You are on page 1of 12

PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN DARAH (CLOTTING TIME)

Oleh : Kelompok II 1. Luh Putu Risca Dana Paramitha 2. Ni Luh Putu Arista Apriyanti 3. I Wayan Sritama Satya Nugraha 4. Ni Made Rai Novi Kartika 5. I Putu Aditama Dewantara (P07134011012) (P07134011014) (P07134011016) (P07134011018) (P07134011020)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2013

PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN ( CLOTTING TIME )

A. Faal Hemostasis Hemostasis adalah kemampuan alami untuk menghentikan perdarahan pada lokasi luka oleh spasme pembuluh darah, adhesi trombosit dan keterlibatan aktif faktor koagulasi, adanya koordinasi dari endotel pembuluh darah, agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Fungsi utama mekanisme koagulasi adalah menjaga keenceran darah (blood fluidity) sehingga darah dapat mengalir dalam sirkulasi dengan baik, serta membentuk thrombus sementara atau hemostatic thrombus pada dinding pembuluh darah yang mengalami kerusakan (vascular injury). Bilamana terdapat luka pada pembuluh darah, segara akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah sehingga aliran darah ke pembuluh darah yang terluka berkurang. Kemudian trombosit akan berkumpul dan melekat pada bagian pembuluh darah yang terluka untuk membentuk sumbat trombosit. Faktor pembekuan darah yang diaktifkan akan membentuk benang-benang fibrin yang akan membuat sumbat trombosit menjadi non permeabel sehingga perdarahan dapat dihentikan.

Gambar 1: Faal Hemostasis

Hemostasis terdiri dari enam komponen utama, yaitu: trombosit, endotel vaskuler, procoagulant plasma protein faktors, natural anticoagulant proteins, protein fibrinolitik dan protein antifibrinolitik. Semua komponen ini harus tersedia dalam jumlah cukup, dengan fungsi yang baik serta tempat yang tepat untuk dapat menjalankan faal hemostasis dengan baik. Interaksi komponen ini dapat memacu terjadinya thrombosis disebut sebagai sifat prothrombotik dan dapat juga menghambat proses thrombosis yang berlebihan, disebut sebagai sifat

antithrombotik. Faal hemostasis dapat berjalan normal jika terdapat keseimbangan antara faktor prothrombotik dan faktor antithrombotik. Pedarahan mungkin diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, trombosit, ataupun sistem pembekuan darah. Bila gejala perdarahan merupakan kalainan bawaan, hampir selalu penyebabnya adalah salah satu dari ketiga faktor tersebut diatas kecuali penyakit Von Willebrand. Sedangkan pada kelainan perdarahan yang didapat, penyebabnya mungkin bersifat multipel. Oleh karena itu pemeriksaan penyaring hemostasis harus meliputi pemeriksaan vasculer, treombosit, dan koagulasi. Biasanya pemeriksaan hemostasis dilakukan sebelum operasi. Beberapa klinisi membutuhkan pemerikasaan hemostasis untuk semua penderita pre operasi, tetapi ada juga membatasi hanya pada penderita dengan gangguan hemostasis. Yang paling penting adalah anamnesis riwayat perdarahan. Walaupun hasil pemeriksaan penyaring normal, pemeriksaan hemostasis yang lengkap perlu dikerjakan jika ada riwayat perdarahan.

B. Patofisiologi dan Pemeriksaan Laboratorium Faal Hemostasis Hemostasis normal dapat dibagi menjadi dua tahap: yaitu hemostasis primer dan hemostasis sekunder. Pada hemostasis primer yang berperan adalah komponen vaskuler dan komponen trombosit. Disini terbentuk sumbat trombosit (trombosit plug) yang berfungsi segera menutup kerusakan dinding pembuluh darah. Sedangkan pada hemostasis sekunder yang berperan adalah protein pembekuan darah, juga dibantu oleh trombosit. Disini terjadi deposisi fibrin pada sumbat

