selanjutnya berkembang sejak generasi III-KK sampai yang terakhir pada KK antara pemerintah RI dan PT Newmont Nusa Tenggara (Generasi IV) pada pasal 24 ayat (2) tentang penawaran saham perusahaan kepada pihak Indonesia: pada tahap operasi produksi: akhir tahun ke-5 paling sedikit 15%; akhir tahun ke-6 paling sedikit 23%; akhir tahun ke-7 paling sedikit 30%; akhir tahun ke-8 paling sedikit 37%; akhir tahun ke-9 paling sedikit 44%; dan pada akhir tahun ke-10 paling sedikit 51%. Sedangkan sejak Generasi V-KK mengacu pada PP No 20 Tahun 1994 yang mengijinkan 100% PMA. Dari tujuh generasi tersebut dihasilkan sekitar 137 buah kontrak karya, ada yang dalam tahap eksplorasi, yang sedang dan mulai bahkan meningkatkan produksinya atau memperpanjang KK-nya dan meningkatkan produksi, dan juga ada yang telah tutup. 2. PKP2B Faktor-faktor ketentuan dalam PKP2B pada Generasi I-PKP2B sampai dengan Generasi III-PKP2B (Lampiran II) meliputi : dasar hukum, status KP, manajemen operasi, prinsipal, bagi hasil, sarana dan prasarana, pajak perusahaan, divestasi, Indonesianisasi (tenaga kerja), pungutan daerah, initial cost, advance payment. Generasi Idan II disebut kontrak kerjasama (KKS, coal cooperation contract) dan generasi III disebut PKP2B atau coal contract of work (CCOW). Kebijakan divestasi pada PKP2B pada dasarnya sama dengan pada KK. Namun royalty sebesar 13,5% ternyata memang mendatangkan pendapatan negara yang cukup besar dan yang terbesar apabila dibandingkan terhadap sistem royalty di negara-negara lain di dunia. Hal ini kemungkinan yang menyebabkan menurunnya minat para kontraktor ke Indonesia. Perbedaan antar generasi terutama didasarkan atas dasar Kepres No. 49/1981 (Generasi I-PKP2B), Kepres No 21/1993 (Generasi II-PKP2B), dan Kepres No 75/1996 (Generasi III-PKP2B). Pada dasarnya kontraktor mempunyai kewajiban keuangan dan wajib membayar secara langsung berdasarkan ketentuan yang berlaku mengenai : 13,5% hasil produksinya kepada prinsipal, iuran tetap pertambangan, pajak perseroan atas laba usaha, berbagai pajak dan pungutan daerah yang telah disetujui Menteri Keuangan, menyetor witholding tax atas bunga, dividen dan royalty atas jasa pihak ke tiga serta pajak penghasilan karyawan perusahaan, pajak penjualan, bea meterai dan cukai atas tembakau dan minuman keras. Kontraktor mendapat berbagai fasilitas yang merupakan insentif di bidang keuangan. Kontraktor dibebaskan dari kewajiban membayar royalty, karena iuran tersebut telah termasuk dalam 13,5% hasil produksi yang diserahkan kepada prinsipal. Penggunaan bagi hasil bagian pemerintah ditetapkan oleh pemerintah c.q. Menteri Pertambangan dan Energi (Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral) untuk biaya pengembangan batubara, dan program pengawasan KKS/PKP2B serta pengelolaan lingkungan. Sebagai catatan pada generasi II-PKP2B memang ditutup untuk PMA dan hanya khusus diperuntukkan bagi PMDN karena pertimbangan tertentu sesaat.

Dari tiga generasi PKP2B tersebut terdapat 17 PMA, delapan dari generasi IPKP2B dalam tahap produksi dan sembilan dari generasi III-PKP2B yang dalam tahap eksplorasi dari 114 kontraktor yang ada. Dalam 5 tahun terakhir, dari 8 kontraktor PKP2B tersebut memproduksi sekitar 70-80% adri produksi nasional. 3. Perbedaan antara KK dan PKP2B Sebagai perbandingan , perbedaan antara KK dan PKP2B sekaligus terhadap KP dari segi dasar hukum, luas wilayah, pemrosesan dan pengesahan, kegiatan perusahaan sebelum ijinnya disahkan, tahapan dan jangka waktu kegiatan, serta iuran dan pajak yang dipungut, dapat dilihat pada Lampiran III. 4. Daya tarik utama bagi investasi pertambangan Hasil survai yang pernah dilakukan terhadap perusahaan pertambangan internasional di Indonesia mengungkapkan pada awalnya adanya faktor-faktor yang menjadi daya tarik utama bagi investasi pertambangan adalah sebagai berikut: - Right to mine adalah kepastian bahwa investor yang telah melakukan eksplorasi diberi hak untuk menambang. (berdasarkan pasal 8 ayat (10) UU No 1 Tahun 1967 tentang penanaman modal asing). - Right to expatriate profit adalah hak untuk membawa pulang keuntungan (mengacu pasal 19 dan pasal 20 UU No 1 Tahun 1967). - Management control yakni dihormatinya hak untuk pengendalian manajemen dalam usaha (mengacu pasal 9 dan pasal 26 UU No 1 Tahun 1967). - Equity control yakni adanya kepastian bahwa hak pemegang saham dihormati dalam pengambilan keputusan (didasarkan pada pasal 27 UU No 1 Tahun 1967 dan pasal 12 PP No 20 Tahun 1994). - Ketentuan perpajakan yang ditetapkan sejak semula (didasarkan pasal 1 dan pasal 2 UU No 11 Tahun 1970 tentang perubahan dan tambahan UU No 1 Tahun 1967). B. Indikator manajemen usaha. 1. Mempunyai maksimum cash flow (depresiasi dan untung). a. Pengertian cash flow dapat dilihat pada Gambar 2.1. b. Depresiasi bagi jaminan keberlanjutan usahanya sepanjang masa (sustainable enterprising), tidak sekedar hanya mengutamakan variable cost untuk memperoleh keuntungan yang marginal dengan mengabaikan fixed cost, yang didalamnya terdapat depresiasi (lihat Gambar 2.2 Kondisi Perusahaan Beroperasi Terus Pada Total Average Cost). Kalau manajemen perusahaan kurang efisien, maka sering hanya memperoleh keuntungan yang marginal. Kalau manajemen cukup efisien dan dapat menguasai pasar, maka akan memperoleh keuntungan yang maskimal dan telah memperhitungkan fixed cost. Selanjutnya depreisasi capital dapat dialokasikan secara efektif, di samping untung yang optimal. Pada gilirannya perusahaan dijamin memperoleh gains dalam cash flow yang positif dan perusahaan adalah perusahaan yang sehat dan wajar.

c. Untung (profit) yang mampu dialokasikan baik untuk retained earnings maupun reinvestasi.
Aliran Kas Dalam Industri Mineral
Dividen utk pemegang saham Kapital dipinjam Kontribusi kapital Aliran kas Pendapatan dari paten, perekayasaan, R&D dll R&D

Kas Perusahaan
Modal kerja

Investasi di luar

Investasi langsung

Perolehan penjualan

Operasi

Masukan operasi

- Penyusutan - Amortisasi -Deplesi - Pengurangan

Pendapatan terpajak
Pajak pendapatan

Untung neto

Gambar 2.1. Aliran Kas Dalam Industri Mineral

Gambar 2.2 Kurva ATC, AVC, MC dan Harga


P (C)

MC TAC TVC P Daerah P ideal

P di daerah ini, produksi terus

P di daerah ini, produksi tutup

2. Mempunyai maksimum net social gains (NSG) manfaat sosial neto. a). NSG = Revenue Cost Net external effects (NEE) Pada hakekatnya terdapat beberapa model yang selalu berkembang sesuai dengan berkernbangnya waktu dan peubah-peubahnya, untuk mencapai optimalisasi dan ketelitiannya. Didefinisikan NSG dari suatu kegiatan ekspor sebagai nilai total dari komoditaskomoditas minus nilai dari komoditas intermedier dan faktor sebagai input plus net external effects (NEE). Untuk suatu pengkajian khusus (case study) dari produksi ekspor, NSG lebih baik didefinisikan sebagai nilai bersih dari nilai tukar asing yang diperoleh minus nilai dari sumber-sumber dalam negeri yang digunakan untuk memproduksi ekspor komoditas plus NEE, (Pearson and Cownie, 1974). Pada hakekatnya kedua definisi tersebut adalah sejajar. NSG adalah merupakan suatu hasil akumulasi (komposit) dari 3 macam pengaruh ekonomi, yaitu : i) Economic rent. Economic rent dikaitkan dengan faktor-faktor kelangkaan dalam produksi, misalnya sumber alam, tanah atau entrepreneurship. Rent dari kegiatan ekspor diperoleh dari nilai output dikurangi semua biaya

dari faktor-faktor dalam produksi. ii) Harga-harga pasar untuk input dan output dalam ekonorni yang sedang berkembang seringkali tidak mencerminkan kelangkaan dari faktor-faktor dan komoditas. Adanya divergensi antara shadow price dan harga pasar menghasilkan suatu kesalahan alokasi dari sumber alam dan suatu kesalahan di dalam nilai output yang sedang diadakan observasi. iii) Industri-industri ekspor mempunyai kontribusi secara tak langsung terhadap NSG kepada pendapatan lokal lewat linkage effects dan beberapa hubungan ekonomi secara tidak langsung yang lain. Linkage effects terjadi bilamana industri-industri ekspor menaikkan atau menurunkan keuntungan dari industri-industri yang lain sebagai suatu akibat dari hubungan intersectoral supply and demand. Linkage benefits umumnya dihasilkan dari economies of scale, keuntungan produktivitas dari penggunaan faktor-faktor yang bawah guna, atau hasil dari externalities positif untuk sektor-sektor yang lain. Linkage costs didasarkan dari hasil tidak adanya kesempatan kerja dari faktor-faktor setempat atau dari suatu externality negatif terhadap sektor lain. Penilaian dari linkage effects adalah evaluasi ekonomi negara, di mana ini dapat dibagi dalam dua hal : Group pertama, meliputi backward linkages, forward linkages dan technological linkages. Backward linkages meliputi penggunaan dari input dan barang-barang kapital yang dihasilkan secara lokal oleh industri setempat, sedangkan forward linkages meningkat apabila output dari industri ekspor digunakan sebagai input oleh industri setempat yang lain. Technological linkages berhubungan dengan berbagai external effects yang diakibatkan oleh industri ekspor kepada industri-industri yang lain dalam ekonomi, termasuk berkembang-luasnya suatu teknologi baru atau metodametoda organisasi dan pembangunan infrastruktur. Pengaruh-pengaruhnya dalam perkembangan ekonomi adalah oleh adanya pendapatan tambahan, kesempatan kerja dalam industri-industri ekspor. Group kedua, meliputi fiscal linkages dan final demand linkages. Fiscal linkages didasarkan pada pembelanjaan dari faktor-faktor pendapatan yang dibayar oleh industri ekspor. Suatu pengaruh dari final demand linkages adalah positif, apabila pembelanjaan dari faktor pendapatan meningkat yang dihasilkan oleh industri ekspor dapat mendorong industri-industri pertanian dan industri-industri manufaktur lokal. b) Domestic Resources Cost (DRC) Untuk mengadakan evaluasi terhadap social benefits and costs dalam hubungannya dengan suatu kegiatan ekspor dapat ditilik dari domestic resource costs. DRCj = domestic resources costs per unit dari foreign exchange yang diperoleh (atau ditabung) oleh perusahaan ekspor ke-j. Apabila DRC adalah lebih kecil daripada shadow price dari foreign exchange, NSG adalah lebih besar dari nol (positif), dan apabila DRC adalah lebih besar dari pada shadow price tersebut, maka NSG adalah negatif ini

merupakan hal yang menarik untuk diadakan observasi dalam hubungan adanya hambatan-hambatan dari suatu pemisalan bahwa DRC untuk memproduksi satu unit bersih dari nilai tukar asing dalam skala nyata (deflated). c) Net Gain Coefficient (NGC) (Gambar II.B.2.1). Ini untuk memperbandingkan beberapa kegiatan ekspor yang berbeda. NGC adalah sebagai perbandingan dari NSG terhadap output total yang dinilai pada shadow price dari nilai tukar asing. NGC menaik maka kontribusi dari kegiatan ekspor menaik dalam pendapatan nasional. NGC merupakan produk dari 2 hal, yaitu proposi dari nilai tukar asing yang tetap tinggal di dalam negeri dan suatu perbandingan yang menunjukkan efisiensi dari penggunaan sumber domestik. d) Penyebaran dari pendapatan perorangan dan pendapatan produktif (occupational) dan hasil dari kesempatan kerja dalam hubungannya dengan komoditas ekspor. Masing-masing pengaruh ini tergantung pada pemilihan teknologi yang digunakan dalam kegiatan ekspor dan biaya relatif yang dibayarkan kepada faktor yang digunakan dalam industri. Apabila nilai substitusi kecil di antara faktor-faktor dalam proses produksi, teknologi biasanya adalah lebih penting daripada harga relatif faktor dalam penyebarannya dari pendapatan dan tingkat kesempatan kerja. Dari nilai substitusi besar, maka harga relatif dari faktor-faktor akan lebih menentukan. Kerangka analitis dari model ini dapat diterapkan dengan sederhana dalam observasi terhadap ekonomi negara, asal data yang diperlukan dalam peubah-peubah penentu tersebut telah tersedia. Model ini selanjutnya dapat dikembangkan untuk berbagai komoditas atau sekelompok komoditas (mineral, pertanian, dan lain-lain) dalam suatu periode waktu (tahun), dengan memakai suatu tahun sebagai basis perhitungan (dasar present value atau deflated value). Observasi ini dapat dibarengi dengan penilaian nilai ekspor secara aggregate analysis ataupun disaggregate analysis terhadap ekonomi negara.

Lampiran IV.4 Manfaat Sosial Neto Beberapa Perusahaan Pertambangan di Indonesia

Gambar II.B.2.1. Manfaat sosial neto beberapa perusahaan pertambangan di Indonesia 3. Menjalankan misi community development secara optimum: fisik dan nonfisik. a.Kriteria keberhasilan CD adalah partisipasi dan kemandirian masyarakat : kemausiaan, sosial, ekonomi, lingkungan. b.Program : 1). Pengembangan kemandirian nonfisik atau sosial ekonomi. 2). Program fisik (sarana dan prasarana usaha) untuk wirausaha yang menunjang ke arah kemandirian. c. Konsep tentang Pengembangan masyarakat (community development). 1). Hakekat Secara hakekat, comdev merupakan suatu proses adaptasi sosial budaya yang dilakukan oleh industri, pemerintah terhadap kehidupan komuniti lokal. Tipologi/ruang lingkup program Comdev berorientasi pada: a).Community services (pelayanan kepentingan umum/masyarakat). b).Community empowerment/pemberdayaan masyarakat (memberikan akses yang lebih luas untuk menunjang kemandirian masyarakat). c).Community relation/hubungan masyarakat (pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan informasi kepada pihak terkait). Kasus salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan: Cakupan bidang kegiatan yang dilaksanakan dalam program CD pada tahap awal adalah menciptakan suatu kelembagaan bersama antara perusahaan dan masyarakat setempat yang mengarah pada bentuk koperasi, kegiatan yang dilakukan dalam rangka kelembagaan tersebut adalah pembudidayaan ikan hias, rumput laut, pelatihan kepemimpinan, manajemen dsb; pembangunan sarana dan prasarana fisik yang sifatnya umum seperti peningkatan kualitas

lingkungan, peningkatan sarana keagamaan, pendidikan, biang kesehatan, membantu kegiatan olah raga. Kelompok sasaran utama kegiatan CD di area kerja ialah masyarakat setempat dengan dasar penetuan adalah bahwa masyarakat tersebut yang menerima dampak langsung dari kegiatan pembangunan dan pengoperasian fasilitas produksi gas di wilayah tersebut. Dalam perjalanan waktu, dan untuk kegiatan dari sektor tertentu, kelompok sasaran juga mencakup masyarakat di wilayah lain, bahkan dalam hal tertentu (seperti beasiswa, olahraga) se wilayah yang lebih besar. Pedoman Comdev merupakan kegiatan yang dilakukan terencana dan sistematis diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi sosekbud yang lebih baik, sehingga masyarakat di tempat tersebut diharapkan menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik. 2).Pola pikir. Pola pikir tentang CD usaha pertambangan merupakan perangkat atas dasar prinsip bottom-up (Gambar 4.1). Pada dasarnya batasan CD adalah sebagai pembangunan dan pemanfaatan serangkaian struktur yang berlaku dan berlangsung dalam pemberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat tersebut dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Prinsip dasar dalam pengembangan masyarakat adalah melibatkan masyarakat dari sejak awal kegiatan untuk dapat mengenali kebutuhan-

Gambar III.5.1

Gambar II.B.2.1. Pola pikir tentang CD usaha pertambangan merupakan perangkat atas dasar prinsip bottom-up.

kebutuhan yang nyata dan mewujudkan secara betrsama-sama dengan berbagai pihak terkait. Suatu kenyataan bahwa masyarakat di sekitar perusahaan besar sering kali dijumpai mempunyai tingkat kesejahteraan yang masih rendah, meskipun diakui bahwa perusahaan telah memberi bantua kepada mereka sekitarnya. Prinsip dasar program pengembangan masyarakat adalah: (1) consult with the community members and key stakeholders; (2) build trust between the company, community members and other stakeholders; (3) clearly define roles; (4) develop appropriate capacity; (5) mobilize core competencies; (6) set measurable goals; (7) forge partnership; and (8) plan for sustainable. Mengenai ruang lingkup CD mencakup upaya peningkatan kualitatif dari suatu sistem, termasuk peningkatan pemanfaatan sumber daya yang dapat dipelihara selama-lamanya dengan 2 perspektif pendekatan CD, yakni ekologi dan keadilan sosial yang dapat dijabarkan ke dalam prinsip-prinsip operasional, misalnya pembangunan yang terintegrasi; ketidakadilan struktural, hak asasi manusia; keberlanjutan; pemberdayaan; kepemilikan masyarakat; kepercayaan diri; tanpa kekerasan; konsensus; kerjasama; partisipasi; pendefinisian kebutuhan; keinklusifan; kebutuhan proses; proses dan hasil; bangunan masyarakat; jenis keahlian lainnya; pengembangan organisasi; tahapan pembangunan; tujuan jangka pendek dan visi akhir; kebebasan dari negara; serta hak personal dan politik. Dalam konteks pembangunan di sektor pertambangan, para ahli mencoba menterjemahkan program CD dalam indikator kerakyatan yang dapat ditelusuri dari beberapa hal, yaitu: pembangunan masyarakat, fisik, sosial, ekonomi, lingkungan, budaya dan aspek legal yang sesuai dengan kondisi sekarang di lapangan , program perusahaan, dan keinginan masyarakat sekitar. Sebagai ukuran dasar kerakyatan, kegiatan CD suatu perusahaan tambang harus mencakup beberapa aspek penting, yakni: - Hubungan perusahaan dan rakyat dalam suatu program CD , dengan indikator- indikatornya : program CD memiliki konsep yang jelas, bagian khusus yang memiliki full-time staff yang dapat bekerjasama dengan para stakeholders terutama pemda dan masyarakat setempat, cakupan program yang meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat, kesinambungan waktu, dan proses perencanaan. - Aspek fisik (physical infrastructure capacity building), dengan indikator: keberadaan pembangunan infratsruktur yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat antara lain ekonomi, kesehatan, pendidikan, olah raga, kesenian; distribusi pembangunan dari sisi geografis dan sektoral; pelaku dan penyandang dana fungsi pemeliharaan, serta ketersediaan sarana misalnya air bersih. - Aspek sosial, dengan indikator: penggunaan tenaga kerja lokal (jumlah dan kualitas); lapangan kerja pada masa konstruksi dan masa produksi; peningkatan ketrampilan; dan perencanaan yang partisipatif. Aspek sosial ini meliputi ekonomi, kesehatan, pendidikan, olahraga dan kesenian. - Aspek ekonomi, dengan indikator: hubungan perusahaan dan ekonomi masyarakat setempat secara backward, forward, final demand, dan technological lingkages; bantuan teknis berupa permodalan, bantuan

manajemen, pengembangan institusi ekonomi masyarakat setempat, teknologi dan pemasaran. - Aspek lingkungan (fisik) yang mencakup dua hal, yaitu: program rehabilitasi lahan dan sumber alam, serta adanya peningkatan keamanan pangan. - Aspek budaya dan legalitas dengan indikator: regulasi penguasaan tanah; aspek legal tentang pendatang dan perlindungan masyarakat setempat; pembedayaan wanita; masalah lingkungan (keberlanutan sumber daya alam); jaminan sosial ekonomi pasca pertambangan. - Hubungan antara perusahaan dan pemda, dengan indikator: keterkaitan program CD dengan rencana pembangunan daerah; porsi dana dari perusahaan bagi pembangunan daerah; pola kemitraan di antara keduanya dalam program CD; kemudahan partisipasi bagi LSM dalam pelaksanaan program CD. Di dalam industri pertambangan kegiatan CD tersebut merupakan investasi sosial dalam upaya meningkatkan kinerja produksi perusahaan tambang, karena dapat menghilangkan konflik antara perusahaan dengan masyarakat serta menjamin kelangsungan kegiatan usahanya, bahkan kalau mungkin masyarakat dapat merasakan dan ikut memiliki perusahaan. Kegiatan CD sebagai inti dari corporate social responsibility, bahwa manajemen perusahaan tambang mempunyai kewajiban moral untuk membantu kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat sekitarnya. Dalam dimensi pemberdayaan masyarakat, peran perusahaan tambang selain sebagi fasilitator juga berfungsi sebagai penggerak mula untuk mempercepat peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat menuju masyarakat yang memiliki kemandirian. Agar proses tersebut dapat optimal, maka peran tersebut harus merupakan bagian integral dari kegiatan pengembangan wilayah yang dilaksanakan oleh pemda, terutama dalam mengembangkan potensi wilayah dimana perusahaan tersebut beroperasi. Hal ini penting mengingat tuntutan masyarakat dalam era reformasi mengalami peningkatan. Para manajer korporat telah menyadari bahwa secara umum perusahaan merupakan servant of community, perusahaan bukanlah apa-apa tanpa adanya masyarakat. Perusahaan harus tidak hanya berpikir untuk keuntungannya belaka, tetapi harus berwawasan lebih luas untuk dengan sungguh-sungguh menunjang pertumbuhan ekonomi negara dan daerah di mana mereka berbisnis. 3).Ruang lingkup. Ruang lingkup studi tentang CD dapat meliputi: - Inventarisasi berbagai permasalahan yang berhubungan dengan berdasarkan beberapa instrumen, antara lain: wadah organisasi/lembaga, program, anggaran, target group, dan lain-lain. - Identifikasi dan analisis terhadap karakteristik/kekhasan masyarakat, antara lain: skala manusiawi, identitas dan pemilikan, kewajiban, nilai-nilai pewarisan, budaya, nilai-nilai kedaerahan. - Identifikasi dan analisis terhadap faktor-faktor keberhasilan pembangunan yang meliput: alternatif pembangunan, bebas dari tekanan, dan pembangunan dari bawah.

- Identifikasi dan analisis terhadap keterkaitan dan manfaat usaha pertambangan terhadap daerah. Nilai manfaat ini sering disebut nilai manfaat sosial (net social gain) yaitu nilai perolehan total perusahaan dikurangi faktor masukan dan intermedier ditambah efek eksternal neto. - Identifikasi dan analisis terhadap potensi wilayah yang dapat mendukung kegiatan usaha pertambangan dengan menyertakan partisipasi masyarakat. - Merumuskan dan menyusun program CD yang standar bagi perusahaan pertambangan dengan memperhatikan kekhasan daerah dan masyarakat setempat. a).Upaya. Perusahaan dituntut melakukan upaya-upaya sebagi berikut: - Membina dan mengembangkan hubungan secara harmonis dengan mengedepankan prinsip keadilan, keterbukaan, solidaritas fan penghargaan serta martabat manusia; - Meningkatkan jaringan komunikasi dan koordinasi tentang kegiatan perencanaan, pendayagunaan dan pemanfaatan sumber daya mineral untuk kepentingan msyarakat. - Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama di sekitar tambang agar mereka lebih mandiri, meiliki pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi persaingan pasar global. - Meningkatkan upaya pelestarian alam secara optimal dan pemanfaatan kekayaannya secara proporsional menghadapi pasca tambang dalam rangka transformasi struktural sosial ekonomi. - Meningkatkan suasana kondusif bagi pengembangan dunia usaha, koperasi, pengusaha kecil, dan lembaga ekonomi kerakyatan untuk kemaslahatan masyarakat. - Menciptakan lapangan kerja secara langsung dan tidak langsung dalam upaya menyejahterakan kehidupan masyarakat. - Meningkatkan suasana kehidupan masyarakat yang lebih maju melalui penataan lingkungan yang lebih manusiawi. - Membina dan meningkatkan hubungan yang harmonis dan bermakna dengan pemda dan lembaga masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. - Membina rasa kepemilikan dan rasa tanggung jawab masyarakat setempat terhada perusahaan. b).Keluaran solusi. - Mendorong kegairahan dan kegiatan ekonomi masyarakat terutama di sekitar lokasi kerja perusahaan, sekaligus menyiapkan mereka dalam proses transformasi struktural pasca tambang dari kehidupan berdasarkan ekonomi pertambangan ke ekonomi non-pertambangan. - Pemerataan pembangunan. - Memperluas lapangan kerja dan kesempatan kerja. - Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. - Tercipta kondisi hubungan kehidupan yang harmonis, mutualistis dan sinergis antara masyarakat setempat dengan perusahaan. d. Peran Sektor ESDM 1).Pada tahun 2001, kontribusi pada APBN 36%, PDB 13,76%. 2).Multiplier effect : comdev melalui pembanungan sarana, prasarana, ekonomi rakyat, pengembangan SDM serta sumberdaya yang lain..

