You are on page 1of 0

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai dengan usia 4 minggu, biasanya lahir pada
usia kehamilan 38 minggu sampai 42 minggu(Wong, 2003).
Bayi baru lahir harus memenuhi sejumlah tugas perkembangan untuk memperoleh dan
mempertahankan eksistensi fisik secara terpisah dari ibunya. Perubahan fisiologis dan
psikososial yang besar yang terjadi pada saat bayi lahir memungkinkan transisi dari
lingkungan intrauterin ke lingkungan ekstrauterin, Perubahan ini menjadi dasar
petumbuhan dan perkembangan kemudian hari (Bobak, 2005).
B. ADAPTASI FISIOLOGIS
Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadi
mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula
berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala
kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu)
yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk
memenuhinya. Saat dilahirkan, bayi baru lahir memiliki prilaku dan kesiapan interaksi
social(Bobak, 2005).
Perubahan- perubahan yang akan terjadi pada bayi di bagi menurut karakteristik, antara
lain: (Bobak, 2005)
1. Karakteristik Biologis
a. Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardio vaskuler mengalami perubahan yang mencolok setelah bayi lahir.
Foramen ovale, diuktus arterosus, dan duktus venosus menutup . arteri umbilikalis,
dan arterihepatika menjadi ligamen. Napas pertama yang dilakukan bayi baru lahir
membuat paru-paru mengalir. Tekanan arteri pulmonari menurun. Rangkain pristiwa
besar ini merupakan mekanisme besar yang menyebabkan tekanan arteri kanan
menurun. Aliran darah pulmoner kembali meningkat ke jantung dan masuk ke
jantunmg bagian kiri, sehingga tekanan atrium kiri meningkat. Perubahan tekanan ini
menyebabkan foramen ovale menutup. Selama beberapa hari pertama kehidupan,
6
tangisan dapat mengembalikan aliran darah melalui foramen ovale untuk sementara
dan mengakibatkan sianosis ringan.
Frekuensi denyut jantung bayi rata-rata 140 kali/menit saat lahir, dengan variasi
berkisar antara 120 sampai 160 kali/menit. Frekuensi saat bayi tidur berbeda dari
frekuensi saat bayi bangun. Pada usia satu minggu, frekuensi denyut jantung bayi
rata-rata ialah 128 kali/menit saat tidur dan saat bangun 163 kali/menit. Pada usia satu
bulan frekuensi138 kali/menit saat tidur dan 167 kali/menit saat bangun. Aritmia sinus
(denyut jantung yang tidak teratur ) pada usia ini dapat dipersepsikan sebagai suatu
fenomena fisiologis dan sebagai indikasi fungsi jantung yang baik.
Tekanan darah sistolik bayi baru lahir ialah 78 dan tekanan diastolik rata-rata ialah 42.
tekanan darah berbeda dari hari ke hari selama bulan pertama kehamilan. Tekanan
darah sistolik bayi sering menurun (sekitar 15 mmHg ) selama satu jam pertama
setelah lahir. Menangis dan bergerak biasanya menyebabkan peningkatan tekanan
darah sistolik.
Volume darah bayi baru lahir bervariasi dari 80 sampai 110 ml/kg selama beberapa
hari pertama dan meningkat dua kali lipat pada akhir tahun pertama. Secara
proporsional, bayi baru lahir memilki volume darah sekitar 10 % lebih besar dan
memilki jumlah sel darah mertah hamper 20 % lebih banyak daripada orang dewasa.
Akan tetapi, darah bayi baru lahir mengandung volume plasma sekitar 20 % lebih
kecil bila dibandingkan dengan kilogram berat badan orang dewasa. Bayi premature
memilki volume darah yang relative lebih besar daripada bayi baru lahir cukup bulan.
Hal ini disebabkan bayi prematur memilki proporsi volume plasma yang lebih besar,
bukan jumlah sel darah merah yang lebih banyak (Bobak, 2005)
b. Sistem Hematopoesis
Saat bayi lahir, nilai rata-rata hemoglobin (Hb), hematokrit dan Sel darah merah
(SDM) lebih tinggi dari nilai normal orang dewasa. Hemaglobin bayi baru lahir
berkisar antara 14,5 sampai 22,5 g/dl. Hematokrit bervariasi dari 44% sampai 72%
dan hitung SDM berkisar antara 5 sampai 7,5 juta/mm
3
. Secara berturut-turut,
hemoglobin dan sel darah merah menurun sampai mencapai kadar rata-rata 11 sampai
17 g/dl dan 4,2 sampai 5,2 /mm
3
pada akhir bulan pertama. Darah bayi baru lahir
mengandung sekitar 80% hemoglobin janin. Persentasi hemoglobin janin menurun
sampai 55% pada minggu kelima dan sampai 5 % umur sel yang mengandung
hemodlobin janin lebih pendek.
