You are on page 1of 30

Apr 9

KOMUNIKASI PADA LANSIA


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Komunikasi adalah pertukaran informasi antara dua atau lebih manusia,atau dengan kata lain pertukaran ide dan pikiran.(Kozier dan Erb,1995) Komunikasi dengan lansia harus di perhatikan Faktor fisik,psikologi ketrampilan komunikasi yang tepat. dalam komunikasi terhadap lansia dibutuhkan ketrampilan, dikarenakan lansia mengalami berbagai penurunan diantaranya adalah mengalami penurunan fungsi pendengaran. Aspek hukum dan etika tentang lanjut usia merupakan gambaran sampai berapa jaauh perhatian Negara terhadap para lanjut usia.baru sejak tahun 1965 di Indonesia diletakkan landasan hukum yaitu undang-undang No 4 tahun 1965 tentang bantuan bagi orang jompo, apabila dibandingkan dengan Negara maju, dinegara berkembang perhatian kepada lanjut usia belum begitu besar.di Australia misalnya telah di undangkan Aged Person Home Act (1954), Home Nursing Subsidy Act(1985).di amerika serikat di undangkan Sosial Security Act (Title III,Medicaid (Title VII), Sosial Serfise Blok Plan (Title XX). Di inggris diundangkan National Asistance Act,section 47 (1948) dan telah di tetapkan standaristasi pelayanan di rumah sakit serta di masyarakat,juga telah ditentukan ratio tempat tidur per lanjut usia dao continuing care. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Mahasiswa mampu untuk melakukan komunikasi pada lansia. 2. Tujuan khusus a) Mahasiswa mampu melakukan komunikasi dengan lansia b) Mahasiswa mampu memahami prinsip etika pelayanan kesehatan pada lansia c) Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui tentang landasan hukum di Indonesia. C. Metode penulisan Metode penulisan yang di gunakan oleh penulis dalam penulisan mekalah ini adalah metode narasi dengan memaparkan tentang komunikasi pada lansia. D. Sistematika Penulisan Dalam sistematika penulisan makalah ini adalah: BAB I : PENDAHULUAN Yaitu terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan

BAB II : TINJAUAN TEORITIS Yaitu yang berisi tentang komunukasi dengan lansia, prinsip etika pelayanan kesehatan peda lansia dan landasan hukum di Indonesia. BAB III : PENUTUP Yang terdiri dari kesimpulam dan rekomendasi. DAFTAR PUSTAKA. BAB II KOMUNIKASI PADA LANSIA

A. Komunikasi Dengan Lansia Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan faktor fisik, psikologi, (lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat. a. Ketrampilan komunikasi Listening/Pendengaran yang baik. a. Mendengarkan dengan perhatian telinga kita. b. Memahami dengan sepenuh hati, keikhlasan dengan hati yang jernih. c. Memikirkan secara menyeluruh dengan pikiran jernih kita. b. Tekhnik komunikasi dengan lansia a) Tekhnik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik. kecepatan dan tekanan suara yang tepat dengan menyesuaikan pada topik pembicaraan dan kebutuhan lansia,berbicara dengan lansia yang dimensia dengan pelan.tetapi berbicara dengan lansia demensia yang kurang mendengar dengan lebih keras hati-hati karena tekanan suara yang tidak tepat akan merubah arti pembicaraan Pertanyaan yang tepat kurang pertanyaan yang lansia menjawab ya atau tidak.. Berikan kesempatan orang lan untuk berbicara hindari untuk mendominasi ,pembicara sebaiknya mendorontg lansia untuk berperan aktif Merubah topik pembicaaraan dengan jitu menggunakan objek sekitar untuk topik pembicaraan bila lansia tidak interest lagi Contoh : siapa yang membelikan pakaian bapak/ibu yang bagus ini? Gunakan kata-kata yang sederhana dan konkrit gunakan makan satu buah setelah makan dari pada menggunakan makanan yang berserat Gunakan kalimat yang simple dan pendek satu pesan untuk satu kalimat. b) Teknik nonverbal komunikasi 1) Perilaku : ramah tamah, sopan dan menghormati, cegah supaya tidak acuh tak acuh, perbedaan. 2) Kontak mata : jaga tetap kontak mata. 3) Expresi wajah : mereflexsikan peraaan yang sebenarnya. 4) Postur dan tubuh : mengangguk, gerakan tubuh yang tepat, meletakan kursi dengan tepat. 5) Sentuhan : memegang tangan, menjbat tangan. c) Teknik untuk meningkatkan komunikasi dengan lansia. 1) Memulai kontak saling memperkenalkan nama dan berjabat tangan. 2) Bila hanya menyentuh tangannya hanya untuk mengucapaka pesan-pesan verbal dan merupak metode primer yang non verbal.

3) Jelaskan tujuan dari wawancara dan hubungan dengan intervensi keperawatan yang akan diberikan. 4) Muali pertanyaan tentang topik-topik yang tidak mengancam. 5) Gunakan pertanyaan terbuka dan belajar mendengar yang efektif. 6) Secara periodic mengklarifikasi pesan. 7) Mempertahankan kontak mata dan mendengar yang baik dan mendorong untuk berfokus pada informasi. 8) Jangan berespon yang menonjolkan rasa simpati. 9) Bertanya tentang keadaan mental merupakan pertanyaan yang mengancam dan akan mengakiri interview. 10) Minta ijin bila ingin bertanya secara formal. c. Lingkungan wawancara. a) Posisi duduk berhadapan b) Jaga privasi. c) Penerangan yang cukup dan cegah latar belakang yang silam d) Kurangi keramaian dan berisik e) Komunikasi dengan lansia kita mencoba untuk mengerti dan menjaga kita mengekspresikan diri kita sendiri efek dari kmunikasi adalah pengaruh timbal balik seperti cermin. Mood dan Privasi (1) Dapat mempengaruhi kualitas komunikasi : berikan perhatian pada mood masing-masing. (2) Buat pertimbangan dan kurangi emosi (3) Aspek lingkungan : (4) Gangguan : akan mempengaruhi konsentrasi. (5) Mengurangi bising dan gangguan lingkungan (6) Berikan lingkungan yang nyaman. (7) Khususnya penting ketika topik personal rahasia di bicarakan. (8) Pertahankan privacy untuk memberikan keamanan. (9) Waktu yang adekuat dapat memfasilitasi untuk menjelaskan dalam berkomunikasi, jadi waktu yang disediakan sesuai d. Kendala-kendala dan hambatan dalam berkomunikasi dengan lansia Gangguan neurology serring menyebabkan gangguan bicara dan berkomunikasi dapat juga karena pengobatan medis, mulut yang kering dan lain-lain. Penurunan daya pikir sering menyebabkan gangguan dalam mendengarkan, mengingat dan respon pada pertanyaan seseorang. Perawat sering memanggil dengan nenek, sayang, dan lain-lain. Hal tersebut membuat tersinggung harga dirinya dianjurkan memanggil nama panggilannya. Dianjurkan menegur dan mendengarkan dengan penuh perhatian. Perbedaan budaya hambatan komunikasi, dan sulit menjalin hubungan saling percaya. Gangguan sensoris dalam pendengarannya. Gangguan penglihatan sehingga sulit menginterprestasikan pesan-pesan non-verbal. Overload dari sensoris : terlalu banyak informasi dalam satu waktu atau banyak orang berkomunikasi dalam yang sama sehingga kognitif berkurang. Gangguan fisik yang menyebabkan sulit berfokus dalam pembicaraan misalnya focus pada rasa sakit, haus, lapar, capai, kandung kemih penuh, udara yang tidak enak, dan lain-lain. Hambatan pada pribadi : penurunan sensoris, ketidaknyamanan fisik, efek pengobatan dan kondisi patologi, gangguan fungsi psikososial, karena depresi atau dimensia, gangguan kontak

