You are on page 1of 29

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN

2010

VI. TEMBAKAU
Tembakau (Nicotiana spp., L.) adalah genus tanaman yang berdaun lebar yang
berasal dari daerah Amerika Utara dan Amerika Selatan. Daun dari pohon ini sering
digunakan sebagai bahan baku rokok, baik dengan menggunakan pipa maupun
digulung dalam bentuk rokok atau cerutu. Daun tembakau dapat pula dikunyah atau
dikulum, dan ada pula yang menghisap bubuk tembakau melalui hidung. Tembakau
mengandung zat alkaloid nikotin, sejenis neurotoxin yang sangat ampuh jika
digunakan pada serangga. Zat ini sering digunakan sebagai bahan utama insektisida

(http://id.wikipedia.org/wiki/Tembakau, 22 April 2010).


Tembakau termasuk komoditas yang mempunyai arti penting karena selain
memberikan manfaat ekonomi, manfaat sosialnya pun sangat dirasakan. Peran
tembakau didalam perekonomian Indonesia dapat ditunjukkan terutama oleh
besarnya cukai yang disumbangkan sebagai penerimaan negara dan banyaknya
tenaga kerja yang terserap baik dalam tahap penanaman dan pengolahan tembakau
sebelum diekspor atau dibuat rokok, maupun pada tahap pembuatan rokok.
Penerimaan negara dari tembakau sangat besar yaitu dari cukai dan setiap tahun
terus meningkat pada tahun 2007 sebesar 42 trilyun, tahun 2008 sebesar 50,2
trilyun dan tahun 2009 ditargetkan mencapai 52 trilyun demikian juga pada periode
5 tahun terakhir devisa yang dihasilkan dari eksport tembakau senilai US $ 100.627
(48.278 ton) (http://ditjenbun.deptan.go.id/budtansim/images/pdf/tembakau, 22
April 2010).
Tulisan berikut akan mengulas keragaan komoditas tembakau Indonesia dan
dunia serta proyeksi produksi dan permintaan tembakau Indonesia di tahun-tahun
mendatang.

6.1.

PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKTIVITAS DAN PRODUKSI


TEMBAKAU INDONESIA
Secara umum perkembangan luas areal tembakau di Indonesia selama tahun

1971 - 2009 tampak berfluktuatif dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,23%


Pusat Data dan Informasi Pertanian

123

2010

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN

(Gambar 6.1.). Total luas areal tembakau menunjukkan peningkatan pada periode
tahun 1971 - 1997 dengan laju pertumbuhan rata-rata mencapai 4,76% per tahun.
Menginjak tahun 1998 - 2009 terjadi kecenderungan penurunan laju pertumbuhan
luas areal tembakau menjadi sebesar 0,07% per tahun (Lampiran 6.1.). Terjadinya
penurunan laju pertumbuhan luas areal tembakau pada periode tahun 1990 - 2009,
dikarenakan tembakau di Indonesia hanya diusahakan oleh Perkebunan Rakyat (PR)
dan Perkebunan Besar Negara (PBN), sementara Perkebunan Besar Swasta (PBS)
tidak melakukan penanaman sama sekali.

Gambar 6.1. Perkembangan luas areal tembakau menurut status pengusahaannya,


1971-2009

Gambar 6.2. Kontribusi luas areal tembakau di Indonesia menurut status


pengusahaan, (rata-rata 2005-2009)

124

124

Pusat Data dan Informasi Pertanian

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN

2010

Berdasarkan status pengusahaannya, rata-rata luas areal tembakau tahun 2005


- 2009 didominasi oleh PR sebesar 97,43%, sisanya 2,57% PBN, sementara tidak ada
PBS yang melakukan penanaman tembakau (Gambar 6.2).
Sejalan dengan perkembangan luas

arealnya, perkembangan produksi

tembakau di Indonesia juga tampak berfluktuatif. Pada periode tahun 1971 2009,
produksi tembakau Indonesia meningkat dengan dengan laju pertumbuhan rata-rata
sebesar 7,43% per tahun (Gambar 6.3). Sementara laju pertumbuhan rata-rata pada
periode tahun 1998 - 2009 mengalami sedikit peningkatan sebesar 1,53% per tahun.
Hal ini dikarenakan, tidak ada kontribusi produksi tembakau yang berasal dari PBS
pada periode tersebut. Namun demikian, secara umum terjadi peningkatan total
produksi tembakau di Indonesia dari 57,35 ribu ton pada tahun 1971 menjadi 176,94
ribu ton pada tahun 2009 (Lampiran 6.2).

Gambar 6.3. Perkembangan produksi tembakau menurut status pengusahaan,


1971-2009
Secara umum produksi tembakau PR pada periode tahun 2006 - 2009
didominasi oleh 4 provinsi, yaitu: Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah,
dan Jawa Barat (Lampiran 6.3.). Keempat provinsi tersebut memberikan kontribusi
sebesar 95,22% terhadap total produksi tembakau Indonesia. Jawa Timur
memberikan kontribusi sebesar 48,40%, Nusa Tenggara Barat 27,83%, Jawa Tengah
15,07%, Jawa Barat 3,92%, dan provinsi lainnya hanya memberikan kontribusi
sebesar 7,78% (Gambar 6.4).
Pusat Data dan Informasi Pertanian

125

2010

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN

Gambar 6.4. Kontrubusi sentra produksi tembakau PR di Indonesia,


(rata-rata 2006-2009)
Berbeda dengan perkembangan luas areal dan produksinya, perkembangan
produktivitas tembakau di Indonesia selama empat tahun terakhir (2006 - 2009)
cenderung memiliki pola yang seragam sesuai dengan jenis pengusahaannya
(Gambar 6.5.). Rata-rata produktivitas untuk PR dan PBN masing-masing sebesar
0,86 ton/ha dan 0,64 ton/ha (Tabel 6.1.).

Gambar 6.5. Rata-rata produktivitas tembakau Indonesia menurut status


pengusahaan, 2006-2009

126

126

Pusat Data dan Informasi Pertanian

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN

2010

Tabel 6.1. Perkembangan produktivitas tembakau Indonesia, 2006-2009


Produktivitas (Ton/Ha)

Tahun

PR1)

PBN2)

Nasional

2006

0,85

0,82

0,85

2007

0,84

0,54

0,83

2008

0,86

0,57

0,85

2009*)

0,88

0,65

0,87

Rata-rata

0,86

0,64

0,85

Sumber

: Ditjen. Perkebunan

Keterangan: *) Angka Sementara


1)

6.2.

