You are on page 1of 14

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata akhlak berasal dari dari bahasa arab khuluq yang jamaknya akhlak yang
artinya perangi atau budi pekerti. Ukuran akhlak itu baik atau buruk adalah motif yang
mendasari perbuatan dan tindakan dan adanya petunjuk yang mengatakan itu
baik berdasarkan firman Allah dan sabda Rasul saw. Jadi pemahaman akhlak adalah
seseorang yang mengerti benar tentang segala sesuatu tindakannya hanya mengharap ridho
Allah swt.
Akhlak merupakan masalah yang sangat penting dalam islam. Seseorang dapat
dikatakan berakhlak ketika dia menerapakan nilai-nilai islam dalam aktifitas hidupnya.
Jika aktifitas itu terus dilakukan berulang-ulang dengan kesadaran hati maka akan
menghasilkan kebiasaan hidup yang baik. Akhlak merupakan perpaduan antara hati,
pikiran, perasaan, kebiasaan yang membentuk satu kesatuan tindakan dalam kehidupan.
Sehingga bisa membedakan mana yang baik dan tidak baik, mana yang jelek dan mana
yang cantik dan hal ini timbul dari futrahnya sebagai manusia.
Hati nurani manusia selalu mendambakan dan merindukan kebenaran, ingin mengikuti
ajaran-ajaran Allah Swt. Namun fitrah manusia tidak selalu terjamin dapat berfungsi
dengan baik karena pengaruh dari luar misalnya pengaruh pendidikan, lingkungan, pakaian
dan juga pergaulan. Sehingga menyebabkan manusia sulit membedakan antara akhlak
terpuji dan akhlak tercela. Maka kami dalam makalah ini membahas tentang akhlak
mahmudah (akhlak terpuji).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka rumusan masalah yang
diambil adalah:
1. Apa pengertian dari akhlak mahmudah (akhlak terpuji)?
2. Apa saja yang termasuk akhlak mahmudah (akhlak terpuji)?
3. Bagaimana proses pembentukan akhlak mahmudah (akhlak terpuji) pada diri manusia?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini antara lain
1. Menjelaskan pengertian akhlak mahmudah (akhlak terpuji).
2

2. Menjelaskan akhlak mahmudah (akhlak terpuji) dan macam-macamnya.
3. Mengetahui proses pembentukan akhlak mahmudah (akhlak terpuji) pada diri manusia.
D. Manfaat Penulisan
1. menambah wawasan pembaca mengenai akhlak terpuji.
2. memberikan motivasi untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak Mahmudah (Akhlak Terpuji)
Akhlak mahmudah (akhlak terpuji) artinya segala macam perilaku atau perbuatan baik
yang tampak dalam kehidupan sehari-hari. Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk
harus didasarkan pada petunjuk al-Quran da al-Hadits. Jika kita perhatikan al-Quran atau
Hadits dapat dijumpai berbagai istilah yang mengacu kepada baik dan ada pula yang
mengacu kepada yang buruk. Diantara istilah yang mengacu kepada yang baik misalnya al-
hasanah, thayyibah, khairah, karimah, mahmudah, azizah dan al-birr.
Keutamaan akhlak terpuji disebutkan dalam hadist, salah satunya adalah hadis yang
diriwayatkan oleh Abu dzar dari Nabi Muhammad saw, yang artinya: Wahai Abu Dzar!
Maukah aku tunjukan dua hal yang sangat ringan dipunggung, tetapi sangat berat di
timbangan (pada hari kiamat kelak? Abu Dzar menjawab, hendaklah kamu melakukan
akhlak terpuji dan banyak diam. Demi Allah yang tanganku berada di genggamannya,
tidak ada makhluk lain yang dapat bersolek dengan dua hal tersebut (H.R Al-baihaqi)
Sesungguhnya kekejian dan perbuatan keji itu sedikitpun bukan dari Islam dan
sesungguhnya sebaik-baik manusia keislamannya adalah yang paling baik akhlaknya.
(HR.Thabrani, Ahmad dan Abu Yala).
( )
Sebaik-baiknya manusia ialah yang paling baik budi pekertinya. (HR Imam Tabrani
dari Umar)