trombosit sehingga sumbat ini menjadi lebih kuat yang disebut sebagai stable fibrin plug. Proses koagulasi pada hemostasis sekunder merupakan suatu rangkaian reaksi dimana terjadi pengaktifan suatu prekursor protein (zymogen) menjadi bentuk aktif. Bentuk aktif ini sebagian besar merupakan serine protease yang memecah protein pada asam amino tertentu sehingga protein pembeku tersebut menjadi aktif. Sebagai hasil akhir adalah pemecahan fibrinogen menjadi fibrin yang akhirnya membentuk cross linked fibrin. Proses ini jika dilihat secara skematik tampak sebagai suatu air terjun (waterfall) atau sebagai suatu tangga (cascade). Proses koagulasi dapat dimulai melalui dua jalur, yaitu jalur ekstrinsik (extrinsic pathway) dan jalur intrinsik (intrinsic pathway). Jalur ekstrinsik dimulai jika terjadi kerusakan vaskuler sehingga faktor jaringan (tissue factor) mengalami pemaparan terhadap komponen darah dalam sirkulasi. Faktor jaringan dengan bantuan kalsium menyebabkan aktivasi faktor VII menjadi FVIIa. Kompleks FVIIa, tissue factor dan kalsium (disebut sebagai extrinsic tenase complex) mengaktifkan faktor X menjadi FXa dan faktor IX menjadi FIXa. Jalur ekstrinsik berlangsung pendek karena dihambat oleh tissue factor pathway inhibitor (TFPI). Jadi jalur ekstrinsik hanya memulai proses koagulasi, begitu terbentuk sedikit thrombin, maka thrombin akan mengaktifkan faktor IX menjadi FIXa lebih lanjut, sehingga proses koagulasi dilanjutkan oleh jalur intrinsik. Jalur intrinsik dimulai dengan adanya contact activation yang melibatkan faktor XII, prekalikrein dan high molecular weigth kinninogen (HMWK) yang kemudian mengaktifkan faktor IX menjadi FIXa. Akhir-akhir ini peran faktor XII, HMWK dan prekalikrein dalam proses koagulasi dipertanyakan. Proses selanjutnya adalah pembentukan intrinsic tenase complex yang melibatkan FIXa, FVIIIa, posfolipid dari PF3 (trombosit factor 3) dan kalsium. Intrinsic tenase complex akan mengaktifkan faktor X menjadi FXa. Langkah berikutnya adalah pembentukan kompleks yang terdiri dari FXa, FVa, posfolipid dari PF3 serta kalsium yang disebut sebagai prothrombinase complex yang mengubah prothrombin menjadi thrombin yang selanjutnya memecah fibrinogen menjadi fibrin.

Pemeriksaan faal hemosatasis adalah suatu pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui faal hemostatis serta kelainan yang terjadi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari riwayat perdarahan abnormal, mencari kelainan yang mengganggu faal hemostatis, riwayat pemakaian obat, riwayat perdarahan dalam keluarga. Pemeriksaan faal hemostatis sangat penting dalam mendiagnosis diatesis hemoragik. Pemeriksaan ini terdiri atas: 1. Tes penyaring Percobaan pembendungan Masa perdarahan Masa pembekuan Hitung trombosit Masa protombin plasma (Prothrombin Time, PT) Masa tromboplastin partial teraktivasi (Activated partial thromboplastin time, APTT) Masa trombin (Thrombin time, TT)

2. Tes khusus Tes faal trombosit Tes Ristocetin Pengukuran faktor spesifik (faktor pembekuan) Pengukuran alpha-2 antiplasmin