3).Mengupayakan terciptanya pembangunan pertambangan berkelanjutan. Berkelanjutan, apabila: = Memperhatikan misi lingkungan. = Memiliki tanggung jawab sosial. = Konsep bangjut terimplementasi dalam kebijakan tingkat masyarakat, industri maupun pemerintah. = Program bangjut memiliki ketersediaan dana cukup dan mempunyai nilai keuntungan. e. Kaitan Comdev dan kepentingan mikro dan makro ekonomi 1). Alasan perusahaan melakukan Comdev (Bangmas): - Mendapatkan izin lokal. - Mengatur dan menciptakan strategi ke depan dalam kerangka bangjut secara keseluruhan (holistik) bagi swasta, pemerintah dan masyarakat. Keberlanjutan mengarah pada keberlanjutan manusia (human), sosial (social), ekonomi (economic), dan lingkungan (environment). - Bagian dari pembentukan reputasi korporat melalui corporate social responsibility (CSR). CSR adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam ekonomi pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komuniti setempat dan masyarakat keseluturuhan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. - Menciptakan akses pasar yang lebih luas. CD merupakan tanggung jawab bersama, hak dan kewajiban semua stakeholder yang terlibat (perusahaan, pemerintah dan masyarakat). 2).Comdev penting bagi korporat. a).Untuk mendapatkan izin lokal (beradaptasi dan harmonisasi kegiatan usaha dengan komuniti lokal). b).Mengatur dan menciptakan strategi ke depan dalam pengembangan kemandirian masyarakat. c).Potensi meningkatkan nilai usaha terhadap perusahaan dalam hubungannya dengan good corporate governance, sebagai cara untuk memenuhi sasaran usaha. 3).Manfaat program comdev dari mikro ke makro: a).Mengurangi tingkat resiko. b).Membentuk reputasi korporat. c).Membangun modal sosial (kualitas SDM). d).Mengurangi biaya (prinsip pemanfaatan sumber daya lokal). e).Menambah pendapatan/keuntungan. f).Meningkatkan akses ke pasar. f.Manajemen program dan pemecahan masalah. 1).Prinsip dasar siklus pengelolaan program (project management): partisipasi, tranparansi dan akuntabilitas , dengan kegiatan identifikasi, monitoring dan evaluasi: 2).Perencanaan terdiri dari kegiatan: a). Identifikasi lingsos. b). Identifikasi program.

c). Pembuatan proposal. *Hasil identifikasi digulirkan ke stakeholder anggota masyarakat. *Diutamakan proposal dari komuniti lokal. *Tim penilai beranggotakan komuniti lokal, pendatang, korporat, pemerintah daerah dan LSM. Kasus di sebuah perusahaan pertambangan: Menyadari bahwa konsep ideal perencanaan program bangmas adalah perencanaan berperanserta (participatory planning), maka dalam penyusunan perencanaan program tersebut, perusahaan berupaya menempuh proses sebagaimana dapat disimak berdasar pada diakronis kegiatan yang dapat dipaparkan sbb: *Diadakan pertemuan dengan perwakilan masyarakat lokal dengan konsultan untuk mencari masukan guna membuat model bangmas. *Penyerahan konsep proposal bangmas oleh konsultan, dievaluasi dan disetujui. *Proposal dipresentasikan ke kantor pusat dan Pemda Tk II. *Pelaksanaan konstruksi pembangunan sarana fisik. Implementasi: *Keterkaitan aktivitas usaha jasa penunjang dengan CD. *Memaksimalkan TK lokal, dengan cara: #Pengupahan tenaga lokal bagi seluruh jenis pekerjaan yang tersedia. #Pelatihan tenaga lokal dengan kerjasama dengan pemerintah daerah. #Pengembangan tenaga lokal melalui pelatihan kemampuan manajerial. Menggunakan TkK lokal dalam program CD mempernudah analisis kebutuhan bagi kemuniti lokal karena mempunyai kesamaan pandangan kebudayaan. *Memakai subkontraktor lokal. *Menjalin usaha dengan komuniti pendatang. *Memaksimalkan keuntungan dari infrastruktur. *Mengintegrasikan kepedulian CD ke dalam proses pengembilan keputusan usaha. *Melakukan kemitraan dan kerjasama dalam usaha CD. d). Penilaian proposal. e). Persetujuan proposal. 2). Identifikasi lingsos dan identifikasi program: a). Identifikasi lingsos. i. Pemetaan sosial.

ii. Identifikasi pranata sosial komuniti lokal dan komuniti pendatang. Pranatan sosial atau institusi sosial adalah sistem antar hubungan norma dan peranan yang diadakan dan dilakukan guna pemenuhan lebutuhan yang dianggap penting oleh masyarakat, atau aktivitas khusus masyarakat. Norma dalam institusi sosial datangnya dari nilai budaya. iii.Identifikasi pola interaksi komuniti lokal dan komuniti pendatang. iv.Identifikasi kebudayaan komuniti lokal dan pendatang. v.Identifikasi peesaingan, konflik, dan kerjasama sosial. b). Identifikasi prgram yang akan diterapkan. *Skala prioritas program. *Jaringan sosial antar unit produksi dan jasa penunjang. *Penyelarasan kebutuhan korporat dan masyarakat. *Kabutuhan tenaga kerja. *Perekrutan tenaga kerja. c). Perancangan program: =Tujuan program harus mencakup kebutuhan komuniti lokal dan pendatang. =Aktivitas apa yang akan dilakukan. =Hasil yang diharapkan. =Sumber daya yang akan digunakan. d). Penilaian program: =Pagu dana yang disesuaikan antara kebutuhan dan dan ketersediaan. =Keterkaitan usulan program dan tema program dengan kebutuhan masyarakat yang disepakati.. =Keterwakilan pelibatan masyarakat dalam tim penilai. e). Diskusi tim CD dengan unsur stakeholder. f). Persetujuan program dengan pertimbangan: = Apakah program dapat mengurangi kemiskinan. =Asal proposal dari komuniti asli/pendatang. =Aktivitasberdasar pada asa partisipasi. =Program bersifat adhoc/sementara atau terputus. g). Pelaksanaan program: =Bentuk kerjasama dalam pengembangan masyarakat lokal. =Rekanan yang terlibat; NGO, CBO, pemerintah, pemda, kepolisian. Mengintegrasikan kepedulian terhadap perbedaan sosial budaya antara perusahaan dan komuniti lokal diperlukan dalam keputusan usaha utnuk keberlanjutan aktivitas perusahaan.

Kinerja organisasi yang dapat diajak bekerjasama: *Mempunyai kemampuan CD. *Memiliki pengetahuan tentang komuniti lokal. *Kredibilitas. *Manajemen keuangan yang transparan. Pemilihan NGO sebagai jaringan sosial dengan perusahaan hendaknya disesuaikan dengan model kebutuhan yang diperlukan bagi korporat dan komuniti lokal. Kasus pada sebuah industri pertambangan: *Kegiatan dari pelaksanaan program CD di bidang pertambangan pada dasarnya bersandar pada rentang waktu untuk perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program sampai berakhirnya perusahaan di daerah tersebut. Sedangkan organisasi pelaksana program CD berada pada intern perusahaan yang pada dasarnya bekerjasama dengan berbagai pihak, di antaranya: pemerintah setempat (kabupaten, kecamatan, desa) perguruan tinggi, dinas teknis (kesehatan, perikanan, perhutani), kontraktor/konsultan lingkungan. *Kelompok sasaran kegiatan program CD adalah masyarakat desa yang menerima dampak langsung dari adanya kegiatan perusahaan. Sedangkan hasil yang diharapkan dari adanya program CD sampai sekarang belum menampakkan hasil yaitu kemandirian masyarakat. Sampai sekarang masyarakat hanya mampu menerima saja dan belum mampu untuk mengembangkan apa saja yang sudah dibangun secara bersama. h). Pemantauan program. Monitoring program lebih baik dilakukan oleh komuniti lokal dengan sudut pandang keberhasilan berdasar pada kebudayaan komuniti lokal yang bersangkutan. i). Evaluasi. f. Kategori Comdev dan kasus 1).Comdev dan tipologi wilayah kerja industri ESDM, ada 3 kategori: - Diaspora, dengan titik-titik pengusahaan menyebar. - Spot, areal pertambangan yang terkonsentrasi pada satu tempat. - Linear, suatu bentuk wulayah dampak yang disebabkan adanya kegiatan proyek yang mencakup beberapa wilayah. 2).Kasus CD dan pola kehidupan komuniti. -Berburu meramu. -Berladang berpindah atau ladang bakar. -Pastoral.

-Sistem pertanian tanpa irigasi. -Masyarakat dengan sistem mata pencaharian bertani menetap dengan irigasi. -Masyarakat industri dengan sistem perdagangan jasa dan barang sebagai mata pencaharian pokoknya. g. Keterkaitan stakeholder. -Langkah korporat: -Langkah pemerintah. -Langkah komuniti. h. Peranan Humas perusahaan 1).Humas bukan sekedar sebagai terompet bisnis perusahaan tetapi harus mampu sebagai completed staff work bagi pimpinan perusahaan dalam berkomunikasi untuk mengupulkan/mencari indikator dan mengukur tingkat keberhasilan program Comdev. Selanjut temuannya harus makin meperbaiki citra hubungan harmonis antara perusahaan dan komuniti setempat dalam menykseskan program CD-nya. Pengetahuan tersebut diturunkan dari konsep partisipasi (program CD) dan keberlanjutan (strategi program untuk menunjang kemandirian komuniti dari sisi human, sosial, lingkungan dan ekonomi). Partisipasi: pasif, respon, konsultasi, pemberian materi, fungsional, interaktif, mobilisasi diri. Keberlanjutan: kemanusiaan (human sustainability), sosial (social sustainability), lingkungan (environment sustainability), ekonomi (economic sustainability). Tujuh tingkatan partisipasi merupakan ukuran keberhasilan dari suatu program yang disesuaikan dengan rencana dan sasaran program dan juga dipakai sebagai patokan keberhasilan dengan mengacu pada bentuk partisipasi dalam identifikasi sosial. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan multietnik dan multiculture. Di mana kebudayaan yang berlaku mengacu pada bentuk kebudayaan nasional. Suku bangsa dan umum lokal yang kemunculannya pada konteks tertentu pada masyarakat yang sama. Aturan perusahaan/pemerintah akan dipahami dan diinterpretasi oleh komuniti lokal dengan memakai kebudayaan yang dipunyai, sehingga perwujudannya akan berbeda satu sama lain. Pemahaman partisipasi antar masing-masing komuniti dan kebudayaan akan berde-beda satu sama lain. 2). Pembangunan menimbulkan transformasi progresif pada ekonomi dan masyarakat. Elemen-elemen keberlanjutan menjadi penting:

- Ketersediaan dana. - Misi lingkungan. - Tanggungjawab sosial - Implementasi dalam kebijakan. *Nilai keuntungan. - Keuntungan dari sustainability: *Mengurangi biaya. *Menambah keuntungan. *Mengurangi resiko. *Membentuk reputasi. *Menciptakan modal sosial. *Menciptakan akses pasar. Empat komponen keberlanjutan: *Keberlajutan di bidang manusia, kualitas individu meningkat (pendidikan, kesehatan, ketrampilan, pengetahuan dan akses terhadap modal manusia). *Keberlanjutan di bidang sosial, ketahanan pranata sosial, modal sosial. *Keberlanjutan di bidang lingkungan hidup, kemampuan menjaga kestabilan modal lingkungan hidup. *Keberlanjutan di bidang ekonomi, penggunaan modal ekonomi secara efisien. 3). Partisipasi diukur dengan: a). Internal (sisi korporat). Kebijakan perusahaan tentang CD. Institusionalisasi kebiakan dalam organisasi. Program CD dan lokasi biaya. Kinerja atau output yang dihasilkan program. b). Eksternal (sisi pemerintah dan komuniti). *Tingkat partisipasi program (rencana-implementasi, monitoring dan evaluasi). *Tingkat kemandirian masyarakat. *Keberlanjutan dari program. i. Langkah ke depan 1).Masyarakat Indonesia yang multikultur akan menciptakan suatu peluang dan tantangan yang harus dilakukan oleh CD: Sebagai penghubung antara rakyat, pemerintah dan swasta.

Perekat industri dan masyarakat sebagai elemen yang terlibat langsung atau tidak langsung. 2).Faktor kunci kepedulian industri terhadap masalah sosial: *Melakukan assessment. *Mengadaptasikan program. *Memastikan keberlajutan. *Menghargai kesetaraan. *Mengembangkan kesadaran pengelolaan isu sosial. 3).Langkah industri dalam mengintegrasikan kepedulian sosial: *Kepekaan terhadap masalah sosial. *Penilaian cermat terhadap resiko sosial. *Tanggap terhadap perubahan. *Proses industri dipengaruhi perkembangan masyarakat. *Membangun kemitraan semua pihak. *Membuat mekanisme hubungan antar stakeholder. *Mengevaluasi efektivitas dan ivestasi sosial. 4).CD dalam lingkup pertambangan dapat berperan sebagai komunikator sekaligus sebagai katalisator yang merupakan jembatan antara industri dan komuniti yang ada di sekitarnya. Percampuran dan adaptasi sosial budaya terjadi di masyarakat antara komuniti lokal, pendatang, industri, dan pemerintah. CD sebagai alat untuk transformasi sosial, budaya, ekonomi, teknologi masing-masing komuniti. -Melalui audit sosial (sistematis, reguler, objektif dengan orientasi masa mendatang). Audit sosial merupakan perangkat untuk menilai suatu program yang sudah berjalan di masyarakat apakah program yang bersangkutan sesuai dengan sasaran yang telah direncanakan yaitu peningkatan pola hidup komuniti lokal. -Observasi partisipasi atau partisipatori merupakan metode yang yang tepat untuk menggali dan mengumpulkan data mengenai kebutuhan (needs) anggota masyarakat dari sudut masyarakat itu sendiri. 5).Industri tidak lagi hanya mewujudkan citranya melalui kampanye atau public relation tetapi harus mampu menunjukkan akuntabilitasnya kepada kepentingan publik. Pengusahaan yang akuntabel akan memperhatikan CSR semaksimal mungkin dalam kerangka mewujudkan good corporate governance. Issu Johannesburg 2002, sektor industri ESDM:

-Sumber daya yang tidak terbaharui. -Eliminasi dampak sosial negatif. -Kemandirian melalui kemitraan masyarakat lokal. Tujuan CD adalah empowerment. 6).UU Program Pembangunan Nasional No.25 Tahun 2000, khusus ESDM: -Prioritas kepada usaha yang mendukung CD. -Pembangunan daerah perwujudan Otda. UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi berisikan kewajiban industri ekstraksi untuk: -Menerapkan CD. -Perlindungan komuniti lokal. -Kemitraan antar stakeholder. 7). Program CD: -Bukan peredam konflik. -Tidak menomorduakan komuniti lokal. -Bukan pajangan semata. Tetapi sebagai elemen utama dalam menjaga stabilitas usaha/investasi. 8).Kerangka berpikir untuk CD memakai pemahaman masyarakat dari sudut masyarakat itu sendiri dan dengan pendekatan yang holistik (menyeluruh). 9).CD adalah kegiatan pengembangan masyarakat/komuniti yang dilakukan secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat gunamencapai kondisi sosial, ekonomi budaya dan kualitas kehidupan yang lebih baik. Hakekat CD: proses adaptasi sosial budaya, orientasi kepada kemandirian , strategi komuniti untuk kehidupan setelah kegiatan pertambangan selesai. 10).Stakeholder adalah individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan (Ann, 1998; Worl Business Council for Sustainable Development, 2002). Kasus perusahaan jasa penunjang yang berkaitan dengan industri ESDM, salah satu programnya adalah: mendidik beberapa tenaga kerja lokal yang masih baru untuk dapat berperan dalam perusahaan di mana mereka bekerja. Menciptakan kemandirian dengan cara mengenalkan kepada anak didik ke daerah lain di Indonesia yang menggunakan teknologi serupa, sehingga usaha ini bertujuan menuju ke arah kemandirian dan usaha untuk meningkatkan etos kerja bagi anak didik. Tujuan lain dari pendidikan ini adalah selain menjadi izin lokal bagi perusahaan tersebut juga mengefisienkan biaya operasi dengan menggunakan sumber daya lokal.

Kebudayaan adalah seperangkat nilai, aturan, pengetahuan dan norma yang dipunyai oleh manusia yang dipakai untuk memahami lingkungannya dan dipakai untuk mendorong terwujudnya tingkah laku (Suparlan, 2002). j. Penutup 1).Tanpa good corporate governance tidak mungkin tercipta CSR. Demokrasi menyangkut: *Kepedulian dalam kepentingan dan pemilikan publik. *Penciptaan struktur yang peduli terhadap pengambila keputusan, aspirasi dan akuntabilitas. Korporat tidak dapat berdiri sendiri dan sangat membutuhkan stakeholder dalam pengelolaan lingkungan yang ada, baik komuniti sekitar sebagai lingkungan sosial, juga sumber daya alam yang tak terbarukan. Sehingga korporat harus memperlakukan ke semua lingkungan tersebut secara seimbang dan berfungsi satu sama lain sebagai sebuah sistem. 2).Langkah pemerintah dalam sustainable development: *Pemberian aturan administtrasi dan prosedur monitoring dalam kaitannya dengan lingkungan dan persetujuan sosial. *Melakukan kegiatan praktis berkenaan dengan lingkungan dan pengkajian sosial. Jaminan terhadap masyarakat untuk tetap mempunyai akses. *Menjamin adanya monitoring dengan melalui jasa komuniti. *Menjamin keseimbangan dalam pembagian keuntungan di dalam fiskal dan kebijakan desentralisasi. *Menyiapkan jasa dalam penutupan tambang dan memonitor kagiatan penutupan tambang. 3).Langkah komuniti dalam sustainable development: *Belajar tentang tambang, menyiapkan usulan apabila diperlukan. *Mengorganisasikan anggota dan menciptakan konsensus. Membangun mekanisasi untuk memecahkan masalah perbedaan dan konflik. Membangun kepemimpinan dan kapasitas komuniti. Menghindari ketergantungan. Membangun infrastruktur, berpartisipasi dalam monitoring proyek. Membangun pendekatan regional dengan komuniti lain. *Persiapan menghadapi situasi penutupan proyek. Memonitor rehabilitasi tambang, membersihkan aset yang tidak berguna. Membangun jasa pasca konstruksi perusahaan. 4).Uraian ini bersifat adaptif terhadap kondisi sosial budaya masyarakat sehingga senantiasa mengalami pergeseran dan merupakan substansi yang dinamis.

4. Menjalankan program pengembangan wilayah: jangka pendek, menengah dan panjang, dalam rangka membantu Pemerintah. a. Menyiapkan program rencana penutupan tambang (SK MESDM No. 1211/1995): penutupan tambang, likuidasi aset perusahaan, rehabilitasi lahan pasca tambang, dll. b. Menjalankan program pengembangan fisik: sarana/prasarana daerah, tata ruang, lingkungan fisik. c. Menjalankan program pengembangan nonfisik: ekonomi sosial wilayah/daerah, modernisasi daerah, CD, menjalankan program pemerintah untuk kepentingan daerah dan nasional. Ilmu regional (pengembangan wilayah) dapat diberi batasan-batasan seperti berikut: a). Suatu studi tentang masalah atau sifat laku sosial, ekonomi, politik, dalam suatu dimensi ruang; b). Ilmu ekonomi yang diterapkan mengait dengan ilmu sosial-budaya, politik dan lingkungan dalam dimensi waktu dan ruang dalam upaya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi-sosial yang merata; c). Ilmu yang mempelajari tentang suatu wilayah dalam suatu sistem, yang mencakup hubungan ruang (ecosystem) dan manusia dengan segenap kegiatannya (social system), serta kaitannya dalam membentuk suatu kesatuan yang lebih luas guna pengembangannya termasuk kelestarian dari wilayah tersebut. Secara sederhana pengembangan regional (wilayah) dapat digambarkan sebagai proses pada Gambar II.B.4.1. Pengembangan regional dalam arti pembangunan ekonomi regional merupakan bagian dari masalah pemerataan (pembangunan) ekonomi.Dengan demikian sasaran pengembangan regional adalah untuk menciptakan keseimbangan kemajuan ekonomi antara daerah (atau wilayah) yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain, pengembangan regional adalah untuk mencegah sejauh mungkin kesenjangan kemajuan ekonomi antardaerah. Dan pada kenyataannya, kesenjangan atau ketidakseimbangan ekonomi-sosial tersebut terdapat di dalam antardaerah di Indonesia. Pembangunan regional berkelanjutan terdiri dari kata-kata: pembangunan yang berarti suatu kegiatan yang menimbulkan perubahan dan pertumbuhan, regional yang berarti skala wilayah atau daerah, dan berkelanjutan yang berarti efisien*), terjadi pemerataan pembangunan dan hasil pembangunan serta berwawasan lingkungan. Pada hakekatnya, pembangunan regional berkelanjutan adalah kegiatan yang menciptakan perubahan dan pertumbuhan pada skala wilayah secara berkesinambungan dengan menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup, untuk mencapai tujuan. Pembangunan ialah mengadakan atau membuat atau mengatur sesuatu yang belum ada. Pengembangan adalah memajukan atau memperbaiki atau meningkatkan sesuatu yang sudah ada (Jayadinata, J.T, 1986). Wilayah (region) dalam pengertian geografi, merupakan kesatuan alam yaitu alam yang serba sama, atau homogen, atau seragam, dan kesatuan manusia, yaitu masyarakat serta kebudayaan yang serba sama yang mempnuyai ciri yang khas, sehingga wilayah tersebut dapat dibedakan dari wilayah yang lain. Wilayah geografi dapat

mengandung wilayah geologi, wilayah tubuh tanah, wilayah vegetasi, wilayah bahasa, wilayah ekonomi, wilayah sejarah dan sebagainya. Ada dua macam pengertian wilayah, yaitu pengertian internasional (dapat meliputi beberapa negara yang mempunyau kesatuan alam dan kesatuan manusia), dan pengertian nasional (merupakan sebagian dari negara tetapi bagian tersebut mempunyai kesatuan alam dan kesatuan manusia. Dalam hal ini misalnya dalam kaitannya dengan pemanfaatan bahan galian, kriteria penilaian aspek sosial-ekonomi dalam optimalisasi pendayagunaan/pernanfaatan bahan galian industri dimaksudkan sebagai tolok ukur kelulusan dan segi nonfisik bagi kelangsungan suatu usaha penambangan/pengolahan bahan galian tersebut dalam hubungannya dengan program pengembangan wilayah di daerah. Kriteria nonfisik perlu dipadukan dengan kriteria fisik. Kedua kriteria fisik dan nonfisik tersebut diperlukan dalam penilaian bagi suatu hasil atau suatu rencana hasil pendayagunaan/pemanfaatan sumber daya alam dalam proses pengembangan regional (wilayah). Dalam hal ini bahan galian industri merupakan bahan galian yang mempunyai penting dalam pengembangan wilayah (regional). Beberapa kriteria penilaian aspek sosial-ekonomi dalam optimalisasi pendayagunaan/pemanfaatan sumber daya mineral industri untuk menunjang usaha pemerataan, yaitu: (1) Mendukung peningkatan keterkaitan antarsektor di daerah dan keterkaitan ekonomi antardaerah. Pengembangan sumber daya mineral di daerah diharapkan mampu menunjang dan merangsang pembangunan regional dalam hal meningkatkan keterkaitan antarsektor di daerah dan keterkaitan ekonomi antardaerah dengan menghasilkan komoditas-komoditas yang mempunyai nilai tambah setinggi-tingginya. (2) Mendukung pembangunan di daerah yang mencakup (a) Meningkatkan pembangunan daerah berpendapatan rendah atau daerah terbelakang. (b) Meningkatkan pemanfaatan setempat yang setinggi-tingginya di daerah antara lain dalam hal penciptaan kesempatan kerja setempat, peningkatan pendapatan per kepala, peningkatan kemampuan kewiraswastaan (keterampilan berusaha) dan produktivitas. (c) Menunjang usaha dalam memperkecil kesenjangan sosial-ekonomi antar daerah, di samping juga meningkatkan pembangunan daerah terpencil, antara lain penciptaan pola transmigrasi pertambangan ke daerah-daerah potensial sumber daya mineral di luar Jambal (Jawa-Madura-Bali). (d) Menunjang penciptaan dampak positif yang lain secara tidak langsung bagi pengembangan wilayah misalnya: i) Kemudahan keterdapatan dan pertukaran faktor-faktor masukan antar daerah untuk peningkatan usaha ekonomi antara lain: -tenaga kerja terampil yaitu para transmigrasi sebagai penambang secara alamiah di daerah asalnya. -modal dan teknologi yang dibawa oleh (dan) para transmigran penambang alami secara swakarsa. -informasi tentang adanya pasaran komoditas mineral di daerah setempat dan daerah lain. ii) Modernisasi daerah dalam hal ini:

-penciptaan prasarana memudahkan komunikasi antardaerah; -keorganisasian usaha yang meningkatkan kemampuan masyarakat setempat dalam pengelolaan usaha secara terorganisasi; -sikap mental dan cara hidup masyarakat setempat dalam usaha secara lebih maju. iii) Kemandirian daerah dalam hal swadaya usaha. Contohnya: suatu masyarakat daerah yang ingin membangun rumahnya dengan tembok maka mereka mampu membuat bata sendiri. 3) Menunjang usaha pelestarian lingkungan nonfisik, antara lain bahwa dengan timbulnya kegiatan pertambangan di daerah turut mengembangkan tingkat sosial-ekonomi dengan turut meningkatkan kemantapan misalnya dalam segi pendidikan dan kesehatan dalam rangka pengembangan masyarakat di daerah. Dengan adanya usaha tambang di suatu daerah tidak diharapkan adanya pengaruh-pengaruh budaya negatif terhadap budaya masyarakat setempat, tetapi justru diharapkan menunjang kelestarian budaya setempat. 4) Memenuhi penugasan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dengan misi strategis dalam rangka menunjang antara lain kestabilan politik. Adanya suatu kebijaksanaan pemerintah untuk membuka tambang di suatu daerah dengan tujuan antardaerah tersebut mulai berperan serta dalam pembangunan. Pada dasarnya, pedoman kriteria penilaian aspek sosialekonomi dalam pengembangan sumber daya mineral industri tersebut merupakan salah satu sarana penyaringan sekaligus pendukung optimalisasi pemanfaatan sumber daya mineral secara efisien dan rasional bagi pengembangan daerah melalui tata ruang kesepakatan.