dengan realita. Hambatan dalam suasana/lingkungan tempat wawancara : ribut/berisik, terlalu banyak informasi dalam waktu yang sama, terlalu banyak orang yang ikut bicara, peerbedaan budaya, perbedaan, bahasa, prejudice, dan strereotipes. Hambatan pada orang yang mewawancarai : tidak sensitive, tidak mampu menjadi pendengar yang baik, menggunakan symbol-simbol yang menggangu. Berperilaku yang menghakimi (prejudice) misal orang sudah tua tidak bisa mikir lagi, jadi tidak perlu diberi informasi. Tidak memanggil dengan nama dan lain-lain. e. Aspek-aspek yang harus diperhatikan (1) Membina hubungan saling percaya (2) Menjadi pendengar yangbaik dan penuh perhatian. (3) Selalu menciptakan iklim dan sikap berkomunikasi yang hangat dan penuh kasih sayang. (4) Menatap mata selama berkomunikasi. (5) Tidak tergesa-gesa dan memaksakan kehendak kepada mereka. B. Prinsip-Prinsip Etik Pelayanan Kesehatan Ada Lansia Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada derita usia lanjut adalah Empati : istilah empati menyangkut pengertian : simpati atas dasar pengertian yang mendalam. Dalam istilah ini diharapkan upaya pelayanan geriatric harus memandang seorang lansia yang sakit dengan pengertian, kasih sayang dan memahami rasa penderitaan yang dialami oleh penderita tersebut. Tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar, tidak berlebihan, sehingga tidak memberi kesan over-protective dan belas kasihan. Oleh karena itu semua petugas geriatric harus memahami proses fisiologi dn patologik dari penderita lansia. Yang harus dan jangan : prinsip ini sering dikemukakan sebagai non-malefecience dan beneficence, pelayanan geriatric selalu didasarkan pada keharusan untuk mengerjakan yang baik untuk penderita dan harus menghindari tindakan yang menambah penderitaan (harm) bagi penderita. Terdapat adagium primum non nocere (yang terpenting jangan membuat seseorang menderita). Dalam pengertian ini, upaya pemberian posisi baring yang tepat untuk menghindari ras nyeri, pemberian analgesic (kalau perlu dengan devirat morfin) yang cukup, pengucapan kata-kata hiburan merupakan contoh berbagai hal yang mungfkin mudah dan praktis untuk dikerjakan. Otonomi : yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginanya sendiri. Tentu sxsaja hak tersebut mempunyai batasan, akan tetapi dibidang geriatric hal tersebut berdasar pada keadaan, apakah penderita dapat membuat putusan secara mendiri dan bebas. Keadilan : yaitu prinsip pelayanan geriatric harus memberikan perlakuan yang sama bagi semua penderita. Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita secara wajar dan tidak mengadakan perbedaan atas dasar karakteristik yang tidak relevan. C. Landasan Hukum Di Indonesia Berbagai produk hukum dan perundang-undangan yang langsung mengenai lanjut usia atau yang tidak langsung terkait dengan kesejahteraan lanjut usia telah diterbitkan sejak 1965. beberapa diantaranya adalah : 1. Undang-undang nomor 4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan bagi orang jompo. 2. Undang-undang nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia.

Undang-undang ini berisi tentang : 1. Hak, kewajiban, tugas, dan tanggung jawab pemerintah, masyarakat dan kelembagaan. 2. Upaya pemberdayaan. 3. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia ptensial dan tidak potensial. 4. Pelayanan terhadap lanjut usia. 5. Perlindungan sosial. 6. Bantuan sosial 7. Koordinasi. 8. Ketentuan pidana dan sanksi administrasi. 9. Ketentuan peralihan. Permasalahan yang masih terdapat pada lanjut usia, bila ditinjau dari aspek hukum dan etika dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti berikut : 1. Produk hukum 2. Keterbatasan prasarana. 3. Keterbatasan sumber daya manusia. 4. Hubungan lanjut usia dengan keluarga. 5. Menurut mary Ann Chist, et al. (1993). Berbagai isu hukum dan etika yang sering terjadi pada hubungan lanjut usia dengan keluarganya adalah : a. pelecehan dan ditelantarkan. b. Tindak kejahatan. c. Pelayanan perlindungan. d. Kualitas dan isu etik a) Pelecehan dan ditelantarkan pelecehan dan ditelantarkan merupakan keadaan atau tindakan yang menempatkan seseorang dalam situasi kacau, baik mencakup status kesehatan, pelayanan kesehatan, pribadi, hak memutuskan, kepemilikan maupun pendapatannya. Penyebab pelecehan menurut International Institute on Ageing (INIA, united nations-malta, 1996) adalah : 1. Beban orang yang merawat lanjut usia tersebut sudah terlalu berat. 2. Kelainan kepribadian dan perilaku lanjut usia atau keluarganya. 3. Lanjut usia yang diasingkan oleh keluarganya. 4. Penyalahgunaan narkotika, alcohol dan zat adiktif lainnya. 5. Faktor lainnya yang terdapat di keluarga : a. Perlakuan salah terhadap lanjut usia b. Ketidaksiapan dari orang yang akan merawat lanjut usia. c. Konflik lama diantara lanjut usia dengan keluarganya. d. Perilaku psikopat dari lanjut usia dan/atau keluarganya. e. Tidak adanya dukungan dari masyarakat. f. Keluarga mengalami kehilangan pekerjaan atau pemutus hubungan kerja. g. Adanya riwayat kekerasan dalam keluarga. Gejala yang terlihat pada pelecehan dan ditelantarkan antara lain : 1. Gejala fisik berupa memar, patah tulang yang tidak jelas sebabnya, higiena yang jelek, malnutrisi dan adanya bukti melakukan pengobatan yang tidak benar. 2. Kelainan perilaku berupa rasa ketakutan yang berlebuhan menjadi penurut atau tergantung, menyalahkan diri, menolak bila akan disentuh orang yang melecehkan, memperlihatkan tanda bahwa miliknya akan diambil orang lain dan adanya kekurangan biaya transport, baiya berobat