Keluhuran akhlak merupakan amal terberat hamba di akhirat. Tidak ada yang lebih
berat timbangan seorang hamba pada hari kiamat melebihi keluhuran akhlaknya (HR.
Abu Daud dan At-Tirmizi).
Akhlak merupakan lambang kualitas seorang manusia, masyarakat, umat karena itulah
akhlak pula lah yang menentukan eksistensi seorang muslim sebagai makhluk Allah SWT.
Sesungguhnya termasuk insan pilihan di antara kalian adalah yang terbaik
akhlaknya(Muttafaq alaih).
Sebuah Hadist riwayat Imam Ahmad : Rasulullah berkata, Inginkah kalian kuberitahu
tentang siapa dari kalian yang paling kucintai dan akan duduk di majelis terdekat denganku
4

di hari kiamat? Kemudian Rasul mengulanginya sampai tiga kali, dan sahabat menjawab
Iya, ya Rasulullah ! Lalu Rasul bersabda, Orang yang paling baik akhlaknya.
B. Macammacam Akhlak Mahmudah (Akhlak Terpuji)
1. Jujur
Jujur adalah sebuah ungkapan yang acap kali kita dengar dan menjadi pembicaraan.
Akan tetapi bisa jadi pembicaraan tersebut hanya mencakup sisi luarnya saja dan belum
menyentuh pembahasan inti dari makna jujur itu sendiri. Apalagi perkara kejujuran
merupakan perkara yang berkaitan dengan banyak masalah keislaman, baik itu akidah,
akhlak ataupun muamalah; di mana yang terakhir ini memiliki banyak cabang, seperti
perkara jual-beli, utang-piutang, sumpah, dan sebagainya.
Jujur merupakan sifat yang terpuji. Allah menyanjung orang-orang yang
mempunyai sifat jujur dan menjanjikan balasan yang berlimpah untuk mereka.
Dari Abdullah bin Masud ra ia berkata, Rasulullah Saw bersabda : kalian harus
berbuat jujur karena kejujuran akan mengantarkan ke surga. Jika manusian senantiasa
berbuat jujur dan memperhatikan kejujuran, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai
orang jujur (mutafaq alaih).
2. Memenuhi janji
Allah Swt berfirman :
E_GC^4C -g~-.- W-EON44`-47
W-Ou g1ON^) _
;e^UgOq 7 OE1jg4
Eu^- ) 4` _OUuNC
7^OU4 4OOEN O@>g4` g^1O-
+^4 NNONO Ep) -.- N7^4
4` C@ONC ^
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu
binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan
tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya
Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya. (Q.S Al Maidah: 1)
4 W-O+4O^> 44` 1g41^-
) /-) "Og- }=O;O _/4EO
EuUl4C +O7- _ W-Ou4
g;_E^) W Ep) E;_E^-
]~E LO7*O4` ^@j
5

Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti
diminta pertanggungan jawabnya. (Q.S Al Isra :34)
3. Amanah
Amanah merupakan sikap yang harus dimiliki oleh umat Islam, yang merupakan
salah satu bentuk akhlak karimah. Pengertian amanah menurut arti bahasa ialah
ketulusan hati, kepercayaan (tsiqah), atau kejujuran. Amanah merupakan kebalikan dari
khianat.
Yang dimaksud dengan amanah di sini adalah suatu sifat dan sikap pribadi yang
setia, tulus hati, dan jujur dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya,
berupa harta benda, rahasia maupun tugas kewajiban. Pelaksanaan amanat dengan baik
disebut al amin yang berarti dapat dipercaya, jujur, setia dan aman.
Allah Swt berfirman,
Ep) -.- 7NON`4C p
W-1E> ge4L4`- -O)
E_)Uu- -O)4 +;EO 4u-4
+EEL- p W-O7^4`
;E^) _ Ep) -.- +gg^
7Og4C gO) Ep) -.- 4p~E
OgE- -LOO4 ^)g
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
melihat. (Q.S An Nisa : 58)
Seluruh perintah syariat merupakan amanat. Melakukan ketaatan terhadap syariat
juga dapat dikatakan sebagai amanah. Oleh karena itu seluruh perintah dan larangan
pada dasarnya merupakah amanah.
4. Bersifat baik kepada tetangga
Allah Swt berfirman,
W-+:;N-4 -.- 4
W-O7)O; gO) 6*^OE- W
^4).4O^)4 4L=O;O)
OO)4 _O.O^-
_OE4-41^-4 -=OE^-4
6