Gambar II.B.4.1 Proses Pengembangan Regional (Wilayah) Masukan Proses Pengalihan Keluaran Kriteria Penilaian

Re - Evaluasi

Sumber Daya Alam - Terbarukan - Tak Terbarukan (Mineral) Sumber Daya Manusia - Bekerja - Belum Bekerja Sumber Daya Penunjang Modal Kebijaksanaan Kelembagaan Prasarana Lain Misi: Pemerataan

Prasarana Sarana dan Lingkungan Fisik

Prasarana dan Sarana Tata Ruang Lingkungan Hidup (Fisik)

Pengembangan Regional

Terpadu & Seimbang

1. Mendukung Keterkaitan Ekonomi antarsektor di daerah dan Keterkaitan antardaerah

Sosial-Ekonomi

2. Mendukung Pembangunan di daerah: - Pembangunan daerah ber pendapatan rendah/terbelakang - Kemanfaatan setempat di daerah Antara lain: kesempatan kerja - Memperkecil kesenjangan sosial ekonomi antardaerah - Meningkatakan swadaya usaha dan kemajuan masyarakat. 3. Lingkungan Sosial Ekonomi 4. Memenuhi penugasan Pemerintah Pusat / Daera

5. Menjalankan kewajiban dan loyal terhadap pemerintah dengan baik: pemerintah tempat berusaha dan pemerintah asalnya. a.Membayar segenap kewajiban pajak dan kewajiban keuangan perusahaan pertambangan. 1). Iuran tetap (Dead rent):US$ 0.025 3 /ha. 2).Iuran produksi/eksploitasi (royalty). a). Konsentrat (Cu + Au) i. CR Cu = [(P x ACP) SRFS]] x PCT. PCT s.d US$ 0,9 1,5 s.l.d. US$ 1,1 3,5 US$ 0,9 1,1 1,5 + (ACP 90)/10 ii. CR (Au/Ag) = 1% harga jual. (Royalti Cu:1,5% jika harga Cu di bawah US$ 0,90/lb 3,5% jika harga Cu di atas US$ 1,10/lb Jika harga antara US$ 0,90 s. /d US$ 1,1, rumusnya: % = 1,50 + (Harga Cu -90)/10.) b). Mineral i. US$ 0,001 0,15/kg (7 mineral a.l.: besi, air raksa). ii. US$0,10 50/ton (16 mineral: batu gamping, yodium). iii. 4% - 10% harga jual (4 mineral/batu berharga). 3.).PPH Badan a. 15%, PKP, s.l.k. Rp 10 juta. b. 25%, PKP, l.b. Rp 10 juta s.l.k. Rp 50 juta. c. 30%, PKP, l.b. Rp 50 juta. 4). PPH karyawan pasal 21, 26 UU No. 7Tahun 1983). 5). PPH bunga, dividen, sewa, jasa (PPH 1984). 6). PPN (UU No. 8 Tahun 1970). 7). Bea materai (UU. No. 13 Tahun 1985). 8). Bea Masuk (UU No. 11 Tahun 1970). 9). PBB: a. Pra produksi = Iuran tetap. b. Periode produksi = Iuran Tetap + 0.5% x 20% dari penerimaan kotor. 10). Pungutan/Pajak Pemda. 11). Administrasi umum. 12). PHP kendaraan bermotor. 13.Pemenuhan kewajiban pajak. Simpulan tentang perpajakan di bidang pertambangan di dunia dapat dilihat pada Lampiran IV. Tentang tarif royalti di bidang mineral di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran V. Contoh profil perpajakan pada suatu perusahaan PMA dalam hal ini PT Freeport Indonesia dapat dilihat pada Lampuiran VI. b. Mematuhi segenap peraturan yang ada. Acuan pola dasar kebijakan terkait /Peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1). Undang-Undang Dasar 1945: Pembukaan, pasal 33 ayat 3. -Pembukaan: Negara melindungi bangsa dan tumpah darah dalam kesejahteraan dan kecerdasan. Ps 33 ayat 3: Bumi dan air dimanfaatkan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat. 2). Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup , yang mencakup lingkungan fisik (kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan) dan lingkungan non fisik (mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya) yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain, perlu dikelola secara terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dalampelaksanaan pembangunan berkelanjutan. (Gambar III.2.1). 3). Undang-Undang No, 24 tahun1994 tentang penataan ruang: bahwa pengelolaan sumber daya alam yang beranekaragam di daratan, di lautan dan di udara, perlu dilakukan secara terkordinasi dan terpadu dengan sumber daya manusia dan sumber daya buatan dalam pola pembangunan yang berkelanjutan dengan mengembangkan tata ruang dalam satu kesatuan tata lingkungan yang dinamis serta tetap memelihara kelestarian kemampuan lingkungan hidup sesuai dengan pembangunan berwawasan lingkungan, yang berdasarkan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional (Gambar II.B.5.1 sampai dengan II.B.5.2). 4).Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam tak terbarui untuk menjamin pemanfaatannya secara bijak sana dan sumber daya alam terbarui untuk menjamin ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya. 5). Kawasan lindung. Pengelolaan kawasan lindung adalah upaya penetapan, pelestarian dan pengendalian pemanfaatan kawasan lindung. = Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan di bawahnya: kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, dan kawasan resapan air. = Kawasan perlindungan setempat: sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau, dan kawasan sekitar mata air. = Kawasan suaka alam dan cagar budaya: kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan sekitarnya, patani berhutan bakau, taman nasiona, taman hutan raya, taman wisata dan kawasan cagar budaya serta ilmu pengetahuan. = Kawasan rawan bencana alam: kawasan yang sering dan berpotensi mengalami bencana alam seperti letusan gunung api, gempa bumi, tanah longsor. 6). PP No. 27 tahun 1999 tentang analisis mengenai dampak lingkungan (Gambar III.2.2). Amdal adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. 7).Keputusan Meneg LH No.14/Men LH/3/1999 tentang pedoman umum penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan. Analisis dampak lingkungan (environmental impact analysis (assessment)) : analisis mengenai dampak lingkungan dari suatu proyek yang meliputi pekerjaan

evaluasi dan pendugaan dampak proyek tersebut terhadap lingkungan dan kehidupan manusia. Analisis mengenai dampak lingkungan : sebagai hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup. 8). Keputusan Meneg LH No.17 tahun 2001 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan. 9). PP No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengedalian pencemaran air. 10). Undang-Undang No. 11 tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan, Bab X pasal 30: "Apabila selesai melakukan penambangan pada suatu tempat pekerjaan, pemegang kuasa pertambangan yang bersangkutan diwajibkan mengembalikan tanah sedemikian rupa, sehingga tidak menimbulkan bahaya penyakit atau bahaya lainnya bagi masyarakat sekitarnya". 11). Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1969 tentang pelaksanaan ketentuan pokok pertambangan pasal 46 ayat 4: "Sebelum meninggalkan wilayah kuasa pertambangannya, baik karena pembatalan maupun karena hal yang lain, pemegang kuasa pertambangan harus terlebih dahulu melakukan usaha-usaha pengamanan terhadap benda-benda, maupun bangunan-bangunan, dan keadaan tanah sekitarnya, yang dapat membahayakan keadaan umum". 12). Perkembangan ligkungan hidup di dunia dapat dilihat pada Gambar II.b.5.3. 13). UU No. 32 dan 33 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah. 6.Menjalankan konsekuensi sebagai the servant of the community. a. Komitmen terhadap CD dan pengembangan wilayah ke arah pembinaan capacity building kemandirian masa depan masyarakat lokal. b. Mampu menangkap aspirasi sosial dan politik bagi keharmonisan kehidupan bersama masyarakat (menjauhi kondisi enclave). 7.Terakreditasi tentang kompetensi usahanya oleh Badan/Lembaga yang berwenang. a. Terhadap kepastian hasil eksplorasi. b. Kepastian pasar (a.l. kontrak demand, harga). c. Memperoleh sertifikat dan mengikuti ISO secara konsisten. (9000 Baku mutu dan 14000-Manajemen lingkungan). 8. Beberapa permasalahan penting yang perlu diperhatikan oleh perusahaan. a. Beberapa paradox dalam pengembangan usaha pertambangan. 1).Sentralisasi dan desentralisasi. Revenue nasional masih bertumpu pada sektor pertambangan dan energi untuk membiayai beban biaya berskala nasional, di sisi lain daerah juga menuntut alokasi revenue dari sektor ini untuk kepentingan daerah sesuai peraturan perundangan otda. 2).Industri hulu dan industri hilir (Upaya peningkatan nilai tambah dan ekspor komoditi primer). Sektor PE sebagai sektor hulu sehingga menghasilkan komoditi primer, namun dituntut pula untuk meningkatkan nilai tambahnya dengan memasok komoditinya ke sektor hilir sebanyak mungkin untuk meningkatkan nilai tambahnya dengan sebanyak munkgin menghasilkan komoditi manufaktur ataupun jasa yang siap ekspor. 3).Padat teknologi dan padat karya (mass employment).

Pada umumnya sektor PE memerlukan teknologi tinggi atau padat teknologi, namun di sisi lain juga dituntut untuk menyerap sebanyak mungkin tenaga kerja di Indonesia yang menghadapi banyak pengangguran. Pengembangan pertambangan skala kecil dan menengah harus dikembangkan pula untk menjawab masalah penyerapan tenaga kerja tersebut. 4).Masyarakat enclave (eksklusif) dan pengembangan masyarakat. Unit/sentra kegiatan PE pada umumnya berada di daerah terpencil, sertamerta keberadaannya sebagai industri padat kapital mampu menciptakan masyarakat enclave di tengah-tengah masyarakat tradisisonal. Hal ini perlu diatasi dengan program pengembangan masyarakat agar dapat diciptakan harmonisasi kehidupan kemasyarakatan seutuhnya dari dua sistem masyarakat tersebut. 5).The sun set industry dan pengembangan investasi baru. Gejala dihadapinya industri pertambangan di Indonesia sebagai the sun set industry, dengan telah ditutupnya beberapa unit produksi pertambangan misalnya Unit Pertambangan Emas Cikotok, pertambangan timah Singkep dan offshore timah di P Bangka Belitung, Pertambangan bauksit di Bintan, Pertambangan pasir besi di Cilacap, serta menjelang berakhirnya kegiatan pertambangan emas PT Newmont Minahasa Raya, dan KEM dll, di sisi lain diizinkannya usaha pertambangan di wilayah hutan lindung dengan Perpu No 1 tahun 2004 dalam rangka eksplorasi dan eksploitasi baru. 6).Pelestarian LH dan penambangan di wilayah hutan lindung. Pelestarian LH merupakan keharusan dan kepedulian nasional dalam pengembangan berbagai pengusahaan SDA, di sisi lain juga dizinkannya usaha pertambangan di wilayah hutan lindung guna meningkatkan investasi baru dalam ekonomi nasional. 7).Meningkatkan GDP dan meningkatnya Gross National Pollution (internalisasi biaya LH). Jelas bahwa untk kemakmuran bangsa dan memecahkan masalah pengangguran perlu ditingkatkan GDP dengan tingkat pertumbuhan yang signifikan, namun di sisi lain dengan internalisasi biaya pelestarian LH dalam bidang pengusahaan juga akan menaikkan Gross National Pollution, namun sudah tentu jangan sampai mencapai angka Gross Domestic Product. Di AS sebagai negara kaya, Gross National Pollution ini mencapai sekitar 70% dari Gross Domestic Product. 8).Pajak tinggi dan pajak rendah (tax holiday). Perpajakan di Indonesia yang termasuk tinggi di dunia karena kebutuhan untuk menopang APBN terpaksa dilakukan, di sisi lain ada tuntutan usaha untuk menekan pajak dan pungutan semacamnya, kalau perlu dengan tax holiday, agar menarik investasi baru. Output nasional tergantung pada 3 faktor utama yaitu konsumsi, fiskal dan investasi. Output nasional tidak dapat terlalu lama bergantung pada konsumsi yang sementara ini berjalan, tetapi seharusnya pada investasi, sementara investasi masih terlalu lemah yang memerlukan dukungan iklim investasi yang segar antara lain dengan perbaikan pelunakan sistem fiskal. Rangkaian terpadu tersebut perlu ditangani secara kumulatif dan sinkron.

b. Perkembangan era globalisasi. - 3 Bs to 2Ns. Pengabaian border of state, sectoral boundaries, and economic barriers menuju network of networks (multi jaringan). - Investasi bebas. Investasi mengalir ke wilayah yang paling sedikit atau kecil hambatan ekonomi dan nonekonominya. - Perdagangan bebas. Liberalisasi perdagangan dengan menekan hambatan tarif dan nontarif. - Lingkungan hidup. Pembangunan dan perdagangan berwawasan lingkungan - Haki Menentang cara/budaya bajakan yang amat merugikan perdagangan terutama jasa. - Demokratisasi Rakyat dan daerah mulai memegang peranan dalam pengurusan kendali pemerintahan dan ekonomi serta bidang kehidupan lainnya. c. Perkembangan abad 21: J. Naisbitt dan Aburdene. (Lihat Gambar II.B.8.1 ). Gambar II.B.8.1 Kecenderungan Dalam Era Globalisasi (Orientasi Pada Manusia Seutuhnya dan Masyarakat Seluruhnya)

No A

Megatrend (J. Naisbitt) * Masyarakat informasi * Teknologi canggih * Ekonomi global * Jangka panjang * Desentralisasi * Self help * Network * Selatan * Demokrasi partisipatip * Multi alternatip

Aburdene * Masyarakat informasi dan jasa * Tenaga kerja terampil * Makin berperannya tenaga kerja wanita * Seni budaya, spriritual, agama * Workfare state * Biologi * Perusahaan dan SDM * Peran global bahasa Inggris * Peran Pasifik * Perdagangan bebas

Keterbukaan, kebebasan,

tanggung jawab

d. Agenda LH abad 21 (Bidang Pertambangan dan Energi). (Lihat Gambar II.B.8.2 .). Gambar II.B.8.2 Tinjauan Pelaksanaan Perlindungan Lingkungan dan Kesinambungan Sumber Daya Alam Dalam Sektor Pertambangan Umum - Dalam Rangka Agenda XXI
No 1 Kegiatan pelaksanaan Kegiatan perlindungan lingkungan dan SDA a.Peraturan Subsektor Pertambangan Umum

b.Kebijakan c.Pemasyarakatan d.Bimbingan pelatihan e.Litbang dan

2 3

Hasil yang telah dicapai Tantangan, kendala dan peluang a.Tantangan b.Kendala c.Peluang

-UU No 11/1967,PP No. 32/1969,Kepmen PE No. 1211/1995 (Galang rusmar), Kepmen PE No.1256/1996 (Susun Amdal), Kepmen PE 389/1995 (Susun UKL/UPL), Kepmen PE No 103/1994 (Pengawasan RKL/RPL), Kepmen No 01/P/1991 (Air raksa), Kepmen No. 2555/1993 (Pel Inspeksi Tambang), Kep DJPU No. 336/1996 (Jarek), Kep DJPU No 693/1996 (Domnis erosi), Kep DJPU 1245/1993 (Lakwas K3), Kep DJPU No 1247/1993 (Pengangkatan Lakins Tambang). - Pemanfaatan SDA tambang secara hemat dan optimal demi kesejahteraan rakyat dan fungsi LH. -Dilaksanakan oleh para pelaku usaha/pemegangKP/KK/PKP2B/SIPD? Tambang rakyat sd pasca pertambangan. -Domnis reklamasi bekas tambang,kendali erosi, kolam tailing; pelatihan pasa inspeksi tambang, pengelola lingkungan, pelaksana RKL/RPL. - Reklamasi bekas tambang, gas pembakaran briket bb, peruntukan lahan tambang, transformasi structural pasca tambang. -Meningkatnya lahan bekas tambang yang telah direklamasi, kesadaran lingkungan, kerjasama dengan Office of Surface mIning USA dalam pengelolaan dampak lingkungan. -Tuntutan dan kepedulian masyarakat yang meningkat dan kritis; makin ketatnya persyaratan lingkungan internasional; banyaknya pertambangan skala kecil. -Kurangnya pengalaman aparat pemerintah dan perusahaan, kurang memadainya peraturan perundangan lingkungan; belum memadaunya performance standard kegiatan KL; persepsi tidak benar perusahaan akan pentingnya LH; terbatasnya dana. -Meningkatknay investor asing dengan pengalaman tentang LH; komitment kuat pemerintah dalam pertambangan berwawasan LH. -Pemnafaatn SD mineral dengan menjada kelestarian fungsi LH; pembangunan dalam penyediaan bahan baku mineral, lapangan kerja, devisa, pembangunan daerah terpadu. -Kordinasi, PETI, akrab lingkungan, fungsi lahan berganda; professional; lepas pantai, satndar, infrastruktur. -Peta tataguna hutan kesepakatan, tumpang tindih, PETI, lokasi WPR, reklamasi bekas tambang, peraturan perundangan.

Kebijakan dan sasaran perlindungan lingkungan

III. Kasus perusahaan: peranannya dalam manfaat nasional dan lokal. Manfaat finansial pengusahaan modal asing dibidang pertambangan umum telah dapat dirasakan baik pada tingkat nasional maupun regional atau lokal, walaupun masih harus ditingkatkan secara terus-menerus atas dasar rambu-rambu peraturan perundangan yang berlaku. 1. Partisipasi PTFI Bagi Pembangunan Nasional. Manfaat finansial PTFI terhadap pembangunan Indonesia 1992-2000 dapat dilihat pada Tabel III.1. Tabel III.1 Manfaat finansial PTFI terhadap pembangunan Indonesia (US$ juta)
1992 Manfaat langsung: Dividen Royalti Pajak penghasilan badan Pajak-pajak dan pungutan lainnya Manfaat tidak langsung: Gaji & upah Pembelian barang & jasa dalam negeri -Pembangun-an daerah & donasi -Reinvestasi & pengalihan Jumlah keseluruhan 582 824 1.389 1.279 1.136 1.209 739 624 643 8.426 107 14 16 34 1993 94 16 9 18 1994 117 16 19 10 1995 297 19 43 162 1996 273 24 29 125 1997 237 18 32 120 1998 150 4 17 87 1999 173 2 22 118 2000 158 29 12 72 19922000 1.606 142 198 747 %

43 476 20 80 8 368

50 730 26 204 15 486

72 1.272 38 508 20 707

73 982 90 422 22 447

94 863 82 261 23 498

67 973 98 200 33 641

42 588 45 150 27 367

31 451 68 139 29 215

46 485 45 188 27 224

518 6.820 512 2.152 203 3.952

Manfaat funansial PTFI terhadap pembangunan Irian Jaya 1992-2000 dapat dilihat pada Tabel III.2.

Tabel III.2 Manfaat finansial PTFI terhadap pembangunan Irian Jaya (US$ juta)
1992 Manfaat langsung: Royalti Iuran tetap/ dead rent -PBB -Mineral C dan air -Pajak kendaraan -Pajak bangsa asing Manfaat tidak langsung: Gaji & upah Pembelian lokal -Pembangunan daerah & donasi -Reinvestasi Jumlah keseluruhan 411 537 783 584 527 697 371 284 14 12,45 0,07 1,17 0,10 0,01 397 18,26 3,59 7,60 367,84 1993 9 7,54 0,13 1,35 0,10 0,10 528 23,60 4,03 14,57 485,79 1994 18 15,45 0,23 1,71 0,10 0,28 0,10 765 35,30 3,89 19,21 706,56 1995 36 34,22 0,21 1,63 0,10 0,13 0,01 547 80,25 4,24 22,04 440,76 1996 27 23,43 0,25 2,43 0,50 0,13 0,01 500 72,13 5,75 23,38 398,99 1997 28 25,26 0,21 2.07 0,50 0,14 0,01 669 89,53 11,54 32,00 536,01 1998 16 13,37 0,31 1,64 0,40 0,04 0,00 356 39,64 7,54 25,45 282,99 1999 20 17,48 0,17 1,62 0,42 0,06 0,00 264 62,89 11,73 34,82 154,81 2000 19921999 167 149,19 1,57 13,62 2,22 0,76 0,06 4.027 421,60 52.31 179,07 3.373,7 5 4.194 %

Sebagai contoh adalah PT Freeport Indonesia (PT Freeport Indonesia, 2000), setelah dimulainya kontrak baru selama kurun 1992-1999 manfaat finansial perusahaan tersebut terhadap pembangunan Indonesia adalah sekitar US$ 7,78 miliar, dan sebesar US$ 4,19 miliar bagi pembangunan Irian Jaya, serta sebesar US$ 160,26 juta bagi pengembangan wilayah dan masyarakat setempat. Juga diperkirakan manfaat finansial sebagai national gains bagi Indonesia dari PT Freeport Indonesia adalah sekitar 55% dari perolehannya. Data 1992-2000 menunjukkan bahwa partisipasi PT FIC dalam pembangunan nasional sebesar US$ 8,426 miliar terbagi sebagai manfaat langsung (dividen, royalti, pajak penghasilan badan, pajak-pajak dan pungutan lain) sebesar US$ 1,606 miliar dan manfaat tidak langsung (gaji dan upah, pembelian barang dan jasa dalam negeri, pembangunan daerah dan donasi, serta re-investasi dan pengalihan) sebesar US$6,820 miliar. 2.Manfaat finansial PT Newmont Nusa Tenggara. Sebagai contoh manfaat finansial sebagai national gains dari PT Newmont Nusa Tenggara secara berjumlah akan mencapai sekitar 55% dari seluruh perolehan (gross revenue) selama umur tambang sebesar US$ 15,5 miliar (Tabel III.3).

( Total projected mine life revenues, PT Newmont Nusa Tenggara, 1997) atau sebesar US$ 8,6 miliar. National gains tersebut sudah termasuk upah gajih pekerja/pegawai lokal/nasional perusahaan , pengembangan wilayah dan semacamnya sebagai retained benefit nasional. Dari national gains tersebut 11% jatuh ke tangan pemerintah. Tabel III.3 Batu Hijau life of Mine Revenues and Costs Value (US$ Billion)
Total Projected Mine Life Revenues Less : Total Capital Expenditures Construction - During operations - Total projected interest payments - Total payroll mine life ($23 million/year) - Total training mine life ($ 8 million/year) - Total materials expenditure mine life ($ 220 million/year) - Total off-site treatment charges - Total taxes/Royalties mine life ($1.8 billion) - Reclamation expenditures Total projected expenditures Net revenue available for dividends (80% Foreign, 20% Indonesian) and Miscellaneous expenditures - Total Indonesian expenditures Capital - Total payroll mine life - Total training mine life - Total materials expenditures - Total taxes and royalties - Total reclamation - Total dividends Indonesian shareholders Total Indonesian expenditures Total 15.5 1.9 0.6 0.5 0.5 0.2 4.4 3.2 1.8 0.1 13.2 2.3 1.0 0.5 0.2 4.4 1.8 0.1 0.6 8.6 15.5

Indonesia Component %
40 40 100 100 100 14 100 100

= 55.48% Indonesia

Kontribusi finansial dapat dibagi menjadi secara langsung dan secara tidak langsung. - Secara langsung melipu 13 jenis pajak yang dibayar perusahaan sesuai dengan pasal 13 Kontrak Karya. - Secara tidak langsung: = Upah dan tunjangan kesejahteraan karyawan nasional. = Pembelian barang dalam negeri. = Pembangunan fasilitas infratsruktur. = Pembangunan/kontribusi wilayah setempat. = Potensi penanaman modal kembali/ulang. 3. PKP2B. Manfaat finansial PKP2B terdiri dari pajak langsung, pajak tak langsung, dan pendapatan negara bukan pajak. Pajak langsung mencakup PPH pasal-pasal 21, 22, 23, 25, 26, dan 29, PDBR, PBB (lumpsum).

