Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 L A T A R B E L A K A N G
Zaman semakin maju dan berkembang, IPTEK memberikan pengaruh besar bagi
seluruh aspek kehidupan. Salah satunya adalah teknologi konstruksi yang sudah
semakin maju dalam bidang teknik sipil. Dimana dapat kita lihat telah berdiri
kokoh seperti gedung-gedung bertingkat, jalan, kereta api, jembatan, bandar udara,
bangunan lepas pantai, Stadion, terowongan, dan lain-lain termasuk pembuatan
patung. Adapun elemen konstruksi tersebut berupa kayu, besi, baja, beton, genting,
kaca, dan sebagainya. Namun dewasa ini beton sering kita jumpai sebagai elemen
konstruksi bangunan. Hal ini dikarenakan beton memiliki berbagai macam
keuntungan, antara lain seperti :
1. Memiliki kekuatan yang tinggi,
2. Dapat dibentuk sesuai dengan bentuk dan ukuran yang dikehendaki,
3. Perawatan yang murah (Ekonomis),
4. Mudah dilaksanakan dibandingkan dengan bahan konstruksi lainnya,
5. Awet dan tahan terhadap cuaca serta api (durability).
1.2 R U M U S A N M A S A L A H
1.3 M A K S U D D A N T U J U A N
1.4 M E T O D E
1.5 B A T A S D A N R U A N G L I N G K U P
Ruang lingkup yang kami bahas hanya sebatas agregat pada umumnya pada
campuran beton normal. Apa pengertian agregat pada umumnya, jenis dan
kegunaan dari agregat, metode pemilihan agregat yang baik. Tidak menspesifikasi
nama-nama dari agregat tersebut. Tidak menggolongkan dan memisahkan nama
agregat yang baik. Ruang lingkup yang diidentifikasi hanya dasar dari keseluruhan
agregat itu sendiri. Memberikan petunjuk tentang bentuk dan ciri-ciri agregat yang
baik. Karena agregat merupakan salah satu yang menentukan kekuatan pada mutu
beton.
1.6 S I S T E M A T I K A P E N Y A J I A N
2.1 P E N G E R T I A N A G R E G A T
Pada dasarnya beton tidak akan terbentuk tanpa adanya campuran agregat, disini
membuktikan bahwa agregat memilki peranan yang sangat penting sekali dalam
pembuatan beton. Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi
sekali yaitu berkisar (60 - 70) % dari berat campuran beton. Selain sebagai pengisi,
agregat memilki fungsi lain yaitu sebagai penentu sifat mortar atau mutu beton yang
akan dihasilkan.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau
agregat batuan (artificial aggregates). Secara umum, agregat dapat dibedakan
berdasarkan ukurannya, yaitu, agregat kasar dan agregat halus. Batas antara agregat
halus dan agregat kasar berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan disiplin ilmu
yang lainnya. Meskipun demikian, dapat diberikan batasan ukuran antara agregat
halus dengan agregat kasar yaitu 4.80 mm (british standard) atau 4.75 mm (Standar
ASTM). Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih besar dari 4.80
mm (4.75 mm), dan agregat halus adalah batuan yang lebih kecil dari 4.80 mm
(4.75 mm). agregat dengan ukuran lebih besar dari 4.80 mm di bagi lagi menjadi dua
yaitu, yang berdiameter antara (4.80- 40) mm. disebut kerikil beton dan yang lebih
dari 40 mm disebut kerikil kasar.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih kecil
dari 40 mm, dan agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk
pekerjaan sipil lainnya, seperti untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan
tanah, bronjong (bendungan), dan lainnya. Agregat halus biasanya dinamakan pasir
dan agregat kasar dinamakan kerikil, spilit, batu pecah, kricak, dan lainnya.
2.2 P E M B E N T U K A N A G R E G A T A L A M
2.2.1 B a t u a n
Pada umunya agregat berasal dari alam, dan salah satunya berasal dari batuan.
Seorang engineer melihat sebagai sebuah mineral yang keras, getas, sering
kali tahan lama dan kuat, yang diatasnya berdiri bangunan atau dapat
digunakan untuk mendirikan bangunan. Penambangan batuan kadang -
kadang dilakukan dengan peledakan (blasting), terutama pada batuan-batuan
yang keras seperti granit. Batuan dalam teknik sipil dapat dilihat menurut
ilmu yang mempelajarinya (Verhoef,1985:12), yaitu :
1) Geologis : batuan sebagai mineral, yang terbentuk melalui proses siklus
batuan.
2) Geoteknik : batuan sebagai mineral yang diatasnya, di dalamnya, atau
dengannya dapat dibangun berbagai macam konstruksi.
Jika dilihat dari proses terbentuknya, batuan sebagai mineral dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu batuan beku (magma), bauan endapan (sedimentasi), dan
bauan peralihan/ malihan (metamorf).
1. Batuan Beku (Magma)
Batuan beku terbentuk dari proses pembekuan magma yang terdapat
di dalam lapisan bumi yang dalam atau dari hasil pembekuan magma
yang kuat akibat dari letusan gunung berapi
Batuan beku dibedakan menjadi dua, yakni batuan beku interusif
(yang membeku di bawah permukaan bumi), dan batuan beku
eksterusif (yang embeku di permukaan bumi).
Batuan beku seperti intrusi granit adakalanya ditemui dengan massa
yang tidak beraturan
Berdasarkan kandungan SiO2, batuan beku dibedakan menjadi:
1. Batuan Beku Masam -> kand. SiO2 tinggi : > 65%
2. Batuan Beku Intermedier -> kand. SiO2 sedang : + 55% s/d 65%
3. Batuan Beku Basa -> kand. SiO2 rendah : < 55%
(3) Organik, yang dibagi menjadi kapur serta gambut, batubara, dan
sapropel yang merupakansedimen dengan banyak zat organik yang
membentuk minyak bumi.
3. Batuan Metamorf
Batuan Metamorf : Adalah batuan beku atau batuan sedimen yang
telah mengalami perubahan bentuk (transformasi) akibat adanya
pengaruh perubahan suhu dan tekanan yang sangat tinggi.
Proses metamorphosis di abgi menjadi dua, yaitu :
1. Metamorfosis regional, yakni perubahan bentuk dalam skala
besar yang dialami batuan di dalam kulit bumi yang lebih dalam,
sebagai akibat dari terbentuknya pegunungan. (vulkanik).
2. Metamorfosis kontak, yakni perubahan bentuk yang dialami
batuan sebagai akibat dari intrupsi magma panas disekitarnya
(misalnya granit).