jOO_^-4 OgO _O.O^-
jOO_^-4 UN4^-
UgOO-4 ULE^)
^-4 O):OO- 4`4 ;eU4`
7NLEuC Ep) -.- OUg47 }4`
4p~ L4^C` -OONC ^@g
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, Ibnu
sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membangga-banggakan diri. (Q.S An Nisa : 36)
Dari Anas ra, Rasulullah Saw bersabda, demi Allah yang jiwaku ada di tangan-
Nya, tidak dikatakan beriman seorang hamba hingga ia mencintai tetangga atau
saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. (HR. Muslim)
5. Memuliakan orang tua
Dari Ubadah bin Ash-Shamit ra, Rasulullah Saw bersabda, bukan termasuk
umatku yang tidak memuliakan orang tua....... (hadis ini dirawayatkan Ahmad dengan
sanad Hasan)
6. Sabar
Sabar karena taat kepada Allah artinya sabar untuk tetap melaksanakan perintah
Allah dan menjauhi segala larangan-Nya dengan senantiasa meningkatkan ketakwaan
kepada Nya Allah swt berfirman: Terjemahan: Hai orang yang beriman, bersabarlah
kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (diperbatasan)
Sabar karena maksiat, artinya bersabar diri untuk tidak melakukan perbuatan yang
dilarang agama. Untuk itu sangat dibutuhkan kesabaran dan kekuatan dalam menahan
hawa nafsu. Allah swt berfirman:
.4`4 7e@O4q /O^4^ _ Ep)
"^EL- E4OE`V g7EOOO) )
4` =gO4O EO).4O _ Ep) O).4O
EOOEN 7gOO ^)@
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu
selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (QS. Yusuf : 53)
7

Sabar karena musibah, artinya sabar pada saat ditimpa kemalangan, ujian, serta
cobaan dari Allah. Allah swt berfirman:
7^^4OUlE44 7/E) =}g)`
OC^- ;vO^-4 ^4^4
=}g)` 4O^`- +^-4
g4OEE1-4 @Og]=E4
-)OO- ^)) 4g~-.-
.-O) _u4= O4l1G`
W-EO7~ ^^) *. .^^)4
gO^O) 4pON_4O ^)g
Elj^q jgOU4 [4OU=
}g)` )_)O OE;O4O4 W
Cj^q4 N- 4p4-;_^-
^)_
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka Itulah yang
mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al Baqarah : 155-157)
Dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan, sabar ialah tahan menderita dan
menerima cobaan dengan ridha hati serta menyerahkan diri kepada Allah setelah
berusaha. Selain itu, yang dimaksud sabar disini bukan hanya bersabar terhadap ujian
dan musibah, tetapi juga dalam hal ketaatan kepada Allah yakni menjalankan
perintahNya dan menjauhi laranganNya.
7. Syukur
Syukur merupakan sikap dimana seseorang tidak menggunakan nikmat yang
diberikan oleh Allah untuk melakukan maksiat kepadaNya. Bentuk syukur ini ditandai
dengan menggunakan segala nikmat atau rezeki karunia Allah tersebut untuk melakukan
ketaatan kepada Nya dan memanfaatkannya ke arah kebajikan bukan menyalurkannya
ke jalan maksiat atau kejahatan.
Dalam hidup ini banyak sekali nikmat yang kita peroleh dari Allah. Kita tentu
dapat merasakan dan menyadari bahwa nikmat Allah itu sudah kita peroleh sejak masa
kanak-kanak, bahkan sejak di dalam rahim ibu. Begitu lahir, kita telah mendapatkan
8

