You are on page 1of 51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 L A T A R B E L A K A N G

Zaman semakin maju dan berkembang, IPTEK memberikan pengaruh besar bagi
seluruh aspek kehidupan. Salah satunya adalah teknologi konstruksi yang sudah
semakin maju dalam bidang teknik sipil. Dimana dapat kita lihat telah berdiri
kokoh seperti gedung-gedung bertingkat, jalan, kereta api, jembatan, bandar udara,
bangunan lepas pantai, Stadion, terowongan, dan lain-lain termasuk pembuatan
patung. Adapun elemen konstruksi tersebut berupa kayu, besi, baja, beton, genting,
kaca, dan sebagainya. Namun dewasa ini beton sering kita jumpai sebagai elemen
konstruksi bangunan. Hal ini dikarenakan beton memiliki berbagai macam
keuntungan, antara lain seperti :
1. Memiliki kekuatan yang tinggi,
2. Dapat dibentuk sesuai dengan bentuk dan ukuran yang dikehendaki,
3. Perawatan yang murah (Ekonomis),
4. Mudah dilaksanakan dibandingkan dengan bahan konstruksi lainnya,
5. Awet dan tahan terhadap cuaca serta api (durability).

Beton merupakan bahan campuran (composite) yang disusun oleh elemen


pembentuk struktur yang terdiri dari semen, agregat halus, agregat kasar dan air,
dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. Beton dalam penggunaannya dalam
bidang kontruksi tidak berdiri sendiri, sering digabungkan dengan yang lain seperti
baja yang sering disebut dengan beton bertulang.
Beberapa aspek yang dibahas dalam teknologi konstruksi beton adalah :
1. Sejarah dan perkembangan teknologi beton
2. Agregat beton
3. Bahan tambahan beton
4. Pemadatan dan perawatan beton (accuring)
Kandungan beton pada umumnya terdiri dari semen, agregat, bahan tambahan
(admixture), dan air. Untuk mengisi volume pada beton dibutuhkan agregat. Tanpa
agregat beton itu tidak akan terbentuk. Maka agregat memilki fungsi dan peranan
sendiri yang sangat penting pada beton. Agregat yang baik untuk digunakan adalah
agregat yang menyerupai bentuk kubus atau bundar, bersih, keras, kuat, bergradasi
baik dan stabil secara kimiawi. Sampai saat ini agregat selain bersal dari alam ada
pula para pembuat beton menggunakan agregat dari sisa-sisa bahan konstruksi yang
masih layak dipakai sebagi agregat (buatan). Maka, agregat merupakan penyusun
terbesar dalam struktur beton. Oleh karena itu, dibutuhkan agregat yang baik agar
mampu menghasilkan mutu beton yang tinggi.

1.2 R U M U S A N M A S A L A H

Aspek – aspek yang dirumuskan adalah sebagai berikut :


1. Apa pengertian dari agregat pada beton?
2. Apa jenis – jenis agregat alami?
3. Bagaimanakah cara mengolah beton yang baik ?
4. Apa saja klasifikasi dari jenis-jenis agregat?
5. Bagaimana karakteristik agregat di Idonesia ?
6. Apa saja yang mempengaruhi dari kekuatan agregat?
7. Bagaiman dari sifat-sifat agregat?
8. Apa pengerian dan
9. Apa saja alat yang digunakan untuk melakukan pemilihan terhadap agregat
yang baik?

1.3 M A K S U D D A N T U J U A N

Adapaun maksud rumusan masalah tersebut bertujuan untuk :


1. Mendeskripsikan pengertian dan proses pembentukan agregat.
2. Mendekripsikan arti dan pengaruh agregat yang baik pada beton.
3. Mendeskripsikan cara pemilihan agregat yang baik.
4. Mendeskripsikan alat yang digunakan untuk melakukan pemilihan terhadap
agregat yang baik?

1.4 M E T O D E

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan


menggunakan metode studi pusataka. Data diambil dari sumber tertulis. Data
yang diambil berupa pendapat-pendapat para ahli dalam bidang teknik sipil
khususnya mengenai Agregat pada beton. Data diambil melalui buku dan internet,
dimana sumber data tersebut saling melengkapi.

1.5 B A T A S D A N R U A N G L I N G K U P

Ruang lingkup yang kami bahas hanya sebatas agregat pada umumnya pada
campuran beton normal. Apa pengertian agregat pada umumnya, jenis dan
kegunaan dari agregat, metode pemilihan agregat yang baik. Tidak menspesifikasi
nama-nama dari agregat tersebut. Tidak menggolongkan dan memisahkan nama
agregat yang baik. Ruang lingkup yang diidentifikasi hanya dasar dari keseluruhan
agregat itu sendiri. Memberikan petunjuk tentang bentuk dan ciri-ciri agregat yang
baik. Karena agregat merupakan salah satu yang menentukan kekuatan pada mutu
beton.

1.6 S I S T E M A T I K A P E N Y A J I A N

Sistematika laporan bertujuan untuk mempermudah pengertian kearah pemahaman


penulis laporan sesuai dengan tujuan dan ruang lingkup, maka uraian penulisan ini
disusun sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, meliputi (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan
Masalah, (3) Maksud dan Tujuan, (4) Metode Pengumpulan Data, (5)
Batas dan Ruang lingkup, (6) Sistematika Penyajian
BAB II Pembahasan, meliputi (1),(2),(3),(4)
BAB III Penutup, meliputi (1) Simpulan, (2) Saran
BAB
II PEMBAHASAN

2.1 P E N G E R T I A N A G R E G A T
Pada dasarnya beton tidak akan terbentuk tanpa adanya campuran agregat, disini
membuktikan bahwa agregat memilki peranan yang sangat penting sekali dalam
pembuatan beton. Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi
sekali yaitu berkisar (60 - 70) % dari berat campuran beton. Selain sebagai pengisi,
agregat memilki fungsi lain yaitu sebagai penentu sifat mortar atau mutu beton yang
akan dihasilkan.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau
agregat batuan (artificial aggregates). Secara umum, agregat dapat dibedakan
berdasarkan ukurannya, yaitu, agregat kasar dan agregat halus. Batas antara agregat
halus dan agregat kasar berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan disiplin ilmu
yang lainnya. Meskipun demikian, dapat diberikan batasan ukuran antara agregat
halus dengan agregat kasar yaitu 4.80 mm (british standard) atau 4.75 mm (Standar
ASTM). Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih besar dari 4.80
mm (4.75 mm), dan agregat halus adalah batuan yang lebih kecil dari 4.80 mm
(4.75 mm). agregat dengan ukuran lebih besar dari 4.80 mm di bagi lagi menjadi dua
yaitu, yang berdiameter antara (4.80- 40) mm. disebut kerikil beton dan yang lebih
dari 40 mm disebut kerikil kasar.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih kecil
dari 40 mm, dan agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk
pekerjaan sipil lainnya, seperti untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan
tanah, bronjong (bendungan), dan lainnya. Agregat halus biasanya dinamakan pasir
dan agregat kasar dinamakan kerikil, spilit, batu pecah, kricak, dan lainnya.

2.2 P E M B E N T U K A N A G R E G A T A L A M

2.2.1 B a t u a n
Pada umunya agregat berasal dari alam, dan salah satunya berasal dari batuan.
Seorang engineer melihat sebagai sebuah mineral yang keras, getas, sering
kali tahan lama dan kuat, yang diatasnya berdiri bangunan atau dapat
digunakan untuk mendirikan bangunan. Penambangan batuan kadang -
kadang dilakukan dengan peledakan (blasting), terutama pada batuan-batuan
yang keras seperti granit. Batuan dalam teknik sipil dapat dilihat menurut
ilmu yang mempelajarinya (Verhoef,1985:12), yaitu :
1) Geologis : batuan sebagai mineral, yang terbentuk melalui proses siklus
batuan.
2) Geoteknik : batuan sebagai mineral yang diatasnya, di dalamnya, atau
dengannya dapat dibangun berbagai macam konstruksi.
Jika dilihat dari proses terbentuknya, batuan sebagai mineral dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu batuan beku (magma), bauan endapan (sedimentasi), dan
bauan peralihan/ malihan (metamorf).
1. Batuan Beku (Magma)
 Batuan beku terbentuk dari proses pembekuan magma yang terdapat
di dalam lapisan bumi yang dalam atau dari hasil pembekuan magma
yang kuat akibat dari letusan gunung berapi
 Batuan beku dibedakan menjadi dua, yakni batuan beku interusif
(yang membeku di bawah permukaan bumi), dan batuan beku
eksterusif (yang embeku di permukaan bumi).
 Batuan beku seperti intrusi granit adakalanya ditemui dengan massa
yang tidak beraturan
 Berdasarkan kandungan SiO2, batuan beku dibedakan menjadi:
1. Batuan Beku Masam -> kand. SiO2 tinggi : > 65%
2. Batuan Beku Intermedier -> kand. SiO2 sedang : + 55% s/d 65%
3. Batuan Beku Basa -> kand. SiO2 rendah : < 55%

2. Batuan Sedimen (Endapan)


 Batuan sadimen terbentuk karena mengendapnya bahan-bahan yang
terurai, sehingga membentuk suatu lapisan bahan padat yang secara
fisik diendapkan oleh angin, air, atau es.
 Dapat terbentuk dari bahan-bahan terlarut yang secara kimia
terendapkan di lautan, danau, atau sungai.
 Berdasarkan proses pembentukannya, batuan sedimen dapat dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu :
(1) Klastik, tersusun atas fragmen-fragmen dan bagian-bagian kecil
yang terbawa dalam keadaan padat. Klastik dibagi menjadi
siliklastik (terdiri dari bagian-bagian kecil silikat seperti batu pasir,
lempung), piroklastik (terdiri dari dari material-material vulkanik
seperti tuff, lapili), dan kapur (ter
(2) Kimiawi, batuan sedimen yang diendapkan dari larutan. Batuan
ini dibagi menjadi evaporit (penguapan gips, garam), kapur
(pengendapan), dan dan endapan kimiawi lainnya seperti besi dan
fosfat.

(3) Organik, yang dibagi menjadi kapur serta gambut, batubara, dan
sapropel yang merupakansedimen dengan banyak zat organik yang
membentuk minyak bumi.