Jenis-jenis Batuan Metamorf :
a. Schist : Batuan metamorf berbentuk lembar-lembar halusnya
Schist Mika.
b. Gneis : Batuan metamorf berbentuk lembar-lembar kasarnya
Granit Gneis.
c. Kuarsit : Batuan metamorf yang terbentuk dari batu pasir.
d. Marmer : Batuan metamorf yang terbentuk dari batu kapur
karbonat.
Pada umumnya, peningkatan temperatur dan tekanan akan
memperbesar butiran yang terbentuk.
2.3 A G R E G A T D I I N D O N E SI A
2.3.1 G e o g r a f i, G e o l o g i, I k l i m
2.3.2 K a r a k t e r i s t i k A g r e g a t
Jika dilihat dari sumbernya, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan
yaitu agregat yang berasal dari alam dan agregat buatan (artificial
aggregates). Contoh agregat yang berasal dari sumber alam adalah pasir
alami dan kerikil, sedangkan contoh agregat buatan adalah agregta yang
berasal dari stone crusher, hasil residu terak tanur tinggi (blast furnace
slag), pecahan genteng, pecahan beton, fly ash, dari residu PLTU, extended
slag dan lainnya. Interaksi antara iklim setempat dan golongannya akan
menghasilkan tiga macam jenis quarry, yaitu sumber daya alam dari batu-
batuan (deposits), yang dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1) Quarry batu-batuan dari bedrock
• Quarry ini mebutuhkan pengeboran dan peledakan (drilling dan
blasting) yang menghasilkan bermacam-macam ukuran yang perlu
disesuikan dengan kebutuhan.
• Derajat pelapukan quarry ini bergantung pada deposit buatan.
• Untuk mendapatkan hasil yang baik dari batuan-batuan segar (fresh
rock), penggalian pada deposit ini harus dilakukan hingga kedalaman
yang cukup.
• Makin segar batuan-batuannya, makin rendah nilai crushing value
dan Los Angelos Abbration serta semakin porosi (porosity).
• Campuran agregat dengan mutu yang baik dan agregat dengan mutu
yang kurang baik dihasilkan suatu industri pemecah batu dapat
mengakibatkan kesulitan dalam perencanaan dan pengendalian mutu
campuran beton.
• Batu-batuan dari abu vulkanik biasanya cukup porous, sehingga nilai
crushing dan abrasinya tinggi, meskipun batu-batuannya dalam
keadaan segar.
• Agregat pecah dengan tangan (tradisional) ini hasilnya tidak
konsisten, artinya ukuran butir agregat yang dihasilkan tidak merata
(akan ditemui agregat dengan gradasi senjang, sehingga dalam
pembuatan beton yang diproduksi tidak cukup lecak (workability)
serta mudah mengalami bleeding dan segregation.
2.4 M E N G O L A H A G R E G A T A L A M
Tujuan utama pengolahan agregat adalah menghasilkan agregat dengan mutu tinggi
dan biaya yang rendah. Pengolahan agregat alam meliputi penggalian (excavating),
pengangkutan (hauling), pencucian, pemecahan (crushing), dan penentuan ukuran.
Akan tetapi, pengolahan agregat tidak terbatas hanya pada usaha-usaha diatas,
tetapi dimulai juga dari penggalian dan diakhiri dengan penimbunan dan
penyerahan agregat dilapangan.
Pada waktu penggalian, bahan-bahan yang akan menambah berat seperti
lempung dan lanau sedapat mungkin harus disingkirkan terlebih dahulu, karena
bahan-bahan tersebut tidak dikehendaki.
Pemisahan bahan-bahan yang tidak dikehendaki ini dapat dilakukan dengan alat
power-shovels, draglines, atau scrapes (penyingkiran bahan-bahan dapat
dipertimbangkan apabila tebal lapisan lebih dari 15 meter).
Bila bahan-bahan ini tidak terlalu banyak jumlahnya, cukup dilakukan
pencucian.
Penggalian bahan yang keras dapat dilakukan dengan peledakan (blasting).
Setelah digali, agregat diangkut dengan kereta api, truk, atau ban berjalan (belt
conveyor) ketempat pengolahan agregat.
Bahan-bahan yang merusak kemudian dibuang, salah satunya adalah dengan
pencucian bahan baku.
Proses selanjutnya adalah memperkecil ukuran agregat dengan menggunakan
alat pemecah batu.
Untuk menentukan ukuran dari agregat, agregat kasar disaring menggunakan
saringan bergetar, sedangkan agregat halus disaring dengan saringan hidrolik.
Dalam proses penyaringan, sekitar 70 % dari bahan yang disaring harus lolos
ehingga efesiensi serta kapasitas yang tinggi dapat dicapai.
2.5 J E N I S – J E N I S A G R E G A T
Agregat
Batu
pengolahan
Pasi
Agregat
pengolahan
Agregat
Agregat
Agregat
Tanpa
Kerikil
Pasir
Tanpa Normal
Ringan
Berat
JENIS-JENIS
pengolahan
an
pengolahan
rbatuan
Buatan
batuan
Buatan
Alam
AGREGAT
Laut
Gun
Sun
Bek
Met
Enddengan
batuan
dengan
batuan
panas
amo
dengan
ung
apa
gai
udengan
panas (terak,
panas
nbat
panas
(rf
batu tulis,
(klinker
lempeng, batu
lempeng
kapur,
batubatu
tulis,skoria
apung
hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan penggunaan agregat dalam campuran
beton ada lima, yaitu (landgren, 1994):
1. Volume udara
Udara yang terdapat dalam campuran beton akan mempengaruhi proses
pembuatan beton, terutama setelah terbentuknya pasta semen.
2. Volume padat
Kepadatan volume agregat akan mempengaruhi berat isi dari beton jadi.
3. Berat jenis agregat
Berat jenis agregat akan mempengaruhi proporsi campuran dalam berat sebagai
control.
4. Penyerapan
Penyerapan berpengaruh pada berat jenis.
5. Kadar air permukaan agregat
Kadar air permukaan agregat berpengaruh pada pengguaan air saat
pencampuran.