Pajak tidak langsung meliput PPnBM, PPN dan bea meterai. Pendapatan negara bukan pajak termasuk dividen, bea cukai, dead rent atau iuran tetap, royalti, BBN SWP 30 (lumpsum), dan kontribusi pada Pemda. Dalam hal national gains dari PKP2B sudah barang tentu termasuk upah gajih pekerja/pegawai lokal/nasional dan program pengembangan wilayah yang dikeluarkan oleh perusahaan. Namun belum semua perusahaan PKP2B melaksanakan program pengembangan wilayah dalam arti yang luas. National gains dari PKP2B berkisar sekitar 69% pada generasi III-PKP2B dan 53% pada Generasi I-PKP2B atau rata-rata sekitar 60% yang lebih tinggi daripada national gains pada KK (sebesar 5%) (Soelistijo, U.W., 2008 dan Soelistijo, U.W. , et al, 2003). IV. Penutup. 1. Pada akhirnya indikator keberhasilan dalam usaha pertambangan baik dalam manajemen keuangan maupun manajemen usaha di tandai oleh kemampuan internal dalam hal diperoleh least cost dan keuntungan optimal serta kemampuan eksternal dalam hal manfaat optimal bagi negara di mana perusahaan beroperasi antara lain dalam bentuk pembayaran pajak secara akuntabel serta manfaat optimal secara regional termasuk pengembangan masyarakat setempat sebagai corporate social responsibility. 2. Sebagai contoh dalam COW maka manfaat finansial skala nasional diperoleh sebesar 55 % dari revenue perusahaan COW dan sebesar 60% dari revenue prusahaan PKP2B bagi negara Indonesia. Manfaat sosial neto dari beberapa perusahaan COW dan BUMN diperoleh sebesar antara 1 -23% dari revenue mereka bagi masyarakat setempat sebagai upaya partisipasi mereka dalam rangka pengembangan wilayah termasuk lingkungan. Besaran tersebut perlu diupayakan peningkatannya pada masa mendatang.

Pustaka Ife, J, 1995, Community Development: Creating Community Alternatives Vision, Analysis and Practice,Longman. .,1994, Konsep model simulasi dalam perhitungan bagi hasil KKS/PKP2B. .,1994, Laporan Tahunan 1993/Annual Report 1993, P.T. International Nickel Indonesia. Lazard Freres et Cie, Lehan Brothers, Ltd., S.G. Warburg & Co, 1995, The Republic of Indonesia: Recent Developments In the Economy. McArdle, J, cs, 1993, Resource Manual for Facilitators in Community Development, Employ Publishing Group. Naisbitt, J., Aburdene, P.,1990, Megatrends 2000: Ten New Directions for The 1990s , Avon Books, New York 10016. Otto, J.M., Byrne, P., Cordes, J., Stermole, J, Stevens,N., 1997, Global Mining Taxation Comparative Study,Institute for Global Resources Policy and Management, Colorado School of Mines, Golden, Colorado USA 80401. ., 2004, Pedoman Pengembangan Masyarakat Di Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral, Indonesia Center for Sustainable Development (editor), Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral RI, dan, Forum Komunikasi Pengembangan Masyarakat Di Industri Energi dan Sumber Daya Mineral. PricewaterhouseCoopers,2000, Indonesian Mining Industry Survey 2000. Soelistijo, UW, 2008, Kondisi Mutakhir Penanaman Modal Asing Bidang Pertambangan Umum di Indonesia, Seminar Interen UNISBA, Bandung. Soelistijo, UW, dkk, 2003, Ekonomi Regional dan Model Penerapannya: Pengembangan Sumber Daya Mineral dan Energi Dalam Rangka Otonomi Daerah di Indonesia,Puslitbang tekMIRA, Balitbang ESDM, departemen ESDM.

Lampiran I. Perkembangan Kontrak Karya di Indonesia, 1967-1997

No
1.

Substansi penting Gen. I KK (1967-1968)


Pajak pendapatan perusahaan Tahun1-3:bebas Tahun4-10: 35% Tahun11dst: 41,75% 3 tahun Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Maksimum 12,5% Tidak ada amortisasi tahun ke 1-3

Gen. II (1968-1976)
-Tahun 1-10:35% -Tahun 11 dst:42%

Gen.III (19761985)
Tahun 1-10:35% Tahun 11dst :45%

Gen.IV(19851986)
Y<Rp 10 juta:5% Y=Rp 10-50 juta:25% Y>Rp 50 juta :35% (perpajakan progresif) Tidak ada Ada Ada (= Gen III) Ada 5-51% Ada Ada Dipercepat:gol.I 50%;gol.II 25%;Gol III 10%;gol.IV 5%

Gen.V (19861996)
= IV

Gen.VI (19961997)
Y< Rp 25 juta:10% Y=Rp25-50 juta:15% Y>Rp50 juta:35% Tidak ada Ada Ada Ada Mengacu PP No 20/1994 Ada Ada Dipercepat (PP No.34/1994)

Gen.VII (1998)
=VI

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9

Bebas pajak (Tax holiday) Land rent & royalty Levies/pajak impor Perusahaan terdaftar di Indonesia Divestasi Witholding tax & witholding profit tax Transfer pricing Depresiasi/Amortisasi

Tidak ada Ada Tidak ada Ada Maksimum 45% Tidak ada Tidak ada =Generasi I

Tidak ada Ada Hanya dalam 10 tahun Ada 5-51% (Boleh joint venture) Ada Ada (PP No 21/1976) Maksimum 12,5%

Tidak ada Ada Ada Ada Mengacu PP No20/1994 Ada Ada Dipercepat: gol.I 50%;gol.II 25%; gol.III 12,5% - +Pembangunan smelter - Frontier development

Tidak ada Ada Ada Ada Mengacu PP No 20/1994 Ada Ada Dipercepat (PP No.34/1994)

10.

Lain-lain/Nilai tambah

11.

Jumlah KK

1 (PT FIC)

16 KK

13KK

95 KK

7 KK

65 KK

38 KK

Sumber: - Buku Tahunan Pertambangan dan Energi Indonesia 1998 - Direktotal Jenderal Pertambangan Umum, 1998 Keterangan: - Kontrak Karya terakhir dilakukan pemerintah pada tanggal 19 Februari 1998 yaitu KK Generasi VII. Ketentuan perpajakan Generasi VII berdasarkan UU Pajak tahun 1994. - Sampai akhir tahun 1998 masih terdapat 96 aplikasi Generasi VII yang dimaksudkan sebagai Generasi VIII, namun tidak diproses lagi

LAMPIRAN II LAMPIRAN I KONTRAK KERJASAMA VS KONTRAK KARYA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA


PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PERTAMB. BATUBARA (PKP2B) Generasi II (1993 1996) -UU No. 11/1967 -PP No. 32/1969 -PP No. 27/1980 -Keppres No. 21/1993 Atas nama PTBA Di tangan negara PTBA Natura (sekurang-kurangnya 13,5% dari produksi). Milik Kontraktor. Sesuai ketentuan yang berlaku. Tidak diberlakukan karena PMDN Tidak berlaku karena PMDN Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan dibayarkan langsung oleh Kontraktor kepada Pemda Ditetapkan Rp 100 juta sebagai konvensasi data. Harus dibayar untuk pelayanan dan pengurusan kepentingan Kontraktor. 100.000 ha Rp 5.000/ha Rp30.000/ha 25% -UU No. 11/1967 -PP No. 32/1969 -PP No.27/1980 -Keppres No. 75/1996 Tidak diberlakukan KP, melainkan menjadi satu paket wilayah kontrak. Di tangan kontraktor (diawasi pemerintah) Pemerintah Tunai (13,5% dari hasil produksi). Milik Kontraktor. Sesuai ketentuan yang berlaku (30% untuk laba/penghasilan kena pajak lebih dari 50 juta). Boleh 100 % dimiliki oleh pihak asing mengacu pada PP No. 20/1995 Berdasarkan hukum dan perundang-undangan yang berlaku dari waktu ke waktu. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan dibayarkan langsung oleh kontraktor kepada Pemda. Tidak dipungut. Tidak membayar. 100.000 ha US$ 3,00/ha US$ 10,00/ha 20.000-25.000 ha PERJANJIAN KARYA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA (PKP2B) Generasi III (1996 sekarang)

KONTRAK KERJASAMA VARIABEL Generasi I (1981 1993) 1.Dasar Hukum 2.Status KP 3.Manajeman Operasi 4.Prinsipal 5.Bagi Hasil 6.Sarana dan Prasarana 7.Pajak Perusahaan 8.Divestasi 9.Indonesianisasi 10.Pungutan Daerah 11.Initial Cost 12.Advance Payment 13.Daerah kontrak 14.Pengeluaran minimum -Penyelidikan umum -Eksplorasi 15. Daerah penambangan -UU No. 11/1967 -PP No. 32/1969 -PP No. 27/1980 -Keppres No. 49/1981 Atas nama PN Tambang Batubara/PTBA. Di tangan negara. PN Tambang Batubara/PTBA Natura (sekurang-kurangnya 13,5% dari produksi). Milik Negara. 10 tahun : 35% Seterusnya : 45 % Bagi Kontraktor Asing, harus menjual sahamnya kepada pihak Indonesia th.kelima minimal 15%, th.keenam minimal 8%, th.ketujuh s.d. th. Kesepuluh a minimal 7% sehingga pada th.kesebelas harus sudah dijual kepada peserta. Bagi PMA dijadwalkan secara bertahap tenaga Indonesia harus terserap. Selain ditetapkan oleh Pusat Kontraktor harus membayar juga lumpsum sebesar US$ 100.000 per tahun untuk berbagai pungutan daerah. Ditetapkan Rp. 100 juta sebagai konvensional data. Harus dibayar untuk pelayanan dan pengurusan kepentingan Kontraktor. Tanpa batas US$ 1,20/ha US$ 5,00/ha 25%

Jumlah kontraktor Perolehan nasional

8 PMA 2 PMDN + 48,5 58,5 %

18 PMDN 100 %

78 PMDN 9 PMA + 67 71 %

LAMPIRAN II

LAMPIRAN III

MATRIK PERBEDAAN KP, KK DAN PKP2B

No

Uraian
Dasar Hukum

Kuasa Pertambangan (KP)


1.UU No. 11 Tahun 1967 2.PP No. 32 Tahun 1969 3.Kep. DJPU No. 149.K/20. 01/DDJP/1998 tanggal 18 Juni 1998

Kontrak Karya (KK) Generasi VII


1.UU No. 11 Tahun 1967 2.UU N0. 32 Tahun 1969 3.UU No. 1 Tahun 1967 4.Kep.DJPU No. 150.K/20.01/DDJP/1998 tanggal 18 Juni 1998 1.Penyelidikan Umum maksimum 250.000 Ha 2.Eksplorasi maksimum 50% dari luas wilayah semula 3.Produksi 25% dari luas 4.Wilayah semula *) (pasal 4 (2) KK) DJPU MPE Dikonsultasikan ke DPR + BKPM Dimintakan persetujuan Presiden Ditandatangani MPE (atas nama Pemerintah)

PKP2B Generasi III


1.UU No. 11 Tahun 1967 2.PP No. 32 Tahun 1969 3.Keppres No. 75 Tahun 1996 4.Kep. DJPU No.151.K/20.01/DDJP/1998 tanggal 18 Juni 1998 1.Penyelidikan Umum maksimum 100.000 Ha. 2.Ekplorasi maksimum 50.000 Ha. 3.Produksi maksimum 20.000 Ha. *) (pasal 4 (4) PKP2B)

Keterangan

Luas Wilayah

1.Penyelidikan Umum maksimum 25.000 Ha. 2.Eksplorasi maksimum 10.000 Ha 3.Eksploitasi maksimum 5.000 Ha **) (pasal 21(1) PP No. 32/1969)

*) ada perluasan **) tidak ada perluasan

Pemrosesan dan pengesahan

Ditandatangani oleh DJPU (Kep. MPE No. 678.K/20/MPE/1998 tanggal 1 Juni 1998)

1.Dalam rangka PMDN DJPU MPE Dikonsultasikan keBKPM Ditandatangani MPE (atas nama Pemerintah) 1.Dalam rangka PMA DJPU MPE Dikonsultasikan ke DPR + BKPM Dimintakan persetujuan Presiden Ditandatangani MPE (atas nama Pemerintah)

Unit Teknis Pelaksanaan

Direktorat Teknik Pertambangan Umum

Direktorat Pembinaan Pengusahaan Direktorat Batubara Pertambangan

No

Uraian

Kuasa Pertambangan (KP)

Kontrak Karya (KK) Generasi VII


Dengan Surat Keterangan Izin Peninjauan (SIIP): Jangka waktu 1 tahun Dikenakan Iuran Tetap (Kep.MPE No.2202.K/201/MPE/1994 tanggal jo Kep. DJPU No.75.K/201/DDJP/1995 tanggal 24 Februari 1995)

PKP2B Generasi III

Keterangan

Kegiatan Perusahaan Sebelum Izinnya Disahkan

Dengan Surat Keterangan Izin Peninjauan (SKIP) : Jangka waktu 1 bulan (SE MPE No. 6126.3081/10/SJH/1985 tanggal 16 Nopember 1985

Dengan Surat Izin Penyelidikan Pendahuluan (SIPP) Jangka waktu 1 tahun Dikenakan Iuran Tetap (Kep.MPE No.2202.K/201/MPE/1994 tanggal 18 Nopember 1994 jo Kep.DJPU No. 75.K/201/DDJP/1995 tanggal 24 Februari 1995)

Tahapan dan Jangka Waktu Kegiatan

1.Penyelidikan Umum 1 tahun dan dapat diperpanjang 1 tahun (pasal 8 PP No.32/1969) 2.Eksplorasi 3 tahun dan dapat diperpanjang 2x1 tahun + 3 tahun (pasal 9 PP No.32/1969) 3.Eksploitasi 30 tahun dapat diperpanjang 2x10 tahun (pasal 10 PP No.32/1969)

1.Penyelidikan Umum 1 tahun dan dapat diperpanjang 1 tahun (pasal 5 (1) KK) 2.Eksplorasi 3 tahun dan dapat diperpanjang 2x1 tahun (pasal 6 (4) KK) 3.Studi kelayakan 1 tahun dan dapat diperpanjang 1 tahun (pasal 8 (2) KK) 4.Masa konstruksi 1 tahun (pasal 9 KK) 5.Produksi 30 tahun dapat diperpanjang 20 tahun (pasal 10 (2) KK)

1.Penyelidikan Umum 1 tahun dan dapat diperpanjang 1 tahun (pasal 5 (1) PKP2B) 2.Eksplorasi 3 tahun dan dapat diperpanjang 2x1 tahun (pasal 6 (4) PKP2B) 3.Kajian kelayakan 1 tahun dan dapat diperpanjang 1 tahun (pasal 8 (2) PKP2B) 4.Masa konstruksi 1 tahun (pasal 9 PKP2B) 5.Produksi 30 tahun dapat diperpanjang 20 tahun (pasal 10 (2) PKP2B)

Untuk KK dan PKP2B apabila SIPP diperpanjang dan dilaksanakan selama 2 tahun maka jangka waktu Penyelidikan Umum tidak ada dan langsung ke tahap Eksplorasi.

Iuran dan Pajak yang dipungut

1.Iuran Tetap 2.Royalty 3.PBB

1.Iuran Tetap 2.Iuran Eksploitasi/Produksi 3.Pajak Penghasilan Badan 4.Pajak Penghasilan Karyawan 5.Pajak Penghasilan Pasal 23/26 6.PPN 7.Bea Materai atas dokumen 8.Bea Masuk 9.PBB 10.Bea Balik Nama 11.Pungutan-pungutan lainnya (pasal 13 KK)

1.Iuran Tetap 2.Iuran Eksploitasi/Produksi (royalty) 3.Pajak Penghasilan Badan 4.Pajak Penghasilan Karyawan 5.Pajak Penghasilan Pasal 23/26 6.PPN 7.Bea Materai atas dokumen 8.Bea Masuk 9.PBB 10.Bea Balik Nama 11.Pungutan-pungutan lainnya (pasal 14 PKP2B)

Lampiran
Country 1.Argentina 2. Bolivia 3. Brazil 4. Canada 5.Chile 6.China 7.Ethiopia 8.Ghana 9.Greenland 10.India 11.Indonesia 12.Ivory Coast 13.Kazakstan 14.Mexico 15.Namibia 16.PNG 17.Peru 18.Philippines 19.South Africa 20.Sweden 21.Tanzania 22.USA :Arizona Nevada 23.Uzbekistan 24.West Australia Corporate Income tax 33% 25%+surtax 15% 31.97% 35/42% 33% 35% 35% 35% 35/48% 30% 35% 30% 34% 25% + sliding 35% 30% 35% 35% 28% 35% progressive 16/36% 36% Royalty yes yes yes none yes yes yes yes none yes yes yes Yes** none none yes none yes none yes yes none yes yes VA on imported equipment 21%** 13%** Max 18% 7% 18%** 13% gold exempt none none none none 10%** 10%** 20% 15% none none 18% 0%/10% 14% 0/25% deferred none yes yes

IV. Simpulan Tentang Perpajakan


Typical import duty 14%** 5% none 0% deferred 22% none none none 20%** 20%** 5%** Yes 10%** yes 11%** 12% 3%** 1% 9% 5/40% varies exempt yes Typical export duty none none none none none none none none none none none 18%** none none none none none none none none 2% none Gold:20% yes Dividend withholding tax none 12.5% none 25%/15% 35% none 10% none 35% 20% 7.5/15% 12/18%** 15% 34% 0% nonresident 17% 1% 15% 12.5% none 20% 0-15%/30% 10% yes Interest withholding tax 13.2% 12.5% 15% 25%/15-5% 35% 20% none none none 20% 20% 18% 15% 15%** none none none 15% none none 15% 0-15%/30% 20% yes Foreign ownership restrictions none none none none none none none none none none none unknown none none none none none none none none unknown none yes none Government equity requirement none none none none none none none yes none none none unknown none none none 30% yes none none none none none yes none Other significant taxes yes yes yes yes yes yes yes none yes yes none yes yes yes none none yes yes yes

*conditions or limitations apply.

**cedits,refunds, exmptions and other means to reduce liability may be available.

Lampiran V. Daftar Tarif Royalti Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Pertambangan dan Energi Di Bidang pertambangan Umum
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. Jenis mineral/Bahan Galian Air raksa Antimonit Bauksit Barit Batuan aspal Batubara (open pit0 Batubara (underground) Belerang Bijih nikel (Garnieritik) Bijih nikel (Limonitik) Bismut Besi magnetik/hematit Emas Gambut a. Granit blok b. Granit bubuk/pecah Ilmenit Intan Kobal Kristal kuarsa Kromit Mangaan Molibdenit Monasit Pasir besi Pasir urug (lepas pantai) Perak Pirit Platina Rutile Seng Tembaga Timah Timbal Titan Vanadium Wolfram Xenotim Yodium Zircon Tingkat Kualitas (Kalori kkal/kg)) ... ... ... ... ... <5100 5100-6000 >6100 <5100 5100-6000 >6100 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... Tarif (%) 3,75 4,50 3,75 3,25 3,75 3,00 5,00 7,00 2,00 4,00 6,00 3,50 5,00 4,00 4,50 3,00 3,75 3,00 4,00 3,00 2,50 6,50 5,00 3,75 3,50 3,25 4,50 4,50 3,75 3,75 3,25 2,50 3,75 4,50 3,00 4,00 3,00 3,00 3,50 4,50 4,50 4,50 3,75 4,50 Dasar Perhitungan Logam Logam Bijih ... .... ... ... ... ... ... ... Konsentrat Logam Logam Logam Logam Logam ... ... .... Logam Karat Logam ... Konsentrat Bijih Logam Konsentrat Konsentrat ... Logam Konsentrat Logam Konsentrat Logam Logam Logam Logam Logam Logam Logam Konsentrat ... Konsentrat

Lampiran VI. Perpajakan dan Pungutan Lainnya PT Freeport Indonesia Co.


No 1 Uraian
Pajak Badan

2 3

Pajak penghasilan keryawan (PPh 21) Royalty

4.

5. 6. 7. 8.

Landrent Depresiasi Amortisasi


DER (Debt to Equity Ratio)

Generasi I Modifikasi KK 28-12-1974 1/07/1974 s/d 30/06/1976 sebesar 30% 1/07/1976 s/d 30/06/1989 sebesar 53% 1/07/1983 s/d sekarang sebesar 42% Implementation Agreement tgl 25-111989 Implementation Agreement tgl 25-111989 -. 1,5 % dari net sales apabila harga Cu berada di bawah US$ 0.90/lb, 2,5% dari net sales apabila harga berada di atas harga US$ 0,90/lb sampai batas harga US$ 1,25/lb. -. 3,5% dari net sales apabila harga Cu di atas US$ 1,25/lb. -. Sedangkan Au dan Ag 1%, dasar pernyataan dari harga rata-rata dalam kuartal dengan berpedoman pada Metal Weeks. US$ 2/Ha Maksimum 12,5% Maksimum 12,5%

Generasi V Maksimum 35%, UU No. 7 Tahun 1983 PPh 21, UU No. 7 Tahun 1983 1,5% jika harga Cu di bawah US$ 0,90/lb 3,5% jika harga Cu di atas US$ 1,10/lb Jika harga antara US$ 0,90 s. /d US$ 1,1, rumusnya: % = 1,50 + (Harga Cu -90)/10. Au 1% dari harga jual. Ag 1% dari harga jual.

Withholding Tax on Dividend, Interest, and Royalty


PBB

9. 10.
11.

12. 13.

14.