3. Batuan Metamorf
 Batuan Metamorf : Adalah batuan beku atau batuan sedimen yang
telah mengalami perubahan bentuk (transformasi) akibat adanya
pengaruh perubahan suhu dan tekanan yang sangat tinggi.
 Proses metamorphosis di abgi menjadi dua, yaitu :
1. Metamorfosis regional, yakni perubahan bentuk dalam skala
besar yang dialami batuan di dalam kulit bumi yang lebih dalam,
sebagai akibat dari terbentuknya pegunungan. (vulkanik).
2. Metamorfosis kontak, yakni perubahan bentuk yang dialami
batuan sebagai akibat dari intrupsi magma panas disekitarnya
(misalnya granit).
 Jenis-jenis Batuan Metamorf :
a. Schist : Batuan metamorf berbentuk lembar-lembar halusnya
Schist Mika.
b. Gneis : Batuan metamorf berbentuk lembar-lembar kasarnya
Granit Gneis.
c. Kuarsit : Batuan metamorf yang terbentuk dari batu pasir.
d. Marmer : Batuan metamorf yang terbentuk dari batu kapur
karbonat.
 Pada umumnya, peningkatan temperatur dan tekanan akan
memperbesar butiran yang terbentuk.

2.3 A G R E G A T D I I N D O N E SI A

2.3.1 G e o g r a f i, G e o l o g i, I k l i m

 Geografis dan Geologi : Indonesia terletak di daerah tropis, dimana


sebagian besar dari daerah di Indonesia terkena jalur pegunungan
berapi, sehingga Indonesia sangat kaya akan jenis-jenis batuan alam.
 Iklim : Semakin panas dan atau semakin dingin iklim setempat,
semakin besar pula derajat pelapukan yang akan mengakibatkan
dekomposisi dari batu-batuan. Produk akhir dari pelapukan ini adalah
tanah residual.

2.3.2 K a r a k t e r i s t i k A g r e g a t

Jika dilihat dari sumbernya, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan
yaitu agregat yang berasal dari alam dan agregat buatan (artificial
aggregates). Contoh agregat yang berasal dari sumber alam adalah pasir
alami dan kerikil, sedangkan contoh agregat buatan adalah agregta yang
berasal dari stone crusher, hasil residu terak tanur tinggi (blast furnace
slag), pecahan genteng, pecahan beton, fly ash, dari residu PLTU, extended
slag dan lainnya. Interaksi antara iklim setempat dan golongannya akan
menghasilkan tiga macam jenis quarry, yaitu sumber daya alam dari batu-
batuan (deposits), yang dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1) Quarry batu-batuan dari bedrock
• Quarry ini mebutuhkan pengeboran dan peledakan (drilling dan
blasting) yang menghasilkan bermacam-macam ukuran yang perlu
disesuikan dengan kebutuhan.
• Derajat pelapukan quarry ini bergantung pada deposit buatan.
• Untuk mendapatkan hasil yang baik dari batuan-batuan segar (fresh
rock), penggalian pada deposit ini harus dilakukan hingga kedalaman
yang cukup.
• Makin segar batuan-batuannya, makin rendah nilai crushing value
dan Los Angelos Abbration serta semakin porosi (porosity).
• Campuran agregat dengan mutu yang baik dan agregat dengan mutu
yang kurang baik dihasilkan suatu industri pemecah batu dapat
mengakibatkan kesulitan dalam perencanaan dan pengendalian mutu
campuran beton.
• Batu-batuan dari abu vulkanik biasanya cukup porous, sehingga nilai
crushing dan abrasinya tinggi, meskipun batu-batuannya dalam
keadaan segar.
• Agregat pecah dengan tangan (tradisional) ini hasilnya tidak
konsisten, artinya ukuran butir agregat yang dihasilkan tidak merata
(akan ditemui agregat dengan gradasi senjang, sehingga dalam
pembuatan beton yang diproduksi tidak cukup lecak (workability)
serta mudah mengalami bleeding dan segregation.

2) Pasir Sungai dan batu-batuan yang digali


 Agregat yang bersal dari tanah galian, yaitu tanah yang dibuka
lapisan penutupnya (pre-striping), biasanya berbentuk tajam,
bersudut, berpori, dan bebas dari kandungan garam.
 Pada kasus tertentu, agregat yang terletak pada lapisan yang paling
atas harus dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan.

2.4 M E N G O L A H A G R E G A T A L A M
Tujuan utama pengolahan agregat adalah menghasilkan agregat dengan mutu tinggi
dan biaya yang rendah. Pengolahan agregat alam meliputi penggalian (excavating),
pengangkutan (hauling), pencucian, pemecahan (crushing), dan penentuan ukuran.
Akan tetapi, pengolahan agregat tidak terbatas hanya pada usaha-usaha diatas,
tetapi dimulai juga dari penggalian dan diakhiri dengan penimbunan dan
penyerahan agregat dilapangan.
 Pada waktu penggalian, bahan-bahan yang akan menambah berat seperti
lempung dan lanau sedapat mungkin harus disingkirkan terlebih dahulu, karena
bahan-bahan tersebut tidak dikehendaki.
 Pemisahan bahan-bahan yang tidak dikehendaki ini dapat dilakukan dengan alat
power-shovels, draglines, atau scrapes (penyingkiran bahan-bahan dapat
dipertimbangkan apabila tebal lapisan lebih dari 15 meter).
 Bila bahan-bahan ini tidak terlalu banyak jumlahnya, cukup dilakukan
pencucian.
 Penggalian bahan yang keras dapat dilakukan dengan peledakan (blasting).
 Setelah digali, agregat diangkut dengan kereta api, truk, atau ban berjalan (belt
conveyor) ketempat pengolahan agregat.
 Bahan-bahan yang merusak kemudian dibuang, salah satunya adalah dengan
pencucian bahan baku.
 Proses selanjutnya adalah memperkecil ukuran agregat dengan menggunakan
alat pemecah batu.
 Untuk menentukan ukuran dari agregat, agregat kasar disaring menggunakan
saringan bergetar, sedangkan agregat halus disaring dengan saringan hidrolik.
 Dalam proses penyaringan, sekitar 70 % dari bahan yang disaring harus lolos
ehingga efesiensi serta kapasitas yang tinggi dapat dicapai.

2.5 J E N I S – J E N I S A G R E G A T
Agregat
Batu
pengolahan
Pasi
Agregat
pengolahan
Agregat
Agregat
Agregat
Tanpa
Kerikil
Pasir
Tanpa Normal
Ringan
Berat
JENIS-JENIS
pengolahan
an
pengolahan
rbatuan
Buatan
batuan
Buatan
Alam
AGREGAT
Laut
Gun
Sun
Bek
Met
Enddengan
batuan
dengan
batuan
panas
amo
dengan
ung
apa
gai
udengan
panas (terak,
panas
nbat
panas
(rf
batu tulis,
(klinker
lempeng, batu
lempeng
kapur,
batubatu
tulis,skoria
apung
hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan penggunaan agregat dalam campuran
beton ada lima, yaitu (landgren, 1994):
1. Volume udara
Udara yang terdapat dalam campuran beton akan mempengaruhi proses
pembuatan beton, terutama setelah terbentuknya pasta semen.
2. Volume padat
Kepadatan volume agregat akan mempengaruhi berat isi dari beton jadi.
3. Berat jenis agregat
Berat jenis agregat akan mempengaruhi proporsi campuran dalam berat sebagai
control.
4. Penyerapan
Penyerapan berpengaruh pada berat jenis.
5. Kadar air permukaan agregat
Kadar air permukaan agregat berpengaruh pada pengguaan air saat
pencampuran.

2.5.1 J e n i s A g r e g a t B e r d a s a r k a n B e r a t

Ada tiga jenis agreagat berdasarkan beratnya, yaitu agregat normal,


agregat ringan dan agregat berat. Peraturan beton 1989 mencakup agregat
normal an agregat ringan.

A. Agregat normal
Dihasilkan dari pemecahan batuan dengan quarry atau langsung dari
sumber alam. Agregat ini biasanya berasal dari granit, basalt, kuarsa
dan sebagainya. Berat jenis rata-ratanya adalah 2.5 – 2.7 atau tidak
boleh kurang dari 1.2 kg/dm3. Beton yang dibuat dengan agregat
normal adalah beton normal, yaitu beton yang dibuat dengan isi 2.200 -
2.500 kg/m3 (SK. SNI.T-15-1990:1). Kekuatan tekannya sekitar 15-40
Mpa. Ketentuan dan persyaratan dari SII.0052-80 “Mutu Dan Cara Uji
Agregat Beton” harus dipenuhi. Bila tidak tercakup dalam SII.0052-80,
maka agregat harus memenuhi ketentuan ASTM C-33, “ Specification
For Concrete Aggregates”(PB-89, 1989:9).

B. Agregat ringan
Digunakan untuk menghasilkan beton yang ringan dalam sebuah
bangunan yang memperhitungkan berat dirinya. Agregat ringan
digunakan dalam bermacam produk beton, misalnya bahan-bahan
untuk isolasi atau lahan untuk pra-tekan. Agregat ini paling banyak
digunakan untuk beton-beton pra-cetak. Beton yang dibuat dengan
agregat ringan mempunyai sifat tahan api yang baik. Kelemahannya
adalah ukuran pori pada beton yang dibuaat dengan agrergat ini besar,
sehingga penyerapannya besar pula. Jika tidak diperhatikan hal ini akan
menyebabkan beton yang dihasilkan menjadi kurang baik kualitasnya.
Agregat ringan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang dihasilkan
melalui pembekahan (expanding) dan yang dihasilkan dari pengolahan
bahan alam. Disarankan agar penakarannya menggunakan volume.
Berat isi agregat ini berkisar 350-880 kg/m3 untuk agregat kasarnya
dan 750-1200 kg/m3 untuk agregat halusnya. Campuran kedua agregat
tersebut mempunyai berat isi maksimum 1040 kg/m3. Agregat ringan
yang digunkan dalam campuran beton harus memenuhi syarat mutu
dari ASTM C-330, ” Specification For Lighweight Agragates For
Structural Concrete”.

C. Agregat berat
Agregat berat mempunyai berat jenis lebih besar dari 2.800 kg/m3.
Contohnya adalah magnetic (fe304), barites (BaSO4), dan serbuk besi.
Berat jenis beton yang dihasilkan dapat mencapai 5 kali berat jenis
bahannya. Beton yang dibuat dengan agragat ini biasanya digunakan
sebagai pelindung dari radiasi sinar-X.

Untuk mengetahui apakah suatu agregat termasuk agregat berat, ringan


atau normal dapat diperiksa berat isinya. Standar yang digunakan
adalah C.29. Definisi berat isi sendiri adalah berat dalam satuan
volume untuk setiap partikel (Brink, R.H and Timms, A.G, 1966).