2.5.1 J e n i s A g r e g a t B e r d a s a r k a n B e r a t
A. Agregat normal
Dihasilkan dari pemecahan batuan dengan quarry atau langsung dari
sumber alam. Agregat ini biasanya berasal dari granit, basalt, kuarsa
dan sebagainya. Berat jenis rata-ratanya adalah 2.5 – 2.7 atau tidak
boleh kurang dari 1.2 kg/dm3. Beton yang dibuat dengan agregat
normal adalah beton normal, yaitu beton yang dibuat dengan isi 2.200 -
2.500 kg/m3 (SK. SNI.T-15-1990:1). Kekuatan tekannya sekitar 15-40
Mpa. Ketentuan dan persyaratan dari SII.0052-80 “Mutu Dan Cara Uji
Agregat Beton” harus dipenuhi. Bila tidak tercakup dalam SII.0052-80,
maka agregat harus memenuhi ketentuan ASTM C-33, “ Specification
For Concrete Aggregates”(PB-89, 1989:9).
B. Agregat ringan
Digunakan untuk menghasilkan beton yang ringan dalam sebuah
bangunan yang memperhitungkan berat dirinya. Agregat ringan
digunakan dalam bermacam produk beton, misalnya bahan-bahan
untuk isolasi atau lahan untuk pra-tekan. Agregat ini paling banyak
digunakan untuk beton-beton pra-cetak. Beton yang dibuat dengan
agregat ringan mempunyai sifat tahan api yang baik. Kelemahannya
adalah ukuran pori pada beton yang dibuaat dengan agrergat ini besar,
sehingga penyerapannya besar pula. Jika tidak diperhatikan hal ini akan
menyebabkan beton yang dihasilkan menjadi kurang baik kualitasnya.
Agregat ringan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang dihasilkan
melalui pembekahan (expanding) dan yang dihasilkan dari pengolahan
bahan alam. Disarankan agar penakarannya menggunakan volume.
Berat isi agregat ini berkisar 350-880 kg/m3 untuk agregat kasarnya
dan 750-1200 kg/m3 untuk agregat halusnya. Campuran kedua agregat
tersebut mempunyai berat isi maksimum 1040 kg/m3. Agregat ringan
yang digunkan dalam campuran beton harus memenuhi syarat mutu
dari ASTM C-330, ” Specification For Lighweight Agragates For
Structural Concrete”.
C. Agregat berat
Agregat berat mempunyai berat jenis lebih besar dari 2.800 kg/m3.
Contohnya adalah magnetic (fe304), barites (BaSO4), dan serbuk besi.
Berat jenis beton yang dihasilkan dapat mencapai 5 kali berat jenis
bahannya. Beton yang dibuat dengan agragat ini biasanya digunakan
sebagai pelindung dari radiasi sinar-X.
2.5.2 J e n i s A g r e g a t B e r d a s a r k a n B e n t u k
1. Agregat Bulat
Agregat ini terbentuk karena terjadinya pengikisan oleh air atau
keseluruhannya terbentuk karena pergeseran. Rongga udaranya
minimum 33%, sehingga rasio luas permukaannya kecil. Beton yang
dihasilkan dari agregat ini kurang cocok untuk struktur yang
menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi, karena ikatan
antar agregat kurang kuat.
3. Agregat Bersudut
Agregat ini mempunyai sudut-sudut yang Nampak jelas, yang
terbentuk ditempat-tempat perpotongan bidang-bidang dengan
permukaan kasar. Rongga udara pada agregat ini berkisar antara 38%-
40%, sehingga membutuhkan lebih banyak lagi pasta semen agar
mudah dikerjakan. Beton yang dihasilkan dari agregat ini cocok untuk
struktur yang menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi
karena ikatan antar agregatnya baik (kuat). Agregat ini dapat juga
digunakan untuk bahan lapis perkerasan (rigid pavement).
4. Agregat Panjang
Agregat ini panjangnya >lebarnya>tebalnya. Agregat disebut panjang
jika ukuran terbesarnya lebih dari 9/5 ukuran rata-rata. ukuran rata-
rata adalah ukuran ayakan yang meloloskan dan menahan butiran
agragat. Sebagai contoh, agregat dengan ukuran rata-rata 15 mm, akan
lolos ayakan 19mm dan tertahan oleh ayakan 10mm. Agregat ini
dinamakan panjang jika ukuran terkecil butirannya lebih kecil dari 27
mm (9/5 x 15mm). Agregat jenis ini akan berpengaruh buruk pada
mutu beton yang akan dibuat. Agregat jenis ini cenderung berada
dirata-rata air sehingga akan terdapat rongga dibawahnya. Kekuatan
tekan dari beton yang menggunakan agragat ini buruk.
5. Agregat Pipih
Agregat disebut pipih jika perbandingan tebal agregat terhadap ukuran-
ukuran lebar dan tebalnya lebih kecil. Agregat pipih sama dengan
agregat panjang, tidak baik untuk campuran beton mutu tinggi.
Dinamakan pipih jika ukuran terkecilnya kurang dari 3/5 ukuran rata-
ratanya. Untuk contoh diatas agregat disebut pipih jika lebih kecil dari
9mm. Menurut (Galloway, 1994) agregat pipih mempunyai
perbandingan antara panjang dan lebar dengan ketebalan dengan rasio
1:3 yang dapat digambarkan sama dengan uang logam.
2.5.3 J e n i s A g r e g a t B e r d a s a r k a n T e k s t u r P e r m u k a
an
Umumnya agregat dibedakan menjadi kasar, agak kasar, licin, agak licin.
Berdasarkan pemeriksaan visual, tekstur agregat dapat dibedakan menjadi
sangat halus (glassy), halus, granular, kasar, berkristal (crystalline),
berpori, dan berlubang-lubang. Secara numerik belum dipakai untuk
menentukan definisi dari susunan permukaan agregat. Permukaan yang
kasar akan menghasilkan ikatan yang lebih baik jika dibandingkan dengan
permukaan agregat yang licin. Jenis lain dari permukaan agregat adalah
mengkilap dan kusam.
Ukuran susunan agregat tergantung dari kekerasan, ukuran molekul,
tekstur batuan dan besarnya gaya yang bekerja pada permukaan butiran
yang telah membuat licin atau kasar permukaan tersebut. Secara umum
susunan permukaan ini sangat berpengaruuh pada kemudahan pekerjaan.
Semakin licin permukaan agregat akan semakin sulit beton untuk
dikerjakan. Jenis agregat berdasarkan tekstur permukaannya dapat
dibedakan sebagai berikut:
2. Berbutir (granular)
Pecahan agregat jenis ini berbentuk bulat dan seragam.
3. Kasar
Pecahan kasar dapat terdiri dari batuan berbutir halu atau kasar yang
mengandung bahan-bahan berkristal yang tidak dapat terlihat dengan
jelas melalui pemeriksaan visual.
4. Kristalin (crystalline)
Agregat jenis ini mengandung Kristal-kristal yang nampak dengan
jelas melalui pemeriksaan visual.
