You are on page 1of 9

INOVASI TEKNOLOGI PEMBENAH TANAH ZEOLIT UNTUK MEMPERBAIKI LAHAN PERTANIAN TERDEGRADASI

M. Al-Jabri
Balai Penelitian Tanah

ABSTRAK Pakar pertanian di Indonesia telah menyadari bahwa setelah empat dekade seiiring dengan revolusi hijau yang menggunakan pupuk anorganik dan insektisida terbukti telah merusak tanah dan mencemari lingkungan. Kerusakan tanah yang dimaksud adalah kerusakan sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Kerusakan sifat-sifat tanah tersebut satu sama lain saling berkaitan, dimana bermula dengan penurunan kandungan C-organik tanah yang mengakibatkan kerusakan struktur tanah seperti penurunan permeabelitas tanah, berkurangnya populasi mikrobiologi tanah yang bermanfaat bagi tanaman, akhirnya berdampak terhadap timbulnya fenomena levelling off. Pemerintah sampai saat ini masih menunggu inovasi teknologi yang dapat memperbaiki lahan pertanian terdegradasi. Pembenah tanah zeolit sebagai salah satu inovasi teknologi yang terbukti secara teknis dapat memperbaiki kerusakan tanah dan pencemaran lingkungan. Inovasi teknologi pembenah tanah zeolit sampai saat ini belum diimplementasikan dalam kaitannya pemerintah untuk memutuskannya sebagai suatu kebijakan. Fakta teknis membuktikan bahwa pembenah tanah zeolit dapat meningkatkan hasil tanaman, bahkan takaran pupuk anorganik dapat dikurangi. PENDAHULUAN Inovasi pembenah tanah alami yang belum dijadikan kebijakan oleh pemerintah salah satu diantaranya adalah zeolit. Sampai saat ini belum banyak informasi data yang menjelaskan secara terperinci tentang jenis, dosis, manfaat, kendalanya. Zeolit sebagai pembenah tanah adalah mineral dari senyawa aluminosilikat terhidrasi dengan struktur berongga dan mengandung kation-kation alkali yang dapat dipertukarkan. Zeolit sebagai pembenah yang diberikan ke dalam tanah dengan jumlah yang cukup banyak dapat memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga produksi pertanian dapat ditingkatkan (Pond dan Mumpton, 1984; Torii et al., 1979; Townsend, 1979; Suwardi, 2007). Pengembangan penggunaan zeolit sebagai pembenah tanah kurang didukung petani, sebab beberapa zeolit yang beredar di pasar tidak memenuhi standar mutu karena KTK-nya 80 me/100 g. Disamping itu, karena zeolit diinformasikan sebagai pupuk, sehingga petani tidak memberikan pupuk apalagi harganya

