You are on page 1of 11

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CLIS (Children Learning In Science) DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA

Aktris Widiyarti, Widayanti, Winarti,


Program Studi Pendidikan Fisika UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta http://www.uin-suka.ac.id

ABSTRAK
Model Children Learning In Science (CLIS) menjadi salah satu alternatif model pembelajaran.Telah dilakukan penelitian untuk (1) mengetahui pengaruh penggunaan model CLIS dalam meningkatkan kreativitas siswa khususnya dalam materi IPA SD, (2) mengetahui pengaruh penggunaan model CLIS dalam meningkatkan belajar IPA. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan bentuk Pretest Posttest Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SDNegeri Bhayangkara Yogyakarta, sedangkan sampelnya adalah siswa kelas VI-A dan VI-B.Teknik penentuan sampel adalah dengan teknik Sampling Jenuh.Metode yang digunakan adalah metode dokumentasi, metode tes, dan metode observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pembelajaran dengan menggunakakan model pembelajaran CLIS dapat meningkatkan kreativitas siswa berdasarkan indikator rasa ingin tahu, bersifat imaginatif, dan mempunyai minat yang luas, ulet dan tekun dalam mengerjakan tugas. Berdasarkan nilai pada indikator tersebut peningkatan jumlah siswa kreatif meningkat .(2) Pembelajaran dengan menggunakakan model pembelajaran CLIS berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA. Besarnya pengaruh terhadap pembelajaran yaitu thitung sebesar 2,34 lebih besar dari ttabel senilai 1,98 dengan db sebesar 47 pada taraf signifikansi 5%.

Kata kunci :CLIS, Kreativitas, dan Prestasi Belajar Siswa.

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ilmu sains yang mempunyai peran sangat baik dalam kehidupan seharihari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lain. Secara formal pelajaran sains diberikan kepada siswa sejak sekolah dasar (SD) dengan tujuan antara lain mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Berdasarkan wawancara dengan siswa bahwa sains merupakan

Aktris Widiyarti,Widayanti,Winarti/Pengaruh

pelajaran yang paling sukar dan kurang disenangi oleh sebagian siswa. Salah satu penyebabnya adalah cara pengajaran materi sains di kelas yang kurang menarik perhatian siswa.1Pembelajaran sains membutuhkan metode-metode yang lebih dibandingkan materi sosial.Pemahaman materi sains bukan semata-mata menghafal namun membutuhkan percobaan-percobaan.Untuk itu, perlu dicari pola pengajaran sains yang menarik perhatian siswa dan mempermudah penalaran siswa untuk mempelajari sains.Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang disajikan guru harus bisa menarik, supaya menjadikan siswa termotivasi terhadap pelajaran sains. Untuk itu, potensi kreatif yang ada pada diri siswa perlu dikembangkan, karena kreativitas dapat memberikan kemungkinan penemuan-penemuan baru dalam menyelesaikan masalah. Kreativitas siswa dapat berkembang apabila didukung oleh suasana belajar yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengekspresikan diri secara kreatif. Pemahaman konsep pada siswa SD harus benar-benar mempunyai kualitas yang logis dan benar. Materi pelajaran sains (SD) menuntut seorang guru dan siswa berperan aktif untuk belajar sehingga bisa tercapai indikator-indikator keberhasilan dalam pembelajaran. Hasil observasi awal yang dilakukan dua kali di SDN Bhayangkara kelas VI, menunjukan proses pembelajaran umumnya masih didominasi oleh guru. 2Guru masih menggunakan metode pembelajaran yang cenderung bersifat informatif, sehingga komunikasi antara guru dan siswa belum optimal dan pemahaman konsep siswa terhadap pelajaran sains masih sangat rendah. Dominasi guru dalam proses pembelajaran ini menjadikan siswa bersikap pasif sehingga mereka lebih menunggu apa yang akan diberikan guru dari pada menemukan sendiri pengetahuan atau keterampilan yang mereka butuhkan. Guru kurang menggunakan aktivitas percobaan dalam pembelajaran sains. Untuk mengubah paradigma yang seperti tersebut di atas, maka diperlukan adanya suatu perubahan dalam proses pembelajaran. Pemberian fakta langsung kepada siswa sangat diperlukan untuk membangkitkan gairah belajar siswa serta untuk menarik perhatian mereka. Misalnya saja, guru mendemonstrasikan suatu materi sains dihadapan siswa. Siswa bertugas untuk memperhatikan, menganalisis serta memberi kesimpulan atas demonstrasi yang dilakukan oleh guru, siswa bisa terlibat langsung dan berperan aktif dalam proses belajar mengajar, sehingga pembelajaran menjadi menarik, menyenangkan dan tidak menjenuhkan. Selain hal diatas, guru juga harus melakukan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model dan metode pembelajaran yang membuat siswa belajar dengan rilekstetapi aktifitas intelektual juga berjalan dengan baik, yaitu pembelajaran dengan melibatkan siswa secara langsung untuk mengembangan ide atau gagasan tentang suatu masalah berdasarkan pengamatan dan percobaan serta melatih siswa untuk lebih kreatif dalam pembelajaran. Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kreativitas siswa adalah dengan model pembelajaran CLIS(Children Learning In Science)yang dikembangkan oleh Driver (1989). Driver menyatakan bahwa faktor bahasa dalam proses berpikir termasuk dalam perubahan konseptual seperti yang tercantum pada tahap pengungkapan dan pertukaran gagasan. Model pembelajaran dilandasi pandangan konstruktivisme dari Piaget, dimana dalam proses belajar anak membangun pengetahuannya sendiri dan banyak memperoleh pengetahuannya di luar sekolah Dahar( 1989). Oleh karena itu melalui kegiatan belajar mengajar siswa tidak hanya diberi penekanan pada
1 2