2.5.4 J e n i s A g r e g a t B e r d a s a r k a n U k u r a n B u t i r N o
minal
2. Agregat kasar
ialah agregat yang semua butirnya tertinggal diatas ayakan berlubang
4.8mm (SII.0052,1980) atau 4.75mm (ASTM C33,1982) atau 5.0mm
(BS.812,1976).
2.5.5 J e n i s A g r e g a t B e r d a s a r k a n G r a d a s i
BRITISH
STANDARD, STANDAR
STANDAR ISO ASTM E11
BS-812 JERMAN
(BS.410,1976)
128 100 mm - -
64 mm 90 mm - -
- 75 mm 75 mm -
- 63 mm 63 mm 63 mm
- 50 mm 50 mm -
32 mm 37.5 mm 37.5 mm 31.5 mm
- 25 mm 28 mm -
16 mm 19 mm 20 mm 16 mm
- 12.5 mm 14 mm -
8 mm 9.5 mm 10 mm 8 mm
4 mm 4.75 mm 5.0 mm 4 mm
2 mm 2.36 mm 2.36 mm 2 mm
1 mm 1.18 mm 1.18 mm 1 mm
500 µm 600 µm 600 µm 500 µm
250 µm 300 µm 300 µm 250 µm
125µm 150 µm 150 µm -
62µm 75 µm 75 µm -
b. GRADASI MENERUS
Didefinisikan jika agregat yang semua ukuran butirnya ada dan
terdistribusi dengan baik. Agregat ini lebih sering dipakai dalam
campuran beton. Untuk mendapatkan angka pori yang kecil dan
kemampatan yang tinggi sehingga terjadi interlocking yang baik,
campuran beton membutuhkan variasi ukuran butir agregat.
Dibandingkan dengan gradasi sela atau seragam, gradas menerus
adalah yang paling baik.
c. GRADASI SERAGAM
Agregat yang mempunyai ukuran yang sama didefinisikan sebagai
agregat seragam. Agregat ini terdiri dari batas yang sempit dari ukuran
fraksi, agregat dengan gradasi ini biasanya dipakai unutk beton ringan
yaitu jenis beton tanpa pasirv(nir-pasir), atau untuk mengisi agregat
dengan gradasi sela, atau untuk campuran agregat yang kurang baik
atau tidak memenuhi syarat.
2.6 K E K U A T A N A G R E G A T
Kekuatan beton tidak lebih tinggi dari kekuatan agregat, oleh karena itu sepanjang
kekuatan tekan agregat lebih tinggi dari beton yang akn dibuat maka agregat
tersebut masih cukup aman digunakan sebagai campuran beton.
Pada kasus-kasus tertentu, beton mutu tinggi yang mengalami konsentrasi tegangan
lokal cenderung mempunyai tegangan lebih tinggi daripada kekuatan seluruh beton.
Dalam hal ini kekuatan agregat menjadi kritis.
2.6.1 F a k t o r – f a k t o r y a n g m e m p e n g a r u hi k e k u a t a n a g r e
gat
Kekuatan agregat dapat bervariasi dalam batas yang besar. Butir-butir agregat
dapat bersifat kurang kuat karena dua hal, yaitu:
a. Karena terdiri dari bahan yang lemah atau terdiri dari partikel yang kuat
tetapi tidak baik dalam hal pengikatan (interlocking).
Granite misalnya, terdiri dari bahan yang kuat dan keras yaitu kristal
Quards dan Feldspar, tetapi bersifat kurang kuat dan modulus elastisitasnya
lebih rendah daripada gabbros dan diabeses. Hal ini terjadi karena butir-
butir granit tidak terikat dengan baik.
b. Porositas yang besar.
Porositas yang besar mempengaruhi keuletan yang menentukan ketahanan
terhadap beban kejut.
Kekerasan dengan
bejana geser Los
Kekerasan dengan bejana Rudelloff,
Kelas dan mutu Angelos, bagian
bagian hancur menembus ayakan
beton hancur menembus
2mm, persen (%)maksimum.
ayakan 1.7mm,
%maks.
Fraksi butir Fraksi butir
9.5-19 mm 19-30 mm
(1) (2) (3) (4)
Beton kelas I dan 22-30 24-32 40-50
mutu B0 dan B1
Untuk mengetahui nilai Los Angelos, silinder diputar dengan kecepatan 30-33
rpm. Pengujian ini nampak lebih memuaskan jika dipakai untuk menguji agregat
normal. Caranya dengan mengukur butiran yang pecah pada akhir putaran ke-
100 kali yang pertama dibandingkan dengan putaran ke-500. Umumnya jika
butiran yang pecah pada akhir ke-100 sudah lebih besar dari 20% (SNI memberi
nilai batas 27%)daripada ke-500 dianggap bagianyang lunak sudah terlalu
banyak.
Cara lainnya dengan melakukan uji keuletan (toughness) caranya diberi
beban dengan sebuah mesin kejut (crushing value) dimana nilai kejut ini
biasanya berhubungan dengan kekerasan agregat. Uji kejut dilaksanakan dengan
menggunakan silinder baja dengan diameter dan tebal 25 cm yang dijatuhi
hammer seberat 2kg, dengan tinggi jatuh mulai dari 1 cm dan kelipatannya. Nilai
kejut yang baik lebih besar dari 19, sedangkan nilai yang kurang dari 13
dianggap jelek. Uji kuat tekan pada campuran beton dapatjuga digunakan untuk
mengukur kekuatan agregat yaitu dengan embuat kubus ukuran 50-200 mm yang
kemudian diberi tekanan dengan menggunakan mesin tekan sampai pecah.
Sifat-Sifat Agregat Dalam Campuran Beton
Sifat-sifat agregat sangat berpengaruh pada mutu campuran beton. Sifat-
sifat ini harus kita ketahui dan pelajari agar dapat mengambil tindakan yang
positif dalam megatasi masalah yang timbul. Agregat yang digunakan
diindonesia harus memenuhi syarat SII 0052-80, “Mutu dan Cara Uji Agregat
Beton” dan dalam hal-hal yang tidak termuat dalam SII 0052-80 makaagregat
tersebut harus memenuhi syarat dan ketentuan yang diberikan oleh ASTM C-33-
82, “Standard Specification For Concrete Aggregates” (ulasan PB, 1989:14).
