You are on page 1of 16

Abortus Provocatus Criminalis

ELVAN DANURANGGA

Kasus

Kata Kunci
Nn. M 14 tahun datang ke dr. A, Sp.OG dengan orang

tuanya berniat untuk melakukan abortus Setelah di anamnesa, usg, dan dilakukan pp test, pasien dinyatakan hamil 12 minggu Bila kehamilan diteruskan maka Nn.M akan di drop out karena tidak dibenarkan seorang pelajar status menikah Orangtua menolak dengan keras calon suami yang dianggap tidak sepadan Orang tua pasien berani membayar mahal untuk tindakan abortus Dr.A, Sp. OG menyetujui untuk melakukan abortus dengan memberikan obat minum

Diskusi
Benarkah tindakan dokter tersebut menurut pendapat anda? 2. Bagaimanakah pandangan anda tentang tindakan aborsi?
1.

Kaidah Dasar Bioetik


Beneficence

Meminimalisasi akibat buruk


Dalam kasus ini : tidak mengutamakan tindakan

untuk kebaikan pasien, tidak menjamin kehidupan manusia Non Malficence Tidak memandang pasien hanya sebagai objek Dalam hal ini : hanya untuk mendapatkan keuntungan semata, sehingga dapat dikatakan dokter memandang pasien hanya sebagai objek

Cont
Justice Mementingkan

keadilan dalam bersikap, memberlakukan secara universal, memberikan pelayanan yang terbaik, tidak memperhatikan unsur material Dalam kasus ini : hak hidup janin tidak dijaga Autonomy Menghormati hak hak pasien (the right self determination) : hak menentukan apa yang akan dilakukan terhadap dirinya, mengetahui resiko atas tindakan aborsi yang ingin dilakukannya, hak untuk dibantu membuat keputusan penting

Abortus
Definisi : a. hukum : tindakan menghentikan

kehamilan/mematikan janin sebelum waktu kelahiran tanpa melihat usia kehamilan b. medis : ancaman/pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan < 20 minggu atau berat janin < 500 gram Klasifikasi : a. spontan b. provocatus : theurapetica/ medicinalis criminalis

Tinjauan KODEKI
Dalam KODEKI SKPB IDI no. 221/PB/A.4/04/2002 Pasal 2 : seorang dokter harus senantiasa berupaya

melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi tertinggi. Pasal 7d : setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup insani. Dalam menjalankan profesinya seorang dokter tidak boleh melakukan: 1. Menggugurkan kandungan (Abortus Provocatus) 2. Mengakhiri kehidupan seorang pasien yang menurut ilmu dan pengetahuan tidak mungkin akan sembuh lagi (euthanasia).

Cont
Pedoman etika POGI tahun 2003, yang tercantum pada

Bab X pasal 32,33,34,35 Pasal 33 : Aborsi atas indikasi medis (therapeutic abortio)dapat dilakukan oleh spesialis obstetri dan ginekologi setelah melalu proses informed consent dan diputuskan oleh dua orang yang kompeten dalam bidangnya. Pasal 35 :Sebagai kontrol apakah keputusan aborsi aman dibenarkan secara etis apabila keputusan itu dibuat dengan berat hati karena tidak ada jalan lain yang lebih baik, bukan karena pertimbangan komersial dan hanya pada kehamilan sebelum 12 minggu.

Tinjauan Aspek Hukum


Dalam KUHP Bab XIX Pasal 299, 346 s/d 349, dan 535 Pasal

346 : Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun. Pasal 347 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana pejara paling lama lima belas tahun.

Cont
Pasal

348 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara lima tahun enam bulan. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Pasal 349 : Jika seorang dokter, bidan, atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.

Tinjauan Aspek Undang-Undang


Pada UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) Ayat (1) : Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan

dengan alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelematkan jiwa ibu atau janin yang dikandungnya dapat diambil tndakan medis tertentu. Ayat (2) : Butir a : Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar benar mengharuskan diambil tindakan medis tertentu, sebab tanpa tindakan medis tertentu itu, ibu hamil dan janinnya terancam bahaya maut. Butir b : Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah tenaga yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya, yaitu dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan. Butir c : Hak utama untuk memberi persetujuan ada pada ibu hamil yang bersangkutan, kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuannya, dapat diminta dari suami atau keluarga nya. Butir d : Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan telah ditunjuk oleh Pemerintah.

Cont
Pada Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, disampaikan pada

pasal 75,76, dan 77 Pasal 75 : (1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi (2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat diatas dapat dikecualikan berdasarkan : - indikasi kedaruratan medik - kehamilan akibat perkosaan (3) Tindakan diatas hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan oleh konselor yang kompeten dan berwenang. Pasal 76 : Aborsi dalam pasal 75 dapat dilakukan : Sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis Oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan Dengan ijin suami, kecuali korban perkosaan Penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat

Analisis Kasus
Hukum di Indonesia wanita yang menggugurkan kandungan,

orang lain yang menggugurkan kandungan si wanita, orang lain yang membantu dan turut serta menggugurkan kandungan si wanita, dan orang yang menyuruh menggugurkan kandungan si wanita orang tua, pasien, dan dokter kandungan terlibat hukuman Tindakan dokter : Secara etik : melanggar KODEKI tahun 2002 pasal 2 dan 7d serta pedoman etik POGI tahun 2003 bab X pasal 33 dan 35 sanksi etik Secara hukum : melanggar KUHP Bab XIX pasal 299, 346 s/d 349, dan 535 sanksi pidana kurungan, penjara dan denda Secara undang-undang : melanggar UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) serta UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 75,76, dan 77 pidana penjara dan denda

Solusi
Para dokter dan tenaga medis lainnya menjaga

sumpah profesi dan kode etiknya abortus buatan ilegal <<< (signifikan)

Terima Kasih

You might also like