Berdasarkan hasil survey dan wawancara dengan beberapa siswa Observasi dan wawancara bersama guru mata pelajaran IPA

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012

penguasaaan konsep saja tetapi juga latihan kreatif dengan melakukan pengamatan dan percobaan. Model CLIS merupakan model pembelajaran yang berusaha mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang suatu masalah tertentu dalam pembelajaran serta merekonstruksi ide atau gagasan berdasarkan hasil pengamatan atau percobaan.3Jadi siswa dilatih untuk berpendapat setelah melakukan pengamatan ataupun percobaan. Tujuan Penelitian ini adalah (1)Mengetahui pengaruh pembelajaran menggunakanmodel pembelajaran CLIS dalam meningkatkan kreativitas siswapada pembelajaran IPA, (2)Mengetahui pengaruh pembelajaran menggunakanmodel pembelajaran CLIS dalam meningkatkan prestasi siswa. B. LANDASAN TEORI 1. Model Pembelajaran CLIS( Children Learning In Science ) Model CLIS merupakan model pembelajaran yang berusaha mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang suatu masalah tertentu dalam pembelajaran serta merekonstruksi ide atau gagasan berdasarkan hasil pengamatan atau percobaan.Tujuan model pembelajaran ini, siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan berbagai gagasan tentang topik yang dibahas dalam pembelajaran, mengungkapkan gagasan serta membandingkan gagasan dengan gagasan siswa lainnya dan mendiskusikannya untuk menyamakan persepsi.Selanjutnya siswa diberi kesempatan merekontruksi gagasan setelah membandingkan gagasan tersebut dengan hasil percobaan, observasi atau hasil mencermati buku teks Di samping itu, siswa juga mengaplikasikan hasil rekontruksi gagasan dalam situasi baru. . Model CLIS dikembangkan oleh kelompok Childrens Learning In Science di Inggris yang dipimpin oleh Driver .4Tahap Tahapan Childrens Learning In Sciencemenurut Driver: 1. Tahap orientasi ( orientation ) Tahap orientasi merupakan tahapan yang dilakukan guru dengan tujuan untuk memusatkan perhatian siswa. Orientasi dapat dilakukan dengan cara menunjukkan berbagai fenomena yang terjadi di alam, kejadian yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari atau demonstrasi. Selanjutnya menghubungkannya dengan topik yang akan dibahas. 2. Tahap pemunculan gagasan ( elicitation of ideas) Kegiatan ini merupakan upaya yang dilakukan oleh guru untuk memunculkan gagasan siswa tentang topik yang dibahas dalam pembelajaran. Cara yang dilakukan bisa dengan meminta siswa untuk menuliskan apa saja yang mereka ketahui tentang topik yang dibahas atau bisa dengan cara menjawab pertanyaan uraian terbuka yang diajukan oleh guru. Bagi guru tahapan ini merupakan upaya eksplorasi pengetahuan awal siswa.Oleh karena itu, tahapan ini dapat juga dilakukan melalui wawancara internal. Wawancara internal disini dilakukan dengan cara guru bertanya kepada siswa tentang penghantar panas. Jawaban siswa dikumpulkan kepada guru. Kemudian guru mememberikan pertanyaan yang sama,tapi jawaban pada sesi ini dijawab secara terbuka bagi