atau biaya memperbaiki rumahnya. 3. Adanya gejkala psikis seperti stress, cara mengatasi suatu persoalan secara tidak benar serta cara mengungkapkan rasa salah atau penyesalan yang tidak sesuai, baik dari lanjut usia itu sendiri maupun dari orang lain yang melecehkan. Jenis pelecehan dan ditelantarkan adalah : 1. Pelecehan fisik dan menelantarkan fisik. 2. Pelecehan psikis atau melalui tutur kata. 3. Pelanggaran hak. 4. Pengusiran. 5. Pelecehan dibidang materi atau keuangan. 6. Pelecehan seksual. Upaya pencegahan terhadap terjadinya ketelantaran pasif (passive neglect) dan ketelantaran aktif (active neglect) pada lanjut usia dapat dikelompokan sebagai berikut : 1. Terhadap ketelantaran pasif atau tak disengaja. a. Mendapatkan orang yang dipercaya untuk melakukan tindakan hukum atau melakukan transaksi keuangan. b. Mengusahakan bantuan hukum dari seorang pengacara. 2. Terhadap ketelantaran aktif atau tindak pelecehan a. Mengusahakan agar lanjut usia tidak terisolir. b. Anggota keluarga tetap dekat dan memperhatikan. b) Tindak kejahatan Lanjut usia umunya lebih takut terhadap tindak kejahatan bila dibandingkan dengan ketakutan terhadap penyakit dan pendapatan yang berkurang. Jenis tindak kejahatan adalah : 1. Penodongan 2. Pencurian dan perampokan. 3. Penjambretan. 4. Perkosaan. 5. Penipuan dalam pengobatan penyakit. 6. Penipuan oleh orang yang tidak dipercaya, pemborong, sales dan lain-lainnya. c) Pelayanan perlindungan Pelayanan perlindungan adalah pelayanan yang diberikan pada lanjut usia yang tidak mampu melindungi dirinya terhadap kerugian yang terjadi akibat mereka tidak dapat merawat diri mereka sendiri atau dalam melakukan kegiatan sehari hari. Pelayanan perlindungan bertujuan memberikan perlindungan pada lanjut usia, agar kerugian yang terjadi ditekan seminimal mungkin. Pelayanan yang diberikan akan menimbukan keseimbangan diantara kebebasan dan keamanan.jenis pelayanan yang diberikan berupa pelayanan medik, sosial atau hukum. d) Persetujuan tertulis Persetujuan tertulis merupakan suatu persetujuan yang diberikan sebelum prosedur atau pengobatan di berikan kepada seorang usia lanjut atau penghuni panti. syarat yang diperlukan bila seorang lanjut usia memberikan persetujuan adalah ia masih kompeten dan telah mendapatkan informasi tentang manfaat dan resiko dari suatu prosedur atau pengobatan tertentu yang di berikan kepadanya. e) Kualitas dan kehidupan dan isu etika Berbagai faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yang mempengaruhi kualitas

kehidupan lanjut usia adalah: Kemajuan ilmu kedokteran dibidang diagnostic seperti Ct-Scan dan kateterisasi jantung, MRI, dan sebagainya Kemajuan dibidang pengobatan seperti transpalntasi organ, radiasi. Bertambahnya resiko pengobatan Biaya pengonatan yang meningkat. Manfaat pengobatan yang masih di ragukan. Database yang diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan. Isu etika muncul bila terjadi suatu pertentangan antara pendapat ilmiah atau ilmu kedokteran dengan pandangan etika atau perikemanusiaan mislanya : Untuk mengawali atau melanjutkan pengobatan terhadap lanjut usia yang skait berat. Mempertahankan atau melepas infuse atau tube feeding. Melakukan tindakan yang biayanya mahal. Euthanasia. BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Komunikasi pada lansia tidaklah begitu sulit dibutuhkan teknik-teknik tersendiri untuk melakukan komunikasi pada lansia banyak hal-hal yang harus diperhatikan diantaranya : 1. Teknik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik. 2. Tehknik untuk wawancara. 3. Kendala dan hambatan dalam komunikasi. 4. Mood dan privasi 5. Aspek-aspek yang harus diperhatikan. B. Rekomendasi Berdasarkan urian diatas, penulis menganjurkan beberapa rekomendasi sebagai bahan pertimbangan bagi dosen a) Untuk dosen Untuk pihak dosen penulis menyarankan agar dosen mampu melakukan bimbingan kepada mahasiswa-mahasiswi tentang teknik komunikasi pada lansia. Posted 9th April by ribut zainul 0

Add a comment

rhiboet

Classic Flipcard Magazine Mosaic Sidebar Snapshot Timeslide

1. Apr 9

Protein
Protein

Kemampuan tubuh dalam memerangi infeksi bergantung pada kemampuannya untuk memperoduksi antibodi teradap organisme yang menyebabkan infeksi tertentu atau terhadap bahan-bahan asing yang memasuki tubuh. Kemampuan tubuh untuk melakukan detoksifikasi terhadap bahan-bahan racun dikontrol oleh enzim-enzim yang terutama terdapat di dalam hati. Dalam keadaan kekurangan protein kemampuan tubuh untuk menghalangi pengaruh toksik bahan-bahan beracun ini berkurang. Seseorang yang menderita kekurangan protein lebih rentan terhadap bahan-bahan beracun dan obat-obatan. Posted 9th April by ribut zainul 0