Ukuran maksimum yang diizinkan dalam ASTM C29 adalah 6 in(150


mm). Alat yang digunakan dalam menentukan berat isi adalah bejana
silinder dengan butir yang telah ditentukan sesuai dengan syarat seperti
yang tercantum dalam table dibawah ini. Dalam hal in ukuran nominal
agregat merupakan ukuran maksimum dan volume alat ukur tidak
boleh kurang dari 95% dari volume yang tercantum pada table.
Ukuran maksimum Kapasitas alat
butiran agregat
in mm Ft3 M3
0.5 12.5 0.10 0.0028
1 25.0 0.6667 0.0093
1.5 37.5 0.50 0.014
3 75 1 0.028
4.5 112 2.5 0.070
6 150 3.5 0.100

Sumber : ASTM C.29-1995,p.2

2.5.2 J e n i s A g r e g a t B e r d a s a r k a n B e n t u k

Bentuk agregat belum terdefinisikan secara jelas, sehingga sifat-sifat


tersebut sulit diukur dengan baik. Sejumlah peneliti telah banyak
membicarakan hal ini, salah satunya adalah Mather yang menyatakan
bahwa bentuk butir agregat ditentukan oleh dua sifat yang tidak saling
tergantung yaitu kebulatan/ketajaman sudut (sifat yang tergantung pada
ketajaman relatif , secara numerik dinyatakan dengan rasio antara jari-jari
rata-rata dari sudut lengkung ujung atau sudut butir dari jari-jari
maksimum lengkung salah satu ujung/sudutnya) dan oleh sperikal yaitu
rasio antara luas permukaan dengan volume butir.

Bentuk agregat dipengaruhi oleh beberapa factor. Secara alamiah bentuk


agregat dipengaruhi oleh proses geologi batuan. Setelah dilakukan
penambangan, bentuk agregat dipengaruhi oleh cara peledakan maupun
mesin pemecah batu dan teknik yang digunakan.
Jika dikonsolidasikan, butiran yang bulat akan menghasilkan campuran
beton yang lebih baik jika dibandingkan dengan butiran yang pipih.
Penggunaan pasta semennyapun akan lebih ekonomis. Bentuk-bentuk
agregat ini lebih banyak berpengaruh terhadap sifat pengerjaan pada beton
segar (fresh concrete).Tes standar yang dapat digunakan dalam
menentukan bentuk agregat ini adalah ASTM D-3398. Klasifikasi agregat
berdasarkan bentuknya adalah sebagai berikut :

1. Agregat Bulat
Agregat ini terbentuk karena terjadinya pengikisan oleh air atau
keseluruhannya terbentuk karena pergeseran. Rongga udaranya
minimum 33%, sehingga rasio luas permukaannya kecil. Beton yang
dihasilkan dari agregat ini kurang cocok untuk struktur yang
menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi, karena ikatan
antar agregat kurang kuat.

2. Agregat Bulat Sebagian atau Tidak Teratur


Agregat ini secara alamiah berbentuk tidak teratur. Sebagian terbentuk
karena pergeseran sehingga permukaan atau sudut-sudutnya berbentuk
bulat. Rongga udara pada agregat ini lebih tinggi, sekitar 35%-38%,
sehingga membutuhkan lebih banyak pasta semen agar mudah
dikerjakan. Beton yang dihasilkan dari agregat ini belum cukup baik
untuk struktur yang menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu
tinggi, karena ikatan antar agregat belum cukup baik (masih kurang
kuat).

3. Agregat Bersudut
Agregat ini mempunyai sudut-sudut yang Nampak jelas, yang
terbentuk ditempat-tempat perpotongan bidang-bidang dengan
permukaan kasar. Rongga udara pada agregat ini berkisar antara 38%-
40%, sehingga membutuhkan lebih banyak lagi pasta semen agar
mudah dikerjakan. Beton yang dihasilkan dari agregat ini cocok untuk
struktur yang menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi
karena ikatan antar agregatnya baik (kuat). Agregat ini dapat juga
digunakan untuk bahan lapis perkerasan (rigid pavement).

4. Agregat Panjang
Agregat ini panjangnya >lebarnya>tebalnya. Agregat disebut panjang
jika ukuran terbesarnya lebih dari 9/5 ukuran rata-rata. ukuran rata-
rata adalah ukuran ayakan yang meloloskan dan menahan butiran
agragat. Sebagai contoh, agregat dengan ukuran rata-rata 15 mm, akan
lolos ayakan 19mm dan tertahan oleh ayakan 10mm. Agregat ini
dinamakan panjang jika ukuran terkecil butirannya lebih kecil dari 27
mm (9/5 x 15mm). Agregat jenis ini akan berpengaruh buruk pada
mutu beton yang akan dibuat. Agregat jenis ini cenderung berada
dirata-rata air sehingga akan terdapat rongga dibawahnya. Kekuatan
tekan dari beton yang menggunakan agragat ini buruk.

5. Agregat Pipih
Agregat disebut pipih jika perbandingan tebal agregat terhadap ukuran-
ukuran lebar dan tebalnya lebih kecil. Agregat pipih sama dengan
agregat panjang, tidak baik untuk campuran beton mutu tinggi.
Dinamakan pipih jika ukuran terkecilnya kurang dari 3/5 ukuran rata-
ratanya. Untuk contoh diatas agregat disebut pipih jika lebih kecil dari
9mm. Menurut (Galloway, 1994) agregat pipih mempunyai
perbandingan antara panjang dan lebar dengan ketebalan dengan rasio
1:3 yang dapat digambarkan sama dengan uang logam.

6. Agregat Pipih Dan Panjang


Agregat jenis ini mempunyai panjang yang jauh lebih besar daripada
lebarnya, sedangkan lebarnya jauh lebih besar dari tebalnya.

2.5.3 J e n i s A g r e g a t B e r d a s a r k a n T e k s t u r P e r m u k a
an
Umumnya agregat dibedakan menjadi kasar, agak kasar, licin, agak licin.
Berdasarkan pemeriksaan visual, tekstur agregat dapat dibedakan menjadi
sangat halus (glassy), halus, granular, kasar, berkristal (crystalline),
berpori, dan berlubang-lubang. Secara numerik belum dipakai untuk
menentukan definisi dari susunan permukaan agregat. Permukaan yang
kasar akan menghasilkan ikatan yang lebih baik jika dibandingkan dengan
permukaan agregat yang licin. Jenis lain dari permukaan agregat adalah
mengkilap dan kusam.
Ukuran susunan agregat tergantung dari kekerasan, ukuran molekul,
tekstur batuan dan besarnya gaya yang bekerja pada permukaan butiran
yang telah membuat licin atau kasar permukaan tersebut. Secara umum
susunan permukaan ini sangat berpengaruuh pada kemudahan pekerjaan.
Semakin licin permukaan agregat akan semakin sulit beton untuk
dikerjakan. Jenis agregat berdasarkan tekstur permukaannya dapat
dibedakan sebagai berikut:

1. Agregat licin/halus (glassy)


Agregat jenis ini lebih sedikit membutuhkan air dibandingkan dengan
agregat dengan permukaan kasar. Dari hasil penelitian, kekasaran
agregat akan menambah kekuatan gesekan antara pasta semen dengan
permukaan butir agregat sehingga beton yang menggunakan agregat
ini cenderung metunya lebih rendah. Agregat licin terbentuk dari
akibat pengikisan oleh air, atau akibat patahnya batuan (rocks)berbutir
halus atau batuan yang berlapis-lapis.

2. Berbutir (granular)
Pecahan agregat jenis ini berbentuk bulat dan seragam.

3. Kasar
Pecahan kasar dapat terdiri dari batuan berbutir halu atau kasar yang
mengandung bahan-bahan berkristal yang tidak dapat terlihat dengan
jelas melalui pemeriksaan visual.
4. Kristalin (crystalline)
Agregat jenis ini mengandung Kristal-kristal yang nampak dengan
jelas melalui pemeriksaan visual.

5. Berbentuk sarang lebah (honeycombs)


Tampak dengan jelas pori-porinya dan rongga-rongganya. Melalui
pemeriksaan visual, kita dapat melihat lubang-lubang pada batuannya.

2.5.4 J e n i s A g r e g a t B e r d a s a r k a n U k u r a n B u t i r N o
minal

Ukuran agregat dapat mempengaruhi kekuatan tekan beton. Untuk


perbandingan bahan-bahan campuran tertentu, kekeuatan tekan beton
berkurang bila ukuran maksimum bertambah besar, dan juga akan
menambah kesulitan dalam pengerjaanya. Ukuran dan bentuknya harus
disesuaikan dengan syarat yang diberikan oleh ASTM, BS atau SNI/SII.
Seerti yang diuraikan diatas, ukuran agregat lebih banyak pula
berpengaruh terhadap kemudahan pengerjaan (workability). Pemilihan
ukuran maksimum dari agregat ini cenderung tergantung dari jenis cetakan
dan tulangan. Untuk strukutur beton bertulang SK SNI T-15-1991-03
memberikan batasan untuk butir agregat maksimum yang digunakan
sebesar 40mm.
Sebagai dasar perancangan campuran beton besar butir maksimum agregat,
(ACI 318,1989:2-1) dan (PB, 1989:9), memberikan batasan sebagai
berikut:
1) Seperlima dari jarak terkecil anatara bidang samping cetakan,
2) Sepertiga dari tebal pelat
3) Tiga perempat dari jarak bersih minimum diantara batang-batang
tulangan atau berkas-berkas (bundle bar) ataupun dari tendon prestress
atau ducting.
Jika ukuran maksimum agregat lebih besar dari 40mm, agregat tersebut
dapat saja digunakan, asal disetujui oleh ahlinya dengan
mempertimbangkan kemudahan pengerjaannya dan cara-cara pemadatan
(consolidation) beton selama pengerjaanya tidak menyebabkan terjadinya
rongga-rongga udara atau sarang kerikil (honeycombs). Untuk itu
pengawasan ahli harus selalu melakukan inspeksi dan bertanggungjawab
terhadap batas maksimum dari butir agregat tersebut (ACI 318,1989:2-1).
Dari ukurannya ini, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu
agregat kasar dan agregat halus (Ulasan PB,1989:9).
1. Agregat halus
ialah agregat yang semua butirnya menembus ayakan berlubang 4.8mm
(SII.0052,1980) atau 4.75mm (ASTM C33,1982) atau 5.0mm
(BS.812,1976).

2. Agregat kasar
ialah agregat yang semua butirnya tertinggal diatas ayakan berlubang
4.8mm (SII.0052,1980) atau 4.75mm (ASTM C33,1982) atau 5.0mm
(BS.812,1976).