http://marselinaportofolio.blogspot.com/2008/12/model-model-pembelajaran-inovatif.html diakses 15 april 2011 4 Jurnal Pendidikan, Vol.5, No. 1, Maret 2004, hal 37-47

Aktris Widiyarti,Widayanti,Winarti/Pengaruh

beberapa siswa sebagai sampel dalam memacu atau memunculkan gagasan siswa yang ada. 3. Tahap penyusunan ulang gagasan ( restructuring of ideas) Tahap ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu: pengungkapan dan pertukaran gagasan ( clarification and exchange), pembukaan pada situasi konflik ( eksposure to conflict situation), serta konstruksi gagasan baru dan evaluasi ( construction of new ideas and evaluation). Pengungkapan dan pertukaran gagasan merupakan upaya untuk memperjelas atau mengungkapkan gagasan awal siswa tentang suatu topik secara umum, misalnya dengan cara mendiskusikan jawaban siswa pada langkah kedua dalam kelompok kecil, kemudian salah satu anggota kelompok melaporkan hasil diskusi ke seluruh kelas. Dalam kegiatan ini guru tidak membenarkan atau menyalahkan gagasan siswa.Pada tahap pembukaan ke situasi konflik, siswa diberi kesempatan untuk mencari pengertian ilmiah yang sedang dipelajari di dalam buku teks.Selanjutnya siswa mencari beberapa perbedaan antara konsep awal mereka dengan konsep ilmiah yang ada dalam buku teks.Tahap kontruksi gagasan baru dan evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mencocokkan gagasan yang sesuai dengan fenomena yang dipelajari guna mengkontruksi gagasan baru.Siswa diberi kesempatan untuk melakukan percobaan atau observasi, kemudian mendiskusikannya dalam kelompok untuk menyusun gagasan baru. 4. Tahap penerapan gagasan (application of ideas) Pada tahap ini siswa dibimbing untuk menerapkan gagasan baru yang dikembangkan melalui percobaan atau observasi ke dalam situasi baru.Gagasan baru yang sudah direkonstruksi dalam aplikasinya dapat digunakan untuk menganalisis isu-isu dan memecahkan masalah yang ada di lingkungan. Misalnya dengan cara siswa mencari dan mencatat benda yang mereka temukan di sekitar sekolah yang merupakan kegiatan yang berhubungan dengan topik pembelajaran sebanyak mungkin sesuai waktu yang diberikan. 5. Tahap pemantapan gagasan(review change in ideas) Konsepsi yang telah diperoleh siswa perlu diberi umpan balik oleh guru untuk memperkuat konsep ilmiah tersebut. Dengan demikian, siswa yang konsepsi awalnya tidak konsisten dengan konsep ilmiah akan dengan sadar mengubahnya menjadi konsep ilmiah. 2. Kreatitivitas 1. Definisi kreativitas Kata kreativitas (creativity) bermakna mempunyai sifat kreatif (creative) yang berasal dari kata to create (mencipta). Berdasarkan etimologi kemampuan kreativitas berarti kemampuan menciptakan sesuatu (ide-cara-produk) yang baru. Jadi, konotasi kreativitas berhubungan dengan sesuatu yang baru yang sifatnya orisinal. Menurut Utami Munandar definisi kreativitas adalah:5 1) Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. 2) Kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, di mana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban.
5

Utami Munandar.Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.( Jakarta:Rineka Cipta.2009).