Bea meterai Bea masuk PPN Pungutan, Pajak dan Bea-bea yang dikenakan oleh Pemda Pajak Pengalihan kepemilikan kendaraan bermotor dan kapal

US$ 1,50 3/Ha Golongan 1 & 2 Pasal 11 UU No. 7 Tahun 1983. Gol 3 & bangunan 12,5%. 25% 5:1 Investasi s/d US$ 200 juta. 8:1 Investasi lebih dari US$ 200 juta. 20%, UU No. 7 Tahun 19783 (non resident). 15%, UU No. 7 Tahun 1983 (resident). Landrent + (0,5% x 20% dari penerimaan kotor) Sesuai UU No. 13 Tahun 1995 Sesuai ketentuan yang berlaku Sesuai UU No. 8 Tahun 1983 Dapat dikenakan setelah disetujui oleh Pemerintah Pusat Sesuai ketentuan yang berlaku umum

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX Indikator Keberhasilan Manajemen Usaha Pertambangan


Oleh Dr.Ir.Ukar W. Soelistijo, M.Sc, APU I. Pendahuluan Indikator keberhasilan perusahaan pertambangan (Acredited Mining Enterprise) menyangkut indikator keberhasilan manajemen keuangan dan indikator keberhasilan manajemen usaha pertambangan. Indikator manajemen keuangan dapat mencakup perihal berikut: 1. Sebagai perusahaan yang berkarakter good governance dan clean management, dengan dukungan sistem manajemen keuangan yang sistemis/professional, akuntabel , transparan/auditable. 2. Sistem penggalangan dana. a. Debt equity. b. Pengembalian hutang. c. Diversifikasi usaha. d. Pengembangan jasa. 3. Sistem pembukuan keuangan. 4. Sistem audit. Indikator keberhasilan manajemen usaha pertambagan dapat meliputi dari kegiatan hulu (manajemen cadangan), manajemen kegiatan produksi, sampai dengan kegiatan hilir (manajemen pasar). Dalam porsi ini hanya akan dibahas tentang pokok-pokok indikator manajemen usaha pertambangan. II. Indikator Manajemen Keuangan 1. Sebagai perusahaan yang berkarakter good governance dan clean management, dengan dukungan sistem manajemen keuangan yang sistemis/professional, akuntabel , transparan/auditable. a. Sistemis. Sistem keuangan suatu perusahaan perlu mampu menggambarkan suatu interaksi antara substansi engineering ekonomi dan akuntansi. Dari segi substansi engineering, memang keuangan timbul setelah adanya telaahan engineering apa yang disebut cash in (revenue) dan cash out (biaya operasional) yang terdiri dari fixed cost dan variable cost serta biaya commissioning atau biaya operasi awal sewaktu perusahaan belum menghasilkan revenue atau produksi. Dari segi ekonomi, memang perusahaan perlu melihat prospek ke depan dalam upaya menghasilkan keuntungan finansial dalam hal ini harga kapital (ROR) harus jauh lebih besar daripada biaya kapital, agar usaha dapat berkelanjutan. Dari segi akuntansi, memang keuangan perusahaan harus mampu menunjukkan balance sheet aktiva dan pasiva secara rinci

dari waktu ke waktu secara jelas. Dari mana uang dihasilkan dan ke mana uang dikeluarkan. b. Akuntabel. Keuangan perusahaan perlu selalu dapat dipertanggung jawabkan oleh manajemen kepada pemegang saham darri perputaran uang serta keharusan memperoleh keuntungan untuk keberlanjutan perusahaan secara jangka pendek, menengah dan panjang. c. Transparan/auditable. Last but not least keuangan perusahaan harus transparan bagi stakeholder, selalu siap diaudit oleh akuntan independen dan oleh sistem pengawasan intern. 2. Sistem penggalangan dana. a. Debt equity. Sumber dana perusahaan dapat sepenuhnya dari dalam (equity) ataupun dari luar (hutang) dan dari dalam ataupun dari luar sama sekali. Suatu kelaziman bahwa biasanya sumber dana merupakan gabungan sumber dari dalam dan dari luar, sehubungan dengan mengatasi resiko usaha. Suatu kebiasaan bahwa modal sendiri perlu di bagi dalam beberapa bidang usaha. Kalau suatu bidang usaha merugi dapat diimbangi oleh bidang-bidang usaha yang lain yang untung. b. Pengembalian hutang. Sharing usaha melalui hutang diperlukan kecermatan dalam sistem dan mekanisme pengembalian hutang. c. Diversifikasi usaha. Diversifikasi usaha dapat secara vertikal dari hulu ke hilir sehubungan peningkatan nilai tambah suatu komoditi atau secara horizontal atau pengembangan dari komoditi yang satu ke komoditi yang lain atau multi komoditi. Hal ini perlu dilakukan untuk menembus pasar atau kompartemen pasar sesuai dengan kebutuhan pasar atau konsumen. d. Pengembangan jasa. Di samping komoditi, suatu usaha dapat juga di bidang jasa. Justru jasa ini mempunyai lingkup pasar yang lebih luas dari hulu ke hilir. 3. Sistem pembukuan keuangan. Pembukuan keuangan merupakan catatan sistematis keuangan perusahaan untuk keperluan manajemen dan untuk keperluan audit. 4. Sistem audit. Sistem audit dapat dilakukan oleh intern perusahaan dan oleh tim akuntansi independen III. Indikator Manajemen usaha. A. Kronologis investasi pertambangan di Indonesia (UU No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing ; Generasi I sampai dengan Generasi VII). B. Indikator manajemen usaha. 2. Mempunyai maksimum cash flow (depresiasi dan untung). a. Pengertian cash flow dapat dilihat pada Gambar 2.1. b. Depresiasi bagi jaminan keberlanjutan usahanya sepanjang masa (sustainable enterprising), tidak sekedar hanya mengutamakan variable cost untuk memperoleh keuntungan yang marginal dengan mengabaikan fixed cost, yang

didalamnya terdapat depresiasi (lihat Gambar 2.2 Kondisi Perusahaan Beroperasi Terus Pada Total Average Cost). Kalau manajemen perusahaan kurang efisien, maka sering hanya memperoleh keuntungan yang marginal. Kalau manajemen cukup efisien dan dapat menguasai pasar, maka akan memperoleh keuntungan yang maskimal dan telah memperhitungkan fixed cost. Selanjutnya depreisasi capital dapat dialokasikan secara efektif, di samping untung yang optimal. Pada gilirannya perusahaan dijamin memperoleh gains dalam cash flow yang positif dan perusahaan adalah perusahaan yang sehat dan wajar. c. Untung (profit) yang mampu dialokasikan baik untuk retained earnings maupun reinvestasi (lihat Gambar 2.3 Proses Penyediaan Komoditi Mineral). 4. Mempunyai maksimum net social gains (NSG) manfaat sosial neto. a). NSG = Revenue Cost Net external effects (NEE) Pada hakekatnya terdapat beberapa model yang selalu berkembang sesuai dengan berkernbangnya waktu dan peubah-peubahnya, untuk mencapai optimalisasi dan ketelitiannya. Didefinisikan NSG dari suatu kegiatan ekspor sebagai nilai total dari komoditaskomoditas minus nilai dari komoditas intermedier dan faktor sebagai input plus net external effects (NEE). Untuk suatu pengkajian khusus (case study) dari produksi ekspor, NSG lebih baik didefinisikan sebagai nilai bersih dari nilai tukar asing yang diperoleh minus nilai dari sumber-sumber dalam negeri yang digunakan untuk memproduksi ekspor komoditas plus NEE, (Pearson and Cownie, 1974). Pada hakekatnya kedua definisi tersebut adalah sejajar. n NSGJ = i=j m aij i - s=1 fsj vs Ej (domestic);

m NSGj = (uj mj - rj) vj - S=2

fsj vs Ej (domestic foreign);

NSGj = Rj + Pj = Ej (private to social valuation); Rj m = (uj mj - rj) wi s=j = nilai tukar; fsj ws;

Wi Ws = harga pasar, dari faktor ke-s;

Pj E

m = (uj mj - rj) (vi - wi) + s=2 q q = Ljk + Tjk bk; k=1 k=1

fjs (ws - vs);

Ljk Tjk bk n m NSGj aij i fsj vs vi Ej uj mj rj

= aliran interseksi antarindustri; = external effect yang lain dari perusahaan ekspor ke-j kepada produsen atau konsumen ke-k; = social valuation dari external effect yang lain pada produsen atau konsumen ke-k; = jumlah komoditas yang dihasilkan sebagai output intermedier yang dipergunakan oleh perusahaan berikutnya; = jumlah faktor primer dari produksi yang digunakan untuk menghasilkan output; = net social gain dari perusahaan espor ke-j; = jumlah komoditas ke-I; = shadow price dari komoditas ke-I; = jumlah komoditas dari faktor ke-s yang digunakan dalam proses produksi dari perusahaan ekspor ke-j; = shadow price dari faktor ke-s; = shadow price dari foreign exchange; = external benefits (costs) dari perusahaan ekspor ke-i kepada ekonomi setempat (domestik); = nilai pendapatan (foreign exchange) dari perusahaan ekspor ke-j; = nilai total (langsung dan tak langsung dalam foreign exchange) dari komoditas yang diimpor untuk digunakan dalam proses produksi dari perusahaan ekspor ke-j;

= nilai total dari pendapatan repatriasi dari faktor produksi milik asing yang

dikerjakan oleh perusahaan ekspor ke-j. NSG adalah merupakan suatu hasil akumulasi (komposit) dari 3 macam pengaruh ekonomi, yaitu : ii) Economic rent. Economic rent dikaitkan dengan faktor-faktor kelangkaan dalam produksi, misalnya sumber alam, tanah atau entrepreneurship. Rent dari kegiatan ekspor diperoleh dari nilai output dikurangi semua biaya dari faktor-faktor dalam produksi. ii) Harga-harga pasar untuk input dan output dalam ekonorni yang sedang berkembang seringkali tidak mencerminkan kelangkaan dari faktor-faktor dan

komoditas. Adanya divergensi antara shadow price dan harga pasar menghasilkan suatu kesalahan alokasi dari sumber alam dan suatu kesalahan di dalam nilai output yang sedang diadakan observasi. iii) Industri-industri ekspor mempunyai kontribusi secara tak langsung terhadap NSG kepada pendapatan lokal lewat linkage effects dan beberapa hubungan ekonomi secara tidak langsung yang lain. Linkage effects terjadi bilamana industri-industri ekspor menaikkan atau menurunkan keuntungan dari industri-industri yang lain sebagai suatu akibat dari hubungan intersectoral supply and demand. Linkage benefits umumnya dihasilkan dari economies of scale, keuntungan produktivitas dari penggunaan faktor-faktor yang bawah guna, atau hasil dari externalities positif untuk sektor-sektor yang lain. Linkage costs didasarkan dari hasil tidak adanya kesempatan kerja dari faktorfaktor setempat atau dari suatu externality negatif terhadap sektor lain. Penilaian dari linkage effects adalah evaluasi ekonomi negara, di mana ini dapat dibagi dalam dua hal : Group pertama, meliputi backward linkages, forward linkages dan technological linkages. Backward linkages meliputi penggunaan dari input dan barang-barang kapital yang dihasilkan secara lokal oleh industri setempat, sedangkan forward linkages meningkat apabila output dari industri ekspor digunakan sebagai input oleh industri setempat yang lain. Technological linkages berhubungan dengan berbagai external effects yang diakibatkan oleh industri ekspor kepada industri-industri yang lain dalam ekonomi, termasuk berkembang-luasnya suatu teknologi baru atau metodametoda organisasi dan pembangunan infrastruktur. Pengaruh-pengaruhnya dalam perkembangan ekonomi adalah oleh adanya pendapatan tambahan, kesempatan kerja dalam industri-industri ekspor. Group kedua, meliputi fiscal linkages dan final demand linkages. Fiscal linkages didasarkan pada pembelanjaan dari faktor-faktor pendapatan yang dibayar oleh industri ekspor. Suatu pengaruh dari final demand linkages adalah positif, apabila pembelanjaan dari faktor pendapatan meningkat yang dihasilkan oleh industri ekspor dapat mendorong industri-industri pertanian dan industri-industri manufaktur lokal. b) Domestic Resources Cost (DRC) Untuk mengadakan evaluasi terhadap social benefits and costs dalam hubungannya dengan suatu kegiatan ekspor dapat ditilik dari domestic resource costs. m DRCj = fsj vs - Ej s=2 uj - mj - rj DRCj = domestic resources costs per unit dari foreign exchange yang

diperoleh (atau ditabung) oleh perusahaan ekspor ke-j. Apabila DRC adalah lebih kecil daripada shadow price dari foreign exchange, NSG adalah lebih besar dari nol (positif), dan apabila DRC adalah lebih besar dari pada shadow price tersebut, maka NSG adalah negatif ini merupakan hal yang menarik untuk diadakan observasi dalam hubungan adanya hambatan-hambatan dari suatu pemisalan bahwa DRC untuk memproduksi satu unit bersih dari nilai tukar asing dalam skala nyata (deflated). c) Net Gain Coefficient (NGC) Ini untuk memperbandingkan beberapa kegiatan ekspor yang berbeda. NSGj = (1 m + rj) (1 DRCj ) uj v1 NGC adalah sebagai perbandingan dari NSG terhadap output total yang dinilai pada shadow price dari nilai tukar asing. NGC menaik maka kontribusi dari kegiatan ekspor menaik dalam pendapatan nasional. NGC merupakan produk dari 2 hal, yaitu proposi dari nilai tukar asing yang tetap tinggal di dalam negeri dan suatu perbandingan yang menunjukkan efisiensi dari penggunaan sumber domestik. d) Penyebaran dari pendapatan perorangan dan pendapatan produktif (occupational) dan hasil dari kesempatan kerja dalam hubungannya dengan komoditas ekspor. Masing-masing pengaruh ini tergantung pada pemilihan teknologi yang digunakan dalam kegiatan ekspor dan biaya relatif yang dibayarkan kepada faktor yang digunakan dalam industri. Apabila nilai substitusi kecil di antara faktor-faktor dalam proses produksi, teknologi biasanya adalah lebih penting daripada harga relatif faktor dalam penyebarannya dari pendapatan dan tingkat kesempatan kerja. Dari nilai substitusi besar, maka harga relatif dari faktor-faktor akan lebih menentukan. Kerangka analitis dari model ini dapat diterapkan dengan sederhana dalam observasi terhadap ekonomi negara, asal data yang diperlukan dalam peubahpeubah penentu tersebut telah tersedia. Model ini selanjutnya dapat dikembangkan untuk berbagai komoditas atau sekelompok komoditas (mineral, pertanian, dan lain-lain) dalam suatu periode waktu ( tahun), dengan memakai suatu tahun sebagai basis perhitungan (dasar present value atau deflated value). Observasi ini dapat dibarengi dengan penilaian nilai ekspor secara aggregate analysis ataupun disaggregate analysis terhadap ekonomi

negara. Ini akan ditulis pada kesempatan berikutnya, di mana telah dicoba dalam tin dan karet sebagai pengkajian khusus.
Lampiran IV.4 Manfaat Sosial Neto Beberapa Perusahaan Pertambangan di Indonesia

5. Menjalankan misi community development secara optimum: fisik dan nonfisik. a.Kriteria keberhasilan CD adalah partisipasi dan kemandirian masyarakat : kemausiaan, sosial, ekonomi, lingkungan. b.Program : 1). Pengembangan kemandirian nonfisik atau sosial ekonomi. 2). Program fisik (sarana dan prasarana usaha) untuk wirausaha yang menunjang ke arah kemandirian. c. Konsep tentang Pengembangan masyarakat (community development). 1). Hakekat Secara hakekat, comdev merupakan suatu proses adaptasi sosial budaya yang dilakukan oleh industri, pemerintah terhadap kehidupan komuniti lokal. Tipologi/ruang lingkup program Comdev berorientasi pada: a).Community services (pelayanan kepentingan umum/masyarakat). b).Community empowerment/pemberdayaan masyarakat (memberikan akses yang lebih luas untuk menunjang kemandirian masyarakat). c).Community relation/hubungan masyarakat (pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan informasi kepada pihak terkait). Kasus salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan:

Cakupan bidang kegiatan yang dilaksanakan dalam program CD pada tahap awal adalah menciptakan suatu kelembagaan bersama antara perusahaan dan masyarakat setempat yang mengarah pada bentuk koperasi, kegiatan yang dilakukan dalam rangka kelembagaan tersebut adalah pembudidayaan ikan hias, rumput laut, pelatihan kepemimpinan, manajemen dsb; pembangunan sarana dan prasarana fisik yang sifatnya umum seperti peningkatan kualitas lingkungan, peningkatan sarana keagamaan, pendidikan, biang kesehatan, membantu kegiatan olah raga. Kelompok sasaran utama kegiatan CD di area kerja ialah masyarakat setempat dengan dasar penetuan adalah bahwa masyarakat tersebut yang menerima dampak langsung dari kegiatan pembangunan dan pengoperasian fasilitas produksi gas di wilayah tersebut. Dalam perjalanan waktu, dan untuk kegiatan dari sektor tertentu, kelompok sasaran juga mencakup masyarakat di wilayah lain, bahkan dalam hal tertentu (seperti beasiswa, olahraga) se wilayah yang lebih besar. Pedoman Comdev merupakan kegiatan yang dilakukan terencana dan sistematis diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi sosekbud yang lebih baik, sehingga masyarakat di tempat tersebut diharapkan menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik. 2).Pola pikir. Pola pikir tentang CD usaha pertambangan merupakan perangkat atas dasar prinsip bottom-up (Gambar 4.1). Pada dasarnya batasan CD adalah sebagai pembangunan dan pemanfaatan serangkaian struktur yang berlaku dan berlangsung dalam pemberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat tersebut dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Prinsip dasar dalam pengembangan masyarakat adalah melibatkan masyarakat dari sejak awal kegiatan untuk dapat mengenali kebutuhan-

Gambar III.5.1

kebutuhan yang nyata dan mewujudkan secara betrsama-sama dengan berbagai pihak terkait. Suatu kenyataan bahwa masyarakat di sekitar perusahaan besar sering kali dijumpai mempunyai tingkat kesejahteraan yang masih rendah, meskipun diakui bahwa perusahaan telah memberi bantua kepada mereka sekitarnya. Prinsip dasar program pengembangan masyarakat adalah: (1) consult with the community members and key stakeholders; (2) build trust between the company, community members and other stakeholders; (3) clearly define roles; (4) develop appropriate capacity; (5) mobilize core competencies; (6) set measurable goals; (7) forge partnership; and (8) plan for sustainable. Mengenai ruang lingkup CD mencakup upaya peningkatan kualitatif dari suatu sistem, termasuk peningkatan pemanfaatan sumber daya yang dapat dipelihara selama-lamanya dengan 2 perspektif pendekatan CD, yakni ekologi dan keadilan sosial yang dapat dijabarkan ke dalam prinsip-prinsip operasional, misalnya pembangunan yang terintegrasi; ketidakadilan struktural, hak asasi manusia; keberlanjutan; pemberdayaan; kepemilikan masyarakat; kepercayaan diri; tanpa kekerasan; konsensus; kerjasama; partisipasi; pendefinisian kebutuhan; keinklusifan; kebutuhan proses; proses dan hasil; bangunan masyarakat; jenis keahlian lainnya; pengembangan organisasi; tahapan pembangunan; tujuan jangka pendek dan visi akhir; kebebasan dari negara; serta hak personal dan politik. Dalam konteks pembangunan di sektor pertambangan, para ahli mencoba menterjemahkan program CD dalam indikator kerakyatan yang dapat ditelusuri dari beberapa hal, yaitu: pembangunan masyarakat, fisik, sosial,

ekonomi, lingkungan, budaya dan aspek legal yang sesuai dengan kondisi sekarang di lapangan , program perusahaan, dan keinginan masyarakat sekitar. Sebagai ukuran dasar kerakyatan, kegiatan CD suatu perusahaan tambang harus mencakup beberapa aspek penting, yakni: - Hubungan perusahaan dan rakyat dalam suatu program CD, dengan indikator- indikatornya : program CD memiliki konsep yang jelas, bagian khusus yang memiliki full-time staff yang dapat bekerjasama dengan para stakeholders terutama pemda dan masyarakat setempat, cakupan program yang meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat, kesinambungan waktu, dan proses perencanaan. - Aspek fisik (physical infrastructure capacity building) , dengan indikator: keberadaan pembangunan infratsruktur yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat antara lain ekonomi, kesehatan, pendidikan, olah raga, kesenian; distribusi pembangunan dari sisi geografis dan sektoral; pelaku dan penyandang dana fungsi pemeliharaan, serta ketersediaan sarana misalnya air bersih. - Aspek sosial, dengan indikator: penggunaan tenaga kerja lokal (jumlah dan kualitas); lapangan kerja pada masa konstruksi dan masa produksi; peningkatan ketrampilan; dan perencanaan yang partisipatif. Aspek sosial ini meliputi ekonomi, kesehatan, pendidikan, olahraga dan kesenian. - Aspek ekonomi, dengan indikator: hubungan perusahaan dan ekonomi masyarakat setempat secara backward, forward, final demand, dan technological lingkages; bantuan teknis berupa permodalan, bantuan manajemen, pengembangan institusi ekonomi masyarakat setempat, teknologi dan pemasaran. - Aspek lingkungan (fisik) yang mencakup dua hal, yaitu: program rehabilitasi lahan dan sumber alam, serta adanya peningkatan keamanan pangan. - Aspek budaya dan legalitas dengan indikator: regulasi penguasaan tanah; aspek legal tentang pendatang dan perlindungan masyarakat setempat; pembedayaan wanita; masalah lingkungan (keberlanutan sumber daya alam); jaminan sosial ekonomi pasca pertambangan. - Hubungan antara perusahaan dan pemda, dengan indikator: keterkaitan program CD dengan rencana pembangunan daerah; porsi dana dari perusahaan bagi pembangunan daerah; pola kemitraan di antara keduanya dalam program CD; kemudahan partisipasi bagi LSM dalam pelaksanaan program CD.

Di dalam industri pertambangan kegiatan CD tersebut merupakan investasi sosial dalam upaya meningkatkan kinerja produksi perusahaan tambang, karena dapat menghilangkan konflik antara perusahaan dengan masyarakat serta menjamin kelangsungan kegiatan usahanya, bahkan kalau mungkin masyarakat dapat merasakan dan ikut memiliki perusahaan. Kegiatan CD sebagai inti dari corporate social responsibility, bahwa manajemen perusahaan tambang mempunyai kewajiban moral untuk membantu kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat sekitarnya. Dalam dimensi pemberdayaan masyarakat, peran perusahaan tambang selain sebagi fasilitator juga berfungsi sebagai penggerak mula untuk mempercepat peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat menuju masyarakat yang memiliki kemandirian. Agar proses tersebut dapat optimal, maka peran tersebut harus merupakan bagian integral dari kegiatan pengembangan wilayah yang dilaksanakan oleh pemda, terutama dalam mengembangkan potensi wilayah dimana perusahaan tersebut beroperasi. Hal ini penting mengingat tuntutan masyarakat dalam era reformasi mengalami peningkatan. Para manajer korporat telah menyadari bahwa secara umum perusahaan merupakan servant of community, perusahaan bukanlah apa-apa tanpa adanya masyarakat. Perusahaan harus tidak hanya berpikir untuk keuntungannya belaka, tetapi harus berwawasan lebih luas untuk dengan sungguh-sungguh menunjang pertumbuhan ekonomi negara dan daerah di mana mereka berbisnis. 3).Ruang lingkup. Ruang lingkup studi tentang CD dapat meliputi: - Inventarisasi berbagai permasalahan yang berhubungan dengan berdasarkan beberapa instrumen, antara lain: wadah organisasi/lembaga, program, anggaran, target group, dan lain-lain. - Identifikasi dan analisis terhadap karakteristik/kekhasan masyarakat, antara lain: skala manusiawi, identitas dan pemilikan, kewajiban, nilai-nilai pewarisan, budaya, nilai-nilai kedaerahan. - Identifikasi dan analisis terhadap faktor-faktor keberhasilan pembangunan yang meliput: alternatif pembangunan, bebas dari tekanan, dan pembangunan dari bawah. - Identifikasi dan analisis terhadap keterkaitan dan manfaat usaha pertambangan terhadap daerah. Nilai manfaat ini sering disebut nilai manfaat sosial (net social gain) yaitu nilai perolehan total perusahaan dikurangi faktor masukan dan intermedier ditambah efek eksternal neto. - Identifikasi dan analisis terhadap potensi wilayah yang dapat mendukung kegiatan usaha pertambangan dengan menyertakan partisipasi masyarakat. - Merumuskan dan menyusun program CD yang standar bagi perusahaan pertambangan dengan memperhatikan kekhasan daerah dan masyarakat setempat. a).Upaya. Perusahaan dituntut melakukan upaya-upaya sebagi berikut:

- Membina dan mengembangkan hubungan secara harmonis dengan mengedepankan prinsip keadilan, keterbukaan, solidaritas fan penghargaan serta martabat manusia; - Meningkatkan jaringan komunikasi dan koordinasi tentang kegiatan perencanaan, pendayagunaan dan pemanfaatan sumber daya mineral untuk kepentingan msyarakat. - Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama di sekitar tambang agar mereka lebih mandiri, meiliki pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi persaingan pasar global. - Meningkatkan upaya pelestarian alam secara optimal dan pemanfaatan kekayaannya secara proporsional menghadapi pasca tambang dalam rangka transformasi struktural sosial ekonomi. - Meningkatkan suasana kondusif bagi pengembangan dunia usaha, koperasi, pengusaha kecil, dan lembaga ekonomi kerakyatan untuk kemaslahatan masyarakat. - Menciptakan lapangan kerja secara langsung dan tidak langsung dalam upaya menyejahterakan kehidupan masyarakat. - Meningkatkan suasana kehidupan masyarakat yang lebih maju melalui penataan lingkungan yang lebih manusiawi. - Membina dan meningkatkan hubungan yang harmonis dan bermakna dengan pemda dan lembaga masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. - Membina rasa kepemilikan dan rasa tanggung jawab masyarakat setempat terhada perusahaan. b).Keluaran solusi. - Mendorong kegairahan dan kegiatan ekonomi masyarakat terutama di sekitar lokasi kerja perusahaan, sekaligus menyiapkan mereka dalam proses transformasi struktural pasca tambang dari kehidupan berdasarkan ekonomi pertambangan ke ekonomi non-pertambangan. - Pemerataan pembangunan. - Memperluas lapangan kerja dan kesempatan kerja. - Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. - Tercipta kondisi hubungan kehidupan yang harmonis, mutualistis dan sinergis antara masyarakat setempat dengan perusahaan. d. Peran Sektor ESDM 1).Pada tahun 2001, kontribusi pada APBN 36%, PDB 13,76%. 2).Multiplier effect : comdev melalui pembanungan sarana, prasarana, ekonomi rakyat, pengembangan SDM serta sumberdaya yang lain.. 3).Mengupayakan terciptanya pembangunan pertambangan berkelanjutan. Berkelanjutan, apabila: = Memperhatikan misi lingkungan. = Memiliki tanggung jawab sosial. = Konsep bangjut terimplementasi dalam kebijakan tingkat masyarakat, industri maupun pemerintah. = Program bangjut memiliki ketersediaan dana cukup dan mempunyai nilai keuntungan. e. Kaitan Comdev dan kepentingan mikro dan makro ekonomi