Leukosit janin dengan nilai hitung sel darah putih sekitar 18.00/mm
3
merupakan nilai
normal saat bayi lahir.Jumlah leukosit janin, yang sebagian besar terdiri dari polimorf
ini meningkat menjadi 23.000 sampai 24.000 mm
3
pada hari pertama setelah bayi
lahir. Golongan darah bayi lahir ditentukan pada awal kehidupan janin. Akan tetap,
selama periode neonatal terjadi peningkatan kemampuan aglutinogen membrane sel
darah merah secara bertahap. Hitung thrombosis dan agregasi thrombosis sama
penting, baik bayi baru lahir maupun bagi orang dewasa. Kecendrungan pendarahan
pada bayi baru lahir jarang terjadi pembekuan darah cukup untuk mencegah pendarahan
hanya terjadi difisiensi vitamin K(Bobak, 2005).
c. Sistem Pernapasan
Penyesuaian paling kritis yang harus di alami bayi baru lahir ialah penyesuaian sistem
pernafasan. Paruparu bayi cukup bulan mengandung sekitar 20 ml cairan/kg. Pola
pernafasan tertentu menjadi karakteristik bayi baru lahir normal yang cukup bulan.
Setalah pernafasan mulai berfungsi, nafas bayi menjadi dangkal dan tak teratur,
berfariasi dari 30 sampai 60 x/menit. Disertai apnea singkat (kurang dari 15 detik).
Periode apnea singkat ini paling sering terjadi selama siklus tidur aktif (Rapid Eye
Movement/REM). Durasi dan frekuensi apnea menurun seiring peningkatan usia.
Periode apnea lebih dari 15 detik harus dievaluasi (Bobak, 2005)
d. Sistem Ginjal
Bayi baru lahir memiliki rentang keseimbangan kimia dan rentang keamanan yang
kecil. Infeksi, diare, dan pola makan yang tidak teratur secara cepat dapat
menimbulkan asidosis dan ketidak seimbangan cairan seperti dehidrasi atau edema.
Ketidak maturan ginjal juga membatasi kemampuan bayi baru lahir untuk
mengekskresi obat. Biasanya sejumlah kecil urine terdapat pada kandung kemih bayi
saat lahir, tetapi bayi baru lahir memungkinkan tidak mengeluarkan urine selama 12
sampai 24 jam. Berkemih sering terjadi selama periode ini. Berkemih 6 sampai 10x
dengan warna urine pucat menunjukan masukan cairan yang cukup. Umumnya, bayi
cukup bulan mengeluarkan urine 15 sampai 60 ml per kilogram per hari (Bobak, 2005)
e. Sistem Gastrointestinal
Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan, mencerna, memetabolisme dan
mengabsorbsi protein dan karbihidrat sederhana, serta mengemulsi lemak. Kecuali
amylase pancreas, karakteristik enzim dan cairan pencernaan bahkan sudah ditemukan
pada bayi yang berat badan lahirnya rendah. Adapun beberapa perubahan fisiologis pada
system cerna antara lain :
1) Pada Pencernaan
Keasaman lambung bayi pada saat lahir pada umumnya sama dengan keasaman
lambung orang dewasa, tetapi akan menurun dalam satu minggu dan tetap rendah
selama dua sampai tiga bulan. Penurunan keasaman lambung ini dapat
menimbulkan kolik. Bayi yang mengalami kolik tidak dapt tidur, menangis dan
tampak distress di antara waktu makan.gejala ini akan hilang setelah bayi berusia 3
bulan.
Bising usus bayi dapat didengar 1 jam setalah lahir. Kapasitas lambung berfariasi
dari 30 sampai 90ml tergantung pada ukuran bayi. Waktu pengosongan lambung
sangat bervariasai. Beberapa factor seperti waktu pemberian makanan dan volume
makanan, jenis dan suhu makanan serta strees psikis dapat mempengaruhi waktu
pengosongan lambung(Bobak, 2005)
2) Tinja
Bayi lahir dengan bagian bawah yang penuh mekonium. Mekonium dibentuk
selama janin dalam kandungan berasal dari cairan amnion dan unsure-unsurnya,
dari sekresi usus dan dari sel-sel mukosa. Mekonium berwarna hijau kehitaman,
konsistensinya kental, dan mengandung darah samar. Mekonium pertama keluar
steril, tetapi mekonium setelah beberapa jam mengandung bakteri. Sekitar 69%
bayi normal yang cukup bulan mengeluarkan mekonium dalam 12 jam pertama
kehidupannya, 94% dalam 24 jam dan 99,8% dalam 48 jam (Bobak,2005)
f. Sistem Hepatika
Hati dan kandung empedu dibentuk pada minggu keempat kehamilan. Pada bayi baru
lahir, hati dapat dipalpasi sekitar 1 cm dibawah batas kanan iga karena hati beasr dan
menempati sekitar 40% rongga abdomen.
