You are on page 1of 23

Jurusan Teknik Pertambangan

Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya






































Modul Simulasi Teknik
Peledakan
Oleh :
Ir. Effendi Kadir, MT
Desrizal, ST






Teknik dan Logika Pemograman

1.1 Pendahuluan
Flowchart dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Diagram Alir. Dari dua kata
ini, maka dapat kita bayangkan bahwa flowchart itu berbentuk diagram yang bentuknya
dapat mengalirkan sesuatu. Hal ini memang benar, flowchart memang melukiskan suatu
aliran kegiatan dari awal hingga akhir mengenai suatu langkah-langkah dalam
penyelesaian suatu masalah. Masalah tersebut bisa bermacam-macam, mulai dari masalah
yang sederhana sampai yang kompleks. Masalah yang kita pelajari tentu saja masalah
pemrograman dengan menggunakan komputer, tetapi secara logika dapat kita awali
dengan mengamati permasalahan dalam kehidupan sehari-hari kita.
Contoh sederhananya adalah masalah membuat secangkir kopi. Dalam membuat
secangkir kopi, tentu saja diperlukan langkah-langkah yang berurutan agar hasilnya dapat
sesuai dengan apa yang kita inginkan, yaitu secangkir kopi. Demikian halnya dalam
memprogram, diperlukan suatu algoritma (urutan langkah-langkah logis penyelesaian
masalah yang disusun secara sistematis) agar program yang kita buat dapat berjalan dan
memberikan hasil yang valid. Nah, untuk merepresentasikan algoritma itulah kita
gunakan flowchart.
Flowchart biasanya dipelajari pada saat kita mulai mempelajari pemrograman. Mengapa
demikian? Hal ini tak lain karena dengan mempelajari flowchart, kita diharapkan dapat
berfikir secara logis, dapat menentukan komponen program (input dan output), serta
memahami alur program. Flowchart merupakan teknik yang memudahkan kita dalam
memprogram, dalam hal ini memudahkan dalam arti mengantisipasi agar tak ada
komponen program yang tertinggal.
Definisi Flowchart
Flowchart adalah representasi grafik dari langkah-langkah yang harus diikuti dalam
menyelesaikan suatu permasalahan yang terdiri atas sekumpulan simbol, dimana
masingmasing simbol merepresentasikan suatu kegiatan tertentu. Flowchart diawali
dengan penerimaan input, pemrosesan input, dan diakhiri dengan penampilan output.

Siklus Input-Proses-Output
Penerimaan input, pemrosesan input, dan penampilan output merupakan kegiatan utama
1
yang membentuk siklus dari semua kegiatan yang dilakukan oleh komputer. Siklus ini
disebut dengan siklus I-P-O (Input-Proses-Output).

Gambar 1. Siklus I-P-O
Seperti yang kita tahu, komputer terdiri atas banyak komponen. Kita lihat bagian
hardware-nya saja, sudah ada banyak komponen seperti monitor, keyboard, mouse, CPU,
printer, scanner, speaker, dsb. Setiap komponen komputer tersebut juga merupakan
bagian dari siklus I-P-O. Contohnya komponen yang biasa kita gunakan untuk
memasukkan perintah atau data ke dalam komputer adalah keyboard dan mouse,
selanjutnya masukan tersebut akan diproses oleh CPU, dan akhirnya akan mengeluarkan
hasil eksekusi pada monitor, printer, atau speaker.

1.2 Simbol-simbol Dalam Flowcharts
Seperti yang telah disebutkan diatas, bahwa flowchart terdiri atas sekumpulan simbol dan
masing-masing simbol merepresentasikan suatu kegiatan tertentu. Berikut ini akan
dibahas tentang simbol-simbol yang digunakan dalam menyusun flowchart, kegiatan
yang diwakili serta aturan main yang diterapkan dalam penggunaan simbol tersebut.
1.2.1 Simbol Input
Simbol input digambarkan dengan bangun jajar genjang. Simbol ini digunakan untuk
melambangkan kegiatan penerimaan input. Dalam simbol ini, kita dapat menuliskan input
yang diperlukan pada suatu waktu secara satu per satu maupun secara keseluruhan, tetapi
biasanya input yang dimasukkan pada suatu waktu, dituliskan bersamaan secara
keseluruhan dengan tujuan efisiensi ruang gambar.