Perkebunan Rakyat

2)

Perkebunan Besar Negara

PERKEMBANGAN HARGA KONSUMEN TEMBAKAU DI INDONESIA


Secara umum perkembangan harga tembakau di tingkat konsumen pedesaan

pada periode tahun 2000 - 2008 cenderung meningkat (Gambar 6.6.). Harga
tembakau di tingkat konsumen dimulai dengan harga Rp. 21.499,90,- per kg pada
tahun 2000 dan meningkat pada tahun 2008 menjadi sebesar Rp. 43.768,71,- per kg.
Rata-rata laju pertumbuhan harga tembakau selama periode tahun 2000 - 2008
sebesar 9.51% (Tabel 6.2.).
Pada periode tersebut, harga tembakau di tingkat konsumen untuk setiap
provinsi cukup beragam. Harga rata-rata tingkat konsumen tembakau tertinggi
selama 5 tahun terakhir terjadi di Sumatera Utara yang mencapai Rp. 59.056,- per
kg (rata-rata 2004 - 2008). Berikutnya adalah Sumatera Barat sebesar Rp. 49.840,per kg, dan provinsi lainnya berada pada kisaran di bawah Rp. 40.000,- per kg
(Lampiran 6.4).

Pusat Data dan Informasi Pertanian

127

2010

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN

Tabel 6.2. Perkembangan harga konsumen pedesaan tembakau Indonesia,


2000-2006
Tahun

Harga
Konsumen

Pertumbuhan

(Rp/kg)

(%)

2000

21.499,90

2001

24.063,09

11,92

2002

29.546,90

22,79

2003

32.571,65

10,24

2004

31.551,74

-3,13

2005

32.822,84

4,03

2006

35.684,13

8,72

2007

40.188,39

12,62

2008

43.768,71

8,91

Rata-Rata

9,51

Sumber : BPS

Gambar 6.6. Perkembangan harga konsumen tembakau di Indonesia,


2000-2008

6.3. PERKEMBANGAN KONSUMSI TEMBAKAU DAN ROKOK INDONESIA


Konsumsi tembakau segar di Indonesia selama periode tahun 1987 - 2008
berfluktuatif walaupun cenderung turun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar
2,19% per tahun. Penurunan konsumsi tembakau cukup besar terjadi pada tahun
128

128

Pusat Data dan Informasi Pertanian

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN

2010

1996 bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 29,51% (Gambar 6.7).
Apabila dilihat dari besarannya, konsumsi tembakau segar per kapita relatif kecil
karena cenderung mengkonsumsi dalam bentuk rokok hasil industri. Pada tahun
2008, rata-rata konsumsi tembakau segar hanya sebesar 0,27 kg per kapita.

Gambar 6.7. Perkembangan konsumsi tembakau di Indonesia,


1987-2008

Gambar 6.8. Perkembangan konsumsi rokok di Indonesia, 1987-2008


Sementara itu, konsumsi hasil olahan tembakau yaitu rokok dibedakan atas
rokok kretek filter, rokok kretek tanpa filter dan rokok putih. Selama periode tahun
1987 - 2008, pola konsumsi rokok kretek baik filter, tanpa filter maupun rokok putih
cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan masing-masing sebesar 1,97%,
1,21% dan 1,08%. Pada tahun 2008, konsumsi rokok kretek filter sebanyak 316
Pusat Data dan Informasi Pertanian

129

2010

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN

batang per kapita, rokok kretek tanpa filter sebanyak 182 batang per kapita, dan
rokok putih sebanyak 39 batang per kapita (Gambar 6.8).

6.4.

PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR
MANUFAKTUR INDONESIA

TEMBAKAU

PRIMER

DAN

Perkembangan volume ekspor dan impor tembakau primer selama periode


tahun 1996 - 2009 relatif berfluktuatif namun cenderung meningkat masing-masing
sebesar 4,29% dan 6,33% per tahun. (Gambar 6.9.).

Peningkatan volume ekspor

tembakau primer pada tahun 2009 sebesar 3,73%. Total volume ekspor pada tahun
1996 sebesar 33,24 ribu ton dan pada tahun 2009 meningkat menjadi sebesar 52,14
ribu ton. Sedangkan total volume impor pada tahun 1996 sebesar 45,06 ribu ton dan
pada tahun 2009 meningkat menjadi sebesar 53,20 ribu ton. Secara umum, realisasi
ekspor tembakau primer pada periode tahun 2000 - 2009 berada di atas realisasi
impornya, yang berarti neraca perdagangan internasional tembakau mengalami
surplus.

Gambar 6.9. Perkembangan volume dan harga ekspor impor tembakau primer,
1996-2009
Demikian pula, perkembangan harga ekspor maupun impor dari periode tahun
1996 - 2009 juga berfluktuatif namun mempunyai kecenderungan meningkat masingmasing dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 3,81% dan 6,28%. Namun
130

130

Pusat Data dan Informasi Pertanian

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN

2010

demikian, pada periode tertentu terjadi peningkatan volume baik ekspor maupun
impor yang tidak dibarengi dengan peningkatan harga ekspor maupun impornya
(Lampiran 6.6.).
Dilihat dari harga ekspor dan impor terlihat bahwa pada periode 1996 - 2009,
harga ekspor tembakau Indonesia jauh dibawah harga impor tembakau luar negeri.
Pada tahun 2009, harga ekspor tembakau primer Indonesia mencapai US$ 3.385 per
ton, sementara harga impornya mencapai US$ 5.455 per ton. Hal ini menunjukkan
bahwa kualitas tembakau primer di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan
kualitas tembakau primer yang ada di luar negeri.
Perkembangan volume ekspor dan impor tembakau manufaktur selama
periode tahun 1996-2009 juga relatif berfluktuatif dan cenderung mengalami
peningkatan untuk volume ekspor dan impor dengan rata-rata sebesar 6,72%, dan
16,67% (Gambar 6.10.). Total volume ekspor pada tahun 1996 sebesar 28,94 ribu
ton dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 57,97 ribu ton. Sedangkan total volume
impor pada tahun 1996 sebesar 4,58 ribu ton pada tahun 2009 juga mengalami
peningkatan menjadi 10,49 ribu ton.
Secara umum, realisasi ekspor tembakau manufaktur (cerutu, sigaret,
tembakau iris, blended tobacco, tembakau dihomogenisasi, ekstrak dan essens
tembakau) juga berada diatas realisasi impornya, atau mengalami surplus neraca
perdagangan.

Gambar 6.10. Perkembangan volume dan harga ekspor - impor tembakau


manufaktur 1996-2009
Pusat Data dan Informasi Pertanian

131

2010

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN

Demikian pula, harga impor tembakau manufaktur Indonesia pada periode


tahun 1996-2009 lebih tinggi dibandingkan dengan harga ekspornya. Hal ini
menunjukkan pula bahwa kualitas tembakau manufaktur dari luar negeri yang masuk
ke Indonesia lebih bagus dibandingkan dengan kualitas tembakau manufaktur
Indonesia yang diekspor ke luar negeri.

6.5.

