You are on page 1of 2

Merenungi ini: 'Cek Tamayyu Ubudiyyah.... ibadah2 sunnah dan wajib kita. Astaghfirullah...

'

Mewaspadai Virus Tamayyu


Added by Indra Kurniawan on June 8, 2013. Saved under Nasehat Oleh: Abu Muhammad Hisan Interaksi sosial adalah keniscayaan dalam berdakwah. Menjadi tuntutan bagi para dai untuk terjun di tengah-tengah masyarakat, melakukan kontak dan komunikasi dengan sebanyak mungkin manusia. Melalui interaksi sosial tersebut diharapkan akan banyak individu atau masyarakat yang merasa tertarik dan mau melaksanakan nilai-nilai yang diajarkan oleh para dai, sehingga sikap, tindakan, dan tingkah laku individu dan masyarakat tersebut terwarnai oleh nilai-nilai ajaran Islam. Ada satu hal yang harus diwaspadai oleh para dai dalam melakukan interaksi sosial, terlebih lagi jika kontak dan komunikasi sosial tersebut dilakukan dalam lingkungan masyarakat yang memiliki karakter, budaya, nilai, ideologi, dan agama yang berbeda, bahkan bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang mereka perjuangkan. Dalam kondisi seperti itu para dai harus berhati-hati dan menjaga diri dari serangan virus tamayyu (pencairan), yakni kondisi dimana seorang dai malah terpengaruh oleh gaya, pemikiran, kebiasaan, budaya, ideologi yang dimiliki oleh individu atau masyarakat yang didakwahinya; lalu secara lambat laun mulai meninggalkan idealisme yang dianutnya. Naudzubillahi min dzalik Tamayyu Khuluqi Tamayyu yang pertama kali muncul biasanya adalah tamayyu khuluqi, pencairan akhlak. Ditandai dengan munculnya sikap tasahul (menggampangkan/menyepelekan suatu pelanggaran). Dimulai dari hal-hal yang sederhana, misalnya: 1.Melakukan isyraf (berlebih-lebihan) dalam makan dan minum. 2.Berlebih-lebihan dalam gaya berpakaian. 3.Menyepelekan rambu-rambu hijab. 4.Berlebih-lebihan dalam menikmati musik, nyanyian, dan tontonan. 5.Longgar atau tidak berhati-hati dalam muamalah maaliyah 6.Terlalu banyak tertawa dan bergurau. Sampai akhirnya munculah sikap ibahiyah (permissive/segala hal boleh) tanpa sungguh-sumgguh memperhatikan rambu-rambu syariat. Tamayyu Ubudiyyah Jika tamayyu khuluqi tersebut tidak segera diobati, maka yang akan terjadi selanjutnya adalah tamayyu ubudiyyah, pencairan amal ibadah. Ditandai dengan menyepelekan amalan-amalan sunnah atau bahkan amalan-amalan wajib. Misalnya: 1.Malas qiyamu lail. 2.Meremehkan shalat-shalat sunnah rawatib. 3.Semakin jarang shalat berjamaah di masjid. 4.Sering melaksanakan shalat wajib tidak tepat waktu. 5.Sering terlambat melaksanakan shalat shubuh. 6.Malas melakukan shaum-shaum sunnah 7.Sedikit menyebut nama Allah/ wirid dan dzikir. 8.Sedikit membaca al-Quran.

Tamayyu Fikriyyah Berikutnya dari tamayyu ubudiyah akan merembet kepada tamayyu fikriyyah, pencairan ideologi. Diantaranya ditandai dengan hilangnya ciri khas fikrah Islami dari seorang dai. Bahkan pemahamannya terhadap fikrah islami tersebut semakin lemah dan luntur. Warna pemikirannya menjadi tidak jelas, apakah ia seorang abnaul harakah islamiyah, ataukah seorang liberalis, sosialis, atau nasionalis? Dari pembicaraannya tidak dapat diketahui lagi apakah ia meyakini Islam sebagai satu-satunya jawaban yang benar dan bersih terhadap persoalan manusia, ataukah menurutnya ada jawaban yang lain? Tidak jelas apakah ia meyakini Islam sebagai sistem yang sempurna dan lengkap ataukah tidak? Tamayyu Aqidiyah Tamayyu yang terparah adalah tamayyu aqidiyah, pencairan aqidah. Sebuah kondisi dimana seseorang sudah benarbenar jauh menyimpang, karena tidak lagi memahami Islam sebagai satu-satunya kebenaran yang mesti dianut seluruh manusia. Padahal Allah Taala berfirman, Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam (Q.S. Ali Imran: 19) Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Q.S. Ali Imran: 85) Virus tamayyu ini dapat dihindari jika para dai memiliki imunitas dan senantiasa meningkatkan kualitas dirinya. Naudzubillahi min dzalikwa la haula wala quwwata illa bi-Llaah

You might also like