Add a comment
2. Apr

KOMUNIKASI PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Komunikasi adalah pertukaran informasi antara dua atau lebih manusia,atau dengan kata lain pertukaran ide dan pikiran.(Kozier dan Erb,1995) Komunikasi dengan lansia harus di perhatikan Faktor fisik,psikologi ketrampilan komunikasi yang tepat. dalam komunikasi terhadap lansia dibutuhkan ketrampilan, dikarenakan lansia mengalami berbagai penurunan diantaranya adalah mengalami penurunan fungsi pendengaran. Aspek hukum dan etika tentang lanjut usia merupakan gambaran sampai berapa jaauh perhatian Negara terhadap para lanjut usia.baru sejak tahun 1965 di Indonesia diletakkan landasan hukum yaitu undang-undang No 4 tahun 1965 tentang bantuan bagi orang jompo, apabila dibandingkan dengan Negara maju, dinegara berkembang perhatian kepada lanjut usia belum begitu besar.di Australia misalnya telah di undangkan Aged Person Home Act (1954), Home Nursing Subsidy Act(1985).di amerika serikat di undangkan Sosial Security Act (Title III,Medicaid (Title VII), Sosial Serfise Blok Plan (Title XX). Di inggris diundangkan National Asistance Act,section 47 (1948) dan telah di tetapkan standaristasi pelayanan di rumah sakit serta di masyarakat,juga telah ditentukan ratio tempat tidur per lanjut usia dao continuing care. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Mahasiswa mampu untuk melakukan komunikasi pada lansia. 2. Tujuan khusus a) Mahasiswa mampu melakukan komunikasi dengan lansia b) Mahasiswa mampu memahami prinsip etika pelayanan kesehatan pada lansia c) Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui tentang landasan hukum di Indonesia. C. Metode penulisan Metode penulisan yang di gunakan oleh penulis dalam penulisan mekalah ini adalah metode narasi dengan memaparkan tentang komunikasi pada lansia.

D. Sistematika Penulisan Dalam sistematika penulisan makalah ini adalah: BAB I : PENDAHULUAN Yaitu terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan BAB II : TINJAUAN TEORITIS Yaitu yang berisi tentang komunukasi dengan lansia, prinsip etika pelayanan kesehatan peda lansia dan landasan hukum di Indonesia. BAB III : PENUTUP Yang terdiri dari kesimpulam dan rekomendasi. DAFTAR PUSTAKA.

BAB II KOMUNIKASI PADA LANSIA

A. Komunikasi Dengan Lansia Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan faktor fisik, psikologi, (lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat. a. Ketrampilan komunikasi Listening/Pendengaran yang baik. a. Mendengarkan dengan perhatian telinga kita. b. Memahami dengan sepenuh hati, keikhlasan dengan hati yang jernih. c. Memikirkan secara menyeluruh dengan pikiran jernih kita. b. Tekhnik komunikasi dengan lansia a) Tekhnik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik. kecepatan dan tekanan suara yang tepat dengan menyesuaikan pada topik pembicaraan dan kebutuhan lansia,berbicara dengan lansia yang dimensia dengan pelan.tetapi berbicara dengan lansia demensia yang kurang mendengar dengan lebih keras hati-hati karena tekanan suara yang tidak tepat akan merubah arti pembicaraan Pertanyaan yang tepat kurang pertanyaan yang lansia menjawab ya atau tidak.. Berikan kesempatan orang lan untuk berbicara hindari untuk mendominasi ,pembicara sebaiknya mendorontg lansia untuk berperan aktif Merubah topik pembicaaraan dengan jitu menggunakan objek sekitar untuk topik pembicaraan bila lansia tidak interest lagi Contoh : siapa yang membelikan pakaian bapak/ibu yang bagus ini? Gunakan kata-kata yang sederhana dan konkrit gunakan makan satu buah setelah makan dari pada menggunakan makanan yang berserat Gunakan kalimat yang simple dan pendek satu pesan untuk satu kalimat. b) Teknik nonverbal komunikasi

1) Perilaku : ramah tamah, sopan dan menghormati, cegah supaya tidak acuh tak acuh, perbedaan. 2) Kontak mata : jaga tetap kontak mata. 3) Expresi wajah : mereflexsikan peraaan yang sebenarnya. 4) Postur dan tubuh : mengangguk, gerakan tubuh yang tepat, meletakan kursi dengan tepat. 5) Sentuhan : memegang tangan, menjbat tangan. c) Teknik untuk meningkatkan komunikasi dengan lansia. 1) Memulai kontak saling memperkenalkan nama dan berjabat tangan. 2) Bila hanya menyentuh tangannya hanya untuk mengucapaka pesan-pesan verbal dan merupak metode primer yang non verbal. 3) Jelaskan tujuan dari wawancara dan hubungan dengan intervensi keperawatan yang akan diberikan. 4) Muali pertanyaan tentang topik-topik yang tidak mengancam. 5) Gunakan pertanyaan terbuka dan belajar mendengar yang efektif. 6) Secara periodic mengklarifikasi pesan. 7) Mempertahankan kontak mata dan mendengar yang baik dan mendorong untuk berfokus pada informasi. 8) Jangan berespon yang menonjolkan rasa simpati. 9) Bertanya tentang keadaan mental merupakan pertanyaan yang mengancam dan akan mengakiri interview. 10) Minta ijin bila ingin bertanya secara formal. c. Lingkungan wawancara. a) Posisi duduk berhadapan b) Jaga privasi. c) Penerangan yang cukup dan cegah latar belakang yang silam d) Kurangi keramaian dan berisik e) Komunikasi dengan lansia kita mencoba untuk mengerti dan menjaga kita mengekspresikan diri kita sendiri efek dari kmunikasi adalah pengaruh timbal balik seperti cermin. Mood dan Privasi (1) Dapat mempengaruhi kualitas komunikasi : berikan perhatian pada mood masingmasing. (2) Buat pertimbangan dan kurangi emosi (3) Aspek lingkungan : (4) Gangguan : akan mempengaruhi konsentrasi. (5) Mengurangi bising dan gangguan lingkungan (6) Berikan lingkungan yang nyaman. (7) Khususnya penting ketika topik personal rahasia di bicarakan. (8) Pertahankan privacy untuk memberikan keamanan. (9) Waktu yang adekuat dapat memfasilitasi untuk menjelaskan dalam berkomunikasi, jadi waktu yang disediakan sesuai d. Kendala-kendala dan hambatan dalam berkomunikasi dengan lansia Gangguan neurology serring menyebabkan gangguan bicara dan berkomunikasi dapat juga karena pengobatan medis, mulut yang kering dan lain-lain. Penurunan daya pikir sering menyebabkan gangguan dalam mendengarkan, mengingat