185

M. Al-Jabri

sangat mahal. Pmemberian zeolit dapat meningkatkan efisiensi serapan hara pupuk dapat mengantisipasi kerusakan tanah akibat penggunaan pupuk yang tidak rasional, dimana takaran pupuk yang diberikan tanpa berpedoman pada pemupukan berimbang berdasarkan konsep uji tanah (Sanchez, 1976; Westerman, 1990; Al-Jabri, 2006). Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 02/Pert/HK.060/2/2006 yang dimaksud dengan pembenah tanah adalah bahan-bahan sintetis atau alami, organik atau mineral yang berbentuk padat atau cair yang mampu memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Di kalangan ahli tanah pembenah tanah dikenal sebagai soil conditioner seperti zeolit dan secara bersamaan diberi juga bahan organik diyakini mampu memperbaiki struktur tanah, dapat merubah kapasitas tanah menahan dan melalukan air, serta dapat memperbaiki kemampuan tanah memegang unsur hara, sehingga hara tidak mudah hilang, dan tanaman masih mampu memanfaatkannya sehingga produksi tanaman dapat tingkatkan. Sebelum dilakukan rehabilitasi lahan kritis maka faktor-faktor yang mengakibatkan penggunaan pupuk menjadi tidak efisien harus diperbaiki lebih dulu, antara lain kandungan bahan organik yang rendah. Kandungan bahan organik dalam tanah yang rendah dengan C-organik < 1% mengakibatkan strukur tanah menjadi rusak karena stabilitas agregat tanah yang tidak mantap. Pemberian zeolit harus disinergiskan dengan bahan organik secara proporsional dapat mengurangi takaran pupuk anorganik sampai 50% dari dosis anjuran. Mengingat dalam pengembangan pembenah tanah zeolit di lapangan sering dihadapkan permasalahan beredarnya zeolit, sehingga petani ragu-ragu untuk membelinya lagi, oleh karena itu pemerintah seyogyanya secara berkelanjutan mengawasi perdagangan pembenah tanah zeolit secara berkelanjutan. Makalah ini mereview hasil penelitian tentang inovasi teknologi pembenah tanah zeolit yang terbukti dapat meningkatkan hasil tanaman dan tidak perlu diragukan lagi selama zeolit yang diberikan adalah zeolit asli. Pengaruh zeolit klinoptilolit terhadap hasil beberapa komoditas pertanian Zeolit klinoptilolit yang dicampur pada tanah berpengaruh terhadap hasil beberapa komoditas pertanian. Penambahan 1 ton Zeolit klinoptilolit/10 are (10 are = 0,10 ha) atau 10 ton Zeolit klinoptilolit/ha dapat meningkatkan hasil tanaman eggplant atau terung sampai 55%, dan untuk wortel sampai 63%. Penambahan 0,5 ton Zeolit klinoptilolit/10 are atau 5 ton Zeolit klinoptilolit/ha

186

Inovasi Teknologi Pembenah Tanah Zeolit

dapat meningkatkan hasil tanaman padi berkisar 3 sampai 6% (Tabel 1). Peningkatan produksi tersebut karena zeolit dapat memperbaiki sifat fisika tanah seperti aerasi tanah menjadi lebih baik, memperbaiki sifat kimia tanah (KTK meningkat), dan mampu menyerap air. Tabel 1. Pengaruh zeolit klinoptilolit terrhadap hasil beberapa komoditas pertanian
Crop Year Amount of zeolite used tons/10 are*) 1 2 0.5 1 1 2 1 2 0.5 1 1 1 2 Ratio of yield index %) ** 113 115 106 103 155 119 113 128 102 117 163 114 110

Wheat Paddy Eggplant Apple Paddy Carrot Apple

1962 1964 1964 1964 1965 1965 1965

Sumber : Yamagata. 1967. * 10 ares = 0.25 acre dan 1 ha = 100 are ; ** = Compared with control plots.

Pengaruh zeolit klinoptilolit yang diberikan pada tanah terhadap hasil beberapa komoditas pertanian di Indonesia sejak tahun 1990-an (Tabel 2). Peningkatan hasil jagung 6-11%, kedelai 19%, kacang tanah 18%, dan tomat 35% membuktikan bahwa zeolit dapat memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Disamping itu, zeolit mampu menyerap air dan mengadsorpsi ion NH4+, yang sewaktu-waktu dapat dilepas secara perlahan saat tanaman memerlukan, sehingga ion NH4+ tidak hilang tercuci dan akibatnya efisiensi penggunaan pupuk N meningkat. Akumulasi N dari pupuk N dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol jika zeolit diberikan 3 dan 6 ton/ha, hal ini disebabkan karena zeolit dapat menghambat konversi NH4+ menjadi NO3- sebanyak 30-40%. Takaran Zeolit yang diberikan bergantung pada tingkat degradasi lahan dari ringan sampai berat sebanyak 5-20 ton/ha yaitu untuk berat tanah 2 x 106 kg/ha, sehingga analisis ekonomi jangka pendek dipastikan tidak untung. Oleh karena

