You are on page 1of 12

Disampaikan dalam Pembekalan Sertifikasi

Tenaga Ahli Pelaksana dan Pengawas


Jalan dan Jembatan
Februari 2006

DPD HPJI DKI

BEBERAPA PERTIMBANGAN DALAM


MENENTUKAN JENIS PERKERASAN KAKU
UNTUK JALAN BARU

• Ti
Tingkat
k t kekakuan
k k k cukup
k tinggi
ti i dibandingkan
dib di k d dengan
perkerasan aspal, yaitu 10 kali lipat.
(Ebeton semen = 40.000 MPa; Ebeton aspal = 4.000 MPa).

• Pelat beton dengan flexural strength 45 kg/cm2 (kira-


kira ekivalen dengan beton mutu K-400) setebal 25 cm
dapat menampung sekitar 8 juta ESAL (cukup tinggi !).

• Tebal keseluruhan perkerasan jauh lebih tipis dari tebal


keseluruhan perkerasan fleksibel/aspal (≤ 50 %).

1
KEUNTUNGAN-KEUNTUNGAN
– Life-cycle-cost lebih murah dari pada perkerasan
aspal.

– Tidak terlalu peka terhadap kelalaian pemeliharaan.

– Tidak terlalu peka terhadap kelalaian pemanfaatan


(overloading).

– Semen adalah material pproduksi dalam negeri


g
sehingga tidak tergantung dari import.

– Keseluruhan tebal perkerasan jauh lebih kecil dari


pada perkerasan aspal sehingga dari segi lingkungan /
environment lebih menguntungkan.

KERUGIAN-KERUGIAN
– Permukaan perkerasan beton semen mempunyai riding comfort
yang lebih jelek dari pada perkerasan aspal, yang akan sangat
terasa melelahkan untuk perjalanan jauh.
jauh
– Warna permukaan yang keputih-putihan menyilaukan di siang
hari, dan marka jalan (putih/kuning) tidak kelihatan secara
kontras.
– Perbaikan kerusakan seringkali merupakan perbaikan
keseluruhan konstruksi perkerasan sehingga akan sangat
mengganggu lalu lintas.
– Pelapisan
p ulang
g / overlay
y tidak mudah dilakukan.
– Ketidaksempurnaan hasil pekerjaan akibat kurang telitinya
pelaksanaan pekerjaan di lapangan tidak mudah diperbaiki.
– Perbaikan permukaan yang sudah halus (polished) hanya bisa
dilakukan dengan grinding machine atau pelapisan ulang dengan
campuran aspal, yang kedua-duanya memerlukan biaya yang
cukup mahal.

2
JENIS-JENIS PERKERASAN KAKU
Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) adalah struktur yang terdiri dari
pelat beton semen yang bersambungan (tidak menerus) dengan atau
tanpa tulangan, atau pelat beton menerus dengan tulangan, yang
terletak di atas lapis pondasi bawah, tanpa atau dengan aspal sebagai
p permukaan.
lapis p m
Perkerasan kaku dikelompokkan menjadi:
•Perkerasan Beton Semen, yaitu perkerasan kaku dengan beton
sebagai lapisan aus.
•Terdapat 4 (empat) jenis perkerasan beton semen:
– Perkerasan beton semen dengan sambungan tanpa tulangan
(jointed unreinforced concrete pavement);
– Perkerasan beton semen dengan sambungan dengan tulangan
(jointed reinforced concrete p
(j pavement);
)
– Perkerasan beton semen menerus (tanpa sambungan) dengan
tulangan (continuously reinforced concrete pavement);
– Perkerasan beton semen pratekan (prestressed concrete
pavement).
•Perkerasan Komposit, yaitu perkerasan kaku dengan pelat beton
sebagai lapis pondasi dan aspal beton (AC) sebagai lapis permukaan
(struktural).

3
E. PERKERASAN KOMPOSIT
Konstruksi beton semen dengan lapis permukaan aspal
beton, yang memperhitungkan lapis aspal beton sebagai
bagian
g yang
y g ikut memikul beban,, disebut Perkerasan
Komposit.
Dalam literatur yang ada, konstruksi seperti itu tebalnya
dihitung sebagai berikut:

•Tentukan terlebih dahulu tebal pelat beton yang


dibutuhkan dengan menganggap perkerasan seluruhnya
terdiri dari beton semen.
•Tebal pelat beton dikurangi sebesar 10 mm untuk setiap
25 mm tebal aspal beton.
•Ketentuan tebal minimum pelat beton adalah 150 mm,
dan untuk mencegah retak refleksi (akibat celah
sambungan dan retak pada pelat beton) disarankan tebal
minimum aspal beton 100 mm (4 inches).