2.5.5 J e n i s A g r e g a t B e r d a s a r k a n G r a d a s i

Gradasi agregat ialah distribusi dari ukuran agregat. Distribusi ini


bervariasi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu gradasi sela (gap grade),
gradasi menerus (continous grade), dan gradasi seragam (uniform grade).
Untuk mengetahui gradasi tersebut dilakukan pengujian melalui analisa
ayak sesuai dengan standar dari BS-812, ASTM C-33, C136, ASHTO T.27
ataupun standar Indonesia. Beberapa ukuran saringan yang digunakan
untuk mengetahui gradasi agregat ditunjukkan oleh table berikut :

BRITISH
STANDARD, STANDAR
STANDAR ISO ASTM E11
BS-812 JERMAN
(BS.410,1976)
128 100 mm - -
64 mm 90 mm - -
- 75 mm 75 mm -
- 63 mm 63 mm 63 mm
- 50 mm 50 mm -
32 mm 37.5 mm 37.5 mm 31.5 mm
- 25 mm 28 mm -
16 mm 19 mm 20 mm 16 mm
- 12.5 mm 14 mm -
8 mm 9.5 mm 10 mm 8 mm
4 mm 4.75 mm 5.0 mm 4 mm
2 mm 2.36 mm 2.36 mm 2 mm
1 mm 1.18 mm 1.18 mm 1 mm
500 µm 600 µm 600 µm 500 µm
250 µm 300 µm 300 µm 250 µm
125µm 150 µm 150 µm -
62µm 75 µm 75 µm -

a. GRADASI SELA (GAP GRADATION)


Jika salah satu atau lebih dari ukuran butir atau fraksi pada satu set
ayakan tidak ada, maka gradasi ini akan menunjukkan satu garis
horizontal dalam grafiknya. Keistimewaan dari gradasi ini antara lain :
1. Pada nilai faktor air semen tertentu, kemudahan pengerjaan akan
lebih tinggi bila kandungan pasir lebih sedikit.
2. Pada kondisi kelecakan yang tinggi, lebih cenderung mengalami
segregasi, oleh karena itu gradasi sela disarankan dipakai pada
tingkat kemudahan pengerjaan yang rendah, yang pemadatannya
menggunakan penggetaran (vibration).
3. Gradasi ini tidak berpengaruh buruk pada kekuatan beton.

b. GRADASI MENERUS
Didefinisikan jika agregat yang semua ukuran butirnya ada dan
terdistribusi dengan baik. Agregat ini lebih sering dipakai dalam
campuran beton. Untuk mendapatkan angka pori yang kecil dan
kemampatan yang tinggi sehingga terjadi interlocking yang baik,
campuran beton membutuhkan variasi ukuran butir agregat.
Dibandingkan dengan gradasi sela atau seragam, gradas menerus
adalah yang paling baik.

c. GRADASI SERAGAM
Agregat yang mempunyai ukuran yang sama didefinisikan sebagai
agregat seragam. Agregat ini terdiri dari batas yang sempit dari ukuran
fraksi, agregat dengan gradasi ini biasanya dipakai unutk beton ringan
yaitu jenis beton tanpa pasirv(nir-pasir), atau untuk mengisi agregat
dengan gradasi sela, atau untuk campuran agregat yang kurang baik
atau tidak memenuhi syarat.

2.6 K E K U A T A N A G R E G A T
Kekuatan beton tidak lebih tinggi dari kekuatan agregat, oleh karena itu sepanjang
kekuatan tekan agregat lebih tinggi dari beton yang akn dibuat maka agregat
tersebut masih cukup aman digunakan sebagai campuran beton.
Pada kasus-kasus tertentu, beton mutu tinggi yang mengalami konsentrasi tegangan
lokal cenderung mempunyai tegangan lebih tinggi daripada kekuatan seluruh beton.
Dalam hal ini kekuatan agregat menjadi kritis.

2.6.1 F a k t o r – f a k t o r y a n g m e m p e n g a r u hi k e k u a t a n a g r e
gat
Kekuatan agregat dapat bervariasi dalam batas yang besar. Butir-butir agregat
dapat bersifat kurang kuat karena dua hal, yaitu:
a. Karena terdiri dari bahan yang lemah atau terdiri dari partikel yang kuat
tetapi tidak baik dalam hal pengikatan (interlocking).
Granite misalnya, terdiri dari bahan yang kuat dan keras yaitu kristal
Quards dan Feldspar, tetapi bersifat kurang kuat dan modulus elastisitasnya
lebih rendah daripada gabbros dan diabeses. Hal ini terjadi karena butir-
butir granit tidak terikat dengan baik.
b. Porositas yang besar.
Porositas yang besar mempengaruhi keuletan yang menentukan ketahanan
terhadap beban kejut.

Kekerasan atau kekuatan butir-butir agregat tergantung dari bahannya dan


tidak dipengaruhi oleh lekatan antar butir satu dengan lainnya. Agregat yang
lebih kuat biasanya mempunyai modulus elastisitas (sifat dalam pengujian
beban uniaxal) yang lebih tinggi. Butir-butir yang lemah (lebih rendah dari
pasta semen) tidak dapat menghasilkan kekuatan beton yang dapat
diandalkan. Kekerasa sedang mungkin justru lebih menguntungkan, Karena
dapat mengurangi konsentrasi tegangan yang terjadi, atau pembasahan atau
pengeringan, atau pemanasan dan pendinginan dengan demikian membantu
mengurangi kemungkinan terjadinya retakan dalam beton.
Butiran yang lemah dan lunak perlu dibatasi nilai minimumnya jika
ketahanan terhadap abrasi yang kuat diperlukan.Modulus elastisitas agregat
juga penting diketahui karena memberikan kontribusi dalam modulus
elastisitas beton.

CARA PENGUJIAN KEKUATAN AGREGAT


Untuk menguji kekuatan agregat dapat menggunakan bejana Rudelloff ataupun
Los Angelos Test. Sesuai dengan SII.0052-80 (PB, 1989) untuk agregat normal
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Kekerasan dengan
bejana geser Los
Kekerasan dengan bejana Rudelloff,
Kelas dan mutu Angelos, bagian
bagian hancur menembus ayakan
beton hancur menembus
2mm, persen (%)maksimum.
ayakan 1.7mm,
%maks.
Fraksi butir Fraksi butir
9.5-19 mm 19-30 mm
(1) (2) (3) (4)
Beton kelas I dan 22-30 24-32 40-50
mutu B0 dan B1

Beton kelas II 14-22 16-24 27-40


dan mutu K.125,
K.175, dan K.225

Beton kelas III Kurang dari 14 Kurang dari 16 Kurang dari 27


dan mutu >K.225
atau beton pra-
tekan

Bejana rodelloff yang banyak digunakan dinegara Inggris berupa bejana


yang berbentuk silinder baja dengan garis tengah bagian dalam 11.8 cm dan
tingginya 40 cm dilengkapi dengan stempel pada dasarnya. Cara pengujiannya,
butiran agregat dimasukkan kedalam silinder tersebut dan diletakkan stempel
kemusian ditekan dengan gaya tekan 20 ton selama 20 menit. Bagian yang
hancur yang lebih kecil dari 2mm kemudian ditimbang. Beratnya merupakan
kekuatan dari agregat yang dinyataan dalam persen hancur. Semakin banyak
bagian yang hancur semakin rendah kekuatan agregat tersebut.
Cara Rudelloff agak kurang tepat jika dipakai untuk menguji agregat yang
lemah, karena perkiraan akan terjadi gesekan yang kuat dengan dinding silinder
baja selama penekanan mengakibatkan beban yang ditahan butr-butir
berkurang,sehingga nilai yang dihasilkan nampaknya lebih tinggi dari nilai yang
sebenarnya.
Cara uji kekuatan yang lainnya dengan menggunakan alat Los Angelos
Test. Mesin ini berupa silinder baja yang tertutup di kedua sisinya dengan
diameter 71 cm da panjang 50 cm. silinder bertumpu pada sebuah sumbu
horizontal tempat berputar. Pada silinder terdapat lubang untuk memasukkan
benda uji dan tertutup rapat sedemikian sehingga permukaan dalam silinder
tidak terganggu. Dibagian dalam silinder terdapat blade baja melintang penuh
setinggi 8.9 cm. silinder ini dilengkapi dengan bola-bola baja dengan diameter
rata-rata 4.68 cm dan berat masing-masing antara 390-445 gram atau sesuai
dengan gradasi benda uji seperti pada tabel berikut ini :
Tabel berat dan gradasi benda uji
Lubang ayakan (mm) Berat benda uji (gram)
lewat tertinggal Gradasi A Gradasi B Gradasi C
38.10 25.40 1250
25.40 19.05 1250
19.05 12.70 1250 1250
12.70 9.51 1250 1250 1250
9.51 6.35 1250
6.35 4.75

Tabel jumlah dan berat bola-bola baja sesuai dengan gradasi


Gradasi Jumlah bola Berat semua bola
A 12 5000±25
B 11 4584±25
C 8 3330±20

Untuk mengetahui nilai Los Angelos, silinder diputar dengan kecepatan 30-33
rpm. Pengujian ini nampak lebih memuaskan jika dipakai untuk menguji agregat
normal. Caranya dengan mengukur butiran yang pecah pada akhir putaran ke-
100 kali yang pertama dibandingkan dengan putaran ke-500. Umumnya jika
butiran yang pecah pada akhir ke-100 sudah lebih besar dari 20% (SNI memberi
nilai batas 27%)daripada ke-500 dianggap bagianyang lunak sudah terlalu
banyak.
Cara lainnya dengan melakukan uji keuletan (toughness) caranya diberi
beban dengan sebuah mesin kejut (crushing value) dimana nilai kejut ini
biasanya berhubungan dengan kekerasan agregat. Uji kejut dilaksanakan dengan
menggunakan silinder baja dengan diameter dan tebal 25 cm yang dijatuhi
hammer seberat 2kg, dengan tinggi jatuh mulai dari 1 cm dan kelipatannya. Nilai
kejut yang baik lebih besar dari 19, sedangkan nilai yang kurang dari 13
dianggap jelek. Uji kuat tekan pada campuran beton dapatjuga digunakan untuk
mengukur kekuatan agregat yaitu dengan embuat kubus ukuran 50-200 mm yang
kemudian diberi tekanan dengan menggunakan mesin tekan sampai pecah.
Sifat-Sifat Agregat Dalam Campuran Beton
Sifat-sifat agregat sangat berpengaruh pada mutu campuran beton. Sifat-
sifat ini harus kita ketahui dan pelajari agar dapat mengambil tindakan yang
positif dalam megatasi masalah yang timbul. Agregat yang digunakan
diindonesia harus memenuhi syarat SII 0052-80, “Mutu dan Cara Uji Agregat
Beton” dan dalam hal-hal yang tidak termuat dalam SII 0052-80 makaagregat
tersebut harus memenuhi syarat dan ketentuan yang diberikan oleh ASTM C-33-
82, “Standard Specification For Concrete Aggregates” (ulasan PB, 1989:14).

Serapan Air dan Kadar Air Agregat


Pada saat terbentuknya agregat kemungkinan terjadinya udara yang
terjebak dalam lapisan agregat atau terjadi karena dekomposisi mineral
pembentuk akibat perubahan cuaca, mak terbentuklah lubang, atau rongga kecil
didalam butiran agregat (pori). Pori dalam agregat mempunyai variasi yang
cukup besardan menyebar diseluruh tubuh butiran. Pori mungkin menjadi
reservoir air bebas didalam agregat. Presentasi berat air yang mampu diserap
agregat didalam air disebut sebagai serapan air, sedangkan benyaknya air yang
terkandung dalam agregat disebut kadar air .