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012

Jadi, secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisionalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. 2. Ciri-Ciri Kepribadian Kreatif Salah satu aspek kreativitas adalah kepribadian (personality) orang kreatif.Aspek ini penting dipahami sebagai dasar dalam memberikan perlakuan yang sesuai kepada seseorang untuk mengembangkan kreativitasnya.Upaya mengembangkan iklim yang kondusif bagi perkembangan kreativitas, hanya mungkin terjadi apabila dipahami lebih dahulu sifat-sifat kemampuan kreatif dan iklim lingkungan yang mengelilingi. Ciri-ciri menyangkut sikap dan perasaan seseorang atau afektif, antara lain adalah :6 1) Rasa ingin tahu, meliputi suatu dorongan untuk mengetahui lebih banyak, mengajukan banyak pertanyaan, selalu memperhatikan orang lain, obyek dan situasi serta peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui dan meneliti. 2) Bersifat imaginatif, meliputi kemampuan untuk memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak atau belum pernah terjadi, dan menggunakan khayalan tetapi mengetahui perbedaan antara khayalan dan kenyataan. Siswa dengan semangat melakukan percobaan yang berhubungan dengan konduktor dan isolator, misalnya dengan memanaskan benda lain yang ada di sekitar untuk mengelompokkan benda konduktor dan isolator. 3) Mempunyai minat yang luas, ulet dan tekun dalam mengerjakan tugas meliputi keberanian memberikan jawaban belum tentu benar, tidak takut gagal, atau mendapat kritik serta tidak menjadi ragu-ragu karena ketidakjelasan hal-hal yang tidak konvensional, atau yang kurang terstruktur. Siswa serius dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dalam bentuk tes maupun praktek tentang konduktor dan isolator. Siswa berlatih mengemukakan alasan dalam percobaan. 3. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan penilaian usaha dari kegiatan belajar yang ditunjukkan dalam bentuk simbol atau angka maupun kata-kata yang mewakili dari hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam setiap kegiatan yang dilakukan.Prestasi dapat diukur dengan teknik tes maupun non tes.Menurut Bloom prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.7 Prestasi belajar IPA dapat didefinisikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran sains selama mengikuti proses belajar IPA yang diwujudkan dengan angka atau skor. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut:8 1) Faktor-faktor internal

3)

Slameto.Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya.( Jakarta:Rineka Cipta.1991). Arikunto, S. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hal. 114 Syah, M. Psikologi Pendidikan dalam Pendekatan Baru (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997), hal.132-139

7 8

Aktris Widiyarti,Widayanti,Winarti/Pengaruh

2)

Faktor-faktor internal meliputi fisiologis dan psikologis.Contoh faktor fisiologis adalah kebutuhan nutrisi, kesehatan dan fungsi panca indera.Di antara panca indera yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga.Sedangkan faktor psikologis mempengaruhi kualitas perolehan pembelajaran siswa, misalnya tingkat kecerdasan, sikap, bakat, dan motivasi siswa. Faktor-faktor eksternal Faktor-faktor yang eksternal meliputi: (1) faktor lingkungan sosial seperti masyarakat, teman-teman kelas, guru dan para staf administrasi, (2) faktor lingkungan non sosial seperti gedung sekolah dan letaknya, alatalat belajar dan waktu belajar yang digunakan siswa. Serta (3) faktor pendekatan belajar sebagai strategi dalam efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran.

4. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah QuasiExsperiment. Desain ini dipakai pada eksperimen yang menggunakan kelas-kelas atau kelompok-kelompok yang sudah ada, yaitu memilih kelas-kelas yang sama kondisinya.QuasiExsperiment atau Eksperimen Semu merupakan eksperimen tidak sebenarnya, oleh karena itu sering disebut juga dengan istilah eksperimen pura pura.Penelitian ini menggunakan dua kelas, yaitu KE (kelas eksperimen) dan KK (kelas kontrol) yang dipilih secara acak. Yang menjadi kelas eksperimen adalah kelas VI A sedangkan kelas kontrolnya adalah kelas VI B. Instrumen yg digunakan untuk mengetahui prestasi siswa yaitu dengan lembar tes dan untuk mengetahui kreativitas siswa digunakan lembar obsertvasi. B. PEMBAHASAN Pemberian perlakuan dengan menggunakan model CLIS pada kelas eksperimen memberikan dorongan pada peserta didik untuk lebih aktif dalam pembelajaran baik dalam bertanya, mengemukakan pendapat serta menyanggah pendapat dari temannya.Pada pembelajaran yang menggunakan model CLIS lebih membantu peserta didik dalam mengembangkan pemahaman konsep fisika pada materi Konduktor dan Isolator. Indikator-indikator model CLIS yang dikembangkan pada penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut: Tabel Hasil Penilaian Afektif No 1 2 3 4 5 Aspek yang dinilai Tahap orientasi (orientation) Tahap pemunculan gagasan (elicitation of ideas) Tahap penyusunan ulang gagasan (restructuring of ideas) Tahap penerapan gagasan (application of ideas) Tahap pemantapan gagasan (application of ideas) Persentase (%) 14.6 19.9 25.3 15.8 24.4

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012

a.

b.

c.

d.

Tahap orientasi (orientation) merupakan tahapan yang dilakukan guru dengan tujuan untuk memusatkan perhatian siswa. Orientasi dilakukan dengan cara menunjukkan berbagai fenomena yang terjadi di alam, kejadian yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari atau demonstrasi. Selanjutnya menghubungkannya dengan topik yang akan dibahas. Berdasarkan hasil perhitungan didapat bahwa aspek yang diukur menghasilkan persentase .Dalam tahap ini siswa mampu menyebutkan kejadian di sekitar yang berhubungan dengan topik pembelajaran setelah melakukan percobaan sederhana tentang Konduktor dan Isolator dan aktif merangkum hal yang disampaikan guru ataupun siswa. Tahap pemunculan gagasan (elicitation of ideas) merupakan tahapan untuk memunculkan gagasan siswa tentang topik yang dibahas dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil perhitungan didapat bahwa aspek yang diukur menghasilkan persentase . Dalam tahap ini siswa berani bertanya, mengemukakan pendapat serta menyanggah pendapat dari temannya sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan siswa mampu berfikir mandiri sesuai kemampuan yang hasilnya memacu atau memunculkan gagasan siswa yang ada. Di sini siswa menjawab pertanyaan guru berdasarkan percobaan sederhana yang di lakukan siswa lain. Tahap penyusunan ulang gagasan (restructuring of ideas) merupakan tahapan untuk memperjelas atau mengungkapkan gagasan awal siswa tentang suatu topik pembelajaran. Berdasarkan hasil perhitungan didapat bahwa aspek yang diukur menghasilkan persentase Dalam tahap ini siswa dituntut untuk bisa menyelesaikan semua masalah yang diberikan oleh guru secara berdiskusi atau bekerja sama dengan kelompoknya guna untuk mendapatkan penyelesaian masalah yang menyeluruh, dalam arti semua siswa baik yang aktif dan yang tidak aktif bisa bertukar pikiran, mencoba untuk bisa mengeksplor kemampuan yang mereka miliki, dan bisa bekerja sama dengan baik untuk mendapatkan nilai yag optimal dalam kelompok untuk melakukan percobaan sederhana tentang konduktor dan isolator. Pada aspek menyatakan pendapat terdapat beberapa siswa yang mampu menyatakan pendapat, hal ini terlihat dari sikap siswa yang tidak canggung lagi untuk aktif dalam berdiskusi namun ada pula siswa yang kurang mampu dalam menyatakan pendapat, hal ini terlihat pada saat berdiskusi siswa masih canggung dan kurang aktif dalam diskusi. Hal ini disebabkan pembelajaran yang berlangsung di sekolah tidak membiasakan siswa untuk berdiskusi. Setelah masing-masing kelompok selesai diskusi, maka masing-masing kelompok menunjuk perwakilan dari kelompoknya untuk maju ke depan kelas mempresentasikan hasil diskusinya. Anggota kelompok yang tidak maju diharapkan bisa membantu temannya yang di depan menjawab pertanyaan dari kelompok lain. Hal ini dilakukan supaya kerja sama tim tetap terjaga dengan baik. Tahap penerapan gagasan (application of ideas), merupakan tahapan untuk menerapkan gagasan baru yang dikembangkan melalui percobaan atau observasi ke dalam situasi baru. Berdasarkan hasil perhitungan didapat bahwa aspek yang diukur menghasilkan persentase Dalam tahap ini siswa mampu memberi contoh nyata konsep IPA dalam kehidupan hal ini terlihat pada saat siswa menyebutkan benda konduktor dan isolator di sekitar kelas maupun sekolah. Pada aspek melakukan pengamatan terlihat

