You are on page 1of 9

TUGAS INDIVIDU

PERAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SURAKARTA DALAM PENANGGULANANGAN BENCANA

Oleh:

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu Negara di dunia ini yang sangat rawan bencana. Hampir semua jenis bencana bisa terjadi di Indonesia. Bencana alam maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialamai Indonesia. Hal ini disebabkan letak geografis, kondisi geografi, serta keadaan psiko-sosiokultural masyarakatnya. Bencana yang paling mematikan pada awal abad XXI juga bermula dari Indonesia. Pada tanggal 26 Desember 2004, sebuah gempabumi besar terjadi di Propinsi NAD. Gempabumi ini memicu tsunami yang menewaskan lebih dari 225.000 jiwa di sebelas negara dan menimbulkan kehancuran hebat di banyak kawasan pesisir di negara-negara yang terkena. Sepanjang abad XX hanya sedikit bencana yang menimbulkan korban jiwa masif seperti itu. Di Indonesia sendiri gempa bumi dan tsunami mengakibatkan sekitar 165.708 korban jiwa dan nilai kerusakan yang ditimbulkannya mencapai lebih dari Rp 48 triliun, Propinsi Jawa Tengah merupakan salah satu propinsi dengan indeks rawan bencana yang tinggi. Hampir seluruh kabupaten/kota di propinsi Jawa Tengah berlabel merah dalam peta bencana yang dikeluarkan BNPB pada tahun 2010. Ancaman bencana di Jawa Tengah terutama berkaitan dengan bencana kegunung-apian dan kegempaan. Dari 30-an kabupaten/kota di Jawa Tengah, beberapa diantaranya dikatagorikan dalam label kuning yang berarti indeks bencana pada kabupaten/kota tersebut tergolong sedang. Salah satu diantara kabupaten/kota tersebut adalah Kota Surakarta. Bencana yang terjadi di Surakarta berkaitan dengan banjir sungai bengawan solo yang terakhir terjadi pada tahun 2007. Di setiap kejadian bencana, Institusi Kesehatan terutama Rumah Sakit selalu memegang peran yang sangat penting. Akan tetapi berdasarkan pengalaman di lapangan, terkesan bahwa Rumah Sakit sering kali tidak menunjukkan kesiapan yang memadai menghadapi bencana ini. Akibatnya disetiap kejadian bencana, hambatan dan kekurangan-kekurangan yang sama selalu berulang ditemui oleh Rumah Sakit. Salah satu penyebab ketidaksiapan Rumah Sakit tersebut adalah 2

belum adanya petunjuk yang baku sehingga belum ada persepsi yang sama terhadap kesiapan menghadapi bencana. Di sisi lain, keadaan tertentu rumah sakit menjadi korban dari bencana, seperti kejadian gempa bumi disertai Tsunami di Aceh tahun 2004, rumah sakit mengalami total collapse dari semua sistem yang ada di rumah sakit (infra struktur, sarana, tenaga, peralatan dan lain-lain) dan gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta, rumah sakit mengalami collaps function sementara waktu. Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. (UU No. 44 tahun 2009) pasal lain menyebutkan bahwa pendirian Rumah Sakit bertujuan memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit. Disisi lain untuk kepentingan akreditasi rumah sakit ditetapkan bahwa setiap rumah sakit harus memiliki Hospital Disaster Plan secara tertulis. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Surakarta secara resmi berdiri pada tahun 1962. Dalam perjalanannya kemudian pada tahun 2001 Rumah Bersalin Banjarsari bersama Balai Pemeriksaan (BP) Balaikota Surakarta dilebur menjadi satu dan dirubah namanya menjadi Unit Pelaksana Teknik Daerah (UPTD) Dinas Kesehatan Kota Surakarta yang pada perkembangannya berganti nama menjadi UPTD Rumah Sakit Daerah (RSD) Kota Surakarta yang mempunyai tugas pokok yaitu menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya pencegahan, penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta melaksanakan upaya rujukan sesuai dengan Undang-undang yang berlaku. Saat ini RSUD Surakarta telah berubah menjadi Badan Layanan Umum (BLU).