PENGERTIAN DAN SIFAT-SIFAT UMUM


•KOMPONEN KONSTRUKSI

PERKERASAN FLEKSIBEL
Multi Layer System: Lapis Permukaan; Lapis Pondasi; Lapis Pondasi
Bawah.
PERKERASAN KAKU
Single Layer System: Pelat Beton Mutu Tinggi; Subbase (Lean
Concrete atau Batu Pecah) tidak berfungsi struktural.

•KEMAMPUAN PENYEBARAN BEBAN DAN KAPASITAS BEBAN


Dengan
g Modulus Elastisitas (E)
( )p pelat beton yang
y g sangat
g besar, maka
k
kemampuan penyebaran beban pelatl beton jauh h lebih
l h besar dari pada
perkerasan aspal. Dengan demikian tebal seluruh konstruksi
perkerasan kaku jauh lebih tipis dari pada seluruh tebal perkerasan
fleksibel.

Pelat beton setebal 25 cm (fx = 45 kg/cm2) setara dengan perkerasan


fleksibel dengan tebal total kira-kira 55 cm, mempunyai kapasitas
beban + 8 juta ESAL. (Tinggi !!!)

4
• KETAHANAN THD PELAPUKAN / OKSIDASI
Konstruksi semen relatif lebih sedikit mengandung
bahan-bahan organik (C) dari pada aspal.
Jadi perkerasan
J p beton semen
m lebih tahan terhadap p
oksidasi (penuaan/ageing) dari pada perkerasan aspal.

• KEBUTUHAN PEMELIHARAAN
Pemeliharaan perkerasan kaku lebih kecil/jarang dari
pada perkerasan fleksibel.

• BIAYA KONSTRUKSI
Pada saat sekarang, biaya konstruksi kedua jenis
perkerasan hampir sama.

PARAMETER PENTING DALAM


PERKERASAN KAKU
¾KEKUATAN BETON SEMEN

Ada 2 parameter
Ad t yang cukup
k populer,l yaitu
it :
– Compressive Strength (K), yaitu kuat tekan silinder beton 15 x 30
cm.
– Flexural Strength (fx), yaitu kekuatan menahan momen lentur.

Hubungan antara K dengan fx adalah hubungan koridor, bukan linier.


K (kg/cm2) 120–175 155-230 225-335 280–400
fx (kg/cm
g 2) 25 30 40 45

Disarankan digunakan beton semen mutu tinggi,(fx = 40 – 45 kg/cm2),


karena : - Harus tahan terhadap aus,
- Harus tahan terhadap pelapukan/ageing,
- Tidak boleh sering mengalami pemeliharaan.

5
¾SLUMP BETON

Untuk
Unt k perkerasan
p k s n beton
b t n semen
s m n dipersyaratkan:
dip s tk n:
Nilai Slump = 2,5 – 5,0 cm, tergantung jenis peralatan penghampar
(concrete paver / finisher) yang digunakan.

Slip form paver : digunakan beton dengan Slump = 2,0 – 2,5 cm


(acuan bergerak)

Fixed f
form f
finisher : digunakan
g beton dengan
g Slump
p = 4,0
, – 5,0
, cm
(acuan tetap)

KEKUATAN TANAH DASAR

• Kekuatan / Daya Dukung Tanah Dasar dinyatakan


dalam CBR atau Modulus Reaksi Tanah Dasar (k).

• Hubungan antara CBR dengan k adalah sbb.:


CBR (%) 2,0 4,0 8,0 12,0 16,0 20,0 24,0 28,0 32,0
k (pci) 70 120 170 200 230 240 260 290 340
k ((kg/cm
g 3) 1,5 3,3 4,8 6,0 6,6 7,0 7,5 8,0 9,3

• Nilai k ditentukan dengan Plate Bearing Test.

6
H. TULANGAN
Terdapat 2 jenis tulangan dalam konstruksi perkerasan beton semen:
- Tulangan Pelat Beton, untuk “memperkuat” pelat beton tersebut.
- Tulangan Sambungan, untuk menyambung kembali bagian-bagian
pelat beton yang terputus karena retak.