A. SERAPAN AIR
Serapan air dihitung dari banyaknya air yang mampu diserap oleh agregat
pada kondisi jenuh permukaan kering (JPK), atau saturated surface dry (SSD),
kondisi ini merupakan :
a. Keadaan kebasahan agregat yang hampir sama dengan agregat dalam
beton, sehingga agregat tidak akan menambah maupun mengurangi air
dari pastanya.
b. Kadar air di lapangan lebih banyak mendekati kondisi SSD daripada
kondisi kering tungku.
Resapan efektif dinyatakan dengan banyaknya jumlah yang diperlukan
agregat dalam kodisi kering udara (Wku) menjadi SSD (WSSD), rumusnya
adalah:

Ref =WSSD-WKUWSSD×100%

Resapan efektif (Ref) dipakai untuk menghitung berat air yang akan
diserap (Wsr) oleh agregat (Wag)dalam adukan beton, yaitu dengan rumus
:

Wsr= Ref.Wag

Sehingga kelebihan air dalam campuran beton yang merupakan


kontribusi dari agregat dapat dihitung dengan rumus :

Akel= WBHS- WSSDWSSD×100%

Air kelebihan ini dipakai untuk menghitung berat tambahan (Wtam)


terhadap campuran adukan beton, yaitu :

Wtam=Akel.Wag

Kelebihan (Wag)dan berat pada kondisi SSD (WSSD) dapat digunakan


untuk menghitung banyaknya kandungan air (Kair) dalam agregat yang
dinyatakan dalam rumus:
KAir= WAgr- WSSDWSSD×100%

B. KADAR AIR
Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam suatu agregat.
Kadar air agregat dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
1) Kadar air kering tungku, yaitu keadaan yang benar-benar tidak berair.
2) Kadar air kering udara, yaitu kondisi agregat yang permukaannya
kering tetapi megandung sedikit air dalam porinya dan masih dapat
menyerap air.
3) Jenuh kering permukaan (JPK), yaitu keadaan dimana tidak air di
permukaan agregat , tetapi masih dapat menyerap air. Dalam kondisi
ini air dalam agregat tidak akan menambah atau mengurangi air pada
campuran beton.
4) Kondisi basah, yaitu kondisi dimana butir-butir agregat banyak
mengandung air, sehngga akan menyebabkan penambahan pada kadar
air campuran beton.

Dari keempat kondisi tersebut hanya dua kondisi yang sering dipakai, yaitu
kering tungku dan kondisi SSD. Kadar air biasanya dinyatakan dalam
presentase dan dapat dihitung sebagai berikut :

KA= W1- W2W2×100%

Jika agregat basah ditimbang beratnya (W1 ), kemudian dikeringkan dalam


tungku dengan suhu 1000±50 sampai beratnya konstan (biasanya selama 16-24
jam), kemudian ditimbang beratnya (W2), maka kadar airnya (KA) dapat
diketahui.

C. BERAT JENIS dan DAYA SERAP AGREGAT


Berat jenis digunakan untuk menentukan volume yang diisi oleh
agregat. Berat jenis dari agregat pada akhirnya akan menentukan berat jenis
dari beton sehingga secara langsung menentukan banyaknya campuran
agregat dalam campuran beton. Hubungan antara berat jenias dan daya serap
adalah jika semakin tinggi nilai berat jenis agregat maka semakin kecil daya
serap agregat tersebut.
D. GRADASI AGREGAT
Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa gradasi dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu menerus, seragam, dan sela. Untuk mendapat campuran
beton yang baik kadang-kadang kita harus mencampur beberapa jenis agregat.
Untuk tu pengetahuan mengenai gradasi ini pun menjadi penting. Dalam
pengerjaan beton yang paling banyak dipakai adalah agregat normal dengan
gradasi yang ahrus memenuhi syarat standar, namun untuk keperluanyang
khusus sering dipakai agregat ringan maupun agregat berat.
1. Gradasi Agregat Normal
SK. SNI T-15-1990-03 memberikan syarat-syarat untuk agregat halus yang
diadopsi dari British Standard di Inggris. Agregat halus dikelompokan dalam
empat daerah seperti dalam tabel berikut ini :
Lubang Persen berat butir yang lewat ayakan
I II III IV
ayakan (mm)
10 100 100 100 100
4.8 90-100 90-100 90-100 95-100
2.4 60-95 75-100 85-100 95-100
1.2 30-70 55-90 75-100 90-100
0.6 15-34 35-39 60-79 80-100
0.3 5-20 8-30 12-40 15-50
0.15 0-10 0-10 0-10 0-15
 Keterangan : - daerah gradasi I = Pasir Kasar
- daerah gradasi II = Pasir Agak Kasar
- daerah gradasi III = Pasir Halus
- daerah gradasi IV = Pasir Agak Halus

ASTM C.33-86 dalam “Standard Specification For Concrete Aggregates”


memberikan syarat gradasi agregat halus seperti yang tercantum dalam tabel
dibawah ini, dimana agregat halus tidak boleh mengandung bagian yang lolos
pada satu set ayakan lebih besar dari 45% dan tertahan pada ayaka
berikutnya.

Ukuran lubang ayakan (mm) Persen lolos kumulatif


9.5 100
4.75 95-100
2.36 80-100
1.18 50-85
0.6 25-60
0.3 10-30
0.15 2-10

Menurut British Standard (B.S), gradasi agregat kadar (kerikil/batu pecah)


yang baik sebaiknya masuk dalam batas yang tercantum dalam tabel berikut :

Lubang ayakan Persen butir lewat ayakan, besar butr maks.


40 mm 20 mm 12.5 mm
(mm)
40 95-100 100 100
20 30-70 95-100 100
12.5 - - 90-100
10 10-35 25-55 40-85
4.8 0-5 0-10 0-10

2. GRADASI AGREGAT CAMPURAN


Gradasi yang baik kadang sangat sulit didapatkan langsung dari suatu tempat
(quarry). Dalam praktek biasanya dlakukan pencampuran agar didapatkan
gradasi yang baik antara agregat kasar dengan agregat halus. SK SNI T-15-
1990-03:21memberikan batas gradasi yang diadopsi dari B.S, seperti yang
tercamtum dalam tabel-tabel dibawah ini :

Persen butiran yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir maksimum
40 mm
Lubang ayakan
kurva 1 kurva 2 kurva 3 kurva 4
(mm)
38 100 100 100 10
0
19 50 59 67 75
9.6 36 44 52 60
4.8 24 32 40 47
2.4 18 25 31 38
1.2 12 17 24 30
0.6 7 12 17 23
0.3 3 7 11 15
0.15 0 0 2 5

Persen butiran yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir maksimum30
mm
Lubang
kurva kurva kurva
ayakan
1 2 3
(mm)
38 100 100 100
19 74 86 93
9.6 47 70 82
4.8 28 52 70
2.4 18 40 57
1.2 10 30 46
0.6 6 21 32
0.3 4 11 19
0.15 0 1 4

Persen butiran yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir
maksimum20 mm
Lubang ayakan
(mm) kurva 1 kurva 2 kurva 3 kurva 4
0.15 0 0 0 2
0.3 2 3 5 12
0.6 9 14 21 27
1.2 16 21 28 34
2.4 23 28 35 42
4.8 30 35 42 48
9.6 45 55 65 75
19 100 100 100 100
38 100 100 100 100

Persen butiran yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir
maksimum10 mm
Lubang ayakan
(mm) kurva 1 kurva 2 kurva 3 kurva 4
38 100 100 100 100
19 100 100 100 100
9.6 100 100 100 100
4.8 30 45 60 75
2.4 20 33 46 60
1.2 16 26 37 46
0.6 12 19 28 34
0.3 4 8 14 20
0.15 0 1 3 6

Modulus Halus Butir


Modulus halus butir (fines modulus) atau biasa disingkat dengan MHB ialah suatu indek
yang dipakai untuk mengukur kehalusan atau kekasaran butir-butir agregat (Abrams,
1918). MHB di definisikan sebagai jumlah persen kumulatif dari butir agregat yang
tertinggal di atas satu set ayakan (38,19,9.6,4.8,2.4,1.2,0.6,0.3 dan 0.15 mm), kemudian
nilai tersebut dibagi dengan seratus (ilsley, 1942:232).
Makin besar nilai MHB suatu agregat berarti semakin besar butiran agregatnya.
Umumnya agregat halus mempunyai nilai MHB 5-8. Nilai ini juga dapat dipakai
sebagai dasar untuk mencari perbandingan dari campuran agregat. Untuk agregat
campuran nilai MHB yang biasa dipakai sekitar 5.0-6.0. Hubungan ketiga nilai MHB
tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :
W = (K-C)/(C-P)x100%
Dengan :
W = Persentase berat agregat halus (pasir) terhadap berat agregat kasar (kerikil/
batupecah)
K = Modulus halus butir agregat kasar
P= Modulus halus butir agregat halus
C= Modulus halus butir agregat campuran
Untuk mempermudah perhitungan MHB agregat, pekerjaan sebaiknya dilakukan dengan
tabulasi . Contoh perhitungan MHB agregat halus, kasar dan campuran dapat dilihat di
Tabel 4.11.a sampai 4.11.b.
Dari hasil analisis ayak suatu contoh uji agregatkasar dan halus di dapatkan data sebagai
berikut.
Tabel 4.11 Contoh Data Hasil Analisa Ayak
Lubang Berat Tertinggal (gram)
Ayakan (mm) Agregat kasar Agregat Halus
(1) (2) (3)
38 0 0
19 0 0
9.6 640 0
4.8 270 50
2.4 90 75
1.2 0 190
0.6 0 220
0.3 0 290
0.15 0 155
Sisa 0 20
1000 gr 1000 gr

Penyelesaian :
Tabel 4.11.b Contoh Hitungan MHB Agregat Kasar
Lubang Berat Tertinggal
(gram) (persen) Kumulatif(%)
Ayakan (mm)
(1) (3) (4) (5)
38 0 0 0
19 0 0 0
9.6 0 0 0
4.8 50 5.00 5.00
2.4 75 7.50 12.50
1.2 190 19.00 31.50
0.6 220 22.00 53.50
0.3 290 29.00 82.50
0.15 155 15.50 98.00
Sisa 20 2.00 --
1000 gr 100% 283.00