187

M. Al-Jabri

itu, masalah ini diantisipasi dengan cara menempatkan zeolit di daerah perakaran, sehingga penggunaannya akan lebih efisien dan lebih praktis. Tabel 2. Pengaruh zeolit klinoptilolit yang diberikan pada tanah terhadap hasil beberapa komoditas pertanian di Indonesia Tanaman Jagung Jagung Kedelai Kacang tanah Tomat
Sumber : Suwardi (2007)

Dosis zeolit ton/ha 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5

Peningkatan hasil % 6 11 19 18 35

Penambahan 3 ton zeolit/ha dicampur dengan pupuk 1 ton ZA (200 kg N/ha) nisbah 15:1 memberikan peningkatan hasil kedelai sebanyak 46%; Pemberian 3 ton zeolit/ha dicampur dengan 1 ton ZA /ha memberikan peningkatan bobot kering rimpang jahe sebanyak 72%; Pemberian 500 kg zeolit/ha dengan 100 kg N/ha memberikan peningkatan hasil padi sebanyak 11% dibandingkan tanpa zeolit; Pemberian 900 kg zeolit/ha dengan 300 kg N/ha memberikan peningkatan hasil padi sebanyak 16% dibandingkan tanpa zeolit (Tabel 3). Pada tanaman yang sama, Suwardi dan Goto (1996) melaporkan peningkatan produksi padi sawah sebanyak 28% pada campuran 3.5 ton zeolit/ha dengan 50 kg N/ha (nisbah Zeolit:N = 70:1) dibandingkan tanpa zeolit. Tabel 3. Pengaruh zeolit sebagai bahan campuran pupuk terhadap hasil tanaman
Tanaman Kedelai Jahe Padi sawah Padi sawah Padi sawah Nisbah zeolit : pupuk 15:1 15:1 3:1 5:1 70:1 Dosis pupuk kg N/ha 200 200 300 100 50 Peningkatan hasil % 46 72 16 11 28

Sumber : Suwardi dan Goto (1996)

188

Inovasi Teknologi Pembenah Tanah Zeolit

Inovasi zeolit untuk melepaskan NH4+ - urea secara lambat sebagai teknologi nano Tidak sebagaimana halnya dengan pemberian pupuk anorganik yang menambahkan unsur hara dalam jumlah sedikit, sebaliknya bahan pembenah tanah seperti zeolit diberikan dalam jumlah sangat banyak untuk memperbaiki sifat-sifat tanah seperti memperbanyak pori-pori tanah, meningkatkan KTK media tumbuh (campuran tanah mineral dan zeolit) di daerah perakaran, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Inovasi teknologi dikemudian hari yang harus dicari adalah pembenah tanah zeolit yang diberikan dalam jumlah sedikit dengan teknik blanding, dimana zeolit dicampur dengan pupuk N-Urea yang didasarkan pada sifat zeolit yang dapat menyerap N dalam bentuk ion NH4+. Unsur N-Urea merupakan unsur yang paling mudah hilang melalui proses leaching dan volatilization. Inovasi teknologi yang perlu dikembangkan lagi adalah perbandingan antara zeolit dan pupuk N-Urea secara proporsional, sehingga dampak pemberiannya dapat merehabilitasi lahan terdegradasi dan meningkatkan produksi pertanian secara nyata dan ramah lingkungan. Sifat khas dari zeolit sebagai natural mineral berstruktur tiga demensi bermuatan negatif dan memiliki pori-pori yang terisi ion-ion K, Na, Ca, Mg dan molekul H2O, sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran ion dan pelepasan air secara bolak-balik. Pupuk Urea dan KCl yang diberikan ke tanah yang sebelumnya sudah diberi zeolit, maka kation NH4+-Urea dan kation K+-KCl dapat terperangkap sementara dalam pori-pori zeolit yang sewaktu-waktu dilepaskan secara perlahan-lahan untuk diserap tanaman. Zeolit mempunyai kerangka terbuka dengan jaringan pori-pori yang mempunyai permukaan bermuatan negatif dapat mencegah pencucian unsur hara NH4+-Urea dan kation K+-KCl keluar dari daerah perakaran. Zeolit berperanan untuk menahan sementara unsur hara di daerah perakaran, sehingga pupuk Urea dan KCl yang diberikan lebih efisien. Jika takaran pupuk yang diberikan sesuai anjuran maka residu pupuk berakhir lebih lama dengan peningkatan hasil yang lebih tinggi. Aplikasi zeolit tidak sama dengan pembenah tanah lainnya (kapur pertanian dan gypsum), sebab zeolit tidak mengalami break down dan jumlahnya masih tetap dalam tanah untuk meretensi unsur hara. Aplikasi zeolit berikutnya akan lebih memperbaiki kemampuan tanah untuk menahan unsur hara dan memperbaiki hasil. Zeolit tidak asam dan penggunaannya dengan pupuk dapat menyangga pH tanah, sehingga dapat mengurangi takaran kapur. Pemberian zeolit tidak hanya digunakan sebagai carriers hara tanaman, tetapi juga sebagai