1) Penyimpanan Besi
Hati janin (berfungsi memproduksi Hb setelah lahir) mulai menyimpan besi sejak
dalam kandungan. Apabila ibu mendapat cukup asupan besi selama hamil, bayi
akan memiliki simpanan besi yang dapat bertahan sampai bulan kelima di luar
rahim.
2) Konyugasi Bilirubin
Hati mengatur jumlah bilirubin tidak terikat dalam peredaran darah. Bilirubin ialah
pigmen yang berasal dari hemoglobin yang terlepas saat pemecahan sel darah
merah dan mioglobin di dalam sel otot.
3) Hiperbilirubinuminemia Fisiologis
a) Hiperbilirubinemia fisiologis / ikterik neonatal merupakan kondisi yang
normal pada 50% bayi cukup bulan dan pada 805 bayi premature.
g. Sistem Imun
Sel-sel yang menyupali imunitas bayi berkembang pada awal kehidupan janin. Namun
sel ini tidak aktif beberapa bulan. Selama tiga bulan pertama kehidupannya, bayi
dilindungi oleh kekebalan pasif yang diterima dari ibu. Barier alami seperti keasaman
lambung atau produksi pepsin dan tripsin yang mempertahankan kesterilan usus halus.
IgA sebagai pelindung membran lenyap dari traktus naps dan traktus urinarius dan
traktus gastrointestinal kecuali jika bayi diberi ASI. Bayi mulai menyintesa IgG dan
mencapai sekitar 40% kadar IgG orang dewasa pada usia 1 tahun, sedangkan kadar
orang dewasa dicapai pada usia 9 bulan. IgA, IgD dan IgE diproduksi secara lebih
bertahap dan kadar maksimum tidak dicapai sampai pada masa kanak-kanak dini
(Bobak, 2005)
h. Sistem Integumen
Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk saat lahir tetapi masih belum matang.
Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Verniks kaseosa juga
berfusi dengan epidermis dan berfungsi sebagai lapisan pelindung. Kulit bayi sangat
sensitive dan dapat rusak dengan mudah. Bayi baru lahir yang sehat dan cukup bulan
tampak gemuk. Lanugo halus terlihat di wajah, bahu dan punggung. Edema dan
ekimosis (memar) dapat timbul akibat presentasi muka atau kelahiran dengan forsep.
Ptekie juga dapat timbul jika daerah tersebut ditekan. Beberapa permasalahan yang
dialami oleh bayi baru lahir terkait sistem integument antara lain :
1) Kaput Suksedaneum
Kaput Suksedaneum ialah edema pada kulit kepala yang ditemukan dini akibat
tekanan verteks yang lama pada serviks sehingga pembuluh darah tertekan dan
memperlambat aliran balik vena yang memperlambat membuat cairan di kulit
daerah kepala meningkat sehingga akibatnya menyebabkan edema/ bengkak.
2) Sefalhematoma
Sefalhematoma yaitu pendarahan diantara periosteum dan tulang tengkorak dan
periosteumnya. Dengan demikian, sefalotoma tidak pernah melewati garis sutura
kepal. Perdarahan dapat terjadi pada kelahiran spontan akibat penekanan pada
panggul ibu.
3) Deskuamasi
Deskuamasi ialah pengelupasan kulit, pada kulit bayi tidak terjadi sampai beberapa
hari setelah lahir. Ini merupakan indikasi pascamaturitas.
4) Kelenjar Lemak dan Kelenjar Keringat.
Kelenjar keringat sudah ada saat bayi baru lahir tidak, tetapi kelenjar ini tidak
berespon terhadap peningkatan suhu tubuh. Terjadi sedikit hiperplasia klenjar
sebasea dan sekresi sebum akibat pengaruh hormon saat hamil.
5) Bintik Mogolia
Bintik Mongolia yaitu merupaka dareah pigmentasi biru kehitaman pada semua
permukaan tubuh termasuk ekstremitas.
6) Nevi
Nevi atau dikenal dengan gigitan burung bangau yaitu nevi telangiektasis berwarna
merah muda dan mudah memutih, terlihat pada kelopak mata bagian atas, daerah
hidung, bagian atas bibir, tulang oksipital bawah dan tengkuk.
7) Eritema Toksikum
Suatu ruam sementara, eritema toksikum, juga disebut eritema neonatorum atau
dermalis gigitan kutu. eritema toksikum memiliki lesi dalam berbagai tahap,
yakni makula eritematosa, papula, dan vesikel kecil.
i. Sistem Reproduksi
1) Wanita
Saat lahir ovarium bayi berisi beribu-ribu sel germinal primitif. Jumlah ovum
berkurang sekitar 90% sejak bayi lahir sampai dewasa. Peningkatan kadar estrogen
selama masa hamil, yang diikuti dengan penurunan setelah bayi lahir,
mengakibatkan pengeluran suatu cairan mukoid atau, kadang-kadang pengeluaran
bercak darah melalui vagina (pseudomenstruasi). Genitalia eksterna biasanya
edematosa disertai pigmentasi yang lebih banyak. Pada bayi lahir cukup bulan,
labia mayora dan minora menutupi vestibulum.