Gambar 2. Simbol Input

1.2.2 Simbol Proses
Simbol proses digambarkan dengan bangun persegi panjang. Simbol ini digunakan untuk
melambangkan kegiatan pemrosesan input. Dalam simbol ini, kita dapat menuliskan
operasi-operasi yang dikenakan pada input, maupun operasi lainnya. Sama seperti aturan
pada simbol input, penulisan dapat dilakukan secara satu per satu maupun secara
keseluruhan.
Gambar 3. Simbol Proses

1.2.3 Simbol Output
Simbol output digambarkan dengan bangun seperti Gambar 4. Simbol ini digunakan
untuk melambangkan kegiatan penampilan output. Dalam simbol ini, kita dapat
menuliskan semua output yang harus ditampilkan oleh program. Sama seperti aturan
pada dua simbol sebelumnya, penulisan dapat dilakukan secara satu per satu maupun
secara keseluruhan.

Gambar 4. Simbol Output

1.2.4 Simbol Percabangan
Simbol percabangan digambarkan dengan bangun belah ketupat. Simbol ini digunakan
untuk melambangkan percabangan, yaitu pemeriksaan terhadap suatu kondisi. Dalam
simbol ini, kita menuliskan keadaan yang harus dipenuhi. Hasil dari pemeriksaan dalam
simbol ini adalah YES atau NO. Jika pemeriksaan menghasilkan keadaan benar, maka
jalur yang harus dipilih adalah jalur yang berlabel Yes, sedangkan jika pemeriksaan
menghasilkan keadaan salah, maka jalur yang harus dipilih adalah jalur yang berlabel No.
Berbeda dengan aturan pada tiga simbol sebelumnya, penulisan keadaan dilakukan secara
satu per satu.

Gambar 5. Simbol Percabangan
1.2.5 Simbol Prosedur
Simbol prosedur digambarkan dengan bangun seperti Gambar 6. Simbol ini berperan
sebagai blok pembangun dari suatu program. Prosedur memiliki suatu flowchart yang
berdiri sendiri diluar flowchart utama. Jadi dalam simbol ini, kita cukup menuliskan
nama prosedurnya saja, jadi sama seperti jika kita melakukan pemanggilan suatu
prosedur pada program utama (main program). Sama dengan aturan pada simbol
percabangan, penulisan nama prosedur dilakukan secara satu per satu.

Gambar 6. Simbol Prosedur
1.2.6 Simbol Garis Alir
Simbol garis alir atau flow lines digambarkan dengan anak panah. simbol ini digunakan
untuk menghubungkan setiap langkah dalam flowchart dan menunjukkan kemana arah
aliran diagram. Anak panah ini harus mempunyai arah dari kiri ke kanan atau dari atas ke
bawah. Anak panah ini juga dapat diberi label, khususnya jika keluar dari simbol
percabangan.

Gambar 7. Simbol Garis Alir

1.2.7 Simbol Terminator
Simbol terminator digambarkan dengan bangun seperti Gambar 8. Terminator berfungsi
untuk menandai awal dan akhir dari suatu flowchart. Simbol ini biasanya diberi label
START untuk menandai awal dari flowchart, dan label STOP untuk menandai akhir dari
flowchart. Jadi dalam sebuah flowchart pasti terdapat sepasang terminator yaitu
terminator start dan stop.

Gambar 8. Simbol Terminator

1.2.8 Simbol Konektor
Simbol konektor digunakan untuk menghubungkan suatu langkah dengan langkah lain
dalam sebuah flowchart dengan keadaan on page atau off page. On page connector
digunakan untuk menghubungkan suatu langkah dengan langkah lain dari flowchart
dalam satu halaman, sedangkan off page connector digunakan untuk menghubungkan
suatu langkah dengan langkah lain dari flowchart dalam halaman yang berbeda.
Connector ini biasanya dipakai saat media yang kita gunakan untuk menggambar
flowchart tidak cukup luas untuk memuat gambar secara utuh, jadi perlu dipisahpisahkan.
Dalam sepasang connector biasanya diberi label tertentu yang sama agar lebih mudah
diketahui pasangannya.