Aktris Widiyarti,Widayanti,Winarti/Pengaruh

bahwa siswa mampu melakukan pengamatan tanpa bimbingan kemudian hasil pengamatan di catat. e. Tahap pemantapan gagasan (application of ideas) merupakan tahapan untuk mengetahui konsep yang telah diperoleh siswa perlu diberi umpan balik oleh guru untuk memperkuat konsep ilmiah. Berdasarkan tabel 4.3 didapat bahwa aspek yang diukur menghasilkan persentase Dalam tahap ini siswa mampu menyebutkan ulang materi yang telah dipelajari hal ini terlihat dari siswa mampu menjawab pertanyaan seputar konduktor dan isolator. Pada aspek menyimpulkan materi siswa mampu menyimpulkan tentang konduktor dan isolator. Hal ini terlihat pada saat guru menanyakan tentang konduktor dan isolator secara terbuka siswa mampu menjawab. Pada aspek mengerjakan tugas rumah siswa mengerjakan hal ini terlihat dari siswa mengerjakan tugas rumah dengan sungguh dan walaupun beberapa siswa tidak mengerjakan tugas rumah. Pada aspek menjelaskan peristiwa sehari-hari dengan konsep konduktor dan isolator siswa mampu mempraktekkan kegiatan, hal ini terlihat dari siswa yang mampu menjelaskan peristiwa sesuai dengan teori yang telah diajarkan. Dari beberapa tahapan dalam pembelajaran dengan model CLIS, tahapan penyusunan ulang gagasan yang mengalami peningkatan, hal ini terlihat dari hasil paling tinggi persentasenya dibandingkan dengan tahapan lainnya. Pada tahapan ini siswa semangat dalam diskusi kelompok, siswa berpartisipasi aktif dalam mengajukan pendapat dalam diskusi, siswa membuat kesimpulan, dan antusias dalam melaporkan hasil diskusi.Dalam tahap ini siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan mereka bisa mengeksplor kemampuan yang dimiliki. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CLIS juga mampu meningkatkan kreativitas siswa artinya dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya sekedar mendengar, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran saja, akan tetapi dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa yaitu dengan cara mengamati dan melakukan penelitian. Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengamati kreativitas siswa dalam pembelajaran hasil perhitungannya adala sebagai berikut: Penilaian Indikator Kreativitas Siswa Indikator Kreativitas Skor Skor Pertemuan I Pertemuan II Rasa Ingin Tahu 445 497 Daya Imajinasi Kuat 369 455 Minat dan Ulet Dalam 431 501 Mengerjakan Soal Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer diperoleh hasil sebagai berikut: a. Rasa ingin tahu, dalam indikator ini aspek yang diamati adalah antusias siswa saat menerima pelajaran. Misalnya siswa senang bertanya tentang materi yang di pelajaridan siswa fokus terhadap pertanyaan yang diajukan kepada guru maupun siswa lain. Berdasarkan hasil perhitungan didapat bahwa aspek yang diukur di pertemuan I indikator ini berjumlah 445 skor dan di pertemuan II berjumlah 497 skor. Antara pertemuan I dan II ada peningkatan sebanyak 52 skor, dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa rasa ingin tahu siswa meningkat. Rasa ingin tahu siswa disini meliputi siswa senang bertanya, siswa mampu menganalisis pertanyaan