2) Pria
Testis turun ke dalam skrotum pada 90% bayi baru lahir laki-laki. Walupun
menurun pada kelahiran bayi prematur. Prepusium yang ketat seringkali dijumpai
pada bayi baru lahir, Muara uretra dapat tertutup prepusium dan tidak dapt ditarik
ke belakang selama tiga sampai empat tahun. Terdapat rugae yang melapisi
kantong skrotum, dan hidrokel (penimbunan cairan di sekitar testis) sering terjadi
dan biasanya akan mengecil tanpa pengobatan.
j. Sistem Skelet
Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang tubuh. Lengan sedikit lebih
panjang daripada tungkai. Wajah relatif kecil terhadap ukuran tengkorak yang jika
dibandingkan, lebih besar dan berat. Ukuran dan bentuk kranium dapat mengalami
distorsi akibat molase (pembukaan kepala janin akibat tumpang tindih tulang-tulang
kepala).
Ada dua kurvatura pada kolumna vertebralis: toraks dan sakrum. Ketika bayi mulai
dapat mengendalikan kepalanya, kurvatura lain terbentuk di daerah servikal. Pada
bayi baru lahir, lutut saling berjauhan saat kaki diluruskan dan tumit disatukan,
sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung. Saat baru lahir, tidak terlihat
lengkungan pada telapak kaki.
k. Sistem Neuromuskuler
Pengkajian prilaku saraf (neurobehavioral) neonatus terutama merupakan evaluasi
refleks primitif dan tonus otot. Saat ini, bayi baru lahir cukup bulan dikenal sebagai
mahluk yang reaktif, responsif dan hidup. Perkembangan sensori bayi baru lahir dan
kapasitas untuk melakukan interaksi sosial dan organisasi diri sangat jelas terlihat.
l. Sistem Termogenik
Termogenesis berarti produksi panas (termo = panas, genesis = asal-usul). Suhu
tubuh dipertahankan supaya berada pada batas sempit suhu tubuh normal dengan
memproduksi panas sebagai respon terhadap pengeluaran panas.
Beberapa hal yang menyangkut system termogenik bayi baru lahir meliputi ;
1) Produksi Panas
Mekanisme produksi panas bayi baru lahir dengan cara menggigil sangat
jarang terjadi. Termogenesis tanpa menggigil dapat dicapai akibat adanya
lemak coklat pada bayi baru lahir, yang kemudian dibentuk akibat peningkatan
aktivitas metabolisme di otak, jantung dan hati. Lemak coklat terdapat dalam
cadangan permukaan (interskapula, aksila, sekitar kolumna vertebralis dan
sekitar ginjal).
2) Pengaturan Suhu
a) Insulasi suhu bayi baru lahir kurang akibat pembuluh darah yang lebih
dekat ke permukaan kulit akibatnya perubahan temperature lingkungan
akan mengubah temperature darah sehingga mempengaruhi pusat
pengaturan suhu di hypothalamus.
b) Rasio permukaan tubuh bayi lebih besar terhadap berat badan. Posisi fleksi
bayi diduga berfungsi sebagai system pengamanan untuk mencegah
pelepasan panas karena mengurangi pemajanan permukaan tubuh pada
suhu lingkungan.
c) Kontrol vasomotor bayi baru lahir belum berkembang dengan baik,
kemampuan untuk mengonstriksi pembuluh darah subkutan dan kulit sama
baik pada bayi prematur dan orang dewasa.
d) Bayi baru lahir memproduksi panas terutama dengan upaya termogenesis
tanpa menggigil.
e) Kelenjar keringat bayi baru lahir hampir tidak berfungsi sampai minggu
keempat setelah bayi lahir.
3) Stres Dingin
Stres dingin menimbulkan masalah fisiologis dan metabolisme.upaya yang
dilakukan bayi adalah dengan mengkonsumsi oksigen dan energi pada bayi
baru lahir yang mengalami stres dingin dialihkan dari fungsi untuk
mempertahankan pertumbuhan, fungsi sel otak dan fungsi jantung normal
menjadi fungsi termogenesis agar bayi atetap hidup.
Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir antara lain ;
a) Konveksi ; aliran panas dari permukaan tubuh ke udara yang lebih dingin.
b) Radiasi ; kehilanag panas daripermukaan tubuh ke permukaan padat
lain yang lebih dingin tanpa kontak langung.
c) Evaporasi ; kehilangan panas yang terjadi ketika cairan berubah menjadi
gas (menguap).
d) Konduksi ;kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan yang
lebih dingin melalui kontak langsung satu sama lain.