A. SERAPAN AIR
Serapan air dihitung dari banyaknya air yang mampu diserap oleh agregat
pada kondisi jenuh permukaan kering (JPK), atau saturated surface dry (SSD),
kondisi ini merupakan :
a. Keadaan kebasahan agregat yang hampir sama dengan agregat dalam
beton, sehingga agregat tidak akan menambah maupun mengurangi air
dari pastanya.
b. Kadar air di lapangan lebih banyak mendekati kondisi SSD daripada
kondisi kering tungku.
Resapan efektif dinyatakan dengan banyaknya jumlah yang diperlukan
agregat dalam kodisi kering udara (Wku) menjadi SSD (WSSD), rumusnya
adalah:
Ref =WSSD-WKUWSSD×100%
Resapan efektif (Ref) dipakai untuk menghitung berat air yang akan
diserap (Wsr) oleh agregat (Wag)dalam adukan beton, yaitu dengan rumus
:
Wsr= Ref.Wag
Wtam=Akel.Wag
B. KADAR AIR
Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam suatu agregat.
Kadar air agregat dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
1) Kadar air kering tungku, yaitu keadaan yang benar-benar tidak berair.
2) Kadar air kering udara, yaitu kondisi agregat yang permukaannya
kering tetapi megandung sedikit air dalam porinya dan masih dapat
menyerap air.
3) Jenuh kering permukaan (JPK), yaitu keadaan dimana tidak air di
permukaan agregat , tetapi masih dapat menyerap air. Dalam kondisi
ini air dalam agregat tidak akan menambah atau mengurangi air pada
campuran beton.
4) Kondisi basah, yaitu kondisi dimana butir-butir agregat banyak
mengandung air, sehngga akan menyebabkan penambahan pada kadar
air campuran beton.
Dari keempat kondisi tersebut hanya dua kondisi yang sering dipakai, yaitu
kering tungku dan kondisi SSD. Kadar air biasanya dinyatakan dalam
presentase dan dapat dihitung sebagai berikut :
Persen butiran yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir maksimum
40 mm
Lubang ayakan
kurva 1 kurva 2 kurva 3 kurva 4
(mm)
38 100 100 100 10
0
19 50 59 67 75
9.6 36 44 52 60
4.8 24 32 40 47
2.4 18 25 31 38
1.2 12 17 24 30
0.6 7 12 17 23
0.3 3 7 11 15
0.15 0 0 2 5
Persen butiran yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir maksimum30
mm
Lubang
kurva kurva kurva
ayakan
1 2 3
(mm)
38 100 100 100
19 74 86 93
9.6 47 70 82
4.8 28 52 70
2.4 18 40 57
1.2 10 30 46
0.6 6 21 32
0.3 4 11 19
0.15 0 1 4
Persen butiran yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir
maksimum20 mm
Lubang ayakan
(mm) kurva 1 kurva 2 kurva 3 kurva 4
0.15 0 0 0 2
0.3 2 3 5 12
0.6 9 14 21 27
1.2 16 21 28 34
2.4 23 28 35 42
4.8 30 35 42 48
9.6 45 55 65 75
19 100 100 100 100
38 100 100 100 100
Persen butiran yang lewat ayakan (%) untuk agregat dengan butir
maksimum10 mm
Lubang ayakan
(mm) kurva 1 kurva 2 kurva 3 kurva 4
38 100 100 100 100
19 100 100 100 100
9.6 100 100 100 100
4.8 30 45 60 75
2.4 20 33 46 60
1.2 16 26 37 46
0.6 12 19 28 34
0.3 4 8 14 20
0.15 0 1 3 6
Penyelesaian :
Tabel 4.11.b Contoh Hitungan MHB Agregat Kasar
Lubang Berat Tertinggal
(gram) (persen) Kumulatif(%)
Ayakan (mm)
(1) (3) (4) (5)
38 0 0 0
19 0 0 0
9.6 0 0 0
4.8 50 5.00 5.00
2.4 75 7.50 12.50
1.2 190 19.00 31.50
0.6 220 22.00 53.50
0.3 290 29.00 82.50
0.15 155 15.50 98.00
Sisa 20 2.00 --
1000 gr 100% 283.00
Jadi MHB pasir dapat di hitung, yaitu persen kumulatif di bagi seratus persen, yaitu =
283.000/100 = 2.83
Tabel 4.11.b Contoh Hitungan MHB Agregat Kasar
Lubang Berat Tertinggal
(gram) (persen) Kumulatif (%)
Ayakan (mm)
(1) (2) (6) (7)
38 0 0 0
19 0 0 0
9.6 640 64.00 64.00
4.8 270 27.00 91.00
2.4 90 9.00 100.00
1.2 0 0.00 100.00
0.6 0 0.00 100.00
0.3 0 0.00 100.00
0.15 0 0.00 100.00
Sisa 0 0.00 ---
1000 gr 100% 655.00
Jadi MHB pasir dihitung, yaitu persen kumulatif dibagi seratus persen, yaitu =
655.00/100 = 6.55
Untuk menghitung agregat campuran agar masuk dalam gradasi yang disyaratkan
berdasarkan nilai MHB, dapat dilakukan langkah-langkah percampuran sebagai berikut
(Tabel 4.11) :
1. Hitung masing-masing MHB untuk agregat yang akan dicampur, yakni kolom 5
dan kolom 7, (table 4.11.a dan Tabel 4.11.b)
2. Tetapkan nilai MHB campuran, misalnya ditetapkan nilai MHB campuran
sebesar 5.5
3. Hitung persentase agregat halus terhadap campuran dengan W = (K-C)/(C-
P)x100%
4. Hitung persentase untuk masing-masing ayakan
5. Plotkan hasil hitungan tersebut dalam table
6. Jika tidak masuk, ulangi kembali langkah 3
Penyelesaian :
Dari Tabel 4.11.a dan 4.11.b didapat nilai MHB agregat kasar (K) = 6.55 dan MHB
agregat halus (P) = 2.83 dan MHB campuran ditetapkan (C) = 5.5 (diasumsikan
sekitar 5.0-7.0)
Persentase agregat halus terhadap campuran adalah
(6.55-5.5)/(5.5-2.83)x100% = 39.32% dibulatkan menjadi 40%.
Jadi, perbandingan antara agregat halus dengan agregat kasar adalah 1:1.5.