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012

guru ataupun siswa lain, siswa mampu menanggapi pertanyaan, dan siswa fokus terhadap pertanyaan. b. Bersifat imaginatif, dalam indikator ini aspek yang diamati adalah siswa senang dengan fenomena yang terjadi dalam percobaan yang dilakukan, siswa mengamati fenomena yang terjadi dalam percobaan dengan penuh perhatian, siswa mampu mengelompokkan benda Konduktor maupun Isolator, dan siswa mampu melakukan percobaan.Berdasarkan hasil perhitungan didapat bahwa aspek yang diukur di pertemuan I indikator ini berjumlah 369 skor dan di pertemuan II berjumlah 455 skor. Antara pertemuan I dan II ada peningkatan sebanyak 76 skor, dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa sifat imajinatif siswa meningkat. c. Mempunyai minat yang luas, ulet dan tekun dalam mengerjakan tugas, dalam indikator ini aspek yang diamati adalah siswa melakukan percobaan, siswa berpartisipasi aktif mengajukan pendapat dalamforum diskusi, dan siswa ikut dalam menyusun kesimpulan di akhir pertemuan. Berdasarkan hasil perhitungan didapat bahwa aspek yang diukurdi pertemuan I indikator ini berjumlah 431 skor dan di pertemuan II berjumlah 501 skor. Antara pertemuan I dan II ada peningkatan sebanyak 70 skor, dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa sifat mempunyai minat yang luas, ulet dan tekun dalam mengerjakan tugas meningkat. Dari data hasil penilaian kreativitas tersebut dapat diketahui bahwa pada aspek bersifat imajinatif terdapat peningkatan skor sebanyak 76, diketahui bahwa siswa pada aspek ini antusias dalam melakukan percobaan tentang Konduktor dan Isolator, siswa juga mampu melakukan pengamatan.Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa lebih tertarik dengan pembelajaran dengan percobaan dan pengamatan langsung.Siswa lebih bebas mengemukakan pendapat tentang materi dengan diskusi kelompok dan siswa berlatih untuk menyimpulkan hasil diskusi. Dalam tahapan CLIS kreativitas juga berkembang yaitu: a. Tahap Orientasi (orientation) merupakan tahapan yang dilakukan guru dengan tujuan untuk memusatkan perhatian siswa. Dalam tahap ini indikator kreativitas yang yang berkembang yaitu daya imajinasi kuat misalnya menunjukkan berbagai fenomena yang terjadi di alam atau kejadian yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari, kemudian menghubungkan dengan materi Konduktor dan Isolator. b. Tahap Pemunculan Gagasan (elicitation of ideas) merupakan tahapan untuk memunculkan gagasan siswa tentang topik yang dibahas dalam pembelajaran. Dalam tahap ini indikator kreativitas yang yang berkembang yaitu daya imajinasi kuat misalnya menuliskan apa saja yang diketahui tentang topik yang dibahas atau dengan cara menjawab pertanyaan uraian terbuka. c. Tahap Penyusunan Ulang Gagasan (restructuring of ideas) merupakan tahapan untuk memperjelas atau mengungkapkan gagasan awal siswa tentang suatu topik pembelajaran. Dalam tahap ini indikator kreativitas yang yang berkembang yaitu mempunyai minat yang luas, ulet dan tekun dalam mengerjakan tugas misalnya melakukan percobaan atau observasi, kemudian mendiskusikannya dalam kelompok untuk menyusun gagasan baru. d. Tahap penerapan gagasan (application of ideas), merupakan tahapan untuk menerapkan gagasan baru yang dikembangkan melalui percobaan atau observasi ke dalam situasi baru. Dalam tahap ini indikator kreativitas yang berkembang yaitu rasa ingin tahu dan mempunyai minat yang luas, ulet dan