PERKEMBANGAN LUAS AREAL DAN PRODUKSI TEMBAKAU DUNIA


Perkembangan luas areal tembakau dunia selama periode tahun 1961-2008

menunjukkan pola yang cukup berfluktuatif tetapi cenderung sedikit mengalami


peningkatan (Gambar 6.11.), dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,07%

per

tahun. Sementara, rata-rata pertumbuhan tahun 1961-1995 meningkat sebesar


1,47% per tahun, dan selanjutnya mengalami peningkatan sangat kecil rata-rata
pertumbuhan per tahun untuk periode 1996-2008 hanya sebesar 0,01% per tahun
(Lampiran 6.8.).

Gambar 6.11. Perkembangan luas areal tembakau dunia, 1961-2008


Sementara itu, berdasarkan data rata-rata luas areal tembakau dunia periode
tahun 2004 - 2008, terdapat sepuluh negara yang memberikan kontribusi luas areal
terbesar di dunia (Lampiran 6.9). Sepuluh negara tersebut secara total memberikan
kontribusi kumulatif mendekati 85,71% terhadap total luas areal tembakau di dunia.
China memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar 40,70% (atau 1,28 juta ha),
132

132

Pusat Data dan Informasi Pertanian

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN

2010

Brazil sebesar 14,84%, India sebesar 11,72%, dan Indonesia berada di urutan ke-4
dengan memberikan kontribusi sebesar 6,09%, sementara Melawi dan Argentina
masing-masing memberikan kontribusi sebesar 4,40% dan 2,72%. Sedangkan negaranegara lainnya memberikan kontribusi rata-rata dibawah 2% (Gambar 6.12.).

Gambar 6.12. Negara dengan luas areal tembakau terbesar di dunia,


2004 2008
Sejalan

dengan perkembangan luas areal tembakau dunia, perkembangan

produksi tembakau dunia juga menunjukkan pola yang berfluktuatif dan cenderung
meningkat selama periode tahun 1961-2008 (Gambar 6.13.). Rata-rata pertumbuhan
produksi untuk periode tahun tersebut adalah sebesar 2,92% per tahun. Rata-rata
pertumbuhan produksi tembakau dunia cukup besar terjadi pada periode tahun 1961
- 1995 yakni sebesar 3,16% per tahun, dan selanjutnya mengalami pertumbuhan
rata-rata per tahun yang melandai untuk periode 1996 - 2008 yakni sebesar 2,29%
per tahun (Lampiran 6.8.).

Pusat Data dan Informasi Pertanian

133

2010

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN

Gambar 6.13. Perkembangan produksi tembakau dunia, 1961-2008


Secara umum produksi tembakau dunia pada periode tahun 2004 - 2008
didominasi oleh sepuluh negara yang memberikan kontribusi kumulatif sebesar
86,61% terhadap total produksi tembakau dunia (Lampiran 6.10.). Negara yang
memberikan kontribusi terbesar yaitu China sebesar 46,89% (atau setara dengan 2,6
juta ton), Brazil sebesar 16,03%, India sebesar 9,65%, dan Indonesia di urutan ke-4
dengan kontribusi sebesar 2,87%. Sementara Argentina dan Melawi masing-masing
memberikan kontribusi sebesar 2,82% dan 2,15%. Sedangkan negara-negara lainnya
hanya memberikan kontribusi dibawah 2% (Gambar 6.14.).

Gambar 6.14. Sepuluh negara produsen tembakau dunia, 2004 - 2008

134

134

Pusat Data dan Informasi Pertanian

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN

6.6.

2010

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN TEMBAKAU DUNIA


Berdasarkan data FAO, selama periode tahun 1991-2007 menunjukkan bahwa

rata-rata harga produsen tembakau di dunia cukup berfluktuatif dengan pola yang
cenderung meningkat dengan laju pertumbuhan sebesar 1,55%. Pada periode tahun
1991-2002 laju pertumbuhan harga rata-rata tembakau dunia mengalami penurunan
sebesar 1,39%, namun kemudian meningkat pesat pada periode selanjutnya (20032007) hingga mencapai 8,04% (Gambar 6.15.).

Gambar 6.15. Perkembangan rata-rata harga produsen tembakau dunia,


1991-2007

6.7. PERKEMBANGAN EKSPOR - IMPOR TEMBAKAU DUNIA


Perkembangan volume ekspor dan impor tembakau di dunia periode 1961 2007 tampak berfluktuatif namun cenderung meningkat

dengan rata-rata

pertumbuhan masing-masing sebesar 6,69% per tahun dan 5,52% per tahun (Gambar
6.16.). Dari Gambar 6.16, terlihat bahwa realisasi impor dunia lebih rendah
dibandingkan dengan realisasi ekspor dunia. Hal ini menunjukkan bahwa lebih
banyak negara-negara yang tidak bisa memenuhi kebutuhan tembakaunya dari
produksi domestiknya. Pada tahun 1961, realisasi ekspor dan impor dunia masingmasing mencapai 376 ribu ton dan 401 ribu ton, kemudian meningkat menjadi
Pusat Data dan Informasi Pertanian

135

2010

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN

masing-masing sebesar 5,79 juta ton dan 3,97 juta ton pada tahun 2007. Pola
perkembangan nilai ekspor dan impor tembakau seiring dengan pola perkembangan
volume ekspor dan impornya.

Gambar 6.16. Perkembangan volume ekspor dan impor tembakau dunia, 1961-2007

Gambar 6.17. Negara pengekspor tembakau terbesar dunia, (rata-rata 2003-2007)


Sementara itu, apabila dilihat dari realisasi ekspor per negara menunjukkan
bahwa Brazil merupakan negara pengekspor tembakau terbesar di dunia sebesar
1,60 juta ton (rata-rata 2003 - 2007). Negara selanjutnya adalah Melawai, Greece
dan Germany masing-masing dengan realisasi ekspor sebesar 344 ribu ton, 313 ribu
ton dan 309 ribu ton. Sementara, realisasi ekspor tembakau negara selanjutnya
136

136

Pusat Data dan Informasi Pertanian

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN

2010

yakni China, Italy, India, Belgium, Argentina dan France hanya berkisar antara 193
ribu ton hingga 283 ribu ton (Gambar 6.17).
Dari sisi impor, terlihat bahwa Germany menempati urutan pertama sebagai
negara pengimpor tembakau terbesar di dunia dengan realisasi sebesar 991 ribu ton
(rata-rata 2003 - 2007). Disusul kemudian oleh China, Japan, Belgium dan France
masing-masing sebesar 379 ribu ton, 323 ribu ton, 286 ribu ton dan 209 ribu ton.
Negara-negara berikutnya yakni Egypt, Indonesia, Greece, Dominican R dan Italy
mempunyai realisasi impor berkisar antara 93 hingga 163 ribu ton (Gambar 6.18).