kasih sayang ibu bapak yang memenuhi segala keperluan kita. Tanpa limpahan kasih
sayang ibu dan bapak, kita tidak akan dapat menikmati kehidupan ini.
Nikmat yang diberikan Allah itu cukup banyak dan tidak mampu kita hitung Allah
berfirman:
7>-474 }g)` ] 4`
+O+-^Ec _ p)4 W-ON>
=eEug^ *.- .E-OO^4q` ])
=}=Oee"- OU EOO ^@j
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu
mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari
(nikmat Allah). (QS. Ibrahim : 34)
Orang yang beriman akan merasa senang dan puas serta bersyukur terhadap nikmat
yang Allah berikan tersebut. Jiwa keimanan yang ada dalam dirinya dapat membatasi
supaya ia tidak memperturutkan loba dan tamak.
Bentuk syukur terhadap nikmat yang Allah berikan adalah dengan jalan
mempergunakan nikmat Allah dengan sebaik-baiknya. Karunia yang diberikan oleh
Allah harus kita manfaatkan dan dipelihara, seperti panca indra, harta benda, ilmu
pengetahuan dan sebagainya.
Apabila sudah mensyukuri karunia Allah itu, berarti kita telah bersyukur kepada
Nya sebagai penciptaannya. Bertambah banyak kita bersykur, bertambah banyak pula
nikmat yang akan kita terima
C. Proses Pembentukan Akhlak Mahmudah (Akhlak Terpuji)
Kadangkala kita pertanyakan akhlak itu sebuah bentukan atau bawaan , sedangkan kita
tahu bahwa seseorang dilahirkan di dunia ini dalam keadaan suci, artinya, kita lahir ke
dunia ini tanpa membawa sesuatu, dan kemudian ketika kita berinteraksi maka, kita
dipengaruhi oleh dua faktor yakni, internal dan eksternal, maupun fitriyah dan muktasabah.
Kesemua itu merupakan, sesuatu yang dilakukan oleh seorang yang akan dibentuk
akhlaknya. Kesemua itu tergantung oleh kesemua faktor tersebut.
Pada kenyataanya, usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga
pendidikan dan melalui berbagai metode terus dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa
akhlak memang perlu dibina, dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa
9

terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasul-
Nya, hormat kepada ibu bapak, sayang kepada sesama makhluk, dan seterusnya.
Proses perkembangan akhlak dalam konsep Islam, karakter tidak sekali terbentuk, lalu
tertutup, tetapi terbuka bagi semua bentuk perbaikan, pengembangan, dan penyempurnaan,
sebab sumber karakter perolehan ada dan bersifat tetap. Karenanya orang yang membawa
sifat kasar bisa memperoleh sifat lembut, setelah melalui mekanisme latihan. Namun,
sumber karakter itu hanya bisa bekerja efektif jika kesiapan dasar seseorang berpadu
dengan kemauan kuat untuk berubah dan berkembang, dan latihan yang sistematis.
Kemudian, Islam membagi akhlak itu menjadi dua yaitu :
1. Fitriyah, yaitu sifat bawaan yang melekat dalam fitrah seseorang yang dengannya ia
diciptakan, baik sifat fisik maupun jiwa.
2. Muktasabah, yaitu sifat yang sebelumnya tidak ada namun diperoleh melalui
lingkungan alam dan sosial, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman.
Adapun tahap perkembangan tersebut terbagi atas tiga yaitu :
1. Tahap I (0 10 tahun)
Perilaku lahiriyah, metode pengembangannya adalah pengarahan, pembiasaan,
keteladanan, penguatan (imbalan) dan pelemahan (hukuman), indoktrinasi.
2. Tahap II ( 11 15 tahun)
Perilaku kesadaran, metode pengambangannya adalah penanaman nilai melalui dialog,
pembimbingan, dan pelibatan.
3. Tahap III ( 15 tahun ke atas)
Kontrol internal atas perilaku, metode pengembangannya adalah perumusan visi dan
misi hidup, dan penguatan tanggung jawab kepada Allah SWT.
Pembentukan kepribadian, merupakan bagian dari pembentukan akhlak itu sendiri,
ketika terjadi pembentukan kepribadian maka , terdapat step-step yang harus dilewati
yaitu:
1. Adanya nilai yang diserap seseorang dari berbagai sumber, mungkin agama, ideologi,
pengalaman hidup, dan sebagainya
2. Nilai membentuk pola pikir seseorang yang secara keseluruhan ke luar dalam bentuk
rumusan visinya
3. Visi turun ke wilayah hati dan membentuk suasana jiwa yang secara keseluruhan keluar
dalam bentuk mentalitas
10