Gambar 9a. Simbol On-Page Connector


Gambar 9b. Simbol Off-Page Connector

1.2.9 Simbol Komentar
Simbol komentar atau annotation digunakan untuk menuliskan komentar atau keterangan
yang dirasa penting. Dalam simbol ini, kita dapat menuliskan komentar apapun dan
sebanyak apapun, hal ini berguna untuk memperjelas langkah-langkah dalam flowchart.





Teknik Peledakan

2.1Geometri Peledakan
Untuk menghancurkan batuan maka bahan peledak harus ditempatkan dalam
batuan itu sendiri dengan jarak tertentu dibelakang bidang bebas atau disebut free
face. Masa batuan tersebut harus memiliki satu atau lebih free face. Geometri
peledakan terdiri dari burden, spacing, sub-drilling, stemming, dan kedalaman lubang
bor, seperti terlihat pada Gambar 2.2.

GAMBAR 2.2
DIAGRAM DESAIN PELEDAKAN PADA BENCH
2
8
a. Burden
Burden dapat didefinisikan sebagai jarak terpendek yang diukur secara
tegak lurus dari lubang bor terhadap bidang bebas atau free face pada saat
peledakan. Jarak burden haruslah lebih kecil daripada kedalaman lubang
untuk mencegah terjadinya kawah permukaan (cratering). Burden
merupakan variabel yang sangat penting dan krisis dalam mendesain
peledakan karena terhadap jenis bahan peledak yang dipakai dan batuan
yang dihadapi terdapat jarak optimum burden agar peledakan sukses
Menurut C.J. Konya

3
. . 15 , 3
SGr
SGe
De B =
Keterangan:
B = burden (ft)
De = diameter lubang tembak (inch)
SGe = specific gravity bahan peledak
SGr = specific gravity batuan yang diledakkan
Menurut Langefors
) .( .
.
33 V E f c
S P db
V =
Keterangan:
V = burden (m)
db = diameter mata bor (mm)
P = derajat packing (1 1,6 kg/dm
3
)
S = kekuatan bahan peledak
f = derajat fraction (jika lubang vertikal = 1)
c = konstanta batuan (0,45)
E = spacing (m)
E/V = perbandingan spacing dengan burden
9
Menurut Anderson
L d B . =
Keterangan:
B = burden (ft)
d = diameter mata bor (inch)
L = kedalaman lubang bor (ft)
Menurut R.L. Ash
12
.
d
Kb B =
Keterangan:
B = burden (ft)
Kb = burden ratio (14 49 ; harga rata-rata 30)
d = diameter mata bor (inch)
b. Spacing
Spacing adalah jarak antar lubang-lubang bor yang dirangkai dalam
satu baris dan diukur sejajar terhadap pit wall. Biasanya spacing tergantung
pada burden, kedalaman lubang bor, letak primer, waktu tunda, dan arah
struktur bidang batuan. Yang perlu diperhatikan dalam memperkirakan
spacing adalah apakah ada interaksi antar charges yang berdekatan. Bila
masing-masing lubang bor diledakkan sendiri-sendiri dengan interval waktu
yang cukup panjang, untuk memungkinkan setiap lubang bor meledak
dengan sempurna, tidak akan terjadi interaksi antar gelombang energi
masing-masing. Kalau waktu tunda diperpendek maka akan terjadi interaksi
sehingga menyebabkan efek yang kompleks. Adapun rumus-rumus untuk
menghitung spacing adalah:
Menurut C.J. Konya
L B S . =
Keterangan:
10
S = spacing (m)
L = kedalaman lubang ledak (m)
B = burden (m)
Menurut Langefors
V E . 25 , 1 =
Keterangan:
E = spacing (m)
V = burden (m)
Menurut R.L. Ash
B Ks S . =
Keterangan:
S = spacing (ft)
Ks = spacing ratio (1-3; rata-rata 1,5)
B = burden (ft)
c. Stemming
Bagian lubang ledak yang tak terisi oleh bahan peledak antara isian
bahan peledak dengan muka lubang ledak biasanya diisi oleh material
stemming. Kedalaman stemming tidak boleh kurang dari jarak burden
sehingga dapat mengurangi bahaya flyrock dan pembentukan kawah bagian
atas dari lubang ledak. Rumus-rumus menghitung stemming antara lain:
Menurut C.J. Konya
2
OB
Kb T + =
Keterangan:
T = stemming (m)
Kt = 0.17 sampai 1 kali B
B = burden (m)
OB = overburden (m)