2. Karakteristik prilaku ( Bobak, 2005 )
Bayi baru lahir yang sehat harus mampu menjalani fungsi biologis dan fungsi
prilaku/ psikologis supaya dapt bertumbuh kembang dengan baik. Respon
perilaku bayi baru lahir mengindikasikan adanya kontrol pada korteks,
kemampuan memberi respon, dan akhirnya penatalaksanaan lingkungan bayi
tersebut. Melalui responnya, bayi bertindak untuk mengonsolidasi hubungan
datau menjauhkan diri dari orang-orang dalam lingkungan dekatnya. Melaui
tindakannya, ia memperkuat atau melemahkan ikatan dan aktivitas pemberian
perawatan.
Skala Perilaku Neonatus dari Brazelton (The Brazelton Neonatal Behavioral
assement Scale/ NBASI) digunakan untuk menilai karakteristik unik bayi baru
lahir, yakni sebagian tergantung pada keadaan tidur-terjag, ia juga menyatakan
reaksi orang tua terhadap bayi baru lahir sebagian ditentukan oleh perbeadaan
oleh perbedaan ini.berikut periode transisi dari bayi baru lahir antara lain:
a. Periode pertama reaktivasi dimana mata terbuka,awas, bayi memfokuskan
perhatian pada wajah dan suara orang tuanya terutama ibunya (Fase ini
berlangsung 15 menit).
b. Periode kesadaran aktif, dimana bayi sering melakukan gerakan mendadak
aktif dan juga menangis, refleks menghisap kuat yang menandakan bayi lapar.
c. Periode tidak aktif/istirahat, merupakan periode dimana bayi terlihat rileks dan
tidak berespon/sulit dibangunkan. Periode ini selama 2 sampai 4 jam.
d. Periode reaktivitas kedua, dimana bayi waspada dan terjagadan menunjukkan
keadaan sadar dan tenang, aktif dan menangis.periode ini selama 4 sampai 6
jam.
Sejak lahir, bayi meiliki respon sensorik yang mengindikasikan suatu tahap
kesiapan untuk melakukan interaksi social antara lain mencakup:
a. Penglihatan
Saat lahir pupil bayi bereaksi terhadap rangsangan cagaya dan penglihatan
reflek mengedip dengan mudah. Sejak lahir, bayi telah mampu memusatkan
pandangan dan memperhatikan secara intensif suatu objek. Mereka
memandang wajah orang tuanya dan berespon terhadap perubahan yang
dilakukan. Kemampuan ini membuat orang tua dan anak dapat saling kontak
mata dan akibatnya terbentuk komunikasi yang tidak kentara. Kontak mata
sangat penting dalam interaksi orang tua bayi.
b. Pendengaran
Bayi akan berespon terhadap suara ibunya, hal ini merupakan respon akibat
mendengar dan merasakan gelombang bunyi suara ibunya selagi ia berada di
dalam rahim Hal ini menunjukkan suatu pendengaran selektif terhadap bunyi
dan irama suara ibu selama bayi hidup di dalam rahim, dimana bayi baru
lahir mempersiapkan diri untuk mengenali dan berinteraksi dengan pemberi
perawatan primer-ibu mereka. Janin di rahim telah terbiasa mendengar
denyut jantung ibu, akibatnya bayi baru lahir akan berespon dengan
melakukan relaksasi dan berhenti menangis bila simulator denyut jantung
diletakkan di tempat tidurnya.
c. Sentuhan
Semua bagian tubuh bayi berespon terhadap sentuhan. Wajah terutama
mulut, tangan, dan telapak kaki merupakan daerah yang paling sensitive. Hal
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan normal,dan setiap bayi
menunjukkan keanekaragaman respon terhadap sentuhan. Ibu yang baru
memiliki bayi menggunakan sentuhan sebagai perilaku pertama
dalamberinteraksi seperti sentuhan ujung jari, mengusap-usap wajah dengan
lembut san memijat bagian punggung.
d. Pengecap
Bayi baru lahir memiliki system kecap yang berkembang baik dan larutan
yang berbeda menyebabkan bayi memperlihatkan ekspresi wajah yang
berbeda.secra umum bayi berorientasi pada pengguanaan mulutnya, baik
untuk memenuhi kebuthuhan nutrisi, maupun untuk tumbuh dengan cepat
dan untuk melepaskan ketegangannya melaui kegiatan menghisap.
Perkembangan dini yang mencakup sensasi di sekitar mulutnya, aktivitas otot
dan pengecapan tampaknya merupakan persiapan bayi agar tetap hidup di
luar rahim.
e. Penciuman
Indera penciuman bayi baru lahir sudah berkembang baik saat bayi lahir.
Bayi baru lahir tampaknya memberi reaksi yang sama denga reaksi orang
dewasa, bila diberi bau yang menyenangkan. Bayi yang disusui mampu
membaui ASI dan dapat membedakan ibunya dari ibu lain yang menyusui.