4. Mentalitas mengalir memasuki wilayah fisik dan melahirkan tindakan yang secara
keseluruhan disebut sikap
5. Sikap yang dominan dalam diri seseorang secara kumulatif mencitrai dirinya adalah
kepribadian.
Setelah pemaparan materi diatas , maka kita bertanya-tanya. Bagaimana misalnya ada
seorang preman bengis yang mempunyai akhlak yang tercela apakah masih bisa diperbaiki.
Tentunya untuk akhlak cakupannya besar, tetapi ada cara penanggulangannya yaitu
merubah karakter. Yang akan dijelaskan dibawah ini merupakan tiga langkah dalam
mengubah karakter.
1. Terapi kognitif
Cara yang paling efektif untuk memperbaiki karakter dan mengembangkannya
adalah dengan memperbaiki cara berfikir. Langkah-langkahnya adalah:
a. Pengosongan, berarti mengosongkan benak kita dari berbagai bentuk pemikiran yang
salah, menyimpang, tidak berdasar, baik dari segi agama maupun akal yang lurus.
b. Pengisian, berarti mengisi kembali benak kita dengan nilai-nilai baru dari sumber
keagamaan kita, yang membentuk kesadaran baru, logika baru, arah baru, dan lensa
baru dalam cara memandang berbagai masalah.
c. Kontrol, berarti kita harus mengontrol pikiran-pikiran baru yang melintas dalam
benak kita, sebelum berkembang menjadi gagasan yang utuh.
d. Doa, berarti bahwa kita mengharapkan unsur pencerahan Ilahi dalam cara berfikir
kita.
2. Terapi mental
Warna perasaan kita adalah cermin bagi tindakan kita. Tindakan yang harmonis
akan mengukir lahir dari warna perasaan yang kuat dan harmonis. Langkah-langkahnya
adalah :
a. Pengarahan, berarti perasaan-perasaan kita harus diberi arah yang jelas, yaitu arah
yang akan menentukan motifnya. Setiap perasaan haruslah mempunyai alasan lahir
yang jelas. Itu hanya mungkin jika perasaan dikaitkan secara kuat dengan pikiran
kita.
b. Penguatan, berarti kita harus menemukan sejumlah sumber tertentu yang akan
menguatkan perasaan itu dalam jiwa kita. Ini secara langsung terkait dengan unsur
keyakinan, kemauan, dan tekad yang dalam yang memenuhi jiwa, sebelum kita
melakukan suatu tindakan.
11