C. Pemeriksaan Masa Pembekuan (Clotting Time) Clotting time adalah waktu yg dibituhkan bagi darah untuk membekukan dirinya secara in vitro dengan menggunakan suatu standart yg dinamakan Clotting Time. Clot adalah suatu lapisan seperti liln/jelly yg ada di darah yg menyebabkan berhentinya suatu pendarahan pada luka yang dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Pemeriksaan masa pembekuan (Cloting Time) merupakan pemeriksaan untuk menentukan lamanya waktu yang dibutuhkan darah untuk membeku. Hasilnya

menjadi ukuran aktivitas faktor-faktor koagulasi, terutama faktor-faktor yang membentuk tromboplastin dan faktor-faktor yang berasal dari trombosit, juga kadar fibrinogen. Defisiensi faktor pembekuan dari ringan sampai sedang belum dapat dideteksi dengan metode ini, baru dapat mendeteksi defisiensi faktor pembekuan yang berat. Hal ini untuk memonitor penggunaan antikoagulan oral (obat-obatan anti pembekuan darah). Jika masa pembekuan >2,5 kali nilai normal, maka potensial terjadi perdarahan. Normalnya darah membeku dalam 4 8 menit (Metode Lee White). Penurunan masa pembekuan terjadi pada penyakit infark miokard (serangan jantung), emboli pulmonal (penyakit paru-paru), penggunaan pil KB, vitamin K, digitalis (obat jantung), diuretik (obat yang berfungsi mengeluarkan air, misal jika ada pembengkakan). Clotting time memanjang bila terdapat defisiensi berat faktor pembekuan pada jalur intrinsik dan jalur bersama, misalnya pada hemofilia (defisiensi F VIIc dan F Ixc), terapi antikoagulan sistemik (Heparin). Perpanjangan masa pembekuan juga terjadi pada penderita penyakit hati, kekurangan faktor pembekuan darah, leukemia, gagal jantung kongestif. Prinsip pemeriksaan clotting time adalah waktu pembekuan diukur sejak darah keluar dari epmbuluh sampai terjadi suatu bekuan dalm kondisi yg spesifik. Sampel yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah sampel darah segar.

Metode Pemeriksaan Masa Pembekuan Darah (Clotting Time) Dalam pemeriksaan masa pembekuan darah, terdapat dua metode yang dapat digunakan, antara lain: A. Metode Tabung ( Cara Lee White ) 1. Prinsip Diambil darah vena dan dimasukkan kedalam tabung kemudian dibiarkan membeku . Selang waktu dari saat pengambilan darah sampai saat darah membeku dicatat sebagai masa pembekuan.

2. Alat dan Bahan a. Alat Spuit Torniquet Tabung reaksi 10 X 100 mm = 4 buah Stop watch Water bath

b. Bahan Kapas Alkohol Swab Plaster

3. Cara Kerja a) Disiapkan 4 buah tabung reaksi. b) Ditempatkan ke 4 tabung reaksi ke dalam water bath (370C) c) Darah vena pasien diambil sebanyak 4 ml, stop watch segera dihidupkan pada saat darah tampak di dalam jarum . Darah pasien yang telah diperoleh dituangkan 1 ml kedalam setiap tabung. d) Setelah 3 menit tabung 1 mulai diamati. Diangkat tabung keluar dari water bath dalam posisi tegak lurus, lalu dimiringkan dan diperhatikan apakah darah masih bergerak atau tidak (membeku ). Dilakukan hal yang sama pada semua tabung setiap selang waktu 30 detik sampai terlihat darah dalam tabung sudah tidak bergerak (darah sudah membeku ). e) Dicatat selang waktu dari saat pengambilan darah sampai darah membeku sebagai masa pembekuan. Rata - rata hasil dari tabung 2,3,dan 4 dibulatkan 0,5 menit.

4. Nilai Normal Nilai normal untuk Clotting Time dengan metode tabung adalah 4 10 menit (370C).

5. Catatan a. Penetapan masa pembekuan dengan menggunakan darah lengkap sebenarnya suatu test yang kasar. Tetapi di antara tes menggunakan cara ini dianggap yang terbaik. b. Tes dapat dilakukan tanpa menggunakan waterbath , masa pembekuan pada suhu kamar lebih panjang. c. Disarankan tiap laboratorium untuk membuat nilai rujukan masing masing. d. Kesalahan teknik dalam pengambilan sampel, pencampuran darah dengan tromboplastin jaringan, adanya busa dalam spuit atau dalam tabung, menggoyang tabung yang tidak sedang diperiksa, spuit yang kotor cenderung memperpendek masa pembekuan. e. Diameter tabung yang dipakai juga berpengaruh terhadap hasil. Semakin lebar diameter tabung, semakin lama masa pembekuan.