dan respon pada pertanyaan seseorang. Perawat sering memanggil dengan nenek, sayang, dan lain-lain. Hal tersebut membuat tersinggung harga dirinya dianjurkan memanggil nama panggilannya. Dianjurkan menegur dan mendengarkan dengan penuh perhatian. Perbedaan budaya hambatan komunikasi, dan sulit menjalin hubungan saling percaya. Gangguan sensoris dalam pendengarannya. Gangguan penglihatan sehingga sulit menginterprestasikan pesan-pesan non-verbal. Overload dari sensoris : terlalu banyak informasi dalam satu waktu atau banyak orang berkomunikasi dalam yang sama sehingga kognitif berkurang. Gangguan fisik yang menyebabkan sulit berfokus dalam pembicaraan misalnya focus pada rasa sakit, haus, lapar, capai, kandung kemih penuh, udara yang tidak enak, dan lain-lain. Hambatan pada pribadi : penurunan sensoris, ketidaknyamanan fisik, efek pengobatan dan kondisi patologi, gangguan fungsi psikososial, karena depresi atau dimensia, gangguan kontak dengan realita. Hambatan dalam suasana/lingkungan tempat wawancara : ribut/berisik, terlalu banyak informasi dalam waktu yang sama, terlalu banyak orang yang ikut bicara, peerbedaan budaya, perbedaan, bahasa, prejudice, dan strereotipes. Hambatan pada orang yang mewawancarai : tidak sensitive, tidak mampu menjadi pendengar yang baik, menggunakan symbol-simbol yang menggangu. Berperilaku yang menghakimi (prejudice) misal orang sudah tua tidak bisa mikir lagi, jadi tidak perlu diberi informasi. Tidak memanggil dengan nama dan lain-lain. e. Aspek-aspek yang harus diperhatikan (1) Membina hubungan saling percaya (2) Menjadi pendengar yangbaik dan penuh perhatian. (3) Selalu menciptakan iklim dan sikap berkomunikasi yang hangat dan penuh kasih sayang. (4) Menatap mata selama berkomunikasi. (5) Tidak tergesa-gesa dan memaksakan kehendak kepada mereka. B. Prinsip-Prinsip Etik Pelayanan Kesehatan Ada Lansia Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada derita usia lanjut adalah Empati : istilah empati menyangkut pengertian : simpati atas dasar pengertian yang mendalam. Dalam istilah ini diharapkan upaya pelayanan geriatric harus memandang seorang lansia yang sakit dengan pengertian, kasih sayang dan memahami rasa penderitaan yang dialami oleh penderita tersebut. Tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar, tidak berlebihan, sehingga tidak memberi kesan over-protective dan belas kasihan. Oleh karena itu semua petugas geriatric harus memahami proses fisiologi dn patologik dari penderita lansia. Yang harus dan jangan : prinsip ini sering dikemukakan sebagai non-malefecience dan beneficence, pelayanan geriatric selalu didasarkan pada keharusan untuk mengerjakan yang baik untuk penderita dan harus menghindari tindakan yang menambah penderitaan (harm) bagi penderita. Terdapat adagium primum non nocere (yang terpenting jangan membuat seseorang menderita). Dalam pengertian ini, upaya

pemberian posisi baring yang tepat untuk menghindari ras nyeri, pemberian analgesic (kalau perlu dengan devirat morfin) yang cukup, pengucapan kata-kata hiburan merupakan contoh berbagai hal yang mungfkin mudah dan praktis untuk dikerjakan. Otonomi : yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginanya sendiri. Tentu sxsaja hak tersebut mempunyai batasan, akan tetapi dibidang geriatric hal tersebut berdasar pada keadaan, apakah penderita dapat membuat putusan secara mendiri dan bebas. Keadilan : yaitu prinsip pelayanan geriatric harus memberikan perlakuan yang sama bagi semua penderita. Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita secara wajar dan tidak mengadakan perbedaan atas dasar karakteristik yang tidak relevan. C. Landasan Hukum Di Indonesia Berbagai produk hukum dan perundang-undangan yang langsung mengenai lanjut usia atau yang tidak langsung terkait dengan kesejahteraan lanjut usia telah diterbitkan sejak 1965. beberapa diantaranya adalah : 1. Undang-undang nomor 4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan bagi orang jompo. 2. Undang-undang nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia. Undang-undang ini berisi tentang : 1. Hak, kewajiban, tugas, dan tanggung jawab pemerintah, masyarakat dan kelembagaan. 2. Upaya pemberdayaan. 3. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia ptensial dan tidak potensial. 4. Pelayanan terhadap lanjut usia. 5. Perlindungan sosial. 6. Bantuan sosial 7. Koordinasi. 8. Ketentuan pidana dan sanksi administrasi. 9. Ketentuan peralihan. Permasalahan yang masih terdapat pada lanjut usia, bila ditinjau dari aspek hukum dan etika dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti berikut : 1. Produk hukum 2. Keterbatasan prasarana. 3. Keterbatasan sumber daya manusia. 4. Hubungan lanjut usia dengan keluarga. 5. Menurut mary Ann Chist, et al. (1993). Berbagai isu hukum dan etika yang sering terjadi pada hubungan lanjut usia dengan keluarganya adalah : a. pelecehan dan ditelantarkan. b. Tindak kejahatan. c. Pelayanan perlindungan. d. Kualitas dan isu etik a) Pelecehan dan ditelantarkan pelecehan dan ditelantarkan merupakan keadaan atau tindakan yang menempatkan seseorang dalam situasi kacau, baik mencakup status kesehatan, pelayanan kesehatan, pribadi, hak memutuskan, kepemilikan maupun pendapatannya. Penyebab pelecehan menurut International Institute on Ageing (INIA, united nationsmalta, 1996) adalah : 1. Beban orang yang merawat lanjut usia tersebut sudah terlalu berat.