1). Alasan perusahaan melakukan Comdev (Bangmas): - Mendapatkan izin lokal. - Mengatur dan menciptakan strategi ke depan dalam kerangka bangjut secara keseluruhan (holistik) bagi swasta, pemerintah dan masyarakat. Keberlanjutan mengarah pada keberlanjutan manusia (human), sosial (social), ekonomi (economic), dan lingkungan (environment). - Bagian dari pembentukan reputasi korporat melalui corporate social responsibility (CSR). CSR adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam ekonomi pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komuniti setempat dan masyarakat keseluturuhan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. - Menciptakan akses pasar yang lebih luas. CD merupakan tanggung jawab bersama, hak dan kewajiban semua stakeholder yang terlibat (perusahaan, pemerintah dan masyarakat). 2).Comdev penting bagi korporat. a).Untuk mendapatkan izin lokal (beradaptasi dan harmonisasi kegiatan usaha dengan komuniti lokal). b).Mengatur dan menciptakan strategi ke depan dalam pengembangan kemandirian masyarakat. c).Potensi meningkatkan nilai usaha terhadap perusahaan dalam hubungannya dengan good corporate governance, sebagai cara untuk memenuhi sasaran usaha. 3).Manfaat program comdev dari mikro ke makro: a).Mengurangi tingkat resiko. b).Membentuk reputasi korporat. c).Membangun modal sosial (kualitas SDM). d).Mengurangi biaya (prinsip pemanfaatan sumber daya lokal). e).Menambah pendapatan/keuntungan. f).Meningkatkan akses ke pasar. f.Manajemen program dan pemecahan masalah. 1).Prinsip dasar siklus pengelolaan program (project management): partisipasi, tranparansi dan akuntabilitas , dengan kegiatan identifikasi, monitoring dan evaluasi: 2).Perencanaan terdiri dari kegiatan: a). Identifikasi lingsos. b). Identifikasi program. c). Pembuatan proposal. *Hasil identifikasi digulirkan ke stakeholder anggota masyarakat. *Diutamakan proposal dari komuniti lokal. *Tim penilai beranggotakan komuniti lokal, pendatang, korporat, pemerintah daerah dan LSM. Kasus di sebuah perusahaan pertambangan:

Menyadari bahwa konsep ideal perencanaan program bangmas adalah perencanaan berperanserta (participatory planning), maka dalam penyusunan perencanaan program tersebut, perusahaan berupaya menempuh proses sebagaimana dapat disimak berdasar pada diakronis kegiatan yang dapat dipaparkan sbb: *Diadakan pertemuan dengan perwakilan masyarakat lokal dengan konsultan untuk mencari masukan guna membuat model bangmas. *Penyerahan konsep proposal bangmas oleh konsultan, dievaluasi dan disetujui. *Proposal dipresentasikan ke kantor pusat dan Pemda Tk II. *Pelaksanaan konstruksi pembangunan sarana fisik. Implementasi: *Keterkaitan aktivitas usaha jasa penunjang dengan CD. *Memaksimalkan TK lokal, dengan cara: #Pengupahan tenaga lokal bagi seluruh jenis pekerjaan yang tersedia. #Pelatihan tenaga lokal dengan kerjasama dengan pemerintah daerah. #Pengembangan tenaga lokal melalui pelatihan kemampuan manajerial. Menggunakan TkK lokal dalam program CD mempernudah analisis kebutuhan bagi kemuniti lokal karena mempunyai kesamaan pandangan kebudayaan. *Memakai subkontraktor lokal. *Menjalin usaha dengan komuniti pendatang. *Memaksimalkan keuntungan dari infrastruktur. *Mengintegrasikan kepedulian CD ke dalam proses pengembilan keputusan usaha. *Melakukan kemitraan dan kerjasama dalam usaha CD. d). Penilaian proposal. e). Persetujuan proposal. 2). Identifikasi lingsos dan identifikasi program: a). Identifikasi lingsos. iii. Pemetaan sosial. iv. Identifikasi pranata sosial komuniti lokal dan komuniti pendatang. Pranatan sosial atau institusi sosial adalah sistem antar hubungan norma dan peranan yang diadakan dan dilakukan guna pemenuhan lebutuhan yang dianggap penting oleh masyarakat, atau aktivitas khusus masyarakat. Norma dalam institusi sosial datangnya dari nilai budaya. iii.Identifikasi pola interaksi komuniti lokal dan komuniti pendatang.

iv.Identifikasi kebudayaan komuniti lokal dan pendatang. v.Identifikasi peesaingan, konflik, dan kerjasama sosial. b). Identifikasi prgram yang akan diterapkan. *Skala prioritas program. *Jaringan sosial antar unit produksi dan jasa penunjang. *Penyelarasan kebutuhan korporat dan masyarakat. *Kabutuhan tenaga kerja. *Perekrutan tenaga kerja. c). Perancangan program: =Tujuan program harus mencakup kebutuhan komuniti lokal dan pendatang. =Aktivitas apa yang akan dilakukan. =Hasil yang diharapkan. =Sumber daya yang akan digunakan. d). Penilaian program: =Pagu dana yang disesuaikan antara kebutuhan dan dan ketersediaan. =Keterkaitan usulan program dan tema program dengan kebutuhan masyarakat yang disepakati.. =Keterwakilan pelibatan masyarakat dalam tim penilai. e). Diskusi tim CD dengan unsur stakeholder. f). Persetujuan program dengan pertimbangan: = Apakah program dapat mengurangi kemiskinan. =Asal proposal dari komuniti asli/pendatang. =Aktivitasberdasar pada asa partisipasi. =Program bersifat adhoc/sementara atau terputus. g). Pelaksanaan program: =Bentuk kerjasama dalam pengembangan masyarakat lokal. =Rekanan yang terlibat; NGO, CBO, pemerintah, pemda, kepolisian. Mengintegrasikan kepedulian terhadap perbedaan sosial budaya antara perusahaan dan komuniti lokal diperlukan dalam keputusan usaha utnuk keberlanjutan aktivitas perusahaan. Kinerja organisasi yang dapat diajak bekerjasama: *Mempunyai kemampuan CD. *Memiliki pengetahuan tentang komuniti lokal.

*Kredibilitas. *Manajemen keuangan yang transparan. Pemilihan NGO sebagai jaringan sosial dengan perusahaan hendaknya disesuaikan dengan model kebutuhan yang diperlukan bagi korporat dan komuniti lokal. Kasus pada sebuah industri pertambangan: *Kegiatan dari pelaksanaan program CD di bidang pertambangan pada dasarnya bersandar pada rentang waktu untuk perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program sampai berakhirnya perusahaan di daerah tersebut. Sedangkan organisasi pelaksana program CD berada pada intern perusahaan yang pada dasarnya bekerjasama dengan berbagai pihak, di antaranya: pemerintah setempat (kabupaten, kecamatan, desa) perguruan tinggi, dinas teknis (kesehatan, perikanan, perhutani), kontraktor/konsultan lingkungan. *Kelompok sasaran kegiatan program CD adalah masyarakat desa yang menerima dampak langsung dari adanya kegiatan perusahaan. Sedangkan hasil yang diharapkan dari adanya program CD sampai sekarang belum menampakkan hasil yaitu kemandirian masyarakat. Sampai sekarang masyarakat hanya mampu menerima saja dan belum mampu untuk mengembangkan apa saja yang sudah dibangun secara bersama. h). Pemantauan program. Monitoring program lebih baik dilakukan oleh komuniti lokal dengan sudut pandang keberhasilan berdasar pada kebudayaan komuniti lokal yang bersangkutan. i). Evaluasi. f.Kategori Comdev dan kasus 1).Comdev dan tipologi wilayah kerja industri ESDM, ada 3 kategori: - Diaspora, dengan titik-titik pengusahaan menyebar. - Spot, areal pertambangan yang terkonsentrasi pada satu tempat. - Linear, suatu bentuk wulayah dampak yang disebabkan adanya kegiatan proyek yang mencakup beberapa wilayah. 2).Kasus CD dan pola kehidupan komuniti. -Berburu meramu. -Berladang berpindah atau ladang bakar. -Pastoral. -Sistem pertanian tanpa irigasi.

-Masyarakat dengan sistem mata pencaharian bertani menetap dengan irigasi. -Masyarakat industri dengan sistem perdagangan jasa dan barang sebagai mata pencaharian pokoknya. g.Keterkaitan stakeholder. -Langkah korporat: -Langkah pemerintah. -Langkah komuniti. h.Peranan Humas perusahaan 1).Humas bukan sekedar sebagai terompet bisnis perusahaan tetapi harus mampu sebagai completed staff work bagi pimpinan perusahaan dalam berkomunikasi untuk mengupulkan/mencari indikator dan mengukur tingkat keberhasilan program Comdev. Selanjut temuannya harus makin meperbaiki citra hubungan harmonis antara perusahaan dan komuniti setempat dalam menykseskan program CD-nya. Pengetahuan tersebut diturunkan dari konsep partisipasi (program CD) dan keberlanjutan (strategi program untuk menunjang kemandirian komuniti dari sisi human, sosial, lingkungan dan ekonomi). Partisipasi: pasif, respon, konsultasi, pemberian materi, fungsional, interaktif, mobilisasi diri. Keberlanjutan: kemanusiaan (human sustainability), sosial (social sustainability), lingkungan (environment sustainability), ekonomi (economic sustainability). Tujuh tingkatan partisipasi merupakan ukuran keberhasilan dari suatu program yang disesuaikan dengan rencana dan sasaran program dan juga dipakai sebagai patokan keberhasilan dengan mengacu pada bentuk partisipasi dalam identifikasi sosial. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan multietnik dan multiculture. Di mana kebudayaan yang berlaku mengacu pada bentuk kebudayaan nasional. Suku bangsa dan umum lokal yang kemunculannya pada konteks tertentu pada masyarakat yang sama. Aturan perusahaan/pemerintah akan dipahami dan diinterpretasi oleh komuniti lokal dengan memakai kebudayaan yang dipunyai, sehingga perwujudannya akan berbeda satu sama lain. Pemahaman partisipasi antar masing-masing komuniti dan kebudayaan akan berde-beda satu sama lain. 2). Pembangunan menimbulkan transformasi progresif pada ekonomi dan masyarakat. Elemen-elemen keberlanjutan menjadi penting:

- Ketersediaan dana. - Misi lingkungan. - Tanggungjawab sosial - Implementasi dalam kebijakan. *Nilai keuntungan. - Keuntungan dari sustainability: *Mengurangi biaya. *Menambah keuntungan. *Mengurangi resiko. *Membentuk reputasi. *Menciptakan modal sosial. *Menciptakan akses pasar. Empat komponen keberlanjutan: *Keberlajutan di bidang manusia, kualitas individu meningkat (pendidikan, kesehatan, ketrampilan, pengetahuan dan akses terhadap modal manusia). *Keberlanjutan di bidang sosial, ketahanan pranata sosial, modal sosial. *Keberlanjutan di bidang lingkungan hidup, kemampuan menjaga kestabilan modal lingkungan hidup. *Keberlanjutan di bidang ekonomi, penggunaan modal ekonomi secara efisien. 3). Partisipasi diukur dengan: a). Internal (sisi korporat). Kebijakan perusahaan tentang CD. Institusionalisasi kebiakan dalam organisasi. Program CD dan lokasi biaya. Kinerja atau output yang dihasilkan program. b). Eksternal (sisi pemerintah dan komuniti). *Tingkat partisipasi program (rencana-implementasi, monitoring dan evaluasi). *Tingkat kemandirian masyarakat. *Keberlanjutan dari program. i. Langkah ke depan 1).Masyarakat Indonesia yang multikultur akan menciptakan suatu peluang dan tantangan yang harus dilakukan oleh CD:

Sebagai penghubung antara rakyat, pemerintah dan swasta. Perekat industri dan masyarakat sebagai elemen yang terlibat langsung atau tidak langsung. 2).Faktor kunci kepedulian industri terhadap masalah sosial: *Melakukan assessment. *Mengadaptasikan program. *Memastikan keberlajutan. *Menghargai kesetaraan. *Mengembangkan kesadaran pengelolaan isu sosial. 3).Langkah industri dalam mengintegrasikan kepedulian sosial: *Kepekaan terhadap masalah sosial. *Penilaian cermat terhadap resiko sosial. *Tanggap terhadap perubahan. *Proses industri dipengaruhi perkembangan masyarakat. *Membangun kemitraan semua pihak. *Membuat mekanisme hubungan antar stakeholder. *Mengevaluasi efektivitas dan ivestasi sosial. 4).CD dalam lingkup pertambangan dapat berperan sebagai komunikator sekaligus sebagai katalisator yang merupakan jembatan antara industri dan komuniti yang ada di sekitarnya. Percampuran dan adaptasi sosial budaya terjadi di masyarakat antara komuniti lokal, pendatang, industri, dan pemerintah. CD sebagai alat untuk transformasi sosial, budaya, ekonomi, teknologi masing-masing komuniti. -Melalui audit sosial (sistematis, reguler, objektif dengan orientasi masa mendatang). Audit sosial merupakan perangkat untuk menilai suatu program yang sudah berjalan di masyarakat apakah program yang bersangkutan sesuai dengan sasaran yang telah direncanakan yaitu peningkatan pola hidup komuniti lokal. -Observasi partisipasi atau partisipatori merupakan metode yang yang tepat untuk menggali dan mengumpulkan data mengenai kebutuhan (needs) anggota masyarakat dari sudut masyarakat itu sendiri. 5).Industri tidak lagi hanya mewujudkan citranya melalui kampanye atau public relation tetapi harus mampu menunjukkan akuntabilitasnya kepada kepentingan publik. Pengusahaan yang akuntabel akan memperhatikan CSR

semaksimal mungkin dalam kerangka mewujudkan good corporate governance. Issu Johannesburg 2002, sektor industri ESDM: -Sumber daya yang tidak terbaharui. -Eliminasi dampak sosial negatif. -Kemandirian melalui kemitraan masyarakat lokal. Tujuan CD adalah empowerment. 6).UU Program Pembangunan Nasional No.25 Tahun 2000, khusus ESDM: -Prioritas kepada usaha yang mendukung CD. -Pembangunan daerah perwujudan Otda. UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi berisikan kewajiban industri ekstraksi untuk: -Menerapkan CD. -Perlindungan komuniti lokal. -Kemitraan antar stakeholder. 7).Program CD: -Bukan peredam konflik. -Tidak menomorduakan komuniti lokal. -Bukan pajangan semata. Tetapi sebagai elemen utama dalam menjaga stabilitas usaha/investasi. 8).Kerangka berpikir untuk CD memakai pemahaman masyarakat dari sudut masyarakat itu sendiri dan dengan pendekatan yang holistik (menyeluruh). 9).CD adalah kegiatan pengembangan masyarakat/komuniti yang dilakukan secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat gunamencapai kondisi sosial, ekonomi budaya dan kualitas kehidupan yang lebih baik. Hakekat CD: proses adaptasi sosial budaya, orientasi kepada kemandirian , strategi komuniti untuk kehidupan setelah kegiatan pertambangan selesai. 10).Stakeholder adalah individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan (Ann, 1998; Worl Business Council for Sustainable Development, 2002). Kasus perusahaan jasa penunjang yang berkaitan dengan industri ESDM, salah satu programnya adalah: mendidik beberapa tenaga kerja lokal yang masih baru untuk dapat berperan dalam perusahaan di mana mereka bekerja. Menciptakan kemandirian dengan cara mengenalkan kepada anak didik ke daerah lain di Indonesia yang menggunakan teknologi serupa, sehingga usaha

ini bertujuan menuju ke arah kemandirian dan usaha untuk meningkatkan etos kerja bagi anak didik. Tujuan lain dari pendidikan ini adalah selain menjadi izin lokal bagi perusahaan tersebut juga mengefisienkan biaya operasi dengan menggunakan sumber daya lokal. Kebudayaan adalah seperangkat nilai, aturan, pengetahuan dan norma yang dipunyai oleh manusia yang dipakai untuk memahami lingkungannya dan dipakai untuk mendorong terwujudnya tingkah laku (Suparlan, 2002). j. Penutup 1).Tanpa good corporate governance tidak mungkin tercipta CSR. Demokrasi menyangkut: *Kepedulian dalam kepentingan dan pemilikan publik. *Penciptaan struktur yang peduli terhadap pengambila keputusan, aspirasi dan akuntabilitas. Korporat tidak dapat berdiri sendiri dan sangat membutuhkan stakeholder dalam pengelolaan lingkungan yang ada, baik komuniti sekitar sebagai lingkungan sosial, juga sumber daya alam yang tak terbarukan. Sehingga korporat harus memperlakukan ke semua lingkungan tersebut secara seimbang dan berfungsi satu sama lain sebagai sebuah sistem. 2).Langkah pemerintah dalam sustainable development: *Pemberian aturan administtrasi dan prosedur monitoring dalam kaitannya dengan lingkungan dan persetujuan sosial. *Melakukan kegiatan praktis berkenaan dengan lingkungan dan pengkajian sosial. Jaminan terhadap masyarakat untuk tetap mempunyai akses. *Menjamin adanya monitoring dengan melalui jasa komuniti. *Menjamin keseimbangan dalam pembagian keuntungan di dalam fiskal dan kebijakan desentralisasi. *Menyiapkan jasa dalam penutupan tambang dan memonitor kagiatan penutupan tambang. 3).Langkah komuniti dalam sustainable development: *Belajar tentang tambang, menyiapkan usulan apabila diperlukan. *Mengorganisasikan anggota dan menciptakan konsensus. Membangun mekanisasi untuk memecahkan masalah perbedaan dan konflik. Membangun kepemimpinan dan kapasitas komuniti. Menghindari ketergantungan. Membangun infrastruktur, berpartisipasi dalam monitoring proyek. Membangun pendekatan regional dengan komuniti lain.

*Persiapan menghadapi situasi penutupan proyek. Memonitor rehabilitasi tambang, membersihkan aset yang tidak berguna. Membangun jasa pasca konstruksi perusahaan. 4).Uraian ini bersifat adaptif terhadap kondisi sosial budaya masyarakat sehingga senantiasa mengalami pergeseran dan merupakan substansi yang dinamis. 4. Menjalankan program pengembangan wilayah: jangka pendek, menengah dan panjang, dalam rangka membantu Pemerintah. a. Menyiapkan program rencana penutupan tambang (SK MESDM No. 1211/1995): penutupan tambang, likuidasi aset perusahaan, rehabilitasi lahan pasca tambang, dll. b. Menjalankan program pengembangan fisik: sarana/prasarana daerah, tata ruang, lingkungan fisik. c. Menjalankan program pengembangan nonfisik: ekonomi sosial wilayah/daerah, modernisasi daerah, CD, menjalankan program pemerintah untuk kepentingan daerah dan nasional. Ilmu regional (pengembangan wilayah) dapat diberi batasan-batasan seperti berikut: a)Suatu studi tentang masalah atau sifat laku sosial, ekonomi, politik, dalam suatu dimensi ruang; b)Ilmu ekonomi yang diterapkan mengait dengan ilmu sosial-budaya, politik dan lingkungan dalam dimensi waktu dan ruang dalam upaya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi-sosial yang merata; c)Ilmu yang mempelajari tentang suatu wilayah dalam suatu sistem, yang mencakup hubungan ruang (ecosystem) dan manusia dengan segenap kegiatannya (social system), serta kaitannya dalam membentuk suatu kesatuan yang lebih luas guna pengembangannya termasuk kelestarian dari wilayah tersebut. Secara sederhana pengembangan regional (wilayah) dapat digambarkan sebagai proses pada Gambar 1. Pengembangan regional dalam arti pembangunan ekonomi regional merupakan bagian dari masalah pemerataan (pembangunan) ekonomi.Dengan demikian sasaran pengembangan regional adalah untuk menciptakan keseimbangan kemajuan ekonomi antara daerah (atau wilayah) yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain, pengembangan regional adalah untuk mencegah sejauh mungkin kesenjangan kemajuan ekonomi antardaerah. Dan pada kenyataannya, kesenjangan atau ketidakseimbangan ekonomi-sosial tersebut terdapat di dalam antardaerah di Indonesia. Pembangunan regional berkelanjutan terdiri dari kata-kata: pembangunan yang berarti suatu kegiatan yang menimbulkan perubahan dan pertumbuhan, regional yang berarti skala wilayah atau daerah, dan berkelanjutan yang berarti efisien*), terjadi pemerataan pembangunan dan hasil pembangunan serta berwawasan lingkungan. Pada hakekatnya, pembangunan regional berkelanjutan adalah kegiatan yang menciptakan perubahan dan pertumbuhan

pada skala wilayah secara berkesinambungan dengan menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup, untuk mencapai tujuan. Pembangunan ialah mengadakan atau membuat atau mengatur sesuatu yang belum ada. Pengembangan adalah memajukan atau memperbaiki atau meningkatkan sesuatu yang sudah ada (Jayadinata, J.T, 1986). Wilayah (region) dalam pengertian geografi, merupakan kesatuan alam yaitu alam yang serba sama, atau homogen, atau seragam, dan kesatuan manusia, yaitu masyarakat serta kebudayaan yang serba sama yang mempnuyai ciri yang khas, sehingga wilayah tersebut dapat dibedakan dari wilayah yang lain. Wilayah geografi dapat mengandung wilayah geologi, wilayah tubuh tanah, wilayah vegetasi, wilayah bahasa, wilayah ekonomi, wilayah sejarah dan sebagainya. Ada dua macam pengertian wilayah, yaitu pengertian internasional (dapat meliputi beberapa negara yang mempunyau kesatuan alam dan kesatuan manusia), dan pengertian nasional (merupakan sebagian dari negara tetapi bagian tersebut mempunyai kesatuan alam dan kesatuan manusia. Dalam hal ini misalnya dalam kaitannya dengan pemanfaatan bahan galian, kriteria penilaian aspek sosial-ekonomi dalam optimalisasi pendayagunaan/pernanfaatan bahan galian industri dimaksudkan sebagai tolok ukur kelulusan dan segi nonfisik bagi kelangsungan suatu usaha penambangan/pengolahan bahan galian tersebut dalam hubungannya dengan program pengembangan wilayah di daerah. Kriteria nonfisik perlu dipadukan dengan kriteria fisik. Kedua kriteria fisik dan nonfisik tersebut diperlukan dalam penilaian bagi suatu hasil atau suatu rencana hasil pendayagunaan/pemanfaatan sumber daya alam dalam proses pengembangan regional (wilayah). Dalam hal ini bahan galian industri merupakan bahan galian yang mempunyai penting dalam pengembangan wilayah (regional). Beberapa kriteria penilaian aspek sosial-ekonomi dalam optimalisasi pendayagunaan/pemanfaatan sumber daya mineral industri untuk menunjang usaha pemerataan, yaitu: (1) Mendukung peningkatan keterkaitan antarsektor di daerah dan keterkaitan ekonomi antardaerah. Pengembangan sumber daya mineral di daerah diharapkan mampu menunjang dan merangsang pembangunan regional dalam hal meningkatkan keterkaitan antarsektor di daerah dan keterkaitan ekonomi antardaerah dengan menghasilkan komoditaskomoditas yang mempunyai nilai tambah setinggi-tingginya. Sebagai contoh: - Menunjang keterkaitan antarsektor, antara lain penyediaan batu dan pasir bagi pembangunan prasarana jalan, perumahan, penyediaan bahan baku/mentah kaolin bagi industri kertas, kwarsa bagi industri gelas, dan penyediaan pupuk dan batu gamping bagi penetralan lahan pertanian/perkebunan daerah transmigrasi misalnya di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. - Menunjang keterkaitan antardaerah antara lain penyediaan batu untuk bangunan jalan dari daerah Semarang ke Kalimantan Tengah dan dari Sulawesi Tengah ke Kalimantan Timur, penyediaan kwarsa dari Kalimantan Timur dan Belitung untuk PT Inti Glass di Jawa Timur. (2) Mendukung pembangunan di daerah yang mencakup (a) Meningkatkan pembangunan daerah berpendapatan rendah atau daerah

terbelakang. Sebagai contoh : Antara lain daripada menambang pasir di daerah surplus Tangerang lebih baik menambangnya di daerah minus Lebak (Banten Tengah). (b) Meningkatkan pemanfaatan setempat yang setinggi-tingginya di daerah antara lain dalam hal penciptaan kesempatan kerja setempat, peningkatan pendapatan per kepala, peningkatan kemampuan kewiraswastaan (keterampilan berusaha) dan produktivitas. -Penambangan pasir di Tangerang, batu di Kabupaten Semarang dan lain-lain hendaknya dapat menciptakan kesempatan kerja dan manfaat-manfaat ekonomis yang lain bagi penduduk setempat. -Di samping itu apabila potensi bahan galian telah habis tertambang dapat dimungkinkan adanya kepastian kelanjutan pengalihan ke arah transformasi usaha jenis lain antara lain tambak ikan pada bekas tambang, pertanian (perkebunan) setelah adanya reklamasi bekas tambang. (c) Menunjang usaha dalam memperkecil kesenjangan sosial-ekonomi antar daerah, di samping juga meningkatkan pembangunan daerah terpencil, antara lain penciptaan pola transmigrasi pertambangan ke daerah-daerah potensial sumber daya mineral di luar Jambal (Jawa-Madura-Bali). Sebagai contoh : Menciptakan usaha tambang di Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah di daerah-daerah proyeksi jaringan jalan, daerah industri dan daerah pemukiman yang akan dibangun. (d) Menunjang penciptaan dampak positif yang lain secara tidak langsung bagi pengembangan wilayah misalnya: i) Kemudahan keterdapatan dan pertukaran faktor-faktor masukan antar daerah untuk peningkatan usaha ekonomi antara lain: -tenaga kerja terampil yaitu para transmigrasi sebagai penambang secara alamiah di daerah asalnya. -modal dan teknologi yang dibawa oleh (dan) para transmigran penambang alami secara swakarsa. -informasi tentang adanya pasaran komoditas mineral di daerah setempat dan daerah lain. ii) Modernisasi daerah dalam hal ini: -penciptaan prasarana memudahkan komunikasi antardaerah; -keorganisasian usaha yang meningkatkan kemampuan masyarakat setempat dalam pengelolaan usaha secara terorganisasi; -sikap mental dan cara hidup masyarakat setempat dalam usaha secara lebih maju. iv) Kemandirian daerah dalam hal swadaya usaha. Contohnya: suatu masyarakat daerah yang ingin membangun rumahnya dengan tembok maka mereka mampu membuat bata sendiri. 3) Menunjang usaha pelestarian lingkungan nonfisik, antara lain bahwa dengan timbulnya kegiatan pertambangan di daerah turut mengembangkan tingkat sosial-ekonomi dengan turut meningkatkan kemantapan misalnya dalam segi pendidikan dan kesehatan dalam rangka pengembangan masyarakat di daerah.

