You are on page 1of 3

IPD Koja CASE REPORT KOLESISTITIS Nurfira Fatimah, Suzanna Ndraha Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.

Departemen Ilmu Penyakit Dalam, RSUD Koja

ABSTRAK Introduksi Radang kandung empedu adalah reaksi inflamasi dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan, dan demam. Hingga kini patogenesis penyakit yang cukup sering dijumpai ini masih belum jelas. Walaupun belum ada data epidemiologis penduduk, insidens kolesistitis dan batu empedu dinegara kita relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara barat.

Kasus Seorang pria berusia ... tahun datang ke RSUD Koja dengan keluhan nyeri uluhati sejak 1 hari SMRS. Os juga merasa mual disertai muntah, demam, dan nafsu makan yang menurun. BAB lancar tetapi feses berwarna keputihan, mata berwarna kuning. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah .../..., nadi ...x/menit, suhu ..., pernafasan 20x/menit, sklera ikterik kanan dan kiri, nyeri tekan epigastrium. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan ... . Pada pemeriksaan USG didapatkan hasil adanya batu empedu didalam kandung empedu (kolelitiasis) dan kolesistitis Dalam pemantauan berikutnya, gejala klinis yang dirasakan pasien berkurang tetapi pasien menolak untuk dilakukan pengambilan batu. Pasien dirawat selama ... hari di RSUD Koja.

Diskusi

Kesimpulan Pada kasus ini diagnosis kolesistitis akut telah ditegakkan berdasarkan temuan klinis berupa nyeri uluhati, mual, muntah, demam, dan penurunan nafsu makan. Dan temuan klinis berupa murphy sign. Tatalaksananya meliputi ...

Katakunci: Kolesistitis, nyeri uluhati, kandung empedu, murphys sign

Introduksi Kolesistitis adalah peradangan kandung empedu, biasanya diakibatkan karena adanya batu empedu yang menghalangi duktus sistikus. Peradangan kandung empedu biasanya diakibatkan karena adanya batu empedu yang menghambat aliran empedu. Penderita akan mengeluh adanya sakit perut yang berlangsung lebih dari enam jam, demam, dan mual. USG bisa mendeteksi tanda-tanda peradangan kandung empedu. Kandung empedu diangkat biasanya dengan menggunakan laparoskopi. Kolesistitis adalah masalah yang paling sering diakibatkan karena adanya batu empedu. Hal ini terjadi karena adanya batu yang menghambat duktus sistikus yang membawa empedu dari kandung empedu. [merckmanual] 1. Kolesistitis akut Reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan, dan demam. Kolesistitis akut dimulai tiba-tiba, hingga menjadi berat. Setidaknya 95% orang dengan kolesistitis akut memiliki batu empedu. Peradangan hampir selalu dimulai tanpa infeksi, meskipun infeksi dapat terjadi selanjutnya. Peradangan dapat menyebabkan kantung empedu terisi cairan dan dindingnya menebal. [merckIPD] Etiologi dan patogenesis Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis akut adalah stasis cairan empedu, infeksi kuman, dan iskemia dinding kandung empedu. Penyebab utama kolesistitis akut adalah batu kandung empedu (90%) yang terletak di duktus sistikus yang menyebabkan stasis cairan empedu, sedangkan sebagian kasus timbul tanpa adanya batu empedu (kolesistitis akut akalkulus). Banyak faktor yang mempengaruhi stasis cairan empedu diduktus sistikus menyebabkan kolesistitis diantaranya, kepekatan cairan empedu, kolesterol, lisolesitin, dan prostaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti reaksi inflamasi dan supurasi. Kolesistitis akut akalkulus dapat timbul pada pasien yang dirawat cukup lama dan mendapat nutrisi secara parenteral, pada sumbatan karena keganasan kandung empedu, batu disaluran empedu atau merupakan suatu komplikasi penyakit lain seperti thyfoid dan diabetes mellitus. Gejala klinis Keluhan yang agak khas untuk serangan kolesistitis adalah kolik perut disebelah kanan atas epigastrium dan nyeri tekan serta kenaikan suhu tubuh.kadang-kadang rasa sakit menjalar kepundak atau skapula kanan dan dapat berlangsung sampai 60 menit tanpa reda. Berat ringannya keluhan sangat bervariasi tergantung dengan adanya inflamasi yang ringan sampai gangren atau perforasi kandung empedu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan teraba massa kandung empedu, nyeri tekan, disertai tanda-tanda peritonitis lokal (murpys sign). Ikterus dijumpai pada 20% kasus, umumnya derajat ringan (bilirubin <4,0 mg/dl). Apabila konsentrasi bilirubin tinggi, perlu dipikirkan adanya batu disaluran empedu ekstra hepatik. Diagnosis Foto polos abdomen tidak dapat memperlihatkan gambaran kolesistitis akut. Kolesistografi oral tidak dapat memperlihatkan gambaran kandung empedu bila ada obstruksi sehingga pemeriksaan ini tidak bermanfaat untuk kolesistitis akut. Pemeriksaan USG sebaiknya dikerjakan secara rutin dan sangat bermanfaat untuk

memperlihatkan besar, bentuk, penebalan dinding kandung empedu, batu, dan saluran empedu ekstra-hepatik. Nilai kepekaan dan ketepatan USG mencapai 90-95 %. Pemeriksaan CT- Scan abdomen kurang sensitif dan mahal tapi mampu memperlihatkan adanya abses perikolesistik yang masih kecil yang mungkin tidak terlihat pada pemeriksaan USG. Diagnosis banding untuk nyeri perut kanan atas yang tiba-tiba perlu dipikirkan seperti penjalaran nyeri saraf spinal, kelainan organ dibawah diagfragma seperti apendiks retrosekal, sumbatan usus, perforasi ulkus peptikum, pankreatitis akut dan miokard infark. Pengobatan Pengobatan umum termasuk istirahat total, pemberian nutrisi parenteral, diet ringan, obat penghilang rasa nyeri. Pemberian antibiotik fase awal sangat penting untuk mencegah komplikasi peritonitis, kolangitis, dan septikemia. Golongan ampisilin, sefalosporin, dan metronidazol cukup memadai untuk mematikan kuman-kuman yang umum terdapat pada kolesistitis akut seperti E.coli, strep. Faecalis, dan klebsiella. Tindakan bedah kolesistektomi dapat dilakukan tetapi masih diperdebatkan kapan waktu yang tepat untuk dilakukan pembedahan. Komplikasi yang sering dijumpai adalah trauma kandung empedu, perdarahan, dan kebocoran empedu. Prognosis Penyembuhan spontan didapatkan 85% kaus, sekalipun kandung empedu menjadi tebal, fibrotik, penuh dengan batu dan tidak berfungsi lagi. Tidak jarang menjadi kolesistitis akut berkembang secara cepat menjadi gangren, empiema, dan perforasi kandung empedu, fistel, abses hati atau peritonitis umum. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian antibiotik yang adekuat pada awal serangan. Tindakan bedah akut pada pasien usia tua (>75 tahun) mempunyai prognosis yang jelek disamping kemungkinan banyak komplikasi yang timbul pasca bedah.

2. Kolesistitis kronik Kolestitis kronik lebih sering dijumpai diklinis, dan sangat erat hubungannya degan litiasis dan lebih sering timbul secara perlahan-lahan Gejala klinis

You might also like