2. Kelainan kepribadian dan perilaku lanjut usia atau keluarganya. 3. Lanjut usia yang diasingkan oleh keluarganya. 4. Penyalahgunaan narkotika, alcohol dan zat adiktif lainnya. 5. Faktor lainnya yang terdapat di keluarga : a. Perlakuan salah terhadap lanjut usia b. Ketidaksiapan dari orang yang akan merawat lanjut usia. c. Konflik lama diantara lanjut usia dengan keluarganya. d. Perilaku psikopat dari lanjut usia dan/atau keluarganya. e. Tidak adanya dukungan dari masyarakat. f. Keluarga mengalami kehilangan pekerjaan atau pemutus hubungan kerja. g. Adanya riwayat kekerasan dalam keluarga. Gejala yang terlihat pada pelecehan dan ditelantarkan antara lain : 1. Gejala fisik berupa memar, patah tulang yang tidak jelas sebabnya, higiena yang jelek, malnutrisi dan adanya bukti melakukan pengobatan yang tidak benar. 2. Kelainan perilaku berupa rasa ketakutan yang berlebuhan menjadi penurut atau tergantung, menyalahkan diri, menolak bila akan disentuh orang yang melecehkan, memperlihatkan tanda bahwa miliknya akan diambil orang lain dan adanya kekurangan biaya transport, baiya berobat atau biaya memperbaiki rumahnya. 3. Adanya gejkala psikis seperti stress, cara mengatasi suatu persoalan secara tidak benar serta cara mengungkapkan rasa salah atau penyesalan yang tidak sesuai, baik dari lanjut usia itu sendiri maupun dari orang lain yang melecehkan. Jenis pelecehan dan ditelantarkan adalah : 1. Pelecehan fisik dan menelantarkan fisik. 2. Pelecehan psikis atau melalui tutur kata. 3. Pelanggaran hak. 4. Pengusiran. 5. Pelecehan dibidang materi atau keuangan. 6. Pelecehan seksual. Upaya pencegahan terhadap terjadinya ketelantaran pasif (passive neglect) dan ketelantaran aktif (active neglect) pada lanjut usia dapat dikelompokan sebagai berikut : 1. Terhadap ketelantaran pasif atau tak disengaja. a. Mendapatkan orang yang dipercaya untuk melakukan tindakan hukum atau melakukan transaksi keuangan. b. Mengusahakan bantuan hukum dari seorang pengacara. 2. Terhadap ketelantaran aktif atau tindak pelecehan a. Mengusahakan agar lanjut usia tidak terisolir. b. Anggota keluarga tetap dekat dan memperhatikan. b) Tindak kejahatan Lanjut usia umunya lebih takut terhadap tindak kejahatan bila dibandingkan dengan ketakutan terhadap penyakit dan pendapatan yang berkurang. Jenis tindak kejahatan adalah : 1. Penodongan 2. Pencurian dan perampokan. 3. Penjambretan. 4. Perkosaan. 5. Penipuan dalam pengobatan penyakit.

6. Penipuan oleh orang yang tidak dipercaya, pemborong, sales dan lain-lainnya. c) Pelayanan perlindungan Pelayanan perlindungan adalah pelayanan yang diberikan pada lanjut usia yang tidak mampu melindungi dirinya terhadap kerugian yang terjadi akibat mereka tidak dapat merawat diri mereka sendiri atau dalam melakukan kegiatan sehari hari. Pelayanan perlindungan bertujuan memberikan perlindungan pada lanjut usia, agar kerugian yang terjadi ditekan seminimal mungkin. Pelayanan yang diberikan akan menimbukan keseimbangan diantara kebebasan dan keamanan.jenis pelayanan yang diberikan berupa pelayanan medik, sosial atau hukum. d) Persetujuan tertulis Persetujuan tertulis merupakan suatu persetujuan yang diberikan sebelum prosedur atau pengobatan di berikan kepada seorang usia lanjut atau penghuni panti. syarat yang diperlukan bila seorang lanjut usia memberikan persetujuan adalah ia masih kompeten dan telah mendapatkan informasi tentang manfaat dan resiko dari suatu prosedur atau pengobatan tertentu yang di berikan kepadanya. e) Kualitas dan kehidupan dan isu etika Berbagai faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yang mempengaruhi kualitas kehidupan lanjut usia adalah: Kemajuan ilmu kedokteran dibidang diagnostic seperti Ct-Scan dan kateterisasi jantung, MRI, dan sebagainya Kemajuan dibidang pengobatan seperti transpalntasi organ, radiasi. Bertambahnya resiko pengobatan Biaya pengonatan yang meningkat. Manfaat pengobatan yang masih di ragukan. Database yang diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan. Isu etika muncul bila terjadi suatu pertentangan antara pendapat ilmiah atau ilmu kedokteran dengan pandangan etika atau perikemanusiaan mislanya : Untuk mengawali atau melanjutkan pengobatan terhadap lanjut usia yang skait berat. Mempertahankan atau melepas infuse atau tube feeding. Melakukan tindakan yang biayanya mahal. Euthanasia.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Komunikasi pada lansia tidaklah begitu sulit dibutuhkan teknik-teknik tersendiri untuk melakukan komunikasi pada lansia banyak hal-hal yang harus diperhatikan diantaranya :

1. Teknik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik. 2. Tehknik untuk wawancara. 3. Kendala dan hambatan dalam komunikasi. 4. Mood dan privasi 5. Aspek-aspek yang harus diperhatikan. B. Rekomendasi Berdasarkan urian diatas, penulis menganjurkan beberapa rekomendasi sebagai bahan pertimbangan bagi dosen a) Untuk dosen Untuk pihak dosen penulis menyarankan agar dosen mampu melakukan bimbingan kepada mahasiswa-mahasiswi tentang teknik komunikasi pada lansia.