Gambar 6.18. Negara pengimpor tembakau terbesar dunia, (rata-rata 2003-2007)

6.8. PROYEKSI PENAWARAN TEMBAKAU 2010-2012


Proyeksi penawaran tembakau didasarkan pada proyeksi produksi tembakau.
Proyeksi produksi tembakau dapat dipengaruhi oleh banyak peubah. Berdasarkan
hasil analisis fungsi respons produksi tembakau dengan menggunakan metode
analisis regresi berganda menunjukkan bahwa produksi tembakau dipengaruhi dua
peubah, yaitu luas area tembakau dan harga ekspor tembakau tahun sebelumnya.
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh koefisien determinasi (R2)
sebesar 80,0%. Hal ini berarti 80,0% keragaman pada produksi tembakau dapat

Pusat Data dan Informasi Pertanian

137

2010

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN

dijelaskan oleh peubah-peubah yang digunakan dalam model, dan hanya sebesar
20,0% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya (Tabel 6.3).
Tabel 6.3. Hasil analisis fungsi respon produksi tembakau di Indonesia
Peubah

Koefisien

P Value

Intersep

-1,22

0,454

Ln luas area

0,959

0,000

Ln harga riil TSP sebelumnya

0,151

0,000

R2

80,0%

Koefisien dari luas area 0,959 menunjukkan bahwa jika luas area naik (turun)
sebesar 10% maka produksi tembakau akan naik (turun) sebesar 9,59%. Begitu juga
pula dengan koefisien harga ekspor riil tembakau menunjukkan hasil yang positif
sebesar 0,151, artinya bahwa apabila harga ekspor tembakau tahun sebelumnya naik
sebesar 10% akan merangsang petani untuk mengusahakan tanaman tembakau
sehingga akan meningkatkan produksi tembakau sebesar 1,51%.
Tabel 6.4. Hasil proyeksi produksi tembakau Indonesia, 2010-2012
Tahun

Produksi (Ton)

Pertumbuhan (%)

2009

176.937

2010

174.424

-1,42

2011

177.634

1,84

2012

180.839

1,80

Rata-rata pertumbuhan
Keterangan: Tahun 2009: Angka Sementara Ditjen Perkebunan
Tahun 2010 2012 Angka hasil proyeksi
138

138

Pusat Data dan Informasi Pertanian

0,74

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN

2010

Hasil proyeksi produksi tembakau 2010 - 2012 yang disajikan pada Tabel 6.4.
menunjukkan bahwa pada tahun 2010, produksi tembakau Indonesia diproyeksikan
sebesar 174,42 ribu ton atau turun sebesar 1,42% dari produksi tahun sebelumnya.
Sedangkan pada tahun 2011 dan 2012, produksi tembakau Indonesia diproyeksikan
akan mengalami peningkatan masing-masing sebesar 1,84% dan 1,80%.

6.9. PROYEKSI PERMINTAAN TEMBAKAU 2010-2012


Secara umum, produksi tembakau segar Indonesia lebih terserap untuk
industri rokok dalam negeri. Hal ini bisa dilihat dari kenyataan bahwa konsumsi
tembakau segar Indonesia sangat kecil yakni hanya sebesar 0,74 kg per kapita pada
tahun 2009. Kemudian, berdasarkan atas proporsi output tembakau segar yang
dialokasikan untuk industri rokok menurut Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2005
(BPS) adalah sebesar 75%. Sementara sisanya yakni sebesar 25% digunakan untuk
ekspor dan konsumsi domestik. Berdasarkan kenyataan tersebut diatas, maka
proyeksi permintaan tembakau Indonesia lebih diarahkan untuk kebutuhan industri
rokok dalam negeri. Dengan asumsi bahwa kebutuhan tembakau segar untuk industri
rokok dalam negeri belum mengalami perubahan dari kondisi tahun 2005 maka,
proyeksi permintaan tembakau segar Indonesia tahun 2010-2012 seperti tersaji pada
tabel di bawah ini:

Pusat Data dan Informasi Pertanian

139

2010

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN

Tabel 6.5. Hasil proyeksi permintaan untuk industri tembakau Indonesia,


2010-2012
Tahun

Permintaan (Ton)

2009

132.703

2010

130.818

-1,42

2011

133.226

1,84

2012

135.629

1,80

Rata-rata pertumbuhan

Pertumbuhan (%)

0,74

Keterangan: Tahun 2009: Angka Sementara Ditjen Perkebunan


Tahun 2010 2012 Angka hasil proyeksi

6.10. PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT TEMBAKAU 2010-2012


Selama periode tahun 2010-2012 diproyeksikan akan terus terjadi surplus
produksi tembakau primer Indonesia dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,82%.
Surplus tembakau primer inilah yang dialokasikan untuk ekspor dan konsumsi
domestik, selain yang berasal dari impornya.
Tabel 6.6. Proyeksi Surplus/Defisit Tembakau Indonesia, 2010 2012
No

Tahun

Penawaran
(Ton)

Permintaan
(Ton)

Surplus/Defisit
(Ton)

2010

174.424

130.818

43.606

2011

177.634

133.226

44.409

2012

180.839

135.629

45.210

0,74

0,74

1,82

Rata-rata
pertumbuhan (%)

140

140

Pusat Data dan Informasi Pertanian

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN

2010

Lampiran 6.1. Perkembangan luas areal tembakau Indonesia menurut status


pengusahaan, 1971-2009
LUAS AREAL (Ha)
Tahun

PR

Pertumb.
(%)

1971
122.010
1972
161.501
32,37
1973
162.782
0,79
1974
158.965
-2,34
1975
182.551
14,84
1976
184.526
1,08
1977
173.643
-5,90
1978
164.035
-5,53
1979
193.707
18,09
1980
127.103
-34,38
1981
189.898
49,40
1982
193.806
2,06
1983
194.927
0,58
1984
150.974
-22,55
1985
282.051
86,82
1986
193.583
-31,37
1987
207.658
7,27
1988
181.420
-12,64
1989
177.557
-2,13
1990
231.284
30,26
1991
210.844
-8,84
1992
162.685
-22,84
1993
174.798
7,45
1994
189.227
8,25
1995
217.469
14,92
1996
222.025
2,10
1997
245.327
10,50
1998
161.550
-34,15
1999
163.278
1,07
2000
236.000
44,54
2001
256.652
8,75
2002
251.994
-1,81
2003
253.484
0,59
2004
197.631
-22,03
2005
193.378
-2,15
2006
167.088
-13,60
2007
192.237
15,05
2008
192.062
-0,09
2009*)
197.906
3,04
Rata-rata pertumbuhan
1971 - 2009
3,62
1971 - 1997
5,32
1998 - 2009
-0,07
Sumber: Ditjen Perkebunan
Keterangan : *) Angka Sementara

PBN
12.605
13.863
12.713
13.673
14.074
12.677
12.155
8.775
11.984
12.822
13.403
15.495
5.632
5.632
6.067
5.259
3.774
5.952
6.177
4.582
3.994
4.162
3.698
3.868
3.475
3.450
3.550
3.937
3.993
3.737
4.086
4.087
3.317
3.342
4.834
5.146
5.817
4.565
4.547