Aktris Widiyarti,Widayanti,Winarti/Pengaruh

tekun dalam mengerjakan tugas misalnya mencari dan mencatat benda yang mereka temukan di sekitar sekolah yang merupakan kegiatan yang berhubungan dengan topik pembelajaran sebanyak mungkin sesuai waktu yang diberikan. e. Tahap pemantapan gagasan (application of ideas) merupakan tahapan untuk mengetahui konsep yang telah diperoleh siswa perlu diberi umpan balik oleh guru untuk memperkuat konsep ilmiah. Dalam tahap ini indikator kreativitas yang berkembang yaitu mempunyai minat yang luas, ulet dan tekun dalam mengerjakan tugas misalnya Guru menyimpulkan tentang seluruh materi bersama siswa dan siswa di beri tugas rumah. Penerapanpembelajaran dengan model CLIS sangat efektif digunakan dalam proses pembelajaran di kelas karena penerapan pembelajaran ini berhasil dalam meningkatkan kreativitas siswa berdasarkan peningkatan jumlah siswa yang kreatif dan cukup kreatif serta prestasi belajar fisika siswa berdasarkan peningkatan skor akhir (postest) yang diperoleh siswa. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa rerata prestasi nilai posttest pembelajarandengan model CLISlebih besar dari pada menggunakan metode demonstrasi. Sehingga pembelajaran pada kelas eksperimen lebih efektif dalam meningkatkan prestasi siswa pada pokok bahasan Konduktor dan Isolator bila dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini disebabkan karena pada kegiatan pembelajaran kelas eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan ide atau gagasan siswa berdasarkan hasil pengamatan atau percobaan.Siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan berbagai gagasan tentang topik yang dibahas dalam pembelajaran, mengungkapkan gagasan serta membandingkan gagasan dengan gagasan siswa lainnya dan mendiskusikannya untuk menyamakan persepsi.Selanjutnya siswa diberi kesempatan merekontruksi gagasan setelah membandingkan gagasan tersebut dengan hasil percobaan, observasi atau hasil mencermati buku teks. Guru hanya memberi instruksi atau perintah secara lisan kemudian siswa belajar mandiri untuk menyusun suatu gagasan. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, dapat dinyatakan bahwa rerata skor peningkatan prestasi belajar fisika siswa pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pada Uji hipotesis diperoleh thitung =2,34 dan ttabel =1,98 dengan db =47 pada taraf signifikansi 5%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa thitung> ttabel.Dasar pengambilan keputusan apabila thitung> ttabel maka H1 diterima atau dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Peningkatan kemampuan prestasi belajar fisika yang dicapai oleh siswa tentunya tidak terlepas dari beberapa faktor pendukung, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal. Faktor internal yang turut serta berperan dalam meningkatkan prestasi belajar fisika bagi siswa yaitu berupa kemampuankemampuan yang terdapat dalam diri siswa, salah satunya adalah kemampuan untuk menguasai aturan-aturan atau langkah-langkah yang diperlukan dalam proses sains itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal yang turut mendukung peningkatan kemampuan prestasi belajar fisika pada siswa salah satunya adalah dengan penerapan pembelajaran dengan model CLIS sebagai media kegiatan pembelajaran.

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012

C. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SD Bhayangkara, Yogyakarta maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran CLIS berpengaruh dalam meningkatkan kreativitas siswa berdasarkan indikator rasa ingin tahu, bersifat imaginatif, dan mempunyai minat yang luas, ulet dan tekun dalam mengerjakan tugas. Berdasarkan nilai pada indikator tersebut peningkatan jumlah siswa kreatif meningkat. 2. Hasil pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran CLIS pada pembelajaran IPA memiliki sebesar 2,34dan sebesar 1,98 dengan taraf signifikansi 5% dan . Hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan kata lainpenggunaan model CLIS pada pembelajaran IPA berpengaruh positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini terlihat dari rata-rata gain nilai pre test dan post test siswa untuk kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol

D. DAFTAR PUSTAKA http://marselinaportofolio.blogspot.com/2008/12/model-model-pembelajaraninovatif.html diakses 15 april 2011 Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mihibin Syah. 2006. Psikologi Pendidikan dan Pendekatan Baru. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya) Slameto.I988.Belajar Dan Faktor Yang Mempengaruhinya.Jakarta : PT. Rhineka Cipta. Sri handayani,dkk. 2004. Jurnal Pendidikan, Vol.5, No. 1. Pengembangan Model Pembelajaran Children Learning In Science Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional. Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Utami Munandar.2009. Pengembangan Kreatitivitas Anak Berbakat. Jakarta : PT. Rhineka Cipta.

You might also like