Dengan adanya usaha tambang di suatu daerah tidak diharapkan adanya pengaruh-pengaruh budaya negatif terhadap budaya masyarakat setempat, tetapi justru diharapkan menunjang kelestarian budaya setempat. 4) Memenuhi penugasan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dengan misi strategis dalam rangka menunjang antara lain kestabilan politik. Adanya suatu kebijaksanaan pemerintah untuk membuka tambang di suatu daerah dengan tujuan antardaerah tersebut mulai berperan serta dalam pembangunan. Pada dasarnya, pedoman kriteria penilaian aspek sosial-ekonomi dalam pengembangan sumber daya mineral industri tersebut merupakan salah satu sarana penyaringan sekaligus pendukung optimalisasi pemanfaatan sumber daya mineral secara efisien dan rasional bagi pengembangan daerah melalui tata ruang kesepakatan.

Gambar 4.1 Proses Pengembangan Regional (Wilayah) Masukan Proses Pengalihan Keluaran Kriteria Penilaian

Re - Evaluasi

Sumber Daya Alam - Terbarukan - Tak Terbarukan (Mineral) Sumber Daya Manusia - Bekerja - Belum Bekerja Sumber Daya Penunjang Modal Kebijaksanaan Kelembagaan Prasarana Lain Misi: Pemerataan

Prasarana Sarana dan Lingkungan Fisik

Prasarana dan Sarana Tata Ruang Lingkungan Hidup (Fisik)

Pengembangan Regional

Terpadu & Seimbang

1. Mendukung Keterkaitan Ekonomi antarsektor di daerah dan Keterkaitan antardaerah

Sosial-Ekonomi

2. Mendukung Pembangunan di daerah: - Pembangunan daerah ber pendapatan rendah/terbelakang - Kemanfaatan setempat di daerah Antara lain: kesempatan kerja - Memperkecil kesenjangan sosial ekonomi antardaerah - Meningkatakan swadaya usaha dan kemajuan masyarakat. 3. Lingkungan Sosial Ekonomi 4. Memenuhi penugasan Pemerintah Pusat / Daera

5. Menjalankan kewajiban dan loyal terhadap pemerintah dengan baik: pemerintah tempat berusaha dan pemerintah asalnya. a.Membayar segenap kewajiban pajak dan kewajiban keuangan perusahaan pertambangan. 1). Iuran tetap (Dead rent):US$ 0.025 3 /ha. 2).Iuran produksi/eksploitasi (royalty). a). Konsentrat (Cu + Au) i. CR Cu = [(P x ACP) SRFS]] x PCT. PCT s.d US$ 0,9 1,5 s.l.d. US$ 1,1 3,5 US$ 0,9 1,1 1,5 + (ACP 90)/10 ii. CR (Au/Ag) = 1% harga jual. b). Mineral i. US$ 0,001 0,15/kg (7 mineral a.l.: besi, air raksa). ii. US$0,10 50/ton (16 mineral: batu gamping, yodium). iii. 4% - 10% harga jual (4 mineral/batu berharga). 3.).PPH Badan a. 15%, PKP, s.l.k. Rp 10 juta. b. 25%, PKP, l.b. Rp 10 juta s.l.k. Rp 50 juta. c. 30%, PKP, l.b. Rp 50 juta. 4). PPH karyawan pasal 21, 26 UU No. 7Tahun 1983). 5). PPH bunga, dividen, sewa, jasa (PPH 1984). 6). PPN (UU No. 8 Tahun 1970). 7). Bea materai (UU. No. 13 Tahun 1985). 8). Bea Masuk (UU No. 11 Tahun 1970). 9). PBB: a. Pra produksi = Iuran tetap. b. Periode produksi = Iuran Tetap + 0.5% x 20% dari penerimaan kotor. 10). Pungutan/Pajak Pemda. 11). Administrasi umum.

12). PHP kendaraan bermotor. 13.Pemenuhan kewajiban pajak b. Mematuhi segenap peraturan yang ada. Acuan pola dasar kebijakan terkait /Peraturan perundang-undangan yang berlaku. 1). Undang-Undang Dasar 1945: Pembukaan, pasal 33 ayat 3. 2). Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup , yang mencakup lingkungan fisik (kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan) dan lingkungan non fisik (mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya) yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain, perlu dikelola secara terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dalampelaksanaan pembangunan berkelanjutan. (Gambar III.2.1). 3). Undang-Undang No, 24 tahun1994 tentang penataan ruang: bahwa pengelolaan sumber daya alam yang beranekaragam di daratan, di lautan dan di udara, perlu dilakukan secara terkordinasi dan terpadu dengan sumber daya manusia dan sumber daya buatan dalam pola pembangunan yang berkelanjutan dengan mengembangkan tata ruang dalam satu kesatuan tata lingkungan yang dinamis serta tetap memelihara kelestarian kemampuan lingkungan hidup sesuai dengan pembangunan berwawasan lingkungan, yang berdasarkan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional (Gambar III.2.4 sampai dengan III.2.7). 4).Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam tak terbarui untuk menjamin pemanfaatannya secara bijak sana dan sumber daya alam terbarui untuk menjamin ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya. 5). Kawasan lindung. Pengelolaan kawasan lindung adalah upaya penetapan, pelestarian dan pengendalian pemanfaatan kawasan lindung. = Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan di bawahnya: kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, dan kawasan resapan air. = Kawasan perlindungan setempat: sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau, dan kawasan sekitar mata air. = Kawasan suaka alam dan cagar budaya: kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan sekitarnya, patani berhutan bakau, taman nasiona, taman hutan raya, taman wisata dan kawasan cagar budaya serta ilmu pengetahuan. = Kawasan rawan bencana alam: kawasan yang sering dan berpotensi mengalami bencana alam seperti letusan gunung api, gempa bumi, tanah longsor. 6). PP No. 27 tahun 1999 tentang analisis mengenai dampak lingkungan (Gambar III.2.2). Amdal adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

7).Keputusan Meneg LH No.14/Men LH/3/1999 tentang pedoman umum penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan. Analisis dampak lingkungan (environmental impact analysis (assessment)) : analisis mengenai dampak lingkungan dari suatu proyek yang meliputi pekerjaan evaluasi dan pendugaan dampak proyek tersebut terhadap lingkungan dan kehidupan manusia. Analisis mengenai dampak lingkungan : sebagai hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup. 8). Keputusan Meneg LH No.17 tahun 2001 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan. 9). PP No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengedalian pencemaran air. 10). Undang-Undang No. 11 tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan, Bab X pasal 30: "Apabila selesai melakukan penambangan pada suatu tempat pekerjaan, pemegang kuasa pertambangan yang bersangkutan diwajibkan mengembalikan tanah sedemikian rupa, sehingga tidak menimbulkan bahaya penyakit atau bahaya lainnya bagi masyarakat sekitarnya". 11). Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1969 tentang pelaksanaan ketentuan pokok pertambangan pasal 46 ayat 4: "Sebelum meninggalkan wilayah kuasa pertambangannya, baik karena pembatalan maupun karena hal yang lain, pemegang kuasa pertambangan harus terlebih dahulu melakukan usaha-usaha pengamanan terhadap benda-benda, maupun bangunan-bangunan, dan keadaan tanah sekitarnya, yang dapat membahayakan keadaan umum". 12). Perkembangan ligkungan hidup di dunia dapat dilihat pada Gambar III.2.3. 13). UU No. 32 dan 33 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah. Resume: Acuan Peraturan Perundang-undangan 0) UUD 1945 -Pembukaan: Negara melindungi bangsa dan tumpah darah dalam kesejahteraan dan kecerdasan - Ps 33 ayat 3: Bumi dan air dimanfaatkan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat. 1) UU 23/1997 : pengelolaan LH (melestarikan fungsi LH utk mendukung bangjut). a) PP 27/1999: AMDAL. Kep Meneg LH No 17/2001: Jenis Rencana Usaha/Kegiatan dilengkapi AMDAL. = 14 jenis, (Bidang ESDM nomor 11). Pertambangan umum: @ Luas KP 200 ha; luas daerah terbuka 50 ha/th.

@Produksi: Batubara/gambut 250.000 t/th, bijih primer 200.000 t/th; bijih sekunder 150.000 t/th; bh gal C 250.000 t/th, bgl radio aktif, bgl timah hitam. @ Tambang di laut. @ STD (submarine tailing disposal. @ Pengolahan bijih dengan cianidasi. GTL (Air bawah tanah): Debit 50 l/detik; 5 sumur/10 ha). Migas Kelistrikan Kep Meneg LH No 14/1999:Pedoman umum menyusun AMDAL. b) PP 82/2001:Pengelolaan kualitas air/pengendalian pencemaran air. 2) UU No 24/1994: Penataan Ruang: Tata ruang harus menyatu dengan tata lingkungan dengan dasar Wanus dan Tannas. 3) UU No. 5/1990: Konservasi SDA Hayati dan Eko sistemnya(RR/NRR menjamin supply dalam kualitas nilai dan keanekaragamannya. 4) UU No. 11/1967:Pokok-pokok pertambangan (Psl 30: mengembalikan tanah sedemikian rupa). PP No. 32/1969: Pelaksanaan UU No 11/1967); (Psl 46 ayat 4:..pengamanan). 5) Kawasan lindung: - Melindungi kawasan di bawahnya. - Melindungi kawasan setempat. -Melindungi kawasan suaka dan cagar budaya. -Melindungi kawasan bencana alam. 6). ANDAL dan AMDAL a). ANDAL (Environmental Impact Analysis/Assessment): analisis mengenai DL dari suatu proyek yang meliputi pekerjaan evaluasi & pendugaan dampak proyek (+/-) dari bangunannya, prosesnya maupun system dari proyek tersebut terhadap lingkungan dan kehidupan manusia. b). AMDAL (Psl 1 ayat 1 PP No. 27/1999): Kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada LH yang diperlukan bagi proses keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Kriteria dampak besar dan penting: a.Jumlah manusia terkena dampak.

b.Luas wilayah persebaran dampak. c.Intensitas dan lamany dampak berlangsung. d.Banyaknya komponen Lingkungan lainnya yang terkena dampak. e.Sifat kumulatif dampak. f.Berbalik(reversible) & tidak berbalik (irreversible) dampak. Instansi yg berwenang (memutuskan izin) Instansi yg bertanggung jawab(memutuskan kelayakan) -Komisi Penilai Pusat (+ Tim Teknis) -Komisi Penilai Daerah (+ Tim Teknis) Andal AMDAL Telaahan cermat -Kajian kegiatan &mendalam yang direncanakan utk proses pengambilan keputusan RKL RP UKL/UPL -Penangan- -Pemanan/kelola tauan

6.Menjalankan konsekuensi sebagai the servant of the community. a. Komitmen terhadap CD dan pengembangan wilayah ke arah pembinaan capacity building kemandirian masa depan masyarakat lokal.

b. Mampu menangkap aspirasi sosial dan politik bagi keharmonisan kehidupan bersama masyarakat (menjauhi kondisi enclave). 7.Terakreditasi tentang kompetensi usahanya oleh Badan/Lembaga yang berwenang. a. Terhadap kepastian hasil eksplorasi. b. Kepastian pasar (a.l. kontrak demand, harga). c. Memperoleh sertifikat dan mengikuti ISO secara konsisten. (9000 Baku mutu dan 14000-Manajemen lingkungan). 8. Beberapa permasalahan penting yang perlu diperhatikan oleh perusahaan. a. Beberapa paradox dalam pengembangan usaha pertambangan. 1).Sentralisasi dan desentralisasi. Revenue nasional masih bertumpu pada sektor pertambangan dan energi untuk membiayai beban biaya berskala nasional, di sisi lain daerah juga menuntut alokasi revenue dari sektor ini untuk kepentingan daerah sesuai peraturan perundangan otda. 2).Industri hulu dan industri hilir (Upaya peningkatan nilai tambah dan ekspor komoditi primer). Sektor PE sebagai sektor hulu sehingga menghasilkan komoditi primer, namun dituntut pula untuk meningkatkan nilai tambahnya dengan memasok komoditinya ke sektor hilir sebanyak mungkin untuk meningkatkan nilai tambahnya dengan sebanyak munkgin menghasilkan komoditi manufaktur ataupun jasa yang siap ekspor. 3).Padat teknologi dan padat karya (mass employment). Pada umumnya sektor PE memerlukan teknologi tinggi atau padat teknologi, namun di sisi lain juga dituntut untuk menyerap sebanyak mungkin tenaga kerja di Indonesia yang menghadapi banyak pengangguran. Pengembangan pertambangan skala kecil dan menengah harus dikembangkan pula untk menjawab masalah penyerapan tenaga kerja tersebut. 4).Masyarakat enclave (eksklusif) dan pengembangan masyarakat. Unit/sentra kegiatan PE pada umumnya berada di daerah terpencil, sertamerta keberadaannya sebagai industri padat kapital mampu menciptakan masyarakat enclave di tengah-tengah masyarakat tradisisonal. Hal ini perlu diatasi dengan program pengembangan masyarakat agar dapat diciptakan harmonisasi kehidupan kemasyarakatan seutuhnya dari dua sistem masyarakat tersebut. 5).The sun set industry dan pengembangan investasi baru. Gejala dihadapinya industri pertambangan di Indonesia sebagai the sun set industry, dengan telah ditutupnya beberapa unit produksi pertambangan misalnya Unit Pertambangan Emas Cikotok, pertambangan timah Singkep dan offshore timah di P Bangka Belitung, Pertambangan bauksit di Bintan, Pertambangan pasir besi di Cilacap, serta menjelang berakhirnya kegiatan

pertambangan emas PT Newmont Minahasa Raya, dan KEM dll, di sisi lain diizinkannya usaha pertambangan di wilayah hutan lindung dengan Perpu No 1 tahun 2004 dalam rangka eksplorasi dan eksploitasi baru. 6).Pelestarian LH dan penambangan di wilayah hutan lindung. Pelestarian LH merupakan keharusan dan kepedulian nasional dalam pengembangan berbagai pengusahaan SDA, di sisi lain juga dizinkannya usaha pertambangan di wilayah hutan lindung guna meningkatkan investasi baru dalam ekonomi nasional. 7).Meningkatkan GDP dan meningkatnya Gross National Pollution (internalisasi biaya LH). Jelas bahwa untk kemakmuran bangsa dan memecahkan masalah pengangguran perlu ditingkatkan GDP dengan tingkat pertumbuhan yang signifikan, namun di sisi lain dengan internalisasi biaya pelestarian LH dalam bidang pengusahaan juga akan menaikkan Gross National Pollution, namun sudah tentu jangan sampai mencapai angka Gross Domestic Product. Di AS sebagai negara kaya, Gross National Pollution ini mencapai sekitar 70% dari Gross Domestic Product. 8).Pajak tinggi dan pajak rendah (tax holiday). Perpajakan di Indonesia yang termasuk tinggi di dunia karena kebutuhan untuk menopang APBN terpaksa dilakukan, di sisi lain ada tuntutan usaha untuk menekan pajak dan pungutan semacamnya, kalau perlu dengan tax holiday, agar menarik investasi baru. Output nasional tergantung pada 3 faktor utama yaitu konsumsi, fiskal dan investasi. Output nasional tidak dapat terlalu lama bergantung pada konsumsi yang sementara ini berjalan, tetapi seharusnya pada investasi, sementara investasi masih terlalu lemah yang memerlukan dukungan iklim investasi yang segar antara lain dengan perbaikan pelunakan sistem fiskal. Rangkaian terpadu tersebut perlu ditangani secara kumulatif dan sinkron. b. Perkembangan era globalisasi. - 3 Bs to 2Ns. Pengabaian border of state, sectoral boundaries, and economic barriers menuju network of networks (multi jaringan). - Investasi bebas. Investasi mengalir ke wilayah yang paling sedikit atau kecil hambatan ekonomi dan nonekonominya. - Perdagangan bebas. Liberalisasi perdagangan dengan menekan hambatan tarif dan nontarif. - Lingkungan hidup. Pembangunan dan perdagangan berwawasan lingkungan - Haki Menentang cara/budaya bajakan yang amat merugikan perdagangan terutama jasa. - Demokratisasi

Rakyat dan daerah mulai memegang peranan dalam pengurusan kendali pemerintahan dan ekonomi serta bidang kehidupan lainnya. c. Perkembangan abad 21: J. Naisbitt dan Aburdene. (Lihat Lampiran ....). d. Agenda LH abad 21 (Bidang Pertambangan dan Energi). (Lihat Lampiran ....). III. Kasus perusahaan: PMA, BUMN, KP, SIPD, WPR, PETI. A. PMA. Manfaat finansial pengusahaan modal asing dibidang pertambangan umum telah dapat dirasakan, walaupun masih harus ditingkatkan secara terus-menerus atas dasar rambu-rambu peraturan perundangan yang berlaku. 1. Partisipasi PTFI Bagi Pembangunan Nasional. Manfaat finansial PTFI terhadap pembangunan Indonesia 1992-2000 dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Manfaat finansial PTFI terhadap pembangunan Indonesia (US$ juta)
1992 Manfaat langsung: Dividen Royalti Pajak penghasilan badan Pajak-pajak dan pungutan lainnya Manfaat tidak langsung: Gaji & upah Pembelian barang & jasa dalam negeri -Pembangun-an daerah & donasi -Reinvestasi & pengalihan 107 14 16 34 1993 94 16 9 18 1994 117 16 19 10 1995 297 19 43 162 1996 273 24 29 125 1997 237 18 32 120 1998 150 4 17 87 1999 173 2 22 118 2000 158 29 12 72 19922000 1.606 142 198 747 %

43 476 20 80 8 368

50 730 26 204 15 486

72 1.272 38 508 20 707

73 982 90 422 22 447

94 863 82 261 23 498

67 973 98 200 33 641

42 588 45 150 27 367

31 451 68 139 29 215

46 485 45 188 27 224

518 6.820 512 2.152 203 3.952

Jumlah keseluruhan

582

824

1.389

1.279

1.136

1.209

739

624

643

8.426

Manfaat funansial PTFI terhadap pembangunan Irian Jaya 1992-2000 dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Manfaat finansial PTFI terhadap pembangunan Irian Jaya (US$ juta)
1992 Manfaat langsung: Royalti Iuran tetap/ dead rent -PBB -Mineral C dan air -Pajak kendaraan -Pajak bangsa asing Manfaat tidak langsung: Gaji & upah Pembelian lokal -Pembangunan daerah & donasi -Reinvestasi Jumlah 411 537 783 584 527 697 371 284 14 12,45 0,07 1,17 0,10 0,01 397 18,26 3,59 7,60 367,84 1993 9 7,54 0,13 1,35 0,10 0,10 528 23,60 4,03 14,57 485,79 1994 18 15,45 0,23 1,71 0,10 0,28 0,10 765 35,30 3,89 19,21 706,56 1995 36 34,22 0,21 1,63 0,10 0,13 0,01 547 80,25 4,24 22,04 440,76 1996 27 23,43 0,25 2,43 0,50 0,13 0,01 500 72,13 5,75 23,38 398,99 1997 28 25,26 0,21 2.07 0,50 0,14 0,01 669 89,53 11,54 32,00 536,01 1998 16 13,37 0,31 1,64 0,40 0,04 0,00 356 39,64 7,54 25,45 282,99 1999 20 17,48 0,17 1,62 0,42 0,06 0,00 264 62,89 11,73 34,82 154,81 2000 19921999 167 149,19 1,57 13,62 2,22 0,76 0,06 4.027 421,60 52.31 179,07 3.373,7 5 4.194 %

keseluruhan

Sebagai contoh adalah PT Freeport Indonesia (PT Freeport Indonesia, 2000), setelah dimulainya kontrak baru selama kurun 1992-1999 manfaat finansial perusahaan tersebut terhadap pembangunan Indonesia adalah sekitar US$ 7,78 miliar, dan sebesar US$ 4,19 miliar bagi pembangunan Irian Jaya, serta sebesar US$ 160,26 juta bagi pengembangan wilayah dan masyarakat setempat. Juga diperkirakan manfaat finansial sebagai national gains bagi Indonesia dari PT Freeport Indonesia adalah sekitar 55% dari perolehannya. Data 1992-2000 menunjukkan bahwa partisipasi PT FIC dalam pembangunan nasional sebesar US$ 8,426 miliar terbagi sebagai manfaat langsung (dividen, royalti, pajak penghasilan badan, pajak-pajak dan pungutan lain) sebesar US$ 1,606 miliar dan manfaat tidak langsung (gaji dan upah, pembelian barang dan jasa dalam negeri, pembangunan daerah dan donasi, serta reinvestasi dan pengalihan) sebesar US$6,820 miliar. 2.Manfaat finansial PT newmont Nusa tenggara. Sebagai contoh manfaat finansial sebagai national gains dari PT Newmont Nusa Tenggara secara berjumlah akan mencapai sekitar 55% dari seluruh perolehan (gross revenue) selama umur tambang sebesar US$ 15,5 miliar (Tabel 3.3). ( Total projected mine life revenues, PT Newmont Nusa Tenggara, 1997) atau sebesar US$ 8,6 miliar. National gains tersebut sudah termasuk upah gajih pekerja/pegawai lokal/nasional perusahaan , pengembangan wilayah dan semacamnya sebagai retained benefit nasional. Dari national gains tersebut 11% jatuh ke tangan pemerintah. Tabel 3.3 Batu Hijau life of Mine Revenues and Costs Value (US$ Billion)
Total Projected Mine Life Revenues Less : Total Capital Expenditures Construction - During operations - Total projected interest payments - Total payroll mine life ($23 million/year) - Total training mine life ($ 8 million/year) - Total materials expenditure mine life ($ 220 million/year) - Total off-site treatment charges - Total taxes/Royalties mine life ($1.8 billion) - Reclamation expenditures 15.5 1.9 0.6 0.5 0.5 0.2 4.4 3.2 1.8 0.1

Indonesia Component %
40 40 100 100 100 14 100 100

Total projected expenditures Net revenue available for dividends (80% Foreign, 20% Indonesian) and Miscellaneous expenditures - Total Indonesian expenditures Capital - Total payroll mine life - Total training mine life - Total materials expenditures - Total taxes and royalties - Total reclamation - Total dividends Indonesian shareholders Total Indonesian expenditures Total

13.2 2.3 1.0 0.5 0.2 4.4 1.8 0.1 0.6 8.6 15.5

= 55.48% Indonesia

Kontribusi finansial dapat dibagi menjadi secara langsung dan secara tidak langsung. - Secara langsung melipu 13 jenis pajak yang dibayar perusahaan sesuai dengan pasal 13 Kontrak Karya. - Secara tidak langsung: = Upah dan tunjangan kesejahteraan karyawan nasional. = Pembelian barang dalam negeri. = Pembangunan fasilitas infratsruktur. = Pembangunan/kontribusi wilayah setempat. = Potensi penanaman modal kembali/ulang. Pustaka Ife, J, 1995, Community Development: Creating Community Alternatives Vision, Analysis and Practice, Longman. McArdle, J, cs, 1993, Resource Manual for Facilitators in Community Development, Employ Publishing Group. ., 2004, Pedoman Pengembangan Masyarakat Di Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral, Indonesia Center for Sustainable Development (editor), Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral RI, dan, Forum Komunikasi Pengembangan Masyarakat Di Industri Energi dan Sumber Daya Mineral.

Soelistijo, UW, dkk, 2003, Ekonomi Regional dan Model Penerapannya: Pengembangan Sumber Daya Mineral dan Energi Dalam Rangka Otonomi Daerah di Indonesia,Puslitbang tekMIRA, Balitbang ESDM, departemen ESDM.

Aliran Kas Dalam Industri Mineral


Dividen utk pemegang saham Kapital dipinjam Kontribusi kapital Aliran kas Pendapatan dari paten, perekayasaan, R&D dll R&D

Kas Perusahaan
Modal kerja

Investasi di luar

Investasi langsung

Perolehan penjualan

Operasi

Masukan operasi

- Penyusutan - Amortisasi -Deplesi - Pengurangan

Pendapatan terpajak
Pajak pendapatan

Untung neto

Gambar 2.1 Aliran Kas Dalam Industri Mineral

Gambar 2.2 Kurva ATC, AVC, MC dan Harga


P (C)

MC TAC TVC P Daerah P ideal

P di daerah ini, produksi terus

P di daerah ini, produksi tutup

LAMPIRAN I KETENTUAN PERPAJAKAN/KEUANGAN DAN LAIN-LAIN NON PERPAJAKAN DALAM KONTRAK KARYA
NO. FAKTOR-FAKTOR KETENTUAN GENERASI I (1967 - 1968) GENERASI II (1968 - 1976) GENERASI III (1976 - 1985) GENERASI IV (1985 - 1986) GENERASI IV (+) GENERASI V (1986 - 1996) GENERASI VI (1996 - 1997)

A.
1.

Perpajakan
Dasar Hukum

Hasil perundingan

Inpres No. 18/1968

PP No. 21 Tahun 1976

UU Pajak tahun 1984

Sama dengan Generasi IV

Surat Menteri Keuangan S-940/MK.04/1990 Tgl. 2 Agustus 1990 [Surat Menteri Keuangan S-565/MK.04/1993 Tgl. 12 Mei 1993] (UU Pajak 1991) -

S-718/MK.04/1995 Tgl. 5 Desember 1995 (UU Pajak 1994)

Sam S.7 Tgl (UU

2.