c. Kontrol, berarti kita harus memunculkan kekuatan tertentu dalam diri yang berfungsi
mengendalikan semua warna perasaan diri kita.
d. Doa, berarti kita mengharapkan adanya dorongan Ilahiyah yang berfungsi membantu
semua proses pengarahan, penguatan, dan pengendalian bagi mental kita.
3. Perbaikan fisik
Sebagaimana ahli kesehatan mengatakan bahwa dasar-dasar kesehatan itu tercipta
melalui perpaduan yang baik antara tiga unsur :
a. Gizi makanan yang baik dan mencukupi kebutuhan.
b. Olahraga yang teratur dalam kadar yang cukup.
c. Istirahat yang cukup dan memenuhi kebutuhan relaksasi tubuh.
Dalam pandangan para sufi berpendapat bahwa untuk membentuk akhlak mahmudah
(akhlak terpuji) dan atau merehabilitasi sikap mental yang tidak baik diperlukan terapi
yang tidak hanya dari aspek lahiriyah. Oleh karena itu pada tahap-tahap awal memasuki
kehidupan tasawuf, seseorang diharuskan melakukan amalan dan latihan kerohanian yang
cukup berat tujuannya adalah mengusai hawa nafsu, menekan hawa nafsu, sampai ke titik
terendah dan -bila mungkin- mematikan hawa nafsu sama sekali oleh karena itu dalam
tasawuf akhlaqi mempunyai tahap sistem pembinaan akhlak disusun sebagai berikut:
a. Takhalli
Takhalli merupakan langkah pertama yang harus di lakukan oleh seorang sufi.
Takhalli adalah usaha mengosongkan diri dari perilaku dan akhlak tercela. Salah
satu dari akhlak tercela yang paling banyak menyebabkan akhlak jelek antara lain
adalah kecintaan yang berlebihan kepada urusan duniawi.
b. Tahalli
Tahalli adalah upaya mengisi dan menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri
dengan sikap, perilaku, dan akhlak terpuji. Tahapan tahalli dilakukan kaum sufi setelah
mengosongkan jiwa dari akhlak-akhlak tercela. Dengan menjalankan ketentuan agama
baik yang bersifat eksternal (luar) maupun internal (dalam). Yang disebut aspek luar
adalah kewajiban-kewajiban yang bersifat formal seperti sholat, puasa, haji dll. Dan
adapun yang bersifat dalam adalah seperti keimanan, ketaatan dan kecintaan kepada
Tuhan.
c. Tajalli
Untuk pemantapan dan pendalaman materi yang telah dilalui pada
fase tahalli, maka rangkaian pendidikan akhlak selanjutnya adalah
12

fase tajalli. Kata tajalli bermakna terungkapnya nur ghaib. Agar hasil yang telah
diperoleh jiwa dan organ-organ tubuh yang telah terisi dengan butir-butir mutiara
akhlak dan sudah terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan yang luhur tidak berkurang,
maka rasa ketuhanan perlu dihayati lebih lanjut. Kebiasaan yang dilakukan dengan
kesadaran optimum dan rasa kecintaan yang mendalam dengan sendirinya akan
menumbuhkan rasa rindu kepada-Nya.

13

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Akhlak merupakan cerminan diri kita yang merupakan budi pekerti, perangai, maupun
tabiat kita. Dan akhlak pun terbagi dua yaitu: Akhlatul Karimah (Akhlak terpuji ) dan
Akhlatul Mazmumah (Akhlak tercela). Akhlak dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Dan adapula, 5 akar akhlak yakni, cinta kesabaran, sabar, kasih sayang,
kedermawanan, dan keberanian. Dan adapun salah satu keutamaan akhlak itu sendiri,
adalah ...sesuatu yang paling berat timbangannya pada mizan.... Dan akhlak,
membutuhkan proses yang cukup panjang dalam pembentukannya. Hal ini merujuk pada
akhlak sebagai bentukan bukan bawaan . Kemudian , akhlak itu dapat berupa kepribadian,
maupun karakter. Terdapat pula, 5 tahap membentuk kepribadian. Walaupun, seseorang
tersebut akhlaknya sudah bisa dibilang hancur , tetapi dengan pendekatan karakter yang
merupakan bagian dari akhlak itu . Dengan dilakukannya merubah karakter dengan 3 tahap
yaitu : terapi kognitif, terapi mental , dan perbaikan fisik.
B. Saran
Setelah mengetahui akhlak mahmudah secara teori, sebaiknya akhlak mahmudah bisa
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
14

DAFTAR PUSTAKA


Anwar, Rosihin. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.
Nata, Abuddin. 2010. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers.
Yusuf, M. Zein. 1993. Akhlak Tasawuf. Semarang: Al-Husna.

You might also like