189

M. Al-Jabri

perangkap logam berat (Cu, Cd, Pb, Zn) sehingga uptake kedalam rantai makanan atau food chain dicegah atau berkuran (Fuji, 1974). Hasil penelitian lain membuktikan bahwa nitrogen yang diserap tanaman padi di rumah kaca tertinggi pada perlakuan 125 kg ZKK/ha, dan semakin tinggi takaran dari 250-8.000 kg ZKK/ha, maka N yang diserap tanaman semakin turun, hal ini menunjukkan semakin banyak N memasuki pori-pori zeolit, kemudian secara lambat akan dilepaskan lagi untuk diserap tanaman (Tabel 4). Konsentrasi N pada perlakuan NPK-petani di rumah kaca < 2% dan pada perlakuan ZKK+ NPK-uji tanah > 2% (Al-Jabri, 2010). Tabel 4. Pengaruh ZKK terhadap N diserap tanaman padi varietas Ciherang umur 6 MST menggunakan tanah Grumusol, Jawa Timur dari percobaan pot
No. Perlakuan Bobot kering tanaman gram/pot 4,66 16,05 22,50 22,56 21,28 20,24 19,78 20,25 20,18 23,00 Konsentrasi N % 1,40 1,41 2,05 2,76 2,62 2,69 2,96 2,66 2,43 2,42 N diserap tanaman mg/pot 65 226 461 623 558 544 585 539 490 557

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Kontrol lengkap NPK-petani NPK-uji tanah 125 kg ZKK/ha + NPK-uji tanah 250 kg ZKK/ha + NPK-uji tanah 500 kg ZKK/ha + NPK-uji tanah 1.000 kg ZKK/ha + NPK-uji tanah 2.000 kg ZKK/ha + NPK-uji tanah 4.000 kg ZKK/ha + NPK-uji tanah 8.000 kg ZKK/ha + NPK-uji tanah

Formulasi pupuk anorganik dengan pembenah tanah organik dan zeolit Formulasi pupuk anorganik dengan pembenah panah organik dan zeolit perlu dikembangkan terus, sehingga dapat diciptakan formulasi yang semakin baik. Pengaruh tingkat Formulasi Zeo Nano (FZN) masing-masing 1/8, , , , 1, 1 , 2 x FZN berbeda nyata terhadap bobot gabah kering giling (GKG) di rumah kaca. FZN terdiri dari campuran zeolit, urea, ZA, P alam, Cu, Zn, B, dan kompos jerami yang dibuat dalam bentu pelet (Gambar 1). Bobot GKG tertinggi 40 gram/pot pada level 2 x FZN (Perlakuan No.8) nyata berbeda terhadap semua perlakuan. Meskipun penggunaan 2 X FZN dalam waktu jangka pendek belum menguntungkan, tetapi pemberian 1/4 x Zeo-Nano) 190