– TULANGAN PELAT BETON


• Berbentuk lembaran anyaman (dibuat fabricated).
• Penempatan pada ¼ tebal pelat di sebelah atas.
• Berfungsi memegang retak agar tidak terbuka. Jadi bukan menahan
momen atau gaya lintang sehingga tidak mengurangi tebal pelat.
Dengan adanya tulangan pelat beton, maka jarak sambungan bisa lebih
jauh (2 – 3 kali lipat) sehingga lebih nyaman, dan pemeliharaan lebih
murah.

– TULANGAN SAMBUNGAN MELINTANG


• Berfungsi sebagai sliding devices dan load transfer devices.
• Berbentuk polos, berukuran “besar”, bekas potongan harus rapi.
• Pada satu sisi lekat dengan pelat beton, pada sisi lainnya tidak lekat
/ licin.
• Penempatan di tengah-tengah tebal pelat dan sejajar sumbu jalan.

– TULANGAN SAMBUNGAN MEMANJANG (Tie Bar / Batang


Pengikat)
• Berfungsi sebagai rotation devices, tidak sebagai sliding devices.
• Berbentuk “ulir” / deformed,, berukuran “kecil”.
• Lekat (bonding) di kedua sisi pelat beton.
• Penempatan di tengah-tengah tebal pelat dan tegak lurus sumbu
jalan.

7
I. SAMBUNGAN
• Fungsi sambungan:
- Pada sambungan melintang: Mengakomodasi gerakan susut.
- Pada sambungan memanjang
memanjang: Mengakomodasi gerakan lenting
dari pelat beton akibat panas-dingin pada siang-malam hari.
Dengan kata lain, sambungan berfungsi mengendalikan /
mengarahkan retak dari pelat beton akibat susut (shrinkage) dan
lenting (warping) agar teratur, baik bentuk maupun lokasinya sesuai
yang kita kehendaki (design).

Di tempat-tempat tersebut kita sediakan tulangan sambungan.

• SAMBUNGAN MELINTANG, ada 2 jenis:


- Sambungan Susut (Contraction Joint), dibuat dengan cara
melakukan saw cutting (penggergajian) sedalam ¼ tebal pelat.
- Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint), dibuat dengan cara
memasang bekisting melintang dan dowel antara plat yang dicor
sebelumnya dengan pelat yang dicor berikutnya.

8
• SAMBUNGAN MEMANJANG
Untuk pelat yang dicor per lajur:
dibuat dengan cara memasang bekisting memanjang dan tie bars.
Untuk pelat yang dicor 2 lajur sekaligus:
dibuat dengan cara saw cutting untuk bagian atas, dan memasang
crack inducer (batang kayu berpenampang Δ) di bagian bawah pelat
beton.

• JOINT SEALANT
Pada setiap celah sambungan, harus diisi dengan joint sealant yang
bersifat thermoplastic, baik pengecoran panas maupun dingin, a.l.
rubber asphalt, coal tars atau rubber tars. Bisa juga menggunakan
material yang disisipkan dalam keadaan precompressed, a.l.
Compriband.

Pelaksanaan sebaiknya dilakukan sesegera mungkin, supaya celah


tid k tterisi
tidak i ikkotoran
t / bahan
b h lain.
l i

• SAW CUTTING
Perlu diperhatikan:
– Harus tepat lokasi (diberi tanda sebelumnya pada bekisting)
– Harus tepat kedalaman (1/4 tebal)
– Harus tepat waktu (antara jam ke-4 sampai jam ke-24).

• BOND BREAKER

- Dipasang di atas subbase agar tidak ada kelekatan /


friction / bonding antara subbase dengan pelat beton.
beton
- Dibuat dari plastik tipis.
- Permukaan subbase tidak boleh di-groove atau di-
brush.
- Pemasangan plastik harus dihindari adanya air-trapped
di bawah plastik yang akan menyebabkan irregular
joint.
- Bila subbase dari bahan granular,
granular tidak perlu bond
breaker, kecuali kalau ada kekhawatiran terjadinya
“dewatering” campuran beton.

9
• GROOVING/BRUSHING

Fungsi: Membuat permukaan beton tidak licin (macrotexturing) dengan


cara membuat alur memanjang / melintang.
(Mencegah terjadinya aqua planing / hydro planing).