Pertumb.
(%)
9,98
-8,30
7,55
2,93
-9,93
-4,12
-27,81
36,57
6,99
4,53
15,61
-63,65
0,00
7,72
-13,32
-28,24
57,71
3,78
-25,82
-12,83
4,21
-11,15
4,60
-10,16
-0,72
2,90
10,90
1,42
-6,41
9,34
0,02
-18,84
0,75
44,64
6,45
13,04
-21,52
-0,39
-0,30
-1,96
3,28

PBS
597
146
228
2.408
2.032
1.405
2.572
2.747
2.777
1.300
725
725
735
60
60
-

Pertumb.
(%)
-75,54
56,16
956,14
-15,61
-30,86
83,06
6,80
1,09
-53,19
-44,23
0,00
1,38
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
23,29
34,05
0,00

Nasional
135.212
175.510
175.723
175.046
198.657
198.608
188.370
175.557
208.468
141.225
204.026
210.026
201.294
156.606
288.118
198.842
211.432
187.432
183.794
235.866
214.838
166.847
178.496
193.095
220.944
225.475
248.877
165.487
167.271
239.737
260.738
256.081
256.801
200.973
198.212
172.234
198.054
196.627
202.453

Pertumb.
(%)
29,80
0,12
-0,39
13,49
-0,02
-5,15
-6,80
18,75
-32,26
44,47
2,94
-4,16
-22,20
83,98
-30,99
6,33
-11,35
-1,94
28,33
-8,92
-22,34
6,98
8,18
14,42
2,05
10,38
-33,51
1,08
43,32
8,76
-1,79
0,28
-21,74
-1,37
-13,11
14,99
-0,72
2,96
3,23
4,76
-0,07

Pusat Data dan Informasi Pertanian

141

2010

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN

Lampiran 6.2. Perkembangan produksi tembakau Indonesia menurut status


pengusahaan, 1971-2009
PRODUKSI (Ton)
Tahun

PR

Pertumb.
(%)

1971
48.333
1972
115.997
140,00
1973
66.156
-42,97
1974
69.075
4,41
1975
86.297
24,93
1976
77.880
-9,75
1977
72.568
-6,82
1978
67.826
-6,53
1979
105.034
54,86
1980
69.438
-33,89
1981
99.838
43,78
1982
96.945
-2,90
1983
100.340
3,50
1984
103.586
3,24
1985
155.576
50,19
1986
96.328
-38,08
1987
109.742
13,93
1988
112.625
2,63
1989
76.765
-31,84
1990
152.768
99,01
1991
137.039
-10,30
1992
109.566
-20,05
1993
118.936
8,55
1994
127.730
7,39
1995
137.078
7,32
1996
148.435
8,29
1997
206.322
39,00
1998
102.174
-50,48
1999
132.174
29,36
2000
201.305
52,30
2001
196.365
-2,45
2002
189.342
-3,58
2003
198.363
4,76
2004
162.429
-18,12
2005
149.467
-7,98
2006
142.045
-4,97
2007
161.728
13,86
2008
165.423
2,28
2009*)
173.994
5,18
Rata-rata pertumbuhan
1971 - 2009
8,63
1971 - 1997
11,84
1998 - 2009
1,68
Sumber: Ditjen Perkebunan
Keterangan : *) Angka Sementara

142

142

PBN
8.662
9.742
10.112
7.995
8.080
10.716
10.241
13.175
13.755
15.161
9.313
9.362
8.643
4.239
5.189
4.907
2.949
4.247
4.169
3.664
3.244
2.089
2.434
2.404
3.091
2.590
3.304
3.406
3.210
3.024
2.738
2.740
2.512
2.679
4.003
4.220
3.123
2.614
2.943

Pusat Data dan Informasi Pertanian

Pertumb.
(%)
12,47
3,80
-20,94
1,06
32,62
-4,43
28,65
4,40
10,22
-38,57
0,53
-7,68
-50,95
22,41
-5,43
-39,90
44,01
-1,84
-12,11
-11,46
-35,60
16,52
-1,23
28,58
-16,21
27,57
3,09
-5,75
-5,79
-9,46
0,07
-8,32
6,65
49,42
5,42
-26,00
-16,30
12,59
-0,21
-0,52
0,47

PBS
357
819
239
1.041
1.288
1.202
1.693
1.465
1.510
888
495
495
501
45
45
-

Pertumb.
(%)
129,41
-70,82
335,56
23,73
-6,68
40,85
-13,47
3,07
-41,19
-44,26
0,00
1,21
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
9,41
13,75
0,00

Nasional
57.352
126.558
76.507
78.071
95.665
89.798
84.502
82.466
120.299
85.487
109.646
106.802
109.484
107.825
160.765
101.235
112.691
116.917
80.979
156.432
140.283
111.655
121.370
130.134
140.169
151.025
209.626
105.580
135.384
204.329
199.103
192.082
200.875
165.108
153.470
146.265
164.851
168.037
176.937

Pertumb.
(%)
120,67
-39,55
2,04
22,54
-6,13
-5,90
-2,41
45,88
-28,94
28,26
-2,59
2,51
-1,52
49,10
-37,03
11,32
3,75
-30,74
93,18
-10,32
-20,41
8,70
7,22
7,71
7,74
38,80
-49,63
28,23
50,93
-2,56
-3,53
4,58
-17,81
-7,05
-4,69
12,71
1,93
5,30
7,43
10,15
1,53

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN

2010

Lampiran 6.3. Perkembangan produksi tembakau di provinsi sentra di Indonesia,


2006 - 2009

Provinsi

No

Produksi (Ton)

Rata-rata
(Ton)

Share
Share (%) kumulatif
(%)

2006

2007

2008

2009*)

1 Jawa timur

81,887

78,343

77,852

79,469

79,388

48.40

48.40

2 NTB

31,590

42,793

51,006

57,232

45,655

27.83

76.24

3 Jawa Tengah

18,440

29,679

25,329

25,418

24,717

15.07

91.30

4 Jawa Barat

5,749

6,396

6,769

6,772

6,422

3.92

95.22

5 Lainnya

8,599

7,640

7,081

8,046

7,842

4.78

100.00

146,265

164,851

168,037

176,937

164,023

Indonesia
Sumber: Ditjen Perkebunan

Keterangan : *) Angka Sementara

Pusat Data dan Informasi Pertanian

143

2010

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN

Lampiran 6.4. Perkembangan harga konsumen pedesaan tembakau di Indonesia


menurut provinsi, 2004 2008
No

Provinsi

Harga konsumen pedesaan (Rp/ons)