Inovasi Teknologi Pembenah Tanah Zeolit

secara berkelanjutan setiap musim tanam, tidak diragukan bahwa pengaruhnya tidak hanya hasil GKG dapat ditingkatkan, tetapi juga sifat fisika, kimia, dan biologi tanah dapat diperbaikimenuju pencapain pertanian berkelanjutan (Al-Jabri, 2010). Pemberian pembenah tanah zeolit ZKK berpengaruh terhadap GKG dengan hasil tertinggi (65,20 kwintal/ha) pada pemberian 2.000 kg ZKK/ha (Tabel 5).
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 No.1= Complete control; No.2=1/8xZeoNano;No.3=1/4xZeo-Nano;No.4=1/2xZeoNano;No.5=3/4xXeo-Nano;No.6=1xZeoNano;No.7=1 1/2xZeo-Nano;No.8=2xZeo-Nano

Gambar 1. Pengaruh tingkat formulasi zeo nano (FZN) masing-masing 1/8, , , , 1, 1 , 2 x FZN berbeda nyata terhadap bobot GKG

Tabel 5. Pengaruh ZKK terhadap tinggi, jumlah anakan tanaman padi varietas Ciherang umur 6 dan 9 MST, serta bobot gabah pada tanah Grumusol di Ngawi (Jawa Timur)
No. Perlakuan Pertumbuhan tanaman padi Tinggi tanaman Jumlah anakan Bobot gabah kering giling 9 HST 9 HST cm kw/ha 110,92 a 24,26 a 50,72 e 107,44 b 23,22 a 55,44 d 109,18 ab 24,76 a 59,00 bc 107,56 b 24,46 a 59,74 bc 109,98 ab 24,30 a 61,40 b 65,20 a 107,98 ab 23,98 a 109,58 ab 23,80 a 59,56 bc 106,80 b 23,42 a 59,38 bc 108,54 ab 25,92 a 57,58 cd

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

NPK-petani NPK-uji tanah 250 kg ZKK/ha + NPK-uji tanah 500 kg ZKK/ha + NPK-uji tanah 1.000 kg ZKK/ha + NPK uji tanah 2.000 kg ZKK/ha + NPK-uji tanah 4.000 kg ZKK/ha + NPK-uji tanah 8.000 kg ZKK/ha + NPK-uji tanah Campuran 70% Urea+30 zeolit*

Keterangan :

* = Campuran 70% Urea+30 zeolit* dibuat oleh Dr. Suwardi (Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB)

Rice dry yield (gram/pot)