Jadi MHB pasir dapat di hitung, yaitu persen kumulatif di bagi seratus persen, yaitu =
283.000/100 = 2.83
Tabel 4.11.b Contoh Hitungan MHB Agregat Kasar
Lubang Berat Tertinggal
(gram) (persen) Kumulatif (%)
Ayakan (mm)
(1) (2) (6) (7)
38 0 0 0
19 0 0 0
9.6 640 64.00 64.00
4.8 270 27.00 91.00
2.4 90 9.00 100.00
1.2 0 0.00 100.00
0.6 0 0.00 100.00
0.3 0 0.00 100.00
0.15 0 0.00 100.00
Sisa 0 0.00 ---
1000 gr 100% 655.00

Jadi MHB pasir dihitung, yaitu persen kumulatif dibagi seratus persen, yaitu =
655.00/100 = 6.55
Untuk menghitung agregat campuran agar masuk dalam gradasi yang disyaratkan
berdasarkan nilai MHB, dapat dilakukan langkah-langkah percampuran sebagai berikut
(Tabel 4.11) :
1. Hitung masing-masing MHB untuk agregat yang akan dicampur, yakni kolom 5
dan kolom 7, (table 4.11.a dan Tabel 4.11.b)
2. Tetapkan nilai MHB campuran, misalnya ditetapkan nilai MHB campuran
sebesar 5.5
3. Hitung persentase agregat halus terhadap campuran dengan W = (K-C)/(C-
P)x100%
4. Hitung persentase untuk masing-masing ayakan
5. Plotkan hasil hitungan tersebut dalam table
6. Jika tidak masuk, ulangi kembali langkah 3

Penyelesaian :
Dari Tabel 4.11.a dan 4.11.b didapat nilai MHB agregat kasar (K) = 6.55 dan MHB
agregat halus (P) = 2.83 dan MHB campuran ditetapkan (C) = 5.5 (diasumsikan
sekitar 5.0-7.0)
Persentase agregat halus terhadap campuran adalah
(6.55-5.5)/(5.5-2.83)x100% = 39.32% dibulatkan menjadi 40%.
Jadi, perbandingan antara agregat halus dengan agregat kasar adalah 1:1.5.
Selanjutnya hitungan ditabelkan (langkah 4)
Tabel 4.12 Contoh Hitungan
Berat Berat Berat Butiran Lolosan(%)
Tertingg Lolos
al (gram
(gram) )
Ayaka Ag.K Ag.H P K %P %K 1xP 1 (8)+(9 (10)/(P
n (K) (P) .5x ) +K)
(mm) P
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
38 0 0 1000 1 100 100 100 100 250 100
19 0 0 1000 000 100 100 100 100 250 100
9.6 640 0 1000 1 100 36 36 100 154 62
000
4.8 270 50 950 95 9 9 95 108.5 43
360
2.4 90 75 875 8 0 0 8 87.5 35
90 7.5 7.5
1.2 0 190 685 0 0 68.5 27
0 6 6
0.6 0 220 485 0 0 46.5 19
0 8.5 8.5
0.3 0 290 175 0 0 17.5 7
0 4 4
0.15 0 155 20 0 0 2.0 1
0 8.5 8.5
Sisa 0 20 0 0 0 0.0 0
0 1 1
7.5 7.5
0
2.0 2.0
0 0
1000 1000 - - - - - - - -
2.5.1 K e t a h a n a n K i m i a

Pada umumnya beton tidak tahan terhadap seringan kimia. Ada beberapa
bahan kimia yang bereaksi dengan beton, tetapi dua bentuk yang biasa
dijumpai yang menyerang terhadap beton yaitu serangan alkali dan
serangan sulfat.
1. Ketahanan alkali
Beberapa jenis agregat ini mengandung silica reaktif sepeti
cherts, batu kapur yang mengandung silica dan beberapa jenis batuan
vulkanikdapat bereaksi dengan alkali yang berbeda dalam semen dan
membentuk gel-silica yang suasananya basa. Apabila terjadi hal yang
demikian maka agregat tersebut mengembang dan membengkak dan
menyebabkan timbulnya retak-retak serta penguraian beton yang
bersangkutan.
Ca (OH)2 dalam pasta semen yang telah mengeras dapat larut dalam air,
terutama bila terdapat (CO)2. Jadi bilamana beton dalam masa pelayanan
dilalui aliran air dan menyerapnya, Ca (OH)2 dalam semen berpindah dan
tersaring keluar. Hal ini dapat merugikan beton karena keawetan beton
akan berkurang. Peristiwa ini sering di jumpai di bangunan hidrolik
dimana terdapat bagian yang retak, retak-retak dan berpori yang dapat
dilalui oleh aliran air.
Pencegahan yang paling mudah yaitu dalam pemilihan agregat dan usaha
perawatan untuk mengurangi susut beton. Cara lainya yaitu dengan
membubuhkan bahan teras yang halus kedalam campuran beton yang
bersangkutan. Bahan teras ini efektif dalam mengurangi kadar alkali
dalam beton.
2. Ketehanan sulfat
Hampir semua larutan sulfat beraksi dengan Ca (OH)2 dan (C3A)
dari semen yang berdehidrasi untuk membentuk senyawa kalsium sulfat
dan kalsium sulfoaluminat. Dalam hal ini kalsium sulfat dan magnesium
adalah yang paling reaktif dalam suasana basa dijumpai secara luas
dalam tanah,. Tidak seperti kalsium hidroksida, senyawa-senyawa kimia
ini tidak dapat larut dalam air. Meskipun demikian, voloumnya lebih
besar dari pada senyawa-senyawa pasta semen sehingga beton yang telah
mengeras ini memberikan konstribusi yang tidak sedikit bagi kehancuran
struktur.

2.5.2 K e k e k a l a n
Kekekalan agregat dapat diuji dengan menggunakan larutan kimia untuk
memeriksa reaksinya pada agregat (PB 89,1990). Agregat harus memenuhi
syarat seperti yang tercantum dalam SII.0052-80 “Mutu dan Cara Uji
agregat beton” untuk beton normal atau yang memenuhi syarat ASTM
C.33-86, “Standard Specification for Concrete Aggregates” . Syarat mutu
untuk agregat normal adalah sebagai berikut :
(1) Agregat halus jika di uji dengan larutan garam sulfat ( natrium
sulfat,NaSO4), bagiannya yang hancur maksimum 10% dan jika diuji dengan
magnesium sulfat (MgSO4) bagiannya yang hancur maksimum 15%.
(2) Agregat kasar jika diuji dengan larutan garam sulfat (natrium sulfat,
NaSO4), bagiannya yang hancur maksimum 12% dan jika diuji magnesium
sulfat (MgSO4) bagiannya yang hancur maksimum 18%.
2.5.3 P e r u b a h a n V o l u m e

Faktor utama yang menyebabkan terjadinya perubahan - perubahan


dalam volume adalah kombinasi reaksi kimia antar semen dengan air, seiring
dengan mengeringnya beton. Jika agregat mengandung senyawa kimia yang
dapat mengganggu proses hidrasi dari semen, maka beton yang terbentuk
akan mengalami keretakan. ASTM C.330, “Specification for lightweight
Aggregates for Structural Concrete” memberikan ketentuan bahwa susut-
kering untuk agregat ringan tidak boleh melebihi 0,10%.

2.5.4 K a r a k t e r i s t i k P a n a s (Sifat thermal Agregat)


Pada Agregat karakteristik panas akan sangat mempengaruhi keawetan
dan kualitas dari beton. Sifat utamanya adalah koefisien muai, panas jenis
dan pengahantar panas.
1. Koefisien muai
Koefisien muai tergantung pada jenis bahan agregatnya.
Koefisien muai berkisar antara 5,4 x 10-6 sampai 12,6 x 10-6 per derajat
celcius, adapun koefisien muai pasta semen sekitar 10.8 x 10-6 sampai
16.2 x 10-6per derajat Celsius. Jika koefisien besar, maka perubahan
suhu dapat mengakibatkan perbedaan gerakan sehingga saat melepaskan
lekatan antara agregat dan pasta semen. Jika koefisien muai dari
keduanya berbeda lebih dari 5,4 x 10-6 , beton akan retak , jika
mengalami panas dan dingin atau jika terjadi kebakaran.
2. Panas Jenis dan pengantar panas
Panas jenis dihitung jika beton digunakan untuk pekerjaan masa dan
juga untuk pekerjaan khusus.

2.5.5 Ba h a n – B a h a n L a i n y a n g M e n g g a n g g u

Bahan-bahan yang mengganggu adalah bahan yang menyebabkan


terganggunya proses pengikatan pada beton serta pengerasanya.
(1) Bahan padat yang menetap
Lempung, tanah liat dan abu batu tidak di ijinkan dalam jumlah banyak
karena mengakibatkan meningkatnya penggunaan air dalam campuran beton
yang bersangkutan. Bahan-bahan ini tidak dapat menjadi satu dengan semen
sehingga menghalangi penggabungan antara semen dengan agregat.
Akibatnya kekuatan beton berkurang karena tidak adanya saling mengikat.
(2) Bahan-bahan organik humus
Apabila agregat alam mengandung bahan-bahan organik maka proses
hidrasi akan terganggu, sehingga bahan agregat tersebut tidak dapat
dipergunakan dalam campuran beton.
2.6 P E M E R I K S A A N M U T U A G R E G A T
Pemeriksaan mutu agregat dimaksudkan untuk mendapatkan bahan-bahan
campuran beton yang memenuhi syarat, sehingga beton yang dihasilkan nantinya
sesuai dengan yang diharapkan.
Agregat normal harus memenuhi syarat mutu sesuai dengan SII .0052-80, “Mutu
dan Cara Uji Agregat Beton” dan jika tidak tercantum dalam syarat ini harus
memenuhi syarat ASTM C.330-80 “Standard Specification for Concrete
Aggregates” Agregat ringan harus memenuhi syarat yang diberikan oleh ASTM
c.330-80 “Specification for lightweight Aggregates for Structural Concrete”.
Sebagian syarat-syarat telah di jelaskan di atas.

2.6.1 A g r e g a t N o r m a l M e n u r u t S I I . 0 0 5 2

a. Agregat Halus
 Modulus halus butir 1.5 sampai 3.8
 Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikro (0.074mm)
maksimum 5%
 Kadar zat organik yang terkandung yang ditentukan dengan
mencampur agregat halus dengan larutan natrium sulfat (NaSO4) 3%
 kekerasan butiran jika dibandingkan dengan kekerasan butiran pasir
pembanding yang berasal dari pasir kuarsa Bangka memeberikan
angka tidak lebih dari 2.20
 Kekekalan (jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur
maksimum 10%, dan jika dipakai magnesium sulfat, maksimum
15%)
b. Agregat kasar
 Modulus halus butir 6.0 sampai 7.1
 Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikro (0.074mm)
maksimum 1%
 Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang tembaga
maksimum 5%
 Kekekalan jiak diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur
maksimum 12% dan jika dipakai magnesium sulfat bagian yang
hancur maksimum 18%
 Tidak bersifat reaktif terhadap alkali jika kadar alkali dalam semen
sebagai Na2O lebih besar dari 0.6%
 Tidak mengandung butiran yang panjang dan pipih lebih dari 20%.

