You are on page 1of 7

DIAGNOSTIK

Diagnostik adalah apa yang kita lakukan untuk menegakkan DIAGNOSA. Terdiri dari: 1. ANAMNESA 2. PEMERIKSAAN 3. DIAGNOSA BANDING

ANAMNESA Pada Neurologi yang terpenting, karena berbagai penyakit, diagnosanya ditegakkan HANYA berdasarkan atas ANAMNESA saja, karena pada pemeriksaan tidak ditemukan kelainan, baik pemeriksaan klinik, laboratorium, maupun pemeriksaan diagnostik canggih (Ro, baik yang tanpa atau dengan kontras, EEG, CT SCAN dll) Oleh karena itu ANAMNESA harus dibuat secara baik, teliti, harus dapat dipertanggung jawabkan isinya. Dan mempunyai nilai diagnostik. Syarat ANAMNESA yang baik adalah: 1. TERARAH (TO THE POINT) dan 2. LENGKAP Arah anamnesa adalah DIAGNOSA KLINIK. DIAGNOSA KUNIK adalah : kelainan-2 Neurolagis yang dijumpai pada pemeriksaan klinis Neurologis. Cara menegakkan DIAGNOSA KLINIK adalah dengan melakukan PEMERIKSAAN KLINIS NEUROLOGIS. Dan ini harus dilakukan sebelum membuat anamnesa lanjut. Karena kita harus tahu arahnya dulu! Bagaimana cara kita membuat anamnesa yang LENGKAP? Anamnesa terdiri dari 4 pola: 1. KELUHAN UTAMA 2. INSULT ATAU KRONOLOGI 3. PENYAKIT-2 4. RESIDIVITAS lengkap pd arah yg kita maksud

1.

KELUHAN UTAMA Isinya adalah yang memberi jawaban mengapa penderita dirawat (u/anamnesa penderita rawat inap). Atau mengapa penderita datang berobat (untuk penderita rawat jalan). Penderita dirawat kalau: 1 2 Ada gangguan ADL (Activity of Daily Living). Diperlukan explorasi lebih lanjut/pemeriksaan lanjutan.

Pada umumnya gangguan ADL adalah gangguan-2 yang menyebabkan penderita tidak dapat mobile tidak dapat kemana-mana yang mengakibatkan penderita tidak dapat bekerja atau mencari nafkah, dan/atau tidak dapat melakukan aktivitas untuk keperluan pokok pribadinya. Selanjutnya pada keluhan utama harus ada penjelasan mengenai gangguan ADL itu oleh gangguan Neurologis apa? Maksudnya gangguan motorik, sensorik, fungsi otonom, kesadaran dll. Akhimya, penjelasan apakah gangguan tersebut terjadi secara akut atau tidak akut.

2.

INSULT/KRONOLOGI Hal ini perlu untuk menentukan anamnesa selanjutnya sesuai pola anamnesa apakah INSULT, atau KRONOLOGI. Jadi kalau akut, anamnesa selanjutnya adalah INSULT. sedangkan kalau tidak akut, anamnesa selanjutnya adalah KRONOLOGI

CONTOH UNTUK PENDERITA CVD Penderita dirawat. di RS karena tidak dapat berjalan, yang disebabkan oleh lengan kanan dan tungkai kanan tidak dapat bergerak, yang terjadi secara mendadak.

PENJELASAN: Tidak dapat jalan maksudnya tidak dapat mobile, bukan tidak dapat berjalan. Sebab tidak dapat berjalan, mungkin penderita telah dapat mobile dengan alat bantu jalan, kursi

roda misalnya, penderita sudah dapat mobile dan dapat bekerja. Inilah yang dimaksud dengan gangguan ADL nya. Lengan kanan dan tungkai kanan tidak dapat bergerak, merupakan penjelasan dari gangguan ADL. disebabkan oleh gangguan Neurologis apa? Dengan penjelasan ini dapat diperkirakan diagnosa kliniknya, kira-2 adalah HEMIPLEGI DEXTRA. Terakhir: terjadi secara tiba-2, bararti akut, sehingga anamnesa selanjutnya adalah anamnesa mengenai INSULT. NAMUN SEBELUM MELAKUKAN ANAMNESA LEBIH LANJUT, dilakukan dulu PEMERIKSAAN KLINIK NEUROLOGIS, untuk mengetahui DIAGNOSA KLINIK nya.