Selanjutnya hitungan ditabelkan (langkah 4)
Tabel 4.12 Contoh Hitungan
Berat Berat Berat Butiran Lolosan(%)
Tertingg Lolos
al (gram
(gram) )
Ayaka Ag.K Ag.H P K %P %K 1xP 1 (8)+(9 (10)/(P
n (K) (P) .5x ) +K)
(mm) P
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
38 0 0 1000 1 100 100 100 100 250 100
19 0 0 1000 000 100 100 100 100 250 100
9.6 640 0 1000 1 100 36 36 100 154 62
000
4.8 270 50 950 95 9 9 95 108.5 43
360
2.4 90 75 875 8 0 0 8 87.5 35
90 7.5 7.5
1.2 0 190 685 0 0 68.5 27
0 6 6
0.6 0 220 485 0 0 46.5 19
0 8.5 8.5
0.3 0 290 175 0 0 17.5 7
0 4 4
0.15 0 155 20 0 0 2.0 1
0 8.5 8.5
Sisa 0 20 0 0 0 0.0 0
0 1 1
7.5 7.5
0
2.0 2.0
0 0
1000 1000 - - - - - - - -
2.5.1 K e t a h a n a n K i m i a
Pada umumnya beton tidak tahan terhadap seringan kimia. Ada beberapa
bahan kimia yang bereaksi dengan beton, tetapi dua bentuk yang biasa
dijumpai yang menyerang terhadap beton yaitu serangan alkali dan
serangan sulfat.
1. Ketahanan alkali
Beberapa jenis agregat ini mengandung silica reaktif sepeti
cherts, batu kapur yang mengandung silica dan beberapa jenis batuan
vulkanikdapat bereaksi dengan alkali yang berbeda dalam semen dan
membentuk gel-silica yang suasananya basa. Apabila terjadi hal yang
demikian maka agregat tersebut mengembang dan membengkak dan
menyebabkan timbulnya retak-retak serta penguraian beton yang
bersangkutan.
Ca (OH)2 dalam pasta semen yang telah mengeras dapat larut dalam air,
terutama bila terdapat (CO)2. Jadi bilamana beton dalam masa pelayanan
dilalui aliran air dan menyerapnya, Ca (OH)2 dalam semen berpindah dan
tersaring keluar. Hal ini dapat merugikan beton karena keawetan beton
akan berkurang. Peristiwa ini sering di jumpai di bangunan hidrolik
dimana terdapat bagian yang retak, retak-retak dan berpori yang dapat
dilalui oleh aliran air.
Pencegahan yang paling mudah yaitu dalam pemilihan agregat dan usaha
perawatan untuk mengurangi susut beton. Cara lainya yaitu dengan
membubuhkan bahan teras yang halus kedalam campuran beton yang
bersangkutan. Bahan teras ini efektif dalam mengurangi kadar alkali
dalam beton.
2. Ketehanan sulfat
Hampir semua larutan sulfat beraksi dengan Ca (OH)2 dan (C3A)
dari semen yang berdehidrasi untuk membentuk senyawa kalsium sulfat
dan kalsium sulfoaluminat. Dalam hal ini kalsium sulfat dan magnesium
adalah yang paling reaktif dalam suasana basa dijumpai secara luas
dalam tanah,. Tidak seperti kalsium hidroksida, senyawa-senyawa kimia
ini tidak dapat larut dalam air. Meskipun demikian, voloumnya lebih
besar dari pada senyawa-senyawa pasta semen sehingga beton yang telah
mengeras ini memberikan konstribusi yang tidak sedikit bagi kehancuran
struktur.
2.5.2 K e k e k a l a n
Kekekalan agregat dapat diuji dengan menggunakan larutan kimia untuk
memeriksa reaksinya pada agregat (PB 89,1990). Agregat harus memenuhi
syarat seperti yang tercantum dalam SII.0052-80 “Mutu dan Cara Uji
agregat beton” untuk beton normal atau yang memenuhi syarat ASTM
C.33-86, “Standard Specification for Concrete Aggregates” . Syarat mutu
untuk agregat normal adalah sebagai berikut :
(1) Agregat halus jika di uji dengan larutan garam sulfat ( natrium
sulfat,NaSO4), bagiannya yang hancur maksimum 10% dan jika diuji dengan
magnesium sulfat (MgSO4) bagiannya yang hancur maksimum 15%.
(2) Agregat kasar jika diuji dengan larutan garam sulfat (natrium sulfat,
NaSO4), bagiannya yang hancur maksimum 12% dan jika diuji magnesium
sulfat (MgSO4) bagiannya yang hancur maksimum 18%.
2.5.3 P e r u b a h a n V o l u m e
2.5.5 Ba h a n – B a h a n L a i n y a n g M e n g g a n g g u
2.6.1 A g r e g a t N o r m a l M e n u r u t S I I . 0 0 5 2
a. Agregat Halus
Modulus halus butir 1.5 sampai 3.8
Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikro (0.074mm)
maksimum 5%
Kadar zat organik yang terkandung yang ditentukan dengan
mencampur agregat halus dengan larutan natrium sulfat (NaSO4) 3%
kekerasan butiran jika dibandingkan dengan kekerasan butiran pasir
pembanding yang berasal dari pasir kuarsa Bangka memeberikan
angka tidak lebih dari 2.20
Kekekalan (jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur
maksimum 10%, dan jika dipakai magnesium sulfat, maksimum
15%)
b. Agregat kasar
Modulus halus butir 6.0 sampai 7.1
Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikro (0.074mm)
maksimum 1%
Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang tembaga
maksimum 5%
Kekekalan jiak diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur
maksimum 12% dan jika dipakai magnesium sulfat bagian yang
hancur maksimum 18%
Tidak bersifat reaktif terhadap alkali jika kadar alkali dalam semen
sebagai Na2O lebih besar dari 0.6%
Tidak mengandung butiran yang panjang dan pipih lebih dari 20%.
2.6.2 A g r e g a t N o r m a l M e n u r u t A S T M C . 3 3
b. Agregat Kasar
Tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika dipakai untuk beton
yang berhubungan dengan basah dan lembab atau yang berhubungan
dengan bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali semen, di mana
penggunaan semen yang mengandung natrium oksida tidak lebih dari
0,6%.
Sifat fisika yang mencakup kekerasan agregat diuji dengan bejana
Los Angeles. Batas ijin partikel yang berpengaruh buruk terhadap
beton dan sifat fisika yang diijinkan untuk agregat kasar. (Limits for
Agregat Deleterious Substances and Physical Requirement of Coarse
Aggregates for Concrete).
2.7 P E N Y I M P A N A N A G R E G A T
Agregat biasanya tidak ditempatkan dalam ruang tertutup tetapi diletakan di
udara terbuka atau stock field. Ada persyaratan yang harus dipenuhi dalam
penyimpanan agregat ini, antara lain :
1. Pengawasan agregat harus dimulai dari saat kedatanganya sampai dengan
pengambilan kembali.