2.6.2 A g r e g a t N o r m a l M e n u r u t A S T M C . 3 3

Agregat normal yang dipakai dalam campuran beton sesuai dengan


ASTM, berat isinya tidak boleh kurang dari 1200 kg/m3.
a. Agregat halus

 Modulus halus butir 2,3 sampai 3,12.


 Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm
atau No.200) dalam persen berat maksimum,
– Untuk beton yang mengalarni abrasi sebesar 3,0%
– Untuk beton jenis lainnya sebesar 5%.
 Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah dirapikan
maksimum 3%.
 Kandungan arang dan lignit.
– Bila tampak permukaan beton dipandang penting (beton akan
diekspos), maksimurn 0,5 %
– Beton jenis lainnya, maksimum (l - 0.5) %
 Kadar zat organik yang ditentukan dengan mencampur agregat halus
dengan larutan natrium sulfat (NaSO4) 3%, tidak menghasilkan warna
yang lebih tua dibanding warna standar. Jika warnanya lebih tua maka
ditolak kecuali :
– Warna lebih tua timbul karena sedikit adanya arang lignit atau
yang sejenis
– Ketika diuji dengan uji perbandingan kuat tekan beton yang dibuat
dengan pasir standar silika hasilnya menunjukan nilai lebih besar
dari 95%. Uji kuat tekan sesuai dengan cara ASTM C.87
 Tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika dipakai untuk beton
yang berhubungan dengan basah dan lembab atau yang berhubungan
dengan bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali semen, dimana
penggunaan semen yang mengandung natrium oksida tidak lebih dari
0,6%.
 Kekalan jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur
maksimum 10%, dan jika dipakai magnesium sulfat, maksimum 15%.

b. Agregat Kasar

 Tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika dipakai untuk beton
yang berhubungan dengan basah dan lembab atau yang berhubungan
dengan bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali semen, di mana
penggunaan semen yang mengandung natrium oksida tidak lebih dari
0,6%.
 Sifat fisika yang mencakup kekerasan agregat diuji dengan bejana
Los Angeles. Batas ijin partikel yang berpengaruh buruk terhadap
beton dan sifat fisika yang diijinkan untuk agregat kasar. (Limits for
Agregat Deleterious Substances and Physical Requirement of Coarse
Aggregates for Concrete).

2.7 P E N Y I M P A N A N A G R E G A T
Agregat biasanya tidak ditempatkan dalam ruang tertutup tetapi diletakan di
udara terbuka atau stock field. Ada persyaratan yang harus dipenuhi dalam
penyimpanan agregat ini, antara lain :
1. Pengawasan agregat harus dimulai dari saat kedatanganya sampai dengan
pengambilan kembali.
2. Agregat harus ditimbun di atas bak-bak berlantai jika volumenya dibawah 10
kubik meter. Jika volumenya besar, sebaiknya dibuatkan landasan
menggunakan land concrete campuran 1 : 3 : 5 untuk menghindari
tercampurnya tanah dengan agregat pada saat pengembalian.
3. Jika agregat yang ditimbun dalam keadaan kering, terutama untuk agregat yang
ditimbun di stock field, sebaiknya agregat disiram dengan menggunakan
sprinkle (slang air).
4. Agregat diuji secara berkala sebelum digunakan, sebagai kontrol kualitas
bahan.

2.8 AGREGAT JENIS LAIN UNTUK HAL-HAL KHUSUS

2.8.1 Agregat jenis lain

Sebagai bahan pengganti agregat alami bisa digunakan agregat jenis lain
seperti :
a. Batuh Pecah
Batu pecah merupakan hasil pengelolahan batu dengan stone crusher.
Butiran yang dihasilkan berbentuk tajam sehingga dapat memperkuat
mortar. Batu pecah ini paling sering digunakan untuk pekerjaan struktural.
Ukuran yang dikenal dalam pekerjaan beton adalah ukuran 1020 dan
2030.

b. Pecahan bata atau genteng


Bahan yang dibuat dari pecahan bata atau genteng ini secara umum belum
dipakai. Peneliti sudah banyak meneliti pemakaian agregat ini dalam
cmpuran beton. Sifat agregat ini sangat dipengaruhi oleh bahan dasarnya
yakni tanah liat. Pecahan bata atau genteng yang halus bersifat :
– Seperti pasir .
– Sedikit menaikan kekuatan mortar.
– Menaikan sifat hidrolis dari mortar.
c. Tanah liat bakar
Tanah liat dengan kadar air tertentu dibuat berbutir sekitar (5-20)mm,
kemudian di bakar. Hasilnya berbentuk bola, ringan dan berpori. Serapan
airnya sekitar (8-20)%. Beton dengan agregat ini berat jenisnya sekitar
1900 kg/m3.
d. Herculite atau haydite
Agregat ini berasal dari shale yang dimasukan dalam tungku putar pada
suhu 11000C. Gas dalam shale mengembang membentuk jutaan sel kecil
udara yang dikelilingi oleh slaput tipis air yang kuat dan bening. Agregat
ini dipakai untuk menggantikan agregat pada pekerjaan struktural. Berat
jenis yang dihasilakan sekitar 23 beton biasa, dengan kuat tekan yang
sama dan pada jumlah semen yang sama. Beton yang dibuat akan
mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap panas, sehingga biasanya
digunakan untuk dinding penahan panas, lapisan tahan api untuk baja
struktural. Agregat ini mempunyai sifat meredam suara yang baik.
e. Agregat abu terbang
Agregat ini merupakan jenis produk sisa pembakaran PLTU yang
mengeras dan membentuk butir-butir seperti kerikil. Beton yang dibuat
dengan agregat jenis ini akan mempunyai kuat tekan yang cukup baik.
f. Benda Limbah padat buangan
Kemungkinan pemakaian benda limbah padat buangan sebagai bahan
pengganti. Limbah padat ini dapat berupa kaleng-kaleng bekas, bahan-
bahan bekas bongkaran bangunan, maupun sampah padat dari hasil
limbah industri maupun rumah tangga. Sebelum barang ini dipakai
sebaiknya ditinjau aspek ekonomi keuntungan penggunaan bahan-bahan
ini dibandingkan dengan pemakaian agregat alami. Harus pula
dipertimbangkan aspek teknisnya, yang meliputi pekerjaan dan kekutan
beton yang dihasilkan.

2.8.2 A g r e g a t u n t u k h a l – h a l k h u s u s
Untuk bahan yang harus kuat dan awet agregat yang harus digunakan
adalah corundum sintetik (Al2O3) dengan berat isi murni (3.1 - 3.2)
kg/dm3. Selain itu, dapat juga digunakan jenis agregat lain yang keras
seperti batu alam misalnya basalt, terak tanur tinggi dan jenis-jenis
logam.
Agregat yang sangat ringan untuk isolasi terhadap panas atau yang
tahan api adalah perlit, sejenis gelas dari batuan beku (vulkanik)
dengan berat isi sekitar (0.06 - 0.2) kg/dm3, vermiculite dengan berat isi
massa sekitar (0.07 - 0.09) kg/dm3 dan foamglass.
Agregat yang digunakan sebagai perlindungan radiasi adalah jenis
batuan dengan berat isi murni yang tinggi, umpamanya spar (BaSO4)
yang memiliki berat isi murni (4.15 - 4.45) kg/dm3, magnetit, besi
dengan berat isi murni (4.40 - 5.00) kg/dm3 dan baja (dapat berbentuk
pasir atau sebagai butiran-butiran) dengan berta isi murni 6.80-7.60
kg/dm3.
Agregat untuk membuat bahan tahan panas dapat berupa lempung
yang tahan panas dengan titik lembur tinggi, yang terpecah-pecah
menjadi butiran –butiran dengan berbagai macam ukuran. Agregat yang
digunakan dalam pembuatan asbes berasal dari endapan berupa serat-
serat halus yang berasal dari magnesium silikat hidrat. Kayu untuk
panel-panel yang digunakan sebagai bahan bangunan dapat digunakan
sebagai agregat. Tatal serta serutan kayu dapat digunakan sebagai
bahan chip-wood, cement board, dan wood-wool cement board.

2.9 A G R E G A T R I N G A N

Agregat ringan adalah agregat yang mempunyai kepadatan sekitar (300 – 1850)
kg/m3. Agregat ringan biasanya digunakan atas pertimbangan ekonomis dan
struktural.
Esensi agregat ringan adalah agregat yang mempunyai berat jenis yang ringan dan
prioritas yang tinggi, yang dapat dihasilkan dari agregat alam maupun hasil
fabrikasi. Berdasarkan pengertian tersebut ada dua metode untuk membuat beton
ringan menggunakan agregat ringan.
1. Membentuk dengan menggunakan agregat ringan yang porous dan berat jenis
yang kecil, beton yang dibentuk dinamakan beton agregat ringan.
2. Membuat pori yang tinggi pada beton dengan membentuk massa mortar salah
satunya dengan menambah kandungan udara pada beton. Beton yang terbentuk
dinamakan beton hampa udara, beton sellular, foamed or gas concrete.