Kredit pajak investasi atau pengeluaran investasi. Bunga maksimum

8% dari investasi Maksimum 50% pendapatan kena pajak. Tingkat Bunga x 70% x DEC [Debts and Equity Capital]

20% dari investasi. Maksimum 5%/tahun. Dihitung berdasarkan atas perbandingan antara hutang dan modal 60 : 40

3.

NA

Dihitung berdasarkan atas perbandingan antara hutang dan modal 3 : 1

Sama dengan Generasi IV

Dihitung atas perbandingan modal dan hutang: b. 5:1 bila investasi s/d US$ 200 juta b. 8:1 bila investasi lebih dari US$ 200 juta

Sama dengan Generasi V

Sam Dih a. b.

mo

4.

Masa operasi yang diperhitungkan.

Tidak ditetapkan LCF : 3 th. Masa penetapan LCF : 3 th.

4 tahun 2 tahun

4 tahun 4 tahun

8 tahun

Sama dengan Generasi IV

5.

Depresiasi/tahun

Maksimum 12,5%

Maksimum : 12,5%

Maksimum 12,5% [garis lurus]. Dalam 4 tahun pertama untuk aset lain dikenakan 25%, dan bagi bangunan hanya dike-nakan sebesar 10%.

Gol. 1 : [masa pakai kurang dari 4 tahun dan tidak termasuk bangunan] : 25% Gol. 2 : [masa pakai antara 4 s/d 8 tahun, tidak termasuk gedung/ bangunan] : 25% Gol. 3 : [masa pakai lebih dari 8 tahun, tidak termasuk gedung/ bangunan] : 25% Gol. 4 : bangunan dan benda-benda bergerak lainnya : 25% Dengan metode menurun secara berimbang.

Golongan 1 : 50% Golongan 2 : 25% Golongan 3 : 10% Golongan 4 : 5%

Sama dengan Generasi IV [5tahun dan 8 tahun untuk KTI, Surat Menteri Keuangan S-565/MK.04/1993 Tgl. 12 Mei 1993] Golongan 1 : 50% Golongan 2 : 25% Golongan 3 dan 4 : 12,5% Dengan metode garis lurus

8 tahun

Sam (8

PP No. 34 Tahun 1994

Sam (P

NO

FAKTORFAKTOR KETENTUAN

GENERASI I (1967 1968)


Maksimum 12,5% Bebas amortisasi thn. 1-3 3 tahun Ada

GENERASI II (1968 - 1976)

GENERASI III (1976 - 1985)

GENERASI IV (1985 - 1986)

GENERASI IV (+)

GENERASI V (1986 - 1996)

GENERASI VI (1996 - 1997)

GENERA

6.

Amortisasi/tahun

Maksimum 12,5%

Maksimum 12,5%

25% menurun secara berimbang

Maksimum metode produksi -

20%, satuan

25%, menurun secara berimbang

PP No. 34 Tahun 1994

PP. 34 tah

7. 8.

Bebas Pajak Bebas masuk Iuran tetap (per hektar) bea

Ada

Untuk 10 tahun pertama sejak produksi komersial US$ US$ US$ US$ US$ US$ Peny.Umum: US$ 20/Km2 Eksplorasi: US$ 150/Km2. US$ US$ US$ US$ US$ US$ 0.01 dan US$ 0.03 0.08 - US$ 0.20 0.20 0.20 1.00 2.00

Untuk 10 tahun pertama sejak produksi komersial US$ US$ US$ US$ US$ 0.025-US$ 0.05 0.10-US$ 0.35 0.50 0.50 1.50-US$ 3.5

Sama dengan Generasi IV Sama Generasi IV dengan

Sama dengan Generasi IV US$ 0.0...-US$ 0.05 US$ 0.1-US$ 0.35 US$ 0.5 US$ 0.5 US$ 1.5-US$ 3.50

Sama dengan Generasi IV -

9.

Penyelidikan Umum: 0.005 Eksplorasi : 0.10 Studi kelayakan : 0.10 Konstruksi : 0.10 Operasi : 1.00 Lain-lain : 1.00 -

Sama de Untuk 1 sejak pr Sama de US$ 0.0 US$ 0.1 US$ 0.5 US$ 0.5 US$ 1.5

10.

Pengeluaran Minimum

Peny.Umum: US$ 45/Km2 Eksplorasi: US$ 450/Km2.

Sama dengan Generasi IV Sama dengan Generasi IV

Peny.Umum: 250/Km2. Eksplorasi: 1,000/Km2. Sama dengan Generasi IV

US$ US$

PU : 70 - 200 AS$ Exp : 200 - 2.600 AS$ Tergantung lokasi dan luas wilayah Insruksi Dirjen PU No. 04.I/291/DJPU/199 5 Tgl. 22 Maret 1995

Sama de PU : 70. Exp : 20 Tergant luas wia Instruks No. 04.I Tgl. 22 M

11.

Royalty

Sesuai SK Menteri Pertam bangan dan Energi N0. 352/1972 Contoh: Tembaga $ 0.025/Kg metal Standar harga $700/m.ton Atas dasar perhitungan: Jumlah Penjualan

Emas: 1% jika harga [P] US$ 300/ troy ounce. 2% jika harga [P] US$ 400/ troy ounce. { [P-300} { 1 + ----------} { 100} Jika P antara: US$ 300-US$ 400/troy ounce 1% jika harga (S) US$ 10/ troy ounce 2% jika harga [S] US$ 15/ troy ounce { [S-10} { 1 + ----------- } % { 5 } Jika S antara: US$ 10 - US$ 15/troy ounce

Sama dengan Generasi IV

Sama dengan Generasi IV

Kep. MPE No. 1166/844/MPE/19 92 tanggal 12 September 1992

Sama de Kap . MP MPE/199 Tanggal 1992

Sama dengan Generasi IV

Sama dengan Generasi IV

NO.

FAKTOR-FAKTOR KETENTUAN

GENERASI I (1967 - 1968)

GENERASI II (1968 - 1976)

GENERASI III (1976 - 1985)

GENERASI IV (1985 - 1986)


PLATINA: 1% jika harga [P] US$ 750/ troy ounce 2% jika harga [P] US$ 925/ troy ounce { [P-750 } { 1 + ----------- } % { 175 } Jika P antara: US$ 750 - US$ 925/troy ounce PBB pada tahap peny. Umum, Eksplorasi & Studi Kelayakan sebanding dengan Iuran tetap. Tahap Operasi: Iuran Tetap + 0,5% x 20% dari dari penerimaan kotor atas Oprs, Penambangan. 15% bagi yang bertempat tinggal tetap. 20% bagi yang tidak tetap.

GENERASI IV (+)

GENERASI V (1986 - 1996)

GENERASI VI (1996 - 1997)

12.

Pajak Daerah/PBB

Areal terbuka, sebanding dengan Iuran tetap. Untuk areal tertutup, dikenakan tarif khusus.

Sama dengan Generasi IV [Iuran tetap + (30% x 0,5% x nilai jual kotor hasil produksi, Surat Menteri Keuangan S-565/MK.04/1993 Tgl. 12 Mei 1993]. - 15% [Wajib Pajak Dalam Negeri] - 20% [Wajib Pajak Luar Negeri] - 15% [Wajib Pajak Dalam Negeri] - 9% (Jasa teknik/jasa manajemen] - 20% [Wajib Pajak Luar Negeri] Surat Menteri Keuangan S-565/MK.04/1993 Tgl. 12 Mei 1993. Sama dengan Generasi IV

Iuran tetap + (30%>6% x Nilai jual kotor hasil produksi)

Sam Iura Nil pro

13.

Pajak atas Bunga, Deviden & Royalti

10%

Sama dengan Generasi IV

- 15% [Pembayaran deviden Dalam Negeri] - 7,5% [Pemegang saham pendiri Dalam Negeri/Luar Negeri] - 15% [Jasa teknik/jasa manajemen] - 20% Pph pasal 26 UU Pph tahun 1994

Sam -

14.

Pajak Ekspor

Untuk bijih Tembaga: US$ 0.025 - US$ 700/m.ton. Tahun 1-10 : 35% 11 : 45%

Sama dengan Generasi III

Sama dengan Generasi IV

15.

Pajak Pendapatan Perusahaan

Tahun 1 -3 : dibebaskan 4 - 10 : 35% 5% dari penjualan bersih. 11 - ...... : 41,75% Min 10% dari penjualan neto

Tembaga : Tahun 1-10 : 35% 11 : 42%

Sama dengan Generasi IV - Tidak diberikan Fringe Benefit

Sama dengan Generasi IV

10%: s/d Rp 25 juta 15%: Rp 25 juta s/d Rp 50 juta 30%: Rp 50 juta lebih

Sam 10 15 juta 30

NO.

FAKTOR-FAKTOR KETENTUAN

GENERASI I (1967 - 1968) -

GENERASI II (1968 - 1976) -

GENERASI III (1976 - 1985) 60% of profits in exess of 15% rate of return on total founds using 3 years moving average. Sepenuhnya dikenakan sesuai peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia.

GENERASI IV (1985 - 1986) -

GENERASI IV (+)

GENERASI V (1986 - 1996) -

GENERASI VI (1996 - 1997) -

16.

Pajak Penghasilan Istimewa

17.

Pajak Penghasilan Perseorangan Asing

Tahun 1-10 : Maks pajak penghasilan sama dengan tingkat tarif pajak negara asal.

Maksimum pajak penghasilan sebanding dengan tingkat tarif pajak negara asal.

20% bila bekerja di Indone-sia <183 hari dalam 1 tahun. Sama dengan tenaga kerja Ind. bila bekerja di Indonesia > 183 hari dalam 1 tahun. - Fringe Benefit tidak dikenakan pajak. Sama dengan Generasi III

Sama dengan Generasi IV - Tidak diberikan Fringe Benefit

Sama dengan Generasi IV

PPH 21 pasal 26 20% > 183 hari

Sa Ge PP 20

18.

Pembukuan dalam $ AS & dalam bahasa Inggris - Bea-bea, pajakpajak dan pungutanPemda - Bea materai

Ada

Ada

Persetujuan Menteri Keuangan. Hanya yang mendapat persetujuan Pemerintah Pusat.

Ada

Diizinkan

Sa Ge Di

19.

Sama Generasi III

dengan

Sama dengan Generasi III

Sama dengan Generasi III

Hanya yang mendapat persetujuan dari Pemerintah Pusat. UU No. 13 tahun 1985

Sa Ge Ha me pe Pe

20.

Biaya-biaya administrasi pungutanpungutan

dan oleh

Hanya yang mendapat persetujuan Pemerintah

Sama Generasi III

dengan

Sama dengan Generasi III

Sama dengan Generasi III

Hanya yang mendapat persetujuan dari Pemerintah Pusat.

UU 19 Sa Ge Ha me pe

Pemda 21. Pajak Pengalihan Kepemilikan -

Pusat. Sama dengan Generasi II Sama Generasi II dengan Sama dengan Generasi II Sama dengan Generasi II Dipungut oleh Pemda dimana kendaraan terdaftar.

Pe

Sa Ge Dip Pe ke ter

Sama dengan Generasi II

Sama Generasi II

dengan

Sama dengan Generasi II

Sama dengan Generasi II

NO. 22.

FAKTOR-FAKTOR KETENTUAN a. Penghasilan karyawan b. Orang asing

GENERASI I (1967 - 1968)


Sesuai ketentuan yang berlaku

GENERASI II (1968 - 1976)


Sama dengan Generasi I

GENERASI III (1976 - 1985)


Sesuai ketentuan berlaku umum yang

GENERASI IV (1985 - 1986)


PPh pasal 21

GENERASI IV (+)
Sama dengan Generasi IV

GENERASI V (1986 - 1996)


PPh pasal 21/pasal 16 UU Pajak Penghasilan 1984 20% > 183 hari Apabila lebih dari 183 hari berdasarkan Pph pasal 21 UU Pajak Penghasilan 1984 UU Pajak 1991

GENERASI VI (1996 - 1997)


PPh pasal 21/PPh pasal 26 UU Pajak Penghasilan 1994 - 20% >183 hari, UU PPH 1994 - Apabila lebih dari 83 hari berdasarkan PPH 21 UU Pajak Penghasilan 1994 - UU PPN 1994

Sam pas Paja -

24. B 25.

PPN dan PPnBM Lain-lain [Non Perpajakan] Pemilikan Saham/Penawaran Saham Persetujuan RI DPR-

UU No. 8/1993

Sama dengan Generasi IV

Sam UU

Max 45%

5 - 51%

5 - 51%

Mengacu PP 20/1994

Mengacu PP 20/1994

PP.

26. 27.

0103/K/1971/DPA.GR/1 971 18-8-1971 26-5-1971

HM.00/4051/DPR-RI/1984 18-12-1984

KS.02/2987/DPR-RI/1986 27-9-1986

PW.00/5704/DPR-RI/1991 Tgl. 19 Desember 1991 [S.02/716/DPR-RI/1994 Tgl. 10 Pebruari 1994] 636/A.1/1991 Tgl. 7 Agustus 1991 [14/A.1/1994 Tgl. 27 April 1994] 30 Desember 1991 [5 Agustus 1994]

PW.001-390/DPR-RI/1996

KS. Tan

Persetujuan BKPM

694/A.S/084 30-8-1984

245/A.I/1986 8-9-1986

917/A.1996 Tgl. 23 Juli 1996

925 1 N

28.

Penandatanganan KK

1 April 1967

28 Juli 1968 4 Oktober 1971

27-2-1985

2-12-1986 24-10-1987

28 April 1997

19

29.

Daftar Perusahaan

1 KK

16 KK

3 KK

103 KK

-0-

8 KK Perusahaan KK terdiri dari: 1 PT FIC 2. PT Nabire Bakti Mining 3. PT Engelhard Indonesia [terminasi] Khusus PT FIC, depresiasi berdasarkan straight line basis [Perusahaan KK terdiri dari: 38 PT Paragon Perdana Mining 2. PT Ingold Antares 3. PT Newcrest Nusa Sulawesi 4. PT Eastern Irja Mining Corp. 5. PT Miwah Tambang Emas] Max. 25%

68 KK Perusahaan KK terdiri dari 68 Perusahaan

38 ( 34

30.

Batas wilayah

+ 25%

Max. 25%

Max. 25%

Max. 25%

Maksimum 62.500 Ha

Max

Keterangan: [

] Generasi V (+)

Lampiran
Country 1.Argentina 2. Bolivia 3. Brazil 4. Canada 5.Chile 6.China 7.Ethiopia 8.Ghana 9.Greenland 10.India 11.Indonesia 12.Ivory Coast 13.Kazakstan Corporate Income tax 33% 25%+surtax 15% 31.97% 35/42% 33% 35% 35% 35% 35/48% 30% 35% 30% Royalty yes yes yes none yes yes yes yes none yes yes yes Yes** VA on imported equipment 21%** 13%** Max 18% 7% 18%** 13% gold exempt none none none none 10%** 10%** 20%

...... Simpulan Tentang Perpajakan


Typical import duty 14%** 5% none 0% deferred 22% none none none 20%** 20%** 5%** Yes Typical export duty none none none none none none none none none none none 18%** none Dividend withholding tax none 12.5% none 25%/15% 35% none 10% none 35% 20% 7.5/15% 12/18%** 15% Interest withholding tax 13.2% 12.5% 15% 25%/15-5% 35% 20% none none none 20% 20% 18% 15% Foreign ownership restrictions none none none none none none none none none none none unknown none Government equity requirement none none none none none none none yes none none none unknown none Other significant taxes yes yes yes yes yes yes yes none yes yes

14.Mexico 15.Namibia 16.PNG 17.Peru 18.Philippines 19.South Africa 20.Sweden 21.Tanzania 22.USA :Arizona Nevada 23.Uzbekistan 24.West Australia

34% 25% + sliding 35% 30% 35% 35% 28% 35% progressive 16/36% 36%

none none yes none yes none yes yes none yes yes

15% none none 18% 0%/10% 14% 0/25% deferred none yes yes

10%** yes 11%** 12% 3%** 1% 9% 5/40% varies exempt yes

none none none none none none none 2% none Gold:20% yes

34% 0% nonresident 17% 1% 15% 12.5% none 20% 0-15%/30% 10% yes

15%** none none none 15% none none 15% 0-15%/30% 20% yes

none none none none none none none unknown none yes none

none none 30% yes none none none none none yes none

none yes yes yes none none yes yes yes

*conditions or limitations apply.

**cedits,refunds, exmptions and other means to reduce liability may be available.

Daftar Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Pertambangan dan Energi Di Bidang pertambangan Umum
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. Jenis mineral/Bahan Galian Air raksa Antimonit Bauksit Barit Batuan aspal Batubara (open pit0 Batubara (underground) Belerang Bijih nikel (Garnieritik) Bijih nikel (Limonitik) Bismut Besi magnetik/hematit Emas Gambut c. Granit blok d. Granit bubuk/pecah Ilmenit Intan Kobal Kristal kuarsa Kromit Mangaan Molibdenit Monasit Pasir besi Pasir urug (lepas pantai) Tingkat Kualitas (Kalori kkal/kg)) ... ... ... ... ... <5100 5100-6000 >6100 <5100 5100-6000 >6100 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... Tarif (%) 3,75 4,50 3,75 3,25 3,75 3,00 5,00 7,00 2,00 4,00 6,00 3,50 5,00 4,00 4,50 3,00 3,75 3,00 4,00 3,00 2,50 6,50 5,00 3,75 3,50 3,25 4,50 4,50 3,75 3,75 Dasar Perhitungan Logam Logam Bijih ... .... ... ... ... ... ... ... Konsentrat Logam Logam Logam Logam Logam ... ... .... Logam Karat Logam ... Konsentrat Bijih Logam Konsentrat Konsentrat ...

26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39.

Perak Pirit Platina Rutile Seng Tembaga Timah Timbal Titan Vanadium Wolfram Xenotim Yodium Zircon

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

3,25 2,50 3,75 4,50 3,00 4,00 3,00 3,00 3,50 4,50 4,50 4,50 3,75 4,50

Logam Konsentrat Logam Konsentrat Logam Logam Logam Logam Logam Logam Logam Konsentrat ... Konsentrat

Perpajakan dan Pungutan Lainnya PT freeport Indonesia Co.


No 1 Uraian
Pajak Badan

2 3

Pajak penghasilan keryawan (PPh 21) Royalty

Generasi I Modifikasi KK 28-12-1974 1/07/1974 s/d 30/06/1976 sebesar 30% 1/07/1976 s/d 30/06/1989 sebesar 53% 1/07/1983 s/d sekarang sebesar 42% Implementation Agreement tgl 2511-1989 Implementation Agreement tgl 2511-1989 -. 1,5 % dari net sales apabila harga Cu berada di bawah US$ 0.90/lb, 2,5% dari net sales apabila harga berada di atas harga US$ 0,90/lb sampai batas harga US$ 1,25/lb. -. 3,5% dari net sales apabila harga Cu di atas US$ 1,25/lb.

Generasi V Maksimum 35%, UU No. 7 Tahun 1983 PPh 21, UU No. 7 Tahun 1983 1,5% jika harga Cu di bawah US$ 0,90/lb 3,5% jika harga Cu di atas US$ 1,10/lb Jika harga antara US$ 0,90 s. /d US$ 1,1, rumusnya: % = 1,50 + (Harga Cu -90)/10. Au 1% dari harga jual. Ag 1% dari harga jual.

4.

5. 6. 7. 8.

Landrent Depresiasi Amortisasi


DER (Debt to Equity Ratio)

-. Sedangkan Au dan Ag 1%, dasar pernyataan dari harga rata-rata dalam kuartal dengan berpedoman pada Metal Weeks. US$ 2/Ha Maksimum 12,5% Maksimum 12,5%

Withholding Tax on Dividend, Interest, and Royalty


PBB

9. 10.
11.

Bea meterai Bea masuk PPN Pungutan, Pajak dan Bea-bea yang dikenakan oleh Pemda Pajak Pengalihan kepemilikan kendaraan bermotor dan kapal

12. 13.

US$ 1,50 3/Ha Golongan 1 & 2 Pasal 11 UU No. 7 Tahun 1983. Gol 3 & bangunan 12,5%. 25% 5:1 Investasi s/d US$ 200 juta. 8:1 Investasi lebih dari US$ 200 juta. 20%, UU No. 7 Tahun 19783 (non resident). 15%, UU No. 7 Tahun 1983 (resident). Landrent + (0,5% x 20% dari penerimaan kotor) Sesuai UU No. 13 Tahun 1995 Sesuai ketentuan yang berlaku Sesuai UU No. 8 Tahun 1983 Dapat dikenakan setelah disetujui oleh Pemerintah Pusat Sesuai ketentuan yang berlaku umum

14.

Gambar 1 Kecenderungan Dalam Era Globalisasi (Orientasi Pada Manusia Seutuhnya dan Masyarakat Seluruhnya) No A Megatrend (J. Naisbitt) * Masyarakat informasi * Teknologi canggih * Ekonomi global * Jangka panjang * Desentralisasi * Self help * Network * Selatan * Demokrasi partisipatip * Multi alternatip Aburdene * Masyarakat informasi dan jasa * Tenaga kerja terampil * Makin berperannya tenaga kerja wanita * Seni budaya, spriritual, agama * Workfare state * Biologi * Perusahaan dan SDM * Peran global bahasa Inggris * Peran Pasifik * Perdagangan bebas

Keterbukaan, kebebasan, tanggung jawab

Gambar III.10.1 Tinjauan Pelaksanaan Perlindungan Lingkungan dan Kesinambungan Sumber Daya Alam Dalam Sektor Pertambangan Umum - Dalam Rangka Agenda XXI
No 1 Kegiatan pelaksanaan Kegiatan perlindungan lingkungan dan SDA a.Peraturan Subsektor Pertambangan Umum -UU No 11/1967,PP No. 32/1969,Kepmen PE No. 1211/1995 (Galang rusmar), Kepmen PE No.1256/1996 (Susun Amdal), Kepmen PE 389/1995 (Susun UKL/UPL), Kepmen PE No 103/1994 (Pengawasan RKL/RPL), Kepmen No 01/P/1991 (Air raksa), Kepmen No. 2555/1993 (Pel Inspeksi Tambang), Kep DJPU No. 336/1996 (Jarek), Kep DJPU No 693/1996 (Domnis erosi), Kep DJPU 1245/1993 (Lakwas K3), Kep DJPU No 1247/1993 (Pengangkatan Lakins Tambang). - Pemanfaatan SDA tambang secara hemat dan optimal demi kesejahteraan rakyat dan fungsi LH. -Dilaksanakan oleh para pelaku usaha/pemegangKP/KK/PKP2B/SIPD?Tambang rakyat sd pasca pertambangan. -Domnis reklamasi bekas tambang,kendali erosi, kolam tailing; pelatihan pasa inspeksi tambang, pengelola lingkungan, pelaksana RKL/RPL. - Reklamasi bekas tambang, gas pembakaran briket bb, peruntukan lahan tambang, transformasi structural pasca tambang. -Meningkatnya lahan bekas tambang yang telah direklamasi, kesadaran lingkungan, kerjasama dengan

b.Kebijakan c.Pemasyarakatan d.Bimbingan pelatihan e.Litbang 2 dan

Hasil yang telah dicapai

Office of Surface mIning USA dalam pengelolaan dampak lingkungan. 3 Tantangan, kendala dan peluang a.Tantangan b.Kendala c.Peluang 4 Kebijakan dan sasaran perlindungan lingkungan -Tuntutan dan kepedulian masyarakat yang meningkat dan kritis; makin ketatnya persyaratan lingkungan internasional; banyaknya pertambangan skala kecil. -Kurangnya pengalaman aparat pemerintah dan perusahaan, kurang memadainya peraturan perundangan lingkungan; belum memadaunya performance standard kegiatan KL; persepsi tidak benar perusahaan akan pentingnya LH; terbatasnya dana. -Meningkatknay investor asing dengan pengalaman tentang LH; komitment kuat pemerintah dalam pertambangan berwawasan LH. -Pemnafaatn SD mineral dengan menjada kelestarian fungsi LH; pembangunan dalam penyediaan bahan baku mineral, lapangan kerja, devisa, pembangunan daerah terpadu. -Kordinasi, PETI, akrab lingkungan, fungsi lahan berganda; professional; lepas pantai, satndar, infrastruktur. -Peta tataguna hutan kesepakatan, tumpang tindih, PETI, lokasi WPR, reklamasi bekas tambang, peraturan perundangan.

You might also like