BAB II ANALISIS

Gambar 1. Peta Daerah Rawan Banjir di Kota Surakarta A. Kondisi Geografis Surakarta Kota Surakarta merupakan sebuah Kota di Propinsi Jawa Tengah yang memiliki luas wilayah + 44 km2 dengan jumlah penduduk mencapai 500.000 jiwa. Jumlah tersebut dapat bertambah pada jam kerja, mengingat Kota Surakarta berbatasan langsung dengan beberapa kabupaten yang termasuk dalam Eks Karesidenan Surakarta, sehingga banyak mereka yang bekerja maupun menempuh pendidikan di Kota Surakarta bertempat tinggal di luar Kota Surakarta. Secara geografis, Kota Surakarta berbatasan langsung dengan Kabupaten Boyolali dan Sragen di sebelah utara, Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan, Kabupaten Karanganyar di sebelah timur, dan Kabupaten Boyolali di sebelah

barat. Kota Surakarta juga dilalui salah satu sungai besar dan terpanjang di Indonesia, yaitu Bengawan Solo. Sungai tersebut berhulu di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri berjalan melintasi beberapa kabupaten hingga bermuara di Jawa Timur. Berdasarkan letak geografis tersebut, Kota Surakarta memiliki sejumlah potensi bencana alam yang dapat mengancam warganya. Sejumlah potensi bencana alam yang mungkin terjadi diantaranya banjir dari sungai Bengawan Solo yang menjadi langganan setiap tahun di kawasan pemukiman padat penduduk sepanjang aliran sungai (Gambar 1). Terakhir pada tahun 2007 terjadi banjir besar dengan kerugian mencapai 11,28 miliar rupiah. Banjir tersebut terjadi di 12 kelurahan yang terbagi dalam 5 kecamatan, serta 6.000 lebih rumah rusak. Berdasarkan kejadian bencana banjir yang sudah menjadi langganan setiap tahunnya sejak tahun 1960-an, maka pemerintah Kota Surakarta telah menerbitkan Peraturan Walikota (PerWal) No. 8 Tahun 2006 tentang Pembentukan Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi Kota Surakarta yang beranggotakan Muspida dan pihak terkait. Selain adanya pembentukan Peraturan Walikota tentang Satuan PBP, Pemkot Surakarta juga melakukan relokasi kepada warganya yang tinggal di bantaran Sungai Bengawan Solo sebagai upaya normalisasi aliran sungai. Sejumlah warga yang rumahnya terkena dampak banjir dipindahkan ke rumah susun dan sejumlah lain direlokasi dilokasi yang aman. B. Peran dan Kesiapan RSUD Surakarta dalam Penanggulangan Bencana Dalam penanggulangan berbagai bencana, baik bencana alam maupun bencana akibat kelalaian manusia, fasilitas kesehatan dihadapkan pada kemampuan untuk menanggulangi korban bencana tersebut. Bencana alam selalu berkaitan banyaknya korban dengan berbagai gangguan kesehatan yang harus ditangani dengan cepat. Beberapa contoh keadaan yang membutuhkan penanganan cepat adalah trauma (berbagai jenis trauma seperti fraktur, laserasi, kombusio, dll), kegawatdaruratan dibidang-bidang tertentu (asfiksia, aspirasi, 5

dll). Dari kedua hal tersebut dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa penanganan bencana membutuhkan kecepatan dan ketepatan dalam menangani korban. Oleh karenanya diperlukan tempat yang luas untuk menampung korban bencana, mengingat korban bencana terutama bencana alam jumlahnya sangat banyak. Disamping itu diperlukan juga tenaga medis yang memadai secara jumlah dan juga terampil untuk memberikan pelayanan mulai dari triase sampai dengan perawatan korban bencana. Selanjutnya yang tidak kalah penting adalah fasilitas penunjang yang memadai dan siap digunakan pada saat bencana seperti logistik obat, alat-alat yang menunjang pasien gawat darurat (drag bar, monitor ICU, ventilator, x-ray, dll). RSUD Surakarta sebagai salah satu Rumah Sakit Umum tipe D (menuju tipe C) yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Surakarta memiliki peran dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat, salah satunya berkaitan dengan Penganggulangan Bencana. Dalam Peraturan Walikota No. 8/tahun 2006 disebutkan bahwa salah satu anggota pelaksana Satuan BPB adalah rumah sakit yang berada di Kota Surakarta. Oleh karena itu, sebagai rumah sakit milik pemerintah kota, RSUD Surakarta merupakan salah satu pelaksana penaggulangan bencana di Kota Surakarta. Bencana yang sering terjadi di Surakarta adalah banjir, berdasarkan peta terdampak banjir (Gambar 1) dapat dilihat bahwa peran RSUD Surakarta dalam penanggulangan bencana banjir masih kurang. Hal ini berkaitan dengan lokasi bencana dan lokasi RSUD Surakarta sendiri. Jika dilihat dalam peta terdampak bisa disimpulkan bahwa korban bencana banjir lokasinya sangat jauh dengan RSUD Surakarta, selain itu akses jalan menuju RSUD Surakarta masih sangat sulit untuk dilalui secara cepat. Secara tidak langsung, penanganan bencana sesuai Peraturan Walikota No. 8 Tahun 2006 sudah jelas menunjuk semua rumah sakit di Kota Surakarta dapat digunakan sebagai sarana pelayanan korban bencana, oleh karena itu korban bencana akan dirujuk ke rumah sakit dengan akses lebih cepat dari lokasi bencana. Mengingat beberapa korban bencana banjir memerlukan penanganan 6