Bayi wanita yang diberi susu botol lebih menyukai bau wanita yang
menyusui daripada wanita lain yang tidak menyusui. Bau ibu ini dipercaya
mempengaruhi pemberian makan (Bobak, 2005)
C. Penatalaksanaan Medis
Kejadian perdarahan karena defisiensi Vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan cukup
tinggi, berkisar 0,25 0,5%. Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi
baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi Vitamin K parental dengan dosis 0,5 mg/
Intra Muskuler (Sarwono, 2006).
Kecendrungan pendarahan pada bayi baru lahir jarang terjadi pembekuan darah cukup
untuk mencegah pendarahan hanya terjadi difisiensi vitamin K(Bobak, 2005).
D. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian terhadap factor resiko
1) Maternal : Usia, riwayat kesehatan yang lalu, Perkrmbangan social dan riwayat
pekerjaan.
2) Obsertik : Parity, Periode, Kondisi kehalilan terakhir.
3) Perinatal : Antenatal, Informasi prenatal maternal health (DM, Jantung)
4) Inta partum event:
a) Usia gestasi : lebih dari 34 minggu sampai dengan 42 minggu.
b) Lama dan karakteristik persalinan: persalinan lama pada kala I dan II KPD
24 jam.
c) Kondisi ibu : Hipo/hipertensi progsif perdarahan, infeksi.
d) Keadaan yang mengidentifikasi fetal disstres HR lebih dari 120x sampai
dengan 160x/menit.
e) Penggunaan analgetik.
f) Metode melahirkan : Seksio sesaria, Forsep, Vakum.
b. Pengkajian fisik
1) Eksternal :
Perhatikan warna, bercak warna, kuku, lipatan pada telapak kaki, periksa
potensi hidung dengan menutup sebelah lubang hidung sambil mengobservasi
pernapasan serta perubahan kulit.
2) Dada :
Palpasi untuk mencari detak jantung yang terkencang, auskultasi untuk
menghitung denyut jantung, perhatikan bunyi nafas pada setiap dada.
a) Abdomen :
Verifikasi adanya abdomen yang berbentuk seperti kubam atau tidak ada
anomaly, perhatikan jumlah pembulu darah pada tali pusat.
b) Neorologis:
Periksa tonus otot dan reaksi reflek.
c. Pengkajian Lanjutan
Bayi baru lahir menerima perawatan, observasi dan pencatatan kemajuan, yang
mana setiap jam dilakukan pemeriksaan ini :
1) Temperatur aksila.
2) Frekuensi, ritme dan usaha nafas.
3) Buyi nafas.
4) Denyut dan ritme jantung.
5) Warna kulit.
6) Tingkat aktifitasnya dan tonus otot.
7) Pemberian makan dan eliminasi.
8) Interaksi orang tua dan bayi.
d. Pengkajian APGAR scoring.
Metode yang digunakan untuk mengevaluasi kondisi neonatus adalah penilaian
secara APGAR (apgar score). Apgar merupakn nama seorang dokter tetapi juga
merupakan singkatan dari
- A ; appearance / rupa (warna kulit)
- P ; pulse / nadi
- G ; grimace/ menyeringai (akibat refleks kateter dalam hidung)
- A ; activity/ keaktifan tonus otot
- R ; respiration/ pernapasan
Penilaian dilakukan pada:
1) 1 menit kelahiran : untuk member kesempatan pada bayi untuk memulai
perubahan.
2) Menit ke lima : untuk menentukan prognosa.
3) Menit ke sepuluh : Penilaain dapat dilakukan lebih sering jika nilai yang
rendah dan perlu tindakan resusitasi.
2. Penilaian Secara Apgar
Tanda
Angka Penilaian
0 1 2
- bunyi jantung
- usaha bernapas
- tonus otot
Tidak ada
Tidak ada
Lemas
Lambat (< 100 )
Tidak teratur
Sedikit feksi
Diatas 100
Baik, menangis
Pergerakan aktif
- iritabilita
refleks
- warna kulit
Tidak ada reaksi
Biru pucat
ekstremitas
Menyeringai
Badan merah ,
ekstemitas biru
Menangis kuat
Semua badan
merah
Apgar ditentukan setelah 1 menit sampai 5 menit ;
a. Angka 0 menandakan anak dalam keadaan bahaya
b. Angka kurang dari 5 memerlukan pertolongan berupa tindakan-tindakan tertentu
c. Angka antara 7-10 berarti keadaan bayi baik
Factor-faktor yang mempengaruhi nilai apgar antara lain :
a. Bayi premature
b. Sedasi atau analgesia ibu
c. Kondisi neurologik seperti penyakit otot dan malformasi serebral
d. Kondisi kardiorespirasi
3. Diagnosa Keperawatan
Menurut Doenges 2001 antara lain:
a. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas b/d produksi mukosa berlebih.
b. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
kebutuh kalori tinggi akibat peningkatan laju metabolik.
c. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d ketidak adekuatan imunitas yang di dapat,
jaringan trauma, serta pemajanan lingkungan.
d. Resiko tinggi terhadap cedera b/d trauma lahir, aspirasi, profil darah abnormal,
serta anomaly congenital.
e. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d keterbatasan masukan oral,
pemberian makan lambat serta peningkatan kehilangan air tidak kasat mata.
f. Resiko tinggi terhadap konstipasi b/d ketidak adekuatan masukan cairan, serta
obstruksi intestinal.
g. Resiko Perubahan suhu tubuh b/d pengendalian suhu yang imatur, perubahan suhu
lingkungan(Wong, 2009)
4. Rencana keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas b/d produksi mukosa berlebih.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x 24 jam
diharapkan tidak terjadi perubahan suhu.