2004

2005

2007

2008

Pertumbuhan
(%)
2008 thd 2007

1 Nanggroe Aceh Darussalam

3,988.19

4,393.06

3,305.56

3,729.17

5,500.00

4,183.19

47.49

2 Sumatera Utara

5,961.11

6,025.00

6,500.00

7,750.00

3,292.00

5,905.62

-57.52

3 Sumatera Barat

5,250.00

5,010.42

4,555.56

4,833.33

5,271.00

4,984.06

9.06

4 Riau

5,000.00

3,715.28

4,666.67

7,041.67

3,938.00

4,872.32

-44.08

5 Sumatera Selatan

2,561.39

2,500.00

2,500.00

2,750.00

2,625.00

2,587.28

-4.55

6 Bengkulu

4,533.33

4,062.50

3,906.25

4,333.33

5,056.00

4,378.28

16.68

7 Lampung

2,500.00

2,445.37

2,700.00

2,764.58

3,000.00

2,681.99

8.52

8 Bangka Belitung

8,181.00

8,181.00

9 Riau Kepulauan

3,750.00

3,750.00

10 Jawa Barat

3,068.02

2,907.41

2,993.06

3,341.00

6,061.00

3,674.10

81.41

11 Jawa tengah

3,661.43

4,129.83

4,268.86

4,351.90

3,870.00

4,056.40

-11.07

12 DI Yogyakarta

3,067.50

3,125.52

3,311.46

3,441.67

3,500.00

3,289.23

1.69

13 Jawa Timur

3,459.69

3,885.44

4,152.33

14 Banten

4,391.14
-

4,430.00

4,063.72

2,500.00

2,500.00

0.88
-

15 Bali

3,625.00

4,250.00

6,000.00

4,750.00

4,490.00

4,623.00

-5.47

16 Nusa Tenggara Barat

3,434.72

4,050.00

4,906.25

5,312.50

2,558.00

4,052.29

-51.85

17 Nusa Tenggara Timur

1,041.67

1,000.00

2,000.00

3,000.00

2,818.00

1,971.93

-6.07

18 Kalimantan Barat

2,375.63

3,007.64

2,693.75

3,502.78

3,707.00

3,057.36

5.83

19 Kalimantan Tengah

2,322.22

2,000.00

2,000.00

2,909.72

5,000.00

2,846.39

71.84

20 Kalimantan Selatan

1,825.00

3,275.00

4,000.00

4,000.00

5,759.00

3,771.80

43.98

21 Kalimantan Timur

2,500.00

3,355.56

3,500.00

3,500.00

5,300.00

3,631.11

51.43

22 Sulawesi Utara

3,000.00

2,833.33

3,500.00

5,000.00

3,476.00

3,561.87

-30.48

23 Sulawesi Tengah

2,716.67

2,450.00

2,900.00

2,729.86

4,542.00

3,067.71

66.38

24 Sulawesi Selatan

1,500.00

1,513.89

1,812.71

2,184.03

6,750.00

2,752.13

209.06

25 Sulawesi Tenggara

2,022.26

2,275.00

2,332.64

2,797.78

4,500.00

2,785.54

60.84

26 Gorontalo

2,750.00

2,750.00

27 Sulawesi Barat

6,400.00

6,400.00

28 Maluku

4,396.00

4,396.00

29 Maluku Utara

3,488.00

3,488.00

30 Papua

4,892.00

4,892.00

31 Irian Jaya Barat

3,883.00

3,883.00

4,376.87

3,680.32

NASIONAL

3,155.17

3,282.28

Sumber : BPS

144

2006

Rata-rata
2004-2008

144

Pusat Data dan Informasi Pertanian

3,568.41

4,018.84

8.91

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN

2010

Lampiran 6.5. Perkembangan konsumsi tembakau dan rokok di Indonesia, 1987


2008
Tahun

Tembakau
(kg/kapita)

Rokok kretek filter Rokok kretek tanpa


Rokok putih
(batang/kapita)
filter (batang/kapita) (batang/kapita)

1987

0,47

138,32

124,80

56,16

1990

0,38

206,44

122,20

39,00

1993

0,32

241,28

117,52

33,28

1996

0,22

279,76

114,40

31,72

2002

0,25

307,74

194,12

38,01

2003

0,27

312,99

212,11

35,20

2004

0,31

284,13

199,89

35,15

2006

0,30

304,46

167,75

34,48

2007

0,33

287,87

171,03

34,27

2008

0,27

316,47

181,95

38,84

1,97

1,21

1,08

Rata-rata pertumbuhan
1987-2008

-2,19

Sumber: Susenas, BPS

Lampiran 6.6. Perkembangan ekspor - impor tembakau primer, 1996 2009


Ekspor
Tahun

Volume
(Ton)
1996
33,240
1997
42,281
1998
46,960
1999
37,096
2000
35,957
2001
43,030
2002
42,686
2003
40,639
2004
46,462
2005
49,712
2006
51,997
2007
45,880
2008
50,268
2009
52,141
Rata-rata pertumbuhan
1996-2009
4.29

Impor

Nilai
(000 US$)
85,623
104,743
147,552
91,833
71,287
91,404
76,684
62,874
90,618
107,282
102,549
120,270
133,196
176,491
8.91

Volume
(Ton)
45,060
47,108
23,219
40,914
34,248
44,346
33,289
29,579
35,171
42,031
48,287
61,687
77,302
53,198
6.33

Harga

Nilai
(000 US$)
134,153
157,767
108,464
128,021
114,834
139,608
105,953
95,190
120,854
142,206
150,225
217,210
330,511
290,171
8.94

Ekspor
(US$/ton)
2,576
2,477
3,142
2,476
1,983
2,124
1,796
1,547
1,950
2,158
1,972
2,621
2,650
3,385
3.81

Impor
(US$/ton)
2,977
3,349
4,671
3,129
3,353
3,148
3,183
3,218
3,436
3,383
3,111
3,521
4,276
5,455
6.28

Sumber: BPS diolah Pusdatin


Keterangan: termasuk dalam tembakau primer adalah tembakau bertangkai/bertulang daun

Pusat Data dan Informasi Pertanian

145

2010

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN

Lampiran 6.7. Perkembangan ekspor - impor tembakau manufaktur, 1996 2009


Ekspor
Tahun

Volume
(Ton)
1996
28,942
1997
30,362
1998
25,246
1999
25,309
2000
24,703
2001
33,367
2002
30,808
2003
25,969
2004
33,693
2005
41,892
2006
44,854
2007
50,112
2008
61,350
2009
57,966
Rata-rata pertumbuhan
1996-2009
6.72

Impor

Harga

Nilai
(000 US$)
135,248
94,104
106,781
120,197
149,690
183,513
167,417
146,997
166,622
216,456
237,211
304,450
375,609
419,271

Volume
(Ton)
4,583
4,863
2,582
7,839
8,442
11,864
13,854
8,816
7,459
6,298
6,551
8,180
10,088
10,490

Nilai
(000 US$)
47,034
48,120
83,337
45,466
48,660
80,527
92,830
58,031
47,956
37,869
40,747
50,583
71,405
75,599

10.61

16.67

9.29

Ekspor
(US$/ton)
4,673
3,099
4,230
4,749
6,060
5,500
5,434
5,660
4,945
5,167
5,289
6,075
6,122
7,233

Sumber: BPS diolah Pusdatin


Keterangan: termasuk dalam tembakau manufaktur: cerutu dan sigaret, tembakau iris,
blended tobacco, tembakau dihomogenisasi, ekstrak dan essens tembakau.