Posted 9th April by ribut zainul 0

Add a comment
3. Apr 9

keseimbangan cairan

KESEIMBANGAN AIR DAN ELEKTROLIT

Dewasa : air 60% BB Bayi : air 80% BB rawan dehidrasi

rentan keseimbangan air dan elektrolit

Air tubuh: Cairan intrasel (30 40%) Cairan transeluler (1 3%) Cairan ekstrasel (20 25%) o o 15% interstitiel (limfe, cairan jaringan) 5% intravaskuler (plasma)

Cairan transeluler: rongga sendi, rongga pleura, LCS, cairan dlm bola mata, cairan peritoneum

Bayi CES > CIS

Volume CIS ditentukan oleh tekanan osmotik ekstrasel melalui membran sel yg bebas dilalui air Tekanan osmotik - air keluar dari sel (sel mengkerut) Tekanan osmotik - air masuk ke dalam sel

Tekanan osmotik dipengaruhi oleh ion Na dan K Transport K ke dalam sel dan Na keluar sel terjadi secara aktif (perlu energi)
+ +

Volume cairan intravaskuler (plasma) dipertahankan oleh keseimbangan antara filtrasi dan tekanan onkotik pada sistem kapiler

Tekanan onkotik ditentukan oleh albumin. Misalnya pada sindroma nefrotik, protein tek onkotik intravaskuler vol cairan interstitial , akibatnya terjadi udem jaringan

Pengaturan cairan tubuh 1. Masukan air


Ada rangsang haus (pusat di hipothalamus) Haus timbul bila: i. ii. Cairan tubuh Osmolalitas plasma (1 2%)

2. Absorbsi air
terjadi di GIT secara difusi pasif transport Na dr lumen usus ke sel (tjd scr aktif) absorbsi Na diikuti absorbsi air

3. Kehilangan cairan normal 4. Mekanisme regulasi ginjal


Mengatur: keseimbangan cairan osmolalitas cairan dengan mengatur ekskresi air mengatur distribusi air melalui retensi Na dan ekskresi Na
+ +

Kehilangan air abnormal:


Hiperventilasi (pd penumoni) Suhu lingkungan ; Kelembaban Hilang melalui GIT (diare) Hilang melalui urin (DI, DM juga bisa) Edema (bukan hilang tp pindah ke jar interstitiel)

ANTI DIURETIK HORMON (ADH) Merupakan hormon vasopresin arginin (di hipofise posterior) Mekanisme kerja (di ginjal) permeabilitas tubulus ginjal dan ductus kolektivus terhadap air ADH (+) urin pekat ADH (-) urin encer Sekresi ADH diatur oleh o o o o Tekanan osmotik CES (konsentrasi Na & Cl ) Emosi ADH : rasa sakit, trauma, tindakan bedah ADH : anestesia, alkohol, obat (morfin, difenilhidantoin, barbiturat, glukokortikoid)
+ -

NATRIUM
Terbanyak dlm CES, mengatur volume CES Volume CIS tergantung volume CES Na kunci dari kontrol volume cairan tubuh Konsentrasi intrasel 10 mEq/ L Konsentrasi ekstrasel (plasma) = 135 140 mEq/ L 1 mEq Na = 23 mg 1 g garam NaCl = 18 mEq Na
+ + +

Kebutuhan Na : 1 3 mEq/ kgBB/ hari Perubahan kadar Na kadar Na ekstrasel berubah Perubahan kadar Na di serum perubahan Na di cairan interstitiel Absorbsi
+

Pada GIT (jejunum) melalui enzim Na K ATP ase, hormon aldosteron, hormon desoksi kortikosteron acetat Ekskresi t.u melalui ginjal, sebagian kecil melalui tinja, keringat, air mata Konsentrasi Na dalam keringat: 5 40 mEq/ L Dipengaruhi oleh: perubahan volume ekstraseluler hormon ADH rasa haus

Bila ADH Na banyak keluar Pengaturan keseimbangan Na: Perfusi ginjal renin angiotensin II aldosteron Angiotensin dan aldosteron meningkatkan tekanan darah terjadi retensi Na + air shg menimbulkan oedema Retensi Na terdapat pada: Glomerulonefritis dengan GFR menurun Tekanan onkotik plasma (sindroma nefrotik) Volume arteri (gagal jantung kongestif) Pemberian kortikosteroid dg efek retensi Na
+

Kehilangan Na terjadi pada: DM glukosa dlm tubulus menghambat reabsorbsi air + Na natriuresis Penyakit Addison Diare
+

Hiponatremia (Na serum < 135 mEq/ L) Disebabkan oleh karena: Kehilangan Na (diare)
+

Air dalam ruang ekstraseluler (sering) Misal SiADH, intake air Gejala: kejang, kesadaran menurun (edema)

Hipernatermia (Na serum > 150 mEq/ L)

Retensi Na Diare

kehilangan air

Diabetes Insipidus

KALIUM
95% di intrasel konsentrasi plasma 3.4 5.5 mEq/ L kebutuhan K 1 3 mEq/ kgBB/ hari Fungsi: mengatur tonisitas intrasel resting potential membran sel Ekskresi: 90% melalui urin, diatur oleh aldosteron Asidosis K keluar sel Alkalosis K masuk sel Hipokalemia Intake K kurang (malnutrisi, puasa, diare, muntah) Ekskresi (obat diuretik, gangguan keseimbangan asam basa) Kehilangan (diare)
+ + + +

Gejalanya: o o o o o Otot-otot lemah (paralisis) Refleks menurun ileus paralitik, dilatasi lambung (kembung) letargi, kesadaran menurun EKG: T wave kecil Ada gelombang U Q T interval memanjang

Hiperkalemia Kelainan ekskresi ginjal (GGA, GGK, insufisiensi adrenal, hipoaldosteronisme, diuretik) Intake Penghancuran jaringan akut (trauma, hemolisis, nekrosis, operasi, luka bakar) Redistribusi K transeluler: asidosis metabolik Gejala (terutama jantung): o o o o o
+ +

Gelombang T tinggi, runcing Interval PR memanjang QRS melebar ST segmen depresi Atrioventrikular/ intraventrikular heart block

K > 7.5 mEq/ L bahaya: V.flutter, V.fibrilasi, blok

KEBUTUHAN CAIRAN TUBUH


Cairan tubuh hilang melalui:

1.

Urin 50% dari kehilangan cairan Normal: 50 ml/ kgBB/ 24 jam

2.