2. Agregat harus ditimbun di atas bak-bak berlantai jika volumenya dibawah 10
kubik meter. Jika volumenya besar, sebaiknya dibuatkan landasan
menggunakan land concrete campuran 1 : 3 : 5 untuk menghindari
tercampurnya tanah dengan agregat pada saat pengembalian.
3. Jika agregat yang ditimbun dalam keadaan kering, terutama untuk agregat yang
ditimbun di stock field, sebaiknya agregat disiram dengan menggunakan
sprinkle (slang air).
4. Agregat diuji secara berkala sebelum digunakan, sebagai kontrol kualitas
bahan.
Sebagai bahan pengganti agregat alami bisa digunakan agregat jenis lain
seperti :
a. Batuh Pecah
Batu pecah merupakan hasil pengelolahan batu dengan stone crusher.
Butiran yang dihasilkan berbentuk tajam sehingga dapat memperkuat
mortar. Batu pecah ini paling sering digunakan untuk pekerjaan struktural.
Ukuran yang dikenal dalam pekerjaan beton adalah ukuran 1020 dan
2030.
2.8.2 A g r e g a t u n t u k h a l – h a l k h u s u s
Untuk bahan yang harus kuat dan awet agregat yang harus digunakan
adalah corundum sintetik (Al2O3) dengan berat isi murni (3.1 - 3.2)
kg/dm3. Selain itu, dapat juga digunakan jenis agregat lain yang keras
seperti batu alam misalnya basalt, terak tanur tinggi dan jenis-jenis
logam.
Agregat yang sangat ringan untuk isolasi terhadap panas atau yang
tahan api adalah perlit, sejenis gelas dari batuan beku (vulkanik)
dengan berat isi sekitar (0.06 - 0.2) kg/dm3, vermiculite dengan berat isi
massa sekitar (0.07 - 0.09) kg/dm3 dan foamglass.
Agregat yang digunakan sebagai perlindungan radiasi adalah jenis
batuan dengan berat isi murni yang tinggi, umpamanya spar (BaSO4)
yang memiliki berat isi murni (4.15 - 4.45) kg/dm3, magnetit, besi
dengan berat isi murni (4.40 - 5.00) kg/dm3 dan baja (dapat berbentuk
pasir atau sebagai butiran-butiran) dengan berta isi murni 6.80-7.60
kg/dm3.
Agregat untuk membuat bahan tahan panas dapat berupa lempung
yang tahan panas dengan titik lembur tinggi, yang terpecah-pecah
menjadi butiran –butiran dengan berbagai macam ukuran. Agregat yang
digunakan dalam pembuatan asbes berasal dari endapan berupa serat-
serat halus yang berasal dari magnesium silikat hidrat. Kayu untuk
panel-panel yang digunakan sebagai bahan bangunan dapat digunakan
sebagai agregat. Tatal serta serutan kayu dapat digunakan sebagai
bahan chip-wood, cement board, dan wood-wool cement board.
2.9 A G R E G A T R I N G A N
Agregat ringan adalah agregat yang mempunyai kepadatan sekitar (300 – 1850)
kg/m3. Agregat ringan biasanya digunakan atas pertimbangan ekonomis dan
struktural.
Esensi agregat ringan adalah agregat yang mempunyai berat jenis yang ringan dan
prioritas yang tinggi, yang dapat dihasilkan dari agregat alam maupun hasil
fabrikasi. Berdasarkan pengertian tersebut ada dua metode untuk membuat beton
ringan menggunakan agregat ringan.
1. Membentuk dengan menggunakan agregat ringan yang porous dan berat jenis
yang kecil, beton yang dibentuk dinamakan beton agregat ringan.
2. Membuat pori yang tinggi pada beton dengan membentuk massa mortar salah
satunya dengan menambah kandungan udara pada beton. Beton yang terbentuk
dinamakan beton hampa udara, beton sellular, foamed or gas concrete.
2.10K L A S I F I K A S I A G R E G A T R I N G A N
Menurut ASTM C.330, agregat ringan ini dapt dibedakan menjadi dua :
1. Agregat yang dihasilkan dari pembekahan (expanding), kalsinasi (calcining),
atau hasil sintering. Misalnya dapur tanur tinggi, tanah liat, diatome, abu
terbang atau (fly ash), lempung atau slate. Agregat ini merupakan agregat
ringan buatan (artificial aggregates).
2. Agregat yang dihasilkan melalui pengolahan bahan alam. Misalnya scoria,
batu apung (pumice) atau tuff. Agregat ini merupakan agregat alam (natural).
a. Aregat Alami
Kelompok pertama agregat ringan alam meliputi jenis-jenis agregat diatomite,
pumice (batu apung), scoria, volcanic cinders and tuff, yang semuanya
termasuk batuan asli vulkanik. Batu apung merupakan batuan berwarna terang
biasanya berwarna seperti ada lapisan kaca dengan berat satuan 500-900
kg/m3. Beton yang menggunakan agregat ini akan mempunyai sifat
penyerapan air dan pengembangan yang cukup tinggi dengan berat beton 700-
1400 kg/m3.
b. Agregat Buatan
Kelompok pertama dari agregat ringan buatan ini adalah agregat yang
berasal dari hasil proses pemanasan, kedua dari hasil pendinginan dan
yang ketiga dari hasil industry cinder.
a. Ekspanded clay, shale, dan slate merupakan hasil residu dari proses
klin (tanur putar) dengan temperatur (1000 - 1200) 0C. Expanded shale
dan agregat clay yang dibuat dengan proses sinter strandme
mempunyai kepadatan 650-900 kg/m3, dan jika menggunakan kiln
yang berputar akan mempunyai kepadatan sekitar (300 - 650) kg/m3 .
Beton yang menggunakan jenis agregat ini akan mempunyai berat isi
sekitar (1400 – 1800) kg/m3 dan kadang-kadang dapat dihasilkan
beton ringan dengan kepadatan 800 kg/m3. Kekuatan tekan beton yang
agregat ini biasanya cukup tinggi, terutama jika digabungkan dengan
jenis agregat ringan yang lainya.
b. Perlite adalah jenis batuan glassy vulkanik dengan berat isi yang
rendah sekitar (30 – 240) kg/m3. Perlite dibuat dari hasil pemanasan
dan proses fusi batuan glassy pada suhu 900-11000C. Beton yang
dibuat akan mempunyai kekuatan tekan yang rendah dan
pengembangan yang tinggi. Beton yang dibuat bisasanya digunakan
untuk tujuan insulator.
c. Vermiculite adalah material yang berstruktur pelat, nama lainya
adalah mica, dengan berat isi yang rendah sekitar (60 - 130) kg/m3.