146

146

Pusat Data dan Informasi Pertanian

4.95

Impor
(US$/ton)
10,262
9,895
32,276
5,800
5,764
6,788
6,701
6,582
6,429
6,013
6,220
6,184
7,078
7,207
12.69

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN

2010

Lampiran 6.8. Perkembangan produksi dan luas areal tembakau dunia, 1961-2008
Tahun

Produksi (Ton)

1961
1,981,281
1962
2,235,735
1963
2,434,411
1964
2,622,387
1965
2,660,101
1966
2,812,079
1967
3,019,069
1968
3,020,999
1969
2,901,027
1970
2,865,643
1971
2,886,045
1972
3,152,840
1973
3,173,743
1974
3,350,277
1975
3,352,588
1976
3,437,516
1977
3,562,742
1978
3,911,308
1979
3,616,487
1980
3,396,559
1981
4,038,796
1982
4,871,421
1983
4,057,380
1984
4,489,644
1985
5,113,179
1986
4,217,850
1987
4,474,049
1988
5,140,728
1989
5,328,504
1990
5,233,328
1991
5,650,082
1992
6,452,274
1993
6,531,533
1994
4,949,142
1995
4,863,176
1996
5,848,897
1997
7,177,721
1998
5,202,067
1999
5,423,725
2000
5,303,991
2001
4,883,566
2002
5,274,090
2003
4,962,567
2004
5,428,217
2005
5,696,201
2006
5,684,785
2007
5,226,170
2008
5,853,587
Rata-rata Laju Pertumbuhan
1961-2008
1961-1995
1996-2008

Pertumbuhan (%)
12.84
8.89
7.72
1.44
5.71
7.36
0.06
-3.97
-1.22
0.71
9.24
0.66
5.56
0.07
2.53
3.64
9.78
-7.54
-6.08
18.91
20.62
-16.71
10.65
13.89
-17.51
6.07
14.90
3.65
-1.79
7.96
14.20
1.23
-24.23
-1.74
20.27
22.72
-27.52
4.26
-2.21
-7.93
8.00
-5.91
9.38
4.94
-0.20
-8.07
12.01
2.92
3.16
2.29

Luas Area (Ha)

Pertumbuhan(%)

2,184,509
2,311,041
2,552,654
2,456,897
2,471,539
2,481,092
2,546,413
2,464,379
2,496,107
2,388,652
2,369,799
2,508,610
2,485,083
2,535,567
2,625,117
2,783,199
2,932,245
3,061,922
2,810,073
2,568,475
2,869,107
3,262,181
2,977,397
2,962,386
3,510,598
3,160,644
3,128,828
3,406,045
3,668,881
3,494,151
3,710,156
4,139,204
4,145,339
3,310,696
3,252,844
3,706,280
4,317,674
3,425,101
3,345,691
3,316,652
3,082,922
3,164,410
3,091,918
3,155,162
3,311,051
3,253,093
2,980,573
3,081,833

5.79
10.45
-3.75
0.60
0.39
2.63
-3.22
1.29
-4.30
-0.79
5.86
-0.94
2.03
3.53
6.02
5.36
4.42
-8.23
-8.60
11.70
13.70
-8.73
-0.50
18.51
-9.97
-1.01
8.86
7.72
-4.76
6.18
11.56
0.15
-20.13
-1.75
13.94
16.50
-20.67
-2.32
-0.87
-7.05
2.64
-2.29
2.05
4.94
-1.75
-8.38
3.40
1.07
1.47
0.01

Sumber: FAO

Pusat Data dan Informasi Pertanian

147

2010

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN

Lampiran 6.9. Negara dengan luas areal tembakau terbesar dunia, 2004 - 2008

No

Negara

Luas areal (Ha)

Rata-rata

Share
kumulatif
(%)

Share

2004

2005

2006

2007

2008

1 China

1,267,796

1,364,312

1,375,877

1,164,503

1,250,703

1,284,638

40.70

40.70

2 Brazil

462,265

493,761

495,706

459,481

431,378

468,518

14.84

55.54

3 India

369,700

366,500

372,800

370,000

370,000

369,800

11.72

67.26

4 Indonesia

200,973

198,212

168,692

194,517

199,031

192,285

6.09

73.35

5 Malawi

136,012

141,527

136,527

118,551

161,626

138,849

4.40

77.75

6 Argentina

66,000

90,000

90,000

92,000

92,000

86,000

2.72

80.48

7 Pakistan

45,600

50,500

56,360

50,861

51,398

50,944

1.61

82.09

8 Korea, D.P.Rep. of

45,000

46,000

46,000

45,000

45,000

45,400

1.44

83.53

9 Italy

33,760

34,372

36,000

35,000

35,000

34,826

1.10

84.63

10 Bulgaria

47,149

40,869

27,369

29,900

25,276

34,113

1.08

85.71
100.00

11 Lainnya
DUNIA

(%)

480,907

484,998

447,762

420,760

420,421

450,970

14.29

3,155,162

3,311,051

3,253,093

2,980,573

3,081,833

3,156,342

100.00

Sumber : FAO

Lampiran 6.10. Negara produsen tembakau terbesar dunia, 2004 - 2008

No

Produksi (Ton)

Negara
2004

2005

2007

2008

Share
(%)

Share
kumulatif
(%)

1 China

2,411,490

2,685,743

2,746,193

2,397,152

2,836,725

2,615,461

46.89

46.89

2 Brazil

921,281

889,426

900,381

908,679

850,421

894,038

16.03

62.92

3 India

549,900

549,100

552,200

520,000

520,000

538,240

9.65

72.57

4 Indonesia

165,108

153,470

146,265

164,851

169,668

159,872

2.87

75.44

5 Argentina

118,000

163,528

165,000

170,000

170,000

157,306

2.82

78.26

6 Malawi

106,187

93,598

121,600

118,000

160,238

119,925

2.15

80.41

7 Italy

82.36

117,882

115,983

110,000

100,000

100,000

108,773

1.95

8 Pakistan

86,200

100,500

112,592

103,240

107,765

102,059

1.83

84.19

9 Greece

133,937

125,904

37,386

30,783

28,000

71,202

1.28

85.46

10 Korea, D.P.Rep.of
11 Lainnya
DUNIA

64,000

65,400

65,000

63,000

63,000

64,080

1.15

86.61

754,232

753,549

728,168

650,465

847,770

746,837

13.39

100.00

5,428,217

5,696,201

5,684,785

5,226,170

5,853,587

5,577,792

100.00

Sumber : FAO

148

2006

Rata-rata

148

Pusat Data dan Informasi Pertanian

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN

2010

Lampiran 6.11. Negara dengan harga produsen tembakau terbesar dunia,


2003 2007
No

Harga produsen (US$/ton)