11
Menurut R.L Ash
B Kt T . =

Keterangan:
T = stemming (ft)
Kt = stemming ratio (0,5-1; rata-rat 0,7)
B = burden (ft)

d. Sub-drilling
Tujuan dari sub-drilling adalah supaya batuan bisa meledak
secara full face sebagaimana yang diharapkan. Tonjolan-tonjolan pada
lantai (floor) yang terjadi setelah dilakukan peledakan akan menyulitkan
peledakan selanjutnya, atau pada waktu pemuatan dan pengangkutan
Besarnya KJ tergantung dari struktur dan jenis batuan, serta arah lubang bor.
Pada batuan yang miring KJ yang dibutuhkan lebih kecil. Terkadang pada
lubang bor yang vertikal juga sering tidak diperlukan adanya sub-drilling,
misalnya pada coal stripping atau rock quarry tertentu. Nilai subdrilling
dapat ditentukan dengan menggunakan rumus-rumus berikut:
Menurut C.J. Konya
B Ks SD . =

Keterangan:
SD = subdrilling (ft)
Ks = antara 0,3 sampai 0.5
B = burden (ft)
Menurut R.L. Ash
B Kj J . =

Keterangan:
J = subdrilling (ft)
Kj = subdrilling ratio (rata-rata 0,33 dan minimum 0,3)
12
B = burden (ft)
e. Kedalaman lubang tembak
Kedalaman lubang ledak tergantung pada ketinggian bench.
Kedalaman lubang tembak tidak boleh lebih kecil dari burden. Hal ini untuk
menghindari terjadinya overbreaks atau cratering. Disamping itu letak
primer menentukan kedalaman lubang bor. Berdasarkan arah lubang ledak
maka kedalaman lubang ledak dapat ditentukan dengan rumus:
Untuk lubang ledak vertikal
J L H + =
Keterangan:
H = kedalaman lubang ledak (m)
L = tinggi bench (m)
J = subdrilling (m)
Untuk lubang ledak miring
J
L
H + =
o cos

Keterangan:
H = kedalaman lubang ledak (m)
L = tinggi bench (m)
J = subdrilling (m)
= sudut kemiringan lubang ledak terhadap bidang vertical.

D. Desain Pola Peledakan Jenjang
Peledakan jenjang adalah peledakan memakai lubang bor vertikal atau
hampir vertikal. Lubang bor diatur dalam satu deretan atau beberapa deretan,
sejajar atau ke arah bidang bebas. Untuk merencanakan peledakan pada tambang
terbuka maka perlu diperhatiakan teknis berikut:


13
a. Pola pemboran
Ada empat tipe pola lubang pengeboran untuk lubang tembak, yaitu:
1. Pola bujur sangkar (square pattern)
2. Pola empat persegi panjang (rectangular pattern)
3. Pola zig zag bujur sangkar (staggered square pattern)
4. Pola zig zag empat persegi panjang (staggered rectangular pattern)
b. Arah pemboran
Ada dua cara dalam pembuatan lubang bor, yaitu lubang bor tegak (vertikal)
dan lubang bor miring (incline) seperti pada Gambar 2.3. Pemboran tegak
pada peledakan jenjang kurang bagus karena menimbulkan back break,
fragmentasi kurang baik dan pada bagian lantai dasar daya ledak tidak bisa
sepenuhnya tersalurkan. Lubang bor miring dapat mengurangi terjadinya
backbreak, mengurangi resiko timbulnya tonjolan pada lantai kerja, hasil
tumpukan (muck pile) yang lebih baik, dan diperoleh jenjang yang relatif
lebih stabil. Akan tetapi pengeboran miring sulit dilakukan dengan akurat
untuk pembuatan lubang ledak yang dalam dan diameter besar.