INSULT
Apakah isinya INSULT? Atau apa yang ditanyakan pada anamnesa mengenai INSULT? Yang ditanyakan atau isi INSULT adalah: GEJALA-2 kemungkinan topik dan gejala-2 kemungkinan etiologi diagnosa klinik. Yang diperlukan untuk bahan-2 diagnosa banding topik dan diagnosa banding aetiologi. Untuk itu sebaiknya dicatat dulu apa diagnosa banding topik dan etiologinya, kemudian didaftar gejala-2 dari masing-2 kemungkinan topik dan etiologi tersebut. Dengan catatan ini kita lanjutkan anamnesa mengenai INSULT, sehingga anamnesa kita lengkap namun terarah.

CONTOH UNTUK CVD Kemungkinan-2 lesi (d/banding topik) CVD adalah: cortex, subcortex, capsula interna. 1. Gejala lesi di cortex adalah: o Ada gejala fokal (akbt lesi sebagian area motorik. co: kelemahan lengan dan tungkai tidak sama berat, monoparese brachialis/ulnaris, bicara pelo saja). o Ada gejala iritatif (lesi paling ringan dari susunan saraf, co: rangsang motorik: kejarig-2, rangsang sensorik: hiperestesi).

o Gangguan defisit sensorik. o Disamping itu ada gejala defisit motorik yang merupakan gejala fokal (hemiplegi, monoplegi cruralis/brachialis, prese NVII dan/atau NXII, afasi motorik corticalis). 2. Gejala lesi di subcortex adalah: Ada defisit motorik Ada afasi motorik mumi (pd hemisfer dominant) mungkin juga ada afasi sensorik mumi. 3. Gejala lesi di capsula interna adalah: Hemiplegi typica [hemiplegi yang disertai parese atau paralyse N VII dan N XII).

Kemungkinan etiologi (d/banding etiologi] CVD adalah: hemorrhagia cerebri, embolia cerebri dan thrombosis cerebri. Gejala heemorrhagia : hemiparase sentral kontralateral yang terjadi sewaktu aktivitas, kehilangan kesadaran lebih dari 30 menit, ada hipertensi berat. Gejala embolia cerebri adalah: terjadinya sewaktu serangan atrial fibrilasi, kehilangan kesadaran selama tidak lebih dari 30 menit. Gejala thrombosis cerebri adalah: terjadinya sewaktu penderita sedang istirahat bisaanya sewaktu bangun tidur dan tdak ada kehilangan kesadaran.

Jadi anamnesa mengenai INSULT dapat berbunyi sebagai berikut 3 hari yang lalu sewaktu aktivitas (mendorong mobilnya yang mogok) penderita terjatuh dan kehilangan kesadaran, kemudian lengan kanan dan tungkai kanan sulit digerakkan. Kelumpuhan lengan lebih berat dari tungkai. Lengan kanan dan tungkai kanan ada tebal-2 dan kesemutan. 2 hari kemudian baru penderita sadar. Jantung penderita tidak berdebar-debar. Pada waktu itu penderita tidak kejarig-2. Setelah sadar mulut penderita mengot ke kiri. Penderita bisa bicara meskipun bicaranya pelo dan penderita mengerti pembicaraan orang lain.