Alur arah memanjang:


- Friction arah melintang lebih baik (pada manuver
ke samping),
- Friction ke arah memanjang kurang baik,
- Pelaksanaan lebih mudah dan cepat,
- Surface drainage sedikit terganggu,
- Sambungan pelaksanaan grooving / brushing sering
tidak rapi.

Alur arah melintang:


- Friction arah melintang kurang baik,
- Friction arah memanjang lebih baik,
- Surface drainage baik,
- Sambungan alur grooving / brushing bisa dihindari.

• PERAWATAN BETON (CURING)

Setelah finishing dengan grooving / brushing, permukaan beton dilapis


/ disemprot bahan pengawet (curing compound) sebanyak 0,22 –
0,27
0 27 liliter/m2
/ 2 ((cara mekanis)
k i ) atau 0
0,27
27 – 0,36
0 36 liter/m2
li / 2 ((cara manual).
l)
Dianjurkan menggunakan curing compound yang berwarna putih.
Cara lain, ialah dengan menutup seluruh permukaan yang terbuka
dengan burlap atau goni yang dibasahi sekurang
sekurang--kurangnya selama 7
hari..
hari

• NOISE
Kebisingan pada kecepatan 80 km/jam:
- Surface Dressing 82,0 dB
- Grooved concrete 80,5 dB
- Brushed concrete 81,0 dB

10
J. OVERLAY AC DI ATAS PERKERASAN
BETON SEMEN
• Fungsi:
- Non-struktural, memperbaiki permukaan beton semen yang sudah aus.
- Struktural, menambah kekuatan perkerasan beton semen yang sudah ada,
atau perkerasan komposit.
– Overlay
y non-struktural
- Pergunakan overlay tipis (1 – 2 cm).
- Kelekatan aspal harus tinggi,
- Ada resiko retak (reflection crack).

– Overlay perkerasan lama (pengalaman di luar negeri)

Biasanya keputusan overlay AC diambil setelah mempertimbangkan


beberapa opsi perbaikan perkerasan beton semen, sbb:
- Full depth repair di bagian perkerasan yang retak,
retak
- Partial depth repairs at joints,
- Diamond grinding untuk memperbaiki kekasaran permukaan,
- Stabilization of slabs by filling subgrade voids,
- Concrete overlay.

• Apabila kerusakan sangat eksesif, maka satu-satunya opsi selain AC overlay


adalah rekonstruksi (removal).

• Persyaratan utama permukaan yang akan di-overlay AC


harus rata, padat dan seragam (uniform).
• Tack Coating diperlukan untuk permukaan yang akan di-
overlay.

• Penyiapan permukaan beton yang akan di di-overlay


overlay AC
meliputi:
- Cracking and Seating, dimaksudkan untuk
memperpendek jarak retak dengan membuat retak-
retak baru. Cracking dilakukan untuk perkerasan beton
tanpa tulangan, dengan menggunakan special drop
hammer sedangkan seating dengan mesin gilas
konvensional.
- Breaking and Seating, prosesnya mirip dengan cracking
and seating tetapi dilakukan terhadap perkerasan beton
dengan tulangan. Diperlukan effort yang lebih besar
karena dimaksudkan juga menghancurkan bonding antara
beton dengan tulangannya. Peralatan yang digunakan
sama seperti untuk cracking and seating.

11
- Rubblizing, adalah penghancuran perkerasan beton
semen secara total sehingga terbentuk pecahan-pecahan
berukuran 25 – 75 cm, kemudian dipadatkan dengan
mesin gilas khusus, misalnya “Z” roller. Peralatan yang
digunakan untuk rubblizing adalah multiple-head breaker
atau resonant breaker.
- Undersealing,
U d li untuk
t k mengisi
i i rongga yang terjadi
t j di di
bawah perkerasan beton semen. Dilakukan dengan
memompakan aspal cair melalui lobang bor pada pelat
beton.
- Sawcut and Seal, dilakukan apabila perkerasan beton
lama masih baik secara struktural, dan dimaksudkan
untuk menghindari terjadinya kerusakan akibat
reflection crack pada joint
joint. Dalam hal ini cara
cara-cara
cara
perbaikan seperti diuraikan di atas tidak diperlukan.
Dilakukan dengan menggergaji permukaan aspal diatas
joint (melintang maupun memanjang) kemudian
mengisinya dengan sealant (rubberized asphalt), yang
harus dilaksanakan sebelum jalan dibuka untuk lalu
lintas.

“Paving the way to Heaven”


DPP - HPJI

12

You might also like