GAMBAR 2.3
PEMBORAN TEGAK DAN PEMBORAN MIRING



14
c. Cara pengisian bahan peledak









GAMBAR 2.4
CARA PENGISIAN BAHAN PELEDAK
Berdasarkan penempatan detonator dan primer pada lubang ledak ada 3 cara
pengisian bahan peledak, yaitu top loading, deck loading, dan bottom loading.
Perbedaan ketiga cara tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.4.
E. Fragmentasi
Kepentingan dari fragmentasi tidak bisa diremehkan karena pada
tingkatan yang luas fragmentasi merupakan ukuran dari suksesnya peledakan, hal
ini mempengaruhi biaya operasional dan perawatan dari operasi-operasi
selanjutnya serta termasuk pengoperasian alat berat seperti penggalian atau
pemuatan, pengangkutan dan crushing. Oleh karena itu pengeboran dan
peledakan sangat berhubungan dengan optimasi operasi-operasi selanjutnya.
Fragmentasi yang buruk menghasilkan oversize atau bongkahan besar yang
mengakibatkan bertambahnya biaya penghancuran sekunder untuk mengurangi
ukurannya sampai pada ukuran yang dapat diolah secara ekonomis, aman dan
efisien dengan alat-alat angkut dan muat. Faktor fragmentasi batuan dapat
digolongkan dalam tiga kelompok parameter:
a. Parameter peledak, mencakup densitas, kecepatan detonasi, volume gas dan
energi yang tersedia.
stemming
primer
ANFO
stemming
stemming
primer
ANFO
primer

stemming
ANFO
primer
TOP LOADING DECK LOADING BOTTOM LOADING
15
30
19
6
1
115
.
8 , 0
|
.
|

\
|
|
|
.
|

\
|
=
E
Qe
Qe
Vo
A X
b. Parameter pemuatan lubang ledak, mencakup diameter lubang ledak,
stemming, de-coupling, serta tipe dan titik inisiasi.
c. Parameter batuan yang berhubungan dengan densitas batuan, kekuatan
(compressive dan tensile), tekstur dan kecepatan propagasi.
Produksi berlebih dari batuan undersize atau berukuran halus juga tidak
diinginkan karena mengindikasikan penggunaan berlebih yang tidak berguna dari
bahan peledak, pengurangan ukuran yang ekonomis dapat dicapai dengan
penggunaan instalasi crushing yang sesuai. Biar bagaimanapun dibawah kondisi
tertentu, fragmentasi dapat diperbaiki dengan mengadopsi salah satu atau lebih
lengkah berikut (diterapkan dalam peledakan bench):
1. Mengurangi spacing antara lubang yang saling sejajar dalam baris.
2. Mengurangi jarak burden.
3. Menggunakan detonator dengan short delay.
Sangat penting mengetahui fragmentasi hasil peledakan secara teoritis
sebelum peledakan dilakukan. Peramalan fragmentasi dengan memperhitungkan
factor geologi disamping beberapa parameter peledakan lain biasanya dilakukan
dengan cara Kuz-Ram (Cunningham, 1983). Cara ini terdiri dari dua persamaan,
yaitu:
1. Persamaan Kuznetsov untuk mencari ukuran rata-rata dari hasil peledakan
dalam cm.



Keterangan,
X = ukuran rata-rata dari hasil peledakan (cm)
A = Faktor batuan
7 untuk batuan medium strength
10 untuk batuan keras yang berjoint intensif
13 untuk batuan keras dengan sedikit joint
16
sebaiknya antara 8 12 (Cunningham, 1983)
Blastability index (BI) x 0,15 (Lily, 1986)
V
o
= volume batuan dalam m
3
per lubang ledak
(burden x spacing x tinggi bench)
Q
e
= Massa bahan peledak yang digunakan tiap lubang ledak (kg)
E = Kekuatan berat relative bahan peledak
(ANFO = 100 ; TNT = 115)

2. Persamaan Rosin-Ramler untuk mencari material yang tertahan pada
saringan.



Keterangan,
R = Perbandingan material yang tertahan pada saringan
X = Ukuran screen
X
c
= Karakteristik dari ukuran batuan
n = index keseragaman
= (2,2 14 B/d) (1 W/B) (1 + (A 1)/2) L/H . SF
B = burden
d = Diameter lubang tembak (mm)
W = standart deviasi dari kedalaman lubang bor (m)
A = spacing / burden
L = panjang charge di atas level (m)
H = tinggi bench (m)
SF = staggered factor (Jika memakai staggered drilling
pattern maka n dinaikkan 10 %)
= 1,1 untuk pemakaian staggered drilling pattern.