Kriteria Hasil : Pertahanan jalan nafas paten dengan frekuensi pernapasan
dalam batas normal (antara 30-60/menit). Serta bebas dari
tanda-tanda distress pernapasan.
Intervensi :
1) Tinjau ulang kejadian prenatal dan intrapartum, perhatikan
factor resiko yang dapat memperberat kelebihan cairan paru
atau aspirasi cairan amniotik.
2) Kaji frekuensi dan upaya pernapasan.
3) Hisap nasofaring sesuai kebutuhan.
4) Posisikan bayi miring dengan gulungan handuk.
5) Kaji bayi terhadap adanya, lokasi, dan derajat sianosis dan
hubungan dengan aktivitas.
6) Pantau tanda-tanda hipotermi atau hipertermi pada bayi.
7) Perhatikan simetris gerakan dada.
8) Auskultasi bunyi jantung: perhatikan buyi murmur.
b. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kebutuh
kalori tinggi akibat peningkatan laju metabolik.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam
diharapkan tidak terjadi perubahan nutrisi.
Kriteria Hasil : Bebas dari tanda-tanda hipoglikemia, dengan kadar glukosa
darah.
Menunjukan penurunan berat badan sama dengan atau kurang
dari 5%-10% berat badan lahir pada waktu pulang.
Intervensi :
1) Tinjau ulang riwayat prenatal ibu terhadap kemungkinan
stressor yang berdampak Pada simpanan glukosa neonatus,
seperti diabetes, hipertensi karena kehamilan (HKK), atau
gangguan jantung atau ginjal.
2) Perhatikan APGAR skor, kondisi saat lahir, tipe/waktu
pemberian obat, dan suhu awal pada penerimaan di ruang
perawatan bayi.
3) Turunkan stressor fisik seperti stress dingin, pengarahan fisik,
dan pemajanan berlebihan pada pemancar panas.
4) Timbang berat badan bayi saat menerima di ruang perawatan
dan setelah itu setiap hari.
5) Observasi bayi terhadap tremor; iritabilitas, takipnea, sianosis,
pucat, dan aktivitas kejang.
6) Auskultasi bising usus.
7) Anjurkan ibu segera memberi ASI
8) Evaluasi kepuasan bayi setelah pemberian ASI
9) Pantau warna, konsistensi, dan frekuensi berkemih.
c. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d ketidak adekuatan imunitas yang di dapat,
jaringan trauma, serta pemajanan lingkungan.
Tujuan : Setelah tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan
tidak ada tanda- tanda infeksi.
Kriteria Hasil : Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi (Tumor, Rubor, Dolor,
Kalor, Loss of Fungtion).
Intervensi :
1) Tinjau ulang factor-faktor resiko pada ibu yang cendrung
membuat bayi terkena infeksi, yang di dapatkan secara
trasplasenta, melalui rute asenden atau saat kelahiran.
2) Tentukan usia gestasi bayi baru lahir.
3) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
4) Pelihara peralatan individu dan bahan-bahan persediaan
untuk setiap bayi.
5) Inspeksi kulit setiap hari terhadap ruam atau kerusakan
integritas kulit.
6) Kaji tali pusat dan are kulit pada dasar pusat setiap hari dari
adanya tanda-tanda infeksi.
7) Perhatikan adanya letargi, gelisah, dan peningkatan suhu.
d. Resiko tinggi terhadap cedera b/d trauma lahir, aspirasi, profil darah abnormal,
serta anomaly congenital.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam
diharapkan resiko tinggi terhadap cedera teratasi.
Kriteria Hasil : Bebas dari cedera atau aspirasi.
Intervensi :
1) Lakukan temuan abnormal melalui pengkajian pada bayi
baru lahir. Perhatikan krepitasi, gangguan klavikula, atau
tidak adanya gerakan ekstremitas.
2) Kaji bayi terhadap anomaly kengenital, khususnya sumbing
bibir atau palatum, kaki tabuh serta dislokasi panggul
congenital.
3) Jangan meninggalkan bayi tidak diperhatikan di dalam
ruangan atau pada tempat datar yang tidak ada penghalang.
e. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d keterbatasan masukan oral,
pemberian makan lambat serta peningkatan kehilangan air tidak kasat mata.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam
diharapkan resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
teratasi.
Kriteria Hasil : Berkemih 2-6x dengan haluan 15-60 ml/kg/hari dari hari
kedua kehidupan.