Insensible Water Loss (50%) Respirasi (15%) Kulit (30%) Feses (5%)

CARA MENGHITUNG KEBUTUHAN CAIRAN


1. Luas permukaan tubuh (BSA = Body Surface Area)
= mL/ m / 24 jam Paling tepat untuk BB > 10 kg Normal: 1500 ml/ m / 24 jam (kebutuhan maintenance/ kebutuhan rumatan)
2 2

2. Kebutuhan kalori
100 150 cc/ 100 KAL

3. Berat badan
Rumus umum: 0 0 0 100 ml/ kg 50 ml/ kg 20 ml/ kg 10 kg pertama 10 kg kedua berat > 20 kg

Misalnya anak dengan BB 25 kg, memerlukan: 0 0 0 100 ml/ kg x 10 kg 50 ml/ kg x 10 kg 20 ml/ kg x 5 kg = 1000 cc 10 kg (I) = 500 cc 10 kg (II) = 100 cc 5 kg (sisa)

Total =

25 kg

= 1600 cc/ 24 jam

Keadaan yang Meningkatkan/ Menurunkan Kebutuhan Cairan 1. Meningkatkan metabolisme


Demam - H2O: 12%/ C

2. Menurunkan metabolisme
Hipotermi H2O 12%/ C

3. Kelembaban lingkungan tinggi


Insensible water loss menurun 0 15 cc/ 100 KAL

4. Hiperventilasi IWL meningkat 50 60 cc/ 100 KAL 5. Keringat >> - H2O meningkat 10 25 cc/ 100 KAL

Kebutuhan Elektrolit

2 4 mEq Na / 100 cc cairan 2 4 mEq K / 100 cairan


+

SUBTITLE:

KESEIMBANGAN ASAM BASA


Gangguan keseimbangan air elektrolit gangguan keseimbangan asam basa

Sistem Buffer: zat yang dapat mencegah perubahan kadar ion hidrogen bebas dlm larutan, bila mendapat tambahan asam/ basa

Istilah
Asidemia Alkalemia Asidosis Alkalosis = pH darah < 7.35 = pH darah > 7.45 = kadar bikarbonat serum = kadar bikarbonat serum

Tubuh melindungi diri dari perubahan pH dengan: 1. 2. 3. 4. Mengencerkan produk asam Sistem buffer Regulasi pernapasan mengatur kadar pCO2 plasma Reabsorbsi bikarbonat yang difiltrasi di ginjal, ekskresi H & NH4
+ +

HCO3

pH = 6.1 + log -----------H2CO3

H2O

CO2 pengeluarannya diatur oleh pernapasan

Metabolic acidosis CO2 keluar >>>, sehingga H2CO3

GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAM BASA


pH darah adalah resultan 2 komponen: komponen metabolik dan komponen respiratorik pH normal: 7.35 7.45 BE (base akses) merupakan komponen metabolik yaitu jumlah basa yg perlu dikoreksi Normal = 2.3 mEq/ L BE (+) kelebihan basa BE () kekurangan basa/ kelebihan asam pCO2 = merupakan komponen respiratorik status asam basa Normal = 35 45 mmHg Klasifikasi gangguan asam basa: 1. 2. 3. 4. Asidosis metabolik Asidosis respiratorik Alkalosis metabolik Asidosis respiratorik

Asidosis (pH 6.8 7.35): Metabolik: BE (-) Respiratorik: pCO2 45 mmHg

Alkalosis (pH 7.45 7.8): Metabolik: BE (+) Respiratorik pCO2 35 mmHg

Asidosis Metabolik
pH , bikarbonat , BE (-) pCO2 bukti tubuh menetralisir racun

Sebab: 1. Produksi ion H berlebihan, misalnya: 2. 3. 4. Meningkatkan metabolisme (demam, distress pernapasan, kejang, dll) Meningkatkan asam organik (dehidrasi, hipoxia, hipoperfusi) Ketosis (DM, kelaparan)
+

Kehilangan bikarbonat berlebihan, misalnya: diare, drainase ileostomi Pemberian asam (HCl, asam amino) Kegagalan ginjal untuk mengeluarkan asam yg berlebihan

Derajat beratnya asidosis metabolic ditentukan oleh turunnya base akses Kompensasi: hiperventilasi... CO2 keluar (napas cepat, dalam = kussmaul respiration) Komplikasi: hipotensi, edema paru, hipoksia jaringan, depresi SSP, koma, kejang

Alkalosis Metabolik
Konsentrasi H turun Sebab: 1. 2. 3. 4. Muntah (HCl, K hilang) K hilang berlebihan (melalui urin, GIT) Penambahan HCO3 ke dalam CES (misalnya th/ iv) reabsorbsi HCO3. Misalnya: sindroma Cushing, Bartter, Hipoaldosteronisme primer
+ + +

Kompensasi: hipoventilasi hipoksemia Lab: pH , CO , BE (+), pO2 , HCO3

Asidosis Respiratorik
Akibat dr hipoventilasi alveolar sehingga produksi CO 2 > ekskresi CO2 Terjadi pada:

Penyakit paru berat: membran hialin, bronchopneumonia, edema paru Penyakit neuromuskuler: sindroma Guillian Barre, overdosis obat sedatif Obstruksi jalan napas: bronchospasme

Kompensasi Ginjal membentuk dan meningkatkan reabsorbsi bikarbonat

Gejala klinik: Hipoksia Vasodilatasi (karena CO2 )

Laboratorium: pH - pCO2 - HCO3 - BE (+)

Alkalosis Respiratorik
Ekskresi CO2 melalui paru-paru berlebihan sehingga pCO2 Sebab: hiperventilasi (kerusakan otak, emosi); keracunan salisilat

Lab: pH - pCO2 bikarbonat - BE (-)

Mekanisme kompensasi Gangguan respiratorik dikompensasi oleh ginjal Gangguan metabolik dikompensasi oleh mekanisme respirasi

Tingkat kompensasi dibagi dalam: Tidak dikompensasi (mekanisme kompensasi tidak bekerja) Kompensasi partial (pH tidak sampai normal) Kompensasi penuh (pH kembali normal)

Kompensasi berlebihan

Perkiraan gangguan asam basa dpt diketahui dg memeriksa darah arteri (pemeriksaan ASTRUP = Analisa Gas Darah) Yang dinilai adalah: pH, pCO2, HCO3, BE Selain itu ada faktor penting lain: pO2, O2 saturation

Koreksi kelainan asam basa 1. Asidosis metabolik Tujuan koreksi mengganti defisit basa Dipakai Na bikarbonat/ natrium laktat Rumus: BE x BB x 0.3 = jumlah mEq bikarbonat yg diperlukan 2 4 mEq/ kgBB Cara: diencerkan dengan D 5 % - berikan perlahan-lahan 2. Alkalosis metabolik Koreksi jarang diperlukan Pemberian K (KCl) memperbaiki alkalosis (max 40 mEq K / L) 3. Alkalosis Respiratorik Akut rebreathing system ( inspirasi CO2) Kronik kontra indikasi untuk rebreathing system 4. Asidosis respiratorik ventilasi ventilator
+ +

Posted 9th April by ribut zainul 0

Add a comment

Loading Send feedback

You might also like