% 100 .
n
c
x
x
e R
|
|
.
|

\
|

=
n
c
X
X
1
693 . 0
|
|
.
|

\
|
=
17
F. Prediksi Vibrasi
n
W
R
K v

|
|
.
|

\
|
=
v = Vibrasi (mm/s)
K = Konstanta = 1140
R = Jarak antara peledakan dengan stasiun pengamatan
n = Konstanta = 1.6





















18





Penggunaan Simulasi Teknik Peledakan

INPUT DATA

Sebelum menggunakan aplikasi DRZBlast untuk desain dan simulasi
peledakan, maka perlu di masukkan data-data keadaan lapangan, yaitu :

1. Data geologi


GAMBAR INPUT DATA GEOLOGI

- Klik worksheet GeoData, lalu pada kolom Mine Area, masukkan
nama-nama area tambang, contoh : hardzone, limestone, dan
lainnya sesuai nama area masing-masing.
- Lalu masukkan data-data geologi/sifat fisik batuan pada masing-
masing area, seperti : insitu % fine, Insitu 80% Block size,
density, young modulus, UCS
3
19
2. Price Data
- Klik worksheet Price Data, lalu pada tabel Product Pricing,
masukkan data-data produk yang digunakan pada operasi
pemboran dan peledakan.
- Pada kolom SAP Code, merupakan kode untuk masik-masing
produk, yang nanti akan menjadi option pilihan pada saat desain
peledakan.
- Pada kolom Product, merupakan jenis product yang digunakan
pada operasi pengeboran dan peledakan, meliputi :
1. Jenis Explosives
2. Jenis Primer
3. Jenis Detonator
4. Jenis bor
5. Pekerja drill and blas
6. leadin line
- Kolom Specification merupakan kolom, spesifikasi masing-
masing produk, seperti density explosive, berat primer, panjang
kabel detonator, diameter bor, panjang leadin line.
- Kolom Price per unit, adalah untuk data harga masing-masing
produk.


GAMBAR INPUT PRICE DATA
20
3. Explosives Data


GAMBAR EXPLOSIVES DATA

- Klik worksheet Explosives Data, lalu masukkan data-data
karakteristik bahan peledak, seperti : Relative Weight Strength,
Relative Bulk Strength, Velocity of detonation

4. Desain Peledakan
Setelah memasukkan data-data geologi, data harga, data bahan
peledak, maka mulai memasukkan data-data desain peledakan yang
akan diterapkan pada lapangan.
- Klik worksheet Design
- Pada Blast parameter masukkan data :
1. Burden
2. Spacing
3. Pattern
4. Bench height
5. Subdrill
6. Hole angle(sudut kemiringan pemboran)
7. Drill Code (jenis bor yang digunakan)
21
8. Number of hole (jumlah lubang ledak)
9. Wet Hole % ,perkiraan jumlah lubang ledak yang berair
10. Wet Hole Explosives (Jenis bahan peledak pada lubang ledak
yang berair)
11. Dry Hole Explosives (Jenis bahan peledak yang digunakan
pada lubang ledak yang kering)


GAMBAR INPUT DATA DESAIN PELEDAKAN

- Pada blast hole loading, masukkan data
1. Panjang stemming
2. Charge Length (Kedalaman lubang yang diisi bahan
peledak)
3. Panjang Airdeck (Jika menggunkan air deck).
- Pada Initiation System, masukkan data jenis primer yang
dimasukkan
- Pada Labour, masukkan data :
1. Size of Crew, yaitu jumlah pekerja
2. Hour of load, yaitu banyaknya jam loading pada masing-
masing shift pekerja.
- Pada Rock data, masukkan data Rock Type, sesuai nama daerah
tambang
22
OUTPUT DATA
Ketika memasukkan nilai-nilai variabel peledakan pada worksheet
Design, maka akan otomatis tercipta output atau hasil dari desain
peledakan yang digunakan.

1. Blast Details
Terletak pada worksheet Design


GAMBAR BLAST DETAILS

2. Blast Result Prediction (Kuz-Ram Model)
Terletak pada worksheet Design





GAMBAR DISTRIBUSI FRAGMENTASI
23
3. Biaya operasi pengeboran dan peledakan
Terletak pada worksheet Design




GAMBAR BIAYA PENGEBORAN DAN PELEDAKAN

4. Vibration Prediction
Terletak pada worksheet Vibration Prediction


GAMBAR VIBRATION PREDICTION

You might also like