191

M. Al-Jabri

Pemberian ZKK di atas 2.000 kg ZKK/ha, hasil GKG cenderung menurun, tetapi relatif masih signifikan dibandingkan dengan perlakuan NPK-petani dan NPK-uji tanah (Al-Jabri, 2010). Dengan semakin tinggi level ZKK, maka semakin banyak NH4+ dari pupuk urea yang disimpan yang dalam ruang pori zeolit. Residu zeolit dalam tanah yang masih mengandung NH4+ akan dilepaskan lagi pada musim tanam berikutnya. Residu zeolit dalam tanah masih bertahan dalam waktu yang cukup lama, sebab zeolit tidak mengalami break down sehingga jumlahnya masih tetap dalam tanah. Sebaliknya kapur dalam tanah akan mengalami break down, sehingga residunya sangat cepat habis. Meskipun pemberian pembenah tanah zeolit ZKK tidak berpengaruh terhadap tinggi dan jumlah tanaman, tetapi tanpa pemberian ZKK kemungkinan tingkat kehampaan gabah relatif tinggi. KESIMPULAN 1. Peningkatan produksi tersebut karena zeolit dapat memperbaiki sifat fisika tanah seperti aerasi tanah menjadi lebih baik, memperbaiki sifat kimia tanah (KTK meningkat), dan mampu menyerap air. 2. Nitrogen yang diserap tanaman padi di rumah kaca tertinggi pada perlakuan 125 kg ZKK/ha, dan semakin tinggi takaran dari 250-8.000 kg ZKK/ha, maka N yang diserap tanaman semakin turun, hal ini menunjukkan semakin banyak N memasuki pori-pori zeolit, kemudian secara lambat akan dilepaskan lagi untuk diserap tanaman. 3. Konsentrasi N pada perlakuan NPK-petani di rumah kaca < 2% dan pada perlakuan ZKK+ NPK-uji tanah > 2%. 4. Bobot GKG tertinggi 40 gram/pot pada level 2 x FZN nyata berbeda terhadap semua perlakuan; Meskipun penggunaan 2 x FZN dalam waktu jangka pendek belum menguntungkan, tetapi pemberian 1/4 x Zeo-Nano) secara berkelanjutan setiap musim tanam, tidak diragukan bahwa pengaruhnya tidak hanya hasil GKG dapat ditingkatkan, tetapi juga sifat fisika, kimia, dan biologi tanah dapat diperbaiki menuju pencapain pertanian berkelanjutan. 5. Pemberian ZKK di atas 2.000 kg ZKK/ha, hasil GKG cenderung menurun, tetapi relatif masih signifikan dibandingkan dengan perlakuan NPK-petani dan NPK-uji tanah.

192

Inovasi Teknologi Pembenah Tanah Zeolit

DAFTAR PUSTAKA Al-Jabri, M. 2006. Penetapan rekomendasi pemupukan berimbang berdasarkan analisis tanah untuk padi sawah. Jurnal Sumberdaya Lahan. Vol. 1, No. 2. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Al-Jabri, M. 2010. Teknologi Pelepasan NH4+ - Urea Secara Lambat dengan zeolit pada tanah sawah Vertisols di Ngawi. Seminar Nasional di BB Padi Sukamandi, 24 November 2010. Pond, W. G., and F. A. Mumpton (Ed). 1984. Zeo-agriculture: Use natural zeolites in agriculture and aquaculture. International Committee on Natural Zeolite, Westview Press, Boulder, CO. Sanchez, P. A. 1976. Properties and Management of Soils in the Tropics. John Wiley and Sons, New York. London. Sydney. Toronto. 618 p. Suwardi and Goto, I. 1996. Utilization of Indonesian Natural Zeolite in Agriculture. Proceedings of the International Seminar on Development of Agribusiness and Its Impact on Agricultural Production in South East Asia (DABIA), November 11-16, 1996 at Tokyo. Suwardi. 1997. Studies on agricultural utilization of natural zeolites in Indonesia. Ph. D. Dissertation. Tokyo University of Agriculture. Suwardi. 2007. Pemanfaatan zeolit untuk Perbaikan Sifat-sifat Tanah dan Peningkatan Produksi Pertanian. Disampaikan pada Semiloka Pembenah Tanah Menghemat Pupuk Mendukung Peningkatan Produksi Beras, di Departemen Pertanian, Jakarta 5 April 2007. (Tidak dipublikasikan). Torii, K. M., M. Hotta, and M. Asaka. 1979. Quantitative Estimation of Mordenite and Clinoptilolite In Sedimentary Rock (II). Journal Japan Association Mineral Economic Geology 74 (8). Townsend, R. P. 1979. The properties and application of zeolites. The Proceeding of A Conference Organized Jointly by the Inorganic Cehemicals Group of the Chemical Society and the Chemical Industry. The City University, London, April 18th 20th. Westerman, R. L. 1990. Soil Testing and Plant Analysis. Third Edition. Soil Science Society of America, Inc. Madison, Wisconsin, USA. 784 p. Yamagata. 1967. Effect of zeolite as soil conditioners: Internal Report of Agricultural Improvement Section, Yamagata Prefectural Government.

193

You might also like