Negara
2003

2004

2005

Rata-rata

2006

2007

1 Japan

15,664

16,915

17,400

16,617

16,439

16,607

2 Switzerland

11,204

12,148

12,029

11,746

12,249

11,875

3 Sri Lanka

6,028

6,521

7,586

10,530

11,234

8,380

4 Puerto Rico

8,185

8,696

7,319

8,873

8,510

8,317

5 Nigeria

5,712

6,893

8,571

9,517

10,848

8,308

6 Bhutan

5,214

6,984

8,081

8,243

10,351

7,774

7 Korea, Republic of

5,824

6,067

6,982

8,145

8,365

7,076

8 Lebanon

6,570

6,790

6,891

7,309

7,325

6,977

9 Trinidad and Tobago

5,718

5,465

5,624

6,076

6,351

5,847

10 Syrian Arab Republic

5,533

6,012

2,309

Sumber : FAO

Pusat Data dan Informasi Pertanian

149

2010

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN

Lampiran 6.12. Perkembangan ekspor - impor tembakau dunia, 1961-2007


Ekspor
Tahun

Volume
(000 ton)

Nilai
(000 US$)

1961
376
400,737
1962
368
392,616
1963
454
441,358
1964
477
493,101
1965
455
453,442
1966
433
430,368
1967
494
474,903
1968
480
453,015
1969
512
483,721
1970
500
471,316
1971
543
504,109
1972
654
588,418
1973
740
608,230
1974
1,036
726,255
1975
1,142
679,878
1976
1,205
697,544
1977
1,310
690,943
1978
1,536
740,307
1979
1,662
761,135
1980
1,647
722,869
1981
1,830
794,023
1982
2,019
806,568
1983
1,844
782,515
1984
1,816
833,814
1985
1,662
803,166
1986
1,798
794,938
1987
1,906
821,022
1988
1,941
825,181
1989
1,885
834,940
1990
2,236
911,476
1991
2,699
964,392
1992
2,838
1,025,521
1993
2,488
1,104,820
1994
2,246
1,016,087
1995
2,563
1,059,123
1996
3,316
1,208,970
1997
3,590
1,265,277
1998
3,278
1,214,349
1999
3,288
1,315,805
2000
2,906
1,247,195
2001
2,944
1,420,054
2002
3,115
1,496,834
2003
3,506
1,514,401
2004
4,301
1,724,747
2005
4,682
1,774,814
2006
4,924
1,771,757
2007
5,793
1,921,937
Rata-rata laju pertumbuhan (%)
1961-2007
6.69
3.69
1961-1997
7.04
3.47
1998-2007
5.40
4.47

Impor
Volume
(000 ton)

150

Volume
ekspor

Volume
impor

401
497
507
544
556
605
648
579
668
600
706
813
910
1,010
1,340
1,471
1,571
1,971
1,951
2,074
2,114
2,332
2,319
2,282
2,391
2,577
2,687
2,342
2,534
2,609
2,861
3,311
2,836
3,049
3,024
3,080
3,239
3,156
3,093
3,173
3,117
3,313
3,412
3,855
3,490
3,645
3,969

355,828
409,713
396,202
421,711
417,557
449,066
485,131
442,005
495,770
435,810
497,909
542,936
556,235
561,857
606,483
608,552
596,046
656,553
629,642
647,206
687,371
677,015
663,536
647,324
663,545
661,047
689,068
646,850
705,316
710,720
742,490
796,639
732,582
796,591
782,977
808,272
811,018
775,637
783,119
864,222
880,864
901,764
892,105
1,033,278
972,032
1,010,205
1,035,999

-2.17
23.22
5.19
-4.68
-4.90
14.12
-2.72
6.51
-2.27
8.66
20.41
13.19
39.92
10.19
5.52
8.72
17.28
8.18
-0.89
11.09
10.32
-8.63
-1.54
-8.50
8.19
5.98
1.86
-2.86
18.57
20.73
5.15
-12.34
-9.72
14.09
29.40
8.27
-8.71
0.31
-11.62
1.29
5.81
12.58
22.67
8.86
5.16
17.65

23.92
2.07
7.32
2.20
8.68
7.24
-10.68
15.32
-10.17
17.63
15.17
12.01
10.96
32.69
9.75
6.79
25.46
-1.01
6.31
1.93
10.30
-0.57
-1.59
4.80
7.74
4.27
-12.82
8.17
2.96
9.67
15.72
-14.34
7.52
-0.82
1.82
5.18
-2.57
-2.00
2.62
-1.79
6.30
2.99
12.96
-9.47
4.45
8.89

5.52
6.43
2.24

2.55
2.51
2.66

6.69
7.04
5.40

5.52
6.43
2.24

Sumber : FAO

150

Pertumbuhan (%)

Nilai
(000 US$)

Pusat Data dan Informasi Pertanian

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN - PERKEBUNAN

2010

BAB VII. NILAM


Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman
penghasil minyak atsiri yang cukup penting, yaitu minyak nilam atau lebih
dikenal dengan nama patchouly oil. Minyak nilam bersama dengan 14 jenis
minyak atsiri lainnya adalah komoditas ekspor penghasil devisa. Minyak nilam
Indonesia sudah dikenal dunia sejak 65 tahun yang lalu, bahkan Indonesia
merupakan pemasok utama minyak nilam dunia (90%). Ekspor nilam Indonesia
berfluktuasi dengan laju peningkatan ekspor sekitar 12% per tahun atau berkisar
antara 700 ton - 2.800 ton minyak nilam per tahun. Sementara itu kebutuhan
dunia berkisar 1.200 ton 1.500 ton dengan pertumbuhan sebesar 5% per tahun.
Sebagai komoditas ekspor, minyak nilam mempunyai prospek yang cukup
baik, karena permintaan akan minyak nilam sebagai bahan baku industri parfum,
kosmetik, sabun dan lainnya akan terus meningkat. Fungsi minyak nilam dalam
industri parfum adalah untuk memfiksasi bahan pewangi dan mencegah
penguapan sehingga wangi tidak cepat hilang, serta membentuk bau yang khas
dalam suatu campuran (Ketaren dalam Emmyzar dan Yulius, 2004). Hal ini
menyebabkan minyak nilam mutlak diperlukan dalam industri parfum.
Berikut ini akan disajikan perkembangan komoditas nilam di Indonesia serta
prospeknya dalam memenuhi kebutuhan domestik maupun kebutuhan pasar luar
negeri di masa mendatang.

7.1. PERKEMBANGAN LUAS AREAL, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS


NILAM DI INDONESIA
Perkembangan luas areal perkebunan nilam di Indonesia pada periode
tahun

1989-2008

menunjukkan

kecenderungan

meningkat

dengan

pola

perkembangan yang serupa dengan pola perkembangan luas areal perkebunan


nilam rakyat (Gambar 7.1). Hal ini disebabkan luas areal nilam di Indonesia
didominasi oleh perkebunan rakyat (PR). Pada periode tersebut pertumbuhan
Pusat Data dan Informasi Pertanian

151

You might also like