B. Metode Kapiler 1. Prinsip Sampel darah kapiler pasien diambil sebanyak dua tetes dan diteteskan pada objek glass. Diamati adanya benang fibrin pada darah kapiler pasien dengan mengangkat darah dengan jarum setiap 30 detik lalu dicatat masa pembekuan darah pasien.

2. Alat dan Bahan a. Alat Lanset Objek glass Stopwatch Jarum / tusuk gigi b. Bahan Kapas

Alkohol Swab

3. Cara Kerja a) Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan di atas meja kerja b) Ujung jari pasien didesinfeksi dengan dengan alkohol swab dan dibiarkan mengering c) Ujung jari pasien ditusuk dengan lanset sedalam 3 mm hingga keluar darah d) Darah diteteskan sebanyak 2 tetes pada objek glass dan stopwatch dijalankan e) Darah pasien tersebut kemudian diangkat dengan jarum setiap 30 detik sampai terlihat adanya benang fibrin f) Masa pembekuan darah pasien kemudian dicatat.

4. Nilai Normal Nilai normal masa pembekuan darah untuk metode kapiler adalah 2 6 menit

5. Catatan a. Cara yang menggunakan darah kapiler kurang dapat diandalkan karena relative banyak cairan jaringan berisikan tromboplastin jaringan bercampur dengan darah yang keluar. b. Pemeriksaan dengan metode ini sebaiknya dilakukan secara duplo.

C. Cara dengan Tabung Kapiler (Menurut Duke) 1. Prinsip Sampel darah kapiler pasien diambil dan pada saat darah keluar, darah dimasukkan ke dalam tabung kapiler. Tiap 30 detik, tabung kapiler dipatahkan pada daerah goresan yang telah dibuat. Masa pembekuan adalah saat terlihatnya benang fibrin terhitung mulai dari stopwatch dijalankan.

2. Alat dan Bahan a. Alat Tabung kapiler dengan diameter 1-2 mm dan panjang 10 cm. Kikir ampul Lancet Stopwatch b. Bahan Kapas Alkohol swab

3. Cara Kerja a. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan. b. Tabung kapiler digores dengan kikir ampul dengan jarak 1 cm supaya mudah dipatahkan. c. Ujung jari pasien didesinfeksi dengan dengan alkohol swab dan dibiarkan mongering. d. Ujung jari pasien ditusuk dengan lanset sedalam 3 mm hingga keluar darah. e. Stopwatch mulai dijalankan pada saat darah keluar dari tusukan. f. Tetesan yang pertama keluar dihapus, dan tetesan berikutnya dihisap ke dalam tabung kapiler dengan memanfaatkan daya kapilaritas tabung. g. Tiap 30 detik tabung kapiler dipatahkan pada goresan yang telah dibuat. h. Masa pembekuan ialah saat terlihatnya benang fibrin pada pematahan kapiler terhitung mulai dari stopwatch dijalankan.

4. Nilai Normal Nilai normal masa pembekuan darah untuk metode tabung kapiler adalah 2 6 menit

6. Catatan c. Cara yang menggunakan darah kapiler kurang dapat diandalkan karena relative banyak cairan jaringan berisikan tromboplastin jaringan bercampur dengan darah yang keluar. d. Pemeriksaan dengan metode ini sebaiknya dilakukan secara duplo.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Homeostasis. Diakses di: http://laboratorium-analisys-rafsan.blogspot.com/2012/07/homeostatis.html. diakses tanggal: 13 September 2013 Anonim. 2011. Clotting Time. Diakses di: http://adiyarea.blogspot.com/2011/11/clotting-time.html. diakses tanggal: 13 September 2013 Bakta, I Made,Prof.,Dr. 2007. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC Gandasoebrata. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat

You might also like