cepat seperti korban hanyut dengan aspirasi cairan ke saluran pernapasan, trauma, dan lain-lain. Selain lokasi yang masih sulit dijangkau, keterbatasan sarana-prasarana dan sumberdaya manusia atau tenaga medis (dokter, perawat, dan paramedis lain) masih menjadi hal yang harus diupayakan lebih keras sebagai persiapan penanggulangan bencana. Seperti diketahui, RSUD Surakarta masih memiliki keterbatasan sarana penunjang seperti belum adanya ruang ICU beserta monitor, kamar operasi, dan sarana pemeriksaan penunjang lain seperti instalasi radiologi. Sejumlah alat penunjang juga masih mengalami kendala terutama masalah listrik. Keterbatasan sumberdaya manusia juga masih menjadi kendala atas kesiapan RSUD Surakarta dalam penanggulangan bencana. Jumlah dokter yang masih terbatas, baik dokter spesialis maupun dokter umum maupun jumlah perawat yang masih terbatas. Hal ini tentu akan menjadi halangan terbesar mengingat pada bencana alam pada umumnya, dan bencana banjir di Surakarta pada khususnya korban yang membutuhkan penanganan medis segara tidaklah sedikit. Selain itu kesiapan lain yang berkaitan dengan penanggulangan bencana adalah Rekam Medis dan Obat-obatan pasien korban bencana, diperlukan lebih banyak SDM untuk bisa men-cover hal tersebut. Namun dari segi tempat, RSUD Surakarta memiliki cukup tempat untuk penampungan sementara korban bencana alam. Seperti diketahui RSUD Surakarta memiliki luas tanah dan luas bangunan yang besar. Luas tanah kosong yang ada dapat digunakan untuk memasang tenda darurat apabila didalam RS tidak dapat menampung korban.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Kota Surakarta merupakan salah satu kota dengan ancaman bencana terutama banjir yang hampir setiap tahun terjadi 2. RSUD Surakarta merupakan rumah sakit umum milik Pemerintah Kota Surakarta yang dipersiapkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat salah satunya adalah penanggulangan bencana 3. Secara keseluruhan masih banyak kekurangan yang dimiliki RSUD Surakarta dalam menghadapi situasi bencana, seperti kurangnya SDM dan saranaprasarana penunjang, serta akses menuju RSUD B. Saran 1. Perlu adanya kesiapan dari pihak terkait penanggulangan bencana untuk mempersiapkan berbagai hal dalam kaitan penanggulangan bencana 2. Melakukan perekrutan SDM secara kontrak untuk menunjang kekurangan SDM di RSUD Surakarta 3. Mengoptimalkan sarana-prasarana yang ada untuk menunjang keadaan darurat bencana 4. Adanya pemberian pelatihan tanggap bencana kepada seluruh SDM yang ada di RSUD Surakarta, agar dengan kuantitas yang terbatas dapat memberikan kualitas pelayanan terbaik dengan keterbatasan sarana pada saat terjadi bencana

REFERENSI Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2010).

Penanggulangan Bencana 2010 2014. Jakarta.

Rencana

Nasional

Departemen

Kesehatan R.I. (2006). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 066/MENKES/SK/II/2006, Pedoman Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan dalam Penanggulangan Bencana. Depkes RI. Jakarta.

Kementrian PU (2008). Peta terdampak Banjir Bengawan Solo 2007. Jakarta. Diunduh dari: http://www.pu.go.id/publik/ind/produk/info_peta/rwnbanjir/bencana2008 Kementrian Kesehatan RI. (2008). Pedoman Pengelolaan Rumah Sakit Lapangan untuk Bencana. Diunduh dari:
http://ino.searo.who.int/LinkFiles/Emergency_and_humanitarian_action_Pedoman_RS_Lapang an_rev.pdf

Peraturan

Walikota Surakarta. (2006). Pembentukan Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi Kota Surakarta. Diunduh dari: jdih.surakarta.go.id/file/931PERWALI_NO_8_TAHUN_2006 pdf

Presiden R.I. (2008). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bencana, salinan. Jakarta Presiden R.I. (2009). Undang-undang Republik Indonesia Nomor : 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, salinan. Jakarta

You might also like