KRONOLOGI
KRONOLOGI adalah TAHAPAN GGN NEUROLOGIS DIKAITKAN DENGAN WAKTU Jadi misalnya defisit motoric harus diceritakan tahapan2 mulai dari yang ringan (lemah berat sulit berjalan tdk dpt digerakkan, sampai yang diderita penderita pada status presens. dan dijelaskan kapan terjadi tahapan-2 tersebut. Demikian juga tahapan-2 defisit sensorik (parestesia hipestesia anestesia hiperestesia dan fungsi otonom. Gejala iritatif misalnya kejarig-2, kapan pertama kali terjadi. kemudian mulai kapan menjadi lebih frekuen, selanjutnya kapan sampai pada keadaan status presens. Tahapan-2 atau perkembangan tersebut mulai dan ringan menuju menjadi lebih berat, harus juga mengenai tahapan: Mulai dan sebelah kiri tubuh terus ke kanan apakah sebaliknya juga dan bagian bawah keatas atau sebaliknya. Harus ditanyakan juga gejala-2 kemungkinan-2 etiologi yang terjadi bersamaan dengan tahapan tersebut. misalnya apakah ada trauma, apakah febris dll. Dengan penjelasan tahapan-2 itu sudah tercakup perjalanan penyakit. apakah kronis progresif, apakah mengalami remisi dll. Penjelasan mengenai waktu harus seragam. Jadi kalau disebutkan: 1 th yang lalu selanjutnys jugs 10 bln yang lalu, dst.nya. kalau disebut: pd l. 12 Des. 1990 selanjutnya juga disebut tgl. sekian-2. dst.nya Sehingga mudah dimengerti.

CONTOH UNTUK PARAPLEGI INFERIOR SPASTIK. Kemungkinan etiologi paraplegia spastik adalah: spondylitis trauma medula spinalis (subdural hematome) s.o.l

SPONDYLITIS biasanya didahului oleh proses tbc di tempat lain di hadan. misalnya paru-2. kelenjar-2 cervical. Kemudian proses ke coll. vertebralis thoracalis. Selanjutnva dapat terjadi paravertebral abscess. Proses yang bin dan spond1itis tbc. adalah akut [terjadinya gibbus. trombosis arteri vertebralis anterior dll.) TRAUMA MEDULLA SPINALIS bisaanya terjadi secara akut, yang tidak akut adalah hematoma subdural. S.O.L Perjalanan kronis progresif, gejala-2 tumor di tempat-2 lain di badan. Gejala-2 kemungkinan-2 etiologi tersebut, ada yang didapat dari anamnesa, namun beberapa didapat dari pemeniksaan. Kemudian juga dilengkapi dari anamnesa mengenai: PENYAKIT-2 (pola!). PERHATIAN : PADA DIAGNOSA BANDING BAIK TOPIK MAUPUN ETIOLOGI GEJALA-2 YANG BERDAMPAK TIDAK HANYA DARI ANAMNESA SAJA. TAPI JUGA DARI PEMERIKSAAN. Jadi anamnesa mengenai KRONOLOGI, dapat berbunyi sebagai berikut 2 bulan yang lalu kedua tungkai penderita mulai terasa kesemutan pada ujung-2 jari-2 kiri maupun kanan. Sebelumnya tidak ada trauma, tidak ada benjolan di punggung. Penderita sering demam-2. 1 bulan yang Lalu mulai tebal-2, di ujung jari sampai pusar. Jalan mulai lemah, dan lekas capek. dan tersandung-2. 2 minggu yang lalu penderita tidak dapat jalan lagi, miksi sukar dan defekasi juga sukar. Kedua tungkai masih dapat digerakkan. 1 minggu yang lalu masuk rumah sakit. tidak dapat jalan, tidak dapat miksi dan defekasi, dan penderita demam.

3. PENYAKIT -2 Isi anamnesa ini adalah penyakit-2 yang berhubungan langsung dengan kemungkinan-2 etiologi diagnosa klinis. Sebagai tambahan dapat pula dijelaskan predispossing factors dari kemungkinan-2 etiologi itu.

4. RESIDIVITAS Apakah pasien pemah menderita penyakit yang sama sebelumnya. Dalam hal hi penyakit yang lalu tidak perlu dibuat anamnesa lengkap, cukup disebut gejala klinik. dan kalau mungkin etiologinya. (Kalau CVD berulang anamnesisnya adalah yg sekarang). Ini adalah akhir dari anamnesa. ANAMNESA disunting sedemikian rupa berurutan seperti pola yang telah ditentukan namun setelah selesai judul-2 pola tidak perlu ditulis. Meskipun demikian kita yang membacanya akan mengetahui bahwa anamnesa yang kita buat adalah rapi, berurutan, dan yang paling penting sesuai dengan syarat anamnesa yaitu: TERARAH dan LENGKAP.

You might also like