Intervensi :
1) Catat berkemih pertama dan selanjutnya.
2) Lakukan pemberian makanan oral (ASI), perhatikan
jumlah yang ditelan dan yang dikeluarkan.
3) Pantau masukan dan haluan cairan.
4) Perhatikan darah dalam urin.
5) Perhatikan adanya edema; kaji tingkat hidrasi bayi.
6) Kurangi stressor dingin
7) Palpasi adanya distensi kandung kemih, kegelisahan,
ketidaknyamanan, atau tekanan kandung kemih bila bayi
gagal berkemih dalam 24 jam setelah kelahiran.
f. Resiko tinggi terhadap konstipasi b/d ketidak adekuatan masukan cairan, serta
obstruksi intestinal.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24
jam diharapkan resiko tinggi terhadap konstipasi teratasi.
Kriteria hasil : Mengeluakan feses mekonium dalam 48 jam setelah
kelahiran.
Intervensi :
1) Tinjau ulang catatan terhadap indikasi-indikasi pasase mekonium.
2) Catat komplikasi maternal yangmempengaruhi pasase mekonium
secara negarif.
3) Auskultasi bising usus.
4) Ukur suhu rectal.
5) Pantau frekuensi atau lamamnya pemberian makan (ASI),
frekuensi perkemihan, turgor kulit dan setatus fontanel.
6) Perhatikan pasase mekonium awal.
7) Catat frekuensi, warna, konsistensi, dan bau feses.
8) Kaji abdomen terhadap adanya distensi konstan atau intermiten.
g. Resiko Perubahan suhu tubuh b/d pengendalian suhu tubuh yang imatur, perubahan
suhu lingkungan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 1x 24
jam diharapkan tidak terjadi perubahan suhu tubuh.
Kriteria Hasil : suhu tubuh bayi tetap pada tingkat optimal (36,5C-
sampai 37,5C).
Intervensi :
1) Bungkus bayi dengan selimut hangat.
2) Letakan bayi dalam suhu lingkungan yang telah di atur
sebelumnya (dibawah pemanas radiasi atau deket dengan
ibu).
3) Ukurlah suhu bayi saat tiba keruangan bayi atau ruang ibu.
4) Pertahankan suhu ruangan antara 24C dan 25C.
5) Mandikan pertama kali sesuai kebijakan rumah sakit.
6) Tutup kepala bayi apabila bayi kehilangan panas
merupakan masalah, karena permukaan kepala yang luas
memudahkan kehilangan panas.
7) Jauhkan bayi dari kekeringan, angin penyejuk udara, atau
kipas angin.
8) Letakan bayi dalam kotak yang didingnya cukup tinggi
agar terlindung dari ventilasi silang.
9) Hangatkan semua objek yang akan digunakan untuk
memeriksa atau menutup bayi.
10) Buka baju bayi hanya pada tubuh yang akan diperiksa
atau dilakukan prosedur.
11) Tunda sirkumsisi sampai suhu tubuh normal, atau
gunakan pemanas radiasi selama prosedur.
12) Waspada pada hipotermia atau hipertermia.
5. Pelaksanaan keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah melaksanakan strategi dan kegiatan sesuai dengan
rencana keperawatan. Dalam melaksanakan implementasi seorang perawat harus
mempunyai kemampuan kognitif. Proses implementasi mencakup pengkajian ulang
kondisi klien. Mem validasi rencana keperawatan yang telah disusun, menentukan
kebutuhan yang tepat untuk memberikan bantuan, melaksanakan strategi keperawatan
dan mengkomunikasikan kegiatan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Di dalam melakukan asuhan keperawatn, khususnya pada bayi baru lahir perawat
harus mampu parawat harus bekerja sama dengan angota tim kesehatan yang lainnya,
dengan maksud untuk membantu mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Dokumentasi dapat dilakukan secara tertulis pada catatan keperawatan dan proses
keperawatan, serta secara lisan pada angota tim kesehatan untuk lanjutan asuhan
keperawatan.
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang digunakan sebagai alat ukur
keberhasilan sesuatu asuhan keperawatan yang telah di buat. Evaluasi ini berguna
untuk menilai setiap langkah dalam perencanaan dan mengukur kemajuan bayi dalam
mencapai tujuan akhir.
Adapun evaluasi akhir yang di dapat yaitu :
a. Dapat mempertahankan suhu dalam batas normal, serta bebas dari tanda-tanda
stress dingin atau hipotermi.
b. Pertahanan jalan nafas paten dengan frekuensi pernapasan dalam batas normal
(antara 30-60/menit).
c. Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi (Tumor, Rubor, Dolor, Kalor, Loss of
Fungtion).
d. Bebas dari cedera atau aspirasi.
e. Berkemih 2-6x dengan haluan 15-60 ml/kg/hari dari hari kedua kehidupan.
f. Mengeluakan feses mekonium dalam 48 jam setelah kelahiran.

You might also like