Pembuatanya melalui proses pemanasan dan proses fusi batuan glassy
pada suhu 650-10000C. Beton yang dibuat akan mempunyai kekuatan
tekan yang rendah dan pengembangan yang tinggi, biasanya
digunakan untuk tujuan insulator (penahan panas).
d. Expanded blast-furnace slag dihasilkan dengan dua cara. Pertama,
yaitu mencampurkan bahan batuan dengan air kemudian dilakukan
pembakaran. Misalnya tanah liat bakar. Tanah liat dengan kadar air
tertentu dibuat berbutir sekitar (5 – 20) mm, kemudian di bakar.
Hasilnya berbentuk bola ringan dan berpori. Serapan airnya sekitar (8
– 20) %. Beton dengan agregat ini berat jenisnya 1900 kg/m3. Kedua,
dengan cara penguapan (steam) batuan-batuan yang dihasilkan seperti
batu apung. Batuan expanded biasanya mempunyai berat isi sekitar
(300 – 1100) kg/m3, bergantung pada proses pendinginannya dan
derajat pembentukan partikel serta ukuran dan gradasinya.
e. Clinker aggregate nama lainya adalah cinder, merupakan hasil proses
pembakaran pada industri pada temperatur yang sangat panas. Beton
yang menggunakan agregat ini cenderung tidak tahan terhadap sulfat
dan kehilangan panas yang tinggi. Peraturan standar tidak
merekomendasikan beton yang menggunakan agregat ini digunakan
untuk beton bertulang. Beton yang menggunakan clinker cenderung
lebih awet. Jika digunakan sebagai agregat halus atau agregat kasar
beton yang dihasiklan akan mempunyai berat isi sekitar (1100 – 1400)
kg/m3. Untuk meningkatkan kemudahan pekerjaan agregat ini sering
digabung dengan pasir alam, akan tetapi berat isi betonnya akan
meningkat menjadi (1750 – 1850) kg/m3.
f. Agregat abu terbang (sintered fly-ash aggregates) merupakan produk
sisa dari hasil pembakaran PLTU yang mengeras dan membentuk
butir-butir seperti kerikil. Beton yang dibuat dari agregat jenis ini akan
mempunyai kuat tekan yang cukup baik. Berat isi beton yang
menggunakan agregat ini sekitar 1000 kg/m3, Jika menggunakan
fraksi agregat halusnya lebih banyak akan menghasilkan beton dengan
berat isi 1200 kg/m3.
g. Pecahan bata atau genteng dibuat dari pecahan bata atau genteng dan
masih sering dipakai. Secara umum masih belum dipakai, namun
peneliti sudah banyak meneliti tentang agregat jenis ini untuk
dipergunakan dalam campuran beton. Sifat agregat ini sangat
bergantung pada bahan dasarnya yakni dari tanah liat, yang
menyebabkan variasi dari agregat yang dibentuknya. Pecahan dari
bahan ini yang halus bersifat :
1. Seperti pasir
2. Sedikit menaikan kekuatan mortar
3. Menaikan sifat hidrolisis dari mortar
h. Herculite atau hydite merupakan hasil dari pembuatan shale yang
dimasukkan dalam tungku putar pada suhu 1100 0C. Gas dalam shale
mengembang membentuk jutaan sel kecil udara dalam massa yang
dikelilingi oleh slaput tipis air yang kuat dan bening. Agregat ini
dipakai untuk menggantikan agregat yang dipakai pada pekerjaan
struktural. Berat jenis yang dihasilkan sekitar 23 beton biasanya,
dengan kuat tekan yang hampir sama pada jumlah semen yang sama.
Beton yang dibuat akan mempunyai ketahanan tinggi terhadap panas,
sehingga biasanya digunakan untuk dinding penahan panas, lapisan
tahan api untuk baja struktural, selain itu mempunyai sifat meredam
suara yang baik.
i. Kemungkinan pemakaian benda limbah padat buangan sebagai
bahan pengganti dimana akhir - akhir ini banyak dibicarakan, hal ini
sebenarnya bukan merupakan konsep yang baru. Limbah padat ini
dapat berupa kaleng-kaleng bekas, juga bahan-bahan bekas bongkaran
bangunan, maupun sampah padat dari hasil limbah industri ataupun
rumah tangga. Sebelum barang ini dipakai sebaiknya ditinjau dari sisi
ekonomi apakah menguntungkan dibanding dengan memakai agregat
alami, dan juga mempertimbangkan hasil dari sisi tekniknya,
kemudahan pengerjaanya dan terutama hasil akhir dari kekuatan
betonya.
j. Agregat yang digunakan untuk pembuatan asbes adalah bahan yang
berasal dari magnesium silikat hydrat. Untuk keperluan ini dipakai
tatal serta serutan kayu sebagai bahan chip-wood cement board, dan
wood-wool cement board.
2.11 P E R S Y A R A T A N A G R E G A T R I N G A N S T R U K T U R A L
MENURUT ASTM C.330
2.12 K E K U A T A N T E K A N A G R E G A T R I N G A N
Kekuatan tekan hasil uji beton yang menggunakan agregat ringan diambil
berdasarkan rata-rata tiga benda uji. Prosedur pembuatan beton dan pengambilan
contoh untuk pembuatan beton yang menggunakan agregat ringan harus sesuai
dengan syarat SNI ataupun syarat lainnya yang sesuai dengan ketentuan. Rata-
rata kekuatan tekan minimum yang harus dimiliki beton yang menggunakan
agregat ringan didasarkan atas berat isi kering maksimum.
Telah kita ketahui bersama agregat merupakan komponen penyusun beton yang
digunakan untuk membuat volume stabil. Selain itu, sifat mekanik dan fisik dari agregat
san gat berpengaruh tehadap sifat-sifat beton yang dihasilkan, seperti kuat tekan,
kekuatan, durabilitas, berat, dll. Kegunaan agregat pada beton adalah:
Agregat alami dapat diperoleh dari proses pelapukan dan abrasi serta pemecahan pada
batuan induk yang lebih besar. Agregat yang baik untuk digunakan adalah agregat yang
menyerupai bentuk kubus atau bundar, bersih, keras, kuat, bergradasi baik dan stabil
secara kimiawi.
Pada umumnya kandungan agregat (kasar, sedang dan halus) meliputi 60% ~
75% dari Volume beton.
Dalam perancangan concrete mix, faktor kelembaban cukup penting karena
berkaitan dengan w/c – ratio.