2.10K L A S I F I K A S I A G R E G A T R I N G A N

Menurut ASTM C.330, agregat ringan ini dapt dibedakan menjadi dua :
1. Agregat yang dihasilkan dari pembekahan (expanding), kalsinasi (calcining),
atau hasil sintering. Misalnya dapur tanur tinggi, tanah liat, diatome, abu
terbang atau (fly ash), lempung atau slate. Agregat ini merupakan agregat
ringan buatan (artificial aggregates).
2. Agregat yang dihasilkan melalui pengolahan bahan alam. Misalnya scoria,
batu apung (pumice) atau tuff. Agregat ini merupakan agregat alam (natural).

a. Aregat Alami
Kelompok pertama agregat ringan alam meliputi jenis-jenis agregat diatomite,
pumice (batu apung), scoria, volcanic cinders and tuff, yang semuanya
termasuk batuan asli vulkanik. Batu apung merupakan batuan berwarna terang
biasanya berwarna seperti ada lapisan kaca dengan berat satuan 500-900
kg/m3. Beton yang menggunakan agregat ini akan mempunyai sifat
penyerapan air dan pengembangan yang cukup tinggi dengan berat beton 700-
1400 kg/m3.

b. Agregat Buatan
Kelompok pertama dari agregat ringan buatan ini adalah agregat yang
berasal dari hasil proses pemanasan, kedua dari hasil pendinginan dan
yang ketiga dari hasil industry cinder.
a. Ekspanded clay, shale, dan slate merupakan hasil residu dari proses
klin (tanur putar) dengan temperatur (1000 - 1200) 0C. Expanded shale
dan agregat clay yang dibuat dengan proses sinter strandme
mempunyai kepadatan 650-900 kg/m3, dan jika menggunakan kiln
yang berputar akan mempunyai kepadatan sekitar (300 - 650) kg/m3 .
Beton yang menggunakan jenis agregat ini akan mempunyai berat isi
sekitar (1400 – 1800) kg/m3 dan kadang-kadang dapat dihasilkan
beton ringan dengan kepadatan 800 kg/m3. Kekuatan tekan beton yang
agregat ini biasanya cukup tinggi, terutama jika digabungkan dengan
jenis agregat ringan yang lainya.
b. Perlite adalah jenis batuan glassy vulkanik dengan berat isi yang
rendah sekitar (30 – 240) kg/m3. Perlite dibuat dari hasil pemanasan
dan proses fusi batuan glassy pada suhu 900-11000C. Beton yang
dibuat akan mempunyai kekuatan tekan yang rendah dan
pengembangan yang tinggi. Beton yang dibuat bisasanya digunakan
untuk tujuan insulator.
c. Vermiculite adalah material yang berstruktur pelat, nama lainya
adalah mica, dengan berat isi yang rendah sekitar (60 - 130) kg/m3.
Pembuatanya melalui proses pemanasan dan proses fusi batuan glassy
pada suhu 650-10000C. Beton yang dibuat akan mempunyai kekuatan
tekan yang rendah dan pengembangan yang tinggi, biasanya
digunakan untuk tujuan insulator (penahan panas).
d. Expanded blast-furnace slag dihasilkan dengan dua cara. Pertama,
yaitu mencampurkan bahan batuan dengan air kemudian dilakukan
pembakaran. Misalnya tanah liat bakar. Tanah liat dengan kadar air
tertentu dibuat berbutir sekitar (5 – 20) mm, kemudian di bakar.
Hasilnya berbentuk bola ringan dan berpori. Serapan airnya sekitar (8
– 20) %. Beton dengan agregat ini berat jenisnya 1900 kg/m3. Kedua,
dengan cara penguapan (steam) batuan-batuan yang dihasilkan seperti
batu apung. Batuan expanded biasanya mempunyai berat isi sekitar
(300 – 1100) kg/m3, bergantung pada proses pendinginannya dan
derajat pembentukan partikel serta ukuran dan gradasinya.
e. Clinker aggregate nama lainya adalah cinder, merupakan hasil proses
pembakaran pada industri pada temperatur yang sangat panas. Beton
yang menggunakan agregat ini cenderung tidak tahan terhadap sulfat
dan kehilangan panas yang tinggi. Peraturan standar tidak
merekomendasikan beton yang menggunakan agregat ini digunakan
untuk beton bertulang. Beton yang menggunakan clinker cenderung
lebih awet. Jika digunakan sebagai agregat halus atau agregat kasar
beton yang dihasiklan akan mempunyai berat isi sekitar (1100 – 1400)
kg/m3. Untuk meningkatkan kemudahan pekerjaan agregat ini sering
digabung dengan pasir alam, akan tetapi berat isi betonnya akan
meningkat menjadi (1750 – 1850) kg/m3.
f. Agregat abu terbang (sintered fly-ash aggregates) merupakan produk
sisa dari hasil pembakaran PLTU yang mengeras dan membentuk
butir-butir seperti kerikil. Beton yang dibuat dari agregat jenis ini akan
mempunyai kuat tekan yang cukup baik. Berat isi beton yang
menggunakan agregat ini sekitar 1000 kg/m3, Jika menggunakan
fraksi agregat halusnya lebih banyak akan menghasilkan beton dengan
berat isi 1200 kg/m3.
g. Pecahan bata atau genteng dibuat dari pecahan bata atau genteng dan
masih sering dipakai. Secara umum masih belum dipakai, namun
peneliti sudah banyak meneliti tentang agregat jenis ini untuk
dipergunakan dalam campuran beton. Sifat agregat ini sangat
bergantung pada bahan dasarnya yakni dari tanah liat, yang
menyebabkan variasi dari agregat yang dibentuknya. Pecahan dari
bahan ini yang halus bersifat :
1. Seperti pasir
2. Sedikit menaikan kekuatan mortar
3. Menaikan sifat hidrolisis dari mortar
h. Herculite atau hydite merupakan hasil dari pembuatan shale yang
dimasukkan dalam tungku putar pada suhu 1100 0C. Gas dalam shale
mengembang membentuk jutaan sel kecil udara dalam massa yang
dikelilingi oleh slaput tipis air yang kuat dan bening. Agregat ini
dipakai untuk menggantikan agregat yang dipakai pada pekerjaan
struktural. Berat jenis yang dihasilkan sekitar 23 beton biasanya,
dengan kuat tekan yang hampir sama pada jumlah semen yang sama.
Beton yang dibuat akan mempunyai ketahanan tinggi terhadap panas,
sehingga biasanya digunakan untuk dinding penahan panas, lapisan
tahan api untuk baja struktural, selain itu mempunyai sifat meredam
suara yang baik.
i. Kemungkinan pemakaian benda limbah padat buangan sebagai
bahan pengganti dimana akhir - akhir ini banyak dibicarakan, hal ini
sebenarnya bukan merupakan konsep yang baru. Limbah padat ini
dapat berupa kaleng-kaleng bekas, juga bahan-bahan bekas bongkaran
bangunan, maupun sampah padat dari hasil limbah industri ataupun
rumah tangga. Sebelum barang ini dipakai sebaiknya ditinjau dari sisi
ekonomi apakah menguntungkan dibanding dengan memakai agregat
alami, dan juga mempertimbangkan hasil dari sisi tekniknya,
kemudahan pengerjaanya dan terutama hasil akhir dari kekuatan
betonya.
j. Agregat yang digunakan untuk pembuatan asbes adalah bahan yang
berasal dari magnesium silikat hydrat. Untuk keperluan ini dipakai
tatal serta serutan kayu sebagai bahan chip-wood cement board, dan
wood-wool cement board.

2.11 P E R S Y A R A T A N A G R E G A T R I N G A N S T R U K T U R A L
MENURUT ASTM C.330

 Agregat ringan di kelompokan menjadi dua kelompok yaitu :


1. Dihasilkan dari pembekahan (expanding ), klasinasi (calcining) atau hasil
sintering, misalnya dapur tanur tinggi, tanah liat, diatome, abu terbang
(fly ash), lempung atau slate.
2. Agregat yang dihasilkan melalui pengolahan bahan alam, misalnya
scoria, batu apung (pumice)atau tuff.
 Berat satuan (unit weight) maksimum pada keadaan kering dan diisi gembur
adalah :
1. Agregat halus, 1120 kg/cm3
2. Agregat kasar, 800 kg/cm3
3. Agregat gabungan, 1040 kg/cm3
4. Perbedaan berat satuan dalam kondisi lapangan tidak boleh lebih dari 10%
 Kandungan bahan yang berpengaruh buruk :
1. Kadar gumpalan tanah liat (clays lumps) dan partikel yang mudah
dirapikan maksimum 3%.
2. Kadar organik yang di uji dengan larutan NaOH 3% harus menghasilkan
warna yang lebih muda jika dibandingkan dengan larutan
pembandingnya.
3. Noda karat (staining) yang secara visual warnanya lebih pekat dari warna
standar pengujian pada metode uji ASTM C.1641, harus diuji secara
kimia. Bila mengandung ferroxida 1.5 mg atau lebih, tidak boleh dipakai.
4. Bagian yang hilang jika dilakukan pemijaran tidak boleh lebih dari 5%
berat.

2.12 K E K U A T A N T E K A N A G R E G A T R I N G A N
Kekuatan tekan hasil uji beton yang menggunakan agregat ringan diambil
berdasarkan rata-rata tiga benda uji. Prosedur pembuatan beton dan pengambilan
contoh untuk pembuatan beton yang menggunakan agregat ringan harus sesuai
dengan syarat SNI ataupun syarat lainnya yang sesuai dengan ketentuan. Rata-
rata kekuatan tekan minimum yang harus dimiliki beton yang menggunakan
agregat ringan didasarkan atas berat isi kering maksimum.
Telah kita ketahui bersama agregat merupakan komponen penyusun beton yang
digunakan untuk membuat volume stabil. Selain itu, sifat mekanik dan fisik dari agregat
san gat berpengaruh tehadap sifat-sifat beton yang dihasilkan, seperti kuat tekan,
kekuatan, durabilitas, berat, dll. Kegunaan agregat pada beton adalah:

• Menghasilkan beton yang murah


• Menimbulkan volume beton yang stabil
• Mencegah abrasi jika beton digunakan pada bangunan laut
• Penyusun serta pengisi volume yang terbesar.

Agregat alami dapat diperoleh dari proses pelapukan dan abrasi serta pemecahan pada
batuan induk yang lebih besar. Agregat yang baik untuk digunakan adalah agregat yang
menyerupai bentuk kubus atau bundar, bersih, keras, kuat, bergradasi baik dan stabil
secara kimiawi.
Pada umumnya kandungan agregat (kasar, sedang dan halus) meliputi 60% ~
75% dari Volume beton.
Dalam perancangan concrete mix, faktor kelembaban cukup penting karena
berkaitan dengan w/c – ratio.

Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi. Berdasarkan


pengalaman, komposisi agregat tersebut berkisar 60%-70% dari berat campuran beton.
Walaupun fungsinya hanya sebagai pengisi, tetapi karena komposisinya yang cukup
besar, agregat inipun menjadi penting. Karena itu perlu dipelajari karakteristik agregat
yang akan menentukan sifat mortar atau beton yang akan dihasilkan.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau
agregat buatan (artificial aggregates). Secara umum, agregat dapat dibedakan
berdasarkan ukurannya, yaitu, agregat kasar dan agregat halus. Batasan antara agregat
halus dan agregat kasar berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya.
Meskipun demikian, dapat diberikan batasan ukuran antara agregat halus dengan
agregat kasar yaitu 4,80 mm, (British Standard) atau 4,75 mm (Standar ASTM). Agregat
kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih besar dari 4,80 mm (4,75 mm) dan
agregat halus adalah batuan yang lebih kecil dari 4,80 mm (4,75 mm). Agregat dengan
ukuran lebih besar dari 4,80 mm dibagi lagi menjadi dua: yang berdiameter antara 4,80-
40 mm, disebut kerikil beton dan yang lebih dari 40 mm, disebut kerikil kasar.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih kecil
dari 40 mm. Agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk
pekerjaan sipil lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan tanah,
bronjong, atau bendungan, dan lainnya. Agregat halus biasanya dinamakan pasir dan
agregat kasar dinamakan kerrikil, spilit, batu pecah, kricak, dan lainnya.

You might also like